Upload
wahyuu-darmawann
View
135
Download
17
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jij
Citation preview
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM STRATIGRAFI
ACARA I
SANDI STRATIGRAFI INDONESIA
OLEH:
WAHYU DARMAWAN
F1G1 13 024
KENDARI
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LANDASAN TEORI
1.2.1 Satuan Lithostratigrafi
Pembagian Litostratigrafi dimaksud untuk menggolongkan batuan di bumi
secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada cirri-ciri
litologi. Pada Satuan Litostratigrafi penentuan satuan didasarkan pada ciri-ciri
batuan yang dapat diamati di lapangan. Penentuan batas penyebaran tidak
tergantung kepada batas waktu.
Pasal 14
SATUAN RESMI DAN TAK RESMI
Satuan Litostratigrafi Resmi adalah satuan yang memenuhi persyaratan
Sandi, sedangkan Satuan Litostratigrafi Tak Resmi ialah satuan yang tidak
seluruhnya memenuhi persyaratan sandi.
Pasal 15
BATAS DAN PENYEBARAN SATUAN
1. Batas Satuan Litostratigrafi ialah sentuhan antara dua satuan yang
berlainan ciri litologi, yang dijadikan dasar pembeda kedua satuan
tersebut.
2. Batas satuan ditempatkan pada bidang yang nyata, batasnya merupakan
bidang yang di perkirakan kedudukannya (batas arbitrer).
3. Satuan- satuan yang berangsur berubah atau menjari-jemari, peralihannya
dapat di piisahkan sebagai satuan tersendiri apabila memenuhi persyaratan
sandi.
4. Penyebaran suatu satuan litostratigrafi semata-mata ditentukan oleh
kelanjutan ciri-ciri litologi yang menjadi ciri penentunya.
5. Dari segi praktis, penyebaran suatu satuan litostratigrafi dibatasi oleh batas
cekungan pengendapan atau aspek geologi lain.
6. Batas-batas daerah hukum (geografi) tidak boleh dipergunakan sebagai
alasan berakhirnya penyebaran lateral (pelamparan suatu satuan.
Pasal 16
TINGKAT-TINGKAT SATUAN LITOSTRATIGRAFI
1. Urutan tingkat satuan litostratigrafi resmi, masing-masing dari besar
sampai kecil ialah : Kelompok, Formasi dan Anggota.
2. Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi.
3. Anggota ialah bagian dari Suatu Formasi yang secara litologi berbeda
dengan ciri umum Formasi yang bersangkutan, serta memiliki penyebaran
lateral yang berarti.
4. Kelompok ialah suatu litostratigrafi resmi setingkat lebih tinggi daripada
Formasi dan karenanya terdiri dari dua Formasi atau lebih yang
menunjukkan kesegaran ciri-ciri litologi.
Pasal 17
STRATOTIPE ATAU PELAPISAN JENIS
1. Suatu stratotipe merupakan perwujudan alamiah satuan litostratigrafi
resmi di lokasi tipe yang dapat di jadikan pedoman umum.
2. Letak suatu staratotipe di nyatakan dengan kedudukan koordinat geografi.
3. Apabila pemerian stratotipe suatu satuan litostratigrafi di lokasi tipenya tidak
memungkinkan, maka sebagai gantinya cukup dinyatakan lokasi tipenya.
Pasal 18
TATANAMA SATUAN LITOSTRATIGRAFI
1. Tatanama satuan litostratigrafi resmi adalah dwinama (binomial). Untuk
tingkat Kelommpok, Formasi dan Anggota dipakai istilah tingkatnya dan
diakui nama geografinnya.
2. Penulisan kedua kata nama satuan litostratigrafi resmi harus dimulai
dengan huruf besar sedangkan nama satuan tak resmi selalu dengan huruf
kecil, kecuali ditulis pada awal kalimat.
3. Jika untuk satuan litostratigrafi yang sama teredapat dua buah penamaan,
maka nama resmi yang diusulkan terdahulu yang harus dipakai.
4. Nama geografi sebaran satuan di waktu lampau, yang telah populer atau
telah dikenal dalam pustaka, sebaiknya di pertahankan. Statusnya
dipastikan atau diubah menurut aturan satuan litostratigrafi yang sesuai.
5. Nama geografi mungkin berubah atau bahkan hilang, tetapi perubahan itu
tidak boleh mempengaruhi nama satuan litostratigrafi yang telah ada.
