Upload
lyhuong
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
STRUKTUR KOMUNITAS PELECYPODA
DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH MALANG RAPAT
KABUPATEN BINTAN
Aidil Akbar
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP UMRAH,[email protected]
Ir. Linda Waty Zen, M.Sc
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP UMRAH, [email protected]
Andi Zulfikar, S.Pi, MP
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
ABSTRAK
Tujuan penelitian yang dilaksanakan di Kawasan Konservasi Laut Daerah Malang
Rapat Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau adalah untuk mengetahui
Struktur Komunitas pelecypoda bentik dari segi kelimpahan, indeks
keanekaragaman, indeks dominasi, dan keseragaman. Kelimpahan total
pelecypoda pada masing-masing stasiun secara berturut-turut, pada stasiun I
memiliki kelimpahan 6,37 ind/m2, pada stasiun II sebesar 7,43 ind/m
2 , stasiun III
sebesar9,37 ind/m2 , stasiun IV memiliki 8,33 ind/m
2, stasiun V memiliki
kelimpahan sebesar 11,60 ind/m2, dan pada stasiun VI memiliki kelimpahan
sebesar 6,97 ind/m2. Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon – Wiener (H’) pada
stasiun I yaitu sebesar 1,97, pada stasiun II sebesar 0,96, pada stasiun III sebesar
0,73, stasiun IV sebesar 1,25, stasiun V sebesar 0,42dan pada stasiun VI sebesar
0,90. Nilai indeks Dominansi (C) pada stasiun I yaitu sebesar 0,32, stasiun II
sebesar 0,69, stasiun III sebesar 0,77, stasiun IV sebesar 0,52, stasiun V sebesar
0,87dan stasiun VI sebesar 0,72. Sedangkan Keseragaman (E) pada stasiun I yaitu
sebesar 0,70, stasiun II sebesar 0,42, stasiun III sebesar 0,37, stasiun IV sebesar
0,62, stasiun V sebesar 0,26 dan stasiun VI sebesar 0,35. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa perairan KKLD Desa Malang Rapat belum mengalami
tekanan dan masih berada pada kondisi alami sehingga Pelecypoda bisa
berkembang dengan baik. Dari keenam stasiun penelitian dapat diketahui bahwa ,
stasiun II, III, IV dan V merupakan lokasi yang terbaik dalam kelangsungan hidup
pelecypoda jika dibandingkan dengan stasiun I dan VI
Kata Kunci : Pelecypoda bentik, KKLD, Kelimpahan, indeks keanekaragaman,
indeks dominasi, dan indeks keseragaman
2
STRUCTUR COMMUNITY PELECYPODA AT MALANG RAPAT MARINE
CONSERVATION AREA OF BINTAN DISTRICT.
Aidil Akbar
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP UMRAH,[email protected]
Ir. Linda Waty Zen, M.Sc
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP UMRAH, [email protected]
Andi Zulfikar, S.Pi, MP
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
ABSTRACT
This research was conducted to investigate community structure (biodiversity
index, dominance index and uniformity) of pelecypoda at Malang Rapat Marine
Conservation Area of Bintan District. The total abundance of each Stasiun
respectively was 6.37 ind/m2 (Stasiun 1), 7.43 ind/m
2 (Stasiun 2), 9.37 ind/m
2
(Stasiun 3), 8.33 ind/m2 (Stasiun 4), 11.60 ind/m
2 (Stasiun 5) and 6.97 ind/m
2
(Stasiun 6). Shannon-Wiener index showed that at Stasiun 1 was 1.97, Stasiun 2
was 0.96, Stasiun 3 was 0.73, Stasiun 4 was 1.25, Stasiun 5 was 0.42, and Stasiun
6 was 0.90. Dominance index showed that at Stasiun 1 was 0.32, Stasiun 2 was
0.69, Stasiun 3 was 0.77, Stasiun 4 was 0.52, Stasiun 5 was 0.87, and Stasiun 6
was 0.72. Univormity index showed that at Stasiun 1 was 0.70, Stasiun 2 was
0.42, Stasiun 3 was 0.37, Stasiun 4 was 0.62, Stasiun 5 was 0.26, and Stasiun 6
was 0.35. The result indicated that Malang Rapat Marine Management Area of
Bintan District had good natural environment condition for pelecypoda to live
and grow well. From six Stasiun can be concluded that Stasiun 2, 3, 4 and 5 was
the best habitat for pelecypoda rather than Stasiun 1 and 6.
