14
STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER Tuti Munfaridah Dosen Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap Jl. Kemerdekaan Barat No. 1, Kesugihan, 53274 ABSTRAK Dakwah Islam adalah kewajiban yang harus dilakukan umat muslim, terutama oleh ‘Ulama dan Da‘i. Kegiatan menyampaikan ajaran Islam kepada seseorang atau sekelompok orang supaya mereka memeluk Islam atau melaksanakan ajaran Islam demi mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kegiatan dakwah Islam makin lama makin memiliki beragam tantangan yang tidak mudah, bahkan bisa dikatakan sangat berat. Baik dari umat muslim sendiri, non muslim sampai pada perkembangan peradaban yang makin beragam. Peradaban yang makin menjauhi agama dan lebih dekat pada materi. Budaya hidup materialys dan hedonys sudah sangat merebak bagai bunga yang berkembang liar tanpa batas. Apalagi dengan perkembanganteknologi informasi yang mendunia makin menambah liarnya pemikiran-pemikiran dan perilaku yang non religious. Dari jaringan internet yang berupa face book, blogger/ blog, twitter dan website- website pribadi seolah mengindikasikan bahwa mereka bisa meng-upload apa saja tanpa terbatas etis atau tidak, konsumsi pribadi atau bukan. Oleh karenanya, perilaku masyarakat dari kalangan bawah sampai atas, usia anak- anak sampai dewasa, pelajar sampai mahasiswa, pejabat atau orang biasa hampir mayoritas terpengaruh budaya materialisme dan hedonisme. Dengan demikian tantangan Dakwah makin bertambah. Bagaimana para Juru Dakwah/Da‘i/ Muballigh/‘Ulama bisa menyampaikan dakwahnya dengan baik dan bisa diterima dalam kondisi masyarakat yang demikian adalah salah satu bentuk keprihatinan penulis untuk meneliti, menganalisa dan menulis bagaimana strategi dakwah yang tepat saat ini, menjadi inspirasi tulisan yang berjudul Strategi Dakwah Kontemporer. Tulisan ini memaparkan tentang pengertian dakwah, metode dakwah, tantangan dakwah dan bagaimana strategi dakwah saat ini. Bukan dengan menggunakan satu media atau metode yang terbaik melainkan dikolaborasikan media dan metode dakwah sesuai situasi dan kondisi al-mad‘u serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dakwah Islam. Key word: strategi, dakwah, kontemporer, materialisme, dan hedonisme

STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

  • Upload
    others

  • View
    77

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Tuti Munfaridah

Dosen Fakultas DakwahInstitut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap

Jl. Kemerdekaan Barat No. 1, Kesugihan, 53274

ABSTRAK

Dakwah Islam adalah kewajiban yang harus dilakukan umat muslim, terutama oleh ‘Ulama dan Da‘i. Kegiatan menyampaikan ajaran Islam kepada seseorang atau sekelompok orang supaya mereka memeluk Islam atau melaksanakan ajaran Islam demi mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Kegiatan dakwah Islam makin lama makin memiliki beragam tantangan yang tidak mudah, bahkan bisa dikatakan sangat berat. Baik dari umat muslim sendiri, non muslim sampai pada perkembangan peradaban yang makin beragam. Peradaban yang makin menjauhi agama dan lebih dekat pada materi.

Budaya hidup materialys dan hedonys sudah sangat merebak bagai bunga yang berkembang liar tanpa batas. Apalagi dengan perkembanganteknologi informasi yang mendunia makin menambah liarnya pemikiran-pemikiran dan perilaku yang non religious.

Dari jaringan internet yang berupa face book, blogger/ blog, twitter dan website- website pribadi seolah mengindikasikan bahwa mereka bisa meng-upload apa saja tanpa terbatas etis atau tidak, konsumsi pribadi atau bukan. Oleh karenanya, perilaku masyarakat dari kalangan bawah sampai atas, usia anak-anak sampai dewasa, pelajar sampai mahasiswa, pejabat atau orang biasa hampir mayoritas terpengaruh budaya materialisme dan hedonisme.

Dengan demikian tantangan Dakwah makin bertambah. Bagaimana para Juru Dakwah/Da‘i/Muballigh/‘Ulama bisa menyampaikan dakwahnya dengan baik dan bisa diterima dalam kondisi masyarakat yang demikian adalah salah satu bentuk keprihatinan penulis untuk meneliti, menganalisa dan menulis bagaimana strategi dakwah yang tepat saat ini, menjadi inspirasi tulisan yang berjudul Strategi Dakwah Kontemporer.

Tulisan ini memaparkan tentang pengertian dakwah, metode dakwah, tantangan dakwah dan bagaimana strategi dakwah saat ini. Bukan dengan menggunakan satu media atau metode yang terbaik melainkan dikolaborasikan media dan metode dakwah sesuai situasi dan kondisi al-mad‘u serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dakwah Islam.

Key word: strategi, dakwah, kontemporer, materialisme, dan hedonisme

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Volume 2, Edisi 2, Juli 2013 ISSN: 2302-0547

80

A. PENDAHULUANSebenarnya aktivitas dakwah Islam telah

berlangsung sejak lama. Dalam al-Qur’an telah digambarkan bagaimana dakwah dilakukan oleh para Utusan Allah SWT. Secara historis tergambar jelas dimulai sejak zaman nabi Nuh AS.

Kemudian pada zaman Rasu lu l l ah Muhammad SAW Dakwah Islam semakin berkembang secara nyata dalam semua aspek kehidupan, terutama dakwah yang dilakukan pada periode Madinah, dimana Beliau secara factual merealisasikan ajaran Islam pada berbagai permasalahan umat yang notabene merupakan persolan dalam berbagai segi kehidupan.

Namun dalam kenyataannya persolan umat tidak semakin ringan dan berkurang, tetapi justru makin komplek dan berkembang.Dari mulai persoalan ekonomi, politik, sosial, budaya, hankam dan lainnya. Sehingga Juru Dakwah (Da‘i) dituntut untuk makin berkualitas baik di bidang kompetensi dan kualifikasi pengetahuannya maupun berbagai wacana social kemasyarakatan. Apalagi masyarakat sekarang sudah sangat heterogen dipandang dari latar belakang mereka yang makin beragam.

