8
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Dalam Kaitannya Dengan Krisis Energi Kalimantan Tengah Alvin Andituahta Singarimbun – 2206 100 040 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih - Sukolilo, Surabaya – 60111 Email : [email protected] Abstrak Setiap tahun pertumbuhan penduduk selalu membuat dampak pada kelistrikan.Dampak yang paling nyata ialah pertumbuhan kebutuhan energi listrik di daerah suatu daerah. Dengan bertambahnya penduduk di suatu daerah, maka secara langsung akan menambah jumlah pelanggan listrik di daerah tersebut dan juga juga terjadi perkembangan di berbagai sektor, termasuk industri. Oleh karena itu pembangunan pembangkit baru juga diperlukan demi penyediaan energi listrik yang memadai. Namun di daerah Kalimantan Tengah pertambahan penduduk tidak diimbangi dengan pertambahan jumlah pembangkit yang ada. Keadaan umur pembangkit eksisting yang sudah tua serta adanya ketergantungan terhadap minyak bumi sebagai bahan bakar pembangkit mengakibatkan krisis energi listrik. Oleh karena itu dengan dibangunnya PLTU Pulang Pisau2x60, diharapkan dapat mengatasi krisis energi listrik yang terjadi saat ini. Kata kunci : Kebutuhan Energi Listrik, PLTU, Kalimantan Tengah 1. PENDAHULUAN Propinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu propinsi yang mengalami masalah dengan penyediaan energi listrik.Di propinsi ini, kebutuhan energi listrik penduduknya mencapai 170 MW tetapi keadaan pembangkit-pembangkit listriknya yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut. Ketidakmampuan ini disebabkan pembangkit-pembangkit yang digunakan di Kalimantan Tengah kebanyakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berdaya kecil dan telah menjalani proses operasi yang cukup lama sehingga tidak bisa bekerja dengan baik lagi. Hal ini menyebabkan Kalimantan Tengah mengalami krisis energi yang ditandai dengan seringnya pemadaman bergilir di wilayah ini. Untuk mengatasi masalah krisis energi tersebut maka dilakukanlah sistem interkoneksi antara propinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.Interkoneksi ini dilakukan karena propinsi Kalimantan Selatan telah memiliki PLTU Asam-Asam yang berdaya 2x60 MW.Dengan adanya PLTU Asam-Asam ini diharapakan mampu memasok energi listrik bagi kedua propinsi, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Namun pada kenyataannya, sistem interkoneksi antara Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah belum bisa menuntaskan masalah krisis energi untuk wilayah Kalimantan Tengah sendiri karena keadaan PLTU Asam- Asam yang akhir-akhir ini tidak bisa bekerja secara maksimal. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah mengenai energi listrik ini maka direncanakanlah pembangunan PLTU Batubara berdaya 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Pemilihan pembangkit berjenis PLTU ini didasarkan atas alasan bahwa pembangkit jenis ini memiliki daya keluaran yang besar, lebih besar daripada daya keluaran PLTD, serta keberadaan bahan bakarnya (Batubara) yang bisa didapatkan dengan mudah di Kalimantan Tengah karena di propinsi ini ditemukan beberapa lokasi yang memiliki potensi batubara yang baik dan telah dilakukan penambangan. Oleh karena itu, pembangunan PLTU Batubara di propinsi Kalimantan Tengah ini dianggap sebagai investasi yang menguntungkan. 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang akan dibangun merupakan PLTU berkapasitas 2x60 MW yang menggunakan bahan bakar batubara. Batubara ini dibakar untuk membangkitkan panas dan uap pada boiler. Uap tersebut kemudian dipakai untuk memutar turbin yang dikopelkan langsung dengan sebuah generator sinkron. Setelah melewati turbin, uap yang bertekanan dan bertemperatur tinggi tadi muncul menjadi uap bertekanan dan bertemperatur rendah. Panas yang disadap oleh kondensor menyebabkan uap berubah menjadi air yang kemudian dipompakan kembali menuju boiler. Sisa panas yang dibuang oleh kondensor mencapai setengah jumlah panas semula yang masuk. Hal ini menyebabkan efisiensi PLTU hanya sekitar 30%. 2.2 Metode Peramalan Kebutuhan Listrik Peramalan kebutuhan listrik merupakan suatu cara untuk memperhitungkan perkiraan kebutuhan listrik di tahun yang akan datang. Peramalan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan metode regresi linear berganda dan metode DKL 3.01. Metode regresi linear berganda adalah suatu metode dengan menggunakan model matematika, di mana terdapat suatu variabel Y yang dicari dengan memperhatikan beberapa variabel X yang dikalikan dengan koefisien-koefisiennya. Hasil-hasil dari regresi

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten … Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Dalam

  • Upload
    doantu

  • View
    223

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Dalam Kaitannya Dengan Krisis Energi

Kalimantan Tengah

Alvin Andituahta Singarimbun – 2206 100 040

Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih - Sukolilo, Surabaya – 60111

Email : [email protected]

Abstrak Setiap tahun pertumbuhan penduduk selalu membuat dampak pada kelistrikan.Dampak yang paling nyata ialah pertumbuhan kebutuhan energi listrik di daerah suatu daerah. Dengan bertambahnya penduduk di suatu daerah, maka secara langsung akan menambah jumlah pelanggan listrik di daerah tersebut dan juga juga terjadi perkembangan di berbagai sektor, termasuk industri. Oleh karena itu pembangunan pembangkit baru juga diperlukan demi penyediaan energi listrik yang memadai. Namun di daerah Kalimantan Tengah pertambahan penduduk tidak diimbangi dengan pertambahan jumlah pembangkit yang ada. Keadaan umur pembangkit eksisting yang sudah tua serta adanya ketergantungan terhadap minyak bumi sebagai bahan bakar pembangkit mengakibatkan krisis energi listrik. Oleh karena itu dengan dibangunnya PLTU Pulang Pisau2x60, diharapkan dapat mengatasi krisis energi listrik yang terjadi saat ini.

