17
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | 1 STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA DAN DESA WISATA SARI BUNIHAYU DALAM SATUAN KAWASAN WISATA CIATER DI KABUPATEN SUBANG Dinna Cahyaningrum, Enok Maryani, Dede Sugandi Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia. ABSTRAK Sejalan dengan dinamika penduduk, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam berbagai bidang terminologi. Salah satu perkembangan pariwisata ialah Desa Wisata. Berdasarkan data Disbudparpora Kabupaten Subang Tahun 2012, Desa Wisata Wangunharja di Desa Sanca Kecamatan Ciater dan Desa Wisata Sari Bunihayu di Desa Bunihayu Kecamatan Jalancagak merupakan dua daerah yang dinilai memiliki karakteristik pola kehidupan sosial budaya yang unik yang merupakan bagian dari pengelompokan daya tarik satu kesatuan kawasan tujuan wisata yang sama, tepatnya berada dalam Satuan Kawasan Wisata Ciater. Wangunharja memiliki tingkat kunjungan lebih banyak, dimana wisatawan yang berkunjung sebanyak 1.516 orang sedangkan, pada Bunihayu sebanyak 959 orang. Namun, akses menuju Bunihayu ini cukup mudah dilalui, karena letaknya yang dekat dari jalan raya utama sedangkan, Wangunharja terletak sangat jauh. Penelitian ini bermaksud untuk mengkomparasikan kedua Desa Wisata sehingga, dapat mengetahui potensi wisata masing-masing desa. Metode yang digunakan ialah metode deskriptif serta dilihat dari sisi pendekatan kuantitatif dengan variabel penelitian tunggal yaitu potensi wisata pada masing-masing desa, dimana aspek yang menjadi indikatornya yaitu aspek fisik, sosial, biotis, tipologis, tata ruang, tata bangunan, budaya, kerajinan, cerita rakyat, dan upacara serta indikator penunjang pariwisata seperti aksesibilitas, amenitas, partisipasi masyarakat desa, dan wisatawan. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh kawasan Desa Wisata, dimana sampel wilayah Wangunharja berada pada Dusun 3 (Banceuy) sedangkan, Bunihayu berada pada Dusun 2 (Cicariu), dan sampel manusianya terdiri dari penduduk setempat, wisatawan, serta pengelola wisata. Analisis data yang digunakan yaitu pengharkatan, persentase, dan Uji Beda T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapatnya perbedaan potensi wisata diantara keduanya. Dilihat dari Objek dan Daya Tarik Wisata, Wangunharja lebih baik dibandingkan dengan Bunihayu. Mengenai aksesibilitas dan prasarana, Bunihayu memiliki kondisi lebih baik dibandingkan dengan Wangunharja. Sedangkan, dari segi sarana kedua Desa Wisata ini tergolong sama. Selain itu, partisipasi yang dilakukan menunjukkan bahwa keterlibatan anggota masyarakat di Wangunharja lebih tinggi dibandingkan dengan Bunihayu. Sehingga, dengan adanya keberadaan Objek dan Daya Tarik Wisata serta dukungan masyarakat yang direalisasikan dalam bentuk partisipasi yang diberikan membuat Wangunharja memiliki keunggulan lebih baik dibandingkan Bunihayu. Kata Kunci : Potensi Wisata, Partisipasi, Desa Wisata, Kabupaten Subang.

STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | 1

STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA DAN DESA WISATA SARI BUNIHAYU

DALAM SATUAN KAWASAN WISATA CIATER DI KABUPATEN SUBANG

Dinna Cahyaningrum, Enok Maryani, Dede Sugandi

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

ABSTRAK Sejalan dengan dinamika penduduk, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam

berbagai bidang terminologi. Salah satu perkembangan pariwisata ialah Desa Wisata.

Berdasarkan data Disbudparpora Kabupaten Subang Tahun 2012, Desa Wisata

Wangunharja di Desa Sanca Kecamatan Ciater dan Desa Wisata Sari Bunihayu di Desa

Bunihayu Kecamatan Jalancagak merupakan dua daerah yang dinilai memiliki

karakteristik pola kehidupan sosial budaya yang unik yang merupakan bagian dari

pengelompokan daya tarik satu kesatuan kawasan tujuan wisata yang sama, tepatnya

berada dalam Satuan Kawasan Wisata Ciater. Wangunharja memiliki tingkat kunjungan

lebih banyak, dimana wisatawan yang berkunjung sebanyak 1.516 orang sedangkan,

pada Bunihayu sebanyak 959 orang. Namun, akses menuju Bunihayu ini cukup mudah

dilalui, karena letaknya yang dekat dari jalan raya utama sedangkan, Wangunharja

terletak sangat jauh. Penelitian ini bermaksud untuk mengkomparasikan kedua Desa

Wisata sehingga, dapat mengetahui potensi wisata masing-masing desa. Metode yang

digunakan ialah metode deskriptif serta dilihat dari sisi pendekatan kuantitatif dengan

variabel penelitian tunggal yaitu potensi wisata pada masing-masing desa, dimana aspek

yang menjadi indikatornya yaitu aspek fisik, sosial, biotis, tipologis, tata ruang, tata

bangunan, budaya, kerajinan, cerita rakyat, dan upacara serta indikator penunjang

pariwisata seperti aksesibilitas, amenitas, partisipasi masyarakat desa, dan wisatawan.

Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh kawasan Desa Wisata, dimana sampel

wilayah Wangunharja berada pada Dusun 3 (Banceuy) sedangkan, Bunihayu berada

pada Dusun 2 (Cicariu), dan sampel manusianya terdiri dari penduduk setempat,

wisatawan, serta pengelola wisata. Analisis data yang digunakan yaitu pengharkatan,

persentase, dan Uji Beda T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapatnya

perbedaan potensi wisata diantara keduanya. Dilihat dari Objek dan Daya Tarik Wisata,

Wangunharja lebih baik dibandingkan dengan Bunihayu. Mengenai aksesibilitas dan

prasarana, Bunihayu memiliki kondisi lebih baik dibandingkan dengan Wangunharja.

Sedangkan, dari segi sarana kedua Desa Wisata ini tergolong sama. Selain itu,

partisipasi yang dilakukan menunjukkan bahwa keterlibatan anggota masyarakat di

Wangunharja lebih tinggi dibandingkan dengan Bunihayu. Sehingga, dengan adanya

keberadaan Objek dan Daya Tarik Wisata serta dukungan masyarakat yang

direalisasikan dalam bentuk partisipasi yang diberikan membuat Wangunharja memiliki

keunggulan lebih baik dibandingkan Bunihayu.

