Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, SALES GROWTH,
DAN LEVERAGE TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN
PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah
Listing di BEI Tahun 2015-2019)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh:
Ersha Siti Dzulisa
NIM: 11160820000054
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 13 Mei 2020 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Ersha Siti Dzulisa
NIM : 11160820000054
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan Leverage
Terhadap Tax Avoidance Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Moderasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap
Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Mei 2020
1. Reskino, S.E., M.Si., Ak., CA., CMA., CERA (_________________)
NIP. 197409282008012004 Penguji I
2. Nur Wachidah Yulianti, SE., MS.Ak. (_________________)
NIP. - Penguji II
iv
v
LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI
Hari ini Kamis, 1 Juli 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiwa:
Nama: Ersha Siti Dzulisa
NIM: 11160820000054
Jurusan: Akuntansi
Judul Skripsi: Pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan Leverage
Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai Variabel
Moderasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Juli 2021
1. Yessi Fitri, S.E., M.Si. Ak. (________________)
NIP. 197609242006042002 Ketua
2. Fitri Damayanti, S.E., M.Si (________________)
NIP. 198107312006042003 Pembimbing
3. Dr. Khayatun Nufus, M.Si (________________)
NIDN. 0320046901 Penguji Ahli
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Ersha Siti Dzulisa
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bukittingi, 29 Maret 1998
3. Alamat : Kompleks Grand Bintaro Garden Residence,
Blok E/9, Jalan Merpati Raya, Sawah Baru,
Tangerang Selatan
4. Nomor Handphone : 0818-0660-4968
5. Email : [email protected]
B. PENDIDIKAN
PENDIDIKAN FORMAL
1. TK (2002-2004) : TK Bentara Indonesia
2. SD (2004-2010) : SD Pertiwi Bangdes
3. SMP (2010-2013) : SMP Negeri 107 Jakarta
4. SMA (2013-2016) : SMA Negeri 38 Jakarta
5. S1 (2016-2021) : Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Nama Ayah : dr. Erwin Hermawan, MARS.
2. Nama Ibu : dr. Erfira, SpM.
3. Anak ke : Satu dari tiga bersaudara
viii
THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE, SALES
GROWTH, AND LEVERAGE TO TAX AVOIDANCE WITH PROFITABILITY
AS MODERATING VARIABLE
(Empirical Study on Manufacturing Sector Companies Listed in Indonesian Stock
Exchange Period 2015-2019)
ABSTRACT
This research aims to examine the influence of Good Corporate Governance,
Sales Growth and Leverage to Tax Avoidance with Profitability as a Moderating
Variable. This research used the sample of all manufacturing companies listed on the
Indonesian Stock Exchange in 2015-2019. This research is a quantitative study in
which the data is processed using the SPSS software version 25. The population in this
research are manufacturing companies that already go-public and published their
financial statement at idx.co.id site or have been listed on the IDX on period 2015-
2019.
The sample of this research are chosen using purposive sampling. The number
of manufacturing companies sampled in this study were 18 companies for 5 years, total
sample research is 90 financial and annual reports. This research uses multiple
regression analysis and moderated regression analysis (MRA).
The results showed that leverage has a significant effect on tax avoidance.
While good corporate governance with audit committee and institutional ownership as
proxy, and sales growth has no significant effect on tax avoidance. Profitability were
able to moderate the effects of leverage on tax avoidance. However, profitability were
not able to moderate the effects of good corporate governance with audit committee
and institutional ownership as proxy, and sales growth on tax avoidance.
Keywords: Good Corporate Governance, Sales Growth, Leverage, Tax Avoidance,
Profitability.
ix
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, SALES GROWTH, DAN
LEVERAGE TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah Listing di BEI
Tahun 2015-2019)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh good corporate governance,
sales growth dan leverage terhadap tax avoidance dengan profitabilitas sebagai
variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2019. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dimana data diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 25.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang telah go-public dan
menerbitkan laporan keuangannya pada situs idx.co.id atau telah listing di BEI pada
periode 2015-2019.
Sampel penelitian ini dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Jumlah
perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini yaitu 18 perusahaan selama
5 tahun, total sampel penelitian adalah 90 laporan keuangan serta laporan tahunan.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan moderated regression
analysis (MRA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap
tax avoidance. Sedangkan good corporate governance yang diproksikan dengan
komite audit dan kepemilikan institusional, serta sales growth tidak berpengaruh
signifikan terhadap tax avoidance. Profitabilitas dapat memoderasi pengaruh leverage
terhadap tax avoidance. Namun profitabilitas tidak dapat memoderasi pengaruh good
corporate governance yang diproksikan dengan komite audit dan kepemilikan
institusional, serta sales growth terhadap tax avoidance.
Kata Kunci: good corporate governance, sales growth, leverage, tax avoidance,
profitabilitas.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur senantiasa kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, ridha dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan Leverage
Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi (Studi
Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Telah Listing di Bei Tahun
2015-2019)”. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad
Saw. sebagai teladan bagi insan di muka bumi ini.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna mencapai
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari adanya banyak pihak yang turut serta
membantu dalam proses penyelesaian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih atas doa, bantuan, dan bimbingan baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta yaitu Ayah Erwin Hermawan dan Ibu Erfira yang
telah membesarkan dan memberikan banyak dukungan baik moril maupun
materiil, juga memberikan semangat dan perhatian dengan penuh kasih sayang,
bimbingan, nasihat, serta doa tiada henti kepada penulis.
2. Adik-adik tersayang yaitu Erania Siti Rajisa dan Erzan Muhammad Ramadhan
yang selalu menghibur serta memberi semangat dan doa kepada penulis agar
dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Fitri Damayanti, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta
Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, perhatian,
membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas
semua saran yang telah Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai
terlaksananya siding skripsi.
7. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan dukungan pada penulis, memberikan segala saran yang
terbaik bagi penulis selama kuliah dan juga terima kasih atas segala ilmu serta
masukan yang diberikan agar dapat menjadi bekal bagi penulis ke depannya.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, terima kasih atas ilmu
dan pelajaran yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
mengembangkan diri serta memperluas ilmu yang penulis miliki, dan semoga
ilmu tersebut dapat menjadi berkah kebaikan dan bekal bagi penulis di masa
depan.
9. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10. Sahabat-sahabatku Nindya Syafira, Tiwi Anggela, Bella Yustika, Millah
Sucilia, Eriesta Meilani, Nurjanah, Mila Permatasari, yang senantiasa
mendampingi masa-masa perkuliahan serta memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
xii
11. Teman-teman yang sudah banyak membantu penulis baik dalam proses
pembuatan skripsi serta ujian komprehensif yaitu Damar, Putri, Roby, Noel,
Azizah, dan Dimas.
12. Teman-teman KKN 008 Rahwana yang telah memberikan banyak kenangan
dan pembelajaran serta atas kerjasamanya dalam menyelesaikan laporan buku
KKN.
13. Seluruh teman-teman Akuntansi 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terutama Akuntansi B yang senantiasa memberi banyak kenangan serta
semangat yang luar biasa selama masa perkuliahan.
14. Semua pihak terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
banyak membantu dan memberikan masukan serta inspirasi bagi penulis.
Penulis menyadari pembuatan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
masih adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk
penulis.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 15 Juni 2021
Ersha Siti Dzulisa
xiii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF ............................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI ................................................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH . Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................................................. viii
ABSTRAK ............................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................................... 17
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 17
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 20
A. Tinjauan Literatur ....................................................................................................... 20
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ........................................................................... 20
2. Teori Stakeholder .................................................................................................... 22
3. Tax Avoidance ......................................................................................................... 24
4. Good Corporate Governance .................................................................................. 27
5. Komite Audit .......................................................................................................... 28
6. Kepemilikan Institusional ....................................................................................... 31
7. Sales Growth ........................................................................................................... 32
8. Leverage .................................................................................................................. 33
9. Profitabilitas ............................................................................................................ 35
B. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 38
C. Pengembangan Hipotesis ............................................................................................ 48
1. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance ................................................... 48
xiv
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance ................................ 50
3. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance ................................................... 51
4. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance ......................................................... 52
5. Pengaruh Komite Audit Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Moderasi ........................................................................................................... 54
6. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas
sebagai Variabel Moderasi .............................................................................................. 55
7. Pengaruh Sales Growth Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Moderasi ........................................................................................................... 57
8. Pengaruh Leverage Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai Variabel
Moderasi ......................................................................................................................... 58
D. Kerangka Pemikiran .................................................................................................... 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 62
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................... 62
B. Populasi dan Sampel ................................................................................................... 62
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 63
1. Penelitian Pustaka (Library Research) ................................................................... 63
2. Penelitian Lapangan (Field Research) .................................................................... 64
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian .......................................................................... 64
1. Variabel Independen ............................................................................................... 64
2. Variabel Dependen .................................................................................................. 67
3. Variabel Moderasi ................................................................................................... 67
E. Metode Analisis Data .................................................................................................. 70
1. Statistik Deskriptif .................................................................................................. 70
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................................... 70
3. Pengujian Hipotesis ................................................................................................ 72
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 77
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................................ 77
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .............................................................................. 79
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................................... 79
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................................................... 82
3. Pengujian Hipotesis ................................................................................................ 89
C. Pembahasan ................................................................................................................. 98
xv
1. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance ................................................... 98
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance .............................. 100
3. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance ................................................. 101
4. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance ........................................................ 102
5. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Moderasi ......................................................................................................... 103
6. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas
sebagai Variabel Moderasi ............................................................................................ 105
7. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Moderasi ......................................................................................................... 107
8. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai Variabel
Moderasi ....................................................................................................................... 108
BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 111
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 111
B. Keterbatasan .............................................................................................................. 112
C. Saran ......................................................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alam,
kondisi geografis yang cukup strategis membuat negara ini menjadi salah satu
kawasan lalu lintas dunia. Kekayaan alam yang berlimpah serta letak geografis dari
Indonesia yang strategis banyak menarik minat dari para investor baik dalam negeri
maupun luar negeri untuk membangun usahanya di Indonesia. Banyaknya investor
yang berminat untuk mendirikan usahanya di Indonesia tentu berdampak positif
dan menjadi suatu keuntungan bagi Indonesia karena dapat meningkatkan
pendapatan negara terutama dari sektor pajak. Bagi setiap negara termasuk
Indonesia, pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar
sehingga dijadikan sebagai penopang pendapatan nasional. Oleh sebab itu
peningkatan dari sektor pajak memiliki peran penting dalam mendukung
pelaksanaan pembangunan nasional yang berlangsung secara berkelanjutan dan
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Menurut Direktorat Jenderal Pajak yang berdasar pada pasal 1 Undang-
Undang No. 28 Tahun 2007, menyatakan bahwa pajak merupakan kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut
Soemitro, pajak merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-
undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan
sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk
memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelengaran
2
pemerintah. Sedangkan dari perspektif ekonomi, pajak merupakan beralihnya
sumber daya dari sektor privat kepada sektor publik (Indriawati, 2017).
Berdasarkan pengertian pajak dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan
pungutan yang sifatnya wajib yang dilakukan oleh pemerintah, karena menjadi
sumber penerimaan terbesar bagi negara dan akan digunakan untuk kepentingan
masyarakat, sehingga wajib pajak harus mentaati peraturan perpajakan yang
berlaku. Manfaat pajak dapat dirasakan masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung. Fasilitas yang diberikan pemerintah dari pungutan pajak diantaranya
fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi maupun sarana dan prasarana umum
seperti perbaikan jalan raya dan lain sebagainya.
Pemerintah menggunakan pajak sebagai sumber pembiayaan negara yang
paling penting dalam APBN. Target penerimaan pajak setiap tahun diharapkan
terus meningkat. Selain itu pajak ditempatkan sebagai salah satu bentuk kontribusi
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam rangka membantu pelaksanaan tugas
bernegara yang ditangani oleh pemerintah. Menurut data yang bersumber dari
laporan kinerja Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat dilihat terkait data target serta
realisasi penerimaan pajak negara sepanjang tahun 2015-2019. Penerimaan pajak
ini diperoleh dari berbagai sumber penerimaan, seperti dari pajak penghasilan,
pajak pertambahan nilai pajak bumi dan bangunan, dan masih banyak sumber
penerimaan pajak lainnya.
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Pajak Indonesia
Tahun Target Realisasi Capaian
2015 1.294.30 1.055,61 81,55%
2016 1.355,20 1.105,73 81,59%
2017 1.283,57 1.151,03 89,67%
2018 1.424,00 1.315,51 92,38%
2019 1.577,56 1.332,06 84,44%
Sumber: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pajak (dalam miliar rupiah)
3
Berdasarkan Tabel 1.1 terjadi peningkatan persentase realisasi penerimaan
pajak terhadap target pendapatan pajak setiap tahunnya dari 2015 sampai dengan
2018. Akan tetapi, jika dilihat angka realisasi penerimaan pajaknya mengalami
fluktuasi setiap tahunnya dimana pada tahun 2015 memiliki nilai realisasi terendah
dan pada tahun 2016 hingaa 2019 juga belum mencapai target yang diharapkan.
Pendapatan negara masih bergatung pada sektor penerimaan pajak, kendati
demikian realisasi penerimaan pajak masih belum sesuai dengan target dan
kebutuhan belanja negara. Belum tercapainya target penerimaan tahunan dari
sektor pajak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena kesadaran
wajib pajak akan pentingnya membayar pajak masih kurang. Penerimaan negara
dari sektor pajak perlu ditingkatkan secara maksimal agar pertumbuhan negara dan
pelaksanaan pembangunan pemerintah dapat berjalan dengan baik, dengan
demikian diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak dapat sesuai
dengan peraturan perpajakan yang berlaku (Dewi dan Jati, 2014).
Sebagai salah satu upaya meningkatkan kembali minat dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya membayar pajak, pada tahun 2016 dibentuk program
yaitu tax amnesty yang digaungkan oleh Kementerian Keuangan di bawah naungan
Direktorat Jenderal Pajak. Program tax amnesty ini sebelumnya sudah pernah
diterapkan di Indonesia pada tahun 1964 serta tahun 1984 yang kemudian pada
2016 kebijakan terkait Tax Amnesty kembali diterapkan dengan berlandaskan pada
PER-11/PJ/2016 Tentang Pengaturan Lebih Lanjut Mengenai Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak. Kebijakan
ini dibuat bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan restrukturasi ekonomi,
mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih memiliki
keadilan, memperluas basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan
terintegrasi, serta bertujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak untuk
pembiayaan pembangunan.
4
Tax Amnesty merupakan bagian dari kebijakan pemerintah di bidang
perpajakan untuk memberikan pengampunan atau penghapusan pajak yang
seharusnya terutang kepada Wajib Pajak dengan tidak mengenakan sanksi
administrasi perpajakan dan sanksi pidana perpajakan bagi Wajib Pajak, dengan
syarat atau ketentuan bahwa Wajib Pajak diwajibkan untuk membuat surat
pernyataan tentang pengungkapan harta yang dimiliki serta membayar tebusan
dalam jumlah nominal tertentu sebagai bentuk tanggung jawab yang dilakukan
Wajib Pajak dalam memberikan penerimaan pajak terhadap negara.
Secara umum Tax Amnesty ini memiliki suatu pencapaian untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia. Karena pada dasarnya banyak warga
negara Indonesia yang merupakan Wajib Pajak terdaftar belum melaporkan seluruh
harta kekayaan yang dimilikinya, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri,
sehingga dengan kasus tersebut dapat menimbulkan status pajak yang semestinya
terutang. Dengan adanya pengampunan atau penghapusan pajak ini diharapkan
dapat membantu meningkatkan penerimaan dan pertumbuhan ekonomi negara,
serta diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam
melaksanakan kewajiban membayar pajak.
Namun dengan diberlakukannya program tax amnesty belum juga
menunjukkan pencapaian target penerimaan dari sektor pajak, karena realisasi
penerimaan masih dinyatakan dibawah target meskipun mengalami peningkatan
atas adanya program tax amnesty. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain
yang menyebabkan penerimaan pajak yang cenderung tidak sesuai target, salah
satunya yaitu tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) yang sering kali
dilakukan oleh wajib pajak badan dalam rangka meningkatkan laba perusahaan.
Pemungutan pajak tidak selalu mendapat respon baik dari wajib pajak
terutama badan usaha. Pemerintah dan wajib pajak mempunyai kepentingan yang
berbeda dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Pemerintah memiliki tujuan untuk
5
terus menaikkan penerimaan negara melalui pajak guna membiayai
penyelenggaraan pemerintah, sedangkan hampir sebagian besar wajib pajak akan
berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena dengan membayar pajak
akan mengurangi pendapatan atau laba bersih perusahaan. Wajib pajak dalam hal
ini perusahaan akan berupaya memperkecil jumlah pembayaran pajak dengan cara
legal maupun ilegal sehingga target laba yang telah ditetapkan dapat tercapai. Hal
ini dimungkinkan apabila ada peluang untuk memanfaatkan celah dari kelemahan
peraturan perpajakan. Wajib pajak badan berupa perusahaan merupakan kontribusi
terbesar penerimaan pajak negara. Perusahaan akan berusaha mengelola
pembayaran pajaknya seminimum mungkin agar laba yang diperoleh maksimal
(Hendy & Sukartha, 2014).
Beberapa tahun terakhir ini kasus mengenai penghindaran pajak menjadi
isu hangat, dimana ditemukan beberapa perusahaan yang telah terungkap hingga
ke media. Hundal (2011) dalam Annuar, Salihu, Normala, & Obid (2014)
berargumentasi bahwa Tax Avoidance (penghindaran pajak) perusahaan
merupakan isu yang paling menantang dari generasi sekarang yang
memperlihatkan pengurangan pendapatan yang serius terhadap pajak ke
pemerintah. Hal tersebut diperlihatkan oleh banyaknya berita mengenai pajak
akhir-akhir ini yang membuat hampir seluruh negara gempar karena terungkapnya
banyak perusahaan besar yang melakukan penghindaran maupun pelanggaran
pajak.
Kasus-kasus yang menghindari penghindaran pajak yang pernah dilakukan
oleh perusahaan ternama seperti Apple Inc, Starbuck, Amazon, Netflix, Skype,
Facebook dan kasus-kasus lainnya (tabel 1.2) yang membuat pendapatan negara
pada sektor perpajakan berkurang.
6
Tabel 1.2
Daftar kasus Tax Avoidance
No Tahun Nama Perusahaan Keterangan
1. 2019 PT Bentoel Internasional
Investama
British American Tobacco melakukan
penghindaran pajak di Indonesia
melalui PT Bentoel Internasional
Investama. Perusahaan mengalihkan
sebagian pendapatannya keluar
Indonesia melalui pinjaman intra-
perusahaan dengan perusahaan
Rothman Far East BV di Belanda.
Pembayaran bunga atas pinjaman yang
dilakukan dapat dikurangkan dari
penghasilan kena pajak perusahaan di
Indonesia.
2. 2019 Nike, Inc Dua anak perusahaan Amerika Serikat
yang berbasis di Belanda, yaitu Nike
European Operations Netherlands BV
dan Converse Netherland BV diklaim
memanfaatkan skema imbalan
pembayaran royalti yang bisa dikurangi
dari dua anak perusahaan lain yang
tidak dipajaki di Belanda.
3. 2019 PT Adaro Energy Tbk Adaro disebut melakukan transfer
pricing melalui anak usahanya di
Singapura. Adaro diduga telah
mengatur sehingga bisa membayar
pajak US$ 125 juta atau setara dengan
Rp 1,75 triliun. Adaro dikabarkan
meningkatkan pengakuan nilai total
komisi penjualan di Singapura dengan
rata-rata pajak tahunan 10%. Berbeda
dengan di Indonesia yang akan
dikenakan pajak hingga mencapai 50%.
Bersambung pada halaman selanjutnya
7
4. 2015 Google Asia Pasific Pte
Ltd
Alphabet Inc sebagai induk perusahaan
Google ditaksir melakukan penunggakan
pajak dalam operasionalnya di Indonesia
per tahun 2015 hingga mencapai Rp 5,2
triliun. Sementara Google Indonesia
resmi berbentuk PT sejak tahun 2011.
Aktivitas bisnis Google memang tampak
transparan, dilakukan secara elektronik
dan memerlukan skema khusus dalam
perhitungan rugi-laba. Google
berargumen bahwa kantornya yang
berada di Indonesia bukan merupakan
kantor tetap sehingga tidak dapat
dianggap sebagai wajib pajak karena
bukan badan usaha tetap. Selain itu
Google diketahui mentransfer dana ke
negara lain dengan tarif pajak yang lebih
rendah.
5. 2014 PT Coca Cola Indonesia Salah satu perusahaan dalam kelompok
Coca-Cola Company yakni PT Coca
Cola Indonesia (CCI) diduga mengakali
pajak sehingga menimbulkan
kekurangan pembayaran pajak senilai Rp
49,24 miliar. Kasus yang melibatkan PT
Coca Cola Indonesia ini terjadi untuk
tahun pajak 2002, 2003, 2004, dan 2006.
Hasil penelusuran Direktorat Jenderal
Pajak (DJP), kementerian keuangan
menemukan adanya pembengkakan
biaya yang besar pada tahun tersebut.
Beban biaya itu antara lain untuk iklan
dari rentang waktu 2002-2006 dengan
total sebesar Rp 566,84 miliar. Beban
biaya yang besar menyebabkan
penghasilkan kena pajak berkurang,
sehingga setoran pajaknya pun mengecil.
Bersambung pada halaman selanjutnya
8
6. 2016 PT Garuda Metalindo PT Garuda Metalindo memanfaatkan
modal yang diperoleh dari pinjaman atau
hutang untuk menghindari pembayaran
pajak yang harus ditanggung perusahaan.
Dalam hal ini, PT Garuda Metalindo
melakukan kegiatan tax avoidance dengan
cara memanfaatkan modal yang diperoleh
dari pinjaman atau hutang, dimana neraca
perusahaan mengalami peningkatan jumlah
utang dengan nilai utang bank jangka
pendek yang nilainya mencapai Rp 200
miliar hingga Juni 2016, hal ini mengalami
peningkatan dibandingkan akhir Desember
2015 yaitu senilai Rp 48 miliar.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
Selain diluar negeri ternyata kasus Tax Avoidance ini sampai ke Indonesia.
Tidak hanya gempar di luar negeri, namun Indonesia juga mengalami berbagai
kasus tindak penghindaran pajak. Artikel yang diakses pada Juni 2019 dari website
merdeka.com mengungkapkan salah satu kasus yang terungkap yaitu Asian Agri.
Direktur PT Asian Agri melakukan kecurangan terhadap laporan perpajakannya
hingga merugikan negara begitu besar. Diberitakan oleh Antikorupsi.org dan
Pajak.go.id bahwa Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan menetapkan
lima anggota direksi Asian Agri Group sebagai tersangka penggelapan pajak.
Tertangkapnya direksi Asian Agri karena telah melakukan kecurangan dalam
pelaporan SPT PT. Asian Agri. Menyembunyikan uang Rp 2,621 triliun dari
petugas pajak sehingga tidak perlu membayar 30% atau Rp 786,3 miliar untuk
pajaknya. Hal yang dilakukan direksi PT. Asian Agri merupakan tax evasion
(penggelapan pajak) karena melakukan penggelembungan biaya, merubah hasil
penjualan dan merubah transaksi ekspor menjadi rugi.
