Upload
maximilian-ronald-tirta
View
23
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Struktur Anatomi Ginjal Dan Vesica Urinaria
Citation preview
Pendahuluan :
Ginjal merupakan bagian tubuh yang berfungsi untuk memfiltrat darah. Filtrasi ginjal di mulai
ketika darah sudah memasuki arteriol aferen. Proses fisiologis ginjal sendiri terdiri dari filtrasi,
sekresi dan reabsorpsi, yang terjadi pada beberapa bagian anatomis dan histologist ginjal
tertentu.
Struktur anatomi ginjal dan vesica urinaria:
Secara makroskopis, ginjal berbentuk seperti kacang merah. Panjang ginjal kurang lebih sekitar
12,5 cm dan tebalnya kurang lebih 2,5 cm. Ginjal memiliki berat yang berbeda pada masing-
masing jenis kelamin. Pada laki-laki berat ginjal berkisar antara 125 g sampai 175 g pada laki-
laki, sedangkan pada perempuan berkisar antara 115 g sampai 155 g perempuan.1
Ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen posterior yang berdekatan
dengan dua iga terakhir. Organ ini merupakan organ retroperitoneal dan terletak di antara otot-
otot punggung dan peritoneum rongga abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar
adrenal di atasnya.1 Letak ginjal kiri dan kanan berbeda satu sama lain. Ginjal kiri terletak di os
lumbales dua sampai os lumbales tiga, sedangkan ginjal kanan terletak di os lumbales tiga
sampai os lumbales empat. Hal tersebut dikarenakan struktur anatomi rongga abdomen seperti
hepar sebagai organ terbesar di dalam tubuh manusia menjulang dari kanan ke kiri, yang dimana
lobus dextra hepar yang berukuran lebih besar daripada lobus sinistra hepar mendesak ginjal
kanan ke bawah.1
Ginjal dibungkus oleh tiga buah lapisan yaitu, capsula fibrosa, capsula adiposa, fascia renalis.
Lapisan yang paling pertama dan membungkus langsung ginjal adalah Capsula fibrosa. Lapisan
ini transparan dan sangat mudah untuk dilepas dari ginjal. Lapisan kedua yang membungkus
ginjal adalah Capsula adiposa. Capsula adiposa adalah jaringan lemak yang membungkus ginjal
dan menjaga ginjal supaya tetap pada posisinya bila terjadi guncangan. Lapisan ketiga atau yang
paling terakhir yang membungkus ginjal adalah Fascia renalis. Fascia renalis membungkus ginjal
dari ke bawah, bagian atas menutup sedangkan pada bagian bawahnya lapisan ini terbuka.1
Di bagian masing-masing ginjal terdapat sebuah kelenjar yang disebut glandula suprarenal.
Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin. Glandula suprarenal ikut dibungkus oleh fascia renalis
tetapi tidak ikut bergerak pada saat proses respirasi. Bentuk kedua kelenjar ini berbeda antara
yang sebelah kiri dan kanan. Pada ginjal sebelah kanan bentuk dari glandula suprarenal adalah
berbentuk pyramid, sedangkan pada ginjal sebelah kiri bentuknya pipih bulan sabit.
Struktur ginjal
1. Hilus : Merupakan tingkat kecekungan tepi medial ginjal.
2. Sinus ginjal : Adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini
membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf
dan limfatik.
3. Pelvis ginjal : Merupakan perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi
dua sampai tiga kalis mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil
urine pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa kaliks minor.
4. Parenkim ginjal : Merupakan jaringan ginjal yang menyelebungi struktur sinus ginjal.
Jaringan ini terbagi menjadi medula dan korteks luar. Medula terdiri dari massa-massa
triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari setiap piramida, papila,
masuk dengan pas dalam kaliks minor dan ditembus mulut duktus pengumpul urine.
Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit struktural
dan fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piramida-piramida medula yang
bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri tubulus-tubulus pengumpul
yang mengalir ke dalam duktus pengumpul.1
Pendarahan ginjal
1. Arteri renalis : Percabangan aorta abdomen yang mensuplai masing-masing ginjal dan
masuk ke hilus melalui cabang anterior dan posterior.
2. Cabang anterior dan posterior arteri renalis : Membentuk arteri-arteri interlobaris yang
mengalir di antara piramida-piramida ginjal.
3. Arteri arkuata : Berasal dari arteri interlobaris pada area pertemuan antara korteks dan
medula.
4. Arteri interlobularis : Percabangan arteri arkuata di sudut kanan dan melewati korteks.
5. Arteriol aferen : Berasal dari arteri interlobularis. Satu arteriol aferen membentuk sekitar
50 kapiler yang membentuk glomerulus.
6. Arteriol eferen : Meninggalkan setiap glomerulus dan membentuk jaring-jaring kapilar
lain, kapilar peritubular yang menglilingi tubulus proksimal dan distal untuk memberi
nutrien pada tubulus tersebut dan mengeluarkan zat-zat yang dierabsorpsi. Arteriol eferen
dari glomerulus pada nefron jukstaglomerular memiliki perpanjangan pembuluh kapiler
panjang yang lurus diesbut vasa recta yang berdesenden ke dalam piramida medula.
Lekukan vasa recta membentuk lengkungan jepit yang melewati ansa Henle. Lengkungan
ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat antara ansa Henle dan kapiler serta
memegang peranan dalam konsentrasi urine.
7. Kapilar peritubular : Mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian menyatu dan
membentuk vena interlobularis.
8. Vena arkuata : Menerima darah dari vena interlobularis. Vena arkuata bermuara ke dalam
vena interlobaris yang bergabung untuk bermuara ke dalam vena renalis. Vena ini
meninggalkan ginjal untuk bersatu dengan vena kava inferior.
9. Vesica urinaria : Vesica urinaria adalah organ muskular berongga yang berfungsi sebagai
kontainer penyimpan urine. Pada laki-laki, kandung kemih terletak tepat di belakang
symphisis pubis dan di depan rektum. Pada perempuan, organ ini terletak agak di bawah
uterus di depan vagina. Ukuran organ ini sebesar sebesar kacang kenari dan terletak di
pelvis saat kosong. Organ berbentuk seperti buah pir dan dapat mencapai umbilicus
dalam rongga abdominopelvis jika penuh terisi urine. Kandung kemih ditopang dalam
rongga pelvis dengan lipatan-lipatan peritoneum dan kondesasi fasia.
Trigonum adalah area halus, triangular, dan relatif tidak dapat berkembang yang terletak
secara internal di bagian dasar kandung kemih. Sudut-sudutnya terbentuk dari tiga
lubang. Di sudut atas trigonum, dua ureter bermuara ke kandung kemih. Uretra keluar
dari kandung kemih di bagian apex trigonum.1
Histologi ginjal dan vesica urinaria :
Ginjal primitif dibagi menjadi 3 bagian yaitu : pronefros, mesonefros ,dan metanefros yang tetap.
Di dalam ginjal juga ada hilus renalis yang merupakan tempat masuk dan keluarnya pembuluh
darah. Ginjal jug adapt dibedakan menajdi korteks dan medulla. Pelvis ginjal terbagi menjadi
dua yaitu kalik mayor dan kaliks minor. Begitu juga dengan medulla yang dibedakan menjadi
zona interna dan eksterna. di korteks terdapat medullary rays atau berkas medulla yang
meneyrupai yang ada di medulla.2
Ginjal disusun oleh nefron yang merupakan unit fungsional dari ginjal yang terdiri dari :
1. Korpuskel Malpighi/renalis
2. Tubulus kontortus proximal : Tubulus kontortus proximal berada di korteks dan
mempunyai epitel kuboid rendah yang mempunyai inti bulat. Tubulus ini bersifat
asidofil. Ciri-ciri lain yang bisa ditemukan adalah inti sel dengan jarak berjauhan, lumen
tidak jelas karena ada brush border.