Kata Kunci : Potensi Wisata, Partisipasi, Desa Wisata, Kabupaten Subang.

Page 2: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

2 | Dinna Cahyaningrum, dkk.

Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…

A COMPARATIVE STUDY OF POTENTIAL TOURISM BETWEEN VILAGE WANGUNHARJA AND VILAGE SARI

BUNIHAYU IN CIATER TOURISM AREA IN SUBANG REGENCY

ABSTRACT In line with society dynamics, tourism field development has expanded various

terminologies. One of the developments was Tourism Village. Based on the data of

Tourism and Culture Department of Subang Regency in 2012, Wangunharja Tourim

Village in Village Sanca Subdistrict Ciater and Sari Bunihayu Tourism Village of

Subdistrict Jalancagak were two villages with unique socio-culture life system, which

could be the part of tourism attraction in the same area. The two villages were situated

closely in Ciater Tourism Area. Village Wangunharja had more visitors, the total of the

visitors were 1.516 visitors, while Bunihayu got 959 visitors. However, it was much

easier to reach Bunihayu since it was located near the main road, while Wangunharja

was quite far away. The research was intended to compare the two tourism villages, to

be able to find out each of the tourism potential. The method used was descriptive,

combined with quantitative using single variable namely tourism potential of each

village, where the indicator aspects were physical aspect, social, biotic, typology, space

development, building development, culture, handicraft industry, and ceremonies and

other supporting tourism indicators such as accessibility, amenity, villagers

participation, and tourists. The population was all area of Tourism Village, the sample

in Wangunharja was in Banceuy, the sample in Bunihayu was Cicariu, and the villagers,

tourists and tourism organizers. The data analysis used were valuating, percentage, and

T-Test. The result showed that there were differences of tourism potential owned by the

two villages. Viewed by the tourism object and tourism potential attraction,

Wangunharja was considered better than Bunihayu. From the accessibility and

infrastructure side, Bunihayu was better than Wangunharja. In term of facilities, the two

villages were almost similar. Besides, the parttcipation of the Wangunharja’s villagers

was considered better than Bunihayu’s. Thus, by the existence of Tourist Objects and

Tourism Potential Attraction and the participation of the villagers led Wangunhaja to

be more excellent than Bunihayu.

Key words : Tourism Potential, Participation, Tourism Village, Kabupaten Subang

Page 3: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Page 4: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

iv | Dinna Cahyaningrum, dkk.

Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…

PENDAHULUAN

“Pariwisata saat ini telah merupakan

bentuk nyata dari perjalanan sebuah bisnis

global yang sangat menjanjikan...”

(Hermantoro, H, 2011 : 17).

Berkembangnya perjalanan wisata

menyebabkan berkembangnya sebuah

Daerah Tujuan Wisata (DTW). Perjalanan

wisata yang dilakukan tidak luput dari

adanya pergerakan wisatawan. Sejalan

dengan dinamika penduduk, gerak

perkembangan pariwisata merambah dalam

berbagai bidang terminologi. Salah satu

perkembangan pariwisata ialah Desa

Wisata. Nuryanti, W dalam Prihandono, F

(2011 : 17) mengemukakan bahwa “Desa

Wisata adalah suatu bentuk integrasi, antara

atraksi wisata, akomodasi, dan fasilitas

(amenitas) pendukung yang disajikan dalam

suatu struktur kehidupan masyarakat yang

menyatu dengan tata cara dan tradisi yang

berlaku”. Daerah yang memiliki

karakteristik pola kehidupan sosial budaya

yang unik di Kabupaten Subang Provinsi

Jawa Barat ialah Desa Sanca Kecamatan

Ciater dan Desa Bunihayu Kecamatan

Jalancagak.

Sebagian besar masyarakat di kedua

desa ini, bermatapencaharian sebagai petani

dengan mengolah lahan menjadi sawah dan

kebun. Masyarakat agraris Desa Sanca

Kecamatan Ciater dan Desa Bunihayu

Kecamatan Jalancagak memanfaatkan

teknik tanam padi secara tradisional mulai

dari nandur, ngawuluku, ngabuat

(membajak sawah, menanam padi, menuai

padi hingga panen). Pengunjung dapat

melihat serta bergabung dengan warga desa

atau petani untuk menggarap sawahnya

maupun kebun. Selain itu, dari hasil panen

tersebut, pengunjung dapat memetik dan

merasakan buah-buahan segar langsung dari

pohonnya atau dapat dibawa pulang sekadar

untuk oleh-oleh. Pengunjung pun dapat

menikmati makanan dan minuman khas

pedesaan Tatar Sunda serta disuguhi atraksi

budaya setempat dengan menunjukan

pergelaran seni yang diiringi alat-alat

kesenian tradisional yang telah dipelihara

masyarakat desa.

Keahlian masyarakat desa dalam

mementaskan pergelaran seni sudah

menjadi tradisi leluhur yang diwariskan

secara turun temurun. Hingga saat ini,

kegiatan tersebut masih tetap dilaksanakan

sebagai salah satu sendi kehidupan

masyarakat desa yang mampu

menumbuhkembangkan dan melestarikan

seni-budaya milik masyarakat Subang.

Kondisi lingkungan alam, warisan seni-

budaya yang bernilai, serta tata cara hidup

masyarakat Sunda yaitu dengan konsep

“silih asah, silih asih, silih asuh”, dan

aktivitas kegotongroyongan yang mewarnai

hampir semua aspek kehidupan

kemasyarakatan, menjadikan daerah Sanca

dan Bunihayu memiliki daya tarik wisata

yang dapat dikembangkan sebagai Daerah

Tujuan Wisata (DTW). Sehingga, kedua

desa ini pun, yaitu Desa Sanca dan Desa

Bunihayu ditetapkan menjadi Desa Wisata

di Kabupaten Subang. Desa Sanca dikenal

dengan nama Desa Wisata Wangunharja

dan Desa Bunihayu dikenal dengan nama

Desa Wisata Sari Bunihayu. Kedua Desa

Wisata ini merupakan bagian dari

pengelompokan daya tarik satu kesatuan

kawasan tujuan wisata yang sama, tepatnya

berada dalam Satuan Kawasan Wisata

Ciater Kabupaten Subang.

Berdasarkan data Disbudparpora

Kabupaten Subang Tahun 2012, Desa

Wisata Wangunharja Kecamatan Ciater

memiliki tingkat kunjungan lebih banyak

bila dibandingkan dengan Desa Wisata Sari

Bunihayu Kecamatan Jalancagak, dimana

wisatawan yang berkunjung sebanyak 1.516

orang pada Desa Wisata Wangunharja dan

959 orang pada Desa Wisata Sari Bunihayu.

