84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i STUDI IMPLEMENTASI MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL BROTHERS SOLO BARU PT WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG Implementation Study of Occupational Health and Safety Management on Brothers Hotel Solo Baru Development PT Wijaya Karya Building SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh: GADIS ROSITA SARI NIM I1110026 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

  • Upload
    lydung

  • View
    240

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

STUDI IMPLEMENTASI MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN

HOTEL BROTHERS SOLO BARU

PT WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG

Implementation Study of Occupational Health and Safety Management on Brothers Hotel Solo Baru Development PT Wijaya Karya Building

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun Oleh:

GADIS ROSITA SARI NIM I1110026

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013

Page 2: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Setiap penyakit itu pasti ada obatnya, setiap

kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka

janganlah engkau cepat berputus asa apa yang

telah menimpamu saat ini. Mungkin itu akan

menjadi kebaikanmu di masa yang akan datang.

Page 5: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk Ayah, Ibu, Kakak-

kakak tercinta

dan

Teman-temanku

Page 6: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Abstrak

Gadis Rosita Sari 2013. ” STUDI IMPLEMENTASI MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL BROTHERS SOLO BARU PT WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG”. Skripsi, Jurusan Teknik Sipil fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Penerapan prinsip K3 dimaksudkan untuk meminimalkan risiko kecelakaan kerja dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung. PT Wijaya Karya Bangunan Gedung sebagai kontraktor pembangunan Hotel Brothers belum mengetahui sejauh mana pemahaman para pekerja dengan penerapan K3 tersebut.. Penelitian ini menggunakan pendekatan Safety passport 7 Rules merupakan suatu pendekatan untuk menganalisis sistem keselamatan dan kesehatan kerja dari aspek pekerja dengan cara mengukur pemahaman pekerja (responden) dalam sistem keselamatan dan kesehatan dan kerja yang diterapkan oleh perusahaan. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan safety passport 7 rules pekerja (responden) pada rule 1,rule 2, rule 3, rule 4, rule 5 dan rule 7 dengan kategori baik, tetapi pada rule 6 dengan kategori buruk. Faktor yang menyebabkan program keselamatan dan kesehatan kerja menjadi terhambat pada rule 6 yaitu pekerja beranggapan keselamatan bersifat membatasi, keselamatan membutuhkan banyak uang dan keselamatan bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan Kata kunci : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, safety passport 7 ,

PT Wijaya Karya

Page 7: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

Abstract

Gadis Rosita Sari of 2013. "IMPLEMENTATION STUDY OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY MANAGEMENT ON BROTHERS HOTEL SOLO BARU DEVELOPMENT PT WIJAYA KARYA BUILDING". Thesis, Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University. The application of the principle of K3 is intended to minimize the risk of accidents in the construction of the building. PT Wijaya Karya Building, as contractors Hotel Brothers do not know the extent of understanding of the workers with the K3 application . This research use approach of Safety passport 7 Rules. It is an approach to analyze the safety and health system of workers by measuring aspects of understanding workers (respondents) in the safety and health system of work that implemented by the company. Implementation of safety and health management systems based on safety passport 7 rules of workers (respondents) in rule 1, rule 2, rule 3, rule 4, rule 5 and rule 7 with good category, but in rule 6 with the bad category. Factors that caused safety and health program to be hampered is in rule 6,because the workers assumed that safety have the hamper characteristic, safety requires a lot of money and safety is not something to be feared. Key words : Occupational Health and Safety Management Systems,

safety passport 7 Rules, PT Wijaya Karya

Page 8: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman

merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat

kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam

mempengaruhi sosial, mental dan fisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan

suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif

terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan

absensi dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya, tempat kerja yang kurang

sehat dapat meningkatkan angka sakit akibat kerja dan kecelakaan kerja,

rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan

banyak lagi dampak negatif lainnya.

Perkembangan di dunia konstruksi semakin meningkat baik jumlah maupun

jenisnya, sehingga potensi bahaya akan lebih besar akibat penggunaan

peralatan tersebut. Peralatan yang semakin tua dan tidak layak dioperasikan

menimbulkan potensi bahaya apabila masih dipergunakan di lapangan. Secara

keseluruhan, konstruksi bangunan harus menerapkan prinsip-prinsip

manajemen secara lengkap dan utuh, dimana prinsip ini akan mencakup aspek

keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung (WIKA Gedung) didirikan pada tanggal

24 Oktober 2008, merupakan perusahaan yang besar dan berpengalaman

dalam hal konstruksi bangunan gedung. Saat ini sedang membangun sebuah

hotel yaitu Hotel Brothers di daerah Solo Baru. Solo Baru merupakan daerah

pengembangan dari wilayah kotamadya Surakarta, namun secara administratif

termasuk dalam kabupaten Sukoharjo.

Page 9: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pelaksanaan sudah menerapkan prinsip K3 untuk meminimalisir kecelakaan

kerja. Segala kegiatan konstruksi yang sifatnya berbahaya telah dirancang agar

dapat meminimalisir risiko kecelakaan, contohnya seperti pada saat

melakukan pekerjaan setiap pekerja yang bekerja di lapangan telah diberikan

standar APD (alat pelindung diri), safety induction, safety morning talk, safety

patrol dan rambu-rambu yang sesuai pada tempatnya. Serta para pekerja telah

terjamin akan keselamatannya setiap terjadi kecelakaan yang telah diatur pada

PERMENAKER No.05/Men/1996. Namun dengan adanya peraturan

pemerintah yang ada dan manajemen yang terstruktur, tidak seluruh pekerja

dapat mengerti dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di

perusahaan, dikarenakan pekerja yang bekerja di proyek sebagian besar tidak

terbiasa dengan adanya suatu sistem yang digunakan oleh perusahaan dan

pada umumnya pekerja yang bekerja di lingkungan proyek tidak mempunyai

pengetahuan atau pemahaman tentang pentingnya K3 dan hanya

mengandalkan keahlian tanpa menghiraukan keselamatannya.

Dengan manajemen yang baik, perusahaan harus bisa mengetahui atau

mengukur setiap pekerjanya apakah paham dengan penerapan keselamatan

dan kesehatan kerja yang diterapkan di perusahaan dan tidak hanya

memberikan penerapan begitu saja, tanpa melihat apakah pekerja tersebut

mengerti atau tidak dengan penerapan itu. Studi ini mengukur pemahaman

pekerja dan penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang

diterapkan pada perusahaan dengan menganalisis setiap pekerja menggunakan

analisis pendekatan yang belum pernah digunakan pada penelitian

keselamatan dan kesehatan kerja sebelumnya yaitu safety passport 7 rules.

Page 10: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahannya dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

berdasarkan safety passport 7 rules pada Pembangunan Hotel Brothers

oleh PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA Gedung) ?

2. Apakah faktor yang menyebabkan program keselamatan dan kesehatan

kerja menjadi terhambat?

3. Apa saja usulan perbaikan berdasarkan safety paspport 7 rules untuk

meminimalisir risiko kecelakaan kerja pada Pembangunan Hotel Brothers

oleh PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA Gedung) ?

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi oleh hal – hal sebagai beerikut :

1. Data-data penelitian yang digunakan yaitu pada tahap pekerjaan finishing

yang meliputi pekerjaan pasangan bata, pekerjaan plesteran dan pekerjaan

acian dengan

2. Data diperoleh dari kuesioner dan wawancara.

3. Jumlah keseluruhan responden 60 orang pada pekerjaan finishing dengan

menganalisis setiap pekerja menggunakan pendekatan safety paspport 7

rules

4. Batasan ruang lingkup yang diamati dalam penelitian dengan pembagian

kategori sebagai berikut:

Jawaban benar 67-100% : Baik

Jawaban benar 34-66% : Sedang

Jawaban benar kurang dari 34% : Buruk

Page 11: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja

berdasarkan safety passport 7 rules pada Pembangunan Hotel Brothers

oleh PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA Gedung).

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan program

keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Mengetahui usulan perbaikan berdasarkan safety paspport 7 rules untuk

meminimalisir risiko kecelakaan kerja pada Pembangunan Hotel Brothers

oleh PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA Gedung).

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Memberikan gambaran pada masyarakat tentang hasil studi pada

perusahaan kontraktor PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA Gedung)

dalam implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ).

2. Memberikan perbaikan pada sistem keselamatan dan kesehatan kerja

untuk pekerjanya dengan cara mengukur pemahaman pekerja dalam sistem

keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan oleh perusahaan dengan

melakukan analisis dengan pendekatan safety passport 7 rules.

Menambah motivasi mahasiswa teknik sipil untuk lebih mempersiapkan

diri yang nantinya akan terjun dalam dunia konstruksi sehingga

mahasiswa akan peka terhadap beberapa kasus yang akan ditemui dalam

proyek konstruksi

Page 12: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

1.6. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penyusunan skripsi ini digambarkan sebagai berikut:

.

1. Bagaimana penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja berdasarkan safety passport 7 rules pada

Pembangunan Hotel Brothers oleh PT. WIKA Bangunan Gedung

(WIKA Gedung) ?

2. Apakah faktor yang menyebabkan program keselamatan dan

kesehatan kerja menjadi terhambat?

3. Apa saja usulan perbaikan berdasarkan safety paspport 7 rules

untuk meminimalisir risiko kecelakaan kerja pada Pembangunan

Hotel Brothers oleh PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA

Gedung)?

Data diperoleh dari proyek pembangunan Hotel Brothers

Solo Baru antara lain:

1. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja

2. Penyebab kurang diterapkannya peraturan keselamatan

dan kesehatan kerja

Menilai Kesesuaian faktor – faktor kselamatan dan

kesehatan kerja:

1. Penerapan keselamatn dan kesehatan kerja

2. Menganalisis setiap pekerja menggunakan pendekatan

safety paspport 7 rules

3. Usulan perbaikan berdasarkan safety paspport 7 rules

Page 13: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Konstruksi termasuk salah satu sektor industri yang mempunyai tingkat risiko

kecelakaan tinggi. Salah satu indikatornya dapat dilihat pada angka

kecelakaan kerja. Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi sektor jasa konstruksi berada pada daftar teratas penyumbang

kecelakaan kerja secara nasional. Sebanyak 32% dari seluruh kecelakaan kerja

yang mencapai 58.600 kasus pada tahun 2008. Padahal sektor jasa konstruksi

hanya memperkerjakan sekitar 4,5 juta orang atau 5% dari jumlah pekerja

secara nasional. Selama 2009, terdapat 54.398 kecelakaan kerja yang terjadi di

Indonesia. Meski mengalami penurunan dibanding 2008 sebanyak 58.600 dan

2007 sebanyak 83.714, namun angka kecelakaan kerja di Indonesia masih

tinggi dibanding negara-negara lainnya, khususnya di Asia

(depnakertrans.go.id,2010)

Pada penelitian Hendra (2012) tentang Studi Kasus Implementasi Program

Keselamatan Kerja pada Perusahaan Jasa Kontraktor Konstruksi di Surakarta

menunjukakan alasan pentingnya perusahaan kontraktor menerapkan program

keselamatan kerja dikarenakan alasan kemanusiaan 26%, alasan ekonomi

25%, alasan nama baik perusahaan 24% dan adanya Undang-undang dan

Peraturan yang ada serta dikenai sanksi apabila tidak menjalankan program

keselamatan kerja 25%.

Pada tahun 1889 dilakukan kongres internasional mengenai pencegahan dan

kompensasi ini terbagi atas tiga bagian, pertama masalah teknis, kedua

statistik dan administrasi, dan ketiga masalah ekonomi. Hasil kongres yang

didapatkan adalah sebuah panitia tetap internasional yang dibentuk pada tahun

1890 yang salah satu tugas khususnya adalah berusaha menemukan dasar

penyusunan statistik kecelakaan internasional. Pada tahun 1891, dibentuk

Page 14: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

sebuah sekretariat dan 600 rekanan koresponden di berbagai negara, dan itu

dimaksudkan untuk menjadi kantor kecelakaan industri internasional

(International Industries Accident Office).

Langkah maju lain dari organisasi pencegahan kecelakaan internasional

tampak dengan dibentuknya asosiasi internasional untuk perlindungan hukum

pekerja (International association for the legal protection of workers) pada

tahun 1898. Dengan bantuan asosiasi ini, dibentuk kantor buruh internasional

(International Labour Office).

Kerangka peraturan-perundangan (regulatory framework) K3 Indonesia

mempunyai lingkup yang luas. Kendati demikian, sampai sekarang masih

terus berlanjut perdebatan mengenai apakah kerangka peraturan tersebut

cukup memadai untuk melindungi pekerja. ILO mengusulkan supaya UU

No.1/1970 tentang Keselamatan Kerja direvisi dan disesuaikan dengan

perkembangan terakhir sehingga menjadi Undang-Undang K3 yang dengan

lebih jelas mencerminkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Konvensi

ILO No. 155/ 1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Beberapa perkembangan positif telah terjadi di Indonesia sejak dijalankannya

misi K3 ILO pada bulan Januari 1995, yang telah menghasilkan suatu laporan

lengkap dengan rekomendasi-rekomendasi. Indonesia adalah satu-satunya

negara di Asia yang telah secara hukum mewajibkan dilaksanakannya Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di perusahaan-

perusahaan besar. Pelaporan dan penyebarluasan data kecelakaan telah

mengalami perbaikan. Suatu tempat penyimpanan informasi K3 Indonesia

telah dibentuk dan tersedia untuk umum melalui ASEAN OSHNET (ASEAN

OSHNET = Jejaring Kerja di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara

Negara-Negara ASEAN).

Inspeksi atau pengawasan K3 telah didesentralisasikan sejak tahun 1984

sehingga pemerintah provinsi dapat melakukan inspeksi secara independen

dan otonom, tanpa dibimbing dan diawasi oleh Pemerintah Pusat secara ketat.

Beberapa pihak menyambut inisiatif ini dengan baik. Tetapi, pihak-pihak

Page 15: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

lainnya memperdebatkan kalau hal tersebut akan membuat inspeksi K3

menjadi terlalu terdesentralisasi sehingga akan mendatangkan lebih banyak

kerugian dari pada kemajuan dalam situasi lingkungan kerja Indonesia secara

keseluruhan. Diakui oleh banyak unsur ILO bahwa selama krisis ekonomi,

langkah penghematan yang pertama-tama ditempuh oleh banyak perusahaan

Indonesia adalah mengurangi investasi K3. Dalam perundingan bersama pun,

perhatian yang diberikan terhadap masalah K3 masih amat terbatas bila

dibandingkan dengan perhatian yang diberikan pada hal-hal yang sering kali

menjadi pokok perundingan seperti masalah pengupahan dan pemberian

tunjangan kepada karyawan atau masalah lapangan kerja dan pengangguran

(Markkanen , 2004).

