Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI KINERJA BANK
BUMN DAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH :
APLIKASI PENGGUNAAN DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS (DEA)
( Studi Kasus Bank Badan Usaha Milik Negara dengan
Bank Pembangunan Daerah Tahun 2012 sampai 2014 )
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Irvan Dadang Prakoso
125020407111019
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI KINERJA BANK BUMN DAN
BANK PEMBANGUNAN DAERAH : APLIKASI PENGGUNAAN DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
( Studi Kasus Bank Badan Usaha Milik Negara dengan Bank Pembangunan
Daerah Tahun 2012 sampai 2014 )
Yang disusun oleh :
Nama : Irvan Dadang Prakoso
NIM : 125020407111019
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Jurusan : S-1 Ilmu Ekonomi
Konsentrasi : Keuangan dan Perbankan
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji tanggal 27 Februari 2017.
Malang, 27 Februari 2017
Dosen Pembimbing,
Shofwan, S.E., M.Si
NIP. 19730517 200312 1002
STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI KINERJA BANK BUMN DAN
BANK PEMBANGUNAN DAERAH : APLIKASI PENGGUNAAN DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
Irvan Dadang Prakoso
Shofwan, S.E., M.Si Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat nilai efisiensi pada bank Badan Usaha
Milik Pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah dengan total 28 objek penelitian dari
seluruh Bank BUMN dan Bank Pembangunan Daerah kecuali 2 Bank Pembangunan Daerah Jambi dan Bengkulu tidak dimasukkan dikarenakan laporan keuangannya tidak
dipublikasikan pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Dengan variabel Dana Pihak Ketiga, Modal, Beban Bunga, Beban non-operasional, Total Pinjaman, Pendapatan Bunga, dan
Pendapatan non-operasional. Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah
Data Envelopment Analysis dengan software Frontier Analysis.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan pada tahun 2012 terdapat 3 bank yang tidak efisien
yaitu BPD Nusa Tenggara Timur, BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, BPD
Sulawesi Tenggara. Sedangkan pada tahun 2013 terdapat 2 Bank yang tidak efisien diantaranya Bank Mandiri dan BPD Nusa Tenggara Timur. Tahun terakhir 2014 terdapat
6 bank yang tidak efisien yaitu Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, BPD Nusa Tenggara Timur, BPD Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.
Kata kunci: Data Envelopment Analysis , Bank Badan Usaha Milik Negara , Bank Pembangunan Daerah , frontier analysis
ABSTRACT
The purpose of this study was to look at the efficiency of the State-Owned Banks and the
Regional Development Banks with a total of 28 objects of research from around the state-
owned banks and regional development banks except 2 Bank Pembangunan Daerah Jambi and Bengkulu is not included because its financial statement was not published in
2012 , 2013 and 2014. With 7 variable : Third Party Funds, Capital, Interest Expense,
non-operating expenses, Total Loans, Interest Income, and non-operating income. The analysis technique used in this research is the Data Envelopment Analysis with Frontier
Analysis software.
The results of this study showed in 2012 there were three banks were inefficient namely
East Nusa Tenggara BPD, BPD South Sulawesi and West Sulawesi, Southeast Sulawesi
BPD. Whereas in 2013 there were 2 Bank inefficient including BPD Bank and East Nusa Tenggara. Last year 2014 there were 6 banks were inefficient, namely Bank Negara
Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, East Nusa Tenggara BPD, BPD North Sulawesi and West Sulawesi.
Keywords: Data Envelopment Analysis, State Owned Enterprise Bank, regional
development banks, frontier analysis
A. PENDAHULUAN
Perbankan mempunyai fungsi untuk mengumpulkan dana masyarakat yang berlebih dan kemudian menyalurkan kepada masyarakat yang kekurangan sehingga makna dari
sila ke lima pancasila dapat terwujud dan kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat
merata dari sabang sampai merauke dan tidak hanya merata di ibu kota saja melainkan dapat mejangkau desa-desa kecil di pelosok pulau.
Bank Indonesia merupakan suatu bank sentral yang mengatur bank-bank di Indonesia
yang memiliki tugas pokok membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan stablitas keuangan sebuah negara, serta mengatur sirkulasi keuangan bagi bank umum,
meskipun tidak sendirian Bank Indonesia juga dibantu oleh Otoritas Jasa Keuangan yang dalam proses kelahirannya masih baru yakni di tahun 2012 dimana tugas yang semula
menjadi tugas Bank Indonesia dalam hal pengawasan perbankan yang ada di indonesia
mulai dari Bank Persero, Bank Swasta, Bank Campuran dan Bank Asing diberikan wewenang kepada Otoritas Jasa Keuangan untuk mengaturnya.
Gambar Grafik Bank di Indonesia dengan Tingkat Jumlah Asset Tertinggi
Sumber : Data olahan , 2016
Di indonesia sendiri terdapat empat Bank Usaha Milik Negara antara lain : Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Tabungan Negara.
