105
LAPORAN STUDI PENYUSUNAN KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI KERANGKA KERJA (FRAMEWORK) PENERAPAN KARTU PINTAR (SMART CARD) DI INDONESIA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN APTEL SKDI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SDM 2008 Depkominfo Depkominfo DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SDM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI TELEMATIKA

Studi smart card 2008

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Studi smart card 2008

LAPORAN STUDI PENYUSUNAN KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI KERANGKA KERJA (FRAMEWORK) PENERAPAN KARTU PINTAR (SMART CARD)

DI INDONESIA

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN APTEL

SKDI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SDM

2008

DepkominfoDepkominfo

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SDM

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI TELEMATIKA

Page 2: Studi smart card 2008

i

TIM PENYUSUN

STUDI PENYUSUNAN KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI KERANGKA KERJA (FRAMEWORK) PENERAPAN KARTU PINTAR (SMART CARD) DI INDONESIA Pusat Litbang APTEL SKDI Peneliti/Penulis:

1. Dr Kanti W Istidjab, M.Sc 2. Dr Moedjiono, M.Sc 3. Drs. Akmam Amir, MKOM 4. Drs. Dede Drajat 5. Drs. Parwoko 6. Drs. Paraden L Sidauruk 7. Drs. Djoko Waluyo 8. Drs. Heru Pudjo Buntoro, MA 9. Atjih Ratnawati, BA 10. Gantyo Witarso, BA 11. Yan Andriariza AS, S.Kom

Penerbit: Pusat Penelitian dan Pengembangan APTEL SKDI Badan Litbang SDM Depkominfo Jl Medan Merdeka Barat No 9 Jakarta Pusat

Jakarta, Desember 2008 Kapuslitbang APTEL SKDI

Akmam Amir

Page 3: Studi smart card 2008

ii

KATA PENGANTAR

Dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, telah

mendorong pemanfaatan teknologi pendukung seperti smart card untuk dapat

diintegrasikan dalam penerapan luas di kehidupan sehari-hari.

Dalam prakteknya, penerapan smart card dan teknologi derivatifnya memiliki

nilai yang sangat startegis menyangkut identifikasi dan nilai suatu transaksi.

Dengan manfaat atas fungsi yang dimiliki oleh smart card beserta aplikasinya

maka perlu dilakukan pengkajian atas teknologi, model penerapan dan

standar yang berlaku atas penggunaan smart card. Hal ini bertujuan sebagai

landasan penyusunan suatu kerangka regulasi yang bertujuan melidungi

pengguna smart card sekaligus mendorong perkembangan industri dalam

negeri dalam mendukung pengembangan dan implementasi smart card.

Studi ini merupakan upaya mengidentifikasi kondisi dan permasalahan di

Indonesia saat ini, dalam rangka implementasi smart card. Perspektif bisnis,

teknologi, dan regulasi menjadi pokok bahasan dalam studi ini yang hasil

akhirnya adalah disusunnya suatu kerangka kerja penerapan kartu pintar di

Indonesia. Hal ini menjadi isu penting bagi studi ini karena merupakan bagian

dari roadmap IT yang dikeluarkan Dirjen Aptel Depkominfo.

Yang diharapkan adalah, adanya suatu model penerapan dan kerangka

regulasi yang sesuai dengan pengembangan smart card dan teknologi

derivatifnya dalam berbagai aplikasi di Indonesia. Dengan demikian maka

kerangka kerja yang disusun akan menjadi acuan atau pedoman bagi

pengambil kebijakan.

Jakarta, November 2008.

Tim Pengkajian

Akmam Amir

Page 4: Studi smart card 2008

iii

EXECUTIVE SUMMARY

Sebagai salah satu bentuk penerapan langsung dari teknologi

mikroelektronika untuk media komunikasi data yang sangat bersifat personal

mengikuti trend perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di

era informasi ini, pemanfaatan smart card semakin menunjukkan peningkatan

yang pesat. Kalau kita lihat contoh penerapannya, pihak yang paling paling

banyak menggunakan smart card adalah operator telefon seluler, serta

kalangan perbankan untuk Kartu Kredit maupun Kartu Debit / Kartu ATM.

Tidak hanya sebatas itu, potensi pemanfaatan smart card juga meluas ke

berbagai mode penggunaan lainnya, yang semakin mempermudah hidup

manusia. Ke depannya, perkembangan penggunaan smart card akan

mengarah pada kartu multi fungsi sehingga mampu memenuhi kebutuhan

pengguna.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa institusi di Indonesia telah

mencoba menggunakan smart card meskipun dalam skala yang masih

terbatas, misalnya Pemerintah Kabupaten Jembrana yang menerapkan

penggunaan Smart Card ke dalam Kartu Pegawai yang juga diintegrasikan

dengan kartu bank yang masih berbasiskan pada strip magnetis. Penggunaan

ini akan semakin meluas akibat berkembangnya teknologi, meningkatnya

tuntutan masyarakat maupun karena dorongan dari pelaku bisnis baik yang

bersifat nasional maupun global. Beberapa institusi lain juga sudah

merencanakan untuk menggunakan Smart Card misalnya Kartu Tol, Kartu

Subsidi BBM, dan lain-lainnya, walaupun untuk penggunaan dalam skala

lebih luas (komunitas terbuka), masih banyak permasalahan non-teknis yang

harus diatasi untuk mendapatkan hasil penerapan yang optimal dan berhasil

baik.

Dengan semakin meluasnya penerapan smart card baik dari aspek

aplikasi maupun pihak yang akan menerapkannya, tanpa adanya kebijakan

yang memandu penerapan tersebut khususnya untuk penerapan di kalangan

pemerintah (baik pusat maupun daerah), maka akan dapat menimbulkan

Page 5: Studi smart card 2008

iv

masalah seputar interoperabilitas atau standar keamanan. Karenanya

diperlukan suatu studi untuk melahirkan kerangka kerja bagi penerapan smart

card sebagaimana diamanatkan dalam roadmap pengembangan ICT yang

telah disusun Depkominfo. Dengan adanya kerangka kerja tersebut maka

Pemerintah bisa membuat aturan teknis ataupun standarisasi teknis yang

efisien karena memiliki interoperabilitas, lebih mampu melindungi kepentingan

negara dan masyarakat luas, bisa melindungi industri dalam negeri, dan lain-

lain.

Kerangka Kerja tersebut meliputi bagian pokok dan uraian, dimana

bagian pokok dimulai dari tinjauan umum yaitu seluruh aspek yang mendasari

kerangka kerja sebagai dasar untuk menentukan arah pengembangan dan

penerapan smart card di indonesia. Beberapa poin yang disajikan dalam

tinjauan umum adalah visi dan misi dalam penerapan smart card, manfaat

yang diharapkan, dan praktek terbaik dan kode etik.

Yang berikutnya dari kerangka kerja tersebut adalah tinjauan bisnis

yang lebih mengarah kepada metode apa yang akan diterapkan untuk

menjaga keberhasilan penerapan smart card di Indonesia. Beberapa poin

yang termasuk dalam bagian ini adalah regulasi yang mendukung penerapan

smart card, badan regulasi dan pengawas sebaga pelaksana, skema

penerapan berikut road map penerapan dan pengembangan, dan model

bisnis yang dapat diterapkan.

Sedangkan tinjauan teknis lebih mengarah kepada penetapan jenis

teknologi yang diterapkan berikut parameter-parameter teknis yang menjadi

acuan dalam rangka penerapan smart card. Poin yang termasuk dalam

bagian ini adalah standar teknologin, standar aplikasi, dan standar keamanan.

Uraian dari kerangka kerja yang merupakan pedoman utama dari

penerapan smart card terdiri atas Buku Pegangan Smart Card (handbook),

Spesifikasi Implementasi Teknis, Pedoman Desain Proyek, dan Model

Implementasi.

Disamping perlunya kerangka kerja, juga masih diperlukan perangkat

regulasi yang mendukung penerapan smart card sehingga dapat tumbuh

berkembang dengan baik. Dari survey yang dilakukan, sesungguhnya

Page 6: Studi smart card 2008

v

masyarakat menyambut positif penerapan smart card ini, hanya saja

mengharapkan agar dibuat aturan yang menjamin penggunaannya dapat

berjalan dengan baik. UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik (UU ITE), masih perlu dilengkapi dengan aturan dibawahnya

seperti Peraturan Pemerintah (PP). Smart Card atau aspek penerapannya

diharapkan juga dapat termuat di dalam PP yang menjadi bagian aturan di

bawah UU-ITE.

Mengingat betapa luasnya wilayah Indonesia serta besarnya populasi

Indonesia, maka pada saat implementasi smart card, bisa dilakukan dalam

area atau komunitas terbatas misalnya untuk Kartu PNS, Kartu Haji maupun

Kartu TKI. Dengan berbasis pada model penerapan dalam ruang lingkup

yang sempit terlebih dahulu, akan dapat memudahkan pengendalian masalah

dan proses penyempurnaan sistem sebelum dilterapkan secara meluas.

Secara bertahap pemakaiannya diperluas hingga menjadi kartu identitas

nasional, misalnya. Dari sisi konten atau aplikasi juga dapat semakin

diiperkaya, misalnya yang pada awalnya dimulai dengan satu aplikasi saja,

jika satu aplikasi sudah matang pelaksanaannya dan memberikan dampak

efisiensi maupun kemudahan bagi masyarakat, maka selanjutnya

ditambahkan dengan kemampuan multifungsi, yaitu misalnya diisi dengan

aplikasi asuransi kesehatan, asuransi pendidikan, asuransi tenaga kerja,

kartu debit maupun kartu pembayaran.

Page 7: Studi smart card 2008

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

EXECUTIVE SUMMARY ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................. 2 1.2 BATASAN PEMBAHASAN ....................................................................... 6 1.3 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN .................................................................... 8

1.4 TUJUAN DAN SASARAN ........................................................................ 8 BAB 2 GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SMART CARD ................................ 9

2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI SMART CARD .................. 9 2.2 JENIS KARTU SMART CARD .............................................................. 12 2.3 STANDARISASI .................................................................................... 17 2.4 SPESIFIKASI FISIK DAN ELEKTRONIK .............................................. 20 2.5 STRUKTUR INFORMASI DIDALAM SMART CARD ............................ 22 2.6 SISTEM OPERASI DAN TRANSMISI SMART CARD .......................... 23 2.7 KEAMANAN, JAMINAN KUALITAS DAN PENGUJIAN SMART CARD 25 2.8 SIKLUS HIDUP SMART CARD ............................................................. 26 2.9 PERANGKAT TERMINAL PEMBACA SMART CARD ........................... 28 BAB 3 PERKEMBANGAN PEMANFAATAN SMART CARD ............................. 30

3.1 PEMANFAATAN SMART CARD DI BEBERAPA NEGARA................... 30 3.2 PEMANFAATAN SMART CARD DI NEGARA LAIN .............................. 31 3.3 PEMANFAATAN SMART CARD DI INDONESIA .................................. 32 3.4 TINJAUAN MANFAAT DAN RESIKO PENERAPAN SMART CARD ..... 54 BAB 4 TINJAUAN ASPEK REGULASI TENTANG PENERAPAN SMART CARD ................................................................................. 60

BAB 5 TINJAUAN MODEL BISNIS PEMANFAATAN SMART CARD ........... 65

5.1 PEMANFAATAN SMART CARD PADA LAYANAN MASYARAKAT DI NEGARA LAIN ............................................................................................... 65 5.2 POTENSI PENGEMBANGAN MODEL BISNIS PENERAPAN SMART CARD DI INDONESIA ................................................................................... 73 5.3 FRAMEWORK PEMANFAATAN SMART CARD DI NEGARA LAIN ...... 76 BAB 6 TINJAUAN HASIL STUDI LAPANGAN PENERAPAN SMART CARD DI INDONESIA .......................................................................................................... 80

6.1 METODOLOGI DAN RENCANA STUDI LAPANGAN ............................ 80 6.2 HASIL KUESIONER ............................................................................... 81 BAB 7 KESIMPULAN PENELITIAN ................................................................... 87

BAB 8 REKOMENDASI ........................................................................................ 90

8.1 KERANGKA KERJA PENERAPAN SMART CARD DI INDONESIA ...... 90 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 95

Page 8: Studi smart card 2008

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Contoh Penerapan Smart Card Dalam Kehidupan Sehari-hari ....... 3 Gambar 2 Teknologi Smart Card Dalam Batasan Pembahasan ...................... 6 Gambar 3 Kategori Smart card dengan Chips ............................................... 12 Gambar 4 Gambar Arsitektur Smarta Card Jenis Memory card .................... 13 Gambar 5 Ilustrasi Arsitektur Smart Card Jenis Microprosessor Card ........... 14 Gambar 6 Ilustrasi Arsitektur Smart Card Jenis Contactless ......................... 15 Gambar 7 Gambaran Aplikasi Smart Card Sesuai Kemampuan Teknologinya ....................................................................................................................... 16 Gambar 8 Ukuran relatif dari format ID-1, ID-00 dan ID-000 ......................... 20 Gambar 9 Contoh kartu telefon format ID-1, yang dapat diubah menjadi kartu ID-000 ............................................................................................................ 21 Gambar 10 Pembagian secara elektrik dan penomoran kontak smart card, berdasarkan ISO 7816-2 ................................................................................ 21 Gambar 11 „Stack‟ (arsitektur sistem file) teknologi smart card ..................... 23 Gambar 12 skematik dari perkembangan sistem operasi smart card ............ 24 Gambar 13 OS model untuk komunikasi antara smart card dan terminal ...... 24 Gambar 14 Siklus hidup smart card berdasarkan pada model fase dari standar ISO 10202-1 ...................................................................................... 28 Gambar 15 Fungsi Pelayanan Masyarakat .................................................... 74 Gambar 16 Ilustrasi Solusi Pemanfaatan Smart Card ................................... 74 Gambar 17. Ilustrasi bisnis model pemanfaatan smart card .......................... 75 Gambar 18 Respons terhadap penggunaan Smart Card ............................... 84 Gambar 19 Alasan Positif .............................................................................. 84 Gambar 20 Faktor-Faktor Negatif .................................................................. 86 Gambar 21 Model Kerangka Kerja Penerapan Smart card di Indonesia ....... 90

Page 9: Studi smart card 2008

viii

DAFTAR TABEL

Table 1 Fungsi kontak smart card berdasarkan ISO 7816-2 .......................... 21 Table 2 Beberapa contoh dari sistem operasi smart card dari berbagai produsen kartu. .............................................................................................. 24 Table 3 Rangkuman dari fase siklus hidup individual berdasarkan pada standar ISO 10202-1 ...................................................................................... 27 Table 4 Daftar Negara Pengguna Smart Card ............................................... 30 Table 5 Contoh implementasi smart card yang telah berjala ......................... 35 Table 6 Rencana implementasi smart card skala luas ................................... 45 Table 7 Data Pengguna Smart Dalam Tahun 2007 ....................................... 56 Table 8 Jenis Infrastruktur APMK .................................................................. 56 Table 9 Data Transaksi Kartu Kredit .............................................................. 57 Table 10 Penerapan Smart Card Dinegara Lain ............................................ 69

Page 10: Studi smart card 2008

1

BAB 1. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi smart card beserta derivatifnya adalah

sebuah jawaban atas meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk dapat

memanfaatkan perkembangan teknologi informasi secara maksimal dalam

kehidupan sehari-hari. Kesederhanaan dan keamanan bertransaksi menjadi

perhatian utama masyarakat dalam memanfaatkan teknologi smart card. Saat

ini smart card mampu menyajikan jenis jasa dan aplikasi baik untuk bidang

telekomunikasi, perbankan dan keuangan, kesehatan hingga pemerintahan.

Kemampuan untuk penyajian berbagai jenis jasa dan aplikasi baru

terpadu ini diantisipasikan akan sangat besar dampaknya terhadap

lingkungan operasional seperti penggunaannya, lingkungan pasar, model

bisnis serta sisi regulasinya yang selanjutnya akan memicu perubahan

masyarakat dalam hal belajar, bekerja dan bermain yang pada akhirnya akan

menaikkan tingkat hidup masyarakat secara sosial, ekonomi dan kultural.

Hingga saat ini belum ada regulasi yang komprehensif mengatur

pemanfaatan smart card secara nasional baik dari sisi teknologi, model bisnis

maupun standar yang tepat untuk diterapkan di Indonesia. Demi kepentingan

nasional perlu dibuat pentahapan dari kondisi saat ini menuju ke arah

penerapan smart card secara nasional, disertai regulasi yang mendukung

industri agar dapat berperan dalam setiap tahap produksi dan implementasi.

Hasil prestasi industri perangkat dalam negeri yang menyamai

kemampuan industri luar negeri dalam pengembangan perangkat smart card

dan derivatifnya, khususnya piranti lunak (software) yang mempunyai nilai

tambah yang tinggi, akan dapat menjadi kekuatan ekonomi luar biasa apabila

dapat segera ditangani secara nasional dengan keterpaduan antara industri

perangkat, industri layanan, lembaga penelitian dan pengembangan, serta

para pakar yang tersebar di universitas dan industri.

Peran serta pemerintah dalam mendorong untuk tumbuh dan

berkembangnya industri ini, baik dalam bentuk fasilitas maupun kebijakan

sehingga industri lokal mampu berkompetisi dengan industri luar, merupakan

faktor penting dalam menciptakan lingkungan bisnis yang sehat.

Page 11: Studi smart card 2008

2

1.1 LATAR BELAKANG

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di bidang

elektronika membawa umat manusia memasuki pola kehidupan masyarakat

informasi, dimana kebutuhan akan divais-divais elektronika yang berfungsi

tinggi menjadi semakin meningkat untuk menyeimbangi kecepatan

pertumbuhan perangkat lunak. Kalau kita meninjau, beberapa perkembangan

teknologi yang memicu pesatnya perkembangan teknologi informasi

belakangan ini dimulai dari penemuan transistor di Amerika pada tahun 1950-

an yang membuka jalan bagi berkembangnya komputer, dengan teknologi

pendukung seperti IC (Integrated Circuit) serta VLSI (Very Large Scale

Integrated Circuit) atau yang lebih dikenal sebagai chip komputer

Sebagai salah satu perkembangan pemanfaatan dari chip ini adalah

kartu elektronik atau yang lazim disebut smart card (kartu pintar), dimana

pada hakekatnya merupakan aplikasi teknologi yang menerapkan langsung

keunggulan yang dimiliki oleh chip semikonduktor yang berisi ribuan – bahkan

jutaan divais elektronik dalam skala sangat kecil, dalam hal kecilnya ukuran

dan kepadatan data yang dimilikinya.

Dalam penerapan pada aspek kehidupan di masyarakat,

pengembangan smart card itu sendiri maupun aplikasinya mempunyai

prospek dan tingkat kebutuhan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari

penggunaan smart card (SIM card) yang digunakan telephon genggam.

Aplikasi dari smart card yang mempunyai fungsi lebih unggul juga

dirasakan dalam bidang perbankan, kartu identifikasi multi fungsi ataupun

untuk otomatisasi pembayaran penggunaan jalan tol. Pengembangan aplikasi

lainnya adalah seperti pada : alat komunikasi bergerak, kartu pengenal

barang di bandara atau pelabuhan, pengukur kecepatan di kendaraan serta

aplikasi lainnya seperti penerapan sistem smart card pada Universitas,

Rumah Sakit, Militer dan lain-lain, sebagaimana ditunjukkan pada gambar

berikut ini.

Page 12: Studi smart card 2008

3

Gambar 1 Contoh Penerapan Smart Card Dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam rangka penguatan sistem pemerintahan maupun pengelolaan

kehidupan masyarakat yang lebih baik lagi, sistem aplikasi smart card

diharapkan berperan untuk membentuk pola pengelolaan maupun pola hidup

yang lebih tertata dan lebih cerdas, serta meningkatkan peranserta

masyarakat secara aktif untuk mengontrol informasi pribadi dirinya dalam

berbagai keperluan baik yang menyangkut pelayanan publik oleh pemerintah

atau pusat pemberi layanan lainnya. Jika selama ini kartu identitas yang ada

hanya merupakan alat pengenal manual dan merupakan tanda pengesah

identitas diri saja, dengan kemampuan elektronis yang dimiliki oleh smart card

kita akan dapat mendayagunakan kartu identitas tersebut dalam ruang

lingkup yang lebih luas dan bervariasi, dengan mengoptimalkan penggunaan

data lebih kompleks yang bisa disimpan secara elektronik di dalam kartu dan

dapat dipertukarkan jika diperlukan. Atau kita dapat memanfaatkan informasi

tersebut untuk hal-hal yang urgen seperti otentikasi hak memilih dan hak

asasi lainnya, maupun untuk keselamatan diri jika misalnya smart card itu kita

gabungkan dengan fungsi asuransi dan rumah sakit.

Dengan berkembangnya sistem pemerintahan berbasis elektronik (e-

government), makin dirasakan kebutuhan akan tanda pengenal identitas diri

yang lebih dari sekarang ini, dimana dalam hal ini smart card merupakan

alternatif yang relevan sesuai dengan sifatnya yang dapat diprogram, yaitu

selain dapat memuat tidak hanya informasi sederhana melainkan data yang

lebih kompleks, juga dapat dipadukan dengan sistem pengaman yang lebih

baik, dan lain-lain.

Page 13: Studi smart card 2008

4

Panduan dari Bank Indonesia yang memicu migrasi penggunaan alat

pembayaran menggunakan kartu (APMK) dari yang konvensional menuju ke

arah kartu chip (smart card) juga memerlukan waktu yang lebih lanjut untuk

menguraikan tahapan penerapannya, dimana salah satu hal yang membuat

kelambatan migrasi ini terletak pada masih sedikitnya pengetahuan yang

dimiliki oleh lembaga keuangan terhadap berbagai aspek yang berhubungan

dengan penerapan smart card ini, selain masih minimnya panduan atau

kebijakan pemerintah terkait dengan hal ini.

Dengan tren pemanfaatan smart card ini secara lebih luas di dunia,

maka dirasakan adanya kebutuhan untuk melakukan kajian mengenai

penerapannya di Indonesia, baik dari aspek teknis maupun dari kebijakan

yang seharusnya ditempuh oleh pemerintah maupun regulasi yang perlu

dikeluarkan. Melalui pengkajian penggunaan aplikasi smart card bagi

Indonesia ini, kita akan dapat mengetahui bagaimana agar keunggulan yang

dimiliki oleh smart card ini dapat membuat smart card ini menjadi pilihan

utama yang handal sebagai pengganti berbagai macam kartu yang sudah dan

sedang dipakai sekarang ini. Tidak hanya itu saja, kita akan juga dapat

menyiapkan antisipasi terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi di dalam

suatu penerapan aplikasi smart card, khususnya yang berkaitan dengan

pemerintahan, melalui studi komparasi berbagai langkah kebijakan yang

ditempuh oleh negara lain yang telah terlebih dahulu memiliki visi penerapan

smart card yang jelas.

Yang penting bagi implementasi smart card adalah seberapa besar

keuntungan, baik keuntungan materi maupun non-materi, yang ditimbulkan

terhadap pengguna maupun terhadap sistem seperti pengembangan sistem

aplikasi smart card untuk pemerintahan membutuhkan integrasi sistem

aplikasi pada model pelaksanaan lainnya, yang mana memungkinkan

penggunaan satu smart card secara multifungsi, yaitu dapat digunakan pada

beberapa macam aplikasi. Hal ini berkaitan dengan biaya pengembangan dan

implementasi yang besar dibandingkan dengan sistem yang sudah ada,

selain keunggulan dari smart card itu sendiri yang terletak pada

kemampuannya untuk mewujudkan aplikasi multiguna.

Page 14: Studi smart card 2008

5

Untuk itu keunggulan multiguna dari smart card ini sangat perlu

dioptimalkan, yang memungkinkan smart card dalam kasus ini dapat dipakai

tidak hanya sebagai kartu identitas, namun juga bisa digabungkan sebagai

kartu SIM misalnya, atau asuransi kesehatan, puskesmas dan lain-lain.

