Upload
musa
View
24
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE
A. DEFINISI
Stroke adalah gangguan peredaran darah yang mendadak dan
menimbulkan deficit neurologi (Ulfah, 2003). Stroke adalah gangguan fungsi
syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak yang timbul secara
mendadak atau secara cepat dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan
daerah yang terganggu (Rosjidi, 2009).
Stroke merupakan suatu gangguan neurologic fokal yang dapat timbul
sekunder dari suatu proses patologis pada pembuluh darah serebral. Stroke
dapat diartikan juga sebagai gangguan fungsional otak yang bersifat fokal dan
atau global, akut, berlangsung antara 24 jam atau lebih, disebabkan gangguan
aliran darah otak, tidak disebabkan karena tumor/infeksi.
(www.stroke.wordpress.com)
Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi ke 3. Belum ada
spesifik yang benar-benar diyakini dapat menghambat perjalanan penyakit
atau perluasan stroke. (www.artikelindonesia.com. 2009)
B. KLASIFIKASI STROKE
Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Stroke non hemoragik
Stroke non hemoragik adalah stroke yang disebabkan sumbatan dan
penurunan aliran darah ke otak sehingga dapat menyebabkan gangguan
fungsi syaraf. Kesadaran pasien umumnya baik.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh hemoragi serebral
(pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan
otak atau ruang sekitar otak). Penyebab stroke hemoragik antara lain
adalah hipertensi, pecahnya aneurisma. Biasanya kejadiaannya saat
1
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga saat istirahat.
Kesadaran pasien umumnya menurun.
Berdasarkan perjalanan penyakit, stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
1. Serangan iskemik sepintas/ TIA (Trans Iskemik Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi beberapa jam saja. Gejala
yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu
kurang dari 24 jam.
2. Progresif/inevolution
Disebut juga sebagai stroke yang sedang berkembang yaitu stroke yang
terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat
semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau
beberapa hari.
3. Stroke lengkap/completed
Gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan dengan sedikit
perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya pada saat onset lebih berat,
bisa kemudian membaik/menetap.
C. ETIOLOGI
Smeltzer dan Bare (2002) menjelaskan stroke biasanya diakibatkan dari salah
satu dari empat kejadian.
1. Trombolis (bekuan darah dari dalam pembuluh darah otak/leher) adanya
sumbatan atau oklusi akan menghambat aliran darah kebagian distal,
terjadi hipoperfusi, hipoksia, tergantungnya nutrisi seluler dan akhirnya
menimbulkan infark.
2. Embolisme serebral (bekuan darah/material lainnya yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain)
Emboli dapat juga berupa jendolan darah, kristal kolesterol, deposit
metastasis, embolus traumatik (karena trauma) atau karena gelembung
nitrogen (caisson diseace, sering pada penyelam dan penerbang) (Harsone,
2005).
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke otak)
2
Insufisiensi suplai darah ke otak terutama karena konstriksi aeroma pada
arteri yang mensuplai darah ke otak.
4. Hemoragi serebral
Hemoragi serebral merupakan pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Pada pembahaaan kali ini adalah stroke yang disebabkan oleh
perdarahan (stroke hemoragik). Letak hemoragik dapat di ekstradural
(hemorogi epidural) dibawah durameter, diruang sub aracnoid atau didalam
jaringan otak. Hemoragi epidural dan subdural sering terjadi pada trauma
kepala.