Key Words : Bentic Pelecypoda, KKLD, Abundance, Biodiversity Index,
Dominance Index and Uniformity
3
I. PENDAHULUAN
Kegiatan perikanan
berkelanjutan dan pariwisata bahari
merupakan prioritas utama dalam
pemanfaatan KKLD Kawasan
Perairan Laut Pesisir Timur
Kecamatan Gunung Kijang dan
Kecamatan Bintan Timur
sebagaimana dimaksud pada SK
No.36/VIII/2007.
Salah-satu desa di Kabupaten
Bintan yang termasuk dalam wilayah
KKLD adalah Desa Malang Rapat
dengan luas wilayah lebih kurang
771.225 Ha. Batas-batas wilayah
Desa Malang Rapat adalah sebagai
berikut: sebelah utara berbatasan
dengan desa Berakit, sebelah
selatan berbatas dengan Desa Teluk
Bakau, sebelah barat berbatas dengan
Desa Toapaya Utara, dan sebelah
timur merupakan Laut Cina Selatan.
Salah-satu biota yang mempunyai
potensi ekonomis dan ekologis
penting pada komunitas bentik di
KKLD adalah pelecypoda.
Pelecypoda (jenis kerang-kerangan,
kijing dan remis) adalah salah-satu
kelas dari filum moluska yang
banyak dijumpai di daerah bentik
(pasang-surut dan littoral),
mempunyai kaki berbentuk pipih
seperti kapak untuk membuat lubang
dan dapat dijulurkan serta digunakan
untuk melekat/menggali
pasar/lumpur (Suwigno, dkk, 2002).
Struktur komunitas dapat
diketahui melalui evaluasi nilai data
kelimpahan, indeks keanekaragaman
(H’), indeks dominasi (C),
keseragaman (E), dan pola sebaran
(Soegianto, 1994).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Struktur Komunitas
Pelecypoda Bentik dari segi
kelimpahan, indeks keanekaragaman,
dominasi, dan keseragaman
Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan
penelitian ini di harapkan hasilnya
akan bermanfaat sebagai berikut:
a. Memberi sumbangan
pemikiran terhadap
pengembangan di bidang
lingkungan hidup bagi para
pelaku perubahan termasuk
pemerintah dan pemerintah
daerah serta masyarakat.
4
b. Mengembangkan ilmu
pengetahuan mengenai
struktur komunitas
pelecypoda bentik di
Kawasan Konservasi Laut
Daerah (KKLD) Desa
Malang Rapat Kabupaten
Bintan.
c. Kegiatan berharga ini
merupakan kesempatan
berharga bagi penulis untuk
mengaplikasikan teori yang di
peroleh dengan praktek nyata
baik di kampus maupun di
masyarakat.
d. Peneliti selanjutnya dapat
mengembangkan kajiannya
dalam bidang yang relevan
sesuai dengan perkembangan
ilmu dan praktek di lapangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pelecypoda ada yang hidup
menetap dan membenamkan diri di
dasar perairan. Pelecypoda mampu
melekat pada bebatuan, cangkang
hewan lain atau perahu karena
mensekresikan zat perekat.
Pelecypoda merupakan biota laut
ekonomis penting yang telah ribuan
tahun dimanfaatkan oleh manusia.