Sehingga untuk penerapannya, daya tarik dari penerapan smart card pada

sistem penunjang e-government membutuhkan kesiapan akan penggunaan

yang lebih fleksibel dari smart card itu sendiri. Selain itu, perlu dipersiapkan

juga infrastruktur lainnya yang berkaitan dengan sistem pengamanan data

pribadi untuk penduduk.

Lebih jauh lagi, dari model pemanfaatan smart card secara nirkabel

yang merupakan bentuk yang lebih fleksibel dan sesuai dengan

perkembangan jaman, kita mendapatkan berbagai kemudahan yang juga

membuka jalan bagi berkembangnya model pemanfaatan yang lebih luas lagi.

Salah satu yang perlu dicermati adalah RFID (radio frequency

identification), yang dapat dipandang sebagai sebuah bentuk

penyederhanaan fitur chip dari contactless smart card. Berbagai contoh

aplikasi RFID yang telah berjalan diantaranya adalah : paspor (Malaysia,

sejak 1998), pembayaran sarana transportasi, penelusuran produk (product

tracking), identifikasi hewan, sistem inventarisasi, perpustakaan, pemantauan

pelajar sekolah, dll. Dengan fleksibilitas yang dimilikinya, RFID memiliki

peluang untuk diterapkan secara lebih luas dan berbagai sektor. Diantaranya

adalah sebagai pengganti barcode, pengukuran jarak jauh (telemetry),

identifikasi pasien, dll. Diperkirakan penetrasi RFID akan lebih cepat

berkembang dibandingkan dengan smart card biasa, sehingga segera perlu

dilakukan kajian mengenai berbagai aspek penerapan dan implikasi teknologi

ini, untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang mungkin timbul.

Hal-hal inilah yang perlu digali lebih dalam untuk dapat membantu

berbagai pihak mulai dari pemerintah sendiri (pusat ataupun daerah),

lembaga perbankan maupun pihak terkait lainnya dalam menentukan

kebijakan yang perlu diambil dan mengelola penerapan smart card maupun

turunannya secara sistematis.

Page 15: Studi smart card 2008

6

1.2 BATASAN PEMBAHASAN

Dalam kajian ini jenis teknologi yang akan menjadi bahasan adalah

kartu pintar atau smart card dan derivatifnya berupa kartu smart card

berteknologi RFID sebagaimana disajikan dalam gambar berikut ini

Gambar 2 Teknologi Smart Card Dalam Batasan Pembahasan

Dalam ilustrasi dijelaskan bahwa jenis kartu yang akan menjadi bahan

pembahasan adalah dari jenis smart card dengan micro processor yang

tertanam pada kartunya dan dimanfaatkan dengan cara disentuh pada piranti

pembaca kartu (contact), serta jenis smart card dengan antena bagi RFID dan

dimanfaatkan dengan cara didekatkan pada piranti pembaca namun tidak

perlu disentuh (contactless). Teknologi RFID lain maupun jenis kartu lain yang

tidak memiliki spesifikasi sebagaimana disebutkan diatas tidak termasuk

dalam lingkup kegiatan ini.

Untuk mencapai Tujuan dan Sasaran, studi tentang Kebijaksanaan

Pemerintah dalam implementasi smart card di Indonesia, dibatasi pada ruang

lingkup sebagai berikut:

1. Inventarisasi Kebijakan Maupun Peraturan Perundang-Undangan

Tentang Smart Card Dan Derivatifnya

Inventarisasi dari Kebijakan serta Regulasi tentang smart card

dan transaksi elektronik akan diperlukan untuk menelaah sampai

sejauh mana regulasi nasional yang ada menunjang pembangunan

smart card di Indonesia.

Antenna Range: 0 – 10 cm

Freq: 13.56 Mhz

Contactless

Micro processor

Contact

Page 16: Studi smart card 2008

7

Inventarisasi akan dilakukan mulai dari pengumpulan regulasi

yang ada (UU, PP, Kepres, Kepmen, Kepdirjen), dan akan dipetakan

dalam suatu matrik yang akan ditinjau dari 3 (tiga) prespektif yaitu G2B

(Perlindungan Usaha, baik bagi operator maupun manufaktur

nasional), B2B (Interkoneksi & Interoperability antar operator), dan

B2C (Service Level Garanty kepada konsumen dan price yang

affordable). Inventarisasi regulasi internasional, melalui studi literatur,

hasil seminar workshop internasional, akan dilakukan untuk

mensinerjikan kebijakan nasional yang akan direkomendasikan.

2. Inventarisasi Rencana/Program Implementasi Smart Card Di

Indonesia

Inventarisasi Rencana dan Program pengembangan smart card

akan dilakukan, melalui survai di 7 (tujuh) kota di Indonesia.

Diharapkan hasil dari survai tersebut dapat melihat rencana

pengembangan smart card, serta harapan dari pihak-pihak tersebut di

atas kepada pemerintah, dan akan digunakan sebagai bahan masukan

dalam studi ini.

3. Analisa Permasalahan Dan Evaluasi Implementasi Smart Card Di

Indonesia

berbagai permasalahan yang harus dianalisis, baik dari segi

teknis bisnis, trend teknologi dan Regulasi yang perlu dianalisa dengan

cermat. Perkembangan teknologi smart card tentunya akan lebih

terbuka variasi layanan yang bisa diberikan oleh pengguna akan makin

banyak sehingga kompleksitas teknologi juga akan semakin

bertambah. Standarisasi akan menjadi isue yang harus dihadapi.

Page 17: Studi smart card 2008

8

1.3 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Adapun Permasalahan yang dikemukakan dalam Kerangka Acuan

adalah seperti tercantum di bawah ini.

Belum memadainya kebijakan pemerintah berkaitan dengan smart

card dan RFID serta penerapannya, secara khusus di

pemerintahan

Masih kurangnya pemahaman terhadap penerapan fungsi

multiguna smart card yang efektif dan jelas interoperabilitasnya

Perlunya penjabaran pola penggunaan smart card untuk

perbankan, khususnya dari aspek kebijakan penerapan smart card

Perlunya antisipasi terhadap permasalahan yang mungkin timbul

dalam penerapan smart card dan RFID secara meluas baik di

pemerintahan maupun di sektor lain seperti perbankan

1.4 TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari Kegiatan ini adalah :

“Memberikan kerangka kerja bagi pemerintah dalam menghasilkan

kebijakan dan panduan mengenai pemanfaatan smart card dan RFID

yang optimal dalam berbagai layanan.”

Sasaran dari Kegiatan ini adalah :

Diperolehnya data dan informasi tentang kemungkinan / potensi

penerapan smart card di Indonesia

Tersusunnya rekomendasi bagi pimpinan dalam pembuatan kebijakan

penetapan frekuensi RFID bagi penerapan smart card

Diperolehnya Informasi mengenai contoh kebijakan pemerintah

berbagai negara tentang Framework penerapan smart card

Diperolehnya model penerapan smart card yang sesuai dengan

karakteristik Indonesia

Diperolehnya Framework penerapan smart card di Lembaga

Pemerintah di Indonesia

Diperolehnya konsep interoperabilitas sistem aplikasi multiguna smart

card

Page 18: Studi smart card 2008

9

BAB 2 GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SMART CARD

2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI SMART CARD

Pemanfaatan kartu plastik dimulai di Amerika Serikat pada awal tahun

1950an. Harga Plastik PVC yang murah telah memungkinkan untuk

memproduksi kartu yang kuat dan handal hingga dapat dimanfaatkan untuk

penggunaan sehari-hari dibandingkan dengan kartu yang berbahan kertas

maupun karton.

Kartu plastik sebagai alat pembayaran pertama kali dikeluarkan oleh

Diners Club pada tahun 1950. Kartu tersebut ditujukan untuk kelas individu

tertentu menjadikannya sebagai suatu simbol status, memberikan pelayanan

pembayaran atas dasar “nama baik” dan bukan uang tunai. Pada awalnya

hanya hotel dan restoran tertentu saja yang menerima model pembayaran

seperti itu, sehingga jenis kartu tersebut dikenal dengan sebutan „travel and

entertainment‟ card.

Dengan masuknya Visa dan MasterCard kedalam bisnis kartu plastik

telah mendorong penggunaan yang sangat cepat dari „Uang plastik” sebagai

bentuk dari kartu kredit. Peristiwa ini terjadi pertama di Amerika Serikat

kemudian menyebar ke eropa dan seluruh dunia dalam beberapa tahun

kemudian.

Pertama kali fungsi kartu sangat sederhana. Kartu berfungsi sebagai

media penyimpanan data yang dirasakan aman untuk mencegah pemalsuan

dan penyalah gunaan. Informasi umum seperti penerbit kartu dicetak pada

kartu dan nama pengguna serta nomor kartu diembos. Banyak kartu memiliki

panel tanda tangan untuk membubuhkan tanda tangan.

Dengan fasilitas yang dimiliki dan berkembangnya pemanfaatan kartu

plastik secara meluas, telah mendorong tindak kriminal dan penyalahgunaan

hingga menyebabkan kerugian yang sangat besar. Hal ini mendorong upaya

untuk memanfaatkan teknologi yang dapat mendukung dan meningkatkan

sistem keamanan pada kartu plastik.

Penyempurnaan pertama adalah dengan menerapkan pita magnetik

dibelakang kartu yang berfungsi untuk menyimpan data digital yang dapat

dibaca dengan perangkat khusus sebagai tambahan fasilitas pada informasi

visual yang tertera pada kartu plastik.

Page 19: Studi smart card 2008

10

Dengan penerapan pita magnetik pada kartu dan pembacaan dengan

perangkat khusus telah mendorong pengembangan sistem otorisasi dengan

elektronik hingga mengubah skema proses bisnis dari yang berbasis kertas

menjadi elektronis. Hal ini telah berperan besar untuk meningkatkan aspek

keamanan dalam rangka pemanfaatan kartu plastik sebagai kartu kredit.

Sejalan dengan perubahan proses bisnis yang memanfaatkan transaksi

elektronik juga diterapkan sistem Personal Identification Number (PIN)

sebagai kata kunci untuk dapat mengakses sistem otorisasi kartu kredit.

Namun dalam perkembangannya penerapan kartu magnetik memiliki

kekurangan yanitu dapat dihapus atau diganti dengan informasi lain bilamana

seseorang memiliki perangkat yang dapat menembus, membaca dan menulis

informasi yang tertanam di dalam pita magnetik kartu kredit. Untuk

menghindari hal tersebut informasi pin tidak disimpan di dalam kartu

melainkan pada server penerbit kartu di didalam lingkungan yang terjaga.

Pengembangan kartu pintar (smart card) adalah sebagai hasil dari kombinasi

antara teknologi kartu dengan sistem proses data elektronis (electronic data

processing systems), telah menciptakan peluang baru untuk menerapkan

teknologi tersebut.

Perkembangan yang sangat cepat dari microelectronics ditahun

1970an telah memungkinkan untuk mengintegrasikan penyimpanan data dan

proses lojik kedalam sebuah chip silikon dalam ukuran beberapa millimetres.

Ide untuk memasukan sirkuit terintegrasi (integrated circuit) ke dalam kartu

identifikasi telah dipatenkan oleh peneliti Jerman J¨urgen Dethloff and Helmut

Gr¨otrupp pada awal 1968. Paten tersebut diikuti pada tahun 1970 oleh

seorang penemu Kunitaka Arimura di Jepang.

Namun perkembangan nyata pertama dalam pengembangan smart

card dilakukan saat Roland Moreno mendaftarkan paten smart card di

perancis pada tahun 1974. Dimana pada saat itulah industri semiconductor

dapat menyediakan integrated circuits yang dibutuhkan pada harga yang

wajar.

Page 20: Studi smart card 2008

11

Penemuan teknologi smart card yang berasal dari Jerman dan

Perancis, sehingga tidak mengejutkan bahwa kedua negara memimpin dalam

pengembangan dan pemasaran smart cards. Terobosan terbesar dilakukan

pada tahun 1984, saat French PTT (postal and telecommunications services

agency) perusahaan telekomunikasi perancis berhasil melakukan uji coba

lapangan dengan telepon kartu. Segera smart card dapat membuktikan untuk

memenuhi seluruh harapan yang tinggi terhadap kehandalan dan keamanan

smart card.

Sebuah pilot project dilakukan di Jerman pada tahun 1984–85,

menggunakan kartu telepon yang berdasar kepada beberapa teknologi yaitu

Magnetic-stripe cards, optical-storage (holographic) cards dan smart cards,

dimana pada saat pengujian smart card terbukti sebagai pemenang dari uji

coba tersebut.

Pengembangan selanjutnya memperlihatkan kesuksesan uji coba kartu

telepon berbasis smarct card di perancis dan kemudian di Jerman dengan

kecepatan yang mengejutkan. Pada tahun 1986, beberapa juta kartu

didistribusikan di Perancis hingga mencapai total 60 ditahun 1990, dan

akhirnya ratusan juta kartu diseluruh dunia pada 1997.

Untuk alasan teknis pengguna telepon kabel relatif lebih kecil jika

dibandingkan dengan pengguna telepon nirkabel, hal ini menyebabkan

perkembangan smart card menjadi lebih cepat pada implementasi teknologi

telepon seluler. Keputusan ini telah menjadi keputusan yang sangat

menentukan untuk mengenalkan smart card ke jaringan telepon GSM digital.

Jaringan tersebut diterapkan di eropa pada tahun 1991dan berkembang

hingga keseluruh dunia dengan lebih dari 1 milyar pengguna di 170 negara.

Perkembangan yang lebih lambat terjadi di lingkungan perbankan

sebagai akibat dari kompleksitas proses dan permasalahan yang dihadapi.

The French banks adalah yang pertama mengenalkan teknologi ini pada

tahun 1984, dan mengikuti uji coba 60,000 kartu pada tahun 1982–83.

dibutuhkan 10 tahun sebeleum seluruh bank di Perancis mengunakan

teknologi tersebut.

Page 21: Studi smart card 2008

12

Batu loncatan terpenting dalam pengunaan mendunia smart card

sebagai alat pembayaran adalah selesainya spesifikasi EMV yang merupakan

upaya bersama Europay, MasterCard and Visa. Versi pertama spesifikasi

yang diterbitkan pada tahun 1994. Spesifikasi itu berisi penjelasan detail

mengenai kartu kredit yang memanfaatkan microprocessor chips, dan

menjamin kompatibilitas diantara ketiga penerbit kartu terbesar tersebut.

Bagaimana pun masalah yang berkaitan dengan pembayaran dalam

jumlah kecil secara aman melalui internet belum terecahkan secara

memuaskan. Smart cards dapat berperan untuk memberikan jawaban dengan

memperkenalkan teknologi electronic signatures. Beberapa negara di eropa

telah melakukan inisiatif untuk meregulasi penggunakan electronic signatures

pada tahun 1999. Sebagai akibatnya hampir seluruh warga Jerman memiliki

smart card.

2.2 JENIS KARTU SMART CARD

Jenis-jenis kartu smart card sangatlah beragam, untuk mengetahui

jenis-jenis smart card dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini:

Gambar 3 Kategori Smart card dengan Chips

Page 22: Studi smart card 2008

13

Berdasarkan kepada penjelasan dalam gambar tersebut maka smart

card dapat dikategorikan dalam 3 golongan besar yaitu:

1. Memory cards

Smart card pertama yang dipergunakan dalam jumlah besar adalah

memory cards untuk aplikasi telepon. Kartu ini adalah kartu prabayar, dengan

jumlah yang tersimpan secara elektronik di dalam chip yang menurun sesuai

dengan jumlah panggilan yang dilakukan.

Gambaran arsitektur jenis kartu ini disajikan dalam gambar berikut ini:

Gambar 4 Gambar Arsitektur Smart Card Jenis Memory card

Penggunaan dari kartu jenis ini juga dilakukan bukan hanya untuk

panggilan telepon tetapi juga terhadap barang ataupun jasa yang dibeli atau

dipergunakan dengan cara prabayar. Sebagai contoh adalah tiket kendaraan

umum, tiket kereta api, vending machine, karcis masuk taman hiburan,

maupun parkir. Kerugian yang dihadapi adalah bahwa kartu tersebut setelah

dipakai tidak dapat dipergunakan kembali sehingga dibuang atau berakhir

sebagai koleksi.

Page 23: Studi smart card 2008

14

Penggunaan lain untuk kartu jenis ini adalah di bidang kesehatan

seperti pada German health insurance card, dimana sejak dikeluarkan pada

tahun 1994 kepada semua orang yang yang terdaftar pada program asuransi

nasional. Informasi yang pada mulanya tersimpan pada kartu pasien, saat ini

telah dapat disimpan pada chip dan tercetak atau terukir dengan

menggunakan laser pada kartu. Menggunakan chip untuk penyimpanan data

membuat kartu dapat dibaca oleh mesin menggunakan perangkat sederhana.

Kesimpulannya, memory-type smart cards memiliki fungsi yang

terbatas dan cocok untuk dipergunakan sebagai kartu prabayar atau kartu

identitas didalam sistem dimana biaya yang murah menjadi penentu utama.

2. Microprocessor cards

Sejak microprocessor yang ditanamkan langsung di dalam kartu dapat

dengan mudah diprogram, daya guna dari microprocessor cards terbatas

hanya kepada ketersediaan ruang penyimpanan dan kapasitas dari

prosessor. Batasan imajinasi perancang pada saat menerapkan sistem smart

card adalah bersifat teknologi dan terus berkembang sejalan dengan

perkembangan generasi terbaru integrated circuits.

Ilustrasi atas arsitektur Microprocessor Cards tersaji dalam gambar

berikut ini:

Gambar 5 Ilustrasi Arsitektur Smart Card Jenis Microprosessor Card

Page 24: Studi smart card 2008

15

Mengikuti penurunan secara drastis biaya produksi smart cards di awal

1990 akibat produksi massal, aplikasi baru terus diperkenalkan tahun demi

tahun. Penggunaan smart cards pada telepon genggam khususnya sangatlah

penting dalam rangka pengakuan secara internasional.

3. Contactless cards

Contactless cards, dimana data dan energi ditransmisikan tanpa

kontak elektronik diantara kartu dan terminal, telah memperoleh status

produksi komersial dalam beberapa tahun belakangan ini.

Ilustrasi arsitektur kartu jenis ini tersaji dalam gambar berikut ini:

Gambar 6 Ilustrasi Arsitektur Smart Card Jenis Contactless

Saat ini kedua jenis kartu baik memory cards dan microprocessor

cards telah tersedia dalam bentuk contactless cards. Walaupun contactless

microprocessor cards dapat bekerja pada jarak hanya beberapa senti dari

terminal, contactless memory cards dapat dipergunakan pada jarak hingga

beberapa meter dari terminal pembaca/penulis. Hal ini berarti bahwa untuk

kartu jenis ini tidak perlu dipegang oleh tangan pengguna saat penggunaan

tetapi dapat tetap disimpan di dompet atau tas pengguna.

Contactless cards biasanya cocok untuk dipergunakan pada aplikasi

dimana seseorang ataupun obyek harus dapat diidentifikasi secara cepat,

seperti : access control, Transportasi publik, Pass masuk, Tiket penerbangan

atau Identifikasi bagasi.

Page 25: Studi smart card 2008

16

Bagaimanapun, terdapat permasalahan dimana pengoperasian dari

jarak jauh seperti ini dapat menimbulkan beberapa persoalan baru lainnya,

sehingga memerlukan antisipasi terhadap kemungkinan buruk yang bisa saja

terjadi. Sebagai contoh adalah aplikasi dompet elektronik dimana memuat

data yang sangat pribadi yang diperlukan dalam rangka melakukan transaksi

keuangan, yang memerlukan pengamanan ekstra.

Dengan contactless card, pengenalan identitas dan transaksi dilakukan

dengan memasukan kartu pada terminal dan mengkonfirmasi jumlah

transaksi menggunakan keypad. Jika pembayaran contactless dilakukan pada

jarak yang cukup jauh, sangat dimungkinkan bagi pencuri untuk mencuri uang

dari jarak jauh tanpa sepengetahuan pemilik kartu.

Dual-interface cards (kadang disebut „combicards‟) menawarkan solusi

kepada masalah ini. Kartu tersebut mengkombinasikan antarmuka contact

and contactless dalam satu kartu. Kartu yang dapat berkomunikasi dengan

terminal dengan antarmuka. Ada kemudahan yang dapat dirasakan untuk

penggunaan contactless cards diareal transportasi publik.

Kelebihan utama dari microprocessor cards adalah kapasitas

penyimpanan data yang besar, kemampuan untuk menyimpan data yang

bersifat rahasia dan kemampuan untuk mengeksekusi aloritma cryptographic.

Kelebihan ini telah memungkinkan untuk penerapan pada aplikasi baru yang

lebih luas. Sebagai tambahan terhadap aplikasi kartu bank tradisional.

Potensi pemanfaatan smart card masih dimungkinkan sejalan dengan

perkembangan teknologi semiconductor.

Gambar 7 Gambaran Aplikasi Smart Card Sesuai Kemampuan Teknologinya

Page 26: Studi smart card 2008

17

2.3 STANDARISASI

2.3.1 Apa yang dimaksud dengan standar ?

Definsi standar menurut ISO/IEC: “Standar: sebuah dokumen yang

dihasilkan oleh sebuah konsensus dan diadopsi oleh organisasi yang diakui,

dan dimana, untuk penerapan secara umum dan berkelanutan, menetapkan

aturan, pedoman atau fitur untuk aktifitas atau hasilnya, dengan tujuan untuk

mencapai tingkat yang optimum dalam konteks yang diberikan”.

Catatan: Standard seharusnya berdasar kepada hasil yang terbangun

dari sains, teknologi dan pengalaman, dan tujuannya harus dipromosikan

untuk memberikan manfaat secara optimum kepada masyarakat. Standar

International seharusnya membuat hidup lebih baik dan meningkatkan

kehandalan dan manfaat dari produk dan jasa.

Untuk mencegah kebingungan, ISO/IEC juga telah menetapkan arti

kata „konsensus‟ sebagai berikut persetujuan bersama, dengan karakteristik

tidak adanya keberatan yang terus menerus terhadap elemen esensial pada

sebagaian dari bagian yang signifikan dari pihak terkait, dan mencapai sesuai

dengan prosedur yang berupaya untuk mengakui pandangan dari pihak yang

relevan dan mengarahkan seluruh argumen yang bertentangan. (Catatan:

Konsensus tidak berarti suatu kesepakatan yang mutlak).

2.3.2 Gambaran umum mengenai standar yang ada selama ini

Gambaran umum dari beberapa standar yang terkait dengan smart

card ditunjukkan di bawah ini sebagai gambaran mengenai upaya yang telah

dilakukan selama ini dalam melakukan standardisasi teknologi smart card dan

penggunaannya, khususnya oleh Amerika Serikat dalam Smart Card

Handbook yang dikeluarkan oleh GSA.

Government Smart Card Interoperability Specification version 2.1 (GSC-

IS v2.1, juga dikenal sebagai NIST Interagency Report 6887 – 2003

edition)

International Standards Organization (ISO) / International Electrotechnical

Commission (IEC) Standards.

Page 27: Studi smart card 2008

18

Standar utama yang terkait dengan smart card adalah ISO/IEC 7816,

ISO/IEC 14443, ISO/IEC 10536, ISO/IEC 15693 dan ISO/IEC 7501.

ISO/IEC 7816 Dibagi menjadi sebelas bagian. Bagian 1 menjelaskan

mengenai spesifikasi untuk karakteristik fisik dari IC

card dengan permukaan kontak. Bagian 2 menetapkan

dimensi dan lokasi dari area kontak. Bagian 3

menjelaskan mengenai sinyal elektronik dan mode

switching. Bagian 4 menjelaskan mengenai protokol

transmisi antara kartu dan divais antarmukanya

(misalnya reader).