Pasal 19
CARA PENGUSULAN SATUAN LITOSTRATIGRAFI RESMI
1. Pengusulan suatu satuan litostratigrafi resmi harus dilakukan melalui cara-
cara yang dinyatakan secara terbuka dan tertulis.. pernyataan tersebut
harus meliputi hal-hal berikut :
a. pernyataan tentang maksud pengusulan suatu satuan resmi ;
b. nama dan tingkat satuan yang diusulkan ;
c. adanya stratotipe atau lokasi tipe dan pemerian ciri-ciri litologi
satuan pada umumnya ;
d. lokasi geografi stratotipe atau lokasi tipe ;
e. hubungan antara satuan yang diusulkan dengan satuian lain dan
keterangan tentang batas satuan;
f. penyebaran satuan kearah tegak (ketebalan) dan lateral
(pelamparan);
g. umur-umur geologi sampai tingkat satuan Zaman atau lebih kecil;
h. keterangan mengenai nama-nama yang dipergunakan sebelumnya;
i. prosedur penerbitan harus resmi
Pasal 20
SATUAN RESMI BAWAH PERMUKAAN
1. Satuan resmi litostratigrafi bawah permukaan ialah satuan yang diperoleh
berdasarkan data bawah permukaan.
2. Selain persyaratan yang tercantum dalam pasal 19, masih diperlukan
persyaratan tambahan yang meliputi keterangan lengkap tentang :
a. Sumurtipe dan tambangtipe
b. Penampang geologi bawah permukaan
c. Sayatan geolistrik atau cara mekanik lainnya
d. Tempat penyimpanan contoh potongan (tahibor), inti dan contoh
lainnya.
1.2.2 Satuan Biostratigrafi
Pasal 31
AZAS TUJUAN
1. Pembagian biostratigrafi dimaksud untuk menggolongkan lapisan-lapisan di
bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama berdasarkan kandungan
dan penyebaran fosil.
2. Satuan biostratigrafi ialah tubuh lapisan batuan yang dipersatukan berdasar
kandungan, fosil atau ciri-ciri paleontologi sebagai sendi pembeda terhadap
tubuh batuan sekitarnya.
Pasal 32
SATUAN RESMI DAN TAK RESMI
Satuan biostratigrafi resmi ialah satuan yang memenuhi persyaratan Sandi,
sedangkan satuan biostratigrafi tak resmi adalahh satuan yang tidak seluruhnya
memenuhi persyaratan.
Pasal 33
KELANJUTAN SATUAN
Kelanjutan satuan biostratigrafi ditentukan oleh penyebaran kandungan
fosil yang mencirikannya.
Pasal 34
TINGKAT DAN JENIS SATUAN BIOSTRATIGRAFI
1. Zona ialah satuan dasar bioostratigrafi
2. Zona ialah suatu lapisan atau tubuh batuan yang dicirikan oleh satu takson
fosil atau lebih.
3. Urutan tingkat satuan biostratigrafi resmi, mmasing-masing dari besar sampai
kecil ialah : Super-Zona, Zona, Sub-Zona dan Zonula.
4. Berdasarkan ciri satuan paleontologi yang dijadikan sendi satuan
biostratigrafi, dibedakan : Zona Kumpulan, Zona Kisaran, Zona Puncak, Zona
Selang, Zona Rombakan dan Zona Padat
.
Pasal 35
ZONA KUMPULAN
1. Zona Kumpulan ialah suatu lapisan atau krsatuan sejumlah lapisan yang terdiri
oleh kumpulan alamiah fosil yang khas atau kumpulan sesuatu jenis fosil.
2. Kegunaan Zona Kumpulan, selain sebagai penunjuk lingkungan kehidupan
purba dapat dipakai sebagai penciri waktu.
3. Batas dan kelanjutan Zona Kumpulan ditentukan oleh batas-batas terdapat
kebersamaannya (kemasyarakatan) unsur-unsur utama dalam kesinambungan
yang wajar.
4. Nama Zona Kumpulan harus diambil dari satu unsur fosil atau lebih yang
penciri utama kumpulannya.
Pasal 36
ZONA KISARAN
1. Zona Kisaran ialah tubuh lapisan batuan yang mencakup kisaran stratiggrafi
unsur terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada.
2. Kegunaan Zona Kisaran terutama ialah untuk korelasi tubuh-tubuh lapisan
batuan dan sebagai dasar untuk penempatan batuan-batuan dalam skala waktu
geologi.
