Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA AN. N DENGAN ASMA
BRONKIAL DI BANGSAL FLAMBOYAN
RSUD SUKOHARJO
DISUSUN OLEH :
INDAH YULIANA
NIM. P.10029
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
i
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA AN. N DENGAN ASMA
BRONKIAL DI BANGSAL FLAMBOYAN
RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
INDAH YULIANA
NIM. P.10029
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
i
i
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA AN. N DENGAN ASMA BRONKIAL DI
BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan,S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti,S.Kep.,Ns, selaku sekretaris Ketua Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji
I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,
inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
vi
vi
4. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji II yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
5. Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji III yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orang tuaku Bapak Darno dan Ibu Suratni serta kakakku yang selalu
menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan
DIII Keperawatan ini.
8. Teman-teman Mahasiswa Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 7 Juni 2013
Penulis
vii
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ iv
KATA PENGANTAR................................................................................ v
DAFTAR ISI............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................... 1
B. Tujuan Penulis ............................................................... 4
C. Manfaat Penulisan.......................................................... 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien................................................................ 6
B. Pengkajian...................................................................... 6
C. Perumusan Masalah Keperawatan................................ 10
D. Tujuan dan Kriteria Hasil .............................................. 10
E. Perencanaan Keperawatan............................................. 11
F. Implementasi perawatan................................................ 11
G. Evaluasi keperawatan.................................................... 13
viii
viii
BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan……………………………........………... 15
B. Kesimpulan…………………………………......…….. 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 2. Pendelegasian Pasien
Lampiran 3. Log Book Surat
Lampiran 4. Lembar Konsul
Lampiran 5. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 6. Asuhan Keperawatan
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Asma Bronkial merupakan penyakit saluran nafas dengan karakteristik
berupa peningkatan reaktifitas (hipereaktivitas) trakhea dan bronkus terdapat
berbagai rangsangan dengan manifestasi klinik berupa penyempitan saluran nafas
yang menyeluruh (Enterprise, 2006). Asma atau sesak nafas merupakan suatu
penyakit penyumbatan saluran pernafasan yang disebabkan oleh alergi bulu, debu
atau tekanan psikologis dan asma bersifat menurun. Pada penderita asma yang
serius, terlihat dengan jelas bahwa anak mengalami kesulitan bernafas. Nafasnya
tersengal-sengal dan berbunyi (mengi), pada kondisi terburuk, badan bagian atas
anak akan menegang karena berusaha sekuat tanaga supaya dapat bernafas
(Pratyahara, 2011).
Di Indonesia, diperkirakan sekitar 10% penduduk mengidap asma dalam
berbagai variannya. Penyakit asma di Indonesia masuk dalam sepuluh besar
penyebab kesakitan dan kematian, dengan jumlah penderita pada tahun 2002
sebanyak 12.500.000. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005 mencatat
225.000 orang meninggal karena asma. Meningkatnya tingkat kejadian asma di
Indonesia dan hampir seluruh dunia ini diduga berhubungan dengan
meningkatnya industri yang mengakibatkan tingkat polusi semakin tinggi, serta
makin banyaknya kendaraan bermotor. Asma banyak diderita oleh masyarakat,
2
2
terutama pada anak-anak, penyakit ini berkaitan dengan faktor keturunan
(Pratyahara, 2011).
Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai
lima kebutuhan yang dikenal dengan “Hierarki Maslow”. Lima kebutuhan dasar
Maslow disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak
terlalu penting, adapun kebutuhan yang dimaksut meliputi: kebutuhan fisiologi,
kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan cinta dan memiliki, kebutuhan
harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan dasar secara fisiologi
merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi daripada kebutuhan yang lain
diantaranya yaitu kebutuhan oksigenasi (Andormoyo, 2012).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme
sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,
salah satunya kematian. Oleh karena berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Faktor yang
mempengaruhi fungsi pernafasan salah satunya dari kondisi lingkungan seperti
ketinggian, suhu, serta polusi udara dapat mempengaruhi proses oksigenasi
(Mubarak, 2007).
Kebutuhan oksigenasi dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila
kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang, maka akan terjadi kerusakan pada
jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama, akan terjadi kematian
jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Pemberian terapi oksigen dalam
3
3
asuhan keperawatan memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi masuknya oksigen dari atmosfer hingga sampai ke tingkat sel
melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan tersebut maka perawat
harus memahami indikasi pemberian oksigen, dan metode pemberian oksigen
(Hidayat, 2005).
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi khususnya pada anak yang menderita
asma bronkial sangatlah penting, karena masalah kebutuhan oksigen merupakan
masalah yang utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini terbukti
pada seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan bisa
menyebabkan kematian. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada anak yang
menderita asma bronkial dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui
saluran pernafasan, membebaskan saluran pernafasan dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan
agar berfungsi secara normal (Hidayat, 2005).
