Upload
asterina-wulan-sari
View
167
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
STUDI EKONOMI PERIKANAN PESISIR PANTAI BARON
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN
STUDI EKONOMI PERIKANAN PESISIR PANTAI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DISUSUN OLEH
Nama : Asterina Wulan Sari
NIM : 12/335195/PN/13030
Lokasi : Kabupaten Gunungkidul
Asisten : Megadian Pratama
LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
I. PENDAHULUAN
Perikanan tangkap di Indonesia masih merupakan sumber penghidupan (livelihood) yang
penting baik secara nasional maupun global. Laut merupakan sumber penghasilan nelayan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hasil melaut tidak bisa diandalkan ketika tidak
musim ikan, maka para nelayan memiliki pekerjaan sampingan dalam kehidupannya. Perlu
diketahui kondisi perekonomian di nelayan ini, karena ekonomi perikanan tak lepas dari
perekonomian tangkap yang dilakukan oleh nelayan.
Pengelolaan perikanan tangkap masih bersifat parsial dan belum memiliki perencanaan
pengelolaan perikanan yang utuh. Perencanaan pengelolaan perlu disusun dengan
mengikutsertakan para nelayan sebagai pelakan dan stakeholders lainnya. Adanya perencanaan
pengelolaan perikanan tangkap yang lebih baik dengan mengetahui kondisi alam, sarana dan
prasarana dan perekonomian nelayan, nelayan dapat lebih sejahtera.
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ekonomi perikanan khususnya perikanan tangkap ini
adalah mengetahui profil nelayan di pantai Baron. Selain itu, mengetahui permasalahan atau
kendala yang dihadapi nelayan saat melakukan penangkapan. Terakhir, mengetahui komponen
biaya yang dikeluarkan oleh nelayan.
Praktikum pengantar ekonomi perikanan ini memiliki manfaat secara umum, yaitu
mahasiswa akan mengetahui bagaimana kehidupan sosial dan ekonomi para nelayan
penangkapan di pantai Baron. Mahasiswa juga akan mengenal beberapa profil nelayan dan
bertanya langsung tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan penangkapan, seperti biaya
yang mendasari atau menyusun kegiatan penangkapan, hingga permasalahan yang menjadi
kendala para nelayan penangkapan.
Manfaat khusus untuk prodi THP, mahasiswa dapat mengetahui jenis ikan apa saja yang
ditangkap dan musim tangkap ikan, sehingga jika dalam mengolah ikan tersebut diusahakan
letika ikan tersebut sedang musim dan harga beli ikan tersebut tidak terlalu mahal. Selain itu,
mahasiswa dapat mengetahui penanganan ikan di atas kapal dan setelah didaratkan apakah
menggunakan es atau tidak. Manfaat lainnya adalah mengetahui penyortiran yang dilakukan oleh
nelayan ataupun pedagang bedasarkan ukuran ikan ataupun lobster.
II. TINJAUAN PUSTAKA
TPI Baron terletak di Pantai Baron, Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten
Gunungkidul, Provinsi DIY. Secara Astronomis letaknya berada di posisi 088002,4 LS dan
1103300,3 BT. Letaknya yang berada disebelah selatan Yogyakarta dan sering dijadikan
kunjungan wisata membuat Pantai ini menjadi tempat yang strategis untuk pemasaran hasil
tangkapan ikan (Profil Tempat Pelelangan Ikan Provinsi DIY, 2011). Pantai baron, kukup dan
krakal merupakan teluk yang dibatasi oleh perbukitan karst. Kawasan ini merupakan daerah
wisata pantai yang cukup terkenal. Pantai baron memiliki sumber air bersih berupa muara sungai
bawah tanah dan merupakan daerah penghasil ikan laut (Winarno dkk., 2003).
Nelayan Baron dan Puger menjalani hidup sebagai komunitas nelayan setelah beralih dari
tradisi mengolah lahan kritis secara tradisional sebagai petani. Melalui tahap beradaptasi dengan
lingkungan alam menghadapi tantangan ekologi pesisir selatan yang lebih bergelora, mereka
akhirnya berhasil menjadi nelayan yang tangguh. Dengan mengenal keadaan ekologi laut,
mereka akhirnya dapat memberi label nama jenis-jenis ombak laut selatan, sebagai bagian dari
sistem pengetahuan (kognisi) lokalnya mereka, mereka dapat mengatasi tantangan laut selatan
ketika mencari nafkah hidupnya di lautan selatan (Fernandez, 2008).
