12
STUDI PENENTUAN KINERJA PENGELOLAAN DAS (KELESTARIAN LINGKUNGAN DAN EKONOMI) DI SUB DAS BRANTAS HULU Fitriatus Shodriyah 1 , Rini Wahyu Sayekti 2 , Linda Prasetyorini 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya [email protected] ABSTRAK Tata guna lahan di Sub DAS Brantas Hulu banyak digunakan untuk lahan pertanian, dan pariwisata tanpa memperhatikan aspek konservasi lahan. Kinerja pengelolaan DAS atau sub DAS diperlukan untuk meningkatkan fungsi kawasan baik lahan serta air sehingga degradasi lahan dapat terkendali dan masyarakat sejahtera. Tujuan dari studi ini untuk mengetahui hasil klasifikasi parameter yang dikaji meliputi indek penggunaan lahan, kesesuaian penggunaan lahan, indek erosi, ketergantungan masyarakat terhadap lahan, tingkat pendapatan, produktivitas lahan, koefisien regim sungai, koefisien varian, indeks penggunaan air, sedimentasi, koefisien limpasan di Sub DAS Brantas Hulu dan untuk menentukan kinerja pengelolaannya. Studi ini menggunakan metode perhitungan sesuai dengan peraturan keputusan Menteri Kehutanan No. 52/Kpts-II/2001. Hasil dari studi diperoleh hasil klasifikasi nilai Indeks Penutupan Lahan sebesar 25.53% termasuk kelas jelek, Kesesuaian Penggunaan Lahan sebesar 42.54% termasuk kelas sedang, Indeks Erosi rata rata sebesar 96.705% termasuk kelas sedang, Ketergantungan penduduk terhadap lahan, sebesar 1.403 termasuk kelas jelek, Tingkat pendapatan perkapita masyarakat rata-rata, termasuk kelas baik, Produktifitas Lahan dengan trend/kecendurangan stabil termasuk kelas sedang, Koefisien Regim Sungai sebesar < 50 termasuk kelas baik, Koefisien Varian sebesar 0.25 termasuk kelas sedang, Indeks Penggunaan Air sebesar < 0.5 termasuk kelas baik, Koefisien Limpasan antara 0,51 1,0 termasuk kelas jelek, Laju Sedimentasi sebesar 38.99 mm/th termasuk kelas jelek. Hasil kinerja Sub DAS Brantas Hulu Kriteria Daerah Tangkapan Air (Penggunaan Lahan dan Ekonomi) sebesar 3.5 termasuk kelas agak buruk, Kriteria Tata Air sebesar 3.25 termasuk kelas sedang, dan untuk Tata air dan DTA sebesar 3.34 termasuk kelas sedang. Kata Kunci: Monitoring dan Evaluasi (Monev) Kinerja DAS, Penggunaan Lahan, Ekonomi, dan Tata Air ABSTRACT Land use in the Upper Brantas watershed widely used for agricultural land, and without regard to the tourism aspects of land conservation. Watershed management performance or sub-watershed to improve the function of both land and water areas so that land degradation can be controlled and prosperous society. The purpose of this study was to determine the results of the classification parameters studied include the index of land use, land use suitability, erosion index, the dependence of society on land, income level, land productivity, river regime coefficient, coefficient of variance, index of water use, sedimentation, runoff coefficient in the Upper Brantas sub-watershed and to determine the performance of management. This study uses the calculation method in accordance of the Minister of Forestry regulation 52/Kpts-II/2001. The result of this study obtained for Land Cover Index 25.53% included in bad class, Land Use Suitability, 42.54% included medium class, Erosion Index, 96 705% included in medium class, dependence of population on the land, amounting to 1,403 included in bad class, level of average per capita income of the population,included in good class, Land Productivity with trends / tendencies were stable included in good class, river regime coefficient of <50 included in good class, Varian coefficient of 0.25 included in the medium class, Water Use Index of <0.5 included in good class, runoff coefficient (C) between 0.51 to 1.0 included in bad class, Sedimentation rate of 38.99 mm / yr, included in bad class. The results of the performance of DAS in the Upper Brantas sub-watershed for Catchment Criteria (Land Use and Economics) 3.5 is included in the performance is rather bad class, for water system criteria 3.25 included in the medium class, while for water system and DTA (land use and economic) 3.34 included in the medium class. Keywords: Monitoring and evaluation (Monev) of watershed’s performance, Land use, Economic,and Water system

STUDI PENENTUAN KINERJA PENGELOLAAN …pengairan.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/Studi...kelas jelek, Kesesuaian Penggunaan Lahan sebesar 42.54% termasuk kelas sedang, Indeks Erosi

  • Upload
    lamnhi

  • View
    241

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

STUDI PENENTUAN KINERJA PENGELOLAAN DAS

(KELESTARIAN LINGKUNGAN DAN EKONOMI) DI SUB DAS

BRANTAS HULU

Fitriatus Shodriyah1, Rini Wahyu Sayekti

2, Linda Prasetyorini

2

1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya

2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

[email protected]

ABSTRAK

Tata guna lahan di Sub DAS Brantas Hulu banyak digunakan untuk lahan pertanian, dan pariwisata

tanpa memperhatikan aspek konservasi lahan. Kinerja pengelolaan DAS atau sub DAS diperlukan untuk

meningkatkan fungsi kawasan baik lahan serta air sehingga degradasi lahan dapat terkendali dan masyarakat

sejahtera.

