33
studi kasus demam berdarah Bab I Pendahuluan Latar Belakang Demam berdarah dengue atau Dengue Hemmoraghic Fever atau sering disingkat dengan DHF adalah salah satu penyakit yang sulit di sembuhkan hal ini di sebabkan karena sampai saat ini belum ditemukan obat atau vaksin untuk penanggulangan DHF ini. Di banyak negara tropis, virus dengue sangat endemik. Di Asia, penyakit ini sering menyerang di Cina Selatan, Pakistan, India, dan semua negara di Asia Tenggara. Sejak tahun 1981, virus ini ditemukan di Queensland, Australia. Penyakit ini juga sering menyebabkan KLB di Amerika Selatan, Amerika Tengah, bahkan sampai ke Amerika Serikat sampai akhir tahun 1990-an. Epidemi dengue di Asia pertama kali terjadi pada tahun 1779, di Eropa pada tahun 1784, di Amerika Selatan pada tahun 1935-an, dan di Inggris pada tahun 1922. DHF banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DHF setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DHF masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah kematian oleh penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2012) Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia DHF pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang

Studi Kasus Demam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

demam

Citation preview

Page 1: Studi Kasus Demam

studi kasus demam berdarahBab I

Pendahuluan

Latar Belakang

Demam berdarah dengue atau Dengue Hemmoraghic Fever atau sering disingkat dengan DHF adalah salah satu penyakit yang sulit di sembuhkan hal ini di sebabkan karena sampai saat ini belum ditemukan obat atau vaksin untuk penanggulangan DHF ini.

Di banyak negara tropis, virus dengue sangat endemik. Di Asia, penyakit ini sering menyerang di Cina Selatan, Pakistan, India, dan semua negara di Asia Tenggara. Sejak tahun 1981, virus ini ditemukan di Queensland, Australia. Penyakit ini juga sering menyebabkan KLB di Amerika Selatan, Amerika Tengah, bahkan sampai ke Amerika Serikat sampai akhir tahun 1990-an. Epidemi dengue di Asia pertama kali terjadi pada tahun 1779, di Eropa pada tahun 1784, di Amerika Selatan pada tahun 1935-an, dan di Inggris pada tahun 1922.

DHF banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DHF setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DHF masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah kematian oleh penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2012)

Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia DHF pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian / AK : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.

Angka kesakitan DHF di Indonesia tahun 2013 tercatat 45,85 per 100.000 penduduk (112.511 kasus) dengan angka kematian sebesar 0,77 % (871 kematian). Sedangkan pada tahun 2014 ini sampai awal bulan April tercatat angka kesakitan DHF sebesar 5,17 per 100.000 penduduk (13.031 kasus) dengan angka kematian sebesar 0,84% (110 kematian). (pppl,depkes.2014)

Data yang ditemui di ruangan rawat inap anak RSUP. Dr. M.DJAMIL Padang selama 3 bulan dari bulan (Mei-Agustus 2014) didapatkan bahwa ruangan telah merawat pasien dengan kasus DHF sebanyak 25 kasus . Hal ini menunjukan bahwa angka kunjungan pasien dengan kasus tersebut cukup tinggi dibandingkan kasus anak sakit lainya. Karena angka rawatan untuk penyakit DHF yang tinggi dibandingkan penyakit lain. Kemajuan ilmu dan teknologi yang juga menyebabkan perbaikan pola perawatan terhadap kasus DHF semakin baik. Perawatan pada kasus DHF dewasa ini tidak hanya menitikberatkan kepada pengobatan saja, namun juga

Page 2: Studi Kasus Demam

membantu meningkatkan pengetahuan klien terhadap penyakit DHF sehingga bisa sebagai pencegah nantinya.

Dalam kasus DHF peran perawat dan bidan diruangan anak sangat besar, dimana perawat dan bidan tidak hanya memiliki peran sebagai mitra tim kesehatan lain yang diberikan delegasi tugas seperti pemberian obat dan lain-lain. Namun perawat dan bidan juga memiliki keilmuannya yang lebih menitikberatkan penanganan kasus DHF pada pada respon tubuh klien yang berbeda-beda terhadap tindakan medis yang didapat. Berdasarkan hal diatas penulis tertarik mengangkat kasus DHF untuk di ujiankan di STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

1.2  Tujuan

1.2.1  Tujuan Umum

Untuk dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan pada An. “O” dengan masalah DHF Grade I di RSUP.Dr.M.DJAMIL Padang tahun 2014.

1.2.2  Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini, diharapkan mahasiswa :

1. Mampu melaksanakan pengkajian pada An. “O” dengan DHF.2. Mampu menegakan diagnosa dan menentukan kebutuhan pasien sesuai dengan masalah

yang dihadapi oleh An. “O” dengan DHF.3. Mampu menentukan diagnosa potensial pada An. “O” dengan DHF.4. Mampu mempersiapkan tindakan segera yang dibutuhkan jika diagnosa potensial terjadi

pada An. “O” dengan DHF.5. Mampu merancang intervensi yang akan dilakukan pada An. “O” dengan DHF.6. Mampu melaksanakan intervensi yang sudah di rancang pada An. “O” dengan DHF.7. Mampu melaksanakan evaluasi terhadap intervensi yang sudah dilakukan pada An. “O”

dengan DHF.8. Mampu melakukan pendokumentasian sesuai tindakan yang sudah diberikan pada An.

“O” dengan DHF. o Manfaat

Bagi Pasien dan Keluarga

Hasil studi kasus ini dapat memberikan informasi dan dapat lebih mengetahui serta lebih paham akan status kesehatannnya dalam masa pemberian asuhan kesehatan dan proses penyembuhannya.

Bagi Mahasiswa dan Penulis

1. Sebagai bahan penambah wawasan dan untuk diaplikasikan dilapangan.2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan terhadap

kasus DHF dengan menggunakan asuhan kesehatan sesuai standar profesi.

Page 3: Studi Kasus Demam

3. Sebagai pengembangan kemampuan penulis sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah dengan memberikan pendidikan kesehatan dalam kasus DHF serta dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dan hal yang diteliti.

o Bagi Institusi

Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi sehingga diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada petugas dalam mengatasi masalah kesehatan dengan DHF.

