76
Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010. STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN PERAIRAN BAGIAN BARAT PULAU RUBIAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM SKRIPSI SARAH LILIANA PANDIANGAN 050805056 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN PERAIRAN BAGIAN BARAT PULAU RUBIAH NANGGROE

ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI

SARAH LILIANA PANDIANGAN 050805056

DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2009

Page 2: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN PERAIRAN BAGIAN BARAT PULAU RUBIAH NANGGROE

ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SARAH LILIANA PANDIANGAN 050805056

DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2009

Page 3: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

PERSETUJUAN

Judul : STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN PERAIRAN BAGIAN BARAT PULAU RUBIAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Kategori : SKRIPSI Nama : SARAH LILIANA PANDIANGAN Nomor Induk Mahasiswa : 050805056 Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI Departemen : BIOLOGI Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM Diluluskan di Medan, Desember 2009 Komisi Pembimbing : Pembimbing 2 Pembimbing 1 (Prof. Dr. Ing. Ternala A. Barus, M. Sc.) (Mayang Sari Yeanny S. Si, M. Si.) NIP:195810161987031003 NIP: 197211261998022002 Diketahui / Disetujui Departemen Biologi FMIPA USU Ketua, (Prof. Dr. Dwi Suryanto, M. Sc.) NIP: 196404091994031003

Page 4: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

PERNYATAAN

STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN PERAIRAN

BAGIAN BARAT PULAU RUBIAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, Desember 2009 Sarah Liliana Pandiangan 050805056

Page 5: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

PENGHARGAAN

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Naggroe Aceh Darussalam” dalam waktu yang telah ditentukan.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Mayang Sari Yeanny, S.Si., M.Si selaku Dosen pembimbing II, terimakasih atas perhatian, arahan, tenaga, waktu dan nasehat yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Terimakasih kepada Bapak Drs. Nursal, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Bapak Dr. Syafruddin Ilyas, M. Biomed selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak saran dan arahan demi penyelesaian Skripsi ini. Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik dan sebagai Ketua Departemen Biologi FMIPA USU, dan kepada seluruh staf Pengajar di Departemen Biologi. Terimakasih juga oleh penulis kepada Dekan FMIPA USU Prof. Dr. Eddy, M., M.Sc.

Ucapan terimakasih yang tak ternilai Penulis ucapkan kepada yang Terhormat Ayahanda tercinta M. Pandiangan dan Ibunda tersayang M. Simanjuntak buat Kasih sayang, Nasehat, Tiap tetes keringat dan air mata, harapan, doa, dan dukungan moril maupun materi selama ini kepada Penulis yang selalu menguatkan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Kepada Adik-adik handa terkasih : Sari Ani Niati Pandiangan, Santa Agnesia Margaret Pandiangan dan Abang sayang Mardame Thecos Pandiangan yang selalu memberikan dukungan moril, kasih sayang dan do’a kepada penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada yang terkasih Bapa tua M. Silitonga dan Inang tua M. Simanjuntak buat dukungan moril dan do’a selama ini kepada penulis. Terimakasih juga kepada B’Andi, B’Rudi, K’Shanty, dan K’Qutenk buat semangat dan dukungan moril yang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang-abang yang turut berperan besar dalam penelitian ini, Arief dan Epong serta yayasan FFI yang memberikan bantuan keringanan biaya dalam penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Dekri yang dengan setia menemani tim selama di lapangan. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa/i Biologi 2005 atas kebersamaannya selama ini. Kepada tim lapangan Sabang-Iboih: Taripar, Misran Siregar, S.Si, Valentyna Pardede, S.Si , Phyle dan Erni terimakasih atas bantuan dan kebersamaan yang diberikan selama di lapangan. Serta teman-teman di Lab PSDAL Rosida Ambarita, S.Si, Toberni Situmorang, S.Si, Beca dan Erna Afriningsih Simanjuntak. S.Si atas kebersamaannya dan kepada adik-adik di Lab PSDAL Andri Buntil, Hariadi, Septy, Helen, Yanti, Farida dan kepada abang-kakakku stambuk 2003 dan 2004 serta kepada adik-adik seluruh stambuk 2006, 2007 dan 2008 Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada abang asuhku B’aldo, S.Si dan adik asuhku Elisabeth buat kebaikan dan dukungannya selama ini.

Page 6: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Hasil Penelitian ini, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini. Medan, Desember 2009

Penulis

Page 7: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

ABSTRAK

Penelitian dengan judul “Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam” telah dilakukan pada bulan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan dengan metode “Purpossive Random Sampling” yaitu menentukan 2 stasiun penelitian berdasarkan perbedaan aktivitas yang berlangsung di Perairan tersebut. Pengamatan Ikan Karang dilakukan pada transek yang berukuran 4 x 50 meter sebanyak 3 transek pada setiap stasiun. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keanekaragaman ikan karang dan hubungan antara faktor fisik kimia dengan keanekaragaman ikan karang.

Dari hasil identifikasi diperoleh ikan karang yang termasuk kedalam kelas Osteichtyes yang tergolong dalam 1 ordo, 16 famili, 30 genus serta 51 spesies. Nilai Kepadatan dan kepadatan Relatif tertinggi terdapat pada Pomacentrus spilotoceps dengan nilai masing-masing 0.985 ind/m2 dan 19.818 %. Nilai Kepadatan dan Kepadatan Relatif terendah terdapat pada beberapa spesies yaitu 0.005 ind/m2 dan 0.181 %. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 2.3 sedangkan terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 1.76. Indeks keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 0.66 sedangkan terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 0.65. Dari hasil analisis korelasi diketahui bahwa hubungan antara indeks keanekaragaman dengan nilai faktor fisik kimia berkorelasi kuat.

Kata Kunci : Ikan Karang, Bagian Barat Pulau Rubiah

Page 8: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Study of Reef Fish Diversity At The West Part Oceanik Of Rubiah Island Nanggroe Aceh Darussalam

ABSRACT The research with the title “Study of Reef Fish Diversity At The west Part Oceanik Of Rubiah Island Nanggroe Aceh Darussalam” have been done at May 2009. This Research is done with the method of Purpossive Random Sampling that is determine 2 research station of pursuant to difference of society activity that goes on around this oceanik. Reef fish survey done at the transect that sized 4 x 50 metres by 3 restating times rill each research station. This research target is to see the diversity of reef fish and the correlation between chemical physical factor with the reef fish diversity.

From result identify to the reef fish obtained a class reef fish which pertained in 1 ordo, 16 set of family and 30 genus and 51 species. The highest abundance and relative abundance is obtained at Pomacentrus spilotoceps that is 0,985 ind/m2 and 19,818 %. The lowest abundance and relative abundance at more spesies that is 0,005 ind/m2 and 0,181 %. The highest diversity index are at station 1 that is 2,3 while the lowest are at station 2 that is 1,76. Highest similarity index there are at station 1 that is 0,66 while the lowest of similarity index there are at station 2 that is 0,65. From result of correlation analysis known that the relation between variety index and chemical physical factor value is strong correlation. Keywords: Reef fish, West part of Rubiah Island

Page 9: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ii Pernyataan iii Penghargaan iv Abstrak vi Abstract vii Daftar isi viii Daftar Tabel ix Daftar Lampiran x Daftar Gambar xi Bab 1. Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan 2 1.3 Tujuan Penelitian 2 1.4 Hipotesis 2 1.5 Manfaat Penelitian 3

Bab 2. Tinjauan Pustaka 4 2.1 Ekosistem Laut 4 2.2 Ekosistem Terumbu Karang 5 2.3 Ikan Karang 6 2.4 Pembagian Ikan Karang 7 2.5 Ekologi Ikan 9 2.6 Anatomi dan Morfologi Ikan 10 2.7 Parameter Fisik-Kimia Air 12 Bab 3. Bahan dan Metoda 16 3.1 Waktu dan Tempat 16 3.2 Pengamatan Ikan Karang 16 3.3 Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan 17 3.4 Analisa Data 19 Bab 4. Hasil dan Pembahasan 21 4.1 Jenis-jenis Ikan dan Klasifikasi 21 4.2 Nilai Kepadatan Individu (ind/m2), Kepadatan Relatif (KR %) Dan Frekuensi Kehadiran (FK %) Ikan Pada Setiap Stasiun Penelitian 30 4.3 Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E) Pada Setiap Stasiun Penelitian 34 4.4 Faktor Fisik-Kimia Perairan 36 4.4.1 Temperatur Air 36 4.4.2 Intensitas Cahaya 37

Page 10: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

4.4.3 Penetrasi Cahaya 37 4.4.4 pH (Derajat Keasaman) 38 4.4.5 DO (Disolved Oxygen) 38 4.4.6 Kejenuhan Oksigen 39 4.4.7 BOD (Biological Oxygen Demand) 39 4.4.8 Salinitas 40 4.5 Analisis Korelasi 40 Bab 5. Kesimpulan dan Saran 43 5.1 Kesimpulan 43 5.2 Saran 44 Daftar Pustaka 45

Page 11: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.3 Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan 18

Tabel 4.1 Klasifikasi dan Jenis Ikan yang didapat pada Stasiun Penelitian 22 Tabel 4.2 Nilai Kepadatan Individu (ind/m2), Kepadatan Relatif (KR %)

dan Frekuensi Kehadiran (FK %) Ikan pada setiap Stasiun Penelitian 31 Tabel 4.3 Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E)

pada setiap Stasiun Penelitian 34 Tabel 4.4 Nilai Faktor Fisik-Kimia Yang Diperoleh Pada Setiap Stasiun

Penelitan 36 Tabel 4.5 Nilai Korelasi Yang Diperoleh Antara Parameter Fisik-Kimia Perairan Dengan Keanekaragaman Ikan Yang Diperoleh Dari Setiap Stasiun Penelitian. 41

Page 12: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A : Bagan Kerja Metode Winkler Untuk Mengukur DO 48 Lampiran B : Bagan Kerja Metode Winkler Untuk Mengukur BOD5 49 Lampiran C : Nilai Oksigen Terlarut Maksimum (mg/l) Pada Berbagai Besaran

Temperatur Air 50 Lampiran D : Contoh Perhitungan 51 Lampiran E : Data Mentah Penelitian 54 Lampiran F : Hasil Analisis Korelasi 56 Lampiran G : Foto Ikan Karang 57 Lampiran H : Data Mentah Nilai Faktor Fisik-Kimia Perairan 58 Lampiran I : Peta Lokasi Penelitian 59 Lampiran J : Foto Lokasi Penelitian 60

Page 13: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan, Hamparan laut yang luas

merupakan suatu potensi bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan sumberdaya

laut yang memiliki keragaman baik sumberdaya hayati maupun sumberdaya lainnya.

Keunikan dan keindahan serta keanekaragaman kehidupan bawah laut dari kepulauan

Indonesia yang membentang luas di cakrawala khatulistiwa. Salah satu dari potensi

tersebut atau sumberdaya hayati yang tak ternilai harganya dari segi ekonomi atau

ekologinya adalah sumberdaya terumbu karang, apabila sumberdaya terumbu karang

ini dikaitkan dengan pengembangan wisata bahari mempunyai andil yang sangat besar

(www.geocities.com/minangbahari/coremap/mengenali).

Terdapat 4 pulau kecil yang mengelilingi Pulau Weh: Klah, Rubiah, Seulako,

dan Rondo. Diantara keempatnya, Rubiah terkenal sebagai tempat pariwisata

menyelam karena terumbu karangnya. Perairan Pulau Rubiah terutama di bagian

sebelah Baratnya termasuk dalam kawasan taman wisata bawah laut Pulau Weh yang

berada di Kotamadya Sabang memiliki hamparan terumbu karang dan beragam jenis

ikan Karang yang merupakan salah satu pembentuk terumbu karang tersebut

(http://cmosdoc.multiply.com/).

Ikan karang membutuhkan habitat hidup untuk bersarang dan mencari makan.

Umumnya ikan karang memiliki mobilitas yang rendah, karenanya sarang sebagai

Page 14: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

tempat bertahan hidup dan berlindung sangat penting untuk keberlanjutan fungsinya di

dalam area otoritas yang telah dipertahankannya. Semua kebutuhan akan karang telah

disediakan oleh terumbu karang sebagai suatu ekosistem yang secara co-evolution

telah berkembang bersama-sama dengan ikan karang. Asosiasi Ikan karang dan

terumbu karang sangat erat, sehingga eksistensi ikan karang disuatu wilayah terumbu

karang sangat rapuh ketika terjadi pengrusakan habitatnya (Hartati & Edrus, 2005).

Berdasarkan literatur diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Studi

Keanekaragaman Ikan Karang di Kawasan Perairan Sebelah Barat Pulau

Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam”.

1.2 Permasalahan

Perairan Pulau Rubiah di bagian Barat memiliki hamparan Terumbu Karang

yang cukup luas. Komunitas Ikan Karang merupakan salah satu biota pembentuk

ekosistem terumbu karang di perairan ini. Namun sejauh ini data mengenai jenis-jenis

Ikan Karang yang ada di pulau Rubiah ini masih sedikit diketahui dan

keanekaragamannya dipengaruhi oleh faktor fisik-kimia air laut yang disebabkan oleh

beragamnya aktivitas manusia diantaranya adalah seperti snorkeling, pemukiman,

pariwisata, dan transportasi.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jenis-jenis dan Keanekaragaman Ikan Karang di Kawasan

Perairan bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Untuk mengetahui faktor fisik-kimia perairan yang berkorelasi terhadap

keanekaragaman Ikan Karang tersebut.

