Upload
lamnhi
View
241
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI PENENTUAN KINERJA PENGELOLAAN DAS
(KELESTARIAN LINGKUNGAN DAN EKONOMI) DI SUB DAS
BRANTAS HULU
Fitriatus Shodriyah1, Rini Wahyu Sayekti
2, Linda Prasetyorini
2
1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Tata guna lahan di Sub DAS Brantas Hulu banyak digunakan untuk lahan pertanian, dan pariwisata
tanpa memperhatikan aspek konservasi lahan. Kinerja pengelolaan DAS atau sub DAS diperlukan untuk
meningkatkan fungsi kawasan baik lahan serta air sehingga degradasi lahan dapat terkendali dan masyarakat
sejahtera.
Tujuan dari studi ini untuk mengetahui hasil klasifikasi parameter yang dikaji meliputi indek
penggunaan lahan, kesesuaian penggunaan lahan, indek erosi, ketergantungan masyarakat terhadap lahan,
tingkat pendapatan, produktivitas lahan, koefisien regim sungai, koefisien varian, indeks penggunaan air,
sedimentasi, koefisien limpasan di Sub DAS Brantas Hulu dan untuk menentukan kinerja pengelolaannya.
Studi ini menggunakan metode perhitungan sesuai dengan peraturan keputusan Menteri Kehutanan No.
52/Kpts-II/2001.
Hasil dari studi diperoleh hasil klasifikasi nilai Indeks Penutupan Lahan sebesar 25.53% termasuk
kelas jelek, Kesesuaian Penggunaan Lahan sebesar 42.54% termasuk kelas sedang, Indeks Erosi rata – rata
sebesar 96.705% termasuk kelas sedang, Ketergantungan penduduk terhadap lahan, sebesar 1.403 termasuk
kelas jelek, Tingkat pendapatan perkapita masyarakat rata-rata, termasuk kelas baik, Produktifitas Lahan
dengan trend/kecendurangan stabil termasuk kelas sedang, Koefisien Regim Sungai sebesar < 50 termasuk
kelas baik, Koefisien Varian sebesar 0.25 termasuk kelas sedang, Indeks Penggunaan Air sebesar < 0.5
termasuk kelas baik, Koefisien Limpasan antara 0,51 – 1,0 termasuk kelas jelek, Laju Sedimentasi sebesar
38.99 mm/th termasuk kelas jelek. Hasil kinerja Sub DAS Brantas Hulu Kriteria Daerah Tangkapan Air
(Penggunaan Lahan dan Ekonomi) sebesar 3.5 termasuk kelas agak buruk, Kriteria Tata Air sebesar 3.25
termasuk kelas sedang, dan untuk Tata air dan DTA sebesar 3.34 termasuk kelas sedang.
Kata Kunci: Monitoring dan Evaluasi (Monev) Kinerja DAS, Penggunaan Lahan, Ekonomi, dan Tata Air
ABSTRACT
Land use in the Upper Brantas watershed widely used for agricultural land, and without regard to
the tourism aspects of land conservation. Watershed management performance or sub-watershed to improve
the function of both land and water areas so that land degradation can be controlled and prosperous society.
The purpose of this study was to determine the results of the classification parameters studied
include the index of land use, land use suitability, erosion index, the dependence of society on land, income
level, land productivity, river regime coefficient, coefficient of variance, index of water use, sedimentation,
runoff coefficient in the Upper Brantas sub-watershed and to determine the performance of management.
This study uses the calculation method in accordance of the Minister of Forestry regulation 52/Kpts-II/2001.
The result of this study obtained for Land Cover Index 25.53% included in bad class, Land Use
Suitability, 42.54% included medium class, Erosion Index, 96 705% included in medium class, dependence of
population on the land, amounting to 1,403 included in bad class, level of average per capita income of the
population,included in good class, Land Productivity with trends / tendencies were stable included in good
class, river regime coefficient of <50 included in good class, Varian coefficient of 0.25 included in the
medium class, Water Use Index of <0.5 included in good class, runoff coefficient (C) between 0.51 to 1.0
included in bad class, Sedimentation rate of 38.99 mm / yr, included in bad class. The results of the
performance of DAS in the Upper Brantas sub-watershed for Catchment Criteria (Land Use and Economics)
3.5 is included in the performance is rather bad class, for water system criteria 3.25 included in the medium
class, while for water system and DTA (land use and economic) 3.34 included in the medium class.
Keywords: Monitoring and evaluation (Monev) of watershed’s performance, Land use, Economic,and
Water system
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah aliran sungai (DAS)
merupakan suatu wilayah yang secara
topografi dibatasi oleh punggung-
punggung gunung yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian
menyalurkannya ke laut melalui sungai
utama. (Asdak, 2002:4). Untuk dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien,
maka DAS harus dikelola dengan baik
agar DAS berfungsi secara optimal.