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan tanggal 25 – 27 April 2013 di
RSUD Sukoharjo tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada An.N dengan
asma bronkial, didapatkan data An.N sesak nafas, batuk, dahak susah keluar dan
terdapat bunyi nafas tambahan mengi (wheezing). Menurut Pratyahara (2011),
kebutuhan oksigen pada anak dengan asma harus segera ditangani, jika tidak
ditangani dengan baik dapat menggangu kualitas hidup anak berupa hambatan
aktifitas, serta kehilangan waktu untuk bermain dan bersekolah.
4
4
Berdasarkan adanya berbagai data dan pertimbangan maka penulis
melakukan Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi pada An.N dengan Asma Bronkial Di RSUD SUKOHARJO.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada An.N dengan asma
bronkial di RSUD Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An.N dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada asma bronkial.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An.N dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada asma bronkial.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada An.N dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada asma bronkial.
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada An.N dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada asma bronkial.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada An.N dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada asma bronkial.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi pemenuhan kebutuhan oksigenasi
pada An.N dengan asma bronkial.
5
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi profesi keperawatan
Mendapatkan pengetahuan dan pemecahan masalah khusus yang dalam bidang/
profesi keperawatan. Agar dapat mengaplikasikan teori keperawatan kedalam
praktik pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Sebagai bahan kepustakaan dan
perbandingan pada penanganan kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi di
lapangan dan dalam teori.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi kepada mahasiswa dalam kegiatan proses belajar mengajar
tentang asuhan keperawatan anak dengan pemenuhan oksigenasi pada pasien
asma bronkial.
3. Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta dapat menerapkan standar
asuhan keperawatan untuk pengembangan praktik keperawatan.
6
6
BAB II
LAPORAN KASUS
Bab ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan yang
dilakukan pada An. N dengan Asma Bronkial, dilaksanakan pada tanggal 25 - 27
April 2013. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian ini dilakukan dengan metode
Auto anamnesa dan Allo anamnesa, pengamatan, observasi langsung,
pemeriksaan fisik menelaah catatan medis, dan catatan perawat.
A. Identitas Klien
Klien bernama An. N, umur 4 tahun 10 bulan berjenis kelamin laki- laki,
agama Islam, alamat Gelangrejo Sukoharjo. Pasien dirawat di bangsal Flamboyan
RSUD Sukoharjo sudah tiga hari sejak dokter mendiagnosa dengan Asma
Bronkial. Penanggung jawab kepada klien adalah Tn. T, umur 40 tahun, pekerjaan
swasta, pendidikan terakhir SMA, alamat Gelangrejo Sukoharjo, dan Ny. S, umur
30 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMP, alamat
Gelangrejo Sukoharjo.
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Klien
Dari pengkajian yang penulis lakukan didapatkan riwayat kesehatan
klien, Ny. S mengatakan sebelum di bawa ke Rumah Sakit An.N batuk, sesak
7
7
nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam tidak terlalu tinggi tiga hari yang
lalu. Panas turun jika di beri obat penurun panas. Pada hari senin batuk
disertai sesak nafas serta nyeri dada setelah batuk dan beraktifitas, terdapat
retraksi dinding dada. Keluarga membawanya ke Poli Anak RSUD
Sukoharjo, oleh dokter disarankan untuk rawat inap di bangsal Flamboyan
pada tanggal 24 April 2013 dengan diagnosa Asma Bronkial dengan riwayat
mondok 3 kali dengan penyakit yang sama.
Keluhan utama yang klien rasakan, ibu An.N mengatakan An.N sesak
nafas, batuk dan dahak susah keluar.
Pada pengkajian yang penulis lakukan didapatkan riwayat masa lalu
kehamilan, Ny. S mengatakan melahirkan satu anak dan tidak pernah aborsi
(G0P1A0). An. N merupakan anak pertama, lahir pada tanggal 9 Juni 2008,
lama persalinan kurang lebih 8 jam kemudian jenis persalinan spontan di
Bidan terdekat dari rumah tempat tinggalnya. Berat badan lahir adalah 3200
gram, panjang badan 50 cm, kemudian tidak ada kelainan congenital pada
saat lahir.