Dakwah sesungguhnya tidak semudah membalikkan telapak tangan dan tidak seringan “kata-kata” para Orathore panggung yang mengabarkan ajaran Islam dengan “kekhasan” mereka. Dakwah juga merupakan kerja besar yang perlu the right management.Tanpa manajemen, Dakwah akan sia-sia, kurang terarah, tidah terkontrol hasilnya dan terkesan “asal-asalan”.

Seorang Juru Dakwah harus bisa menyusun strategi yang effective , efisien dan tepat sasaran sesuai audiens yang berangkat dari berbagai latar belakang pendidikan, usia, ekonomi, sosial, yang majemuk. Bagaimana berdakwah, menyampaikan dan menanamkan ajaran Islam yang bisa diterima, dipahami dan dapat diamalkan oleh Mad’u dengan pemahaman yang sesuai al-Qur’an dan al-Sunnah di Era Informasi yang serba transparan dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) sangat besarpengaruhnya terhadap

mindset dan life style masyarakat, menjadi problema yang sangat berat bagi para Insan Dakwah.

Dari berbagai latar belakang inilah kemudian Penulis merasa tertarik untuk membahas bagaimana mencari dan menemukan Strategi Pengembangan Dakwah Kontemporer saat ini.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Strategi Dakwah

a. Pengertian StrategiSebelum membahas lebih jauh pengertian

setrategi dakwah i tu apa? Maka untuk mempermudah pemahaman disini akan dibahas satu persatu, apa itu strategi dan apa itu dakwah.

Istilah strategi, sering kali kita dengar ditelinga kita dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam dunia pendidikan, sosial masyarakat, dan terutama dalam hal politik. Karena istilah strategi itu sendiri mempunyai arti tentang suatu cara, metode, siasat, ataupun taktik yang dipergunakan untuk tujuan tertentu.

Para ahli telah merumuskan definisi tentang Strategi antara lain:

1) Jamaludin Darwis dalam Djamrah dan Zain menyatakan bahwa Strategi dimaknai sebagai “seni merencanakan perang”. Strategi juga bisa diartikan sebagai “strategi pasukan darat dan laut untuk menepati posisi yang menguntungkan dalam perang.1

2) Senada dengan pendapat diatas syukir juga berpendapat dalam bukunya bahwa Strategi adalah metode, cara, siasat atau taktik yang dipergunakan dalam aktifitas (kegiatan) tertentu.2

3) Sedangkan menurut pendapat M. Ali Aziz, bahwa Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan

1Umi Zulfa, Strategi pembelajaran, (Cilacap: Al-Ghazali Press, 2010), hlm. 15

2Syamsuri, Strategi dan Metode Pomesmawi dalam Dakwah Islamiah di Desa Kebarongan. Skripsi Prodi Sosial Islam fakultas Dakwah IAIIG Cilacap. 2009, hlm. 3

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Tuti Munfaridah Strategi Pengembangan Dakwah Kontemporer

81

berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertenatu, artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.3

Dari beberapa penjelasan istilah diatas, kemudian penulis menganalisis pendapat atau pemikiran para ahli tersebut sehingga dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan Strategi adalah proses penentuan cara (taktik) dan daya upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu guna mencapai tujuan secara optimal.

b. Pengertian DakwahSedangkan pengertian dakwah jika ditinjau

dari segi bahasa (etimologi) dakwah merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar. Yakni berasal dari kata: دعا- يدعو- دعوة yang berarti panggilan, seruan, ajakan, undangan, dorongan ataupun do’a.4. Istilah ini juga sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, tasyir, amar ma’ruf nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, inzhar, washiyah, talim dan khotbah.

Pengertian dakwah dari segi bahasa ini masih memiliki karakteristik yang umum, karena yang namanya mengajak, memanggil atau menyeru bisa terjadi pada kebaikan dan keburukan. Bahkan Istilah dakwah dalam Al-Qur’an diungkapkan dalam bentuk fi’il mapun masdar sebanyak lebih dari 100 kali. Al-Qur’an menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang dsiertai dengan resiko masing-masing piliahan. Di dalam Al-Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali

3M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarata: Kencana, 2009), hlm. 349

4Enjang dkk, 2009: 3

mengajak ke neraka atau kejahatan. bahkan ada beberapa kata-kata dakwah dalam Al-Qur’an yang mempunyai arti do’a.5

Dakwah Menurut Istilah (terminologi) sebenarnya telah banyak dikemukakan oleh para ahli, dimana definisi tersebut saling melengkapi. Walaupun berbeda redaksinya, namun hakikinya maksud dan maknanya sama.

Berikut ini akan penulis kemukakan beberapa definisi dakwah yang dikemukakan oleh para ahli mengenai istilah dakwah:

1) Pendapat Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka untuk berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek (mungkar) agar mereka mendapat kebahagian di dunia dan akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat Imam Al-ghozali bahwa amar ma’ruf nahi mungkar adalah inti dari gerakan dakwah dan penggerak dari dinamika masyarakat Islam.6

2) Muhamad Khaidar Husain dalam bukunya “al-Dakwah ila ila al-islah” mengatakan, dakwah adalah upaya untuk memotifasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dengan tujuan untuk mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

3) Toha Yahya Oemar mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagian mereka dunia dan akhirat.

4) Quraish Shihab mendefinisikan dakwah, sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik

5Ibid, hlm. 346M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006),

hlm. 7

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Volume 2, Edisi 2, Juli 2013 ISSN: 2302-0547

82

kepada situasi yan lebih baik dan sempurna baik terhadap pripadi ataupun masyarakat. 7

5) Ahmad Ghalwasy dalam al-dakwah al-Islamiah mengatakan dakwah adalah menyampaiakan pesan Islam kepada manusia disetiap waktu dan tepat, dengan metode-metode dan media yang sesuai dengan situasi dan kondisi para penerima pesan dakwah (khalayak dakwah).

6) Menurut Al-Mursyid dakwah adalah sistem dalam menegakkan penjelasan kebenaran, kebaikan, petnjuk ajaran, memerintahkan perbuatan baik (ma’ruf ), dan mengungkap media kebatilan dan metode-metodenya, dengan berbagai macam pendekatan, metode dan media dakwah.8

Dari kedua kata atau kalimat tersebut jika digabungkan akan menghasilkan sebuah istilah yakni Strategi Dakwah. dan menurut M. Ali. Aziz pengertian Strategi Dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu.9

Sedangkan menurut Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq Strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses atau cara penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia.10

Dari berbagai pengertian, pemikiran serta pendapat di atas, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa pengertian Strategi dakwah adalah cara, taktik atau perencanaan tertentu yang diatur (didesain) secara sistematis yang dilakukan seorang da’i, kiyai, ustadz ataupun komunikator kepada mad’u untuk mencapai tujuan dakwah tertentu atas dasar amar ma’ruf nahi mungkar dan hikmah, kasih sayang.

