Click here to load reader
Upload
vuonghanh
View
279
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
i
STUDI TENTANG PEMBELAJARAN CETAK SARING
DI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN KRIYA TEKSTIL
SMK NEGERI 9 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh :
ASLAM HARIYADI
K 3208025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
STUDI TENTANG PEMBELAJARAN CETAK SARING
DI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN KRIYA TEKSTIL
SMK NEGERI 9 SURAKARTA
Oleh:
Aslam Hariyadi
K 3208025
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Aslam Hariyadi, A STUDY ON SILK-SCREENING LEARNING IN ELEVEN GRADER OF TEXTILE WORK SKILL PROGRAM OF SMK NEGERI 9 SURAKARTA. Research Paper, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, January 2013.
The objective of this research is to describe the silk-screening learning process in Eleven Grade of Textile Work Skill Program of SMK Negeri 9 Surakarta, viewed from the learning objective, material, method, media, evaluation, and result of learning.
This research was taken place in SMK Negeri 9 Surakarta from February to July 2012. This study used a descriptive qualitative approach and a single embedded case study research. The data sources used were: 1) informant, 2) place and event, 3) document and archive. The sampling technique used was purposive sampling. Techniques of collecting data used were: interview, observation, and documentation. The data validating test was done using source triangulation and informant review. The data analysis was conducted using data reduction, data display, conclusion drawing and verification with an interactive model of analysis.
The result of research showed that: The objective of learning was make the students capable of: 1) explaining and understanding the signs of occupational health and safety (K3), 2) explaining and understanding type, characteristic, and function of tools and materials used, 3) explaining and understanding the definition of design, 4) explaining and understanding the elements of design, 5) explaining and understanding the principles of design, 6) explaining and understanding the design samples corresponding to the guidelines, 7) developing silk-screening design for t-shirt, scarf, and handkerchief, 8) explaining and understanding the method of preparing diapositive, 9) diapositive from the made design, 10) explaining and understanding the procedure of printing process, 11) performing the printing process correctly (corresponding to the procedure), 12) explaining and understanding the procedure casting process, 13) performing the casting process correctly (corresponding to the procedure), 14) performing the color fixation activity correctly (corresponding to the procedure), 15) preparing the packaging, stitching, accessories, frame, and work identity label. The learning materials included: 1) signs of occupational health and safety (K3), 2) type, characteristic and function of tools and materials used, 3) silk-screening design preparation, 4) diapositive preparation, 5) printing (afdruk) process, 6) casting process, 7) color fixation, and 8) packaging. The learning methods used were: lecturing, debriefing and discussion, instruction (assignment administration), demonstration, and teaching in group methods. The learning medias used were: audio and visual media, material collections, three-dimension object, learning source such as book or module, and special room in textile workshop. The evaluation was done using written test, oral test, and by observing the practice occurring. The learning achievement of silk-screening was that 94% of students achieved the minimum passing criteria (KKM) score. Keywords: Skill Program, Textile Work, silk-screening learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Aslam Hariyadi, STUDI TENTANG PEMBELAJARAN CETAK SARING DI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN KRIYA TEKSTIL SMK NEGERI 9 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Januari 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan tentang: proses pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta, dilihat dari tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan hasil belajar.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 9 Surakarta pada bulan Februari sampai Juli 2012. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan jenis penelitian studi kasus tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan adalah: 1) informan, 2) tempat dan peristiwa, 3) dokumen dan arsip. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui: triangulasi sumber dan review informan. Analisis data yang digunakan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi dengan model analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Tujuan pembelajaran agar peserta didik mampu: 1) menjelaskan dan memahami rambu-rambu tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3), 2) menjelaskan dan memahami jenis, sifat dan fungsi dari alat serta bahan yang digunakan, 3) menjelaskan dan memahami pengertian desain, 4) menjelaskan dan memahami unsur-unsur desain, 5) menjelaskan dan memahami prinsip-prinsip desain, 6) menjelaskan dan memahami contoh-contoh desain yang sesuai pedoman, 7) membuat desain cetak saring untuk t-shirt, syal, dan sapu tangan, 8) menjelaskan dan memahami cara membuat diapositif, 9) membuat diapositif dari desain yang telah dibuat, 10) menjelaskan dan memahami langkah-langkah proses afdruk, 11) melakukan proses afdruk dengan benar (sesuai prosedur), 12) menjelaskan dan memahami langkah-langkah proses pencetakan, 13) melakukan proses mencetakan dengan benar (sesuai prosedur), 14) melakukan kegiatan fiksasi warna dengan benar (sesuai prosedur), 15) membuat kemasan, jahitan, assesoris, bingkai, dan label identitas karya. Materi pembelajaran: 1) rambu-rambu tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3), 2) jenis, sifat, dan fungsi dari alat dan bahan yang digunakan, 3) pembuatan desain cetak saring, 4) pembuatan diapositif, 5) proses afdruk, 6) proses pencetakan, 7) fiksasi warna, 8) pengemasan. Metode pembelajaran yang digunakan: metode ceramah, metode tanya jawab dan diskusi, metode instruksi (pemberian tugas), metode demonstrasi, dan metode mengajar beregu. Media pembelajaran yang digunakan: media audio dan visual, material collections, benda tiga dimensi, sumber pembelajaran berupa buku atau modul, dan ruang khusus di bengkel tekstil. Evaluasi yang digunakan melalui test tertulis, test lisan, dan melakukan observasi saat praktik berlangsung. Hasil belajar cetak saring adalah 94% peserta didik telah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kata kunci: Program Keahlian, Kriya Tekstil, pembelajaran cetak saring.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Waktu-waktu yang berlalu melindas karya-karya manusia,
tetapi mereka tidak menghapuskan impian-impiannya,
juga tidak melemahkan dorongan-dorongan kreatifnya.
Dorongan-dorongan ini tetap ada karena merupakan bagian dari Jiwa Abadi,
walau tersembunyi atau tidur sesekali,
seperti matahari di malam hari dan bulan di waktu fajar.
(Kahlil Gibran)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukurku kepada Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
Ibu dan Bapakku Tercinta
Terima kasih atas kasih sayang sejati yang telah kalian berikan kepadaku.
Doa yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, dan pengorbanan tiada
terbatas untukku sehingga membuatku bangga memiliki kalian berdua.
Saudara-saudara dan Teman-temanku Tersayang
Terima kasih atas kebersamaan dan kerjasama kalian selama ini.
Amandita Ririn Ayuningtyas (alm.)
Terima kasih telah menjadi sahabat yang selalu menemani dan
menyanyangiku.
Almamaterku Tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah
memberikan ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendaknya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul
CETAK SARING DI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN KRIYA
.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan berbagai pihak. Karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni
Rupa, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Edi Kurniadi, M.Pd., selaku Pembimbing I yang selalu memberikan
motivasi, pengarahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Endang Widiyastuti, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang selalu
memberikan motivasi, pengarahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Drs. Tatuk Heryanto, MM., selaku Kepala SMK Negeri 9 Surakarta yang telah
memberikan kesempatan dan tempat guna mengambil data dalam penelitian
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
7. Dra. Ties Setyaningsih, M.Pd, MM, selaku Wakil Kepala Bidang Kurikulum
SMK Negeri 9 Surakarta yang telah memberikan kesempatan dan tempat guna
mengambil data serta bimbingan dalam penelitian ini.
8. Rivi Rumianto, S.Pd., selaku Kepala Program Keahlian Kriya Tekstil SMK
Negeri 9 Surakarta yang telah memberikan kesempatan dan tempat guna
mengambil data serta bimbingan dalam penelitian ini.
9. Joko Agus Pambudi, S.Sn., Drs. Budi Susanto, dan Drs. Purwanto Joko
Sulistyono, selaku guru (team teaching) mata pelajaran cetak saring di Kelas
XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan dalam penelitian ini.
10. Para siswa Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta
yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
11. Berbagai pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan berbagai pihak.
Surakarta, 23 Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ xi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xxi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xxii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xxiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ....................................................................................... 6
1. Pembelajaran ................................................................................... 6
a. Pengertian Pembelajaran ............................................................. 6
b. Tujuan Pembelajaran ................................................................... 8
1) Domain Kognitif ..................................................................... 9
2) Domain Afektif ....................................................................... 10
3) Domain Psikomotor ................................................................ 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
c. Materi Pembelajaran.................................................................... 12
d. Metode Pembelajaran .................................................................. 13
1) Metode Ceramah ..................................................................... 14
2) Metode Tanya Jawab .............................................................. 15
3) Metode Diskusi ...................................................................... 16
4) Metode Ekspresi Bebas (Free Expression) ............................. 17
5) Metode Demonstrasi ............................................................... 17
6) Metode Pemberian Tugas dan Resitasi ................................... 18
e. Media Pembelajaran .................................................................... 19
f. Evaluasi Pembelajaran ................................................................. 20
2. Kriya Tekstil.................................................................................... 22
3. Program Keahlian dan Program Keahlian Kriya Tekstil ................ 23
4. Cetak Saring .................................................................................... 24
a. Definisi dan Proses Cetak Saring ................................................ 24
b. Alat dan Bahan Cetak Saring ...................................................... 25
1) Alat Cetak Saring .................................................................... 25
a) Screen .................................................................................. 26
b) Rakel ................................................................................... 27
c) Meja Afdruk dan Meja Cetak.............................................. 28
d) Meja Gambar ...................................................................... 29
e) Kodatrace ............................................................................ 30
f) Kipas Angin ......................................................................... 30
g) Hand Sprayer ...................................................................... 31
h) Palet .................................................................................... 32
i) Setrika .................................................................................. 32
j) Gelas Ukur dan Mangkuk Plastik ........................................ 33
k) Alat-alat Takaran (Timbangan) .......................................... 33
l) Pengaduk ............................................................................. 34
m) Kuas ................................................................................... 34
n) Papan Landasan .................................................................. 34
o) Kain Hitam .......................................................................... 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
p) Isolasi Bening ..................................................................... 35
q) Karet Busa........................................................................... 35
t) Kaca Bening......................................................................... 36
2) Bahan Cetak Saring ................................................................ 36
a) Bahan atau Media Cetak ..................................................... 36
b) Alas Tulis ............................................................................ 36
c) Opaque Ink .......................................................................... 37
d) Zat Warna untuk Sablon ..................................................... 37
e) Obat Peka Cahaya ............................................................... 37
f) Penghapus Screen ................................................................ 38
g) Hidronal G .......................................................................... 38
h) Tinta Cetak .......................................................................... 39
i) Sabun Colet .......................................................................... 39
5. Pembelajaran Cetak Saring ............................................................. 40
B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 43
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..................................................... 43
1. Pendekatan Penelitian ............................................................... 43
2. Jenis Penelitian .......................................................................... 44
C. Data dan Sumber Data ................................................................... 45
1. Informan .................................................................................... 46
2. Tempat dan Peristiwa ................................................................ 47
3. Dokumen dan Arsip .................................................................. 47
D. Teknik Pengambilan Sampel (Cuplikan) ....................................... 48
E. Pengumpulan Data .......................................................................... 48
1. Wawancara ................................................................................ 49
2. Observasi ................................................................................... 50
3. Dokumentasi ............................................................................. 51
F. Uji Validitas Data ........................................................................... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
1. Triangulasi Sumber ................................................................... 52
2. Review Informan ....................................................................... 53
G. Analisis Data .................................................................................. 53
1. Reduksi data .............................................................................. 54
2. Sajian Data ................................................................................ 54
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ....................................... 55
H. Prosedur Penelitian ......................................................................... 56
1. Tahap Pra Lapangan .................................................................. 56
2. Tahap Observasi Lapangan ....................................................... 56
3. Tahap Analisis Data .................................................................. 57
4. Tahap Penyusunan Laporan ...................................................... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................ 58
B. Pelaksanaan Pembelajaran Cetak Saring ......................................... 62
1. Tujuan Pembelajaran Cetak Saring ........................................... 62
a. Pertemuan Pertama ............................................................... 62
b. Pertemuan Kedua sampai Ketujuh ....................................... 63
c. Pertemuan Kedelapan sampai Ketiga Belas ......................... 64
d. Pertemuan Keempat Belas dan Kelima Belas ...................... 66
e. Pertemuan Keenam Belas sampai Kedelapan Belas ............ 66
f. Pertemuan Kesembilan Belas ............................................... 66
g. Pertemuan Kedua Puluh ....................................................... 66
2. Materi Pembelajaran Cetak Saring ........................................... 67
a. Rambu-rambu tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) ..................................................................................... 70
b. Jenis, Sifat, dan Fungsi dari Alat serta Bahan
yang Digunakan ................................................................... 71
c. Pembuatan Desain Cetak Saring .......................................... 72
d. Pembuatan Diapositif ........................................................... 77
e. Proses Afdruk ....................................................................... 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
f. Proses Pencetakan ................................................................. 98
g. Fiksasi Warna ....................................................................... 109
h. Pengemasan .......................................................................... 110
3. Metode Pembelajaran cetak saring ........................................... 110
a. Metode Ceramah .................................................................. 110
b. Metode Tanya Jawab dan Diskusi........................................ 112
c. Metode Instruksi (Pemberian Tugas) ................................... 113
d. Metode Demonstrasi ............................................................ 115
e. Metode Mengajar Beregu (Team Teaching) ........................ 116
4. Media Pembelajaran Cetak saring ............................................ 117
a. Media Audio dan Visual....................................................... 118
b. Material Collections ............................................................ 120
c. Benda Tiga Dimensi ............................................................. 121
d. Sumber Pembelajaran yang Berupa Buku atau Modul ........ 122
e. Ruang Khusus yang Telah Disediakan di Bengkel Tekstil .. 123
5. Evaluasi Pembelajaran Cetak Saring ........................................ 124
C. Penilaian Hasil Karya Cetak Saring ................................................ 128
1. Hasil Karya Kelompok 1 .......................................................... 129
2. Hasil Karya Kelompok 2 .......................................................... 131
3. Hasil Karya Kelompok 3 .......................................................... 132
4. Hasil Karya Kelompok 4 .......................................................... 134
5. Hasil Karya Kelompok 5 .......................................................... 135
6. Hasil Karya Kelompok 6 .......................................................... 137
7. Hasil Karya Kelompok 7 .......................................................... 138
D. Hasil Belajar Cetak Saring .............................................................. 140
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A.Simpulan .......................................................................................... 143
B. Implikasi .......................................................................................... 147
C. Saran ................................................................................................ 147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 149
