149
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, SALES GROWTH, DAN LEVERAGE TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah Listing di BEI Tahun 2015-2019) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Ersha Siti Dzulisa NIM: 11160820000054 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

(Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, SALES GROWTH,

DAN LEVERAGE TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN

PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI

(Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

Listing di BEI Tahun 2015-2019)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana

Ekonomi

Oleh:

Ersha Siti Dzulisa

NIM: 11160820000054

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

Page 2: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

ii

Page 3: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu, 13 Mei 2020 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa:

Nama : Ersha Siti Dzulisa

NIM : 11160820000054

Jurusan : Akuntansi

Judul Skripsi : Pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan Leverage

Terhadap Tax Avoidance Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel

Moderasi

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap

Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Mei 2020

1. Reskino, S.E., M.Si., Ak., CA., CMA., CERA (_________________)

NIP. 197409282008012004 Penguji I

2. Nur Wachidah Yulianti, SE., MS.Ak. (_________________)

NIP. - Penguji II

Page 4: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

iv

Page 5: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

v

LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI

Hari ini Kamis, 1 Juli 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiwa:

Nama: Ersha Siti Dzulisa

NIM: 11160820000054

Jurusan: Akuntansi

Judul Skripsi: Pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan Leverage

Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai Variabel

Moderasi

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut

di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 Juli 2021

1. Yessi Fitri, S.E., M.Si. Ak. (________________)

NIP. 197609242006042002 Ketua

2. Fitri Damayanti, S.E., M.Si (________________)

NIP. 198107312006042003 Pembimbing

3. Dr. Khayatun Nufus, M.Si (________________)

NIDN. 0320046901 Penguji Ahli

Page 6: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

vi

Page 7: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI

1. Nama Lengkap : Ersha Siti Dzulisa

2. Tempat, Tanggal Lahir : Bukittingi, 29 Maret 1998

3. Alamat : Kompleks Grand Bintaro Garden Residence,

Blok E/9, Jalan Merpati Raya, Sawah Baru,

Tangerang Selatan

4. Nomor Handphone : 0818-0660-4968

5. Email : [email protected]

B. PENDIDIKAN

PENDIDIKAN FORMAL

1. TK (2002-2004) : TK Bentara Indonesia

2. SD (2004-2010) : SD Pertiwi Bangdes

3. SMP (2010-2013) : SMP Negeri 107 Jakarta

4. SMA (2013-2016) : SMA Negeri 38 Jakarta

5. S1 (2016-2021) : Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

C. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Nama Ayah : dr. Erwin Hermawan, MARS.

2. Nama Ibu : dr. Erfira, SpM.

3. Anak ke : Satu dari tiga bersaudara

Page 8: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

viii

THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE, SALES

GROWTH, AND LEVERAGE TO TAX AVOIDANCE WITH PROFITABILITY

AS MODERATING VARIABLE

(Empirical Study on Manufacturing Sector Companies Listed in Indonesian Stock

Exchange Period 2015-2019)

ABSTRACT

This research aims to examine the influence of Good Corporate Governance,

Sales Growth and Leverage to Tax Avoidance with Profitability as a Moderating

Variable. This research used the sample of all manufacturing companies listed on the

Indonesian Stock Exchange in 2015-2019. This research is a quantitative study in

which the data is processed using the SPSS software version 25. The population in this

research are manufacturing companies that already go-public and published their

financial statement at idx.co.id site or have been listed on the IDX on period 2015-

2019.

The sample of this research are chosen using purposive sampling. The number

of manufacturing companies sampled in this study were 18 companies for 5 years, total

sample research is 90 financial and annual reports. This research uses multiple

regression analysis and moderated regression analysis (MRA).

The results showed that leverage has a significant effect on tax avoidance.

While good corporate governance with audit committee and institutional ownership as

proxy, and sales growth has no significant effect on tax avoidance. Profitability were

able to moderate the effects of leverage on tax avoidance. However, profitability were

not able to moderate the effects of good corporate governance with audit committee

and institutional ownership as proxy, and sales growth on tax avoidance.

Keywords: Good Corporate Governance, Sales Growth, Leverage, Tax Avoidance,

Profitability.

Page 9: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

ix

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, SALES GROWTH, DAN

LEVERAGE TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN PROFITABILITAS

SEBAGAI VARIABEL MODERASI

(Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah Listing di BEI

Tahun 2015-2019)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

sales growth dan leverage terhadap tax avoidance dengan profitabilitas sebagai

variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2019. Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dimana data diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 25.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang telah go-public dan

menerbitkan laporan keuangannya pada situs idx.co.id atau telah listing di BEI pada

periode 2015-2019.

Sampel penelitian ini dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Jumlah

perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini yaitu 18 perusahaan selama

5 tahun, total sampel penelitian adalah 90 laporan keuangan serta laporan tahunan.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan moderated regression

analysis (MRA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap

tax avoidance. Sedangkan good corporate governance yang diproksikan dengan

komite audit dan kepemilikan institusional, serta sales growth tidak berpengaruh

signifikan terhadap tax avoidance. Profitabilitas dapat memoderasi pengaruh leverage

terhadap tax avoidance. Namun profitabilitas tidak dapat memoderasi pengaruh good

corporate governance yang diproksikan dengan komite audit dan kepemilikan

institusional, serta sales growth terhadap tax avoidance.

Kata Kunci: good corporate governance, sales growth, leverage, tax avoidance,

profitabilitas.

Page 10: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur senantiasa kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, ridha dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan Leverage

Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi (Studi

Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Telah Listing di Bei Tahun

2015-2019)”. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad

Saw. sebagai teladan bagi insan di muka bumi ini.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna mencapai

gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam

menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari adanya banyak pihak yang turut serta

membantu dalam proses penyelesaian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih atas doa, bantuan, dan bimbingan baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta yaitu Ayah Erwin Hermawan dan Ibu Erfira yang

telah membesarkan dan memberikan banyak dukungan baik moril maupun

materiil, juga memberikan semangat dan perhatian dengan penuh kasih sayang,

bimbingan, nasihat, serta doa tiada henti kepada penulis.

2. Adik-adik tersayang yaitu Erania Siti Rajisa dan Erzan Muhammad Ramadhan

yang selalu menghibur serta memberi semangat dan doa kepada penulis agar

dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 11: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

xi

4. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP. selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Fitri Damayanti, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta

Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, perhatian,

membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas

semua saran yang telah Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai

terlaksananya siding skripsi.

7. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang

selalu memberikan dukungan pada penulis, memberikan segala saran yang

terbaik bagi penulis selama kuliah dan juga terima kasih atas segala ilmu serta

masukan yang diberikan agar dapat menjadi bekal bagi penulis ke depannya.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, terima kasih atas ilmu

dan pelajaran yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat

mengembangkan diri serta memperluas ilmu yang penulis miliki, dan semoga

ilmu tersebut dapat menjadi berkah kebaikan dan bekal bagi penulis di masa

depan.

9. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

10. Sahabat-sahabatku Nindya Syafira, Tiwi Anggela, Bella Yustika, Millah

Sucilia, Eriesta Meilani, Nurjanah, Mila Permatasari, yang senantiasa

mendampingi masa-masa perkuliahan serta memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Page 12: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

xii

11. Teman-teman yang sudah banyak membantu penulis baik dalam proses

pembuatan skripsi serta ujian komprehensif yaitu Damar, Putri, Roby, Noel,

Azizah, dan Dimas.

12. Teman-teman KKN 008 Rahwana yang telah memberikan banyak kenangan

dan pembelajaran serta atas kerjasamanya dalam menyelesaikan laporan buku

KKN.

13. Seluruh teman-teman Akuntansi 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terutama Akuntansi B yang senantiasa memberi banyak kenangan serta

semangat yang luar biasa selama masa perkuliahan.

14. Semua pihak terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah

banyak membantu dan memberikan masukan serta inspirasi bagi penulis.

Penulis menyadari pembuatan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan

masih adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk

penulis.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 15 Juni 2021

Ersha Siti Dzulisa

Page 13: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

xiii

DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF ............................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI ................................................................................ v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH . Error! Bookmark not defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................................ vii

ABSTRACT ............................................................................................................................. viii

ABSTRAK ............................................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. x

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah .................................................................................................... 17

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 17

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 20

A. Tinjauan Literatur ....................................................................................................... 20

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ........................................................................... 20

2. Teori Stakeholder .................................................................................................... 22

3. Tax Avoidance ......................................................................................................... 24

4. Good Corporate Governance .................................................................................. 27

5. Komite Audit .......................................................................................................... 28

6. Kepemilikan Institusional ....................................................................................... 31

7. Sales Growth ........................................................................................................... 32

8. Leverage .................................................................................................................. 33

9. Profitabilitas ............................................................................................................ 35

B. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 38

C. Pengembangan Hipotesis ............................................................................................ 48

1. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance ................................................... 48

Page 14: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

xiv

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance ................................ 50

3. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance ................................................... 51

4. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance ......................................................... 52

5. Pengaruh Komite Audit Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai

Variabel Moderasi ........................................................................................................... 54

6. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas

sebagai Variabel Moderasi .............................................................................................. 55

7. Pengaruh Sales Growth Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai

Variabel Moderasi ........................................................................................................... 57

8. Pengaruh Leverage Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai Variabel

Moderasi ......................................................................................................................... 58

D. Kerangka Pemikiran .................................................................................................... 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 62

A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................... 62

B. Populasi dan Sampel ................................................................................................... 62

C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 63

1. Penelitian Pustaka (Library Research) ................................................................... 63

2. Penelitian Lapangan (Field Research) .................................................................... 64

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian .......................................................................... 64

1. Variabel Independen ............................................................................................... 64

2. Variabel Dependen .................................................................................................. 67

3. Variabel Moderasi ................................................................................................... 67

E. Metode Analisis Data .................................................................................................. 70

1. Statistik Deskriptif .................................................................................................. 70

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................................... 70

3. Pengujian Hipotesis ................................................................................................ 72

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 77

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................................ 77

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .............................................................................. 79

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................................... 79

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................................................... 82

3. Pengujian Hipotesis ................................................................................................ 89

C. Pembahasan ................................................................................................................. 98

Page 15: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

xv

1. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance ................................................... 98

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance .............................. 100

3. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance ................................................. 101

4. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance ........................................................ 102

5. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai

Variabel Moderasi ......................................................................................................... 103

6. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas

sebagai Variabel Moderasi ............................................................................................ 105

7. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai

Variabel Moderasi ......................................................................................................... 107

8. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai Variabel

Moderasi ....................................................................................................................... 108

BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 111

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 111

B. Keterbatasan .............................................................................................................. 112

C. Saran ......................................................................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 114

Page 16: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alam,

kondisi geografis yang cukup strategis membuat negara ini menjadi salah satu

kawasan lalu lintas dunia. Kekayaan alam yang berlimpah serta letak geografis dari

Indonesia yang strategis banyak menarik minat dari para investor baik dalam negeri

maupun luar negeri untuk membangun usahanya di Indonesia. Banyaknya investor

yang berminat untuk mendirikan usahanya di Indonesia tentu berdampak positif

dan menjadi suatu keuntungan bagi Indonesia karena dapat meningkatkan

pendapatan negara terutama dari sektor pajak. Bagi setiap negara termasuk

Indonesia, pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar

sehingga dijadikan sebagai penopang pendapatan nasional. Oleh sebab itu

peningkatan dari sektor pajak memiliki peran penting dalam mendukung

pelaksanaan pembangunan nasional yang berlangsung secara berkelanjutan dan

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Menurut Direktorat Jenderal Pajak yang berdasar pada pasal 1 Undang-

Undang No. 28 Tahun 2007, menyatakan bahwa pajak merupakan kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan

yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut

Soemitro, pajak merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-

undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan

sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk

memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelengaran

Page 17: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

2

pemerintah. Sedangkan dari perspektif ekonomi, pajak merupakan beralihnya

sumber daya dari sektor privat kepada sektor publik (Indriawati, 2017).

Berdasarkan pengertian pajak dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan

pungutan yang sifatnya wajib yang dilakukan oleh pemerintah, karena menjadi

sumber penerimaan terbesar bagi negara dan akan digunakan untuk kepentingan

masyarakat, sehingga wajib pajak harus mentaati peraturan perpajakan yang

berlaku. Manfaat pajak dapat dirasakan masyarakat secara langsung maupun tidak

langsung. Fasilitas yang diberikan pemerintah dari pungutan pajak diantaranya

fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi maupun sarana dan prasarana umum

seperti perbaikan jalan raya dan lain sebagainya.

Pemerintah menggunakan pajak sebagai sumber pembiayaan negara yang

paling penting dalam APBN. Target penerimaan pajak setiap tahun diharapkan

terus meningkat. Selain itu pajak ditempatkan sebagai salah satu bentuk kontribusi

masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam rangka membantu pelaksanaan tugas

bernegara yang ditangani oleh pemerintah. Menurut data yang bersumber dari

laporan kinerja Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat dilihat terkait data target serta

realisasi penerimaan pajak negara sepanjang tahun 2015-2019. Penerimaan pajak

ini diperoleh dari berbagai sumber penerimaan, seperti dari pajak penghasilan,

pajak pertambahan nilai pajak bumi dan bangunan, dan masih banyak sumber

penerimaan pajak lainnya.

Tabel 1.1

Realisasi Penerimaan Pajak Indonesia

Tahun Target Realisasi Capaian

2015 1.294.30 1.055,61 81,55%

2016 1.355,20 1.105,73 81,59%

2017 1.283,57 1.151,03 89,67%

2018 1.424,00 1.315,51 92,38%

2019 1.577,56 1.332,06 84,44%

Sumber: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pajak (dalam miliar rupiah)

Page 18: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

3

Berdasarkan Tabel 1.1 terjadi peningkatan persentase realisasi penerimaan

pajak terhadap target pendapatan pajak setiap tahunnya dari 2015 sampai dengan

2018. Akan tetapi, jika dilihat angka realisasi penerimaan pajaknya mengalami

fluktuasi setiap tahunnya dimana pada tahun 2015 memiliki nilai realisasi terendah

dan pada tahun 2016 hingaa 2019 juga belum mencapai target yang diharapkan.

Pendapatan negara masih bergatung pada sektor penerimaan pajak, kendati

demikian realisasi penerimaan pajak masih belum sesuai dengan target dan

kebutuhan belanja negara. Belum tercapainya target penerimaan tahunan dari

sektor pajak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena kesadaran

wajib pajak akan pentingnya membayar pajak masih kurang. Penerimaan negara

dari sektor pajak perlu ditingkatkan secara maksimal agar pertumbuhan negara dan

pelaksanaan pembangunan pemerintah dapat berjalan dengan baik, dengan

demikian diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak dapat sesuai

dengan peraturan perpajakan yang berlaku (Dewi dan Jati, 2014).

Sebagai salah satu upaya meningkatkan kembali minat dan kesadaran

masyarakat akan pentingnya membayar pajak, pada tahun 2016 dibentuk program

yaitu tax amnesty yang digaungkan oleh Kementerian Keuangan di bawah naungan

Direktorat Jenderal Pajak. Program tax amnesty ini sebelumnya sudah pernah

diterapkan di Indonesia pada tahun 1964 serta tahun 1984 yang kemudian pada

2016 kebijakan terkait Tax Amnesty kembali diterapkan dengan berlandaskan pada

PER-11/PJ/2016 Tentang Pengaturan Lebih Lanjut Mengenai Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak. Kebijakan

ini dibuat bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan restrukturasi ekonomi,

mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih memiliki

keadilan, memperluas basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan

terintegrasi, serta bertujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak untuk

pembiayaan pembangunan.

Page 19: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

4

Tax Amnesty merupakan bagian dari kebijakan pemerintah di bidang

perpajakan untuk memberikan pengampunan atau penghapusan pajak yang

seharusnya terutang kepada Wajib Pajak dengan tidak mengenakan sanksi

administrasi perpajakan dan sanksi pidana perpajakan bagi Wajib Pajak, dengan

syarat atau ketentuan bahwa Wajib Pajak diwajibkan untuk membuat surat

pernyataan tentang pengungkapan harta yang dimiliki serta membayar tebusan

dalam jumlah nominal tertentu sebagai bentuk tanggung jawab yang dilakukan

Wajib Pajak dalam memberikan penerimaan pajak terhadap negara.

Secara umum Tax Amnesty ini memiliki suatu pencapaian untuk

meningkatkan perekonomian Indonesia. Karena pada dasarnya banyak warga

negara Indonesia yang merupakan Wajib Pajak terdaftar belum melaporkan seluruh

harta kekayaan yang dimilikinya, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri,

sehingga dengan kasus tersebut dapat menimbulkan status pajak yang semestinya

terutang. Dengan adanya pengampunan atau penghapusan pajak ini diharapkan

dapat membantu meningkatkan penerimaan dan pertumbuhan ekonomi negara,

serta diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam

melaksanakan kewajiban membayar pajak.

Namun dengan diberlakukannya program tax amnesty belum juga

menunjukkan pencapaian target penerimaan dari sektor pajak, karena realisasi

penerimaan masih dinyatakan dibawah target meskipun mengalami peningkatan

atas adanya program tax amnesty. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain

yang menyebabkan penerimaan pajak yang cenderung tidak sesuai target, salah

satunya yaitu tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) yang sering kali

dilakukan oleh wajib pajak badan dalam rangka meningkatkan laba perusahaan.

Pemungutan pajak tidak selalu mendapat respon baik dari wajib pajak

terutama badan usaha. Pemerintah dan wajib pajak mempunyai kepentingan yang

berbeda dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Pemerintah memiliki tujuan untuk

Page 20: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

5

terus menaikkan penerimaan negara melalui pajak guna membiayai

penyelenggaraan pemerintah, sedangkan hampir sebagian besar wajib pajak akan

berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena dengan membayar pajak

akan mengurangi pendapatan atau laba bersih perusahaan. Wajib pajak dalam hal

ini perusahaan akan berupaya memperkecil jumlah pembayaran pajak dengan cara

legal maupun ilegal sehingga target laba yang telah ditetapkan dapat tercapai. Hal

ini dimungkinkan apabila ada peluang untuk memanfaatkan celah dari kelemahan

peraturan perpajakan. Wajib pajak badan berupa perusahaan merupakan kontribusi

terbesar penerimaan pajak negara. Perusahaan akan berusaha mengelola

pembayaran pajaknya seminimum mungkin agar laba yang diperoleh maksimal

(Hendy & Sukartha, 2014).

Beberapa tahun terakhir ini kasus mengenai penghindaran pajak menjadi

isu hangat, dimana ditemukan beberapa perusahaan yang telah terungkap hingga

ke media. Hundal (2011) dalam Annuar, Salihu, Normala, & Obid (2014)

berargumentasi bahwa Tax Avoidance (penghindaran pajak) perusahaan

merupakan isu yang paling menantang dari generasi sekarang yang

memperlihatkan pengurangan pendapatan yang serius terhadap pajak ke

pemerintah. Hal tersebut diperlihatkan oleh banyaknya berita mengenai pajak

akhir-akhir ini yang membuat hampir seluruh negara gempar karena terungkapnya

banyak perusahaan besar yang melakukan penghindaran maupun pelanggaran

pajak.

Kasus-kasus yang menghindari penghindaran pajak yang pernah dilakukan

oleh perusahaan ternama seperti Apple Inc, Starbuck, Amazon, Netflix, Skype,

Facebook dan kasus-kasus lainnya (tabel 1.2) yang membuat pendapatan negara

pada sektor perpajakan berkurang.

Page 21: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

6

Tabel 1.2

Daftar kasus Tax Avoidance

No Tahun Nama Perusahaan Keterangan

1. 2019 PT Bentoel Internasional

Investama

British American Tobacco melakukan

penghindaran pajak di Indonesia

melalui PT Bentoel Internasional

Investama. Perusahaan mengalihkan

sebagian pendapatannya keluar

Indonesia melalui pinjaman intra-

perusahaan dengan perusahaan

Rothman Far East BV di Belanda.

Pembayaran bunga atas pinjaman yang

dilakukan dapat dikurangkan dari

penghasilan kena pajak perusahaan di

Indonesia.

2. 2019 Nike, Inc Dua anak perusahaan Amerika Serikat

yang berbasis di Belanda, yaitu Nike

European Operations Netherlands BV

dan Converse Netherland BV diklaim

memanfaatkan skema imbalan

pembayaran royalti yang bisa dikurangi

dari dua anak perusahaan lain yang

tidak dipajaki di Belanda.

3. 2019 PT Adaro Energy Tbk Adaro disebut melakukan transfer

pricing melalui anak usahanya di

Singapura. Adaro diduga telah

mengatur sehingga bisa membayar

pajak US$ 125 juta atau setara dengan

Rp 1,75 triliun. Adaro dikabarkan

meningkatkan pengakuan nilai total

komisi penjualan di Singapura dengan

rata-rata pajak tahunan 10%. Berbeda

dengan di Indonesia yang akan

dikenakan pajak hingga mencapai 50%.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 22: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

7

4. 2015 Google Asia Pasific Pte

Ltd

Alphabet Inc sebagai induk perusahaan

Google ditaksir melakukan penunggakan

pajak dalam operasionalnya di Indonesia

per tahun 2015 hingga mencapai Rp 5,2

triliun. Sementara Google Indonesia

resmi berbentuk PT sejak tahun 2011.

Aktivitas bisnis Google memang tampak

transparan, dilakukan secara elektronik

dan memerlukan skema khusus dalam

perhitungan rugi-laba. Google

berargumen bahwa kantornya yang

berada di Indonesia bukan merupakan

kantor tetap sehingga tidak dapat

dianggap sebagai wajib pajak karena

bukan badan usaha tetap. Selain itu

Google diketahui mentransfer dana ke

negara lain dengan tarif pajak yang lebih

rendah.

5. 2014 PT Coca Cola Indonesia Salah satu perusahaan dalam kelompok

Coca-Cola Company yakni PT Coca

Cola Indonesia (CCI) diduga mengakali

pajak sehingga menimbulkan

kekurangan pembayaran pajak senilai Rp

49,24 miliar. Kasus yang melibatkan PT

Coca Cola Indonesia ini terjadi untuk

tahun pajak 2002, 2003, 2004, dan 2006.

Hasil penelusuran Direktorat Jenderal

Pajak (DJP), kementerian keuangan

menemukan adanya pembengkakan

biaya yang besar pada tahun tersebut.

Beban biaya itu antara lain untuk iklan

dari rentang waktu 2002-2006 dengan

total sebesar Rp 566,84 miliar. Beban

biaya yang besar menyebabkan

penghasilkan kena pajak berkurang,

sehingga setoran pajaknya pun mengecil.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 23: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

8

6. 2016 PT Garuda Metalindo PT Garuda Metalindo memanfaatkan

modal yang diperoleh dari pinjaman atau

hutang untuk menghindari pembayaran

pajak yang harus ditanggung perusahaan.

Dalam hal ini, PT Garuda Metalindo

melakukan kegiatan tax avoidance dengan

cara memanfaatkan modal yang diperoleh

dari pinjaman atau hutang, dimana neraca

perusahaan mengalami peningkatan jumlah

utang dengan nilai utang bank jangka

pendek yang nilainya mencapai Rp 200

miliar hingga Juni 2016, hal ini mengalami

peningkatan dibandingkan akhir Desember

2015 yaitu senilai Rp 48 miliar.

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

Selain diluar negeri ternyata kasus Tax Avoidance ini sampai ke Indonesia.

Tidak hanya gempar di luar negeri, namun Indonesia juga mengalami berbagai

kasus tindak penghindaran pajak. Artikel yang diakses pada Juni 2019 dari website

merdeka.com mengungkapkan salah satu kasus yang terungkap yaitu Asian Agri.

Direktur PT Asian Agri melakukan kecurangan terhadap laporan perpajakannya

hingga merugikan negara begitu besar. Diberitakan oleh Antikorupsi.org dan

Pajak.go.id bahwa Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan menetapkan

lima anggota direksi Asian Agri Group sebagai tersangka penggelapan pajak.