3
D. PATOFISIOLOGIThrombosis serebral Embolisme serebral Iskemia serebral Hemoragik
Menghambat aliran Arteri serebral terhambat Suplai O2 dari arteri berkurang Perdarahan dalam jaringandarah ke distal
kerusakan sirkulasi serebral Suplai O2 kearah pembuluh darah yang pecah kurang
Stroke
Peningkatan TIK Gangguan verbal Gangguan kesadaran Gangguan motorik Gangguan sensori
Gangguan perfusi jaringan - Afasia ekspresif reflek menelan menurun Kekauan otot
- Afasia reseptif- Afasia global Tidak bisa menelan Gangguan mobilitas fisik
Gangguan komunikasi verbal penumpukan secret disaluran Kerusakan integritas kulit Pernapasan
Bersihan jalan nafas tidak efektif
4
E. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan letak perdarahannya maka manifestasi stroke hemoragik ini
adalah sebagai berikut :
1. Hemoragik subarachnoid
Hemoragik subarachnoid ini terjadi karena trauma atau hipertensi,
penyebab tersering adalah kebocoran anurisma pada area sirkulus willisi
dan amalformasi arteri-vena kongenital, gejala pada umumnya adalah :
a. Mendadak
b. Peningkatan tekanan intracranial
c. Perubahan tingkat kesadaran
d. Sakit kepala yang hebat
e. Vertigo
f. Kacau mental
g. Strupor sampai koma
h. Gangguan ocular
i. Hemi paresis/hemiplegic
j. Mual-muntah
k. Iritasi meningeal (kekuatan nukhal, kerning’s, brudzinski’s positif,
fotofobia, penglihatan ganda, peka rangsang, kegelisahan dan
peningkatan suhu).
2. Hemoragik intra serebral
Perdarahan didalam substansi otak paling umum terjadi pada pasien yang
mengalami hipertensi dan ateros klorosis serebral dan rupture/pecahnya
pembuluh darah. Prognosis tergantung pada derajat perdarahan dan
luasnya kerusakan otak. Apabila ukuran hematom kecil maka tanda dan
gejala adanya masa intraserebral tidak nyata dan pasien tetap sadar.
Gejalnya adalah sebagai berikut :
a. Sefalgia
b. Sinkop
c. Hilangnya daya ingat
d. Fenomena sensorik atau motorik sejenak
5
e. Perdarahan retina
f. Epistaksis
g. Sakit kepala berat
h. Muntah
i. Penurunan kesadaran sampai koma
j. Abnormalitas tanda-tanda vital dalam satu jam
Perdarahan didaerah supratentonal akan menimbulkan gejala deviasi
kepala dan mata kearah hemisfer yang terkena.
F. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Perlu dikaji apakah ada sumbatan/benda asing, massa leher, tonsil
yang membesar yang dapat menghambat jalan napas pasien.
Waspadai pula kemungkinan adanya cedera pada servikal.
b. Breathing
Biasanya pada pasien commotio cerebri terjadi perubahan pola
nafas, terkadang nafas berbunyi, stridor, tersedak, ronkhi, mengi,
positif.
c. Circulation
Pantau adanya perubahan tekanan darah atau perubahan frekuensi
jantung dan klasifikasi perdarahan yang terjadi.
d. Disability
Yang dikaji ialah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
Dalam mengkaji dapat menggunakan GCS maupun AVPU.
Biasanya pasien mengalami kehilangan kesadaran sementara,
amnesia seputar kejadian, vertigo, sirkope, tinitus, kehilangan
pendengaran, baal pada ekstremitas. perubahan dalam penglihatan,
gangguan pengecapan dan juga penciuman. Selain itu juga
kehilangan penginderaan seperti pengecapan, penciuman,
pendengaran, sangat sensitif terhadap sentuhan dan getaran,
6
kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan
posisi tubuh
e. Exposure
Saat pasien pertama kali datang ke Unit Gawat Darurat, perawat
maupun petugas kesehatan yang berjaga perlu segera membuka
seluruh pakaian pasien dengan tujuan untuk memudahkan dalam
memeriksa dan mengevaluasi keadaan pasien secara menyeluruh.
Namun, suhu tubuh klien juga harus tetap dijaga agar tidak
mengalami hipotermi.
2. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
Periksa adanya lesi, perdarahan, laserasi, memar, maupun
hematom. Observasi adanya gigi yang tanggal maupun gigi palsu.
