Upload
aprizon
View
4.267
Download
48
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS
Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)
GEOGRAFI DESA/KOTA
STUDI TENTANG KOTA PADANG & PERMASALAHAN-PERMASALAHAN KOTA
Oleh:Kelompok V
Aprizon Putra (89059.07)Arsida Nur (89174.07)Dian Kurniawan (89172.07)Sultan Ardinal Irada (89171.07)Erniwati (89086.07)Tuti Yulianati (89063.07)Agel Vidia Krama (89051.07)Widya Asri Rahayu (89159.07)Derita Asri Donal (89160.07)
Dosen:Drs.Bakkarudin,MS
JURUSAN GEOGRAFIFAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG2009
KATA PENGANTAR
Pertama-tama Kami Dari kelompok ingin mengucapkan puji dan syukur panjatkan kehadirat
Allah SWT, Dan juga Nabi Junjungan Kita, Nabi Muhammad SAW yang telah memberkati kita
semua dan berkatnya lah juga sehingga Makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan Makalah ini
dan berbagai sumber yang telah Kami pakai sebagai data dan fakta pada Makalah ini.
Kami mengakui bahwa Kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai
hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula
dengan Makalah ini yang telah Kami selesaikan. Tidak semua hal yang dapat Kami deskripsikan
dengan sempurna dalam Makalah ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang Kami miliki. Di mana Kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa Kami memiliki keterbatasan dan juga
kekurangan, Kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami akan
menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki Makalah
ini di masa datang. Sehingga semoga Dalam Pembuatan Makalah-makalah berikutnya dan karya
tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan Makalah ini Penulis mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari Makalah ini. Semoga dengan adanya Makalah ini kita semua dapat
mengetahui lebih detail lagi bagaimana Perkembangan Perkotaan di Kota Padang dan juga sebagai
ajuan dari sebuah pembelajaran untuk kita semua tentang apa itu sebuah Peremajaan Kota dan
pengembangannya bagi diri kita dan lingkungan disekitar kita.
Padang, 7 Juni 2009
Tim PenulisDaftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................................................!
Daftar Isi...............................................................................................................................................................!!Peta Konsep / Table
Model 1 Siklus penataan Ruang Perkotaan……………………………………………………………..……...2Model 2 Tahapan dalam Proses Perencanaan Peremajaan Kota…………………………………………..…...4
Model 3 Over Bounded City………………………………………………………………………………...….6Table Number of Population in Padang by Census of Population………………………………………….....11
BAB I. Pendahuluan1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………………...…11.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………...…...11.3 Tujuan………………………………………………………………………………………………............11.4 Manfaat………………………………………………………………………………………………..........1
BAB II. Permasalahan1.1 Kerangka Perencanaan Pengembangan Kota Dalam Mengantisipasi Kecenderungan Perkembangan
Perkotaan………………………………………………………………………………….…….…………21.2 Karakteristik Morfologi Kota Padang……………………………………………………..………………5
BAB III. Pembahasan
1.1 Studi Kota Padang ………………………………………………………………………………………….……7
A. Keadaan Geografis Kota Padang ……………………………………………………............……………7B. Sejarah Kota Padang ………………………………………………………………...……………………8C. Pendidikan Dikota Padang ………………………………………………………..………………………9D. Perhubungan Dikota Padang ………………………………………………………………………….…10E. Perindustrian Dikota Padang …………………………….........................………………………………10F. Kependudukan Dikota Padang ………………..............................………………………………………11G. Perekonomian Dikota Padang ...............................………………………………………………………11H. Pariwisata Dikota Padang…..................................………………………………………………………12
1.3 Permasalahan Perkotaan ………………………………………...............……………………………………12
1.4 Faktor-faktor Permasalahan Kota…………………………………………………………..........……………14
A. Perkampungan Padat penduduk dan pencemaran lingkungan……...................…………………………15B. Pemukiman Kumuh…………………………………………………......................…………………… 15C. Lalu lintas………………………………………………………………..................……………………15D. Manfaat Lahan Tidur……………………………………………………………….............……………17
BAB IV Penutup1.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………....………181.2 Saran………………………………………………………………………………………..............…………18
1.3 Daftar Pustaka……………........................................................................………………………………19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antara desa dan kota secara sepintas kilas hanya mengenai perbedaan geografis saja, tetapi
bila kita lihat secara mendasar tidaklah demikian.bahwa kota dan desa mempunyai perbedaan yang
unik dan kompleks sekali, baik dilihat dari segi jumlah penduduknya, sosial ekonominya,
kebudayaan, tata nilai dan normanya. Oleh karena itu, bila kita mempelajari masyarakat kita disatu
pihak dan masyarakat kota dilain pihak, kita harus melihat secara utuh dan kompleks pula. Maka
dari pada itu, pada bab pembahasan Permasalahan perkotaan akan dibahas tentang aspek-aspek
positif dan negative suatu komunitas, serta pengaruh-pengaruhnya antara satu sama lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Permasalahan Perkotaan dan Faktor dari Permasalahan Perkotaan
2. Studi Tentang Kota Padang
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk berbagai pengalaman dan pelajaran penting peremajaan
kawasan pusat kota padang. Melalui pendekatan kewilayahan (Spatial) dan disini kami akan
memahami secara lebih komprehensip dan efektip pendekatan dan strategi peremajaan kawasan
pusat kota Padang yang sesuai dengan karakteristik kota-kota Indonesia
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini, adalah dimana kita bisa lebih mengetahui apa itu Perencanaan
rasional atau perencanaan komprehensif sangat dibutuhkan dalam menjawab kompleksitas masalah
perkotaan demikian juga halnya dalam kerangka pengembangan kota Padang ke depan.
