Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
eJournal Ilmu Komunikasi 2018, 6 (3): 438-451 ISSN 2502-5961 (Cetak), 2502-597X (Online), ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id © Copyright2018
STUDI TEKNIK KOMUNIKASI INFORMATIF DALAM
KEGIATAN ORIENTASI PENYULUH AGAMA
TERHADAP CALON PENGANTIN OLEH BADAN
DKP3A DI SAMARINDA
Rangga K. Putra1,Endang Erawan2,Annisa Wahyuni Arsyad3
Abstrak
Teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Teori S-M-C-R model
oleh Berlo. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu
peneliti berusaha untuk mendeskripsikan dan menganalisis objek yang diteliti
berdasarkan fakta di lapangan dengan menggunakan informan sebagai sumber
data. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik wawancara kepada
Kepala bidang KB dan KS Badan DKP3A Prov. Kaltim dan penyuluh agama di
Kota Samarinda.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan Teknik
Komunikasi DKP3A Dalam Kegiatan Orientasi Penyuluh Agama Terhadap
Calon Pengantin di Samarinda. Adapun fokus di dalam penelitian ini meliputi
pesan informatif yang berdasarkan fakta, jelas dan to the point, terperinci, pesan
ditujukan untuk perluasan wawasan, dan pesan bertujuan untuk memberikan
informasi, sosialisasi, dan motivasi.
Hasil penelitian ini menunjukan, teknik komunikasi informatif oleh Badan
DKP3A Prov. Kaltim terkait pelaksanaan kegiatan orientasi terhadap tenaga
penyuluh agama di Samarinda sudah baik, dilihat dari berdasarkan fakta, pesan
ditujukan untuk perluasan wawasan, dan pesan bertujuan untuk memberikan
informasi serta motivasi. Akan tetapi, teknik komunikasi terkait informasi tentang
kejelasan pesan masih terdapat informasi yang belum jelas dan pesan ditujukan
untuk perluasan wawasan masih minim dikarenakan kegiatan yang sehubungan
dengan hal tersebut masih jarang dilaksanakan.
Kata Kunci : Komunikasi informatif, orientasi, penyuluh agama
PENDAHULUAN
Organisasi pemerintahan yang bergerak di bidang pelayanan masyarakat
juga diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat terkait dengan visi dan misi organisasi tersebut. Sebuah organisasi
atau badan pemerintahan dikatakan berhasil apabila masyarakat di wilayah
tersebut menjadi lebih sejahtera baik dari secara sosial ataupun ekonomi
1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: [email protected] 2 Dosen Pembimbing 1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman. 3 Dosen Pembimbing 2 Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman.
Studi Teknik Komunikasi Informatif Dalam Kegiatan... (Rangga K. Putra)
439
dikarenakan hal tersebut merupakan kewajiban mutlak bagi setiap organisasi
pemerintahan.
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik
menyatakan bahwa negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan
penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka
pelayanan publik yang merupakan amanat UUD 1945, membangun kepercayaan
masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan
publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan
tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan
masyarakat, sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga
negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi
dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma hukum yang
memberi pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan
menjamin penyediaan pelayanan masyarakat sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi
setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Hakekat pelayanan kepada masyarakat
bermakna menciptakan kondisi yang kondusif sehingga memungkinkan bagi
setiap anggota masyarakat untuk mengembangkan kemampuan serta
kreativitasnya demi mencapai kemajuan bersama
Pentingnya komunikasi atau sosialisasi dalam hal ini adalah agar publik
dapat berpartisipasi penuh dalam setiap program yang telah dibuat agar
tercapainya masyarakat yang sejahtera dalam pemenuhan hak asasi manusia,
sosial, keseteraan gender dan juga ekonomi yang hingga saat ini dinilah masih
jauh dari harapan.
Salah satu penyebab belum tercapainya tujuan tersebut dikarenakan oleh
begitu banyaknya kasus perceraian yang terjadi di Kota Samarinda. Dalam hal ini
Pemprov Kaltim melalui Badan DKP3A bidang Keluarga Berencana (KB) dan
Keluarga Sejahtera (KS) memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengatasi
jumlah angka perceraian yang terus meningkat agar tujuan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat Kota Samarinda dapat tercapai.
Berdasarkan data dari Kantor Pengadilan Agama di Kota Samarinda, tahun
2012 terjadi kasus perceraian khusus di Kota Samarinda sebanyak 1520 kasus
atau 25% dari jumlah perceraian di Kaltim sebanyak 6100 kasus. Di tahun 2013
sebanyak 31% dari 5297 kasus. Kemudian di tahun 2014, terjadi sbanyak 17%
dari total seluruh perceraian di Kaltim,yaitu sebanyak 11158. Di tahun 2015
sebanyak 20% dari 8171 kasus. Selanjutnya, di tahun 2016 mencapai 21% dari
7420 kasus. Dan yang terakhir yaitu di tahun 2017 Samarinda “menyumbang”
19% dari 8390 kasus perceraian di Kaltim.
