57
i STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBAD PADA BAB AL-SUBA’IY TENTANG LARANGAN TERTAWA Disusun Oleh : DAMANHURI 201034000797 JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 2007

Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

i

STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM

KITAB NASAIH AL-‘IBAD PADA BAB AL-SUBA’IY TENTANG

LARANGAN TERTAWA

Disusun Oleh :

DAMANHURI 201034000797

JURUSAN TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

2007

Page 2: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

ii

STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM

KITAB NASAIH AL-‘IBÂD PADA BAB AL-SUBA’IY TENTANG

LARANGAN TERTAWA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin & Filsafat Untuk memenuhi

Syarat-syarat mencapai gelar sarjana. S 1

Oleh :

DAMANHURI NIM : 201034000797

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. HM. Isa HA. Salam, MA Drs. Bustamin NIP. NIP.

JURUSAN TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

2007

Page 3: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdulillah, puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan bagi

penulis untuk menyelesaikan tugas akhir akademis di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, hanya kepada Allah-lah penulis meminta taufik, hidayah dan pertolongan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad

S.A.W. beserta keluarga dan sahabatnya sekalian, semoga kita mendapatkan

syafa’atnya kelak.

Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya melibatkan banyak kalangan,

untuk itulah penulis merasa perlu menghaturkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama penulis sampaikan

kepada :

1. Bapak Dr. Amsal Bakhtiar, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Dan

Filsafat.

2. Bapak Drs. HM. Isa HA. Salam, MA dan Bapak Drs. Bustamin, MBA

selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan

kepada penulis.

3. Bapak Drs. Harun Rasyid, MA selaku Direktur dan Bapak Drs. M.

Suryadinata selaku Sekretaris Jurusan Program Ekstensi Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat beserta stafnya.

4. Bapak, Ibu dan staf dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah

mengajarkan ilmunya kepada penulis sampai dapat menyelesaikan studi.

Page 4: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

iv

5. Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah,

Perpustakaan Ushuluddin dan Perpustakaan Iman Jama’.

6. Kedua orang tua, Abi dan Ummi yang mulia dan sangat saya hormati yang

telah memberikan dukungan dan mendo’akan saya dengan segala sesuatu

yang tak terhingga nilainya, selama penulis menjalani studi sampai kepada

penyelesaian penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman di Majlis Ta’lim al-Ridho Pimpinan Ustadz H. Jamaluddin,

Gamal Abdul Nasser, Anca Harngepeti, Bramasta, Markumi, Amat Yahye,

Andi Jobet dan kepada sahabat saya al-Marhum Nurfadilah Hasan yang

telah membantu saya dalam pelaksanaan KKN, semoga Allah S.W.T.

jadikan kuburnya Raudhah min Riyadhil Jannah.

8. Teman-teman di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Program Ekstensi 2001,

khususnya “Team Hojel” (Agus, Halim, Fahrul, Iunk, gufron dan adik

kelas Rukhiat).

9. My soulmate “Ummu ‘Afifah” dan Habib Husein yang selalu mendo’akan

dan membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Dengan selesainya karya tulis ini, penulis tentu mengharapkan saran dan

kritik konstruktif demi peningkatan mutu penulisan berikutnya, seraya memohon

taufik dan hidayah-Nya. Amin.

Wallahu a’lam bi al-sawab.

Jakarta, 7 februari 2007

penulis

Page 5: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

v

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi orang Islam hadis adalah sumber ajaran Islam disamping al-Qur’an,

antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Al-Qur’an sebagai

sumber pertama yang memuat pokok-pokok ajaran Islam, sedangkan hadis

merupakan tabyin, yaitu penjelasan terhadap kandungan al-Qur’an. Tanpa

menggunakan hadis syari’at Islam tidak dapat dimengerti secara utuh dan tidak

dapat dilaksanakan. Untuk memahami ayat al-Qur’an sering kali diperlukan

peninjauan tentang bagaimana kondisi masyarakat ketika ayat itu turun,

bagaimana hubungan antara rentetan peristiwa dengan turunnya ayat tertentu,

serta menjelaskan makna mujmal al-Qur’an yang dalam hal ini hadis sangat

berperan sebagai mubayyin (penjelas al-Qur’an).

Para ulama sepakat kedudukan tertinggi al-Qur’an atas semua orang

muslim. Kedudukan Nabi berada pada posisi setelah al-Qur’an. kedudukan beliau

tidak bersumber dari penerimaan komunitas akan keberadaan Nabi sebagai

seseorang yang mempunyai kekuasaan, tetapi kedudukan beliau diekspresikan

melalui kehendak wahyu yang diturunkan Tuhan. Allah telah menguraikan posisi

Nabinya dalam struktur berikut ini.1

1. Kedudukan Nabi Muhammad S.A.W. terhadap al-Qur’an.

a. Pen-syarh Al-Qur’an.

1 M. M. Azami, Studies in Hadith Methodology and Literature, Penerjemah A. Yamin,

(Bandung: Pustaka Hidayah, 1992), Cet. ke-I, h. 21-22

Page 6: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

vi

Nabi adalah pen-syarh al-Qur’an seperti yang diungkapkan oleh Allah

dalam firmannya:

.@M_w@y-l)_A -L#_Z^nA-m _SA-#nl_l

-N#_y-b^t_l -R@K#_VlA -k@y-l)_A A-n@l-

Z@n(-A-W

“Dan kami turunkan kepadamu al-Qur’an agar kamu menerangi

kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka”.2

b. Pembuat Hukum.

Allah S.W.T. memberikan kekuasaan kepada Nabi dalam membuat

hukum, sebagaimana firmannya;

@M^w@n-x ^v-[-yW -C_*A-b-o@lA

^M_w@y-l-x ^M#_R-e^y-W _T\`b#_y -#PlA

^M^w-l ^L#_l-e^y-W .@M_w@y-l-x @T-

nA-K ]_t-#lA -L-;@g-(;@A-W @M^h-R@u_)A

“Ia akan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang bagi

mereka beban dan belenggu yang ada pada mereka”.3

2 Al-Nahl: 44 3 Al-A’raf: 157

Page 7: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

vii

c. Tauladan untuk Masyarakat Muslimin.

Allah menunjuk Nabi Muhammad SA.W. sebagai figur yang harus

diteladani, sebagaiman firmannya;

A@W^j@R-y -NA-K @N-m_#l %p-n-s-e

%"-W@s(^A _p#\llA _L@W^s-R ]_f @M^K-l -

NA-K @D-q-l

.A=R@y_c-K -p#\llA -R-K-V-W -R_o(`;@A -

M@W-y@lA-W -p!llA

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap rahmat

Allah dan kedatangan hari kiamat dan ia banyak mengingat Allah”.4

d. Wajib dipatuhi oleh Masyarakat.

Allah berfirman dalam al-Qur’an;

. _p#\llA _N@V)__A_b -

XA-P^y_l -#;)_A +L@W^s-#R @Nm_ A-n@l-s@R-(A `A-m-

W

“Dan kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk ditaati

dengan seizin Allah”.5

4 Al-Ahzab: 21 5 Al-Nisa: 64

Page 8: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

viii

Ini adalah sebagian dari ayat-ayat al-Qur’an yang menetapkan kedudukan

Nabi dan menguatkan fakta bahwa seluruh kehidupan beliau, ketetapan, keputusan

dan perintahnya adalah mengikat dan mesti diteladani dalam segala kondisi

kehidupan orang muslim, baik secara individual atau kolektif sebagai masyarakat

muslim.6

Ta’rif al-hadis yang terbatas, sebagaimana yang dikemukakan oleh jumhur

al-muhadditsin ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan yang sebagainya. Ta’rif

ini mengandung empat macam unsur, yakni perkataan, perbuatan, pernyataan dan

sifat-sifat atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad S.A.W. yang lain, yang

semuanya hanya disandarkan kepada beliau saja, tidak termasuk hal-hal yang

disandarkan kepada sahabat dan tidak pula kepada tabi’iy. 7

Dari segi periwayatannya hadis Nabi berbeda dengan al-Qur’an. Al-

Qur’an ayat-ayatnya diriwayatkan secara mutawatir,8 Sedangkan hadis Nabi

periwayatannya berlangsung secara mutawatir dan ahad. Karena itu orisinilitas al-

Qur’an tidak perlu diragukan lagi sehingga tidak perlu dilakukan penelitian. akan

halnya dengan hadis Nabi yang berkategori ahad,9 masih butuh bahkan harus

dilakukan penelitian. Peran penelitian memang sangat penting dalam sebuah

hadis, karena dengan ilmu ini kita dapat mengetahui apakah hadis tersebut dapat

dipertanggung jawabkan ke-sahihan-nya ataukah tidak. Dengan demikian, penulis

6 M. M. Azami, Studies in Hadith Methodology and Literature, h. 24 7 Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalah al-Hadis, (Bandung: Al-Ma’arif, 1987), Cet ke-5, h.

6 8 Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah bilangan rawi dalam tiap-tiap

tingkatan sanad-nya, dimana secara akal mustahil mereka bersepakat dusta. Lihat Mahmud al-Tahhan, Ulumul Hadis: Studi Komplesitas Hadis Nabi, penerjemah Zainul Muttaqin, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press & LP2KI, 1997), Cet. I, h. 30

9 Hadis ahad adalah hadis yang periwayatnya tidak mencapai tingkat mutawatir.

Page 9: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

ix

mencoba mengkaji dan meneliti hadis-hadis yang terdapat dalam salah satu kitab

karya Syekh Nawawi yang cukup masyhur dikalangan pesantren-pesantren

salafiyah di negeri kita ini yaitu kitab Nasâih al-‘ibâd, kitab yang berisikan

tentang nasihat-nasihat agama untuk hamba-hamba Allah yang mendambakan

kehidupan hakiki di dunia dan kehidupan abadi di akhirat sesuai dengan nama

kitabnya. Didalamnya kadang-kadang menyentuh persoalan hukum agama tentang

sholat, zakat dan lain-lain meskipun hanya sepintas. Kitab tersebut dapat

dikategorikan sebagai kitab yang bercorak tasawuf. Kitab ini merupakan komentar

atas kitab al-Munabbihât ‘ala al-Isti’dâd li Yaum al-Ma’âd karya Ibnu Hajar al-

Asqalani.

Di dalam kitab Nasâih al-Ibâd terdapat banyak riwayat ma’tsur, apakah

itu hadis-hadis Nabi, atsar al-shahabah atau tabi’in. penulis telah melakukan

penelitian yang terfokus kepada hadis-hadis Nabi yang berjumlah 250 hadis,

semuanya tidak memakai sanad hadis secara lengkap. Untuk memudahkan

pembahasannya beliau melakukan klasifikasi kepada sepuluh bab. Dalam tiap-

tiap bab beliau mengomentari karya Ibnu Hajar dengan menyebutkan beberapa

hadis Rasul. Syekh Nawawi, dalam mengutip hadis-hadis Nabi sama sekali tidak

menyertakan sanad-sanad hadis secara lengkap dan juga tidak mencantumkan

kualitas hadisnya. Beliau hanya menyertakan mukharij terakhir, tetapi banyak

pula hadis-hadis yang dicantumkannya tanpa mukharij terakhir. Dalam fenomena

masyarakat, kitab ini sering disajikan oleh para ustadz kepada santri salafiyah,

Apalah jadinya jika sebuah hadis itu da’if atau bahkan maudu’. Dengan demikian,

melalui penelitian hadis ini diharapkan dapat diketahui kualitas hadisnya. Apabila

Page 10: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

x

hadis ini sahih dan hasan maka hadis ini dapat dijadikan hujjah, namun bila hadis

ini daif atau bahkan maudu’ maka tidak dapat dijadikan hujjah.