ISO/IEC

14443

Menjelaskan mengenai standar untuk kartu “proximity”

(kartu yang bekerja hanya dengan didekatkan saja ke

reader atau pembaca kartu). Khususnya mengenai

standar untuk karakteristik fisik, daya RF dan antarmuka

sinyal, serta protokol transmisi dan anticollision untuk

kartu proximity yang beroperasi dalam jarak kurang dari

10 cm (3,94 inches).

ISO/IEC

10536

Menjelaskan standar untuk kartu “close-coupled”.

Khususnya mengenai standar untuk karakteristik pisik,

dimensi dan lokasi dari area kontak, serta mengenai

sinyal elektronik dan prosedur reset.

ISO/IEC

15693

Menjelaskan standar untuk kartu “vicinity” (kartu yang

bekerja dalam jarak dekat dari reader atau pembaca

kartu). Khususnya mengenai standar untuk karakteristik

fisik, daya RF dan antarmuka sinyal, serta protokol

transmisi dan anticollision untuk kartu vicinity yang

beroperasi dalam jarak kurang dari 1 m.

ISO/IEC 7501 Menjelaskan standar untuk dokumen perjalanan yang

dapat dibaca oleh mesin, dan membuat rekomendasi

yang jelas mengenai smart card topology.

Page 28: Studi smart card 2008

19

American National Standards Institute (ANSI) Standards.

Security Equipment Integration Working Group (SEIWG) Specification

012. Spesifikasi ini menunjukkan permintaan terhadap kinerja, disain,

manufaktur, tes dan penerimaan untuk Magnetic Stripe Credential (MSC).

Meskipun awalnya ditujukan untuk kartu magnetik, namun dengan

perkembangan teknologi smart card maka spesifikasi ini berlaku dengan

baik juga untuk smart card.

Standar Biometric. Biometric Application Program Interface (BioAPI)

menyediakan model autentifikasi generic biometric tingkat tinggi.

Kemudian BioAPI v1.1 menjadi standar ANSI, yaitu ANSI INCITS 358-

2002.

Federal Information Processing Standar (FIPS). FIPS dikembangkan oleh

NIST, khususnya di Computer Security Division di dalam NIST, yang

didisain untuk melindungi sistem komputer dan telekomunikasi Federal.

Standar FIPS yang diterapkan untuk teknologi smart card adalah

berkaitan dengan standar digital signatures, standar advanced encryption,

dan security requirements for cryptographic modules.

Global Platform (dahulu dikenal dengan Open Platform). Adalah asosiasi

smart card internasional dan non-profit.

Common criteria (CC). CC berlaku pada evaluasi untuk produk dan

sistem TI, yang mempunyai tujuan untuk menyediakan cara umum atau

yang terstandardisasi untuk mengevaluasi produk dan layanan TI, yang

akhirnya memberikan level jaminan keyakinan terhadap produk atau

sistem tersebut.

International Airline and Transportation Association (IATA). IATA

mengembangkan standar untuk rekomendasi kepada perusahaan

penerbangan dan industri transportasi. Upaya yang berkaitan dengan ini

adalah pembentukan kelompok kerja untuk mengembangkan standar

interoprabilitas dari tiket elektronik.

G-8 Health Standards

Page 29: Studi smart card 2008

20

Global System for Mobile Communication (GSM) Standards. Spesifikasi

yang dibuat menghubungkan nomor telefon ke smart card yang dikenal

dengan nama Subscriber Identification Module (SIM) atau User Identifiy

Module (UIM), dan bukan ke pesawat. SIM dimasukkan ke pesawat untuk

mengaktifkannya.

EMV 2000 Specifications. Untuk mendorong penerbitan smart card yang

dapat dioperasikan secara global, Europay, MasterCard dan Visa (EMV)

menerbitkan versi pertama dari spesifikasi dari kartu standar dan terminal

transaksi di tahun 1995, yang dibangun sebagai pengembangan dari

standar ISO/IEC 7816 untuk mengakomodasi transaksi kartu debit dan

kartu kredit, yang kemudian versi 4.0 nya diterbitkan Desember 2000.

2.4 SPESIFIKASI FISIK DAN ELEKTRONIK

Pada awalnya ISO menggunakan nama Integrated Circuit Card (ICC)

untuk menyatakan kartu elektronik yang dikenal dengan ID-1, yang

kompatibel dengan kartu magnetik yang telah ada selama ini. Spesifikasi ini

dinyatakan dalam standar ISO 7810.

Dalam perkembangannya, seiring dengan keringkasan teknologi smart

card serta penerapannya yang merambah ke dunia telekomunikasi nirkabel,

menuntut penyesuaian terhadap spesifikasi fisik dari smart card ini menjadi

lebih kecil dan ringkas. Sehingga dalam perjalanannya, smart card memiliki

beberapa standar yang digunakan secara simultan, dan diaplikasikan pada

penggunaan yang berbeda yang ditunjukkan dalam format ID-1, ID-00 dan ID-

000 di bawah ini.

Gambar 8 Ukuran relatif dari format ID-1, ID-00 dan ID-000

Page 30: Studi smart card 2008

21

Gambar 9 Contoh kartu telefon format ID-1, yang dapat diubah menjadi kartu ID-000

Smart card memiliki 8 kontak di sisi depan, yang membentuk

antarmuka elektrik antara terminal (pembaca) dan mikrokontroler yang berada

di dalam smart card. Sinyal elektrik dilewatkan melalui kontak antara

keduanya. Namun berdasarkan pada ISO/IEC 7816-2, dua dari 8 kontak yang

ada (C4 dan C8) disiapkan untuk auxiliary contacts AUX1 dan AUX2, yang

dapat digunakan dalam antarmuka di masa depan seperti USB. Dewasa ini

beberapa modul smart card hanya memiliki 6 kontak saja untuk efisiensi,

namun tetap mempertahankan fungsinalitas yang ada.

Gambar 10 Pembagian secara elektrik dan penomoran kontak smart card, berdasarkan ISO 7816-2

Table 1 Fungsi kontak smart card berdasarkan ISO 7816-2

Page 31: Studi smart card 2008

22

2.5 STRUKTUR INFORMASI DIDALAM SMART CARD

Elemen utama dari smart card dengan kemampuan multifungsi adalah

sebagai berikut.

Central processing unit (CPU) atau „prosesor‟ yang merupakan inti dari

mikrokontroler.

Read only memory (ROM) untuk membawa sistem operasi (OS) dan

built-in program yang disimpan di saat pembuatan chip dari kartu.

Electrically Erasable Programming Read Only Memory (EEPROM)

yaitu memori tak rentan (non-volatile memory) yang digunakan untuk

menyimpan data dan aplikasi kartu.

Writable memory (RAM) yaitu memori yang rentan sehingga hanya

dapat digunakan untuk menyimpan sementara (tidak digunakan untuk

penyimpanan jangka panjang atau permanen). Pada umumnya data

dan aplikasi disimpan di EEPROM, dimana untuk aplikasi tertentu hasil

personalisasi disimpan di dalam ROM.

Card Operating System untuk mengontrol eksekusi software aplikasi,

untuk loading file program aplikasi yang baru, untuk membaca dan

menulis data ke memori, dan untuk fungsi level rendah yang umum

seperti power on dan power off.

File system yang mengelola tentang bagaimana di simpan dan

bagaimana program di kartu (maupun divais eksternal seperti pembaca

kartu) dapat membaca maupun menuliskannya di EEPROM.

Communication interfaces adalah cara bagaimana smart card

berinteraksi dengan dunia luar melalui pertukaran sinyal elektrik

dengan pembaca kartu. Secara umum ada dua tipe antarmuka, yaitu

tipe contact dan tipe contactless.

Software aplikasi (menjalankan business rules) yang berjalan di CPU

dari smart card, dan yang menghasilkan perbedaan fungsional dengan

aplikasi smart card lainnya. Pada hakekatnya serupa dengan software

di PC, kecuali perbedaannya yaitu smart card memiliki kapasitas

memori yang kecil dan kapabilitas input/output yang terbatas.

Page 32: Studi smart card 2008

23

Special-purpose hardware dibangun ke dalam berbagai smart card

yang lebih canggih untuk memberikan fungsi tertentu yang lebih aman

atau lebih efisien. Misalnya co-processor termasuk di sini, yang

memberikan enkripsi asimetris, otentikasi dan layanan pembuatan

kunci kepada software yang berjalan di kartu.

Smart card kemudian terbangun dalam „stack‟ teknology yang

berurutan, terdiri dari layer yang relatif terpisah, dimana masing-masing

hanya berinteraksi dengan layer tetangga terdekatnya melalui antarmuka

formal dan terstandardisasi, sebagaimana di bawah ini.

Gambar 11 ‘Stack’ (arsitektur sistem file) teknologi smart card

2.6 SISTEM OPERASI DAN TRANSMISI SMART CARD

Meskipun dibangun di dalam keterbatasan kapasitas dari smart card

dibandingkan dengan sistem operasi di komputer yang lazim kita kenal

seperti PC atau Work Station, namun ditengok dari fungsinya, tetap saja

smart card dapat dikatakan memiliki sebuah sistem operasi untuk

mengendalikan dan memonitor eksekusi program. Dan mengiringi

perkembangan kapasitas prosesor smart card, maka sistem operasi smart

card pun semakin mendekati sempurna dan betul-betul memliki fungsi yang

memang semakin sempurna untuk sebuah sistem operasi. Berikut ini adalah

contoh dari sistem operasi yang ada.

Page 33: Studi smart card 2008

24

Table 2 Beberapa contoh dari sistem operasi smart card dari berbagai produsen kartu

Berikut ini gambaran skematik dari perkembangan sistem operasi

smart card. Sampai sekitar tahun 1991, sistem operasi yang dikembangkan

adalah berpolakan library-based. Kemudian perlahan-lahan sistem operasi

seperti itu digantikan oleh sistem operasi monolithic sampai sekitar tahun

1998. Sistem operasi monolithic kemudian dewasa ini digantikan oleh sistem

operasi berlapis (layered operating system).

Gambar 12 skematik dari perkembangan sistem operasi smart card

Keseluruhan prosedur untuk transmisi data digambarkan

menggunakan model lapisan OSI sebagaimana di bawah ini.

Gambar 13 OSI model untuk komunikasi antara smart card dan terminal

Page 34: Studi smart card 2008

25

2.7 KEAMANAN, JAMINAN KUALITAS DAN PENGUJIAN SMART CARD

Pada bagian ini khususnya membicarakan fitur keamanan logika

(logical security) dari smart card, khususnya yang berkaitan dengan

perlindungan keamanan yang dilakukan menggunakan kemampuan

pemrosesan yang dimiliki oleh chip yang berada di smart card.

Meskipun teknologi kartu plastik juga memiliki masalah juga dalam hal

keamanan seperti hologram, microprinting dll, namun bukan itu yang

dimaksud di dalam keamanan di sini karena tidak menyangkut masalah

keamanan logika.

Berlawanan dengan kartu magnetik, atau teknologi otentikasi lainnya,

smart card multifungsi yang lebih canggih dewasa ini memliki fitur

pengamanan yang luas. Fungsi pengamanan ini ini dapat memiliki aturan

pengendalian akses yang lebih kompleks, seperti PIN, kunci simetris,

biometrik dll seperti berikut.

Akses kartu yang terlindungi PIN

Verifikasi pemegang kartu

Verifikasi kartu dan terminal

Kriptografi

Pengamanan divais

Anti gangguan

Biometrik

Manajemen identifikasi

Walaupun begitu, potensi kelemahan keamanan tetap perlu

diperhitungkan, karena tidak ada pengamanan yang sempurna. Sebagaimana

juga komponen pengamanan lainnya, smart card juga memiliki kelemahannya

sendiri. Lebih jauh lagi, smart card hanyalah salah atu komponen dari

berbagai sistem informasi yang ada, yaitu keamanan end-to-end yang

tergantung dari banyak faktor. Untuk itu, implementasi smart card perlu

memperhitungkan ancaman yang mungkin timbul dan melakukan kajian

resiko secara khusus terhadap lokasi implementasi.

Page 35: Studi smart card 2008

26

Kelemahan utama adalah

Direct probing, dengan misalnya menggunakan scanning electron

microscope (SEM) dapat memotong kontak yang secara prinsip

dapat digunakan untuk membongkar isi dari memori. Kode

pemrograman juga dapat menjadi obyek ancaman melalui cara

reverse-engineering lainnnya.

„Side channel‟ attacks menggunakan sinyal yang tak sengaja

dipancarkan oleh sistem melalui jalurnya yang memberikan

informasi kritis kepada penyerang. Beberapa side channel attacks

yang terkenal pada hardware smart card adalah :

o Differential power analysis

o Timing attacks

o The „Belcore attack‟

Cryptanalysis adalah praktek pencarian kelemahan mendasar

pada algoritma yang dibuka secara publik.

Quantum computing dikenal sebagai ancaman serius terhadap

kriptografi saat ini yang dikembangkan dengan pendekatan teori

bilangan, karena memiliki arsitektur yang berbeda drastis dan

memungkinkan metode kriptografi saat ini menjadi ketinggalan

jaman.

2.8 SIKLUS HIDUP SMART CARD

Pada dasarnya smart card terdiri dari dua komponen yang sama sekali

berbeda. Komponen pertama adalah badan kartu dengan printing (cetakan)

nya, kemudian fitur pengamanan serta jika memungkinkan dilengkapi dengan

strip magnet. Komponen kedua, yang membuat badan kartu itu dapat menjadi

smart card yang sesuai, adalah modul yang terdapat di dalam chip.

Pembagian kartu menjadi dua komponen ini berlaku baik bagi memory cards

maupun microcontroller cards.

Page 36: Studi smart card 2008

27

Cara transfer data juga mempengaruhi struktur dari kartu itu sendiri.

Smart card bertipe kontak membuat koneksi elektrik kepada terminal melalui

lempengan kontak eksternal yang memiliki enam atau delapan titik kontak.

Sementara itu smart card bertipe kontak berisikan koil di dalam badan kartu

yang tersambungkan kepada modul chip yang juga tertanam di dalam badan

kartu. Struktur ini secara alami memiliki efek signifikan kepada proses

pembuatan dari kartu tipe ini.

Proses manufaktur juga tergantung kepada elemen lainnya dari kartu

seperti material, metode pemberian teks pada kartu maupun fitur

pengamanannya. Dan lebih jelas terkait lagi adalah optimasi biaya, dimana

proses pembuatan kartu adalah proses produksi masal, yang perlu dihitung

dengan cermat untuk menjamin unsur efektifitas dalam produksi kartu.

Selain proses manufaktur, siklus hidup dari smart card tergantung

pada aplikasi yang digunakannya. Sebagai contohnya, smart card untuk

komunikasi GSM memiliki karier yang berbeda setelah dibuat dibandingkan

dengan kartu kredit yang memiliki chip.

Table 3 Rangkuman dari fase siklus hidup individual berdasarkan pada standar ISO 10202-1

Page 37: Studi smart card 2008

28

Standar ISO 10202-1 mencoba mendefinisikan siklus hidup yang

berlaku sama untuk semua metode manufaktur dan berbagai aplikasi.

Standar ini sangat berorientasi pada aplikasi transaksi finansial dan teknologi

informasi yang digunakan pada aplikasinya, dibandingkan dengan produksi

aktual dari badan kartu dan kartunya.

Gambar 14 Siklus hidup smart card berdasarkan pada model fase dari standar ISO 10202-1

2.9 PERANGKAT TERMINAL PEMBACA SMART CARD

Pembaca (reader) smart card menghubungkan kartu dengan

komputer, yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi, dan kemudian

melakukan interoperasi di level ujung dari kartu. Secara umum, ada dua

keluarga pembaca smart card, mengikuti dua tipe komunikasi antarmuka

yang telah dibicarakan sebelumnya, yaitu komunikasi secara contact (kontak)

dan secara contactless (nirkontak).

Secara khusus, pembaca smart card memliki fitur mekanisme

keamanan yang berbeda sesuai dengan harganya. Pembaca smart card yang

paling sederhana memiliki mekanisme yang hanya berbeda tipis dari sekedar

membawa sinyal asli dari kartu ke port I/O komputer. Kondisi seperti ini rawan

terhadap intersepsi termasuk meliputi informasi keamanan seperti PIN dan

password.

Page 38: Studi smart card 2008

29

Pembaca smart card dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara

sebagai berikut.

Contact vs contactless (Kontak dan nirkontak)

Slide contact vs landed contact (Kontak geser dan kontak mendarat)

Dumb readers vs intelligent readers (pembaca bodoh dan pembaca

pintar)

Pembaca dengan security access modules (modul akses keamanan)

Hand-held readers (pembaca jinjing)

Page 39: Studi smart card 2008

30

BAB 3 PERKEMBANGAN PEMANFAATAN SMART CARD

3.1 PEMANFAATAN SMART CARD DI BEBERAPA NEGARA

Pemanfaatan smart card telah dilakukan di beberapa negera.

Meskipun penggunaannya masih terbatas untuk e-government namun

dengan implementasi tersebut maka manfaatnya sudah dapat dirasakan.

Beberapa negara bahkan sudah menerapkan smart card pada tahun 1990-

an. Dengan demikian sesungguhnya smart card sudah dapat

diimplementasikan dengan lebih baik. Berdasarkan sumber dari Card Tech

2001, diperoleh data sebagai berikut :

Table 4 Daftar Negara Pengguna Smart Card

N e g a r a D e s k r i p s i P r o j e c t V o l u m e s L a u n c h i n g

Jerman Health care 70 juta 1993

Belgia Health care 10 juta 1997

Spanyol TASS benefit card & PKI 2 juta 1997

Republik Czech Medi health & benefit card 30.000 1997

Perancis Sesam-Vitale health care 40 juta 1998

Slovenia ZZZS health insurance card 2 juta 1998

Rusia Regional health & benefit card 3 juta 1998

Polandia Health card 500.000 1998

Argentina Driver’s license 2 juta 1998

El Savador Driver’s license NA 1998

India Driver’s license 720.000 1998

Finlandia FINEID for online authentication 6.000 1999

United Kingdom Southampton multi function city card 25.000 1999

Kanada Health card 9.000 1999

Brazil Government employee id 30.000 2000

USA Department of defense id 4 juta 2000

China Health card 10.000 2000

Brunei National id card 300.000 2000

Taiwan Health card 24 juta 2001

Malaysia Government multi purpose card 2 juta 2001

Afrika Selatan National id card 30 juta 2001

Page 40: Studi smart card 2008

31

3.2 PEMANFAATAN SMART CARD DI NEGARA LAIN

Teknologi informasi dan komunikasi berkembang semakin pesat didorong

oleh Internet Protocol (IP), berbagai aplikasi baru dan beragam layanan

multimedia. Salah satu bidang yang berkembang adalah pemanfaatan kartu

sebagai salah satu media yang memiliki beragam fungsi. Dengan

kemampuan multifungsi seperti ini, sejak periode 2000-an perkembangan

pemanfaatan smart card di berbagai negara tampak semakin pesat. Jika kita

mengacu kepada Asia Pacific Smart Card Association yang merupakan

organisasi yang aktif menghimpun aktifitas smart card di kawasan ini, maka

kita dapat mengetahui kondisi terkini dari pemanfaatan smart card.

Paparan Greg Pote, Chairman dari Asia Pacific Smart Card Association

yang berjudul “The Future of Smart Card” dalam GBDe Summit di Jepang, 9

Nopember 2007, memuat beberapa perkembangan terkini. Di dalam paparan

tersebut disebutkan bahwa smart card sekarang telah diterima di sektor publik

seperti kartu identitas nasional di beberapa negara Asia. Malaysia, Brunei,

Hongkong, Macau,China, Thailand telah meluncurkan program kartu identitas

nasionalya, sementara negara-negara lain seperti Korea Selatan, India,

Indonesia, Filipina maupun yang lainnya juga telah mulai merencanakan

untuk menerapkannya. Tujuan utama dari pemanfaatan smart card di negara-

negara ini adalah untuk mengelola identitas nasional, dimana beberapa

negara menambahkan aplikasi e-government lainnya. Hal itu dapat dilihat

misalnya dari Malaysia yang telah memiliki 7 aplikasi pada kartu identitas

nasionalnya.

Sementara itu, untuk negara-negara Eropa, diungkapkan bahwa Belgia,

Italia, Spanyol, dan Estonia telah melakukan langkah-langkah implementasi

smart card sebagai kartu identitas nasional mereka. Inggris dan Perancis

berada dalam tahapan perencanaan skema nasional kartu identitas

nasionalnya. Tidak hanya itu saja, banyak negara sudah menerbitkan

kartuID/paspor berdasarkan standar ICAO.

Page 41: Studi smart card 2008

32

Selain negara Eropa, negara-negara teluk seperti Oman, Qatar, Kuwait

dan lainnya sudah merencanakan untuk penerapan smart card, dan juga

melakukan penelitian untuk penerapan tersebut. Dalam pemanfaatannya ke

depan, Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Co-Operation Council) telah

mengusulkan interoperabilitas dari aplikasi smart card tersebut. Selain itu,

Maroko juga akan menerbitkan kartu identitas nasional berbasis smart card

nirkontak yang pertama kalinya. Program kartu identitas nasional yang

direncanakan oleh negara-negara di kawasan ini sebagian besar

memasukkan biometrik sebagai alat otentikasinya.

Dalam paparan yang sama, selain pemanfaatan smart card untuk kartu

identitas nasional, juga disebutkan mengenai pemanfaatannya untuk kartu

kesehatan dan pengaman sosial, yang disadari bahwa aplikasi ini merupakan

aplikasi nasional utama setelah kartu identitas. Upaya yang besar berkaitan

dengan ini adalah program kartu pengaman sosial di China yang pilot project

nya dimulai di Shanghai yang kemudian diikuti oleh kota-kota lain. Taiwan

juga telah menerbitkan 24 juta kartu asuransi kesehatan.

Beberapa negara Eropa telah juga mencanangkan program pemanfaatan

smart card di dalam area ini. Misalnya Jerman telah menerbitkan 80 juta

kartu, Perancis telah menerbitkan 50 juta kartu penduduk ditambah dengan

setengah juta kartu profesional kesehatan. Belgia menerbitkan kartu identitas

sosial sebanyak 10 juta kartu. Austria menerbitkan kartu elektronik asuransi

sosial sebanyak 8 juta. Slovenia menerbitkan 2 juta kartu asuransi kesehatan

dan 70 ribu kartu profesional. Selain negara-negara tersebut, Inggris,

Finlandia, Italia, Ceko juga mencanangkan pilot project mereka.

3.3 PEMANFAATAN SMART CARD DI INDONESIA

Dalam memetakan pemanfaatan smart card di Indonesia ini, selain

mengandalkan pada penelusuran informasi dari berbagai literatur yang ada,

juga memerlukan pendalaman melalui survei atau forum diskusi agar dapat

memberikan gambaran yang nyata mengenai kondisi pemanfaatan smart

card di Indonesia.

Page 42: Studi smart card 2008

33

Secara umum, kita dapat membagi pemanfaatan smart card menjadi dua

bagian besar, yaitu pemanfaatan yang terkait dengan telekomunikasi nirkabel

(GSM), yang tidak terkait dengannya. Hal ini dikarenakan pemanfaatan dalam

dunia GSM sangatlah besar, seiring dengan terus meningkatnya pengguna

telefon selular di Indonesia.

Jika hendak dikaitkan dengan studi yang diadakan kali ini menyangkut

framework smart card untuk keperluan pemerintah, maka kita perlu

memfokuskan jenis smat card kepada tipe kartu non GSM.