Namun, jarak dari Desa Wisata

Wangunharja Desa Sanca Kecamatan Ciater

ke jalan raya utama sangat jauh dan kondisi

jalan akses yang menghubungkan tempat-

tempat di Desa Wisata memiliki jalan aspal

yang telah mengalami kerusakan karena,

hanya sebagian ruas jalan saja yang diaspal

dan sebagian lagi merupakan perkerasan

Page 5: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | v

batu yang tidak teratur dan bergelombang.

Berbeda halnya dengan Desa Wisata Sari

Bunihayu Desa Bunihayu Kecamatan

Jalancagak, akses menuju Desa Wisata ini

cukup mudah, karena letaknya yang dekat

dari jalan raya utama dan kualitas jalan

akses memiliki kondisi cukup baik sehingga

mudah dilalui.

Sedangkan, mengenai dari Objek

dan Daya Tarik Wisata (ODTW) kedua

Desa Wisata dengan khas daerah Tatar

Sunda ini memiliki ciri khas dan keunikan

alamiah berupa benda-benda yang tersedia

dan terdapat di alam semesta, adanya hasil

ciptaan manusia, tata cara hidup masyarakat

yang unik, yang didukung dengan kondisi

lingkungan alam, sosial budaya, dan

ketersediaan fasilitas (amenitas) yang

mampu menopang kegiatan pariwisata.

Namun, dalam hal ini terdapat suatu kondisi

yang berbeda diantara kedua Desa Wisata

tersebut yang berdampak pada jumlah

kunjungan wisatawan. Maka, dari

identifikasi tersebut timbul pertanyaan

penelitian dengan mengkomparasikan

kedua Desa Wisata : 1) Bagaimana potensi

wisata di Desa Wisata Wangunharja dan

Desa Wisata Sari Bunihayu? 2) Bagaimana

bentuk partisipasi yang dilakukan

masyarakat dalam mendukung pemanfaatan

potensi wisata di Desa Wisata Wangunharja

dan Desa Wisata Sari Bunihayu? 3)

Bagaimana karakteristik wisatawan yang

berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja

dan Desa Wisata Sari Bunihayu?

TINJAUAN TEORI

Potensi Desa Wisata ialah segala

sesuatu serta kemampuan seperti atraksi

wisata, aksesibilitas, dan fasilitas yang

terdapat di Desa Wisata yang merupakan

daya tarik agar wisatawan mau berkunjung

ke daerah wisata tersebut. Menurut Sukarsa,

I (1999 : 40) “Atraksi wisata ialah segala

sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang

untuk mengunjungi suatu daerah tertentu”.

Masih menurut Sukarsa, suatu tempat

hendaknya memiliki beberapa hal penting,

yaitu sebagai berikut :

1) Adanya benda-benda yang tersedia dan

terdapat di alam semesta (Natural

Amenities) seperti iklim, pemandangan

alam, hutan, flora dan fauna.

2) Adanya hasil ciptaan manusia (Man

Made Supply) seperti benda-benda

bersejarah, kebudayaan dan keagamaan,

monumen bersejarah, museum, kesenian

rakyat, acara-acara tradisional, rumah-

rumah ibadah.

3) Adanya tata cara hidup masyarakat (The

Way Of Life) seperti bagaimana

kebiasaan hidupnya, adat istiadat

misalnya upacara pembakaran mayat

(ngaben) di Bali.

Aksesibilitas adalah kemudahan

dalam mencapai daerah tujuan wisata baik

secara jarak geografis atau kecepatan teknis,

serta tersedianya sarana transportasi ke

tempat tujuan tersebut” (Yoeti, O, 1990 :

36). Syarat aksesibilitas sendiri menuntut

bahwa atraksi wisata dan akomodasi yang

dibutuhkan harus mudah ditemukan dan

dicapai. Jika objek wisata dan akomodasi

sulit dicapai meskipun lokasinya sudah

diketahui, masalahnya ialah mengenai

kondisi jalan. Kondisi jalan yang buruk akan

berakibat pada waktu tempuh yang

dibutuhkan. Waktu menjadi lama karena

harus melalui kondisi jalan yang tidak stabil.

Untuk itu, perlu adanya akses jalan yang

baik yang diindahkan untuk dapat dilalui

oleh wisatawan sehingga akan

menimbulkan integrasi antara atraksi

wisata, jasa wisata, dan angkutan wisata.

Dilain sisi, Soekadijo, 1997 : 85

mengemukakan bahwa “Fasilitas wisata

merupakan jasa, dimana aktivitas orang

yang menerimannya menentukan

pelaksanaannya”. Selain fasilitas, perlu

adanya kesinambungan antara pelayanan

(service) yang penyajiannya disertai

keramah-tamahan (hospitality) yang dapat

menjadi daya tarik wisata. Adapun fasilitas

wisata di Daerah Tujuan Wisata (DTW)

yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan wisatawan ialah tempat

penginapan (akomodasi), sarana dan

prasarana kepariwisataan.

Page 6: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

vi | Dinna Cahyaningrum, dkk.

Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…

METODE

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini ialah metode deskriptif

dimana, peneliti bermaksud memberikan

gambaran mengenai perbandingan keadaan

Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata

Sari Bunihayu. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif, yang dapat

dipandang sebagai sesuatu yang konkrit,

teramati, dan terukur. Konkrit yang

dimaksud ialah potensi wisata yang nyata

keberadaannya di Desa Wisata

Wangunharja dan Desa Wisata Sari

Bunihayu baik atraksi wisata alamiah,

atraksi wisata dari hasil ciptaan manusia,

adanya tata cara hidup masyarakat yang

unik serta indikator penunjang pariwisata

seperti aksesibilitas dan fasilitas. Teramati

berarti dapat diamati dengan panca indera

mengenai masing-masing potensi wisata

tersebut, dan dapat diukur mengenai

seberapa besar perbedaan kedua Desa

Wisata dilihat dari masing-masing aspek

potensi wisata, partisipasi masyarakat desa

dalam mendukung perkembangan potensi

wisata, dan tingkat kepuasan wisatawan

mengenai Desa Wisata dimana, hal ini

dilakukan dengan menggunakan teknik

analisis data yang berupa angka-angka.