Atas dasar permasalahan di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti dan

mengkaji hadis tersebut dan mengangkatnya sebagai judul skripsi yaitu : Studi

Kualitas Sanad dan Matan Hadis Dalam Kitab Nasâih al-Ibâd Pada Bab Al-

Subâ’iy Tentang Larangan Tertawa

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk keperluan pengkajian dan penelitian dari judul skripsi ini penulis

memberikan batasan sebagai berikut :

a. Dalam kitab Nasâih al-‘Ibâd terdapat hadis-hadis dan atsar. Dalam

penelitian ini Penulis hanya meneliti hadis-hadis yang terdapat

pada bab al-Subâ’iy dan meninggalkan atsar.

b. Hadis yang ada pada bab al-Subâ’iy sebanyak sembilan belas

hadis. Penulis hanya akan meneliti hadis tentang larangan tertawa.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, penulis membuat suatu rumusan masalah

dalam penelitian ini, yaitu : Bagaimana kualitas hadis yang terdapat dalam kitab

Nasâih al-‘Ibâd pada bab al-Subâ’iy tentang larangan tertawa ?

C. Tujuan Penelitian

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan penulis berkaitan dengan penelitian

ini. Pertama, penulis ingin memberikan sumbangan bagi kajian Islam terutama

Page 11: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xi

dalam bidang hadis. Kedua, meneliti dan mengkaji bagaimana kualitas hadis yang

terdapat dalam kitab Nasâih a-Ibâd pada bab al-Subâ’iy sesuai dengan judul yang

penulis ajukan. Ketiga, memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Theologi Islam ( SI ) dari jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuludin dan filsafat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library

research) sepenuhnya dengan merujuk kepada sumber-sumber primer seperti

kitab-kitab hadis, buku-buku tentang theologi dan bacaan-bacaan lainnya yang

mengandung dan berkaitan dengan masalah yang dibahas sebagai bahan

pelengkap.

Adapun metode dalam kegiatan penelitian hadis ini yaitu :

1. Melakukan takhrij hadis melalui salah satu lafadz hadis dengan

menggunakan kitab kamus hadis yaitu : Al-Mu’jam al-Mafahras li Alfâz

al-Hadis al-nabawî karya A.J. Wensick, melalui topik hadis dengan

menggunakan kitab Miftâh al-Kunûz al-Sunnah, kitab al-Jâmi’ al-Shaghîr

min Ahâdis al-Basyîr al-Nadzir karya ‘Abd al-Rahman Ibn Abû Bakar al-

Suyûtî.

2. Mencari data yang telah diperoleh dari kitab kamus dengan merujuk

kepada kitab asli yang ditunjukan oleh kitab kamus atau yang hampir

mirip.

Page 12: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xii

3. Melakukan penelitian sanad (kritik sanad) hadits dari data yang diambil

dari kitab asli, kemudian melakukan penelusuran pada periwayat hadis

sehingga diketahui kepribadian setiap periwayat, menilai keadaannya,

hubungan antara guru-guru dan muridnya guna mendapatkan kesimpulan

tentang kredibilitas periwayat hadis tersebut.

4. Melakukan penelitian matan dari hasil penelitian diatas.

5. Memberikan kesimpulan dari hasil penelitian diatas.

Sedangkan dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode

deskriptif analitis, yakni melalui pengumpulan data kemudian diteliti dan

dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan.

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku penuntun

pembuatan skripsi yang berjudul : “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan

Disertasi” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, press 2002 dan Buku Pedoman FUF

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, press 2006/2007.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini penulis membagi pembahasan

ini menjadi beberapa bab:

BAB I : Berisi pendahuluan yang akan diuraikan mengenai latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan

sistematika penyusunan.

BAB II : Menjelaskan metode penelitian sanad hadis meliputi pembahasan

sekilas tentang takhrij hadis, yang terdiri dari dua sub judul yaitu pengertian

takhrij hadis dan metode takhrij hadis dilanjutkan dengan pembahasan I’tibar

Page 13: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xiii

meliputi pengertian dan skema hadis dan diakhiri dengan pembahasan sekilas

tentang metode penelitian sanad dan matan hadis.

BAB III : Membahas studi kualitas sanad hadis meliputi kegiatan takhrij

hadis, I’tibar hadis dan kegiatan penelitian sanad hadis.

BAB IV : Membahas studi kualitas matan hadis yang terdiri atas: Pertama,

kegiatan penelitian matan dengan menggunakan tiga langkah, yakni: Melihat

matan dengan melihat kualitas sanadnya, meneliti susunan matan yang semakna,

meneliti kandungan matan, kedua : Syarah-an hadis meliputi arti beberapa kosa

kata dan analisa terhadap pokok kandungan hadis.

BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan.

Terakhir adalah daftar pustaka yang menjadi rujukan penulis dalam

membuat skripsi ini.

Page 14: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xiv

BAB III

STUDI KUALITAS SANAD HADIS

A. Kegiatan Tahkrij Hadis

Berdasarkan data-data dari kitab Mu’jam al-Mafahras Li al-Fadz al-Hadis al-

Nabawi dan kitab Miftah al-Kunuz al-Sunnah10 terdapat 17 perawi dalam

beberapa kitab hadis:

1. Sunan al-Turmudzi : 5 perawi

2. Sunan Ibnu Majah : 5 perawi

3. Musnad Ahmad bin Hanbal : 7 Perawi

Berikut ini penulis menggunakan riwayat-riwayat hadis tersebut dari

setiap mukharrij berdasarkan naskah aslinya:

Susunan riwayat yang mukharrij-nya al-Turmudzi

@N-x @NA-m@y-l^s @N_b ^R-f@d-j A-n-c#-D-e

#^Y_R@u-b@l(-A ^FA-W#-ul(-A @L-;_h @N_b

^R@ib_ A-n-c#-D-e.1 ]#_n-x

^V^o(@A-y @N-m _p!llA ^L@W^s-R -LA-q -LA-q

-"-R@y-R^h ]_b(-A @N-x @N-s-e@lA _N-x

+Q_RA-P ]_b(-A

10 A. J. Wensick, al-Mu’jam al-Mafahras Li al-Fadz al-Hadis al-Nabawi, (Beirut: Dar al-Fikr, tth), Juz 5, h. 458

Page 15: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xv

-"-R@y-R^h A@W^b(-A -LA-q-f ? #-N_h_b ^L-

m@d-y @N-m^M#_l-d^y @W(-A #-N_h_b ^L-

m@d-y-f _T A-m_l-K@lA _*-:(^W`h

@N^K-t -M_RA-e-m@lA _Q#-t)_A -LA-q-W

A=s@m-o #-D-d-f @Y_D-y_b -V-o(-A-f,_p!llA -

L@W^s-RA-y A-n(-A ^T@l^q-f----------k_RA-j -

a)_A @N_s@e(-A-W SA#-nlA ]-n@g(-A @N^K-t -

k-l ^p!llA -M-s-q A-m_b -{@RA-W SA#-nlA -D-

b@x(A------k_e#-[lA _R_c-K^t -:-W,A=m_l@s^m

@N^K-t -k_s@f-n_l #^B_e^t A-m _SA#-nl_l #-

Be(-A-W,A=n_m(@W^m @N^K-t

11. -B@l-q@lA ^T@y_m^t k_e#-[lA -"-R@c-K #-

N)_A-f

Susunan riwayat yang mukharrij-nya Sunan Ibnu Majah

11 Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, al-Jami’ al-Shahih Sunan al-Turmudzi,

(Beirut: Dar al-Fikr, 1994), Juz IV, Bab II, h. 478. Lihat skema sanad pada lampiran I 3 Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar al-

Fikr, 1954), Juz II, No. 4193, h. 1403. Lihat skema sanad pada lampiran I

Page 16: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xvi

@N_b D@y_m-e@l(A ^D@b-x A-n-c ]_f-n-e@l(-A

@R-K-b @W^b(-A A-n-c @F-l-o @N_b @R-K-b

@W^b(-A A-n-c-#D-e .1

-LA-q -LA-q -"-R@y-R^h ]_b(-A @N-x @N@y-n^e

@N_b _p!llA ^D@b-x @N_b M@y_hA-R@b)_A

@N-x @R-f@d-j

12.-B@l-q@lA ^T@y_m^t k_e#-[lA -"-R@c-K #-

N)_A-f k_e#-[lA A@W^R_c-K^t -: _p!llA

^L@W^sR-

Susunan riwayatnya yang mukharrij-nya Ahmad bin Hanbal

^N@b)_A ]_n@d-y @R-f@d-j A-n-c @QA#-Z#-

Rl(A ^D@b-x A-n-c ]_b(-A ]_n-c#-D-e

_p!llA^D@b-x A-n-c#-D-e .1

^L@W^s-R -LA-q -LA-q -"-R@y-R^h ]_b(-A @N-x

@N-s-e@l(A _N-x +Q_RA-P ]_b(-A @N-x @NA-

m@y-l^s

Page 17: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xvii

@N-m #-N^h^m#_l-d^y @W(-A #-N_h_b ^L-

m@d-y-f +LA-u_o ^S@m-o ]_t#-m(^A @N-m

^V^o(@A-y @N-m _p!llA

A-w@y_f #-N^h#-D-d-f Y_D-y_b -V-o(-A-f -LA-

q,_p!llA -L@W^s-RA-y A-n(-A ^T@l^q -LA-q #-

N_h_b ^L-m@d-y

@N^K-t -k-l p!llA -M-s-q A-m_b -{@RA-W _SA#-

nlA -D-b@x(-A @N^K-t -M_RA-e-m@l(A _Q#-

t)_A -LA-q #-M^c

-k_s@f-n_l #^B_e^t A-m _SA-#nl_l #-B-e(-A-W

A=n_m(@W^m @N^K-t -k_RA-j -a)_A @N_s@e(-

A-W SA#-nlA ]-n@g(-A

13.-B@l-q@lA ^T@y_m^t k_e#-[lA -"-R@c-K #-

N)_A-f k_e#-[lA _R_c-K^t -:-W A=m_l@s^m

@N^K-t

13 Musnad Ahmad bin Hanbal, Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al,

(Beirut: Dar al-Fikr, tth), Juz II, h. 310. Lihat skema sanad pada lampiran I

Page 18: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xviii

Setelah melakukan penelusuran melalui kitab Mausu’ah al-Athraf al-

Hadis al-Nabawi,14 penulis menemukan adanya perbedaan lafadz pada hadis

yang diteliti. Adapun bunyi hadisnya sebagai berikut:

A-n-c#-D-e-W ]_bA-y@R_f@l(-A @R-f@d-j A-n-c

@N-s-e@l(-A @N_b @D-m@e(-A @N_b @D#-m-

e^m A-n-c#-D-e .1

@N_b @M@y_hA-R@b)_A A-n-c -:A-q @k_lA-m

@N_b @S-n(-A @N-b @D-m@e(-A A-n-c @D-

m@e(-A @N_b @NA-m@y-l^s

]_b(-A @@N-x ]#_D-j @N-x ]_b(-A ]_n-c#-D-e

]_nA#-s-r@l(-A ]-y@e-y @N_b ]-y@e-y @N_b

@MA-ih_

_p!llA -L@W^s-RA-y ^T@l^q......^p@n-x ^p!llA

-]_[-R #+R-V ]_b(-A @N-x ]_n-:@W^o@l(-A

@S@y_R@D)_A

14 Dalam hal ini penulis hanya akan meneliti hadis yang diriwayatkan oleh Abu

Nu’aim, karena banyaknya periwayat-periwayat lain yang juga meriwayatkan hadis diatas, seperti: Ibnu Asakir, Ibnu Hibban, Ibnu Katsir dan juga terdapat dalam kitab Kanz al-Ummal, Misykat al-Mashabih dan kitab al-Dur al-Mantsur fi Tafsir al-Ma’tsur. Lihat keterangan lebih lanjut, Muhammad al-Sa’id bin al-Basyuni Zaghlul, Mausu’ah al-Athraf al-Hadis al-Nabawi, (Beirut: Dar al-Fikr, tth), Juz 4, h. 138

Page 19: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xix

-B@l-q@lA ^T@y_m-y ^p#-n)_A-f k_e#-[lA

-"-R@c-K-W -kA#-y)_A _p!llA ^L@W^s-R -LA-

q , ]_n@D_Z

15._p@j-W@lA _R@W^n_b ^B-h@V-y-W

Dari beberapa riwayat hadis yang dikutip di atas, terlihat adanya

perbedaan susunan redaksi (tekstual) dari hadis yang bersangkutan dengan

redaksi yang berbeda-beda, namun masih dalam satu makna. Hal itu bisa

terjadi karena; 1) Sahabat yang menerima hadis tersebut ternyata tidak hanya

terdiri dari satu orang, tetapi ada juga sahabat lain yang pernah menerima

hadis tersebut, 2) Hadis tersebut telah diriwayatkan secara makna (riwayat bil-

ma’na). Jadi perbedaan itu tidak dapat ditoleransi.16

B. Kegiatan I’tibar

Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa kegiatan al-i’tibar perlu dilakukan

untuk memperlihatkan dengan jelas seluruh sanad hadis yang diteliti,

termasuk nama-nama periwayatnya. Dan metode periwayatan yang digunakan

oleh masing-masing periwayat. Untuk kepentingan tersebut maka penulis akan

membuatkan skema untuk seluruh sanad bagi hadis yang diteliti.

15 Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah al-Ashbahani, Hilyah al-Auliya’, (Beirut: Dar

al-Fikr, 1932), Juz I, h. 168. Lihat skema sanad pada lampiran II 16 Para sahabat Nabi dan pakar hadis yang lahir kemudian mempersoalkan

tentang boleh tidaknya periwayatan hadis secara makna. Tetapi kebanyakan dari mereka membolehkannya dengan menekankan pentingnya pemenuhan beberapa syarat yang cukup ketat. Lihat lebih lanjut M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 70-71

Page 20: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xx

Namun sebelum dibuat skema sanad-nya, ada beberapa hal yang perlu

dijelaskan terlebih dahulu, agar skema mudah disusun dan dipahami. Hal

tersebut adalah:

1. Pada jalur periwayatan al-Turmudzi

- Bisyr yang dimaksud adalah Bisyr bin Hilal al-Shawwaf al-Bashri.

Dalam skema disebutkan dengan nama lengkapnya.

- Yang dimaksud dengan Ja’far bin Sulaiman adalah Ja’far bin

Sulaiman Al-Dhuba’iy. Nama yang digunakan dalam skema adalah

nama yang disebutkan pertama. Nama ini juga terdapat dalam riwayat

Ahmad bin Hanbal.

- Nama Abi Thariq yang tidak ditulis secara lengkap. Setelah penulis

melakukan penelitian, nama Abi Thariq yang dimaksud adalah Abu

Thariq al-Sa’dy al-Bashry. Nama ini juga terdapat dalam riwayat

Ahmad bin Hanbal. Nama yang digunakan dalam skema adalah nama

yang disebutkan pertama yaitu Abi Thariq.

- Hasan yang dimaksud adalah Hasan bin Abi al-Hasan, yasar al-Bashry.

Nama yang digunakan dalam skema adalah nama yang disebutkan

pertama yaitu Hasan. Nama ini juga terdapat dalam riwayat Ahmad bin

Hanbal.

2. Pada jalur periwayatan Ibnu Majah

- Abu Bakar bin Khalaf yang dimaksud adalah Bakar bin Khalaf al-

Bashry. Dalam skema nama yang digunakan adalah yang disebutkan

pertama.

Page 21: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxi

- Abu Bakar al-Hanafi nama lengkapnya adalah ‘Abdul Kabir bin

‘Abdul Majid. Nama yang digunakan dalam skema adalah nama yang

disebutkan pertama.

- ‘Abdul Hamid bin Ja’far nama lengkapnya adalah ‘Abdul Hamid bin

Ja’far bin Abdilllah bin al-Hakam bin Rafi’ bin Sinan al-Anshary al-

Ausiy. Dalam skema ditulis ‘Abdul Hamid bin Ja’far.

- Ibrahim bin ‘Abdillah bin Hunain yang dimaksud adalah Ibrahim bin

Abdillah bin Hunain al-Hasyimi. Nama yang digunakan dalam skema

adalah nama yang disebutkan pertama.

3. Pada jalur periwayatan Ahmad bin Hanbal

- Kata Abi yang dimaksud setelah Abdullah adalah Ahmad bin Hanbal.

- Abd al-Razzaq nama lengkapnya adalah Abd al-Razzaq bin Hammam

bin Nafi’ al-Himairi. Nama yang digunakan dalam skema adalah nama

yang disebutkan pertama yaitu ‘Abdu al-Razzaq.

4. Pada Jalur Periwayatan Abu Nu’aim

- Muhammad bin Ahmad bin al-Hasan nama lengkapnya adalah Abu Ali

Muhammad bin Ahmad bin al-Hasan bin Ishaq al-Baghdadi bin

Shawaf. Nama yang digunakan dalam skema adalah nama yang

disebutkan pertama.

- Ja’far al-Firyabi nama lengkapnya adalah Ja’far bin Muhammad bin al-

Hasan bin al-Mustafadh Abu Bakar al-Firyabi nama yang digunakan

dalam skema adalah nama yang digunakan pertama yaitu Ja’far al-

Firyabi.

Page 22: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxii

- Sulaiman bin Ahmad yang dimaksud adalah Abu al-Qasim Sulaiman

bin Ahmad bin Ayyub bin Mutir al-Lakhmi al-Syami al-Thabrani.

Dalam skema nama yang digunakan adalah nama yang disebutkan

pertama yaitu Sulaiman bin Ahmad.

- Ahmad bin Anas bin Malik. Nama yang digunakan dalam skema

adalah nama yang disebutkan pertama yaitu Ahmad bin Anas bin

Malik.

- Kata Abi yang dimaksud setelah Ibrahim bin Hisyam adalah ayahnya

sendiri, yakni Hisyam bin Yahya bin Yahya al-Ghassani.

- Kata Jaddi yang dimaksud setelah Abi yang tidak ditulis secara

lengkap. Setelah penulis melakukan penelitian, nama lengkapnya

adalah Yahya bin Yahya bin Qais bin Harisah bin Amr bin Zaid bin

Abd al-Manat bin al-Khasykhasi al-Ghassani Abu Usman al-Syami.

Beliau adalah kakeknya Ibrahim bin Hisyam.

- Abi Idris al-Khulani nama lengkapnya adalah Aidzullah bin Abdullah

bin Amr Abu Idris al-Khulani. Dalam skema nama yang digunakan

adalah nama yang disebutkan pertama.

Selanjutnya perhatikan kedua skema sanad berikut: (Lihat Lampiran)

Pada skema tampak jelas bahwa mulai dari periwayat pertama sampai

periwayat terakhir, terdapat periwayat yang berstatus pendukung, baik berupa

syahid maupun muttabi’. Dengan demikian, hadis ini memiliki pendukung

dalam setiap tingkatan periwayatnya dan karenanya pula hadis di atas

berstatus masyhur.17 Karena sanad yang masyhur juga merupakan bagian dari

17 Hadis masyhur ialah hadis yang diriwayatkan oleh tiga periwayat atau lebih

pada setiap thabaqah atau bisa dikatakan hadis yang tidak mencapai derajat

Page 23: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxiii

hadis yang berkategori ahad maka perlu diteliti, apakah hadis yang

bersangkutan dapat dipertanggung jawabkan keorisinilannya berasal dari Nabi

ataukah tidak.

C. Kegiatan Penelitian Sanad

Dari seluruh sanad yang ada, sanad yang dipilih untuk diteliti dalam kegiatan

ini adalah salah satu sanad Ibnu Majah, yakni yang melalui jalur Abu Bakar

bin Khalaf. Penulis sengaja hanya memilih sanad Ibnu Majah karena sanad

Ibnu Majah dipandang oleh jumhur ulama hadis sebagai kitab yang berada di

bawah standar kitab-kitab hadis lainnya, terutama enam kitab hadis yang

berstatus standar (kutub al-sittah).18

Urutan nama periwayat hadis riwayat Ibnu Majah di atas adalah; (1) Periwayat

I Abu Hurairah; (2) Periwayat II Ibrahim bin Abdillah bin Hunain; (3)

Periwayat III Abdul Hamid bin Ja’far; (4) Periwayat IV Abu Bakar al-Hanafi;

(5) Periwayat V Abu Bakar bin Khalaf; (6) Periwayat VI Ibnu Majah.19

Dalam kegiatan ini, kritik sanad (naqd al-sanad) dimulai pada

periwayat terakhir, yakni Ibnu Majah lalu diikuti pada periwayat sebelum Ibnu

Majah dan seterusnya sampai periwayat pertama.

1. Ibnu Majah

mutawatir, Mahmud Thahhan, Taisir Musthalahah al-Hadis, (Beirut: Dar al-Qur’an al-Karim, 1979), h.22

18 Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Kutub al- Sittah: Mengenal Enam

Pokok Hadis dan Biografi para Penulisnya, (Semarang: Pustaka Progresif, 1999), Cet. 2, h. 97

19 Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, ( Beirut: Dar al-Fikr, 1954), Juz II, No. 4193, h. 1403

Page 24: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxiv

a. Nama lengkapnya: Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah al-

Qazwiniy (209-273 H).20

b. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Guru Ibnu Majah

cukup banyak, antara lain: Ali bin Muhammad al-Thanafisi, Jubarah bin

al-Mughallis, Mush’ab bin Abdullah al-Zubairi, Suwaid bin Sa’id,

Abdullah Mu’awiyah al-Jumahi, Muhammad bin Rumh, Ibrahim bin al-

Mundzir al-Hizami, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Hisyam bin Ammar.

Murid-muridnya antara lain: Muhammad bin Isa al-Abhari, Abu al-

Thayyib Ahmad bin Rauhin al-Baghdadi, Abu Amru Ahmad bin

Muhammad bin Hakim al-Madini, Abu al-Hasan Ali Ibrahim al-

Qaththan, sulaiman bin Yazid al-Fami.21

c. Pernyataan para kritikus hadis Tentang Dirinya:

1) Al-Zahabi: Ibnu Majah adalah seorang yang hafidz, saduq.