LAMPIRAN ....................................................................................................... 153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Proses Eksekusi Cetak Saring ..................................................................... 25
2.2. Screen .......................................................................................................... 26
2.3. Rakel ........................................................................................................... 27
2.4. Meja Afdruk ................................................................................................ 29
2.5. Meja Gambar ............................................................................................... 29
2.6. Mengeringkan Screen Menggunakan Kipas Angin .................................... 31
2.7. Penyemprotan Air pada Screen Menggunakan Hand Sprayer ................... 31
2.8. Palet ............................................................................................................. 32
2.9. Setrika ......................................................................................................... 32
2.10. Kuas .......................................................................................................... 34
2.11. Merk Dagang Bahan Coating (Obat Peka Cahaya) .................................. 38
2.12. Pembersihan Screen Menggunakan Sabun Colet ...................................... 39
4.1 Pintu Gerbang SMK Negeri 9 Surakarta ...................................................... 58
4.2. Bengkel Tekstil ........................................................................................... 61
4.3. Fasilitas di Bengkel Tekstil ......................................................................... 62
4.4. Desain pada Kertas Gambar Karya Eka Maryana ...................................... 64
4.5. Diapositif pada Mika Karya Eka Maryana.................................................. 65
4.6. Guru Melakukan Kegiatan Motivasi dan Apersepsi ................................... 68
4.7. Kegiatan Elaborasi: Peserta Didik Melakukan Proses Pencetakan ............. 69
4.8. Guru Melakukan Kegiatan Penutup ............................................................ 70
4.9. Alat dan Bahan untuk Membuat Desain Motif ........................................... 73
4.10. Peserta Didik Mendesain di Ruang Desain ............................................... 74
4.11. Desain Alternatif Peserta Didik yang Menjiplak Karakter Kartun
Hello Kitty ................................................................................................. 75
4.12. Desain Alternatif Peserta Didik yang Mengembangkan Desain-desain
yang Telah Ada ......................................................................................... 76
4.13. Desain yang telah Dipindahkan ke Kertas Gambar dan Diwarnai Karya
Endah Puspitosari ..................................................................................... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
4.14. Klise Diapositif pada Mika Karya Eva Wahyu Wulandari ....................... 78
4.15. Opaque Ink ................................................................................................ 79
4.16. Pen Kodok ................................................................................................. 79
4.17. Meja Gambar ............................................................................................. 80
4.18. Staples ....................................................................................................... 81
4.19. Tempat Air Mineral yang Dimanfaatkan sebagai Palet ............................ 81
4.20. Bedak ........................................................................................................ 82
4.21. Pembuatan Klise Diapositif ...................................................................... 83
4.22. Desain dan Diapositif Karya Putri Cahya Suci ......................................... 84
4.23. Peserta Didik Mengkonsultasikan Diapositif kepada Guru ...................... 85
4.24. Peserta Didik Bergegas Membentuk Kelompok ....................................... 87
4.25. Bagian Outline dari Desain Motif pada Diapositif
Karya Melati Woro AW ........................................................................... 88
4.26. Bagian Outline dari Desain Motif pada Diapositif
Karya Putri Cahya Suci ............................................................................ 88
4.27. Screen Siap Pakai ...................................................................................... 89
4.28. Busur ......................................................................................................... 90
4.29. Ulano TZ ................................................................................................... 91
4.30. Hair dryer ................................................................................................. 91
4.31. Hand sprayer ............................................................................................. 92
4.32. Busa, Triplek, dan Kain Hitam ................................................................. 93
4.33. Peserta Didik Memisahkan Klise Diapositif dari Kertas Desain .............. 94
4.34. Proses Afdruk Menggunakan Meja Afdruk .............................................. 96
4.35. Peserta Didik Dibimbing Guru Saat Mencuci Screen
yang Telah Diafdruk ................................................................................. 97
4.36. Peserta Didik Menyemprot Screen dengan Hand Sprayer ....................... 97
4.37. Peserta Didik Dibimbing oleh Guru Saat Mengeringkan Screen .............. 98
4.38. Kain Putih ................................................................................................. 99
4.39. Klise Negatif ............................................................................................. 100
4.40. Binder NF dan NF Medium SP ................................................................. 101
4.41. Pigmen Warna ........................................................................................... 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
4.42. Rakel ......................................................................................................... 102
4.43. Mangkuk Plastik dan Sendok Plastik ........................................................ 103
4.44. Lakban ....................................................................................................... 103
4.45. Setrika dan Meja Setrika ........................................................................... 104
4.46. Peserta Didik Membagi Kain yang Disediakan ........................................ 105
4.47. Peserta Didik Menyetrika Kain yang akan Dicetak .................................. 105
4.48. Peserta Didik Mencampurkan Bahan Cetak kedalam Mangkuk Plastik ... 106
4.49. Merekatkan Lakban pada Pinggir Screen ................................................. 107
4.50. Peserta Didik Menuangkan Bahan Cetak ke Screen ................................. 107
4.51. Peserta Didik Menyaput Bahan Cetak ...................................................... 108
4.52. Peserta Didik Membersihkan Screen setelah Proses Cetak Selesai .......... 109
4.53. Guru Menggunakan Metode Ceramah ...................................................... 111
4.54. Peserta Didik Melakukan Diskusi Kelompok ........................................... 112
4.55. Guru Membimbing Peserta Didik Ketika Memberikan
Tugas Mendesain ...................................................................................... 114
4.56. Bapak Rivi Rumianto, S.Pd. Mendemonstrasikan Proses Afdruk ............ 115
4.57. Guru Mendemonstrasikan Cara Mencuci Screen
yang Telah Selesai Diafdruk ..................................................................... 116
4.58. Guru Menggunakan Poster sebagai Media Pembelajaran ......................... 119
4.59. Material Collections yang Digunakan oleh Guru ..................................... 121
4.60. Sumber Pembelajaran Cetak Saring .......................................................... 122
4.61. Pompa Air dan Bak untuk Mencuci .......................................................... 123
4.62. Hasil Karya kelompok 1............................................................................ 130
4.63. Hasil Karya Kelompok 2 ........................................................................... 131
4.64. Hasil Karya Kelompok 3 ........................................................................... 133
4.65. Hasil Karya Kelompok 4 ........................................................................... 134
4.66. Hasil Karya Kelompok 5 ........................................................................... 136
4.67. Hasil Karya Kelompok 6 ........................................................................... 137
4.68. Hasil Karya Kelompok 7 ........................................................................... 139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Aspek dan Bobot Penilaian Hasil Karya Peserta Didik .............................. 125
4.2. Penilaian Hasil Karya Kelompok 1 ............................................................. 130
4.3. Penilaian Hasil Karya Kelompok 2 ............................................................. 132
4.4. Penilaian Hasil Karya Kelompok 3 ............................................................. 133
4.5. Penilaian Hasil Karya Kelompok 4 ............................................................. 135
4.6. Penilaian Hasil Karya Kelompok 5 ............................................................. 136
4.7. Penilaian Hasil Karya Kelompok 6 ............................................................. 138
4.8. Penilaian Hasil Karya Kelompok 7 ............................................................. 139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
2.1. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran .................................................. 19
2.2. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 41
3.1. Model Analisis Interaktif ............................................................................ 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
01. Hasil Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Cetak Saring 1 .................. 154
02. Hasil Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Cetak Saring 2 .................. 158
03. Hasil Wawancara dengan Peserta Didik 1 ................................................... 161
04. Hasil Wawancara dengan Peserta Didik 2 ................................................... 165
05. Hasil Wawancara dengan Peserta Didik 3 ................................................... 168
06. Hasil Wawancara dengan Peserta Didik 4 ................................................... 171
07. Hasil Wawancara dengan Peserta Didik 5 ................................................... 174
08. Hasil Wawancara dengan Peserta Didik 6 ................................................... 178
09. Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 181
10. Surat Izin Menyusun Skripsi ........................................................................ 182
11. Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................................ 183
12. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ....................................... 184
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk menciptakan situasi agar peserta didik belajar. Proses
pembelajaran menyebabkan perubahan, perkembangan, dan kemajuan pada diri
peserta didik, baik dalam aspek fisik-motorik, intelek, sosial-emosional, maupun
sikap dan nilai. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986: 195) dalam (Sagala,
dalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
pembelajaran peserta didik. Salah satu lingkungan belajar tersebut adalah sekolah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal karena proses pembelajarannya
diadakan di suatu tempat tertentu dan mempunyai jenjang pendidikan.
Jenjang pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dimulai dari tingkat
Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMA/MA/SMK/MAK), dan Perguruan Tinggi.
SMK sebagai salah satu jenjang pendidikan merupakan lembaga
pendidikan yang memberikan pengalaman dan mempersiapkan peserta didik
untuk bekerja di dunia usaha. SMK mendidik peserta didik agar menguasai
keahlian produktif standar, nilai-nilai ekonomi dan membentuk etos kerja yang
tinggi, budaya industri yang berorientasi kepada standar mutu, mandiri, produktif,
dan kompetitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Berbagai SMK mempunyai program keahlian yang berbeda-beda.
Lembaga pendidikan menengah kejuruan yang mempersiapkan tenaga terampil
dalam bidang seni rupa murni atau seni kriya/kerajinan di kota Surakarta adalah
SMK Negeri 9 Surakarta. Output dari pendidikan SMK Negeri 9 Surakarta
diharapkan mampu menciptakan tenaga-tenaga terpelajar yang terampil serta
memiliki pengetahuan di lingkup bidang seni rupa murni atau seni kriya, dengan
demikian diharapkan pula mampu melaksanakan pekerjaan tertentu dan terjun
langsung ke masyarakat sesuai dengan keterampilannya. SMK Negeri 9 Surakarta
membuka beberapa program keahlian yang dapat dipilih dan ditempuh oleh
peserta didik yang disesuaikan dengan bakat, minat, dan kemampuan mereka.
Salah satu program keahlian tersebut adalah Program Keahlian Kriya Tekstil.
Pendidikan di program keahlian kriya tekstil bertujuan untuk menghasilkan
desainer atau kriyawan tekstil yang terampil, produktif, dan profesional yang
berorientasi kepada pemenuhan pasar ekspor.
Pengetahuan dasar tentang tekstil perlu dikuasai oleh siswa SMK Jurusan Seni Rupa dan Kerajinan sebagai suatu landasan pengetahuan dalam mempelajari berbagai keterampilan kerajinan tekstil. Dengan landasan pemahaman yang baik, proses pelatihan keterampilan akan menjadi lebih mudah dan juga untuk mengantisipasi perkembangan berbagai teknik baru dalam kerajinan tekstil (Budiyono, Sudibyo, Widarwati., Herlina, Sri., Handayani, Sri., Parjiyah., Pudiastuti, Wiwik., et al., 2008: 1).
Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta memiliki
beberapa mata pelajaran produktif kriya tekstil yang terdiri dari cetak saring,
batik, batik cap, ikat celup, makrame, jahit perca, jahit aplikasi, jahit tindas, kristik
dan sulam, tenun, dan tapestri. Mata pelajaran tersebut wajib ditempuh oleh
peserta didik dengan batas ketuntasan minimal 75.00. Guntur Nusantara (2007:
iii) dalam (Budiyono,
sablon atau screen printing merupakan bagian dari ilmu grafika terapan yang
bersifat praktis. Cetak saring dapat diartikan kegiatan cetak mencetak dengan
menggunakan kain gasa/kasa yang biasa disebut screen
Pelaksanaan pembelajaran cetak saring di kelas XI Program Keahlian
Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta diawali dengan teori pengantar praktek
selama beberapa pertemuan. Teori pengantar praktek ini menjelaskan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
peserta didik mengenai segala sesuatu tentang cetak saring, antara lain: pengertian
cetak saring, sejarah cetak saring, alat dan bahan yang diperlukan dalam
pelaksanaan proses cetak saring, contoh-contoh produk cetak saring, pembuatan
desain untuk cetak saring, dan proses pelaksanaan cetak saring. Melalui teori
pengantar praktek ini, peserta didik mendapatkan gambaran mengenai
pelaksanaan proses cetak saring yang nantinya akan mereka praktekkan. Output
yang diharapkan dari proses pembelajaran cetak saring ini adalah peserta didik
mempunyai keterampilan membuat karya atau produk kriya tekstil yang
menggunakan teknik cetak saring dengan desain-desain yang mereka ciptakan
sesuai kreativitas yang dimilikinya. Outcome yang ingin dicapai setelah peserta
didik lulus dan terjun ke masyarakat, diharapkan mereka mampu bekerja didunia
industri percetakan, khususnya yang memanfaatkan teknik cetak saring. Mereka
dapat pula membuka lapangan kerja sendiri (usaha mandiri) sehingga mampu
menunjang program pemerintah dalam hal penyediaan lapangan kerja yang
sekaligus mengurangi tingkat pengangguran di masyarakat.
Proses pembelajaran cetak saring di kelas XI Program Keahlian Kriya
Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta ternyata mengalami berbagai masalah belajar.
Masalah belajar tersebut berasal dari dalam dan luar diri peserta didik. Masalah
yang berasal dari diri peserta didik adalah kurangnya kreativitas dan percaya diri
dalam mendesain. Tidak sedikit dari mereka yang mencontoh desain-desain yang
sudah ada, misalnya gambar-gambar dari cover buku tulis dan buku gambar,
tempat pensil, wallpaper telepon genggam, bahkan dari internet. Faktor yang
berasal dari luar diri peserta didik adalah suasana di tempat pembelajaran yang
kurang mendukung proses pembelajaran, sehingga menyebabkan konsentrasi
peserta didik terganggu saat menerima meteri pembelajaran dari guru. Ini
dikarenakan semua proses pembelajaran untuk mata pelajaran produktif kriya
tekstil, baik kelas X, XI, maupun XII Program Keahlian Kriya Tekstil
dilaksanakan di bengkel tekstil secara bersamaan.
Cetak saring mudah dikembangkan menjadi industri kecil yang mandiri
karena: peralatannya selain mudah didapat dengan harga murah juga mudah
dibuat sendiri, tidak memerlukan modal yang besar, teknik pengerjaannya lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sederhana, proses pengerjaannya dapat dilakukan tanpa memerlukan ruang
khusus, dapat mengerjakan pesanan dalam jumlah banyak maupun sedikit, serta
dapat dicetak diatas segala bahan dasar dan warna.
Banyak orang mulai merasakan betapa berat dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk cetak-mencetak yang dilakukan dengan mesin cetak pada percetakan offset. Oleh karena itu, orang mulai mengalihkan perhatiannya ke arah mencetak dengan screen. Walaupun demikian, sebenarnya hal ini bukanlah semata-mata karena adanya krisis ekonomi itu saja, tetapi dibalik itu ada faktor lain yang mendukung penggunaan screen printing sebagai alternatif percetakan secara offset. Faktor tersebut antara lain adalah kualitas cetakan yang dihasilkan mendekati kualitas percetakan dengan mesin offset. Biaya yang rendah serta dapat dilakukan sendiri tanpa peralatan yang mahal merupakan faktor lain yang menjadi perhatian orang. Disamping itu, faktor lain yang perlu diingat adalah bahwa menyablon dapat dilakukan pada berbagai jenis bahan yang terkadang tidak dapat dilakukan dengan mesin offset (Sandjaja, 2006: 15-16). Berdasarkan uraian tersebut, menarik dan penting bagi penulis untuk
ANG PEMBELAJARAN
CETAK SARING DI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN KRIYA TEKSTIL
us diangkat sebagai judul skripsi.
Alasan yang mendorong penulisan skripsi ini adalah untuk mengungkapkan
gejala-gejala kesenjangan sosial yang terdapat di lapangan, yaitu mulai dari input
atau kondisi peserta didik itu sendiri, proses atau pelaksanaan pembelajaran,
sampai dengan hasil belajar peserta didik setelah menempuh mata pelajaran cetak
saring, apakah sesuai dengan tujuan dalam kurikulum atau tidak. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar pengembangan
pembelajaran kriya tekstil, khususnya cetak saring maupun untuk penelitian lebih
lanjut.
B. Rumusan Masalah
Tujuan dari pembelajaran cetak saring di kelas XI Program Keahlian Kriya
Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta adalah menghasilkan output yang mempunyai
keterampilan membuat karya atau produk kriya tekstil yang menggunakan teknik
cetak saring serta outcome yang dibutuhkan oleh masyarakat di dunia industri dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
mampu membuka usaha mandiri, khususnya yang memanfaatkan teknik cetak
saring.
Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana proses pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya
Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta, dilihat dari tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran,
dan hasil belajar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan tentang: proses
pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK
Negeri 9 Surakarta, dilihat dari tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan hasil belajar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
bagi ilmu pengetahuan yang selalu mengalami kemajuan sesuai dengan
perkembangan zaman, khususnya dalam bidang pembelajaran cetak saring.
2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengenalkan serta
mengembangkan pengetahuan tentang pembelajaran cetak saring bagi para
pendidik, calon pendidik, dan peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Nasution dalam
(Sugihartono, Fathiyah, Setiawati, Harahap, dan Nurhayati, 2007: 80)
bahwa embelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan
anak didik sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian
ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga,
perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan
.
