149
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasenta previa didefinisikan sebagai suatu keadaan seluruh atau sebagian plasenta ber-insersi di ostium uteri internum, sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari jalan lahir yang merupakan salah satu risiko dalam kehamilan. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Umur tua, paritas tinggi, dan endometrium yang cacat merupakan faktor- faktor yang dapat mempertinggi risiko terjadinya plasenta previa. Apabila plasenta previa ini tidak ditangani dengan baik, maka akan menyebabkan perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu maupun janin. (Nugraheny, Esti, 2009). Plasenta adalah bagian dari kehamilan yang penting. Dimana plasenta memiliki peranan berupa 1

Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Plasenta previa didefinisikan sebagai suatu keadaan seluruh atau sebagian

plasenta ber-insersi di ostium uteri internum, sehingga menutupi seluruh atau

sebagian dari jalan lahir yang merupakan salah satu risiko dalam kehamilan.

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen

bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan

jalan lahir. Umur tua, paritas tinggi, dan endometrium yang cacat merupakan

faktor-faktor yang dapat mempertinggi risiko terjadinya plasenta previa.

Apabila plasenta previa ini tidak ditangani dengan baik, maka akan

menyebabkan perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu maupun janin.

(Nugraheny, Esti, 2009).

Plasenta adalah bagian dari kehamilan yang penting. Dimana plasenta

memiliki peranan berupa transport zat dari ibu ke janin, penghasil hormon

yang berguna selama kehamilan. Melihat pentingnya peranan dari plasenta

maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada

janin ataupun mengganggu proses persalinan. Kelainan pada plasenta dapat

berupa gangguan fungsi dari plasenta ataupun gangguan implantasi dari

plasenta. Gangguan dari implantasi plasenta dapat berupa kelainan letak

implantasinya ataupun kelainan dari kedalaman implantasinya. Penyebab

plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang

1

Page 2: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

2

meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim

(bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang

panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan

rahim. Biasanya ibu pada plasenta previa ini mengalami perdarahan dari

sedikit hingga banyak tanpa diserta nyeri, perdarahan terjadi pada saat pagi

hari setelah bangun tidur dan pada saat beristirahat biasa.

Perdarahan pada kehamilan Trimester ketiga pada umumnya merupakan

perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat

bisa mendatangkan syok dan kematian. Salah satu penyebabnya adalah

plasenta previa. Plasenta previa selain menimbulkan penyulit pada ibu, dapat

juga menimbulkan penyulit pada janin, yaitu asfiksia sampai kematian janin

dalam rahim. Oleh sebab itu, perlulah keadaan ini diantisipasi seawal-

awalnya selagi perdarahan belum sampai ketahap yang membahayakan ibu

dan janinnya (Chalik, 1997).

Menurut data World Health Organization (WHO), di berbagai negara

paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh

perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10% sampai hampir 60%.

Pada tahun 2010 angka kejadian pasenta previa menurut World Health

Organization (WHO), memperkirakan prevalensi plasenta previa pada tahun

2008, sekitar 458 dari 100.000 kelahiran setiap tahunnya, prevalensi plasenta

previa pada tahun 2009, sekitar 320 dari 100.000 kelahiran, sedangkan

prevalensi plasenta previa pada tahun 2010, sekitar 375 dari 100.000

kelahiran (WHO, 2010).

Page 3: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

3

Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam

kehamilan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami

perdarahan sampai meninggal.  Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun

2011 tergolong masih cukup tinggi, mencapai 228 per 100.000 kelahiran.

Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari

angka 300 per 100.000 kelahiran pada tahun 2004. Pada tahun 2010 angka

kematian ibu ditetapkan pada angka 103 per 100.000 kelahiran (Sutanto,

2011).

Menurut Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010, tiga

faktor utama kematian ibu melahirkan  adalah perdarahan (28%), eklampsia 

(24%),  dan infeksi (11%). Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada

ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan yang merupakan

faktor utama kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB) di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan 

negara–negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait dengan resiko

terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan  kehamilan dan cara

pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan

bayi masih tetap tinggi. Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor

satu (40% s/d 60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Angka Kematian

Ibu (AKI) tahun 2010 sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup, dari jumlah

3509 ibu yang mengalami plasenta previa pada tahun 2010 didapati ibu yang

meninggal 34 orang akibat plasenta previa. Pada tahun 2011 dari jumlah 4012

ibu yang mengalami plasenta previa pada tahun 2011 didapati ibu yang

meninggal 44 orang meninggal akibat plasenta previa (Depkes RI, 2011).

Page 4: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

4

Salah satu sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun 2010-

2014 yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain

dengan meningkatkan umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun,

menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per

100.000 kelahiran hidup, dan menurunnya angka kematian bayi dari 34

menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup (Kemkes RI, 2010).

Prevalensi plasenta previa di negara berkembang seperti Indonesia

berkisar antara 0,26 - 2,00% dari seluruh jumlah kehamilan. Angka kejadian

dari plasenta previa adalah 0,5% atau 1 diantara 200 persalinan. Di Rumah

Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo terjadi 42 kasus plasenta previa di antara

6587 persalinan yang terdaftar, atau kira-kira 2 di antara 250 persalinan

terdaftar (RSCM, 2009). Di Kota Semarang sendiri, berdasarkan laporan

Puskesmas jumlah kematian ibu maternal pada tahun 2008 sebanyak 27 kasus

dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 25.160. Kejadian kematian ibu

maternal paling banyak terjadi pada masa nifas sebesar 11 kasus, kemudian

pada persalinan 6 kasus dan masa kehamilan 10 kasus (Profil Kesehatan Kota

Semarang 2008). Untuk kasus plasenta previa, di RSUD Kota Semarang

selama 2 tahun terakhir (2008-2009) telah terjadi 44 kasus ibu hamil dengan

plasenta previa. Dari 20 pasien tersebut, 17 diantaranya adalah multipara

(melahirkan lebih dari 1 kali), atau sebanyak 85% pasien dengan plasenta

previa pernah melahirkan lebih dari 1 kali.

Kasus ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang

termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari,

Page 5: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

5

serta karena kurangnya pengawasan ataupun ketidaktahuan ibu tentang faktor

yang bisa menyebabkan terjadinya plasenta previa. Dampak yang terjadi

akibat plasenta previa itu sendiri adalah perdarahan yang hebat sebelum atau

selama persalinan, yang dapat mengancam kehidupan  ibu dan janinnya,

persalinan prematur atau preterm   (sebelum usia kehamilan 37 minggu), yang

mana merupakan resiko terbesar bagi janin (Nugraheny, Esti, 2009).

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat penyebab utama

kematian ibu belum ada survei khusus, tetapi secara nasional disebabkan

karena komplikasi persalinan  (55%), retensio plasenta (15%), robekan jalan

lahir  (19%), plasenta previa (21%), perdarahan dan eklampsia masing-

masing (10%), dan komplikasi  selama nifas (5%). Berdasarkan data

Departemen Kesehatan Sumatra Barat (Depkes Sumbar, 2011). Sementara di

Provinsi Sumatera Barat Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 34%

diakibatkan perdarahan. Penderita plasenta previa setiap tahunnya mengalami

peningkatan. Pada tahun 2008 prevalensi plasenta previa terjadi sekitar 29

dari 250 kelahiran setiap tahun, pada tahun 2009 prevalensi plasenta previa

terjadi sekitar 40 dari 250 kelahiran setiap tahun, pada tahun 2010 prevalensi

plasenta previa terjadi sekitar 48 dari 253 kelahiran setiap tahun, pada tahun

2011 prevalensi plasenta previa terjadi sekitar 53 dari 253 kelahiran setiap

tahunnya (Depkes, 2009).

Untuk mengetahui gambaran penderita plasenta previa berdasarkan faktor

resiko di RS.Dr.M.Djamil Padang pada periode Januari 2005-Desember 2006.

Ditemukan 75 kasus plasenta previa dari 2967 persalinan. Berdasarkan paritas

Page 6: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

6

penderita kejadian terbanyak ditemukan pada grande mulipara (17.39%).

Berdasarkan umur penderita kejadian terbanyak ditemukan pada ibu berusia

21-34 tahun (56%). Berdasarkan adanya riwayat seksio sesaria kejadian

terbanyak pada ibu yang tidak mempunyai riwayat seksio sesaria (90,67%).

Berdasarkan jenis kehamilan, kejadian terbanyak pada ibu dengan jenis

kehamilan tunggal (98,7%). Berdasarkan adanya riwayat abortus, kejadian

terbanyak pada ibu dengan tidak ada riwayat abortus (89,33%).

Dilihat dari angka kejadian yang meningkat setiap tahunnya diketahui

bahwa terdapat kesenjangan pada ibu pariatis beresiko tinggi. Faktor-faktor

risiko terjadinya plasenta previa termasuk umur ibu, banyaknya jumlah

kehamilan dan kelahiran, merokok selama hamil dan riwayat operasi sesar.

Pengaruh paritas terhadap terjadinya plasenta previa cukup besar, hal ini

mungkin disebabkan terjadinya respon inflamasi dan perubahan atrofi di

permukaan endometrium. Namun ternyata efek dari paritas kurang

mempengaruhi terjadinya plasenta previa dibandingkan faktor risiko yang

lain (Clark SL, 1985). Pravelensi meningkat setiap tahun sehingga menjadi

perhatian yang lebih dalam menangani plasenta previa sangat penting

dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan bayi dan

janin. Maka dari itu, penulis tertarik untuk menganalisis asuhan keperawatan

pada klien plasenta previa di bangsal kebidanan RSUP.DR.M.DJAMIL

Padang.

Page 7: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan

masalah yang diangkat adalah “Bagaimanakah Cara Penerapan Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Plasenta Previa Mulai Dari Pengkajian Sampai

Dokumentasi di Bangsal Kebidanan RSUP. Dr.M.DJAMIL Padang Tahun

2013“

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Agar penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami Plasenta Previa di Bangsal Kebidanan RSUP. Dr.M.DJAMIL

Padang Tahun 2013 “

2. Tujuan Khusus

a. Untuk dapat melakukan Pengkajian terhadap klien dengan Plasenta

Previa.

b. Untuk dapat merumuskan Diagnosa Keperawatan terhadap klien

dengan Plasenta Previa.

c. Untuk dapat menyusun Intervensi Keperawatan terhadap klien dengan

Plasenta Previa.

d. Untuk dapat melakukan Implementasi Keperawatan yang telah disusun

atau direncanakan terhadap klien dengan Plasenta Previa.

e. Untuk dapat mengevaluasi Tindakan Keperawatan yang telah diberikan

terhadap klien dengan Plasenta Previa.

Page 8: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

8

f. Untuk dapat melakukan Dokumentasi Keperawatan terhadap klien

dengan Plasenta Previa.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Perkembangan Keperawatan

Agar studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada pasien plasenta previa, sehingga dapat

dilakukan dengan segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada

pasien plasenta previa.

2. Bagi Instalasi Rawat Inap RSUP M. Djamil Padang.

Bagi tempat penelitian di harapkan dapat menjadi bahan evaluasi tenaga

kesehatan dan tenaga kesehatan lebih memikirkan bagaimana cara agar

angka kejadian plasenta previa menurun.

3. Bagi Klien

Bagi klien diharapkan agar ibu dapat lebih memperhatikan

kandungannya sehingga tidak terjadi peningkatan kematian pada ibu

hamil yang mengalami plasenta previa serta klien dapat mengetahui

tanda dan cara penanganannya.

Page 9: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abormal yaitu pada

segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh

pembukaan jalan lahir (Sarwono Prawirohardjo : 2009 : 365 )

Plasenta previa adalah implantasi plasenta disekitar pembukaan jalan

lahir (ostium uteri internum) yang dapat berakibat perdarahan pada

kehamilan di atas 22 minggu (Pengantar Kuliah Obsetric:2007:481)

Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada

segmen bawah uterus (rahim) sehingga dapat menutupi sebagian atau

seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum) yang berakibat

perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu (Ilmu Kebidanan:2009).

Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada

segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh

pembukaan jalan lahir (Kapita Selekta Kedokteran:Edisi ketiga:2010).