Dari tipe smart card non GSM, kita dapat membaginya menjadi aplikasi

pemerintah dan non-pemerintah. Dimana yang menjadi fokus dari studi ini

secara khusus adalah yang berkaitan dengan pemerintah, sehingga aplikasi

non-pemerintah akan menjadi referensi yang memberikan gambaran

perkembangan pemanfaatan smart card di Indonesia.

Berikut ini akan diberikan gambaran pemanfaatan smart card dari

berbagai pihak di Indonesia, yang memiliki pendekatan yang berbeda-beda

pula. Jika upaya pemanfaatan dari pemerintah lebih memiliki dimensi layanan

publik atau berkaitan dengan e-government, maka pemanfaatan dari

kalangan dunia usaha lebih mengedepankan faktor bisnis. Tetap saja hal ini

akan dapat memberikan gambaran mengenai potensi dan permasalahan

yang perlu diantisipasi dalam berbagai kebijakan pemerintah berkaitan

dengan smart card yang menjadi keinginan dari studi ini.

Perkembangan smart card di Indonesia telah mulai menapak perlahan-

lahan di pertengahan akhir di era 1990-an, yang kemudian tersapu oleh

gelombang krisis multidimensi yang melanda Indonesia. Meskipun secara

global perkembangan teknologi smart card memasuki masa yang matang

sejak tahun 2000-an, namun perkembangan penerapan di Indonesia belum

beranjak dari masa surut sejak krisis yang lalu.

Namun demikian, sejak tahun 2004 mulai terasa angin segar penerapan

smart card seiring dengan semakin memulihnya kondisi perekonomian

Indonesia dan mulai tercapainya stabilitas politik di Indonesia. Hal ini juga

ditopang oleh beberapa pengembang teknologi smart card yang masih setia

Page 43: Studi smart card 2008

34

menekuni pengembangan berbagai aplikasi maupun mencari terobosan

model bisnis yang paling menarik untuk dijalani, seperti halnya Telkom yang

kemudian menelurkan unit bisnis Finnet yang memfokuskan ke dalam

penerapan smart card dengan dukungan kompetensi yang telah terbina

selama ini.

Yang tidak boleh dilupakan adalah keinginan dari dunia akademis di

Indonesia yang ingin mengadopsi kemudahan dan kecanggihan yang diusung

oleh smart card dalam pengelolaan sumber daya manusia maupun pelanggan

(dalam hal ini mahasiswa) yang berada dan memiliki rasa saling

ketergantungan di dalam komunitas tertutup namun besar yang bernama

perguruan tinggi. Hal ini yang mendorong maraknya penerapan smart card di

kalangan kampus-kampus ternama di tanah air.

1. Upaya pemanfaatan smart card oleh Pemerintah

Pemerintah pusat telah berupaya untuk mengimplementasikan smart card

dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Namun upaya untuk

menjangkau kalangan yang lebih luas merupakan sesuatu yang sangat riskan

untuk sebuah aplikasi sistem informasi. Untuk itu pendekatan yang dilakukan

berbagai kalangan pemerintah mengalami perubahan yang berusaha

mengalihkannya ke kalangan internal karyawan di lingkungan kantor

pemerintah pusat.

Untuk hal ini, upaya tersebut tidak hanya dilakukan oleh pemerintah

pusat, melainkan juga telah menarik minat pemerintah daerah seperti

Kabupaten Jembrana untuk mencoba memanfaatkan fifur multiguna smart

card untuk menambah panjang daftar aplikasi TIK yang telah dimilikinya.

Page 44: Studi smart card 2008

35

Table 5 Contoh implementasi smart card yang telah berjalan

Institusi Nama Proyek Status Teknologi Deskripsi Proyek

Pemerintah

Kabupaten

Jembrana

Kartu pegawai

Kabupaten

(terintegrasi dengan

kartu Bank

Pembangunan Daerah

Bali)

Implementasi

tahun 2008

16kb +

biometrik (sidik

jari)

Latar Belakang Kewajiban penggunaan chip pada APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu – Kartu ATM, Kartu Debit, Kartu Kredit, Kartu Prabayar), sarana serta sistem pemroses transaksi (chip enable) - (Sumber : Bank Indonesia). Pencetakan Kartu Pegawai Multi Fungsi yang disebut dengan J-Smart ini dapat dilakukan berkat adanya kerjasama antara Bank Pembangunan Daerah Bali dengan Pemerintah Kabupaten Jembrana, yang dalam hal teknis pelaksanaannya difasilitasi oleh BPPT. Alasan Pengaturan (Bank Indonesia)

Saat ini magnetic stripes dianggap kurang aman

Trend di berbagai negara yang mengkombinasikan magnetic stripes dengan chip.

Keterbatasan magnetic stripes untuk pengembangan ke depan.

Penerapan prinsip liability shift oleh Visa International.

Mencegah terjadinya migrasi kejahatan kartu kredit dari negara lain yang telah menerapkan chip ke Indonesia.

Meningkatkan efisiensi.

Integrasi dengan fungsi lain, misalnya ID cards, berbagai smart cards dan mobile payments.

Kewenangan BI dlm mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

Mempromosikan peningkatan penggunaan instrumen non tunai.

Penggunaan APMK selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Berkembangnya modus operandi kejahatan APMK.

Memastikan penerapan prinsip payment system regulation, prudential regulation dan consumer protection.

Manfaat :

Page 45: Studi smart card 2008

36

1. Pembuatan kartu ATM bagi nasabah BPD-Bali berbasis chip wajib dilaksanakan. 2. Penggantian Kartu ATM bagi pegawai Kabupaten Jembrana yang berjumlah lebih

kurang 5.000 orang dari kartu ATM mag.stripe tanpa chip menjadi kartu ATM mag.stripe yang ada chipnya (smart card) dapat dilaksanakan lebih awal dimana proses migrasi tersebut akan didampingi oleh BPPT.

3. Penggantian ini tidak mempengaruhi operasional ATM BPD karena masih tetap menggunakan kartu ATM berbasis magnetic Stripe. Adapun penggantian kartu ATM bagi pegawai Kabupaten Jembrana sudah sangat dibutuhkan dari sisi pemanfaatan chipnya bagi aplikasi-aplikasi kesehatan dan identitas pegawai, sehingga pegawai cukup mempunyai satu kartu dengan banyak fungsi.

4. Ketika BPD akan migrasi ke kartu ATM berbasis chip sesuai aturan Bank Indonesia, maka hanya diperlukan modifikasi pada chip untuk keperluan perbankan karena digunakan kartu chip sesuai standard EMV yaitu ISO 7816.

Pengembangan perangkat lunak aplikasi data kesehatan dan data pegawai.

1. Pengumpulan data mengenai kebutuhan-kebutuhan pengguna 2. pengembangan perangkat lunak 3. Ujicoba sistem secara menyeluruh

Kebutuhan Perangkat Keras (Hardware) Pemanfaatan smart card yang berfungsi sebagai ATM dan sebagai ID card, diperlukan kartu Smart Card (mag.stripe dan chip) 16 kb standard ISO 7816 sesuai jumlah yang dibutuhkan.

Adapun pemanfaatan chip untuk keperluan aplikasi data kesehatan dan data identitas pegawai dibutuhkan komputer PC, Alat reader/writer yang berpengaman sidik jari serta sistem software manajemen smart card (umumnya sudah termasuk dalam paket kartu smart cardnya). Jumlahnya disesuikan dengan kebutuhan.

Berkaitan dengan adanya 3 kartu yang dimiliki oleh masyarakat dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan , Pemerintah Kabupaten Jembrana memandang perlu adanya integrasi dari 3 kartu tersebut termasuk system informasi yang mendukung, sehingga menjadi satu kesatuan

Page 46: Studi smart card 2008

37

Sistem Apalikasi Kesehatan dengan Smart Card

Smart Card Reader/writer

Card Management :

Card Testing

Membaca dan menyimpan data dari PC ke smart card

Integrasi dengan Sistim Informasi Rumah Sakit : Informasi Finansial, On site diagnostic, Ruangan, Service charge, apotik, dan lain-lain.

Alur Pasien :

Pasien masuk dan menuju resepsionist

Kartu diakses smart card reader.

Otorisasi personal , Memasukkan sidik jari

Data pasien bisa dilihat dikomputer

Informasi Smart Card Kesehatan :

Page 47: Studi smart card 2008

38

Informasi Data Pasien

Informasi Rekam Medis

Informasi Kesehatan

Informasi Pembayaran

Informasi Data Untuk Transformasi Rujukan Antar Rumah Sakit

(www.jembranakab.go.id)

BKN (Badan

Kepegawaian

Negara)

Kartu PNS Elektronik Akhir 2008 –

awal 2009

Kesepakatan kerjasama telah ditandatangani pada Januari 2006 antara IRIS dan PT. Superintending Company of Indonesia (SUCOFINDO) dan PT. Data Aksara Matra (DAM). Sucofindo telah memperoleh kontrak bernilai 20 juta dolar amerika dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN) untuk proyek Kartu PNS Elektronik (KPE). BKN merencanakan untuk melakukan registrasi kurang lebih 4 juta pegawai negeri sipil Indonesia dengan menggunakan sistem KPE ini. Uji kelayakan dan uji pendahuluan (pilot project) mulai diselenggarakan di tahun 2006 dimana untuk implementasi secara nasional diperkirakan selesai selama 3 tahun. KPE adalah kartu chip yang memuat fitur multiaplikasi. Dengan menggabungkannya bersama verifikasi biometrik sidik jari, sistem ini menawarkan metode yang lebih efektif untuk melakukan identifikasi dan otentikasi pegawai negeri sipil. Sistem KPE ini juga didisain untuk memfasilitasi pembayaran dan transaksi yang dilakukan dengan PT. Asuransi Kesehatan Idonesia (ASKES) untuk asuransi kesehatan, Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil (BAPERTARUM) untuk subsidi perumahan, dan PT. TASPEN untuk dana pensiun dll. KPE juga diharapkan akan dapat diintegrasikan dengan e-wallet dan layanan pembayaran debit, melalui kerjasama dengan lembaga keuangan di Indonesia. IRIS, SUCOFINDO dan DAM juga secara kolektif dipercayai oleh pemerintah Indonesia untuk menjalankan proyek ini berlandaskan model Build Operate Transfer (BOT) dengan masa konsesi selama 10 tahun. Proyek senilai 20 juta dolar amerika akan didanai oleh lembaga keuangan dan dana yang telah dikeluarkan akan dikembalikan dalam bentuk penerimaan yang dihasilkan dari sistem KPE selama masa konsesi. (www.dam.co.id)

Departemen

Pertanian

Uji coba penerapan

smart card untuk

pendistribusian pupuk

di Indonesia

2008 Kartu chip

smart card

Departemen Pertanian mempunyai visi fully paperless atau pelaksanaan kegiatan pemerintahan yang memanfaatkan perangkat elektronik sebagai medium pendukung kinerja. Tidak main-main, sejumlah aktivitas mulai disiapkan. Targetnya, 10 tahun lagi Deptan akan fully paperless.

Menurut Sekjen Deptan Hasanuddin Ibrahim, pihaknya menargetkan pada 10 tahun ke depan, aktivitas di lingkungan Deptan sudah menggunakan teknologi sebagai alat pendukung kinerja. “Dukungan itu nantinya akan menghasilkan kecepatan dalam memberi layanan informasi kepada masyarakat,” jelasnya saat ditemui dalam rangka penjurian tahap II Warta Ekonomi e-Government Award 2008. Deptan masuk sebagai salah satu peserta yang lolos dalam pengujian tahap I. Dalan pengujian tahap II ini, dilakukan kunjungan secara

Page 48: Studi smart card 2008

39

langsung ke instansi terkait guna melihat secara langsung penerapan e-Government dalam proses kegiatan pemerintahan.

Sekjen Deptan menambahkan, penerapan e-Gov di lingkungan Deptan sangat besar dukungannya dalam meningkatkan kinerja sekaligus memberikan layanan kepada publik secara lebih mudah, cepat, dan terjangkau.

Deptan sendiri sampai saat ini terus berbenah dalam meningkatkan kualitas layanan melalui penggunaan perangkat elektronik. Sejumlah aplikasi telah disiapkan. Diantaranya, sistem informasi kepegawaian atau Simpeg, yaitu sistem pengelolaan data dan kinerja kepegawaian di lingkungan Deptan. “Simpeg ini akan menjadi sangat vital, karena pegawai adalah darah bagi organisasi, dan tanpa pengelolaan yang komprehensif tentang pegawai, kinerja yang maksimal tidak akan didapatkan,” jelas Hasanuddin.

Selain Simpeg, Deptan juga telah memperluas uji coba penerapan Smart Card untuk pendistribusian pupuk di Indonesia. Uji coba yang semula dilaksanakan di enam kota di Indonesia, pada 2009 nanti akan ditambah sembilan kota lagi. Smart Card pupuk yang diciptakan oleh Deptan memakan biaya sebanyak Rp18 miliar pada 2008. Anggaran tersebut dipergunakan untuk pengadaan 400 perangkat EDC (Electronic Data Capture) dan 4.800 kartu chip Smart Card.

Target awal Deptan untuk pelaksanaan e-Government dalam waktu dekat ini, adalah penerapan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Deptan menggunakan e-Procurement. “2009 nanti sudah harus jalan,” ungkap Hasanuddin. Deptan sendiri menunjukkan keseriusannya dalam mengejar visi paperless dengan telah membentuk tim khusus yang bertugas mengembangkan TIK di lingkungan Deptan. “Payung hukumnya sudah dibuat melalui Kepmen pada tahun 2007 lalu,” imbuhnya. (http://wartaegov.com)

Transjakarta JakCard Oktober 2007 Contactless JakCard adalah smart card multi fungsi yang diterbitkan oleh Bank DKI dan dapat digunakan

untuk alat pembayaran secara elektronik.

(www.suaratransjakarta.org)

Universitas

Indonesia

UI-SMaRT 2006 Javacard

64KB

Microprocesso

r based single

chip dual-

interface

UI-SMaRT Infrastructure Building Blocks v1.0

Gambar ini adalah desain master plan infrastruktur dasar dalam implementasi SmartCard di

Page 49: Studi smart card 2008

40

(combo card)

Mifare

compatible,

emulated 1-8

KB

Standard Java

Card 2.2.1

Global

Platform 2.1.1

Universitas Indonesia. Seluruh elemen Sistem Informasi akan dapat terintegrasi dengan baik dengan konsep Open Platform.

Dalam desain ini terdapat 4 bagian:

Hardware

Framework

Application

External Entity

Hardware

Desain yang dibuat adalah dapat bersifat Hardware Independent dan OS Independent, yaitu dapat menggunakan segala macam merk Hardware maupun Sistem Operasi. Dengan demikian diharapkan UI dapat memiliki pilihan untuk tidak bergantung terhadap vendor-vendor tertentu.

Framework

Universitas Indonesia membangun sistem komunikasi intra & extra sistem menggunakan teknologi SOA, atau dalam kata lain adalah menggunakan web service. Dalam pelaksanaan web service ini, UI menggunakan konsep middleware sebagai BUS antara sistem satu dengan lainnya. Aplikasi-aplikasi Smartcard UI akan menggunakan modul Internal Communication untuk berkomunikasi dengan komponen-komponen yang ber-relasi didalam lingkup SmartCard UI. Adapun modul External Interoperability digunakan apabila aplikasi-aplikasi Smartcard UI akan berinteraksi dengan sistem lain yang berbeda platform, sebagai contoh adalah dengan sistem Akademik dan Directory Service Universitas Indonesia.

Core System dari Framework SmartCard UI terdiri dari Card Management dan Sistem Identitas/Biometrik, dimana kedua entitas ini akan menjadi sistem produksi, verifikasi, dan proses sekuriti lainnya.

UI Card Bundle Library adalah sebuah bundel yang dibuat khusus oleh Direktorat PPSI - Universitas Indonesia sebagai platform pengembangan bagi aplikasi-aplikasi on card (berhubungan dengan kartu). Library ini berlisensi GPL (Open Source) dan dapat digunakan oleh siapa saja untuk pengembangan aplikasi SmartCard, dimana source code nya juga akan ditempatkan di sourceforge.

Page 50: Studi smart card 2008

41

Application

Saat ini Universitas Indonesia sudah menyelesaikan beberapa aplikasi yang siap di deploy sebagai layanan tambahan bagi sivitas akademika UI. Penjelasan spesifik mengenai aplikasi-aplikasi yang dibuat dapat dilihat pada link berikut ini.

External Entity

Sistem yang berada diluar SMaRT Infrastructure dapat memiliki platform yang berbeda-beda, baik itu konsepnya, desain aplikasinya, desain databasenya, dll. Seluruh External Entity akan berkomunikasi dengan SMaRT Infrastructure menggunakan standard SOA.

Konsep-konsep yang diadopsi dalam SmartCard UI :

- EMV personalization (CPS 1.0)

- Peraturan Bank Indonesia Nomor : 7/52/PBI/2005

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu

- Sekuriti bertingkat

Kerjasama UI

- 2006 : PT. Telkom Indonesia

- 2007 : PT Bank DKI

(http://smartcard.ui.edu)

Institut

Teknologi

Bandung (ITB)

Kartu Multiguna ITB September

2004

Java card 8

KB

Kartu Multiguna ITB yang menggunakan teknologi Smart Card hasil kerjasama antara Institut Teknologi Bandung (ITB), TELKOM dan Bank BNI secara resmi diluncurkan penggunaannya oleh Rektor ITB, Kusmayadi Kadiman. Hadir dalam acara yang berlangsung di Sasana Budaya Ganesha - ITB tersebut Dirut TELKOM Kristiono, Direktur Bisnis Jasa TELKOM Suryatin Seiawan, Kapus R & D Center – TELKOMRisTI Taufik Hasan dan Dirut Bank BNI Sigit Pramono.

Pada kesempatan itu dilakukan juga demo pemakaian fasilitas Internet Protocol (IP-Phone) yang dikembangkan TELKOMRisTI dengan menggunakan Kartu Multiguna oleh Rektor ITB yang terhubung langsung dengan Istana Kepresidenan di Jakarta. “Kerjasama ITB, TELKOM dan Bank BNI ini adalah bagian dari program ITB Smart Campus, yang berupaya untuk menjadikan kampus ITB sebagai kampus yang sarat ICT,”ungkap Syaiful Rahim Soenaria, Engineer di Lab. Solusi TI – TELKOMRisTI, yang menangani pengembangan

Page 51: Studi smart card 2008

42

Smart Campus di beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

TELKOMRisTI sebagai product owner layanan Smart Campus, pada kegiatan ini terlibat dalam penyusunan dokumen Master Plan/Blue Print ITB Smart Campus yang tertuang dalam Surat Keputusan Pembentukan Standing Committee Program ITB Smart Campus yaitu sebagai Ketua Management Committee, Sekretariat, anggota Sub Committee Plan & Integration, anggota Sub Committee Business and Services dan anggota Sub Committee Academic Service. Dalam kerjasama ini, TELKOMRisTI juga akan menggelar 80 unit terminal IP-Phone di lingkungan Kampus ITB. Terminal ini dapat dipergunakan untuk dua layanan yakni komunikasi Voice over Internet Protocol (VoIP) baik untuk Sambungan Langsung Jarak Jauh, Sambungan Langsung Internasional dan Seluler serta layanan prepaid internet access. “Dua layanan ini akan menggunakan Kartu Multiguna ITB sebagai media akses dan media pembayarannya,”jelas Syaiful.

“Hal yang sangat menarik dari penggunaan teknologi Smart Card untuk layanan kampus ini adalah selalu tersedianya Value Added Services baru yang bisa kami kembangkan, dan bisa diperoleh mahasiswa untuk kelancaran dan kemudahan proses studi mereka,”tambah Syaiful. Dicontohkannya, bekerjasama dengan Bank BNI saat ini TELKOMRisTI mengembangkan layanan feature Voice over Internet Protocol (VoIP) yang dimasukkan pada Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) berbagi perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang disponsori Bank BNI sejumlah 1.000.000 KTM.

Lebih dari 4000 mahasiswa baru ITB akan menggunakan kartu ini sebagai kartu mahasiswa. Teknologi smartcard menyimpan identitas digital (digital ID), sehingga pemakai dapat menggunakan berbagai fasilitas teknologi informasi di kampus. Kartu hasil kerjasama dengan TELKOM dan Bank BNI ini juga dapat digunakan untuk melakukan layanan telepon digital, akses internet, serta layanan perbankan, seperti ATM dan kartu debet.

Kartu dengan teknologi Java ini juga memiliki memori 8 kbytes sehingga cukup untuk aplikasi telepon digital dari TELKOM. TELKOM dan ITB mengembangkan layanan telepon digital komunitas, yang menyalurkan layanan telepon di atas infrastruktur internet ITB. Dengan menggunakan IP-PBX buatan ITB, jaringan serat optik ITB yang selama ini digunakan untuk internet dapat digunakan juga untuk telepon TELKOM. Selain kualitas layanan yang lebih baik dan lengkap, integrasi ini memudahkan pemeliharaan jaringan. Kartu ini memungkinkan telepon digital di ITB memiliki layanan telepon TELKOM. Selain itu kartu ini memudahkan sistem pembayaran pulsa. Kerjasama ITB, TELKOM, dan Bank BNI ini adalah bagian dari program ITB Smart Campus ntuk membangun infrastruktur IT dan menyiapkan komunitas ITB agar siap masuk ke dalam era ekonomi pengetahuan (Knowledge Economy).

Kerjasama dengan ITB merupakan pengembangan Smart Campus kedua yang digarap TELKOMRisTI, setelah yang pertama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Page 52: Studi smart card 2008

43

Beberapa perguruan tinggi lain yang tengah menjajaki implementasi Smart Card untuk layanan Kampus dalam waktu dekat, menurut Syaiful adalah Universitas Padjadjaran- Bandung, Universitas Pasundan-Bandung, Universitas Islam Bandung, Universitas Parahyangan-Bandung, Universitas Maranatha-Bandung, Institut Teknologi Nasional (Itenas-Bandung) dan UNS – Solo serta tiga perguruan tinggi di Surabaya yakni Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Universitas Narotama.

“Sedangkan di luar Pulau Jawa, pengembangan Smart Campus telah dilakukan di Universitas Riau (UNRI) dan dalam waktu dekat akan dilakukan di Makassar,”kata Syaiful.

(www.ristinet.com)

BCA BCA Flazz 2008 Kartu chip &

RFID

Kartu FLAZZ BCA

Dompet Elektronik Multifungsi

Kartu Flazz BCA merupakan alat pembayaran multifungsi tercepat pertama di Indonesia untuk kenyamanan hidup Anda. Menggunakan teknologi chip dan RFID (Radio Frequency Identification), Kartu Flazz pantas untuk disebut sebagai kartu prabayar multifungsi dengan teknologi terkini. Kartu Flazz berbeda dengan kartu kredit dan kartu debit. Bila otorisasi transaksi pembayaran kartu kredit dan debit dilakukan secara online di pusat data bank, otorisasi transaksi untuk kartu Flazz dilakukan langsung di chip di kartu Flazz itu sendiri. Pengisian ulang saldo (top up) pun mudah, cukup membawa Kartu Paspor dan Kartu Flazz ke ATM Non-tunai BCA serta merchant-merchant berlogo Flazz Isi Ulang. Minimum top up Rp 100.000, dan maksimum saldo yang dapat tersimpan di kartu maksimum Rp 1 juta.

Kartu Flazz menawarkan kecepatan, kemudahan, kepraktisan bertransaksi. Cepat, karena transaksi pembayaran diselesaikan dalam hitungan detik dengan proses kerja contactless (tidak perlu digesek seperti kartu kredit, cukup diletakkan di mesin reader). Mudah, karena tidak perlu menginput PIN. Praktis, karena tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar, juga tidak perlu menyimpan uang receh lagi. Selain itu, murah, karena tanpa biaya transaksi. Keuntungan lain, terhindar dari risiko kesalahan hitung dan uang palsu karena tidak terjadi transaksi tunai. Kemudahan bagi merchant, tidak perlu sedia uang kembalian, mempercepat layanan karena tidak perlu mengecek keaslian uang dan menghitung uang

Page 53: Studi smart card 2008

44

saat transaksi, pula tidak perlu menyimpan uang dalam jumlah besar.

