Upload
tranlien
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI KUANTITATIF URUTAN PROSES PEMBUATAN GAMELAN JENIS PEKING PELOG
NADA 7 (PITU)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Oleh :
SONY BUDOYO NIM. I 1406512
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
ii
HALAMAN PENGESAHAN
STUDI KUANTITATIF URUTAN PROSES PEMBUATAN GAMELAN JENIS PEKING PELOG
NADA 7 (PITU)
Disusun oleh
Sony Budoyo NIM. I 1406512
Dosen Pembimbing I
Dody Ariawan, ST, MT NIP. 19730804 1999031 003
Dosen Pembimbing II
Eko Surojo, ST, MT NIP. 19690411 2000031 006
Telah dipertahankan di hadapan Tim Dosen Penguji pada hari selasa tanggal 6 Juli 2010
1. Bambang Kusharjanto, ST, M T
NIP. 19691161 997021 001 .………………………. 2. Joko Triyono, ST, MT NIP. 19690625 199702 100 .………………………. 3. Ir. Santoso, M.Eng, Sc
NIP. 19458241 980121 001 ..………………………
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Dody Ariawan, ST, MT
NIP. 19730804 1999031 003
Koordinator Tugas Akhir
Syamsul Hadi, ST, MT
NIP. 19710615 1998021 002
iii
MOTTO
“ Dan Diantara Tanda-tanda KebesaraNya Ialah
Menciptakan Pasangan-pasangan Untukmu Dari Jenismu
Sendiri Agar Kamu Canderung Dan Merasa Tentram
KepadaNya. Dan Dia Menjadikan Di antaramu Rasa Kasih
Dan Sayang. Sesungguhnya Pada yang Demikian Itu
Benar-benar Terdapat Tanda-tanda Kebesaran Allah Bagi
Kaum Yang Berfikir”
(Q.S. Ar-ruum: 21)
’’Belajar Adalah Sesuatu Yang Belum Bisa Menjadi Bisa,
Jika Belum Bisa Itu Belum Bisa Disebut Belajar’’
...................................................................................................................................
Karya ini kupersembahkan kepada:
Ø Allah SWT yang telah limpahkan rahmat dan hidyahNya
Ø Ibu dan Bapak tercinta
Ø Kedua Kakaku dan keponakanku tersayang
Ø Keluarga Besar Teknik Mesin UNS
Ø Sahabatku Semua Yang slalu Mendoakanku
iv
TERIMA KASIHKU
Allah SWT ....
Bundaku tercinta, doa dan kerja kerasmu adalah peyulut api semangat.
Terimakasih untuk kasih sayang dan doa yang Bunda panjatkan demi
puteramu ini.
Ayahku tersayang, jerih payah dan pengorbananmu akan jadi hal yang
takkan sanggup terbalaskan.
Kedua Kakak dan keponankanku semangat dan dorongan dalam
menyelesaikan studiku,.....
Pak Dody, Pak Eko Surojo banyak terimakasih atas bimbingan dan
nasehatnya serta mengenalkan kami dengan dunia material yang
InsyaAllah kami yakin sangat bermanfaat.
Seganap besalen gamelan bekonang, pak Ripto, pak Sahlí dan pak Poyo
Maruto (Lab Material), Pak Lilik (Lab. Material UGM) berkat ijin lab
dan bantuan serta semangatmu.
Partner terbaikku Anjar Kristanto atas semua kesabarannya
mendidikku jadi orang yang lebih sabar dan bisa mengalah.
Segenap teman – teman satu kost RAHMAWANTO (rizzal S, fredy K,
ardi J, vian, bayou, pak heppy)
Anak-anak mesin semua yang kenalku dan kukenal ;
Udin P, Agus J, Dian T, Didik M, Sapet, Sigit M, Biyan J, Bayu T,
Hengky N, Dhani B, Jokosus, Rony, Wahyudi P, Ahmad I, Mul C, Punto
dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu
v
STUDI KUANTITATIF URUTAN PROSES PEMBUATAN GAMELAN JENIS PEKING
PELOG NADA 7 (PITU) Sony Budoyo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sebelas M aret Surakarta, Indonesia
Intisari
Peking adalah alat musik yang berbentuk bilah yang merupakan bagian
dari gamelan yang digunakan untuk mengiringi pagelaran wayang kulit. Peking terbuat dari timah dan tembaga (perunggu) dengan perbandingan komposisi 3 banding 10. Peking dibuat dengan cara ditempa manual yang diakhiri dengan pemanasan kemudian didinginkan cepat (quenching).
Yang dibahas dalam penelitian ini adalah urutan proses pembuatan gamelan jenis peking pelog nada 1 dari tiga pabrik gamelan yang berbeda untuk mendapatkan parameter nilai kekerasan dan struktur mikro dari awal hingga akhir proses pembuatan gamelan. Spesimen diperoleh dengan mengikuti seluruh urutan proses pembuatan peking dari tiga pabrik yang berbeda selanjutnya dilakukan pengujian kekerasan dengan alat microvikers hardness tester dan Rockwell Hardness Tester model - 150A sesuai urutan tahap pembuatan bilah peking dan dilakukakan juga foto mikro dengan mikroskop metalurgi.
Dari pengujian kekerasan diketahui bahwa terjadi fenomana penurunan kekerasan (pelunakan) dari awal pembuatan hingga akhir proses dikarenakan adanya perubahan fasa saat perlakuan akhir (proses pemanasan dilanjutkan quench), Yaitu timbulnya fasa γ yang bersifat lebih lunak dari pada δ. Saat pengecoran dan penempaan pada (395
oC >suhu penempaan >360 oC) memiliki fasa δ. Pada saat pemanasan akhir antara temperatur (520
oC < suhu quench < 580
oC) dan memiliki fasa γ, Sehingga diperoleh peking yang bersifat ulet.
Kata kunci: perunggu, urutan proses, quench, pelunakan, peking, gamelan.
vi
QUANTITATIVE STUDI OF GAMELAN PEKING’S MAKING SEQUENCE PELOG TONE 7th
Sony Budoyo
Tech Faculty Mechanical Engineering Majors Sebelas Maret University
Surakarta, Indonesia
Abstract
Peking is a music instrument in form of lath. That is a part of a gamelan set used to accompany a puppet show. Peking is made of tin and copper with the comparison composes 3:10. It is made by using manual manufacturing ended by heating and immediate cooling (quenching).
This research discusses the process sequence in making gamelan type peking pelog tone 7
th (pitu) in three different manufactories to gain a parameter of the hardness level and micro structure from the beginning until the last process in making gamelan. A speciment was gained by following the whole process in making peking in the three different manufactories. After that, a hardness testingwas done by using microvikers hardness tester and Rockwell Hardness Tester Model-150 A according to the sequence of making peking lath, and a microphoto was conducted by using Metalurgi Microscope from the hardness test.
From the result of hardness test, it is found that there was a decrease of hardness (softening) from the beginning until the last process caused by phasa’s changing in the last process (heating process continued by quench), it was found that phasa γ that has softer characteristics than δ appeared. When it was in the foundry and manufacturing process (395
oC > manufacturing temperature > 360
oC), it had phasa δ when it was in the last process (520 oC < quench temperature < 580
oC), it had phasa γ, so that it resulted in a tough peking.
Keywords: bronze, process sequence, quench, softening, peking, gamelan.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah dan
bimbinganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “STUDI
KUANTITATIF URUTAN PROSES PEMBUATAN GAMELAN JENIS
PEKING PELOG NADA 7 (PITU)”. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah
untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana teknik di
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sangat mendalam kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian dan penulisan skripsi ini,
khususnya kepada :
1. Bapak Dody Ariawan, ST, MT selaku pembimbing I dan Bapak Eko Surojo,
ST, MT selaku pembimbing II yang dengan sabar dan penuh pengertian
telah memberikan banyak bantuan dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini.