Berdasarkan penelitian oleh Uppal (2005) mengemukakan bahwa di
negara-negara berkembang banyak terjadi kasus Tax Avoidance (Prakosa, 2014).
Caranya dengan tidak melaporkan atau melaporkan namun tidak sesuai dengan
9
keadaan sebenarnya atas pendapatan yang bisa dikenai pajak. Tax Avoidance ini
telah membuat pendapatan pajak negara menjadi sempit dan mengakibatkan
kehilangan potensi pendapatan pajak yang begitu besarnya. Serta masih banyak
kasus yang belum terungkan mengenai penggunaan grey area yang banyak
dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk melakukan tindakan
penghindaran pajak.
Banyaknya kasus penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan di
Indonesia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sistem pemungutan pajak
yang berlaku. Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan Self Assesment
System, yaitu sistem dimana pemerintah memberikan kepercayaan kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku. Wajib pajak melakukan kewajiban
perpajakannya seperti menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri berapa pajak
yang harus dibayar. Hal ini membuka peluang bagi sebagian perusahaan untuk
melakukan penghindaran pajak. Oleh karena itu perlu adanya tata kelola
perusahaan yang baik sebagai bentuk pengawasan terhadap tindakan manajemen
perusahaan. Corporate governance dibentuk untuk mengawasi tax planning
maupun tax management agar berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Corporate governance memastikan bahwa tata kelola yang dilakukan perusahaan
khusunya di penelitian ini dalam sisi perpajakan agar tetap berada dalam ruang
lingkup efektifitas pajak yang bersifat legal dan bukan termasuk dalam
penghindaran pajak yang bersifat illegal dan dapat merugikan negara (Purbowati,
2021).
Dikarenakan tingginya kesempatan bagi perusahaan untuk memanfaatkan
praktik penghindaran pajak, maka tata kelola perusahaan yang baik sangat
diperlukan bagi badan usaha. Corporate Governance merupakah sebuah sistem
pengawasan dan pengarahan yang dijalankan untuk pengelolaan perusahaan
menjadi yang lebih baik untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua
10
stakeholders. Corporate Governance juga mencakup bagaimana aturan dan
kebijakan yang berlaku dapat dijalankan dengan baik oleh perusahaan dalam
rangka mengambil keputusan sehingga kinerja perusahaan dapat dipantau,
dikerjakan, serta dipertanggungjawabkan (Putri, 2020).
Struktur good corporate governance juga mempengaruhi cara sebuah
perusahaan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Diterapkannya good
corporate governance dapat meminimalisir kemungkinan adanya praktik tax
avoidance. Corporate governance merupakan faktor yang menentukan penilaian
yang dimaksud dalam penghematan pajak, artinya perusahaan yang menerapkan
mekanisme tersebut secara terstruktur dengan baik akan diikuti tingkat kepatuhan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya (Maidina & Wati, 2020).
Good corporate governance akan diukur menggunakan metode analisis
faktor dari komponen-komponen yang termasuk dalam Corporate Governance
antara lain komite audit dan kepemilikan institusional. Komponen yang dapat
digunakan untuk mengukur suatu tata kelola perusahaan sangat bervariasi baik
komponen tersebut sudah diatur dalam peraturan pemerintahan atau otoritas jasa
keuangan maupun peraturan dari masing-masing entitas. Peneliti tertarik
menggunakan proksi komite audit serta kepemilikan institusional sebagai pengukur
dari variabel Good corporate governance karena dua proksi tersebut dinilai dapat
mewakili variabel Good corporate governance sebagai sistem pengawasan serta
untuk memastikan kegiatan operasional perusahaan berjalan sesuai peraturan yang
berlaku dan tidak menyimpang. Komite audit diasumsikan dapat mewakili
pengawasan audit laporan keuangan atas tindakan tax avoidance yang mungkin
dilakukan oleh manajemen perusahaan serta kepemilikan institusional mewakili
pengawasan dari stakeholder dalam memonitor kegiatan perusahaan serta
menggunakan kekuasannya untuk menekan perilaku oportunistik yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen.
11
Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan bahwa komite audit
merupakan komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibantu
oleh dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan atas proses pelaporan
keuangan, manajemen resiko, pelaksanaan audit, dan implementasi dari corporate
governance di perusahaan (Zurianti dkk, 2018). Sedangkan menurut Arens (2006)
komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang
bertanggungjawab membantu auditor agar tetap independen dari manajemen.
Fungsi pengawasan komite audit dapat efektif bukan bergantung dari banyaknya
jumlah anggota audit, tetapi perlu berdasarkan pada ketepatan jumlah anggota yang
dibutuhkan dan mampu menggunakan pengalaman, pengetahuan serta keahlian
mereka untuk kepentingan stakeholder (Novitasari dkk, 2020).
Selain komite audit, komponen good corporate governance yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu kepemilikan institusional. Kepemilikan
institusional sebagai salah satu komponen penting dalam good corporate
governance merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusional atau lembaga
seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi
lain (Marlinda dkk, 2020). Dikarenakan adanya tanggung jawab dari perusahaan
terhadap pemegang saham, maka pemilik institusional memiliki insentif untuk
memastikan bahwa manajemen perusahaan sudah membentuk keputusan yang
akan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Kepemilikan institusional
yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar dari pihak
institusional sehingga dapat menghalangi perilaku oportunistik dari para manajer
perusahaan (Putri, 2018).
Faktor lain yang dianggap dapat mempengaruhi tax avoidance yaitu sales
growth. Sales growth atau pertumbuhan penjualan memiliki peranan yang penting
dalam manajemen modal kerja karena dapat menggambarkan baik atau buruknya
tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan dan perusahaan dapat
memprediksi seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dengan besarnya
12
pertumbuhan penjualan. Apabila sales growth mengalami peningkatan, perusahaan
akan cenderung mendapatkan keuntungan yang besar serta berdampak pada beban
pajak yang ikut meningkat (Mariani, 2020).
Peningkatan sales growth akan menjadi perhatian dari petugas pajak yang
berasumsi semakin tinggi sales growth maka akan semakin besar jumlah pajak
terutang yang seharusnya dibayarkan oleh perusahaan. Hal ini dapat menjadikan
manajemen menjadi lebih waspada dalam melakukan kebijakan perpajakannya
(Apriyanto & Dwimulyani, 2019).
Selain faktor-faktor seperti good corporate governance dan sales growth
yang mempengaruhi praktik penghindaran pajak, terdapat juga kinerja keuangan
yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tax avoidance.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan perusahaan yang dapat dianalisis dengan alat atau rasio keuangan
sehingga dapat diketahui mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan. Salah satu
cara untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan yaitu dengan melihat laporan
keuangan yang di dalamnya tergambar aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena
itu laporan keuangan perusahaan merupakan hasil dari sebuah proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan (Maidina & Wati,
2020). Pada penelitian ini kinerja keuangan akan diukur menggunakan metode
analisis rasio leverage.
Menurut teori agensi, jajaran manajer dalam perusahaan yang berperan
sebagai agen memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan dengan
kepentingan untuk memaksimalkan laba perusahaan dengan kebijakan yang
dikeluarkan, termasuk kebijakan leverage. Kebijakan yang diambil oleh
perusahaan akan memberikan efek yang signifikan terhadap aktifitas penghindaran
pajak yang mungkin terjadi, seperti dalam menentukan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk utang atau leverage.
13
Leverage adalah rasio besarnya kepemilikan utang perusahaan terhadap
aktiva yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Leverage merupakan
sumber pendanaan perusahaan dari eksternal perusahaan berupa utang jangka
panjang yang akan menimbulkan beban bunga jangka panjang yang dapat
mengurangi beban pajak terutang perusahaan. Rasio leverage menunjukkan
pembiayaan operasi perusahaan dari utang yang mencerminkan semakin tingginya
beban bunga akibat utang. Dikarenakan leverage yang merupakan penambahan
jumlah utang yang mengakibatkan timbulnya pos biaya tetap tambahan berupa
bunga atau interest yang harus dibayarkan oleh perusahaan maka dapat bermanfaat
sebagai pengurang beban pajak penghasilan wajib pajak badan (Gazali dkk, 2020).
Perusahaan dapat memilih pendanaan dengan utang karena adanya biaya bunga
sebagai pengurang pajak sehingga beban pajak perusahaan menjadi lebih kecil,
maka semakin tinggi rasio leverage suatu perusahaan berpengaruh semakin tinggi
pula usaha perusahaan melakukan penghindaran pajak (Musthafa, 2017).
Faktor lain yang dianggap dapat mempengaruhi tindakan tax avoidance
oleh perusahaan yaitu profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola asetnya untuk
mendapatkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal
saham tertentu. Investor akan lebih tertarik pada perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi karena hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang
baik dan memiliki prospek di masa mendatang. Rasio profitabilitas
menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba secara
keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba setelah pajak dengan total
asset. Tingkat profitabilitas lebih sering diukur dengan menggunakan rasio
keuangan return on asset. Semakin besar return on asset suatu perusahaan, maka
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan
semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari penggunaan asset. Semakin kecil
14
rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen perusahaan dalam
hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya.
Kenaikan pada profitabilitas dapat menyebabkan perusahaan melakukan
manajemen pajak dalam mengurangi pembayaran pajak karena perusahaan yang
memiliki laba tinggi akan menarik perhatian pemerintah serta masyarakat sebagai
regulator yang berdampak pada pengenaan pajak menjadi lebih tinggi (Nursari dkk,
2017).
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Oktamawati
(2017). Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini
melakukan penambahan variabel independen yaitu kepemilikan institusional
sebagai proksi dari good corporate governance, penambahan variabel moderasi
yaitu profitabilitas, serta sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) sedangkan penelitian acuan menggunakan sampel seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya ditunjukkan dengan penggunaan proksi yang berbeda dalam
penghitungan komite audit dan tax avoidance. Penelitian sebelumnya
menggunakan proksi jumlah anggota komite audit pada perusahaan untuk
menghitung komite audit sedangkan dalam penelitian ini digunakan proksi jumlah
anggota audit dengan latar belakang keuangan atau akuntansi dibandingkan dengan
jumlah anggota komite audit dalam perusahaan. Untuk mengukur tax avoidance
penelitian sebelumnya menggunakan proksi Cash Effective Tax Rate (CETR)
sedangkan dalam penelitian ini digunakan proksi Effective Tax Rate (ETR) untuk
menghitung tax avoidance pada perusahaan.
Good corporate governance dengan proksi komite audit dipilih sebagai
salah satu variabel independen karena adanya perbedaan hasil antara beberapa
peneliti sebelumnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Novitasari dkk,
2016) dan (Apriliyana & Suryarini, 2018) menemukan bahwa komite audit
15
berpengaruh terhadap tax avoidance. Namun hasil yang berbeda ditunjukkan pada
penelitian yang dilakukan (Pramesty dkk, 2020) yang menunjukkan bahwa komite
audit dengan keahlian akuntansi atau keuangan dalam suatu perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance.
Dipilihnya kepemilikan institusional sebagai proksi dari good corporate
governance adalah karena perbedaan hasil penelitian yang dilakukan dari peneliti
sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti & Jaya, 2020) dan
(Gazali dkk, 2020) diperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap tax avoidance. Namun hasil yang berbeda diperoleh pada penelitian yang
dilakukan oleh (Moeljono, 2020), (Maharani & Puspitasari, 2014), dan (Damayanti
& Susanto, 2015) yang menyatakn bahwa Kepemilikan Institusional tidak
berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
Seiring dengan pemaparan sebelumnya, dipilihnya sales growth adalah
karena terdapat perbedaan hasil antara beberapa peneliti sebelumnya. Pada
penelitian yang dilakukan oleh (Mariani, 2020), (Purwanti & Jaya, 2020), dan
(Oktamawati, 2017) menyatakan bahwa tingkat sales growth berpengaruh terhadap
tax avoidance. Sedangkan hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian oleh
(Susilowati dkk, 2020) dan (Richa & Yuniarwati, 2020) yang menunjukkan bahwa
sales growth tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Leverage dipilih sebagai salah satu variabel independen adalah karena
terdapat perbedaan hasil penelitian dari beberapa peneliti sebelumnya. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh (Fionasari dkk, 2020) dan (Purwanti & Jaya, 2020)
menemukan bahwa Leverage berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Namun hasil
yang berbeda ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh (Tebiono &
Sukadana, 2019) dan (Mariani, 2020) yang menunjukkan bahwa Leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance.
16
Peneliti memilih perusahaan manufaktur untuk dipilih menjadi objek dalam
penelitian ini karena perusahaan manufaktur merupakan bagian dari sektor yang
berkontribusi besar terhadap penerimaan pajak negara. Perusahaan manufaktur
memiliki kegiatan usaha yang lengkap karena mencakup mulai dari pembelian
bahan baku, pengolahan bahan baku menjadi barang jadi, hingga proses pemasaran
produk dan aktivitas usaha lain yang sebagian besar menyangkut aspek perpajakan
(Putra & Jati, 2018). Selain itu alas an dipilihnnya objek penelitian perusahaan
manufaktur karena memiliki jumlah perusahaan terbanyak disbanding perusahaan
pada sektor lain, serta permasalahan perusahaan yang lebih kompleks sehingga
diharapkan dapat mampu menggambarkan keadaan perusahaan di Indonesia.
Berdasarkan kesimpulan dari penjelasan di atas, peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian ini karena adanya ketidak-konsistenan hasil pada penelitian-
penelitian terdahulu serta masih maraknya praktik tax avoidance yang dilakukan
oleh perusahaan sebagai wajib pajak. Peneliti menambahkan profitabilitas sebagai
variabel pemoderasi hubungan antara good corporate governance, sales growth,
dan leverage dengan tax avoidance, yang nantinya variabel moderasi ini dapat
memperkuat atau memperlemah hubungan antara good corporate governance,
sales growth, dan leverage dengan tax avoidance. Peneliti berharap dengan adanya
penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan agar dapat menjalankan aktivitas
perusahaan secara professional serta mematuhi regulasi hukum yang berlaku
sehingga dapat terhindar dari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan perusahaan
melakukan tindakan tax avoidance.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka judul yang diambil dalam
penelitian ini adalah “Pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan
Leverage terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai Variabel
Moderasi”.
17
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah good corporate governance yang diproksikan dengan komite audit
berpengaruh terhadap tax avoidance?
2. Apakah good corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap tax avoidance?
3. Apakah sales growth berpengaruh terhadap tax avoidance?
4. Apakah leverage berpengaruh terhadap tax avoidance?
5. Apakah profitabilitas dapat memoderasi pengaruh good corporate
governance yang diproksikan dengan komite audit terhadap tax avoidance?
6. Apakah profitabilitas dapat memoderasi pengaruh good corporate
governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional terhadap
tax avoidance?
7. Apakah profitabilitas dapat memoderasi pengaruh sales growth terhadap
tax avoidance?
8. Apakah profitabilitas dapat memoderasi pengaruh leverage terhadap tax
avoidance?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh good corporate
governance yang diproksikan dengan komite audit terhadap tax avoidance.
2. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh good corporate
governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional terhadap
tax avoidance.
18
3. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh sales growth terhadap
tax avoidance.
4. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh leverage terhadap tax
avoidance.
5. Untuk menemukan bukti empiris mengenai profitabilitas mampu
memoderasi pengaruh good corporate governance yang diproksikan
dengan komite audit terhadap tax avoidance.
6. Untuk menemukan bukti empiris mengenai profitabilitas mampu
memoderasi pengaruh good corporate governance yang diproksikan
dengan kepemilikan institusional terhadap tax avoidance.
7. Untuk menemukan bukti empiris mengenai profitabilitas mampu
memoderasi pengaruh sales growth terhadap tax avoidance.
8. Untuk menemukan bukti empiris mengenai profitabilitas mampu
memoderasi pengaruh leverage terhadap tax avoidance.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini memiliki manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan
Leverage terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai
moderasi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
perkembangan ilmu di bidang akuntansi dan menjadi referensi bagi
penelitian selanjutnya yang terkait dengan pengaruh Good Corporate
Governance, Sales Growth, dan Leverage terhadap Tax Avoidance
dengan Profitabilitas sebagai moderasi.
19
c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
penulis terutama berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan yaitu
pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan Leverage
terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai moderasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Manajemen Perusahaan
Penelitian ini dapat menjadi referensi bahwa betapa pentingnya
pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak,
sehingga manajemen perusahaan dapat mengambil kebijakan yang tepat
dan tidak melanggar hukum dalam menentukan besarnya pajak yang
harus dibayarkan perusahaan kepada negara.
b. Bagi Investor
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
penghindaran pajak, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan teori yang diperkenalkan melalui
penelitian yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976). Teori
keagenan (agency theory) merupakan konsep yang menjelaskan hubungan
kontraktual antara prisipal dan agen, yaitu antara satu orang atau lebih
pemegang saham (principal) dengan manajemen (agent), yang muncul
ketika principal memberikan sebagian wewenangnya kepada orang lain
(agent) dalam menjalankan perusahaan dan mengambil keputusan
(Parmitasari & Hasrianto, 2017).Teori ini muncul akibat adanya masalah
keagenan yang disebabkan karena adanya ketimpangan informasi antara
principal dan agen atau biasa disebut dengan asimetri informasi (Jefri &
Khoiriyah, 2019).
Menurut Sholekah dan Venusita (2014) teori keagenan menganalisa
kepentingan dan perilaku dari pihak yang bertindak sebagai pembuat
keputusan bagi pihak lain yang bertindak sebagai pemberi wewenang
(prinsipal) kepada pihak pertama (agen) dengan maksud agar pihak pertama
bertindak dan membuat keputusan sesuai dengan kepentingannya selaku
pemberi wewenang. Terdapat pula asimetri informasi antara agen dan
prinsipal, dimana manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan
stakeholder lainnya (Kurniasih & Sari, 2013).
Asimetri informasi adalah ketidakseimbangan informasi yang
dimiliki oleh agen dan prinsipal (Herlambang & Darsono, 2015). Dimana
manajemen perusahaan terkadang menyembunyikan informasi yang
21
sebenarnya dari para pemegang saham untuk melindungi kepentingannya
sendiri sehingga mengganggu kepentingan pemegang saham yang
seharusnya mendapatkan informasi yang sebenarnya (Permana dan
Zulaikha, 2015). Konflik yang terjadi antara pemegang saham dan
manajemen karena adanya asimetri informasi dapat menimbulkan biaya
yang disebut agency cost.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa agency cost dibagi
menjadi tiga yaitu monitoring cost, bonding cost dan residual loss.
Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal
untuk mengawasi segala perilaku agen, yaitu dengan mengukur,
mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Bonding cost merupakan biaya
yang ditangung oleh prinsipal agar agen mematuhi peraturan dan bertindak
sesuai dengan kepentingan prinsipal. Sedangkan residual loss merupakan
biaya yang muncul akibat adanya perbedaan keputusan antara agen dan
prinsipal yang mengakibatkan berkurangnya kemakmuran principal.
Adanya agency cost menjadikan biaya operasional yang ditanggung
perusahaan semakin tinggi, sehingga manajemen dituntut bertindak lebih
efektif dan efisien dalam meningkatkan profit perusahaannya (Amri, 2017).
Perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal juga dapat mempengaruhi
kebijkan perusahaan mengenai pajak perusahaan. Sistem perpajakan di
Indonesia yang menggunakan self assessment system memberikan
wewenang kepada perusahaan untuk menghitung dan melaporkan pajaknya
sendiri. Penggunaan sistem ini dapat memberikan kesempatan bagi agen
untuk memanipulasi pendapatan kena pajak perusahaannya menjadi lebih
rendah, sehingga beban pajak yang ditanggung perusahaan menjadi rendah
(Nugraha & Meiranto, 2015).
Di sisi lain selain berkaitan dengan internal perusahaan, masalah
keagenan dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antara
pemerintah dan perusahaan. Pemerintah yang bertindak sebagai principal
22
memerintahkan kepada perusahaan sebagai agen, untuk membayar pajak
sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku serta tidak
melakukan tindakan penghindaran pajak. Namun berbeda dengan
kepentingan pemerintah sebagai principal yang berorientasi untuk
mengumpulkan penerimaan pajak yang nantinya digunakan untuk
kesejahteraan masyarakat, perusahaan sebagai agen lebih mengutamakan
kepentingannya dalam mengoptimalkan laba perusahaan sehingga
meminimalisir beban, termasuk beban pajak yang salah satu caranya
dengan melakukan penghindaran pajak (Gazali dkk., 2020).
2. Teori Stakeholder
Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan memiliki
tanggung jawab sosial yang mengharuskan mereka untuk
mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terkena dampak
tindakan mereka. Teori ini menekankan untuk mempertimbangkan
kepentingan, kebutuhan dan pengaruh dari pihak-pihak yang terkait dengan
kebijakan dan kegiatan operasi perusahaan, terutama dalam pengambilan
keputusan perusahaan (Hanik & Nur, 2016). Perusahaan perlu menjaga
legitimasi stakeholder serta mendudukkannya dalam kerangka kebijakan
dan pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan
perusahaan, yaitu usaha dan jaminan going concern (Santoso dkk., 2020).
Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan dan
mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan
perusahaan. Oleh karena itu, kekuasaan stakeholder ditentukan oleh besar
kecilnya wewenang yang mereka miliki atas sumber tersebut. Wewenang
tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber
ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang
berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan
untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan
23
perusahaan. Gray (1997) menyatakan teori stakeholder pada dasarnya
merupakan pendekatan berbasis tekanan pasar (market forces approach)
dimana penyediaan atau penarikan atas sumber ekonomi akan menentukan
tipe pengungkapan sosial dan lingkungan pada titik waktu tertentu. Teori
ini juga mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para
stakeholder. Oleh karena itu, perusahaan akan mempertimbangkan
kepentingan pemangku kepentingan karena adanya komitmen moral dari
manajemen perusahaan terhadap para pemangku kepentingan, komitmen
moral ini akan mendorong perusahaan untuk merumuskan strategi
perusahaan (yang memerhatikan kepentingan para pemangku kepentingan)
dimana strategi perusahaan akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja
keuangan perusahaan (Indriawati, 2017).
Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah salah satu contoh
strategi yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan untuk
melakukan penghematan atas beban perusahaan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan laba bersih perusahaan (Amri, 2017). Meningkatnya laba
perusahaan akan membantu manajemen dalam memenuhi kepentingan para
stakeholder. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penghindaran
pajak berdasarkan teori stakeholder adalah kepemilikan institusional,
dimana kepemilikan ini dimiliki oleh para pemegang saham selain pemilik
perusahaan, seperti pemerintah, bank maupun investor luar negeri. Adanya
tekanan dari pihak institusional dapat membuat manajemen untuk
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yaitu dengan melakukan
penghindaran untuk meminimalkan beban pajak perusahaan.
Selain itu pemerintah sebagai regulator, dinilai merupakan salah
satu stakeholder perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus
memperhatikan kepentingan pemerintah sebagai bagian dari stakeholder.