Perkembangan fisik kota Padang yang selama ini masih berpola linear dan meloncat/sporadis sangat
tidak menguntungkan dalam upaya pembangunan infrastruktur kota dan terjadinya inefisiensi
pembiayaan pembaungunan kota.
BAB II
PERMASALAHAN
1.5 Kerangka Perencanaan Pengembangan Kota Dalam Mengantisipasi
Kecenderungan Perkembangan Perkotaan
Pengertian perencanaan didefinisikan secara berbeda-beda, dalam pengertian yang paling
sederhana, perencanaan sebenarnya adalah suatu cara “rasional” untuk mempersiapkan masa depan.
Di sisi lain perencanaan pada dasarnya adalah proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa
yang akan datang (dalam suatu lingkup waktu tertentu) serta menetapkan tahapan-tahapan yang
dibutuhkan untuk mencapainya.
Perdebatan di lingkup teori perencanaan banyak diwarnai oleh dua dikotomi, pendekatan:
perencanaan rasional vs perencanaan berbasis proses dan konsensus, walaupun di luar itu masih
terdapat pendekatan-pendekatan perencanaan lainnya. Rasionalitas adalah cara utama yang
dikembangkan masyarakat dan para pemikir barat sejak jaman renaisan. Rasionalitas dapat diartikan
sebagai suatu cara memilih pendekatan terbaik untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian,
proses perencanaan dilakukan dengan menguji berbagai arah pencapaian serta mengkaji berbagai
ketidakpastian yang ada, mengukur kemampuan (kapasitas) kita untuk mencapainya untuk kemudian
memilih arah-arah terbaik dan memilih langkah-langkah untuk mencapainya.
Model 1.Siklus penataan Ruang Perkotaan
Pendekatan rasional didalam proses perencanaan membutuhkan sejumlah pengetahuan untuk
dapat membuat keputusan-keputusan yang logis dalam menelaah semua alternatif yang ada. Oleh
karenanya pendekatan rasional sering juga disebut sebagai pendekatan yang komprehensif. Dengan
demikian, sistem perencanaan rasional atau perencanaan komprehensif pada dasarnya sangat
menuntut adanya pengetahuan yang”sempurna”, suatu kondisi yang sangat sulit dipenuhi dimana
kapasitas pengetahuan, pengalaman, dan teknologi perencana sangat terbatas, informasi mengenai
objek yang direncanakan sangat terbatas, namun permasalahan yang ada telah berkembang
sedemikian kompleks. Karena informasi membatasi kapasitas perencana dan stakeholder yang
terkait, maka rasionalitaspun dari perencana dan stakeholder juga akan bersifat terbatas pula. Dengan
demikian rasionalitas setiap orang tidaklah akan sama dan bersifat terbatas (bounded rationality)
akibat perbedaan informasi yang dimilikinya. Dalam situasi yang sangat terbatas seperti ini
melakukan perencanaan rasional akan sangat jauh di dalam menjawab permasalahan yang ada.
Karena informasi pada dasarnya tidak tersebar secara merata, konsentrasi informasi pada
umumnya identik dengan konsentrasi kekuasaan (power). Kecenderungan mengedepankan
rasionalitas pada akhirnya akan terjebak pada kecenderungan mengedepankan pihak yang memiliki
informasi dan power yang pada akhirnya berarti menekankan pendekatan top-down. Dalam
kenyataannya, proses keputusan akhir di dalam proses perencanaan adalah proses politik, dan
keputusan politik sangat ditentukan keseimbangan dan distribusi dari “power“ . Di sisi lain,
informasi sebenarnya tersebar beragam di masing-masing stakeholder dengan kepentingan yang
berbeda-beda pula. Sifat komprehensif suatu perencanaan dapat dipenuhi dengan membangun
partisipasi seluruh stakeholder agar didapat informasi yang lengkap (“sempurna”) dan dipahami
bersama untuk kemudian dibangun keputusan yang terbaik. Pendekatan ini sangat sesuai dengan
perencanaan pembangunan di daerah-daerah yang terbelakang sistem informasinya (perdesaan,
Negara yang sedang berkembang).
Di dalam perkembangannya, akibat permasalahan pembangunan yang semakin kompleks,
pencapaian pengetahuan yang “sempurna” dimanapun juga hampir tidak pernah dicapai.
Perkembangan konflik antar stakeholder dari waktu ke waktu ternyata terus berkembang semakin
kompleks, oleh karenanya pendekatan-pendekatan perencanaan partisipatif semakin banyak
dikembangkan bukan hanya di perdesaan, Negara-negara yang sedang berkembang, bahkan juga
semakin dibutuhkan di lingkup perkotaaan dan Negara-negara industri maju dengan pendekatan
yang berbeda-beda. Proses membangun konsensus sebagai suatu metode telah membuka peluang
baru di dalam mereformulasikan perencanaan komprehensif.
