123
i STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON SURAKARTA TERHADAP LANSKAP KOTA SURAKARTA DANUR FEBYANDARI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

  • Upload
    lyquynh

  • View
    256

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

i

STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP

KERATON SURAKARTA TERHADAP LANSKAP KOTA

SURAKARTA

DANUR FEBYANDARI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Pengaruh

Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta adalah

benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2012

Danur Febyandari

A44080062

Page 3: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

iii

RINGKASAN

DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton

Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

HADI SUSILO ARIFIN.

Keraton Surakarta sebagai pusat budaya memberikan pengaruh kepada

masyarakat dan Kota Surakarta. Keberadaan Keraton Surakarta pada tahun 1745

merupakan cikal bakal terbentuknya kota, sehingga memiliki pengaruh besar

terhadap wajah kota saat itu. Sejak tahun 2005, Kota Surakarta telah menjadi kota

pusaka di Indonesia, dengan tujuan untuk mempertahankan kelestarian

karakteristik budaya dan peninggalan sejarah di kota tersebut yang dapat menjadi

identitas dari Kota Surakarta. Seiring dengan perkembangan kota maka terjadi

banyak perubahan pada lanskap kota yang pada awalnya merupakan sebuah kota

tradisional menjadi kota modern. Perubahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,

sehingga untuk menjaga dan melestarikan karakteristik kota perlu adanya suatu

acuan guna mempertahankan identitas Kota Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis konsep lanskap Keraton

Surakarta dan mempelajari sejarah perkembangan Kota Surakarta, (2) memetakan

dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan lanskap Keraton

Surakarta terhadap lanskap Kota Surakarta, dan (3) menghasilkan arahan

pengembangan lanskap Kota Surakarta yang beridentitas. Metode yang digunakan

pada penelitian ini melalui empat tahap yaitu, (1) tahap persiapan yang meliputi

perizinan serta pengadaan alat dan bahan, (2) tahap pengumpulan data, meliputi

aspek sejarah, aspek fisik dan aspek sosial, (3) tahap analisis, dilakukan analisis

terhadap konsep lanskap Keraton Surakarta, analisis perkembangan Kota

Surakarta, analisis sebaran struktur lanskap dan analisis pola sebaran lanskap, dan

tahap terakhir adalah (4) tahap sintesis untuk menyusun rekomendasi dalam

menciptakan Kota Surakarta menjadi kota yang memiliki identitas budaya yang

kuat.

Keraton Surakarta merupakan sumber kebudayaan Jawa yang memiliki

pemahaman dan konsep tersendiri dalam membentuk wilayahnya. Keraton

memiliki konsep tata ruang dengan nilai simbolisme dan filosofi yang kuat

Page 4: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

iv

membuat setiap fase pada bangunan di Keraton Surakarta memiliki makna menuju

kesempurnaan dan membentuk suatu hirarki pada bangunan-bangunan di Keraton

Surakarta. Keberadaan Keraton Surakarta sejak tahun 1745 memberi pengaruh

besar pada perkembangan lanskap Kota Surakarta. Permukiman berkembang

kearah barat dan aktivitas masyarakat berpusat pada keraton. Dahulu sebelum

adanya Keraton Surakarta, Desa Sala merupakan sebuah desa kecil yang

dikelilingi oleh banyak sungai. Masuknya pengaruh bangsa Belanda membuat

perubahan pada lanskap kota. Kota Surakarta yang pada awalnya merupakan kota

dengan konsep tradisional berubah menjadi kota modern dengan memiliki corak

dan ragam yang dipengaruhi oleh berbagai budaya.

Hasil pemetaan terhadap lanskap Kota Surakarta yang meliputi lanskap

permukiman, lanskap perkantoran dan perdagangan, lanskap fasilitas umum dan

lanskap jalan didapatkan pengaruh Keraton Surakarta terhadap lanskap kota

tersebar pada luasan sebesar 41% pengaruh kuat, pengaruh sedang 35% dan 23%

pengaruh rendah. Memudarnya pengaruh Keraton Surakarta terhadap lanskap kota

dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu letak/posisisi Keraton Surakarta, batas alam

dan infrastruktur, perkembangan mode dan teknologi serta faktor kependudukan.

Hasil analisis persepsi masyarakat didapatkan bahwa kurangnya pengetahuan

masyarakat Surakarta terhadap konsep lanskap Keraton Surakarta. Namun,

masyarakat memiliki rasa kebanggaan yang tinggi terhadap keraton dan memiliki

harapan agar dalam perkembangan kota tetap memperhatikan nilai-nilai budaya

tradisional.

Konsep pelestarian yang diusulkan adalah meningkatkan dan

mempertahankan karakter budaya pada kawasan kota melalui kebijakan

pemerintah kota dalam penataan dan pelestarian lanskap peninggalan sejarah

dengan didukung oleh partisipasi aktif masyarakat melalui kegiatan yang dapat

mempertahankan nilai-nilai budaya. Penataan pada lanskap kota terbagi menjadi

tiga zona, yaitu zona inti kota lama Surakarta, zona penyangga dan zona

pengembangan. Konsep pelestarian yang diusulkan bertujuan untuk melindungi,

melestarikan, meningkatkan integritas budaya dan juga diharapkan dapat

menunjang aktivitas ekonomi, budaya dan pariwisata.

Page 5: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

v

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 6: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

vi

STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP

KERATON SURAKARTA TERHADAP LANSKAP KOTA SURAKARTA

DANUR FEBYANDARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Departemen Arsitektur Lanskap

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 7: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

vii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap

Kota Surakarta

Nama : Danur Febyandari

NRP : A44080062

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc

NIP. 19620121 198601 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA

NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal disetujui :

Page 8: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun guna

mendapatkan gelar Sarjana Pertanian mayor Arsitektur Lanskap di Departemen

Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Penelitian ini berjudul “Studi

Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta”.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin,

M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, masukan, perhatian serta

kesabaran dari awal penelitian hingga ahir skripsi ini terselesaikan.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada GPH Puger, Bapak Mufti

Raharjo, Ibu Keksi Sundari, Dinas Tata Ruang Kota Surakarta, Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Surakarta, Badan Perencanaan Daerah Kota Surakarta, dan

warga Surakarta yang telah memberikan segala bantuan dan informasi yang

diberikan selama penelitian. Terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Aris

Munandar, M.S selaku dosen pembimbing akademik. Ucapan yang sama juga

diberikan kepada teman-teman seperjuangan di Arsitektur Lanskap angkatan 45

yang telah memberi dukungan, semangat, doa, keceriaan dan keluh kesah selama

kuliah hingga penulisan tugas akhir. Terima kasih juga kepada seluruh keluarga

besar arsitektur lanskap IPB atas bantuan dan dukungan selama ini.

Terakhir ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga tercinta,

Ayah, Ibu dan Kakak atas segala doa, kasih sayang, dukungan, motivasi dan

perhatian. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi Pemerintah Kota

Surakarta dalam membentuk Kota Surakarta sebagai kota yang beridentitas

budaya dan juga bermanfaat bagi siapapun yang membaca.

Bogor, Oktober 2012

Penulis

Page 9: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 19 Februari 1991, sebagai anak kedua

dari dua bersaudara, putri dari Bapak Mazdan Minarno dan Ibu Etty Nurhayati.

Pendidikan yang dilewati penulis diawali pada tahun 1994 dan

menyelesaikan Taman Kanak-kanak (TK) pada tahun 1996 di TK Permata Jakarta

Utara. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 004 Batam.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SLTP Negeri 1 Bogor dan pada tahun 2008

penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor. Pada tahun yang sama penulis diterima di

Institut Pertanian Bogor dan selama setahun menjalankan Tingkat Persiapan

Bersama (TPB). Pada Tahun 2009 penulis menjalani pendidikan di Departemen

Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.

Pada tahun ajaran 2012-2013 penulis dipercaya sebagai Asisten Mata

Kuliah Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Lanskap (semester ganjil). Penulis

juga mengikuti kegiatan di luar akademik, seperti menjadi bendahara Himpunan

Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) periode 2009/2010 dan periode

2010/2011. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan

seminar yang mendukung kegiatan akademis.

Page 10: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

x

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar belakang ................................................................................................. 1

1.2. Tujuan ............................................................................................................. 2

1.3. Manfaat ........................................................................................................... 3

1.4. Kerangka Pikir ................................................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5

2.1. Lanskap Budaya .............................................................................................. 5

2.2. Lanskap Kota .................................................................................................. 6

2.3. Lanskap Keraton ............................................................................................. 8

2.4. Kota Surakarta ................................................................................................. 9

BAB III. METODOLOGI ..................................................................................11

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................11

3.2. Metode ..........................................................................................................12

3.3. Tahapan Studi................................................................................................13

3.2.1. Persiapan ...........................................................................................13

3.2.2. Pengumpulan Data ............................................................................13

3.2.3. Analisis ..............................................................................................15

3.2.4. Konsep dan Arahan Pengembangan Lanskap ...................................19

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................20

4.1. Keraton Surakarta Hadiningrat ....................................................................20

4.1.1. Lokasi Keraton Surakarta Hadiningrat..............................................20

4.1.2. Sejarah Keraton Surakarta Hadiningrat ............................................20

4.1.3. Lanskap Keraton Surakarta Hadiningrat ...........................................22

4.1.3.1. Konsep Tata Ruang Keraton Surakarta .....................................22

4.1.3.2. Arsitektur dan Filosofi Bangunan Keraton Surakarta ...............27

4.1.3.3. Karakteristik Ruang Terbuka Hijau Keraton Surakarta ............38

4.1.3.4. Ornamen dan Ragam Hias Keraton Surakarta ..........................42

4.2. Kota Surakarta ...............................................................................................46

4.2.1. Kondisi Umum Kota Surakarta .........................................................46

4.2.2 Tata Guna Lahan Kota Surakarta ......................................................47

Page 11: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

xi

4.2.3 Peraturan Pemerintah Kota Surakarta ................................................50

4.2.4 Sejarah Perkembangan Lanskap Kota Surakarta ...............................52

4.3. Persepsi Masyarakat terhadap Keraton Surakarta Hadiningrat ....................58

4.4. Analisis Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap

Lanskap Kota Surakarta ...............................................................................61

4.4.1. Analisis Jenis Pengaruh .....................................................................61

4.4.1.1. Lanskap Pemukiman ..................................................................61

4.4.1.2. Lanskap Perkantoran dan Perdagangan ....................................67

4.4.1.3. Lanskap Fasilitas Umum ...........................................................70

4.4.1.4. Lanskap Jalan ............................................................................73

4.4.2. Analisis Pola Sebaran Pengaruh.........................................................76

4.5. Usulan Pengembangan Lanskap ..................................................................79

4.5.1. Konsep Pengembangan Lanskap........................................................79

4.5.2. Arahan Pengembangan Lanskap ........................................................80

4.5.3. Arahan Penataan Lanskap ..................................................................81

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................84

5.1 Simpulan ........................................................................................................84

5.2 Saran ...............................................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................86

LAMPIRAN .........................................................................................................89

Page 12: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

xii

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... ......... 4

2. Pela Lokasi Penelitian ............................................................................. .......11

3. Diagram Tahapan Penelitian ................................................................... .......12

4. Diagram Kosmologi Keraton Surakarta .................................................. .....24

5. Konsep Kiblat Papat Kalima Pancer ..............................................................25

6. Sketsa Sumbu Imajiner Lor-Kidul ..................................................................26

7. Tata letak bangunan Keraton Surakarta ..........................................................27

8. Gapura Gladag ................................................................................................28

9. Bangsal Bale Bang ..........................................................................................30

10. Kori Kamandhungan ......................................................................................31

11. Sasana Saweka ...............................................................................................32

12. Sasana Handrawina ........................................................................................33

13. Kolam Bandhengan ........................................................................................34

14. Kori Brajanala Kidul ......................................................................................35

15. Setinggil Kidul ...............................................................................................36

16. Analogi Tata Letak Bangunan Keraton dan Rumah Adat .............................37

17. Pohon Beringin Kurung .................................................................................40

18. Suasana Setinggil Lor ....................................................................................41

19. Pohon Sawo Kecil ..........................................................................................41

20. Sulur-suluran ..................................................................................................43

21. Ragam Hias ....................................................................................................44

22. Ukiran Burung ................................................................................................44

23. Radya Laksana ...............................................................................................45

24. Peta Tata Guna Lahan Kota Surakarta ...........................................................49

25. Penulisan Aksara Jawa ...................................................................................50

26. Peta Sebaran BCB di Surakarta......................................................................51

27. Morfologi Kota Surakarta tahun 1500-2000 ..................................................55

28. Tata Letak Gapura Keraton Surakarta............................................................56

29. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Pemukiman ............................64

30. Dalem Purwodiningratan ...............................................................................66

Page 13: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

xiii

31. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Perkantoran ............................68

32. Lanskap Perkantoran di Surakarta .................................................................69

33. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Fasilitas Umum......................71

34. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Jalan .......................................74

35. Lanskap Jalan Slamet Riyadi .........................................................................75

36. Tingkat Pengaruh Konsep Lanskap Keraton terhadap Lanskap Kota

Surakarta ........................................................................................................77

37. Peta Kota Lama Surakarta ..............................................................................81

38. Penataan Lanskap alun-alun utara ..................................................................82

39. Penataan Lanskap jalur pejalan kaki ..............................................................83

Page 14: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

xiv

DAFTAR TABEL

1. Data yang dibutuhkan pada Penelitian ..................................................... .......14

2. Kriteria Penilaian Lanskap Permukiman ................................................. .......17

3. Kriteria Penilaian Lanskap Perkantoran dan Fasilitas Publik .................. .......18

4. Kriteria Penilaian Lanskap Jalan .............................................................. .......19

5. Penggunaan Lahan di Surakarta ............................................................... .......48

6. Pendapat masyarakat terhadap Lanskap Kota Surakarta ......................... .......59

7. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Pemukiman ...................... .......62

8. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Perkantoran dan

Perdagangan ............................................................................................ .......67

9. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Fasilitas publik ................ .......70

10. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Jalan ................................ .......73

11. Guideline penataan lanskap kota ............................................................. .......83

Page 15: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Kuisioner........................................................................................ 90

2. Perhitungan Interval Penilaian .................................................................... 94

3. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Permukiman........................ 95

4. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Kantor Pemerintah .............. 98

5. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Kantor Swasta..................... 99

6. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Pertokoan ............................ 101

7. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Pasar ................................... 102

8. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Hotel ................................... 103

9. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Sarana Pendidikan .............. 104

10. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Taman Kota ........................ 106

11. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Sarana Transportasi ............ 106

12. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Sarana Kesehatan ............... 107

13. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Sarana Peribadatan ............. 108

Page 16: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan sebuah kawasan bersejarah

yang terbentuk akibat kesinambungan kehidupan masyarakat yang berlangsung

dari waktu ke waktu. Terbentuknya kawasan keraton dipengaruhi oleh

kepercayaan masyarakat Jawa pada zaman itu dan terus turun temurun

menjadikan keraton sebagai suatu bentuk lanskap budaya yang dianggap sebagai

pusat dan sumber kebudayaan Jawa. Keraton menjadi pandangan hidup bagi

masyarakat Jawa, oleh karena itu keberadaan keraton memberikan pengaruh yang

sangat besar dalam pembentukan lingkungan disekitarnya. Konsep bangunan dan

lanskap keraton menjadi pengaruh besar dalam pembentukan lanskap sekitar

keraton hingga lanskap Kota Surakarta. Sehingga tercipta suatu lanskap khas dan

menjadi pencerminan budaya masyarakat Jawa. Keberadaan Keraton Surakarta

merupakan identitas pembentuk karakter lanskap Kota Surakarta. Perkembangan

kota sudah sepantasnya mengikuti konsep yang digunakan keraton agar tercipta

suatu lanskap kota yang memiliki identitas dan ciri khas tersendiri.

Kota Surakarta saat ini tebagi menjadi Solo Lama dan Solo Baru. Menurut

Hadi (2001), Solo Lama adalah pusat pemerintahan Kerajaan Surakarta dan Solo

Baru merupakan perkembangan kota yang lebih modern. Pada saat sekarang ini,

ruang Kota Solo selain dibentuk oleh bangunan-bangunan modern seperti kota-

kota lainnya di Indonesia, maka secara arsitektural ruang kotanya masih mampu

memperlihatkan bangunan-bangunan yang bercirikan era kerajaan (feodal) Jawa

dan era kolonial Belanda, bahkan pada beberapa bagian kota masih terdapat

bangunan-bangunan dengan arsitektur etnik Cina, Arab dan Indoland/ Campuran

(Qomarun dan Budi, 2007).

Menurut Zaida (2004), terdapat beberapa faktor yang menentukan

perubahan tatanan ruang kota Surakarta, yaitu: pertama, nilai-nilai dan norma-

norma kepercayaan yang berlaku pada masyarakat sehingga mempengaruhi dan

membentuk pola, sikap dan perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

termasuk dalam hal penataan kota. Kedua, faktor yang mempengaruhi

Page 17: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

2

perkembangan dan perubahan kota adalah kebijakan penguasa/pemerintah pada

setiap periode perkembangan dan ketiga adalah kalangan pengusaha dengan

modal yang dimiliki mampu mengubah tatanan dan perkembangan tata ruang

kota. Hal ini mengakibatkan pengaruh yang berbeda pada setiap bagian kota dan

lunturnya penerapan lanskap keraton pada pembentukan lanskap kota.

Sejak tahun 2005, Kota Surakarta termasuk kedalam Jaringan Kota Pusaka

Indonesia (JKPI). Penetapan Surakarta sebagai Kota Pusaka bertujuan agar dapat

mempertahankan kelestarian karakteristik budaya dan peninggalan sejarah yang

berada di Surakarta. Kota Surakarta memiliki karakter budaya yang sangat kuat

dipengaruhi oleh keberadaan Keraton Surakarta. Konsep lanskap yang khas dari

Keraton Surakarta dapat digunakan dalam penataan ruang lanskap Kota Surakarta,

sehingga menjadi pembentuk identitas yang kuat bagi Kota Surakarta. Pengaruh

yang tidak merata dan lunturnya pengaruh Keraton Surakarta perlahan-lahan

menghilangkan karakteristik budaya dari Kota Surakarta.

Oleh karena itu dilakukan penelitian guna mengetahui perkembangan

lanskap Kota Surakarta dan dilakukan pemetaan terhadap lanskap kota yang

memiliki pengaruh Keraton Surakarta. Kemudian dihasilkan suatu arahan

pengembangan kota guna membentuk dan menguatkan karkater budaya dari Kota

Surakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan manfaat

terhadap masyarakat mengenai karkater budaya Kota Surakarta dan menjadi

bahan masukan kepada pemerintah Kota Surakarta dalam menata dan

merencanakan penataan Kota Surakarta yang beridentitas.

1.2 Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. menganalisis konsep lanskap Keraton Surakarta dan keterkaitannya

dengan sejarah perkembangan Kota Surakarta

2. memetakan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan

lanskap Keraton Surakarta pada lanskap Kota Surakarta

3. menghasilkan arahan pengembangan lanskap Kota Surakarta yang

beridentitas.

Page 18: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

3

1.3 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut :

1. memberi informasi tentang karakteristik dan pola sebaran pengaruh

lanskap Keraton Surakarta terhadap lanskap Kota Surakarta

2. memberi masukan kepada pemerintah kota guna menciptakan kota yang

beridentitas.

1.4 Kerangka Pemikiran

Studi mengenai pengaruh konsep lanskap Keraton Surakarta terhadap Kota

Surakarta dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa perkembangan kota yang

terjadi dari masa kemasa dipengaruhi oleh banyak faktor. Keraton Surakarta

sebagai pembentuk awal dari lanskap kota memberi identitas tersendiri pada kota.

Keberadaan Keraton Surakarta dengan konsep ruang, elemen dan ornamen

lanskap yang khas memberikan pengaruh pada perkembangan kota. Budaya

keraton, termasuk konsep lanskap keraton, turut mempengaruhi bentukan wajah

kota. Seiring dengan perkembangan waktu maka dalam perkembangannya,

lanskap Kota Surakarta yang terbentuk pada saat ini dipengaruhi oleh kebijakan

pemerintah dan juga faktor-faktor lainnya.

Identifikasi lanskap pada jenis dan sebaran pengaruh akan sangat penting

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Keraton Surakarta terhadap lanskap

Kota Surakarta saat ini. Sebaran, karakteristik, serta tingkat pengaruh pada seluruh

wilayah kota dipengaruhi oleh faktor fisik, kebijakan pemerintah dan faktor-faktor

lainnya. Melalui identifikasi konsep ruang, jenis elemen, tata letak dan ornamen

dari keraton maka dapat dilakukan pemetaan terhadap sebaran konsep lanskap

keraton terhadap lanskap kota dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

pola sebaran dan penerapan dari lanskap keraton terhadap lanskap kota. Pemetaan

dan deliniasi pada lanskap kota dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun

arahan pengembangan lanskap Kota Surakarta yang beridentitas. Kerangka

berfikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 19: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

4

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Lanskap

Keraton

Surakarta

Lanskap Awal Kota Surakarta

Lanskap Kota Surakarta Saat Ini Kebijakan

Pemerintah Pengaruh Luar

Identifikasi Lanskap Kota Surakarta :

Jenis Pengaruh :

- Konsep Ruang

- Jenis Elemen

- Tata Letak Elemen

- Ornamen

Posisi Penerapan Pengaruh

Lanskap Keraton Surakarta

Perkembangan Kota

Pemetaan dan deliniasi

pengaruh Lanskap Keraton

Surakarta terhadap Lanskap

Kota Surakarta :

- Jenis/ragam pengaruh

- Intensitas/pola pengaruh

- Visual lanskap Kota

Faktor-faktor yang

mempengaruhi penerapan

lanskap Keraton Surakarta

terhadap Lanskap Kota

Surakarta

Usulan Arahan Pengembangan Kota

Surakarta

Page 20: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanskap Budaya

Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari

waktu ke waktu (Plachter dan Rossler, 1995). Lanskap budaya pada beberapa

negara di dunia menonjol sebagai model interaksi antara manusia, sistem sosial

dan cara manusia mengatur ruang. Lanskap budaya dapat teridentifikasi menjadi

komponen teraba dan tidak teraba. Komponen tidak teraba berupa suatu ide dan

interaksi yang berdampak pada persepsi dan pembentukan lanskap, seperti

keyakinan yang sudah terlebur dengan lanskap terkait. Lanskap budaya

merupakan cerminan dari budaya yang membentuk lanskap itu sendiri.

Sedangkan menurut Nurisyah dan Pramukanto (2001) lanskap budaya

merupakan suatu model atau bentuk dari lanskap binaan, yang dibentuk oleh suatu

nilai budaya yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan

sumberdaya alam dan lingkungan yang ada pada tempat tersebut. Hasil interaksi

antara manusia dan alam lingkungannya yang merefleksikan adaptasi manusia dan

juga perasaan dalam menggunakan dan mengelola sumberdaya alam dan

lingkungan yang terkait dengan kehidupannya. Hal ini diekspresikan dalam

bentuk dan pola permukiman dan perkampungan, pola penggunaan lahan, sistem

sirkulasi, arsitektur bangunan dan struktur lain.

Melnick (1983) menyatakan bahwa terdapat setidaknya tiga belas

komponen yang merupakan karakter atau identitas lanskap budaya. Ketiga belas

komponen tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu konteks, organisasi, dan

elemen.

1. Lanskap budaya dalam kelompok konteks

a. sistem organisasi lanskap budaya

b. kategori penggunaan lahan secara umum

c. aktivitas khusus dari pengguna lahan.

2. Lanskap budaya dalam kelompok organisasi

a. hubungan bentuk bangun dari elemen mayor alami

b. sirkulasi jaringan kerja dan polanya

c. batas pengendalian elemen

Page 21: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

6

d. penataan tapak.

3. Lanskap budaya dalam kelompok elemen

a. hubungan pola vegetasi dengan penggunaan lahan

b. tipe bangunan dan fungsinya

c. bahan dan teknik konstruksi

d. skala terkecil dari elemen

e. makam atau tempat simbolik lainnya

f. pandangan sejarah dan kualitas persepsi.

2.2 Lanskap kota

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kota adalah daerah permukiman

yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari

berbagai lapisan masyarakat, daerah pemusatan penduduk dengan kepadatan

tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar penduduknya bekerja di luar

pertanian dan juga dinding (tembok) yang mengelilingi tempat pertahanan.

Perencanaan kota di negara berkembang, seperti Indonesia, diawali dengan

penataan ulang (revitalisasi) struktur kota, politik arsitektur kolonial menjadi

sebuah pijakan karena kota di Indonesia sejak zaman dahulu sudah direncanakan

dan dirancang oleh Belanda, termasuk di dalamnya penempatan distrik-distrik

gedung pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa, struktur jalan serta fasilitas

lain (Mulyandari, 2011). Pembangunan gedung-gedung pemerintahan, pasar,

permukiman, rel kereta api, jalan raya, pabrik gula dan bangunan-bangunan lain di

Indonesia adalah kontribusi daru zaman kolonial Belanda.

Menurut Freeman (1974) dalam Warlina (2001), struktur perkotaan

memiliki empat ciri khas yang meliputi penyedia fasilitas untuk seluruh warga,

penyedia jasa (tenaga), penyedia jasa profesional (bank, kesehatan dan lainnya)

serta memiliki pabrik (industri). Sedangkan menurut Lynch (1960), elemen

penting pada suatu kota dapat diklasifikasikan ke dalam lima bentukan fisik, yaitu

paths (jalur/jalan), nodes (simpul), districs (distrik), landmarks (tengaran), dan

edges (tepian). Paths atau jalur/jalan merupakan suatu unsur penting pembentuk

kota. Berdasarkan elemen pendukungnya, paths meliputi jaringan jalan sebagai

prasarana pergerakan dan angkutan darat, sungai, laut, udara, terminal sebagai

Page 22: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

7

sarana pengangkutan. Nodes atau simpul merupakan pertemuan antara beberapa

jalan/lorong yang ada di kota, sehingga membentuk suatu ruang tersendiri.

Nodes merupakan suatu pusat kegiatan fungsional yang menjadi pusat

penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidup. Distrik yang terdapat dipusat kota

merupakan daerah komersial yang didominasi oleh kegiatan ekonomi dan pada

daerah yang berbatasan dengan distrik terdapat banyak tempat yang digunakan

sebagai pasar lokal, pertokoan dan sebagian lain digunakan sebagai tempat

tinggal. Landmarks merupakan citra suatu kota dimana memberikan suatu kesan

terhadap kota tersebut. Edges merupakan suatu masa bangunan yang membentuk

dan membatasi suatu ruang di dalam kota.