Salah satunya adalah dengan cara mengikuti semua peraturan yang dibuat
oleh pemerintah, ketaatan membayar pajak, dan tidak melakukan
24
penghindaran pajak. Penghindaran pajak merupakan hal yang tidak
bertanggung jawab secara sosial. Hal ini tidak sesuai dengan teori
stakeholder yang menyebutkan bahwa perusahaan selalu mengusahakan
dukungan dari stakeholdernya (Oktaviana, 2014). Munculnya teori
stakeholder semakin menguatkan konsep bahwa perusahaan bertanggung
jawab tidak hanya kepada pemegang saham melainkan juga terhadap para
pemangku kepentingan atau stakeholder (Maulida & Adam, 2012).
3. Tax Avoidance
Tax avoidance (penghindaran pajak) merupakan bentuk strategi
meminimalkan beban pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi
wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan.
Metode dan teknik dalam penghindaran pajak cenderung memanfaaatkan
kelemahan atau celah-celah yang terdapat dalam undang-undang dan
ketentuan perpajakan dalam rangka memperkecil pengenaan beban pajak
terutang (Titisari & Mahanani, 2017).
Wajib pajak melakukan penghindaran pajak dengan mentaati aturan
yang berlaku, yang sifatnya legal dan diperbolehkan oleh peraturan
perundang-undangan perpajakan (Putri, 2017). Dalam hal penghindaraan
pajak, pemerintah tidak dapat menuntut secara hukum suatu perusahaan
karena telah melakukan tidakan penghindaran pajak, karena tidak ada
peraturan perpajakan yang dilanggar. Aktifitas pengindaran pajak itu
sendiri merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan tidak optimalnya
penerimaan pajak yang diperoleh negara, sehingga suatu negara akan
berusaha untuk menekan serendah mungkin tingkat terjadinya aktifitas
penghindaran pajak agar target penerimaan pajak dapat optimal dan sesuai
dengan yang ditargetkan oleh pemerintah.
Pada berbagai negara termasuk diantaranya Indonesia, pajak
merupakan salah satu sumber terbesar yang menjadi penerimaan negara.
25
Akan tetapi, tidak semua wajib pajak mau melaksanakan kewajiban
perpajakannya sesuai dengan yang seharusnya. Aumeerun, (2016)
menyebutkan bahwa ketidakpatuhan pajak adalah sebuah tindakan yang
tidak mematuhi hukum dan peraturan perpajakan sebuah negara dengan
tidak membayar pajak atau tidak melaporkan jumlah pendapatan yang
sesungguhnya, yang mana dapat mencakup menghindari pajak dalam cara
yang legal dengan penghindaran pajak serta cara yang illegal yaitu dengan
melakukan tindakan penggelapan pajak.
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dari manajemen pajak
yang digunakan untuk mengestimasi jumlah pajak yang akan dibayar dan
hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari pajak dengan cara
mengumpulkan dan meneliti peraturan perpajakan, dengan tjuan untuk
menyeleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan (Astutik
& Mildawati, 2016). Perusahaan dapat melakukan manajemen pajak yang
tujuannya untuk menekan serendah mungkin kewajiban pajaknya.
Manajemen pajak harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar tidak
menjurus kepada pelanggaran peraturan perpajakan. Perusahaan juga dapat
melakukan tindakan penghindaran perpajakan yaitu dengan memanfaatkan
celah-celah yang ada dalam peraturan perpajakan untuk menekan beban
pajaknya (Putra & Merkusiwati, 2016).
Annuar (2014) menyatakan bahwa manfaat yang paling terlihat dari
tindakan tax avoidance adalah penghematan atas kas dari pajak yang
dihindarkan. Penghematan kas mengarah pada peningkatan arus kas
perusahaan dimana perusahaan dapat melakukan investasi menggunakan
kas tersebut, sehingga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan dan
kekayaan pemegang saham dengan bertambahnya deviden. Selain bagi
pemegang saham manfaat ini dapat dirasakan juga oleh manajer dengan
bentuk kompensasi atas manajemen pajak efektif (Ramadhani dkk, 2021).
26
Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD) menyebutkan ada tiga karakteristik
penghindaran pajak yaitu:
a. Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah-olah
terdapat didalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan
faktor pajak.
b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang-
undang atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai
tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat
undang-undang.
c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para
konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran
pajak dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkin.
Terdapat beberapa metode penghitungan rasio yang dapat kita
gunakan untuk mengukur tax avoidance, yaitu diantaranya menggunakan
rasio effective tax rate (ETR) dengan cara membagi beban pajak dengan
pendapatan yang diperoleh sebelum pajak. Rasio selanjutnya yaitu cash
effective tax rate (CETR) yang dihitung dengan cara membagi pembayaran
pajak dengan pendapatan sebelum pajak. Selanjutnya pengukuran tax
avoidance dapat juga menggunakan rumus book tax different (BTD) yaitu
dengan mengurangi pendapatan sebelum pajak dengan beban pajak,
kemudian dibagi dengan total asset yang dimiliki perusahaan pada periode
tersebut.
Pengukuran tax avoidance pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus proksi effective tax rate (ETR) dari penelitian yang
dilakukan oleh (Mariani, 2020), dengan rumus sebagai berikut.
ETR = Beban Pajak Penghasilan
Pendapatan Sebelum Pajak
27
4. Good Corporate Governance
Good Corporate governance merupakan suatu sistem yang
memiliki fungsi mengatur dan mengendalikan perusahaan guna
mendapatkan nilai tambah bagi pemangku kepentingan. Corporate
governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan
antara stakeholder di antaranya pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal
lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan
kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (Moses
& Nur, 2017). Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006),
good corporate governance didefinisikan sebagai salah satu pilar dari
sistem ekonomi serta berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap
perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha suatu
negara (Syuhada dkk, 2019).
Good corporate governance juga didefinisikan sebagai sistem dan
struktur yang mengatur hubungan antara pihak manajemen dengan pemilik
dalam pemilikan saham mayoritas maupun saham minoritas yang ada dalam
suatu perusahaan. Corporate governance atau tata kelola perusahaan
memiliki manfaat bagi sebuah perusahaan untuk melindungi para
pemegang saham dari kepentingan pemegang saham (principle) dengan
pihak manajemen (agent). Permasalahan yang terjadi pada tata kelola
perusahaan dikarenakan adanya pemisahan antara pengendalian dan
kepemilikan dalam perusahaan. Dalam sebuah perusahaan dewan komisaris
yang berperan sebagai agent memiliki wewenang dalam menjalankan
kegiatan operasional perusahaan dan mengambil keputusan (Hendi &
Novianti, 2021).
Konsep GCG di Indonesia dapat diartikan sebagai konsep
pengelolaan perusahaan yang baik. Dua hal yang ditekankan dalam konsep
GCG tersebut. Pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk
28
memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya
Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure)
secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja
perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Prinsip good corporate
governance di Indonesia dengan Keputusan Menteri BUMN No. Kep-
117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik good corporate governance
pada BUMN pada BAB II pasal 3 meliputi lima prinsip yaitu: transparency
(keterbukaan informasi), accountability (akuntabilitas), responsibility
(pertanggungjawaban), independency (independensi), dan fairness
(kesetaraan atau kewajaran). Perusahaan dengan penerapan good corporate
governance yang baik akan menjembatani kepentingan pemegang saham
dan manajer. Good corporate governance memiliki andil dalam proses
pengambilan keputusan termasuk keputusan perpajakan, tetapi di sisi lain
perencanaan pajak bergantung pada dinamika good corporate governance
dalam suatu perusahaan (Jefri & Khoiriyah, 2019). Mekanisme good
corporate governance yang baik memiliki keterkaitan dengan kemakmuran
perusahaan dan para pemegang saham, sehingga penerapannya diharapkan
memberi kontribusi positif bagi perusahaan secara keseluruhan. Dalam
penelitian ini digunakan dua variabel untuk mengukur good corporate
governance yaitu komite audit dan kepemilikan institusional.
5. Komite Audit
Komite audit sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 adalah komite yang
dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan yang anggotanya diangkat dan
diberhentikan oleh dewan komisaris. Selain itu, komite audit merupakan
komite yang dibentuk dengan tujuan untuk melakukan pengawasan dalam
proses penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk menghindari
kecurangan pihak manajemen. Komite audit juga berfungsi memberikan
pandangan mengenai masalah yang berhubungan dengan kebijakan
29
keuangan, akuntansi, dan pengendalian internal perusahaan (Diantari dan
Ulupui, 2016). Berdasarkan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang
Efektif (2002) tentang komite audit menjelaskan bahwa tujuan komite audit
adalah membantu dewan komisaris untuk:
a. Meningkatkan kualitas laporan keuangan
b. Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi
kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan
c. Meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit
d. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris
e. Meningkatkan kepercayaan publik atas kelayakan dan objektifitas
laporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Nomor: KEP-643/BL/2012 komite audit merupakan komite yang dibentuk
oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Struktur dan keanggotaan
komite audit berdasarkan peraturan nomor IX.I.5 yaitu memiliki anggota
paling kurang terdiri dari (3) tiga orang anggota yang berasal dari komisaris
independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik. Komite audit
berperan sebagai penghubung antara auditor eksternal dengan auditor
internal, sehingga komite audit harus memiliki independensi serta tidak
dipengaruhi oleh pihak manapun baik dari dewan direksi maupun dengan
auditor eksternal dan internal dan hanya bertanggungjawab kepada dewan
komisaris (Syuhada dkk, 2019).
Pada umumnya, komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga
bidang, yaitu:
a. Laporan Keuangan
Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan
yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya
30
tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana, dan komitmen
perusahaan jangka panjang.
b. Pengawasan Perusahaan
Komite Audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan
termasuk di dalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan
sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang
dilakukan auditor internal.
c. Tata Kelola Perusahaan
Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perusahaan
telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku dan
etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan
kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.
Menurut POJK Nomor 55/POJK.04/2015 tentang pembentukan dan
pedoman pelaksanaan kerja komite audit, anggota komite audit wajib
memiliki paling sedikit 1 (satu) anggota yang berlatar belakang pendidikan
dan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan, serta wajib memahami
laprak keuangan, bisnis perusahaan khususnya yang terkait dengan layanan
jasa atau kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik, proses audit,
manajemen risiko, dan peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
Fungsi pengawasan komite audit dalam hal keefektifan kinerja
komite audit tidak disasarkan pada ukuran jumlah anggota komite audit
pada suatu perusahaan, tetapi perlu didasarkan pada ketepatan jumlah
anggota yang dibutuhkan dan mampu menggunakan pengalaman,
pengetahuan serta keahlian mereka untuk kepentingan stakeholder.
Kompetensi seorang komite audit sangat diperlukan agar komite audit dapat
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan yang
diperintahkan. Komite audit diharuskan memilki kemampuan serta
31
pemahaman yang memadai tentang akuntansi, audit, dan sistem yang
berlaku dalam perusahaan (Novitasari dkk, 2016).
Pada penelitian ini komite audit sebagai salah satu proksi good
corporate governance dihitung berdasarkan jumlah anggota komite audit
yang memiliki latar belakang keuangan atau akuntansi dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan anggota komite audit pada suatu perusahaan,
menggunakan rumus berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh (Pramesty dkk, 2020) sebagai berikut.
Komite Audit = ∑ Anggota komite audit berlatarbelakang keuangan
∑ Anggota komite audit
6. Kepemilikan Institusional
Struktur kepemilikan perusahaan merupakan kumpulan beberapa
pihak atau institusi yang menjadi bagian dari pemegang saham suatu
perusahaan, baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Struktur
kepemilikan dapat mempengaruhi jalannya kegiatan perusahaan yang
kemudian berdampak pada kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan.
Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial merupakan bagian
dari jenis struktur kepemilikan (Gazali dkk, 2020).
Kepemilikan institusional dapat diartikan sebagai kepemilikan
saham yang dimiliki oleh pemerintah, investor luar negeri, perusahaan
asuransi maupun bank yang memiliki peranan lebih besar dalam
pengawasan terhadap manajemen perusahaan (Dewi & Jati, 2014). Menurut
(WIjayani, 2016) kepemilikan institusional adalah persentase saham yang
dimiliki institusi dan pemegang saham, yaitu kepemilikan individual atau
atas nama perorangan di atas lima persen. Investor institusi dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu investor aktif dan investor pasif. Investor yang
aktif melakukan monitoring terhadap manajemen adalah investor institusi
karena memegang kepemilikan saham untuk jangka panjang. Oleh karena
32
itu diperlukan suatu sistem pengecekan untuk mencegah adanya potensi
penyalahgunaan kekuasaan.
Adanya kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan akan
mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja
manajemen, semakin banyak nilai investasi yang diberikan kedalam sebuah
perusahaan, akan membuat sistem monitoring dalam perusahaan tersebut
lebih tinggi. Di dalam praktiknya kepemilikan institusional memiliki fungsi
monitoring yang lebih efektif dibandingkan dengan kepemilikan manajerial
(Ardianingsih & Ardiyani, 2016). Semakin tinggi kepemilikan institusional
maka diharapkan mampu menciptakan kontrol yang lebih baik. Dalam
penelitian ini kepemilikan institusional dihitung dengan persentase
perbandingan antara jumlah saham institusi dengan jumlah saham yang
beredar (Hendi & Novianti, 2021), dengan rumus sebagai berikut.
INST = Jumlah saham institusional
Jumlah saham beredar
7. Sales Growth
Sales growth atau pertumbuhan penjualan adalah perubahan
penjualan pada laporan keuangan per tahun yang dapat mencerminkan
prospek perusahaan dan profitabilitas di masa yang akan datang.
Pengukuran pertumbuhan penjualan dapat menggambarkan baik atau
buruknya tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan (Fionasari dkk,
2020).
Pertumbuhan penjualan dapat diukur dengan membandingkan
penjualan tahun sekarang dikurangi penjualan tahun sebelumnya. Apabila
pertumbuhan penjualan perusahaan meningkat maka profitabilitas yang
akan diterima oleh perusahaan juga ikut meningkat. Selain itu kenaikan
pertumbuhan penjualan dapat menggambarkan kinerja perusahaan yang
semakin baik dan memungkinkan perusahaan untuk dapat lebih
33
meningkatkan kapasitas operasinya. Namun kenaikan tingkat sales growth
ini juga diiringi dengan bertambahnya beban atas pajak yang harus
dibayarkan oleh perusahaan. Hal ini tentu mendorong perusahaan untuk
melakukan kegiatan manajemen pajak untuk meminimalkan beban pajak
terutang.
Menurut (Oktamawati, 2017) jika tingkat pertumbuhan penjualan
mengalami peningkatan maka diduga tindakan penghindaran pajak yang
mungkin dilakukan oleh pihak perusahaan ikut mengalami peningkatan.
Hal ini terjadi karena dampak dari pertumbuhan penjualan yaitu tingginya
biaya pajak terutang yang akan dikenakan pada badan usaha, sehingga
perusahaan akan mencari cara untuk menekan biaya pajak tersebut dengan
cara melakukan tindakan tax avoidance (Oktamawati, 2017).
Sales growth dapat diukur berdasarkan perubahan total penjualan
perusahaan. Jika tingkat penjualan bertambah, maka penghindaran
pajaknya akan meningkat. Dari tingkat penjualan yang meningkat serta
penambahan laba yang didapat oleh perusahaan menyebabkan tingginya
biaya pajak yang harus dibayar sehingga perusahaan berusaha melakukan
penghindaran pajak agar beban perusahaan tidak tinggi. Pada penelitian ini
sales growth dihitung menggunakan rumus berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Oktamawati, 2017) sebagai berikut.
SALES = Salest – Sales-t
Sales-t
Keterangan:
Salest : Penjualan tahun ini
Sales-t : Penjualan tahun sebelumnya
8. Leverage
Menurut Zuesty (2016) leverage merupakan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi pembayaran semua kewajibannya, baik
34
kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tingkat
pengelolaan kewajiban (leverage) berkaitan dengan bagaimana perusahaan
didanai, apakah perusahaan didanai lebih banyak menggunakan kewajiban
atau modal yang berasal dari pemegang saham. Semakin tinggi tingkat
leverage suatu perusahaan maka akan semakin besar pula agency cost.
Dalam hal ini perusahaan akan cenderung mengungkapkan mengapa
kondisi kewajiban mereka berada pada angka tersebut kepada publik
sehingga diharapkan investor cukup jelas mengetahui kondisi kewajiban
perusahaan.
Leverage (struktur utang) menurut Darmawan dan Sukartha (2014)
didefinisikan sebagai rasio yang menunjukkan besarnya utang yang dimiliki
oleh perusahaan untuk membiayai bisnis operasinya. Penambahan jumlah
utang akan mengakibatkan munculnya beban bunga yang harus dibayar
oleh perusahaan. Komponen beban bunga akan mengurangi laba sebelum
kena pajak perusahaan, sehingga beban pajak yang harus dibayar
perusahaan akan berkurang. Sehingga penggunaan utang akan memberikan
manfaat pajak bagi perusahaan.
Leverage adalah rasio besarnya kepemilikan utang perusahaan
terhadap aktiva yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Leverage merupakan sumber pendanaan perusahaan dari eksternal
perusahaan berupa utang jangka panjang yang akan menimbulkan beban
bunga jangka panjang yang dapat mengurangi beban pajak terutang
perusahaan. Rasio leverage menunjukkan pembiayaan operasi perusahaan
dari utang yang mencerminkan semakin tingginya beban bunga akibat
utang. Dikarenakan leverage yang merupakan penambahan jumlah utang
yang mengakibatkan timbulnya pos biaya tetap tambahan berupa bunga
atau interest yang harus dibayarkan oleh perusahaan maka dapat bermanfaat
sebagai pengurang beban pajak penghasilan wajib pajak badan (Gazali dkk,
35
2020). Perusahaan dapat memilih pendanaan dengan utang karena adanya
biaya bunga sebagai pengurang pajak sehingga beban pajak perusahaan
menjadi lebih kecil.
Rasio leverage membandingkan antara keseluruhan utang dengan
asset atau ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Hal tersebut dapat
menggambarkan perbandingan antara banyaknya asset yang dimiiki oleh
pemegang saham dengan banyaknya asset yang dimiliki oleh kreditur.
Kreditur biasanya tidak akan memberikan dana tanpa perlindungan dari
pendanaan ekuitas. Jika kreditur memiliki lebih banyak asset maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat leverage yang
tinggi. Sebaliknya, jika pemegang saham lebih banyak memiliki asset maka
dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat leverage yang
rendah.
Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal
pinjaman haruslah digunakan beberapa penghitungan yang matang. Dalam
hal ini rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Terdapat beberapa
jenis penghitungan yang dapat digunakan untuk mengukur rasio leverage,
diantaranya yaitu Debt to Equity Ratio (DER) serta Debt to Asset Ratio
(DAR). Dalam penelitian ini rasio leverage dihitung menggunakan Debt to
Equity Ratio (DER) sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
(Tebiono & Sukadana, 2019), dengan rumus sebagai berikut.
DER = Total Liabilities
Total Equity
9. Profitabilitas
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, indikator kinerja
perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.
36
Bagi suatu perusahaan sangat penting untuk dapat mengetahui potensi
sumber daya ekonomi yang dimiliki, karena apabila dapat mengelola
sumber daya tersebut dengan optimal dan efektif maka akan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar untuk kedepannya bagi perusahaan tersebut.
Tujuan utama didirikannya suatu perusahaan selain untuk going
concern atau berkelanjutan yaitu untuk menghasilkan profit atau laba. Hal
ini diperlukan agar perusahaan tersebut dapat terus berlanjut secara jangka
panjang, maka dari itu tujuan utama perusahaan dalam memperoleh laba
harus dapat tercapai. Untuk mengukur potensi suatu perusahaan untuk
memperoleh laba dapat menggunakan rasio profitabilitas. Menurut Kasmir
(2008) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas digunakan
untuk melihat seberapa besar keefektifan suatu perusahaan dalam mencapai
tujuannya (Saputra, 2017). Apabila suatu perusahaan tidak dapat
melakukan kinerjanya secara efektif maka sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut tidak mampu menghasilkan kinerja yang optimal.
Profitabilitas sendiri merupakan tingkat keuntungan bersih yang
mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan aktivitas operasinya.
Pendekatan yang dapat mencerminkan profitabilitas perusahaan salah
satunya adalah dengan menggunakan rasio return on assets (ROA). ROA
berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam penggunaan
sumber daya yang dimilikinya. Pendekatan ROA menunjukkan bahwa
besarnya laba yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan total asset
yang dimilikinya. Rasio ini memperhitungkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba yang terlepas dari pendanaan. Semakin tinggi
rasio ini, semakin baik performa perusahaan dengan menggunakan asset
dalam memperoleh laba bersih.
37
Murhadi (2013:63) dalam bukunya menjelaskan beberapa metode
yang dapat digunakan dalam mengukur profitabilitas, antara lain:
a. Gross Profit Margin (GPM) or Gross Profit Rate
Gross profit margin menggambarkan persentase laba kotor yang
dihasilkan oleh setiap pendapatan perusahaan.
b. Operating Margin (OM)
Operating income mencerminkan kemampuan manajemen perusahaan
mengubah aktivitasnya menjadi laba. Operating income sering disebut
sebagai bunga dan pajak (EBIT) dengan catatan bahwa dalam
perusahaan tersebut tidak terdapat pendapatan non operasional.
c. Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin mengambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba neto dari setiap perusahaan.
d. Return on Equity (ROE)
Return on Equity mencerminkan seberapa besar return yang dihasilkan
bagi pemegang saham atas setiap rupiah uang yang ditanamkannya.
e. Return on Assets (ROA)
Return on Assets mencerminkan seberapa besar return yang dihasilkan
atas setiap rupiah uang yang ditanamkan dalam bentuk aset.
Dalam penelitian ini profitabilitas diproksikan dengan Return On Asset
(ROA). Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan
untuk menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin
tinggi kemampuan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Profitabilitas
diukur menggunakan Return On Asset (ROA), yaitu perbandingan antara laba
bersih setelah pajak dengan total asset di akhir periode (Fionasari dkk, 2020).
ROA = Laba bersih setelah pajak x 100%
Total asset
38
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian yang
sedang dilakukan dan dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam merumuskan hipotesis dalam penelitian ini. Berikut
merupakan ringkasan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh good corporate governance, sales growth, leverage
terhadap tax avoidance yang dapat dilihat dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Evitya
Zurianti,
Prima
Aprilyani
Rambe, Asri
Eka Ratih
(2018)
Pengaruh Profitabilitas dan
Corporate Governance
terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan Sektor Industri
Barang dan Konsumsi yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2013-
2016
Variabel
Corporate
Governance,
Profitabilitas,
dan Tax
Avoidance
Variabel
profitabilitas
sebagai
variabel
independen,
variabel sales
growth,
leverage, dan
objek
penelitian
Secara parsial Profitabilitas,
Kepemilikan Institusional dan
Kualitas Audit tidak berpengaruh
terhadap Tax Avoidance. Sedangkan
Presentase Dewan Komisaris
Independen dan Komite Audit
berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
Profitabilitas, Kepemilikan
Institusional, Dewan Komisaris
Independen, Komite Audit dan
Kualitas Audit secara simultan
berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
Bersambung pada halaman selanjutnya
39
2 Imam Aji
Santoso,
Hendriyati
Haryani,
Wyne
Febrianti
(2020)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tax
Avoidance Dengan
Profitabilitas Sebagai Varibel
Intervening
Variabel Good
Corporate
Governance,
Leverage,
Profitabilitas,
dan Tax
Avoidance
Variabel
profitabilitas
sebagai
variabel
intervening,
variabel sales
growth,
leverage, dan
objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
CSR, GCG, dan karakteristik
perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Tax Avoidance.
