38
TUGAS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR STUDI EVALUASI HARGA AIR MINUM DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR PADA BENDUNGAN WONOREJO KABUPATEN TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMURDisusun Oleh : DIPTA PRAMANA SUPROBO (125060400111033) SEMESTER VI (ENAM) UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN PENGAIRAN MALANG

Studi Harga Air

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ekonomi Teknik, Pengembangan Sumber Daya Air

Citation preview

TUGAS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

STUDI EVALUASI HARGA AIR MINUM DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR PADA BENDUNGAN WONOREJO KABUPATEN TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR

Disusun Oleh :DIPTA PRAMANA SUPROBO(125060400111033)

SEMESTER VI (ENAM)

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN PENGAIRANMALANG2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangSalah satu konsep sumber daya air dalam mengatasi kekeringan dan kesulitan air diantaranya konsep pengembangan embung / waduk yang pada dasarnya memberikan solusi pemanfaatan air permukaan untuk daerah yang tidak terlalu luas dengan fungsi sebagai cadangan air pada musim kemarau dan juga konsep pemanfaayan sumber mata air yang didistribusikan melalui jaringan perpipaan, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan secara langsung potensi-potensi sumber mata air yang ada (Survey investigasi dan desain pengembangan sumber daya air di kabupaten tuban, 2006).Sepanjang tahun 2007 kondisi sumber daya air di Indonesia masih mengalami perubahan yang disebabkan oleh perilaku manusia (anthropogenik). Perunaha itu mempengaruhi kondisi mata air dan fungsinya yang diindikasikan antara lain dengan fenomena banjir dan kekeringa. Perubahan kondisi sumber daya air dalam tahun 2007, juga terindikasi pada ketersediaan air tawar yang berkurang akibat asupan beban pencemaran dari kegiatan-kegiatan domestik, pertanian, dan industri. Pada akhir tahun 2009 Bendungan wonorejo mengalami penyusutan pasokan air untuk kebutuhan air minum kota Surabaya dan pembangkit listrik tenaga air. Secara analisa ekonomi harga berdasarkan Rancangan Kerja Operasional dan Pemeliharaan juga kurang menguntungkan jika ditinjau hanya dari segi air minum dan pembangkit listrik tenaga air (Anonim,2008).Secara Administratif Bendungan Wonorejo terletak di hilir pertemuan Kali Gondang dengan Kali Wangi, 16 Km sebelah barat Kota Tulungagung, Desa Wonorejo, Kecamatan pegerwojo, Kabupaten Tulungagung. Pembangunan Bendungan Wonorejo selain dalam rangka pengembangan wilayah sungai kali Ngrowo, juga penyediaan air baku untuk Kota Surabaya dan sektarnya sebesar 4,33 m3/det pada tahun 1992, dimana sebagian besar dipasok dari Kali Brantas (Project Completion Report Pembangunan Waduk Wonorejo di Proponsi Jawa Timur, 2003).Musim kering debit air Kali Brantas dan anak-anak sungainya pada saat itu seluruhnya dialokasikan untuk irigasi, kebutuhan rumah tangga, industri, penggelontoran, dll, dan tidak ada tambahan air tersedia di musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan air yang baru, sehingga pengembangan sumber air yang baru benar-benar diperlukan. Bendungan Wonorejo memiliki kapasitas tampungan 259 juta m3. Selain itu Bendungan Wonorejo juga sebagai pengendali banjir untuk daerah Tulungagung, dan sebagai pengembangan perikanan darat dan pariwisata. (Project Completion Pembangunan Waduk Wonorejo di Propinsi Jawa Timur, 2003).

1.2. Identifikasi MasalahKurang optimalnya kondisi Bendungan Wonorejo akibat banyaknya sedimen yang menumpuk dari hulu sungai merupakan masalah yang terjadi di wilayah Bendungan Wonoreho, hal ini mengakibatkan tampungan air pada bendungan berkurang atau menyusut dan kuantitas air yang menurun. Sehingga mengurangi kinerja pasokan pembangkit listrik tenaga air untuk masyarakat dan merusak kualitas air minum yang akan disuplaike Surabaya (Anonim, 2003).Studi ini dilakukan dengan menganalisa kelayakan ekonomi harga air pada Bendunga Wonorejo di Kabupaten Tulungagung di masa sekarang sehingga bertujuan untuk dapat mengetahui apakah dengan harga air yang sudah ditetapkan saat ni dapat dikategorikan layak secara ekonomi bagi seluruh aspek yang terkait ditinjau dari biaya operasional dan pemeliharaan, usia guna, analisis benefit air minum dan PLTA. Sehingga setelah adanya perhitungan ini bendungan dapat beroperasi dengan baik sesuai dengan usia gunanya dan menemukan akbat dan solusi jika harga airminum dan PLTA melonjak terlalu jauh.

1.3. Batasan MasalahAgar permasalahan dapat dibahas dan tidak menyimpang jauh dari permasalahan yang telah ditentukan maka dalam laporan ini batasan masalah dititik beratkan pada:1. Hanya membahasa pada tahun 2004 dan 2009.1. Tdak membahas detail konstruksi .1. Tidak membahas pola operasi pintu.1. Besarnya Bunga yang digunakan pada analisa ekonomi adalah 11 %.1. Besarnya biaya operasional dan pemeliharaan berdasarkan harga analisa SNI.1. Parameter penentu analiasa ekoniomi adalah B-C, B/C, IRR, Titik Impas, dan Analisis Sensitivitas.