2.2. Dasar Teori

2.2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengertian sehat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial

seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan

melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan

lingkungan dan pekerjaannya, sementara itu pencegahan kecelakaan kerja

sangatlah perlu, yang mana merupakan menyangkut semua masalah dan

perilaku manusia.

Keselamatan kerja dalam istilah-istilah sehari-hari sering disebut safety, secara

filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin

keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja

pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya.

Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya

dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit

akibat kerja.

Untuk meyakinkan penerapan K3 pada perusahaan maka pemerintah

mensyaratkan setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 orang karyawan

atau lebih atau sifat proses atau bahan produksinya mengandung bahaya

Page 16: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

karena dapat menybabkan kecelakaan kerja berupa ledakan, kebakaran,

pencemaran, dan penyakit akibat kerja, diwajibkan menerapkan dan

melaksanakan sistem manajemen K3. Perusahaan perlu berpartisipasi aktif

dalam masalah K3 dengan menyediakan rencana yang baik, yang dikenal

dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Menciptakan tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas membutuhkan

suatu Sistem Manajemen yang khusus mengatur mengenai K3. Hal ini

bertujuan :

1. Sebagai alat untuk mencapai derajad kesehatan tenaga kerja yang setinggi-

tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-

pekerja bebas.

2. Sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan-

kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan dan gizi

tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas

tenaga manusia dan penglipat ganda kegairahan serta kenikmatan kerja.

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem

manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, pengkajian, tanggung jawab, prosedur, proses, dan

sumber daya yang dibutuhkan dalam pengembangan, penerapan, pencapaian,

pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisiensi dan produktif (Suardi, 2005).

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari beberapa

subsistem, yaitu penetapan kebijakan, subsistem perencanaan K3, subsistem

pelaksanaan K3, subsistem pengukuran dan evaluasi, serta subsistem

peninjauan ulang dan perbaikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja oleh manajemen.

Manajemen memiliki kewenangan dalam mengontrol setiap aktivitas kerja.

Namun seringkali aktivitas tersebut tidak terkontrol dengan baik. Hal ini

disebabkan oleh:

Page 17: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

1. Manajemen K3 yang kurang terencana dengan baik

2. Kurang cepat atau kurang mendalamnya standar perencanaan

3. Pelaksanaan standar yang tidak tepat

Perencanaan manajemen K3 meliputi:

1. Kepemimpinan dan administrasinya

2. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terpadu

3. Pengawasan

4. Analisis pekerjaan dan procedural

5. Penelitian dan analisis pekerjaan

6. Latihan bagi tenaga kerja

7. Penyediaan alat pelindung diri (APD)

8. Peningkatan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

9. Sistem pemeriksaan dan pendataan

Penerapan sistem manajemen keselataman dan kesehatan kerja dalam Bab III

pada pasal 4 Permenaker No. PER05/MEN/1996 maka perusahaan wajib

melaksanakan lima prinsip dasar system manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yaitu:

1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan

SMK3

2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3

3. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan

kemampuan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai

kebijakan, tujuan, dan sasaran K3

4. Mengukur secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara

berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3

5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara

berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3

Pejelasan yang lebih terinci mengenai lima prinsip dasar SMK3 adalah

sebagai berikut:

Page 18: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

1. Komitmen dan Kebijakan

Perusahaan perlu mendefinisikan kebijakan K3 serta menjamin

komitmennya terhadap SMK3, yang perlu diperhatikan dalam hal ini

adalah:

a. Kepemimpinan dan komitmen

Komitmen sangatlah penting dalam penerapan SMK3 di tempat kerja

dari seluruh pihak yang ada di tempat kerja, terutama dari pihak

pengurus dan tenaga kerja dan peran serta pihak-pihak lain dalam

penerapan ini. Wujud komitmen dalam bentuk:

– Membentuk organisasi-organisasi tempat kerja untuk mendukung

terciptanya SMK3

– Menyediakan anggaran dan personil

– Melakukan perencanaan K3

– Melakukan penilaian atas kinerja K3

b. Tinjauan awal K3

Tempat kerja harus melakukan peninjauan awal K3 dengan cara

– Mengidentifikasi kondisi yang ada

– Mengidentifikasi sumber bahaya

– Menetapkan pemenuhan pengetahuan dan peraturan perundangan

– Membandingkan pemenuhan penerapan K3 dengan perusahaan dan

sektor lain yang baik

– Meninjau sebab akibat dari kejadian yang membahayakan

– Menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya

c. Kebijakan K3

Kebijakan K3 dari suatu organisasi merupakan pernyataan yang

disebarluaskan kepada umum dan ditandatangai oleh manajemen

senior sabagai bukti pernyataan komitmennya dan kehendaknya untuk

bertanggung jawab tehadap K3

Page 19: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2. Perencanaan

Perencanaan yang dibuat oleh perusahaan harus efektif dengan memenuhi

kebijakan, target dan sasaran K3. Perencanaan tersebut meliputi

perencanaan manajemen risiko, pemenuhan dan penyebarluasan peraturan

perundangan dan persyaratan lainnya, menetapkan tjuan dan sasaran k3,

dan menggunakan indicator kinerja sebagai penilaian kinerja K3. Kegiatan

lainnya adalaha menetapkan system pertanggungjawaban dan sasaran

untuk pencapaian kebijakan K3, meningkatkan motivasi dan kesadaran

semua pihak tentang SMK3, mengadakan pelatihan untuk terus menunjang

sistem manajemen yang diterapkan perusahaan.

3. Penerapan dan Operasi

Manajemen harus menyediakan sumber daya yang penting untuk

penerapan, pengendalian dan peningkatan sistem manajemen. Pada

penerapan dan operasi meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Struktur dan tanggung jawab

Peranan, tanggung jawab dan kewenangan personil, yang mengatur,

melaksanakan dan memeriksa aktivitas yang mempunyai dampak

resiko-resiko K3 dalam aktivitas organisasi, fasilitas dan proses harus

ditentukan,didokumentasikan dan dikominukasikan untuk pelaksanaan

manajemen. Tanggung jawab tertinggi dalam keselamatan dan

kesehatan kerja berada pada manajemen puncak. Organisasi harus

menunjuk seorang anggota dewan direksi dengan tanggung jawab

untuk menerapkan dan melaksanakan persyaratan dengan benar di

lokasi dan tempat kegiatan di dalam organisasi. Anggota manajemen

yang ditunjuk harus mempunyai peran dan tanggung jawab:

– Menjamin persyaratan SMK3 dibuat, diterapkan dan dipelihara

sesuai dengan persyaratan

– Melaporkan kinerja SMK3 kepada manajemen untuk dikaji dan

sebagai dasar peningkatan SMK3

Page 20: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b. Pelatihan, kepedulian dan kompetensi

Personil harus kompeten untuk melakukan tugas-tugas yang

mempunyai dampak K3 dalam pekerjaan. Kompetensi harus

ditentukan sesuai atas dasar pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.

Perusahaan harus membuat dan memelihara prosedur untuk

memastikan semua karyawan dari setiap fungsi dan tingkat peduli

kepada:

– Pentingnya kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur K3

– Konsekuensi K3, yang berpotensi dari kegiatan kinerjanya serta

manfaat K3 dari kinerja perorangan

– Peranan dan tanggung jawabnya dalam mencapai kesesuaian

dengan kebijakan dan prosedur K3 dengan persyaratan SMK3

termasuk persyaratan kesiagaan dan tanggap darurat

– Konsekuensi potensial dari penyimpangan terhadap prosedur

operasi ditentukan.

c. Konsultasi dan komunikasi

Perusahaan harus membuat dan memelihara prosedur untuk

memastikan informasi K3 yang sesuai dikomunikasikan dari karyawan

dan kepada pihak-pihak terkait lainnya. Pengaturan informasi

mengenai keterlibatan dan konsultasi harus didokumentasikan dan

diberikan kepada pihak-pihak terkait. Untuk itu karyawan harus:

– Terlibat dalam pengembangan dan tujuan kebijakan dan prosedur

untuk pengendalian risiko

– Dikonsultasikan apabila ada perubahan berdampak pada K3

– Menjadi wakil dalam hal K3

– Diinformasikan kepada wakil K3 dan wakil manajemen yang

dipilih

Page 21: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

d. Dokumentasi

Perusahaan harus membuat dan memelihara informasi dalam media

cetak maupun elektronik untuk menerangkan inti manajemen dan

interaksinya dan memberikan petunjuk dokumentasi yang terkait

e. Pengendalian dokumen dan data

Perusahaan harus membuat dan memelihara prosedur untuk

menegndalikan semua dokumen yang disyaratkan oleh peraturan untuk

menjamin bahwa:

– Dokumen dapat ditempatkan pada lokasi yang sudah ditentukan

– Dokumen secara berkala ditinjau, dirubah apabila diperlukan dan

disetuji kecekupannya oleh personil yang diberi wewenang

– Dokumen mutakhir yang relevan tersedia di seluruh lokasi operasi

yang penting bagi berfungsinya SMK3 secara efektif

– Dokumen kadaluarsa segera dimusnahkan dari semua penerbitan

dan penggunaan

– Setiap dokumen kadaluarsa yang disimpan untuk keperluan

perundang-undangan atau untuk keperluan pemeliharaan

pengetahuan diidentifikasi secara tepat

f. Pengendalian operasional

Perusahaan harus mengidentifikasi kegiatan yang berkaitan dengan

identifikasi risiko, dimana kendali pengukuran perlu dilakukan.

Perusahaan harus merencanakan kegoatan ini termasuk

pemeliharaanya untuk menjamin bahwa kegiatan ini dilaksanakan pada

kondisi tertentu yaitu dengan:

– Membuat dan memelihara prosedur yang terdokumentasi untuk

mengatasi situasi ketiadaan prosedur yang dapat menyababkan

penyimpangan dari kebijakan dan tujuan K3

– Menetapkan criteria operasi di dalam prosedur

– Membuat dan memlihara prosedur yang berkaitan dengan

identifikasi risiko K3 dari barang, peralaatn, dan jasa yang dibeli

Page 22: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

oleh perusahaan dan mengkomunikasikan prosedur persyartan

yang relevan kepada pemasok dan kontraktor

– Membuat dan memelihara prosedur untuk mendesain tempat kerja,

proses, instalasi, mesin, prosedur operasi dan organisasi kerja

termasuk adaptasinya terhadap kemampuan manusia untuk

menghilangkan atau mengurangi risiko K3

g. Kesiagaan dan tanggap darurat

Perusahaan harus membuat dan memelihara rencana dan prosedur

untuk mengidentifikasi adanya potensi dan tanggap kepada insiden dan

situasi darurat serta mencegah dan mengurangi terjadinya sakit dan

luka yang mungkin berkaiatan dengannya. Perusahaan harus meninjau

prosedur kesiagaan dan tanggap darurat khususnya sesudah terjadi

kecelakaan atau situasi darurat.

4. Pengukuran dan Evaluasi

Perusahaan perlu mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3

serta melakukan tindakan prefentif dan korektif. Pemgukuran dan evaluasi

ini merupakan alat yang berguna untuk mengetahui keberhasilan

penerapan SMK3, melakukan identifikasi untuk tindakan perbaikan dan

mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja SMK3.

Ada 3 kegiatan dalam melakukan pegukuran dan evaluasi yaitu:

a. Inspeksi dan pengujian

Harus ditetapkan dan dijaga konsistensinya dari prosedur inspeksi,

pengujian, dan pemantauan yang berkaiatan dengan kebijkana K3.

Prosedur inspeksi, pengujian dan pemantauan meliputi:

– Personil harus kompeten

– Mencatat inspeksi, pengujian dan pemantauan yang sedang

berlangsung

– Peralatan dan metode yang memadai untuk menjamin dipenuhinya

standar K3

Page 23: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

– Tindakan perbaikan yang harus segera dilakukan

– Penyelidikan insiden

– Menganalisis dan meninjau ulang dari hari temuan

b. Audit SMK3

Audit adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen untuk

menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaiatan sesuai

dengan pengaturan yang direncanakan dan dilaksanakan secra efektif

dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan.

c. Tindakan perbaikan dan pencegahan

Temuan, kesimpulan dan saran-saran yang dicapai dari hasil

pemantauan, audit dan tinjauan tentang SMK3 perlu didokumentasikan

serta tindakan perbaikan dan pencegahan perlu diterapkan. Manajemen

harus menjamin bahwa tindakan perbaiakan dan pencegahan tersebut

telah dilaksanakan dan juga terdapat suatu tindak lanjut secara

sistematis untuk menjamin efektivitasnya.

5. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen

Perusahaan perlu secara rutin meninjau ulang dan terus menerus

menerapkan SMK3 dengan tujuan meningkatkan K3 secara keseluruhan.

Tinjauan ulang SMK3 mencakup:

a. Evaluasi terhadap penerpan kebijakan K3

b. Tinjauan ualng terhadap tujuan, sasarn, dan kinerja K3

c. Hasil temuan audit SMK3

d. Evaluasi efektivitas penerapan SMK3 dan kebutuhan untuk mengubah

SMK3 sesuai dengan:

– Perubahan perundangan

– Perubahan harapn dan tuntutan dari pihak yang berkepentingan

– Perubahan dalam produk atau kegiatan perusahaan

– Perubahan dalam struktur perusahaan

– Kemajuan dalam ilmu teknologi

Page 24: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

– Pengalaman yang didapat dari insiden K3

– Umpan balik

– Tuntutan pasar

– Pelaporan dan komunikasi

2.2.2 Sertifikasi SMK3

Untuk menjamin pelaksanaan program K3 berjalan dengan baik, maka

kalangan industry melakukan sertifikasi tentang penerapan K3 sesuai dengan

standar internasional antara ISO dan OHSAS. Pasa saat ini standar SMK3

yang berlaku secara internasional antara lain:

1. BS8800;1996 Guide to Occoputional Health and Safety Management

Systems

2. DNV Standar for Certification of Occupational Health and Safety

Management Systems (OHSMS):1997

3. Technical Report NPR 5001: 1997 Guide to on occupational health and

safety management system

4. Draft LRQA SMS 8800 Health and Safety Management Systems

Assessment Criteria

5. SGS & ISMOL ISA 2000:1997 Requirements for Safety and Health

Management Systems

6. BVQI Safety Cert: Occupational Safety and Health Management Standard

7. Draft AS/NZ 4801 Occupational Safety and Health Management

Specification with guidance for use

8. Draft BSI PAS 088 Occupational Health Safety Management Systems

9. UNE 81900 series of pre-standards on the Prevention of occupational

risks

10. Draft NSAI SR 320 Recommendation for Occupational Health and Safety

(OH and S) Management System

OHSAS atau singakatn dari Occupational Health and Safety Assesment

Series, adalah suatu standar internasional untuk menjalankan suatu sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja di perusahaan.