Riwayat alergi, ibu klien mengatakan bahwa anaknya tidak
mempunyai alergi terhadap, obat- obatan, tetapi alergi terhadap cuaca dan
makanan yang mengandung zat pengawet. Pada saat dilakukan pengkajian
perkembangan pada An. N, ibu klien mengatakan pertumbuhan gigi An. N
sudah lengkap, tidak terdapat karies gigi, sudah bisa mengambil makanan
sendiri, bisa menggosok gigi secara mandiri (perkembangan normal sesuai
usia secara DDST). Riwayat imunisasi, Ny. S mengatakan An. N sudah
8
8
mendapatkan imunisasi secara lengkap yaitu BCG, hepatitis B, polio, DPT,
dan Campak, tetapi keluarga lupa tanggal imunisasinya.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pengkajian fisik didapatkan data bahwa keadaan umum klien
composmentis. Pada pemeriksaan sistem pernapasan diperoleh data An. N
batuk, sesak napas, terdapat suara wheeizing (mengi), suhu 37 derajat celcius,
pernapasan 38 kali per menit (rentang normal 20- 30 kali per menit). Pada
pemeriksaan paru- paru: inspeksi simetris antara kanan dan kiri, palpasi vocal
fremitus kanan dan kiri tidak sama, perkusi: sonor, auskultasi terdengar
wheezing. Abdomen: inspeksi perut datar, umbilikus bersih, auskultasi bising
usus 24 x / menit, palpasi tidak terdapat nyeri tekan, perkusi timpani. Pada
pemeriksaan ekstermitas atas dan bawah tidak terdapat luka maupun edema.
Bentuk kepala mesoceppal, tidak ada cidera, rambut hitam dan tipis.
Bentuk telinga simetris kanan dan kiri, tidak terdapat serumen, pendengaran
baik. Bentuk mata simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokor. Lubang hidung simetris, dan tidak terdapat polip. Bentuk
mulut simetris, warna bibir merah, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis,
dan tidak ada tonsilitis. Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran tyroid.
Pada pengkajian sistem pencernaan, bagian nutrisi diperoleh data
WAZ: -1,6 tergolong normal. Ny. S mengatakan An. N belum pernah
melakukan diet, biasa makan nasi, sayur, lauk, pauk serta minum air putih
serta teh.
9
9
Pada An. N tidak terdapat masalah BAB dan BAK (normal), saat
dikaji BAB sebelum sakit 1x sehari dengan konsisten lunak, berwarna
kuning, dan berbau khas, saat sakit Ny.S mengatakan anaknya belum BAB.
BAK sebelum sakit kurang lebih 5 kali per hari dengan warna urin kuning
jernih, berbau khas dan saat sakit BAK kurang lebih 4 kali per hari. An. N
tidak terpasang kateter maupun pampers dan toileting dilakukan dikamar
mandi.
3. Terapi
Pada tanggal 25 April 2013 terapi yang diberikan RL 16 tetes per
menit makro, Cefotaxim 350 mg/ 8 jam, Dexamethason 2,5 mg/ 8 jam, Puyer
batuk 3x1 bungkus, paracetamol 1½ sendok takar/5 jam 1 sendok takar: 5 ml,
5ml:120 mg dan Nebulezer/ 12 jam, isinya Ventolin 2,5 mg, Pulmicort 2 mg,
dan Nacl 2, 5 cc. Terapi pada tanggal 26 – 27 April 2013, terapi yang
diberikan RL 16 tetes per menit makro, Cefotaxim 350 mg/ 8 jam,
Dexamethason 2,5 mg/ 8 jam, Puyer batuk 3x1 bungkus, Nebulezer/ 12 jam,
isinya Ventolin 2,5 mg, Pulmicort 2 mg, dan Nacl 2, 5 cc.
4. Data Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium tanggal 25 April 2012
didapatkan hasil yaitu WBC (white blood cell) 5,4 10³ / μL (normal 4,5 -11),
RBC (Read blood cell ) 4,46 106 /μL(normal 4,5 - 5,5), HGB (Hemoglobin)
11,9 g/ dl (normal 12 – 16), HCT (Hematokrit)34,4 % (normal 38 – 47),
10
10
MCV (Mean corpuscular volume) 77,0 pg (normal 85 -100), MCHC (Mean
corpuscular hemoglobin concentration) 34 g/ dl (normal 30 - 33).
C. Perumusan Masalah Keperawatan
Dari data hasil pengkajian dan observasi diatas penulis merumuskan
masalah utama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan mukus
dalam jumlah berlebih dengan alasan karena merupakan keluhan yang dirasakan
pasien dan harus segera ditangani. Diagnosa keperawatan paling utama pada An.N
yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam
jumlah berlebih. Data yang menunjang diagnosa keperawatan tersebut adalah data
subyektif, yaitu ibu An.N mengatakan bahwa anaknya masih batuk, susah
mengeluarkan dahak, dan sedikit sesak napas. Data obyektif yang didapatkan
adalah An.N tampak lemah, An.N belum bisa mengeluarkan sputum, terlihat
pengembangan dada saat batuk, terdengar suara whezing ( adanya sekret yang
belum bisa dikeluarkan). Suhu 37 derajat celcius, denyut nadi 136 kali per menit,
respirasi 38 kali per menit.
D. Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah ditemukan masalah keperawatan, kriteria hasil yang ingin dicapai
berdasarkan kriteria SMART, S (Spesifik), M (Measureable), A (Achieveable), R
(Region), T (Time). Tujuan kriteria hasil yang ingin dicapai adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan jalan napas paten
dengan kriteria hasil: klien tidak sesak napas, klien dapat mengeluarkan sekret,
11
11
irama napas teratur, frekuensi pernapasan normal (20x – 30x/menit), tidak ada
sekret, suara napas bersih.