Kegiatan pembelajaran memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar anak didik, anak didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencepaian tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar ini dapat diwujudkan melalui penggunaan strategi pembelajaran yang bervariasi dan terpusat pada anak didik (student centred) (Djamarah, 2010: 324). Pembelajaran dalam perspektif behaviorisme merupakan proses
pembentukan hubungan antar rangsangan (stimulus) dan balasan (respon)
yang menghasilkan perubahan perilaku berupa kebiasaan melalui proses
pelaziman. Menurut perspektif aliran kognitif, pembelajaran merupakan
proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan
pengetahuan sesuai persepsi peserta didik. Adapun menurut perspektif
konstruktivisme, pembelajaran merupakan usaha pemberian kepada
peserta didik untuk memilih bahan pelajaran serta cara mempelajarinya
sesuai minat dan kemampuan yang dimilikinya (Suprijono, 2009: 17-40).
Berkaitan dengan pembelajaran dalam perspektif konstruktivisme,
seorang ahli menyimpulkan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
...aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang; melalui pengalaman yang diterima lewat pancaindra, yaitu indra penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Dengan demikian aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kapada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan, sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu, perbuatan itu akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini ditujukan untuk menggali pengalaman (Suwarno, 2009: 58).
Pengertian lain tentang pembelajaran juga dikemukakan oleh
Muhaimin (1996) dalam (Riyanto, 2009: 131) bahwa lajaran
adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran
akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan
efisien . Pengertian serupa juga dikemukakan oleh Sugihartono, et al.
(2007: 81) yang medefinisikan pengertian pembelajaran erupakan
suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil
optimal .
Berbagai pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan
dengan hasil yang optimal. Kegiatan belajar dan mengajar dalam
pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kegiatan
belajar dan mengajar merupakan suatu proses. Belajar terjadi saat ada
interaksi antara individu dan lingkungan, baik lingkungan fisik yang
berupa buku, alat-alat peraga, dan alam sekitar maupun lingkungan sosial.
Mengajar merupakan proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan
serta membimbing dan membantu peserta didik sehingga mereka
terdorong untuk melakukan kegiatan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Tujuan Pembelajaran
Berkaitan dengan tujuan pembelajaran, Sardiman berpendapat bahwa
Dalam kegiatan belajar-mengajar dikenal adanya tujuan pengajaran, atau
yang sudah umum dikenal dengan tujuan instruksional. Bahkan ada juga
yang menyebut Tujuan Pembelajaran (2007: 68). Secara lengkap definisi
mengenai tujuan pembelajaran dikemukakan oleh Hamalik (2003: 109)
uatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai
oleh siswa setelah berlangsung pengajaran . Hasil pencapaian tersebut
berupa peserta didik yang secara bertahap terbentuk watak, kemampuan
berpikir, dan keterampilan teknologinya. Tujuan pembelajaran merupakan
tujuan paling awal dan sekaligus sebagai dasar untuk mencapai jenjang
tujuan berikutnya, yaitu tujuan kurikuler, tujuan institusional, hingga
akhirnya terwujud tujuan pendidikan nasional yang bersifat abstrak dan
normatif. Berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional,
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional .
Tujuan pembelajaran bermanfaat sebagai dasar untuk: menyusun
instrumen tes (pre-tes dan pos-tes), merancang strategi instruksional,
menyusun spesifikasi dan memilih media yang cocok, serta melaksanakan
proses belajar. Tujuan pembelajaran penting artinya dalam rangka: untuk
menilai pembelajaran, untuk membimbing peserta didik belajar,
merupakan kriteria untuk merancang pelajaran dan menjadi semacam
media untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan pendidik lainnya
(Hamalik, 2003: 113).
Menurut taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom dan
Krathwool beserta timnya, tujuan pembelajaran diklasifikasikan menjadi
tiga domain, dan kemudian dipecah lagi menjadi beberapa tingkat yang
lebih khusus. Taksonomi yang sangat dikenal di Indonesia ini, terdiri dari:
1) domain kognitif, 2) domain afektif, dan 3) domain psikomotor. (Yamin,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2009: 26-27). Secara singkat pembahasan masing-masing domain tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Domain Kognitif
Pendekatan-pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada
proses memperoleh konsep, sifat dari konsep, dan bagaimana konsep itu
disajikan dalam struktur kognitif. Tujuan-tujuan kognitif adalah tujuan-
tujuan yang berorientasi pada kemampuan berpikir atau intelektual
(Sagala, 2009: 156-157).
Domain kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar
yang berbeda-beda. Keenam tingkatan tersebut adalah: (1) Tingkat
pengetahuan (knowledge), tingkatan ini mengacu pada kemampuan
mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari. (2) Tingkat
pemahaman (comprehension), tingkatan ini mengacu pada kemampuan
untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah diketahui dan memaknai
arti dari materi yang dipelajari. (3) Tingkat aplikasi (application),
tingaktan ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau
menerapkan pengetahuan atau ide-ide umum, metode-metode, prinsip-
prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya kedalam situasi yang
baru dan konkret, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul
dalam kehidupan sehari-hari. (4) Tingkat analisa (analysis), tingkatan
ini mengacu pada kemampuan mengkaji atau menguraikan bahan
kedalam komponen-komponen yang lebih sepesifik dan mampu
memahami hubungan-hubungan antar komponen tersebut. (5) Tingkat
sintesa (synthesis), tingkatan ini mengacu pada kemampuan
memadukan berbagai konsep atau komponen sehingga membentuk
suatu pola struktur yang baru. (6) Tingkatan evaluasi (evaluation),
tingkatan ini mengacu pada kemampuan memberikan penilaian
terhadap gejala atau peristiwa berdasarkan norma-norma atau patokan-
patokan dengan menggunakan kriteria tertentu. Tingkat pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
merupakan tingkat terendah, dan tingkat evaluasi merupakan tingkat
tertinggi dalam domain kognitif (Seifert, 2012: 151-152).
2) Domain Afektif
Domain afektif merupakan tujuan pembelajaran yang
berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati
(attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap
sesuatu. Perumusan tujuan pembelajaran pada domain afektif, tidak
berbeda jauh dengan domain kognitif namun dalam mengukur hasil
belajarnya jauh lebih sukar karena menyangkut kawasan sikap dan
apresiasi (Yamin, 2008: 39). Berkaitan dengan hal tersebut, seorang ahli
berpandangan bahwa:
Hasil belajar afektif tidak dapat dilihat bahkan diukur seperti halnya dalam bidang kognitif. Guru tidak dapat langsung mengetahui apa yang bergejolak dalam hati anak, apa yang dirasakannya atau dipercayainya. Yang dapat diketahui hanya ucapan verbal serta kelakuan non verbal sepaerti ekspresi pada wajah, gerak gerik tubuh sebagai indikator apa yang terkandung dalam hati siswa (Nasution, 1999: 69). Domain ini terdiri dari lima tingkatan, yaitu: (1) Tingkat
menerima (reeceiving), yaitu proses pembentukan sikap dan perilaku
dengan cara membangkitkan kesadaran adanya stimulus tertentu. (2)
Tingkat tanggapan (responding), mengacu pada partisipasi aktif peserta
didik dalam memperlihatkan reaksi terhadap norma-norma tertentu. (3)
Tingkat penilaian (valuing), tingkat ini mengacu pada kecenderungan
menerima, menghargai dan memberikan nilai suatu norma tertentu
dengan mempromosikan diri sesuai dengan penilaian itu. (4) Tingkat
organisasi (organization), tingkat ini mengacu pada proses
membentukan konsep tentang suatu nilai dan menyusun suatu sistem
nilai pada diri peserta didik. (5) Tingkat karakteristik
(characterization), tingkatan ini mengacu pada proses mewujudkan
nilai-nilai dalam diri sendiri sehingga nilai-nilai atau sikap itu seolah-
olah telah menjadi ciri-ciri pelakunya. Tingkat menerima merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
tingkat terendah, dan tingkat karakteristik merupakan tingkat tertinggi
dalam domain afektif (Sagala, 2009: 159).
Berdasarkan kelima tingkatan yang dirumuskan Bloom dan
Krathwool tersebut, Romiszowski mengelompokkan domain afektif
menjadi dua tipe perilaku, yaitu: (1) Riflek yang terkondisi (reflexive
conditional), merupakan reaksi kepada stimulus khusus tertentu yang
dilakukan secara spontan, dan (2) Sukarela (voluntary), merupakan aksi
dan reaksi yang terencana untuk mengarahkan ke tujuan tertentu dengan
cara membiasakan melalui latihan-latihan (Hamdani, 2011: 153).
3) Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah domain yang berkaitan dengan
keterampilan (skill), yang berhubungan dengan anggota tubuh atau
tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Hasil
belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan
afektif. Domain psikomotor terdiri dari empat tingkatan, namun jika
dilihat dari segi taksonomi, keempat urutan tersebut tidak bertingkat
seperti pada domain kognitif dan afektif (Yamin, 2009: 37).
Pengelompokan tingkat domain psikomotor adalah sebagai
berikut: (1) Gerakan seluruh badan (grass body movement), merupakan
perilaku peserta didik dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan
fisik secara menyeluruh. (2) Gerakan yang terkoordiansi (coordination
movements), merupakan gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara
fungsi indera manusia dengan salah satu anggota badan. (3)
Komunikasi nonverbal (nonverbal communication), merupakan hal-hal
yang berkenaan dengan komunikasi menggunakan simbol atau isyarat.
(4) Kecakapan berbicara (speech behaviour), merupakan hal-hal yang
berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan
lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara (Hamdani,
2011: 153-154).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Materi Pembelajaran
Bahan ajar atau materi pembelajaran (intructional materials)
merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran karena
menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Jenis materi
pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga bidang, yaitu: pengetahuan
(kognitif), afektif (sikap atau nilai), dan psikomotor (keterampilan)
(Hamalik, 2003: 139).
Materi pembelajaran dari aspek kognitif (pengetahuan) terdiri dari
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Materi fakta berkatitan dengan:
nama-nama objek, peristiwa sejarah, nama orang, dan lain sebagainya.
Materi konsep berkaitan dengan: pengertian, definisi, ciri khusus,
komponen atau bagian suatu benda atau objek. Materi prinsip berkatian
dengan: dalil, rumus, adagium, pastulat, teorema, atau hubungan antar
konsep yang menggambarkan hubungan sebab akibat. Materi prosedur
adalah materi yang berkaitan dengan langkah-langkah secara sitematis atau
berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Materi afektif (sikap dan nilai)
adalah materi yang berkatian dengan sikap atau nilai peserta didik,
misalnya: nilai kejujuran, kasih sayang, tolong menolong, semagat belajar,
semangat bekerja, kedisiplinan, dan lain sebagainya Materi psikomotor
(keterampilan) menunjuk kepada tindakan-tindakan jasmaniah peserta
didik (Hamdani, 2011: 120-121).
Penyajian materi didalam kurikulum tidak langsung menunjuk pada pokok bahasan/materi tertentu, tetapi disajikan dalam bentuk kompetensi. Jika penyajian kurikulum langsung menunjuk pada pokok bahasan/materi tertentu, tanpa memberikan peluang untuk guru memilih materi pembelajaran, maka guru hanya akan terpaku pada materi tersebut dan tidak berpikir untuk materi lain yang sejenis. Dengan disajikan dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai, maka akan memberikan keleluasaan dan kreativitas guru dalam mengajar sehingga memberikan kesempatan kepada guru untuk memilih materi pembelajaran yang relevan (Hidayatullah, 2007: 25).
Pemilihan materi pembelajaran oleh pendidik harus memperhatikan
beberapa kriteria sebagai berikut: 1) Materi pembelajaran sejalan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
kriteria tujuan instruksional, 2) Materi pembelajaran dapat dijabarkan
secara spesifik. 3) Materi pembelajaran relevan dengan kebutuhan siswa.
4) Materi pembelajaran sesuai dengan kondisi masyarakat. 5) Materi
pembelajaran mengandung segi-segi etik. 6) Materi pembelajaran tersusun
dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematis dan logis. 7) Materi
pembelajaran bersumber dari buku yang baku, pribadi pendidik yang ahli,
dan masyarakat (Harjanto, 2008: 222-224).
d. Metode Pembelajaran
Pengertian metode pembelajaran menurut Sugihartono, et al. (2007:
81) yaitu Metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses
pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal . Pendapat
serupa juga dikemukakan oleh Hamdani bahwa:
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (2011: 80).
Pemilihan metode pembelajaran hendaknya di dasarkan atas
beberapa pertimbangan yaitu: tujuan pembelajaran, karakteristik mata
pelajaran, kemampuan peserta didik, dan kemampuan pendidik (Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, 2007: 125).
Secara umum, metode pembelajaran dapat dibagi menjadi metode pasif dan metode aktif. Metode pasif yaitu metode pembelajaran satu arah dari dosen ke mahasiswa. Metode ini merupakan metode pembelajaran tradisional yang sering disebut dengan lecturing. Metode aktif mendorong mahasiswa untuk aktif berdiskusi di dalam kelas (Jogiyanto, 2009: 23).
Metode pembelajaran yang dikhususkan untuk pendidikan seni rupa,
biasa disebut metode pembelajaran seni rupa. Menurut pendapat
Sukmadinata yang dikutip oleh Fikry menyatakan bahwa metode
pembelajaran seni rupa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1) Metode
pembelajaran teori, yang terdiri dari: a) pembelajaran ekspositorik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kelompok, menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi; b)
pembelajaran berbuat, menggunakan metode pemberian tugas dan resitasi.
2) Metode pembelajaran praktek, yang terdiri dari pembelajaran praktek di
sekolah dan di lingkungan kerja. Metode praktek dalam pembelajaran seni
rupa salah satunya adalah metode ekspresi bebas (free expression) (2012: 3).
1) Metode Ceramah
Pendapat mengenai metode ceramah dikemukakan oleh
Sugihartono, et al. etode ceramah merupakan metode
penyampaian materi dari guru kepada siswa dengan cara guru
menyampaikan materi melalui bahasa lisan baik verbal maupun
nonverbal 2007: 81). Lebih lanjut lagi Hamdani (2011) menjelaskan
bahwa Metode ceramah berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan
fakta yang ditutup dengan tanya jawa
156).
Metode caramah yang dalam bahasa inggris disebut istilah leaturing method atau telling method ialah suatu cara lisan penyajian bahan pelajaran yang dilakukan oleh seseorang (guru) kepada orang lain (pelajar atau mahasiswa) untuk mencapai tujuan pengajaran. Istilah lecturing berasal dari bahasa Yunani Legere yang berarti to teach (mengajar). Dari kata Legere ditimbulkan kata lecture yang artinya memberi kuliah dengan kata-kata atau memberi kuliah dengan penuturan. Dari kata lecture ditimbulkan/dimunculkan lagi kata lecture yaitu cara penyajian bahan dengan lisan. Istilah telling berasal dari kata to tell yang artinya menyatakan sesuatu kepada orang lain, selanjutnya berarti menyajikan keterangan-keterangan kepada orang lain agar ia mengerti apa yang disajikan itu (Suradji, 2011: 11). Keuntungan metode ceramah adalah dapat disajikan kepada
peserta didik dalam jumlah besar, dapat dipakai oleh pendidik sebagai
pengantar, mudah untuk diulang kembali jika peserta didik belum jelas,
sangat efektif dan lebih mengena, waktu penyampaian materi terbatas
sedangkan materi yang akan disampaikan masih banyak (Sulistyo,
Sunarmi, & Widodo, 2011: 108).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Kelemahan metode ceramah adalah peran serta peserta didik
dalam proses pembelajaran rendah karena yang aktif adalah pendidik,
kurang berhasil untuk meningkatkan pikiran, perhatian dan motivasi
peserta didik sulit diukur, materi yang disampaikan bisa menjadi tidak
fokus karena pembicaraan pendidik yang melantur dan kurang memadai
untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam upaya mengubah karakter
peserta didik (Yamin, 2009: 65).
