Upload
hanhi
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn. S DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA
DI SUSUN OLEH:
AGUS BASUKI
NIM. P.09061
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn. S DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
AGUS BASUKI
NIM. P.09061
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
SURAT PERYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Agus Basuki
NIM : P.09061
Program Studi : D III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI
PADA Tn.S DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG MAESPATI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA.
Dengan ini saya menyatakan, dengan sesungguhnya bahwa KTI ini saya
susun tanpa ada tindak plagiatorisme yang berlaku di Prodi D III Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Apabila dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiatorisme,
sepenuhnya saya menirima sangsi yang dijatuhkan oleh pendidikan kepada saya.
Demikian surat ini saya buat agar dapat menjadi bahan pertimbangan.
Surakarta, April 2012
Yang Membuat Peryataan
AGUS BASUKI
NIM. P.09061
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Agus Basuki
NIM : P.09061
Program Studi : D III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI
PADA Tn.S DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG MAESPATI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA.
Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D III Keperawan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada Surakarta
Tanggal : 26 April 2012
Pembimbing: Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns. ( )
NIK. 201185071
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Agus Basuki
NIM : P.09061
Program Studi : D III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI
PADA Tn.S DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG MAESPATI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA SURAKARTA.
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D III keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada Surakarta
Tanggal : 11 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns. (.....................................)
NIK. 201185071
Penguji II : Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns. (.....................................)
NIK. 201187065
Penguji III : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns. (.....................................)
NIK. 201183063
Mengetahui
Ketua Program Studi D III Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns.
NIK. 201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.S DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH SURAKARTA”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada
yang terhormat:
1. Bapak Setiyawan, S.Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi D III keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku Sekertaris Ketua Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Bapak Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan
- masukan, inspirasi, perasaan nyaman dan memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
vi
4. Ibu Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inpirasi,
perasan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi
kasus ini.
5. Siti Mardiyah, S.Kep., Ns., selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inpirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi D III Keperawtan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasan serta
ilmu yang bermanfaat.
7. Segenap karyawan, karyawati dan perawat di ruang Maespati Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta.
8. Kedua orang tua penulis yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat serta dukungan secara moral, material, spiritual.
9. Kakak penulis Widodo yang berada di Jakarta terima kasih atas dukunganya.
10.Teman - teman seperjuangan 2009 (Bagus, Ifan, Muku, Boby, Dody dan semua
tingkat tiga yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu) STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah membantu dan memberikan informasi serta
dukungan moril maupun spiritual.
Semoga studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan, Amin.
Surakarta, 11 Mei 2012
AGUS BASUKI
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK..................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAAN.............................................................................. iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................... 4
C. Manfaat Penulisan................................................ 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian............................................................ 6
B. Perumusan Masalah Keperawatan....................... 12
C. Perencanaan Keperawatan................................... 14
D. Implementasi Keperawatan.................................. 17
E. Evaluasi Keperawatan......................................... 18
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan........................................................... 21
B. Simpulan................................................................ 27
C. Saran...................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Genogram Tn.S....................................................................... 7
Gambar 2.2 Pohon Masalah....................................................................... 13
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Log Book Kegiatan Harian
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 3 Lembar Pendelegasian Pasien
Lampiran 4 Asuhan Keperawatan
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
�
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi sehat jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 sehat jiwa adalah suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangannya itu berjalan selaras dengan keadaan
orang lain (Kusumawati, 2010). Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi
jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial,
apabila seseorang sudah mengalami waham, halusinasi, tidak mampu
mengendalikan emosi, tingkah laku kacau, isolasi sosial, maka sudah
dikatagorikan mengalami gangguan jiwa (Keliat, 2005).
World Health Organization (WHO) 2001, menyatakan paling tidak satu dari
empat orang di dunia mengalami masalah mental. World Health Organization
(WHO) memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia megalami gangguan
kesehatan jiwa, pada masyarakat umum terdapat 0,2 - 0,8 penderita sakit jiwa.
Dari 120 juta penduduk di negara Indonesia terdapat kira - kira 2.400.000 orang
anak mengalami gangguan jiwa ( Marmis, 2004 ). Menurut hasil survei dari RSJ
Dr. Soeharto Herdjan Jakarta ditemukan pada bulan Januari - April 2011,
penderita gangguan jiwa berjumlah 218 orang, dengan penderita perilaku
kekerasan 16 orang (1,3%), halusinasi 157 orang (72 %), penderita Isolasi sosial
2 �
37 orang (16,97%), penderita harga diri rendah 5 orang (2,29%), penderita waham
3 orang (1,37%) (Casmita, 2008).
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri - ciri aktivitas sistem saraf
parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat
biasanya ada kesalahan, yang mungkin nyata - nyata kesalahanya atau mungkin
juga tidak. Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju,
menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam.
Bila hal ini disalurkan maka akan terjadi perilaku agresif (Puri, 2008).
Berdasarkan kebutuhan Maslow, maslow menentukan prioritas diagnosa
yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan diantaranya kebutuhan fisiologi,
keselamatan dan keamanan, mencintai dan dicintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Kebutuhan mencintai dan dicintai meliputi masalah kasih sayang, seksualitas,
afiliasi dalam kelompok, hubungan antar manusia (Hidayat, 2008).