Kata kunci : Kebutuhan Energi Listrik, PLTU, Kalimantan Tengah

1. PENDAHULUAN Propinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu propinsi yang mengalami masalah dengan penyediaan energi listrik.Di propinsi ini, kebutuhan energi listrik penduduknya mencapai 170 MW tetapi keadaan pembangkit-pembangkit listriknya yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut. Ketidakmampuan ini disebabkan pembangkit-pembangkit yang digunakan di Kalimantan Tengah kebanyakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berdaya kecil dan telah menjalani proses operasi yang cukup lama sehingga tidak bisa bekerja dengan baik lagi. Hal ini menyebabkan Kalimantan Tengah mengalami krisis energi yang ditandai dengan seringnya pemadaman bergilir di wilayah ini.

Untuk mengatasi masalah krisis energi tersebut maka dilakukanlah sistem interkoneksi antara propinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.Interkoneksi ini dilakukan karena propinsi Kalimantan Selatan telah memiliki PLTU Asam-Asam yang berdaya 2x60 MW.Dengan adanya PLTU Asam-Asam ini diharapakan mampu memasok energi listrik bagi kedua propinsi, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Namun pada kenyataannya, sistem interkoneksi antara Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah belum bisa

menuntaskan masalah krisis energi untuk wilayah Kalimantan Tengah sendiri karena keadaan PLTU Asam-Asam yang akhir-akhir ini tidak bisa bekerja secara maksimal.

Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah mengenai energi listrik ini maka direncanakanlah pembangunan PLTU Batubara berdaya 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.

Pemilihan pembangkit berjenis PLTU ini didasarkan atas alasan bahwa pembangkit jenis ini memiliki daya keluaran yang besar, lebih besar daripada daya keluaran PLTD, serta keberadaan bahan bakarnya (Batubara) yang bisa didapatkan dengan mudah di Kalimantan Tengah karena di propinsi ini ditemukan beberapa lokasi yang memiliki potensi batubara yang baik dan telah dilakukan penambangan. Oleh karena itu, pembangunan PLTU Batubara di propinsi Kalimantan Tengah ini dianggap sebagai investasi yang menguntungkan.

2. TEORI PENUNJANG

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang akan

dibangun merupakan PLTU berkapasitas 2x60 MW yang menggunakan bahan bakar batubara. Batubara ini dibakar untuk membangkitkan panas dan uap pada boiler. Uap tersebut kemudian dipakai untuk memutar turbin yang dikopelkan langsung dengan sebuah generator sinkron. Setelah melewati turbin, uap yang bertekanan dan bertemperatur tinggi tadi muncul menjadi uap bertekanan dan bertemperatur rendah. Panas yang disadap oleh kondensor menyebabkan uap berubah menjadi air yang kemudian dipompakan kembali menuju boiler. Sisa panas yang dibuang oleh kondensor mencapai setengah jumlah panas semula yang masuk. Hal ini menyebabkan efisiensi PLTU hanya sekitar 30%.

2.2 Metode Peramalan Kebutuhan Listrik Peramalan kebutuhan listrik merupakan suatu cara

untuk memperhitungkan perkiraan kebutuhan listrik di tahun yang akan datang. Peramalan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan metode regresi linear berganda dan metode DKL 3.01.

Metode regresi linear berganda adalah suatu metode dengan menggunakan model matematika, di mana terdapat suatu variabel Y yang dicari dengan memperhatikan beberapa variabel X yang dikalikan dengan koefisien-koefisiennya. Hasil-hasil dari regresi

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

linear berganda ini akan menghasilkan grafik lurus yang terus naik berdasarkan sumbu mendatar.

Sedangkan metode DKL 3.01 merupakan metode yang merupakan model peramalan yang dikembangkan oleh PLN. Metode peramalan ini digunakan untuk menyusun perkiraan dengan model sektoral yaitu metode gabungan antara kecenderungan ekonometris dan analitis. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi lima sektor yaitu sektor rumah tangga, sektor bisnis, sektor publik, dan sektor industri.

2.3 Aspek Ekonomi Pembangkit Tiap pembangkit listrik mempunyai harga energi listrik yang berbeda-beda yang besarnya bervariasi tergantung pada biaya pembangunan, perawatan dan biaya operasi dari pembangkit listrik tersebut. Secara umum harga energi yang dihasilkan suatu pembangkit listrik dihitung dengan parameter-parameter yang diperlukan, yaitu :

1. Biaya pembangkitan per kW 2. Biaya pengoperasian per kWh 3. Biaya perawatan per kWh 4. Suku bunga 5. Depresiasi 6. Umur operasi 7. Daya yang dibangkitkan

Dengan parameter-parameter seperti yang tesebut di atas, maka dapat dihitung harga energi listrik tiap kWh yang dibangkitkan oleh suatu pembangkit tenaga listrik.Tinjauan opsi energi dari aspek ekonomi pada pembahasan ini didasarkan atas biaya modal pembangkitan yang dikeluarkan dalam pemanfaatan energi alternatif menjadi energi listrik, yaitu biaya pembangkitan dan harga energi. Metode perhitungan yang digunakan adalah metoda perhitungan biaya pembangkitan tahunan, terdiri dari tiga komponen biaya, yaitu:

