56
i STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSU DI KABUPATEN PURBALINGGA SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang Oleh: Dodi Agustina 7111413077 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2017

STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

i

STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI

PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSU

DI KABUPATEN PURBALINGGA

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh:

Dodi Agustina

7111413077

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2017

Page 2: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada

Hari : Rabu

Tanggal : 26 April 2017

Page 3: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 31 Mei 2017

Dosen Penguji III

Prof. Dr. Sucihatiningsih DWP, M.Si.

NIP. 196812091997022001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. Wahyono, M.M.

NIP. 195601031983121001

Dosen Penguji II

Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si.

NIP. 197705022008122001

Dosen Penguji I

Prof. Dr. Etty Soesilowati, M.Si.

NIP. 196304181989012001

Page 4: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dodi Agustina

NIM : 7111413077

Tempat Tanggal Lahir : Purbalingga, 5 September 1995

Alamat : Desa Bojongsari RT 1 RW 2 Kecamatan Bojongsari

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiKabupaten Purbalingga

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini

adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Maret 2017

Dodi Agustina

NIM. 7111413077

Page 5: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

*Motto Hidup*

“Janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang

telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai)

bunga kehidupan dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu.

Karena karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal”.

(QS. Tãhã: 131)

* Persembahan*

Skripsi ini Saya persembahkan untuk:

Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Waryanto Sorun dan Ibu Sutarmi.

Terimakasih untuk semua pengorbanan dan kasih sayang yang tiada henti

untukku.

Adik tunggalku Dedi Kurniawan, yang sudah menemani waktu luangku di

rumah dan selalu mengingatkanku pada masa kecil.

Almamater UNNES dan teman-teman seperjuangan Jurusan Ekonomi

Pembangunan FE UNNES angkatan 2013 yang sudah menemani

perjuanganku di sini.

Page 6: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

vi

PRAKATA

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, Tuhan

semesta alam yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya,

sehingga skripsi yang berjudul “Strategi Penyerapan Tenaga Kerja Laki-Laki Pada

Sektor Industri Pengolahan Rambut Palsu di Kabupaten Purbalingga” dapat

penulis selesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat

bantuan, petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menimba

ilmu dan pengetahuan di Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Dr. Wahyono, M.M, dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

3. Ibu Lesta Karolina Br Sebayang, S.E., M.Si, ketua jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

4. Ibu Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing, memberikan pengarahan dan membantu penulis dalam

penyusunan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Prof. Dr. Sucihatiningsih Dian Wisika Prajanti, M.Si, Dosen Pembimbing

II yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Page 7: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

vii

6. Ibu Prof. Dr. Etty Soesilowati, M.Si, Dosen Wali yang telah memotivasi

penulis dalam perkuliahan.

7. Dinas Tenaga Kerja dan pihak industri pengolahan rambut yang sudah bersedia

menjadi responden pakar dalam penyusunan skripsi ini.

8. Tim sukses skripsi ini Nova Putra Pratama, Alex Aji Prabowo, Tesa Aprilianto,

Andi Setiawan, Eko Nur Ikhsan, Dani Imam Subekti, Dimas Ramadhan dan

Nurul Wijayatno yang telah bersedia membantu penulis dalam mengumpulkan

responden penelitian dan tidak bosan dalam berbagi informasi yang dibutuhkan

penulis dalam penyusunan skripsi.

9. Teman-Teman EP’13 yang merupakan keluarga baru penulis di Semarang dan

teman-teman Kost Afdol yang sudah menemani perjalanan penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per atu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan dalam rangka penyusunan skripsi ini

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat

menambah kajian ilmiah serta wawasan terkait dengan topik yang ditulis dalam

skripsi ini.

Semarang, Maret 2017

Penyusun

Page 8: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

viii

SARI

Dodi Agustina. 2017. “Strategi Penyerapan Tenaga Kerja Laki-Laki pada Sektor

Industri Pengolahan Rambut di Kabupaten Purbalingga”. Skripsi. Jurusan

Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing I. Dyah Maya Nihayah, S.E.,M.Si. II.Prof.Dr.Sucihatiningsih Dian

Wisika Prajanti, M.Si.

Kata Kunci: Tenaga Kerja, Kesenjangan, Strategi.

Keberadaan industri pengolahan rambut palsu telah memberikan dampak

yang siginifikan terhadap perekonomian di Kabupaten Purbalingga. Selain

mendominasi nilai investasi, sektor tersebut juga merupakan sektor pengolahan

yang menyerap tenaga kerja paling banyak. Fakta menunjukkan bahwa lebih dari

52.000 angkatan kerja terserap di sektor tersebut. Namun sayangnya keberadaan

sektor pengolahan rambut palsu juga telah terbukti menimbulkan kesenjangan

keterserapan tenaga kerja antara laki-laki dan perempuan di sana. Berdasarkan

publikasi dari dinas terkait menunjukkan bahwa perbandingan keterserapan tenaga

kerja laki-laki dan perempuan pada sektor tersebut adalah 1:10 bahkan lebih.

Menggunakan analisis SWOT, penelitian ini berupaya mengetahui apa saja

faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang dapat meningkatkan penyerapan

tenaga kerja laki-laki pada sektor pengolahan rambut palsu. Penelitian ini juga

berupaya menganalisis strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor tersebut. Sampel dalam penelitian

ini berjumlah 97 responden yang merupakan tenaga kerja laki-laki yang saat ini

telah bekerja di sektor pengolahan rambut palsu. Kemudian responden pakar

dalam penelitian ini adalah pihak industri pengolahan rambut palsu dan pihak

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Purbalingga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor Internal Factor Evaluation (IFE)

sebesar 2,3597. Sedangkan skor External Factor Evaluation (EFE) sebesar

3,1229. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi internal untuk meningkatkan

penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu

masuk kedalam kategori sedang. Sedangkan kondisi eksternal untuk

meningkatkan penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan

rambut palsu masuk kedalam kategori tinggi. Sehingga arah strategi penyerapan

tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu berada pada

devisi dua. Yaitu pada fase tumbuh dan membangun yang dapat ditingkatkan

dengan konsentrasi melalui integrasi horizontal. Artinya instansi pemerintah yang

dalam hal ini adalah dinas tenaga kerja perlu berkoordinasi dengan industri

pengolahan rambut palsu sebagai penyedia lapangan kerja terbesar di Kabupaten

Purbalingga sesuai tugas dan kewenangannya dalam merumuskan kebijakan

penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor tersebut.

Page 9: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

ix

ABSTRACT

Dodi Agustina. 2017. “Male Labor Absorption Strategy at Fake Hair Processing

Industry Sector in Purbalingga District”. Final Project. Economic Development.

Faculty of Economic. State University of Semarang.

Advisor Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si. Co Advisor. Prof. Dr. Sucihatiningsih

Dian Wisika Prajanti, M.Si.

Keywords: Labor, Gap, and Strategy

The existence of fake hair processing industry has a significant impact on

the economy in Purbalingga district. In addition to dominating the value of the

investment, the sector is also the processing sector which absorbs most of the

labor. The facts show that more than 52.000 labor force is absorbed in the sector.

But unfortunately the existence of fake hair processing sector has also proven to

have caused the absorption gap of labor between men and women there. Based on

the publications of relevant agencies indicate that the labor absorption ratio of

men and women in the sector is 1:10 or more.

Using the SWOT analysis, this study seeks to find out what are the strategic

factors internal and external to promote absorption of men in fake hair processing

sector. This study also attempts to analyze the strategies that can be done to

increase the absorption of men labor in the sector. The sample in this study

amounted to 97 respondents who are men workers who are currently worked in

the fake hair processing. Then, the expert respondents in this study is the fake hair

processing industry and Purbalingga labor department.

The results showed that the score of the Internal Factor Evaluation (IFE) is

2,3597. While the score of External Factor Evaluation (EFE) is 3,1229. This

indicates that the internal conditions for increasing absorption of men labor in the

fake hair processing industry sector into the medium category. While the external

conditions for increasing absorption of men labor in the fake hair processing

industry sector into the high category. So the strategic direction of the absorption

of male labor in the fake hair processing industry sector that are in division two.

That is in a growth and a building phase which can be improved by concentration

through horizontal integration. This means that government agencies in this case

is the labor department needs to coordinate with the fake hair processing industry

as the largest of labor users in Purbalingga regency in accordance with its duty

and authority in formulating the policy of male labor absorption in the sector.