Tingkah laku perilaku kekerasan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain yang pertama model teori importation yang mencerminkan kedudukan klien
dalam membawa atau mengadopsi nilai - nilai tertentu. Model teori yang kedua
yaitu model situasionism, amuk adalah respon terhadap keunikan, kekuatan dan
lingkungan rumah sakit yang terbatas yang membuat klien merasa tidak berharga
dan tidak diperlakukan secara manusiawi. Model yang ketiga yaitu model
interaksi, model ini menguraikan bagaimana proses interaksi yang terjadi antara
klien dan perawat dapat memicu atau menyebabkan terjadinya tingkah laku amuk.
Amuk merupakan respon marah terhadap adanya stres, cemas, harga diri rendah,
rasa bersalah, putus asa dan ketidak berdayaan. Respon ini dapat diekspresikan
3 �
secara internal maupun eksternal, secara internal dapat berperilaku yang tidak
asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat berupa perilaku
destruktif agresif. Adapun respon marah diungkapkan melalui tiga cara yaitu
secara verbal, menekan dan menantang (Keliat, 2005).
Penderita gangguan jiwa di RSJD Surakarta pada tahun 2009 sebanyak
2.420 pasien dengan presentasi hunian (BOR) 74 %. Tahun 2010 sebanyak 2.560
pasien dengan presentasi hunian 84,49%. Tahun 2011 sebanyak 2.605 pasien
dengan presentasi hunian 75,6% ( rekam medic 2011). Berdasarkan komunikasi
dengan perawat di bangsal maespati di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada
1 sampai 31 Maret 2012 diketahui jumlah pasien 42 pasien 9 diantaranya
menderita gangguan perilaku kekerasan, sisanya halusinasi 15 orang, HDR 8
orang, isolasi sosial 6 orang dan waham 4 orang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menulis karya
tulis ilmiah dengan judul “STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.S
DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA”.
4 �
B. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Melaporkan Kasus Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai pada
Tn.S dengan Perilaku Kekerasan di Bangsal Maespati RSJD Surakarta.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan karya tulis ini adalah agar penulis
mampu:
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.S dengan Pemenuhan
Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.S dengan
Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku
Kekerasan.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan
Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku
Kekerasan.
d. Penulis mampu implementasi pada Tn.S dengan Pemenuhan Kebutuhan
Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.S dengan Pemenuhan
Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi pada Tn.S dengan Pemenuhan
Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan.
5 �
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penanganan koping stres pada
pasien dengan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan
Perilaku Kekerasan.
b. Meningkatkan ketrampilan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan
Perilaku Kekerasan.
2. Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di Rumah
Sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa khususnya
pada kasus Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku
Kekerasan.
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di
Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa
khususnya pada kasus Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
dengan Perilaku Kekerasan.
b. Pendidikan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
institusi pendidikan D III keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dimasa yang akan datang.
�
6
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian penulis dilakukan pada tanggal 05 April 2012 jam 08.40 WIB
dengan metode wawancara dan melihat status klien, dari pengkajian tersebut
didapatkan data sebagai berikut klien dengan inisial Tn.S yang berusia 32 tahun,
jenis kelamin laki - laki, beragama Islam status klien belum kawin, pendidikan
terakhir adalah SMP, bertempat tinggal di Derak 05/ 06 Guworejo Karang Malang
Sragen. Klien masuk RSJD Surakarta sejak tanggal 22 Februari 2012, keluarga
yang bertanggung jawab atas klien adalah Ny.L yang merupakan kakak tertua dari
klien yang tinggal serumah dengan klien yang berusia 54 tahun yang bertempat
tinggal di Derak 05/ 06 Guworejo Karang Malang Sragen.
Alasan masuk klien dibawa ke IGD RSJD Surakarta oleh kakaknya pada
tanggal 22 Februari 2012 karena klien mengamuk, memecah kaca rumah tetangga,
marah - marah. Pada faktor predisposisi klien mengatakan pernah mengalami
gangguan jiwa dan pernah dirawat di RSJ sudah lima kali ini, pengobatan
sebelumya kurang berhasil karena tidak mau minum obat dan tidak mau kontrol
teratur. Klien mengatakan pernah mengalami penganiayaan fisik yaitu pada waktu
SMP ditampar oleh orang tuanya karena klien marah - marah ketika minta
dibelikan sepeda motor. Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Klien mengatakan mempunyai
7 �
pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu diejek, dilecehkan oleh warga karena
penyakitnya dan karena tuli.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa TD: 120/ 80 mmHg, nadi:
92 kali per menit, respirasi: 22 kali per menit, suhu: 36�. Keluhan fisik, klien
tidak mengalami keluhan fisik.
Gambar 2.1 Genogram
Keterangan :
: laki - laki
: perempuan
: pasien laki - laki
: laki - laki meninggal
: perempuan meninggal
: Tinggal serumah
: Garis keturunan
Pada pemeriksaan psikososial khususnya genogram didapatkan data klien
merupakan anak kedelapan dari delapan bersaudara, klien belum menikah dan
8 �
tinggal serumah dengan kakaknya yang pertama karena kedua orang tuanya sudah
meninggal. Klien mengatakan di dalam anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa seperti yang diderita klien saat ini.
Hasil pengkajian pada konsep diri meliputi gambaran diri klien mengatakan
bagian tubuh yang disukai adalah hidung karena hidungnya bisa untuk bernafas.