1.4. Rumusan MasalahBerdasarkan batasan masalah yang dibahas diatas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :1. Bagaimana kelayakan desain teknis?1. Bagaimana kelayakan alternatif ekonomi yang ditawarkan?1. Bagaimana pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar?

1.5. Tujuan dan ManfaatBerdasarkan rumusan masalah yang diangkat, maka penelitian ini bertujuan untuk:1. Mengetahui desain teknis yang direalisasikan.1. Mengetahui alternatif kelayakan ekonomi manakah yang lebih layak untuk diaplikasikan.1. Memperkirakan dampak yang akan terjadi.

BAB IILANDASAN TEORI

2.1. Kebutuhan AirKebutuhan air adalah sejumlah air yang dipergunakan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air.pada umumnya air banyak diperlukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk itu dalam sebuah perancanaan sistem jaringan distribusi hendaknya dilakukan perkiraan yang mendekati besarnya kebutuhan air sehari-hari. Pemakaian air oleh masyarakat tidak terbatas hanya pada kerperluan domestik, namun juga kerpeluan industri dan keperluan perkotaan (Linsley, 2995:91). Kebutuhan air dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor itu diantaranya adalah (Anonim, 2006:7) :1. Iklim 2. Karakteristik penduduk3. Keberadaan industri4. Kualitas air5. Harga air6. Jumlah penduduk2.1.1. Kebutuhan DomestikKebutuhan domestik merupakan kebutuhan air bersih yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan sambungan kran umum, yang jumlah kebutuhannya ditentukan dari catatan (data) dari kota atau daerah bersangkutan berdasarkan karakteristik dan perkembangan konsumen pemakai air bersih. Dalam penggunaan air bersih oleh konsumen rumah tangga tidak hanya terbatas untuk memasak, minum, namun juga untuk hamper setiap aktivitas yang memerlukan air. Tingkat kebutuhan air untuk keperluan domestic antara satu kota dengan kota yang lain akan sangat berbeda. Semakin besar suatu kota maka tingkat kebutuhan air juga akan semakin besar, demikian pula semakin modern suatu masyarakat maka konsumsi airnya juga akan semakin besar (Anonim, 2006:10).

2.1.2. Kebutuhan Non DomestikKebutuhan Non Domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk keperluan rumah tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air bersih untuk perkantoran, perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat ibadah, sekolah, hotel, puskesmas, militer, serta pelayanan jasa umum lainnya (Anonim, 2006:11).2.2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)Pembangkit Listrik Tenaga Air adalah suatu bentuk perubahan tenaga dari tenaga air yang mempunyai ketinggian dan debit tertentu dengan menggunakan turbin dan generator menjadi tenaga listrik (Arismunadar, 1991:1). Pada umumnya PLTA dibangun dengan memanfaatkan penampungan, yaitu berupa waduk atau bendung berpintu..(2-1)Dengan :P= daya dibangkitkan (MW)H= tinggi jatuh efektif yang tersedia untuk membangkitkan daya (m)Q= debit pembangkit listrikE= efisiensi pembangkit listrikPembangkit PLTA dilihat secara teknis dapat dibagi atas (Dandekar,M.M, 1991:7) :a. PLTA yang menggunakan air sungai waduk atau air wadukb. PLTA yang menggunakan air yang telah dipompa ke suatu reservoar yang letaknya lebih tinggi. c. PLTA yang menggunakan pasang surut air lautd. PLTA yang menggunakan energi ombak.2.3. Analisa EkonomiKajian ekonomi bertujuan untuk menganalisis kelayakan suatu kegiatan atau proyek pembangunan ditinjau dari sudut ekonomi. Ekonomi teknik adalah suatu ilmu pengetahuan yang berorientasi pada pengungkapan dan perhitungan nilai-nilai ekonomis yang terkandung dalam suatu rencana kegiatan teknik (engineering).Analisa ekonomi teknik melibatkan pembuatan keputusan terhadap berbagai penggunaan sumber daya yang terbatas. Konsekuensi terhadap hasil keputusan biasanya berdampak jauh ke masa yang akan datang, yang konsekuensinya itu tidak bisa diketahui secara pasti. Sehingga hal ini merupakan pengambilan keputusan dibawah ketidakpastian. Keputusan yang didapat merupakan hasil dari pemilihan dari berbagai macam alternatif yang ditawarkan. Keputusan menunjukkan pilihan bagaimana sejumlah uang diinvestasikan dengan cara yang terbaik.2.4. AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat.Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, PP No. 29 / 1986 tentang AMDAL, UU No. 4 / 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

