8
3 Struktur Sosial Masa Kanak-kanak Oleh : Muhammad Umaruddin 1. Struktur Sosial Struktur sosial merujuk kepada pembahasan tentang unsur-unsur sosial yang terdapat dalam suatu masyarakat. Unsur-unsur sosial yang merupakan bagian dari struktur sosial tersebut yaitu: kelompok, kelas sosial, nilai dan norma sosial, serta lembaga sosial. Keseluruhan unsur sosial tersebut membentuk adanya sebuah masyarakat yang kompleks dan kadangkala diselingi dengan konflik. Tentu saja tak akan bisa menyatukan berbagai pandangan dan pemikiran dalam sebuah struktur sosial masyarakat yang begitu beragam. Ada sekelompok masyarakat yang suka ketenangan, namun di satu sisi ada struktur sosial masyarakat yang suka keramaian. Struktur Sosial Berdasarkan Kategori Kelompok sosial merupakan salah satu bagian dari struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Suatu kelompok sosial itu cenderung statis dan jarang mengalami perubahan besar, kecuali ada perubahan besar pula dalam keseluruhan struktur sosialnya. Ada beberapa sistematik kelompok-kelompok terpenting dalam struktur sosial yaitu: a. Kategori Statistik b. Kategori Sosial c. Kategori Kelompok Sosial d. Kategori Kelompok Tidak Teratur e. Kategori Organisasi Formal 2. Masa Kanak-kanak Maria Montessori (Elizabeth B. Hurlock, 1978 : 13) berpendapat bahwa usia 36 tahun sebagai periode sensitive atau masa peka yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak

Struktur Sosial Masa Kanak2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 3

    Struktur Sosial Masa Kanak-kanak

    Oleh : Muhammad Umaruddin

    1. Struktur Sosial

    Struktur sosial merujuk kepada pembahasan tentang unsur-unsur sosial yang

    terdapat dalam suatu masyarakat. Unsur-unsur sosial yang merupakan bagian dari

    struktur sosial tersebut yaitu: kelompok, kelas sosial, nilai dan norma sosial, serta

    lembaga sosial. Keseluruhan unsur sosial tersebut membentuk adanya sebuah

    masyarakat yang kompleks dan kadangkala diselingi dengan konflik.

    Tentu saja tak akan bisa menyatukan berbagai pandangan dan pemikiran

    dalam sebuah struktur sosial masyarakat yang begitu beragam. Ada sekelompok

    masyarakat yang suka ketenangan, namun di satu sisi ada struktur sosial

    masyarakat yang suka keramaian.

    Struktur Sosial Berdasarkan Kategori

    Kelompok sosial merupakan salah satu bagian dari struktur sosial yang ada

    dalam masyarakat. Suatu kelompok sosial itu cenderung statis dan jarang

    mengalami perubahan besar, kecuali ada perubahan besar pula dalam keseluruhan

    struktur sosialnya. Ada beberapa sistematik kelompok-kelompok terpenting dalam

    struktur sosial yaitu:

    a. Kategori Statistik

    b. Kategori Sosial

    c. Kategori Kelompok Sosial

    d. Kategori Kelompok Tidak Teratur

    e. Kategori Organisasi Formal

    2. Masa Kanak-kanak

    Maria Montessori (Elizabeth B. Hurlock, 1978 : 13) berpendapat bahwa

    usia 36 tahun sebagai periode sensitive atau masa peka yaitu suatu periode

    dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat

    perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak

  • 4

    terlewati maka anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa

    untuk periode selanjutnya. Demikian pula pembinaan karakter anak. Pada periode

    tersebut karakter anak harus dapat dibangun melalui kegiatan dan pekerjaan. Jika

    pada periode ini anak tidak didorong aktivitasnya, perkembangan kepribadiannya

    akan menjadi terhambat. Masa-masa sensitif mencakup sensitivitas terhadap

    keteraturan ling-kungan, sensitivitas untuk mengeksplorasi lingkungan dengan

    lidah dan tangan, sensitivitas untuk berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek

    kecil dan detail, serta sensitivitas terhadap aspek-aspek sosial kehidupan.

    Erikson, E. H (Helms & Turner, 1994 : 64) memandang periode ini

    sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk

    mengembangkan inisiatifnya, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan

    dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan

    dari lingkungannya, maka anak akan mampu engembangkan inisiatif, dan daya

    kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya.

    Kartini Kartono (1986:113) mengemukakan bahwa ciri khas anak masa kanak-

    kanak adalah sebagai berikut :

    (1) bersifat egosentris naif

    (2) mempunyai relasi sosial dengan benda-benda

    dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif

    (3) kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai

    satu totalitas

    (4) sikap hidup yang fisiognomis.