Tertangkapnya direksi Asian Agri karena telah melakukan kecurangan dalam

pelaporan SPT PT. Asian Agri. Menyembunyikan uang Rp 2,621 triliun dari

petugas pajak sehingga tidak perlu membayar 30% atau Rp 786,3 miliar untuk

pajaknya. Hal yang dilakukan direksi PT. Asian Agri merupakan tax evasion

(penggelapan pajak) karena melakukan penggelembungan biaya, merubah hasil

penjualan dan merubah transaksi ekspor menjadi rugi.

Berdasarkan penelitian oleh Uppal (2005) mengemukakan bahwa di

negara-negara berkembang banyak terjadi kasus Tax Avoidance (Prakosa, 2014).

Caranya dengan tidak melaporkan atau melaporkan namun tidak sesuai dengan

Page 24: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

9

keadaan sebenarnya atas pendapatan yang bisa dikenai pajak. Tax Avoidance ini

telah membuat pendapatan pajak negara menjadi sempit dan mengakibatkan

kehilangan potensi pendapatan pajak yang begitu besarnya. Serta masih banyak

kasus yang belum terungkan mengenai penggunaan grey area yang banyak

dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk melakukan tindakan

penghindaran pajak.

Banyaknya kasus penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan di

Indonesia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sistem pemungutan pajak

yang berlaku. Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan Self Assesment

System, yaitu sistem dimana pemerintah memberikan kepercayaan kepada wajib

pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang sesuai dengan

peraturan perpajakan yang berlaku. Wajib pajak melakukan kewajiban

perpajakannya seperti menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri berapa pajak

yang harus dibayar. Hal ini membuka peluang bagi sebagian perusahaan untuk

melakukan penghindaran pajak. Oleh karena itu perlu adanya tata kelola

perusahaan yang baik sebagai bentuk pengawasan terhadap tindakan manajemen

perusahaan. Corporate governance dibentuk untuk mengawasi tax planning

maupun tax management agar berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku.

Corporate governance memastikan bahwa tata kelola yang dilakukan perusahaan

khusunya di penelitian ini dalam sisi perpajakan agar tetap berada dalam ruang

lingkup efektifitas pajak yang bersifat legal dan bukan termasuk dalam

penghindaran pajak yang bersifat illegal dan dapat merugikan negara (Purbowati,

2021).

Dikarenakan tingginya kesempatan bagi perusahaan untuk memanfaatkan

praktik penghindaran pajak, maka tata kelola perusahaan yang baik sangat

diperlukan bagi badan usaha. Corporate Governance merupakah sebuah sistem

pengawasan dan pengarahan yang dijalankan untuk pengelolaan perusahaan

menjadi yang lebih baik untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua

Page 25: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

10

stakeholders. Corporate Governance juga mencakup bagaimana aturan dan

kebijakan yang berlaku dapat dijalankan dengan baik oleh perusahaan dalam

rangka mengambil keputusan sehingga kinerja perusahaan dapat dipantau,

dikerjakan, serta dipertanggungjawabkan (Putri, 2020).

Struktur good corporate governance juga mempengaruhi cara sebuah

perusahaan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Diterapkannya good

corporate governance dapat meminimalisir kemungkinan adanya praktik tax

avoidance. Corporate governance merupakan faktor yang menentukan penilaian

yang dimaksud dalam penghematan pajak, artinya perusahaan yang menerapkan

mekanisme tersebut secara terstruktur dengan baik akan diikuti tingkat kepatuhan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya (Maidina & Wati, 2020).

Good corporate governance akan diukur menggunakan metode analisis

faktor dari komponen-komponen yang termasuk dalam Corporate Governance

antara lain komite audit dan kepemilikan institusional. Komponen yang dapat

digunakan untuk mengukur suatu tata kelola perusahaan sangat bervariasi baik

komponen tersebut sudah diatur dalam peraturan pemerintahan atau otoritas jasa

keuangan maupun peraturan dari masing-masing entitas. Peneliti tertarik

menggunakan proksi komite audit serta kepemilikan institusional sebagai pengukur

dari variabel Good corporate governance karena dua proksi tersebut dinilai dapat

mewakili variabel Good corporate governance sebagai sistem pengawasan serta

untuk memastikan kegiatan operasional perusahaan berjalan sesuai peraturan yang

berlaku dan tidak menyimpang. Komite audit diasumsikan dapat mewakili

pengawasan audit laporan keuangan atas tindakan tax avoidance yang mungkin

dilakukan oleh manajemen perusahaan serta kepemilikan institusional mewakili

pengawasan dari stakeholder dalam memonitor kegiatan perusahaan serta

menggunakan kekuasannya untuk menekan perilaku oportunistik yang dapat

dilakukan oleh pihak manajemen.

Page 26: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

11

Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan bahwa komite audit

merupakan komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibantu

oleh dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan atas proses pelaporan

keuangan, manajemen resiko, pelaksanaan audit, dan implementasi dari corporate

governance di perusahaan (Zurianti dkk, 2018). Sedangkan menurut Arens (2006)

komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang

bertanggungjawab membantu auditor agar tetap independen dari manajemen.

Fungsi pengawasan komite audit dapat efektif bukan bergantung dari banyaknya

jumlah anggota audit, tetapi perlu berdasarkan pada ketepatan jumlah anggota yang

dibutuhkan dan mampu menggunakan pengalaman, pengetahuan serta keahlian

mereka untuk kepentingan stakeholder (Novitasari dkk, 2020).

Selain komite audit, komponen good corporate governance yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu kepemilikan institusional. Kepemilikan

institusional sebagai salah satu komponen penting dalam good corporate

governance merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusional atau lembaga

seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi

lain (Marlinda dkk, 2020). Dikarenakan adanya tanggung jawab dari perusahaan

terhadap pemegang saham, maka pemilik institusional memiliki insentif untuk

memastikan bahwa manajemen perusahaan sudah membentuk keputusan yang

akan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Kepemilikan institusional

yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar dari pihak

institusional sehingga dapat menghalangi perilaku oportunistik dari para manajer

perusahaan (Putri, 2018).

Faktor lain yang dianggap dapat mempengaruhi tax avoidance yaitu sales

growth. Sales growth atau pertumbuhan penjualan memiliki peranan yang penting

dalam manajemen modal kerja karena dapat menggambarkan baik atau buruknya

tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan dan perusahaan dapat

memprediksi seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dengan besarnya

Page 27: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

12

pertumbuhan penjualan. Apabila sales growth mengalami peningkatan, perusahaan

akan cenderung mendapatkan keuntungan yang besar serta berdampak pada beban

pajak yang ikut meningkat (Mariani, 2020).

Peningkatan sales growth akan menjadi perhatian dari petugas pajak yang

berasumsi semakin tinggi sales growth maka akan semakin besar jumlah pajak

terutang yang seharusnya dibayarkan oleh perusahaan. Hal ini dapat menjadikan

manajemen menjadi lebih waspada dalam melakukan kebijakan perpajakannya

(Apriyanto & Dwimulyani, 2019).

Selain faktor-faktor seperti good corporate governance dan sales growth

yang mempengaruhi praktik penghindaran pajak, terdapat juga kinerja keuangan

yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tax avoidance.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi

keuangan perusahaan yang dapat dianalisis dengan alat atau rasio keuangan

sehingga dapat diketahui mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan. Salah satu

cara untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan yaitu dengan melihat laporan

keuangan yang di dalamnya tergambar aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena

itu laporan keuangan perusahaan merupakan hasil dari sebuah proses akuntansi

yang dapat digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan (Maidina & Wati,

2020). Pada penelitian ini kinerja keuangan akan diukur menggunakan metode

analisis rasio leverage.

Menurut teori agensi, jajaran manajer dalam perusahaan yang berperan

sebagai agen memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan dengan

kepentingan untuk memaksimalkan laba perusahaan dengan kebijakan yang

dikeluarkan, termasuk kebijakan leverage. Kebijakan yang diambil oleh

perusahaan akan memberikan efek yang signifikan terhadap aktifitas penghindaran

pajak yang mungkin terjadi, seperti dalam menentukan pembiayaan perusahaan

dalam bentuk utang atau leverage.

Page 28: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

13

Leverage adalah rasio besarnya kepemilikan utang perusahaan terhadap

aktiva yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Leverage merupakan

sumber pendanaan perusahaan dari eksternal perusahaan berupa utang jangka

panjang yang akan menimbulkan beban bunga jangka panjang yang dapat

mengurangi beban pajak terutang perusahaan. Rasio leverage menunjukkan

pembiayaan operasi perusahaan dari utang yang mencerminkan semakin tingginya

beban bunga akibat utang. Dikarenakan leverage yang merupakan penambahan

jumlah utang yang mengakibatkan timbulnya pos biaya tetap tambahan berupa

bunga atau interest yang harus dibayarkan oleh perusahaan maka dapat bermanfaat

sebagai pengurang beban pajak penghasilan wajib pajak badan (Gazali dkk, 2020).

Perusahaan dapat memilih pendanaan dengan utang karena adanya biaya bunga

sebagai pengurang pajak sehingga beban pajak perusahaan menjadi lebih kecil,

maka semakin tinggi rasio leverage suatu perusahaan berpengaruh semakin tinggi

pula usaha perusahaan melakukan penghindaran pajak (Musthafa, 2017).

Faktor lain yang dianggap dapat mempengaruhi tindakan tax avoidance

oleh perusahaan yaitu profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola asetnya untuk

mendapatkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal

saham tertentu. Investor akan lebih tertarik pada perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi karena hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang

baik dan memiliki prospek di masa mendatang. Rasio profitabilitas

menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba secara

keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba setelah pajak dengan total

asset. Tingkat profitabilitas lebih sering diukur dengan menggunakan rasio

keuangan return on asset. Semakin besar return on asset suatu perusahaan, maka

semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan

semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari penggunaan asset. Semakin kecil

Page 29: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

14

rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen perusahaan dalam

hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya.

Kenaikan pada profitabilitas dapat menyebabkan perusahaan melakukan

manajemen pajak dalam mengurangi pembayaran pajak karena perusahaan yang

memiliki laba tinggi akan menarik perhatian pemerintah serta masyarakat sebagai

regulator yang berdampak pada pengenaan pajak menjadi lebih tinggi (Nursari dkk,

2017).

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Oktamawati

(2017). Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini

melakukan penambahan variabel independen yaitu kepemilikan institusional

sebagai proksi dari good corporate governance, penambahan variabel moderasi

yaitu profitabilitas, serta sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini

dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) sedangkan penelitian acuan menggunakan sampel seluruh perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya ditunjukkan dengan penggunaan proksi yang berbeda dalam

penghitungan komite audit dan tax avoidance. Penelitian sebelumnya

menggunakan proksi jumlah anggota komite audit pada perusahaan untuk

menghitung komite audit sedangkan dalam penelitian ini digunakan proksi jumlah

anggota audit dengan latar belakang keuangan atau akuntansi dibandingkan dengan

jumlah anggota komite audit dalam perusahaan. Untuk mengukur tax avoidance

penelitian sebelumnya menggunakan proksi Cash Effective Tax Rate (CETR)

sedangkan dalam penelitian ini digunakan proksi Effective Tax Rate (ETR) untuk

menghitung tax avoidance pada perusahaan.

Good corporate governance dengan proksi komite audit dipilih sebagai

salah satu variabel independen karena adanya perbedaan hasil antara beberapa

peneliti sebelumnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Novitasari dkk,

2016) dan (Apriliyana & Suryarini, 2018) menemukan bahwa komite audit

Page 30: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

15

berpengaruh terhadap tax avoidance. Namun hasil yang berbeda ditunjukkan pada

penelitian yang dilakukan (Pramesty dkk, 2020) yang menunjukkan bahwa komite

audit dengan keahlian akuntansi atau keuangan dalam suatu perusahaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance.

Dipilihnya kepemilikan institusional sebagai proksi dari good corporate

governance adalah karena perbedaan hasil penelitian yang dilakukan dari peneliti

sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti & Jaya, 2020) dan

(Gazali dkk, 2020) diperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

terhadap tax avoidance. Namun hasil yang berbeda diperoleh pada penelitian yang

dilakukan oleh (Moeljono, 2020), (Maharani & Puspitasari, 2014), dan (Damayanti

& Susanto, 2015) yang menyatakn bahwa Kepemilikan Institusional tidak

berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

Seiring dengan pemaparan sebelumnya, dipilihnya sales growth adalah

karena terdapat perbedaan hasil antara beberapa peneliti sebelumnya. Pada

penelitian yang dilakukan oleh (Mariani, 2020), (Purwanti & Jaya, 2020), dan

(Oktamawati, 2017) menyatakan bahwa tingkat sales growth berpengaruh terhadap

tax avoidance. Sedangkan hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian oleh

(Susilowati dkk, 2020) dan (Richa & Yuniarwati, 2020) yang menunjukkan bahwa

sales growth tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Leverage dipilih sebagai salah satu variabel independen adalah karena

terdapat perbedaan hasil penelitian dari beberapa peneliti sebelumnya. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh (Fionasari dkk, 2020) dan (Purwanti & Jaya, 2020)

menemukan bahwa Leverage berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Namun hasil

yang berbeda ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh (Tebiono &

Sukadana, 2019) dan (Mariani, 2020) yang menunjukkan bahwa Leverage tidak

berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance.

Page 31: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

16

Peneliti memilih perusahaan manufaktur untuk dipilih menjadi objek dalam

penelitian ini karena perusahaan manufaktur merupakan bagian dari sektor yang

berkontribusi besar terhadap penerimaan pajak negara. Perusahaan manufaktur

memiliki kegiatan usaha yang lengkap karena mencakup mulai dari pembelian

bahan baku, pengolahan bahan baku menjadi barang jadi, hingga proses pemasaran

produk dan aktivitas usaha lain yang sebagian besar menyangkut aspek perpajakan

(Putra & Jati, 2018). Selain itu alas an dipilihnnya objek penelitian perusahaan

manufaktur karena memiliki jumlah perusahaan terbanyak disbanding perusahaan

pada sektor lain, serta permasalahan perusahaan yang lebih kompleks sehingga

diharapkan dapat mampu menggambarkan keadaan perusahaan di Indonesia.

Berdasarkan kesimpulan dari penjelasan di atas, peneliti termotivasi untuk

melakukan penelitian ini karena adanya ketidak-konsistenan hasil pada penelitian-

penelitian terdahulu serta masih maraknya praktik tax avoidance yang dilakukan

oleh perusahaan sebagai wajib pajak. Peneliti menambahkan profitabilitas sebagai

variabel pemoderasi hubungan antara good corporate governance, sales growth,

dan leverage dengan tax avoidance, yang nantinya variabel moderasi ini dapat

memperkuat atau memperlemah hubungan antara good corporate governance,

sales growth, dan leverage dengan tax avoidance. Peneliti berharap dengan adanya

penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan agar dapat menjalankan aktivitas

perusahaan secara professional serta mematuhi regulasi hukum yang berlaku

sehingga dapat terhindar dari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan perusahaan

melakukan tindakan tax avoidance.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka judul yang diambil dalam

penelitian ini adalah “Pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan

Leverage terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai Variabel

Moderasi”.

Page 32: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

17

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang

hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah good corporate governance yang diproksikan dengan komite audit

berpengaruh terhadap tax avoidance?

2. Apakah good corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan

institusional berpengaruh terhadap tax avoidance?

3. Apakah sales growth berpengaruh terhadap tax avoidance?

4. Apakah leverage berpengaruh terhadap tax avoidance?

5. Apakah profitabilitas dapat memoderasi pengaruh good corporate

governance yang diproksikan dengan komite audit terhadap tax avoidance?

6. Apakah profitabilitas dapat memoderasi pengaruh good corporate

governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional terhadap

tax avoidance?

7. Apakah profitabilitas dapat memoderasi pengaruh sales growth terhadap

tax avoidance?

8. Apakah profitabilitas dapat memoderasi pengaruh leverage terhadap tax

avoidance?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh good corporate

governance yang diproksikan dengan komite audit terhadap tax avoidance.

2. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh good corporate

governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional terhadap

tax avoidance.

Page 33: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

18

3. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh sales growth terhadap

tax avoidance.

4. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh leverage terhadap tax

avoidance.

5. Untuk menemukan bukti empiris mengenai profitabilitas mampu

memoderasi pengaruh good corporate governance yang diproksikan

dengan komite audit terhadap tax avoidance.

6. Untuk menemukan bukti empiris mengenai profitabilitas mampu

memoderasi pengaruh good corporate governance yang diproksikan

dengan kepemilikan institusional terhadap tax avoidance.

7. Untuk menemukan bukti empiris mengenai profitabilitas mampu

memoderasi pengaruh sales growth terhadap tax avoidance.

8. Untuk menemukan bukti empiris mengenai profitabilitas mampu

memoderasi pengaruh leverage terhadap tax avoidance.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini memiliki manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

mengenai pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan

Leverage terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai

moderasi.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ilmu di bidang akuntansi dan menjadi referensi bagi

penelitian selanjutnya yang terkait dengan pengaruh Good Corporate

Governance, Sales Growth, dan Leverage terhadap Tax Avoidance

dengan Profitabilitas sebagai moderasi.

Page 34: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

19

c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

penulis terutama berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan yaitu

pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan Leverage

terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai moderasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Manajemen Perusahaan

Penelitian ini dapat menjadi referensi bahwa betapa pentingnya

pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak,

sehingga manajemen perusahaan dapat mengambil kebijakan yang tepat

dan tidak melanggar hukum dalam menentukan besarnya pajak yang

harus dibayarkan perusahaan kepada negara.

b. Bagi Investor

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

penghindaran pajak, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.

Page 35: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan teori yang diperkenalkan melalui

penelitian yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976). Teori

keagenan (agency theory) merupakan konsep yang menjelaskan hubungan

kontraktual antara prisipal dan agen, yaitu antara satu orang atau lebih

pemegang saham (principal) dengan manajemen (agent), yang muncul

ketika principal memberikan sebagian wewenangnya kepada orang lain

(agent) dalam menjalankan perusahaan dan mengambil keputusan

(Parmitasari & Hasrianto, 2017).Teori ini muncul akibat adanya masalah

keagenan yang disebabkan karena adanya ketimpangan informasi antara

principal dan agen atau biasa disebut dengan asimetri informasi (Jefri &

Khoiriyah, 2019).

Menurut Sholekah dan Venusita (2014) teori keagenan menganalisa

kepentingan dan perilaku dari pihak yang bertindak sebagai pembuat

keputusan bagi pihak lain yang bertindak sebagai pemberi wewenang

(prinsipal) kepada pihak pertama (agen) dengan maksud agar pihak pertama

bertindak dan membuat keputusan sesuai dengan kepentingannya selaku

pemberi wewenang. Terdapat pula asimetri informasi antara agen dan

prinsipal, dimana manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek

perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan

stakeholder lainnya (Kurniasih & Sari, 2013).

Asimetri informasi adalah ketidakseimbangan informasi yang

dimiliki oleh agen dan prinsipal (Herlambang & Darsono, 2015). Dimana

manajemen perusahaan terkadang menyembunyikan informasi yang

Page 36: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

21

sebenarnya dari para pemegang saham untuk melindungi kepentingannya

sendiri sehingga mengganggu kepentingan pemegang saham yang

seharusnya mendapatkan informasi yang sebenarnya (Permana dan

Zulaikha, 2015). Konflik yang terjadi antara pemegang saham dan

manajemen karena adanya asimetri informasi dapat menimbulkan biaya

yang disebut agency cost.

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa agency cost dibagi

menjadi tiga yaitu monitoring cost, bonding cost dan residual loss.

Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal

untuk mengawasi segala perilaku agen, yaitu dengan mengukur,

mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Bonding cost merupakan biaya

yang ditangung oleh prinsipal agar agen mematuhi peraturan dan bertindak

sesuai dengan kepentingan prinsipal. Sedangkan residual loss merupakan

biaya yang muncul akibat adanya perbedaan keputusan antara agen dan

prinsipal yang mengakibatkan berkurangnya kemakmuran principal.

Adanya agency cost menjadikan biaya operasional yang ditanggung

perusahaan semakin tinggi, sehingga manajemen dituntut bertindak lebih

efektif dan efisien dalam meningkatkan profit perusahaannya (Amri, 2017).

Perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal juga dapat mempengaruhi

kebijkan perusahaan mengenai pajak perusahaan. Sistem perpajakan di

Indonesia yang menggunakan self assessment system memberikan

wewenang kepada perusahaan untuk menghitung dan melaporkan pajaknya

sendiri. Penggunaan sistem ini dapat memberikan kesempatan bagi agen

untuk memanipulasi pendapatan kena pajak perusahaannya menjadi lebih

rendah, sehingga beban pajak yang ditanggung perusahaan menjadi rendah

(Nugraha & Meiranto, 2015).

Di sisi lain selain berkaitan dengan internal perusahaan, masalah

keagenan dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antara

pemerintah dan perusahaan. Pemerintah yang bertindak sebagai principal

Page 37: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

22

memerintahkan kepada perusahaan sebagai agen, untuk membayar pajak

sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku serta tidak

melakukan tindakan penghindaran pajak. Namun berbeda dengan

kepentingan pemerintah sebagai principal yang berorientasi untuk

mengumpulkan penerimaan pajak yang nantinya digunakan untuk

kesejahteraan masyarakat, perusahaan sebagai agen lebih mengutamakan

kepentingannya dalam mengoptimalkan laba perusahaan sehingga

meminimalisir beban, termasuk beban pajak yang salah satu caranya

dengan melakukan penghindaran pajak (Gazali dkk., 2020).

2. Teori Stakeholder

Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan memiliki

tanggung jawab sosial yang mengharuskan mereka untuk

mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terkena dampak

tindakan mereka. Teori ini menekankan untuk mempertimbangkan

kepentingan, kebutuhan dan pengaruh dari pihak-pihak yang terkait dengan

kebijakan dan kegiatan operasi perusahaan, terutama dalam pengambilan

keputusan perusahaan (Hanik & Nur, 2016). Perusahaan perlu menjaga

legitimasi stakeholder serta mendudukkannya dalam kerangka kebijakan

dan pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan

perusahaan, yaitu usaha dan jaminan going concern (Santoso dkk., 2020).

Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan dan

mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan

perusahaan. Oleh karena itu, kekuasaan stakeholder ditentukan oleh besar

kecilnya wewenang yang mereka miliki atas sumber tersebut. Wewenang

tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber

ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang

berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan

untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan

Page 38: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

23

perusahaan. Gray (1997) menyatakan teori stakeholder pada dasarnya

merupakan pendekatan berbasis tekanan pasar (market forces approach)

dimana penyediaan atau penarikan atas sumber ekonomi akan menentukan

tipe pengungkapan sosial dan lingkungan pada titik waktu tertentu. Teori

ini juga mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para

stakeholder. Oleh karena itu, perusahaan akan mempertimbangkan

kepentingan pemangku kepentingan karena adanya komitmen moral dari

manajemen perusahaan terhadap para pemangku kepentingan, komitmen

moral ini akan mendorong perusahaan untuk merumuskan strategi

perusahaan (yang memerhatikan kepentingan para pemangku kepentingan)

dimana strategi perusahaan akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja

keuangan perusahaan (Indriawati, 2017).

Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah salah satu contoh

strategi yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan untuk

melakukan penghematan atas beban perusahaan yang pada akhirnya dapat

meningkatkan laba bersih perusahaan (Amri, 2017). Meningkatnya laba

perusahaan akan membantu manajemen dalam memenuhi kepentingan para

stakeholder. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penghindaran

pajak berdasarkan teori stakeholder adalah kepemilikan institusional,

dimana kepemilikan ini dimiliki oleh para pemegang saham selain pemilik

perusahaan, seperti pemerintah, bank maupun investor luar negeri. Adanya

tekanan dari pihak institusional dapat membuat manajemen untuk

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yaitu dengan melakukan

penghindaran untuk meminimalkan beban pajak perusahaan.

Selain itu pemerintah sebagai regulator, dinilai merupakan salah

satu stakeholder perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus

memperhatikan kepentingan pemerintah sebagai bagian dari stakeholder.