Bank Usaha Milik Negara sebenarnnya mempunyai anak perusahaan dibawah bank
utama seperti BRI Syariah anak perusahaan Bank BRI, Bank Agro Niaga Tbk anak perusahaan Bank BRI, BNI Syariah anak perusahaan Bank BNI, Mandiri Syariah anak
perusahaan Bank Mandiri, Bank Mandiri Taspen Pos anak perusahaan Bank Mandiri. Peneliti tidak memasukkan anak perusahaan dari setiap Bank BUMN yang akan diteliti
dikarenakan laporan keuangan Bank BUMN dan Bank Syariah berbeda dalam segi
perhitungan dan istilah jadi nantinya ditakutkan pembaca ataupun pengguna informasi pada penelitian ini mengalami kebingunggan dalam menerima informasi sehingga peneliti
menggunakan Bank Utama BUMN saja.
0
200
400
600
800
asset
Bank Mandiri
Bank Rakyat Indonesia
Bank Central Asia
Bank Negara Indonesia
Bank CIMB Niaga
Bank Danamon
Bank Permata
Bank Panin
Bank Internasional Indonesia
Bank Tabungan Negara
Bank-bank di Indonesia dengan
Asset Tertinggi
Gambar Grafik Bank Pembangunan Daerah dengan Jumlah Aset Terbesar
Sumber : Data olahan , 2016
Data diatas merupakan 10 Bank Pembangunan daerah dengan total aset terbesar di Indonesia dimana terdapat jarak yang sangat signifikan antara Bank Pembangunan
Daerah Jabar yang berada di urutan pertama dengan Bank Pembangunan Jatim yang berada di urutan kedua, data di atas menggunakan satuan ukuran Trilyun. Dengan
harapan jumlah nasabah yang ada di Bank Persero masih bisa diimbangi oleh Bank
Pembangunan Daerah dengan total aset tertingginya. Selanjutnya dari Bank Pembangunan Daerah diambil 26 Bank Pembangunan Daerah
mulai dari sabang sampai merauke di antaranya : Bank Aceh, BPD Bali, BPD Bengkulu,
Bank DKI, BPD Jambi, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Barat dan Banten, BPD Jawa Timur, BPD Kalimantan Timur, BPD Kalimantan Tengah, BPD Kalimantan Barat, BPD
Kalimantan Selatan, BPD Lampung, BPD Maluku, BPD Nusa Tenggara Barat, BPD Nusa Tenggara Timur, BPD Papua, BPD Riau Kepri, BPD Sulawesi Tenggara, BPD
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, BPD Sulawesi Tengah, BPD Sulawesi Utara, BPD
Sumatera Barat, BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung, BPD Sumatera Utara, BPD Yogyakarta, untuk dijadikan variabel dari Bank Pembangunan Daerah.
B. KAJIAN PUSTAKA
Konsep Teori Efektifitas dan Efisiensi
Kata efektif didapat dari bahasa inggris yaitu effective yang mempunyai arti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan dengan baik. Menurut Pasolong (2007:4), efektivitas pada
dasarnya berasal dari kata efek dan digunakan sebuah julukan atau istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dilihat sebagai suatu sebab dari variabel lain.
Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat terselesaikan
atau dengan kata lain sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
total aset
BPD JAWA BARAT DAN BANTEN
BPD JAWA TIMUR
BPD DKI
BPD JAWA TENGAH
BPD KALIMANTAN TIMUR
BPD SUMATERA UTARA
BPD RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
BPD PAPUA
BPD SUMATERA BARAT
BPD BANK ACEH
Bank Pembangunan Daerah dengan Aset Terbesar
Kata efektivitas tidak dapat disama artikan dengan efisiensi karena keduanya memiliki arti yang berbeda walaupun dalam berbagi pengunaan kata efisiensi lekat
dengan kata efektivitas efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektifitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian tujuan.
Kamus ilmiah populer mendefinisikan efektifitas sebagai ketepatan penggunaan hasil
guna atau menunjang tujuan. Efektifitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target
yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
Robbins (2008) memberikan definisi efektivitas sebagai tingkat pencapaian organisasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dapat diartikan sebagai efektivitas
merupakan suatu standar pengukuran untuk menggambarkan tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
The Liang Gie (1998:147) mengemukakan definisi bahwa, “Efektivitas yaitu suatu
keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki”.
Secara nyata stoner Kurniawan (2005) menekankan pentingnya efektivitas dalam
pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Menurut Mullins (2006:14), efektif itu harus terkait dengan pencapaian tujuan
dan sasaran suatu tugas dan pekerjaan dan terkait juga dengan kinerja dari proses pelaksanaan suatu pekerjaan.
Menurut Emerson seperti yang dikutip Handayaningrat (1994:16), memberikan
definisi bahwa :Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya”.
Sedangkan Georgopolous dan Tannenbaum (1998:50), mengemukakan bahwa
“Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran dengan kata lain,
penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan”. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa yang menjadi penekanan dari pengertian efektivitas berada
pada pencapaian tujuan. Ini berarti dapat dikatakan efektif apabila tujuan atau sasaran yang dikehendaki dapat tercapai sesuai dengan rencana semula dan menimbulkan efek
atau dampak terhadap apa yang diinginkan atau diharapkan. Tingkat efektivitas dapat
diukur dengan membandingkan antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan tersebut itulah yang dikatakan efektif,
namun jika usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.