Plasenta previa merupakan keadaan plasenta berimplantasi pada

tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga dapat

menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (Asuhan Keperawatan

Maternitas:2011:14).

9

Page 10: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

10

Sejalan dengan bertambah membesarnya segmen bawah rahim ke

arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim

seolah plasenta tersebut berimigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik

mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas

permukaan servik yang tertutup oleh plasenta.

2. Anatomi Fisiologi Plasenta Normal

Gambar 1. Bentuk Plasenta NormalSumber : http://www.umm.edu/graphics/images/en/17010.jpg

a. Bentuk dan ukuran plasenta

Uri atau plasenta berbentuk bundar atau oval dengan diameter

15 - 20 cm, tebal 2-3 cm, dan beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya

plasenta atau uri terbentuk lengkap pada kehamilan 16 minggu

dengan ruang amnion membesar sehingga amnion mengisi seluruh

rongga rahim.

Page 11: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

11

b. Letak plasenta dalam rahim

Letak plasenta yang normal umumnya pada korpus uteri didepan

atau belakang agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah

fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas,

sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat

tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar

(sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di

beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk

menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah

ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml

tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada

kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-

jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu

lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan

sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai

kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat,

mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih

besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast.

c. Fungsi Plasenta

Supaya janin dapat tumbuh dengan sempurna dibutuhkan

penyaluran darah yang baik membawa zat asam, asam amino, vitamin

dan mineral dari ibu kepada janin. Begitu pula pembuangan karbon-

dioksida dan limbah metabolisme janin disirkulasi ibu.

Page 12: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

12

Fungsi plsenta :

1) Nutrisasi yaitu alat pemberi makanan pada janin.

2) Respirasi yaitu alat penyalur zat asam dan pembuang

Karbodioksida (CO2).

3) Ekskresi yaitu alat pengeluaran sampah metabolisme.

4) Produksi yaitu alat yang menghasilkan hormon-hormon.

5) Imunisasi yaitu alat penyalur bermacam-macam antibodi ke

janin.

6) Pertahanan alat yang menyaring obat-obatan dan kuman-kuman

yang bisa atau tidak melewati plasenta.

Hormon yang dihasilkan plasenta adalah :

1) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

2) Chorionic somato-mamotropin (plasental lactogen)

3) Estrogen

4) Progesteron

5) Chorionic thyrotropin dan relaxin

(Sinopsis Obsetri)

3. Etiologi

Penyebab blastokista berimplantasi pada semen bawah rahim

belumlah diketahui dengan pasti. Teori lain mengemukakan sebagai salah

satu penyebabnya adalah vaskularisas desidua yang tidak memadai

mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Pariatis tinggi,

usia lanjut, dan cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, miomektomi

Page 13: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

13

berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium

yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor risiko terjadinya plasenta

previa. Cacat bekas bedah sesar dan pada perempuan perokok berperan

menaikan insiden plasenta previa.

Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta

previa, antara lain :

a. Umur

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada

umur kurang dari 20 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk

mengalami plasenta previa karena endometrium masih belum

matang, dan kejadian plasenta previa juga sering terjadi pada ibu

yang berumur di atas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang

kurang subur (Prawirohardjo, 2008).

b. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)

Plasenta previa lebih sering pada paritas tinggi dari paritas

rendah (Manuaba, 2004). Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman

bila ditinjau dari sudut kematian ibu. Paritas lebih dari 3 dapat

menyebabkan angka kematian ibu tinggi (Mochtar, 2002).

Menurut Wardana (2007) plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih

sering pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu

yang baru sekali melahirkan (Primipara)

Page 14: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

14

c. Multipara

Terutama jika jarak antara kehamilannya pendek karena

endometrium belum sempat tumbuh dengan sempurna.

d. Mioma uteri

Karena menghambat lengketnya pada endometrium.

e. Kuretasi yang berulang

Dapat menyebabkan pelapisan endometrium.

(Sulaiman sastra winata : 2005 ).

4. Klasifikasi

a. Plasenta previa totalis

Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir.

Pada posisi ini, jelas tidak mungkin bayi

dilahirkan per-vaginam (norma/ spontan/

biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.

b. Plasenta previa partialis

Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang

menutupi jalan lahir. Pada posisi inipun risiko

perdarahan masih besar, dan biasanya tetap

tidak dilahirkan melalui per-vaginam.

Gambar 2.Plasenta previa totalis

Gambar 3.Plasenta previa

partialis

Page 15: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

15

c. Plasenta previa marginalis

Bila hanya bagian tepi plasenta yang

menutupi jalan lahir. Bisa dilahirkan

pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap

besar.

d. (Plasenta letak rendah, lateralis plasenta atau kadang disebut juga

dangerous plasenta)

Posisi plasenta beberapa mm atau cm dari

tepi jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada,

namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan

per-vaginam dengan aman, asal hati-hati.

(Ilmu Kebidanan : 2009)

5. Patofisiologi

Terjadinya plasenta previa belum diketahui tetapi ada beberapa

faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa. Pada usia

kehamilan yang lanjut dengan bertambah tuanya kehamilan umumnya

pada trisemester tiga atau lebih awal dan mungkin juga lebih awal,

karena telah terbentuknya segmen bawah rahim, selaput plasenta akan

mengalami pelepasan. Selaput plasenta terbentuk dari jaringan maternal

yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri.

Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka

Gambar 5.Plasenta previa letak rendah

atau lateralis

Gambar 4.Plasenta previa marginalis

Page 16: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

16

plasenta yang berimplantasi akan mengalami laserasi akibat pelepasan

pada desidua sebagai selaput plasenta. Pada waktu servik mendatar dan

lebih membuka ada bagian selaput plasenta yang terlepas melekat disitu

tanpa terlepasnya sebagian dari plasenta dari dinding uterus. Pada

perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan

intervillus dari plasenta, karena fenomena pembentukan bawah rahim itu

mulai terjadi perdarahan pada plasenta previa. Darahnya berwarna merah

segar, berbeda dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang

berwarna merah kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya disebabkan

sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus

atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan ditempat

itu relatif mudah, banyak, dan tidak dapat dihindarkan karena segmen

bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena

elemen otot sangat minimal akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak

minimal, dan ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterua yang

berkontraksi menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang

letaknya abnormal.

Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada

laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta mengalami perdarahan

yang banyak dan lebih lama. Perdarahan keluar berwarna merah segar

tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama

dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau

bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak

Page 17: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

17

akan berakibat fatal. Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri

internum perdarahan terjadi kehamilan dan tidak jarang pula pula

dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena segmen bawah rahim

terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah ostium uteri internum dan

mulai melebar dan menipis. Perdarahan diperhebat terhubung dengan

segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas

rahim. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.

Perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini. Pada

plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru terjadi pada

waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama sudah bisa

terjadi pada kehamilan > 30 minggu tetapi separuh kejadian terjadi pada

umur 34 minggu keatas.

(Ilmu Kebidanan : 2009)

Page 18: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

18

6. WOC Plasenta Previa

6. WOC Plasenta Previa

18

Usia ibu < 20 th Gaya Hidup( Merokok, Minum alkohol, Malnutrisi )

Penipisan lapisan plasentaMempengaruhi kekuatan lapisan rahim

Jarak Kehamilan < 2 th

Mempengaruhi kesiapan lapisan rahim untuk konsepsi

Riwayat Sesar Kuretasi yang berulang

Mempengaruhi lapisan rahim,

plasenta yang berimplantasi mengalami lasersi

Kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus terbentuk mulai melebar dan menipis

Usia ibu > 35 th

endometrium belum sempat tumbuh sempuna

penipisan endometrium

Kehamilan lanjut dan tuanya kehamilan ( Trisemester 3 )

Selaput plasenta terbentuk dari jaringan maternal

Bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi uri

Pelepasan pada desidua sebagai selaput plasenta

saat servik lebih mendatar dan lebih membuka

serabut otot segmen uterus tidak mampu berkontraksi

Pembuluh darah tidak akan menutup sempurna

Page 19: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

19

MK :Kekurangan volume

cairan

MK :Syok Hipovolemik

MK :Cemas

MK :Intoleransi Aktivitas

TakutCemasGelisahBanyak bertanya

Elemen otot tidak minimal

Segmen bawah rahim dan serviks tidak berontraksi dengan kuat

Makin rendah plasenta

Robekan sinus marginalis pada plasenta

Lepasnya plasaenta pada dinding uterus

Menyebabkan sinus uterus robek

Perdarahan

Eritrosit menurunTidak ada nyeri

Akral dinginTekanan Darah menurun Kapilar refil < 3 detiksianosisPucatNadi teraba cepat tetapi

lemah

Hemoglobin menurun PucatLemahMukosa keringTurgor kulit jelekKulit kering Tekanan Darah menurun

Aliran darah terganggu

Pucat Tidak banyak bergerakAktivitas dibantulemah

Aktivitas terganggu

Segmen bawa rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim

Oksigen kejanin Menurun

MK :Resiko Tinggi Distres

Janin

Prematur Kematian

suplai oksigen terganggu

ke jaringan

- Pucat- Lemah- Tekanan Darah

menurun- Konjungtiva

anemis

MK :Resiko Tinggi

Anemia

19

Page 20: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

20

7. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dalam hal ini adalah gejala utama dan gejala klinik.

a. Gejala Utama

Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan

yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.

b. Gejala Klinik

1) Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang

terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat

fatal dan masih dapat diatasi dengan baik sampai janin mencapai

aterm atau paling tidak berusia 37-38 minggu. Perdarahan

berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya.

Perdarahan pertama sering terjadi pada trimester ketiga.

Perdarahan pervaginam warna merah segar.

2) Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa,

tidak mengeluh adanya rasa sakit atau nyeri.

3) Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.

4) Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul

5) Tidak jarang terjadi kelainan letak janin (letak lintang atau letak

sungsang)

8. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada plasenta previa yaitu :

a. Karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka

pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang

Page 21: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

21

dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi tidak dapat

dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.

b. Karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan

sifat segmen ini yang tipis, maka jaringan trofoblas dengan

kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan

sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta

inkreta dan bahkan plasenta perkreta.

c. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh

darah sangat potensial untuk robek disertai perdarahan yang banyak.

Oleh karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan

manual di tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak

melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu

mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.

d. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini

memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala

konsekuensinya.

e. Kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan

sebagian oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa

dilakukan dalam kehamilan belum aterm.

f. Berisiko tinggi untuk solusio plasenta (risiko  relative 13,8), seksio

sesarea (risiko relative 1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50

%), dan disseminated intravascular coagulation (DIC) 15,9 %.

(Sarwono Prawirohardjo:2009:Jakarta).

Page 22: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

22

9. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan

Karena dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak

terfiksir kedalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-

kesalahan letak janin, letak kepala mengapung, letak sungsang letak

lintang. Sering terjadi partus prematurus karena adanya rangsangan

koagulan darah pada serviks. Selain itu jika banyak plasenta yang lepas

kadar progesterone turun dan dapat terjadi His. Juga lepasnya plasenta

sendiri dapat merangsang his.

10. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan

a. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi

patologis.

b. Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan

dapat terjadi prolaps funikuli.

c. Pardarahan.

11. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan penunjang sangat penting untuk:

1) Memastikan diagnosa

2) Sinar X

Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan

bagian-bagian tubuh janin.

3) Pemeriksan USG, sangat banyak digunakan serta untuk membantu

menegakkan diagnosa dan letak plasenta previa sehingga rencana

pertolongan persalianan dapat ditetapkan. Bahkan diagnosisnya

Page 23: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

23

sudah dapat ditegakkan usia kehamilan 20 minggu sehingga ibu

hamil dapat diberikan nasihat untuk memperhatikan kemungkinan

perdarahan antepartum. Terminasi kehamilan juga sudah dapat

direncanakan sebelum terjadi perdarahan. Pemeriksaan USG ini

dilakukan empat kali selama kehamilan agar implantasi plasenta

dengan plasenta previa sudah dapat diketahui.

4) Sitografi, mula-mula kandungan kemih dikosongkan, lalu 40cc

larutan NaCl 12,5% kepala janin ditekan kearah pintu atas panggul.