Bagian tubuh yang tidak disukai adalah telinga karena telinganya agak tuli.
Identitas klien, klien merupakan anak kedelapan dari delapan bersaudara, klien
berumur 32 tahun dan belun pernah menikah. Dari peran klien mengatakan
berperan sebagai seorang anak yang paling muda dan tinggal serumah dengan
kakaknya yang tertua dan klien pernah bekerja sebagai buruh tani dan sering
membantu kakaknya bekerja di sawah serta mencari rumput untuk pakan ternak
sapi kakaknya. Peran klien dimasyarakat sebagai anggota warga biasa dan sering
ikut kegiatan dimasyarakat seperti kerja bakti dan gotong royong. Ideal diri klien,
klien berharap ingin segera pulang dan berharap lagi bisa berkumpul dengan
kakaknya dan berharap penyakitnya tidak kambuh lagi. Harga diri klien merasa
minder dan rendah diri karena penyakitnya dan karena telinganya tuli.
Hasil pengkajian hubungan sosial klien mengatakan orang yang paling
berarti bagi klien adalah kedua orang tuanya dan saat ini orang yang paling berarti
adalah kakaknya. Peran serta klien dalam kegiatan kelompok atau masyarakat,
sebelum sakit klien ikut dalam kegiatan karang taruna tapi semenjak dia sakit
sudah tidak ikut lagi. Hambatan klien dalam berhubungan dengan orang lain, klien
mengatakan tidak ada hambatan dengan orang lain tetapi klien merasa malu
karena ada sebagian warga yang mengejek dia, dan kontak mata ada.
9 �
Spiritual nilai dan keyakinan, klien mengatakan beragama Islam. Dari
kegiatan ibadah klien mengatakan selama di rumah rajin melakukankan sholat
lima waktu, dan selama klien dirawat di RSJ tidak pernah melakukan sholat lima
waktu, dan klien juga jarang mengikuti kegiatan ibadah lain diwarga seperti
pengajian karena malas.
Status mental klien meliputi dari penampilan klien selama di RSJ berpakain
rapi, rambut cukup tertata, kebersihan cukup, nafas agak bau dan mandi dua kali
sehari. Dari pembicaraan klien intonasi bicara cukup jelas tapi kadang kata -
katanya diulang - ulang tetapi sesuai dengan topik pembicaraan. Aktifitas motorik
klien terlihat gelisah dan mondar - mandir karena habis minum obat dan efek
samping dari obat yang diminunya yaitu ngantuk. Alam perasaan klien, klien
merasa sedih karena saat ini tidak bisa berkumpul dengan kakaknya. Afek datar,
klien selalu berespon setiap ditanya perawat. Interaksi selama wawancara, klien
kooperatif, kontak mata cukup saat wawancara, klien tidak mudah tersinggung
ketika ditanya tentang hal - hal yang menyebabkan klien dibawa ke RSJ dan
tentang masa lalunya. Persepsi klien mengatakan sekitar dua minggu yang lalu
mengalami halusinasi pengelihatan tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. Proses
pikir yang dialami pembicaraan klien terarah muskipun terkadang diulang - ulang
tetapi masih dalam topik pembicaraan.
Isi pikir, klien mengatakan ingin cepat pulang dan berkumpul dengan
kakaknya, klien tidak mengalami waham dan tidak ada gangguan dalam isi pikir.
Tingkat kesadaran klien mengatakan masih sadar dan ingat perhitungan hari
selama dirawat di RSJ sudah 44 hari, posisi sekarang masih di RSJ dan masih
10 �
mengingat kakaknya karena saat ini orang yang paling berarti adalah kakaknya.
Memori saat ini klien mengatakan tidak mengalami gangguan daya ingat karena
masih ingat kejadian - kejadianya, yaitu daya ingat jangka panjang ketika sekolah
SMP sering berantem dan membolos pelajaran, daya ingat jangka pendek ketika
klien mau dibawa ke RSJ klien menolak, dan daya ingat saat ini klien mengatakan
tadi pagi mengikuti rehabilitasi dengan kegiatan senam, volly dan menggambar.
Tingkat konsentrasi dan berhitung, klien mengatakan masih bisa berkonsentrasi
dengan berhitung dibuktikan klien menghitung lama dilakukan perawatan di RSJ
sudah 44 hari. Kemampuan penilaian, klien mengatakan jika disuruh mandi
langsung mandi dan jika disuruh tidur langsung tidur. Daya tilik diri, klien ingin
cepat pulang dan membantu kakaknya.
Kebutuhan persiapan pulang klien mengatakan makan sendiri tanpa
bantuaan, makan tiga kali sehari tepat waktu, habis satu porsi dengan menu RSJ
seperti nasi, tahu, tempe, telur daging dan minum sekitar delapan gelas air putih
dan teh, dua gelas bubur kacang hijau, dan setelah makan mau membersihkan alat.
BAB/ BAK klien mengatakan BAB satu kali sehari yaitu pagi hari, warna kuning
konsistensi lembek, BAK sekitar 4 - 6 kali sehari warna kuning jernih bau khas.