Model 2Tahapan dalam Proses Perencanaan Peremajaan Kota
1.2. Karakteristik Morfologi Kota Padang
Kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan dalam hal ini
menyangkut aspek-aspek : politik, sosial budaya, teknologi, ekonomi, dan fisik rusng kota itu
sendiri. Perkembangan fisik kota dapat diindikasikan secara kasat mata melalui penggunaan lahan.
Oleh karena itu eksistensi kota dapat ditinjau paling sedikitnya dari dua matra yaitu : matra
“settlement morphology” dan matra “legal articulation”. Kedua matra ini saling berkaitan langsung
dan berimplikasi pada bentuk wujud dan karakteristik kota.
Daerah terbangun kota (urban built up areas) merupakan garis yang jelas untuk mengamati
bagaimana percepatan perembetan kota ke arah luar. Di luar built up areas terdapat zona-zona
pinggiran (fringe zone) yang pada saatnya akan merupakan lokasi baru bagi pengembangan fungsi-
fungsi perkotaan terutama fungsi permukiman. Kondisi
seperti ini juga dialami atau terjadi di Kota Padang.
Ada dua penyebab perkembangan kota ke arah luar atau pinggiran yaitu 1). karena tekanan
harga lahan dan kepadatan di pusat kota serta 2). Faktor-faktor eksternal diluar sistem perencanaan
Pembentukan Batas WilayahPerencanaan
Penelaahan PerencanaanWilayah Peremajaan Kota
Hasil Analisa
ProsesMonitoring
dan evaluasi
Landasan PertemuanRencana Umum Kota
yang berimplikasi langsung kepada minat atau orientasi masyarakat untuk bermukim misalnya
gangguan lingkungan, bencana alam, dsb. Saat ini Kota Padang dengan pertumbuhan penduduk 1,92
% per tahun mempunyai jumlah penduduk 765.540 jiwa dengan luas kota 69.496 Ha. Ruang
aktivitas penduduk masih terpusat ke pusat kota dengan fungsi dominan berupa kawasan
perdagangan (CBD) dan perkantoran (pemerintah, swasta). Kedua tipikal ruang aktivitas tersebut
merupakan potensi tarikan perjalanan. Selain itu 60 % guna lahan permukiman juga tersebar di
kawasan pusat kota dibanding kawasan pinggirannya (fringe areas). Hal ini berimplikasi pada
besarnya tarikan dan bangkitan perjalanan dari pola arus lalu lintas yang menuju centroid pusat kota
pada pagi maupun sore hari.
Berdasarkan besar batas fisik kekotaannya, Kota Padang tergolong kepada “Over Bounded
City”. Maksudnya batas fisik daerah terbangun berada di dalam batas administrasi kota. Dalam
kondisi seperti ini, memang tidak menimbulkan goal conflict antara pemerintah kota dan pemerintah
daerah karena wilayah administrasi kota sendiri meliputi wilayah yang luas dan meliputi daerah-
daerah yang masih menunjukkan ciri perdesaan walaupun masih di dalam wilayah administrasi suatu
kota. Selain itu kondisi seperti ini dalam perencanaan tata ruang dan kemungkinan perluasan masih
dalam wewenang dan control pemerintah kota itu sendiri. Demikian juga halnya Kota Padang sangat
memungkinkan perluasan dan pengembangan kotanya ke utara maupun ke timur kota.
Model 3Over Bounded City
Suatu hal yang perlu mendapat perhatian penting di sini adalah konversi lahan-lahan
pertanian menjadi lahan nonpertanian apalagi terjadi pada lahan-lahan pertanian yang produktif dan
beririgasi teknis (diatur melalui Keppres).
BAB III
PEMBAHASAN
1.1 Studi Kota Padang
Kota Padang adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat,
Indonesia. Kota ini adalah pusat perekonomian, pendidikan, kesehatan dan pelabuhan di Sumatera
Barat. Saat ini kota Padang sedang berbenah ke arah pembangunan kepariwisataan (2006).
A. Keadaan Geografis Kota Padang
Kota Padang terletak dipantai barat pulau Sumatra dan berada antara 0°44'00"- 1°08'35" LS
serta antara 100°05'05"-100°34'09" BT. Menurut PP No.17 Tahun 1980, Luas Keseluruhan Kota
Padang adalah 694,96 km²; atau setara dengan 1,65 persen dari luas Provinsi Sumatera Barat. Dari
luas tersebut lebih dari 60% nya yaitu ± 434,63 km² merupakan daerah perbukitan yang ditutupi
hutan lindung, baru selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan. Kota Padang memiliki garis
pantai sepanjang 84 km dan pulau kecil sebanyak 19 buah diantaranya yaitu Pulau Sikuai di
Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 38,6 km², Pulau Toran di kecamatan Padang Selatan seluas
25 km², dan Pulau Pisang Gadang seluas 21,12 km² juga di Kecamatan Padang Selatan. Daerah
perbukitan membentang dibagian timur dan selatan kota. Bukit-bukit yang terkenal di Kota Padang
antara lain, Bukit Lampu, Gunung Padang, Bukit Gado-Gado, Bukit Pegambiran, dll Wilayah
daratan Kota Padang ketinggiannya sangat bervariasi, yaitu antara 0 m sampai 1.853 m di atas
permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Kota Padang memiliki
banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Sungai
Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan Kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm
per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari per bulan pada tahun 2003. suhu udaranya cukup tinggi
yaitu antara 23°-32° C pada siang hari dan pada malam hari adalah antara 22°-28° C.
