Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    1/13

    11

    BAB III

    STRATIGRAFI

    3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

    Stratigrafi regional Pegunungan Selatan dibentuk oleh endapan yang

    berumur Eosen-Pliosen (Gambar 3.1). Menurut Toha, et al. (2000) endapan ini

    memiliki ketebalan hingga mencapai 4.000 m dengan kemiringan ke arah selatan.

    Batuan yang menjadi dasar di daerah Pegunungan Selatan adalah batuan

    metamorf yang berumur Kapur-Paleosen Awal. Batuan dasar ini tersingkap di

    Perbukitan Jiwo, Bayat. Pada Eosen Tengah-Eosen Akhir diendapkan secara tidak

    selaras Formasi Wungkal-Gamping. Litologi penyusun formasi ini terdiri dari

    batupasir, napal pasiran, batulempung, dan lensa batugamping. Selanjutnya, pada

    Oligosen Awal-Miosen Tengah diendapkan secara selaras Formasi Kebo-Butak,

    Formasi Semilir, dan Formasi Nglanggran. Litologi penyusun Formasi Kebo-

    Butak terdiri dari batupasir, batulempung, batugamping, serpih, tuf, aglomerat,

    lava andesit-basalt, dan breksi andesit. Litologi penyusun Formasi Semilir terdiri

    dari tuf , breksi batuapung-dasit, batupasir tufaan, dan serpih. Litologi ini masih

    muncul sebagai sisipan pada Formasi Kebo-Butak, Formasi Nglanggran, dan bagian bawah Formasi Sambipitu. Litologi penyusun Formasi Nglanggran terdiri

    dari breksi volkanik dengan fragmen andesit dan basalt, tuf, aglomerat, lava

    andesit-basalt.

    Selanjutnya, pada Miosen Tengah diendapkan secara selaras endapan

    turbidit Formasi Sambipitu dan Formasi Oyo. Litologi penyusun Formasi

    Sambipitu terdiri dari perselingan batupasir dan serpih yang bersifat karbonatan.

    Litologi penyusun Formasi Oyo terdiri dari batugamping tufaan, napal tufaan, dan

    tuf andesitan. Pada Miosen Tengah-Miosen Akhir diendapkan Formasi Wonosari.Litologi penyusun Formasi Wonosari terdiri dari batugamping berlapis,

    batugamping terumbu, batugamping tufaan, batugamping napalan, batupasir

    tufaan, dan batulempung. Selanjutnya, pada Miosen Akhir Formasi Wonosari

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    2/13

    12

    berkembang menjadi Formasi Kepek. Litologi penyusun Formasi Kepek terdiri

    dari perselingan batugamping dan napal.

    Gambar 3.1 Stratigrafi regional Pegunungan Selatan (Toha, et al., 2000 op. cit. Akmaludin,2007). Urutan stratigrafi dari tua ke muda adalah Formasi Wungkal-Gamping, Formasi Kebo

    Butak, Formasi Semilir, Formasi Nglanggran, Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi

    Wonosari, dan Formasi Kepek.

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    3/13

    13

    3. 2 Stratigrafi Daerah Penelitian

    Berdasarkan pengamatan terhadap ciri-ciri litologi di lapangan, maka

    daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga satuan stratigrafi tidak resmi (Gambar3.2). Urutan satuan batuan dari tua ke muda yang tersingkap di daerah penelitian

    adalah sebagai berikut:

    1. Satuan Breksi Andesit

    2. Satuan Batupasir-Napal Lempungan

    3. Satuan Batugamping Kalkarenit

    Gambar 3.2 Kolom stratigrafi tidak resmi daerah penelitian (tanpa skala). Urutan satuan batuan

    dari tua ke muda adalah Satuan Breksi Andesit, Satuan Batupasir-Napal Lempungan, dan Satuan Batugamping Kalkarenit.