Populasi dalam penelitian ini

meliputi seluruh kawasan Desa Wisata

Wangunharja yang berjumlah 4.203 dan

Desa Wisata Sari Bunihayu yang berjumlah

5.263 dengan menggunakan rumus Dixon

dan B. Leach dalam Tika, P (2005 : 25-27)

dan tingkat kepercayaan 95%, didapat

jumlah sampel manusianya sebanyak 67

penduduk pada Desa Wisata Wangunharja

dan 80 penduduk pada Desa Wisata Sari

Bunihayu. Sedangkan, mengenai penarikan

sampel wisatawan di Desa Wisata

Wangunharja dan Desa Wisata Sari

Bunihayu dilakukan secara insidental

dengan jumlah sampel sebanyak 50

wisatawan pada masing-masing Desa

Wisata. Mengenai sampel wilayah, Desa

Wisata Wangunharja berada pada Dusun 3

(Banceuy) sedangkan, Desa Wisata Sari

Bunihayu berada pada Dusun 2 (Cicariu).

Instrumen penelitian yang

digunakan untuk mengukur variabel

penelitian tunggal ini yaitu terdiri dari

potensi wisata, partisipasi masyarakat, dan

karakteristik wisatawan. Adapun variabel

potensi wisata yang menjadi indikatornya

yaitu aspek fisik, sosial, biotis, tipologis,

tata ruang, tata bangunan, budaya,

kerajinan, cerita rakyat, dan upacara adat;

indikator penunjang pariwisata seperti

aksesibilitas mengenai kualitas jalan raya,

kualitas jalan akses, jenis angkutan ke

tempat wisata, dan papan petunjuk (arah

menuju objek wisata, petunjuk atraksi,

petunjuk fasilitas); ketersediaan fasilitas

mengenai sarana wisata seperti akomodasi

yang tersedia, rumah makan, sarana

rekreasi, tempat hiburan dan pementasan

atraksi seni, tempat ibadah, ruang

pertemuan, tempat parkir, WC umum, toko

cinderamata dan prasarana wisata seperti

penggunaan daya listrik, kebutuhan air

bersih, fasilitas kesehatan, tersedianya

telekomunikasi. Mengenai variabel

partisipasi masyarakat desa dilihat dari

faktor yang mempengaruhi seseorang dalam

berpartisipasi yaitu faktor usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, dan lamanya tinggal; bentuk

partisipasi yang dilakukan berupa

sumbangan uang, harta benda, tenaga,

keterampilan, ide/buah pikiran, dan bentuk

partisipasi secara tidak langsung.

Sedangkan, mengenai variabel wisatawan

yang menjadi indikatornya yaitu

karakteristik sosio-demografis seperti jenis

kelamin, usia, status pernikahan, tingkat

pendidikan, dan pekerjaan; karakteristik

geografis mengenai daerah asal/lokasi

tempat tinggal wisatawan; karakteristik

psikografis seperti motivasi berwisata,

aktivitas atau kegiatan berwisata (allocentri

& psychocentric), dan pengeluaran

wisatawan; karakteristik perjalanan seperti

teman perjalanan, waktu melakukan

perjalanan, pengorganisasian perjalanan,

moda transportasi yang digunakan, lama

waktu perjalanan, dan penggunaan

akomodasi.

Page 7: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | vii

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini terdiri dari teknik observasi,

kuesioner (angket) dan interview

(wawancara), studi literatur, serta studi

dokumentasi. Analisis data yang digunakan

terdiri dari tiga analisis yaitu pengharkatan,

persentase, dan Uji Beda T-Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Wisata di Desa Wisata Matriks perbandingan kedua Desa

Wisata dapat dilihat pada Tabel 1 dimana,

potensi wisata berdasarkan kriteria

perwujudan Desa Wisata menunjukkan

bahwa, Wangunharja tergolong ke dalam

kelas I yaitu sangat potensial untuk

dikembangkan sebagai Desa Wisata dengan

skor 90 sedangkan, Sari Bunihayu tergolong

ke dalam kelas II yaitu cukup potensial

untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata

dengan skor 72. Dilihat dari potensi

aksesibilitas dan potensi prasarana, faktor

ini menunjukkan hal yang sebaliknya.

Wangunharja tergolong ke dalam kelas II

yaitu cukup potensial untuk dikembangkan

sebagai Desa Wisata dengan skor 15,

sedangkan Sari Bunihayu tergolong ke

dalam kelas I yaitu sangat potensial untuk

dikembangkan sebagai Desa Wisata dengan

skor 20. Sedangkan, mengenai potensi

sarana wisata kedua desa ini sama-sama

tergolong ke dalam kelas II, yaitu cukup

potensial untuk dikembangkan sebagai Desa

Wisata dimana Wangunharja memiliki skor

8 dan Sari Bunihayu memiliki skor 10. Dari

hasil pengharkatan mengenai besarnya

potensi.

Syarat aksesibilitas sendiri menuntut

bahwa atraksi wisata dan akomodasi yang

dibutuhkan harus mudah ditemukan dan

dicapai. Jika objek wisata dan akomodasi

sulit dicapai meskipun lokasinya sudah

diketahui, masalahnya ialah mengenai

kondisi jalan. Hasil analisis data

menunjukan bahwa masih terdapatnya

unsur-unsur aksesibilitas yang kurang

mendukung. Dari kondisi jalan akses yang

menghubungkan tempat-tempat di Desa

Wisata Wangunharja, memiliki jalan aspal

yang telah mengalami kerusakan karena,

hanya sebagian ruas jalan saja yang diaspal

dan sebagian lagi merupakan perkerasan

batu yang tidak teratur dan bergelombang

sehingga, dapat menghambat perjalanan.

Sedangkan, di Desa Wisata Sari

Bunihayu kualitas jalan akses memiliki

kondisi cukup baik karena, disamping jalan

yang beraspal masih terdapatnya kondisi

jalan yang berbatu dan sedikit berlubang.

Dari sisi jasa angkutan yang terdapat di

masing-masing Desa Wisata sangat minim,

yaitu berupa “ojeg”. Sehingga, perlu adanya

upaya memperbaiki kondisi aksesibilitas

dalam rangka memberikan kemudahan bagi

wisatawan, sehingga akan menimbulkan

integrasi antara atraksi wisata, jasa wisata,

dan angkutan wisata untuk menuju lokasi

daerah tujuan wisata.

Pada potensi fasilitas (amenitas) ini,

Desa Wisata Sari Bunihayu memiliki nilai

lebih tinggi dibandingkan dengan Desa

Wisata Wangunharja. Adapun sarana wisata

yang tersedia di Desa Wisata Wangunharja

seperti akomodasi berupa rumah-rumah

penduduk atau homestay, jasa angkutan

berupa “ojeg”, rumah makan berupa

warung, mushola, tempat parkir, dan

lapangan terbuka sebagai tempat

pementasan atraksi seni. Selebihnya,

mengenai sarana pelengkap dan sarana

penunjang seperti kolam, arena rekreasi,

WC umum, dan toko cinderamata tidak

tersedia di Desa Wisata Wangunharja ini.