1.4 Hipotesis

Page 15: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

1. Terdapat perbedaan Keanekaragaman Ikan Karang di setiap stasiun yang

berbeda.

2. Faktor fisik-kimia perairan memiliki hubungan terhadap keanekaragaman Ikan

Karang.

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi mengenai Ikan Karang yang terdapat di bagian Barat

Pulau Rubiah bagi penelitian selanjutnya

2. Sumber data bagi pihak-pihak terkait yang berguna dalam usaha pelestarian

biota laut yang dilindungi.

Page 16: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Laut

Pembagian daerah ekosistem laut dibagi menjadi 3 daerah, yaitu Daerah

Litoral / Daerah Pasang Surut adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat.

Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih

berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup di

daerah ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai bentos, teripang, binatang laut,

udang, kepiting, cacing laut. Daerah Neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah

ini masih dapat ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat

mencapai 200 m. Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, neston dan

bentos. Daerah Batial atau Daerah Remang-remang dimana kedalamannya antara

200 - 2000 m, sudah tidak ada produsen. Hewannya berupa nekton, dan Daerah

Abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m. Daerah ini gelap

sepanjang masa, tidak terdapat produsen (Nybakken, 1993, hlm: 43).

Pulau Rubiah merupakan salah satu daerah wisata bahari yang berada di Pulau

Weh, Kota Sabang. Pulau ini dahulunya merupakan asrama bagi para jama`ah haji

yang akan berangkat ke Mekkah. Namun saat ini, Pulau Rubiah dijadikan sebagai

objek daerah tujuan wisata yakni kawasan taman laut atau lebih di kenal dengan

sebuatan Taman Laut Rubiah (Sea Garden Of Rubiah). Luas perairannya yaitu 2.600

ha, mengelilingi Pulau Rubiah yang tersedia sebagai wisata alami dan menawarkan

Page 17: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

indahnya alam bawah laut. Di dalamnya terdapat bermacam jenis ikan tropis, terumbu

karang, kerang raksasa, dan masih banyak lainnya (http://www.nad.go.id).

Laut merupakan suatu ekosistem yang kaya akan genetik, spesies dan

keanekaragaman ekosistem. Penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman dunia

laut adalah diluar perhitungan, dan terbukti bahwa lautan mempunyai fila binatang

yang lebih kaya dari daratan. Ekosistem laut memberikan produk dan servis yang

sangat penting untuk keperluan manusia dan untuk keseimbangan ekologis planet

bumi pada umumnya. Salah satu peranan terpenting dari ekosistem laut adalah

fungsinya sebagai marine biological pump (Djohan, 1996). Fungsi ini secara lebih

jelas terlihat pada siklus global karbondioksida yang berperan untuk mereduksi gas

CO2 di atmosfer sehingga akan mengurangi efek rumah kaca (Barus, 2004, hlm: 20).

Sebelah Barat Pulau Rubiah dengan jarak tempuh 350 m terdapat daerah

wisata pantai Iboih yang luasnya 1.300 ha dan 3 km sebelah Barat Laut terdapat

lokasi Tugu Kilometer Nol, sebelah Utara Pulau ini berbatasan langsung dengan

samudera Hindia. Sedangkan sebelah Timur berbatasan dengan daerah wisata pantai

Gapang. Pulau Rubiah tidak berpenghuni, namun Pulau ini ditumbuhi oleh beberapa

jenis tumbuhan, salah satunya yakni pohon kelapa dan dihuni oleh beberapa jenis

hewan seperti monyet, ular, burung, serangga dan kadal. Pulau Rubiah juga memiliki

pantai yang berpasir putih dan dari Pulau ini dapat melihat dengan jelas kapal-kapal

besar yang melintas serta suasana tenggelamnya matahari (http://www.nad.go.id).

2.2 Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang amat peka dan sensitif sekali. Ini

dikarenakan kehidupan di terumbu karang di dasari oleh hubungan yang erat. Rantai

makanan adalah salah satu dari bentuk hubungan tersebut. Terumbu karang

membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta secara utuh dan indah. Dan

yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta

Page 18: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

tahun silam. Sebagai ekosistem terumbu karang sangat kompleks dan keanekaragaman

jenis biota yang amat tinggi (http://www.coremap.or.id/terumbu_karang).

Variasi bentuk pertumbuhannya di Indonesia sangat kompleks dan luas

sehingga bisa ditumbuhi oleh jenis biota lain. Ekosistem ini adalah ekosistem daerah

tropis yang memiliki keunikan dan keindahan yang khas yang pemanfaatannya harus

secara lestari. Ekosistem terumbu karang ini umumnya terdapat pada perairan yang

relatif dangkal dan jernih serta suhunya hangat ( lebih dari 220C) dan memiliki kadar

karbonat yang tinggi. Binatang karang hidup dengan baik pada perairan tropis dan sub

tropis serta jernih karena cahaya matahari harus dapat menembus hingga dasar

perairan. Sinar matahari diperlukan untuk proses fotosintesis, sedangkan kadar kapur

yang tinggi diperlukan untuk membentuk kerangka hewan

penyusun karang dan biota lainnya (www.coremap.or.id/tentang_karang/http://cmosdo

c.multiply.com/journal/item/6/Tanah_Persinggahan).

Koral atau yang lebih dikenal dengan sebutan karang batu termasuk kelompok

hewan, tetapi berbentuk bunga sehingga seringkali mengecoh, dengan demikian sering

dianggap kelompok tumbuhan. Bagian yang keras sesungguhnya merupakan

cangkang dari hewan karang batu, yang tersusun dari zat kapur ( CaCO3). Bagian

tubuh yang tersusun lunak disebut polip karang dan berbentuk seperti tabung dengan

tentakel yang berjumlah 6 buah atau kelipatannya serta terletak di keliling mulut.

Tentakel tersebut dapat ditarik dan dijulurkan (Lilley, 1999, Hlm: 31).

2.3 Ikan Karang

Biota laut terbagi atas 2 kelompok yaitu : kelompok hewan dan kelompok tumbuhan.

Ikan merupakan salah satu biota laut yang memiliki tulang belakang (vertebrata),

berdarah dingin dan mempunyai insang. Jenis hewan ini merupakan penghuni laut

yang paling banyak yaitu sekitar 42,6% atau sekitar 5000 jenis yang telah di

identifikasi, mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi baik dalam bentuk,

ukuran, warna dan sebagian besar hidup di daerah terumbu karang. Sedangkan jenis

Page 19: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

yang sering terlihat di daerah terumbu karang adalah Carcharhinus spp (black tip

reef), triaenodon spp (white tip reef) dan Carcharhinus amblyrhychos (cucut moncong

putih) (Romimohtarto & Juwana, 2001, Hlm: 28).

Jenis ikan hias yang mudah dan paling umum di jumpai di terumbu karang

adalah dari kelompok Pomacentridae, termasuk “anemonfish” dan “angelfish” yang

memiliki warna sangat indah. Disamping itu juga dari kelompok Chaetodontidae,

Zanclidae, Lethrinidae dan Haemulidae (Budiyanto, 2000, Hlm: 29).

Salah satu penyebab tingginya keragaman spesies terumbu adalah karena

variasi habitat terdapat di terumbu. Terumbu karang tidak hanya terdiri dari karang

saja, tetapi juga didaerah berpasir, berbagai teluk dan celah, daerah alga, dan juga

perairan yang dangkal dan dalam zona-zona yang berbeda melintasi karang. Habitat

yang beranekaragam ini dapat menerangkan peningkatan jumlah ikan-ikan itu. Akan

tetapi, habitat yang banyak itu tidak cukup untuk menerangkan keragaman yang tinggi

pada ikan-ikan terumbu karang, terutama pada daerah-daerah setempat. Tingginya

keragaman ikan setempat mendorong untuk dilakukan sejumlah penelitian (Nybakken,

1988, hlm: 352).

Indikator pertama yang dapat digunakan untuk mengkaji perubahan-perubahan

seiring waktu dalam tingkat populasi adalah komunitas ikan. Beberapa alasan

pemilihan ikan sebagai indikator karena Ikan merupakan satu kesatuan dari sistem

kehidupan karang, tanggapan-tanggapannya cukup mencerminkan adanya proses-

proses yang mengancam yang mengancam atau yang mendukungsistem tersebut

secara keseluruhan, dan termasuk mempengaruhi berbagai komponen lainnya (Gomez

& Yap, 1984). Ikan adalah organisme yang relatif lebih kompleks, dimana banyak

aspek biologi dan perilakunya dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian

habitatnya, seperti ikan kepe-kepe (Chaetodontidae), predator polyp karang (Vivien &

Navarro, 1983).

2.4 Pembagian Ikan

Page 20: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Menurut Lalli & Parsons (1993), ikan terbagi ke dalam tiga kelas berdasarkan

taksonominya yaitu:

a. Kelas Agnatha

Kelas ini meliputi ikan primitif seperti lamprey. Kelompok ini berumur 550 juta

tahun yang lalu dan sekarang hanya tinggal 50 spesies. Ikan ini tidak memiliki

sirip-sirip berpasangan tetapi memiliki sirip punggung dan satu sirip ekor.

b. Kelas Chondrichthyes

Kelas ini memiliki ciri yaitu adanya tukang rawan dan tidak mempunyai sisik.

Kelas ini juga termasuk kelas yang primitif dengan umur 450 juta tahun yang lalu

dan sekarang hanya mempuyai 300 spesies. Misalnya seperti ikan pari dan hiu dan

makanannya biasanya adalah plankton dan organisme bentik.

c. Kelas Osteichtyes

Kelas ini meliputi ikan teleostei yang merupakan ikan tulang sejati. Kelompok ini

merupakan ikan yang terbesar jumlahnya dari seluruh ikan, dimana melebihi

20.000 spesies dan ditemukan 300 juta tahun yang lalu.

Satu dari penemuan-penemuan yang menarik tentang ikan-ikan pada terumbu

karang adalah perbedaan-perbedaan dalam ikan-ikan antara siang dan malam. Akan

tetapi, pada malam hari ikan-ikan diurnal ini berlindung di dalam terumbu dan

digantikan oleh sejumlah kecil spesies nokturnal yang tidak terlihat pada siang hari.

Meskipun beberapa dari spesies nokturnal ini secara ekologi sama dengan spesies

diurnal tertentu (Apogonidae, sebagai contoh, menggantikan Pomacentridae), dalam

hubungannya dengan kebiasaan cara makan yang umum dari kebanyakan karnivora,

jumlah ikan pemakan bangkai sangat kecil karena karnivora mengambil setiap

organisme yang baru mati (Nybakken, 1988, hlm : 355).

Ikan herbivora dan pemakan karang merupakan kelompok besar kedua, dan

yang paling penting dari kelompok ini adalah famili Scaridae dan Acanthuridae.

Page 21: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Sisanya diklasifikasikan sebagai omnivora atau multivora dan termasuk wakil-wakil

dari seluruh famili ikan yang sebenarnya terdapat di terumbu karang (Pomacentridae,

Chaetodontidae, Pomocanthidae, Monocanthidae, Ostractiontidae, Tetraodontidae).

Hanya ada beberapa ikan yang merupakan pemakan zooplankton, dan mereka pada

umumnya kecil, yaitu ikan-ikan yang membentuk kumpulan (schooling) dari family

Clupeidae dan Atherinidae (Nybakken, 1988, hlm: 356).

Ikan karang dikelompokkan menurut statusnya, seperti ikan indikator, ikan

major, dan ikan target (English, et.al, 1994). Ikan indikator kebanyakan dari suku

Chaetodontidae yang kehadirannya dapat merefleksikan kondisi kesehatan ikan

karang. Ikan major adalah golongan ikan hias dan non ikan hias yang selalu

berasosiasi dengan karang, baik sebagai penetap maupun pelintas. Ikan target adalah

dari golongan ikan yang biasa dicari oleh nelayan untuk dimakan dan dijual (Hartati &

Edrus, 2005).

Analisis keragaman hayati ikan karang menggunakan beberapa indeks yang

dianggap penting sebagai baseline data. Indeks-indeks itu adalah indeks kekayaan

jenis (richness indices), indeks keanekaragaman (diversity indices), dan indeks

keseimbangan (evenness indices) (Ludwig &Reynold, 1988) dan identifikasi jenis

ikan menggunakan buku petunjuk bergambar (Kuiter & Tonozuka, 2001).

2.5 Ekologi Ikan

Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki

oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan

disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Hewan darat dan hewan air sama-sama

memerlukan oksigen untuk proses kehidupannya. Namun, kandungan oksigen di

udara dan di air sangat berbeda. Kandungan oksigen di air hanya 5% atau kurang

dibanding kandungan oksigen di udara. Rendahnya kandungan oksigen dalam air

menyebabkan hewan air harus memompa sejumlah besar air ke permukaan insang

untuk mengambil oksigen. Bersamaan dengan itu, insang juga harus mengeluarkan

Page 22: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

ion-ion berlebih yang masuk ke dalam tubuh. Semua kegiatan ini memerlukan energi

metabolik (Fujaya, 2002, hlm: 54).

