Upload
kacongmarcuet
View
29
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Tanaman tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umur
tanaman ini hanya untuk satu kali periode panen. Setelah produksi, kemudian
mati. Tanaman ini berbentuk perdu atau semak dengan panjang bisa mencapai
2m. Oleh karena itu, tanaman tomat perlu diberi ajir dari turus bambu atau turus
kayu agar tidak roboh di tanah tetapi tumbuh secara vertikal (Wilson and Walter,
1967).
Klasifikasi buah tomat menurut Wilson dan Walter (1967), tomat termasuk
dalam divisi spermatophyta (tanaman berbiji), subdivisi angiospermae (biji berada
dalam buah), kelas dicotyledonae, ordo tubiflorae, familia solanaceae, genus
lycopersicon dan spesies Lycopersicon esculentum var. cerasiforme.
Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh vertikal menembus
kedalam tanah dan horizontal berupa akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah
samping. Daerah perakarannya dapat mencapai 1.5 m sedangkan ujung akarnya
dapat mencapai kedalaman 0.5 m pada kondisi lingkungan yang optimum.
Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan dapat tumbuh baik jika
ditanam pada lahan yang gembur dan porous (Wilson and Walter, 1967).
Batang tanaman tomat mudah patah sewaktu masih muda sedangkan
setelah tua menjadi keras hampir berkayu, persegi dan seluruh permukaan
batangnya berbulu halus. Tanaman tomat cherry memiliki pertumbuhan batang
indeterminate, dimana pertumbuhan batangnya tidak diakhiri dengan rangkaian
bunga atau buah, arah pertumbuhannya vertikal, periode panen buahnya panjang
atau dapat dipanen sepanjang musim, dan habitus tanaman umumnya tinggi dan
akan lemah bila tidak ditopang (Opena and Van der Vossen, 1994).
Daun tomat merupakan daun majemuk yang tumbuh berselang-seling atau
tersusun spiral mengelilingi batang tanaman. Daun tanaman tomat cherry
umumnya lebar, bersirip dan berbulu, panjangnya antara 20-30 cm atau lebih.
Lebar daun sekitar 15-20 cm dan biasanya tumbuh dekat ujung dahan. Tangkai
8
daun bulat panjang sekitar 7-10 cm dan tebalnya antara 0.3-0.5 cm (Opena and
Van der Vossen, 1994).
Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm dan
berwarna kuning cerah. Bunganya tersusun dalam rangkaian bunga yang jumlah
kuntum bunganya sekitar 30-70 buah tiap clusternya. Jumlah kelopaknya 5
berwarna hijau dan 5 buah mahkota bunganya berwarna kuning yang bagian
dalam dasarnya menyatu, sedangkan bagian atasnya meruncing menyebar, seolah-
olah menyerupai bintang. Bagian bunga terdiri atas benang sari (stamen) dan
kepala sari (anther) yang didalamnya terdapat tepung sari (pollen). Kepala sari
berbentuk kubah (cone) dengan celah menghadap kebawah sedangkan posisi putik
berada di bawah kubah tersebut. Tangkai sarinya pendek dan kantong sarinya
memiliki 12 alur, sehingga berbentuk seperti granat. Bunga tomat menyerbuk
sendiri tetapi juga mudah untuk dilakukan penyerbukan silang (Rubazky dan
Yamaguchi, 1999).
Buah tomat cherry berbentuk bulat dengan diameter 1.5-3 cm. Bobot buah
30 gr, memiliki kulit buah tipis. Kulit buah ada yang berwarna merah muda,
merah, oranye atau kuning (Opena and Van der Vossen, 1994). Biji tomat
dikelilingi oleh bahan gel yang memenuhi rongga buah. Biji tomat berbentuk
pipih dan berwarna krem muda. Biji tomat umumnya memiliki panjang 2-3 mm
(Rubazky dan Yamaguchi, 1999).
Syarat Tumbuh
Tanaman tomat dapat tumbuh didataran rendah sampai dataran tinggi
dengan lahan yang dapat ditanami adalah lahan bekas sawah dan lahan kering.
Idealnya, tanaman tomat tumbuh di tempat yang dingin, cuaca kering dan dataran
tinggi (1000-1250 m dpl), khusus untuk tomat cherry umumnya tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian diatas 700 m
dpl (Suarni, 2006).
Menurut Cahyono (2008), tomat yang cocok ditanam di dataran tinggi
antara lain varietas Berlian, Mutiara dan Kada sedangkan untuk dataran rendah
9
adalah Intan, Ratna, LV, CLN, Zamrud, Opal dan Mirah. Selain itu, ada varietas
lain yang cocok ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi, yaitu
varietas GH2, GH4, Berlian dan Mutiara.