Sumberdaya alam yang terdapat di pantai dan laut adalah modal dasar yang memberikan
kehidupan bangsa disegala bidang (Nanlohy, 1986). Sebagian besar (98%) masyarakat pesisir
pantai merupakan nelayan berpenghasilan rendah, sehingga perlu dirintis upaya
penganekaragaman jenis mata pencaharian, agar tidak menggantungkan tumpuan hidup satu-
satunya pada laut, mengingat kehidupan melaut ada masa pacekliknya. Untuk itu perlu
dikembangkan usaha lain, termasuk usaha agraris yang mendayagunakan pekarangan dengan
tanaman ekonomis, serta usaha pertanian yang lebih intensif (Wagito dkk., 1982).
Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencangkup penangkapan atau
pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di luat atau perairan umum secara bebas.
Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen atau subsistem
yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya : (1) sarana produksi, (2) usaha penangkapan, (3)
prasarana (pelabuhan), (4) unit pengolahan, (5) unit pemasaran dan (6) unit pembinaan (Monintja
dan Roza, 2001).
Perikanan tangkap di pantai Baron sudah cukup maju, hal ini dikarenakan adanya
dukungan pemerintah dan adanya kemauan dari diri nelayan untuk kehidupan yang lebih
sejahtera. Bentuk dukungan pemerintah adalah memberikan kapal kepada nelayan untuk melaut,
sehingga hasil tangkapannya diharapkan lebih banyak. Nelayan di pantai Baron ini dapat dibagi
menjadi dua, yaitu nelayan darat dan nelayan laut. Nelayan darat adalah nelayan yang mencari
ikan ataupun lobster di sekitar pantai, sedangkan nelayan laut adalah nelayan yang menangkap
ikan dengan cara melaut ke laut lepas.
III. METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum lapangan dilakukan pada 23-24 Mei 2014 di Desa Kemadang, Kecamatan
Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Lokasi ini dipilih karena sebagian besar penduduknya
berpotensi sebagai nelayan penangkapan ikan. Usaha yang dikembangkan di lokasi tersebut
melibatkan kelompok laki-laki dan perempuan.
Metode Dasar
Metode kajian adalah metode survai dan observasi lapangan.Penelitian survai adalah
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok. Proses pengumpulan data dilakukan melalui interaksi secara
langsung dengan responden. Penelitian survai dapat digunakan untuk eksplorasi, deskriptif,
maupun penjelasan dan prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akandatang.
Metode Penentuan Responden
Populasi yang menjadi kajian praktikum ini adalah nelayan penangkapan ikan. Pemilihan
reponden menggunakan metode snowball sampling. Metode snowball sampling merupakan
metode pemilihan responden dengan pemilihan sejumlah kecil dari populasi dengan karakteristik
tertentu, yang selanjutnya dijadikan responden, yang diminta untuk memberikan rekomendasi
untuk responden berikutnya. Teknik ini menggunakan satu orang utama sebagai informasi kunci
yang akan terus bergulir menuju informan berikutnya hingga kualitas data yang diharapkan dapat
terpenuhi. Dalam hal ini praktikan dapat mendatangi tetua atau ketua kelompok atau petugas
pemerintahan yang menjadi tokoh kunci biasa pada masing-masing kegiatan, yang dapat
dianggap sebagai informan pertama (responden pertama) untuk mengawali teknik snowball
sampling. Informan pertama diharapkan memberi rekomendasi calon informan selanjutnya,
sampai jumlah responden yang ditentukan diketahui.
Teknik Pengumpulan Data
Metode kuisioner biasanya digunakan untuk menyelidiki pendapat orang dan
sikap.Metode angket adalah suatu metode penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk
memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari responden.Kuisioner pada praktikum ini
digunakan untuk memperoleh informasi dari sejumlah pelaku usaha perikanan yaitu khususnya
untuk bidang penangkapan.
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melihat dan memperhatikan
serta mengolah dokumen-dokumen yakni melalui arsip-arsip surat serta catatan-catatan dari
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan atas kebenarannya. Metode dokumentasi pada
praktikum ini sebagai sumber untuk mendapatkan informasi bidang pengangkapan.
Metode wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (praktikan) untuk
memperoleh informasi dari responden yang berfungsi untuk meneliti atau menilai keberadaan
seseorang, misal untuk memperoleh data tentang latar belakang pendidikan orang tua, serta
sikapnya terhadap sesuatu.