E. Perencanaan Keperawatan
Penulis melakukan intervensi keperawatan berdasarkan ONEC, O
(Observation), N (Nursing), E (Education), C (Colaboration) yaitu observasi vital
sign dan kaji status pernapasan klien, rasional untuk mengetahui penyebab dan
penanganan. Berikan posisi semi fowler, rasional untuk menurunkan kerja otot
pernapasan dengan pengaruh gravitasi. Ajarkan pada keluarga tentang batuk
efektif dan teknik nafas dalam, rasional untuk memudahkan keluarnya sekresi.
Kolaborasi dengan fisioterapi dada, rasional untuk membantu mengeluarkan
sekret. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian nebulizer, rasional untuk
untuk membantu mengencerkan sekresi dan melancarkan jalan napas.
F. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan utama yang
dilakukan pada tanggal 25 April 2013, jam 07.45 WIB, mengobservasi vital sign
dengan respon subyektif keluarga pasien mengatakan bersedia, dan respon
obyektif keadaan umum composmentis, suhu 37 derajat celcius, denyut nadi 136
kali per menit, respirasi 38 kali per menit. Jam 08.00 mengkaji status pernapasan
dengan respon subyektif keluarga pasien mengatakan bersedia, dan respon
obyektif An.N tampak lemah, terlihat sedikit sesak napas, respirasi 38 kali per
menit. Jam 08.15 memberikan posisi semi fowler dengan respon subyektif
keluarga pasien mengatakan bersedia, dan respon obyektif An.N tampak
12
12
menuruti. Jam 08.20 berkolaborasi pemberian Cefotaxim 350 mg, Dexamethason
2,5 mg, Puyer batuk 3x1 bungkus, paracetamol 1½ sendok takar: 5 ml, 5 ml: 120
mg bila demam dengan respon subyektif An.N tampak nurut dan minum obat di
bantu ibunya. Jam 08.35 berkolaborasi pemberian nebulizer pada pasien dengan
respon subyektif keluarga mengatakan bersedia, dan respon obyektif pasien
tampak memegangi sungkup oksigen sambil duduk.
Tanggal 26 April 2013 , jam 07.30 WIB, tindakan keperawatan yang
dilakukan yaitu mengobservasi vital sign dengan respon subyektif keluarga
pasien mengatakan bersedia, dan respon obyektif pasien keadaan umum sedang,
suhu 36 derajat celcius, denyut nadi 132 kali per menit, respirasi 30 kali per
menit. Jam 08.00 memberikan posisi nyaman (posisi setengah duduk) dengan
respon subyektif keluarga pasien mengatakan bersedia, dan respon obyektif An.N
tampak posisi dengan setengah duduk. Jam 08.15 berkolaborasi pemberian
Cefotaxim 350 mg, Dexamethason 2,5 mg, Puyer batuk 3x1 bungkus dengan
respon subyektif An.N tampak nurut dan minum obat di bantu oleh ibunya. Jam
08.30 berkolaborasi pemberian nebulizer pada pasien dengan respon subyektif
keluarga mengatakan bersedia, dan respon obyektif pasien tampak memegangi
sungkup oksigen sambil duduk.
Tanggal 27 April 2013, Jam 07.30 WIB, tindakan keperawatan yang
dilakukan yaitu mengobservasi vital sign dengan respon subyektif keluarga pasien
mengatakan bersedia, dan respon obyektif keadaan umum pasien composmentis,
suhu 36,2 derajat celcius, denyut nadi 120 kali per menit, respirasi 26 kali per
menit. Jam 08.00 memberikan posisi semi fowler dengan respon subyektif
13
13
keluarga pasien mengatakan iya, dan respon obyektif An. N tampak duduk dengan
bersandaran bantal . Jam 08.15 berkolaborasi pemberian Cefotaxim 350 mg jam,
Dexamethason 2,5 mg, Puyer batuk 3x1 bungkus dengan respon subyektif An.N
tampak nurut dan minum obat di bantu oleh ibunya. Jam 08.30 berkolaborasi
pemberian nebulizer pada pasien dengan respon subyektif keluarga mengatakan
bersedia, dan respon obyektif pasien tampak memegangi sungkup oksigen sambil
duduk.
G. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada
tanggal 25 April 2013 dengan metode SOAP yang hasilnya adalah keluarga
pasien mengatakan An.N masih batuk, sesak napas, respirasi 38 kali permenit,
pernapasan terdengar mengi dan belum keluar sputum (dahak). Pasien tampak
lemah, ada pengembangan dada saat batuk, dan An.N batuk dengan pernapasan
weizing, masalah keperawatan belum teratasi, lanjutkan intervensi observasi vital
sign, memberikan posisi yang nyaman, kolaborasi pemberian nebulizer pada
pasien, kolaborasi pemberian obat sesuai advis dokter.