Dari beberapa pengertian efisiensi di atas, dapat disimpulkan bahwa efisiensi adalah
kegiatan mencapai tujuan dengan benar, dengan cara menggunakan input yang minimum secara optimal dengan hasil output yang maksimal. Dalam mengukur efisiensi, pada
umumnya juga akan dibahas mengenai produktivitas yang dihasilkan suatu Dicision
Making (DMU) hingga dapat dikatakan suatu DMU tersebut efisien. Produktivitas adalah suatu konsep yang mengukur rasio dari total output terhadap rata-rata tertimbang dari
input. Lebih lanjut, produktivitas pada dasarnya merupakan hubungan antara output dan input dalam sebuah produksi, produktivitas dapat diukur secara parsial maupun total.
Produktifitas parsial merupakan hubungan antara output dengan satu input, contoh
produktivitas parsial yang sering digunakan adalah produktivitas tenaga kerja yang menunjukan rata-rata output per tenaga kerja, atau produktivitas kapital yang
menggambarkan rata-rata output per kapital. Produktivitas total atau biasa disebut Total Factor Productivity (TFP), mengukur
hubungan antara output dengan beberapa input secara serentak, hubungan tersebut
dinyatakan dalam rasio dari indeks output terhadap indeks input agregat, jika rasio meningkat berarti lebih banyak output dapat diproduksi menggunakan jumlah input
tertentu atau sejumlah output dapat diproduksi dengan menggunakan lebih sedikit input.
Untuk membedakan istilah produktivitas dan efisiensi dapat diilustrasikan dengan proses produksi sederhana dimana satu input (x) digunakan untuk memproduksi satu output (y).
Hal ini dapat dilihat pada Gambar diatas dan dibawah Garis 0F’ pada Gambar ketiga merupakan frontier produksi yang menggambarkan hubungan antara input dan output.
Frontier produksi menunjukkan tingkat output maksimum yang dapat dicapai pada tiap
tingkat input, dengan tigkat teknologi tertentu dalam suatu industri. Perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut dapat beroperasi pada frontier jika perusahaan efisien
secara teknis atau dibawah fontier jika perusahaan tidak efisien secara teknis. Titik A
menunjukkan titik yang inefisien, sedangkan titik B dan C menunjukkan titik yang efisien. Perusahaan yang beroperasi di titik A merupakan perusahaan yang inefisien
karena secara teknis perusahaan tersebut dapat meningkatkan output ke tingkat output yang sama dengan titik B tanpa membutuhkan input yang lebih besar.
Gambar Garis Frontier Efisiensi dan Efisiensi Tekhnis
Sumber : Arafat, 2008. Manajemen Perbankan Indonesia. , 140-141
Pada Gambar diatas untuk mengukur produktivitas masing-masing titik data digunakan garis bantu yang berasal dari titik 0 ke masing-masing titik data, yaitu garis a,
b dan c. Kemiringan (slope) garis tersebut adalah y/x dan merupakan ukuran
produktivitas. Jika perusahaan yang beroperasi di titik A bergerak ke titik B yang efisien secara teknis, kemiringan garis tersebut akan menjadi lebih besar. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat produktivitas lebih tinggi di titik B. Jika perusahaan bergerak ke titik C, garis tersebut merupakan garis singgung terhadap frontier produksi dan menunjukkan
produktivitas maksimum yang mungkin dicapai. Pergerakan ke titik C adalah contoh
pemanfaatan skala ekonomi. Titik C merupakan titik skala optimal (secara teknis). Operasi perusahaan di titik lainnya pada frontier produksi (selain titik C) akan
menghasilkan tingkat produktivitas yang lebih rendah. Kesimpulan dari uraian tersebut
adalah perusahaan yang sudah efisien secara teknis masih mungkin memperbaiki produktivitasnya dengan memanfaatkan skala ekonomi.
F
A
B
A
C
0
Y
X
Gambar Produktivitas, Efisiensi Tekhnis dan Skala Ekonomi
Sumber : Arafat, 2008. Manajemen Perbankan Indonesia. , 140-141
Uraian tersebut tidak memasukkan komponen waktu. Jika perbandngan produktivitas
dilakukan antar waktu yang berbeda, sumber perubahan produktivitas lainnya yang mungkin adalah perubahan teknis. Perubahan teknis melibatkan kemajuan teknologi yang
ditunjukkan dengan pergeseran frontier produksi ke atas. Hal ini ditunjukkan pada
Gambar diatas berupa pergeseran frontier produksi (pada periode 0) 0F0’ menjadi frontier produksi (pada periode 1) 0F1’. Pada periode 1, seluruh perusahaan secara teknis
dapat memproduksi lebih banyak output pada tiap tingkat input, relatif terhadap output
yang mungkin diproduksi pada periode 0. Jadi peningkatan produktivitas suatu perusahaan dari tahun satu ke tahun selanjutnya tidak hanya berasal dari perbaikan
efisiensi, tetapi mungkin juga karena perubahan teknis atau pemanfaatan skala ekonomi atau kombinasi dari ketiga faktor ini
Gambar Perubahan Tekhnis di antara Dua Periode Waktu
Sumber : Arafat, 2008. Manajemen Perbankan Indonesia. , 140-141
Perubahan produktivitas industri keuangan dapat disebabkan oleh perubahan teknologi atau perubahan efisiensi teknis. Perubahan teknologi dapat dilakukan dengan
F
A
B
A
C
0
Y
X
a b
c
F
₁
0
Y
X
F
₀
pembukaan dan penetrasi pasar lain, sedangkan perubahan efisiensi teknis dapat dilakukan dengan usaha perusahaan-perusahaan yang inefisien untuk menyusul
perusahaan yang efisien.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menggunakan simbol dan angka yang nantinya dapat menghasilkan sebuah kesimulan berupa data yang dapat
dijelaskan secara tertulis. Di dalam metode penelitian terdapat Jenis Data, Sumber Data,
Definisi Oprasional Variabel, Motode Analisis Data.