Adanya sedimen dalam air akan mengurangi penetrasi cahaya masuk kedalam

air sehingga mengurangi kecepatan fotosintesis pada ekosistem perairan. Beberapa

hewan akuatik yang akan menyebabkan kekeruhan air dan sebaliknya dapat juga

menjernihkan air. Dengan demikian kekeruhan membatasi pertumbuhan organisme

yang menyesuaikan diri pada air yang tidak tercemar ( Michael, 1984, hlm: 76).

Banyak bioma akuatik memperlihatkan stratifikasi vertikal yang jelas pada

beberapa variable fisik dan kimiawi. Cahaya diserap oleh air itu sendiri dan oleh

mikroorganisme yang ada di dalamnya, sedemikian rupa sehingga intensitasnya

menurun secara cepat dengan bertambahnya kedalaman. Para ahli ekologi

membedakan antara bioma akuatik di bagian atas, yaitu daerah yang cahayanya

mencukupi untuk fotosintesis, dan bioma akuatik dibagian bawah, yaitu daerah

dengan sedikit sekali cahaya menembus sampai ke daerah itu. Suhu air juga

cenderung terstratifikasi, khususnya selama musim panas dan musim dingin. Energi

panas dari cahaya matahari akan menghangatkan permukaan air hingga ke bagian air

yang dapat ditembus oleh cahaya matahari, tetapi air di tempat yang lebih dalam tetap

sangat dingin. Dalam lautan dan pada banyak danau di daerah beriklim sedang, suatu

lapisan tipis yang perubahan suhunya sangat cepat, memisahkan lapisan air bagian

atas yang lebih hangat dari lapisan air yang lebih dingin di bagian dalam. Pada bagian

dasar semua bioma akuatik, substratnya terbuat dari pasir dan sedimen organik dan

anorganik ( Reece & Mitchel, 1974, hlm: 87).

Aspek yang terakhir dari ekologi ikan terumbu adalah tentang perwujudan dari

tingkah laku membersihkan. Tingkah laku membersihkan adalah bentuk khusus dari

pemangsaan dimana ikan-ikan kecil tertentu atau udang-udang memindahkan berbagai

ektoparasit dari spesies ikan lain, yang biasanya berukuran lebih besar. Peranan

tingkah laku membersihkan diri ini bagi populasi ikan dan ekonomi terumbu karang

belum diketahui dengan baik. Pada proses ini, ikan-ikan pembersih sering membuat

”stasiun pembersihan” tempat mereka mengumumkan kehadirannya dengan warnanya

Page 23: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

yang terang dan kontras. Ikan yang akan dibersihkan datang kedaerah stasiun

pembersihan (sering berupa penonjolan kepala karang atau batu yang besar) dan tetap

tinggal tak bergerak ketika ikan pembersih bergerak diatas tubuhnya untuk

membersihkan parasit-parasit (Nybakken, 1988, hlm: 357).

2.6 Anatomi dan Morfologi Ikan

Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis,

memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang, dan siripnya serta tergantung pada air

sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk

bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga

tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Ikan

juga menggunakan insang untuk mengambil oksigen dari air yang terdapat di

sekitarnya. Pola adaptasi ini sangat penting untuk mendapatkan makanan disamping

itu juga dapat menyelamatkan diri (Nybakken, 1993, hlm: 89).

Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus dan caudal. Batas yang nyata antara

caput dan truncus disebut tepi caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan

ekor disebut anus. Kulit ikan terdiri dari dermis dan epidermis. Dermis terdiri dari

jaringan pengikat dilapisi oleh epitelium. Diantara sel-sel epitelium terdapat kelenjar

uniselular yang mengeluarkan lendir yang menyebabkan kulit ikan menjadi licin

(Radiopoetra, 1990, hlm: 98).

Selain itu ikan juga memiliki ciri khas, terutama cara perkembangan yang

kebanyakan bertelur (ovipar), tapi beberapa jenis diantara ikan-ikan tersebut ada juga

yang menghasilkan anak yang menetas ketika masih berada dalam tubuh induknya

(ovovipar), dan ada juga yang melahirkan anak berupa individu-individu baru

(vivipar) seperti julung-julung (Hemirhampohodon pogonognathus) yang bersifat

vivipar yang kemudian bunting yang secara terus menerus dan melahirkan individu

baru setiap beberapa hari sekali (Effendi, 1987, hlm: 78).

Page 24: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Ciri-ciri lain yang menonjol dari ikan-ikan terumbu karang adalah warna

mereka. Khususnya pada tekanan pemangsaan yang besar, mereka mempunyai warna

yang sangat terang, warna yang terang merupakan suatu pemberitahuan bahwa spesies

itu mengandung racun atau zat lain yang tidak disukai, jadi predator akan

menghindarinya. Penjelasan lain bahwa, warna digunakan untuk pengenalan spesies,

warna juga digunakan untuk penyamaran spesies (kamuflase) baik dengan mengubah

bentuk ikan atau membuatnya nampak seperti sesuatu yang lain (Nybakken, 1988,

hlm: 357).

2.7 Parameter Fisik-Kimia Air

a. Temperatur

Suhu merupakan salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi metabolisme

dan pertumbuhan badan ikan. Penyebaran suhu dalam perairan dapat terjadi karena

adanya penyerapan dan angin sedangkan yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu

adalah musim, cuaca, waktu pengukuran, kedalaman air dan lain sebagainya. Semua

jenis ikan mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu apalagi yang

drastis. Kisaran suhu yang baik untuk ikan adalah antara 25 - 320 C. Kisaran suhu ini

umumnya di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Laju metabolisme ikan dan

hewan air lainnya secara langsung meningkat dengan naiknya suhu. Peningkatan

metabolisme juga berarti meningkatkan kebutuhan akan oksigen. Beberapa jenis ikan

seperti ikan mas kecil (Carassius auaratus) mempunyai toleransi yang luas terhadap

suhu (Anwar et al, 1984, hlm: 68).

b. Intensitas Cahaya

Page 25: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Cahaya merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan ikan dan

berperan secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya dibutuhkan ikan untuk

mengejar mangsa, menghindarkan diri dari predator dan dalam perjalanan menuju

suatu tempat. Hanya beberapa spesies ikan yang beradaptasi untuk hidup di tempat

yang gelap. Secara tidak langsung peranan cahaya matahari bagi kehidupan ikan

adalah melalui rantai makanan. Selain penting dalam membantu penglihatan, cahaya

juga penting dalam metabolisme ikan dan pematangan gonad. Ikan yang mendiami

daerah air yang dalam pada siang hari akan bergerak menuju ke daerah yang lebih

dangkal untuk mencari makanan dengan adanya rangsangan cahaya (Goldman &

Horne, 1983, hlm: 76).

Bagi organisme air, intesitas cahaya berfungsi sebagai alat orienttasi yang akan

mendukung kehidupan organisma tersebut dalam habitatnya. Faktor cahaya matahari

yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian

cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan ke luar

dari permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air intsitas cahaya

tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif maupun

kuantitatif (Barus, 2004).

c. Penetrasi Cahaya

Kemampuan penetrasi cahaya sampai dengan kedalaman tertentu juga akan

mempengaruhi distribusi dan intensitas fotosintesis tumbuhan air dibadan perairan

(Brower et al., 1990, hlm: 62).

d. pH (Derajat Keasaman)

Menurut Baur dalam Barus (2004), Organisme air dapat hidup dalam suatu

perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah

sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya

terdapat antara 7 Sementara reproduksi atau perkembang biakan ikan biasanya akan

Page 26: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

naik pada pH 6,5 walaupun itu tergantung juga kepada jenis ikannya (Lesmana &

Dermawan, 2001, hlm: 89).

e. Jenis Substrat

Susunan substrat dasar penting bagi organisme yang hidup di perairan baik pada air

diam maupu air yang mengalir. Jenis ikan dipengaruhi oleh jenis substrat alami dan

pergerakan air sungai. Ini dapat mempengaruhi keberadaan ikan karena benthos yang

sering berada pada substrat dasar perairan berperan sebagai sumber makanan bagi

nekton (Michael, 1984, hlm: 79).

Substrat batu menyediakan tempat bagi spesies yang melekat sepanjang

hidupnya, juga digunakan oleh hewan yang bergerak sebagai tempat perlindungan

terhadap predator. Substrat dasar yang halus seperti lumpur, pasir dan tanah liat

menjadi tempat makanan dan perlindungan bagi hewan dasar (Lalli & Parsons, 1993,

hlm: 90).

f. DO (Disolved Oxygen)

Oksigen diperlukan oleh ikan-ikan untuk menghasilkan energi yang sangat

penting bagi pencernaan dan asimilasi makanan, pemeliharaan keseimbangan osmotik

dan aktivitas lainnya. Jika persediaan oksigen di perairan sangat sedikit maka perairan

tersebut tidak baik bagi ikan dan makhluk hidup lainnya yang hidup di air, karena

akan mempengaruhi kecepatan makan dan pertumbuhan ikan. Kandungan oksigen

terlarut minimum 2 mg/l oksigen sudah cukup mendukung kehidupan organisme

perairan secara normal. Ikan nila merah dalam kondisi oksigen terlarut sedikit di

bawah normal (1 mg/l O2) masih dapat ikan mas mampu mentolerir kandungan

oksigen terlarut (Wardana, 2001, hlm: 45).

g. BOD (Biologycal Oxygen Demand)

Page 27: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Salah satu indikator pencemaran yang umum digunakan dalam kualitas suatu perairan

adalah pengukuran BOD. Biological Oxygen Demand merupakan nilai yang

menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerob dalam

proses penguraian senyawa organik yang diukur pada suhu 20º (Fardiaz, 1992, hlm:

23)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran BOD adalah jumlah senyawa

organik yang akan diuraikan, adanya mikroorganisme aerob yang mampu

menguraikan senyawa organik senyawa organik tersebut dan tersedianya sejumlah

oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian itu (Barus, 2004, hlm: 98).

h. COD ( Chemical Oxygen Demand ).

Nilai COD menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses

oksidasi kimia yang dinyatakan dalam mg O2/L. Dengan mengukur nilai COD maka

akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses

oksidasi terhadap total senyawa organic baik yang mudahbdiuraikan secara biologis

maupun terhadap yang sukar diuraikan secara biologis (Barus, 2004, hlm: 66).

i. Salinitas

Secara alami kandungan garam terlarut dalam air dapat meningkat apabila

populasi fitoplankton menurun. Hal ini dapat terjadi karena melalui aktivitas respirasi

dari hewan dan bakteri air akan meningkatkan proses mineralisasi yang menyebabkan

kadar garam air meningkat. Garam-garam tersebut meningkat kadarnya dalam air

karena tidak lagi dikonsumsi oleh fitoplankton yang mengalami penurunan jumlah

populasi tersebut. Proses penguraian bahan organik dalam air, yang berasal dari

pembuangan limbah cair misalnya, melalui proses biodegradasi akan meningkatkan

garam-garam nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai jenis algae dan

fitoplankton lain. Toleransi dari organisme air terhadap kadar salinitas dapat

dibedakan antara stenohalin, yaitu organism yang mempunyai kisaran toleransi yang

Page 28: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

sempit terhadap fluktuasi salinitas, dan euryhalin yang merupakan organisme air

mempunyai toleransi yang luas ( Barus, 2004, hlm: 73).

j. Kejenuhan Oksigen

Harga Kejenuhan Oksigen dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Kejenuhan (%) = 100x[t]O2

][2 uO

Dimana: O2 [u] = Nilai konsentrasi oksigen yang diukur (mg/l) O2 [t] = Nilai konsentrasi oksigen sebenarnya (pada tabel) sesuai

dengan temperatur. Lampiran D

BAB 3

BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009, di Kawasan Perairan sebelah

Barat Pulau Rubiah, Nanggroe Aceh Darussalam. Dimana dalam menentukan titik

koordinatnya digunakan GPS (Global Positioning System). Secara geografis lokasi

penelitian ini berada pada :

a. Stasiun 1 : 05o53’018” LU dan 95o15’17,29” BT - 05o52’59,2” LU dan

95o15’18,5” BT

Page 29: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

b. Stasiun 2 : 05o52’32,1” LU dan 95o15’31,3” BT - 05o52’35,8” LU dan

95o15’28,97” BT

3.2 Pengamatan Ikan Karang

Metoda yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengamatan

ikan ialah “Purposive Random Sampling”. Metoda yang digunakan dalam penelitian

ini adalah “Metode Pengamatan Visual Sensus” dan “Foto” pada setiap stasiun

dibuat tiga transek dengan jarak 10 m per-transeknya, masing-masing transek

sepanjang 50 x 4 m sejajar garis pantai. Data ikan karang didapat melalui snorkeling,

menggambar langsung ciri-ciri khusus ikan yang diamati dengan menggunakan asbak

atau kertas tahan air, dan juga meng-akuratkan data dengan pengamatan langsung dari

kapal kaca, kemudian difoto menggunakan kamera air sepanjang garis transek tersebut

dengan metode visual sensus 20 x foto per-transeknya. Data ikan diidentifikasi

menggunakan buku petunjuk bergambar Allen, et al, (2003).