BAB IIIMETODOLOGI STUDI3.1. Deskripsi Daerah StudiKabupaten Tulungagung merupakan salah satu wilayah dari propinsi Jawa Timur yang letaknya di Kawasan Selatan, berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Secara geografis Kabupaten Tulungagung terletak antara 111o 43 112o 07 Bujur Timur dan 7o 51 8o 18 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tulungagung 1.150,41 Km2 yang terbagi menjadi Sembilan belas kecamatan dan 271 desa/kelurahan. Kabupaten Tulungagung berbatasan dengan tiga kabupaten lain, yaitu (Anonim, 2009) : Sebelah Utara dibatasi oleh Kabupaten Kediri Sebelah Timur dibatasi oleh Kabupaten Blitar Sebelah Selatan dibatasi oleh Samudra Hindia Sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Trenggalek

Gambar 3.1 Lokasi Bendungan Wonorejo3.3. Data-Data Yang DibutuhkanAdapun data-data yang diperlukan dalam studi penentuan harga air ini meliputi :1. Data debit outflow Bendungan Wonorejo (PLTA dan air minum)Debit : 35 m3/det. Dan debit untuk kebutuhan air : 8,02 m3/detik.2. Data teknis Bendungan Wonorejo3. Data biaya konstruksi awal, biaya PLTA, dan biaya operasional Bendungan Wonorejo.3.4. Tahapan PerencanaanSetelah data-data yang diperlukan diperoleh untuk selanjutnya dilakukan analisis data yang meliputi : Analisis TeknisAnalisis teknis pada perhitungan ini adalah menghitung besarnya kebutuhan PLTA dan air minum. Analisis BiayaAnalisi biaya dalam studi ini terdiri dari biaya konstruksi awal, biaya PLTA, dan biaya operasional dan pemeliharaan tiap tahunnya. Analisis ManfaatAnalisis manfaat Bendungan Wonorejo terdiri dari :a. Manfaat sebagai pemenuhan air minum kota Surabayab. Manfaat sebagai pemenuhan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air Analisis EkonomiParameter-parameter yang digunakan dalam analisi ekonomi adalah :1. Nilai B-C2. Nilai B/C3. IRR4. Titil Impas Investasi5. Analisis Sensitivitas

BAB IVPEMBAHASAN4.1. Analisa TeknisData Teknis Proyek (project completion Report Pembangunan Waduk Wonorejo di Propinsi Jawa Timur, 2003) :1. Bendungan Type Bendungan: Timbunan Batu dengan inti tanah Elevasi Puncak: 188,00 m Tinggi Maksimum: 100,00 m Panjang Puncak: 545,00 m Volume Timbunan: 6.050.000,00 m22. Waduk Daerah Genangan: 3,85 Km2 El. Air Tertinggi: 183,00 m El. Air Terendah: 141,00 m Kapasitas Bruto: 122.000.000,00 m3 Kapasitas Aktif: 10.000.000,00 m33. Spillway Type: Pelimpah samping tanpa pintu Panjang: 456,56 m Lebar: 8,00 16,00 m Debit: 540,00 m3/detik4. Pusat Pembangkit Listrik Turbine PLTA: 1 Unit x 6300 kW Type: Vertical Francis GeneratorPLTA: 1 Unit x 7000 KVA Type: Synchronous Generator PLTM: 2 Unit x 100 KVA Pipa Pesat : 1,90 m Panjang: 195,00 m Produksi Listrik yang Dihasilkan:31,70 Gwh/th.Gambar 4.1 Skema Sstem Pengaliran Bendungan WonorejoMengingat Bendungan wonorejo sudah dibangun, maka alternatif dari segi teknis yang dapat diberikan adalah dengan optimalisasi komponen-komponen sebagai berikut :a. Pipa PesatUntuk membawa air dari bak penenang ke turbin diperlukan pipa yang mampu menahan tekanan yang cukup tinggi, pipa ini disebut juga pipa pesat. Dasar perancangan pipa pesat ini adalah sama dengan perencanaan tangki dan vessel (bejana tekan); akan tetapi karena governor kontrol dan katup operasi turbin dapat mengakibatkan tekanan tiba tiba seperti water hammer maka perencanaannya perlu diperhatikan. Apabila jarak antara bak penenang dan turbin pendek, pipa pesat yang digunakan satu batang pipa untuk satu turbin. Sedangkan untuk pembangkit yang mempunyai head yang tinggi atau jarak antara turbin dan bak penenang panjang maka digunakan satu batang pipa khusus untuk melayani beberapa turbin.Ada beberapa jenis dan bahan pipa pesat yaitu: a. Pipa Carbon (Pipa baja) b. Pipa spiral welded steel (Pipa baja spiral) c. Pipa PVC d. Pipa rolled welded steel (pipa baja gulung) (Sharma K.N. Dandekar. M.M; 1991)Pipa yang digunakan untuk mengalirkan air guna disalurkan untuk keperluan air minum dan untuk PLTA dapat dioptimalkan diameternya. Diameter pipa dapat dicoba agar mendapatkan hasil yang lebih baik.b. TurbinTurbin air adalah alat untuk mengubah energi air menjadi energi puntir. Energi puntir ini kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator. Pemilihan jenis, dan ukuran turbin berpengaruh pada kinerja PLTA. Maka dari itu pemilihan turbin menjadi hal yang juga penting untuk dioptimalkan agar daya yang dibangkitkan menjadi lebih besar.c. GeneratorGenerator adalah suatu alat yang berfungsi mengubah energi mekanik menjadi energi listrik, sedangkan jenis generator yaitu: generator singkron dan asingkron. Generator yang digunakan pada stasiun tenaga air biasanya terdiri dari mesin singkron tiga fase, dengan putaran antara 70 sampai 1000 rpm.Berdasarkan arah porosnya, generator dibagi dalam jenis poros datar (horizontal) dan poros tegak (vertical). Jenis poros datar biasanya digunakan pada PLTA sekala kecil dengan putaran tinggi. Untuk jenis poros tegak biasanya digunakan untuk PLTA sekala besar dengan putaran rendah. Kelebihan dari generator poros tegak yaitu ruang yang dibutuhkan relatif kecil. (Arismunandar, Kuwahara,1982)Generator sebagai pembangkit merupakan salah satu unsur dalam PLTA, pemilihan jenis dan jumlah dari generator berpengaruh pada jumlah listrik yang dapat dihasilkan PLTA.