Pengelolaan sistem Daerah Aliran
Sungai (DAS) merupakan pengelolaan
seluruh sumberdaya penyusunnya dan
struktur sistem yang ada guna
melindungi, memelihara, dan
memperbaiki keluaran dari sistem DAS
yang berupa hasil air, hasil sedimen, dan
hasil-hasil ekonomis. Salah satu akibat
dari pengelolaan DAS dan pengaturan
lahan yang tidak dilakukan secara benar
dan tidak direncanakan dengan baik dapat
menyebabkan timbulnya lahan kritis pada
DAS tersebut.
Berdasarkan Peraturan Direktur
Jenderal Rehabilitasi Lahan Dan
Perhutanan Sosial Tentang Pedoman
Monitoring Dan Evaluasi Daerah Aliran
Sungai P.04/V-Set/2009, perubahan
kondisi hidrologi DAS sebagai dampak
perluasan lahan kawasan budidaya yang
tidak terkendali tanpa memperhatikan
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air.
Studi evaluasi terhadap kinerja suatu
DAS dapat memberikan gambaran
bagaimana kondisi DAS (biofisik,
hidrologis, sosial, ekonomi,
kelembagaan) sehingga upaya-upaya
pengelolaannya dapat dilakukan secara
tepat dan terencana dengan baik.
1.2 Identifikasi Masalah Tata guna lahan di DAS Brantas
Hulu banyak mengalami perubahan. Tata
guna lahan di kawasan DAS Brantas
Hulu banyak digunakan untuk lahan
pertanian, dan pariwisata tanpa
memperhatikan aspek konservasi lahan.
Hal ini menyebabkan semakin banyaknya
lahan terbuka, sehingga kemungkinan
terjadinya erosi semakin besar, dan
akhirnya menyebabkan peningkatan
sedimen di Waduk Sengguruh.
Kondisi hutan Di Sub DAS Brantas
Hulu telah berkurang hingga mencapai
33%, hal ini dikarenakan banyaknya
kegiatan illegal logging yang dilakukan
di wilayah ini.(www.jasatirta1.go.id)
Semakin bertambahnya jumlah
penduduk dan keterbatasan lapangan
kerja di Sub DAS Brantas Hulu,
perekonomian penduduk di wilayah
tersebut sebagian besar bergantung pada
eksploitasi sumber daya alam yang ada
namun tanpa memperhatikan akibat yang
akan ditimbulkan terhadap lingkungan
sehingga akan berdampak pada degradasi
DAS.
Oleh karena itu, diperlukan adanya
studi tentang kinerja pengelolaan DAS
atau sub DAS untuk meningkatkan fungsi
kawasan baik lahan serta air sehingga
degradasi lahan dapat terkendali dan
masyarakat sejahtera.
1.3 Tujuan
Tujuan dari studi ini adalah :
1. Menentukan nilai kinerja Sub DAS
Brantas Hulu ditinjau dari:Kriteria
penggunaan lahan yang meliputi
indek penutupan lahan, kesesuaian
penggunaan lahan, indek erosi.
Kriteria ekonomi yang meliputi
ketergantungan penduduk terhadap
lahan, tingkat pendapatan, dan
produktivitas lahan. Kriteria tata air
yang meliputi koefisien regim
sungai, koefisien varian, indeks
penggunaan air , sedimentasi,
koefisien limpasan.
2. Menentukan nilai kinerja Sub DAS
Brantas Hulu ditinjau dari klasifikasi
DTA (kriteria penggunaan lahan dan
ekonomi) dan kriteria tata air.
3. Menentukan parameter-parameter
yang perlu diperbaiki dan
diperhatikan agar kinerja dan kondisi
Sub DAS Brantas Hulu menjadi lebih
baik.
2. LANDASAN TEORI
Monitoring dan Evaluasi DAS
Sesuai dengan keputusan Menteri
Kehutanan No 52/Kpts-II/2001 bahwa
monitoring dan evaluasi (monev) dipilah
antara monev kinerja DAS dan monev
pengelolaan DAS. Monitoring dan
evaluasi (monev) yang akan dilakukan
adalah monev kinerja DAS, yaitu sistem
monev yang dilakukan secara periodik
untuk memperoleh data dan informasi
tentang gambaran menyeluruh mengenai
perkembangan kinerja DAS, khususnya
untuk tujuan pengelolaan DAS secara
lestari, maka diperlukan kegiatan monev
yang ditekankan pada aspek tata air,
penggunaan lahan, sosial, ekonomi, dan
kelembagaan.
A. Indeks Penutupan Lahan oleh
vegetasi (IPL)
Monev terhadap penutupan lahan
oleh vegetasi di DAS adalah untuk
mengetahui indeks penutupan lahan (IPL)
dari luas lahan bervegetasi permanen
yang ada di DAS. Dihitung menggunakan
rumus:
IPL =
x 100 %
Dimana:
LVP (ha) =luas lahan bervegetasi
permanen
Luas DAS (ha) = luas DAS sasaran studi
Tabel 1. Klasifikasi nilai IPL
No IPL(%) Kelas Skor
1 > 75 Baik 1
2 30 – 75 Sedang 3
3 < 30 Jelek 5
B. Kesesuaian Penggunaan Lahan
(KPL)
Monev kesesuaian penggunaan
lahan (KPL) DAS adalah untuk
mengetahui kesesuaian penggunaan lahan
dengan rencana tata ruang wilayah
(RTRW) dan atau zona kelas kemampuan
lahan dan yang ada di DAS.