3.3 Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan

Faktor fisik dan kimia perairan yang diukur mencakup:

a. Temperatur Air

Sampel air diambil dari dasar perairan dengan menggunakan ember, kemudian

dituang ke dalam erlenmeyer dan diukur suhu dengan menggunakan termometer air

raksa yang dimasukkan ke dalam air ± 10 menit kemudian dibaca skalanya.

b. Penetrasi Cahaya (m)

Page 30: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Diukur dengan menggunakan keping secchi yang dimasukkan ke dalam badan

air sampai keping secchi tidak terlihat, kemudian diukur panjang tali yang masuk ke

dalam air.

c. Intensitas Cahaya

Diukur dengan menggunakan lux meter yang diletakkan ke arah datangnya

cahaya, kemudian dibaca angka yang tertera pada lux meter tersebut.

d. pH (Derajat Keasaman)

pH diukur dengan menggunakan pH meter dengan cara memasukkan pH meter

ke dalam sampel air yang diambil dari dasar perairan sampai pembacaan pada alat

konstan dan dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut.

e. DO (Disolved Oxygen)

Disolved Oxygen (DO) diukur dengan menggunakan metoda winkler. Sampel

air diambil dari dasar perairan dan dimasukkan ke dalam botol winkler kemudian

dilakukan pengukuran oksigen terlarut. Bagan kerja terlampir (Lampiran A).

h. Kejenuhan Oksigen

Kejenuhan = %100DO(t)

)(DO Xu

Keterangan :

- DO u = DO yang diukur dilapangan

- DO t = DO yang ada pada tabel

f. BOD5 (Biologycal Oxygen Demand)

Page 31: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Pengukuran BOD5 dilakukan dengan menggunakan metoda winkler. Sampel

air yang diambil dari dasar perairan dimasukkan ke dalam botol winkler. Bagan kerja

terlampir (Lampiran B).

g. Salinitas (o/oo)

Salinitas perairan diukur dengan menggunakan Refraktometer yaitu dengan cara

sampel air diambil dengan menggunakan pipet tetes. Pada permukaan dasar yang telah

dibersihkan di teteskan 1 tetes, ditutup dan dibaca skala penunjuk angka.

Secara keseluruhan pengukuran faktor fisik kimia berserta satuan dan alat yang

digunakan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 3.3 Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan

No. Parameter Fisik – Kimia Satuan Alat Tempat

Pengukuran 1 Temperatur air 0C Termometer Air Raksa In-situ 2 Penetrasi Cahaya Cm Keping Seechi In-situ 3 Intensitas Cahaya Candela Lux Meter In-situ 4 pH air - pH air In-situ 5 DO Mg/l Metoda Winkler In-situ 6 Kejenuhan Oksigen % Laboratorium

7 BOD5 Mg/l Metoda Winkler dan Inkubasi

Laboratorium

8 Salinitas o/oo Refraktometer In-situ 9 Jenis Substrat Pasir, Batu dan Pecahan-pecahan Karang

3.4 Analisis Data

Data Ikan yang diperoleh dihitung nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif,

frekuensi kehadiran, indeks diversitas Shannon-Wienner, indeks ekuitabilitas, indeks

similaritas, dan analisis korelasi dengan persamaan menurut Michael (1984) dan

Krebs (1985) sebagai berikut:

a. Kepadatan Populasi (K)

Page 32: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

K = sampelnpengambilaareaLuasjenissuatuindividuJumlah

b. Kepadatan Relatif (KR)

KR = 100%xspesiesSuatu K

∑K

dengan: ∑K = total individu seluruh spesies

c. Frekuensi Kehadiran (FK)

FK = 100%xtransektotalJumlah

jenissuatuditempatiyangtransekJumlah

dimana nilai FK : 0 – 25% = sangat jarang 25 – 50% = jarang 50 – 75% = sering > 75% = sangat sering d. Indeks Diversitas Shannon – Wienner (H’)

H’= - ∑ pilnpi dimana :H’ = indeks diversitas Shannon-Wienner

pi = proporsi spesies ke-i In = logaritma nature pi =Σ ni/N (Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan

jenis) dengan nilai H’ : 0<H’<2,302 = keanekaragaman rendah 2,302<H’<6,907 = keanekaragaman sedang H’>6,907 = keanekaragaman tinggi e. Indeks Equitabilitas (E)

Indeks equitabilitas (E) = maxHH'

dimana :H’ = indeks diversitas Shannon-Wienner H maks = keanekaragaman spesies maksimum

= In S (dimana S banyaknya spesies)

Page 33: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

dengan nilai E berkisar antara 0-1

g. Analisis Korelasi Analisis Korelasi digunakan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang

berkorelasi terhadap nilai keanekaragaman ikan karang. Analisis korelasi dihitung

menggunakan Analisa Korelasi Pearson dengan metode Komputerisasi SPSS

Ver.13.00.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis-jenis Ikan dan Klasifikasi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Perairan sebelah Barat Pulau Rubiah,

NAD, didapatkan 51 jenis ikan yang termasuk kedalam 16 Famili, seperti terlihat pada

tabel 4.1. Deskripsi umum dari jenis Ikan yang diperoleh dari penelitian berdasarkan

buku petunjuk bergambar Allen, et al (2003).

Page 34: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

1. Acanthuridae (Surgeonfish)

Ikan ini memiliki cirri-ciri tubuh berwarna biru gelap kecoklatan, garis tepi pada

bagian dorsal berwarna biru, anal dan sirip ekor, terdapat noda kecil berwarna kuning

dibagian belakang mata, kadangkala terdapat juga cincin memajang berwarna putih

dibagian dasar ekor, hidupnya membentuk gerombolan, mengetam alga, berlindung

pada karang yang terdapat dibagian pinggir laut dan tengah laut pada kedalaman 2-15

m (gambar 1).

Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 1: Acanthurus blochii

Tabel 4.1 Klasifikasi dan Jenis Ikan yang didapat pada Stasiun Penelitian

KELAS/ ORDO FAMILY/ GENUS SPESIES NAMA DAERAH Osteichtyes/ Perciformes

Acanthuridae Acanthurus

A. auranticavus Botana A. blochii Botana A. flowleri Botana A. grammoptilus Botana A. leucocheilus Botana A. leucosternon Botana Biru A. lineatus Botana Kasur A. triostegus Botana A. xanthopterus Botana

Ctenochaetus Ctenochaetus striatus Botana Zebrasoma Zebrasoma rostratum Botana Blenniidae Salarias Salarias guttatus Glodok Callionymidae Diplogrammus Diplogrammus goramensis - Chaetodontidae Chaetodon

C. collare Kepe kalong C. falcula K.FalkulaJakarta C. flavissimus Kepe-kepe C. kleinii Kepe cokelat C. meyeri K. mayeri hitam C. smithii Kepe-kepe C. triangulum Kepe merak

Page 35: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

C. trifascialis Kepe-kepe C. trifasciatus Kepe-kepe

Forcipiger Forcipiger longirostris Kepe Monyong Hemitaurichthys Hemitaurichthys zoster Kepe Belanda Haemulidae Plectorhinchus Plectorhincus polytaenia - Hemiramphidae Hyporhamphus Hyporhamphus dussumieri kacang-kacang Holocentridae Myripristis Myripristis pralinia - Labridae Thalassoma Thalassoma lunare Ikan Keling Pomacanthidae Cantropyge Cantropyge flavipectoralis Ikan Enjiel Chaetodontoplus C. septentrionalis Ikan Enjiel Genicanthus G. melanospilos Enjiel

G. gellus Enjiel Pomacentridae Abudefduf A. notatus Sersan Mayor Amblypomacentrus A. clarus Sersan Mayor Amphiprion A. clarkia Giro Pasir Kuning Bulat

A. percula Klonfis Biak Chromis C. actipectoralis Jae-jae

C. dimidiate Jae-jae Dascyllus Dascyllus aruanus Zebra Jakarta Dischistodus Dischistodus fasciatus Giru Pomacentrus Pomacentrus spilotoceps Giru-giru Priacanthidae Priacanthus Priacanthus hamrur - Scaridae Calotomus Calotomus spinidens - Chlorurus Chlorurus sp. - Scarus S. niger Kakatua Merah S. oviceps Kakatua S. altipinnis Kakatua Serranidae Pseudanthias P. squamipinnis - Tetraodontidae Canthigaster C. amboinensis Ikan Buntel Toxotidae Toxotes Toxotes jaculatrix Ikan Sumpit Zanclidae Zanclus Zanclus cornutus Morish

2. Blenniidae (Blennies).

Genus ikan yang memiliki warna mencakup keabu-abuan dengan bentuk jaringan

garis-garis pada ukuran yang berbeda, terdapat 3 garis horizontal dengan bintik-bintik

gelap/hitam.1-2 noda putih besar dibagian depan pada bagian dasar pectoral. Habitat

soliter/berpasangan di atas koral mati (dead coral), berlindung pada karang hingga

kedalaman 5 m. Penyebaran mulai dari Indonesia, Filipina, Papua New Guinea

(gambar 2).

Page 36: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Sumber: Pengamatan Langsung Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 2: Salarias guttatus

3. Callionymidae (Dragonets)

Memiliki ciri-ciri pada bagian tubuhnya terdapat bentuk noda-noda seperti bunga

berwarna coklat gelap, garis-garis berwarna biru membentuk bingkai yang dibatasi

warna coklat pada bagian leher, warna biru pada bagian atas tutup insang, membentuk

garis horizontal yang berbeda pada punggung dekat sisi bawah. Hidup soliter atau

membentuk kelompok-kelompok kecil, berlindung pada daerah berpasir dan

beralaskan puing karang yang terdapat mulai dari pinggir laut dan laut tengah pada

kedalaman 5-40 m, Penyebaran mulai dari Indonesia, Mikronesia, dan China (gambar

3).

Sumber: Pengamatan Langsung Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 3: Diplogrammus goramensis 4. Chaetodontidae (Butterflyfish).

Genus ini memiliki warna putih agak kebiru-biruan pada bagian pinggir sirip dada,

hitam secara menyeluruh membengkok hingga ke pusat bagian sirip dada, kekuning-

kuningan melingkar pada pangkal ekor, habitat bersifat soliter atau berpasang-

pasangan. Ikan ini terdapat didaerah yang kaya akan karang dan dapat dilihat mulai

dari pinggiran laut yang jernih hingga kearah tengah laut dalam karang mulai 2-25 m

Page 37: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

kedalamannya. Penyebaran mulai dari Afrika, Maldives dan teluk Bengal, Indonesia,

Filipina dan Micronesia (gambar 4).

Sumber: Pengamatan Langsung Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 4: Chaetodon meyersi

5. Haemulidae (Sweetlips).

Genus ikan yang memiliki warna kuning terang dengan pola tebal berbingkaikan garis

hitam dan berwarna biru pucat belang-belang disekeliling tubuh mulai dari kepala

hingga kebagian ekornya, hidupnya soliter atau membentuk gerombolan kecil, selama

seharian kelompok ikan ini beristirahat, sedangkan pada malam hari dengan aktifnya

mencari makan yaitu hewan invertebrate kecil, terdapat didaerah pantai dan laut

tengah pada kedalaman 5-40 m. Penyebarannya mulai dari Indonesia dan Filipina,

Papua New Guinea dan Australia (gambar 5).

Sumber: Allen, et al. 2003. Gambar 5 : Plectorhinchus polytaenia 6. Hemiramphidae (Halfbeaks).

Genus ikan yang memiliki ciri-ciri berwarna perak, bentuk tubuh yang langsing

dengan rahang atas yang sangat pendek dan pedang memanjang pada rahang bawah,

ekor bercabang dua dimana bagian cuping bawah lebih panjang daripada cuping

bagian atas, membentuk gerombolan, terdapat dipermukaan karang pada pinggir laut

dan laut tengah (gambar 6).

Page 38: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Sumber: Allen, et al. 2003. Gambar 6: Hyporhampus dussumieri

7. Holocentridae (Squirrelfishes).

Genus ini memiliki warna merah pada bagian punggung dan warna perak pada

beberapa sisinya dengan membentuk skala garis tepi berwarna merah dan dada

berwarna perak, sirip-sirip berwarna merah dengan garis putih dan coklat membatasi

pada bagian tepi, yang terkurung pada bagian atas penutup insang, terdapat pada

karang didaerah dasar berpasir, pinggir laut, dan tengah laut dikedalaman 2-40 m

(gambar 7).

Sumber: Pengamatan Langsung Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 7: Myripristis pralinia

8. Labridae (Wrasses).

Genus ini pada ikan jantan tubuh berwarna biru kehijauan, pada bagian kepala

berwarna hijau lembayung muda menyeluruh, sirip-sirip pektoral berwarna lavender

dengan garis tepi berwarna biru, pangkal ekor berbentuk sabit dengan warna kuning

ditengah, sedangkan pada betina memiliki kesamaan tetapi lebih mendominasi warna

Page 39: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

hijau, hidup soliter atau membentuk kelompok, terdapat pada karang didaerah dasar

berpasir, pinggir laut, dan karang sebelah luar dikedalaman hingga 20 m (gambar 8).

Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 8: Thalassoma lunare

9. Pomacanthidae (Angelfish).

Memiliki warna orange kecoklatan dengan belang-belang biru tebal, ekor berwarna

kuning, tidak begitu pasti, kemungkinan ikan betina memiliki belang berwarna biru

atau jantan memiliki muka berwarna orange, berlindung pada batu karang atau

terumbu karang di kedalaman 5-60 m (gambar 9).

Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 9: Chaetodontoplus septentrionalis

10. Pomacentridae (Damselfish)

Genus ikan yang memiliki berwarna biru pucat kehijauan, noda hitan pada bagian

aksilari sirip pektoral, membentuk kelompok yang besar, mendapatkan makanan di

tengah perairan pada bagian atas kumpulan terumbu, berlindung pada karang didaerah

pinggir laut dan sebelah luar karang-karang dikedalaman 2-15 m (gambar 10).