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Dasar Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

2.1.1 Pengertian

Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian. (Depkes, 2006).

Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), dan Syndrom Shock Dengue (SSD). Infeksi dengue di jumpai sepanjang tahun dan meningkat pada musim hujan. Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang masih menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini masih disebabkan oleh karena tingginya angka morbiditas dan mortalitas (Depkes, 2006).

Penyakit Demam Berdarah Dengue /DBD (secara medis disebut Dengue Hemerragic Fever/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes  aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan system pembekuan darah, sehngga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Demam Berdarah Dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. (Dwi Sunar Prasetyo : 2012)

Demam dengue  dan demam berdarah dengue / DBD (dengue haemorragic fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot / nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. (Aru.W. Sudoyo, dkk : 2006).

Page 4: Studi Kasus Demam

Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat. Penyakit ini tergolong “susah dibedakan” dari penyakit demam berdarah lainnya. (Oktri Astuti : 2008).

2.1.2 Etiologi

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne viruses) artinya virus yang di tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain menjadi vektor virus dia juga menjadi hospes reservoir virus tersebut yang paling bertindak menjadi vektor adalah berturut turut nyamuk.

2.1.3 Patofisiologi

Fenomena patologis utama yang menentukan berat penyakit DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah (kapiler), yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang otomatis jumlah trombosit berkurang (trombositopenia), terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari permulaan masa demam dan mencapai puncaknya pada masa terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak. (Sri rejeki H.Hadinegoro,2001)

Pertama-tama adanya virus yang masuk ke dalam tubuh manusia yang mengaktifkan kompleks virus-Ab (monosit & makrofag) yang akan menimbulkan :

1.   Pengeluaran Interleukin 1 (IL1), IL6 dan TNF-α (tumor necrosis factor alpha) dari hasil fagositosis terhadap virus. Hal ini memberikan respon ke hypothalamus untuk  membentuk asam arakhidonat  dan setelah itu membentuk prostaglandin. Kehadiran prostaglandin ini memberikan respon ke seluruh tubuh berupa suhu yang meningkat (Demam).

2.   Pengeluaran Histamin yang mengakibatkan Vasodilatasi (vasoaktif), jika keadaan ini terjadi pada pembuluh darah otak maka dapat mengakibatkan gangguan tekanan intracranial yang akan memicu sakit kepala.

3.   Aktivasi monosit dan makrofag terhadap adanya virus akan merangsang komplemen. Zat ini juga bersifat vasoaktif yang akan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, mekanisme ini cenderung mendorong terjadinya coagulant/pembekuan darah (procoagulant). Akibatnya dapat memicu laju pacu jantung menjadi menurun sehingga memudahkan terjadinya hipotensipada seseorang. Peningkatan permeabiliitas juga meningkatkan resiko perdarahan yang diakibatkan adanya bahan-bahan mediator tersebut yang akan mempengaruhi sel-sel endotel dinding pembuluh darah, namun secara jelasnya belum diketahui.

4.   Perubahan imunulogi seluler karena adanya virus yang selalu bereplikasi terkhususnya virus dengue. Hal ini memberikan respon yang signifikan terhadap system imun seluler

Page 5: Studi Kasus Demam

untuk membunuh virus yang sekaligus mengorbankan dirinya sendiri yang lama kelamaan akan mengakibatkan leukopenia

Hal lain yang dikemukakan bahwasanya virus yang masuk kedalam tubuh manusia akan mengalami agregasi yaitu proses menempelnya virus dengue terhadap trombosit. Proses ini secara bersamaan akan mengakibatkan fagositosis oleh monosit ataupun makrofag yang dimana keadaan yang akut ataupun kronik dapat menimbulkan trombositopenia. Hal tersebut memudahkan terjadinya perdarahan.

Gambar 2.1 Patofisiologi Dengue Hemmorraghic Fever (DHF)   

2.1.4 Manifestasi Klinis

Masa inkubasi penyakit DBD adalah 3-15 hari sejak seseorang terserang virus dengue. Selanjutnya, penderita akan menampakan berbagai tanda dan gejala demam berdarah, seperti berikut :

1. Demam tinggi secara mendadak selama 2-7 hari (38-40°C)2. Pada pemeriksaan uji Torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.3. Adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan

(epitaksis), buang air besar dengan kotoran berupa lendir bercampur darah (melena), dan lain-lainnya.

4. Terjadi pembesaran hati (hepatomegali)5. Tekanan darah menurun, sehingga menyebabkan shock.6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah), hari ke 3-7  terjadi trombosit di bawah 100.000

per mm (trombositopent) dan terjadi peningkatan nilai hematokrit di ats 20% dari nilai normal (hemokonsentrasi)

7. Timbulnya beberapa gejala klinis yang menyertai, seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang, dan sakit kepala.

8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal atau sakit pada

persendian.10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.11. Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita adalah epigastrium, muntah-muntah,

diare dan kejang-kejang (Depkes ,2006)

2.1.5 Klasifikasi DHF

Sesuai dengan patokan dari WHO (1975) bahwa penderita DHF dalam perjalanan penyakit terdapat derajat I dan IV. (Sumarmo, 1983) antara lain :

1. Derajat I (Ringan)

Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain, dengan manifestasi perdarahan ringan. Yaitu uji tes “rumple leed’’ yang positif.

Page 6: Studi Kasus Demam

2. Derajat II (Sedang )

Golongan ini lebih berat daripada derajat pertama, oleh karena ditemukan perdarahan spontan di kulit dan manifestasi perdarahan lain yaitu epitaksis (mimisan), perdarahan gusi, hematemesis dan melena (muntah darah). Gangguan aliran darah perifer ringan yaitu kulit yang teraba dingin dan lembab.

3. Derajat III ( Berat )

Penderita syok berat dengan gejala klinik ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi gelisah.

4. Derajat IV

Penderita syok berat (profound shock) dengan tensi yang tidak dapat diukur dan nadi yang tidak dapat diraba.