KPL =
x 100 %
Dimana :
LPS (ha) = luas penggunaan lahan
yang sesuai di DAS
Luas DAS (ha) = luas DTA atau DAS
yang menjadi sasaran
Tabel 2. Klasifikasi nilai KPL
No Nilai KPL (%) Kelas Skor
1 > 75 Baik 1
2 40 – 75 Sedang 3
3 < 40 Jelek 5
C. Indeks Erosi (IE)
Monev indeks erosi (IE) pada
DAS bertujuan untuk mengetahui
besarnya erosi aktual terhadap nilai batas
erosi yang bisa ditoleransi di DAS.
IE =
x 100 %
Dimana :
A (ton/ha/th) = nilai erosi aktual
T (ton/ha/th) = nilai toleransi erosi
Tabel 3. Klasifikasi nilai Indeks Erosi
No Nilai IE (%) Kelas Skor
1 < 50 Baik 1
2 50 – 100 Sedang 3
3 > 100 Jelek 5
D.Ketergantungan Penduduk
Terhadap Lahan(LQ)
Penilaian terhadap ketergantungan
penduduk terhadap lahan ini dapat
didekati dengan analisa kegiatan dasar
desa (LQ), yaitu kegiatan apa dari sektor
yang berpengaruh besar terhadap
kehidupan perekonomian penduduk di
wilayahnya (desa). Dihitung
menggunakan rumus:
LQ = (Mi/M)/(Ri/R)
Dimana:
LQ = ketergantungan penduduk terhadap
lahan
Mi = jumlah tenaga kerja terlibat disektor
i di wilayah pengamatan
(kecamatan/ Sub DAS)
M = jumlah tenaga kerja potensial di
wilayah pengamatan (kecamatan/
SubDAS), (∑ M1 + M2 + . . . . + Mn)
Ri = total jumlah tenaga yang terlibat
disektor i di wilayah kabupaten/DAS
R = Jumlah seluruh tenaga kerja di
wilayah kabupaten/DAS (∑ R1 + R2 + . .
+ Rn)
Tabel 4. Klasifikasi Nilai LQ No Nilai LQ Kelas Skor
1 < 0.5 Baik 1
2 0.5-1 Sedang 3
3 > 1 Jelek 5
E. Tingkat Pendapatan (TD)
Monev terhadap indikator tingkat
pendapatan (TD) masyarakat di DAS/Sub
DAS merupakan tolok ukur kesejahteraan
dan cerminan dari pendapatan keluarga
yang diperoleh dari hasil usaha tani dan
hasil dari non- usaha tani, selanjutnya
diperbandingkan dengan angka dari nilai
garis kemiskinan yang ada di wilayah
DAS (tingkat kabupaten/provinsi), bisa
juga dilakukan dengan mengidentifikasi
data ini pada Buku Statistik
Kabupaten/Provinsi Dalam Angka dari
BPS.
Tabel 5. Klasifikasi nilai TD
No Nilai TD Kelas Skor
1 ≥ 5x Garis
Kemiskinan
Baik 1
2 2-4 x Garis
Kemiskinan
Sedang 3
3 ≤ Garis
Kemiskinan
Jelek 5
F. Produktivitas Lahan (PL)
Indikator produktivitas lahan
dihitung untuk mengetahui
kecenderungan/trend produktivitas lahan
pada lahan-lahan yang ada di wilayah
DAS dari waktu ke waktu (menurun,
tetap, atau meningkat).
Tabel 6. Klasifikasi Nilai PL No Nilai PL Kelas Skor
1 Meningkat Baik 1
2 Stabil Sedang 3
3 Menurun Jelek 5
G. Koefisien Regim Sungai (KRS)
Koefisien regim sungai (KRS)
adalah perbandingan antara debit
maksimum (Qmaks) dengan debit
minimum (Qmin) dalam suatu DAS.
KRS =
Dimana:
Q maks (m3/det) = debit harian rata-rata
(Q) tahunan tertinggi
Q min (m3/det) = debit harian rata-rata
(Q) tahunan terendah
Tabel 7. Klasifikasi Nilai KRS No Nilai KRS Kelas Skor
1 < 50 Baik 1
2 50 – 120 Sedang 3
3 > 120 Jelek 5
H. Indeks Penggunaan Air (IPA)
Perhitungan indeks penggunaan
air yaitu :
Perbandingan antara kebutuhan air
dengan persediaan air yang ada di DAS.