    Kartini Kartono menjelaskan bahwa seorang anak yang egosentris

    memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan

    pemahamannya sendiri. Sikap egosentris yang naif ini bersifat temporer, dan

    senantiasa dialami oleh setiap anak dalam proses perkembangannya. Kesatuan

    jasmani dan rohani yang tidak terpisahkan, maksudnya adalah anak belum dapat

    membedakan dunia batiniah dengan lahiriah. Isi lahiriah dan batiniah merupakan

    suatu kesatuan yang bulat, sehingga penghayatan anak diekspresikan

    secara spontan.

  • 5

    Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung

    anak memberikan atribut pada setiap penghayatannya. Anak tidak bisa

    membedakan benda hidup dengan benda mati. Setiap benda dianggapnya berjiwa

    seperti dirinya, oleh karena itu anak sering bercakap-cakap dengan bonekanya,

    dengan kucing, dengan kelinci dan sebagainya. Batasan tentang masa anak cukup

    bervariasi. Dalam pandangan mutakhir yang lajim dianut di negara maju, istilah

    anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0 - 8 tahun.

    Bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang

    termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (kelas

    1-3), TK (kindergarten), kelompok bermain (play group) dan anak masa

    sebelumnya (masa bayi). Masa anak pra sekolah dalam hal ini dipandang sebagai

    masa anak usia 46 tahun.

    Pandangan orang atau para ahli pendidikan tentang anak cenderung

    berubah dari waktu ke waktu, dan berbeda satu sama lain sesuai dengan landasan

    teori yang digunakannya. Ada yang memandang anak sebagai makhluk yang

    sudah terbentuk oleh bawaannya, dan ada pula yang memandang anak sebagai

    makhluk yang dibentuk oleh lingkungannya, ada pula yang menganggap anak

    sebagai miniatur orang dewasa, atau yang memandang anak sebagai individu yang

    berbeda total dari orang dewasa.

    Pestalozzi (Solehuddin, 1997 : 25) seorang ahli pendidikan Swiss

    memandang bahwa anak terlahir dengan berpembawaan baik. Ia memandang

    bahwa eksistensi manusia terjelma dalam suatu evolusi alam. Perkembangan

    manusia terjadi dalam desain alam dan terbentuk oleh kekuatan-kekuatan luar.

    Menurutnya, hukum-hukum fungsional menyebabkan terjadinya suatu proses

    pertumbuhan dan perkembangan yang sinambung dan bertahap.

    Froebel (Solehuddin, 1997 : 27 ) salah seorang tokoh pendidikan anak usia

    dini Eropa (Jerman) memandang bahwa anak pada dasarnya berpembawaan baik

    (innate goodness) dan berpotensi kreatif (creative potential). Hal ini berarti secara

    bawaan, kecenderungan perkembangan anak itu mengarah kepada suatu

    kehidupan yang baik, dan pada dasarnya anak memiliki kemampuan untuk

    mencipta dan berkreasi. Persoalannya terletak pada perlakuan lingkungan, apakah

  • 6

    lingkungan cukup memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan

    potensi-potensi yang dimilikinya atau tidak.

    Menurut Froebel (Roopnaire, J.L & Johnson, J.E., 1993 : 56) masa anak

    merupakan suatu fase yang sangat penting, berharga, merupakan masa

    pembentukan dalam periode kehidupan manusia (a noble and maleable phase of

    human life). Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas bagi

    penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental

    bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang

    sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurut

    Froebel, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu taman yang dirancang

    sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara

    wajar.

    Masa kanak-kanak sering disebut masa estetika, masa indera, dan masa

    menentang orang tua. Disebut estetika karena pada masa ini merupakan saat

    terjadinya perasaan keindahan. Disebut masa indera, karena pada masa ini indera

    berkembang pesat dan merupakan kelanjutan dari perkembangan selanjutnya.

    Berkat kepesatan perkembangan itulah, dia senang mengadakan eksplorasi.

    Kemudian disebut dengan masa menentang. Masa itu disebut juga Masa Raja

    Kecil atau Masa Trotz Alter dengan sikap egosentris karena merasa dirinya berada

    di pusat lingkungan, yang ditampilkan anak dengan sikap senang menentang atau

    menolak sesuatu yang datang dari orang di sekitarnya. Perkembangan seperti itu

    antara lain disebabkan oleh kesadaran anak, bahwa dirinya mempunyai kemauan

    dan kehendak sendiri, yang dapat berbeda dengan orang lain. Kesadaran itu

    merupakan awal dari usaha untuk mewujudkan diri (self realization) sebagai satu

    diri (individu), dengan menunjukkan bahwa dirinya tidak sama dengan orang lain.

