Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
68
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
Strategi Problem-Based Learning (PBL) Terintegrasi Reading Questioning and
Answering (RQA) Meningkatkan Retensi Mahasiswa Berkemampuan
Akademik Berbeda
Arsad Bahri
Universitas Negeri Makassar
Abstrak –Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh PBL, RQA, PBLRQA, dan pembelajaran konvensional
terhadap retensi mahasiswa berkemampuan akademik berbeda pada perkuliahan Biologi Dasar. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-posttest control group design. Retensi mahasiswa diukur menggunakan tes
essay. Data dianalisis secara dengan analisi kovariat 2 jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) strategi pembelajaran
dan kemampuan akademik berpengaruh terhadap retensi mahasiswa. PBLRQA berpotensi meningkatkan retensi mahasiswa
dibandingkan strategi lainnya, 2)retensi mahasiswa berkemampuan akademik atas lebih tinggi daripada kemampuan
akademik bawah, 3) interaksi antara strategi dengan kemampuan akademik tidak berpengaruh terhadap retensi mahasiswa.
PBLRQA dapat diimplementasikan pada pembelajaran lainnya. Kata kunci:Problem-based learning, reading questioning answering, retensi, kemampuan akademik
Abstract – The aim of this research was to determine the effect of PBL, RQA, PBLRQA, and conventional learning on
retention of students with different academic level in Basic Biology classroom. This research was a quasi experiment with
pretest-posttest control group design. Student’s retention was measured by essay test. Data were analyzed with one way
ANCOVA. The result of research showed that: 1) learning strategy and academic level effected on student’s retention.
PBLRQA had the potency to improve student’s retention greater than others strategy, 2) retention of students with higher
academic level was greater than lower academic level, 3) interaction between learning strategy and academic level did not
effect on student’s retention. PBLRQA could implement to the others subjects. Key words: Problem-based learning, reading questioning answering, retention, academic level
I. PENDAHULUAN
Salah satu penentu kualitas pendidikan adalah
keberhasilan pendidikan pada perguruan tinggi. Strategi,
model atau pola perkuliahan merupakan aspek penting
dalam proses pendidikan selain materi untuk pencapaian
kompetensi. Pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa
selama perkuliahan berlangsung sangat berperan dalam
pembentukan kemampuan dan menentukan kualitas dari
perkuliahan. Oleh karena itu, dosen memiliki tanggung
jawab membentuk pengalaman belajar mahasiswa salah
satunya melalui penggunaan strategi pembelajaran yang
tepat.
Informasi dari hasil survey yang dilakukan menunjukkan
bahwa strategi pembelajaran konvensional sebagian besar
masih mendominasi pola perkuliahan di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Makassar (FMIPA UNM). Strategi pembelajaran tersebut
belum optimal dalam membangkitkan motivasi dan minat
belajar mahasiswa dimana mahasiswa terlihat kurang
antusias mengikuti perkuliahan. Sementara, motivasi
memiliki peran utama terhadap peningkatan hasil belajar
mahasiswa [1] dan [2] (Kiswanto, 2012; Bahri & Corebima,
2015) dan sering dikaitkan dengan kualitas lulusan [3].
Rendahnya hasil belajar kognitif dalam pembelajaran
Biologi Dasar juga diduga disebabkan karena masih
banyaknya permasalahan-permasalahan terkait materi
biologi di jenjang sekolah sebelumnya yang belum
terpecahkan. Selain itu minat baca mahasiswa terhadap
materi perkuliahan untuk menyiapkan diri mengikuti
perkuliahan selanjutnya masih sangat rendah, sehingga
pengetahuan awal mahasiswa pada saat perkuliahan
berlangsung masih kurang. Pustaka [4] mengemukakan
bahwa peserta didik harus memiliki pengetahuan awal yang
akan mereka jadikan dasar untuk membangun pengetahuan
selanjutnya.
Keberhasilan pembelajaran umumnya diukur dari
seberapa jauh mahasiswa menguasai konsep yang diajarkan.
Akan tetapi, untuk mengetahui efektifnya model
pembelajaran, perlu dianalisis apakah konsep-konsep yang
diajarkan dapat lekat dalam memori jangka panjang (retensi)
mahasiswa. Pembelajaran di FMIPA UNM kurang
memperhatikan faktor retensi padahal retensi merupakan
salah satu indikator bermutunya pembelajaran. Hasil survey
menunjukkan bahwa hanya 60% dosen yang berupaya
menerapkan strategi pembelajaran yang membuat
mahasiswa dapat menyimpan pengetahuan yang diperoleh
dapat melekat pada memori jangka panjang mereka. Retensi
mahasiswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan
mereka secara aktif dalam proses pembelajaran. Pemahaman
konsep dan retensi dipengaruhi oleh strategi pembelajaran
[5], [6], dan [7]. Kemampuan mahasiswa menyimpan materi
dalam memori jangka panjang juga berhubungan dengan
kemampuan mahasiswa untuk menjadi pebelajar yang
mandiri. Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan
metakognitif dengan retensi [8].
