Upload
eli-nira
View
167
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS KELOMOK
STUDI KASUS
“PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praktikum Kimia Lingkungan Yang dibina oleh Bapak Samsuri
Disusun Oleh:
Kelompok I / Offering C
Elinira Subanndi (100331404585)
Indah Adhistyanti (100331405281)
Oktaviani Harlita (100331404581)
Winona Wahyusasi (100331404563)
Yudhistira (100331406389)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PRODI PENDIDIKAN KIMIA
November 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Masalah
Adapun masalah yang akan diangkat dalam penyusunan makalah ini
ialah “ Apakah pengaruh pelestarian lingkungan hidup terhadap kehidupan
manusia ? ”
1.2 Uraian Masalah
Lingkungan hidup disebut juga dengan istilah Sistem Ekologi atau
Ekosistem yang menurut A.G.Transley adalah suatu komunitas dari
organisme (makhluk hidup) yang saling berinteraksi satu dengan yang
lainnya dan juga dengan lingkungan fisisnya (energi matahari, udara, air,
tanah, panas,angin, dan bahan-bahan kimia). Di antara komponon-komponen
lingkungan hidup, “manusia” merupakan salah satu komponen yang paling
dapat berinteraksi secara dinamis dengan komponen-komponen lainnya,
bahkan suatu komponen penentu karena manusia baik sengaja ataupun tidak
ternyata dapat mengubah suatu lingkungan hidup sehingga timbul masalah
lingkungan. Namun sebaliknya, manusia juga dapat mengatasi masalah
lingkungan ini untuk dipertahankan dan bahkan dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
Sejak kurang lebih 20 tahun yang lalu, dunia kita pernah dihebohkan
dengan beberapa masalah yang timbul pada lingkungan hidup manusia. Hal
ini terutama muncul di Amerika, kemudian menjalar ke negara-negara yang
sedang berkembang. Masalah lingkungan hidup yang banyak dibicarakan dan
sangat menonjol antara lain : banjir, kekeringan, kegiatan gunung berapi,
kepadatan penduduk, erosi, dan yang paling penting masalah pencemaran
lingkungan. Pada tahun 1972 di Stocholm (Swedia) pertama kali diadakan
pembahasan tentang masalah Lingkungan Hidup di suatu konferensi yang
disebut “UNITED NATION CONFERENCE ON THE HUMAN
ENVIRONMENT”, yang kemudian lebih dikenal dengan “Stocholm
Conference”.
Dewasa ini, kegiatan pembangunan dan pesatnya kemajuan
teknologi di berbagai bidang telah dan akan terus menimbulkan dampak
positif maupun dampak negatif pada lingkungan, yaitu berupa pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup yang pada akhirnya akan berakibat pada
penurunan kualitas atau degradasi lingkungan. Sebagai contoh, berdasarkan
data Statistik Kehutanan Indonesia tahun 1993 dan 2001, kondisi luas hutan
Indonesia telah menyusut dari 130,1 juta ha menjadi 123,4 juta ha. Dengan
demikian, proporsi luas kawasan hutan terhadap luas daratan di Indonesia
menurun dari 67,7 persen pada 1993 menjadi 64,2 persen pada 2001.
Penyusutan luas hutan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain penjarahan
hutan, kebakaran, perubahan (konversi) untuk kegiatan pembangunan lain di
luar kehutanan seperti untuk kegiatan pembangunan terjadi pada berbagai
sektor industri, pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, pariwisata,
kesehatan, pertambangan, perumahan, perdagangan dan transportasi.
Kegiatan-kegiatan tersebut diperkirakan akan dan telah mempengaruhi
kelestarian lingkungan hidup (Sastrawijaya, 2009).