Mandi, klien mengatakan mandi dua kali sehari pagi dan sore dengan sabun tanpa
bantuan, keramas tiap hari, dan gosok gigi. Berpakaian dan berhias, klien
mengatakan dalam berpakaian bisa melakukanya secara mandiri, setiap pagi ganti
baju sesusai dengan baju yang disiapkan di RSJ. Dari kebutuhan istirahat dan
tidur, lama tidur siang klien 1 - 2 jam, lama tidur malam klien sekitar 8 - 9 jam
dari jam 20.00 - 05.00 WIB dan kegiatan klien sebelum tidur biasanya nonton tv
11 �
dan ngobrol dengan teman - temanya. Dalam penggunaan obat klien ketika di RSJ
hanya tinggal meminum obatnya yang sudah disiapkan oleh perawat jaga (obat
oral).
Pemeliharaan kesehatan, perawatan lanjutan ketika klien sudah diijinkan
pulang maka perawatan lanjutan yang harus dilakukan klien untuk memelihara
kesehatan dianjurkan untuk kontrol rutin sebelum obat habis, perawatan dukungan
dalam memelihara kesehatan klien didukung dengan penggunaan obat dan
dukungan dari keluarga. Kegiatan klien yang dilakukan di dalam rumah yaitu
membantu mempersiapkan makan, menjaga kebersihann rumah, mencuci piring
setelah makan dan mencuci pakaian. Kegiatan di luar rumah klien ingin
membantu kakaknya bekerja di sawah dan mencarikan pakan ternak sapi
kakaknya serta menjadi buruh tani seperti mencangkul.
Mekanisme koping klien dari adaptif: klien suka membantu kakaknya
bekerja di sawah dan mencari rumput untuk pakan ternak sapi kakaknya.
Mekanisme koping maladaptif: klien mengatakan mudah marah ketika berbeda
pendapat dengan lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan
merusak barang. Masalah psikososial dan lingkungan klien mengatakan kurang
lebih lima tahun yang lalu bekerja di proyek bangunan dan pekerjaan klien saat ini
tidak menetap sehingga dalam membiayai dirinya klien dibantu oleh kakaknya
karena masih tinggal serumah. Pengetahuan kurang tentang, klien kurang
mengetahui tentanng faktor presipitasi tentang penyakit yang dialaminya dan
manfaat dari obat - obatan yang selama ini diminumnya. Aspek medik, diangnosa
medik skizofrenia akut dan terapi medik yang diberikan, pada klien yaitu
12 �
Chlorpromazine 2x100 mg (penenang), Triheksiperidil 3x1 mg (relaksasi),
Risperidol 2x2 mg (penenang). Data penunjang yang diperoleh dari pemerisaan
laboratorium pada tanggal 22 Februari 2012 hasilnya adalah GDS 134 mg/ dl (
normal < 130 mg/ dl), SGOT 16 U/ L (normal < 37 U/ L), SGPT 12 U/ L (normal
< 42 U/ L).
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data tersebut diatas dapat ditegakan diagnosa keperawatan
yaitu resiko perilaku kekerasan, diagnosa keperawatan tersebut didukung dengan
data subyektif: klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat dengan
lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang.
Data obyektif: terdapat data pada pasien klien tampak mondar - mandir,
pandangan tajam, bicara terdengar keras (membentak), mata melotot.
Diangnosa keperawatan yang kedua adalah harga diri rendah, diangnosa
keperawatan tersebut didukung dengan data subyektif: klien mengatakan merasa
minder pada masyarakat karena penyakit jiwa yang dideritanya dan karena tuli.
Data obyektif: klien mengatakan malu saat mengungkapkan cerita, klien
menunduk, kontak mata kurang saat menceritakan masalahnya yang berkaitan
dengan kondisi fisik.
Diagnosa keperawatan yang ketiga adalah resiko menciderai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan, diagnosa tersebut didukung dengan data subyektif:
klien mengatakan mudah marah ketika tidak sependapat dengan lawan bicaranya
13 �
(kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang. Data obyektif: klien
mudah tersinggung, klien mudah marah.
Dari ketiga diagnosa diatas dapat dibuat pohon masalah sebagai berikut
resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sebagai akibat, resiko
perilaku kekerasan sebagai care problem, harga diri rendah sebagai etiologi. Dari
diagnosa tersebut dapat dijadikan prioritas diagnosa, prioritas yang pertama resiko
perilaku kekerasan, harga diri rendah, resiko menciderai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
Pohon Masalah
Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan (Akibat)
Resiko Perilaku Kekerasan ( Care Problem)
Harga Diri Rendah (Etiologi)
Gambar 2.2 Pohon Masalah
C. Rencana Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, dirumuskan rencana keperawatan pada
Tujuan umum: Klien tidak melakukan tindakan kekerasan. Tujuan khusus 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya. Dengan kriteria evaluasi setelah
1x pertemuan klien tampak: Menunjukan tanda - tanda percaya pada perawat,
wajah cerah (tersenyum), mau berkenalan, bersedia menceritakan perasaannya.
14 �
Intervensi yang akan dilakukan bina hubungan saling percaya dengan, memberi
salam setiap berinteraksi, perkenalkan nama perawat dan tujuan perawat
berinteraksi, tanyakan dan panggil nama kesukaan klien, tunjukan sikap empati
jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang jelas, dengarkan dengan
penuh perhatian ungkapan perasaan klien.
TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukannya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menceritakan
penyebab perilaku kekerasan yang dilakukanya, menceritakan penyebab perasaan
kesal (jengkel), baik dari diri sendiri maupun lingkungannya. Intervensi yang akan
dilakukan, bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya, motivasi klien untuk
menceritakan penyebab rasa kesal (jengkel), dengarkan tanpa mencela atau
memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien.
TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasaan.
Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menceritakan tanda - tanda
saat terjadi perilaku kekerasan, tanda fisik mata merah, tangan mengepal, ekspresi
wajah tegang, tanda emosional, perasaan marah jengkel marah bicara kasar, tanda
sosial bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan. Intervensi yang
akan dilakukan, bantu klien mengungkapkan tanda - tanda perilaku kekerasan
yang dialaminya, motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku
kekerasan terjadi, motivasi klien menceritkan kondisi emosinya saat terjadi
perilaku kekerasan, motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang
lain saat terjadi perilaku kekerasan.
15 �
TUK 4: Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukanya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemun klien menjelaskan,
jenis - jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukanya, perasaannya
saat melakukan kekerasan, efektifitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan
masalah. Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan klien perilaku
kekerasan yang dilakukan selama ini, motivasi klien menceritakan jenis - jenis
tindakan kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya, motivasi klien
menceritakan perasaan klien setelah tindakan kekerasan tersebut terjadi,
diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan yang dilakukanya masalah yang
dialami teratasi.
TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Dengan
kriteria evaluasi setelah 1x pertemun klien menjelaskan akibat tindakan kekerasan
yang dilakukannya, diri sendiri (luka, dijauhi teman), orang lain (keluarga luka,
tersinggung, ketakutan), lingkungan (barang atau benda rusak). Intervensi yang
akan dilakukan, diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang
dilakukan pada, diri sendiri, orang lain, keluarga, lingkungan.
TUK 6: Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
mengungkapkan kemarahan. Dengan kriteria evaluasi 2x pertemuan klien,
menjelaskan cara sehat mengungkapkan marah, Intervensi diskusikan dengan
klien apakah klien mau mempelajari cara mengungkapkan marah yang sehat,
jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah, jelaskan cara
sehat untuk mengungkapkan marah, cara fisik: nafas dalam pukul bantal dan
16 �
olahraga, verbal mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada orang lain,
sosial: latihan asertif dengan orang lain.
TUK 7: Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Dengan kriteria evaluasi setelah 2x pertemuan klien memperagakan cara
mengontrol perilaku kekerasan, fisik: tarik nafas dalam, memukul bantal, verbal:
mengungkapkan perasaan kesal pada orang lain tanpa menyakiti, spiritual zikir
doa. Intervensi diskusikan cara mungkin dipilih untuk mengungkapkan
kemarahannya, latih klien memperagakan cara yang dipilih, jelaskan manfaat cara
tersebut, anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan, anjurkan klien
menggunakan cara yang sudah dilatih saat jengkel muncul.
TUK 8: Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan. Dengan kriteria evaluasi setelah 3x pertemuan keluarga: menjelaskan
cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, mengungkapkan rasa puas dalam
merawat klien. Intervensi diskusikan pentingnya paran serta keluarga sebagai
pendukung klien untuk mengatakan perilaku kekerasaan, jelaskan pengertian
penyebab, akibat, dan cara merawat klien perilaku kekerasan, peragakan klien
menangani parilaku kekerasan, beri kesempatan keluarga untuk memperagakan
ulang, beri pujian kepada keluarga setelah peragakan, tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang dilatih.
TUK 9: Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan.
Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menjelaskan: manfaat minum
obat, keinginan tidak minum obat, nama obat, bentuk dan warna obat, dosis yang
diberikan kepadanya, waktu penakaran, cara penakaran, efek yang dirasakan,
17 �
setelah 1x pertemuan klien mengungkapkan obat sesusi program. Intervensi
jelaskan manfaat menggunaan obat secara teratur dan kerugian jika tidak
menggunakan obat, jelaskan kepada klien: jenis obat (nama, warna dan bentuk
obat), dosis yang tepat untuk klien, waktu pemakain, efek yang dirasakan klien,
anjurkan klien: minta dan menggunakan obat tepat waktu, lapor keperawat atau
dokter jika mengalami efek yang tidak biasa, beri pujian terhadap kedisiplinan
klien menggunakan obat.
D. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan rencana keperawatan yang sudah disusun pada tanggal 05 - 07
April 2012 dilakukan tindakan untuk diangnosa yang pertama Sp 1: bina
hubungan saling percaya (BHSP), memberi salam terapeutik, memperkenalkan
nama perawat, menanyakan nama panggilan kesukaan klien, mengidentifikasi
penyebab PK, mengidentifikasi tanda dan gejala PK, mengidentifikasi PK yang
dilakukan, mengidentifikasi akibat PK, menyebutkan cara mengontrol PK,
membantu klien mempraktekan latihan mengontrol cara fisik yang pertama (tarik
nafas dalam), memnganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian,
memberi reisformen atas keberhasilan klien, lanjut SP II.
SP II: memberi salam terapeutik, mengevaluasi jadwal kegiatan klien,
melatih klien mengontrol PK dengan cara fisik yang kedua (memukul bantal),
menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatn harian, memberi
reisformen positif atas keberhasilan klien. SP III: memberi salam terapeutik,
mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengontrol PK dengan
18 �
cara verbal, menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian,
memberikan reisformen positif atas keberhasilanya.