2) Metode Tanya Jawab
Pandangan mengenai metode tanya jawab dikemukakan oleh
Sugihartono, et al. (2007) Metode tanya jawab merupakan cara
penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus
dijawab oleh anak didik 82). Definisi tersebut ditambahkan lagi
oleh Sulistyo, et al. b
ngantuk yang terjadi pada diri peserta didik dalam ceramah/kuliah,
maka pendidik harus menciptakan kehidupan interaksi belajar mengajar
tersebut yakni dengan teknik tanya jawab (dialog). Tanya jawab dapat
terjadi dari murid kepada pendidik atau sebaliknya 1: 108).
Kelebihan metode tanya jawab adalah: dapat memperoleh
sambutan yang lebih aktif dibandingkan dengan metode ceramah yang
cenderung bersifat menolong, sebagai pengukur sampai sejauh mana
peserta didik mengerti dan memahami materi pembelajaran yang
disampaikan oleh pendidik, memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengemukakan pendapat yang ada dan dapat dibawa
kearah suatu diskusi (Hamdani, 2011: 156).
Kelemahan metode tanya jawab adalah: peserta didik merasa
takut dan panik untuk menjawab pertanyaan dari pendidik, terlalu
menyita waktu sehingga tidak semua peserta didik mendapatkan giliran,
dan tidak cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran pada ranah afektif
dan psikomotor. Berkaitan dengan hal tersebut, Yamin mengemukakan
Diantara kelemahannya adalah bahwa tanya jawab bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan. Lebih-lebih jika
kelompok siswa memberikan jawaban atau mengajukan pertanyaan
yang dapat menimbulkan masalah baru dan menyimpang dari pokok
: 68).
3) Metode Diskusi
Definisi mengenai metode diskusi dikemukakan oleh
Suryosubroto (2002: 179) bahwa:
dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun
Definisi tersebut ditambahkan oleh Roestiyah (2008: 5) yang
lam diskusi ini proses interaksi antara dua
atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman,
informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif
Kelebihan metode diskusi adalah: suasana kelas menjadi hidup
karena peserta didik mengarahkan perhatian dan pikirannya kepada
masalah yang sedang didiskusikan, dapat mempertinggi prestasi
kepribadian masing-masing peserta didik, hasil diskusi mudah dipahami
dan dilaksanakan bersama karena peserta didik ikut serta secara aktif
dalam diskusi, peserta didik dilatih untuk mematuhi peraturan-peraturan
dan tata tertib dalam suatu diskusi sebagai pengalaman berharga bagi
kehidupan sesungguhnya kelak di masyarakat, dan melatih peserta didik
untuk menerima dan menghargai pendapat orang lain (Suparman, 2010:
150-151).
Kelemahan metode diskusi adalah: menyita waktu lama dan
jumlah peserta didik harus sedikit, mempersyaratkan peserta didik
memiliki latar belakang yang cukup mengenai topik atau masalah yang
didiskusikan, tidak tepat bila digunakan pada tahap awal proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pembelajaran, dan apatis bagi peserta didik yang tidak terbiasa
berbicara dalam forum (Yamin: 2008: 80-81).
4) Metode Ekspresi Bebas (Free Expression)
Pendapat mengenai metode ekspresi bebas diungkapkan oleh
Sobandi bahwa metode ini pada dasarnya adalah suatu cara untuk
membelajarkan peserta didik agar dapat mencurahkan isi hatinya
kedalam bentuk karya seni rupa. Proses penciptaan seni dalam metode
ini dimulai dari: a) penentuan tema, yaitu isi ungkapan yang akan
disampaikan, b) media, yaitu bahan dan alat yang dipilih dan digunakan
oleh peserta didik dalam mewujudkan bentuk ungkapan seni, c) gaya
ungkapan, yaitu ungkapan seni yang sifatnya sangat individual sehingga
setiap peserta didik akan menghasilkan karya seni yang berbeda-beda,
dan d) bentuk kegiatan menggambar, apakah berbentuk sketsa atau
lukisan (2009: 13-15).
Metode ekspresi bebas merupakan pengembangan dari pandangan
Victor Lowenfield yang menganjurkan agar setiap pendidik haruslah
mampu mengembangkan kreasi peserta didiknya, sehingga metode ini
sering disebut dengan metode ekspresi kreatif. Metode ini dapat
diterapkan dalam menggambar dekoratif, mendesain benda-benda
kerajinan, menggambar reklame, dan lain sebagainya (Fikry, 2012: 3).
5) Metode Demonstrasi
Pandangan mengenai metode demonstrasi diungkapkan oleh
Sugihartono, et al. Metode demonstrasi merupakan metode
pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu proses atau cara kerja
suatu benda yang berkatitan dengan bahan pelajaran (2007: 83).
Kelebihan metode demonstrasi adalah: perhatian peserta didik
dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh pendidik
sehingga hal penting tersebut dapat diamati secara teliti, membimbing
peserta didik ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran
yang sama, dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang disampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
melalui metode ceramah, persoalan-persoalan yang menimbulkan
pertanyaan dapat diperjelas saat proses demonstrasi berlangsung,
memberi motivasi yang besar kepada peserta didik untuk mengikuti
proses pembelajaran, dapat memperoleh pengalaman langsung dan
mengembangkan kecakapan peserta didik (Sagala, 2009: 211).
Kelemahan metode demonstrasi adalah: kurang efektif untuk
kelas yang jumlah peserta didiknya banyak, tidak semua hal dapat
didemonstrasikan, bila alat yang digunakan untuk demonstrasi terlalu
kecil maka tidak dapat dilihat oleh peserta didik sekelas, bila suatu alat
dibawa kedalam kelas untuk didemonstrasikan kadang-kadang terjadi
proses yang berlainan dengan proses dalam situasi nyata, serta bila
waktu yang tersedia sedikit biasanya demonstrasi berlangsung secara
bertahap (Yamin, 2009: 66-67).
6) Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Pandangan mengenai metode pemberian tugas dan resitasi
menurut Sugihartono et al. (2007: 84) adalah
dan resitasi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas
an dilengkapi oleh Sagala (2009)
bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid
melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggung jawabkan
(hlm. 219).
Kelebihan metode pemberian tugas dan resitasi antara lain:
pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar yang
berhubungan dengan minat atau bakat akan lebih meresap dan tahan
lama, peserta didik berkesempatan memupuk rasa tanggung jawab,
mandiri, kreatif, disiplin, jujur, dan berinisiatif, tugas yang diberikan
dapat membina kebiasaan peserta didik untuk mencari dan mengelola
informasi yang didapatnya, metode ini dapat membuat peserta didik
bergairah dalam belajar apabila di lakukan dengan berbagai variasi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
sedangkan kelemahannya antara lain: peserta didik seringkali
melakukan penipuan diri dimana mereka hanya meniru hasil pekerjaan
orang lain atau bahkan menyuruh orang lain untuk mengerjakan
tugasnya, apabila pemberian tugas terlalu sering dan tugas yang
diberikan juga terlalu sukar maka ketegangan mental peserta didik
dapat terpengaruh, dan pendidik sukar memberikan tugas yang sesuai
dengan karakter masing-masing peserta didik (Sagala, 2009: 219).
e. Media Pembelajaran
Pengertian mengenai media pembelajaran dikemukakan oleh Sanaky
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan
digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran 2009: 3). Pendapat
serupa juga dikemukakan oleh Anitah (2008:
pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat
menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima
pengeta
Fungsi media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah
sebagai pembawa informasi dari sumber (pendidik) menuju penerima
(peserta didik) (Hamdani, 2011: 246).
Bagan 2.1. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran (Hamdani, 2011: 246)
Media pembelajaran mempunyai kontribusi dalam meningkatkan
mutu dan kualitas pembelajaran. Kontribusi media pembelajaran menurut
Kemp, dkk. (1985) yang dikutip oleh Uno antara lain: 1) Penyajian materi
Media / Pesan Guru Siswa
Metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pembelajaran menjadi lebih standar. 2) Kegiatan pembelajaran menjadi
lebih menarik. 3) Kegiata belajar dapat menjadi lebih interaktif. 4) Waktu
yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi. 5) Kualitas belajar
dapat ditingkatkan. 6) Pembelajaran dapat disajikan dimana dan kapan saja
sesuai dengan yang diinginkan. 7) Meningkatkan sifat positif peserta didik
dan proses belajar menjadi lebih baik. 8) Memberikan nilai positif bagi
pendidik (2007: 116).
Media pembelajaran bila dilihat dari sudut pandang yang luas,
klasifikasinya adalah sebagai berikut: (1) Bahan yang mengutamakan
kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata dan visual
(bahan-bahan cetakan dan bacaan). (2) alat-alat audiovisual: (a) media
proyeksi (overhead projektor glide, film, dan LCD), (b) media non proyeksi
(papan tulis, poster, papan tempel, kartun, papan panel, komik, bagan,
diagram, gambar, grafik, dan lain-lain, (c) benda tiga dimensi antara lain
benda tiruan, diorama, boneka, topeng, lembaran balik, peta, globe,
pameran, dan museum sekolah. (3) Media yang menggunakan teknik atau
masinal, yaitu: slide, film strif, film rekaman, radio, televisi, video, VCD,
laboratorium elektronik, perkakas otoinstruktif, ruang kelas otomatis, sistem
interkomunikasi, komputer, dan internet. (4) Kumpulan benda-benda
(material collections) yaitu berupa peninggalan sejarah, dokumentasi,
bahan-bahan yang memiliki sejarah jenis kehidupan, mata pencaharian,
industri, perbankan, perdagangan, pemerintahan, agama, kebudayaan,
politik dan lain-lain. (5) Contoh-contoh kelakuan, perilaku pendidik
(Sanaky, 2009: 9-12).
f. Evaluasi Pembelajaran
Pengertian mengenai evaluasi pembelajaran dikemukakan oleh
Dimyati dan Mudjiono Evaluasi pembelajaran merupakan suatu
proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran
melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran (2006: 221).
Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran, evaluasi harus dilakukan secara terus menerus. Evaluasi tidak hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
sekedar menentukan angka keberhasilan belajar. Tetapi yang lebih penting adalah sebagai dasar untuk umpan balik (feed back) dari proses interaksi edukatif yang dilaksanakan (Muhammad Ali (1992: 113) dalam (Djamarah, 2010: 245)). Fungsi dan tujuan evalasi pembelajaran adalah untuk: menentukan
angka kemajuan atau hasil belajar peserta didik, menempatkan peserta didik
kedalam situasi pembelajaran yang tepat dan serasi dengan tingkat
kemampuan, minat, dan karakteristik yang mereka miliki, mengenal latar
belakang peserta didik yang berguna bagi pendidik sebagai upaya
memberikan bimbingan untuk mengatasi kesulitan belajar yang mereka
hadapi, dan sebagai umpan balik bagi pendidik yang berguna untuk
memperbaiki proses pembelajaran (Hamalik, 2003: 211-212).
Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai. Karena itu didalam menyusun evaluasi hendaknya memperhatikan secara seksama rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan harus dapat mengukur sejauhmana proses pembelajaran telah dilaksanakan (Aunurrahman, 2009: 209). Jenis evaluasi pembelajaran berdasarkan sasarannya adalah sebagai
berikut: (1) Evaluasi konteks, yaitu evaluasi yang digunakan untuk
mengukur konteks program. (2) Evaluasi input, yaitu evaluasi yang
digunakan untuk mengetahui input, baik sumber daya maupun strategi yang
digunakan. (3) Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang ditujukan untuk melihat
proses pelaksanaan pembelajaran. (4) Evaluasi produk, yaitu evaluasi yang
diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk
menentukan keputusan akhir. (5) Evaluasi outcome, yaitu evaluasi yang
diarahkan untuk melihat hasil belajar peserta didik setelah lulus dan terjun
ke masyarakat (Hamdani, 2011: 304-305).
Pembelajaran bukan hanya menekankan pada aspek hasil (product), melainkan juga menekankan pada aspek proses, artinya tingkat kualitas proses yang benar sangat penting bagi siswa. Oleh karena itu dalam mengevaluasi hasil belajar disamping menyoroti pada aspek proses dan kualitias pembelajaran juga menyoroti aspek lain, karena hasil belajar adalah perubahan kualitas pembelajaran yang secara tidak langsung berpengaruh pada aspek lain, seperti aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kognitif, afektif, maupun aspek psikomotor (Hidayatullah, 2007: 26).
Kriteria keberhasilan belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif
dan aspek psikomotor. Aspek kognitif berhubungan erat dengan kecerdasan
dan intelektual peserta didik. Aspek afektif berhubungan erat dengan sikap
dan nilai peserta didik terhadap proses pembelajaran. Aspek psikomotor
berhubungan erat dengan tindakan-tindakan jasmaniah peserta didik
2008: 99).
2. Kriya Tekstil
Mengutip pendapat Ahmad A.K. Muda (2003: 327 dan 528) yang
dirangkum dalam (Marlina dan Kar Kriya
tekstil (sic) adalah karya kerajinan tangan dari barang-barang hasil tenunan
gagasan, ide, pikiran, perasaan, apresiasi, dan ciptaan manusia yang memiliki
nilai estetik, yang diwujudkan dalam bentuk benda melalui proses kegiatan
(2010: 1). Pandangan
serupa juga dikemukakan oleh Budiyono et al. bahwa kriya tekstil memiliki arti
yang sangat luas dan mencakup berbagai jenis kain yang dibuat dengan cara
ditenun, diikat, dipres dan berbagai cara lain yang dikenal dalam pembuatan
kain (2008: 1).
Tekstil merupakan benda yang bersifat lembut dan luwes dengan intuisi rasa, ungkapan warna dan unsur psikologis yang akhirnya menghadirkan keindahan. Di samping itu, tekstil memerlukan pertimbangan teknis, perhitungan matematis, rasional, ekonomis dan efisien yang akhirnya menghasilkan kekuatan bahan. Dengan demikian pada tekstil terdapat unsur seni dan teknologi. (Rizali, 2006: 33).
Panitia Pameran KIAS 1990-1991 dalam buku Perjalanan Seni Rupa
Indonesia dari Zaman Prasejarah hingga Masa Kini (1990) mengemukakan
Melalui tekstil terungkaplah latar belakang kebudayaan, gambaran
suka duka, kemahiran berseni, kemampuan bertukang, adat serta susunan alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
lingkungan suatu bangsa. Bahkan tekstil menunjukkan tingkat sosial melalui
susunan warna dan ragam hi (hlm. 201).
Pada kriya tekstil terdapat dua metode pemberian rupa dan warna, yaitu
desain struktur dan desain permukaan. Desain struktur adalah pemberian rupa
dan warna pada saat tekstil ditenun sedangkan desain permukaan adalah
pemberian rupa dan warna diatas permukaan tekstil setelah ditenun (Rizali,
2006: 34).
Jenis produk kriya tekstil dibagi menjadi dua kelompok, yaitu benda
hias dan benda pakai, atau dapat juga merupakan perpaduan dari keduanya. Hal
ini sesuai pendapat Marlina dan Karmila yang menyatakan bahwa:
Jenis produk kriya tekstil dibagi menjadi dua kelompok yaitu : benda hias dan benda pakai atau perpaduan dari keduanya. Jenis produk yang termasuk dalam benda hias diantaranya : hiasan dinding, sarung bantal kursi, produk kriya yang termasuk benda pakai diantaranya: bad cover, sarung bantal, tirai, tutup aqua galon, tutup kulkas, taplak meja makan, tutup tudung saji, dll (2010: 1).