7M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajmen Dakwah, (Jakarta: Kencana 2009), hlm. 205

8Enjang AS, dan Aliyudian, Media dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009 ), hlm. 8

9M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 349

10Http : //Aziz Firmansyah.blopspot.com/2011/pengertian strategi-dan-dakwah

Pengertian dakwah dari segi bahasa ini masih memiliki karakteristik yang umum, karena yang namanya mengajak, memanggil atau menyeru bisa terjadi pada kebaikan dan keburukan. Bahkan Istilah dakwah dalam Al-Qur’an diungkapkan dalam bentuk fi’il mapun masdar sebanyak lebih dari 100 kali.Al-Qur’an menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang dsiertai dengan resiko masing-masing piliahan. Di dalam Al-Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. bahkan ada beberapa kata-kata dakwah dalam Al-Qur’an yang mempunyai arti do’a.11

Dakwah Menurut Istilah (terminologi) sebenarnya telah banyak dikemukakan oleh para ahli, dimana definisi tersebut saling melengkapi. Walaupun berbeda redaksinya, namun hakikinya maksud dan maknanya sama. Yaitu suatu kegiatan untuk menyampaikan ajaran Islam atau mengajak orang lain untuk memeluk Islam/melaksanakan ajaran Islam demi kebahagiaan di Dunia dan Akhirat.

Dari kedua kata atau kalimat tersebut jika digabungkan akan menghasilkan sebuah istilah yakni Strategi Dakwah. dan menurut M. Ali. Aziz pengertian Strategi Dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu.12

Sedangkan menurut Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq Strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses atau cara penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia.13

Dari berbagai pengertian, pemikiran serta pendapat di atas, peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa pengertian Strategi dakwah adalah cara, taktik atau perencanaan tertentu yang diatur (didesain) secara sistematis yang dilakukan seorang da’i, kiyai, ustadz ataupun komunikator

11Ibid, hlm. 312M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009),

hlm. 34913Http : //Aziz Firmansyah.blopspot.com/2011/pengertian

strategi-dan-dakwah

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Tuti Munfaridah Strategi Pengembangan Dakwah Kontemporer

83

kepada mad’u untuk mencapai tujuan dakwah tertentu atas dasar amar ma’ruf nahi mungkar dan hikmah, kasih sayang.

C. PROBLEM DAKWAHApabila dilihat dari berbagai sudut pandang,

problem Dakwah sangat komplek apabila diidentifikasi secara rinci dan serius. Akan tetapi Penulis hanya akan memaparkan beberapa hal yang perlu kita kaji pada kesempatan kali ini, antara lain :

Pertama, pemahaman masyarakat terhadap pengertian Dakwah saat ini masih sebatas sebagai oral communication (tablîgh). Sehingga Da‘i juga masih berorentasi pada aktivitas ceramah-ceramah. Ada beberapa keuntungan Dakwah dengan lecturing methode/telling methode ini yaitu antara lain: al-mad‘u dapat secara langsung berhadapan dengan Da‘i , face to face dan seorang Juru Dakwah tidak perlu persiapan yang “ matang .“ Namun ada beberapa kelemahan yang sangat jelas di dalamnya, misalnya :mad’u harus meluangkan waktu khusus untuk mendengarkan ceramah dimana mereka sebenarnya sangat sulit membagi waktu karena padatnya kegiatan sehari-hari. Disamping itu daya tangkap dan penalaran audiens juga tidak sama dan menjadi problem tersendiri untuk dicermati, juga terkadang ceramah menjadi hal yang sangat membosankan, tidak menarik dan terkesan asal-asalan karena materinya hanya “itu-itu saja“ untuk moment yang sama. Apalagi kompetensi Da‘i sangat berperan dalam kegiatan tablîgh , yang menuntut social analysis dari berbagai aspek kehidupan audiens.

Kedua, problem yang berkaitan dengan epistimologis. Dakwah pada era informasi dan abad globalisasi saat ini seharusnya bukan hanya kegiatan rutinitas, religious ceremonial, temporal, and instant, melainkan harus berpacu dengan waktu, kesibukan dan paradigm keilmuan dan teknologi.

Ketiga, problem selanjutnya adalah permasalahan yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia ( SDM ). Banyaknya Mubaligh

yang kurang professional dan asal “meng-iyakan undangan“ dalam berbagai moment acaramenimbulkan negative image masyarakat sehingga penghargaan terhadap Da’i menjadi rendah dan terkesan meremehkan. Tidak sedikit juga Juru Dakwah yang “ gagap teknologi “ dan lemah pemahamannya terhadap perkembangan pemikiran masyarakat saat ini.

D. MAKNA DAKWAH DALAM KONTEK MODERN

1. Pemaknaan Dakwah yang berorientasi politis ( political orientation )

Dimana Dakwah dipergunakan sebagai sebuah gerakan untuk menegakkan sistem politik alternative, penyesuaian system politik, masuknya dakwah dalam sistem politik dan perlawanan terhadap system politik yang tidak Islami.14

2. Makna Pendalaman ( interiozation )Selain untuk menyampaikan kebenaran

kepada orang di luar Islam, dakwah juga digunakan untuk memperdalam iman umat Islam.Ada dua alasan mengapa pendalaman ini di lakukan; pertama, berkembangnya materialism dan sekuralisme di era modern yang notabene berbeda dengan Islam, menyebabkan perlunya umat Islam dibekali keimanan melalui kegiatan dakwah.Kedua, para aktifis dakwah memandang bahwa pemerintahan di Negara-negara Muslim merupakan peninggalan kolonialisme barat yang beragama Kristen sehingga pengaruh-pengaruhnya masih ada dan perlu dihilangkan memalui dakwah Islam.15

3. Sebagai Organisasi atau Lembaga DakwahBanyak contoh-contohnya seperti, The

International Islamic University di Isamabad

14 Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta : Prima Duta, 1983, hlm.12

15 M.Khalid Masud, Modern usage, dalam John L.Esposito, The Oxford Encyclopedia of the modern Islamic World vol.1, New York : Oxford University Press, 1995, hlm.351

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Volume 2, Edisi 2, Juli 2013 ISSN: 2302-0547

84

Pakistan.Juga School for Training Muslim Misionaries di Istanbul.