3. Batas dan kelanjutan Zona Kisaran ditentukan oleh penyebaran tegak dan
mendatar takson yang mencirikannya.
4. Nama Zona Kisaran diambil dari satu jenis fosil atau lebih yang menjadi ciri
utama zona.
Pasal 37
ZONA PUNCAK
1. Zona Puncak ialah tubuh lapisan batuan yang menunjukkan perkembangan
maksimum suatu takson tertentu.
2. Kegunaan Zona Puncak dalam hal tertentu ialah untuk menunjukkan
kedudukan kronostratigrafi tubuh lapisan batuan yyang dapat dipakai sebagai
petunjuk lingkungan pengendapan purba.
3. Batas vertikal dan lateral Zona Puncak sedapat mungkin bersifat Objektif.
4. Nama Zona Puncak diambil dari nama takson yang berkembang secara
maksimum dalam Zona tersebut.
Pasal 38
ZONA SELANG
1. Zona Selang ialah selang stratigrafi antara pemuncula awal /akhir dari dua
takson penciri.
2. Kegunaan Zona Selang pada umumnya ialah untuk korelasi tubuh-tubuh
lapisan batuan.
3. Batas atas atau bawah suatu Zona Selang ditentukan oleh pemuncu lan awal
atau akhir dari takson-takson penciri.
4. Nama Zona Selang diambil dari nama-nama takson penciri yang merupakan
batas atas dan bawah zona tersebut.
Pasal 39
ZONA ROMBAKAN
Zona Rombakan adalah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh
banyaknya fosil rombakan, berbeda jauh daripada tubuh lapisan batuan diatas dan
diibawahnya.
Pasal 40
ZONA PADAT
Zona Padat ialah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh melimpahnya
fosil dengan kepadatan populasi jauh lebih banyak daripada tubuh batuan diatas
dan di bawahnya.
Pasal 41
PROSEDUR PENETAPAN SATUAN BIOSTRATIGRAFI
Pengusulan suatu satuan biostratigrafi resmi harus dinyatakan secara
terbuka dan tertulis. Perenyataan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pernyataan tentang maksud pengusulan suatu satuan resmi ;
b. Nama tingkat satuan yang diusulkan ;
c. Adanya stratotipe atau lokastipe, pemerian ciri-ciri fosil dan litologi ;
d. Hubungan antara satuan yang diusulkan dan satuan lain dan
keterangan tentang batas satuan ;
e. Pelamparan secara lateral dan penyebaran kearah vertikal;
f. Hubungannya dengan satuan stratigrafi lainnya misalnya dengan umur
geologi (Zaman atau lebih kecil);
g. Keterangan mengenai nama-nama yang dipergunakan sebelumnya, dan
h. Prosedur penerbitan harus resmi.
Pasal 42
SATUAN RESMI BAWAH PERMUKAAN
1. Satuan resmi biostratigrafi bawah permukaan ialah satuan yang diperoleh
berdasarkan data bawah permukaan.
2. Selain prosedur yang tercantum dalam Pasal 29, masih diperlukan tambahan
yang meliputi keterangan lengkap tentang :
a. Sumur tipe atau tambang tipe,
b. Penampang geologi bawah permukaan/penampang geologi sumur,
c. Penampang geofisika (misalnya penampang seismik) atau yang lainnya,
bilamana diperlukan,
d. Tempat penyimpanan contoh batuan (tahibor), intibor dan contoh
sejenisnya.
1.2.3 Satuan Litodemi
Pasal 21
SATUAN LITODEMIK
Pembagian Satuan Litodemik dimaksudkan untuk menggolongkan batuan
beku, metamorf dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan bernama
yang bersendi kepada ciri-ciri litologi.
Pasal 22
BATAS DAN PENYEBARAN SATUAN
Batas antar Satuan Litodemik berupa sentuhan antara dua satuan yang
berbeda ciri litologinya, diman kontak tersebut dapat berupa ekstrusi, intrusif,
metamorfosa, tektonik atau kontak berangsur.
Pasal 23
TINGKAT-TINGKAT SATUAN LITODEMIK
1. Urutan tingkat Satuan Litodemik resmi, masing-masing dari besar ke kecil
adalah : Supersuite, Suite, dan Litodem.
2. Litodem adalah satuan dasar dalam pembagian Satuan Litodemik, satuan
dibawah litodem merupakan satuan tyidak resmi.