Sumber Data
a. Bank Indonesia
b. Badan Pusat Statistik Jawa Timur
c. Lembaga Penjamin Simpanan d. Laporan Keuangan tiap-tiap Bank yang diperoleh dari situs utama perusahaan
Definisi Oprasional Variabel
a. Dana Pihak ke Tiga
Dalam dana pihak ketiga seperti giro, tabungan, deposito digunakan oleh perbankan untuk menjaga likuiditas berguna untuk menjaga kestabilan perbankan
itu sendiri karena tingkata suku bunga dan kondisi rupiah sendiri yang berubah-ubah menyesuaikan kondisi pasar.
b. Modal
Modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal yang diperoleh dari awal berdirinya perusahaan dengan batasan pertahun dalam setiap data dimana
data nanti akan terdapat tiga modal dalam setiap satu bank yang didapat dari
tahun 2012 sampai dengan 2014 c. Beban Bunga
Dari tahun ke tahun setiap perbankan melakukan ekspansi yang cukup besar dimana para bank tersebut mulai menjangkau daerah-daerah yang belum
memiliki kantor cabang ataupun cabang pembantu untuk menjangkau para
nasabahnya dari permasalahan ini dapat dikategorikan beban bunga dimana waktu pembuatan aset sampai dengan pemakaian dikategorikan sebagai beban
bunga.
d. Beban Non-Oprasional Beban non-operasional dalam penelitian ini antara lain terdiri dari transfer
payment, denda, beban tenaga kerja dan lain-lain yang dapat ditemukan di dalam laporan keuangan setiap bank yang digunakan dalam penelitian ini.
e. Total Kredit
Total kredit adalah sebuah program dari perbankan yang bertujuan membantu pada nasabah yang mempunyai kekurangan dana dan nasabah yang mempunyai
kelebihan dana kemudian dari masalah tersebut pihak bank menjadi perantara
kepada pihak yang memiliki kekurangan dana guna memulai bisnis baru ataupun memperbesar bisnis yang sudah ada dengan dana pinjaman dari pihak perbankan.
f. Pendapatan Bunga
Pendapatan bunga adalah hasil dari pinjaman-pinjaman yang diberikan atau investasi-investasi yang dilakukan perbankan seperti giro, obligasi, simpanan
berjangka dan surat pengakuan hutang lainnya. g. Pendapatan Non-Operasional
Pendapatan non operasional di dalam perbankan antara lain penggantian dari
asuransi kredit, pendapatan deviden, beban personalia, beban umum dan administrasi yang didapatkan dari bukan pendapatan asli bunga melainkan dari
sub akun yang lain.
Metode Analisis Data
Data envelopment analysis adalah suatu metodologi yang digunakan untuk
mengukur efisiensi dari suatu unit pengambilan keputusan atau unit kerja yang
bertanggung jawab menggunakan sejumah input untuk memperoleh suatu output yang
ditargetkan. DEA merupakan model pemrograman fraksional yang bisa mencakup banyak output dan input tanpa perlu menentukan bobot untuk tiap variabel sebelumnya,
tanpa perlu penjelasan eksplisit mengenai hubungan fungsional antara input dan output. DEA menghitung ukuran efisiensi secara skalar dan menentukan level input dan output
yang efisien untuk unit yang dievaluasi. Proses pengolahan data dengan DEA
merumuskan indikator pengukuran efisiensi bank, bisa berupa : deposito, beban bunga, pinjaman, pendapatan bunga dan indikator lainnya ke dalam model matematis. Tahap ini
merupakan penyederhanaan penggambaran masalah yang kompleks ke dalam bentuk
kuantitatif untuk mencari solusi guna menyelesaikan masalah yang ada. Sebuah model matematis menggunakan variabel keputusan atau decision variables untuk
menggambarkan keputusan kuantitatif yang akan dibuat. Sementara fungsi tujuan atau objective function akan mengekspresikann ukuran kinerja dari tiap decision variable
dalam model. Kendala atau constraint dalam model menggambarkan pembatasan
terhadap nilai yang akan dimasukkan ke dalam variabel keputusan. Parameter dari sebuah model konstanta yang akan muncul dalam fungsi tujuan dan kendala. Metode DEA ini
diciptakan sebagai alat evaluasi kinerja suatu aktivitas di sebuah unit entitas atau
organisasi yang selanjutnya disebut DMU (Decision Making Unit) atau Unit Pembuat Keputusan (UPK). Secara sederhana pengukuran dinyatakan dengan rasio : output atau
input yang merupakan satuan pengukuran efisiensi atau produktivitas yang bisa dinyatakan secara parsial ataupun secara total dengan melibatkan semua output dan input
suatu entitas ke dalam pengukuran yang dapat membantu menunjukkan faktor input apa
yang paling berpengaruh dalam menghasilkan suatu output. Hanya saja perluasan pengukuran produktivitas dari parsial ke total akan membawa kesulitan dalam memilih
input dan output apa yang harus disertakan dan bagaimana pembobotannya.