3. Ansa Henle : Terdiri dari segmen tebal descendens (STD) yang serupa dengan tubulus
kontortus proximal. Segmen tipis ansa henle (ST) menyerupai kapiler tetapi tidak ada
darah di lumennya. Segmen tebal asenden (STA) serupa dengan tubulus kontortus distal
4. Tubulus kontortus distalis : Mempunyai epitel selapis kuboid rendah, bersifat basofil, inti
sel dengan jarak berdekatan, lumen jelas dan tidak terdapat brush border, lumen lebih
lebar daripada T.K.P, macula densa menempel di T.K.D dekat glomerulus. Lalu dari sini
berlanjut ke duktus koligens.2
5. Duktus koligentes : Gambarannya mirip tubulus konkortus distal tetapi dinding sel
epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat. 3
Aparatus Juxtaglomerular berada di atas badan Malpighi yang terdiri dari sel sel juxtaglomerulus
penghasil rennin, sel-sel mesangial ekstraglomerular yang menghasilkan eritropoietin, dan
macula densa sebagai reseptor osmolaritas cairan di dalam tubuh distal. Duktus koligen yang
merupakan lanjutan dari T.K.D berdiameter 40um dengan epitel selapis torak dan menjadi lebih
torak pada tubulus pengumpul distal (sampai diameter 200um). Selain itu duktus koligens
mempunyai sitoplasma pucat dan batas selnya jelas. Duktus koligens berjalan dalam berkas
medulla menuju ke medulla lalu di bagian tengah medulla ada beberapa duktus koligens yang
bersatu untuk membentuk duktus yang besar, bermuara ke apeks papilla disebut duktus papilaris.
Vesica urinaria :
Mukosa vesika urinaria dilapisi epitel transisional dengan jaringan ikat jarang yang membentuk
lamina propria di bawahnya. Tunika muskularis terdiri atas berkas-berkas otot polos yang
tersusun berlapis-lapis yang arahnya tidak membentuk aturan tertentu, sehingga dalam sajian
terlihat berkas otot polos yang terpotong dalam berbagai arah. Di antara berkas-berkas ini
terdapat jaringan ikat jarang.
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat jarang yang sebagian diliputi oleh peritoneum dan
disebut tunika serosa.2
Fisiologis Ginjal :
Pembentukan urin, ginjal memproduksi urine yang mengandung zat sisa metabolic dan mengatur
komposisi cairan tubuh melalui 3 proses utama, yaitu filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus, dan
sekresi tubulus.1
Filtrasi glomelurar :
Filtrasi glomerular adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler glomelurar, dalam
gradient tekanan tertentu ke dalam kapsul bowman. Filtrasi ini di bantu oleh beberapa factor,
seperti membrane kapiler glomelurar yang lebih permeabel dan tekanan darah glomelurar yang
lebih tinggi di bandingkan tekanan darah dalam kapiler lain, karena diameter arteriol eferen lebih
kecil di bandingkan diameter arteriol aferen.
Mekanisme filtrasi glomerular, tekanan hidrostaltik glomelurar mendorong cairan dan zat terlarut
keluar dari darah dan masuk ke ruang kapsul bowman, terdapat 2 tekanan yang berlawanan
dengan tekanan hidrostaltik glomerular, yaitu tekanan hidrostaltik yang dihasilkan oleh cairan
dalam kapsul bowman, tekanan ini cenderung untuk mengeluarkan cairan keluar dari kapsul
menuju glomerulus, serta tekanan osmotic koloid dalam glomerulus yang dihasilkan oleh protein
plasma adalah tekanan yang menarik cairan dari kapsil bowman untuk memasuki glomerulus.1
Normalnya kecepatan laju filtrasi glomerular (glomerular filtration rate (GFR)) pada laki – laki
adalah 125 ml/menit, sedangkan pada perempuan 110 ml/menit.