IPA =
Dimana:
- Kebutuhan air (m3 atau mm) = jumlah
air yang dikonsumsi untuk berbagai
keperluan/penggunaan lahan di DTA
selama satu tahun (tahunan) misalnya
untuk pertanian, rumah tangga, industri
dll.
- Persediaan air (m3 atau mm), dihitung
dengan cara langsung, yaitu dari hasil
pengamatan volume debit (Q, mm) pada
SPAS serta jumlah curah hujan rata-rata
tahunan (P, mm) di DTA.
Tabel 8. Klasifikasi nilai Indeks
Penggunaan Air (IPA) No Nilai IPA Kelas Skor
1 ≤ 0.5 Baik 1
2 0.6 – 0.9 Sedang 3
3 ≥ 1.0 Jelek 5
I. Koefisien Limpasan (C)
Koefisien limpasan adalah
perbandingan antara tebal limpasan
tahunan (Q, mm) dengan tebal hujan
tahunan (P, mm) di DAS atau dapat
dikatakan berapa persen curah hujan yang
menjadi limpasan (runoff) di DAS.
C =
Dimana :
Q (mm) = tebal limpasan tahunan
P (mm) = tebal hujan tahunan
Tabel 9. Klasifikasi koefisien limpasan
(C) tahunan No Nilai C Kelas Skor
1 < 0.25 Baik 1
2 0.25 – 0.50 Sedang 3
3 0.51 – 1.0 Jelek 5
J. Koefisien varian (CV)
Koefisien variansi (CV) adalah
gambaran kondisi variasi dari debit aliran
air (Q) tahunan dari suatu DAS.
CV =
x 100 %
Dimana :
Sd = standar deviasi data
debit (Q) tahunan dari SPAS
Qrata-rata = data debit rata-rata
tahunan dari SPAS.
Tabel 10. Klasifikasi nilai CV No Nilai CV Kelas Skor
1 < 0.1 Baik 1
2 0.1 – 0.3 Sedang 3
3 > 0.3 Jelek 5
K. Sedimentasi (Sy)
Sedimentasi adalah jumlah
material tanah berupa kadar lumpur
dalam air oleh aliran air sungai yang
berasal dari hasil proses erosi di hulu,
yang diendapkan pada suatu tempat di
hilir dimana kecepatan pengendapan
butir-butir material suspensi telah lebih
kecil dari kecepatan angkutannya.
Nilai erosi dari hasil sedimen di
SPAS dihitung dengan persamaan :
A =
Dimana :
A (mm/th atau ton/th) = nilai erosi
Sy (mm/th atau ton/th) = hasil sedimen di
SPAS
SDR = rasio penghantaran sedimen
Tabel 11. Klasifikasi tingkat
sedimentasi
No Sedimentasi
(mm/th) Kelas Skor
1 < 2 Baik 1
2 2 – 5 Sedang 3
3 > 5 Jelek 5
3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Wilayah lokasi studi adalah Sub
DAS Brantas Hulu. Sub DAS Brantas
Hulu dilihat dari posisi astronomis
terletak diantara 7045’36” – 8
003’00” LS
dan 112034’12” BT – 112
025’48” BT.
Sub DAS Brantas Hulu memiliki luas
sekitar 93838,570 ha yang meliputi
sebagian besar wilayah Malang.
Gambar 1. Peta administrasi Sub
DAS Brantas Hulu
Sumber : BBWS Brantas
3.2 Data Yang Digunakan
Data yang digunakan pada studi ini
adalah data sekunder. Data-data tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Data curah hujan di Sub DAS Brantas
Hulu 2004-2013 (10 tahun)
2. Data debit harian rata – rata
3. Peta Sub DAS Brantas Hulu
4. Peta sebaran pos hujan
5. Peta tata guna lahan
6. Peta kemiringan lereng
7. Peta kedalaman tanah (solum tanah)
8. Data Jumlah Tenaga kerja
9. Data tingkat pendapatan per kapita
masyarakat
10. Data produktivitas pertanian
3.3 Tahapan Studi
Terdapat beberapa tahapan dalam
studi ini, yaitu:
1. Perhitungan Data
1.Menghitung Indeks Penutupan
Lahan (IPL), Kesesuaian
Penggunaan Lahan (KPL), Nilai
Erosi Aktual dengan metode USLE
(Universal Soil Loss Equation),
Erosi yang masih dapat ditoleransi
dengan berdasarkan kriteria baku
kerusakan tanah dari peraturan
pemerintah (PP) No. 150 tahun
2000
2.Menghitung nilai ketergantungan
penduduk terhadap lahan, tingkat
pendapatan masyarakat, dan nilai
produktivitas lahan
3.Menghitung Indeks Penggunaan Air
(IPA), KRS (Koefisien Regim
Sungai), dan Koefisien Varian
(CV), koefisien limpasan, dan
sedimentasi
2. Analisa hasil perhitungan
1.Melakukan klasifikasi kinerja DAS
(total skor) untuk kriteria daerah
tangkapan air
2.Melakukan klasifikasi kinerja DAS
untuk kriteria tata air.