2.1.6 Diagnosa Laboratorium

Setiap penderita dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan lengkap darah, sangatlah penting karena pemeriksaan ini berfungsi untuk mengikuti perkembangan dan diagnosa penyakit.

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bagian cairan disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Volume dari darah secara keseluruhan sekitar 5 liter, yaitu 55 % cairan dan 45 % sisanya terdiri dari sel darah yang dipadatkan yang berkisar 40-47 % (Evelyn Pearce,1990)

Sel darah meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit) dan trombosit. Eritrosit bentukya seperti cakram kecil bikonkaf, cekung pada sisinya. Jumlah eritrosit pada darah normalnya 5.000.000/μl. Lekosit terdiri dari dua yaitu non granulosit dan granulosit. Sel granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil. Sel non granulosit terdiri dari limfosit dan monosit. Sel lekosit merupakan sel yang peka terhadap masuknya agen asing dalam tubuh dan berfungsi sebagai sistim pertahanan tubuh. Jumlah normal dalam darah 8.000 μl. Sel ini diproduksi di sumsum tulang belakang. Trombosit ukurannya sepertiga ukuran sel darah merah. Jumlahnya sekitar 300.000/μl. Perannya penting dalam penggumpalan darah (A.V.Hoffbrand,J.e.Pettit,1996).

Adapun pemeriksaan yang dilakukan antara lain :

1. Pemeriksaan uji Tourniquet/Rumple leed

Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah pada penderita DHF. Uji rumpel leed merupakan salah satu pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi kelainan sistem vaskuler dan

Page 7: Studi Kasus Demam

trombosit. Dinyatakan positif jika terdapat lebih dari 10 ptechiae dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian depan termasuk lipatan siku (Depkes,2006).

Prinsipnya adalah bila dinding kapiler rusak maka dengan pembendungan akan tampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit yang disebut Ptechiae (R.Ganda Soebrata,2004).

2. Pemeriksaan Hemoglobin

Kasus DHF terjadi peningkatan kadar hemoglobin dikarenakan terjadi kebocoran / perembesan pembuluh darah sehingga cairan plasmanya akan keluar dan menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi. Kenaikan kadar hemoglobin >14 gr/100 ml. Pemeriksaan kadar hemaglobin dapat dilakukan dengan metode sahli dan fotoelektrik (cianmeth hemoglobin), metode yang dilakukan adalah metode fotoelektrik.

Prinsipnya adalah metode fotoelektrik (cianmeth hemoglobin) Hemoglobin darah diubah menjadi cianmeth hemoglobin dalam larutan yang berisi kalium ferrisianida dan kalium sianida. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm/filter hijau (R.Ganda Soebrata,2004).

3. Pemeriksaan Hematokrit

Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan terjadinya hemokonsentrasi, yang merupakan indikator terjadinya perembesan plasma. Nilai peningkatan ini lebih dari 20%. Pemeriksaan kadar hematokrit dapat dilakukan dengan metode makro dan mikro.

Prinsipnya adalah mikrometode yaitu menghitung volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan % dari volume darah itu (R.Ganda Soebrata,2004).

4. Pemeriksaan Trombosit

Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali pada saat pasien didiagnosa sebagai pasien DHF, Pemeriksaan trombosit perlu dilakukan pengulangan sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut normal atau menurun. Penurunan jumlah trombosit < 100.000 /μl atau kurang dari 1-2 trombosit/ lapang pandang dengan rata-rata pemeriksaan 10 lapang pandang pada pemeriksaan hapusan darah tepi.

Prinsipnya adalah darah diencerkan dengan larutan isotonis (larutan yang melisiskan semua sel kecuali sel trombosit) dimaksudkan dalam bilik hitung dan dihitung dengan menggunakan faktor konversi jumlah trombosit per μ/l darah (R.Ganda Soebrata,2004).

5. Pemeriksaan Lekosit

Kasus DHF ditemukan jumlah bervariasi mulai dari lekositosis ringan sampai lekopenia ringan. Prinsipnya adalah darah diencerkan dengan larutan isotonis (larutan yang melisiskan semua sel kecuali sel lekosit) dimasukkan bilik hitung dengan menggunakan faktor konversi jumlah lekosit per μ/l darah (R.Ganda Soebrata,2004).

Page 8: Studi Kasus Demam

6. Pemeriksaan Bleding time (BT)

Pasien DHF pada masa berdarah, masa perdarahan lebih memanjang menutup kebocoran dinding pembuluh darah tersebut, sehingga jumlah trombosit dalam darah berkurang. Berkurangnya jumlah trombosit dalam darah akan menyebabkan terjadinya gangguan hemostatis sehingga waktu perdarahan dan pembekuan menjadi memanjang.

Prinsipnya adalah waktu perdarahan adalah waktu dimana terjadinya perdarahan setelah dilakukan penusukan pada kulit cuping telinga dan berhentinya perdarahan tersebut secara spontan. (R.Ganda Soebrata,2004).

7. Pemeriksaan Clothing time (CT )

Pemeriksaan ini juga memanjang dikarenakan terjadinya gangguan hemostatis. Prinsipnya adalah sejumlah darah tertentu segera setelah diambil diukur waktunya mulai dari keluarnya darah sampai membeku. (R.Ganda Soebrata,2004).

8. Pemeriksaan Limfosit Plasma Biru (LPB)

Pada pemeriksaan darah hapus ditemukan limfosit atipik atau limfosit plasma biru ≥ 4 % dengan berbagai macam bentuk : monositoid, plasmositoid dan blastoid. Terdapat limfosit Monositoid mempunyai hubungan dengan DHF derajat penyakit II dan IgG positif, dan limfosit non monositoid (plasmositoid dan blastoid) dengan derajat penyakit I dan IgM positif. (R.Ganda Soebrata,2004). Prinsipnya adalah menghitung jumlah limfosit plasma biru dalam 100 sel jenis-jenis leukosit.