4. Dakwah yang beror i enta sa i pada Kesejahteraan Sosial ( Social walfare)

Dari bermacam makna dakwah tersebut maka akan menimbulkan berbagai metode dakwah yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas dakwah di masyarakat.

E. KEWAJIBAN BERDAKWAHPerbedaan pendapat tentang kewajiban

berdakwah berawal dari perbedaan interpretasi terhadap al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104 :

وف ون بلمعرم رم ون إل الخي ويأمم ة يدعم ما أم ن منكم ولتكم

ون فلحم م المم نكر وأمولئك هم وينون عن المم

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma›ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (al-Qur’an: Ali Imron : 104)

Dari ayat tersebut, Ibnu Kastir mengatakan bahwa, ada dua pendapat, yaitu sebagian menyatakan dakwah merupakan kewajiban kelompok ( fardhu kifâyah ) dan sebagian lainnya menyatakan sebagai kewajiban individual (fardhu ‘ain).16 Hal ini terjadi karena perbedaan penafsiran pada kata (min), pada golongan pertama menafsirkan bahwa kata min pada ayat 104 surat Ali Imron adalah littab’îdh maka dakwah dianggap kewajiban sebagian orang ( kelompok ) atau kifayah. Sedangkan bagi golongan kedua min di sini ditafsirkan sebagai litabyîn/ lil bayân sehingga fungsinya hanya menjelaskan sehingga kewajiban berdakwah diartikan sebagai kewajiban individu / fardhu ‘ain.

16 Abu Fida Ismail Ibnu Kastir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, juz 1, Beirut : Dar Ihya al-Turats al A’raby,1969,hlm.390

F. METODE DAKWAH

1. Metode Dakwah menurut al-Qur’anAl-Qur’an adalah sumber utama metode dan

teknik dakwah kemudian diperjelas dalam hadist Rasul SAW.Metode dakwah dalam al-Qur’an bukan metode dakwah secara terinci, melainkan secara global. Dasar utamanya adalah pada surat al-Nahl ayat 125 :

م نة وجادلهم ة والموعظة الحسس ادعم إل سبيل ربرك بلحك

و أعلم بمن ضلا عن سبيل بلات ه أحسنم إنا رباك هم

هتدين و أعلم بلمم وهم

“ Serulah ( manusia ) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mau’dhoh hasanah dan bantahlah dengan cara yang baik”( Al-Qur’an : an-Nahl ; 125 )

Dari ayat tersebut ditemukan ada 3 cara yang dapat dijadikan pedoman meode dan teknik dakwah :

a. Dakwah bil hikmahHikmah menurut pengertian sehari-

hari adalah bijaksana, sedang menurut pengertian khusus adalah secara ilmiah dan filosofis. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa dakwah bil hikmah adalah yang dilakukan dengan cara bijaksana, ilmiah, filosofis dan arif.

b. Dakwah bilmau’idhotil hasanahArtinya dakwah yang dilkukan dengan

cara member ingat, nasehat dan ceramah. Menurut Abi Ja’far Muhammad Ibnu Jarir AT-Thabari dalam tafsir jami’ul Bayan ; Mau’idhoh Hasanah adalah nasehat-nasehat atau ceramah-ceramah yang indah yang dijadikan Allah SWT sebagai hujjah kitabNya kepada mereka.

Sedangkan menurut Sayyidi : Memberi ingat yang dilkukan olehmu kepada orng lain dengan pahala dan siksa yang dapat menjinakkan hati.

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Tuti Munfaridah Strategi Pengembangan Dakwah Kontemporer

85

D e n g a n d e m i k i a n d a k w a h bilmau’ihaotil hasanah adalah : dakwah yang dilkukan dengan cara memberi ingat atau nasehat kepada orang lain dengan materi, sikap cara penyampaian yang baik agar dapat menjinakkan hati pendengarnya.

c. Dakwah bil-Mujadalah Dakwah dengan jalan mengadakan

tukar pikiran sebaik-baiknya.Berdakwah denga mujadalah tidak boleh beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan yang lian, tetapi harus beranggapan sebagai teman yang benar dan tolong –menolong dalam mencari kebenaran. Maka akan mendapat keuntungan sebagai berikut :

1) Menunjukkan kebenaran pada orang banyak tentang kebenaran yang dibawanya,sehingga mereka ikut membenarkan.

2) Dapat menyadarkan lawan akan kesaahannya.

3) Dapat menunjukkan kebenaran missi dakwah Islamiyah kepada mereka dan menyadarkannya.

Muhammad Abduh menyimpulkan dari Surat al-Nahl 125 tersebut, dakwah dipandang dari obyek dakwahnya, harus mempertimbangkan kemampuan berpikir mad’u:

1) Cara bilhikmah digunakan kepada para ahli piker dan ahli ilmu yang kritis.

2) Dakwah dengan mau’idhoh hasanah dtujukan kepada orang awam.

3) Cara mujadalah billati hita ahsan disampaikan pada mad’u ang tingkat berpikirnya tidak dapat mencapai tingkat ahli pikir atau ahli ilmu yang matang, tetapi juga tidak jatuh pada taraf berpikir oarng awam.

Sedangkan al-Maraghi menafsirkan bahwa, dakwah dengan mujadalah ditujukan pada orang-orang yang membangkang, agar mau menerima.

2. Metode Dakwah Rasulullah SAWL. Stoddarrd menulis ; Bangkitnya Islam

mungkin suatu perisiwa palingmenakjubkan dalam sejarah. Dalam tempo seabad saja, dari gurun yang tandus dan suku bangsa terbelakang, Islam telah tersebar hampir ke seluruh dunia.

Cherfils penulis buku Bonaparte et L Islam mengutip : Napoleon mengatakan bahwa : dalam beberapa tahun kaum Muslimin telah menguasai separoh dunia, mereka membebaskan lebih banyak manusia menyembah tuhan-tuhan palsu, memusnahkan lebih banyak berhala, merobhkan lebih banyak kuil orang-orang kafir dalam waktu 15 tahun dibandingkan dengan apa yang dilaksanakan oleh pengikut-pengikut Moses dan Yesus dalam waktu 15 abad.

DR.Gustav Le Bone menulis bahwa : “ Bangsa Perancis sendirimemerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun, baru dapat mengadakan suatau masyarakat yang bercelup Perancis.Ketiga penulis tersebut adalah Orentalis yang obyektif akan kebenaran sejarah dan fakta atas kesuksesan Dakwah Nabi SAW.