3.Melakukan klasifikasi kriteria
kinerja DAS (total skor) meliputi
kriteria DTA (penggunaan lahan
dan ekonomi), dan kriteria tata air.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Indeks Penggunaan Lahan (IPL)
Monev terhadap penutupan lahan
oleh vegetasi di DAS adalah untuk
mengetahui indeks penutupan lahan (IPL)
dari luas lahan bervegetasi permanen
yang ada di DAS.
Contoh perhitungan:
LVP = luas hutan + luas kebun
= 10049.686 + 13914.174
= 23963.86 ha
Luas DAS = 93838.570 ha
IPL =
x 100 %
=
x 100% = 25.53 %
B. Kesesuaian Penggunaan Lahan
(KPL)
Dimana penilaian LPS berdasarkan
pada kesesuaian antara penggunaan
lahan aktual sesuai dengan jenisnya baik
untuk kawasan lindung ataupun kawasan
budidaya.
Contoh perhitungan:
LPS = luas hutan + luas kebun + sawah
irigasi + sawah tadah hujan
= 10049.686 + 13914.174 +
15720.038 + 235.548
= 39919.446 ha
Luas DAS = 93838.570 ha
KPL =
x 100 %
=
x 100% = 42.54 %
C. Indeks Erosi (IE)
Monev indeks erosi (IE) pada DAS
bertujuan untuk mengetahui besarnya
erosi aktual terhadap nilai batas erosi
yang bisa ditoleransi di DAS.
Contoh perhitungan:
Nilai Indeks Erosi (IE)
=
=
= 96.705 %
D.Ketergantungan Penduduk
Terhadap Lahan(LQ)
Ketergantungan penduduk terhadap
lahan dicerminkan oleh proporsi
kontribusi pendapatan dari usaha tani
terhadap total pendapatan keluarga
(KK/th). Dari data jumlah tenaga kerja
tahun 2013 yang diperoleh dari BPS Kota
Batu, Kota Malang, dan Kabupaten
Malang.
Contoh perhitungan:
LQ = (Mi/M)/(Ri/R)
= (26,782/98,261) / (296,329 /
1,231,713)
= 1.133
Tabel 12. Hasil Perhitungan
Ketergantungan Penduduk Terhadap
Lahan (LQ)
No. Kota/
Kab. Kecamatan/Desa LQ
1 Kota Batu
Kec. Bumiaji
1.133 Kec. Batu
Kec. Junrejo
2 Kota
Malang
Kec. Kedung
Kandang
0.050
Kec. Sukun
Kec. Lowokwaru
Kec. Klojen
Kec. Blimbing
3 Kab.
Malang
Kec. Pujon 1.513
Kec. Karangploso 1.513
Kec. Lawang 1.513
Kec. Singosari 1.513
Kec. Dau 1.513
Kec. Pakis 1.513
Kec. Jabung 1.513
Kec. Pakisaji 1.513
Kec. Kepanjen 1.513
Kec. Tumpang 1.513
Kec. Poncokusumo 1.513
Kec. Tajinan 1.513
Kec. Wajak 1.513
Kec. Bululawang 1.513
Kec. Gondanglegi 1.481
Rerata 1.403
E. Tingkat Pendapatan (TD)
Untuk nilai tingkat pendapatan
perkapita di Sub DAS Brantas Hulu rata-
rata sebesar Rp 2,287,172.18
(Sumber:Bappeda Kota Batu, Malang,
dan Kabupaten Malang) jika
dibandingkan dengan angka kemiskinan
Provinsi Jawa Timur tahun 2012 sebesar
Rp 243,783 (Sumber:BPS RI) maka
tingkat pendapatan per kapita masyarakat
adalah ≥ 5x Garis Kemiskinan.
F. Produktivitas Lahan (PL)
Data produktivitas lahan pada studi
ini diperoleh dari Dinas Pertanian Kota
Batu, Kota Malang, dan Kabupaten
Malang. Produktivitas lahan pada studi
ini difokuskan pada produktivitas
tanaman pangan yaitu: padi, jagung, ubi
kayu, ubi jalar, dan kacang tanah pada
tahun 2009-2013. Berikut adalah grafik
tingkat produktivitas lahan di Sub DAS
Brantas Hulu tahun 2009-2013.
Gambar 2. Grafik Produktivitas
Lahan di Sub DAS Brantas Hulu
G. Koefisien Regim Sungai (KRS)
Koefisien regim sungai (KRS)
adalah perbandingan antara debit
maksimum (Qmaks) dengan debit
minimum (Qmin) dalam suatu DAS.
Contoh perhitungan:
Koefisien regim sungai tahun 2004.