B. Sejarah Kota Padang
Kota Padang berawal dari pemukiman di tepi air, tepatnya di muara Sungai Batang Arau ke
Samudera Hindia. Pada waktu itu Padang merupakan sebuah perkampungan nelayan kecil.
Penduduk pada waktu itu terdiri atas orang Rupit dan Tirau (Non Minangkabau). Mereka bekerja
sebagai nelayan mengarungi samudera dengan kapal-kapal kecil mereka yang disandarkan di bibir
muara. Pada abad ke-14 (1340-1375) Kota Padang dikenal sebagai kampung nelayan dengan sebutan
Kampung Batung yang diperintah oleh Penghulu Delapan Suku. Tidak ada data yang pasti siapa
yang memberi nama kota ini Padang. Yang jelas sejak kedatangan Bangsa Belanda ke kota ini,
penduduknya sudah cukup banyak dengan bermukim disepanjang Sungai Batang Arau. Diperkirakan
Kota Padang pada zaman dahulu berupa sebuah dataran atau padang yang sangat luas yang
ditumbuhi semak-semak kecil, rumput, lalang, sikejut dan sebagainya Oleh sebab itu orang yang
datang pertama kali memberi nama kota ini Padang..
Setelah berabad-abad dikuasai Kerajaan Pagarruyung (Minangkabau), pada abad ke-16
Daerah Pesisir Minangkabau termasuk Padang diserahkan oleh Besar Empat Balai (Majelis tertinggi
di Kerajaan Minangkabau) kepada Kerajaan Aceh untuk membayar kesalahan raja Minangkabau
pada raja Aceh. Pada abad ke-17 Kota Padang berhasil ditemukan VOC (Vereenigde Oost Indische
Compagnie). Karena memiliki muara yang bagus dan besar VOC pun tertarik untuk membangun
pelabuhan yang besar di Padang. Pada tahun 1667 VOC mendapat izin dari penghulu "Orang Kayo
Kaciak" mendirikan Loji pertamanya di Padang. Izin ini diberikan sebagai imbalan kepada VOC
yang telah membantu penduduk setempat membebaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Aceh.
Pendirian Loji ini memulai babak Penjajahan Barat di Kota Padang. VOC lalu membangun Padang
sebagai kota pelabuhan dan pemukiman baru. Kota Padang pun tumbuh menjadi kota bandar
pelabuhan dan perdagangan yang ramai di pantai barat Sumatera. Bercongkolnya VOC di Kota
Padang membuat masyarakat sekitar marah. Pada 7 Agustus 1669 merupakan puncak pergolakan
masyarakat Pauh dan Koto Tangah melawan Belanda. Loji Belanda di Muaro, Padang berhasil
dikuasai. Peristiwa tersebut diabadikan sebagai tahun lahir Kota Padang. Namun kemudian
pergolakan itu berhasil dilemahkan VOC. Pada 31 Desember 1799 seluruh kekuasaan VOC diambil
alih pemerintah Belanda dengan membentuk pemerintah kolonial. Kota Padang dijadikan pusat
kedudukan Residen dan pusat pemerintahan wilayah Gouvernement Sumatra's Westkust yang
meliputi Sumatera Barat dan Tapanuli. Pada 1 Maret 1906 lahir ordonansi yang menetapkan Padang
sebagai daerah Cremente (STAL 1906 No.151) yang berlaku 1 April 1906. Pada 9 Maret 1950,
Padang dikembalikan ke tangan RI yang merupakan negara bagian melalui SK. Presiden RI Serikat
(RIS), No.111 tanggal 9 Maret 1950. Surat Keputusan Gubernur Sumatera Tengah No. 65/GP-50,
tanggal 15 Agustus 1950 menetapkan Pemerintahan Kota Padang sebagai suatu daerah otonom
sementara menunggu penetapannya sesuai UU No. 225 tahun 1948. Saat itu kota Padang diperluas,
kewedanaan Padang dihapus dan urusannya pindah ke Walikota Padang. Pada 29 Mei 1958.
Gubernur Sumatera Barat melalui Surat Keputusan No. 1/g/PD/1958 secara de facto menetapkan
kota Padang menjadi ibukota propinsi Sumatera Barat.
C. Pendidikan Dikota Padang
Pada tahun 2003 Padang memiliki 354 sekolah dasar negeri dan 60 sekolah dasar swasta, 35
SLTP negeri dan 38 SLTP swasta, 14 SMU negeri dan 31 SMU swasta. Perguruan tinggi yang ada
sebanyak 61 buah terdiri atas universitas, institut, akademi dan politeknik. Empat perguruan tinggi
negeri yang bertempat di kota Padang adalah Universitas Andalas, Universitas Negeri Padang,
Politeknik Negeri Padang dan Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol. Universitas Andalas yang
didirikan pada tahun 1957 merupakan universitas tertua di luar Jawa. Setelah sebelumnya tersebar di
beberapa tempat di kota Padang, kampus baru telah dibangun di bukit Limau Manis di sebelah timur
Kota Padang. Universitas Negeri Padang sebelumnya bernama IKIP Padang memiliki kampus di Air
Tawar. dan sekarang (2009) kampus Universitas Andalas yang berlokasi di Jln.Proklamasi no 77 di
gunakan sebagai kampus yang bersistem reguler mandiri atau yang di sebut dengan extensi yaitu
jalur penerimaan mahasiswa diluar tes SPMB.