Sedangkan, di Desa Wisata Sari Bunihayu

untuk sarana pokok dan sarana pelengkap

sudah tersedia dengan baik, hal ini dicirikan

dengan adanya akomodasi berupa villa yang

dilengkapi dengan sarana lain didalamnya,

angkutan berupa ojeg, rumah makan, kolam

renang dan kolam pancing, arena tempat

bermain anak, pendopo/panggung terbuka

sebagai tempat hiburan, mushola,

amphiteater, serta adanya tempat parkir

yang cukup luas. Namun, masih adapula

sarana penunjang yang dapat melemahkan

perkembangan ke depannya, yaitu tidak

adanya toko cinderamata.

Page 8: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

iv | Dinna Cahyaningrum, dkk.

Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…

Tabel 1

Matriks Perbandingan Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu

No Pengkajian Indikator Desa Wisata Wangunharja

Desa Sanca

Desa Wisata Sari Bunihayu

Desa Bunihayu

1 Potensi

Wisata

Kriteria Perwujudan

Desa Wisata

Kelas I (Sangat Potensial) Kelas II (Cukup Potensial)

Faktor Aksesibilitas Kelas II (Cukup Potensial) Kelas I (Sangat Potensial)

Faktor Sarana Kelas II (Cukup Potensial) Kelas II (Cukup Potensial)

Faktor Prasarana Kelas II (Cukup Potensial) Kelas I (Sangat Potensial)

2 Faktor

masyarakat

berpartisipasi

Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki

Usia Kategori usia 25 Kategori usia 25

Lamanya tinggal >10 tahun >10 tahun

Pendidikan Sekolah Dasar Sekolah Dasar

Pekerjaan Petani Petani

Penghasilan Rp.400.000 – Rp.600.000 Rp.400.000 – Rp.600.000

Bentuk

Partisipasi

masyarakat

Jasa tenaga kerja Purata (mean) 42,00 dan

simpangan baku (standard

deviations) 15,716.

Purata (mean) 6,33 dan

simpangan baku (standard

deviations) 6,028.

Keterampilan Purata (mean) 25,33 dan

simpangan baku (standard

deviations) 20,984.

Purata (mean) 8,67 dan

simpangan baku (standard

deviations) 6,429.

Tidak Langsung Purata (mean) 53,00 dan

simpangan baku (standard

deviations) 20,688.

Purata (mean) 60,60 dan

simpangan baku (standard

deviations) 29,305.

3 Karakteristik

Sosio-

Demografis

Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki

Usia 25 – 44 tahun 25 – 44 tahun

Status Pernikahan Menikah Menikah

Pendidikan Sarjana Sarjana

Mata Pencaharian PNS Wiraswasta

Penghasilan > Rp.2.000.000 > Rp.2.000.000

Karakteristik

Geografis

Asal Daerah Kabupaten Subang DKI Jakarta

Karakteristik

Psikografis

Motivasi Relaksasi/Refresing Relaksasi/Refresing

Aktivitas Wisata Melihat & menikmati

objek wisata berupa : air

terjun (curug),situs.

Berenang, memancing,

membeli oleh-oleh khas

daerah.

Pola Pengeluaran < Rp.100.000 Rp.100.000-Rp.300.000

Karakteristik

Perjalanan

Sumber Informasi Keluarga/teman/saudara Keluarga/teman/saudara

Waktu Berwisata Akhir pekan/minggu dan

hari libur/Raya

Hari libur/Raya dan akhir

pekan/minggu

Teman perjalanan Keluarga Keluarga

Pengorganisasian

perjalanan

Keluarga Keluarga

Moda Transportasi Kendaraan pribadi Kendaraan pribadi

Akomodasi Rumah teman/saudara Villa

Lamanya Berwisata Sehari dan menetap Sehari & tidak menginap Sumber : Hasil Penelitian, 2013

Dilihat dari kondisi prasarana wisata,

penggunaan tenaga listrik dan penyediaan

air bersih di Desa Wisata Wangunharja Desa

Sanca Kecamatan Ciater tersedia dengan

kondisi cukup baik. Namun, untuk fasilitas

kesehatan yang tersedia berupa puskesmas

terletak agak jauh, dan untuk

telekomunikasi tidak terlalu memadai.

Sedangkan, prasarana wisata di Desa Wisata

Sari Bunihayu Desa Bunihayu Kecamatan

Jalancagak tergolong cukup potensial. Hal

ini didasari oleh kelengkapan prasarana

wisata seperti listrik yang memadai

bersumber dari PLN, adanya air bersih,

telekomunikasi yang lengkap, serta fasilitas

kesehatan.

Page 9: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Page 10: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

iv | Dinna Cahyaningrum, dkk.

Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…

Mengingat, wisatawan yang berkunjung

mempunyai tujuan untuk bersenang-

senang maka kelengkapan sarana dan

prasarana menjadi pertimbangan sebelum

melakukan aktivitas wisata.

Partisipasi Masyarakat Desa Melalui bantuan program SPSS

dari hasil pengolahan statistik dengan

rumus Uji Beda T-Test, partisipasi

masyarakat secara tidak langsung/dalam

menerapkan unsur-unsur Sapta Pesona di

Wangunharja memiliki purata (mean)

53,00 dan simpangan baku (standard

deviations) 20,688 sedangkan, Sari

Bunihayu memiliki purata (mean) 60,60

dan simpangan baku (standard deviations)

29,305. Dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa dukungan masyarakat secara tidak

langsung terlihat lebih besar pada Desa

Wisata Sari Bunihayu dibandingkan

dengan Desa Wisata Wangunharja.

Namun, dukungan ini tidak sepenuhnya

direalisasikan dalam bentuk nyata.

Pada gambar 1, objek wisata yang

tersedia dan terdapat di alam semesta

(Natural Amenities) di Desa Wisata

Wangunharja ialah Curug Bentang. Curug

ini memiliki aliran sungai yang masih

jernih dan pemandangan alam yang indah

yang dikelilingi sawah-sawah petani serta

beragam jenis flora lainnya sehingga,

mempunyai daya tarik untuk dikunjungi

wisatawan. Meskipun akses menuju objek

wisata ini berupa jalan setapak dan letak

curug berada jauh dari tempat tinggal

penduduk, hal ini tidak menjadi hambatan

masyarakat untuk mengelola objek wisata

ini. Masyarakat ikut menjaga kebersihan,

melestarikan lingkungan, dan memelihara

keindahan di sekitar objek wisata ini

sehingga, dapat memberikan dampak

positif terhadap perkembangan pariwisata.