Metode observasi adalah pencatatan dan oengamatan fenomena-fenomena yang diselidiki
secara sistematik.Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengamati,
meneliti dan mengukur kejadian atau peristiwa yang sedang berlangsung.
Tabulasi dan Analisis Data
Tabulasi data dilakukan dengan menggunakan progam MS. Excel. Data yang telah
didapat akan ditabulasikan untuk mendapat gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi dari para
pelaku usaha perikanan (responden) bidang penangkapan yang telah diwawancarai sebelumnya.
Berdasarkan hasil tabulasi data selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Keadaan Umum
Pantai baron memiliki satu TPI (Tempat Pelelangan Ikan) dan satu kelompok
nelayan. Kelompok Usaha Bersama dengan nama Kelompok Nelayan Tangkap Mina
Samudera ini berdiri pada tahun 1983 dan hingga kini telah berkembang memiliki 70 unit
kapal PMT (Profil Tempat Pelelangan Ikan Provinsi DIY, 2011). TPI Baron ini sebagai
tempat pelelangan ikan untuk menjual hasil tangkapan nelayan. Di sekitaran pantai baron
dipenuhi oleh penjual-penjual makanan, minuman serta aksesoris, dan yang kebanyakan
menjual atau membuka warung adalah istri dari nelayan.
Nelayan di pantai Baron sangat bergantung musim, apabila musim ikan mereka
akan mendapat hasil tangkapan yang banyak, sedangkan saat tidak musim ikan mereka
sangat sulit untuk mendapat hasil tangkapan. Ketika tidak musim ikan, para nelayan
berpindah pekerjaan mulai dari menjadi kuli bangunan atau ikut proyek, bertani ataupun
membantu istri berjualan. Selain itu, ada pula nelayan yang menggunakan kapalnya untuk
jasa penyebrangan wisatawan yang ingin ke pantai.
b. Sarana dan Prasarana
Sarana yang ada di pantai Baron adalah kapal, mesin motor tempel, berbagai
macam jaring, fiber krendet dan pancing. Prasarana yang ada ada di pantai Baron adalah
TPI dan koperasi. TPI Baron ini berlokasi di Baron, Kemadang, Tanjungsari dengan luas
36m2. Ketersediaan tenaga listrik menggunakan Tenaga PLN dengan daya 1300 Watt, air
bersih bersumber air dari sumur. Untuk penyimpanan ikan TPI Baron memiliki 8
Coolbox dengan spesifikasi 6 unit kapasitas kecil dan yang 2 unit kapasitas besar. Untuk
Warung Kuliner di TPI Baron cukup banyak dan sudah maju serta berkembang baik
(Profil Tempat Pelelangan Ikan Provinsi DIY, 2011).
c. Profil Responden
Grafik 1. Sebaran Umur Nelayan
Grafik Sebaran Umur Nelayan pada grafik diatas menunjukkan bahwa nelayan di
Pantai Baron usianya berkisar 20 tahun sampai 75 tahun. Nelayan terbanyak berumur
antara 41 sampai 45 tahun, sedangkan pada rentang umur 71 sampai 75 tahun hanya
sedikit. Responden yang diwawancarai tidak ditemukan yang berusia 56 sampai 60
tahun. Semakin lanjut usianya, semakin sedikit yang menjalani hidup sebagai nelayan,
hal ini dapat dikarenakan kekuatan mereka sudah tidak sekuat dulu saat muda dalam
mencari ikan.
Grafik 2. Tingkat Pendidikan Nelayan
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
TS SD SMP SMA PT
Pe
rsen
tase
Tin
gkat
Pe
nd
idik
an
(%)
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
0%
5%
10%
15%
20%
25%
20-2
5
26-3
0
31-3
5
36-4
0
41-4
5
46-5
0
51-5
5
56-6
0
61-6
5
66-7
0
71-7
5Pe
rsen
tase
Seb
aran
Um
ur
(%)
Range Umur
Sebaran Umur Nelayan
Sebaran Umur Nelayan
Grafik Tingkat Pendidikan menunjukkan bahwa tidak ada nelayan yang
melanjutkan pendidikannya sampai ke jenjang perguruan tinggi. Banyak nelayan di
Pantai Baron ini lulusan SD, kemudian diikuti lulusan SMP. Dibandingkan dengan SMA,
nelayan yang tidak bersekolah lebih sedikit jumlahnya. Pendidikan di kehidupan nelayan
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena jika mereka sudah merasa senang akan
uang, maka mereka lebih senang untuk meneruskan jadi nelayan dibandingkan
bersekolah.