(http://www.klikbca.com/individual/silver/product.html?s=69)

Mandiri E-Payment Gaz Card 2007 Contactless

smart card

Bank Mandiri dukung Pertamina dalam peluncuran kartu pra bayar Bahan Bakar Minyak (BBM) pertama di Indonesia yang berbasis smart card . Kartu Pra Bayar BBM Pertamina yang juga disebut “E-Payment Gaz Card” akan dapat dinikmati mulai Oktober 2007 secara bertahap sampai akhir Desember 2007 oleh para pelanggan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina di Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogya, Medan, Pekanbaru. ”E-Payment Gaz Card ini adalah terobosan pertama dalam transaksi pembelian BBM di Indonesia. Dengan terpilihnya Bank Mandiri sebagai salah satu mitra Pertamina dalam mensukseskan sistem transaksi baru ini membuktikan kepercayaan Pertamina kepada kinerja Bank Mandiri” ungkap Budi G Sadikin Direktur Micro and Retail Banking Bank Mandiri disela-sela acara uji coba e-Payment Gaz Card di SPBU Pertamina Jalan Gatot Subroto yang juga dihadiri oleh A Faisal Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina. Untuk memastikan kepuasan pelanggan dalam menggunakan E-Payment Gaz Card ini, Bank Mandiri dan Pertamina telah menjadwalkan sosialisasi kepada para karyawannya di 20 SPBU Pertamina Pasti Pas Jabotabek sejak tanggal 16 Agustus lalu hingga 16 Oktober 2007. “Saat ini Bank Mandiri bermitra dengan 2.145 SPBU atau sekitar 61% dari total 3.500 SPBU Pertamina dengan omzet penjualan sebesar Rp114 triliun/tahun yang melingkupi penjualan solar, bensin dan pertamax”, lanjut Budi G. Sadikin. Dengan menggunakan E-Payment Gaz Card Pertamina, pelanggan BBM dapat memilih gaz card dengan nilai uang maksimum sesuai ketentuan Bank Indonesia sebesar Rp1 juta tersimpan pada chip kartu, sementara kartu perdana dijual dengan denominasi Rp100ribu dan Rp200ribu. E-Payment Gaz Card Pertamina adalah layanan sistem pembayaran BBM di SPBU Pertamina dengan menggunakan kartu prabayar contactless (nir sentuh) berbasis smart card. Kelebihannya, transaksi pembelian BBM menjadi lebih cepat dan praktis karena transaksi dilakukan secara offline mengurangi nilai uang pada kartu. Cara penggunaannyapun cukup mudah, kartu tinggal disentuhkan pada reader Electronic Data Capture (EDC) dan dalam 3 detik transaksi telah selesai. Gaz Card Pertamina dapat diisi ulang melalui reader EDC Bank Mandiri dengan kartu Debit Mandiri. Selain itu juga dapat dilihat nilai saldo dan mutasi rekeningnya, Dijelaskan Budi Sadikin bahwa selain dapat digunakan untuk pembelian BBM, nantinya isi ulang juga dapat dilakukan melalui electronic channel Bank Mandiri, seperti ATM, SMS, Internet Banking dan Call Mandiri dan Gaz Card ini juga akan dapat digunakan di beberapa merchant micro payment lainnya seperti perparkiran dan pembayaran Tol.

Page 54: Studi smart card 2008

45

Tentang Bank Mandiri Bank Mandiri adalah salah satu bank terkemuka di Indonesia dengan memberikan pelayanan kepada nasabah yang meliputi segmen usaha Corporate, Commercial, Micro & Retail, Consumer Finance dan Treasury & International. Bank Mandiri juga menawarkan jasa dan layanan pasar modal, perbankan syariah dan asuransi melalui Mandiri Sekuritas, Bank Syariah Mandiri dan AXA Mandiri. Sampai dengan triwulan II/2007 Bank Mandiri berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp2.140 miliar, meningkat 163% dari pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan laba tersebut didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih, pertumbuhan fee based income dan pengendalian biaya operasional. Pertumbuhan pendapatan bunga bersih mencapai 38,0% yaitu dari sebesar Rp4,9 triliun di triwulan II/2006 menjadi Rp6,7 triliun di triwulan II/2007, pertumbuhan fee based income dari sebesar Rp1,3 triliun menjadi Rp1,8 triliun atau tumbuh 35,5%. Bank Mandiri dalam project e-Payment Gaz Card ini berperan sebagai penerbit kartu gaz card, penyedia mesin EDC berikut reader kartu contactless, settlement Bank dan memasarkan kartu Gaz Card Pertamina. (www.bankmandiri.co.id)

Table 6 Rencana implementasi smart card skala luas

Institusi Nama Proyek Status Teknologi Deskripsi Proyek

RENCANA

Badan

Pengelola Hilir

(BPH) Migas

Kartu kendali BBM Rencana th

2008 – ditunda

Konsorsium Sucofindo (bekerjasama dengan PT.DAM dan IRIS) Permasalahan non-teknis dalam penerapan smart card skala luas menyangkut para pengguna kendaraan bermotor menyebabkan penerapannya menjadi masalah nasional. Pembatasan penerapan dengan pengalihan rencana uji coba pada daerah tertutup (di Bali dan Batam) menjadi tidak jelas setelah kedua daerah menolak dijadikan area uji coba.

Jasa Marga Kartu pembayaran tol Januari 2009

di tiga ruas tol

:

- Tol

Contactless

smart card (e-

toll card)

Jasa Marga dan Tiga Operator Tol Lain Kerja Sama E-Payment dengan Bank Mandiri Jakarta, 31 Oktober 2008 – Sebagai komitmen terhadap peningkatan pelayanan kepada para pengguna jalan tol, PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan 3 (tiga) operator jalan tol lainnya yaitu PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP), PT Bintaro Serpong Damai (BSD) dan PT Marga Mandalasakti (MMS), menandatangani perjanjian kerjasama pengembangan sistem e-payment untuk pembayaran tol dengan Bank Mandiri. Hal ini merupakan sinergi antara Jasa Marga dan ketiga operator tol lainnya dengan bank terbesar di Indonesia tersebut, yang bertujuan untuk meningkatkan kemudahan layanan kepada para pengguna tol. Teknologi yang digunakan untuk pembayaran e-payment ini menggunakan kartu

Page 55: Studi smart card 2008

46

dalam

kota

Jakarta

- Padalara

ng –

Cileunyi

- Cikupa –

Merak

Akhir 2009 :

- Pondok

Aren –

Serpong

prabayar contactless smart card yang disebut e-toll card. Manfaat yang diperoleh dengan penerapan e-toll card ini salah satunya adalah waktu transaksi di gardu tol akan lebih cepat. Jika transaksi di gardu tol dengan sistem terbuka dibutuhkan waktu sekitar 7 detik, maka dengan menggunakan e-toll card ini bisa kurang dari 4 detik. “Dengan waktu transaksi yang lebih cepat, maka akan mengurangi panjang antrian di gerbang tol,” kata Frans S Sunito, Direktur Utama Jasa Marga. Pada tahap awal, pembayaran tol dengan e-toll card akan dilaksanakan pada bulan Januari 2009 di tiga ruas tol, yaitu Tol Dalam Kota Jakarta, Padalarang – Cileunyi dan Cikupa – Merak. Sedang untuk Ruas Pondok Aren – Serpong yang dioperasikan oleh PT Bintaro Serpong Damai, pengoperasiannya akan dilakukan pada akhir tahun 2009. “Sedang untuk ruas tol lainnya yang dioperasikan Jasa Marga akan dilakukan pada Triwulan IV tahun 2009,” jelas Adityawarman, Direktur Operasi Jasa Marga pada acara yang sama. Ruas tol lainnya yang sistem transaksi tolnya bisa menggunakan e-toll card adalah Jakarta Outer Ring Road (JORR), Jakarta – Tangerang, Jagorawi dan Jakarta – Cikampek. “Kami sedang melakukan persiapan untuk dapat menerapkan system tersebut di ruas-ruas tol tersebut. Diantaranya adalah menyiapkan peralatan yang dapat mendukung teknologi itu,” jelas Adit. Dengan layanan ini para pelanggan tol tidak perlu lagi membawa uang tunai namun cukup menempelkan kartunya (e-toll card) untuk membayar tarif tol. ”Ini merupakan komitmen kami dalam melakukan modernisasi perusahaan di bidang operasional,” ujar Frans sambil menambahkan bahwa modernisasi di bidang operasional lainnya adalah dengan memberikan informasi realtime melalui pemasangan Variable Messages Sign/VMS (rambu elektronik) dan pemasangan CCTV di seluruh jalan tol di Pulau Jawa yang dapat dipantau dari Jakarta. “Kami berharap layanan e-payment tol yang sudah lama ditunggu-tunggu ini dapat menambah kenyamanan para pengguna dalam melakukan pembayaran tol.” ”Untuk menambah kenyamanan pengguna, ke depannya e-toll card ini akan juga dapat digunakan untuk pembayaran SPBU dan retailer di rest area tol, parking dan merchant transportasi lainnya”, jelas Frans. ”Kerjasama pembayaran e-toll card dengan 4 operator tol ini sangat strategis dan menjadi momentum penting dalam mensukseskan less cash society di Indonesia” kata Agus Martowardojo, Direktur Utama Bank Mandiri. ”Dengan teknologi micro payment yang dimiliki Bank Mandiri dan pengalaman pengelolaan transaksi tol oleh operator, kami yakin e-Payment ini akan sukses dan diminati masyarakat luas”, tambah Agus. Dalam kerjasama ini 4 operator tol berperan sebagai merchant dan pemilik brand e-toll card.

Sedangkan Bank Mandiri berperan sebagai issuing bank, acquiring bank, settlement bank

dan penyedia sarana isi ulang kartu.

(www.jasamarga.com/content/view/156/89/lang,en/)

Pemda DKI

Jakarta

Electronic Road

Pricing

Belum jelas

Page 56: Studi smart card 2008

47

Kantor

Imigrasi

Batam

Smart Card WNI ke

Singapura

Tahap

pembahasan

rencana

bersama

dengan

pemerintah

Singapura

(2008)

Page 57: Studi smart card 2008

48

Rangkuman

1. Pendekatan yang dilakukan masih bersifat sporadis dan bersifat

sektoral, walaupun sebagian besar sudah memahami kegunaan smart

card secara multi fungsi (multi aplikasi).

2. Potensi masalah yang mungkin terjadi dalam contoh penerapan di

Indonesia adalah seperti inisiatif penerapan smart card di Pemkab

Jembrana yang digunakan untuk kartu pegawai Kabupaten, dimana

setelah program ini dimulai ternyata ada inisiatif penerapan smart card

untuk kartu pegawai negeri sipil (KPE : Kartu PNS Elektronik) yang

digagas oleh BKN. Skema penerapan di Jembrana yang didukung oleh

BPD Bali memiliki perbedaan dengan skema penerapan KPE yang

belum jelas didukung oleh lembaga keuangan yang mana.

3. Strategi penerapan ada yang melakukannya secara berhati-hati melalui

skema uji coba, seperti kalangan perguruan tinggi (ITB, UI) atau pihak

Departemen Pertanian yang melakukan uji coba penerapan smart card

untuk pendistribusian pupuk.

4. Belum ada upaya sistematis untuk merangkum kerangka kerja

(framework) kebijakan penerapan smart card yang dapat dijadikan

dasar dan panduan bagi penerapan smart card di berbagai tempat dan

institusi. Hal ini tidak lepas dari baru dibangunnya kelembagaan di

pemerintah yang menangani masalah TIK di Indonesia, yaitu

Departemen Komunikasi dan Informatika, yang baru saja dibentuk dan

masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan dalam

mempersiapkan berbagai fondasi TIK di Indonesia.

5. Pembelajaran dari negara lain (negara tetangga) masih belum terlalu

optimal dimanfaatkan untuk mengembangkan secara mandiri konsep

atau rancangan pengembangan sistem smart card pada area

penerapan yang diinginkan. Tampaknya penerapan di Indonesia masih

cenderung meng-copy model penerapan yang sudah sukses berjalan

di negara lain, dan belum disediakan cukup waktu maupun skema

untuk menerapkan model uji coba sebelum penerapan yang

sesungguhnya diterapkan secara luas.

6. Upaya penerapan smart card yang digerakkan oleh pemerintah masih

tampak terbatas pada area tertentu atau komunitas tertutup (dengan

Page 58: Studi smart card 2008

49

contoh Pemkab Jembrana, atau KPE dari BKN). Sedangkan kebijakan

yang menyangkut pengguna yang lebih luas seperti kartu kendali BBM

(menyangkut pengguna kendaraan di Indonesia yang mencapai jutaan

unit) atau jalan tol belum sampai pada tahapan untuk

diimplementasikan, dan masih mengundang kontroversi masalah

kesiapan ataupun masalah non-teknis yang menyelimutinya, seperti

kartu kendali BBM.

7. Beberapa topik yang memerlukan pembahasan dalam rangka

penyusunan kerangka kerja kebijakan penerapan smart card adalah

sebagai berikut.

Biaya penerapan smart card sedapat mungkin tidak dibebankan ke

pengguna akhir

Interoperabilitas antar berbagai kartu untuk menjamin kepastian

kemampuan multifungsi dari smart card

Otoritas penerbit kartu perlu memiliki sistem pengelolaan kartu

yang handal

Sehingga dalam beberapa kasus, pada akhirnya perlu melibatkan

pihak lembaga keuangan (perbankan).

Page 59: Studi smart card 2008

50

2. Riset Smart Card oleh TELKOM

Penggunaan smart card di lingkungan Telkom dimulai pada tahun 1994

(sudah lebih dari sebelas tahun yang lalu), ketika Telkom meluncurkan

layanan Telepon Umum Kartu Chip. Pada saat itu smart card yang digunakan

adalah smart card memori dengan security logic.

Smart card tersebut menyimpan sejumlah unit pulsa didalam memorinya

selain data lainnya seperti authentication key, serial number, card issuer dan

data lainnya. Dengan membawa kartu telpon ini pelanggan dapat melakukan

percakapan via telepon umum smart. Sebelum melakukan percakapan, kartu

smart card akan diotentikasi terlebih dahulu oleh SAM (secure access

module) yang berada didalam CCU (cardphone connection unit), disinilah

dilakukan active dan pasif authentication. Random number akan dikirimkan

oleh SAM kepada smart card untuk perhitungan digital signature edan

certificate-nya.

Bilamana sukses maka proses komunikasi dilanjutkan dengan menekan

B number. Sampai dengan penggelarannya sudah diterbitkan lebih dari 5 juta

kartu telepon umum chip, dimana proses pembuatan card image file-nya

(CIF) sebagai data yang siap di-encode kedalam kartu telpon chip dilakukan

di TELKOM R & D.

Layanan lainnya adalah penggunaan smart card sebagai SIM Card GSM

yang dimulai Telkom malalui anak perusahaannya Telkomsel pada tahun

1995. SIM Card GSM berfungsi sebagai identifikasi pelanggan, yang sudah

akan aktif ketika power on handset karena akan dilakukan proses authentikasi

aktif dengan HLR (home location registry) untuk pembukaan channel

komunikasi. Ketika network GSM mengetahui adanya pelanggan yang

mengaktifkan handphone-nya, maka random number akan dikirimkan untuk

selanjutnya dihasilkan nilai SRES dan Kc dari algoritma yang dimiliki oleh SIM

Card. Nilai ini yang kemudian akan dibandingkan dengan hasil perhitungan

network GSM.

Page 60: Studi smart card 2008

51

SIM Card juga berfungsi untuk me-manage memori didalamnya untuk

menghandle basic services seperti SMS dan ADN phone book juga sebagai

values added services, melalui menu-menu tambahan sim tool kit (STK),

features inilah yang memungkinkan ditambahnya kapabilitas SIM Card untuk

mendukung mobile banking, mobile ticketing dan lainnya.

Saat ini sudah lebih dari 25 juta SIM Card digunakan oleh Telkomsel

sebagai SIM Cardnya.

Demikian juga penggunaan smart card sebagai RUIM (removable user

identification module) Telkom Flexi yang dimulai implementasinya sejak tahun

2002 yang lalu.

Selain sebagai identitas pelanggan, RUIM juga digunakan sebagai proses

otentikasi awal ketika handset power on (Proses Base Station Challenge,

Update SSD dan Confirm SSD) maupun ketika akan berbicara (RUN Cave

dan Generate Key VPM).

RUIM juga digunakan untuk menyimpan SMS, phone number dan data

lainnya. Saat ini Telkom flexi tengah mengembangkan layanan UTK (uim tool

kit) baik untuk mendukung RUIM Combo maupun value added services

lainnya.

Saat ini sudah lebih dari 5 juta RUIM Flexi digunakan Telkom untuk

melayani pelanggannya.

Proses kajian teknologi smart card tersebut diatas juga dilakukan di

Telkom R & D, melalui kajian standarisasi ETSI 11.11, ETSI 11.14, 3GPP2

CS 023 dan melalui keterlibatan aktif di berbagai forum smart card.

Selain untuk layanan telekunikasi, smart card juga saat ini telah digunkan

sebagai kartu ID mahasiswa di beberap perguruan tinggi. Seperti UGM, ITB

dan ITS yang saat ini telah menggunakan smart card untuk ID, kartu ATM

disamping layanan VoIP untuk komunikasi SLJJ. Penggelarannya merupakan

kolaborasi startegis universitas tersebut, bank dan Telkom.

Page 61: Studi smart card 2008

52

Meskipun tidak digelar dalam scope yang luas. Inisiatif untuk

mengembangkan aplikasi dan layanan smart card terus dilakukan di Telkom

R & D. Misalnya telah cukup lama digunakan smart card sebagai ID pegawai

yang berfungsi juga sebagai akses control untuk masuk dan keluar ruangan

yang terintegrasi dengan absensi pegawai.

Ide ini sebenarnya membuka peluang digunakannya aplikasi lainnya

dengan menggunakan teknologi dan platform eksisting (Mifare Technology).

Benchmark dinegara lain, teknologi ini digunakan sebagai micro payment

untuk pembayaran public transport (bus, train, kapal), electronic road pricing,

vending machine dan sebagainya.

Kasus yang menarik untuk dibenchmark project octopus di Hongkong

misalnya. Sejak di launched 1997, saat ini sudah lebih dari 8 juta kartu e-

purse octopus diedarkan sebagai micro payment dengan jumlah transaksi per

harinya mencapai lebih dari 5 juta transaksi dengan jumlah merchants brands

yang menerima pembayaran kartu ini lebih dari 100 buah.

Terdapat jumlah maksimum uang digital yang diperbolehkan disimpan

didalam kartu e-purse octopus sebesar HK$ 1000.

Project ini sukses digelar dengan menyediakan killer applications yang

tepat yang „memaksa‟ masyarakat untuk memiliki kartu e-purse ini untuk

pembayaran micro payment sehari-hari. Kemudahan mendapatkan kartu

perdana dan counter-counter isi ulang ikut mendorong suksesnya

penggelaran project octopus ini.

Sebagai micro payment, Telkom Multimedia sebanarnya telah cukup lama

menerbitkan kartu i-VAS yang merupakan alat bayar dengan basis internet

yang dapat digunakan untuk pemakain internet dan permainan, ebook di

situs-situs tertentu. Kartu i-Vas ini memiliki deposit sejumlah uang yang dapat

ditransaksikan untuk memperoleh layanan dan dapat diisi ulang ketika uang

yang tersedia sudah habis.

Bagaimana dengan Indonesia? Rencana menggelar layanan micro

payment ini tengah dikaji secara matang dan serius oleh Telkom melalui

vehicle Telkom group dengan focus bisnis inti transaksional yang berpartner

dengan mitra strategis yang akan meluncurkan jaringan perbankan dan

Page 62: Studi smart card 2008

53

transaksi keuangan, sebagai life cycle bisnis pada kurva berikutnya dari

komunikasi data.

Kunci suksesnya tentu harus di kembangkan layanan killer applications

yang dibutuhkan orang banyak, diberikan kemudahan dalam mendapatkan

kartu perdana dan counter isi ulangnya dan dikembangkannya sebanyak

mungkin layanan dari merchant-merchant yang dapat diakses dan dibayar

menggunakan kartu micro payment tersebut.

Tidak berhenti disitu pengembangan aplikasi juga dilakukan dalam

pembuatan prototipe kartu listrik prabayar (Kaliber), dimana KWH meter

rumah dimodifikasi dengan menambahkan controller dan reader serta MCB.

Kartu harus terlebih dahulu memiliki sejumlah uang untuk didepositkan

didalam KWH meter. Beban listrik akan menyala dengan deposit tersebut dan

sejalan dengan menyalanya beban maka putaran piringan KWH akan

mengurangi deposit tersebut sampai membunyikan alarm tanda batas

minimal deposit terlampau. Bila tidak diisikan ulang KWH tersebut oleh kartu

kaliber maka beban listrik akan mati.

Selain itu juga dikembangkan aplikasi smart health care, dimana smart

card digunakan untuk menyimpan historical medical record pasien. Ada tiga

modul utama dalam aplikasi ini, yaitu modul personalisasi, modul diagnosis

dokter dan apotik.

Melalui aplikasi personalisasi, pasien di create awal datanya dan

dimasukan dalam sistem health care. Selanjutnya dalam modul diagnosis

dokter, akan direkap historical medical record pasien dengan data detail

disimpan dalam database sementara data umum akan disimpan dalam smart

card.

Diakhir kegiatan modul ini biasanya dokter membuatkan resep obat baik

yang racikan maupun yang non racikan. Proses penulisan resep ini akan

dilakukan via GUI yang tersedia dan akan dikirimkan melalui network pada

modul apotik untuk dibuatkan resepnya. Pasien tinggal mendatangani apotik

tersebut untuk mengambil obat yang diperlukannya.

Page 63: Studi smart card 2008

54

Aplikasi ini akan membantu dokter dalam melakukan analisis dan

diagnosis kesehatan pasiennya dan ketepatan diagnosis tersebut sangat

bergantung dari ketersediaan historical medical record pasiennya.

Aplikasi yang baru-baru ini dikaji adalah penggunaan smart card sebagai

kartu credit maupun kartu debet sesuai dengan standard EMV 2000.

Beberapa proses transaksi sesuai standard EMV 2000 seperti : application

selection, initiate application, read application data, data authentication,

processing restriction, card holder verification, terminal action analysis, card

action analysis, terminal risk management, issuer authentication (online

processing) dapat di kaji keluar masuknya data APDU untuk lebih

memudahkan memahami standarisasi EMV 2000 dalam aplikasi kartu kredit

dan debet.

Kedepan Telkom R&D berencana mengkaji implementasi smart card ini

untuk mendukung program Single Identity Number (SIN) yang dapat

mengakomodir aplikasi KTP, SIM, NPWP dan lainnya dalam single card.

Aplikasi-aplikasi tersebut dikembangkan dalam laboratorium Solusi TI di

Telkom R&D dan sudah banyak dikunjungi tamu sebagai update knowledge

pengembangan smart card yang akan mensupport bisnis entity di Gorup

Telkom. Beberapa waktu yang lalu laboratorium ini sempat dikunjungi Jasa

Marga, Bank BNI dan kunjungan dari Deputi Gubernur BI. (Sumber :

http://www.finnet-indonesia.com/)

3.4 TINJAUAN MANFAAT DAN RESIKO PENERAPAN SMART CARD

Penerapan smart card membawa perubahan yang memiliki dampak

baik positif atau dikenal dengan manfaat, maupun dampak negatif atau

disebut dengan resiko. Kedua dampak tersebut bagaikan sisi –sisi mata uang

yang akan selalu ada. Yang menjadi tugas seluruh stakeholders adalah

meningkatkan manfaat dan menghilangkan atau memperkecil resiko. Dari sisi

teknologi, smart card ini sudah demikian canggih dan memiliki tingkat

keamanan yang memadai namun acapkali justru budaya di masyarakatlah

yang menjadi hambatan.