Padahal antara manusia dan lingkungan hidupnya terdapat hubungan
timbal balik. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya
manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Manusia ada di dalam
lingkungan hidupnya dan ia tidak dapat terpisahkan daripadanya
(Sastrawijaya, 2009). Jika lingkungan rusak, maka manusia dalam melakukan
aktivitasnya akan terganggu juga. Lingkungan hidup yang rusak adalah
lingkungan yang tidak dapat lagi menjalankan fungsinya dalam mendukung
kehidupan. Keinginan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, namun tanpa disertai kearifan
dalam proses pencapaiannya, justru kemerosostan kualitas hidup yang akan
diperoleh. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan
eksploitas sumber daya alam. Seiring dengan perubahan peradaban,
kebutuhan terus berkembang baik jenis maupun jumlahnya, sedangkan
penyediaan sumber daya alam terbatas. Eksploitasi yang berlebihan akan
mengakibatkan merosotnya daya dukung lingkungan.
Kondisi yang terjadi sekarang terhadap lingkungan sungguh
menyedihkan. Manusia yang seharusnya memelihara, menjaga, serta
melestarikan lingkungan malah semakin membuat tekanan yang luar biasa
terhadap lingkungan. Eksploitasi besar-besaran terhadap SDA, pertumbuhan
penduduk yang meningkat, perkembangan teknologi, ekonomi dan aktivitas
sosial tanpa memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan telah
menyebabkan kemerosotan lingkungan dan pencemaran. Terkait masalah-
masalah lingkungan yang makin hari makin bertambah banyak dan beragam
tersebut, sangat diperlukan adanya suatu upaya pelestarian agar lingkungan
yang ada dan yang sudah mengalami penurunan kualitas tersebut tidak
menjadi semakin parah, namun terjadi pemulihan yang lebih baik.
BAB II
PERMASALAHAN DAN DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN
Pada mulanya, Indonesia ini merupakan negara yang kaya akan
kekayaan alamnya. Kekayaan alam yang paling banyak adalah hutan. Ada
berbagai macam hutan di Indonesia yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar dengan baik. Misalnya saja, Hutan Lindung, hutan ini dilindungi
pemerintah karena hutan ini ditujukan untuk menjalankan fungsi-fungsi
lingkungan khususnya untuk memelihara tutupan vegetasi dan stabilitas tanah
di lereng-lereng curam dan melindungi daerah aliran sungai. Kemudian ada
Hutan Konversi, hutan ini dirancang untuk pembukaan lahan dan konversi
permanen menjadi bentuk tata guna lahan lainnya, misal untuk industri kayu
atau perkebunan. Ada pula Hutan Alami, Hutan Konservasi, Hutan berakses
rendah, Hutan Produksi terbatas dan Hutan Produksi.
Adanya pengelompokan hutan-hutan ini berdasarkan fungsinya
masing-masing adalah untuk menjaga kelestarian alam Indonesia dan supaya
kehidupan masyarakat Indonesia juga menjadi sejahtera dan makmur. Namun
pada kenyataannya, dari tahun ke tahun hutan yang berada di Indonesia ini
mengalami kerusakan. Kerusakan disini mengakibatkan penyusutan luas hutan
di Indonesia pula. Penyusutan luas hutan Indonesia disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Pembalakan ilegal
Pembalakan ilegal ini ada dua macam, yaitu yang pertama
dilakukan oleh operator sah yang melanggar ketentuan-ketentuan
dalam izin yang dimilikinya dan yang ke dua yaitu melibatkan
pencuri kayu, dimana pohon-pohon yang ditebang oleh orang yang
sama sekali tidak mempunyai hak legal untuk menebang pohon.