Sebagai badan yang mempunyai tanggung jawab, tugas pokok dan fungsi
dalam menekan jumlah angka perceraian di Kota Samarinda, adapun salah satu
upaya Pemerintah provinsi (Pemprov) Kaltim melalui Badan DKP3A bidang KB
dan KS untuk menekan angka perceraian yaitu dengan melakukan kegiatan
eJournal Ilmu Komunikasi Volume 6, Nomor 3, 2018 : 438-451
440
Orientasi Tenaga Penyuluh Agama terhadap Calon Pengantin di setiap
Kabupaten/Kota. Dalam pelaksanaan kegiatan ini di Kota Samarinda, Badan
DKP3A Provinsi Kaltim bidang KB dan KS bekerja sama dengan Kantor
Pengadilan Agama Kota Samarinda untuk memberikan data, wawasan, himbauan
serta pembekalan kepada para penyuluh agama Kota Samarinda untuk kemudian
nantinya para tenaga penyuluh agama diharapkan mampu memberikan petuah
kepada calon pengantin Kota Samarinda sesuai dengan pesan informatif yang
telah diperoleh dari kegiatan orientasi tersebut.
Oleh karena penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Studi Teknik Komunikasi Informatif Dalam Kegiatan
Orientasi Penyuluh Agama Terhadap Calon Pengantin Oleh Badan DKP3A Di
Samarinda.”
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis dan mendeskripsikan
Teknik Komunikasi DKP3A Dalam Kegiatan Orientasi Penyuluh Agama
Terhadap Calon Pengantin di Samarinda
KERANGKA DASAR TEORI
S-M-C-R Model
Rumus S-M-C-R adalah singkatan dari istilah-istilah : S singkatan dari
Source yang berarti sumber atau komunikator ; M singkatan dari Message yang
berarti pesan ; C singkatan dari Channel yang berarti saluran atau media,
sedangkan R singkatan dari Receiver yang berarti penerima atau komunikan.
(Onong Uchjana Effendy:2003).
Mengenai istilah Channel pada rumus S-M-C-R itu yang berarti saluran
atau media, komponen tersebut menurut Edward Sappir mengandung dua
pengertian, yakni primer atau sekunder. Media sebagai saluran primer adalah
lambang, misalnya bahasa, kial (gesture), gambar atau warna, yaitu lambang-
lambang yang dipergunakan khusus dalam komunikasi tatap muka (face to face
communication), sedangkan media sekunder adalah media yang berwujud, baik
media massa, misalnya surat kabar, televisi atau radio, maupun media nirmassa,
seperti surat kabar, telepon, atau poster.
Jadi, komunikator pada komunikasi tatap muka hanya menggunakan satu
media saja, misalnya bahasa, sedangkan pada komunikasi bermedia seorang
komunikator, misalnya wartawan, penyiar atau reporter menggunakan dua media,
yakni primer dan sekunder, jelasnya bahasa dan sarana yang ia operasikan.
Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi
A. Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor yang mendukung keberhasilan komunikasi dilihat dari
sudut komunikator, komunikan dan pesan sebagai berikut (Suranto, 2010):
1. Komunikator memiliki kredibilitas yang tinggi, daya tarik fisik maupun non
fisik yang mengundang simpati, cerdas dalam menganilisis suatu kondisi,
Studi Teknik Komunikasi Informatif Dalam Kegiatan... (Rangga K. Putra)
441
memiliki intergritas, dapat dipercaya, mampu mengendalikan emosi, ramah,
tegas serta mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat dimana dia bicara
2. Komunikan memiliki pengetahuan yang luas, memiliki kecerdasasan mencerna
pesan, supel, pandai bergaul, bersikap bersahabat dengan komunikator. Pesan
komunikasi dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, dijelaskan secara
jelas dan terperinci sesuai dengan kondisi dan situasi, lambang yang digunakan
dapat dipahami dan tidak menimbulkan multi tafsir.