4.2. Analisa EkonomiUntuk biaya modal dari pembangunan Bendungan Wonorejo akan disajikan dalam table berikut ini :Tabel 4.1 Biaya Modal Pembangunan AwalNoJenis BiayaTotalTahap ITahap II

Total (Ekiv.*)Total (Rp)

1biaya pelaksanaan17835303.6M115366299

2Kompensasi125621.4M12560

3Administrasi5359.1M346189

Sub Total19626334.1M131386488

4Biaya tak terduga117820.1M787389

5Pekerjaan Konsultan218037.11M21800

Sub Total22984391.31M161056877

6pajak229829.12M1611688

Total25283430.43M177167565

Sumber : Project Completion Report (PCR) 2003 Pembangunan Waduk Wonorejo di Propinsi jawa Timur4.2.1 Ratio manfaat Biaya (Benefit Cost Ratio)Rasio manfaat biaya didefinisikan sebagai ratio dari nilai manfaat-manfaat terhadap nilai biaya-biaya. Perhitungan manfaat biaya ini dikonversi menjadi present value dengan usia guna waduk adalah 50 tahun dan memberikan manfaat pada tahun ke 2. Tingkat suku bunga yang menjadi acuan adalah sebesar 11 %. (Alternatif 1) Untuk tahun 2004Cost= Rp. 490.809.867.791,-Benefit= Rp. 189.783.244.880,-Benfit Cost Ratio

= 0,38 < 1 Untuk tahun 2009Cost= Rp. 837.478.426.102,-Benefit= Rp. 356.957.721.078,-Benfit Cost Ratio

= 0,42 < 1(Alternatif 2) Untuk tahun 2004Cost= Rp. 490.809.867.791,-Benefit= Rp. 527.261.814.268,-Benfit Cost Ratio

= 1,07 > 1 Untuk tahun 2009Cost= Rp. 837.478.426.102,-Benefit= Rp. 985.654.180.192,-Benfit Cost Ratio

= 1,17 > 14.2.2 Net Present Worth atau Net Present Value (NPV)Alternatif I1. Untuk tahun 2004 Suku bunga = 11 %PV Benefit= Rp. 189.783.244.880,-PV Cost= Rp. 490.809.867.791,-NPV= PV Benefit PV Cost= Rp. 189.783.244.880,- - Rp. 490.809.867.791,-= Rp. -301.026.622.912,-2. Untuk tahun 2009Suku bunga = 11 %PV Benefit= Rp. 356.957.721.078,-PV Cost= Rp. 837.478.426.102,-NPV= PV Benefit PV Cost= Rp. 356.957.721.078,- - Rp. 837.478.426.102,-= Rp. -480.520.705.023,-Alternatif II1. Untuk tahun 2004 Suku bunga = 11 %PV Benefit= Rp. 527.261.814.268,-PV Cost= Rp. 490.809.867.791,-NPV= PV Benefit PV Cost= Rp. 527.261.814.268,- - Rp. 490.809.867.791,-= Rp. 36.451.946.476,-2. Untuk tahun 2009Suku bunga = 11 %PV Benefit= Rp. 985.654.180.192,-PV Cost= Rp. 837.478.426.102,-NPV= PV Benefit PV Cost= Rp. 985.654.180.192,- - Rp. 837.478.426.102,-= Rp. 148.175.754.090,-