Tujuan dari studi ini untuk mengetahui hasil klasifikasi parameter yang dikaji meliputi indek

penggunaan lahan, kesesuaian penggunaan lahan, indek erosi, ketergantungan masyarakat terhadap lahan,

tingkat pendapatan, produktivitas lahan, koefisien regim sungai, koefisien varian, indeks penggunaan air,

sedimentasi, koefisien limpasan di Sub DAS Brantas Hulu dan untuk menentukan kinerja pengelolaannya.

Studi ini menggunakan metode perhitungan sesuai dengan peraturan keputusan Menteri Kehutanan No.

52/Kpts-II/2001.

Hasil dari studi diperoleh hasil klasifikasi nilai Indeks Penutupan Lahan sebesar 25.53% termasuk

kelas jelek, Kesesuaian Penggunaan Lahan sebesar 42.54% termasuk kelas sedang, Indeks Erosi rata – rata

sebesar 96.705% termasuk kelas sedang, Ketergantungan penduduk terhadap lahan, sebesar 1.403 termasuk

kelas jelek, Tingkat pendapatan perkapita masyarakat rata-rata, termasuk kelas baik, Produktifitas Lahan

dengan trend/kecendurangan stabil termasuk kelas sedang, Koefisien Regim Sungai sebesar < 50 termasuk

kelas baik, Koefisien Varian sebesar 0.25 termasuk kelas sedang, Indeks Penggunaan Air sebesar < 0.5

termasuk kelas baik, Koefisien Limpasan antara 0,51 – 1,0 termasuk kelas jelek, Laju Sedimentasi sebesar

38.99 mm/th termasuk kelas jelek. Hasil kinerja Sub DAS Brantas Hulu Kriteria Daerah Tangkapan Air

(Penggunaan Lahan dan Ekonomi) sebesar 3.5 termasuk kelas agak buruk, Kriteria Tata Air sebesar 3.25

termasuk kelas sedang, dan untuk Tata air dan DTA sebesar 3.34 termasuk kelas sedang.

Kata Kunci: Monitoring dan Evaluasi (Monev) Kinerja DAS, Penggunaan Lahan, Ekonomi, dan Tata Air

ABSTRACT

Land use in the Upper Brantas watershed widely used for agricultural land, and without regard to

the tourism aspects of land conservation. Watershed management performance or sub-watershed to improve

the function of both land and water areas so that land degradation can be controlled and prosperous society.

The purpose of this study was to determine the results of the classification parameters studied

include the index of land use, land use suitability, erosion index, the dependence of society on land, income

level, land productivity, river regime coefficient, coefficient of variance, index of water use, sedimentation,

runoff coefficient in the Upper Brantas sub-watershed and to determine the performance of management.

This study uses the calculation method in accordance of the Minister of Forestry regulation 52/Kpts-II/2001.

The result of this study obtained for Land Cover Index 25.53% included in bad class, Land Use

Suitability, 42.54% included medium class, Erosion Index, 96 705% included in medium class, dependence of

population on the land, amounting to 1,403 included in bad class, level of average per capita income of the

population,included in good class, Land Productivity with trends / tendencies were stable included in good

class, river regime coefficient of <50 included in good class, Varian coefficient of 0.25 included in the

medium class, Water Use Index of <0.5 included in good class, runoff coefficient (C) between 0.51 to 1.0

included in bad class, Sedimentation rate of 38.99 mm / yr, included in bad class. The results of the

performance of DAS in the Upper Brantas sub-watershed for Catchment Criteria (Land Use and Economics)

3.5 is included in the performance is rather bad class, for water system criteria 3.25 included in the medium

class, while for water system and DTA (land use and economic) 3.34 included in the medium class.

Keywords: Monitoring and evaluation (Monev) of watershed’s performance, Land use, Economic,and

Water system

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah aliran sungai (DAS)

merupakan suatu wilayah yang secara

topografi dibatasi oleh punggung-

punggung gunung yang menampung dan

menyimpan air hujan untuk kemudian

menyalurkannya ke laut melalui sungai

utama. (Asdak, 2002:4). Untuk dapat

dimanfaatkan secara efektif dan efisien,

maka DAS harus dikelola dengan baik

agar DAS berfungsi secara optimal.

Pengelolaan sistem Daerah Aliran

Sungai (DAS) merupakan pengelolaan

seluruh sumberdaya penyusunnya dan

struktur sistem yang ada guna

melindungi, memelihara, dan

memperbaiki keluaran dari sistem DAS

yang berupa hasil air, hasil sedimen, dan

hasil-hasil ekonomis. Salah satu akibat

dari pengelolaan DAS dan pengaturan

lahan yang tidak dilakukan secara benar

dan tidak direncanakan dengan baik dapat

menyebabkan timbulnya lahan kritis pada

DAS tersebut.

Berdasarkan Peraturan Direktur

Jenderal Rehabilitasi Lahan Dan

Perhutanan Sosial Tentang Pedoman

Monitoring Dan Evaluasi Daerah Aliran

Sungai P.04/V-Set/2009, perubahan

kondisi hidrologi DAS sebagai dampak

perluasan lahan kawasan budidaya yang

tidak terkendali tanpa memperhatikan

kaidah-kaidah konservasi tanah dan air.

Studi evaluasi terhadap kinerja suatu

DAS dapat memberikan gambaran

bagaimana kondisi DAS (biofisik,

hidrologis, sosial, ekonomi,

kelembagaan) sehingga upaya-upaya

pengelolaannya dapat dilakukan secara

tepat dan terencana dengan baik.