B. Faktor Penghambat
Faktor yang dapat menghambat komunikasi adalah sebagai berikut
(Suranto, 2010) :
1. Komunikator gagap (hambatan biologis), komunikator tidak berwibawa dan
kurang memahami karakter komunikan atau komunikator gugup (hambatan
psikologis)
2. Komunikan mengalami gangguan pendengaran (hambatan biologis),
komunikan tidak berkonsentrasi dengan pembicaraan, seorang perempuan
akan tersipu malu jika membicarakan masalah seksual dengan seorang pria
(hambatan gender)
3. Komunikator dan komunikan kurang memahami latar belakang sosial budaya
yang berlaku sehingga melahirkan perbedaan persepsi
4. Komunikator dan komunikan saling berprasangka buruk sehingga
membosankan
5. Tidak digunakannya media yang tepat atau terdapat pada teknologi komunikasi
(microphone, telepon, power point, dan sebagainya)
6. Perbedaan bahasa sehingga menyebabkan perbedaan penafsiran pada simbol
tertentu.
Komunikasi Informatif
Komunikasi Informatif (Informative Communication) adalah komunikasi
yang dimaksudkan untuk menyampaikan informasi. Contohnya warta berita di
radio atau televisi. (Dr. B.S. Mardiatmadja:1986). Teknik komunikasi informatif
dilakukan agar orang lain (komunikan) mengerti dan tahu.
Menurut Onong U. Effendy (2002), komunikasi informatif merupakan
proses penyampaian pesan, ide, gagasan dan pendapat kepada seseorang atau
sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya yang sifatnya hanya
sekedar memberitahukan sebuah informasi tanpa menghendaki adanya sebuah
perubahan sikap atau pendapat dari seseorang.
Tujuan Komunikasi Informatif
Di dalam penyampaian pesan informatif ada tujuan tuuan yang ingin
dicapai dari kegiatan komunikasi informatif. Menurut Onong U. Effendy (2002)
tujuan komunikasi informatif di antaranya adalah :
1. Memberikan Informasi, yakni pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, fakta,
pesan yang dibutuhkan orang agar dapat mengerti dan bereaksi secara jelas
eJournal Ilmu Komunikasi Volume 6, Nomor 3, 2018 : 438-451
442
dengan kondisi lingkungan dan orang lain agar mengambil keputusan dengan
tepat.
2. Sosialisasi, atau pemasyarakatan.
3. Motivasi, yaitu menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun
jangka panjang dan mendorong orang menentukan pilihannya, dan mendorong
individu dan kelompok berdasarkan tujuannya.
Teknik Komunikasi Informatif
Menurut Phil Astrid Susanto (1977) Teknik Komunikasi Informatif
merupakan teknik komunikasi yang bersifat memberikan keterangan-keterangan
(fakta-fakta) yang kemudian komunikan akan mengambil kesimpulan dan
keputusan sendiri. Teknik ini memiliki dampak kognitif, pasalnya komunikan
hanya mengetahui saja. Teknik komunikasi ini bersifat satu arah, komunikatornya
melembaga, pesannya bersifat umum, serta menimbulkan keserempakan.
Biasanya, teknik informatif yang digunakan oleh media bersifat asosiasi yaitu
dengan cara menumpangkan penyajian pesan pada objek atau peristiwa yang
sedang menarik perhatian khalayak atau publik.
Adapun ciri khas pesan informatif antara lain menurut Onong U. Effendy
(2003), antara lain :
1. Berdasarkan fakta (factual), yaitu pesan yang disampaikan sudah diuji
kebenarannya, tidak mengada-ada dan tidak meragukan.
2. Jelas dan to the point (clear), yaitu pesan yang disampaikan mudah dipahami,
tidak berbelit-belit, serta tepat menuju sasaran.
3. Terperinci, yakni ruang lingkup pesan yang disampaikan mencakup bagian-
bagian yang penting dan patut diketahui komunikan.
4. Pesan ditujukan untuk khalayak guna perluasan wawasan, yaitu pesan yang
disampaikan harus mengandung nilai-nilai pengetahuan serta wawasan kepada
komunikan.
5. Pesan bertujuan untuk memberikan informasi, sosialisasi, dan motivasi kepada
komunikan sebagai suatu pesan yang mampu memberikan dorongan untuk
komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan pesan yang telah
disampaikan.
Dasar-dasar Komunikasi efektif
Menurut Riswandi (2008), adapun dasar-dasar komunikasi efektif sebagai
berikut :
1. Karakteristik komunikator
Ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan apa saja
yang ia katakan tetapi juga keadaan ia sendiri. Ia tidak dapat menyuruh
pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan
memperhatikan siapa yang mengatakan. Bahkan terkadang unsur “siapa” ini
lebih penting dari unsur “apa”. Contohnya seperti fatwa keagamaan yang
disampaikan oleh kyai dan petunjuk kesehatan dari seorang dokter.