9. Pemeriksaan Imunoessei dot-blot

Hasil positif IgG menandakan adanya infeksi sekunder dengue, dan IgM positif menandakan infeksi primer. Tes ini mempunyai kelemahan karena sensitifitas pada infeksi sekunder lebih tinggi, tetapi pada infeksi primer lebih rendah, dan harganya relatif lebih mahal. Prinsipnya adalah antibodi dengue baik IgM atau IgG dalam serum akan diikat oleh anti-human IgM dan IgG yang dilapiskan pada dua garis silang di strip nitrosellulosa (Suroso dan Torry Chrishantoro,2004).

2.1.7 Penatalaksanaan

Perawatan intensif pada dugaan infeksi dengue seperti :

1. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, pemasukan kurang) kejang-kejang

2. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut pembesaran hati uji teoriguak positif atau negatif karena sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan PCV meningkat

3. Panas disertai pendarahan4. Perawatan DHF dengan tingkatan :5. DHF grade I

Page 9: Studi Kasus Demam

6. RL DS : 3 cc/kg/jam7. Evaluasi TTV8. DHF grade II9. RL DS 3 cc/kg/jam10. Evaluasi TTV11. DHF Grade III12. RL : 10 – 20 cc/kg/jam13. Evaluasi TTV

Baik      : RL DS 7 cc/kg/jam, 5 cc/kg/jam,  3 cc/kg/jam

Jelek      : RL 10 cc/kg/jam atau plasma 10 cc/kg/jam  stabil dan dilanjutkan dengan rumus 7-5-3

Perdarahan : WBC sesuai volume perdarahan Hb, PCV, tromboserial

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi dari penyakit DHF yaitu :

1. Perdarahan luas2. Shock atau renjatan3. Penurunan kesadaran

Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Varney o Pengkajian Data

1. Data Subyektif 1. Biodata

Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, dan alamat

2. Keluhan utama

1. Demam mendadak terus menerus 2-7 hari2. Perdarahan spontan (petekhi, epitaksis, perdarahan gusi) kadang disertai mual-mual,

nyeri kepala 3. Riwayat penyakit sekarang

Derajat I      :   Panas 2-7 hari, gejala umum tidak jelas, rumplet tes (+)

Derajat II  :   Derajat I + gejala perdarahan spontan (pethekhi, epitaksis, ekhimosisi, perdarahan gusi, hematemesis, melena, dll)

Derajat III  :   Derajat II dan gejala kegagalan sirkulasi darah (nadi cepat > 120 tekanan darah sempit < 20 mmHg dan turun)

Page 10: Studi Kasus Demam

Derajat IV  :  Nadi tidak teratur tekanan darah tidak teratur, anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru

4. Riwayat penyakit dahulu

Pasien pernah atau tidak pernah terinfeksi virus dengue

5. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh salah satu anggota keluarga yang meliputi penyakit menular atau menahun.

6. Riwayat neonatus 1. Prenatal

Riwayat yang menyatakan sejak dalam kandungan

1. Natal

Riwayat dimana kandungan telah berakhir atau pada waktu persalinan

1. Post natal

Riwayat dimana sesudah masa kandungan berakhir (setelah persalinan)

7. Riwayat Imunisasi

Untuk mengetahui imunisasi apa saja yang sudah didapat oleh pasien

8. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari yang dilakukan pasien, seperti:

1. Pola Nutrisi

Variasi (berbagai bentuk) makan apa saja yang dikonsumsi, frekuensi, komposisi dan porsi yang dikonsumsi oleh pasien.

1. Pola Aktivitas

Untuk mengetahui aktivitas apa saja yang bisa dilakukan oleh pasien

1. Pola Istirahat Tidur

Untuk mengetahui berapa lama waktu istirahat anak terganggu atau tenang

Page 11: Studi Kasus Demam

1. Pola Eliminasi

BAB   : Frekuensi, konsistensi, konstipasi, melena

BAK   : Hematuria, anuria

1. Data Obyektif 1. Keadaan Umum

Kesadaran : composmentis, apatis, somnolen, sopor, coma

TTV          :  T         : Hipotensi (sistolik < 80 mmHg)

S         : Meningkat akut sampai 5 hari turun

N        : Cepat dan lemah

RR     : Bisa sesak nafas sampai sianosis

1. Pemeriksaan Fisik

Kepala          :   Nyeri, kepala atau pusing

Hidung         :   Epitaksis, sianosis perifer

Telinga         :   Serumen ada atau tidak, dingin dan lembab / tidak

Mulut&gigi  :   Mukosa, bibir kering, perdarahan gusi, sianosis

Tenggorokan: Sakit waktu menelan

Abdomen     :   Nyeri ulu hati, heptomegali, distensi, asites

Genetalia      :   Kelaminnya apa bersih/tidak, ada kelainan/tidak

Eks               :   Akral hangat dan dingin petelchi (+), sianosis perifer

1. Pemeriksaan Penunjang

Darah            :

100. Trombositopenia < 100.000/mm3

101. Hb meningkat > 20 %102. Hemokonsentrasi  (hemotrokit meningkat)103. Kimia darah hiponatremia, hipoprotemia, hipokroremia

Page 12: Studi Kasus Demam

Urine           :

1. Albumin2. Hematuria

Foto thorox : pleura effusion

USG            : hepatomegali, splenomegali

2.2.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan

Diagnosa dan masalah yang muncul dari hasil pengumpulan data yaitu secara subyektif maupun obyektif serta perkembangan kesehatan pasien yang fisiologis. Diagnosa untuk kasus DHF ialah “An. A usia … tahun dengan DHF” sesuai dengan standar diagnosa nomenklatur kesehatan.

2.2.3 Antisipasi Masalah Potensial

1. Syok hypofolemik2. Kejang

Identifikasi Kebutuhan Segera

Tindakan segera yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mencegah penyakit atau masalah yang berlanjut.