Menurut Mulyandari (2011) kondisi kota yang ada di Indonesia sangat

kompleks yaitu pertumbuhan/perkembangan kota yang tidak merata, masih

dipengaruhi oleh pasar, terjadi proses-proses komersial yang cenderung tidak

terkontrol, kerusakan lingkungan yang semakin parah, inefisiensi sumber daya,

bahkan terjadi ketidakadilan sosial. Sehingga kota di Indonesia dapat

dikarakteristikkan sebagai berikut:

a. tumbuh secara tidak terencana (organis)

b. cenderung tidak terkendali (sprawl)

c. mengabaikan aspek tata guna lahan, sehingga tata guna lahan

tercampur (mixed-uses)

d. dualisme ekonomi : formal – informal

e. budaya kota yang khas

f. aturan-aturan pemerintah kota banyak yang tidak terlaksana.

Mulyandari menyatakan lebih lanjut, untuk membentuk suatu kota yang

memiliki karakteristik, humanisme dan spiritualisme maka diperlukan kualitas

dasar manusia yang menjadi penghuni sebuah kota, yaitu

a. filosof, yang akan merumuskan konsep ideologi, konsep

ketatanegaraan dan ilmu-ilmu filsafat lainnya

b. seniman, yang memiliki kreativitas dan karakteristik nilai keindahan

yang akan membentuk watak dan karakteristik masyarakat

Page 23: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

8

c. teknokret, yang akan mempengaruhi perkembangan sistem ekonomi,

politik sekaligus melakukan percepatan pertumbuhan kehidupan

kearah yang lebih baik dengan ilmu pengetahun dan teknologi

d. pebisnis, yang mempengaruhi proses urbanisasi dengan cepat.

e. ulama, yang memiliki kualitas spiritual untuk menyeimbangkan

kemajuan peradaban manusia yang cepat, dengan meningkatkan

manusia tentang hubungan manusia-Tuhan-alam.

2.3 Lanskap Keraton

Keraton sering disebut sebagai kebudayaan masyarakat Jawa. Menurut

kamus besar bahasa Indonesia istilah keraton memiliki arti sebagai tempat

kediaman ratu dan raja, kerajaan, maupun istana raja. Pada Keraton Surakarta

istilah kedhaton merujuk kepada kompleks tertutup bagian dalam keraton tempat

raja dan putra-putrinya tinggal. Lanskap keraton merupakan lanskap yang

terbentuk akibat timbal balik antara masyarakat yang tinggal disekitar keraton

dengan alam untuk terus bertahan hidup. Keraton yang dianggap sebagai sumber

budaya menjadi panutan bagi penduduk sekitar keraton sehingga konsep lanskap

pada keraton diterapkan pada tempat tinggal mereka. Pengaruh keraton yang besar

terhadap lanskap sekitar mempengaruhi pembentukan lanskap kota tempat keraton

berada.

Keraton Kasunanan Surakarta yang berdiri pada tahun 1745 Masehi

mengalami masa pembangunan selama beberapa periode. Pembangunan dan

perbaikannya dilaksanakan mulai dari Raja Pakubuwana II sampai Raja

Pakubuwana XII sehingga keraton memiliki wujud fisik seperti yang ada pada

saat ini. Dari Alun-alun Utara melalui Gapura Gladag hingga Alun-alun Selatan

melalui Gapura gading. Pada bagian tengah Alun-alun Utara dan Selatan terdapat

kawasan utama keraton yang dikelilingi tembok setebal dua meter dan setinggi

enam meter yang disebut kawasan Baluwerti. Di tengah Baluwerti masih terdapat

pagar tembok berkeliling. Di bagian dalam tembok inilah terletak inti keraton

yang sering disebut juga Cepuri atau Kedaton. Di dalam Kedaton terdapat tempat

tinggal raja dengan keluarganya. Raja tinggal di sebuah bangunan yang disebut

Dalem Agung Prabasuyasa (Maruti, 2003).

Page 24: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

9

Keraton Surakarta memiliki konsep tata ruang yang khas dalam penataan

ruang. Terdapat konsep simbolisme dan filosofi yang kuat pada Keraton

Surakarta, sehingga terdapat suatu hirarki pada susunan bangunan-bangunan di

Keraton Surakarta. Konsep simbolisme dan filosofi Keraton Surakarta juga

ditemukan pada tata ruang luar yang terbagi menjadi empat kriteria, yaitu Alun-

alun Lor, pelataran pelataran Setinggil Lor, pelataran kedathon dan Alun-alun

Kidul (Setiawan, 2000). Alun-alun yang terletak diutara merupakan simbol dari

kehidupan di dunia dan alun-alun di selatan mencerminkan kematian.

Lanskap keraton merupakan cerminan adat istiadat dan kebudayaan

masyarakat Jawa. Taman-taman dan penataan ruang bahkan penanaman

pepohonan mengikuti kepercayaan yang mereka percaya, seperti penanaman

pohon sawo kecik dibelakang halaman Keraton Surakarta yang memiliki filosofi

tersendiri. Filosofi sawo kecik identik dengan sarwo becik yang memiliki arti

serba baik. Diharapkan yang menanam dan yang mempunyai tanaman ini

dirumahnya akan selalu mendapatkan kebaikan (Wukilarit 2010). Penetapan dan

peletakan vegetasi pada kawasan keraton juga memiliki makna tersendiri seperti

dua pohon beringin (Ficus benjamina) di bagian depan komplek alun-alun

Keraton Surakarta yang melambangakan perlindungan dan keadilan.

2.4 Kota Surakarta

Kota Surakarta atau dikenal dengan kota Solo merupakan sebuah kota di

Pulau Jawa yang menjadi sangat menarik karena keberadaan Keraton Surakarta.

Keraton Surakarta dengan konsep tata ruang yang memiliki ciri khas tersendiri

mempengaruhi pembentukan wajah lanskap pada Kota Surakarta. Keberadaan

Keraton Surakarta menjadi panutan masyarakat Surakarta dalam berbagai hal,

baik dari kepercayaan mengenai filosofi kehidupan hingga paham-paham maupun

ajaran yang dianut oleh keraton. Kota Surakarta merupakan sebuah kota yang

tumbuh sebagai pusat pemerintahan kerajaan, yang kemudian berkembang

menjadi sebuah kota yang mendukung fungsi komersial, industri, jasa dan sektor-

sektor lainnya, layaknya sebuah kota modern (Hadi,2001).

Surakarta pada awalnya berkembang dengan konsep tata ruang tradisional

mengalami perubahan menjadi kota kolonial dan pada akhirnya menjadi kota

Page 25: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

10

modern dengan tidak menghiraukan kembali konsep-konsep yang digunakan oleh

Keraton Surakarta. Hadi (2001) menyatakan bahwa “Solo Lama” adalah pusat

pemerintahan Kerajaan Surakarta Hadiningrat. Dimana pasar-pasar tempat

penduduk melakukan transaksi dalam nama-nama Jawa. Pola penyebaran pasar-

pasar ini membentuk konfigurasi kota yang cenderung berkembang mengikuti

pola grid.

Kota Surakarta memiliki luas wilayah sebesar 4.404,06 Ha dan terbagi

menjadi lima wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan

Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan

Banjarsari. Dari lima kecamatan tersebut terdapat 51 kelurahan. Terjadi konflik

penggunaan ruang di pusat kota antara usaha memanfaatkan ruang (wilayah

binaan antik) guna mengejar nilai ekonomi tanah dan usaha konservasi budaya.

Perkembangan kota yang pesat membawa serta perubahan budaya warga kota,

jumlah kepadatan penduduk meningkat mempengaruhi pola penggunaan ruang

pada kota Surakarta. Pemukiman penduduk cenderung bergeser keluar, sehingga

muncul wilayah-wilayah desa-kota disekeliling Surakarta. Setelah Kemerdekaan

Republik Indonesia, Kota Surakarta terus mengalami perkembangan perubahan

yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti perubahan ekologi kota,

pertambahan penduduk, dan juga faktor eksternal yang secara langsung

mempengaruhi perkembangan kota melalui kebijakan politik dan masuknya

kekuatan kapitalis. Surakarta kemudian menampilkan bentuknya sebagai kota

yang memadukan unsur-unsur tradisional dan modern (Gunawan, 2010).

Page 26: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

11

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian mengenai pengaruh konsep lanskap Keraton Surakarta terhadap

lanskap Kota Surakarta ini dilakukan pada kawasan Keraton Kesunanan Surakarta

dan kawasan Kota Surakarta. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Waktu dalam penelitian ini adalah enam bulan, dari bulan Februari 2012 hingga

Juli 2012.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Sumber : BAPEDDA Surakarta

Indonesia

Pulau Jawa

Kota Surakarta

Page 27: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

12

3.2.1 Metode

Penelitian dilakukan dengan membagi dua wilayah identifikasi, yaitu pada

lanskap Keraton Surakarta dan lanskap Kota Surakarta. Penelitian dilakukan

melalui empat tahapan, yaitu persiapan, pengumpulan data, analisis dan sintesis

serta penyusunan rekomendasi guna meningkatkan identitas Kota Surakarta.

Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Tahapan Studi

Persiapan

Pembuatan proposal dan kolokium

Perizinan dinas terkait

Pengadaan alat dan bahan

penelitian

Pengumpulan

Data Data Lanskap Keraton Surakarta

Data Lanskap Kota Surakarta

Analisis

Analisis konsep ruang, elemen dan

ornamen lanskap Keraton

Surakarta

Analisis perkembangan lanskap

Kota Surakarta

Pemetaan pengaruh konsep

lanskap keraton terhadap lanskap

Kota Surakarta

Analisis pola sebaran lanskap dan

faktor yang mempengaruhi

penerapan konsep lanskap keraton

terhadap perkembangan Kota

Surakarta

Sintesis

Formulasi pengaruh konsep

lanskap keraton pada lanskap kota

dan kebutuhan pengembangan

Rekomendasi guna

pengembangan lanskap kota

Page 28: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

13

3.3 Tahapan Studi

3.2.1 Persiapan

Tahapan persiapan meliputi penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan

kolokium yaitu mempresentasikan proposal penelitian dan mendapatkan masukan.

Pada tahap persiapan dilakukan kegiatan mengurus perizinan di lokasi penelitian

dan dilakukan pencarian informasi umum mengenai lokasi penelitian, serta

mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

3.2.2 Pengumpulan data

Data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data lanskap Keraton

Surakarta dan data lanskap Kota Surakarta. Data Keraton Surakarta mencakup

data primer dan sekunder yaitu data mengenai aspek kesejarahan, konsep ruang,

desain/ragam hias dan ornamen pada elemen lanskap. Data yang diperlukan pada

Kota Surakarta terdiri dari aspek kesejarahan, penggunaan lahan, struktur kota,

elemen-elemen pembentuk kota, aspek legal dan juga pendapat/pandangan

masyarakat Kota Surakarta terhadap lanskap Kota Surakarta. Data yang

dibutuhkan pada penelitian akan dijabarkan pada Tabel 1. Pengumpulan data

dilakukan dengan cara berikut :

a. Observasi : observasi merupakan pengamatan pada tapak guna mengetahui

kondisi eksisting pada tapak. Observasi dilakukan dengan

mengamati lanskap Keraton Surakarta dan lanskap Kota Surakarta

yang meliputi lanskap permukiman, lanskap perkantoran dan

perdagangan, lanskap fasilitas umum dan lanskap jalan.

b. Wawancara : wawancara dengan narasumber guna mengetahui informasi

mengenai hal terkait. Tahapan wawancara juga diperlukan untuk

mendapatkan data dan informasi mengenai kondisi sosial budaya

yang ada pada masyarakat sekitar yang tidak dapat dilihat secara

langsung melalui tahapan observasi.

Wawancara dilakukan dengan berbagai narasumber, yaitu :

1. GPH Puger, Kepala Sasana Pustaka Keraton Surakarta

2. Mufti Raharjo, Kepala Bidang Pelestarian Kawasan dan

Bangunan Cagar Budaya (BCB) Dinas Tata Ruang Kota

Surakarta

Page 29: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

14

3. Endah Sita Resmi, Kepala Bidang Perencanaan Tata Ruang

Dinas Tata Ruang Kota Surakarta

4. Keksi Sundari, kepala Bidang Sarana Wisata Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta

c. Kuisioner : Kuisioner digunakan sebagai media wawancara kepada masyarakat

kota Surakarta. Kuisioner disebar kepada masyarakat kota guna

mengetahui pandangan maupun pendapat masyarakat Kota

Surakarta terhadap Keraton Surakarta dan keinginan masyarakat

dalam penataan kota. Kuisioner disebar pada masyarakat yang

bermukim di sekitar keraton dan masyarakat yang bermukim di

berbagai kecamatan di Kota Surakarta, sehingga diharapkan dapat

mewakili pendapat dari masyarakat Kota Surakarta.

d. Studi pustaka : Studi pustaka dilakukan guna mengetahui kondisi sosial budaya,

maupun kesejarahan yang sudah tidak dapat dilihat karena

bentukan fisik sudah hilang tergerus oleh perkembangan zaman.

Studi pustaka juga dilakukan terhadap konsep dan sejarah

perkembangan kota, dokumen-dokumen maupun peta dan juga

kebijakan-kebijakan pemerintah.

Tabel 1. Data yang dibutuhkan pada penelitian

Jenis Data Bentuk Data Sumber Data

1 Lanskap

Keraton

Surakarta

Sejarah Keraton Surakarta Arsip keraton,

observasi, studi

pustaka dan

wawancara

Konsep dan filosofi Tata Ruang dan Lanskap

Keraton

Jenis, tata letak dan makna elemen-elemen

keraton (hardscape dan softscape )

2 Lanskap

Kota

Surakarta

Kondisi Umum BMG, observasi

lapang , kuisioner dan

studi pustaka Sejarah dan perkembangan kota

Penggunaan lahan (landuse)

Struktur kota ( pusat kota hingga pinggir kota)

Kondisi Biofisik ( iklim, topografi, hidrologi,

vegetasi, satwa, tanah dan sirkulasi)

Elemen fisik : kantor-kantor pemerintahan,

kantor swasta, bangunan dan fasilitas umum

(pasar, taman, tempat peribadatan, sarana

pendidikan) dan bangunan serta fasilitas

komersil

Permukiman : Bangunan (arsitektur dan

orientasi) dan halaman rumah (elemen

hardscape dan softscape)

Page 30: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

15

Tabel 1. Data yang dibutuhkan pada penelitian (Lanjutan)

Jenis Data Bentuk Data Sumber Data

2 Lanskap

Kota

Surakarta

Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) BAPPEDA, Dinas Tata

Ruang Kota Surakarta,

wawancara dan

kuisioner

Kebijakan pengembangan dan pembangunan

kota

Kebijakan mengenai pelestarian kota dan

kawasan bersejarah

Persepsi masyarakat mengenai Keraton

Surakarta

3.2.3 Analisis

Tahapan analisis meliputi tahap identifikasi dan analisis konsep lanskap

Keraton Surakarta dan lanskap Kota Surakarta. Tahapan analisis dilakukan

dengan metode analisis deskriptif kuantitatif, deskriptif kualitatif dan secara

spasial. Analisis dilakukan melalui empat tahap, yaitu analisis konsep lanskap

Keraton Surakarta, analisis perkembangan lanskap Kota Surakarta, analisis

sebaran elemen lanskap dan analisis pola sebaran lanskap.

1. Analisis konsep lanskap Keraton Surakarta

Analisis konsep lanskap Keraton Surakarta dilakukan secara deskriptif

kualitatif. Analisis konsep lanskap Keraton Surakarta dilakukan guna mengetahui

tatanan dan karakter lanskap dari Keraton Surakarta. Konsep lanskap pada Keraton

Surakarta yang dikemukakan oleh Setiawan (2000) dalam tesis yang berjudul

Konsep Simbolisme dalam Tata Ruang Luar Keraton Surakarta merupakan dasar

dalam melakukan identifikasi dan analisis konsep lanskap keraton. Setiawan

(2000) menyatakan bahwa ruang luar/lanskap pada Keraton Surakarta terdiri dari

sejarah keraton, bangunan keraton, pandangan hidup dan adat istiadat, serta konsep

tata ruang keraton. Identifikasi pada lanskap keraton juga dilakukan dengan cara

observasi langsung dan juga wawancara dnegan pihak-pihak terkait. Hasil

deskripsi lanskap Keraton Surakarta digunakan untuk mengidentifikasi

pengaruh/kesamaan pada lanskap Kota Surakarta.

2. Analisis Perkembangan Kota Surakarta

Analisis perkembangan lanskap kota Surakarta dilakukan dengan cara

deskriptif kualitatif dan spasial. Analisis dilakukan dengan menelusuri sejarah

Kota Surakarta melalui periode pemerintahan sejak Keraton Surakarta hingga saat

Page 31: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

16

ini. Analisis juga dilakukan dengan mengacu pada peta maupun sketsa denah

lanskap kota dari berbagai periode pemerintahan. Analisis dilakukan guna

mengetahui arah perkembangan kota serta karakteristik lanskap yang terbentuk

pada Kota Surakarta.

3. Analisis pengaruh konsep lanskap Keraton Surakarta

Analisis pengaruh konsep lanskap keraton pada lanskap Kota Surakarta

dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif, yaitu pemberian skor nilai pada

lanskap kota. Menurut Lynch (1960) elemen penting dari suatu kota terdiri dari

paths, nodes, district, landmarks dan edges. Sedangkan menurut Freeman (1974)

suatu kota harus menyediakan berbagai fasilitas untuk seluruh warga. Sehingga

penilaian jenis pengaruh konsep lanskap keraton terhadap lanskap kota dilakukan

dengan penilaian pada empat elemen penting pada kota, yaitu:

a. lanskap permukiman

b. lanskap perkantoran dan perdagangan

c. lanskap fasilitas umum

d. lanskap jalan.

Analisis skoring pada masing-masing elemen lanskap dilakukan dengan

observasi/pengamatan langsung dan juga melalui penelusuran cagar budaya yang

telah ditetapkan pada Surat Keputusan Walikota pada Tahun 1997 serta dengan

melakukan identifikasi melalui bantuan dari google maps.

Metode ini dilakukan guna memetakan lanskap Kota Surakarta. Analisis

skoring pada elemen-elemen lanskap kota akan dinilai berdasarkan kriteria-

kriteria tertentu yang diungkapkan oleh Haris dan Dines (1988) mengenai asosiasi

kesejarahan serta kriteria elemen bersejarah seperti pada Undang-Undang No.11

Tahun 2010 dan juga dengan menggunakan karakter lanskap keraton seperti yang

diungkapkan oleh Setiawan (2000) seperti konsep tata ruang, arsitektur bangunan

keraton, ragam hias dan elemen pendukung lanskap keraton lainnya. Kemudian

skor penilaian akan dijumlahkan guna mengetahui apakah elemen-elemen lanskap

pada Kota Surakarta masih mengikuti konsep lanskap yang digunakan pada

keraton Surakarta. Selanjutnya setelah dihasilkan analisis skoring secara spasial,

maka akan dihitung luasan setiap zona guna mengetahui besaran area pada

masing-masing zona pengaruh.

Page 32: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

17

Kriteria dalam penilaian terhadap masing-masing elemen disajikan pada

Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4. Kriteria penilaian pada lanskap meliputi :

a. asosiasi kesejarahan

b. konsep tata ruang

c. jenis elemen

d. posisi/tata letak elemen

e. desain elemen

f. ornamen atau ragam hias Keraton Surakarta.

Kriteria penilaian memiliki bobot penilaian yang berbeda-beda. Asosiasi

kesejarahan memiliki bobot nilai terbesar, hal ini dikarenakan nilai sejarah

merupakan elemen penting yang dapat menunjukan pengaruh dari Keraton

Surakarta. Sedangkan kriteria lain memiliki bobot yang lebih rendah, karena pada

kriteria-kriteria tersebut dianggap memiliki kepentingan yang sama.

Penilaian terhadap lanskap dihitung berdasarkan metode skoring yang

digunakan oleh Slamet (Slamet, 1983 dalam Anggraeni, 2011) yaitu dengan

rumus interval sebagai berikut :

g.

Tinggi = SMi + 2IK +1 sampai SMa

Sedang = SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2IK)

Rendah = SMi sampai SMi +IK

Tabel 2. Kriteria Penilaian Lanskap Permukiman

Kriteria

Skor

Kuat (3) Sedang (2) Rendah (1)

Asosiasi

Kesejarahan

(40%)

Hubungan

kesejarahan yang

kuat dengan

Keraton Surakarta

Hubungan kesejarahan

yang lemah dengan

Keraton Surakarta

Tidak memiliki

hubungan kesejarahan

dengan Keraton

Surakarta

Tata Ruang

(10%)

Tata ruang

kawasan

menyerupai tata

ruang di Keraton

Surakarta

Tata ruang kawasan

sedikit menyerupai tata

ruang di Keraton

Surakarta

Tata ruang kawasan

tidak menyerupai tata

ruang di Keraton

Surakarta

Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (SMa) – Skor minimum (SMi)

Jumlah Kategori

Page 33: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

18

Tabel 2. Kriteria Penilaian Lanskap Permukiman (Lanjutan)

Kriteria

Skor

Kuat (3) Sedang (2) Rendah (1)

Arsitektur

Bangunan

(20%)

Permukiman

mengadopsi gaya

arsitektur seperti

pada Keraton

Surakarta

Permukiman mengadopsi

beberapa gaya arsitektur,

namun masih

mencerminkan gaya

arsitektur masa lalu

Permukiman tidak

dapat menunjukkan

gaya arsitektur masa

lalu

Ornamen

Bangunan

(15%)

Ornamen bangunan

memiliki maupun

menyerupai detail

yang menunjukan

ciri khas Keraton

Ornamen bangunan

memiliki detail yang

dapat menunjukan ciri

khas masa lalu

Ornamen bangunan

tidak memiliki detail

yang dapat menunjukan

ciri khas di masa lalu

Kesamaan

elemen

hardscape dan

softscape

(15%)

Elemen lanskap

memiliki detail

yang dapat

menunjukan ciri

khas Keraton

Surakarta

Elemen lanskap masih

memiliki detail yang

dapat menunjukan ciri

khas masa lalu

Elemen lanskap tidak

memiliki detail yang

dapat menunjukan ciri

khas di masa lalu

Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi

Tabel 3. Kriteria Penilaian Lanskap Perkantoran dan Perdagangan dan Lanskap

Fasilitas Umum

Kriteria

Skor

Kuat (3) Sedang (2) Rendah (1)

Asosiasi

Kesejarahan

(40%)

Hubungan

kesejarahan yang

kuat dengan Keraton

Surakarta

Hubungan kesejarahan

yang lemah dengan

Keraton Surakarta

Tidak memiliki

hubungan kesejarahan

dengan Keraton

Surakarta

Posisi

terhadap

Keraton

Surakarta

(20%)

Terletak pada konsep

tata ruang Keraton

Surakarta

Terletak pada konsep

tata ruang lain

Tidak terletak pada

konsep tata ruang

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

(20%)

Lanskap bangunan

mengadopsi gaya

arsitektur seperti pada

Keraton Surakarta

Lanskap bangunan

mengadopsi beberapa

gaya arsitektur, namun

masih mencerminkan

gaya arsitektur

tradisional Jawa

Lanskap bangunan

tidak mengadopsi

gaya arsitektur

tradisional Jawa

Kesamaan

jenis elemen

lanskap

(20%)

Elemen lanskap

memiliki detail yang

dapat menunjukan

ciri khas Keraton

Surakarta dan banyak

tersebar

Elemen lanskap masih

memiliki detail yang

dapat menunjukan ciri

khas masa lalu dan

tersebar cukup banyak

Elemen lanskap tidak

memiliki detail yang

dapat menunjukan ciri

khas di masa lalu

Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi

Page 34: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

19

Tabel 4. Kriteria Penilaian Lanskap Jalan

Kriteria

Skor

Kuat (3) Sedang (2) Rendah (1)

Asosiasi

Kesejarahan

(40%)

Hubungan kesejarahan

yang kuat dengan

Keraton Surakarta

Hubungan kesejarahan

yang lemah dengan

Keraton Surakarta

Tidak memiliki

hubungan

kesejarahan dengan

Keraton Surakarta

Kesamaan

elemen

hardscape

(30%)

Elemen lanskap

memiliki detail yang

dapat menunjukan

ciri khas Keraton

Surakarta

Elemen lanskap masih

memiliki detail yang

dapat menunjukan ciri

khas masa lalu

Elemen lanskap

tidak memiliki detail

yang dapat

menunjukan ciri

khas di masa lalu

Kesamaan

elemen

softscape

(30%)

Elemen lanskap

memiliki detail yang

dapat menunjukan

ciri khas Keraton

Surakarta

Elemen lanskap masih

memiliki detail yang

dapat menunjukan ciri

khas masa lalu

Elemen lanskap

tidak memiliki detail

yang dapat

menunjukan ciri

khas di masa lalu

Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi

4. Analisis pola sebaran lanskap

Analisis spasial dilakukan guna mengetahui pola sebaran lanskap. Analisis

dilakukan dengan menggunakan peta hasil analisis jenis pengaruh konsep lanskap

keraton terhadap Kota Surakarta. Analisis pola sebaran lanskap dilakukan guna

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sebaran lanskap tersebut.

3.2.4. Konsep dan Arahan Pengembangan Lanskap

Setelah dilakukan analisis data didapatkan suatu hasil menyeluruh yang

merupakan hasil analisis data baik analisis konsep lanskap keraton, analisis

perkembangan Kota Surakarta, analisis sebaran jenis pengaruh lanskap maupun

analisis pola sebaran lanskap. Pada tahap sintesis didapatkan formulasi mengenai

pengaruh konsep lanskap keraton terhadap lanskap Kota Surakarta dan faktor-

faktor yang mempengaruhi sehingga didapatkan kebutuhan pengembangan yang

dapat digunakan untuk pengembangan Kota Surakarta.

Page 35: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keraton Surakarta Hadiningrat

4.1.1 Lokasi Keraton Surakarta Hadiningrat

Keraton Surakarta terletak pada Kelurahan Baluwerti, Kecamatan Pasar

Kliwon, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Keraton Surakarta terletak pada

pusat kota Surakarta dengan batas utara adalah Jalan Slamet Riyadi yang

merupakan jalan utama Kota Surakarta, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan

Veteran, sebelah timur dan barat berbatasan dengan Jalan Supit Urang. Keraton

Surakarta memiliki aksesibilitas yang baik karena letaknya berada pada pusat kota

dan juga berdekatan dengan kawasan perekonomian kota. Kawasan Keraton

Surakarta memiliki luas wilayah ±55 ha yang meliputi Alun-alun Utara,

lingkungan dalam tembok Baluwarti (keraton dan perumahan Baluwarti) sampai

dengan Alun-alun Selatan.