Dari pendapat-pendapat tersebut jelaslah revolusi dakwah Islam jauh lebih pesat berkembang dibanding missi-missi agama lain. Maka hendaknya para Da’i mengambil suri taualadan dari Rasulullah SAW sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21:

و نة لمن كن يرجم ول الله أمسوة حسس ف رسم لقد كن لكم

واليوم الخر وذكر الله كثيا اللا

“ Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah SAW itu suri tauladan yang baik bagimu.” ( Al-Qur’an : S. Al-Ahzab ; 21 )

Adapun metode dan teknik Dakwah yang perlu ditiru Rasulullah adalah :

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Volume 2, Edisi 2, Juli 2013 ISSN: 2302-0547

86

a. Metode CeramahCeramah Rasulullah sederhana, tidak

bergurau / melawak yang membuat pendengarnya terbahak-bahak, sasaran ceramah beliau adalah hati / kalbu manusia bukan perutnya.Karena Qalbu dan akal itulah tempatnya iman.Dengan metode yang demikian maka dapat berkesan, membekas dan berpengaruh besar bagi umatnya.Bahkan terkadang sampai membuat menangis pendengarnya.Apa yang disampaikan adalah kebenaran yang keluardari lubuk hati yangpaling dalam secara ikhlas, jujur dan suci. Kata-katanya merupakan kontak jiwa ( heart to heart ).

Thomas Carlyle dalam non heroes and Hero Whorship menulis : “ Kata-kata laki-laki ini tidak lancang …kata-kata laki-laki ini adalah suara dari jantungnya sendiri, mau-tidak mau manusia harus mendengarkannya seakan tidak ada yang lainnya. “17 Dimaksud oleh Thomas Carlyle mengenai laki-laki ini adalah Nabi Muhammad SAW.

Contoh pidato Rasulullah SAW adalah ketika kaum Anshar merasa tidak puas dengan sikap Rasulullah dalam membagi ghanimah ( harta rampasan perang ), mereka mengatakan yang artinya:

“Ini betul-betul aneh, beliau memberikan ( banyak ) kepada kaum Qurays, sedangkan kita ditinggalkan, padahal ( baru saja kita berperang dengan kaum Qurays itu) dan pedang kita ( rasanya belum kering) dan masih meneteskan darah mereka. “

Maka Nabi SAW berpidato untuk menjawab kesalah pahaman mereka :

“Nabi SAW bersabda : “ Masih adakah orang lain ( bersama-sama dengan kamu ) di tempat ini ?Kaum Anshar menjawab : “ Tidak ada, kecuali kemenakan kami.” Nabi SAW bersabda : “ Kemenakan suatu kaum termasuk golongan mereka.” Kemudian beliau bersabda : “ Wahai kaum Anshar, kata-kata apakah yang sampai kepadaku dari pada kamu ? Bukankah akau menemukan kamu dalam keadaan sesat, lau Allah menunjuki kamu dengan kedatanganku?

17

Dan dulunya saudara-saudara miskin, maka Allah memakmurkan saudara-saudara dengan kedatangan saya ?( Saudara-saudara tentu mengatakan ) bahwa kaum Qurays itu baru saja keluar dari kekafiran dan musibahnya dan saya ingin meng-upgrade dan menjinakkan hati mereka. Apakah kamu marah, wahai kaum Ansahar, karena sedikit harta dunia, yang dengananya saya menjinakkan hati suatu kaum dengan mereka tetap dalam keIslaman yang mendalam dan tidak goyang ? Tidakkah kamu puas, wahai kaum Anshar bahwa rang-orang akan pulang ke rumanya dengan ( menghalau) kambing dan unta, dan kamu ( sendiri ) pulang ke negrimu bersama-sama Rasul SAW ? Demi Tuhan yang menguasai diriku, kalau tidak karena hijrah tentulah saya ( juga ) termasuk ( anggota ) Anshar. Dan kalau sekiranya orang ( beramai-ramai ) menempuh jalan besar, sedangkan Anshar berjalan melalui jalan tikus, tentulah saya akan ikut berjalan melalui jalan tikus.Ya Allah, berikanlah rahmat kepada Anshar dan anak-anak Anshar.”

Mendengar ucapan beliau, kaum Anshar menangis sampaibasahjanggut mereka, dan mereka berkata : “ Kami puas ( menerima rasul SAW sebagai bagian dan keuntungan kami.”

Maka dari pidato Rasulullah tersebut dapat disimpulkan bahwa Rasul SAW berpidato dengan strategi :

1. Mempertimbangkan obyek2. Dengan hujjah / alasan yang kuat3. Gaya bahasnya bijaksana4. Politik / taktik yang bijak5. Adab yang tinggi

b. Metode Tanya JawabRasulullah dan sahabat-sahabatnya sangat

dekat, sebagaimana seorang ayah dengan anak-anaknya yangdiperlakukan secara adil. Rasul meladeni petanyaan dan menjawab segala permasalahan dengan sabar dan senag hati, dalam hadis dikatakan yang artinya :

“ Setiap ada orang yang menanyakan sesuatu, beliau selalu mendengarkan ( dengan penuh

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Tuti Munfaridah Strategi Pengembangan Dakwah Kontemporer

87

perhatian) dan meladeninya samapai puas, tidak ditinggalkanya sehingga orang itu sendiri yang meninggalkan beliau.”

c. Metode MusyawarahMetode ini dinilai efektif , sebenarnya

beliau tidak membutuhkan musyawarah karena dapat menuunggu dan mengharap wahyu Allah. Tetapi dilakukan untuk menjinakkan hati para sahabatnya dan memberi contoh supaya mereka bermusyawarah. Ibnu Abbas berkata :

“Pada waktu turun ayat“ Wasyawirhum fil amri” ( dan bermusyawarahlah dengan mereka mengenai urusan-urusan kamu ), Nabi bersabda : “Sebenarnya Allah dan RasulNya tidak membutuhkan musyawarah dengan sahabat-sahabatnya, tetapi itu sebagai rahmat pada umatku. Oleh sebab itu barangsiapa yang bermusyawarah maka ia akan tidak luput dari kebijaksanaan, sebaliknya yang tidak mau bermusyawarah maka ia tidakk akan luput dari kesesatan.”