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi GFR yaitu :
1. Tekanan filtrasi efektif : Merupakan tekanan dorong netto, GFR berbanding lurus dengan
tekanan filtrasi efektif. Konstriksi arteriol aferen menurunkan aliran darah dan
mengurangi laju filtrasi glomerular, konstriksi arteriol eferen menyebabkan terjadinya
tekanan darah tambahan dalam glomerulus dan meningkatkan GFR.
2. Autoregulasi ginjal : Mekanisme kerja ginjal untuk mengkompensasi perubahan tekanan
darah.
3. Stimulasis simpatis : Suatu peningkatan impuls simpatis seperti yang terjadi saat stress
akan menyebabkan konstriksi arteriol aferen dan menurunkan aliran darah ke dalam
glomerulus yang menimbulkan penurunan GFR.
4. Obstruksi aliran urinaria : Oleh batu ginjal atau batu dalam ureter akan meningkatkan
tekanan hidrostatik dalam kapsul bowman dan menurunkan GFR.
5. Kelaparan, diet rendah protein dan penyakit hati : Akan menurunkan tekanan osmotic
koloid darah sehingga meningkatkan GFR.
6. Penyakit ginjal : Dapat meningkatkan permeabilitas kapilar glomerular dan
meningkatkan GFR.1
Komposisi filtrate glomerular :
1. Terdapat air dan zat terlarut dengan berat molekul rendah seperti glukosa, klorida,
natrium, kalium, fostfat, urea, asam urat dan kreatinin.
2. Sejumlah kecil albumin plasma dapat terfiltrasi tetapi sebagian besar diabsorpsi kembali
dan secara normal tidak tampak pada urin.
3. Sel darah merah dan protein tidak di filtrasi.1
Reabsorpsi tubulus :
Sebagian besar filtrate (99%) secara selektif direabsorpsi dalam tubulus ginjal melalui difusi
pasif gradient kimia atau listrik, transport aktif terhadap gradient tersebut , atau difusi
terfasilitasi. Sekitar 85% natrium klorida dan air serta semua glukosa dan asam amino pada
filtrate glomerulus diabsorpsi dalam tubulus kontortus proksimal, walaupun reabsorpsi
berlangsung pada semua bagian nefron.
1. Reabsorpsi ion natrium : Ion – ion natrium ada yang di transport secara pasif melalui
difusi terfasilitasi dari lumen tubulus kontortus proksimal ke dalam sel – sel epitel
tubulus yang konsentrasi ion natriumnya lebih rendah, serta ada yang di transport secara
aktif dengan pompa natrium kalium.
2. Reabsorpsi ion klor dan ion negative lain : Karena ion natrium positif bergerak secara
pasif dari cairan tubulus ke sel dan secara aktif dari sel ke cairan interstisial peritubular,
akan terbentuk ketidakseimbangan listrik yang justru membantu pergerakan pasif ion –
ion negative. Dengan demikian ion klor dan bikarbonat negative secara pasif berdifusi ke
dalam sel – sel epitel dari lumen dan mengikuti pergerakan natrium yang keluar menuju
cairan peritubular dan kapilar tubular.
3. Reabsorpsi glukosa, fruktosa dan asam amino : Carrier glukosa dan asam amino sama
dengan carrier ion natrium dan digerakan melalui kotranspor. Carrier pada membrane
tubulus memiliki kapasitas reabsorpsi maksimum untuk glukosa, berbagai jenis asam
amino, dan beberapa zat terabsorpsi lainnya. Jumlah ini dinyatakan dengan maksimum
transport ( Tm).
4. Reabsorpsi air : Air bergerak bersama ion natrium melalui osmosis.
5. Reabsorpsi urea : Seluruh urea yang terbentuk setiap hari difiltrasi oleh glumerulus.
Sekitar 50% urea secara pasif direabsorpsi akibat gradient difusi yang terbentuk saat air
direabsorpsi. Dengan demikian 50% urea yang difiltrasi akan diekskresi dalam urin.