Dimana keuntungan dari penerapan OHSAS 18001 adalah terintegrasi dengan

Page 25: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

sistem manajemen lain yaitu ISO 9000 ( standarisasi sistem manajemen mutu)

dan ISO 14000 (standarisasi sistem manajemen lingkungan), meminimalisasi

resiko, meningkatkan performa bisnis dan meningkatkan citra perusahaan.

Pada tanggal 1 Juli 2007, telah terbit standar baru OHSAS 18001:2007 yang

menggantikan OHSAS 18001:1999. OHSAS mendiskripsikan praktek

manajemen yang baik tetapi mengatur bagaimana prosedur dan pengawasan.

2.2.3 Pentingnya Penerapan Program K3

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting dalam

dunia industri untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman dalam

lingkungan kerja. Sistem ini akan membantu meningkatkan hubungan kerja

antara pengusaha dan pekerja untuk memudahkan selama proses produksi

berjalan.

Menurut John Ridley (1986), dalam usaha menciptakan lingkungan kerja yang

aman, maka kontraktor perlu asas yang kuat bagi implementasi program

keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu:

1. Dari segi kemanusianaan, membiarkan terjadinya kecelakaan kerja tanpa

berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaikinya merupakan suatu

tindakan yang tidak manusiawi karena kecelakaan kerja yang terjadi tidak

hanya akan menimbulkan penderitaan bagi korban (misalkan kematian,

luka/cedera), tetapi juga mengakibatkan penderitaan batin bagi keluarga

korban, jika korban menderita cacat atau bahkan hingga meninggal. Maka

dari itu, perusahaan kontraktor memiliki kewajiban untuk melindungi

pekerjanya dengan cara menyediakan lapangan kerja yang aman melalui

program keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Dari segi ekonomi, setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan

kerugian ekonomi seperti kerusakan mesin, peralatan, material, biaya

pengobatan, biaya santunan, dan sebagainya. Oleh karena itu dengan

melakukan langkah-langkah pencegahan kecelakaan maka perusahaan

kontraktor dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan.

Page 26: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

3. Nama baik perusahaan juga merupakan asas yang kuat bagi implementasi

penerapan K3. Perusahaan kontraktor yang memiliki citra baik dalam

keselamatan kerja dapat mempengaruhi kemampuan untuk bersain dengan

perusahaan lain. Menurut Barri dan Paulson (1984), tercapainya citra baik

suatu perusahaan sangat didudkung oleh prestasi kerja perusahaan

tersebut. Jadi, apabila suatu perusahaan tercatat memiliki angka

kecelakaan kerja rendah, maka perusahaan tersebut menjadi sangat

kompetitif dalam hal persaingan tender.

4. Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku, yang artinya Pemerintah

mengeluarkan regulasi berupa Undang-Undang dan Peraturan menteri

Tenaga Kerja yang mewajibkan para kontraktor untuk menyediakan suatu

lapangan pekerjaan yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan

kerja bagi pekerja.

2.2.4 Hambatan Implementasi Program K3

Dalam beberapa kasus implementasi K3 sering tidak dapat berjalan dengan

efektif. Menurut Ruskiawan (2009), faktor yang dapat menghambat penerapan

K3 dalam proyek, antara lain:

1. Belum adanya kepedulian dalam penerapan K3 pada proyek konstruksi

bangunan, baik dari pihak manajemen dan tenaga kerja (dalam proyek

pembangunan).

2. Belum ada acuan peraturan atau pedoman untuk penetapan anggaran biaya

K3 di konstruksi.

3. Korban kecelakaan dibidang konstruksi bangunan pada umumnya adalah

tenaga harian lepas, sehingga kurang terkontrol oleh perusahaan.

Menurut Ratna dan Hardy (1997), hambatan yang dihadapi oleh kontraktor

untuk mengimplementasikan program keselamatan kerja, yaitu :

1. Kurangnya tingkat pendidikan dan pengetahuan pekerja karena pendidikan

yang rendah/hanya tamat SD

Page 27: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2. Kurangnya kesadaran pekerja akan keselamatan kerja

3. Kurangnya kedisiplinan pekerja terhadap keselamatan kerja misalkan

kedapatan tidak memakai helm pada saat bekerja

4. Kurang membudayakan tentang keselamatan kerja pada para pekerja

5. Bahasa komunikasi antar atasan dan pekerja yang terkadang berbeda asal

daerahnya, misalkan pekerja berasal dari sunda sedangkan atasan berasal

dari jawa.

2.2.5 Istilah-istilah Umum dalam K3

Beberapa istilah yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja

adalah sebagi berikut (Ariyanto, 2008)

1. Bahaya

Adalah sumber atau situasi yang mengandung potensi sehingga dapat

menimbulkan cidera atau sakit, kerusakan harta benda atau lingkungan dan

juga gabungan dari semuanya.

2. Identifikasi bahaya

Adalah proses untuk mengenal bahaya yang ada dan mengidentifikasikan

karakteristiknya.

3. Risiko

Adalah kombinasi dari frekuensi, kemungkinan terjadi, dan akibat yang

ditimbulkan dari suatu kejadian yang berbahaya atau dapat juga dikatakan

sebagai kondisi terdapat kemungkinan akan timbulnya kecelakaan atau

penyakit akibat kerja karena adanya suatu bahaya.

4. Identifikasi Insiden

Adalah setiap kejadian yang tidak direncanakan yang dapat mengarah pada

kecelakaan atau berpotensi menyebabkan kecelakaan.

5. Kecelakaan

Adalah kejadian yang tidak direncanakan yang dapat menyebabkan

kematian, sakit akibat kerja, cedera, kerusakan, dan kerugian lain.

6. Sakit akibat kerja

Adalah sakit yang dianggap ditimbulkan atau bahkan diperburuk oleh

kegiatan kerja yang dilakukan seseorang atau lingkungannya.

Page 28: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

7. Keselamatan

Adalah keadaan dimana risiko yang menimbulkan kerusakanan baik

terhadap manusia maupun harta benda dibatasi pada tingkat yang dapat

diterima atau kebebasan dari risiko yang tidak dapat diterima dari keadaan

yang dapat membahayakan.

8. Kebijakan K3

Adalah pernyataan yang dibuat oleh organisasi dan di dalamnya mencakup

maksud prinsip-prinsip yang berhubungan dengan keseluruhan kinerja K3

serta memberikan kerangka kerja untuk bertindak dan menetapkan sasarn

target K3.

Pencegahan kecelakaan adalah ilmu dan seni, karena menyangkut masalah

sikap dan perilaku manusia, pada masalah teknis seperti peralatan dan mesin

serta masalah lingkungan (Zayadi, 1979). Sebelum melakukan usaha

pencegahan kecelakaan rangkaian kejadian dan faktor penyebab kejadian

kecelakaan harus dapat diidentifikasi, agar dapat menentukan faktor penyebab

terjadinya kecelakaan.

Rangkaian atau deretan faktor-faktor penyebab kejadian kecelakaan menurut

Frank Bird’s Jr. (1980) :

1. Lemahnya dalam pengawasan oleh manajemen (Lack of control

management). Pengawasan bisa diartikan sebagaimana fungsi manajemen

yaitu perencanaan, pengorganisaian kepemimpinan (pelaksana) dan

pengawasan. Partisipasi aktif manajemen sangat menentukan keberhasilan

usaha pencegahan kecelakaan, Seseorang pimpinan unit disamping

memahami program pencegahan kecelakaan, memahami standard,

mencapai standard, mengukur dan mengevaluasi performance

bawahannya.

2. Sebab dasar

Pada hakikatnya ini merupakan sebab yang paling mendasar terhadap

kejadian kecelakaan yang meliputi:

a. Kebijaksanaan dan keputusan manajemen

b. Faktor manusia atau pribadi, misalnya:

Page 29: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

- Kurang pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman

- Tidak adanya motivasi

- Masalah fisik dan mental

c. Faktor Lingkungan atau pekerjaan, misalnya:

- Kurang atau tidak adanya standar

- Desain dan pemeliharaan yang kurang memadai

- Pemakaian yang abnormal

3. Sebab yang merupakan gejala (symptom)

Ini disebabkan masih adanya substandard practices and conditions yang

mengakibatkan terjadinya keselamatan. Dalam hal ini kita kenal dengan

tindakan tidak aman.

4. Kecelakaan

Jadi ketiga urutan di atas tercipta, maka besar atau kecilnya akan timbul

peristiwa atau kejadian yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan yang

dapat mengakibatkan kerugian dalam bentuk cedera dan kerusakan akibat

kontak dengan sumber energi yang melebihi nilai ambang batas badan dan

struktur.

Status kesehatan seseorang, menurut Blum (1981), ditentukan oleh empat

faktor yaitu:

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami,buatan) kimia

(organic/anorganik, logam berat, debu), biologi (virus, bakteri,

mikroorganisme) dan social budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, dan tingkah laku.

3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan

kecacatan, rehabilitasi.

4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

2.2.6 Metode-Metode yang berkaitan dengan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan kerja

Dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terdapat sebuah

metode atau standar yang digunakan oleh beberapa perusahaan, standar

tersebut digunakan sebagai acuan sebuah perusahaan untuk mengelola sistem

Page 30: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Di India dan Malaysia peraturan

K3 yang dibuat dalam istilah umum hanya menyebutkan bahwa pengusaha

bertanggung jawab dalam mengelola K3, sedangkan di Australia telah

melakukan kesepakatan normal untuk membuat sebuah organisasi dunia yang

dikenal dengan The Joint Accreditation System Of Australia And New

Zealand (JAS-NZ). Cina dan Thailand membuat sebuah standar Sistem

Manajemen K3 yang dikenal dengan OHSMS Trial Standard dan TIS 18001

series. Standar keselamatan dan kesehatan kerja yang terdapat di Indonesia

ialah OHSAS 18001:1999 dan Permenaker/ 05/MEN/1996 (Suardi, 2005).

Metode yang dibahas dalam sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang

terdapat di Indonesia yaitu:

1. OHSAS 18001:1999,

2. Permenaker/ 05/MEN/1996.

OHSAS 18001 yang sekarang kita kenal memiliki struktur yang mirip dengan

ISO 14001:1966. Dengan demikian OHSAS 18001 lebih mudah di

intergrasikan dengan ISO 14000, walau dapat juga diintergrasikan dengan ISO

9000. Indonesia sendiri juga telah mengembangkan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja sejenis yang dikenal Permenaker

05/Men/1996. Berbeda dengan dengan OHSAS 18001 yang sistem auditnya

hampir sama dengan ISO 14000 atau ISO 9000 yang diaudit oleh badan

sertifikasi manapun, maka khusus Permenaker 05/Men/1996 yang merupakan

penilaian-penilaian kinerja hanya bisa diaudit oleh Sucofindo.

Perbedaan lain dari OHSAS 18001 dan Permenaker 05/Men/1996 adalah

Permenaker 05/Men/1996 memiliki pembagian jumlah/jenis elemen untuk

jenis perusahaan yang tergantung pada besar kecilnya perusahaan yang

bersangkutan. Sedangkan persyaratan OHSAS 18001 berlaku untuk semua

jenis organisasi tanpa memperlihatkan besar kecilnya perusahaan itu.

Penerapan Permenaker 05/Men/1996 dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

1. Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah

2. Perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko menengah

Page 31: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3. Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi.

Penerapan OHSAS 18001 sesuai untuk berbagai organisasi yang berkeinginan

untuk:

1. Membuat sebuah Sistem Manajemen K3 yang berguna untuk mengurangi

atau menghilangkan tingkat risiko yang menimpa karyawan atau pihak

terkait yang terkena dampak aktivitas organisasi.

2. Menerapkan, memelihara, dan melakukan perbaikan berkelanjutan sebuah

SMK3.

3. Melakukan sertifikasi atau melakukan penilaian sendiri.

Walaupun OHSAS 18001 dan PERMENAKER 05/Men/1996 memiliki sistem

penilaian yang berbeda akan tetapi sistem penerapan, dokumentasi dan

tujuannya memiliki kesamaan. Beberapa perusahaan di Indonesia mencoba

mengintegrasikan penerapan OHSAS 18001 dan PERMENAKER

05/Men/1996 sekaligus.

Hal yang harus diingat baik terhadap OHSAS 18001 ataupun PERMENAKER

05/Men/1996 bukan standar kualitas produk atau jasa yang dijual, akan tetapi

sebuah sistem manajemen yang mengatur bagaimana K3 diterapkan pada

aktifitas-aktifitas perusahaan. Jadi penerapan OHSAS merupakan suatu

terapan yang cakupannya bersifat makro (luas) bukan bersifat mikro (sempit)

(Suardi, 2005).

Perusahaan perlu berpartisipasi aktif dalam masalah K3 dengan menyediakan

rencana yang baik, sebagaimana didefinisikan dalam peraturan menteri tenaga

kerja dan transmigrasi yang mana sistem manajemen secara keseluruhan

meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan

prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan dalam pengembangan,

diterapkan, mencapai, serta mengkaji dan pemeliharaan kebijakan keselamatan

dan kesehatan kerja untuk pengendalian risiko kerja guna tercapainya tempat

kerja yang safety, terkontrol, dan produktif selama pekerjaan berlangsung.

Page 32: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2.2.7 Analisa Kecelakaan Kerja

Analisa kecelakaan kerja dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang

terjadi, menetukan penyebab kecelakaan, mengukur resiko kecelakaan,

menentukan kecenderungan kecelakaan serta mengembangkan pengawasan

yang harus dilakukan. Analisis ini sangat diperlukan sehingga kecelakaan

yang sama tidak terulang kembali.

Kecelakaan yang perlu dianalisis :

1. Setiap kecelakaan, baik yang membawa kerugian maupun tidak membawa

kerugian

2. Keadaan nyaris celaka (near miss)

Di Indonesia setiap terjadi kecelakaan kerja wajib melapor kepada

departemen tenaga kerja selambat-lambatnya 2 (dua) kali 24 jam setelah

kejadian tersebut terjadi. Ada dua undang-undang No.1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja dan undang-undang No.3 tahun 1992 tentang jaminan

social tenaga kerja.

Kecelakaan kerja yang wajib dilaporkan adalah kecelakaan kerja yang

terjadi di tempat kerja maupun kecelakaan dalam perjalanan yang terkait

dengan hubungan kerja.

Tujuan dari kewajiban melaporkan kecelakaan kerja adalah :

1. Agar pekerjaan yang bersangkutan mendapatkan haknya dalam bentuk

jaminan dsn tunjangan.