4.1.2 Sejarah Keraton Surakarta Hadiningrat

Keraton Surakarta merupakan bangunan bersejarah yang merupakan

rintisan Kerajaan Mataram. Keraton Surakarta sering juga disebut dengan Keraton

Mataram Surakarta (Nitinagoro, 2011). Keraton Mataram mengalami perpindahan

ibukota kerajaan sebanyak lima perpindahan sebelum akhirnya berdiri Keraton

Mataram Surakarta. Pada tahun 1742 terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh

orang-orang Cina di Kartasura dan berhasil menduduki Keraton Kartasura yang

pada saat itu dipimpin oleh Ingkang Sinuhun Susuhanan Paku Buwono II.

Pemberontakaan ini dinamai dengan Geger Pecinan. Peristiwa Geger Pecinan

merupakan awal mula hancurnya Keraton Mataram Kartasura. Dengan melihat

kondisi Keraton Mataram Kartasura yang telah hancur maka Susuhan Paku

Buwono II memberi perintah untuk dilakukan pemindahan keraton. Terdapat tiga

tempat untuk dijadikan keraton baru sebagai ganti Keraton Mataram Kartasura,

yaitu Kadipolo, Sonosewu dan Desa/Dusun Sala. Desa Sala terpilih menjadi

tempat untuk dibangun keraton baru.

Page 36: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

21

Desa Sala merupakan sebuah desa yang dikuasai oleh Ki Gede (Ageng)

Sala. Dari Ki Gede Sala ini akan diketahui asal usul dari keberadaan Desa Sala.

Nama Sala diambil dari nama pemimpin desa pada masa itu, yaitu seorang abdi

dalem Kerajaan Pajang yang bernama Kiai Sala Sepuh. Pembangunan keraton

baru dimulai dengan desain bangunan tidak berbeda jauh dengan Keraton

Kartasura. Keraton baru ini dikenal dengan nama Keraton Nagari Surakarta dan

selesai dibangun pada tahun 1667 Jawa atau 1745 Masehi, walaupun keraton

masih berpagar bambu belum memiliki pagar dengan tembok seperti saat ini.

Perpindahan keraton dari Keraton Kartasura menuju Keraton Surakarta tercatat

dilakukan pada Rabu Pahing bulan Muharram (Sura) tahun Eje 1667 Jawa tahun

1745 Masehi atau 17 Februari 1745 Masehi.

Pada masa pemerintahan Paku Buwono III, Surakarta terbagi menjadi dua

bagian. Hal ini disebabkan karena ketidakpuasan kaum bangsawan terhadap

campur tangan kompeni, pemberontakan ini diprakarsai oleh Pangeran

Mangkubumi dan Raden Mas Said. Pada 13 Pebruari 1755 terjadi Perjanjian

Giyanti yang berisi bahwa Pangeran Mangkubumi berkedudukan di Yogyakarta

dengan gelar Sultan Hamengku Buwana, dengan nama keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat. Setelah dilakukan Perjanjian Giyanti, masalah semakin rumit

sehingga dilakukan Perjanjian Salatiga 17 Maret 1755. Perjanjian ini

menghasilkan kesepakatan yaitu Raden Mas Said mendapatkan daerah kekuasaan

Keraton Surakarta dan mendapatkan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati

(KGPAA) Mangkunegaran dengan wilayah kekuasaan bernama Mangkunegaran

dan ditambah dengan tanah lungguh atau tanah yang dijadikan tempat didirikan

Pura Mangkunegaran. Dengan kedua perjanjian itu maka wilayah Keraton

Surakarta menjadi berkurang.

Pada masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwono XII, Negara Indonesia

dinyatakan merdeka sehingga seluruh pemerintahan di wilayah Indonesia

dipimpin oleh seorang presiden. Raja dan Keraton Surakarta sekarang tidak

memiliki kekuasaan secara de facto tertanggal sejak 15 Juli 1946 dikeluarkan PP

Nomor 16/SD 1946 yang berisi penetapan pemerintah yang mengatur mengenai

pemerintahan di Surakarta dan Yogyakarta (Maruti, 2003).

Page 37: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

22

4.1.3 Lanskap Keraton Surakarta Hadiningrat

Keraton Surakarta merupakan salah satu pusat kebudayaan nasional,

khususnya kebudayaan Jawa atau kebudayaan Jawi (Nitinagoro, 2011). Keraton

Surakarta memiliki konsep lanskap yang khas dari bangunan lainya. Keraton yang

merupakan tempat tinggal raja dan keluarganya memiliki konsep dan filosofi dari

setiap elemen pembentuknya. Konsep lanskap dari Keraton Surakarta merupakan

hasil pemikiran yang matang dari para pendahulu yang terus terbawa sampai saat

ini sehingga menjadi suatu budaya bagi masyarakat Kota Surakarta.

4.1.3.1 Konsep Tata Ruang Keraton Surakarta

Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan bagian dari suatu pewarisan

budaya dari Keraton Pajang ke Mataram/Kota Gede kemudian ke Kartasura

hingga di Surakarta. Nilai budaya yang diwariskan secara turun menurun dalam

kehidupan masyarakat menjadi sumber pandangan, orientasi kehidupan

masyarakat Surakarta pada khususnya dan masyarakat Jawa pada umumnya

(Setiawan, 2000). Konsep tata ruang pada Keraton Surakarta memiliki konsep

simbolisme yang kuat. Konsep ini melekat dari bangunan Gapura Gladag di utara

hingga ke Gapura Gading di selatan. Konsep tata ruang di Keraton Surakarta

terdiri dari Konsep kosmologi dan filosofi, Konsep Dualisme, Konsep Kiblat

Papat Kalima Pancer dan Konsep Supit Urang.

a. Konsep Kosmologi dan Konsep Filosofi

Penataan lanskap Keraton Surakarta menerapkan konsep kosmologi yang

dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Budha. Dumadi (2011) menyatakan bahwa

masyarakat Jawa merumuskan kehidupan manusia berada pada dua kosmos

(alam) yaitu makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos memiliki pemahaman

bahwa alam semesta merupakan sebuah wadah yang tetap besarannya dan

memiliki kekuatan besar. Sedangkan konsep mikrokosmos memiliki pemahaman

bahwa raja merupakan perwujudan Tuhan di dunia sehingga dalam diri raja

terdapat keseimbangan berbagai kekuatan alam. Dalam konsep mikrokosmos, raja

merupakan pusat kehidupan di dunia dan keraton sebagai tempat kediaman raja.

Keraton merupakan pusat keramat kerajaan dan bersemayamnya raja, karena raja

merupakan sumber kekuatan-kekuatan kosmis yang mengalir ke daerah dan

Page 38: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

23

membawa ketentraman, keadilan dan kesuburan. Sehingga, keraton menjadi pusat

dari segala aktifitas masyarakat dan menjadi kiblat dari segala macam aktivitas.

Keraton Surakarta memiliki karakteristik pola kosmologi yang terbagi

menjadi empat lapisan yaitu kuthanegara, negara gung, mancanegara, dan

pesisiran. Keraton memiliki sistem tata ruang kota menurut kaidah-kaidah

masyarakat tradisional yang masih dipengaruhi oleh tingkat kebangsawanan.

Tempat tinggal raja dan kedudukannya disebut kuthanegara atau negari atau

negara. Kuthanegara dikelilingi oleh tembok guna melindungi raja dari gangguan

luar. Tembok ini memiliki nama yaitu tembok baluwarti. Diluar tembok

kuthanegara merupakan tempat tinggal bagi para kerabat dekat raja dan juga abdi

dalem yang bertutut-turut berada di lingkar luar kerajaan, yaitu negara agung,

mancanegara dan pesisir ( Premordia, 2005).

Konsep kewilayahan seperti ini memperlihatkan bahwa masyarakat yang

bertempat tinggal dekat dengan keraton adalah masyarakat yang memiliki jabatan

penting dan tingkat sosial yang tinggi, atau dikenal dengan istilah bangsawan.

Sedangkan yang bertempat tinggal jauh dari keraton dianggap berkedudukan lebih

rendah. Konsep wilayah seperti ini menciptakan perkampungan-perkampungan

baru yang menjadi tempat tinggal para abdi dalem maupun prajurit-prajurit

keraton. Penamaan perkampungan juga diambil dari penghuni pada kampung

tersebut, contohnya Kampung Purwaprajan yang dahulu merupakan tempat

tinggal RNg Purwaprajan, seorang abdi dalem bupati anom pada zaman Sunan

Pakubuwana X (Gunawan, 2010). Dengan terbentuknya permukiman masyarakat

maka terlihat adanya pola permukiman yang menyebar pada Kota Surakarta.

Tata ruang bangunan di Keraton Surakarta menganut konsep kosmologi

yang tercermin dari Gapura Gladag hingga Gapura Gading (Gambar 4). Lapisan-

lapisan ini berdasarkan pola konsentrik yang pembaginya menyangkut fungsi dan

tingkat keselarasannya (Premordia, 2005). Pola kosmologi menjadi panutan

dalam mendirikan bangunan di Keraton Surakarta, sehingga terbentuk hirarki

dalam susunan bangunan keraton dari utara hingga selatan. Terdapat kepercayaan

bahwa pada setiap fase bangunan yang dilewati akan menuju ke arah

kesempurnaan.

Page 39: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

24

Gambar 4. Susunan Kosmologi Keraton Surakarta

(Sumber : Premordia 2005)

b. Konsep Dualisme

Konsep dualisme memiliki pemahaman bahwa segala sesuatu memiliki

hubungan dan saling melengkapi sehingga didirikan secara berpasangan. Konsep

ini terlihat pada bangunan keraton yang sebagian besar berpasangan, seperti pada

Alun-alun Lor-Kidul, Setinggil Lor-Kidul, dan bangunan lainnya. Konsep

dualisme memiliki pemahaman kesatuan yang tunggal dan melambangkan

kehidupan di dunia.

c. Konsep Kiblat Papat Kalima Pancer

Pembangunan Keraton Surakarta dilakukan dengan mempertimbangkan

arah/orientasi dengan menggunakan konsep kiblat papat kalima pancer, yaitu

suatu konsep yang memiliki arti hidup menuju empat arah mata angin namun

berpusat pada satu kiblat di tengahnya. Konsep kiblat papat kalima pancer dapat

dilihat pada Gambar 5. Dimana penentuan arah mata angin yang saling

berpapasan yaitu lor-kidul (utara-selatan), kulon-wetan (barat-timur) yang

merupakan pemahaman dualisme yaitu kesatuan tunggal yang hakiki (Setiawan,

2000). Keraton Surakarta dikenal sebagai kerajaan Islam, kepercayaan secara

spiritual ini memberi pengaruh pada konsep kiblat papat kalima pancer.

Arah lor merupakan kekuatan ilmu spiritual yang berkaitan dengan

kepentingan lahiriah atau kepandaian ilmu dalam usaha mencapai cita-cita masa

Page 40: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

25

depan. Arah kidul (selatan) merupakan bersatunya hubungan manusia dengan

Tuhan dan hubungan raja dengan rakyat, sedangkan arah wetan-kulon (timur-

barat) merupakan asal segala sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa arah lor-kidul

(utara-selatan) merupakan arah hubungan manusia dengan Tuhan yang dikenal

dengan hablu minallah. Sedangkan arah kulon-wetan (timur-barat) merupakan

hubungan sosial antara manusia dengan manusia yang dikenal dengan hablu

minannas.

Letak Keraton Surakarta yang menganut konsep kiblat papat kalima

pancer di analogikan sebagai berikut, Keraton Surakarta sebagai pancer atau

pusat kiblat dan dikelilingi oleh Hutan Krendhawahana disebelah utara, Gunung

Lawu disebelah timur, Gunung Merapi/Merbabu disebelah Barat dan Pantai

Selatan disebelah selatan. Setiawan (2000) menyatakan bahwa arah timur (wetan)

merupakan asal mula segala sesuatu. Sehingga bangunan keraton disesuaikan

dengan arah menghadap pandhapa besar yaitu Sasana Saweka yang berada di

timur. Konsep lanskap keraton berpedoman pada keempat mata angin dan terdapat

dua poros besar yang saling memotong tegak lurus yang pada umumnya

menghasilkan susunan pancer berupa istana sebagai intinya.

Gambar 5. Konsep Kiblat Papat Kalima Pancer

(Sumber : Setiawan, 2000)

Lor

Hutan Krendhawahana

Hablu minallah

Keraton Surakarta

Hadiningrat

Kidul

Pantai Selatan

Hablu minallah

Wetan

Gunung Lawu

Hablu minannas

Kulon

Gunung Merapi/

GunungMerbabu

Hablu Minannas

Page 41: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

26

Terdapat sebuah sumbu imajiner yang sejajar dengan garis lor-kidul.

Sketsa sumbu imajiner pada Kota Surakarta disajikan pada Gambar 6. Terdapat

Tugu yang sekarang ini berada di depan Balaikota Kota Surakarta dan memiliki

garis sejajar dengan keraton. Saat raja duduk di Bangsal Sewayana maka

pandangannya akan tertuju pada puncak tugu. Tugu ini merupakan simbol dari

Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan Maha Pencipta alam beserta segala

isinya. Oleh karenanya segala pusat perhatian dan orientasi manusia dalam

bertingkah laku dalam kegiatan sehari-hari diarahkan senantiasa untuk mengingat-

Nya. Orientasi merupakan suatu hal penting pada masyarakat Jawa, hal ini diduga

menjadi dasar dalam menentukan arah apabila akan membuat maupun melakukan

sesuatu. Masyarakat percaya dengan mempertimbangkan adanya orientasi maka

setiap hal yang akan dilakukan berjalan dengan baik.

Gambar 6. Sketsa Sumbu Imajiner Lor-Kidul

(Sumber : Setiawan 2000)

d. Konsep Supit Urang

Pada bagian luar benteng keraton terdapat sebuah jalan yang mengelilingi

dinding keraton bagian inti, jalan ini bernama Jalan Supit Urang. Jalan Supit

Urang merupakan simbolisme dari capit udang yang merangkul dan melindungi

lingkungan keraton dari luar. Udang menggunakan capit sebagai alat pertahanan

dari musuh. KGPA Puger menyatakan bahwa Jalan Supit Urang dibuat

Page 42: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

27

mengelilingi bangunan Keraton Surakarta dengan pemahaman agar dapat

melindungi dan merangkul semua orang sehingga dapat tercipta suasana yang

aman terjaga.

Konsep simbolisme dan konsep lanskap pada Keraton Surakarta

merupakan tuntunan perjalanan hidup menuju kearah kesempurnaan yang

terwujud dalam wujud fisik bangunan Keraton yang dimulai dari Gapura Gladag

hingga Gapura Gading. Konsep tata ruang tersebut menjadikan susunan

bangunan-bangunan Keraton Surakarta memiliki suatu hirarki yang kuat. Berikut

terdapat gambar tata letak bangunan-bangunan pada Keraton Surakarta yang

disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Tata Letak Bangunan Keraton Surakarta Hadiningrat

(Sumber : Premordia,2005)

4.1.3.2 Arsitektur Bangunan dan Filosofi Keraton Surakarta

Keraton Surakarta yang merupakan turunan dari Kerajaan Mataram

memiliki sejarah yang panjang pada bentuk maupun gaya arsitektur bangunan.

Konsep dan filosofi dari setiap elemen keraton memiliki pengaruh dari setiap fase

yang dilewati. Hal ini berakibat pada bentuk dan corak bangunan Keraton

Page 43: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

28

Surakarta. Pada gaya bangunan maupun corak yang digunakan keraton terdapat

pengaruh dari gaya arsitektur barat yang dibawa oleh Belanda seperti bentuk pilar,

arsitektur Cina yang dibawa oleh para pedagang Cina maupun bergaya Arab yang

masuk karena keberadaan bangsa Arab di Solo. Namun, gaya arsitektur tradisional

Jawa merupakan hal yang menjadi dasar bentuk dan filosofi bangunan di Keraton

Surakarta. berikut adalah susunan bangunan yang berada di Keraton secara

berurutan dari utara hingga selatan beserta filosofi dari masing-masing bangunan:

1. Gapura Gladag

Gapura Gladag merupakan pintu masuk menuju komplek Keraton

Surakarta. Pada bagian depan gapura terdapat sepasang arca penjaga pintu.

Gapura Gladag merupakan sepasang gapura yang berbentuk menyerupai tembok

setinggi ±4 meter. Pada kedua sisi gapura terdapat arca, yaitu Brahmana Yaksa

sebagai kori/ pintu masuk menuju alun-alun utara. Dalam bahasa Jawa, gladag

atau nggladag berarti menyeret (Maruti, 2003).

Gladag merupakan tempat dikumpulkan hewan buruan yang diseret

dengan gerobak untuk disembelih. Hal ini memiliki arti perlambangan kepada

manusia untuk mengutamakan kewajiban, harus bisa mengendalikan nafsu,

mengekang hawa nafsu dan menguasai hawa nafsu hewani. Maksudnya adalah

manusia tidak boleh memberi kebebasan terhadap nafsu. Gapura Gladag dapat

dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Gapura Gladag

2. Gapura dan Bangsal Pamurakan

Gapura Pamurakan terletak tepat dibelakang Gapura Gladag. Gapura

Pamurakan memiliki bentukan fisik menyerupai Gapura Gladag. Bangsal

Pamurakan yang terletak di selatan Gapura Pamurakan merupakan bangunan

Page 44: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

29

terbuka dengan atap menyerupai joglo (Maruti,2003). Gapura dan Bangsal

Pamurakan merupakan tempat penyembelihan hewan dan tempat pembagian

daging bagi mereka yang berhak mendapatkan bagian dari daging pemotongan

tersebut. Dahulu Bangsal Pamurakan juga digunakan sebagai tempat berteduh

bagi kendaraan tamu yang ingin menemui raja.

Bangsal Pamurakan saat ini telah direnovasi dan dijadikan sebagai kios

kios berjualan cindramata maupun buku bekas. Selain direnovasi juga sudah

banyak didirikan kios-kios berjualan yang menyerupai bangunan Bangsal

Pamurakan, sehingga sulit untuk melihat bentukan asli dari Bangsal Pamurakan.

Hal ini juga disebabkan karena banyak tenda-tenda penjual yang didirikan tidak

beraturan.

3. Pagelaran Sasana Sumewa

Dalam bahasa Jawa, sasana berarti tempat. Sasana Sumewa merupakan

suatu tempat pemerintahan para patih dalem dan juga bawahannya. Keberadaan

Sasana Sumewa merupakan sebuah perlambangan bahwa adanya kekuasaan raja

yaitu tata aturan pemerintahan di Keraton Surakarta. Bangunan ini memiliki 48

buah pilar/saka. Jumlah tiang tersebut merupakan sebuah pertanda bahwa Sasana

Sumewa didirikan pada saat Sinuhun Pakubuwana X berumur 48 tahun. Pada

bagian tengah Sasana Sumewa terdapat sebuah bangsal kecil yang bernama

bangsal Pangrawit yang digunakan sebagai tempat duduk raja pada saat

dilaksanakan acara-acara keraton.

Di hadapan Sasana Sumewa terdapat sebuah tugu besar. Tugu ini

merupakan tugu peringatan 200 tahun keberadaan serta berdirinya Keraton

Surakarta (Nitinegoro, 2011). Pada saat ini Sasana Sumewa dijadikan tempat

kegiatan yang tidak bersifat resmi bahkan pada saat ini, Sasana Sumewa kerap

digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi para pengunjung yang mengunjungi

Keraton Surakarta.

4. Setinggil Lor/Utara

Nitinegoro (2011) menyatakan bahwa Setinggil, dalam bahasa Jawa berarti

tanah yang lebih tinggi. Kori wijil (pintu keluar) merupakan sebuah pintu dengan

undakan tangga sebelum memasuki Setinggil. Setinggil dikelilingi oleh pagar besi

yang berfungsi sebagai pagar. Terdapat delapan buah meriam yang menghadap ke

Page 45: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

30

utara dan berjejer dari timur sampai barat. Meriam-meriam ini adalah peninggalan

Belanda yang diletakkan sebagai simbol pertahanan. Setinggil memiliki beberapa

bangunan, yaitu bangsal Sewayana dan didalamnya terdapat bangsal Manguntur

Tangkil, yaitu merupakan tempat duduk raja yang digunakan pada saat diadakan

acara besar. Pada komplek Setinggil terdapat bangunan dengan gaya arsitektur

barat seperti pada bangsal Bale Bang di Gambar 9 yang menampilkan bentuk pilar

pengaruh barat.

Gambar 9. Bangsal Bale Bang

Pada Setinggil juga terdapat bangsal atau bale yang digunakan sebagai

tempat menyimpan pusaka-pusaka kramat keraton, diantara lain ada Bale

Manguneng, Bale Angun-angun dan juga Bangsal Balembang. Pintu keluar

Setinggil dikelilingi oleh tembok aling-aling, kemudian terdapat tangga turun dari

barat dan timur. Tangga dari barat disebut dengan Kori Mangu, sedangkan dari

timur disebut Kori Renteng.

5. Kori Brajanala (Lor/utara)

Kori Brajanala terletak di selatan Setinggil. Kori Brajanala dibangun

bersamaan dengan pembangunan tembok keliling Baluwerti atau Cepuri atau

benteng yang semula hanya dibangun menggunakan bambu. Kori Brajanala

berasal dari kata braja yang artinya senjata tajam dan nala berarti hati. Kori

Brajanala memiliki arti dan filsafah, siapa yang ingin memasuki keraton harus

memiliki ketajaman hati.

Kori Brajanala merupakan bangunan beratap limas yang memiliki dua

buah ruang yang digunakan para prajurit raja untuk berjaga dan terdapat sebuah

menara dengan lonceng sebagai penunjuk waktu (Maruti, 2003). Di dalam Kori

Brajanala terdapat dua buah bangsal, pada bagian luar disebut Bangsal Brajanala

dan pada bagian dalam disebut Bangsal Wisamarta. Wisa memiliki arti upas dan

Page 46: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

31

marta berarti penawar. Bangsal Wisamarta memiliki makna sebelum masuk ke

keraton maka hendaknya menghilangkan maksud-maksud yang tidak baik. Pada

saat ini Setelah melewati Kori Brajanala terdapat sebuah halaman luas dengan

perkerasan aspal menuju Kori Kamandungan. Terdapat dua pintu gerbang sebelah

timur dan barat halaman Kamadhungan, di sebelah barat bernama Lawang Gapit

Kulon dan di sebelah timur bernama Lawang Gapit Wetan.

6. Kori Kamandhungan

Kamandhungan berasal dari kata Mina dan Andhungan , yang berarti

cadangan (Nitinegoro, 2011). Di hadapan kori terdapat bangunan berkanopi yang

disebut Bale Rata. Bangunan ini digunakan untuk tempat parkir kendaraan tamu

keraton. Pada bagian luar maupun dalam Kori Kamandhungan terdapat bangsal

untuk tempat berjaga para abdi dalem keraton. Kori Kamandhungan dapat dilihat

pada Gambar 10.

Gambar 10. Kori Kamandhungan

Pada bagian dalam Kori Kamandhungan terdapat bangunan bernama

Smarakata. Bangunan beratap limas ini diperuntukkan sebagai tempat upacara

wisuda para sentana maupun acara karawitan. Pada bagian timur terdapat

Marchukuda. Terdapat dua buah cermin besar pada pintu masuk Kori

Kamandhungan. Keberadaan cermin adalah agar setiap orang yang ingin

memasuki Kori Kamandhunagan untuk berkaca dan mawas diri, baik secara

lahiriah maupun batiniah.

7. Kori Srimanganti Lor

Kori Srimanganti terletak tepat di selatan Kori Kamandhungan dengan

bentuk atap “Semar Tinandhu”. Kori Srimanganti merupakan tempat tamu

menunggu untuk bertemu dengan Raja. Srimanganti berasal dari kata Sri yang

berarti Raja dan Manganti yang berarti menunggu (Nitinegoro, 2011). Pada

Page 47: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

32

bagian timur Srimanganti terdapat menara yang dikenal dengan Panggung Sangga

Buwana, menara segi delapan dengan empat lantai. Pada puncak menara terdapat

gambar dua orang manusia sedang mengendarai ular. Panggung Sangga Buwana

merupakan bangunan tertinggi di Kota Surakarta.

8. Sasana Saweka

Sasana Saweka adalah sebuah pendapa besar berbentuk pangrawit dan

dilengkapi sebuah serambi. Sasana Saweka (Gambar 11) terdiri dari pilar-pilar

kokoh yang dihiasi oleh ukiran bernuansa emas, merah dan coklat. Sasana Saweka

merupakan tempat singgasana Raja untuk duduk di hadapan para abdi dalem

berpangkat tinggi. Pada bagian depan Sasana Saweka terdapat sebuah bangunan

berbentuk joglo dengan atap limasan jubang, yaitu tanpa serambi maupun

sakaguru dan memiliki pilar sejumlah delapan. Bangunan ini bernama Maligi.

Maligi digunakan sebagai tempat acara sunatan/khitanan putra raja (Maruti,

2003). Sasana Saweka dikelilingi oleh Paningrat, yaitu serambi yang

ketinggiannya lebih rendah. Paningrat dikelilingi oleh tanaman palem kuning

dalam pot cina dan juga dikelilingi oleh patung/prasasti bergaya Eropa.

Gambar 11. Sasana Saweka

9. Sasana Parasdya

Terletak dibelakang Sasana Saweka, Sasana Parasdya merupakan

bangunan Jawa berbentuk Joglo Kepuhan, yaitu joglo tanpa serambi. Di dalam

Sasana Parasdya terdapat singgasana yang menghadap ke barat. Tempat ini

merupakan tempat Sinuhun menyaksikan latihan tari Bedhaya atau Srimpi.

Dibelakang singgasana terdapat sebuah pintu kayu yang menghubungkan

Sasana Parasdya dengan Dalem Ageng Prabasuyasa (Maruti, 2003).

Page 48: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

33

10. Sasana Handrawina

Sasana Handrawina dibangun pada masa pemerintahan Sinuhun Kanjeng

Paku Buwana V. Sasana Handrawina merupakan bangunan dengan gaya modern

yang terbuat dari kayu dan kaca. Bangunan ini merupakan tempat raja menerima

tamu agung dan juga tempat untuk berpesta. Sasana Handrawina pernah

terbakar dan pada tahun 1997 dilakukan renovasi. Saat ini kondisi Sasana

Handrawina sangat terjaga dengan dikelilingi oleh tanaman palem kuning

didalam pot dan juga patung-patung bergaya eropa yang merupakan cendramata

dari berbagai negara. Sasana Handrawina dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Sasana Handrawina

11. Sasana Wilapa

Sasana Wilapa terdiri dari kata Sasana yang berarti tempat dan Wilapa

yang berarti surat. Sasana Wilapa terletak di sebelah barat Sasana Handrawina.