a. Pembalakan ilegal oleh operator sah
Pada rejim Orde Baru sekitar akhir tahun 1960-an,
para perencana pembangunan ekonomi mengambil langkah
singkat untuk membangun ekonomi Indonesia yang lemah
dan menciptakan kerangka kerja yang legal dan hal ini
memungkinkan perusahaan swasta untuk memanen dan
mengekspor kayu tersebut. Sumatera dan Kalimantan
merupakan target pertama dalam eksploitasi hutan karena
keduanya mempunyai persediaan spesies pohon bernilai
ekonomi tinggi yang paling banyak dan letaknya paling
dekat dengan pasar Asia. Pada tahun 1967 Undang-Undang
Kehutanan telah memberikan dasar hukum pemberian hak
pemanenan kayu dan banyak HPH (Hak Pengusahaan
Hutan) besar diberi hak untuk mengelola hutan selama 20
tahun. HPH ini didirikan untuk mempertahankan lahan-
lahan hutan sebagai hutan permanen. Namun pada
kenyataannya banyak konsesi HPH yang tak bisa menaati
peraturan yang ada. Dari sinilah juga memancing adanya
korupsi di Indonesia. Semakin banyaknya pihak konsesi
HPH yang melanggar aturan, pada tahun 1990-an telah
dicabut beberapa izin HPH tersebut. Tetapi dengan
dicabutnya izin ini, banyak HPH yang tetap meneruskan
kegiatannya. Kegiatan-kegiatan inilah yang membuat luas
hutan Indonesia semakin berkurang secara drastis.Hal ini
didukung pula dengan hubungan erat antara rejim Soeharto
dan sebagian besar usaha perkayuan utama merupakan
akibat lemahnya pengawasan dan transparasi yang menjadi
satu alasan bertambah buruknya pengelolaan hutan.
Berikut ini merupakan contoh dari kegiatan HPH yang
menyalahi peraturan yang ada, yaitu :
o Pemanenan kayu lebih dari Jatah Tebangan Tahunan
o Pemanenan kayu di kawasan Hutan Lindung
o Volume panenan yang dilaporkan lebih kecil sehingga
pajak yang dibayarkan juga lebih sedikit
o Mengabaikan panduan tebang pilih
o Pemanenan di luar batas wilayah HPH
o Pemalsuan dokumen transportasi kayu
b. Pembalakan ilegal oleh operator non-sah
Biasanya pembalakan ilegal yang dilakukan oleh
pihak yang tak memiliki ijin ini didasarkan oleh
kepentingan bisnis pribadinya. Misal saja PT. Hati Prima
Agro, perusahaan milik Malaysia yang telah dicabut
izinnya pada tahun 2008 ini tetap melakukan aktivitasnya di
kawasan hutan daerah kabupaten kota Waringin timur,
Kalimantan Tengah.
c. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan terjadi karena ada dua faktor, yaitu faktor
alam dan faktor manusia.
a. Faktor alam
Kebakaran hutan yang disebabkan oleh alam ini juga disebut
kebakaran liar
Sambaran petir pada hutan yang mengalami kekeringan akibat
musim kemarau yang panjang dapat mengakibatkan terjadinya
kebakaran hutan yang meluas
Gejala vulkanik dimana gunung yang aktif mengeluarkan
lelehan lahar serta awan panas yang menyebabkan pepohonan di
sekitarnya terbakar
Groundfire, yaitu kebakaran di bawah tanah didaerah dengan
tipikal tanah gambut. Kebakaran ini dimulai dari dalam
kemudian berpotensi meluas sampai permukaan tanah.
b. Faktor manusia
Kebakaran oleh faktor manusia ini merupakan faktor yang
paling dominan akan timbulnya kebakaran di hutan. Faktor
manusia ini ada yang dilakukan secara sengaja maupun tidak.
Kategori kebakaran yang tidak sengaja yaitu saat seseorang
berjalan di tengah hutan yang sedang dilanda kemarau yang
panjang dan orang itu membuang puntung rokok yang masih
menyala di dekat dedaunan yang kering, itu akan dapat
menimbulkan terjadinya kebakaran hutan. Kategori kebakaran
hutan secara sengaja yaitu kebakaran benar-benar dilakukan secara
sengaja oleh manusia. Mereka yang membakar hutan ini secara
sengaja mempunyai alasan dan kebanyakan dari alasannya ini
adalah semata-mata hanya untuk kepentingan pribadi saja.