2. Bapak Dody Ariawan, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik UNS.
3. Bapak Bambang Kusharjanto, ST, MT, Joko Triono, ST, MT, dan Ir.
Santoso M.Eng, Sc, selaku dosen penguji.
4. Bapak Ir. Mukahar, MSCE. selaku Dekan Fakultas Teknik UNS.
5. Bapak Dody Ariawan ST, MT selaku pembimbing akademik.
6. Dosen-dosen Teknik Mesin FT UNS yang telah membuka wacana keilmuan
penulis.
7. Semua besalen gamelan bekonang, pak Ripto, pak Sahlí dan pak Poyo.
8. Ibu, Ayahku dan kedua kakakku yang selalu mendukungku.
9. Anjar Kristanto yang melakukan penelitian bersama-sama dengan penulis.
10. Seluruh teman - teman satu kost RAHMAWANTO (rizzal S, fredy K, ardi J,
vian, bayou, pak heppy).
11. Teman-teman Teknik Mesin UNS semua angkatan (Udin, Agus, Dian, Didik,
Sapet, Sigit, Biyan, Hery Bayu, Hengky, Dhani, Jokosus, Rony, Wahyudi,
Ahmad, Mulyantara, Punto, Maruto dan lainnya yang tidak dapat disebutkan
satu persatu).
viii
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, bila ada saran, koreksi dan kritik demi
kesempurnaan skripsi ini, akan penulis terima dengan ikhlas dan dengan ucapan
terima kasih.
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis berharap skripsi ini dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, … Juli 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ...................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI................................................................................................... ix DAFTAR TABEL........................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 2 1.3 Batasan Masalah ........................................................................... 2 1.4 Tujuan ........................................................................................... 2 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 3 1.4 Sistematika Penulisan ................................................................... 3 BAB II. DASAR TEORI ................................................................................ 4
2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................... 4 2.2 Karakteristik Paduan Tembaga ................................................... 5 2.3 Pengertian Peking........................................................................ 6 2.4 Proses Pembuatan Gamelan Jenis Peking ................................... 7 2.5 Pengujian Kekerasan ................................................................... 15 2.6 Proses Pengecoran ....................................................................... 15 2.7 Pembekuan Paduan...................................................................... 15 2.8 Proses Pembentukan.................................................................... 16 2.9 Mekenisme Pelunakan Logam Pada Pengerjaan Panas .............. 16
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 15 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian....................................................... 17 3.2 Bahan Penelitian .......................................................................... 17 3.3 Peralatan Penelitian ...................................................................... 17
3.3.1 Alat Pembuat Spesimen .................................................... 17 3.3.2 Alat Uji Penelitian............................................................. 17
3.4 Tahapan Pengujian........................................................................ 18 3.5 Diagram Alir Penelitian ................................................................ 21 3.6 Alur Penelitian .............................................................................. 23
3.6.1 Penyiapan Spesimen Uji ................................................... 23 3.6.2 Pembuatan Spesimen Untuk Pengujian ............................ 23 3.6.3 Pengujian Kekerasan......................................................... 23 3.6.4 Struktur Mikro................................................................... 24 3.6.5 Pengujian Kekasaran Permukaan...................................... 24 3.6.6 Pengukuran Suhu .............................................................. 25 3.6.7 Pengujian Komposisi Kimia ............................................. 25
BAB IV. Data Dan Analisa............................................................................. 26
4.1 Bahan Pembuatan Peking ............................................................. 26 4.2 SPO (Standart Operating Product) .............................................. 27
x
4.3 Proses Pembuatan Peking............................................................. 29 4.4 Nilai Kekerasan Peking ................................................................ 30 4.5 Nilai Densitas ............................................................................... 31 4.6 Nilai Kekasaran ............................................................................ 32 4.7 Struktur Mikro .............................................................................. 33 4.8 Pengujian Air................................................................................ 35
BAB V. PENUTUP......................................................................................... 36 5.1 Kesimpulan................................................................................... 36 5.2 Saran ............................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 37 LAMPIRAN
Lampiran A (Komposisi Kimia Gamelan) ......................................... 38 Lampiran B (Suhu Penempaan Peking) ............................................. 38 Lampiran C (Suhu Penuangan Peking) .............................................. 39 Lampiran D (Kekerasan Peking HRA) .............................................. 40 Lampiran E (Pengujian Media Pendingin (Air)) ................................ 40 Lampiran F (Nilai Kekasaran)............................................................ 41 Lampiran G (Porositas) ...................................................................... 42 Lampiran H (Struktur Mikro)............................................................. 43 Lampiran I (Perhitungan Densitas Material Gamelan Jenis Peking) 48 Lampiran J (Berat Peking Dari Awal Hingga Akhir Proses Pembuatan) .................................................................... 48
Lampiran K (Istilah-istilah Pembuatan Gamelan) .............................. 49 Lampiran L (Pengujian Tambahan) ................................................... 50
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Komposisi Kimia Peking.................................................................. 26
Tabel 4.2 Suhu Quenching................................................................................... 29
xii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1. Gambar Diagram Fasa Paduan Cu-Sn...................................... 5 Gambar 2.2. Gambar Struktur Mikro Paduan 80 %Cu - 20 %Sn ................. 6 Gambar 2.3. Gambar Rancak Peking ........................................................... 6 Gambar 2.4. Gambar Peking......................................................................... 6 Gambar 2.5. Gambar Peking Pelog Satu Set ................................................ 7 Gambar 2.6. Gambar Perapen ...................................................................... 7 Gambar 2.7. Gambar Paron .......................................................................... 7 Gambar 2.8. Gambar Plandan ..................................................................... 8 Gambar 2.9. Gambar Macam-macam Palu ................................................... 8 Gambar 2.10. Gambar Supit ........................................................................... 8 Gambar 2.11. Gambar Timbangan.................................................................. 9 Gambar 2.12. Gambar Kowi ........................................................................... 9 Gambar 2.13. Gambar Cetakan Peking........................................................... 9 Gambar 2.14. Gambar Pengeringan Cetakan.................................................. 9 Gambar 2.15. Gambar Gerinda ....................................................................... 10 Gambar 2.16. Gambar Macam-macam Kikir.................................................. 10 Gambar 2.17. Gambar Bahan Gamelan .......................................................... 10 Gambar 2.18. Gambar Jujutan ....................................................................... 