Studi Teknik Komunikasi Informatif Dalam Kegiatan... (Rangga K. Putra)
443
Aristoteles menyebut karakter komunikasi tersebut sebagai ethos, yang
terdiri dari fikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense,
good moral character, good will)
2. Dimensi-dimensi Ethos
Ada 3 dimensi ethos atau faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator,
yaitu :
A. Kredibilitas
Adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat
komunikator. Dari definisi ini terkandung dua hal, yaitu: Pertama;
kredibilitas adalah persepsi komunikate, jadi tidak inheren dalam diri
komunikator. Kedua; kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator
(disebut juga komponen-komponen kredibilitas).
Karena kredibilitas adalah masalah persepsi, berarti kredibilitas
berubah tergantung pada pelaku persepsi, topic yang dibahas, dan
bergantung pula pada situasi.
B. Atraksi
Terdapat faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi
interpersonal seperti daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan.
Atraksi fisik menyebabkan komunikator menjadi menarik, dan karena
menarik ia memiliki daya persuasif. Selain itu, kita juga tertarik kepada
seseorang hanya karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan kita.
Karena itulah komunikator ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya
memulai dengan menegaskan adanya kesamaan antara dirinya dengan
komunikate.
C. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menimbulkan ketundukan.
Seperti halnya kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari antara
komunikator dan komunikate.
Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator dapat “memaksakan”
kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang
sangat penting.
French dan Raven mengemukakan jenis-jenis kekuasaan sebagai
berikut; Kekuasaan koersif (coercive power), Kekuasaan keahlian (expert
power), Kekuasaan Informasional (Informational power), Kekuasaan
rujukan (referent power), Kekuasaan Legal (legitimate power)
3. Karakteristik Saluran (Channel)
Tiap medium memiliki karakteristik sendiri yang berbeda satu sama
lainnya. Tiap medium juga secara khusus mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penentuan suatu medium perlu disesuaikan
dengan tujuan dan kemampuan dari masing-masing medium. Dalam hal ini
perlu dipertimbangkan antara lain adalah sebagai berikut:
A. Karakteristik media
B. Karakterisitik Kreatif
eJournal Ilmu Komunikasi Volume 6, Nomor 3, 2018 : 438-451
444
C. Karakteristik Khalayak
Orientasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Orientasi adalah peninjauan untuk
menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar;
pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.
Cascio dalam Sedarmayanti (2010) mengatakan bawah Orientasi adalah
pengakraban dan penyesuaian dengan situasi atau lingkungan.
Metode Penelitian Jenis penelitian menggunakan tipe deskriptif kualitatif, dimana peneliti
mendeskripsikan atau mengkonstruksikan wawancara-wawancara mendalam
terkait pencarian fakta dengan interpretasi tepat atau menggambarkan obyek
sebagaimana mestinya.
Fokus penelitian berguna untuk membatasi studi, sehingga dengan
pembatasan tersebut akan memudahkan peneliti dalam pengolahan data yang
kemudian menjadi suatu kesimpulan. Dari uraian yang telah dibahas sebelumnya,
maka ditetapkan fokus penelitian yaitu menganalisis dan mendeskripsikan teknik
komunikasi informatif Badan DKP3A dalam kegiatan orientasi tenaga penyuluh
agama terhadap calon pengantin di Samarinda dengan indikator :
1. Berdasarkan Fakta
2. Jelas dan to the point
3. Terperinci
4. Pesan ditujukan untuk perluasan wawasan
5. Pesan bertujuan untuk memberikan informasi, sosialisasi, dan motivasi
HASIL PENELITIAN
Pembahasan
DKP3A bidang KB dan KS merupakan bidang dari Badan DKP3A Prov
Kaltim yang mengurusi tentang pembinaan keluarga berencana dan peningkatan
kualitas keluarga menuju keluarga sejahtera di Kalimantan Timur, termasuk Kota
Samarinda. Pada bagian ini, peneliti akan menerangkan mengenai bagaimana
teknik komunikasi informatif DKP3A bidang KB dan KS dalam kegiatan
orientasi tenaga penyuluh agama terhadap calon pengantin di Samarinda.
Adapun data-data yang diperoleh mengenai analisis teknik komunikasi
informatif kegiatan di atas, penulis sajikan sesuai dengan cerita asli dari para key
informan dan informan menurut bahasa, sudut pandang dan ungkapan saat
wawancara. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa yang menjadi
fokus penelitian analisis teknik komunikasi DKP3A bidang KB dan KS dalam
kegiatan orientasi tenaga penyuluh agama terhadap calon pengantin di Samarinda
yaitu berdasarkan fakta, jelas dan to the point, terperinci, pesan ditujukan untuk
perluasan wawasan, serta pesan bertujuan untuk memberikan informasi,
sosialisasi, dan motivasi.