3. Program Keahlian dan Program Keahlian Kriya Tekstil
Menurut isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
ujuan program keahlian merupakan kristalisasi dari
kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik untuk dapat
bekerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
atau standar kompetensi kerja lain yang dijadikan acuan dan berlaku di dunia
kerja serta untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
sesuai dengan program keahliannya .
Program keahlian kriya tekstil atau yang biasa disebut sebagai Jurusan
Kriya Tekstil adalah sebuah program keahlian atau jurusan yang
mempersiapkan peserta didik agar mempunyai ketrampilan membuat karya
atau produk kriya tekstil. Hal ini sesuai pendapat Rohmandani (2011) yang
atu jurusan di dalam suatu
Sekolah Menengah Kejuruan yang memuat tentang kerajinan tangan seseorang
yang memiliki nilai estetik sehingga hasil karya yang telah dibuat dapat laku di
(hlm. 6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta bertujuan
untuk: a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik. b) Mendidik
peserta didik agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab. c) Mendidik
peserta didik agar dapat menerapkan hidup sehat, memiliki wawasan
pengetahuan dan seni. d) Mendidik peserta didik dengan keahlian dan
keterampilan program keahlian kriya tekstil agar dapat bekerja baik secara
mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia
industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah. e) Mendidik peserta didik agar
mampu memilih karir, berkompetisi, dan mengembangkan sikap profesional
dalam program keahlian kria tektil. f) Membekali peserta didik dengan ilmu
pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal bagi yang berminat untuk
melanjutkan pendidikan.
4. Cetak Saring
a. Definisi dan Proses Cetak Saring
Definisi cetak saring menurut Guntur Nusantara dalam (Budiyono, et
al., 2008) adalah Cetak saring atau sablon atau screen printing merupakan
bagian dari ilmu grafika terapan yang bersifat praktis. Cetak saring dapat
diartikan kegiatan cetak mencetak dengan menggunakan kain gasa/kasa
yang biasa disebut screen 373). Pengertian tersebut menekankan
bahwa alat utama yang digunakan dalam cetak saring adalah berupa kain
gasa atau kasa yang berfungsi sebagai penyaring tinta cetak.
Cetak saring adalah salah satu teknik proses cetak yang
menggunakan layar (screen) dengan kerapatan tertentu dan umumnya
barbahan dasar nylon atau sutra. Layar ini kemudian diberi pola dari desain
negatif yang telah dibuat sebelumnya. Kain ini direntangkan dengan kuat
agar menghasilkan layar dan hasil cetakan yang datar. Setelah diberi
fotoresis dan disinari, akan terbentuk bagian-bagian yang bisa dilalui tinta
dan tidak dapat dilalui. Proses eksekusinya adalah dengan menuangkan
tinta di atas layar dan kemudian disapu menggunakan rakel yang terbuat
dari karet. Satu layar digunakan untuk satu warna (Sadhori, 1996: 42-43).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Gambar 2.1. Proses Eksekusi Cetak Saring (Sandjaja, 2006: 126)
Pada umumnya, urutan proses cetak saring adalah sebagai berikut:
(1) pembuatan screen, (2) persiapan pasta cap, (3) pencapan kain, (4)
pengeringan, (5) fiksasi zat warna, dan (6) pencucian (Budiyono, et al.,
2008: 10-11).
b. Alat dan Bahan Cetak Saring
Proses cetak saring memerlukan beberapa alat dan bahan yang
mutlak dibutuhkan dan harus disediakan. Peralatan dalam cetak saring
tidak mahal bahkan bisa dibuat sendiri. Alat adalah segala sesuatu yang
tidak habis dipakai dan dapat digunakan berulang-ulang. Bahan adalah
segala sesuatu yang habis dipakai dan tidak dapat dipakai ulang.
1) Alat Cetak Saring
Alat-alat yang diperlukan dalam proses pembuatan karya tekstil
dengan teknik cetak saring adalah screen, rakel, meja afdruk, meja
gambar, kodatrace, kipas, hand sprayer (alat penyemprot), palet,
setrika, alat-alat takaran (timbangan), gelas ukur, pengaduk, kuas,
papan landasan, kain hitam, isolasi bening, karet busa, dan kaca
bening.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
a) Screen
Pengertian screen Screen
ialah layar penyaring yang dibentangkan pada bingkai kayu
Berkaitan dengan screen Screen
nampaknya seperti bahan atau sesuatu yang habis dalam sekali
pakai, namun sebetulnya tidak, sebab screen dapat dipakai
berulang-ulang 2006: 29).
Gambar 2.2. Screen (K. Arifien, 2011: 3)
Screen terdiri dari kerangka kayu dan kain gasa atau kasa
atau monyl (mono nylon) yang digunakan untuk mencetak gambar
pada benda atau media yang akan disablon. Kain ini berpori-pori
dan bertekstur sangat halus menyerupai kain sutera. Lubang pori-
pori screen ini berfungsi untuk menyaring dan menentukan jumlah
zat warna yang keluar. Ada bermacam-macam kain screen, jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kain screen terbagi atas kualitas, bahan dasar serat, warna, dan
besar kecilnya lubang (Budiyono, et al., 2008: 375).
Berdasarkan sistem penomoran monyl, Sadhori berpendapat
Sistem penomoran monyl didasarkan pada banyaknya pori-
pori kain tersebut dalam setiap satuan luas bidang tertentu 1996:
12). Lebih lanjut, Sadhori menjelaskan bahwa semakin tinggi
nomor monyl, semakin banyak pula jumlah pori-pori kain tersebut
dalam setiap satuan luas bidang tertentu, yang berarti bahwa kain
tersebut semakin halus. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah
nomor monyl, berarti semakin sedikit pori-pori yang terdapat pada
kain tersebut dalam setiap luas bidang tertentu, yang berarti bahwa
kain tersebut semakin kasar. Secara umum, ukuran atau nomor
monyl dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: a) Monyl
halus, nomor 180 T sampai 200 T, b) Monyl sedang, nomor 120 T
sampai 150 T, c) Monyl kasar, nomor 60 T sampai 90 T. T adalah
kependekan dari Thick, yaitu satuan kerapatan lubang pori-pori
pada monyl (1996: 12-13).
b) Rakel
Gambar 2.3. Rakel (Budiyono, et al., 2008: 376)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Rakel merupakan alat yang digunakan untuk menyaput zat
warna ke atas permukaan kain atau media cetak. Terbuat dari karet
yang dijepit pada kayu atau aluminium. Ada lima jenis rakel:
tumpul, bulat, lancip, miring, dan persegi (Budiyono, et al., 2008:
376).
Berdasarkan tinta yang digunakan untuk menyablon, rakel
dibedakan menjadi dua, yaitu rakel yang digunakan untuk
menyablon dengan tinta berbasis minyak dan rakel yang digunakan
untuk menyablon dengan tinta berbasis air (Sandjaja, 1996: 34).
Lebih lanjut lagi, Sandjaja (2006: 34) mengemukakan bahwa
yang berbasis minyak, karena pelarut tinta berbasis minyak akan
Rakel berdasarkan ukuranya, dibedakan menjadi: rakel
berukuran 5 cm, 7,5 cm, 15 cm, 30 cm, dan sebagainya. Berkaitan
dengan hal tersebut, Sandjaja (2006) menjelaskan bahwa
is ukuran ini, ditentukan
berdasarkan luas screen yang digunakan dan luas objek yang akan
disablonkan. Makin luas objek yang akan disablonkan dan makin
luas screen yang digunakan, mak
(hlm. 35).
c) Meja Afdruk dan Meja Cetak
Berkaitan dengan meja afdruk, Budiyono, et al.
mengemukakan bahwa afdruk selain menggunakan sinar
matahari dapat juga dilakukan dengan menggunakan meja yang
dilengkapi dengan lampu neon / TL untuk menghemat energi
(terutama digunakan apabila cuaca mendung atau hujan)
377).
Berkaitan dengan pengadaan meja cetak, baik yang dibuat sendiri maupun yang membeli jadi sebaiknya permukaan meja menggunakan kaca bening yang tebal. Penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
meja kaca selain berfungsi sebagai meja cetak, digunakan juga sebagai meja jiplak pembuatan gambar dan untuk meja afdruk (K. Arifien, 2011: 10).
Gambar 2.4. Meja Afdruk (K. Arifien, 2011: 11)
d) Meja Gambar
Gambar 2.5. Meja Gambar (Budiyono, et al., 2008: 102)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Berkaitan dengan meja gambar, seorang ahli menyebutkan
dicetakkan. Objek digambar di atas sehelai kertas, plastik
transparan, mika, atau film bekas Xray (film bekas foto Rontgen).
Meja ini tidak harus disediakan secara khusus, dapat juga
digunakan meja biasa. Namun, apabila ingin menyediakan secara
khusus, sebaiknya digunakan meja dengan daun meja yang dibuat
28-29).
e) Kodatrace
Berkaitan dengan kodatrace, Budiyono, et al. (2008)
Kodatrace digunakan sebagai film diapositif
yaitu untuk memisah motif tiap warna sebelum diafdruk
377).
f) Kipas Angin
Kipas angin digunakan untuk mengeringkan screen setelah
dilapisi dengan bahan coating atau untuk mengeringkan hasil
cetakan yang tidak dapat dikeringkan dengan cara pemanasan
(Sandjaja, 2006: 37).
Pendapat tersebut diperkuat lagi oleh ahli lainnya yang
pengeringan obat afdruk (jika mengafdruk film sendiri), dan
pengeringan hasil sablonan (jika perlu
12).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 2.6. Mengeringkan Screen Menggunakan Kipas Angin (Sadhori, 1996: 20)
g) Hand Sprayer
Pendapat mengenai hand sprayer dikemukakan oleh
seorang ahli yang mengatakan bahwa:
Penyemprot air (handsprayer) digunakan untuk proses pengembangan acuan cetak (merontokkan obat afdruk pada screen) ketika proses pengafdrukan. Untuk membantu pencucian layar screen dari cat yang campurannya air atau untuk proses penghapusan acuan cetak pada screenArifien, 2011: 12-13).
Gambar 2.7. Penyemprotan Air pada Screen Menggunakan Hand Sprayer (Sandjaja, 2006: 100)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Pendapat tersebut dilengkapi oleh ahli lainnya yang
menyebutkan bahwa Selain alat penyemprot yang telah disebutkan
diatas, dikenal pula alat semprot khusus untuk penyablonan yang
sudah barang tentu berharga lebih mahal. Alat khusus ini disebut
Tenix Stencil Sprayer 400. Dengan alat ini, lembut dan kencangnya
aliran air dapat diatur dengan mudah (Sandjaja, 2006: 39).
h) Palet
Palet merupakan tempat untuk mencampur cat poster atau
tinta warna dalam proses desain, tinta cina atau opaque ink dalam
proses traces dan pasta warna dalam proses colet (Budiyono, et al.,
2008: 378).
Gambar 2.8. Palet (Budiyono, et al., 2008: 378)
i) Setrika
Setrika digunakan untuk menghaluskan atau merapikan
bahan sebelum disablon dan sesudah disablon. Kaos atau kain yang
telah selesai disablon, harus disetrika agar tinta yang melekat di
kaos atau kain tersebut tidak luntur (Sandjaja, 2006: 39).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 2.9. Setrika (Budiyono, et al., 2008: 105)
j) Gelas Ukur dan Mangkuk Plastik
Gelas ukur digunakan untuk mengukur bahan zat cair yang
memerlukan ketepatan ukuran jumlah dalam cc. Gelas ukur
biasanya digunakan untuk mengukur penggunaan pigmen atau zat
pewarna tinta. Mangkuk plastik digunakan sebagai tempat
mengolah obat peka cahaya yang berupa serbuk (Yani, 2004: 26).
k) Alat-alat Takaran (Timbangan)
Fungsi dari alat-alat takaran dikemukakan oleh seorang ahli
-bahan yang
dipergunakan untuk menyablon baik yang dipergunakan untuk
afdruk (bahan-bahan negatif) maupun bahan-bahan yang
dipergunakan untuk mencetak (tinta / cat sablon), selalu
dipergunakan alat-
Berkaitan dengan timbangan, seorang ahli berpendapat
Timbangan yang diperlukan adalah yang dapat digunakan
untuk menimbang dalam satuan gram. Dalam hal ini, timbangan
kue sudah cukup memadai digunakan dalam penyablonan
(Sandjaja, 2006: 37).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
l) Pengaduk
Pengaduk digunakan untuk mengaduk pasta warna supaya
rata dan digunakan pula untuk menuangkannya ke permukaan
screen. Benda yang dapat digunakan sebagai pengaduk misalnya
sendok (Budiyono, et al., 2008: 380).
m) Kuas
Fungsi dari kuas dikemukakan oleh seorang ahli yang
menyatakan bahwa:
Kuas kecil ini digunakan untuk menusir screen yang telah dikembangkan. Adanya lubang-lubang pada screen yang tidak dikehendaki dapat ditutup dengan bahan coating dengan mempergunakan kuas kecil ini. Sementara kuas yang besar digunakan untuk melapisi screen dengan bahan coating atau untuk melapisi screen yang sudah jadi dengan Varnish agar tahan lama (khusus untuk screen yang digunakan untuk menyablon dengan tinta berbasis air) (Sandjaja, 2006: 35).
Gambar 2.10. Kuas (Budiyono, et al., 2012: 107)
n) Papan Landasan
Mengenai papan landasan, Budiyono, et al. menyatakan
ripek sebagai penyangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
screen pada waktu proses afdruk, sedangkan papan yang dilapisi
busa blanket dilapisi perekat/lem kain (Hidronal G), dan sebagai
papan landasan pada penyablonan T-Shirt atau kain yang
o) Kain Hitam
Fungsi kain hitam dikemukakan oleh seorang ahli yang
-sama dengan
karet busa untuk mencegah terjadinya kebocoran sinar dari
samping. Luas kain hitam yang digunakan sebaiknya lebih luas dari
screen
p) Isolasi Bening
Fungsi dari isolasi bening dikemukakan oleh seorang ahli
yang menyebutkan bahwa katkan kodatrace atau
kertas motif pada saat afdruk supaya tidak geser, untuk menutup
bagian tepi screen sebelum
(Budiyono, et al., 2008: 381).
q) Karet Busa
Karet busa yang digunakan biasanya memiliki ketebalan
antara 5 cm sampai 10 cm. Fungsi karet busa dinyatakan oleh
untuk menyangga bagian dalam screen pada
waktu afdruk supaya permukaan screen datar .
Dengan adanya berbagai macam ukuran luas screen, karet busa yang digunakan harus pula sesuai dengan ukuran luas screen yang digunakan, sebab karet busa tersebut nantinya akan dimasukkan kedalam bingkai screen untuk mencegah masuknya sinar dari samping ke dalam screen. Jadi, bantalan karet busa ini digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran sinar yang menyinari screen. Disamping itu, bantalan ini digunakan pula agar film dapat merekat lebih erat dan rata pada screen saat ditekan, sehingga tidak mudah tergeser saat proses penyinaran. Apabila pada waktu penyinaran terjadi geseran dari film
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
diatas screen, maka hasil cetakan pada screen menjadi tidak lagi tajam (jelas) (Sandjaja, 2006: 36).
r) Kaca Bening
Fungsi kaca bening dikemukakan oleh Budiyono, et al.
untuk menutup dan menekan kodatrace pada waktu
penyinaran dengan sinar matahari atau pada meja afdruk dengan
lampu (hlm. 382).
Pendapat tersebut ditambahkan oleh Sandjaja yang
kaca tebal 10 mm agar tidak mudah pecah, sebab kaca tersebut
akan digunakan untuk menekan screen supaya menempel kuat pada
film. Luas kaca yang digunakan jangan lebih kecil dari luas screen
(2006: 37).