11 Gambar 2.19. Gambar Bahan Yang Siap Dipakai .......................................... 11 Gambar 2.20. Gambar Bahan Peking Yang Sudah Dipotong......................... 12 Gambar 2.21. Gambar Pemberian Oli Pada Cetakan Dan Hasil Coran .......... 12 Gambar 2.22. Gambar Pembentukan Peking .................................................. 13 Gambar 2.23. Gambar Ricikan Peking ........................................................... 13 Gambar 2.24. Gambar Penggerindaan Ricikan Peking .................................. 14 Gambar 2.25. Gambar Pengesikan................................................................. 14 Gambar 2.26. Gambar Pengamplasan............................................................. 14 Gambar 2.27. Gambar Pengeboran Bilah Peking ........................................... 14 Gambar 3.1. Gambar Spesimen Uji keras Dan Struktur Mikro .................... 18 Gambar 3.2. Gambar Peking Pelog Nada 7 .................................................. 18 Gambar 3.3. Gambar Peking Pelog Satu Set ................................................ 20 Gambar 3.4. Gambar Diagram Alir Penelitian ............................................. 22 Gambar 3.5. Gambar Mikrovikers HardnessTtester ..................................... 23 Gambar 3.6. Gambar Rockwell Hardness Tester Model -150A ................... 24 Gambar 3.7. Gambar Mikroskop Metalurgi.................................................. 24 Gambar 3.8. Gambar SurfaceTester .............................................................. 24 Gambar 3.9. Gambar Thermocouplereader .................................................. 25 Gambar 3.10. Gambar Spectrometer............................................................... 25 Gambar 4.1. Gambar Diagram Alir SPO ...................................................... 28 Gambar 4.2. Gambar Pengukuran Suhu Tempa ........................................... 29 Gambar 4.3. Gambar Diagram Suhu Penempaan ......................................... 30 Gambar 4.4. Gambar Posisi Pengujian Kekerasan ....................................... 30 Gambar 4.5. Gambar Diagram Kekerasan Peking Pengecoran, Tidak
Di-quenching Dan Setelah Penempaan Di- quenching........... 31 Gambar 4.6. Gambar Diagram Harga Densitas ............................................ 32
xiii
Gambar 4.7. Gambar Porositas Peking ......................................................... 32 Gambar 4.8. Gambar Diagram Kekasaran .................................................... 33 Gambar 4.9. Gambar Struktur Mikro Sebelum Ditempa .............................. 33 Gambar 4.10. Gambar Struktur Mikro Peking Setelah Penempaan Dan Di-quenching........................................................................... 33 Gambar 4.11. Gambar Struktur Mikro Peking Tidak Dikelem....................... 34 Gambar 4.12. Gambar Diagram Kekerasan Butir Warna Putih Setelah Di-quenching Dengan Pemanas Furnace................................... 34 Gambar 4.13. Gambar Diagram Kekerasan Butir Warna Hitam Setelah Di-quenching Dan Pendinginan Udara Dengan Pemanas
Furnace..................................................................................... 35
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Peking adalah suatu alat musik jawa yang merupakan bagian dari gamelan,
yang biasanya digunakan untuk mengiringi pagelaran wayang kulit. Cara
mengoperasikan peking ini adalah dipukul dengan kayu yang dibentuk seperti
palu. Peking merupakan alat musik tradisional yang dibuat dengan cara ditempa
dari bahan paduan tembaga (Cu) dan timah (Sn). Menurut keterangan para empu,
paduan timah dengan tembaga adalah tiga berbanding sepuluh, yang mana dalam
istilah jawanya adalah “GA dan SA”, merupakan kependekan dari tembaga dan
timah (rejasa) serta juga menunjukan angka perbandingan tiga berbanding
sepuluh. Jika dijadikan persen maka perbandinganya adalah timah (Sn) 23% dan
tembaga (Cu) 77%.
Peking ini dibuat oleh empu gamelan secara turun temurun dari nenek
moyang yang sebelumnya tidak terdokumentasikan, sehingga hanya berdasar
feeling dan belum ada standarisasi atau data kuantitatifnya dan jika generasi
mereka putus maka orang lain tidak dapat membuat. Dalam pembuatan peking ini
melalui beberapa tahap antara lain menimbang timah dan tembaga yaitu tiga
banding sepuluh, kemudian kedua logam dilebur dan dibuat besutan. Besutan ini
adalah logam paduan timah dan tembaga yang telah siap menjadi bahan baku
pembuatan peking yang mana besutan ini telah melalui proses pengujian dalam
istilah jawanya adalah (njujut). Njujut ini adalah proses pengujian sampel dengan
cara memukul dan memperpanjang sampel yang dilakukan oleh empu gamelan.
Pengujian ini bertujuan supaya dalam proses penempaan tidak beresiko terjadi
kegagalan, yang mana gagal disini biasanya patah, tidak bisa dibentuk, dan tidak
bisa disetem (dilaraskan). Setelah basutan terbentuk dan dingin, kemudian
besutan dipecah dan ditimbang sesuai berat peking yang akan dibuat. Setelah
ditimbang, besutan dilebur dan dituang kedalam cetakan dan terbentuk bakalan
peking (lakaran).
Proses selanjutnya adalah memanaskan lakaran peking tersebut pada suhu
tertentu dan kemudian ditempa sesuai dengan bentuk peking. Proses penempaan
2
2
juga memegang peranan penting terhadap keberhasilan dalam pembentukan
peking, yaitu penentuan suhu yang tepat saat penempaan, karena untuk proses
penempaan logam tentunya juga dipilih bagaimana deformasi yang diberikan pada
benda kerja. Setelah terbentuk peking kemudian dipanaskan kembali dan di-
quenching (kelem). Proses yang terakhir adalah finishing, ini terdiri dari
penggerindaan, pengamplasan, penyeteman (nglaras).
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana urutan proses pembuatan peking.
b. Bagaimana kualitas akhir peking ditinjau dari nilai kekerasan, bentuk
struktur mikro dan kepadatan (densitas) pada gamelan jenis peking.
1.3. Batasan masalah
Untuk penelitian ini ditentukan batasan-batasan masalah sebagai berikut :
a. Pemilihan peking nada 7 (pitu) ini karena bahan dan proses pembuatan
peking ini sudah mewakili gamelan jenis bilah lainya.
b. Pemilihan sampel penelitian adalah gamelan jenis peking pelog nada 7
dari bahan paduan tembaga (Cu) dan timah (Sn).
c. Penelitian di dasarkan pada urutan proses pembuatan gamelan jenis peking
pelog nada 7 dari awal proses hingga proses akhir (finishing).
d. Penelitian ini mengamati kekerasan, densitas dan stuktur mikro material
paduan penyusun peking pelog nada 7 dari tiga pabrik yang berbeda.
e. Pengujian kekerasan menggunakan Micro Vickers Hardness Tester dan
Rockwell Hardness Tester model -150A.
1.4. Tujuan
a. Mengetahui komposisi peking.
b. Mengetahui parameter nilai kekerasan peking.
c. Mengetahui nilai kekasaran peking.
d. Mengetahui struktur mikro peking.
e. Mengetahui densitas peking.
3
3
1.5. Manfaat Penelitian
a. Mengetahui urutan proses pembuatan gamelan jawa secara baik dan benar
untuk memperoleh gamelan yang berkualitas baik.
b. Mengetahui karakteristik material selama proses pembuatan gamelan
dalam hal ini mengamati nilai kekerasan, perubahan struktur mikro selama
urutan proses pembuatan gamelan dan densitas akhir material penyusun
gamelan.
c. Bertambahnya pengetahuan tentang urutan proses pembuatan suatu produk
dari bahan paduan tembaga dengan timah, dalam hal ini pembuatan
gamelan jawa jenis bilah (peking, saron, saron penerus, demung).
1.6. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
BAB II : DASAR TEORI
Berisi tentang tinjauan pustaka, karakteristik paduan tembaga,
pengertian peking, pengujian kekerasan pada material gamelan
dan teori pengecoran, pembentukan logam, mekanisme
pelunakan logam pada pengerjaan panas.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang bahan penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
tahap pengujian, diagram alir penelitian, alur penelitian.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi data hasil pengujian, analisa hasil dan pembahasanya.
BAB V : PENUTUP
Berisi kesimpulan yang diperoleh dan saran-saran bagi
penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Tinjauan pustaka
Sugita, dkk (2007) dalam penelitiannya menguji perubahan sifat mekanis
(ketangguhan retak, struktur makro dan mikro) pada gamelan bali melalui variasi
media pendingin pada media air, oli dan udara setelah proses penempaan. Dari
hasil pengujian diperoleh nilai ketangguhan retak pada media air paling tinggi dan
pada media udara didapat hasil yang paling rendah.