Grafik 3. Sebaran Pengalaman Nelayan
Grafik sebaran pengalaman nelayan diatas menunjukkan bahwasanya nelayan
banyak yang sudah berpengalaman selama 11 sampai 15 tahun. Pengalaman nelayan
yang baru berkecimpung sampai 5 tahun termasuk banyak, yaitu 16%. Nelayan yang
sudah berpengalaman selama 36 sampai 40 tahun sangan sedikit, yaitu 3%. Semakin
banyak pengalaman yang mereka dapatkan selama menjadi nelayan, maka semakin
banyak pula pengetahuan akan medan untuk melaut.
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
Pe
rsen
tase
Seb
aran
Pe
nga
lam
an (
%)
Range Tahun
Sebaran Pengalaman Nelayan
Sebaran Pengalaman Nelayan
Grafik 4. Sebaran Pekerjaan Nelayan
Pekerjaan pokok terbanyak responden yang diwawancarai adalah sebagai nelayan,
sedangakan pekerjaan sampingan terbanyak adalah petani. Jumlah respoden yang
pekerjaan pokoknya petani dan ABK masing-masing berjumlah 4 orang dan pedagang
berjumlah 5 orang, sedangkan pemilik kapal hanya 1 orang. Dengan lokasi di dekat
pantai, tidak mengherankan jika banyak masyarakat yang pekerjaan pokoknya sebagai
nelayan, terlebih sumber daya ikan di Indonesia tinggi.
d. Kegiatan Perikanan Tangkap
Nelayan di pantai Baron biasanya menangkap ikan menangkap ikan pada dini hari
dan pulang siang hari atau sore hari tergantung musim dan hasil tangkapan. Saat musim
ikan tiba, para nelayan dapat membawa hasil tangkapan sampai 3000 kg. Ketika tidak
musim ikan nelayan hanya dapat membawa maksimal 20kg ikan, bahkan kadang tidak
mendapat hasil tangkapan sama sekali, hanya lelah yang didapat. Musim ikan adalah
bulan September, Oktober, November, Desember dan Januari, sedangkan sisanya tidak
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Pe
rsen
tase
Seb
aran
Pe
kerj
aan
(%
)
Jenis Pekerjaan
Sebaran Pekerjaan
Sebaran Pekerjaan Pokok
Sebaran Pekerjaan Sampingan
musim ikan. Ada beberapa nelayan yang melaut pada malam hari, nelayan berangkat sore
hari dan kembali ke pantai dini harinya.
Hasil tangkapan para nelayan sebagian besar dijual di TPI (Tempat Pelelangan
Ikan) dan dibayar secara tunai. Namun, ada beberapa nelayan yag menjual hasil
tangkapannya ke tengkulak ataupun ke konsumen secara langsung dan dibayar secara
tunai. Hasil tangkapan tersebut dapat berupa ikan bawal, ikan kakap putih, ikan layur,
lobster, ikan teri dan ikan tuna. Daerah penangkapan ikan pun banyak berpindah pindah,
hanya sabagian kecil nelayan yang daerah penangkapannya tetap tidak berubah-ubah.
Permasalahan yang dihadapi oleh nelayan di pantai baron adalah rumpon dari
kapal-kapal besar yang tidak diambil lagi sehingga menghambat laju kapal dan
menyulitkan nelayan untuk mendapatkan ikan. Selain itu, bantuan pemerintah yang
kurang merata sehingga timbul konflik antar nelayan. Permasalahan yang lain adalah
adanya krendet yang tidak bisa diambil lagi, sehingga banyak lobster ataupun udang yang
mati didalamnya, dan diversitas udang di pantai Baron menurun. Cuaca dan gelombang
di pantai selatan jawa sering kali tidak dapat diprediksi, sehingga jika cuaca tidak
bersahabat dan gelombang tinggi nelayan tidak dapat melaut. Pemerintah perlu
meninformasikan kondisi cuaca ataupun gelombang seuptodate mungkin.
Komponen biaya yang dikeluarkan oleh nelayan ada tiga yitu, biaya kepemilikan
alat tangkap, biaya operasional dan biaya perawatan. Biaya kepemilikan alat tangkap
meliputi pembelian seperti kapal, mesin dan alat tangkap. Biaya operasional merupakan
biaya yang dibutuhkan selama operasional, biaya tersebut meliputi biaya bahan bakar,
pelumas, rokok, pajak masuk dan sebagainya. Biaya perawatan merupakan biaya yang
digunakan dalam perawatan kapal ketika kapal rusak,atau mesin, dan lain-lainnya.