Page 10: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii

PERNYATAAN ............................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

PRAKATA ....................................................................................................... vi

SARI ................................................................................................................. viii

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 11

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 12

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 14

2.1. Pembangunan Ekonomi ..................................................................... 14

2.2. Ketenagakerjaan ................................................................................. 16

2.2.1. Penjelasan Teknis Tenaga Kerja .............................................. 16

2.2.2. Penyerapan Tenaga Kerja ........................................................ 17

2.2.3. Variabel Internal Tenaga Kerja ................................................ 19

2.2.4. Variabel Eksternal Tenaga Kerja ............................................. 21

2.2.5. Pengangguran ........................................................................... 23

2.3. Industri ............................................................................................... 25

Halaman

Page 11: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

xi

2.3.1. Pengertian Industri ................................................................... 25

2.3.2. Jenis Industri ............................................................................ 25

2.3.3. Tujuan Perusahaan dan Industri ............................................... 27

2.4. Investasi ............................................................................................. 28

2.4.1. Konsep Investasi ...................................................................... 28

2.4.2. Bentuk-bentuk Investasi........................................................... 29

2.5. Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................... 30

2.5.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 30

2.5.1. Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi ........................................ 31

2.6. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 31

2.7. Kerangka Berpikir .............................................................................. 35

BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 36

3.1. Lokasi Penelitian ................................................................................ 36

3.2. Populasi Penelitian ............................................................................. 36

3.3. Sampel Penelitian ............................................................................... 38

3.4. Variabel Penelitian ............................................................................. 39

3.4.1. Variabel Internal ...................................................................... 39

3.4.2. Variabel Eksternal .................................................................... 40

3.5. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 41

3.6. Metode Analisis Data ......................................................................... 42

3.6.1. Tahap Masukan ........................................................................ 43

3.6.2. Tahap Analisis ......................................................................... 46

3.6.3. Tahap Pengambilan Keputusan................................................ 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 49

4.1. Hasil Penelitian .................................................................................. 49

4.1.1. Identifikasi Lingkungan Internal .............................................. 50

4.1.2. Identifikasi Lingkungan Eksternal ........................................... 61

4.1.3. Identifikasi Faktor-Faktor Strategis ......................................... 71

4.1.4. Pemberian Bobot dan Rating ................................................... 74

4.1.5. Skor EFE dan IFE .................................................................... 82

Page 12: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

xii

4.1.6. Matriks IE ................................................................................ 84

4.2. Pembahasan ........................................................................................ 85

4.2.1. Kondisi Internal ....................................................................... 85

4.2.2. Kondisi Eksternal ..................................................................... 87

4.2.3. Pembahasan Matriks Internal Eksternal................................... 90

4.2.4. Perumusan Strategi .................................................................. 92

BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 94

5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 94

5.2. Saran .................................................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 96

LAMPIRAN ..................................................................................................... 100

Page 13: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Komposisi Industri Besar di Kabupaten Purbalingga ..................... 2

Tabel 1.2. Daftar Nilai Investasi Terbesar di Kabupaten Purbalingga ............ 3

Tabel 1.3. Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Kabupaten Purbalingga ......... 4

Tabel 1.4. Persentase Tenaga Kerja Menurut Jenis Pekerjaan ......................... 5

Tabel 1.5. Dafta Perusahaan Pengolahan Rambut di Kabupaten Purbalingga 6

Tabel 1.6. Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Purbalingga ........................ 8

Tabel 1.7. Jumlah Pengangguran Terbuka di Kabupaten Purbalingga ............ 9

Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian.......................................... 37

Tabel 4.1. Umur Tenaga Kerja Laki-Laki ........................................................ 50

Tabel 4.2. Pendidikan Tenaga Kerja Laki-Laki ............................................... 52

Tabel 4.3. Keterampilan Laki-Laki .................................................................. 54

Tabel 4.4. Anggapan Masyarakat Mengenai Pekerjaan Mengolah Rambut .... 68

Tabel 4.5. Tahapan Produksi Industri Pengolahan Rambut Palsu ................... 69

Tabel 4.6. Indikator Bobot Peluang ................................................................. 74

Tabel 4.7. Indikator Bobot Ancaman ............................................................... 75

Tabel 4.8. Indikator Bobot Kekuatan ............................................................... 76

Tabel 4.9. Indikator Bobot Kelemahan ............................................................ 77

Tabel 4.10. Rating Indikator Peluang .............................................................. 78

Tabel 4.11. Rating Indikator Ancaman ............................................................ 79

Tabel 4.12. Rating Indikator Kekuatan ............................................................ 80

Tabel 4.13. Rating Indikator Kelemahan ......................................................... 81

Tabel 4.14. Skor External Factor Evaluation ................................................... 82

Tabel 4.15. Skor Internal Factor Evaluation .................................................... 83

Page 14: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ....................................................................... 35

Gambar 3.1. Tahap-Tahap Analisis SWOT ..................................................... 43

Gambar 3.2. Matriks Internal Eksternal ........................................................... 46

Gambar 3.3. Matriks SWOT ............................................................................ 47

Gambar 4.1. Matriks Internal Eksternal ........................................................... 84

Gambar 4.2. Perumusan Strategi ...................................................................... 91

Page 15: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Peneliti............................................................... 101

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian .................................................................... 102

Lampiran 3. Instrumen SWOT Responden Pakar ............................................ 111

Lampiran 4. Daftar Responden Penelitian ....................................................... 118

Lampiran 5. Daftar Informasi Responden ........................................................ 122

Lampiran 6. Tabulasi Faktor-Faktor Strategis Eksternal ................................. 128

Lampiran 7. Rekapitulasi Pertanyaan Tertutup Faktor Strategis Eksternal ..... 155

Lampiran 8. Tabulasi Faktor-Faktor Strategis Internal .................................... 157

Lampiran 9. Rekapitulasi Pertanyaan Tertutup Faktor Strategis Internal ........ 192

Lampiran 10. Rating dan Pembobotan SWOT Dinas Tenaga Kerja ............... 194

Lampiran 11. Rating dan Pembobotan SWOT Manajer HRD ......................... 198

Lampiran 12. Rating dan Pembobotan SWOT Supervisor .............................. 202

Lampiran 13. Rekapitulasi Rating, Pembobotan, dan Skor EFE ..................... 206

Lampiran 14. Rekapitulasi Rating, Pembobotan, dan Skor IFE ...................... 207

Lampiran 15. Hasil Wawancara ....................................................................... 208

Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian ................................................................... 219

Lampiran 17. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 223

Page 16: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sampai saat ini telah banyak keberhasilan pembangunan yang telah diraih

oleh Kabupaten Purbalingga melalui kerjasamanya dengan industri pengolahan

rambut palsu. Melalui kerjasama ini Kabupaten Purbalingga mampu memperluas

kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat di daerahnya yang

sebelumnya tidak sebaik kondisi sekarang. Fakta menunjukkan bahwa tidak

kurang dari 52.000 angkatan kerja terserap pada sektor industri ini (Setiansah dan

Shinta, 2011:38). Apabila dihitung kasar dengan tingkat upah minimum

kabupaten/kota (UMK) Purbalingga yang sebesar Rp.1.522.500,- maka dapat

dikatakan bahwa lebih dari Rp.79.170.000.000,- adalah pendapatan yang dapat

terserap oleh Kabupaten Purbalingga per bulannya melalui peran tenaga kerja

yang bekerja di sektor industri pengolahan rambut tersebut di luar value added

ekonomi yang lain. Hal tersebut merupakan beberapa bukti dari sekian banyak

keberhasilan pembangunan yang telah berhasil diraih oleh Kabupaten Purbalingga

melalui kerjasamanya dengan industri pengolahan rambut palsu hingga saat ini.

Dalam penelitiannya, Lestari (2012:2) menyebutkan bahwa industri

pengolahan rambut palsu merupakan sektor industri yang paling dominan di

Kabupaten Purbalingga. Dimana 50% dari seluruh industri besar yang ada di

Kabupaten Purbalingga merupakan industri pengolahan rambut palsu sedangkan

sisanya terbagi menjadi beberapa jenis industri besar lain seperti industri kayu dan

industri makanan. Lebih jelasnya hal ini dapat dilihat melalui tabel berikut:

Page 17: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

2

Tabel 1.1

Komposisi Industri Besar di Kabupaten Purbalingga

No Jenis Industri Persentase

1 Industri Pengolahan Rambut 50%

2 Industri Kayu 25%

3 Industri Makanan (Mie dan Sohun) 9,37%

4 Industri Makanan Ringan (Permen & Rokok) 6,25%

5 Industri Jasa 3,12%

6 Industri Keramik 3,12%

7 Lainnya 3,14%

Sumber: Lestari (2012:2)

Selain mendominasi jumlah industri besar di Purbalingga, industri

pengolahan rambut palsu juga merupakan sektor industri yang memiliki tingkat

investasi paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor industri lain di Kabupaten

Purbalingga. Menurut data dari KPMPT (Kantor Penanaman Modal dan Perizinan

Terpadu) Kabupaten Purbalingga menyebutkan bahwa nilai investasi terbesar

sampai saat ini masih didominasi oleh sektor industri, terutama industri yang

bergerak pada pengolahan rambut palsu. Data dari KPMPT tersebut menunjukkan

bahwa total investasi yang telah diserap oleh Kabupaten Purbalingga melalui

peran sektor industri pengolahan rambut palsu adalah lebih dari

Rp.170.240.872.294,00. Total investasi yang dimaksud terbagi atas beberapa

gabungan perusahaan besar pengolah rambut palsu yang tersebar di Kabupaten

Purbalingga. Secara lebih terperinci daftar nilai investasi terbesar di Kabupaten

Purbalingga dapat dicermati melalui tabel berikut:

Page 18: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

3

Tabel 1.2

Daftar Nilai Investasi Terbesar di Kabupaten Purbalingga

No Nama PT Nilai Investasi (Rp)