Bila jarak kepala dan kemih berselisih dari 1 cm, kemungkinan

terdapat plasenta previa.

5) Doppler, Laennec untuk mengetahui keadaan denyut jantung janin,

apakah janin mengalami fetal distress atau tidak.

b. Pemeriksaan laboratorium

Pada kasus perdarahan antepartum sangat penting dilakukan

pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan darah lengkap yaitu :

1) Untuk mendapatkan gambaran keadaan darah

2) Persiapan untuk memberikan transfusi

12. Penatalaksanaan Medik

a. Penatalaksanaan Medik :

1) Pasang infus NaCl

2) Berikan cairan peroral seperti air putih dan teh manis.

3) Berikan tablet Fe seperti sangobion.

Page 24: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

24

4) Pantau tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu.

pernafasan secara teratur setiap 15 menit untuk mendeteksi

adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan.

5) Sebelum penderita syok, pasang infus NaCl/RL sebanyak 2-3 kali

jumlah darah yang hilang.

6) Lakukan pemeriksaan Hemoglobin, leukosit, dan golongan darah,

siapkan darah.

7) Bila terjadi rejatan segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi

darah.

8) Persiapan Seksio sesarea.

b. Penatalaksanaan Non Medik.

1) Istirahat baring (bedrest total).

2) Tidak melakukan sanggama.

3) Menghindari tekanan rongga perut misalnya batuk, mengedan

karena sulit buang air besar.

4) Tidak boleh melakukan aktivitas yang berat seperti mencuci

pakaian, mengangkat air, dan membersihkan rumah terlalu

berlebihan.

5) Banyak makanan yang bergizi seperti banyak mengandung

protein, karbohidrat, dan mengkonsumsi susu yang cukup.

( Kapita Selekta Kedokteran : 2009 )

Page 25: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

25

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Identitas klien yang meliputi nama, nomer Rekam Medik (RM),

umur, pekerjaan, pendidikan, agama, jenis kelamin, suku bangsa,

alamat, penanggung jawa. Identitas suami yang meliputi nama,

pekerjaan, umur, pendidikan, agama, suku bangsa dan alamat.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Biasanya yang ditemui pada plasenta previa ibu mengalami

perdarahan pervaginam tanpa rasa sakit, tanpa alasan. Darah yang

keluar berwarna merah segar.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya mempunyai riwayat plasenta previa, biasanya

mempunyai riwayat bedah sesar, biasanya mempunyai riwayat

merokok selama hamil, biasanya jarak kehamilan dengan

sebelumnya terlalu dekat, biasanya terjadi pada grand mulipara,

biasanya terjadi pada paritas tinggi, biasanya riwayat mioma

uteri, biasanya sering mengalami infeksi rahim (radang panggul),

biasanya kehamilan ganda

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien mengalami perdarahan yang sedikit atau banyak

berwarna merah segar tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri, biasanya

Page 26: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

26

klien mengalami perdarahan pada trisemester tiga, biasanya klien

datang dengan perdarahan tidak mengeluh adanya rasa sakit,

biasanya pada dinding abdomen tidak tegang atau kaku, biasanya

terdapat kelainan letak janin (letak sungsang).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga.

Penyakit ini bukanlah suatu penyakit keturunan melainkan suatu

kelainan pada letak plasenta yang abnormal.

c. Riwayat Obsetric

1) Riwayat Perkawinan.

a) Kemungkinan diketahui status perkawinan, umur waktu kawin,

berapa lama kawin baru hamil

(a) Umur

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur

aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.

Wanita pada umur kurang dari 20 tahun mempunyai risiko

yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa karena

endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta

previa juga sering terjadi pada ibu yang berumur di atas 35

tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur

(Prawirohardjo, 2008).

(b) Status perkawinan

Pengaruh riwayat perkawinan terhadap permasalahan

kesehatan klien, berapa kali kawin dan berapa lamanya

Page 27: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

27

untuk membantu menentukan bagaimana keadaan alat

kelamin ibu

b) Biasanya ditemui antara wanita-wanita yang berusia kurang

dari 19 tahun, hanya 1 dari 1500 yang mengalami plasenta

previa. Satu dari 100 wanita yang berusia lebih dari 35 tahun

akan mengalami plasenta previa. Wanita lebih dari 35 tahun, 3

kali lebih berisiko.

2) Riwayat Obstetric Yang Lalu

a) Kemungkinan klien pernah mengalami riwayat tindakan medis

yang dilakukan pada uterus, seperti dilatasi dan kuretase

sehingga dapat menyebabkan pelapisan endometrium dan ibu

mengalami perdarahan (Sulaiman sastra winata : 2005 ).

b) Kemungkinan klien pernah operasi sesar sebelumnya, pada

wanita-wanita yang pernah menjalani operasi sesar

sebelumnya maka sekitar 4 dari 100 wanita tersebut akan

mengalami plasenta previa. Resiko akan makin meningkat

setelah mengalami empat kali operasi sesar pada wanita –

wanita yang pernah menjalani operasi sesar, maka 1 dari 10

wanita akan mengalami plasenta previa.

c) Pada multipariati apalagi bila jaraknya terlalu singkat secara

teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas

plasenta sebelumnya.

Page 28: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

28

d) Kemungkinan klien pernah mengalami riwayat plasenta previa

sebelumnya, beresiko 12 kali lebih besar.

3) Riwayat Kehamilan Saat Ini

Biasanya klien merasakan mual, muntah seperti kehamilan

biasanya pada kehamilan tua yaitu pada saat trisemester 3 dan

mengalami perdarahan berwarna merah segar. Biasanya klien

kurang memperhatikan janin yang ada didalam kandugannya dan

biasanya belum adanya tanda-tanda persalinan.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum Klien

a) Tingkat Kesadaran

Jika klien tidak mengalami syok biasanya kesadaran klien

compos metis, tetapi jika klien yang mengalami syok maka

klien akan terlihat gelisah, bingung atau hilangnya kesadaran

(Saifuddin, 2002).

b) Tanda – tanda vital

1) Tekanan darah : Pada kasus plasenta previa tekanan darah

rendah ( 90/70 mmHg – 120/80 mmHg ).

2) Nadi : Pada kasus plasenta previa nadi normal

(60 – 80 kali/ menit), kecuali apabila

pasien mengalami syok maka nadinya

akan cepat atau lambat (110 kali per

menit atau lebih) 

Page 29: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

29

3) Pernafasan : Pada kasus plasenta previa pernafasan

ibu masih normal (16-20 kali/menit),

kecuali apabila pasien mengalami syok

maka pernapasan akan cepat (30 kali per

menit atau lebih)  (Saifuddin, 2002).

4) Suhu : Pada kasus plasenta previa suhu normal

(36oC- 37oC). )  (Saifuddin, 2002).

2) Kepala.

a) Wajah.

Pada pasien plasenta previa biasanya wajah terlihat pucat.

b) Mata.

(a) Scelera biasanya pada pasien plasenta previa sedikit

ikterik.

(b) Konjungtiva biasanya terlihat anemis, ini dikarenakan

perdarahan yang dialami oleh ibu sehingga menyebabkan

ibu biasanya terlihat anemis.

(c) Mata biasanya terlihat lelah dikarenakan perdarahan.

(d) Palpebra biasanya tidak terlihat edema.

(e) Biasanya klien terlihat lingkaran hitam pada matanya

akbat klien terlalu lelah.

Page 30: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

30

c) Hidung

Biasanya pasien dengan plasenta previa tidak

menggunakan alat bantu pernafasan seperti cuping hidung, dan

tidak adannya sekret, darah yang menghambat jalannya

pernafaan.

d) Bibir

Biasanya pasien dengan plasenta previa bibir terlihat

kering, pecah–pecah, dan pucat akibat dari perdarahan yang

terjadi.

e) Gigi

Biasanya pasien dengan plasenta previa terdapat caries

dan kebersihan gigi kurang karena klien tidak dapat melakukan

aktivitas dengan baik.

f) Lidah

Biasanya pasien dengan plasenta previa kebersihan lidah

kurang baik dan lidah terlihat kotor akibat klien tidak

melakukan oral hygiene seperti biasa.

3) Leher

Biasanya pasien dengan plasenta previa tidak adanya

pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, dan kelenjar getah

bening.

Page 31: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

31

4) Dada / Thorak

a) Inspeksi : Biasanya rongga dada simetris, jenis pernafasan

menggunakan perut, biasanya mammae mengalami

pembesaran adanya hiperpigmentasi pada areola mammae.

b) Palpasi : biasanya terdapat colostrums karena tidak adanya

kelainan pada payudara ibu.

c) Perkusi : Biasanya bunyi yang dihasikan normal dan tidak

adanya massa.

d) Auskultasi : Biasanya tidak terdapat nafas tambahan seperti

weezing, ronkhi.

5) Jantung.

Inspeksi : Biasanya ictus tidak terlihat karena tidak ada kelainan.

Palpasi : Biasanya ictus tidak teraba karena tidak ada kelainan.

Perkusi :Biasanya sonor karena tidak ada kelainan pada jantung

Auskultasi :Bisanya kekuatan otot kuat karena tidak ada kelainan

6) Abdomen.

Inspeksi : perut klien biasanya membuncit seperti orang hamil

Palpasi :

a) Karena plasenta disegmen bawah uterus dapat dijumpai

kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih

tinggi.

b) Biasanya saat palpasi tidak membuat ibu hamil merasa nyeri

dan perut tidak tegang.

Page 32: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

32

c) Cara palpasi menurut Leopold dengan variasi

Leopold 1:

(a) Pemeriksaan mennghadap ke arah

muka ibu hamil.

(b) Menentukan tinggi fundus uteri dan

bagian janin dalam fundus.

(c) Konsistensi uterus

Variasi menurut Knebel :

Menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan

difundus dan tangan lain diatas simfisis.

Leopold II:

(a) Menentukan batas samping

rahim

kanan kiri

(b) Menentukan letak punggung

janin.

(c) Pada letak lintang, tentukan

dimana kepala janin.

Variasi menurut Budin :

Menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan

funndus.

Leopold III:

(a) Menentukan bagian terbawah janin.

Gambar6.Leopold I

Gambar7.Leopold II

Page 33: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

33

(b) Apakah bagian terbawah tersebut sudah

masuk pintu atas panggung (PAP)

atau masih goyang.

Variasi menurut Ahlfeld :

Menentukan letak punggung dengan

pinggir tangan kiri diletakkan tegak

ditengah perut.

Leopold IV:

(a) Pemeriksaan menghadap ke arah

kaki ibu hamil.

(b) Bisa juga menentukan bagian

terbawah janin apa dan berapa

jauh sudah masuk pintu atas

pangggul (PAP).

Auskultasi : denyut jantung janin bervariasi.

7) Genitourinaria.

a) Biasanya terdapat perdarahan bervaginam encer sampai

menggumpal.

b) Biasanya darah yang keluar berwarna merah segar.

c) Biasanya urine tidak mengalami gangguan dan berwarna

kekuning-kuningan.

(FK UNPAD, 2005).

Gambar8.Leopold III

Gambar 9.Leopold IV

Page 34: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

34

8) Ekstremitas.

Biasanya pada pasien dengan plasenta previa ekstremitas

tidak terjadi edema, dan kekuatan otot berkurang akibat cairan

yang keluar.

9) Sistem Integumen

Biasanya pada pasien dengan plasenta previa keadaan turgor kulit

terlihat kering, suhu kulit hangat.

e. Data Aktivitas Sehari – Hari.

1) Nutrisi.

a) Makanan.

Biasanya pada pasien dengan plasenta previa pola makan yang

kuarang baik, biasanya klien pernah merokok yang dapat

mengakibatkan menipisan pada endometrium. Wanita hamil

sebaiknya mengkonsumsi makanan yang gizinya seimbang,

termasuk buah-buahan dan sayur-sayuran (Mochtar, 2008:59).

b) Cairan.

Biasanya klien sering mengkonsumsi alkohol.

c) Istirahat dan tidur.

Biasanya pada pasien dengan plasenta previa pola tidur

terganggu, biasanya sulit tidur. akibat cemas dengan

kondisinya.

d) Kebersihan diri.