2. Agar dapat dilakukan penyelidikan dan penelitian serta analisa untuk

mencegah terulangnya kecelakaan kerja serupa. Laporan kecelakaan

kerja umumnya ringkasan dan mengikuti bentuk atau formulir tertentu

yang menggambarkan kejadian kecelakaan tersebut disertai

rekomendasi langkah pencegahan. Laporan kejadian disertai suatu

analiss terhadap faktor kondisi yang membahayakan. Mengingat

bahwa kecelakaan kerja maupun disfungsi sistem unit, dengan

demikian objek analisis tidak hanya unsure manusia atau pekerja

lingkungan, namun harus menelusuri kembali kejadian kecelakaan

(Near accidenta or accident). Analisa kejadian kecelakaan kerja

Page 33: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

merupakan kilas balik langkah demi langkah sesudah terjadinya

kecelakaan (Depnakertrans, 1994).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis kecelakaan kerja menurut

departemen tenaga kerja dan transmigrasi:

1. Tujuan analisis

Analisis kecelakaan kerja yang efektif harus dapat:

a. Menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi

b. Menetukan sebab yang sebenarnya

c. Mengukur resiko

d. Mengembangkan tindakan control

e. Menetukan kecenderungan (trend)

f. Menunjukan peran serta

2. Hal yang dianalisis

a. Setiap kcelakaan yang terjadi, termasuk yang tidak membawa

kerugian

b. Setiap kcelakaan yang membawa kerugian

c. Keadaan celaka dan keadaan hampir celaka

3. Petugas Analisis

a. Petugas yang berwenang dan mempunyai kemampuan dan keahlian

untuk tugas tersebut

b. Pengawasan kerja langsung (line supervisor)

c. Dapat dilakukan oleh manajemen madya

4. Langkah-langkah analisis

a. Tanggap terhadap keadaan darurat dengan cepat dan positif segera

ambil langkah pengamanan dan pengendalian ditempat kerja

b. Kumpulan informasi yang terkait

c. Analisa semua fakta penting

d. Mengembangkan dan mengambil tindakan perbaikan

e. Membuat laporan analisis

Menganalisis kecelakaan kerja dengan mengumpulkan informasi sehingga

dapat menerapkan dengan jelas dan runtutan kejadian kecelakaan secara tepat,

Page 34: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

jelas dan objektif menyusun sejumlah fakta yang mendahului (antesennden)

kecelakaan tanpa interpretasi atau menyatakan pendapat pribadi (NSC, 1980).

Ada 2 hal karakteristik anteseden, yaitu:

1. Antesenden tidak tetap, hanya terjadi sekali-kali atau tidak tetap.

2. Antesenden tetap, merupakan penyebab penting dengan atau antesenden

tidak tetap.

Mengumpulkan informasi ditempat kejadian segera setelah terjadi kecelakaan.

Penyidikan dan analisis sebaiknya dilakukan oleh petugas yang terlatih atau

petugas yang telah mengenal dengan baik tempat kerja tersebut. Informasi

diperoleh dari korban, saksi mata, teman kerja, pengawas kerja dan lain-lain.

Informasi dapat dilengkapi dengan laporan teknis untuk mendukung analisis.

Analisis kecelakaan kerja di atas merupakan usaha mencari penyebab

kecelakaan, mencegah kecelakaan serupa, juga sangat diperlukan dalam

sistem statistik kecelakaan (Suma’mur, 1989). Oleh karena itu menulis laporan

analisis kecelakaan harus dapat menggambarkan hal-hal sebagai berikut:

1. Bentuk kecelakaan, tipe cedera pada tubuh

2. Anggota badan yang cedera akibat kecelakaan

3. Sumber cedera misalnya objek, pemaparan cedera

4. Tipe kecelakaan, peristiwa yang menyebabkan cedera

5. Kondisi berbahaya, kondisi fisik yang menyebabkan kecelakaan

6. Sub penyebab kecelakaan, bagian khusus dari mesin, atau peralatan yang

berbahaya

7. Perbuatan tidak aman, sesuatu perbuatan atau tindakan yang menyimpang

dari prosedur aman

Menyusun semua analisa secara sistematis, mengumpulkan data, mencatat

untuk mendorong pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang lebih

baik.

Page 35: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2.2.8 Safety Passport 7 Rules

Safety passport merupakan sebuah dasar seseorang dapat terjun/menjalankan

sebuah sistem keselamatan dan kesehatan kerja dan langkah-laangkah yang

harus diperhatikan dalam sebuah pekerjaan, baik dari segi karyawan, produk,

waktu yang dapat merugikan perusahaan (Seminar Balai K3,2010)

Kegunaan dari safety passport itu sendiri, yaitu:

1. Cara mengetahui atau mengidentifikasi bahwa seorang pekerja layak.

2. Pengganti untuk penilaian risiko.

Adapun manfaat dan keuntungan dalam safety passport, yaitu:

1. Dapat membantu mengurangi kecelakaan dan sakit akibat bekerja.

2. Dapat membantu melihat dampak yang signifikan dan mengurangi,

meminimalkan dan kontribusi terhadap lingkungan.

3. Dapat menghemat waktu dan biaya.

4. Dapat membantu perusahaan dalam memperkerjakan seorang karyawan.

Disamping itu juga safety passport mempunyai alat yang dapat

mengindentifikasi dan atau yang dapat membantu sebuah perusahaan atau

instansi dalam meminimalkan risiko kerja yaitu dengan safety passport 7

rules. Safety passport 7 rules merupakan sebuah alat untuk menganalisis

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dari aspek setiap pekerja.

Safety passport 7 rules dapat juga disebut sebagai manajemen risiko yang

mampu mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih prioritas risiko dan

mengendalikan risiko dengan melakukan pendekatan pada pekerja atau

karyawan.

Kelebihan dari safety passport 7 rules, yaitu:

1. Sistem keselamatan dan kesehatan kerjanya hanya pada aspek pekerja/

pegawai,

2. Penggunaan dan atau implementasinya lebih cocok kepada perusahaan

konstruksi.

Page 36: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Kekurangan dari safety passport 7 rules, yaitu:

1. Hasil yang didapat dalam proses pengolahan data tidak akurat,

2. Tidak dapat diterapkan pada proses perakitan (assembly).

SPIE (Security Profesionals Information Exchange) merupakan perusahaan

yang bergerak dalam bidang bisnis salah satunya pada dunia konstruksi.

Dengan hampir 400 lokasi di 30 negara dan 29.000 karyawan, SPIE

menyediakan layanan dan solusi teknis efisien yang merespon pelanggan

sekarang, dan masa depan, baik lokal maupun internasional.

Prinsip dari SPIE itu sendiri “ambisi bersama” yaitu menciptakan bisnis yang

berkelanjutan dalam pelayanan dunia yang berkelanjutan. Dalam penyelesaian

dalam melakukan proyek, SPIE mempunyai sepuluh prinsip panduan,

keyakinan, dan terlibat Group pendekatan terstruktur, diantaranya:

- Perilaku etika

- Perlindungan lingkungan

- Pengawasan kesehatan dan keselamatan

- Menghormati karyawan

- Pelatihan dan investasi

- Mempertimbangkan keragaman

- Lokal komitmen

- Fokus pelanggan

- Rasa tanggung jawab

- Manajemen resiko

Dibawah ini merupakan 7 aturan SPIE yang dapat digunakan dalam sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Menjalankan setiap perubahan suatu perilaku dengan menggunakan “7

aturan”, diantaranya:

1. Saya harus mencari keadaan tempat yang berpotensi bahaya.

Bahaya, risiko, keadaan bahaya/ waspada/ bunyi/ jalan bahaya/ ergonomi/

pemeliharaan-daya angkat/ ruang tertutup/ zat berbahaya/ api/ bahaya

Page 37: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

listrik/ membatasi tempat/ pelindung dada/ bekerja diketinggian/

penggunaan peralatan.

2. Saya harus berpikir sebelum melakukan tindakan.

3. Saya harus melindungi diri dengan menggunakan PPE (Personal Protect

Equipment).

4. Saya harus mengikuti aturan dan prosedur.

5. Menjaga kebersihan lingkungan kerja.

6. Saya harus menolak ide-ide lama.

7. Saya harus segera bertindak dan menginformasikan kepada atasan saya.

1. Saya harus mencari keadaan tempat yang berpotensi bahaya.

Sudahkah Supervisor menunjukan kepada anda break-down dari risiko

tempat kerja dan risiko yang saat ini ada ditempat kerja?

· Bahaya, risiko, situasi bahaya

Gambar 2.1 Peristiwa Timbulnya Bahaya

Selalu waspada terhadap bahaya dan berhati-hatilah terhadap situasi yang disebut

“tidak penting” atau “normal”.

Page 38: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

· Kewaspadaan

Ingat, beberapa daftar di bawah ini yang biasanya menurunkan kewaspadaan

anda:

• Perceraian

• Kematian dari seorang temen atau kerabat

• Kekhawatiran

• Berita baik

• Penyakit

• Perbedaan pendapat

• Konsumsi obat-obatan, narkoba dan alkohol.

Apakah sebelumnya kamu pernah mengatakan atau memikirkan?

□ Saya baru saja mendapatkan berita buruk

□ Saya lelah, punggung saya terluka, saya tidak dapat melihat dengan baik

□ Saya telah memberi tahu mereka mengenai ini, tapi tidak ada perubahan

□ Saya tidak terlalu mengerti, tapi saya tidak mau bertanya kembali

□ Beginilah kita selalu bekerja, saya tidak melihat alasan yang tepat kenapa saya

harus merubah cara kerja saya

□ Saya melakukan ini semua untuk menghemat waktu, walaupun saya

mengetahui ini tidak boleh dilakukan

□ Saya tidak tidur dengan baik tadi malam

Jika kamu menemukan diri kamu mengatakan salah satu dari pertanyaan diatas,

maka kamu telah mengambil risiko.

· Kebiasaan

Apakah sebelumnya kamu pernah mengatakan atau memikirkan?

□ Saya kira itu sudah dimatikan

□ Saya kira pelindung yang saya pakai sudah digunakan dengan baik, saya selalu

melakukan itu seperti biasanya

□ Saya melakukan itu setiap waktu, tidak seorang pun yang mengomentari apa

yang saya kerjakan

□ Saya melakukan itu tanpa berpikir

Page 39: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Tetaplah waspada sehingga tidak ada satu risiko pun yang luput dari perhatian

kamu

· Kebisingan

Anda dan kebisingan :

□ Apakah saya ingat untuk mematikan mesin yang sudah tidak digunakan?

□ Apakah saya menggunakan pengaman untuk kebisingan yang saya buat dan

atau kebisingan yang ada dilingkungan saya?

□ Apakah saya mengetahui seberapa besar kebisingan yang dibuat oleh peralatan

saya?

· Risiko di jalan

Mengemudi dengan baik …Bersikap dengan baik

□ Apakah saya menggunakan sabuk pengaman saya, walaupun dalam perjalanan

singkat?

□ Apakah saya menggunakan telepon pada saat mengemudi?

□ Apakah saya mematuhi batas kecepatan, jarak berhenti, dan rambu lalu lintas?

□ Apakah saya selalu parkir pada tempatnya, walaupun itu artinya saya harus

berjalan ke tempat tujuan?

□ Apakah saya menaruh perhatian terhadap blind spots (titik buta)?

□ Apakah saya mengetahui berapa beban yang dibawa oleh kendaraan saya?

□ Kapan terakhir kali saya merapikan dan mencuci kendaraan saya?

□ Apakah saya pernah kembali ke kantor SPIE karena saya lupa terhadap sesuatu?

□ Sudahkan tekanan ban saya diperiksa secara rutin?

□ Apakah beban yang saya bawa selalu aman?

□ Apakah saya selalu membawa material yang berbahaya atau botol gas?

Page 40: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

· Ergonomi

Gambar 2.2 Posisi Penggangkatan

(sumber: www.SPIE.com)

· Penanganan

Anda dan penanganan

□ Apakah saya mengetahui aturan pengakatan barang dan saya melakukannya

dengan benar?

□ Apakah tali pengaman dalam kondisi baik?

□ Apakah truk forklift dan truk derek telah memenuhi standard dan telah

diperiksa?

□ Sudahkan tali, rantai, kait, dan yang lainnya telah diperiksa?

□ Sudahkan prosedur pengikatan diperiksa secara sistematis?

□ Apakah saya selalu menggunakan helm dan sarung tangan?

· Ruang tertutup

Apakah anda sedang menuju ke arah yang benar?

□ Apakah saya selalu merapikan tempat kerja saya?

□ Apakah saya selalu mengikuti peraturan yang telah ditentukan?

□ Apakah saya menggunakan sepatu pengaman?

□ Apakah saya pernah terburu-buru dalam menuruni tangga dengan membawa

barang banyak?

□ Apakah saya harus berpengang pada pengangan tangan saat menggunakan

tangga?

□ Apakah jalur yang ada selalu dibersihkan secara teratur?

□ Apakah saya secara otomatis selalu berpikir untuk membersihkan segala sesuatu

yang dapat menyebabkan bencana?

Page 41: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

· Zat berbahaya

Jika kecelakaan terjadi.

– Jika zat tertelan atau terhirup

• Yang utama, jangan memberikan minuman pada seseorang atau

memberikan produk yang dapat menyebabkan muntah saat produk itu

diminum

– Seandainya terjadi kontak dengan kulit

• Segera bilas bagian yang terkena dampak dengan air dalam jumlah yang

besar

• Lepaskan pakaian yang terkena kontak dengan produk

Anda dan produk

□ Apakah saya selalu membaca aturan pakai sebelum menggunakan produk

kimia?

□ Apakah saya mengetahui produk yang saya gunakan?

· Api

Gambar 2.3 Tiga Elemen Api

(sumber: www.SPIE.com)

Jangan bermain dengan api!

□ Apakah dibutuhkan izin terlebih dahulu apabila anda akan bermain dengan api?

□ Apakah saya harus melihat disekeliling saya sebelum melakukan pengelasan?

□ Sudahkan saya memeriksa tempat percikan api mendarat?

Page 42: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

· Bahaya listrik

Listrik: banyak tak terlihat..

□ Apakah saya mempunyai otorisasi yang benar untuk pekerjaan yang saya

lakukan?

□ Apakah peralatan listrik yang saya gunakan dalam kondisi baik?

□ Saat mematikan peralatan, apakah saya menarik steker atau kabelnya?

□ Apakah saya berhati-hati terhadap instalasi yang sudah lama?

· Ruang khusus

Tanyakan kepada diri anda mengenai hal – hal di bawah ini:

□ Siapa yang memberitahukan isu kepada saya mengenai izin untuk memasuki

ruang khusus? Klien anda? Manajer anda?

□ Siapa yang mengukur kadar oxygen?

□ Apakah alat pengukur tersebut dapat diandalkan?

□ Apakah saya mengetahui gejala keracunan carbon monoxide?

Ingat : jika anda mengalami, sakit kepala, mual atau pusing, segera keluar dari

ruangan tersebut.

· Penggalian

Tanyakan kepada diri anda mengenai hal – hal di bawah ini:

□ Apakah saya bekerja didekat jaringan listrik atau saluran air?

□Perlukah saya mengganti lapisan tanah atas ketika saya selesai

mengerjakaannya?

□ Apakah ada akses (jalan) menuju galian tersebut?

· Bekerja diketinggian

□ Pernahkan saya berimprovisasi saat bekerja diatas ketinggian?