1.2 Identifikasi Masalah Tata guna lahan di DAS Brantas

Hulu banyak mengalami perubahan. Tata

guna lahan di kawasan DAS Brantas

Hulu banyak digunakan untuk lahan

pertanian, dan pariwisata tanpa

memperhatikan aspek konservasi lahan.

Hal ini menyebabkan semakin banyaknya

lahan terbuka, sehingga kemungkinan

terjadinya erosi semakin besar, dan

akhirnya menyebabkan peningkatan

sedimen di Waduk Sengguruh.

Kondisi hutan Di Sub DAS Brantas

Hulu telah berkurang hingga mencapai

33%, hal ini dikarenakan banyaknya

kegiatan illegal logging yang dilakukan

di wilayah ini.(www.jasatirta1.go.id)

Semakin bertambahnya jumlah

penduduk dan keterbatasan lapangan

kerja di Sub DAS Brantas Hulu,

perekonomian penduduk di wilayah

tersebut sebagian besar bergantung pada

eksploitasi sumber daya alam yang ada

namun tanpa memperhatikan akibat yang

akan ditimbulkan terhadap lingkungan

sehingga akan berdampak pada degradasi

DAS.

Oleh karena itu, diperlukan adanya

studi tentang kinerja pengelolaan DAS

atau sub DAS untuk meningkatkan fungsi

kawasan baik lahan serta air sehingga

degradasi lahan dapat terkendali dan

masyarakat sejahtera.

1.3 Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah :

1. Menentukan nilai kinerja Sub DAS

Brantas Hulu ditinjau dari:Kriteria

penggunaan lahan yang meliputi

indek penutupan lahan, kesesuaian

penggunaan lahan, indek erosi.

Kriteria ekonomi yang meliputi

ketergantungan penduduk terhadap

lahan, tingkat pendapatan, dan

produktivitas lahan. Kriteria tata air

yang meliputi koefisien regim

sungai, koefisien varian, indeks

penggunaan air , sedimentasi,

koefisien limpasan.

2. Menentukan nilai kinerja Sub DAS

Brantas Hulu ditinjau dari klasifikasi

DTA (kriteria penggunaan lahan dan

ekonomi) dan kriteria tata air.

3. Menentukan parameter-parameter

yang perlu diperbaiki dan

diperhatikan agar kinerja dan kondisi

Sub DAS Brantas Hulu menjadi lebih

baik.

2. LANDASAN TEORI

Monitoring dan Evaluasi DAS

Sesuai dengan keputusan Menteri

Kehutanan No 52/Kpts-II/2001 bahwa

monitoring dan evaluasi (monev) dipilah

antara monev kinerja DAS dan monev

pengelolaan DAS. Monitoring dan

evaluasi (monev) yang akan dilakukan

adalah monev kinerja DAS, yaitu sistem

monev yang dilakukan secara periodik

untuk memperoleh data dan informasi

tentang gambaran menyeluruh mengenai

perkembangan kinerja DAS, khususnya

untuk tujuan pengelolaan DAS secara

lestari, maka diperlukan kegiatan monev

yang ditekankan pada aspek tata air,

penggunaan lahan, sosial, ekonomi, dan

kelembagaan.

A. Indeks Penutupan Lahan oleh

vegetasi (IPL)

Monev terhadap penutupan lahan

oleh vegetasi di DAS adalah untuk

mengetahui indeks penutupan lahan (IPL)

dari luas lahan bervegetasi permanen

yang ada di DAS. Dihitung menggunakan

rumus:

IPL =

x 100 %

Dimana:

LVP (ha) =luas lahan bervegetasi

permanen

Luas DAS (ha) = luas DAS sasaran studi

Tabel 1. Klasifikasi nilai IPL

No IPL(%) Kelas Skor

1 > 75 Baik 1

2 30 – 75 Sedang 3

3 < 30 Jelek 5

B. Kesesuaian Penggunaan Lahan

(KPL)

Monev kesesuaian penggunaan

lahan (KPL) DAS adalah untuk

mengetahui kesesuaian penggunaan lahan

dengan rencana tata ruang wilayah

(RTRW) dan atau zona kelas kemampuan

lahan dan yang ada di DAS.

KPL =

x 100 %

Dimana :

LPS (ha) = luas penggunaan lahan

yang sesuai di DAS

Luas DAS (ha) = luas DTA atau DAS

yang menjadi sasaran

Tabel 2. Klasifikasi nilai KPL

No Nilai KPL (%) Kelas Skor

1 > 75 Baik 1

2 40 – 75 Sedang 3

3 < 40 Jelek 5

C. Indeks Erosi (IE)

Monev indeks erosi (IE) pada

DAS bertujuan untuk mengetahui

besarnya erosi aktual terhadap nilai batas

erosi yang bisa ditoleransi di DAS.

IE =

x 100 %

Dimana :

A (ton/ha/th) = nilai erosi aktual

T (ton/ha/th) = nilai toleransi erosi

Tabel 3. Klasifikasi nilai Indeks Erosi

No Nilai IE (%) Kelas Skor

1 < 50 Baik 1

2 50 – 100 Sedang 3

3 > 100 Jelek 5

D.Ketergantungan Penduduk

Terhadap Lahan(LQ)

Penilaian terhadap ketergantungan

penduduk terhadap lahan ini dapat

didekati dengan analisa kegiatan dasar

desa (LQ), yaitu kegiatan apa dari sektor

yang berpengaruh besar terhadap

kehidupan perekonomian penduduk di

wilayahnya (desa). Dihitung

menggunakan rumus:

LQ = (Mi/M)/(Ri/R)

Dimana:

LQ = ketergantungan penduduk terhadap

lahan

Mi = jumlah tenaga kerja terlibat disektor

i di wilayah pengamatan

(kecamatan/ Sub DAS)

M = jumlah tenaga kerja potensial di

wilayah pengamatan (kecamatan/

SubDAS), (∑ M1 + M2 + . . . . + Mn)

Ri = total jumlah tenaga yang terlibat

disektor i di wilayah kabupaten/DAS

R = Jumlah seluruh tenaga kerja di

wilayah kabupaten/DAS (∑ R1 + R2 + . .