D. Perhubungan Dikota Padang
Ada tiga ruas jalan utama yang menghubungkan Padang dengan kota-kota lain di Sumatera.
Jalan ke utara menghubungkan Padang dengan Bukittinggi, dan di sana bercabang ke Medan dan
Pekanbaru. Terdapat pula cabang jalan di dekat Lubuk Alung ke arah Pariaman. Jalan ke timur
menuju Solok tersambung dengan Jalan Lintas Sumatera. Jalan ke selatan melintasi pantai barat
Sumatera menghubungkan Padang dengan daerah Kerinci dan Bengkulu, melalui Kota Painan.
Terminal Regional Bingkuang (TRB) berada di Air Pacah selesai dibangun tahun 1999. Terminal ini
menggantikan Terminal Lintas Andalas di Olo Ladang. Penggunaan TRB ini tidak seperti yang
diharapkan, dan sampai beberapa tahun sesudahnya belum juga dapat menggantikan terminal lama.
Pelabuhan di Teluk Bayur melayani pengangkutan laut baik ke kota-kota lain di Indonesia
maupun ke luar negeri. Pelabuhan ini dibuka pada 1892 dan dulunya bernama Emmahaven.
Pelabuhan Muara Padang yang sampai abad ke-19 menjadi pusat pelayaran saat ini berfungsi
sebagai tempat sandar kapal-kapal yang lebih kecil. Kedua pelabuhan ini dikelola PT Pelindo II.
Sampai tahun 2005 bandar udara Tabing melayani perhubungan udara Padang dengan kota-kota lain.
Dengan selesainya pembangunan Bandar Udara Internasional Minangkabau di Ketaping, Kabupaten
Padang Pariaman, penerbangan sipil dialihkan ke bandara baru tersebut.
E. Perindustrian Dikota Padang
Di Padang berdiri sebuah pabrik semen bernama PT Semen Padang yang saat ini masih aktif
berproduksi. Pabrik semen ini didirikan tahun 1910 dan yang pertama di Indonesia bahkan Asia
Tenggara. Dari pabriknya di daerah Indarung, semen yang sudah dikemas lalu dikirim lewat jalur
kereta api ke pelabuhan Teluk Bayur untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh Indonesia.
F. Kependudukan Dikota Padang
Tabel 1.1.1.A JUMLAH PENDUDUK KOTA PADANG BERDASARKANTable SP 1980, SP 1990 DAN SP 2000
Number of Population in Padang by Census of Population
Kecamatan / Sub Districk 1980 1990 20001 2 3 4
Padang Selatan
Padang Barat
Padang Utara
Padang Timur
Koto Tangah
Nanggalo
Kuranji
Pauh
Lubuk Kilangan
Lubuk Begalung
Bungus Teluk Kabung
55,396
80,534
47,488
75,817
49,038
25,330
47,157
21,392
21,461
44,654
12,340
59,895
75,380
67,937
81,139
86,231
47,250
63,044
31,716
30,697
70,581
17,393
59,988
65,660
72,654
87,961
131,010
55,947
105,134
44,447
41,494
90.992
21,757
Kota Padang
Sumatera Barat
480,607
3,406,132
631,263
3,998,677
777,044
4,240,150Sumber : BPS Kota Padang
Source : Statistical Central Board Of Padang City
G. Perekonomian
Dari gambaran data statistik kota Padang, jasa kemasyarakatan dari mata pencarian penduduk
merupakan sumber terbesar keuangan daerah kota padang, yaitu sebesar 31,64 %, kemudian diikuti
oleh perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel sebesar 29,52 %. Sumber terbesar ketiga
diperoleh dari angkutan, pergudangan, dan komunikasi sebesar 9,92 %, bangunan 8,99 %, pertanian,
kehutanan, perikanan 7,85 %, industri pengplahan 7,66 %, keuangan asuransi dan sewa bangunan
dengan porsi 3,64 %, listrik, gas dan air 0,45 %, serta yang terkecil pemasukan kota padang berasal
dari pertambangan dan penggalian sebesar 0,2 %.
H. Pariwisata Dikota Padang
Padang dikenal dengan legenda Siti Nurbaya dan Malin Kundang. Di bukit Muara, terdapat
kuburan Siti Nurbaya dengan sebuah jembatan yang juga bernama Siti Nurbaya, sedangkan di pantai
Air Manis terdapat batu Malin Kundang. Lokasi ini relatif ramai dikunjungi wisatawan di kala sore
hingga malam hari. Museum Adityawarman mengkhususkan diri pada sejarah dan budaya suku
Minangkabau dan Mentawai.
Beberapa jam dari pantai Padang kearah Teluk Bayur terdapat pantai Caroline dan sebuah
resor Wisata bernama Sikuai Resort. Di sore hari pantainya terkadang dilewati sekawanan lumba-
lumba yang menambah daya tarik wisata. Kota ini terkenal akan masakan Padang, seperti Gulai,
Rendang, Karupuak Sanjai dan Sate Padang. Restoran Padang banyak terdapat di seluruh kota besar
di Indonesia. Meskipun begitu yang dinamakan sebagai masakan Padang sebenarnya dikenal oleh
suku Minangkabau secara umum.