Studi Teknik Komunikasi Informatif Dalam Kegiatan... (Rangga K. Putra)
445
Berdasarkan Fakta
Berdasarkan hasil penelitian diatas, terlihat bahwa penyampaian pesan
berupa pesan informatif yang disampaikan oleh Badan DKP3A Prov. Kaltim
bidang KB dan KS kepada tenaga penyuluh agama menggunakan data-data valid
yang diperoleh dari Kantor Pengadilan Agama Kota Samarinda berupa data angka
perceraian sejak tahun 2012 hingga tahun 2017 serta fakta lain di lapangan
tentang hambatan yang ditemui oleh tenaga penyuluh agama terkait faktor
perceraian yang lebih spesifik dan lebih sulit untuk diselesaikan. Dan
penyampaian pesan yang berdasarkan fakta itupun diyakini benar oleh para
peserta kegiatan, yaitu penghulu. Para peserta meyakini bahwa data yang
diperoleh tersebut adalah data / fakta yang riil, angka dan faktor tersebut
diperoleh langsung dari lembaga negara yang bertanggung jawab dalam hal
tersebut.
Menurut ciri-ciri informasi yang berkualitas yakni konsisten, dimana
informasi yang diterima sesuai dengan data yang ada dan tidak mengalami
perubahan yang tidak benar. Informasi yang akurat tentu diperlukan oleh
beberapa bagian masyarakat (komunikan) untuk bahan pertimbangan dalam
membuat suatu keputusan. Dengan menerima informasi secara benar / riil, maka
masyarakat sebagai komunikan akan merasa aman dan tentram.
Untuk penyampaian pesan berdasarkan fakta yang dilakukan oleh Badan
DKP3A Prov. Kaltim bidang KB dan KS kepada tenaga penyuluh agama di dalam
kegiatan orientasi tersebut, tidak menjadi sebuah polemik dikarenakan keabsahan
data yang diperoleh langsung dari Kantor Kementrian Agama Kota Samarinda
dan juga informasi yang diterima oleh tenaga penyuluh agama terkait hambatan
yang ditemui di lapangan. Dengan seluruh pesan penyampaian berdasarkan fakta
tersebut, seluruh peserta tenaga penyuluh agama dapat mengerti dan tahu akan
adanya hambatan tersebut.
Jelas dan To The Point (clear)
Pesan informatif yang jelas dan to the point merupakan isi pesan yang
disampaikan haruslah jelas dan tujuan apa yang ingin dicapai melalui
penyampaian informasi tersebut. Di dalam teknik penyampaian pesan informatif
yang jelas dan to the point oleh Badan DKP3A Prov. Kaltim bidang KB dan KS
Kota Samarinda sudah mencakup ciri khas tersebut. Akan tetapi, di dalam
penyampaian pesannya dianggap terlalu cepat oleh sebagian tenaga penyuluh
agama sehingga ada ketidakjelasan informasi tentang bagaimana tolok ukur
keluarga sakinah menurut Badan DKP3A Prov. Kaltim yang sepatutnya dapat
dimengerti secara menyeluruh.
Di dalam dasar komunikasi yang efektif menurut Riswandi (2008),
dinyatakan tentang penerima pesan / khalayak yang bersifat sebagai problem
solver, komunikator harus mampu memberikan informasi yang jelas untuk
memecahkan suatu permasalahan. Sehingga, apabila pesan tersebut tidak
eJournal Ilmu Komunikasi Volume 6, Nomor 3, 2018 : 438-451
446
disampaikan secara jelas dapat memberikan permasalahan baru dan tidak
mendapat perhatian oleh khalayak.
DKP3A diharapkan mampu mengkomunikasikan atau menginformasikan
pesan dengan jelas. Jelas terhadap bahasa yang digunakan, intonasi, kecepatan
berbicara serta tujuan yang ingin dicapai di dalam kegiatan orientasi tenaga
penyuluh agama terhadap calon pengantin tersebut. Dengan terpenuhinya
karakteristik tersebut, tentu komunikannya yang dalam hal ini ialah para penyuluh
agama akan mengerti dan tahu tentang pesan apa yang ingin disampaikan serta
tujuan dari pesan tersebut. Apabila pesan tersebut sudah dianggap jelas tujuannya,
maka komunikan akan dapat menentukan sikap apa yang dilakukan selanjutnya
setelah menerima pesan informatif tersebut sebagai bentuk motivasi yang diterima
dari pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Terperinci
Pesan informatif yang terperinci merupakan isi pesan yang disampaikan
secara khusus dan mendetail, mencakup pula kejelasan dalam rincian mengenai
apa saja pesan yang disampaikan DKP3A yang dalam hal ini untuk menekan
angka perceraian yang tinggi di Kota Samarinda. Di dalamnya terdapat pesan
tentang tujuan pernikahan, bagaimana membangun pondasi rumah tangga yang
kuat, tips menjaga pernikahan tetap langgeng, dan lain-lain yang mana seluruh
rincian pesan tersebut diharapkan oleh Badan DKP3A Prov Kaltim bidang KB
dan KS mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh tenaga penyuluh
agama sebagai mediator.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan tentang faktor pendukung
komunikasi menurut Suranto (2010), penyampaian pesan harus dirancang
sedemikian rupa dan disampaikan secara jelas dan terperinci kepada komunikan
sesuai dengan situasi dan kondisi dan tidak menimbulkan pesan yang multi-tafsir.
