5
Tugas Diskusi Mingguan Matakuliah Psikologi Kerja Semester Genap 2013/2014 Topik 4: !aluasi Kinerja Kasus 1: Sistem Per"orman#e $ppraisal %i &ero' Pada pertengahan tahun1980-an Xerox Corporation menghadapi masalah. Sistem performance appraisal mereka tidak berfungsi. Bukanna memoti!asi kara"an# sistem tersebut malah mendemoti!asi dan membuat kesal kara"an mereka. Xerox menadari masalah ini dan mengembangkan suatu sistem baru untuk mengatasina. Sistem Performance Appraisal lama: Sistem Performance Appraisal ang lama didasarkan pada $ prinsip utama% Appraisal diberikan setahun sekali kara"an harus men&atat pen&apaian mereka 'ana(er akan meng-assess pen&apaian tersebut Bentuk assessment adalah rangkuman tertulis dan rating s&ale 1 )unsatisfactory * sampai + )exceptional* Skor pen&apaian diolah menggunakan metode forced-distribution insentif berdasarkan kiner(a ang baik )merit increases* dikaitkan dengan summar tingkat rating. ,nformasi tentang merit increases dan performan&e appraisals dilaksanakan dalam satu sesi. Sistem ini ternata tidak menghasilkan skor pen&apaian ang adil dan dikeluhkan oleh kara"an sebagai sumber utama ketidakpuasan mereka. 'alah pada tahun 198 eprographi& Business /roup )di!isi copier Xerox ang utama# melaporkan bah"a 9+ persen kara"anna mendapat skor appraisal atau . arena ini# naris semua kara"an mendapatkan merit raises. Sistem Performance Appraisal (aru Xerox menugaskan sebuah tim khusus )task force* untuk menusun sistem baru dari a"al. Task force ini terdiri dari staf S2' senior )executives*. 3amun demikian# anggota tim (uga berkonsultasi dengan kara"an tingkat staf dan mana(er. Berikut adalah hal-hal ang berbeda tentang sistem baru tersebut% 4idak ada lagi rating menggunakan angka 5ppraisal didasarkan pada sesi-sesi umpan balik 6 bulan 5ppraisal didasarkan pada ren&ana pengembangan 4idak boleh menggunakan asesmen ang bersifat sub(ektif Sistem baru ini terdiri dari tiga tahap )tidak satu tahap seperti sistem lama*. 4ahapan i disebar sepan(ang satu tahun. 4ahap pertama dilaksanakan di a"al tahun ketika para mana(er mengadakan rapat koordinasi dengan para kara"an. Bersama# mereka menghasilkan kesepakatan tertulis tentang sasaran kara"an# tu(uan# ren&ana-ren&ana ker(a# dan tugas-tugas untuk tahun tersebut. Standar kiner(a ang memuaskan se&ara eksplisit ditentukan dalam kriteria ang dapat diukur# dapat di&apai# dan rin&i. 4ahap kedua merupakan ke"a(iban# aitu sesi umpan balik dan diskusi antara mana(er dan kara"an. Sesi ini dilaksanakan pada pertengahan tahun. Setiap kema(uan ang mengarah ke sasaran dan kekuatan-kelemahan kiner(a didiskusikan# termasuk berbagai kemungkinan &ara meningkatkan kiner(a di 6 bukan berikutna. Baik mana(er dan kara"an menandatangani 7lembar obektif sebagai bukti bah"a diskusi sudah dilaksanakan. alaman 1 dari + halaman.

Studi Kasus Pertemuan 4 Psikologi Kerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Studi Kasus Pertemuan 4 Psikologi Kerja

Citation preview

Tugas Diskusi MingguanMatakuliah Psikologi KerjaSemester Genap 2013/2014

Topik 4: Evaluasi Kinerja

Kasus 1:Sistem Performance Appraisal di Xerox

Pada pertengahan tahun 1980-an Xerox Corporation menghadapi masalah. Sistem performance appraisal mereka tidak berfungsi. Bukannya memotivasi karyawan, sistem tersebut malah mendemotivasi dan membuat kesal karyawan mereka. Xerox menyadari masalah ini dan mengembangkan suatu sistem baru untuk mengatasinya.

Sistem Performance Appraisal lama:Sistem Performance Appraisal yang lama didasarkan pada 7 prinsip utama:Appraisal diberikan setahun sekalikaryawan harus mencatat pencapaian merekaManajer akan meng-assess pencapaian tersebutBentuk assessment adalah rangkuman tertulis dan rating scale 1 (unsatisfactory) sampai 5 (exceptional)Skor pencapaian diolah menggunakan metode forced-distributioninsentif berdasarkan kinerja yang baik (merit increases) dikaitkan dengan summary tingkat rating.Informasi tentang merit increases dan performance appraisals dilaksanakan dalam satu sesi.