+ Rn)

Tabel 4. Klasifikasi Nilai LQ No Nilai LQ Kelas Skor

1 < 0.5 Baik 1

2 0.5-1 Sedang 3

3 > 1 Jelek 5

E. Tingkat Pendapatan (TD)

Monev terhadap indikator tingkat

pendapatan (TD) masyarakat di DAS/Sub

DAS merupakan tolok ukur kesejahteraan

dan cerminan dari pendapatan keluarga

yang diperoleh dari hasil usaha tani dan

hasil dari non- usaha tani, selanjutnya

diperbandingkan dengan angka dari nilai

garis kemiskinan yang ada di wilayah

DAS (tingkat kabupaten/provinsi), bisa

juga dilakukan dengan mengidentifikasi

data ini pada Buku Statistik

Kabupaten/Provinsi Dalam Angka dari

BPS.

Tabel 5. Klasifikasi nilai TD

No Nilai TD Kelas Skor

1 ≥ 5x Garis

Kemiskinan

Baik 1

2 2-4 x Garis

Kemiskinan

Sedang 3

3 ≤ Garis

Kemiskinan

Jelek 5

F. Produktivitas Lahan (PL)

Indikator produktivitas lahan

dihitung untuk mengetahui

kecenderungan/trend produktivitas lahan

pada lahan-lahan yang ada di wilayah

DAS dari waktu ke waktu (menurun,

tetap, atau meningkat).

Tabel 6. Klasifikasi Nilai PL No Nilai PL Kelas Skor

1 Meningkat Baik 1

2 Stabil Sedang 3

3 Menurun Jelek 5

G. Koefisien Regim Sungai (KRS)

Koefisien regim sungai (KRS)

adalah perbandingan antara debit

maksimum (Qmaks) dengan debit

minimum (Qmin) dalam suatu DAS.

KRS =

Dimana:

Q maks (m3/det) = debit harian rata-rata

(Q) tahunan tertinggi

Q min (m3/det) = debit harian rata-rata

(Q) tahunan terendah

Tabel 7. Klasifikasi Nilai KRS No Nilai KRS Kelas Skor

1 < 50 Baik 1

2 50 – 120 Sedang 3

3 > 120 Jelek 5

H. Indeks Penggunaan Air (IPA)

Perhitungan indeks penggunaan

air yaitu :

Perbandingan antara kebutuhan air

dengan persediaan air yang ada di DAS.

IPA =

Dimana:

- Kebutuhan air (m3 atau mm) = jumlah

air yang dikonsumsi untuk berbagai

keperluan/penggunaan lahan di DTA

selama satu tahun (tahunan) misalnya

untuk pertanian, rumah tangga, industri

dll.

- Persediaan air (m3 atau mm), dihitung

dengan cara langsung, yaitu dari hasil

pengamatan volume debit (Q, mm) pada

SPAS serta jumlah curah hujan rata-rata

tahunan (P, mm) di DTA.

Tabel 8. Klasifikasi nilai Indeks

Penggunaan Air (IPA) No Nilai IPA Kelas Skor

1 ≤ 0.5 Baik 1

2 0.6 – 0.9 Sedang 3

3 ≥ 1.0 Jelek 5

I. Koefisien Limpasan (C)

Koefisien limpasan adalah

perbandingan antara tebal limpasan

tahunan (Q, mm) dengan tebal hujan

tahunan (P, mm) di DAS atau dapat

dikatakan berapa persen curah hujan yang

menjadi limpasan (runoff) di DAS.

C =

Dimana :

Q (mm) = tebal limpasan tahunan

P (mm) = tebal hujan tahunan

Tabel 9. Klasifikasi koefisien limpasan

(C) tahunan No Nilai C Kelas Skor

1 < 0.25 Baik 1

2 0.25 – 0.50 Sedang 3

3 0.51 – 1.0 Jelek 5

J. Koefisien varian (CV)

Koefisien variansi (CV) adalah

gambaran kondisi variasi dari debit aliran

air (Q) tahunan dari suatu DAS.

CV =

x 100 %

Dimana :

Sd = standar deviasi data

debit (Q) tahunan dari SPAS

Qrata-rata = data debit rata-rata

tahunan dari SPAS.

Tabel 10. Klasifikasi nilai CV No Nilai CV Kelas Skor

1 < 0.1 Baik 1

2 0.1 – 0.3 Sedang 3

3 > 0.3 Jelek 5

K. Sedimentasi (Sy)

Sedimentasi adalah jumlah

material tanah berupa kadar lumpur

dalam air oleh aliran air sungai yang

berasal dari hasil proses erosi di hulu,

yang diendapkan pada suatu tempat di

hilir dimana kecepatan pengendapan

butir-butir material suspensi telah lebih

kecil dari kecepatan angkutannya.