Cek adanya fraktur pada daerah servikal, dada, pelvis, tulang
belakang, dan ekstremitas.
b. Aktivitas / istirahat :
Merasa kesulitan melakukan kegiatan karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralysis (hemiplegia), gangguan
penglihatan, gangguan tingkat kesadaran
c. Sirkulasi :
Riwayat penyakit jantung, polisitemia, hipotensi postural,
hipertensi arterial, frekuensi nadi yang bervariasi, disritmia,
perubahan irama EKG, Bruits pada arteri karotis, femoralis, iliaka
yang abnormal
d. Integritas Ego :
Perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi yang labil, kesulitan
untuk mengekspresikan diri
e. Eliminasi :
Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin, anuria,
distensi abdomen, bising usus bisa negative
7
f. Makanan/cairan ;
Nafsu makan berkurang, mula muntah selama fase akut,
kehilangan sensasi pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia, adanya
riwayat DM, penngkatan lemak dalam darah, obesitas.
g. Neurosensori ;
Lima area pengkajian neurologik yaitu :
- Fungsi serebral meliputi status mental, fungsi intelektual, daya
pikir, status emosional, persepsi, kemampuan motorik,
kemampuan bahasa.
- Fungsi syaraf cranial meliputi nervus cranial I sampai XII
- Fungsi sensori meliputi sensasi taktil, sensasi nyeri dan suhu,
vibrasi dan propiosepsi, merasakan posisi, dan integrasi sensasi
- Fungsi motorik meliputi ukuran otot, tonus otot, kekuatan otot,
keseimbangan dan koordinasi
- Fungsi Refleks meliputi refleks brakoiradialis, patella, ankle,
kontraksi abdominal, dan babinski.
h. Nyeri / kenyamanan :
Sakit kepala, tingkah laku yang berbeda-beda, gelisah, ketegangan
otot
i. Pernafasan :
Riwayat merokok, ketidakmampuan menelan, membatukkan, nafas
tidak teratur, suara nafas ronkhi karena aspirasi
j. Keamanan :
Gangguan penglihatan, perubahan sensori persepsi, tidak mampu
mengenali objek, warna, kata dan wajah, gangguan respon
terhadap panas, dingin, kesulitan menelan, gangguan dalam
memutuskan.
k. Interaksi social ;
l. Masalah bicara, ketidakmampuan dalam berkomunikasi
m. Pemeriksaan diagnostic
8
- Angiografi serebral : membantu dalam menentukan penyebab
stroke secara spesifik, seperti perdarahan atau obtruksi arteri,
adanya titik oklusi/rupture
- Scan CT : memperlihatkan adanya edema, hematom, iskemia
dan adanya infark
- Fungsi lumbal : menunjukan adanya tekanan normal dan
biasanya danya thrombosis, emboli serebral, dan TIA, tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya hemoragik subaraktinoid atau perdarahan intra cranial
kadar protein meningkat pada kasus thrombosis sehubungan
adanya proses inflamasi
- MRI : menunjukan daerah yang mengalami infark hemoragik,
malformasi arterovena (MAV)
- Ultra sonografi depple : mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah system arteri karotis, aliran darah/muncul plek
arteries klorotik)
- EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang
otak dan mungkin mempelihatkan daerah lesi yang spesifik
- Sinar x tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang
meluas : klasifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis
serebral :klasifikasi persial dinding, anuerisma pada
perdarahan sub araknoid.