□ Apakah tangga selalu diposisikan dengan baik dan mempunyai penahan yang

baik?

□ Pada saat saya menurunin tangga, apakah saya selalu melihat anak tangga?

□ Apakah saya menepatkan tangga dengan keadaan stabil?

Page 43: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

· Penggunaan alat

Pernahkah saya?

□ Memegang alat dengan satu tangan yang seharusnya dipegang oleh dua tangan?

□ Melakukan perbaikan cepat pada peralatan listrik?

□ Menghadapi alat ketika sedang berjalan?

□ Menempatkan lengan saya dekat dengan peralatan?

□ Melewati fitur keamanan?

□ Menggunakan peralatan yang belum diperiksa?

2. Saya harus berpikir sebelum melakukan tindakan

- Mengeliminasi atau mengurangi resiko

- Yakinkan kamu berfikir dan menggunakan akal sehat kamu untuk

menghindari kecelakaan.

- Pikir di depan: menempatkan barang yang dibutuhkan sebelum melakukan

sesuatu.

- Tinjau kembali situasi kapan faktor baru sedang digunakan.

- Memelihara suatu pemikiran kritis untuk membedakan antara praktek baik dan

kebiasaan kurang baik.

- Pikirkan secara berulang kali apa yang sedang kamu kerjakan dipikiran kamu,

walaupun tugas tersebut sudah dilakukan setiap hari.

- Jangan menjalankan “auto-pilot ”

Tanyakan pada diri anda:

□ Dimana saya bekerja?

□ Apakah saya bekerja sendirian/ berkelompok?

□ Apakah saya bekerja ditempat ketinggian?

□ Bagaimana saya melakukan pekerjaan saya?

□ Apakah saya harus bertanya jika saya tidak mengerti bagaimana cara

mengerjakannya/ bekerjanya?

□ Surat izin apa yang diperlukan?

□ Apakah saya mempunyai kekuasaan yang benar?

□ Apakah saya harus meminta balasan atas surat izin yang diperlukan?

□ Risiko apa yang ada untuk diri sendiri?

Page 44: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

□ Risiko apa yang ada untuk orang lain?

□ Risiko apa yang ada untuk lingkungan?

□ Alat apa yang digunakan disana?

□ Apa mereka mengikuti standar?

□ Dimana penempatan alat tersebut?

□ Pelindung diri apa yang digunakan disana?

- Pada saat datang

Supervisor anda harus menunjukan kepada anda keadaan tempat bekerja.

Jangan ragu-ragu untuk menanyakan sesuatu yang kamu butuhkan sebelum

mulai untuk bekerja.

- Waktu bekerja

Tetap waspada, khususnya pada pekerjaan yang berulang

Beritahukan kepada supervisior jika kamu berpikir apapun dapat

menyebabkan bahaya.

- Pada akhir pekerjaan

Bersihkan tempat kerja anda dan sampaikan informasi penting kepada yang

bekerja setelah anda.

3. Saya harus melindungi diri dengan menggunakan PPE (Personal Protect

Equipment)

- Utamakan penggunaan pelindung bersama first and foremost tapi ingat itu

tidak selalu mencukupi

- Pakailah PPE yang tepat/baik, mereka disediakan untuk melindungi kamu dari

bahaya.

- PPE yang tidak sesuai atau tidak tepat dipakai tidak berguna.

Page 45: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Gambar 2.4 Alat Pelindung Diri (APD)

(sumber: www.SPIE.com)

Personal Protect Equipment (Alat Pelindung Diri)

□ Apakah saya sudah tepat menggunakan PPE?

□ Sudahkah saya diberitahu mengenai PPE yang harus saya pakai?

□ Apakah PPE yang saya gunakan layak digunakan?

4. Saya harus mengikuti aturan dan prosedur

Definisi prosedur:

- Urutan dari operasi

- Cara yang benar untuk melakukan sesuatu

- Metodologi yang digunakan

Jika kamu tidak mengikuti aturan dan tetap melakukan aktivitas terlarang,

kecelakaan akan terjadi

Setiap aturan dibuat karena ada alasan:

1. Jika anda berpikir kalau aturan tersebut harus dikembangkan, beritahu

supervisor anda

2. Kunci dan beri label, menghilangkan energi, yang berhubungan dengan

bahaya

Aturan dan prosedur:

□ Apakah saya sudah mengikuti aturan yang ada?

□ Apakah peraturan yang dibuat saya sudah mengerti?

Page 46: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

5. Menjaga kebersihan lingkungan kerja

Anda dan organisasi tempat kerja

□ Apakah saya pernah meninggalkan peralatan kerja saya berserakan dimana

saja?

□ Apakah tempat kerja saya rapi?

□ Apakah sampah yang berserakan sudah dibersihkan?

□ Kapan terakhir kali saya membersihkan area tempat kerja saya? Apakah saya

melakukan ini secara teratur?

Yang dilakukan SPIE

• Adopsi sikap yang bertanggung jawab (hemat energi, air, dll)

• Pisahkan sampah anda

– Ikuti pola pemisahan sampah di tempat anda

– Selalu pisahkan sampah yang berbahaya (peralatan elektronik, filter,

pengemasan, produk berbahaya yang sudah kosong) dari sampah yang

tidak berbahaya (sampah rumah tangga, box, besi tua, dll)

Yang tidak dilakukan SPIE

• Membakar sampah

• Membuang sampah dimana saja (kayu, di galian, di got)

6. Saya harus menolak ide-ide lama

Apakah anda pernah berkata atau memikirkan?

□ Keselamatan membutuhkan banyak waktu

□ Keselamatan bersifat membatasi

□ Keselamatan baik untuk orang lainnya

□ Keselamatan membutuhkan banyak uang

□ Keselamatan bukan sesuatu yang harus saya khawatirkan

□ Keselamatan untuk pemula, bukan untuk pekerja yang sudah berpengalaman

7. Saya harus segera bertindak dan menginformasikan kepada kolega saya

· Pertemuan “Toolbox” adalah kesempatan terbaik untuk menyampaikan isu

terbaru mengenai keselamatan, jadi segeralah terlibat.

Page 47: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

· Saat anda dihadapkan dengan sesuatu yang dapat menyebabkan

kecelakaan, beritahukan supervisor anda, jadi risiko tersebut bisa

dihindari.

· Laporkan kerusakan mesin atau peralatan: jangan ada perbaikan cepat.

Apa yang harus saya lakukan jika kecelakaan terjadi

Jawab : Lindungi, Waspada, Berikan bantuan

• Lindungi : bawa korban ke tempat aman dan mencegah kecelakaan

memburuk.

• Waspada : Sesuai dengan prosedur tempat kerja anda, gunakan nomor

telepon penting yang telah disediakan, sediakan informasi penting yang

dibutuhkan (jangan pernah menutup telepon terlebih dahulu) : lokasi,

jumlah korban, kondisi korban, dll, pada setiap kasus segera informasikan

kepada manajer.

• Gunakan pertolongan pertama pada kecelakaan bila anda mengetahuinya.

Apa yang saya lakukan pada pencemaran?

□ Saya harus melindungi diri saya

□ Saya harus memotong sumber pencemaran (menutup katup yang terbuka,dll)

□ Saya harus membersihkan cairan yang tumpah, dimulai dari bagian terluar

□Saya harus mengumpulkan sampah dan menempatkannya pada tempat

pembuangan sampah

Komitmen pribadi

• Saya sadar akan bahaya

• Saya tahu bahwa saya dapat menilai risiko sendiri

• Saya bertekad untuk mengambil tindakan dimulai dari tugas harian saya

Page 48: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian studi implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja ini dilakukan dengan metode pendekatan analisis deskriptif. Analisis

deskriptif adalah penelitian yang melakukan penuturan, analisis, dan

mengklasifikasikan data dan informasi yang diperoleh dengan berbagai teknik

survey, wawancara, observasi, angket, studi kasus dan lain-lain. Data-data

tersebut kemudian dianalisis dan diinterpretasikan untuk menjawab

permasalahan dan hipotesis penelitian.

3.2 Jenis Data

Dalam penelitian diperlukan data yang baik, yaitu data yang akurat, relevan

dan uptodate. Data yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung

dari sumber pertama yang meliputi data administrasi proyek, metode kerja,

fasilitas K3, pelaksanaan kerja, instruksi-instruksi kerja yang berkaitan

dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan lain-lain.

Secara umum gambaran proyek Pembangunan Hotel Brothers Solo Baru

adalah sebagai berikut:

a. Nama proyek : Pembangunan Hotel Brothers

Solo Baru

b. Lingkup pekerjaan : Struktur

c. Lokasi proyek : Cross Pandawa Jalan Raya

Solo Baru

d. Pemilik proyek : PT. Brothers Graha Pratama

Page 49: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

e. Konsultan perencana : PT. Indosaka Prima

f. Konsultan pengawas : PT. Tri Eka Visi Pratama

g. Kontraktor : PT. Wijaya Karya

Bangunan Gedung

h. Waktu pelaksanaan : 328 hari kalender

i. Jumlah lantai : 7 lapis + atap tangga

j. Luas tanah : ± 3000 m2

k. Luas tapak hotel : ± 1115 m2

l. Luas bangunan hotel : ± 7800 m2

Gambar 3.1. Peta lokasi proyek

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak lain yang berhubungan

dengan masalah yang akan diteliti. Data-data ini dapat diperoleh dari

buku-buku bacaan, browsing melalui internet.

Lokasi Proyek Hotel Brothers

Solo Baru

U

Page 50: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

3.3 Alur Penelitian

3.3.1 Studi Literatur

Studi literatur yang didapat dari kajian, informasi-informasi, serta fakta-fakta

mengenai materi yang dibutuhkan tentang permasalahan yang ada dan sebagai

bahan penelitian. Teori yang ada, diambil melalui pengetahuan mengenai

sistem keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan safety passport, dan

literatur yang dapat membantu dalam penyelesaian masalah dalam penelitian

3.3.2 Pengumpulan Data

Pada tahap ini akan menjelaskan mengenai sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja yang ada di perusahaan, data-data jenis pekerja, dan

pengelompokan jenis pekerja. Pengumpulan data baik data primer maupun

data sekunder menggunakan cara sebagai berikut:

1. Field Research, data diperoleh langsung dari proyek yang menjadi obyek

penelitian, dengan metode antara lain :

a. Metode interview, yaitu dengan mengadakan wawancara langsung

dengan pihak-pihak yang bersangkutan yaitu dengan pimpinan dan

pegawai lain yang diperlukan di lingkungan perusahaan selain pekerja.

b. Metode observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung

untuk mencari kebenaran dari jawaban-jawaban hasil di atas, dengan

melihat sendiri keadaan di lapangan

2. Library research, dimana penelitian dilaksanakan dengan buku-buku

bacaan, brosur-brosur, literatur-literatur juga catatan-catatan untuk

mengetahui/ mencari dasar-dasar teori dari penulisan tugas akhir dan

melengkapi data-data dalam memecahkan masalah.

Page 51: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

3.3.3 Tahap Penguraian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) di Perusahaan

Pada tahap ini dilakukan identifikasi fasilitas K3 yang digunakan serta metode

kerja pekerjaan pada proyek Hotel Brothers Solo Baru. Pada umumnya sistem

keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan pada PT.Wijaya Karya

(WIKA) sudah mengikuti standard yang telah ada. Peraturan-peraturan

pemerintahan telah dijalankan oleh perusahaan, seperti PERMENAKER No.3

Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja dan perusahaan juga telah

mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai K3 dan berbagai penerapan telah

dijalankan di dalam perusahaan. Misalnya manajemen mutu yang telah

diterapkan oleh perusahaan yang berbasiskan ISO 9001:2008, ISO

14001:2004/ SNI 19-14001:2005, dan OHSAS 18001:2007.

3.3.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Proses ini dilakukan dengan cara analisis pendekatan safety passport 7 rules

dimana setiap jenis pekerja dan dilakukan dengan cara wawancara pada setiap

pekerja. Untuk mengetahui atau penilaian setiap pekerja yang dilakukan pada

proses diatas, dengan melihat kondisi setiap pertanyaannya. Misalkan, apabila

dalam rules 1 terdapat jawaban “Ya”, maka seorang pekerja tersebut telah

mengambil risiko pada pekerjaannya. Sebaliknya apabila terdapat jawaban

“Tidak”, maka seorang pekerja tersebut telah mengikuti aturan dan tidak

mengambil risiko pada pekerjaannya. Hal tersebut tidak menutup

kemungkinan jawaban “Ya”, seorang pekerja telah mengambil risiko atau

menjawab “Tidak”, seorang pekerja telah mengikuti aturan atau tidak

mengambil risiko. Dikarenakan setiap rules atau pertanyaan berbeda-beda dan

ada nilai positif dan negatifnya. Misalkan, apabila seorang pekerja menjawab

“Ya”, maka pekerja tersebut telah mengikuti aturan dan tidak mengambil

risiko. Sebaliknya apabila seorang pekerja menjawab “Tidak”, maka pekerja

tersebut telah mengambil risiko atau tidak mengikuti aturan. Kemudian

dilakukan proses analisis kelompok jenis pekerja berdasarkan safety passport

7 rules. Dimana setiap pekerja di analisis berdasarkan pekerjaan yang

dikerjakan atau dilakukan dengan menggunakan alat atau safety passport 7

Page 52: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

rules. Tingkat pengetahuan diukur dengan kuesioner dengan skala Guttmann

dengan model jawaban benar dan salah. Dengan sistem penilaian sebagai

berikut :

1. Kalimat positif:

Jika jawaban benar diberi nilai 1

Jika jawaban salah diberi nilai 0

2. Kalimat negatif:

Jika jawaban benar diberi nilai 0

Jika jawaban salah diberi nilai 1

Menginterpretasikan nilai prosentase yang diperoleh maka nilai tersebut

dimasukkan ke dalam standar kriteria objektif dengan batasan ruang lingkup

yang diamati dalam penelitian dengan pembagian kategori sebagai berikut:

Jawaban benar 67-100% : Baik

Jawaban benar 34-66% : Sedang

Jawaban benar kurang dari 34% : Buruk

3.3.5. Pembahasan

Pada tahap ini pembahasan hasil dilaksanakan dari seluruh rangkaian kegiatan

analisis data.

3.3.6. Kesimpulan dan Saran

Tahap yang terakhir yaitu melakukan kesimpulan dan saran dalam melakukan

penelitian. Kesimpulan didapatkan dari hasil analisis yang dilakukan dalam

penelitian dan usulan perbaikan atau rekomendasi untuk diberikan kepada

perusahaan.