1 PT. Boyang Industrial 65.000.000.000

2 PT. Indokores Sahabat 38.978.985.242

3 PT. Sung Chang Indonesia 20.000.000.000

4 PT. Sung Shim Internasional 16.250.000.000

5 PT. Royal Korindah 8.195.655.000

6 PT. Hanmi Hair International 4.948.775.000

7 PT. Hyup Sung Indonesia 3.593.600.000

8 PT. Cipta Kreasi Megah 3.000.000.000

9 PT. Kesan Baru Sejahtera 2.625.000.000

10 PT. Hasta Pusaka Sentosa 2.282.607.052

11 PT. Interwork Indonesia 1.950.000.000

12 PT. International Eyelash 1.300.000.000

13 PT. Sunstarindo Wirahusada 750.000.000

14 PT. Midas Indonesia 516.250.000

15 PT. Tigaputra Abdi Perkasa 500.000.000

16 PT. Yuro Mustika 350.000.000

Sumber: KPMPT Purbalingga

Tingginya investasi pada sektor industri pengolahan rambut palsu yang

merupakan bagian dari industri pengolahan di Kabupaten Purbalingga sampai saat

ini telah memberikan dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Sektor ini

merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja di

Kabupaten Purbalingga dari tahun ke tahun. Dari 322 perusahaan yang ada,

perusahaan yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah paling besar adalah

perusahaan pengolahan rambut (Setiansah dan Shinta, 2011:42). Hal itulah yang

membuat penyerapan tenaga kerja di sektor pengolahan menjadi paling tinggi di

Page 19: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

4

Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan data dari dinas terkait juga menunjukkan

bahwa penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan memiliki

kontribusi terbesar dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Purbalingga. Lebih

lanjut hal ini dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 1.3

Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Kabupaten Purbalingga

Tahun 2012 – 2014 (dalam persen)

No Sektor Tahun

Rata-Rata 2012 2013 2014

1 Pertanian 24,87% 28,43% 30,51% 27,94%

2 Industri Pengolahan 33,88% 35,73% 32,57% 34,06%

3 Perdagangan 17,67% 14,61% 15,42% 15,90%

4 Jasa-jasa 11,43% 11,60% 9,34% 10,79%

5 Lainnya 12,15% 9,63% 12,17% 11,32%

Sumber: PDRB Menurut Lapangan Usaha 2010 – 2014 Kab. Purbalingga

Di satu sisi keberadaan industri pengolahan rambut palsu di Kabupaten

Purbalingga memang sangat membantu perekonomian. Hal itu karena keberadaan

industri pengolahan tersebut mampu menyerap tenaga kerja dalam skala besar dan

terbukti mampu mempercepat laju perekonomian di Kabupaten Purbalingga.

Bahkan industri ini memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata jauh lebih tinggi jika

dibandingkan dengan sektor pertanian yang merupakan sektor basis di Kabupaten

Purbalingga (BPS Kab.Purbalingga, 2015). Tingkat pertumbuhan industri

pengolahan sekitar 6% per tahun sedangkan sektor pertanian hanya berkisar 3%

per tahun. Namun demikian, semakin majunya industri pengolahan rambut palsu

Page 20: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

5

di Kabupaten Purbalingga ternyata membuat kesempatan kerja bagi laki-laki di

sana menjadi semakin sempit.

Dalam penelitiannya (Setiansah dan Shinta, 2011:42) menyebutkan bahwa

di Kabupaten Purbalingga terdapat 322 perusahaan yang menyerap 39.466 tenaga

kerja termasuk 59 orang warga negara asing. Dari jumlah tenaga lokal, 31.236

orang di antaranya adalah perempuan, dan 8.171 laki-laki. Apabila dibuat rasio

maka rasio laki-laki bekerja dengan perempuan bekerja di Kabupaten Purbalingga

kurang lebih adalah 1:4. Hal ini dapat dibuktikan melalui jumlah tenaga kerja laki-

laki yang porsi penggunaannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan porsi

penggunaan tenaga kerja perempuan pada industri pengolahan. Hal tersebut dapat

dicermati melalui tabel berikut:

Tabel 1.4

Persentase Tenaga Kerja Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2014

No Sektor Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 Pertanian 35,38% 24,09% 30,51%

2 Industri Pengolahan 23,68% 44,27% 32,57%

3 Perdagangan 11,97% 19,96% 15,42%

4 Jasa-jasa 9,15% 9,59% 9,34%

5 Lainnya 19,82% 2,09% 12,17%

Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Purbalingga 2015

Lebih lanjut, minimnya penggunaan tenaga kerja laki-laki pada sektor

industri pengolahan rambut palsu dapat dilihat melalui penjabaran detail

penggunaan tenaga kerja pada perusahaan pengolahan rambut palsu di Kabupaten

Purbalingga pada tabel berikut:

Page 21: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

6

Tabel 1.5

Daftar Perusahaan Pengolahan Rambut di Kabupaten Purbalingga

No Nama Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja

Laki-Laki Perempuan

1 Best Lady 15 63

2 Bintang Mas Triyasa 304 702

3 Boyang Industrial 183 7135

4 Cipta Kreasi Megah 37 110

5 Dasindo 8 11

6 Elise Eye Lash 37 56

7 Fair Lady 5 17

8 Midas Indonesia 52 1001

9 Milan Indonesia 62 927

10 Mitra Jaya Mandiri 50 355

11 Hanmi Hair Int 75 813

12 Hasta Pusaka Sentosa 42 550

13 Hyup Sung 198 1234

14 Indokores Sahabat 423 2823

15 International Eyelash 8 75

16 Interwork Indonesia 117 610

17 Kesan Baru Sejahtera 54 126

18 Royal Korindah 325 3556

19 Sinar Cendana Abadi 33 30

20 Sinhan Creatindo 89 270

21 SUN Starindo Wirahusada 17 220

22 Sung Chang Cab. Bobotsari 32 512

23 Sung Chang Indonesia 275 2040

24 Sung Shim Int 88 2045

25 Tigaputra Abadi Perkasa 98 514

26 Morisse 11 19

27 Wonjin 22 162

28 Yuro Mustika 64 694

Jumlah 2724 26670

Sumber: Dinsosnakertrans Kab. Purbalingga

Page 22: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

7

Selain itu, menjamurnya cabang industri pengolahan rambut palsu yang

jumlahnya lebih dari 250 industri rumah tangga ternyata juga menunjukan fakta

demikian, dimana 26.949 tenaga kerja perempuan terserap pada cabang industri

tersebut sedangkan tenaga kerja laki-laki hanya berjumlah 7.374 orang. Apabila

keadaan ini dikembalikan pada pasal 27 ayat 2 yang menjelaskan bahwa “Tiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”, maka fenomena ketimpangan penggunaan tenaga kerja di

Kabupaten Purbalingga merupakan masalah dalam pembangunan. Sehingga hal

ini perlu digaris bawahi agar pembangunan tidak hanya dimaknai sebagai

pembuatan dan perbaikan fisik belaka, namun juga harus mampu menyentuh

perbaikan dan pembangunan dalam aspek sosial ekonominya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa industri pengolahan rambut palsu memang

memiliki kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja dan terbukti

mampu menurunkan angka pengangguran secara derastis di Kabupaten

Purbalingga hingga 3% (Setiansah dan Shinta, 2011:37). Namun sayangnya daya

serap tenaga kerja pada industri tersebut nyaris 100 persen hanya untuk tenaga

kerja perempuan (Asgart, 2010:9). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

beberapa posisi yang biasa ditempati laki-laki hanya pada bagian security dan

cleaning service (Setiansah dan Shinta, 2011:39). Padahal di sisi lain angkatan

kerja laki-laki di Kabupaten Purbalingga memiliki jumlah yang lebih banyak dari

angkatan kerja perempuan dari tahun ke tahun. Dimana hal ini dapat dilihat

melalui tabel berikut:

Page 23: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

8

Tabel 1.6

Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Purbalingga

Tahun Jumlah Angkatan Kerja

Laki-laki Perempuan

2008 247881 162635

2009 250534 170933

2010 254165 181433

2011 249288 184842

2012 271045 199920

2013 259682 198437

2014 268432 195415

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Purbalingga, 2015

Melihat angkatan kerja laki-laki yang lebih banyak dari angkatan kerja

perempuan ditambah dengan minimnya kesempatan kerja bagi laki-laki untuk

bekerja pada industri pengolahan rambut palsu membuat pengangguran laki-laki

di Kabupaten Purbalingga selalu lebih tinggi dari pengangguran perempuan setiap

tahunnya. Hal ini terjadi karena di satu sisi industri pengolahan rambut menyerap

tenaga kerja dalam skala besar namun di sisi lain industri tersebut tidak

mempekerjakan tanaga kerja laki-laki sebanyak tenaga kerja perempuan yang

digunakan. Lebih lanjut perbandingan pengangguran terbuka antara laki-laki dan

perempuan di Kabupaten Purbalingga adalah sebagai berikut:

Page 24: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

9

Tabel 1.7

Jumlah Pengangguran Terbuka di Kabupaten Purbalingga

Tahun Jumlah Pengangguran Terbuka

Laki-laki Perempuan

2008 16787 12271

2009 12608 7030

2010 12295 4358

2011 11349 12699

2012 13460 10758

2013 15832 10354

2014 18316 5466

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Purbalingga, 2015

Lebih lanjut, dalam analisisnya Setiansah dan Shinta (2011:45)

mengungkapkan bahwa:

1. Terbatasnya kesempatan kerja bagi kaum laki-laki di Purbalingga

disebabkan oleh pemahaman masyarakat, pemerintah, dan perusahaan

penyedia lapangan kerja terhadap stereotype gender laki-laki yang

dipandang tidak cocok dengan bidang pekerjaan yang banyak tersedia di

Kabupaten Purbalingga.