3. Suite adalah satuan litodemik resmi yang setingkat lebih tinggi daripada
Litodem, oleh karenanya terdiri dari dua atau lebih asosiasi litodem yang
serumpun.
4. Supersuite adalah satuan Litodemik setingkat lebih tinggi daripada Suite, oleh
karenanya Supersuite terdiri dari dua Suite atau lebih.
5. Nama yang populer seperti zona pada zona mineralisasi adalah nama satuan
tidak resmi.
Pasal 24
TATANAMA SATUAN LITODEMIK
Tatanama Satuan dasar Litodem yang terdiri dari nama geografi dan ciri
utama komposisi litologinya, misalnya Diorit Ccihara.
Pasal 25
CARA PENGUSULAN SATUAN LITODEMIK
Pengusulan Satuan Litodemik resmi dilakukan melalui cara-cara yang
dinyatakan secara terbuka dan tertulis dan pernyataan harus meliputi hal-hal
seperti pasal 19.
1.2.4 Satuan Gunungapi
Pasal 26
AZAZ TUJUAN
Penyusunan sandi stratiggrafi batuan/endapan gunungapi dimaksudkan
untuk menata batuan/endapan gunungapi berdasarkan urutan kejadian agar evolusi
pembentukan gunungapi mudah dipelajari dan di mengerti.
Pembagian batuan/endapan gunungapi dimaksud untuk menggolongkan
batuan atau endapan secara bersistem berdasarkan sumber,deskripsi dan genesa.
Peta geologi gunungapi yang memuat informasi sebaran batuan/endapan
dan stratigrafi gunungapi dapat dipakai sebagai data dasar dalam pembuatan peta
kawasan rawan bencana gunungapi, peta rencana tata ruang, peta tata air, peta
potensi bahan galian, penyelidikan sumber tenaga panas bumi serta keperluan
ilmiah lainnya.
Pasal 27
SATUAN RESMI DAN TAK RESMI
Satuan resmi adalah satuan batuan/endapan gunungapi yang memenuhi
persyaratan sandi dan sedangkan satuan tak resmi adalah satuan yang tidak
seluruhnya memenuhi persyaratan sandi.
Pasal 28
BATAS DAN SEBARAN SATUAN STRATIGRAFI GUNUNGAPI
1. Batas satuan/endapan gunungapi adalah keseluruhan antara dua satuan atau
lebih yang berrlainan, dibedakan berdasarkan sumber erupsi, ciri batuan atau
endapan genesa, daur letusan atau waktu kejadian.
2. Sentuhan antara dua satuan dapat bberupa bidang horizontal, miring atau tegak
dan perubahannya dapat tegas maupun berangsur.
3. Satu atau lebih satuan bbatuan/endapan gunungapi dapat diihasilkan oleh satu
letusan (monogenetik) atau beberapa peristiwa letusan (poligenetik)
4. Satuan yang berubah berangsur atau jari-jemari, peralihannya dapat
dipisahkan sebagai satuan menjari apabila memenuhi persyaratan sandi.
5. Batas daerah hukum (geografi) tidak dapat dipergunakan sebagai bbatas
berakhirnya penyebaran satuan batuan/endapan gunungapi.
6. Sebaran lateral atau stratigrafi gunungapi dapat berupa batas jangkauan tubuh
gunungapi atau benturan dengan satuan lainnya, baik secara stratiggrafi
maupun struktur.
Pasal 29
TINGKAT-TINGKAT SATUAN STRATIGRAFI GUNUNGAPI
1. Tingkatan satuan stratigrafi gunungapi masing-masing dari kecil kebesar
adalah : Gumuk, Khuluk, Bbregada, Manggala dan Busur.
2. Khuluk Gunungapi adalah satuan dasar dalam pengelompokan satuan
stratigrafi gunungapi.
3. Gumuk Gunungapi adalah bagian dari Khuluk yyang terbentuk sebagai
hasil suatu erupsi pada tubuh gunungapi tersebut, baik sebagai hasil erupsi
pusat maupun erupsi samping.
4. Bregada Gunungapi adalah satuan stratiggrrafi gunungapi yang mencakup
sebaran endapan/batuan gunungapi hasil letusan yang terdiri dua atau lebih
Khuluk gunungapi atau yang berhubungan dengan pembentukan kaldera.