Salah satunya adalah dengan cara mengikuti semua peraturan yang dibuat

oleh pemerintah, ketaatan membayar pajak, dan tidak melakukan

Page 39: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

24

penghindaran pajak. Penghindaran pajak merupakan hal yang tidak

bertanggung jawab secara sosial. Hal ini tidak sesuai dengan teori

stakeholder yang menyebutkan bahwa perusahaan selalu mengusahakan

dukungan dari stakeholdernya (Oktaviana, 2014). Munculnya teori

stakeholder semakin menguatkan konsep bahwa perusahaan bertanggung

jawab tidak hanya kepada pemegang saham melainkan juga terhadap para

pemangku kepentingan atau stakeholder (Maulida & Adam, 2012).

3. Tax Avoidance

Tax avoidance (penghindaran pajak) merupakan bentuk strategi

meminimalkan beban pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi

wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan.

Metode dan teknik dalam penghindaran pajak cenderung memanfaaatkan

kelemahan atau celah-celah yang terdapat dalam undang-undang dan

ketentuan perpajakan dalam rangka memperkecil pengenaan beban pajak

terutang (Titisari & Mahanani, 2017).

Wajib pajak melakukan penghindaran pajak dengan mentaati aturan

yang berlaku, yang sifatnya legal dan diperbolehkan oleh peraturan

perundang-undangan perpajakan (Putri, 2017). Dalam hal penghindaraan

pajak, pemerintah tidak dapat menuntut secara hukum suatu perusahaan

karena telah melakukan tidakan penghindaran pajak, karena tidak ada

peraturan perpajakan yang dilanggar. Aktifitas pengindaran pajak itu

sendiri merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan tidak optimalnya

penerimaan pajak yang diperoleh negara, sehingga suatu negara akan

berusaha untuk menekan serendah mungkin tingkat terjadinya aktifitas

penghindaran pajak agar target penerimaan pajak dapat optimal dan sesuai

dengan yang ditargetkan oleh pemerintah.

Pada berbagai negara termasuk diantaranya Indonesia, pajak

merupakan salah satu sumber terbesar yang menjadi penerimaan negara.

Page 40: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

25

Akan tetapi, tidak semua wajib pajak mau melaksanakan kewajiban

perpajakannya sesuai dengan yang seharusnya. Aumeerun, (2016)

menyebutkan bahwa ketidakpatuhan pajak adalah sebuah tindakan yang

tidak mematuhi hukum dan peraturan perpajakan sebuah negara dengan

tidak membayar pajak atau tidak melaporkan jumlah pendapatan yang

sesungguhnya, yang mana dapat mencakup menghindari pajak dalam cara

yang legal dengan penghindaran pajak serta cara yang illegal yaitu dengan

melakukan tindakan penggelapan pajak.

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dari manajemen pajak

yang digunakan untuk mengestimasi jumlah pajak yang akan dibayar dan

hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari pajak dengan cara

mengumpulkan dan meneliti peraturan perpajakan, dengan tjuan untuk

menyeleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan (Astutik

& Mildawati, 2016). Perusahaan dapat melakukan manajemen pajak yang

tujuannya untuk menekan serendah mungkin kewajiban pajaknya.

Manajemen pajak harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar tidak

menjurus kepada pelanggaran peraturan perpajakan. Perusahaan juga dapat

melakukan tindakan penghindaran perpajakan yaitu dengan memanfaatkan

celah-celah yang ada dalam peraturan perpajakan untuk menekan beban

pajaknya (Putra & Merkusiwati, 2016).

Annuar (2014) menyatakan bahwa manfaat yang paling terlihat dari

tindakan tax avoidance adalah penghematan atas kas dari pajak yang

dihindarkan. Penghematan kas mengarah pada peningkatan arus kas

perusahaan dimana perusahaan dapat melakukan investasi menggunakan

kas tersebut, sehingga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan dan

kekayaan pemegang saham dengan bertambahnya deviden. Selain bagi

pemegang saham manfaat ini dapat dirasakan juga oleh manajer dengan

bentuk kompensasi atas manajemen pajak efektif (Ramadhani dkk, 2021).

Page 41: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

26

Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Cooperation

and Development (OECD) menyebutkan ada tiga karakteristik

penghindaran pajak yaitu:

a. Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah-olah

terdapat didalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan

faktor pajak.

b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang-

undang atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai

tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat

undang-undang.

c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para

konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran

pajak dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkin.

Terdapat beberapa metode penghitungan rasio yang dapat kita

gunakan untuk mengukur tax avoidance, yaitu diantaranya menggunakan

rasio effective tax rate (ETR) dengan cara membagi beban pajak dengan

pendapatan yang diperoleh sebelum pajak. Rasio selanjutnya yaitu cash

effective tax rate (CETR) yang dihitung dengan cara membagi pembayaran

pajak dengan pendapatan sebelum pajak. Selanjutnya pengukuran tax

avoidance dapat juga menggunakan rumus book tax different (BTD) yaitu

dengan mengurangi pendapatan sebelum pajak dengan beban pajak,

kemudian dibagi dengan total asset yang dimiliki perusahaan pada periode

tersebut.

Pengukuran tax avoidance pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus proksi effective tax rate (ETR) dari penelitian yang

dilakukan oleh (Mariani, 2020), dengan rumus sebagai berikut.

ETR = Beban Pajak Penghasilan

Pendapatan Sebelum Pajak

Page 42: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

27

4. Good Corporate Governance

Good Corporate governance merupakan suatu sistem yang

memiliki fungsi mengatur dan mengendalikan perusahaan guna

mendapatkan nilai tambah bagi pemangku kepentingan. Corporate

governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan

antara stakeholder di antaranya pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal

lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan

kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (Moses

& Nur, 2017). Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006),

good corporate governance didefinisikan sebagai salah satu pilar dari

sistem ekonomi serta berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap

perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha suatu

negara (Syuhada dkk, 2019).

Good corporate governance juga didefinisikan sebagai sistem dan

struktur yang mengatur hubungan antara pihak manajemen dengan pemilik

dalam pemilikan saham mayoritas maupun saham minoritas yang ada dalam

suatu perusahaan. Corporate governance atau tata kelola perusahaan

memiliki manfaat bagi sebuah perusahaan untuk melindungi para

pemegang saham dari kepentingan pemegang saham (principle) dengan

pihak manajemen (agent). Permasalahan yang terjadi pada tata kelola

perusahaan dikarenakan adanya pemisahan antara pengendalian dan

kepemilikan dalam perusahaan. Dalam sebuah perusahaan dewan komisaris

yang berperan sebagai agent memiliki wewenang dalam menjalankan

kegiatan operasional perusahaan dan mengambil keputusan (Hendi &

Novianti, 2021).

Konsep GCG di Indonesia dapat diartikan sebagai konsep

pengelolaan perusahaan yang baik. Dua hal yang ditekankan dalam konsep

GCG tersebut. Pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk

Page 43: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

28

memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya

Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure)

secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja

perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Prinsip good corporate

governance di Indonesia dengan Keputusan Menteri BUMN No. Kep-

117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik good corporate governance

pada BUMN pada BAB II pasal 3 meliputi lima prinsip yaitu: transparency

(keterbukaan informasi), accountability (akuntabilitas), responsibility

(pertanggungjawaban), independency (independensi), dan fairness

(kesetaraan atau kewajaran). Perusahaan dengan penerapan good corporate

governance yang baik akan menjembatani kepentingan pemegang saham

dan manajer. Good corporate governance memiliki andil dalam proses

pengambilan keputusan termasuk keputusan perpajakan, tetapi di sisi lain

perencanaan pajak bergantung pada dinamika good corporate governance

dalam suatu perusahaan (Jefri & Khoiriyah, 2019). Mekanisme good

corporate governance yang baik memiliki keterkaitan dengan kemakmuran

perusahaan dan para pemegang saham, sehingga penerapannya diharapkan

memberi kontribusi positif bagi perusahaan secara keseluruhan. Dalam

penelitian ini digunakan dua variabel untuk mengukur good corporate

governance yaitu komite audit dan kepemilikan institusional.

5. Komite Audit

Komite audit sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 adalah komite yang

dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan yang anggotanya diangkat dan

diberhentikan oleh dewan komisaris. Selain itu, komite audit merupakan

komite yang dibentuk dengan tujuan untuk melakukan pengawasan dalam

proses penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk menghindari

kecurangan pihak manajemen. Komite audit juga berfungsi memberikan

pandangan mengenai masalah yang berhubungan dengan kebijakan

Page 44: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

29

keuangan, akuntansi, dan pengendalian internal perusahaan (Diantari dan

Ulupui, 2016). Berdasarkan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang

Efektif (2002) tentang komite audit menjelaskan bahwa tujuan komite audit

adalah membantu dewan komisaris untuk:

a. Meningkatkan kualitas laporan keuangan

b. Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi

kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan

c. Meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit

d. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris

e. Meningkatkan kepercayaan publik atas kelayakan dan objektifitas

laporan keuangan perusahaan.

Berdasarkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Nomor: KEP-643/BL/2012 komite audit merupakan komite yang dibentuk

oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu

melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Struktur dan keanggotaan

komite audit berdasarkan peraturan nomor IX.I.5 yaitu memiliki anggota

paling kurang terdiri dari (3) tiga orang anggota yang berasal dari komisaris

independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik. Komite audit

berperan sebagai penghubung antara auditor eksternal dengan auditor

internal, sehingga komite audit harus memiliki independensi serta tidak

dipengaruhi oleh pihak manapun baik dari dewan direksi maupun dengan

auditor eksternal dan internal dan hanya bertanggungjawab kepada dewan

komisaris (Syuhada dkk, 2019).

Pada umumnya, komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga

bidang, yaitu:

a. Laporan Keuangan

Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan

yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya

Page 45: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

30

tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana, dan komitmen

perusahaan jangka panjang.

b. Pengawasan Perusahaan

Komite Audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan

termasuk di dalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan

sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang

dilakukan auditor internal.

c. Tata Kelola Perusahaan

Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perusahaan

telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku dan

etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan

kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.

Menurut POJK Nomor 55/POJK.04/2015 tentang pembentukan dan

pedoman pelaksanaan kerja komite audit, anggota komite audit wajib

memiliki paling sedikit 1 (satu) anggota yang berlatar belakang pendidikan

dan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan, serta wajib memahami

laprak keuangan, bisnis perusahaan khususnya yang terkait dengan layanan

jasa atau kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik, proses audit,

manajemen risiko, dan peraturan perundang-undangan di bidang pasar

modal serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

Fungsi pengawasan komite audit dalam hal keefektifan kinerja

komite audit tidak disasarkan pada ukuran jumlah anggota komite audit

pada suatu perusahaan, tetapi perlu didasarkan pada ketepatan jumlah

anggota yang dibutuhkan dan mampu menggunakan pengalaman,

pengetahuan serta keahlian mereka untuk kepentingan stakeholder.

Kompetensi seorang komite audit sangat diperlukan agar komite audit dapat

menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan yang

diperintahkan. Komite audit diharuskan memilki kemampuan serta

Page 46: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

31

pemahaman yang memadai tentang akuntansi, audit, dan sistem yang

berlaku dalam perusahaan (Novitasari dkk, 2016).

Pada penelitian ini komite audit sebagai salah satu proksi good

corporate governance dihitung berdasarkan jumlah anggota komite audit

yang memiliki latar belakang keuangan atau akuntansi dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan anggota komite audit pada suatu perusahaan,

menggunakan rumus berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh (Pramesty dkk, 2020) sebagai berikut.

Komite Audit = ∑ Anggota komite audit berlatarbelakang keuangan

∑ Anggota komite audit

6. Kepemilikan Institusional

Struktur kepemilikan perusahaan merupakan kumpulan beberapa

pihak atau institusi yang menjadi bagian dari pemegang saham suatu

perusahaan, baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Struktur

kepemilikan dapat mempengaruhi jalannya kegiatan perusahaan yang

kemudian berdampak pada kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan.

Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial merupakan bagian

dari jenis struktur kepemilikan (Gazali dkk, 2020).

Kepemilikan institusional dapat diartikan sebagai kepemilikan

saham yang dimiliki oleh pemerintah, investor luar negeri, perusahaan

asuransi maupun bank yang memiliki peranan lebih besar dalam

pengawasan terhadap manajemen perusahaan (Dewi & Jati, 2014). Menurut

(WIjayani, 2016) kepemilikan institusional adalah persentase saham yang

dimiliki institusi dan pemegang saham, yaitu kepemilikan individual atau

atas nama perorangan di atas lima persen. Investor institusi dapat dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu investor aktif dan investor pasif. Investor yang

aktif melakukan monitoring terhadap manajemen adalah investor institusi

karena memegang kepemilikan saham untuk jangka panjang. Oleh karena

Page 47: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

32

itu diperlukan suatu sistem pengecekan untuk mencegah adanya potensi

penyalahgunaan kekuasaan.

Adanya kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan akan

mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja

manajemen, semakin banyak nilai investasi yang diberikan kedalam sebuah

perusahaan, akan membuat sistem monitoring dalam perusahaan tersebut

lebih tinggi. Di dalam praktiknya kepemilikan institusional memiliki fungsi

monitoring yang lebih efektif dibandingkan dengan kepemilikan manajerial

(Ardianingsih & Ardiyani, 2016). Semakin tinggi kepemilikan institusional

maka diharapkan mampu menciptakan kontrol yang lebih baik. Dalam

penelitian ini kepemilikan institusional dihitung dengan persentase

perbandingan antara jumlah saham institusi dengan jumlah saham yang

beredar (Hendi & Novianti, 2021), dengan rumus sebagai berikut.

INST = Jumlah saham institusional

Jumlah saham beredar

7. Sales Growth

Sales growth atau pertumbuhan penjualan adalah perubahan

penjualan pada laporan keuangan per tahun yang dapat mencerminkan

prospek perusahaan dan profitabilitas di masa yang akan datang.

Pengukuran pertumbuhan penjualan dapat menggambarkan baik atau

buruknya tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan (Fionasari dkk,

2020).

Pertumbuhan penjualan dapat diukur dengan membandingkan

penjualan tahun sekarang dikurangi penjualan tahun sebelumnya. Apabila

pertumbuhan penjualan perusahaan meningkat maka profitabilitas yang

akan diterima oleh perusahaan juga ikut meningkat. Selain itu kenaikan

pertumbuhan penjualan dapat menggambarkan kinerja perusahaan yang

semakin baik dan memungkinkan perusahaan untuk dapat lebih

Page 48: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

33

meningkatkan kapasitas operasinya. Namun kenaikan tingkat sales growth

ini juga diiringi dengan bertambahnya beban atas pajak yang harus

dibayarkan oleh perusahaan. Hal ini tentu mendorong perusahaan untuk

melakukan kegiatan manajemen pajak untuk meminimalkan beban pajak

terutang.

Menurut (Oktamawati, 2017) jika tingkat pertumbuhan penjualan

mengalami peningkatan maka diduga tindakan penghindaran pajak yang

mungkin dilakukan oleh pihak perusahaan ikut mengalami peningkatan.

Hal ini terjadi karena dampak dari pertumbuhan penjualan yaitu tingginya

biaya pajak terutang yang akan dikenakan pada badan usaha, sehingga

perusahaan akan mencari cara untuk menekan biaya pajak tersebut dengan

cara melakukan tindakan tax avoidance (Oktamawati, 2017).

Sales growth dapat diukur berdasarkan perubahan total penjualan

perusahaan. Jika tingkat penjualan bertambah, maka penghindaran

pajaknya akan meningkat. Dari tingkat penjualan yang meningkat serta

penambahan laba yang didapat oleh perusahaan menyebabkan tingginya

biaya pajak yang harus dibayar sehingga perusahaan berusaha melakukan

penghindaran pajak agar beban perusahaan tidak tinggi. Pada penelitian ini

sales growth dihitung menggunakan rumus berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh (Oktamawati, 2017) sebagai berikut.

SALES = Salest – Sales-t

Sales-t

Keterangan:

Salest : Penjualan tahun ini

Sales-t : Penjualan tahun sebelumnya

8. Leverage

Menurut Zuesty (2016) leverage merupakan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi pembayaran semua kewajibannya, baik

Page 49: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

34

kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tingkat

pengelolaan kewajiban (leverage) berkaitan dengan bagaimana perusahaan

didanai, apakah perusahaan didanai lebih banyak menggunakan kewajiban

atau modal yang berasal dari pemegang saham. Semakin tinggi tingkat

leverage suatu perusahaan maka akan semakin besar pula agency cost.

Dalam hal ini perusahaan akan cenderung mengungkapkan mengapa

kondisi kewajiban mereka berada pada angka tersebut kepada publik

sehingga diharapkan investor cukup jelas mengetahui kondisi kewajiban

perusahaan.

Leverage (struktur utang) menurut Darmawan dan Sukartha (2014)

didefinisikan sebagai rasio yang menunjukkan besarnya utang yang dimiliki

oleh perusahaan untuk membiayai bisnis operasinya. Penambahan jumlah

utang akan mengakibatkan munculnya beban bunga yang harus dibayar

oleh perusahaan. Komponen beban bunga akan mengurangi laba sebelum

kena pajak perusahaan, sehingga beban pajak yang harus dibayar

perusahaan akan berkurang. Sehingga penggunaan utang akan memberikan

manfaat pajak bagi perusahaan.

Leverage adalah rasio besarnya kepemilikan utang perusahaan

terhadap aktiva yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

Leverage merupakan sumber pendanaan perusahaan dari eksternal

perusahaan berupa utang jangka panjang yang akan menimbulkan beban

bunga jangka panjang yang dapat mengurangi beban pajak terutang

perusahaan. Rasio leverage menunjukkan pembiayaan operasi perusahaan

dari utang yang mencerminkan semakin tingginya beban bunga akibat

utang. Dikarenakan leverage yang merupakan penambahan jumlah utang

yang mengakibatkan timbulnya pos biaya tetap tambahan berupa bunga

atau interest yang harus dibayarkan oleh perusahaan maka dapat bermanfaat

sebagai pengurang beban pajak penghasilan wajib pajak badan (Gazali dkk,

Page 50: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

35

2020). Perusahaan dapat memilih pendanaan dengan utang karena adanya

biaya bunga sebagai pengurang pajak sehingga beban pajak perusahaan

menjadi lebih kecil.

Rasio leverage membandingkan antara keseluruhan utang dengan

asset atau ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Hal tersebut dapat

menggambarkan perbandingan antara banyaknya asset yang dimiiki oleh

pemegang saham dengan banyaknya asset yang dimiliki oleh kreditur.

Kreditur biasanya tidak akan memberikan dana tanpa perlindungan dari

pendanaan ekuitas. Jika kreditur memiliki lebih banyak asset maka dapat

dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat leverage yang

tinggi. Sebaliknya, jika pemegang saham lebih banyak memiliki asset maka

dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat leverage yang

rendah.

Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal

pinjaman haruslah digunakan beberapa penghitungan yang matang. Dalam

hal ini rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Terdapat beberapa

jenis penghitungan yang dapat digunakan untuk mengukur rasio leverage,

diantaranya yaitu Debt to Equity Ratio (DER) serta Debt to Asset Ratio

(DAR). Dalam penelitian ini rasio leverage dihitung menggunakan Debt to

Equity Ratio (DER) sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

(Tebiono & Sukadana, 2019), dengan rumus sebagai berikut.

DER = Total Liabilities

Total Equity

9. Profitabilitas

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, indikator kinerja

perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan

potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.

Page 51: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

36

Bagi suatu perusahaan sangat penting untuk dapat mengetahui potensi

sumber daya ekonomi yang dimiliki, karena apabila dapat mengelola

sumber daya tersebut dengan optimal dan efektif maka akan mendapatkan

keuntungan yang lebih besar untuk kedepannya bagi perusahaan tersebut.

Tujuan utama didirikannya suatu perusahaan selain untuk going

concern atau berkelanjutan yaitu untuk menghasilkan profit atau laba. Hal

ini diperlukan agar perusahaan tersebut dapat terus berlanjut secara jangka

panjang, maka dari itu tujuan utama perusahaan dalam memperoleh laba

harus dapat tercapai. Untuk mengukur potensi suatu perusahaan untuk

memperoleh laba dapat menggunakan rasio profitabilitas. Menurut Kasmir

(2008) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas digunakan

untuk melihat seberapa besar keefektifan suatu perusahaan dalam mencapai

tujuannya (Saputra, 2017). Apabila suatu perusahaan tidak dapat

melakukan kinerjanya secara efektif maka sumber daya yang dimiliki oleh

perusahaan tersebut tidak mampu menghasilkan kinerja yang optimal.

Profitabilitas sendiri merupakan tingkat keuntungan bersih yang

mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan aktivitas operasinya.

Pendekatan yang dapat mencerminkan profitabilitas perusahaan salah

satunya adalah dengan menggunakan rasio return on assets (ROA). ROA

berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam penggunaan

sumber daya yang dimilikinya. Pendekatan ROA menunjukkan bahwa

besarnya laba yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan total asset

yang dimilikinya. Rasio ini memperhitungkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba yang terlepas dari pendanaan. Semakin tinggi

rasio ini, semakin baik performa perusahaan dengan menggunakan asset

dalam memperoleh laba bersih.

Page 52: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

37

Murhadi (2013:63) dalam bukunya menjelaskan beberapa metode

yang dapat digunakan dalam mengukur profitabilitas, antara lain:

a. Gross Profit Margin (GPM) or Gross Profit Rate

Gross profit margin menggambarkan persentase laba kotor yang

dihasilkan oleh setiap pendapatan perusahaan.

b. Operating Margin (OM)

Operating income mencerminkan kemampuan manajemen perusahaan

mengubah aktivitasnya menjadi laba. Operating income sering disebut

sebagai bunga dan pajak (EBIT) dengan catatan bahwa dalam

perusahaan tersebut tidak terdapat pendapatan non operasional.

c. Net Profit Margin (NPM)

Net profit margin mengambarkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba neto dari setiap perusahaan.

d. Return on Equity (ROE)

Return on Equity mencerminkan seberapa besar return yang dihasilkan

bagi pemegang saham atas setiap rupiah uang yang ditanamkannya.

e. Return on Assets (ROA)

Return on Assets mencerminkan seberapa besar return yang dihasilkan

atas setiap rupiah uang yang ditanamkan dalam bentuk aset.

Dalam penelitian ini profitabilitas diproksikan dengan Return On Asset

(ROA). Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan

untuk menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin

tinggi kemampuan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Profitabilitas

diukur menggunakan Return On Asset (ROA), yaitu perbandingan antara laba

bersih setelah pajak dengan total asset di akhir periode (Fionasari dkk, 2020).

ROA = Laba bersih setelah pajak x 100%

Total asset

Page 53: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

38

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian yang

sedang dilakukan dan dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam merumuskan hipotesis dalam penelitian ini. Berikut

merupakan ringkasan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh good corporate governance, sales growth, leverage

terhadap tax avoidance yang dapat dilihat dalam Tabel 2.1

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Evitya

Zurianti,

Prima

Aprilyani

Rambe, Asri

Eka Ratih

(2018)

Pengaruh Profitabilitas dan

Corporate Governance

terhadap Tax Avoidance Pada

Perusahaan Sektor Industri

Barang dan Konsumsi yang

Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Tahun 2013-

2016

Variabel

Corporate

Governance,

Profitabilitas,

dan Tax

Avoidance

Variabel

profitabilitas

sebagai

variabel

independen,

variabel sales

growth,

leverage, dan

objek

penelitian

Secara parsial Profitabilitas,

Kepemilikan Institusional dan

Kualitas Audit tidak berpengaruh

terhadap Tax Avoidance. Sedangkan

Presentase Dewan Komisaris

Independen dan Komite Audit

berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

Profitabilitas, Kepemilikan

Institusional, Dewan Komisaris

Independen, Komite Audit dan

Kualitas Audit secara simultan

berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 54: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

39

2 Imam Aji

Santoso,

Hendriyati

Haryani,

Wyne

Febrianti

(2020)

Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tax

Avoidance Dengan

Profitabilitas Sebagai Varibel

Intervening

Variabel Good

Corporate

Governance,

Leverage,

Profitabilitas,

dan Tax

Avoidance

Variabel

profitabilitas

sebagai

variabel

intervening,

variabel sales

growth,

leverage, dan

objek

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

CSR, GCG, dan karakteristik

perusahaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Tax Avoidance.