Wibowo (2007) dalam penelitiannya mencoba mengamati pengaruh
tegangan sisa terhadap frekuensi nada dari material berbahan dasar perunggu yang
mungkin ditimbulkan dari aktivitas termal akibat deformasi atau saat proses
pembuatan berlangsung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan
frekuensi nada pada perunggu akibat tegangan sisa yang dilepaskan. Dengan
penelitian ini akan diketahui secara langsung apakah perubahan nada yang terjadi
pada gamelan diakibatkan oleh tegangan sisa yang dilepaskan ketika gamelan
tersebut digunakan.
Srinivasan, dkk (1991) dalam penelitiannya mencoba mengamati kerajinan
kaca logam dari daerah Aranmula, Kerala, India yang terbuat dari paduan
intermetalik (Cu31Sn8) dan disimpulkan bahwa kadar timah yang paling baik
untuk membuat kerajinan logam kaca adalah 32,6 % timah untuk mendapatkan
kilau yang baik dan memiliki kekerasan yang tinggi. Pada penelitan ini penulis
ingin membuktikan kerajinan yang bermutu baik bisa dibuat dari barang
sederhana yang mudah diperoleh dengan teknologi sederhana.
Sudardja (1979) dalam penelitianya mencoba membuat gamelan jenis
kenong dengan cara pengecoran dan menggunakan energi panas yang dapat
dipergunakan untuk mempercepat proses penstabilan struktur, dimana kestabilan
struktur tersebut merupakan salah satu faktor yang menentukan kestabilan
nadanya. Pada umumnya gamelan yang masih baru suaranya belum mantap
dikarenakan adanya struktur-struktur yang belum stabil. Hal tersebut menjadi
masalah bagi para pengrajin gamelan tradisional dalam meningkatkan usahanya.
5
5
2.2. Karakteriktik Paduan Tembaga
Bahan yang sering digunakan untuk membuat alat musik adalah tembaga
(Cu), timah (Sn), seng (Zn). Karena bahan tersebut mudah dicor dan memiliki
ketahanan korosi (Surdia, 2000).
Bahan gamelan adalah dari perunggu. Pada gambar di bawah
menunjukkan diagram Cu-Sn. Ada delapan fasa yaitu α, β, γ, δ, η, ε, ξ, dan fasa
Sn. Fasa α merupakan struktur FCC (Face Cubic Centered) pada 520 ºC larut
pada 15.8 %Sn, dan jika temperatur diturunkan batas kelarutan padatnya juga
menurun, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama untuk mengendapkan
fasa Sn, oleh karena itu tidak memperhatikan perubahan batas kelarutan padat.
Selanjutnya komposisi dari paduan praktis adalah 4-12 %Sn, oleh karena itu tidak
perlu memperhatikan fasa-fasa didaerah paduan tinggi (Surdia, 2000 ).
Gambar 2.1 Diagram fasa paduan Cu-Sn.
(www.msm.cam.ac.uk/mickrograph).
6
6
Gambar 2.2 Struktur mikro paduan 80 %Cu - 20 %Sn.
(www.msm.cam.ac.uk/mickrograph)
2.3. Pengertian Peking
Peking adalah suatu alat musik gamelan yang berasal dari jawa yang
terbuat dari tembaga dan timah. Proses pembuatan peking jenis ini dibuat dengan
cara ditempa. Adapun cara pengoperasianya dengan cara dipukul dengan palu
yang terbuat dari kayu. Rumah (rancak) peking ini juga dibuat dari kayu
kemudian dicat sesuai yang ditunjukan pada Gambar 2.3 rancak peking.
Gambar 2.3 Rancak peking.
Gambar 2.4 Peking.
Adapun peking yang akan diteliti adalah peking pelog nada 7 (pitu).
Peking pelog ini dalam satu set ada 7 nada (laras), yaitu nada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.
7
7
Peking nada 1 adalah bentuk bilah peking yang paling panjang dan peking nada 7
adalah bentuk bilah peking yang paling pendek sesuai yang ditunjukan Gambar
2.4 dan Gambar 2.5 menjelaskan bahwa jika peking diletakan diatas rancak
peking dalam satu set.
Gambar 2.5 Peking pelog satu set.
2.4. Proses Pembuatan Peking
Tahap I : Alat Dan Bahan
a. Alat Yang Digunakan Adalah :
Gambar 2.6 Perapen.
Perapen adalah tempat untuk memanaskan dan peleburan bahan gamelan
yang akan dibuat Gambar 2.6.
Gambar 2.7 Paron.
Paron adalah landasan tempa, ini biasanya terbuat dari batu, kayu, besi
yang ditanam di dalam tanah yang konstruksinya kokoh Gambar 2.7.
8
8
Gambar 2.8 Plandan.
Plandan adalah tempat untuk menampung air yang dibuat dari beton, batu
bata dan harus lebih besar dari gamelan yang akan dibuat. Air yang digunakan
untuk media pendinginan adalah air tawar Gambar 2.8.
Gambar 2.9 Macam-macam palu.
Pada proses pembuatan peking ini menggunakan palu besi gambar 2.9.
Gambar 2.10 Supit.
Supit adalah alat yang terbuat dari besi berbentuk seperti tang yang
digunakan untuk memegang peking saat ditempa Gambar 2.10 dan pelindung
panas yang diakibatkan oleh api perapen biasanya digunakan pelapah pisang
atau daun jati.
9
9
Gambar 2.11 Timbangan.
Gambar 2.12 Kowi.
Timbangan difungsikan untuk menimbang bahan-bahan peking yang akan
digunakan Gambar 2.11. Kowi adalah suatu wadah bahan gamelan pada waktu
proses peleburan Gambar 2.12.
Gambar 2.13 Cetakan peking (penyingen).
Penyingen adalah suatu cetakan yang dibuat dari batu besar dilapisi tanah
liat yang digunakan untuk membuat bakalan peking (ricikan mula-mula) Gambar
2.13.
.
Gambar 2.14 Pengeringan cetakan.
Cetakan dibuat dari batu yang dilapisi tanah liat dan kemudian cetakan
dikeringkan Gambar 2.14.
10
10
Gambar 2.15 Gerinda.
Gerinda adalah alat yang difungsikan untuk menghaluskan permukaan
ricikan setelah selesai ditempa Gambar 2.15.
(a) (b) Gambar 2.16 Macam-macam.
(a) Kikir. (b) Kesik.
Kikir ini digunakan untuk menghaluskan permukaan setelah
penggerindaan antara lain adalah kikir kotak Gambar 2.16 (a) dan kesik Gambar
2.16 (b).
b. Bahan
(a) (b)
Gambar 2.17 Bahan gamelan. (a) Timah. (b) Tembaga.
Bahan yang digunakan untuk membuat peking adalah timah dan tembaga
Gambar 2.17. Adapun perbandingan komposisinya adalah tiga banding sepuluh.
11
11
Tahap II : Peburan, Njujut, Lakaran
Proses peleburan ini dengan cara memasukkan tembaga terlebih dahulu ke
dalam kowi, Setelah tembaganya mencair kemudian timahnya dimasukan ke
dalam kowi dan diaduk.
` (a) (b)
Gambar 2.18 Jujutan. (a) Dipatahkan. (b) Diperpanjang dan ditekuk-tekuk.
Sebelum dituang ke dalam cetakan terlebih dahulu dijujut, yaitu
mengambil sampel campuran tembaga timah kemudian dituang kedalam cetakan
khusus dan diambil dua sampel uji Gambar 2.18. Satu sampel tersebut dipukul,
diperpanjang, ditekuk-tekuk. Dan sampel yang satunya lagi didinginkan dengan
abu (diusek) kemudian dipatahkan (digethak) secara visual hasilnya harus
ndaging urang. Dari dua pengujian tersebut difungsikan untuk mengetahui
apakah campuran itu sudah tepat atau belum (menurut empu gamelan).