4.2.3 Laju Pengembalian Modal (Internal Rate of Return/IRR)Alternatif I1. Untuk tahun 2004I= Suku bunga memberikan nilai NPV positif = 3 %I= Suku bunga memberikan nilai NPV negatif = 4 %NPV= NPV positif = Rp. 80.437.729.093,-NPV= NPV negatif = Rp. -12.103.132.864,-IRR= I + x (I I)= 3 % + x (3 % 4 %)= 3,86 %2. Untuk tahun 2009I= Suku bunga memberikan nilai NPV positif = 5 %I= Suku bunga memberikan nilai NPV negatif = 6%NPV= NPV positif = Rp. 101.980.187.598,-NPV= NPV negatif = Rp. -27.313.338.079,-IRR= I + x (I I)= 3 % + x (5 % 6 %)= 5,78 %Alternatif II1. Untuk tahun 2004I= Suku bunga memberikan nilai NPV positif = 11 %I= Suku bunga memberikan nilai NPV negatif = 12 %NPV= NPV positif = Rp. 36.451.946.476,-NPV= NPV negatif = Rp. -10.807.094.019,-IRR= I + x (I I)= 3 % + x (11 % 12 %)= 11,77 %2. Untuk tahun 2009I= Suku bunga memberikan nilai NPV positif = 12 %I= Suku bunga memberikan nilai NPV negatif = 13 %NPV= NPV positif = Rp. 23.111.771.585,-NPV= NPV negatif = Rp. -92.003.351.223,-IRR= I + x (I I)= 3 % + x (12 % 13 %)= 12,20 %4.2.4 Titik Impas InvestasiTitik impas investasi (Break Event Point/BEP) digunakan untuk menentukan lamanya waktu untuk pengembalian modal. Parameter yang digunakan :1. Nilai ratio biaya sama dengan satu (B/C=1)2. Nilai selisih biaya yang dikeluarkan dan keuntungan sama dengan nol (B-C=0)Dari hasil analisa titik impas investasi untuk harga air alternatif 2 diperoleh hasil sdebagai berikut :1. Pada tahun 2004, dengan tingkat suku bunga 11 % titik impas proyek ini terjadi pada tahun ke 12. Hal ini berarti setelah 12 tahun keuntungan tahunan yang didapat dari fungsi PLTA dan air minum dapat mengembalikan modal.2. Pada tahun 2009, dengan tingkat suku bunga 11 % titik impas proyek ini terjadi pada tahun ke 10,5. Hal ini berarti setelah 10 tahun dan 5 bulan keuntungan tahunan yang didapat dari fungsi PLTA dan air minum dapat mengembalikan modal.4.2.5 Analisis SensivitasDari hasil perhitungan analisis sensitivitas pada tahun 2004 terjadi kondisi sebagai berikut : (Tabel 4.56-4.59)1. Kondisi biaya naik 10 % manfaat tetap, maka besarnya IRR terjadi pada suku bunga = 10,876 %. Hal ini berarti pada kondisi Bendungan Wonorejo layak dari segi ekonomi.2. Kondisi biaya turun 10 %, manfaat tetap, maka besarnya IRR terjadi pada suku bunga = 12,829 %. Hal ini berarti pada kondisi ini Bendungan Wonorejo layak dari segi ekonomi.3. Kondisi biaya tetap, manfaat naik 10 %, maka besarnya IRR terjadi pada suku bunga = 11,967 %. Hal ini berarti pada kondisi ini Bendungan Wonorejo layak dari segi ekonomi.4. Kondisi biaya tetap, manfaat turun 10 %, maka besarnya IRR terjadi pada suku bunga = 11,702 %. Hal ini berarti pada kondisi Bendungan Wonorejo layak dari segi ekonomi.Dari hasil perhitungan analisis sensitivitas pada tahun 2009 terjadi kondisi sebagai berikut : (Tabel 4.60 - 4.63)1. Kondisi biaya naik 10 % manfaat tetap, maka besarnya IRR terjadi pada suku bunga = 11,915 %. Hal ini berarti pada kondisi Bendungan Wonorejo layak dari segi ekonomi.2. Kondisi biaya turun 10 %, manfaat tetap, maka besarnya IRR terjadi pada suku bunga = 12,635 %. Hal ini berarti pada kondisi ini Bendungan Wonorejo layak dari segi ekonomi.3. Kondisi biaya tetap, manfaat naik 10 %, maka besarnya IRR terjadi pada suku bunga = 12,370 %. Hal ini berarti pada kondisi ini Bendungan Wonorejo layak dari segi ekonomi.4. Kondisi biaya tetap, manfaat turun 10 %, maka besarnya IRR terjadi pada suku bunga = 12,193 %. Hal ini berarti pada kondisi Bendungan Wonorejo layak dari segi ekonomi.4.3 Pembahasan hasil Analisa EkonomiStudi ini dilakukan dengan menganalsa kelayakan ekonomi harga air pada Bendungan Wonorejo di Kabupaten Tulungagung di masa sekarang bertujuan untuk dapat mengetahui apakah dengan harga air yang sudah ditetapkan saat ini dapat dikategorikan layak secara ekonomi ditinjau dari dua manfaat yakni untuk air minum dan PLTA. Pembahasan dimulai dengan menganalisa besar biaya-biaya yang ada. Yakni terdii dari biaya konstruksi awal pembangunan, biaya PLTA, dan biaya operasional dan pemeliharaan rutin. Setelah itu dilakukan analisis manfaat yang pada akhirnya menghasilkan analisis ekonomi yang terdiri dari B/C, B-C. IRR, Titik Impas atau BEP, dan analisis sensitivitas. Pembahasan studi ini meliputi tahun 2004 dan 2009 dengan tingkat suku bunga 11 %.Menurut data yang diperoleh, harga air berdasarkan Rencana Kerja Operasional Perusahaan (RKOP) pada tahun 2004 dan 2009 secara ekonomi mengalami kerugian. Besar harga air berdasarkan data (alternatif 1) yaitu : Pada tahun 2004 (PLTA)= Rp. 24,7,- Pada tahun 2004 (Air Minum)= Rp. 45,- Pada tahun 2009 (PLTA)= Rp. 72,6,- Pada tahun 2009 (Air Minum)= Rp. 84,5,-Karena harga air yang ada tidak layak secara ekonomi atau mengalami kerugian, maka dilakukan alternative 2 untuk menaikkan harga air agar tidak mengalami kerugian (dilihat dari nilai B/C > 1). Dengan juga mempertimbangkan sisi ekonomi konsumen. Setelah melalui analisis ekonomi, harga air yang layak secara ekonomi yaitu : Pada tahun 2004 (PLTA)= Rp. 74,1,- Pada tahun 2004 (Air Minum)= Rp. 125,- Pada tahun 2009 (PLTA)= Rp. 160,2,- Pada tahun 2009 (Air Minum)= Rp. 233,5,-Tabel 4.2 Tabel Rekapitulasi Perhitungan Analisa EkonomiUraianTahun 2004Tahun 2009