2) Ibn al-Jauzi: Ibnu Majah adalah seorang yang ‘arif.

3) Abu Ya’la al-Khalili: Dia tsiqah, saduq, Muttafaq ‘alaih.22

Tidak ada seorang kritikus pun yang mencela Ibnu Majah. Pujian yang

diberikan orang kepadanya adalah pujian yang berperingkat tinggi dan

tertinggi. Dengan demikian, pernyataan Ibnu Majah yang mengatakan bahwa

dia menerima hadis di atas dari Abu Bakar bin Khalaf dengan metode al-

sama’ (dengan lambang haddatsana) dapat dipercaya kebenarannya. Itu

20 Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, h. 1523 21 Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Usman al-Zahabi, Siyar A’lam al-

Nubala, (Beirut: Muassasah Risalah, 1992), Juz 13, h. 277-278 22 Al-Zahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, h. 278-279

Page 25: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxv

berarti, sanad antara Ibnu Majah dan Abu Bakar bin Khalaf dalam keadaan

Muttashil (bersambung).

2. Abu Bakar bin Khalaf

a. Nama lengkapnya: Bakar bin Khalaf al-Bashri, Abu Bisyri Khatan Abi

Abd al-Rahman al-Muqri’ (w. 240 H).23

b. Guru dan Muridnya dibidang periwayatan hadis: gurunya terhitung

banyak sekali, antara lain; Ibrahim bin Khalid al-Shan’ani, Azhar bin

al-Qasim, Isma’il bin Dawud al-Mikhraqiy, Basyar bin Mufadhal,

Bakar bin Shadaqah al-Madini, Abi Bakar Abd al-Kabir bin Abd al-

Majid al-Hanafi, Abd al-Wahab bin Abd al-Majid al-Tsaqafi. Murid-

muridnya juga banyak sekali, antara lain: Bukhari, Abu Dawud, Ibnu

Majah, Ibrahim bin Sa’id bin Ma’dan al-Hamadzaniy, Ahmad bin

Muhammad al-Maushiliy, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal.24

c. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

1) Hasyim bin Murtsad al-Thabrani dari Yahya bin Mu’in: Dia

saduq.25

23 Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahzib al-Kamal Fi Asma al-Rijal,

(Beirut: Dar al-Fikr, tth), Juz III, h. 133 24 Al-Mizzi, Tahzib al-Kamal Fi Asma al-Rijal, h. 133-134 25 untuk predikat-predikat yang diberikan oleh para kritikus hadis jika terdapat

dalam padanannya dalam bahasa indonesia maka akan diterjemahkan. Tetapi jika penerjemahannya akan menimblkan reduksi maka penulis akan tetap menggunakan istilah-istilahnya dalam bahasa arab, seperti tsiqah, shaduq dan sebagainya.

Page 26: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxvi

2) Abu Hatim: Dia tsiqah.

Komentar-komentar para kritikus hadis tersebut menunjukkan

bahwa Abu Bakar bin Khalaf adalah periwayat yang tidak diragukan lagi

kepribadiaannya. Tidak seorang pun dari mereka melontarkan celaan terhadap

pribadi Abu Bakar bin Khalaf. Dengan demikian, pernyataannya yang

mengatakan bahwa dia menerima hadis di atas dari Abu Bakar al-Hanafi dapat

dipercaya kebenarannya. Itu berarti, sanad antara Abu Bakar bin Khalaf dan

Abu Bakar al-Hanafi dalam keadaan bersambung.

3. Abu Bakar al-Hanafi

a. Nama lengkapnya: Abdul Kabir bin Abdul Majid, Abu Bakar al-

Hanafi al-Bashriy. Dan dia wafat di Bashrah pada tahun 204 Hijriah.26

b. Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis: Gurunya terhitung

banyak sekali, antara lain: Usamah bin Zaid al-Laitsiy, Aflah bin

Humaid, Khutsaim bin ‘Iraq bin Malik, Sufyan al-Tsauriy, Abdul

Hamid bin Ja’far al-Anshariy, Malik bin Anas. Muridnya juga banyak

sekali, antara lain: Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Manshur al-Kausaj,

Abu Basyar Bakar bin Khalaf, Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb,

Abdul Jabbar bin al-‘Ala’ al-Athar, Muhammad bin Basysyar bin

bundar.

c. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

1) Abu Bakar al-Atsram dari Ahmad bin Hanbal: tsiqah.

2) Abdullah bin Ahmad bin Hanbal: aku bertanya kepada ayahku

tentang dirinya, ia berkata: Aku belajar hadis kepadanya.

26 Al-Mizzi, Tahzib al-Kamal Fi Asma al-Rijal, Juz 12, h. 3

Page 27: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxvii

3) Usman bin Sa’id al-Darimiy dari Yahya bin Mu’in: saduq.

4) Abu Hatim: salih al-hadits.

5) Abu Zur’ah: mereka adalah tiga bersaudara, ketiganya tsiqah.27

Pujian yang diberikan para kritikus hadis adalah pujian yang

menunjukkan bahwa Abu Bakar al-Hanafi adalah seorang periwayat yang

memiliki kualitas pribadi dan kemampuan intelektual yang tidak diragukan.

Dengan demikian, pernyataannya yang mengatakan bahwa dia menerima

riwayat hadis di atas dari Abdul Hamid bin Ja’far dapat dipercaya. Itu berarti,

sanad antara abu Bakar al-Hanafi dengan Abdul Hamid bin Ja’far dalam

keadaan bersambung.

4. Abdul Hamid bin Ja’far

a. Nama lengkapnya: ‘Abdul Hamid bin Ja’far bin ‘Abdillah bin al-

Hakam bin Rafi’ bin Sinan al-Anshariy al-Ausiy. Ia wafat dikota

madinah pada tahun 153 Hijriah.28

b. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Gurunya cukup

banyak sekali, diantaranya: ayahnya; Ja’far bin Abdillah bin al-Hakam

bin Rafi’ bin Sinan al-Anshariy, paman dari ayahnya; ‘Umar bin al-

Hakam, Wahab bin Kaisan, Yahya bin Sa’id al-Anshariy, al-Aswad bin

al’Alaa’ bin Jariyah, Ibrahim bin Abdillah bin Hunain, Sa’id al-

Maqbariy, al-Zuhriy. Murid-muridnya antara lain: Ibnu al-Mubarak,

Khalid bin al-Harits, Abu Khalid al-Ahmar, Abdullah bin Hamran,

27 Abu Bakar al-Hanafi mempunyai tiga saudara, diantaranya: Abu ‘Ali, Syarik

dan ‘Umair, Lihat Al-Mizzi, Tahzib al-Kamal Fi Asma al-Rijal, Juz 12, h. 3-4 19 Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Tahzib al-tahzib, (Beirut: Dar al-Fikr,

tth), Juz 5, h. 22

Page 28: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxviii

Yahya al-Qaththan, Abu Bakar al-Hanafi, Muhammad bin Bakar al-

Bursaniy, al-Fadhlu bin Musa Abu Ashim.

b. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

1) Ibnu Abi Khutsaimah dari Ibnu Mu’in: tsiqah.

2) Utsman al-Darimiy dari Ibnu Mu’in: tsiqah.

3) Abu Hatim: mahallahu al-sidqu.

4) Ibnu Sa’ad: tsiqah, katsir al-hadits.

5) Al-Saajiy: tsiqah, saduq.29

Secara umum komentar para kritikus hadis adalah positif. Maka Abdul

Hamid bin Ja’far termasuk periwayat yang tidak diragukan lagi

kredibilitasnya. Dengan demikian, pernyataannya yang mengatakan bahwa dia

menerima riwayat hadits di atas dari Ibrahim bin Abdillah bin Hunain dapat

dipercaya. Itu berarti bahwa sanad antara Abdul Hamid bin Ja’far dan Ibrahim

bin Abdillah bin Hunain dalam keadaan bersambung.

5. Ibrahim bin Abdillah bin Hunain

a. Nama lengkapnya: Ibrahim bin Abdillah bin Hunain al-Hasyimi,

Maulahum al-Madani. Ia wafat pada awal tahun keseratus Hijriah. 30

b. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Guru-gurunya cukup

banyak, diantaranya: ayahnya, Abdillah bin Hunain, Ali bin Abi

Thalib, Abi Murrah Maula ‘Aqil bin Abi Thalib, Abi Hurairah.

Muridnya antara lain: Usamah bin Zaid al-Laitsy, Ishaq bin Abi Bakar

al-Madaniy, Ishaq bin Abdullah bin Abi Farwah, Harits bin Abd al-

29 Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, h. 23 21 Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, Juz I, h. 155

Page 29: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxix

Rahman bin Abi Dzubab, Abdul Hamid bin Ja’far al-Anshariy,

Muhammad bin Ishaq bin Yasar, Muhammad bin ‘Ajlan.

c. Pernyataan kritikus hadis tentang dirinya:

1) Muhammad bin Said: tsiqah, katsir al-hadits.

2) Al-Nasai: tsiqah.31

Komentar-komentar para kritikus hadis menunjukkan bahwa Ibrahim

bin Abdillah bin Hunain adalah tsiqah. Dengan demikian pernyataannya yang

mengatakan bahwa dia menerima hadis di atas dari Abu Hurairah dapat

dipercaya. Itu berarti sanad antara Ibrahim bin Abdillah bin Hunain dan Abu

Hurairah dalam keadaan bersambung.

6. Abu Hurairah

a. Nama lengkapnya: Para sahabat banyak berbeda-beda pendapat

tentang nama dan ayahnya, dikatakan namanya: Abd al-Rahman bin

Shakhkhar, dikatakan: Abd al-Rahman bin Ghanam, dikatakan:

Abdullah bin ‘Aiz, dikatakan: Abdullah bin ‘Amir, dikatakan:

Abdullah bin ‘Amru, dikatakan: Sukain bin Wadzamah, dikatakan:

namanya pada masa jahiliyah adalah Abd al-Syams, kunyahnya: Abu

al-Aswad, maka Rasulullah S.A.W. memberikan nama kepadanya

Abdullah, dan memberikan Kunyah kepadanya Abu Hurairah, berkata

Abu al-Qasim al-Thabrani bahwa nama ibunya Maimunah binti

Shabih. Abu Hurairah wafat pada tahun 57 Hijriah.

b. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Guru-gurunya cukup

banyak, antara lain: Nabi Muhammad S.A.W., al-Katsir al-Thayyib,

31 Al-Mizzi, Tahzib al-Kamal fi Asma al-Rijal, Juz I, h. 374

Page 30: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxx

Ubbi bin Ka’ab, Usamah bin Zaid bin Haritsah, Bashrah bin Abi

Bashrah al-Ghiffariy, ‘Umar bin Khattab, Fadhl bin alAbbas, Ka’ab al-

Ahbar, Abu Bakar al-Shiddiq, ‘Aisyah istri Rasul. Murid-muridnya

cukup banyak, antara lain: Ibrahim bin Ismail, Ibrahim bin Abdillah

bin Hunain, Ibrahim bin Abdullah bin Qaridz, Abdullah bin Ibrahim

bin Qaridz al-Zuhriy, Ishaq bin Abdullah Maula Zaidah, Aswad bin

Hilal al-Muharibiy, Anas bin Hakim al-Dhabiy, Anas bin Malik, Hasan

al-Bashriy. 32

c. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

1) Al-Bukhari: Telah banyak yang meriwayatkan hadis dari Abu

Hurairah yaitu sekitar 800 laki-laki atau lebih dari ahli ilmu dari

para sahabat Nabi dan para tabi’in dan seterusnya.