2. Belum ada kebijakan responsive gender yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Kabupaten Purbalingga untuk mempersempit kesenjangan

kesempatan kerja antara laki-laki dan perempuan di Kabupaten

Purbalingga.

3. Dampak terbatasnya kesempatan kerja bagi kaum laki-laki di Kabupaten

Purbalingga adalah terjadinya marjinalisasi baik secara sosial maupun

ekonomi.

Page 25: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

10

Melihat adanya publikasi penelitian di atas, maka dalam masalah ini

kebijakan pemerintah untuk mempersempit kesenjangan kesempatan kerja antara

laki-laki dan perempuan di Kabupaten Purbalingga adalah sangat diperlukan.

Dalam hal ini pemerintah harus bisa berperan sebagai penyalur supply dan

demand tenaga kerja di Kabupaten Purbalingga khususnya untuk supply tenaga

kerja laki-laki. Lebih jauh Karningsih (2013:39) juga mengungkapkan bahwa

peran pemerintah menjadi strategis dan krusial untuk merancang strategi

pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga "ramah" terhadap ketenagakerjaan

(employment friendly–growth).

Strategi penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan

menjadi salah satu solusi yang harus dipikirkan oleh pemerintah Purbalingga.

Analisis faktor-faktor straegis internal dan eksternal untuk meningkatkan

penyerapan tenaga kerja laki-laki pada industri tersebut menjadi perlu untuk dikaji

dan dilakukan. Hal ini sangat penting sebagai upaya untuk mempersempit

kesenjangan kesempatan kerja antara laki-laki dan perempuan. Kemudian

tingginya pertumbuhan dan cepatnya ekspansi industri pengolahan rambut palsu

di Kabupaten Purbalingga juga menjadi salah satu alasan yang kuat bagi

pemerintah untuk segera menciptakan strategi yang tepat agar tenaga kerja laki-

laki mampu terserap lebih optimal pada industri pengolahan tersebut.

Berdasarkan penjelasan dari awal sebelumnya maka dapat diulas kembali

bahwa industri pengolahan rambut palsu merupakan industri yang dapat

diandalkan untuk mempercepat laju perekonomian dan mengurangi tingkat

pengangguran di Kabupaten Purbalingga. Namun hal ini masih meninggalkan

Page 26: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

11

persoalan dalam penyerapan tenaga kerjanya. Dimana semakin banyak dan

semakin majunya industri pengolahan rambut palsu di Kabupaten Purbalingga

ternyata semakin membuat kesempatan kerja laki-laki di sana semakin sempit.

Oleh karena itu untuk menyikapi fenomena pembangunan di Kabupaten

Purbalingga terkait dengan masalah yang sudah disebutkan, maka penelitian ini

bermaksud untuk menganalisis strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan penyerapan tenaga kerja laki-laki pada industri pengolahan rambut

palsu. Secara spesifik analisis mengenai strategi tersebut tertuang dalam skripsi ini

yang berjudul “Srategi Penyerapan Tenaga Kerja Laki-laki Pada Sektor

Industri Pengolahan Rambut Palsu di Kabupaten Purbalingga”.

1.2. Rumusan Masalah

Industri pengolahan rambut palsu merupakan industri yang mendominasi

dan merupakan sektor industri yang memiliki tingkat investasi tertinggi di

Kabupaten Purbalingga. Industri tersebut juga telah terbukti mampu menurunkan

tingkat pengangguran dan terbukti mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.

Namun sayangnya kehadiran industri pengolahan rambut tersebut juga telah

terbukti memperlebar kesenjangan kesempatan kerja antara laki-laki dan

perempuan di Kabupaten Purbalingga. Oleh karena itu diperlukan strategi yang

tepat untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja laki-laki pada industri

pengolahan rambut tersebut. Untuk menganalisis strategi yang dimaksud maka

dapat disusun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Page 27: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

12

1. Bagaimana mekanisme rekruitmen yang dapat meningkatkan penyerapan

tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu di

Kabupaten Purbalingga?

2. Bagaimana kompetensi yang dibutuhkan oleh tenaga kerja laki-laki agar

mampu terserap pada sektor industri pengolahan rambut palsu di

Kabupaten Purbalingga?

3. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penyerapan

tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu di

Kabupaten Purbalingga?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka penelitian ini

memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi bagaimana mekanisme rekruitmen yang dapat

meningkatkan penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor industri

pengolahan rambut palsu di Kabupaten Purbalingga.

2. Mengidentifikasi bagaimana kompetensi yang dibutuhkan oleh tenaga

kerja laki-laki agar mampu terserap pada sektor industri pengolahan

rambut palsu di Kabupaten Purbalingga.

3. Menganalisis strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut

palsu di Kabupaten Purbalingga.

Page 28: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

13

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wacana, informasi

dan kajian tentang masalah ketenagakerjaan di Kabupaten Purbalingga.

b. Menjadi bahan referensi dan memberikan pengetahuan bagi mahasiswa

atau pihak lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah Daerah

Dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap keberhasilan pembangunan

yang telah dicapai oleh Kabupaten Purbalingga terkait dengan

minimnya jumlah lapangan pekerjaan untuk tenaga kerja laki-laki.

b. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawacan bagi mahasiswa

atau pihak lain yang akan melakukan pengembangan penelitian dengan

tema yang sejenis.

Page 29: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Secara

tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena ekonomi yang

diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Perspektif mengenai tujuan

dan makna pembangunan kemudian berkembang menjadi lebih luas lagi. Pada

hakekatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat

atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman

kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok sosial yang ada di

dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kehidupan yang serba lebih baik

secara material maupun spiritual (Astrini, 2013:27).

Indikator pembangunan ekonomi tidak hanya diukur dari pertumbuhan

PDRB maupun PDRB perkapita tetapi juga indikator lainnya seperti:

ketenagakerjaan, pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin. Hal

ini sesuai dengan paradigma pembangunan modern yang mulai mengedepankan

pengentasan kemiskinan, penurunan ketimpangan distribusi pendapatan, serta

penurunan tingkat pengangguran (Todaro dan Smith, 2006:562).

Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang meliputi

perubahan dalam struktur sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat dan

perubahan dalam kelembagaan. Selain itu, pembangunan juga meliputi perubahan

dalam tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan

Page 30: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

15

nasional, peningkatan kesehatan dan pendidikan serta pemberantasan kemiskinan

(Mukhlis, 2009:191). Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi perlu dibedakan,

karena keduanya memiliki konsep yang berbeda (Prasetyo, 2009:237).

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai peningkatan pendapatan per kapita

masyarakat yaitu tingkat pertambahan Gross Domestic Product (GDP) pada satu

tahun tertentu melebihi tingkat pertambahan penduduk. Perkembangan GDP yang

berlaku dalam suatu masyarakat yang dibarengi oleh perubahan dan modernisasi

dalam struktur ekonomi yang umumnya tradisional, sedangkan pertumbuhan

ekonomi diartikan sebagai kenaikan itu lebih besar dalam GDP tanpa memandang

apakah kenaikan itu lebih besar atau apakah terjadi perubahan struktur atau tidak,

Sukirno dalam (Prishardoyo, 2008:2). Todaro dan Smith (2003) menjelaskan

bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok

yaitu sebagai berikut:

1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya (basic needs).

2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia.

3. Meningkatnya kemauan masyarakat untuk memilih (freedom from

servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

Dari definisi di atas jelas terlihat bahwa pembangunan ekonomi memiliki

konsep yang lebih kompleks. Karena menyangkut perubahan kelembagaan di

segala bidang misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya (Prishardoyo,

2008:2).

Page 31: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

16

2.2. Ketenagakerjaan

UU Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 poin pertama mendefinisikan

ketenagakerjaan sebagai suatu hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada

waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

2.2.1. Penjelasan Teknis Tenaga Kerja

UU Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 poin kedua menjelaskan bahwa tenaga

kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat. Badan Pusat Statistik membagi konsep dan teknis penjelasan tenaga

kerja menjadi beberapa jenis diantaranya adalah:

a. Penduduk Usia Kerja, adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih.

b. Penduduk yang termasuk angkatan kerja, adalah penduduk usia kerja (15

tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak

bekerja dan pengangguran.

c. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia

kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau

melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.

d. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan

maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan,

paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan

tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam

suatu usaha/kegiatan ekonomi.

Page 32: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

17

e. Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah keadaan dari

seseorang yang mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu

sementara tidak bekerja karena berbagai sebab, seperti: sakit, cuti, menunggu

panenan, mogok dan sebagainya.

2.2.2. Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja bisa dikaitkan dengan keseimbangan interaksi

antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja, yang di mana

permintaan tenaga kerja pasar dan penawaran tenaga kerja pasar secara bersama

menentukan sutau tingkat upah keseimbangan dan suatu penggunaan tenaga kerja

keseimbangan (Vitalia, 2014:7). Di dalam dunia kerja atau dalam hal penyerapan

tenaga kerja setiap sektornya berbeda-beda untuk penyerapan tenaga kerjanya,

misalnya saja tenaga kerja di sektor formal. Penyeleksian tenaga kerjanya

dibutuhkan keahlian khusus, pendidikan, keahlian dan pengalaman untuk bisa

bekerja pada sektor formal.