Page 53: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Gambar 3.2 Bagan Alir Tahapan Penelitian

Mulai

Studi Literatur

SMK3 Perusahaan

Pembahasan

Selesai

Kesimpulan

Analisis Kondisi SMK3 Saat ini

Jenis Pekerjaan : pekerjaan pasangan bata, pekerjaan plesteran dan

pekerjaan acian

Pengumpulan data Menurut Safety

Passport 7 Rules

Analisis Safety Passport 7 Rules Berdasarkan Jenis

Pekerja

Pengumpulan data

Page 54: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

Pada tahap ini menjelaskan mengenai analisis hasil kuesioner seluruh jumlah

pekerja yang telah didapat dari pengolahan data dengan pendekatan safety

passport 7 rules dan analisis kondisi sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan perusahaan pada proses proyek pembangunan Hotel Brothers Solo Baru

oleh PT Wijaya Karya Bangunan Gedung.

4.1.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Perusahaan/ Proyek

Pada umumnya sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan pada PT

Wijaya Karya (WIKA) sudah mengikuti standard peraturan pemerintah yang telah

ada dan penerapan keselamatan kerja bukan K3 lagi, melainkan Safety Health and

Enviroment (SHE). Penerapan tersebut harus sudah diterapkan pada proyek-

proyek WIKA dan anak perusahaannya dengan toleransi zero.

Sistem manajemen yang diterapkan oleh PT Wijaya Karya (WIKA) atau diproyek

pembangunan Hotel Brothers Solo Baru oleh PT Wijaya Karya Bangunan

Gedung.

ada 4, yaitu:

1. Manajemen Mutu

Manajemen mutu yang telah diterapkan oleh WIKA banyak jenisnya dari

mulai

ISO 9001:2008, ISO 14001:2004/ SNI 19-14001:2005, dan

OHSAS18001:2007.

Page 55: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

2. Manajemen Safety Health and Enviroment (SHE)

Dalam aplikasi SHE yang penting adalah kepedulian dan tindakan hati-

hati. Dibawah ini merupakan kegiatan safety pada proyek pembangunan

Hotel Brothers adalah :

a. Safety Induction

Suatu komunikasi yang dilakukan oleh Safety Officer mengenai

penjelasan K3 kepada pihak yang berkepentingan dan pekerja sebelum

malakukan pekerjaan. Hal-hal yang wajib diketahui seperti pemakaian

ID Card, APD, jangan buang sampah dan tindakan apa apabila terjadi

keadaan darurat. Gambar 4.1 menunjukan kegiatan safety induction.

Gambar 4.1 Kegiatan Safety Induction

b. Safety Morning Talk

Suatu komunikasi yang dilakukan oleh Safety Officer mengenai

penjelasan K3 kepada pihak yang berkepentingan dan pekerja.

Kegiatan ini biasanya dilakukan pada setiap bulan pertama dan bulan

terakhir sekali dan penjelasaan yang diberikan hampir sama dengan

safety induction. Gambar 4.2 menunjukan kegiatan safety morning.

Page 56: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Gambar 4.2 Kegiatan Safety Morning Talk

c. Safety Tool Box Meeting

Suatu komunikasi yang dilakukan oleh Safety Officer mengenai

penjelasan K3 kepada pihak yang berkepentingan dan pekerja.

Biasanya penjelasaan mengenai pekerjaan-pekerjaan yang baru akan

dilakukan. Gambar 4.3 menunjukan kegiatan safety tool box meeting.

Gambar 4.3 Safety Tool Box Meeting

d. Safety Meeting

Suatu komunikasi yang dilakukan oleh Manejer Proyek dan Safety

Officer mengenai penjelasan K3 kepada pihak yang berkepentingan.

Seperti Owner, Badan K3, dll. Gambar 4.4 menunjukan kegiatan safety

meeting.

Page 57: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Gambar 4.4 Kegiatan Safety Meeting

e. Pelatihan SHE Berkala

Pelatihan ini merupakan pelatihan penanganan kecelakaan dan jalur

evakuasi. Seperti pencegahan kebakaran, simulasi keadaan darurat.

f. Up date Papan Info

Pemasangan rambu-rambu mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

Gambar 4.5 rambu-rambu mengenai K3.

Page 58: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Gambar 4.5 Rambu-rambu K3

3. Manajemen Sistem Pengamanan/Penanganan

Apabila terjadi kecelakaan kerja sistem penanganan yang dilakukan sangat

terstruktur, dimulai terjadinya kecelakaan, pertolongan pertama, klinik

atau rumah sakit terdekat, pengarahan, pembinaan dan pelaksanaan K3

lebih lanjut lalu menganalisis penyebab kecelakaan dan solusi untuk

menghindari terulang kembali kecelakaan. Gambar 4.6 menunjukan

penaganan dalam terjadinya kecelakaan.

Gambar 4.6 Penanganan Kecelakaan Kerja

Page 59: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

4. Manajemen 5R

5R diantaranya, ringkas, rapih, resik, rawat, dan rajin. Manajemen ini

biasanya lebih kepada kebersihan lingkungan dan selalu dilakukan

inspeksi terhadap lingkungan proyek.

4.1.2 Jenis Pekerjaan

Pada studi kasus yang ada pada konstruksi pembangunan Hotel Brothers, terdapat

jenis pekerjaan yang sedang dilakukan pada pembangunan itu. Diantaranya :

1. Pekerjaan pasangan bata

2. Pekerjaan plesteran dan acian

1. Pekerjaan pasangan bata

Batu bata yang digunakan dalam proyek pembangunan Hotel Brothers ini

menggunakan bata ringan citicon dengan dimensi lebar 7,5 cm dan 10 cm,

panjang 60 cm dan tinggi 20 cm. Pekerjaan pemasangan batu bata harus terkontrol

waterpass baik dari arah horizontal maupun vertical. Pada pelaksanaan batu bata,

luas maksimal pemasangan batu bata ± 12 m2. Setiap 12 m2 harus dilakukan

pengecoran kolom praktis agar pasangan batu bata tidak roboh. Berikut adalah

Gambar 4.7. menunjukan gambar pemasangan bata

Gambar 4.7 Pekerjaan Pasangan Bata

Page 60: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

2. Pekerjaan Plesteran dan Pekerjaan Acian

Permukaan bata yang sudah siap diplester disiram dengan air untuk

mempermudah ikatan semen dengan bata. Adukan plesteran tidak boleh terlalu

encer untuk mempermudah menempelnya plesteran pada dinding bata. Plesteran

dinding bata maupun dinding kolom dipasang dengan tebal ± 2 cm sesuai dengan

rencana kerja dan syarat yang ditentukan, kemudian diratakan menggunakan alat

perata. Agar plesteran dinding bata menjadi rata, maka dipasang kepala plesteran.

Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1,5 sampai dengan 2 m, dipasang

tegak dan menggunakan kayu yang sudah diserut dengan ukuran secukupnya

untuk patokan kerataan bidang. Sebagai bahan plesteran menggunakan MU 301

dan acian menggunakan MU 250. Berikut adalah gambar pekerjaan plesteran dan

acian.

Gambar 4.8 Pekerjaan Plesteran

Page 61: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Gambar 4.9 Pekerjaan Acian

4.1.3 Pengumpulan Data Berdasarkan Safety Passport 7 Rules

Pengambilan data dilakukan dengan cara kuesioner yang dilakukan pada tanggal

26 Desember 2012 – 4 Januari 2013. Jumlah keseluruhan responden 60 orang

pada pekerjaan finishing yang meliputi pekerjaan pasangan bata, pekerjaan

plesteran dan pekerjaan acian.

4.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan safety passport 7 rules, rules 1 merupakan keadaan kondisi tempat

yang berpotensi bahaya. Dimana setiap pekerja harus mengetahui risiko yang akan

terjadi pada pekerjaan yang dilakukan. Pada rules 2, pekerja diharuskan wajib

mempunyai pemikiran yang kritis untuk membedakan kondisi pekerjaan yang

baik dilakukan sebagai mestinya dan kebiasaan kurang baik. Ini bertujuan agar

setiap pekerjaan yang dilakukan tidak hanya dikerjakan begitu saja tanpa

memikirkan resiko apa yang akan terjadi apabila tidak memikirkan bahaya yang

terjadi pada pekerjaan yang akan sedang dilakukan. Pada rules 3, mewajibkan

pekerja menggunakan pelidung diri pada saat bekerja. Rules ini bertujuan agar

pekerja dapat terlindungi dari bahaya. Pada rules 4, setiap pekerja harus mengikuti

peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan atau disesuaikan oleh perusahaan,

Page 62: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

agar kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan dapat tercapai dengan menghindari

risiko kecelakaan. Pada rules 5, pekerja harus bertanggung jawab atas kebersihan

lingkungan sekitarnya atau pekerjaannya, agar pekerja dalam melakukan

pekerjaannya nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Pada rules 6, pekerja

diwajibkan atau mengutamakan keselamatan, sebab keselamatan dalam

melakukan pekerjaan sangat penting. Dan yang terakhir yaitu pada rules 7,

pekerja harus mengetahui kondisi apabila terjadi kecelakaan atau bahaya yang

akan terjadi, agar pekerja mengetahui bagaimana cara menanggulanggi

kecelakaan tersebut. Berikut adalah deskripsi responden dari semua pekerja.

Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Rule 1 ke I Sudah belum Sudahkah Supervisor menunjukan kepada anda break-down dari risiko tempat kerja dan risiko yang saat ini ada ditempat kerja

100% 0%

Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa 100 % karyawan mendapatkan

informasi tentang break-down dari resiko tempat kerja dan resiko yang saat ini

ada di tempat kerja.

Tabel 4.2 Hasil Kuesioner Rule 1 ke II apakah sebelumnya anda pernah mengatakan atau memikirkan Pernah Tidak

Pernah a. Saya baru saja mendapatkan berita buruk 57% 43% b. Saya lelah, punggung saya terluka, saya tidak dapat melihat dengan baik

63% 37%

c. Saya telah memberi tahu mereka mengenai ini, tapi tidak ada perubahan

63% 37%

d. Saya tidak terlalu mengerti, tapi saya tidak mau bertanya kembali

52% 48%

e. Beginilah kita selalu bekerja, saya tidak melihat alasan yang tepat kenapa saya harus merubah cara kerja saya

65% 35%

f. Saya melakukan ini semua untuk menghemat waktu, walaupun saya tahu ini tidak boleh dilakukan

67% 33%

g. Saya tidak tidur nyenyak tadi malam 47% 53%

Berdasarkan tabel di atas ditemukan bahwa 57% karyawan baru saja

mendapatkan berita buruk, 63 % karyawan merasa lelah, punggungnya terluka

Page 63: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

maupun tidak dapat melihat dengan baik. Bahkan ada 47% karyawan pernah

merasakan tidak nyenyak tidurnya. Berikut ini rekapitulasi rule 1 ke II.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Rule 1 ke II

Kategori Frekuensi (orang) Prosentase

Buruk 10 17% Sedang 22 37% Baik 28 47% Total 60 100%

Secara keseluruhan dapat disimpulkan dari segi kesehatan 17 % karyawan

merasakan kondisi kesehatan yang buruk, 37% merasakan kondisi kesehatan

sedang. Sedangkan sisanya 47% karyawan kondisinya baik. Hal ini patut menjadi

perhatian pemilik perusahaan dan juga karyawan dalam bekerja di perusahaan

tersebut karena hanya setangahnya saja yang merasakan kondisi kesehatannya

baik.

Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Rule 1 ke III Apakah sebelumnya anda pernah mengatakan atau memikirkan

Pernah Tidak Pernah

a. Saya kira itu sudah dimatikan 50% 50% b. Saya kira pelindung yang saya pakai sudah digunakan dengan baik, saya selalu melakukan itu seperti biasanya

62% 38%

c. Saya melakukan itu setiap waktu, tidak seorang pun yang mengomentari apa yang saya kerjakan

67% 33%

d. Saya melakukan itu tanpa berpikir 73% 27%

Dari tabel diatas diketahui bahwa dalam penggunaan alat 50% karyawan tidak

mematikan alat yang digunakan. Dalam penggunaan alat pelindung masih ada

38% karyawan yang menggunakannya dengan baik. Hal ini perlu dicermati

karena alat pelindung merupakan hal yang penting dalam keberlangsungan kerja.

Dalam hal kebiasaan sehari-hari 67% karyawan melakukan kebiasaan tanpa

mengalami komentar macam-macam. Selain itu 73% karyawan melakukan

kebiasaan di tempat kerja tanpa berpikir sebanyak 73%. Secara keseluruhan

dalam hal kedisiplinan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Page 64: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 4.5 Rekapitulasi Rule 1 ke III Kategori Frekuensi prosentase Buruk 8 13% Sedang 20 33% Baik 32 53% Total 60 100%

Secara singkat bahwa tingkat kedisiplinan karyawan kategori buruk ada 13%,

kategori sedang sebanya 33%, dan kategori baik sebanyak 53%. Tingkat

kedisiplinan karyawan masih perlu ditingkatkan karena masih cukup besar

karyawan yang tingkat kedisiplinannya buruk yaitu 13%. Kedisiplinan tersebut

masih perlu diperbaiki karena dapat mengganggu kinerja keseharian karyawan

baik diri sendiri maupun orang lain. Dalam kuesioner juga ditemukan bahwa

50% karyawan tidak mematikan alat yang seharusnya dimatikan.

Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Rule 1 ke IV anda dan kebisingan Ya Tidak

a. Apakah saya ingat untuk mematikan mesin yang sudah tidak digunakan?

73% 27%

b. Apakah saya menggunakan pengaman untuk kebisingan yang saya buat dan atau kebisingan yang ada dilingkungan saya?

65% 35%

c. Apakah saya mengetahui seberapa besar kebisingan yang dibuat oleh peralatan saya?

65% 35%

Hasil pengamatan mengenai kebisingan diperoleh bahwa 27% tidak mematikan

mesin yang sudah tidak digunakan. Selain itu belum semua karyawan

menggunakan alat pengaman kebisingan baru 65% karyawan yang

menggunakannya hal ini setara dengan temuan bahwa 65% karyawan

mengetahui seberapa besar kebisingan yang dibuat oleh peralatan yang

digunakan. Secara keseluruhan dalam hal kebisingan dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel 4.7 Rekapitulasi Rule 1 ke IV kategori frekuensi prosentase Buruk 16 27% Sedang 20 33% Baik 24 40% Total 60 100%

Page 65: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Berdasarkan tabel di atas dalam hal penanganan kebisingan karyawan perusahaan

masih kurang baik hal ini diketaui dari besarnya prosentase buruknya

penanganan kebisingan yaitu sekitar seperempat karyawan atau 1 dari 4

karyawan cenderung buruk dalam menangani kebisingan. Sisanya 73 %(sedang

dan baik) karyawan sudah sesuai menangani kebisingan.

Tabel 4.8 Hasil Kuesioner Rule 1 ke V: anda dan penanganan Sudah Belum a. Apakah saya mengetahui aturan pengakatan barang dan saya melakukannya dengan benar?

92% 8%

b. Apakah tali pengaman dalam kondisi baik? 98% 2% c. Apakah truk forklift dan truk derek telah memenuhi standard dan telah diperiksa?