Misalnya mereka oknum yang tak bertanggung jawab itu
membakar hutan dengan alasan yaitu bila hutan sudah turun nilai
gunanya, dapat dialihkan fungsi hutan tersebut menjadi perkebunan
kelapa sawit. Mereka juga berkata (PT. Argo) bila membangun
perkebunan kelapa sawit menggunakan alat-alat berat untuk
meratakan hutan ini, maka akan mengeluarkan biaya yang sangat
banyak. Beda halnya bila kita meratakan hutan ini dengan cara
membakarnya saja.
d. Perubahan Fungsi Hutan untuk Kegiatan Pembangunan
Kegiatan Pertambangan
Pada awalnya, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
no. 4 Tahun 2005 merupakan instrumen hukum yang melegalkan
18 perusahaan tambang yang telanjur berada di Hutan Lindung.
Perpu ini menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut
diizinkan menghabiskan kontrak karyanya. Akan tetapi, pada
kenyataannya Perpu ini justru dijadikan sebagai preseden bagi izin-
izin pertambangan lainnya di Hutan Lindung (dan kawasan hutan
lainnya). Hal ini tidak mengherankan karena pada dasarnya UU
No.41 Tahun 1999 sendiri tidak melarang pertambangan di
kawasan hutan meskipun terbatas pada kawasan Hutan Produksi.
Jika berada pada kawasan Hutan Lindung, maka harus berupa
pertambangan tertutup. Alih-alih menuntaskan izin konsesi
tambang yang sudah dikeluarkan sebelum berlakunya UU No. 41
Tahun 1999, pemerintah malah menerbitkan PP No. 2 Tahun 2008
yang pada intinya mengatur pemungutan PNBP dari izin pinjam
pakai (pertambangan) di dalam kawasan hutan. Hal ini seolah
menegaskan pembolehan pertambangan di dalam kawasan hutan.
PP ini bukan hanya cacat secara filosofis tetapi jua memperlihatkan
bagaimana kawasan hutan dihargai dengan sangat murah.
Masalah ini kemudian diperumit dengan celah-celah hukum
dalam pengaturan penataan ruang dan kawasan hutan. Ketika
legalitas dan legitimasi kawasan hutan diragukan, praktik-
praktik ilegal pertambangan di kawasan hutan seolah tidak
tersentuh oleh hukum. Sebagai gambaran, hingga tahun 2011, lebih
dari 6000 Kuasa Pertambangan diterbitkan didalam kawasan hutan.
Hal ini yang menyebabkan luas hutan Indonesia semakin
menyusut.
RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah)
Sebelum keluarnya PP No. 15 Tahun 2010 tidak ada aturan yang
jelas tentang pembagian kewenangan dalam pengalokasian
sumber daya hutan antara
Kementerian Kehutanan dengan Pemerintah Daerah (Provinsi atau
Kabupaten). Demikian juga, tidak ada aturan dan atau mekanisme
yang memadai bila
terjadi konflik antara pusat dan daerah mengenai batas-batas
kawasan hutan sebagaimana didefinisikan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah
Provinsi atau Kabupaten (RTRWP/RTRWK) dengan Tata Guna
Hutan Kesepakatan (TGHK). Semangat otonomi daerah dalam
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan desentralisasi perencanaan
pembangunan dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007
memberikan kekuatan dan keleluasaan bagi pemerintah
daerah untuk mengatur tata ruangnya. Kekuatan hukum ini juga
semakin meningkat dengan dukungan peraturan perundang-
undangan sektoral lain di luar kehutanan.
Pemerintah merencanakan tata ruang dan wilayah ini digunakan
untuk memperluas lahan transportasi, pembangunan gedung-gedung
atau bangunan yang dapat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat dalam wilayah tersebut. Semakin banyak perombakan
yang dilakukan oleh pemerintah untuk membangun lahan
transportasi maupun gedung-gedung, maka semakin banyak pula
hutan yang akan digunakan. Sehingga penyusutan luas lahan hutan
semakin meningkat.