Data envelopment analysis pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978 dan 1979. Pendekatan DEA lebih menekankan pendekatan yang
berorientasi kepada tugas yang penting, yaitu mengevaluasi kinerja dari unit pembuat keputusan (Decision Making Units). Analisis yang dilakukan berdasarkan kepada
evaluasi terhadap efisiensi relatif dari DMU yang sebanding. Selanjutnya, DMU yang
efisien tersebut akan membentuk garis frontier. Jika DMU berada pada garis frontier, maka DMU tersebut dapat dikatakan efisien relatif dibandingkan dengan DMU yang lain
dalam peer group-nya. Selain menghasilkan nilai efisiensi masing-masing DMU, DEA
juga menunjukkan unit-unit yang menjadi referensi bagi unit-unit yang tidak efisien. DEA merupakan pendekatan non parametrik dengan menggunakan teknik linear
programming sebagai dasar. Langkah kerja penelitian dengan metode DEA ini meliputi: 1. identifikasi DMU atau unit yang akan diobservasi beserta input dan output
pembentuknya
2. menghitung efisiensi tiap DMU untuk mendapakan target input dan output yang diperlukan untuk mencapai kinerja optimal
Pendekatan Input dan Output
Pendekatan yang digunakan dalam mendefinisikan hubungan input output dalam
tingkah laku dari institusi finansial pada metode parametrik maupun non-parametrik
adalah :
1. Pendekatan produksi (the production approach),
Pendekatan produksi melihat institusi finansial sebagai produser dari akun deposit (deposit accounts) dan kredit pinjaman (loans); mendefinisikan output sebagai
jumlah dari akun-akun tersebut atau dari transaksi-transaksi yang terkait. Input-
input dalam kasus ini dihitung sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap (fixed assets) dan material lainnya.
2. Pendekatan intermediasi (the intermediation approach),
Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi finansial sebagai intermediator: merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus
kepada unit-unit defisit. Dalam hal ini input-input institusional seperti biaya tenaga kerja dan modal dan pembayaran bunga pada deposit, dengan output yang
diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi finansial (financial
investments). 3. Pendekatan asset (the asset approach)
Yang terakhir adalah pendekatan asset yang memvisualisasikan fungsi primer
sebuah institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans); dekat sekali dengan pendekatan intermediasi, dimana output benar-benar didefinisikan dalam
bentuk aset-aset.
Orientasi penentuan Input dan Output
Dalam penelitian ini terdapat dua orientasi yang digunakan dalam metodologi
pengukuran
efisiensi, yaitu : 1. Orientasi input
Sebuah perspektif yang melihat efisiensi sebagai pengurangan penggunaan input
meski memproduksi output dalam jumlah yang tetap. Cocok untuk industri dimana manager memiliki kontrol yang besar terhadap biaya operasional.
Gambar Proyeksi Frontier Orientasi Input Model CCR
Sumber : Cooper dalam Indrawati 2009
2. Orientasi output
Sebuah perspektif yang melihat efisiensi sebagai peningkatan output secara
proporsional dengan menggunakan tingkat input yang sama. Cocok untuk industri
dimana unit pembuat keputusan diberikan kuantitas resource dalam jumlah yang fix dan diminta untuk memproduksi output sebanyak mungkin dari resource
tersebut. Perbedaan antara orientasi input dan output model DEA hanya terletak
pada ukuran yang digunakan dalam menentukan efisiensi (yaitu dari sisi input dan output), namun semua model (apapun orientasinya), akan mengestimasi
frontier yang sama.
Gambar Proyeksi Frontier Orientasi Output Model CCR
Sumber : Cooper dalam Indrawati 2009
Pendekatan Optimisasi
1. Constant Return to Scale
Model CCR yang merupakan model dasar DEA menggunakan asumsi constant return to scale yang membawa implikasi pada bentuk efficient set yang linier. Model
constant return to scale dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (model CCR) pada tahun 1978. model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan
input dan output adalah sama (constant return to scale). Artinya, jika ada tambahan
input sebesar x kali, maka output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau unit pembuat
keputusan (UPK) beroperasi pada skala yang optimal. Untuk masing-masing DMU
akan dihitung pengukuran rasio output terhadap input, u’yi/v’xi, dimana u adalah M x 1 adalah bobot output dan v adalah K x 1 merupakan bobot input. Untuk memilih
bobot optimal, diperlukan persamaan matematika sebagai berikut :
Persamaan diatas merupakan solusi untuk u dan v yang dibatasi dengan constraint bahwa efisiensi harus bernilai lebih kecil atau sama dengan satu. Permasalahan dari
persamaan diatas adalah adanya kemungkinan infinite number. Untuk mencegah hal
tersebut, maka v’xi = 1, sehingga :
dimana terjadi perubahan notasi dari u dan v menjadi μ dan ν yang merefleksikan
transformasi. Bentuk ini disebut bentuk multiplier dari linear programming. Dengan
menggunakan program linear duality, maka dapat diturunkan persamaan bentuk envelopment yaitu :
Θ adalah skalar dan λ adalah N x 1 vektor konstanta. Θ adalah nilai efisiensi untuk DMU ke i. Dan hasilnya akan memenuhi Θ ≤ 1, nilai 1 mengindikasikan titik pada
frontier dan DMU dikatakan efisien secara teknis. Program linear tersebut harus diselesaikan sebanyak N kali untuk masing-masing DMU.