Sasana Pustaka merupakan tempat untuk menyimpan arsip-arsip Keraton beserta

tulisan-tulisan para pujangga maupun mengenai sejarah keraton. Sasana Pustaka

banyak dikunjungi oleh para pelajar maupun mahasiswa yang ingin mempelajari

mengenai Keraton Surakarta. Sasana Wilapa merupakan bagian dari organisasi

keraton yang bertugas untuk bagian surat resmi Keraton. Sasana Wilapa terletak

pada pelataran barat laut dari Kori Srimanganti.

12. Bangsal Pradangga, Bangsal Bujana dan Bangsal Ngajeng

Terdapat tiga buah bangunan pada timur pelataran kedathon, bangunan ini

membujur ke selatan dan berbentuk bangsal terbuka dengan atap limasan. Bangsal

Pradangga, Bangsal Bujana dan Bangsal Ngajeng membentang dari utara hingga

selatan. Bangsal ini digunakan untuk tempat bermain gamelan pada upacara

maupun penyambutan tamu agung keraton (Maruti, 2003).

Page 49: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

34

13. Kedathon

Terdapat bangunan-bangunan inti keraton yang terletak di sebelah barat

pelataran. Bangunan inti tidak dapat diakses oleh semua orang. Bangunan ini

diutamakan bagi keluarga raja dan orang-orang yang mendapat izin untuk

berkunjung. Bangunan inti keraton terdiri dari Dalem Ageng Prabasuyasa,

Keputren, Keraton Kulon, Masjid Bandengan, Masjid Pudyasana dan bangunan

tempat tinggal lainnya.

Dalem Ageng Prabasuyasa terletak di sebelah barat Sasana Saweka

dihubungkan oleh Pringgitan Parasdya. Dalem Ageng Prabasaya merupakan

bangunan yang sangat disakralkan oleh keraton, sehingga penjelasan mengenai

bangunan ini hanya didapatkan dari tulisan yang ada. Bangunan ini merupakan

tempat tinggal raja dan tempat berkumpul keluarga raja. Dalem Ageng Prabasaya

memiliki arsitektur bangunan Jawa yang disebut Joglo Limasan Sinom Mangkurat

(Maruti, 2003). Terdapat empat buah kamar pada Dalem Ageng Prabasaya yang

digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka milik Keraton Surakarta.

Seiring perjalanan waktu, kamar-kamar di Dalem Ageng Prabasaya sudah tidak

digunakan sebagai tempat tinggal sehingga berkembang sakralisasi pada seluruh

Dalem Ageng Prabasaya.

Keputren merupakan tempat tinggal wanita atau puteri keraton. Keputren

terletak di selatan dalem Ageng Prabasaya dan memanjang dari barat ke utara. Di

dalam Keputren terdapat sebuah taman yang disebut Taman Kadilengen (Maruti,

2003). Masjid Bandengan dan Masjid Pudyasana merupakan masjid yang berada

di pelataran keraton. Masjid Bandengan dibangun ditengah-tengah kolam persegi

dengan luas 800m2 (disajikan pada Gambar 13).

Gambar 13. Taman Bandengan

Sumber: google.com

Page 50: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

35

Keraton Kulon merupakan keraton baru yang dibangun oleh Sinuhun

Pakubuwana X setelah mendengar ramalan runtuhnya Keraton Surakarta setelah

berumur 200 tahun. Keraton Kulon dibangun di sebelah barat gunung. Gunung

yang dimaksud adalah timbunan tanah yang tinggi yang menyerupai gunung yang

ditanami oleh pepohonan sehingga menyerupai hutan. Keraton Kulon dibangun

dengan arsitektur bergaya kolonial dengan pintu gerbang menghadap ke barat.

Setelah masa pemerintahan PB X berakhir, bangunan ini tidak ditempati lagi.

14. Kori Srimanganti Kidul

Kori Srimanganti Kidul berada di selatan Sasana Handrawina, yaitu timur

Sasana Pustaka. Kori Srimanganti Kidul berpasangan dengan Kori Srimanganti

Lor. Kori Srimanganti Kidul berfungsi sebagai pintu masuk menuju keraton dari

bagian selatan, namun saat ini sudah jarang digunakan karena saat ini pintu masuk

keraton hanya lewat pintu utara.

15. Kori Kamandungan Kidul

Kori Kamandungan Kidul berpasangan dengan Kori Kamandungan Lor

dan memiliki fungsi yang sama sebagai pintu masuk menuju keraton, namun dari

arah selatan. Pada Kori Kamandungan Kidul tidak terdapat Bale Rata. Saat ini

Kori Kamandhungan Kidul telah menjadi bagian dari Sekolah Dasar Kasatriyan.

Dengan keberadaan sekolah ini maka tertutup akses menuju keraton dari arah

selatan.

16. Kori Brajanala Kidul

Kori Brajanala Kidul berpasangan dengan Kori Brajanala Lor. Kori

Brajanala Kidul menghubungkan daerah Baluwarti dengan darah luar Baluwarti.

Kori Brajanala Kidul dapat dilihat pada Gambar 14. Pada Kori Brajanala Kidul

tidak ditemukan adanya bangsal seperti di bagian utara.

Gambar 14. Kori Brajanala Kidul

Page 51: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

36

17. Setinggil Kidul

Setinggil Kidul memiliki bentuk bangunan yang sangat berbeda dengan

Setinggil Lor. Setinggil Kidul hanyalah bangunan Jawa dengan pendapa besar

dikelilingi oleh pagar besi yang menghadap Alun-alun Kidul tanpa adanya

pagelaran seperti Sasana Sumewa. Setinggil Kidul dikelilingi oleh Jalan Supit

Urang Kidul dan terdapat dua buah meriam yang menghiasi (Maruti, 2003). Saat

ini kondisi Setinggil Kidul sangat tidak terawat, rumput-rumput sekitar nya sudah

tinggi dan banyak sampah yang bertebaran. Pada Setinggil Kidul terdapat dua

buah gerbong kereta bekas yang dahulu digunakan oleh pihak keraton. Setinggil

Kidul dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Setinggil Kidul

18. Gapura Gading

Gapura Gading merupakan pintu keluar dari keraton bagian selatan.

Gapura Gading merupakan sebuah gapura berwarna kuning gading, sesuai

namanya, dan terdapat lambang Radya Laksana pada bagian atas gapura (Maruti,

2003). Gapura gading menghubungkan keraton dengan Jalan Veteran.

Bangunan tradisional Jawa merupakan bangunan yang menjadi dasar pada

bangunan-bangunan Keraton Surakarta. Tata ruang bangunan tradisional Jawa

Tengah terdiri dari lima bagian ruang yaitu Pendapa, Pringgitan, Griya Ageng,

Gandok dan Pawon. Keraton Surakarta menggunakan konsep bangunan yang

sama dengan tata ruang bangunan tradisional Jawa. Analogi bangunan di Keraton

Surakarta dengan bangunan rumah tradisional Jawa disajikan pada Gambar 16.

Pandapa merupakan bangunan yang terletak paling depan dengan saka/tiang

sebagai penopangnya, pandapa biasanya dilengkapi dengan atap berbentuk

limasan dan digunakan sebagai tempat berkumpul maupun tempat menerima

Page 52: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

37

tamu. Pringgitan adalah ruang penghubung antara Pendapa dengan Griya Ageng

yang merupakan pusat maupun inti dari kegiatan keluarga di rumah. Griya Ageng

terbagi menjadi dua, bagian depan memiliki luasan lebih besar dan digunakan

untuk ruang berkumpul keluarga, sedangkan bagian belakang terdiri dari tiga

ruangan, yaitu Krobongan, Senthong Tengen/kanan dan Senthong Kiwa/kiri

(Setiawan, 2000). Selanjutnya, Gendok yang berada di sisi kiri dan kanan Griya

Ageng yaitu ruang yang digunakan sebagai kamar anggota keluarga dan Pawon

ruang yang letaknya paling belakang yang merupakan sebuah dapur.

Gambar 16. Analogi Tata Letak Bangunan Keraton dan Rumah adat

Sumber : Setiawan (2000)

Terdapat lima bentuk atap pada bangunan pokok rumah adat Jawa, yaitu

Panggungpe, Kampung, Tajug , Limasan dan Joglo. Hal ini diterapkan pada

bentuk bangunan di Keraton Surakarta, raja tidak diperbolehkan mendirikan

bangunan tempat tinggal dengan atap limasan atau joglo atau kampung, melainkan

dengan sinom mangkurat untuk Sasana Prabasuyasa. Bangunan limasan maupun

joglo digunakan untuk bangunan pelengkap saja (Setiawan, 2000). Masing-

Page 53: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

38

masing bangunan memiliki latar belakang sosial yang disesuaikan dengan status

sosial pemilik rumah. Ronald (2005) menjelaskan bahwa bentuk bangunan rumah

memiliki status sosial tersendiri, seperti rumah tipe Joglo merupakan rumah

dengan pemilik berstatus sebagai bangsawan, rumah tipe Limasan dimiliki oleh

masyarakat menengah dan bentuk kampung dimiliki oleh masyarakat kebanyakan.

Masyarakat Jawa telah lama menggunakan kayu sebagai bahan baku dasar dalam

pembuatan rumah.

Arsitektur Jawa di Indonesia sebagian besar diterapkan pada bangunan

rumah tinggal dan sebagian lain adalah pada bangunan peribadatan, monumen

atau makam leluhur, pasar atau sejenis bangunan yang lekat sekali dengan

kebutuhan sehari-hari suku bangsa Jawa. Bagi masyarakat Jawa, rumah atau

tempat tinggal bukanlah sekedar tempat untuk berlindung dari segi fisik saja,

namun juga merupakan suatu tempat yang dapat mengakomodasi kegiatan

spiritual maupun ritual sesuai kepercayaan mereka. Masyarakat Jawa terkenal

memiliki kepercayaan tersendiri dalam melakukan kegiatan, begitu juga dalam

membangun sebuah rumah. Maka untuk mendirikan sebuah rumah, dilakukan

perhitungan dimana akan diletakkan pintu, jendela dan sebagainya, tidak

dilupakan diadakannya sesajen agar pembangunan rumah berjalan lancar.

Bangunan tempat tinggal dengan konsep bangunan rumah adat Jawa/

tradisional Jawa hanya dimiliki oleh beberapa kalangan saja. Seiring dengan

perkembangan zaman dan adanya proses globalisasi, maka banyak masyarakat

yang tidak menggunakan konsep bangunan seperti ini lagi. Hal ini dikarenakan

faktor ekonomi dan juga lahan yang tersedia sudah sangat terbatas, karena

bangunan dengan konsep rumah adat memerlukan lahan yang cukup luas.

4.1.3.3. Karakteristik Ruang Terbuka Hijau Keraton Surakarta

Ruang terbuka hijau di Keraton Surakarta dihiasi oleh tanaman-tanaman

indah yang selain memiliki fungsi ekologis juga memiliki nilai simbolik. Ruang

terbuka hijau di Keraton Surakarta terdiri dari Alun-alun lor (utara), Alun-alun

Kidul (selatan) dan juga halaman maupun pelataran yang berada di Keraton

Surakarta beserta elemen-elemen penyusun ruang terbuka hijau tersebut.

Page 54: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

39

1. Alun-alun Lor

Alun-alun Lor merupakan sebuah lahan terbuka dengan hamparan pasir.

Saat ini Alun-alun Lor maupun Alun-alun Kidul Keraton Surakarta sudah

dipenuhi oleh rumput hijau. Pada zaman dahulu, alun-alun merupakan suatu

tempat yang sangat lapang dengan permukaan dihampari oleh pasir. Konon pasir

yang menutupi lahan alun-alun merupakan pasir yang berasal dari Pantai Selatan

Jawa. Pada siang hari, pasir akan menyerap panas, sehingga akan terpantulkan

udara yang panas. Namun, pada malam hari pasir akan membawa udara yang

sangat menyejukkan. Keadaaan siang dan malam tersebut melambangkan bahwa

di dunia terdapat keadaan yang saling berlawanan yaitu ada hal baik dan juga hal

buruk (Nitinagoro, 2011).

Nitinagoro (2011) menyatakan bahwa pada Alun-alun Lor terdapat

beberapa pasang pohon beringin kembar. Pohon beringin yang memiliki tajuk

yang besar dan rindang memiliki perlambangan sebagai pengayoman,

kewibawaan dan kehidupan. Setiap pohon beringin yang ditanam memiliki

julukan tersendiri, seperti pohon beringin yang berada pada pelataran Gapura

Gladag yang bernama Wok yang artinya wanita dan Jenggot yang artinya pria.

Kedua beringin tersebut merupakan simbol peringatan bahwa asal kehidupan

diciptakan Allah melalui pria dan wanita (ayah dan ibu). Sehingga, kedua pohon

beringin ini merupakan lambang kesuburan. Dua pohon beringin kembar yang

berada dibatas ruang Alun-alun Lor bagian selatan, yaitu pohon beringin Gung

yang berarti tinggi ditanam di sebelah timur alun-alun dan pohon beringin Binatur

yang berarti pendek ditanam di sebelah barat alun-alun. Kedua beringin ini

memiliki arti bahwa Keraton Surakarta adalah duwur tan ngungkul-ngungkuli,

andap tan keno kinungkulan (tinggi yang tidak berlebihan dan rendah namun tidak

boleh ada yang merendahkan).

Terdapat dua buah beringin kembar yang terletak di tengah alun-alun.

Beringin tersebut dibawa dari Keraton Kartasura. Kedua pohon beringin dipagari

dengan pagar besi sehingga disebut sebagai beringin kurung. Beringin kurung

memiliki filosofi tersendiri yaitu kesempurnaan hidup yang harus dicapai oleh

manusia dan bahwa dalam kehidupan ini manusia selalu memilik batasan maupun

kekurangan dan tidak dapat bertingkah-laku semaunya, hal ini dilambangkan

Page 55: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

40

dengan pagar besi yang mengurungi kedua beringin tersebut. Pohon beringin

kurung dapat dilihat pada Gambar 17. Pohon beringin ini diberi nama beringin

Dewandaru atau Tejadaru ditanam disebelah kanan dan beringin Jayadaru

ditanam di sebelah timur Alun-alun Lor.

Gambar 17. Pohon Beringin Kurung

Saat ini pohon beringin dari pelataran Gapura Gladag hingga alun-alun

masih berdiri tegak dan menjadi ciri khas tersendiri dari Keraton Surakarta. Alun-

alun Lor mengalami sedikit perubahan dengan kondisi terdahulu. Saat ini terdapat

sebuah jalur pedestrian yang ditanami oleh tanaman palem raja. Pada saat ini

kondisi Alun-alun lor Keraton Surakarta cukup memprihatinkan. Alun-alun lor

digunakan menjadi lahan parkir bagi kendaraan wisatawan yang mengunjungi

keraton sehingga banyak rumput yang rusak dan terdapat beberapa infrastruktur

pada alun-alun yang sudah tidak berfungsi kembali, seperti lampu taman maupun

perkerasan yang mulai rusak.

2. Pelataran Setinggil Lor

Pelataran Setinggil Lor/utara yang terletak mengelilingi Setinggil Lor

merupakan hamparan pasir yang ditumbuhi oleh berbagai pepohonan. Pelataran

Setinggil Lor digunakan oleh raja sebagai tempat duduk untuk melihat tugu yang

berada di hadapan Balaikota Surakarta. Pelataran Setinggil Lor menggunakan

konsep kiblat papat kalima pancer, yang menempatkan Bangsal Saweyana

sebagai pancer dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang menghadap kearah

pancer.

Pada kiri dan kanan Setinggil Lor ditanami oleh Pohon Soka (Parinarium

glabberinum). Aroma dari bunga soka sering digunakan oleh para ksatria untuk

menakuti binatang buas seperti harimau. Selain pohon soka, di Setinggil Lor juga

Page 56: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

41

banyak terdapat pohon kepel (Stelechocarpus burahol) yang melambangkan

kesatuan (Setiawan,2000). Buah pohon kepel sering digunakan sebagai

penghilang bau badan. Pada Setinggil Lor juga banyak ditemukan pohon tanjung

(Mimusops elengi). Pohon tanjung dipercaya menjadi tempat yang disukai oleh

makhluk halus. Suasana di Setinggil Lor dapat dilihat pada Gambar 18.

(a) Deretan Pohon Kepel (b) Hamparan rumput

Gambar 18. Suasana di Setinggil Lor

3. Pelataran Kedathon

Pelataran kedathon merupakan sebuah halaman kecil dengan hamparan

pasir yang dapat ditemui pada saat melewati Kori Srimanganti dari arah utara.

Hamparan pasir ini ditumbuhi oleh tanaman sawo kecik, dapat dilihat pada

Gambar 19. Pohon sawo kecik ditanam oleh Susuhan Paku Buwana IX. Terdapat

sebanyak 77 buah pohon sawo kecik, hal ini dikarenakan pada saat penanaman

Paku Buwana IX sedang berumur 77 tahun 1893 M.

Gambar 19. Pohon Sawo kecik

Orang Jawa menganggap bahwa apabila menanam sawo kecik maka

dapat memberikan kebaikan. Pohon sawo kecik pada Sasana Saweka diharapkan

dapat menghilangkan niat buruk sebelum memasuki wilayah kedathon. Pohon

Page 57: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

42

sawo kecik dipercaya menjadi pengharum alami dan buah sawo kecik sangat

digemari oleh para putri keraton karena memiliki khasiat untuk mengharumkan

tubuh dan konon daunnya dapat digunakan sebagai penurun penyakit kolesterol.

Pohon sawo kecil hingga saat ini masih terjaga keberadaannya dan sangat terawat.

4. Alun-alun Kidul

Alun-alun Kidul berada tepat dihadapan Setinggil Kidul. Alun-alun Kidul

hanya memiliki setengah luasan dari Alun-alun lor. Alun-alun kidul merupakan

hamparan rumput hijau dengan sepasang pohon beringin yang berada tepat

ditengah Alun-alun Kidul. Sama seperti Alun-alun Lor, halaman Alun-alun Kidul

dahulu merupakan hamparan pasir yang berasal dari pantai selatan. Pada Alun-

alun Kidul terdapat pula jalur pedestrian yang membelah sisi timur dan barat alun-

alun. Saat ini Alun-alun Kidul kerap digunakan untuk area berwisata oleh warga

Surakarta. Pada malam hari alun-alun sangat ramai oleh para pengunjung karena

banyak terdapat penjual-penjual makanan di lingkungan Alun-alun Kidul ini,

sehingga banyak sampah dan kotor.

4.1.3.4. Ornamen dan ragam hias Keraton Surakarta

Ornamen atau ragam hias adalah seni dekoratif yang digunakan untuk

memperindah suatu bangunan. Ornamen dapat berupa ukiran maupun pahatan dari

batu, kayu bahkan logam mulia. Sebuah bangunan memiliki ragam hias yang

berbeda dan disesuaikan dengan bentuk maupun arsitektur pada bangunan

tersebut. Pada Keraton Surakarta terdapat banyak bentuk ragam hias.

Ragam hias pada keraton merupakan bentukan dua dimensi maupun tiga

dimensi yang terinsprasi dari bentuk menyerupai flora dan fauna. Ragam hias

pada keraton banyak dipengaruhi oleh ragam hias bercorak Hindu, Budha, Islam

maupun Eropa. Ragam hias corak flora dan fauna ini dapat terlihat pada pilar-pilar

bangunan maupun atap bangunan sebagai penambah nilai estetika dari bangunan

Keraton Surakarta. Ragam hias pada keraton merupakan ukiran dan pahatan indah

menggunakan material alami yaitu kayu. Kayu merupakan material yang banyak

digunakan karena pada saat itu kayu merupakan material yang mudah didapatkan.

Ragam hias pada keraton terbagi menjadi empat jenis yaitu, ragam hias tumbuhan,

ragam hias ular naga, ragam hias burung dan Radya Laksana.

Page 58: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

43

1. Ragam hias tumbuhan

Ragam hias tumbuhan merupakan ragam hias yang paling mendominasi di

lingkungan Keraton Surakarta. Ragam hias tumbuhan juga mengalami stilasi,

bagian yang diambil adalah buah, daun, maupun bunga saja. Ragam hias bunga

teratai banyak digunakan dan digambarkan dengan sangat indah. Menurut

Sunarman (2010), bunga teratai dianggap sebagai “bunga dari surga” atau nirwana

dan keraton dianggap sebagai surga. Ragam hias dari stilasi daun menghiasi pilar-

pilar dinding pada bangunan keraton. Pada pilar terdapat ornamen daun yang

merambat keatas dikenal dengan istilah sulur-suluran (Gambar 20).

Gambar 20. Sulur-suluran

Masyarakat Jawa mengenal falsafah hidup “kiblat papat lima pancer”

yang berarti empat penjuru dan berpusat di tengah yaitu pancer. Bahwa sesuatu

yang terarah pada Maha Kuasa harus menjadi satu “pancer” menyatunya segala

sesuatu pada diri kita untuk menuju pada Tuhan. Hal ini diterapkan pada ragam

hias bunga yang berpusat ditengah. Selain bunga ada juga ragam hias wajikan.

Ragam hias ini merupakan ragam hias yang berbentuk stilasi daun dan memusat

menuju pancer. Bentuk ragam hias wajikan adalah geometris dan menyerupai

belah ketupat sehingga dinamakan wajikan.

2. Ragam hias ular naga

Ragam hias ular naga merupakan perlambangan ragam hias yang

terispirasi dari hewan naga yang memiliki bentuk panjang dan pada bagian kepala

naga merupakan bagian yang banyak digunakan. Ragam hias ular naga digunakan

sebagai penghias keraton dan untuk menghiasi singgasana Sinuhun Paku Buwana

yang berada di Setinggil Lor dan disajikan pada Gambar 21.

Page 59: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

44

(a) Ukiran Naga (b) Ukiran Naga di Bangsal Witono

Gambar 21. Ragam Hias Naga

Sumber : Aditya Darmasurya, 2011

3. Ragam hias burung

Ragam hias burung menghiasi keraton dalam bentuk ukiran-ukiran pada

ornamen pintu maupun hiasan lainnya. Ragam hias burung umumnya sudah

mengalami stilasi, yang diambil adalah bagian sayap, ekor maupun kepala saja.

Ragam hias burung dapat dilihat pada Gambar 22. Ragam hias burung khususnya

burung garuda telah menjadi bagian ragam kebudayaan Hindu di tanah Jawa

selama berabad-abad (Sunarman, 2010). Penggunaan ragam hias burung memiliki

filosofi bahwa burung merupakan hewan yang hidup berdampingan dan

berkelompok, hal ini memberi arti bahwa manusia sebaiknya hidup saling rukun

dan berdampingan (GPH Puger, 2012).

Gambar 22. Ukiran burung

4. Radya Laksana

Pada masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwono X dilakukan perubahan

besar pada bangunan maupun ornamen Keraton Surakarta. Susuhan Paku Buwono

menciptakan suatu logo lambang kebesaran Keraton Surakarta yang disebut

dengan “Radya Laksana”. Radya memiliki arti Negara atau Rasta, sedangkan

Laksana memiliki arti perjalanan yang tulus arti dan lahir. Lambang tersebut

memiliki arti sebagai tuntunan hidup dengan tatanan Jiwa Budaya Jawi

(Nitinagoro, 2011). Lambang Radya Laksana dapat dilihat pada Gambar 23.

Page 60: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

45

Lambang Radya Laksana merupakan lambang kebesaran Keraton Surakarta,

sehingga hanya kalangan kerabat keraton yang dapat menggunakan lambang ini,

sehingga Radya Laksana digunakan sebagai simbol identitas dan simbol estetik.

(a) Lambang (b) Ornamen/ukiran

Gambar 23 Radya Laksana

Sumber : Google.com

Lambang Radya Laksana banyak menghiasi bangunan-bangunan Keraton

Surakarta. Radya Laksana merupakan tuntunan hidup ajaran tentang kenegaraan

dan kehidupan (Setiawan, 2000). Radya Laksana terdiri dari sepuluh unsur yaitu,

mahkota, warna merah dan kuning, warna biru muda, matahari, bulan, binatang,

bumi, kapas, pita berwarna putih merah dan langit (Setiawan, 2000). Hal ini erat

hubungannya dengan hastabrata. Mahkota merupakan perlambangan dari seorang

raja dan sebagai simbol kebudayaan Jawa. Matahari, bulan dan bintang

merupakan lambang kehidupan. Warna merah dan kuning merupakan simbol

kesepuhan. Bumi yang dipaku merupakan bumi yang kokoh. Kapas dan padi

adalah lambang sandang dan pangan. Pita berwarna putih adalah lambang ayah

dan pita merah adalah lambang ibu. Langit maupun angkasa yang berwarna putih

dan biru dianggap dapat menolak hal-hal negatif.

Warna merupakan elemen penting yang menghiasi Keraton Surakarta.

Keraton Surakarta merupakan bangunan bersejarah yang didominasi dengan

warna biru dan putih. Pada masa pemerintahan Sinuhun Paku Buwana X (1892-

1939) terjadi perombakan besar pada Keraton Surakarta. Perombakan ini merubah

warna bangunan dengan biru dan putih. Warna biru dan putih diambil dari warna

langit, warna biru langit dianggap dapat menolak kenistaan dan juga

melambangkan sifat yang berwawasan luas dan pemaaf.

Page 61: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

46

4.2 Kota Surakarta

4.2.1 Kondisi Umum Kota Surakarta

Kota Surakarta merupakan kota terbesar kedua di provinsi Jawa Tengah.

Kota Surakarta sebagai Pusat Kegiatan Nasional termasuk kedalam Kawasan

Subosukawonosraten (Kota Surakarta, Kab. Boyolali, Kab. Sukoharjo, Kab.

Karanganyar, Kab. Wonogiri, Kab. Sragen dan Kab. Klaten). Dalam area

kerjasama tujuh kabupaten/kota ini, Kota Surakarta menjadi penghubung bagi

daerah hinterland-nya. Kota Surakarta sering disebut sebagai pusat pertumbuhan

wilayah Jawa Tengah bagian selatan, dengan potensi ekonomi sangat tinggi,

khususnya di bidang industri, perdagangan, pariwisata dan jasa lainnya (Bappeda,

2012). Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110˚45’15” dan 110˚45’35”

BT dan 7˚36’00” dan 7˚56’00” LS. Kota Surakarta dikelilingi oleh tujuh

kabupaten pendukung dan memiliki batas wilayah sebagai berikut :

Utara : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar

Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo

Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sukoharjo

Selatan : Kabupaten Sukoharjo

Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” memiliki

luas 4.404,06 Ha dan terbagi menjadi lima wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan

Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres dan

Kecamatan Banjarsari. Keraton Surakarta Hadiningrat terletak pada Kelurahan

Baluwerti, Kecamatan Pasar Kliwon yang berada pada bagian selatan Kota

Surakarta. Seperti umumnya kota-kota di Indonesia, Kota Surakarta memiliki

iklim tropis dengan suhu rata-rata 24,8°C sampai 18,1˚C dengan kelembaban

udara berkisar antara 66-84% dan tekanan udara sebesar ±1.010 atmosfir. Kota

Surakarta terletak pada ketingian antara 80-130 meter di atas permukaan laut

(mdpl). Kemiringan lahan adalah 0% hingga 15% dan tergolong landai. Solo

merupakan sebuah kota yang dilewati oleh empat sungai utama, yaitu Bengawan

Solo, Kali Pepe, Kali Anyar dan Kali Jenes.