Hasil evaluasi pada tanggal 26 April 2013 adalah keluarga pasien
mengatakan An.N masih batuk, sesak napas sudah berkurang, respirasi 30 kali per
menit dan sudah keluar sedikit dahak. Pasien terlihat sedikit tampak lemah, pasien
sudah bisa mengeluarkan sedikit dahak, masalah keperawatan belum teratasi.
Lanjutkan intervensi mengajarkan tentang batuk dan teknik napas dalam,
14
14
kolaborasi pemberian nebulizer pada pasien, kolaborasi pemberian obat sesuai
advis dokter.
Hasil evaluasi pada tanggal 27 April 2013 adalah keluarga mengatakan
bahwa batuk An. N sudah berkurang, tidak sesak napas, respirasi 26 kali per
menit dan sudah tidak ada dahak. Pasien tampak lebih nyaman, batuk sudah
berkurang dan jarang, masalah keperawatan teratasi. Lanjutkan rawat jalan dan
pasien sudah diizinkan untuk pulang.
15
15
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada An. N dengan Asma Bronkial di Bangsal
Flamboyan RSUD Sukoharjo”. Disamping itu bab ini penulis juga akan
membahas tentang faktor pendukung dan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi
antara teori dan kenyataan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi. Prinsip dari pembahasan ini memfokuskan
pada kebutuhan dasar manusia di dalam asuhan keperawatan. Penulis akan
membahas diagnosa keperawatan utama, alasanya karena yang paling aktual dan
harus terlebih dahulu ditangani.
Asma bronkial merupakan salah satu penyakit kronik dengan serangan
intermiten. Serangan ditandai dengan adanya spasme dari saluran bronkial,
pembengkakan dinding bronkial dan banyaknya sekresi lendir. Semua keadaan
tersebut mengakibatkan timbulnya batuk, bunyi ngik, sesak nafas dan rasa
kontriksi pada dada (Nugroho Sigit, 2012).
1. Pengkajian
Tahap pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari
pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Proses
pengumpulan data ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data ini
16
16
mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer atau klien,
dan sumber sekunder yaitu meliputi keluarga maupun tenaga kesehatan (Potter
& Perry, 2005)
Pada saat dilakukan pengkajian, keluhan utama yang dinyatakan oleh
ibu klien adalah An. N batuk dan sesak nafas. Riwayat penyakit sekarang yang
dinyatakan oleh ibu klien adalah sejak hari senin batuk disertai sesak nafas
serta nyeri setelah batuk dan beraktifitas kemudian oleh keluarga dibawanya ke
Poli Anak RSUD Sukoharjo, oleh dokter disarankan untuk rawat inap bi
bangsal Flamboyan pada tanggal 24 April 2013 dengan diagnosa Asma
Bronkial dengan riwayat mondok 3 kali dengan penyakit yang sama.
Serangan asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak nafas. Gejala
yang sering terlihat jelas adalah penggunaan otot nafas tambahan (Sibuea
Herdin DKK, 2005)
Dalam pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaan
umum klien composmentis. Pemeriksaan sistem pernafasan diperoleh data An.
N batuk ,sesak nafas, terdapat suara, ngik, suhu 37 derajat celcius, pernafasan
38 kali per menit (rentan normal 20-30 kali per menit). Pada pemeriksaan paru-
paru: inspeksi simetris antara kanan dan kiri, palpasi vocal fremitus kanan dan
kiri tidak sama, perkusi sonor, auskultasi terdengar wheezing. Abdomen:
inspeksi perut datar, umbilikus bersih, auskultasi bising usus 24x /menit,
palpasi tidak terdapat nyeri tekan, perkusi timpani. Pada pemeriksaan
ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat luka maupun edema.
17
17
Ibu pasien juga mengatakan bahwa An. N alergi terhadap cuaca dingin
serta makanan yang mengandung pengawet. Adapun faktor predisposisi
terjadinya asma adalah paparan dengan alergen, infeksi saluran pernafasan
(virus, bakteri), perubahan cuaca (dingin), setres psikis (cemas, kegelisahan),
kegiatan fisik yang berlebih, makanan yang mengandung pengawet makanan
serta faktor keturunan memudahkan terjadinya asma bronkial. Secara harfiah
asma merupakan suatu penyakit obstruksi jalan nafas secara riversibel yang di
tandai dengan inflamasi, dan peningkatan reaksijalannafas terhadap berbagai
stimulan (Riyadi, 2006)
Gambaran klinis pada asma dimulai dengan jaringan di dalam bronkus
meradang (mengalami inflamasi). Pada saat yang sama , otot-otot di bagian
luar saluran pernafasan mengetat sehingga saluran pernafasan menyempit
(bronkokonstriksi). Sementara itu, lendir pekat (mukus) berproduksi secara
berlebih dan memenuhi bronkiolus yang menjadi bengkak. Akibat dari proses
tadi, penderita mengalami kesulitan bernafas atau sesak yang disertai batuk dan
mengi. Bentuk serangan akut asma dimulai dari batuk yang terus-menerus,
kesulitan menarik atau menghembuskan nafas sehingga parasaan dada seperti
tertekan, hingga nafas tertekan (Pratyahara, 2011).
Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat penting untuk
menjaga jalan nafas tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil
sekresi lendir yang menumpuk pada jalan nafas serta benda asing (Darmanto,
2012). Adapun faktor yang mempengaruhi fungsi pernafasan yaitu kondisi
18
18
lingkungan seperti ketinggian, suhu (panas atau dingin), serta polusi udara
yang dapat mempengaruhi proses oksigenasi (Mubarak, 2008).
Masalah keperawatan kebutuhan oksigenasi lebih di prioritaskan
penulis dari beberapa masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Alasan
penulis karena kebutuhan oksigenasi diperlukan untuk proses kehidupan.
Oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel, kebutuhan oksigen
harus terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang
maka akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh salah satunya
kematian. Masalah kebutuhan oksigenasi merupakan masalah utama dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Mubarak, 2007).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yaitu penegakkan diagnosa keperawatan yang
akurat yang dilakukan berdasarkan pengumpulan dan analisa data yang cermat,
Diagnosa yang akurat dibuat hanya setelah pengkajian lengkap semua variabel
(Potter & Perry, 2005).
Diagnosa keperawatanyang ditegakkan penulis adalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebih.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan
bersihan jalan nafas. Batasan karakteristiknya adalah tidak ada batuk, suara
napas tambahan, perubahan frekuensi nafas, perubahan irama nafas, sputum
19
19
dalam jumlah berlebih, sianosis, kesulitan berbicara/ mengeluarkan suara
(Nanda, 2009).
Dalam prioritas masalah diagnosa keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam mukus dalam jumlah
berlebih, berada dalam urutan yang utama. Alasan penulis karena diagnosa
keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah aktual dan
bersihan jalan nafas merupakan keluhan yang dirasakan pasien dan harus
segera ditangani supaya tidak muncul masalah keperawatan yang lain.
Penulis mengangkat ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan mukus dalam jumlah berlebih, karena saat dilakukan pengkajian
didapatkan data subjektif: ibu An.N mengatakan bahwa anaknya masih batuk,
susah mengeluarkan seputum (dahak), dan sesak nafas. Data obyektif
didapatkan hasil An.N tampak lemah, belum bisa mengeluarkan seputum,
terlihat pengembangan dada saat batuk, terdengar suara wheeizing (adanya
sekret yang belum bisa keluar). Suhu 37 derajat selsius, denyut nadi 136 kali
per menit, respirasi38 kali per menit. Dan harus segera ditangani untuk
memenuhi kebutuhan oksigenasi klien yang merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia. Penulis mengangkat diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebih karena merupakan
diagnosa aktual.
20
20
3. Intervensi
Intervensi atau pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasikan
dalam diagnosis keperawatan. Rencana keperawatan ini disesuaikan dengan
kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan keperawatan
dapat dilaksanakan dengan prinsip ONEK, obserfasi ( rencana tindakan untuk
mengkaji atau melakukan obserfasi terhadap kemajuan klien untuk memantau
secara langsungyang dilakukan secara kontinu), nursing treatmen (rencana
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki, dan mencegah
peluasan masalah), education (rencana tindakan yang berbentuk pendidikan
kesehatan), kolaboratif (tindakan medis yang dilimpahkan pada perawat)
(Rohman dan Walid,2002). Dalam referensi intervensi dituliskan sesuai dengan
kriteria intervensi NIC (Nursing Intervension Clasification)dan NOC (Nursing
Outcome Clasification), dan diselesaikan secara SMART yaitu Spesifik (jelas
atau khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat diterima),
Rasional dan Time (ada kriteria waktu).
Dalam kasus ini penulis mencantumkan tujuan kriteria hasil yang ingin
dicapai pada diagnosa diatas adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam, diharapkan jalan nafas paten dengan kriteria hasil: klien tidak
sesak nafas, klien dapat mengeluarkan sekret, irama nafas teratur, frekuensi
pernafasan normal (20x – 30x/menit), tidak ada sekret, suara nafas bersih, batas
waktu pencapaian ini adalah suatu tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam
21
21
waktu singkat. Kriteria waktu ini dadasarkan pada unsur etiologi atau tanda dan
gejala dalam diagnosis keperawatan yang ada (Nursalam, 2011).
Alasan penulis melakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
karena ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas sehingga apabila
pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak segera ditangani akan menyebabkan
hipoksia bahkan kematian.