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    4/13

    14

    3. 2. 1 Satuan Breksi Andesit

    3. 2. 1. 1 Penyebaran dan Ketebalan

    Pada peta geologi terlihat bahwa penyebaran Satuan Breksi Andesitterletak di bagian utara meliputi 15% luas daerah penelitian, ditandai dengan

    warna coklat (Lampiran L). Satuan batuan ini membentuk morfologi Perbukitan

    Volkanik. Satuan batuan ini tersingkap dengan baik di Kali Wuni (SWN-01

    hingga SWN-04), Kali Dowo (SDW-22 hingga SDW-28), dan Kali Ngalang

    (SNG-12 hingga SNG-15). Berdasarkan penampang peta geologi yang ada tidak

    dapat ditentukan ketebalan pasti dari satuan batuan ini karena tidak dijumpai

    kontak dengan satuan batuan yang lebih tua. Berdasarkan rekonstruksi penampang

    peta geologi, ketebalan satuan batuan ini diperkirakan sekitar 325 meter.

    3. 2. 1. 2 Ciri Litologi

    Berdasarkan pengamatan terhadap ciri-ciri litologi di lapangan, diketahui

    bahwa satuan ini tersusun atas breksi, hitam, pemilahan buruk, kemas terbuka,

    porositas sedang-buruk, sangat kompak, fragmen berukuran 2-100 cm, terdiri dari

    andesit, menyudut-membundar tanggung, matriks berupa material volkanik, tidak

    karbonatan. Fragmen semakin membesar dan banyak ke bagian bawah satuan

    batuan ini (Foto 3.1 dan 3.2). Berdasarkan analisis petrografi pada salah satu

    fragmen (Lampiran A), diketahui bahwa fragmen ini diklasifikasikan sebagai

    Andesit.

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    5/13

    15

    Foto 3.1 Satuan Breksi Andesit. Singkapan ini menunjukkan breksi dengan fragmen yang semakinmembesar dan banyak ke bagian bawah satuan ini. (Foto singkapan diambil di Kali Ngalang)

    Foto 3.2 Fragmen pada Breksi Andesit.

    3. 2. 1. 3 Kesebandingan Stratigrafi

    Berdasarkan ciri-ciri litologi dan penyebaran yang diamati, satuan ini

    dapat disebandingkan dengan Formasi Nglanggran yang dideskripsikan oleh

    Surono, et al. (1992) pada Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Jawa.

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    6/13

    16

    3. 2. 1. 4 Umur dan Lingkungan Pengendapan

    Mengacu kepada Rahardjo (2007), berdasarkan penemuan fosil

    foraminifera pada sisipan tipis batupasir gampingan, diperkirakan bahwa Formasi Nglanggran berumur Miosen Awal (N5-N6). Lingkungan pengendapannya

    tergolong Batial Bawah.

    3. 2. 1. 5 Kedudukan Stratigrafi

    Satuan Breksi Andesit merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di

    daerah penelitian. Hubungan stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya tidak

    tersingkap di daerah penelitian.

    3. 2. 2 Satuan Batupasir-Napal Lempungan

    3. 2. 2. 1 Penyebaran dan Ketebalan

    Pada peta geologi terlihat bahwa penyebaran Satuan Batupasir-Napal

    Lempungan terletak di bagian utara meliputi 20% luas daerah penelitian, ditandai

    dengan warna kuning (Lampiran L). Satuan batuan ini membentuk morfologi

    Perbukitan Homoklin. Formasi ini tersingkap dengan baik di Kali Kedungkeris

    (SKR-01 hingga SKR-20), Kali Dowo (SDW-01 hingga SDW-06 dan SDW-16

    hingga SDW-22), dan Kali Ngalang (SNG-01 hingga SNG-12). Berdasarkan

    rekonstruksi penampang peta geologi, ketebalan satuan batuan ini diperkirakan

    sekitar 380 meter.

    3. 2. 2. 2 Ciri Litologi

    Berdasarkan pengamatan terhadap ciri-ciri litologi di lapangan, diketahui

    bahwa satuan batuan ini tersusun atas perselingan batupasir-batulempung, abu-abu

    terang, segar-lapuk, dengan ketebalan batupasir berkisar antara 5-100 cm,

    sedangkan ketebalan batulempung berkisar antara 1-25 cm (Foto 3.3). Batupasir

    memiliki pola suksesi vertikal menipis dan menghalus ke atas. Namun, pada

    bagian bawah satuan batuan ini terdapat batupasir dengan pola suksesi vertikal

    menebal dan mengasar ke atas (Foto 3.4). Pada satuan batuan ini terdapat sisipan

    konglomerat dengan ketebalan sekitar 100 cm.