Intervensi

Intervensi Umum :

1. Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga

Dengan pendekatan diharapkan pasien dan keluarga dapat kooperatif dan terjalinnya kepercayaan terhadap petugas

2. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan baru

Sebagai parameter utama untuk mengetahui sejauh mana perjalanan penyakit sehingga dapat segera diatasi

3. Observasi tanda-tanda vital (TTV)

TTV merupakan parameter utama untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien

4. Kolaborasi dengan tim medis dengan dalam pemberian terapi

Dengan terapi yang dapat diharapkan kondisi pasien semakin membaik

Page 13: Studi Kasus Demam

Intervensi khusus masalah peningkatan  suhu tubuh :

Tujuan dilakukan intervensi khusus adalah agar setelah dilakukan asuhan kesehatan selama 1 x 6 jam diharapkan masalah dapat teratasi, yaitu diantaranya :

1. Anjurkan dan motivasi ibu untuk mengompres anaknya

Kompres hangat dapat menurunkan panas melalui proses konduksi

2. Anjurkan pasien untuk banyak minum

Dengan minum banyak panas dapat dikeluarkan melalui urine

3. Anjurkan pasien untuk berpakaian tipis dan menyerap keringat

Membantu turunkan panas dengan proses evaporasi

4. Observasi TTV tiap 2-3 jam

Mengetahui keadaan umum pasien

5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian anti piretik

Membantu menurunkan panas pada badan

Implementasi

Merupakan realisasi dari intervensi yang ditetapkan namun dalam kegiatan tertentu tindakan yang harus dilakukan disesuaikan dengan kondisi anak.

2.2.7 Evaluasi

Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan dengan menggunakan :

S     :   Pernyataan subyektif yang dinyatakan pasien

O    :   Keadaan pasien yang dapat diamati secara langsung oleh petugas

A    : Pernyataan tentang gangguan yang terjadi apakah sudah teratasi atau belum

P     :   Rencana intervensi yang akan dilakukan

BAB III

Tinjauan Kasus

Page 14: Studi Kasus Demam

Manajemen Asuhan Kesehatan Pada An. “O” Usia 13 Tahun dengan DHF Grade I di RSUP.Dr.M.Djamil Padang Tahun 2014

Pengkajian

Tanggal pengkajian     : 21 Agustus 2014                Pukul : 01.27 WIB

1. DATA SUBYEKTIF

1. Biodata

Nama          :   An. “O”                     Nama ortu     :   Tn. “Y”

Umur          :   13 tahun                     Umur            :   30 tahun

Anak ke      :   1 (pertama)                Pekerjaan      :   Nelayan

Pendidikan :   SD                             Pendidikan    :   SMA

Agama        :   Islam                         Agama           :   Islam

Alamat        :   Rimbokalung            Alamat          :   Rimbokalung

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan badan anaknya panas sejak 3 hari yang lalu dan hanya dirawat dirumah.

3. Riwayat Penyakit sekarang4. Demam tinggi sejak 3 hari yang lalu tidak disertai kejang dan hanya dirawat dirumah5. Nyeri sendi sejak 2 hari yang lalu6. Muncul bintik-bintik merah pada tungkai sejak 8 jam yang lalu7. Mual ada dan muntah tidak ada8. Riwayat perdarahan hidung, gusi dan saluran cerna tidak ada

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Ibu mengatakan anaknya tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya dan ibu juga mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit seperti ini.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah atau sedang menderita penyakit seperti yang diderita pasien.

6. Riwayat Neonatal

Page 15: Studi Kasus Demam

Prenatal     :  Ibu pasien mengatakan hamil yang pertama, periksa hamil rutin di Bidan, keluhan selama hamil TM I : mual. Ibu pernah mendapat fe, dan vitamin, penyuluhan tentang perawatan payudara dan senam hamil.

Natal         :  Melahirkan pada usia kehamilan 9 bulan ditolong oleh bidan, bayi menangis spontan, BB lahir 3100 gram, PB : 49 cm, nafas spontan langsung menangis dan tidak ada cacat bawaan.

Post natal  :  Keadaan umum baik, ibu pasien mengalami masa nifas selama 40 hari, pasien mendapatkan ASI sejak lahir sampai usia 1 tahun dan makanan tambahan usia 5 bulan.

7. Pola Kebiasaan sehari-hari8. Pola nutrisi

Makan :

Sebelum sakit   :   Pasien makan 3-4x/hari, habis 1 porsi piring sedang, jenis nasi, lauk, sayur, buah, minum air putih

Saat sakit          :   Pasien makan setiap 3 kali sehari, menu dari petugas kesehatan

Minum :

Sebelum sakit   : 5-6 gelas/ hari(air putih kadang susu)

Saat sakit          : 2 jam sekali minum air putih 1 gelas

1. Pola istirahat

Sebelum sakit   :  Siang 14.00 – 16.00     Malam : 21.00 – 05.45

Saat sakit          :  +/- 2 jam tidak teratur   Malam : 21.00 – 05.00

1. Pola eliminasi

Sebelum sakit   :  BAB 1x/hari lunak, bau khas warna kuning kecoklatan, BAK 4-5x/hari warna kuning jernih bau khas

Saat sakit          :  BAB 1 atau 2 hari sekali selama di RS, BAK 4-5 x/hari warna kuning jernih bau khas

1. Pola personal hygiene

Sebelum sakit   :  Pasien mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju tiap habis mandi keramas 1x/2 hari

Page 16: Studi Kasus Demam

Saat sakit           :  Pasien hanya dilap 1x/hari

1. Data obyektif

Kesadaran              : Composmentis Keadaan Umum     : Sedang

TTV                 S     : 39 0C            T    : 100/70 mmHg           BB : 36,5 kg

N     : 108 x/i        RR : 22 x/mnt                    TB : 155 cm

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

Kepala         :   Bersih, kulit kepala bersih hitam, penyebaran rambut merata, rambut tidak rontok

Mata                :   Simetris, sclera putih, conjungtiva merah muda

Mulut&gigi     :  Mukosa bibir kering

Telinga            :  Simetris, tidak ada serumen, telinga bersih

Leher            :   Tidak ada kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis, Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Dada               :   Simetris, tidak ada penarikan interkosta

Abdomen        :   Simetris, tidak ada bekas operasi

Eks. Atas       :  Simetris terpasang  infus RL 500 cc, pada tangan kiri, terdapat    bintik-bintik merah(peteki)

Eks. Bawah :   Simetris, tidak ada oedema, pergerakan lemah,terdapat peteki

1. Palpasi

Leher            :   Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembendungan vena jugularis

Perut             :   terdapat nyeri tekan pada ulu hati atau perut sebelah kanan