Keempat sungai ini sudah ada dari zaman kolonial dahulu dan memiliki

kontribusi besar bagi kota. Masing-masing sungai terletak pada posisi yang

berbeda dan memberi manfaat pada daerah sekitarnya sebagai sumber air maupun

Page 62: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

47

saluran air alami. Kota Surakarta terletak di antara dua gunung berapi yaitu

Gunung Lawu (Kabupaten Karanganyar) di sebelah timur dan Gunung Merapi

serta Merbabu sebelah barat. Dengan posisi demikian maka Kota Surakarta

termasuk sebagai wilayah cekungan air. Terdapat beberapa badan air di Kota

Surakarta yang semua bermuara di Sungai Bengawan Solo. Peningkatan berbagai

aspek ekonomi menuntut peningkatan di bidang tranportasi, khususnya

penigkatan jalan. Panjang jalan di wilayah Kota Surakarta pada tahun 2009

mencapai 675,86 kilometer (Surakarta dalam Angka, 2009).

4.2.2 Tata Guna Lahan Kota Surakarta

Kota Surakarta didominasi oleh lahan-lahan terbangun yang semakin

padat. Sulit ditemukan lahan terbuka hijau di dalam kota. Dengan pertambahan

penduduk sebesar 0,37% per tahun membuat semakin banyak lahan yang

digunakan sebagai permukiman (BPS, 2011). Dominasi lahan terbangun di Kota

Surakarta seluas 3.704,45 Ha atau 84,11% dari luas total wilayah Kota Surakarta

(4.404,06 Ha). Padatnya lahan terbangun membuat bangunan-bangunan fisik yang

berada di kota tidak memiliki tata letak dan pola yang teratur. Permukiman yang

padat tidak memberi ruang lebih untuk adanya halaman maupun pola permukiman

yang jelas. Lahan tidak terbangun seluas 699,61 Ha (15,89 %).

Permukiman dengan kepadatan tinggi dengan 150 jiwa/Ha tersebar pada

bagian selatan kota yang meliput Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan,

Kecamatan Laweyan meliputi Kelurahan Panularan, Purwosari, Bumi, Pajang dan

Kelurahan Sondakan. Permukiman kepadatan tinggi juga meliputi Kecamatan

Jebres yang terdiri dari Kelurahan Sewu, Gandekan, Jagalan, Tegalharjo,

Sudiroprajan dan Kepatihan Wetan. Pada Kecamatan Banjarsari meliputi

Kelurahan Kestalan, Ketelan, Tegalharjo dan Gilingan. Permukiman dengan

kepadatan sedang yaitu 75-150 jiwa/Ha tersebar pada bagian utara kota meliputi

Kelurahan Pucang Sawit, Purwodiningratan, Jebres, Mojosongo, Kepatihan

Kulon, Lawiyan, Penumping, Sriwedari, Kerten, Jajar, Keprabon, Timuran,

Stabelan, Mangkubumen, Punggawan, Manahan, Sumber dan Banyuanyar.

Permukiman dengan kepadatan rendah <75 jiwa/Ha meliputi Kelurahan

Karangasem dan Kelurahan Kadipiro.

Page 63: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

48

Lanskap perkantoran dan perdagangan tersebar pada wilayah selatan kota.

Lanskap perkantoran dan perdagangan berkembang searah dengan infrastruktur

jalan. Perkantoran dan perdagangan terpusat pada Jalan Slamet Riyadi dan

berkembang disekitar keraton dan mangkunegaran. Lanskap fasilitas umum

seperti sekolah tersebar cukup merata di Surakarta. Penggunaan lahan di Surakarta

disajikan pada Tabel 5 dan peta tata guna lahan disajikan pada Gambar 24.

Tabel 5. Penggunaan Lahan di Surakarta.

Jenis Penggunaan Lahan

Kecamatan Total

(Ha) Laweyan Serengan

P.

Kliwon Jebres Banjarsari

Lahan

Terbangun

Perkantoran 45.3 2.7 17.86 38.35 5.47 109.68

Permukiman 724.26 290.37 271.49 1017 650.02 2953.37

Perdagangan/Jasa 70.19 33.19 34.43 105.4 32.71 275.94

Fasilitas

Pendidikan 65.26 13.64 10.79 130.3 26.68 246.68

Fasilitas

Peribadatan 4.69 1.8 4.13 5.35 4.53 20.5

Industri 40.5 3.62 3.04 27.39 19.15 93.7

Instalasi Pengolahan Limbah - - - 1.01 - 1.01

Gedung Olahraga 1.35 0.46 - 1.74 - 3.55

Lahan

Tidak

Terbangun

TPA - - - 20.82 0.72 21.54

Lapangan

Olahraga 14.86 2.07 10.35 9.16 2.83 39.27

Kebun Binatang - - - 15.67 - 15.67

Kolam/

6.91 0.92 - 8.37 1.76 17.96 Danau

Kuburan 15.1 2.79 1.52 44.05 26.05 89.51

Taman Kota 0.25 - - 7.9 0.49 8.64

Tanah Kosong 31.8 4.23 9.22 38.83 13.45 97.53

Tegalan 31.8 4.23 9.22 38.83 13.45 97.53

Sawah 50.08 - - 8.85 95.44 154.37

Sungai/

23 14.36 8.09 76.76 35.4 157.61 Tanggul

Jumlah 1125.35 374.37 380.15 1596 928.14 4404.06

Sumber : RTRW Kota Surakarta 2011-2031

Page 64: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

49

Page 65: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

50

4.2.3 Peraturan dan Kebijakan Pemerintah

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031,

pemerintah Kota Surakarta memiliki kebijakan untuk melakukan revitalisasi

kawasan cagar budaya sebagai pusat kegiatan pariwisata, sejarah, budaya dan

ilmu pengetahuan. Kota Surakarta merupakan sebuah kota budaya yang memiliki

banyak peninggalan sejarah, bahkan sebagian besar pembentuk kota merupakan

bangunan-bangunan yang sudah ada semenjak zaman Keraton Surakarta dan

keberadaan Bangsa Belanda. Kebijakan dalam pelestarian terhadap bangunan-

bangunan bersejarah ditetapkan dalam Surat Keputusan Walikota Surakarta No.

No 646/116/1/1997. Surat Keputusan tersebut menetapkan sebanyak 73 benda

cagar budaya di Kota Surakarta meliputi Keraton Surakarta, Benteng Vastenburg,

sekolah, perkantoran, tempat peribadatan, gapura, monumen, jembatan, rumah

tinggal, ruang terbuka hijau (taman), pasar dan juga stasiun. Peta cagar budaya di

Kota Surakarta disajikan pada Gambar 26.

Keraton Surakarta sebagai benda cagar budaya menjadi daya tarik wisata

yang dilindungi oleh UU RI No.11 Tahun 2010. Dalam upaya pelestarian budaya

Jawa, dilakukan penetapan kebijakan oleh pemerintah Kota Surakarta dengan

penetapan Surat Keputusan Walikota yang mewajibkan kantor-kantor

pemerintahan maupun swasta untuk menggunakan aksara Jawa dalam penulisan

papan nama lembaga tersebut. Kebijakan ini dilakukan sejak tanggal 17 Februari

2008. Sehingga, pada setiap bangunan perkantoran terdapat tulisan aksara Jawa,

hal ini juga di adopsi oleh pertokoan besar di Surakarta (Gambar 25).

(a) Balaikota Surakarta (b)Pusat perbelanjaan di Surakarta

Gambar 25. Penulisan aksara Jawa

Page 66: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

51

Page 67: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

52

4.2.4 Sejarah Perkembangan Lanskap Kota Surakarta

Kota Surakarta atau dikenal dengan nama Kota Solo, memiliki sejarah

yang panjang sebelum menjadi kota yang berpengaruh di Jawa Tengah. Kota

Surakarta banyak mengalami perubahan pada bentukan lanskap dan kehidupan

sosial masyarakat didalamnya. Terbentuknya Kota Surakarta tidak lepas dari

keberadaan Keraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1745. Keberadaan Keraton

dengan tata cara dan konsep tersendiri memberi dampak pada lanskap kota yang

menjadi ciri khas dari Kota Surakarta.

Sebelum adanya Keraton Surakarta, Kota Surakarta adalah sebuah desa

yang terletak di persimpangan antara dua buah sungai, yaitu Bengawan Solo dan

Sungai Pepe, desa ini bernama Desa Sala. Desa Sala merupakan dataran rendah

dengan banyak rawa, sehingga pada musim penghujan sering terjadi banjir. Desa

Sala memiliki batas pada sebelah utara dengan Sungai Pepe, sebelah timur

Bengawan Beton, sebelah selatan dengan Sungai Wingka dan sebelah barat

berbatasan dengan liku-liku sungai mulai dari Sungai Pepe turun ke selatan

dengan Sungai Wingka (Sajid, 1984). Kondisi masyarakat desa saat itu

didominasi oleh suku Jawa yang kental dengan nuansa tradisional dan kejawen.

Hal ini membentuk lanskap Desa Sala menjadi suatu kesatuan dengan elemen

pembentuk antara lain sungai, sawah, hutan dan bangunan pemukiman yang

tradisional.

Pemerintahan Keraton Surakarta masih berada di bawah kedaulatan

pemerintah Hindia Belanda, yang dikenal dengan nama VOC sebelum tahun

1800. Dengan kedudukan seperti ini maka rakyat yang berada di luar wilayah

kerajaan diperintah langsung oleh pemerintahan VOC. Pada tahun 1745 Keraton

Surakarta memulai masa pemerintahan di Kota Surakarta. Keberadaan keraton

membuat pusat aktivitas masyarakat menjadi terpusat di wilayah Keraton

Surakarta. Keraton Surakarta merupakan sebuah kerajaaan Islam yang merupakan

rintisan dari Kerajaan Majapahit yang dahulunya menganut kepercayaan Hindu

yang hingga saat ini banyak mewariskan ilmu-ilmu yang diterapkan pada

kehidupan sehari-hari maupun dalam arsitektur dan tata ruang wilayahnya. Hal ini

membuat keraton memiliki ciri khas dalam membentuk wilayahnya.

Page 68: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

53

Keberadaan VOC semenjak tahun 1602 hingga 1800 memberi banyak

pengaruh dan membuat perubahan pada lanskap maupun tata guna lahan di Kota

Surakarta. Pemerintahan VOC di Kota Solo semakin mendominasi, hal ini

mengakibatkan terciptanya Perjanjian Giyanti dan Perjanjian Salatiga pada tahun

1755. Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 membuat Keraton Surakarta

Hadiningrat membagi daerah kekuasannya dan dipimpin oleh Pangeran

Mangkubumi dan mendirikan Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat. Pada tahun

1757 pihak VOC membagi kembali wilayah Kasunanan Surakarta dengan Raden

Mas Said yang kemudian bergelar Kanjeng Adipati Arya Mangkunegara I dan

mendirikan Pura Mangkunegaran. Sejak keberadaan Pura Mangkunegaran, Kota

Surakarta seperti memiliki dualisme kepemimpinan, sehingga pusat kegiatan

terpusat pada Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran (Zaida, 2004). Kedua

wilayah ini berkembang dengan memiliki ciri yang berbeda dari setiap kerajaan

yang berkuasa.

Sejak pemerintahan Hindia-Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Jendral

Deandles maka pada tahun 1810 dibangun sebuah jalan yang memanjang dari

barat menuju timur di Kota Surakarta, jalan ini dibangun di atas Sungai

Bathangan. Jalan yang dikenal dengan nama Jalan Slamet Riyadi ini secara tidak

langsung menjadi pemisah antara daerah kekuasaan Keraton Surakarta di selatan

jalan dan wilayah kekuasan Pura Mangkunegaran di sebelah utara. Peta Kota

Surakarta pada awal tahun 1800 disajikan pada Gambar 29. Pada tahun 1864 jalur

transportasi kereta api juga mulai merambah Kota Solo yang menghubungkan

Semarang dan Surakarta (Iqbal, 2010).

Lebih lanjut Zaida (2004) menyatakan bahwa pada bagian utara Jalan

Slamet Riyadi dikenal dengan Kampung Lor, yang menjadi kekuasaan

mangkunegaran. Sebagian besar pihak Hindia-Belanda bermukim di Kampung

Lor ini. Kampung Lor berkembang menjadi lebih modern dengan banyak

mendapat pengaruh dari luar. Pada bagian selatan Jalan Slamet Riyadi, dikenal

dengan nama Kampung Kidulan yang merupakan daerah kekuasaan Keraton

Surakarta. Kampung Kidulan memiliki tipe perkembangan yang konservatif,

klasik dan tidak menerima akan pengaruh luar. Kampung Kidulan dianggap

sebagai wilayah yang sakral karena pengaruh kuat dari Keraton Surakarta.

Page 69: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

54

Pemerintahan Hindia Belanda di Kota Solo memberikan pengaruh yang

besar terhadap lanskap kota maupun kehidupan sosial masyarakat. Invasi

kekuasaan barat di bawah pemerintahan Hindia-Belanda mengatur penataan kota

menyerupai kota modern Eropa. Simbol-simbol masyarakat yang kapitalis

diciptakan seperti adanya bangunan perkantoran, loji, balai kota, bank, benteng,

gereja, jalur kereta api, stasiun maupun bangunan lain yang sebelumnya tidak

dikenal (Gunawan, 2010).

Kota Solo yang secara geografis terletak di lembah dan tempuran sungai,

sering sekali terjadi banjir. Maka pada awal tahun 1900 pihak Belanda, bersama-

sama Kasunanan dan Mangkunegaran melakukan proyek besar penganggulangan

bahaya banjir, baik berupa pembuatan kanal, pembuatan sungai baru atau

pembuatan tanggul. Pada bagian utara kota, Kali Pepe dipotong oleh sungai baru,

yang kemudian disebut sebagai Kali Anyar, sehingga air bah tidak memasuki kota

melainkan dialirkan melalui luar kota, dan mengikuti Kali Anyar yang bermuara

di Bengawan Solo. Pada bagian selatan kota, Kali Laweyan juga dipotong oleh

sungai baru dan ditambahi dengan tanggul yang menuju Bengawan Solo, yang

kemudian disebut sebagai Kali Tanggul, yang berfungsi menahan air bah dari Kali

Laweyan. Sedangkan pada sisi timur kota, dibangun tanggul yang mendampingi

Bengawan Solo, sehingga luapan air sungai ketika banjir tidak masuk kota

(Qomarun 2007).

Pada awal abad 19 untuk pertama kalinya pemerintah Belanda berhasil

melakukan politik ruang yang dikenal dengan istilah Wijkenstelsel, yaitu

pembagian wilayah berdasarkan etnik tertentu yang diharuskan tinggal di

perkampungan-perkampungan tertentu agar mudah diawasi dan tidak

membahayakan kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Wilayah Chineesewijk

untuk Bangsa Cina ditempatkan di utara Sungai Pepe dan disekitar Pasar Gedhe,

wilayah Arabiswijk yaitu membentang dari timur Gladag hingga Pasar Kliwon

untuk Bangsa Arab, wilayah Europeeschewijk untuk Bangsa Belanda terdapat di

Loji Wetan, Jebres serta Banjarsari, dan selebihnya merupakan permukiman

masyarakat pribumi. Sehingga tercipta budaya campuran yang unik di Solo.

Morfologi perubahan pada Kota Surakarta sejak tahun 1500 hingga tahun 2000

disajikan pada Gambar 27.

Page 70: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

55

Keterangan : (1) Kampung Nusupan, (2) Bandar Kabanaran, (3) Kampung Arab,

(4) Kampung China, (5) Kampung Betan, (6) Benteng Vastenberg, (7) Keraton

Surakarta, (8) Kampung Eropa, (9) Pura Mangkunegaran, (10) Taman Sriwedari

Gambar 27. Morfologi Kota Surakarta Tahun 1500-2000

(Sumber : Qomarun et.al, 2007)

Page 71: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

56

Pada awal tahun 1900, Surakarta memiliki enam buah gapura utama

sebagai pintu masuk kota dengan bentuk dan ciri yang sama. Gapura merupakan

gerbang yang menghubungkan antara wilayah hinterland dan mancanegara

dengan negaragung yang merupakan pusat kota (Heins, 2004). Gapura didirikan

pada tahun 1847 yang menghubungkan antara kota (negaragung) dengan

kabupaten-kabupaten sekitarnya. Keraton Surakarta sebagai tempat tinggal

keluarga raja dilengkapi oleh Gapura Gladag di utara dan Gapura Gading di

selatan sebagai pintu masuk. Gapura lainnya yaitu Gapura Jurug, Gapura Kleco,

Gapura Kandhang sapi dan Gapura Mojo (Heins, 2004).

Gapura pertama adalah Gapura Jurug yang merupakan penghubung dan

pintu masuk bagi pendatang dari wilayah timur menuju kota. Saat ini Gapura

Jurug menjadi pembatas kota dengan Kabupaten Karanganyar. Gapura Kleco

merupakan salah satu gapura tertua dan terletak di sebelah barat kota berbatasan

dengan Kabupaten Sukoharjo. Selanjutnya adalah Gapura Kandhang Sapi dengan

ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan dua gapura sebelumnya. Gapura

Kandhang Sapi merupakan akses menuju kota dari utara, namun saat ini sudah

dibangun rumah sakit Dr. Oen yang berdekatan dengan gapura, sehingga gapura

menjadi tertutup oleh bangunan rumah sakit. Gapura Mojo merupakan gapura

yang menjadi pintu masuk dari arah selatan. Kondisi gapura yang masih terjaga

secara fisik menjadi landmark tersendiri bagi Kota Surakarta. Posisi masing-

masing gapura sebagai pintu masuk menuju kota disajikan pada Gambar 28.

Gambr 28. Tata Letak Gapura Keraton Surakarta

Page 72: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

57

Pada tanggal 17 Agustus 1945 negara Indonesia resmi merdeka dengan

dicetuskan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan maka

Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta lebur menjadi suatu kesatuan bagian

Republik Indonesia. Pihak Keraton Surakarta tidak memperoleh status ”Daerah

Istimewa”. Sehingga sistem pemerintahan tidak lagi melibatkan pihak keraton

maupun Mangkunegaran. Sri Susuhunan Paku Buwono XII dan Adipati

Mangkunegaran (Sri Mangkunegara VIII) masih bertahta di keraton dan juga Pura

Mangkunegaran, namun kekuasaannya hanya berbatas pada wilayah spiritual serta

kebudayaan dan hanya meliputi kaum kerabat (Maruti, 2004).

Perkembangan Kota Surakarta terbagi menjadi dua yang dipisahkan oleh

Jalan Slamet Riyadi (Zaida, 2004). Pada selatan jalan yaitu wilayah yang

berkembang lebih cepat dan dianggap sebagai pusat perekonomian karena banyak

kegiatan ekonomi yang terjadi dengan banyaknya pasar dan perkantoran.

Sedangkan pola pengunaan lahan pada bagian utara cenderung lebih modern

dengan pembangunan sarana dan prasarana fisik kota seperti jaringan listrik,

jaringan air maupun jaringan transportasi. Pada bagian utara Kota Surakarta

terdapat banyak sarana pendidikan yang dimulai sejak jenjang taman kanak-kanak

hingga universitas. Pada bagian utara kota terdapat lahan-lahan kosong sehingga

banyak muncul pemukiman baru. Kalianyar yang dibangun pada tahun 1910

secara tidak langsung menjadi pembatas fisik kota Surakarta pada bagian utara.

Pada bagian utara Kalianyar terdapat banyak lahan-lahan terbuka dan belum

banyak dibangun fasilitas-fasillitas umum sehingga pada kawasan ini sangat

sedikit kegiatan yang dilakukan masyarakat.

Perkembangan Kota Surakarta diarahkan menuju tahap modernisasi,

dibuktikan dengan bangunan-bangunan modern yang kontras dengan kondisi

lingkungan disekitarnya. Pada tahun 1988 terjadi kerusuhan besar di Surakarta

yang menyebabkan banyak infrastruktur kota yang rusak. Setelah kerusuhan yang

terjadi maka dalam beberapa waktu kemudian dilakukan pembangunan kembali

dengan lebih memperhatikan nilai-nilai tradisional dan mengadopsi gaya

arsitektur pada Keraton Surakarta. Dengan demikian terbentuk wajah kota yang

memiliki perpaduan antara arsitektur modern dengan arsitektur tradisional.

Page 73: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

58

4.2.3 Persepsi Masyarakat terhadap Keraton Surakarta

Masyarakat merupakan komponen penting dari suatu kota. Masyarakat

merupakan pelaku sejarah dan budaya dari suatu kawasan. Keinginan dan harapan

dari masyarakat Kota Surakarta berperan penting guna kegiatan pelestarian

kawasan, sehingga dilakukan penyebaran kuisioner terhadap 63 responden yang

tersebar di seluruh penjuru Kota Surakarta. Responden yang didapatkan memiliki

berbagai rentang usia, etnis dan perkerjaan. Hasil kuisioner diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai persepsi masyarakat terhadap Keraton Surakarta

dan seberapa penting elemen-elemen keraton untuk ditampilkan pada Kota

Surakarta. Hasil kuisioner juga akan menjadi pertimbangan dalam menentukan

tindakan pelestarian guna menciptakan Kota Surakarta yang beridentitas.

Responden kuisioner tersebar dari lima kecamatan yang ada di Kota

Surakarta, sebanyak 32% responden dari Kecamatan Laweyan, 16% dari

Kecamatan Serengan, 19% dari Kecamatan Pasar Kliwon, 16% dari Kecamatan

Jebres dan sebesar 17% dari Kecamatan Banjarsari. Sebagian besar responden

telah bertempat tinggal do Kota Surakarta selama lebih dari 15 tahun. Masyarakat

asli Surakarta merupakan saksi hidup perkembangan kota dari masa ke masa.

Sebanyak 81% orang mengetahui sejarah Kota Surakarta.

Kota Surakarta yang dikenal dengan slogan Kota Budaya, merupakan

sebuah kota yang memiliki nilai budaya kuat. Hal ini dapat tercermin juga dari

kegiatan sehari-hari masyarakat yang masih melakukan aktivitas budaya, seperti

menggunakan bahasa jawa, busana tradisional bahkan masih melakukan upacara-

upacara adat seperti dalam upacara pernikahan, kematian maupun upacara

kelahiran. Sebanyak 40% masyarakat masih melakukan kegiatan tersebut. Kota

Surakarta sebagai kota budaya dengan keberadaan Keraton Surakarta yang

menjadi pusatnya, sebanyak 96.8% masyarakat meyakini bahwa Kota Surakarta

memiliki budaya yang khas bila dibandingkan dengan kota-kota lain di Pulau

Jawa.

Selama responden bertempat tinggal di Kota Surakarta, mereka

berpendapat bahwa Kota Surakarta telah banyak mengalami perubahan, sebagian

beranggapan perubahan ini menjadi lebih nyaman (65%) dan ada pula yang

beranggapan perubahan ini menjadikan Kota Surakarta menjadi tidak nyaman lagi

Page 74: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

59

(35%). Dari perubahan yang terjadi, perubahan yang paling dirasakan adalah pada

lingkungan/lanskap kawasan (49%), sarana dan prasarana (16%), jumlah

penduduk (23%) dan pada aktivitas wisata (12%). Perubahan pada kota

mengakibatkan suasana dan situasi yang ada saat ini juga mengalami perubahan,

responden telah memberikan pendapat mengenai situasi lanskap kota saat ini.

Karakter lanskap masa lalu sedikit banyak diketahui oleh responden. Pendapat

masyarakat terhadap situasi lanskap saat ini dan karakter lanskap masa lalu

disajikan pada Tabel 6.

Tebel 6. Pendapat masyarakat terhadap Lanskap Kota Surakarta

No Model Wawancara Frekuensi

(Orang)

Presentase

(%)

1 Situasi lanskap Kota

Surakarta saat ini Indah 48 76%

Unik 46 73%

Menarik 42 %

Membanggakan 46 73%

Bernilai budaya tinggi 54 86%

Bernilai sejarah tinggi 45 71%

Sesuai untuk wisata 44 70%

Kelestarian terjaga 39 62%

2 Kondisi lanskap masa

lalu Mengetahui 22 35%

3 Kondisi karakter

budaya Kota Surakarta

di masa lalu

Mengetahui 31 49%

4 Karakter budaya Kota

Surakarta masa lalu

Budaya Jawa secara

umum 8 26%

Budaya Jawa khas

Surakarta 11 35%

Budaya Keraton

Surakarta 10 32%

Budaya Eropa 0 0%

Budaya campuran Jawa

dan Eropa 2 7%

Pada saat ini karakter budaya pembentuk kota dapat dilihat dari kebiasaan

hidup masyarakat (27,3%), bangunan tradisional dan semimodern (25%), dari

aktivitas sehari-hari seperti berdagang (24,4%) dan dapat dilihat dari kondisi alam

(23,2%) yang membentang di Kota Surakarta. Masyarakat memiliki beberapa

Page 75: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

60

pendapat mengenai Keraton Surakarta. Sebanyak 67% berpendapat bahwa keraton

merupakan suatu situs cagar budaya, sebanyak 15% berpendapat bahwa keraton

merupakan sumber kebudayaan bagi masyarakat Jawa, sebanyak 12% masyarakat

menyatakan bahwa keraton merupakan cikal bakal dari Kota Surakarta dan

sebesar 6% masyarakat berpendapat bahwa Keraton Surakarta adalah cerminan

kejayaan kerajaan masa lampau. Namun, hanya sebesar 19% responden yang

mengetahui mengenai konsep lanskap dari Keraton Surakarta. Elemen yang

diketahui oleh masyarakat adalah pada ornamen, warna, vegetasi khas keraton

yang berupa pohon beringin, model dan susunan bangunan.

Perkembangan Kota Surakarta yang merupakan perkembangan dari

keberadaan Keraton Surakarta juga dinyatakan harus mempertimbangkan

mengenai keberadaan Keraton Surakarta dan hal ini juga sejalan dengan pendapat

responden yaitu sebesar 81%. Dengan perlu dipertimbangkannya keberadaan

Keraton Surakarta maka dalam perkembangan Kota Surakarta sebesar 86%

responden berpendapat bahwa perlu ditampilkan elemen-elemen lanskap Keraton

Surakarta pada kota, seperti bentuk bangunan tradisional seperti atap joglo, motif

dan ragam hias pada bangunan, ukiran-ukiran maupun kesenian tradisional

Keraton Surakarta.