Akibat kelemahan yang terjadi sehingga biasanya pada pasien

dengan plasenta previa personal hygiene pada dirinya kurang

baik.

Page 35: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

35

f. Data Psikososial.

Biasanya klien mengharapkan selalu adanya respon orang tua dan

keluarga terhadap kehamilannya, dukungan keluarga, pengambil

keputusan dalam keluarga, kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan

merokok, minum obat atau alcohol, beban kerja dan kegiatan sehari-

hari, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan (Pusdiknakes,

2004:39).

g. Pemeriksaan Diagostik.

Pemeriksaan penunjang sangat penting untuk:

1) Memastikan diagnosa.

2) Sinar X.

Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan

bagian-bagian tubuh janin.

3) Pemeriksaan USG, sangat banyak digunakan serta untuk

membantu menegakkan diagnosa dan letak plasenta previa

sehingga rencana pertolongan persalianan dapat ditetapkan.

Bahkan diagnosisnya sudah dapat ditegakkan usia kehamilan 20

minggu sehingga ibu hamil dapat diberikan nasihat untuk

memperhatikan kemungkinan perdarahan antepartum. Terminasi

kehamilan juga sudah dapat direncanakan sebelum terjadi

perdarahan. Pemeriksaan USG ini dilakukan empat kali selama

kehamilan agar implantasi plasenta dengan plasenta previa sudah

dapat diketahui.

Page 36: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

36

4) Sitografi, mula-mula kandungan kemih dikosongkan, lalu 40cc

larutan NaCl 12,5% kepala janin ditekan kearah pintu atas

panggul. Bila jarak kepala dan kemih berselisih dari 1 cm,

kemungkinan terdapat plasenta previa.

5) Doppler, Laennec untuk mengetahui keadaan denyut jantung

janin, apakah janin mengalami fetal distress atau tidak.

6) Pemeriksaan laboratorium.

Pada kasus perdarahan antepartum sangat penting dilakukan

pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan darah lengkap yaitu :

a) Untuk mendapatkan gambaran keadaan darah.

b) Persiapan untuk memberikan transfusi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan adanya perdarahan.

b. Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

banyak.

c. Resiko tinggi terjadinya fetal distres berhubungan dengan perfusi

darah ke plasenta berkurang.

d. Resiko tinggi anemia berhubungan dengan hemoglobin yang menurun

akibat perdarahan.

e. Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon tubuh terhadap

aktivitas.

Page 37: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

37

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria

HasilIntervensi Keperawatan Rasional

1. Resiko kekurangan cairan

berhubungan dengan

adanya perdarahan.

Tujuan :

Setelah di berikan asuhan

keperawatan ... x 24 jam

klien menunjukkan ada

keseimbangan cairan.

Kriteria Hasil :

- Tidak ada

perdarahan berulang

- Turgor kulit baik

- Pengisian kapiler cepat

- Tanda – tanda vital

Mandiri

1. Kaji tentang banyaknya

pengeluaran cairan

(perdarahan).

2. Kaji tanda-tanda vital seperti

tekanan darah, nadi,

pernafasan, dan suhu,

bandingkan dengan hasil

normal klien sebelumnya.

1. Mengantisipasi terjadinya syok

hipovolemik

2. Perubahan tekanan darah dan

nadi dapat digunakan untuk

perkiraan kehilangan darah

( misalnya : TD < 90 mmHg,

dan nadi > 110, diduga 25 %

penurunan volume atau kurang

lebih 1000 ml). Hipotensi

37

Page 38: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

38

stabil

- Membran mukosa

lembab. 3. Observasi tanda-tanda

kekurangan cairan seperti

pucat, turgor kulit jelek dan

monitor perdarahan dengan

cara melihat berapa banyak

output yang keluar

pervaginam.

4. Awasi tekanan darah dan

frekuensi jantung

5. Catat respon fisiologis

individual klien terhadap

postural menunjukkan

penurunan volume sirkulasi.

3. agar tidak terjadi kekurangan

cairan lebih banyak lagi

4. Perubahan darah menunjukkan

efek hipovolemia (perdarahan /

dehidrasi )

5. Memburuknya gejala dapat

menunjukkan berlanjutnya

38

Page 39: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

39

perdarahan, misalnya

perubahan mental,

kelemahan, gelisah, ansietas,

pucat, takipnea.

6. Jelaskan pada klien untuk

mempertahankan cairan yang

masuk dengan banyak

minum.

Kolaborasi

7. Berikan cairan IV sesuai

indikasi seperti cairan NaCl.

8. Berikan tranfusi darah bila

perlu sesuai dengan indikasi

perdarahan atau tidak

adekuatnya penggantian

cairan.

6. Memberikan pedoman untuk

pengganti cairan yang hilang.

7. Untuk mengganti cairan yang

hilang agar tidak terjadi

hipovolemik

8. Untuk mencegah terjadinya

anemia

39

Page 40: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

40

yang diberikan.

9. Periksa golongan darah 9. Untuk antisipasi transfusi

2. Resiko terjadinya syok

hipovolemik berhubungan

dengan perdarahan

banyak.

Tujuan :

Setelah di berikan asuhan

keperawatan ... x 24 jam

tidak terjadi syok

hipovolemik

Kriteria Hasil :

- Tidak ada perdarahan

lagi

- Tanda – tanda vital

dalam keadaan normal

Mandiri

1. Monitor tanda – tanda syok

seperti : akral dingin, tekanan

darah menurun, kapilar refil

< 3 detik, sianosis, pucat,

nadi teraba cepat tetapi

lemah.

2. Monitor tanda – tanda vital

seperti tekanan darah, nadi,

pernafasan, dan suhu setiap

15 menit sekali

1. Dengan memonitor tanda-

tanda syok dapat diketahui

secara dini kemungkinan

terjadinya syok

2. Diharapkan dapat mengetahui

perdarahan – perdarahan yang

terjadi pada klien hipotensi

atau syok akibat perdarahan

40

Page 41: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

41

3. Monitor perdarahan seperti

melihat berapa banyak duk

atau pembalut yang telah

diganti atau alat yang dipakai

untuk perdarahan.

4. Berikan cairan infus sesuai

dengan indikasi yang

diberikan seperti NaCl.

5. Berikan tranfusi darah sesuai

program dokter.

3. Memonitor perdarahan dapat

diketahui berapa banyak klien

telah kehilangan darah dan

memudahkan klien untuk

menentukan tindakan

selanjutnya.

4. Berikan cairan infus

diharapkan dapat mengganti

cairan dan zat yang hilang

akibat perdarahan.

5. pemberian tranfusi darah

diharapkan dapat mengganti

darah dengan cepat sehingga

kemungkinan syok dapat

41

Page 42: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

42

diatasi.

3. Resiko tinggi terjadinya

fetal distres berhubungan

dengan perfusi darah ke

plasenta berkurang.

Tujuan :

Setelah di berikan asuhan

keperawatan ... X 24 jam

diharapkan tidak terjadi

fetal distress

Kriteria hasil :

- DJJ normal / terdengar

- Adanya pergerakan

bayi

- Bayi lahir selamat.

Mandiri

1. Jelaskan resiko terjadinya

dister janin / kematian janin

pada ibu

2. Hindari tidur terlentang dan

anjurkan tidur ke posisi kiri

3. Observasi tekanan darah dan

nadi klien

1. Kooperatif pada tindakan

2. Tekanan uterus pada vena

cava, menyebabkan  aliran

darah kejantung menurun

sehingga terjadi gangguan

perfusi jaringan.

3. Penurunan dan peningkatan

denyut nadi terjadi pad

sindroma vena cava sehingga

klien harus di monitor secara

42

Page 43: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

43

4. Oservasi perubahan frekuensi

dan pola Denyut Jantung

janin

5. Berikan O2 10 – 12 liter

dengan masker jika terjadi

tanda-tanda fetal distress

teliti.

4. Penurunan frekuensi plasenta

mengurangi kadar oksigen

dalam janin sehingga

menyebabkan perubahan

frekuensi jantung janin.

5. Meningkat oksigen pada janin.

4. Resiko tinggi anemia

berhubungan dengan

hemoglobin yang menurun

akibat perdarahan.

Tujuan :

Setelah di berikan asuhan

keperawatan 2 x 24 jam

klien menunjukkan klien

akan terhindar dari anemia

Intervensi

1. Monitor tingkat perdarahan

klien.

1. Perdarahan yang banyak dapat

mengakibatkan ibu mengalami

syok.

43

Page 44: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

44

Kriteria hasil:

- Konjungtiva merah

muda.

- Hemoglobin dalam batas

normal

- Kapilary refill < 3 detik

2. Kaji tanda-tanda vital seperti

tekanan darah, nadi,

pernafasan, dan suhu setiap 15

detik.

3. Berikan diit tinggi kalori

tinggi protein.

4. Monitor tanda-tanda anemia:

tampak lelah, tidak

bersemangat, kulit pucat.

Kolaborasi

5. Bila anemia berat pemberian

cairan dan transfusi darah

2. Mengetahui keadaan umum

dan menentukan pengobatan

selanjutnya

3. Nutrisi yang cukup dapat

membantu pemulihan anemis

4. Tanda-tanda yang diketahui

sejak dini akan mempermudah

pengobatan dan mempercepat

penyembuhan.

5. Pemberian RL dengan di

grojok akan merehidrasi dan

mengembalikan Hb ke normal

44

Page 45: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

45

5. Ansietas berhubungan

dengan masalah kesehatan

perdarahan

Tujuan :

Setelah di berikan asuhan

keperawatan ... X 24 jam

diharapkan kecemasan

klien teratasi

Kriteria Hasil :

- Klien terlihat tenang.

- Klien bersifat

kooperatif.

- Klien sudah tidak

banyak bertanya.

Mandiri

1. Kaji tingkat dan penyebab

kecemasan

2. Orientasikan pada

lingkungan dengan

penjelasan sederhana.

3. Libatkan klien / orang

terdekat dalam rencana

perawatan dan dorong

partisipasi maksimum pada

rencana pengobatan

1. Agar dapat mengetahui

tingkatan cemas dan penyebab

cemas sehingga dapat

mengatasi masalah tersebut

2. Agar klien lebih bisa

beradaptasi dengan lingkungan

yang baru sehingga klien lebih

rileks

3. Keterlibatan akan

memfokuskan perhatian klien

dalam arti positif dan

memberikan rasa kontrol.

45

Page 46: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

46

4. Anjurkan klien melakukan

teknik relaksasi, misalnya

nafas dalam, membaca.

5. Berikan dorongan pada klien

untuk mengekspresikan

perasaan.

Kolaborasi

6. Berikan sedatif sesuai

indikasi dan awasi efek

4. Memberikan arti penghilang

respons ansietas, menurunkan

perhatian, meningkatkan

relaksasi meningkatkan

kemampuan koping.

5. Langkah awal dalam

mengatasi perasaan adalah

terhadap identifikasi dan

ekspresi. Mendorong

penerimaan situasi dan

kemampuan diri untuk

mengatasi.

6. Untuk menangani ansietas dan

meningkatkan istirahat.

46

Page 47: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

47

merugikan.

5 Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

respon tubuh terhadap

aktivitas perdarahan

Tujuan :

Setelah di berikan asuhan

keperawatan ... x 24 jam

klien dapat melakukan

aktivitas dengan baik.

Kriteria Hasil :

- Klien dapat melakukan

aktivitas secara mandiri

- Saat klien melakukan

aktivitas perdarahan

tidak terjadi lagi

Mandiri

1. Observasi tekanan darah,

nadi, pernafasan selama dan

sesudah aktivitas. Catat

respon terhadap tingkat

aktivitas (misalnya

peningkatan tekanan darah )

2. Kaji kemampuan pasien

dalam melakukan aktivitas

normal

3. Berikan lingkungan yang

nyaman dan tenang,

1. Manifestasi kardiopulmonal

dari upaya jantung dan paru

untuk membawa jumlah

oksigen adekuat ke jaringan.

2. Mempengaruhi pilihan

intervensi atau bantuan

3. Meningkatkan istirahat untuk

menurunkan kebutuhan

Page 48: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

48

pertahankan tirah baring bila

diindikasikan.