1. Auskultasi

Dada               :   Tidak ada ronchi, tidak ada whezing

1. Perkusi

Page 17: Studi Kasus Demam

Abdomen      :  kembung

Pemeriksaan penunjang

Jenis pemeriksaan

21 Agustus2014

22 Agustus2014

23 Agustus2014

24 Agustus2014

Normal

HB 14 gr/dl 14,3 gr/dl 14 gr/dl 14 gr/dl 11,4-17 gr/dl

Leukosit 7.400/cmm 7.400/cmm 7.600/cmm 7.600/cmm4.700-10.300/cmm

Trombosit 30.000 70.000 94.000 150.000150.000-350.000/cmm

Hematokrit 41 % 42 % 42 % 42 % 37 %- 48 %

TERAPI

1. IVFD RL 3 cc/kg BB/ jam : 110 cc/jam : 18 tts/i2. ML 1800 kkal3. Paracetamol 30 mg (jika suhu > 38,5oC)4. Banyak minum

Manajemen Asuhan Kesehatan Pada An. “O” Usia 13 Tahun dengan DHF

Grade I di RSUP.Dr.M.Djamil Padang Tahun 2014

Tgl/Jam Pengkajianinterpretasi Data (Dx, Masalah, Kebutuhan)

Dx Potensial /MasalahPotensial

Antisipasi /Tindakan Segera

Intervensi Implementasi

21 Agustus 2014, pukul 01.30 WIB22 Agustus 2014, pukul 13.00 WIB

23 Agustus 2014, pukul 17.00

DS :

Ibu mengatakan anaknya demam tinggi sejak 3 hari yang lalu dan hanya dirawat dirumah

Ibu mengatakan anaknya tidak pernah terkena penyakit ini

Ibu mengatakan muncul bintik-bintik merah pada tungkai anakya 8 jam yang lalu

 Diagnosis :

An “O” usia 13 tahun dengan DHF grade I

Dasar :

Terdapat peteki pada tungkai dan tangan

Tidak ada riwayat

DHF grade II

syok

DHF grade II

syok

DHF grade II

syok

Tidak ada

kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberiaan untuk lanjutan terapi

kolaborasi dengan dokter spesialis anak

untuk

1.      Beritahu kepada keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan

2.      Lanjutkan therapy sesuai order dokter

3.      Anjurkan kepada keluarga pasien agar pasien di kompres hangat

4.      Anjurkan kepada pasien untuk banyak minum

1.Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan :Keadaan umum : sedang

TTV :

S     : 39

TD : 100/70 mmHg

N    : 108 x/i

RR  : 22 x/i

Page 18: Studi Kasus Demam

WIB

24 Agustus 2014, pukul 10.00 WIB

Ibu mengatakan tidak ada riwayat perdarahan hidung, kulit, gusi dan saluran pencernaan pada anaknya

DO :

Keadaan umum : sedang

TTV :

S     : 39 0C

TD : 100/70 mmHg

N    : 108 x/i

RR  : 22 x/i

TB : 155 cm

BB : 36,5 kg

Pemeriksaan penunjang

HB : 14 gr/dL

Leu : 7.400/cmm

Trom: 30.000/cmm

HT : 41 %

DS :

Bintik-bintik merah pada tungkai masih ada

Tidak ada riwayat perdarahan hidung,

perdarahan hidung, kulit, gusi dan saluran pencernaan

Trombosit : 30.000/cmm

Masalah:

Peningkatan suhu tubuh dan aktifitas terganggu

Kebutuhan

Nutrisi seimbang

Kompres hangat

Membantu aktifitas pasien

Diagnosis

An “O” usia 13 tahun dengan DHF grade I

Dasar :

Terdapat peteki pada tungkai dan tangan

Tidak ada riwayat perdarahan

melanjutkan terapi

kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi

Tidak ada

1.      Beritahu kepada keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan

2.       Lanjutkan therapy sesuai order dokter

3.      Anjurkan kepada pasien untuk banyak minum

1.      Beritahu kepada keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan

2.       Lanjutkan therapy sesuai order dokter

3.      Anjurkan kepada keluarga pasien agar pasien di kompres hangat

4.      Anjurkan kepada pasien untuk banyak minum

1.      Beritahu kepada keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan

2.      Anjurkan kepada pasien untuk banyak minum

3.       Pasien dibolehkan pulang oleh dokter dan therapy dihentikan

TB : 155 cm

BB : 36,5 kg

Pemeriksaan penunjang

HB : 14 gr/dL

Leu : 7.400/cmm

Trom: 30.000/cmm

HT  : 41 %

2.Melanjutkan therapy sesuai order dokter, yaitu:

a. IVFD RL 3 cc/kg BB/ jam : 110 cc/jam : 18 tts/i

b. ML 1800 kkal

c.    Paracetamol 30 mg (jika suhu > 38,5

3.Menganjurkan kepada keluarga pasien agar pasien di kompres hangat untuk menurunkan panasnya

4.Menganjurkan pasien untuk banyak minum agar kebutuhan nutrisi terpenuhi, setidak nya 2 jam sekali minum satu gelas air putih

1.  Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

Keadaan umum : sedang

TTV :

Page 19: Studi Kasus Demam

kulit, gusi dan saluran pencernaan

Badan klien tidak terasa panas

DO :

Keadaan umum : sedang

TTV :

S     : 36,5 0C

TD : 100/70 mmHg

N    : 100 x/i

RR  : 26 x/i

Pemeriksaan penunjang

HB   : 14,3 gr/dL

Leu   : 7.400/cmm

Trom : 70.000/cmm

HT   : 42 %

DS :

Pasien terlihat lebih segar

Bintik-bintik merah pada tungkai dan lengan terlihat samar

Tidak ada riwayat perdarahan hidung, kulit, gusi dan saluran pencernaan

hidung, kulit, gusi dan saluran pencernaan

Tromobosit: 70.000/cmm

Masalah:

Tidak ada

Kebutuhan

Tidak ada

Diagnosis

An “O” usia 13 tahun dengan DHF grade I

Dasar :