1. Biaya investasi modal (capital cost) 2. Biaya bahan bakar (fuel cost) 3. Biaya operasi dan perawatan (O&M cost)

2.4 Analisa Investasi Sebelum suatu proyek dilaksanakan perlu dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan diketahui kelayakan suatu proyek dilihat dari sisi ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian proyek investasi, yaitu: a. Net Present Value (NPV)

Jika nilai NVP positif, maka investasi layak dilaksanakan dan jika nilai NVP bernilai negativ investasi tidak layak dilaksanakan.

b. Internal Rate of Return (IRR) Proyek layak diterima apabila IRR lebih besar dari

suku bunga di bank dan tidak layak dilaksanakan apabila nilai IRR lebih kecil atau sama dengan suku bunga.

c. Benefit Cost Ratio Benefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan

keuntungan selama setahun, yang dapat dicari berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut.

Investasi(tahun t)Bennefit BCR =

d. Payback Periode Payback periode adalah lama waktu yang dibutuhkan

agar nilai investasi yang dinvestasikan dapat kembali dengan utuh.

CIF anualCost investment PP =

3. KEADAAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN

TENGAH

3.1 Posisi Geografis Propinsi Kalimantan Tengah

Gambar 3.1 Peta Propinsi Kalimantan Tengah Propinsi Kalimantan Tengah secara geografis terletak

di daerah khatulistiwa, yaitu 0°45 LU, 3°30 LS, 111 ° BT dan 116° BT.

Batas-batas wilayah dari propinsi Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut: • Utara: Propinsi Kalimantan Timur, Propinsi

Kalimantan Barat • Timur: Propinsi Kalimantan Timur, Propinsi

Kalimantan Selatan • Selatan: Laut Jawa • Barat: Propinsi Kalimantan Barat

3.2 Kabupaten Pulang Pisau

Gambar 3.2 Letak Kabupaten Pulang Pisau di

Propinsi Kalimantan Tengah Kabupaten Pulang Pisau adalah salah satu kabupaten di

propinsi Kalimantan Tengah. Ibu kota kabupaten ini

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

terletak di Pulang Pisau. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 8.977 km² dan berpenduduk sebanyak 111.488 jiwa (sensus 2000). Kabupaten Pulang Pisau memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: ▪ Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten

Gunung Mas ▪ Sebelah Selatan berbatasan dengan laut Jawa ▪ Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

Kapuas ▪ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Katingan dan Kota Palangka Raya

3.3 Sosial Ekonomi di Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 PDRB atas dasar harga berlaku yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar 17.079,08 milyar rupiah., meningkat 9,78% dibanding tahun lalu. Sedangkan berdasarkan harga konstan 2000, sebesar 7.676,47 milyar rupiah atau meningkat sebesar 0,89%.Kontribusi konsumsi rumah tangga dalam penggunaan PDRB tahun 2008 adalah sebesar 45,90%. Kemudian disusul oleh pembentukan modal tetap 39,27%, ekspor barang dan jasa 36,43%.

4. PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

PULANG PISAU 2x60 MW

4.1 Kondisi Ketenagalistrikan di Kalimantan Tengah Saat Ini

Pada umumnya sistem kelistrikan di Kalimantan Tengah masih belum bekerja sebagaimana yang diharapkan.Hal ini ditunjukkan dengan masih terjadinya pemadaman bergilir.Pemadaman bergilir ini terjadi karena kekurangan ketersediaan listrik yang disebabkan oleh kurang pembangunan infrastruktur bidang energi listrik di wilayah kalteng. Sistem penyaluran listrik di Kalimantan Tengah merupakan jaringan terinterkoneksi dengan jaringan Kalimantan Selatan. Walaupun terinterkoneksi, terdapat beberapa wilayah yang memakai sistem terisolasi antara lain Sampit, Pangkalan Bun, Buntok, Muara Teweh, Kuala Pembuang dan Kasongan. Keadaan beban puncak untuk wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan (Sistem Terinterkoneksi) pada tahun 2008 adalah sebesar 351 MW dengan produksi sebesar 1.940 GWh. Sistem Kalselteng merupakan sistem jaringan listrik yang terbesar di wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Terhitung energi yang diserap berada pada kisaran 80,47% dari produksi energi total. Pembangkit-pembangkit listrik yang dimiliki PT. PLN (Persero) cabang Kalimantan Tengah sendiri semuanya berjenis PLTD dengan total daya mampu sebesar 60,72 MW.Berikut ini merupakan tabel neraca daya untuk sistem Kalimantan Tengah.

Tabel 4.1 Neraca Daya Kalimantan Tengah Tahun Daya Mampu

(MW) Beban Puncak (MW)

2004 60,72 43,42 2005 60,72 45,23 2006 60,72 46,92 2007 60,72 53,16 2008 60,72 50,49 2009 60,72 51,29

((Sumber: Statistik PLN)

4.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Pasokan

Tenaga Listrik Dari hasil perhitungan metode regresi linear berganda,

maka dapat dibuat tabel proyeksi pertumbuhan penduduk serta pertumbuhan jumlah konsumen energi listrik per kelompok untuk tiap tahun dan juga perkembangan PDRB tiap tahun sebagai berikut.