1.2 Permasalahan Perkotaan
Perkembangan kota-kota yang semakin tak teratur pun terjadi bukan hanya semata-mata
karena pertumbuhan populasi yang besar. Kecenderungan angka urbanisasi lebih besar dari angka
reurbanisasi. Dengan kata lain, orang lebih senang melakukan migrasi ke kota daripada ke luar kota.
Mungkin hal ini muncul karena adanya pandangan bahwa kota dapat menyediakan kehidupan yang
lebih baik dari pada tinggal di pedesaan. Memang semua fasilitas kehidupan tersedia di kota. Dan
terjadilah berbagai efek dari memadatnya kota tersebut. Kota menjadi semakin tidak teratur, baik
dilihat secara fisik maupun dari kacamata kehidupan sosial yang terjadi.
Permasalahan ini sebetulnya tidak timbul baru-baru ini. Pada awal abad ke 20, ketika
Revolusi Industri bergulir, orang mulai menyadari masalah yang timbul pada kota-kota modern di
Eropa. Populasi meningkat dengan cepat karena era mesin menyebabkan pabrik-pabrik yang ada di
kota memerlukan buruh dalam jumlah besar. Muncul beberapa teori perencanaan kota dari Arsitek-
arsitek terkenal saat itu. Le Corbusier menyodorkan The Radiant City, Ebenezer Howard dengan
The Garden City, dan Frank Lloyd Wright dengan Broadacre City-nya. Ketiganya mencoba
mengatasi masalah perkotaan yang ada dengan berdasarkan idealisme mereka sendiri. Ide-ide
tentang perencanaan kota yang muncul kemudian lebih merupakan perkembangan atau kombinasi
dari konsep yang di bawa oleh ketiga arsitek besar tadi.
Sekarang coba kita meninjau masalah yang terjadi di Indonesia berkaitan dengan masalah
yang terjadi pada kota-kota besar di dunia. Seberapa besarkah relevansi antara masalah
perkembangan kota di dunia dengan yang ada di Indonesia. Ternyata, justeru masalah yang terjadi di
kota-kota besar di Indonesia lebih kompleks dan lebih besar intensitasnya dari pandangan orang
selama ini terhadap masalah urban internasional. Kasus perkotaan yang terjadi di Indonesia, secara
umum, mirip dengan apa yang terjadi di dunia. Yang menjadikannya berbeda adalah karena kondisi
sosial kultural yang ada di Indonesia memiliki kekhususan tersendiri. Sentralisasi menjadi tema
sentral yang mengemuka. Pemusatan penduduk pada satu daerah urban menimbulkan masalah-
masalah yang cukup pelik. Indonesia dengan penduduk yang terbesar kelima di dunia, mayoritas
penduduknya tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau terkecil dari lima pulau utama Kepulauan
Indonesia.
Lantas apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalah fisik, sosial, ekonomi yang
timbul dengan menggunakan perancanaan kota dan wilayah sebagai solusi? Saya tertarik dengan ide
besar dari Bu Marwah Daud Ibrahim yang ingin mengembangkan potensi kedaerahan Indonesia.
Artinya, masyarakat Indonesia diberikan pemahaman bahwasanya daerah akan menjadi sebuah aset
yang luar bisa bermanfaat jika dikembangkan dengan optimal. Proyek konkret yang sudah dirintis
dan tengah dikembangkan oleh Bu Marwah adalah proyek agropolitan di Sulawesi, yang tentunya
mengembangkan potensi daerahnya dengan perkebuanan. Indonesia mempunyai Sumber Daya Alam
yang sungguh luar biasa potensinya untuk bisa didayagunakan.
Mengapa kita tidak belajar dari kesuksesan China. Setidaknya, dari segi jumlah penduduk
dan luas lahan, kita sedikit banyak mempunyai kesamaan. Bahkan kita diuntungkan dengan
kesuburan tanah yang lebih baik. Belum lagi, potensi laut kita yang menjadi nilai tambah tersendiri.
Sudah saatnya rakyat Indonesia melakukan trasnformasi paradigma bahwa kekuatan kita (SDA)
sebetulnya belum dioptimalkan. Salah satu cara untuk mewujudkan pandayagunaan SDA adalah
dengan merencanakan program desentralisasi, sehingga orang tidak bertumpuk di kota tetapi
kembali ke desa. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya dapat menyadarkan masyarakat
untuk bisa membangun daerahnya untuk kepentingan bangsa. Bukannya pro terhadap konsep
Broadacre-nya Frank Lloyd Wright, yang mengutamakan desentralisasi secara ekstrem, tetapi lebih
kepada menyesuaikan teori perencanaan kota yang ada terhadap konteks Indonesia. Dan penyebaran
kembali (desentralisasi) adalah satu solusi. Pada prakteknya, peran pemerintah diharapkan lebih
optimal untuk secara adil memberikan kesejahteraan pada penduduk “kota” dan penduduk “desa”
1.2 Faktor-faktor Permasalahan Kota
Permasalahan kota-kota besar di Indonesia adalah masalah sampah dan kemacatan lalu lintas.