Rencana tindakan dalam diagnosa keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebih
melipputi: obserfasi vital sign dan kaji status pernafasan klien, untuk
mengetahui penyebab dan penanganan: berikan posisi semifowler, untuk
menurunkan kerja otot pernafasan dengan pengaruh gravitasi: ajarkan pada
keluarga tentang batuk efektif dan ternik nafas dalam, untuk memudahkan
keluarnya sekresi: kolaborasi fisioterapi dada, untuk membantu mengeluarkan
sekret, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian nebulizer, untuk membantu
mengencerkan sekresi dan melancarkan jalan nafas.
4. Implementasi
Implementasi itu sendiri adalah kategori dari perilaku keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter &
Perry, 2005).
22
22
Penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari sesuai rencana
yang telah di susun sebelumya untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan
oksigenasi. Tindakan keperawatan yang penulis lakukan yaitu mengobservasi
vital sign (nadi, suhu, respirasi) hal ini untuk memantau kondisi pasien.
Mengkaji status pernafasan. Hal ini untuk mengetahui apakah
pernafasan dalam batas normal atau tidak, apabila mengalami gangguan
pernafasan seperti sesak nafas harus segera dilakukan tindakan keperawatan
seperti pemasangan oksigenasi. Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang
paling penting. Tubuh bergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk
bertahan hidup (Patricia, 2005).
Pemberian posisi semifowler pada pasien asma dilakukan sebagai salah
satu cara untuk membantu mengurangi sesak nafas, dengan memberikan posisi
semifowler diharapkan pasien merasa nyaman dan dapat mengurangi kondisi
sesak nafas pada pasien asma saat terjadi serangan (Safitri, 2011).
Mengajarkan keluarga tentang batuk efektif dan teknik nafas dalam.
Batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring,
trakea, dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan nafas (Alimul,
2006). Hal ini untuk membantu keluarnya sekresi (dahak), sehingga pasien bisa
bernafas lega.
Berkolaborasi pemberian nebulizer yang terdiri dari ventolin,
Pulmicort dan Nacl, hal ini dilakukan untuk membantu mengubah obat asma
yang berupa larutan menjadi uap yang dapat dihirup ke dalam paru-paru,
23
23
sehingga membantu mengencerkan sekresi dan melancarkan jalan nafas
(Pratyahara, 2011). Ventolin digunakan dengan nebulizer, tersedia dalam
ampul: pemakaian dimasukkan ke dalam alat (nebulizer) untuk dihisap oleh
pasien, indikasi: asma ,bronkitis kronis, emfisema. Pulmicort untuk indikasi
pasien dengan asma bronkial (Iso, 2010). Terapai nebulizer termasuk terapi
inhalasi yang merupakan pemberian obat yang dilakukan secara inhalasi
(hirupan) ke dalam saluran respiratorik. Tindakan nebulizer dapat membantu
mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
5. Evaluasi
Tahap yang terakhir dalam proses keperawatan yaitu evaluasi tindakan.
Dimana evaluasi keperawatan adalah proses keperawatan mengukur respon
klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian
tujuan. Askep lain dari evaluasi mencakup pengukuran kwalitas asuhan
keperawatan yang diberikan dalam lingkungan perawat kesehatan. Perawat
mengevaluasi setiap kemajuan dan pemulihan klien. Evaluasi merupakan aspek
penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau
diubah (Potter & perry, 2005).
Penuis mengevaluasi apakah respon pasien mencerminkan suatu
kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Pada evaluasi,
penulis sudah sesuai teori yang ada yaitu sesuai SOAP (Subjektif, Objektif,
Assessment, dan Planning).
24
24
Pada prioritas diagnosa yang utama hari pertama adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam
jumlah berlebih.Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi
dilakukan pada tanggal 25 April 2013 dengan metode SOAP yang hasilnya
adalah keluarga pasien mengatakan An.N masih batuk, sesak napas,
pernapasan terdengar ngik dan belum keluar sputum (dahak). Pasien tampak
lemah, ada pengembangan dada saat batuk, dan An.N batuk dengan pernapasan
wheezing, masalah keperawatan belum teratasi, lanjutkan intervensi observasi
vital sign, memberikan posisi yang nyaman, kolaborasi pemberian nebulizer
pada pasien, kolaborasi pemberian obat sesuai advis dokter.
Hasil evaluasi pada tanggal 26 April 2013 adalah keluarga pasien
mengatakan An.N masih batuk, sesak napas sudah berkurang, dan sudah keluar
sedikit dahak. Pasien terlihat sedikit tampak lemah, pasien sudah bisa
mengeluarkan sedikit dahak, masalah keperawatan belum teratasi. Lanjutkan
intervensi mengajarkan tentang batuk efektif dan teknik napas dalam,
kolaborasi pemberian nebulizer pada pasien, kolaborasi pemberian obat sesuai
advis dokter.