Dalam konsep penyerapan tenaga kerja dikenal dengan adanya permintaan

dan penawaran tenaga kerja. Vitalia (2014:7) menjelaskan bahwa permintaan

tenaga kerja adalah hubungan antar tingkat upah dan kuantitas tenaga kerja yang

dikehendaki untuk dipekerjakan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan

penawaran tenaga kerja adalah suatu hubungan antara tingkat upah dengan jumlah

tenaga kerja yang para pemilik tenaga kerja siap untuk menyediakannya.

J. Ravianto dalam (Handoko, 2015:14) menjelaskan bahwa faktor-faktor

internal dan faktor-faktor eksternal tenaga kerja memiliki pengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja. Dimana faktor-faktor internal itu merupakan faktor yang

Page 33: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

18

berasal dari tenaga kerja itu sendiri. Misalnya pendidikan, umur, motivasi,

keterampilan, produktivitas, disiplin kerja, sikap dan etika kerja, serta gizi dan

kesehatan. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar

tenaga kerja. Dapat berupa kebijakan perusahaan atau pemerintah yang dapat

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Contohnya adalah upah, kebijakan

pemerintah, jaminan sosial, ekspansi perusahaan, dan faktor-faktor lainnya yang

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.

Dalam penelitian ini variabel internal tenaga kerja laki-laki yang digunakan

adalah umur, pendidikan, keterampilan, jumlah tenaga kerja laki-laki, dan

produktivitas. Variabel jumlah tenaga kerja laki-laki berasal dari penelitian

(Setiansah dan Shinta, 2011) yang menjelaskan tentang adanya kesenjangan

keterserapan tenaga kerja laki-laki dan perempuan pada sektor industri

pengolahan rambut palsu. Sehingga jumlah tenaga kerja laki-laki ini digunakan

sebagai salah satu variabel untuk melihat bagaimana kondisi ketenagakerjaan pada

industri pengolahan rambut palsu di Kabupaten Purbalingga.

Variabel eksternal dalam penelitian ini adalah upah, ekspansi perusahaan,

kebijakan pemerintah, dan gender. Kebijakan pemerintah dan gender merupakan

variabel yang didapatkan juga dari penelitian (Setiansah dan Shinta, 2011) yang

menjelaskan bahwa gender telah menjadi hambatan keterserapan tenaga kerja

laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu serta menjelaskan belum

adanya kebijakan dari pemerintah daerah setempat terkait dengan kedua hal

tersebut. Sehingga kedua variabel itu juga digunakan untuk menjadi salah satu

dasar analisis dalam menciptakan strategi penyerapan tenaga kerja laki-laki pada

Page 34: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

19

sektor industri pengolahan rambut palsu. Secara lebih jelas masing-masing

variabel internal akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

2.2.3. Variabel Internal Tenaga Kerja

Penjelasan masing-masing variabel internal tenaga kerja pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Umur Tenaga Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2014

menjelaskan bahwa penduduk usia kerja yang selanjutnya disingkat PUK

adalah penduduk berumur 15 tahun atau lebih. Umur tenaga kerja memiliki

pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja karena umur tenaga kerja berkaitan

dengan peraturan perundang-undangan tentang batas minimal umur tenaga

kerja yang boleh dipekerjakan dan terkait pula dengan produktivitasnya. Hasil

penelitian dari Firmansyah (2015:86) juga menjelaskan bahwa produktivitas

tenaga kerja juga dipengaruhi oleh umur. Dimana usia produktif tenaga kerja

berkisar antara 20 hingga 40 tahun. Melalui variabel umur maka penelitian ini

akan mencari informasi bagaimana ketentuan umur yang diberlakukan oleh

perusahaan pengolah rambut palsu dalam menyerap tenaga kerja baru. Sebab

hal ini juga berpengaruh pada keterserapan tenaga kerja laki-laki pada sektor

industri pegolahan rambut palsu.

2. Pendidikan

Vitalia (2014:7) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik

Page 35: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

20

produktivitas tenaga kerja. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Firmansyah

(2015:86) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka

produktivitas pekerja dalam bekerja semakin baik. Pendidikan juga terkait

dengan kompetensi kerja, dimana menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja

menjelaskan bahwa kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu

yang mencakup aspek pengetahuan (pendidikan), keterampilan, dan sikap kerja

yang sesuai.

3. Keterampilan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2014

menjelaskan bahwa keterampilan masuk kedalam salah satu pembentuk

kompetensi kerja seorang individu atau tenaga kerja. Bukti keterampilan tenaga

kerja yang dimaksud dapat ditunjukkan menggunakan sertifikat dari lembaga

sertifikasi yang terlisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Lebih lanjut

peraturan Menteri Tenaga Kerja menjelaskan bahwa dalam dunia kerja terdapat

adanya standarisasi kompetensi kerja. Sehingga melalui pengertian tersebut

perlu diketahui bagaimana keterampilan tenaga kerja laki-laki dan apa

keterampilan yang dibutuhkan untuk mengupayakan tenaga kerja laki-laki agar

mampu terserap pada industri pengolahan rambut palsu.

4. Jumlah Tenaga Kerja Laki-Laki

Setiansah dan Shinta (2011:41) mengungkapkan bahwa jumlah tenaga kerja

laki-laki yang bekerja pada perusahan induk pengolahan rambut palsu adalah

2724 dan tenaga kerja perempuannya adalah 12974. Melihat kondisi ini maka

variabel jumlah tenaga kerja laki-laki akan digunakan sebagai salah satu alat

Page 36: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

21

untuk melihat bagaimana kondisi penambahan jumlah tenaga kerja laki-laki

pada industri pengolahan rambut palsu. Selain itu variabel tersebut juga akan

digunakan untuk melihat bagaimana kebijakan perusahaan yang tergabung

dalam industri pengolahan rambut palsu terkait dengan penyerapan dan

penggunaan input tenaga kerjanya.

5. Produktivitas

Produktivitas adalah rasio antara hasil atau luaran (output) dengan masukan

yang dipakai (input). Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

1 Tahun 2014 mendefinisikan produktivitas Tenaga Kerja adalah rasio antara

produk berupa barang dan jasa dengan tenaga kerja yang digunakan, baik

individu maupun kelompok dalam satuan waktu tertentu yang merupakan

besaran kontribusi tenaga kerja dalam pembentukan nilai tambah suatu produk

dalam proses kegiatan ekonomi.

2.2.4. Variabel Eksternal Tenaga Kerja

Penjelasan masing-masing variabel eksternal tenaga kerja pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Upah Tenaga Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2014

mendefinisikan upah sebagai hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam

bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja

yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan,

atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan

keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Page 37: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

22

2. Ekspansi Perusahaan

Ekspansi adalah suatu aktivitas memperbesar atau memperluas uasaha yang

ditandai dengan penciptaan pasar baru, perluasan fasilitas, perekrutan pegawai,

dan lain-lain, atau bisa disebut juga sebagai peningkatan ekonomi dan

pertumbuhan dunia usaha (expansion) (Cahyawati, 2013:1). Melalui pengertian

tersebut maka variabel ekspansi perusahaan akan digunakan untuk melihat

bagaimana dampak ekspansi perusahaan pengolahan rambut palsu terhadap

penyerapan tenaga kerja laki-laki di Kabupaten Purbalingga. Selain itu variabel

ini juga digunakan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang lebih luas

seperti kemiteraan dan lain sebagainya.

3. Kebijakan Pemerintah

Menurut hasil penelitian dari Setiansah dan Shinta (2011:44) menjelaskan

bahwa sejauh ini belum ada kebijakan responsive gender yang dilaksanakan

oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga khususnya Dinas Tenaga Kerja untuk

mempersempit kesenjangan kesempatan kerja antara laki-laki dan perempuan

di Kabupaten Purbalingga. Lebih lanjut kebijakan Dinas Tenaga Kerja ini juga

terkait dengan pelatihan tenaga kerja. Menurut UU Nomor 13 Tahun 2003

menjelaskan bahwa Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk

membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna

meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Sehingga melalui

variabel kebijakan pemerintah, penelitian ini akan mencoba mencari informasi

tentang apa saja kebijakan pelatihan tenaga kerja yang sudah ada dan yang

Page 38: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

23

perlu disediakan guna membekali tenaga kerja laki-laki agar mampu terserap

pada industri pengolahan rambut palsu.

4. Gender

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2009:7)

mendefinisikan gender sebagai suatu perbedaan peran, fungsi, dan tanggung

jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil kontruksi sosial

dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Setiansah dan Shinta

(2011:44) mengungkapkan bahwa sudut pandang gender dapat menimbulkan

pandangan stereotype terhadap satu golongan tertentu terkait dengan akses

untuk memperoleh pekerjaan. Pandangan itu secara berkelanjutan akan

menimbulkan dampak marjinalisasi sosial dan ekonomi terhadap individu atau

sekolompok masyarakat yang dirugikan atas stereotype gender tersebut.

Variabel gender dalam penelitian ini digunakan untuk melihat bagaimana

keterserapan tenaga kerja laki-laki dan perempuan pada sektor industri

pengolahan rambut palsu dari sudut peran gender masing-masing. Lebih jauh

gender juga akan digunakan untuk melihat turnover tenaga kerja pada industri

pengolahan rambut palsu tersebut.

2.2.5. Pengangguran

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pengangguran

merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau

sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari

pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.

Page 39: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

24

Untuk mengetahui besar kecilnya tingkat pengangguran dapat diamati

melalui dua pendekatan antara lain sebagai berikut:

a. Pendekatan Angkatan Kerja (Labor Force Approach)

Besar kecilnya tingkat pengangguran dihitung berdasarkan presentase dari

perbandingan jumlah antara orang yang menganggur dan jumlah angkatan

kerja. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tingkat Pengangguran = Jumlah Pengangguran

Jumlah Angkatan Kerja × 100%

b. Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labor utilization approach).