Q maks (m3/det)= 126.08 m
3 /det (data)
Q min (m3/det) = 22.83 m
3 /det (data)
KRS =
= 5.52
Tabel 13. Hasil Perhitungan Koefisien
Regim Sungai
Tahun KRS
(Q maks/Q min)
2004 5.52
2005 4.65
2006 7.69
2007 41.66
2008 44.42
2009 7.95
2010 7.34
2011 8.52
2012 8.32
2013 7.39
H. Indeks Penggunaan Air (IPA)
Perhitungan Indeks Penggunaan Air
adalah perbandingan antara kebutuhan air
dengan persediaan air yang ada di DAS.
0.000
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
Pro
du
ktiv
itas
Lah
an (
ton
/ha/
th)
Jenis Tanaman
2009
2010
2011
2012
2013
Contoh perhitungan:
Indeks penggunaan air tahun 2004
Volume Q inflow = 1450.838 mm
P = 2206.952 (mm)
Persediaan = Vol. Q inflow + P
= 3657.790 (mm)
Kebutuhan = 1549.772 mm
IPA =
=
= 0.42
Tabel 14. Hasil Perhitungan Indeks
Penggunaan Air
Tahun
IPA
(kebutuhan /
persediaan)
2004 0.424
2005 0.436
2006 0.443
2007 0.329
2008 0.312
2009 0.500
2010 0.460
2011 0.469
2012 0.457
2013 0.510
I. Koefisien Limpasan (C)
Koefisien limpasan adalah
perbandingan antara tebal limpasan
tahunan (Q, mm) dengan tebal hujan
tahunan (P, mm) di DAS atau dapat
dikatakan berapa persen curah hujan yang
menjadi limpasan (runoff) di DAS.
Tebal limpasan (Q) diperoleh dari
volume debit (Q, dalam satuan m3
) dari
hasil pengamatan SPAS di DAS/Sub
DAS selama satu tahun dibagi dengan
luas DAS/Sub DAS (ha atau m2
) yang
kemudian dikonversi ke satuan mm.
Sedangkan tebal hujan tahunan (P)
diperoleh dari hasil pencatatan pada
stasiun pengamat hujan (SPH).
Contoh perhitungan :
Koefisien Limpasan (C) tahun 2004
Q tahunan =
=
= 1.45083m
= 1450.838 mm
P tahunan = 2206.952 mm
C =
=
= 0.657
Tabel 15. Hasil Perhitungan Koefisien
Limpasan
Tahun C
(Q tahunan / P tahunan)
2004 0.657
2005 0.824
2006 0.998
2007 0.998
2008 0.997
2009 0.763
2010 0.582
2011 0.931
2012 0.847
2013 0.457
J. Koefisien varian (CV)
Koefisien variansi (CV) adalah
gambaran kondisi variasi dari debit aliran
air (Q) tahunan dari suatu DAS.
Contoh perhitungan :
Koefisien Variansi tahun 2004
Sd = 4810.82
Q rata - rata = 18739.34
CV =
x 100 %
=
x 100% = 0.25
Tabel 16. Hasil Perhitungan Koefisien
Varian
Tahun Q inflow
(m3/dt)
2004 15757.47
2005 15811.6
2006 18837.51
2007 21976.45
2008 29175.7
2009 14507.69
2010 21376.91
2011 20264.44
2012 17476.35
2013 12209.24
Jumlah 187393.36
Rerata 18739.34
Sd 4810.82
K. Sedimentasi (Sy)
Sedimentasi adalah jumlah material
tanah berupa kadar lumpur dalam air oleh
aliran air sungai yang berasal dari hasil
proses erosi di hulu, yang diendapkan
pada suatu tempat di hilir dimana
kecepatan pengendapan butir-butir
material suspensi telah lebih kecil dari
kecepatan angkutannya.
Contoh perhitungan:
Sedimentasi rata-rata 2004-2013
Sy = A . SDR
= 580.229 . 0.84
= 487.392 ton/ha/th = 38.99 mm/th
Hasil Kinerja DAS dari Segi Daerah
Tangkapan Air (DTA) dan Tata Air
Hasil menyeluruh terhadap kondisi
tata air dan daerah tangkapan air.
Penentuan kinerja (DAS/SubDAS)
dilakukan dengan menjumlahkan dari
hasil kali nilai skor dan nilai bobot dibagi
dengan total prosentase nilai bobot.