CSR dan GCG berpengaruh negatif

terhadap profitabilitas, sedangkan

karakteristik perusahaan berpengaruh

positif terhadap profitabilitas. CSR,

GCG, dan karakteristik perusahaan

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap tax avoidance melalui

profitabilitas.

3 Richa dan

Yuniarwati

(2020)

Pengaruh Karakteristik

Perusahaan, Tata Kelola

Perusahaan, dan Pertumbuhan

Penjualan Terhadap

Penghindaran Pajak

Variabel

Leverage, Good

Corporate

Governance,

Sales Growth,

dan Tax

Avoidance

Variabel

Profitabilitas

dan tahun

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

secara parsial karakteristik perusahaan

dan pertumbuhan penjualan tidak

berpengaruh positif terhadap

penghindaran pajak, sementara tata

kelola perusahaan berpengaruh negatif

terhadap penghindaran pajak, tetapi

secara simultan, penelitian ini

menunjukkan karakteristik

perusahaan, tata kelola perusahaan,

dan pertumbuhan penjualan

berpengaruh positif terhadap

penghindaran pajak.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 55: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

40

4 Astri

Novitasari,

Nurhayati, Edi

Sukarmanto,

(2016)

Pengaruh Return on Asset,

Leverage, Ukuran Komite

Audit, dan Kompetensi

Komite Audit terhadap Tax

Avoidance (Pada Perusahaan

Jasa Sektor Property dan

Real Estate di Bursa Efek

Indonesia 2012-2014)

Variabel

Profitabilitas,

Leverage,

proksi Komite

Audit

Variabel

Kepemilikan

Institusional,

Sales Growth,

variabel

profitabilitas

sebagai

variabel

independen,

dan objek

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

return on asset, leverage, dan komite

audit berpengaruh secara simulltan

terhadap tax avoidance. Return on

asset berpengaruh signifikan terhadap

tax avoidance. Leverage dan ukuran

komite audit tidak berpengaruh

terhadap tax avoidance, sedangkan

kompetensi komite audit berpengaruh

positif terhadap tax avoidance.

5 Mayarisa

Oktamawati

(2017)

Pengaruh Karakter Eksekutif,

Komite Audit, Ukuran

Perusahaan, Leverage,

Pertumbuhan Penjualan, Dan

Profitabilitas Terhadap Tax

Avoidance

Variabel

Komite Audit,

Leverage, Sales

Growth,

Profitabilitas,

dan Tax

Avoidance

Variabel

profitabilitas

sebagai

variabel

independen,

variabel

kepemilikan

institusional,

dan objek

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

karakteristik eksekutif dan leverage

berpengaruh positif terhadap tax

avoidance. Ukuran perusahaan,

pertumbuhan penjualan, dan

profitabilitas berpengaruh negatif

terhadap tax avoidance. Sedangkan

komite audit tidak berpengaruh

terhadap tax avoidance.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 56: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

41

6 Juan

Nathanael

Tebiono dan

Ida Bagus

Nyoman

Sukadana

(2019)

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Tax

Avoidance pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di

BEI

Variabel

Leverage,

Profitabilitas,

Sales Growth,

dan Tax

Avoidance

Variabel

profitabilitas

sebagai

variabel

independen,

variabel good

corporate

governance

dan tahun

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

return on asset, dan pertumbuhan

penjualan memiliki pengaruh terhadap

penghindaran pajak. Sedangkan

ukuran perusahaan, leverage, rasio

intensitas modal, komposisi komisaris

independen, dan umur perusahaan

tidak memiliki pengaruh terhadap

penghindaran pajak.

7 Dwi Fionasari,

Adriyanti

Agustina Putri,

dan Pandu

Sanjaya (2020)

Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Penghindaran

Pajak pada Perusahaan

Pertambangan Di Bursa Efek

Indonesia (BEI)

Tahun 2016-2018

Variabel

Profitabilitas,

Leverage, Sales

Growth, dan

Tax Avoidance

Variabel Good

Corporate

Governance,

variabel

profitabilitas

sebagai

variabel

independent

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

return on asset (ROA), Leverage,

Ukuran Perusahaan dan Sales Growth

berpengaruh terhadap penghindaran

pajak. Kemudian secara simultan

return on asset (ROA), Leverage,

Ukuran Perusahaan dan Sales Growth

berpengaruh terhadap penghindaran

pajak.

8 Reni Purwanti

dan Hendry

Jaya (2020)

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Tax

Avoidance pada Perusahaan

Property dan Real Estate

Variabel

Kepemilikan

Institusional,

Profitabilitas,

Leverage, Sales

Growth, dan

Tax Avoidance

Variabel

Komite Audit,

variabel

profitabilitas

sebagai

variabel

independen,

dan objek

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

komisaris independen memiliki

pengaruh positif terhadap tax

avoidance. Sementara profitabilitas,

leverage, ukuran perusahaan,

intensitas modal, pertumbuhan

penjualan, dan kepemilikan

institusional berpengaruh negatif

terhadap tax avoidance.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 57: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

42

9 Ahmad Gazali,

Herman

Karamoy,

Hendrik

Gamaliel

(2020)

Pengaruh Leverage,

Kepemilikan Institusional dan

Arus Kas Operasi Terhadap

Penghindaran Pajak Pada

Perusahaan Tambang yang

Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2014-2019

Variabel

Leverage,

Kepemilikan

Institusional,

dan Tax

Avoidance

Variabel

Komite Audit,

Sales Growth,

Profitabilitas,

dan objek

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

secara parsial leverage dengan proksi

debt to equity ratio berpengaruh

positif terhadap penghindaran pajak

perusahaan pertambangan.

Kepemilikan institusional

berpengaruh positif terhadap

penghindaran pajak. Arus kas operasi

berpengaruh signifikan terhadap

penghindaran pajak.

10 I Made Agus

Riko Ariawan,

Putu Ery

Setiawan,

(2017)

Pengaruh Dewan Komisaris

Independen, Kepemilikan

Institusional, Profitabilitas

Dan Leverage Terhadap Tax

Avoidance

Variabel

Kepemilikan

Institusional,

Profitabilitas,

Leverage, dan

Tax Avoidance

Variabel

profitabilitas

sebagai

variabel

independen,

variabel

komite audit,

sales growth,

dan objek

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dewan komisaris independen dan

profitabilitas berpengaruh negatif

terhadap tax avoidance. Variabel

kepemilikan institusional dan leverage

berpengaruh positif terhadap tax

avoidance.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 58: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

43

11 Laras Putri

Maidina dan

Lela Nurlaela

Wati (2020)

Pengaruh Koneksi Politik,

Good Corporate Governance,

dan Kinerja Keuangan

Terhadap Tax Avoidance

Variabel Good

Corporate

Governance,

Leverage,

Profitabilitas,

dan Tax

Avoidance

Variabel

profitabilitas

sebagai

variabel

independen,

variabel sales

growth sebagai

variabel

kontrol, dan

tahun

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

koneksi politik dan kinerja keuangan

memiliki pengaruh positif terhadap tax

avoidance. Corporate Governance

tidak berpengaruh terhadap tax

avoidance.

12 Jefri dan

Yaumil

Khoiriyah

(2019)

Pengaruh Good Corporate

Governance dan Return On

Assets Terhadap Tax

Avoidance Pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar

pada Bursa Efek Indonesia

Variabel

Kepemilikan

Institusional,

Komite Audit,

Profitabilitas,

dan Tax

Avoidance

Variabel Sales

Growth,

Leverage,

proksi komite

audit, dan

tahun

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kepemilikan manajerial, kualitas audit,

dan return on assets berpengaruh

terhadap tax avoidance. Sedangkan

kepemilikan institusional, proporsi

dewan komisaris independen, dan

komite audit tidak berpengaruh

terhadap tax avoidance.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 59: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

44

13 Christopher S.

Armstrong,

Jennifer L.

Blouin, Alan

D. Jagolinzer,

David F.

Larcker (2015)

Corporate Governance,

Incentives, and Tax

Avoidance

Variabel

Corporate

Governance

dan Tax

Avoidance

Variabel Sales

Growth,

Leverage,

Profitabilitas,

dan objek

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

menggunakan regresi kuantitatif,

terjadi hubungan positif antara

independensi dewan dan teknologi

finansial untuk tingkat penghindaran

pajak yang rendah, tetapi negatif

hubungan untuk penghindaran pajak

tingkat tinggi. Hasil ini menunjukkan

bahwa atribut tata kelola memiliki

hubungan yang lebih kuat dengan

tingkat penghindaran pajak yang lebih

ekstrem, yang lebih cenderung

melakukan investasi berlebihan dan

kurang oleh manajer.

14 Tarek

Abdelfattah,

Ahmed Aboud

(2020)

Tax Avoidance, Corporate

Governance, and Corporate

Social Responsibility: The

Case Of The Egyptian

Capital Market

Variabel

Corporate

Governance

dan Tax

Avoidance

Variabel Sales

Growth,

Leverage,

Profitabilitas,

dan objek

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penghindaran pajak perusahaan

berhubungan secara positif terkait

dengan pengungkapan CSR.

Perusahaan dengan dewan direksi

yang diukur dengan keberadaan

keluarga atau anggota asing,

memberikan pengungkapan CSR lebih

banyak. Penelitian ini juga

menunjukkan bahwa perusahaan yang

membuat pengungkapan CSR lebih

tinggi memiliki pengembalian saham

yang lebih besar, menunjukkan bahwa

CSR lebih tinggi.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 60: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

45

15 Hendi, Dewi

Angelina

(2021)

Analisis Pengaruh Tata

Kelola Perusahaan dan

Karakteristik Perusahaan

Terhadap Tax Avoidance

Pada Perusahaan yang

Terdaftar di BEI

Variabel Good

Corporate

Governance,

Leverage,

Profitabilitas,

dan Tax

Avoidance

Variabel Sales

Growth,

variabel

profitabilitas

sebagai

variabel

independen,

dan objek

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kepemilikan manajerial, leverage, dan

intensitas modal berpengaruh

signifikan positif terhadap

penghindaran pajak. Variabel

kompensasi profitabilitas berpengaruh

signifikan negatif terhadap

penghindaran pajak. Variabel ukuran

dewan, ukuran dewan independen,

kepemilikan institusional, dan

ukuran perusahaan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap

penghindaran pajak.

16 Zenal

Muttaqin,

Atika

Fitriyani,

Taridi Kasbi

Ridho, Deni

Pandu

Nugraha

(2019)

Analisis Good Corporate

Governance, Leverage

Terhadap Nilai Perusahaan

Dengan Profitabilitas Sebagai

Variabel Pemoderasi

Variabel Good

Corporate

Governance,

Leverage,

variabel

Profitabilitas

sebagai variabel

moderasi

Variabel Sales

Growth, Tax

Avoidance, dan

objek

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

good corporate governance dan

profitabilitas berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan. Leverage

tidak berpengaruh dan negatif

terhadap nilai perusahaan.

Profitabilitas mampu memoderasi

GCG yang dipresentasikan dengan

komite audit dan berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan, sedangkan

profitabilitas tidak mampu

memoderasi leverage dan berpengaruh

negatif terhadap nilai perusahaan.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 61: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

46

17 Muhammad

Aprianto, Susi

Dwimulyani

(2019)

Pengaruh Sales Growth dan

Leverage Terhadap Tax

Avoidance dengan

Kepemilikan Institusional

Sebagai Variabel Moderasi

Variabel Sales

Growth,

Leverage,

Kepemilikan

Institusional,

dan Tax

Avoidance

Variabel Good

Corporate

Governance,

variabel

kepemilikan

institusional

sebagai

variabel

moderasi, dan

tahun

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

variabel sales growth tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance.

Leverage secara signifikan

berpengaruh negatif terhadap tax

avoidance. Kepemilikan institusional

tidak mampu memoderasi hubungan

antara sales growth dan tax avoidance.

Kepemilikan institusional mampu

memperlemah hubungan antara

leverage dan tax avoidance.

18 Matin Adlu,

Ahmad Junaidi

(2021)

Pengaruh Good Corporate

Governance, Profitabilitas,

dan Leverage Terhadap

Penghindaran Pajak (Studi

Empiris Pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode

2017-2019)

Variabel Good

Corporate

Governance,

Profitabilitas,

Leverage, dan

Tax Avoidance

Variabel Sales

Growth,

variabel

profitabilitas

sebagai

variabel

independen,

dan tahun

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional dan leverage

berpengaruh positif signifikan

terhadap penghindaran pajak,

sedangkan profitabilitas berpengaruh

negatif signifikan terhadap

penghindaran pajak. Komite audit

tidak berpengaruh terhadap

penghindaran pajak. Kepemilikan

institusional, komite audit,

profitabilitas, dan leverage

berpengaruh secara simultan terhadap

penghindaran pajak.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 62: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

47

19 Nining

Apriliyana,

Trisni

Suryarini

(2018)

The Effect Of Corporate

Governance and the Quality

of CSR to Tax Avoidation

Variabel Good

Corporate

Governance,

Tax Avoidance

Variabel Sales

Growth,

Leverage,

Profitabilitas,

dan objek

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kompensasi eksekutif dan latar

belakang akuntansi atau keahlian

keuangan komite audit dapat

berpengaruh signifikan dalam

pengambilan keputusan penghindaran

pajak. Sedangkan kepemilikan

institusional dan kualitas CSR tidak

berpengaruh signifikan terhadap

keputusan penghindaran pajak pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia selama tahun

2013-2015.

20 Desy Fitri

Astuti, Riana

R. Dewi, Rosa

Nikmatul Fajri

(2020)

Pengaruh Corporate

Governance dan Sales

Growth terhadap Tax

Avoidance di Bursa Efek

Indonesia (BEI) 2014-2018

Variabel

Corporate

Governance,

Sales Growth,

dan Tax

Avoidance

Variabel

Leverage,

Profitabilitas,

dan objek

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, jumlah

dewan komisaris, dan sales growth

secara simultan berpengaruh terhadap

tax avoidance. Secara parsial

kepemilikan institusional dan dewan

komisaris berpengaruh terhadap tax

avoidance. Sedangkan sales growth

tidak berpengaruh signifikan tehadap

tax avoidance.

Page 63: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

48

C. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan literatur dan penelitian terdahulu, berikut

hipotesis yang akan diajukan.

1. Pengaruh Good Corporate Governance yang diproksikan dengan

Komite Audit terhadap Tax Avoidance

Komite audit merupakan salah satu komite perusahaan yang

bertugas membantu konisaris independen dalam hal pengawasan dan

pengendalian internal. Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-643/BL/2012 tentang

pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, menjelaskan

bahwa komite audit diketuai oleh komisaris independen, anggotanya dapat

terdiri dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten dengan anggota

berlatar belakang akuntansi atau di bidang keuangan. Anggota komite audit

dengan keahlian akuntansi atau keuangan akan lebih memahami celah

dalam peraturan perpajakan serta bagaimana menghindari deteksi risiko

(Apriliyana & Suryarini, 2018).

Berdasarkan teori agensi, semakin tinggi keberadaan komite audit

dalam perusahaan, maka pengawasan terhadap kegiatan perusahaan akan

lebih baik dan konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen

untuk melakukan penghindaran pajak dapat diminimalisasi. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit akan lebih

bertanggung jawab dan terbuka dalam menyajikan laporan keuangan karena

komite audit akan selalu mengawasi segala kegiatan di dalam perusahaan

(Dewi dan Jati, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh (Apriliyana & Suryarini, 2018)

menunjukkan hasil bahwa komite audit dengan latar belakang keungan atau

akuntansi berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Hal ini dikarenakan

komite audit dengan latar belakang akuntansi atau keuangan akan

Page 64: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

49

mengurangi peluang manajemen serta mencegah manajemen melakukan

tindakan tax avoidance. Dengan latar belakang pendidikan keuangan yang

dimiliki maka komite audit lebih memahami akuntansi dan perpajakan

sehingga dapat mendeteksi manajemen yang berusaha melakukan tindakan

tax avoidance.

Penelitian ini juga didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Armstrong, et al. (2015) dan Robinson, et al. (2012) yang menyatakan

bahwa latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan komite audit

berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Komite audit

dengan latar belakang akuntansi atau keuangan akan mengurangi peluang

manajemen untuk melakukan tindakan penghindaran pajak serta dapat

meningkatkan tindakan preventif terhadap kecurangan yang dilakukan

manajemen. Hal ini karena komite audit yang berlatar belakang keahlian

akuntansi atau keuangan lebih memahami akuntansi dan perpajakan

sehingga dapat mendeteksi manajemen yang berusaha meminimalkan

pajak. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit

dengan latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan akan lebih

bertanggung jawab dan terbuka dalam menyajikan laporan keuangan karena

komite audit akan memantau aktivitas manajemen di dalam perusahaan.

Dari beberapa penelitian sebelumnya tersebut, dapat disimpulkan

bahwa komite audit dengan keahlian akuntansi atau keuangan berpengaruh

secara signifikan terhadap keputusan yang diambil perusahaan, sehingga

membantu mengontrol manajer agar berlaku sesuai kepentingan pemegang

saham. Teori keagenan menyatakan bahwa komite audit memiliki peran

pengawasan terhadap aktivitas perusahaan sehingga dapat meminimalkan

penghindaran pajak. Keahlian yang dimiliki oleh komite audit di bidang

keuangan atau akuntansi dapat mendeteksi tindakan manajemen yang

berupaya melakukan penghindaran pajak. Semakin banyak jumlah anggota

komite audit yang memiliki keahlian akuntansi atau keuangan dalam komite

Page 65: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

50

audit suatu perusahaan, semakin rendah penghindaran pajak. Berdasarkan

uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance

2. Pengaruh Good Corporate Governance yang diproksikan dengan

Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang

dimiliki oleh pemerintah, investor luar negeri, perusahaan asuransi maupun

bank yang memiliki peranan lebih besar dalam pengawasan terhadap

manajemen perusahaan (Dewi dan Jati, 2014). Manajemen perusahaan

selain memenuhi kepentingan perusahaan juga harus memikirkan

kepentingan para pihak institusional.

Hal ini didukung oleh teori stakeholder yang menyatakan bahwa

eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Perusahaan akan

mempertimbangkan kepentingan pemangku kepentingan karena adanya

komitmen moral dari manajemen perusahaan terhadap para pemangku

kepentingan, komitmen moral ini akan mendorong perusahaan untuk

merumuskan strategi perusahaan (yang memerhatikan kepentingan para

pemangku kepentingan) dimana strategi perusahaan akan berpengaruh

terhadap pencapaian kinerja keuangan perusahaan (Indriawati, 2017).

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Purwanti & Jaya,

2020) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

negatif signifikan pada tax avoidance. Menurut (Wailan’An, 2019)

tingginya jumlah kepemilikan institusional akan meningkatkan sistem

kontrol perusahaan yang ditujukan guna meminimalisasi tingkat

kecurangan akibat tindakan oportunistik pihak manajer yang nantinya dapat

mengurangi nilai perusahaan. Semakin besar proporsi kepemilikan

institusional maka manajer cenderung lebih berhati-hati dalam bertindak

untuk kepentingan pemegang saham sehingga tindakan manipulasi dalam

Page 66: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

51

laporan keuangan semakin kecil dan akan berdampak pada pencegahan

tindakan tax avoidance yang mungkin dilakukan oleh perusahaan.

Sedangkan pada penelitian (Ariawan & Setiawan, 2017) dan (Dewi,

2019) kepemilikan institusional dinyatakan berpengaruh terhadap tax

avoidance. Pemilik institusional memiliki peran penting dalam memantau,

mendisiplinkan, dan mempengaruhi manajer. Maka seharusnya pemilik

institusional berdasarkan besar dan hak suara yang dimiliki dapat memaksa

manajer berfokus pada kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk

mementingkan diri sendiri. Pemilik institusional memiliki insentif untuk

memastikan bahwa manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan

memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (Damayanti & Susanto,

2015).

H2: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap tax avoidance

3. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance

Sales growth atau pertumbuhan penjualan merupakan perubahan

tingkat penjualan pada laporan keuangan per tahun yang dapat

mencerminkan prospek perusahaan dan profitabilitas di masa mendatang.

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan maka

perusahaan tersebut berhasil dalam menjalankan strateginya dalam hal

pemasaran dan penjualan produk (Oktamawati, 2017). Pertumbuhan

penjualan yang mengalami kenaikan memungkinkan perusahaan untuk

dapat lebih meningkatkan kapasitas operasinya (Aprianto & Dwimulyani,

2019).

Penelitian mengenai pengaruh sales growth terhadap tax avoidance

yang dilakukan oleh (Mariani, 2020) dan (Lestari dkk, 2018) membuktikan

bahwa sales growth berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance.

Apabila sales growth mengalami peningkatan, perusahaan akan cenderung

mendapatkan keuntungan yang besar yang berdampak pada timbulnya

Page 67: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

52

beban pajak yang besar pula. Besarnya beban pajak yang ditimbulkan dari

tingginya tingkat penjualan menyebabkan perusahaan memiliki

kecenderungan yang besar untuk melakukan tax avoidance agar pajak yang

dibayarkan berkurang.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Oktamawati, 2017) dan

(Purwanti & Jaya, 2020) membuktikan bahwa sales growth berpengaruh

negatif terhadap tax avoidance. Sales growth berpengaruh negatif terhadap

tax avoidance menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan penjualan yang tinggi berarti memiliki kinerja yang baik dan

laba perusahaan cenderung meningkat. Peningkatan sales growth akan

menjadi perhatian dari petugas pajak yang berasumsi semakin tinggi sales

growth maka akan semakin besar jumlah pajak terutang yang seharusnya

dibayarkan oleh perusahaan. Hal ini dapat menjadikan manajemen menjadi

lebih waspada dalam melakukan kebijakan perpajakannya (Apriyanto &

Dwimulyani, 2019).

H3: Sales growth berpengaruh terhadap tax avoidance

4. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan teori keagenan jika dikaitkan dengan leverage,

leverage merupakan salah satu mekanisme bagi shareholder untuk

meminimalkan masalah keagenan dengan manajer. Penelitian tentang

leverage yang telah diteliti oleh Swingly dan Sukartha (2015) tentang

pengaruh leverage pada penghindaran pajak menunjukkan bahwa leverage

berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, karena semakin tinggi

nilai dari rasio leverage berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang

pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula beban

bunga yang timbul dari utang tersebut yang akan memberikan pengaruh

berkurangnya beban pajak perusahaan.

Page 68: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

53

Leverage menurut Kurniasih dan Sari (2013) merupakan

penggunaan utang untuk membiayai investasi. Leverage ialah rasio yang

mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang dalam

pembiayaan. Menurut penelitian (Fionasari dkk, 2020), kenaikan beban

bunga yang ikut timbul dengan tingginya rasio leverage berdampak pada

laba yang diperoleh akan berkurang sehingga terjadi penurunan atas

pengenaan beban pajak terutang. Beban pajak yang rendah akan berdampak

pada kecenderungan penurunan upaya penghindaran pajak. Maka semakin

tinggi leverage akan semakin rendah penghindaran pajak yang dilakukan

perusahaan.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Gazali dkk,

2020), (Maidina & Wati, 2020), dan (Ariawan & Setiawan, 2017),

menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh positif signifikan terhadap

tax avoidance yang berarti semakin tinggi leverage maka semakin tinggi

tax avoidance. Hasil ini didukung oleh teori trade-off yang menyatakan

bahwa perusahaan akan menggunakan rasio leverage sampai tingkat

tertentu karena adanya manfaat penghematan pajak.

Sedangkan menurut penelitian (Purwanti & Jaya, 2020) dan

(Apriyanto & Dwimulyani, 2019) menunjukkan hasil bahwa leverage

memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance. Semakin

tinggi tingkat leverage maka semakin tinggi tingkat ketergantungan

perusahaan atas dana dari pihak ketiga. Pihak ketiga sebagai kreditur akan

mengawasi perusahaan agar dapat melunasi kewajibannya sehingga

manajemen perusahaan memiliki kecenderungan motivasi yang rendah

dalam praktik tax avoidance dikarenakan adanya fungsi pengawasan yang

dilakukan kreditur.