Permasalahan ini tak pernah habis-habisnya diperbincangkan. Mulai dari program daur ulang
sampah sampai kepada pemisahan sampah organik dan organik. Sama halnya dengan permasalahan
lalulintas, mulai dari perubahan arus lalulintas dari dua jalur menjadi satu jalur, memberlakukan
daerah larangan becak, larangan angkutan umum, AKAD dan AKAP serta upaya-upaya lainnya.
Bila diindentifikasi permasalahan perkotaan yang krusial antara lain; lahan pekerjaan dan
kemiskinan, tata ruang tanah dan permukiman, jumlah kepadatan penduduk, kesehatan dan
pendidikan. Tetapi yang tidak kalah pentingnya lagi, kota juga memiliki masalah yang teramat sulit
dipecahkan yakni persoalan transportasi dan lalulintas yang setiap hitungan detik pula terus berubah-
ubah. Bertambahnya volume kendaraan tidak diimbangi dengan kondisi badan jalan yang terus
menyempit sehingga tetap saja memiliki dampak sosial bagi kelancaran arus lalu lintas.
a) Perkampungan padat penduduk dan pencemaran lingkungan
Sepertinya sudah menjadi sahabat dekat yang tak terpisahkan bagi kota-kota besar di
Indonesia. Dengan laju pertambahan penduduk yang pesat akibat industrialisasi yang terpusat di
perkotaan yang menjanjikan fatamorgana kehidupan yang lebih baik, membuat kota-kota besar di
Indonesia semakin tak layak untuk ditinggali.
Permasalahan yang terjadi karena pemadatan penduduk beraneka ragam. Dimulai dari
masalah fisik sampai masalah sosial. Masalah fisik yang terjadi contohnya seperti munculnya
permukiman kumuh, pencemaran udara, sulitnya air bersih, menumpuknya sampah, kemacetan yang
terjadi hampir setiap detik, dan segudang permasalahan lainnya. Masalah sosial yang muncul tidak
kalah peliknya dengan masalah fisik. Deviasi yang terlalu besar dari masyarakat berdasarkan tingkat
pendidikan, status sosial, kekayaan, dll menimbulkan permasalahan seperti pengangguran,
kriminalitas, segregasi sosial, dan masalah lainnya yang diakibatkan ketimpangan yang ada.
a) Pemukiman Kumuh
Perkampungan kumuh dan pencemaran lingkungan adalah salah satu bukti wujud
ketidakberesan pengelolaan negara dan buruknya tata krama sosial secara massal. Dengan harapan
menjalani kehidupan yang lebih baik, tinggal di kota besar malah membawa ketidaknyamanan dan
ketidakamanan hidup dari waktu ke waktu. Laju pembangunan yang menjanjikan kesejahteraan
harus dibayar mahal dengan penurunan kualitas hidup manusia dan penurunan kualitas daya dukung
lingkungan hidup. Maka menjadi sebuah kemubaziran, karena pengeluaran ekonomi untuk
memenuhi standar kehidupan yang sehat hampir menyamai penghasilan dari jerih payah
meningkatkan laju pembangunan, malah bisa melebihinya
a) Lalu lintas
Memanfaatkan trotoar hanya untuk pejalan kaki. Trotoar selama ini hanya dianggap sebagai
aksesoris pelengkap jalan raya bagi kenderaan bermotor. Fokus pembangunan kota masih kurang
memperhatikan kepentingan manusiawi bagi kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki. Jika
mengamati perlalulintasan kota Padang, banyak trotoar jalan saat ini yang fungsi awalnya untuk
pejalan kaki. Tapi kenyataan di lapangan, trotoar jadi tempat parkir papan reklame yang notabene
hampir menutup jalur trotoar.
Banyak cara menuju Roma. Sama halnya dengan mengatasi kemacetan lalulintas. Seperti
membuka jalan lingkar kota Padang guna mengantisipasi kesemrautan jalan akibat pertumbuhan
volume kendaraan yang tidak sebanding dengan panjang jalan. Jalan lingkar kota dapat mengurangi
jumlah kenderaan yang bertonase besar seperti bus, truck yang hanya melintasi kota sekedar
numpang lewat saja. Melintasnya kendaraan bertonase besar di dalam kota sangat mengganggu
kelancaran aktifitas warga dalam berkendaraan dan membuat pengemudi menjadi stress, sesak nafas,
memerihkan mata dan mengeluarkan suara gaduh. Saat ini kota Padang akan makin padat.
Pembangunan apartemen, hotel dan pusat perbelanjaan juga semakin pesat.