4. Berikan bantuan dalam

aktivitas bila perlu.

oksigen tubuh.

4. Untuk meringankan aktivitas

yang dilakukan pasien.

48

Page 49: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

49

4. Implementasi

Merupakan proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi

keperawatan ( tindakan keperawatan ) yang telah direncanakan dalam

rencana tindakan keperawatan.

5. Evaluasi

Mengevaluasi proses keperawatan dengan cara melakukan klasifikasi

sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan yang tercapai atau tidak.

Page 50: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

50

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 8 April 2013

Ruangan : Kebidanan

1. Identitas Klien

Nama : Ny. N

Umur : 34 Tahun

No. Rekam Medik : 82.31.11

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : Tamat SD

Suku Bangsa : Minang

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jorong Pulau Panjang Kel. Air Bangis Pasaman

Barat

Tanggal Masuk : 6 April 2013

Diagnosa Medik : Plasenta Previa Totalis

Tanggal Operasi : 10 April 2013

Sumber Informasi : Klien dan keluarga klien.

Ruang Rawat : Kamar Rawat RSUP. Dr. M. Djamil Padang

50

Page 51: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

51

Penanggung Jawab

Nama : Nafai

Hubungan : Suami

Pekerjaan : Buruh

Umur : 35 Tahun

Pendidikan : Tamat SMA

Agama : Islam

Suku bangsa : Minang

Alamat : Jorong Pulau Panjang Kel. Air Bangis Pasaman

Barat

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Ny. N dengan umur 34 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat

(IGD) RSUP Dr. M.Djamil Padang tanggal 6 April 2013 jam 20.30

WIB dengan keluhan keluar darah pervaginam tanpa rasa sakit sejak 2

jam yang lalu dan tanpa alasan, klien mengatakan darah yang keluar

berwarna merah segar.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang sama,

klien mengatakan tidak pernah melahirkan secara sesar, klien

mengatakan tidak mempunyai riwayat merokok, Klien mengatakan

tidak pernah melakukan pekerjaan yang berat selama hamil, klien

mengatakan jarak kehamilannya kurang lebih 3 tahun, klien

mengatakan sudah 4 kali melahirkan secara normal dan tidak ada

kelainan pada kehamilannya.

Page 52: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

52

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan saat masuk tanggal 6 April 2013

Klien mengatakan mengalami perdarahan pada trisemester 3, klien

mengatakan keluar darah yang banyak dari kemaluannya sejak 2 jam

yang lalu, klien mengatakan darah yang keluar berwarna merah

terang/segar tanpa alasan, klien mengatakan darah yang keluar tanpa

ada rasa nyeri, klien mengatakan tidak ada keluar lendir yang

bercampur darah dari kemaluannya.

Keluhan saat pengkajian 8 April 2013

Pada saat pengkajian klien terlihat hanya berbaring ditempat tidur

dan tidak dapat banyak beraktifitas karena badan klien terasa lemas

seperti tidak berenergi, klien mengatakan masih keluar darah dari

kemaluannya sejak 2 hari yang lalu, klien mengatakan darah yang

keluar berwarna merah terang, klien mengatakan darah yang keluar

tanpa ada rasa nyeri, klien mengatakan cemas dengan kehamilannya

sekarang karena klien takut terjadi sesuatu pada kandungannya.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat

kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, klien

juga mengatakan tidak ada keluarganya yang mempunyai keturunan

seperti riwayat hipertensi, riwayat diabetes militus (DM), riwayat

jantung, dan riwayat alergi

Page 53: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

53

3. Riwayat Obsetric

a. Riwayat Menarche

Usia menarche : 13 tahun

Siklus : Teratur

Banyaknya : 1 sampai 2 kali ganti pembalut atau duk

Lamanya : 3 sampai 4 hari

b. Riwayat Perkawinan.

Klien menikah pada tahun 2000 saat usia 21 tahun. Ini merupakan

pernikahan pertama bagi klien dan suami, klien hamil anak pertama

setelah usia pernikahan 4 bulan, klien mengatakan tidak mempunyai

keluhan pada kehamilan sebelumnya, klien mengatakan anak

pertamanya lahir pada tahun 2001.

c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

Kehamilan aterem 34-35 minggu. Pergerakan janin ada dirasakan

pertama kali pada usia kehamilan 4 bulan. Nutrisi klien baik, nafsu

makan klien baik dan klien menambah nutrisinya dengan minum susu

ibu hamil, klien selalu memeriksakan kandungannya 3 bulan sekali

kebidan terdekat rumah. Klien mengatakan tidak pernah mengalami

keluhan pada kehamilan sebelumnya, klien mengatakan tidak pernah

dilakukan kuretase atau tindakan bedah lainnya, tidak pernah

melahirkan secara caesarea, tidak pernah mengalami plasenta previa,

klien mengatakan jarak kehamilannya kurang lebih 3 tahun.

Page 54: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

54

4) Riwayat Kehamilan Yang Lalu

Persalinan dilakukan dirumah praktek bidan.

Tabel :1.1 Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu

d. Riwayat Kehamilan Saat Ini

Kehamilan aterem 34-35 minggu. Pergerakan janin ada dirasakan

pertama kali pada usia kehamilan 4 bulan. pada trisemester pertama

klien mengatakan terasa mual, muntah seperti kehamilan biasanya

tetapi pada saat kehamilan 4 bulan nafsu makan klien kembali

membaik, klien menambah nutrisinya dengan minum susu ibu hamil,

klien selalu memeriksakan kandungannya 3 bulan sekali kebidan

terdekat rumah.

4. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum Klien Saat Pengkajian

a) Tingkat Kesadaran :

Compos Mentis

Glasgow coma scale (GCS) = 15

Respon mata = 4

Respon motorik = 6

Respon verbal = 5

Page 55: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

55

b) Tanda – tanda vital

(a) Tekanan darah: 130 per 80 milimeterHektogram.

(b) Nadi : 64 kali permenit

(c) Pernafasan : 25 kali permenit

(d) Suhu : 36,8 derajat celcius

2) Kepala.

a) Wajah

Terlihat sedikit pucat.

b) Mata.

Scelera : tidak ikterik.

Konjungtiva : terlihat anemis.

Mata : terlihat lelah, tampak lingkar hitam

Palpebra : terlihat tidak terjadi edema.

c) Hidung

Kien tidak menggunakan alat bantu pernafasan seperti cuping

hidung, dan tidak adannya sekret, darah yang menghambat jalannya

pernafaan.

d) Bibir

Bibir klien terlihat kurang lembab dan tidak terlihat pecah–pecah.

e) Gigi

Gigi klien tampak sedikit caries.

f) Lidah

Lidah klien terlihat sedikit kotor.

Page 56: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

56

3) Leher

Leher klien tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar

limfe, dan kelenjar getah bening.

10) Dada / Thorak

1) Inspeksi : Rongga dada simetris kiri samadengan kanan,

jenis pernafasan menggunakan perut..

2) Palpasi : Premitus kiri samadengan kanan dan tidak adanya

kelainan pada payudara ibu.

3) Perkusi : Sonor

4) Auskultasi : Tidak terdapat bunyi nafas tambahan seperti

weezing, ronkhi.

11) Payudara

1) Inspeksi : Payudara simetris kiri samadengan kanan, puting

susu terlihat menonjol, aerola tampak bersih dan

hiperpigmentasi, papilla mamae menonjol.

2) Palpasi : Tidak terdapat massa dan tidak ada nyeri tekan.

12) Jantung.

1) Inspeksi : Ictus tidak terlihat.

2) Palpasi : Ictus cordi teraba

3) Perkusi : Jantung dalam batas normal.

4) Auskultasi : irama jantung teratur

13) Abdomen.

1) Inspeksi : Perut klien membuncit

2) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan

Page 57: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

57

Leopold I : Fundus uteri teraba tiga jari diatas pusat,

teraba massa lunak.

Leopold II : Teraba keras seperti papan disebelah kiri,

dan teraba bagian – bagian kecil dikanan.

Leopold III : Teraba massa keras, dan bulat.

Leopold IV : Tidak dilakukan.

3) Perkusi : Tympani

4) Auskultasi : Bising usus ada

14) Genitourinaria :

1) Genital

Pada genital klien terdapat darah berwarna merah terang dan

terlihat ada sedikit gumpalan darah yang sudah membeku.

2) Urinaria

Klien mengatakan tidak ada keluhan pada BAK, dan BAK

berwarna kekuning-kuningan.

15) Ekstremitas.

Ekstremitas kanan atas: Tidak terlihat edema, tidak terasa nyeri

Ekstremitas kiri atas : Tampak sedikit edema dan terpasang

infus RL 0,9 % dengan 20 tetes/menit.

Ekstremitas kanan dan kiri bawah : Tampak sedikit edema.

Kekuatan otot :

5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5

Page 58: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

58

16) Sistem Integumen

Turgor kulit klien terlihat sedikit kering, suhu kulit teraba hangat,

warna kulit sawo matang, dan keadaan kulit bersih.

5. Data Aktivitas Sehari – Hari.

1) Nutrisi.

a) Makanan.

- Sehat : Klien mengatakan makan 3 kali sehari, porsi biasa.

- Sakit : Klien mengatakan makan 3 kali dalam sehari,

makanan yang diberikan makanan dari rumah sakit

yaitu diet TKTP dan makanan lunak lainnya. Klien

mengatakan tidak pernah merokok.

- Keluhan : tidak ada.

b) Cairan.

- Sehat : 5 – 7 gelas/hari

- Sakit : 3 – 6 gelas / hari, klien mengatakan tidak pernah

- mengkonsumsi alkohol.

- Keluhan : Minum kurang dari kebutuhan tubuh.

2) Eliminasi

BAB

- Sehat : 1 kali perhari, konsistensi lembek, warna coklat

kekuningan

- Sakit : 1 kali perhari, konsistensi lembek, warna coklat

kekuningan

- Keluhan : Tidak ada

Page 59: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

59

BAK

- Sehat : 6 sampai 7 kali perhari

- Sakit : 6 sampai 7 kali perhari

- Keluhan : Tidak ada

3) Istirahat dan tidur.

Siang

- Sehat : ± 2 jam

- Sakit : ± 1 jam

Malam

- Sehat : ± 7 jam

- Sakit : Klien mengatakan sulit untuk tidur dikarenakan

cemas dengan kondisinya.

4) Kebersihan diri.

Kebersihan diri klien baik.

6. Data Sosial Ekonomi

Klien merupakan seorang ibu rumah tangga yang mengurus anak –

anaknya dirumah, selama klien sakit tidak ada yang mengurusi anak-

anaknya dirumah, biaya rumah sakit ditanggung oleh Jamkesmas,

penghasilan dari suami klien ± 2 juta/bulan.

7. Data Psikososial.

Klien mengatakan sangat bahagia dengan kehidupannya, klien selalu

diperhatikan dengan keluarganya terutama dengan suaminya, klien

berharap klien cepat sembuh dan dapat melahirkan dengan lancar, klien

tetap senang dengan keadaannya yang sekarang karena klien sangat

menantikan kelahiran anaknya.

Page 60: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

60

8. Data Spiritual

Saat sebelum hamil klien mengatakan beribadah shalat 5 waktu, tetapi saat

klien mengalami perdarahan klien sulit untuk beribadah karena klien takut

untuk melakuka aktivitas.

9. Pemeriksaan Diagostik.

1) Pemeriksaan Ultrasonografi

Saat dilakukan ultrasonografi didapatkan hasil plasenta yang letaknya

totalis atau menutupi seluruh jalannya lahir sehingga terjadi

perdarahan yang mengharuskan klien dioperasi caesarea.