Sebagai suatu ciri khas pesan informatif, pesan yang disampaikan secara
terperinci seharusnya memberikan rincian serta detail pesan kepada
komunikannya. Apabila pesan tersebut belum dapat disampaikan secara rinci,
maka kemungkinan akan terdapat permasalahan mengenai ketidakpahaman atau
kekurangpahaman terhadap komunikannya, yaitu tenaga penyuluh agama.
Pesan Ditujukan Untuk Perluasan Wawasan
Setiap kegiatan atau upaya suatu komunikasi yang dilakukan tentu saja
memiliki tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud dalam hal ini ialah merujuk pada
suatu akibat yang diinginkan oleh pelaku komunikasi. Tentu pelaku komunikasi
mengharpkan adanya efek yang diberikan kepada penerima pesan lewat pesan
yang disampaikan oleh komunikator.
Dengan mengkaji dari hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka dapat diidentifikasikan bahwa pesan informatif yang disampaikan oleh
Badan DKP3A Prov Kaltim bidang KB dan KS Kota Samarinda di dalam
kegiatan Orientasi Tenaga Penyuluh Agama Terhadap Calon Pengantin dapat
Studi Teknik Komunikasi Informatif Dalam Kegiatan... (Rangga K. Putra)
447
memberikan ilmu pengetahuan berupa “wejangan” atau petuah kepada para
penghulu yang diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap upaya
DKP3A bersama penghulu untuk menekan angka perceraian di Kota Samarinda.
Ilmu yang sudah disampaikan dapat menjadi bekal / ilmu yang berharga untuk
menciptakan keluarga Kota Samarinda yang sakinah, mawa’dah, dan warrahmah,
sesuai dengan visi ataupun misi yang diemban oleh Badan DKP3A Prov Kaltim
sebagai lembaga negara yang berorientasi terhadap peningkatan mutu dan
kesejahteraan warga Kalimantan Timur, khususnya Kota Samarinda.
Terlepas dari tujuan tersebut, ada permasalahan lain yakni kegiatan tersebut
tidak dapat dilaksanakan di tahun 2018 yang disebabkan oleh keterbatasan
anggaran yang dimiliki oleh Badan DKP3A Prov. Kaltim bidang KB dan KS.
Sehingga, penyampaian wawasan atau ilmu baru yang dimiliki oleh Badan
DKP3A tidak dapat tersalurkan secara menyuluruh kepada tenaga penyuluh
agama dengan tidak adanya kegiatan ini. Padahal, seharusnya ini menjadi suatu
kegiatan rutin yang harus dilaksanakan mengingat angka perceraian di Kota
Samarinda tidak mengalami penurunan angka yang cukup signifikan bahkan
cenderung meningkat.
Sebagai pesan yang bertujuan untuk jangka panjang, di dalam dasar
komunikasi efektif menurut Riswandi (2008) dikatakan bahwa apabila pesan
bertujuan untuk pemeliharaan memori, dapat menggunakan media luar seperti
spanduk, poster, dan sebagainya untuk menyampaikan pesan dan hal ini juga
bertujuan untuk me ”refresh” pesan yang sudah pernah disampaikan oleh DKP3A
kepada penghulu di dalam kegiatan orientasi sebelumnya.
