19
Stress Corrosion Cracking (SCC) Page 1 STRESS CORROSION CRACKING (SCC) A. PENGERTIAN KOROSI RETAK TEGANG (SCC) Korosi merupakan kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan.contoh reaksi korosi yaitu perkaratan pada baja, reaksi aluminium dengan air, pembakaran magnesium diudara.setiap material dengan aplikasi yang  berbeda memiliki bentuk korosi yang berbeda. Bentuk    bentuk korosi antara lain uniform corrosion, pitting corrosion, stress corrosion cracking, intergranular corrosion, dan lain   lain. Stress Corrosion Cracking atau korosi retak tegang merupakan salah satu mekanisme kegagalan dari material yang melibatkan tegangan tarik dan serangan dari lingkungan yang korosif. Proses korosi retak tegang (SCC) dapat terjadi dalam beberapa menit jika berada pada lingkungan korosif atau beberapa tahun setelah pemakaiannya. Hal ini terjadi karena adanya serangan korosi terhadap  bahan. Karakteristik dari korosi retak tegang (SCC) adalah perpatahannya yang getas dimana retakan terjadi dengan regangan yang kecil dari material. Perpatahan getas tersebut terjadi pada tegangan yang rendah dan konstan ketika diaplikasikan  pada lingkungan korosif. Korosi retak tegang dihasilkan dari 3 kondisi yang  bersimultan seperti lingkungan korosif yang spesifik, paduan yang berkemampu an untuk terjadi korosi retak tegang (susceptible material), dan adanya tegangan yang cukup. Selain itu perambatan retak tersebut terjadi karena adanya sinergi antara kombinasi gaya mekanik dan reaksi kimia korosi. Korosi retak tegang (SCC) merupakan kerusakan yang paling berbahaya karena tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Kegagalan SCC adalah kegagalan getas pada relatif rendah tegangan tarik konstan dari paduan terpapar dalam lingkungan korosif tertentu. Namun fraktur akhir karena kelebihan beban-beban bantalan sisa tidak lagi SCC.

Stress Corrosion Cracking

Embed Size (px)

Citation preview

STRESS CORROSION CRACKING (SCC)

A. PENGERTIAN KOROSI RETAK TEGANG (SCC) Korosi merupakan kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan.contoh reaksi korosi yaitu perkaratan pada baja, reaksi aluminium dengan air, pembakaran magnesium diudara.setiap material dengan aplikasi yang berbeda memiliki bentuk korosi yang berbeda. Bentuk bentuk korosi antara lain uniform corrosion, pitting corrosion, stress corrosion cracking, intergranular corrosion, dan lain lain.Stress Corrosion Cracking atau korosi retak tegang merupakan salah satu mekanisme kegagalan dari material yang melibatkan tegangan tarik dan serangan dari lingkungan yang korosif. Proses korosi retak tegang (SCC) dapat terjadi dalam beberapa menit jika berada pada lingkungan korosif atau beberapa tahun setelah pemakaiannya. Hal ini terjadi karena adanya serangan korosi terhadap bahan. Karakteristik dari korosi retak tegang (SCC) adalah perpatahannya yang getas dimana retakan terjadi dengan regangan yang kecil dari material. Perpatahan getas tersebut terjadi pada tegangan yang rendah dan konstan ketika diaplikasikan pada lingkungan korosif. Korosi retak tegang dihasilkan dari 3 kondisi yang bersimultan seperti lingkungan korosif yang spesifik, paduan yang berkemampuan untuk terjadi korosi retak tegang (susceptible material), dan adanya tegangan yang cukup. Selain itu perambatan retak tersebut terjadi karena adanya sinergi antara kombinasi gaya mekanik dan reaksi kimia korosi. Korosi retak tegang (SCC) merupakan kerusakan yang paling berbahaya karena tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Kegagalan SCC adalah kegagalan getas pada relatif rendah tegangan tarik konstan dari paduan terpapar dalam lingkungan korosif tertentu. Namun fraktur akhir karena kelebihan beban-beban bantalan sisa tidak lagi SCC.

Gambar. Macam macam stress corrosion crackingStress Corrosion Cracking atau Korosi Retak Tegang merupakan intergranular pada logam akibat kegiatan gabungan antara tegangan tarik static dengan lingkungan khusus. Bentuk korosi ini sangat lazim dijumpai lingkungan industri. SCC terjadi karena adanya tiga kondisi yang saling berkaitan, yaitu adanya tegangan tarik, lingkungan yang korosif, dan temperatur yang tinggi.