Sedangkan pada gambar 2, di Desa

Wisata Sari Bunihayu objek wisata yang

terdapat di alam semesta ialah Curug

Cirangrang. Berbeda halnya dengan

Curug Bentang di Desa Wisata

Wangunharja, Curug Cirangrang ini

belum berkembang pesat menjadi objek

wisata yang dapat menarik wisatawan.

Letaknya yang jauh dari pemukiman

warga serta akses jalan yang sulit dan

kondisi yang tidak baik, membuat

masyarakat kurang mendukung terhadap

pengelolaan curug tersebut untuk

dikembangkan menjadi objek wisata yang

menarik untuk dikunjungi.

Objek wisata lain yang terdapat di

Desa Wisata Wangunharja ialah berupa

hasil ciptaan manusia seperti kesenian

rakyat, kebudayaan, kerajinan, cerita

rakyat, dan situs/makam keramat. Selain

itu, adapula tata cara hidup masyarakat

seperti bagaimana kebiasaan hidupnya,

adat istiadat misalnya upacara-upacara

penting yang terdapat dalam kehidupan

masyarakat desa. Hingga saat ini, kegiatan

tersebut masih tetap dilaksanakan sebagai

salah satu sendi-sendi kehidupan

masyarakat yang mampu

menumbuhkembangkan dan melestarikan

seni-budaya milik masyarakat Subang.

Dilihat dari bentuk partisipasi

dalam bentuk keterampilan, masyarakat

Desa Wisata Wangunharja meng-

implementasikan hal ini dalam

keterlibatannya dalam pementasan atraksi

seni, seperti seni tradisional celempung,

toleat, dan karinding. Seni tradisional

celempung ini merupakan alat kesenian

tradisional khas Sunda dimana masyarakat

memainkannya dengan cara memukul

ujung bambu yang berlubang dan dibantu

dengan suara mulut sebagai gong.

Sedangkan, untuk toleat dimainkan

dengan cara ditiup, bentuknya mirip

dengan suling namun mempunyai suara

yang lebih unik. Seni tradisional toleat ini

dipadukan dengan beberapa jenis alat

musik lain seperti kecapi dan kendang

sehingga, dapat menghasilkan jenis musik

yang bagus. Selain itu, ada pula

pementasan seni gembyung guna

bertujuan untuk menghormati para

leluhur.

Page 11: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Page 12: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

iv | Dinna Cahyaningrum, dkk.

Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…

Gambar 1. Peta Persebaran Objek Wisata Berdasarkan Penggunaan Lahan Desa Wisata Wangunharja

Kecamatan Ciater Kabupaten Subang

Gambar 2. Peta Persebaran Objek Wisata Berdasarkan Penggunaan Lahan Desa Wisata Sari Bunihayu

Kecamatan Jalancagak

Page 13: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Page 14: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

iv | Dinna Cahyaningrum, dkk.

Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…

Atraksi seni ini dimainkan untuk

upacara adat seperti halnya Ruwatan

Bumi, dimana tata cara hidup ini

merupakan salah satu unggulan daya tarik

wisata di Desa Wisata Wangunharja.

Selain pementasan atraksi seni,

masyarakat di Desa Wisata Wangunharja

pun memiliki keterampilan berupa

pembuatan kerajinan khas dan

cinderamata. Adapun cinderamata yang

dibuat seperti gantungan kunci berbentuk

alat musik tradisional celempung, toleat,

dan karinding. Sedangkan, kerajinan khas

yang dihasilkan berupa kerajinan

anyaman seperti boboko, aseupan, nyiru,

ayakan, dan kipas. Adapula alat-alat seni

tradisional khas Sunda seperti celempung,

toleat, dan karinding yang dibuat dalam

bentuk ukuran yang sebenarnya dari

bambu tamiang dan kayu berenuk. Tidak

hanya keterampilan dalam pembuatan

kerajinan dan cinderamata saja yang

masyarakat miliki, keterampilan dalam

pembuatan makanan dan minuman khas

daerah setempat pun menjadi salah satu

bentuk partisipasi yang diberikan.

Masyarakat desa, terutama kaum

perempuan berperan serta dalam

pembuatan makanan dan minuman khas

Sunda seperti opak, rangginang,

ranggining, papais, ali aggrem, wedang

jahe, dan lain sebagainya. Makanan dan

minuman ini akan memilliki daya tarik

yang tinggi jika disajikan dengan tata cara

khas Sunda, sehingga wisatawan yang

berkunjung terutama wisatawan

mancanegara akan tertarik untuk

menikmatinya karena, di daerah asalnya

tidak terdapat jenis makanan dan

minuman tersebut. Disisi lain, dalam

mendukung perkembangan Desa Wisata,

masyarakat ikut berpartisipasi dalam

memberikan sumbangan berupa

ide/pendapat/buah pikir dalam setiap

diskusi dan pengambilan keputusan.

Sedangkan, di Desa Wisata Sari

Bunihayu hanya sebagian masyarakat saja

yang ikut berpartisipasi dalam bentuk

keterampilan. Hal ini dikarenakan, Desa

Wisata Sari Bunihayu merupakan Desa

Wisata yang dikelola secara perorangan

sehingga, terdapatnya batasan dalam

keikutsertaan didalamnya. Selain itu,

sedikitnya warga yang memiliki

keterampilan membuat Desa Wisata Sari

Bunihayu dalam objek wisata berupa hasil

ciptaan manusia seperti kesenian rakyat,

kebudayaan, dan kerajinan serta tata cara

hidup masyarakat seperti kebiasaan

hidupnya dan adat istiadat misalnya

upacara-upacara penting yang terdapat

dalam kehidupan masyarakat desa, kurang

diminati oleh wisatawan terutama

wisatawan mancanegara. Karena,

kurangnya daya tarik mengenai seni-

budaya yang bernilai dan serta adat

istiadat masyarakat Sunda yang ingin

diketahuinya. Sehingga, hal ini dapat

melemahkan perkembangan Desa Wisata

Sari Bunihayu, dimana akan berdampak

pada kunjungan wisatawan. Selain

pemaparan diatas, hal ini ditunjukkan

melalui hasil pengolahan statistik dengan

bantuan program SPSS. Mengenai

partisipasi yang diberikan dalam bentuk

keterampilan yang dimiliki, Wangunharja

memiliki purata (mean) 25,33 dan

simpangan baku (standard deviations)

20,984 sedangkan, Sari Bunihayu

memiliki purata (mean) 8,67 dan

simpangan baku (standard deviations)

6,429. Hasil tersebut menggambarkan

bahwa bentuk partisipasi yang masyarakat

berikan lebih besar pada Desa Wisata

Wangunharja dibandingkan dengan Desa

Wisata Sari Bunihayu.