Gambar Frontier efisien model CCR
Sumber : Diana dalam Indrawati 2009
2. Variable Return to Scale Model ini dikembangkan oleh BCC (Banker, Charnes & Cooper) pada tahun
1984 dan merupakan pengembangan dari model CCR. Model ini beranggapan
bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal. Asumsi dari model ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak
sama (variable return to scale). Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih
besar dari x kali. Rumus VRS dapat dituliskan dengan program matematika
seperti berikut ini:
N1’l = 1 adalah menyatakan bahwa unit yang inefisien hanya akan dibandingkan dengan unit yang memiliki ukuran yang sama. Saat CRS, unit yang inefisien dapat
saja dibandingkan dengan unit yang lebih besar atau lebih kecil darinya. Model output-oriented VRS adalah sebagai berikut :
Dimana 1≤φ<∞, dan φ-1 merupakan peningkatan output secara proporsional yang
dapat dicapai oleh DMU, dengan kuantitas input yang ada. Contoh DEA output-
oriented dapat dilihat pada gambar diatas. Titik observasi dibawah kurva dan yang berada pada bagian kanan dari titik aksis merupakan output slack. Contohnya, titik P
akan diproyeksikan ke titik P’ yang terletak pada frontier tapi titik ini bukan merupakan titik yang efisien karena Y1 masih dapat ditingkatkan kembali sejumlah
AP’ tanpa harus menambah input. AP’ disebut juga sebagai output slack.
D. PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Dalam kurun waktu antara 2012 sampai dengan 2014 peneliti menggunakan 7
variabel yang terdiri dari 4 input yaitu : Dana pihak ketiga, Modal, Beban bunga, dan
Beban non-operasional sedangkan output terdiri dari 3 variabel antara lain : Total
pinjaman, Pendapatan bunga, dan Pendapatan non-operasional dengan satuan rupiah. Objek penelitian Bank Persero atau BUMN dengan total ada 4 bank BUMN sedangkan
untuk bank pembangunan daerah terdapat 26 bank pembangunan daerah yang tersebar di indonesia namun peneliti hanya memasukan 24 bank pembangunan daerah saja
dikarenakan BPD Jambi dan BPD Bengkulu tidak mempublikasikan laporan
keuangannya pada tahun 2012 sampai dengan 2014. Sedangkan pemilihan variabel yang diteliti berdasarkan gabungan dari penelitian terdahulu yakni jurnal dari Jelena Titko,
Daiva Jureviciene dan digabung dengan Hailing Zhao a, Sangmok Kangayang dengan
mempertimbangkan akun yang bisa didapatkan di laporan keuangan tiap objek yang diteliti mulai dari tahun 2012 sampai 2014 sehingga didapatkan 7 variabel. Peneliti
memasukan 4 variabel Bank BUMN dan 23 Bank Daerah dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Terdapat 2 Bank yang tidak dimasukan dikarenakan keterbatasan data atau tidak
ditemukannya laporan keuangan Bank Daerah tersebut untuk tahun yang sudah
ditentukan, Bank Daerah tersebut antara lain : Bank Pembangunan Daerah Jambi dan Bank Pembangunan Daerah Bengkulu.
Hasil Penelitian Tahun 2012
Dari hasil penelitian yang sudah diproses menggunakan aplikasi Banxia dengan
cara memasukan variabel-variabel yang sudah dipilih dengan total tujuh variabel mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 peneliti menghasilkan data sebagai berikut :
Gambar Data Viewer tahun 2012
Sumber : Data olahan , 2016
Gambar di atas adalah proses pemasukan data dengan variabel dana pihak ketiga,
modal, beban bunga, beban non-operasional, total pinjaman, pendapatan bunga, dan
pendapatan non operasional yang dijadikan satu dalam kurun waktu satu tahun yakni
tahun 2012 saja. Dengan objek penelitian 4 Bank BUMN dan 23 Bank Pembangunan Daerah.
Gambar Hasil Efisiensi tahun 2012
Sumber : Data olahan , 2016
Seperti yang bisa kita lihat setelah data dimasukan seperti pada gambar diatas
menghasilkan kesimpulan jika pada tahun 2012 dari 4 Bank BUMN dan 23 Bank
Pembangunan Daerah terdapat 24 Bank yang memiliki nilai efisien 100% dan 3 Bank dengan nilai masing-masing 90,2% BPD NTT, 95,2% BPD Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat yang menunjukan kemampuan dalam mengelola laporannya kurang
begitu baik karena tidak mendapat nilai efisiensi 100%, BPD NTT menghasilkan nilai efisiensi 90,2% dikarenakan dalam laporan keuangan tahunannya akun Beban Bunga dan
Pendapatan Bunga kurang begitu dapat dimaksimalkan dibandingkan dengan akun laporan keuangan yang lain sehingga terdapat perbedaan yang cukup jauh antara Beban
Bunga, Pengapatan Bungan dengan Akun laporan keuangan yang lainnya. Sedangkan
BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat atau disingkal Sulselbar mendapat nilai efisiensi sebesar 95,2% dikarenakan akun beban non operasional dan pendapatan bunga
lebih rendah dibandingkan dengan nilai ketujuh variabel yang diteliti. Meski mendapat
nilai effisiensi 100% namun BPD Sulawesi Tenggara juga tidak terlalu baik karena nilai effisiensi dari beban bunga tidak bagus dibandingkan dengan variabel yang lainnya.