Rata-rata biaya kepemilikan alat tangkap adalah sebesar Rp. 28.486.329,00 ,
sedangkan pengeluaran maksimal adalah sebesar Rp. 441.000.000,00 dan minimalnya
adalah Rp. 550.000,00. Biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan memiliki rata-
rata Rp. 308.898,00, sedangkan biaya maksimal adalah sebesar Rp. 7.325.000,00 dan
minimalnya adalah sebesar Rp. 12.000,00. Rata-rata biaya perawatan adalah sebesar Rp.
773.383,00 , sedangkan biaya maksimal adalah sebesar Rp. 15.000.000,00 dan biaya
minimalnya adalah sebesar Rp. 20.000,00. Sumber modal para nelayan bermacam-
macam, ada yang dari dana pribadi, juragan, teman, kelompok atau bantuan dari
pemerintah, bahkan ada pula yang dari warisan.
e. Peran Kelompok
Grafik 5. Peran Kelompok bagi Nelayan
Peran kelompok nelayan bagi nelayan sangatlah berarti dan dibutuhkan. Adanya
kelompok nelayan ini, nelayan mendapatkan kepuasan psikologis, yaitu diperhatikan,
saling membantu dan terayomi dengan adanya peran kelompok. Tujuan para nelayan pun
tercapai karena dengan adanya dukungan dan bimbingan kelompok nelayan untuk
mendapatkan kesejahteraan hidup. Semakin banyak pengetahuan yang didapatkan setelah
menjadi anggota kelompok nekayan, terutama pengetahuan akan penangkapan ikan.
Perlindungan dari tidak diingikan akan nelayan didapatkan dari menjadi anggota
kelompok nelayan ini dan identitas membanggakan pun dapat diterima oleh nelayan.
0
1
2
3
4
5
a. Kepuasan pskilogis
b. Membantu mencapai
tujuan
c. Pengetahuan
d. Perlindungan
e. IdentitasSeb
aran
Pe
nd
apat
Ter
ban
yak
Pernyataan Peranan Kelompok
Peran Kelompok
Modus
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Rerata umur nelayan berkisar antara 41-45 tahun, dengan mayoritas pendidikannya
lulusan SD dan pengalaman menjadi nelayan rata-rata selama 11-15 tahun.
2. Permasalahan yang dihadapi oleh nelayan adalah rumpon yang tertinggal, krendet yang
tidak bisa diambil kembali, bantuan pemerintah yang kurang merata dan cuaca yang tidak
menentu serta gelombang tinggi di pantai selatan.
3. Komponen biaya yang dikeluarkan nelayan adalah biaya kepemilikan alat tangkap yang
merupakan biaya pengeluaran tertinggi, biaya operasional dan biaya perawatan.
Saran
Waktu pelaksanaan praktikum dan responsi sebaiknya direncakan secara matang, sehingga tidak
ada kesalahpahaman ataupun bentrok dengan praktikum yang lainnya.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Fernandez, I.Y.2008. Kategori dan Ekspresi Linguistik dalam Bahasa Jawa sebagai Cermin
Kearifan Lokal Penuturnya: Kajian Etnolinguistik pada Masyarakat Petani dan Nelayan.
Kajian Linguistik dan Sastra. XX(2):166-177. Fakultas Ilmu Budaya UGM. Yogyakarta
Monintja, D. dan Roza Yusfiandayani. 2001. Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dalam Bidang
Perikanan Tangkap. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. Bogor
Nahlohy, A. 1986. Pola Perilaku Masyarakat Pesisir Pantai dalam Usaha Pemanfaatan Sumber
Alam Lingkungan Laut di Sulawesi Utara. Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial IKIP.
Manado
Profil Tempat Pelelangan Ikan Provinsi DIY. 2011. PI Baron. http://www.tpi.perikanan-
diy.info/daftardanprofil.php?pages=baron. Diakses pada hari Selasa tanggal 3 Juni 2014
pukul 14.35 WIB
Wagito. 1982. Studi Dinamika Pedesaan di Ex Karesidenan Besuki. Studi Kasus Desa Pantai
Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Daerah Tingkat II Jember. Pusat Penelitiann
Universitas Jember. Jember
Winarno, K., Moeso S. dan Djalal S. T. 2003. Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Hayati
Pantai Selatan Yogyakarta, Studi Kasus Pantai Baron, Kukup dan Krakal. Biodiversitas.
IV(2):124-132