Page 40: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Sumber: Pengamatan Langsung Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 10: Chromis atripectoralis

11. Priacanthidae (Bigeyes/Reddish).

Memiliki ciri-ciri tubuh yang besar dan berwarna merah yang bervariasi dengan warna

perak adakalanya terdapat juga 6 garis merah atau noda-noda besar, sirip-sirip tanpa

noda-noda atau titik-titik berwarna, begitu pula halnya pada ekor, bersifat soliter,

berlindung pada bagian bawah birai atau kemudian pada bagian kepala terumbu

selama seharian, terdapat di daerah pinggir laut dan laut tengah pada kedalaman

hingga 250 m (gambar 11).

Sumber: Pengamatan Langsung

Sumber: Allen, et al. 2003.

Sumber: Pengamatan Langsung Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 11: Priacanthus hamrur

12. Scaridae (Parrotfishes).

Genus ikan yang memiliki tubuh berwarna biru kehijauan dengan skala garis-garis

tepi yang sempit berwarna merah muda, warna hijau limau dan biru-hijau gelap pada

bagian sirip pektoral, pada bagian atas kepala dan bagian depan tubuhnya berwarna

Page 41: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

ungu gelap, bersifat soliter, berlindung pada karang yang rata, didaerah pinggir laut

dan sebelah luar dikedalaman hingga 20 m.

Sumber: Pengamatan Langsung Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 12: Scarus oviceps

13. Serranidae (Anthias).

Genus ikan yang memiliki ciri-ciri pada ikan jantan memiliki warna merah gelap

dengan noda-doda/titik-titik kuning pada skala tubuhnya, bintik-bintik ungu pada

bagian luar sirip pektoral, panjang tulang belakang dorsal berkisar 3rd, membentuk

kelompok kecil hingga besar, mencari makanan berupa hewan plankton yang

berkumpul diatas dasar pasir yang dangkal, berlindung didaerah pinggir laut dan

sebelah luar dari karang-karang dikedalaman 2-20 m (gambar 13).

Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 13: Pseudanthias squamipinnis

14. Tetraodontidae (Filefishes).

Memiliki ciri-ciri tubuh dengan warna orange kecoklatan didominasi warna kebiruan

pada bagian bawah tubuh, pada bagian atas kepala berwarna coklat gelap dengan titik-

Page 42: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

titik biru dan bergerombol, bentuknya kecil berwarna biru kehitaman, terdapat pula

titik-titik noda pada tubuh, bersifat soliter, berlindung disebelah luar karang-karang

yang dangkal hingga kedalaman 10 m (gambar 14).

Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 14: Canthigaster amboinensis

15. Toxotidae (Archerfishes).

Genus ikan yang memiliki ciri-ciri tubuh dengan warna putih perak dengan

membentuk 4 atau 5 baji hitam yang membatasi pada sebagian sisi atasnya, sirip

dorsal tumbuh dengan baik pada bagian belakang tepat diatas belakang ekor, bergerak

bebas dipermukaan air, ‘menangkap’ insekta bawah air, memangsa dengan pancaran

air dari mulut terumbu karang yang bersebelahan dengan mangrove, penyebaran mulai

dari India, Indonesia, New Guinea, & Australia (gambar 15).

Sumber: Allen, et al. 2003.

Gambar 15: Toxotes jaculatrix

16. Zanclidae (Moorish idol).

Genus ini memiliki 3 garis warna hitam yang lebar dan dibatasi 2 garis warna kuning

pucat, warna kuning pelana terdapat sangat menonjol dibagian atas disepanjang

Page 43: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

moncong, dan disepanjang filamen sirip dorsal, bersifat soliter, berpasangan atau

mengelompok, makanan biasanya terdapat di bunga karang, berlindung pada karang-

karang di daerah pinggir laut dan sebelah luar karang-karang tersebut pada kedalaman

hingga 180 m (gambar 16).

Sumber: Allen, et al. 2003. Gambar 16: Zanclus cornutus

4.2 Nilai Kepadatan Individu (ind/m2), Kepadatan Relatif (KR %) dan

Frekuensi Kehadiran (FK %) Ikan pada setiap Stasiun Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun penelitian di

setiap transek diperoleh Nilai Kepadatan Individu (ind/m2), Kepadatan Relatif (KR %)

dan Frekuensi Kehadiran (FK %) ikan seperti pada tabel 4.2.

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai K, KR dan FK tertinggi terdapat

pada Pomacentrus spilotoceps, dengan nilai masing-masing sebesar 0,985 ind/m2 dan

19,818 % dan 100 % pada Stasiun 1. Tingginya nilai K dan KR pada stasiun tersebut

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan atau faktor fisik, kimia, dan biologis sebagai

faktor pembatas yang mendukung pertumbuhan dari ikan jenis Pomacentrus

spilotoceps seperti faktor temperatur perairan pada stasiun penelitian dalam keadaan

sangat baik yaitu berkisar antara 29oC, hal ini dapat mendukung pembentukan coral

reef dengan baik pula, dimana terumbu karang merupakan tempat berlindung utama

bagi ikan karang termasuk jenis Pomacentrus spilotoceps tersebut.

Tabel 4.2 Nilai Kepadatan Individu (ind/m2), Kepadatan Relatif (KR %) dan Frekuensi Kehadiran (FK %) Ikan pada setiap Stasiun Penelitian

NO

Stasiun 1 Stasiun 2

Page 44: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Spesies K

KR FK K KR FK

1 Abudefduf notatus 0.005 0.1006 33.333 - - - 2 Acanthurus auranticavus 0.43 8.651 100 0.335 12.159 100 3 Acanthurus blochii 0.01 0.201 33.333 0.1 3.629 100 4 Acanthurus flowleri - - - 0.02 0.725 33.333 5 Acanthurus grammoptilus - - - 0.595 21.597 100 6 Acanthurus leucocheilus 0.025 0.503 33.333 - - - 7 Acanthurus leucosternon 0.255 5.130 100 0.1 3.629 66.667 8 Acanthurus lineatus - - - 0.005 0.181 33.333 9 Acanthurus triostegus 0.085 1.710 33.333 - - - 10 Acanthurus xanthopterus 0.01 0.201 33.333 - - 11 Amblypomacentrus clarus 0.01 0.201 66.667 - - - 12 Amphiprion clarkia 0.03 0.603 100 0.03 1.088 33.333 13 Amphiprion percula - - - 0.015 0.544 66.667 14 Calotomus spinidens 0.015 0.301 66.667 - - - 15 Canthigaster amboinensis - - - 0.005 0.181 33.333 16 Cantropyge flavipectoralis - - - 0.005 0.181 33.333 17 Chaetodon collare - - - 0.07 2.540 33.333 18 Chaetodon falcula - - - 0.01 0.362 66.667 19 Chaetodon flavissimus 0.085 1.710 66.667 - - - 20 Chaetodon kleinii - - - 0.01 0.362 33.333 21 Chaetodon meyeri 0.01 0.201 33.333 - - - 22 Chaetodon smithii 0.01 0.201 66.667 - - - 23 Chaetodon triangulum 0.015 0.301 66.667 - - - 24 Chaetodon trifascialis 0.01 0.201 66.667 - - - 25 Chaetodon trifasciatus 0.03 0.603 66.667 - - - 26 Chaetodontoplus septentrionalis 0.015 0.301 66.667 - - - 27 Chlorurus sp. 0.485 9.758 100 - - - 28 Chromis actipectoralis 0.015 0.301 33.333 - - - 29 Chromis dimidiate - - - 0.085 3.085 33.333 30 Ctenochaetus striatus 0.33 6.639 100 - - - 31 Dascyllus aruanus 0.035 0.704 100 - - - 32 Diplogrammus goramensis 0.005 0.1006 33.333 - - - 33 Dischistodus fasciatus 0.36 7.243 100 - - - 34 Forcipiger longirostris 0.04 0.804 33.333 0.035 1.270 66.667 35 Genicanthus gellus 0.585 11.770 100 - - - 36 Genicanthus melanospilos 0.095 1.911 100 - - - 37 Hemitaurichthys zoster 0.005 0.1006 33.333 - - - 38 Hyporhamphus dussumieri 0.095 1.911 66.667 - - - 39 Myripristis pralinia - - - 0.525 19.056 100 40 Plectorhincus polytaenia 0.005 0.1006 33.333 - - - 41 Pomacentrus spilotoceps 0.985 19.818 100 0.615 22.323 100 42 Priacanthus hamrur 0.005 0.1006 33.333 - - - 43 Pseudanthias squamipinnis 0.825 16.599 100 - - - 44 Scarus altipinnis 0.01 0.201 66.667 - - - 45 Salarias guttatus - - - 0.005 0.181 33.333 46 Scarus niger 0.005 0.1006 33.333 0.005 0.181 33.333 47 Scarus oviceps - - - 0.015 0.544 66.667 48 Thalassoma lunare 0.005 0.1006 33.333 - - - 49 Toxotes jaculatrix - - - 0.14 5.081 100 50 Zanclus cornutus 0.03 0.603 100 - - - 51 Zebrasoma rostratum - - - 0.03 1.088 66.667 Total 4,97 100 2333,3 2,755 100 133,32

Keterangan:

a. Stasiun 1 : Kontrol

b. Stasiun 2 : Pemukiman, Pariwisata, Pertambakan Ikan, dan Aktivitas manusia.

Page 45: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Menurut Nontji, (1993, hal: 255) Ikan giru (Pomacentrus spilotoceps) hidup

bersama dengan hewan anemun (sea anemones; Coelenterata; Actiniaria). Antara Ikan

Giru dan anemun terdapat hubungan simbiosis yang saling menguntungkan. Sang ikan

mendapatkan keuntungan dari anemun karena mendapatkan tempat berlindung dari

musuh-musuhnya bila berada di sela-sela tentakel. Tentakel anemun mempunyai sel-

sel jelatang yang dapat menyengat ikan lain, tetapi tidak terhadap giru, karena giru

mempunyai kekebalan. Sebaliknya sang anemun pun memperoleh pula keuntungan

karena giru yang selalu bergerak di antara tentakel-tentakel itu menimbulkan gerakan

air yang membawa oksigen bagi anemun, disamping itu produk-produk sisa dari sang

anemun dapat segera disingkirkan atau dimakan oleh ikan giru.

Nilai K dan KR terendah terdapat pada 7 spesies ikan karang yaitu Abudefduf

notatus, Diplogrammus goramensis, Hemitaurichthys zoster, Plectorhincus

polytaenia, Priacanthus hamrur, Scarus niger, dan Thalassoma lunare yaitu masing-

masing 0,005 ind/m2 dan 0.1006 %. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan atau

faktor fisik kimia yang tidak mendukung pertumbuhan ke-7 jenis ikan ini secara tidak

langsung yaitu dengan mempengaruhi tempat habitat utama ikan karang tersebut yaitu

terumbu karang, seperti pH air yang berkisar 6,5-7,4. Selain itu data K, KR yang

rendah juga dapat disebabkan pada saat pengambilan data di lapangan yang terbatas

waktu pengamatan dan peralatan yang digunakan.

Frekuensi Kumulatif (FK) terendah pada stasiun 1 terdapat pada Abudefduf

notatus, Acanthurus blochii, Acanthurus leucocheilus, Acanthurus triostegus,

Acanthurus xanthopterus, Chaetodon meyeri, Chromis actipectoralis, Diplogrammus

goramensis, Forcipiger longirostris, Hemitaurichthys zoster, Plectorhincus

polytaenia, Priacanthus hamrur, Scarus niger, dan Thalassoma lunare sedangkan

pada jenis Acanthurus flowleri, Acanthurus lineatus, Amphiprion clarkii, Canthigaster

amboinensis, Cantropyge flavipectoralis, Chaetodon collare, Chaetodon kleinii,

Chromis dimidiate, Salarias guttatus dan Scarus niger pada stasiun 2 yaitu berkisar

33,333 %. Rendahnya nilai FK disebabkan faktor lingkungan yang tidak mendukung

pertumbuhan dan keberadaan ikan karang seperti pH yang berkisar 6,5-7,4,

ketersediaan nutrisi, dan terganggunya tempat habitat utama yaitu terumbu karang

Page 46: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

akibat dari aktivitas anthropogen yang merusak seperti snorkeling/diving, transportasi,

pemukiman, dan pariwisata.

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa Acanthurus auranticavus, Acanthurus

blochii, Acanthurus leucostemon, Amphiprion clarkii, Forcipiger longirostris,

Pomacentrus spilotoceps, dan Scarus niger terdapat pada setiap stasiun penelitian. Hal

tersebut dapat disebabkan karena adanya kemampuan ikan tersebut dalam beradaptasi

terhadap perubahan-perubahan lingkungan perairan yang terjadi dan kisaran toleransi

yang luas terhadap faktor-faktor fisik-kimia seperti nilai kelarutan oksigen sebesar 6,2

mg/l, intensitas cahaya yang cukup tinggi 1383 candella, nilai BOD5 yang rendah

yaitu 1,2 mg/l dan salinitas air 35 % yang cukup mendukung pembentukan terumbu

karang sebagai tempat utama habitat ikan karang tersebut.