CSR dan GCG berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas, sedangkan
karakteristik perusahaan berpengaruh
positif terhadap profitabilitas. CSR,
GCG, dan karakteristik perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tax avoidance melalui
profitabilitas.
3 Richa dan
Yuniarwati
(2020)
Pengaruh Karakteristik
Perusahaan, Tata Kelola
Perusahaan, dan Pertumbuhan
Penjualan Terhadap
Penghindaran Pajak
Variabel
Leverage, Good
Corporate
Governance,
Sales Growth,
dan Tax
Avoidance
Variabel
Profitabilitas
dan tahun
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara parsial karakteristik perusahaan
dan pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh positif terhadap
penghindaran pajak, sementara tata
kelola perusahaan berpengaruh negatif
terhadap penghindaran pajak, tetapi
secara simultan, penelitian ini
menunjukkan karakteristik
perusahaan, tata kelola perusahaan,
dan pertumbuhan penjualan
berpengaruh positif terhadap
penghindaran pajak.
Bersambung pada halaman selanjutnya
40
4 Astri
Novitasari,
Nurhayati, Edi
Sukarmanto,
(2016)
Pengaruh Return on Asset,
Leverage, Ukuran Komite
Audit, dan Kompetensi
Komite Audit terhadap Tax
Avoidance (Pada Perusahaan
Jasa Sektor Property dan
Real Estate di Bursa Efek
Indonesia 2012-2014)
Variabel
Profitabilitas,
Leverage,
proksi Komite
Audit
Variabel
Kepemilikan
Institusional,
Sales Growth,
variabel
profitabilitas
sebagai
variabel
independen,
dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
return on asset, leverage, dan komite
audit berpengaruh secara simulltan
terhadap tax avoidance. Return on
asset berpengaruh signifikan terhadap
tax avoidance. Leverage dan ukuran
komite audit tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance, sedangkan
kompetensi komite audit berpengaruh
positif terhadap tax avoidance.
5 Mayarisa
Oktamawati
(2017)
Pengaruh Karakter Eksekutif,
Komite Audit, Ukuran
Perusahaan, Leverage,
Pertumbuhan Penjualan, Dan
Profitabilitas Terhadap Tax
Avoidance
Variabel
Komite Audit,
Leverage, Sales
Growth,
Profitabilitas,
dan Tax
Avoidance
Variabel
profitabilitas
sebagai
variabel
independen,
variabel
kepemilikan
institusional,
dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik eksekutif dan leverage
berpengaruh positif terhadap tax
avoidance. Ukuran perusahaan,
pertumbuhan penjualan, dan
profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance. Sedangkan
komite audit tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
Bersambung pada halaman selanjutnya
41
6 Juan
Nathanael
Tebiono dan
Ida Bagus
Nyoman
Sukadana
(2019)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tax
Avoidance pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di
BEI
Variabel
Leverage,
Profitabilitas,
Sales Growth,
dan Tax
Avoidance
Variabel
profitabilitas
sebagai
variabel
independen,
variabel good
corporate
governance
dan tahun
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
return on asset, dan pertumbuhan
penjualan memiliki pengaruh terhadap
penghindaran pajak. Sedangkan
ukuran perusahaan, leverage, rasio
intensitas modal, komposisi komisaris
independen, dan umur perusahaan
tidak memiliki pengaruh terhadap
penghindaran pajak.
7 Dwi Fionasari,
Adriyanti
Agustina Putri,
dan Pandu
Sanjaya (2020)
Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penghindaran
Pajak pada Perusahaan
Pertambangan Di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Tahun 2016-2018
Variabel
Profitabilitas,
Leverage, Sales
Growth, dan
Tax Avoidance
Variabel Good
Corporate
Governance,
variabel
profitabilitas
sebagai
variabel
independent
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
return on asset (ROA), Leverage,
Ukuran Perusahaan dan Sales Growth
berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Kemudian secara simultan
return on asset (ROA), Leverage,
Ukuran Perusahaan dan Sales Growth
berpengaruh terhadap penghindaran
pajak.
8 Reni Purwanti
dan Hendry
Jaya (2020)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tax
Avoidance pada Perusahaan
Property dan Real Estate
Variabel
Kepemilikan
Institusional,
Profitabilitas,
Leverage, Sales
Growth, dan
Tax Avoidance
Variabel
Komite Audit,
variabel
profitabilitas
sebagai
variabel
independen,
dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
komisaris independen memiliki
pengaruh positif terhadap tax
avoidance. Sementara profitabilitas,
leverage, ukuran perusahaan,
intensitas modal, pertumbuhan
penjualan, dan kepemilikan
institusional berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance.
Bersambung pada halaman selanjutnya
42
9 Ahmad Gazali,
Herman
Karamoy,
Hendrik
Gamaliel
(2020)
Pengaruh Leverage,
Kepemilikan Institusional dan
Arus Kas Operasi Terhadap
Penghindaran Pajak Pada
Perusahaan Tambang yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2019
Variabel
Leverage,
Kepemilikan
Institusional,
dan Tax
Avoidance
Variabel
Komite Audit,
Sales Growth,
Profitabilitas,
dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara parsial leverage dengan proksi
debt to equity ratio berpengaruh
positif terhadap penghindaran pajak
perusahaan pertambangan.
Kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap
penghindaran pajak. Arus kas operasi
berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak.
10 I Made Agus
Riko Ariawan,
Putu Ery
Setiawan,
(2017)
Pengaruh Dewan Komisaris
Independen, Kepemilikan
Institusional, Profitabilitas
Dan Leverage Terhadap Tax
Avoidance
Variabel
Kepemilikan
Institusional,
Profitabilitas,
Leverage, dan
Tax Avoidance
Variabel
profitabilitas
sebagai
variabel
independen,
variabel
komite audit,
sales growth,
dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dewan komisaris independen dan
profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance. Variabel
kepemilikan institusional dan leverage
berpengaruh positif terhadap tax
avoidance.
Bersambung pada halaman selanjutnya
43
11 Laras Putri
Maidina dan
Lela Nurlaela
Wati (2020)
Pengaruh Koneksi Politik,
Good Corporate Governance,
dan Kinerja Keuangan
Terhadap Tax Avoidance
Variabel Good
Corporate
Governance,
Leverage,
Profitabilitas,
dan Tax
Avoidance
Variabel
profitabilitas
sebagai
variabel
independen,
variabel sales
growth sebagai
variabel
kontrol, dan
tahun
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
koneksi politik dan kinerja keuangan
memiliki pengaruh positif terhadap tax
avoidance. Corporate Governance
tidak berpengaruh terhadap tax
avoidance.
12 Jefri dan
Yaumil
Khoiriyah
(2019)
Pengaruh Good Corporate
Governance dan Return On
Assets Terhadap Tax
Avoidance Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia
Variabel
Kepemilikan
Institusional,
Komite Audit,
Profitabilitas,
dan Tax
Avoidance
Variabel Sales
Growth,
Leverage,
proksi komite
audit, dan
tahun
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial, kualitas audit,
dan return on assets berpengaruh
terhadap tax avoidance. Sedangkan
kepemilikan institusional, proporsi
dewan komisaris independen, dan
komite audit tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
Bersambung pada halaman selanjutnya
44
13 Christopher S.
Armstrong,
Jennifer L.
Blouin, Alan
D. Jagolinzer,
David F.
Larcker (2015)
Corporate Governance,
Incentives, and Tax
Avoidance
Variabel
Corporate
Governance
dan Tax
Avoidance
Variabel Sales
Growth,
Leverage,
Profitabilitas,
dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menggunakan regresi kuantitatif,
terjadi hubungan positif antara
independensi dewan dan teknologi
finansial untuk tingkat penghindaran
pajak yang rendah, tetapi negatif
hubungan untuk penghindaran pajak
tingkat tinggi. Hasil ini menunjukkan
bahwa atribut tata kelola memiliki
hubungan yang lebih kuat dengan
tingkat penghindaran pajak yang lebih
ekstrem, yang lebih cenderung
melakukan investasi berlebihan dan
kurang oleh manajer.
14 Tarek
Abdelfattah,
Ahmed Aboud
(2020)
Tax Avoidance, Corporate
Governance, and Corporate
Social Responsibility: The
Case Of The Egyptian
Capital Market
Variabel
Corporate
Governance
dan Tax
Avoidance
Variabel Sales
Growth,
Leverage,
Profitabilitas,
dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penghindaran pajak perusahaan
berhubungan secara positif terkait
dengan pengungkapan CSR.
Perusahaan dengan dewan direksi
yang diukur dengan keberadaan
keluarga atau anggota asing,
memberikan pengungkapan CSR lebih
banyak. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa perusahaan yang
membuat pengungkapan CSR lebih
tinggi memiliki pengembalian saham
yang lebih besar, menunjukkan bahwa
CSR lebih tinggi.
Bersambung pada halaman selanjutnya
45
15 Hendi, Dewi
Angelina
(2021)
Analisis Pengaruh Tata
Kelola Perusahaan dan
Karakteristik Perusahaan
Terhadap Tax Avoidance
Pada Perusahaan yang
Terdaftar di BEI
Variabel Good
Corporate
Governance,
Leverage,
Profitabilitas,
dan Tax
Avoidance
Variabel Sales
Growth,
variabel
profitabilitas
sebagai
variabel
independen,
dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial, leverage, dan
intensitas modal berpengaruh
signifikan positif terhadap
penghindaran pajak. Variabel
kompensasi profitabilitas berpengaruh
signifikan negatif terhadap
penghindaran pajak. Variabel ukuran
dewan, ukuran dewan independen,
kepemilikan institusional, dan
ukuran perusahaan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
penghindaran pajak.
16 Zenal
Muttaqin,
Atika
Fitriyani,
Taridi Kasbi
Ridho, Deni
Pandu
Nugraha
(2019)
Analisis Good Corporate
Governance, Leverage
Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Profitabilitas Sebagai
Variabel Pemoderasi
Variabel Good
Corporate
Governance,
Leverage,
variabel
Profitabilitas
sebagai variabel
moderasi
Variabel Sales
Growth, Tax
Avoidance, dan
objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
good corporate governance dan
profitabilitas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Leverage
tidak berpengaruh dan negatif
terhadap nilai perusahaan.
Profitabilitas mampu memoderasi
GCG yang dipresentasikan dengan
komite audit dan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan, sedangkan
profitabilitas tidak mampu
memoderasi leverage dan berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
46
17 Muhammad
Aprianto, Susi
Dwimulyani
(2019)
Pengaruh Sales Growth dan
Leverage Terhadap Tax
Avoidance dengan
Kepemilikan Institusional
Sebagai Variabel Moderasi
Variabel Sales
Growth,
Leverage,
Kepemilikan
Institusional,
dan Tax
Avoidance
Variabel Good
Corporate
Governance,
variabel
kepemilikan
institusional
sebagai
variabel
moderasi, dan
tahun
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel sales growth tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance.
Leverage secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap tax
avoidance. Kepemilikan institusional
tidak mampu memoderasi hubungan
antara sales growth dan tax avoidance.
Kepemilikan institusional mampu
memperlemah hubungan antara
leverage dan tax avoidance.
18 Matin Adlu,
Ahmad Junaidi
(2021)
Pengaruh Good Corporate
Governance, Profitabilitas,
dan Leverage Terhadap
Penghindaran Pajak (Studi
Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode
2017-2019)
Variabel Good
Corporate
Governance,
Profitabilitas,
Leverage, dan
Tax Avoidance
Variabel Sales
Growth,
variabel
profitabilitas
sebagai
variabel
independen,
dan tahun
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional dan leverage
berpengaruh positif signifikan
terhadap penghindaran pajak,
sedangkan profitabilitas berpengaruh
negatif signifikan terhadap
penghindaran pajak. Komite audit
tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Kepemilikan
institusional, komite audit,
profitabilitas, dan leverage
berpengaruh secara simultan terhadap
penghindaran pajak.
Bersambung pada halaman selanjutnya
47
19 Nining
Apriliyana,
Trisni
Suryarini
(2018)
The Effect Of Corporate
Governance and the Quality
of CSR to Tax Avoidation
Variabel Good
Corporate
Governance,
Tax Avoidance
Variabel Sales
Growth,
Leverage,
Profitabilitas,
dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kompensasi eksekutif dan latar
belakang akuntansi atau keahlian
keuangan komite audit dapat
berpengaruh signifikan dalam
pengambilan keputusan penghindaran
pajak. Sedangkan kepemilikan
institusional dan kualitas CSR tidak
berpengaruh signifikan terhadap
keputusan penghindaran pajak pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2013-2015.
20 Desy Fitri
Astuti, Riana
R. Dewi, Rosa
Nikmatul Fajri
(2020)
Pengaruh Corporate
Governance dan Sales
Growth terhadap Tax
Avoidance di Bursa Efek
Indonesia (BEI) 2014-2018
Variabel
Corporate
Governance,
Sales Growth,
dan Tax
Avoidance
Variabel
Leverage,
Profitabilitas,
dan objek
penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, jumlah
dewan komisaris, dan sales growth
secara simultan berpengaruh terhadap
tax avoidance. Secara parsial
kepemilikan institusional dan dewan
komisaris berpengaruh terhadap tax
avoidance. Sedangkan sales growth
tidak berpengaruh signifikan tehadap
tax avoidance.
48
C. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan literatur dan penelitian terdahulu, berikut
hipotesis yang akan diajukan.
1. Pengaruh Good Corporate Governance yang diproksikan dengan
Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Komite audit merupakan salah satu komite perusahaan yang
bertugas membantu konisaris independen dalam hal pengawasan dan
pengendalian internal. Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-643/BL/2012 tentang
pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, menjelaskan
bahwa komite audit diketuai oleh komisaris independen, anggotanya dapat
terdiri dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten dengan anggota
berlatar belakang akuntansi atau di bidang keuangan. Anggota komite audit
dengan keahlian akuntansi atau keuangan akan lebih memahami celah
dalam peraturan perpajakan serta bagaimana menghindari deteksi risiko
(Apriliyana & Suryarini, 2018).
Berdasarkan teori agensi, semakin tinggi keberadaan komite audit
dalam perusahaan, maka pengawasan terhadap kegiatan perusahaan akan
lebih baik dan konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen
untuk melakukan penghindaran pajak dapat diminimalisasi. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit akan lebih
bertanggung jawab dan terbuka dalam menyajikan laporan keuangan karena
komite audit akan selalu mengawasi segala kegiatan di dalam perusahaan
(Dewi dan Jati, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh (Apriliyana & Suryarini, 2018)
menunjukkan hasil bahwa komite audit dengan latar belakang keungan atau
akuntansi berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Hal ini dikarenakan
komite audit dengan latar belakang akuntansi atau keuangan akan
49
mengurangi peluang manajemen serta mencegah manajemen melakukan
tindakan tax avoidance. Dengan latar belakang pendidikan keuangan yang
dimiliki maka komite audit lebih memahami akuntansi dan perpajakan
sehingga dapat mendeteksi manajemen yang berusaha melakukan tindakan
tax avoidance.
Penelitian ini juga didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Armstrong, et al. (2015) dan Robinson, et al. (2012) yang menyatakan
bahwa latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan komite audit
berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Komite audit
dengan latar belakang akuntansi atau keuangan akan mengurangi peluang
manajemen untuk melakukan tindakan penghindaran pajak serta dapat
meningkatkan tindakan preventif terhadap kecurangan yang dilakukan
manajemen. Hal ini karena komite audit yang berlatar belakang keahlian
akuntansi atau keuangan lebih memahami akuntansi dan perpajakan
sehingga dapat mendeteksi manajemen yang berusaha meminimalkan
pajak. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit
dengan latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan akan lebih
bertanggung jawab dan terbuka dalam menyajikan laporan keuangan karena
komite audit akan memantau aktivitas manajemen di dalam perusahaan.
Dari beberapa penelitian sebelumnya tersebut, dapat disimpulkan
bahwa komite audit dengan keahlian akuntansi atau keuangan berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan yang diambil perusahaan, sehingga
membantu mengontrol manajer agar berlaku sesuai kepentingan pemegang
saham. Teori keagenan menyatakan bahwa komite audit memiliki peran
pengawasan terhadap aktivitas perusahaan sehingga dapat meminimalkan
penghindaran pajak. Keahlian yang dimiliki oleh komite audit di bidang
keuangan atau akuntansi dapat mendeteksi tindakan manajemen yang
berupaya melakukan penghindaran pajak. Semakin banyak jumlah anggota
komite audit yang memiliki keahlian akuntansi atau keuangan dalam komite
50
audit suatu perusahaan, semakin rendah penghindaran pajak. Berdasarkan
uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance
2. Pengaruh Good Corporate Governance yang diproksikan dengan
Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pemerintah, investor luar negeri, perusahaan asuransi maupun
bank yang memiliki peranan lebih besar dalam pengawasan terhadap
manajemen perusahaan (Dewi dan Jati, 2014). Manajemen perusahaan
selain memenuhi kepentingan perusahaan juga harus memikirkan
kepentingan para pihak institusional.
Hal ini didukung oleh teori stakeholder yang menyatakan bahwa
eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Perusahaan akan
mempertimbangkan kepentingan pemangku kepentingan karena adanya
komitmen moral dari manajemen perusahaan terhadap para pemangku
kepentingan, komitmen moral ini akan mendorong perusahaan untuk
merumuskan strategi perusahaan (yang memerhatikan kepentingan para
pemangku kepentingan) dimana strategi perusahaan akan berpengaruh
terhadap pencapaian kinerja keuangan perusahaan (Indriawati, 2017).
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Purwanti & Jaya,
2020) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
negatif signifikan pada tax avoidance. Menurut (Wailan’An, 2019)
tingginya jumlah kepemilikan institusional akan meningkatkan sistem
kontrol perusahaan yang ditujukan guna meminimalisasi tingkat
kecurangan akibat tindakan oportunistik pihak manajer yang nantinya dapat
mengurangi nilai perusahaan. Semakin besar proporsi kepemilikan
institusional maka manajer cenderung lebih berhati-hati dalam bertindak
untuk kepentingan pemegang saham sehingga tindakan manipulasi dalam
51
laporan keuangan semakin kecil dan akan berdampak pada pencegahan
tindakan tax avoidance yang mungkin dilakukan oleh perusahaan.
Sedangkan pada penelitian (Ariawan & Setiawan, 2017) dan (Dewi,
2019) kepemilikan institusional dinyatakan berpengaruh terhadap tax
avoidance. Pemilik institusional memiliki peran penting dalam memantau,
mendisiplinkan, dan mempengaruhi manajer. Maka seharusnya pemilik
institusional berdasarkan besar dan hak suara yang dimiliki dapat memaksa
manajer berfokus pada kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk
mementingkan diri sendiri. Pemilik institusional memiliki insentif untuk
memastikan bahwa manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (Damayanti & Susanto,
2015).
H2: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap tax avoidance
3. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance
Sales growth atau pertumbuhan penjualan merupakan perubahan
tingkat penjualan pada laporan keuangan per tahun yang dapat
mencerminkan prospek perusahaan dan profitabilitas di masa mendatang.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan maka
perusahaan tersebut berhasil dalam menjalankan strateginya dalam hal
pemasaran dan penjualan produk (Oktamawati, 2017). Pertumbuhan
penjualan yang mengalami kenaikan memungkinkan perusahaan untuk
dapat lebih meningkatkan kapasitas operasinya (Aprianto & Dwimulyani,
2019).
Penelitian mengenai pengaruh sales growth terhadap tax avoidance
yang dilakukan oleh (Mariani, 2020) dan (Lestari dkk, 2018) membuktikan
bahwa sales growth berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance.
Apabila sales growth mengalami peningkatan, perusahaan akan cenderung
mendapatkan keuntungan yang besar yang berdampak pada timbulnya
52
beban pajak yang besar pula. Besarnya beban pajak yang ditimbulkan dari
tingginya tingkat penjualan menyebabkan perusahaan memiliki
kecenderungan yang besar untuk melakukan tax avoidance agar pajak yang
dibayarkan berkurang.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Oktamawati, 2017) dan
(Purwanti & Jaya, 2020) membuktikan bahwa sales growth berpengaruh
negatif terhadap tax avoidance. Sales growth berpengaruh negatif terhadap
tax avoidance menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan penjualan yang tinggi berarti memiliki kinerja yang baik dan
laba perusahaan cenderung meningkat. Peningkatan sales growth akan
menjadi perhatian dari petugas pajak yang berasumsi semakin tinggi sales
growth maka akan semakin besar jumlah pajak terutang yang seharusnya
dibayarkan oleh perusahaan. Hal ini dapat menjadikan manajemen menjadi
lebih waspada dalam melakukan kebijakan perpajakannya (Apriyanto &
Dwimulyani, 2019).
H3: Sales growth berpengaruh terhadap tax avoidance
4. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan teori keagenan jika dikaitkan dengan leverage,
leverage merupakan salah satu mekanisme bagi shareholder untuk
meminimalkan masalah keagenan dengan manajer. Penelitian tentang
leverage yang telah diteliti oleh Swingly dan Sukartha (2015) tentang
pengaruh leverage pada penghindaran pajak menunjukkan bahwa leverage
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, karena semakin tinggi
nilai dari rasio leverage berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang
pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula beban
bunga yang timbul dari utang tersebut yang akan memberikan pengaruh
berkurangnya beban pajak perusahaan.
53
Leverage menurut Kurniasih dan Sari (2013) merupakan
penggunaan utang untuk membiayai investasi. Leverage ialah rasio yang
mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang dalam
pembiayaan. Menurut penelitian (Fionasari dkk, 2020), kenaikan beban
bunga yang ikut timbul dengan tingginya rasio leverage berdampak pada
laba yang diperoleh akan berkurang sehingga terjadi penurunan atas
pengenaan beban pajak terutang. Beban pajak yang rendah akan berdampak
pada kecenderungan penurunan upaya penghindaran pajak. Maka semakin
tinggi leverage akan semakin rendah penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Gazali dkk,
2020), (Maidina & Wati, 2020), dan (Ariawan & Setiawan, 2017),
menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
tax avoidance yang berarti semakin tinggi leverage maka semakin tinggi
tax avoidance. Hasil ini didukung oleh teori trade-off yang menyatakan
bahwa perusahaan akan menggunakan rasio leverage sampai tingkat
tertentu karena adanya manfaat penghematan pajak.
Sedangkan menurut penelitian (Purwanti & Jaya, 2020) dan
(Apriyanto & Dwimulyani, 2019) menunjukkan hasil bahwa leverage
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance. Semakin
tinggi tingkat leverage maka semakin tinggi tingkat ketergantungan
perusahaan atas dana dari pihak ketiga. Pihak ketiga sebagai kreditur akan
mengawasi perusahaan agar dapat melunasi kewajibannya sehingga
manajemen perusahaan memiliki kecenderungan motivasi yang rendah
dalam praktik tax avoidance dikarenakan adanya fungsi pengawasan yang
dilakukan kreditur.