Dari penyebab-penyebab yang telah disebutkan di atas tentunya dapat
menimbulkan berbagai dampak yang akan mempengaruhi kehidupan manusia itu
sendiri. Akibat-akibat tersebut antara lain :
Dari penyusutan hutan tersebut, muncullah beberapa Akibat yang ditimbulkan
dari kerusakan hutan diantaranya :
1. Berkurangnya populasi hewan dengan habitat asli di hutan, hal ini
dikarenakan rusaknya ekosistem hutan yang mengakibatkan habitat
mereka terusik, sehingga banyak hewan yang tidak bisa beradaptasi
dengan perubahan lingkungan tersebut yang menyebabkan berkurangnya
populasi hewan tersebut.
2. Hilangnya paru-paru dunia. Berkurangnya kandungan oksigen dan
digantikan oleh kandungan karbondioksida yang semakin tinggi. Hal ini
disebabkan karena fungsi pohon sebagai penghasil oksigen semakin
berkurang, sehingga kandungan gas karbondioksida yang di hasilkan oleh
aktivitas manusia tidak dapat disaring oleh paru-paru dunia lagi. Selain itu
pembalakan hutan secara liar juga akan secara langsung menurunkan
jumlah pohon yang dapat medegradasi gas karbon dioksida dalam udara.
Hal ini akan memperparah kondisi yang ada.
3. Menimbulkan beberapa bencana seperti,
Banjir, hal ini karena fungsi pohon sebagai penyimpang atau
penyerap air sudah tidak berfungsi.
Longsor, akibat berkurangnya jumlah pohon yang seharusnya
berfungsi sebagai penahan tanah sudah tidak berfungsi kembali.
4. Produksi dan kualitas air menurun, hal ini disebabkan jika fungsi hutan
sebagai penghasil air yang murni semakin berkurang. Hutan yang rusak
pasti akan menghasilkan kualitas air yang buruk, dan kualitas air yang
murni semakin berkurang.
5. Devisa menurun drastis. Beberapa orang memiliki mata pencaharian di
dalam hutan. Seperti misalnya pencari kayu bakar, pencari tanaman-
tanaman tertentu dan lain-lain. Kerusakan hutan menyebabkan produksi
kayu menurun, dan yang paling penting berkurang atau
bertambahlangkanya tumbuhan atau hewan di hutan tersebet. Hal ini
mengakibatkan beberapa orang kehilangan pekerjaan mereka, dan
menyebabkan penurunan devisa.
6. Hilangnya satu ilmu. Huan adalah lahan ilu, dan hutan banyak
mengajarkan banyak hal. Jika hutan semakin rusak dan bisa saja
menghilang, manusia tidak akan dapat lagi belajar dan bermain dari alam.
Hutan buatan sampai kapanpun tidak akan bisa mengantikan hutan yang di
buat oleh yang Maha Kuasa.
7. Dari akibat-akibat diatas maka akan menimbulkan akibat yang lebih besar
lagi yaitu rusaknya lingkungan hidup. Rusaknya lingkungan hidup berarti
terganggunya kehidupan manusia, hal ini akan mempersulit manusia itu
sendiri dalam beraktifitas. Beberapa sector kehidupan manusia juga akan
terkena imbas dari kerusakan lingkungan yang notabene juga disebabkan
oleh manusia itu sendiri.
BAB III
UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa
ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin
negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai
manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan
hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun
usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang
layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi
rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan
menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai
pembangunan berwawasan lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan
kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan
Berkelanjutan.
Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan pendekatan integratif. Dengan menggunakan pendekatan
integratif maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan lingkungan
dapat dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan datang.
b. Menggunakan pandangan jangka panjang. Pandangan jangka panjang
dapat digunakan untuk merencanakan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
yang mendukung pembangunan agar secara berkelanjutan dapat dimanfaatkan.
c. Menjamin pemerataan dan keadilan. Strategi pembangunan yang
berwawasan lingkungan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan faktor
produksi, pemerataan kesempatan, dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan.
d. Menghargai keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati
merupakan dasar bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati
memiliki kepastian bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berlanjut untuk
masa kini dan masa yang akan datang.
Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan
tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun
2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:
a. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
b. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.
1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki
tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya
pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:
a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang
Tata Guna Tanah.
b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL
(Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan,
dengan tujuan pokoknya:
1) Menanggulangi kasus pencemaran.
2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
e. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
2. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama
Pemerintah
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang
tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian
lingkungan hidup antara lain:
a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang
berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan
tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan
tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor
disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya
sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung,
maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya
pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam
pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul.
Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu
dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air
hujan.
b. Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas
memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung
beranekaragam gas, salah satunya oksigen.
Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar
oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup
setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran
udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat
antara lain:
1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman
mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan
menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer
jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga
kelembapan udara akan tetap terjaga.
2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik
pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot
kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di
perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas
berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi
lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.
3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat
merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin
pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah
gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan
ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai
filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar
angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan
merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu
udara.Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan
ozon di atmosfer.
c. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa
diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi
rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab
utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian
kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun
bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan
menyimpan cadangan air.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan
mengenai pengelolaan hutan.
d. Pelestarian laut dan pantai
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan
biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir
pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan
manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai.
Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya
hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran
ombak.
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal
sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar
laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari
ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
e. Pelestarian flora dan fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan,
tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem
tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan.
Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak
diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di
antaranya adalah:
1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2) Melarang kegiatan perburuan liar.
3) Menggalakkan kegiatan penghijauan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah kita jelaskan pada bab-bab sebelumnya dapat kita
ambil kesimpulan. Pelestarian lingkungan hidup adalah usaha yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi sesuai dengan kapasitasnya
masing-masing. Pelestarian lingkungan hidup ini dilakukan akibat terjadinya
kerusakan lingkungan yang terus-menerus terjadi. Hal ini akan mempengaruhi
kehidupan manusia sebagai mahkluk yang senantiasa berinteraksi dengan
lingkungan hidupnya.
Manusia adalah agen yang mempunyai potensi untuk merusak sekaligus
melestarikan lingkungan hidup. Oleh karena itu, manusia hendaknya membatasi
dan menghentikan segala sesuatu yang nantinya akan memberikan dampak buruk
bagi kelangsungan lingkungan hidup yang ada disekikar manusia itu sendiri.
Selain itu, kerusakan lingkungan yang telah terjadi menuntut manusia untuk
melakukan segala usaha dan upaya untuk menjadikan lingkungan hidup lebih
baik, hal ini juga akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan hidup
manusia itu sendiri.
Upaya pelestarian lingkungan hidup ini tentu saja tidak bias dilakukan
hanya indivu-individu saja. Namun diharapkan upaya pelestarian lingkungan
hidup ini dapat dilakukan secara bersama sama oleh pemerintah dan masyarakat
secara berkesinambungan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha
meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor
lingkungan.
Butuh lebih dari komitmen untuk mewujudkan upaya pelestarian
lingkungan hidup ini agar tidak hanya menjadi wacana. Disinilah peran kita
sebagai generasi muda untuk melaksanakan komitmen yang telah diwacanakan
demi terwujudnya lingkungan hidup yang lestari. Melestarikan lingkungan hidup
merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung
jawab setiap insan di bumi.
4.2 Saran
Mahasiswa sebagai kaum intelektual muda dan sebagai generasi muda
penerus bangsa diharapkan mampu menyuarakan aspirasinya dalam upaya
pelestarian lingkungan hidup ini. Pelestarian lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum hendaknya dilaksanakan dengan benar dan bertanggung jawab.