Tabel 4.2 Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Kelompok PelangganKalimantan Tengah(GWh)di Kalimantan TengahBerdasarkan Metode Regresi

Linear Berganda Tahun Rumah

Tangga Bisnis Industri Publik Total

2010 325,9 94,88 28,39 51,21 500,38

2011 340,46 100,63 29,49 54 524,58

2012 355,01 106,37 30,58 56,79 548,75

2013 369,56 112,12 31,68 59,6 572,96

2014 384,12 117,86 32,78 62,39 597,15

2015 398,67 123,61 33,87 65,19 621,34

2016 413,22 129,35 34,97 67,99 645,53

2017 427,78 135,09 36,06 70,78 669,71

2018 442,33 140,84 37,16 73,58 693,91

2019 456,88 146,58 38,25 76,38 718,09

2020 471,43 152,33 39,35 79,17 742,28

2021 485,99 158,07 40,45 81,97 766,48

2022 500,54 163,81 41,54 84,77 790,66

2023 515,09 169,56 42,64 87,57 814,86

2024 529,65 175,3 43,74 90,36 839,05

2025 544,2 181,05 44,83 93,16 863,24

2026 558,75 186,79 45,93 95,96 887,43

2027 573,31 192,54 47,02 98,75 911,62

2028 587,86 198,28 48,12 101,55 935,81

2029 602,41 204,02 49,22 104,35 960

2030 616,97 209,77 50,31 107,14 984,19

2031 631,52 215,51 51,41 109,94 1008,38

2032 646,07 221,26 52,5 112,74 1032,57

2033 660,62 227 53,6 115,53 1056,76

2034 675,18 232,75 54,7 118,33 1080,95

2035 689,73 238,49 55,79 121,13 1105,14

(Sumber: Hasil Perhitungan)

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Sedangkan hasil perhitungan dengan metode DKL 3.01 disajikan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Kelompok Pelanggan(GWh) di Kalimantan Tengah Berdasarkan Metode DKL 3.01

Tahun Rumah Tangga Bisnis Industri Publik Total

2010 396,44 89,19 27,29 53,53 566,45

2011 429,79 94,93 28,39 56,62 609,74

2012 464,37 100,68 29,49 59,71 654,26

2013 500,26 106,43 30,59 62,79 700,07

2014 537,31 112,18 31,69 65,89 747,08

2015 575,58 117,93 32,79 68,98 795,28

2016 615,16 123,68 33,88 72,08 844,79

2017 655,89 129,42 34,98 75,17 895,47

2018 697,93 135,16 36,07 78,26 947,43

2019 741,09 140,92 37,17 81,35 1000,54

2020 785,57 146,66 38,26 84,48 1054,95

2021 831,18 152,42 39,36 87,54 1110,49

2022 877,99 158,15 40,46 90,63 1167,24

2023 926,02 163,9 41,55 93,73 1225,20

2024 975,39 169,65 42,65 96,82 1284,52

2025 1025,97 175,39 43,75 99,91 1345,03

2026 1042,82 180,19 45,50 103,24 1371,76

2027 1084,18 185,78 46,71 106,37 1423,04

2028 1125,54 191,37 47,91 109,50 1474,33

2029 1166,89 196,96 49,12 112,63 1525,61

2030 1208,25 202,55 50,33 115,76 1576,89

2031 1249,61 208,14 51,53 118,89 1628,18

2032 1290,97 213,73 52,74 122,03 1679,46

2033 1332,33 219,31 53,94 125,16 1730,75

2034 1373,69 224,90 55,15 128,29 1782,03

2035 1415,04 230,49 56,36 131,42 1833,32

(Sumber: Hasil Perhitungan) Dengan melihat hasil proyeksi menurut metode regresi linear berganda dan metode DKL 3.01, dapat dilihat bahwa pertumbuhan total konsumsi energi listrik dengan menggunakan metode regresi linear berganda sebesar 2,24 %, sedangkan dengan menggunakan metode DKL 3.01 pertumbuhan total konsumsi energi listrik adalah 2,88 %. Sedangkan total konsumsi energi listrik pada tahun 2035 dengan menggunakan metode regresi

sebesar 1105,14 Gwh dan dengan metode DKL sebesar 1833,32 Gwh, sehingga selisihnya sebesar 728,18 Gwh. 4.3 Pengaruh PLTU Pulang Pisau 2x60 MW

Terhadap Kelistrikan Kalimantan Tengah Proyek PLTU Pulang Pisau 2x60 MW diperkirakan selesai pada tahun 2012, maka dengan mengasumsikan pada tahun 2012 PLTU Pulang Pisau mulai memasok daya ke kelistrikan Kalimantan Tengah yang secara otomatis akan memperngaruhi neraca daya Kalimantan Tengah. Pengaruh tersebut ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Proyeksi Neraca Daya Kalimantan Tengah Setelah PLTU Beroperasi Tahu

n

Daya Mampu (MW)

Beban Puncak (MW)

Selisih

(MW)