H4: Leverage berpengaruh terhadap tax avoidance
54
5. Pengaruh Good Corporate Governance dengan Proksi Komite Audit
Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai Variabel
Moderasi
Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola asetnya untuk mendapatkan laba selama
periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.
Investor akan lebih tertarik pada perusahaan dengan tingkat profitabilitas
yang tinggi karena hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang baik
dan memiliki prospek di masa mendatang. Rasio profitabilitas
menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba secara
keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba setelah pajak dengan
total aset. Kenaikan pada profitabilitas dapat menyebabkan perusahaan
melakukan manajemen pajak dalam mengurangi pembayaran pajak karena
perusahaan yang memiliki laba tinggi akan menarik perhatian pemerintah
serta masyarakat sebagai regulator yang berdampak pada pengenaan pajak
menjadi lebih tinggi (Nursari dkk, 2017). Hal ini didukung oleh penelitian
(Maidina & Wati, 2020), (Ariawan & Setiawan, 2017), dan (Rozak dkk,
2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tax
avoidance.
Komite audit sebagai salah satu komponen penting dalam good
corporate governance akan berperan mengurangi tindakan manajemen
dalam melakukan penghindaran pajak ketika profitabilitas yang dimiliki
perusahaan mengalami peningkatan maupun penurunan. Komite audit
merupakan komite tambahan yang bertujuan untuk melakukan pengawasan
dalam proses penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk menghindari
kecurangan pihak manajemen. Dengan berjalannya fungsi komite audit
yang efektif, maka pengawasan terhadap kegiatan perusahaan akan lebih
baik.
55
Teori agensi menjelaskan bahwa manajemen sebagai agen harus
melakukan tugas sesuai yang di perintahkan oleh prinsipal. Dimana
prinsipal menginginkan agen dapat mengelola perusahaan dengan baik
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Profitabilitas dapat menjadi
pertimbangan penting bagi pemegang saham dalam melakukan pengawasan
terhadap tindakan manajemen dalam mengambil keputusan sehubungan
dengan kebijakan perusahaan. Perusahaan yang memiliki profitabilitas
tinggi menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaannya baik sehingga
mampu mengatur pendapatan dan pembayaran pajaknya dan cenderung
melakukan penghindaran pajak. Sedangkan perusahaan yang memiliki
profitabilitas negatif dikarenakan mengalami kerugian cenderung tidak
melakukan penghindaran pajak. Dari argumen di atas, terlihat bahwa
profitabilitas dapat memoderasi pengaruh komite audit terhadap tax
avoidance sehingga dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
H5: Profitabilitas mampu memoderasi pengaruh komite audit
terhadap tax avoidance.
6. Pengaruh Good Corporate Governance dengan Proksi Kepemilikan
Institusional Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Moderasi
Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola asetnya untuk mendapatkan laba selama
periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.
Investor akan lebih tertarik pada perusahaan dengan tingkat profitabilitas
yang tinggi karena hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang baik
dan memiliki prospek di masa mendatang. Rasio profitabilitas
menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba secara
keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba setelah pajak dengan
total aset. Kenaikan pada profitabilitas dapat menyebabkan perusahaan
56
melakukan manajemen pajak dalam mengurangi pembayaran pajak karena
perusahaan yang memiliki laba tinggi akan menarik perhatian pemerintah
serta masyarakat sebagai regulator yang berdampak pada pengenaan pajak
menjadi lebih tinggi (Nursari dkk, 2017). Hal ini didukung oleh penelitian
(Maidina & Wati, 2020), (Ariawan & Setiawan, 2017), dan (Rozak dkk,
2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tax
avoidance.
Kepemilikan institusional yang juga merupakan salah satu
komponen penting dalam good corporate governance didefinisikan sebagai
kepemilikan saham oleh pihak institusional atau lembaga seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi
lain (Marlinda dkk, 2020). Kepemilikan institusional adalah persentase
saham yang dimiliki institusi dan pemegang saham, yaitu kepemilikan
individua tau atas nama perorangan di atas lima persen (Wijayani, 2016).
Dikarenakan adanya tanggung jawab dari perusahaan terhadap
pemegang saham, maka pemilik institusional memiliki insentif untuk
memastikan bahwa manajemen perusahaan sudah membentuk keputusan
yang akan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Kepemilikan
institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih
besar dari pihak institusional sehingga dapat menghalangi perilaku
oportunistik dari para manajer perusahaan (Putri, 2018).
Teori stakeholder menyatakan bahwa eksistensi perusahaan
ditentukan oleh para stakeholder. Perusahaan akan mempertimbangkan
kepentingan pemangku kepentingan karena adanya komitmen moral dari
manajemen perusahaan terhadap para pemangku kepentingan, komitmen
moral ini akan mendorong perusahaan untuk merumuskan strategi
perusahaan yang memerhatikan kepentingan para pemangku kepentingan
dimana strategi perusahaan akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja
57
keuangan perusahaan (Gray et al., 1997 dalam Ghozali dan Chariri,
2007:411).
Profitabilitas dapat menjadi pertimbangan penting bagi pemegang
saham dalam melakukan pengawasan terhadap tindakan manajemen dalam
mengambil keputusan sehubungan dengan kebijakan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi menunjukkan bahwa kinerja
keuangan perusahaannya baik sehingga mampu mengatur pendapatan dan
pembayaran pajaknya namun cenderung melakukan penghindaran pajak
demi meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan. Sedangkan
perusahaan yang memiliki profitabilitas negatif dikarenakan mengalami
kerugian cenderung tidak melakukan penghindaran pajak.
Proporsi kepemilikan institusional dalam perusahaan dapat
mempengaruhi manajemen untuk melakukan penghindaran pajak, karena
ketika perusahaan memiliki profitabilitas tinggi dimana menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik maka perusahaan
cenderung tidak melakukan penghindaran pajak. Dari argumen di atas,
terlihat bahwa profitabilitas dapat memoderasi pengaruh komite audit
terhadap tax avoidance sehingga dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut.
H6: Profitabilitas mampu memoderasi pengaruh kepemilikan
institusional terhadap tax avoidance.
7. Pengaruh Sales Growth Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas
sebagai Variabel Moderasi
Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola asetnya untuk mendapatkan laba selama
periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.
Investor akan lebih tertarik pada perusahaan dengan tingkat profitabilitas
yang tinggi karena hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang baik
58
dan memiliki prospek di masa mendatang. Rasio profitabilitas
menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba secara
keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba setelah pajak dengan
total aset (Nursari dkk, 2017). Hal ini didukung oleh penelitian (Maidina &
Wati, 2020), (Ariawan & Setiawan, 2017), dan (Rozak dkk, 2018) yang
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance.
Sales growth atau pertumbuhan penjualan adalah perubahan
penjualan pada laporan keuangan per tahun yang dapat mencerminkan
prospek perusahaan dan profitabilitas di masa yang akan datang.
Pengukuran pertumbuhan penjualan dapat menggambarkan baik atau
buruknya tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan (Fionasari dkk,
2020). Jika terjadi peningkatan pada pertumbuhan penjualan maka
keuntungan laba yang diperoleh perusahaan akan ikut meningkat. Kenaikan
dari profitabilitas dan sales growth yang berhubungan dapat menimbulkan
dampak pada tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat menekan
beban pajak yang diperolehnya menjadi sekecil mungkin. Hal ini dapat
mengarahkan perusahaan pada tindakan tax avoidance dalam rangka
meningkatkan laba perusahaan dengan melakukan penghindaran pajak.
Dari argumen di atas, terlihat bahwa profitabilitas dapat memoderasi
pengaruh komite audit terhadap tax avoidance sehingga dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut.
H7: Profitabilitas mampu memoderasi pengaruh sales growth terhadap
tax avoidance.
8. Pengaruh Leverage Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas
sebagai Variabel Moderasi
Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola asetnya untuk mendapatkan laba selama
periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.
59
Investor akan lebih tertarik pada perusahaan dengan tingkat profitabilitas
yang tinggi karena hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang baik
dan memiliki prospek di masa mendatang. Rasio profitabilitas
menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba secara
keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba setelah pajak dengan
total aset (Nursari dkk, 2017). Hal ini didukung oleh penelitian (Maidina &
Wati, 2020), (Ariawan & Setiawan, 2017), dan (Rozak dkk, 2018) yang
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance.
Penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti & Jaya, 2020) dan
(Apriyanto & Dwimulyani, 2019) menunjukkan hasil bahwa leverage
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance. Semakin
tinggi tingkat leverage maka semakin tinggi tingkat ketergantungan
perusahaan atas dana dari pihak ketiga. Pihak ketiga sebagai kreditur akan
mengawasi perusahaan agar dapat melunasi kewajibannya sehingga
manajemen perusahaan memiliki kecenderungan motivasi yang rendah
dalam praktik tax avoidance dikarenakan adanya fungsi pengawasan yang
dilakukan kreditur.
Penelitian mengenai pengaruh leverage terhadap tax avoidance
yang dilakukan oleh (Gazali dkk, 2020), (Maidina & Wati, 2020), dan
(Ariawan & Setiawan, 2017), menyatakan bahwa leverage memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance yang berarti semakin
tinggi leverage maka semakin tinggi tax avoidance. Hasil ini didukung oleh
teori trade-off yang menyatakan bahwa perusahaan akan menggunakan
rasio leverage sampai tingkat tertentu karena adanya manfaat penghematan
pajak.
Menurut penelitian (Fionasari dkk, 2020), kenaikan beban bunga
yang ikut timbul dengan tingginya rasio leverage berdampak pada laba
yang diperoleh akan berkurang sehingga terjadi penurunan atas pengenaan
beban pajak terutang. Beban pajak yang rendah akan berdampak pada
60
kecenderungan penurunan upaya penghindaran pajak. Maka semakin tinggi
leverage akan semakin rendah penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan. Oleh karena itu profitabilitas dapat menjadi pertimbangan
karena menurut penelitian (Putra & Badjra, 2015) menyatakan bahwa
leverage faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Hal
ini sejalan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa
perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi, akan menggunakan utang
yang relatif sedikit karena perusahaan akan cenderung menggunakan dana
internalnya.
Dari pemaparan tersebut maka peneliti termotivasi untuk menguji
apakah dengan profitabilitas dapat memperkuat atau memperlemah
pengaruh leverage terhadap tax avoidance, sehingga dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut.
H8: Profitabilitas mampu memoderasi pengaruh leverage terhadap tax
avoidance.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar
2.1 sebagai berikut:
61
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Skema Kerangka Pemikiran
Basis Teori: Agency Theory dan Teori Stakeholder
Good Corporate Governance
1. Komite Audit
2. Kepemilikan Institusional
Sales Growth
Leverage
Profitabilitas
Tax Avoidance
Pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan Leverage
Terhadap Tax Avoidance Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi
(Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah Listing di
BEI Tahun 2015-2019)
Metode Analisis Regresi Berganda dan Moderated Regression Analysis (MRA)
Uji Asumsi Klasik
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
Hasil yang Diharapkan
GAP
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu penelitian yang
mengungkap besar atau kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar variabel yang
dinyatakan dalam angka-angka, dengan cara mengumpulkan data yang merupakan
faktor pendukung terhadap pengaruh variabel-variabel yang bersangkutan
kemudian menganalisis dengan menggunakan alat analisis yang sesuai dengan
variabel-variabel dalam penelitian (Subagyo, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa pengaruh variabel independen, yaitu good corporate governance,
sales growth, dan leverage terhadap variabel dependen yaitu tax avoidance dengan
profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang didapat melalui buku
atau jurnal yang berhubungan dengan objek penelitian, catatan perusahaan, serta
website-website tertentu seperti idx.co.id, yahoofinance.com, ataupun melalui
website resmi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
B. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan dari subjek yang memenuhi kriteria
tertentu yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dan dijadikan sebagai
objek dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan manufaktur yang telah listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-
2019. Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik
yang sama bersifat representatif dan menggambarkan populasi sehingga dianggap
dapat mewakili semua populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2015-2019 yang sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh peneliti.
63
Data terkait populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian
merupakan data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia
(BEI) atau www.idx.co.id dan situs perusahaan yang bersangkutan. Metode yang
digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan sampel
bertujuan (purposive sampling), dengan teknik berdasarkan pertimbangan
(judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak
yang informasinya diperoleh dengan menggunakan kriteria tertentu. Adapun
kriteria sampel pada penelitian ini yaitu:
1. Perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2015-2019.
2. Perusahaan menerbitkan data laporan keuangan secara berturut-turut di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2019.
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian pada tahun penelitian.
4. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dengan mata uang rupiah
selama tahun 2015-2019.
5. Perusahaan memiliki data-data yang lengkap terkait dengan variabel
yang akan diteliti.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan
data sekunder yang diperoleh menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan
penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti menggunakan cara penelitian pustaka dalam mengumpulkan data-
data penelitian sebagai referensi atau data pendukung. Referensi tersebut
diperoleh diantaranya melalui jurnal, skripsi, tesis, internet, artikel dan berbagai
buku referensi serta perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian
64
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu
data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data penelitian ini bersumber dari
laporan keuangan perusahaan sektor manufaktur periode 2015-2019 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam situs (www.idx.co.id).
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis variabel, yaitu variabel independen,
variabel dependen, dan variabel moderasi. Berikut akan dipaparkan mengenai
definisi, cara pengukuran, dan operasional dari masing-masing variabel dalam
penelitian ini.
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah good corporate
governance yang diproksikan dengan komite audit dan kepemilikan
institusional, sales growth dan leverage.
a. Komite Audit
Komite audit adalah komite yang bertanggung jawab untuk mengawasi
audit perusahaan dan merupakan kontak utama antara auditor eksternal
dengan perusahaan. Komite audit merupakan komponen penting dalam tata
kelola perusahaan di Indonesia, maka dari itu Bursa Efek Indonesia
mewajibkan setiap badan usaha untuk membentuk dan memiliki komite
audit. Tanggung jawab dari komite audit yaitu untuk memastikan bahwa
perusahaan telah berjalan sesuai dengan hukum dan peraturan, telah
melakukan bisnis sesuai dengan etika bisnis yang berlaku, serta telah
menerapkan kontrol terhadap konflik kepentingan dan kecurangan yang
dilakukan oleh karyawan perusahaan (Hendi & Novianti, 2021).
Jika dikaitkan dengan teori agensi, komite audit yang memiliki peran
pengawasan pada kegiatan perusahaan dapat meminimalkan penghindaran
65
pajak. Semakin banyak jumlah anggota komite audit yang memiliki
keahlian akuntansi atau keuangan dalam suatu perusahaan, maka
diharapkan semakin rendah tindakan penghindaran pajak (Pramesty dkk,
2020). Pada penelitian ini komite audit sebagai salah satu proksi good
corporate governance dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
Komite Audit = ∑ Anggota komite audit berlatarbelakang keuangan
∑ Anggota komite audit
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki
oleh pihak luar perusahaan. Kepemilikan institusional yaitu kepemilikan
saham perusahaan oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan
hukum, institusi luar negeri, dana perwakilan serta institusi lainnya pada
akhir tahun, bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi. Kepemilikan
institusional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan, karena berperan dalam memonitor manajer yang mengelola
perusahaan (Wardhani, 2017).
Kepemilikan institusional bertindak sebagai pengawas kinerja dalam
suatu perusahaan yang akan mendorong untuk meningkatkan pengawasan
agar lebih optimal. Hal ini karena kepemilikan institusional memiliki
kekuasaan sebagai pendukung terhadap manajemen. Jika nilai kepemilikan
institusional semakin besar maka hal tersebut akan menyebabkan tekanan
terhadap pihak manajemen untuk melakukan tindakan penghindaran pajak.
Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan persentase perbandingan
antara jumlah saham institusi dengan jumlah saham yang beredar (Hendi &
Novianti, 2021).
INST = Jumlah saham institusional
Jumlah saham beredar
66
c. Sales Growth
Pertumbuhan penjualan (sales growth) mencerminkan kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan penjualannya dari waktu ke waktu.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan maka
perusahaan tersebut berhasil dalam menjalankan strategi dalam hal
penjualan produk serta pemasaran (Oktamawati, 2017).
Sales growth dapat diukur berdasarkan perubahan total penjualan
perusahaan. Jika tingkat penjualan bertambah, maka penghindaran
pajaknya akan meningkat. Dari tingkat penjualan yang meningkat serta
penambahan laba yang didapat oleh perusahaan menyebabkan tingginya
biaya pajak yang harus dibayar sehingga perusahaan berusaha melakukan
penghindaran pajak agar beban perusahaan tidak tinggi. Pada penelitian ini
sales growth dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
SALES = Salest – Sales-t
Sales-t
Keterangan:
Salest : Penjualan tahun ini
Sales-t : Penjualan tahun sebelumnya
d. Leverage
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pangjangnya. Leverage (struktur utang) adalah rasio yang menunjukkan
beberapa utang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas
operasinya. Penambahan jumlah utang akan mengakibatkan munculnya
beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Komponen beban bunga
akan mengurangi laba sebelum kena pajak perusahaan, sehingga beban
pajak yang harus dibayar perusahaan akan menjadi berkurang (Fionasari
67
dkk, 2020). Pada penelitian ini rasio leverage dihitung menggunakan Debt
to Equity Ratio (DER), dengan rumus sebagai berikut.
DER = Total Liabilities
Total Equity
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah suatu variabel yang nilainya dipengaruhi atau
bergantung pada nilai dari variabel lainnya. Variabel dependen dari penelitian
ini adalah tax avoidance (penghindaran pajak).
a. Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)
Tax avoidance merupakan suatu tindakan dengan tujuan
memaksimalkan penghasilan setelah pajak. Penghindaran pajak sebagai
cara untuk mengurangi pajak yang bersifat legal, karena tidak melanggar
peraturan namun memanfaatkan celah-celah hukum perpajakan yang ada.
Dari sisi perusahaan, penghindaran pajak sengaja dilakukan dalam rangka
memperkecil tingkat pembayaran pajak yang harus dilakukan dan
meningkatkan cash flow perusahaan. Namun jika dilihat dari konteks
pendapatan negara, penghindaran pajak telah membuat negara kehilangan
potensi pendapatan pajak yang seharusnya dapat digunakan untuk
mengurangi beban defisit atas anggaran negara (Gazali dkk, 2020).
Pengukuran tax avoidance pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus proksi effective tax rate (ETR) dari penelitian yang
dilakukan oleh (Mariani, 2020), dengan rumus sebagai berikut.
ETR = Beban Pajak Penghasilan
Pendapatan Sebelum Pajak
3. Variabel Moderasi
Variabel moderasi adalah variabel independen yang akan memperkuat
atau memperlemah hubungan antara variabel dependen dan variabel
independen (Ghozali, 2018).
68
Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Variabel
profitabilitas diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Profitabilitas
merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan
laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan
untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Profitabilitas diukur menggunakan
Return On Asset (ROA), yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak
dengan total asset di akhir periode (Fionasari dkk, 2020).
ROA = Laba bersih setelah pajak x 100%
Total asset
69
Selanjutnya, pengukuran operasional dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai
berikut.
Tabel 3.1
Operasional Variabel
No. Variabel Jenis
Variabel Perhitungan
Skala
Pengukuran
1.
Komite Audit
(Pramesty
dkk, 2020)
Independen Komite Audit =
∑ KA berlatarbelakang keuangan
∑ Anggota komite audit
Rasio
2.
Kepemilikan
Institusional
(Zurianti dkk,
2018)
Independen INST
= Jumlah saham institusional
Jumlah saham beredar
Rasio
3.
Sales Growth
(Oktamawati,
2017)
Independen SALES = Salest – Sales-t
Sales-t
Rasio
4.
Leverage
(Tebiono &
Sukadana,
2019)
Independen
DER = Total Liabilities
Total Equity
Rasio
5.
Tax
Avoidance
(Mariani,
2020)
Dependen
ETR = Beban Pajak Penghasilan
Pendapatan Sebeleum Pajak
Rasio
6.
Profitabilitas
(Fionasari
dkk, 2020)
Moderasi ROA
= Laba bersih setelah pajak x 100
Total asset
Rasio
70
E. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menurut Ghozali (2018) memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan kemencengan
distribusi (skewness). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan statistik
deskriptif yang menggambarkan nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai
minimum, dan standar deviasi
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik perlu dilakukan untuk memastikan keabsahan hasil analisis
regresi linier berganda sebelum dilakukan pengujian hipotesis. Untuk
melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti melakukan
uji normalitas, uji multikoloniearitas, uji autokorelasi, dan uji
heteroskedastisitas. Pengujian atas keempat asumsi klasik yang dianalisa
dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social
Sciences) versi 25.
a. Uji Normalitas Data
Dilakukannya pengujian atas normalitas data adalah untuk menguji
apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual
berdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2016). Data penelitian yang baik
adalah data yang memiliki distribusi nilai residual normal atau mendekati
normal. Dalam uji t dan uji f diasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi yang normal. Dan apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Data dikatakan terdistribusi
normal atau tidak dapat dilihat dengan menganalisis grafik dengan normal
probability plot, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal maka data terdistribusi normal, sebaliknya jika data
71
menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka
model regresi tidak memenuhi asumsi uji normalitas.
Selain menganalisis grafik normal probability plot, uji normalitas juga
dapat dilihat melalui tabel hasil uji statistik non-parametrik Kolmogorov
Smirnov, pengujian ini dilakukan dengan melihat perbandingan
probabilitas (p-value) yang diperoleh dengan tingkat signifikasi sebesar
5%. Jika nilai sig dari probabilitas yang diperoleh lebih besar dari 5% atau
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual data menyebar normal, dan
jika nilai sig lebih kecil dari 5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
residual data tidak menyebar normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang
baik adalah model yang tidak terdapat hubungan atau terdapat hubungan
rendah antar variabel independennya (Ghozali, 2016). Untuk mendeteksi
ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari
tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Seperti yang
dijelaskan oleh Ghozali (2016) sebagai berikut:
1) Jika nilai toleransi > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan
tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam penelitian.
2) Jika nilai toleransi < 0,10 dan nilai VIF >10, maka dapat disimpulkan
ada multikolinearitas antar variabel independen dalam penelitian.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
keterkaitan antara observasi yang dilakukan dalam runutan waktu yang
berkaitan satu sama lain. (Ghozali, 2016).