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan,
diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang mampu
meningkatkan retensi mahasiswa terhadap materi. Strategi
pembelajaran yang dianggap tepat untuk diterapkan adalah
strategi yang berlandaskan pada pendekatan konstruktivistik
69
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
seperti Problem Based Learning(PBL). PBL didasari bahwa
belajar bukan hanya proses menghafal konsep atau fakta
tetapi proses interaksi antara individu dengan
lingkungannya. PBL juga dapat mengembangkan
keterampilan yang diperlukan di era pengetahuan [9] dan
[10]karena dapat mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi seperti berpikir kritis, pemecahan masalah,
menemukan dan menggunakan sumber-sumber belajar,
pembelajaran mandiri, mengembangkan kemampuan
bekerja kooperatif, dan belajar sepanjang hayat [11]. PBL
dapat diaplikasikan di perguruan tinggi karena PBL
berbasiskan pada masalah, melibatkan aktivitas berpikir
untuk memecahkan masalah, dan berkorelasi dengan fungsi
kognitif peserta didik [12]. PBL meningkatkan motivasi
belajar [13], berpotensi memberdayakan keterampilan
metakognitif [14], [15], dan [16], dan meningkatkan daya
retensi mahasiswa [17].
Penggunaan PBL telah mengungkapkan berbagai
kelebihan. Namun di samping itu, terdapat kekurangan dari
strategi pembelajaran ini. Penelitian [18] dan [19],
menunjukkan bahwa penggunaan PBL pada perguruan
tinggi lebih banyak menghabiskan waktu jika dibandingkan
strategi konvensional. Pustaka [20] juga menyatakan bahwa
sulit untuk menerapkan PBL di semua kelas. PBL kurang
tepat dengan siswa yang tidak bisa sepenuhnya memahami
nilai atau lingkup masalah dengan konten sosial. PBL sulit
bagi pengajar untuk mengubah gaya mengajar mereka Sulit
untuk menilai pembelajaran dalam PBL[20] dan [19].dan
peserta didik mungkin tidak berkinerja baik pada tes pilihan
ganda [21].
PBL sulit diterapkan oleh dosen karena panduan
kurikulum dan buku teks tidak mengandung berbagai contoh
masalah atau alat penilaian yang diperlukan [21]. Hal ini
dapat berakibat mahasiswa atau bahkan pengajar kesulitan
mengajukan permasalahan autentik terkait materi
pembelajaran. Tidak semua materi cocok untuk diajarkan
dengan PBL. PBL membutuhkan banyak materi dan
membuat mahasiswa harus lebih banyak menggunakan
sumber buku teks untuk mencari informasi [19]. Mahasiswa
juga terkadang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan
permasalahan karena kurangnya pengetahuan awal
mahasiswa terkait topik yang dibahas karena kurangnya
minat baca mahasiswa.
Strategi pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi
kekurangan PBL adalah strategi pembelajaran Reading
Questioning and Aswering (RQA). RQA merupakan strategi
yang baru dikembangkan atas dasar kenyataan bahwa
hampir semua mahasiswa tidak membaca materi kuliah
perkuliahan, yang berakibat strategi perkuliahan yang
dirancang sulit atau tidak terlaksana dan pada akhirnya
pemahaman terhadap materi perkuliahan menjadi rendah.
Pustaka [22] mengemukakan bahwa implementasi RQA
terbukti mampu memaksa para mahasiswa untuk membaca
materi kuliah yang ditugaskan, sehingga strategi perkuliahan
yang dirancang dapat terlaksana dan pemahaman terhadap
materi perkuliahan berhasil ditingkatkan hampir 100%.
RQA sebagai strategi pembelajaran inovatif terbukti
mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Hasil
penelitian pustaka [23] menunjukkan bahwa perkuliahan
dengan menggunakan RQA menyenangkan bagi mahasiswa.
Ketika proses perkuliahan menyenangkan bagi mahasiswa,
maka dengan sendirinya akan mendorong motivasi
mahasiswa untuk belajar. Peningkatan motivasi belajar
tersebut akan berimplikasi pada peningkatan hasil belajar
kognitif mahasiswa. Selain itu, dengan pengalaman belajar
yang diperoleh maka materi yang dipelajari akan tersimpan
dalam memori jangka panjang mahasiswa.
Melalui RQA, metakognisi mahasiswa juga diharapkan
meningkat. Penelitian pustaka [23] menunjukkan bahwa
RQA mampu mengembangkan keterampilan metakognitif
mahasiswa. Dengan adanya peningkatan keterampilan
metakognitif, diharapkan juga akan meningkatkan hasil
belajar kognitif mahasiswa. Menurutpustaka [24], sejauh
mana metakognisi mempengaruhi pencapaian belajar
tergantung pada pola motivasi seseorang. Hal
inimenjelaskan kemungkinan adanya hubungan antara
metakognisi dan motivasidalam mempengaruhi prestasi
pelajar [25].
Kekurangan PBL yang memerlukan interdisiplin ilmu
dapat diatasi dengan RQA di mana dalam sintaksnya,
mahasiswa bekerja secara kolaboratif untuk mencari solusi
permasalahan. Pustaka [26] menyatakan bahwa dalam
proses pemecahan masalah, mahasiswa mengeksplorasi
berbagai disiplin dan memperluas basis pengetahuan mereka
melalui studi mandiri dan bekerja sama dengan teman
sekelas mereka.Pustaka [27]melihat PBL sebagai peniruan
situasi kehidupan nyata dan menjadi interdisipliner secara
inheren, yang memungkinkan mahasiswa untuk memahami
bagaimana disiplin ilmu yang berbeda berinteraksi ketika
memecahkan masalah. Integrasi RQA ke dalam sintaks PBL
diharapkan dapat
Pengintegrasian kedua strategi tersebut didasarkan pada
pendapat pustaka [28] yang menyatakan bahwa jika ada
beberapa masalah yang akan diselesaikan maka RQA dapat
menjadi cara yang efektif agar pembelajaran lebih
mendalam sebelum sharing informasi dengan teman-teman
kelasnya pada saat presentasi kelas. Perpaduan RQA dengan
PBL menjadikan mahasiswa akan lebih banyak membaca
dan mencari informasi. Selain itu permasalahan yang
diangkat pada kelas perpaduan RQA dan PBL bersumber
dari mahasiswa sendiri, maka dengan sendirinya
pengetahuan yang berupa solusi atas permasalahan akan
tersimpan lebih lama dalam memori jangka panjang
mahasiswa.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian dalam proses
perkuliahan adalah kemampuan akademik awal mahasiswa
karena sangat berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa
dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Kemampuan
akademik awal ini harus diberdayakan, terutama
kemampuan akademik awal yang rendah untuk
mendapatkan hasil yang sama dengan yang berbeda
kemampuan awalnya [29] dan [30].Hasil penelitian pustaka
[31]menunjukkan bahwa pembelajaran dalam kelompok
berpengaruh pada keberhasilan belajar peserta didik
berkemampuan akademik rendah, sedang, dan tinggi.
Pustaka [6] melaporkan bahwa ada perbedaan retensi antara
peserta didik berkemampuan akademik berbeda. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa baik strategi PBL
maupun RQA terbukti mampu mengupayakan agar
mahasiswa dengan kemampuan akademik awal rendah dapat
meningkatkan prestasinya atau mensejajarkan dirinya
dengan mahasiswa pada kelompok lain yang berbeda
kemampuan awalnya [23] dan [32].
70
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang didesain
untuk membandingkan pengaruh strategi pembelajaran PBL,
RQA, PBLRQA, dan pembelajaran konvensional terhadap
retensi mahasiswa yang dilakukan pada tahun 2016.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester
satu pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
di Universitas Negeri Makassar, yang memprogramkan mata
kuliah Biologi Dasar. Mahasiswa yang menjadi sampel
penelitian terdiri atas 142 orang mahasiswa yang diperoleh
dengan random sampling dengan kemampuan akademik
awal yang homogen berdasarkan grouping test. Kemampuan
akademik mahasiswa terdiri atas mahasiswa berkemampuan
akademik atas dan kemampuan akademik bawah. Desain
penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest
Nonequivalent Control Group Design[33] faktorial 4x2.
Empat kelas yang digunakan dalam penelitian ini mewakili
masing-masing strategi pembelajaran. Retensi mahasiswa
diukur dengan menggunakan tes essay sebanyak 21 nomor
dan divalidasi ahli dan empiris sebelum digunakan. Rubrik
yang digunakan adalah rubrik hasil belajar kognitif [34].
Keempat kelas diberi perlakuan strategi pembelajaran yang
berbeda selama 1 semester, selanjutnya diberikan tes hasil
belajar kognitif pada akhir penelitan. Tes kognitif diberikan
lagi dua minggu setelah posttest untuk mengukur retensi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data Retensi pada Setiap Strategi
Pembelajaran menurut Kemampuan Akademik
Retensi mahasiswa diukur dua minggu setelah diberikan
posttest. Selanjutnya, data dianalisis dengan statistik
deskriptif untuk mengetahui rerata dan persentase perubahan
skor mahasiswa dari posttest ke retensi. Data hasil penelitian
terkait rerata skor dan persentase perubahan skor posttest ke
retensi pada setiap strategi pembelajaran menurut
kemampuan akademik (KA) ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rerata Skor dan Persentase Perubahan Skor Posttest-Retensi pada Setiap Strategi Pembelajaran menurut
Kemampuan Akademik
No Strategi
Pembelajaran
Kemampuan
Akademik
Rerata Perubahan
(%) Keterangan
Posttest Retensi
1 PBLRQA
KA Atas 70,12 63,27 -10,84 Menurun
KA Bawah 60,44 46,67 -29,50 Menurun
Total 65,28 54,97 -18,76 Menurun
2 PBL
KA Atas 58,66 45,37 -29,30 Menurun
KA Bawah 51,13 33,60 -52,17 Menurun
Total 54,89 39,48 -39,03 Menurun
3 RQA
KA Atas 49,42 41,60 -18,81 Menurun
KA Bawah 37,86 36,97 -2,39 Menurun
Total 43,64 39,29 -11,09 Menurun
4 Konv
KA Atas 54,29 34,92 -55,48 Menurun
KA Bawah 36,41 20,95 -73,82 Menurun
Total 45,35 27,93 -62,36 Menurun
Total KA Atas 58,12 46,29 -25,57 Menurun
KA Bawah 46,46 34,55 -34,48 Menurun
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa retensi
mahasiswa yang diajar dengan PBLRQA, PBL, RQA, dan
pembelajaran konvensional mengalami penurunan dengan
persentase yang bervariasi baik antar strategi
pembelajaran, kemampuan akademik yang berbeda, dan
kombinasi strategi pembelajaran dan kemampuan
akademik. Data rerata retensi dapat divisualisasi seperti
pada Gambar 1.
.
71
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
Gambar 1. Rerata Skor Retensi Posttest-Retensi pada Setiap Strategi Pembelajaran Menurut Kemampuan Akademik
Hasil Analisis Statistik Inferensial
Hasil uji anakova perbedaan retensi mahasiswa
berkemampuan akademik berbeda pada perkuliahan
Biologi Dasar antara yang diberi strategi PBLRQA, PBL,
RQA, dan pembelajaran konvensional ditunjukkan pada
Lampiran 20.
Ringkasan hasil uji hipotesis dengan anakova retensi
mahasiswa terlihat pada Tabel 2.
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Anakova Retensi Mahasiswa
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 31357,921a 8 3919,740 38,010 0,000
Intercept 17,.676 1 178,676 1,733 0,190
Xret 12382,212 1 12382,212 120,071 0,000
Strategi 4106,634 3 1368,878 13,274 0,000
KemampuanAkademik 414,461 1 414,461 4,019 0,047
Strategi * KA 877,469 3 292,490 2,836 0,041
Error 13715,467 133 103,124
Total 277217,598 142
Corrected Total 45073,388 141
Berdasarkan sumber strategi pembelajaran, kemampuan
akademik dan interaksi strategi pembelajaran dengan KA
diperoleh p-level lebih kecil dari alpha 0.05 (p < 0.05)
dengan sig. 0,000; 0,047; dan 0,041. Hal ini berarti bahwa
ada pengaruh strategi pembelajaran, kemampuan
akademik dan interaksi strategi pembelajaran dengan KA
terhadap retensi mahasiswa.
Hasil uji lanjut pengaruh strategi pembelajaran terhadap
retensi mahasiswa terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Retensi Mahasiswa
Strategi Xret Yret Selisih RetCor LSD Notation
KONV 45,347 27,931 17,416 32,788 a,m
PBL 54,893 39,484 15,409 37,778 b
RQA 43,640 39,285 4,355 45,317 c
PBLRQA 65,280 54,968 10,312 46,120 c
Hasil uji BNT menunjukkan bahwa strategi
PBLRQAtidak berbeda nyata dari strategi RQA, tetapi
berbeda sangat nyata dengan strategi PBL dan
pembelajaran konvensional yaitu lebih tinggi 18,09% dan
28,91%.
Dengan demikian, strategi PBLRQAdan RQA lebih
berpotensi meningkatkan retensi mahasiswa dibanding
strategi PBL dan pembelajaran konvensional.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan (nyata) retensi mahasiswa
antara kemampuan akademik atas dengan kemampuan
akademik bawah. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan
bahwa rata-rata skor terkoreksi pada kemampuan
akademik atas sebesar 42,361 sedangkan pada kemampuan
akademik bawah sebesar 38,641. Ini menunjukkan bahwa
rata-rata skor terkoreksi retensi mahasiswa pada
kemampuan akademik atas lebih tinggi 8,78% dari
kemampuan akademik bawah.
Hasil uji lanjut pengaruh interaksi strategi pembelajaran
dengan kemampuan akademik terhadap retensi mahasiswa
terlihat pada Tabel 4.
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.00
KA
Ata
s
KA
Baw
ah
Tota
l
KA
Ata
s
KA
Baw
ah
Tota
l
KA
Ata
s
KA
Baw
ah
Tota
l
KA
Ata
s
KA
Baw
ah
Tota
l
PBL+RQA PBL RQA KONV
Rera
ta S
ko
r R
ete
nsi
Strategi Pembelajaran menurut Kemampuan Akademik
Postes
Retensi
72
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Strategi Pembelajaran dengan Kemampuan Akademik
terhadap Retensi Mahasiswa
Strategi Akademik Xret Yret Selisih RetCor LSD Notation
KONV KA Bawah 36,408 20,946 15,463 31,950 a,m
KONV KA Atas 54,286 34,916 19,370 33,627 a, ,
PBL KA Bawah 51,125 33,598 17,527 34,483 a b
PBL KA Atas 58,661 45,369 13,291 41,073 b c
PBLRQA KA Bawah 60,436 46,668 13,767 41,151 b c
RQA KA Atas 37,859 36,974 0,885 43,653 c
RQA KA Bawah 49,422 41,597 7,825 46,980 c d
PBLRQA KA Atas 70,124 63,268 6,856 51,089 d
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa rerata terkoreksi skor
retensi terendah pada kombinasi strategi pembelajaran
konvensional-KA bawah yaitu 31,950 dan tertinggi pada
kombinasi strategi PBLRQA-KA atas yaitu 51,089. Rerata
terkoreksi skor retensi mahasiswa pada kombinasi strategi
PBLRQA-KA atas berbeda nyata lebih tinggi 19,45% dari
kombinasi PBLRQA-KA bawah. Kombinasi RQA-KA
bawah tidak berbeda nyata dari kombinasi strategi RQA-KA
atas, kombinasi strategi PBL-KA atas tidak berbeda nyata
dari kombinasi PBL-KA bawah, kombinasi strategi
pembelajaran konvensional-KA atas tidak berbeda nyata
dengan kombinasi konvensional-KA bawah. Dengan
demikian, dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran
PBLRQAlebih tepat untuk mempertahankan retensi
mahasiswa KA atas, sedangkan strategi pembelajaran
lainnya mampu mempertahankan retensi mahasiswa KA
bawah sama dengan KA atas. Kombinasi perlakuan yang
dianggap baik untuk mempertahankan retensi mahasiswa
adalah kombinasi strategi PBLRQA-KA atas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
retensi mahasiswa yang diajar dengan PBL, RQA,
PBLRQA, dan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian
ini juga sejalan dengan temuan pustaka [32]dan [35] yang
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berpengaruh
terhadap retensi.
Kemampuan menyimpan pengetahuan pada memori
jangka panjang (long-term memory) pada mahasiswa yang
diajar dengan PBLRQA juga disebabkan oleh adanya
tahapan dimana mahasiswa melakukan kegiatan individual
sebagai tahapan dari RQA dan kegiatan kelompok sebagai
tahapan dari PBL. Pada sintaks ini mahasiswa melakukan
kerja sama untuk mencari penyelesaian masalah dalam
suasana kooperatif baik pada diskusi kelompok, maupun
diskusi kelas. Aktivitas mahasiswa pada tahapan tersebut
menunjukkan adanya kegiatan belajar dari melakukan
(learning by doing) dan belajar bersama (learning
together). Dengan demikian, mahasiswa menerima
informasi bukan hanya berasal dari dosen, akan tetapi juga
berasal dari kegiatan belajarnya sendiri dan kerja sama
dengan teman-temannya. Selain itu, mahasiswa yang
dibelajarkan strategi PBLRQA tidak hanya melibatkan
indera pendengaran akan tetapi melibatkan lebih dari satu
panca indera sehingga hasil belajar dapat disimpan dalam
waktu lama. Hal ini didukung oleh pernyataanpustaka [36]
bahwa jika informasi yang dipelajari secara bermakna maka
lebih lama diingat daripada informasi yang dipelajari secara
hapalan.
Penyebab lain dari besarnya kemampuan mahasiswa
yang diajar dengan strategi PBLRQA untuk
mempertahankan pengetahuannya dalam memori jangka
panjangnya, adalah dengan adanya kegiatan kolaboratif di
dalam pembelajaran PBLRQA tersebut. Hasil penelitian
pustaka [37] dan [38]melaporkan bahwa peserta didik yang
dibelajarkan strategi pembelajaran
kooperatifmampumempertahankankonseplebih baik
daripadapeserta didik yang dibelajarkan dengan
menggunakanpendekatan pembelajarankonvensional.
Pustaka [39] menyatakan bahwa melalui tahapan RQA
dalam PBLRQA, retensi mahasiswa berhasil dipertahankan.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa skor retensi
mahasiswa yang berkemampuan akademik atas lebih tinggi
dibandingkan yang berkemampuan akademik bawah. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian [6], [32], dan
[40] yang melaporkan adanya perbedaan retensi antara
peserta didik berkemampuan akademik atas dengan peserta
didik berkemampuan akademik bawah, dimana peningkatan
skor retensi peserta didik berkemampuan akademik atas
lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik
berkemampuan akademik rendah.
Meskipun demikian, kemampuan akademik bukan satu-
satunya faktor yang mempengaruhi retensi. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi retensi adalah perhatian
(konsentrasi) saat proses pembelajaran berlangsung, serta
minat atau kemauan peserta didik untuk mengingat. Selain
itu, motivasi yang kuat, terutama motivasi intrinsik dan
kesadaran akan tujuan yang harus dicapai mendorong
peserta didik untuk melibatkan diri dalam proses
pembelajaran yang akan berdampak lebih mudah
mengingat materi yang sedang dipelajari. Pernyataan ini
didukung oleh pustaka [41] bahwa sejauh mana
keterampilan metakognitif mempengaruhi pencapaian,
sebenarnya sangat tergantung pada pola motivasi.
Selain itu, pustaka [42] menjelaskan mengenai retensi
siswa bahwa terdapat lima kondisi yang dapat
mempengaruhi retensi, yaitu harapan (expectation),
dukungan (support), umpan balik (feedback), keterlibatan
(involvement), dan pembelajaran (learning). Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa retensi siswa
berkemampuan akademik tinggi maupun rendah dapat
meningkat apabila kelima kondisi tersebut benar-benar
dilaksanakan. Jadi, siswa berkemampuan akademik rendah
pun bisa memiliki retensi yang lebih baik apabila
mendapatkan kelima kondisi tersebut dengan baik.
Hasil penelitian juga melaporkan bahwa strategi
PBLRQA lebih tepat mempertahankan retensi mahasiswa
73
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
yang berkemampuan akademik atas. Hal ini disebabkan
karena selama pembelajaran mahasiswa berkemampuan
akademik atas berusaha untuk dapat mengetahui dan
memahami permasalahan dan dan solusinya agar
mahasiswa tersebut dapat mengajari sesama anggota
kelompoknya. Aktivitas mahasiswa yang demikian dapat
memacu terbentuknya keterampilan berpikir dan
keterampilan metakognitif pada dirinya. Selama penerapan
strategi PBLRQA, mahasiswa berkemampuan akademik
atas lebih banyak terbantu untuk mengembangkan
keterampilan metakognisi dan mempertahankan
pemahaman konsep yang diketahuinya pada saat
perkuliahan.
Terkait dengan pembelajaran, pembelajaran PBLRQA
yang banyak melibatkan panca indera dalam proses berpikir
dapat memungkinkan pembelajaran menjadi lebih
bermakna, sehingga dengan demikian memungkinkan
kuatnya retensi mahasiswa terhadap konsep-konsep yang
diajarkan. Pengalaman belajar yang dilakukan oleh
mahasiswa secara langsung akan memberikan dampak yang
besar terhadap materi yang diterima oleh mahasiswa,
sehingga mereka dapat menyimpan dan mengingat materi
yang sudah diperolehnya dengan baik. Pernyataan ini
didukung oleh temuan hasil penelitian pustaka [43] bahwa
pembelajaran dengan menggunakan strategi PBL dapat
meningkatkan kebermaknaan proses belajar, sehingga dapat
meningkatkan jumlah materi yang dapat diingat dalam
jangka waktu yang relatif lama. Pustaka [44] juga
menyatakan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran dapat mempengaruhi retensi dan
berdampak pada hasil belajar siswa. Apabila dalam
pembelajaran mahasiswa diberi kesempatan untuk
melakukan atau mengamati objek secara langsung, maka
konsep yang dipelajari akan bertahan lama dalam ingatan.
Kondisi ini berlaku untuk semua mahasiswa, baik
mahasiswa berkemampuan akademik tinggi maupun
rendah. Mahasiswa berkemampuan akademik tinggi
maupun rendah dalam pembelajaran dengan strategi
PBLRQA dituntut aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Hal ini menunjukkan bahwa pada mahasiswa
berkemampuan akademik bawah dengan strategi
pembelajaran yang sama yaitu PBLRQA, ada faktor lain
yang berpengaruh terhadap retensi selain metakognisi.
Terkait dengan hal tersebut, pustaka [45] mengemukakan
bahwa suatu fakta yang dipelajari harus dapat diingat
dengan baik segera setelah diajarkan, akan tetapi dalam
jangka waktu tertentu dapat terjadi perubahan karena yang
diingat itu dapat dilupakan sebagian atau seluruhnya.
Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi retensi
peserta didik adalah jumlah hal yang dipelajari dalam
waktu tertentu, adanya kegiatan-kegiatan lain sesudah
belajar yang merupakan interference yang mengganggu apa
yang diingat itu, dan waktu yang lewat setelah
berlangsungnya belajar yang juga dapat mengandung
kegiatan yang mengganggu.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh strategi pembelajaran,
kemampuan akademik dan interaksi strategi pembelajaran
dengan KA terhadap retensi mahasiswa.Strategi
PBLRQAdan RQA lebih berpotensi meningkatkan retensi
mahasiswa dibanding strategi PBL dan pembelajaran
konvensional.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa dengan kemampuan akademik atas memiliki
retensi lebih besar dibandingkan mahasiswa dengan
kemampuan akademik bawah. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa mahasiswa dengan KA atas yang
diajar dengan strategi PBLRQAlebih mampu
mempertahankan retensinya dibandingkan dengan strategi
pembelajaran lainnya dengan kemampuan akademik yang
berbeda. Dengan demikian hasil penelitian ini
merekomendasikan penggunaan strategi PBLRQA pada
perkuliahan lain agar retensi mahasiswa terhadap materi
dapat dipertahankan.
PUSTAKA
[1] N.C.D. Kiswanto, Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Efikasi Diri Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta,Bachelor Thesis, Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012.
[2] A. Bahri, &A.D. Corebima, The Contribution of
Learning Motivation and Metacognitive Skill on
Cognitive Learning Outcome of Students within
Different Learning Strategies,Journal of Baltic
Science Education, vol. 14, no. 4 , 2015, pp. 487-500.
[3] A. Darmawati, Analisis Motivasi dan Pengaturan Diri
untuk Belajar Mahasiswa Jurusan Manajemen
Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta,Laporan Penelitian, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta, 2009.
[4] M.Yamin, Paradigma Pendidikan Kostruktivistik,
Gaung Persada Press, Jakarta, 2008.
[5] Z.W.M. Warouw, Pengaruh Pembelajaran
Metakognitif dengan Strategi Cooperative Script, dan
Reciprocal Teaching pada Kemampuan Akademik
Berbeda Terhadap Kemampuan dan Keterampilan
Metakognitif, Berpikir Kritis, Hasil Belajar Biologi
Siswa, serta Retensinya di SMP Negeri
Manado,Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Malang, Malang, 2009.
[6] Jamaluddin, Pengaruh Pembelajaran Pemberdayaan
Berpikir Melalui Pertanyaan Dipadukan Strategi
Kooperatif dan Kemampuan Akademik terhadap
Keterampilan Mtakognitif, Berpikir Kreatif, Hasil
Belajar Kognitif IPA-Biologi, dan Retensi Siswa SD
di Mataram,Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Malang, Malang, 2009.
[7] Zahri, Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle
terhadap Kualitas Proses, Hasil Belajar dan Retensi
Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Asam Basa
Kelas XI IPA SMAN 1 Indrapuri Aceh Besar, Master
Thesis, Universitas Negeri Malang, Malang, 2010.
[8] D.RFauziyah,Hubungan Keterampilan Metakognitif
terhadap Hasil Belajar Biologi dan Retensi Siswa
Kelas X dengan Penerapan Strategi Pembelajaran
Think Pair Share di SMA Negeri 6 Malang. Bachelor
thesis,Universitas Negeri Malang, Malang,2013.
[9] B.J.Duch, S. E. Groh, &E.A. Debora, The Power of
Problem Based Learning: A Practical “How To” for
74
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
Teaching Undergraduate Courses in Any
Discipline,Stylus Publishing,Sterling, 2001.
[10] O.S. Tan, Problem Based Learning Innovation. Using
Problem to Power Learning in the 21st Century,
Cengage Learning Asia Pte. Ltd., Singapore, 2003.
[11]T. R.Steck, W.DiBiase, C. Wang, &A.Boukhtiarov,The
Use of Open-Ended PBL Scenarios in an
Interdisciplinary Biotechnology Class: Evaluation of a
PBL Course Across Three Years,Journal of
Microbiology & Biology Education, vol. 13, no. 1,
2012, pp. 2-10.
[12] R.E. Izzaty, Problem-Based Learning dalam
Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Paradigma, vol. 1,
no. 1, 2006, 77 – 83.
[13] A.A. Keziah, A Comparative Study of PBL and
Lecture-Based Learning in Secondary School
Students’ Motivation to Learn Science, International
Journal of Science and Technology Education
Research, vol. 1, no. 6, 2010, pp. 126 – 131.
[14] B. Ackay, PBL in Science Education,Journal of
Turkish Science Education, vol. 6, no. 1, 2009, pp. 26
-36.
[15] A.D. Corebima, &A. Bahri, Reading, Questioning,
and Answering (RQA): A New Learning Strategy to
Enhance Student Metacognitive Skill and Concept
Gaining. Paper presented at International Symposium
at Nanyang Technology University, Singapura, 2011.
[16] M. Danial, Pengaruh strategi pembelajaran PBL dan
Group Investigation terhadap metakognisi dan
penguasaan konsep Kimia Dasar Mahasiswa
JurusanBiologi FMIPA UNM, Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Malang, Malang, 2010.
[17] M. Palennari, Exploring The Correlation between
Metacognition and Cognitive Retention of Students
using Some Biology Teaching Strategies,Journal of
Baltic Science Education, vol. 15,no. 5, 2016, pp. 617-
629.
[18] S. Meier, R. Hovde,&R. Meier, Problem Solving:
Teachers’ Perceptions, Content Area Models, and
Interdisciplinary Connections,School Science and
Mathemataics,vol. 96, no. 1, 1996, pp. 230-237.
[19]O. Akinoglu, &R.O. Tandogan, The Effects of
Problem-Based Active Learning in Science Education
on Students’ Academic Achievement, Attitude and
Concept Learning,Eurasia Journal of Mathematic,
Science & Technology Education, vol. 3, no. 1, 2007,
pp. 71-81.
[20]D.F. Treagust, &R.F. Peterson, Learning To Teach
Primary Science Trough Problem Based Learning,
Science Education, vol. 82, no. 2, 1998, pp. 215-237.
[21]J.D.Ward,& C.L. Lee, A Review Of Problem-Based
Learning,Journal of Family and Consumer Sciences
Education, vol. 20, no. 1, 2002, pp. 16-26.
[22]A.D. Corebima, Pengalaman Berupaya Menjadi Guru
Profesional. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam
Bidang Genetika pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Orasi ilmiah disampaikan pada
Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang
Malang, 2009.
[23]A. Bahri, Pengaruh strategi pembelajaran RQA pada
perkuliahan Fisiologi Hewan tehadap kesadaran
metakognitif, keterampilan metakognitif dan hasil
belajar kognitif mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA
UNM,Master thesis, Universitas Negeri Malang,
Malang,2010.
[24] V.Z.C.V. Tamsen, Examining metacognitive self-
regulation within the context of daily academic
tasks,Doctoral dissertation, The State University of
New York, 1998.
[25] S. Rahman, &J.A. Phillips, Hubungan antara
Kesedaran Metakognisi, Motivasi dan Pencapaian
Akademik Pelajar Universiti,Jurnal Pendidikan, vol.
31, no. 1, 2006, pp.21 – 39.
[26] W.Stepien, S.Gallagher, &D. Workman, Problem-
based learning for traditional and interdisciplinary
classrooms, Journal for the Education of the Gifted,
vol. 16, no. 1, 1993, pp. .338-357.
[27] S. Gallagher, W. Stepien, B. Sher, &D. Workman,
Implementing Problem-Based Learning in Science
Classrooms,School Science and Mathematics, vol. 95,
no. 1, 1995, pp. 136-146.
[28] D.E. Allen, B.J. Duch, & S.E. Groh,Strategies for
Using Groups. In Duch. B.J et. (ed). The Power of
Problem Based Learning: A Practical “How To” for
Teaching Undergraduate Courses in Any Discipline,
Stylus Publishing, Sterling,2001.
[29] I. Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas
Paradigma Baru Pendidikan, Logos Wacana Ilmu,
Jakarta, 2001.
[30] A.D. Corebima,Strategi Pembelajaran yang
Memberdayakan Kemampuan Berpikir dan
Pemahaman Konsep Siswa Berpotensi Akademik
Rendah. Makalah disajikan pada The International
Conference on Mathemathics and Science Education
di UNJ Jakarta pada tanggal 29-30 Nopember 2006.
[31] S. Amnah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif TPS,
Jigsaw, Kombinasi dengan Strategi Metakognitif dan
Kemampuan Akademik terhadap Kesadaran
Metakognitif, Keterampilan Metakognitif, dan Hasil
Belajar Kognitif Siswa di SMA Negeri Kota Pekan
Baru Riau. Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Malang, Malang, 2009.
[32] Muhiddin, Pengaruh Integrasi PBL dengan
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan kemampuan
Akademik terhadap Metakognisi, Berpikir Kritis,
Pemahaman Konsep, dan Retensi Mahasiswa pada
Perkuliahan Biologi DasarDoctoral dissertation,
Universitas Negeri Malang, Malang, 2012.
[33] W.L. Borg, &M.D. Gall, Educational Research, An
Introduction. 4th
Edition,Longman Inc., New York and
London, 1983.
[34] D. Hart, Authentic Assesment a Hand Book for
Educators California. Addison-Wesley Publishing
Company, New York, 1994.
[35]A.G.C. Wicaksono, Pengaruh Strategi Pembelajaran
Reciprocal Teaching Dipadu dengan Jigsaw Terhadap
Kemampuan Metakognitif, Hasil Belajar dan Retensi
Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang, Bachelor
thesis, Universitas Negeri Malang, Malang, 2011.
[36] R.W. Dahar, Teori-Teori Belajar, Erlangga, Jakarta,
1991.
[37] A. Sukkrong, &A. Teo, Learning Achievement,
Retention, and Attitude towards English Vocabulary
Learning of Students Taught Through Games and
75
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
Conventional Method.Paper presented on The 2nd
International Conference on Humanities and Social
Sciences April 10th, 2010.
[38] M.M.Chianson, M.S., Kurumeh, &J.A. Obida, Effect
of Cooperative Learning Strategy on Students’
Retention in Circle Geometry in Secondary Schools in
Benue State, Nigeria,American Journal of Scientific
and Industrial Research, vol. 2, no. 1, 2011, pp. 33 –
36.
[39] H. M. Sumampouw,Keterampilan Metakognitif dan
Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pembelajaran Genetika
(Artikulasi Konsep dan Verifikasi Empiris),Jurnal
Bioedukasi, vol. 4, no. 2, 2011, pp. 23-39.
[40] L.T. Antika, Perbandingan Keterampilan
Metakognitif, Hasil Belajar Biologi, dan Retensi
Antara Siswa Berkemampuan Akademik Tinggi dan
Rendah Kelas X SMA di Malang melalui Strategi
Problem Based Learning (PBL), Bachelor
thesis,Universitas Negeri Malang., Malang, 2013.
[41] M.S.C.Yuwono, Pengembangan Model Pembelajaran
Kooperatif jigsaw Modifikasi dari Aronson dan Slavin
serta Pengaruhnya terhadap Keterampilan
Metakognisi dan Hasil Belajar Biologi Siswa
Berkemampuan Akademik Berbeda di SMA Kota
Denpasar,Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Malang, Malang, 2012.
[42] V. Tinto, Promoting Student Retention Through
Classroom Practice. Amster-Paper VT(1). (Online),
(http://www.staffs.ac.uk/accessstudies/ docs/Amster-
paperVT%281%29.pdf), 2003.
[43] Zaidi,Pengaruh Metode Pembelajaran PBL vs
Ceramah dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil
Belajar dan Retensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III
Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman Kota Malang,
Master thesis,Universitas Negeri Malang, Malang,
2006.
[44] Slameto,Belajar & Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
[45] W.N. Nasution, Efektivitas Strategi Pembelajaran
Kooperatif dan Ekspositori terhadap Hasil Belajar
Sains Ditinjau dari Cara Berpikir. Online
http://litagama.org/index.htm, 2006.