Reserve Margin

Keterangan

2010 60,72 52,09 8,63 1,165675 defisit

2011 60,72 52,88 7,84 1,14826 defisit

2012 180.72 53,68 127,04 3,366617 surplus

2013 180.72 54,47 126,25 3,31779 surplus

2014 180.72 55,27 125,45 3,269767 surplus

2015 180.72 56,07 124,65 3,223114 surplus

2016 180.72 56,86 123,86 3,178333 surplus

2017 180.72 57,66 123,06 3,134235 surplus

2018 180.72 58,46 122,26 3,091345 surplus

2019 180.72 59,25 121,47 3,050127 surplus

2020 180.72 60,05 120,67 3,009492 surplus

2021 180.72 60,84 119,88 2,970414 surplus

2022 180.72 61,64 119,08 2,931862 surplus

2023 180.72 62,44 118,28 2,894299 surplus

2024 180.72 63,23 117,49 2,858137 surplus

2025 180.72 64,03 116,69 2,822427 surplus

2026 180.72 64,83 115,89 2,787598 surplus

2027 180.72 65,62 115,1 2,754038 surplus

2028 180.72 66,42 114,3 2,720867 surplus

2029 180.72 67,21 113,51 2,688886 surplus

2030 180.72 68,01 112,71 2,657256 surplus

2031 180.72 68,81 111,91 2,626362 surplus

2032 180.72 69,60 111,12 2,596552 surplus

2033 180.72 70,39 110,33 2,56741 surplus

2034 180.72 71,19 109,53 2,538559 surplus

2035 180.72 71,99 108,73 2,510349 surplus

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Dengan merujuk pada tabel di atas, kriteria defisit atau surplus energi menurut PT. PLN (Persero) dijelaskan dengan reverse margin yang dirumuskan sebagai berikut:

PuncakBeban Mampu Daya Margin Reverse =

Dimana: Reserve Margin < 1,2 termasuk defisit Reverse Margin > 1,2 termasuk surplus

4.4 Perencanaan Pembangunan PLTU Pulang Pisau 4.4.1 Lokasi Pembangunan PLTU Pulang Pisau

Lokasi proyek pembangunan PLTU Pulang Pisau ini berada di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Situs berada pada sekitar titik astronomi 114o 16’ 27’’ BT dan 4o 11’ 18’’ LS. Letak proyek ini dapat dicapai melalui jalan darat maupun air, dalam hal ini sungai Kahayan Ketinggian topografi adalah 2 m di atas permukaan laut (dpl). Kebutuhan air secara teknis akan diambil dari Sungai Kahayan yang panjangnya mencapai 600 km dan melewati situs pembangunan PLTU.

Gambar 3.3 Letak Proyek PLTU Pulang Pisau 2x60

MW

PLTU Pulang Pisau dibangkitkan dengan menggunakan bahan bakar batubara yang kebutuhannya akan dipasok secara utama dari Kalimantan Tengah sendiri (dari wilayah Kutai Atas, antara Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur). Karena mudahnya jangkauan jarak antara situs PLTU dan wilayah produksi batubara maka batubara ditransportasikan melalui jalur darat.

4.4.2 Analisa Teknis Bagian PLTU Pulang Pisau a. Boiler

Kalori yang masuk boiler = fuel supply x heating value = 35.000 x 4200= 147.000.000 kkal/jam Efisiensi boiler = 85% Kalori keluar boiler = kalori masuk boiler x efisiensi

= 147.000.000 x 85 % = 124.950.000 kkal/jam

b. Turbin Efisiensi thermodinamika = 50%

Kalori masuk turbin = kalori keluar boiler x efisiensi thermodinamika

= 124.950.000 x 50% = 62.475.000 kkal/jam Efisiensi turbin = 85%

Kalori keluar turbin = Kalori masuk turbin x efisiensi turbin

= 62.475.000 x 85% = 53.103.750 kkal/jam

c. Generator Kalori masuk generator = Kalori keluar turbin Efisiensi generator = 90% Kalori masuk generator = Kalori masuk generator x efisiensi generator = 53.103.750 x 90%

= 47.793.375 kkal/jam

d. Transformator Transformator yang digunakan adalah transformator 3 fasa dengan tegangan primer 10.5 kV dan tegangan sekunder 150 kV.

4.4.3 Analisa Ketersediaan Batubara Propinsi

Kalimantan Tengah Secara umum, kondisi kekayaan alam propinsi Kalimantan Tengah cukup melimpah, terutama mengenai kekayaan bahan tambang batubara.Hanya saja potensi batubara ini belum dimanfaatkan secara sempurna untuk kebutuhan di dalam propinsi Kalimantan Tengah sendiri.Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa pentingnya dibangun PLTU di propinsi ini.Data mengenai ketersediaan batubara di Kalimantan Tengah disajikan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Penyebaran Batu bara di Kalimantan Tengah

PLTU Pulang Pisau yang akan dibangun memiliki

kapasitas 2x60 MW dengan faktor kapasitas sebesar 0,8. Pembangkit ini menggunakan bahan bakar batu bara berkalori rendah 4.200 Kcal/kg dengan konsumsi batubara rata-rata 613.200 ton/tahun. Sehingga didapatkan hasil perhitungan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Pemakaian Bahan Bakar PLTU Pulang Pisau 2x60 MW

No Perhitungan PLTU Batu bara

1 Energi listrik per tahun (KWh/tahun) 840.960.000

2 Kebutuhan bahan bakar per tahun 613.200.000

HYPOTHETIC INFERRED INDICATED MEASURED TOTAL

1 3 4 5 6 7 81 KAWANAI - 25.00 - - 25.00 2 SUALANG - - - - 3 S. MONTALAT, JL. HPH PT SURYA 40.00 - - - 40.00 4 LAHAI/BARITO UTARA - 18,642,000.00 - - 18,642,000.00 5 BUNTOK, S. BERAKAR (BATUAH), S. TAKUAN (PURI) 50.00 - - - 50.00 6 PURUKCAU, TANJUNG BANA, TUHUP, S. LAUNG, TAHUJUAN, S. 110.00 - - - 110.00 7 PETAK BAHANDANG, KA. KURUN, TB. TABIRAH 22.54 - - - 22.54 8 S. SUKOI 60.00 - - - 60.00 9 S. HANGAI, S. ANAN 7.90 - - - 7.90