E. Evaluasi Keperawatan
Untuk mengetahui tindakan keperwatan yang dilakukan berhasil atau tidak
dengan mengetahui perkembangan pada klien serta apakah masalah sudah teratasi
maka perlu dilakukan evaluasi. Untuk diagnosa yang pertama SP I didapatkan
data subyektif: klien mengatakan marah dan mengamuk jika tidak sependapat
dengan lawan bicaranya (kakaknya), klien mengatakan mau diajari cara
mengontrol PK, klien mengatakan senang setelah melakukan cara yang pertama
(tarik nafas dalam). Data obyektif: saat dikaji klien tampak mondar - mandir,
pandangan tajam, kontak mata ada, intonasi suara keras, klien mau menjawab
salam, klien mau berjabat tangan, klien terlihat melakukan tehnik yang diajarkan.
Klien mampu melakukan cara mengontrol PK dengan tarik nafas dalam, klien
mampu mengungkapkan masalahnya dan penyebab PK sehingga planing untuk
klien: motivasi klien mempraktekan cara fisik yang pertama (tarik nafas dalam)
dan planing untuk perawat: evaluasi SP I dan lanjut SP II.
Untuk SP II didapatkan data subyektif: klien mengatakan selalu mencoba
nafas dalam bila rasa marah muncul, klien mengatakan merasa tenang bila
melakukan tarik nafas dalam, klien mengatakan mau diajari dengan cara fisik
yang kedua (memukul bantal), klien mengatakan senang dengan diajari memukul
bantal. Data obyektif klien kooperatif kontak mata ada, klien mempraktekan cara
fisik yang kedua (memukul bantal). Klien mampu mempraktekan cara fisik yang
19 �
kedua mengontrol rasa marah (memukul bantal). Planing untuk klien: anjurkan
klien untuk mempraktekan lagi dan memasukan dalam jadwal kegiatan harian,
planing untuk perawat: evaluasi SP I dan SP II lanjut SP III.
Untuk SP III didapatkan data subyektif: klien mengatakan mencoba cara
yang pertama dan yang kedua, klien bersedia diajarkan mengontrol marah dengan
cara verbal. Data obyektif klien kooperatif, klien mau menjawab pertanyaan dan
mempraktekan cara mengontrol PK III bicara baik - baik, kontak mata dan
perhatian klien ada. Klien mampu mempraktekan cara yang ketiga mengontrol PK
dengan mandiri. Planing untuk klien anjurkan klien mempraktekan cara
mengontrol PK yang ketiga (bicara baik - baik) dan memasukan kedalam jadwal
harian, sehingga planing untuk perawat motivasi klien untuk mempraktekan cara
mengontrol PK yang ketiga (bicara baik - baik secara mandiri) dan evaluasi SP I -
SP III.
20 �
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Puri, 2008). Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan
yang muncul adalah muka merah, mata melotot, mengepalkan tangan, jalan
mondar - mandir bicara keras, suara tinggi membentak dan berteriak, menyerang
atau memukul benda, menyerang orang lain, melukai diri sendiri, merusak
lingkungan amuk (Nanda, 2005).
Pengkajian merupakan elemen penting untuk rencana asuhan keperawatan
yang efektif yang relevensinya teridentifikasi pada pengkajian klien, maka dari itu
pembuatan rencana dimulai dari pengkajian format, pengkajian dapat digunakan
sebagai pedoman agar informasi yang diperoleh sistematis dan sebagai bagian dari
dokumentasi (Towsend, 2006).
Menurut Stuart dan Sundeen pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar
utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data
dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien, data yang dikumpulkan meliputi
identitas klien, identitas penanggung jawab, alasan masuk, faktor predisposisi,
pemeriksaaan fisik, psikososial, (genogram dan analisa genogram) status mental,
kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan
21 �
lingkungan, data penunjang dan terapi data biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual klien (Keliat, 2005).
Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara
(autoanamnesa) dan mengobservasi klien yaitu dari segi penampilan, pembicaran,
perilaku klien, kemudian ditambah dengan menelaah catatan medik dan catatan
keperawatan. Dalam pengkajian ini penulis mengkaji data dari tanggal klien
masuk RSJD, identitas klien, penanggung jawab alasan masuk, faktor
predisposisi, faktor prestisipitasi, pemeriksaan fisik keluhan fisik, psikososial,
(genogram dan analisa genogram) konsep diri, hubungan sosial, spiritual status
mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan
lingkungan, pengetahuan klien, aspek penunjang (aspek medik, 2011).
Saat dilakukan pengkajian pada Tn.S diperoleh data subyektif dan obyektif
menunjukan bahwa masalah keperawatan pada Tn.S adalah resiko prilaku
kekerasan ini didukung dengan data yang menunjukan bahwa dari hasil
pengkajian dengan data subyektif: klien mengatakan mudah marah ketika tidak
sependapat dengan lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan
merusak barang, dan data obyektif: klien mondar - mandir, pandangan tajam,
bicara terdengar keras (membentak), mata melotot. Tanda gejala yang muncul
pada Tn.S tidak ada kesenjangan sesuai dengan teori yaitu klien mondar - mandir,
bicara terdengar keras (membentak), mata melotot.
Diangnosa keperawatan ialah suatu pertimbangan klinis tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar
22 �
bagi pemelihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi
tanggung gugat perawat (Townsend, 2006).