Pelecypoda banyak ditemukan pada
substrat pasir berlumpur . Kondisi
perairan yang baik untuk
kelangsungan hidup pelecypoda,
salinitasnya berkisar antara 32-35‰,
pH berkisar antara 6-9,oksigen
terlarut 4,5 – 6,5 ppm, serta suhu 26-
300C.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan
dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu
dari bulan Juli s/d September 2013
di Kawasan Konservasi Laut
Daerah (KKLD) Malang Rapat
Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Provinsi
Kepulauan Riau.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan
yaitu tertuang dalam Tabel 1.
5
Tabel 1. Alat yang di gunakan dalam Penelitian
No. Alat Kegunaan
1 Alat tulis Mencatat hasil yang di dapatkan
2 Roll meter Penentuan panjang transek
3 Hand refraktometer Pengukur salinitas
4 Thermometer Pengukur suhu
5 Kamera Dokumentasi
6 pH meter Pengukur pH
7 Botol sampel Penyimpan sampel air
8 Stop watch Alat bantu mengukur kecepatan arus
9 Tali rafia Penanda luas stasiun
A. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah
penelitian observasional yaitu
pengamatan langsung ke lapangan
terhadap Struktur Komunitas
Pelecypoda di Kawasan Konservasi
Laut Daerah Malang Rapat
Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Provinsi
Kepulauan Riau.
Metode Penentuan Titik
Sampling
Sampling dilakukan dengan
sistematik menggunakan metode
transek kuadrat dimulai pada daerah
surut terendah sampai daerah
subtidal yang diperkirakan masih
terdapat pelecypoda. Metoda kuadrat
adalah prosedur umum yang
digunakan untuk sampling berbagai
tipe organisme, khususnya untuk
hewan yang sesil dan bergerak
lambat juga banyak digunakan
sebagai unit sampling tumbuh-
tumbuhan (Soegianto, 1994).
B. Analisis Data
Data Struktur Komunitas
yang dianalisis meliputi Kelimpahan,
Indeks Keanekaragaman (H’),
Dominasi (C), Keseragaman (E).
1. Identifikasi Jenis
Untuk mengidentifikasi
jenis Pelecypoda yang terdapat di
lokasi penelitian digunakan buku
identifikasi.
2. Kelimpahan
Untuk menghitung
Kelimpahan dilakukan perhitungan
berdasarkan metode yang diajukan
oleh Fachrul (2007) ; Kelimpahan
= Jlh Individu suatu spesies
Luas Kuadrat
6
3. Indeks Keanekaragaman (H’)
Untuk melihat Indeks
Keanekaragaman digunakan metode
Shannon – Wiener dalam Fachrul
(2007) di setiap stasiun yaitu :
H’ = -∑ ni/N Log2 ni/N
H’ = -∑ pi Log2 pi
Dimana:
N = Jumlah total Individu
ni = Jumlah Individu dalam setiap
spesies
pi = Jlh individu dalam setiap spesies
Jumlah total individu
4. Indeks Dominasi
Perhitungan Indeks Dominasi
digunakan untuk mengetahui jenis
yang mendominasi di suatu perairan.
Rumus yang digunakan untuk
menghitung Indeks Dominasi
mengacu pada Simpson dalam
Fachrul (2007) sebagai berikut :
C = ∑
5. Keseragaman (E)
Penghitungan mengenai
keseragaman bertujuan untuk melihat
apakah spesies yang ada disuatu
ekosistem berada dalam keadaan
seimbang atau tidak serta bertujuan
untuk melihat apakah terjadi
persaingan pada ekosistem tersebut.
Untuk itu dapat dihitung mengacu
pada Pielou dalam Krebs (1985)
dengan rumus:
E = H’
Hmaks
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang
dilakukan di KKLD Malang Rapat
ditemukan 7 jenis Pelecypoda yaitu :
Anadara Granosa, Anadara antiqua
Donax-cuneatus, Anadara Ovalis,
Corbicula Lena, Paphies-
subtriangulata, dan Periblypta
reticulata. Perbedaan jumlah jenis
pelecypoda yang ditemukan pada
masing-masing stasiun disebabkan
salah satunya yaitu karakteristik
fisika kimia air dan sedimen dimana
bahan organiknya yang rendah dan
substrat dasar berpasir.