Kota Padang saat memang jadi salah satu kota tujuan para urban. Jumlah perpindahan
penduduk antar daerah yang cukup besar ke kota Medan membutuhkan angkutan umum massal
terpadu. Sarana angkutan massal tersebut harus mampu memenuhi kebutuhan seluruh lapisan
masyarakat dengan tetap memperhatikan sistem hierarki jalan yang ada. penataan angkutan umum di
Kota Padang perlu dilakukan secara terintegrasi antarmoda angkutan yang ada secara
berkesinambungan. Terintegrasinya sistem angkutan umum tersebut bukan hanya dalam proses
pengangkutan atau perpindahan penumpang antarmoda, tetapi juga sarana dan fasilitas penunjang
lainnya, seperti halte dan trotoar bagi pejalan kaki. Angkutan umum tersebut juga harus mudah
dicapai dan melayani seluruh kebutuhan masyarakat. Untuk itu perlu disiapkan sarana angkutan
umum yang terdiri atas berbagai kelas, seperti kelas argo, eksekutif, bisnis, maupun ekonomi.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kemacetan adalah melalui
pengaturan transportasi, yaitu kendaraan yang lewat di jalan-jalan tertentu dibatasi, terutama pada
jam-jam sibuk. Pengaturan jalan satu arah, seperti yang dilakukan Pemerintah Kota Medan saat ini,
tetap diperlukan. Tetapi penerapan jalan searah tersebut perlu memperhitungkan sistem tata kota
secara keseluruhan. Penerapan jalan searah perlu memperhatikan sistem keseluruhan, seperti tata
guna lahan sekitar agar tidak mati, rute angkot melewati jalan tersebut, serta jembatan
penyeberangan. Bila pada jalan searah dilarang parkir di pinggir jalan, pusat kegiatan ekonomi
sepanjang jalan searah tersebut yang tidak memiliki fasilitas parkir akan mati.
Penerapan jalan searah juga perlu ditunjang oleh sosialisasi dan infrastruktur pendukung
yang ada. Salah satu sarana pendukung tersebut adalah jembatan penyeberangan jalan mengingat
kendaraan yang melaju pada jalan searah cenderung berkecepatan tinggi. Bagi para pejalan kaki juga
perlu disediakan trotoar yang menjamin keamanan dan kenyamanan mereka. Yang jelas, untuk
melakukan sebuah perubahan perlu ada kajian dan penelitian, analisis dan ujicoba. Dengan cara itu
akan ada jalan keluar yang diperoleh
b) Manfaat Lahan Tidur
Memanfaatkan lahan tidur (kosong) inti kota dengan melakukan revitalisasi menjadi ruang
terbuka (open space) sehingga berfungsi sebagai paru-paru kota, objek wisata inti kota dan sekaligus
tempat aktifitas warga. Ruang kota menjadi lebih hidup, segar dan alami dengan kombinasi
pembangunan fisik yang selaras dengan pembentukan karakteristik kegiatan warga yang manusiawi
dan bermartabat. Tata ruang kota jangan terlalu mementingkan aspek pembangunan fisik kota saja,
tetapi juga pula memperhatikan aspek pembangunan mentalitas kemanusiaan.
BAB IVPENUTUP
1.1. Kesimpulan
Permasalahan kota-kota besar di Indonesia adalah masalah sampah dan kemacatan lalu lintas.
Permasalahan ini tak pernah habis-habisnya diperbincangkan. Mulai dari program daur ulang
sampah sampai kepada pemisahan sampah organik dan organik. Sama halnya dengan permasalahan
lalulintas, mulai dari perubahan arus lalulintas dari dua jalur menjadi satu jalur, memberlakukan
daerah larangan becak, larangan angkutan umum, AKAD dan AKAP serta upaya-upaya lainnya.
Bila diindentifikasi permasalahan perkotaan yang krusial antara lain; lahan pekerjaan dan
kemiskinan, tata ruang tanah dan permukiman, jumlah kepadatan penduduk, kesehatan dan
pendidikan. Tetapi yang tidak kalah pentingnya lagi, kota juga memiliki masalah yang teramat sulit
dipecahkan yakni persoalan transportasi dan lalulintas yang setiap hitungan detik pula terus berubah-
ubah. Bertambahnya volume kendaraan tidak diimbangi dengan kondisi badan jalan yang terus
menyempit sehingga tetap saja memiliki dampak sosial bagi kelancaran arus lalu lintas.
Kota Padang adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat,
Indonesia. Kota ini adalah pusat perekonomian, pendidikan, kesehatan dan pelabuhan di Sumatera
Barat. Saat ini kota Padang sedang berbenah ke arah pembangunan kepariwisataan (2006).
1.2. Saran
Sepertinya sudah menjadi sahabat dekat yang tak terpisahkan bagi kota-kota besar di
Indonesia. Dengan laju pertambahan penduduk yang pesat akibat industrialisasi yang terpusat di
perkotaan yang menjanjikan fatamorgana kehidupan yang lebih baik, membuat kota-kota besar di
Indonesia semakin tak layak untuk ditinggali. Permasalahan yang terjadi karena pemadatan
penduduk beraneka ragam. Dimulai dari masalah fisik sampai masalah sosial. Masalah fisik yang
terjadi contohnya seperti munculnya permukiman kumuh, pencemaran udara, sulitnya air bersih,
menumpuknya sampah, kemacetan yang terjadi hampir setiap detik, dan segudang permasalahan
lainnya.
Daftar Pustaka
Bakkaruddin Hand Out 2001, Geografi desa & kota: Geografi FIS UNP PADANG,
Bakkaruddin. 2009 Geogarfi Pariwisata: Perkembangan dan permasalahan Kepariwisataan:,
UNP Press Padang,
Abdullah, Taufik. 1966. “Adat and Islam: An Examination of Conflict in Minangkabau”dalam Indonesia.
Kahin, Audry. 2005. Dari Pemberontakan Menuju Integrasi. Sejarah PerjuanganMasyarakat Minangkabau (1930-1998). Jakarta: Yayasan Obor.
Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Perspektif Antropologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
BPS Kota Padang Source : Statistical Central Board Of Padang City 2007.