100% 0%

d. Sudahkan tali, rantai, kait, dan yang lainnya telah diperiksa? 100% 0% e. Sudahkan prosedur pengikatan diperiksa secara sistematis? 92% 8% f. Apakah saya selalu menggunakan helm dan sarung tangan? 82% 18%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hampir semua prosedur

dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat hampir semua prosedur

dilaksanakan dengan baik lebih dari 90 % kecuali dalam pemakaian helm dan

sarung tangan.

Tabel 4.9 Rekapitulasi Rule 1 ke V : karyawan dan penanganan kategori frekuensi prosentase Buruk 0 0% Sedang 0 0% Baik 60 100% Total 60 100%

Hasil ringksasan mengenai penanganan karyawan melakukan penanganan

dengan baik yaitu 100%. Meskipun dalam pemaikaian helm dan sarung tangan

masih dibawah 90% namun secara keseluruhan dalam hal penanganan, karyawan

melakukannya dengan cermat.

Page 66: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Tabel 4.10 Hasil Kuesioner Rule 1 ke VI: apakah anda sedang menuju ke arah yang benar? Ya Tidak a. Apakah saya selalu merapikan tempat kerja saya? 88% 12% b. Apakah saya selalu mengikuti peraturan yang telah ditentukan?

93% 7%

c. Apakah saya menggunakan sepatu pengaman? 95% 5% d. Apakah saya pernah terburu-buru dalam menuruni tangga dengan membawa barang banyak?

50% 50%

e. Apakah saya harus berpengang pada pengangan tangan saat menggunakan tangga?

73% 27%

f. Apakah jalur yang ada selalu dibersihkan secara teratur? 82% 18% g. Apakah saya secara otomatis selalu berpikir untuk membersihkan segala sesuatu yang dapat menyebabkan bencana?

83% 17%

Hasil dari kuesioner pertanyaan tentang karyawan sedang menuju ke arah yang

benar menunjukkan bahwa hampir semua karyawan melakukannya dengan baik

yaitu lebih dari 80%. Namun dalam kaitannya dengan naik turun tangga,

karyawan melakukannya kurang baik yakni sebanyak 50% masih terburu-buru

dalam menuruni tangga meskipun barang yang dibawa cukup banyak, dan masih

ada 27% karyawan yang tidak berpegangan pada pegangan tangan saat

mengunakan tangga. Hasil ringkasan dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.11 Rekapitulasi Rule 1 ke VI : apakah karyawan sedang menuju ke arah yang benar kategori frekuensi Prosentase Buruk 2 3% Sedang 5 8% Baik 53 88% Total 60 100%

Hasil ringkasan tentang apakah karyawan sedang menuju ke arah yang benar

dapat dikatakan sudah baik. Hal ini dapat dilihat bahwa hanya 3 % karyawan

yang tidak mengikuti aturan.

Page 67: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 4.12 Hasil Kuesioner Rule 1 keVII: anda dan produk Ya Tidak a. Apakah saya selalu membaca aturan pakai sebelum menggunakan produk kimia?

85% 15%

b. Apakah saya mengetahui produk yang saya gunakan? 92% 8%

Dalam kaitannya dengan produk, karyawan cenderung membaca aturan pakai

sebelum menggunakan produk kimia yaitu sebanyak 85%, selain itu mereka juga

mengetahui produk yang digunakan yaitu sebanyak 92%. Secara keseluruhan

dalam kaitannya dengan produk dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.13 Rekapitulasi Rule 1 ke VII Kategori frekuensi Prosentase Buruk 0 0% Sedang 30 50% Baik 30 50% Total 60 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kaitannya dengan

produk, karyawan melakukannya dengan baik. Hal ini dapat dilihat tidak ada

karyawan yang dikategorikan buruk dalam kaitannya dengan produk.

Tabel 4.14 Hasil Kuesioner Rule 1 Ke IX: bahaya listirk Ya Tidak a. Apakah saya mempunyai otorisasi yang benar untuk pekerjaan yang saya lakukan?

85% 15%

b. Apakah peralatan listrik yang saya gunakan dalam kondisi baik?

92% 8%

c. Saat mematikan peralatan, apakah saya menarik steker atau kabelnya?

68% 32%

d. Apakah saya berhati-hati terhadap instalasi yang sudah lama? 93% 7%

Dalam hal penanganan bahaya listrik karyawan sudah melakukannya dengan

baik kecuali dalam hal mematikan peralatan. Hal ini dapat dilihat bahwa lebih

dari 80% karyawan melakukan prosedur otorisasi pekerjaan, peralatan yang

sudah baik, dan kehati-hatian dalam intalasi. Namun masih ada 32 % karyawan

setelah mematikan alat, tidak mencabut stekernya.

Page 68: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 4.15 Rekapitulasi Rule 1 ke IX: bahaya listrik kategori frekuensi Prosentase Buruk 0 0% sedang 2 3% Baik 58 97% Total 60 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam kaitannya dengan bahaya

listrik, karyawan sudah melakukannya sesuai prosedur. Yaitu tidak ada kategori

buruk dalam kaitannya dengan bahaya listrik.

Tabel 4.16 Hasil Kuesioner Rule 1 ke XI: bekerja di ketinggian Ya Tidak a. Pernahkan saya berimprovisasi saat bekerja diatas ketinggian? 55% 45% b. Apakah tangga selalu diposisikan dengan baik dan mempunyai penahan yang baik?

93% 7%

c. Pada saat saya menuruni tangga, apakah saya selalu melihat anak tangga?

93% 7%

d. Apakah saya menepatkan tangga dengan keadaan stabil? 100% 0%

Dalam hal kaitannya dengan ketinggian karyawan sudah melakukannya dengan

baik kecuali dalam hal improvisasi saat di ketinggian. Hal ini dapat dilihat dari

lebih dari 90% karyawan melakukannya sesuai prosedur dalam hal

memposisikan tangga, menuruni tangga, dan menempati tangga. Meskipun

demikian hampir separuh karyawan berimprovisasi saat berkeja diatas

ketinggian. Secara keseluruhan dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 4.17 Rekapitulasi Rule 1 ke XI bekerja di ketinggian kategori frekuensi Prosentase buruk 0 0% sedang 3 5% baik 57 95% total 60 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam kaitannya dengan bekerja

di ketinggian, karyawan sudah melakukannya sesuai prosedur. Yaitu tidak ada

kategori buruk dalam kaitannya dengan bekerja di ketinggian.

Page 69: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 4.18 Hasil Kuesioner Rule 1 ke XII :pernahkah saya? Pernah Tidak

Pernah a. Memegang alat dengan satu tangan yang seharusnya dipegang oleh dua tangan?

50% 50%

b. Melakukan perbaikan cepat pada peralatan listrik? 38% 62% c. Menghadapi alat ketika sedang berjalan? 57% 43% d. Menempatkan lengan saya dekat dengan peralatan? 73% 27% e. Melewati fitur keamanan? 50% 50% f. Menggunakan peralatan yang belum diperiksa? 52% 48%

Berdasarkan hasil observasi pada tabel diatas dapat dilihat bahwa faktor maupun

prosedur vital tidak dilakukan secara baik oleh karyawan. Hal ini dapat dilihat

bahwa pada semua prosedur/faktor vital tidak lebih dari 80% karyawan yang

melakukannya dengan baik.

Tabel 4.19 Rekapitulasi Rule 1 ke XII Kategori frekuensi Prosentase Buruk 16 27% Sedang 29 48% Baik 15 25% Total 60 100%

Berdasarkan tabel diatas dalam hal prosedur/faktor vital, karyawan perusahaan

masih kurang baik hal ini diketahui dari besarnya prosentase buruknya

penanganan kebisingan yaitu sekitar seperempat karyawan atau 1 dari 4

karyawan cenderung buruk dalam menangani kebisingan. Sisanya 73 %(sedang

dan baik) karyawan sudah sesuai menangani kebisingan.

Gambaran secara umum keadaan tempat yang berpotensi bahaya (rule 1) ditampilkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.20 Rekapitulasi Rule 1 kategori frekuensi Prosentase buruk 0 0% sedang 12 20% baik 48 80% total 60 100%

Page 70: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Gambar 4.10 Prosentase Rule 1

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa 80% karyawan memiliki

keadaan yang baik, dan sisanya 20% memiliki keadaan yang sedang, dan tidak

ada yang keadaannya buruk.

Rule 2. Saya Harus Berpikir Sebelum Melakukan Tindakan

Tabel 4.21 Hasil Kuesioner Rule 2

Tanyakan pada diri anda : Apakah anda tahu?

Item Pertanyaan Ya Tidak - Dimana saya bekerja? 100% 0% - Apakah saya bekerja sendirian/ berkelompok? 100% 0% - Apakah saya bekerja ditempat ketinggian? 100% 0% - Bagaimana saya melakukan pekerjaan saya? 100% 0% - Apakah saya harus bertanya jika saya tidak mengerti bagaimana cara mengerjakannya/ bekerjanya?

100% 0%

- Surat izin apa yang diperlukan? 100% 0% - Apakah saya mempunyai kekuasaan yang benar? 100% 0% - Apakah saya harus meminta balasan atas surat izin yang diperlukan?

100% 0%

- Risiko apa yang ada untuk diri sendiri? 100% 0% - Risiko apa yang ada untuk orang lain? 100% 0% - Risiko apa yang ada untuk lingkungan? 100% 0% - Alat apa yang digunakan disana? 100% 0% - Apa mereka mengikuti standar? 100% 0% - Dimana penempatan alat tersebut? 100% 0% - Pelindung diri apa yang digunakan disana? 100% 0%

0, 0%

12, 20%

48, 80%

Rule 1

buruk

sedang

baik

Page 71: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Berikut adalah rekapitulasi pada rule 2

Tabel 4.22 Rekapitulasi Rule 2

kategori frekuensi prosentase buruk 0 0% sedang 0 0% baik 60 100% total 60 100%

Gambar 4.11 Prosentase Rule 2 Berdasarkan observasi di lapangan diperoleh bahwa 100% karyawan mematuhi

prosedur pada rule 2 “saya harus berpikir sebelum melakukan tindakan”

Rule 3. Saya Harus Melindungi Diri Sendiri Dengan Menggunakan Personal

Protect Equipment (PPE)

Tabel 4.23 Hasil Kuesioner Rule 3

Personal Protect Equipment (Alat Pelindung Diri)

Ya Tidak a. Apakah saya sudah tepat menggunakan PPE? 97% 3% b. Sudahkah saya diberitahu mengenai PPE yang harus saya pakai?

100% 0%

c. Apakah PPE yang saya gunakan layak digunakan? 95% 5%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lebih dari 97% karyawan sudah tepat

menggunakan PPE dan juga PPE yang digunakan layak digunakan sebesar 95%.

Selain itu karyawan 100% mendapatkan informasi PPE apa yang harus digunakan.

0, 0% 0, 0%

60, 100%

Rule 2

buruk

sedang

baik

Page 72: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel 4.24 Rekapitulasi Rule 3

kategori frekuensi prosentase buruk 0 0% sedang 5 8% baik 55 92% total 60 100%

Gambar 4.12 Prosentase Rule 3

Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa 92% karyawan dikategorikan baik

dalam rule 3 ” Saya Harus Melindungi Diri Sendiri Dengan Menggunakan

Personal Protect Equipment (PPE)”, dan hanya 8% karyawan yang dikategorikan

sedang sesuai rule 3.

Rule 4. Saya Harus Mengikuti aturan Dan Prosedur

Tabel 4.25 Hasil Kuesioner Rule 4

Aturan dan prosedur

Ya Tidak a. Apakah saya sudah mengikuti aturan yang ada? 98% 2% b. Apakah peraturan yang dibuat saya sudah mengerti? 95% 5%

Berdarkan tabel diatas diketahui bahwa 98% karyawan sudah mematuhi aturan

yang ada dan 95% karyawan sudah mengerti tentang peraturan yang telah dibuat.

0, 0% 5, 8%

55, 92%

Rule 3

buruk

sedang

baik

Page 73: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 4.26 Rekapitulasi Rule 4

Kategori frekuensi prosentase Buruk 0 0% Sedang 4 7% Baik 56 93% Total 60 100%

Gambar 4.13 Prosentase Rule 4

Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa 93% karyawan mengikuti rule 4

“Saya Harus Mengikuti aturan Dan Prosedur“, 7% karyawan dikategorikan

sedang dalam mengikuti rule 4, dan tidak ada karyawan yang dikategorikan buruk

dalam mengikuti rule 4.

Rule 5. Menjaga Kebersihan Lingkungan Kerja

Tabel 4.26 Hasil Kuesioner Rule 5

Anda dan organisasi tempat kerja

Ya Tidak a. Apakah saya pernah meninggalkan peralatan kerja saya berserakan dimana saja?

42% 58%

b. Apakah tempat kerja saya rapi? 88% 12% c. Apakah sampah yang berserakan sudah dibersihkan? 90% 10% d. Kapan terakhir kali saya membersihkan area tempat kerja saya? Apakah saya melakukan ini secara teratur?

85% 15%

0, 0% 4, 7%

56, 93%

Rule 4

buruk

sedang

baik

Page 74: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Dalam kaitannya menjaga kebersihan lingkungan kerja diperoleh informasi bahwa

42% karyawan pernah meninggalkan peralatan kerjanya berserakan di mana saja.

Dalam hal kerapian masih ada 12 % karyawan yang tidak rapi, dan masih ada 10

% karyawan yang membersihkan sampah yang berserakan. Mereka yang rutin

membersihkan sampah ada 85%.

Tabel 4.27 Rekapitulasi Rule 5 Kategori frekuensi prosentase Buruk 1 2% Sedang 14 23% Baik 45 75% Total 60 100%

Gambar 4.14 Prosentase Rule 5

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa 75% mengikuti rule 5

“menjaga kebersihan lingkungan kerja”, 23% karyawan dikategorikan sedang

dalam penangannya terhadap kebersihan lingkungan kerja, dan ada 2% karyawan

yang buruk dalam penanganan kebersihan lingkungan kerja.

1, 2%

14, 23%

45, 75%

Rule 5

buruk

sedang

baik

Page 75: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Rule 6. Saya Harus Menolak Ide-ide Lama

Tabel 4.28 Hasil Kuesioner Rule 6

Apakah anda pernah berkata atau memikirkan?

Ya Tidak a. Keselamatan membutuhkan banyak waktu 60% 40% b. Keselamatan bersifat membatasi 45% 55% c. Keselamatan baik untuk orang lainnya 82% 18% d. Keselamatan membutuhkan banyak uang 47% 53% e. Keselamatan bukan sesuatu yang harus saya khawatirkan 47% 53% f. Keselamatan untuk pemula, bukan untuk pekerja yang sudah berpengalaman

67% 33%

Berdasarkan tabel diatas bahwa cara pandang karyawan terhadap karyawan belum

sepenuhnya. Hal ini dapat dilihat dari tidak lebih dari 80% mengikuti aturan yang

ada pada rule 6 kecuali pada pertanyaan keselamatan baik untuk orang lainnya.