72
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
Run Test. Run Test sebagai bagian dari pengujian statistik non-parametrik
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang
tinggi serta apakah data residual adalah acak atau random. Jika nilai hasil
uji run test memiliki tingkat signifikansi di atas 0,05 berarti data residual
random dan data bebas dari autokorelasi. Sebaliknya jika hasil uji run test
memiliki tingkat signifikansi di bawah 0,05 menunjukkan bahwa residual
tidak random dan terjadi autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas
(Ghozali, 2016). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
dan tidak heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat
dilakukan salah satu diantaranya dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi kemungkinan heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat
ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola
tertentu, seperti titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur maka
terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan jika tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini terbagi menjadi
dua tahapan. Tahapan pertama menggunakan analisis regresi berganda untuk
menguji hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
73
Kemudian tahapan kedua menggunakan analisis regresi moderasi (MRA)
untuk menguji pengaruh dari variabel moderasi.
a. Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda (multiple
regression) untuk menguji pengaruh antara variabel independen dengan
dependen. Pada analisis regresi berganda, jumlah variabel bebas
(independen) yang digunakan untuk memprediksi variabel tergantung
(dependen) lebih dari satu. Analisis regresi berganda diperlukan untuk
mengetahui arah hubungan (positif/negatif) antara variabel dependen
dengan variabel independen (Ghozali, 2018).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah komite audit,
kepemilikan institusioal, sales growth, dan leverage. Lalu variabel
dependen dalam penelitian ini adalah tax avoidance. Untuk menguji
Persamaan regresi berganda dirumuskan sebagai berikut:
Y = α + β1KA + β2INST + β3SG + β4Lev + ε
Keterangan:
Y = Tax Avoidance
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
KA = Komite Audit
INST = Kepemilikan Institusional
SG = Sales Growth
Lev = Leverage
ε = Error term
b. Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis - MRA)
Pengujian Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan
aplikasi khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan
regresinya mengandung unsur interaksi. Pengujian hipotesis ini berguna
74
untuk menentukan pengaruh variabel moderasi dari Profitabilitas pada
pengaruh variabel utama. Variabel moderasi adalah variabel independen
yang akan memperkuat atau memperlemah variabel independen lainnya
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018). Uji Moderated Regression
Analysis (MRA) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
Y = α + β1KA + β2INST + β3SG + β4Lev + β5ROA +
β6KAROA + β7INSTROA + β8SGROA +
β9LevROA + ε
Keterangan:
Y = Tax Avoidance
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
KA = Komite Audit
INST = Kepemilikan Institusional
SG = Sales Growth
Lev = Leverage
ROA = Profitabilitas
KAROA = Variabel perkalian antara komite audit dengan profitabilitas
yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi profitabilitas terhadap
komite audit dengan tax avoidance.
INSTROA= Variabel perkalian antara kepemilikan institusional dengan
profitabilitas yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi
profitabilitas terhadap kepemilikan institusional dengan tax avoidance.
SGROA = Variabel perkalian antara sales growth dengan profitabilitas
yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi profitabilitas terhadap
sales growth dengan tax avoidance.
75
LevROA = Variabel perkalian antara leverage dengan profitabilitas yang
menggambarkan pengaruh variabel moderasi profitabilitas terhadap
leverage dengan tax avoidance.
ε = Error term
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Menurut Ghozali uji koefisien determinasi adalah pengujian untuk
melihat seberapa besar kemampuan semua variabel independen dalam
menjelaskan varians dari variabel dependennya. Adjusted R2 ini
digunakan karena variabel bebas (independen) dalam penelitian ini lebih
dari dua. Nilai koefisien determinasi terletak antara nol dan satu. Jika nilai
R2 kecil, berarti kemampuan model tersebut untuk menjelaskan
variabilitas dari variabel terikatnya sangat terbatas. Jika hasil yang
diperoleh mendekati satu maka model yang digunakan dianggap cukup
andal dalam membuat estimasi. Semakin besar angka adjusted R2 maka
semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
d. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Jika variabel
independen memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen, maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok
atau fit untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2018). Pada
pengujian ini kriteria yang digunakan adalah dengan melihat nilai F
hitung atau probability value (sig) yang terdapat pada tabel ANOVA.
Kriteria yang digunakan dalam pengujian statistik F yaitu:
76
1) Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai signifikansi F kurang dari
tingkat signifikansi 0,05 berarti variabel independen secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen, atau
2) Ho diterima dan Ha ditolak yaitu apabila nilai signifikansi F lebih dari
tingkat signifikansi 0,05 berarti variabel independen secara bersama-
sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
e. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen di dalam penelitian. Selain itu
untuk menguji pengaruh tersebut, uji statistik t juga digunakan untuk
menunjukan arah pengaruh masing-masing variabel yang dilihat dari
tanda koefisien regresi masing-masing variabel independen. Berikut
merupakan kriteria untuk uji statistik t dengan melihat probability value
(sig)-t:
1) Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai signifikansi t kurang dari
tingkat signifikansi 0,05 berarti variabel independen secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen, atau
2) Ho diterima dan Ha ditolak apabila nilai signifikansi t lebih dari
tingkat signifikansi 0,05 berarti variabel independen secara individual
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
77
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Gambaran umum dari objek penelitian menyajikan prosedur pemilihan
populasi serta sampel penelitian. Dalam penelitian ini populasi mencakup
seluruh perusahaan pada sektor manufaktur yang telah listing di Bursa Efek
Indonesia yang diperoleh melalui situs resmi BEI pada alamat www.idx.co.id.
Sedangkan, sampel pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang
berasal dari laporan keuangan serta laporan tahunan perusahaan sektor
manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2019 yang
sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh peneliti.
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia yang bergerak di sektor manufaktur. Penelitian ini
mengambil sampel selama 5 tahun, yaitu tahun 2015-2019. Jumlah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang bergerak di sektor
manufaktur pada periode 2015-2019 terdata sebanyak 191 perusahaan. Dari
191 perusahaan tersebut, ada 54 perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar
secara berturut-turut pada Bursa Efek Indonesia. Terdapat sebanyak 29
perusahaan manufaktur yang selama periode penelitian tidak melaporkan
laporan keuangannya secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia. Kemudian
terdapat perusahaan yang mengalami kerugian selama periode 2015-2019
sebanyak 45 perusahaan, sementara itu sebanyak 11 perusahaan tidak
menerbitkan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah.
Sehingga jumlah perusahaan yang tersisa yaitu 52 perusahaan. Dari 52
perusahaan tersisa, 3 diantaranya tidak memiliki data lengkap dan memenuhi
kriteria, serta 31 perusahaan lainnya yang juga harus dieliminasi karena
merupakan data outlier. Sehingga jumlah sampel penelitian sebanyak 18
perusahaan.
78
Tabel 4.1
Rincian Perolehan Sampel Penelitian
No. Kriteria Jumlah
1. Perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2019
191
2. Perusahaan yang tidak terdaftar secara berturut-
turut di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-
2019
(54)
3. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan di Bursa Efek Indonesia secara berturut-
turut selama periode 2015-2019
(29)
4. Perusahaan yang mengalami kerugian selama
periode 2015-2019
(45)
5. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan dalam mata uang rupiah
(11)
6. Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap dan
memenuhi kriteria
(3)
7. Data outlier (31)
8. Jumlah sampel penelitian 18
9. Jumlah data penelitian (18 x 5 tahun) 90
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan
sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun
2015-2019 yang sesuai dengan kriteria penelitian adalah sebanyak 18
perusahaan. Sehingga total sampel data penelitian selama tahun 2015-2019
sebanyak 90 perusahaan.
79
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Metode pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan statistik deskriptif, asumsi klasik, analisis regresi berganda, serta
Moderated Regression Analysis (MRA). Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel independen good
corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional dan
komite audit, sales growth, dan leverage terhadap variabel dependen yaitu tax
avoidance. Serta gambaran mengenai apakah variabel profitabilitas dapat
memoderasi hubungan antara variabel independent terhadap variabel dependen.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif dalam penelitian digunakan untuk memperoleh
data mengenai ukuran numerik data sampel seperti, rata-rata (mean),
standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum dari data penelitian.
Dari data tersebut dapat kita peroleh mengenai informasi karakteristik data.
Terdapat enam variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu good
corporate governance yang diproksikan oleh komite audit dan kepemilikan
institusional, sales growth, leverage, profitabilitas, dan tax avoidance. Hasil
uji statistik deskriptif dalam penelitian ini diolah menggunakan aplikasi
SPSS 25 yang dapat dilihat dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Komite Audit 90 .33 1.00 .7667 .26653
Kepemilikan
Institusional 90 .33 .99 .7305 .16777
Sales Growth 90 -.15 .30 .0811 .08432
80
Leverage 90 .08 1.79 .5253 .33996
Profitabilitas 90 .02 .23 .1042 .05113
Tax Avoidance 90 .16 .33 .2467 .03489
Valid N (listwise) 90
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Dilakukannya pengujian statistik deskriptif ini bertujuan untuk
melihat karakteristik data. Apabila nilai dari mean diperoleh lebih besar dari
nilai standar deviasi maka kualitas data tersebut lebih baik. Standar deviasi
merupakan besaran perbedaan dari nilai sampel dengan nilai rata-rata.
Standar deviasi digunakan untuk melihat sebaran data dalam sampel.
Semakin rendah standar deviasi dari sampel maka semakin dekat dengan
rata-rata, begitu juga sebaliknya jika semakin tinggi standar deviasi maka
semakin besar keragaman sampel.
a. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Komite Audit
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel independen
komite audit yang merupakan salah satu proksi penghitungan dari good
corporate governance menunjukkan nilai minimum sebesar 0,33 dan
nilai maksimum yaitu sebesar 1,00 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar
0,7667 dan nilai standar deviasi sebesar 0,26653. Nilai minimum dari
jumlah komite audit yang memliki latar belakang akuntansi atau
keuangan yaitu 0,33, sedangkan nilai maksimum dari jumlah komite
audit sebesar 1,00.
b. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kepemilikan
Institusional
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel independen
kepemilikan institusional yang juga merupakan proksi penghitungan
dari good corporate governance menunjukkan nilai minimum sebesar
0,33 dan nilai maksimum yaitu sebesar 0,99 dengan nilai rata-rata
81
(mean) sebesar 0,7305 dan nilai standar deviasi sebesar 0,16777. Nilai
minimum kepemilikan institusional yaitu 0,33 dimiliki oleh Mayora
Indah Tbk pada tahun 2015, sedangkan nilai maksimum sebesar 0,99
dimiliki oleh Tunas Alfin Tbk.
c. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Sales Growth
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel independen
sales growth menunjukkan nilai minimum sebesar -0,15 dan nilai
maksimum yaitu sebesar 0,30 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar
0,0811 dan nilai standar deviasi sebesar 0,08432. Nilai minimum sales
growth yaitu -0,15 dimiliki oleh Tunas Alfin Tbk pada tahun 2015,
sedangkan nilai maksimum sebesar 0,30 dimiliki oleh Kino Indonesia
Tbk pada tahun 2019.
d. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Leverage
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel independen
leverage menunjukkan nilai minimum sebesar 0,08 dan nilai maksimum
yaitu sebesar 1,79 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,5253 dan nilai
standar deviasi sebesar 0,33996. Nilai minimum leverage yaitu 0,08
dimiliki oleh Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk, sedangkan nilai
maksimum sebesar 1,79 dimiliki oleh Sekar Laut Tbk.
e. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Profitabilitas
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel moderasi
profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset (ROA)
menunjukkan nilai minimum sebesar 0,02 dan nilai maksimum yaitu
sebesar 0,23 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1042 dan nilai
standar deviasi sebesar 0,05113. Nilai minimum profitabilitas yaitu 0,02
dimiliki oleh Tunas Alfin Tbk dan Astra Otoparts Tbk, sedangkan nilai
maksimum sebesar 0,23 dimiliki oleh Selamat Sempurna Tbk.
82
f. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Tax Avoidance
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel dependen tax
avoidance yang diproksikan dengan effective tax rate (ETR)
menunjukkan nilai minimum sebesar 0,16 dan nilai maksimum yaitu
sebesar 0,33 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,2467 dan nilai
standar deviasi sebesar 0,03489. Nilai minimum tax avoidance yaitu
0,16 dimiliki oleh Sekar Laut Tbk pada tahun 2017, sedangkan nilai
maksimum sebesar 0,33 dimiliki oleh Surya Toto Indonesia Tbk dan
Tunas Alfin Tbk.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah regresi, variabel dependen, variabel independen atau
keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan analisis grafik maupun analisis statistik.
1) Analisis Grafik
Hasil dari pengujian normalitas dapat diketahui dengan melihat
grafik histogram yang membandingkan antara data observasi
dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Berikut
merupakan hasil uji normalitas dengan histogram normality.
83
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Normality
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan histogram yang ditampilkan pada gambar 4.1
terlihat bahwa grafik histogram tidak menunjukkan kemencengan.
Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk pada grafik yang membentuk
lonceng dengan puncak sejajar dengan titik 0 sumbu X. Hal ini
menandakan bahwa analisis regresi layak digunakan. Kemudian
selain grafik histogram, kita juga melakukan analisis terhadap grafik
normal probability plot.
84
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normality Probability Plot
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan grafik normal probability plot pada gambar 4.2 di
atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis
diagonal dan memiliki arah garis diagonal. Dari pola penyebaran
tersebut menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan normal,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas dan layak digunakan untuk pengujian selanjutnya.
2) Analisis Statistik
Setelah melakukan analisis menggunakan grafik, berikutnya
dilakukan analisis statistik yang bertujuan untuk menguatkan hasil
analisis deskriptif. Analisis statistik diuji menggunakan metode One
Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil uji statistik One Sample
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapa dilihat melalui tabel 4.3 berikut.
85
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogororv-Smirnov Test
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada Asymp. Sig. (2-tailed)
mendapatkan nilai sebesar 0,151. Hal ini menandakan bahwa data
residual terdistribusi secara normal karena tingkat signifikansi dari
nilai tersebut di atas 0,05 atau di atas 5%. Dari tabel hasil pengujian
ini dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memiliki masalah
normalitas data serta data terdistribusi secara normal.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah
terjadi korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat
86
dilihat dari tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Jika
nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel bebas. Berikut Tabel 4.4 yang
menunjukkan hasil dari uji multikolinearitas:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas yang tersaji dalam tabel
4.5, dapat kita lihat bahwa variabel independen yang diteliti yaitu
Komite Audit dan Kepemilikan Institusional yang merupakan proxy
dari good corporate governance, Sales Growth, serta Leverage
memiliki nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10.
Variabel komite audit memperoleh nilai tolerance sebesar 0,837 dan
nilai VIF sebesar 1,195. Kemudian variabel kepemilikan institusional
memperoleh nilai tolerance sebesar 0,841 dan nilai VIF sebesar 1,190.
Variabel sales growth memperoleh nilai tolerance sebesar 0,975 dan
nilai VIF sebesar 1,025. Sedangkan variabel leverage memperoleh nilai
tolerance sebesar 0,948 dan nilai VIF sebesar 1,055.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam
suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan
87
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
t-1. Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode run
test. Jika nilai hasil uji run test memiliki tingkat signifikansi di atas 0,05
berarti data residual random dan data bebas dari autokorelasi. Berikut
disajikan hasil dari pengujian Run Test dalam tabel 4.5:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan hasil pengujian dari tabel 4.5 menunjukkan hasil
pengujian autokorelasi menggunakan run test dengan nilai Asymp Sig.
(2-tailed) sebesar 0,525 yang menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih
besar dari nilai signifikansi 0,05 atau lebih dari 5%. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi atas nilai residual.
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang
88
homoskedastisitas dan tidak heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED.
Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik membentuk pola
tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan jika
tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Berikut
merupakan hasil uji heterokedastisitas menggunakan grafik scatterplot.
Gambar 4.3
Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas yang disajikan pada
gambar 4.3 dengan menggunakan grafik scatterplot dapat dilihat bahwa
tidak terdapat pola yang jelas atau bentuk tertentu pada gambar. Serta
titik-titik menyebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y. Dari hal
ini maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi penelitian tidak
terjadi heteroskedastisitas, sehingga model ini layak untuk memprediksi
89
variabel tax avoidance berdasarkan variabel independen good
corporate governance, sales growth, dan leverage.
3. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis terkait penelitian ini dilakukan untuk menguji
kebenaran atas hipotesis yang dibuat oleh peneliti, yaitu bahwa variabel
good corporate governance, sales growth, dan leverage memiliki pengaruh
terhadap tax avoidance, dan variabel profitabilitas memiliki pengaruh
memoderasi terhadap interaksi variabel independent dengan variabel
dependen. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
regresi berganda dan moderated regression analysis.
a. Hasil Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini digunakan pengujian analisis regresi
berganda untuk menguji pengaruh antara variabel dependen terhadap
semua variabel independen. Pengujian hipotesis dengan analisis regresi
berganda dilakukan dengan menguji koefisien determinasi (R2), uji
signifikansi simultan (uji F), dan uji signifikansi parsial (uji t).
1) Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Pada penelitian ini, pengujian koefisien determinasi (adjusted
R2) dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel
good corporate governance, sales growth, dan leverage dalam
menerangkan variasi variabel dependen tax avoidance. Nilai dari
koefisien determinasi adalah nol dan satu. Adapun hasil uji
koefisien determinasi dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut.
90
Tabel 4.6
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Dari tabel hasil uji regresi dapat diketahui bahwa nilai Adjusted
R Square adalah sebesar 0,078 atau 7,8%. Maka dapat dikatakan
bahwa 7,8% variabel dependen tax avoidance yang diproksikan
dengan ETR dapat dijelaskan variabel independen good corporate
governance yang diproksikan oleh Komite Audit dan Kepemilikan
Institusional, Sales Growth, dan Leverage (KA, INST, SG, DER),
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
penelitian ini seperti intensitas modal (Purwanti & Jaya, 2020),
corporate social responsibility (Santoso dkk., 2020), karakter
eksekutif (Oktamawati, 2017), koneksi politik (Maidina & Wati,
2020), dan faktor lainnya.
2) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian statistik F bertujuan untuk mengukur apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap
variabel dependen. Uji statistik F dilakukan pada tingkat
signifikansi 0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel
berikut.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .346a .120 .078 .03349
a. Predictors: (Constant), Leverage, Komite Audit, Sales Growth,
Kepemilikan Institusional
91
Tabel 4.7
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.7 di atas terkait hasil uji statistik F dapat
dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 2,888 dengan tingkat
signifikansi yaitu sebesar 0,027. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
signifikansi < alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan dalam
model persamaan regresi ini semua variabel independen good
corporate governance yang diproksikan oleh Komite Audit dan
Kepemilikan Institusional, Sales Growth, dan Leverage
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tax avoidance.
3) Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian parsial atau uji t bertujuan untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen di dalam penelitian
yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji t disajikan dalam
tabel 4.8 berikut.
92
Tabel 4.8
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat diketahui bahwa koefisien
model regresi memiliki nilai konstanta sebesar 0,225 dengan nilai
thitung sebesar 12,502 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Konstanta sebesar 0,225 menandakan jika variabel independent
konstan maka rata-rata tax avoidance yang diukur melalui ETR
yaitu sebesar 0,225.
Sedangkan dari hasil uji t dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa
hanya variabel independen leverage yang berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen tax avoidance. Hal tersebut dapat dilihat
dari nilai signifikansi variabel yang lebih kecil dari 0,05 atau 5%.
Berikut adalah penjelasan dari hasil uji hipotesis dengan uji parsial
atau uji t.
(a) Pengaruh Variabel Komite Audit terhadap Tax Avoidance
(ETR)
Variabel komite audit memiliki thitung positif sebesar 0,055
dengan tingkat signifikansi 0,956. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tingkat signifikansi variabel di atas 0,05, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa variabel komite audit tidak
93
berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance yang diukur
melalui ETR.
(b) Pengaruh Variabel Kepemilikan Institusional terhadap Tax
Avoidance (ETR)
Variabel kepemilikan institusional memiliki thitung positif
sebesar 1,838 dengan tingkat signifikansi 0,070. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel di atas 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance yang diukur melalui ETR.
(c) Pengaruh Variabel Sales Growth terhadap Tax Avoidance
(ETR)
Variabel sales growth memiliki thitung positif sebesar 0,991
dengan tingkat signifikansi 0,324. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tingkat signifikansi variabel di atas 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel sales growth tidak berpengaruh
signifikan terhadap tax avoidance yang diukur melalui ETR.
(d) Pengaruh Variabel Leverage terhadap Tax Avoidance
(ETR)
Variabel leverage memiliki thitung negatif sebesar -2,408 dengan
tingkat signifikansi 0,018. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat signifikansi variabel lebih kecil dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel leverage memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap tax avoidance yang diukur melalui ETR.
b. Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
Dalam penelitian ini menggunakan variabel moderasi yang diuji
menggunakan uji interaksi yaitu dengan uji Moderated Regression
Analysis (MRA). Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
merupakan aplikasi dari regresi linear berganda yang dalam
94
persamaannya mengandung unsur interaksi berupa perkalian dua atau
lebih variabel independen. Adapun tujuannya untuk menilai apakah
variabel profitabilitas dapat memoderasi hubungan antara variabel
independen dan dependen. Uji interaksi ini dilakukan untuk menguji
hipotesis ke 5, 6, 7, dan 8 dari penelitian. Semua variabel dapat
dikatakan sebagai variabel moderasi apabila memiliki nilai signifikan
<0,05. Berikut merupakan hasil pengujian Moderated Regression
Analysis (MRA).
1) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur
kemampuan variabel independent menjelaskan variabel dependen.
Tabel 4.9 di bawah ini menyajikan hasil uji koefisiensi determinasi
(Adjusted R Square) untuk penelitian ini.
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Moderated
Regression Analysis
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa variabel Tax Avoidance
dapat dijelaskan oleh variabel Komite Audit, Kepemilikan
Institusional, Sales Growth, Leverage, dan Profitabilitas sebesar
0,131 atau 13,1%. Sedangkan sisanya sebesar 0,869 atau 86,9%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam analisa
95
regresi pada penelitian ini seperti intensitas modal (Purwanti &
Jaya, 2020), corporate social responsibility (Santoso dkk., 2020),
karakter eksekutif (Oktamawati, 2017), koneksi politik (Maidina &
Wati, 2020), dan faktor lainnya.
2) Uji Statistik F
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah model
penelitian yang digunakan sudah signifikan. Apabila nilai
signifikansi kurang dari 5% atau <0,05 maka dapat dinyatakan
model yan digunakan sudah signifikan. Berikut hasil uji statistik F
untuk penelitian ini yang disajikan dalam tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik F Moderated Regression Analysis
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang
ditunjukkan pada kolom Sig. sebesar 0,014 dimana nilai tersebut <
0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa model penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini sudah fit.
3) Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t bertujuan untuk melihat seberapa jauh
pengaruh satu variabel independent secara individual menerangkan
variabel dependen. Untuk pengujian signifikansi parsial t digunakan
dasar pengambilan keputusan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka
96
dapat dinyatakan bahwa variabel independent secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018). Berikut
disajikan hasil uji signifikansi parsial (uji statistik t) pada tabel 4.11.
Tabel 4.11
Hasil Uji t Moderated Regression Analysis
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dapat diketahui terdapat beberapa
variabel yang memiliki angka signifikansi dengan nilai < 0,05 yaitu
variabel Leverage dan variabel interaksi antara leverage dengan
profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial kedua variabel
tersebut memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (tax avoidance).
Sedangkan untuk variabel komite audit, kepemilikan institusional, sales
growth, variabel interaksi antara komite audit dengan profitabilitas,
variabel interaksi antara kepemilikan institusional dengan profitabilitas,
dan variabel interaksi antara sales growth dengan profitabilitas
menunjukkan nilai signifikansi > 0,05, sehingga variabel-variabel
97
tersebut secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen. Dari hasil
pengujian ini maka dapat diperoleh persamaan model sebagai berikut.