Gambar. Keterkaitan Tiga Kondisi yang Menyebabkan SCC

Intergranular atau dalam hal ini menunjukkan kerapuhan disebabkan oleh perlakuan panas. Transgranular atau pembelahan timbul akibat beban impak. Ductile (ulet / cekungan) atau kadang kadang disebut koalensi microvoid disebabkan oleh overload (beban yang melebihi batas).

Salah satu ciri korosi dari jenis ini adalah bahwa kasus ini tidak dapat diduga datangnya. Sering kali karena ketahanannya terhadap korosi suatu bahan dipilih, ternyata gagal pada tegangan dibawah tegangan maksimumnya. Sedangkan Ciri-ciri yang lain adalah sebagai berikut: 1. Terdapat tegangan tarik. Retak korosi tegangan terjadi karena adanya hasil kerja sama antara tegangan dengan korosi, sehingga kalau salah satu unsur unsur tersebut tidak ada maka tidak akan terjadi Stress Corrosion Cracking. Tegangan tersebut mungkin terjadi dari tegangan luar yang bekerja pada komponen ketika operasional ataupun juga karena adanya tegangan sisa yang terjadi ketika pembuatan komponen tersebut/fabrikasi. 2. Logamlogam paduan ternyata lebih rentan terhadap SCC daripada logamlogam murni. 3. Peretakan pada logam tertentu yang dapat teramati hanya yang disebabkan oleh sedikit saja unsur kimia di lingkungannya dan unsurunsur itu tidak perlu dalam konsentrasi besar. 4. Bila tegangan tidak ada paduan biasanya lembam terhadap unsur yang serupa dengan lingkungan yang semestinya menyebabakan peretakan. 5. Bila bahan bersifat mulur, retak korosi tegangan mempunyai penampakan seperti perpatahan rapuh. 6. Biasanya dapat ditentukan tegangan ambang batas, dibawah tegangan SCC tidak dapat terjadi. 7. Terdapat rentang potensial tertentu dimana SCC bisa terjadi atau tidak mungkin terjadi.

Korosi retak tegang terjadi pada logam yang mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutkan ammonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat.Tipe korosi model SCC ini biasanya terjadi pada stainless steel. Hal ini disebabkan karena ketika terjadi korosi, pada permukaan logam terbentuk lapisan corrosion product berupa Cr2O3 yang merupakan bahan keramik. Ketika ada stress, maka lapis keramik tersebut tidak tahan sehingga pecah. Akibatnya, permukaan logam tidak lagi terlapisi oleh keramik dan terekspos kembali pada lingkungan yang korosif, sehingga kembali terkorosi dan membentuk lapisan oksida baru, yang selanjutnya pecah lagi oleh stress. Demikian seterusnya, sehingga terjadilah crack atau SCC yang dapat mengakibatkan pecahnya peralatan. Kegagalan peralatan begitu cepat dari sejak proses awal terjadinya SCC. Kecepatan perengkahan atau crack bisa mencapai kecepatan suara.SCC adalah proses kegagalan yang tertunda, karena retak yang terjadi dapat menjalar dengan lambat sampai tegangan yang bekera pada komponen logam akan naik dan mencapai tegangan patahnya.

B. KARAKTERISTIK DARI KOROSI RETAK TEGANG (SCC)

faktorpH tinggipH netral

Lokasi CS dicharges Tanah basah atau kering Tanah agresif Dimana saja Tanah basah atau kering Tanah agresif

TemperaturEksponensial temperatur impackEfek temperatur tidak begitu jelas

ElektrolitCarbonate bicarbonate pH > 9,3Bicarbonate cair 5,5 > pH > 7,5 dengan CO2 yang tinggi

Potensial600 750 mVPotensial bebas

Retak Intergranular Sempit Tidak merusak Transgranular Lebih luas Mungkin bisa merusak

C. TAHAP TAHAP STRESS CORROSION CRACKINGSCC sendiri terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1. Tahap 1 muncul retak dan penjalaran.2. Tahap 2 penyebaran peretakan secara merata. 3. Tahap 3 penyebaran retakan merata atau kegagalan terakhir. Perbedaan antara ketiga tahap tersebut sulit dibedakan, karena terjadi secara berkelanjutan dan terjadi secara bebas/acak.Untuk mengetahuinya dilakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan metode C-Ring dengan beban bervariasi.