Tabel 4.29 Rekapitulasi Rule 6

Kategori frekuensi prosentase Buruk 11 18% Sedang 36 60% Baik 13 22% Total 60 100%

Gambar 4.15 Prosentase Rule 6

11, 18%

36, 60%

13, 22%

Rule 6

buruk

sedang

baik

Page 76: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hanya ada 22% karyawan yang

mengikuti rule 6”saya harus menolak ide-ide lama”. Ada 60 % karyawan yang

dikategorikan sedang dalam menolak ide-ide lama. Dan masih ada 18% karyawan

yang menolak ide-ide lama tentang keselamatan.

Rule 7. Saya Harus Segera Bertindak Dan Menginformasi Kepada Kolega

Saya

Tabel4.30 Hasil Kuesioner Rule 7

Apa yang saya lakukan pada pencemaran?

Ya Tidak a. Saya harus melindungi diri saya 100% 0% b. Saya harus memotong sumber pencemaran (menutup katup yang terbuka dll)

97% 3%

c. Saya harus membersihkan cairan yang tumpah, dimulai dari bagian terluar

88% 12%

d. Saya harus mengumpulkan sampah dan menempatkannya pada tempat pembuangan sampah

90% 10%

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 100% karyawan sadar bahwa mereka

harus melingungi dirinya. Hal ini sejalan yang dilakukan mereka yaitu 97%

karyawan memotong sumebr pencemara, 88% membersihkan cairan yang tumpah

dimulai dari bagian terluar, dan sebanyak 90% karyawan mengumpulkan sampah

lalu menempatkannya di tempat pembuangan sampah.

Tabel 4.31 Rekapitulasi Rule 7 Kategori frekuensi prosentase Buruk 0 0% Sedang 2 3% Baik 58 97% Total 60 100%

Page 77: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Gambar 4.16 Prosentase Rule 7

Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa sudah 97% karyawan mengikuti rule

7 ” Saya Harus Segera Bertindak Dan Menginformasi Kepada Kolega Saya” dan

hanya ada 3% yang dikategorikan sedang dalam mengikuti rule 7.

Berdasarkan safety passport 7 rules yang diperoleh pada rules 1, rules 3, rules 4,

rules 5, rules 6, dan rules 7 kondisi pekerja masih melakukan risiko yang

berbahaya walaupun perusahaan telah memberitahukan kepada pekerja potensi

bahaya yang dapat terjadi pada setiap pekerjaan dan segala sesuatu yang dapat

menimbulkan bahaya atau risiko kerja.

Pada pekerjaan pasangan bata masih dijumpai pekerja yang tidak menggunakan

helm. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran akan pentingnya keselamatan

dalam bekerja.

Pada pekerjaan plesteran dan acian pekerja telah menggunakan alat pelindung diri,

akan tetapi untuk kelayakan alat pelindung diri yang terdapat di perusahaan sangat

minim. Seperti sepatu yang digunakan pada pekerja masih ada sepatu yang tidak

layak digunakan/pakai.

0, 0%

2, 3%

58, 97%

Rule 7

buruk

sedang

baik

Page 78: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

4.3 Usulan Perbaikan

Usulan perbaikan merupakan tujuan meningkatkan kinerja sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan/proyek yang dilakukan, untuk

meminimalisir risiko terjadinya kecelakaan akibat pekerjaan yang dilakukan pada

proyek. Berikut merupakan usulan yang dapat diberikan kepada perusahaan

sebagai bahan pertimbangan untuk meminimisasi risiko kecelakaan dan

keselamatan kerja diperusahaan atau proyek.

Berdasarkan analisis yang didapat dari penelitian dengan ini peneliti dapat

memberikan usulan berdasarkan safety paspport 7 rules yang dihasilkan dari

analisis, yaitu:

Ø Rules 1 Saya Harus Mencari Keadaan Tempat yang Berpotensi Bahaya

Pada rules ini pekerja harus mengetahui atau lebih waspada dan berhati-hati

terhadap potensi bahaya pada masing-masing pekerjaannya, agar kemungkinan

terjadinya bahaya pada saat melakukan pekerjaan dapat dihindari dan di

minimisasi.

Ø Rules 2 Saya Harus Berpikir Sebelum Melakukan Tindakan

Pada rules ini pekerja dituntut setiap melakukan pekerjaan harus memikirkan

potensi bahaya yang akan terjadi pada pekerjaannya, agar kemungkinan terjadinya

potensi bahaya pada saat melakukan pekerjaan dapat dihindari dan diminimalisir.

Ø Rules 3 Saya Harus Melindungi Diri Dengan Personal Protect Equipment

Pada rules ini pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri, agar kemungkinan

terjadinya bahaya pada saat melakukan pekerjaannya dapat dihindari rules ini

juga pekerja telah menggunakan alat pelindung diri dan telah menggunakan

dengan baik.

Ø Rules 4 Saya Harus Mengikuti Aturan dan Prosedur

Pada rules ini pekerja wajib mengikuti peraturan dan prosedur yang telah dibuat

atau dirancang oleh perusahaan, agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud

dan tanpa ada satu kejadian yang dapat merugikan pekerja dan perusahaan. Pada

rules ini juga pekerja telah mengikuti aturan dan prosedur yang telah dirancang

oleh perusahaan.

Page 79: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Ø Rules 5 Menjaga Kebersihan Lingkungan Kerja

Pada rules ini pekerja tidak dapat menjaga kebersihan lingkungan kerjanya.

Dengan lingkungan yang bersih dan nyaman pekerja dapat terhindar dari penyakit

dan bahaya yang dapat merugikan pekerja. Oleh karena itu, pekerja dituntut

bertanggung jawab dengan keadaan lingkungan kerjanya, agar pekerjaan yang

sedang dikerjakan atau dilakukan dapat terhindar dari segala bahaya yang dapat

menimbulkan kerugian bagi pekerja.

Ø Rules 6 Saya Menolak Ide-ide Lama

Pada rules ini pekerja mengganggap keselamatan dan kesehatan kerja pada saat

bekerja masih kurang mengerti atau paham mengenai keselamatan dan kesehatan

kerja. Oleh karena itu, pada rules ini pekerja dituntut untuk memahami tentang

keselamatan dan kesehatan kerja, agar pada waktu bekerja, pekerja tidak hanya

memikirkan “saya harus bekerja dan mendapatkan uang”, melainkan dituntut

harus memikirkan keselamatan dan kesehatannya juga.

Ø Rules 7 Saya Harus Segera Bertindak dan Menginformasikan Kepada

Kolega Saya

Pada rules ini pekerja dituntut untuk melakukan tindakan yang sifatnya dapat

mengakibatkan kecelakaan atau merugikan orang lain, agar pekerja sewaktu-

waktu pada saat melakukan pekerjaannya dihadapkan dengan bahaya pekerja

dapat mengatasinya dan menginformasikan kepada Atasannya atau perusahaan.

Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari rules-rules diatas berupa

usulan yang dapat diberikan kepada perusahaan sebagai bahan pertimbangan,

dapat dijelaskan dibawah ini.

Page 80: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

4.3.1 Usulan Menumbuhkan Kesadaran Terhadap Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

Pada dasarnya melakukan atau menumbuhkan kesadaran terhadap keselamatan

dan kesehatan kerja sangat penting. Berikut ini usulan untuk menumbuhkan

kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, diantaranya dengan cara:

1. Menumbuhkan rasa tanggung jawab kepada pekerja

Pada umumnya para pekerja harus budayakan “selamat” dalam setiap

pekerjaannya, dengan membudayakan hal tersebut maka akan timbul rasa

tanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja. Berikut merupakan

usulan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab seorang pekerja,

diantaranya:

a. Menginformasikan bahaya yang dapat terjadi pada setiap jenis pekerjaan.

Dengan menginformasikan bahaya yang dapat terjadi pada setiap jenis

pekerjaan, pekerja diharapkan bisa mengerti atau paham dengan kondisi

bahaya dalam pekerjaannya, agar jika sewaktu-waktu bahaya timbul pada

saat pekerja sedang bekerja maka pekerja tersebut dapat menghindarinya.

b. Melaporkan hal-hal yang dapat menimbulkan kecelakaan

Melaporkan hal-hal yang berpotensi dapat menimbulkan kecelakaan

sangat penting, karena sangat menunjang dalam segala kegiatan pekerjaan.

Contohnya: pada jalur yang telah dibuat untuk akses jalan memiliki risiko

dapat menimbulkan bahaya seperti, jalan yang dapat mengakibatkan

longsor dan jalan berlubang. Pekerja dapat melaporkan kepada atasan

sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan jalur agar tidak terjadi

kecelakaan pada pekerjaan lainnya.

c. Membersihkan lingkungan kerja dan menempatkan peralatan kerja pada

tempatnya.

Dengan membersihkan lingkungan kerja dan menempatkan peralatan kerja

pada tempatnya, ini pun dapat meminimisasi kecelakaan dan menggurangi

risiko yang dapat terjadi dipekerjaan. Selain itu juga, dengan kondisi

tersebut pekerja dapat juga meningkatkan produktivitas dalam bekerjanya.

Page 81: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

d. Bekerja dengan aman

Bekerja dengan aman menuntut para pekerja lebih teliti dalam melakukan

kegiatan pekerjaannya dan berhati-hati dalam menggunakan peralatan,

agar kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat diminimisasi.

e. Menggunakan personal protective equipment (PPE) yang sesuai

Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai sangatlah penting bagi para

pekerja. Hal ini merupakan salah satu budaya “selamat” dalam melakukan

pekerjaan, agar risiko yang terjadi dalam pekerjaannya dapat dihindari.

Selain dengan pemakaian alat pelindung diri yang sesuai, pekerja harus

didukung dengan poin-poin a, b, c dan d atau telah dijelaskan diatas.

2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab perusahaan/proyek terhadap

keselamatan dan kesehatan pekerja.

Yang perlu dilakukan oleh perusahaan, yaitu:

a. Evaluasi kerja disetiap jenis pekerjaan.

Dengan dilakukan evaluasi kerja disetiap jenis pekerjaan, perusahaan

dapat menggetahui risiko yang dapat terjadi pada setiap jenis pekerjaan

dan perusahaan juga dapat meminimisasi bahaya yang dapat terjadi pada

jenis pekerjaan tersebut. Dengan demikian, perusahaan dapat melakukan

evaluasi setiap jenis pekerjaan seminggu sekali atau setiap selesai bekerja.

b. Evaluasi tentang kinerja keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja

mulai dari melakukan pekerjaan sampai selesai bekerja.

Hal ini bertujuan agar segala risiko yang akan terjadi pada setiap jenis

pekerja dapat berkurang dan diminimisasi. Selain itu juga, dengan

dilakukan evaluasi tentang kinerja keselamatan dan kesehatan kerja pada

pekerja, perusahaan dapat mengetahui pentingnya keselamatan dan

kesehatan kerja para pekerjanya.

c. Menambahkan bagian Pengawas pada bagian K3.

Dengan ditambahnya pengawas pada proyek akan meminimisasi risiko

kerja yang dilakukan oleh pekerja. Selain itu juga, perusahaan dapat

mengawas setiap pekerja-pekerja yang lalai dalam bekerja dan dapat

memberikan warning.

Page 82: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

d. Menambahkan alat pelindung diri (APD).

Dengan penambahan jumlah alat pelindung diri, segala kemungkinan

bahaya yang akan terjadi atau risiko terhadap pekerja didalam proyek

dapat dihindari dan jika diperlukan penambahan jumlah pekerja,

perusahaan tidak perlu khawatir dengan jumlah alat pelindung diri yang

telah ada atau disediakan.

e. Menambahkan jumlah rambu-rambu K3.

Dengan penambahan jumlah rambu-rambu K3, segala kemungkinan

bahaya yang akan terjadi atau risiko terhadap pekerja dapat dihindari dan

jika suatu saat dapat menimbulkan bahaya dapat menggunakan rambu-

rambu yang telah disediakan.

4.3.2. Usulan Memberikan Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan diberikan kepada para

pekerja. Pelatihan ini berupa seminar atau penjelasan mengenai keselamatan dan

kesehatan kerja untuk menambah wawasan dalam lingkup keselamatan dan

kesehatan kerja. Adapun tujuan dari pelatihan ini agar pekerja memiliki

pengetahuan dan kemampuan mencegah kecelakaan kerja, mengembangkan

konsep dan kebiasaan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, memahami

ancaman bahaya yang ada ditempat kerja dan menggunakan langkah pencegahan

kecelakaan kerja.

Page 83: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengolahan data, analisis dan usulan

perbaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

berdasarkan safety passport 7 rules, pekerja (responden) pada rule 1,

rule 2, rule 3, rule 4, rule 5 dan rule 7 dengan kategori baik, tetapi pada

rule 6 dengan kategori buruk.

2. Faktor yang menyebabkan program keselamatan dan kesehatan kerja

menjadi terhambat pada rule 6 adalah sebagai berikut:

· Pekerja beranggapan keselamatan bersifat membatasi

· Pekerja beranggapan keselamatan membutuhkan banyak uang

· Pekerja beranggapan keselamatan bukan sesuatu yang harus

dikhawatirkan dan adapun faktor lain yaitu:

· Kurangnya rasa tanggung jawab pada diri sendiri

3. Usulan perbaikan berdasarkan safety paspport 7 rules untuk

meminimalisir risiko kecelakaan kerja pada Pembangunan Hotel Brothers

adalah sebagai berikut:

· Menumbuhkan rasa tanggung jawab pekerja:

a. Menginformasikan bahaya yang terjadi pada setiap jenis pekerjaan,

b. Melaporkan hal-hal yang dapat menimbulkan kecelakaan,

c. Membersihkan lingkungan kerja dan menempatkan peralatan kerja

pada tempatnya,

d. Bekerja dengan aman,

e. Menggunakan personal protective equipment (PPE) yang sesuai,

f. Menambahkan alat pelindung diri,

Page 84: studi implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

g. Menambahkan rambu-rambu K3

· Memberikan pelatihan K3

5.2. Saran

Adapun saran yang diberikan kepada pihak perusahaan untuk dapat

dipertimbangkan dari hasil penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk pembangunan atau pekerjaan selanjutnya perusahaan dapat

menggunakan Safety Passport 7 Rules, sehingga dapat diketahui

pemahaman setiap pekerja yang bekerja dipekerjaan selanjutnya.

2. Evaluasi kerja pada setiap jenis pekerjaan

3. Evaluasi tentang kinerja keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja

mulai dari melakukan pekerjaan sampai selesai bekerja

4. Menambahkan bagian Pengawasaan pada bagian K3

5. Menambahkan alat pelindung diri (APD).

6. Menambahkan jumlah rambu-rambu K3.