Nilai erosi dari hasil sedimen di

SPAS dihitung dengan persamaan :

A =

Dimana :

A (mm/th atau ton/th) = nilai erosi

Sy (mm/th atau ton/th) = hasil sedimen di

SPAS

SDR = rasio penghantaran sedimen

Tabel 11. Klasifikasi tingkat

sedimentasi

No Sedimentasi

(mm/th) Kelas Skor

1 < 2 Baik 1

2 2 – 5 Sedang 3

3 > 5 Jelek 5

3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Wilayah lokasi studi adalah Sub

DAS Brantas Hulu. Sub DAS Brantas

Hulu dilihat dari posisi astronomis

terletak diantara 7045’36” – 8

003’00” LS

dan 112034’12” BT – 112

025’48” BT.

Sub DAS Brantas Hulu memiliki luas

sekitar 93838,570 ha yang meliputi

sebagian besar wilayah Malang.

Gambar 1. Peta administrasi Sub

DAS Brantas Hulu

Sumber : BBWS Brantas

3.2 Data Yang Digunakan

Data yang digunakan pada studi ini

adalah data sekunder. Data-data tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Data curah hujan di Sub DAS Brantas

Hulu 2004-2013 (10 tahun)

2. Data debit harian rata – rata

3. Peta Sub DAS Brantas Hulu

4. Peta sebaran pos hujan

5. Peta tata guna lahan

6. Peta kemiringan lereng

7. Peta kedalaman tanah (solum tanah)

8. Data Jumlah Tenaga kerja

9. Data tingkat pendapatan per kapita

masyarakat

10. Data produktivitas pertanian

3.3 Tahapan Studi

Terdapat beberapa tahapan dalam

studi ini, yaitu:

1. Perhitungan Data

1.Menghitung Indeks Penutupan

Lahan (IPL), Kesesuaian

Penggunaan Lahan (KPL), Nilai

Erosi Aktual dengan metode USLE

(Universal Soil Loss Equation),

Erosi yang masih dapat ditoleransi

dengan berdasarkan kriteria baku

kerusakan tanah dari peraturan

pemerintah (PP) No. 150 tahun

2000

2.Menghitung nilai ketergantungan

penduduk terhadap lahan, tingkat

pendapatan masyarakat, dan nilai

produktivitas lahan

3.Menghitung Indeks Penggunaan Air

(IPA), KRS (Koefisien Regim

Sungai), dan Koefisien Varian

(CV), koefisien limpasan, dan

sedimentasi

2. Analisa hasil perhitungan

1.Melakukan klasifikasi kinerja DAS

(total skor) untuk kriteria daerah

tangkapan air

2.Melakukan klasifikasi kinerja DAS

untuk kriteria tata air.

3.Melakukan klasifikasi kriteria

kinerja DAS (total skor) meliputi

kriteria DTA (penggunaan lahan

dan ekonomi), dan kriteria tata air.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Indeks Penggunaan Lahan (IPL)

Monev terhadap penutupan lahan

oleh vegetasi di DAS adalah untuk

mengetahui indeks penutupan lahan (IPL)

dari luas lahan bervegetasi permanen

yang ada di DAS.

Contoh perhitungan:

LVP = luas hutan + luas kebun

= 10049.686 + 13914.174

= 23963.86 ha

Luas DAS = 93838.570 ha

IPL =

x 100 %

=

x 100% = 25.53 %

B. Kesesuaian Penggunaan Lahan

(KPL)

Dimana penilaian LPS berdasarkan

pada kesesuaian antara penggunaan

lahan aktual sesuai dengan jenisnya baik

untuk kawasan lindung ataupun kawasan

budidaya.

Contoh perhitungan:

LPS = luas hutan + luas kebun + sawah

irigasi + sawah tadah hujan

= 10049.686 + 13914.174 +

15720.038 + 235.548

= 39919.446 ha

Luas DAS = 93838.570 ha

KPL =

x 100 %

=

x 100% = 42.54 %

C. Indeks Erosi (IE)

Monev indeks erosi (IE) pada DAS

bertujuan untuk mengetahui besarnya

erosi aktual terhadap nilai batas erosi

yang bisa ditoleransi di DAS.

Contoh perhitungan:

Nilai Indeks Erosi (IE)

=

=

= 96.705 %

D.Ketergantungan Penduduk

Terhadap Lahan(LQ)

Ketergantungan penduduk terhadap

lahan dicerminkan oleh proporsi

kontribusi pendapatan dari usaha tani

terhadap total pendapatan keluarga

(KK/th). Dari data jumlah tenaga kerja

tahun 2013 yang diperoleh dari BPS Kota

Batu, Kota Malang, dan Kabupaten

Malang.

Contoh perhitungan:

LQ = (Mi/M)/(Ri/R)

= (26,782/98,261) / (296,329 /

1,231,713)

= 1.133

Tabel 12. Hasil Perhitungan

Ketergantungan Penduduk Terhadap

Lahan (LQ)

No. Kota/

Kab. Kecamatan/Desa LQ

1 Kota Batu

Kec. Bumiaji

1.133 Kec. Batu

Kec. Junrejo

2 Kota

Malang

Kec. Kedung

Kandang

0.050

Kec. Sukun

Kec. Lowokwaru

Kec. Klojen

Kec. Blimbing

3 Kab.

Malang

Kec. Pujon 1.513

Kec. Karangploso 1.513

Kec. Lawang 1.513

Kec. Singosari 1.513

Kec. Dau 1.513

Kec. Pakis 1.513

Kec. Jabung 1.513

Kec. Pakisaji 1.513

Kec. Kepanjen 1.513

Kec. Tumpang 1.513

Kec. Poncokusumo 1.513

Kec. Tajinan 1.513

Kec. Wajak 1.513

Kec. Bululawang 1.513

Kec. Gondanglegi 1.481

Rerata 1.403

E. Tingkat Pendapatan (TD)

Untuk nilai tingkat pendapatan

perkapita di Sub DAS Brantas Hulu rata-

rata sebesar Rp 2,287,172.18

(Sumber:Bappeda Kota Batu, Malang,

dan Kabupaten Malang) jika

dibandingkan dengan angka kemiskinan

Provinsi Jawa Timur tahun 2012 sebesar

Rp 243,783 (Sumber:BPS RI) maka

tingkat pendapatan per kapita masyarakat

adalah ≥ 5x Garis Kemiskinan.