Kelimpahan
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan pada ke 6 stasiun
dapat dilihat bahwa jenis pelecypoda
yang memiliki kelimpahan tertinggi
yaitu jenis Anadara Granosa dengan
kelimpahan 3,47 individu/m2,
sedangkan yang terendah yaitu
Anadara Antiquata dengan
7
kelimpahannya 0,02 individu/m2.
Jenis Pelecypoda yang ditemukan
pada KKLD Malang Rapat yaitu
pada tabel 2 berikut ini.
Tabel.2 Total Kelimpahan Jenis Pelecypoda Pada Lokasi Penelitian
No Spesies ∑ Kelimpahan/m2 %
1 Anadara Granosa 624 3,47 41,54%
2 Anadara antiquata 4 0,02 0,27%
3 Anadara Ovalis 716 3,98 47,67%
4 Corbicula Lena 29 0,16 1,93%
5 Paphies-subtriangulata 51 0,28 3,40%
6 Periblypta reticulata 34 0,19 2,26%
7 Donax-cuneatus 44 0,24 2,93%
Total 1502 8,34 100%
Kelimpahan pelecypoda pada
masing-masing stasiun secara
berturut-turut., pada stasiun I
memiliki kelimpahan 6,37 ind/m2
,
stasiun II sebesar 7,43 ind/m2 ,
stasiun III sebesar 9,37 ind/m2 ,
stasiun IV memiliki 8,33 ind/m2 ,
stasiun V memiliki kelimpahan
sebesar 11,60 ind/m2, dan stasiun VI
memiliki kelimpahan sebesar 6,97
ind/m2. Rendahnya kelimpahan
pelecypoda pada stasiun I disebabkan
adanya aktifitas perikanan seperti
penangkapan dan tipe substrat yang
tidak mendukung daur hidup
pelecypoda. Karena aktifitas
penangkapan yang ada dapat
menyebabkan perputaran air yang
menjadikan perairan dibawahnya
keruh, sehingga pelecypoda tidak
dapat hidup dengan baik. Aktifitas
penangkapan yang dilakukan
penduduk di KKLD Malang Rapat
mempengaruhi kelimpahan dari
pelecypoda tersebut. Tingginya nilai
kelimpahan pelecypoda pada stasiun
V dikarenakan pada stasiun V tidak
terdapat kegiatan perikanan.
Dari keenam stasiun
penelitian, stasiun III dan V
merupakan lokasi yang terbaik dalam
kelangsungan hidup pelecypoda jika
dibandingkan dengan stasiun I,II,IV
dan VI. Dan tingginya kelimpahan
Pelecypoda pada perairan stasiun V
juga disebabkan karena kondisi
perairan yang sangat mendukung
terutama pada substrat dasarnya yang
didominasi oleh pasir berlumpur.
8
Indeks Keanekaragaman (H’)
Nilai Indeks
Keanekaragaman Shannon – Wiener
(H’) pada stasiun I yaitu sebesar 1,97
, pada stasiun II sebesar 0,96, pada
stasiun III sebesar 0,73, stasiun IV
sebesar 1,25, stasiun V sebesar 0,42
dan pada stasiun VI sebesar 0,90,
berarti pada keenam stasiun
penelitian memiliki keanekaragaman
yang berbeda pada stasiun I dan IV
memiliki keanekaragaman sedang,
dimana menurut Fahrul (2007) jika 1
≤ H’ ≤ 3 berarti keanekaragaman
sedang dengan jumlah individu tiap
spesies tidak seragam tapi tidak ada
yang dominan. Sedangkan pada
stasiun II,III,V, dan VI memiliki
keanekaragaman rendah
dikarenakan H’ ≤ 1 , dengan jumlah
individu tidak seragam dan salah
satu spesiesnya ada yang dominan.