Sistem ini ternyata tidak menghasilkan skor pencapaian yang adil dan dikeluhkan oleh karyawan sebagai sumber utama ketidakpuasan mereka. Malah pada tahun 1983 Reprographic Business Group (divisi copier Xerox yang utama, melaporkan bahwa 95 persen karyawannya mendapat skor appraisal 3 atau 4. Karena ini, nyaris semua karyawan mendapatkan merit raises.

Sistem Performance Appraisal baruXerox menugaskan sebuah tim khusus (task force) untuk menyusun sistem baru dari awal. Task force ini terdiri dari staf SDM senior (executives). Namun demikian, anggota tim juga berkonsultasi dengan karyawan tingkat staf dan manajer.

Berikut adalah hal-hal yang berbeda tentang sistem baru tersebut:Tidak ada lagi rating menggunakan angkaAppraisal didasarkan pada sesi-sesi umpan balik 6 bulan Appraisal didasarkan pada rencana pengembanganTidak boleh menggunakan asesmen yang bersifat subjektif

Sistem baru ini terdiri dari tiga tahap (tidak satu tahap seperti sistem lama). Tahapan ini disebar sepanjang satu tahun. Tahap pertama dilaksanakan di awal tahun ketika para manajer mengadakan rapat koordinasi dengan para karyawan. Bersama, mereka menghasilkan kesepakatan tertulis tentang sasaran karyawan, tujuan, rencana-rencana kerja, dan tugas-tugas untuk tahun tersebut. Standar kinerja yang memuaskan secara eksplisit ditentukan dalam kriteria yang dapat diukur, dapat dicapai, dan rinci.

Tahap kedua merupakan kewajiban, yaitu sesi umpan balik dan diskusi antara manajer dan karyawan. Sesi ini dilaksanakan pada pertengahan tahun. Setiap kemajuan yang mengarah ke sasaran dan kekuatan-kelemahan kinerja didiskusikan, termasuk berbagai kemungkinan cara meningkatkan kinerja di 6 bukan berikutnya. Baik manajer dan karyawan menandatangani lembar obektif sebagai bukti bahwa diskusi sudah dilaksanakan.

Tahap ketiga, yaitu riviu kinerja formalnya, dilaksanakan di akhir tahun. Baik manajer dan karyawan menyiapkan dokumen tertulis yang menyatakan seberapa baik karayawan dalam mencapai berbagai sasaran. Mereka mediskusikan kinerja si karyawan, mengecek ulang apakah ada perbedaan persepsi antara skor yang diberikan manajer dan skor seharusnya menurut si karyawan. Rapat ini menekankan pada umpan balik dan peningkatan kinerja. Manajer menekankan baik kinerja positif dan negatif karyawan. Tahap ini juga mencakup sesi pengembangan, manajer dan karyawan merencanakan pelatihan, pendidikan, atau pengembangan yang dapat membantu karyawana. Diskusi tentang merit increase dilakukan di rapat yang terpisah dari rapat performance appraisal, biasanya satu-dua bulan berikutnya. Diskusi membahas merinci alasan mengapa karyawan berhak mendapat sejumlah bonus: kinerjanya, hubungannya dengan kolega, dan lain-lain. Ini membantu karyawan dapat melihat alasan kenaikan gaji mereka dengan lebih baik, bukan berdasarkan peringkat skor akhir seperti dulu.

Tim ini mengadakan survei pada akhir tahun pertama implementasi sistem baru ini. Hasilnya adalah sebagai berikut:81% karyawan memahami sasaran kerja kelompok lebih baik.84% karyawan menganggap sistem ini adil72% karywan menyatakan bahwa mereka mengerti penentuan merit increase.70% karyawan mencapai sasaran pribadi dan kelompok mereka.77% karyawan menganggap sistem ini merupakan langkah ke arah yang lebih baik

Pertanyaan1. Berdasarkan langkah ke-3 evaluasi kinerja, apa yang mendorong keberhasilan sistem baru ini? 2. Berdasarkan langkah ke-5 evaluasi kinerja, apa saja yang harus dipersiapkan agar manajer dapat memberikan evaluasi dengan baik?3. Berdasarkan langkah ke-7 evaluasi kinerja, error apa saja yang mungkin terjadi dalam sistem ini?