Responden mengharapkan Kota Surakarta yang bersih, indah dan nyaman

dengan tetap mengedepankan nilai-nilai budaya dan juga tata krama yang baik

dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat juga mengharapkan selama

pembangunan kota selalu memperhatikan ciri khas dari nilai-nilai budaya yang

sudah dimiliki, yaitu nilai budaya dari Keraton Surakarta, seperti dalam

pembangunan bangunan-bangunan baru perlu diperhatikan nilai arsitektur

bangunan kuno seperti rumah joglo, limasan dan lainnya. Dalam pembangunan

Kota Surakarta selanjutnya harus diperhatikan kelestarian dari bangunan-

bangunan kuno dan tidak meninggalkan budaya Keraton Surakarta.

Page 76: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

61

4.4 Analisis Pengaruh Konsep Lanskap Keraton pada Lanskap Kota

Surakarta

Kota Surakarta dikenal dengan kota budaya dimana Keraton Surakarta

merupakan pusat dari kebudayaan. Namun, pengaruh budaya tidak sama di setiap

bagian kota. Ada yang mendapat pengaruh kuat dan ada yang mendapatkan

pengaruh yang lemah. Sehingga dilakukan identifikasi dan penilaian terhadap

struktur lanskap Kota Surakarta. Analisis elemen lanskap dilakukan guna

mengetahui bagian-bagian kota yang terpengaruh oleh Keraton Surakarta dan

faktor-faktor yang mempengaruhi dari sebaran pengaruh tersebut. Analisis elemen

lanskap Kota Surakarta terbagi menjadi dua tahap yaitu analisis sebaran lanskap

dan analisis pola sebaran lanskap.

4.4.1 Analisis Jenis Pengaruh Lanskap

Struktur lanskap yang diidentifikasi adalah lanskap permukiman, lanskap

perkantoran dan perdagangan, lanskap fasilitas umum dan lanskap jalan.

Pemetaan terhadap lanskap Kota Surakarta dilakukan dengan penilaian terhadap

masing-masing struktur lanskap dengan kriteria-kriteria penilaian yang meliputi

asosiasi kesejarahan, gaya arsitektur beserta ornamen, kesamaan jenis dan desain

elemen lanskap yang digunakan.

4.4.1.1 Lanskap Permukiman

Lanskap permukiman mendominasi penggunaan lahan di Kota Surakarta,

terbukti dengan penggunaan lahan sebesar 62% dari luas total kota digunakan

sebagai lahan permukiman. Hal ini berakibat pada penggunaan lahan yang padat

permukiman dan menghilangkan penggunaan pekarangan, hanya terdapat sedikit

masyarakat yang masih memiliki pekarangan di halaman rumah mereka.

Permukiman yang berada di Surakarta sebagian besar merupakan permukiman

lama yang merupakan tempat tinggal dari para abdi Keraton Surakarta, posisi

permukiman tradisional Jawa mendapat pengaruh dari keraton sesuai dengan

konsep kiblat papat kalima pancer. Namun perkembangan permukiman di Solo

banyak menggunakan gaya arsitektur baru yang lebih modern.

Penilaian pada elemen lanskap permukiman dilakukan dengan beberapa

kriteria yang telah disajikan pada Tabel 2. Dengan menggunakan kriteria tersebut

maka dapat diketahui lanskap permukiman yang mendapatkan pengaruh dari

Page 77: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

62

Keraton Surakarta. Penilaian lanskap permukiman pada Kota Surakarta dibagi

terbagi menjadi beberapa zona penilaian, zona penilaian ini disesuaikan dengan

jumlah kelurahan yang berada di Kota Surakarta. Hasil analisis pada lanskap

permukiman disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Permukiman

Kelurahan

Kriteria

Total Asosiasi

Kesejarahan

Tata

Ruang

Arsitektur

Bangunan

Ornamen

Bangunan

Kesamaan

jenis elemen

Law

eyan

Sondakan 1.2 0.1 0.6 0.45 0.45 2.8

Panularan 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5

Penumping 1.2 0.1 0.4 0.45 0.45 2.6

Sriwidari 1.2 0.1 0.6 0.45 0.3 2.65

Laweyan 1.2 0.1 0.6 0.45 0.45 2.8

Purwosari 1.2 0.1 0.6 0.3 0.45 2.65

Bumi 1.2 0.1 0.4 0.3 0.45 2.45

Pajang 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5

Kerten 1.2 0.1 0.4 0.3 0.3 2.3

Jajar 1.2 0.1 0.2 0.15 0.3 1.95

Karangasem 0.8 0.1 0.2 0.3 0.3 1.7

Ser

engan

Serengan 1.2 0.1 0.6 0.45 0.3 2.65

Kratonan 1.2 0.1 0.6 0.3 0.45 2.65

Kemlayan 1.2 0.2 0.6 0.3 0.3 2.6

Jayengan 1.2 0.1 0.6 0.3 0.45 2.65

Danukusuman 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5

Tipes 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5

Joyotakan 1.2 0.1 0.4 0.3 0.3 2.3

Pas

ar K

liw

on

Kauman 1.2 0.1 0.6 0.45 0.45 2.8

Baluwarti 1.2 0.3 0.6 0.45 0.45 3

Kampung Baru 0.8 0.1 0.6 0.45 0.45 2.4

Pasar Kliwon 1.2 0.1 0.4 0.45 0.45 2.6

Joyosuran 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5

Sangkrah 1.2 0.1 0.4 0.45 0.3 2.45

Semanggi 1.2 0.1 0.4 0.45 0.3 2.45

Kedung Lumbu 1.2 0.2 0.4 0.3 0.45 2.55

Jeb

res

Sewu 1.2 0.1 0.6 0.3 0.45 2.65

Gandekan 1.2 0.2 0.6 0.3 0.15 2.45

Jagalan 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5

Sudiroprajan 1.2 0.1 0.4 0.3 0.45 2.45

Purwodiningratan 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5

Jebres 1.2 0.1 0.4 0.3 0.45 2.45

Page 78: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

63

Tabel 7. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Permukiman (Lanjutan)

Kelurahan

Kriteria

Total Asosiasi

Kesejarahan

Tata

Ruang

Arsitektur

Bangunan

Ornamen

Bangunan

Kesamaan

jenis elemen

Jeb

res

Kepatihan Wetan 0.8 0.1 0.4 0.3 0.3 1.9

Kepatihan Kulon 0.8 0.1 0.4 0.3 0.3 1.9

Pucang Sawit 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5

Mojosongo 0.4 0.2 0.4 0.15 0.15 1.3

Tegalharjo 0.4 0.1 0.4 0.15 0.15 1.2

Ban

jars

ari

Keprabon 1.2 0.1 0.6 0.3 0.45 2.65

Mangkubumen 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5

Punggawan 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5

Nusukan 1.2 0.1 0.2 0.15 0.3 1.95

Setabelan 1.2 0.1 0.4 0.45 0.3 2.45

Timuran 1.2 0.2 0.6 0.3 0.3 2.6

Gilingan 1.2 0.1 0.4 0.15 0.3 2.15

Kadipiro 0.8 0.1 0.2 0.15 0.3 1.55

Ketelan 1.2 0.1 0.4 0.15 0.3 2.15

Kestalan 1.2 0.1 0.4 0.15 0.3 2.15

Sumber 0.4 0.1 0.4 0.15 0.3 1.35

Banyuanyar 0.4 0.1 0.4 0.15 0.3 1.35

Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi

Penilaian terhadap lanskap permukiman yang dilakukan dengan membagi

zona sesuai dengan jumlah kelurahan dapat dikelompokkan menjadi lima

kecamatan. Pada Kecamatan Laweyan dengan sembilan kelurahan memiliki

luasan permukiman sebesar 724,26 ha. Pada Kecamatan Serengan luasan

permukiman adalah sebesar 290,37 ha dan terbagi menjadi tujuh kelurahan. Pada

Kecamatan Pasar Kliwon dengan luasan permukiman sebesar 271,49 ha terbagi

menjadi sembilan jumlah kelurahan. Kecamatan Jebres memiliki luasan

permukiman yang paling besar, yaitu 1017,2 ha dan terbagi menjadi 11 kelurahan.

Pada Kecamatan Banjarsari luasan permukiman sebesar 650,02 ha dengan 13

kelurahan. Hasil analisis lanskap permukiman secara spasial disajikan pada

Gambar 29.

Page 79: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

64

Page 80: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

65

Hasil analisis menyatakan bahwa lanskap permukiman pada Kelurahan

Sondakan, Panularan, Penumping, Sriwedari, Laweyan, Purwosari, Bumi, Pajang,

Serengan, Tipes, Kratonan, Kemlayan, Jayengan, Danukusuman, Kauman,

Baluwerti, Pasar kliwon, Joyosuran, Sangkrah, Semanggi, Kedung Lumbu, Sewu,

Gandekan, Jagalan, Purwodiningratan, Sudiroprajan, Jebres, Pucang Sawit,

Keprabon, Mangkubumen, Stabelan, Punggawan dan Timuran memiliki nilai

pengaruh yang kuat dari Keraton Surakarta. Pada kelurahan tersebut merupakan

permukiman lama yang memiliki sejarah kuat dengan Keraton Surakarta.

Permukiman tersebut merupakan kawasan tempat tinggal bagi abdi dalem

kerajaan. Sehingga banyak ditemukan bangunan dengan gaya arsitektur

tradisional yang dilengkapi dengan ornamen/ragam hias bercirikan keraton.

Lanskap permukiman dengan nilai pengaruh sedang terdapat pada

Kelurahan Kerten, Karangasem, Joyotakan, Kampung Baru, Kepatihan Wetan,

Kepatihan Kulon, Nusukan, Gilingan dan Ketelan. Permukiman dengan pengaruh

sedang banyak terdapat pada wilayah utara dan selatan Keraton Surakarta. Pada

wilayah permukiman dengan nilai sedang, tata ruang maupun arsitektur bangunan

tidak mencirikan Keraton Surakarta. Bagian kota yang terdapat di bagian utara

keraton, dahulu merupakan wilayah kekuasaan milik mangkunegaran dan juga

tempat tinggal dari Belanda maupun Cina. Sehingga banyak ditemukan

permukiman dengan gaya arsitektur dan corak bergaya Indis dan Cina. Kediaman

bangsa Belanda di daerah Banjarsari dikenal dengan istilah Villapark.

Sedangkan permukiman dengan nilai pengaruh rendah banyak terdapat

pada kelurahan di Kecamatan Banjarsari dan Jebres. Permukiman dengan

pengaruh rendah meliputi Kelurahan Jajar, Mojosongo, Tegalharjo, Kadipiro,

Kestalan, Sumber dan Banyuanyar. Permukiman dengan pengaruh rendah tersebar

pada bagian utara kota. Permukiman yang berada pada wilayah utara merupakan

wilayah permukiman baru, sehingga tidak memiliki nilai kesejarahan yang

berhubungan secara langsung dengan Keraton Surakarta. Konsep tata ruang yang

dimiliki oleh Keraton Surakarta seperti kiblat papat kalima pancer maupun gaya

arsitektur keraton sudah jarang diterapkan pada lanskap permukiman. Dengan

perkembangan penduduk yang semakin meningkat dan kebutuhan lahan yang

semakin tinggi maka terjadi penggunaan lahan yang tidak terkonsep/teratur dan

Page 81: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

66

masyarakat sudah mulai mengabaikan keberadaan konsep lanskap keraton.

Secara keseluruhan nilai pengaruh Keraton Surakarta terhadap lanskap

permukiman adalah sebesar 52% pengaruh kuat, 9% pengaruh sedang dan 39%

pengaruh rendah.

Perkembangan permukiman yang melebar menuju barat sejalan dengan

konsep tata ruang yang dimiliki oleh Keraton Surakarta, yaitu konsep kiblat

papat kalima pancer. Terdapat pemahaman bahwa arah timur dan barat

merupakan wilayah yang mencerminkan hubungan raja dengan rakyat, atau dapat

dikatakan hubungan raja dengan masyarakat dan kerabatnya (hablu minannas).

Sedangkan perkembangan pemukiman menuju utara yang meliputi Kecamatan

Jebres dan Kecamatan Banjarsari, terjadi setelah keberadaan pihak Belanda dan

juga mangkunegaran. Pada tahun 1910, setelah keberadaan Kali Anyar,

perkembangan permukiman semakin melebar menuju utara Kali Anyar dan

tercipta perkampungan-perkampungan baru di Kota Surakarta.

Bangunan pada Keraton Surakarta menggunakan tata ruang bangunan

tradisional Jawa dengan bentukan atap joglo maupun limasan. Pada lanskap

permukiman lama yang berada di selatan kota, bangunan dengan gaya arsitektur

tradisional Jawa masih banyak ditemukan. Salah satunya adalah Dalem

Purwodiningratan (Gambar 30) merupakan rumah tinggal dari kerabat raja.

(a) Bangunan Joglo (b) Pohon Beringin di halaman

Gambar 30. Dalem Purwodiningratan

Page 82: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

67

4.4.1.2 Lanskap Perkantoran dan Perdagangan

Lanskap perkantoran dan lanskap perdagangan di Kota Surakarta memiliki

luas sebesar 10.8% dari luas total kota sebesar 4.404 m2. Penilaian dilakukan

dengan membagi zona sesuai dengan lima unit lanskap yang merupakan pusat

kegiatan pemerintahan dan perekonomian yaitu kantor pemerintahan, kantor

swasta, pertokoan, pasar dan hotel. Analisis terhadap lanskap perkantoran dan

pertokoan dinilai berdasarkan pada kriteria yang telah ditentukan pada Tabel 3.

Hasil analisis pada lanskap disajikan pada Tabel 8 dan secara spasial disajikan

pada Gambar 32. Penilaian pada masing-masing unit lanskap disajikan pada

Lampiran 4 hingga Lampiran 8.

Tabel 8. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Perkantoran dan

Perdagangan

Unit Lanskap

Keriteria

Total Asosiasi

Kesejarahan

Posisi terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis

elemen lanskap

Kantor

Pemerintah 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8

Kantor Swasta 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8

Pertokoan 0.8 0.2 0.4 0.6 2

Pasar 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2

Hotel 0.4 0.2 0.6 0.4 1.6

Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi

Lanskap perkantoran dan perdagangan di Kota Solo berpusat di kawasan

Jalan Slamet Riyadi hingga Jalan Jendral Sudirman. Perkembangan pada lanskap

perkantoran dan lanskap permukiman searah dengan perkembangan infrastruktur

jalan, sehingga membentuk pola sesuai dengan jalan yang dilewati. Lanskap pada

kantor-kantor pemerintahan seperti Balaikota (Gambar 31), kantor kecamatan

maupun kantor kelurahan memiliki tata ruang dan pola bangunan yang

mengadopsi konsep Keraton Surakarta, seperti konsep kiblat papat kalima pancer,

sehingga terbentuk keseragaman pada bangunan kantor pemerintahan. Dimana

bangunan-bangunan yang berada di dalam komplek Balaikota menghadap ke arah

pendapa besar yang berada di tengah sebagai pancer dan dilengkapi juga dengan

sepasang pohon beringin kurung dihadapan pendapa besar.

Page 83: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

68

Page 84: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

69

Tidak sedikit bangunan-bangunan lama peninggalan Belanda yang

digunakan sebagai kantor oleh swasta maupun pemerintah, seperti kantor PTPN

IX Surakarta yang menggunakan bangunan peninggalan pemerintah Belanda.

Sedangkan bangunan perkantoran baru memiliki gaya arsitektur modern yang di

kombinasikan dengan gaya arsitektur tradisional seperti pada Gambar 32 baik

pada bentuk atap maupun ragam hias. Beberapa kantor swasta seperti kantor bank

maupun hotel memiliki bangunan dengan gaya arsitektur modern, namun

menggunakan bentuk atap maupun ornamen dengan ciri khas keraton, yaitu

dengan mengadopsi bentuk atap limasan maupun joglo yang dilengkapi dengan

ornamen yang disebut kuku bima disetiap ujung atap.

(a) Balaikota Surakarta (b) Kantor Bank BCA

Gambar 32. Lanskap Perkantoran di Surakarta

Pada lanskap pertokoan, ornamen maupun gaya arsitektur tradisional

sudah banyak ditinggalkan. Lanskap pertokoan lebih banyak menggunakan gaya

bangunan ruko yang dahulu diperkenalkan oleh para pedagang Cina. Pada

pertokoan besar banyak digunakan penulisan nama dengan menggunakan huruf

jawa. Sedangkan pada pasar-pasar tradisional, gaya arsitektur tradisional masih

dipertahankan. Pada bangunan pasar yang baru digunakan sentuhan tradisional

pada bentuk atap dan juga ornamen bangunan yang mengadopsi gaya Keraton

Surakarta. Pasar-pasar tradisional di Kota Surakarta memiliki hubungan sejarah

yang kuat dengan keraton. Pasar-pasar tradisional sudah didirikan sejak awal

keberadaan keraton (Setiawan, 2000). Didirikannya pasar mencerminkan adanya

pelayanan dari pihak keraton untuk rakyat. Sehingga didirikan pasar-pasar

tradisional seperti Pasar Gede di utara, Pasar Kliwon di sebelah timur, Pasar

Gading di selatan dan Pasar Klewer disebelah barat dari Keraton Surakarta.

Page 85: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

70

Pada bangunan-bangunan hotel di Surakarta sudah banyak meninggalkan

gaya tradisional. Bangunan perhotelan sudah tidak lagi menggunakan tata ruang

seperti keraton. Penilaian pada hotel berbintang satu hingga bintang lima

mendapatkan hasil bahwa pada bangunan perhotelan, elemen lanskap yang

ditemukan hanyalah bentuk bangunan dengan gaya tradisional yang diadopsi pada

bentuk atap maupun ornamen yang menghiasi taman, seperti jenis pohon dan

desain pada site furniture. Secara keseluruhan nilai pengaruh Keraton Surakarta

terhadap lanskap perkantoran dan pertokoan di Kota Surakarta sebanyak 64%

pengaruh kuat, 31% memiliki pengaruh sedang dan 5% memiliki pengaruh yang

rendah.

4.4.1.3 Lanskap Fasilitas Umum

Fasilitas umum merupakan hal penting pada suatu kota yang didirikan

untuk dapat dinikmati dan di akses oleh seluruh masyarakat kota. Dilakukan

penilaian terhadap fasilitas umum yang terdiri dari sarana pendidikan, sarana

kesehatan, taman kota, sarana transportasi yang terdiri dari stasiun dan terminal

dan tempat peribadatan. Hasil penilaian pada lanskap fasilitas umum disajikan

pada Tabel 9 dan secara spasial dapat dlihat pada Gambar 33. Penilaian pada

masing-masing unit lanskap disajikan pada Lampiran 9 hingga Lampiran 13.

Tabel 9. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Fasilitas Umum

Unit Lanskap

Keriteria

Total Asosiasi

Kesejarahan

Posisi terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis dan

desain elemen

Sarana

Pendidikan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8

Taman Kota 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2

Sarana

Transportasi 0.8 0.2 0.4 0.6 2

Fasilitas

Kesehatan 0.4 0.2 0.2 0.4 1.2

Tempat

Peribadatan 0.8 0.2 0.4 0.6 2

Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi

Hasil analisis skoring menyatakan bahwa pada lanskap fasilitas umum

dengan keterkaitan sedang dimiliki oleh lanskap sarana pendidikan, taman kota,

lanskap stasiun dan terminal, dan lanskap tempat peribadatan. Serta pengaruh

yang rendah pada fasilitas kesehatan yang tergolong baru.

Page 86: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

71

Page 87: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

72

Terdapat tujuh buah taman kota di Surakarta, diantaranya Taman

Sriwedari dan Taman Balekambang yang memiliki nilai kesejarahan yang tinggi

karena terbentuk pada masa pemerintahan Keraton Surakarta. Keberadan taman

kota di Surakarta memiliki tatanan lanskap yang mengadopsi gaya arsitektur

Keraton Surakarta seperti bentuk bangunan, ragam hias maupun penggunaan

tanaman-tanaman ciri khas keraton. Fasilitas umum berupa stasiun dan terminal

memiliki nilai pengaruh yang sedang. Terdapat empat stasiun kereta api di Kota

Surakarta, keempat stasiun yang didirikan oleh Belanda tersebut memiliki gaya

arsitektur Indis. Sedangkan pada Terminal Tirtonadi, bangunan mengadopsi

bentuk atap tradisional dan digunakan ragam hias serta tanaman ciri khas keraton.

Kota Surakarta memiliki fasilitas dibidang kesehatan yang cukup memadai

dengan keberadaan 13 unit rumah sakit yang tersebar di penjuru kota. Pada

lanskap sarana pendidikan jarang digunakan konsep tata ruang maupun arsitektur

bangunan yang menyerupai Keraton Surakarta. Namun dalam penataan lanskap

banyak ditemukan kesamaan pada desain elemen-elemen lanskap seperti ornamen

dan juga tanaman-tanaman lokal. Pada tempat ibadah yang meliputi masjid,

gereja, klenteng maupun vihara memiliki nilai kesejarahan yang cukup kuat

dengan keraton. Keraton sebagai kerajaan Islam memberi pengaruh kepada

masyarakat dalam memperkenalkan agama Islam. Sehingga banyak didirikan

masjid pada masa itu. Masjid-masjid yang didirikan menggunakan gaya arsitektur

tradisional dengan sentuhan ornamen seperti ukiran yang diadopsi dari Keraton

Surakarta. Pada masjid-masjid yang baru didirikan juga banyak mengadopsi

bentukan atap maupun ornamen dari Keraton Surakarta.

Dalam perkembangannya, posisi atau sebaran dari lanskap fasilitas umum

sudah tidak lagi mengadopsi konsep tata ruang yang digunakan oleh Keraton

Surakarta. Lanskap fasilitas umum tersebar keseluruh penjuru kota, namun

keberadaan fasilitas umum lebih banyak berada pada Kecamatan Banjarsari dan

Kecamatan Jebres. Hal ini dikarenakan kedua kecamatan tersebut memiliki luasan

yang lebih besar dibanding kecamatan lainnya. Nilai pengaruh dari konsep

lanskap Keraton Surakarta terhadap lanskap fasilitas umum kota adalah kuat

sebesar 8%, pengaruh sedang sebesar 65% dan pengaruh rendah sebesar 26%.

Page 88: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

73

4.4.1.4 Lanskap Jalan

Lanskap jalan terdiri atas jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal maupun

jalan setapak. Dalam penilaian pada lanskap jalan ini dilakukan penilaian pada

dua jenis jalan yang dapat menjadi perwakilan dari lanskap kota, yaitu jalan arteri

dan jalan lokal. Jalan arteri terdiri dari Jalan Selamet Riyadi, Jalan Ahmad Yani,

Jalan Tentara Pelajar dan Jalan Ir. Sutami. Jalan kolektor terdiri dari Jalan

Veteran, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Dr. Rajiman, Jalan Kolonel Sugiono, Jalan

Kapten Tendean, Jalan Diponegoro, Jalan Honggowongso, Jalan Perintis

Kemerdekaan, Jalan Jendral Sudirman, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan May

Sunaryo, Jalan Brigjen Katamso dan Jalan Mr. Sartono. Terdapat 18 ruas jalan

yang tersebar di lima kecamatan di Kota Surakarta. Penilaian dilakukan dengan

kriteria yang disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis pada elemen lanskap jalan

disajikan pada Tabel 10 dan secara spasial disajikan pada Gambar 34.

Tabel 10. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Jalan

Nama Jalan

Kriteria

Total Asosiasi

Kesejarahan

Kesamaan jenis,

desain dan ragam

hias

Kesamaan jenis

elemen lunak

Jalan

Arteri Jl. Slamet Riyadi 1.2 0.9 0.9 3

Jl. Ahmad Yani 1.2 0.6 0.6 2.4

Jl. Tentara Pelajar 1.2 0.6 0.6 2.4

Jl. Ir. Sutami 1.2 0.6 0.9 2.7

Jalan

Kolektor Jl. Veteran 1.2 0.6 0.9 2.7

Jl. Kapt. Mulyadi 1.2 0.6 0.6 2.4

Jl. May Sunaryo 1.2 0.9 0.9 3

Jl. Jend. Sudirman 1.2 0.9 0.9 3

Jl. Honggowongso 1.2 0.6 0.6 2.4

Jl. Dr. Rajiman 1.2 0.9 0.9 3

Jl. Adi Sucipto 0.4 0.9 0.9 2.2

Jl. Diponegoro 1.2 0.9 0.9 3

Jl. Urip Sumoharjo 1.2 0.3 0.3 1.8

Jl. Kapt. Tendean 0.8 0.3 0.3 1.4

Jl. Kol. Sugiono 0.8 0.3 0.3 1.4

Jl. Mr. Sartono 0.8 0.3 0.3 1.4

Jl. Brigjen Katamso 1.2 0.3 0.3 1.8

Jl. Perintis Kemerdekaan 0.8 0.9 0.9 2.6

Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi

Page 89: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

74

Page 90: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

75

Hasil analisis skoring pada ruas jalan didapatkan nilai pengaruh kuat pada

ruas Jalan Slamet Riyadi, Jalan Dr. Rajiman, Jalan Ir. Sutami, Jalan Veteran, Jalan

May Sunaryo, Jalan Jendral Sudirman, Jalan Diponegoro dan Jalan Perintis

Kemerdekaan. Sedangkan nilai pengaruh sedang didapatkan pada Jalan A. Yani,

Jalan Tentara Pelajar, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Honggowongso, Jalan Adi

Sucipto, Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Kolonel Sugiono. Pengaruh rendah

didapatkan pada Jalan Kapten Tendean, Jalan Mr. Sartono dan Jalan Brigjen

Katamso. Jalan di Kota Surakarta memiliki nilai sejarah yang tinggi dengan

Keraton Surakarta, karena sebagian besar jalan-jalan tersebut terbentuk pada masa

pemerintahan Keraton Surakarta. Selain nilai kesejarahan yang kuat, ruas jalan di

Kota Surakarta juga ditata dengan baik.

Penataan jalan di kota banyak menggunakan site furniture dengan ciri khas

ornamen keraton, seperti pada lampu jalan, hiasan dinding pada jalur pejalan kaki,

tempat duduk, pergola, petunjuk jalan, tempat sampah dan lainnya. Pada elemen

lunak, banyak digunakan tanaman seperti pohon sawo kecik (Manilkara kauki),

pohon beringin (Ficus benjamina) maupun pohon tanjung (Mimusophs elengi).

Pada lanskap jalan dengan nilai pengaruh sedang, jarang ditemukan site furniture

dengan ornamen ciri khas keraton dan masih belum tertata dengan baik. Sehingga

diperlukan penataan pada lanskap jalan yang memiliki nilai pengaruh sedang.