Alternatif IAlternatif IIAlternatif IAlternatif II

PLTAAir MinumPLTAAir MinumPLTAAir MinumPLTAAir Minum

Rp. 24,7Rp. 45Rp. 74,1Rp. 125Rp. 72,6Rp. 84,5Rp. 160,2Rp. 233,5

Manfaat totalRp. 189.783.244.880,-Rp. 527.261.814.268,-Rp. 356.957.721.078,-Rp. 985.654.180.192,-

PLTARp. 387.603.209,-Rp. 1.162.809.628,-Rp. 1.314.793.942,-Rp. 2.901.239.525,-

Air minumRp. 189.395.641.670,-Rp. 526.099.004.640,-Rp. 355.642.927.137,-Rp. 982.752.940.668,-

Biaya totalRp. 490.809.867.791,-Rp. 837.478.426.102,-

Biay konstruksiRp. 488.632.723.729,-Rp. 823.192.066.102,-

Biaya OPRp. 2.177.144.063,-Rp. 14.286.360.000,-

B/C0,381,070,421,17

B-CRp. -301.026.622.912,-Rp. 36.451.946.476,-Rp. -480.520.705.023,-Rp. 148.175.754.090,-

IRR3,86 %11,77 %5,78 %12,20 %

Titik Impas-12 tahun-10 tahun 5 bulan

Dengan menggunakan harga air pada alternatif 2, maka didapat perhitungan analisis ekonomi yang terdiri dari parameter B/C, B-C, Titik Impas, dan analisis sensitivitas. Besar nilai B/C untuk tahun 2004 yaitu sebesar 1,07 dengan nilai NPV / B-C Rp. 36.451.946.476,- serta nilai IRR yang mencapai 11,77 % dan menghasilkan nilai titik impas / BEP selama 12 tahun. Sedangakan untuk tahun 2009 besar nilai B.C yaitu 1,17 dengan nlai NVP / B-C Rp. 148.175.754.090,- serta nilai IRR yang mencapai 12,20 % dan menghasilkan nilai titik impas selama 10 tahun 5 bulan. Untuk hasil analisis sensitivitas dapat disimpulkan bahwa pada berbagai macam kondisi untuk alternatif 2 pada tahun 2004 maupun tahun 2009 secara ekonomi sama masih layak atau menguntungkan. Hal itu dapat dilihat dari besarnya B/C yang > 1.4.4 Analisa Mengenai Dampak LingkunganPrakiraan terhadap dampak-dampak penting dilakukan dengan menelaah secara cermat dan mendalam dampak-dampak penting hipotetik yang telah ditetapkan berdasarkan hasil pelingkupan yang dikemukakan dalam Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL). Sesuai dengan metode prakiraan dampak penting yang dipakai, maka untuk dapat mengetahui besarnya dampak yang timbul digunakan metode formal dan non-formal, sedangkan untuk mengetahui tingkat pentingnya dampak, dilakukan dengan mengacu pada 6 (enam) kriteria dampak tentang penentuan dampak penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun 1999 Pasal 5 ayat1. Batasan kriteria dampak penting mengacu pada Kep. Kepala Bapedal No. 056/1994. Untuk dapat menentukan sifat, dan tingkat kepentingan dampak dalam menentukan analisis prakiraan dampak penting digunakan kriteria prakiraan dampak :a. Sifat dampakSifat dampak dibedakan atas dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif merupakan dampak yang ditimbulkan akibat rencana kegiatan yang sifatnya menguntungkan/meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang ada sebelumnya. Sedangkan dampak negatif merupakan dampak yang ditimbulkan akibat rencana kegiatan yang sifatnya merugikan/menurunkan kondisi lingkungan hidup awal.b. Tingkat Kepentingan DampakKriteria tingkat penting dampak mengacu pada 6 (enam) kriteria pokok tentang penentuan dampak penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Pasal 5 ayat 1. Batasan penentuan kriteria dampak penting mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal No. 056 Tahun 1999. Dampak yang timbul akibat kegiatan dapat dikategorikan penting dan tidak penting dengan mempertimbangkan 6 (enam) faktor penentu dampak penting seperti :1. Jumlah manusia yang terkena dampak2. Luas wilayah persebaran dampak3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak5. Sifat kumulatif dampak6. Berbalik (reversible) atau tidak berbalik (irreversible) dampak