Terdapat peteki pada tungkai dan tangan

Tidak ada riwayat perdarahan hidung, kulit, gusi dan saluran pencernaan

4.   Beri penyuluhan kepada pasien tentang 3M (menutup, menguras, mengubur) dan anjuran tidur memakai kelambu

S     : 36,5

TD : 100/70 mmHg

N    : 100 x/i

RR  : 26 x/i

Pemeriksaan penunjang

HB : 14,3 gr/dL

Leu  

Trom: 70.000/cmm

HT   : 42 %

2. Melanjutkan therapy sesuai order dokter, yaitu:

a.      BB/ jam : 110 cc/jam : 18 tts/i

b.      ML 1800 kkal

3. Menganjurkan pasien untuk banyak minum agar kebutuhan nutrisi terpenuhi, setidak nya 2 jam sekali minum satu gelas air putih

1.  Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

Keadaan umum : sedang

TTV :

S     : 38

Page 20: Studi Kasus Demam

Tubuh pasien teraba panas

DO :

Keadaan umum : sedang

TTV :

S     : 38 0C

TD : 110/70 mmHg

N    : 100 x/i

RR  : 25 x/i

Pemeriksaan penunjang

HB   : 14 gr/dL

Leu   : 7.600/cmm

Trom: 94.000/cmm

HT   : 42 %

DS :

Pasien mulai membaik

Bintik-bintik merah sudah mulai hilang

Tidak ada riwayat perdarahan hidung, kulit, gusi dan saluran pencernaan

DO :

Keadaan umum :

Trombosit : 94.000/cmm

Masalah:

Peningkatan Suhu Tubuh

Kebutuhan

Kompres hangat

Nutrisi seimbang

Diagnosis

An “O” usia 13 tahun dengan riwayat DHF grade I

Dasar :

TD : 110/70 mmHg

N    : 100 x/i

RR  : 25 x/i

Pemeriksaan penunjang

HB   : 14 gr/dL

Leu  

Trom: 94.000/cmm

HT   : 42 %

2.Melanjutkan therapy sesuai order dokter, yaitu:

a.      BB/ jam : 220 cc/jam : 70 tts/i

b.      ML 1800 kkal

c.      

3.      kepada keluarga pasien agar pasien di kompres hangat untuk menurunkan panas nya

4.Menganjurkan pasien untuk banyak minum agar kebutuhan nutrisi terpenuhi, setidak nya 2 jam sekali minum satu gelas air putih

1.  Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

Page 21: Studi Kasus Demam

sedang

TTV :

S     : 37 0C

TD : 100/80 mmHg

N    : 105 x/i

RR  : 25 x/i

Pemeriksaan penunjang

HB   : 14 gr/dL

Leu   : 7.600/cmm

Trom: 150.000/cmm

HT   : 42 %

HR     :    14

Terdapat peteki pada tungkai dan tangan

Tidak ada riwayat perdarahan hidung, kulit, gusi dan saluran pencernaan

Trombosit : 150.000/cmm

Masalah:

Tidak ada

Kebutuhan

Tidak ada

Keadaan umum : sedang

TTV :

S     : 37

TD : 100/80 mmHg

N    : 105 x/i

RR  : 25 x/i

Pemeriksaan penunjang

HB   : 14 gr/dL

Leu  

Trom: 150.000/cmm

HT   : 42 %

2.Menganjurkan pasien untuk banyak minum agar kebutuhan nutrisi terpenuhi, setidak nya 2 jam sekali minum satu gelas air putih

3. Pasien diperbolehkan pulang dan therapy dihentikan

4.Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya tentang anjuran tidur memakai kelambu dan program 3 M yakni :

a.      penyimpanan air

b.      Menguras bak mandi

Page 22: Studi Kasus Demam

sekali seminggu

c.      barang bekas yang berpotensi menampung air jika hujan

 

BAB IV

Pembahasan

Setelah melakukan asuhan kesehatan pada An.“ O ” dengan DHF . Tahap manajemen asuhan kesehatan yang terdiri dari pengumpulan data, interpretasi data, diagnosa potensial, tindakan segera, intervensi, implementasi, evaluasi, dan pendokumentasian. Penulis menemukan banyak kesamaan antara pembahasan dan teori dengan kenyataan di lapangan, namun kesenjangan tetap ada.

Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa kesamaan antara pembahasan teori dengan kenyataan yang ada di lapangan dan menguraikan kesenjangan-kesenjangan yang ditemui serta mencari jalan keluarnya yang sesuai dengan langkah-langkah dalam manajemen asuhan kesehatan maka pembahasannya adalah :

Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, baik dalam pengumpulan data subjektif,objektif, dimana didukung oleh peralatan dan pelayanan yang memadai, pencatatan yang baik dan pembimbing klinik yang bersedia memberikan masukan dan saran.

Riwayat kesehatan sesuai teori anak dengan penyakit DHF menimbulkan gejala yang sama dengan teori yang sudah di dapatkan seperti adanya peteki pada tungkai dan demam. An.“O” memiliki sosial ekonomi yang baik dan tidak mempunyai kebiasaan yang merugikan kesehatan dan keadaan ekonomi pasien tergolong mampu. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada.

Sesuai teoritis pada pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus      DHF Grade I dilakukan pemeriksaan penujang,yaitu pemeriksaan HB, hematokrit, leukosit, dan trombosit. Dalam penyakit DHF ini yang paling menjadi prioritas adalah kadar trombosit. Kadar trombosit pada An. ”O” pada demam hari keempat didapatkan hasil 30.000/cmm, maka dapat disimpulkan pasien sudah mengalami trombositopenia (penurunan kadar trombosit). Hal ini sesuai dengan teori yang didapatkan.

Dalam pengkajian yang dilakukan kepada pasien terdapat kesenjangan antara teori dengan keadaan pasien seperti yang penulis temukan yaitu pada teori ada nya penurunan suhu tubuh

Page 23: Studi Kasus Demam

pada demam hari ketiga yang disebut dengan fase kritis dan suhu tubuh akan naik kembali pada hari ketujuh sedangkan pada keadaan pasien ditemukan pasien demam sampai hari keempat dan pada hari kelima pasien mengalami penurunan suhu, dan suhu pasien naik kembali pada hari keenam dan pada hari ketujuh suhu pasien dalam batas normal sehingga dokter spesialis anak sudah memboleh kan pasien pulang. Menurut saya, sebaiknya pasien di observasi setidaknya 2 hari untuk memastikan bahwa gejala DHF sudah benar-benar hilang dan dapat dinyatakan sembuh.