2) Bahan Cetak Saring
Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses pembuatan karya
tekstil dengan teknik cetak saring yaitu: bahan atau media cetak,
kertas gambar, pensil warna atau cat poster, opaque ink, zat warna
untuk sablon, obat peka cahaya, penghapus screen, Hidronal G, tinta
cetak, dan sabun colet.
a) Bahan atau Media Cetak
Berkaitan dengan bahan atau media cetak, seorang ahli
berpendapat bahwa:
menjadi objek sasaran sablon. Benda sasaran sablon banyak macamnya, sebab penyablonan bisa dilakukan pada segala dasar, seperti pada macam-macam kertas bahan tekstil, plastik, kaca, imitasi, kulit, kayu, logam, tembaga, seng dan
b) Alat Tulis
Alat-alat tulis yang dimaksudkan disini adalah kertas
gambar, pensil warna, spidol, cat poster, tinta cina, dan lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sebagainya. Kertas gambar digunakan sebagai media untuk
membuat desain yang akan disablon. Pensil warna dan cat poster
digunakan sebagai alat untuk mendesain dan membedakan warna
yang akan dipisahkan (Sandjaja, 2006: 44).
c) Opaque Ink
Fungsi dari opaque ink dikemukakan oleh Budiyono, et al.,
yang menyatakan bahw Opaque Ink untuk menggambar
memisahkan motif tiap warna pada kodatrace (2008: 384).
d) Zat Warna untuk Sablon
Hampir semua zat warna pada tekstil dapat digunakan
dalam proses penyablonan namun zat warna pigmen paling banyak
digunakan (Budiyono, et al., 2008: 385).
Keistimewaan cat pigmen yaitu: siap pakai; warna
cemerlang; untuk menyablon diatas warna gelap, dapat dicampur
dengan pigmen putih; tidak luntur dan merata setelah disablon; dan
hasil sablonan lembut (K. Arifien, 2011: 61).
e) Obat Peka Cahaya
Obat peka cahaya merupakan larutan pokok dalam proses
afdruk screen, yaitu campuran antara emulasi dan sensitizer (cairan
peka cahaya). Bahan ini terdapat dalam satu kemasan dus kecil
yang berisi dua buah botol. Botol besar berisi cairan emulasi, dan
botol kecil berisi cairan sensitizer. Berfungsi untuk melapisi screen
pada proses afdruk, pelapisan dilakukan pada ruang gelap atau pada
cahaya lampu merah (infra red) (Budiyono, et al., 2008: 384-385).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Gambar 2.11. Merk Dagang Bahan Coating (Obat Peka Cahaya) (Sandjaja, 2006: 44)
Beberapa merk dagang obat peka cahaya yang banyak
beredar di pasaran, antara lain: Chromatine, Ulano TZ, Ultrasol TS,
PhotoXol TS, Ulano 133, PhotoXol 199, dan Ulano 569 (High
Resolution Emulsion) (Sandjaja, 2006: 44-46).
f) Penghapus Screen
Pendapat mengenai penghapus screen dikemukakan oleh,
Sandjaja (2006) Bahan penghapus screen digunakan untuk
menghapus objek yang telah dicetak diatas screen, sehingga
dengan demikian, screen akan tampak seperti baru dan siap
dig 50).
Bahan yang berfungsi sebagai penghapus screen ada empat
yaitu: soda api, sodium hipochloride, pregnant paste, dan Reducer
PVC (K. Arifien, 2011: 22-27).
g) Hidronal G
Hidronal G atau lem kain digunakan untuk menempelkan
kain atau kaos yang akan disablon supaya permukaan rata dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
tidak lepas pada penyablonan berikutnya (Budiyono, et al., 2008:
386).
h) Tinta Cetak
Jenis tinta yang digunakan dalam penyablonan dibedakan
menjadi dua, yaitu tinta berbasis minyak dan tinta berbasis air.
Tinta berbasis minyak umumnya digunakan untuk menyablon
bahan-bahan seperti halnya kertas, plastik, kulit imitasi, karet, kaca,
dan logam. Tinta berbasis minyak yang sering digunakan antara
lain: Tinta PVC, Tinta Polystuf SG, Tinta Polymate G, Toyo PVC
Varnish, Tinta SJ Buatan Royal Guard, Royal Spon (Royal Guard).
Tinta berbasis air digunakan khusus untuk menyablon kain dan
kaos. Tinta berbasis air yang sering digunakan antara lain: Medium
NF, Pelarut GU, Medium Polysol, Medium Super, White Paste,
Pasta Warna Karet, Rubber Pearl, dan Rubber Transparant
(Sandjaja, 2006: 52-59).
i) Sabun Colet
Gambar 2.12. Pembersihan Screen Menggunakan Sabun Colet (Sandjaja, 2006: 100)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Fungsi sabun colet dikemukakan oleh Budiyono, et al. yaitu
sebagai pencuci screen setelah penyablonan untuk
menghilangkan sisa warna
(2008: 386).
5. Pembelajaran Cetak Saring
Pembelajaran cetak saring adalah interaksi belajar mengajar yang
dilakukan oleh pendidik dan peserta didik dengan tujuan menguasai
kompetensi cetak saring atau sablon melalui tahap teori dan praktikum. Tujuan
akhir dari pembelajaran cetak saring adalah: 1) Mengenal macam dan jenis
bahan peka cahaya (obat afdruk). 2) Mengenal macam dan jenis bahan
penghapus obat afdruk. 3) Mengenal bahan penguat lapisan obat afdruk screen
sheet. 4) Mengenal macam-macam peralatan cetak saring. 5) Melakukan
perawatan bahan dan peralatan cetak saring. 6) Melakukan pencampuran
bahan peka cahaya maupun bahan cetak. 7) Melakukan pelapisan bahan peka
cahaya (obat afdruk) pada screen di ruang gelap. 8) Melakukan pengeringan
hasil pengolesan bahan peka cahaya (obat afdruk). 9) Melakukan
penyemprotan untuk menimbulkan gambar pada screen. 10) Melakukan
perbaikan gambar pada screen dari hasil pengafdrukan. 11) Melakukan
persiapan cetak sesuai benda yang dicetak. 12) melakukan pencetakan pada
berbagai bentuk benda cetak (Yani, 2004: 13-15).
Peserta didik yang telah mengikuti kompetensi dasar membuat kriya
tekstil cetak saring menggunakan film atau kodatrace dengan baik dan
sungguh-sungguh akan memiliki nilai tambah yang mengakibatkan adanya
perubahan sikap dalam diri peserta didik. Perubahan tersebut dapat dilihat
dalam bentuk penguasaan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotor). Hasil pembelajaran cetak saring menggunakan
film atau kodatrace diharapkan dapat berpengaruh pada persiapan peserta
didik untuk mengikuti praktik kerja industri di usaha sablon. Manfaat hasil
belajar cetak saring ditinjau dari aspek kognitif yaitu: 1) Penguasaan
pengetahuan konsep dasar pengertian cetak saring. 2) Pengetahuan fungsi alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dan bahan. 3) Pengetahuan langkah dan proses mengafdruk film. 4)
Pengetahuan langkah membuat kriya tekstil cetak saring menggunakan film
atau kodatrace sebagai kesiapan mengikuti praktek kerja industri di usaha
sablon. Manfaat hasil belajar cetak saring ditinjau dari aspek afektif secara
garis besar untuk: 1) Melatih dan meningkatkan sikap ketelitian, 2)
Meningkatkan motivasi. 3) Mengembangkan kemampuan dan wawasan. 4)
Menerima kritik dan saran dari guru dan teman. Manfaat hasil belajar cetak
saring ditinjau dari aspek psikomotor yaitu; 1) Keterampilan dalam
menggunakan alat dan bahan. 2) Keterampilan dalam membuat desain motif.
3) Keterampilan dalam melakukan proses afdruk. 4) Keterampilan membuat
kriya tekstil dengan teknik cetak saring sebagai kesiapan untuk mengikuti
praktek kerja industri di usaha sablon (Yuniarti, 2012: 131-137).
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada
masalah penelitian. Kerangka ini digambarkan dengan skema secara sistematis.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagan 2.2. Kerangka Berpikir
Program Keahlian
Kriya Tekstil
SMK Negeri 9 Surakarta
Mata Pelajaran Produktif
Cetak Saring
Kurikulum Silabus RPP Pelaksanaan pembelajaran : 1. Tujuan pembelajaran 2. Materi Pembelajaran 3. Metode Pembelajaran 4. Media Pembelajaran 5. Evaluasi Pembelajaran Hasil Belajar
Cetak Saring
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dapat diukur pada hasil yang
telah dicapai. SMK Negeri 9 Surakarta memiliki beberapa program keahlian,
salah satunya adalah program keahlian kriya tekstil. Program keahlian ini
memiliki beberapa mata pelajaran produktif kriya tekstil yang wajib ditempuh
oleh peserta didik dengan batas ketuntasan minimal 75.00. Salah satu mata
pelajaran ini adalah cetak saring. Pelaksanaan pembelajaran cetak saring di SMK
Negeri 9 Surakarta mengacu pada kurikulum, silabus, dan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran). Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan
pembelajaran, yang dilihat dari tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajarn, evaluasi pembelajaran, dan hasil belajar cetak
saring.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Surakarta, tepatnya di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 9 Surakarta, Jalan Taruma Negara, Banyuanyar,
Banjasari, Surakarta, Kode Pos: 57137. Telepon (0271) 716320. Lokasi tersebut
dipilih karena cetak saring telah menjadi salah satu mata pelajaran produktif kriya
tekstil yang wajib ditempuh oleh peserta didik program keahlian kriya tekstil. Hal
ini dapat dibandingkan dengan Sekolah Menengah lainnya di Kota Surakarta,
dimana materi mengenai cetak saring hanya menjadi salah satu bab atau
kompetensi dari mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.
Penelitian ini telah dilaksanakan selama enam bulan, yaitu mulai bulan
Februari sampai Juli tahun 2012, yang meliputi kegiatan persiapan sampai dengan
selesainya penulisan laporan penelitian. Tetapi tidak menutup kemungkinan waktu
penelitian ini dipersingkat atau diperpanjang sampai data yang diperlukan
terpenuhi.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pengertian mengenai pendekatan dikemukakan oleh Massofa bahwa
pendekatan adalah pengakuan terhadap hakikat ilmiah suatu ilmu
pengetahuan. Pendekatan merupakan langkah pertama dalam mewujudkan
tujuan penelitian (2011).
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskrptif kualitatif. Pandangan
mengenai penelitian kualitatif dikemukakan oleh Nasution
kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan
hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan
tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya
Pendapat lain mengenai pendekatan kualitatif juga dikemukakan oleh
Afifuddin dan Saebani bahwa metode penelitian kualitatif disebut juga sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting). Metode penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data
yang mengandung makna (2009: 57).
Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Bagdan dan Taylor dalam
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang- . Pandangan lain juga
dikemukakan oleh Bagdan dan Bliken dalam (Meleong, 2001: 5) mengenai
metode kualitatif yaitu sebagai berikut:
Metode deskritif digunakan karena beberapa pertimbangan, pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan pada kenyataan ganda; Kedua, metode ini menyajikan langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden; Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
tunggal terpancang (embedded research). Pengertian studi kasus dikemukakan
oleh Yin
fenomena di dalam konteks kehidupan nyata bilamana: batas-batas antara
fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas; dan dimana: multi sumber
bukti dimanfaatkan (1997: 18). Pengertian studi kasus tunggal dikemukakan
bilamana penelitian tersebut terarah pada satu karakteristik (2002: 112).
Berkaitan dengan penelitian terpancang, Sutopo (2002: 112) berpendapat
bahwa penelitian terpancang merupakan suatu langkah sebelum melakukan
penelitian harus memliki dan menentukan variabel yang menjadi fokus
utamanya namun tetap terbuka dengan sifat interaktif dan variabel utamanya.
Berdasarkan pengertian tersebut maka penelitian ini hanya
mengarahkan kegiatan penelitian pada satu sasaran saja (satu lokasi atau
subjek), namun tidak melepaskan fokus penelitianya karena sifatnya utuh.
Jumlah sasaran (lokasi studi) tidak menentukan suatu penelitian berupa studi kasus tunggal ataupun ganda. Misalnya, meski penelitian dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dibeberapa lokasi (beberapa kelompok, atau sejumlah pribadi), kalau sasaran studi tersebut memiliki karakteristik yang sama atau seragam, maka penelitian tersebut tetap merupakan studi kasus tunggal (Sutopo, 2002 : 112). Berdasarkan pernyataan tersebut, yang terpenting bukan jumlah lokasi
atau sasaran studinya, tetapi adanya perbedaan karakteristik atau
kesamaannya. Penelitian ini dilaksanakan di satu tempat,
yaitu di SMK Negeri 9 Surakarta da dilaksanakan di
kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil.
C. Data dan Sumber Data
Penelitian tidak pernah terlepas dari persoalan sumber data karena data-
data yang lengkap dan valid tidak akan diperoleh tanpa adanya sumber data.
Pengertian data menurut Herdiansyah (2010: 116)
yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan data yang akan diolah dan
dianalisis dengan suatu metode tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan suatu
Lebih lanjut lagi
terdiri dari beragam jenis, bisa berupa orang, peristiwa dan tempat atau lokasi,
benda serta
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-
Data yang diambil dan digunakan dalam penelitian ini adalah data-data
yang berkaitan dengan pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian
Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta. Data-data tersebut adalah:
1. Laporan hasil wawancara dengan para informan, yaitu: Bapak Joko Agus
Pambudi, S.Sn., Bapak Drs. Budi Susanto, Wika, Ayu Heni Puspitasari,
Jatmini, Tutik Kurnia Sari, Indri Mayarita, dan Eko Siti Wahyuni.
2. Foto saat pembelajaran berlangsung dan dokumentasi hasil karya siswa.
3. Kurikulum Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta.
4. Silabus mata pelajaran produktif cetak saring.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
5. RPP mata pelajaran cetak saring.
6. Raport hasil belajar siswa Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK
Negeri 9 Surakarta.
Penelitian ini menggunakan sumber data berupa: informan, tempat dan
peristiwa, serta dokumen dan arsip.
1. Informan
Informan adalah narasumber yang memiliki dan mampu memberikan
informasi yang diperlukan oleh peneliti. Peneliti dan informan disini memiliki
kedudukan yang sama, dan informan bukan sekedar memberikan tanggapan
yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam
penyajian informasi yang dimilikinya. Informan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Guru mata pelajaran produktif cetak saring di kelas XI Program Keahlian
Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta yaitu:
1) Bapak Joko Agus Pambudi, S.Sn.
2) Bapak Drs. Budi Susanto.
b. Siswa kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta
yang dipilih berdasarkan perbandingan nilai raport yang selama ini mereka
peroleh, yaitu yang hasil raportnya kurang baik, cukup baik, dan baik.
Masing-masing dipilih 2 siswa, jadi dari 32 siswa, yang dijadikan
informan berjumlah 6 siswa, yaitu sebagai berikut:
1) Wika.
2) Ayu Heni Puspitasari.
3) Jatmini.
4) Tutik Kurnia Sari.
5) Indri Mayarita.
6) Eko Siti Wahyuni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Tempat dan Peristiwa
Pendapat mengenai tempat sebagai sumber data dikemukakan oleh
Sutopo bahwa data dan informasi dapat dikumpulkan dari tempat atau lokasi
yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian (2002: 52-53).
Tempat penelitian ini dilaksanakan di bengkel tekstil SMK Negeri 9 Surakarta
karena proses pembelajaran cetak saring dilaksanakan disana, baik pelajaran
teori maupun praktek.
Pendapat mengenai peristiwa sebagai sumber data dikemukakan oleh
Sutopo bahwa data atau informasi juga akan dikumpulkan dari berbagai
peristiwa, aktivitas, atau perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan
sasaran atau permasalahan penelitian (2002: 51-52). Peristiwa, aktivitas, atau
perilaku yang diamati dalam penelitian ini adalah peristiwa yang terjadi
selama proses pembelajaran cetak saring, baik itu saat proses pelajaran teori
maupun praktek.