Pesan Bertujuan Untuk Memberikan Informasi, Sosialisasi, dan Motivasi
Secara umum, menurut Wilbur Scramm dalam Marhaneni Fajar (2009),
tujuan komunikasi dapat dilihat dari 2 (dua) perspektif kepentingan, yakni :
kepentingan sumber / pengirim / komunikator yaitu memberikan informasi,
mendidik, menyenangkan / menghibur, serta menganjurkan suatu tindakan /
persuasi dan kepentingan penerima (komunikan), yaitu memahami informasi,
mempelajari, menikmati, serta menerima atau menolak anjuran. Tujuan kegiatan
orientasi oleh DKP3A tersebut memiliki tujuan yang sesuai dengan ciri khas
pesan informatif tentang pesan bertujuan memberikan informasi, sosialisasi dan
motivasi kepada tenaga penyuluh agama (komunikan). Selain itu, DKP3A
menyebutkan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan sosialisasi yang bersifat
sebuah “investasi” berupa pengetahuan dan juga motivasi terhadap sumber daya
manusia, yang mana kegiatan ini tidak dapat langsung terlihat manfaatnya dalam
waktu singkat, melainkan membutuhkan proses waktu dalam jangka panjang
sehingga “investasi” yang senantiasa dilakukan oleh Badan DKP3A Prov. Kaltim
bidang KB dan KS dalam upaya menekan angka perceraian dapat terlihat
manfaatnya di masa yang akan datang. Dan juga, pihak penyuluh agama juga
menginginkan informasi secara kontinu terkait peran dan kiat apa saja yang
dibutuhkan untuk mereka dapat berpartisipasi dalam upaya mensukseskan misi
eJournal Ilmu Komunikasi Volume 6, Nomor 3, 2018 : 438-451
448
Badan DKP3A Prov. Kaltim bidang KB dan KS untuk menekan angka perceraian
di Kota Samarinda.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Studi Teknik Komunikasi Informatif
dalam Kegiatan Orientasi Penyuluh Agama Terhadap Calon Pengantin Oleh
DKP3A di Samarinda yang berdasarkan fakta, jelas dan to the point, terperinci,
pesan ditujukan untuk perluasan wawasan, dan pesan bertujuan untuk
memberikan informasi, sosialisasi, dan motivasi dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari aspek pesan informatif yang berdasarkan fakta disampaikan oleh Badan
DKP3A Prov. Kaltim bidang KB dan KS dalam kegiatan orientasi tenaga
penyuluh agama terhadap calon pengantin kepada peserta penyuluh agama
sudah meyampaikan pesan yang berdasarkan fakta, berdasarkan data-data
penting yang disinyalir sebagai penyebab tingginya angka perceraian yang
selalu stagnan. Sebagai komunikator, DKP3A sudah kredibel di dalam
penyampaian pesan berdasarkan fakta. Hal ini berkaitan dengan faktor
pendukung suatu komunikasi dimana komunikatornya merupakan
komunikator yang kredibel dan dapat dipercaya.
2. Dari aspek pesan informatif yang jelas dan to the point, Badan DKP3A telah
menyampaikan pesan secara jelas dan juga telah menyampaikan tujuan apa
yang ingin dicapai oleh Badan DKP3A jika dilihat dari pengakuan yang
disampaikan oleh komunikan melalui sesi wawancara saat penelitian yang
menyatakan bahwa informasi yang disampaikan sudah cukup jelas dan to the
point. Namun terdapat ketidakjelasan pesan yang disampaikan karena
pengucapan kalimat yang terlalu cepat oleh komunikator. Dalam hal ini, pesan
dapat dikatakan belum efektif karena pesan belum disampaikan secara jelas
sehingga dapat memicu permasalahan baru dan bisa jadi tidak mendapat
perhatian dari komunikan yang mana penghulu ditunjuk sebagai khalayak
sebagai mediator pesan kepada calon pengantin di Samarinda.
3. Dari aspek pesan informatif yang terperinci, Badan DKP3A berhasil
menyajikan pesan informatif berdasarkan aspek tersebut dikarenakan adanya
pernyataan bahwa DKP3A telah memberikan rincian mengenai pesan-pesan
informatif penting yang dibutuhkan kepada seorang tenaga penyuluh agama
sebagai pihak ketiga dalam penyampaian pesan yang disampaikan oleh
DKP3A Prov. Kaltim kepada calon pengantin dan pasangan pasca menikah.
Sebagai faktor pendukung suatu komunikasi, komunikator harus
menyampaikan pesan yang sudah dirancang sedemikian rupa, secara jelas dan
terperinci dan tidak menimbulkan efek pesan yang multi-tafsir.
4. Dari aspek pesan informatif yang ditujukan untuk perluasan wawasan,
sebenarnya DKP3A sudah memberikan ilmu pengetahuan kepada tenaga
penyuluh agama di dalam kegiatan orientasi tersebut. Akan tetapi, faktor
Studi Teknik Komunikasi Informatif Dalam Kegiatan... (Rangga K. Putra)
449
kurangnya anggaran yang dimiliki oleh Badan DKP3A Prov. Kaltim bidang
KB dan KS untuk melaksanakan kegiatan orientasi di tahun 2018
menyebabkan masih kurangnya ilmu pengetahuan yang harus diterima oleh
tenaga penyuluh agama, mengingat bermunculannya faktor-faktor baru
penyebab perceraian. Sebagai pesan informatif yang bersifat jangka panjang,
selain melakukan kegiatan DKP3A juga perlu menggunakan media luar seperti
membuat spanduk ataupun poster.