H4: Leverage berpengaruh terhadap tax avoidance

Page 69: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

54

5. Pengaruh Good Corporate Governance dengan Proksi Komite Audit

Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai Variabel

Moderasi

Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam mengelola asetnya untuk mendapatkan laba selama

periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.

Investor akan lebih tertarik pada perusahaan dengan tingkat profitabilitas

yang tinggi karena hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang baik

dan memiliki prospek di masa mendatang. Rasio profitabilitas

menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba secara

keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba setelah pajak dengan

total aset. Kenaikan pada profitabilitas dapat menyebabkan perusahaan

melakukan manajemen pajak dalam mengurangi pembayaran pajak karena

perusahaan yang memiliki laba tinggi akan menarik perhatian pemerintah

serta masyarakat sebagai regulator yang berdampak pada pengenaan pajak

menjadi lebih tinggi (Nursari dkk, 2017). Hal ini didukung oleh penelitian

(Maidina & Wati, 2020), (Ariawan & Setiawan, 2017), dan (Rozak dkk,

2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tax

avoidance.

Komite audit sebagai salah satu komponen penting dalam good

corporate governance akan berperan mengurangi tindakan manajemen

dalam melakukan penghindaran pajak ketika profitabilitas yang dimiliki

perusahaan mengalami peningkatan maupun penurunan. Komite audit

merupakan komite tambahan yang bertujuan untuk melakukan pengawasan

dalam proses penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk menghindari

kecurangan pihak manajemen. Dengan berjalannya fungsi komite audit

yang efektif, maka pengawasan terhadap kegiatan perusahaan akan lebih

baik.

Page 70: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

55

Teori agensi menjelaskan bahwa manajemen sebagai agen harus

melakukan tugas sesuai yang di perintahkan oleh prinsipal. Dimana

prinsipal menginginkan agen dapat mengelola perusahaan dengan baik

sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Profitabilitas dapat menjadi

pertimbangan penting bagi pemegang saham dalam melakukan pengawasan

terhadap tindakan manajemen dalam mengambil keputusan sehubungan

dengan kebijakan perusahaan. Perusahaan yang memiliki profitabilitas

tinggi menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaannya baik sehingga

mampu mengatur pendapatan dan pembayaran pajaknya dan cenderung

melakukan penghindaran pajak. Sedangkan perusahaan yang memiliki

profitabilitas negatif dikarenakan mengalami kerugian cenderung tidak

melakukan penghindaran pajak. Dari argumen di atas, terlihat bahwa

profitabilitas dapat memoderasi pengaruh komite audit terhadap tax

avoidance sehingga dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

H5: Profitabilitas mampu memoderasi pengaruh komite audit

terhadap tax avoidance.

6. Pengaruh Good Corporate Governance dengan Proksi Kepemilikan

Institusional Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas sebagai

Variabel Moderasi

Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam mengelola asetnya untuk mendapatkan laba selama

periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.

Investor akan lebih tertarik pada perusahaan dengan tingkat profitabilitas

yang tinggi karena hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang baik

dan memiliki prospek di masa mendatang. Rasio profitabilitas

menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba secara

keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba setelah pajak dengan

total aset. Kenaikan pada profitabilitas dapat menyebabkan perusahaan

Page 71: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

56

melakukan manajemen pajak dalam mengurangi pembayaran pajak karena

perusahaan yang memiliki laba tinggi akan menarik perhatian pemerintah

serta masyarakat sebagai regulator yang berdampak pada pengenaan pajak

menjadi lebih tinggi (Nursari dkk, 2017). Hal ini didukung oleh penelitian

(Maidina & Wati, 2020), (Ariawan & Setiawan, 2017), dan (Rozak dkk,

2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tax

avoidance.

Kepemilikan institusional yang juga merupakan salah satu

komponen penting dalam good corporate governance didefinisikan sebagai

kepemilikan saham oleh pihak institusional atau lembaga seperti

perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi

lain (Marlinda dkk, 2020). Kepemilikan institusional adalah persentase

saham yang dimiliki institusi dan pemegang saham, yaitu kepemilikan

individua tau atas nama perorangan di atas lima persen (Wijayani, 2016).

Dikarenakan adanya tanggung jawab dari perusahaan terhadap

pemegang saham, maka pemilik institusional memiliki insentif untuk

memastikan bahwa manajemen perusahaan sudah membentuk keputusan

yang akan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Kepemilikan

institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih

besar dari pihak institusional sehingga dapat menghalangi perilaku

oportunistik dari para manajer perusahaan (Putri, 2018).

Teori stakeholder menyatakan bahwa eksistensi perusahaan

ditentukan oleh para stakeholder. Perusahaan akan mempertimbangkan

kepentingan pemangku kepentingan karena adanya komitmen moral dari

manajemen perusahaan terhadap para pemangku kepentingan, komitmen

moral ini akan mendorong perusahaan untuk merumuskan strategi

perusahaan yang memerhatikan kepentingan para pemangku kepentingan

dimana strategi perusahaan akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja

Page 72: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

57

keuangan perusahaan (Gray et al., 1997 dalam Ghozali dan Chariri,

2007:411).

Profitabilitas dapat menjadi pertimbangan penting bagi pemegang

saham dalam melakukan pengawasan terhadap tindakan manajemen dalam

mengambil keputusan sehubungan dengan kebijakan perusahaan.

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi menunjukkan bahwa kinerja

keuangan perusahaannya baik sehingga mampu mengatur pendapatan dan

pembayaran pajaknya namun cenderung melakukan penghindaran pajak

demi meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan. Sedangkan

perusahaan yang memiliki profitabilitas negatif dikarenakan mengalami

kerugian cenderung tidak melakukan penghindaran pajak.

Proporsi kepemilikan institusional dalam perusahaan dapat

mempengaruhi manajemen untuk melakukan penghindaran pajak, karena

ketika perusahaan memiliki profitabilitas tinggi dimana menunjukkan

bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik maka perusahaan

cenderung tidak melakukan penghindaran pajak. Dari argumen di atas,

terlihat bahwa profitabilitas dapat memoderasi pengaruh komite audit

terhadap tax avoidance sehingga dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut.

H6: Profitabilitas mampu memoderasi pengaruh kepemilikan

institusional terhadap tax avoidance.

7. Pengaruh Sales Growth Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas

sebagai Variabel Moderasi

Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam mengelola asetnya untuk mendapatkan laba selama

periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.

Investor akan lebih tertarik pada perusahaan dengan tingkat profitabilitas

yang tinggi karena hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang baik

Page 73: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

58

dan memiliki prospek di masa mendatang. Rasio profitabilitas

menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba secara

keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba setelah pajak dengan

total aset (Nursari dkk, 2017). Hal ini didukung oleh penelitian (Maidina &

Wati, 2020), (Ariawan & Setiawan, 2017), dan (Rozak dkk, 2018) yang

menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance.

Sales growth atau pertumbuhan penjualan adalah perubahan

penjualan pada laporan keuangan per tahun yang dapat mencerminkan

prospek perusahaan dan profitabilitas di masa yang akan datang.

Pengukuran pertumbuhan penjualan dapat menggambarkan baik atau

buruknya tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan (Fionasari dkk,

2020). Jika terjadi peningkatan pada pertumbuhan penjualan maka

keuntungan laba yang diperoleh perusahaan akan ikut meningkat. Kenaikan

dari profitabilitas dan sales growth yang berhubungan dapat menimbulkan

dampak pada tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat menekan

beban pajak yang diperolehnya menjadi sekecil mungkin. Hal ini dapat

mengarahkan perusahaan pada tindakan tax avoidance dalam rangka

meningkatkan laba perusahaan dengan melakukan penghindaran pajak.

Dari argumen di atas, terlihat bahwa profitabilitas dapat memoderasi

pengaruh komite audit terhadap tax avoidance sehingga dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut.

H7: Profitabilitas mampu memoderasi pengaruh sales growth terhadap

tax avoidance.

8. Pengaruh Leverage Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas

sebagai Variabel Moderasi

Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam mengelola asetnya untuk mendapatkan laba selama

periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.

Page 74: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

59

Investor akan lebih tertarik pada perusahaan dengan tingkat profitabilitas

yang tinggi karena hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang baik

dan memiliki prospek di masa mendatang. Rasio profitabilitas

menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba secara

keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba setelah pajak dengan

total aset (Nursari dkk, 2017). Hal ini didukung oleh penelitian (Maidina &

Wati, 2020), (Ariawan & Setiawan, 2017), dan (Rozak dkk, 2018) yang

menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance.

Penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti & Jaya, 2020) dan

(Apriyanto & Dwimulyani, 2019) menunjukkan hasil bahwa leverage

memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance. Semakin

tinggi tingkat leverage maka semakin tinggi tingkat ketergantungan

perusahaan atas dana dari pihak ketiga. Pihak ketiga sebagai kreditur akan

mengawasi perusahaan agar dapat melunasi kewajibannya sehingga

manajemen perusahaan memiliki kecenderungan motivasi yang rendah

dalam praktik tax avoidance dikarenakan adanya fungsi pengawasan yang

dilakukan kreditur.

Penelitian mengenai pengaruh leverage terhadap tax avoidance

yang dilakukan oleh (Gazali dkk, 2020), (Maidina & Wati, 2020), dan

(Ariawan & Setiawan, 2017), menyatakan bahwa leverage memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance yang berarti semakin

tinggi leverage maka semakin tinggi tax avoidance. Hasil ini didukung oleh

teori trade-off yang menyatakan bahwa perusahaan akan menggunakan

rasio leverage sampai tingkat tertentu karena adanya manfaat penghematan

pajak.

Menurut penelitian (Fionasari dkk, 2020), kenaikan beban bunga

yang ikut timbul dengan tingginya rasio leverage berdampak pada laba

yang diperoleh akan berkurang sehingga terjadi penurunan atas pengenaan

beban pajak terutang. Beban pajak yang rendah akan berdampak pada

Page 75: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

60

kecenderungan penurunan upaya penghindaran pajak. Maka semakin tinggi

leverage akan semakin rendah penghindaran pajak yang dilakukan

perusahaan. Oleh karena itu profitabilitas dapat menjadi pertimbangan

karena menurut penelitian (Putra & Badjra, 2015) menyatakan bahwa

leverage faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Hal

ini sejalan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa

perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi, akan menggunakan utang

yang relatif sedikit karena perusahaan akan cenderung menggunakan dana

internalnya.

Dari pemaparan tersebut maka peneliti termotivasi untuk menguji

apakah dengan profitabilitas dapat memperkuat atau memperlemah

pengaruh leverage terhadap tax avoidance, sehingga dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut.

H8: Profitabilitas mampu memoderasi pengaruh leverage terhadap tax

avoidance.

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar

2.1 sebagai berikut:

Page 76: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

61

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Skema Kerangka Pemikiran

Basis Teori: Agency Theory dan Teori Stakeholder

Good Corporate Governance

1. Komite Audit

2. Kepemilikan Institusional

Sales Growth

Leverage

Profitabilitas

Tax Avoidance

Pengaruh Good Corporate Governance, Sales Growth, dan Leverage

Terhadap Tax Avoidance Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi

(Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah Listing di

BEI Tahun 2015-2019)

Metode Analisis Regresi Berganda dan Moderated Regression Analysis (MRA)

Uji Asumsi Klasik

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran

Hasil yang Diharapkan

GAP

Page 77: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

62

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu penelitian yang

mengungkap besar atau kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar variabel yang

dinyatakan dalam angka-angka, dengan cara mengumpulkan data yang merupakan

faktor pendukung terhadap pengaruh variabel-variabel yang bersangkutan

kemudian menganalisis dengan menggunakan alat analisis yang sesuai dengan

variabel-variabel dalam penelitian (Subagyo, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisa pengaruh variabel independen, yaitu good corporate governance,

sales growth, dan leverage terhadap variabel dependen yaitu tax avoidance dengan

profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang didapat melalui buku

atau jurnal yang berhubungan dengan objek penelitian, catatan perusahaan, serta

website-website tertentu seperti idx.co.id, yahoofinance.com, ataupun melalui

website resmi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

B. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek yang memenuhi kriteria

tertentu yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dan dijadikan sebagai

objek dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-

perusahaan manufaktur yang telah listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-

2019. Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik

yang sama bersifat representatif dan menggambarkan populasi sehingga dianggap

dapat mewakili semua populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah

perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada tahun 2015-2019 yang sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh peneliti.

Page 78: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

63

Data terkait populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian

merupakan data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia

(BEI) atau www.idx.co.id dan situs perusahaan yang bersangkutan. Metode yang

digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan sampel

bertujuan (purposive sampling), dengan teknik berdasarkan pertimbangan

(judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak

yang informasinya diperoleh dengan menggunakan kriteria tertentu. Adapun

kriteria sampel pada penelitian ini yaitu:

1. Perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2015-2019.

2. Perusahaan menerbitkan data laporan keuangan secara berturut-turut di

Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2019.

3. Perusahaan tidak mengalami kerugian pada tahun penelitian.

4. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dengan mata uang rupiah

selama tahun 2015-2019.

5. Perusahaan memiliki data-data yang lengkap terkait dengan variabel

yang akan diteliti.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

data sekunder yang diperoleh menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan

penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Peneliti menggunakan cara penelitian pustaka dalam mengumpulkan data-

data penelitian sebagai referensi atau data pendukung. Referensi tersebut

diperoleh diantaranya melalui jurnal, skripsi, tesis, internet, artikel dan berbagai

buku referensi serta perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian

Page 79: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

64

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data penelitian ini bersumber dari

laporan keuangan perusahaan sektor manufaktur periode 2015-2019 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam situs (www.idx.co.id).

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis variabel, yaitu variabel independen,

variabel dependen, dan variabel moderasi. Berikut akan dipaparkan mengenai

definisi, cara pengukuran, dan operasional dari masing-masing variabel dalam

penelitian ini.

1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah good corporate

governance yang diproksikan dengan komite audit dan kepemilikan

institusional, sales growth dan leverage.

a. Komite Audit

Komite audit adalah komite yang bertanggung jawab untuk mengawasi

audit perusahaan dan merupakan kontak utama antara auditor eksternal

dengan perusahaan. Komite audit merupakan komponen penting dalam tata

kelola perusahaan di Indonesia, maka dari itu Bursa Efek Indonesia

mewajibkan setiap badan usaha untuk membentuk dan memiliki komite

audit. Tanggung jawab dari komite audit yaitu untuk memastikan bahwa

perusahaan telah berjalan sesuai dengan hukum dan peraturan, telah

melakukan bisnis sesuai dengan etika bisnis yang berlaku, serta telah

menerapkan kontrol terhadap konflik kepentingan dan kecurangan yang

dilakukan oleh karyawan perusahaan (Hendi & Novianti, 2021).

Jika dikaitkan dengan teori agensi, komite audit yang memiliki peran

pengawasan pada kegiatan perusahaan dapat meminimalkan penghindaran

Page 80: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

65

pajak. Semakin banyak jumlah anggota komite audit yang memiliki

keahlian akuntansi atau keuangan dalam suatu perusahaan, maka

diharapkan semakin rendah tindakan penghindaran pajak (Pramesty dkk,

2020). Pada penelitian ini komite audit sebagai salah satu proksi good

corporate governance dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.

Komite Audit = ∑ Anggota komite audit berlatarbelakang keuangan

∑ Anggota komite audit

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki

oleh pihak luar perusahaan. Kepemilikan institusional yaitu kepemilikan

saham perusahaan oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan

hukum, institusi luar negeri, dana perwakilan serta institusi lainnya pada

akhir tahun, bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi. Kepemilikan

institusional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja

perusahaan, karena berperan dalam memonitor manajer yang mengelola

perusahaan (Wardhani, 2017).

Kepemilikan institusional bertindak sebagai pengawas kinerja dalam

suatu perusahaan yang akan mendorong untuk meningkatkan pengawasan

agar lebih optimal. Hal ini karena kepemilikan institusional memiliki

kekuasaan sebagai pendukung terhadap manajemen. Jika nilai kepemilikan

institusional semakin besar maka hal tersebut akan menyebabkan tekanan

terhadap pihak manajemen untuk melakukan tindakan penghindaran pajak.

Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan persentase perbandingan

antara jumlah saham institusi dengan jumlah saham yang beredar (Hendi &

Novianti, 2021).

INST = Jumlah saham institusional

Jumlah saham beredar

Page 81: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

66

c. Sales Growth

Pertumbuhan penjualan (sales growth) mencerminkan kemampuan

perusahaan untuk meningkatkan penjualannya dari waktu ke waktu.

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan maka

perusahaan tersebut berhasil dalam menjalankan strategi dalam hal

penjualan produk serta pemasaran (Oktamawati, 2017).

Sales growth dapat diukur berdasarkan perubahan total penjualan

perusahaan. Jika tingkat penjualan bertambah, maka penghindaran

pajaknya akan meningkat. Dari tingkat penjualan yang meningkat serta

penambahan laba yang didapat oleh perusahaan menyebabkan tingginya

biaya pajak yang harus dibayar sehingga perusahaan berusaha melakukan

penghindaran pajak agar beban perusahaan tidak tinggi. Pada penelitian ini

sales growth dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.

SALES = Salest – Sales-t

Sales-t

Keterangan:

Salest : Penjualan tahun ini

Sales-t : Penjualan tahun sebelumnya

d. Leverage

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka

pangjangnya. Leverage (struktur utang) adalah rasio yang menunjukkan

beberapa utang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas

operasinya. Penambahan jumlah utang akan mengakibatkan munculnya

beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Komponen beban bunga

akan mengurangi laba sebelum kena pajak perusahaan, sehingga beban

pajak yang harus dibayar perusahaan akan menjadi berkurang (Fionasari

Page 82: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

67

dkk, 2020). Pada penelitian ini rasio leverage dihitung menggunakan Debt

to Equity Ratio (DER), dengan rumus sebagai berikut.

DER = Total Liabilities

Total Equity

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah suatu variabel yang nilainya dipengaruhi atau

bergantung pada nilai dari variabel lainnya. Variabel dependen dari penelitian

ini adalah tax avoidance (penghindaran pajak).

a. Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)

Tax avoidance merupakan suatu tindakan dengan tujuan

memaksimalkan penghasilan setelah pajak. Penghindaran pajak sebagai

cara untuk mengurangi pajak yang bersifat legal, karena tidak melanggar

peraturan namun memanfaatkan celah-celah hukum perpajakan yang ada.

Dari sisi perusahaan, penghindaran pajak sengaja dilakukan dalam rangka

memperkecil tingkat pembayaran pajak yang harus dilakukan dan

meningkatkan cash flow perusahaan. Namun jika dilihat dari konteks

pendapatan negara, penghindaran pajak telah membuat negara kehilangan

potensi pendapatan pajak yang seharusnya dapat digunakan untuk

mengurangi beban defisit atas anggaran negara (Gazali dkk, 2020).

Pengukuran tax avoidance pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus proksi effective tax rate (ETR) dari penelitian yang

dilakukan oleh (Mariani, 2020), dengan rumus sebagai berikut.

ETR = Beban Pajak Penghasilan

Pendapatan Sebelum Pajak

3. Variabel Moderasi

Variabel moderasi adalah variabel independen yang akan memperkuat

atau memperlemah hubungan antara variabel dependen dan variabel

independen (Ghozali, 2018).

Page 83: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

68

Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Variabel

profitabilitas diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Profitabilitas

merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan

laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan

untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Profitabilitas diukur menggunakan

Return On Asset (ROA), yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak

dengan total asset di akhir periode (Fionasari dkk, 2020).

ROA = Laba bersih setelah pajak x 100%

Total asset

Page 84: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

69

Selanjutnya, pengukuran operasional dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai

berikut.

Tabel 3.1

Operasional Variabel

No. Variabel Jenis

Variabel Perhitungan

Skala

Pengukuran

1.

Komite Audit

(Pramesty

dkk, 2020)

Independen Komite Audit =

∑ KA berlatarbelakang keuangan

∑ Anggota komite audit

Rasio

2.

Kepemilikan

Institusional

(Zurianti dkk,

2018)

Independen INST

= Jumlah saham institusional

Jumlah saham beredar

Rasio

3.

Sales Growth

(Oktamawati,

2017)

Independen SALES = Salest – Sales-t

Sales-t

Rasio

4.

Leverage

(Tebiono &

Sukadana,

2019)

Independen

DER = Total Liabilities

Total Equity

Rasio

5.

Tax

Avoidance

(Mariani,

2020)

Dependen

ETR = Beban Pajak Penghasilan

Pendapatan Sebeleum Pajak

Rasio

6.

Profitabilitas

(Fionasari

dkk, 2020)

Moderasi ROA

= Laba bersih setelah pajak x 100

Total asset

Rasio

Page 85: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

70

E. Metode Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menurut Ghozali (2018) memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan kemencengan

distribusi (skewness). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan statistik

deskriptif yang menggambarkan nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai

minimum, dan standar deviasi

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik perlu dilakukan untuk memastikan keabsahan hasil analisis

regresi linier berganda sebelum dilakukan pengujian hipotesis. Untuk

melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti melakukan

uji normalitas, uji multikoloniearitas, uji autokorelasi, dan uji

heteroskedastisitas. Pengujian atas keempat asumsi klasik yang dianalisa

dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social

Sciences) versi 25.

a. Uji Normalitas Data

Dilakukannya pengujian atas normalitas data adalah untuk menguji

apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual

berdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2016). Data penelitian yang baik

adalah data yang memiliki distribusi nilai residual normal atau mendekati

normal. Dalam uji t dan uji f diasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi yang normal. Dan apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Data dikatakan terdistribusi

normal atau tidak dapat dilihat dengan menganalisis grafik dengan normal

probability plot, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal maka data terdistribusi normal, sebaliknya jika data

Page 86: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

71

menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka

model regresi tidak memenuhi asumsi uji normalitas.

Selain menganalisis grafik normal probability plot, uji normalitas juga

dapat dilihat melalui tabel hasil uji statistik non-parametrik Kolmogorov

Smirnov, pengujian ini dilakukan dengan melihat perbandingan

probabilitas (p-value) yang diperoleh dengan tingkat signifikasi sebesar

5%. Jika nilai sig dari probabilitas yang diperoleh lebih besar dari 5% atau

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual data menyebar normal, dan

jika nilai sig lebih kecil dari 5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

residual data tidak menyebar normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang

baik adalah model yang tidak terdapat hubungan atau terdapat hubungan

rendah antar variabel independennya (Ghozali, 2016). Untuk mendeteksi

ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari

tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Seperti yang

dijelaskan oleh Ghozali (2016) sebagai berikut:

1) Jika nilai toleransi > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan

tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam penelitian.

2) Jika nilai toleransi < 0,10 dan nilai VIF >10, maka dapat disimpulkan

ada multikolinearitas antar variabel independen dalam penelitian.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi,

maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena

keterkaitan antara observasi yang dilakukan dalam runutan waktu yang

berkaitan satu sama lain. (Ghozali, 2016).

Page 87: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

72

Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

Run Test. Run Test sebagai bagian dari pengujian statistik non-parametrik

digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang

tinggi serta apakah data residual adalah acak atau random. Jika nilai hasil

uji run test memiliki tingkat signifikansi di atas 0,05 berarti data residual

random dan data bebas dari autokorelasi. Sebaliknya jika hasil uji run test

memiliki tingkat signifikansi di bawah 0,05 menunjukkan bahwa residual

tidak random dan terjadi autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas

(Ghozali, 2016). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas

dan tidak heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat

dilakukan salah satu diantaranya dengan melihat grafik plot antara nilai

prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.

Deteksi kemungkinan heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat

ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola

tertentu, seperti titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur maka

terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan jika tidak ada pola yang jelas, serta

titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heterokedastisitas.