2) Amru bin Ali: Dia tinggal di Madinah, permulaan dan islamnya

pada tahun khaibar pada bulan muharram tahun ketujuh.

3) Pada suatu hari Marwan bin Hakam bermaksud menguji

kemampuan menghafal dari Abu Hurairah maka dipanggilnya ia

dan dibawanya duduk bersamanya, lalu dimintanya untuk

mengabarkan hadis-hadis Rasullullah. Sementara itu disuruhnya

penulisnya menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah dari

balik dinding. Sesudah berlalu satu tahun, dipanggilnya Abu

Hurairah kembali dan dimintanya membacakan lagi hadis-hadis

yang dulu itu yang telah ditulis sekretarisnya. Ternyata tak ada

yang terlupa oleh Abu Hurairah sepatah katapun.

32 Al-Mizzi, Tahzib al-Kamal Fi Asma al-Rijal, Juz 21, h. 90-98

Page 31: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxxi

4) Imam Syafi’i: Ia seorang yang paling banyak hafal hadis diantara

seluruh perawi hadis sesamanya. 33

Abu Hurairah telah banyak meriwayatkan hadis disebabkan beliau

senantiasa berdampingan dengan Rasulullah selama tiga tahun selepas

memeluk Islam. Ini sebagaimana terjemahannya: Sesungguhnya saudara kami

dari pada golongan Muhajirin sibuk dengan urusan mereka dipasar dan orang-

orang Anshar pula sibuk bekerja diladang mereka sementara aku seorang yang

miskin senantiasa bersama Rasulullah S.A.W. ‘Ala Mil’i Bathni. Aku hadir

dimajlis yang mereka tidak hadir dan aku hafadz pada masa mereka lupa. Abu

Hurairah termasuk orang ahli ibadat yang mendekatkan diri kepada Allah

S.W.T., selalu melakukan ibadah bersama istri dan anak-anaknya semalaman

secara bergiliran, mula-mula ia berjaga sambil shalat, sepertiga malam

kemudian dilanjutkan oleh istrinya, sepertiga malam dan sepertiganya lagi

dimanfaatkan oleh putrinya. Dengan demikian, tidak ada satu saatpun yang

berlalu pada setiap malamnya dirumah Abu Hurairah melainkan berlangsung

disana ibadah, zikir dan shalat.34

Tidak ada seorang kritikus pun yang mencela Abu Hurairah tentang

kepribadiaannya, pujian yang diberikan kepadanya adalah pujian yang

berperingkat tinggi. Dengan melihat hubungan pribadinya yang begitu dekat

dengan Rasulullah S.A.W. dan banyaknya hadis yang dihafal olehnya, maka

Abu Hurairah termasuk salah seorang sahabat Nabi yang tidak diragukan lagi

33 Subhi al-Salih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, penerjemah Tim Pustaka Firdaus

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), Cet. ke-2, h. 315-317 25 Subhi al-Salih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, h. 316

Page 32: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxxii

kejujuran dan ke-sahihan-nya dalam menyampaikan hadis Nabi. Itu artinya

sanad antara Abu Hurairah dan Rasul Allah dalam keadaan bersambung.

Dari seluruh periwayatan yang terdapat dalam sanad yang diteliti

masing-masing dari mereka itu bersifat tsiqah, ‘adil dan dhabit. Sanad-nya

dalam keadaan bersambung mulai dari mukharrij-nya sampai kepada sumber

utama berita yaitu Nabi Muhammad S.A.W. Dengan demikian sanad hadis

tersebut menurut hasil penelitian dari salah satu sanad Ibnu Majah adalah

berkualitas sahih li dzatih.

Berikut ini adalah urutan nama periwayat hadis riwayat Abu Nu’aim

diantaranya: (1) Abu Dzar al-Ghiffari; (2) Abi Idris al-Khulani; (3) Yahya al-

Ghassani; (4) Hisyam bin Yahya; (5) Ibrahim bin Hisyam; (6) Ahmad bin

Anas bin Malik; (7) Sulaiman bin Ahmad; (8) Ja’far al-Firyabi; (9)

Muhammad bin Ahmad bin al-Hasan; (10) Abu Nu’aim.35

Dalam kegiatan ini, kritik sanad (naqd sanad) dimulai pada periwayat

terakhir, yakni Abu Nu’aim lalu diikuti para periwayat sebelum Abu Nu’aim

dan seterusnya sampai periwayat pertama.

1. Abu Nu’aim

a. Nama lengkapnya: Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin

Musa bin Mihran Abu Nu’aim al-Mihrani al-Ashbahani al-Sufi (336-

430 H).

b. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Guru-gurunya antara

lain: Ahmad bin Bundar al-Sya’aari, Ahmad bin Ma’bad al-Samsari,

Ahmad bin Muhammad al-Qashshari, Abdullah bin Muhammad bin

35 Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah al-Ashbahani, Hilyah al-Auliya’, (Beirut: Dar

al-Fikr, 1932), Juz I, h. 168

Page 33: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxxiii

Ibrahim al-Uqaili, Abdurrahman bin Abbas, Abi al-Qasim al-Tabrani,

Abu Ali al-Sawaf. Muridnya antara lain: Abu Bakar bin Abi Ali al-

Hamdani, Abu Bakar al-Khatib, Abu Ali al-Wakhsyi, Abu Shaleh al-

Muadzin, Yusuf bin Hasan al-Tafakkkuri dan masih banyak lagi.

c. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

1) Abu Muhammad Al-Samarqandi: Saya mendengar Abu Bakar al-

Khatib berkata: saya tidak pernah melihat seseorang yang

mendapat gelar al-hafidz melainkan dua orang, yaitu Abu Nu’aim

al-Ashbahani dan Abu Hazim al-Abduyi.

2) Ahmad bin Muhammad Al-Mardawiyyah: Dia adalah hafidz

besar di Dunia.

3) Hamzah bin Abbas Al-Alawi: Para ahli hadis mengatakan bahwa

Abu Nu’aim tidak ada bandingannya selama 14 tahun.36

Tidak ada seorang kritikus pun yang mencela Abu Nu’aim, pujian

yang diberikan kepadanya adalah pujian yang berperingkat tinggi yang

menunjukkan bahwa beliau adalah seorang periwayat yang mempunyai

kredibilitas dan ke-dhabit-an yang tidak diragukan. Dengan demikian,

pernyataan Abu Nu’aim yang mengatakan bahwa dirinya menerima hadis dari

Muhammad bin Ahmad bin al-Hasan dan Sulaiman bin Ahmad dengan

metode al-sama’ dapat dipercaya kebenarannya. Itu berarti, sanad antara Abu

Nu’aim dan kedua gurunya (Muhammad bin Ahmad bin al-Hasan dan

Sulaiman bin Ahmad) dalam keadaan bersambung.

2. Muhammad bin Ahmad bin Al-Hasan

36 Muhammad bin Ahmad bin Usman al-Zahabi, Siyar a’lam al-Nubala’, (Beirut:

Muassasah al-Risalah, 1995), Juz 17, 453-461

Page 34: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxxiv

a. Nama lengkapnya: Abu Ali Muhammad bin Ahmad bin al-Hasan bin

Ishaq al-Baghdadi bin Shawaf (270-359 H).37

b. Guru dan muridnya dibidang periwayata hadis: Guru-gurunya antara

lain: Muhammad bin Ismail al-Turmuzi, Ishaq bin al-Hasan al-Harbi,

Bisyr bin Musa, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Muhammad bin

Ahmad bin al-Nadhar al-Azdi, Muhammad bin Usman bin Abi Syaibah,

Ibrahim bin Hisyam al-Baghawi, Ja’far al-Firyabi dan lain-lain.

Muridnya cukup banyak, antara lain: Abu al-Hasan bin al-

Razqawiyyah, Abu al-Fath bin al-Fawaris, Abu Husein bin Bisyran,

Abu Bakar al-Barqani, Abu Nu’aim al-Ashbahani dan Iddah.

c. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

1) Al-Dar Al-Quthni: Saya belum pernah melihat orang sebaik Abu

Ali bin al-Shawwaf.

2) Ibn Abi Al-Fawaris: Dia tsiqah ma’mun.38

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa Muhammad bin Ahmad

bin al-Hasan adalah seorang periwayat yang cukup diakui kepribadiaannya dan

tidak ada seorang kritikus pun yang mencelanya. Dengan demikian,

pernyataannya yang mengatakan bahwa dirinya mendapatkan hadis dari Ja’far

al-Firyabi dapat diterima dengan baik. Itu berarti, sanad antara Abu Ali

Muhammad bin Ahmad bin al-Hasan dan Ja’far al-Firyabi dalam keadaan

bersambung.

3. Sulaiman bin Ahmad

37 Al-Zahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, Juz 16, h. 184 38 Al-Zahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, h. 184-185

Page 35: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxxv

a. Nama lengkapnya: Abu al-Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin

Mutir al-Lakhmi al-Syami al-Tabrani (w. 360 H).39

b. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Gurunya cukup

banyak, antara lain: Idris bin Ja’far al-Aththar, Basyar bin Musa, Ishaq

bin Ibrahim al-Mishri al-Qaththan, Idris bin Abdulkarim al-Haddad,

Ja’far bin Muhammad al-Ramli, Ibrahim bin Muhammad bin Barrah

al-Shan’ani, Ahmad bin Ishaq al-Khasyab, Ali bin Abd al-Samad,

Usman bin Umar al-Dabiy, Muhammad bin Muhammad al-Tamar,

Muhammad bin Asad bin Yazid al-Ashbahani. Muridnya antara lain:

Abu Sa’ad al-Naqqasi, Abu Bakar bin Abi Ali al-Zakwani, Ahmad bin

Muhammad bin Ibrahim al-Ashbahani, Abu Nu’aim al-Ashbahani,

Abu Khalifah al-Jumhi dan lain-lain.40

c. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

1) Abu Bakar bin Mardawiyah: Aku masuk ke Baghdad dan mencari

hadis Idris bin Ja’far al-Athar dari Yazid bin Harun, maka tidak

aku dapati kecuali diriwayatkan oleh al-Tabrani.41

2) Ahmad bin Mansur al-Syairazi al-Hafiz: Dia tsiqah, saya menulis

hadis darinya sebanyak 30.000 hadis.42

3) Abu Nu’aim: Ia menjadi guru hadis selama 60 tahun.