5. Dari aspek pesan infomatif yang bertujuan memberikan informasi, sosialisasi,
dan motivasi, Badan DKP3A Prov. Kaltim belum memberikan motivasi yang
cukup besar kepada tenaga penyuluh agama untuk ikut berperan membantu
mencegah perceraian di Kota Samarinda. Hal ini dikarenakan intensitas
kegiatan yang berkaitan dengan penanganan masalah tersebut masih kurang.
Meskipun DKP3A mengklaim bahwa kegiatan ini bersifat investasi jangka
panjang, tentu permasalahan ini perlu mendapatkan perhatian lebih seperti
membuat sebuah iklan masyarakat, baik melalui spanduk maupun iklan di
radio / televisi sebagai salah satu karakteristik dasar suatu komunikasi yang
efektif.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dibuat oleh penulis,
maka penulis memberikan saran dan rekomendasi sebagai berikut :
1. Sebagai komunikator, DKP3A Prov. Kaltim bidang KB dan KS diharapkan
dapat memberi kejelasan informasi dengan cara yang lebih baik dengan
memperhatikan bahasa, intonasi, dan kecepatan dalam menjelaskan yang
sesuai dengan ciri-ciri komunikator yang baik di dalam faktor pendukung
sebuah kegiatan komunikasi. Dengan memberikan fotocopy slide presentasi
kepada peserta, dapat memberikan kemudahan mereka memahami pesan yang
disampaikan tanpa harus terus terpaku pada komunikator di saat presentasi
kegiatan berlangsung yang memungkinkan dapat mengakibatkan
ketidakjelasan pesan yang diutarakan.
2. DKP3A perlu melakukan kegiatan forum antar tenaga penyuluh agama atau di
Samarinda secara kontinu untuk mengetahui perkembangan apa saja yang
sudah dicapai di lapangan terkait penaganan permasalahan tentang pernikahan
dan perceraian. Selain untuk tempat bertukar fikiran, forum ini diyakini
mampu memberikan kontribusi besar kepada masyarakat Kota Samarinda
selaras dengan tujuan yang tertuang dalam visi dan misi Badan DKP3A Prov.
Kaltim bidang KB dan KS, yaitu untuk meningkatkan mutu dan kualitas
keluarga sejahtera khususnya di Kota Samarinda
3. Selain melalui kegiatan orientasi, DKP3A perlu membuat spanduk / poster
pesan atau iklan masyarakat tentang pentingnya menjaga rumah tangga sebagai
media untuk menyampaikan pesan, baik kepada tenaga penyuluh agama
maupun secara langsung kepada warga Kota Samarinda, sesuai dengan
maksud dan tujuan penyuluhan yang bersifat jangka panjang.
eJournal Ilmu Komunikasi Volume 6, Nomor 3, 2018 : 438-451
450
4. DKP3A memberi penghargaan atau reward yang pantas kepada baik kepada
tenaga penyuluh agama yang berhasil mencegah perceraian dan kepada
pasangan yang tidak jadi bercerai sebagai bentuk kepedulian dan keseriusan
DKP3A Prov. Kaltim untuk mewujudkan keluarga sejahtera di Kota
Samarinda
5. DKP3A perlu segera menyelenggarakan kursus Pra Nikah yang sudah diatur
dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam Nomor : DJ. II/542 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah yang mana kegiatan ini
merupakan pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
penumbuhan kesadaran terhadap remaja usia menikah dan calon pengantin
tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga
dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawa’dah, warrahmah serta
mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah
tangga.
Daftar Pustaka
Cangara, H. Harfied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Efendy, Onong Uchjana, 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Efendy, Onong Uchjana, 2004. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Fajar, Marhaeni, 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Huda, 2011. Mutiara Pesantren : Perjalanan Khidmah K.H. Bisri Mustofa.
Yogyakarta: Pustaka Pesantren
Sedarmayanti, 2010. Manajememen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi
dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT Refika Aditama
Marwansyah, 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Miles,M.B, Huberman, A.M, dan Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis, A
Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan
Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press.
Ulfiah, Dr. 2012. Psikologi Keluarga :Pemahaman Hakikat Keluarga dan
Penanganan Problematika Rumah Tangga. Bogor: Ghalia Indonesia.
Riswandi, 2008. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu
Lain-lain :
Data Administrasi DKP3A bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Provinsi Kalimantan Timur tahun 2016 tentang kegiatan orientasi tenaga
penyuluh agama terhadap calon pengantin kota Samarinda.
Studi Teknik Komunikasi Informatif Dalam Kegiatan... (Rangga K. Putra)
451
Internet :
http://www.dkp3a.kaltimprov.go.id/ (diakses pada tanggal 29 Juli 2017)