2) Pemeriksaan laboratorium

Tanggal Order : 09 April 2013

Waktu : 20:02 WIB

Tabel 1.2 Pemeriksaan Labortorium

NO Parameter Hasil Satuan Reamarks Nilai Rujukan

1 Hemoglobin 8 g/dl Rendah 12,00-14,00

2 Heritrosit 23 % Rendah 37,00-43,00

3 Leukosit 15,5 10,3/ui Tinggi 5,00-10,00

4 Eritrosit 2,9 6/ui Rendah 4,50-4,50

5 Trombosit 197 103/ui 150,00-400,00

Page 61: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

61

Tanggal Order : 10 April 2013

Waktu : 12.09 WIB

Tabel 1.2 Pemeriksaan Labortorium

NO Parameter Hasil Satuan Reamarks Nilai Rujukan

1 Hemoglobin 9 g/dl Rendah 12,00-14,00

2 Heritrosit 27 % Rendah 37,00-43,00

3 Leukosit 15,1 10,3/ui Tinggi 5,00-10,00

4 Eritrosit 3,2 6/ui Rendah 4,50-4,50

5 Trombosit 217 103/ui 150,00-400,00

6 MCH 28,1 Pg 27,00-31,00

7 MCV 83 Fi 82,00-92,00

8 MCHC 33,7 g/dl 32,00-36,00

10. Program Terapi

a. Terapi yang diberikan pada klien yaitu :

Tanggal 8 dan 9 April 2013

Injeksi

- Ceftriaxon 2 x 1 gr

- Transamin 3 x 1gr

- Vitamin K 3 x 1gr

- Vitamin C 3 x 1gr

Infus

- Infus Nattrium Clorida 0,9 % 28 tetes per menit

Tanggal 10 April 2013

Injeksi

Page 62: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

62

- Ceftriaxon 2 x 1 gr

- Transamin 3 x 1gr

- Vitamin K 3 x 1gr

- Vitamin C 3 x 1gr

Infus

- Infus Nattrium Clorida 0,9 % 28 tetes per menit

- Metronidazole 30 tetes permenit

b. Diet : Tinggi Kalori Tnggi Protein (TKTP)

Page 63: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

63

ANALISA DATA

Nama : Ny. N

Tanggal 08 April 2013

Hari ke 2 klien masuk rumah sakit

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Ds :

-Klien mengatakan masih keluar

darah dari kemaluannya sejak 2

hari yang lalu.

-Klien mengatakan sudah megganti

pembalut sampai 3 kali sehari

kira-kira ± 800 cc

-Klien mengatakan darah yang

keluar berwarna merah terang

-Klien mengatakan darah yang

keluar tanpa ada rasa nyeri.

-Klien mengatakan darah yang

keluar seperti gumpalan kecil.

Do :

-Wajah klien terlihat sedikit pucat.

-Sclera mata klien terlihat sedikit

ikterik.

-Konjungtiva terlihat anemis.

-Akral klien teraba hangat.

Resiko terjadinya

syok hipovolemik

Perdarahan

banyak

Page 64: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

64

-Tanda-tanda vital klien :

Tekanan darah : 130 / 80

milimeterHektogram

Nadi : 82 kali/menit

Pernafasan : 25 kali/menit

Suhu : 36,8 0C

-Tanggal 09 April 2013

Hemoglobin 8 g/dl

-Tanggal 10 April 2013 Hemoglobin

9 g/dl

-Klien dilakukan transfusi darah

sebanyak 1 kali.

2. Ds :

-Klien mengatakan sulit untuk tidur

dikarenakan cemas dengan

kondisinya saat sekarang ini.

-Klien mengatakan cemas dengan

kehamilannya sekarang karena

klien takut terjadi sesuatu pada

kandungannya.

Do :

-Klien tampak banyak bertanya

tentang persalinan yang akan

dilakukan oleh tim medis.

Ansietas Masalah

kesehatan

perdarahan

Page 65: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

65

-Tampak lingkaran hitam dimata

klien karena klien sulit untuk

tidur.

-Mata klien tampak terlihat lelah

akibat kurng tidur.

-Klien tampak berhati-hati saat

melakukan aktivitas seperti saat

berjalan klien dituntun dengan

suaminya.

B. Diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa KeperawatanTanggal

Tegakkan

Tanda

Tangan

Tanggal

Teratasi

Tanda

Tangan

1. Resiko terjadinya syok

hipovolemik berhubungan

dengan perdarahan banyak

Senin

08 April

2013

Rabu

10 April

2013

2. Ansietas berhubungan

dengan masalah kesehatan

perdarahan.

Senin

08 April

2013

Rabu

10 April

2013

Page 66: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

66

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria

HasilIntervensi Keperawatan Rasional

1. Resiko terjadinya syok

hipovolemik berhubungan

dengan perdarahan

Tujuan :

Setelah di berikan asuhan

keperawatan 3x24 jam

tidak terjadi syok

hipovolemi

Kriteria Hasil :

- Tidak ada perdarahan

lagi

- Tanda – tanda vital

dalam keadaan normal

Mandiri

1. Monitor tanda – tanda syok

seperti : akral dingin, tekanan

darah menurun, kapilar refil

< 3 detik, sianosis, pucat

nadi teraba cepat tetapi

lemah.

2. Monitor tanda – tanda vital

seperti tekanan darah, nadi,

pernafasan, dan suhu

6. Dengan memonitor tanda-tanda

syok dapat diketahui secara dini

kemungkinan terjadinya syok

7. Diharapkan dapat mengetahui

perdarahan – perdarahan yang

terjadi pada klien hipotensi atau

syok akibat perdarahan

67

Page 67: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

67

3. Monitor perdarahan seperti

melihat berapa banyak duk

atau pembalut yang telah

diganti atau alat yang dipakai

untuk perdarahan.

4. Berikan cairan infus sesuai

dengan indikasi yang

diberikan seperti Natrium

Clorida.

5. Berikan tranfusi darah sesuai

program dokter.

8. Memonitor perdarahan dapat

diketahui berapa banyak klien

telah kehilangan darah dan

memudahkan klien untuk

menentukan tindakan

selanjutnya.

9. Berikan cairan infus diharapkan

dapat mengganti cairan dan zat

yang hilang akibat perdarahan.

10. pemberian tranfusi darah

diharapkan dapat mengganti

darah dengan cepat sehingga

kemungkinan syok dapat diatasi. 68

Page 68: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

68

2. Ansietas berhubungan

dengan masalah kesehatan

perdarahan

Tujuan :

Setelah di berikan asuhan

keperawatan 3 x 24 jam

diharapkan kecemasan

klien teratasi

Kriteria Hasil :

- Klien terlihat tenang.

- Klien bersifat

kooperatif.

- Klien sudah tidak

banyak bertanya.

Mandiri

1. Kaji tingkat dan penyebab

kecemasan

2. Orientasikan pada

lingkungan dengan

penjelasan sederhana.

3. Libatkan klien/orang terdekat

dalam rencana perawatan dan

dorong partisipasi maksimum

pada rencana pengobatan

1. Agar dapat mengetahui

tingkatan cemas dan penyebab

cemas sehingga dapat mengatasi

masalah tersebut

2. Agar klien lebih bisa

beradaptasi dengan lingkungan

yang baru sehingga klien lebih

rileks

3. Keterlibatan akan memfokuskan

perhatian klien dalam arti positif

dan memberikan rasa kontrol.

69

Page 69: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

69

4. Anjurkan klien melakukan

teknik relaksasi, misalnya

nafas dalam, membaca.

5. Berikan dorongan pada klien

untuk mengekspresikan

perasaan.

4. Memberikan arti penghilang

respons ansietas, menurunkan

perhatian, meningkatkan

relaksasi meningkatkan

kemampuan koping.

5. Langkah awal dalam mengatasi

perasaan adalah terhadap

identifikasi dan ekspresi.

Mendorong penerimaan situasi

dan kemampuan diri untuk

mengatasi.

70

Page 70: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

70

D. Implementasi

NODiagnosa

Keperawatan

Hari

TanggalImplementasi Evaluasi

Tanda

Tangan

Page 71: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

71

1. Resiko terjadinya

syok hipovolemik

berhubungan

dengan perdarahan

Senin

8 April

2013

Mandiri

1. Memonitor tanda – tanda syok

seperti : akral dingin, tekanan darah

menurun, kapilar refil < 3 detik,

sianosis, pucat

nadi teraba cepat tetapi lemah.

2. Memonitor tanda – tanda vital seperti

tekanan darah, nadi, pernafasan, dan

suhu

3. Memonitor perdarahan seperti melihat

berapa banyak duk atau pembalut

yang telah diganti.

4. Memberikan cairan infus sesuai

dengan indikasi yang diberikan seperti

Ds :

-Klien mengatakan masih keluar darah

dari kemaluannya sejak 2 hari yang

lalu.

-Klien mengatakan sudah megganti

pembalut sampai 3 kali sehari kira-kira

± 800 cc

-Klien mengatakan darah yang keluar

berwarna merah terang

-Klien mengatakan darah yang keluar

tanpa ada rasa nyeri.

-Klien mengatakan darah yang keluar

seperti gumpalan kecil.

O :

71

Page 72: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

72

Natrium Clorida 0,9 %.

5. Memberikan transfusi darah golongan

darah O sesuai program dokter.

-Wajah klien terlihat sedikit pucat.

-Sclera mata klien terlihat sedikit ikterik.

-Konjungtiva terlihat anemis.

-Akral klien teraba hangat

-Tanda-tanda vital klien :

Tekanan darah : 130 / 80

milimeterHektogram

Nadi : 82 kali permenit

Pernafasan : 25 kali permenit

Suhu : 36,8 derajat celcius

-Tanggal 09 April 2013 Hemoglobin 8

g/dl

-Tanggal 10 April 2013 Hemoglobin 9

g/dl

72

Page 73: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

73

Selasa

09 April

2013

Mandiri

1. Memonitor tanda – tanda syok seperti

: akral dingin, tekanan darah

menurun, kapilar refil < 3 detik,

sianosis, pucat

nadi teraba cepat tetapi lemah.

-Klien dilakukan transfusi darah sebanyak

1 kali

-Klien mendapatkan Natrium Clorida

0,9% kolf ke tiga

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

S :

-Klien mengatakan masih keluar darah

dari kemaluannya sejak 3 hari yang

lalu.

-Klien mengatakan sudah megganti

pembalut sampai 2 kali sehari ± 900 cc

-Klien mengatakan darah yang keluar

berwarna merah terang

73

Page 74: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

74

2. Memonitor tanda – tanda vital seperti

tekanan darah, nadi, pernafasan, dan

suhu

3. Memonitor perdarahan seperti melihat

berapa banyak duk atau pembalut

yang telah diganti.

4. Memberikan cairan infus sesuai

dengan indikasi yang diberikan seperti

Natrium Clorida 0,9 %.

5. Memberikan transfusi darah golongan

darah O sesuai program dokter.

-Klien mengatakan darah yang keluar

tanpa ada rasa nyeri.

-Klien mengatakan darah yang keluar

seperti gumpalan kecil.

O :

-Wajah klien terlihat sedikit pucat.

-Sclera mata klien terlihat sedikit ikterik.

-Konjungtiva terlihat anemis.

-Akralklien teraba hangat

-Tanda-tanda vital klien :

Tekanan darah : 120 / 90

milimeterHektogram

Nadi : 83 kali permenit

Pernafasan : 23 kali permenit

74

Page 75: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

75

Rabu

Suhu : 36,5 derajat celcius

-Tanggal 09 April 2013 Hemoglobin 8

g/dl

-Tanggal 10 April 2013 Hemoglobin 9

g/dl

-Klien dilakukan transfusi darah sebanyak

1 kali.

-Klien mendapatkan natrium Clorida

0,9% kolf ke empat

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

S :

-Klien mengatakan masih keluar darah

dari kemaluannya sejak 4 hari yang

75

Page 76: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

76

10 April

2013

Mandiri

1. Memonitor tanda – tanda syok seperti

: akral dingin, tekanan darah

menurun, kapilar refil < 3 detik,

sianosis, pucat

nadi teraba cepat tetapi lemah.

2. Memonitor tanda – tanda vital seperti

tekanan darah, nadi, pernafasan, dan

suhu

3. Memonitor perdarahan seperti melihat

berapa banyak duk atau pembalut

yang telah diganti.

4. Memberikan cairan infus sesuai

dengan indikasi yang diberikan seperti

lalu.

-Klien mengatakan sudah megganti

pembalut sampai 3 kali sehari ± 700 cc

-Klien mengatakan darah yang keluar

berwarna merah terang

-Klien mengatakan darah yang keluar

tanpa ada rasa nyeri.