Pemerintah Kota Surakarta mengembangkan sebuah program yaitu ”Solo city

walk” di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Jalan Slamet Riyadi merupakan sebuah

jalan arteri yang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Surakarta sebagai objek

wisata, sehingga dalam penataannya banyak digunakan site furniture yang indah

dan dapat menunjang kenyamanan bagi pengguna jalan. Kondisi Jalan Slamet

Riyadi disajikan pada Gambar 35.

(a) Pergola pada jalur pejalan kaki (b) Vegetasi pada jalur jalan

Gambar 35. Lanskap Jalan Slamet Riyadi

Page 91: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

76

4.4.2. Analisis Pola Sebaran Lanskap Kota Surakarta

Pengaruh Lanskap Keraton Surakarta terhadap Kota Surakarta dapat

dilihat dari gabungan hasil analisis skoring pada masing-masing elemen lanskap,

yaitu lanskap permukiman, lanskap perkantoran dan perdagangan, lanskap

fasilitas publik dan lanskap jalan. Hasil penilaian terhadap pada keempat elemen

dapat disajikan pada Gambar 36. Hasil analisis pada lanskap permukiman

pengaruh kuat sebesar 52% kuat, 9% sedang dan 39% pengaruh rendah. Pada

lanskap perkantoran dan perdagangan didapatkan nilai pengaruh kuat sebesar

64%, pengaruh sedang sebesar 31% dan pengaruh rendah sebesar 5%. Lanskap

fasilitas umum memiliki nilai pengaruh kuat sebesar 8%, sedang 65% dan kuat

sebesar 26%. Secara keseluruhan pengaruh Keraton Surakarta terhadap Kota

Surakarta tersebar pada luasan sebesar 41% pengaruh kuat, pengaruh sedang 35%

dan 24% pengaruh rendah. Peta sebaran pengaruh keraton terhadap lanskap Kota

Surakarta disajikan pada Gambar 36.

Analisis skoring pada elemen-elemen lanskap kota didapatkan bahwa

lanskap yang masih memiliki pengaruh kuat dari Keraton Surakarta tersebar pada

wilayah selatan Kota Surakarta. Pengaruh lanskap semakin rendah pada bagian

utara kota. Sungai Kalianyar secara tidak langsung telah menjadi batas pemisah

pada kota Surakarta. Pada bagian selatan Kalianyar merupakan awal dari Kota

Surakarta dan dapat dikatakan sebagai bagian “Surakarta lama”, sedangkan pada

bagian utara Kalianyar merupakan wilayah perkembangan baru.

Keraton Surakarta terletak pada Kecamatan Pasar Kliwon yang berada

pada wilayah selatan kota dan memiliki daerah kekuasaan yang berkembang ke

arah barat. Sehingga pada wilayah selatan mendapatkan pengaruh yang besar baik

dari nilai kesejarahan maupun dalam tatanan lanskap. Dalam perkembangannya,

wilayah selatan kota merupakan pusat dari segala aktifitas masyarakat, karena

perkembangan infrastruktur, fasilitas kota dan kegiatan perekonomian

berkembang pesat pada wilayah selatan. Wilayah utara merupakan wilayah

pemekaran kota sehinggga keberadaan sarana dan prasarana kota belum cukup

memadai pada wilayah tersebut. Terjadi pembangunan yang tidak seimbang

antara Kota Surakarta bagian selatan dengan bagian utara.

Page 92: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

77

Page 93: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

78

Dari hasil pengamatan, memudarnya pengaruh lanskap keraton terhadap

kota dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, posisi Keraton Surakarta terhadap Kota

Surakarta, batas alam, perkembangan infrastruktur kota dan faktor kependudukan.

Posisi Keraton Surakarta yang berada pada bagian selatan kota mengakibatkan

pengaruh yang kuat pada bagian tersebut. Semakin dekat dengan Keraton

Surakarta maka semakin kuat pengaruh yang diberikan. Faktor kedua adalah batas

alam, setalah dibangun Kali Anyar di utara maka secara tidak langsung menjadi

pemisah bagi Kota Surakarta. Pada bagian selatan Kali Anyar nilai pengaruh dari

Keraton Surakarta adalah sedang dan pada bagian utara Kali Anyar nilai pengaruh

semakin rendah.

Perkembangan infrastruktur kota seperti jalan dan jalur kerata api, ikut

serta mempengaruhi pudarnya pengaruh dari Keraton Surakarta. Seperti Jalan

Slamet Riyadi yang menjadi pembatas wilayah kekuasaan keraton dengan

mangkunegaran. Pada wilayah perkembangan kota yang cenderung baru,

dipengaruhi oleh adanya perkembangan mode dan teknologi pada masa itu,

sehingga tidak lagi mengadopsi gaya tradisional. Dengan berkembangnya mode

dan teknologi, maka gaya tradisional khas keraton sudah tidak menjadi

acuan/panutan dalam membentuk suatu lanskap.

Faktor lain yang memberi pengaruh adalah faktor kependudukan, jumlah

penduduk yang semakin bertambah memaksa penggunaan lahan semaksimal

mungkin, sehingga banyak rumah tinggal yang terbentuk dengan bentuk bangunan

yang tidak berkarakter tradisional. Kedatangan para migran di Kota Surakarta juga

menjadikan nilai budaya lokal secara perlahan luntur. Budaya yang berbeda dari

setiap migran mengakibatkan beragam budaya.

Page 94: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

79

4.5 Usulan Pengembangan Lanskap

4.5.1 Konsep Pengembangan Lanskap

Perkembangan lanskap Kota Surakarta dimulai semenjak keberadaan

Keraton Surakarta yang membuat segala aktivitas masyarakat berpusat pada

wilayah disekeliling keraton dan perkembangan permukiman menuju kearah

barat. Masa penjajahan Belanda memberi pengaruh pada perkembangan lanskap

kota dengan dibangunnya infrastruktur kota. Keberadaan infrastruktur kota seperti

sarana transportasi membuat lanskap kota berkembang mengikuti pola linier.

Analisis sebaran lanskap pada Kota Surakarta dilakukan dengan analisis skoring

pada lanskap permukiman, lanskap perkantoran dan perdagangan, lanskap fasilitas

umum dan lanskap jalan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh Keraton Surakarta pada

lanskap hanya tersebar pada wilayah selatan kota dengan presentase 41%.

Sedangkan pada elemen lanskap dengan pengaruh sedang dengan presentase 35%.

Pengaruh rendah sebesar 24% yang berada di Kecamatan Banjarsari dan Jebres.

Pengaruh kuat dari Keraton Surakarta terpusat pada bagian selatan kota yang

meliputi Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon

dan beberapa wilayah di Kecamatan Banjarsari. Sehingga pada kawasan tersebut

dapat dikatakan sebagai kota lama dari Surakarta.

Hasil analisis menyatakan bahwa nilai pengaruh dari Keraton Surakarta

hanya sebesar 41%, sehingga diperlukan adanya suatu konsep untuk menjaga dan

mempertahankan karakter budaya dari Keraton Surakarta. Konsep yang diusulkan

guna pengembangan lanskap kota adalah dengan meningkatkan dan

mempertahankan karakter budaya yang dimiliki oleh Kota Surakarta dalam

penataan dan pelestarian lanskap kota guna keberlanjutan Kota Surakarta sebagai

kota pusaka. Upaya meningkatkan karakter budaya pada lanskap kota dilakukan

dengan penataan pada lanskap kota agar terbentuk suatu lanskap yang dapat

menjadi suatu identitas kota. Sedangkan upaya dalam mempertahankan karakter

lanskap kota dilakukan dengan melindungi, memelihara dan memperbaiki

peninggalan sejarah budaya yang terdapat pada Kota Surakarta. Penataan dan

pelestarian pada lanskap kota membutuhkan adanya suatu kebijakan dari

pemerintah kota dan juga partisipasi aktif dari masyarakat Kota Surakarta.

79

Page 95: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

80

4.5.2 Arahan Pengembangan Lanskap Kota Surakarta

Berdasarkan hasil analisis terhadap sebaran lanskap pada Kota Surakarta

diketahui bahwa pengaruh kuat Keraton Surakarta terpusat pada bagian selatan

kota dan semakin menuju utara maka nilai pengaruh dari lanskap keraton menjadi

semakin rendah. Pengaruh Keraton Surakarta terhadap lanskap kota berada pada

bagian selatan memiliki nilai sejarah penting bagi Kota Surakarta. Pengembangan

kota tidaklah bijak apabila tidak memperhatikan kawasan lama yang merupakan

cikal bakal dari terbentuknya kota.

Dari hasil analisis didapatkan tiga zona pengaruh yaitu, pengaruh kuat,

pengaruh sedang dan pengaruh rendah. Pada zona pengaruh kuat meliputi

Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan beberapa bagian dari

Kecamatan Banjarsari. Zona pengaruh kuat memiliki nilai kesejarahan yang kuat

dari Keraton Surakarta dan masih banyak elemen-elemen lanskap yang

mencerminkan adanya pengaruh dari Keraton Surakarta. Pada zona pengaruh kuat

dilakukan penguatan karakteristik keraton dengan melestarikan dan

memberdayakan area dan elemen bersejarah yang memiliki kaitan dan

karakteristik lanskap keraton. Pengaruh kuat yang berada di selatan kota dapat

diklasifikasikan menjadi zona inti yang merupakan “Kota Lama Surakarta” yang

dahulu merupakan awal perkembangan kota dan pusat pemerintahan Keraton

Surakarta (Hadi,2001). Pada zona inti dapat dimunculkan kembali karakter-

karakter dari kawasan lama seperti Pecinan, Kauman maupun Loji Wetan yang

memiliki ciri khas tersendiri. Wilayah Surakarta lama disajikan pada Gambar 37.

Zona pengaruh sedang meliputi beberapa wilayah di Kecamatan Laweyan,

Serengan, Jebres dan Banjarsari. Tindakan pelestarian yang dapat dilakukan pada

zona dengan nilai pengaruh sedang adalah sebagai zona penyangga guna

menyangga zona inti dengan zona pengembangan. Pada zona pengangga

dilakukan penguatan karakter keraton dengan meningkatkan nilai karakter dari

keraton dilakukan dengan melestarikan dan memberdayakan area dan elemen

bersejarah yang memiliki kaitan dan karakteristik lanskap keraton serta penataan

dan perbaikan lanskap pada kawasan ini guna meningkatkan nilai sejarah dan

budaya kawasan.

Page 96: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

81

Gambar 37. Kota Lama Surakarta

Sedangkan zona pengaruh rendah diklasifikasikan sebagai zona

pengembangan yang meliputi Kecamatan Jebres dan Banjarsari yang berada pada

bagian utara kota. Kawasan ini merupakan wilayah pemekaran kota, sehingga

memiliki pengaruh yang rendah dari keraton. Pada kawasan ini masih banyak

terdapat lahan-lahan kosong yang dapat dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan

masyarakat. Sehingga pada kawasan ini dapat menjadi bagian baru dari Kota

Surakarta.

4.5.3 Arahan Penataan Lanskap Kota Surakarta

Dalam menjaga dan menciptakan suatu lanskap yang memiliki nilai

budaya tinggi, perlu adanya dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh

masyarakat kota. Masyarakat kota memiliki peran penting dalam membentuk

lanskap kota, sehingga perlu dilakukan dengan memunculkan kembali aktifitas

maupun kesenian tradisional yang dapat meningkatkan nilai budaya setempat.

Dari hasil kuisioner, diketahui bahwa hanya sedikit masyarakat yang memahami

mengenai konsep lanskap keraton, sehingga diperlukan suatu penyuluhan atau

himbauan yang informatif mengenai nilai budaya maupun peninggalan sejarah

yang merupakan potensi bagi kota. Penyuluhan maupun himbauan ini diharapkan

dapat membuat masyarakat dapat berpartisipasi dalam tindakan pelestarian.

Page 97: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

82

Pada zona lanskap dengan nilai pengaruh yang kuat, banyak terdapat objek

dan elemen bersejarah yang kondisinya sudah tidak baik lagi. Sehingga diperlukan

tindakan pelestarian berupa revitalisasi pada elemen lanskap seperti pada Alun-

alun Lor dan Alun-alun Kidul Keraton Surakarta. Revitalisasi pada alun-alun

Keraton Surakarta adalah upaya memperbaiki kualitas fisik guna mengembalikan

fungsi semula alun-alun sebagai ruang terbuka hijau sesuai dengan kondisi masa

kini tanpa meninggalkan karakter sejarah dan budaya dari alun-alun. Perbaikan

kualitas fisik pada alun-alun dapat dilakukan dengan perbaikan infrastruktur,

pemeliharaan pada vegetasi rumput, menghilangkan atau mengganti vegetasi yang

tidak sesuai dengan karakater alun-alun, perbaikan pada perkerasan, serta

meningkatkan nilai aktivitas yang dapat menunjang kegiatan sosial, ekonomi dan

pariwisata. Ilustrasi pentaan ulang alun-alun utara disajikan pada Gambar 38.

(a) Sebelum penataan (b) Setelah penataan

Gambar 38. Penataan lanskap pada Alun-alun utara

Keraton Surakarta yang merupakan cikal bakal dari kota Surakarta, saat ini

kondisinya sudah sangat memprihatinkan. GPH Puger menyatakan bahwa sebesar

85% bangunan di keraton sudah rusak, sehingga perlu dilakukan rekonstruksi

pada bangunan keraton agar tercipta kembali Keraton Surakarta yang dapat

menunjukkan kemegahan pada masa lalu.

Pengembangan kota sudah sepatutnya diselaraskan dengan melestarikan

peninggalan-peninggalan sejarah dari masa lalu. Diperlukan suatu kebijakan dari

pemerintah Kota Surakarta hingga petunjuk teknis dalam melestarikan lanskap

sejarah budaya, partisipatif dari masyarakat dalam menjaga dan menata kota,

dukungan pelestarian dan pemberdayaan pada area dan elemen bersejarah dan

adanya suatu guideline dalam pengembangan lanskap kota. Berikut terdapat

Page 98: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

83

beberapa rekomendasi penataan lanskap yang dapat digunakan sebagai guideline

dalam penataan kota. Guideline disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Guideline penataan lanskap kota

Komponen

Karakteristik

Rumah

Tinggal

Kantor/fasilitas

umum

Taman

Kota/RTH

Lanskap

Jalan

Tata Ruang/ layout √ √ √

Arsitektur Bangunan √ √ √

Ornamen Bangunan √ √ √ √

Desain elemen √ √ √ √

Vegetasi √ √ √ √

Penamaan dengan

aksara jawa √ √ √ √

Pada lanskap permukiman dapat diadopsi gaya arsitektur seperti bangunan

keraton, baik dari konsep ruang maupun dapat digunakan bentuk atap tradisional.

Selain itu penerapan konsep bangunan keraton pada rumah tinggal dan

penggunaan ornamen bercirikan keraton. Pada lanskap perkantoran dan

perdagangan dapat diterapkan konsep tata ruang keraton pada bangunan kantor

dan juga penggunaan ornamen, softscape, dan hardscape yang bercirikan keraton.

Fasilitas publik yang belum menerapkan konsep lanskap keraton perlu

menggunakan ornamen, softscape, dan hardscape yang bercirikan keraton.

Penataan pada lanskap jalan dengan menggunakan site furniture seperti lampu

jalan, pergola, tempat sampah, atau paving yang mengadopsi gaya atau ornamen

yang bercirikan keraton serta penanaman tanaman lokal, seperti beringin, sawo

kecik, tanjung, atau kepel. Berikut terdapat beberapa ilustrasi pada penataan

lanskap jalan yang disajikan pada Gambar 39.

(a) Sebelum penataan (b) Setelah penataan

Gambar 39. Penataan lanskap pada jalur pejalan kaki

Page 99: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

84

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan cikal bakal terbentuknya Kota

Surakarta dan dianggap sebagai sumber maupun pusat dari budaya Jawa. Keraton

Surakarta memberikan pengaruh yang sangat kuat pada Kota Surakarta semenjak

berdirinya keraton pada abad ke 17. Keraton Surakarta terbentuk dengan konsep

tata ruang hasil pemikirian dan kepercayaan masyarakat Jawa masa itu, sehingga

terbentuk suatu hirarki pada susunan bangunan-bangunan di Keraton Surakarta.

Konsep kiblat papat kalima pancer membuat Keraton Surakarta sebagai

pusat/pancer dari segala aktifitas masyarakat. Orientasi merupakan hal penting

bagi masyarakat Jawa dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Konsep kiblat papat

kalima pancer menciptakan sebuah sumbu imajiner pada Kota Surakarta. Konsep

tata ruang dengan nilai simbolisme dan filosofi yang kuat membuat setiap fase

pada bangunan di Keraton Surakarta memiliki makna bahwa setiap fase yang

dilewati dipercaya dapat menuju kesempurnaan.

Perkembangan pada lanskap Kota Surakarta terjadi melalui beberapa

periode yang dipengaruhi oleh pemegang kuasa di kota tersebut. Kota Surakarta

yang pada awalnya merupakan kota tradisional dengan nilai budaya keraton yang

kuat, secara perlahan berkembang menjadi kota modern dengan keberadaan

penjajah. Penggunaan lahan yang padat pada bagian selatan kota membuat

perkembangan kota Surakarta menuju wilayah utara. Pemerintah kota memiliki

andil besar dalam perkembangan lanskap kota.

Hasil pemetaan terhadap lanskap Kota Surakarta didapatkan sebaran

pengaruh kuat dari lanskap keraton pada bagian selatan kota dan semakin ke utara

maka nilai pengaruh akan semakin rendah. Pada lanskap permukiman pengaruh

kuat sebesar 52% kuat, 9% sedang dan 39% pengaruh rendah. Pada lanskap

perkantoran dan perdagangan didapatkan nilai pengaruh kuat sebesar 64%, sedang

31% dan pengaruh rendah sebesar 5%. Lanskap fasilitas umum memiliki nilai

pengaruh kuat sebesar 8%, sedang 65% dan rendah sebesar 26%. Secara

keseluruhan pengaruh Keraton Surakarta terhadap lanskap kota tersebar pada

luasan sebesar 41% pengaruh kuat, pengaruh sedang 35% dan 24% pengaruh

Page 100: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

85

rendah. Memudarnya pengaruh Keraton Surakarta terhadap lanskap kota

dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu letak/posisisi Keraton Surakarta, batas alam

dan infrastruktur, perkembangan mode dan teknologi serta faktor kependudukan.

Konsep yang diusulkan terhadap lanskap kota adalah dengan

meningkatkan dan mempertahankan karakater budaya yang dimiliki oleh Kota

Surakarta dalam penataan dan pelestarian lanskap kota guna keberlanjutan Kota

Surakarta sebagai kota pusaka. Rekomendasi yang diusulkan adalah pada lanskap

dengan pengaruh kuat di bagian selatan kota dapat dikategorikan sebagai zona inti

kota lama Surakarta yang merupakan perkembangan awal kota dan dahulu

merupakan pusat pemerintahan Keraton Surakarta. Pada zona pengaruh sedang

tindakan pelestarian yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk kawasan

sebagai zona penyangga dan dilakukan penguatan karakteristik keraton dan

penguatan karakteristik dengan melestarikan dan memberdayakan area dan

elemen bersejarah yang memiliki kaitan dan karakteristik lanskap keraton serta

penataan dan perbaikan lanskap pada kawasan ini guna meningkatkan nilai

sejarah dan budaya kawasan. Zona ketiga adalah zona pengembangan dengan nilai

pengaruh rendah yang merupakan wilayah pemekaran kota. Pembagian zona

pelestarian dilakukan guna melindungi, melestarikan dan meningkatkan kualitas

lanskap kota guna menciptakan Kota Surakarta yang beridentitas. Pelestarian pada

lanskap sejarah dan budaya diharapkan dapat meningkatkan kegiatan ekonomi,

sosial dan budaya bagi masyarakat Kota Surakarta.

5.2 Saran

Berikut terdapat beberapa saran yang dapat menjadi masukan kepada

pemerintah kota maupun masyarakat dalam menjaga lanskap Kota Surakarta :

1. Pemerintah Kota Surakarta segera menyusun Guideline yang berisi mengenai

petunjuk teknis dalam pelestarian dan penataan lanskap kota. Serta dilakukan

sosialisasi terhadap masyarakat.

2. Dilakukan perancangan secara detail pada tapak-tapak khusus yang dapat

meningkatkan nilai budaya dan menunjang aktivitas ekonomi, budaya dan

pariwisata.

3. Dilakukan peningkatan aktivitas budaya (intangible) yang selaras dengan

karakteristik kota.

Page 101: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

86

DAFTAR PUSTAKA

[Bappeda Kota Surakarta], 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Surakarta2011-2013. Solo : Badan Pembangunan Daerah.

[BPS Kota Surakarta]. 2008. Surakarta dalam Angka 2007. Solo : Badan Pusat

Statistik Kota Surakarta.

[Pemerintah Kota Surakarta]. 2011. Visi Misi Kota Surakarta [internet].

[diunduh 28 Desember 2011].Tersedia dari : http://www.surakarta.go.id/

id/news/vis i.misi.kota.surakarta.html

Adiningsih, H. 2009. Teori Arsitektur [internet].[diunduh 5 April 2011]. Tersedia

dari:http://helmiadiningsih.blogspot.com/2009/05/keratonsolopengorbanan

-yang-tak.html.

Anggraeni, R. 2011. Assessment Lanskap Sejarah Kawasan Empang untuk

Mendukung Perencanaan Tata Ruang Kota Bogor [Skripsi]. Bogor:

Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Dumadi, J. 2011. Mikul Dhuwur Mendhem Jero : Menyelami Falsafah dan

Kosmologi Jawa. Yogyakarta : Pura Pustaka.

Gunawan, R. 2010. Toponimi Surakarta : Keragaman Budaya dalam Penamaan

Ruang Kota. Jakarta : Direktorat Geografi Sejarah, Direktorat Jendral

Sejarah dan Purbakala, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

Hadi, P. 2001. Karakteristik Penggunaan Lahan Kota Solo. Di dalam: Koestoer

RH et al. (editor). Dimensi Keruangan Kota: Teori dan Kasus. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Harris, C.W. dan Dines N.T. 1988. Time-Saver Standards for landscape

Architecture : Design and Construction Data. United Stated of America :

McGraw-Hill Co, Inc.

Heins, Marleen. 2004. Keraton Surakarta. Jakarta : Buku Antar Bangsa.

Hooper , L.J. 2007. Landscape architectural graphic standards. USA : John

Wiley and Sons, Inc.

Page 102: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

87

Iqbal, M. 2010. Perencanaan Lanskap Jalur Interpretasi Wisata Sejarah Budaya

Jalan Slamet Riyadi Kota Surakarta. [Skripsi]. Bogor: Departemen

Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lia W. 2001. Organisasi Keruangan Kota. Di dalam: Koestoer RH et al. (editor).

Dimensi Keruangan Kota: Teori dan Kasus. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Press).

Lynch, K. 1960. The Image of The City. Mass. MIT. Press. Cambridge.

Maruti, A. 2003. Studi Pengelolaan Lanskap Keraton Kasunanan Surakarta

[Skripsi]. Bogor:Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Melnick, R.Z. 1983. Protecting rural cultural landscapes : Finding value in the

countryside.Landscape J.2(2).

Mulyandari, H. 2011. Pengantar Arsitektur Kota. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.

Nitinagoro, H. 2011. Babad Keraton Surakarta. Semarang : Grafika Citra

Mahkota.

Nurisjah S dan Pramukanto Q. 2001. Perencanaan Kawasan untuk Pelestarian

Lanskap dan Taman Sejarah. Bogor : Fakultas Pertanian, IPB (tidak

dipublikasikan).

Plachter, H. dan Rossler M. 1995. Cultural landscapes: reconnecting culture and

nature dalam Cultural Landscapes of Universal Value. NewYork: Gustav

Fischer.

Premodia, I. 2005. Kajian Konsep Kosmologi Jawa Pada Pola Tatanan Keraton

Kasunanan Surakarta Hadiningrat [Skripsi]. Bandung : Program Studi

Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahiyangan.

Ronald, A. 2005. Nilai-nilai Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Yogyakarta :

Gajah Mada University Press.

Qomarun dan Prayitno, B. 2007. Morfologi Kota Solo (1500-2000) dalam

Dimensi Teknik Arsitektur. Universitas Kristen Petra, Vol 35: 80-87.

Santoso, J. 2008. Asitektur-Kota Jawa : Kosmos, kultur dan Kuasa. Jakarta:

Centropolis, Magister Teknik Perencanaan Universitas Tarumanegara.

Page 103: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

88

Sajid, R.M. 1984. Babad Sala. Rekso Pustoko Mangkunegaran. Solo

Setiawan, E.A. 2000. Konsep Simbolisme Tata Ruang Luar Keraton Surakarta

Hadiningrat [Tesis]. Semarang : Fakultas Teknik Arsitektur, Universitas

Diponegoro.

Simonds, J.O. and Starke, B.W. 2006. Landscape Architecture A Manual of

Environmental Planning and Design. New York: McGraw-Hill.

Wukiralit. 2011. Misteri Pohon Sawo Kecik di Halaman Kedaton [internet].

[diunduh 3 April 2011]. Tersedia :http://kesehatan.kompasiana.com/makan

an/2011/01/10/misteripohonsawokecikdihalamankedatonkeratonsurakarta/.

Zaida, S.N.A. 2004. Surakarta: Perkembangan Kota Ditinjau dari Perubahan

Kondisi Sosial pada Bekas Ibukota Kerajaan di Jawa [Skripsi]. Bogor:

Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Page 104: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

89

LAMPIRAN

Page 105: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

90

Lampiran I. Lembar Kuisioner

Selamat pagi/siang/sore/malam. Dengan Hormat, saya memohon

kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam membantu pengumpulan data

penelitian yang sedang saya lakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan

berikut dengan baik dan benar. Penelitian ini berjudul Studi Pengaruh Konsep

Lanskap Keraton Surakarta Terhadap Lanskap Kota Surakarta.

Dengan kuisioner ini, peneliti berharap dapat mengetahui pandangan

masyarakat Kota Surakarta terhadap Keraton Surakarta dan Lanskap Kota

Surakarta serta masukan untuk menyusun arahan pengembangan lanskap kota

Surakarta yang beridentitas. Atas kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/Saudari saya

ucapkan terima kasih.

Danur Febyandari/ A44080062

Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Data Pribadi Responden

Jenis Kelamin :

a. Laki-laki b. Perempuan

Umur :

a. 18-22 thn c. 31-40 thn e. 51-60

b. 23-30 thn d. 41-50 thn f. >60 thn

Pekerjaan :

a. Pelajar c. Karyawan swasta e.