1) Tahap 1 muncul retak dan penjalaran Dalam tahap pertama, terjadi serangan terhadap bagian bagian sangat lokal pada permukaan logam yang bersifat anoda yang akibatnya timbul berupa ceruk atau lubang. Kegiatan tegangan tarik terhadap bahan dapat menimbulkan berbagai efek, kemungkinan yang paling mendasar yang terjadi adalah bahwa tegangan tarik akan menyerang kisi kristal yang semestinya dalam kesetimbangan dan berakibat bangkitnya energi termodinamika ikatanikatan atom. Kalau efek ini terlokasi pada permukaan, anodaanoda akan terbentuk walaupun bahan bersangkutan menerima tegangan yang masih diawah batas elastisnya. Begitu tegangan melebihi kekuatan luluh bahan, bahan mengalami deformasi plastis yaitu ikatanikatan pada struktur kristalnya putus sehingga bentuk bahan berubah secara permanen.Mekanisme untuk ini dapat dianggap sebagai mekanisme pembentukan dan gerak cacat, biasanya dislokasi telah mencapai permukaan logam atau batas butir. Penumpukan dislokasi pada batas - batas butir, menyebabkan polarisasi anodic pada daerah daerah ini, karena meningkatnya ketidak - teraturan dalam struktur kristal. Ini tidak berpengaruh terhadap fase pemicuan jika terjadi disebelah dalam bahan, tetapi paling berperan pada tahapan penjalaran. Pada permukaan yang semestinya halus, kini terbentuk cacat lokal yang disebut undakan sesar (slip step) dan merupakan bagian pada bahan yang paling rentan terhadap korosi. Paduan paduan yang bergantung pda selaput selaput tipis oksida atau bahan lain untuk perlindungan terhadap korosi khususnya rentan karena undakan sesar, meski dalam ukuran mikroskopik, menyingkapkan permukaan logam sehingga bagian itu sangat anodik dibandingkan permukaan sekelilingnya. Paduan yang bergantung pada selaput tipis oksida atau bahan lain untuk perlindungan terhadap korosi khususnya rentan karena undakan sesar, meski dalam mikroskopik, menyingkapkan permukaan logam sehingga bagian itu sangat anodik dibandingkan permukaan sekelilingnya.

Gambar. Peran Undakan Sesar (slip step) dalam peretakan peka lingkungan.

a) Pembentukan undakan sesar pada permukaan logam oleh pergerakan dislokasi disepanjang bidang sesar aktif akibat tegangan tarik. b) Undakan sesar pada permukaan logam yang sedang pasif menyingkapkan daerahdaerah aktif yang dapat memicu korosi sumuran. Jika logam mampu pasif kembali dengan cepat, maka bahayanya berkurang, tetapi jika pemasifan membutuhkan waktu cukup lama untuk memungkinkan korosi pada bagian yang tersingkap sehingga ceruk terbentuk disitu, maka persyaratan untuk pemicuan SCC telah terpenuhi. Bahkan pada logamlogam yang tidak mengalami sifat pemasifan, pembentukan undakanundakan sesar pada permukaan mendatangkan masalah korosi karena ketidaksinambungan struktur kristal menimbulkan anodaanoda local. Pembentukan ceruk itu penting sekali karena produk korosi yang membentuk semacam penutup berpori menciptakan selsel yang sangat kecil. Unsurunsur yang terkonsentrasi dalam selsel itu membentuk lingkungan lokal yang bahkan lebih agresif. Proses difusi yang berlangsung menimbulkan gradien konsentrasi karena perubahan energy yang terjadi dari proses penguraian pada bagian logam yang tersingkap secara aktif. Lingkungan lokal dalam sumuran serta retakan yang sangat asam, dengan pH hanya 2, merupakan suatu factor yang tidak saja mempercepat proses penguraian, tetapi jika mendukung bukti keterlibatan hidrogen dalam mekanisme SCC. Ketika pH jatuh, kecenderungan termodinamika untuk terbentuknya hidrogen semakin besar bila potensial tetap.Jika potensial tidak tetap, terjadi perbedaan konsentrasi oksigen menyebabkan suatu polarisasi anodik, yang selanjutnya meningkatkan kecenderungan pelepasan hidrogen. Pembentukan ceruk atau sumuran menjadi pelopor peretakan korosi tegangan dan merupakan fase pemicuan (initiation phase).Pada bentuk korosi ini, aspek inilah yang paling tidak diramalkan, yang mungkin terjadi dalam beberapa hari, tetapi juga bisa terjadi dalam beberapa tahun.