39 Al-Zahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, Juz 16, h. 119; Al-Asqalani, Lisan al-

Mizan, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), Cet ke-1, Juz 3, h. 88 40 Al-Qasim Sulaiman bin Ahmad al-Tabrani, al-Mu’jam al-Ausat, (Beirut: Dar al-

Hadis, 1996), Juz 1, h. 9-10 41 Al-Tabrani, al-Mu’jam al-Ausat, h. 13-14 42 Al-Asqalani, Lisan al-Mizan, Juz 3, h. 89

Page 36: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxxvi

4) Sulaiman bin Ibrahim: Telah berkata Abu Ahmad al-Assali al-

Qadi: jika belajar hadis dari al-Tabrani sebanyak 20.000 hadis,

Ishaq bin Hamzah 30.000 hadis dan Abu al-Syeikh 40.000 hadis,

maka sempurnalah kita.43

Tidak ada seorang kritikus pun yang mencela Sulaiman bin Ahmad al-

Tabrani. Pujian yang diberikan kepadanya adalah pujian yang berperingkat

tinggi. Dengan demikian, pernyataannya yang mengatakan bahwa dirinya

telah menerima hadis dari Ja’far al-Firyabi dapat dipercaya kebenarannya. Itu

berarti, sanad antara al-Tabrani dan Ja’far al-Firyabi dalam keadaan

bersambung.

4. Ahmad bin Anas bin Malik.44

5. Ja’far Al-Firyabi

a. Nama lengkapnya: Ja’far bin Muhammad bin al-Hasan bin al-

Mustafadh Abu Bakar al-Firyabi.

b. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Gurunya cukup

banyak, antara lain: Syaiban bin Farrukh, Muhammad bin Abu Bakar

al-Muqaddami Hudbah bin Khalid, Qutaibah bin Said, Abu Mus’ab

al-Zuhri, Ishaq bin Rahawiyah, Abi Ja’far al-Nufaili, Muhammad bin

Aidz dan lain-lain. Gurunya yang terdapat dalam Mu’jam al-Firyabi

antara lain: Ibrahim bin Hajjaj al-Syami, Ibrahim bin Sa’id al-Jauhari,

Ibrahim bin Abdullah al-Harawi, Ibrahim bin Yahya al-Ghassani dan

43 Al-Zahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, Juz 16, h. 122 44 Mengenai periwayat ini tidak diberikan keterangannya secara jelas. Lihat Al-

Zahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, Juz 25, h. 28

Page 37: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxxvii

lain-lain. Muridnya antara lain: Abu Bakar al-Najad, Abu Bakar al-

Syafi’i, Abu Ali al-Shawwaf, Abu al-Qasim al-Tabrani, Abu Bakar al-

Qati’i, Abu Bakar al-Ja’abi, Abdul Baqi’ bin Qani’, Abu Ali bin

Harun dan lain-lain.45

c. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

1) Al-Khatib al-Baghdadi: Dia tsiqah al-hujjah.

2) Abu Ahmad bin Adi: Kami menghadiri hadis Ja’far ketika itu ada

10.000 orang yang hadir.

3) Ahmad bin Kamil: Dia tsiqah ma’mun.

4) Al-Qadi Abu al-Walid al-Baji: Dia tsiqah mutqin.

5) Al-Dar al-Qutni dan Ibnu Syahin mengatakan bahwa al-Firyabi

wafat tahun 301 Hijriah pada malam rabu bulan Muharram.46

Komentar-komentar kritikus hadis di atas menunjukkan, bahwa Ja’far

al-Firyabi adalah seorang yang memiliki kualitas dan kemampuan intelektual

yang tidak diragukan. Dengan demikian, pernyataan al-Firyabi yang

mengatakan bahwa dia menerima hadis di atas dari Ibrahim bin Hisyam dapat

dipercaya kebenarannya. Itu berarti, sanad antara Ja’far al-Firyabi dan Ibrahim

bin Hisyam dalam keadaan muttashil (bersambung).

6. Ibrahim bin Hisyam

45 Al-Zahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, Juz 14, h. 96-101 46 Al-Zahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, h. 100-101

Page 38: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxxviii

a. Nama lengkapnya: Ibrahim bin Hisyam bin Yahya bin Yahya al-

Ghassani.

b. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Gurunya antara lain:

ayahnya (Hisyam bin Yahya) dan Ma’ruf al-Khiyat. Muridnya antara

lain: Ya’kub al-Fasawi, Ja’far al-Firyabi, Ibnu Qutaibah, al-Hasan bin

Sufyan.

c. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

1) Ibnu al-Jauzi: Dia seorang pembohong.

2) Abu Zur’ah: Dia seorang pembohong.

3) Abdurrahman: Saya bertanya tentang Ibrahim bin Hisyam kepada

bapak saya, beliau menjawab: “…saya yakin bahwa dia seorang

pembohong”.

4) Abu Al-‘Arab dari Abi al-Thahir al-Maqdisi: Ibrahim bin Hisyam

al-Ghassani seorang yang da’if.

5) Al-Zahabi: Dia matruk. 47

Secara umum, para kritikus hadis menyatakan bahwa Ibrahim bin

Hisyam adalah seorang pendusta. Namun, dalam periwayatannya Ibrahim bin

Hisyam memiliki ketersambungan sanad dengan ayahnya yaitu Hisyam bin

Yahya al-Ghassani. Itu berarti, sanad antara Ibrahim bin Hisyam dan ayahnya

dalam keadaan bersambung.

7. Hisyam bin Yahya

47 Al-Asqalani, Lisan al-Mizan, Juz 1, h. 124-125; Al-Zahabi, Mizan al-I’tidal,

(Beirut: Dar al-Fikr, tth), Juz 1, h. 72-73; Abdurrahman bin Abi Hatim, al-Jarh wa al-Ta’dil, (Beirut: Dar al-Fikr, 1953), Juz 2, h. 142-143

Page 39: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xxxix

a. Nama lengkapnya: Hisyam bin Yahya bin Yahya al-GhassaniGuru

dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Gurunya antara lain:

Ayahnya (Yahya bin Yahya al-Ghassani). Muridnya antara lain: Al-

Walid bin Muslim, Hisyam bin Ammar al-Dimasyqi, Yahya bin

Shalih al-Wahazhi dan Ibrahim bin Hisyam.

b. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya: Menurut Ibnu Abi

Hatim, bahwa Hisyam salih al-hadits.48

Dari kesimpulan di atas dapat diketahui bahwa Hisyam bin Yahya

adalah periwayat yang baik. Oleh karena itu, Ibnu Abi Hatim memasukkan

Hisyam bin Yahya ke dalam kitabnya “al-Jarh wa al-Ta’dil” sebagai orang

yang adil. Dengan demikian, pernyataan Hisyam bin Yahya yang mengatakan

bahwa dia menerima hadis di atas dari ayahnya yaitu Yahya bin Yahya al-

Ghassani dapat dipercaya. Itu berarti, sanad antara Hisyam bin Yahya dan

Yahya bin Yahya al-Ghassani dalam keadaan muttashil (bersambung).

8. Yahya bin Yahya al-Ghassani

a. Nama lengkapnya: Yahya bin Yahya bin Qais bin Harisah bin Amr bin

Zaid bin Abd al-Manat bin al-Khasykhasy al-Ghassani Abu Usman al-

Syami.

b Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Gurunya cukup

banyak, antara lain: Mahmud bin Labid, Sa’id bin Musayyab, Abi Idris

al-Khulani, Abi Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, ‘Umrah

binti Abdurrahman, ‘Urwah bin al-Zubair, Qais bin al-Haris al-Kindi.

Muridnya antara lain: Anaknya (Hisyam bin Yahya), Khalid bin

39 Abdurrahman bin Abi Hatim, al-Jarh wa al-Ta’dil, Juz 9, h. 197

Page 40: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xl

Dahqan, Abu Bakar bin Abi Maryam, Abdullah bin ‘Aun, Ibnu Ishaq,

Abdurrahman bin Yazid bin Jabir.49

c. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

1) Al-Mufdhil bin Gassan: tsiqah.

2) Ibnu Ma’in: tsiqah.

3) Al-Tabrani: tsiqah.50

Tidak ada seorang kritikus pun yang mencela Yahya bin Yahya al-Ghassani.

Pujian yang diberikan kepadanya membuktikan bahwa dia adalah seorang

yang tsiqah. Dengan demikian, pernyataan Yahya al-Ghassani yang

menyatakan bahwa dia menerima hadis di atas dari Abi Idris al-Khulani dapat

dipercaya kebenarannya. Itu berarti, sanad antara Yahya al-Ghassani dan Abi

Idris al-Khulani dalam keadaan bersambung.

9. Abi Idris al-Khulani

a. Nama lengkapnya: ‘Aidzullah bin Abdullah bin Amr bin Abu Idris al-

Khulani.

b. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Gurunya cukup

banyak, antara lain: Ubay bin Ka’ab, Bilal bin Rabah, Huzaifah bin al-

Yaman, Syaddad bin Aus, ‘Ubadah bin Shamit, Abdullah bin Abbas,

Abu Musa al-Asy’ari, Umar bin Khattab, Mu’awiyah bin Abi Sufyan,

Abi Dzar al-Ghiffari dan lain-lain.51 Muridnya antara lain: Bisyr bin

Abdillah al-Hadhrami, Rabi’ah bin Yazid, Abu Hazim Salamah bin

49 Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, Juz 9, h. 314-315 50 Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, h. 315 51 Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, Juz 10, h. 25-26

Page 41: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xli

Dinar al-Madani, Syahr bin Syab, Abdullah bin Rabi’ah bin Yazid,

Yahya bin Yahya al-Ghassani.

c. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:

1) Makhul: Saya tidak pernah melihat orang yang lebih ‘alim dari Abi

Idris al-Khulani.

2) Al-Zuhri: Dia Qadhi ahl al-syam.

3) Abu Zur’ah al-Dimasyqi: Orang terbaik di Syam itu adalah Zubair

bin Nufair, Abu Idris dan Katsir bin Murrah, saya bertanya kepada

Duhaim; Siapa yang terdepan dintara mereka? Beliau menjawab:

“Abu Idris”.

4) Mushir: Dia ‘alim ahl al-syam.52

Komentar para kritikus hadis di atas membuktikan bahwa Abi Idris al-Khulani

adalah seorang periwayat yang adil yang memiliki kredibilitas dan intelektual

yang cukup tinggi. Dengan demikian, pernyataan Abi Idris yang mengatakan

bahwa dia mendapat hadis di atas dari Abi Dzar al-Ghiffari dapat dipercaya

kebenarannya. Itu berarti, sanad antara Abi Idris al-Khulani dan Abi Dzar al-

Ghiffari dalam keadaan bersambung.

10. Abu Dzar al-Ghiffari

a. Nama lengkapnya: Jundub bin Janadah bin Qais bin Amr bin Mulail bin

Sha’ir bin Harram bin Affan. Ada satu pendapat yang mengatakan

bahwa namanya adalah Barir bin Janadah.