ETR = 0,241 + 0,259 KA*ROA + (-0,569 INST*ROA) + (-0,097
SG*ROA) + 0,810 Lev*ROA + ε
Keterangan:
ETR = Tax Avoidance
KA = Komite Audit
INST = Kepemilikan Institusional
SG = Sales Growth
Lev = Leverage
ROA = Profitabilitas
ε = error term
Berdasarkan pengujian hipotesis terhadap variabel yang bertujuan untuk
membuktikan hipotesis penelitian, maka dapat disimpulkan hasil pengujian
hipotesis yang disajikan pada tabel 4.12 sebagai berikut.
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Hipotesis
No. Pengujian Hipotesis Hasil
Pengujian
1. Pengaruh komite audit terhadap tax avoidance. Tidak
Didukung
2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap tax
avoidance.
Tidak
Didukung
3. Pengaruh sales growth terhadap tax avoidance. Tidak
Didukung
4. Pengaruh leverage terhadap tax avoidance. Didukung
5. Pengaruh komite audit terhadap tax avoidance
dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi.
Tidak
Didukung
98
6.
Pengaruh kepemilikan institusional terhadap tax
avoidance dengan profitabilitas sebagai variabel
moderasi.
Tidak
Didukung
7. Pengaruh sales growth terhadap tax avoidance
dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi.
Tidak
Didukung
8. Pengaruh leverage terhadap tax avoidance
dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi. Didukung
Sumber: Data diolah (2020)
C. Pembahasan
1. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Hasil Uji Hipotesis yang terdapat pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa tingkat signifikansi pada variabel Komite Audit sebesar 0,956. Hal
tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi > 0,05 atau 5%. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan arah positif dengan nilai standardized
coefficients beta sebesar 0,055. Berdasarkan hasil tersebut maka H1
ditolak, yang berarti bahwa good corporate governance yang diproksikan
dengan Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pramesty, dkk (2020), Saputri & Husen (2020) dan Wati (2017) bahwa
Komite Audit yang dihitung berdasarkan jumlah anggota komite audit
dengan keahlian akuntansi atau keuangan dalam suatu perusahaan tidak
berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 menyatakan bahwa komite audit
merupakan komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada
dewan komisaris, paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang
berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau
perusahaan publik. Selain itu keanggotaan komite audit wajib memiliki
paling sedikit 1 (satu) anggota yang berlatar belakang pendidikan dan
keahlian di bidang akuntansi dan keuangan. Dari hasil pengujian dapat
disimpulkan bahwa penghindaran pajak tidak dapat diukur dengan jumlah
99
anggota komite audit yang memiliki latar belakang akuntansi atau
keuangan. Dilihat dari jumlah komite audit yang berlatar belakang
keuangan, komite audit dengan jumlah yang lebih sedikit diasumsikan
memiliki kelebihan yaitu cenderung lebih efisien karena dapat dengan
memberikan rekomendasi atas ruang lingkup penugasan, memberikan saran
kepada dewan komisaris terkait dengan adanya potensi benturan
kepentingan emiten atau perusahaan publik, serta memberikan pendapat
independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dan
akuntan. Namun dengan jumlah anggota komite audit yang sedikit terdapat
kelemahan seperti ide atau rekomendasi yang dapat diajukan kepada dewan
komisaris lebih sedikit. Sedangkan komite audit dengan jumlah yang lebih
banyak tentunya memiliki kelebihan atas lebih banyaknya ide ataupun
saran-saran yang dapat diajukan kepada dewan komisaris apabila
ditemukan temuan atas pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal,
atau jika terjadi perbedaan kepentingan emiten, atau terkait going concern
perusahaan kedepannya, namun hal ini juga memiliki kelemahan yaitu akan
dapat memunculkan lebih banyak konflik pendapat diantara mereka,
dengan demikian banyak sedikitnya komite audit tetap memiliki kelemahan
sehingga tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Komite audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance dapat
disebabkan oleh keberadaan komite audit yang fungsinya untuk
meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan tidak dapat
berjalan dengan baik apabila tidak ada dukungan dari seluruh elemen dari
dalam perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut komite audit belum
maksimal dalam pelaksanaannya dapat disebabkan kurang didukung oleh
elemen-elemen lain yang berada di dalam perusahaan menyebabkan komite
audit belum efektif dalam melakukan pengawasan yang baik dan cenderung
netral.
100
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masalah keagenan
yang terjadi yaitu perbedaan kepentingan antara komite audit yang memliki
kepentingan untuk memastikan laporan keuangan serta kinerja perusahaan
bebas dari kecurangan yang salah satunya berupa tindakan penghindaran
pajak, mengalami benturan dengan kepentingan dewan komisaris yang
berorientasi memaksimalkan laba bagi perusahaan.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Novitasari, dkk (2016) dan Apriliyana & Suryarini (2018) yang
menyebutkan bahwa komite audit dapat mempengaruhi tax avoidance
karena komite audit yang memiliki kompetensi di bidang akuntansi
cenderung mengetahui cara melakukan praktik manajemen laba yang
berkenaan dengan tindakan penghindaran pajak sehingga dapat mencegah
kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajer atas laporan keuangan.
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance
Hasil Uji Hipotesis yang terdapat pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa tingkat signifikansi pada variabel Kepemilikan Institusional sebesar
0,070. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi > 0,05 atau 5%.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan arah positif dengan nilai
standardized coefficients beta sebesar 0,204. Berdasarkan hasil tersebut
maka H2 ditolak, yang berarti bahwa good corporate governance yang
diproksikan dengan Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap
Tax Avoidance.
Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Moeljono
(2020), Maharani & Puspitasari (2014), dan Damayanti & Susanto (2015)
bahwa Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Tax
Avoidance. Kepemilikan saham oleh institusi dapat dimanfaatkan oleh
pihak manajemen perusahaan disaat melakukan perencanaan pajak dengan
memanfaatkan saham yang dimiliki oleh institusi. Hal ini berarti
101
kepemilikan institusional tidak berperan dalam memantau, mendisiplinkan
dan mempengaruhi tindakan oportunis manajer dan pemilik institusional
lebih mementingkan untuk memaksimalkan kesejahteraannya dalam
meningkatkan laba sehingga besar atau kecilnya kepemilikan institusional
tidak mempengaruhi tax avoidance.
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang
dimiliki oleh institusi seperti pemerintah, perusahaan, asuransi, investor
luar negeri, atau bank kecuali kepemilikan individual. Pemilik institusional
ikut serta dalam pengawasan dan pengelolaan perusahaan namun pemilik
institusional mempercayakan pengawasan dan pengelolaan tersebut kepada
dewan komisaris karena itu merupakan tugas dewan komisaris yang
mewakili pemilik institusional (Damayanti & Susanto, 2015). Sedangkan
menurut Syuhada, dkk (2019) kepemilikan institusional yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance berarti bahwa besar
kecilnya kepemilikan institusional tidak membuat praktik tax avoidance
yang dilakukan oleh perusahaan dapat dihindari.
3. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance
Hasil Uji Hipotesis yang terdapat pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa tingkat signifikansi pada variabel sales growth sebesar 0,324. Hal
tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi > 0,05 atau 5%. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan arah positif dengan nilai standardized
coefficients beta sebesar 0,102. Berdasarkan hasil tersebut maka H3
ditolak, yang berarti bahwa sales growth tidak berpengaruh terhadap Tax
Avoidance.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Susilowati, dkk (2020) dan Richa & Yuniarwati (2020) yang menunjukkan
bahwa sales growth tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Menurut
Susilowati, dkk (2020) bahwa tingginya tingkat pertumbuhan penjualan
102
dalam perusahaan dapat menggambarkan baik buruknya tingkat
pertumbuhan penjualan yang dilihat dari seberapa besar profit yang
diperoleh dari perusahaan tersebut. Seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan penjualan maka perusahaan mampu untuk membayar pajak
yang ditangguhkan perusahaan dan cenderung tidak melakukan tax
avoidance.
Semakin tinggi sales growth perusahaan akan meningkatkan laba
perusahaan sehingga akan sejalan dengan tingkat beban pajak yang akan
ditanggungnya. Peningkatan sales growth akan menjadi perhatian dari
petugas pajak yang berasumsi semakin tinggi sales growth maka akan
semakin besar jumlah pajak terutang yang seharusnya dibayarkan oleh
perusahaan. Hal ini dapat menjadikan manajemen menjadi lebih waspada
dalam melakukan kebijakan perpajakannya (Apriyanto & Dwimulyani,
2019).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mariani (2020), dan Oktamawati (2017) yang menyatakan bahwa tingkat
sales growth berpengaruh terhadap tax avoidance.
4. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance
Hasil Uji Hipotesis yang terdapat pada tabel 4.8 menunjukkan
bahwa tingkat signifikansi pada variabel leverage sebesar 0,018. Hal
tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05 atau 5%. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan arah negatif dengan nilai standardized
coefficients beta sebesar -0,252. Berdasarkan hasil tersebut maka H4
diterima, yang berarti bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap Tax
Avoidance.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Purwanti & Jaya (2020) dan Apriyanto & Dwimulyani
(2019). Kenaikan beban bunga yang ikut timbul dengan tingginya rasio
103
leverage berdampak pada laba yang diperoleh akan berkurang sehingga
terjadi penurunan atas pengenaan beban pajak terutang. Beban pajak yang
rendah akan berdampak pada kecenderungan penurunan upaya
penghindaran pajak. Maka semakin tinggi leverage akan semakin rendah
penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan.
Semakin tinggi tingkat leverage maka semakin tinggi pula tingkat
ketergantungan perusahaan atas dana dari pihak ketiga. Pihak ketiga
sebagai kreditur akan mengawasi perusahaan agar dapat melunasi
kewajibannya sehingga manajemen perusahaan memiliki kecenderungan
motivasi yang rendah dalam praktik tax avoidance dikarenakan adanya
fungsi pengawasan yang dilakukan oleh kreditur.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Novitasari dkk, 2016) dan (Tebiono & Sukadana, 2019)
yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tax
avoidance.
5. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas
sebagai Variabel Moderasi
Hasil pengujian hipotesis tahap dua menggunakan moderated
regression analysis (MRA) yang disajikan pada tabel 4.11 menunjukkan
bahwa interaksi antara komite audit dengan profitabilitas memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,415. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi > 0,05. Sehingga hipotesis yang telah dirumuskan pada H5
ditolak. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Profitabilitas tidak dapat
memoderasi hubungan komite audit terhadap tax avoidance, artinya
profitabilitas tidak dapat memperkuat hubungan komite audit terhadap tax
avoidance.
Komite audit merupakan salah satu komite perusahaan yang
bertugas membantu konisaris independen dalam hal pengawasan dan
104
pengendalian internal. Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-643/BL/2012 tentang
pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, menjelaskan
bahwa komite audit diketuai oleh komisaris independen, anggotanya dapat
terdiri dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten dengan anggota
berlatar belakang akuntansi atau di bidang keuangan. Anggota komite audit
dengan keahlian akuntansi atau keuangan akan lebih memahami celah
dalam peraturan perpajakan serta bagaimana menghindari deteksi risiko
(Apriliyana & Suryarini, 2018).
Hal ini menunjukkan dengan adanya komite audit yang memiliki
keahlian di bidang akuntansi atau keuangan dalam perusahaan tidak dapat
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan
yang diambil oleh manajemen karena komite audit hanya memiliki
wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan
namun pengambilan keputusan merupakan wewenang dari dewan
komisaris.
Kegiatan tax avoidance dalam perusahaan dipengaruhi oleh faktor
good corporate governance yang dalam penelitian ini diproksikan salah
satunya dengan variabel komite audit. Keberadaan komite audit terutama
yang memiliki keahlian di bidang akuntansi atau keuangan bertujuan untuk
melakukan pengawasan atas proses penyusunan laporan keuangan
perusahaan sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecurangan seperti
tindakan penghindaran pajak.
Berdasarkan hasil hipotesis kelima dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas tidak mampu memoderasi (memperkuat/memperlemah)
hubungan antara komite audit dengan tax avoidance. Hal ini dapat terjadi
karena bertambahnya laba yang didapat oleh perusahaan tidak mampu
mempengaruhi komite audit dalam mencegah tax avoidance. Komite audit
tidak mampu meningkatkan pengawasan terhadap manajemen karena
105
kewenangan audit yang masih dibatasi oleh dewan komisaris sehingga tidak
dapat berkontribusi langsung dalam mengawasi praktik tax avoidance.
Hipotesis ini tidak berpengaruh dapat juga disebabkan karena komite audit
dilihat dari jumlah anggota yang berlatar belakang akuntansi belum secara
efektif melakukan pengawasan serta memberikan saran atau rekomendasi
kepada dewan komisaris atas kemungkinan ditemukannya penghindaran
pajak yang dilakukan oleh pihak manajer.
6. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance dengan
Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi
Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan moderated
regression analysis (MRA) yang disajikan pada tabel 4.11 menunjukkan
bahwa interaksi antara kepemilikan institusional dengan profitabilitas
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,358. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tingkat signifikansi > 0,05. Sehingga hipotesis yang telah
dirumuskan pada H6 ditolak. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Profitabilitas tidak dapat memoderasi hubungan kepemilikan institusional
terhadap tax avoidance, artinya profitabilitas tidak mampu memperkuat
atau memperlemah hubungan kepemilikan institusional terhadap tax
avoidance.
Hal ini menunjukkan dengan adanya kepemilikan saham di luar
kepemilikan internal perusahaan yang dimiliki oleh institusi seperti
pemerintah, perusahaan, asuransi, investor luar negeri, atau bank kecuali
kepemilikan individual tidak dapat memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pengawasan atas kemungkinan terjadinya tax avoidance.
Tax avoidance dalam perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya good corporate governance yang dalam penelitian ini
diproksikan salah satunya dengan variabel kepemilikan institusional. Good
corporate governance sendiri merupakan suatu mekanisme untuk
106
mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan
sesuai dengan harapan pemangku kepentingan. Corporate governance
merupakan konsep untuk peningkatan kinerja perusahaan dengan
monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen
terhadap stakeholders (Rahmah, 2017). Dalam penelitian ini diharapkan
bahwa dengan adanya variabel moderasi profitabilitas maka akan dapat
berpengaruh terhadap interaksi antara kepemilikan institusional dengan tax
avoidance, apakah pengawasan dari kepemilikan institusional terhadap
kemungkinan terjadinya praktik penghindaran pajak perusahaan akan dapat
melemah apabila dikaitkan dengan profitabilitas perusahaan.
Dalam hasil penelitian pada hipotesis kedua menyatakan bahwa
good corporate governance yang diproksikan oleh kepemilikan institusonal
tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Namun, peneliti juga ingin
mengetahui apabila dengan adanya tambahan variabel moderasi yaitu
profitabilitas akan mempengaruhi dengan memperkuat atau memperlemah
interaksi antara kepemilikan institusional dengan tax avoidance.
Berdasarkan teori stakeholder menyatakan bahwa eksistensi
perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Perusahaan akan
mempertimbangkan kepentingan pemangku kepentingan karena adanya
komitmen moral dari manajemen perusahaan terhadap para pemangku
kepentingan, komitmen moral ini akan mendorong perusahaan untuk
merumuskan strategi perusahaan (yang memerhatikan kepentingan para
pemangku kepentingan) dimana strategi perusahaan akan berpengaruh
terhadap pencapaian kinerja keuangan perusahaan (Indriawati, 2017).
Kepemilikan yang dimiliki institusional berperan sebagai pengawas
agar tindak kecurangan yang mungkin dilakukan oleh manajer perusahaan
dapat dicegah. Adanya penambahan profitabilitas dapat memunculkan
motivasi perusahaan untuk melakukan aktivitas penghindaran pajak, oleh
karena itu diperlukan kepemilikan institusional agar dapat memantau,
107
mendisiplinkan, dan mempengaruhi manajer agar dapat berfokus pada
kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk berperilaku
mementingkan diri sendiri. Namun pada pelaksanaannya pemilik
institusional mempercayakan pengawasan dan pengelolaan atas perusahaan
kepada dewan komisaris karena itu merupakan tugas dewan komisaris yang
mewakili pemilik institusional. Oleh karena itu disimpulkan profitabilitas
tidak mampu memoderasi hubungan kepemilikan institusional dengan tax
avoidance.
7. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas
sebagai Variabel Moderasi
Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan moderated
regression analysis (MRA) yang disajikan pada tabel 4.11 menunjukkan
bahwa interaksi antara sales growth dengan profitabilitas memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,911. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi > 0,05. Sehingga hipotesis yang telah dirumuskan pada H7
ditolak. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Profitabilitas tidak dapat
memoderasi hubungan sales growth terhadap tax avoidance, artinya
profitabilitas tidak mampu memperkuat atau memperlemah hubungan sales
growth terhadap tax avoidance.
Sales growth atau pertumbuhan penjualan adalah perubahan
penjualan pada laporan keuangan per tahun yang dapat mencerminkan
prospek perusahaan dan profitabilitas di masa yang akan datang.
Pengukuran pertumbuhan penjualan dapat menggambarkan baik atau
buruknya tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan (Fionasari dkk,
2020). Jika terjadi peningkatan pada pertumbuhan penjualan maka
keuntungan laba yang diperoleh perusahaan akan ikut meningkat. Kenaikan
dari profitabilitas dan sales growth yang berhubungan dapat menimbulkan
dampak pada tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat menekan
108
beban pajak yang diperolehnya menjadi sekecil mungkin. Hal ini dapat
mengarahkan perusahaan pada tindakan tax avoidance dalam rangka
meningkatkan laba perusahaan dengan melakukan penghindaran pajak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Widiyantoro & Sitorus, 2019) yang menyatakan bahwa secara empiris
moderasi profitabilitas tidak mampu memperkuat pengaruh sales growth
terhadap tax avoidance. Peningkatan atau penurunan pertumbuhan
penjualan pada sektor manufaktur tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemungkinan penghindaran pajak. Hal ini dapat dikarenakan semakin
tinggi sales growth perusahaan akan meningkatkan laba perusahaan
sehingga akan sejalan dengan tingkat beban pajak yang akan
ditanggungnya. Peningkatan sales growth akan menjadi perhatian dari
petugas pajak yang berasumsi semakin tinggi sales growth maka akan
semakin besar jumlah pajak terutang yang seharusnya dibayarkan oleh
perusahaan. Hal ini dapat menjadikan manajemen menjadi lebih waspada
dalam melakukan kebijakan perpajakannya (Apriyanto & Dwimulyani,
2019).
8. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas
sebagai Variabel Moderasi
Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan moderated
regression analysis (MRA) yang disajikan pada tabel 4.11 menunjukkan
bahwa interaksi antara leverage dengan profitabilitas memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,006. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Sehingga hipotesis yang telah dirumuskan
pada H8 diterima.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Profitabilitas mampu
memoderasi hubungan leverage terhadap tax avoidance, artinya
profitabilitas mampu memperkuat hubungan leverage terhadap tax
109
avoidance. Artinya, semakin tinggi profitabilitas maka akan semakin
memperkuat hubungan leverage terhadap tax avoidance. Pada uji individual
(uji t) regresi berganda sebelumnya diketahui bahwa arah pengaruh
leverage terhadap tax avoidance adalah negatif. Maka interpretasi atas
pengujian tersebut yaitu ketika leverage rendah tetapi profitabilitas yang
diperoleh perusahaan tinggi, maka kemungkinan penghindaran pajak dapat
meningkat.
Leverage adalah rasio besarnya kepemilikan utang perusahaan
terhadap aktiva yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Leverage merupakan sumber pendanaan perusahaan dari eksternal
perusahaan berupa utang jangka panjang yang akan menimbulkan beban
bunga jangka panjang yang dapat mengurangi beban pajak terutang
perusahaan. Rasio leverage menunjukkan pembiayaan operasi perusahaan
dari utang yang mencerminkan semakin tingginya beban bunga akibat
utang. Dikarenakan leverage yang merupakan penambahan jumlah utang
yang mengakibatkan timbulnya pos biaya tetap tambahan berupa bunga
atau interest yang harus dibayarkan oleh perusahaan maka dapat bermanfaat
sebagai pengurang beban pajak penghasilan wajib pajak badan (Gazali dkk,
2020).
Menurut hasil pengujian, profitabilitas dinilai mampu memperkuat
hubungan leverage dengan tax avoidance. Menurut penelitian (Putra &
Badjra, 2015), pengaruh yang signifikan menunjukkan bahwa leverage
merupakan faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
Perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi, akan menggunakan utang
yang relatif sedikit karena perusahaan akan cenderung menggunakan data
internalnya. Dari pemaparan tersebut jika dikaitkan dengan perilaku
penghindaran pajak yaitu profitabilitas yang tinggi dapat memperkuat
hubungan leverage terhadap tax avoidance. Sebagai penjelas seiring dengan
110
kenaikan profitabilitas dapat mempengaruhi penurunan ketergantungan
perusahaan akan pendanaan pihak ketiga (leverage). Namun seiring dengan
kenaikan profitabilitas dan menurunnya rasio leverage akan menimbulkan
beban pajak yang tinggi pada perusahaan dan mendorong perusahaan untuk
melakukan penghindaran pajak demi menekan beban pajak terutang. Atau
berlaku sebaliknya, dengan adanya penurunan profitabilitas maka
perusahaan dapat memilih pendanaan dengan rasio leverage. Menurut
(Purwanti & Jaya, 2020) kenaikan beban bunga yang ikut timbul dengan
tingginya rasio leverage berdampak pada laba yang diperoleh akan
berkurang sehingga terjadi penurunan atas pengenaan beban pajak terutang.
Beban pajak yang rendah akan berdampak pada kecenderungan penurunan
upaya penghindaran pajak. Maka semakin tinggi leverage akan semakin
rendah penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan.
111
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh good
corporate governance, sales growth, dan leverage terhadap tax avoidance
dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi pada perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2015-
2019. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode analisis linear
berganda dengan bantuan software IBM SPSS 25, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Good corporate governance yang diproksikan dengan komite audit tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pramesty, dkk (2020) dan
Puspita & Harto (2014). Namun penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Novitasari, dkk (2016) dan Apriliyana &
Suryarini (2018).
2. Good corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Moeljono
(2020), Maharani & Puspitasari (2014), dan Damayanti & Susanto (2015).
Namun penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Purwanti & Jaya (2020) dan Gazali, dkk (2020) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax avoidance.
3. Sales growth tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susilowati,
dkk (2020) dan Richa & Yuniarwati (2020). Namun hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariani (2020),
112
Purwanti & Jaya 2020, dan Oktamawati (2017) yang menyatakan bahwa
tingkat sales growth berpengaruh terhadap tax avoidance.
4. Leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purwanti &
Jaya (2020). Namun penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Tebiono & Sukadana (2019) dan Mariani (2020).
5. Profitabilitas tidak mampu memoderasi hubungan good corporate
governance yang diproksikan dengan komite audit terhadap tax avoidance.
6. Profitabilitas tidak mampu memoderasi hubungan good corporate
governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional terhadap
tax avoidance.