Suhu yang optimum untuk pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah
25-300C pada siang hari dan antara 160C-200C pada malam hari. Perbedaan harian
yang besar untuk siang dan malam cenderung meningkatkan pembungaan,
pertumbuhan dan kualitas buah. Pembentukan buah terbaik antara suhu 180C dan
240C, pada suhu dibawah 150C dan diatas 300C pembentukan buah berlangsung
buruk. Untuk pembentukan buah, suhu malam lebih kritis dari suhu siang. Tomat
cherry memerlukan sinar matahari minimal 8 jam per hari dan curah hujan pada
kisaran 750-1250 mm per tahun. Meskipun demikian tanaman ini tidak tahan
terhadap sinar matahari yang terik dan hujan lebat (Rubazky dan Yamaguchi,
1999).
Keadaan temperatur dan kelembapan yang tinggi (95%), berpengaruh
kurang baik terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah tomat cherry. Hal
ini terjadi karena kelembapan yang tinggi akan merangsang peningkatan laju
transpirasi melalui stomata yang membuka lebih banyak pada kelembapan tinggi.
Selain itu, kelembapan yang tinggi juga dapat merangsang pertumbuhan
organisme pengganggu tanaman.
Menurut Opena and Van der Vossen (1994), tomat dapat tumbuh pada
berbagai macam jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat yang
mengandung banyak bahan organik. Kisaran pH ideal adalah 6.0-6.5, pH terlalu
tinggi atau terlalu rendah dapat meyebabkan defisiensi mineral dan keracunan.
Menurut Salakpetch (2005), pembagian manajemen mutu dibedakan
menjadi 3 bagian. Pembagian ini didasarkan pada HACCP (Hazard Analysis and
Critical Control Point) dan ISO (International Organization for Standardization).
Quality Policy (Kebijakan Mutu).Kebijakan mutu ini merupakan kebijakan
yang ditujukan untuk para petani, dimana mereka harus memiliki semboyan
kami berusaha untuk memproduksi buah dan sayuran segar untuk pasar segar
dan akan memberikan kepuasan kepada pelanggan
10
Quality Objectives (Sasaran Mutu). Sasaran mutu merupakan pelanggan
ataupun konsumen. Sasaran mutu ini bertujuan untuk mengembangkan syarat-
syarat utama yang menjadi permintaan konsumen. Hal ini berkaitan dengan
kepuasan konsumen terhadap produk yang ditawarkan yang berkaitan dengan
mutu fisik, kimia, biologi dan bebas hama penyakit. Sasaran mutu ini berbeda
menurut jenis komoditas yang ditawarkan, misalnya sasaran mutu durian akan
berbeda dengan sasaran mutu mangga.
Quality Plan (Perencanaan Mutu). HACCP merupakan analisis ataupun
peraturan yang mengatur suatu kegiatan misalnya budidaya tanaman dengan
pemenuhan beberapa komponen yang telah ditetapkan. HACCP membantu dalam
mengidentifikasi kualitas produk yang mungkin dalam pelaksanaannya masih ada
faktor-faktor kerusakan yang perlu diseleksi, dihindari atau diminimalkan.
Penerapan Budidaya Terbaik untuk Sayuran
Pemilihan jenis benih dan bibit yang baik akan sangat mempengaruhi
keberlanjutan dan keberhasilan dari sebuah usahatani ataupun perusahaan
pertanian. Setiap tanaman pasti memiliki kondisi iklim tertentu agar dapat
tumbuh dan berpotensi maksimal sehingga jika kondisi lahan tidak sesuai maka
kita harus menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tersebut.
Berdasarkan cara penanamannya, tanaman sayuran dapat dibagi menjadi 3 jenis
yaitu :
1. Tanaman yang biasanya dipindahtanamkan (kubis, brokoli,
kembang kol, selada, lada, seledri, tomat, terung)
2. Tanaman yang biasanya ditanam langsung (melon, labu pahit,
mentimun, buncis, kangkung, bawang merah, jagung manis)
3. Tanaman harus tanam langsung (lobak, wortel, bit)
Tanaman tomat merupakan tanaman yang biasanya dipindahtanamkan
sehingga membutuhkan proses pembibitan. Proses pembibitan harus dapat
menciptakan kondisi yang baik terhadap tanaman yang akan ditransplantasi. Hal
hal yang harus diperhatikan dalam proses pembibitan adalah perlindungan
11
terhadap hama dan hewan tingkat tinggi seperti ayam, hujan, sinar matahari yang
berlebihan dan perlindungan terhadap suhu ekstrim.
Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah media tanam yang baik
untuk pembibitan. Adapun karateristik dari media tanam yang ideal adalah
memiliki kemampuan menahan air dan aerasi dengan baik. mampu menyerap
nutrisi dengan baik serta bebas dari hama dan penyakit.
Berdasarkan hasil penelitian di Filipina yang dilakukan oleh Holmer
(1998) dan Trugglemann (2000), pemupukan pada tanaman sayuran akan
memperoleh hasil yang terbaik jika ada pengkombinasian antara pupuk organik
dan pupuk anorganik. Pupuk organik seperti pupuk kandang dan kompos berguna
untuk memperbaiki sifat fisik, bioligi dan kimia tanah sedangkan pupuk anorganik
seperti urea, NPK, KCl dan sebaginya berguna sebagai sumber bahan organik
yang langsung tersedia dan dapat langsung diserap oleh tanaman. Perbedaan yang
mendasar yang terdapat antara pupuk organik dan pupuk anorganik sebenarnya
adalah konsentrasi dan ketersediaannya pada tanaman karena pupuk organik
lambat tersedia bagi tanaman (melalui proses dekomposisi) sedangkan pupuk
anorganik langsung tersedia bagi tanaman. Kombinasi dari kedua jenis pupuk ini
akan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas dari hasil sayuran.
Aplikasi pupuk ini juga harus dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal
(tahap basal) dilakukan pemberian pupuk organik secara keseluruhan pada masa
sebelum tanam dan pada tahp berikutnya diberikan pada 1 ataupun 2 minggu
setelah tanam (tergantung kondisi dan varietas tanaman).
Pemberian air ataupun irigasi pada tanaman merupakan hal yang penting
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam budidaya tomat ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, air dan nitrogen merupakan 2 input
yang mempengaruhi produksi tomat, ketersediaan air yang tidak cukup, harga
pupuk yang meningkat, pengelolan air yang baik diperlukan untuk menjaga
ketersedian nitrogen di zona perakaran
Penanganan pasca panen merupakan faktor yang paling penting dalam
menangani mutu tanaman terlebih tanaman sayuran. Pada dasarnya, penyebab
utama kehilangan hasil pada tanaman sayuran adalah layu, kuning, dan tingkat
12
respirasi yang tinggi sehingga tanaman cepat busuk. Dalam hal ini, tanaman
sayuran juga merupakan tanaman yang sangat cepat kehilangan air. Hal ini akan
sangat merugikan karena selain merusak penampilan produk juga akan
menyebabkan susut bobot yang besar. Untuk itu, sebenarnya perlu dikembangkan
teknik-teknik pasca panen yang dapat mengurangi kehilangan hasil pada produk.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara perlakuan suhu dingin ataupun modifikasi
kemasan sesuai dengan produk yang dihasilkan dengan memperhatikan laju
respirasi dan jenis tanaman yang dihasilkan (Kader, 2002).
Standar perlindungan pekerja merupakan standar peraturan yang dibuat
untuk mengurangi resiko pekerja. Hal ini berkaitan dengan keracunan pestisida
dan cedera pada saat bekerja dilapangan. Peraturan standar pekerja ini harus
dilaksanakan oleh seluruh orang yang terkait dengan perusahaan tersebut, baik itu
pemilik, kontraktor maupun manajer. Namun, ketentuan untuk tiap tingkatan pasti
berbeda. Misalnya khusus kepada pekerja aplikasi pestisida, diberikan peraturan
tambahan untuk mengikuti pelatihan aplikasi pestisida sebelum mereka turun ke
lapangan. Hal ini juga berkaitan dengan label petunjuk penggunaan pestisida yang
terdapat pada kemasan pestisida karena efek dari penggunaan yang tidak tepat
atau berlebihan dapat mengakibatkan hama resisten dan akan semakin sulit untuk
dikendalikan.
Pengendalian hama juga dapat dilakukan dalam pengendalian penyakit,
hanya saja ada beberapa komponen yang berbeda. Dalam pengendalian penyakit
terdapat 3 komponen yng harus diamati yaitu : tanaman inang, lingkungan, dan
patogen yang menyebabkan terjadinya penyakit. Hal ini sering disebut dengan
segitiga penyakit. Jika lingkungan mendukung bagi perkembangan patogen
maka penyakit akan menyebar. Pengendalian penyakit ini dapat ditangani dengan
beberapa cara, antara lain : penanaman varietas tahan, sanitasi (pembersihan
lingkungan dari patogen) (Kuswanto, 2000).