Kinerja DAS = 214/64 = 3.34
Tabel 17. Hasil Nilai dan Bobot
Masing-masing Parameter Kinerja
DAS
INDIKATOR/ PARAMETER Nilai Bobot
Skor Hasil %
Daerah Tangkapan Air (DTA)
1. Penggunaan Lahan
a) Indeks Penggunaan Lahan 25.53% 4 5 20
b) Kesesuaian Pengg.lahan 42.54% 4 3 12
c) Indeks Erosi (IE) 96.705% 8 3 24
2. Ekonomi
a) Ketergantungan penduduk
terhadap lahan
1.403 4 5
20
b) Tingkat pendapatan per kapita
≥ 5x
Garis
Kemiskinan
2 1
2
c) Produktifitas Lahan Stabil 2 3 6
Tata Air
1. Banjir dan Kekeringan
a) Koefisien Regim Sungai (KRS)
<50 10 1
10
b) Koefisien varian (CV) 0.25 5 3 15
c) Indeks Penggunaan Air
(IPA)
0.4 5 1
5
d) Koefisien Limpasan ( C ) 0.51- 1.0 10 5 50
2. Sedimentasi (laju
sedimentasi)
38.99 10 5
50
Jumlah Total 64 35 214
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil klasifikasi masing-masing
indikator untuk kriteria daerah
tangkapan air (penggunaan lahan dan
ekonomi) dan tata air di Sub DAS
Brantas Hulu yaitu :
a) Kriteria Penggunaan Lahan Sub
DAS Brantas Hulu (dengan bobot
16% dari 64%), didapat:
1. Indeks Penutupan Lahan (IPL)
dengan bobot 4% dari 64%,
sebesar 25.53% termasuk
dalam klasifikasi kelas jelek
dengan skor (5).
2. Kesesuaian Penggunaan
Lahan (KPL) dengan bobot
4% dari 64%, sebesar 42.54%
termasuk dalam klasifikasi
kelas sedang dengan skor (3).
3. Indeks Erosi (IE) rata – rata
tahun 2004 – 2013 dengan
bobot 8% dari 64%, sebesar
96.705% termasuk dalam
klasifikasi kelas sedang
dengan skor (3).
b) Kriteria Ekonomi Sub DAS
Brantas Hulu (dengan bobot 8%
dari 64%), didapat:
1. Ketergantungan penduduk
terhadap lahan (LQ) dengan
bobot 4% dari 64%, sebesar
1.403 termasuk dalam
klasifikasi kelas jelek dengan
skor (5).
2. Tingkat pendapatan perkapita
masyarakat rata-rata dengan
bobot 2% dari 64%, sebesar
Rp 2,287,172.18
dibandingkan dengan angka
kemiskinan Provinsi Jawa
Timur sebesar Rp 243,783
(nilai ≥ 5x Garis Kemiskinan)
termasuk dalam kelas baik
dengan skor (1).
3. Produktifitas Lahan
mempunyai
trend/kecendurangan stabil
termasuk klasifikasi kelas
sedang dengan skor (3).
c) Kriteria tata air Sub DAS Brantas
Hulu (dengan bobot 40% dari
64%), didapat:
1. Koefisien Regim Sungai
(KRS) tahun 2004 – 2013
sebesar < 50 (kurang dari 50)
dengan bobot 10% dari 64%
termasuk dalam klasifikasi
kelas baik dengan skor (1).
2. Koefisien Varian (CV)
sebesar 0.25 dengan bobot 5%
dari 64% termasuk dalam
klasifikasi kelas sedang
dengan skor ( 3 ).
3. Indeks Penggunaan Air (IPA)
tahun 2004 – 2013 sebesar <
0.5 (kurang dari samadengan
0.5) dengan bobot 5% dari
64% termasuk dalam
klasifikasi kelas baik dengan
skor (1).
4. Koefisien Limpasan (C) tahun
2004 – 2013 antara 0,51 – 1,0
dengan bobot 10% dari 64%
termasuk dalam klasifikasi
kelas jelek dengan skor (5).
5. Laju Sedimentasi rata – rata
tahun 2004 – 2013 yaitu 38.99
mm/th dengan bobot 10% dari
64% termasuk dalam
klasifikasi kelas jelek dengan
skor (5).
2. Hasil Kinerja DAS di Sub DAS
Brantas Hulu, didapat:
a) Kriteria Daerah Tangkapan Air
(Penggunaan Lahan dan
Ekonomi) diperoleh nilai kinerja
sebesar 3.5 termasuk dalam
kategori agak buruk.
b) Kriteria Tata Air diperoleh nilai
kinerja sebesar 3.25 termasuk
dalam kategori sedang.
c) Kriteria Tata Air dan Daerah
Tangkapan Air (DTA) diperoleh
nilai kinerja sebesar 3.34
termasuk dalam kategori sedang.
3. Parameter-parameter yang perlu
diperbaiki dan diperhatikan terhadap
hasil kinerja DAS di Sub DAS
Brantas Hulu, adalah:
• Koefisien Limpasan yang
dipengaruhi tingginya curah hujan
dan kurangnya tutupan lahan yang
menyebabkan besarnya limpasan
(Q) pada Sub DAS Brantas Hulu.
• Sedimentasi yang dipengaruhi
nilai erosi (A)
• Indeks Penutupan Lahan yang
dipengaruhi oleh kurangnya
vegetasi lahan permanen (vegetasi
yang tidak ditebang)
• Ketergantungan Masyarakat
Terhadap Lahan yang dipengaruhi
oleh banyaknya jumlah penduduk
yang bekerja pada sektor
pertanian.
5.2 Saran
Saran-saran yang diberikan setelah
dilakukannya studi ini, antara lain:
1. Peran serta masyarakat dan juga
pemerintah untuk menerapkan usaha
konservasi dan rehabilitasi sangat
diperlukan agar tercipta lingkungan
kelestarian lingkungan yang baik.