4.4.1. Pendugaan Dampak Penting terhadap LingkunganAnalisa mengenai dampak penting terhadap lingkungan ini adalah saat pasca konstruksi. Tahap Pasca KonstruksiPada tahap pasca konstruksi yang terdiri dari tahap operasional dan pemeliharan akan menimbulkan dampak penting terhadap komponen lingkungan berdasarkan beberapa aspek, yaitu :a. Aspek Fisik-KimiaKondisi saluranKemampuan saluran untuk menampung air dan menyalurkannya akan semakin menurun. Komponen-komponen PLTAKondisi dari komponen PLTA semakkin lama akan semakin menurun dari segi kualitas, diperlukan perawatan agar kondisi nya tetap terjaga.Pencemaran air Pencearan air akibat campuran bahan kimia yang digunakan saat pembersihan ataupun perawatan komponen-komponen yang ada dan mungkin masuk ke dalam air.b. Aspek Sosial dan Ekonomi Kegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap aspek sosial ekonomi dan budaya pada tahap pasca konstruksi ini adalah keseharian dan keadaan masyarakat disekitarnya akibat adanya bendungan.Pada masa setelah konstruksi dampak yang terjadi tidak telalu besar, antara lain berpengaruh pada aspek fisik-kimia yang meliputi faktor hidrolika. (kondisi saluran dan air tanah) serta dampak terhadap kesehatan lingkungan.4.4.2. Analisa Matrik AMDAL PUBerdasarkan hasil analisa komponen rencana kegiatan proyek yang telah diuraikan, serta mengacu pada matrik AMDAL PU untuk melakukan penilaian besaran dampak situasi ini mengacu pada : Baku Mutu Lingkungan PP.No.02/KMN.KLH/1988. Berdasarkan obyektifitas yang ada di lapangan dan hasil diskusi tim Pertimbangan lain dari pemahaman lapangan meliputi persepsi masyarakat, sistem lama serta standar-standar lainnya.Tabel 4.3 Kriteria Analisa Mengenai Dampak LingkunganKriteriaTidak BerdampakBerdampakSangat berdampak

123

Penurunan kualitas airtidak tercemaragak tercemartercemar

Pendapatanbanyaksedangkecil

Pengeluarankecilsedangbanyak

Respon Pelangganbagusbiasajelek

Operasional dan pemeliharaankecilsedangbesar

Analisa Dampak Lingkungan Alternatif 1

No.KegiatanPasca Konstruksi

A.Fisika-Kimia

1.Penurunan kualitas air1

B.Sosial Ekonomi

1.Pendapatan3

2.Pengeluaran3

3.Respon Pelanggan2

C.OP

1.Operasional dan pemeliharaan2

kesimpulan2

Keterangan :

1 (tidak berdampak)

2 (berdampak)

3 (sangat berdampak)

Analisa Dampak Lingkungan Alternatif 2

No.KegiatanPasca Konstruksi

A.Fisika-Kimia

1.Penurunan kualitas air1

B.Sosial Ekonomi

1.Pendapatan1

2.Pengeluaran1

3.Respon Pelanggan2

C.OP

1.Operasional dan pemeliharaan2

kesimpulan1

Keterangan :

1 (tidak berdampak)

2 (berdampak)

3 (sangat berdampak)

BAB VPENUTUP

5.1. KesimpulanBerdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka evaluasi ekonomi pada Bendungan Wonorejo dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Data Teknis Proyek (project completion Report Pembangunan Waduk Wonorejo di Propinsi Jawa Timur, 2003) :a. Bendungan Type Bendungan: Timbunan Batu dengan inti tanah Elevasi Puncak: 188,00 m Tinggi Maksimum: 100,00 m Panjang Puncak: 545,00 m Volume Timbunan: 6.050.000,00 m2b. Waduk Daerah Genangan: 3,85 Km2 El. Air Tertinggi: 183,00 m El. Air Terendah: 141,00 m Kapasitas Bruto: 122.000.000,00 m3 Kapasitas Aktif: 10.000.000,00 m3c. Spillway Type: Pelimpah samping tanpa pintu Panjang: 456,56 m Lebar: 8,00 16,00 m Kapasitas: 540,00 m3/detik d. Pusat Pembangkit Listrik Turbine PLTA: 1 Unit x 6300 kW Type: Vertical Francis GeneratorPLTA: 1 Unit x 7000 KVA Type: Synchronous Generator PLTM: 2 Unit x 100 KVA Pipa Pesat : 1,90 m Panjang: 195,00 m Produksi Listrik yang Dihasilkan:31,70 Gwh/th.2. Evaluasi ekonomi harga air minum dan pembangkit listrik tenaga air pada Bnedungan Wonorejo yang ditinjau dari beberapa parameter denan tingkat suku bunga 11% yaitu : Pada tahun 2004 untuk alternatif 1 (harga PLTA Rp. 24,7,- dan Ar Minum Rp. 45,-) : Manfaat PLTA= Rp. 387.603.209,-Manfaat Air Minum= Rp. 189.395.641.670,-Manfaat Total= Rp. 189.783.244.880,- Biaya Konstruksi= Rp. 488.632.723.729,-Biaya OP= Rp. 2.177.144.063,-Biaya Total= Rp. 490.809.867.791 Nilai B/C= 0,38 Nilai B-C= Rp. -301.026.622.912,- Nilai IRR= 3,86 % Pada tahun 2004 untuk altenatif 2 (Harga PLTA Rp. 74,1- dan Air Minum Rp. 125,-) : Manfaat PLTA= Rp. 1.162.809.628,-Manfaat Air Minum= Rp. 526.099.004.640,-Manfaat Total= Rp. 527.261.814.268,- Biaya Konstruksi= Rp. 488.632.723.729,-Biaya OP= Rp. 2.177.144.063,-Biaya Total= Rp. 490.809.867.791,- Nilai B/C= 1,07 Nilai B-C= Rp. 36.451.946.476,- Nilai IRR= 11,77 % Titik Impas= 12 tahun