Jenis Pomacentrus spilotoceps merupakan jenis ikan hias yang sering dijumpai

di area penelitian dengan nilai K, KR dan FK yang tinggi. Menurut Budiyanto, (2000,

Hlm: 29) Jenis ikan hias yang mudah dan paling umum di jumpai di terumbu karang

adalah dari kelompok Pomacentridae, termasuk “anemonfish” dan “angelfish” yang

memiliki warna sangat indah. Disamping itu juga dari kelompok Chaetodontidae,

Zanclidae, Lethrinidae dan Haemulidae.

Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada stasiun 1 indeks keanekaragaman

sangat baik sedangkan pada stasiun 2 kurang baik. Hal ini dapat disebabkan karena

pengaruh faktor fisik kimia yang secara tidak langsung merusak habitat utama dari

ikan karang yaitu terumbu karang. Seperti Intesitas Cahaya pada stasiun 1 sebesar

1383 candela dan stasiun 2 berkisar 1047 candela, dan pada setiap stasiun Penetrasi

Cahayanya pada kedalaman 4 m dan 3 m, yang menunjukkan keadaan faktor

pembatas mendukung sangat baik terdapat pada stasiun 1.

Pengambilan data pada saat dilapangan dan waktu yang ditentukan untuk

melakukan penelitian juga dapat mempengaruhi hasil data yang telah diperoleh.

Seperti halnya penambahan dan pengurangan data spesies ikan karang pada stasiun 1

dan 2 yang sangat berbeda yang telah peneliti peroleh diatas, dimana pada saat

Page 47: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

pengambilan data spesies tertentu ditemukan pada stasiun 1 sedangkan pada stasiun 2

tidak ditemukan begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat dikarenakan pada saat

pengambilan data, spesies tertentu tidak berada pada transek, sehingga tidak tercatat,

terjadinya booming reproduksi spesies pada bulan pengambilan data ikan karang, dan

adanya migrasi ikan keluar atau masuk di daerah pengamatan.

4.3 Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Persen

Tutupan Karang (r) pada setiap Stasiun Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun

penelitian diperoleh Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Inde

ks Persen Tutupan Karang (r) pada setiap stasiun penelitian pada Tabel 4.3. Dimana

Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 2,3 dan terendah pada

stasiun 2 yaitu 1,76. Sedangkan nilai keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1

yaitu 0,66 dan terendah pada stasiun 2 yaitu 0,65. Tinggi rendahnya nilai

keanekaragaman dan keseragaman pada setiap stasiun penelitian ini dapat disebabkan

faktor fisik-kimia perairan dan ketersediaan nutrisi yang sangat mempengaruhi

keanekaragaman dan keseragaman dari ikan karang. Selain itu tinggi rendahnya nilai

indeks keanekaragaman dan keseragaman dari ikan karang juga dapat dipengaruhi

oleh pengambilan data ikan pada saat pengamatan dilapangan. Menurut Brojo &

setiawan, (2004) Penambahan dan pengurangan jumlah spesies ikan karang dapat

disebabkan oleh:

a. Spesies tertentu tidak berada di daerah transek, sehingga tidak tercatat

b. Terjadinya booming reproduksi spesies pada bulan pengambilan data ikan

karang

c. Adanya migrasi ikan keluar atau masuk didaerah pengamatan.

Tabel 4.3 Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks

Persen Tutupan Karang (r) pada Setiap Stasiun Penelitian

Indeks Stasiun 1 Stasiun 2 Keanekaragaman (H') 2.3 1.76

Page 48: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Persen Tutupan Karang (r) 50,82% 16,28% Keseragaman (E) 0.66 0.65

Dari data diatas juga dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman pada

stasiun 2 setiap transeknya termasuk rendah karena nilai H’ hanya berkisar 1,951-

2,176 atau dapat dikatakan berada pada 0 < H’ < 2,30. Menurut Barus (2004, hal:

121) suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi

apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang

relatif merata. Maka, bila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan

jumlah individu yang tidak merata, komunitas tersebut tidak dapat dikatakan memiliki

keanekaragaman yang tinggi. Menurut Begon et al., (1986), nilai diversitas

berdasarkan indeks shanon-wiener dihubungkan dengan tingkat pencemaran yaitu

apabila H’ < 1 maka tercemar berat, apabila nilai 1 < H’< 3 tercemar sedang, dan

apabila nilai H’ >3 tidak tercemar. Dari data dapat diketahui stasiun 1 dan 2 tercemar

sedang.

Hasil penelitian Fitria M. (2009) di Pulau Rubiah bagian Barat diperoleh

persen tutupan terumbu karang yang tertinggi diperoleh pada stasiun 1 sebesar 50,82

% dan terendah pada stasiun 2 sebesar 16,28 %. Dari hasil penelitian diatas dapat

dilihat hubungan keanekagaman Ikan Karang dengan persen tutupan Terumbu

Karang. Persen tutupan karang yang tinggi akan memiliki keanekaragaman Ikan

Karang yang tinggi seperti pada stasiun 1. Pada stasiun 2 memiliki persen terumbu

karang yang rendah (kategori buruk), sehingga memiliki keanekaragaman biota air

yang sedikit seperti halnya pada ikan karang. Kondisi faktor fisik kimia perairan ini

tergolong baik dan cocok untuk pertumbuhan terumbu karang, misalnya suhu, pH,

penetrasi cahaya, salinitas dan lain sebagainya (Tabel 4.6). Rusaknya terumbu karang

di daerah penelitian pada stasiun 2 karena pengaruh dari aktifitas masyarakat. Menurut

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001, terumbu karang di

kategorikan; buruk (0-24,9 %), sedang (25-49,9 %), baik (50-74,9 %) dan baik sekali

(75- 100 %).

Page 49: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

4.4 Faktor Fisik Kimia Perairan

Diperoleh nilai faktor fisik-kimia pada setiap stasiun penelitan seperti pada tabel 4.4:

Tabel 4.4 Nilai Faktor Fisik-Kimia Yang Diperoleh Pada Setiap Stasiun

Penelitan No Parameter

Fisik-Kimia Satuan Stasiun 1 Stasiun 2

1 Temperatur air 0C 29 29

2 Penetrasi Cahaya Cm 400 300

3 Intensitas Cahaya Candela 1383 1047

4 pH air - 7,4 6,5

5 DO Mg/l 6,2 6,2

6 Kejenuhan Oksigen % 81,17 80,77

7 BOD5 Mg/l 1,2 2,4

8 Salinitas o/oo 35 35

Keterangan:

a. Stasiun 1 : Kontrol

b. Stasiun 2 : Pemukiman, Pertambakan Ikan, Snorkeling/Diving, Transportasi Kapal.

4.4.1 Temperatur air

Dari data yang diperoleh dapat diketahui temperatur air berkisar 29o C pada

setiap stasiun pengamatan, kisaran temperatur yang didapat dalam penelitian ini dapat

digolongkan dalam keadaan sangat baik, karena dalam kisaran 28-30o C mendukung

dalam pertumbuhan dan keberadaan dari Terumbu karang sebagai habitat utama bagi

keberadaan ikan karang. Menurut Anwar et al, (1984, hlm: 68) Semua jenis ikan

mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu apalagi yang drastis.

Kisaran suhu yang baik untuk ikan adalah antara 25 - 320 C. Kisaran suhu ini

umumnya di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Laju metabolisme ikan dan

hewan air lainnya secara langsung meningkat dengan naiknya suhu. Peningkatan

metabolisme juga berarti meningkatkan kebutuhan akan oksigen.

Page 50: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Secara alami suhu air permukaan memang merupakan lapisan hangat karena

mendapat radiasi matahari pada siang hari. Karena kerja angin, maka di lapisan teratas

sampai kedalaman kira-kira 50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan tersebut

terdapat suhu hangat (sekitar 28o C) yang homogen. Karena adanya pengaruh arus dan

pasang-surut, lapisan ini bisa menjadi lebih tebal lagi( Nontji, 1993, Hlm: 56).

Menurut Barus (2004, hlm: 45), pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan

udara disekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan

oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh ditepi.

4.4.2 Intensitas Cahaya

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa intensitas cahaya terendah pada stasiun 2

yaitu 1047 (perb.1) Candela dan tertinggi pada stasiun 1 yaitu 1383 (perb.10) Candela.

Hal ini disebabkan karena pada stasiun 1 memiliki banyak kandungan substrat, dan

tidak banyak terdapat tumbuhan vegetasi yang terdapat disekitar daerah pengamatan

selain itu juga dapat dipengaruhi waktu pengukuran yang dilakukan pada siang hari

yang cerah, sedangkan pada stasiun 2 hanya terdapat sedikit substrat, namun bnanyak

terdapat vegetasi tumbuhan disekitar stasiun pengamatan ditambah lagi waktu

pengukuran yang dilakukan pada pagi hari. Menurut Goldman & Horne, (1983, hlm:

76), bahwa cahaya merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan ikan dan

berperan secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya dibutuhkan ikan untuk

mengejar mangsa, menghindarkan diri dari predator dan dalam perjalanan menuju

suatu tempat. Hanya beberapa spesies ikan yang beradaptasi untuk hidup di tempat

yang gelap. Secara tidak langsung peranan cahaya matahari bagi kehidupan ikan

adalah melalui rantai makanan.

4.4.3 Penetrasi cahaya

Pengukuran penetrasi cahaya terendah dari hasil penelitian yang dilakukan

terdapat pada stasiun 2 (aktivitas) yaitu 3 meter, sedangkan pada stasiun 1 terdapat

hingga 4 m. Hal ini disebabkan pada stasiun 1 kedalaman yang terendah 2 m dan

selanjutnya membentuk curam yang terjal, walaupun demikian tingkat penetrasi dapat

Page 51: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

dihasilkan lebih besar dibandingkan stasiun 2 karena pada stasiun 1 lebih banyak

terdapat organisme air yang terdistribusi sehingga membutuhkan cahaya matahari

yang banyak dalam melakukan fotosintesis, sedangkan pada stasiun 2 organisme air

yang membutuhkan cahaya matahari hanya sedikit karena terumbu karang yang

merupakan tempat habitat telah mengalami degradasi, dan juga memiliki kedalaman

terendah 3 m dalam keadaan datar pada sepanjang garis transek pengamatan sejajar

garis pantai. Berdasarkan yang terdapat dalam Brower et al., (1990, hlm: 62)

Kemampuan penetrasi cahaya sampai dengan kedalaman tertentu juga akan

mempengaruhi distribusi dan intensitas fotosintesis tumbuhan air dibadan perairan.

4.4.4 pH (Derajat Keasaman)

Pada stasiun 1 didapat nilai pH (Derajat Keasaman) yang tertinggi yaitu 7,4

sedangkan nilai pH terendah diperoleh pada stasiun 2, dengan nilai 6,5. Rendahnya

nilai pH pada stasiun 2 dikarenakan banyaknya aktivitas dari manusia, meskipun

dikatakan sebagai Taman Laut, namun daerah pengamatan yaitu stasiun 2 termasuk

daerah yang sudah banyak mengalami degradasi/pengrusakan efek dari kegiatan

manusia seperti snorkeling/diving, alat transportasi, pertambakan, dll, sedangkan pada

stasiun 1 dapat diperoleh nilai pH yang tinggi karena pada daerah tersebut tidak

terdapat aktivitas manusia. Namun bila dilihat lagi nilai pH yang didapat pada setiap

stasiun, dapat dikatakan perairan ini masih dalam keadaan baik, yaitu berkisar 6,5-7,4.

Seperti yang diketahui bahwa nilai pH yang normal dalam suatu perairan berkisar

antara 6-8. Menurut Baur, et al dalam Barus, (2004, Hal: 61) bahwa nilai pH yang

ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya adalah terdapat antara 7-8,5.

Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan

kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan

metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan

mobilitas berbagai senyawa logam berat terutama ion aluminium.

4.4.5 DO (Disolved Oxygen).

Page 52: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh nilai oksigen terlarut berkisar antara

6,2 mg/l pada setiap stasiun penelitian. Tinggi rendahnya nilai oksigen terlarut dalam

suatu perairan dapat disebabkan oleh distribusi organisme air, karena dalam mensuplai

oksigen dalam proses fotosintesis maupun mobilitasnya menggunakan oksigen

terlarut. Secara keseluruhan dapat diketahui nilai oksigen terlarut pada setiap stasiun

penelitian dapat dikatakan normal yaitu berkisar antara 6,0-6,4 mg/l. Menurut Barus,

(2004, hlm: 58), bahwa nilai oksigen terlarut disuatu perairan mengalami fluktuasi

harian maupun musiman. Fluktuasi ini selain dipengaruhi oleh perubahan temperature

juga dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan

oksigen. Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6-8 mg/l.

4.4.6 Kejenuhan Oksigen

Disamping pengukuran konsentrasi, biasanya dilakukan pengukuran terhadap tingkat

kejenuhan oksigen dalam air. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui apakah

nilai tersebut merupakan nilai maksimum atau tidak. Untuk dapat mengukur tingkat

kejenuhan oksigen suatu contoh air, maka disamping mengukur konsentrasi oksigen

dalam mg/l, diperlukan pengukuran temperatur dari ekosistem air tersebut (Barus,

2004, Hlm: 57).