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini terbagi menjadi

dua tahapan. Tahapan pertama menggunakan analisis regresi berganda untuk

menguji hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Page 88: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

73

Kemudian tahapan kedua menggunakan analisis regresi moderasi (MRA)

untuk menguji pengaruh dari variabel moderasi.

a. Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda (multiple

regression) untuk menguji pengaruh antara variabel independen dengan

dependen. Pada analisis regresi berganda, jumlah variabel bebas

(independen) yang digunakan untuk memprediksi variabel tergantung

(dependen) lebih dari satu. Analisis regresi berganda diperlukan untuk

mengetahui arah hubungan (positif/negatif) antara variabel dependen

dengan variabel independen (Ghozali, 2018).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah komite audit,

kepemilikan institusioal, sales growth, dan leverage. Lalu variabel

dependen dalam penelitian ini adalah tax avoidance. Untuk menguji

Persamaan regresi berganda dirumuskan sebagai berikut:

Y = α + β1KA + β2INST + β3SG + β4Lev + ε

Keterangan:

Y = Tax Avoidance

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

KA = Komite Audit

INST = Kepemilikan Institusional

SG = Sales Growth

Lev = Leverage

ε = Error term

b. Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis - MRA)

Pengujian Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan

aplikasi khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan

regresinya mengandung unsur interaksi. Pengujian hipotesis ini berguna

Page 89: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

74

untuk menentukan pengaruh variabel moderasi dari Profitabilitas pada

pengaruh variabel utama. Variabel moderasi adalah variabel independen

yang akan memperkuat atau memperlemah variabel independen lainnya

terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018). Uji Moderated Regression

Analysis (MRA) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

Y = α + β1KA + β2INST + β3SG + β4Lev + β5ROA +

β6KAROA + β7INSTROA + β8SGROA +

β9LevROA + ε

Keterangan:

Y = Tax Avoidance

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

KA = Komite Audit

INST = Kepemilikan Institusional

SG = Sales Growth

Lev = Leverage

ROA = Profitabilitas

KAROA = Variabel perkalian antara komite audit dengan profitabilitas

yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi profitabilitas terhadap

komite audit dengan tax avoidance.

INSTROA= Variabel perkalian antara kepemilikan institusional dengan

profitabilitas yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi

profitabilitas terhadap kepemilikan institusional dengan tax avoidance.

SGROA = Variabel perkalian antara sales growth dengan profitabilitas

yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi profitabilitas terhadap

sales growth dengan tax avoidance.

Page 90: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

75

LevROA = Variabel perkalian antara leverage dengan profitabilitas yang

menggambarkan pengaruh variabel moderasi profitabilitas terhadap

leverage dengan tax avoidance.

ε = Error term

c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Menurut Ghozali uji koefisien determinasi adalah pengujian untuk

melihat seberapa besar kemampuan semua variabel independen dalam

menjelaskan varians dari variabel dependennya. Adjusted R2 ini

digunakan karena variabel bebas (independen) dalam penelitian ini lebih

dari dua. Nilai koefisien determinasi terletak antara nol dan satu. Jika nilai

R2 kecil, berarti kemampuan model tersebut untuk menjelaskan

variabilitas dari variabel terikatnya sangat terbatas. Jika hasil yang

diperoleh mendekati satu maka model yang digunakan dianggap cukup

andal dalam membuat estimasi. Semakin besar angka adjusted R2 maka

semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikatnya.

d. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Jika variabel

independen memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel

dependen, maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok

atau fit untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2018). Pada

pengujian ini kriteria yang digunakan adalah dengan melihat nilai F

hitung atau probability value (sig) yang terdapat pada tabel ANOVA.

Kriteria yang digunakan dalam pengujian statistik F yaitu:

Page 91: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

76

1) Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai signifikansi F kurang dari

tingkat signifikansi 0,05 berarti variabel independen secara bersama-

sama berpengaruh terhadap variabel dependen, atau

2) Ho diterima dan Ha ditolak yaitu apabila nilai signifikansi F lebih dari

tingkat signifikansi 0,05 berarti variabel independen secara bersama-

sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

e. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen di dalam penelitian. Selain itu

untuk menguji pengaruh tersebut, uji statistik t juga digunakan untuk

menunjukan arah pengaruh masing-masing variabel yang dilihat dari

tanda koefisien regresi masing-masing variabel independen. Berikut

merupakan kriteria untuk uji statistik t dengan melihat probability value

(sig)-t:

1) Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai signifikansi t kurang dari

tingkat signifikansi 0,05 berarti variabel independen secara individual

berpengaruh terhadap variabel dependen, atau

2) Ho diterima dan Ha ditolak apabila nilai signifikansi t lebih dari

tingkat signifikansi 0,05 berarti variabel independen secara individual

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Page 92: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

77

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Gambaran umum dari objek penelitian menyajikan prosedur pemilihan

populasi serta sampel penelitian. Dalam penelitian ini populasi mencakup

seluruh perusahaan pada sektor manufaktur yang telah listing di Bursa Efek

Indonesia yang diperoleh melalui situs resmi BEI pada alamat www.idx.co.id.

Sedangkan, sampel pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang

berasal dari laporan keuangan serta laporan tahunan perusahaan sektor

manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2019 yang

sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh peneliti.

Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia yang bergerak di sektor manufaktur. Penelitian ini

mengambil sampel selama 5 tahun, yaitu tahun 2015-2019. Jumlah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang bergerak di sektor

manufaktur pada periode 2015-2019 terdata sebanyak 191 perusahaan. Dari

191 perusahaan tersebut, ada 54 perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar

secara berturut-turut pada Bursa Efek Indonesia. Terdapat sebanyak 29

perusahaan manufaktur yang selama periode penelitian tidak melaporkan

laporan keuangannya secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia. Kemudian

terdapat perusahaan yang mengalami kerugian selama periode 2015-2019

sebanyak 45 perusahaan, sementara itu sebanyak 11 perusahaan tidak

menerbitkan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah.

Sehingga jumlah perusahaan yang tersisa yaitu 52 perusahaan. Dari 52

perusahaan tersisa, 3 diantaranya tidak memiliki data lengkap dan memenuhi

kriteria, serta 31 perusahaan lainnya yang juga harus dieliminasi karena

merupakan data outlier. Sehingga jumlah sampel penelitian sebanyak 18

perusahaan.

Page 93: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

78

Tabel 4.1

Rincian Perolehan Sampel Penelitian

No. Kriteria Jumlah

1. Perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2019

191

2. Perusahaan yang tidak terdaftar secara berturut-

turut di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-

2019

(54)

3. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan

keuangan di Bursa Efek Indonesia secara berturut-

turut selama periode 2015-2019

(29)

4. Perusahaan yang mengalami kerugian selama

periode 2015-2019

(45)

5. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan

keuangan dalam mata uang rupiah

(11)

6. Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap dan

memenuhi kriteria

(3)

7. Data outlier (31)

8. Jumlah sampel penelitian 18

9. Jumlah data penelitian (18 x 5 tahun) 90

Sumber: Data sekunder yang diolah

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan

sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun

2015-2019 yang sesuai dengan kriteria penelitian adalah sebanyak 18

perusahaan. Sehingga total sampel data penelitian selama tahun 2015-2019

sebanyak 90 perusahaan.

Page 94: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

79

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian

Metode pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan statistik deskriptif, asumsi klasik, analisis regresi berganda, serta

Moderated Regression Analysis (MRA). Tujuan penelitian ini adalah untuk

memperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel independen good

corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional dan

komite audit, sales growth, dan leverage terhadap variabel dependen yaitu tax

avoidance. Serta gambaran mengenai apakah variabel profitabilitas dapat

memoderasi hubungan antara variabel independent terhadap variabel dependen.

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif dalam penelitian digunakan untuk memperoleh

data mengenai ukuran numerik data sampel seperti, rata-rata (mean),

standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum dari data penelitian.

Dari data tersebut dapat kita peroleh mengenai informasi karakteristik data.

Terdapat enam variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu good

corporate governance yang diproksikan oleh komite audit dan kepemilikan

institusional, sales growth, leverage, profitabilitas, dan tax avoidance. Hasil

uji statistik deskriptif dalam penelitian ini diolah menggunakan aplikasi

SPSS 25 yang dapat dilihat dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Komite Audit 90 .33 1.00 .7667 .26653

Kepemilikan

Institusional 90 .33 .99 .7305 .16777

Sales Growth 90 -.15 .30 .0811 .08432

Page 95: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

80

Leverage 90 .08 1.79 .5253 .33996

Profitabilitas 90 .02 .23 .1042 .05113

Tax Avoidance 90 .16 .33 .2467 .03489

Valid N (listwise) 90

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Dilakukannya pengujian statistik deskriptif ini bertujuan untuk

melihat karakteristik data. Apabila nilai dari mean diperoleh lebih besar dari

nilai standar deviasi maka kualitas data tersebut lebih baik. Standar deviasi

merupakan besaran perbedaan dari nilai sampel dengan nilai rata-rata.

Standar deviasi digunakan untuk melihat sebaran data dalam sampel.

Semakin rendah standar deviasi dari sampel maka semakin dekat dengan

rata-rata, begitu juga sebaliknya jika semakin tinggi standar deviasi maka

semakin besar keragaman sampel.

a. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Komite Audit

Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel independen

komite audit yang merupakan salah satu proksi penghitungan dari good

corporate governance menunjukkan nilai minimum sebesar 0,33 dan

nilai maksimum yaitu sebesar 1,00 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar

0,7667 dan nilai standar deviasi sebesar 0,26653. Nilai minimum dari

jumlah komite audit yang memliki latar belakang akuntansi atau

keuangan yaitu 0,33, sedangkan nilai maksimum dari jumlah komite

audit sebesar 1,00.

b. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kepemilikan

Institusional

Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel independen

kepemilikan institusional yang juga merupakan proksi penghitungan

dari good corporate governance menunjukkan nilai minimum sebesar

0,33 dan nilai maksimum yaitu sebesar 0,99 dengan nilai rata-rata

Page 96: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

81

(mean) sebesar 0,7305 dan nilai standar deviasi sebesar 0,16777. Nilai

minimum kepemilikan institusional yaitu 0,33 dimiliki oleh Mayora

Indah Tbk pada tahun 2015, sedangkan nilai maksimum sebesar 0,99

dimiliki oleh Tunas Alfin Tbk.

c. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Sales Growth

Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel independen

sales growth menunjukkan nilai minimum sebesar -0,15 dan nilai

maksimum yaitu sebesar 0,30 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar

0,0811 dan nilai standar deviasi sebesar 0,08432. Nilai minimum sales

growth yaitu -0,15 dimiliki oleh Tunas Alfin Tbk pada tahun 2015,

sedangkan nilai maksimum sebesar 0,30 dimiliki oleh Kino Indonesia

Tbk pada tahun 2019.

d. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Leverage

Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel independen

leverage menunjukkan nilai minimum sebesar 0,08 dan nilai maksimum

yaitu sebesar 1,79 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,5253 dan nilai

standar deviasi sebesar 0,33996. Nilai minimum leverage yaitu 0,08

dimiliki oleh Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk, sedangkan nilai

maksimum sebesar 1,79 dimiliki oleh Sekar Laut Tbk.

e. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Profitabilitas

Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel moderasi

profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset (ROA)

menunjukkan nilai minimum sebesar 0,02 dan nilai maksimum yaitu

sebesar 0,23 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1042 dan nilai

standar deviasi sebesar 0,05113. Nilai minimum profitabilitas yaitu 0,02

dimiliki oleh Tunas Alfin Tbk dan Astra Otoparts Tbk, sedangkan nilai

maksimum sebesar 0,23 dimiliki oleh Selamat Sempurna Tbk.

Page 97: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

82

f. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Tax Avoidance

Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel dependen tax

avoidance yang diproksikan dengan effective tax rate (ETR)

menunjukkan nilai minimum sebesar 0,16 dan nilai maksimum yaitu

sebesar 0,33 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,2467 dan nilai

standar deviasi sebesar 0,03489. Nilai minimum tax avoidance yaitu

0,16 dimiliki oleh Sekar Laut Tbk pada tahun 2017, sedangkan nilai

maksimum sebesar 0,33 dimiliki oleh Surya Toto Indonesia Tbk dan

Tunas Alfin Tbk.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk menguji apakah

dalam sebuah regresi, variabel dependen, variabel independen atau

keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat

dilakukan dengan analisis grafik maupun analisis statistik.

1) Analisis Grafik

Hasil dari pengujian normalitas dapat diketahui dengan melihat

grafik histogram yang membandingkan antara data observasi

dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Berikut

merupakan hasil uji normalitas dengan histogram normality.

Page 98: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

83

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Normality

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Berdasarkan histogram yang ditampilkan pada gambar 4.1

terlihat bahwa grafik histogram tidak menunjukkan kemencengan.

Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk pada grafik yang membentuk

lonceng dengan puncak sejajar dengan titik 0 sumbu X. Hal ini

menandakan bahwa analisis regresi layak digunakan. Kemudian

selain grafik histogram, kita juga melakukan analisis terhadap grafik

normal probability plot.

Page 99: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

84

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normality Probability Plot

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Berdasarkan grafik normal probability plot pada gambar 4.2 di

atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis

diagonal dan memiliki arah garis diagonal. Dari pola penyebaran

tersebut menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan normal,

maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas dan layak digunakan untuk pengujian selanjutnya.

2) Analisis Statistik

Setelah melakukan analisis menggunakan grafik, berikutnya

dilakukan analisis statistik yang bertujuan untuk menguatkan hasil

analisis deskriptif. Analisis statistik diuji menggunakan metode One

Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil uji statistik One Sample

Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapa dilihat melalui tabel 4.3 berikut.

Page 100: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

85

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogororv-Smirnov Test

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada Asymp. Sig. (2-tailed)

mendapatkan nilai sebesar 0,151. Hal ini menandakan bahwa data

residual terdistribusi secara normal karena tingkat signifikansi dari

nilai tersebut di atas 0,05 atau di atas 5%. Dari tabel hasil pengujian

ini dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memiliki masalah

normalitas data serta data terdistribusi secara normal.

b. Hasil Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah

terjadi korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Untuk

mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat

Page 101: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

86

dilihat dari tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Jika

nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi

multikolinearitas antar variabel bebas. Berikut Tabel 4.4 yang

menunjukkan hasil dari uji multikolinearitas:

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas yang tersaji dalam tabel

4.5, dapat kita lihat bahwa variabel independen yang diteliti yaitu

Komite Audit dan Kepemilikan Institusional yang merupakan proxy

dari good corporate governance, Sales Growth, serta Leverage

memiliki nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10.

Variabel komite audit memperoleh nilai tolerance sebesar 0,837 dan

nilai VIF sebesar 1,195. Kemudian variabel kepemilikan institusional

memperoleh nilai tolerance sebesar 0,841 dan nilai VIF sebesar 1,190.

Variabel sales growth memperoleh nilai tolerance sebesar 0,975 dan

nilai VIF sebesar 1,025. Sedangkan variabel leverage memperoleh nilai

tolerance sebesar 0,948 dan nilai VIF sebesar 1,055.

c. Hasil Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam

suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan

Page 102: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

87

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode

t-1. Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode run

test. Jika nilai hasil uji run test memiliki tingkat signifikansi di atas 0,05

berarti data residual random dan data bebas dari autokorelasi. Berikut

disajikan hasil dari pengujian Run Test dalam tabel 4.5:

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Berdasarkan hasil pengujian dari tabel 4.5 menunjukkan hasil

pengujian autokorelasi menggunakan run test dengan nilai Asymp Sig.

(2-tailed) sebesar 0,525 yang menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih

besar dari nilai signifikansi 0,05 atau lebih dari 5%. Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi atas nilai residual.

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang

Page 103: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

88

homoskedastisitas dan tidak heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED.

Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik membentuk pola

tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan jika

tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Berikut

merupakan hasil uji heterokedastisitas menggunakan grafik scatterplot.

Gambar 4.3

Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas yang disajikan pada

gambar 4.3 dengan menggunakan grafik scatterplot dapat dilihat bahwa

tidak terdapat pola yang jelas atau bentuk tertentu pada gambar. Serta

titik-titik menyebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y. Dari hal

ini maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi penelitian tidak

terjadi heteroskedastisitas, sehingga model ini layak untuk memprediksi

Page 104: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

89

variabel tax avoidance berdasarkan variabel independen good

corporate governance, sales growth, dan leverage.

3. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis terkait penelitian ini dilakukan untuk menguji

kebenaran atas hipotesis yang dibuat oleh peneliti, yaitu bahwa variabel

good corporate governance, sales growth, dan leverage memiliki pengaruh

terhadap tax avoidance, dan variabel profitabilitas memiliki pengaruh

memoderasi terhadap interaksi variabel independent dengan variabel

dependen. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis

regresi berganda dan moderated regression analysis.

a. Hasil Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini digunakan pengujian analisis regresi

berganda untuk menguji pengaruh antara variabel dependen terhadap

semua variabel independen. Pengujian hipotesis dengan analisis regresi

berganda dilakukan dengan menguji koefisien determinasi (R2), uji

signifikansi simultan (uji F), dan uji signifikansi parsial (uji t).

1) Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Pada penelitian ini, pengujian koefisien determinasi (adjusted

R2) dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel

good corporate governance, sales growth, dan leverage dalam

menerangkan variasi variabel dependen tax avoidance. Nilai dari

koefisien determinasi adalah nol dan satu. Adapun hasil uji

koefisien determinasi dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut.

Page 105: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

90

Tabel 4.6

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Dari tabel hasil uji regresi dapat diketahui bahwa nilai Adjusted

R Square adalah sebesar 0,078 atau 7,8%. Maka dapat dikatakan

bahwa 7,8% variabel dependen tax avoidance yang diproksikan

dengan ETR dapat dijelaskan variabel independen good corporate

governance yang diproksikan oleh Komite Audit dan Kepemilikan

Institusional, Sales Growth, dan Leverage (KA, INST, SG, DER),

sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar

penelitian ini seperti intensitas modal (Purwanti & Jaya, 2020),

corporate social responsibility (Santoso dkk., 2020), karakter

eksekutif (Oktamawati, 2017), koneksi politik (Maidina & Wati,

2020), dan faktor lainnya.

2) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian statistik F bertujuan untuk mengukur apakah semua

variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap

variabel dependen. Uji statistik F dilakukan pada tingkat

signifikansi 0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel

berikut.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .346a .120 .078 .03349

a. Predictors: (Constant), Leverage, Komite Audit, Sales Growth,

Kepemilikan Institusional

Page 106: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

91

Tabel 4.7

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.7 di atas terkait hasil uji statistik F dapat

dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 2,888 dengan tingkat

signifikansi yaitu sebesar 0,027. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi < alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan dalam

model persamaan regresi ini semua variabel independen good

corporate governance yang diproksikan oleh Komite Audit dan

Kepemilikan Institusional, Sales Growth, dan Leverage

berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tax avoidance.

3) Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Pengujian parsial atau uji t bertujuan untuk menguji pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen di dalam penelitian

yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji t disajikan dalam

tabel 4.8 berikut.

Page 107: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

92

Tabel 4.8

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat diketahui bahwa koefisien

model regresi memiliki nilai konstanta sebesar 0,225 dengan nilai

thitung sebesar 12,502 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.

Konstanta sebesar 0,225 menandakan jika variabel independent

konstan maka rata-rata tax avoidance yang diukur melalui ETR

yaitu sebesar 0,225.

Sedangkan dari hasil uji t dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa

hanya variabel independen leverage yang berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen tax avoidance. Hal tersebut dapat dilihat

dari nilai signifikansi variabel yang lebih kecil dari 0,05 atau 5%.

Berikut adalah penjelasan dari hasil uji hipotesis dengan uji parsial

atau uji t.

(a) Pengaruh Variabel Komite Audit terhadap Tax Avoidance

(ETR)

Variabel komite audit memiliki thitung positif sebesar 0,055

dengan tingkat signifikansi 0,956. Hal tersebut menunjukkan

bahwa tingkat signifikansi variabel di atas 0,05, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa variabel komite audit tidak

Page 108: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

93

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance yang diukur

melalui ETR.

(b) Pengaruh Variabel Kepemilikan Institusional terhadap Tax

Avoidance (ETR)

Variabel kepemilikan institusional memiliki thitung positif

sebesar 1,838 dengan tingkat signifikansi 0,070. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel di atas 0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan

institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap tax

avoidance yang diukur melalui ETR.

(c) Pengaruh Variabel Sales Growth terhadap Tax Avoidance

(ETR)

Variabel sales growth memiliki thitung positif sebesar 0,991

dengan tingkat signifikansi 0,324. Hal tersebut menunjukkan

bahwa tingkat signifikansi variabel di atas 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel sales growth tidak berpengaruh

signifikan terhadap tax avoidance yang diukur melalui ETR.

(d) Pengaruh Variabel Leverage terhadap Tax Avoidance

(ETR)

Variabel leverage memiliki thitung negatif sebesar -2,408 dengan

tingkat signifikansi 0,018. Hal tersebut menunjukkan bahwa

tingkat signifikansi variabel lebih kecil dari 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel leverage memiliki pengaruh negatif

dan signifikan terhadap tax avoidance yang diukur melalui ETR.

b. Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA)

Dalam penelitian ini menggunakan variabel moderasi yang diuji

menggunakan uji interaksi yaitu dengan uji Moderated Regression

Analysis (MRA). Uji Moderated Regression Analysis (MRA)

merupakan aplikasi dari regresi linear berganda yang dalam

Page 109: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

94

persamaannya mengandung unsur interaksi berupa perkalian dua atau

lebih variabel independen. Adapun tujuannya untuk menilai apakah

variabel profitabilitas dapat memoderasi hubungan antara variabel

independen dan dependen. Uji interaksi ini dilakukan untuk menguji

hipotesis ke 5, 6, 7, dan 8 dari penelitian. Semua variabel dapat

dikatakan sebagai variabel moderasi apabila memiliki nilai signifikan

<0,05. Berikut merupakan hasil pengujian Moderated Regression

Analysis (MRA).

1) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur

kemampuan variabel independent menjelaskan variabel dependen.

Tabel 4.9 di bawah ini menyajikan hasil uji koefisiensi determinasi

(Adjusted R Square) untuk penelitian ini.

Tabel 4.9

Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Moderated

Regression Analysis

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa variabel Tax Avoidance

dapat dijelaskan oleh variabel Komite Audit, Kepemilikan

Institusional, Sales Growth, Leverage, dan Profitabilitas sebesar

0,131 atau 13,1%. Sedangkan sisanya sebesar 0,869 atau 86,9%

dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam analisa

Page 110: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

95

regresi pada penelitian ini seperti intensitas modal (Purwanti &

Jaya, 2020), corporate social responsibility (Santoso dkk., 2020),

karakter eksekutif (Oktamawati, 2017), koneksi politik (Maidina &

Wati, 2020), dan faktor lainnya.

2) Uji Statistik F

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah model

penelitian yang digunakan sudah signifikan. Apabila nilai

signifikansi kurang dari 5% atau <0,05 maka dapat dinyatakan

model yan digunakan sudah signifikan. Berikut hasil uji statistik F

untuk penelitian ini yang disajikan dalam tabel 4.10.

Tabel 4.10

Hasil Uji Statistik F Moderated Regression Analysis

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang

ditunjukkan pada kolom Sig. sebesar 0,014 dimana nilai tersebut <

0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa model penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini sudah fit.

3) Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)

Uji statistik t bertujuan untuk melihat seberapa jauh

pengaruh satu variabel independent secara individual menerangkan

variabel dependen. Untuk pengujian signifikansi parsial t digunakan

dasar pengambilan keputusan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka

Page 111: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

96

dapat dinyatakan bahwa variabel independent secara individual

berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018). Berikut

disajikan hasil uji signifikansi parsial (uji statistik t) pada tabel 4.11.

Tabel 4.11

Hasil Uji t Moderated Regression Analysis

Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dapat diketahui terdapat beberapa

variabel yang memiliki angka signifikansi dengan nilai < 0,05 yaitu

variabel Leverage dan variabel interaksi antara leverage dengan

profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial kedua variabel

tersebut memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (tax avoidance).