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    7/13

    17

    Foto 3.3 Satuan Batupasir-Napal Lempungan. (Foto singkapan diambil di Kali Kedungkeris)

    Foto 3.4 Singkapan batupasir. Singkapan batupasir menunjukkan suksesi vertikal mengasar danmenebal ke atas. (Foto diambil di Kali Kedungkeris)

    Batupasir memiliki ciri litologi berukuran halus-kasar, abu-abu teranghingga hitam, menyudut-membundar, pemilahan buruk-baik, kemas terbuka-

    tertutup, porositas baik, kompak, matriks lempung, karbonatan, mineralogi terdiri

    dari feldspar, biotit, hornblende, piroksen, dan litik. Struktur sedimen yang

    dijumpai berupa lapisan bersusun, lapisan bersusun terbalik, laminasi sejajar,

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    8/13

    18

    (a) (b)

    (c)

    silangsiur, menipis ke atas, dan menebal ke atas (Foto 3.5). Berdasarkan analisis

    petrografi (Lampiran A), batupasir ini diklasifikasikan sebagai Feldspathic wacke

    (Gilbert, 1982 op. cit. Williams, et al., 1982). Hasil analisis granulometri pada batupasir ini mengindikasikan pola endapan kipas bawah laut dengan mekanisme

    turbidit (Lampiran C).

    Batulempung memiliki ciri litologi berwarna abu-abu kehijauan hingga

    hitam, karbonatan, dan mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan analisis

    kalsimetri, batulempung ini diklasifikasikan sebagai napal lempungan (Lampiran

    D).

    Foto 3.5 Struktur sedimen pada batupasir. Foto ini menunjukkan struktur sedimen laminasi sejajar (a), silangsiur (b), dan fosil jejak (c).

    Konglomerat hadir sebagai sisipan (Foto 3.6). Konglomerat ini memiliki

    ciri litologi berwarna abu-abu gelap, membundar tanggung-membundar,

    pemilahan buruk, kemas terbuka, porositas sedang-baik, kompak, fragmen

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    9/13

    19

    berukuran 0,5-20 cm terdiri dari andesit, litik, matriks pasir halus, karbonatan,

    struktur sedimen berupa lapisan bersusun.

    Foto 3.6 Singkapan konglomerat. Konglomerat hadir sebagai sisipan dan menunjukkan struktur sedimen lapisan bersusun. Batas konglomerat dengan batupasir dibawahnya adalah erosional,

    sedangkan dengan batupasir diatasnya adalah tegas.

    3. 2. 2. 3 Kesebandingan Stratigrafi

    Berdasarkan ciri-ciri litologi dan penyebaran yang diamati, satuan ini

    dapat disebandingkan dengan Formasi Sambipitu yang dideskripsikan olehSurono, et al. (1992) pada Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Jawa.

    3. 2. 2. 4 Umur dan Lingkungan Pengendapan

    Berdasarkan analisis mikropaleontologi (Lampiran B), pada satuan batuan

    ini dijumpai asosiasi fosil foraminifera plankton yang menunjukkan kisaran umur

    N7-N9 dari biozonasi Blow (1969). Selain itu, dijumpai pula asosiasi fosil

    foraminifera benton yang menunjukkan lingkungan pengendapan Batial Atas

    (Tipsword, et al., 1966 op. cit. Pringgoprawiro dan Kapid, 2000).

    3. 2. 2. 5 Kedudukan Stratigrafi

    Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa kontak Satuan

    Batupasir-Napal Lempungan dengan Satuan Breksi Andesit yang berada

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    10/13

    20

    dibawahnya berupa kontak tegas dijumpai di lokasi SKR-19 (Foto 3.7).

    Berdasarkan analisis mikropaleontologi (Lampiran B), diketahui bahwa tidak ada

    jeda waktu pengendapan sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antaraSatuan Batupasir-Napal Lempungan dengan Satuan Breksi Andesit yang berada

    dibawahnya adalah selaras.