d. Cara face to face / home visitRasulullah SAW menggunakan cara

berhadapan langsung / tatap muka langsung. Beliau menyeru keluarganya yang tinggal 1 rumah dan sahabat-sahabat terdekat beliau, seorang demi seorang. Metode ini juga sering disebut sebagai da’watu afrad : merupakan ajakan masuk Islam seorang- demi seorang, secara diam-diam dari rumah ke rumah dengan face to face / home visit.

e. Metode Teladan / Direct MethodeRasululloh SAW adalah Rasul sekaligus Da’i

dan contoh bagi seluruh umatnya, sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an surat al-Ahzab 21 :

و نة لمن كن يرجم ول الله أمسوة حسس ف رسم لقد كن لكم

واليوم الخر وذكر الله كثيا اللا

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”( al-Qur’an S.al-Ahzab : 21 )

Dalam sebuah hadis juga dikisahkan bahwa pernah dalam perjalanan perang, ketika para sahabat sibuk mempersipkan jamuan makan, Rasululloh menawarkan diri untuk ikut membantu mengumpulkan kayu bakar, meskipun dilarang oleh para sahabat karena Beliau adalah pemimpin dan Nabi , namun Rasululloh meyakinkan dengan alasan bahwa Beliau tidak senang diistimewakan. Subhanalloh, betapa bagusnya akhlak Beliau sehingga di puji oleh Alloh SWT sebagai orang yang memiliki akhlak yang agung.

Apalagi apabila mengingat pepatah arab yang mengatakan “ lisanul hal min lisanil maqal “ ( perbuatan itu lebih berkesan dari pada perkataan ).

f. Metode IslahMetode ini adalah Nabi SAW membuat

perjanjian persahabatan dan perdamaian dengan pihak lain yang terkenal dengan arti kompromi. Pertama Rosululloh SAW memberi kebebasan bagi kaum Yahudi untuk memeluk agamanya sebaliknya umat Muslimpun demikian.

Kemudian perjanjian Hudaibiyah, sepintas tampak merugikan umat Muslim. Tetapi setelah dicermati hal ini adalah strategi/ metode Dakwah yang sangat menguntungkan. Karena setelah perjanjian tersebut, dakwah Islam berkembang pesat. Bahkan Prof.HAR Gibb dalam buku shorter encyclopedia of Islam menulis bahwa “ perjanjian Hudaibiyah telah mendapatkan keuntungan politik yang gemilang bagi Muhammad saw”

g. Cara Pemberian hartaCara ini dipandang efektif untuk melunakkan

hati mad’u yang berlatar belakang ekonomi lemah. Sebagaimana pernah dikatakan dalam hadis yang artinya:

“Wahai Sa’ad, sesungguhnya saya memberikan kepada seseorang, sedangkan orang lain lebih saya senangi, karena takut kalau-kalau ia ( orang yang saya beri ) ia akan ( kafir kembali),

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Volume 2, Edisi 2, Juli 2013 ISSN: 2302-0547

88

sehingga dimasukkan oleh Alloh kedalam neraka. “ ( Syeh Ali Mahfud : 1972 : 21 )

G. PENGERTIAN STRATEGI DAKWAH

a. Pengertian StrategiSebelum membahas lebih jauh pengertian

setrategi dakwah i tu apa? Maka untuk mempermudah pemahaman disini akan dibahas satu persatu, apa itu strategi dan apa itu dakwah.

Istilah strategi, sering kali kita dengar ditelinga kita dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam dunia pendidikan, sosial masyarakat, dan terutama dalam hal politik. Karena istilah strategi itu sendiri mempunyai arti tentang suatu cara, metode, siasat, ataupun taktik yang dipergunakan untuk tujuan tertentu.

Para ahli telah merumuskan definisi tentang Strategi antara lain:

1) Jamaludin Darwis dalam Djamrah dan Zain menyatakan bahwa Strategi dimaknaisebagai “seni merencanakan perang”. Strategi juga bisa diartikan sebagai “strategi pasukan darat dan laut untuk menepati posisi yang menguntungkan dalam perang.18

2) Senada dengan pendapat diatas syukir juga berpendapat dalam bukunya bahwa Strategi adalah metode, cara, siasat atau taktik yang dipergunakan dalam aktifitas (kegiatan) tertentu.19

3) Sedangkan menurut pendapat M. Ali Aziz, bahwa Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Strategi disusun

18 Umi Zulfa, Strategi pembelajaran, (Cilacap: Al-Ghazali Press, 2010), hlm. 15

19Syamsuri, Strategi dan Metode Pomesmawi dalam Dakwah Islamiah di Desa Kebarongan. Skripsi Prodi Sosial Islam fakultas Dakwah IAIIG Cilacap. 2009.

untuk mencapai tujuan tertenatu, artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.20

Dari beberapa penjelasan istilah diatas, kemudian penulis menganalisis pendapat atau pemikiran para ahli tersebut sehingga dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan Strategi adalah proses penentuan cara (taktik) dan daya upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu guna mencapai tujuan secara optimal.

b. Pengertian DakwahSedangkan Pengertian Dakwah jika ditinjau

dari segi bahasa (etimologi) dakwah merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar. Yakni berasal dari kata: دعا- يدعو- دعوة yang berarti panggilan, seruan, ajakan, undangan, dorongan ataupun do’a.( Drs. Enjang, dkk, 2009: 3 ). Istilah ini juga sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, tasyir, amar ma’ruf nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, inzhar, washiyah, talim dan khotbah.

Pengertian dakwah dari segi bahasa ini masih memiliki karakteristik yang umum, karena yang namanya mengajak, memanggil atau menyeru bisa terjadi pada kebaikan dan keburukan. Bahkan Istilah dakwah dalam Al-Qur’an diungkapkan dalam bentuk fi’il mapun masdar sebanyak lebih dari 100 kali.Al-Qur’an menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang dsiertai dengan resiko masing-masing piliahan. Di dalam Al-Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. bahkan ada beberapa kata-kata dakwah dalam Al-Qur’an yang mempunyai arti do’a. (Drs. Enjang, dkk, 2009: 3 ).

20 M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarata: Kencana,2009) hlm. 349

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Tuti Munfaridah Strategi Pengembangan Dakwah Kontemporer

89

Dakwah Menurut Istilah (terminologi) sebenarnya telah banyak dikemukakan oleh para ahli, dimana definisi tersebut saling melengkapi. Walaupun berbeda redaksinya, namun hakikinya maksud dan maknanya sama.