52 Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, h. 26-27

Page 42: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xlii

b. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Gurunya adalah Nabi

Muhammad S.A.W.. Muridnya cukup banyak, antara lain: Anas bin

Malik, Ibnu Abbas, Khalid bin Wahban, Kharsyah bin al-Hur, Zubair

bin Nufair, al-Ahnaf bin Qais, Abdullah bin Shamit, Abu Idris al-

Khulani dan lain-lain.53

Abu Dzar al-Ghiffari termasuk salah seorang sahabat Nabi, ia meninggal

di Rabdzah pada tahun 32 Hijriah. Tidak ada kepastian tentang nama aslinya, akan

tetapi Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan dalam kitabnya “Tahzib al-Tahzib”

bahwa namanya adalah Jundub.54 Terdapat didalam suatu riwayat oleh Ibnu Majah,

bahwasanya Nabi pernah memanggil Abu Dzar dengan panggilan Junaidib.55

Abu Dzar dikenal tekun beribadah, ia adalah sahabat kelima yang lebih

dulu masuk Islam. Ia baru bisa hijrah sesudah perang Khandaq. Abu Dzar termasuk

kelompok yang melakukan bai’at kepada Nabi Muhammad S.A.W. dan berikrar

tidak memperdulikan celaan orang dalam menegakkan kebenaran dan akan

menyatakan perkara yang hak meskipun dengan pahit.56

Dengan demikian, maka dapat dipastikan bahwa keadilan Abu Dzar al-

Ghiffari tidak diragukan lagi kejujuran dan ke-sahihan-nya dalam menyampaikan

hadis Nabi. Hal ini menegaskan bahwa sanad antara Abu Dzar al-Ghiffari dan Nabi

dalam keadaan bersambung.

53 Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, Juz 10, h. 101-102

54 Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, h. 102

55 Al-Asqalani, al-Ishabah Fi Tamyiz al-Shahabah, (Beirut: Dar al-Kutub, tth), Juz 7, h. 106

56 Subhi al-Salih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), Cet. ke-2, h. 328

Page 43: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xliii

Dari seluruh periwayatan yang terdapat dalam sanad yang diteliti ternyata

terdapat seorang perawi yang tidak diketahui identitasnya (mubham) yaitu Ahmad

bin Anas bin Malik dan seorang perawi yang dituduh dusta oleh para ahli hadis

yaitu Ibrahim bin Hisyam dan sanad-nya tidak bersambung. Dengan demikian,

sanad hadis riwayat Abu Nu’aim menurut hasil penelitian adalah berkualitas da’if.

Page 44: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xliv

Page 45: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xlv

BAB IV

STUDI KUALITAS MATAN HADIS

A. Kegiatan Penelitian Matan

Dalam hubungannya dengan status kehujahan hadis, maka penelitian

sanad dan matan memiliki kedudukan yang sama pentingnya. Karena menurut

ulama hadis, suatu hadis barulah dinyatakan sahih apabila sanad dan matan hadis

itu sama-sama berkualitas sahih.57

Adapun yang menjadi unsur-unsur acuan pertama yang harus dipenuhi

oleh suatu matan yang bersifat sahih adalah terhindar dari Syadz (kejanggalan)

dan terhidar dari ‘illat (cacat).58

Dalam kegiatan penelitian matan hadis penulis akan mencoba berusaha

menggunakan tiga langkah sebagai berikut:

1. Meneliti Matan dengan Melihat Kualitas Sanadnya

Hasil penelitian sanad (naqd al-sanad) hadis yang diteliti telah ditegaskan

bahwa sanad hadis Ibnu Majah (dalam hal ini adalah jalur Abu Bakar bin Khalaf)

adalah berkualitas sahih. Dari hasil penelitian sanad (naqd al-sanad) hadis yang

diteliti juga telah ditegaskan bahwa sanad hadis Abu Nu’aim (dalam hal ini

adalah jalur Muhammad bin Ahmad bin al-Hasan dan Sulaiman bin Ahmad)

adalah berkualitas da’if. Itu berarti, bahwa kualitas sanad Ibnu Majah dan Abu

57 Jadi, hadis yang sanad-nya sahih dan matan-nya tidak sahih, atau sebaliknya,

sanad-nya da’if dan matan-nya sahih tidak dinyatakan sebagai hadis sahih. Uraian lebih lanjut, lihat, M Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 122-123

58 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 122

Page 46: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xlvi

Nu’aim telah memenuhi langkah pertama penelitian matan untuk hadis yang

bersangkutan.

2. Meneliti Susunan Matan yang Semakna

Susunan matan hadis untuk ketiga belas sanad yang telah dikutip dari

ketiga mukharij (al-Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal) tersebut, memiliki

kesamaan makna. Perbedaan lafadz memang terlihat jelas dan hampir memiliki

redaksi yang sama, akan tetapi tidak menjadikan perbedaan makna. Hal itu

menunjukkan bahwa hadis yang diteliti telah diriwayatkan secara makna (riwayat

bi al-ma’na).59

Untuk memperjelas adanya perbedaan lafadz yang dimaksud, berikut ini

dikemukakan kutipan dari ketiga matan tersebut:

60 -B@l-q@lA ^T@y_m^t k_e#-[lA -"-R@c-K

#-N)_A-f -k_e#-[lA _R_c-K^t -: .1

61 -B@l-q@lA ^T@y_m^t k_e#-[lA -"-R@c-K #-

N)_A-f -k_e#-[lA A@W^R_c-K^t -: .2

62 -B@l-q@lA ^T@y_m^t k_e#-[lA -"-R@c-K #-

N)_A-f -k_e#-[lA _R_c-K^t -: .3

59 Riwayat bi al-ma’na adalah periwayatan hadis yang isi atau matan-nya tidak

persis sama, namun maknanya sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Rasul. Lihat, Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996), Cet. ke-I, h. 106

60 Susunan menurut riwayat al-Turmudzi 61 Susunan menurut riwayat Ibnu Majah 62 Susunan menurut riwayat Ahmad bin Hanbal

Page 47: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xlvii

Pada ketiga matan di atas hampir terlihat adanya kemiripan lafadz. dari

dua hadis menyebutkan kata @R_c-K^t dan dari satu hadis menyebutkan kata

A@W^R_c-K^t diawal matan. Perbedaan lafadz tersebut tidak menjadikan

perbedaan makna.

Adapun susunan matan hadis untuk kesembilan sanad yang telah dikutip

dari satu orang mukharij (Abu Nu’aim) tersebut, hampir memiliki kesamaan

makna, akan tetapi memiliki perbedaan lafadz yang terlihat begitu jelas sekali dan

perbedaan lafadz itu dapat menyebabkan perbedaan makna.

Untuk memperjelas adanya perbedaan lafadz dimaksud, berikut ini

dikemukakan kutipan dari matan tersebut:

63._p@j-W@lA _R@W^n_b ^B-h@V-y-W

-B@l-q@lA ^T@y_m-y ^p#-n)_A-f k_e#-[lA -"-R@c-K-W -

kA#-y)_A

Pada matan di atas tampak adanya perbedaan lafadz yang begitu jelas.

Dari ketiga hadis riwayat Ibnu Majah, al-Turmudzi dan Ahmad bin Hanbal di atas

sama-sama menyebutkan kata-kata -B@l-q@lA ^T@y_m^t diakhir matan

dan dari satu hadis riwayat Abu Nu’aim, terdapat tambahan kalimat yang

menyebutkan dengan bunyi matan _p@j-W@lA _R@W^n_b ^B-

h@V-y-W -B@l-q@lA ^T@y_m-y

63 Susunan menurut riwayat Abu Nu’aim 8 Lihat kembali keterangan terdahulu, Bab III, h. 44

Page 48: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xlviii

Dengan demikian, apabila ditempuh metode muqaranat terhadap

perbedaan lafadz pada berbagai matan yang semakna, maka dapat dinyatakan

bahwa perbedaan lafadz tersebut tidak dapat ditoleransi. Pernyataan “tidak dapat

ditoleransi” didasarkan atas alasan bahwa sanad hadis riwayat Abu Nu’aim

adalah berkualitas da’if.64

3. Meneliti Kandungan Matan

Dalam melakukan kegiatan penelitian muqaranat (perbandingan) kandungan matan kedua hadis di atas, penulis mencoba menampilkan kandungan matan yang terdapat dalam hadis riwayat Abu Nu’aim yang berbunyi : “Berhati-hatilah kamu dengan banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan (membekukan) hati dan dapat menghilangkan cahaya wajah. Dari terjemahan hadis tersebut terdapat kalimat ”dan dapat menghilangkan cahaya wajah”, sedangkan dalam kandungan matan riwayat Ibnu Majah tidak terdapat kalimat tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa kandungan matan hadis riwayat Abu Nu’aim memiliki lafadz dan makna yang berbeda dengan kandungan matan hadis riwayat Ibnu Majah yang juga diriwayatkan oleh al-Turmudzi dan Ahmad bin Hanbal yang telah teruji ke-sahihan-nya. Selain itu juga, setelah penulis melakukan penelitian matan melalui pendekatan rasio, kandungan matan hadis riwayat Abu Nu’aim memiliki makna yang terlalu berlebih-lebihan dan tidak rasional. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kandungan matan hadis riwayat Ibnu Majah adalah mahfudz dan kandungan matan hadis riwayat Abu Nu’aim adalah syadz.

B. Syarah-an Hadis (Syarh al-Hadits)

1. Arti Beberapa Kosa Kata

Lafadz ke[ berarti tertawa, gurau, gelak-gelak (terbahak-bahak).65 Lafadz

ke[ bermakna L@Z-hlA yakni senda gurau, kelakar, tertawa terbahak-bahak.66 Lafadz kAe@[m_lA bermakna ke#[lA RycKlA maksudnya banyak tertawa-tawa.67

65 Muhammad Idris Abd al-Rauf al-Marbawi, Kamus Arab-Melayu, (Kairo: Maktabah al-Mishriyyah, tth), Juz I, h. 348 66Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Ponpes al-Munawwir, 1984), h. 870

11 Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq,

1986), h. 446

Page 49: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

xlix

2. Analisis Terhadap Pokok kandungan Hadis

Dari kandungan hadis di atas dapat dipahami bahwa tertawa terbahak-bahak itu adalah perbuatan yang dilarang oleh Rasulullah S.A.W. karena tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan suara yang keras dapat mematikan hati. Dalam riwayat Hannad bin Sirri dan Hasan al-Bishri, dia berkata: “Tertawa itu ada dua macam, pertama tertawa yang disukai oleh Allah dan kedua tertawa yang dibenci oleh Allah”. Adapun tertawa yang disukai oleh Allah S.W.T. ialah seseorang tersenyum kepada saudaranya setelah lama tidak bertemu dan merasa rindu kepadanya. Sedangkan tertawa yang dibenci oleh Allah ialah seseorang berkata dengan ucapan batil dan kasar kepada orang lain karena ingin menertawakan atau agar orang lain tertawa, maka ia akan jatuh ke Neraka Jahanam tujuh puluh musim.68

Maksud tertawa itu ada dua macam, pertama tertawa yang akan diberi pahala oleh Allah dan kedua tertawa yang akan disiksa oleh Allah jika dia menghendakinya. Adapun tertawa yang akan diberi pahala oleh Allah ialah seseorang tertawa kapada saudaranya karena lama tidak bertemu dan merasa rindu padanya. Adapun tertawa yang akan mendapat siksa ialah tertawanya seseorang karena seseorang mengucapkan kalimat yang fasid sambil tertawa atau ingin ditertawakan oleh yang lainnya. Dengan demikian dia akan dijerumuskan kebawah Neraka Jahanam selama tujuh puluh tahun.69

Dalam kitab al-Ihya’ disebutkan bahwa “Tersenyum itu ialah tampak gigi, tetapi tidak terdengar suara” dan menurut al-‘Azizi, tabassam (tersenyum) itu ialah permulaan tertawa dan tertawa itu berserinya wajah karena senang sehingga tampak giginya. Jika hal itu menimbulkan suara serta terdengar dari jauh, maka dikatakan tertawa terbahak-bahak, dan jika tidak menimbulkan suara disebut tersenyum. Demikian al-‘Azizi mengutip dari sebagian ulama.70