Dari tabel 4.4 dapat diketahui nilai kejenuhan oksigen tertinggi dan terendah

terdapat pada stasiun 1 berkisar 81,17 dan terendah transek 2 berkisar 80,77 %. Hal ini

dapat terjadi karena defisit oksigen yang rendah dan tinggi pula. Pada stasiun 1,

didapat nilai kejenuhan oksigen yang tinggi karena defisit oksigen yang besar

sehingga dapat diketahui bahwa area ini jarang sekali terdapat kehidupan organisme

air, sedangkan pada stasiun 2 didapat nilai kejenuhan oksigen sedikit lebih rendah dari

stasiun 1 karena defisit oksigennya yang lebih kecil dibandingkan transek 1.

4.4.7 BOD (Biological Oxygen Demand)

Nilai BOD yang didapat dari penelitian ini yaitu yang tertinggi pada stasiun 2 yaitu

berkisar 2,4 mg/l. Hal ini disebabkan karena banyaknya kandungan senyawa organik

Page 53: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

dan anorganik dalam badan perairan yang membutuhkan oksigen dalam

penguraiannya, sedangkan nilai BOD terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu 1,2 mg/l.

rendahnya nilai BOD pada stasiun 1 merupakan kebalikan dari stasiun 2 yaitu

disebabkan pada daerah ini tidak terdapat senyawa organik dan anorganik yang

berlebih atau masih dapat ditolerir.

Pengukuran BOD didasarkan kepada kemampuan mikroorganisme untuk

menguraikan senyawa organik, artinya hanya terhadap senyawa yang mudah diuraikan

secara biologis seperti senyawa yang umumnya terdapat dalam limbah rumah tangga.

Nilai BOD menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobi

dalam proses penguraian senyawa organik, yang diukur pada temperature 20oC(

Barus, 2004, Hlm: 67).

4.4.8 Salinitas (o/oo).

Salinitas merupakan nilai yang menunjukkan jumlah garam-garam terlarut dalam

satuan volum air yang biasanya dinyatakan dengan satuan promil (o/oo). Kandungan

utama dari air laut dibentuk oleh ion Na+ dan Cl-, ditambah berbagai jenis unsur lain

yang jumlahnya relatif sedikit (Barus, 2004, Hlm: 72).

Dari tabel 4.4 dapat diketahui salinitas air pada area penelitian di setiap stasiun

sama yaitu 35 o/oo. Hal ini kemugkinan karena dipengaruhi oleh penguapan yang kuat

terjadi d wilayah ini pada musim timur (Nontji, 1993, hlm: 64), namun dengan nilai

salinitas air 35 o/oo daerah ini dapat dikatakan perairan daerah tropis yang memiliki

criteria yang bagus, karena terumbu karang yang merupakan habitat utama ikan

karang hanya dapat berkembang dengan baik dengan nilai salinitas air berkisar 32-35 o/oo. Menurut Nontji (1993, hlm: 59), bahwa di perairan samudra, salinitas biasanya

berkisar antara 34-35 o/oo.. Diperairan pantai karena terjadi pengeceran, misalnya

karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya didaerah

dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi. Dari pernyataan

tadi, dapat disimpulkan bahwa area penelititan memiliki tingkat penguapan yang

besar.

Page 54: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

4.5 Analisis Korelasi

Nilai korelasi yang diperoleh antara parameter fisik-kimia perairan dengan

keanekaragaman ikan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Nilai Korelasi Yang Diperoleh Antara Parameter Fisik-Kimia Perairan Dengan Keanekaragaman Ikan Yang Diperoleh Dari Setiap Stasiun Penelitian.

Temperatur pH DO Kejenuhan Oksigen BOD5 H’ -0,154 +0,773 +0,057 -0,029 -0,854(*)

Keterangan : (-) = Korelasi negatif (Berlawanan) (+) = Korelasi positif (Searah) (*) = Signifikan pada tingkat 0,05

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa uji analisis Korelasi Pearson antara beberapa

Faktor Fisik Kimia terhadap Keanekaragaman (H’) ikan Karang sangat berbeda. Nilai

(+) menunjukan korelasi yang searah dimana bila faktor fisik kimia memiliki nilai

yang tinggi maka tingkat diversitas ikan karang akan terdapat dalam jumlah yang

tinggi pula begitu sebaliknya, sedangkan (-) merupakan korelasi yang berlawanan

antara faktor fisik kimia terhadap keanekaragaman (H’) ikan karang, dimana bila nilai

faktor fisik kimia rendah maka tingkat diversitas ikan karang yang terdapat dalam

jumlah yang tinggi, begitu pula sebaliknya.

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil analisis korelasi Pearson antara

BOD5 terhadap keanekaragaman (H’) ikan karang berkorelasi signifikan (berpengaruh

nyata) pada tingkat 0,05 sebesar -0,854. Hal ini berarti bahwa hubungan korelasi

berlawanan dimana semakin rendah nilai BOD5 dalam perairan tersebut maka semakin

tinggi keanekaragaman ikan karangnya, begitu pula sebaliknya.

Dari tabel hasil korelasi Pearson juga dapat diketahui yang berkorelasi sangat

lemah adalah Temperatur, DO dan Kejenuhan Oksigen, sedangkan yang berkorelasi

sangat kuat adalah pH dimana jika terjadi perubahan sedikit saja dari faktor fisik

kimia maka akan berpengaruh besar terhadap keanekaragaman (H’) ikan karang

diperairan tersebut. Berdasarkan yang terdapat pada Sarwono (2006), koefisien

korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variable.

Page 55: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefisien korelasi menunjukkan

kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika

koefisien korelasi positif, maka kedua variable mempunyai hubungan searah. Artinya

jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika

koefisien korelasi negative, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik.

Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua

variabel dibuat kriteria sebagai berikut :

a. Jika 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel

b. Jika >0 – 0,25 : Korelasi sangat rendah

c. Jika >0,25-0,5 : Korelasi cukup

d. Jika >0,5-0,75 : Korelasi kuat

e. Jika >0,75-0,99 : Korelasi sangat kuat

f. Jika 1 : Korelasi sempurna

.

Page 56: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Studi Keanekaragaman Ikan

Karang Di Kawasan Perairan Sebelah Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh

Darussalam, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Ikan Karang yang diperoleh pada penelitian ini terdiri dari 1 ordo, 16 famili, 30

genus dan 51 spesies.

b. Nilai Kepadatan (K), Kepadatan relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran (FK) ikan

karang tertinggi terdapat pada Pomacentrus spilotoceps, dengan nilai masing-

masing sebesar 0,985 ind/m2 dan 19,818 % dan 100 % pada Stasiun 1 dan terendah

pada beberapa spesies berkisar 0,005 ind/m2, 0,181 % dan 33,33 % disetiap stasiun.

d. Indeks rata-rata keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 2,3

dan terendah pada stasiun 2 sebesar 1,76.

e. Indeks keseragaman (E) tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 0,66 dan terendah

pada stasiun 2 sebesar 0,65.

Page 57: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

f. Dari hasil analisis korelasi diketahui bahwa korelasi BOD5 terhadap

keanekaragaman ikan karang berkorelasi nyata (signifikan) negatif

(berlawanan) sebesar -0,854. Temperatur, DO dan Kejenuhan Oksigen berkorelasi

sangat lemah, sedangkan pH berkorelasi sangat kuat terhadap keanekaragaman

(H’) ikan karang diperairan tersebut.

5.2. Saran

Diharapkan dapat dilakukan riset lanjutan mengenai Keanekaragaman Ikan Karang Di

Perairan Sebelah Barat Pulau Rubiah, Nanggroe Aceh Darussalam, dengan metode

yang berbeda, jangka waktu yang lama dan lebih efisien, peralatan yang lebih lengkap

dan keahlian yang lebih memadai dalam melakukan pendataan dilapangan.

Page 58: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R., R. Steene, P. Humann, & N. Deloach, (2003), Reef Fish Identification

Tropical Pacific , Australia: New World Publications Anwar, J., A.J., Whitten, S.J. Damanik & N, Hisyam. 1984. Ekologi ekosistem

Sumatera. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.

Medan: USU Press. Brojo, M., & Setiawan, W., 2004. Penuntun Praktikum Ikhtiologi Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Bogor: Institut Pertanian Bogor Brotowidjojo, M.D., 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga. Brower, J. E., H.Z. Jerrold. & Car I.N. Von Ende. 1990. Field and laboratory

Methods for General Ecology. Third Edition. USA, Wm. C. New York: Brown Publisher.

Budiyanto, 2000, Oseana Majalah Semi Populer. Jakarta: LIPI. Djohan, Tjut S. 1996. Prinsip Konservasi Biodiversitas. Banda Aceh: Penataran

Biologi Laut FMIPA Unsyiah-HEDS Jakarta. Effendi, M.I., 1987. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. English, S., C. Wilkinson, & V. Baker. 1994. Survey manual for tropical marine

resources. Australian: Australian Institute of Marine Science, Townsville.

Page 59: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jilid 1. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Goldman, C.R. & A.J Horne 1983. Limnology. New York: Mc. Graw Hill Gomez, E. D. & H. T. Yap. 1984. Monitoring reef condition.In : coral reef

management handbook. Jakarta: Unesco Publisher.

Hartati, S. T., & Edrus, I. N., 2005. “Komunitas Ikan Karang di Perairan Pantai Pulau Rakiti dan Pulau Taikabo, Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat” Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Sumber Daya dan penangkapan. Volume 11. Nomor 2.

http://cmosdoc.multiply.com/. Diakses tanggal 17 Februari, 2009. http://www.nad.go.id. Diakses tanggal 17 Februari 2009. http://www.coremap.or.id/terumbu_karang. Diakses tanggal 17 Februari 2009. Krebs, C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution and Abundance.Philadelphia: Harper and Row Publisher. Lalli, C.M., & T.R. Parsons. 1993. Biological Oceanographi : An Introduction. New York: Perganon Press. Ludwig, J. A. & J. F. Reynolds. 1988. Statistical ecology. New York: A Primer on

methods and computing. Lilley, G. R. 1999. Buku Panduan Pendidikan Konservasi Terumbu Karang

Indonesia. Direktorat Jenderal. Perlindungan dan Konservasi Alam, Natural resources Management Program, UNSAID, Yayasan Pustaka Alam Nusantara dan The Nature Conservacy.

Michael, P. 1984. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.

Jakarta: Universitas Indonesia Press. Michael, P. 1995. Metoda Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.

Jakarta: Universitas Indonesia Press. Moyle, P.B., dan Cech, J.J. 1988. Fishes and Introduction to Ichtyology. New Jersey:

Prentice Hall Englewood Cliffs. Nontji. A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan. Nybakken, J.W. 1993. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Jakarta:

Gramedia Pustaka.

Page 60: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa:

Koesbiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, M. Eidman & S. Sukarjo. Jakarta: PT. Gramedia.

Radiopoetra. 1994. Zoologi. Jakarta: Erlangga.

Reece, C & Mitchell. 1974. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Romimohtarto, K. & S. Juwana. 2001. Biologi Laut : Ilmu pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan.

Sarwono. 2006. Diakses 09 mei 2009. Teori Analisis Korelasi Mengenal Analisis Korelasi. www.Jonathansarwono.info/korelasi.htm-94k-. Sastrawijaya, A.T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. Vivien, H. M. L & Y. B. Navarro. 1983. Feeding diets and significance of coral

feeding among chaetodontid fishes in moorea, French Polynesia. Wardana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset. www.coremap.or.id/tentang_karang/http://cmosdoc.multiply.com/journal/item/6/Tana

h_Persinggahan. Diakses tanggal 17 Februari, 2009. www.geocities.com/minangbahari/coremap/mengenali. Diakses tanggal 17 Februari,

2009.