H. STRATEGI DAKWAH KONTEMPORER

1. Strategi DakwahStrategi dakwah modern secara garis besar

dapat di bagi 2 yaitu, interpersonal strategy danexternal-institutional strateg y. Strategi interpersonal dapat dipahami seperti pada kegiatan-kegiatan dakwah di majlis-majlis Taklim, halaqah-halaqah, konseling , tareqat dan Tabligh-tabligh, dan lain-lain. Sedangkan external institusional dimaksud yaitu, dakwah yang menekankan pada pembangunan struktur organisasi masyarakat.

Dua strategi ini telah dilakukan oleh Rasulullah SAW.Strategi internal-personal dilakukan pada periode Mekkah, yaitu dengan metode home visit / silaurahmi dan face to face yang dilaksanakan dengan diam-diam / bi-al-Sirr.Sedangkan strategi external personal dilakukan pada periode Madinah, yaitu dengan membangun pemerintahan Islami, dan membangun masjid dengan fungsi-fungsi ibadah dan social.

2. Tantangan DakwahSecara garis besar ada 3 tantangan dakwah

yang kita hadapi, pertama, masyarakat kita telah berubah dari dari agraris ke industri, yang cenderung hedonisme, materialisme, rasionalsme.Keadaan yang demikian menyebabkan cenderung kurang merasa perlu terhadap agama.Bahkan sering menganggap agama adalah produk tradisional, kuno, dan menghambat kegiatan masyarakat.

Kedua, globalization information yang terjadi pada saat ini dipenuhi oleh cultuur , life style, and moral value yang sangat jauh dari budaya dan tata moral Negara kita. Bahkan cenderung menyimpang dan berentangan dengan budaya ketimuran kita yang mayoritas Muslim.

Ketiga, makin tingginya tingkat intelektualitas generasi muda membuat mereka tidak mudah menerima begitu saja retorika dakwah yang disampaikan para Da’i. Mereka menuntut rasionalitas, argumentasi dan penjelasan yang logis, analisis sesuai karakternya yang kritis dan pragmatis.

I. SOLUTION DAN ALTERNATIVEMeskipun begitu rumit dan pelik persoalan-

persoalan umat dan dakwah, para Dai’ tidak perlu merasa, bingung, minder dan terpinggirkan atau direndahkan.Meskipun penghargaan masyarakat terhapap Juru Dakwah telah luntur dan terkikis, para Muballigh tidak perlu miris, pesisimis dan terhina. Asalkan kita tetap berpegang teguh pada ajaran Islam yang kaffah sesuai al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, maka ada beberapa solusi dan alternative strategi dakwah kontemporer saat ini, misalnya :

1) Pembaharuan / evaluasi yang terus-menerus terhadap visi-misi dakwah, analisis situasi dan kondisi, serta perluasan wilayah dakwah yang merambah dunia global baik dunia media maupun wilayah fisik.

2) Meningkatkan harkat danmartabat umat melalui peningkatan pendidikan, ekonomi, posisi sosial dan politik untuk mencapai sumber informasi dan pengambil keputusan.

3) Menggunakan metode dakwah yang diajarkan al-Qur’an dalam kontek modern. Sesuai al-Qur’an surat al-Nahl ayat 125, metode dakwah terbagi dalam 3 garis besar. Bi al-Hikmah dapat diartikan secara luas sebagai al--Dakwah bi-al-Siyasah. Dakwah dengan metode ini yang terlahir pada bidang kehidupan public di bidang social, politik, dan ekonomi berhubungan dengan good governance yang secara emansipatif dan partisipatif berusaha membangun , menata dan memanaj kehidupan bersama dalam bernegara dan bermasyarakat.

Dalam hal ini dakwah diharapkan dapat berperan sentral dalam proses penguatan civil

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Volume 2, Edisi 2, Juli 2013 ISSN: 2302-0547

90

society yang merupakan one ofindicator tulang punggung peradaban. Dalam kontek ini pula dakwah bi-al-hikmah perlu diaktualisasikan melalui kegiatan public pooling loby dan advocation social politic.

Sedangkan metode al-mau’zhah al-hasanah yang merupakan proses education dapat diaktualisasikan dalam pendidikan dan penyadaran social politik yang berakar pada etic and value of Islam.Karena dengan evaluasi etik dan telogis yang mendasar peradaban manusia dapat terus memperbaharui keabsahan serta relevansinya.

Adapun dakwah bi-al-mujadalah bi-al-ihsan dalam masyarakat “modern “ sekarang perlu dituangkan dalam lembaga-lembaga dakwah dan para “ fungsionarisnya “ untuk mengembangakan international competence-nya ketika melibatkan diri dalam diskursus seta diskusi-diskusi dan inisiatif-inisiatif nasional maupu internasional.

4) Dengan beberapa metode dan media dakwah yang relevan dengan situasi dan kondisi, misalnya : lecturing methode, face to face, discuse, question ansewered, propaganda, bi-al-hal, bi-al-mal, infiltration/ dramatytion dan lain-lain. Tentu saja dengan berbagai media yang sesuai dengan metodenya, dapat memilih, media masa, media elektronik, media oral, dan lain-lain.

5) Dengan mempertimbangkan beberapa factor dakwah

Dalam menentukan startegi dakwah juga harus mempertimbangkan beberapa factor penentu keberhasilan dakwah, yaitu :

a. Tujuan yang hendak dicapaiTujuan pokok dakwah adalah menagjak

manusia ke jalan yang benar sesuai perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia akhirat.21 Menurut Penulis tujuan dakwah tersebut masih sangat umum, sehingga dapat saya

21 Proyk Penerangan Agama Islam Depag RI, Metodologi Dakwah Kepada Suku Terasing, Jakarta : DEPAG RI, 1978, Hlm.12

jabarkan menjadi 2 : pertama : tujuan Strategis, yaitu yang berkaitan dengan visi dakwah kita yang merupakan tujuan jangka panjang. Kedua : .tujuan praktis atau tujuan jangka pendek yang terbagi menjadi tujuan dakwah tahunan dan bulanan sampai kegiatan sehari-hari.

b. Mad’u / Obyek dakwahObyek dakwah dapat di bagi dalam beberapa

golongan menurut latar belakang : keluarganya, pendidikan, jenis kelamin, geografis, ekonomi, profesi, dan lain-lain. Dengan mengetahui latar belakang mad’u , strategi dakwah kita akan lebih terarah dengan baik, karena akan lebih mudah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi mereka.