Adapun aksi nyata mahasiswa yang diharapkan yaitu :
1) Membangun wadah atau organisasi seperti pecinta alam yang mempunyai
kepedulian tingii terhadap terjaganya kelestarian lingkungan
2) Bersama-sama membangun kerjasama secara langsung dengan semua
pihak yang ada seperti :
WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) atau bahkan
GREEN PEACE (organissi internasional)
AMDAL ( Analisis mengenai dampak lingkungan hidup )
3) Menjadi agent of change yang akan membawa perubahan besar dalam
pelestarian lingkungan
4) Mengadakan seminar-seminar yang berwawasan pelestarian lignkungan
5) Mengadakan serangkaian kegiatan yang berkesinambungan dalam
melestarikan lingkungan hidup seperti penanaman pohon
6) Mahasiswa sebagai jembatan aspirasi masyarakat dapat menampung dan
menyalurkan aspirasi rakyat dalam pelestarian lingkungan
7) Menjadi agen pengawas kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan
hidup
8) menjaga kebersihan lingkungan, memaksimalkan penggunaan kertas,
menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan, hemat energi, dan
sebagainya
9) sebagai agen yang nantinya akan berperan serta besar di tengah
masyarakat mahasiswa mapu memberikan pengaruh dalam upaya
pelestarian lingkungan
10) terus menerus mengkampanyekan kepada civitas akademikanya agar
menjadi “konsumen hijau” dengan hanya membeli produk-produk yang
bersertifikat “eco labeling”
11) menyatu ke dalam kelompok-kelompok, baik di organisasi formal maupun
perkumpulan pertemanan pengabdian masyarakat untuk lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Bakti, Indra Setia.2012. Mahasiswa, Sudahkah Berbuat untuk
Lingkunganmu?. http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/22/mahasiswa-
sudahkah-berbuat-untuk-lingkunganmu/ . 15 November 2012 16:00
Rahman,Zainur.2012.Refleksikan Sumpah Pemuda Dengan Gerakan
Penghijauan. http://pasca.unesa.ac.id/detail/berita-kampus/refleksikan-sumpah-
pemuda-dengan-gerakan-penghijauan . 15 november 2012 17:00
Angkupi, Prima.2010. Bentuk Upaya Penanggulangan Kerusakan
Lingkungan Dalam Pelestarian Alam.
http://primaangkupi.blogspot.com/2010/03/bentuk-upaya-penanggulangan-
kerusakan.html . 16 november 2012 20:12
Pradieta.2011. Pelestarian Lingkungan H idup. http://pradieta-
pelestarianlingkunganhidup.blogspot.com/2011/04/pengertian-lingkungan-
lingkungan-hidup.html . 16 November 2012 21:10
Anonym. 2012. Momentum Wujudkan Kepedulian Nyata terhadap Lingkungan.
http://sopoalam.blogspot.com/2012/08/momentum-wujudkan-kepedulian-
nyata.html . 16 November 2012 21:40
Michella.2010. UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP. http://saturnus-
lee.blogspot.com/2010/04/upaya-pelestarian-lingkungan-hidup.html . 17
November 2012 17:30
Rimy.2010. PENGERTIAN, MASALAH DAN UPAYA PELESTARIAN
LINGKUNGAN. http://pisses-blogku.blogspot.com/2010/09/pengertian-masalah-
dan-upaya.html . 17 November 2012 17:20
Anonym.2011. http://saturnus-lee.blogspot.com/2010/04/upaya-pelestarian-
lingkungan-hidup.html . 17 November 2012 18:35
Anonym.2009. Linkungan Hidup, Kerusakan Lingkungan, Pengertian, Kerusakan
Lingkungan Dan Pelestarian. http://afand.abatasa.com/post/detail/2405/linkungan-
hidup-kerusakan-lingkungan-pe%20ngertian-kerusakan-lingkungan-dan-
pelestarian-/AfandiKusuma/03.03/24 . 18 November 2012 08:10