Diagnosa keperawatan pada pohon masalah yang menjadi care problem dari
perilaku kekerasan adalah resiko perilaku kekerasan, yang menjadi akibat adalah
resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, dan penyebab dari
perilaku kekerasan adalah gangguan harga diri rendah HDR (Iyus, 2009). Data
yang diperoleh dari Tn.S sesuai dengan teori yang ada di atas yaitu yang menjadi
care problem adalah resiko perilaku kekerasan yang didukung dengan data
subyektif: klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat dengan lawan
bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang, dan data
obyektif: klien tampak mondar - mandir, pandangan tajam, bicara terdengar keras
(membentak), mata melotot. Yang menjadi penyebab dari masalah keperawatan
perilaku kekerasan (PK) yaitu harga diri rendah yang didukung dengan data
subyektif: klien mengatakan merasa minder pada masyarakat karena penyakit jiwa
yang dideritanya dan karena tuli. Data obyektif: klien mengatakan malu saat
mengungkapkan ceritan, klien menunduk, kontak mata kurang saat menceritakan
masalahnya yang berkaitan dengan kondisi fisik, kemudian yang menjadi yang
menjadi akibat dari masalah keperawatan perilaku kekerasan (PK) yaitu resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan subyektif: klien mengatakan
mudah marah ketika tidak sependapat dengan lawan bicaranya (kakaknya)
kemudian klien mengamuk dan merusak barang. Data obyektif: klien mudah
tersinggung, klien mudah marah, hasil pengkajian yang diperoleh penulis pada
23 �
pohon masalah mulai dari core problem, akibat dan penyebab sama dan tidak ada
kesenjangan sesuai dengan teori.
Intervensi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2005).
Intervensi yang dilakukan penulis adalah bina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda - tanda
perilaku kekerasan, mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan, mengidentifikasi
akibat dari perilaku kekerasan, mengidentifikasi cara konstruktif dalam
mengungkapkan kemarahan, ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan, ajarkan
kepada keluarga cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, anjurkan pada
klien menggunakan obat yang benar. Kriteria hasil yang diharapkan adalah klien
dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan yang dilakukannya, klien dapat mengidentifikasi tanda - tanda
perilaku kekerasan, klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukanya, klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, klien
dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, klien
dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan, klien mendapatkan
dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan, klien menggunakan
obat sesuai program yang telah ditetapkan. Implementasi dan evaluasi
keperawatan pada Tn.S dilakukan selama tiga hari pada tanggal 05 - 07 April
2012 di bangsal maespati, Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Implementasi
adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan dan melakukan tindakan -
24 �
tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah klien, tugas perawat pada saat ini
adalah melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap pra interaksi
dan melanjutkan tahap orientasi (Erlinafsiah, 2010).
Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko perilaku
kekerasan pada Tn.S yaitu membina hubungan saling percaya, melakukan
pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi,
pemeriksaan fisik, konsep diri, masalah psikososial dan lingkungan, spiritual dan
keyakinan, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping dan
tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses keperawatan dari TUK 1 sampai 7
yaitu: bina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan, mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi
jenis perilaku kekerasan, mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan,
mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, ajarkan cara
mengontrol perilaku kekerasan, ajarkan kepada keluarga cara merawat klien
dengan perilaku kekerasan, anjurkan pada klien menggunakan obat yang benar.
Mengajarkan cara mengontrol marah yang benar yaitu teknik nafas dalam, pukul
bantal dan verbal (bicara baik) sebagai cara yang dipilih pasien selama tiga hari.
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien, evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat
dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon
klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan (Keliat, 2005).
25 �
Hasil evaluasi yang didapat dari Tn.S adalah data subyektif dan obyektif
antara lain: klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat dengan
lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang.
Data obyektif: klien tampak mondar - mandir, pandangan tajam, bicara terdengar
keras (membentak), mata melotot. Klien mengatakan mau untuk diajari cara
mengontrol marah dengan cara fisik yang pertama (nafas dalam) cara fisik yang
kedua (pukul bantal), cara fisik yang ketiga (verbal bicara baik) dan pasien
tampak mau mempraktekanya. Kemudian dilakukan perencanaan untuk klien
antara lain klien diminta untuk memberitahukan kepada perawat atau keluarga
ketika sedang marah, sedangkan perencanaan untuk penulis adalah
mempertahankan tujuan khusus 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 lalu melanjutkan strategi
pelaksanaan yang selanjutnya yaitu mengontrol marah dengan cara, spiritual
(do’a) dan minum obat secara teratur. Memotivasi klien untuk mempraktekan cara
mengontrol marah dengan nafas dalam, pukul bantal dan verbal bicara baik.
Penulis mendelagasikan kepada perawat ruangan untuk memvalidasi cara yang
telah diajarkan kepada klien.
B. Simpulan
Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara
(autoanamnesa) dan mengobservasi klien yaitu dari segi penampilan, pembicaran,
perilaku klien, kemudian ditambah dengan menelaah catatan medik dan catatan
keperawatan. Dalam pengkajian ini penulis mengkaji data dari tanggal klien
masuk RSJD, identitas klien, penanggung jawab alasan masuk, faktor
26 �
predisposisi, faktor prestisipitasi, pemeriksaan fisik keluhan fisik, psikososial,
(genogram dan analisa genogram) konsep diri, hubungan sosial, spiritual status
mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan
lingkungan, pengetahuan klien, aspek penunjang.