Pada tahun 2009 untuk altenatif 1 (Harga PLTA Rp. 72,6- dan Air Minum Rp. 84,5,-) : Manfaat PLTA= Rp. 1.314.793.942,-Manfaat Air Minum= Rp. 355.642.927.137,-Manfaat Total= Rp. 356.957.721.078,- Biaya Konstruksi= Rp. 823.192.066.102,-Biaya OP= Rp. 14.286.360.000,-Biaya Total= Rp. 837.478.426.102,- Nilai B/C= 0,42 Nilai B-C= Rp. -480.520.705.023,- Nilai IRR= 5,78 % Pada tahun 2009 untuk altenatif 2 (Harga PLTA Rp. 160,2 dan Air Minum Rp. 233,5): Manfaat PLTA= Rp. 2.901.239.525,-Manfaat Air Minum= Rp. 982.752.940.668,-Manfaat Total= Rp. 985.654.180.192,- Biaya Konstruksi= Rp. 823.192.066.102,-Biaya OP= Rp. 14.286.360.000,-Biaya Total= Rp. 837.478.426.102,- Nilai B/C= 1,17 Nilai B-C= Rp. 148.175.754.090,- Nilai IRR= 12,20 % Titik Impas= 10 tahun 5 bulanDari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahawa proyek Bendungan Wonorejo secara ekonomi untuk harga alternatif 2 baik pada tahun 2004 maupun 2009 lebih menguntungkan dibanding alternatif 1. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai B/C dan IRR yang ada. Sedangkan kesimpulan hasil analisis senstivitas harga air alternatif 2 tahun 2004 dan 2009 adalah sebagai berikut : Untuk tahun 2004 Nilai B/C sebesar 0,99 pada keadaan biaya naik 10 %, manfaat tetap. Nilai B/C sebesar 1,18 pada keadaan biaya turun 10 %, manfaat tetap. Nilai B/C sebesar 1,09 pada keadaan biaya tetap, manfaat naik 10 %. Nilai B/C sebesar 1,06 pada keadaan biaya tetap, manfaat turun 10 %. Untuk tahun 2004 Nilai B/C sebesar 1,12 pada keadaan biaya naik 10 %, manfaat tetap. Nilai B/C sebesar 1,24 pada keadaan biaya turun 10 %, manfaat tetap. Nilai B/C sebesar 1,19 pada keadaan biaya tetap, manfaat naik 10 %. Nilai B/C sebesar 1,16 pada keadaan biaya tetap, manfaat turun 10 %.Dari hasil analisis sensitivitas di atas dapat disimpulkan bahwa pada berbagai macam kondisi untuk alternatif 2 tahun 2004 maupun tahun 2009 secara ekonomi sama-sama masih layak atau menguntungkan. Hlai ini dapat dilihat dari besarnya B/C yang > 1.3. Harga jual air per m3 setelah melalui perhitungan dengan dasar nilai B/C > 1 (alternatif 2) untuk PLTA pada tahun 2004 yakni sebesar Rp. 74,1,- / m3 dan untuk harga jual air minumnya sebesar Rp. 125,- / m3. Sedangkan pada tahun 2009 untuk PLTA harga jual airnya sebesar 160,2,- / m3 dan untuk harga jual air minum sebesar Rp. 233,5,- / m3. Harga air yang ditetapkan yakni berlaku untuk harga jual PJB dan PDAM. Sedangkan subsidi yang dikeluarkan oleh ASA pusat berupa kekurangan atau kerugian dari Bendungan Wonorejo yang ditinjau dari manfaat PLTA dan air minum.4. Dari analisa mengenai dampak lingkungan, alternatif yang digunakan adalah alternatif II, dikarenakan mempunyai dampak yang lebih kecil.

5.2. SaranAdapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :1. Pemerintah atau instansi yang terkait hendaknya memaksimalkan pemeliharaan bendungn agar tidak terjadi kerusakan berat. Sehingga kerusakan dapat cepat diatasi dan dapat meminimalisir biaya operasi dan pemeliharaannya.2. Instansi yang terkait hendaknya juga lebih meningkatkan pemanfaatan bendungan yang ada guna untuk meningkatkan pendapatan per tahunnya. 3. Pada studi ini penulis hanya mengkaji tentang manfaat PLTA dan air minum. Diharapkan untuk kelanjutan studi ini dapat mempertimbangkan atau menganalisis semua manfaat dari Bendungan Wonorejo, mengingat Bendungan Wonorejo memiliki banyak manfaat yang salah satunya sector pariwisata. Guna untuk mengetahui analisis ekonomi yang sesungguhnya.