    Anak-anak pada masa ini bersifat meniru, banyak bermain dengan lelakon

    (sandiwara) atau khayalan, yang kadang-kadang dapat membantu dalam

    mengatasi kekurangan-kekurangannya dalam kenyataan.

    Ciri-ciri masa kanak-kanak awal

    Adapun ciri-ciri masa kanak-kanak awal adalah :

    a. Usia yang mengandung masalah atau usia sulit

  • 7

    b. Usia mainan

    c. Usia prasekolah

    d. Usia belajar berkelompok

    e. Usia menjelajah dan bertanya

    f. Usia meniru dan kreatif

    Dengan demikian, ciri-ciri masa kanak-kanak awal tidak bisa dipisahkan

    antara yang satu dengan yang lain. Adapun kekurangan dari salah satu ciri-ciri

    tersebut merupakan suatu kondisi yang harus diperhatikan sunguh-sungguh oleh

    orang tua ataupun masyarakat.

    Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis

    keluarganya. Jika di lingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling

    memperhatikan, saling membantu (bekerja sama) dalam menyelesaikan tugas-

    tugas keluarga atau anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan aturan,

    maka anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungan

    dengan orang lain. Pola perilaku sosial pada anak antara lain ; meniru, persaingan,

    kerja sama, simpati, empati (mengerti perasaan dan emosi orang lain dan

    membayangkan dirinya pada kondisi orang lain tersebut), dukungan sosial,

    membagi/berbagi, perilaku akrab. Sedangkan perilaku tidak sosial antara lain ;

    negativisme, agresif, perilaku berkuasa, mementingkan diri sendiri, merusak,

    pertentangan seks (sering kali laki-laki berperilaku agresif melawan anak

    perempuan), prasangka.

    Morality As The Adoption Of Societal Norms

    Terdapat dua perspektif yang akan dibahas di sini, yaitu teori psikoanalitik

    dan social learning. Terdapat perbedaan pandangan mengenai bagaimana seorang

    anak menjadi mahluk bermoral (moral being). Namun demikian terdapat

    kesamaan pandangan diantara kedua pendekatan tersebut, bahwa perkembangan

    moral merupakan masalah internalisasi (tergantung pada proses internalisasi),

    yaitu mengadopsi standar sosial yang sudah ada sebagai standar dari kebenaran

    tindakannya sendiri. Kedua pandangan ini juga memfokuskan perhatiannya pada

    bagaimana moralitas bergerak dari lingkungan sosial kepada individu, yaitu

  • 8

    bagaimana anak menerima norma, petunjuk mengenai perilaku etis yang benar,

    yang dianut oleh oleh sebagian besar anggota yang ada di dalam kelompok sosial

    mereka (Gibbs & Schnell, 1985).

    Beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam mengadopsi standar sosial:

    Gaya penerapan disiplin dari orang tua

    Karakteristik anak (misalnya usia dan temperamen)

    Karakteristik orang tua

    Pandangan anak terhadap kelakuan buruk dan alasan-alasan dari tuntutan

    orang tua

    3. Struktur Sosial Masa Kanak-kanak

    Aries mengidentifikasikan dua konsep mengenai masa kanak-kanak. Yang

    pertama, yang bercirikan memanjakan (codding), cenderung untuk melihat suatu

    batas yang tajam antara dunia orang dewasa dan dunia kanak-kanak; yang disebut

    belakangan, begitu ia dapat hidup tanpa perhatian yang terus-menerus lagi dari

    ibunya, pengasuhnya atau orang dewasa. Selama masa ketergantungannya ia

    akan dimanjakan. Schnell (1979) yang melanjutkan pembahasan Aries, melihat

    dalam perubahan konsep mengenai masa kanak-kanak suatu pembenaran bagi

    diadakannya sekolah rakyat: Dengan melihat masa kanak-kanak sebagai suatu

    asumsi ideologi kelas menengah yang dominan, kita memperoleh suatu pengertian

    yang lebih jelas mengenai gerakan untuk melembagakan semua anak-anak ke

    dalam suatu masa kanak-kanak yang universal. Bagi schnell, pertumbuhan

    sekolah rakyat (common school) merupakan kuil masyarakat yang paling banyak

    hiasannya bagi konsep masa kanak-kanak, suatu konsep yang mencakup

    persyaratan-persyaratan moral perlindungan, pemisahan, ketergantungan dan

    tanggung jawab yang ditangguhkan. Perlindungan anak-anak di belakang tembok-

    tembok sekolah rakyat ini nampak jelas dalam pembahasan Platt (1969) mengenai

    gerakan menyelamatkan anak di Amerika, yang merupakan pendahulu dari

    program anak-anak nakal (delinquent) masa kini.