G. PENATALAKSANAAN
Penanganan stroke harus dilakukan secepat mungkin, time is brain,
merupakan ungkapan yang menunjukkan betapa pentingnya
penatalaksanaan stroke sedini mungkin, karena ‘jendela terapi’ dalam
stroke hanya 3-6 jam. Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat
9
memegang peranan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Hal
yang harus dilakukan dalam penatalaksanaan stroke diantaranya adalah :
1. Fisioterapi
a. Mencegah komplikasi paru secepatnya diberikan latihan nafas
posisioning ROM exercise pasif/active assistive.
b. Mobilisasi secepatnya setelah keadaan stabil : roling, siting
balance, standing, jalan dipararel bar, jalan tanpa alat bantu
c. Untuk memberikan efek sedative diberikan terapi panas dan
faradisasi
d. Strang thening dan stretching
2. Terapi okupasi
a. Fungsional : latihan fungsional AKS (aktifitas kehidupan sehari-
hari)
b. Suportif : memberikan kegiatan untuk mengisi waktu senggang
sesuai dengan hobinya
c. Vokasional : memberikan kegiatan kearah pekerjaan semula
apabila memungkinkan/alih kerja menurut kemampuannya
3. Ortotik prostetik
a. Sling shoulder
b. Toe raising
c. Tripo/tongkat
4. Psikologi
a. Motivasi dan support mental
b. Psikoterapi bila diperlukan
5. Terapi wicara
Diberikan apabila ada gangguan afasia dan disartri
6. Solusi medic
a. Memantau mengatasi problem akibat sakitnya, yang berhubungan
dengan rumah sakit atau instansi lain
b. Membantu resosialisasi
10
7. Perdarahan intraserebral
a. Obati penyebabnya
b. Turunkan tekanan intracranial yang meninggi
c. Berikan neuroprotektor
d. Tindakan bedah, dengan pertimbangan usia dan GCS (>4), hanya
dilakukan pada pasien dengan :
1) Perdarahan serebelum dengan diameter >3 cm (craniotomy
dekompresi)
2) Hidrosevalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau
serebelum (VP shunting)
3) Perdarahan lobar diatas 60 cc dengan tanda-tanda peninggian
tekanan intracranial akut dan ancaman herniasi
4) Tekanan intracranial yang meninnggi pada pasien stroke
dapat diturunkan dengan salah satu cara/gabungan berikut
ini :
- Manitol bolus, 1 gram/kgBB dalam 20-30 menit
kemudian dilanjutkan dengan dosis 0,25-0,5 g/kgBB
setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam. Target
osmolaritas = 300-320 mosmol/liter
- Gliserol 50% oral, 0,25-1 g/kg setiap 4-6 jam atau
gliserol 10% intravena, 10 ml/kgBB dalam 3-4 jam
(untuk edema serebri ringan sampai sedang)
- Furosemid 1 mg/kgBB intravena
- Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen
hiperbarik sampai pCO2 = 29-35 mmHg
- Stroid tidak diberiakan secara rutin dan masih
controversial
11
e. Tindakan craniotomy dekompresif
8. Perdarahan subaraknoid
a. Nimodipin dapat diberikan untuk vasospame pada perdarahan
subaranoid primer akut
b. Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan subaraknoid
stadium 1 dan 2 akibat pecahnya aneurisma sakular berry
(clipping) dan adanya komplikasi hidrosefalus obtruktif (VP
shunting)
H. ANALISA DATA
Data Etiologi MasalahDS :
Klien mengatakan adalam beraktifiitas selalu dibantu orang lain
Klien mengatakan tidak bisa mengerakan extremitasnya
Klien megatakn mengalami gangguan dalam bergerak
Klien mengatakan tidak dapat berpindah
Klien mengatakan tidak mampu makan sendiri dan harus dibantu
DO : Klien tampak tidak
dapat memenuhi kebutuhan sendiri (makan, toileting dan berhias)
Klien tampak lemas dalam beraktifitas
Klien tampak tidak mampu mengerakan extemitasnya
Postur tubuh klien tampak tidak stabil selama melakukan aktivitas
Trauma
Hemoragi
Perdarahan dalam jaringan
Suplai O2 ke otak kurang
Kerusakan sirkulasi serebral
Saraf motorik terganggu
Kelemahan/kekauan otot
Gangguan mobilisasi fisik
Gangguan mobilisasi fisik
12
Data Etiologi MasalahDO :
Klien tampak kesulitan dalam berbicara
Klien tampak tidak dapat mengutarakan keinginannya
Klien tampak sulit dalam mengekpresikan pikiran secara verbal
Klien tampak sesak RR > 30 Klien tampak gagap