Page 64: Studi smart card 2008

55

1. Manfaat Penerapan Smart Card

Banyak manfaat penggunaan smart card sudah dapat dirasakan

masyarakat. Hal ini nampak pada peningkatan penggunaan smart card

sebagai alat pembayaran. Memang smart card apabila diimplementasikan

akan memiliki banyak manfaat antara lain kemudahan dalam melakukan

aktifitas termasuk bertansaksi, tidak perlu membawa banyak kartu karena

sebuah smart card bisa mengganti beberapa kartu, bagi pemerintah

manfaatnya adalah adanya database yang akurat sehingga mendukung

dalam pengambilan keputusan disamping turut mendukung pelaksanaan

good government governance. Belakangan ini masyarakat perkotaan di

Indonesia mulai terbiasa untuk menggunakan alat pembayaran non tunai

untuk berbagai keperluan pembayaran, antara lain kartu kredit, kartu debet,

kartu ATM dan kartu prabayar. Penggunaan kartu prabayar diyakini akan

menjadi trend mekanisme pembayaran di masa mendatang, misalnya untuk

membayar bahan bakar di pompa bensin, tiket tol, pembelian barang dan

berbagai jasa-jasa lainnya.

Semua proses aktivitas pembayaran melalui berbagai jenis alat

pembayaran ini diproses oleh berbagai penyelenggara sistem pembayaran

seperti bank dan nonbank. Institusi inilah yang menyelenggarakan jasa mulai

proses pengiriman dana, kliring hingga settlement. Pemakaian kartu prabayar

dalam mekanisme transaksi adalah bagian dari evolusi alat pembayaran dari

uang tunai sampai ke bentuk-bentuk non-tunai. Misalnya alat pembayaran

dalam bentuk kertas (paper based) seperti cek, wesel, bilyet giro hingga ke

elektronik seperti kartu prabayar hingga ke wujud digital (digital cash).

Jumlah kartu plastik (Kartu Kredit, ATM, Debit, dan pra bayar) di

Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang dilaporkan

oleh Bank Indonesia pada tabel di bawah ini. Sampai bulan Juli 2007 tercatat

54 bank yang menerbitkan kartu ATM dan 21 penerbit kartu kredit yang

terdiri atas perbankan, lembaga selain bank dan unit usaha syariah bank.

Jumlah bank yang menerbitkan kartu ATM sekaligus kartu debit tercatat

sebanyak 37 bank. Sedangkan kartu prabayar baru diterbitkan hanya oleh

dua nama penerbit yaitu Telekomunikasi Indonesia dan Telekomunikasi

Selullar.

Page 65: Studi smart card 2008

56

Table 7 Data Pengguna Kartu Dalam Tahun 2007

Periode Kartu Kredit Kartu ATM Kartu ATM +

Debit Kartu

Prabayar Kartu

Lainnya

Juli 2007 8,507,704 2,453,961 30,210,886 - -

Juni 2007 8,443,861 2,396,216 29,628,467 - -

Mei 2007 8,392,734 2,257,822 29,105,943 - -

April 2007 8,338,377 2,220,185 28,951,736 - -

Maret 2007 8,194,908 2,192,203 28,467,610 - -

Februari 2007 8,336,598 2,167,086 28,101,234 - -

Januari 2007 8,284,668 2,095,878 28,058,176 - -

Desember 2006 8,215,923 1,509,038 28,147,121 - -

November 2006 8,246,240 1,496,733 27,591,546 - -

Oktober 2006 8,220,190 1,485,437 27,137,765 - -

September 2006 8,185,091 1,441,494 26,752,600 - -

Agustus 2006 8,141,978 1,419,164 26,215,573 - -

Juli 2006 8,108,865 1,393,326 25,709,446 - -

Juni 2006 8,060,807 1,365,053 26,266,143 48,647 -

Mei 2006 8,306,329 1,310,792 25,865,912 46,926 -

April 2006 8,333,266 1,337,924 25,336,627 45,709 -

Maret 2006 8,306,407 1,322,094 25,089,270 44,148 -

Februari 2006 8,310,109 1,342,434 24,546,255 42,454 -

Januari 2006 8,274,706 1,312,125 24,035,777 56,565 -

Sumber: Bank Indonesia

Peredaran dan penggunaan kartu tersebut juga melibatkan empat

prinsipal kartu kredit dan tiga perusahaan pengelola switching. Infrastuktur

Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) pun semakin meningkat, yang

meliputi terminal ATM, Merchant, EDC, dan Imprinter. Perkembangan jumlah

ke empat jenis infrastruktur APMK tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah

ini.

Table 8 Jenis Infrastruktur APMK

Periode ATM Merchant EDC Imprinter

Juli 2007 17,777 178,792 189,436 17,565

Juni 2007 17,590 173,844 185,408 17,753

Page 66: Studi smart card 2008

57

Mei 2007 17,445 171,402 182,372 17,920

April 2007 17,312 170,112 174,560 17,764

Maret 2007 17,191 168,627 171,476 17,916

Februari 2007 17,178 167,578 168,541 17,823

Januari 2007 17,137 166,098 167,879 17,830

Desember 2006 16,960 164,915 167,623 17,910

November 2006 16,635 162,155 163,718 17,915

Oktober 2006 16,455 164,197 160,798 17,887

September 2006 16,328 148,803 165,308 17,986

Agustus 2006 16,238 160,963 162,382 17,994

Juli 2006 16,129 127,345 117,413 17,989

Juni 2006 16,011 124,837 113,400 18,177

Mei 2006 15,948 121,249 110,821 18,462

April 2006 15,923 112,910 106,132 19,364

Maret 2006 15,861 114,433 99,596 19,377

Februari 2006 15,615 111,728 98,023 18,892

Januari 2006 15,425 76,102 96,122 19,319

Sumber: Bank Indonesia

Sejalan dengan perkembangan teknologi, instrumen pembayaran

khususnya yang menggunakan kartu (APMK) juga tumbuh dengan pesat.

Tidak saja dari volume dan nilai yang ditransaksikan namun juga dari fitur,

jenis, fungsi serta berbagai fasilitas yang diberikan kepada pemegang kartu.

Menurut Bank Indonesia (2007), jenis APMK yang ada saat ini meliputi Kartu

Kredit, Kartu ATM dan Kartu ATM dan sekaligus sebagai Kartu Debit.

Volume transaksi jenis APMK tersebut pada triwulan II-2007 tercatat

298,65 juta atau meningkat 8,04% dibanding triwulan sebelumnya.

Sedangkan dari sisi nilai mencapai Rp419,86 triliun, meningkat 19,68% dari

triwulan sebelumnya. Peningkatan transaksi tersebut didominasi oleh jenis

transaksi transfer dana pada kartu ATM dan ATM+Debit. Perkembangan

transaksi khusus untuk kartu kredit dari bulan Januari 2006 sampai Juli 2007

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Table 9 Data Transaksi Kartu Kredit

Periode Tunai (Jutaan) Belanja (jutaan)

Nominal Volume Nominal Volume

Juli 2007 289,323.62 416,683 6,264,582.51 10,928,378

Page 67: Studi smart card 2008

58

Juni 2007 256,442.00 374,292 5,581,847.31 10,075,739

Mei 2007 290,435.26 425,385 5,781,067.10 11,341,233

April 2007 272,958.42 414,409 5,067,888.26 9,540,421

Maret 2007 281,907.79 423,291 5,142,922.07 9,626,404

Februari 2007 247,122.88 380,528 4,522,213.89 8,849,052

Januari2007 293,236.95 448,995 5,308,543.96 10,169,130

Desember 2006 260,768.13 396,222 5,072,207.37 9,606,110

November 2006 291,263.32 444,969 4,750,764.99 9,167,386

Oktober 2006 246,734.34 364,001 4,869,743.40 9,762,183

September 2006 289,957.65 465,126 4,668,728.10 9,489,456

Agustus 2006 299,847.63 468,038 4,720,982.19 9,486,662

Juli 2006 300,299.74 473,387 4,690,590.82 9,070,085

Juni 2006 303,547.42 479,651 4,407,449.05 8,817,102

Mei 2006 328,930.45 530,474 4,562,754.30 9,211,244

April 2006 297,354.04 498,694 3,970,386.83 8,146,915

Maret 2006 314,059.17 685,307 4,282,029.79 8,680,550

Februari 2006 282,808.59 490,442 3,790,391.64 7,946,883

Januari 2006 289,009.12 687,547 4,053,476.73 8,533,967

Sumber: Bank Indonesia

2. Resiko Penerapan Smart Card

Resiko merupakan sisi tak terpisahkan atas penggunaan smart card.

Banyak keluhan yang dimuat di media masa bagaimana sesorang tidak

nyaman akibat menerima telepon di mobele phone-nya dimana datanya

pribadinya diambil dari formulir aplikasi smart card. Beberapa pengguna

mengeluhkan adanya hambatan dalam penggunaan bahkan ada yang

dirugikan karena adanya transkasi fiktif.

Sebagaimana hasil teknologi lainnya, kecanggihan dan kehandalan

teknologi smart card, masih perlu terus dikembangkan terutama untuk

mengurangi resiko penggunaannya. Namun demkian berdasarkan

pengamatan sesungguhnya hambatan penerapan smart card bukan hanya

teknologi saja namun kesiapan SDM baik yang bersifat social maupun

cultural.

Khusus mengenai resiko penggunaan smart card, dapat dipaparkan

sebagai berikut :

Page 68: Studi smart card 2008

59

Keterbukaan informasi pribadi merupakan hal yang tidak bisa

terelakkan di era ICT ini. Namun demikian resiko ini bisa dieliminasi

antara lain dengan PIN, finger print atau kombinasi keduanya.

Penyalahgunaan data pribadi memang sampai saat ini masih terjadi,

terutama dilakukan oleh oknum-oknum yang mencari keuntungan dari

data ini. Titik krusialnya bukan hanya dalam penyimpanan data namun

juga pada saat pengisian formulir untuk pengisian data. Oleh karena itu

perlu ada pengaturan soal pengolahan data pribadi ini sehinga betul-

betul aman, misalnya pemusnahan formluir dilakukan seketika setelah

selesai entri data dan dilakukan di depan pemilik data.

Kehilangan dan kerusakan kartu seringkali menjadi masalah yang

sangat tidak disuaki. Persoalannya seringkali petugas penyelenggara

smart card kurang bisa memberikan informai dan penanganan yang

memadai.

Permbobolan atau pencurian merupakan hal yang sangat ditakuti

pengguna kartu. Pembuat smart card harus benar-benar menjamin

keamanannya dengan teknologi security yang memadai.

Page 69: Studi smart card 2008

60

BAB 4 TINJAUAN ASPEK REGULASI TENTANG PENERAPAN SMART CARD

Regulasi penerapan smart card di Indonesia masih didominasi oleh

segmen perbankan menyangkut transaksi keuangan elektronik. Namun

demikian telah berhasil melahirkan suatu regulasi yang disebut dengan

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Sampai saat

ini, aturan lebihlanjut dari UU ITE sedang dipersiapkan. Ada 3 draft

Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yaitu :

1. RPP tentang Transaksi Elektronik.

2. RPP tentang Penyadapan.

3. RPP tentang Pengelolaan Data Strategis.

Dari RPP yang draftnya sedang dipersiapkan, ternyata pengaturan tentang

smart card belum dimuat. Mengingat regulasi smart card ini penting dan

mendesak, maka harus ada pengaturan tersendiri tentang smart card, bisa

dalam bentuk PP, KepMen, maupun PerMen.

Regulasi yang khusus mengatur Smart Card juga telah diterbitkan

Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia No : 7/52/PBI/2005, yang

berisi antara lain :

1. Payment System Regulation

Definisi APMK = Kartu Kredit, Kartu ATM, Kartu Debit dan Kartu

Prabayar

Persetujuan penyelenggaraaan APMK = institusi, persyaratan dan

tata cara untuk menjadi Prinsipal, Issuer, Acquirer, dll

Kewajiban pelaporan penyelenggaraan APMK.

Peningkatan keamanan APMK berupa kewajiban pengkombinasian

magnetic stripe dan Chip, tata cara pencetakan dan personalisasi

APMK, PIN, dll

Page 70: Studi smart card 2008

61

2. Prudential Banking Regulation

Penerbit APMK wajib melakukan tukar menukar informasi data

Pemegang Kartu, yang meliputi negative list, positive list dan

merchant black list.

Penerbit yang bertindak pula sbg Financial acquirer wajib

menerapkan pengendalian risiko keuangan dalam hal terdapat

kerugian akibat penggunaan kartu palsu.

Penerbit yang bertindak pula sbg Technical Acquirer wajib memiliki

back up system dan back up data transaksi.

Penerbit yang berkerjasama dengan perusahaan switching atau

technical acquiring, penerbit harus memiliki bukti kehandalan dan

keamanan operasional sistem (hasil audit dari 3rd party

independent security auditor), dll

3. Perlindungan Pelanggan

Pemberian kartu kredit hanya dapat dilakukan atas dasar

permohonan tertulis dari calon pemegang kartu kredit.

Informasi APMK kepada Nasabah harus tertulis & disampaikan

secara benar dan tepat waktu

Informasi a.l. berisi prosedur, tata cara, fasilitas, besar & jenis

biaya serta risiko penggunaan APMK.

Penerbit Kartu Kredit dilarang memberikan fasilitas yang memiliki

konsekuensi tambahan biaya secara otomatis atau tanpa

persetujuan tertulis dari Pemegang kartu.

Informasi kartu kredit a.l. berisi status kolektibilitas kredit (lancar,

kurang lancar, diragukan), policy debt collector untuk penagihan,

tata cara, waktu & dasar penghitungan bunga

Tagihan kartu kredit baru dapat diserahkan kepada debt collector

apabila telah termasuk kategori “diragukan” atau “macet”.

Page 71: Studi smart card 2008

62

Penerbit wajib menerbitkan kartu APMK baru dengan

menggunakan kombinasi antara magnetic stripe dan chip (untuk

meminimalkan risiko fraud pada APMK).

Khusus untuk Kartu ATM dan Kartu Debet yang bermerek nasional

(domestic brand) yang menggunakan pengamanan dalam bentuk

PIN, maka PIN harus sekurang-kurangnya terdiri dari 6 (enam) digit

PIN, dll

4. Larangan Bagi Penerbit Kartu Kredit

Pemberian fasilitas yang berdampak tambahan biaya dan fasilitas

lain diluar fungsi Kartu Kredit tanpa persetujuan Pemegang Kartu.

Menyebarluaskan informasi/data Pemegang Kartu kepada pihak

lain, di luar untuk kepentingan tukar-menukar informasi dan tanpa

persetujuan tertulis dari Pemegang Kartu

Melakukan cara-cara penagihan pembayaran kartu kredit yang

bersifat melanggar hukum, baik yang dilakukan oleh Penerbit

sendiri atau menggunakan jasa pihak ketiga.

Mencantumkan klausula dlm perjanjian yg menimbulkan

konsekuensi pemberian persetujuan otomatis Pemegang Kartu atas

fasilitas tambahan.

5. Kartu Prabayar

Terdiri dari Kartu Prabayar Single Purpose dan Multi Purpose.

Jenis Kartu prabayar yang penerbitannya wajib memperoleh

persetujuan dari BI adalah: Single purpose multi merchant, multi

purpose multi merchant, serta single purpose dan multi purpose

yang diterbitkan bukan bank.

Latar belakang pengaturan adalah kartu prabayar pada hakekatnya

sama dengan uang tunai dan untuk menjamin kelancaran dan

keamanan sistem pembayaran.

Page 72: Studi smart card 2008

63

Latar belakang persetujuan dari BI :

1). Untuk kepentingan perlindungan masyarakat;

2). Menjaga kepercayaan masyarakat terhadap alat pembayaran;

dan

3). Pelaksanaan tugas BI dalam memonitor uang beredar.

Lembaga Selain Bank (berbentuk Perusahaan Terbatas) yang

dapat menerbitkan Kartu Prabayar harus telah memiliki

pengalaman dan reputasi baik dalam penyelenggaraan Kartu

Prabayar Single-purpose single merchant atau multi-purpose single

merchant di Indonesia paling singkat selama 2 tahun.

Adapun beberapa regulasi lainnya yang telah diterbitkan dalam rangka

penerapan smart card di Indonesia adalah:

Surat Edaran Bank Indonesia No.10/20/DASP Perubahan Kedua atas

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/60/DASP tanggal 30 Desember

2005 perihal Prinsip Perlindungan Nasabah dan Kehati-hatian, serta

Peningkatan Keamanan Dalam Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu

Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/7/DASP Pengawasan

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan

Kartu (APMK)

Peraturan Bank Indonesia No. 10/8/PBI/2008 Perubahan Atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005 Tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan

Kartu

Peraturan Bank Indonesia No.10/4/PBI/2008 Laporan

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan

Kartu Oleh Bank Perkreditan Rakyat Dan Lembaga Selain Bank

Diluar berbagai regulasi ini, upaya lainnya yang dilakukan oleh

pemerintah (dalam hal ini Departemen Komunikasi dan Informatika) adalah

menyiapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) berkaitan dengan smart card

Page 73: Studi smart card 2008

64

ini, yang telah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. Upaya untuk membuat

standar ini dimulai dengan pendekatan adopsi dari standar yang sudah ada

dan digunakan di dunia internasional, yaitu seri ISO 7816. Upaya untuk

menerbitkan SNI ini dilakukan sebagai inisiatif dari Direktorat Standardisasi

Direktorat Jendral Aplikasi Telematika Departemen Komunikasi dan

Informatika, dan telah dibentuk panitia teknis yang telah menyusun rancangan

dokumen standar hasil adopsi standar yang telah ada. Namun demikian,

hingga kini langkah yang dilakukan belum mencapai tahapan konsensus,

sehingga sampai saat ini belum didapatkan SNI mengenai smart card di

Indonesia. Diperkirakan upaya konsensus ini akan dicapai sekitar tahun 2009.

Page 74: Studi smart card 2008

65

BAB 5 TINJAUAN MODEL BISNIS PEMANFAATAN SMART CARD

5.1 PEMANFAATAN SMART CARD PADA LAYANAN MASYARAKAT DI

NEGARA LAIN

Dalam dokumen yang dikeluarkan oleh Kantor Kabinet pemerintah

Inggris yaitu “Smart Cards : Enabling e-Government – Draft Policy

Framework, July 2003” telah diuraikan inisiatif yang dilakukan oleh beberapa

negara dalam penerapan smart card sebagai berikut.

Inisiatif Internasional :

Belgia. Pemerintah Belgia telah meluncurkan smart ID card yang merupakan

kartu identitas pribadi warga Belgia (the Belgian Personal Identity Card :

BelPIC). Smart card ini berisi kode PIN untuk otorisasi dan menurut rencana

pada saat itu akan diterapkan kepada 11 juta pengguna di tahun 2003

sebagai bagian dari program 5 tahun.

Austria. Masyarakat komputer Austria (Austrian Computer Society : OCG)

adalah organisasi pertama di Austria yang memasukkan fungsi kartu tanda

penduduk (KTP atau Bügerkarte dalam bahasa setempat) ke dalam kartu

identitas berbasis chip card yang dimiliki oleh organisasi ini, yang berisi juga

tandatangan digital. Kapasitas kartu tanda penduduk juga memungkinkan

badan pemerintah untuk memverifikasi tandatangan digital di dalam kartu itu

dengan informasi dari Badan Registrasi Pusat (Central Registration Agency),

sehingga memungkinkan identifikasi terhadap penduduk. Pemerintah Austria

berharap agar dapat mengintegrasikan fungsi ini ke dalam chip card lainnya

melipui kartu perbankan sebagai komponen dasar dari strategy e-government

mereka.

Page 75: Studi smart card 2008

66

Finlandia. Pemerintah meluncurkan FINEID smart card pada Desember 1999

yang memungkinkan penduduk Finlandia untuk melakukan identifikasi diri

mereka sendiri di internet selayaknya berhadapan langsung. Upaya ini pada

awalnya disediakan hanya untuk berinteraksi dengan pemerintah, dimana

sebagai konsekuensinya adalah level penerimaan masih rendah. Belakangan

ini, inisiatif ini telah dikembangkan untuk meliputi layanan non-pemerintah.

Hal ini menghasilkan peningkatan penerimaan pengguna. Kementerian

Transport dan Komunikasi Finlandia juga menawarkan dukungan penuh

terhadap „city cards‟ multi aplikasi yang ditujukan bagi kota-kota utama dan

menawarkan aplikasi seperti pembayaran parkir dan taksi, akses ke

perpustakaan dan kolam renang, serta tiket angkutan masal.

Departemen Pertahanan (DoD) Amerika Serikat. Departemen Pertahanan

Amerika Serikat meluncurkan 4 juta „Common Access Cards‟ (CACs) untuk

terhadap, pekerja sipil dan kontraktor di lingkungan DoD. Tidak hanya

menyediakan kontrol akses secara fisik, kartu ini juga memungkinkan pekerja

untuk melakukan tandatangan digital dan transaksi elektronik terenkripsi

(seperti e-mail dan perintah penerapan) dan melakukan otentikasi diri mereka

sendiri ke database intranet. Selain itu ada rencana untuk

mengimplementasikan aplikasi nirkontak dan biometrik.

China. Smart ID card mutiguna yang baru diluncurkan di pertengahan tahun

2003 untuk 6,8 juta penduduk di Hongkong. Sebagai tambahan terhadap fitur

keamanannya yang canggih, kartu ini mempunyai kapasitas untuk

memasukkan layanan nilai tambah lainnya, yaitu mulai dari fungsi sebagai

kartu perpustakaan sampai ke surat izin mengemudi.

Malaysia. Pemerintah Malaysia tampak menonjol sebagai model yang bagus

melalui upayanya untuk menghasilkan arsitektur fungsional dan

kemampuannya untuk memasukkan sektor keuangan ke dalam skemanya.

Mereka menentukan standar, standar keamanan minimum, dan prosedur

akreditasi kepada pasar untuk diikuti. Government‟s Multi-Purpose Card

(GMPC) adalah bagian pusat dari inisiatif Multi-media Super Corridor (MSC).

Page 76: Studi smart card 2008

67

Estonia. Estonia telah mengimplementasikan kartu ID sebagai dokumen

utama untuk mengidentifikasi penduduknya. Kartu yang pertama diterbitkan di

Januari 2002, kemudian di akhir 2003 Estonia berharap untuk dapat

menerbitkan 350.000 kartu yang mencapai 25% dari keseluruhan penduduk.

Kartu ini bisa digunakan dalam berbagai bentuk usaha, pemerintahan, dan

komunikasi pribadi. Masing-masing kartu ID berisi beragam potongan data,

termasuk tandatangan pemegang kartu, foto, nama, kode ID nasional, tempat

dan tanggal lahir, jenis kelamin dan status kependudukan. Sebagai

tambahan, kartu ini juga berisikan dua sertifikat digital, yaitu satu sertifikat

untuk otentikasi dan satu lagi untuk tandatangan digital. Skema ID adalah

public private partnership (kemitraan antara publik dan pribadi).

Kemudian, setelah sekian lama berlalu, paparan Greg Pote, Chairman

dari Asia Pacific Smart Card Association yang berjudul “The Future of Smart

Card” dalam GBDe Summit di Jepang, 9 Nopember 2007, memuat beberapa

perkembangan terkini.