Untuk menentukan besar kecilnya tingkat pengangguran yang didasarkan pada

pendekatan pemanfaatan tenaga kerja antara lain:

1. Bekerja Penuh (employed) yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam

kerjanya mencapai 35 jam per minggu.

2. Setengah menganggur (underumployed) yaitu mereka yang bekerja, tetapi

belum dimanfaatkan secara penuh, artinya jam kerja mereka dalam

seminggu kurang dari 35 jam, Murni dalam (Ningsih, 2010:16).

Sukirno dalam (Alghofari, 2010:44) menyebutkan bahwa berdasarkan

penyebabnya pengangguran dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu

Pengangguran normal atau friksional, Pengangguran siklikal, Pengangguran

struktural, Pengangguran teknologi.

Page 40: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

25

2.3. Industri

2.3.1. Pengertian Industri

Menurut Badan Pusat Statistik (2015) menyebutkan bahwa

Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang

melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak

pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi

tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang

bertanggung jawab atas usaha tersebut.

Ilmu ekonomi industri pada dasarnya merupakan cabang dari ilmu ekonomi

mikro yang mempelajari tentang teori perusahaan (theory of the firm) serta

mempelajari tentang organisasi industri yakni yang mempelajari keterkaitan

antara struktur industri, perilaku industri, dan kinerja industri (Prasetyo, 2010:1).

Lebih lanjut Prasetyo mengemukakan bahwa subyek utama dalam ekonomi

industri adalah perilaku perusahan di dalam industri itu sendiri. Sedangkan

masalah pokok dalam ekonomi industri adalah masalah efisiensi. Dimana tujuan

industri adalah menciptakan efisiensi yang tinggi. Masalah efisiensi yang

dimaksudkan dalam ekonomi industri dalam kajian ilmu ekonomi pembangunan

adalah efisiensi dalam arti mikro dan makro atau efisiensi secara perekonomian

nasional, sehingga tidak hanya masalah efisiensi secara teknis semata tetapi juga

merupakan efisiensi ekonomis.

2.3.2. Jenis Industri

Menurut Prasetyo (2010:4-6) menjelaskan bahwa secara garis besar

pengelompokan jenis industri adalah sebagai berikut:

Page 41: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

26

a. Industri berdasarkan kegiatan

Berdasarkan kegiatannya industri dikelompokan menjadi industri primer,

sekunder, dan tersier. Industri primer sering disebut sebagai industri dasar atau

dapat disebut sebagai industri hasil-hasil pertanian dan pertambangan. Industri

sekunder merupakan industri yang mengolah lebih lanjut dari hasil industri

primer menjadi barang jadi atau barang siap pakai. Industri tersier adalah

industri yang menunjang kelancaran kegiatan industri primer dan manufaktur.

b. Industri berdasarkan tempat bahan baku

Industri jenis ini dibedakan menjadi industri ekstraktif, industri non ekstraktif,

dan industri fasilitatif. Industri ekstraktif yakni industri yang bahan bakunya

dapat diambil langung dari alam sekitar tempat industri tersebut berada.

Industri non ekstraktif adalah industri yang bahan bakunya didapat dari tempat

lain selain alam sekitar. Sedangkan industri fasilitatif adalah industri yang

produk utamanya berbentuk jasa yang dijual kepada konsumen, misalnya

asuransi, perbankan dan lain sebagainya.

c. Industri berdasarkan besar kecilnya modal

Industri jenis ini dibedakan atas industri padat modal dan industri padat karya.

Industri padat modal adalah industri yang dibangun berdasarkan capital/modal

sebagai modal utama yang paling besar dalam kegiatan operasional maupun

pembangunan industrinya. Industri padat tenaga kerja adalah indutri yang lebih

dititikberatkan pada sejumlah tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan

operasionalnya.

Page 42: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

27

d. Industri berdasarkan jumlah tenaga kerja

Industri ini dibedakan atas:

Industri Besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih)

Industri Sedang (banyaknya tenaga kerja 20-99 orang)

Industri Kecil (banyaknya tenaga kerja 5-19 orang)

Industri Rumah Tangga (banyaknya tenaga kerja 1-4 orang)

e. Industri berdasarkan peraturan pemerintah

Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No. 19/M/1986 dapat dikelompokan

menjadi industri kimia dasar, industri mesin dan logam dasar, industri kecil,

dan kelompok aneka industri.

f. Industri berdasarkan pemilihan lokasi

Berdasarkan pemilihan lokasi industri dibedakan atas; industri yang

berorientasi pasar (market oriented industry), berorientasi padat tenaga kerja

(man power oriented industry), dan jenis industri berorientasi padat bahan baku

(supply oriented industry) (Prasetyo, 2010:4-6).

2.3.3. Tujuan Perusahaan dan Industri

Prasetyo (2010:9) menyebutkan bahwa secara umum tujuan perusahaan dan

Industri adalah meraih profit maksimum baik dalam jangka pendek ataupun

jangka panjang, memaksimalkan penjualan (market share), memaksimalkan

pertumbuhan dan perkembangan perusahaan, memaksimalkan andil perusahaan

dan industri dan pembangunan, meningkatkan investasi, Stabilitas harga output,

memperbesar modal, memberikan kesempatan kerja dan berusaha, meraih

Page 43: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

28

kepuasan dan etika bisnis dan sosial, memberikan nilai tambah serta tujuan-tujuan

yang lain.

2.4. Investasi

2.4.1. Konsep Investasi

Investasi disepakati menjadi salah satu kata kunci dalam setiap pembicaraan

tentang konsep ekonomi. Wacana pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan

kerja baru, serta penanggulangan kemiskinan pada akhirnya menempatkan

investasi sebagai pendorong utama mengingat perekonomian yang digerakkan

oleh konsumsi diakui amat rapuh terutama sejak 1997 (Jamzani dan Didi,

2005:157).

Investasi merupakan salah satu variabel penghitungan pendapatan nasional

suatu negara. Karena Y = C + I + G + (X - M). Dapat dikatakan bahwa besar

kecilnya investasi suatu negara juga akan mempengaruhi besar atau kecilnya

pendapatan nasional suatu negara. Dalam sistem ekonomi, hubungan tabungan

dan investasi dipengaruhi oleh tingkat bunga. Dimana dalam model, tingkat bunga

tidak ditentukan oleh keseimbangan tabungan dan investasi, karena tingkat bunga

merupakan variabel eksogen. Dengan demikian, tingkat bunga justru menentukan

tinggi-rendahnya tingkat bunga dan investasi (Prasetyo, 2012:87).

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian modal atau barang-

barang yang tidak dikonsumsi, tetapi digunakan untuk produksi (menghasilkan

barang produksi) di masa datang. Misalkan, investasi pembangunan pabrik, jalan,

rel kereta api, pembukaan lahan, atau investasi pendidikan di sekolah atau

universitas (Prasetyo, 2009:88). Investasi adalah fungsi dari pendapatan dan

Page 44: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

29

tingkat suku bunga, dimana dapat ditulis I = f (Y,i). Maknanya, adalah

penambahan pada tingkat pendapatan akan mendorong lahu investasi yang lebih

besar. Sedangkan tingkat bunga yang tinggi justru akan menurunkan minat untuk

investasi. Karena, tingkat bunga pada dasarnya merupakan biaya kesempatan dari

investasi dana tersebut.

2.4.2. Bentuk-bentuk Investasi

Prasetyo (2009:88) mengemukakan beberapa bentuk investasi sebagai berikut:

a. Investasi tanah (stok invesntory), diharapkan dengan bertambahnya populasi

dan penggunaan tanah, maka harga tanah akan meningkat di masa depan, yang

berarti keuntungan investasi juga akan semakin besar. Investasi jenis ini

merupakan investasi yang paling aman.

b. Investasi perumahan (resident investment), pengeluaran untuk memperoleh

perumahan adalah merupakan permintaan agregat, sehingga investasi

perumahan di masa datang makin mengntungkan. Investasi jenis ini penuh

resiko.

c. Investasi pendidikan (human investment), dengan bertambahnya pengetahuan

dan keahlian, diharapkan akan lebih mudah mencari pekerjaan yang lebih baik

atau bahkan mampu menciptakan sendiri pekerjaan itu, yang berarti semakin

besar pula pendapatan.

d. Investasi saham, reksa dana, obligasi, dan sebagainya, diharapkan dengan

investasi ini akan diperoleh return yang akan datang lebih tinggi dari modal

pokoknya. Tetapi investasi ini mengandung resiko yang besar.

Page 45: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

30

2.5. Pertumbuhan Ekonomi

2.5.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk

nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan

tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi

pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila

ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan

taraf hidup diukur dengan output riil per orang (Raselawati, 2011:34).

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang.

Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan

jangka panjang. Jadi, dengan bukan bermaksud ‘menggurui’, pertumbuhan

ekonomi merupakan suatu proses, bukan gambaran ekonomi atau hasil pada saat

itu. Boediono menyatakan secara lebih lanjut bahwa pertumbuhan ekonomi juga

berkaitan dengan kenaikan “output per kapita”. Dalam pengertian ini, teori

tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP/PDB dan teori

mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut

dijelaskan, maka perkembangan output per kapita bisa dijelaskan. Kemudian

aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang,

yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output per kapita

menunjukan kecenderungan yang meningkat (Raselawati, 2011:34-35).