Sedangkan untuk variabel komite audit, kepemilikan institusional, sales

growth, variabel interaksi antara komite audit dengan profitabilitas,

variabel interaksi antara kepemilikan institusional dengan profitabilitas,

dan variabel interaksi antara sales growth dengan profitabilitas

menunjukkan nilai signifikansi > 0,05, sehingga variabel-variabel

Page 112: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

97

tersebut secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen. Dari hasil

pengujian ini maka dapat diperoleh persamaan model sebagai berikut.

ETR = 0,241 + 0,259 KA*ROA + (-0,569 INST*ROA) + (-0,097

SG*ROA) + 0,810 Lev*ROA + ε

Keterangan:

ETR = Tax Avoidance

KA = Komite Audit

INST = Kepemilikan Institusional

SG = Sales Growth

Lev = Leverage

ROA = Profitabilitas

ε = error term

Berdasarkan pengujian hipotesis terhadap variabel yang bertujuan untuk

membuktikan hipotesis penelitian, maka dapat disimpulkan hasil pengujian

hipotesis yang disajikan pada tabel 4.12 sebagai berikut.

Tabel 4.12

Hasil Pengujian Hipotesis

No. Pengujian Hipotesis Hasil

Pengujian

1. Pengaruh komite audit terhadap tax avoidance. Tidak

Didukung

2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap tax

avoidance.

Tidak

Didukung

3. Pengaruh sales growth terhadap tax avoidance. Tidak

Didukung

4. Pengaruh leverage terhadap tax avoidance. Didukung

5. Pengaruh komite audit terhadap tax avoidance

dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi.

Tidak

Didukung

Page 113: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

98

6.

Pengaruh kepemilikan institusional terhadap tax

avoidance dengan profitabilitas sebagai variabel

moderasi.

Tidak

Didukung

7. Pengaruh sales growth terhadap tax avoidance

dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi.

Tidak

Didukung

8. Pengaruh leverage terhadap tax avoidance

dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi. Didukung

Sumber: Data diolah (2020)

C. Pembahasan

1. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance

Hasil Uji Hipotesis yang terdapat pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa tingkat signifikansi pada variabel Komite Audit sebesar 0,956. Hal

tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi > 0,05 atau 5%. Hasil

penelitian ini juga menunjukkan arah positif dengan nilai standardized

coefficients beta sebesar 0,055. Berdasarkan hasil tersebut maka H1

ditolak, yang berarti bahwa good corporate governance yang diproksikan

dengan Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Pramesty, dkk (2020), Saputri & Husen (2020) dan Wati (2017) bahwa

Komite Audit yang dihitung berdasarkan jumlah anggota komite audit

dengan keahlian akuntansi atau keuangan dalam suatu perusahaan tidak

berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 menyatakan bahwa komite audit

merupakan komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada

dewan komisaris, paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang

berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau

perusahaan publik. Selain itu keanggotaan komite audit wajib memiliki

paling sedikit 1 (satu) anggota yang berlatar belakang pendidikan dan

keahlian di bidang akuntansi dan keuangan. Dari hasil pengujian dapat

disimpulkan bahwa penghindaran pajak tidak dapat diukur dengan jumlah

Page 114: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

99

anggota komite audit yang memiliki latar belakang akuntansi atau

keuangan. Dilihat dari jumlah komite audit yang berlatar belakang

keuangan, komite audit dengan jumlah yang lebih sedikit diasumsikan

memiliki kelebihan yaitu cenderung lebih efisien karena dapat dengan

memberikan rekomendasi atas ruang lingkup penugasan, memberikan saran

kepada dewan komisaris terkait dengan adanya potensi benturan

kepentingan emiten atau perusahaan publik, serta memberikan pendapat

independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dan

akuntan. Namun dengan jumlah anggota komite audit yang sedikit terdapat

kelemahan seperti ide atau rekomendasi yang dapat diajukan kepada dewan

komisaris lebih sedikit. Sedangkan komite audit dengan jumlah yang lebih

banyak tentunya memiliki kelebihan atas lebih banyaknya ide ataupun

saran-saran yang dapat diajukan kepada dewan komisaris apabila

ditemukan temuan atas pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal,

atau jika terjadi perbedaan kepentingan emiten, atau terkait going concern

perusahaan kedepannya, namun hal ini juga memiliki kelemahan yaitu akan

dapat memunculkan lebih banyak konflik pendapat diantara mereka,

dengan demikian banyak sedikitnya komite audit tetap memiliki kelemahan

sehingga tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Komite audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance dapat

disebabkan oleh keberadaan komite audit yang fungsinya untuk

meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan tidak dapat

berjalan dengan baik apabila tidak ada dukungan dari seluruh elemen dari

dalam perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut komite audit belum

maksimal dalam pelaksanaannya dapat disebabkan kurang didukung oleh

elemen-elemen lain yang berada di dalam perusahaan menyebabkan komite

audit belum efektif dalam melakukan pengawasan yang baik dan cenderung

netral.

Page 115: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

100

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masalah keagenan

yang terjadi yaitu perbedaan kepentingan antara komite audit yang memliki

kepentingan untuk memastikan laporan keuangan serta kinerja perusahaan

bebas dari kecurangan yang salah satunya berupa tindakan penghindaran

pajak, mengalami benturan dengan kepentingan dewan komisaris yang

berorientasi memaksimalkan laba bagi perusahaan.

Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Novitasari, dkk (2016) dan Apriliyana & Suryarini (2018) yang

menyebutkan bahwa komite audit dapat mempengaruhi tax avoidance

karena komite audit yang memiliki kompetensi di bidang akuntansi

cenderung mengetahui cara melakukan praktik manajemen laba yang

berkenaan dengan tindakan penghindaran pajak sehingga dapat mencegah

kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajer atas laporan keuangan.

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance

Hasil Uji Hipotesis yang terdapat pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa tingkat signifikansi pada variabel Kepemilikan Institusional sebesar

0,070. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi > 0,05 atau 5%.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan arah positif dengan nilai

standardized coefficients beta sebesar 0,204. Berdasarkan hasil tersebut

maka H2 ditolak, yang berarti bahwa good corporate governance yang

diproksikan dengan Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap

Tax Avoidance.

Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Moeljono

(2020), Maharani & Puspitasari (2014), dan Damayanti & Susanto (2015)

bahwa Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Tax

Avoidance. Kepemilikan saham oleh institusi dapat dimanfaatkan oleh

pihak manajemen perusahaan disaat melakukan perencanaan pajak dengan

memanfaatkan saham yang dimiliki oleh institusi. Hal ini berarti

Page 116: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

101

kepemilikan institusional tidak berperan dalam memantau, mendisiplinkan

dan mempengaruhi tindakan oportunis manajer dan pemilik institusional

lebih mementingkan untuk memaksimalkan kesejahteraannya dalam

meningkatkan laba sehingga besar atau kecilnya kepemilikan institusional

tidak mempengaruhi tax avoidance.

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang

dimiliki oleh institusi seperti pemerintah, perusahaan, asuransi, investor

luar negeri, atau bank kecuali kepemilikan individual. Pemilik institusional

ikut serta dalam pengawasan dan pengelolaan perusahaan namun pemilik

institusional mempercayakan pengawasan dan pengelolaan tersebut kepada

dewan komisaris karena itu merupakan tugas dewan komisaris yang

mewakili pemilik institusional (Damayanti & Susanto, 2015). Sedangkan

menurut Syuhada, dkk (2019) kepemilikan institusional yang tidak

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance berarti bahwa besar

kecilnya kepemilikan institusional tidak membuat praktik tax avoidance

yang dilakukan oleh perusahaan dapat dihindari.

3. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance

Hasil Uji Hipotesis yang terdapat pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa tingkat signifikansi pada variabel sales growth sebesar 0,324. Hal

tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi > 0,05 atau 5%. Hasil

penelitian ini juga menunjukkan arah positif dengan nilai standardized

coefficients beta sebesar 0,102. Berdasarkan hasil tersebut maka H3

ditolak, yang berarti bahwa sales growth tidak berpengaruh terhadap Tax

Avoidance.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Susilowati, dkk (2020) dan Richa & Yuniarwati (2020) yang menunjukkan

bahwa sales growth tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Menurut

Susilowati, dkk (2020) bahwa tingginya tingkat pertumbuhan penjualan

Page 117: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

102

dalam perusahaan dapat menggambarkan baik buruknya tingkat

pertumbuhan penjualan yang dilihat dari seberapa besar profit yang

diperoleh dari perusahaan tersebut. Seiring dengan meningkatnya

pertumbuhan penjualan maka perusahaan mampu untuk membayar pajak

yang ditangguhkan perusahaan dan cenderung tidak melakukan tax

avoidance.

Semakin tinggi sales growth perusahaan akan meningkatkan laba

perusahaan sehingga akan sejalan dengan tingkat beban pajak yang akan

ditanggungnya. Peningkatan sales growth akan menjadi perhatian dari

petugas pajak yang berasumsi semakin tinggi sales growth maka akan

semakin besar jumlah pajak terutang yang seharusnya dibayarkan oleh

perusahaan. Hal ini dapat menjadikan manajemen menjadi lebih waspada

dalam melakukan kebijakan perpajakannya (Apriyanto & Dwimulyani,

2019).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mariani (2020), dan Oktamawati (2017) yang menyatakan bahwa tingkat

sales growth berpengaruh terhadap tax avoidance.

4. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance

Hasil Uji Hipotesis yang terdapat pada tabel 4.8 menunjukkan

bahwa tingkat signifikansi pada variabel leverage sebesar 0,018. Hal

tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05 atau 5%. Hasil

penelitian ini juga menunjukkan arah negatif dengan nilai standardized

coefficients beta sebesar -0,252. Berdasarkan hasil tersebut maka H4

diterima, yang berarti bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap Tax

Avoidance.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Purwanti & Jaya (2020) dan Apriyanto & Dwimulyani

(2019). Kenaikan beban bunga yang ikut timbul dengan tingginya rasio

Page 118: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

103

leverage berdampak pada laba yang diperoleh akan berkurang sehingga

terjadi penurunan atas pengenaan beban pajak terutang. Beban pajak yang

rendah akan berdampak pada kecenderungan penurunan upaya

penghindaran pajak. Maka semakin tinggi leverage akan semakin rendah

penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan.

Semakin tinggi tingkat leverage maka semakin tinggi pula tingkat

ketergantungan perusahaan atas dana dari pihak ketiga. Pihak ketiga

sebagai kreditur akan mengawasi perusahaan agar dapat melunasi

kewajibannya sehingga manajemen perusahaan memiliki kecenderungan

motivasi yang rendah dalam praktik tax avoidance dikarenakan adanya

fungsi pengawasan yang dilakukan oleh kreditur.

Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Novitasari dkk, 2016) dan (Tebiono & Sukadana, 2019)

yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tax

avoidance.

5. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas

sebagai Variabel Moderasi

Hasil pengujian hipotesis tahap dua menggunakan moderated

regression analysis (MRA) yang disajikan pada tabel 4.11 menunjukkan

bahwa interaksi antara komite audit dengan profitabilitas memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,415. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat

signifikansi > 0,05. Sehingga hipotesis yang telah dirumuskan pada H5

ditolak. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Profitabilitas tidak dapat

memoderasi hubungan komite audit terhadap tax avoidance, artinya

profitabilitas tidak dapat memperkuat hubungan komite audit terhadap tax

avoidance.

Komite audit merupakan salah satu komite perusahaan yang

bertugas membantu konisaris independen dalam hal pengawasan dan

Page 119: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

104

pengendalian internal. Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-643/BL/2012 tentang

pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, menjelaskan

bahwa komite audit diketuai oleh komisaris independen, anggotanya dapat

terdiri dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten dengan anggota

berlatar belakang akuntansi atau di bidang keuangan. Anggota komite audit

dengan keahlian akuntansi atau keuangan akan lebih memahami celah

dalam peraturan perpajakan serta bagaimana menghindari deteksi risiko

(Apriliyana & Suryarini, 2018).

Hal ini menunjukkan dengan adanya komite audit yang memiliki

keahlian di bidang akuntansi atau keuangan dalam perusahaan tidak dapat

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan

yang diambil oleh manajemen karena komite audit hanya memiliki

wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan

namun pengambilan keputusan merupakan wewenang dari dewan

komisaris.

Kegiatan tax avoidance dalam perusahaan dipengaruhi oleh faktor

good corporate governance yang dalam penelitian ini diproksikan salah

satunya dengan variabel komite audit. Keberadaan komite audit terutama

yang memiliki keahlian di bidang akuntansi atau keuangan bertujuan untuk

melakukan pengawasan atas proses penyusunan laporan keuangan

perusahaan sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecurangan seperti

tindakan penghindaran pajak.

Berdasarkan hasil hipotesis kelima dapat disimpulkan bahwa

profitabilitas tidak mampu memoderasi (memperkuat/memperlemah)

hubungan antara komite audit dengan tax avoidance. Hal ini dapat terjadi

karena bertambahnya laba yang didapat oleh perusahaan tidak mampu

mempengaruhi komite audit dalam mencegah tax avoidance. Komite audit

tidak mampu meningkatkan pengawasan terhadap manajemen karena

Page 120: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

105

kewenangan audit yang masih dibatasi oleh dewan komisaris sehingga tidak

dapat berkontribusi langsung dalam mengawasi praktik tax avoidance.

Hipotesis ini tidak berpengaruh dapat juga disebabkan karena komite audit

dilihat dari jumlah anggota yang berlatar belakang akuntansi belum secara

efektif melakukan pengawasan serta memberikan saran atau rekomendasi

kepada dewan komisaris atas kemungkinan ditemukannya penghindaran

pajak yang dilakukan oleh pihak manajer.

6. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance dengan

Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi

Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan moderated

regression analysis (MRA) yang disajikan pada tabel 4.11 menunjukkan

bahwa interaksi antara kepemilikan institusional dengan profitabilitas

memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,358. Hal tersebut menunjukkan

bahwa tingkat signifikansi > 0,05. Sehingga hipotesis yang telah

dirumuskan pada H6 ditolak. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

Profitabilitas tidak dapat memoderasi hubungan kepemilikan institusional

terhadap tax avoidance, artinya profitabilitas tidak mampu memperkuat

atau memperlemah hubungan kepemilikan institusional terhadap tax

avoidance.

Hal ini menunjukkan dengan adanya kepemilikan saham di luar

kepemilikan internal perusahaan yang dimiliki oleh institusi seperti

pemerintah, perusahaan, asuransi, investor luar negeri, atau bank kecuali

kepemilikan individual tidak dapat memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap pengawasan atas kemungkinan terjadinya tax avoidance.

Tax avoidance dalam perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya good corporate governance yang dalam penelitian ini

diproksikan salah satunya dengan variabel kepemilikan institusional. Good

corporate governance sendiri merupakan suatu mekanisme untuk

Page 121: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

106

mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan

sesuai dengan harapan pemangku kepentingan. Corporate governance

merupakan konsep untuk peningkatan kinerja perusahaan dengan

monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen

terhadap stakeholders (Rahmah, 2017). Dalam penelitian ini diharapkan

bahwa dengan adanya variabel moderasi profitabilitas maka akan dapat

berpengaruh terhadap interaksi antara kepemilikan institusional dengan tax

avoidance, apakah pengawasan dari kepemilikan institusional terhadap

kemungkinan terjadinya praktik penghindaran pajak perusahaan akan dapat

melemah apabila dikaitkan dengan profitabilitas perusahaan.

Dalam hasil penelitian pada hipotesis kedua menyatakan bahwa

good corporate governance yang diproksikan oleh kepemilikan institusonal

tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Namun, peneliti juga ingin

mengetahui apabila dengan adanya tambahan variabel moderasi yaitu

profitabilitas akan mempengaruhi dengan memperkuat atau memperlemah

interaksi antara kepemilikan institusional dengan tax avoidance.

Berdasarkan teori stakeholder menyatakan bahwa eksistensi

perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Perusahaan akan

mempertimbangkan kepentingan pemangku kepentingan karena adanya

komitmen moral dari manajemen perusahaan terhadap para pemangku

kepentingan, komitmen moral ini akan mendorong perusahaan untuk

merumuskan strategi perusahaan (yang memerhatikan kepentingan para

pemangku kepentingan) dimana strategi perusahaan akan berpengaruh

terhadap pencapaian kinerja keuangan perusahaan (Indriawati, 2017).

Kepemilikan yang dimiliki institusional berperan sebagai pengawas

agar tindak kecurangan yang mungkin dilakukan oleh manajer perusahaan

dapat dicegah. Adanya penambahan profitabilitas dapat memunculkan

motivasi perusahaan untuk melakukan aktivitas penghindaran pajak, oleh

karena itu diperlukan kepemilikan institusional agar dapat memantau,

Page 122: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

107

mendisiplinkan, dan mempengaruhi manajer agar dapat berfokus pada

kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk berperilaku

mementingkan diri sendiri. Namun pada pelaksanaannya pemilik

institusional mempercayakan pengawasan dan pengelolaan atas perusahaan

kepada dewan komisaris karena itu merupakan tugas dewan komisaris yang

mewakili pemilik institusional. Oleh karena itu disimpulkan profitabilitas

tidak mampu memoderasi hubungan kepemilikan institusional dengan tax

avoidance.

7. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas

sebagai Variabel Moderasi

Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan moderated

regression analysis (MRA) yang disajikan pada tabel 4.11 menunjukkan

bahwa interaksi antara sales growth dengan profitabilitas memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,911. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat

signifikansi > 0,05. Sehingga hipotesis yang telah dirumuskan pada H7

ditolak. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Profitabilitas tidak dapat

memoderasi hubungan sales growth terhadap tax avoidance, artinya

profitabilitas tidak mampu memperkuat atau memperlemah hubungan sales

growth terhadap tax avoidance.

Sales growth atau pertumbuhan penjualan adalah perubahan

penjualan pada laporan keuangan per tahun yang dapat mencerminkan

prospek perusahaan dan profitabilitas di masa yang akan datang.

Pengukuran pertumbuhan penjualan dapat menggambarkan baik atau

buruknya tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan (Fionasari dkk,

2020). Jika terjadi peningkatan pada pertumbuhan penjualan maka

keuntungan laba yang diperoleh perusahaan akan ikut meningkat. Kenaikan

dari profitabilitas dan sales growth yang berhubungan dapat menimbulkan

dampak pada tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat menekan

Page 123: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

108

beban pajak yang diperolehnya menjadi sekecil mungkin. Hal ini dapat

mengarahkan perusahaan pada tindakan tax avoidance dalam rangka

meningkatkan laba perusahaan dengan melakukan penghindaran pajak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Widiyantoro & Sitorus, 2019) yang menyatakan bahwa secara empiris

moderasi profitabilitas tidak mampu memperkuat pengaruh sales growth

terhadap tax avoidance. Peningkatan atau penurunan pertumbuhan

penjualan pada sektor manufaktur tidak berpengaruh signifikan terhadap

kemungkinan penghindaran pajak. Hal ini dapat dikarenakan semakin

tinggi sales growth perusahaan akan meningkatkan laba perusahaan

sehingga akan sejalan dengan tingkat beban pajak yang akan

ditanggungnya. Peningkatan sales growth akan menjadi perhatian dari

petugas pajak yang berasumsi semakin tinggi sales growth maka akan

semakin besar jumlah pajak terutang yang seharusnya dibayarkan oleh

perusahaan. Hal ini dapat menjadikan manajemen menjadi lebih waspada

dalam melakukan kebijakan perpajakannya (Apriyanto & Dwimulyani,

2019).

8. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas

sebagai Variabel Moderasi

Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan moderated

regression analysis (MRA) yang disajikan pada tabel 4.11 menunjukkan

bahwa interaksi antara leverage dengan profitabilitas memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,006. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05. Sehingga hipotesis yang telah dirumuskan

pada H8 diterima.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Profitabilitas mampu

memoderasi hubungan leverage terhadap tax avoidance, artinya

profitabilitas mampu memperkuat hubungan leverage terhadap tax

Page 124: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

109

avoidance. Artinya, semakin tinggi profitabilitas maka akan semakin

memperkuat hubungan leverage terhadap tax avoidance. Pada uji individual

(uji t) regresi berganda sebelumnya diketahui bahwa arah pengaruh

leverage terhadap tax avoidance adalah negatif. Maka interpretasi atas

pengujian tersebut yaitu ketika leverage rendah tetapi profitabilitas yang

diperoleh perusahaan tinggi, maka kemungkinan penghindaran pajak dapat

meningkat.

Leverage adalah rasio besarnya kepemilikan utang perusahaan

terhadap aktiva yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

Leverage merupakan sumber pendanaan perusahaan dari eksternal

perusahaan berupa utang jangka panjang yang akan menimbulkan beban

bunga jangka panjang yang dapat mengurangi beban pajak terutang

perusahaan. Rasio leverage menunjukkan pembiayaan operasi perusahaan

dari utang yang mencerminkan semakin tingginya beban bunga akibat

utang. Dikarenakan leverage yang merupakan penambahan jumlah utang

yang mengakibatkan timbulnya pos biaya tetap tambahan berupa bunga

atau interest yang harus dibayarkan oleh perusahaan maka dapat bermanfaat

sebagai pengurang beban pajak penghasilan wajib pajak badan (Gazali dkk,

2020).

Menurut hasil pengujian, profitabilitas dinilai mampu memperkuat

hubungan leverage dengan tax avoidance. Menurut penelitian (Putra &

Badjra, 2015), pengaruh yang signifikan menunjukkan bahwa leverage

merupakan faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

Perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi, akan menggunakan utang

yang relatif sedikit karena perusahaan akan cenderung menggunakan data

internalnya. Dari pemaparan tersebut jika dikaitkan dengan perilaku

penghindaran pajak yaitu profitabilitas yang tinggi dapat memperkuat

hubungan leverage terhadap tax avoidance. Sebagai penjelas seiring dengan

Page 125: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

110

kenaikan profitabilitas dapat mempengaruhi penurunan ketergantungan

perusahaan akan pendanaan pihak ketiga (leverage). Namun seiring dengan

kenaikan profitabilitas dan menurunnya rasio leverage akan menimbulkan

beban pajak yang tinggi pada perusahaan dan mendorong perusahaan untuk

melakukan penghindaran pajak demi menekan beban pajak terutang. Atau

berlaku sebaliknya, dengan adanya penurunan profitabilitas maka

perusahaan dapat memilih pendanaan dengan rasio leverage. Menurut

(Purwanti & Jaya, 2020) kenaikan beban bunga yang ikut timbul dengan

tingginya rasio leverage berdampak pada laba yang diperoleh akan

berkurang sehingga terjadi penurunan atas pengenaan beban pajak terutang.

Beban pajak yang rendah akan berdampak pada kecenderungan penurunan

upaya penghindaran pajak. Maka semakin tinggi leverage akan semakin

rendah penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan.

Page 126: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

111

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh good

corporate governance, sales growth, dan leverage terhadap tax avoidance

dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi pada perusahaan sektor

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2015-

2019. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode analisis linear

berganda dengan bantuan software IBM SPSS 25, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Good corporate governance yang diproksikan dengan komite audit tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pramesty, dkk (2020) dan

Puspita & Harto (2014). Namun penelitian ini bertentangan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Novitasari, dkk (2016) dan Apriliyana &

Suryarini (2018).

2. Good corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Moeljono

(2020), Maharani & Puspitasari (2014), dan Damayanti & Susanto (2015).

Namun penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Purwanti & Jaya (2020) dan Gazali, dkk (2020) yang menyatakan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax avoidance.

3. Sales growth tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susilowati,

dkk (2020) dan Richa & Yuniarwati (2020). Namun hasil penelitian ini

bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariani (2020),

Page 127: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

112

Purwanti & Jaya 2020, dan Oktamawati (2017) yang menyatakan bahwa

tingkat sales growth berpengaruh terhadap tax avoidance.

4. Leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purwanti &

Jaya (2020). Namun penelitian ini tidak mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Tebiono & Sukadana (2019) dan Mariani (2020).

5. Profitabilitas tidak mampu memoderasi hubungan good corporate

governance yang diproksikan dengan komite audit terhadap tax avoidance.

6. Profitabilitas tidak mampu memoderasi hubungan good corporate

governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional terhadap

tax avoidance.