6. Reabsospsi ion anorganik lain : Seperti kalium, kalsium, fosfat, dan sulfat, serta sejumlah
ion organic adalah melalui transport aktif.1
Sekresi tubular :
Merupakan suatu proses aktif yang memindahkan zat keluar dari darah dalam kapiler
peritubuluar melewati sel – sel tubular menuju cairan tubular untuk dikeluarkan dalam urin. Zat
– zat seperti ion hydrogen, kalium, dan ammonium, produk akhir metabolic kreatinin dan asam
hipurat serta obat – obatan tertentu secara aktif disekresi ke dalam tubulus. Ion hydrogen dan
ammonium diganti dengan ion natrium dalam tubulus kontortus distal dan duktus koligens.
Sekresi tubular yang selektif terhadap ion hydrogen dan ammonium membantu dalam
pengaturan pH plasma dan keseimbangan asam basa cairan tubuh. Sekresi tubular merupakan
suatu mekanisme penting untuk mengeluarkan zat – zat kimia asing atau yang tidak diinginkan.
Pada tubulus proksimal :
Reabsorpsi :
1. Glukosa dan asam amino 100% di serap, dengan kotranspor dengan ion natrium
2. Ion natrium, dengan reabsorpsi aktif, 67% di serap secara obligat dan tidak dapat
dikendalikan, diikuti oleh ion Cl-
3. PO4- dan elektrolit lain, bervariasi dan dapat dikendalikan
4. Air direabsorpsi secara osmotic, sebanyak 65%, dan bersifat obligat tidak dapat di
kendalikan
5. Urea di reabsorpsi secara pasif, sebanyak 50% obligat tidak dapat dikendalikan
6. K+ direabsorpsi semua, bersifat obligat tidak dapat dikendalikan
Sekresi :
1. H+ bervariasi tergantung kepada keasaman tubuh
2. Ion organic, tidak dapat dikendalikan
Pada ansa henle pars desendens :
1. Air di reabsorpsi secara osmotic, sejumlah 15%, dan bersifat obligat
2. Terdapat kemungkinan sekresi NaCl secara pasif dan tidak dapat dikendalikan
Pada ansa henle pars asendens :
1. NaCl direabsorpsi sebanyak 25% secara aktif dan tidak dapat dikendalikan
2. Bagian ini impermeable terhadap substansi lain
Pada tubulus distal :
1. Na+ reabsorpsinya bervariasim tergantung kendali hormone aldosteron, ion Cl- ikut secara
pasif
2. K+ disekresi secara bervariasi tergantung kendali hormon aldosteron
3. Air direabsorpsi secara bervariasi tergantung pada ADH
4. H+ di sekresi secara bervariasi tergantung pada pH cairan tubuh
Pada duktus koligens :
1. Air di reabsorpsi secara bervariasi tergantung pada kendali ADH
2. H+ di sekresi secara bervariasi tergantung pada pH cairan tubuh
Jika terjadi perubahan dalam tekanan darah maka akan di netralkan oleh mekanisme yang di
sebut autoregulasi.1
Sekresi anion dan kation organik. Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik
yang terpisah untuk sekresi kation organik. Sistem-sistem ini memiliki beberapa fungsi penting.
Pertama, dengan menambahkan lebih banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang sudah
mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi, jalur sekretorik organik ini
mempermudah eksresi bahan-bahan tersebut. Yang termasuk dalam ion-ion organik tersebut
adalah zat-zat perantara kimiawi yang terdapat dalam darah, misalnya golongan prostaglandin,
yang setelah menjalankan tugasnya, perlu segera dibersihkan dari darah, sehingga aktivitas
biologis mereka tidak berkepanjangan.