(a) (b) Gambar 2.19 Bahan yang siap dipakai.
(a) Cetakan. (b) Bahan peking (besutan).
Jika campuran dianggap tepat, dituang ke dalam cetakan Gambar 2.19 (a)
dan bahan gamelan yang siap dilebur lagi (besutan) Gambar 2.19 (b).
12
12
Gambar 2.20 Bahan peking yang sudah dipotong (besutan).
Proses selanjutnya adalah memotong besutan dan menimbangnya sesuai
berat peking yang akan dibuat Gambar 2.20.
Proses selanjutnya adalah peleburan bahan (besutan), dengan bahan bakar
arang (areng) dan sebagai wadahnya adalah dengan kowi. Dengan cara
memasukan bahan peking (besutan) kedalam kowi kemudian dipanaskan hingga
mencair.
Setelah bahan mencair kemudian dituang ke dalam cetakan sehingga
terbentuk lakaran, Sebelum dituang terlebih dulu cetakan diolesi oli atau minyak
goreng supaya hasil coran tidak menempel dengan cetakan Gambar 2.21 (a) dan
hasil dari proses penuangan ini adalah lakaran Gambar 2.21 (b).
(a) (b) Gambar 2.21 Pemberian oli pada cetakan dan hasil coran.
(a) Pemberian oli pada cetakan. (b) Lakaran.
Lakaran adalah bahan yang siap dibentuk menjadi peking.
13
13
Tahap III : Pembentukan Dan Pendinginan
Gambar 2.22 Pembentukan peking.
Sebelum lakaran dibentuk, terlebih dahulu lakaran dipanaskan kemudian
dengan cara ditempa dengan palu besi lakaran dibentuk menjadi (ricikan) peking
Gambar 2.22. Setelah pembentukan selesai, peking kembali dipanaskan dan
kemudian di-quenching (kelem) dengan media pendingin air, sehingga terbentuk
peking setengan jadi (ricikan/irengan) Gambar 2.23.
Gambar 2.23 Ricikan peking.
Tahap IV : Finishing
Tahap finising ini terdiri dari menggerinda, mengikir, mengamplas, dan
penyelarasan nada peking.
Gambar 2.24 Penggerindaan ricikan peking.
Setelah proses penempaan selesai dan diperoleh ricikan, proses
selanjutnya adalah penggerindaan Gambar 2.24.
14
14
Gambar 2.25 Pengikiran.
Gambar 2.26 Pengesikan.
Gambar 2.27 Pengamplasan.
Setelah proses pengikiran selesai Gambar 2.25 proses selanjutnya adalah
dikesik Gambar 2.26, dan dilanjutkan proses pengamplasan Gambar 2.27. Untuk
menghasilkan kilauan peking maka peking digosok dengan batu hijau yang
dicampur bensin.
Gambar 2.28 Pengeboran bilah peking.
15
15
2.5. Pengujian Kekerasan
1. Pengujian Kekerasan Vickers.
Pada pengujian ini, dengan indentor berbentuk piramida intan dengan
beban konstan 200 gram. Nilai kekerasan vickers diperoleh dengan cara membagi
beban luas jejak indentor. Luas jejak dari indentor dihitung berdasarkan panjang
diagonal indentasi yang diketahui.
1,854 P Harga kekerasan Vickers (VHN) =
D2
Dimana : VHN = Harga kekerasan Vickers (kg/mm²).
P = Beban yang digunakan (kg).
D = Panjang diagonal indentasi (mm).
Pengujian kekerasan ini dilakukan dengan alat yang disebut Micro
Hardness Tester.
2. Pengujian Rockwell Hardnes Tester (HRA)
Pada pengujian ini menggunakan Rockwell Hardnes Tester model HR-150
dengan indentor intan dengan beban 60 kg.
2.6. Proses Pengecoran
Proses pengecoran ini dimulai dari mencairkan logam dan kemudian
dituang ke dalam cetakan dan dibiarkan dingin. Perunggu yaitu suatu paduan
tembaga, timah dan timbal yang titik cairnya lebih rendah dari titik cair tembaga.
Pengecoran perunggu ditemukan kira-kira 3000 tahun sebelum masehi di
Mesopotamia yang kemudian diteruskan ke Asia Tengah, India dan China. Dan
pada tahun 1500-1400 sebelum masehi, teknik pengecoran ini menyebar ke
negara-negara Eropa (Surdia, 2000).
2.7. Pembekuan paduan
Kalau logam yang terdiri dari satu unsur atau lebih didinginkan dari
keadaan cair, maka butir-butir kristalnya akan berbeda dengan kristal logam
murni. Jika suatu paduan yang terdiri dari komponen A dan komponen B
membeku maka sukar didapat susunan butir-butir kristal A dan kristal B tetapi
umumnya didapat butir-butir kristal campuran A dan B (Surdia, 2000).
16
16
2.8. Proses Pembentukan
Proses pembentukan adalah proses produksi untuk merubah bentuk benda
kerja dengan cara mendeformasi plastis benda kerja tersebut. Gaya pembentukan
yang diberikan ke benda kerja melebihi kekuatan luluhnya. Di dalam proses
pembentukan digunakan perkakas yang fungsinya memberikan gaya terhadap
benda kerja dan mengarahkan perubahan bentuknya (Surdia, 2000).
2.9. Mekanisme Pelunakan Logam Pada Pengerjaan Panas
Jika suatu logam dipanaskan maka dapat kita amati bahwa logam menjadi
bersifat lunak. Selanjutnya pada kondisi ini logam dapat dibentuk dengan
deformasi yang relatif lebih besar tanpa terjadi retak.
Deformasi pada temperatur tinggi didefinisikan secara lebih tegas sebagai
proses pembentukan yang dilakukan diatas temperatur rekristalisai logam yang
diproses. Temperatur rekristalisasi tembaga (Cu) adalah sekitar 250 oC - 400 oC,
sedangkan untuk timah putih (Sn) yang dideformasi pada temperatur kamar sudah
berarti diproses pada pengerjaan panas meskipun “sebenarnya tidak panas” dan
tanpa proses pemanasan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika temperatur kamar
25oC untuk timah putih sudah berada di atas temperatur rekristlisasinya yaitu :
Trek= 0,5x(253+273)K = 263 o
C = -10 o
K. Dalam proses pengerjaan panas ini
mengalami banyak keuntungan hal ini disebabkan oleh lunaknya logam pada
temperatur tinggi, sehingga gaya pembentukan relatif rendah, serta deformasi
yang diberikan relatif lebih besar.
Sifat lunak ini disebabkan oleh adanya mekanisme pelunakan yang drastis
saat p roses rekristalisasi. Dengan semakin lunaknya logam pada temperatur tinggi,
maka gaya pembentukan yang lebih kecil akan dapat diusahakan pada temperatur
yang setinggi mungkin, akan tetapi itu ada batasnya, yaitu benda kerja tidak boleh
sampai logam mencair baik sabagian atau seluruhnya (Mardjono, 1985).
17
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan ditiga Perusahaan gamelan jawa
(Besalen) Bp Poyo, Bp Sahli, Bp Ripto yang bertempat di Bekonang, Sukoharjo,
Ja-teng, Indonesia dan di Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Sebelas M aret Surakarta.
3.2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel peking dari tiga
Besalen (Pabrik gamelan) yang berbeda untuk kemudian dibandingkan kualitas
material penyusunnya berdasarkan nilai kekerasan, densitas, struktur mikro,
komposisi dan nilai kekasaran permukaan hasil akhir gamelan.