5. Manggala Gunungapi adalah satuan sttratigrafi gunungapi yang mencakup
sebaran bbatuan/endapan hasil letusan-letusan gunungapi yang mempunyai
lebih dari ssatu kaldera pada satu atau lebih tubuh gunungapi.
6. Busur Gunungapi adalah satuan stratigrafi gunungapi yang terdiri dari
kumpulan Khuluk, Bbregada dan Manggala Gunungapi dan mempunyai
kedudukan tektonik yang sama.
Pasal 30
TATANAMA SATUAN STRATIGRAFI GUNUNGAPI
Tatanama satuan stratigrafi gunungapi didasarkan pada sumber, jenis
batua/endapan dan urutan kejadian. Tatanama satuan ini digunakan tiga karakter
secara berurutan yang merupakan gabungan huruf dan angka. Huruf merupakan
singkatan nama sumber dan jenis satuan sedangkan angka menunjukkan urutan
kejadiannya.
1.2.5 Satuan Kronostratigrafi
Pasal 50
AZAZ TUJUAN
Pembagian kronostratigrafi ialah penggolongan lapisan batuan secara
bersistem menjadi satuan bernama berdasarkan interval waktu geologi. Interval
waktu geologi ini dapat ditentukan berdasarkan geokronologi atau metode lain
yang menunjukkan kesamaan waktu. Pembagian ini merupakan kerangka untuk
menyusun urutan peristiwa geologi secara lokal, regional dan global.
Pasal 51
HUBUNGAN KRONOSTRATIGRAFI DAN GEOKRONOLOGI
Bagia setiap Satuan Kronostratigrafi terdapat suatu geokronologi
bandingannya : Eonotem dengan Kurun, Eratem dengan Masa,Sistem dengan
Zaman, Seri dengan Kala, dan Jejang dengan Umur.
Pasal 52
STRATOTIPE DAN BATAS SATUAN
1. Dalam Kronostratigrafi dikenal Stratotipe Satuan dan Stratotipe Batas.
2. Stratotipe Satuan adalah ssayatan selang stratigrafi yang dibatasi oleh
stratotipe batas atas dan bawah ditempat asal nama satuan.
3. Stratotipe Batas ialah tipe batas bawah dan atas satuan.
4. Batas satuan kronostratigrafi adalah bidang isokron.
5. Batas satuan kronostratigrafi ditetapkan stratotipe, berdasarkan pertimbangan
objektif.
Pasal 53
TINGKAT-TINGKAT SATUAN KRONOSTRATIGRAFI
1. Urutan tingkat satuan kronostratigrafi resmi, masing-masing dari besar sampai
kecil ialah : Eonotem, Eratem, Sistem, Seri dan Jenjang.
2. Bidang lapisan pada dasarnya adalah bidang kesamaan waktu, oleh karena itu
satu lapisan yang menerus, cirinya mudah dikenal dan mempunyai pelamparan
luas,dapat merupakan penunjuk kesamaan waktu dan dinamakan lapisan
pandu.
3. Lapisan yang ditandai oleh keseragaman polaritas geomagnit yang
mempunyai kesamaan waktu dinamakan Selang Polaritas.
Pasal 54
PENYEBARAN SATUAN KRONOSTRATIGGRAFI
Kelanjutan suatu satuan kronostratigrafi dari stratotipe hanya mungkin bila
terdapat bukti-bukti akan adanya kesamaan waktu.
Pasal 55
URUTAN SATUAN KRONOSTRATIGRAFI
Pembagian kronostratigrafi dalam sandi adalah seperti yang tercantum
dalam Skala Waktu Geologi.
Pasal 56
SATUAN KRONOSTRATIGRAFI TAK RESMI
Pemakaian istilah satuan kronostratigrafi tak resmi tidak boleh
mengacaukan istilah satuan resmi.
Pasal 57
PROSEDUR PENGUSULAN SATUAN KRONOSTRATIGRAFI RESMI
Urutan pengusulan satuan kronostratigrafi resmi diperlukan :
a. Pernyataan tenntang maksud mendirikan suatu satuan
b. Pemilihan nama satuan
c. Delems batas atas dann bawah satuan di llokastipe
d. Ciri pengenal dan dasar penentuan umur satuan
e. Korelasi
f. Penerbitan ilmiiah
Pasal 58
PERUBAHAN TINGKAT ATAU NAMA SATUAN
KRONNOSTRATIGGRAFI RESMI
Perubahan tingkat atau nama satuan kronostratigrafi harus memenuhi
persyaratann seperti mendirikan satuan resmi baru.