Interpretasi data

1. Diagnosa

Berdasarkan teori cara penegakan diagnosa pada pasien dengan DHF yaitu : An. “O” usia 13 tahun dengan DHF Grade I. Dengan dasar: terdapat peteki pada tungkai dan tangan, tidak ada riwayat perdarahan hidung, kulit, gusi dan saluran pencernaan, dan kadar trombosit 30.000/cmm.

Penegakan diagnosa kebidanan sesuai dengan perkembangan yang fisiologis sehingga setiap observasi bisa menghasilkan diagnosa berbeda, seperti pada rawatan hari keempat, keadaan pasien dalam batas normal baik tanda-tanda vital dan hasil pemeriksaan laboratorium maka akan tegak diagnosa kebidanan yaitu An. “O” usia 13 tahun dengan riwayat DHF grade I. Hal ini sesuai dengan teori yang di dapatkan.

1. Masalah

Berdasarkan teori cara mengetahui masalah dengan tanda dan gejala dapat berupa keluhan utama atau masalah yang timbul saat itu seperti pasien mengalami peningkatan suhu tubuh dan aktifitas terganggu.

1. Kebutuhan

Berdasarkan teori pemenuhan kebutuhan dapat berupa apa-apa saja kebetuhan pasien saat dilakukan anamnesa seperti : pasien mengeluh badan nya panas dan pusing.

Sebagai kebutuhan pasien pada teori ada kesamaan dengan yang ditemukan dilapangan, Kebutuhan pasien di lapangan seperti pasien butuh dukungan serta solusi dari masalahnya, dan membantu pasien dengan cara mengkompres hangat pasien agar suhu tubuh pasien turun kembali.

Masalah atau diagnosa potensial

Berdasarkan teori cara menegakkan diagnosa yaitu masalah yang mungkin terjadi. Dalam kasus ini diagnosa potensial yang dapat terjadi adalah DHF Grade II dan syok sebagai akibat dari masalah pasien yang belum teratasi dengan maksimal.

 

Page 24: Studi Kasus Demam

Tindakan segera

Berdasarkan teori dan standar profesi kebidanan, maka tindakan segera yang harus dilakukan ialah berkolaborasi dengan dokter anak. Hal ini sesuai dengan kasus yang ditemukan dilapangan.

 

Intervensi, implementasi dan evaluasi

Perencanaan dirumuskan mengacu pada masalah yang kita temui, yaitu menjelaskan cara mengatasi suhu tubuh pasien yang panas dengan cara mengkompres hangat tubuh pasien dan anjurkan pasien untuk banyak minum. Setelah dilakukan perencanaan asuhan maka dilakukan pelaksanaan dari perencanaan yang sudah dibuat.

Dari seluruh perencanaan yang sudah dilaksanakan, dilakukan evaluasi dari tindakan-tindakan yang sudah diberikan dan tindakan tersebut sudah menghasilkan suatu hasil yang baik terhadap tubuh pasien seperti tindakan mengkompres hangat pasien saat suhu tubuh meningkat, hal ini menghasilkan penurunan suhu tubuh pada pasien dan memberi rasa nyaman.

Penulis mengambil kesimpulan pada dasarnya semua tujuan yang direncanakan dapat berhasil dan dilaksanakan dengan baik.

Pendokumentasian

Secara teori dalam pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah dilakukan dapat menggunakan metode SOAP. Di lapangan juga menggunakan metode SOAP.

 

BAB V

Penutup

 

5.1 Kesimpulan

Selama melakukan Asuhan Kesehatan pada An.”O” penulis dapat menerapkan kerjasama dengan baik dengan klien dan keluarga sehingga penulis dapat :

1. Penulis telah mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada An “O” usia 13 tahun di bangsal anakDr.M.Djamil Padang.

2. Penulis telah mampu menginterpretasikan data dasar menjadi diagnosa masalah dan menetapkan kebutuhan pada An “O” usia 13 tahun di bangsal anakDr.M.Djamil Padang.

3. Penulis telah mampu menetapkan diagnosa dan masalah potensial pada An “O” usia 13 tahun di bangsal anakDr.M.Djamil Padang.

Page 25: Studi Kasus Demam

4. Penulis telah mampu mengidentifikasi kebutuhan akan penanganan segera pada An “O” usia 13 tahun di bangsal anakDr.M.Djamil Padang.

5. Penulis telah mampu merencanakan asuhan sesuai dengan diagnosa,masalah dan kebutuhan pada An “O” usia 13 tahun di bangsal anakDr.M.Djamil Padang.

6. Penulis telah mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan pada An “O” usia 13 tahun di bangsal anakDr.M.Djamil Padang.

7. Penulis telah mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada An “O” usia 13 tahun di bangsal anakDr.M.Djamil Padang.

8. Penulis telah mampu mendokumentasikan manajemen asuhan yang telah dilaksanakan pada An “O” usia 13 tahun di bangsal anakDr.M.Djamil Padang.

Saran 1. Untuk klien dan keluarga

Mampu memahami bagaimana keadaan kesehatannya sekarang dan mau membantu petugas kesehatan dalam proses penyembuhan serta pencegahan penyakit tersebut pada masa yang akan datang.

2. Untuk mahasiswa kebidanan

Dengan adanya manajemen asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa dapat menerapkan asuhan yang diberikan sesuai dengan standar profesi kebidanan. Dan supaya lebih kompeten dalam menegakkan diagnosa serta dalam memberikan asuhan khususnya pada pasien dengan DHF.

3. Untuk Institusi

Dapat memberikan pengetahuan yang didapat ditempat praktik secara nyata, yang mungkin berbeda dari pengetahuan dan proses belajar pada pendidikan yang dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya mahasiswa yang berguna dimasa mendatang dan sebagai referensi tentang pelaksanaan Asuhan Kesehatan pada pasien DHF.