F. Produktivitas Lahan (PL)

Data produktivitas lahan pada studi

ini diperoleh dari Dinas Pertanian Kota

Batu, Kota Malang, dan Kabupaten

Malang. Produktivitas lahan pada studi

ini difokuskan pada produktivitas

tanaman pangan yaitu: padi, jagung, ubi

kayu, ubi jalar, dan kacang tanah pada

tahun 2009-2013. Berikut adalah grafik

tingkat produktivitas lahan di Sub DAS

Brantas Hulu tahun 2009-2013.

Gambar 2. Grafik Produktivitas

Lahan di Sub DAS Brantas Hulu

G. Koefisien Regim Sungai (KRS)

Koefisien regim sungai (KRS)

adalah perbandingan antara debit

maksimum (Qmaks) dengan debit

minimum (Qmin) dalam suatu DAS.

Contoh perhitungan:

Koefisien regim sungai tahun 2004.

Q maks (m3/det)= 126.08 m

3 /det (data)

Q min (m3/det) = 22.83 m

3 /det (data)

KRS =

= 5.52

Tabel 13. Hasil Perhitungan Koefisien

Regim Sungai

Tahun KRS

(Q maks/Q min)

2004 5.52

2005 4.65

2006 7.69

2007 41.66

2008 44.42

2009 7.95

2010 7.34

2011 8.52

2012 8.32

2013 7.39

H. Indeks Penggunaan Air (IPA)

Perhitungan Indeks Penggunaan Air

adalah perbandingan antara kebutuhan air

dengan persediaan air yang ada di DAS.

0.000

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

Pro

du

ktiv

itas

Lah

an (

ton

/ha/

th)

Jenis Tanaman

2009

2010

2011

2012

2013

Contoh perhitungan:

Indeks penggunaan air tahun 2004

Volume Q inflow = 1450.838 mm

P = 2206.952 (mm)

Persediaan = Vol. Q inflow + P

= 3657.790 (mm)

Kebutuhan = 1549.772 mm

IPA =

=

= 0.42

Tabel 14. Hasil Perhitungan Indeks

Penggunaan Air

Tahun

IPA

(kebutuhan /

persediaan)

2004 0.424

2005 0.436

2006 0.443

2007 0.329

2008 0.312

2009 0.500

2010 0.460

2011 0.469

2012 0.457

2013 0.510

I. Koefisien Limpasan (C)

Koefisien limpasan adalah

perbandingan antara tebal limpasan

tahunan (Q, mm) dengan tebal hujan

tahunan (P, mm) di DAS atau dapat

dikatakan berapa persen curah hujan yang

menjadi limpasan (runoff) di DAS.

Tebal limpasan (Q) diperoleh dari

volume debit (Q, dalam satuan m3

) dari

hasil pengamatan SPAS di DAS/Sub

DAS selama satu tahun dibagi dengan

luas DAS/Sub DAS (ha atau m2

) yang

kemudian dikonversi ke satuan mm.

Sedangkan tebal hujan tahunan (P)

diperoleh dari hasil pencatatan pada

stasiun pengamat hujan (SPH).

Contoh perhitungan :

Koefisien Limpasan (C) tahun 2004

Q tahunan =

=

= 1.45083m

= 1450.838 mm

P tahunan = 2206.952 mm

C =

=

= 0.657

Tabel 15. Hasil Perhitungan Koefisien

Limpasan

Tahun C

(Q tahunan / P tahunan)

2004 0.657

2005 0.824

2006 0.998

2007 0.998

2008 0.997

2009 0.763

2010 0.582

2011 0.931

2012 0.847

2013 0.457

J. Koefisien varian (CV)

Koefisien variansi (CV) adalah

gambaran kondisi variasi dari debit aliran

air (Q) tahunan dari suatu DAS.

Contoh perhitungan :

Koefisien Variansi tahun 2004

Sd = 4810.82

Q rata - rata = 18739.34

CV =

x 100 %

=

x 100% = 0.25

Tabel 16. Hasil Perhitungan Koefisien

Varian

Tahun Q inflow

(m3/dt)

2004 15757.47

2005 15811.6

2006 18837.51

2007 21976.45

2008 29175.7

2009 14507.69

2010 21376.91

2011 20264.44

2012 17476.35

2013 12209.24

Jumlah 187393.36

Rerata 18739.34

Sd 4810.82

K. Sedimentasi (Sy)

Sedimentasi adalah jumlah material

tanah berupa kadar lumpur dalam air oleh

aliran air sungai yang berasal dari hasil

proses erosi di hulu, yang diendapkan

pada suatu tempat di hilir dimana

kecepatan pengendapan butir-butir

material suspensi telah lebih kecil dari

kecepatan angkutannya.

Contoh perhitungan:

Sedimentasi rata-rata 2004-2013

Sy = A . SDR

= 580.229 . 0.84

= 487.392 ton/ha/th = 38.99 mm/th

Hasil Kinerja DAS dari Segi Daerah

Tangkapan Air (DTA) dan Tata Air

Hasil menyeluruh terhadap kondisi

tata air dan daerah tangkapan air.