3. Dokumen dan Arsip
Pengertian dokumentasi dan arsip dikemukakan oleh Sutopo (2002: 54)
bahwa dokumen adalah rekaman atau bukti yang berupa catatan (tertulis), foto
(gambar) atau film atau rekaman suara, dan peninggalan-peninggalan yang
berkaitan dengan aktivitas atau peristiwa tertentu sedangkan arsip adalah
surat-surat penting yang bersifat formal dan terencana dan merupakan catatan
rekaman dalam sebuah organisasi atau instansi. Berdasarkan pengertian
tersebut, perbedaan antara dokumen dan arsip dapat dilihat dari sifatnya,
dokumen bersifat nonformal sedangkan arsip bersifat formal. Untuk mengkaji
sebuah dokumen dan arsip, penelitian sebaiknya tidak hanya mencatat apa
yang tertulis, tetapi juga berusaha menggali dan menangkap makna yang
tersirat dari dokumen dan arsip tersebut.
Dokumen dan arsip yang telah dikaji dalam penelitian ini antara lain:
kurikulum Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta, silabus
mata pelajaran produktif cetak saring, RPP mata pelajaran produktif cetak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
saring, dan raport hasil belajar siswa Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil
SMK Negeri 9 Surakarta.
D. Teknik Pengambilan Sampel (Cuplikan)
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yang bersifat
purposive sampling atau sampel bertujuan. Pendapat mengenai purposive
sampling Purposive
sampling adalah teknik untuk memilih informan yang dianggap mengetahui
masalah secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang
mantap 02: 56).
Teknik ini dipilih karena dalam proses pengumpulan data, pilihan
informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kevalidan data. Satuan
kajian atau sampel yang telah di purposive dalam penelitian ini adalah siswa kelas
XI Program Keahlian Kriya Tekstil dan guru mata pelajaran produktif cetak
saring, sehingga pengumpulan data akan dipusatkan disekitar mereka.
Data yang telah dikumpulkan adalah data-data mengenai proses
pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK
Negeri 9 Surakarta. Data-data tersebut adalah:
1. Laporan hasil wawancara dengan para informan, yaitu: Bapak Joko Agus
Pambudi, S.Sn., Bapak Drs. Budi Susanto, Wika, Ayu Heni Puspitasari,
Jatmini, Tutik Kurnia Sari, Indri Mayarita, dan Eko Siti Wahyuni.
2. Foto saat pembelajaran berlangsung dan dokumentasi hasil karya siswa.
3. Kurikulum Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta.
4. Silabus mata pelajaran produktif cetak saring.
5. RPP mata pelajaran cetak saring.
6. Raport hasil belajar siswa Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK
Negeri 9 Surakarta.
E. Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data merupakan langkah bagi peneliti yang harus
digunakan dalam mengadakan suatu penelitian agar memperoleh data sesuai
dengan yang diharapkan dan dapat dipertanggung jawabkan. Teknik pengumpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
1. Wawancara
Definisi wawancara menurut Swewart dan Cash dalam (Herdiansyah,
didalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab,
perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Wawancara bukanlah suatu
kegiatan dengan kondisi satu orang melakukan/memulai pembicaraan
Tujuan wawancara secara lengkap dikemukakan oleh Nasution yaitu
pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-
Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur atau sering
disebut wawancara mendalam. Pengertian wawancara tidak terstruktur
tidak terstruktur, yaitu wawancara yang lebih bebas, lebih mendalam, dan
menjadikan pedoman wawancara sebagai pedoman umum dan garis-garis
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan pertanyaan yang
open-ended dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan
cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subjek
yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar
bagi penggalian informasi yang lebih mendalam lagi.
Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan peneliti cenderung
bersifat luwes. Susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan hampir selalu
berubah disesuaikan dengan kondisi, karakter, serta kedudukan informan. Cara
peneliti bertanya kepada guru mata pelajaran cetak saring cenderung lebih
sopan sedangkan saat bertanya kepada para siswa cenderung lebih santai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dengan mengunakan bahasa sehari-hari. Wawancara dalam penelitian ini
dilakukan kepada:
a. Guru mata pelajaran produktif cetak saring di kelas XI Program Keahlian
Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta.
1) Bapak Joko Agus Pambudi, S.Sn. yang diwawancarai pada tanggal
19 Mei 2012.
2) Bapak Drs. Budi Susanto yang diwawancarai pada tanggal 19 Mei
2012.
b. Siswa kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta
yang dipilih berdasarkan perbandingan nilai raport yang selama ini
mereka peroleh, yaitu yang hasil raportnya kurang baik, cukup baik dan
baik. Masing-masing dipilih 2 siswa, jadi dari 32 siswa, yang telah
diwawancarai berjumlah 6 siswa yaitu:
1) Wika, diwawancarai pada tanggal 12 Mei 2012.
2) Ayu Heni Puspitasari, diwawancarai pada tanggal 12 Mei 2012.
3) Jatmini, diwawancarai pada tanggal 12 Mei 2012.
4) Tutik Kurnia Sari, diwawancarai pada tanggal 12 Mei 2012.
5) Indri Mayarita, diwawancarai pada tanggal 12 Mei 2012.
6) Eko Siti Wahyuni, diwawancarai pada tanggal 12 Mei 2012.
2. Observasi
Definisi dari observasi dikemukakan oleh Cartwright dan Cartwright
dalam (Herdiansyah, 2010: 131) yaitu uatu proses melihat, mengamati,dan
perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan
Tujuan mengenai teknik observasi dikemukakan oleh Sutopo bahwa
berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar (2002:
64). Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Patton dalam (Afifuddin dan
Saebani adalah mendeskripsikan setting yang
dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang
Penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung karena peneliti
mendatangi lokasi penelitian secara langsung, yaitu di bengkel tekstil SMK
Negeri 9 Surakarta dan mengadakan pengamatan terhadap proses
pembelajaran cetak saring. Peneliti juga telah berperan pasif agar kehadiran
peneliti tidak mengganggu proses pembelajaran cetak saring yang tengah
berlangsung. Kegiatan peneliti hanya mengamati dan mencatat proses
pembelajaran cetak saring.
3. Dokumentasi
Definisi mengenai dokumentasi dikemukakan oleh Herdiansyah (2010:
143) bahwa:
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan. Pandangan mengenai teknik dokumentasi juga dikemukakan oleh
sumber manusia atau human resources, melalui observasi atau wawancara.
Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, di
antaranya dokumen, foto dan bahan statistik (1996: 85). Keuntungan dari data
non human resources ini adalah sumber data ini kebanyakan sudah tersedia di
lapangan dan siap pakai.
Bila data yang terdapat dalam berbagai dokumen ini melimpah, seorang peneliti dapat membangun suatu grounded theory. Berdasarkan apa yang diungkapkan subjek lewat narasinya, dan dikonfrontasikan dengan data dari sumber-yang pada tahap akhirnya dapat dikonfirmasikan oleh subjek penelitian, atau anggota kelompoknya seandainya yang bersangkutan tidak bisa dihubungi lagi atau sudah meninggal dunia. (Mulyana, 2006: 198).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Dokumentasi merupakan langkah yang telah ditempuh dalam penelitian
ini untuk mendapatkan data berupa: foto pembelajaran cetak saring dan
dokumentasi hasil karya siswa, Kurikulum Program Keahlian Kriya Tekstil
SMK Negeri 9 Surakarta, Silabus mata pelajaran produktif cetak saring, RPP
mata pelajaran cetak saring, dan Raport hasil belajar siswa Kelas XI Program
Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta.
F. Uji Validitas Data
Data merupakan sesuatu yang harus diuji kebenaran dan keabsahannya
setelah berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian.
Peneliti harus mampu memilih dan menentukan cara yang tepat untuk
mengembangkan validitas data yang diperolehnya.
Pandangan mengenai uji validitas data dikemukakan oleh Sutopo bahwa
peneliti dapat memperoleh suatu keabsahan data dalam penelitian kualitatif antara
lain menggunakan teknik triangulasi dan review informan (2002: 77-78).
Berpijak pada pandangan Sutopo tersebut maka uji validitas data dalam
penelitian ini dilakukan melalui triangulasi sumber atau yang biasa disebut
triangulasi data dan review informan.
1. Triangulasi Sumber
Definisi dari triangulasi dikemukakan oleh Moleong (2001: 178) bahwa
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembandi .
Tujuan triangulasi ialah menchek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan pada waktu yang berlainan, dan sering dengan menggunakan metode yang berlainan. Procedure ini sangat banyak memakan waktu, akan tetapi di samping mempertinggi validitas juga memberikan kedalaman hasil penelitian. (Nasution, 1996: 115). Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, yaitu peneliti
membandingkan data yang diperoleh dengan data lainnya atau sumber lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
untuk saling melengkapi sehingga diperoleh kebenaran dan keabsahan data.
Hal ini serupa dengan pendapat Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa:
Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupun sumber yang berbeda jenisnya (hlm. 79). Dalam penelitian ini, triangulasi sumber digunakan untuk menutup
kekurangan data dari salah satu informan yang dapat dilengkapi oleh informan
lainnya sehingga data hasil wawancara dapat teruji kebenaran dan
keabsahannya. Tringulasi sumber dalam penelitian ini yaitu membandingkan
hasil wawancara dari para siswa kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil
dengan guru mata pelajaran produktif cetak saring.
2. Review Informan
Review informan diartikan sebagai pemeriksaan kembali data-data yang
terkumpul terhadap sumber-sumber informasi untuk mendapatkan kebenaran
dan keabsahan dari data-data tersebut. Review informan dilakukan pada saat
pengumpulan data dirasa cukup lengkap. Sajian data yang telah disusun perlu
dikomunikasikan dengan informannya, walaupun sajian data tersebut mungkin
belum utuh dan menyeluruh.
Laporan hasil wawancara dalam penelitian ini telah dicek kembali oleh
para informan yaitu guru mata pelajaran produktif cetak saring dan para siswa
kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta sehingga
data-data yang diperoleh peneliti terbukti kebenaran dan keabsahannya.
G. Analisis Data
Pengertian mengenai analisis data dikemukakan oleh Afifuddin dan
Saebani (2009: 145
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan
. Tujuan dari analisis data adalah menemukan teori.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan model analisis
interaktif. Proses penyeleksian data dalam model analisis ini berlangsung dari
awal penelitian dan direduksi untuk disajikan dalam bentuk teks naratif, tabel,
gambar, dan rekaman visual. Langkah berikutnya adalah menginterpretasikan data
tersebut sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan. Menurut pandangan Miles
bersamaan yaitu:
(1992: 16). Berdasarkan pandangan Miles dan Huberman maka penelitian ini
menggunakan ketiga alur tersebut.
1. Reduksi Data
Pandangan mengenai reduksi data dikemukakan oleh Sutopo bahwa
data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan
proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote
(2002: 91).
Reduksi data dimulai dari awal pengambilan keputusan tentang
kerangka kerja, pemilihan topik atau rumusan masalah, menyusun pertanyaan
penelitian, sampai menentukan langkah-langkah pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini. Pada tahap ini, laporan lapangan yang
dianggap sebagai bahan mentah, disusun secara sistematis, dipilih data-data
pokok yang penting, difokuskan dan dicari tema serta polanya agar lebih
mudah untuk disimpulkan.
2. Sajian Data
Komponen analisis data yang kedua dalam penelitian ini adalah sajian
data. Sajian data merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan
sistematis sehingga memungkinkan peneliti untuk memahami dan
menganalisis data-data yang telah diperoleh guna mempermudah proses
penarikan kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pandangan mengenai sajian data dikemukakan oleh Sutopo bahwa
telah dirumuskan
sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan
deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab
Masalah dalam penelitian ini yaitu mengenai pembelajaran cetak saring
di kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta yang
dilihat dari: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, motede pembelajaran,
media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan hasil belajar cetak saring.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan proses analisis data setelah reduksi
data dan sajian data. Analisis yang dilakukan akan tampak jelas setelah
peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Mulai dari awal pengumpulan data,
peneliti harus memahami dan menangkap makna dari berbagai hal yang
ditemuinya. Proses verifikasi dilakukan setiap saat, selama penelitian ini
berlangsung.
Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan (Sutopo, 2002: 93).
Ketiga unsur analisis di atas saling berhubungan dan berlangsung terus
menerus selama penelitian ini berlangsung. Saat pengumpulan data berakhir,
peneliti akan bergerak diantara ketiga komponen analisis tersebut dengan
memanfaatkan waktu yang tersisa. Proses analisis yang akan digunakan oleh
peneliti ini disebut sebagai model analisis interaktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Bagan 3.1. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2002: 96)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap yang dilakukan oleh seorang
peneliti dalam melakukan sebuah penelitian. Tahap-tahap yang telah ditempuh
peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan dalam penelitian ini meliputi kegiatan: a) Memilih
lokasi penelitian, yaitu di kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK
Negeri 9 Surakarta, b) Menyusun rancangan yang berupa proposal penelitian,
c) Mengurus perizinan, yaitu surat izin dari Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, d) Mengadakan observasi
lapangan, e) Menyiapkan perlengkapan penelitian.
2. Tahap Observasi Lapangan
Tahap observasi lapangan merupakan aktivitas untuk mengetahui dan
mengkaji lebih jauh tentang objek penelitian. Tujuan dari tahap ini adalah
untuk mendapatkan data dengan cara: a) Mengumpulkan data dengan
observasi, b) Mengadakan wawancara dengan para informan, c) Membuat
dokumentasi dengan memotret aktivitas di lapangan, d) Pengayaan review
informan terhadap proses pembelajaran cetak saring.
Pengumpulan Data
Penarikan Simpulan / Verifikasi
Reduksi Data Sajian Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data dilakukan setelah data-data yang diperlukan
terkumpul. Tahap analisis data dalam penelitian ini meliputi: a) Reduksi data,
b) Sajian data, c) Penarikan simpulan dan verifikasi.
4. Tahap Penyusunan Laporan
Tahap terakhir dari prosedur penelitian ini adalah menyusun hasil
laporan dari awal pelaksanaan hingga akhir penelitian, sampai tersusun skripsi
secara lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian SMK Negeri 9 Surakarta atau yang lebih dikenal dengan nama SMSR
(Sekolah Menengah Seni Rupa) terletak di Jl. Tarumanegara, Banyuanyar,
Banjarsari, Surakarta. Sekolah ini telah bersertifikat ISO 9001: 2008 dan
merupakan Rintisan Sekolah Berstandart Internasional (RSBI).
Gambar 4.1 Pintu Gerbang SMK Negeri 9 Surakarta (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Tujuan SMK Negeri 9 Surakarta adalah: 1) Menciptakan tamatan yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. 2) Membekali
peserta didik untuk mengembangkan kepribadian akademik dan dasar keahlian
yang kuat dan benar melalui pembelajaran normatif, adaptif dan produktif. 3)
Menyiapkan siswa untuk mampu memasuki dunia kerja serta mengembangkan
sikap profesionalisme dan mampu berwirausaha. 4) Memberikan pengalaman
yang sesungguhnya agar siswa menguasai keahlian produktif berstandart budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
industri yang berorientasi kepada standart mutu, nilai-nilai ekonomi serta
membentuk etos kerja yang tinggi, produktif dan kompetitif. 5) Mewujudkan
status sekolah menjadi SMK berstandart internasional.
Misi SMK Negeri 9 Surakarta adalah: 1) Membentuk tamatan yang
berkepribadian unggul dan mampu mengembangkan diri di era global. 2)
Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing di lapangan kerja. 3)
Menyiapkan wirausahawan yang tangguh dalam bidang seni kerajinan dan
teknologi. 4) Menyiapkan SMK Negeri 9 Surakarta sebagai SMK berstandar
Nasional dan Internasional.