Hasil evaluasi pada tanggal 27 April 2013 adalah keluarga mengatakan
bahwa batuk An. N sudah berkurang, tidak sesak napas dan sudah tidak ada
dahak, tidak ada suara nafas tambahan wheizing. Pasien tampak lebih nyaman,
batuk sudah berkurang dan jarang, masalah keperawatan teratasi. Lanjutkan
rawat jalan dan pasien sudah diizinkan untuk pulang karena keadaan pasien
sudah mulai stabil, dan batuk sudah mulai berkurang.
25
25
B. Kesimpulan dan Saran
1. Simpulan
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
a. Pengkajian yang dilakukan pada An. N didapatkan data subyektif dan
obyektif. Dari data subyektif keluarga mengatakan An. N batuk, sesak
nafas pernafasan terdengar mengi (wheeizing) dan belum keluar seputum
(dahak). Dari data obyektif didapatkan hasil An. N tampak lemah, ada
pengembangan dada saat batuk dan An.N batuk dengan pernafasan
wheeizing.
b. Diagnosa keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian
pada An. N adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan mukus dalam jumlah berlebih.
c. Perencanaan asahan keperawatan pada An.N dengan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebih
adalah dengan tujuan kriteria hasil yang ingin dicapai adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan jalan
napas paten dengan kriteria hasil: klien tidak sesak napas, klien dapat
mengeluarkan sekret, irama napas teratur, frekuensi pernapasan normal
(20x – 30x/menit), tidak ada sekret, suara napas bersih.
d. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada An.N dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam
jumlah berlebih adalah mengobservasi vital sing dan status pernafasan
26
26
klien, berikan posisi semi fowler, ajarkan pada keluarga tentang batuk
efektif dan teknik nafas dalam, kolaborasi dengan fisiotertapi dada,
kolaborasi dengan dokter pemberian obat dan nebulizer, tindakan
keperawatan dilakukan modifikasi sesuai kondisi pasien tanpa
meninggalkan prinsip dan konsep keperawatan.
e. Evaluasi keperawatan pada An.N dengan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebih adalah
menunjukan perbaikan dan peningkatan kesehatan pasien, pada hari
ketiga keluarga mengatakan bahwa batuk An.N sudah berkurang, tidak
sesak nafas dan sudah tidak ada dahak. Klien tampak lebih nyaman, tidak
ada suara nafas tambahan weizzing. Respirasi 26 kali permenit, masalah
keperawatan teratasi. Lanjutkan rawat jalan dan pasien sudah diizinkan
untuk pulang.
f. Analisa asuhan keperawatan pada An.N dengan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebih adalah
berhasil karena mendapatkan hasil dahak sudah keluar serta telah
melaksanankan semua prosedur medis dan keperawatan dalam
menanganinya.
2. Saran
a. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan Rumah Sakit Umum khususnya RSUD Sukoharjo dapat
memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerja
27
27
sama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada
umumnya dan pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
khususnya.
b. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainya dalam
memberikan asuhan keperawatan agar lebih maksimal, khususnya pada
klien gangguan pemenuhan dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
dengan asma bronkial. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan
professional dan komprehensif.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas
dan professional agar tercipta perawat yang professional, terampil,
inovatif, aktif, dan bermutu yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secapa menyeluruh berdasarkan kode etika keperawatan.
28
28
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A. Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Andarmoyo Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) Konsep,
Proses dan Praktik Keperawatan, Edisi Pertama. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Bull, Eleanor & David Prince. 2005. Asma. Jakarta : Erlangga.
Djojodidroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC
Doengoes, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Herdman Heather. 2009. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi
Dan Klasifikasi. Alih Bahasa: Sumarwati Made, Widiarti Dwi, Tiar
Estu, Translate: Monica. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.A, dan Uliyah Musrifatul. 2004. Buku Saku Pratikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Mirzanie, Hanifah dan Leksana. 2006. Pediatricia, Edisi ke-2. Jogjakarta : Tosca
Enterprise.
Mubarak, W.I dan Chayatin, N. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Nugroho, Sigit. 2012. Terapi Pernapasan Pada Penderita asma.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-
nurarifing-6137-2-babiik-r.pdf(anyar), diakses tanggal 10 April
2013.
Potter, A.P, dan Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC.
Pratyahara, A. Dayu. 2011. Asma Pada Balita (Mengenal, Mengobati, dan
Mengendalikan Penyakit Asma pada Anak Usia Balita). Jakarta :
Buku Kita.
Rachadian, D..2010. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT ISFI.
Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Pustaka Pelajar.
29
29
Safitri, Refi, & Annisa A. 2011. Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler
Terhadap Penurunan Sesak Nafas pada Pasien Asma di Ruang
Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Gaster, Vol.
8. Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah
Surakarta.
htsistp://www.jurnal.stikesaisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/vi
ew/29/26(poi, diakses tanggal 10 April 2013.
Sibuea, Herdin, et al. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Wilkinson, J.M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
Dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.