3.3. Peralatan Penelitian
3.3.1. Alat Pembuat Spesimen
1. Campuran resin dan katalis sebagai pemegang potongan spesimen.
2. Mesin ampelas horizontal.
3. Pasta pengkilap.
4. Larutan pengetsa logam (HNO3 60% dan H2O 40%).
5. Pipa PVC ukuran 1,5 “ dan 2”.
6. Gergaji besi.
3.3.2. Alat Uji Penelitian
1. Thermocouplereader
2. Thermocouple tipe K.
3. Mikroskop metalurgi.
4. Microvikers hardness tester (tipe HWMMT-X7).
5. Surface tester.
18
18
3.4. Tahap Pengujian
Pengujian kekerasan dan pengamatan struktur mikro dalam penelitian ini
terdiri dari satu sampel uji dari tiga (Besalen) sehingga didapatkan tiga sampel uji.
Dan tahap pengujianya adalah sebagai berikut :
1. Tahap 1 membandingkan kekerasan dan bentuk struktur mikro pada
sampel sebelum dan setelah ditempa.
2. Tahap 2 membandingkan kekerasan dan bentuk struktur mikro pada
sampel peking sebelum dan setelah di-quenching dalam air.
3. Tahap 3 membandingkan tingkat kekasaran peking dari tiga Perusahaan.
Gambar 3.1 Spesimen uji keras dan struktur mikro.
Spesimen uji dibuat dengan cara mencampur resin dan katalis, kemudian
dituang pada cetakan yang di dalamnya sudah ditaruh potongan peking dan proses
tersebut difungsikan untuk membuat pegangan spesimen (mounting) Gambar 3.1.
Peking yang akan diteliti adalah peking pelog nada 7 (pitu) dengan
memiliki berat sekitar 1.2 kg dan memiliki ukuran sbb :
Gambar 3.2 Peking pelog nada 7.
19
19
Peking pelog 1 set
(a)
(b)
20
20
(c) Gambar 3.3 Peking pelog satu set.
(a) Tampak atas. (b) Tampak samping. (c) Tampak depan.
21
21
Ya
Tidak
Ya
Ya
3.5. Diagram Alir Penelitian
Mulai
Penimbangan bahan timah & tembaga
Peleburan Bahan
Nyulik (ambil sampel paduan)
Bahan gamelan
Penuangan ke cetakan bahan
Penuangan
Penyingen jujutan Penyingen jujutan
Sampel uji Sampel uji
Dipatahkan
Dipukul , diperpanjang Didinginkan dengan abu
Ditekuk-tekuk
Dikelem (quenching dalam air) Dilihat dan diraba
A
Pengujian komposisi kimia Pengamatan struktur mikro & uji
kekerasan
Pengukuran suhu
Pengukuran suhu
Komposisi sudah tepat
Ditambah
bahan
22
22
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
:Proses pembuatan
peking.
:Pengambilan data.
.
Gambar 3.4 Diagram alir penelitian.
Besutan (paduan bahan peking)
Peleburan besutan
Pemotongan & penimbangan besutan
Penuangan ke cetakan peking
Lakaran
Penempaan
Ngelem (quenching dalam air)
Penyelarasan dan Finishing
Selesai
Irengan (peking sebelum finishing )
A
Pengukuran suhu
Pemanasan Lakaran
Pembentukan
selesai
Penurunan
suhu
Pemanasan lakaran
Pengukuran suhu
Pengukuran suhu Pengukuran suhu
Uji kekerasan, kekasaran, st ruktur mikro
Sampel uji
Uji kekerasan, struktur
mikro
Pemotongan ricikan Pengujian air
23
23
3.6. Alur Penelitian
3.6.1. Penyiapan Spesimen Uji
Penyiapan spesimen uji dilakukan cara dengan memesan peking pelog
nada 7 (pitu) pada tiga besalen (Pabrik gamelan) yang berbeda di daerah
Bekonang, Mojolaban, Surakarta. Untuk tiap besalenya masing-masing dipesan
satu buah peking dan mengikuti, pengamati seluruh proses pembuatan dari awal
sampai akhir proses, kemudian diambil sampel dan dipotong sesuai tahap
pengujian, untuk langkah selanjutnya adalah mounting spesimen.
3.6.2. Pembuatan Spesimen Untuk Pengujian
Persiapan pembuatan spesimen uji dimulai dengan penyiapan cetakan dari
potongan pipa PVC 1,5 “ dan 2” kemudian dipotong sejajar dengan tinggi sekitar
2 cm. spesimen yang sudah terpotong di letakkan dalam cetakan pipa, setelah itu
disiapkan campuran resin dan katalis untuk kemudian dituang ke dalam cetakan
pipa. Cetakan spesimen dan resin akan mengeras sempurna sekitar 2 jam, jika
seluruh permukaan spesimen sudah rata, haluskan bagian permukaan spesimen
yang akan diuji dengan ampelas berturut-turut dengan ukuran 120, 400, 600, 1000
dan 2000, kemudian spesimen dikilapkan dengan pasta pengkilap untuk
mendapatkan permukaan yang rata dan halus.
Penyiapan larutan pengetsa logam paduan tembaga-timah yang tediri dari
larutan HNO3 60% dan H2O 40% dengan tujuan untuk mengetsa logam paduan
agar struktur mikro dapat terlihat saat pengamatan struktur mikro.
3.6.3. Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan dilakukan dengan microvikers hardness tester type
HWMMT-X7 dengan pembebanan 200 gram.
Gambar 3.5 Microvikers hardness tester.
24
24
Pengujian kekerasan dilakukan dengan Rockwell hardness tester model -
150A dengan pembebanan 60 kg.
Gambar 3.6 Rockwell hardness tester model -150A.
3.6.4. Struktur Mikro
Sedangkan untuk pengamatan struktur mikro digunakan mikroskop
metalurgi dengan perbesaran lensa 200 kali.
Gambar 3.7 Mikroskop metalurgi.
3.6.5. Pengujian Kekasaran Permukaan
Gambar 3.8 Surface tester.
25
25
Pengujian kekasaran permukaan dengan alat surface tester. Pengujian ini
difungsikan untuk mengetahui tingkat kehalusan dari ketiga sampel peking.
3.6.6. Pengukuran Suhu
Gambar 3.9 Thermocouplereader.
Pengukuran suhu pada pembuatan peking dengan Thermocouplereader.
3.6.7. Pengujian Komposisi Kimia
Gambar 3.10 Spectrometer.
Pengujian komposisi kimia peking ini menggunakan Spectrometer.
26
26
BAB IV
DATA DAN ANALISA
4.1. Bahan Pembuatan Peking
Urutan penelitian ini adalah mengambil sampel dari tiga Besalen yang
sudah dijujut dan dianggap tepat komposisinya oleh empu gamelan kemudian
diuji komposisi sehingga diperoleh data, yang kemudian dibandingkan
komposisinya. Pengukuran komposisi ini bertujuan untuk memperoleh toleransi
komposisi yang masih diperbolehkan pada pembuatan peking.
Tabel 4.1 Komposisi kimia peking.
Peking dapat dibuat dengan batas komposisi kimia dengan paduan Cu
(Cuprum) dan Sn (Stanum) antara 72,37%-72,67% Cu dan persentase unsur Sn
adalah antara 21,1%- 23,9% sesuai yang ditunjukkan pada tabel 4.1. Unsur
penambah lain yang berupa P (phospor) ini difungsikan untuk meningkatkan
kekuatan tarik, kekerasan dan ketahanan aus paduan perunggu, sedangkan unsur
Zn (Zing) dan Pb (Plumbum) pada paduan ini difungsikan untuk meningkatkan
kecairan yang baik (Surdia, 1986).