Page 46: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

31

2.5.2. Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi

Banyak cara dan metode yang digunakan untuk menghitung besaram

pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau negara. Namun secara umum

penghitungan pertumbuhan ekonomi yang paling sering digunakan adalah sebagai

berikut (Prasetyo, 2009:18-19):

Δ PDBt = 𝑃𝐷𝐵 𝑡−𝑃𝐷𝐵 𝑡−1

𝑃𝐷𝐵 𝑡−1 . 100%

PDB pada rumus di atas adalah pendapatan total dan pengeluaran total

nasional atas output barang dan jasa. Produk domestik bruto sering dianggap

sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Adanya Produk domestik bruto

adalah bertujuan untuk meringkas semua aktivitas ekonomi dalam satuan nilai

uang tertentu selama periode waktu tertentu.

2.6. Penelitian Terdahulu

Mengutip jurnal penelitian dari Virea Stacia dan Edy Yusuf Agung Gunanto

yang berjudul Profil Industri Bulu Mata Dan Rambut Palsu Di Kabupaten

Purbalingga (2014) menyatakan bahwa penelitian bertujuan untuk Melihat profil

perkembangan pada industri rambut dan bulu mata palsu di Kabupaten

Purbalingga. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif dengan cara mengumpulkan data secara purposive sampling dari

pengusaha dan konsumen rambut palsu ditambah dengan observasi lapangan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan industri rambut palsu dan bulu

mata palsu di Kabupaten Purbalingga berpotensi menjadi sektor penunjang

perekonomian di kabupaten Purbalingga. Perkembangan industri rambut palsu

Page 47: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

32

dan bulu mata palsu di Kabupaten Purbalingga didukung dengan semakin kuatnya

masalah trend gaya hidup, perilaku pembeli, media, publisitas teknologi serta

perkembangan nilai-nilai sosial yang berkembang di masyarakat.

Mengutip jurnal penelitian dari Zakaria Firmansyah yang berjudul Analisis

Pengaruh Umur, Pendidikan, Dan Upah Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Pada Mitra Kerja Industri Rambut Di Kabupaten Purbalingga (2015)

menjelaskan bahwa penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

umur, pendidikan, dan upah terhadap produktivitas tenaga kerja pada mitra kerja

industri rambut di kabupaten purbalingga. Selain itu penelitian juga bertujuan

untuk mengetahui variabel apa yang dominan berpengaruh terhadap Produktivitas

Tenaga Kerja pada Mitra kerja Industri Rambut di Kabupaten Purbalingga.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, analisis

regresi, dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga variabel

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produktivitas Tenaga Kerja pada

Mitra kerja Industri Rambut di Kabupaten Purbalingga. Dari ketiga variabel yang

diteliti, variabel upah mempunyai pengaruh yang dominan terhadap produktivitas

tenaga kerja pada mitra kerja industri rambut di Kabupaten Purbalingga.

Mengutip penelitian dari Fuad Rosyadi yang berjudul Pengaruh Pendidikan,

Umur, Jumlah Tanggungan Keluarga, Pendapatan, Dan Status Perkawinan

Terhadap Curahan Jam Kerja Wanita Pada Industri Rambut Palsu Di Kabupaten

Purbalingga (2015) menjelaskan penelitian bertujuan untuk menganalisis

pengaruh pendidikan, umur, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan, dan status

perkawinan terhadap curahan jam kerja wanita pada industri rambut palsu di

Page 48: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

33

Kabupaten Purbalingga. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel umur, jumlah

tanggungan keluarga, pendapatan dan status perkawinan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap curahan jam kerja. Sedangkan variabel pendidikan

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap curahan jam kerja.

Mengutip penelitian dari Mite Setiansah dan Shinta Prastyanti yang berjudul

Tidak Ada Pekerjaan untuk Laki-Laki di Purbalingga (Menguak Sisi Gelap

Pembangunan Masyarakat di Kabupaten Purbalingga) (2011) menjelaskan

bahwa penelitian bertujuan untuk mengetahui apa faktor penyebab keterbatasan

kesempatan kerja bagi kaum laki-laki di Kabupaten Purbalingga. Menggunakan

metode kualitatif penelitian ini menerangkan bahwa telah terjadi ketimpangan

keterserapan tenaga kerja laki-laki dan perempuan di Kabupaten Purbalingga.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penyebab utama ketidaksetaraan

kesempatan kerja yang terjadi di Kabupaten Purbalingga adalah stereotip gender

yang melekat pada pada diri laki-laki yang dipandang tidak cocok dengan jenis

pekerjaan yang banyak tersedia di kabupaten tersebut.

Mengutip penelitian dari Stephen Amberg yang berjudul Social Learning In

Activate Labor Market Policy In Denmark: The Possibility of Policy

Experimentalism and Political Development menjelaskan bahwa penelitian

bertujuan untuk menjelaskan pengalaman kebijakan ketenagakerjaan di Denmark

sebagai kasus bagaimana suatu negara dikerahkan untuk membentuk evolusi

ekonomi politik yang terkait dengan kebijakan ketenagakerjaan. Analisis dalam

penelitian ini menunjukan bahwa hasil pengetahuan baru tentang ketenagakerjaan

Page 49: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

34

melalui rekursif suatu proses perencanaan kebijakan berkontribusi pada

rekonfigurasi jaringan kebijakan. Akumulasi pengalaman menjadi bentuk

penilaian ulang utama yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dalam

menentukan kebijakan ketenagakerjaan yang akan diambil.

Melalui kutipan kelima jurnal di atas maka dapat digunakan sebagai acuan

sekaligus pembeda antara penelitian yang pernah dilakuan dengan penelitan yang

akan dilakukan mengenai keberadaan industri pengolahan rambut palsu di

Kabupaten Purbalingga. Penelitian tentang strategi penyerapan tenaga kerja laki-

laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu di Kabupaten Purbalingga

bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apa saja faktor internal dan faktor

eksternal yang dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor

industri pengolahan rambut palsu. Analisis penelitian ini menggunakan analisis

SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) untuk menentukan

strategi dalam meningkatkan keterserapan tenaga kerja laki-laki pada sektor

industri pengolahan rambut palsu tersebut. Penyusunan strategi yang dilakukan

dalam penelitian ini didasarkan pada hasil skor IFE (Internal Factor Evaluation)

dan skor EFE (External Faktor Evaluation) dari masing-masing indikator pada

faktor-faktor strategis internal dan fakor-faktor strategis eksternalnya.

Page 50: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

35

2.7. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSU

Menyerap Tenaga

Kerja dalam Skala

Besar

Merupakan

Dominasi Nilai

Investasi Terbesar

Memiliki

Kontribusi

Terhadap PDRB

Sektor dengan

Pertumbuhan yang

Tinggi

Penyerapan Tenaga Kerja

Laki-laki di Sektor Pengolahan

Rambut Masih Minim

Analisis IFE (Internal Factor Evaluation)

dan EFE ((Internal Factor Evaluation)

Melalui Peran Responden Pakar

Analisis Matrik IE (Internal Eksternal)

dan Analisis Matriks SWOT

Strategi Penyerapan Tenaga Kerja Laki-Laki pada Sektor Industri

Pengolahan Rambut Palsu

Identifikasi Kompetensi Tenaga Kerja Laki-Laki yang

Bekerja di Sektor Pengolahan Rambut Palsu Melalui

Faktor Strategis Internal dan Faktor Strategis

Eksternal

Page 51: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

94

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan semua analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Hasil analisis skor IFE yaitu 2,3597 didapat dari penjumlahan skor faktor-

faktor internal kekuatan dan kelemahan. Skor kekuatan paling tinggi yaitu

“Tenaga kerja laki-laki dapat bekerja menggunakan sistem shift work”.

Sedangkan skor kelemahan tertinggi adalah “Mayoritas tenaga kerja laki-laki

enggan membawa pekerjaan lembur ke rumah dalam memenuhi target

produksi perusahaan”.

2. Hasil analisis skor EFE yaitu 3,1229 didapat dari penjumlahan skor faktor-

faktor eksternal peluang dan ancaman. Berdasarkan analisis tersebut peluang

paling tinggi adalah “Masyarakat berkesempatan untuk berkontribusi dalam

ekspansi usaha industri pengolahan rambut palsu”. Sedangkan skor ancaman

tertinggi adalah “Dalam perekrutan karyawan baru industri pengolahan rambut

palsu lebih mengutamakan pengalaman kerja”.

3. Hasil analisis matriks IE menunjukkan bahwa strategi penyerapan tenaga kerja

laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu berada pada devisi dua.

Sehingga strategi penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor industri

tersebut berada pada fase tumbuh dan membangun yang dapat ditingkatkan

dengan konsentrasi melalui integrasi horizontal. Artinya instansi pemerintah

Page 52: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

95

yang dalam hal ini adalah dinas tenaga kerja perlu berkoordinasi dengan

penyedia lapangan kerja terbesar di Kabupaten Purbalingga sesuai tugas dan

kewenangannya dalam merumuskan kebijakan penyerapan tenaga kerja laki-

laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh,

maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah setempat khususnya Dinas Tenaga Kerja perlu menyediakan

fasilitas pelatihan pengolahan rambut palsu untuk setiap calon tenaga kerja

yang akan mendaftarkan diri sebagai karyawan baru pada sektor industri

pengolahan rambut palsu. Hal ini bertujuan agar setiap tenaga kerja dapat

terbekali dengan keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh sektor tersebut.