10 S. SANTILIK, S. PEMATANG 12.40 - - - 12.40 11 PENDAHARA 1.10 - - - 1.10 12 BEKANON 13.40 - - - 13.40 13 RIAM DURIAN, PANGKALANBUN - 33.52 - - 33.52 14 JELUTUNG, S. LEMO, S. JULOI 13.55 25.00 - - 38.55 15 SAMPIRANG, MUARA DAN - 500.00 - - 500.00 16 ABANG, LAMPUNUT 26.00 - - - 26.00

TOTAL 356.89 18642583.52 18,642,940.41

NO LOCATIONRESOURCES (TON)

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

(kg)

3 Kebutuhan energi kalor (kkal/thn) 2.575.440.000.000

No Perhitungan PLTU Batu bara

4 Kebutuhan batubara untuk produksi 1 kwh (kg/kWh) 0,73

5 Kebutuhan bahan bakar selama 25 tahun (kg) 15.330.000.000

6 Prosentase pemakaian bahan bakar dari cadangan bahan bakar yang tersedia (%)

82,2295

(Sumber: Hasil Perhitungan) 4.5Analisa Harga Energi Hasil perhitungan yang telah dilakukan mengenai biaya pembangkitan energi listrik oleh PLTU Pulang Pisau disajikan pada tabel 4.6.Harga pembangkitan energi listrik ini dibedakan berdasarkan harga-harga suku bunga yang berlaku di Indonesia.

Tabel 4.6 Biaya Pembangkitan Energi Listrik Perhitungan Suku Bunga

6% 9 % 12 % Biaya Pembangkitan

(US$ / kW) 625 625 625

Umur Operasi (Tahun) 25 25 25

Kapasitas (MW) 120 120 120

Biaya Bahan Bakar (US$ / kWh) 0,06163 0,06163 0,06163

Biaya O & M (US$ / kWh) 0,0012842 0,0012842 0,0012842

Biaya Modal (US$ / kWh)

0,0069742 0,0090788 0,011371

Biaya Total (US$ / kWh)

0,0367784 0,038883 0,0411752

Investasi (jutaUS$) 75 75 75

(sumber: hasil perhitungan)

Dari hasil perhitungan NPV dan IRR, didapat harga jual 0,06 US$/kWh dan 0,07 US$/kWh yang layak untuk pembangkit. Dengan memperhatikan nilai suku bunga terendah dan harga jual terendah, maka dipilih suku bunga 6% dan harga jual 0,06 US$/kWh.

Hal yang memiliki andil sangat besar dalam menentukan harga jual listrik adalah tingkat konsumsi energi listrik masyarakat. Biaya pembangkitan total dengan tingkat suku bunga (i) akan menjadi acuan untuk menentukan harga jual listrik.Besarnya biaya pembangkitan total akan dibandingkan dengan harga energi listrik yang dapat dikonsumsi masyarakat.Untuk mengetahui seberapa besar daya beli energi listrik masyarakat Kalimantan Tengah, digunakan data kelistrikan dan kependudukan Propinsi Kalimantan Tengah sebagai acuan dalam analisis. Pengeluaran per kapita = Rp 624.790,00/kapita Diasumsikan 1 rumah tangga ada 4 anggota keluarga sehingga didapat :

Pengeluaran Rumah Tangga = 4 x Rp 624.790,00/kapita = Rp 2.499.160,00 Sedangkan pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi energi listrik rata-rata adalah 10%.Maka pengeluaran rumah tangga untuk energi listrik adalah Rp. 249.916,00. Dengan sambungan daya pelanggan pada 900 VA maka denganpower factor 0,8 didapat sambungan daya dalam watt adalah : 900 VA x 0,8 = 0,72 kW Dengan faktor beban 96,10 %, maka konsumsi listrik dalam 1 bulan didapat : kWh/bulan = 0,72 kW x 30(hari) x 24 (jam) x Load Factor kWh/bulan = 0,72 kW x 30(hari) x 24(jam) x 0,9610 kWh/bulan = 498,18 kWh/bulan Dengan biaya beban sebesar Rp. 20.000 (sesuai Peraturan Mentri ESDM No: 07 tahun 2010 mengenai Tarif Dasar Listrik) dan tarif TDL rumah tangga untuk wilayah Propinsi Kalimantan Tengah adalah 605seperti pada tabel di bawah :

Tabel 4.7Harga Jual Listrik Rata-rata per Sektor di Kalimantan Tengah

(Sumber: Statistik PLN) Maka didapat biaya sebesar = 498,18kWh x Rp. 605

= Rp. 301.398,90 Dengan penjumlahan biaya beban sebesar Rp. 20.000 didapat total biaya sebesar Rp. 321.398,90. Maka daya beli listrik rumah tangga diperoleh dari perbandingan antara total biaya energi listrik dengan pengeluaran untuk energi listrik, kemudian dikalikan dengan rata-rata tarif dasar listrik di Propinsi Kalimantan Tengah, maka:

kWh/ 470,44 Rp.605 Rp.321.398,90 Rp.249.916,00 Rp.