2) Tahap 2 penyebaran retakan secara merata Mekanisme panjalaran retak dalam SCC ada dua yaitu: a. Mekanisme melalui lintasan aktif sudah ada sejak semula Dalam mekanisme ini penjalaran cenderung terjadi disepanjang batas butir yang aktif. Mekanisme ini pada dasarnya sama seperti pada korosi interganular. Batasbatas butir mungkin terpolarisasi anodik akibat berbagai alasan metalurgi, seperti segregasi atau denudasi unsur unsur pembentuk paduan. Besar sekali penumpukan dislokasi dapat menghasilkan efek yang sama, walaupun kemungkinan itu berkurang bila SCC terjadi pada tingkat tegangan rendah, karena peran tegangan tarik disitu mungkin sekedar membuat retakan tetap terbuka sehingga elektrolit dapat masuk kebagian ujungnya mekanisme ini dapat di anggap dominan bila SCC diatur oleh aspek - aspek elektro kimia atau metalurgi, alih - alih oleh tegangan. b. Mekanisme melalui lintasan aktif akibat regangan Berlawanan dengan kasus peretakan yang didominasi oleh pengaruh korosi, dengan regangan sebagai unsur pengendali jika penjalaran retak akibat penguraian terjadi, maka laju pertumbuhan diujung retakan tempat penguraian anodik berlangsung harus paling besar dibanding bagian sisi retakan yang telah terpasifkan berhubungan dengan lingkungan lebih lama. Mekanisme ini dengan demikian erat sekali kaitannya dengan perilaku aktifpasif yang pada giliranya mempunyai hubungan kuat dengan sifat elektrokimia. Laju penjalaran retak ditentukan oleh tiga kriteria :1. Laju pecahnya selaput, ini ditentukan oleh laju regangan yang dilami atau dalam kasus pembebanan static oleh laju creep. 2. Laju penggantian atau pembuangan larutan dinding diujung retakan, proses yang dikendalikan oleh difusi ini juga ditentukan oleh kemudahan masuknya unsur-unsur agresif ke bagian ujung retakan. 3. Laju pemasifan, ini merupakan persyaratan yang vital, karena jika pemasifan kembali sangat lambat, penguraian logam secara berlebihan dapat terjadi baik di ujung maupun di sisi-sisi retakan.

Bila demikian, retak akan menjadi cukup lebar dan ujungnya tumpul dan akibatnya pertumbuhan retak tertahan. Jadi pada paduan yang pemasifanya buruk, korosi yang diharapkan terjadi adalah korosi biasa, bukan peretakan. Kebalikanya, pemasifan yang sangat cepat akan menyebabkan laju penjalaran yang lambat, dan karena itu laju pesifan kembali yang sedang ialah yang paling besar daya rusaknya.

Gambar . Hubungan antara kerentanan terhadap peretakan dan kurva polarisasi potensiodinamik : a) logam dengan laju pemasifan rendah ; b) logam dengan laju pemasifan tinggi.

D. MEKANISME DARI KOROSI RETAK TEGANG (SCC) Pemutusan anodic (anodic dissolution).1. Dinding dan ujung retak adalah lapisan pasif.

2. Lapisan pasif pada ujung retak pecah oleh deformasi plastik, dan korosipun terjadi.

3. Ujung retak kembali menjadi pasif.

4. Kondisi kembali seperti no.1

Film induced cleavage (pembelahan yang terjadi pada lapisan film).1. Dinding dan ujung retak dilindungi oleh lapisan film (baik lapisan film oksida atau paduan-lapisan de).

2. Lapisan film di ujung retak pecah oleh deformasi plastik.

3. Pecahan di ujung retak berubah menjadi celah.

4. Celah kembali menjadi tumpul oleh deformasi plastik.

Hidrogen embrittlement (penggetasan yang ditimbulkan oleh hidrogen).1. Hidrogen yang dihasilkan oleh reaksi katodik.

2. Hidrogen berdifusi ke daerah aksial tegangan tarik di depan retak.

3. Hidrogen menyebabkan patah getas dan terbentuklah celah.

4. Celah kembali menjadi tumpul oleh deformasi plastik dan hidrogen pun keluar.

Sumber yang menyebabkan terbentuknya hydrogen Pengelasan Elektroplating Kontak dengan gas hidrogen Korosi, terutama di hadapan sulfida

Material yang mempunyai kekuatan yang lebih tinggi rentan terhadap penggetasan yang ditimbulkan oleh hidrogen ini.