Total keseluruhan indeks
keanekaragaman yaitu sebesar 1,61
dan dapat disimpulkan bahwa di
daerah KKLD Malang Rapat indeks
keanekaragaman pelecypoda
termasuk sedang.
Indeks Dominansi
Nilai indeks Dominansi pada
stasiun I yaitu sebesar 0,32, stasiun II
sebesar 0,69, stasiun III sebesar 0,77,
stasiun IV sebesar 0,52, stasiun V
sebesar 0,87 dan stasiun VI sebesar
0,72. Berdasarkan data yang
diperoleh dari seluruh stasiun , dapat
disimpulkan pada stasiun III, V dan
VI terdapat spesies yang
mendominasi, sama seperti yang
dikatakan Simpson (dalam Fachrul
2007), bahwa bila nilai C mendekati
satu (1) maka semakin kecil
keseragaman suatu populasi dan
terjadi kecenderungan suatu jenis
yang mendominansi populasi
tersebut Sedangkan berdasarkan total
keseluruhan nilai C yaitu sebesar
0,40 yaitu mendekati nol (0) berarti
tidak ada spesies yang
mendominansi. Pada seluruh daerah
penelitian. Ini berarti di perairan
KKLD Malang Rapat belum
mengalami tekanan dan masih berada
pada kondisi alami. Karena
keseimbangan ekosistem terlihat dari
tingginya keanekaragaman jenis saja,
sedangkan keanekaragaman akan
menurun jika komunitas didominasi
oleh satu atau beberapa jens. Sesuai
dengan pendapat Omory dan Ikeda
(1984) menyatakan umumnya
daerah-daerah yang lingkungannya
9
stabil keanekaragamannya cenderung
tinggi.
Indeks Keseragaman (E)
Dari data hasil rata-rata nilai
indeks keseragaman dari stasiun I
sampai stasiun VI adalah 0,70, 0,42,
0,37, 0,62, 0,26 dan 0,35. Dengan
total keseluruhan indeks
keseragaman sebesar 0,57. Dari data
tersebut tidak menunjukkan
perbedaan yang begitu besar.
Dimana pada perairan tersebut tidak
terjadi persaingan baik tempat
maupun makanan. Hal ini seperti
yang dikemukakan Pielou dalam
Krebs (1985), apabila nilai E
mendekati 1 ( > 0,5 ) berarti
keseragaman organisme dalam suatu
perairan berada dalam keadaaan
seimbang. Berarti tidak terdapat
persaingan baik dari faktor tempat
ataupun makanan. Indeks
keanekaragaman Simpson (H’),
Indeks Dominansi (C) dan Indeks
Keseragaman (E) pada masing-
masing stasium dapat dilihat
disajikan pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Indeks keanekaragaman Simpson (H’), Indek Dominansi (C) dan
Indeks Keseragaman (E) Pelecypoda Pada masing-masing stasiun
selama penelitian
NO Stasiun
H’
E
C KET
1 I 1,97 0,70 0,32
2 II 0,96 0,42 0,69
3 III 0,73 0,37 0,77
4 IV 1,25 0,62 0,52
5 V 0,42 0,26 0,87
6 VI 0,90 0,35 0,72
Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa Keanekaragaman (H’)
tertinggi pada stasiun I yaitu 1,97,
sementara terendah pada stasiun V
yaitu 0,42. Sedangkan indeks
Keseragaman tertinggi pada stasiun
1I yaitu 0,70 dan terendah pada
stasiun V yaitu 0,26. Dan untuk
Indeks Dominasi yang tertinggi
yaitu pada stasiun V sebesar 0,87
dan terendah pada stasiun I yaitu
0,32
10
Parameter Lingkungan Perairan
Hasil pengukuran parameter
kualitas lingkungan perairan yang
dilakukan selama penelitian di
KKLD Malang Rapat bahwa
parameter fisika: suhu berkisar
antara: 26,2 – 27,00C, salinitas
berkisar antara 32,8 – 35,0 ‰, dan
parameter kimia: pH berkisar antara
6,65 – 7,34, oksigen terlarut
berkisar antara 4,5 – 7,6 ppm.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4
Tabel 4. Parameter Kualitas Perairan Yang Terdapat di KKLD Malang
Rapat Pada Masing-Masing Stasiun Selama Penelitian.