Dengan harga pembangkitan total pada suku bunga: - i = 6 % sebesar Rp. 338,36/kWh - i = 9% sebesar Rp. 357,72/kWh ataupun, - i = 12% sebesar Rp. 378,81/kWh

Sehingga menunjukkan bahwa harga jual listrik PLTU Pulang Pisau masih di bawah daya beli masyarakat. 4.6 Analisa Investasi Pembangkit 4.6.1 Net Present Value (NPV)

Metode ini menghitung jumlah nilai sekarang dengan menggunakan Discount Rate tertentu dan kemudian membandingkannya dengan investasi awal dan selisihnya disebut NPV. Apabila NPV tersebut positif, maka usulan investasi tersebut diterima dan apabila negatif maka usulan investasi tersebut ditolak. Berikut ini adalah hasil perhitungan NPV berdasarkan suku bunga 6%, 9% dan

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

12% serta harga jual energi US$ 0,06/kWh dan US$ 0,07/kWh.

Tabel 4.8 Net Present Value Pembangkit

Suku Bunga

Harga Jual (US$/kWh)

NPV (US$)

6% 0,06 78.014.305,26 0,07 180.142.071,61

9% 0,06 13.626.758,99 0,07 92.100.526,17

12% 0,06 -29.566.104,81 0,07 33.093.674,73

4.6.2 Internal Rate of Return (IRR) Suatu proyek investasi dianggap layak jika IRR lebih tinggi atau sama dengan biaya modal/tingkat suku bunga. Sebaliknya, jika IRR lebih rendah dari biaya modal/tingkat suku bunga maka proyek tersebut tidak layak dibangun.Berikut ini adalah hasil perhitungan IRR berdasarkan suku bunga 6%, 9% dan 12% serta harga jual energi US$ 0,06/kWh dan US$ 0,07/kWh.

Tabel 4.9 Internal Rate of Return Pembangkit

Harga Listrik

(US$/kWh)

Internal Rate of Return (%)

i = 6% i = 9 % i = 12 %

0,06 16 11 6

0,07 27 23 18

4.6.3 Benefit Cost Ratio(BCR) Benefit Cost Ratio merupakan persentase pertumbuhan keuntungan selama setahun, yang dapat dicari berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut. Berikut ini adalah hasil perhitungan BCR berdasarkan suku bunga 6%, 9% dan 12% serta harga jual energi US$ 0,06/kWh dan US$ 0,07/kWh pada tahun pertama.

Tabel 4.10 Benefit Cost Ratio Pembangkit

Harga Listrik

(US$/kWh)

Benefit Cost Ratio (%)

i = 6% i = 9 % i = 12 %

0,06 7,528 5,519 3,448

0,07 12,553 10,405 8,204

4.6.4 Payback Periode Payback Periode menunjukkan lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi dapat kembali dengan utuh. Berikut ini adalah hasil perhitungan payback periode berdasarkan suku bunga 6%, 9% dan 12% serta harga jual energi US$ 0,06/kWh dan US$ 0,07/kWh.

Tabel 4.11 Payback Periode Pembangkit

Suku Bunga

Harga Jual (US$/kWh)

Payback Periode (tahun)

6% 0,06 13 0,07 8

9% 0,06 17 0,07 9

12% 0,06 26 0,07 11

4.7 Analisa Pembangunan PLTU Pulang Pisau Berdasarkan Aspek Lingkungan Pembangunan PLTU Pulang Pisau 2x60 MW Kabupaten Pulang Pisau diperkirakan akan menimbulkan dampak positif maupun beberapa dampak terhadap komponen lingkungan pada setiap kegiatan, yaitu:

a) Tahap Pra Konstruksi Kegiatan pembebasan lahan dapat menimbulkan dampak penting berupa keresahan sosial yang menjurus pada gangguan kamtibmas apabila tidak diperoleh kesesuaian ganti rugi lahan.

b) Tahap Konstruksi Kegiatan pembangunan PLTU Pulang Pisau 2x60 MW dapat menimbulkan dampak penting terhadap komponen lingkungan seperti berikut: Kualitas udara menurun, kebisingan, kerusakan prasarana jalan, penurunan kualitas air sungai akibat kegiatan mobilisasi alat & bahan, emisi gas buang dari transportasi dan lain sebagainya.

c) Tahap Operasi Kegiatan PLTU Pulang Pisau 2 x 60 MW selama beroperasi diperkirakan menimbulkan dampak seperti berikut: • Abrasi, sedimentasi dan gangguan lainnya.

Abrasi dan sedimentasi dapat diatasi dengan pengerukan lumpur secara berkala. Pemberdayaan kelompok nelayan perlu dilakukan seperti pemberian hibah berbentuk bantuan bahan pokok dengan subsidi (raskin) kemudian berlanjut pada program pemberdayaan dengan tujuan agar mereka bisa hidup mandiri serta memperbaiki fasilitas nelayan.

• Penurunan kualitas air sungai. Lapisan bawah tempat penimbunan batubara dibuat kedap air serta daerah tersebut dilengkapi dengan saluran air pengumpul. Penanggulangan ceceran minyak dilakukan pembuatan unit penangkap minyak. Limbah bahan air pendingin boiler diatasi dengan pendinginan air bahang dengan prinsip heat transfer.

• Kualitas udara akibat kegiatan penimbunan batubara, proses pembakaran batubara serta tiupan angin dari penimbunan batubara. Untuk mengurangi penurunan kualitas udara hendaknya dilakukan penyemprotan pada saat penumpahan batubara, pembuatan green barier, penerapan teknologi pengolahan udara dengan menggunakan electrostatic precipitator.

• Untuk menghindari kebisingan, turbin diletakan di ruangan tertutup serta penanaman pohon disekitar lokasi turbin.