2. Tenaga kerja laki-laki disarankan melatih keterampilan dan kompetensi yang

dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan yang smula hanya dikerjakan oleh

tenaga kerja perempuan. Sehingga tenaga kerja laki-laki dapat memiliki daya

saing yang mampu mengimbangi keterampilan yang dimiliki oleh perempuan.

3. Masyarakat disarankan untuk dapat ikut serta dan berperan aktif dalam

ekspansi industri pengolahan rambut palsu. Peran aktif ini dapat dilakukan

melalui pembentukan cabang industri kecil, pembentukan koordinator

pengepulan (home industry), atau melalui sistem jual putus hasil pengolahan

produksi masyarakat kepada pihak industri pengolahan rambut palsu.

Page 53: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

96

DAFTAR PUSTAKA

Alghofari, Farid. 2010. Analisis Tingkat Pengangguran di Indonesia Tahun 1980

– 2007. Jurnal Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.

Semarang.

Amberg, Stephen. 2015. Social Learning in Active Labor Market Policy in

Denmark: The Possibility of Policy Experimentalism and Political

Development. International Journal of Socio – Economic Review. Oxford

University. Inggris.

Asgart, Sofian Munawar. 2010. Dilema Hak Ekosob: Studi Kasus di Purbalingga.

Jurnal. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

Astrini, Utari Retno. 2013 Analisis Revitalisasi Sektor Pertanian dalam

Pembangunan Terhadap Perekonomian di Jawa Timur Melalui Pendekatan

Input – Output. Skripsi. Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Unnes.

Semarang.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2007. Konsep dan Teori Gender.

Modul 2. Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan.

Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2015. Konsep Industri. www.bps.go.id. Jakarta Pusat.

Diunduh Jumat, 16 Oktober 2015.

Badan Pusat Statistik. 2015. Konsep Ketenagakerjaan. www.bps.go.id. Jakarta

Pusat. Diunduh Jumat, 16 Oktober 2015.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga. 2015. Produk Domestik Regional

Bruto Menurut Lapangan Usaha 2010 – 2014. Lembaran sekretariat daerah.

Kabupaten Purbalingga.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga. 2015. Statistik Daerah Kabupaten

Purbalingga 2015. Lembaran sekretariat daerah. Kabupaten Purbalingga.

Cahyawati, Brigitta Pramuditha. 2013. Ekspansi Bisnis.

https://hakanri.wordpress.com/2014/07/18/ekspansi-bisnis/. Diakses, Sabtu

15 April 2017. Pukul 09.45 WIB.

Daftar UMK untuk 35 Daerah di Provinsi Jawa Tengah.

finance.detik.com/ekonomi-bisnis. Diakses, Sabtu 15 April 2017. Pukul

11.25 WIB.

David, Freed R. 2015. Manajemen Strategik: Suatu Pendekatan Keunggulan

Bersaing. Edisi Kelimabelas. Terjemahan. Salemba Empat. Jakarta.

Page 54: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

97

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten

Purbalingga. Daftar Perusahaan Pengolahan Rambut di Kabupaten

Purbalingga.

Firmansyah, Zakaria. 2015. Analisis Pengaruh Umur, Pendidikan, dan Upah

Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Mitra Kerja Industri Rambut di

Kabupaten Purbalingga. Jurnal Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan FE

Unnes. Semarang.

Handoko, Jantra. 2015. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Karyawan

Terhadap Produktivitas Kerja. Skripsi. Prodi Manajemen. Jurusan

Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Sanata Dharma. Yogjakarta.

Iskandarini, 2004. Analisis Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan.

Resume Digitized by USU digital library. Fakultas Pertanian. Universitas

Sumatera Utara.

Jamzani, Sodik dan Didi Nuryadin. 2005. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Regional (Studi Kasus pada 26 Provinsi di Indonesia, Pra dan Pasca

Otonomi). Jurnal Ekonomi Pembangunan (Kajian Ekonomi Negara

Berkembang). Fakultas Ekonomi UPN “Veteran”. Yogyakarta.

Karningsih. 2013. Analisis Penciptaan Lapangan Kerja di Kota Semarang

(Analysis of Job Creation in Semarang). Jurnal Litbang Provinsi Jawa

Tengah. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas 17 Agustus 1945

Semarang.

KPMPT Purbalingga. 2015. Daftar Investasi di Kabupaten Purbalingga.

http://kpmpt.purbalinggakab.go.id/?page_id=533. Diakses, Senin 28 Maret

2016. Pukul 11.30 WIB.

Lestari, Sri Titi. 2010. Analisis Persebaran Industri Besar di Kabupaten

Purbalingga Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Jurnal Skripsi.

Prodi Geografi Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.

Mukhlis, Imam. 2009. Eksternalitas, Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan

Berkelanjutan dalam Perspektif Teoritis. Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 14

Nomor 3. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Malang. Jawa Timur.

Nasution, Rozaini. 2003. Teknik Sampling. Modul Statistika. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Sumatera Utara

Ningrum, Lutfi Tri Wahyu, Wike Agustin Prima Dania, Shintya Atica Putri. 2014.

Perencanaan Strategi Pengembangan Perusahaan Menggunakan Metode

Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). (Studi Kasus KUD DAU

Malang, Jawa Timur). Jurnal Penelitian Jurusan Teknologi Industri

Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya.

Page 55: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

98

Ningsih, Fatma Ratna. 2009. Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Terhadap Pengangguran di Indonesia Periode Tahun 1988 – 2008. Skripsi.

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Prasetyo, P. Eko. 2010. Ekonomi Industri “Sebuah Aplikasi Teori Ekonomi Mikro

Serta Pengembangan Pengalaman Penelitian”. Beta Offset. Yogyakarta.

Prasetyo, P. Eko. 2009. Fundamental Makroekonomi. Yogyakarta. Beta Offset.

Yogyakarta.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Nomor 1 Tahun 2014. Tentang

Klasifikasi dan Karakteristik Data dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan.

Peranturan Menteri. Jakarta Pusat.

Prishardoyo, Bambang. 2008. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Potensi

Ekonomi Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Pati Tahun 2002 – 2005. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan. Jurusan Ekonomi

Pembangunan. Fakultas Ekonomi Unnes. Semaang.

Puspitasari, Nia Budi, Rani Rumita, dan Gilang Yuda Pratama. 2013. Pemilihan

Strategi Bisnis dengan Menggunakan QSPM (Quantitative Strategic

Planning Matrix) dan Model Maut (Multi Attribute Utility Theory) (Studi

Kasus Pada Sentra Industri Gerabah Kasongan, Bantul, Yogyakarta). J@TI.

Program Studi Teknik Industri. FT Undip.

Putri, Nyimas Ekinevita, Retno Astuti, dan Shyntia Atica Putri. 2014.

Perencanaan Strategi Pengembangan Restoran Menggunakan Analisis

SWOT dan Metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) (Studi

Kasus Restoran Big Burger Malang). Jurnal Penelitian TIP Univeritas

Brawijaya. Malang.

Rahayu, Iin Tri, dan Tristiadi Ardi Ardani. 2005. Observasi dan Wawancara. Edisi

Pertama. Bayumedia Publishing. Malang. Jawa Timur.

Raselawati, Ade. 2011. Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UMKM di Indonesia. Skripsi.

Jurusan IESP. FEB. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Republik Indonesia. Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945. Tentang Ketenagakerjaan.

Peraturan Perundang-undangan. Jakarta Pusat.

Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003. Tentang

Ketenagakerjaan. Peraturan Perundang-undangan. Jakarta Pusat.

Rosyadi, Fuad. 2015. Pengaruh Pendidikan, Umur, Jumlah Tanggungan

Keluarga, Pendapatan, Dan Status Perkawinan Terhadap Curahan Jam Kerja

Wanita Pada Industri Rambut Palsu Di Kabupaten Purbalingga. Skripsi.

Jurusan IESP. FEB. Undip.

Page 56: STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI …lib.unnes.ac.id/29764/1/7111413077.pdfi STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSUii PERSETUJUAN

99

Setiansah, Mite dan Shinta Prastyanti. 2011. Tidak Ada Pekerjaan untuk Laki-laki

di Purbalingga (Menguak Sisi Gelap Pembangunan Masyarakat di

Kabupaten Purbalingga). Jurnal Acta diurnA. FISIP. Universitas Jendral

Soedirman. Purwokerto.

Setyawan, Robi. 2015. Penerapan Analisis SWOT Sebagai Landasan

Merumuskan Strategi Pemasaran Usaha Jasa Sewa Mobil “AMAN-AMIN”

Transport Tours and Travel Ambarketawang Sleman Yogyakarta. Skripsi.

Fakultas Ekoomi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Stacia, Virea & Edy Yusuf Agung Gunanto. 2014. Profil Industri Bulu Mata dan

Rambut Palsu di Kabupaten Purbalingga. Diponegoro Journal of Economic

Volume 3 Nomor 1 Tahun 2014. Jurusan IESP FEB. Undip.

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Alphabeta CV. Bandung.

Suyitman, 2010. Model Pengembangan Kawasan Argopolitan Berkelanjutan

Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Situbondo.

Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Todaro, M. P. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga: Jakarta.

Vitalia, Devi Rizky. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang. Skripsi. Fakultas

Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.