Penentuan kinerja (DAS/SubDAS)

dilakukan dengan menjumlahkan dari

hasil kali nilai skor dan nilai bobot dibagi

dengan total prosentase nilai bobot.

Kinerja DAS = 214/64 = 3.34

Tabel 17. Hasil Nilai dan Bobot

Masing-masing Parameter Kinerja

DAS

INDIKATOR/ PARAMETER Nilai Bobot

Skor Hasil %

Daerah Tangkapan Air (DTA)

1. Penggunaan Lahan

a) Indeks Penggunaan Lahan 25.53% 4 5 20

b) Kesesuaian Pengg.lahan 42.54% 4 3 12

c) Indeks Erosi (IE) 96.705% 8 3 24

2. Ekonomi

a) Ketergantungan penduduk

terhadap lahan

1.403 4 5

20

b) Tingkat pendapatan per kapita

≥ 5x

Garis

Kemiskinan

2 1

2

c) Produktifitas Lahan Stabil 2 3 6

Tata Air

1. Banjir dan Kekeringan

a) Koefisien Regim Sungai (KRS)

<50 10 1

10

b) Koefisien varian (CV) 0.25 5 3 15

c) Indeks Penggunaan Air

(IPA)

0.4 5 1

5

d) Koefisien Limpasan ( C ) 0.51- 1.0 10 5 50

2. Sedimentasi (laju

sedimentasi)

38.99 10 5

50

Jumlah Total 64 35 214

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Hasil klasifikasi masing-masing

indikator untuk kriteria daerah

tangkapan air (penggunaan lahan dan

ekonomi) dan tata air di Sub DAS

Brantas Hulu yaitu :

a) Kriteria Penggunaan Lahan Sub

DAS Brantas Hulu (dengan bobot

16% dari 64%), didapat:

1. Indeks Penutupan Lahan (IPL)

dengan bobot 4% dari 64%,

sebesar 25.53% termasuk

dalam klasifikasi kelas jelek

dengan skor (5).

2. Kesesuaian Penggunaan

Lahan (KPL) dengan bobot

4% dari 64%, sebesar 42.54%

termasuk dalam klasifikasi

kelas sedang dengan skor (3).

3. Indeks Erosi (IE) rata – rata

tahun 2004 – 2013 dengan

bobot 8% dari 64%, sebesar

96.705% termasuk dalam

klasifikasi kelas sedang

dengan skor (3).

b) Kriteria Ekonomi Sub DAS

Brantas Hulu (dengan bobot 8%

dari 64%), didapat:

1. Ketergantungan penduduk

terhadap lahan (LQ) dengan

bobot 4% dari 64%, sebesar

1.403 termasuk dalam

klasifikasi kelas jelek dengan

skor (5).

2. Tingkat pendapatan perkapita

masyarakat rata-rata dengan

bobot 2% dari 64%, sebesar

Rp 2,287,172.18

dibandingkan dengan angka

kemiskinan Provinsi Jawa

Timur sebesar Rp 243,783

(nilai ≥ 5x Garis Kemiskinan)

termasuk dalam kelas baik

dengan skor (1).

3. Produktifitas Lahan

mempunyai

trend/kecendurangan stabil

termasuk klasifikasi kelas

sedang dengan skor (3).

c) Kriteria tata air Sub DAS Brantas

Hulu (dengan bobot 40% dari

64%), didapat:

1. Koefisien Regim Sungai

(KRS) tahun 2004 – 2013

sebesar < 50 (kurang dari 50)

dengan bobot 10% dari 64%

termasuk dalam klasifikasi

kelas baik dengan skor (1).

2. Koefisien Varian (CV)

sebesar 0.25 dengan bobot 5%

dari 64% termasuk dalam

klasifikasi kelas sedang

dengan skor ( 3 ).

3. Indeks Penggunaan Air (IPA)

tahun 2004 – 2013 sebesar <

0.5 (kurang dari samadengan

0.5) dengan bobot 5% dari

64% termasuk dalam

klasifikasi kelas baik dengan

skor (1).

4. Koefisien Limpasan (C) tahun

2004 – 2013 antara 0,51 – 1,0

dengan bobot 10% dari 64%

termasuk dalam klasifikasi

kelas jelek dengan skor (5).

5. Laju Sedimentasi rata – rata

tahun 2004 – 2013 yaitu 38.99

mm/th dengan bobot 10% dari

64% termasuk dalam

klasifikasi kelas jelek dengan

skor (5).

2. Hasil Kinerja DAS di Sub DAS

Brantas Hulu, didapat:

a) Kriteria Daerah Tangkapan Air

(Penggunaan Lahan dan

Ekonomi) diperoleh nilai kinerja

sebesar 3.5 termasuk dalam

kategori agak buruk.

b) Kriteria Tata Air diperoleh nilai

kinerja sebesar 3.25 termasuk

dalam kategori sedang.

c) Kriteria Tata Air dan Daerah

Tangkapan Air (DTA) diperoleh

nilai kinerja sebesar 3.34

termasuk dalam kategori sedang.

3. Parameter-parameter yang perlu

diperbaiki dan diperhatikan terhadap

hasil kinerja DAS di Sub DAS

Brantas Hulu, adalah:

• Koefisien Limpasan yang

dipengaruhi tingginya curah hujan

dan kurangnya tutupan lahan yang

menyebabkan besarnya limpasan

(Q) pada Sub DAS Brantas Hulu.