Menurut Hamka dalam tafsir-nya al-Azhar, Allah S.W.T. telah menyuruh manusia agar lebih banyak menangis dan sedikit tertawa supaya mereka (orang-orang munafik) mencoba untuk duduk bermenung dan berfikir, untuk memeriksa kembali cara berfikir mereka yang salah itu. Kalau sekiranya mereka merasa gembira karena ditinggalkan berperang oleh Rasul akibat keengganan mereka sambil tertawa-tawa karena bebas dari tanggung jawab, bilamana mereka berfikir dengan tenang, niscaya mereka tidak akan sanggup tertawa, melainkan mereka akan terus menangis dan menyesali diri: “Sebagai balasan dari apa yang mereka telah usahakan”. Mereka akan menangis menyesali diri akibat perbuatan dan jiwa mereka yang bobrok itu. Mereka akan menangis kelak dan tidak sempat tertawa lagi, sebagaimana Firmannya:

12 Syekh Nawawi, Tanqihul Qaul al-Hatsits: Penafsiran Hadis Rasulullah secara

Kontekstual, Alih bahasa Ibnu Zuhri, (Bandung: Trigenda Karya, 1995), Cet. Ke-I, h. 347

13 Syeikh Nawawi, Tanqihul Qaul al-Hatsits, h. 347

70 Syeikh Nawawi, Tanqihul Qaul al-Hatsits, h. 349-350

Page 50: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

l

82.pbWtlA.-N@W^b_s@K-y A@W^nA-K A-m_b =*`A-Z-j A=R@y_c-K A@W^K@b-y@lA-#W =;@y_l-q A@W^K-e@[-y@l-f “ Maka biarlah mereka tertawa-tawa sedikit dan menagislah mereka yang banyak, sebagai balasan dari apa yang telah mereka usahakan”.71

Nasihat Rasulullah S.A.W. kepada manusia agar selalu banyak berfikir, merenung dan lebih banyak menangis daripada tertawa, terlukis pula dalam sabda beliau, demikian bunyinya:

^QA-f#_nlA ^R-w @}-y A=R@y_c-K @M^t@y-K-b-l--W =;@y_l-q @M^t@Ke_-[-l ^M-l@x(-AA-m -N@W^m-

l@d-t @W-l

_N@y_m(-;@A -R@y-g ^N-m-t(@W^y-W ^N@y_m(-;@A ^M-w#-t^y-W ^p-m@e#-RlA ^{b_@q^t-W ^p-nA-

m(-;@A ^v_f-t@R-t-W ._M_l @}^m@lA _L@y#-llA _LA-c@m(-A-K ^N-t_f@lA

^N@W^n^j@lA ^F-R#-ilA M^K_b -OA-n(-A “Kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan

sedikit tertawa dan akan banyak menangis. Sebab kemunafikan akan terlihat nyata, amanat akan hilang sirna, rahmat akan tercabut, orang yang dipercaya akan mendapat tuduhan dan orang yang tidak dapat dipercayai akan memikul kepercayaannya, unta tua hitam akan terpaut dihadapanmu dan fitnah-fitnah akan datang laksana malam gelap gulita”. (Dirawikan oleh Bukhari, Muslim dan para ahli hadis lainnya dari Abu Hurairah).72

Melihat beberapa pernyataan di atas, jelas sekali bahwa tertawa berlebih-lebihan itu adalah suatu perbuatan yang dilarang Rasulullah S.A.W. karena merupakan sifat yang tercela yang menunjukkan sifat orang-orang yang munafik. Namun apakah larangan Rasulullah itu benar-benar mutlak? melihat tertawa adalah sifat manusiawi yang menunjukkan kebahagiaan seseorang yang merupakan anugrah dari Allah S.W.T. kepada manusia. Sebagaimana dalam Firmannya:

71 Mereka (orang-orang munafik) telah bergembira karena tidak ikut pergi

berperang bersama Rasulullah dalam perang tabuk. Mereka gembira karena tidak ikut memikul kewajiban yang telah diperintahkan tuhan kepada mereka. Lihat, Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas,1984), Juz 10, h. 304-306

16 Hamka, Tafsir al-Azhar, h. 306-307 17 Al-Qur’an al-Karim, al-Qur’an dan terjemahannya, (Madinah: Kerajaan Saudi

Arabia, 1971), h. 875

Page 51: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

li

.43 Mj#nl(A. ]-K@b(-A-W -k-e@[(-A -W^h $p#-n(-A-W “Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis”.73

Secara hukum, menurut Yusuf Qardhawi, “Sesungguhnya tertawa itu termasuk tabiat manusia, binatang tidak dapat tertawa, karena tertawa itu datang setelah memahami dan mengetahui ucapan yang didengar atau sikap dari gerakan yang dilihat, sehingga ia tertawa karenanya. Sesuai pendapat di atas, maka hukum tertawa adalah boleh. Secara ibadah tertawa merupakan sedekah, memberi kesan berseri dan optimis, penawar bagi rohani yaitu obat bagi jiwa dan ketenangan bagi sanubari yang lelah setelah bekerja dan berusaha, tanda kemurahan hati dan menunjukkan kebahagiaan.74

Berdasarkan pendapat-pendapat ulama di atas, maka dapat dipahami bahwa tertawa termasuk dalam hal Akhlak yang telah diatur dan dibahas dalam Islam yang menunjukkan keluhuran ajaran Islam. Pendapat-pendapat mereka merupakan adab dan pengagungan terhadap sunnah Rasulullah S.A.W.

18 Aries Taufik Kurniawan, Manajemen Tertawa, artikel diakses tanggal 25 April 2006 darihttp://www.percikaniman.com/modules.php?name=Artikelpilihan&op=detail_artikelpilihan&id=204

Page 52: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

lii

Lampiran I

Skema sanad Ibnu Majah, Al-Turmudzi dan Ahmad bin Hanbal

"RyRh Wb(A

Nse Nyne Nb pllADbx Nb M hARb)A

Rfdj Nb DymelA Db

QRAP ]b(A

MlsW pylx pllA au pllA LWsR

NAmyls Nb Rfdj

]fnelA RKb Wb(A

Page 53: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

liii

Lampiran II

Skema sanad Abu Nu’aim

FAW#ulA L;h Nb Rib

Flo Nb RKb Wb(A

]VmRtlA

pjAm Nb)A

QAZ#RlA Db

MlsW pylx pllA au pllA LWsR

]RAfrlA

]n;WolA SyRD)A

]nAsrlA

]yey Nb

Lbne Nb D (A

Page 54: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

liv

MAih Nb

klAm Nb Sn(A ]bAyRflA

Dme(A Nb NselA Nb Dme(A

Mydn

Page 55: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

lv

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Abu Syuhbah, Muhammad bin Muhammad. Kutub al-Sittah: Mengenal enam Pokok Hadis dan Biografi. Semarang: Pustaka Progresif, 1999.

Al-Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar. Tahzib al-Tahzib. Beirut: dar al-Fikr, tth. ---------------, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah. Beirut: Dar al-Fikr, tth. ---------------, Lisan al-Mizan. Beirut: Dar al-Fikr, tth. Al-Ashbahani, Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah. Hilyah al-Auliya’. Beirut: Dar

al-Fikr, 1932. Azami, Muhammad Mustafa. Studies in Hadith Methodology and Literature.

Bandung: Pustaka Hidayah, 1992. Al-Bantani, Muhammad Nawawi. Nasaih al-‘Ibad. Semarang: Toha Putra, tth. Bruinessan, Martin Van. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi

Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1995. Chaidar. Sejarah Pujangga Islam: Syeikh Nawawi al-Bantani. Jakarta: Sarana

Utama, 1979. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam 4, ed. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ikhtiar Baru

Van Houve, 1997. Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.

Jakarta LP3S,1994. Hasan, Ahmad Rifa’i. Warisan Intelektual Islam: Tela’ah atas Karya-karya

Klasik. Bandung: Mizan, 1987. Hanbal, Abu Abdullah Ahmad bin. Musnad Ahmad bin Hanbal. Beirut: Dar al-

Fikr, tth. Hatim, Abdurrahman bin Abi. al-Jarh wa al-Ta’dil. Beirut: Dar al-Fikr, 1953. Hamka. Tafsir al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.

Page 56: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

lvi

http//:www.percikaniman.com/search.php?=percikaniman.com&cachehey=03uhs

9yoakGVPTOCDxRDKv7pec9 Isma’il, Muhammad Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan

Bintang, 1992. Al-Mizzi, Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf. Tahzib al-Kamal fi Asma al-Rijal.

Beirut: Dar al-Fikt, 1994. Al-Marbawi, Muhammad Idris Abd al-Rauf. Kamus Arab-Melayu. Kairo:

Maktabah al-Mishriyyah, tth. Mas’ud, Abdurrahman. Intelektual Pesantren; Perhelatan Agama dan Tradisi.

Yogyakarta: LkiS, 2004. Ma’luf, Louis. Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam. Beirut: Dar al-Masyriq, 1986. Munawir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997. Muhammad bin Isa bin Saurah, Abi Isa. Al-Jami’ al-Shahih Sunan al-Turmudzi.

Beirut: Dar al-Fikr, 1994. Nawawi, Syeikh. Tanqihul Qaul al-Hatsits: Penafsiran Hadis Rasulullah secara

Kontekstual. Bandung: Trigenda Karya, 1995. Al-Qazwini, Abu Abdullah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Majah. Beirut:

Dar al-Fikr, 1954. Rahman, Fatchur. Ikhtisar Musthalah al-Hadis. Bandung: PT. al-Ma’arif, 1987. Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadis. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996. Al-Salih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995. Suminto, Aqib. Politik Hindia Belanda. Jakarta: LP3S, 1985. Steenbrink, Karel A. Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke-19.

Jakarta: Bulan Bintang, 1984. Al-Tahhan, Mahmud. Ulumul Hadis: Studi Komplesitas Hadis Nabi. Yogyakarta:

Titian Ilahi Press, 1997. --------------, Taisir Musthalah al-Hadis. Beirut: Dar al-Qur’an al-Karim, 1979. Al-Tabrani, al-Qasim Sulaiman bin Ahmad. Al-Mu’jam al-Ausat. Beirut: Dar al-

Fikr, tth.

Page 57: Studi Kualitas sanad dan matan hadis dalam kitab …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8354/1...ii STUDI KUALITAS SANAD DAN MATAN HADIS DALAM KITAB NASAIH AL-‘IBÂD

lvii

Wensick, A. J. al-Mu’jam al-Mafahras Li al-Fadz al-Hadis al-Nabawi. Terjemah

Muhammad Fuad Abdul Baqi’. Leiden: EJ. Brill, 1995. --------------, Miftah al-Kunuz. Terjemah Muhammad Abdul Baqi’. Kairo: Dar al-

Hadis, 1991. Al-Zahabi, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Usman, Siyar A’lam al-

Nubala’, Beirut Muassasah al-Risalah, 1992. --------------, Mizan al-I’tidal. Beirut: Dar al-Fikr, tth. Zaqlul, Muhammad al-Sa’id bin al-Basyuni. Mausu’ah al-Athraf al-Hadis al-

Nabawi. Beirut: Dar al-Fikr, tth.