1.2.6 Satuan Sikuenstratigrafi
Pasal 43
AZAZ UMUM
1. Pembagian sikuenstratigrafi ialah penggolongan lapisan batuan secara
bbersistem menjadi satuan bbernama berdasarkan satuan genesa yang
dibatasi, dibagian atas dan bawahya oleh bidang ketidakselarasan atau
keselarasan padanannya.
2. Satuan sikuenstratigrafi ialah suatu tubuh lapisan batuan yang terbentuk dalam
satuan waktu pada satu daur perubahan muka laut relatif.
Pasal 44
BATAS SATUAN
Batas atas dan bbawah satuan sikuenstratigrafi adalah bidang
ketidakselarasan atau bidang-bidang keselarasan padanannya.
Pasal 45
KELANJUTAN SATUAN
Penyebaran satuan sikuenstratigrafi didasarkan hanya oleh kelanjutan
bidang batas satuan dan tidak dibatasi oleh ketebalan, besaran interval waktu atau
kesamaan fisik batuan.
Pasal 46
TINGKAT-TINGKAT SATUAN SIKUENSTRATIGRAFI
1. Urutan tingkat satuan sikuenstratigrrafi, masing-masing dari besar sampai
kecil adalah : Megasikuen, Supersikuen dan Sikuen.
2. Sikuen ialah satuan dasar dalam pembagian satuan sikuenstratigrafi.
Pasal 47
SATUAN RESMI DAN TAK RESMI
Satuan sikuenstratigrafi resmi ialah satuan yang memenuhi persyaratan
sandi, sedangkan satuan tak resmi ialah satuan yang tiddak seluruhnya memenuhi
persyaratan sandi.
Pasal 48
TATANAMA SATUAN SIKUENSTRATIGRAFI
Tatanama sattuan sikuenstratigrafi resmi ialah dwinama. Untuk tingkat
sikuen atau yang lebih tinggi, dipakai istilah tingkatnya dan diikuti nama geografi
lokasi tipenya.
Pasal 49
PROSEDUR PENGUSULAN SATUAN SIKUENSTRRATIGRAFI RESMI
Pengusulan suatu satuan sikuenstratigrafi resmi harus dinyatakan secara
terbuka dan tertulis. Untuk pengusulan satuan sikuenstratigrafi resmi diperlukan
hal-hal seperti berikut :
a. Pernyataan tentang maksud pengusulan suatu satuan
b. Nama dan tingkat satuan
c. Stratotipe dan batas satuan
d. Defenisi batas atas dan batas bawah suatu satuan di lokasi tipe dan ciri
pengenal serta keterangan kedua batas tersebut.
e. Umur satuan dan dasar penentuannya
f. Korelasi secara regional/inter regional atau global
g. Penerbitan.
1.2 TUJUAN
Tujuan diadakannya Praktikum Prinsip Stratigrafi acara Sandi Satratigrafi
Indonesia ini adalah untuk mengetahui dan memahami Isi dari Sandi Stratigrafi
Indonesia sehingga para geologiawan dapat mengetahui cara penggolongan
stratigrafi.
1.3 ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat
pada table 1.1:
Tabel 1.1 Alat dan Beserta Kegunaanya
NO ALAT DAN BAHAN KEGUNAAN
1 Sandi Stratigrafi Indonesia
Sebagai bahan dalam
penentuan satuan resmi
2 ATK
Sebagai alat untuk menulis dan
menggambar
3 Warna
Sebagai alat untuk mewarnai
symbol litologi
4 Mistar 30 cm
Sebagai alat untuk menggaris
kolom stratigrafi
5 Problem Sheet
Sebagai lembar permasalahan
yang akan di selesaikan
1.4 PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengerjakan problem sheet yang telah diberikan berupa peta
3. Menentukan batas suatu satuan stratigrafi pada peta
4. Menentukan jenis litologi pada peta berdasarkan problem sheet yang diberikan
5. Menentukan warna pada setiap jenis litologi
6. Menentukan nama Formasi dan Anggota berdasarkan Sandi Stratigrafi
Indonesia
7. Menentukan satuan Litostratigrafi dan satuan litodemik pada peta berdasarkan
Sandi Stratigrafi Indonesia.