Komposisi Kimia (%)
Besalen A (Poyo)
Besalen B (Ripto)
Besalen C (Sahli)
Jujutan Gagal
Cu 72.54 72.37 72.67 73.04
Sn 21.2 23.9 22.1 20.6
Pb 0.39 1.42 2.86 0.29
Zn 0.272 0.442 0.448 0.293
Ni 0.0852 0.0625 0.101 0.243
Fe 0.0655 0.0764 0.0843 0.0509
Si 0 0 0 0.029
Mn 0 0.0005 0.0006 0.0019
Al 0.0027 0.0037 0.0076 0.0172
Cr 0.0356 0.0494 0.0391 0.029
P 5.44 1.58 1.48 5.46
S 0.0064 0.0172 0.0514 0.0151
As 0.026 0.0795 0.163 0.0249
27
27
Ya
Tidak
Ya
Ya
4.2. SPO (Standart Operating Product)
Mulai
Peleburan Bahan
Nyulik (ambil sampel paduan)
Bahan gamelan
Penuangan ke cetakan bahan
Penuangan
Penyingen jujutan Penyingen jujutan
Sampel uji Sampel uji
Dipatahkan
Ditempa tebal 8 mm menjadi 2 mm Didinginkan dengan abu
Ditekuk-tekuk 3 kali 180o.
Dikelem (quenching dalam air) Dilihat dan diraba (Ndaging urang)
A
Komposisi : 72,37% - 72,67% Cu , 21,1% - 23,9% Sn
Uji keras : 75 - 76 HRA Suhu penuangan : 800
oC – 1100
oC
Struktur mikro : Tabel ...
Komposisi sudah tepat
Ditambah
bahan
78% Cu dan 22% Sn
Penimbangan bahan timah &
tembaga
900 oC – 1250 oC Pengukuran
suhu
800 oC – 1000 oC Pengukuran
suhu
Pengujian komposisi kimia, pengamatan st ruktur mikro & uji
kekerasan
28
28
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
: Proses pembuatan Peking.
: Pengambilan data.
Gambar 4.1 Diagram alir SPO
Besutan (paduan bahan peking)
Peleburan besutan
Pemotongan & penimbangan besutan
Penuangan ke cetakan peking
Lakaran
Penempaan
Ngelem (quenching dalam air)
Penyelarasan dan Finishing
Selesai
Irengan (peking sebelum finishing )
A
800 oC – 1000 oC
Pemanasan Lakaran
Pembentukan
selesai
Penurunan
suhu
Pemanasan lakaran
537 o
C – 565 o
C
417,4oC
334,1 oC
Uji kekerasan : 70 – 71 HRA Kekasaran : 0.171 – 0.186 Struktur mikro : Tabel struktur mikro
Sampel uji
Uji kekerasan, struktur mikro
Pemotongan ricikan Tidak ada kadar minyak
;emak
Pengukuran suhu
Uji kadar minyak
dalam air
29
29
4.3. Proses Pembuatan peking
Peking dibuat dengan cara dipanaskan kemudian ditempa berulang-ulang
hingga terbentuk peking kemudian didinginkan cepat (dikelem). Suhu penempaan
diukur dengan thermokopel tipe K dari awal sampai akhir proses penempaan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.2 Pengukuran suhu tempa.
Peking yang dipanaskan maka menjadi bersifat lunak, selanjutnya pada
kondisi ini peking dapat dibentuk dengan deformasi yang relatif lebih besar tanpa
terjadi retak. Temperatur rekristalisai Cu (Cuprum) adalah sekitar 300oC - 400
oC.
Pada proses pembuatan peking ini suhu penempan peking dilakuka pada suhu
antara 300 oC - 500 oC dan suhu quenching-nya adalah di atas 520oC - 600 oC
sesuai yang ditujukkan pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Suhu quenching.
Perusahaan Perusahaan
A (Poyo)
Perusahaan
B (Ripto)
Perusahaan
C (Sahli)
Suhu quenching 537.2 o
C 557.6 oC 565.3
oC
Dari tiga perusahaan gamelan itu memiliki komposisi kimia 72,37% - 72,67% Cu
dan 21,1% - 23,9% Sn ini mempunyai transformasi fasa α yang dikelilingi α + γ,
dan pada fasa ini lebih lunak dari pada δ sehinga pada suhu di atas 520 oC ini
dimanfaatkan oleh para empu gamelan untuk meng-quenching peking pada suhu
tersebut, untuk mendapatkan sifat keuletan yang lebih tinggi. Suhu penempaan
peking pada (395 oC > suhu penempaan >360 oC) memiliki fasa δ Gambar 4.3.
30
30
Gambar 4.3 Diagram suhu penempaan.
4.4. Nilai Kekerasan Peking
Pada proses pengambilan data kekerasan ini diambil sampel I-III dan di uji
pada titik 1-4 seperti yanng ditunjukan pada Gambar 4.4 kemudian diambil rata-
ratanya.
Sampel III Sampel I Sampel II
(a) (b) Gambar 4.4 Posisi pengujian kekerasan peking.
(a) Titik pengujian. (b) Potongan sampel uji.
Perusahaan
Suhu penempaan
417.48394.72
373.84
377.16367.92
334.12
200
300
400
500
Poyo Ripto Sahli
(oC)
Suhu Aw al Suhu Akhir
Perusahaan
31
31
Gambar 4.5 Diagram kekerasan peking pengecoran, tidak di-quenhcing dan
setelah penempaan di-quenhcing.
Pada proses pengecoran nilai kekerasan peking adalah paling tinggi
nilainya karena pada proses pengecoran peking ini memiliki fasa α yang
dikelilingi α + δ. Nilai kekerasan peking setelah proses penempaan dan di-
quenching adalah paling rendah dibanding dengan tidak di-quenching, karena
pada saat di-quenching peking memiliki fasa α yang dikelilingi α + γ. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada proses pembuatan peking pada perusahaan
gamelan Poyo, Ripto, Sahli adalah proses pelunakan, sesuai yang ditunjukan pada
Gambar 4.5 hal ini disebabkan karena δ memilik sifat lebih keras dibanding γ.
4.5. Nilai Densitas
Pada proses pengambilan data densitas ini diambil dari sampel pengecoran
peking sebelum ditempa dan dari peking yang sudah jadi. Harga densitas peking
ini tidak hanya dipengaruhi oleh komposisi kimia saja, tetapi hal ini juga
dipengaruhi pada saat proses penempaan peking, dalam hal ini karena proses
penempaan peking mengurangi porositas seperti ditunjukan pada Gambar 4.7
sehingga densitas pengecoran lebih rendah dibanding setelah penempaan. Pada
penempaan ini adalah manual maka dihasilkan densitas yang berbeda juga. Pada
Diagram kekerasan
76.25 75.576.62 7575.8775.3771.375 70.571.25
20
30
40
50
60
70
80
90
Poyo Ripto Sahli
(HRA)
Pengecoran Tidak di-quenching Di-quenching
32
32
Diagram densitas
8.85 8.83
8.43
9.1859.07
8.88
7
7.5
8
8.5
9
9.5
10
Poyo Ripto Sahli
Nil
ai d
en
sit
as
Pengecoran Setelah penempaan
besalen Poyo adalah paling tinggi dan yang paling rendah adalah pada besalen
Sahli seperti yang ditunjukkan pada Diagram 4.6.
Gambar 4.6 Diagram harga densitas.
(a) (b)
Gambar 4.7 Porositas peking. (a) Pengecoran. (b) Setelah penempaan.