Dikarenakan tanggung jawab untuk
menjaga lingkungan bukan hanya
bagi pemerintah atau instansi terkait.
2. Diperlukannya pemisahan
penggunaan lahan untuk permukiman,
industry, pertanian, perkantoran, dan
usaha-usaha lainnya. Untuk
menciptakan keserasian dan
keseimbangan fungsi dan intensitas
penggunaan lahan.
3. Program untuk meningkatkan
produksi pangan skala besar-besaran
akan berdampak pada kondisi hutan,
karena akan memberikan kontribusi
dalam pembukaan hutan dan belukar.
Hal ini menyebabkan meningkatnya
erosi, berkurangnya kesuburan dan
produktivitas lahan.
4. Perlunya penyatuan visi, misi dan
integrasi antar lembaga yang terlibat.
Lembaga yang terlibat dalam
pengelolaan lahan di DAS Brantas
sejauh ini sudah memiliki rencana
pengendalian degradasi namun belum
memiliki secara bersama-sama suatu
kebijakan pencadangan lahan dan
pengendalian lahan potensial yang
didukung dengan sistem informasi
lahan yang komprehensif, akurat dan
memadai untuk pemantauan,
perencanaan dan pengambilan
keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.
Anonim.www.jasatirta1.co.id/berita
(diakses Oktober 2013)
Assyakur, Abdul Rahman. 2008. Prediksi
Erosi Dengan Menggunakan Metode
USLE Dan Sistem Informasi Geografis
Berbasis Berbasis Piksel Di Daerah
Tangkapan Air Danau Buyan. PIT
MAPIN XVII.
Bisri, M. 2009. Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. Malang : CV.Asrori
Malang.
Badan Pusat Statistik. 2013. Angka Garis
Kemiskinan Provinsi.Jakarta: BPS
Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Batu
Dalam Angka 2013, Jumlah Tenaga
Kerja Berdasarkan Sektor . Kota Batu:
BPS.
Badan Pusat Statistik. 2013. Kabupaten
Malang Dalam Angka 2013, Jumlah
Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor.
Kabupaten Malang: BPS.
Badan Pusat Statistik. 2013. KotaMalang
Dalam Angka 2013, Jumlah Tenaga
Kerja Berdasarkan Sektor. Kota Malang:
BPS.
Dwi, hendra purnama.2014. Dampak
Kerusakan Hulu Sungai Terhadap
Percepatan Sedimentasi Pada Wilayah
Hilir http://hendra-dwi-
purnama.blogspot.com/2013/08/dampak-
kerusakan-hulu-sungai-terhadap.html.
Diakses Juni 2014.
Fahmudin, Agus dan Widianto. 2004.
Petunjuk Praktik Konservasi Tanah
Pertanian Lahan Kering”. Bogor:Worl
agroforestry center ICRAF southest asia.
Hardiyanti, Ayu Nurin. 2013. Studi
Pemanfaatan Material Sedimen Di
Waduk Sengguruh Kabupaten Malang
Untuk Media Tanam. Laporan Praktek
Kerja Nyata tidak diterbitkan. Malang:
Jurusan Teknik Pengairan.
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu
Tanah. Jakarta : CV Akademika
Pressindo.
Kementerian Kehutanan. 2009 Peraturan
Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan
dan Perhutanan Sosial Tentang Pedoman
Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran
Sungai. Jurnal Dephut. Jakarta.
Novra, Ardi.Tanpa tahun. Impact of
Regional Fiscal Allocaton (Disertation):
Dampak Alokasi Pememrintah Daerah
Penyangga Terhadap Deforestasi dan
Degradasi Taman Nasional Kerinci
Seblat. Disertasi tidak diterbitkan. Jambi:
Universitas Jambi.
Utomo, Wani, Hadi. 1994. Erosi dan
Konservasi Tanah. Malang : IKIP
Malang.
Sari, Santi. 2012. Studi Limpasan
Permukaan Spasial Akibat Perubahan
Penggunaan Lahan (Menggunakan
Model Kineros). Tesis tidak
diterbitkan.Malang: Jurusan Teknik
Pengairan.
Soemarto, CD. 1995. Hidrologi Teknik.
Jakarta: Erlangga.
Sosrodarsono, S. 1997. Hidrologi Untuk
Pengairan. Jakarta: PT. Pradya Paramita.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya
Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Triwanto, Joko. Konservasi Lahan Hutan
Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Malang: 2012
P_4 2009 RLPS Lampiran Tentang
Pedoman Monitoring dan Evaluasi
Daerah Aliran Sungai. www.dephut.go.id
. (diakses Juli 2013)
Wibowo, Anggara. Cahyo. 2013. Studi
Penentuan Kinerja Kelestarian
Pengelolaan DAS Di Sub DAS Konto
Hulu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang :
Jurusan Teknik Pengairan.