Kedua, pada beberapa keadaan penting, ion organik secara ekstensid tetapi tidak ireversibel
terikat ke protein plasma. Karena melekat ke protein plasma, ion-ion organik tersebut tidak dapat
difiltrasi melalui glomerulus. Sekresi tubulus mempermudah eliminasi ion-ion organik yang
tidak dapat difiltrasi ini melalui urin. Walaupun ion organik tertentu sebagian besar terikat ke
protein plasma, sejumlah kecil dari ion tersebut selalu berada dalam bentuk bebas atau tidak
terikat dalam plasma. Pengeluaran ion organik bebas melalui skeresi ini menyebabkan
“terlepasnya” sebagian ion yang semula terikat, yang kemudian dapat dengan bebas
disekresikan. Hal ini pada gilirannya mendorong dibebaskannya lebih banyak ion organik dari
ikatannya dengan protein, dan seterusnya.
Ketiga, dan paling penting adalah kemampuan sistem sekresi ion organik mengeliminasi banyak
senyawa asing dari tubuh. Sistem ion organik dapat mensekresikan sejumlah besar ion organik
yang berbeda-beda, baik yang diproduksi secara endogen maupun ion organik asing yang masuk
ke dalam tubuh. Mekanisme nonselektif ini memungkinkan sistem sekresi ion organik tersebut
meningkatkan pengeluaran banyak zat kimia organik asing, termasuk zat-zat tambahan pada
makanan, polutan lingkungan, obat, dan bahan organik non-nutritif lain yang masuk ke dalam
tubuh.4
Hormon dan enzim ginjal :
1. ADH : Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus
yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas
dan menurunkan cairan ekstrasel. Hormon ini menghambat pembentukan urin.
2. Aldosteron : Berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di
tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.
3. Prostaglandin : Berlungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi
uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan
dalam mengatur sirkulasi ginjal.
4. Gukokortikoid : Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
5. Renin : Dihasilkan oleh sel – sel pada apparatus juxtaglomerular, berfungsi untuk
merangsang pembentukan angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang berfungsi untuk
meningkatkan tekanan darah.5
Tes fungsi ginjal :
1. Penjernihan : Menyatakan secara kuantitatif kecepatan ekskresi suatu zat oleh ginjal,
volume plasma yang mengandung sejumlah zat yang dieksresikan urin dalam 1 menit,
atau volume darah atau plasma yang dijernihkan dari sejumlah szat yg di tentukan dalam
ekskresi urin dalam 1 menit.
2. Renal plasma flow : Plasma yang melalui ginjal selama 1 menit.
3. Filtration fraction : Jumlah plasma yang melalui ginjal dan di filtrasi per satuan waktu.
4. Tubular secretory mass : Pengukuran Tm PAH dapat digunakan untuk melihat berapa
bagian ginjal yang masih berfungsi.
5. Tes pemekatan : Di bagi menjadi 2, yaitu addist test, pada tes ini intake cairan sangat di
batasi dan dilakukan selama 24 jam, yaitu dari jam 8 pagi sampai jam 8 pagi keesokan
harinya. Cara tes dengan membuang urin jam 8 sampai jam 8 malam, kemudian
menampung urin jam 8 malam sampai jam 8 pagi, kemudian di ukur berat jenisnya.
Kemudian ada mosenthal tes, percobaan di mulai pada jam 8 pagi asmpai jam 8 pagi
keesokan harinya, dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam, urin di kumpulkan setiap 2 jam,
kemudian di ukur volume nya. Setelah itu di ukur pula urin jam 8 malam sampai jam 8
pagi, kemudian di ukur berat jenisnya.
6. Tes radioisotope : Dapat digunakan iodothalamate untuk melihat GFR dan hipurat untuk
melihat RPF.5
Kesimpulan :
Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan, kemungkinan si penderita mengalami kelainan
renal diabetes, karena, sang penderita memiliki gula darah yang normal namun memiliki
kelainan dalam buang air kecil.
Daftar pustaka :
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2004.h.318-23.
2. Gunawan FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik histologi.
Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti; 2007.h.148-57.
3. Craigmyle M.B.L. Atlas berwarna histologi. Jakarta: EGC, 1990.h.45-52.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC, 2001.h. 485-
86.
5. Parker S. Sistem urinaria. dalam : ensiklopedi tubuh manusia. Jakarta: Erlangga, 2007.h.194-9.