4.6. Nilai Kekasaran
Nilai kekasaran pada peking yang paling tinggi adalah pada besalen Poyo
dan yang paling rendah adalah pada besalen sahli sesuai yang ditunjukkan pada
Gambar 4.8 hal-hal yang mempengaruhi tingkat kekasaran ini adalah pada saat
finishing yaitu mengikir, mengamplas dan saat memoles peking.
Porositas
Porositas
33
33
Diagram kekasaran
0.1756
0.1713
0.1865
0.16
0.165
0.17
0.175
0.18
0.185
0.19
Nil
ai
Kek
as
ara
n
Poyo Ripto Sahli
Gambar 4.8 Diagram kekasaran.
4.7. Struktur mikro
Gambar 4.9 Struktur mikro sebelum ditempa.
Bentuk stuktur mikro peking dengan proses pengecoran dan belum
mengalami penempaan memiliki bentuk equaxial dan columnar. seperti yang
ditunjukan pada Gambar 4.9 hal ini disebabkan karena pendinginan berlangsung
pada cetakan pasir dan pada saat sebelum dituang terlebih dahulu cetakan peking
diolesi oli sehingga terbentuk struktur kolom yang memiliki orientasi sembarang.
Gambar 4.10 Struktur mikro peking setelah penempaan dan di-quenching. Bentuk struktur mikro peking yang telah mengalami proses pembentukan
dengan cara ditempa pada suhu 330 oC – 420
oC dan di-quenching pada suhu di
α
α + δ
α
α + γ
34
34
atas 520 oC – 570 oC ini mempunyai ukuran butir yang sangat kasar sehingga
mempengaruhi kekerasan peking. Dalam hal ini peking mengalami penurunan
kekerasan. Pada proses quenching di atas suhu 520 oC – 570 oC memiliki
transformasi fasa α yang dikelilingi α + γ seperti yang ditunjukan pada Gambar
4.10 pada fasa γ ini memiliki sifat lebih lunak dibanding δ.
Gambar 4.11 Struktur mikro peking tidak dikelem.
Bentuk struktur mikro peking yang telah mengalami proses pembentukan
tetapi setelah prosesnya selesai tidak melewati proses quenching ini memiliki
bentuk yang tidak beraturan, cenderung pipih, ada upaya pertumbuhan butir
disertai pertumbuhan inti. Hal ini disebabkan karena pada saat p roses penempaan
berlangsung pada temperatur di atas rekristalisasi, dan kemudian didinginkan
dengan udara, seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.11. Pada proses ini
memiliki fasa α yang dikelilingi α + δ yang memiliki sifat keras dan getas.
Gambar 4.12 Diagram kekerasan butir warna putih setelah di-quenching dengan
pemanas furnace.
α + γ
α
Diagram kekerasan butir warna putih
172.52 168.72170.55
167.87
153.95
145.77
130
140
150
160
170
180
450 550 750
Tidak di-quenching Di-quenching
(VHN)
35
35
Gambar 4.13 Diagram kekerasan butir warna hitam setelah di-quenching dan pendinginan udara dengan pemanas furnace.
Pada Gambar 4.12 - 4.13 menunjukan bahwa butir yang berwarna putih
lebih lunak dibanding butir warna hitam dan mengalami perubahan kekerasan jika
di-quenching pada suhu 550oC dan 750
oC. Butir yang berwarna putih adalah α
dan butir warna hitam adalah δ, γ, β, yang mana pada fasa ini memiliki kekerasan
δ > γ > β.
4.8. Pengujian Air
Pengujian air media quenching tidak terdapat kandungan minyak, lemak.
Diagram kekerasan butir warna hitam
346.7 344.37 345340.57269.07
240.5
0
100
200
300
400
450 550 750
(VHN)
Tidak di-quencing Di-quencing
36
36
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pengujian dan analisa dapat disimpulkan
sebagai berikut;
1. Peking dapat dibuat dengan komposisi 72,37%-72,67% Cu dan 21,1%-
23,9% Sn dengan unsur lain yaitu phospor antara 1-5%.
2. Peking dapat dibuat dengan suhu penempaan antara 360 o
C - 395 o
C
dengan temperatur pemanasan akhir antara 537 oC - 565 oC kemudian di-
quenching.
3. Kekerasan peking dengan proses pengecoran adalah antara 75 - 76 HRA,
dan setelah melalui proses pemanasan, penempaan, di-quenching
kekerasan peking menjadi 70 – 71 HRA.
4. Pemanasan akhir disertai proses quench pada pembuatan peking bertujuan
untuk menurunkan kegetasan pada gamelan.
5. Peking memiliki fasa α yang dikelilingi α + γ yang memiliki sifat lebih
lunak dibanding pengecoran peking yang memiliki fasa α yang dikelilingi
α + δ yang memiliki sifat keras dan getas.
6. Penempaan peking difungsikan untuk membentuk peking.
7. Densitas pengecoran peking adalah 8 gram/cm3 dan setelah penempaan
adalah 8.8 – 9.1 gram/cm3 .
8. Nilai kekasaran peking adalah 0.1713 – 0.1865 dan masuk pada kelas N3.
5.2. Saran
Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian dapat disarankan:
1. Melakukan penelitian terhadap pengaruh kekerasan terhadap bunyi yang
dihasilkan.
2. Melakukan penelitian terhadap pengaruh media quenching pada
pembuatan peking.
3. Melakukan penelitian pengaruh suhu quenching terhadap bunyi yang
dihasilkan.
37
37
DAFTAR PUSTAKA
ASM Handbook, 1973, Metallography, Structure and phase Diagrams, 8 th ed.,
vol. 8, ASM International, Materials Park, OH.
ASTM B 101, 1996, Standart Spesification For Cooper Sheet, American Society
for Testing and Material. Book of Standard Vol 4.10 Density Testing. West
Chonshohoken, PA. USA.
Ditter G.E, 1992. Metallurgi Mekanik, PT. Erlangga Jakarta, Jakarta
Glaeser, A.W, 1978. Wear Properties Of Heavy Loaded Cooper-Base Bearing
Alloy, Ohio State University , US.
Irfai, M A, 2005. Pengaruh Suhu Dan Waktu Aging Terhadap Kekuatan Tarik
Torak Bekas Yang Dicor Kembali. Teknik mesin. UNES, Semarang.
Lawrence H. Van Vlack. 1992 Ilmu dan Teknologi Bahan (Logam dan Bukan
Logam. PT. Erlangga Jakarta, Jakarta.
Rochim, T, 1989. Spesifikasi dan kontrol, kualitas geometrik, metrologi industri
TM ITB, Bandung.
Rustopo, 1980. Pengetahuan Membuat Gamelan, Proyek Pengembangan IKI sub
Bagian Proyek ASKI, Surakarta.
Siswosuwarno, M, 1985. Teknik Pembentukan Logam, Jilid 1, Jurusan Mesin,
Fakultas Teknologi Industri, ITB Bandung.
Srinivasan, S, dkk, 1991. High-tin bronze mirrors of Kerala, IAMS Newsl, South
India.
Sudarja, 1979. Teknik Pengecoran Kenong Dari Bahan Paduan Cu-Sn Dan
Teknik Stabilisasi Struktur. Program Studi Teknik Fisika, ITB, Bandung.
Surdia, T, 1986. Pengetahuan Teknik Bahan, Cetakan 5, PT Pradnya Paramita,
Jakarta
Surdia, T, 2000. Teknik Pengecoran Logam, Cetakan 8, PT Pradnya Paramita,
Jakarta
Sugita, IKG, 2007. Analisa Media Pendingin Pada Proses Pendinginan Perunggu
Gamelan Bali. Universitas Udayana, Bali.
Wibowo, A, 2007. Pengaruh Tegangan Sisa Terhadap Frequensi Nada Dasar
Perunggu. Program Pasca sarjana.UGM, Yogjakarta.