7. Profitabilitas tidak mampu memoderasi hubungan sales growth terhadap

tax avoidance.

8. Profitabilitas mampu memoderasi hubungan leverage terhadap tax

avoidance.

B. Keterbatasan

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak lepas dari adanya

kekurangan. Adapun keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini yang

mungkin dapat menimbulkan ketidakakuratan atau bias pada hasil penelitian,

diantaranya:

1. Penulis hanya menggunakan empat faktor yang mempengaruhi tax

avoidance, yaitu good corporate governance yang diproksikan oleh komite

audit dan kepemilikan institusional, sales growth, dan leverage. Serta

menggunakan vaiabel profitabilitas sebagai variabel moderasi.

2. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada

perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2015

sampai 2019.

Page 128: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

113

C. Saran

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh good corporate

governance, sales growth, dan leverage terhadap tax avoidance dengan

profitabilitas sebagai variabel moderasi. Peneliti berharap bahwa penelitian

selanjutnya menghasilkan penelitian yang lebih baik dengan adanya saran pada

beberapa hal, yaitu:

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah atau mengganti variabel

independent yang dapat mempengaruhi variabel tax avoidance seperti

koneksi politik, intensitas modal, arus kas operasi, CSR, dan lain

sebagainya.

2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan proksi yang berbeda dalam

setiap variabel sehingga dapat dibandingkan dengan proksi yang digunakan

dalam penelitian ini. Seperti penggunaan proksi frekuensi rapat komite

audit untuk variabel komite audit; Debt To Asset Ratio (DAR) untuk

variabel leverage; Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM),

Gross Profit Margin (GPM) untuk variabel profitabilitas; dan proksi Book

Tax Difference (BTD) dan cash ETR (CETR) untuk variabel tax avoidance.

3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas populasi penelitian,

seperti sektor pertambangan, keuangan, real estate, consumer goods, dan

lain sebagainya atau memperluas populasi penelitian di luar negara

Indonesia agar dapat dibandingkan dengan hasil penelitian yang

menggunakan populasi perusahaan di Indonesia.

4. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan tahun penelitian agar

hasil penelitian dapat lebih akurat dan konsisten dari variabel-variabel yang

digunakan.

Page 129: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

114

DAFTAR PUSTAKA

Abdelfattah, T., & Aboud, A. (2020). Tax avoidance, corporate governance, and

corporate social responsibility: The case of the Egyptian capital market. Journal

of International Accounting, Auditing and Taxation, 38.

https://doi.org/10.1016/j.intaccaudtax.2020.100304

Adlu, M., & Junaidi, A. (2021). Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas,

dan Leverage Terhadap Penghindaran Pajak.

Amri, M. (2017). Pengaruh Kompensasi Manajemen terhadap Penghindaran Pajak

dengan Moderasi Diversifikasi Gender Direksi dan Preferensi Risiko Eksekutif

Perusahaan di Indonesia. Jurnal ASET, 6(1), 1-13.

Annuar, H. A., Salihu, I. A., Normala, S., & Obid, S. (2014). Corporate ownership,

governance and tax avoidance: An interactive effects. Procedia - Social and

Behavioral Sciences, 164, 150–160. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.11.063

Aprianto, M., & Dwimulyani, S. (2019). Pengaruh Sales Growth dan Leverage

Terhadap Tax Avoidance Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel

Moderasi. Prosiding Seminar Nasional Pakar ke-2, 2.14.1.

Ardianingsih, A., & Ardiyani, K. (2016). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan

Terhadap Kinerja Perusahaan. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,

19(2). http://dx.doi.org/10.31941/jurnalpena.v19i2.368

Ariawan, I. M. A. R., & Setiawan, P. E. (2017). Pengaruh Dewan Komisaris

Independen, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap

Tax Avoidance. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(3), 1831-1859.

Armstrong, C. S., Blouin, J. L., Jagolinzer, A. D., & Larcker, D. F. (2015). Corporate

Governance, Incentives, and Tax Avoidance. Journal of Accounting and

Economics, 60(1), 1-17

Astuti, D. F., Dewi, R. R., & Fajri, R. N. (2020). Pengaruh Corporate Governance dan

Sales Growth terhadap Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2014-2018.

Ekonomis: Journal of Economics and Business, 4(1), 210-215.

Astutik, R. E. P., & Mildawati, T. (2016). Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban

Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi,

5(3), 1-17.

Aumeerun, B., Jugurnath, B., dan Soondrum, H. 2016. Tax Evasion: Empirical

Evidence from sub-Saharan Africa. Journal of Accounting and Taxation, 8(7),

70-80.

Page 130: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

115

Damayanti, F., & Susanto, T. (2015). Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit,

Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan Dan Return On Assets Terhadap

Tax Avoidance. Esensi Jurnal Bisnis dan Manajemen, 5(2), 187-206.

Darmawan, I. G. H., & Sukartha, I. M. (2014). Pengaruh Penerapan Corporate

Governance, Leverage, Return On Assets, dan Ukuran Perusahan Pada

Penghindaran Pajak. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 9(1), 143-161.

Dewi, N. M. (2019). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris

Independen dan Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2012-2016. Media Akuntansi Universitas Muhammadiyah Semarang, 9(1), 40-

51.

Dewi, N. N. K., & Jati, I. K. (2014). Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik

Perusahaan yang Baik Pada Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal

Akuntansi Universitas Udayana.

Diantari, P. R. & Ulupui. IGK. A. (2016). Pengaruh Komite Audit, Proporsi Komisaris

Independen dan Proporsi Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance. E-

Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16, 702-732.

Fionasari, D., Putri, A. A., & Sanjaya, P. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Penghindaran Pajak pada Perusahaan Pertambangan Di Bursa

Efek Indonesia (BEI) Tahun 2016-2018. Jurnal IAKP, 1(1), 28-40.

Gazali, A., Karamoy, H., & Gamaliel, H. (2020). Pengaruh Leverage, Kepemilikan

Institusional dan Arus Kas Operasi Terhadap Penghindaran Pajak Pada

Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2019.

Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing “Goodwill”, 11(2), 83-96.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25 (IX).

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I., & Chariri. (2007). Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Hendi & Angelina, D. (2021). Analisis Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan

Karakteristik Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan yang

Terdaftar di BEI. Conference on Management, Business, Inovation, Education

and Social Science, 1(1), 1079-1093.

Herlambang, S., & Darsono. (2015). Pengaruh Corporate Governance dan Ukuran

Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal of Accounting, 4(3),

1-11.

Page 131: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

116

Indriawati, W. F. (2017). Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit,

Kepemilikan Institusional Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak

Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating

Jefri & Khoiriyah, Y. (2019). Pengaruh Good Corporate Governance Dan Return On

Assets Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

Pada Bursa Efek Indonesia. Akuntabilitas Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Akuntansi, 13(2), 141-154.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behaviour,

Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4),

305-360.

Kurniasih, T., & Sari, M. M. R. (2013). Pengaruh Return On Asset, Leverage,

Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal pada

Tax Avoidance. E-jurnal Akuntansi, 18(1)

Lestari, P., Harimurti, F., & Suharno. (2018). Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan

Sales Growth Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi

Informasi, 14(4), 551-559.

Maidina, L. P., & Wati, L. N. (2020). Pengaruh Koneksi Politik, Good Corporate

Governance Dan Kinerja Keuangan Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi,

9(2), 118-131.

Mariani, D. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Tax Avoidance Pada Perusahaan

Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan,

8(3), 253-262.

Marlinda, D. E., Titisari, K. H., & Masitoh, E. (2020). Pengaruh GCG, Profitabilitas,

Capital Intensity, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance. Ekonomis:

Journal of Economics and Business, 4(1), 39-47.

Moeljono. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak. Jurnal

Penelitian Ekonomi dan Bisnis, 5(1), 103-121.

Moses, D. R. S., & Nur, F. A. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Corporate

Governance terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 6(8).

Murhadi. Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi Saham. (2013). Jakarta:

Salemba Empat

Musthafa. (2017). Manajemen Keuangan. Penerbit Andi.

Muttaqin, Z., Fitriyani, A., Ridho, T. K., & Nugraha, D. P. (2019). Analisis Good

Corporate Governance, Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi. Tirtayasa Ekonomika, 14(2), 293-

309. http://dx.doi.org/10.35448/jte.v14i2.6525

Page 132: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

117

Novitasari, A., Nurhayati, & Sukarmanto, E. (2016). Pengaruh Return On Asset,

Leverage, Ukuran Komite Audit dan Kompetensi Komite Audit Terhadap Tax

Avoidance. Prosiding Akuntansi, 2(2), 438-444.

Nugraha, N. B., & Meiranto, W. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility,

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Capital Intensity terhadap

Agresivitas Pajak. Diponegoro Journal of Accounting, 4(4), 1-14.

Nursari, M., Diamonalisa, & Sukarmanto, E. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage,

dan Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris pada

Perusahaan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Periode

Tahun 2009-2016. Prosiding Akuntansi, 3(2), 259-266.

Oktamawati, M. (2017). Pengaruh Karakteristik Eksekutif, Komite Audit, Ukuran

Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, Dan Profitabilitas Terhadap Tax

Avoidance. Jurnal Akuntansi Bisnis, 15(1), 23-40.

Parmitasari, R. D. A., & Hasrianto. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,

Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Saham-saham

yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index (JII) Periode Tahun 2011-2015. Jurnal

Manajemen Ide dan Inspirasi, 4(2).

Permana, A. R. D., & Zulaikha. (2015). Pengaruh Corporate Governance terhadap

Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal of Accounting, 4(4), 1-11.

Prakosa, B. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga dan Corporate

Governance Terhadap Penghindaran Pajak Di Indonesia. Jurnal Simposium

Nasional Akuntansi XVII.

Pramesty, K. D., Surbakti, L. P., & Miftah, M. (2020). Kualitas Audit Eksternal

Sebagai Moderasi Hubungan Antara Karakteristik Komite Audit Dan

Penghindaran Pajak. Prosiding BIEMA, 1, 1005-1016.

Puspita, S. R., & Harto, P. (2014). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap

Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal Of Accounting, 3(2), 1-13.

Purbowati, R. (2021). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance

(Penghindaran Pajak). Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Dewantara, 4(1),

61-76.

Purwanti, R., & Jaya, H. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tax Avoidance

Pada Perusahaan Property dan Real Estate. Jurnal Akuntansi Measurement

Universitas Riau Kepulauan, 14(2), 9-15.

Putra, A. A. W. Y., & Badjra, I. B. (2015). Pengaruh Leverage, Pertumbuhan Penjualan

dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas. E-Jurnal Manajemen, 4(7).

Page 133: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

118

Putra, I. G. L. N. D. C., & Merkusiwati, N. K. L. A. (2016). Pengaruh Komisaris

Independen, Leverage, Size dan Capital Intensity Ratio Pada Tax Avoidance. E-

jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 17(1).

Putri, R. D. (2018). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance (Studi

Empiris Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2016).

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas, 20(2).

Putri, V. R., & Putra, B. I. (2017). Pengaruh Leverage, Profitability, Ukuran

Perusahaan dan Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance.

Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 19(1), 1-11.

Ramadhani, D., Yanti, & Sitompul, M. A. (2021). Peran Corporate Social

Responsibility, Corporate Governance dan Profitabilitas: Indikasi Penghindaran

Pajak Pada Sektor Pertambangan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan

Statera, 3(1), 65-74.

Richa & Yuniarwati. (2020). Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Tata Kelola

Perusahaan, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghidaran Pajak. Jurnal

Multiparadigma Akuntansi Tarumanegara, 2, 893-901.

Robinson, J. R., Xue, Y., & Zhang, M. H. (2012). Tax Planning and Financial

Expertise in the Audit Committee. Working Paper SSRN, University of Texas at

Austin.

Rozak, T. S., Hardiyanto, A. T., & Fadillah, H. (2018). Pengaruh Profitabilitas,

Likuiditas, dan Leverage Terhadap Tax Avoidance, Jurnal Online Mahasiswa

Bidang Akuntansi, 5(5).

Santoso, I. A., Haryani, H., & Febrianti, W. (2020). Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tax Avoidance Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel

Intervening. Indonesian Journal Accounting, 1(2), 120-131.

Saputra, Refa, M. D., & Asyik, N. F. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan

Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ilmu dan Riset

Akuntansi, 6(8).

Subagyo, P. J. (2015). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta

Susilowati, A., Dewi, R. R., & Wijayanti, A. (2020). Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Tax Avoidance. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,

20(1), 131-136.

Swingly, C., & Sukartha, I. M. (2015). Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit,

Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Sales Growth Pada Tax Avoidance, E-Jurnal

Akuntansi Universitas Udayana, 10(1).

Page 134: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

119

Syuhada, A., Yusnaini, & Meirawati, E. (2019). Pengaruh Good Corporate

Governance Dan Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance Pada Sektor

Pertambangan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi, 13

Tebiono, J. N., & Sukadana, I. B. N. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tax

Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Jurnal Bisnis

dan Akuntansi, 21(1a-2), 121-130.

Titisari, K. H., & Mahanani, A. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tax

Avoidance, Jurnal Riset Akuntansi, 7(2), 111-122

Wailan’An, E. J. (2019). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Institusional, Komite Audit, dan Kualitas Audit Terhadap Kewajiban Pajak Pada

Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-

2015. JWEM STIE Mikroskil, 9(1), 107-114.

Wati, A. D. A. (2017). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Karakteristik

Perusahaan, dan Manajemen Laba Terhadap Tax Avoidance.

Widiyantoro, C. S., & Sitorus, R. R. (2019). Pengaruh Transfer Pricing dan Sales

Growth Terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas Sebagai Variabel

Moderating. Media Akuntansi Perpajakan, 4(2), 18-32.

Wijayani, D. R. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, Corporate

Governance Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaraan Pajak Di

Indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, 13(2).

https://doi.org/10.34001/jdeb.v13i2.473

Zuesty, A. (2016). Pengaruh Kepemilikan Institutional, Risiko Perusahaan, Dan

Leverage terhadap Tindakan Tax Avoidance.

Zurianti, E., Rambe, P. A., & Ratih, A. E. (2018). Pengaruh Profitabilitas dan

Corporate Governance terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Sektor Industri

Barang dan Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013-

2016.

Page 135: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

120

LAMPIRAN 1

DAFTAR NAMA PERUSAHAAN SAMPEL

Page 136: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

121

Daftar Nama Perusahaan Sampel

No Kode Nama Perusahaan

1 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk

2 EKAD Ekadharma International Tbk

3 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk

4 TALF Tunas Alfin Tbk

5 ASII Astra International Tbk

6 AUTO Astra Otoparts Tbk

7 SMSM Selamat Sempurna Tbk

8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

9 MYOR Mayora Indah Tbk

10 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk

11 SKLT Sekar Laut Tbk

12 STTP Siantar Top Tbk

13 ULTJ

Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company

Tbk

14 GGRM Gudang Garam Tbk

15 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk

16 KLBF Kalbe Farma Tbk

17 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk

18 KINO Kino Indonesia Tbk

Page 137: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

122

LAMPIRAN 2

HASIL TABULASI DATA

Page 138: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

123

Hasil Tabulasi Data

No Kode Komite Audit

2015 2016 2017 2018 2019

1 TOTO 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

2 EKAD 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

3 IGAR 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33

4 TALF 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

5 ASII 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

6 AUTO 1.00 1.00 1.00 1.00 0.67

7 SMSM 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33

8 ICBP 0.67 0.33 0.33 0.33 0.33

9 MYOR 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67

10 ROTI 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

11 SKLT 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

12 STTP 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33

13 ULTJ 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67

14 GGRM 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67

15 DVLA 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

16 KLBF 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67

17 SIDO 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

18 KINO 0.67 0.67 0.67 1.00 1.00

Page 139: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

124

Hasil Tabulasi Data

No Kode Kepemilikan Institusional

2015 2016 2017 2018 2019

1 TOTO 0.923613 0.923613 0.923613 0.923613 0.923613

2 EKAD 0.754464 0.754464 0.768076 0.775331 0.784722

3 IGAR 0.848188 0.848188 0.848188 0.848188 0.848188

4 TALF 0.994134 0.993840 0.994297 0.994296 0.994296

5 ASII 0.501148 0.501148 0.501148 0.501148 0.501148

6 AUTO 0.800000 0.800000 0.800000 0.800000 0.800000

7 SMSM 0.581256 0.581256 0.581256 0.581256 0.581256

8 ICBP 0.805329 0.805329 0.805329 0.805329 0.805329

9 MYOR 0.329318 0.590708 0.590708 0.590708 0.590708

10 ROTI 0.707598 0.693767 0.702826 0.740651 0.740651

11 SKLT 0.960912 0.835502 0.840569 0.840569 0.840569

12 STTP 0.567634 0.567634 0.567634 0.567634 0.567634

13 ULTJ 0.445127 0.370917 0.368596 0.362949 0.363814

14 GGRM 0.755469 0.755469 0.755469 0.755469 0.755469

15 DVLA 0.929991 0.924615 0.924615 0.924597 0.922276

16 KLBF 0.566868 0.565091 0.567765 0.569655 0.569659

17 SIDO 0.810000 0.810000 0.810000 0.810000 0.810000

18 KINO 0.798855 0.798855 0.802139 0.802279 0.802279

Page 140: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

125

Hasil Tabulasi Data

No Kode Sales Growth

2015 2016 2017 2018 2019

1 TOTO 0.109583 -0.092008 0.051531 0.024188 -0.077264

2 EKAD 0.009427 0.069799 0.131811 0.149143 0.025313

3 IGAR -0.082037 0.170468 -0.038936 0.020199 -0.000997

4 TALF -0.146389 0.195297 0.134643 0.146989 0.247754

5 ASII -0.086787 -0.016895 0.137908 0.160868 -0.008524

6 AUTO -0.043380 0.092383 0.058015 0.133324 0.005756

7 SMSM 0.064593 0.027454 0.159760 0.177663 0.000625

8 ICBP 0.057245 0.085850 0.033091 0.078828 0.101092

9 MYOR 0.045849 0.238295 0.134426 0.155843 0.040146

10 ROTI 0.156488 0.159770 -0.012221 0.110572 0.206206

11 SKLT 0.093464 0.119101 0.096346 0.143123 0.225914

12 STTP 0.172227 0.033341 0.074665 0.000548 0.242505

13 ULTJ 0.121820 0.066468 0.041308 0.121594 0.140426

14 GGRM 0.079461 0.083970 0.092191 0.148870 0.154806

15 DVLA 0.183252 0.111215 0.085638 0.078704 0.066698

16 KLBF 0.029878 0.083118 0.041699 0.044207 0.073984

17 SIDO 0.009386 0.154728 0.004697 0.073607 0.110065

18 KINO 0.079194 -0.030750 -0.095158 0.142711 0.295477

Page 141: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

126

Hasil Tabulasi Data

No Kode Leverage

2015 2016 2017 2018 2019

1 TOTO 0.635582 0.693998 0.668736 0.501505 0.516668

2 EKAD 0.334736 0.186659 0.202090 0.177598 0.135700

3 IGAR 0.236649 0.175829 0.160823 0.180742 0.150243

4 TALF 0.239884 0.172600 0.202406 0.217990 0.318153

5 ASII 0.939692 0.871650 0.890227 0.976973 0.884517

6 AUTO 0.413636 0.386817 0.372080 0.410703 0.374676

7 SMSM 0.683939 0.427001 0.336485 0.302717 0.272152

8 ICBP 0.620844 0.562198 0.555747 0.513495 0.451358

9 MYOR 1.183618 1.062553 1.028168 1.059305 0.923034

10 ROTI 1.277025 1.023662 0.616809 0.506328 0.513965

11 SKLT 1.789535 0.918748 1.068749 1.202871 1.079084

12 STTP 0.902805 0.999475 0.691565 0.598159 0.341505

13 ULTJ 0.265412 0.214937 0.233028 0.163544 0.168569

14 GGRM 0.670847 0.591125 0.582451 0.530953 0.544200

15 DVLA 0.413716 0.418483 0.469933 0.402045 0.401110

16 KLBF 0.252154 0.221614 0.195926 0.186446 0.213051

17 SIDO 0.076125 0.083299 0.090589 0.149870 0.154074

18 KINO 0.807487 0.682573 0.575341 0.642583 0.737330

Page 142: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

127

Hasil Tabulasi Data

No Kode Profitabilitas

2015 2016 2017 2018 2019

1 TOTO 0.116922 0.065298 0.098686 0.119668 0.048175

2 EKAD 0.120711 0.129087 0.095630 0.086778 0.079941

3 IGAR 0.133918 0.157703 0.141078 0.078345 0.098505

4 TALF 0.077651 0.034182 0.023300 0.044664 0.038447

5 ASII 0.063614 0.069886 0.078156 0.079406 0.075637

6 AUTO 0.022505 0.033083 0.037107 0.042846 0.051011

7 SMSM 0.207786 0.222727 0.227307 0.226171 0.205562

8 ICBP 0.098887 0.091042 0.112057 0.135559 0.138469

9 MYOR 0.110223 0.107463 0.109344 0.100072 0.107123

10 ROTI 0.099965 0.095826 0.029688 0.028943 0.050516

11 SKLT 0.053210 0.036333 0.036100 0.042760 0.056829

12 STTP 0.096743 0.074549 0.092222 0.096948 0.167475

13 ULTJ 0.147769 0.167443 0.138798 0.126282 0.156749

14 GGRM 0.101611 0.105997 0.116168 0.112784 0.138348

15 DVLA 0.078395 0.099312 0.098879 0.119235 0.121196

16 KLBF 0.150236 0.154399 0.147642 0.137619 0.125223

17 SIDO 0.156458 0.160839 0.169020 0.198898 0.228361

18 KINO 0.081894 0.055141 0.033882 0.041790 0.109802

Page 143: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

128

Hasil Tabulasi Data

No Kode Tax Avoidance

2015 2016 2017 2018 2019

1 TOTO 0.252473 0.329285 0.261412 0.232977 0.241973

2 EKAD 0.290562 0.234388 0.257703 0.270169 0.307876

3 IGAR 0.186919 0.276359 0.244225 0.276532 0.271710

4 TALF 0.225692 0.265757 0.328222 0.277478 0.273921

5 ASII 0.204636 0.177549 0.206473 0.217831 0.218271

6 AUTO 0.255757 0.255023 0.230576 0.209807 0.237842

7 SMSM 0.209708 0.237031 0.229311 0.235103 0.223062

8 ICBP 0.270969 0.272176 0.319479 0.277348 0.279273

9 MYOR 0.237892 0.247609 0.254211 0.260924 0.245913

10 ROTI 0.284763 0.242651 0.272811 0.319703 0.318584

11 SKLT 0.267022 0.179607 0.160760 0.192408 0.208482

12 STTP 0.199565 0.200091 0.251333 0.214371 0.205013

13 ULTJ 0.253434 0.238779 0.306021 0.260702 0.246840

14 GGRM 0.252736 0.252874 0.256902 0.256333 0.248971

15 DVLA 0.253003 0.290709 0.282551 0.264588 0.263788

16 KLBF 0.243739 0.239488 0.243101 0.244718 0.254221

17 SIDO 0.219351 0.236149 0.217176 0.235053 0.247846

18 KINO 0.219466 0.174190 0.221815 0.250862 0.189426

Page 144: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

129

LAMPIRAN 3

HASIL OUTPUT SPSS

Page 145: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

130

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Komite Audit 90 .33 1.00 .7667 .26653

Kepemilikan

Institusional 90 .33 .99 .7305 .16777

Sales Growth 90 -.15 .30 .0811 .08432

Leverage 90 .08 1.79 .5253 .33996

Profitabilitas 90 .02 .23 .1042 .05113

Tax Avoidance 90 .16 .33 .2467 .03489

Valid N (listwise) 90

Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Normality

Page 146: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

131

Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normality Probability Plot

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogororv-Smirnov Test

Page 147: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

132

Hasil Uji Multikolinearitas

Hasil Uji Autokorelasi

Page 148: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

133

Hasil Uji Heterokedastisitas

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .346a .120 .078 .03349

a. Predictors: (Constant), Leverage, Komite Audit, Sales Growth,

Kepemilikan Institusional

Page 149: (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Telah

134

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Hasil Uji t Moderated Regression Analysis