Mengenai partisipasi masyarakat

dalam penyediaan jasa tenaga kerja seperti

menjadi pemandu wisata, menyediakan

jasa penginapan dan transportasi untuk

memenuhi segala kebutuhan wisatawan

dalam berkunjung ke Desa Wisata,

berdasarkan pengolahan statistik

Wangunharja memiliki purata (mean)

42,00 dan simpangan baku (standard

deviations) 15,716 sedangkan, Sari

Bunihayu memiliki purata (mean) 6,33

dan simpangan baku (standard deviations)

Page 15: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | v

6,028. Terlihat pada hasil pengolahan

tersebut bahwa, partisipasi masyarakat di

Wangunharja lebih tinggi dibandingkan

dengan Sari Bunihayu.

Hal ini dikarenakan, partisipasi

yang diberikan seperti menjadi pemandu

wisata, menyediakan jasa penginapan dan

transportasi, seluruh masyarakat di Desa

Wisata Wangunharja tepatnya di Dusun II

Banceuy dapat menyediakan jasa tenaga

kerja tersebut. Masyarakat yang menjadi

pemandu wisata merupakan warga sekitar

asli yang mengetahui asal muasal daerah

lingkungannya sehingga, dapat

menjelaskan seluruh hal yang ingin

wisatawan ketahui.

Mengenai jasa penginapan dan

transportasi seluruh masyarakat desa

dapat ikut berpartisipasi dalam

menyediakannya, karena jasa penginapan

di Desa Wisata Wangunharja berupa

rumah-rumah penduduk yang dapat di

digunakan sebagai tempat tinggal

sementara selama berwisata di daerah

tujuan wisata ini. Sedangkan, transportasi

yang digunakan ialah berupa “ojeg”, yang

dapat membawa wisatawan untuk

mengakses daerah tersebut. Jasa angkutan

“ojeg” di Desa Wisata ini bersifat

sukarela, sehingga setiap masyarakat

dapat menjadi ‘tukang ojeg’ dalam

mengantarkan wisatawan ke objek wisata

yang ingin dikunjunginya. Wisatawan

dapat melakukan perjalanan wisata dalam

bentuk rombongan, karena jasa tenaga

kerja tersedia dalam jumlah yang

memadai dan mencukupi.

Berbeda halnya dengan Desa

Wisata Sari Bunihayu, jasa penginapan

berupa villa, transportasi berupa “ojeg”,

dan pemandu wisata kurang tersedia

dengan jumlah yang banyak. Sehingga,

jika berkunjung dalam bentuk rombongan,

pengelola wisata harus

mempersiapkannya terlebih dahulu.

Meskipun Sari Bunihayu memiliki sarana

yang lebih lengkap seperti tersedianya air

panas secara otomatis, Dispenser, PABX

Telephone, pelayanan kamar, kolam

renang, kolam pancing, dan arena rekreasi

untuk bermain, hal ini bukanlah menjadi

aspek utama dalam menarik minat

wisatawan untuk berkunjung. Jika hal ini

tidak didasarkan pada peran serta

masyarakat maka Desa Wisata sulit

dikembangkan, karena kurangnya

partisipasi yang diberikan.

Karakteristik Wisatawan

Berdasarkan analisis hasil

penelitian, wisatawan yang berkunjung ke

Desa Wisata Wangunharja dan Desa

Wisata Sari Bunihayu memiliki ciri-ciri

yang tidak berbeda jauh, mulai dari ciri-

ciri berdasarkan karakteristik sosio-

demografis, karakteristik geografis,

karakteristik psikografis, dan karakteristik

perjalanan.

Mengenai karakteristik sosio-

demografis, wisatawan yang berkunjung

ke Desa Wisata Wangunharja dan Desa

Wisata Sari Bunihayu berdasarakan jenis

kelamin sebagian besar diantaranya

adalah berjenis kelamin laki-laki.

Wisatawan laki-laki melakukan aktivitas

wisata untuk melepaskan diri dari

kejenuhan rutinitas kerjanya sehari-hari.

Di Desa Wisata, wisatawan dapat

menikmati alam pedesaan yang masih

bersih dan merasakan hidup di suasana

desa. Selain itu, wisatawan dapat

beristirahat dan mengembalikan kekuatan

setelah bekerja keras dan menghilangkan

ketegangan (strain) dan tekanan (stress)

yang dialaminya.

Berdasarkan usia, rata-rata

wisatawan yang berkunjung ke

Wangunharja dan Sari Bunihayu memiliki

usia 22 – 44 tahun. Wisatawan dengan

rentang usia ini memiliki keingian yang

besar untuk melakukan kegiatan-kegiatan

wisata. Selain itu, wisatawan pada usia

menengah memiliki kecenderungan untuk

refreshing, rileks, menikmati

pemandangan alam yang masih asri,

mengetahui budaya lain, atau olahraga

seperti jalan-jalan dan berenang.

Page 16: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

vi | Dinna Cahyaningrum, dkk.

Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…

Dilihat dari status wisatawan,

mayoritas wisatawan yang berkunjung ke

Desa Wisata Wangunharja dan Desa

Wisata Sari Bunihayu berstatus menikah.

Wisatawan yang berstatus menikah dan

mempunyai anak tentunya tidak dapat

memiliki waktu luang yang lebih untuk

melakukan aktivitas di luar rumah.

Wisatawan yang berstatus menikah

memiliki tingkat kepuasan sendiri sebagai

orang tua, karena dapat berwisata bersama

suami/istri dan anak-anak.

Gambaran wisatawan yang

berkunjung ke Wangunharja dan Sari

Bunihayu memiliki tingkat pendidikan,

pekerjaan, dan pendapatan yang beragam.

Sebagian besar dari wisatawan memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi yaitu

berada pada jenjang sarjana. Tingkat

persentase tertinggi pun berada pada

kalangan PNS di Wangunharja, sedangkan

bagi kalangan wiraswasta berada pada

Sari Bunihayu. Selain itu, adanya tingkat

pendapatan yang tinggi >2.000.000,

merupakan faktor yang mampu

membentuk permintaan wisatawan

terhadap kegiatan berwisata. Biasanya,

dengan tingginya tingkat pendidikan

wisatawan, maka tingkat keterlibatan

wisatawan terhadap kegiatan serta motif

dalam berwisata akan semakin tinggi, dan

dengan semakin tingginya tingkat

penghasilan, maka akan memungkinkan

wisatawan untuk membelanjakan uangnya

dalam segala aktivitas yang dilakukan di

Desa Wisata.