7. Profitabilitas tidak mampu memoderasi hubungan sales growth terhadap
tax avoidance.
8. Profitabilitas mampu memoderasi hubungan leverage terhadap tax
avoidance.
B. Keterbatasan
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak lepas dari adanya
kekurangan. Adapun keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini yang
mungkin dapat menimbulkan ketidakakuratan atau bias pada hasil penelitian,
diantaranya:
1. Penulis hanya menggunakan empat faktor yang mempengaruhi tax
avoidance, yaitu good corporate governance yang diproksikan oleh komite
audit dan kepemilikan institusional, sales growth, dan leverage. Serta
menggunakan vaiabel profitabilitas sebagai variabel moderasi.
2. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada
perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2015
sampai 2019.
113
C. Saran
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh good corporate
governance, sales growth, dan leverage terhadap tax avoidance dengan
profitabilitas sebagai variabel moderasi. Peneliti berharap bahwa penelitian
selanjutnya menghasilkan penelitian yang lebih baik dengan adanya saran pada
beberapa hal, yaitu:
1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah atau mengganti variabel
independent yang dapat mempengaruhi variabel tax avoidance seperti
koneksi politik, intensitas modal, arus kas operasi, CSR, dan lain
sebagainya.
2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan proksi yang berbeda dalam
setiap variabel sehingga dapat dibandingkan dengan proksi yang digunakan
dalam penelitian ini. Seperti penggunaan proksi frekuensi rapat komite
audit untuk variabel komite audit; Debt To Asset Ratio (DAR) untuk
variabel leverage; Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM),
Gross Profit Margin (GPM) untuk variabel profitabilitas; dan proksi Book
Tax Difference (BTD) dan cash ETR (CETR) untuk variabel tax avoidance.
3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas populasi penelitian,
seperti sektor pertambangan, keuangan, real estate, consumer goods, dan
lain sebagainya atau memperluas populasi penelitian di luar negara
Indonesia agar dapat dibandingkan dengan hasil penelitian yang
menggunakan populasi perusahaan di Indonesia.
4. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan tahun penelitian agar
hasil penelitian dapat lebih akurat dan konsisten dari variabel-variabel yang
digunakan.
114
DAFTAR PUSTAKA
Abdelfattah, T., & Aboud, A. (2020). Tax avoidance, corporate governance, and
corporate social responsibility: The case of the Egyptian capital market. Journal
of International Accounting, Auditing and Taxation, 38.
https://doi.org/10.1016/j.intaccaudtax.2020.100304
Adlu, M., & Junaidi, A. (2021). Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas,
dan Leverage Terhadap Penghindaran Pajak.
Amri, M. (2017). Pengaruh Kompensasi Manajemen terhadap Penghindaran Pajak
dengan Moderasi Diversifikasi Gender Direksi dan Preferensi Risiko Eksekutif
Perusahaan di Indonesia. Jurnal ASET, 6(1), 1-13.
Annuar, H. A., Salihu, I. A., Normala, S., & Obid, S. (2014). Corporate ownership,
governance and tax avoidance: An interactive effects. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 164, 150–160. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.11.063
Aprianto, M., & Dwimulyani, S. (2019). Pengaruh Sales Growth dan Leverage
Terhadap Tax Avoidance Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel
Moderasi. Prosiding Seminar Nasional Pakar ke-2, 2.14.1.
Ardianingsih, A., & Ardiyani, K. (2016). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan
Terhadap Kinerja Perusahaan. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
19(2). http://dx.doi.org/10.31941/jurnalpena.v19i2.368
Ariawan, I. M. A. R., & Setiawan, P. E. (2017). Pengaruh Dewan Komisaris
Independen, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap
Tax Avoidance. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(3), 1831-1859.
Armstrong, C. S., Blouin, J. L., Jagolinzer, A. D., & Larcker, D. F. (2015). Corporate
Governance, Incentives, and Tax Avoidance. Journal of Accounting and
Economics, 60(1), 1-17
Astuti, D. F., Dewi, R. R., & Fajri, R. N. (2020). Pengaruh Corporate Governance dan
Sales Growth terhadap Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2014-2018.
Ekonomis: Journal of Economics and Business, 4(1), 210-215.
Astutik, R. E. P., & Mildawati, T. (2016). Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban
Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi,
5(3), 1-17.
Aumeerun, B., Jugurnath, B., dan Soondrum, H. 2016. Tax Evasion: Empirical
Evidence from sub-Saharan Africa. Journal of Accounting and Taxation, 8(7),
70-80.
115
Damayanti, F., & Susanto, T. (2015). Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit,
Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan Dan Return On Assets Terhadap
Tax Avoidance. Esensi Jurnal Bisnis dan Manajemen, 5(2), 187-206.
Darmawan, I. G. H., & Sukartha, I. M. (2014). Pengaruh Penerapan Corporate
Governance, Leverage, Return On Assets, dan Ukuran Perusahan Pada
Penghindaran Pajak. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 9(1), 143-161.
Dewi, N. M. (2019). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris
Independen dan Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2012-2016. Media Akuntansi Universitas Muhammadiyah Semarang, 9(1), 40-
51.
Dewi, N. N. K., & Jati, I. K. (2014). Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik
Perusahaan yang Baik Pada Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana.
Diantari, P. R. & Ulupui. IGK. A. (2016). Pengaruh Komite Audit, Proporsi Komisaris
Independen dan Proporsi Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16, 702-732.
Fionasari, D., Putri, A. A., & Sanjaya, P. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penghindaran Pajak pada Perusahaan Pertambangan Di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Tahun 2016-2018. Jurnal IAKP, 1(1), 28-40.
Gazali, A., Karamoy, H., & Gamaliel, H. (2020). Pengaruh Leverage, Kepemilikan
Institusional dan Arus Kas Operasi Terhadap Penghindaran Pajak Pada
Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2019.
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “Goodwill”, 11(2), 83-96.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25 (IX).
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I., & Chariri. (2007). Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hendi & Angelina, D. (2021). Analisis Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan
Karakteristik Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan yang
Terdaftar di BEI. Conference on Management, Business, Inovation, Education
and Social Science, 1(1), 1079-1093.
Herlambang, S., & Darsono. (2015). Pengaruh Corporate Governance dan Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal of Accounting, 4(3),
1-11.
116
Indriawati, W. F. (2017). Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit,
Kepemilikan Institusional Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak
Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating
Jefri & Khoiriyah, Y. (2019). Pengaruh Good Corporate Governance Dan Return On
Assets Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Pada Bursa Efek Indonesia. Akuntabilitas Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Akuntansi, 13(2), 141-154.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behaviour,
Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4),
305-360.
Kurniasih, T., & Sari, M. M. R. (2013). Pengaruh Return On Asset, Leverage,
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal pada
Tax Avoidance. E-jurnal Akuntansi, 18(1)
Lestari, P., Harimurti, F., & Suharno. (2018). Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan
Sales Growth Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi
Informasi, 14(4), 551-559.
Maidina, L. P., & Wati, L. N. (2020). Pengaruh Koneksi Politik, Good Corporate
Governance Dan Kinerja Keuangan Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi,
9(2), 118-131.
Mariani, D. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Tax Avoidance Pada Perusahaan
Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan,
8(3), 253-262.
Marlinda, D. E., Titisari, K. H., & Masitoh, E. (2020). Pengaruh GCG, Profitabilitas,
Capital Intensity, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance. Ekonomis:
Journal of Economics and Business, 4(1), 39-47.
Moeljono. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak. Jurnal
Penelitian Ekonomi dan Bisnis, 5(1), 103-121.
Moses, D. R. S., & Nur, F. A. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Corporate
Governance terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 6(8).
Murhadi. Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi Saham. (2013). Jakarta:
Salemba Empat
Musthafa. (2017). Manajemen Keuangan. Penerbit Andi.
Muttaqin, Z., Fitriyani, A., Ridho, T. K., & Nugraha, D. P. (2019). Analisis Good
Corporate Governance, Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi. Tirtayasa Ekonomika, 14(2), 293-
309. http://dx.doi.org/10.35448/jte.v14i2.6525
117
Novitasari, A., Nurhayati, & Sukarmanto, E. (2016). Pengaruh Return On Asset,
Leverage, Ukuran Komite Audit dan Kompetensi Komite Audit Terhadap Tax
Avoidance. Prosiding Akuntansi, 2(2), 438-444.
Nugraha, N. B., & Meiranto, W. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility,
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Capital Intensity terhadap
Agresivitas Pajak. Diponegoro Journal of Accounting, 4(4), 1-14.
Nursari, M., Diamonalisa, & Sukarmanto, E. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage,
dan Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris pada
Perusahaan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Periode
Tahun 2009-2016. Prosiding Akuntansi, 3(2), 259-266.
Oktamawati, M. (2017). Pengaruh Karakteristik Eksekutif, Komite Audit, Ukuran
Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, Dan Profitabilitas Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi Bisnis, 15(1), 23-40.
Parmitasari, R. D. A., & Hasrianto. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,
Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Saham-saham
yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index (JII) Periode Tahun 2011-2015. Jurnal
Manajemen Ide dan Inspirasi, 4(2).
Permana, A. R. D., & Zulaikha. (2015). Pengaruh Corporate Governance terhadap
Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal of Accounting, 4(4), 1-11.
Prakosa, B. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga dan Corporate
Governance Terhadap Penghindaran Pajak Di Indonesia. Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi XVII.
Pramesty, K. D., Surbakti, L. P., & Miftah, M. (2020). Kualitas Audit Eksternal
Sebagai Moderasi Hubungan Antara Karakteristik Komite Audit Dan
Penghindaran Pajak. Prosiding BIEMA, 1, 1005-1016.
Puspita, S. R., & Harto, P. (2014). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal Of Accounting, 3(2), 1-13.
Purbowati, R. (2021). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance
(Penghindaran Pajak). Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Dewantara, 4(1),
61-76.
Purwanti, R., & Jaya, H. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tax Avoidance
Pada Perusahaan Property dan Real Estate. Jurnal Akuntansi Measurement
Universitas Riau Kepulauan, 14(2), 9-15.
Putra, A. A. W. Y., & Badjra, I. B. (2015). Pengaruh Leverage, Pertumbuhan Penjualan
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas. E-Jurnal Manajemen, 4(7).
118
Putra, I. G. L. N. D. C., & Merkusiwati, N. K. L. A. (2016). Pengaruh Komisaris
Independen, Leverage, Size dan Capital Intensity Ratio Pada Tax Avoidance. E-
jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 17(1).
Putri, R. D. (2018). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance (Studi
Empiris Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2016).
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas, 20(2).
Putri, V. R., & Putra, B. I. (2017). Pengaruh Leverage, Profitability, Ukuran
Perusahaan dan Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance.
Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 19(1), 1-11.
Ramadhani, D., Yanti, & Sitompul, M. A. (2021). Peran Corporate Social
Responsibility, Corporate Governance dan Profitabilitas: Indikasi Penghindaran
Pajak Pada Sektor Pertambangan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Statera, 3(1), 65-74.
Richa & Yuniarwati. (2020). Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Tata Kelola
Perusahaan, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghidaran Pajak. Jurnal
Multiparadigma Akuntansi Tarumanegara, 2, 893-901.
Robinson, J. R., Xue, Y., & Zhang, M. H. (2012). Tax Planning and Financial
Expertise in the Audit Committee. Working Paper SSRN, University of Texas at
Austin.
Rozak, T. S., Hardiyanto, A. T., & Fadillah, H. (2018). Pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas, dan Leverage Terhadap Tax Avoidance, Jurnal Online Mahasiswa
Bidang Akuntansi, 5(5).
Santoso, I. A., Haryani, H., & Febrianti, W. (2020). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tax Avoidance Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Intervening. Indonesian Journal Accounting, 1(2), 120-131.
Saputra, Refa, M. D., & Asyik, N. F. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan
Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi, 6(8).
Subagyo, P. J. (2015). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta
Susilowati, A., Dewi, R. R., & Wijayanti, A. (2020). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tax Avoidance. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
20(1), 131-136.
Swingly, C., & Sukartha, I. M. (2015). Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit,
Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Sales Growth Pada Tax Avoidance, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 10(1).
119
Syuhada, A., Yusnaini, & Meirawati, E. (2019). Pengaruh Good Corporate
Governance Dan Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance Pada Sektor
Pertambangan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi, 13
Tebiono, J. N., & Sukadana, I. B. N. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tax
Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, 21(1a-2), 121-130.
Titisari, K. H., & Mahanani, A. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tax
Avoidance, Jurnal Riset Akuntansi, 7(2), 111-122
Wailan’An, E. J. (2019). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Komite Audit, dan Kualitas Audit Terhadap Kewajiban Pajak Pada
Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-
2015. JWEM STIE Mikroskil, 9(1), 107-114.
Wati, A. D. A. (2017). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Karakteristik
Perusahaan, dan Manajemen Laba Terhadap Tax Avoidance.
Widiyantoro, C. S., & Sitorus, R. R. (2019). Pengaruh Transfer Pricing dan Sales
Growth Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Moderating. Media Akuntansi Perpajakan, 4(2), 18-32.
Wijayani, D. R. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, Corporate
Governance Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaraan Pajak Di
Indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, 13(2).
https://doi.org/10.34001/jdeb.v13i2.473
Zuesty, A. (2016). Pengaruh Kepemilikan Institutional, Risiko Perusahaan, Dan
Leverage terhadap Tindakan Tax Avoidance.
Zurianti, E., Rambe, P. A., & Ratih, A. E. (2018). Pengaruh Profitabilitas dan
Corporate Governance terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Sektor Industri
Barang dan Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013-
2016.
120
LAMPIRAN 1
DAFTAR NAMA PERUSAHAAN SAMPEL
121
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No Kode Nama Perusahaan
1 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
2 EKAD Ekadharma International Tbk
3 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk
4 TALF Tunas Alfin Tbk
5 ASII Astra International Tbk
6 AUTO Astra Otoparts Tbk
7 SMSM Selamat Sempurna Tbk
8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
9 MYOR Mayora Indah Tbk
10 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
11 SKLT Sekar Laut Tbk
12 STTP Siantar Top Tbk
13 ULTJ
Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company
Tbk
14 GGRM Gudang Garam Tbk
15 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
16 KLBF Kalbe Farma Tbk
17 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk
18 KINO Kino Indonesia Tbk
122
LAMPIRAN 2
HASIL TABULASI DATA
123
Hasil Tabulasi Data
No Kode Komite Audit
2015 2016 2017 2018 2019
1 TOTO 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
2 EKAD 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
3 IGAR 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33
4 TALF 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
5 ASII 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
6 AUTO 1.00 1.00 1.00 1.00 0.67
7 SMSM 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33
8 ICBP 0.67 0.33 0.33 0.33 0.33
9 MYOR 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67
10 ROTI 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
11 SKLT 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
12 STTP 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33
13 ULTJ 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67
14 GGRM 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67
15 DVLA 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
16 KLBF 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67
17 SIDO 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
18 KINO 0.67 0.67 0.67 1.00 1.00
124
Hasil Tabulasi Data
No Kode Kepemilikan Institusional
2015 2016 2017 2018 2019
1 TOTO 0.923613 0.923613 0.923613 0.923613 0.923613
2 EKAD 0.754464 0.754464 0.768076 0.775331 0.784722
3 IGAR 0.848188 0.848188 0.848188 0.848188 0.848188
4 TALF 0.994134 0.993840 0.994297 0.994296 0.994296
5 ASII 0.501148 0.501148 0.501148 0.501148 0.501148
6 AUTO 0.800000 0.800000 0.800000 0.800000 0.800000
7 SMSM 0.581256 0.581256 0.581256 0.581256 0.581256
8 ICBP 0.805329 0.805329 0.805329 0.805329 0.805329
9 MYOR 0.329318 0.590708 0.590708 0.590708 0.590708
10 ROTI 0.707598 0.693767 0.702826 0.740651 0.740651
11 SKLT 0.960912 0.835502 0.840569 0.840569 0.840569
12 STTP 0.567634 0.567634 0.567634 0.567634 0.567634
13 ULTJ 0.445127 0.370917 0.368596 0.362949 0.363814
14 GGRM 0.755469 0.755469 0.755469 0.755469 0.755469
15 DVLA 0.929991 0.924615 0.924615 0.924597 0.922276
16 KLBF 0.566868 0.565091 0.567765 0.569655 0.569659
17 SIDO 0.810000 0.810000 0.810000 0.810000 0.810000
18 KINO 0.798855 0.798855 0.802139 0.802279 0.802279
125
Hasil Tabulasi Data
No Kode Sales Growth
2015 2016 2017 2018 2019
1 TOTO 0.109583 -0.092008 0.051531 0.024188 -0.077264
2 EKAD 0.009427 0.069799 0.131811 0.149143 0.025313
3 IGAR -0.082037 0.170468 -0.038936 0.020199 -0.000997
4 TALF -0.146389 0.195297 0.134643 0.146989 0.247754
5 ASII -0.086787 -0.016895 0.137908 0.160868 -0.008524
6 AUTO -0.043380 0.092383 0.058015 0.133324 0.005756
7 SMSM 0.064593 0.027454 0.159760 0.177663 0.000625
8 ICBP 0.057245 0.085850 0.033091 0.078828 0.101092
9 MYOR 0.045849 0.238295 0.134426 0.155843 0.040146
10 ROTI 0.156488 0.159770 -0.012221 0.110572 0.206206
11 SKLT 0.093464 0.119101 0.096346 0.143123 0.225914
12 STTP 0.172227 0.033341 0.074665 0.000548 0.242505
13 ULTJ 0.121820 0.066468 0.041308 0.121594 0.140426
14 GGRM 0.079461 0.083970 0.092191 0.148870 0.154806
15 DVLA 0.183252 0.111215 0.085638 0.078704 0.066698
16 KLBF 0.029878 0.083118 0.041699 0.044207 0.073984
17 SIDO 0.009386 0.154728 0.004697 0.073607 0.110065
18 KINO 0.079194 -0.030750 -0.095158 0.142711 0.295477
126
Hasil Tabulasi Data
No Kode Leverage
2015 2016 2017 2018 2019
1 TOTO 0.635582 0.693998 0.668736 0.501505 0.516668
2 EKAD 0.334736 0.186659 0.202090 0.177598 0.135700
3 IGAR 0.236649 0.175829 0.160823 0.180742 0.150243
4 TALF 0.239884 0.172600 0.202406 0.217990 0.318153
5 ASII 0.939692 0.871650 0.890227 0.976973 0.884517
6 AUTO 0.413636 0.386817 0.372080 0.410703 0.374676
7 SMSM 0.683939 0.427001 0.336485 0.302717 0.272152
8 ICBP 0.620844 0.562198 0.555747 0.513495 0.451358
9 MYOR 1.183618 1.062553 1.028168 1.059305 0.923034
10 ROTI 1.277025 1.023662 0.616809 0.506328 0.513965
11 SKLT 1.789535 0.918748 1.068749 1.202871 1.079084
12 STTP 0.902805 0.999475 0.691565 0.598159 0.341505
13 ULTJ 0.265412 0.214937 0.233028 0.163544 0.168569
14 GGRM 0.670847 0.591125 0.582451 0.530953 0.544200
15 DVLA 0.413716 0.418483 0.469933 0.402045 0.401110
16 KLBF 0.252154 0.221614 0.195926 0.186446 0.213051
17 SIDO 0.076125 0.083299 0.090589 0.149870 0.154074
18 KINO 0.807487 0.682573 0.575341 0.642583 0.737330
127
Hasil Tabulasi Data
No Kode Profitabilitas
2015 2016 2017 2018 2019
1 TOTO 0.116922 0.065298 0.098686 0.119668 0.048175
2 EKAD 0.120711 0.129087 0.095630 0.086778 0.079941
3 IGAR 0.133918 0.157703 0.141078 0.078345 0.098505
4 TALF 0.077651 0.034182 0.023300 0.044664 0.038447
5 ASII 0.063614 0.069886 0.078156 0.079406 0.075637
6 AUTO 0.022505 0.033083 0.037107 0.042846 0.051011
7 SMSM 0.207786 0.222727 0.227307 0.226171 0.205562
8 ICBP 0.098887 0.091042 0.112057 0.135559 0.138469
9 MYOR 0.110223 0.107463 0.109344 0.100072 0.107123
10 ROTI 0.099965 0.095826 0.029688 0.028943 0.050516
11 SKLT 0.053210 0.036333 0.036100 0.042760 0.056829
12 STTP 0.096743 0.074549 0.092222 0.096948 0.167475
13 ULTJ 0.147769 0.167443 0.138798 0.126282 0.156749
14 GGRM 0.101611 0.105997 0.116168 0.112784 0.138348
15 DVLA 0.078395 0.099312 0.098879 0.119235 0.121196
16 KLBF 0.150236 0.154399 0.147642 0.137619 0.125223
17 SIDO 0.156458 0.160839 0.169020 0.198898 0.228361
18 KINO 0.081894 0.055141 0.033882 0.041790 0.109802
128
Hasil Tabulasi Data
No Kode Tax Avoidance
2015 2016 2017 2018 2019
1 TOTO 0.252473 0.329285 0.261412 0.232977 0.241973
2 EKAD 0.290562 0.234388 0.257703 0.270169 0.307876
3 IGAR 0.186919 0.276359 0.244225 0.276532 0.271710
4 TALF 0.225692 0.265757 0.328222 0.277478 0.273921
5 ASII 0.204636 0.177549 0.206473 0.217831 0.218271
6 AUTO 0.255757 0.255023 0.230576 0.209807 0.237842
7 SMSM 0.209708 0.237031 0.229311 0.235103 0.223062
8 ICBP 0.270969 0.272176 0.319479 0.277348 0.279273
9 MYOR 0.237892 0.247609 0.254211 0.260924 0.245913
10 ROTI 0.284763 0.242651 0.272811 0.319703 0.318584
11 SKLT 0.267022 0.179607 0.160760 0.192408 0.208482
12 STTP 0.199565 0.200091 0.251333 0.214371 0.205013
13 ULTJ 0.253434 0.238779 0.306021 0.260702 0.246840
14 GGRM 0.252736 0.252874 0.256902 0.256333 0.248971
15 DVLA 0.253003 0.290709 0.282551 0.264588 0.263788
16 KLBF 0.243739 0.239488 0.243101 0.244718 0.254221
17 SIDO 0.219351 0.236149 0.217176 0.235053 0.247846
18 KINO 0.219466 0.174190 0.221815 0.250862 0.189426
129
LAMPIRAN 3
HASIL OUTPUT SPSS
130
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Komite Audit 90 .33 1.00 .7667 .26653
Kepemilikan
Institusional 90 .33 .99 .7305 .16777
Sales Growth 90 -.15 .30 .0811 .08432
Leverage 90 .08 1.79 .5253 .33996
Profitabilitas 90 .02 .23 .1042 .05113
Tax Avoidance 90 .16 .33 .2467 .03489
Valid N (listwise) 90
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Normality
131
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normality Probability Plot
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogororv-Smirnov Test
132
Hasil Uji Multikolinearitas
Hasil Uji Autokorelasi
133
Hasil Uji Heterokedastisitas
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .346a .120 .078 .03349
a. Predictors: (Constant), Leverage, Komite Audit, Sales Growth,
Kepemilikan Institusional
134
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Hasil Uji t Moderated Regression Analysis