Kasus 2:Evaluasi Kinerja di DHR Construction

DHR Construction dikelola oleh Richard Davis, Manajer Operasi dan mitra senior. Rumah dibangun sesuai dengan permintaan pelanggan. Richard Davis bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan firma, termasuk bekerja dengan suppliers, pemberi kredit, dan subkontraktor. Davis dan Richard Hodgetts, seorang general partner, bertemu setiap minggu, ditambah korespondensi via telepon dan email. Mereka biasanya menugaskan project foreman kepada salah satu subkontraktor mereka atau salah satu karyawan mereka. Bila tidak memungkinkan, posisi tersebut dipegang oleh Hodgetts (yang sekarang juga punya pekerjaan penuh waktu di luar bisnis DHR dan punya sedikit waktu luang).

DHR memiliki reputasi sebagai perusahaan yang jujur, tepat waktu dalam membayar tagihan, dan profesional (komoditas yang langka untuk perusahaan di industri tersebut di daerah mereka). Namun demikian, DHR juga sangat banyak menuntut terhadap suppliers mereka --DHR akan menegur mereka dengan keras bila pekerjaan tidak selesai atau persediaan tidak diantar tepat waktu. Bila berulang, suppliers ini tidak akan dilibatkan kembali di projek-projek berikutnya.

James KennisonJames Kennison adalah seorang eksekutif korporat yang punya bakat dalam bidang konstruksi. Ia membangun sendiri rumahnya atas dasar hobi. Sebelumnya ia bekerja di MicroTech, sebuah perusahaan penghasil komponen elektronik. Karena ia sangat halus dan santai, ia cocok sekali di industri tersebut. Kennison meninggalkan dunia korporat karena ia sudah berkecukupan secara ekonomi. Ia ingin menyederhanakan hidupnya, kembali menyentuh alam, dan ingin beraktualisasi diri.

Supaya tetap sibuk, Kenny memutuskan untuk memberdayakan hobinya dan mendaftar sebagai pekerja bangunan. Sikapnya, ketajaman, dan temperamennya membuat ia mudah dipekerjakan oleh siapaun. Setelah beberapa projek, Kennison memutuskan untuk bekerja sendiri menjadi subkontraktor. Ia dipekerjakan Davis dan Hodgetts sebagai kontraktor untuk menyelsaikan projek rumah di Mountain Trails. Davis dan Hodgetts terpikat dengan pembawaan Kennison.

Akhirnya Davis dan Hodgetts mendekati Kennison untuk menjadi project foreman. Davis dan Hodgetts yakin Kennison dapat menyelesaikan tugas tersebut meningat Kennison memiliki pengalaman bisnis yang kaya, dihormati di antara para subkontraktor sebagai seniman, dan tidak ragu ikut turun tangan dalam berbagai pekerjaan bangunan.

Walaupun Kennison tampak jujur dan terbuka terhadap Davis (Kennison selalu menyatakan bahwa semua berjalan baik), belum sebulan Davis sadar bahwa projek tidak berjalan seperti rencana. Semua grafik kerja mereka menunjukkan beberapa rumah terlambat selesai dan beberapa rumah lain tidak lulus inspeksi.

Wawancara Performance AppraisalDavis dan Hodgetss membicarakan situasi ini dengan Kennison dalam sebuah makan malam. Mereka ini mengetahui pastinya apa saja yang terjadi di lapangan di lokasi karena Kennison tidak pernah berkomentar apapun tentang keterlambatan dan kegagalan inspeksi tersebut. Pada rapat tersebut, Davis menanyakan kembali kepada Kennison apa yang menurut Kennison tanggung jawabnya, seberapa penting tugas-tugas yang ia jalankan, dan pentingnya untuk benar-benar tebuka pada Davis dan Hodgetts. Kennison mengakui bahwa mengatur para subkontrator untuk tepat waktu mulai bermasalah dan ia mengira inspeksi dapat ia atasi. Ia minta maaf atas keterlambatan dan mengatakan akan memperbaiki komunikasi dengan Davis dan mengabarkan secara rinci apa saja yang terjadi di lapangan, terutama bila ada masalah. Davis mengingatkan kennsion bahwa ia ia perlu mengawasi subkontraktor dengan ketat karena mereka cenderung mengerjakan beberapa projek sekaligus. Kennison memastikan Davis dan Hodgetts bahwa ia akan mengatasi dan memperbaiki situasi.

Pembicaraan dengan Kennsion sepertinya membuat segalanya kembali normal. Kennison memberikan daftar kontraktor untuk diundang ke rapat makan malam mereka. Ketika masalah tentang jadwal diangkat, para kontraktor berjanji untuk bekerja sesuai ketentuan. Beberapa hari selanjutnya, berbagai aktivitas memperbaiki situasi ini benar-benar terjadi atas panduan Kennsion. Inspeksi berikutnya terjadi tanpa hambatan.