Di dalam paparan tersebut disebutkan bahwa smart card sekarang

telah diterima di sektor publik seperti kartu identitas nasional di beberapa

negara Asia. Malaysia, Brunei, Hongkong, Macau, China, Thailand telah

meluncurkan program kartu identitas nasionalya, sementara negara-negara

lain seperti Korea Selatan, India, Indonesia, Filipina maupun yang lainnya

juga telah mulai merencanakan untuk menerapkannya. Tujuan utama dari

pemanfaatan smart card di negara-negara ini adalah untuk mengelola

identitas nasional, dimana beberapa negara menambahkan aplikasi e-

government lainnya. Hal itu dapat dilihat misalnya dari Malaysia yang telah

memiliki 7 aplikasi pada kartu identitas nasionalnya.

Sementara itu, untuk negara-negara Eropa, diungkapkan bahwa

Belgia, Italia, Spanyol, dan Estonia telah melakukan langkah-langkah

implementasi smart card sebagai kartu identitas nasional mereka. Inggris dan

Perancis berada dalam tahapan perencanaan skema nasional kartu identitas

nasionalnya.

Page 77: Studi smart card 2008

68

Tidak hanya itu saja, banyak negara sudah menerbitkan

kartuID/paspor berdasarkan standar ICAO. Selain negara Eropa, negara-

negara teluk seperti Oman, Qatar, Kuwait dan lainnya sudah merencanakan

untuk penerapan smart card, dan juga melakukan penelitian untuk penerapan

tersebut.

Dalam pemanfaatannya ke depan, Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Co-

Operation Council) telah mengusulkan interoperabilitas dari aplikasi smart

card tersebut. Selain itu, Maroko juga akan menerbitkan kartu identitas

nasional berbasis smart card nirkontak yang pertama kalinya. Program kartu

identitas nasional yang direncanakan oleh negara-negara di kawasan ini

sebagian besar memasukkan biometrik sebagai alat otentikasinya.

Dalam paparan yang sama, selain pemanfaatan smart card untuk kartu

identitas nasional, juga disebutkan mengenai pemanfaatannya untuk kartu

kesehatan dan pengaman sosial, yang disadari bahwa aplikasi ini merupakan

aplikasi nasional utama setelah kartu identitas. Upaya yang besar berkaitan

dengan ini adalah program kartu pengaman sosial di China yang pilot project

nya dimulai di Shanghai yang kemudian diikuti oleh kota-kota lain. Taiwan

juga telah menerbitkan 24 juta kartu asuransi kesehatan.

Beberapa negara Eropa telah juga mencanangkan program

pemanfaatan smart card di dalam area ini. Misalnya Jerman telah

menerbitkan 80 juta kartu, Perancis telah menerbitkan 50 juta kartu penduduk

ditambah dengan setengah juta kartu profesional kesehatan. Belgia

menerbitkan kartu identitas sosial sebanyak 10 juta kartu. Austria

menerbitkan kartu elektronik asuransi sosial sebanyak 8 juta. Slovenia

menerbitkan 2 juta kartu asuransi kesehatan dan 70 ribu kartu profesional.

Selain negara-negara tersebut, Inggris, Finlandia, Italia, Ceko juga

mencanangkan pilot project mereka.

Dalam tabel berikut ini adalah ditunjukkan rangkuman dari contoh

penerapan smart card pada berbagai negara tersebut, per akhir 2007.

Page 78: Studi smart card 2008

69

Table 10 Penerapan Smart Card Di Negara Lain

Negara Penerapan sebagai

Kartu ID Penerapan untuk kesehatan

Penerapan lain

ASIA

Malaysia Sudah Memiliki 7 aplikasi pada kartu identitas nasional

Brunei Sudah

Thailand Sudah

China Sudah Kartu pengaman sosial, dengan pilot project di Shanghai

Taiwan 24 juta kartu asuransi kesehatan

Hongkong Sudah

Macao Sudah

Indonesia Mulai berencana

Filipina Mulai berencana

Korea Selatan Mulai berencana

India Mulai berencana

EROPA

Belgia Implementasi smart card utk kartu ID

Kartu identitas sosial 10 juta kartu

Italia Implementasi smart card utk kartu ID

Spanyol Implementasi smart card utk kartu ID

Inggris Dalam tahapan perencanaan skema nasional kartu identitas nasionalnya

Perancis Dalam tahapan perencanaan skema nasional kartu identitas nasionalnya

50 juta kartu penduduk ditambah dengan setengah juta kartu profesional kesehatan

TIMUR TENGAH

Oman Rencana penerapan smart card & penelitiannya

Sebagian besar memasukkan biometerik sebagai alat otentikasi.

Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Co-Operation Council) telah mengusulkan interoperabilitas aplikasi smart card.

Qatar Rencana penerapan smart card & penelitiannya

Kuwait Rencana penerapan smart card & penelitiannya

Maroko Rencana penerbitan kartu identitas nasional berbasis smart card nirkontak

Page 79: Studi smart card 2008

70

Adapun contoh pemanfaatan smart card dinegara lain secara lebih

rinci diantaranya :

1 . Taiwan

Proyek smart card untuk asuransi kesehatan di Taiwan (National

Health Insurance-IC atau NHI-IC) mulai digunakan pada 1 Juli 2003 dan

menggantikan kartu konvensional asuransi kesehatan yang menggunakan

kertas secara penuh pada 1 Januari 2004. Saat ini telah lebih dari 22 juta

smart card dikeluarkan oleh Bureau of National Health Insurance (BNHI) dan

digunakan di 600 rumah sakit, 5000 apotik serta 17000 klinik di seluruh

Taiwan. Melalui 40 ribu pembaca kartu (card reader) yang tersebar di seluruh

fasilitas kesehatan, setiap tahun terdapat tidak kurang dari 360 juta

pembacaan data NHI-IC melalui card reader.

Setiap malam fasilitas kesehatan melakukan uploading ke database di

BNHI. Bisa dibayangkan bahwa datawarehouse di BNHI dapat menghasilkan

banyak penelitian dan publikasi. Penerapan smart card asuransi kesehatan di

Taiwan merupakan implementasi smart card yang paling besar dibandingkan

negara-negara lain di dunia. Dengan menerapkan sistem tersebut, proses

klaim yang bertele-tele dan memerlukan proses lama (karena menggunakan

kertas) tergantingkan dengan sistem elektronik yang lebih efisien. Apakah kita

bisa menerapkannya di Indonesia (atau di sebagian Indonesia?) Secara

teknis bukan hal yang istimewa. Tetapi beberapa faktor mendasar seperti

regulasi, cakupan asuransi serta manajemen informasinya merupakan hal

penting yang harus dikaji terlebih dahulu.

2 . Korea

Di Korea Selatan, mulai Juni 2007 para pelanggan ponsel dari tiga

besar operator jaringan ponsel yaitu SK Telecom, KT Freetel dan LG Telecom

akan dapat menggunakan handphone yang dipakainya utnuk membayar

ongkos naik bis dan kereta bawah tanah kereta api. Hal ini dimungkinkan

karena smart card yang dipakai sebagai kartu telepon dalam handset juga

berfungsi sebagai alat pembayaran.

Page 80: Studi smart card 2008

71

Pelanggan dapat memanfaatkan handset telepon selulernya untuk

melakukan transaksi pembayaran yang disebut dengan Transportation Money

System (T-Money). Pelanggan dapat mengatur perjalanannya baik

menggunakan bis umum maupun kereta api bawah tanah. Sistem ini

melibatkan operator telepon seluler, penyedia sistem T-Money serta bank

atau perusahaan kartu kredit yang ikut serta dalam sistem tersebut.

Korea Smart Card Co, yang menjalankan layanan T-Money, akan

melakukan konsolidasi biaya yang harus dibayar oleh pelanggannya dalam

setiap kali melakukan perjalanan dalam kurun waktu tertentu. Biaya yang

digunakan atau dikurangkan dari saldo rekeningnya ataupun dibebankan

sebagai tagihan untuk pelanggan yang menggunakan kartu kredit. Kedua

sistem tersebut telah menyatu dalam satu sistem baik pembayaran biaya naik

bis atau kereta sekaligus juga pembayaran penggunaan telepon.

Aplikasi T-Money disimpan di modul identitas pelanggan kartu selular

operator dengan menggunakan jaringan 3G pada jaringan operator telepon

seluler. Aplikasi tersebut, yang akan dikeluarkan oleh Samsung Kartu,

Shinhan Card, dan beberapa perusahaan kredit lainnya akan berkolaborasi

dengan operator telepon seluler seperti mobile-SK Telecom, KT Freetel dan

LG Telecom untuk mendukung aplikasi T-Money. Dengan demikian sistem ini

akan menjadi bagian dari sistem pembayaran layanan ritel.

Pemerintah Korea telah memberikan ijin terbatas kepada beberapa

operator telepon selular. Hal ini akan menjadikan T-Money sebagai sebuah

alat pembayaran yang memiliki pelanggan paling besar. Untuk Kota Seoul

saja penggunanya diperkirakan terbesar di dunia karena memiliki jumlah

sekitar 14 juta orang.

Pada saat ini penggunaan T-Money telah meluas dan semakin

meningkat jumlahnya. Dari sisi konten juga terus dilakukan penambahan

sehingga akan menjadi sebuah smart card yang betul-betul bisa memenuhi

keinginan penggunanya.

Page 81: Studi smart card 2008

72

3. Hongkong

Dengan strategi Digital 21 yang diperkenalkan sejak 1998, dan

diperbarui pada 2001, pemerintah Hongkong telah memperlihatkan kemajuan

berarti dalam mengeksploitasi teknologi informasi untuk melayani masyarakat

secara lebih baik. Usaha tersebut menghasilkan penghargaan internasional

dan menjadi Hongkong sebagai kota digital terdepan.

Masyarakat Hongkong sekarang ini secara mudah dapat mengakses

begitu banyak informasi publik dan banyak layanan lainnya kapan saja dan

dimana saja secara online. Secara statistik, tiap bulannya ada sekitar 155 juta

halaman layanan pemerintahan diakses warga Hongkong. Dalam hal layanan

publik, ada sekitar 1.200 layanan publik berbeda dilakukan secara elektronik

dimana disediakan pula sistem pembayaran secara elektronik terhadap

tagihan-tagihan yang berhubungan dengan pemerintahan. Untuk formulir, ada

sekitar 1.500 formulir yang bisa didownload secara online dengna 400

formulir elektronik diantaranya dapat diisi secara langsung dan dikirimkan

secara online. Hal-hal seperti itulah yang membuat warga makin dekat

dengan pemerintahannya.

Beberapa implementasi yang terkait dengan teritori maupun

pemerintahan Hongkong secara luas sebagai infrastruktur yang bermanfaat

bagi warga negara, pebisnis maupun pemerintahan, di antaranya seperti

smart card identity, electronic tendering system, keamanan informasi yang

komprehensif, transaksi elektronik, layanan perdagangan pemerintah secara

elektronik, HkedCity, dan 1823 Citizen‟s Easy Link

Yang dimaksud dengan HkedCity adalah platform edukasi untuk

masyarakat luas. Setidaknya ada 1,4 juta pengguna terdaftar menggunakan

platform ini. Sedangkan 1823 Citizen‟s Easy Link merupakan nomor telepon

tunggal yang digunakan untuk mengintegrasikan permintaan dalam one-stop

service serta menerima keluhan terhadap layanan-layanan yang ditawarkan.

Pada 2004, ada 1,7 juta panggilan yang ditangani, dan 92 % diantaranya

diselesaikan hanya dengan satu kali pembicaraan.

Page 82: Studi smart card 2008

73

Dalam hal smart card identity, sejak 2003, pemerintahan Hongkong

telah mengeluarkan smart ID card generasi baru yang multi fungsi.

Perubahan yang dilakukan dimaksudkan untuk lebih negifisiensikan dan

meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat. Adapun nilai tambah

aplikasi yang ikut ditanam dalam smart ID card tersebut adalah sertifikat

digi(e-Cert) dan kartu perpustakaan. Di tahun depan, izin mengemudi akan

juga ikut disatukan dalam kartu identitas tersebut. Dengan pemanfaatan untuk

7 juta orang, maka Hongkong dapat dikategorikan sebagai satu diantara

populasi terbesar di dunia yang menggunakan smart ID card. Hal ini makin

mentasbihkan bahwa Hongkong merupakan digital terdepan yang secra

global menghubungkan dunia.

5.2 POTENSI PENGEMBANGAN MODEL BISNIS PENERAPAN SMART

CARD DI INDONESIA

Untuk dapat menyusun dan mengembangkan suatu bisnis model

penerapan smart card di Indonesia, maka kita perlu melihat manfaat yang

diberikan oleh smart card sebagai kartu pintar. Namun mengingat bahwa

manfaat yang diberikan oleh smart card memiliki spektrum yang sangat luas

maka pengembangan model bisnis penerapan kartu smart card difokuskan

pada aplikasi pelayanan masyarakat oleh pemerintah melalui sistem e-

Government. Hal ini akan memudahkan kita melihat seberapa besar

penerapan smart card ini bisa dilaksanakan. Dalam hal ini, inisiatif dan

dukungan pemerintah untuk mendorong penggunaan smart card menjadi

sangat penting.

Dalam gambar dibawah ini dijelaskan mengenai sebagian fungsi

layanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Memang

pelayanan ini belum bisa dikatakan optimal mengingat kebutuhan masyarakat

disamping banyak juga beragam (heterogen).

Page 83: Studi smart card 2008

74

Namun demikian apabila pelayanan dari Pemerintah kepada

masyarakat akan dilaksanakan maka setidaknya akan menyangkut kepada 3

( tiga ) utama yaitu :

- Pelayanan kewarganegaraan

- Pelayanan hak hidup dasar

- Pelayanan infrastruktur

Dari ketiga sendi pelayanan tersebut dapat dilihat jenis-jenis layanan

yang diperoleh masyarakat sebagaimana digambarkan sebagai berikut:

infrastruktur

Layanan Dasar

Warganegara

Fungsi

Pelayanan

Kemasyarakatan

Pemilu

Akta-akta

Pendidikan Kesehatan

Pekerjaan

Surat Keterangan

Transportasi

Komunikasi

Energi

Air Bersih

Gambar 15 Fungsi Pelayanan Masyarakat

Dari ketiga sendi pelayanan tersebut, keberadaan identitas yang unik

menjadi syarat utama bagi akuntabilitas sistem. Bilamana kita melihat kepada

manfaat beserta kendala yang dihadapi oleh smart card maka secara singkat

digambarkan solusi yang diusulkan sebagaimana dijelaskan dalam gambar

berikut ini :

Manfaat :

- Kartu Identitas Multifungsi

- Kartu akses layanan

- Kartu saldo

Kendala :

- Sistem keamanan

- Biaya kartu

- Biaya sistem informasi

Solusi :

- Pemanfaatan bersama

Dampak

- Biaya menjadi lebih murah

- Multi fungsi

- Mendaya gunaka

infrastruktur yang telah ada

Gambar 16 Ilustrasi Solusi Pemanfaatan Smart Card

Page 84: Studi smart card 2008

75

Dengan melihat kepada beragam fungsi yang dapat dilakukan oleh

smart card maka pemanfaatan kartu smart card secara bersama akan

memberikan manfaat bagi penerapan smart card. Kartu smart card akan

berfungsi sebagai kartu identitas yang dapat dimanfaatkan sebagai :

- Kartu Tanda Penduduk

- Kartu ATM

- Kartu Bantuan langsung Tunai

- Kartu Askeskin

- Aplikasi lain yang akan dikembangkan

Gambaran model bisnis yang dapat diterapkan dijelaskan dalam

gambar berikut ini :

Pemerintah Daerah

Bank

Asosiasi

Instansi PusatBasis Data Penduduk

Lembaga Survey

-Bantuan Langsung Tunai

-Bantuan Operasional Siswa

-Askeskin

-Kartu ATM

-Kartu Micro payment

-Kartu keanggotaan

Pemilik dan Pengelola

-Data Survey

Penyedia Layanan

-Kartu Akses Layanan

-Pembayaran Mikro

Gambar 17. Ilustrasi bisnis model pemanfaatan smart card

Dengan melihat kepada gambar diatas dapat kiranya dibangun sebuah

sekenario sebagai contoh dari model bisnis pemanfaatan smart card yang

dapat dilakukan oleh pemerintah daerah.

1. Pemerintah daerah menetapkan bentuk kartu standar, format

data, metadata dan interoperabilitas kartu

2. Pemerintah daerah mempersiapkan pusat data yang dapat

diakses oleh pihak yang telah bekerja sama dengan pemda untuk

menerbitakan KTP smart card

3. KTP smart card dilengkapi dengan informasi biometric seperti

sidik jari dan tanda-tangan elektronik

Page 85: Studi smart card 2008

76

4. Pihak yang bekerja sama dengan pemda dapat menerbitakan

KTP smart card

5. KTP yang diterbitkan dapat berfungsi sebagai kartu keanggotaan,

kartu ATM maupun kartu micropayment dari pihak yang bekerja

sama dengan pemerintah

6. Basis data yang dibangun dapat dimanfaatkan bagi instansi pusat

untuk pelaksanaan program tertentu atau oleh pihak lembaga

survey dalam rangka studi dan pengumpulan data

Manfaat yang dirasakan dari skenario model bisnis ini adalah:

1. Biaya pembuatan KTP menjadi sangat murah bahkan gratis

2. KTP memiliki banyak fungsi untuk dimanfaatkan

3. Basis data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah

daerah dan pihak lain sebagai sumber informasi

4. Pemanfaatan sistem maupun data oleh pihak ke tiga dapat menjadi

sumber Penerimaan Asli Daerah

5.3 FRAMEWORK PEMANFAATAN SMART CARD DI NEGARA LAIN

Adapun negara-negara yang mempublikasikan framework kebijakan maupun

penerapan smart card nya adalah sebagai berikut.

Negara Nama Dokumen Kerangka Kerja (framework) Kebijakan

Inggris Smart Cards : Enabling e-Government, July 2003

1. Mempromosikan infrastruktur yang kompatibel dengan membawa standar smart card di bawah e-Government Interoperability (e-GIF). e-GIF memberikan mandat standar teknis untuk proyek TIK pemerintah.

2. Mempromosikan pendekatan terintegrasi dan terkoordinasi kepada skema smart card di dalam sektor publik. OeE (Office of the Envoy) akan memfasilitasi upaya untuk berbagi kasus bisnis dan contoh suksesnya.

3. Untuk melindungi hak-hak penduduk dan menjamin transparansi data, skema smart card di pemerintahan harus selaras dengan Akta Proteksi Data dan regulasi lainnya yang relevan. Informasi pribadi yang tersimpan atau diakses melalui smart card harus dapat siap diakses oleh pemegang kartu.

4. Untuk memungkinkan penghantaran layanan pemerintah yang aman dan e-commerce, organisasi pemerintah harus memikirkan untuk

Page 86: Studi smart card 2008

77

memasukkan mekanisme tandatangan digital kepada smart card.

Australia National Smartcard Framework (Draft) – Australian Government, Department of Finance and Deregulation, August 2008

National Smartcard Framework ini terdiri dari seperangkat dokumen yang tersedia untuk membantu badan pemerintah untuk merencanakan dan mengimplementasikan penerapan smart card di lingkungannya. Satu set dokumen lengkap tersebut berisikan : A. National Smartcard Framework (NSF) 1. Introduction – Garis besar konsep penerapan

smartcard dan struktur dari framework dan material pendukungnya

2. Vision and Principles – Menerangkan satu prinsip yang seragam untuk penerapan smartcard oleh pemerintah Australia, dan mempertimbangkan keuntungan yang akan diberikan oleh framework

3. Communities of Practice (CoP) – Memuat uraian dan contoh CoPs dan permintaan bisnisnya

4. Interoperability Architecture – Memuat diskusi mengenai apa yang dimaksud dengan interoperabilitas dan standar yang membantu dalam pencapaiannya

5. Functional Considerations – Menawarkan usulan seputar isu spesifik smartcard terkait dengan siklus hidup kartu, keamanan kartu dan kepercayaan terhadap kartu

B. Framework Support Documentation

1. Smartcard Handbook – Dokumen panduan yang menyediakan pandangan umum mengenai teknologi smartcard, technology „stack‟, dan bagaimana smartcard dapat menyampaikan keuntungan yang pasti dalam lingkungan yang pasti

2. Implementation Models and Checklists – Meliputi beberapa model implementasi proyek smartcard dan rangkaian checklist yang dapat digunakan sebagai alat pada tahap penerapan yang berbeda-beda

3. Smartcard Project Design Guide – Menyediakan panduan pada level manajemen proyek di dalam area penting seperti privasi, keamanan dan pemilihan teknologi

4. Case Studies – Meliputi beberapa studi kasus terpilih baik dari contoh domestik maupun internasional untuk membantu pembaca dalam mengkaji beberapa isu yang dapat muncul pada saat implementasi smartcard

5. Framework Implementation Specifications (FISs) – Memungkinkan untuk berbagi spefisikasi fungsi dan model referensi terkait dengan smartcard yang diimplementasikan oleh Community of Interest (COI) yang spesifik. Hal ini akan mendorong interoperabilitas dan reusabilitas (kemampuan untuk digunakan kembali) diantara badan

Page 87: Studi smart card 2008

78

pemerintah dan penyedia pihak ketiga di saat melindungi kekayaan intelektual.

Pengelolaan Framework ini disiapkan oleh Australian Government Information Management Office (AGIMO) yang bekerjasama dengan badan-badan pemerintah di seluruh wilayah hukum Australia. Framework ini didukung sebagai National Smartcard Framework oleh Online and Communications Council, dengan pertimbangan dari Australian Government‟s Chief Information Officers Committee dan Cross Jurisdictional Chief Information Officers Committee. Committee (Komisi) ini diinformasikan oleh kelompok kerja yang sesuai dengan diberikan tambahan advis dari kelompok referensi teknis khusus. Australian Local Government Association juga diberikan konsultasi dalam pengembangan framework ini. Di dalam konteks dari framework ini, pemerintah mengacu kepada seluruh level pemerintah di dalam Australia, meliputi persemakmuran, negara bagian dan teritori maupun pemerintah setempat. Dalam mendorong framework ini, seluruh unsur pemerintah tersebut sepakat untuk - Menerima prinsip-prinsip dari National Smartcard

Framework - Mengikuti spesifikasi teknis yang terdapat di dalam

framework, sebagai syarat minimal - Menggunakan dokumentasi pendukung (Smartcard

Handbook, Smartcard Implementation Models and Checklists, Smartcard Project Design Guide, Case Studies, dan FISs) sebagai dokumen pedoman praktis yang lebih baik

Australian Smartcard Framework

Page 88: Studi smart card 2008

79

Rangkuman

1. Pentingnya penerapan smart card dirasakan oleh berbagai negara di

dunia. Inisiatif untuk menerapkan smart card telah dimulai sejak akhir

tahun 1990-an.

2. Beberapa negara besar telah mengeluarkan kerangka kerja

(framework) pemerintah mengenai kebijakan penerapan smart card di

negaranya masing-masing. Beberapa negara itu adalah Inggris,

Australia dan Amerika Serikat.

3. Beberapa isu penting yang mendasari pembuatan framework tersebut

adalah interoperabilitas, keamanan, dan pengembangan

pemanfaatannya sebagai kartu multifungsi.

4. Skema pengelolaan dan integrasi dengan informasi yang diperlukan

bagi pemerintah setempat juga menjadi konsiderasi dalam penerapan

smart card.

Page 89: Studi smart card 2008

80

BAB 6 TINJAUAN HASIL STUDI LAPANGAN PENERAPAN SMART CARD DI INDONESIA

6.1 METODOLOGI DAN RENCANA STUDI LAPANGAN

Untuk melihat seberapa besar respons masyarakat terhadap

penerapan Smart Card, maka disusun suatu kuesioner yang bertujuan untuk

mendapatkan fakta persepsi dan harapan seluruh pengguna Smart Card,

yang dilakukan melalui survai langsung.