    Foto 3.7 Kontak Satuan Batupasir-Napal Lempungan dengan Satuan Breksi Andesit yang beradadibawahnya. Kontak satuan menunjukkan kontak tegas. (Foto diambil di Kali Kedungkeris)

    3. 2. 3 Satuan Batugamping Kalkarenit

    3. 2. 3. 1 Penyebaran dan Ketebalan

    Pada peta geologi terlihat bahwa penyebaran Satuan Batugamping

    Kalkarenit terletak di bagian selatan meliputi 65% luas daerah penelitian, ditandai

    dengan warna biru (Lampiran L). Satuan batuan ini membentuk morfologi

    Perbukitan Homoklin. Satuan batuan ini tersingkap dengan baik di Kali

    Kedungkeris (SKR-20 hingga SKR-39), Kali Dowo (SDW-06 hingga SDW-15),

    Kali Ngalang (SNG-16 hingga SNG-26), dan Kali Oyo (SOY-01 hingga SOY-

    40). Berdasarkan rekonstruksi penampang peta geologi, ketebalan satuan batuan

    ini diperkirakan sekitar 600 m.

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    11/13

    21

    3. 2. 3. 2 Ciri Litologi

    Berdasarkan pengamatan terhadap ciri-ciri litologi di lapangan, diketahui

    bahwa satuan batuan ini tersusun atas batugamping kalkarenit dengan ketebalan 5-100 cm, halus-kasar, abu-abu kemerahan hingga hitam, terdiri dari fosil

    foraminifera utuh dan pecah-pecah, membundar tanggung-membundar, pemilahan

    sedang, kemas terbuka, porositas sedang-baik, sangat kompak (Foto 3.8). Struktur

    sedimen yang dijumpai berupa laminasi sejajar, silangsiur, fosil jejak, menipis ke

    atas, dan menebal ke atas (Foto 3.9). Berdasarkan analisis petrografi (Lampiran

    A), batugamping ini diklasifikasikan sebagai Packstone (Dunham, 1962).

    Foto 3.8 Satuan Batugamping Kalkarenit. (Foto diambil di Kali Ngalang)

    Foto 3.9 Struktur sedimen pada batugamping. Struktur sedimen yang hadir berupa silangsiur (a)dan fosil jejak (b).

    (a) (b)

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    12/13

    22

    3. 2. 3. 3 Kesebandingan Stratigrafi

    Berdasarkan ciri-ciri litologi dan penyebaran yang diamati, satuan ini

    dapat disebandingkan dengan Formasi Wonosari yang dideskripsikan olehSurono, et al. (1992) pada Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Jawa.

    3. 2. 3. 4 Umur dan Lingkungan Pengendapan

    Berdasarkan analisis mikropaleontologi (Lampiran B), pada satuan batuan

    ini dijumpai asosiasi fosil foraminifera plankton yang menunjukkan kisaran umur

    N10-N14 dari biozonasi Blow (1969). Selain itu, dijumpai pula asosiasi fosil

    foraminifera benton yang menunjukkan lingkungan pengendapan Neritik Tengah-

    Neritik Luar (Tipsword, et al., 1966 op. cit. Pringgoprawiro dan Kapid, 2000).

    3. 2. 3. 5 Kedudukan Stratigrafi

    Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa kontak Satuan

    Batugamping Kalkarenit dengan Satuan Batupasir-Napal Lempungan yang berada

    dibawahnya berupa kontak tegas dijumpai di lokasi SKR-20 (Foto 3.10).

    Berdasarkan analisis mikropaleontologi (Lampiran B), diketahui bahwa tidak ada

    jeda waktu pengendapan sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara

    Satuan Batugamping Kalkarenit dengan Satuan Batupasir-Napal Lempungan yang

    berada dibawahnya adalah selaras.

  • 8/10/2019 Stratigrafi sekitar Pegunungan Selatan

    13/13

    23

    Foto 3.10 Kontak Satuan Batugamping Kalkarenit dengan Satuan Batupasir-Napal Lempungan yang berada dibawahnya. Kontak satuan menunjukkan kontak tegas. (Foto diambil di Kali

    Kedungkeris)