-Klien mengatakan darah yang keluar

seperti gumpalan kecil.

O :

-Wajah klien terlihat sedikit pucat.

-Sclera mata klien terlihat tidak ikterik.

-Konjungtiva terlihat sedikit anemis.

-Tanda-tanda vital klien :

76

Page 77: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

77

Natrium Clorida 0,9 %.

5. Memberikan transfusi darah golongan

darah O sesuai program dokter.

Tekanan darah : 130 / 70

milimeterHektogram

Nadi : 79 kali permenit

Pernafasan : 24 kali permenit

Suhu : 36,5 derajat celsius

-Tanggal 09 April 2013 Hemoglobin 8

g/dl

-Tanggal 10 April 2013 Hemoglobin 9

g/dl

-Klien dilakukan transfusi darah sebanyak

1 kali.

-Klien mendapatkan natrium Clorida

0,9% kolf ke lima

A : Masalah sudah teratasi sebagian

77

Page 78: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

78

P : Intervensi diberhentikan dan klien

dilakukan operasi caesarea sekitar pukul

13.00 WIB

2. Ansietas

berhubungan

dengan masalah

kesehatan

perdarahan

Senin

8 April

2013

Mandiri

1. Mengkaji tingkat dan penyebab

kecemasan

2. Mengorientasikan pada lingkungan

dengan penjelasan sederhana.

3. Melibatkan klien / orang terdekat

dalam rencana perawatan

4. Anjurkan klien melakukan teknik

relaksasi, misalnya nafas dalam,

membaca.

5. Berikan dorongan pada klien untuk

S :

-Klien mengatakan sulit untuk tidur

dikarenakan cemas dengan kondisinya

saat sekarang ini.

-Klien mengatakan cemas dengan

kehamilannya sekarang karena klien

takut terjadi sesuatu pada

kandungannya.

O :

-Klien masih banyak bertanya tentang

persalinan yang akan dilakukan oleh

78

Page 79: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

79

Selasa

09 April

2013

mengekspresikan perasaan.

Mandiri

1. Mengkaji tingkat dan penyebab

kecemasan

tim medis.

-Terlihat lingkaran hitam dimata klien

karena klien sulit untuk tidur.

-Mata klien terlihat lelah akibat kurang

tidur.

-Klien tampak berhati-hati saat

melakukan aktivitas seperti saat

berjalan klien dituntun dengan

suaminya.

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

S :

-Klien mengatakan sudah bisa tidur

setelah diberikan penjelasan mengenai

79

Page 80: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

80

2. Mengorientasikan pada lingkungan

dengan penjelasan sederhana.

3. Melibatkan klien / orang terdekat

dalam rencana perawatan

4. Anjurkan klien melakukan teknik

relaksasi, misalnya nafas dalam,

membaca.

5. Berikan dorongan pada klien untuk

mengekspresikan perasaan.

kondisi kandungannya.

-Klien mengatakan masih sedikit takut

dengan kehamilannya sekarang karena

klien takut terjadi sesuatu pada

kandungannya.

O :

-Klien masih ada bertanya mengenai

keadaannya

-Tampak lingkaran hitam dimata klien

karena klien sulit untuk tidur.

-Mata klien tampak terlihat lelah akibat

kurang tidur.

-Klien tampak berhati-hati saat

melakukan aktivitas seperti saat

80

Page 81: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

81

Rabu

10 April

2013

Mandiri

1. Mengkaji tingkat dan penyebab

kecemasan

2. Mengorientasikan pada lingkungan

dengan penjelasan sederhana.

3. Melibatkan klien / orang terdekat

dalam rencana perawatan

4. Anjurkan klien melakukan teknik

relaksasi, misalnya nafas dalam,

membaca.

berjalan klien dituntun dengan

suaminya.

A : Masalah sudah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

S :

-Klien mengatakan sudah dapat untuk

tidur walaupun tidak terlalu pulas.

O :

-Klien tampak lebih tenang.

-Klien sudah tidak banyak bertanya

-Tampak lingkaran hitam dimata klien.

A : Masalah sudah teratasi

P : Intervensi diberhentikan

81

Page 82: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

82

5. Berikan dorongan pada klien untuk

mengekspresikan perasaan.

82

Page 83: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

83

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan melalui pendekatan

proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi maka pada BAB ini penulis

akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang di

temukan dalam perawatan kasus Plasenta Previa pada Ny. N yang dirawat oleh

penulis 8 April 2013 di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUP. Dr. M.Djamil

Padang Tahun 2013 yang dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dan merupakan landasan dari

proses keperawatan, dari pengkajian ini dapat kita lihat perbandingan kasus

nyata yang dapat dengan teori yaitu :

1. Identitas Klien

Identitas menurut teori terbagi 2 yaitu identitas klien dan suami dapat

dibandingkan dengan kasus yang ditemukan identitas klien diperoleh

melalui klien sendiri dan keluarga begitu juga identitas suami. Penulis

mendapatkan respon yang baik dari komunikasi yang dilakukan, hal ini

tidak lepas dari pendekatan yang telah dilakukan terlebih dahulu.

83

Page 84: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

84

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Berdasarkan teori yang telah dibahas di Bab II studi kasus ini,

dijelaskan biasanya ibu mengalami perdarahan pervaginam tanpa rasa

sakit, tanpa alasan dan darah yang keluar berwarna merah segar. Pada

kasus yang dialami Ny. N didapati keluhan utama yang sama dengan

teori yaitu, perdarahan pervaginam tanpa rasa sakit, tanpa alasan dan

darah yang keluar berwarna merah segar.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Berdasarkan teori yang telah dibahas di Bab II studi kasus ini.

Menjelaskan mengenai kondisi klien saat ini, mulai dari serangan

awal, klien dibawa kerumah sakit, dan penanganan klien. Pada kasus

Ny. N didapatkan data riwayat kesehatan sekarangnya klien masuk

melalui IGD dengan keluhan klien mengalami perdarahan, klien

mengatakan keluar darah yang banyak dari kemaluannya sejak 2 jam

yang lalu, klien mengatakan darah yang keluar berwarna merah

terang/segar tanpa alasan, klien mengatakan darah yang keluar tanpa

ada rasa nyeri, klien mengatakan tidak ada keluar lendir yang

bercampur darah dari kemaluannya.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Berdasarkan teori yang telah dibahas di Bab II studi kasus ini,

pada kasus dengan plasenta previa sebelumnya klien memilik riwayat

plasenta previa, bedah sesar, merokok selama hamil, kehamilan ganda.

Page 85: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

85

Tetapi pada kasus yang dibahas didalam Bab III pada Ny. N didapati

dahulu klien hamil dalam jarak kehamilan dengan sebelumnya terlalu

dekat dan klien tidak memiliki riwayat yang seperti dalam teori

misalnya memilik riwayat plasenta previa, bedah sesar, merokok

selama hamil, kehamilan ganda.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga data yang ditemukan pada teori

dan pada Ny. N sama yaitu tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat

kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, klien

juga mengatakan tidak ada keluarganya yang mempunyai keturunan

seperti riwayat hipertensi, riwayat diabetes militus (DM), riwayat

jantung, dan riwayat alergi

3. Pemeriksaan Fisik

Pada teori yang telah dibahas didalam Bab II studi kasus ini penulis

menggunakan metode Haed To Toe dalam pemeriksaan fisiknya, hal ini

dikarenakan penulis lebih terpapar dalam pemeriksaan secara Haed To

Toe, pemeriksaan Head To Toe dapat diterapkan langsung pada kasus

yang ditemukan dan meemukan beberapa perbedaan dari hasil yang

diperiksa penulis dengan teori yang ada sebagai berikut :

a. Keadaan Umum

Pada teori yang ada di BAB II dikaji tingkat kesadaran klien, tekanan

darah rendah, nadi biasanya norma tetapi jika terjadi syok maka nadi

akan cepat atau lambat, pernafasan klien normal dan suhu klien

Page 86: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

86

normal. Sedangkan pada kasus yang dikelola didapatkan kesadaran

Ny. N Compos Mentis, GCS 15, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi

64 kali/menit, pernafasan 25 kali/menit, suhu 36,8 0C. Dari hasil

pemeriksaan tersebut ada beberapa data yanng sama dengan teori dan

ada juga yang berbeda.

b. Kepala

Pada teori yang ada di BAB II pada wajah biasanya terlihat pucat,

scelera biasanya pada pasien plasenta previa sedikit ikterik, sedangkan

pada Ny. N didapatkan wajah terlihat sedikit pucat, scelera tidak

ikterik, konjungtiva terlihat anemis, palpebra terlihat tidak edema.

c. Leher

Hasil yang didapatkan sesuai dengan teori pada BAB II yaitu tidak

adanya pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening hal ini

dikarenakan pross terjadi perdarahan tidak berpengaruh pada

pembesaran kedua kelenjar tersebut.

d. Dada/thorax

Pada bagian ini dalam teori pemeriksaan fisik dilakukan dengan empat

cara yaitu dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi tidak

berbeda dengan cara pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus ini

sedikit berbeda pemeriksaan dada dan payudara dipisahkan untuk

mempermudah observasi keadaan klien. Pada hasil pemeriksaan

inspeksi rongga dada simetris kiri samadengan kanan, jenis pernafasan

Page 87: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

87

menggunakan perut, palpasi premitus kiri samadengan kanan, perkusi

terdengar sonor, auskultasi vaskuler.

e. Payudara

Pada teori pemeriksaan payudara digabungkan dengan pemeriksaan

thorax tetapi pada kasus dikhususkan dan diperoleh hasil pada

inspeksi payudara simetris kiri samadengan kanan, puting susu terlihat

menonjol, aerola tampak bersih dan hiperpigmentasi, papilla mamae

menonjol dan palpasi tidak terdapat massa dan tidak ada nyeri tekan.

f. Jantung

Pada prinsipnya cara pemeriksaan jantung sama dengan pemeriksaan

thorax yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Dari

hasil pemeriksaan didapatkan hasil inspeksi ictus tidak terlihat,

palpasi, ictus cordi teraba, perkusi jantung dalam batas normal dan

auskultasi irama jantung teratur.

g. Abdomen

Hasil yang didapatkan pada Ny. N sudah sesuai dengan teori pada

BAB II yaitu pemeriksaan abdomen biasanya inspeksi perut klien

tampak membuncit, palpasi tidak terdapat nyeri tekan, dan perkusi

tympani.

h. Genitalurinaria

Hasil yang didapatkan pada Ny. N sudah sesuai dengan teori pada

BAB II yaitu keadaan genital terdapat perdarahan bervaginam encer

sampai menggumpal, darah yang keluar berwarna merah segar dan

Page 88: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

88

pada urine tidak mengalami gangguan dan berwarna kekuning-

kuningan.

i. Ekstremitas

Pemeriksaan fisik bagian ini pada asuhan keperawatan teoritis

menjelaskan pengamatan pada ektremitas apakah ada edema atau

tidak, dan kekuatan otot biasanya berkurang, hal ini menjadi

perbandingan dengan kasus yang ditemukan yaitu didapatkan pada

ekstremitas kanan atas tidak terlihat edema, tidak terasa nyeri, pada

ekstremitas kiri atas tampak sedikit edema dan terpasang infus

Natrium Clorida 0,9 % dengan 20 tetes permenit, pada ekstremitas

kanan dan kiri bawah tampak sedikit edema, dan kekuatan otot 5.

Klien mengatakan mampu untuk berjalan tetapi klien tidak boleh

melakukan aktivitas (bedrest total).

j. Sistem Integumen

Hasil yang didapatkan ada yang sudah sesuai teori pada BAB II yaitu

keadaan turgor kulit terlihat kering, suhu kulit hangat. Hal ini

dikarenakan masalah perdarahan yang terjadi pada klien.

k. Pola Kebiasaan Sehari – hari

a. Nutrisi

Pada nutrisi yang dibandingkan antara sehat dan sakit saat sehat

klien makan tiga kali sehari dengan porsi yang diinginkan dan

dengan nasi, lauk dan sayur, sedangkan saat sakit klien tetap makan

tiga kali sehari dengan makanan yang diberikan dari rumah sakit

Page 89: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

89

yaitu diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan makanan

lunak lainnya.

b. Eliminasi

Pada eliminasi tidak ada pebedaan antara yang sehat dengan yang

sakit karena klien tidak mengalami gangguan pada eliminasinya.

c. Istirahat dan tidur

Pada klien dengan plesanta previa istirahat dan tidur teranggu,

istirahat saat sehat kurang lebih 2 jam perhari, waktu sakit 1 jam

perhari, diwaktu malam saat sehat 7 jam perhari, saat sakit klien

mengatakan sulit untuk tidur dikarenakan cemas dengan

kondisinya.