Pilihan media dakwah berhubungan dengan pilihan metode dakwah yang tepat, misalnya : media lisan sesuai apabila dengan menggunakan metode ceramah / telling methode atau diskusi / discutio , media audio visual akan lebih tepat bila menggunakan metode sisipan / infiltration methode , misalnya melaui drama, film atau kaset CD, dan lain-lain.

c. Biaya dan fasilitasStrategi dakwah juga harus mempertimbangkan

factor biaya dan fasilitas, dimana dengan biaya tetentu akan diperoleh pertimbangan metode yang sesuai. Misalnya, metode ceramah atau diskusi bisa dengan biaya kecil.

d. Dai/ Juru Dakwah/ MuballighDa’I juga mempengaruhi penentuan strategi

dakwah. Misalnya, Da’I berpendikan umum / luas dengan Da’i yang berpengetahuan meneengah ke bawah akan berbeda strateginya, juga metode dan media yang digunakannya. Seperti Muballigh yang “ melek teknologi “ dengan yang “ gagap teknologi maka strategi dakwahnya berbeda pula.

c. FilsafatnyaFi l sa fa t yang d imaksudkan ada lah

menyangkut pandangan hidup dan kondisi riil obyek dakwah saat itu. Misalnya, dakwah pada masa penjajahan akan lebih sesuai dengan metode sisipan / infiltrasi yang tidak terlalu mengandung

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Tuti Munfaridah Strategi Pengembangan Dakwah Kontemporer

91

resiko. Dakwah pada masyarakat yang demokratis bisa menggunakan metode diskusi dan lain-lain.

d. Pertimbangan kebaikan dan kelemahan suatu metode dakwahMisalnya, kelemahan metode ceramah antara

lain adalah, materi dakwah yang monoton, dari itu ke itu saja, pendengar apatis tidak kreatif, hanya bisa didengar pada waktu yang telah ditentukan maka tidak sesuai digunakan untuk berdakwah pada masyarakat berpendidikan tinggi dan para usahawan yang sibuk waktunya. Maka dapat dikurangi kelemahannya dengan cara : mempersiapkan materi secara sistematis terlebih dahulu, dan dengan direkam dalam VCD dan lain-lain.

1) Membentengi diri sebagaimana dalam surat al-Mudatsir ayat :

)3( وثيابك م فأنذر )2( ورباك فكبر ثررم )1( قم دا ا المم ي أيه

تكثم )6( ولربرك تسس ر )5( ول تمنم ر )4( والرهجز فاهم فطهر

ور )8( فاصب )7( فإذا نمقر ف النااقم

“ Hai orang yang berkemul (berselimut) (1)Bangunlah, lalu berilah peringatan! (2) Dan Tuhanmu agungkanlah! (3) Dan pakaianmu bersihkanlah(4)Dan perbuatan dosa tinggalkanlah ( 5) Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.( 6 ) Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.(7) (al-Qur’an : Surat al-Mudatsir :ayat 1-8 )

Dalam ayat tersebut terdapat berbagai ketentuan( minimal 7 poin sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Mudastir ayai 1- 8 ) yang harus dijadikan pedoman sikap Dai untuk mendapat kepercayaan masyarakat dan mencapai keberhasilan Dakwah Islam.

J. Kesimpulan dan PenutupD a r i p a p a ra n d a n p e m b a h a s a n

materi Strategi Pengembangan Dakwah

Komtemporer ini dapat kita simpulkan bahwa :

1. Dakwah saat ini sudah sangat berat dan sulit, karena persoalan kehidupan bertambah pelik, rumit dan komplek.

2. Para Da’I yang telah “ dipandang rendah “ oleh masyarakat tidak perlu pesimis dan apatis, tetapi harus tetap berpegang teguh pada ajaran Islam secara kaffah sesuai al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW dengan senantiasa meningkatkan kualitas kompetensi dan kualifikasi Da’i baik lahiriyah maupun batiniyah.

3. Strategi Dakwah kontemporer saat ini dapat di lakukan melalui internal-personal strategy dan external-institution strategy. Yang penjabaranya di sesuaikan dengan perkembangan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan menggunakan media dan metode yang tepat efektif dan efisien.

Dari berbagai alternative solusi strategi dan metode dakwah serta melaksanakan nur Islami, dan refleksi kritis ajaran Islam, kita berharap semoga dakwah Islam makin berkembang, tepat sasaran dan mencapai tujuan mulia sehingga terwujud Islam sebagai life style dan al-Qur’an serta al-Sunnah menjadi al-Hudâ, al-Syifâ yang melahirkan basyiran wa yassiran bagi penataan kehidupan baru ( the new world order ) in this time and after with the civil society. Amiin.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh, Dzikron (1989). Metodologi Dakwah. Semarang : IAIN Walisongo

Aceh, Abu Bakar (1971). Beberapa Catatan Mengenai Dakwah Is lam. Semarang: Ramadhani

Al-Qardawi, Yusuf (1999). Berinteraksi dengan AL-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Arikunto, Suharsini (2001). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER

Volume 2, Edisi 2, Juli 2013 ISSN: 2302-0547

92

Daulany, Hamdan (2001). Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, Yogyakarta: LESFI

DEPAG RI (1997). al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putra

Hasan, A. (tt.). Terjemah Bulughul Marom jilid 1 & II. Bandung : CV Diponegoro

Helmy, Irfan (2002). Dakwah bilHikmah. Yogyakarta: Mitra Pustaka

Kayo, Khatib Pahlawan (2007). Manajemen Dakwah dari dakwah konvensional. Menuju Dakwah Profesional. Jakarta: AMZAH.

Moleong, Lexy (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Muhajir, Noeng (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin

Munir, Wahyu Ilahi (2009M). Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana

Safei, Agus Ahmad (2003).Memimpin dengan Hati yang Selesai, Jejak Langkah dan Pemikiran Baru. Bandung: Pustaka Setia

Saleh, Abdul Rosyad (1977). Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Singarimbun, Masri. Metode Penetian Survey. Jakarta: LP3S

Suminto, Aqib (1984). Problematika Dakwah. Jakarta: Pustaka Panjimas

Suncoro, Sucipto. Kamus Bahasa Indonesia. Surakarta: Bringin 55

Syukir, Asmuni (1983). Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

Umawi, Barmawi (1987). Azas-azas Ilmu Dakwah. Semarang: Ramadhani

Zaedan, Abdul Karim (1983). Ushulud Dakwah, terj.H.M Asnawi Syukur, Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Jakarta: Media Dakwah.

Zuhairi dkk. (2004). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara