Upload
dangduong
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI SOCIAL MARKETING PUBLIC RELATIONS
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
DALAM MENUJU INDONESIA GEMAR MEMBACA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh:
MUHAMMAD AGISNA ANDREE
NIM: 1110051000023
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
ABSTRAK
Muhammad Agisna Andree
NIM: 1110051000023
Strategi Komunikasi Sosial Marketing Public Relations Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia Dalam Menuju Indonesia Gemar Membaca
Masyarakat Indonesia memiliki kesadaran membaca yang kurang padahal membaca
adalah kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup di masa depan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan UNDP-PBB hanya ada 1 dari 1000 orang yang suka membaca.
Perpustakaan Nasional mempunyai tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat agar
berbudaya baca. Melalui unit public relations, Perpusnas menjual gagasan melalui aktivitas
social marketing dan mengkampanyekan pencanangan Gerakan Indonesia Gemar Membaca.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan mayornya adalah Bagaimana
strategi social marketing public relations Perpustakaan Nasional dalam mewujudkan
kampanye menuju Indonesia gemar membaca? Kemudian pertanyaan minornya adalah apa
saja faktor-faktor yang diperhatikan dalam social marketing untuk kesuksesan kampanye?
Apa saja bentuk evaluasi dari kampanye social marketing yang dilakukan Perpusnas?
Upaya-upaya yang dilakukan dalam kampanye antara lain mempersiapkan gagasan
untuk disampaikan kepada masyarakat, persiapan anggaran dan SDM, mempersiapkan
landasan hukum yang kuat, menganalisis berbagai kekuatan dan kelemahan internal lembaga
serta memprediksi peluang dan ancaman yang mungkin timbul saat kampanye dilakukan,
mempersiapkan untuk kerja sama dengan berbagai pihak.
Teori yang digunakan adalah social marketing yang dicetus oleh Philip Kotler pada
tahun 1971. Social marketing adalah suatu penerapan dari konsep pemasaran pada aktivitas
non komersial yang berhubungan dengan kepedulian masyarakat, kesejahteraan rakyat, dan
pelayanan sosial. Yang termasuk dengan social marketing ini adalah aspek-aspek hubungan
kemasyarakatan, khususnya yang menyangkut penyebaran pesan-pesan yang dapat mengubah
pola perilaku masyarakat melalui ide dan produk sosialnya.
Dalam mempersiapkan kesuksesan kampanye, unit public relations Perpusnas perlu
melakukan analisis SWOT untuk mengukur kekuatan (strength), kelemahan (weakness)
peluang (opportunity), dan ancaman (threats) dalam melakukan kegiatannya. Analisis ini
digunakan untuk menganalisis masalah-masalah administrasi dan kebijakan publik maupun
mengkaji masalah-masalah manajemen kinerja perusahaan dan kondisi perusahaan saat
sebelum kebijakan dilaksanakan apakah layak dilakukan atau tidak
Pelaksanaan social marketing yang dilakukan public relations Perpusnas dalam
kampanye Indonesia Gemar Membaca adalah dengan pedoman 4P (product, price, place,
promotions). Product yang dihasilkan adalah gagasan Indonesia Gemar Membaca. Price
yang dibebankan kepada masyarakat adalah keinginan dan kemudahan akses masyarakat
untuk dapat berkunjung ke perpustakaan. Place yang diterapkan adalah membangun
perpustakaan desa atau membangun perpustakaan daerah. Untuk promotion dilakukan dengan
kampanye ke daerah dengan melakukan roadshow dan penyebaran pesan kampanye melalui
media, serta bekerja sama dengan berbagai pihak.
Melalui program kampanye Indonesia Gemar Membaca, Perpustakaan Nasional akan
berupaya secara kontinyu mengajak semua lapisan masyarakat agar peduli terhadap kegiatan
membaca hingga menjadikan masyarakat yang berbudaya baca. Sehingga kualitas kehidupan
bangsa akan menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Keywords: Perpustakaan Nasional, social marketing, strategi komunikasi, Indonesia
Gemar Membaca, masyarakat
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT. yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya, serta kekuatan dan
kesabaran kepada penulis. Shalawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad
SAW, sebagai figur tauladan dan inspirasi semangat kerja keras yang menguatkan
penulis sehingga dapat menyelesaikan studi serta dalam menyusun skripsi di
kampus tercinta Universitas Islam Negeri SyariF Hidayatullah Jakarta.
Penulis merasa bahwa dalam proses pembelajaran selama kuliah dan
penyusunan skripsi ini ada berbagai kendala kesulitan dan hambatan yang tidak
jarang membuat penulis kehilangan semangat. Dalam menghadapi kesulitan
tersebut ada banyak dukungan dan bantuan baik materi dan non-materi secara
langsung maupun tidak langsung kepada penulis yang akhirnya dapat dilewati
hingga akhirnya studi dan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Suparto, M.Ed, M.A., sebagai Wakil Dekan I. Drs. Jumroni, M.Si.,
sebagai Wakil Dekan II. Drs. Wahidin Saputra, M.A., sebagai Wakil
Dekan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Bapak Rachmat Baihaky, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam sekaligus dosen pembimbing skripsi. Terima kasih untuk
ilmu, arahan, dan waktu yang diberikan untuk penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Fita Fathurokhmah M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si., sebagai dosen pembimbing akademik kelas
KPI A angkatan tahun 2010.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh jajaran staf karyawan Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ucapan terima kasih untuk kedua orang tua penulis, Ayah Munandar dan
Mama Nana Mulyati dengan harapan yang senantiasa mendoakan,
memotivasi dan memberi dukungan penuh berupa materi dan non-materi
yang mengiringi penulis selama kuliah hingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.
9. Kakak sekaligus saudara kandung satu-satunya Achmad Ruchmanda Nur.
10. Umi Icih, Bi Lili, Om Babay, Om Syahul serta keluarga besar lainnya.
11. Bapak Drs. Agus Sutoyo, M.Si sebagai kepala Sub Bagian Humas
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Bapak Arwan Subakti, S.E.
untuk kemudahan birokrasi dan mediator penulis dengan bagian Humas.
12. Sahabat-sahabat di kelas KPI A 2010 yang telah bersama mengukir
memori indah selama kuliah dan jalan-jalan liburannya. Tim futsal KPI A.
iv
Serta teman-teman khusus Dani, Bustami, Reza, Hafidz, Mulki, Pringgo
yang sukarela tempatnya pernah menjadi tempat mabit berhari-hari penulis.
13. Partner kawan yang selalu menemani penulis, Farikha Mardhatillah yang
sudah banyak membantu banyak hal selama kuliah dan penyusunan skripsi.
Terima kasih atas pengorbanan waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya.
14. Teman-teman KKN Interaktif 2013 yang menjalani masa bakti pengabdian
bersama dan kenangan tak terlupakan di desa Batujajar Cigudeg.
15. Organisasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) angkatan An-Najm. Dan
organisasi primordial Himpunan Mahasiswa Bogor (HIMABO) .
Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca unuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga kebaikan semua
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini mendapat balasan dari Allah
SWT. Aamiin.
Jakarta, 10 Agustus 2014
Muhammad Agisna Andree
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 6
C. Batasan Masalah ....................................................................... 7
D. Tujuan dan Kegiatan Penelitian ............................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8
F. Metodologi Penelitian .............................................................. 11
G. Sistematika Penulisan .............................................................. 16
BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................... 19
A. Strategi Komunikasi ................................................................. 19
1. Definisi Strategi ................................................................. 19
2. Definisi Komunikasi .......................................................... 20
3. Strategi Komunikasi ........................................................... 22
B. Public Relations ....................................................................... 25
1. Public Relations Dalam Bisnis ........................................... 27
2. Public Relations Dalam Pemerintah ................................... 29
3. Public Relations Dalam Sektor Ketiga ............................... 32
C. Kaitan Antara Public Relations dan Marketing ....................... 36
D. Social Marketing ...................................................................... 40
E. Program Indonesia Gemar Membaca ....................................... 46
BAB III GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN .................... 49
A. Perpustakaan Nasional ............................................................. 49
1. Sejarah Singkat Perpustakaan Nasional ............................. 49
2. Sejarah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia .......... 54
v
3. Visi dan Misi ...................................................................... 56
4. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Wewenang ...................... 57
5. Kegiatan Rutin Perpustakaan Nasional .............................. 59
6. Statistik Budaya Baca ........................................................ 61
7. Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 62
B. Public Relations Perpustakaan Nasional ............................. 68
1. Sejarah Singkat ................................................................... 68
2. Visi dan Misi ...................................................................... 68
3. Peran, Tugas, Fungsi dan Wewenang ................................ 69
4. Program Kerja Divisi Public Relations .............................. 70
5. Struktur Organisasi ............................................................ 71
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Strategi Komunikasi Social Marketing Public Relations Perpustakaan
Nasional Dalam Mewujudkan Indonesia Gemar Membaca ..... 72
B. Pelaksanaan Dari Strategi Komunikasi .................................... 79
C. Evaluasi Dari Strategi Komunikasi .......................................... 93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 109
B. Saran ......................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah komunikasi kian hari kian populer. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia melakukan berbagai bentuk komunikasi. Lewat komunikasi itulah
seseorang menyampaikan maksud dan tujuan lewat pesan atau bahasa kepada
orang lain. Sebuah kelompok sarjana komunikasi mendefinisikan arti komunikasi.
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-
orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antara manusia,
(2) melalui pertukaran informasi, (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku
seseorang, (4) serta berusaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku itu.1 Dari
pengertian tersebut dapat dimaknai bahwa untuk menyampaikan pesan secara
efektif diperlukan adanya suatu strategi komunikasi, baik itu berasal dari
komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek yang terjadi.
Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi
(communication planing) dan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut
strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara
taktis harus dapat dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda-beda
sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.2
1
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2006), h. 18-19.
2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 301.
2
Konsep komunikasi yang relevan dengan makna strategi komunikasi di
atas adalah social marketing. Istilah social marketing (pemasaran sosial) adalah
suatu konsep dan upaya strategi pihak public relations yang bermanfaat untuk
masyarakat. Dalam konsep social marketing, public relations tidak hanya
melakukan kampanye untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada
masyarakat, tetapi juga mengupayakan strategi untuk mengubah pola kehidupan
dan kebiasaan yang terjadi di masyarakat.
Inti dari etos kerja public relations adalah mendapatkan good will,
kepercayaan, penghargaan dari masyarakat kepada suatu badan usaha. Dalam
public relations terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis
antara suatu badan usaha dengan publik. Usaha untuk memberikan atau
menanamkan kesan yang menyenangkan dan menunjukkan hal-hal yang positif
tentang apa yang telah direncanakan dan akan dilaksanakan sehingga mendapat
kepercayaan dari masyarakat, untuk kemudian masyarakat bersedia berpartisipasi
dalam rencana atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga.
Salah satu lembaga yang mengkampanyekan visi demi meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan akan suatu perilaku adalah Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia (PNRI/Perpusnas), yang memiliki tujuan untuk kampanye
menuju Indonesia gemar membaca. Lembaga ini adalah sebuah lembaga non-
departemen yang bertanggung jawab kepada presiden dalam kegiatan kepustakaan.
Dalam Undang-Undang tentang Perpustakaan (UU No. 43/2007)
dinyatakan bahwa pemerintah berkewajiban menggalakkan promosi gemar
membaca dan pemanfaatan perpustakaan. Adapun masyarakat luas mempunyai
3
hak yang sama untuk memanfaatkan perpustakaan seluas-luasnya sebagai sarana
pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, etnis,
agama, dan status sosial ekonomi.
Perpustakaan Nasional memiliki tujuan untuk menuju Indonesia gemar
membaca. Untuk mewujudkan tujuannya itu, Perpustakaan Nasional berupaya
mengajak masyarakat agar mau membaca setiap harinya dan berkunjung ke
perpustakan dalam mencari ilmu dengan cara membaca buku. Tak hanya sekedar
membaca, tapi juga masyarakat diajak untuk dikenalkan dengan berbagai fasilitas
di perpustakaan untuk dapat dimanfaatkan sepenuhnya yang dapat membuat
masyarakat dapat menerima informasi yang mereka butuhkan.
Seperti diketahui bahwa peluang terbesar, mudah, dan murah untuk
mendapatkan berbagai macam bahan bacaan terdapat di perpustakaan. Melalui
koleksi yang tersedia aneka ilmu pengetahuan dan keterampilan diperkenalkan
dan digali sehingga tertanam sikap dalam diri pembaca untuk terus menerus
belajar dan mencari informasi sepanjang hayat. Itulah sebabnya misi utama
perpustakaan adalah untuk menyediakan dan melayani kebutuhan informasi agar
tercipta generasi yang cerdas melalui kegiatan membaca.
Hal ini dilakukan karena bukan rahasia umum lagi kalau kesadaran
masyarakat untuk membaca sangat kurang. Apalagi kini mulai dari anak-anak
hingga orang dewasa lebih sibuk dengan menghabiskan waktu luangnya dengan
bermain dan melakukan urusannya yang menyita waktu daripada waktu untuk
membacanya. Hal inilah yang menjadi dasar kekhawatiran bagaimana masyarakat
4
akan menuju tantangan di masa depan kalau ilmu yang mereka miliki terbatas
akibat mereka tidak memiliki waktu luang untuk membaca dalam kesehariannya.
Berdasarkan hasil survei UNESCO menunjukkan bahwa minat baca
masyarakat Indonesia adalah yang paling rendah di antara negara-negara ASEAN.
Rendahnya minat baca ini dibuktikan dengan indeks membaca masyarakat
Indonesia yaitu baru sekitar 0,001. Artinya dari seribu penduduk, hanya ada satu
orang yang masih memiliki minat baca tinggi.3
Ada banyak penyebab yang membuat minat baca masyarakat begitu sangat
rendah. Hal ini erat kaitannya dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang
dapat menunjang masyarakat agar mau meningkatkan minat baca mereka. Selain
itu faktor dari dalam diri seorang individu untuk cinta membaca begitu sangat
rendah. Hal ini tentu saja menyulitkan untuk menyadarkan bahwa membaca buku
sangat penting bagi kehidupan individu tersebut.
Selain itu terdapat pula beberapa faktor pengaruh sosial penyebab
rendahnya minat baca yang terjadi di suatu kelompok masyarakat. Faktor
pengaruh tersebut berupa (1) faktor geografis, seperti: asal daerah, wilayah,
tempat berkumpul, desa, kota; (2) faktor demografis, seperti: usia, jenis kelamin,
keadaan keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, keadaan ekonomi, (3)
faktor psikografik, seperti: kelas sosial, gaya hidup, kepribadian, ketertarikan
individu/masyarakat, dan (4) faktor behavioral, seperti: sikap perilaku.
Oleh karena itu Perpustakaan Nasional berupaya berkoordinasi dengan
berbagai pihak untuk dapat mengatasi permasalahan sosial tersebut. Diperlukan
3
http://sariberitacoco.blogspot.com/2012/08/minat-baca-masyarakat-indonesia-rendah
(Diakses pada 11 Februari 2013, pukul 14:14).
5
sebuah strategi dan perencanaan yang matang untuk dapat mengubah suatu
perilaku di masyarakat, apalagi bagi masyarakat tersebut perilaku baru itu
terkesan tidak biasa untuk mereka lakukan. Diperlukan pendekatan yang
menyesuaikan dengan kondisi keadaan masyarakat agar dapat diterima dan tidak
menimbulkan konflik dalam pelaksanaannya. Selain itu juga dapat dipersiapkan
sarana dan prasarana sebagai media bagi seluruh pihak dalam menyukseskan
kampanye Indonesia gemar membaca di masyarakat.
Kegiatan membaca yang biasa dilakukan dapat meningkatkan kualitas
hidup bagi seseorang yang membuat kehidupan pada waktu yang akan datang
membuat ia menjadi seorang yang banyak ilmu sehingga bermanfaat untuk
lingkungannya. Budaya baca diawali dari tumbuhnya niat baca yang lama
kelamaan menjadi kebiasaan. Lalu dari kebiasaan itu akan tumbuh menjadi gemar
membaca, cinta membaca, hingga budaya membaca. Melalui generasi yang cerdas
pada akhirnya nanti juga akan memajukan peradaban bangsa dan negara. Inilah
tantangan yang dihadapi oleh Perpustakaan Nasional untuk merubah pola
kebiasaan masyarakat untuk meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat
yang akhir-akhir ini lupa untuk membaca karena berbagai kesibukannya.
Penelitian ini dilakukan dengan subjek penelitian Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia karena lembaga ini merupakan satu-satunya lembaga
pemerintahan yang bergerak di bidang kepustakaan dengan menggunakan sarana
dan prasarana sosial sebagai media yang mengkampanyekan gagasannya agar
masyarakat mau untuk meningkatkan minat bacanya atau berminat untuk
mengunjungi perpustakaan. Lembaga ini juga berupaya untuk mengubah perilaku
6
masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat kesadaran membaca yang rendah
agar mau membaca buku.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis upaya-upaya yang dilakukan
divisi public relations pada lembaga Perpustakaan Nasional dalam meningkatkan
kesadaran membaca masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berkaitan dengan tujuan Perpustakaan Nasional untuk
mengkampanyekan budaya banyak membaca.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka usulan penelitian ini diberi
judul: “Strategi Komunikasi Social Marketing Public Relations Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia Dalam Menuju Indonesia Gemar Membaca.”
B. Rumusan Masalah
Melihat fenomena bahwa lembaga Perpustakaan Nasional berupaya untuk
menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya membaca dikarenakan kesadaran
untuk membaca pada masyarakat yang sangat kurang, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang strategi komunikasi social marketing public
relations Perpustakaan Nasional dalam menuju Indonesia gemar membaca.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi komunikasi social marketing public relations
Perpustakaan Nasional dalam mewujudkan kampanye menuju
Indonesia gemar membaca?
7
2. Bagaimanakah pelaksanaan strategi komunikasi social marketing yang
telah dirancang?
3. Bagaimana evaluasi dari strategi komunikasi social marketing yang
sudah dilakukan?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya menyoroti bagaimana upaya strategi komunikasi
social marketing yang dilakukan oleh unit public relations Perpustakaan Nasional
untuk mewujudkan kampanye Indonesia gemar membaca serta kegiatan-kegiatan
atau hal-hal untuk menunjang terciptanya tujuan tersebut.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
- Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi
komunikasi yang dilakukan unit public relations Perpustakaan Nasional
dalam meningkatkan kesadaran membaca bagi masyarakat.
- Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui strategi komunikasi social marketing public
relations Perpusnas dalam mewujudkan Indonesia Gemar
Membaca.
2. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan strategi komunikasi social
marketing yang telah dirancang.
8
3. Untuk menjelaskan evaluasi dari pelaksanaan strategi komunikasi
social marketing yang sudah dilakukan.
Adapun manfaat kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat akademisi
Dari segi akademisi penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memperluas khazanah keilmuan komunikasi, khususnya mengenai strategi
komunikasi social marketing yang dilakukan Perpusnas dalam
mewujudkan tujuannya yaitu menuju Indonesia gemar membaca.
2. Manfaat praktis
Dari segi praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pembelajaran mengenai tugas dan fungsi divisi public relations dalam
mewujudkan tujuan lembaga.
E. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka dengan tujuan
untuk meyakinkan bahwa penulisan skripsi ini bukan merupakan hasil plagiat dari
skripsi sebelumnya. Sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, ada beberapa
tulisan skripsi yang berkaitan dengan tema dan judul skripsi penulis, namun
memiliki fokus atau tema kajian permasalahan yang berbeda di mana pada skripsi
kali ini mengambil tema kajian social marketing dalam mengubah perilaku
masyarakat. Sedangkan penelitian sebelumnya di antaranya:
9
1. “Strategi Komunikasi Presenter Pada Siaran Berita Dinamika di Televisi
Megaswara Bogor” oleh Ahmad Syaoqillah, jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta lulusan tahun 2010. Pokok
bahasan penelitian ini adalah bagaimana peran seorang presenter dalam
menyajikan berita.
2. Skripsi yang ditulis oleh Uthami, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional,
skripsi dengan judul, “Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran Yang
Diterapkan Oleh Planet Pool Centre Dalam Menarik Konsumen”. Fokus
dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui macam-macam strategi
komunikasi dalam kegiatan pemasaran yang bersifat ekonomi demi
mendapatkan profit sebesar-besarnya bagi perusahaan.
3. Skripsi ditulis oleh Ahmad Mursyidi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul “Strategi Komunikasi K.H.
Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak Pada
Masyarakat”. Fokus dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui strategi
pembinaan akhlak agar akhlak masyarakat dapat terjaga dalam menghadapi
krisis akhlak yang terjadi di masa kini.
4. Skripsi yang ditulis oleh Agus Mana. Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Dengan judul “Strategi
Komunikasi Public Relation PT. Musica Studio Dalam Mempromosikan Lagu
10
Religi”. Fokus dalam skripsi ini adalah upaya-paya yang dilakukan oleh PT.
Musica Studio dalam mempromosikan lagu-lagu religi agar tak kalah bersaing
dengan lagu non-religi dan dapat diterima oleh masyarakat. Penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut.
5. Skripsi yang ditulis oleh Zaldy Handi Aditia. Mahasiswa Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Dengan judul “Strategi
Komunikasi Humas Pemerintah Kota Tangerang Selatan Dalam Membentuk
Citra Kota Cerdas, Modern, Dan Religius”. Fokus pada skripsi ini adalah
pembentukan citra perusahaan di kalangan masyarakat dengan menonjolkan
identitas serta ciri khas yang membedakannya dengan kota-kota lainnya.
Dari berbagai tinjauan pustaka tersebut, terlihat penelitian terdahulu yang
dilakukan tidak mengusung tema social marketing yang dilakukan suatu
perusahaan/lembaga dan lebih bertujuan untuk peningkatan sumber daya dalam
perusahaan tersebut, peningkatan profit dan peningkatan tujuan perusahaan di
mata masyarakat, serta pembentukan citra suatu kota.
Maka yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah penelitian ini menggunakan pendekatan social marketing yang dilakukan
lembaga non-profit yang bertujuan untuk peningkatan kualitas individu/sosial.
Analisis yang dilakukan pada skripsi ini mengggunkan teknik analisis SWOT,
yaitu bagaimana sebuah instansi mempertimbangkan faktor-faktor intenal, seperti
strength (kekuatan), weakness (kelemahan). Faktor-faktor eksternal, seperti
opportunity (peluang) dan threats (ancaman) dalam mengkampanyekan gagasan.
11
F. Metodologi Penelitian
- Jenis penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip
umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dan gejala-gejala sosial di
dalam perilaku sebuah institusi. Peneliti berusaha untuk menggambarkan
secara jelas yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisa untuk
mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini
menitikberatkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-
kata melalui pengamatan dan wawancara dan sumber data lainnya yang dapat
menunjang pelaksanaan penelitian tersebut.4
- Sumber data
a. Data primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
yang langsung berkaitan dengan sumber objek penelitian. Untuk itu
pengumpulan data primer dilakukan dengan mengadakan wawancara,
observasi, dokumen yang dilakukan peneliti terhadap divisi atau orang-
orang terkait yang ada hubungannya dengan pihak yang berusaha untuk
mewujudkan tujuan lembaga Perpustakaan Nasional. Data sekunder
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rhineka Cipta, 1998), h. 10.
12
Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari sumber-
sumber lain selain dari data primer seperti dari buku-buku, artikel dan
bahan informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
.
- Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan prosedur
purposif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai
dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu.
Dengan menggunakan key person. Selain itu dapat pula digunakan prosedur
snowball, yaitu menggunakan jaringan mata rantai untuk mencari informan
lain yang merujuk kepada orang lain yang berpotensi berpartisipasi atau
berkontribusi dan mempelajari atau memberi informasi kepada peneliti.5
Berikut teknik-teknik dalam pengumpulan data:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan langsung di lapangan. Teknik
observasi atau pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat
langsung dengan mengamati objek yang diteliti. Teknik observasi
ini tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi.
Dengan observasi peneliti bisa memahami konteks data
dalam keseluruhan situasi; peneliti dapat menemukan hal-hal yang
5
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 107-108.
13
sedianya tidak terungkap; peneliti dapat melihat hal-hal yang
kurang diamati orang lain; peneliti mendapatkan pengalaman
langsung; peneliti dapat memperoleh gambaran yang lebih
komprehensif; dan peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang
kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan
suasana situasi yang diteliti.6
b. Wawancara
Wawancara (interview) secara langsung dengan pihak yang
menjadi objek penelitian, seperti langsung kepada kepala public
relations Perpustakaan Nasional. Atau dengan staf yang ada di
divisi public relations Perpustakaan Nasional. Peneliti
mewawancarai langsung kepala Subbag Humas Perpusnas yaitu
bapak Drs. Agus Sutoyo, M.Si dan staf Subbag Humas Perpusnas
yaitu Bapak Arwan Subakti, S.E.
Teknik wawancara yang dilakukan adalah dengan teknik
auto anamnesa dan aloo anamnesa. Auto anamnesa adalah
pemeriksaan yang didapat dengan wawancara langsung kepada
bagian unit public relations Perpusnas untuk mengembangkan
pemahaman mengenai masalah yang diteliti untuk mendapatkan
hasil yang akurat dan memungkinkan peneliti dapat mengenal lebih
dekat dengan subjek penelitiannya. Sedangkan auto anamnesa
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 228-229.
14
adalah wawancara yang dilakukan tidak langsung dengan sumber
yang diteliti atau wawancara yang dilakukan tapi tidak dengan unit
public relations Perpusnas, melainkan dengan unit lain yang masih
memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian.
c. Dokumen
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang sedang
diteliti dan kemudian akan dianalisa lebih lanjut.
Dokumen merupakan suatu catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-
surat, catatan harian, gambar, karya monumental, laporan, foto atau
video, dan sebagainya.7
- Analisis data
Data yang telah terkumpul (apapun sumber, metode, dan alat
pengumpulannya) selanjutnya perlu diolah dan dianalisis untuk menjawab
masalah peneliti. Untuk dapat menjawab masalah penelitian, tentu saja data
yang didapat perlu diorganisasikan secara tertentu sesuai dengan tuntutan
penyajian yang digunakan. Melaporkan data dengan menjelaskan mengenai
data yang terkumpul dan kemudian data tersebut disimpulkan.
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 240.
15
Pendekatan analisis kualitatif menggunakan pendekatan logika
induktif, silogismenya dibangun berdasarkan hal khusus atau data di
lapangan dan bermuara pada hal-hal umum. Teknik analisis kualitatif
digunakan untuk menganalisis makna dari data yang tampak, maka analisis
kualitatif digunakan untuk memahami makna dan bukan untuk menjelaskan
fakta tersebut.8
Penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Secara harfiah SWOT
adalah singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan),
opportunity (peluang), dan threats (ancaman). Analisis SWOT digunakan
sebagai alat analisis yang seringkali dimanfaatkan dalam penelitian
kualitatif untuk menganalisis masalah-masalah administrasi dan kebijakan
publik maupun untuk mengkaji masalah-masalah manajemen dan kinerja
perusahaan. Analisis SWOT dapat menunjukkan bahwa kinerja kebijakan
maupun perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan
eksternal perusahaan tersebut. Analisis SWOT membandingkan antara
faktor eksternal, yaitu peluang (opportunity) dan ancaman (threats) dengan
faktor internal, yaitu kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Kedua
faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. 9
Hasil analisis SWOT dapat digunakan untuk menawarkan alternatif
yang dilakukan dalam implementasi sebuah kebijakan maupun manajemen
perusahaan. Analisis SWOT dapat dilakukan untuk menganalisis kondisi
8 Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta
Press. 2008. h. 34.
9 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 250.
16
kebijakan dan kemungkinan kondisi perusahaan pada saat sebelum sebuah
kebijakan atau manajemen dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah
gambaran apakah kebijakan atau manajemen itu layak dilakukan atau tidak.
Namun bisa juga ketika kebijakan atau manajemen itu berlangsung untuk
memberi masukan apakah kebijakan itu dapat diteruskan, diubah
strateginya, atau bahkan dihentikan sama sekali.10
Dalam penelitian ini digambarkan analisis SWOT yang dilakukan
Perpustakaan Nasional untuk menyukseskan kampanye Indonesia gemar
membaca dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang ada
dalam lembaga. Begitu juga dengan peluang dan ancaman yang berasal dari
eksternal lembaga. Keterkaitan antara analisis SWOT dengan strategi
komunikasi social marketing yang dilakukan pada penelitian ini adalah
bahwa dalam mengkampanyekan suatu gagasan yang dikeluarkan oleh suatu
institusi untuk mengubah perilaku masyarakat, maka pihak instansi tersebut
harus mengetahui kelebihan apa yang dimiliki oleh mereka dan kekurangan
apa yang kemungkinan akan ditemui dalam menanggapi isu sosial tersebut,
dan juga pelaksanaan kegiatan praktiknya yang berkaitan dengan
keberlangsungan dan kesuksesan gagasan tersebut untuk dapat diterima oleh
masyarakat dan pada akhirnya dapat mengubah perilaku masyarakat
menjadi perilaku yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
masyarakat itu sendiri. Target strategi ini bagi masyarakat agar mereka
dapat menerima perilaku baru, menolak perilaku lama, merubah perilaku
10 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 250-251.
17
menjadi perilaku baru, dan meninggalkan perilaku yang lama menuju
perilaku yang baru.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun penelitian
ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I : Pada bab ini membahas pendahuluan yang menggambarkan
tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan dan kegunaan/manfaat penelitian, kajian teori, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab ini membahas mengenai landasan teori yang
menunjang dalam pembahasan materi penelitian ini. Di
antaranya, strategi komunikasi, public relations, kaitan public
reations dan marketing, social marketing, kegiatan kampanye
gemar membaca.
BAB III : Pada bab ini menguraikan tentang data-data lokasi penelitian
yang menunjang peneliti berdasarkan tema pembahasan pada
penelitian untuk melakukan analisa pada bab selanjutnya.
BAB IV : Pada bab ini terdiri dari hasil pembahasan berdasarkan temuan
data di lapangan. Hasil dan pembahasan menyajikan dan
menguraikan tentang strategi komunikasi social marketing
public relations Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
dalam menuju Indonesia gemar membaca.
18
BAB V : Bab ini adalah bab penutup yang terdiri dari kesimpulan yang
merupakan jawaban dari masalah penelitian dan saran untuk
subjek penelitian serta penyempurnaan penelitian ini.
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Strategi Komunikasi
1. Definisi Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang
artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Dengan demikian,
strategi dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul kata “strategos”
yang artinya pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi strategi adalah konsep
militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para jenderal (The Art of General),
atau suatu rancangan terbaik untuk memenangkan peperangan.1Marthin-Anderson
juga merumuskan strategi adalah seni di mana melibatkan kemampuan
intelegensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia dalam
mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan efisien.2
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planing) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan
tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah
saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.3
Berdasarkan uraian-uraian di atas mengenai definisi strategi, maka
menurut hemat penulis definisi strategi adalah suatu perencanaan yang dibangun
1
Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2013), h. 61.
2 Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2013), h. 61.
3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 300.
20
untuk mencapai tujan yang telah ditetapkan dengan menggunakan kemampuan
intelegensi dan mempertimbangkan sumber daya yang ada dalam pelaksanaannya.
2. Definisi Komunikasi
Komunikasi sangat penting bagi manusia dan telah menjadi kebutuhan
pokok manusia. Keberadaannya sejajar dengan kebutuhan utama manusia selain
kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Ada istilah terkenal yang berbunyi “we
can’t not communicate”, artinya kita tidak bisa tidak berkomunikasi, karena
komunikasi merupakan kebutuhan baik yang secara sadar maupun tidak sadar
harus terpenuhi. Siapapun kita tidak mungkin tidak berkomunikasi, karena dengan
komunikasi dapat memudahkan tercapainya suatu maksud.
Menurut Harold Laswell cara yang baik untuk menggambarkan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who, Says
What, In With Channel, To Whom, With What Effect.4
Colin Cherry
mendefinisikan komunikasi sebagai usaha untuk membuat satuan sosial dari
individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkaian
peraturan untuk berbagai kegiatan mencapai tujuan.5
Bernard Berelson dan Garry A. Stainer dalam karyanya “Human Behavior”
mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan lambang-lambang, kata-kata,
gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses penyampaianlah
4
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, cetakan keduabelas, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 69.
5 Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto, Komunikasi Pembangunan & Perubahan Sosial
Perspektif Dominan, Kaji Ulang, dan Teori Kritis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 76.
21
yang biasanya dinamakan komunikasi.6
Carl I. Hovland mendefinisikan
komunikasi sebagai proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan
perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain
(komunikan).7
Berdasarkan uraian-uraian di atas mengenai definisi komunikasi, maka
menurut hemat penulis definisi komunikasi adalah suatu kegiatan penyampaian
pesan dalam diri komunikator berupa informasi, tanda, emosi dengan
menggunakan bahasa/simbol/lambang agar menimbulkan kesamaan pengertian
oleh komunikan yang menyebabkannya mendapat stimuli untuk mengubah
perilakunya.
Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss komunikasi efektif paling
tidak menimbulkan lima hal: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap,
hubungan sosial yang semakin baik, dan tindakan.8 Tahapan-tahapan tersebut
adalah indikator dalam mengukur efektivitas komunikasi. Jika kita menginginkan
orang lain melakukan tindakan sesuai dengan pesan komunikasi yang kita
sampaikan, maka kita harus memberi stimuli berupa perhatian terhadap orang lain
terhadap apa yang ia butuhkan, yang ia sukai dan tidak disukainya dan akrab.
Setelah kita memberi perhatian, maka akan timbul kesenangan sehingga timbul
suasana yang hangat dari mereka untuk menerima kita, juga terhadap pesan yang
disampaikan padanya. Dengan begitu maka kita akan mudah untuk memengaruhi
6
Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 48.
7 Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 49.
8 Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto, Komunikasi Pembangunan & Perubahan Sosial
Perspektif Dominan, Kaji Ulang, dan Teori Kritis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 78.
22
sikap mereka untuk mulai menerima, mengolah dan menyimpan informasi yang
kita sampaikan karena telah timbul kepercayaan mereka terhadap kita. Dengan
adanya kepercayaan tersebut maka akan terjalin hubungan sosial yang baik.
Dengan hubungan yang baik maka akan terjalin suatu ikatan yang positif antara
komunikator dengan komunikan dapat memengaruhi komunikan untuk
melakukan tindakan nyata yang diharapkan oleh komunikator dari kegiatan
komunikasi tersebut. Tindakan adalah tahap akhir dari seluruh proses komunikasi.
3. Strategi Komunikasi
Dalam berkomunikasi tentu kita ingin mendapat hasil yang maksimal,
yaitu pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan.
Komunikan akan paham, mengerti, dan tahu makna dan tujuan disampaikan pesan
kepadanya agar ia dapat bertindak sesuai dengan pesan yang diterimanya. Namun,
di balik keberhasilan penyampaian pesan pasti membutuhkan persiapan yang
cukup dari pihak komunikator, karena ialah sang penentu berhasil atau gagalnya
sebuah kegiatan komunikasi.
Seorang komunikator haruslah menyampaikan pesan yang logis dan
mudah dimengerti orang karena sebagian besar kesalahpahaman yang terjadi
dalam kegiatan komunikasi ditentukan oleh kegagalan komunikator untuk
menempatkan diri dalam sudut pandang komunikan dan membayangkan apakah
mereka mengerti ucapannya. Karena dalam kegiatan komunikasi komunikan ingin
merasa dianggap penting dan dihargai serta dipertimbangkan kebutuhannya.
Seorang komunikator tidak boleh mengasumsikan jalan pikiran orang atau
23
menganggap bahwa perkataannya sudah cukup jelas sehingga menyamaratakan
semua orang akan setuju dan mengerti ucapannya.
Seorang komunikator harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas komunikasi, di antaranya9:
1. Nilai standar komunikator dan pendengar, seperti: perbedaan latar
belakang, pendidikan, kepercayaan, nilai etika.
2. Pesan yang disampaikan. Kata yang sama dapat mempunyai arti yang
berbeda bagi berbagai masyarakat di tiap daerah. Hindari istilah-istilah
yang sulit dimengerti untuk komunikan.
3. Saringan yang dilewati pesan. Kata-kata/istilah khusus dalam pesan dapat
membentuk filter yang dapat mengacaukan pesan yang disampaikan dan
yang diterima. Oleh karena itu gunakanlah bahasa yang mudah dipahami.
4. Metode komunikasi. Cara yang dilakukan dalam kegiatan komunikasi,
misalnya dengan memperlihatkan sesuatu, menunjuk, menciptakan
gambaran visual.
5. Lingkungan terjadinya komunikasi. Pastikan bahwa kecil kemungkinan
atau bahkan tidak adanya noise (gangguan) di lingkungan sekitar agar
pesan yang disampaikan dapat diterima sempurna dan kegiatan
komunikasi dapat berjalan maksimal.
Strategi dalam komunikasi akan membawa hasil bagaimana pesan tersebut
setelah disampaikan apakah berhasil atau gagal tergantung dari tindakan yang
dilakukan komunikan. Komunikasi yang berhasil dapat teridentifikasi dengan
9
Patrick Forsyth, Psikologi Populer Komunikasi Persuasif Yang Berhasil, (Jakarta:
Arcan, 1993), h. 17.
24
adanya perubahan perilaku dari komunikan. Ia terpengaruh, terbujuk, menambah
informasi, bertindak sesuai perintah komunikator. Namun apabila kegiatan
komunikasi gagal juga dapat teridentifikasi dari sikap komunikan, seperti
bantahan, keluhan, timbul kesalahpahaman, informasi yang keliru, penolakan,
sikap cuek, tidak ingin mengubah kebiasaan.
Penggunaan media juga memiliki andil besar dalam kegiatan komunikasi.
Mulai dari media elektronik, media massa, media komunikasi semuanya dapat
memudahkan dalam kegiatan komunikasi. Namun, kegagalan komunikasi juga
bisa terjadi dari penggunaan media, misalnya pada media cetak adanya kesalahan
penulisan, tercoret, tersobek. Pada media elektronik terjadi karena sinyal jelek,
selintas, tidak bisa diulang, sinyal jelek atau terputus-putus.
Strategi komunikasi sangat dibutuhkan bagi individu atau lembaga yang
akan menjalankan program-program kegiatan komunikasi yang bertujuan adanya
perubahan di masyarakat. Hal ini dilakukan dengan cara membuat rancangan
gagasan, aturan, target, cara, jangka waktu, dan evaluasi untuk mencapai tujuan
dengan memperhatikan faktor internal dan eksternal dalam mengoordinasikan
program dan meminimalisir kemungkinan kesalahpahaman persepsi khalayak
agar program-program tersebut dapat direncanakan dengan baik hingga akhirnya
berhasil dilaksanakan.
Pakar komunikasi Middleton membuat definisi dengan menyatakan:
“Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen
komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), komunikan
25
(penerima), sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan
komunikasi yang optimal.” 10
Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut
strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara
taktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa
berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi.11
Berdasarkan uraian-uraian di atas mengenai definisi strategi komunikasi,
maka menurut hemat penulis definisi strategi komunikasi adalah perencanaan
dalam kegiatan penyampaian pesan dengan mempertimbangkan unsur-unsur
komunikasi serta penggunaan media yang tepat juga memperhatikan peluang dan
ancaman dalam pelaksanaannya sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima
dengan baik dan tidak menimbulkan kesalahpahaman khalayak.
B. Public Relations
Istilah public relations berasal dari dua kata berbahasa Inggris, yaitu
public dan relations. Pengertian public adalah sekelompok orang yang menaruh
perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang
sama. Publik merupakan grup kecil, terdiri atas orang-orang dengan jumlah
10
Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2013), h. 61.
11
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 301.
26
sedikit, juga dapat merupakan sekelompok besar.12
Istilah “relations” merupakan
prinsip daripada public relations. Penggunaan istilah “relations” mengandung arti
adanya hubungan yang timbal balik atau two-way-communications.13
Definisi public relations menurut W. Emerson Reck, adalah:
“Kelanjutan dari proses penetapan kebijaksanaan, penentuan
pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan
orang-orang, golongan, atau masyarakat agar orang atau lembaga itu
memperoleh kepercayaan dan goodwill dari mereka. Pelaksanaan dan
kebijaksanaan, pelayanan, sikap adalah untuk menjamin adanya pengertian
dan penghargaan yang sebaik-baiknya.”14
Pengertian public relations menurut Frank Jefkins adalah semua bentuk
komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu
organisasi dengan semua khalayak dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik
yang berlandaskan pada saling pengertian.15
Sedangkan di tahun 1923 Edward
Bernays mendefinisikan public relations sebagai pemberi informasi secara
langsung dan persuasif kepada publik agar merubah tindakan dan sikap publik
dapat berintegrasi dengan tindakan dan sifat publik dari suatu institusi.16
Public relations adalah bidang yang memerlukan perencanaan yang
matang, mengkampanyekan program kerja, aktivitas dan informasi.
Memperkenalkan dan meningkatkan kesadaran atau pengertian dan mencari
dukungan publik dari sasaran khalayak, sekaligus memengaruhi serta membujuk
12
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relations Teori dan Praktik Public
relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 5.
13
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relations Teori dan Praktik Public
relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 6.
14
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relations Teori dan Praktik Public
relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 2. 15
Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta:Penerbit Erlangga, 2004), h. 9. 16
Danandjaja, Peranan Humas Dalam Perusahaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
h.14.
27
khalayak yang dituju, membentuk agar gagasan dan ide perusahaan/lembaga yang
ditawarkan menjadi disukai dan dapat dipercaya oleh publik.
Dari berbagai macam definisi-definisi tersebut mengenai public relations,
maka penulis berkesimpulan bahwa public relations adalah suatu kelompok kerja
yang berada dalam sebuah perusahaan/lembaga yang bertugas untuk mendukung
manajemen dengan bekerja sama dengan tiap-tiap elemen perusahaan dalam
pencapaian tujuan perusahaan agar memperoleh kepercayaan, good will¸ serta
membentuk opini dan citra yang positif tentang perusahaan agar dikenal dan
disukai dengan menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan
publik.
Jenis-Jenis Public Relations:
1. Public Relations Dalam Bisnis
Sebuah perusahaan yang memproduksi barang atau jasa pasti
membutuhkan kegiatan publikasi untuk mengenalkan produknya kepada
masyarakat karena publikasi merupakan salah satu komponen yang cukup
berperan banyak untuk menunjang keberhasilan dalam promosi.17
Kegiatan promosi untuk mengenalkan produk kepada masyarakat serta
strategi untuk mendapat kepercayaan dan citra khalayak dari produk yang
dipasarkan merupakan tugas dari public relations.
Dengan menggunakan berbagai fasilitas media komunikasi mereka
menjadi sumber informasi penting agar publik dapat tertarik dalam
aktivitas bisnis perusahan tersebut. Ini dilakukan agar ada sebagian dari
17
Rosady Ruslan, Kiat dan Kampanye Public Relations, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2007), h. 58.
28
publik tersebut menjadi investor untuk menanam saham atau menjadi
pelanggan tetap melalui pembelian produk dalam aktivitas bisnis
perusahaan tersebut.
Apabila performa bisnis perusahaan tersebut terbilang baik maka
akan menciptakan finansial yang baik dan akan banyak kegiatan bisnis
dalam perusahan tersebut. Hal ini tentu akan menarik para investor untuk
menanamkan sahamnya dan ini menyebabkan harga saham perusahaan
tersebut akan naik yang tentunya akan mendatangkan keuntungan bagi
perusahaan. Sebaliknya apabila performa binis perusahaan buruk, maka
harga saham juga akan anjlok.
Banyak sumber informasi yang digunakan oleh investor untuk
membuat keputusan dalam membeli dan menjual saham. Informasi
perusahaan, opini para ahli keuangan, peranan media dalam memberitakan
performa bisnis suatu perusahaan. Inilah yang menjadi pekerjaan krusial
bagi public relations bisnis. Public relations bisnis harus mengetahui
bagaimana cara menarik perhatian klien mereka (investor dan pelanggan),
membangun citra perusahaan dalam pemberitaan media.18
Public relations dalam bisnis biasanya berupaya untuk meluaskan
pasaran suatu produk melalui kampanye dalam berkomunikasi dengan
bertujuan menciptakan pengetahuan, pengertian, pemahaman, kesadaran,
18
Jane Johnston and Clara Zawawi, ed., Public Realtions Theory and Practice 2nd
Edition, (Sydney: Allen & Unwin, 2004), h. 379.
29
minat dan dukungan dari berbagai pihak untuk memperoleh citra bagi
lembaga atau organisasi yang diwakilinya.19
.
2. Public Relations Dalam Pemerintah
Selain public relations dalam bisnis, terdapat juga public relations
dalam pemerintahan. Perbedaan utama keduanya adalah bahwa pada
public relations di pemerintahan tidak ada sesuatu yang diperjual-belikan
berupa produk atau jasa yang ditawarkan untuk mendatangkan keuntungan
finansial pada lembaganya. Kegiatannya lebih kepada pelayanan publik
demi kepentingan umum.
Public relations dalam pemerintah harus mampu membangun
komunikasi dua arah antara pemerintah dan publik agar tercipta hubungan
yang baik dan saling menguntungkan. Dalam melakukan komunikasi ke
luar ia harus mampu memberikan informasi secara jujur dan terbuka
kepada masyarakat terhadap pelaksanaan program-program, kebijakan,
serta pelayanan masyarakat yang direncanakan oleh pemerintah dan
menggiring opini publik agar tercipta persamaan persepsi dan membentuk
citra di masyarakat, lalu menanamkan keyakinan dan kesadaran
masyarakat serta mengajak masyarakat turut andil dalam partisipasinya
untuk menyukseskan program-program pembangunan tersebut.
Selain melakukan komunikasi ke luar, mereka harus bisa
melakukan komunikasi ke dalam seperti menyerap aspirasi dan keinginan
masyarakat kepada pemerintah, lalu berperan aktif dalam memberi saran,
19
Rosady Ruslan, Kiat dan Kampanye Public Relations, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2007), h. 37.
30
ide, gagasan yang kreatif kepada pemerintah apa yang sebaiknya
dilakukan agar keinginan masyarakat tersebut dapat terpenuhi dan selaras
demi tercapainya tujuan bersama sehingga dapat tercipta hubungan yang
saling menguntungkan.
Rosady Ruslan menguraikan secara rinci tugas dan fungsi public
relations pemerintah agar tercapai komunikasi dua arah sebagai berikut:20
a. Memberikan penerangan dan pendidikan masyarakat tentang kegiatan
pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan nasional.
b. Mampu meyakinkan atau menyosialisaikan maksud dan tujuan
peraturan, langkah-langkah, serta pelaksanaan kebijakan pemerintah.
c. Menyampaikan dan memonitor pendapat umum yang berkembang
mengenai kebijakan yang dikeluarkan tersebut agar diterima publik.
d. Menyampaikan informasi atau pesan tentang keinginan-keinginan,
aspirasi, pendapat, dan persepsi masyarakat yang pada akhirnya akan
disampaikan kepada pemerintah.
e. Membujuk masyarakat agar lebih aktif dalam peran sertanya
menunjang program-program pembangunan.
f. Turut aktif dalam menyukseskan lebih spesifik mengenai program-
program pembangunan nasional yang dikeluarkan pemerintah.
Menciptakan iklim situasi yang kondusif demi keamanan program.
20
Rosady Ruslan, Etika Kehumasan Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Rajawali Pers,
2008), h. 114.
31
g. Membangun komunikasi timbal balik yang efektif dan menjalin
hubungan yang baik, saling kerja sama, mempercayai, dan saling
mendukung antara pemerintah dan masyarakat.
h. Menyelenggarakan pelatihan, seminar, serta work shop sebagai upaya
peningkatan keterampilan khusus dan menambah wawasan berpikir.
i. Melakukan pendokumentasian dari setiap kegiatan publikasi dan
peristiwa khusus di lingkungan instansi/lembaganya.
Selain itu lembaga pemerintah biasanya berinisiatif untuk
mengadakan program-program demi meningkatkan kualitas masyarakat,
meningkatkan sumber daya manusia yang memang belum pernah ada
sebelumnya yang sesuai dengan visi dan misi lembaga tersebut untuk
dilakukan di suatu masyarakat. Oleh karena itu maka lembaga pemerintah
tersebut mengandalkan peran public relations untuk mengenalkan
kampanye program kegiatan tersebut kepada masyaakat.
Seperti halnya pada kampanye produk yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk mendatangkan profit, dalam melaksanakan suatu
kampanye demi perubahan yang terjadi di masyarakat maka bagian public
relations pemerintah juga memanfaatkan media dalam menyukseskan
kampanye mereka. Media yang digunakan juga hampir sama, namun
perbedaan utamanya pada jenis iklan yang digunakan. Jenis iklan yang
digunakan bukan iklan komersil, melainkan iklan layanan masyarakat.
Crompton dan Lamb memberi definisi iklan layanan masyarakat
(ILM) sebagai:
32
“Suatu pengumuman atau pemberitahuan yang bersifat non
komersial yang mempromosikan program-program kegiatan,
layanan pemerintah, layanan organisasi non-bisnis dan
pemberitahuan-pemberitahuan lainnya tentang layanan kebutuhan
masyarakat di luar ramalan cuaca dan pemberitahuan yang bersifat
komersial.”21
Spot ILM dalam media sangat terbatas dan efek iklan untuk
perubahan perilaku sangat kecil. Sebaiknya public relations pemerintah
harus terjun langsung menemui masyarakat yang menjadi sasaran dari
program pemerinah tersebut untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
memengaruhi tujuan kesuksesan dari program yang dicanangkan.
3. Public Relations Dalam Sektor Ketiga
Yang dimaksud dengan sektor ketiga adalah organisasi masyarakat
seperti NGO (Non-Government Organisation) dan CAGs (Community
Action Groups). Biasanya jenis organisasi ini adalah organisasi buatan
masyarakat sendiri dan tidak berorientasi pada profit atau biasa disebut
organisasi nirlaba. Anggota kelompok ini biasanya terdiri dari para
relawan yang memiliki ideologi yang sama terkait sebuah isu dan program
yang mereka lakukan adalah demi kepentingan umum. Mereka biasa
disebut sebagai aktivis.
Mereka melakukan pendekatan efektif kepada masyarakat dan
mencoba memengaruhi masyarakat terkait isu-isu sosial dan moral yang
mereka kembangkan, juga dampak negatif dari isu tersebut yang dapat
21
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia,
(Jakarta: Pustaka Utama, 1992), h. 201.
33
merugikan masyarakat dan lingkungan akibat dari kegiatan produksi
pemerintah dan produksi perusahaan.
Bentuk kelompok ini terdiri bermacam-macam jenis seperti klub,
komunitas, kelompok konservatif. Karakteristik mereka adalah gerakan
masif, proaktif terkait isu, logis, radikal, memiliki akses kepada sumber
dan infrastruktur, berperan penting dalam kelangsungan hidup dan
lingkungan, non-hierarki, informal, dan mereka menghilang dari publik
apabila sebuah isu telah berakhir.22
Peranan dan kontribusi public relation pada sektor ketiga ini
adalah menjadi pembela masyarakat sebagai penghubung antara
masyarakat dan institusi penguasa seperti pemerintah dan perusahaan dari
kegiatan produksi. Mengangkat isu-isu sosial dengan berlakunya sebuah
kebijakan yang menimbulkan resiko pada publik, lalu menyebarkannya
kepada publik, menghormati dan melindungi hak-hak masyarakat,
pengganti peran pemerintah yang tak mendukung kepada masyarakat
terkait isu, dan memberi reaksi terkait sebuah isu sosial, bersikap kritis,
mereka memiliki akses informasi dan teknologi komunikasi serta mengatur
dan mengelolanya untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat.
22
Johnston, Jane and Clara Zawawi, ed., Public Realtions Theory and Practice 2nd
Edition, (Sydney: Allen & Unwin, 2004) h. 429.
34
Bauran tugas dan fungsi public relations23
:
1. Publikasi: menyebarkan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas
perusahaan kepada publik untuk memperoleh tanggapan positif dari publik.
2. Event: menyelenggarakan acara dalam jangka waktu, tempat, objek tertentu
untuk memengaruhi opini publik. Biasa dilakukan rutin atau karena
bersamaan dengan suatu moment yang tepat.
3. News: menciptakan berita melalui press release, newsletter, dan buletin.
4. Communicator involvement: mengadakan kontak sosial dengan kelompok
masyarakat tertentu yang mewakili suatu pihak/organisasi.
5. Meraih citra: memberitahu kepada publik/menarik perhatian untuk
mendapat citra positif.
6. Negosiasi: negosiasi agar semua rencana, ide, gagasan suatu lembaga
sebelum dikenalkan kepada publik mendapat kesepakatan dan dukungan
dari publik agar saling menguntungkan.
7. Tanggung jawab sosial: tidak hanya memikirkan keuntungan untuk
perusahaan tetapi juga kepedulian kepada masyarakat untuk mendapatkan
simpati dan empati.
Tidak selamanya apa yang direncanakan oleh perusahaan demi mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dapat berjalan lancar. Ada kalanya terdapat hambatan
atau kesulitan dalam pelaksanaannya, inilah yang dinamakan krisis. Krisis bisa
terjadi karena adanya kesalahan cara pengelolaan yang dilakukan oleh pihak
pengelola atau pemilik. Krisis dimulai ketika ada kesalahan persepsi yang dapat
23
Rosady Ruslan, Kiat Dan Sukses Strategi Kampanye Public Relations, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2007), h.13-15.
35
menimbulkan perbedaan pandangan antara satu pihak dengan pihak yang lainnya.
Krisis dapat terjadi di dalam internal maupun eksternal perusahaan. Krisis
internal biasanya terjadi karena antara divisi dalam sebuah instansi tidak mau
bekerja sama, adanya pertarungan kekuasaan antar departemen. Hal ini biasanya
terjadi karena adanya sistem penilaian yang dilakukan oleh instansi tersebut yang
menghasilkan persaingan internal instansi. Krisis eksternal terjadi karena salah
pengertian mengenai penyampaian pesan kepada masyarakat, kurang dipahami,
kurang dimengerti, produk atau program yang dikeluarkan suatu instansi tidak
mendapat respon dari masyarakat atau bahkan mengganggu kenyamanan
masyarakat. Inilah resiko berkampanye berhadapan langsung dengan masyarakat
yang bersifat heterogen atau bersifat massal.
Menurut Rosady Ruslan, dampak krisis yang timbul dan memengaruhi
suatu perusahaan adalah: peningkatan intensitas masalah; masalah akan menjadi
sorotan publik melalui liputan media; mengganggu kelancaran kegiatan dan
mengganggu nama baik serta citra yang sudah terbangun di masyarakat; merusak
sistem kerja, etos kerja, hingga mengakibatkan lumpuhnya kegiatan sebuah
instansi/perusahaan.24
Upaya yang dapat dilakukan dengan adanya krisis tersebut dapat dilakukan
dengan cara melakukan pendekatan kepada masyarakat; menyampaikan manfaat
dari produk/gagasan dengan menggunakan bahasa yang sopan; mengenali kultur
masyarakat yang menjadi sasaran; melakukan riset yang kontinyu sebelum
memasarkan produk/gagasan; membuka seluruh saluran komunikasi yang
24
Rosady Ruslan, Praktik dan Solusi Public Relations Dalam Situasi Krisis dan
Pemulihan Citra, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), h. 98.
36
dibutuhkan oleh masyarakat; mempertemukan antara pihak perusahaan dan
masyarakat untuk duduk bersama dan bermusyawarah.
C. Kaitan Antara Public Relations Dan Marketing
Inti dari pemasaran (marketing) adalah mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang yang baik dan singkat dari
pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.
American Marketing Association (AMA) 25
menawarkan definisi formal berikut,
pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk
menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan
untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan
organisasi dan pemangku kepentingannya.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa tujuan pokok dari pemasaran
yang bersifat umum adalah untuk mencari keuntungan finansial bagi sebuah
organisasi. Ketika tujuan pemasaran tersebut dikaitkan dengan tugas public
relations untuk mengenalkan produk kepada masyarakat, maka hal tersebut dapat
menguatkan dan menambah peran vital public relations untuk mendatangkan
profit yang besar untuk perusahaan. Dari perpaduan antara public relations dan
pemasaran (marketing), maka muncullah istilah baru antara keduanya yang
disebut marketing public relations.
Pencetus pertama konsep marketing public relations adalah Mr. Thomas L.
Harris pada tahun 1990-an. Ia mendefinisikannya sebagai:
25
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Erlangga,
2009), h. 5.
37
“Proses perencanaaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian program-
program yang merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui
komunikasi mengenai informasi yang dapat dipercaya dan melalui kesan-
kesan yang menghubungkan perusahaan dan produknya sesuai dengan
kebutuhan, keinginan, perhatian, dan kepentingan para konsumen.”26
Dari definisi tersebut ada dua hal yang menjadi titik berat dalam
pelaksanaan marketing public relations. Pertama bagaimana agar para konsumen
terdorong untuk melakukan pembelian dan menghasilkan kepuasan pada
konsumen. Kedua, bagaimana kegiatan komunikasi yang dapat menghasilkan
informasi mengenai produk yang dapat dipercaya oleh konsumen melalui kesan-
kesan positif. Karena melalui kegiatan komunikasi dapat timbul kepercayaan dari
publik maka diperlukan peran publisitas oleh bagian public relations.
Strategi yang dilakukan dalam pemasaran suatu produk agar dapat
bersaing dan diterima baik oleh publik dalam bidang pemasaran dikenal dengan
istilah marketing mix, yang dikenal dengan 4P (product, price, placement,
promotion). Product (produk) yang ditawarkan harus produk yang menarik dan
dibutuhkan masyarakat. Price (harga) yang ditetapkan harus terjangkau oleh daya
beli masyarakat. Placement (lokasi) lokasi harus strategis dan dekat dengan
masyarakat tujuan. Promotion (promosi) dilakukan dengan gencar agar produk
dikenal publik. Strategi ini dilakukan sebagai kampanye merek kepada publik
dengan melakukan pemberitaan di media massa, spesial event marketing, pameran,
peliputan berita program perusahaan dengan kolaborasi bersama pihak media
komunikasi untuk dipublikasikan kepada khalayak.
26
Ahmad S. Adnanputra, Marketing Public Relations Memenangkan Persaingan,
(Depok: PT. Ikrar Mandiri, 1994), h. 30.
38
Publikasi yang dilakukan agar lebih dikenal oleh khalayak luas biasanya
menggunakan media iklan. Jenis iklan yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu
iklan lini atas dan iklan lini bawah. Iklan lini atas adalah iklan yang
mengharuskan pembayaran komisi kepada biro iklan, contohnya adalah tayangan
iklan di media cetak, televisi, radio, bioskop, billboard, dan sebagainya.
Sedangkan iklan lini bawah adalah jenis iklan yang tidak mengharuskan adanya
komisi seperti iklan pada pameran, brosur, lembar informasi dan sebagainya.27
Pemilihan media yang tepat dalam mengkampanyekan produk membutuhkan
perencanaan yang bijak agar produk tersebut dapat dikenal luas oleh khalayak.
Namun penggunaan media iklan belum tentu menjadi indikator kesuksesan yang
diharapkan oleh perusahaan.
Penguatan peran public relations dalam mengenalkan suatu produk pada
era multimedia ini, seringkali pesan yang disampaikan dengan menggunakan
media, seperti iklan seringkali tidak berpengaruh kepada masyarakat karena hanya
terjadi arus komunikasi satu arah, apalagi tidak sedikit masyarakat yang sangat
membenci iklan. Sedangkan dengan peran public relations daya tembus pesan
menggunakan pesan-pesan informatif dan persuasif, karena adanya interaksi
kepada masyarakat sehingga akan tercipta komunikasi dua arah yang berujung
adanya timbal balik antara public relations dan masyarakat.
Dalam kampanye yang dilakukan public relations dalam pemasaran, selain
menggunakan strategi 4P, ada tambahan 2P lainnya, yaitu power (push strategy),
yang bertujuan membentuk opini, persepsi, tanggapan, tujuan yang hendak
27
Frank Jefkins, Periklanan, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 28-29.
39
dicapai pada masyarakat dan public relations (pull-strategy) yang bertujuan untuk
menciptakan citra dan kepercayaan masyarakat.
Dalam kampanye marketing public relations tidak hanya menggunakan
strategi promosi konvensional yang dikenal dengan push-pull strategi, melainkan
ada penambahan satu lagi, yaitu pass strategi. Strategi pertama adalah dengan
mendorong pergerakan produk melalui pemberian insentif dan bonus kepada
distributor hingga ke pengecer disebut push-strategy. Strategi yang kedua dengan
menarik perhatian konsumen melalui jor-joran iklan dan insentif promosi agar
mereka membeli produk disebut pull-strategi.
Strategi ketiga yang sering dipakai praktisi public relations adalah pass-
strategi untuk menjangkau konsumen yang makin kebal iklan, juga menembus
opini kritis kalangan pengamat, pembentuk opini, aktivis, dan pemimpin informal
untuk memberikan dukungan positif.28
Keseluruhan strategi pemasaran yang dilakukan public relations, dalam
pelaksanaannya juga dapat disisipkan dengan tujuan dan fungsi utama public
relations seperti membangun hubungan yang harmonis dengan publik,
menumbuhkan kepercayaan publik, meningkatkan citra perusahaan, memperbaiki
kualitas produk yang dipasarkan, sehingga tercipta opini publik yang positif
terhadap produk dan juga perusahaan.
28
Hifni Alifahmi, Marketing Communications Orchestra, (Bandung: Examedia
Publishing Grup, 2008), h.70-71.
40
D. Social Marketing (Pemasaran Sosial)
Walaupun peran public relations dalam perusahaan berkaitan erat dengan
pemasaran yang tujuan menghasilkan profit yang besar bagi perusahaannya,
namun bukan berarti tujuan untuk masyarakat sebagai konsumen dapat
dikesampingkan. Terdapat juga bentuk pemasaran yang cenderung lebih berpihak
kepada pelayanan kebutuhan masyarakat yaitu pemasaran berwawasan sosial.
Definisi sosial menujukkan peran yang dimainkan pemasaran di dalam
masyarakat tersebut yaitu: “Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di
mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan
produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain.”29
Dari konsep pemasaran berwawasan sosial tersebut muncul konsep baru
yang masih berkaitan dengan pemasaran, yaitu pemasaran sosial atau social
marketing. Social marketing adalah suatu penerapan dari konsep pemasaran pada
aktivitas non-komersial yang berhubungan dengan kepedulian kemasyarakatan,
kesejahteraan rakyat dan pelayanan sosial.30
Istilah social marketing (pemasaran sosial) ditampilkan pertama kali pada
tahun 1971, yaitu suatu konsep dan upaya strategi pihak public relations. Upaya
ini dilakukan demi kepentingan publik, maka seorang social marketer (praktisi
public relations) tidak hanya melakukan kampanye public relations tentang
pengertian masyarakat mengenai bergunanya suatu pemahaman dan pengetahuan
29
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Erlangga,
2009), h. 5.
30
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relations Teori dan Praktik Public
Relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 98.
41
terhadap gagasan atau ide apa yang dikampanyekan, tetapi juga mengupayakan
strategi untuk mengubah pola kehidupan dan kebiasaan yang ada dalam suatu
masyarakat.31
Selain itu ia juga memastikan bahwa gagasan yang telah
dikampanyekan dapat menjanjikan sesuatu yang bernilai bagi publik demi
peningkatan kualitas hidup.
Mengikuti prinsip pemasaran berwawasan sosial, yaitu sebuah perusahaan
yang sudah sadar mengambil keputusan pemasaran dengan mempertimbangkan
keinginan dan kepentingan konsumen, persyaratan perusahaan, dan kepentingan
jangka panjang masyarakat. Perusahaan menyadari bahwa pengabaian dan
kepentingan jangka panjang kemasyarakatan dapat merugikan konsumen dan
masyarakat. Perusahaan yang selalu waspada memandang masalah
kemasyarakatan sebagai peluang. Pemasar yang berorientasi pada masyarakat
ingin merancang produk yang menyenangkan dan juga memberi manfaat.32
Social marketing digunakan untuk mendesain strategi-strategi pemasaran
untuk mendapatkan individu, kelompok, atau seluruh warga agar mengubah
perilaku mereka dengan cara yang dipercaya pemasar untuk masyarakat secara
keseluruhan. Usaha ini dapat dilakukan untuk mendorong masyarakat mengadopsi
perilaku-perilaku; mendorong masyarakat untuk melakukan tindakan-tindakan
yang menguntungkan siapa saja; serta mendorong individu, pemimpin perusahaan,
pemimpin nasional untuk mendukung tindakan-tindakan program kampanye.
31
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relations Teori dan Praktik Public
Relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 90-91.
32
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: Prenhallindo,
1997), h. 316.
42
Berikut ini adalah perbedaan dan persamaan social marketing dan
pemasaran komersil:
Tabel 2.1 Perbedaan social marketing dan pemasaran komersil:
Social marketing Pemasaran Komersil
Produk
Menjual perubahan
perilaku
Menjual barang dan jasa
Tujuan
Peningkatan kualitas
individu/sosial
Peningkatan finansial
Kompetitor
Perilaku yang ingin
diubah/bermanfaat
Organisasi yang
menawarkan barang dan jasa
Segmentasi
Individu/kelompok yang
memiliki permasalahan
secara sosial
Individu/kelompok yang
mampu meningkatkan
penjualan produk
Persamaan social marketing dan komersil:
1. Berorientasi pada konsumen.
2. Penggunaan riset pemasaran.
3. Segmentasi audiens.
4. Terfokus pada integrasi marketing mix 4P (product, place,
promotion, price).
5. Pengukuran hasil yang digunakan sebagai peningkatan.
Menurut Philip Kotler, social marketing menggunakan prinsip-prinsip dan
teknik-teknik pemasaran untuk memengaruhi audiens sasaran untuk secara
43
sukarela agar menerima, menolak, memodifikasi, atau mengabaikan perilaku
tertentu untuk manfaat individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan.
Pemasaran sosial bertujuan meningkatkan mutu kehidupan.33
Perilaku selalu
menjadi fokus dalam pemasaran sosial dan di sisi lain tidak dapat berhenti hingga
orang/masyarakat tersebut benar-benar menjalankan perilaku secara teratur. Bagi
pemasar yang melaksanakan tidak mencari manfaat bagi mereka melainkan untuk
memberi manfaat kepada target audiensnya dan masyarakat.
Pada perkembangan selanjutnya, pemasaran sosial kini menjadi
manajemen perubahan sosial yang terkait dengan disain (rancangan), pelaksanaan
kegiatan dan kontrol serta evaluasi dari program peningkatan penerimaan satu
atau lebih praktik sosial dalam satu kelompok atau lebih target adopter (khalayak
penerima), yang terkait dengan produk-produk sosial.34
Produk-produk sosial yang dilaksanakan dalam program pemasaran sosial
antara lain berkaitan. Pertama, ide sosial, yang berhubungan dengan nilai-nilai
(value) dan kepercayaan (belief), serta sikap tindakan (attitude) atau norma yang
berlaku di masyarakat. Kedua, praktik sosial, yang berhubungan dengan tindak
dan perilaku (act & behaviour), seperti peran serta masyarakat dalam vaksinasi
atau kampanye Polio Nasional (PIN), program KB, kampanye berhenti merokok.
Ketiga, suatu objek nyata, yang merupakan produk fisik dari produk sosial, seperti,
alat kontrasepsi dalam upaya menyukseskan program KB.35
33
Philip Kotler & Nancy Lee, Pemasaran Di Sektor Publik Panduan Praktis Untuk
Meningkatkan Kinerja Pemerintah, ( - : PT Indeks, 2007), h. 217.
34
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relations Teori dan Praktik Public
relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 93.
35
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relations Teori dan Praktik Public
relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 99-100.
44
Dalam mengkampanyekan gagasan baru perlu waktu, perlu strategi,
keterampilan, perencanaan program kerja yang jelas dan rinci, serta gagasan
brilian untuk dipublikasikan kepada masyarakat dan mengevaluasikan hasil-hasil
yang telah dicapai dengan memberi jaminan bahwa manfaat yang dipersepsikan
oleh publik harus lebih besar dari pengorbanan yang dilakukannya.
Yang menjadi tujuan dari kegiatan social marketing adalah bagaimana
suatu instansi yang memiliki suatu gagasan mengkampanyekannya kepada
masyarakat yang belum mengenal gagasan tersebut dan berupaya agar masyarakat
berkeinginan untuk menjalankan gagasan tersebut. Dengan kata lain suatu instansi
hendak mengubah perilaku masyarakat yang sudah menjadi kebiasaan berganti
dengan perilaku yang dikampanyekan instansi tersebut.
Seperti halnya dalam kampanye yang bersifat komersial, pada kampanye
social marketing juga memiliki fokus utama yaitu mempelajari apa yang
diinginkan dan dibutukan oleh masyarakat bahwa produk tersebut tidak ada atau
belum dikenal oleh masyarakat. Untuk mengenalkan produk tersebut kepada
masyarakat dibutuhkan proses perencanaan pemasaran yang dikenal dengan
marketing mix yang terdiri dari product (produk), price (harga), place (lokasi),
dan promotion (promosi). Namun dalam social marketing elemen marketing
tersebut ditambah dengan 4P lainnya, yaitu publik (audiens), partnership (kerja
sama), policy (kebijakan), dan purse strings (dukungan dana).
Produk social marketing bukan merupakan sesuatu yang berbentuk materi
melainkan sebuah ide atau gagasan untuk mengubah kualitas hidup masyarakat.
harga (price) yang dimaksud di sini adalah segala usaha yang dilakukan oleh
45
konsumen untuk mendapatkan atau melaksanakan kampanye produk sosial
tersebut; lokasi (place) yang dimaksud di sini adalah saluran/media yang dapat
digunakan konsumen untuk mendapat informasi mengenai kampanye dan
melakukan latihan demi kesuksesan program tersebut; promosi yang dilakukan
adalah mengenalkan produk kampanye dengan menggunakan media yang mudah
dijangkau atau dirasakan oleh masyarakat; publik maksudnya untuk mendapat
kesuksesan maka dalam kampanye tersebut harus memperhatikan kondisi dan
keadaan masyarakat sebagai target untuk dilaksanakan kampanye; partnership
yaitu hubungan kerja sama yang dilakukan untuk menyukseskan kampanye dapat
dilakukan dengan organisasi atau individu; policy yaitu kebijakan yang disusun
untuk mendukung kesuksesan dan kelancaran program dengan didukung oleh
pejabat pemerintahan dan dikenalkan kepada publik; purse strings yaitu program
social marketing didukung dengan pendanaan yang diperoleh dari sumber seperti
yayasan, bantuan pemerintah, dan sumbangan dari organisasi masyarakat.
Dalam pelaksanaan program social marketing tidak selamanya akan
berjalan mulus walaupun sudah dilakukan perencanaan yang matang dan
didukung oleh bantuan dari berbagai pihak. Hal ini bisa terjadi pada faktor
masyarakat yang menjadi tujuan sasaran dilakukannya program kampanye
tersebut dan tergantung pada mudah atau tidaknya perubahan sosial tersebut.
Philip Kotler telah mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan hal
ini tentu tidak akan mudah, karena bagaimana berusaha menuntut orang untuk rela
mengorbankan kenikmatan; merasa tidak nyaman; rela tampil tidak menarik;
mempertahankan diri dari tekanan orang di sekitar; menjalankan perilaku baru;
46
menghabiskan waktu melakukan perilaku yang baru; meninggalkan perilaku lama;
mengubah gaya hidup yang nyaman; mempelajari kecakapan yang baru.36
Perubahan perilaku membutuhkan pemahaman target adopter tentang
pengambilan tindakan. Tindakan tersebut memerlukan biaya dari para pelakunya.
Bahkan bila ada sikapnya terhadap tindakan untuk mendukung, mungkin ada
faktor –faktor yang menghambat mereka, seperti jarak, waktu, biaya, atau sekedar
kemalasan. Karena faktor inilah pemasar harus menyusun faktor-faktor yang
mempermudah orang untuk melakukan program kampanye tersebut.37
Kesulitan-kesulitan tersebut dapat dimaklmumi karena adanya suatu
perbedaan kepentingan yang dirasakan oleh masyarakat sebagai target adopter.
Oleh karena itu kampanye yang dilakukan biasanya bersifat jangka panjang
dengan perubahan yang dirasakan sedikit demi sedikit asalkan pihak pemasar
dapat konsisten dan mempersuasikan masyarakat secara pelan-pelan dengan
meyakinkan mereka atas manfaat yang dapat dirasakan oleh mereka.
E. Program Indonesia Gemar Membaca
Salah satu tujuan negara dalam pembukaan UUD 1945 adalah negara
wajib untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu cara untuk meraih tujuan
tersebut pemerintah harus menggalakkan promosi gemar membaca hingga ke
daerah-daerah. Pemerintah harus lebih memperhatikan hingga tingkat daerah
dengan berbagai kesulitan yang ada dan menanggulangi kesulitan tersebut agar
36
Philip Kotler & Nancy Lee, Pemasaran Di Sektor Publik Panduan Praktis Untuk
Meningkatkan Kinerja Pemerintah, ( - : PT Indeks, 2007), h. 219-220.
37
Philip Kotler dan Alan R. Andreasen, Strategi Pemasaran Untuk Organisasi Nirlaba,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995), h. 557.
47
memudahkan masyarakat dapat mengakses buku-buku bacaan. Pemerintah harus
bisa menumbuhkembangkan semangat gerakan tekad minat baca masyarakat lalu
memelihara dan membangkitkan kesadaran pentingnya membaca agar
pelaksanaan kampanye gemar membaca dapat terlaksana secara maksimal.
Perlu digalakkan juga event-event yang dapat menumbuhkan minat baca
masyarakat dan ini harus mendapat dukungan dari pemerintah, seperti acara
pameran buku, bazar buku (bookfair) tingkat lokal maupun nasional, seminar
gemar membaca, kerja sama dengan pihak atau komunitas organisasi menulis dan
membaca. Pemerintah juga harus memperbanyak jumlah perpustakaan di
kota/kabupaten dengan koleksi buku-buku yang lengkap. Menumbuhkan pesan
dalam promosi kampanye gemar membaca melalui media cetak dan elektronik
kepada masyarakat. Masyarakat perlu diberikan bahan bacaan berkualitas guna
mengantisipasi perkembangan iptek. Maka tugas pemerintah harus berintegrasi
dengan perpustakaan yang ada di sekolah, perpustakaan kampus, perpustakaan
umum, hingga perpustakan daerah dalam penyediaan bahan buku bacaan yang
dibutuhkan. Melakukan sinergi dengan berbagai unsur seperti: pustakawan,
akademisi, pengajar, pihak swasta, serta penerbit.
Orang tua juga memiliki peran yang sangat besar dalam menyukseskan
program gemar membaca. Orang tua dapat menumbuhkan minat baca anak sejak
usia dini. Pembinaan minat baca pada usia dini merupakan langkah awal dalam
menuju bangsa yang berbudaya baca. Orang tua harus melatih anak agar terbiasa
membaca buku dengan membelikan berbagai buku bacaan anak-anak, mengajak
anak berkunjung ke perpustakaan, membacakan anak dongeng atau cerita dari
48
buku, setiap harinya meluangkan waktu bersama keluarga dengan membaca
bersama anak-anak mereka.
Lingkungan masyarakat juga memiliki peran dalam menyukseskan
program minat baca. Peran lingkungan masyarakat tersebut bisa berupa membuat
perpustakaan lingkungan, taman baca, pojok baca, rumah baca, dan perpustakaan
individu dari salah satu warga yang mendukung program tersebut. Peran tersebut
dilakukan agar tidak terlalu bergantung kepada pemerintah dan juga perpustakaan
umum yang membutuhkan banyak birokrasi dan membutuhkan waktu.
Masyarakat menjadi subjek dalam mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan
mengawasi sarana membaca bagi warga agar program minat baca tersebut dapat
berjalan dengan lancar, aman, dan terkendali agar tidak ada investasi buku atau
sarana lainnya yang rusak atau bahkan hilang.
Peran perpustakaan sebagai garda terdepan sarana masyarakat untuk
membaca menjadi sangat penting yang dapat menjangkau seluruh komponen
masyarakat di mana pun berada. Perpustakaan harus mampu menyediakan bahan
bacaan yang menarik dan berkualitas yang diiringi dengan pemeliharaan buku
agar tidak rusak. Perpustakaan juga harus mampu mengubah pandangan
masyarakat mengenai kesan perpustakaan sebagai tempat yang menjemukan
menjadi tempat yang nyaman bagi masyarakat untuk untuk melaksanakan
kegiatan yang berhubungan dengan membaca buku.
49
BAB III
GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN
A. PERPUSTAKAAN NASIONAL
1. Sejarah Singkat Perpustakaan Nasional
Awal berdirinya perpustakaan nasional dimulai dengan adanya
perpustakaan pribadi dan perpustakaan umum. Kedua jenis perpustakaan ini
masih bersifat kepemilikan dan bukan berada dalam kendali negara. Perpustakaan
nasional didirikan dengan tugas utama mengumpulkan dan melestarikan hasil
tertulis dari sebuah negara demi kepentingan generasi mendatang.1 Ketika terjadi
revolusi Perancis banyak bangsawan yang melarikan diri, di antara mereka banyak
yang memiliki perpustakaan pribadi dan mengelola perpustakaan umum. Karena
ditinggal pemilik atau pengurusnya, maka perpustakaan mereka disita dan
dinyatakan sebagai milik negara. Semuanya ditempatkan pada “depots litteraires”,
sebuah tempat khusus menampung buku-buku sitaan. Buku tersebut sebagian
diberikan kepada perpustakaan universitas yang lain diberikan pada perpustakaan
Kerajaan Perancis.2
Berawal dari negara Perancis inilah kemudian menjamur berbagai
perpustakaan nasional di kawasan Eropa, seperti di Italia (La Biblioteca Nazionale
Centrale), Belanda (Koninklijke Bibliotheek), Swedia (Kungliga Biblioteket),
Belgia (La Bibliotheque Royale del Belgique), Norwegia (Universitets Biblioteket),
1
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka,
1993), h. 47.
2 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka,
1993), h. 48.
50
Yunani (Ethnike Bibliotheke tes Hellados), Spanyol (La Bibilioteca Nacional),
Irlandia (National Library of Irelamd), Swiss (La Bibliotheque Nationale Suisse).3
Proses berdirinya perpustakaan nasional dimulai tahun 1795, ketika
Konvensi Nasional Perancis mengumumkan bahwa perpustakaan yang
sebelumnya merupakan milik raja menjadi milik nasional serta memberikan hak
kepada konvensi untuk memperoleh kopi deposit semua publikasi tercetak yang
diterbitkan di Perancis. Menyusul terbentuknya perpustakaan nasional di
Perancis tersebut terdapat dua puluh perpustakaan nasional yang terbentuk pada
abad ke-19. Pada abad ke-20 lebih dari tiga puluh perpustakaan nasional terbentuk
dan lebih banyak lagi setelah Perang Dunia II usai dengan lahirnya berbagai
negara baru yang lahir berkat berlangsungnya dekolonialisasi dan proses
demokrasi. Tidak semua perpustakaan nasional memiliki status resmi sebagai
perpustakaan nasional. Banyak juga yang statusnya tidak resmi. Perkembangan
perpustakaan nasional hingga menjadi bentuk seperti yang ada sekarang
memerlukan proses yang memakan waktu sekitar satu setengah abad, berlangsung
diam-diam dan harmonis.
Prinsip akuisisi koleksi sebagian besar perpustakaan nasional ialah
keluasannya (exhaustiveness). Prinsip ini dirumuskan oleh Antonio Panizzi, yang
berkarya di British Museum Library. Panizzi berpendapat bahwa British Museum
Library harus memiliki “koleksi terbaik literatur berbahasa Inggris dan koleksi
terbaik literatur dari semua negara di luar negara-negara berbahasa Inggris
tersebut.” Dalam bahasa aslinya “the best collection of English literature and the
3
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka,
1993), h. 48.
51
best collection of literature of all other countries outside of each of these
countries.” Akuisisi selengkap mungkin karya tercetak tentang semua cabang
ilmu pengetahuan dari semua negara dalam semua bahasa merupakan tujuan
perpustakaan nasional.4
Selama periode seratus lima puluh tahun pertama sebagian besar
perpustakaan nasional memiliki garis haluan yang kaku dalam kaitannya dengan
jasa bagi publik. Seluruh perpustakaan nasional memiliki akses yang relatif
terbatas bagi publik. Hal ini dapat dijelaskan atas alasan sosiopolitik dan tradisi
historis. Banyak perpustakaan nasional yang berasal dari universitas tetap
mempertahankan fungsi dan penggunanya bagi pengajar dan mahasiswa.
Perpustakaan nasional dapat dibagi menjadi tiga jenis model. Model
pertama disebut generasi pertama yang didirikan sebelum tahun 1800. Contoh
perpustakaan nasional generasi pertama adalah Library of Congress, British
Library, Bibliotheque Nationale. Koleksinya mulai dengan akuisisi milik raja dan
kaum bangsawan atau akuisisi perpustakaan pribadi yang besar. Ciri khasnya
adalah memiliki undang-undang deposit, kemudian dikaitkan dengan hak cipta
atau izin menerbitkan perdagangan buku, produksi sebuah karya dalam sebuah
negara merupakan bagian dari warisan nasional.
Generasi kedua perpustakaan nasional muncul pada awal abad ke-20 yang
jumlahnya sekitar lima puluh-an. Karena kemunculan perpustakaan nasional ini
pada zaman perang, maka sering terjadi perpindahan lokasi dan pergantian
pemerintahan yang menyebabkan kekurangan anggaran dan staf. Seperti negara-
4
Sulistyo Basuki, Sejarah Perpustakaan RI Sebuah Kajian, 2008, hal. 4.
52
negara di Amerika Latin yang sebagian koleksinya berbentuk literer dan historis
tersebar ke seluruh penjuru karena dikhawatirkan rusak atau hilang karena perang.
Pada generasi kedua ini banyak perpustakaan nasional didirikan untuk membantu
parlemen seperti pada negara Kanada, Australia, New Zealand yang
mengembangkan ilmu pengetahuan dan humaniora. Sedangkan pendirian
perpustakaan yang bersamaan dengan perkembangan perpustakaan pendidikan
dan komunitas terdapat di negara Swiss, Israel, dan Yunani yang dicirikan hanya
memusatkan jasanya yang hanya mampu dilayani oleh koleksi nasional pusat,
sedangkan jasa lainnya diserahkan pada perpustakaan perguruan tinggi dan
perpustakaan umum.
Pada generasi ketiga perkembangan perpustakaan semakin dinamis dengan
tidak hanya mengandalkan koleksi yang diwariskan. Perpustakaan nasional yang
baru menggambarkan sebagai sistem terpadu yang dikembangkan, biasanya
berlokasi di ibu kota suatu negara yang dapat menjangkau hingga perpustakaan
provinsi dan perpustakaan lokal. Perpustakaan jenis ini menyelenggarakan
bibiliografi nasional dan seringkali untuk memenuhi kebutuhan dokumen
internasional (seperti dokumen PBB, WHO, UNESCO, dan organisasi
internasional lainnya). Tujuan dibentuknya perpustakaan nasional jenis ini
berbeda-beda pada tiap negara. Di negara Jepang dan Nigeria perpustakaan ini
bermula sebagai lembaga pemerintah yang menerima tanggung jawab dan
berkembang sebagai pusat jaringan utama akuisisi dan penggunaan buku. Di
negara Uganda, Ethiopia, Sri Lanka, Sudan beranggapan bahwa koleksi riset
tradisional lebih tepat bila menjadi koleksi perpustakaan perguruan tinggi. Di
53
negara Islandia, Norwegia, Ceko dan Slovakia, rujukan penelitian dan rekaman
nasional merupakan milik sistem pendidikan yang dilakukan oleh negara. Di
negara Panama, Guatemala, Ghana perpustakaan nasional merupakan inti
konfigurasi perpustakaan umum Kementerian Pendidikan.
Asal-usul perpustakaan nasional dapat bermacam-macam seperti
merupakan kumpulan berbagai perpustakaan yang disita negara semasa revolusi,
kemudian koleksi itu digabungkan menjadi perpustakaan nasional, contoh
Bibliotheque Nationale di Paris; perpustakaan tersebut dibangun semasa damai.
Contoh Reference Division dari The British Library di London; sengaja dibentuk
terkait dekrit pemerintah. Contoh Perpustakaan Nasional di Jakarta dan National
Library di Kanada; sebagai bagian sebuah badan legislatif. Contoh: Library of
Congress, National Library of Scotland; sebagai perkembangan lanjut sebuah
perpustakaan umum. Contoh Singapore National Library dan perpustakaan
nasional Mesir; bermula sebagai sebuah museum. Contoh The British Library dan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang semula merupakan bagian
Museum Nasional; bermula dari perpustakaan khusus. Contoh National
Agricultural Library dan National Library of Medicine. Keduanya di Amerika;
sebagai kelanjutan dari perpustakaan perguruan tinggi. Contoh Perpustakaan
Nasional Birma, semula berasal dari koleksi University of Burma.5
5 Sulistyo Basuki, Sejarah Perpustakaan RI Sebuah Kajian, 2008, h. 10-11.
54
2. Sejarah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang ada sekarang merupakan
penggabungan dari dua lembaga, yaitu pertama Pusat Pembinaan Perpustakaan,
dan kedua Perpustakaan Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Masing-masing dari kedua lembaga tersebut memiliki sejarah dalam pendiriannya.
Kedua lembaga tersebut bukanlah lembaga yang berdiri sendiri melainkan
merupakan perpaduan dari beberapa lembaga yang tergabung di dalamnya.
Pusat Pembinaan Perpustakaan merupakan lembaga yang terdiri dari: (1)
Perpustakaan Umum, (2) Kantor Bibliografi nasional, (3) Kantor Perpustakaan
Sekolah, (4) Departemen bagian khusus. Sedangkan Perpustakaan Nasional
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terdiri dari: (1) Perpustakaan Museum
Nasional/Pusat, (2) Perpustakaan Sejarah, Sosial dan Politik, (3) Perpustakaan
Wilayah DKI Jakarta, (4) Bidang Deposit dan Bibliografi.6
Sejarah pembentukan Pusat Pembinaan Perpustakaan dimulai pada
pembentukan Biro Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada
tahun 1951 dan pembentukan Dewan Perpustakaan Nasional tahun 1955 yang
memiliki tujuan akhir mendirikan perpustakaan nasional dengan menyusun
rancangan Undang-Undang Pengumpulan Hasil Karya Cetak Indonesia serta
mengajukan usul pembentukan perpustakaan nasional, namun tidak mendapat
tanggapan dari pemerintah. Pada tahun 1952 didirikan kantor Bibliografi
Indonesia yang bertugas mendaftar segala buku, majalah, dan laporan yang
dicetak dan diterbitkan di Indonesia menurut sistem tertentu. Namun karena
6 Sulistyo Basuki, Sejarah Perpustakaan RI Sebuah Kajian, 2008, h. 37.
55
keduanya belum maksimal dalam melaksanakan tugasnya dan ada beberapa
banyak kendala serta kecenderungan pemerintah yang lebih mengutamakan
ketahan serta keamanan negara dan mengabaikan bidang perpustakaan, maka pada
tahun 1967 kedua lembaga tersebut disatukan menjadi Lembaga Perpustakaan.
Tugas dari lembaga baru tetap sama yaitu mendaftar semua terbitan dan
menyusun bibliografi nasional Indonesia. Pada tahun 1975 Lembaga Perpustakaan
ini berganti nama menjadi Pusat Pembinaan Perpustakaan yang bertugas sebagai
penyimpanan terbitan nasional serta mempersiapkan pembentukan perpustakaan
nasional dengan sistem perpustakaan yang meliputi seluruh negara.
Pembentukan Perpustakaan Nasional Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dimulai tahun 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat
itu, Daud Yusuf. Lembaga ini tidak menyelenggarakan fungsi penyimpanan
terbitan karena fungsi tersebut dilakukan oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan.
Jadi lembaga ini tidak dapat disebut sebagai sebuah perpustakaan terlebih lagi
belum ditunjang undang-undang deposit. Selain itu lembaga ini hanya membatasi
penyimpanan subjek ilmu sosial dan kemanusiaan yang belum mencakup semua
objek. Untuk memenuhi syarat sebagai perpustakaan inilah maka dilakukan
integrasi dengan empat perpustakaan, yaitu Perpustakaan Museum Pusat yang
telah ada sejak zaman Belanda yang dahulu bernama Koninklijk Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, lalu pada tahun 1952 berganti nama
menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia, hingga akhirya berganti nama lagi
menjadi Perpustakaan Museum Pusat; Perpustakan Sejarah dan Politik yang
didirikan tahun 1952 oleh Bung Hatta semasa menjabat sebagai wakil Presiden;
56
Perpustakaan Wilayah DKI Jakarta yang merupakan unit pelaksana teknis di
lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, secara teknis bertanggung
jawab kepada Kepala Pusat Pembinaan Perpustakaan; dan Bidang Bibiliografi dan
Deposit Pusat Pembinaan Perpustakaan.
Ada ketimpangtindihan tugas antara Pusat Pembinaan Perpustakaan dan
Perpustakaan Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yaitu
menyangkut penyusunan bibliografi nasional. Persamaan tugas kedua lembaga
tersebut juga sama-sama tidak didukung dengan produk perundang-undangan
deposit untuk menerbitkan dan menyimpan terbitan nasional sebagai payung
hukum resmi dalam pelaksanaannya. Maka terjadi persaingan antara kedua
lembaga tersebut. Akhirnya pada tahun 1989 dikeluarkan Keputusan Presiden
nomor 11 tahun 1989 yang menyatukan kedua lembaga tersebut dalam satu nama
yaitu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pembentukan itu disusul dengan
dikeluarkannya produk hukum perundang-undangan deposit yaitu UU No. 4
Tahun 1990 tentang wajib serah simpan karya cetak dan rekam yang sebelumnya
belum pernah ada. Dengan adanya UU tersebut membuat penerbit harus
menyerahkan terbitannya ke perpustakaan.
3. Visi dan Misi
Visi dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah: “Terdepan
Dalam Informasi Pustaka, Menuju Indonesia Gemar Membaca.”
Misi dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah:
1. Mengembangkan koleksi perpustakaan di seluruh Indonesia.
57
2. Mengembangkan layanan informasi perpustakaan berbasis
teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
3. Mengembangkan infrastruktur melalui penyediaan sarana dan
prasarana serta kompetensi sumber daya manusia.7
4. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Wewenang
Kedudukan Perpustakan Nasional Republik Indonesia adalah:
1) Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Sebelum menjadi instansi yang berdiri sendiri, dahulunya
Perpustakaan Nasional masih digabung dengan Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang saat
ini bernama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak
tanggal 6 Maret 1989 melalui Keputusan Presiden Nomor 11
Tahun 1989, Perpustakaan Nasional mendapat kenaikan status
menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen, yang berarti
Perpustakaan Nasional dilepas dari jurisdiksi Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai
badan induk yang membesarkannya.
2) Perpusnas berada di bawah dan tanggung jawab langsung kepada
Presiden yang dalam pelaksanaan tugas dan operasionalnya
dikoordinasikan oleh Menteri Pendidikan Nasional.
7 http://kelembagaan.pnri.go.id/beranda/visimisi/#ixzz2mmPQwTTD (Diakses pada 1
Mei 2014. Pukul 15:02).
58
Jabatan kepala Perpustakaan Nasional dilantik langsung
oleh Presiden. Tugas yang dilakukan bisa berupa amanat langsung
Presiden dalam pencanangan Gerakan Indonesia Membaca kepada
lembaga Perpustakaan Nasional yang dalam pelaksanaannya
berkoordinasi dengan Menteri Pendidikan Nasional.
3) Perpusnas mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang perpustakaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Perpustakaan Nasional merupakan perpustakaan yang
berskala nasional. Dalam melaksanakan tugasnya lembaga ini
memiliki payung hukum di bidang perpustakaan yang menjadi
pedoman dalam pelaksanaannya, seperti UUD 1945 alinea keempat
yang menyebut salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa, UU Nomor 4 tahun 1990, Peraturan Pemerintah
PP Nomor 24 Tahun 2014, dan UU Nomor 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memiliki tugas pemerintahan
di bidang perpustakaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, perpusnas menyelenggarakan
fungsi:
1) Mengkaji dan menyusun kebijakan nasional di bidang perpustakaan.
2) Mengkoordinasikan kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas
perpusnas.
59
3) Melancarkan dan membina terhadap kegiatan instansi pemerintah di
bidang perpustakaan.
4) Menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana,
keuangan, persendian, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah
tangga.
Dalam menyelenggarakan fungsinya Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia mempunyai kewenangan:
1) Menyusun rencana nasional secara makro di bidang perpustakaan.
2) Merumuskan kebijakan di bidang perpustakaan untuk mendukung
pembangunan secara makro.
3) Menetapkan sistem informasi di bidang perpustakaan.
4) Merumuskan dan melaksanakan kebijakan tertentu di bidang
perpustakaan.
5) Merumuskan dan melaksanakan kebijakan pelestarian budaya bangsa
dalam mewujudkan koleksi deposit nasional dan pemanfaatannya.8
5. Kegiatan Rutin Perpustakaan Nasional
Lembaga Perpustakaan Nasional banyak melakukan kegiatan rutin yang
berlandaskan pada kegiatan kepustakaan atau meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya keberadaan perpustakaan, meningkatkan budaya
8
http://kelembagaan.pnri.go.id/beranda/tugas_fungsi_wewenang/#ixzz2mmPCbGPn (Diakses
pada tanggal 1 Mei 2014. Pukul 15:07).
60
baca di masyarakat, menambah sarana dan prasarana di bidang kepustakaan
hingga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh publik.
Kegiatan yang dilakukan Perpustakaan Nasional di antaranya mengadakan
workshop, mengadakan konferensi atau kongres perpustakaan dari tingkat
nasional hingga tingkat internasional, pameran perpustakaan, peluncuran dan
sosialisasi situs web kepustakaan, mengadakan bookfair tingkat nasional hingga
tingkat internasional, mengadakan atau menjadi pengisi pada acara seminar
tingkat nasional hingga tingkat internasional yang berhubungan dengan kegiatan
membaca dan kepustakaan, berbagai macam perlombaan di bidang sastra dan
tulisan, bimbingan teknis di bidang kepustakaan, mengadakan pelatihan bidang
kepustakaan, pameran di bidang sastra dan kepustakaan, pengenalan perpustakaan
digital dan minat baca di perpustakaan internasional, berbagai festival tingkat
anak, pembangunan masyarakat melalui perpustakaan, pemutaran film nasional,
mengadakan dialog interaktif dengan berbagai media elektronik, seperti radio dan
televisi, pagelaran budaya, mengadakan launching buku dan bedah buku,
mengadakan kerja sama dengan para penerbit buku, mengadakan rapat koordinasi
dengan perpustakaan daerah hingga provinsi, mengadakan roadshow gemar
membaca di daerah, menjalin kerja sama dengan instansi lain, mengenalkan
koleksi budaya sastra dan tulisan Indonesia ke luar negeri, menjaga dan merawat
koleksi budaya sastra dan tulisan Indonesia.
61
6. Statistik Budaya Baca
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai induk dari seluruh
perpustakaan di Indonesia di bawah kendali Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, menjadi pelopor dari upaya pemerintah dalam mengurangi angka
buta huruf di Indonesia. Dari tahun ke tahun tercatat angka buta huruf masyarakat
Indonesia dengan usia di atas 15 tahun mengalami penurunan. Hal ini merupakan
sebuah prestasi yang sangat membanggakan dalam upaya peningkatan kemajuan
kualitas bangsa Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh menegaskan
pemerintah berhasil menekan angka buta huruf penduduk usia di atas 15 tahun.
Pada tahun 2009, sebanyak 5,30% penduduk Indonesia masih buta huruf. Pada
tahun 2011 jumlahnya 4,79%. Pada tahun 2012 jumlahnya turun menjadi 4,26%
dan pada tahun 2013 diperkirakan 4,03%, untuk tahun 2014 pemerintah
menargetkan menjadi 3,83%.9
Penyebab dari banyaknya penduduk Indonesia yang buta huruf
dikarenakan faktor zaman penjajahan yang penuh dengan kemiskinan dan
kesengsaraan. Pada saat itu hanya golongan pribumi tertentu yang diperbolehkan
untuk merasakan pendidikan, sementara yang lain hanya menjadi pekerja demi
kepentingan kaum penjajah. Selain itu penjajah juga tidak membangun sarana dan
prasarana pendidikan yang pro rakyat. Ketika Indonesia merdeka, Presiden
Soekarno tidak hanya mengangkat senjata untuk melawan penjajah tetapi juga
menenteng pena dan buku untuk memberantas buta huruf pada rakyat Indonesia.
9
http://www.paudni.kemdikbud.go.id/mendikbud-jumlah-penduduk-buta-aksara-menurun
(Diakses pada tanggal 9 Mei 2014. Pukul 21:09).
62
Upaya yang dilakukan Soekarno adalah dengan meluncurkan program
Pemberantasan Buta Huruf pada tanggal 14 maret 1948 dengan cara
menyelenggarakan kursus PBH di 18.663 tempat yang melibatkan 17.822 guru
dan 761.483 murid. Pada tahun 1960 Bung Karno mengeluarkan komando:
Indonesia harus terbebas dari buta huruf hingga tahun 1964. Target itu akhirnya
terwujud yang ditandai semua penduduk Indonesia usia 13-45 tahun (kecuali di
Irian Barat) dinyatakan bebas buta huruf.10
7. Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional:
Perpustakaan Nasional diketuai oleh Dra. Sri Sularsih, M. Si. Jabatan
Kepala Perpustakaan Nasional adalah jabatan tertinggi yang diangkat langsung
oleh Presiden. Jabatan ini mengepalai dan bertanggung jawab terhadap
keseluruhan institusi yang berkaitan dengan urusan lembaga. Kepala Perpustakaan
Nasional ini memiliki tugas memimpin Perpustakaan Nasional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Menyiapkan kebijakan
nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas Perpustakaan Nasional;
Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas Perpustakaan Nasional yang
menjadi tanggungjawabnya; Membina dan melaksanakan kerja sama dengan
instansi dan organisasi lain.
Di bawah posisi Kepala Perpustakaan terdapat dua Deputi (Deputi I, yaitu
Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi, dan Deputi II
yaitu Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan), Sekretariat
10
http://www.berdikarionline.com/opini/20130809/indonesia-belum-merdeka-dari-buta-
huruf.html (Diakses pada tanggal 9 Mei 2014).
63
Utama, dan Inspektorat. Masing-masing masih memiliki sub unit kerja di
bawahnya.
Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi memiliki
tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan di bidang
pengembangan bahan pustaka dan jasa informasi. Dalam melaksanakan tugas
secara administratif dikoordinasi oleh Sekretaris Utama. Fungsi Deputi I ini
adalah membimbing dan membina di bidang bahan pustaka dan jasa informasi.
Melaksanakan UU no. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan
Karya Rekam, menyelamatkan naskah-naskah nusantara dari kepunahan dan
kerusakan dengan dikonservasi dan dialih mediakan. Deputi ini memiliki sub-sub
unit Direktorat Deposit Bahan Pustaka; Pusat Pengembangan Koleksi dan
Pengolahan Bahan Pustaka; Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi; Pusat
Preservasi Bahan Pustaka; UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno; UPT
Perpustakaan Proklamator Bung Hatta.
Direktorat Deposit Bahan Pustaka memiliki tugas melaksanakan
pengelolaan karya cetak dan karya rekam, menyusun Bibliografi Nasional
Indonesia (BNI), Katalog Induk Nasional (KIN), serta literatur sekunder lainnya.
Fungsi unit ini adalah melaksanakan penyusunan dan perumusan kebijakan teknis
di bidang deposit bahan pustaka. Direktorat ini memiliki sub-sub unit yaitu Sub
Direktorat Deposit dan Sub Direktorat Bibliografi.
Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka memiliki
tugas melaksanakan koleksi dan pengolahan bahan pustaka. Fungsi unit ini adalah
64
melaksanakan distribusi dan tukar-menukar bahan pustaka. Direktorat ini
memiliki sub unit yaitu Bidang Pengolahan Bahan Pustaka, dan Bidang Akuisisi.
Pusat Jasa dan Perpustakaan dan Informasi memiliki tugas melaksanakan
layanan perpustakaan dan informasi. Fungsi unit ini melaksanakan koleksi umum
dan rujukan dan melaksanakan layanan terjemahan dan konsultasi perpustakaan.
Unit ini memiliki sub-sub unit yaitu Bidang Layanan Koleksi Umum, Bidang
Layanan Koleksi Khusus, Bidang Kerjasama Perpustakaan dan Otomasi.
Pusat Preservasi Bahan Pustaka memiliki tugas melaksanakan pelestarian
informasi dan fisik bahan pustaka. Fungsi unit ini adalah melaksanakan
pelestarian fisik bahan pustaka, melaksanakan pelestarian kandungan informasi
bahan pustaka melalui alih media mikrografi dan fotografi, pelestarian informasi
bahan pustaka alih media digital ke media baru. Unit ini memiliki sub-sub unit
yaitu Bidang Konservasi, Bidang Reprografi, Bidang Transformasi Digital.
Unit UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno merupakan
perpustakaan yang masih satu unit dengan Perpustakaan Nasional yang ada di
kota Blitar. Unit ini memiliki tugas dan fungsi mengkoordinasi dan menyusun
kebijakan teknis, program serta pengendalian Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan
Proklamator Bung Karno kota Blitar, meneliti dan mengkaji bahan pustaka
tentang Bung Karno.
Unit UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta memiliki tugas
menghimpun, mengelola, melestarikan, mengembangkan, dan mendayagunakan
koleksi perpustakaan tentang Bung Hatta. Fungsi dari unit ini adalah menyusun
kebijakan teknis, rencana, program dan anggaran Perpustakaan Bung Hatta,
65
meneliti dan mengkaji bahan perpustakaan Bung Hatta, dan menyusun laporan
Perpustakaan Bung Hatta.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan memiliki tugas
melaksanakan perumusan kebijakan di bidang sumber daya perpustakaan. Dalam
melaksanakan tugas secara administratif Deputi II dikoordinasi oleh Sekretaris
Utama. Fungsi Deputi II ini adalah merumuskan kebijakan teknis pelaksanaan,
pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang sumber daya perpustakaan,
mengendalikan terhadap kebijakan teknis di bidang pengembangan sumber daya
perpustakaan. Pencapaian program Deputi II antara lain keberhasilan dalam
penyusunan standar koleksi perpustakaan, pengembangan sistem informasi
pustakawan. Deputi ini memiliki sub-sub unit yaitu Pusat Pengembangan
Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca, Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Pusat
Pengembangan Pustakawan.
Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca
mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, pembakuan, pengembangan semua
jenis perpustakaan dan koordinasi pemasyarakatan minat baca dengan instansi
terkait. Fungsi unit ini adalah mengolah dan menyebarkan informasi data
perusahaan, pelaksanaan pengkajian dan koordinasi pemasyarakatan minat baca
dengan instansi terkait, pemberian Nomor Pokok Perpustakaan (NPP) dan
akreditasi semua jenis perpustakaan. Unit ini memiliki sub-sub unit yaitu Bidang
Pengembangan Perpustakaan Umun dan Khusus, Bidang Pengembangan
Perpustakaan Sekolah dan Perguruan Tinggi, Bidang Pengkajian dan
Pemasyarakatan Minat Baca.
66
Pusat Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas melaksanakan
pengembangan kurikulum, program, penyelenggaraan dan pengelolaan sarana,
serta evaluasi program pendidikan dan pelatihan perpustakaan. Fungsi unit ini
adalah melaksanakan penyusunan dan pengembangan kurikulum program
pendidikan pelatihan perpustakaan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
perpustakaan. Unit ini memiliki sub-sub unit yaitu Bidang Program dan Evaluasi
Pelatihan, Bidang Penyelenggaraan Pelatihan.
Pusat Pengembangan Pustakawan mempunyai tugas melaksanakan
pengembangan tenaga fungsional pustakawan. Fungsi unit ini adalah memberi
akreditasi pustakawan dan tim penilai, melaksanakan koordinasi dan pengkajian
pengembangan pustakawan, mengevaluasi pustakawan dan angka kreditnya serta
tim penilai. Unit ini memiliki sub-sub unit yaitu Bidang Akreditasi Pustakawan,
Bidang Pengkajian dan Pengembangan Pustakawan.
Unit Sekretariat Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan,
pembinaan, pengendalian administrasi, dan sumber daya di lingkungan
Perpustakaan Nasional. Fungsi Sekretariat Utama adalah pengkoordinasian,
sinkronisasi dan integrasi di lingkungan Perpustakaan Nasional; pengkoordinasian
perencanaan kebijakan teknis Perpustakaan Nasional; Pembinaan dan layanan
administrasi ketatausahaan. Pengkoordinasian penyusunan laporan dan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan tugas Perpustakaan Nasional;
Pencapaian program Sekretariat Utama adalah Pengesahan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Terlaksananya pengawasan internal
67
di lingkungan Perpustakaan Nasional. Unit ini memiliki sub-sub unit yaitu Biro
Umum dan Biro Hukum dan Perencanaan.
Biro umum mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pembinaan dan
pelayanan administrasi, ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
persandian, perlengkapan rumah tangga. Biro umum memiliki sub-sub unit yaitu
Bagian Kepegawaian, Bagian Keuangan, Bagian Tata Usaha.
Biro Hukum dan Perencanaan mempunyai fungsi melaksanakan
penelaahan dan penyusunan peraturan perundang-undangan, pertimbangan dan
bantuan hukum, pengkoordinasian perencanaan penelaahan organisasi dan tata
laksana serta hubungan masyarakat dan penerbitan. Unit ini memiliki tujuan, yaitu
menyusun program berbasis kinerja, laporan hasil kegiatan yang analitis;
mengembangkan organisasi dan tata laksana yang responsif dan fleksibel;
mewujudkan kinerja Perpustakaan Nasional yang akuntabel; diterbitkannya
Undang-undang perpustakaan dan peraturan lainnya yang relevan; meningkatkan
apresiasi masyarakat terhadap perpustakaan. Unit ini memiliki sub-sub unit yaitu
Bagian Perencanaan, dan Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat.
Unit Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di
lingkungan Perpustakaan Nasional. Dalam melaksanakan tugasnya unit
Inspektorat secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Utama. Fungsi
unit ini adalah penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern; pelaksanaan
pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan serta kegiatan pengawasan
lainnya; dan pelaksanaan administrasi Inspektorat. Unit ini memiliki sub unit
yaitu Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat.
68
Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat mempunyai tugas melakukan
pelayanan administrasi kepada satuan organisasi di lingkungan Inspektorat.
Dalam melaksanakan tugasnya, Sub Bagian Tata Usaha berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Inspektur dan secara administratif dikoordinasikan
oleh Kepala Unit Tata Usaha.
B. PUBLIC RELATIONS PERPUSTAKAAN NASIONAL
1. Sejarah Singkat
Divisi public relations biasa disebut juga sub bagian humas pada lembaga
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berada pada struktur Sekretariat
Utama. Dan diperinci lagi pada Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat. Sub
bagian public relations merupakan unit setingkat eselon IV yang saat ini dipimpin
oleh Drs. Agus Sutoyo, M.Si yang merupakan salah satu unit dari Biro Hukum
dan Perencanaan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Divisi ini telah ada
semenjak Perpustakaan Nasional terbentuk yaitu pada tanggal 17 Mei 1980.
Sejarah dari pembentukan divisi ini pada awal mulanya terbentuk bernama
Sub Bagian Humas dan Protokol yang diawali kepemimpinannya pertama oleh
Ramli Taher. Latar belakang terbentuknya public relations yaitu untuk melakukan
urusan hubungan masyarakat dengan lembaga pemerintah lainnya, peliputan
media massa, konferensi pers, serta publikasi dan promosi.
2. Visi dan Misi
69
Visi dan misi divisi public relations adalah mendukung visi dan misi dari
lembaga Perpustakaan Nasional.
3. Peran, Tugas, Fungsi dan Wewenang
i. Peran
Sub Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai peran dalam
menyebarluaskan informasi mengenai visi dan misi Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia ke masyarakat.
ii. Tugas
Sub Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melakukan
urusan hubungan masyarakat dengan lembaga pemerintah, peliputan
media massa, konferensi pers, publikasi dan promosi.
iii. Fungsi
Sub Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai fungsi menjaga
hubungan yang baik dalam lingkup internal, antar lembaga, maupun
kepada masyarakat. Selain itu juga mempromosikan maupun
menyosialisasikan Perpustakaan Nasional ke masyarakat. Dapat juga
sebagai sarana dalam mewadahi aspirasi publik yang terkait dengan
pengembangan Perpustakaan Nasional.
iv. Wewenang
70
Sub Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai wewenang
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan public relations, hubungan
antar lembaga, maupun publikasi dan promosi.11
4. Program Kerja Divisi Public Relations
Banyak upaya yang telah dilakukan oleh divisi public relations
Perpustakaan Nasional dalam mencapai tujuan organisasi, yaitu melalui:
i. Komunikasi personal: menyelenggarakan sosialisasi, road show ke
daerah-daerah, talk show, gemilang perpusnas (penghargaan bagi insan
yang berjasa dalam bidang kepustakaan), mengadakan event-event
sosial seperti pameran, pentas musik, permainan, dan lomba.
ii. Komunikasi massa: publikasi maupun kegiatan promosi di berbagai
media cetak dan elektronik, leaflet dan brosur, buku, billboard, poster,
sarana audio visual, CD & DVD, kaset.
iii. Mediator: untuk membina hubungan baik antara Perpustakaan Nasional
dan stakeholder-nya melalui konferensi pers atas acara-acara yang
diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional. Selain itu juga
menghadirkan selebritis untuk mengkampanyekan program yang dibuat
oleh public relations.12
11
Wawancara pribadi dengan Arwan Subakti, karyawan divisi Public Relations
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tanggal 5 Mei 2014.
12
Wawancara pribadi dengan Arwan Subakti, karyawan divisi Public Relations
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tanggal 5 Mei 2014.
71
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi sub bagian public relations pada biro hukum dan
perencanaan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia digambarkan dalam
sebuah gambar di bawah ini:
Gambar 3.1 Struktur organisasi pada divisi public relations Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia
Untuk struktur internal pada divisi public relations tidak ada sub bagian
yang diperinci lagi atau hanya sekedar pada kepala divisi public relations. Kepala
divisi public relations tidak memiliki wakil dan sekretaris, melainkan langsung
terhubung dengan para staf-stafnya karena hanya tingkatan eselon empat.
72
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Strategi Komunikasi Social Marketing Public Relations Perpustakaan
Nasional Dalam Mewujudkan Indonesia Gemar Membaca
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI/perpusnas) memiliki
sebuah visi sebagai tujuan utama lembaga yaitu kampanye “Indonesia Gemar
Membaca”. Kampanye ini untuk meningkatkan kesadaran membaca bagi
masyarakat Indonesia yang masih tergolong rendah dan berusaha untuk mengubah
mindset dan perilaku masyarakat agar meningkatkan kesadaran membaca. Dalam
melaksanakan kampanye tersebut juga dilakukan pengenalan perpustakaan kepada
masyarakat serta mengembangkan dan membina perpustakaan seluruh Indonesia.
Tentunya untuk kesuksesan dari kampanye ini dibutuhkan peran public
relations untuk membantu tujuan lembaga dengan tugas mengkomunikasikan
pentingnya kegiatan membaca dan berkunjung ke perpustakaan kepada seluruh
masyarakat Indonesia. Public relations perpusnas memiliki tugas prioritas yaitu
pengembangan promosi perpustakaan, sosialisasi perpustakaan, dan publikasi
kampanye pencanangan gerakan “Indonesia Gemar Membaca”.1
Dalam menjalankan tugas public relations perpusnas sebagai lembaga
pemerintah memiliki strategi komunikasi social marketing sebagai langkah untuk
kesuksesan program tersebut. Kebutuhan pertama dalam keberhasilan social
marketing adalah menciptakan suatu produk sosial baru dengan mengantisipasi
1
Wawancara pribadi dengan Agus Sutoyo, sebagai kepala unit public relations
Perpustakaan Nasiional pada tanggal 22 Mei 2014.
73
kebutuhan yang dapat memuaskan target adopter. Mendefinisikan tujuan, sasaran
dan social marketing secara tepat agar produk gagasan atau praktik sosial lebih
dapat diterima oleh masyarakat.2
Strategi tersebut dilaksanakan dengan
perencanaan, pelaksanaan kegiatan, komunikasi dengan memanfaatkan teknologi
komunikasi dan dipadukan dengan keahlian pemasaran program kemasyarakatan.3
Produk sosial tersebut berupa kampanye “Indonesia Gemar Membaca”.
Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam mengenalkan gagasan tersebut
adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membaca dan
berkunjung ke perpustakaan. Public relations perpusnas melakukan perencanaan
dalam kampanye dengan melakukan kerja sama terhadap beberapa stakeholder,
seperti pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan
dilakukan dengan cara roadshow yang terdiri dari membangun sarana dan
prasarana perpustakaan, talkshow, perlombaan, mengundang sekolah, pemerintah
dan kelompok masyarakat dalam setiap kegiatan dalam program tersebut.
Teknologi yang digunakan dalam kampanye dengan menggunakan berbagai jenis
media, seperti media cetak, elektronik, dan online.
Analisa SWOT
Pada perkembangan selanjutnya, social marketing kini menjadi
manajemen perubahan sosial yang terkait dengan design (rancangan), pelaksanaan
2 Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public Relations Teori dan Praktik Public
Relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 95.
3 Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public Relations Teori dan Praktik Public
Relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 91.
74
kegiatan, dan kontrol evaluasi dari program yang dilaksanakan.4 Untuk kelancaran
itu semua maka diperlukan juga analisis SWOT (strength, weakness, opportunity,
threat) untuk mengenali kekuatan, kelemaham, peluang, dan ancaman dalam
melaksanakan program kampanye.
1. Strength (kekuatan)
Kekuatan yang dimiliki untuk mewujudkan tujuan kampanye
adalah landasan hukum yang dapat mendukung kesuksesan program
perpusnas yang harus ditaati oleh pemerintah pusat hingga pemerintah
daerah dengan melakukan koordinasi menyukseskan sosialisasi kampanye
yang bertujuan meningkatkan kesadaran membaca masyarakat untuk
kemajuan masyarakat itu sendiri. Apalagi ditambah status perpusnas yang
termasuk instansi pemerintah yang seharusnya mendapat apresiasi hingga
tingkat pemerintah daerah dilihat dari tujuan lembaga.
Beberapa landasan hukum tersebut adalah pembukaan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 alinea empat yang menyebut salah satu tujuan
negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa; UU Nomor 4 tahun 1990
Tentang Serah Simpan Karya Cetak Dan Karya Rekam; UU Nomor 43
Tahun 2007 Tentang Perpustakaan; Peraturan Pemerintah PP Nomor 24
Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
Tentang Perpustakaan; Pencanangan program gemar membaca yang
digaungkan oleh para pemimpin negeri ini secara berkesinambungan.
Landasan hukum tersebut mewajibkan para pejabat pemerintah, satuan
4
Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public
Relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 93.
75
pendidikan, dan seluruh lapisan masyarakat agar bekerja sama
meningkatkan kegemaran membaca di kalangan masyarakat.
Dalam penetapan anggaran unit public relations menerapkan
“concept oriented! no budget oriented!”.5 Dengan mematangkan konsep
dan menjelaskannya kepada pihak lembaga perpusnas, maka pihak
lembaga akan memberikan anggaran sesuai dengan konsep tadi, sehingga
penggunaan anggaran akan efektif dan efisien. Selain itu sumber daya
manusia pada unit public relations yang ada sangat sesuai dengan bidang
kompetensinya, seperti lulusan dari keilmuan jurnalistik, public relations,
komunikasi, ekonomi, desain grafis, IT dan lain-lain.
2. Weakness (kelemahan)
Perhatian pemerintah belum menjadikan perpustakaan sebagai
prioritas utama dalam upaya memajukan bangsa dan negara. Ini terbukti
dengan minimnya anggaran APBN pemerintah kepada perpusnas
dikarenakan politik anggaran di pemerintah pusat untuk perpusnas masih
jauh dari harapan. Pemerintah hanya memberi anggaran sebesar 450 miliar
rupiah kepada perpusnas. Hal ini tentu saja memberatkan perpusnas yang
bertugas untuk mengembangkan perpustakaan di seluruh Indonesia.
Jumlah pegawai yang ada di unit public relations perpusnas
terbilang sedikit. Total hanya ada sembilan orang termasuk kepala unit
public relations. Jumlah ini tidak sebanding dengan kerja unit public
relations yang terbilang masih terlalu umum, belum ada pembagian tugas
5
Wawancara pribadi dengan Agus Sutoyo, sebagai kepala unit public relations
Perpustakaan Nasional pada tanggal 22 Mei 2014.
76
yang spesifik dikarenakan unit ini berpangkat eselon IV sehingga seluruh
pegawai harus mampu melakukan berbagai tugas yang berkaitan dengan
urusan hubungan dengan internal dan eksternal lembaga. Jumlah personil
yang sedikit ini memaksa pihak public relations bekerja sama dengan
pihak Event Organizer (EO) dalam pelaksanaan kampanye yang tentu juga
akan menambah biaya pengeluaran.
3. Opportunity/peluang
Dalam melaksanakan kampanye tersebut, lembaga perpusnas tidak
akan efektif jika hanya bekerja sendiri. Maka program itu perlu mendapat
dukungan dari seluruh komponen stakeholder, seperti lembaga pemerintah
pusat hingga pemerintah daerah, lembaga swasta, individu yang juga
mendukung, dan masyarakat umum. Maka unit public relations melakukan
kerja sama dengan pihak-pihak tersebut agar bersedia untuk memberikan
bantuan demi kesuksesan gagasan menuju “Indonesia Gemar membaca”.
Para selebritis dan budayawan tertarik untuk ikut berpartisipasi
dalam rangkaian acara kegiatan kampanye yang dilakukan oleh perpusnas.
Para figur publik ini berperan menjadi duta baca nasional yang dapat
mengajak masyarakat agar lebih meningkatkan jumlah waktu membaca,
juga berperan untuk menyampaikan pentingnya membaca dalam
kehidupan. Dengan ikut sertanya para publik figur ini diharapkan dapat
menarik antusiasme jumlah massa yang datang dalam kampanye, sehingga
diharapkan proses penyampaian pesan menjadi efektif karena warga akan
lebih mendengarkan pesan dari narasumber yang sudah mereka kenal.
77
Beragam media massa juga membuat semakin besar peluang di
tengah ancaman yang ada dalam teknologi itu sendiri. Perkembangan
teknologi yang cepat dapat membuat masyarakat lebih memilih
menggunakan media teknologi untuk mencari sumber informasi yang
dibutuhkan daripada membaca. Oleh karena itu pihak public relations
perpusnas melakukan kerja sama dengan instansi media untuk
menyelipkan pesan pentingnya membaca. Dengan memanfaatkan media,
maka proses penyampaian pesan akan lebih luas jangkauannya dan
pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa batasan.
4. Threat/ancaman
Perpustakaan sebagai garda terdepan dalam bidang peningkatan
kualitas membaca di masyarakat memiliki ancaman luar biasa dalam
pelaksanaan tugas. Ancaman tersebut antara lain masyarakat Indonesia
memiliki tradisi oral (lisan) dalam mencari informasi yang mereka
butuhkan. Mereka hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut,
atau dari generasi ke generasi. Mereka kurang berinisiatif untuk mencari
sendiri informasi dengan membaca atau mengunjungi perpustakaan.
Banyak orang tua yang tidak mengajarkan dan mengajak anak
untuk membaca. Orang tua tidak membiasakan untuk meluangkan waktu
mereka dalam kesehariannya dengan menemani anak membaca buku.
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat keluarga berperan besar dalam
menggiatkan kegemaran membaca anak sejak dini. Para orang tua juga
hampir tidak pernah mengajak anak-anak mereka untuk mengunjungi
78
perpustakaan di hari biasa atau saat liburan sekolah. Orang tua lebih
memilih untuk mengajak anak mereka ke tempat-tempat wisata yang tidak
ada unsur edukasi di dalamnya. Hal ini dapat menghabiskan waktu liburan
sekolah dengan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat.
Di era modern ini teknologi sudah banyak mengambil waktu
aktivitas masyarakat, seperti televisi, radio, handphone, internet, gadget.
Tak dipungkiri lagi teknologi dapat dengan cepat memberi informasi dan
komunikasi sehingga peran perpustakaan dengan sendirinya tergantikan
oleh teknologi. Perkembangan teknologi yang tumbuh cepat membuat
masyarakat menjadi malas untuk menggunakan buku sebagai sumber
informasi dan pengetahuan. Di setiap sudut tempat dan waktu tanpa
batasan usia, mereka lebih asyik menghabiskan waktu di depan
kecanggihan teknologi untuk sekedar hiburan, bermain game atau
bersosial media.
Ancaman lain adalah luasnya wilayah nusantara yang menjadi
jangkauan tugas perpusnas. Terdapat banyak wilayah terpencil dan terluar
yang sulit dijangkau yang harus menggunakan transportasi khusus untuk
mencapainya. Wilayah terluar ini juga sulit untuk mengadakan koordinasi
dan birokrasi dengan para pemerintah daerah untuk menyosialisasikan
kampanye tersebut. Selain itu juga pemda setempat yang kurang peduli
dengan tingkat budaya membaca warganya.
79
B. Pelaksanaan Dari Strategi Komunikasi
Demi menyukseskan kampanye “Indonesia Gemar Membaca” yang
digagas oleh perpusnas, unit public relations melakukan berbagai kegiatan di
masyarakat untuk menjawab tantangan karena perpustakaan dianggap tidak
mampu melakukan kegiatan besar di daerah dan memperbaiki mindset negatif
kebanyakan orang tentang perpustakaan. Maka anggapan ini dijadikan pemacu
bagi unit pubic relations untuk menjawabnya dengan mengajak masyarakat ikut
serta dengan upaya-upaya yang strategis. Kelompok masyarakat yang menjadi
sasaran dari kampanye ini adalah Pemerintah Provinsi, DPRD, Badan
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi, Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota,
Guru mulai tingkat TK, SD, SMP dan para pelajar, mahasiswa, pemerhati dan
komunitas perpustakaan, komunitas membaca serta masyarakat pada umumnya.
Dalam usahanya untuk membangun citra positif bagi perpustakaan, harus
dirancang kegiatan komunikasi yang melibatkan masyarakat sebagai target
adopter. Melalui kegiatan-kegiatan menarik yang melibatkan masyarakat dapat
diadakan persuasi kepada mereka sehingga mereka dapat memahami pesan yang
disampaikan. Dari pesan persuasi tersebut diharapkan terjadinya perubahan
mindset negatif tentang perpustakaan dan perubahan perilaku masyarakat agar
lebih mencintai perpustakaan serta menjadikan perpustakaan sebagai referensi
utama dalam mencari informasi yang dibutuhkan, sehingga mereka akan mau
membaca buku di perpustakaan. Dengan sikap masyarakat yang mau membaca
buku maka akan lahir sikap masyarakat untuk meningkatkan budaya membaca.
80
Landasan Hukum
Pelaksanaan landasan hukum publikasi gerakan nasional “Indonesia
Gemar Membaca” sudah dicanangkan pertama kali sejak tahun 1995 oleh
Presiden Soeharto. Pencanangan itu erat kaitannya dengan memasyarakatkan
perpustakaan ke seluruh Indonesia yang dilakukan pada tanggal 14 September
1995 yang sekaligus dijadikan hari kunjung perpustakaan dan bulan gemar
membaca. Di era reformasi perpusnas juga mencanangkan kembali gagasan yang
sama oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada tanggal 23 November 2003.
Saat itu Presiden Megawati mencanangkan Gerakan Indonesia Membaca. Lalu
pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Program
Pemberdayaan Perpustakaan di Masyarakat pada tanggal 17 Mei 2006. Karena
saat itu kepedulian pemimpin daerah dan kepedulian masyarakat masih kurang,
maka perlu dicanangkan kembali untuk memperkuat kepedulian seluruh
komponen yang akhirnya pada tanggal 27 Oktober 2011, Presiden melalui Wakil
Presiden Boediono mencanangkan kembali gerakan tersebut.
Sejak tahun 2011 setelah dicanangkan perpusnas telah melaksanakan
kampanye “Indonesia Gemar Membaca” ke enam belas provinsi sampai tahun
2013. Pada tahun 2014 ini direncanakan enam provinsi. Jadi diharapkan pada
akhir tahun 2014 sudah dua puluh dua provinsi. Untuk tahun 2014 ini belum
dilaksanakan, baru mulai dilaksanakan pada bulan Agustus-September yang
berhubungan dengan turunnya anggaran baru. Pelaksanaan program dilakukan
sebulan dua kali untuk mengejar target yang ditetapkan.
81
Kerja Sama Dengan Pihak Pemerintah
Untuk meningkatkan kesadaran membaca masyarakat dibutuhkan
komitmen politik pimpinan pusat hingga pimpinan daerah yang kuat untuk
memajukan peran perpustakaan hingga ke perpustakaan daerah. Untuk mencapai
tujuan tersebut public relations bekerja sama dengan pihak pemerintah dengan
Komisi X DPR, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Pemerintah pusat memberi saran dan kritik terkait pelaksanaan kampanye pada
rapat dengar pendapat (RDP).6 Dari RDP tersebut segala macam aspirasi baik
kritik maupun ide positif yang berkaitan dengan program perpusnas banyak
menjadi masukan agar program-program perpusnas selanjutnya lebih maksimal.
Dalam pelaksanaan kampanye di daerah, instansi pemerintah daerah
dilibatkan langsung untuk menyosialisasikan, mempublikasikan, mengembangkan
perpustakaan dan pembudayaan gemar membaca dalam kampanye kepada
masyarakat. Koordinasi ini dilakukan agar kepala daerah dapat membantu segala
persiapan sebelum pelaksanaan dan juga mengajak seluruh warga untuk
berpartisipasi. Selain itu juga kepala daerah bisa mengetahui keadaan minat baca
masyarakat di lingkungan wilayah mereka. Koordinasi dengan pemerintah daerah
dengan menggunakan undangan. Jika terdapat kendala dalam persiapan tempat
outdoor, maka acara dilakukan di kantor Gubernur, gedung perpustakaan provinsi,
balai pertemuan. Biasanya acara roadshow akan dibuka oleh pejabat setingkat
Gubernur atau kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD).
6
Wawancara pribadi dengan Arwan Subakti sebagai staf unit public relations
Perpustakaan Nasional, pada tanggal 11 Juni 2014 .
82
Kerja Sama Dengan Pihak Swasta
Beberapa pihak swasta juga turut berperan dalam mendukung kampanye
perpusnas seperti PT. Conoco Philips yang menyumbangkan mobil perpustakaan
keliling yang diberi nama “Pustaka Hydron” untuk daerah-daerah terpencil yang
sulit dijangkau dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah daerah setempat.
Mobil ini dioperasionalkan di Kepulauan Anambas, Kecamatan Siantan,
Kecamatan Palmatak, Kecamatan Jemaja, Provinsi Kepulauan Riau. Mobil ini
diharapkan dapat menambah pengembangan perpustakaan dan meningkatkan
kegemaran membaca masyarakat.
Perusahaan Coca-Cola yang membantu perpustakaan desa. Asian
Foundations yang membantu koleksi perpustakaan dan memberi pelatihan pada
sumber daya masyarakat. Pertamina membantu mobil perpustakaan keliling
hingga ke lingkup terluar daerah. Yayasan Hasyim Djojohadikusumo yang
membangun perpustakaan daerah beserta isinya seperti internet, buku, komputer.
Keseluruhan pihak swasta tersebut sebelum memberi bantuan melakukan survey
dan berkoordinasi dengan pihak public relation perpusnas mengenai daerah yang
menjadi target untuk mereka berikan bantuan.
Kerja Sama Dengan Masyarakat
Perpusnas juga melakukan kerja sama degan masyarakat seperti
membangun taman baca. Tujuan dari program ini untuk menghidupkan minat
membaca masyarakat yang kesulitan mendapatkan buku serta menghidupkan
peran perpustakaan di desa sehingga dapat menyesuaikan diri secara dinamis
83
dalam setiap perkembangan. Selain itu juga membagi-bagikan buku dan tempat
penyimpanan buku yang pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat, seperti di
taman bacaan, puskesmas, tempat ibadah. Untuk memaksimalkan pelayanan di
perpustakaan daerah juga dilakukan penyuluhan pelayanan perpustakaan.
Untuk menampung aspirasi warga terkait pelaksanaan kampanye
Indonesia gemar membaca dapat ditampung melalui Badan Perpustakaan dan
Arsip Provinsi sehingga nantinya dibuat laporan mengenai kegiatan yang berjalan
kepada public relations perpusnas. Dari laporan kegiatan yang terselenggara di
daerah tersebut menjadi bahan evaluasi dalam rapat internal untuk memantapkan
program-program di masa yang akan datang.7
Dalam hubungan dengan masyarakat pihak public relations membuka
akses melalui email di [email protected] atau Email : [email protected].
Untuk web lembaga perpusnas dapat diakses melalui pnri.go.id. Nomor Call
Center Jasa Layanan Perpusnas Free Call 0800-1-737787 (0800-1-PERPUS).
Nomor SMS Jasa Layanan 081290000880.
Peran Public Figur
Beberapa artis, sastrawan dan budayawan yang pernah ikut dalam acara
roadshow antara lain: Rachel Amanda, Olga Lidya, Kamidia Radisti, Dik Doank,
Andy F. Noya, Desy Ratnasari, Wanda Hamidah, Taufik Ismail, Djajug Ferianto,
Mustaqim Biawan, Taufik Ikram Jamil (budayawan asli Riau), Pak Agus (master
dongeng di Riau), Tenas Effendi (budayawan Riau). Para public figure yang telah
7
Wawancara pribadi dengan Arwan Subakti sebagai staf unit public relations
Perpustakaan Nasional, pada tanggal 18 Juni 2014 .
84
dikenal oleh masyarakat luas sengaja dihadirkan sebagai narasumber dalam
rangkaian acara roadshow dengan harapan agar antusiasme warga tinggi untuk
mengikuti rangkaian acara yang dipersiapkan. Selain itu para publik figur ini
diharapkan dapat memberi pengalaman mereka dalam memanfaatkan
perpustakaan agar menjadi inspirasi bagi masyarakat.
Pelaksanaan Kampanye
Pelaksanaan kampanye Indonesia gemar membaca dilakukan dengan cara
roadshow. Pada saat roadshow pihak public relations tidak hanya melakukan
kampanye, tapi juga meyakinkan mindset masyarakat mengenai bergunanya
program kampanye yang akan dilakukan. Acara roadshow ini dikemas dalam
bentuk publikasi yang bersifat edukasi entertainment, karena dalam kegiatannya
memberi pemahaman arti penting perpustakaan dan pentingnya peningkatan
kegemaran membaca.
Dikarenakan terbatasnya sumber daya manusia pada unit public relations,
maka dalam pelaksanaan kampanye melibatkan pihak Event Organizer (EO).
Pemakaian EO dianggap solusi dan mereka sudah terbiasa menyelenggarakan
acara serta mereka juga memiliki ide-ide yang kreatif, atraktif dan inovatif sesuai
dengan karakteristik daerah setempat, sehingga masyarakat yang datang lebih
banyak dan semarak.8
Rangkaian acara dalam setiap kegiatan roadshow antara lain perlombaan,
dialog interaktif/talkshow, story telling, bazar buku, pameran perpustakaan.
8
Wawancara pribadi dengan Arwan Subakti sebagai staf unit public relations
Perpustakaan Nasional, pada tanggal 11 Juni 2014 .
85
Usaha-usaha ini dilakukan untuk menanamkan di benak masyarakat akan
pentingnya membaca yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
serta pentingnya keberadaan perpustakaan dalam kehidupan sehari-hari serta
membudayakan masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan. Kegiatan ini
dilaksanakan secara terus-menerus sebagai upaya untuk menggairahkan budaya
gemar membaca masyarakat melalui strategi publikasi.
1. Roadshow
Acara roadshow adalah acara yang wajib ada dalam setiap
pelaksanaan kampanye. Acara ini dikemas dalam bentuk promosi dan
publikasi yang bersifat edukasi dan entertainment. Acara Roadshow
dilaksanakan satu hari, sedangkan persiapannya teknis sudah dilakukan
sejak jauh hari sebelumnya untuk mencari lokasi, teknis persiapan
panggung dan acara, sound system, undangan audiens, konfirmasi
pembicara, termasuk koordinasi (surat-menyurat) dengan Pemda setempat.
Sedangkan asperk non teknis dipersiapkan oleh EO yang ditunjuk.
Dalam roadshow ini juga dilakukan pengenalan perpustakaan
kepada masyarakat untuk memperbaiki mindset negatif tentang
perpustakaan sebagai tempat yang membosankan menjadi mindset positif
tentang perpustakaan menjadi ladang eksplorasi ilmu pengetahuan dan
informasi yang berguna. Selain itu dilakukan juga penyampaian pesan
utama kampanye dalam upaya meningkatkan kesadaran membaca
masyarakat. Hingga tahun 2013 sudah dilaksanakan roadshow di 16
86
provinsi. Untuk tahun 2014 ada 6 provinsi dan akan dimulai bulan
September. Dalam sebulan roadshow dilakukan dua kali.
Dalam setiap acara roadshow dalam kaitannya dengan
memperbaiki mindset tentang perpustakaan dan menyampaikan
pentingnya kebiasaan membaca maka dihadirkan figur publik seperti
selebriti, budayawan, dan sastrawan ke daerah agar warga lebih tertarik
untuk berpartisipasi dalam acara tersebut. Strategi roadshow ini sama
dilakukan di setiap daerah yang berbeda hanya artis dan narasumbernya.
Dalam acara roadshow ini juga dihadiri dari instansi Pemerintah
Provinsi, DPRD, Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi,
Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota. Dari instansi pendidikan
mengundang siswa dari tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, Mahasiswa,
kelompok masyarakat seperti pemerhati dan komunitas perpustakaan,
komunitas membaca.9
Dalam acara roadshow ini juga menampilkan
kebudayaan kesenian daerah setempat.
2. Perlombaan
Perlombaan adalah salah satu kegiatan besar off air dalam
roadshow. Perlombaan yang diadakan sesuai dengan tingkat jenjang
pendidikan dari PAUD/TK hingga SMA. Untuk tingkat PAUD/TK
diadakan lomba mewarnai. Untuk jenjang SD diadakan lomba
menggambar. Untuk jenjang SMP diadakan lomba mengarang atau
membuat sinopsis. Untuk jenjang SMA diadakan lomba membuat jingle
9
Wawancara pribadi dengan Arwan Subakti sebagai staf unit public relations
Perpustakaan Nasional, pada tanggal 18 Juni 2014.
87
perpustakaan atau jingle gemar membaca. Untuk lomba jingle, pihak
public relations membuat panggung untuk peserta perform serta mengajak
band lokal dan band nasional sebagai pengisi acara. Peserta yang ikut
ditetapkan sebanyak 100 anak dari tiap jenjang pendidikan dan itu semua
telah mencapai kuota yang ditetapkan bahkan ada yang lebih. Tujuan dari
lomba ini adalah untuk mengasah kreatifitas anak dalam mengembangkan
potensi sesuai dengan klasifikasi umur.
3. Story Telling
Selain perlombaan, kegiatan yang ditujukan untuk anak-anak
adalah story telling. Kegiatan ini dilakukan setelah anak-anak ikut
perlombaan. Acara ini dilakukan sebagai sarana untuk anak yang mau
bercerita dan supaya anak tidak bosan dalam acara. Strategi yang
digunakan adalah mendatangkan pendongeng yang sudah profesional.
4. Dialog Interaktif/Talkshow
Pada acara ini yang diajak adalah orang tua dan guru yang
menemani anak berlomba. Selagi anak sedang berlomba, orang tua dan
guru diajak ikut berdialog bersama artis, Gubernur, kepala perpusnas
dengan tujuan mengajak mereka untuk menanamkan budaya baca pada
anak dengan menyempatkan waktu dalam sehari mengejar dan menemani
anak untuk membaca. Dengan ini maka dapat melakukan satu kegiatan
dengan tiga target yang berbeda (anak, orangtua, guru). Acara ini dikemas
dengan suasana santai dan informatif sehingga menjadi menarik untuk
diikuti. Dalam dialog ini para narasumber menyampaikan pesan agar
88
masyarakat mau membaca dan datang ke perpustakaan. Narasumber yang
dihadirkan merupakan tokoh publik yang dikenal oleh masyarakat luas
dengan demikian diharapkan pengalaman-pengalaman mereka dalam
memanfaatkan perpustakaan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat
5. Bazar Buku
Acara bazar buku diadakan untuk menyediakan referensi buku-
buku yang dibutuhkan warga dan memberi kesempatan mereka yang ingin
membeli buku dengan harga terjangkau untuk menambah koleksi buku-
buku mereka di rumah. Upaya ini dilakukan untuk menambah tingkat
kesadaran membaca masyarakat dari buku yang mereka beli. Bagi
orangtua ini dapat dimanfaatkan untuk memberi bahan bacaan bagi anak-
anak mereka agar terbiasa dengan kegiatan membaca sejak dini.
6. Pameran Perpustakaan
Pameran perpustakaan bertujuan untuk mendekatkan perpustakaan
kepada masyarakat. Upaya pemasyarakatan perpustakaan menjadi salah
satu cara agar keberadaan perpustakaan dapat lebih dikenal oleh
masyarakat dan dapat dimaksimalkan pemanfaatannya. Selain itu
menjadikan perpustakaan sebagai pusat aktivitas pendidikan dan sumber
informasi ilmu pengetahuan di lingkungan masyarakat. Dalam acara ini
juga dikenalkan berbagai sarana dan prasarana yang terdapat di
perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh warga.
Sikap masyarakat terhadap seluruh rangkaian acara tersebut mendapat
sambutan baik dari masyarakat bahkan masyarakat mengharapkan acara serupa
89
rutin diadakan setiap tahunnya. Masyarakat setempat sangat antusias terlihat dari
partisipasi mengikuti perlombaan untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMA, maupun
melihat hiburan yang disuguhkan serta penuhnya kursi dalam acara talkshow yang
juga menyemarakkan roadshow di beberapa daerah tersebut. Di berbagai tempat
selalu dipadati pengunjung mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Media
Untuk menyosialisasikan promosi kampanye public relations
menggunakan media agar sampai ke masyarakat dengan cepat. Media yang
digunakan dalam kampanye adalah dengan menggunakan seluruh media. Mulai
dari media cetak, elektronik, dan online. Contohnya adalah public relations
perpusnas pernah mengadakan talkshow di televisi lokal, interview eksklusif di
radio, berita di media cetak.
Pelibatan media untuk membentuk persepsi publik. Karena dengan terpaan
media mengenai kegiatan Perpustakaan Nasional tentang upaya meningkatkan
kesadaran membaca publik yang secara terus-menerus, lama-lama akan terbentuk
citra positif tentang perpustakaan dalam benak masyarakat. Dalam hubungan kerja
sama antara public relations dengan pihak media cetak, keduanya memiliki MOU
(Memorandum Of Understanding) atau nota kesepahaman kerja sama sebagai
sebuah dokumen legal yang menjelaskan persetujuan antara kedua belah pihak.10
Misalnya setiap ada kegiatan-kegiatan yang sifatnya nasional pasti ada media
10
Wawancara pribadi dengan Agus Sutoyo, sebagai kepala unit public relations
Perpustakaan Nasional pada tanggal 22 Mei 2014.
90
yang meliput. Contoh terbaru adalah Majalah Sindo memberi ruang satu halaman
penuh sebagai pengumuman rangkaian acara di gedung Perpustakaan Nasional
dalam rangka ulang tahun Perpustakaan Nasional ke-34 pada tanggal 19 Mei – 22
Mei 2014. Publikasi melalui media cetak bekerja sama dengan koran Jawa Pos
untuk meliput event-event perpusnas yang berlevel nasional. Kerja sama yang
dilakukan dengan pihak media cetak, antara lain dengan Jawa Pos, Kontan, Sindo,
Tempo, Jurnal Nasional.
Publikasi media elektronik melalui televisi dan radio berupa wawancara
dan liputan media terkait dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Perpustakaan
Nasional. Stasiun televisi yang bekerja sama antara lain: TVRI, Metro TV,
Liputan khusus Trans 7, TvOne, Kompas TV. Pada media televisi publikasi yang
dilakukan adalah dengan promosi perpustakaan dan penayangan iklan. Tercatat
sudah ada sembilan iklan yang diproduksi perpusnas di televisi.
Untuk publikasi melalui radio dengan membuat iklan di radio atau
melakukan segmen acara khusus tentang Perpustakaan Nasional yang diwakili
kepala public relations melalui talkshow dan membuka interaksi langsung kepada
pendengar melalui telepon. Radio yang mengadakan kerja sama dengan
Perpustakaan Nasional antara lain: Sindo FM, Trijaya FM, Radio Dangdut
Indonesia (RDI), Radio Republik Indonesia (RRI) Pro 3, Radio Republik
Indonesia (RRI) Pro 2, Cakrawala, Prambors, radio OZ. Kebanyakan radio yang
diajak kerja sama adalah radio yang memiliki segmen pendengar di kalangan anak
sekolah dan remaja.
91
Di era kemajuan teknologi public relations perpusnas juga mengadakan
kerja sama dengan pihak media online, karena media ini memiliki kelebihan
dalam percepatan penyebaran media. Publikasi melalui media online bekerja sama
dengan: okezone.com, website perpusnas yaitu pnri.go.id, vivanews.com,
detik.com, republikaonline.
Unit public relations Perpusnas menjalin hubungan baik dengan media.
dengan menggandeng media untuk pembuatan advetorial maupun untuk peliputan
segala kegiatan yang diadakan Perpusnas. Selain media massa (cetak/elektronik),
unit public relations Perpusnas juga mengiklan di TV Bandara maupun TV Kereta
Api. Hal ini dimaksudkan saat masyarakat menunggu transportasi tersebut
perhatian mereka akan tertuju pada tayangan-tayangan visual bergerak di tempat
tersebut untuk menghilangkan rasa bosan. Tujuan lain dari penayangan iklan di
kedua tempat itu karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat berkumpulnya
masyarakat banyak, juga supaya masyarakat dapat melihat tayangan iklan tersebut
secara masif.
Bentuk pengawasannya, setiap penayangan iklan di tv ataupun media
cetak dengan dilakukan pengawasan manual berdasarkan loog proof ataupun
tanggal cetak suatu berita di media massa yang telah disepakati.11
Perpustakaan Keliling
Indonesia adalah salah satu negara dengan luas wilayah terbesar. Wilayah
yang luas ini dapat menjadi faktor menghambat dalam kampanye. Dengan luas
11
Wawancara pribadi dengan Arwan Subakti dan Hartoyo Darmawan, sebagai staf unit
public relations Perpustakaan Nasional, pada tanggal 18 Juli 2014.
92
wilayah yang besar menjadikan beberapa daerah sulit untuk mendapat buku bahan
bacaan dan berbagai informasi. Untuk mengantisipasi hal tersebut perpusnas telah
menyiapkan perpustakaan keliling bagi warga berupa mobil perpustakaan keliling
dan perpustakaan terapung keliling.
Hingga kini perpusnas telah memberikan bantuan Mobil Perpustakaan
Keliling (MPK) sebanyak 507 unit di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
tersebar sejak program itu diluncurkan tahun 2003. Ukuran mobil MPK yang
seukuran mobil minibus kijang yang menjadikannya dapat leluasa dan lebih
mudah untuk menjangkau ke pelosok-pelosok daerah pedesaan terpencil.
Selain menggunakan MPK pengembangan perpustakaan di daerah-darah
terluar juga menggunakan kapal baca (perpustakaan terapung keliling) yang berisi
bahan buku bacaan untuk ditempatkan di daerah bersangkutan. Perpusnas juga
telah memberi bantuan kepada daerah-daerah yang terpencil, pesisir, dan
perbatasan. Hingga tahun 2013 sudah ada tujuh kapal baca yang diberikan ke
berbagai daerah yaitu Kepulauan Bengkalis (Riau), Pulau Bintan (Kepulauan
Riau), Kabupaten Selayar (Sulawesi Selatan), Kepulauan Pangkajene (Sulawesi
Selatan), Kabupaten Morowali (Sulawesi Tengah), Wakatobi (Sulawesi
Tenggara), dan Kota Ternate (Maluku Utara). Dana operasionalnya diserahkan
kepada kepala daerah masing-masing.12
Kerja sama ini merupakan hasil dari
koordinasi dengan Komisi X DPR RI sebagai layanan terhadap dapil mereka.
12
Irwan, “33 Provinsi Sudah Punya Perpustakaan Digital”, Jurnal Nasional, Jakarta, 14
Mei 2013, h. 5-7.
93
C. Evaluasi Dari Strategi Komunikasi
Setiap lembaga yang telah melaksanakan kegiatannya, maka tahap
selanjutnya adalah melakukan evaluasi dan merencanakan program kegiatan
selanjutnya untuk mengetahui kekurangan dari program kegiatan terdahulu. Ini
dilakukan untuk mengoreksi dan memperbaiki kualitas agar program yang telah
berjalan dapat bersifat berkesinambungan alias tidak sesaat terjadi. Evaluasi ini
juga termasuk bentuk pengawasan tingkat efektifitas dengan membandingkan
hasil pelaksanaan pekerjaan dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya sebagai
tolak ukur pencapaian tujuan.
Landasan Hukum dan Kerja Sama Dengan Pihak Pemerintah
Beberapa landasan hukum yang diterapkan dalam kampanye “Indonesia
Gemar Membaca” masih belum dapat dipahami oleh sebagian pemerintah daerah.
Kurangnya sosialisasi kepada pemerintah daerah hingga ke tingkat Kecamatan
dan Kelurahan atas landasan hukum ini. Apalagi dengan adanya otonomi daerah
yang memungkinkan kepala daerah memiliki otoritas penuh di wilayahnya. Jadi
pihak perpusnas tidak memiliki kewenangan untuk memerintah kepala daerah
untuk langsung menyetujui dilakukan kampanye Perpusnas melainkan harus izin
terlebih dahulu melalui berbagai birokrasi dengan kepala daerah. Dalam
wawancara dengan kepala bagian public relations ditemukan beberapa kepala
daerah yang menolak bantuan dari Perpusnas malah meminta uangnya saja agar
mereka yang mengelola uang tersebut untuk digunakan menambah sarana dan
94
prasarana bagi perpustakaan desa dan tentu saja hal ini tidak bisa dilakukan
karena dikhawatirkan terjadi penyalahgunaan pada dana yang diberikan.
Target yang dituju dalam sosialisasi kampanye selain pada pemerintah
daerah juga kepada para budayawan, pemerhati perpustakaan, pustakawan, pegiat
perpustakaan atau Taman Baca Masyarakat, guru, mahasiswa, dan masyarakat.
Untuk mengefektifkan pesan-pesan kampanye hingga ke masyarakat pelosok,
pihak Perpusnas juga harus berkoordinasi dengan pejabat hingga tingkat
Kecamatan dan Kelurahan agar warga dapat menerima informasi sehingga mereka
dapat berpartisipasi dalam kegiatan acara.
Khusus untuk sosialisasi peraturan yang sifatnya teknis, seperti Undang-
Undang Karya Cetak dan Karya Rekam (KCKR), PP tentang Perpustakaan,
maupun Peraturan tentang angka kredit bagi pustakawan dilakukan dengan cara
menghadirkan anggota tim perumus agar lebih bisa dipahami oleh pihak yang
berkepentingan seperti pustakawan, para penerbit dan masyarakat. Banyak dari
pihak-pihak tersebut yang kurang begitu paham dan sadar maksud dari peraturan
tersebut diterbitkan. Tim perumus akan menjelaskan fungsi, tujuan, serta manfaat
dari peraturan tersebut, contohnya agar hasil karya yang diciptakan anak bangsa
dapat didayagunakan bagi masyarakat dan dilestarikan.
Sayangnya walaupun sudah dilaksanakan sosialisasi namun masih ada saja
pihak yang tidak taat untuk melaksanakannya. Seperti pada pelaksanaan Undang-
Undang KCKR yang mewajibkan para penerbit (cetak/audio visual) menyerahkan
hasil karya terbitannya sebanyak dua eksemplar kepada Perpustakaan Nasional.
Demi menyukseskan dalam pelaksanaannya Perpusnas bekerja sama dengan
95
IKAPI untuk selalu menyosialisasikan pentingnya UU KCKR tersebut dijalankan.
Namun dalam pelaksanaannya masih ada penerbit yang tidak menyerahkan hasil
terbitannya kepada Perpustakaan Nasional bahkan malah membuat Perpusnas
terjun langsung ke daerah atau membelinya secara langsung yang malah
menambah anggaran untuk penambahan koleksi padahal harusnya bisa didapat
dengan sukarela sebagai kewajiban dari para penerbit. Pihak Perpusnas belum
dapat bertindak tegas kepada penerbit yang membandel agar mereka secara sadar
dan inisiatif sendiri untuk menyerahkan karya terbitannya kepada Perpusnas. Hal
ini terjadi karena pihak penerbit belum merasa UU ini memiliki status hukum
yang kuat Dalam UU KCKR pada pasal 11 terdapat sanksi denda bahkan pidana
pada penerbit yang tidak mau menyerahkan karyanya kepada Perpusnas.
Ancaman sanksi ini bisa disosialisasikan juga kepada penerbit agar mereka jera.
Untuk mendapat dukungan penuh dari pemerintah atas kampanye
Indonesia Gemar Membaca, pihak Perpusnas dalam setiap rapat koordinasi yang
dihadiri Kepala Badan Perpustakaan Daerah menghimbau agar para kepala daerah
(Gubernur/Bupati/Walikota) untuk memerhatikan perpustakaan sebagai sarana
belajar di luar sektor formal (sekolah) hingga ke daerah pelosok dan terluar.
Perpusnas berperan sebagai penjamin distribusi segala ilmu pengetahuan dan
informasi agar para kepala daerah dapat memprioritaskan anggaran daerahnya
untuk pengembangan di bidang perpustakaan. Keberhasilan ini ditandai dengan
sebagian kepala daerah yang menyadari arti penting perpustakaan untuk
memajukan kehidupan masyarakatnya sehingga jatah APBD perpustakaan
meningkat tiap tahunnya.
96
Penggunaan Anggaran
Anggaran unit public relations dalam melakukan rangkaian kegiatan
memasyarakatkan perpustakaan dan peningkatan minat/budaya baca berkisar
antara Rp. 3-4 miliar tiap tahunnya. Jumlah ini masih terbilang kecil dengan
begitu banyaknya program-program yang dijalankan unit public relations. Untuk
menyiasati agar penggunaan dana efektif dan tepat sasaran, dilakukan dengan
sosialisasi dan publikasi roadshow di daerah, tayangan iklan, promosi lewat media,
serta pengadaan benda-benda sadar perpustakaan (stiker, kaos, payung, mug), juga
mamberikan apresiasi kepada pejuang perpustakaan di masyarakat dengan
penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka. 13
Promosi menggunakan media iklan di seluruh media berkisar antara Rp. 1-
2 miliar. Jumlah ini terlalu besar bila melihat anggaran yang diberikan lembaga
kepada unit public relations atau setengah dari anggaran. Sangat disayangkan
penggunaan setengah anggaran pertahun untuk sosialisasi dan publikasi kampanye
dengan menggunakan media iklan tidak sebanding dengan efek yang bisa
ditimbulkan dari iklan untuk mengubah perilaku masyarakat, karena efek iklan
hanya terasa sesaat dan sifat iklan adalah komunikasi satu arah. Tentu saja tidak
ada feedback maksimal yang diterima untuk lembaga Perpusnas ditambah lagi
biaya produksi iklan sangat mahal dan jumlah spot tayang untuk iklan terbatas.
Lebih baik dari anggaran iklan ini dikurangi dan digunakan untuk menambah dan
mengembangkan sarana dan prasarana bagi kepentingan perpustakaan.
13
Wawancara pribadi dengan Arwan Subakti dan Hartoyo Darmawan, sebagai staf unit
public relations Perpustakaan Nasional, pada tanggal 18 Juli 2014.
97
Kerja Sama Dengan Pihak Swasta
Kerja sama yang sudah terjalin antara Perpusnas dengan lembaga swasta
yang berperhatian dengan kampanye “Indonesia Gemar Membaca” dipelihara
dengan baik. Kerja sama ini dilakukan dengan penguatan koordinasi serta
pengawasan dari program yang telah dilaksanakan. Pengawasan ini dilakukan
secara internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan unit public relations,
sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh para lembaga swasta. Jadi kedua
lembaga ini sama-sama melakukan pengawasan dan evaluasi. Apabila ditemukan
masalah-masalah, hambatan, rintangan, dan kelemahan maka kedua lembaga ini
akan saling memberi masukan solusi.
Pihak Perpusnas sangat terbuka untuk menerima tawaran kerja sama
dengan berbagai pihak demi kesuksesan pelaksanaan kampanye. Terbukti setiap
tahun ada penambahan jumlah pihak swasta yang turut berpartisipasi dalam
membantu menyukseskan program Perpusnas. Penambahan jumlah lembaga
swasta ini sangat membantu lembaga Perpusnas dengan adanya bantuan yang
mereka tawarkan. Hal ini tentu akan mempermudah tercapainya tujuan yang ingin
dicapai dari setiap pelaksanaan kampanye.
Relasi Dengan Masyarakat
Public relations tidak mengelola website resmi lembaga yaitu
www.pnri.go.id. Website tersebut yang mengelola bukan pihak public relations
melainkan unit lain. Padahal di web itu juga terdapat bagian mengenai saran,
aspirasi, dan kritik yang bisa dikirim oleh masyarakat kepada lembaga. Namun
98
karena bukan pihak public relations yang mengelola, jadi mereka tidak tau apa
saja saran, kritik, serta aspirasi warga yang diberikan. Menurut informasi yang
penulis dapat bagian yang mengelola web tersebut tidak memberi semua masukan
yang diberikan, mereka hanya memilih pendapat mana yang baik dan akan
disampaikan ke unit public relations. Begitu pun dengan saat pelaksanaan
kampanye aspirasi warga ditampung oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi
yang berarti tidak langsung ditujukan kepada public relations perpusnas. Sangat
penting dalam setiap roadshow diberi tempat khusus untuk warga yang ingin
menyampaikan aspirasi agar aspirasi warga dapat langsung diterima oleh unit
public relations.
Pelaksanaan Kampanye
Pelaksanaan tempat kegiatan roadshow perlu mendapat variasi. Biasanya
kegiatan roadshow dilakukan di kantor pemerintahan atau lembaga perpustakaan
daerah. Mencoba memberi suasana baru dengan mengadakan roadshow di tempat-
tempat hiburan seperti mal atau tempat wisata daerah setempat yang tentu saja
pelaksanaannya harus bekerja sama dengan pihak terkait agar masyarakat yang
sedang liburan dapat mengisi liburan dengan kegiatan yang bersifat edukatif.
Indonesia adalah negara yang memilki bermacam-macam suku bangsa dan
budaya yang sangat banyak. Hal ini dapat dimanfaatkan dalam setiap pelaksanaan
kampanye untuk menampilkan kearifan lokal budaya setempat. Sayangnya cara
yang dilakukan dalam kegiatan roadshow sama untuk seluruh daerah. Padahal
public relations bisa memanfaatkan budaya kearifan lokal tersebut dan
99
memasukkannya menjadi tema agenda kegiatan roadshow sekaligus mengenalkan
budaya kepada masyarakat. Mengadopsi dari ilmu komunikasi, bahwa
komunikator dalam menyampaikan pesan harus mengetahui keadaan komunikan
agar efek dari kegiatan komunikasi dapat berhasil dan terjadi timbal balik oleh
komunikan. Public relations sebagai komunikator yang menggaungkan kampanye
harus mengetahui kebutuhan dan keadaan masyarakat sebagai target adopter agar
pelaksanaan kampanye dapat mengena dan diterima di masyarakat hingga pada
akhirnya dapat mengubah perilaku masyarakat agar mau membaca.
Dalam kegiatan roadshow Perpusnas harus memberi perhatian kepada
orangtua dan pihak sekolah. Karena orangtua sangat berperan dalam mendidik
anak dalam mengenalkan kegiatan membaca pada mereka. Dalam acara talkshow
penting untuk memberikan nasihat kepada orangtua untuk mengajak anak ke
perpustakaan dan membiasakan membaca buku setiap hari bersama anak karena
proses pengembangan minat dan gemar membaca pada usia belia harus dilakukan
secara teratur. Keluarga terutama orangtua berperan besar menggiatkan
kegemaran membaca pada anak, karena anak-anak yang tumbuh besar dari
keluarga yang suka membaca akan membentuk kebiasaan untuk gemar membaca.
Dalam dialog yang juga diikuti pihak sekolah, harus ditanamkan kepada siswa
untuk mencintai perpustakaan. Selain itu juga bisa memberi tugas belajar yang
referensinya berasal dari perpustakaan sekolah serta mencoba suasana belajar
yang baru, guru mengajak siswa untuk belajar di perpustakaan.
Sayangnya hingga kini indikator nyata yang menjadi ukuran dari kegiatan
kampanye hanya dilihat dari tingkat antusiasme warga yang hadir dalam event
100
kampanye. Apalagi pelaksanaan roadshow hanya dilakukan satu hari. Hal ini
tentu tidak bisa menjadi tolak ukur untuk mengetahui perubahan perilaku
masyarakat setelah event berlangsung, apakah tingkat kesadaran membaca mereka
meningkat atau malah tidak ada pengaruh sama sekali. Karena mereka hanya akan
antusias saat acara berlangsung, setelah selesai acara bukan tidak mungkin tidak
ada perubahan pada perilaku mereka (efek hangat-hangat sesaat).
Perpustakaan Keliling
Salah satu bentuk pengawasan terhadap mobil perpustakaan keliling
(MPK) dan kapal perpustakaan, yaitu dengan melakukan monitoring ke daerah
penerima MPK dan kapal perpustakaan terapung untuk memastikan
penggunaannya. Kontrol pengawasan juga dapat berkoordinasi dengan
Pemerintah Daerah dengan memberi kewenangan penuh kepada Pemerintah
Daerah untuk mengatur jadwal operasi/jam kunjung MPK dan kapal perpustakaan
setiap waktunya. Namun dengan alasan biaya operasional atau tenaga pengelola
SDM yang kurang memadai seringkali pengoperasian kendaraan ini tidak berjalan
efektif. Hal ini tentu saja dapat merugikan masyarakat sebagai pengguna sarana
perpustakaan keliling. Bentuk koordinasi terkait perpustakaan keliling ini dengan
Pemda setempat masih kurang kuat dan seringkali terjadi penyalahgunaan sarana
ini untuk kepentingan politik oleh sebagian oknum Pemda. Beberapa kali penulis
mendapati informasi bahwa tidak jarang sarana perpustakaan keliling ini malah
digunakan untuk kegiatan kampanye-kampanye politik.
101
Dalam pelaksanaan kampanye Indonesia Gemar Membaca, untuk
mengubah perilaku masyarakat pihak public relations juga melaksanakan hal-hal
yang berkaitan dalam aktivitas social marketing. Public relations Perpusnas
mengeluarkan produk sosial yang dilaksanakan antara lain:
1. Ide sosial
Ide sosial ini berkaitan dengan nilai-nilai (value) dan kepercayaan
(belief), serta sikap dan tindakan (attitude). Dalam pelaksanaan
kampanye yang dilakukan oleh public relations Perpusnas
mengeluarkan ide sosial berupa gagasan untuk mengajak warga
berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Ide sosial yang dikeluarkan
adalah gagasan Indonesia Gemar Membaca. Gagasan ini dikeluarkan
untuk mengubah nilai-nilai perilaku warga yang sebelumnya tidak suka
membaca menjadi masyarakat yang gemar membaca.
Gagasan ini dikeluarkan mengingat pemikiran kebanyakan
masyarakat Indonesia yang kurang peduli dan menganggap bahwa
aktivitas membaca tidak bermanfaat dan hanya membuang-buang
waktu, sehingga mereka tidak terlalu peduli dengan kegiatan ini.
Padahal kegiatan ini sangat banyak manfaatnya bagi warga. Manfaat
jangka pendeknya adalah mereka dapat mengetahui berbagai macam
informasi dari buku yang mereka baca. Sedangkan manfaat jangka
panjang adalah mereka memiliki banyak pengetahuan dari berbagai
keilmuan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan mereka di masa depan.
102
Inilah yang ingin diperkenalkan oleh pihak Perpusnas yaitu mengubah
pandangan masyarakat bahwa kegiatan membaca sangat bermanfaat.
Dalam pelaksanaan gagasan kampanye, pihak public relations
Perpusnas mengadakan sikap tindakan yang dilaksanakan seperti
roadshow ke berbagai daerah. Pelaksanaan roadshow juga
menampilkan berbagai kebudayaan daerah seperti seni tari. Pelaksanaan
roadshow juga harus memperhatikan norma serta kebiasaan warga yang
menjadi target adopter kampanye, jangan sampai gagasan yang
dikeluarkan bertentangan dengan norma-norma yang ada di
masayarakat atau pelaksanaannya menyimpang dari tujuan yang telah
dicanangkan. Selain itu juga ada oknum yang ingin memanfaatkan
program ini untuk dilakukan penyelewengan, seperti ditemukan oknum
kepala daerah yang menolak diberi bantuan buku tapi hanya ingin
uangnya saja. Tapi hal itu tidak bisa dikabulkan oleh Perpusnas karena
rawan terjadi penyelewengan bantuan dana.
2. Praktik sosial
Dalam praktik sosial biasanya berkaitan dengan tindak dan
perilaku yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan untuk kesuksesan
program kampanye. Pelaksanaan praktik sosial dari kampanye
Indonesia Gemar membaca adalah dengan melakukan roadshow-
roadshow di daerah. Pelaksanaan roadshow ini melibatkan
keikutsertaan warga secara masif agar pesan dari kampanye dapat
103
diterima oleh masyarakat. Untuk mengenallkan warga kepada
perpustakaan dan mengenalkan pemikiran bahwa kegiatan membaca itu
menyenangkan. Cara yang dilakukan adalah mendatangkan narasumber
yang sudah dikenal luas oleh warga seperti dengan mendatangkan artis,
budayawan, dan pejabat setempat. Masyarakat diajak untuk berdiskusi
dalam kegiatan talkshow serta mereka mendapat stimulus dari para
narasumber tersebut bahwa kegiatan membaca dan berkunjung ke
perpustakaan itu menyenangkan.
3. Objek nyata
Objek nyata yang disediakan Untuk menyukseskan program social
marketing ini pihak public relations membuat produk fisik yang
memudahkan masyarakat untuk mau berkunjung ke perpustakaan dan
mengubah mindset negatif mereka tentang perpustakaan, seperti
pembangunan perpustakaan daerah, penambahan koleksi buku di
perpustakaan daerah, mengembangkan sarana dan prasarana yang ada
di perpustakaan desa, pameran perpustakaan, mengadakan bazar buku.
Dalam aktivitas social marketing juga dikenal istilah marketing mix yang
mengambil dari istilah marketing (pemasaran) yaitu 4P (product, price, place,
promotion). Dalam praktiknya pada kampanye Indonesia Gemar Membaca istilah
marketing mix 4P tersebut adalah:
104
1. Product
Produk social marketing bukan merupakan sesuatu yang berbentuk
materi melainkan sebuah ide atau gagasan untuk mengubah kualitas
hidup masyarakat. Dalam kaitan untuk mengubah perilaku masayarakat
agar menumbuhkan kesadaran membaca, maka pihak public relations
mengeluarkan gagasan yaitu Indonesia Gemar Membaca.
2. Price
Harga (price) yang dimaksud di sini adalah segala usaha atau
kemauan yang dilakukan oleh konsumen untuk mendapatkan atau
melaksanakan kampanye produk sosial tersebut. Public relations
Perpusnas berusaha meyakinkan masyarakat bahwa pengorbanan yang
mereka lakukan lebih kecil daripada apa yang mereka dapatkan,
misalnya dengan cara menjelaskan berbagai manfaat dari membaca dan
berkunjung ke perpustakaan.
3. Place
Lokasi (place) yang dimaksud di sini adalah saluran/media yang
dapat digunakan konsumen untuk mendapat informasi mengenai
kampanye dan melakukan latihan demi kesuksesan program tersebut.
Upaya yang dilakukan pihak public relations Perpusnas adalah dengan
membangun perpustakaan desa di lokasi yang strategis yang dapat
dijangkau oleh warga dan tempat tersebut memiliki akses transportasi
yang mudah bagi warga, seperti dekat kantor kepala desa/lurah/camat.
105
4. Promotion
Promosi yang dilakukan adalah mengenalkan produk kampanye
dengan menggunakan media yang mudah dijangkau atau dirasakan oleh
masyarakat. Upaya yang dilakukan public relations Perpusnas adalah
dengan mengenalkan gagasan ini ke seluruh nusantara dengan
menggunakan media, baik media cetak, elektronik dan media online.
Sedangkan promosi langsung ke masyarakat adalah dengan
mengadakan roadshow.
Yang menjadi pembeda antara marketing dan social marketing adalah
dalam social marketing selain dikenal teori marketing mix dengan 4P nya, juga
dikenal 4P lainnya yaitu:
1. Publik
Yang dimaksud publik yaitu untuk mendapat kesuksesan maka
dalam kampanye tersebut harus memperhatikan kondisi dan keadaan
masyarakat sebagai target untuk dilaksanakan kampanye. Publik adalah
orang yang menjadi sasaran dalam pelaksanaan kampanye Indonesia
Gemar Membaca.
2. Partnership
Praktik social marketing tidak ada artinya apabila kemitraan tidak
dijadikan tujuan untuk mendukung kesuksesan. Hubungan kerja sama
yang dilakukan untuk menyukseskan kampanye dapat dilakukan dengan
106
organisasi atau individu. Pihak yang bekerja sama dalam kampanye ini
adalah PT. Conoco Philips, Coca-Cola, Asian Foundations, Pertamina.
3. Policy
Social marketing tidak akan ditaati oleh seluruh masyarakat jika
tidak diikuti dengan adanya upaya untuk mendorong tersusunnya
sebuah landasan hukum yang dapat menaungi suatu program.
Kebijakan yang disusun untuk mendukung kesuksesan dan kelancaran
program dengan didukung oleh pejabat pemerintahan dan dikenalkan
kepada publik. Landasan hukum yang digunakan dalam kampanye
adalah pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alinea empat,
UU Nomor 4 Tahun 1990 Tentang Serah Simpan Karya Cetak dan
Karya Rekam, UU Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan,
Pencanangan program gemar membaca oleh Presiden.
4. Purse Strings
Program social marketing didukung dengan pendanaan yang
diperoleh dari sumber seperti yayasan, bantuan pemerintah, dan
sumbangan dari organisasi masyarakat. Dana yang didapat Perpusnas
dalam kampanye berasal dari pemerintah dan juga bantuan dari yayasan,
lembaga, individu yang menaruh perhatian pada kampanye, seperti
Yayasan Hasyim Djojohadikusumo.
Walaupun berada dalam bidang marketing, namun aktivitas social
marketing memiliki perbedaan dengan aktivitas marketing pada umumnya. Social
marketing lebih kepada aktivitas-aktivitas non komersial. Dalam kaitannya
107
dengan kampanye Indoensia Gemar Membaca yang digagas oleh Perpusnas, maka
dalam pelaksanaanya lebih kepada untuk mengubah perilaku masyarakat.
Perbedaan ini terletak pada empat unsur yaitu:
1. Produk
Produk yang dihasilkan dalam kegiatan social marketing adalah
menjual perubahan perilaku. Upaya ini dilakukan oleh public relations
Perpusnas dengan cara menawarkan gagasan Indonesia Gemar
Membaca untuk meningkatkan kesadaran membaca masyarakat dan
memberik pemahaman baru bahwa membaca itu menyenangkan agar
masyarakat yang perilaku sebelumnya tidak suka membaca berubah
menjadi masyarakat yang suka membaca.
2. Tujuan
Tujuan dari aktivitas social marketing ini adalah peningkatan
kualitas individu/sosial. Public relations Perpusnas dalam upayanya
meningkatkan kesadaran membaca masyarakat tetus mengadakan
kampanye roadshow yang di dalamnya terdapat pesan-pesan bahwa
membaca sangat penting untuk menyongsong masa depan. Dengan
memberi pemahaman tersebut saat diharapkan masyarakat termotivasi
untuk mengubah perilakunya menjadi masyarakat yang suka membaca.
3. Kompetitor
Kompetitor dalam social marketing adalah perilaku yang ingin
diubah atau menjadi bermanfaat. Dengan mengadakan kampanye
Indonesia Gemar Membaca, diharapkan perilaku masyarakat yang
108
tadinya tidak suka membaca berubah menjadi masyarakat yang gemar
membaca hingga terbentuklah masyarakat yang berbudaya baca.
4. Segmentasi
Segmentasi yang menjadi sasaran dari kegiatan social marketing
adalah individu/kelompok yang memiliki permasalahan secara sosial.
Kampanye Gerakan Indonesia Gemar Membaca dilakukan kepada
kelompok masyarakat yang memiliki kesadaran yang kurang dalam
kegiatan membaca, menganggap bahwa membaca itu kurang penting,
atau supaya menumbuhkan kesadaran membaca masyarakat.
109
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi yang dipersiapkan oleh public relations Perpusnas dalam
menggaungkan kampanye “Indonesia Gemar Membaca” dipersiapkan secara
maksimal. Sebelum menerapkan strategi perlu dilakukan analisa SWOT untuk
mengukur kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kekuatan yang dimiliki
adalah memiliki SDM yang sesuai di bidangnya, penyiapan anggaran yang baik,
landasan hukum yang mendukung pelaksanaan kampanye. Kelemahannya adalah
kurangnya dukungan pemerintah pusat dengan sedikitnya anggaran, jumlah SDM
yang sedikit. Peluang yang dimiliki adalah beberapa stakeholder berkenan
membantu Perpusnas, para publik figur bersedia berpartisipasi saat roadshow,
kerja sama dengan pihak media untuk menyosialisasikan kampanye ke seluruh
nusantara. Ancaman yang ada adalah budaya baca masyarakat kurang, orangtua
yang tidak mengenalkan kebiasaan membaca kepada anak sejak usia dini,
teknologi yang banyak menyita waktu masyarakat, wilayah nusantara yang luas.
Usaha yang dilakukan public relations Perpusnas dalam kampanye
“Indonesia Gemar membaca” dilakukan dengan cara bekerja sama dengan pihak
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Mengajak para publik figur seperti artis,
budayawan, sastrawan dalam kegiatan roadshow. Mengadakan roadshow yang
dikemas dalam bentuk publikasi yang bersifat edukasi. Rangkaian kegiatan dalam
roadshow yaitu mengadakan berbagai perlombaan, story telling, talkshow dengan
110
mengundang publik figur, bazar buku, pameran perpustakaan. Bekerja sama
dengan pihak media mulai dari media cetak, elektronik, dan online untuk
menyosialisasikan kampanye ke seluruh nusantara. Membuat perpustakaan
keliling dengan menyediakan mobil perpustakaan keliling dan perpustakaan
terapung keliling.
Evaluasi dari pelaksanaan kampanye agar kegiatan kampanye selanjutnya
menjadi lebih baik dengan mengadakan sosialisasi kampanye dari tingkat
Gubernur hingga tingkat Kelurahan agar semua pihak dapat ikut membantu dan
mengajak warganya berpartisipasi dalam rangkaian acara selama roadshow.
Dalam acara roadshow memberi masukan kepada orangtua dan sekolah untuk
mengajarkan anak budaya baca dan berkunjung ke perpustakaan. Tidak perlu
banyak memproduksi iklan karena efeknya hanya sesaat. Mencoba variasi tempat
untuk dilaksanakan roadshow seperti di tempat-tempat hiburan keluarga.
Memasukkan konsep budaya kearifan lokal setempat dalam kampanye agar warga
lebih tertarik. Ikut mengawasi pengelolaan sarana perpustakaan keliling agar tidak
terjadi penyalahgunaan. Menampung langsung aspirasi warga tanpa melalui pihak
lain saat roadshow. Indikator nyata kesuksesan program diliat dari tingkat
antusiasme warga mengikuti event roadshow.
B. Saran
Untuk mendapat dukungan publikasi melalui media, public relations perlu
mengadakan media gathering yang diharapkan media berperan besar dalam
mengkomunikasikan pesan-pesan positif kampanye Indonesia Gemar Membaca.
111
Membuka rubrik konsultasi pada media di mana pada rubrik tersebut konsumen
mengirimkan pertanyaan melalui media. Kegiatan ini selain menaikkan brand
awareness juga dapat menjaring konsumen baru, yaitu konsumen media tersebut.
Setelah kegiatan kampanye tersebut dilakukan semua pihak harus menjaga
momentum yang sudah kondusif untuk mengubah perilaku masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran membaca. Jangan sampai dalam pelaksanaannya hanya
sekedar hangat-hangat sesaat, dan sesudah itu tidak ada kelanjutan dan
pengawasan, yang pada akhirnya hanya merupakan pemborosan waktu, pikiran
dan biaya tanpa mendapat hasil yang jelas. Melakukan koordinasi dengan pihak
perpustakaan daerah, toko buku, penerbit untuk mengetahui tolak ukur perubahan
perilaku kesadaran membaca masyarakat dengan statistik banyaknya warga yang
berkunjung ke perpustakaan daerah atau toko buku.
Untuk meningkatkan gairah masyarakat berkunjung ke perpustakaan dapat
menyediakan bahan baca mengenai informasi dan beragam disiplin ilmu lainnya
di taman baca setempat agar masyarakat berminat untuk datang ke perpustakaan.
Menjadikan perpustakaan sebagai pusat dari kegiatan warga. Memberi warna cat
yang cerah pada perpustakaan. Membuat papan petunjuk perpustakaan agar
masyarakat mengetahui dan mengenal lokasinya. Membuat brosur, pamflet yang
berisi sarana dan prasarana di perpustakaan yang dapat dimanfaatkan warga
sebagai publikasi agar informasi dan perkembangan perpustakaan dapat terus
diikuti oleh masyarakat sebagai target adopter. Karya hasil lomba dapat dipajang
di perpustakaan daerah agar anak-anak bersemangat untuk berkunjung ke
perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnanputra, Ahmad S. Marketing Public Relations Memenangkan Persaingan.
Depok: PT. Ikrar Mandiri, 1994.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rhineka Cipta, 1998.
Alifahmi, Hifni. Marketing Communications Orchestra. Bandung: Examedia
Publishing Grup, 2008.
Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka, 1993.
Basuki, Sulistyo. Sejarah Perpustakaan RI Sebuah Kajian, 2008.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2007.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2006.
Cangara, Hafied. Perencanaan & Strategi Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2013.
Danandjaja. Peranan Humas Dalam Perusahaan, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011.
Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2003.
Forsyth, Patrick. Psikologi Populer Komunikasi Persuasif Yang Berhasil. Jakarta:
Arcan, 1993.
Harun, Rochajat dan Elvinaro Ardianto. Komunikasi Pembangunan & Perubahan
Sosial Perspektif Dominan, Kaji Ulang, dan Teori Kritis. Jakarta: Rajawali
Pers, 2011.
Irwan. “33 Provinsi Sudah Punya Perpustakaan Digital”. Jurnal Nasional.
Jakarta. 14 Mei 2013.
Jefkins, Frank. Periklanan. Jakarta: Erlangga, 1997.
Jefkins, Frank. Public Relations. Jakarta: Erlangga, 2004.
Johnston, Jane and Clara Zawawi. Public Relations Theory And Practice 2nd
edition. Sydney: Allen & Unwin, 2004.
Jumroni, dan Suhaimi. Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN
Press, 2008.
Kasali, Rhenald. Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta: Pustaka Utama. 1992.
Kotler, Philip dan Alan R. Andreasen. Strategi Pemasaran Untuk Organisasi
Nirlaba. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta:
Prehallindo, 1997.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga,
2009.
Kotler, Philip dan Nancy Lee. Pemasaran Di Sektor Publik Panduan Prakis
Untuk Meningkatkan Kinerja Pemerintah. -: PT. Indeks, 2007.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008.
Pohan, Rusdim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Lanarka, 2007.
Ruslan, Rosady. Etika Kehumasan Konsep dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rajawali
Pers, 2008.
Ruslan, Rosady. Kiat Dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2007.
Ruslan, Rosady. Praktik dan Solusi Public Relations Dalam Situasi Krisis dan
Pemulihan Citra. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994.
Saputra, Wahidin & Rulli Nasrullah. Public Relation Teori dan Praktik Public
Relations di Era Cyber. Jakarta: Gramata Publishing, 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2009.
Sumber dari internet:
http://kelembagaan.pnri.go.id/beranda/berita/index.php?box=dtl&id=1133&from_
box=lst&hlm=1&search_region=&search_lingkup=&search_activation=&
search_keyword=#ixzz2wrvEcXB6
http://sariberitacoco.blogspot.com/2012/08/minat-baca-masyarakat-indonesia-
rendah.html
http://www.paudni.kemdikbud.go.id/mendikbud-jumlah-penduduk-buta-aksara-
menurun/
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Drs. Agus Sutoyo, M.Si
Jabatan : Kepala Subbag Hubungan Masyarakat PNRI
Tanggal : 22 Mei 2014
1. Bagaimana peran humas dalam mendukung visi dan misi lembaga
perpusnas dalam menuju indonesia gemar membaca?
Yang pertama kita melakukan talkshow/roadshow Perpustakaan Nasional.
Publikasi Gerakan Nasional Indonesia membaca ini sudah dicanangkan sejak
tahun 1995 oleh Presiden Soeharto, lalu Presiden Megawati pada 23 November
2003, kemudian SBY pada 17 Mei 2006, lalu dicanangkan kembali pada 27
Oktober 2011. Kita yang mengkampanyekan pencanangan Gerakan Indonesia
Gemar Membaca yang dilaksanakan dengan kegiatan roadshow perpustakaan.
2. Bagaimana publikasi kampanye program kegemaran membaca?
Publikasi Gerakan Nasional Indonesia Membaca ini kita membuat kegiatan
yang besar. Mulailah kita pakai strategi komunikasi yang bagus, yaitu dengan
mendatangkan selebritis ke daerah. Lalu kita bikin kegiatan besar yang off air
sepert lomba-lomba untuk anak-anak dari TK/PAUD sampai SMA. Jadi yang
TK/PAUD ini kita bikin lomba mewarnai. Terus yang SD kita bikin lomba
menggambar. Yang SMP bikin lomba mengarang atau membuat sinopsis.
Yang SMA bikin lomba jingle perpustakaan atau jingle gemar membaca. Saat
roadshow orangtuanya kita ajak dialog interaktif dengan artis, gubernur,
dengan Kepala Perpustakaan Nasional. Lalu ada story telling jadi anak-anak
tidak boring dengan cara mendatangkan para pendongeng yang sudah
profesional. Strategi komunikasi lainnya kita selain melalui web online.
3. Pihak mana saja yang ikut mendukung program kampanye perpusnas?
Salah satu tugas pokok humas lembaga perpusnas adalah menjalin kemitraan
dengan lembaga pemerintah maupun swasta. Kerja sama dari lembaga
pemerintah pusat seperti dari Komisi X DPR, Pemerintah Daerah seperti
Gubernur. Ada juga sosialisasi perpustakaan bersama sastrawan. Kalau dengan
lembaga swasta itu kita bekerja sama dalam pengembangan perpustakaan dan
koleksi perpustakaan. Misalnya dengan Conoco philps (perusahaan minyak)
yang membuat mobil perpustakaan keliling. Kita juga sudah berikan bantuan
berupa kapal baca di beberapa daerah. Sampoerna Foundation yang membantu
perpustakaan. Coca-Cola Foundations yang membantu perpustakaan desa. Asia
Foundation yang membantu koleksi dan pengembangan SDM. Yayasan
Hasyim Djojohadikusumo yang membantu pembangunan perpustakaan desa.
Yayasan Pertamina yang membantu mobil perpustakaan keliling ke daerah-
daerah yang menjadi lingkup kerjanya. Mereka sebelum memberi bantuan
melakukan survei bersama kami dan berkonsultasi daerah mana yang layak
untuk mendapat bantuan. Kerja sama itu ada kontraknya dan pasti ada nota
kesepahamannya. Mereka punya data daerah-daerah itu sama seperti kami.
4. Apa saja bentuk bantuan untuk menyukseskan kampanye ini?
Bantuan berupa mobil perpustakaan keliling dan pesawat kecil. Kalau mobil
kita distribusikan mobil dan bukunya. Mobil itu di dalamnya penuh buku yang
sudah rapi tinggal layanin saja dan juga bantuan koleksi. Jadi banyak bantuan-
bantuan yang sudah kita berikan kepada masyarakat dalam rangka untuk
sosialisasikan pengembangan perpustakaan dalam pembudayaan kegemaran
membaca sampai daerah-daerah terpencil juga pulau-pulau terluar yang tidak
terjangkau.
5. Media apa yang digunakan untuk menyosialisasikan kampanye?
Semua media kita pakai baik cetak, elektronik, ditambah online. Membuat
kegiatan di mana saja sudah pasti melibatkan media. Kita pernah melaksanakan
talkshow di tv lokal dan ada interview eksklusif di radio juga di media cetak.
Untuk media cetak kita punya MOU nota kesepakatan kerja sama, seperti
sekarang dengan Jawa Pos. Jawa Pos setiap ada informasi yang ada kegiatan-
kegiatan kami yang sifatnya nasional itu pasti datang. Lalu ada Harian Kontan,
Sindo, Tempo, Jurnal Nasional. Untuk media elektronik radio sekarang ini
masih ada iklan kita di Sindo Radio, Trijaya, RDI (radio dangdut indonesia),
RRI (Radio Republik Indonesia) PRO3, RRI PRO 2, Cakrawala. Jadi kita
punya segmen. Jadi untuk segmen nasional kita punya RRI, Sindo Trijaya,
Sonora, KBR 68H. Kemudian yang lokal kita ada radio untuk anak muda
seperti Prambors, Urban Radio, Oz Radio. Kemudian onlinenya di
okezone.com, vivanews.com, detik.com, republika online. Kalau tv sampai
sekarang kita masih di Metro TV, TVOne, TVRI. Untuk iklan tahun ini kita di
TVRI, Metro, TVOne, TRANS7 DAN Kompas Tv.
6. Bagaimana dengan analisa swot terkait persiapan dan pelaksanaan
kampanye ini?
Kita punya SDM yang sesuai dengan bidang kompetensi. Ada yang dari
jurnalistik, komunikasi, design grafis, komputer. Selain pendidikan formalnya
ada pendidikan informalnya seperti diklat. Kekuatan kita ada di anggaran
dengan nama “Konsep Oriented, No Budget Oriented”. Tapi kita harus punya
konsep dulu. Kalo konsepnya bagus, budget mengikuti. Seluruh negara maju
itu budaya bacanya tinggi karena ditunjang oleh pemerintah. Sementara di
Indonesia yang budaya baca belum terlalu tinggi perhatian pemerintah memang
belum optimal untuk perpustakaan dan gemar membaca. Kalau ancaman di
lapangan masyarakat lebih tertarik di dunia lain, seperti dunia entertainment,
gosip, kasus-kasus kekerasan. mengajak anak-anak ke mal bukan ke tempat
hiburan yang mendidik. Peluangnya sih banyak, peluang dari berbagai aspek
kita punya. Karena kita punya undang-undang. UU Nomor 43 tahun 2007. Kita
punya UU Nomor 4 tahun 1990. Kita punya PP Nomor 24 tahun 2014. Dengan
landasan hukum ini peluang Perpustakaan Nasional untuk melebarkan sayap ke
seluruh Indonesia ini dalam pengembangan perpustakaan dan pembudayaan
gemar membaca menjadi luas. Jadi setiap pemda wajib menaati UU.
Tantangannya itu karena setiap lembaga pemerintah ini punya otoritas. Karena
ada undang-undang otonomi daerah. Jadinya kita tidak punya kewenangan
langsung karena ada otonomi daerah. Sementara ada peluang tapi tantangannya
ada di otonomi. Jadi kita tidak bisa memerintah Gubernur. Kita tidak bisa
memerintah Bupati. Ketika ingin bikin acara harus banyak birokrasi izinnya.
7. Apa saja kendala yang ditemui?
Pernah ada yang menolak bantuan oleh oknum pejabat desa yang lebih
memilih dikasih uangnya saja dan itu tidak bisa kita lakukan karena
dikhawatirkan terjadi penyalahgunaan. Lalu mindset oknum pemda yang jelek
tentang budaya baca dan tidak peduli dengan keadaan perpustakaan daerah.
Ada tradisi daerah dan hukum adat yang tidak bisa diterobos. Itu kendala kita
juga dalam mengembangkan perpustakaan ke daerah. Misalnya waktu di Musi
Banyuasin ada tradisi yang anak-anak itu sekolah maksimal SD. Lulus SD
setelah itu dia harus bantu ke desa apa yang bisa dia lakukan. Kalo tidak ia
harus keluar dari desa. Pulang harus membawa duit. Nyetor ke kepala desa.
Baik perempuan maupun pria. Pokoknya keluar atau dia di sini tidak boleh ke
mana-mana. Keluar tapi pulangnya bawa duit. Kalo ga bawa duit, ga diterima.
Narasumber : Arwan Subakti
Jabatan : Staff Subbag Hubungan Masyarakat PNRI
Tanggal : 5 Mei 2014
1. Jelaskan profil dari divisi humas/public relations perpusnas?
Sub Bagian Humas merupakan unit setingkat Eselon IV yang saat ini
dipimpin oleh Drs Agus Sutoyo, M.Si di mana merupakan salah satu unit dari
Biro Hukum dan Perencanaan Perpustakaan Nasional RI. Humas telah ada
semenjak Perpustakaan Nasional terbentuk yaitu 17 Mei 1980.
2. Bagaimana sejarah singkat dan latar belakang tujuan pembentukan
divisi humas/public relation pada lembaga perpusnas?
Awal mula terbentuk bernama Sub Bagian Humas dan Protokol dengan
pimpinan bernama Ramli Taher. Latar belakang terbentuknya humas yaitu
untuk melakukan urusan hubungan masyarakat dengan lembaga pemerintah
lainnya, peliputan media massa, konferensi pers, publikasi dan promosi.
3. Apa saja visi dan misi dari divisi humas perpusnas?
Visi dan Misi Humas adalah mendukung Visi dan Misi Perpustakaan
Nasional
4. Apa saja peran, tugas, fungsi, dan wewenang yang diberikan kepada
divisi humas perpusnas?
Peran :Sub Bagian Humas mempunyai peran dalam menyebarluaskan
informasi mengenai visi dan misi Perpustakaan Nasional RI ke masyarakat.
Tugas :Sub bagian Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melakukan
urusan hubungan masyarakat dengan lembaga pemerintah, peliputan media
massa, konfrensi pers, publikasi dan promosi.
Fungsi :Sub Bagian Humas mempunyai fungsi menjaga hubungan yang baik
dalam lingkup internal, antar lembaga maupun masyarakat. Selain itu juga
mempromosikan maupun mensosialisasikan Perpusnas ke masyarakat.
Sebagai sarana dalam mewadahi aspirasi yang terkait dengan pengembanga
Perpusnas.
Wewenang: Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kehumasan,
hubungan antar lembaga maupun publikasi dan promosi.
5. Apa saja program kerja divisi humas/public relation perpusnas tiap
tahunnya?
Banyak upaya yang telah dilakukan oleh Humas Perpusnas dalam mencapai
tujuan organisasi, yaitu melalui :
- Komunikasi personal, seperti menyelenggarakan sosialisasi, road
show ke daerah-daerah, talk show, Gemilang Perpusnas,
mengadakan event-event social seperti pameran, pentas musik,
permainan, lomba, dll.
- Komunikasi massa, seperti publikasi maupun kegiatan promosi di
berbagai media cetak dan elektronik. Leaflet & broshur, buku,
billboard, poster, sarana audio visual, CD &DVD, kaset, dll.
- Mediator, untuk membina hubungan baik antara Perpusnas dan
stakeholdernya melalui konferensi pers atas acara-acara yang
diselenggarakan oleh Perpusnas. Selain itu juga menghadirkan
selebritis untuk mengkampanyekan program yang dibuat oleh
Humas.
6. Bagaimana bentuk struktur organisasi pada divisi humas/perpusnas?
Bisa dilihat pada website
http://kelembagaan.pnri.go.id/beranda/bentuk_skema_struktural/
Narasumber : Arwan Subakti
Jabatan : Staff Subbag Hubungan Masyarakat PNRI
Tanggal : 18 Juni 2014
1. Kelompok masyarakat seperti apa keadaannya yang akan menjadi
sasaran kampanye?
Sasaran yang dituju dalam rangka sosialisasi dan publikasi adalah Pemerintah
Provinsi, DPRD, Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi, Perpustakaan
Umum Kabupaten/Kota, Guru mulai tingkat TK, SD, SMP dan para pelajar,
mahasiswa, pemerhati dan komunitas perpustakaan, komunitas membaca.
2. Bagaimana peran humas dalam menjalin komunikasi dengan
warga/pemerintah setempat untuk mendukung kampanye dan
mengubah perilaku masyarakat?
Salah satu caranya yaitu dengan membuat suatu acara sosialisasi dan
publikasi mengenai perpustakaan dan pembudayaan kegemaran membaca.
Dengan adanya acara tersebut dapat melibatkan peran serta aktif
pemerintahan daerah dalam mengembangkan perpustakaan dan pembudayaan
kegemaran membaca. Acara dikemas dalam bentuk promosi dan publikasi
yang bersifat edukasi dan entertainment karena di dalamnya ada berbagai
kegiatan yang memberikan pemahaman akan pentingnya perpustakaan dan
pembudayaan gemar membaca.
3. Bagaimana tanggapan warga terkait program yang dilaksanakan di
tempat mereka? Seberapa besar partisipasi warga dalam kegiatan itu?
Masyarakat menyambut baik acara yang diselenggarakan Humas Perpusnas,
bahkan masyarakat mengharapkan acara serupa rutin diadakan setiap
tahunnya. Masyarakat setempat sangat antusias terlihat dari partisipasi
mengikuti perlombaan untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMA, maupun
melihat hiburan yang disuguhkan serta penuhnya kursi dalam acara talkshow
yang juga menyemarakkan roadshow di beberapa daerah tersebut.
4. Bagaimana pola pemyampaian pesan untuk mempersuasikan warga
untuk mengubah perilaku agar mau membaca?
Penyampaian pesan agar masyarakat mau membaca dan datang ke
perpustakaan melalui acara talkshow yang mengundang narasumber dari
public figure maupun dari kalangan pemerintahan. Diharapkan pengalaman-
pengalaman mereka dalam memanfaatkan perpustakaan dapat menjadi
inspirasi bagi masyarakat.Talkshow yang dikemas santai dan informatif
menjadi menarik untuk diikuti oleh semua kalangan.
5. Bagaimana peran humas dalam menampung aspirasi warga terkait
kampanye ini? Dan bagaimana peran humas dalam mengkomunikasikan
aspirasi itu ke dalam internal lembaga?
Aspirasi warga di daerah ditampung melalui Badan Perpustakaan dan Arsip
Provinsi sehingga nantinya dibuat laporan mengenai kegiatan yang berjalan
kepada Humas Perpusnas. Dari laporan kegiatan yang terselenggara di daerah
tersebut menjadi bahan evaluasi dalam rapat internal untuk memantapkan
program-program di masa yang akan datang.
6. Apa saja akses yang dapat dimanfaatkan masyarakat agar bisa
terhubung dengan lembaga PNRI?
Informasi mengenai Perpustakaan Nasional dapat diakses melalui
www.pnri.go.id
Nomor Call Center Jasa Layanan Perpusnas Free Call
0800-1-737787 (0800-1-PERPUS)
Nomor SMS Jasa Layanan 0812 9000 0880
Email : [email protected]
7. Usaha apa yang dilakukan untuk membujuk masyarakat agar mau
mengubah perilaku untuk lebih mau membaca?
Usaha yang dilakukan melalui talkshow mengenai perpustakaan dan
pembudayaan kegemaran membaca sehingga masyarakat sadar bahwa dengan
membaca dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
8. Bagaimana membuat kesinambungan agar perubahan perilaku
masyarakat yang sudah terjadi tidak menjadi perubahan yang sesaat?
Untuk tercipta kesinambungan perilaku masyarakat maka Humas Perpusnas
secara konsisten melakukan promosi maupun acara sosialisasi agar selalu
tertanam di benak masyarakat akan pentingnya Perpustakaan maupun
kegemaran membaca dalam kehidupan sehari-hari.
Narasumber : Arwan Subakti
Jabatan : Staff Subbag Hubungan Masyarakat PNRI
Tanggal : 11 Juni 2014
1. Apa saja kendala yang ditemui dalam kampanye? Dan bagaimana
langkah antisipasinya?
Kendala yang ditemui di lapangan biasanya berkaitan dengan masalah
koordinasi dengan penyelenggara lokal di daerah. dan lokasi acara di
beberapa tempat yang terkendala jarak (jauh). Maka itu, opsi yang kita pilih
untuk kegiatan kampanye adalah Gedung Perpustakaan
Provinsi/kota/Kabupaten atau Balai Pertemuan yang biasa ramai dikunjungi
masyarakat dan berada di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau. untuk
memudahkan pelaksanaan kampanye kami mengajak Event Organizer (EO)
menyediakan segala hal yang berkaitan dengan keperluan kampanye.
pemakaian EO kami anggap sebagai solusi yang masuk akal dalam
menyelenggarakan event kampanye Perpusnas dan minat baca, karena EO
sudah terbiasa memiliki ide-ide yang kreatif, atraktif, dan inovatif sesuai
dengan karakteristik daerah setempat. dengan konsep yang kreatif, antusias
masyarakat yang datang lebih banyak dan semarak.
2. Apakah ada lembaga yang bersifat oposisi yang memberi kritik (kritik
untuk menyempurnakan) atau mengevaluasi jalannya program
tersebut?
Segala kritik dan saran kita terima dan dengar langsung dari para mitra kerja
Perpusnas, khususnya komisi X DPR-RI pada rapat dengar pendapat (RDP).
Dari RDP yang kta lakukan, segala macam aspirasi, baik kritik, saran maupun
ide positif yang berkaitan dengan program yang telah dilaksanakan Perpusnas
banyak kita terima. Utamanya bagaimana program-program perpusnas bisa
lebih termaksimalkan dan lebih mengena di masyarakat.
3. Apa indikator nyata yang menyatakan kampanye tersebut telah berhasil
dilaksanakan?
Indikator saat ini yang bisa diukur adalah tingkat antusiasme masyarakat
untuk hadir dalam setiap event yang diselenggarakan oleh humas perpusnas.
Tingginya partisipasi masyarakat mengikuti perlombaan yang
diselenggarakan juga dapat meningkatkan kesAdaran masyarakat tentang
pentingnya perpustakaan.
4. Bagaimana bentuk evaluasi terhadap program-program yang telah
dilaksanakan?
Evaluasi terhadap program-program yang telah dilaksanakan melalui saran
maupun kritikan dari peserta maupun dari Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah (BPAD) sebagai partner pelaksana kegiatan termasuk EO
penyelenggara kegiatan.
5. Apa saja manfaat bagi lembaga perpusnas dengan melaksanakan
kampanye Indonesia Gemar Membaca?
Pembukaan UUD 1945 telah mengatakan bahwa tugas utama negara adalah
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Lalu dikaitkan dengan visi Perpusnas
terdepan dalam informasi pustaka menuju Indonesia gemar membaca. Nah,
untuk mencapai itu banyak cara yang dilakukan termasuk melakukan
kampanye Indonesia gemar membaca. Gerakan Nasional Indonesia Gemar
Membaca telah dicanangkan oleh wakil presiden boediono oktober 2011 di
TMII. Jadi, gerilya yang dilakukan perpusnas agar masyarakat tersadarkan
bahwa membaca itu penting untuk meningkatkan kualitas intelektual
informasi dan pengetahuan masyarakat. Jadi, kampanye tersebut lebih tepat
manfaatnya bagi masyarakat, Perpusnas hanya menjadi fasilitator. Dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberdayaan
perpustakaan, Perpusnas mengharapkan masyarakat lebih tertarik dan senang
berkunjung dan membaca buku di perpustakaan.
Narasumber : Arwan Subakti
Jabatan : Staff Subbag Hubungan Masyarakat PNRI
Tanggal : 18 Juli 2014
1. Bagaimana penyampaian sosialisasi landasan hukum perpusnas dalam
kampanye Indonesia Gemar Membaca kepada pemerintah daerah?
Tingkatan kepala daerah mana yang menjadi sasaran dalam sosialisasi
tersebut? Serta apa saja kendala dalam sosialisasi tersebut, dan
bagaimana evaluasi dari kendala tersebut?
Sosialisasi mengenai landasan hukum dan program kegemaran membaca
senantiasa dilakukan secara terbuka. Sosialisasi kita lakukan dalam bentuk
seminar, talkshow di media massa (TV, radio), maupun skala besar seperti
Roadshow Perpusnas di tingkat Provinsi (secara bergilir tiap tahunnya).
Perpusnas mengajak para Kepala Daerah, budayawan, pemerhati
perpustakaan, pustakawan, untuk talkshow interaktif bersama dengan para
pustakawan, pegiat perpustakaan/TBM, guru, mahasiswa, dan masyarakat.
Kendala yang kami temui secara umum, para target dari UU/Peraturan
tersebut ditujukan belum paham dan sadar sepenuhnya maksud dari peraturan
diterbitkan. Contoh, UU KCKR mewajibkan para penerbit (cetak/audio
visual) menyerahkan hasil karya/terbitannya sebanyak minimal 2 (dua)
eksemplar kepada Perpustakaan Nasional maupun perpustakaan yang ada
didaerah dimana penerbit berada. Sayangnya, masih banyak yang tidak taat
menyerahkan, sehingga seringkali Perpusnas terjun langsung ke daerah atau
membelinya secara langsung. Perpusnas senantiasa bekerja sama dengan
IKAPI untuk mensosialisasikan pentingnya UU KCKR tersebut dijalankan.
2. Apa saja upaya unit public relations untuk meyakinkan pemerintah
bahwa kampanye Indonesia Gemar Membaca penting untuk dilakukan?
Berapa anggaran yang diterima unit public relation per tahunnya dari
lembaga perpusnas?
Setiap rapat koordinasi (Rakor) ataupun pertemuan yang dihadiri Kepala
Badan Perpustakaan Daerah, kita imbau agar para kepala daerah
(Gubernur/Bupati/Walikota)untuk memerhatikan perpustakaan sebagai sarana
belajar sepanjang hayat masyarakat selain sektor formal (sekolah). Pemda
semestinya tidak menempatkan anggaran perpustakaan di level bukan
prioritas. Perpustakaan amat vital. Perpustakaan mengambil peran penjamin
distribusi segala ilmu pengetahuan dan informasi. Jadi, sebaiknya para
kepala daerah harus berani menempatkan perpustakaan di skala prioritas jatah
APBD. Alhamdulillah, sebagian kepala daerah menyadari arti penting
perpustakaan, sehingga jatah APBD perpustakaan meningkat tiap tahunnya.
Anggaran Humas dalam melakukan rangkaian kegiatan memasyarakatkan
perpustakaan dan peningkatan minat/budaya baca berkisar Rp. 3-4 miliar tiap
tahunnya. Kita berupaya untuk mengfektifkan dana tersebut tepat sasaran.
Caranya, dengan melakukan sosialisasi, publikasi, roadshow di berbagai
daerah, tayang iklan, promosi lewat media cetak/elektronik), talkshow
interaktif, dan pengadaan benda-benda sadar perpustakaan (stiker, kaos, topi,
payung, mug). Semua kegiatan yang Humas lakukan selalu mengundang
rekanan kerja, media massa partner (cetak/elektronik) maupun Event
Organizer (EO) yang telah berpengalaman, untuk mengurusinya. Semata-
mata agar tepat sasaran dan punya efek luar biasa.
3. Bagaimana bentuk pegawasan dan evaluasi dari kerja sama terhadap
pihak media media dalam mensosialisasikan pesan kampanye? Apa saja
media publik yang digunakan dalam penempatan iklan? Berapa budget
dalam penempatan iklan di seluruh media?
Humas Perpusnas menjalin hubungan baik dengan media. Humas
menggandeng media untuk pembuatan advetorial maupun untuk peliputan
segala kegiatan yang diadakan Perpusnas. Selain media massa
(cetak/elektronik), Humas Perpusnas juga mengiklan di TV Bandara maupun
TV Kereta Api. Budget dalam penempatan iklan di seluruh media berkisar Rp.
1- 2 miliar. Bentuk pengawasannya, setiap penayangan iklan di tv ataupun
media cetak dengan dilakukan pengawasan manual berdasarkan loog proof
ataupun tanggal cetak suatu berita di media massa yang telah disepakati.
4. Berapa hari biasanya pelaksanaan roadshow di daerah? Bagaimana
follow up untuk mengetahui terjadi perubahan perilaku masyarakat
menjadi gemar membaca setelah pelaksanaan roadshow ?
Gladi Resik (GR) roadshow dilakukan H-1. Sedangkan untuk pelaksanaan
hanya 1 hari saja. Namun, diluar itu, persiapan sudah dilakukan jauh-jauh hari
sebelumnya untuk hunting lokasi, teknis panggung, sound system, undangan
audiens, konfirmasi pembicara, termasuk koordinasi (surat menyurat) dengan
Pemda setempat. Beberapa aspek non teknis dilakukan langsung oleh Humas,
sedangkan aspek teknis dilakukan oleh EO yang ditunjuk.
Sepanjang pengamatan pasca roadshow dilakukan, animo masyarakat untuk
mengunjungi perpustakaan dan mau membaca meningkat. Dampak ini yang
kita inginkan. Perpustakaan tidak lagi sekedar tempat para kutu buku dan rak
berdebu tanpa makna, tapi bisa menjadi ladang eksplorasi ilmu pengetahun
dan informasi yang amat berguna.
5. Apakah setiap tahunnya ada penambahan terhadap jumlah pihak yang
ikut membantu kampanye? Bagaimana menilai keefektifan kerja sama
tersebut? Bagaimana evaluasi dan pengawasan yang dilaksanakan
terkait kerja sama dengan pihak-pihak tersebut?
Untuk kegiatan sosialisasi/kampanye, Humas Perpusnas berkordinasi dengan
Badan/Kantor Perpustakaan Daerah. Kita pun berkolaborasi dengan pihak EO
sebagai pendukung aspek teknis di lokasi untuk menentukan cara yang pas
untuk pelaksanaan kampanye. Pihak masyarakat maupun LSM kita libatkan
sebagai partisipan (peserta). Setiap pelaksanaan selesai kita adakan evaluasi
menyeluruh agar kampanye berikutnya di kota-kota lain bisa berjalan lancar.
6. Bagaimana bentuk pengawasan terhadap kinerja mobil perpustakaan
keliling dan perpustakaan keliling terapung agar tidak terjadi
penyalahgunaan dalam pelaksanaannya? Berapa jumlah frekuensi
pengoperasian mobil dan kapal perputakaan keliling dalam satu
minggu?
Salah satu bentuk pengawasan terhadap mobil perpustakaan keliling (MPK)
dan kapal perpustakaan, yaitu dengan melakukan monitoring ke daerah
penerima MPK dan kapal perpustakaan dan terapung untuk memastikan
penggunaannya. Kadangkala stimulant yang diberikan mangkrak disebabkan
alasan biaya operasional atau tenaga pengelola (SDM). Perpusnas
mempersilahkan daerah penerima bantuan tersebut untuk mengatur jadwal
operasi/jam kunjung MPK/kapal perpustakaan setiap waktunya. Yang penting
ketersediaan tersebut bisa dimaksimalkan pemanfaatannya bagi kemajuan
intelektual masyarakat setempat.
FOTO DOKUMENTASI PR PERPUSNAS
Talkshow Bersama Pemerintah Daerah, Artis, Kepala Perpusnas
Kerja Sama dengan PT. ConocoPhilips menyediakan mobil perpustakaan
keliling
Sosialisasi Perpustakaan
Roadshow
Talkshow di Media
Foto Bersama Kepala Unit Public Relations Perpusnas
FOTO GEDUNG PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
FOTO SIDANG MUNAQASYAH