NO Stasiun Parameter Kualitas Perairan
Suhu
(0C)
Salinitas
(‰) pH Do
1 I 26.80 34.00 6.65 7.60
2 II 26.80 32.80 6.80 6.00
3 III 26.40 34.90 7.16 5.50
4 IV 26.40 35.00 7.24 7.50
5 V 27.00 34.70 7.34 7.30
6 VI 26.20 34.10 7.28 4.50
Suhu
Suhu perairan selama
penelitian berkisar antara 26,2 –
27,00C. Suhu dapat mempengaruhi
nilai kelimpahan, karena bila suhu
perairan tinggi maka pelecypoda
tidak dapat hidup dengan baik. Suhu
pada keenam stasiun penelitian
masih baik untuk menunjang
pertumbuhan pelecypoda, hal ini
sesuai dengan pendapat Asikin(1982)
yang menyatakan bahwa kerang
tumbuh dengan baik pada perairan
yang memiliki suhu antara 20 –
300C. Ini juga dapat dilihat dari nilai
kelimpahan yang relatif tinggi
Salinitas
Rata-rata nilai salinitas
perairan pada keenam stasiun selama
penelitian berkisar antara 32,8 – 35,0
‰. Menurut Setyobudiandi (2000),
kisaran salinitas yang optimum bagi
kerang untuk hidup secara normal
adalah 32-35 ‰.
Derajat Keasaman (pH)
Derajat Keasaman (pH) pada
lokasi penelitian tidak jauh berbeda,
rata-rata pH pada setiap stasiun
adalah 7,1. Kisaran ini masih dapat
11
mendukung kehidupan pelecypoda
(McRoy and Philips, 1990).
Selanjutnya Swingle (1968)
mengatakan bahwa perairan yang
memiliki pH kurang dari 6 akan
menyebabkan organisme diperairan
tersebut tidak dapat hidup dengan
baik, sehingga akan mempengaruhi
nilai kelimpahan pelecypoda,
sedangkan jika didalam perairan
tersebut memiliki pH lebih dari 9,
maka menyebabkan pertumbuhan
pelecypoda tidak optimal..
Oksigen Terlarut
Dari data parameter kualitas
air yang diperoleh dapat dilihat
bahwa oksigen terlarut pada masing-
masing stasiun berkisar antara
oksigen terlarut berkisar antara 4,5 –
7,6 ppm. Kondisi ini terjadi
dikarenakan selain jumlah
pelecypoda yang ditemui lebih
banyak, juga akibat kecerahan yang
tinggi. Aktifitas fotosintesis yang
terjadi lebih maksimal yang akhirnya
menambah kandungan oksigen
terlarut didalam air.
Substrat
Habitat merupakan suatu
tempat terjadinya interaksi antara
organisme dengan lingkungannya,
dan membuat organisme tertentu
merasa sesuai untuk melaksanakan
hidup dan kehidupannya. Tipe
substrat pada stasiun penelitian
secara umum bertipe pasir halus
(0,125-0,25) hingga pasir kasar (1-2
mm). Hal ini didukung oleh topografi
pantai pada stasiun penelitian yang
landai dan memiliki karateristik
pantai yang mempunyai hamparan
pasir yang cukup luas.
V. KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian yang
dilakukan peneliti pada 6 stasiun
dapat disimpulkan bahwa di KKLD
Malang Rapat ditemukan 7 jenis
Pelecypoda yaitu Anadara Granosa,
Anadara antiquate, Anadara
Ovalis,Corbicula Lena, Paphies-
subtriangulata, Periblypta reticulate
dan Donax-cuneatus. Dengan
kelimpahan pelecypoda tertinggi
(11,60 ind/m2) pada stasiun V, dan
terendah pada stasiun I (6,37 ind/m2),
dengan substrat yang pada umumnya
adalah pasir berlumpur. Dengan total
kelimpahan sebesar 8,34 ind/m2.
Dilihat dari indeks keseragaman pada
jenis pelecypoda tidak terjadi
12
persaingan. Jenis Pelecypoda yang
banyak ditemukan yaitu Anadara
Granosa dan yang paling jarang
ditemukan Anadara Antiquata. Dan
Pelecypoda yang mempunyai nilai
ekonomis tertinggi yaitu Anadara
Granosa karena merupakan salah
satu kerang yang dikonsumsi
masyarakat di KKLD Malang Rapat.
Nilai indeks dominansi untuk
jenis pelecypoda pada stasiun
penelitian menunjukkan tidak ada
jenis yang mendominasi karena nilai
indeks dominansinya mendekati nol
(0). Sedangkan untuk nilai indeks
keanekaragaman (H’) dapat
disimpulkan bahwa indeks
keanekaragaman berada dalam
kategori sedang. Jumlah jenis
pelecypoda yang ditemukan di
KKLD Malang Rapat dapat
digolongkan cukup tinggi karena
pengaruh kondisi lingkungan yang
mendukung untuk jenis pelecypoda
dapat hidup dan berkembang dengan
baik. Ini terlihat dari banyaknya
jumlah jenis pelecypoda yang
ditemukan pada perairan Malang
Rapat. Dari data diatas dapat
dikatakan bahwa perairan KKLD
Malang Rapat sangat cocok untuk
perkembangan pelecypoda. Hal ini
sangat didukung oleh parameter
lingkungan yang terdapat pada
keenam stasiun masih dapat
mendukung untuk kehidupan
pelecypoda tersebut.
Saran
Perlunya dilakukan kajian
yang lebih mendalam mengenai
parameter oseanografi yang
mempengaruhi perkembangan
pelecypoda di perairan Malang
Rapat seperti : oksigen terlarut (DO),
jenis substrat, kandungan nitrat dan
kandungan fosfat. Diharapkan
kepada Pemerintah Daerah setempat
melalui dinas terkait untuk
memberikan perhatian lebih terhadap
kelangsungan ekosistem di Malang
Rapat sehingga pelecypoda dapat
berkembang lebih baik lagi karena
bagi penduduk sekitar. Dan Perlunya
kesadaran dari masyarakat setempat
agar tidak melakukan aktifitas-
aktifitas yang dapat merusak
ekosistem, karena habitat pelecypoda
hidup dekat dengan habitat manusia
dan sangat terpengaruh oleh kegiatan
didaratan Dan pelecypoda memiliki
fungsi ekonomis bagi manusia
13
DAFTAR PUSTAKA
Aji Esti, Handayani. 2006.
Keanekaragaman Jenis Pelecypoda d
i Pantai
RandusangaKabupaten Brebe
s Jawa Tengah. Skripsi. Ti
dak dipublikasikan
Asikin, 1982.Kerang Hijau. Jakarta:
Penebar Swadaya
Berry,A,J.1975. Mollusca Colonizing
Mangrove Trees With
Observation on Enigmonia
Rosea (Anomiidae),
Proc.Malae.Soc.Lond.41 ;
589-600.
Bintan Dalam Angka 2012
Budiman,A. 1980. Mengenal
Molusca. Museum Zoologi
Bogor. Lbn-lipi. Bogor 17.p
Boyd,C. E., 1985. Water Quality
Management in Ponds for
Aquculter Alabamat. Teluk
Kuta. Lombok selatan.