  • 9

    Platt menulit bahwa, para penyelamat anak itu merupakan kaum

    phohibisionis1, dalam arti umum, yang percaya bahwa kaum remaja memerlukan

    perlindungan dari kecendrungan-kecendrungan mereka sendiri sekalipun. Model

    perkembangan manusia merupakan inspirasi bagi gerakan menyelamatkan anak

    itu didasarkan atas keyakinan bahwa anak-anak menjadi jahat sebagai akibat

    lingkungan mereka. Oleh sebab itu yang diperlukan adalah kesempatan bagi anak-

    anak untuk pergi ke ladang-ladang yang hijau, ke bukit-bukit dengan disertai

    minat petualangan; anak-anak harus dilindungi dari kejahatan-kejahatan

    masyarakat industri kota.

    Dengan berubahnya konsep anak sesuai dengan ragam kepentingan

    golongan-golongan sosial, maka berubah pula makna masa remaja. Menurut

    Oxford English Dictionary, Oxford English Dictionary, arti remaja (adolescent)

    adalah tahap masa kanak-kanak dan kedewasaan (maturity) berasal dari bagian

    akhir abad kedelapan belas. Ada satu pandangan yang melihat masa remaja sebagi

    waktu di mana si anak suka melawan, satu periode di mana pribadi yang sedang

    berkembang mempunyai kesadaran akan kebebasannya sendiri tanpa disertai

    tanggung jawab sedikit pun. Nak-anak remaja mengenakan pakaian yang serupa,

    mendengarkan musik pop yang sama dan menikmari kebebasan yang relatif besar

    untuk bergaul dengan anggota-anggota seks lain. Akan tetapi banyak remaja

    ternyata tidak suka melawan malahan ada yang tidak sama seklai; sebagian,

    mereka berpakaian seperti orang-orang sepuluh atau dua puluh tahun lebih tua.

    Ada pula yang tidak menyukai musik pop, atu jika suka tak lebih atau kurang dari

    kalangan yang bukan remaja, dan akhirnya hubungan dengan lawan seks baru

    mengambil bentuk selama masa dewasa. Keanekaan bentuk-bentuk perilaku di

    masa remaja adalah sedemikian rupa sehingga kategori remaja banyak sekali

    artinya, sehingga sementara orang menyebut-nyebut adanya mitos masa

    remaja(White, 1977, halaman 117).

    Paling tidak masa remaja itu nampaknya mengacu kepada masa lebih

    kurang enam tahun, yang dimulai sekitar masa pubertas dan berlangsung sampai 1 Prohobisionis adalah kelompok pendukung undang-undang larangan membuat dan

    mengedarkan minuman keras ar A.S

  • 10

    dicapainya secara formal status dewasa, yakni pada usia delapan belas tahun jika

    di Inggris. Bahayanya menggunakan batasan itu adalah bahwa Ia mengarahkan

    perhatian kepada individu, kepada si remaja, dan melihat setiap masalah sebagai

    bersumber dari pribadi dengan mengabaikan struktur sosial. Demikianlah maka

    banyak remaja bersikap suka melawan di sekolah tidak pertama-tama karena sikap

    suka melawan itu merupakan ciri keremajaan melainkan karena praktek-praktek

    keorganisasian, sementara sekolah menghalangi pemenuhan kebutuhan individu.

    Pengakuan terhadap konteks sosial perilaku tidak mengenyampingkan fakta

    bahwa ada individu-individu yang menimbulkan gangguan-gangguan yang serius

    sedemikian rupa sehingga tidak ada sekolah konvensional yang mampu

    mengekang. Kesilitan pada pengakuan seperti itu adalah bahwa pembahasan

    mudah tergelincir ke dalam kerangka pasif, dimana keadaan menyebabkan

    perilaku, si anak dipaksa dalam arti yang mekanistik oleh struktur sosial.

    Pembahasan mengeani sosialisasi telah menunjukkan bahwa sejumlah masalah-

    masalah timbul dari pandangan pasif dan aktif. Telaah etnografis seperti yang

    dilakukan Patrick (1972) Parker (1974) dan Wilis (1977) rupanya akan merupakan

    awal yang penting bagi penyusunan suatu teori sosialisasi kaum muda.

    Daftar Pustaka

    Tim Pustaka Phoenix. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka

    Phoenix.

    Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan; Edisi 1.

    Jakarta: Rajawali Pers.

    Nasution, S.. 1983. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.

    Idi, Abdullah. 2010. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan Pendidikan.

    Jakarta: Rajawali Pers.