Wirausaha/pedagang

b. Mahasiswa d. PNS f. Lainnya

...................

Pendidikan terakhir :

a. Tidak sekolah c. SMP e. D3

b. SD d. SMA f. Sarjana (S1, S2, S3)

Etnik :

a. Sunda c. Tionghoa e. Belanda/Eropa

b. Jawa e. Arab f. Lainnya

Page 106: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

91

Berapa lama anda tinggal di kawasan ini :

a. <5 thn d. 15-20 thn g. >40 thn

b. 5-10 thn e. 21-30 thn

c. 11-15 thn f. 31-40 thn

Apakah anda masih melakukan adat/aktivitas budaya etnik anda dalam kehidupan

sehari-hari*: (ya/tidak)

Contohnya : ..............................................................................................................

Pertanyaan

Apakah Anda mengetahui sejarah kota Solo ?

a. Tahu b. Sedikit c. Tidak tahu

Jika jawaban Anda tahu :

Dari mana Anda mengetahui tentang sejarah kawasan ini :

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

Menurut anda apakah Kota Surakarta merupakan sebuah kawasan yang memiliki

budaya yang khas bila dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa?

a. Ya b. Tidak

1. Mengapa Anda tinggal di kawasan ini?

a. Keluarga di Surakarta c. Suasananya nyaman e. Lainnya

b. Pekerjaan d. Murah

2. Apakah kawasan ini telah berubah dibanding waktu pertama tinggal?

a. Tidak berubah c. Sedikit berubah

b. Banyak berubah d. Sangat banyak berubah

3. Jika berubah, apakah perubahan tersebut?

a. Menjadi sangat nyaman c. Menjadi tidak nyaman

b. Menjadi sedikit lebih nyaman d. Menjadi sangat tidak nyaman

4. Perubahan apa yang paling terasa/terlihat?

a. Lingkungan/lanskap kawasan f. Aktivitas wisata

b. Aktivitas masyarakat g. Jumlah wisatawan

c. Sarana dan prasarana h. Model bangunan

d. Jumlah pohon i. Jumlah bangunan

e. Jumlah penduduk j. Lainnya,…………………

Page 107: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

92

5. Bagaimana situasi Kota Solo ini menurut Anda? (pilih salah satu jawaban dari

setiap poin)

a. Indah/Tidah indah

b. Unik/Tidak unik

c. Menarik/Tidak menarik

d. Membanggakan/Tidak membanggakan

e. Bernilai budaya tinggi/Tidak bernilai budaya

f. Bernilai sejarah tinggi/Tidak bernilai sejarah

g. Sesuai/Tidak sesuai untuk wisata

h. Terjaga/Tidak terjaga kelestariannya

6. Apakah Anda mengetahui bentuk kawasan ini di masa lampau (masa Kerajaan

Kasunanan Surakarta)?

a. Ya b. Tidak

7. Jika ya, apakah karakteristiknya?

a. Permukiman d. Industri

b. Pertanian e. Hutan alam

c. Perdagangan f. Lainnya,……………………

8. Apakah anda mengetahui karakter budaya kawasan ini di masa lampau?

a. Ya b. Tidak

9. Jika ya., apa karakteristiknya?

a. Budaya Jawa secara umum e. Campuran (Keraton dan Eropa)

b. Budaya Jawa khas Surakarta f. Campuran (Keraton dan Eropa)

c. Budaya Keraton g. Lainnya,………………………

d. Budaya Eropa

10. Apa yang menentukan karakter kawasan ini, dilihat dari sisi : (pilih salah satu

jawaban dari setiap poin)

a. Masyarakat : tradisional/semi modern/modern

b. Bangunan : tradisional/semi modern/modern

c. Aktivitas : perdagangan/pertanian/pariwisata

d. Alam : sungai/pemandangan/cuaca

11. Bagaimana pandangan anda terhadap Keraton Surakarta?

Page 108: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

93

a. Situs Cagar Budaya d. Cerminan Kejayaan Kekuasaan

Masa Lalu

b. Sumber Kebudayaan Masyarakat Jawa e. Cikal bakal Kota Surakarta

c. Cikal bakal Kota Surakarta f.Lainnya

12. Apakah anda mengetahui mengenai konsep Keraton Surakarta?

a. Ya b. Tidak

13. Jika ya, apa saja yang anda ketahui mengenai konsep Keraton Surakarta ?

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

14. Apakah kawasan ini perlu dilestarikan?

a. Ya b. Tidak

15. Jika ya, mengapa harus dilestarikan?

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

16. Apakah perkembangan Kota Surakarta harus mempertimbangkan mengenai

keberadaan Keraton Surakarta?

a. Ya b. Tidak

17. Jika ya, mengapa demikian?

18. Apakah elemen-elemen maupun karakteristik yang Keraton perlu ditampilkan

dalam elemen Kota Surakarta?

a. Ya b. Tidak

19. Jika ya, elemen-elemen maupuan karkater Keraton seperti apa yang perlu

ditampilkan pada Kota Surakarta?

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

20. Komentar dan saran Anda terhadap lanskap Kota Surakarta ini :

...................................................................................................................................

Page 109: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

94

Lampiran 2. Perhitungan Interval

Perhitungan interval dalam penilaian struktur lanskap pada Kota Surakarta :

Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (SMa) – Skor Minimum (SMi)

Jumlah Kategori

IK = 3 - 1

3

IK = 2 = 0,66

3

IK = 0,7 (dibulatkan)

Kategori Tinggi = (SMi + 2IK + 1) sampai SMa

= (1 + 2(0,7) + 0,1) sampai 3

= 2,5 sampai 3

Kategori Sedang = (SMi + IK + 1) sampai (SMi + 2IK)

= (1 + 0,7+ 0,1) sampai (1 + 2(0,7))

= 1,8 sampai 2,4

Kategori Rendah = SMi sampai (SMi + IK)

= 1 sampai (1 + 0,7)

= 1 sampai 1,7

Page 110: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

95

95

Lampiran 3. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Permukiman

Kelurahan

Kriteria

Total Keterangan Luas (Ha) Persentase

(%) Asosiasi

Kesejarahan

Tata

Ruang

Arsitektur

Bangunan

Ornamen

Bangunan

Kesamaan

jenis elemen

Law

eyan

Sondakan 1.2 0.1 0.6 0.45 0.45 2.8 Kuat 98.8 3.3

Panularan 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5 Kuat 33 1.1

Penumping 1.2 0.1 0.4 0.45 0.45 2.6 Kuat 18.1 0.6

Sriwidari 1.2 0.1 0.6 0.45 0.3 2.65 Kuat 20.2 0.6

Laweyan 1.2 0.1 0.6 0.45 0.45 2.8 Kuat 12.2 0.4

Purwosari 1.2 0.1 0.6 0.3 0.45 2.65 Kuat 42.4 1.4

Bumi 1.2 0.1 0.4 0.3 0.45 2.45 Kuat 21 0.7

Pajang 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5 Kuat 79.6 2.7

Kerten 1.2 0.1 0.4 0.3 0.3 2.3 Sedang 67.3 2.3

Jajar 1.2 0.1 0.2 0.15 0.3 1.95 Rendah 241.6 8.2

Karangasem 0.8 0.1 0.2 0.3 0.3 1.7 Sedang 90.6 3.1

Ser

eng

an

Serengan 1.2 0.1 0.6 0.45 0.3 2.65 Kuat 46.7 1.6

Kratonan 1.2 0.1 0.6 0.3 0.45 2.65 Kuat 33.9 1.2

Kemlayan 1.2 0.2 0.6 0.3 0.3 2.6 Kuat 15.6 0.5

Jayengan 1.2 0.1 0.6 0.3 0.45 2.65 Kuat 27.3 0.9

Danukusuman 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5 Kuat 45.8 1.6

Tipes 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5 Kuat 53.8 1.8

Joyotakan 1.2 0.1 0.4 0.3 0.3 2.3 Sedang 45.6 1.6

Pas

ar

Kli

wo

n

Kauman 1.2 0.1 0.6 0.45 0.45 2.8 Kuat 7.1 0.2

Baluwarti 1.2 0.3 0.6 0.45 0.45 3 Kuat 58.4 1.9

95

Page 111: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

96

96

Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Permukiman (Lanjutan)

Kelurahan Kriteria

Total Keterangan Luas (Ha) Persentase

(%) Asosiasi

Kesejarahan

Tata

Ruang

Arsitektur

Bangunan

Ornamen

Bangunan

Kesamaan

jenis elemen

Pas

ar K

liw

on

Kampung Baru 0.8 0.1 0.6 0.45 0.45 2.4 Sedang 10.8 0.3

Pasar Kliwon 1.2 0.1 0.4 0.45 0.45 2.6 Kuat 12.7 0.4

Joyosuran 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5 Kuat 40.1 1.4

Sangkrah 1.2 0.1 0.4 0.45 0.3 2.45 Kuat 20.5 0.7

Semanggi 1.2 0.1 0.4 0.45 0.3 2.45 Kuat 104.2 3.5

Kedung Lumbu 1.2 0.2 0.4 0.3 0.45 2.55 Kuat 9.9 0.3

Jeb

res

Sewu 1.2 0.1 0.6 0.3 0.45 2.65 Kuat 53.2 1.8

Gandekan 1.2 0.2 0.6 0.3 0.15 2.45 Kuat 43.6 1.5

Jagalan 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5 Kuat 72.1 2.4

Sudiroprajan 1.2 0.1 0.4 0.3 0.45 2.45 Kuat 26.5 0.9

Purwodiningratan 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5 Kuat 30.9 1.1

Jebres 1.2 0.1 0.4 0.3 0.45 2.45 Kuat 284.9 9.7

Jeb

res

Kepatihan Wetan 0.8 0.1 0.4 0.3 0.3 1.9 Sedang 24.2 0.8

Kepatihan Kulon 0.8 0.1 0.4 0.3 0.3 1.9 Sedang 23.4 0.8

Pucang Sawit 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5 Kuat 53.7 1.8

Mojosongo 0.4 0.2 0.4 0.15 0.15 1.3 Rendah 367 12.5

Tegalharjo 0.4 0.1 0.4 0.15 0.15 1.2 Rendah 26.6 0.9

Ban

jars

ari Keprabon 1.2 0.1 0.6 0.3 0.45 2.65 Kuat 8.8 0.3

Mangkubumen 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5 Kuat 41.2 1.4

Punggawan 1.2 0.1 0.6 0.3 0.3 2.5 Kuat 8.7 0.3

Nusukan 1.2 0.1 0.2 0.15 0.3 1.95 Sedang 68.2 2.3

110

96

Page 112: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

97

97

Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Permukiman (Lanjutan)

Kelurahan Kriteria

Total Keterangan Luas (Ha) Persentase

(%) Asosiasi

Kesejarahan

Tata

Ruang

Arsitektur

Bangunan

Ornamen

Bangunan

Kesamaan

jenis elemen

Ban

jars

ari

Setabelan 1.2 0.1 0.4 0.45 0.3 2.45 Sedang 18.9 0.6

Timuran 1.2 0.2 0.6 0.3 0.3 2.6 Kuat 7.4 0.2

Gilingan 1.2 0.1 0.4 0.15 0.3 2.15 Sedang 45.3 1.5

Kadipiro 0.8 0.1 0.2 0.15 0.3 1.55 Rendah 220.4 7.5

Ketelan 1.2 0.1 0.4 0.15 0.3 2.15 Sedang 9.9 0.3

Kestalan 1.2 0.1 0.4 0.15 0.3 2.15 Rendah 6.7 0.2

Sumber 0.4 0.1 0.4 0.15 0.3 1.35 Rendah 92.8 3.1

Banyuanyar 0.4 0.1 0.4 0.15 0.3 1.35 Rendah 62.5 2.1

97

Page 113: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

98

98

Lampiran 4. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Kantor Pemerintah

Kantor Pemerintahan Keriteria

Total Keterangan Luasan

(Ha) % Asosiasi

Kesejarahan

Posisi terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis

elemen lanskap

Laweyan Dinas Kebudayaan & Pariwisata 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.06 0.3

Dinas Sosial, tenaga kerja &

trasmigrasi 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.05 0.3

Kantor Kec. Laweyan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.4 2.1

Kantor Kelurahan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 1.1 5.8

Kantor Samsat 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.24 1.3

Kantor Korem 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 4.4 23.3

Kantor Polwil 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 3.2 16.9

Serengan Kantor Kec. Serengan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.4 2.1

Kantor Kelurahan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.7 3.7

Pasar

Kliwon Komplek Balaikota Surakarta 0.4 0.4 0.6 0.6 2 Sedang 2.5 13.2

Dinas perhubungan, komunikasi dan

informasi 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.1 0.5

Kantor Kelurahan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 1.8 9.5

Jebres Dinas PU 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.2 1.1

Dinas Pertanian 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.2 1.1

Kantor Arsip dan perpustakaan daerah 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.04 0.1

Kantor Kelurahan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 1.1 5.8

Banjarsari Dinas Pendidikan, pemuda dan

olahraga 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.2 1.1

Dinas Kebersihan dan Pertamanan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.2 1.1

Dinas Koperasi &UKM 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.1 0.5

Dinas Perindustrian dan perdagangan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.1 0.5

Kantor Ketahanan Pangan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.05 0.3

Kantor Kecamatan Banjarsari 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.4 2.1

Kantor Kelurahan 1 1 3 3 8 Sedang 1.3 6.9

98

Page 114: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

99

99

Lampiran 5. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Kantor Swasta

Kantor Swasta

Keriteria

Total Keterangan Luasan

(Ha) % Asosiasi

Kesejarahan

Posisi terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis

elemen lanskap

Laweyan Bank Haga 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.05 0.8

Bank BII 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.06 1

Bank Mandiri 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.2 3.4

Bank Maspion Indonesia 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.06 1

Bank Mega 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.06 1

Bank Pasar Surakarta 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.06 1

Bank Syariah Mandiri 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.06 1

Bank BTPN 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.04 0.7

Kantor Asuransi Jiwasraya 0.4 0.2 0.6 0.4 1.6 Rendah 0.1 1.7

Kantor PLN 0.4 0.2 0.6 0.4 1.6 Rendah 0.6 10.3

Serengan Bank Mayapada 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.04 0.7

Bank Permata 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.04 0.7

Bank Panin 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.04 0.7

Bank Danamon 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.04 0.7

Bank BRI 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.04 0.7

Bank BPR 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.04 0.7

Bank BCA 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.04 0.7

Pasar Kliwon Bank BCA 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.5 8.6

Bank Indonesia 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 0.5 8.6

Bank Danamon Syariah 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.1 1.7

Bank BRI 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.2 3.4

Bank BNI 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.3 5.1

Bank Niaga 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.04 0.7

Bank Panin 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.1 1.7

Bank Mandiri 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.4 6.9

99

Page 115: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

100

100

Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Kantor Swasta (Lanjutan)

Kantor Swasta

Keriteria

Total Keterangan Luasan

(Ha) % Asosiasi

Kesejarahan

Posisi terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis

elemen lanskap

Pasar

Kliwon Kantor POS 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.7 12

Kantor Telkom 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.45 7.7

Jebres Bank BII 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.05 0.8

Bank BCA 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.05 0.8

Kantor PDAM 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.1 1.7

Banjarsari Bank BTN 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.05 0.8

Bank Lippo 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.05 0.8

Bank Danamon 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.05 0.8

Kantor PTP Nusantara 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 0.6 10.3

100

Page 116: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

101

101

Lampiran 6. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Pertokoan

Pertokoan

Keriteria

Total Keterangan Luasan (Ha) % Asosiasi

Kesejarahan

Posisi terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis

elemen lanskap

Laweyan Solo Grand Mall 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 1.2 0.5

Solo Square 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 2.5 1

Makro 0.4 0.2 0.2 0.4 1.2 Rendah 1.5 0.6

Ruko Kampung Batik 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 10 4.1

Gramedia 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 0.5 0.2

Serengan Ruko Jl. Gatot Subroto 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 13.5 5.5

Ruko Jl. Yos Sudarso 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 27.5 11.3

Ruko Jl. Honggowongso 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 17.8 7.4

Ruko Jalan Dr. Rajiman 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 25.2 10.4

Ruko Jl. Veteran 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 3.2 1.3

Pasar

Kliwon Pusat Grosir Solo 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 0.8 0.3

Beteng 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 1.2 0.5

Ruko Jl. Veteran 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 9.4 3.8

Jebres Ruko Pasar Gede 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 35.9 14.8

Ruko Jl. Urip Sumoharjo 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 11.7 4.8

Ruko Jl. Ir. Sutami 0.8 0.2 0.4 0.4 1.8 Sedang 55.1 22.6

Banjarsari Solo Paragon Mall 0.4 0.2 0.2 0.6 1.4 Rendah 1.5 0.6

Ruko Jl. Slamet Riyadi 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 24.8 10.2

101

Page 117: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

102

102

Lampiran 7. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Pasar Tradisional

Pasar tradisional Keriteria

Total Keterangan Luasan

(Ha) % Asosiasi

Kesejarahan

Posisi terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis

elemen lanskap

Laweyan Jongke 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 1.2 12.2

Sidodadi 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.08 0.8

Kabangan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.2 2.0

Penumping 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.1 1.0

Kembang 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 0.1 1.0

Serengan Singosaren 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.5 5.1

Harjodaksino 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.9 9.1

Pasar Kliwon Klewer 1.2 0.6 0.6 0.6 3 Kuat 1.4 14.2

Notoharso 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 1.1 11.1

Gading 1.2 0.6 0.6 0.6 3 Kuat 0.2 2.0

Klithikan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.2 2.0

Jebres Gede 1.2 0.6 0.6 0.6 3 Kuat 0.6 6.1

Ledoksari 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.05 0.5

Pucang sawit 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.1 1.0

Rejosari 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.02 0.2

Mojosongo 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.1 1.0

Banjarsari Legi 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 1.6 16.2

Nusukan 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.6 6.1

Depok 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.4 4.1

Turisari 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.1 1.0

Ayu Balapan 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.1 1.0

Triwindu 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.1 1.0

Kadipiro 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.02 0.2

Bangunharjo 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.1 1.0

102

Page 118: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

103

103

Lampiran 8. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Perhotelan

Hotel

Keriteria

Total Keterangan Luasan

(Ha) % Asosiasi

Kesejarahan

Posisi terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis

elemen lanskap

Laweyan The Sunan Hotel 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 2.2 16

Riyadi Palace 0.4 0.2 0.4 0.2 1.2 Rendah 0.1 0.7

Solo Inn 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.1 0.7

Dana 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.75 5.5

Diamond 0.4 0.2 0.4 0.4 1.4 Rendah 1.8 13.1

Arini 0.4 0.2 0.4 0.2 1.2 Rendah 0.1 0.7

Sanasthri 0.4 0.2 0.4 0.2 1.2 Rendah 0.1 0.7

De Solo 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.2 1.5

Roemahku 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.2 1.5

Serengan Indah Palace 0.4 0.2 0.4 0.2 1.2 Rendah 0.1 0.7

Pasar

Kliwon Sahid Prince Hotel 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 1.7 12.4

Best Western 0.4 0.2 0.6 0.4 1.6 Rendah 0.5 3.6

Jebres Asia 0.4 0.2 0.4 0.2 1.2 Rendah 0.3 2.2

Bintang 0.4 0.2 0.4 0.2 1.2 Rendah 0.1 0.7

Kusuma Kartika Sari 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 0.1 0.7

Trio 0.4 0.2 0.6 0.4 1.6 Rendah 0.2 1.5

Banjarsari Sahid Jaya 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 1.5 10.9

Novotel 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 0.9 6.5

Solo Paragon 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 0.45 3.2

Agas 0.4 0.2 0.4 0.4 1.4 Rendah 0.9 6.5

IBIS 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 0.4 2.9

Grand Orchid 0.4 0.2 0.6 0.4 1.6 Rendah 0.1 0.7

Indah Jaya 0.4 0.2 0.4 0.2 1.2 Rendah 0.25 1.8

Graha Indah Baru 0.4 0.2 0.4 0.2 1.2 Rendah 0.1 0.7

Omah Sinten 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.35 2.5

Griya Teratai 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 0.2 1.5

103

Page 119: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

104

104

Lampiran 9. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Sarana Pendidikan

Kecamatan Sarana Pendidikan Kriteria

Total Keterangan Jumlah Luasan

(Ha) % Asosiasi

Kesejarahan

Posisi Terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis dan

desain elemen

Laweyan TK 0.4 0.2 0.2 0.6 1.4 Rendah 59

65.26 26.5

SD 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 54

SMP 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 20

SMA 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 13

SMK 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 14

Universitas 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 3

Serengan TK 0.4 0.2 0.2 0.6 1.4 Rendah 31

13.64 5.5

SD 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 31

SMP 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 10

SMA 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 4

SMK 0.4 0.2 0.4 0.6 1.6 Rendah 6

Pasar

Kliwon TK 0.8 0.4 0.6 0.6 2.4 Sedang 40

10.79 4.4

SD 0.8 0.4 0.6 0.6 2.4 Sedang 50

SMP 0.8 0.4 0.6 0.6 2.4 Sedang 11

SMA 0.8 0.4 0.6 0.6 2.4 Sedang 5

SMK 0.8 0.4 0.6 0.6 2.4 Sedang 3

Jebres TK 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 77 130.31 52.8

SD 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 56

SMP 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 18

SMA 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 6

SMK 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 6

Universitas 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 4

104

Page 120: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

105

105

Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Sarana Pendidikan (Lanjutan)

Kecamatan Sarana Pendidikan

Kriteria

Total Keterangan Jumlah Luasan

(Ha) % Asosiasi

Kesejarahan

Posisi Terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis dan

desain elemen

Banjarsari TK 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 82

26.68 10.8

SD 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 81

SMP 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 20

SMA 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 14

SMK 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 18

Universitas 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 2

105

Page 121: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

106

106

Lampiran 10. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Taman Kota

Kecamatan Taman Kota

Kriteria

Total Keterangan Luasan

(Ha) % Asosiasi

Kesejarahan

Posisi Terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis dan

desain elemen

Laweyan Taman Sriwedari 1.2 0.4 0.6 0.6 2.8 Kuat 10 19.3

Jebres Taman Budaya Solo 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 7.9 15.2

Jurug (Kebun Binatang) 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 14 27.0

Banjarsari Taman Balekambang 1.2 0.4 0.6 0.6 2.8 Kuat 9.8 18.9

Manahan (Hutan Kota) 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 8 15.4

Taman Sekartaji 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 1 1.9

Taman Villapark 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 1.2 2.3

Lampiran 11. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Sarana Transportasi

Kecamatan Sarana Transportasi

Kriteria

Total Keterangan Luasan

(Ha) % Asosiasi

Kesejarahan

Posisi Terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis dan

desain elemen

Laweyan Stasiun Purwosari 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 2.2 21.3

Pasar Kliwon Stasiun Sangkrah 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.05 0.5

Jebres Stasiun Jebres 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 0.8 7.7

Banjarsari Stasiun Solo Balapan 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 2.6 25.1

Terminal Tirtonadi 0.4 0.2 0.6 0.6 1.8 Sedang 4.7 45.4

106

Page 122: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

107

107

Lampiran 12. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Fasilitas Kesehatan

Kecamatan Sarana Kesehatan

Kriteria

Total Keterangan Luasan (Ha) % Asosiasi

Kesejarahan

Posisi Terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis dan

desain elemen

Laweyan RS. Kasih Ibu 0.4 0.2 0.2 0.4 1.2 Rendah 1.05 5.6

RS. Pantiwaluyo 0.8 0.2 0.4 0.4 1.8 Sedang 0.75 3.9

RS. Slamet Riyadi 0.8 0.2 0.4 0.4 1.8 Sedang 1.2 6.3

RSK. Jiwa & syaraf Puri

Waluyo 0.4 0.2 0.4 0.4 1.4 Rendah 0.33 1.7

Pasar Kliwon RS. Islam Kustati 0.4 0.2 0.2 0.4 1.2 Rendah 0.15 0.8

Jebres RS. Dr. Oen Solo 0.4 0.2 0.2 0.4 1.2 Rendah 1.72 9.1

RS. Dr. Moewardi 0.4 0.2 0.2 0.4 1.2 Rendah 4.62 24.5

RS. Jiwa 0.4 0.2 0.2 0.4 1.2 Rendah 5.1 27

RS. Yan Med Dasar

Mojosongo 0.4 0.2 0.2 0.4 1.2 Rendah 0.15 0.8

Banjarsari RS. Brayat Minulyo 0.4 0.2 0.4 0.4 1.4 Rendah 0.84 4.5

RS. PKU Muhammadiyah 0.4 0.2 0.2 0.4 1.2 Rendah 2.6 13.7

RS. Tri Harsi 0.4 0.2 0.2 0.4 1.2 Rendah 0.15 0.8

RS. Daerah Banjarsari 0.4 0.2 0.2 0.4 1.2 Rendah 0.2 1.1

107

Page 123: STUDI PENGARUH KONSEP LANSKAP KERATON … · iii RINGKASAN DANUR FEBYANDARI. Studi Pengaruh Konsep Lanskap Keraton Surakarta terhadap Lanskap Kota Surakarta. Dibimbing oleh NURHAYATI

108

108

Lampiran 13. Tingkat Pengaruh Keraton terhadap Lanskap Sarana Peribadatan

Kecamatan Sarana Peribadatan

Kriteria

Total Keterangan Jumlah Luasan

(Ha) % Asosiasi

Kesejarahan

Posisi Terhadap

Keraton Surakarta

Arsitektur

Bangunan

Kesamaan jenis

dan desain elemen

Laweyan Masjid 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 7 4.69

8.2

Gereja 0.8 0.2 0.4 0.4 1.8 Sedang 12 14

Serengan Masjid 0.8 0.2 0.4 0.6 2 Sedang 1

1.8

0.6

Gereja 0.8 0.2 0.4 0.4 1.8 Sedang 11 7.6

Vihara/Klenteng 0.8 0.2 0.4 0.4 1.8 Sedang 1

Pasar Kliwon Masjid 1.2 0.2 0.6 0.6 2.6 Kuat 9

12

9.06

Gereja 0.8 0.2 0.4 0.6 2 Sedang 10 12.64

Vihara/Klenteng 0.8 0.2 0.4 0.6 2 Sedang 1

Jebres Masjid 0.8 0.2 0.4 0.4 1.8 Sedang 11

5.35 26 Gereja 0.8 0.2 0.4 0.4 1.8 Sedang 33

Vihara/Klenteng 0.8 0.2 0.4 0.4 1.8 Sedang 2

Banjarsari Masjid 0.8 0.2 0.6 0.6 2.2 Sedang 15

4.53

7.3

Gereja 0.8 0.2 0.4 0.4 1.8 Sedang 29 14.6

Vihara/Klenteng 0.8 0.2 0.4 0.4 1.8 Sedang 1

108