• Adanya kebijakan mengenai carbon tax yang harus diterima oleh pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil. Carbon tax atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan pajak karbon ini mengharuskan pembangkit untuk membayar sejumlah biaya yang dianggap

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

sebagai denda karena telah melepaskan sejumlah karbon (CO2) ke atmosfer bumi dan pajak ini dihitung berdasarkan banyaknya lepasan CO2 tersebut.

d) Tahap Pasca Operasi Pada tahap ini dampak yang ditimbulkannya antara lain adanya pemutusan hubungan kerja dan tanah bekas pembangkit menjadi tanah yang tandus atau gersang sehingga perlu untuk segera dilakukan pengelolaan tanah tersebut.

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:

1. Pemakaian total untuk PLTU berkisar di atas 80% dari total batubara yang terdapat di Kalimantan Tengah. Dengan potensi batubara yang ada ini, maka dapat dipastikan realisasi pembangunan PLTU Pulang Pisau 2 x 60 MW tidak akan mengalami kesulitan dalam hal penyediaan batubara selama 25 tahun operasinya.

2. Dari hasil peramalan dengan metode regresi linear berganda dan metode DKL 3.01, didapat kesimpulan bahwa rata-rata hasil perhitungan DKL 3.01 lebih tinggi daripada regresi linear berganda. Hal ini dikarenakan metode DKL 3.01 menggunakan persaaan yang berbeda untuk setiap kelompok konsumen.

3. Setelah selesai dibangun tahun 2010,PLTU Pulang Pisau 2x60 MW mampu mengatasi krisis listrik sampai tahun 2035.

4. Dari segi investasi pembangunan pembangkit ini akan sangat menguntungkan, pada harga jual energi US$ 0,06/kWh dan US$ 0,07/kWh dan pada suku bunga 6%, 9% dan 12%. Khusus untuk suku bunga 12%, penjualan akan menghasilkan laba jika dijual dengan harga US$ 0,07/kWh atau di atasnya.

5. Dari segi lingkungan pembangunan PLTU ini akan berdampak positif dan negatif. Dampak positifnya antara lain: pengangguran semakin berkurang, karena penduduk setempat banyak yang bekerja di PLTU tersebut, selain itu pemadaman listrik tidak akan dirasakan kembali. Namun dampak negatif yang terjadi antara lain: gangguan kamtibnas saat proses ganti rugi terjadi, polusi udara semakin meningkat, kebisingan di sekitar area PLTU juga semakin meningkat.

5.2 Saran

1. Diperlukan koordinasi antara pemerintahan dengan penyedia listrik nasional mengenai harga energi primer, sehingga kebijakan yang diambil tidak memberatkan salah satu pihak.

2. Penting untuk dilakukan beberapa langkah efisiensi pembangkit agar biaya pokok dapat dikurangi sehingga harga jual listrik menjadi lebih murah.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik sehingga didapatkan alternatif untuk diversifikasi dan mendapatkan harga energi yang lebih kompetitif untuk jangka panjang

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Marsudi, Djiteng., ”Pembangkitan Energi Listrik. Jakarta: Erlangga”. 2005

[2]. Abdul Kadir, “Energi”, Jakarta: UI Press, 1982 [3]. Abdul Kadir, “Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga

Listrik dan Potensi Ekonomi”. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

[4]. Djoko Santoso, M. “Diktat Kuliah Pembangkit Tenaga Listrik”. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 2006

[5]. Aris Munandar, “Teknik Tenaga Listrik”, jilid 2 Pradya Pratama, 1982

[6]. M. Rashid, Power Electronics Handbook, Academic Press, 2001

[7]. J Supratno,”Statistik Teori dan Aplikasi”, Jakarta: Erlangga.

[8]. Berrie, T.W.,Electrycity Economics and Planning, Peter Peregrinus Ltd. IEEE Power Series 16, 1992.

[9]. Mahmudsyah Syarifuddin. Ir. M.Eng., “Kenaikan Harga BBM dan Problematikanya, Serta Diversivikasi Energi Menghadapi Era Pengurangan Subsidi BBM”, Seminar, ITS- Surabaya, 24 April 2002

[10]. Mega, “Analisa Pembangunan PLTU Janeponto 2 X 125 MW untuk Mengatasi Krisis Ketenagalistrikan di Sulawesi Selatan dan Tenggara”, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS, Surabaya, 2008

[11]. PT.PLN (Persero), “RUPTL PLN 2010-2019 Revisi”, Jakarta: 2010

[12]. ..., Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau <url: http://www.pulangpisaukab.go.id>, 2010

[13]. ..., ”Profil Pulang Pisau”, <url:http://www.wikipedia.org/>, 2010

[14]. ..., Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah <url: http://www.kalteng.go.id>, 2010

[15]. ..., Badan Pusat Statistik <url: http://www.bps.go.id>, 2010

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 28 Agustus 1988 di sebuah kota kecil di Kalimantan Tengah yang bernama Pangkalan Bun, dari pasangan suami-istri Waris Singarimbun dan Nonnia Harianja. Penulis yang bernama lengkap Alvin Andituahta Singarimbun ini kemudian mengenyam pendidikan dari bangku

TK hingga SMA di kota kelahirannya, Pangkalan Bun. Akhirnya setelah lulus SMA, penulis diterima di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dengan jurusan Teknik Elektro pada tahun 2006. Penulis akhirnya mengambil konsentrasi pada bidang studi Sistem Tenaga.