Gambar Total Potential Improvement tahun 2012
Sumber : Data olahan , 2016
Dikarenakan keterbatasan aplikasi pemproses data envelopment analysis peneliti
membagi total potential improvement menjadi tiga gambar pie. Pada pie yang pertama total pinjaman menjadi variabel yang paling baik untuk dikembangkan potensinya pada
tahun 2012 disusul pendapatan non operasional dan beban non operasional. Pie kedua sangat berbeda jauh dengan pie pertama dan ketiga dimana total pinjaman sangat
mendominasi dibandingkan dengan variabel yang lainnya. Pada pie yang ketiga total
pinjaman justru memiliki peningkatan potensi terendah dibandingkan dengan yang lainnya namun dapat diambil kesimpulan pada tahun 2012 total pinjaman merupakan
variabel tertinggi di tahun 2012 untuk dimaksimalkan potensinya.
Hasil Penelitian Tahun 2013
Dari hasil penelitian pada tahun 2013 menunjukan hasil yang tidak jauh berbeda
dengan tahun sebelumnya namun perbedaan terperinci lebih pada kontribusi setiap
variabel yang ada.
Gambar Data Viewer Tahun 2013
Sumber : Data olahan , 2016 Gambar diatas adalah data dari empat objek bank yang akan diteliti dengan
peningkatan nilai yang tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yakni tahun 2012.
Gambar Hasil Efisiensi Tahun 2013
Sumber : Data olahan , 2016
Dari gambar diatas dapat diambil kesimpulan jika pada tahun 2013 semua
perbankan memiliki nilai efisien 100%.
Gambar Total Potential Improvement tahun 2013
Sumber : Data olahan , 2016
Pada gambar diatas yang berbentuk pie di atas menggambarkan peningkatan potensi setiap variabel dalam kurun waktu satu tahun yakni tahun 2013 dengan hasil
tertinggi pada variabel pendapatan bunga 23,34%, beban non-operasional 22,99%, dan
total pinjaman sebesar 20,58% dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan potensi untuk ketiga variabel tersebut paling tertinggi di tahun 2013.
Hasil Penelitian Tahun 2014
Pada tahun 2014 hampir keseluruhan variabel memberikan kontribusinya yang
sama besar dan keseimbangan ini membuat tahun 2014 menjadi tahun yang paling seimbang diantara tahun 2012 dan 2013 karena kesamaan rata-rata kontribusi terhadap
efisien.
Gambar Data Viewer Tahun 2014
Sumber : Data olahan , 2016
Nilai dari variabel pada tahun 2014 memiliki sejumlah peningkatan dan dari
peningkatan ini efisiensi di tahun 2014 menjadi lebih seimbang dan baik jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Gambar Hasil Efisiensi tahun 2014
Sumber : Data olahan , 2016
Dari gambar diatas kondisi efisiensi keempat objek penelitian menunjukan
tingkat efisiensi yang 100% dan ini menjadikan penelitian di jurnal ini mendapat nilai
efisiensi secara sempurna pada tahun 2012, 2013 dan 2014 dengan empat objek penelitian dan tujuh variabel input dan output.
Gambar Total Potential Improvement tahun 2014
Sumber : Data olahan , 2016
Dari grafik berbentuk pie diatas dapat dilihat bahwa setiap variabel memiliki peningkatan potensi yang lebih baik dari tahun 2012 dan 2013 dengan kontribusi setiap
variabel yang sama besar. Beban bunga 16,49%, modal 15,35% dan pendapatan non-operasional 15% menjadi variabel tertinggi dari tujuh variabel yang ada namun keempat
variabel lain memiliki nilai yang tidak jauh dari kedua variabel tertinggi ini.
Implikasi Penelitian
Implikasi dari penelitian ini mematahkan pandangan bahwa bank dengan asset atau dana yang besar sudah pasti efisien dikarenakan mempunyai cadangan dana dan nasabah
yang banyak diantara bank yang lainnya. Effisiensi tidak didapatkan dari jumlah dana dan
nasabah yang tinggi namun dari tata kelola akun-akun perbankan dan manajemen sumber daya manusianya dengan baik lewat variabel-variabel yang diteliti.
Pada tahun tertentu ketika di negara indonesia terdapat suatu kegiatan besar seperti pemilu maka akan menyebabkan dana dari berbagai bank mengalir keluar dengan begitu
tinggi dikarenakan kebutuhan konsumsi lebih besar daripada penyimpanan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dengan total objek penelitian sebanyak 28 Bank dimana 4 bank BUMN dan 24
bank BPD dengan jangka waktu 3 tahun dimulai dari tahun 2012, 2013 dan 2014
menghasilkan 11 bank yang tidak efisien dengan pembagian masing-masing di tahun 2012 terdapat 3 bank yang tidak efisien yaitu BPD Nusa Tenggara Timur, BPD Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Barat, dan BPD Sulawesi Tenggara. Tahun 2013 terdapat 2 bank
yang tidak efisien yakni Bank Mandiri dan BPD Nusa Tenggara Timur. Dan tahun terakhir 2014 terdapat 6 bank yang tidak efisien, terbanyak diantara dua tahun
sebelumnya yaitu Bank Negara Indonesia , Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, BPD Nusa Tenggara Timur, BPD Sulawesi Utara, BPD Sumatera Barat. Selain objek
penelitian yang disebutkan di atas semua bank mendapatkan nilai efisiensi 100%.