Page 61: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen

(DO)

Sampel Air

1 ml MnSO4

1 ml KOH – KI dikocok didiamkan

Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat

1 ml H2SO4 dikocok

didiamkan

Larutan Sampel Berwarna Coklat

diambil sebanyak 100 ml

ditetesi Na2S2O3 0,0125 N

Sampel Berwarna Kuning Pucat

Page 62: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Lampiran B. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD5

ditambahkan 5 tetes amilum

Sampel Berwarna Biru

dititrasi dengan Na2S2O3 0,0125 N

Sampel Bening

Dihitung volume Na2S2O3 yang terpakai (= nilai DO akhir)

Hasil (Michael, 1984; Suin, 2002, hlm: 60)

dihitung nilai DO akhir

diinkubasi selama 5 hari pada temperatur 20°C dihitung nilai DO awal

Sampel Air

Sampel Air

Sampel Air

DO Akhir

DO Awal

Keterangan :

• Penghitungan nilai DO awal dan DO akhir sama dengan penghitungan Nilai DO

• Nilai BOD = Nilai awal – Nilai DO akhir

Page 63: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

(Michael, 1984; Suin, 2002, hlm: 60)

Lampiran C. Nilai Oksigen Terlarut Maksimum (mg/l) Pada Berbagai Besaran

Temperatur Air

ToC 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0 14, 16 14, 12 14, 08 14, 04 14, 00 13, 97 13, 93 13, 89 13,85 13,81 1 13, 77 13, 74 13, 70 13, 66 13, 63 13, 59 13, 55 13, 51 13, 48 13, 44 2 13, 40 13, 37 13, 33 13, 30 13, 26 13, 22 13, 19 13, 15 13, 12 13, 08 3 13, 05 13, 01 12, 98 12, 94 12, 91 12, 87 12, 84 12, 81 12, 77 12, 74 4 12,70 12, 67 12, 64 12, 60 12, 57 12, 54 12, 51 12, 47 12, 44 12, 09 5 12, 37 12, 34 12, 31 12, 28 12, 25 12, 22 12, 18 12, 15 12, 12 12, 09 6 12, 06 12, 03 12, 00 11, 97 11, 94 11, 91 11, 88 11, 85 11, 82 11, 79 7 11,76 11, 73 11, 70 11, 67 11, 64 11, 61 11, 58 11, 55 11, 52 11, 50 8 11, 47 11, 44 11, 41 11, 38 11, 36 11, 33 11, 30 11, 27 11, 25 11, 22 9 11, 19 11, 16 11, 14 11, 11 11, 08 11, 06 11, 03 11, 00 10, 98 10,95 10 10, 92 10, 90 10, 87 10, 85 10, 82 10, 80 10, 77 10, 75 10, 72 10, 70 11 10, 67 10, 65 10, 62 10, 60 10, 57 10, 55 10, 53 10, 50 18, 48 10, 45 12 10, 43 10, 40 10, 38 10, 36 10, 34 10, 31 10, 29 10, 27 10, 24 10, 21 13 10, 20 10, 17 10, 15 10, 13 10, 11 10, 09 10, 06 10, 04 10, 02 10, 00 14 9, 98 9, 95 9, 93 9, 91 9, 89 9, 87 9, 85 9, 83 9, 81 9, 78 15 9, 76 9, 74 9, 72 9, 70 9, 68 9, 66 9, 64 9, 62 9, 60 9, 58 16 9, 56 9, 54 9, 52 9, 50 9, 48 9, 46 9, 45 9, 43 9, 41 9, 39 17 9, 37 9, 35 9, 33 9, 31 9, 30 9, 28 9, 26 9, 24 9, 22 9, 20 18 9, 18 9, 17 9, 15 9, 13 9, 12 9, 10 9, 08 9, 06 9, 04 9, 03 19 9, 01 8, 99 8, 98 8, 96 8, 94 8, 93 8, 91 8, 89 8, 88 8, 86 20 8, 84 8, 83 8, 81 8, 79 8, 78 8, 76 8, 75 8, 73 8, 71 8, 70 21 8, 68 8, 67 8, 65 8, 64 8, 62 8, 61 8, 59 8, 58 8, 56 8, 55 22 8, 53 8, 52 8, 50 8, 49 8, 47 8, 46 8, 44 8, 43 8, 41 8, 40 23 8, 38 8, 37 8, 36 8, 34 8, 33 8, 32 8, 30 8, 29 8, 27 8, 26 24 8, 25 8, 23 8, 22 8, 21 8, 19 8, 18 8, 17 8, 15 8, 14 8, 13

Page 64: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

25 8, 11 8, 10 8, 09 8, 07 8, 06 8, 05 8, 04 8, 02 8, 01 8, 00 26 7, 99 7, 97 7, 96 7, 95 7, 94 7, 92 7, 91 7, 90 7, 89 7, 88 27 7, 86 7, 85 7, 84 7, 83 7, 82 7, 81 7, 79 7, 78 7,77 7, 76 28 7, 75 7, 74 7,72 7, 71 7, 70 7, 69 7, 68 7, 67 7, 66 7, 65 29 7, 64 7, 62 7, 61 7, 60 7, 59 7, 58 7, 57 7, 56 7, 55 7, 54 30 7, 53 7, 52 7, 51 7, 50 7, 48 7, 47 7, 46 7, 45 7, 44 7, 43

(Barus, 2004, hlm: 149) Lampiran D. Contoh Perhitungan 1. Menghitung Kepadatan (K) Acanthurus auranticavus pada Stasiun 1

K = sampelnpengambilaareaLuasjenissuatuindividuJumlah

K = 2/43,020086 mind=

2. Menghitung Kepadatan Relatif (KR) Acanthurus auranticavus pada Stasiun 1

KR = %100tantan X

JenisSeluruhIndividuKepadaSpesiesSuatuIndividuKepada

KR = %8.651911100%x4,970,43

=

3. Menghitung Frekuensi Relatif (FK) Acanthurus auranticavus pada Stasiun 1

Page 65: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

FK = 100%xtransektotalJumlah

jenissuatuditempatiyangtransekJumlah

FK = % 100 100%x33

=

4. Menghitung Indeks Keanekaragaman (H’) pada Stasiun 1(T1).

H’= - ∑ pilnpi

No Spesies Jumlah Pi Ln Pi H’

1 Acanthurus auranticavus 42 0.14841 -1.90778 0.28313 2 Acanthurus blochii - 0 3 Acanthurus leucocheilus 5 0.017668 -4.03601 0.07131 4 Acanthurus leucosternon 10 0.035336 -3.34286 0.11812 5 Acanthurus triostegus - 0 6 Acanthurus xanthopterus 2 0.007067 -4.9523 0.035 7 Ctenochaetus striatus 12 0.042403 -3.16054 0.13402 8 Diplogrammus goramensis 1 0.003534 -5.64545 0.01995 9 Chaetodon flavissimus 13 0.045936 -3.0805 0.14151 10 Chaetodon meyersi - 0 11 Chaetodon smithii 1 0.003534 -5.64545 0.01995 12 Chaetodon triangulum 2 0.007067 -4.9523 0.035 13 Chaetodon trifascialis 1 0.003534 -5.64545 0.01995 14 Chaetodon trifasciatus - 0 15 Forcipiger longirostris - 0 16 Hemitaurichthys zoster - 0 17 Plectorhincus polytaenia - 0 18 Hyporhamphus dussumieri - 0 19 Thalassoma lunare - 0 20 Chaetodontoplus septentrionalis 2 0.007067 -4.9523 0.035

Page 66: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

21 Genicanthus melanospilos 7 0.024735 -3.69954 0.09151 22 Genicanthus gellus 15 0.053004 -2.9374 0.15569 23 Abudefduf notatus - 0 24 Amblypomacentrus clarus - 0 25 Amphiprion clarkia 1 0.003534 -5.64545 0.01995 26 Chromis actipectoralis - 0 27 Dascyllus arvanus 2 0.007067 -4.9523 0.035 28 Dischistodus fasciatus 36 0.127208 -2.06193 0.26229 29 Pomacentrus spilotoceps 58 0.204947 -1.585 0.32484 30 Priacanthus hamrur - 0 31 Calotomus spinidens - 0 32 Chlorurus sp. 14 0.04947 -3.00639 0.14873 33 Scarus niger 1 0.003534 -5.64545 0.01995 34 Scarus altipinnis 1 0.003534 -5.64545 0.01995 35 P. squamipinnis 53 0.187279 -1.67515 0.31372 36 Zanclus cornutus 4 0.014134 -4.25915 0.0602

Total 2.36476

5. Menghitung Indeks Keseragaman/Equitabilitas (E) pada Stasiun 1

Indeks equitabilitas (E) = maxHH'

Hmax = Ln (S) = Ln(36) = 3,583

Indeks Equitabilitas (E) = 659,03,5832,364

=

Page 67: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Lampiran E: Data Mentah Penelitian

a. Stasiun 1

No Spesies Transek Jlh Transek 1 Transek 2 Transek 3

1 Abudefduf notatus - - 1 1 2 Acanthurus auranticavus 43 17 26 86 3 Acanthurus blochii - 2 - 2 4 Acanthurus leucocheilus 5 - - 5 5 Acanthurus leucosternon 10 19 22 51 6 Acanthurus triostegus - 17 - 17 7 Acanthurus xanthopterus 2 - - 2 8 Amblypomacentrus clarus - 1 1 2 9 Amphiprion clarkia 1 1 4 6 10 Calotomus spinidens - 1 2 3 11 Chaetodon flavissimus 13 - 4 17 12 Chaetodon meyersi - - 2 2 13 Chaetodon smithii 1 1 - 2 14 Chaetodon triangulum 2 1 - 3 15 Chaetodon trifascialis 1 1 - 2 16 Chaetodon trifasciatus - 2 4 6 17 Chaetodontoplus

septentrionalis 2 - 1 3

18 Chlorurus sp. 14 33 50 97

Page 68: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

19 Chromis actipectoralis - 3 - 3 20 Ctenochaetus striatus 12 21 33 66 21 Dascyllus arvanus 2 3 2 7 22 Diplogrammus goramensis 1 - - 1 23 Dischistodus fasciatus 36 21 15 72 24 Forcipiger longirostris - 8 - 8 25 Genicanthus gellus 15 26 76 117 26 Genicanthus melanospilos 7 9 3 19 27 Hemitaurichthys zoster - - 1 1 28 Hyporhamphus dussumieri - 13 6 19 29 Pomacentrus spilotoceps 58 71 68 197 30 Plectorhincus polytaenia - - 1 1 31 Priacanthus hamrur - 1 - 1 32 P. squamipinnis 53 50 62 165 33 Scarus altipinnis 1 1 - 2 34 Scarus niger 1 - - 1 35 Thalassoma lunare - - 1 1 36 Zanclus cornutus 4 1 1 6

b. Stasiun 2 No Spesies Transek Jlh

Transek 1

Transek 2 Transek 3

1 Acanthurus auranticavus 22 14 31 67 2 Acanthurus blochii 7 2 11 20 3 Acanthurus flowleri 4 - - 4 4 Acanthurus grammoptilus 21 53 45 119 5 Acanthurus leucosternon 11 - 9 20 6 Acanthurus lineatus - - 1 1 7 Amphiprion clarkii - 6 - 6 8 Amphiprion percula - 2 1 3 9 Canthigaster amboinensis 1 - - 1 10 Cantropyge flavipectoralis - - 1 1 11 Chaetodon collare - 14 - 14 12 Chaetodon falcula 1 1 - 2 13 Chaetodon kleinii 2 - - 2 14 Chromis dimidiata - 17 - 17 15 Forcipiger longirostris 5 - 2 7 16 Myripristis pralinia 21 60 24 105 17 Pomacentrus spilotoceps 41 62 20 123 18 Salarias guttatus - 1 - 1 19 Scarus niger - 1 - 1

Page 69: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

20 Scarus oviceps - 2 1 3 21 Toxotes jaculatrix 9 12 7 28 22 Zebrasoma rostratum 5 - 1 6

Lampiran F. Hasil Analisis Korelasi

Correlations

Temperatur pH DO

Kejenuhan Oksigen BOD5 H

Temperatur Pearson Correlation 1 .380 .288 .688 -.121 -.154

Sig. (2-tailed) .458 .580 .131 .819 .770 N 6 6 6 6 6 6 pH Pearson

Correlation .380 1 .139 .286 -.918(**) .773

Sig. (2-tailed) .458 .793 .582 .010 .071 N 6 6 6 6 6 6 DO Pearson

Correlation .288 .139 1 .893(*) .210 .057

Sig. (2-tailed) .580 .793 .017 .689 .914 N 6 6 6 6 6 6 KejenuhanOksigen

Pearson Correlation .688 .286 .893(*) 1 .101 -.029

Sig. (2-tailed) .131 .582 .017 .850 .956 N 6 6 6 6 6 6 BOD Pearson

Correlation -.121 -

.918(**)

.210 .101 1 -.854(*)

Sig. (2-tailed) .819 .010 .689 .850 .030

Page 70: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

N 6 6 6 6 6 6 H Pearson

Correlation -.154 .773 .057 -.029 -.854(*) 1

Sig. (2-tailed) .770 .071 .914 .956 .030 N 6 6 6 6 6 6

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran G. Foto Ikan Karang

Gambar 17. Amphiprion clarkii Gambar 18 Chaetodon meyersi

Gambar 19 Chaetodon trifasciatus Gambar 20 Gnathanodon spesiosus

Page 71: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Lampiran H. Parameter Faktor Fisik-Kimia Stasiun Pengamatan

Page 72: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Lampiran I: Peta Lokasi

No Parameter

Fisik-Kimia

Satuan Stasiun 1 Stasiun 2

T1 T2 T3 T1 T2 T3

1 Temperatur air 0C 29 28 30 28 28 30

2 Penetrasi Cahaya Cm 400 400 400 300 300 300

3 Intensitas Cahaya Candela 1047 1047 1047 1383 1383 1383

4 pH air - 7,3 7,3 7,6 6,4 6,5 6,6

5 DO Mg/l 6,0 6,2 6,4 6,3 6,1 6,2

6 Kejenuhan Oksigen % 78,53 80 84,99 81,29 78,70 82,33

7 BOD5 Mg/l 1,0 1,2 1,4 2,5 2,3 2,4

8 Salinitas o/oo 35 35 35 35 35 35

Page 73: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Keterangan: a. Stasiun 1 : Kontrol b. Stasiun 2 : Pemukiman, Pariwisata, Pertambakan Ikan, dan Alat Transportasi/Aktivitas Lampiran J. Foto Lokasi Stasiun

Page 74: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Gambar 21. Stasiun 1/ Kontrol (Sebelah Barat Pulau Rubiah).

Gambar 21.1

Gambar 21.2

Page 75: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

Gambar 22: Stasiun 2 (Sebelah Barat Pulau Rubiah).

Gambar 22.1: Stasiun pengamatan Gambar 22.2: Daerah Pertambakan Ikan

Gambar 22.3: Alat Transportasi Gambar 22.4: Daerah Pemukiman

Page 76: STUDI KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI KAWASAN … · Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam,

Sarah Liliana Pandiangan : Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.