B. Diagnosa Keperawatan

Dari asuhan keperawatan teoritis diperkirakan ada enam diagnosa yang

mungkin muncul seperti :

1) Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan adanya perdarahan.

2) Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarah

banyak.

3) Resiko tinggi terjadinya fetal distres berhubungan dengan perfusi darah

ke plasenta berkurang.

4) Resiko tinggi anemia berhubungan dengan hemoglobin yang menurun

akibat perdarahan.

5) Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan.

Page 90: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

90

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon tubuh terhadap

aktivitas.

Dari beberapa diagnosa yang ada dan data yang telah diperoleh dari hasil

pengkajian dan perumusan masalah yang ditemukan pada klien maka penulis

memunculkan 2 diagnosa yaitu :

1) Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan

perdarahan banyak.

Diagnosa ini penulis tegakkan pada tanggal 8 Juli 2013 karena data-data

yang diperoleh dari pengkajian seperti klien banyak mengeluarkan darah

dari kemaluannya sekitar 3 kali sehari megganti pembalut kira-kira ± 800

cc, wajah klien terlihat sedikit pucat, sclera mata klien terlihat sedikit

ikterik, konjungtiva terlihat anemis, hemoglobin menurun.

2) Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan.

Diagnosa ini penulis tegakkan pada tanggal 8 Juli 2013 karena data-data

yang diperoleh dari pengkajian seperti klien banyak bertanya tentang

pesalinan yang akan dilakukan, klien mengatakan sulit untuk tidur

dikarenakan cemas dengan kondisinya saat sekarang ini.

Dari uraian diagnosa diatas ada 4 diagnosa keperawatan yang ada dalam teori

tetapi tidak ditemukan dalam pelaksanaan studi kasus yaitu :

1) Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan adanya perdarahan.

Diagnosa ini penulis tidak tegakkan karena kekurangan cairan akan lebih

spesifik pada cairan elektrolit sedangkan klien tidak mengeluhkan

Page 91: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

91

tentang adanya dehidrasi tetapi mengeluhkan banyaknya darah yang

keluar.

2) Resiko tinggi terjadinya fetal distres berhubungan dengan perfusi

darah ke plasenta berkurang.

Diagnosa ini penulis tidak tegakkan karena kehamilan sudah cukup

bulan, perfusi darah ke plasenta tidak mengalami gangguan dan keadaan

janin cukup baik.

3) Resiko tinggi anemia berhubungan dengan hemoglobin yang

menurun akibat perdarahan.

Diagnosa ini penulis tidak tegakkan karena jika penulis tegakkan Ny. N

sudak masuk kedalam diagnosa medis yaitu anemia.

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon tubuh terhadap

aktivitas.

Diagnosa ini penulis tidak tegakkan karena pada kasus Ny. N masih

mampu untuk melakukan aktivitas walaupun tidak melakukan aktivitas

seperti normal, klien juga masih dapat berjalan kekamar mandi dan

kekuatan otot klien masih cukup baik.

Teori pendukung yang didapatkan menurut Bobak tahun 2009 diagnosa

keperawatan pada plasenta previa ada 3 diagnosa yaitu :

1) Penuruhan curahan jantung berhubungan dengan perdarahan hebat

2) Resiko tinggi infeksiberhubungan dengan anemia dan perdarahan

Page 92: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

92

3) Resiko tinggi cidera (janin) berhubungan dengan peurunan perfusi

plasenta / uterin.

C. Intervensi Keperawatan

Dalam proses tahap penyusunan intervensi sesuai dengan diagnosa yang

ditemukan. Beberapa intervensi yang berdasarkan asuhan keperawatan

teoritis yang tidak dapat dimasukkan dalam daftar intervensi keperawatan

seperti pada diagnosa ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan

perdarahan, pada intervensi teoritis terdapat kolaborasi dalam berikan sedatif

sesuai indikasi dan awasi efek merugikan, tetapi pada saat penulis

merencanakan intervensi tidak penulis masukkan berhubungan dengan situasi

dan kondisi diruangan pada saat itu karena tidak dapat memperoleh hasil

perawatan yang maksimal pada klien.

D. Implementasi Keperawatan

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan plasenta

previa diruang Kebidanan RSUP. Dr. M. Djamil Padang, penulis tidak

mendapatkan hambatan dalam pelaksanaannya, maka penulis dapat

menerapkan asuhan keperawatanpada klien dengan plasenta previa.

1. Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

banyak.

Untuk diagnosa diatas ini, penulis melakukan semua rencana

keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga didalam

Page 93: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

93

penerapan implementasi yang berlandasan pada intervensi keperawatan

dapat dilakukan keseluruhannya. Dari 5 (lima) intervensi keperawatan

yang direncanakan, penulis dapat melakukan implementasi dari ke lima

intervensi tersebut.

2. Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan.

Untuk diagnosa diatas ini, penulis melakukan semua rencana

keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga didalam

penerapan implementasi yang berlandasan pada intervensi keperawatan

dapat dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dari 5 (lima)

intervensi keperawatan yang direncanakan, penulis dapat melakukan

implementasi dari ke lima intervensi tersebut.

E. Evaluasi

Berdasarkan penilaian yang dilakukan pada dasarnya semua tujuan

dapat dicapai. Hal ini didukung dengan adanya kerja sama antara penulis

dengan klien, keluarga, perawat, dan tim kesehatan lainnya, serta adanya

partisipasi keluarga yang cukup besar dalam pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.

Pada evaluasi yang dilakukan pada kasus diobservasi sesuai tingkat

kemauan status kesehatan klien yang dinilai berdasarkan metode SOAP

diperoleh dari hasil dua diagnosa yang muncul setelah dilakukan

implementasi diperoleh hasil evaluasi sebagai berikut :

1) Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

banyak.

Page 94: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

94

Pada diagnosa diatas, penulis melakukan asuhan keperawatan selama tiga

hari yaitu dimulai dari hari Senin tanggal 8 April 2013 telah dilakukan

implementasi sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat agar klien

tidak ada perdarahan lagi dan tanda – tanda vital dalam keadaan normal.

Dari catatan perkembangan pada kasus Ny. N dapat dievaluasi klien

mengatakan masih ada darah yang keluar dari kemaluannya, pemeriksaan

laboratorium didapatkan peningkatan hemoglobin, sklera klien sudah

tidak tampak ikterik, konjungtiva masih sedikit anemis, Hal ini

menandakan implementasi yang dilakukan sudah teratasi sebagian.

2) Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan.

Pada diagnosa diatas, penulis melakukan asuhan keperawatan selama tiga

hari yaitu dimulai dari hari Senin tanggal 8 April 2013 telah dilakukan

implementasi sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat agar klien

terlihat tenang, bersifat kooperatif, dan tidak banyak bertanya. Dari

catatan perkembangan pada kasus Ny. N dapat dievaluasikan yaitu

masalah ansietas yang terjadi pada klien dapat teratasi yang ditandai

dengan klien terlihat tenang, tidak banyak bertanya, klien mengatakan

sudah dapat mengerti tentang sesuatu yang terjadi dan klien mengatakan

sudah tidak terlalu takut dengan operasi yang akan dijalankannya. Hal ini

menandakan implementasi yang dilakukan sudah teratasi.

F. Dokumentasi

Dalam pendokumentasi keperawatan penulis mendokumentasikan

semua kegiatan dan hasil yang diperoleh dari pengkajian sampai evaluasi,

Page 95: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

95

penulis mencatat kedalam status klien dan proses hasil sebagai bukti

tanggung jawab dan tanggung gugat dikemudian hari.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil keperawatan yang telah dilakukan terhadap klien dengan asuhan

keperawatan pada Ny. N dengan plasenta previa di Ruang Rawat Inap Kebidanan

RSUP. DR. M.DJAMIL PADANG, yang dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dalam melakukan pengkajian terhadap klien dengan plasenta previa, data

yang dikumpulkan adalah identitas klien, identitas suami, riwayat

kesehatan yang meliputi (keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,

riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga), riwayat

obstetri, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat

kehamilan saat ini, keadaan umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik,

data aktivitas sehari-hari, data sosial ekonomi, psikologis, spiritual, serta

data hasil pemeriksaan laboratorium, dan program terapi yang diberikan.

2. Perumusan diagnosa keperawatan didapatkan berdasarkan hasil

pengkajian dan analisa data yang didapatkan, maka penulis menegakkan

beberapa diagnosa antara lain :

a. Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan

perdarahan banyak.

Page 96: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

96

Diagnosa ini penulis tegakkan pada tanggal 8 Juli 2013 karena data-

data yang diperoleh dari pengkajian seperti klien banyak

mengeluarkan darah dari kemaluannya sekitar 3 kali sehari megganti

pembalut kira-kira ± 800 cc, wajah klien terlihat sedikit pucat, sclera

mata klien terlihat sedikit ikterik, konjungtiva terlihat anemis,

hemoglobin menurun.

b. Ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan perdarahan.

Diagnosa ini penulis tegakkan pada tanggal 8 Juli 2013 karena data-

data yang diperoleh dari pengkajian seperti klien banyak bertanya

tentang pesalinan yang akan dilakukan, klien mengatakan sulit untuk

tidur dikarenakan cemas dengan kondisinya saat sekarang ini

3. Dari beberapa perencanaan tindakan yang berpedoman pada asuhan

keperawatan sudah dapat dilakukan sesuai dengan teoritis.

4. Dari semua perencanaan sudah dapat dilakukan dan disesuaikan dengan

diagnosa sehingga pelaksanaan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

5. Dari hasil implemantasi yang telah diterapkan maka penulis

mendapatkan evaluasi diantaranya sebagai berikut :

a. Pada diagnosa resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan

dengan perdarahan banyak masalah yang terjadi pada Ny. N sudah

teratasi sebagian.

a. Pada diagnosa ansietas berhubungan dengan masalah kesehatan

perdarahan masalah yang terjadi pada Ny. N sudah teratasi dan

kecemasan klien hilang

86

Page 97: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

97

6. Dalam pendokumentasi keperawatan penulis mendokumentasikan semua

kegiatan dan hasil yang diperoleh dari pengkajian sampai evaluasi,

penulis mencatat kedalam status klien dan proses hasil sebagai bukti

tanggung jawab dan tanggung gugat dikemudian hari.

B. Saran

1. Bagi Perkembangan Keperawatan

Agar studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada pasien plasenta previa, sehingga dapat dilakukan

dengan segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien plasenta

previa.

2. Bagi Instalasi Rawat Inap RSUP M. Djamil Padang.

Bagi tempat penelitian di harapkan dapat menjadi bahan evaluasi tenaga

kesehatan dan tenaga kesehatan lebih memikirkan bagaimana cara agar

angka kejadian plasenta previa menurun.

3. Bagi Klien

Bagi klien diharapkan agar ibu dapat lebih memperhatikan kandungannya

sehingga tidak terjadi peningkatan kematian pada ibu hamil yang

mengalami plasenta previa serta klien dapat mengetahui tanda dan cara

penanganannya.

Page 98: Studi Kasus Plasenta Bab 11 Edit Terbari

98

DAFTAR PUSTAKA

http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/09/08/plasenta-previa/

http://uvhik.wordpress.com/2012/11/15/plasenta-previa/

http://www.umm.edu/graphics/images/en/17010.jpg

Manuaba, Ida Bgus dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta : EGC.

Mansjoer, arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius.

Mochtar, Rustam. 1995. Sinopsis Obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit dalam. Yogyakarta : Mulia Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT BINA PUSTAKA.

Rukiyah, Ali Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan kebidanan IV ( Patologi kebidanan ). Jakarta Timur : CV.Trans Info Media