Pada tahun 2012 variabel yang dapat ditingkatkan bank-bank yang menjadi objek penelitian antara lain Total Pinjaman, Pendapatan Non Operasional, Beban non
Operasional, Dana Pihak ketiga dan Pendapatan Bunga dimana dari 5 variabel tersebut
memberikan kontribusi yang besar diantara 7 variabel yang diteliti dalam pembagian Grafik Pie, dimana peneliti membaginya menjadi 3 grafik dalam satu tahun dengan total
28 Bank. Sedangkan tahun 2013 hampir semua variabel memberikan kontribusinya jika dilihat dari ketiga Grafik Pie, hanya beban bunga yang tidak memberikan kontribusi pada
tahun 2013. Pada tahun terakhir 2014 lebih banyak bank yang tidak efisien jika
dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, namun jika dilihat dari variabelnya masing-masing semu memberikan kontribusi yang hampir sama besar pada tahun 2014 dengan
pendapatan non operasional yang tertinggi dan dana pihak ketiga yang terendah sebesar.
Saran
1. Saran peneliti yang pertama adalah dengan dana yang begitu besar seharusnya bank pemerintah harus memanfaatkan dananya secara nyata di lapangan jangan
hanya disimpan dan tidak digunakan maka akan mengurangi tingkat efisiensi
dana tersebut meskipun memiliki jumlah dana yang cukup besar.
2. Bank daerah juga tidak terlalu baik seratus persen jika dibangingkan dengan
Bank Pemerintah dimana dari beberapa bank daerah kurang mampu mengelola manajemennya sehingga menyebabkan neracanya defisit, meskipun
kepemilikannya daerah namun banyak dari bank pembangunan daerah kurang menyebarkan banknya ke daerah lain sehingga para perantau yang bekerja di
daerah lain tetap dapat menyimpan uangnya pada daerah mereka dilahirkan
sehingga menjadikan bank daerah tersebut benar-benar mendapatkan dana yang besar dari seluruh indonesia meskipun kepemilikannya hanya berdasarkan daerah
bukan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Danim . 2004 . dalam Partanto, P.A. & Al Barry, M.D., 1994. Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya: Arkola, 37, p.23.
Dai, G., 2010. Research on loans efficiency of commercial bank based on DEA a case study of Chinese commercial bank. 2010 International Conference on Management
and Service Science, MASS 2010. http://www.sciencedirect.com/ .
Georgopolous & Tannenbaum . 1998 . dalam Partanto, P.A. & Al Barry, M.D., 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 37, p.23.
Gini, D.P., 2011. I ncome I nequality and P articipation : A C omparison of 24 E uropean C ountries. , 3(2).
Gie L . 1998 . dalam Partanto, P.A. & Al Barry, M.D., 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 37, p.23.
Growth, B. & Business, M.E., 2013. Excellent Services Reaching Across the Archipelago Achieving the Best through Achieving the Best through Excellent Services ,
Reaching Across the Archipelago A Bank with the Best.
http://www.sciencedirect.com/ . Handayaningrat . 1994 . dalam Partanto, P.A. & Al Barry, M.D., 1994. Kamus Ilmiah
Populer. Surabaya: Arkola, 37, p.23.
Hui, X.F. et al., 2012. The analysis of the operational efficiency of China’s commercial
bank using DEA method and multiple regression analysis method. 2012 19th Annual International Conference on Management Science and Engineering, ICMSE
2012, 0(1), pp.1303–1307. Available at:
http://www.scopus.com/inward/record.url?eid=2-s2.0-84874376498&partnerID=40&md5=98a224eee328c82466849493e80f6405.
Indrawijaya . 1989 . dalam Partanto, P.A. & Al Barry, M.D., 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 37, p.23.
Ii, B.A.B., 2009. Pengertian di atas memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Pengertian bank menurut PSAK No.31 dalam Standar Akuntansi Keuangan
(1999:31.1) adalah : , pp.8–26. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementrian Keuangan RI . 1998 . Undang-
undang tentang perbankan 1998 . http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/1998/10Tahun~1998UU.htm . 10 September
2016
Jati, D.P., 2014. Dan Bank Umum Dengan Pendekatan. , 18(2), pp.297–306. Jati, D.P. & Suliyanto, 2014. Perbandingan Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank
Umum Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis. , 18(2), pp.297–306.
Kamarudin, N. et al., 2012. Measuring The Efficiency of Investment Banks in Malaysia. , pp.419–424.
Kaur, S. & Gupta, P.K., 2015. Productive Efficiency Mapping of the Indian Banking System Using Data Envelopment Analysis. 16th Annual Conference on Finance and
Accounting, Acfa Prague 2015, 25(15), pp.227–238.
Kurniawan S . 2005 . dalam Partanto, P.A. & Al Barry, M.D., 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 37, p.23.