Pasca EvaluasiBeberapa hari setelah itu, para kontraktor kembali ke kebiasaan mereka, bekerja terlambat. Selama beberapa minggu Kennison berusaha merapel pekerjaan-pekerjaan tersebut, tapi tidak berhasil. Situasi semakin memburuh ketika pembeli rumah, yang berkunjung ke lokasi. melaporkan ke Davis bahwa rumah mereka terlambat dari jadwalnya. Setelah bicara singkat dengan kennsion, beberapa subkontraktor harus Davis pecat karena terus tidak muncul tanpa kabar. Lebih parahnya, sekarang subkontraktor yang lain malah keluar karena rumah yang seharusnya sudah mereka kerjakan belum selesai (misalnya pengecatan, dll).

Pertanyaan1. Metode appraisal apa yang paling tepat menggambarkan bagaimana Davis dan Hodgetts mengevaluasi Kennison?2. Berdasarkan nomor 1, mengapa menurut kamu metode tersebut gagal dalam membentuk kemampuan Kennison mengelola para subkontraktor?3. Kalau kamu menjadi Davis dan Hodgetts, sistem appraisal seperti apa yang akan kamu terapkan?

Kasus 3:Pemecatan Karyawan di Kohls Department Store

Tiga karyawan dipecat dari Kohls Department Store di Mechanicsville, Virginia, karena telah melanggar kebijakan toko dalam menggunakan kupon. Toko tersebut memberikan setiap karyawan 11 kupon yang memberikan pemegangnya 15% diskon sebagai bagian dari friends and family sale: satu kupon diberikan untuk karyawan, dan 10 kupon lainnya diberikan untuk keluarga dan teman karyawan. Ada banyak kupon ekstra yang tersisa, karena itu, pada suatu Sabtu, tiga karyawan berumur 18 tahun bernama Rikki Groves, Rebecca Hagen, dan Katie Kombacher memberikan kupon tersebut kepada pelanggan yang tidak memilikinya. Mereka menganggap kupon ini sama dengan kupon diskon lainnya yang digunakan oleh toko, dan kasir dapat meng-scan kupon yang telah dipergunakan sebelumnya. Menurut Groves, yang telah bekerja di Kohls selama tiga bulan, tidak ada satu pun manajer yang memberitahukan kepada karyawannya bahwa kupon ini merupakan kupon yang berbeda dari yang biasanya digunakan.Beberapa hari setelah kejadian tersebut, orang yang bertanggungjawab terhadap keamanan toko memanggil Groves dalam sebuah pertemuan tertutup beberapa jam sebelum shift-nya selesai. Ia kemudian menginterograsi Groves, dan mengatakan bahwa ia telah mengobservasi bahwa Grobes menggunakan kupon-kupon tersebut melalui kamera toko. Ia juga mengatakan bahwa Groves perlu membayar kepada toko $1000 untuk membayar kupon yang ia berikan kepada pelanggan, atau toko tersebut akan memanggil polisi dan menahannya karena pencurian.Kepala keamanan toko kemudian mulai memfoto Groves, dan menyuruhnya untuk menandatangani dokumen yang menghalanginya untuk kembali ke toko tersebut sampai tahun depan. Grobes mulai mencicil membayar $1000 ketika cerita tersebut dipublikasikan di koran lokal. Setelah masyarakat yang marah mengeluh dan mengancam untuk memotong kartu kredit Kohls dan berhenti berbelanja di toko tersebut, Kohls mengembalikan uang Grove, dan mengatakan bahwa ia tidak perlu membayarnya lagi. Tiga wanita yang dituduh melakukan pencurian tersebut tidak mendapatkan penawaran untuk bekerja kembali di Kohls, dan tidak mendapatkan permohonan maaf. Seorang juru bicara dari departemen polisi lokal mengindikasikan bahwa ancaman penahanan yang diberikan Kohls tidak dapat dibenarkan karena apa yang dilakukan Groves bukanlah sebuah tindakan kriminal, namun masalah kebijakan internal.

Pertanyaan: Bagaimana Kohls dapat lebih baik melakukan pemecatan tersebut? Apakah ketiga karyawan tersebut perlu dipecat? Apa yang dapat dilakukan Kohls untuk mencegah situasi tersebut terjadi? Apa yang sebenarnya dapat dilakukan ketiga karyawan tersebut?

(disadur dari Aamodt, 2013)

Halaman 1 dari 5 halaman.