BAB 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 HASIL
Terlampir
2.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan Sandi stratigrafi Indonesia pada peta yang telah diberikan
terdapat Formasi Yuki Naru. Di namakan Formasi Yuki Naru dikarenakan daerah
Yuki Naru merupakan daerah yang beradah di tengah peta dan mewakili setiap
daerah yang ada pada peta, dimana pada Formasi Yuki Naru terdiri dari satuan
batugamping fosilan dengan sisipan batugamping pasiran, satuan batupasir, satuan
betulempung dengan sisipan batulanau, satuan konglomerat dan satuan intrusi
granit.
2.2.1 Satuan Lithostratigrafi
Satuan Lithostratigrafi dapat terdiri dari batuan sedimen, dimana pada
batuan sedimen menunjukkan adanya perlapisan batuan. Perlapisan batuan selain
berada di atas permukaan, sebagian ada yang tersingkap di bawah permukaan
yang merupakan bottom dari lapisan sedimen. Untuk itu, diperlukan satuan
bawah permukaan untuk mengetahui hal-hal mengenai lapisan bawah permukaan
seperti contohnya data seismik yang diperoleh melalui data bawah permukaan.
Satuan lithostratigrafi dikatakan hanya mengamati singkapan yang ada diatas
permukaan, namun pada kenyataanya yang tertera pada SSI, juga menyangkut
satuan bawah permukaan. Hal itu terjadi karena adanya perlapisan batuan yang
menerus sampai kebawah permukaan, dan selain itu disebabkan karena belum
adanya deskripsi secara detail mengenai ciri litologi dalam tatanan bawah
permukaan. Berdasarkan Sandi Stratigrafi Indonesia untuk satuan litostratigrafi
pada peta memliki nama Formasi Yuki Naru terdiri dari satuan batugamping
fosilan dengan sisipan batugamping pasiran, satuan batupasir, satuan batulempung
dengan sisipan batulanau, dan satuan konglomerat.
2.2.2 Satuan Litodemik
Berdasarkan Sandi Stratigrafi Indonesia untuk satuan litodemik pada peta,
memiliki nama Suite Yuki Naru terdiri dari Litodem Intrusi Granit. Satuan
Litodemik tidak dapat digabungkan dengan satuan lithostratigrafi karena :
Batuan penyusun Satuan Litodemik tidak mengikuti kaidah Hukum
Superposisi, dimana batuan penyusun satuan ini adalah berupa
batuan beku dan batuan metamorf yang tidak memiliki perlapisan.
Batuan kontak antara dua satuan Litodemik yang
berangsur/bergradasi, dimana ciri litologinya cukup berbeda, dan
memenuhi persyaratan sandi untuk dapat dikelompokkan menjadi
satuan tersendiri.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Setelah mengikuti praktikum ini dapat ditarik kesimpulan yaitu :
a. Berdasarkan Sandi stratigrafi Indonesia pada peta yang telah diberikan
terdapat Formasi Yuki Naru, dimana pada Formasi Yuki Naru terdiri dari
satuan batugamping fosilan dengan sisipan batugamping pasiran, satuan
batupasir, satuan betulempung dengan sisipan batulanau, satuan
konglomerat dan satuan intrusi granit
b. Berdasarkan Sandi Stratigrafi Indonesia untuk satuan litostratigrafi pada
peta memliki nama Formasi Yuki Naru terdiri dari satuan batugamping
fosilan dengan sisipan batugamping pasiran, satuan batupasir, satuan
batulempung dengan sisipan batulanau, dan satuan konglomerat.
c. Berdasarkan Sandi Stratigrafi Indonesia untuk satuan litodemik pada peta,
memiliki nama Suite Yuki Naru terdiri dari Litodem Intrusi Granit.
3.2 SARAN
Disarankan agar pemberian waktu lebih lama dalam pengerjaan laporan dan
disediakannya modul praktikum untuk memudahkan pengamatan dalam
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Seojono Martodjojo, Prof. Dr.. 19… Prinsip Stratigrafi, Laboratorium Stratigrafi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Mineral ITB. Bandung.
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. IAGI. Jakarta.
Sam Boogs. 19… Prinsiple of Sedimentology and Stratigraphy. …, New York.
Jaya, Asri ST,MT.2001.Sap Praktek Lapangan Prinsip Stratigrafi. Jurusan Teknik Geologi UNHAS. Makassar.
Said Salatun,Ir dan Staf Asisten.1996. Petunjuk Praktikum Metode Analisis. UPN Veteran Yogyakarta.