dalam mengutarakan keinginannya
Trauma
Hemoragi
Suplai O2 ke otak kurang
Kerusakan sirkulasi serebral
Syaraf terganggu
Kerusakan komunikasi verbal
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan trauma
DS : Klien mengatakan tidak
merasakan dingin walaupun memegang es batu
Klien mengatakan tidak merasakan kepanasan walopun dekat dengan api
DO : Klientampak tidak
mengenali waktu, tempat dan orang
Klien tampak mengalami perubahan perilaku
Klien tampak tidak merasakan sakit (menghindar) waktu diberi rangsang nyeri
Trauma
Hemoragi
Suplai O2 ke otak kurang
Kerusakan sirkulasi serebral
Saraf terganggu
Perubahan persepsi sensori
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma
DO : Oliguria Peningkatan BUN Reaksi pupil abnormal
(anisokor) Terdapat perubahan
Trauma
Hemoragi
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi
13
frekuensi napas AGD abnormal Klien tampak edema Nadi lemah Perubahan tekanan darah
ekstrim Hipoaktif/tidak ada
bising usus Ada tarikan dinding dada
Suplai O2 ke otak kurang
Peningkatan TIK
Perubahan perfusi jaringan
DS : Klien mengatakan
nafasnya sesak.DO :
Klien tampak kesulitan ketika bernafas
Tampak ada suara nafas tambahan (ronkhi, weezing, crakles)
Klien tampak gelisah RR abnormal Klien tampak tidak ada
reflek menelan Kesadaran menurun
Gangguan kesadaran
Reflek menelan menurun
Tidak bisa menelan
Penumpukan secret di saluran pernapasan
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Data Etiologi MasalahDO :
Kulit tampak kemerahan Kesadaran klien
menurun
Gangguan mobilisasi
Peredaran darah
Resiko terhadap kerusakan integritas kulit
14
Klien tampak tidak mampu bergerak
terganggu
Suplai O2 menurun
Kerusakan integritas kulit
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan trauma neurologi
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan trauma neurologi
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan engan trauma neurologi
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologi
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kesadaran menurun
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kerusakan mobilitas fisik
15
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx Tujuan Intervensi RasionalPerubahan perfusi jaringan b.d trauma neurologi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan perfusi jaringan tidak mengalami perubahan dengan criteria hasil : Edema tidak muncul Reaksi pupil normal
(isokor) AGD normal Nadi normal 80x/menit Tekanan darah 120/80 Frekuensi napas normal
18-20 x/menit
a. Tentukan factor-faktor yang berhubungan dengan keadaan/penyebab peningkatan TIK, penurunan perfusi jaringan
b. Pantau/catat setatus neurologi sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normalnya/standar
c. Pantau tanda-tanda vital seperti : tekanan darah, frekuensi dan irama jantung, auskultasi adanya mur-mur
d. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam anatomis (netral)
e. Kolaborasi : berikan oksigen sesuai indikasi
f. Berikan obat sesuai indikasig. Persiapan untuk pembedahanh. Pantau pemeriksaan lab, sesuai indikasi
a. Mempengaruhi penetapan intervensi. Kerusakan atau kemunduran tanda/gejala neurologis atau kegagalan untuk memperbaikinya setelah fase awal memerlukan tindakan pembedahan/klien harus dipindahkan ke ICU
b. Dapat menunjukan TIA yang merupakan tanda terjadinya thrombosis CVS (cardiovascular system) baru
c. Variasi mungkin terjadi karena adanya tekanan/trauma serebral pada daerah vasomotor otak
d. Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral
e. Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat/terbentuknya edema
f. Untuk membantu dalam memperbaiki aliran darah
g. Mungkin bermanfaat untuk mengatasi situasih. Memberikan informasi tentang keefektifan
pengobatan/kadar terapeutikKerusakan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan secara a. Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan
16
mobilitas fisik berhubungan trauma neurologi
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan mobilisasi fisik dalam rentang normal dengan kriteria hasil : Klien mampu beraktifitas
secara mandiri Klien mampu
menggerakkan ekstremitasnya
Klien mampu berpindah secara mandiri
Kekuatan otot klien tampak normal
Postur tubuh klien stabil selama melakukan aktivitas
fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur
b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (terlentang atau miring)
c. Anjurkan klien untuk membantu pergerakan latihan dengan menggunakan ektremitas yang tidak sakit untuk meyokong/menggerakan bagian tubuh yang mengalami kelemahanKolaborasi
d. Berikan tempat tidur dengan tempat tidur oksigen, sesuai indikasi
e. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, resistif, ambulasi klien
dapat memberikan informasi mengenai pemulihan
b. Membantu mengurangi resiko terjadinya trauma/iskemi jaringan (dekubitus)
c. Dapat berespon dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih terganggu dan memerlukan dorongan serta latihan aktif untuk mnyatukan kembali sebagaian tubuhnya sendiri
d. meningkatkan distribusi merata berat badan yang menurunkan tekanan pada tulang-tulang tertentu dan membanu untuk untuk mencegah kerusakan kulit/terbentuknya dekubitus
e. program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhannya yang berarti menjaga kekurangan
Gangguan komunikasi verbal b.d trauma neurologi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak ada kerusakan komunikasi verbal dengan kriteria hasil : Klien mampu
mngutarakan keinginannya
Klien tampak menggunakan komunikasi verbal
a. Kaji tipe disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
b. Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis dan gambar
c. Anjurkan pengunjung atau orang terdekat untuk mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi dengan pasien seperti membaca surat, diskusikan tentang hal-hal yang terjadi pada keluarga
a. Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi
b. Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/deficit yang mendasarinya
c. Melatih pasien agar mampu untuk berkomunikasi secara verbal
17
Klien tidak sulit dalam mengekspresikan pikiran secara verbal
RR 18-20 Klien tampak tidak
kesulitan ketika bernapas
kolaborasid. Konsultasikan dengan atau rujuk kepada
ahli terapi wicara d. Pengkajian secara individual kemampuan
bicara dan sensori, motorik dan kognitif berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan terapi
Dx Tujuan Intervensi RasionalPerubahan persepsi sensori b.d trauma neurologi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak mengalami perubahan persepsi sensori dengan criteria hasil : Klien dapat merasakan
panas waktu dekat dengan api
Klien tampak menghindar ketika diberi rangsangan nyeri
Klien tampak atau mampu mengenali waktu, tempat dan orang.
Klien tidak mengalami perubahan perilaku
a. Kaji kesadaran sensori seperti membedakan panas atau dingin, tajam atau tumpul, posisi bagian tubuh atau otot, rasa persendian.
b. Ciptakan lingkungan yang aman, pindahkan perabot yang membahayakan.
c. Anjurkan pasien untuk mengawasi kakinya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh tertentu.
d. Lakukan falidasi terhadap persepsi pasien. Orientasikan kembali pasien secara teratur pada lingkungan, staf dan tindakan yang akan dilakukan.
e. Bicara dengan tenang, perlahan, dengan menggunakan kalimat yang pendek, pertahankan kontak mata.
a. Penurunan kesadaran terhadap. Sensorik dan kerusakan perasaan kinetic berpengaruh buruk terhadap keseimbangan atau posisi tubuh dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan resiko terjadinya trauma.
b. Menurunkan atau membatasi jumlah stsi penglihatn yang mungkin dapat menimbulkan kebingungan terhadap interpretasi lingkungan: menurunkan resiko terjadinya kecalakaan.
c. Penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalam mentegrasikan kembali sisi yang sakit dan memungkinkan pasien
18
untuk mengalami kelainan sensasi dari pola gerakan normal.
d. Membantu pasien untuk mengidentifikasi ketidak konsistenandari persepsi dan integrasi stimulus dan mungkin menurunkan distrosi persepsi pada realitas.
e. Pasien mungkin mengalami keterbatasan dalam rentang perhatian atau masalah pemahaman. Tindakan ini membantu pasien untuk berkomunikasi
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kesadaran menurun
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif. Dengan criteria hasil : Kesadaran klien
meningkat (komposmentis) .
Ada reflek menelan Klien mampu mengunyah
makanan BB sesuai nilai IMT Intake gizi atau nutrisi
adekuat
a. Dengarkan adanya suara yang parau
b. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas atau mengi.
c. Bantu pasien untuk melakkan batuk efektif, miring kanan ,miring kiri dan nafas dalam
Kolaborasi d. Berikan oksigen tambahan yang dilembabkan jika
diperlukan e. Pantau hasil analisa gas darah (melalui grafik kalauada)
atau oksimetri nadi.
a. Mungkin sebagai indikasi adanya trauma pada saraf trachea yang dapat menimbulkan batuk tidak efektif
b. Menandakan adanya akumulasi secret atau bersihan jalan napas yang tidak efektif.
c. Memudahkan gerakan secret dan pembersihan paru, menurunkan resiko komplikasi pernapasan.
d. ungkin dibutuhkan selama periode distress pernapasan atau adanya tanda-tanda hipoksia.
e. Memantau keefektifan pola nafas
19
atau terapi.Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan integritas kulit klien utuh dengan criteria hasil : Bebas lesi jaringan Tidak ada kemerahan Klien mampu bergerak Kesadaran menjadi
komposmentis
a. Observasi keadaan kulit bagian punggung b. Anjurkan menggunakan baju katun halus, dan hindari
baju ketatc. Mandikan pasien dengan air hangat c uci insisi dengan
perlahan d. Tingkatkan nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.Kolaborasie. Dapatkan specimen dari drainase luka sesuai indikasi
a. Membantu untuk mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit
b. Menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari baju, membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkatkan proses penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi
c. Mempertahankan insisi bersih, meningkatkan sirkulasi atau penyembuhan.
d. Membantu untuk mempertahankan volume sirkulasi yang baik untuk perfusi jaringan dan memenuhi kebutuhan energy seluler untuk memudahkan proses regenerasi atau penyembuhan jaringan .
e. Bila infeksi terjadi pengobatan local dan sistemik mungkin diperlukan misalnya : terapi peroksida atau insulain atau sabun, betadin antibiotic
20
K. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah di buat.
L. EVALUASI
1. Fungsi cerebral membaik atau meningkat, penurunan fungsi neurologis dapat
diminimalkan atau dapat distabilkan.
2. Komplikasi dapat dicegah atau dapat diminimalkan
3. Kebutuhan pasien sehari-hari dapat dipenuhi oleh pasien sendiri atau dengan
bantuan yang minimal dari orang lain.
4. Mampu melakukan koping dengan cara yang positif, perncanaan untuk masa
depan.
5. Proses dan prognosis penyakit dan pengobatannya dapat dipaha
21
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8,
Jakarta : EGC.
Doenges, M. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (edisi ke-3).
EGC: Jakarta.
Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Herdman, T. Heather. 2011. NANDA International : Diagnosa Keperawatan ;
Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare. 2002. Brunner & Suddarth textbook of medical surgical
Nursing.(8th ed.). Philadelphia: Lippincott-Raven.
Susilo, Hendro. 2000. Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke,
Suatu Pendekatan Baru Millenium III. Bangkalan.
Widjaja, Linardi. 1994. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Stroke. Surabaya :
Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo
22