Dahuri, R., 2001. Pengelolaan
Sumber Daya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. PT . Pradnya
Paramita. Jakarta.
------------ 2002. Membangun
Kembali Perekonomian
Indonesia Melalui Sektor
Perikanan dan Kelautan.
Lembaga Ilmu Social
Perekonomian Indonesia
------------ 2003. Keanekaragaman
Hayati Laut – Aset
Pembangunan
Berkelanjutan Indonesia.
PT.Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta 122 hlm
D.Safikri, Dedi. 2008. Studi
Struktur Komunitas
Pelecypoda dan
Gastropoda di Perairan
Muara Sungai Kerian dan
Sungai Simbat Kec.
Kaliwungu . Kab Kendal.
Skripsi. Universitas
Diponegoro
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas
Air Bagi Pengolahan
Sumberdaya Hayati
Lingkungan Perairan.
Kanysius. Yogyakarta.
Kartawinata,K.S. dan
S.Soemodihardjo.1977.Kom
unitas Hayati di Wilayah
Pesisir Indonesia.
Oseanografi di Indonesia.
(8) ;19-32
Kastoro,
W. 1988.W o rk Sh op B u
d ida ya Lau t : Budidaya j
enis jenis Kerang
(pelecypoda). Puslitbang
Oceanografi LIPI. Jakarta.
Kementrian Lingkungan Hidup.
2004. Salinan Keputusan
Menteri Lngkungan Hidup
Nomor 200 Tentang Kiteria
Baku Kerusakan dan
Pedoman Penentuan Status
Padang Lamun. Jakarta.
14
Kunarso,D.J.H,1991. Status
Pencemaran Laut di
Indonesia dan Teknik
Pemantauannya.LON-
LIPI.Jakarta 49 hlm
Medan Soegianto, 1994. Ekologi
Kuantitatif Metode Analisis
Populasi dan
Komunitas.Surabaya: Usaha
Nasional
Mukhtasor, 2007. Pencemaran
Pesisir dan Laut. PT.
Pradnya
Paramita,Jakarta:332 hlm
Mustofa, Bisri. 2009. Menulis
Pedoman Proposal
Penelitian Skripsi dan Tesis.
Panji Pustaka. Yogyakarta
Nontji, 1993. Laut Nusantara.
Penerbit Djambatan.
Jakarta.
Nybakken JW. 1992. Biologi Laut
Suatu Pendekatan Ekologis.
Penerbit PT. Gramedia
Jakarta.
Odum, 1993.Dasar-dasar Ekologi.
Terjemahan Tjahjono
Samingan.
Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press39
Primack, Supriatna ., 1998. Biologi
Konservasi. J a k a r t a :
Y a y a s a n O b o r
I n d o n e s i a
Profil Desa Malang Rapat2012.
Risawati,D.2002. Struktur
Komunitas Molusca
(Gastropoda dan Bivalvia)
serta asosiasinya terhadap
Ekosistem Mangrove di
Kawasan Muara Sungai
Bengawan Solo, Ujung
Pangkah,Gresik,Jawa
Timur. Skripsi Fakultas
Perikanan IPB. Bogor 84
hal.
Russel,W.D. and Hunter.1983. The
Mollusca.Vol.6 Academic
Press Inc. Departement of
Biology. Syrause
University.451 p
Sitorus, Dermawan. 2008.
Keanekaragaman dan Distr
ibusi Pelecypoda Serta Kai
tannya Dengan Faktor Fisik
Kimia di Perairan Pantai La
bu Kabupaten Deli
Serdang.Tesis. Universitas
Sumatera Utara
Suwignyo,S,Widigno,B,Wardiatno,y,
Krisanti,M.1998.
Avertebrata Air. Fakultas
Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian
Bogor.
Wentworth, C. K. 1992. A Scale of
Grade and Class Term for
Clastic Sediment. Jour. Geol.
30 (377-392).
15