Dalam diagnosa keperawatan pada pohon masalah yang menjadi care
problem dari perilaku kekerasan adalah resiko perilaku kekerasan, yang menjadi
akibat adalah resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, dan
penyebab dari perilaku kekerasan adalah gangguan harga diri rendah (HDR). Data
yang diperoleh dari Tn.S sesuai dengan teori yang ada diatas yaitu yang menjadi
care problem adalah resiko perilaku kekerasan yang didukung dengan data
subyektif: klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat dengan lawan
bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang, dan data
obyektif: klien tampak mondar - mandir, pandangan tajam, bicara terdengar keras
(membentak), mata melotot. Yang menjadi penyebab dari masalah keperawatan
perilaku kekerasan (PK) yaitu harga diri rendah yang didukung dengan data
subyektif: klien mengatakan merasa minder pada masyarakat karena penyakit jiwa
yang dideritanya dan karena tuli. Data obyektif: klien mengatakan malu saat
mengungkapkan ceritan, klien menunduk, kontak mata kurang saat menceritakan
masalahnya yang berkaitan dengan kondisi fisik, kemudian yang menjadi yang
menjadi akibat dari masalah keperawatan perilaku kekerasan (PK) yaitu resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan subyektif: klien mengatakan
mudah marah ketika tidak sependapat dengan lawan bicaranya (kakaknya)
kemudian klien mengamuk dan merusak barang. Data obyektif: klien mudah
27 �
tersinggung, klien mudah marah, hasil pengkajian yang diperoleh penulis pada
pohon masalah mulai dari core problem, akibat dan penyebab sama dan tidak ada
kesenjangan sesuai dengan teori.
Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko perilaku
kekerasan pada Tn.S yaitu membina hubungan saling percaya dan melakukan
pengkajian mulai yaitu membina hubungan saling percaya, cara fisik yang
pertama (nafas dalam), cara fisik kedua (pukul bantal), cara fisik ketiga (verbal,
bicara baik) dan melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk,
faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, konsep diri, masalah psikososial dan
lingkungan, spiritual dan keyakinan, status mental, kebutuhan persiapan pulang,
mekanisme koping dan tingkat pengetahuan klien. Melakukan proses keperawatan
dari TUK 1 sampai 7 yaitu mengidentifikasi terhadap klien tentang penyebab
terjadinya marah, mengidentifikasi tanda - tanda saat marah, mengidentifikasi
akibat dari marah yang dilakukan, mengajarkan cara mengontrol marah yang
benar yaitu teknik pukul bantal sebagai cara yang dipilih klien.
Evaluasi yang didapat dari Tn.S adalah data subyektif dan obyektif antara
lain: klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat dengan lawan
bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang. Data
obyektif: klien tampak mondar - mandir, pandangan tajam, bicara terdengar keras
(membentak), mata melotot. Klien mengatakan mau untuk diajari cara mengontrol
marah dengan cara fisik yang pertama (nafas dalam) cara fisik yang kedua (pukul
bantal), cara fisik yang ketiga (verbal bicara baik) dan klien tampak mau
mempraktekannya. Kemudian dilakukan perencanaan untuk klien yaitu
28 �
mempertahankan TUK 1 sampai 7 dan melanjutkan strategi pelaksanaan dari
perilaku kekerasan.
C. Saran
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat:
1. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap bagi instansi terkait, khususnya di dalam
meningkatkan pelayanan pada Tn.S dengan perilaku kekerasan.
2. Bagi Instansi Pendidikan
a. RSJD Surakarta
Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat
kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.
b. Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan khususnya pada klien dengan perilaku kekerasan
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
�
DAFTAR PUSTAKA
B.K. Puri dkk, 2008. Buku Ajar Psikiatri. Edisi : 2. EGC: Jakarta
Casmita.T. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan.
www. jurnal. Perilaku - kekerasan. com diakses tanggal 10 April 2012
Catatan Medical Record, 2011. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Erlinafisah. 2010. Model Perawat Dalam Praktek Keperawatan Jiwa. Trans info
medika: Jakarta
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Ed. 2. Salemba
Medika: Jakarta
Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
EGC: Jakarta
Kusumawati, F & Yudi Hartono, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba
Medika: Jakarta
Maramis Willy L,2004. Ilmu Kedokteran Jiwa.Cetakan 8.Airlangga: Surabaya
Nanda. 2005. Nanda 2005 - 2006 Definisi & Klasifikasi. Prima Medika, Jakarta
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, volume 1, edisi 4.
EGC: Jakarta
Stuart dan Sundeen. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. EGC: Jakarta
Towsend. M. C. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Yosep, iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama, Bandung
30 �
�
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Agus Basuki
Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 03 Agustus 1988
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat Rumah : Sodong, Pagerjurang, Musuk, Boyolali
Riwayat Pendidikan : 1. SDN I Pagerjurang Lulus tahun 2001
2. SMPN 5 boyolali Lulus tahun 2004
3. SMKN I Mojosongo Lulus tahun 2007
Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja
Riwayat Organisasi : Pernah mengikuti Organisasi OSIS pada waktu SMA dan
Karang Taruna di Desa Sodong, Pagerjurang, Musuk,
Boyolali.
32 