• Sedimentasi yang dipengaruhi

nilai erosi (A)

• Indeks Penutupan Lahan yang

dipengaruhi oleh kurangnya

vegetasi lahan permanen (vegetasi

yang tidak ditebang)

• Ketergantungan Masyarakat

Terhadap Lahan yang dipengaruhi

oleh banyaknya jumlah penduduk

yang bekerja pada sektor

pertanian.

5.2 Saran

Saran-saran yang diberikan setelah

dilakukannya studi ini, antara lain:

1. Peran serta masyarakat dan juga

pemerintah untuk menerapkan usaha

konservasi dan rehabilitasi sangat

diperlukan agar tercipta lingkungan

kelestarian lingkungan yang baik.

Dikarenakan tanggung jawab untuk

menjaga lingkungan bukan hanya

bagi pemerintah atau instansi terkait.

2. Diperlukannya pemisahan

penggunaan lahan untuk permukiman,

industry, pertanian, perkantoran, dan

usaha-usaha lainnya. Untuk

menciptakan keserasian dan

keseimbangan fungsi dan intensitas

penggunaan lahan.

3. Program untuk meningkatkan

produksi pangan skala besar-besaran

akan berdampak pada kondisi hutan,

karena akan memberikan kontribusi

dalam pembukaan hutan dan belukar.

Hal ini menyebabkan meningkatnya

erosi, berkurangnya kesuburan dan

produktivitas lahan.

4. Perlunya penyatuan visi, misi dan

integrasi antar lembaga yang terlibat.

Lembaga yang terlibat dalam

pengelolaan lahan di DAS Brantas

sejauh ini sudah memiliki rencana

pengendalian degradasi namun belum

memiliki secara bersama-sama suatu

kebijakan pencadangan lahan dan

pengendalian lahan potensial yang

didukung dengan sistem informasi

lahan yang komprehensif, akurat dan

memadai untuk pemantauan,

perencanaan dan pengambilan

keputusan.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Yogyakarta : Gajah Mada University

Press.

Anonim.www.jasatirta1.co.id/berita

(diakses Oktober 2013)

Assyakur, Abdul Rahman. 2008. Prediksi

Erosi Dengan Menggunakan Metode

USLE Dan Sistem Informasi Geografis

Berbasis Berbasis Piksel Di Daerah

Tangkapan Air Danau Buyan. PIT

MAPIN XVII.

Bisri, M. 2009. Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai. Malang : CV.Asrori

Malang.

Badan Pusat Statistik. 2013. Angka Garis

Kemiskinan Provinsi.Jakarta: BPS

Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Batu

Dalam Angka 2013, Jumlah Tenaga

Kerja Berdasarkan Sektor . Kota Batu:

BPS.

Badan Pusat Statistik. 2013. Kabupaten

Malang Dalam Angka 2013, Jumlah

Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor.

Kabupaten Malang: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2013. KotaMalang

Dalam Angka 2013, Jumlah Tenaga

Kerja Berdasarkan Sektor. Kota Malang:

BPS.

Dwi, hendra purnama.2014. Dampak

Kerusakan Hulu Sungai Terhadap

Percepatan Sedimentasi Pada Wilayah

Hilir http://hendra-dwi-

purnama.blogspot.com/2013/08/dampak-

kerusakan-hulu-sungai-terhadap.html.

Diakses Juni 2014.

Fahmudin, Agus dan Widianto. 2004.

Petunjuk Praktik Konservasi Tanah

Pertanian Lahan Kering”. Bogor:Worl

agroforestry center ICRAF southest asia.

Hardiyanti, Ayu Nurin. 2013. Studi

Pemanfaatan Material Sedimen Di

Waduk Sengguruh Kabupaten Malang

Untuk Media Tanam. Laporan Praktek

Kerja Nyata tidak diterbitkan. Malang:

Jurusan Teknik Pengairan.

Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu

Tanah. Jakarta : CV Akademika

Pressindo.

Kementerian Kehutanan. 2009 Peraturan

Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan

dan Perhutanan Sosial Tentang Pedoman

Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran

Sungai. Jurnal Dephut. Jakarta.

Novra, Ardi.Tanpa tahun. Impact of

Regional Fiscal Allocaton (Disertation):

Dampak Alokasi Pememrintah Daerah

Penyangga Terhadap Deforestasi dan

Degradasi Taman Nasional Kerinci

Seblat. Disertasi tidak diterbitkan. Jambi:

Universitas Jambi.

Utomo, Wani, Hadi. 1994. Erosi dan

Konservasi Tanah. Malang : IKIP

Malang.

Sari, Santi. 2012. Studi Limpasan

Permukaan Spasial Akibat Perubahan

Penggunaan Lahan (Menggunakan

Model Kineros). Tesis tidak

diterbitkan.Malang: Jurusan Teknik

Pengairan.

Soemarto, CD. 1995. Hidrologi Teknik.

Jakarta: Erlangga.

Sosrodarsono, S. 1997. Hidrologi Untuk

Pengairan. Jakarta: PT. Pradya Paramita.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya

Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit

Andi.

Triwanto, Joko. Konservasi Lahan Hutan

Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Malang: 2012

P_4 2009 RLPS Lampiran Tentang

Pedoman Monitoring dan Evaluasi

Daerah Aliran Sungai. www.dephut.go.id

. (diakses Juli 2013)

Wibowo, Anggara. Cahyo. 2013. Studi

Penentuan Kinerja Kelestarian

Pengelolaan DAS Di Sub DAS Konto

Hulu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang :

Jurusan Teknik Pengairan.