Mengingat betapa luasnya Negara Indonesia ini, maka dipilih

responden sebanyak 7 kota yang diperkirakan dapat mewakili keseluruhan

data. Adapun ke 7 lokasi tersebut yaitu :

1. Jakarta, yang mewakili lokasi dengan heterogenitas sangat tinggi

2. Surabaya, yang mewakili lokasi dengan populasi besar di Pulau Jawa,

3. Medan, yang mewakili lokasi dengan populasi Pulau Sumatra

4. Makasar, yang mewakili lokasi dengan populasi Pulau Sulawesi dan

Indonesia Timur

5. Balikpapan, yang mewakili lokasi dengan populasi Pulau Kalimantan dan

Indonesia Timur

6. Batam, yang mewakili daerah industri

7. Denpasar, yang mewakili daerah wisata dan lokasi global.

Adapun untuk lembaga yang menjadi responden, ditetapkan 5 lembaga yaitu :

1. Pemerintahan, dalam hal ini Pemerintah Daerah

2. Bisnis, dalam hal ini diwakili oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

3. Rumah Sakit, yang merupakan user maupun lembaga pelayanan

publik yang menyentuh segala lapisan masyarakat

4. Kepolisian dimana lembaga ini berfungsi sebagai user maupun

pengawas

5. Universitas atau akademisi yang mencermati dari sisi teori

Page 90: Studi smart card 2008

81

6.2 HASIL KUESIONER

Dari survai lapangan yang dilakukan di 7 kota, dengan sampel

responden Pemerintah Daerah, BUMN, Rumah Sakit, Kepolisian dan

Universitas, maka diperoleh suatu fakta bahwa seluruhnya mengharapkan

implementasi smart card. Optimisme yang sangat tinggi dikemukakan oleh

responden meskipun juga memberitahukan kondisi eksisting yang menjadi

hambatan atau kendala implementasi smart card.

Jika dilihat dari sisi penggambaran smart card maka sebagian besar

responden membayangkan suatu kartu yang memiliki fungsi banyak

meskipun dalam satu database dalam kartu dengan fungsi minimal sebagai

Kartu Tanda Penduduk, Kartu Pembayaran (Kartu Debet/Kartu ATM), dan

Kartu Asuransi .

Jika dilihat dari faktor yang memperkuat (positif) maupun kondisi yang

kurang mendukung (negatif) terhadap implementasi Smart Card maka dapat

digambarkan sebagai berikut :

Instansi Positif Negatif

Pemerintah

Berbasis Single Identity

Number

Memudahkan control

Meningkatkan efektifitas dan

efisiensi

Meningkatkan produktifitas

Menghilangkan data ganda

(misalnya KTP ganda)

Menyimpan database dalam

satu wadah (kartu)

Mempercepat proses

Mengurangi jumlah kontak

manusia

Faktor keamanan masih

diragukan

Dukungan infrastruktur

belum baik

Setiap daerah memiliki

karakter yang berbeda

(heterogen)

Belum didukung sistem

terpadu

Kualitas dan kuantitas SDM

masih kurang

Keterbatasan dana

Teknologi mahal

Page 91: Studi smart card 2008

82

Memudahkan pelacakan

data

Mengintegrasikan seluruh

sistem

Meningkatkan kualitas

pelayanan

Regulasi belum

mendukung

Bisnis :

BUMN

Konten harus lengkap

Menguntungkan user

Meningkatkan produktivitas

Mempercepat proses

Meningkatkan efisiensi dan

efektifitas

Kemudahan bagi user

Database yang baik

Faktor keamanan masih

diragukan

Infrastruktur belum

mendukung

Kegagalan sistem

Ketergantungan dengan

pihak lain cukup tinggi

Regulasi belum

mendukung

SDM belum siap

menghadapi teknologi maju

Dana terbatas

Rumah

Sakit

Meningkatkan efisinesi dan

efektifitas

Meningkatkan produktivitas

Meningkatkan kualitas

pelayanan

Memiliki database yang baik

Kemudahan

Bisa mengintegrasikan

banyak sistem

Keamanan

Mahal

Infrastruktur belum

mendukung

Keterbatasan kualitas dan

kuantitas SDM

Belum didukung regulasi

Page 92: Studi smart card 2008

83

Kepolisian

Integrasi untuk semua

kebutuhan

Kalau perlu termasuk RFID

Peningkatan produktivitas

Data base yang baik

Mendukung identifikasi dan

pelacakan

Meningkatan Efektif itas dan

Efisiensi

Praktis

Meningkatkan kinerja

Menghindari identitas ganda

Mengubah life style

Keterbatasan dana

Belum ada dukungan

regulasi

Infrastruktur belum

mendukung

Keterbatasan kualitas dan

kuantitas SDM

Keamanan

Belum didukung regulasi

Akademisi,

Universitas

Efektif dan Efisien

Database yang baik

Meningkatkan kualitas hidup

Meningkatkan produktifitas

Penggunaan yang semakin

meluas

Kemudahan user

Belum bisa memproduksi

kartu

SDM belum siap

Mahal

Konten belum optimal

Infrastruktur belum

mendukung

Mekanisme dan metode

keamanan yang belum

mendukung

Belum didukung regulasi

Hal tersebut merupakan suatu gambaran utuh tentang Smart Card

yang didalamnya merupakan paduan antara product knowledge, kondisi

lingkungan, kekhawatiran maupun harapan responden terhadap kehadiran

Smart Card.

Page 93: Studi smart card 2008

84

Apabila dicermati lebih detail maka hampir semua responden

memberikan respons yang positif terhadap penggunaan smart card. Sekitar

67% item-item positif yang diyakini oleh responden apabila penggunaan

smart card ini diimplementasikan, sedangkan item-item negative hanya 33%

saja dan hal itu merupakan kondisi eksisting yang kurang mendukung

keberadaan smart card.

Gambar 18 Respons terhadap penggunaan Smart Card

Dari hasil survai diperoleh data bahwa ada 7 item positif yang selalu

dikemukakan oleh responden, yakni :

1. meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses kerja,

2. meningkatkan produktivitas individu maupun lembaga,

3. sebagai database yang sangat bermanfaat,

4. sebagai unit yang mengintegrasikan sistem,

5. meningkatkan kualitas pelayanan,

6. memungkinkannya pengisian konten yang akan memperbesar utilitas

kartu,

7. memberikan kemudahan bagi pengguna.

Positif

Negatif

67%

33%

Page 94: Studi smart card 2008

85

Secara detail, masing-masing institusi dalam memberikan 7 alasan

positif dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 19 Alasan Positif

Hal itu berarti semua institusi yang menjadi responden memberikan

kesan positif yang kuat untuk menerima implementasi Smart Card. Meskipun

demikian hal-hal yang sudah positif ini harus diberikan perkuatan pada saat

implementasi Smart Card. Bahkan bukan hanya itu saja, dalam menentukan

tahapan pengembangan konten juga harus menyerap hal-hal sebagaimana

item-item positif tersebut karena merupakan harapan dari user.

Disamping terdapat hal-hal yang disebut positif, Smart Card juga

menghadapi kondisi-kondisi yang menurut responden perlu mendapat

perhatian serius. Dari hasil survai diperoleh data bahwa ada 5 item negatif

yang selalu dikemukakan oleh responden, yakni :

1. belum baiknya kondisi infrastruktur untuk Smart Card,

2. regulasi yang ada belum cukup mengatur keberadaan Smart Card,

3. SDM secara kualitas maupun kuantitas masih menjadi kendala,

4. keterbatasan dana yang tersedia untuk implementasi Smart Card,

5. faktor keamanan seperti pemalsuan, kerusakan, penyalahgunaan atas

data yang tersimpan dalam kartu maupun keamanan sistem, masih

menjadi pertanyaan besar.

Pemerintah Bisnis Rumah Sakit Kepolisian Universitas

Page 95: Studi smart card 2008

86

Gambar 20 Faktor-Faktor Negatif

Faktor-faktor negatif yang muncul dalam survai lapangan, diharapkan menjadi

suatu faktor yang harus disiapkan, dieliminir, diperkuat, dibenahi maupun

dilakukan pengaturan.

Pemerintah Bisnis Rumah Sakit Kepolisian Universitas

Page 96: Studi smart card 2008

87

BAB 7 KESIMPULAN PENELITIAN

1. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di bidang

elektronika membawa umat manusia memasuki pola kehidupan

masyarakat informasi, dimana kebutuhan akan divais-divais elektronika

yang berfungsi tinggi menjadi semakin meningkat untuk menyeimbangi

kecepatan pertumbuhan perangkat lunak. Perkembangan teknologi

smart card beserta derivatifnya adalah sebuah jawaban atas

meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk dapat memanfaatkan

perkembangan teknologi informasi secara maksimal dalam kehidupan

sehari-hari. Penerapan smart card memiliki nilai yang sangat startegis

menyangkut identifikasi dan nilai suatu transaksi.

2. Pengertian smart card adalah kartu yang ditanami micro processor dan

dimanfaatkan dengan cara disentuh pada piranti pembaca kartu

(contact), serta jenis smart card dengan antena bagi RFID dan

dimanfaatkan dengan cara didekatkan pada piranti pembaca namun

tidak perlu disentuh (contactless).

3. Smart card sekarang telah diterima di sektor publik seperti kartu

identitas nasional di beberapa negara Asia. Malaysia, Brunei,

Hongkong, Macau, China, dan Thailand telah meluncurkan program

kartu identitas nasionalnya, sementara negara-negara lain seperti

Korea Selatan, India, Indonesia, Filipina maupun yang lainnya juga

telah mulai merencanakan untuk menerapkannya. Tujuan utama dari

pemanfaatan smart card di negara-negara ini adalah untuk mengelola

identitas nasional, dimana beberapa negara menambahkan aplikasi e-

government lainnya. Hal itu dapat dilihat misalnya dari Malaysia yang

telah memiliki 7 aplikasi pada kartu identitas nasionalnya. Sementara

itu, untuk negara-negara Eropa, seperti Belgia, Italia, Spanyol, dan

Estonia telah melakukan langkah-langkah implementasi smart card

sebagai kartu identitas nasional mereka. Sementara itu Inggris dan

Perancis berada dalam tahapan perencanaan skema nasional untuk

Page 97: Studi smart card 2008

88

penerapan kartu identitas nasionalnya. Tidak hanya itu saja, banyak

negara sudah menerbitkan kartuID/paspor berdasarkan standar ICAO.

Selain negara Eropa, negara-negara teluk seperti Oman, Qatar, Kuwait

dan lainnya sudah merencanakan untuk penerapan smart card, dan

juga melakukan penelitian untuk penerapan tersebut. Dalam

pemanfaatannya ke depan, Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Co-

Operation Council) telah mengusulkan interoperabilitas dari aplikasi

smart card tersebut. Selain itu, Maroko juga akan menerbitkan kartu

identitas nasional berbasis smart card nirkontak yang pertama kalinya.

Program kartu identitas nasional yang direncanakan oleh negara-

negara di kawasan ini sebagian besar memasukkan biometrik sebagai

alat otentikasinya.

4. Regulasi penerapan smart card di Indonesia masih didominasi oleh

segmen perbankan menyangkut transaksi keuangan elektronik.

Regulasi yang mengatur pemanfaatan smart card pada bidang lainnya

masih bersaling-silang diantara Departemen Komunikasi dan

Informatika, Departemen Perindustrian, dan Departemen

Perdagangan.

5. Untuk dapat menyusun dan mengembangkan suatu bisnis model

penerapan smart card di Indonesia, maka kita perlu melihat manfaat

yang diberikan oleh smart card sebagai kartu pintar. Namun mengingat

manfaat yang diberikan oleh smart card memiliki spektrum yang sangat

luas maka pengembangan model bisnis penerapan kartu smart card

difokuskan pada aplikasi pelayanan masyarakat oleh pemerintah

melalui sistem e-Government.

6. Pentingnya penerapan smart card dirasakan oleh berbagai negara di

dunia. Inisiatif untuk menerapkan smart card telah dimulai sejak akhir

tahun 1990-an. Beberapa negara besar telah mengeluarkan kerangka

kerja (framework) pemerintah mengenai kebijakan penerapan smart

card di negaranya masing-masing. Beberapa negara itu adalah Inggris,

Australia dan Amerika Serikat. Skema pengelolaan dan integrasi

Page 98: Studi smart card 2008

89

dengan informasi yang diperlukan bagi pemerintah setempat juga

menjadi konsiderasi dalam penerapan smart card.

7. Beberapa isu penting yang mendasari pembuatan framework tersebut

adalah interoperabilitas, keamanan, dan pengembangan

pemanfaatannya sebagai kartu multifungsi.

8. Dari survai lapangan yang dilakukan di 7 kota, dengan sampel

responden Pemerintah Daerah, BUMN, Rumah Sakit, Kepolisian dan

Universitas, diperoleh suatu fakta bahwa seluruhnya mengharapkan

implementasi smart card. Disamping memberikan harapan tinggi

namun juga responden juga memberitahukan kondisi eksisting yang

menjadi hambatan atau kendala implementasi smart card. Dari survai

ini nampaknya keinginan menikmati utilitas smart card di Indonesia

cukup tinggi. Semua institusi yang menjadi responden memberikan

kesan positif yang kuat untuk menerima implementasi Smart Card.

Meskipun demikian hal-hal yang sudah positif ini harus diberikan

perkuatan pada saat implementasi Smart Card. Harapan besarnya

adalah adanya smart card yang mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat namun cukup aman pada saat dipergunakan.

9. Disamping terdapat hal-hal yang positif, Smart Card juga menghadapi

faktor-faktor negatif yaitu kondisi-kondisi yang menurut responden

perlu mendapat perhatian serius. Faktor-faktor negatif yang muncul

dalam survai lapangan, diharapkan menjadi suatu faktor yang harus

disiapkan, dieliminir, diperkuat, dibenahi maupun dilakukan pengaturan

agar dalam implementasi kelak dapat bermanfaat secara optimal.

Page 99: Studi smart card 2008

90

BAB 8 REKOMENDASI

Dengan melihat dan memperhatikan hasil studi banding dan analisa

questioner dari responden serta berdasarkan kepada kesimpulan yang

diambil maka dengan ini kami merekomendasikan suatu kerangka kerja

penerapan smart card di Indonesia beserta langkah-langkah implementasi

yang harus dilakukan.

8.1 KERANGKA KERJA PENERAPAN SMART CARD DI INDONESIA

1. Model Kerangka Kerja Yang Dapat Diterapkan

Dari beberapa contoh yang telah dilakukan oleh negara lain dirasakan

bahwa kerangka kerja yang dimiliki oleh Australia dapat dijadikan sebagai

acuan dalam rangka mengembangkan kerangka kerja penerapan smart card

di Indonesia sebagaimana tergambar berikut ini:

Gambar 21 Model Kerangka Kerja Penerapan Smart card di Indonesia

•Tinjauan Umum

•Visi dan Misi Pengembangan Smart Card

•Manfaat yang diharapkan

•Praktek Terbaik dan Kode Etik

•Tinjauan Regulasi dan Bisnis

•Regulasi

•Badan Regulasi dan Pengawasan

•Skema Penerapan

•Model Bisnis

•Tinjauan Teknis

•Standar Teknologi

•Standar Aplikasi

•Standar Keamanan

Kerangka Kerja Penerapan Smart Card Di Indonesia

Buku Pedoman

Smart card

Spesifikasi

Implementasi

Teknis

Pedoman Desain

Proyek

Model

Implementasi

•Tinjauan Umum

•Visi dan Misi Pengembangan Smart Card

•Manfaat yang diharapkan

•Praktek Terbaik dan Kode Etik

•Tinjauan Regulasi dan Bisnis

•Regulasi

•Badan Regulasi dan Pengawasan

•Skema Penerapan

•Model Bisnis

•Tinjauan Teknis

•Standar Teknologi

•Standar Aplikasi

•Standar Keamanan

Kerangka Kerja Penerapan Smart Card Di Indonesia

Buku Pedoman

Smart card

Spesifikasi

Implementasi

Teknis

Pedoman Desain

Proyek

Model

Implementasi

Page 100: Studi smart card 2008

91

2. Tinjauan atas Kerangka Kerja

Tinjauan umum meliputi seluruh aspek mendasar yang melingkupi

kerangka kerja sebagai dasar untuk menentukan arah pengembangan dan

penerapan smart card di indonesia. Beberapa poin yang disajikan dalam

tinjauan umum adalah :

Visi dan misi dalam penerapan smart card

Manfaat yang diharapkan

Praktek terbaik dan kode etik

Adapun tinjauan bisnis lebih mengarah kepada metode apa yang akan

diterapkan untuk menjaga keberhasilan penerapan smart card di Indonesia.

Beberapa poin yang termasuk dalam bagian ini adalah:

Regulasi yang mendukung penerapan smart card

Badan regulasi dan pengawas sebagau pelaksana

Skema penerapan berikut road map penerapan dan

pengembangan

Model bisnis yang dapat diterapkan

Sedangkan tinjauan teknis lebih mengarah kepada penetapan jenis

teknologi yang diterapkan berikut parameter-parameter teknis yang menjadi

acuan dalam rangka penerapan smart card. Poin yang termasuk dalam

bagian ini adalah:

Standar Teknologi

Standar Aplikasi

Standar Keamanan

Page 101: Studi smart card 2008

92

Bilamana kerangka kerja telah terbentuk maka langkah selanjutnya

adalah menyusun petunjuk pelaksanaan dari kerangka kerja dan terdiri atas

Buku Pegangan Smart Card (handbook)

Spesifikasi Implementasi Teknis

Pedoman Desain Proyek

Model Implementasi

Selain kerangka kerja beserta dokumen pelaksanaanya kami pun

mengajukan rekomendasi sebagai tindak lanjut studi ini berupa:

1. Infrastruktur.

Sebagai dasar implementasi suatu aktifitas berbasis teknologi

informasi maka penerapan smart card pastilah memerlukan dukungan

infrastruktur. Dari beberapa infrastruktur yang sangat mendesak untuk

diperbaiki agar dapat memberikan dukungan yang optimal bagi

implementasi smart card adalah jaringan ICT dan data based

kependudukan yang berskala nasional.

Infrastruktur yang mendukung lainnya adalah industri nasional. Untuk

itu, direkomendasikan agar pilihan teknologi tidak terlalu canggih agar

industri nasional seperti pembuatan chip, dapat menunjang.

2. Regulasi.

Perangkat perundangan-undangan yang mengatur industri ICT di

Indonesia masih sangat kurang. Pada tahun 2008 baru berhasil keluar

Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Tentunya

lahirnya UU ini harus segera dilengkapi dengan perangkat

perundangan di bawahnya seperti Peraturan Pemerintah, Keputusan

Menteri, dsb. Sampai saat ini, aturan lebihlanjut dari UU ITE sedang

dipersiapkan. Ada 3 draft Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)

yaitu :

RPP tentang Transaksi Elektronik.

Page 102: Studi smart card 2008

93

RPP tentang Penyadapan.

RPP tentang Pengelolaan Data Strategis.

Dari RPP yang draftnya sedang dipersiapkan, ternyata pengaturan

tentang smart card belum dimuat. Mengingat regulasi smart card ini

penting dan mendesak, maka harus ada pengaturan tersendiri tentang

smart card, bisa dalam bentuk PP, KepMen, maupun PerMen.

Diusulkan agar smart card segera dimasukkan dalam RPP tentang

Transaksi Elektronik dalam sebuah pasal khusus dan detailnya

dituangkan dalam Keputusan Menteri.

Disamping itu, perangkat perundangan yang lain juga sangat

diperlukan misalnya Undang-Undang tentang Cyber Crime, pengaturan

Certification Autentification (CA), dll.

3. Koordinasi.

Salah satu kelemahan dalam implementasi suatu program adalah

koordinasi. Sekalipun nampaknya mudah namun koordinasi acapkali

menjadi batu sandungan bagi keberhasilan implementasi program.

Oleh karena itu untuk pemanfaatan smart card, kami memberikan

rekomendasi agar dilakukan koordinasi bukan hanya antar departemen

saja namun lebih luas yaitu mencakup semua stakeholders dari smart

card, seperti Departemen Dalam Negeri, Departemen Kominfo,

Departemen Perindustrian, Kementerian Ristek, BPPT, ICT

Networking Provider seperti PT Telkom, dll.

4. Sosialisasi.

Sebagai suatu program nasional yang cukup besar, maka dukungan

masyarakat luas sangat diperlukan, untuk itu perlu program sosialisasi

yang terencana dan dilaksanakan dengan konsisten. Pada saat

sosialisasi dilakukan, peran serta masyarakat agar dapat dilibatkan

secara aktif, sekaligus sebagai edukasi yang efektif.

Page 103: Studi smart card 2008

94

5. Pilot Proyek.

Mengingat luasnya cakupan dari implementasi smart card maka

direkomendasikan untuk melakukan piloting. Kami merekomendasikan

agar dalam pilot proyek ini, implementasi smart card dimulai dengan

KTP Nasional yang telah menggunakan Single Identity Number (SIN).

Oleh karena itu yang menjadi project leader adalah Departemen Dalam

Negeri. Meskipun KTP Nasional namun dalam piloting ini, kami

memberikan rekomendasi dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta

terlebih dahulu mengingat wilayahnya sempit namun penduduknya

heterogen.

Cara lain adalah dengan menerapkan smart card dalam scope yang

lebih sempit, inclusive dan terbatas namun melibatkan banyak pihak.

Pada saat ini di Depkominfo sedang dibangun SIM TKI yang

melibatkan banyak lembaga dan departemen. Melalui SIM TKI inilah

dapat diimplementasikan penggunakan Smart Card bagi para TKI.

Dari sisni terus dilakukan evaluasi kemudain diterapkan kepada

pengguna yang lebih luas dan dengan konten yang lebih banyak.

Page 104: Studi smart card 2008

95

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, ”Mengelola Tantangan menjadi Masa Depan”, Laporan

Tahunan 2006, Jakarta, 2006.

Bank Indonesia, ”Buku Statistik Perbankan Indonesia, Direktorat Perizinan

dan Informanasi Perbankan”, Jakarta, 2007

Bank Indonesia, ”Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan

Wewenang Bank Indonesia di Bidang Moneter, Perbankan, dan Sistem

Pembayaran, Triwulan II”, Jakarta, 2007.

Beilock, Richard and D. V. Dimitrova, “An exploratory model of inter-country

Internet diffusion”, Telecommunications Policy 27, 237–252, 2003.

Direktorat Sistem Pembayaran Bank Indonesia, http://www.bi.go.id diakses

pada tanggal 25 September 2007

Flor, Alexander G., “ICT and Poverty: The Indisputable Link”, Paper for Third

Asia Development Forum on Regional Economic Cooperation in Asia

and The Pacific, Asian Development Bank, Bangkok, 2001.

International Communication Union, http://www.itu.int diakses pada tanggal

26 September 2007

Kim, Yun–Hwan, “Financing Information Technology Diffusion in Low–income

Asian Developing Countries”, ADB Report, 2004.

Papageorgiou, “Technology Adoption, Human Capital, and Growth Theory”,

Louisiana State University, Baton Rouge, LA 70803, 2000.

Quibria, M.G., and Ted Tschang, “Information and Communication

Technology and Poverty: An Asian Perspective”, ADB Institute Working

Paper Series No.12, 2001.

The Economist Intelligent Unit, “The 2004 E-Readinesss Rankings: A White

Paper from the Economist Intelligent Unit”, 2004

The Fed, “U.S. Consumers and Electronic Banking 1995–2003”, Federal

Reserve Bulletin Winter 2004

Page 105: Studi smart card 2008

96

UNCTAD, “Information and Communication Technology Development

Indices”, UNCTAD-UN, New York, 2003

United Nations Information and Communication Technologies Task Force,

“Measuring ICT: the Global Status of ICT Indicators, Partnership on

Measuring ICT for Development, Geneva”, July 2005