Dilihat dari karakteristik geografis,

wisatawan yang berkunjung ke

Wangunharja dan Sari Bunihayu berasal

dari berbagai kecamatan, kabupaten serta

kota. Mayoritas wisatawan yang

berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja

berasal dari berbagai kecamatan di

Kabupaten Subang. Sedangkan,

wisatawan yang berkunjung ke Desa

Wisata Sari Bunihayu mayoritas berasal

dari luar Kabupaten Subang, yaitu DKI

Jakarta dan Kabupaten Karawang.

Berdasarkan Peta Kondisi Iklim dan

Curah Hujan Kabupaten Subang yang

diperoleh dari BAPPEDA, kecamatan-

kecamatan di daerah Subang bagian

tengah dan Subang bagian utara memiliki

suhu rata-rata tahunan >200C dan rata-rata

curah hujan 1000 – 2500 mm/tahun.

Dengan demikian, Desa Wisata memang

cocok dikunjungi oleh wisatawan dari

berbagai daerah, terutama daerah yang

memiliki suhu udara panas-lembab.

Selain itu, Desa Wisata cocok jika

dikunjungi oleh wisatawan yang berasal

dari daerah yang memiliki tingkat polusi

tinggi seperti, DKI Jakarta dan daerah

yang beriklim panas seperti Kabupaten

Karawang. Karena, wisatawan yang

masuk ke Desa Wisata itu akan dapat

menikmati alam pedesaan yang masih

bersih dan merasakan hidup di suasana

desa dengan sejumlah adat istiadatnya.

KESIMPULAN

Potensi Wisata di DesaWisata.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapatnya perbedaan potensi

wisata diantara keduanya. Pada potensi

wisata berdasarkan kriteria perwujudan

Desa Wisata, Wangunharja lebih baik

dibandingkan dengan Sari Bunihayu

dimana, Wangunharja tergolong kedalam

kelas I dengan skor yang dimiliki ialah 90

sedangkan, Sari Bunihayu tergolong

kedalam kelas II dengan skor yang

dimiliki ialah 72. Dilihat dari potensi

aksesibilitas dan potensi prasarana, Sari

Bunihayu memiliki kondisi yang lebih

baik dibandingkan dengan Wangunharja

dimana, Sari Bunihayu tergolong kedalam

kelas I dengan skor yang dimiliki ialah 20

sedangkan, Wangunharja tergolong

kedalam kelas II dengan skor yang

dimiliki ialah 15. Mengenai potensi sarana

wisata kedua desa menunjukkan kondisi

yang sama, tergolong kedalam kelas II

yaitu cukup potensial untuk

dikembangkan sebagai Desa Wisata

dimana Wangunharja memiliki skor 8 dan

Sari Bunihayu memiliki skor 10.

Page 17: STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA …antologi.upi.edu/file/STUDI_KOMPARASI_POTENSI_DESA_WISATA... · Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | vii

Berdasarkan hasil pengharkatan

yang dilakukan, diperoleh besarnya

potensi masing-masing Desa Wisata

dimana Desa Wisata Wangunharja

mendapatkan nilai 78% sedangkan Desa

Wisata Sari Bunihayu 73%. Hal ini

menunjukkan bahwa keseluruhan faktor

potensi yang menjadi indikator dalam

pengembangan Desa Wisata Wangunharja

memiliki keunggulan yang lebih besar

dibandingkan dengan Desa Wisata Sari

Bunihayu.

Partisipasi Masyarakat Desa

Terdapatnya beberapa bentuk

partisipasi yang dilakukan masyarakat

seperti berpartisipasi dalam menyediakan

jasa tenaga kerja, partisipasi keterampilan

yang dimiliki masyarakat desa, partisipasi

dalam memberikan sumbangan

ide/pendapat/buah pikir dalam setiap

diskusi/forum, serta dalam menciptakan

suasana indah dan mempesona yang

merupakan bentuk partisipasi secara tidak

langsung. Namun, hasil penelitian

menunjukkan terdapatnya perbedaan

partisipasi masyarakat yang dilakukan.

Partisipasi yang dilakukan menunjukkan

bahwa keterlibatan anggota masyarakat di

Dusun III Banceuy Desa Sanca

Kecamatan Ciater dalam mengembangkan

Desa Wisata Wangunharja lebih tinggi

dibandingkan dengan keterlibatan

masyarakat di Dusun II Cicariu Desa

Bunihayu Kecamatan Jalancagak dalam

mengembangkan Desa Wisata Sari

Bunihayu. Sehingga, dengan adanya

dukungan masyarakat yang direalisasikan

dalam bentuk partisipasi yang diberikan

membuat Desa Wisata Wangunharja dapat

dikembangkan dengan lebih baik

dibandingkan Desa Wisata Sari Bunihayu.

Karakteristik Wisatawan yang

Berkunjung ke Desa Wisata

Karakteristik wisatawan yang

berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja

dan Desa Wisata Sari Bunihayu tidak

menunjukkan adanya perbedaan, dimana

keduanya termasuk kedalam segmen

psikosentris. Karena, pada segmen ini

wisatawan menunjukkan ciri-ciri

menyukai daerah yang aman, nyaman

menyerupai tempat tinggalnya, tidak

menyukai tempat terpencil, cenderung

menghindari jenis kegiatan yang penuh

tantangan, lama tinggal di daerah tujuan

wisata cukup singkat, sedikit

membelanjakan uangnya, dan memiliki

motivasi untuk bersenang-senang

(Relaksasi atau Refresing). Sehingga,

keinginan wisatawan akan kebutuhan

untuk melakukan aktivitas wisata di Desa

Wisata dapat menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kebudayaan Pariwisata dan

Olahraga Kabupaten Subang

(DISBUDPARPORA). (2012).

Data Potensi Pariwisata

Kabupaten Subang 2012. Subang:

Tidak Diterbitkan.

Hermantoro, H. (2011). Creative-Based

Tourism Dari Wisata Rekreatif

Menuju Wisata Kreatif. Depok:

Aditri.

Prihandono, F. (2011). Peranan Job

Description Dalam Placement Di

Kompepar Desa Wisata Tanjung

Kabupaten Sleman. Skripsi

Sarjana Pendidikan pada FPIPS

UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Sukarsa, I. (1999). Pengantar Pariwisata.

Denpasar: Departemen Pendidikan

Dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Badan

Kerjasama Perguruan Tinggi

Negeri Indonesia Timur.

Soekadijo. (1997). Anatomi Pariwisata.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Tika, P. (2005). Metode Penelitian

Geografi. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Yoeti, O. (1990). Pengantar Ilmu

Pariwisata. Bandung: Angkasa.