Dari tabel diatas dapat terlihat suatu jenis logam akan mengalami korosi retak tegang (SCC) hanya pada lingkungan yang spesifik seperti baja tahan karat jenis austenitic 18-8 yang mengandung Fe 74% akan mengalami SCC dilingkungan ion clorida tetapi tidak terjadi SCC didalam lingkungan nitrat, sebaliknya itu terjadi pada baja karbon.Mekanisme Yang Menyangkut Absorpsi Mekanisme yang menyangkut absorpsi mengandung arti bahwa unsur-unsur aktif dalam elektrolit menurunkan intregritas mekanik bagian ujung retakan, jadi memudahkan putusnya ikatan-ikatan pada tingakat energi jauh lebih rendah dari semestinya. Dalam salah satu mekanisme jenis ini, ion-ion agresif yang spesifik untuk setiap kasus diperkirakan mengurangi kekuatan ikatan antara atom-atom logam diujung retakan akibat proses absopsi dan ini menyebabkan terbentuknya ikatan-ikatan atara logam dan unsur-unsur agresif. Energi yang digunakan mengikat unsur agresif dengan atom-atom logam mengurangi energi ikatan logam denagan logam sehingga pemusatan secara mekanik mudah terjadi. Kemungkinan yang dapat terjadi adalah bahwa ion spesifik yang dalam keadaan normal tidak relatif terhadap logam menjadi lebih reaktif karena menikngkatnya energi termodinamik diantara ikatan logam-logam akibat tegangan tarik. Mekanisme yang mungkin terjadi itu digambarkan secara skematik dalam Gambar berikut:

Gambar . mekanisme penjalaran retak.

Unsur-unsur agresif diadsorbsi pada ujung retakan dan menyebabkan berkurangnya kekuatan ikatan antar logam. a. Pemisahan logam oleh diadsorbsi hidrogen di daerah yang melebar secara lokal tepat di depan ujung retakan. b. Gas hidrogen terbentuk di daerah yang melebar lokal atau disepanjang bidang sesar. Tekanan gas itu membantu putusnya ikatan-ikatan antar logam. c. Pembentukan hibidra logam menyebabkan berkurangnya kekuatan antar logam dan perapuhan di daerah tepat di depan ujung retakan.

Mekanisme mengenai adsorbsi yang kedua didasarkan pada pembentukan atom-atom hidrogen akibat reduksi ion-ion hidrogen dalam retakan.Atom-atom hidrogen yang terbentuk di adsorbsi oleh logam, dan ini diperkirakan menyebabkan pelemahan atau perapuhan ikatan logam-logam yang terletak tepat dibawah permukaan pada ujung retakan. Kemungkinan ketiga adalah gas hidrogen yang terbebtuk sedikit sekali, kecenderungan termodinamik untuk terjadnya hal ini besar sekali,.Hal ini telah dibuktikan bahwa atom-atom hidrogen dapat meresap kedalam baja, tetapi segera membentuk gas hidrogen dalam rongga-rongga.Dalam bentuk molekul, hidrogen tidak dapat terdefusi melalui kisi-kisi logam sehingga tekanan didalam rongga-rongga meningkat.Apabila waktu sudah cukup, tekanan yang semakin tinggi dapat membuat seluruh bahan melepuh dan pecah-pecah. Setiap peningkatan tekanan disebabkan oleh gas hidrogen dibagian tertentu yang terus berkembang akan memperbesar tegangan tarik yang sudah ada, karena itu membantu penjalaran retak. Dalam pola pemikiran sekarang perapuhan oleh mekanisme absorpsi dianggap lebih mungkin terjadi danding perapuhan oleh karena hidrostatik akibat pembentukan gas hidrogen.Tiga kondisi yang harus ada secara bersamaan untuk menghasilkan SCC yaitu :a. Lingkungan yang kritisb. Sebuah paduan rentanc. Beberapa komponen tegangan tarik

E. CARA PENCEGAHAN TERJADINYA KOROSI RETAK TEGANG (SCC)Pada dasarnya SCC terjadi karena adanya kombinasi tegangan, metallurgical structure, dan kondisi lingkungan yang agresive. Sehingga pencegahannya bisa dilakukan dengan menghilangkan salah satu atau lebih faktor-faktor tersebut, seperti di bawah ini :1. Pemilihan material yang tahan / imun terhadap SCC. Type austentic dan high chromium content ferritic alloys rentan terhadap SCC.2. Modifikasi lingkungan. Lingkungan yang aggresive, misal mengandung NaOH atau NaCl dengan konsentrasi tinggi, ditambah adanya oxygen, akan mendorong terjadinya SCC ini. Penambahan corrosion inhibitor bisa mengurangi potensi ini.3. Mengurangi tensile stress.

Stress Corrosion Cracking (SCC)Page 2