Visi SMK Negeri 9 Surakarta adalah: Mewujudkan SMK Negeri 9
Surakarta sebagai sumber daya manusia profesional dalam bidang seni, kerajinan
dan teknologi yang mampu menghadapi era global.
SMK Negeri 9 Surakarta menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Pengembangan dan penyempurnaan kurikulun ini dilakukan
sepenuhnya oleh pihak sekolah sekaligus merupakan aktualisasi pengembangan
kemampuan profesional guru dalam hal pengembangan kurikulum. Kurikulum ini
selalu mengalami penyempurnaan agar dapat disesuaikan dengan perkembangan
dan tuntutan dunia kerja yang berorientasi kepada sekolah menengah kejuruan.
Kompetensi sebagai materi pembelajaran di SMK Negeri 9 Surakarta
diorganisasi menjadi tiga kelompok yaitu: normatif, adaptif, dan produktif.
Program nornatif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk
peserta didik sebagai pribadi yang utuh, pribadi yang memiliki norma-norma
sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, sebagai warga negara
Indonesia atau sebagai warga negara dunia. Program ini memuat kompetensi-
kompetensi tentang norma, sikap, dan perilaku. Program adaptif adalah kelompok
mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik agar memiliki
kemampuan berkembang dan beradaptasi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, tekhnologi, dan seni. Program ini menjadi dasar-dasar kejuruan
yang berkaitan dengan program keahlian yang dipelajari oleh peserta didik.
Program produktif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali
peserta didik agar memiliki kompetensi dasar pada suatu keahlian tertentu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
sesuai dengan tuntutan dan permintaan dunia kerja. Program produktif memiliki
standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan nilai 75.00 pada masing-
masing mata pelajarannya.
Fasilitas di SMK Negeri 9 Surakarta adalah: gedung dua lantai, bengkel
kayu, bengkel tekstil, bengkel seni rupa murni, bengkel logam, laboratorium
multimedia, laboratorium animasi, bengkel tata busana, laboratorium DKV
(Desain Komunikasi Visual), laboratorium TKJ, laboratorium bahasa, 22 ruang
teori yang dipergunakan untuk pembelajaran normatif dan adaptif, perpustakaan,
digital library, koperasi, 2 kantin siswa, musholah, UKS, ruang PTT (Pameran
Tidak Tetap), lapangan basket, lapangan voli, taman, telepon umum, WAN (Wide
Area Network) atau Free Hotspoot Area Unlimited Acces, parkir kendaraan, dan
kamera CCTV yang dipasang di beberapa ruangan.
Tenaga pengajar di SMK Negeri 9 Surakarta berjumlah 121 pendidik,
yang terdiri dari: 30 guru adaptif, 18 guru normatif, 9 guru produktif kriya kayu,
11 guru produktif kriya tekstil, 7 guru produktif kriya logam, 7 guru produktif
seni rupa murni, 7 guru produktif multimedia, 6 guru produktif DKV (Desain
Komunikasi Visual), 7 guru produktif tata busana, 6 guru produktif animasi, 7
guru produktif TKJ, dan 4 guru BK.
SMK Negeri 9 Surakarta telah memiliki sembilan program keahlian yaitu:
Program Keahlian Kriya Kayu, Program Keahlian Kriya Tekstil, Program
Keahlian Seni Rupa Murni, Program Keahlian Kriya Logam, Program Keahlian
Multimedia, Program Keahlian Animasi, Program Keahlian Tata Busana,
Program Keahlian DKV (Desain Komunikasi Visual), dan Program Keahlian
TKJ.
Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta bertujuan untuk:
1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik. 2) Mendidik peserta
didik agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab. 3) Mendidik peserta
didik agar dapat menerapkan hidup sehat, memiliki wawasan pengetahuan dan
seni. 4) Mendidik peserta didik dengan keahlian dan keterampilan program
keahlian kriya tekstil agar dapat bekerja baik secara mandiri atau mengisi
lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
kerja tingkat menengah. 5) Mendidik peserta didik agar mampu memilih karir,
berkompetisi, dan mengembangkan sikap profesional dalam program keahlian
kriya tektil. 6) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan sebagai bekal bagi yang berminat untuk melanjutkan pendidikan.
Gambar 4.2. Bengkel Tekstil (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Visi Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta adalah:
Menciptakan sumber daya manusia yang profesional di bidang kriya tekstil sesuai
dengan kebutuhan dunia usaha atau industri.
Fasilitas yang disediakan di bengkel tekstil adalah: 2 ruang teori, ruang
batik beserta alat dan bahan membatik, ruang gelap untuk pembelajaran cetak
saring beserta alat dan bahan yang diperlukan, ruang desain beserta meja desain,
LCD proyektor, ruang jahit beserta mesin jahit, dan pompa air serta bak pencucian
di luar bengkel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 4.3. Fasilitas di Bengkel Tekstil (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil terdiri dari 32 siswa perempuan.
Mata pelajaran produktif yang diajarkan di kelas XI ini adalah: batik tulis, batik
celup, jahit, makrame, tenun, sulam, dan cetak saring. Mata pelajaran produktif
cetak saring dalam 1 minggu terdiri dari 1 pertemuan (tatap muka), 1 pertemuan
(tatap muka) terdiri dari 4 jam pelajaran, dan 1 jam pelajaran terdiri dari 45 menit.
Mata pelajaran ini diberikan pada hari sabtu pada jam pelajaran pertama sampai
keempat.
B. Pelaksanaan Pembelajaran Cetak Saring
1. Tujuan Pembelajaran Cetak Saring
a. Pertemuan Pertama
Indikator yang tercantum di silabus maupun RPP yang dibuat oleh
guru pada pertemuan pertama ini adalah: melakukan persiapan kerja
membuat karya cetak saring dengan film / kodactrace.
Tujuan pembelajaran cetak saring pada pertemuan pertama sesuai
dengan RPP yang dibuat oleh guru yaitu peserta didik mampu: 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Menjelaskan dan memahami rambu-rambu tentang kesehatan dan
keselamatan kerja (K3). 2) Menjelaskan dan memahami jenis, sifat dan
fungsi dari alat serta bahan yang digunakan.
Berkaitan dengan hal ini, Bapak Joko Agus Pambudi, S.Sn., selaku
salah satu guru mata pelajaran produktif cetak saring memaparkan:
Sebelum memulai pembelajaran praktik menyablon, para siswa perlu kami jelaskan apa saja yang berhubungan dengan sablon. Biasanya dalam teori pengantar praktek ini kami menjelaskan tentang pengertian sablon atau cetak saring, sejarah dan perkembangannya, alat dan bahan yang dipergunakan, dan yang paling penting adalah bagaimana langkah-langkah membuat karya cetak saring yang sesuai dengan pedoman. Sebetulnya menyablon itu mudah dan tidak berbahaya namun untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, tetap saja mereka harus tahu tentang K3. Karenanya siswa-siswa perlu diberikan gambaran tentang sablon diawal perte (11 Februari 2012).
Pertemuan pertama ini merupakan pengenalan kepada peserta didik
mengenai cetak saring. Beberapa dari peserta didik ada yang belum
mengetahui tentang cetak saring atau sablon, karena itu diharapkan dengan
teori yang diberikan sebelum kegiatan praktek ini mampu memberikan
gambaran tentang cetak saring.
b. Pertemuan Kedua sampai Ketujuh
Indikator yang tercantum di silabus maupun RPP yang dibuat oleh
guru pada pertemuan kedua sampai ketujuh ini adalah: melaksanakan
proses kerja pembuatan karya cetak saring dengan film / kodactrace.
Tujuan pembelajaran cetak saring pada pertemuan kedua sampai
ketujuh adalah peserta didik mampu: 1) Menjelaskan dan memahami
pengertian desain. 2) Menjelaskan dan memahami unsur-unsur desain. 3)
Menjelaskan dan memahami prinsip-prinsip desain. 4) Menjelaskan dan
memahami contoh-contoh desain motif yang sesuai pedoman. 5) Membuat
desain motif cetak saring untuk t-shirt. syal, dan sapu tangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 4.4. Desain pada Kertas Gambar Karya Eka Maryana (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
c. Pertemuan Kedelapan sampai Ketiga Belas
Indikator yang tercantum pada pertemuan kedelapan sampai ketiga
belas masih sama dengan pertemuan kedua sampai ketujuh, yaitu:
melaksanakan proses kerja pembuatan karya cetak saring dengan film /
kodactrace.
Tujuan pembelajaran cetak saring pada pertemuan kedelapan
sampai ketiga belas adalah peserta didik mampu: 1) Menjelaskan dan
memahami cara membuat diapositif. 2) Membuat diapositif dari desain
yang telah dibuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Gambar 4.5. Diapositif pada Mika Karya Eka Maryana (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut, Bapak Joko Agus
Pambudi, S.Sn. mengutarakan:
e positif merupakan desain yang telah dipindahkan oleh siswa ke kertas transparan, biasanya kami menggunakan mika. Diapositif ini nantinya yang akan dipindahkan ke screen menggunakan teknik penyinaran. Dalam membuat desain, karena mereka masih pemula, kami sebagai guru cukup menyarankan satu atau dua warna saja yang nantinya akan disablonkan. Tapi karena untuk proses pembelajaran, mereka harus bisa memisahkan berbagai warna, karena itu dalam pembelajaran ini, minimal mereka membuat desain dengan 3 warna, namun nanti yang dicetak ke kain atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
d. Pertemuan Keempat Belas dan Kelima Belas
Indikator yang tercantum pada pertemuan keempat belas dan
kelima belas masih sama dengan pertemuan kedua sampai keempat belas,
yaitu: melaksanakan proses kerja pembuatan karya cetak saring dengan
film / kodactrace.
Tujuan pembelajaran cetak saring pada pertemuan keempat belas
dan kelima belas adalah peserta didik mampu: 1) Menjelaskan dan
memahami langkah-langkah proses afdruk. 2) Melakukan proses afdruk
dengan benar (sesuai prosedur).
e. Pertemuan Keenam Belas sampai Kedelapan Belas
Indikator yang tercantum pada pertemuan keenam belas sampai
kedelapan belas masih sama dengan pertemuan kedua sampai kelima
belas, yaitu: melaksanakan proses kerja pembuatan karya cetak saring
dengan film / kodactrace
Tujuan pembelajaran cetak saring pada pertemuan keenam belas
sampai kedelapan belas adalah peserta didik mampu: 1) Menjelaskan dan
memahami langkah-langkah proses pencetakan. 2) Melakukan proses
mencetakan dengan benar (sesuai prosedur).
f. Pertemuan Kesembilan Belas
Indikator yang tercantum pada pertemuan kesembilan belas yaitu:
penyelesaian akhir (finishing).
Tujuan pembelajaran cetak saring pada pertemuan kesembilan
belas adalah peserta didik mampu: melakukan kegiatan fiksasi warna
dengan benar (sesuai prosedur).
g. Pertemuan Kedua Puluh
Indikator yang tercantum pada pertemuan kedua puluh masih sama
dengan pertemuan kesembilan belas, yaitu: penyelesaian akhir (finishing).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tujuan pembelajaran cetak saring pada pertemuan kedua puluh
adalah peserta didik mampu membuat kemasan, jahitan, assesoris,
bingkai, atau label identitas karya.
2. Materi Pembelajaran Cetak Saring
Guru selalu melakukan kegiatan pendahuluan sebelum memberikan
materi pembelajaran kepada peserta didik disetiap pertemuan. Kegiatan
pendahuluan yang selalu dilakukan oleh guru adalah berdoa bersama yang
dilanjutkan presensi kehadiran peserta didik. Guru juga melakukan kegiatan
motivasi dan apersepsi. Kegiatan ini penting dilakukan diawal pertemuan
agar peserta didik termotivasi untuk menerima materi pembelajaran. Kegiatan
apersepsi juga tidak kalah penting karena dengan kegiatan ini, baik guru
maupun peserta didik dapat mengetahui persepsi atau pandangan mengenai
materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru kemudian menjelaskan
kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik setelah mereka
memperoleh materi yang akan diberikan. Guru menjelaskan garis besar
materi yang akan diterima oleh peserta didik, jika materi tersebut adalah
materi praktikum maka guru menjelaskan langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh peserta didik sesuai dengan pedoman agar tidak terjadi
kecelakaan kerja. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk
membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Gambar 4.6. Guru Melakukan Kegiatan Motivasi dan Apersepsi (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Kegiatan inti terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Eksplorasi merupakan kegiatan pencarian informasi mengenai meteri
pembelajaran yang sedang disampaikan guru. Peserta didik dilibatkan secara
aktif dalam pencarian informasi ini melalui berbagai sumber pembelajaran
namun yang biasa mereka pergunakan adalah buku. Guru selalu
memfasilitasi terjadinya interaksi dan percobaan yang dilakukan oleh peserta
didik. Elaborasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik secara
tekun dan cermat. Guru dalam kegiatan teori membiasakan peserta didik
untuk berpikir, menganalisa, dan menyelesaikan tugas yang diberikan tanpa
rasa takut dan saat praktikum selalu memfasilitasi dalam kegiatan prktikum
serta menyajikan hasil kerja baik secara individu maupun kelompok.
Konfirmasi merupakan kegiatan penegasan dari kegiatan eksplorasi dan
elaborasi. Guru dalam kegiatan ini selalu memberikan umpan balik terhadap
pekerjaan peserta didik, membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
peserta didik saat pembelajaran berlangsung, serta memberikan acuan dan
motivasi.
Gambar 4.7. Kegiatan Elaborasi: Peserta Didik Melakukan Proses Pencetakan (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri pembelajaran. Pada kegiatan penutup, guru membuat simpulan
hasil pembelajaran, menyampaikan materi pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya, presensi akhir, dan berdoa bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar 4.8. Guru Melakukan Kegiatan Penutup (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Materi pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya
Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta disesuaikan dengan kurikulum, silabus, dan
RPP. Standar kompetensinya adalah: membuat kriya tekstil dengan teknik
cetak saring. Kompetensi dasarnya adalah: membuat kriya tekstil cetak saring
dengan film / kodactrace. Materi pembelajarannya meliputi: 1) Rambu-rambu
tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3). 2) Jenis, sifat, dan fungsi dari
alat serta bahan yang digunakan. 3) Pembuatan desain cetak saring. 4)
Pembuatan diapositif. 5) Proses afdruk. 6) Proses Pencetakan. 7) Fiksasi
Warna. 8) Pengemasan.
a. Rambu-rambu tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Rambu-rambu tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
merupakan materi teori pengantar praktik yang diberikan pada pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
pertama. Materi ini wajib diketahui oleh peserta didik sebelum mereka
melakukan praktikum. Tujuan dari pemberian materi ini adalah agar
peserta didik dapat mempersiapkan alat dan bahan, melakukan langkah-
langkah proses cetak saring dengan benar dan sesuai pedoman sehingga
terhindar dari kecelakaan kerja.
Guru menjelaskan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan saat
praktik agar terhindar dari kecelakaan kerja adalah: memakai pakaian
kerja, memperhatikan petunjuk penggunaan alat dan bahan,
mempersiapkan PPPK, menggunakan alat dan bahan sesuai fungsinya,
dan membersihkan serta mengatur kembali alat dan bahan yang telah
digunakan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Bapak Drs. Budi Susanto selaku
salah satu guru mata pelajaran produktif cetak saring menuturkan:
ebenarnya K3 itu sangat penting diterapkan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan saat praktik. Contohnya, saat anak-anak membersihkan atau mencuci screen menggunakan Ulano 8, mereka harus memakai sarung tangan sebab bila Ulano 8 ini mengenai kulit kita, akan terasa panas dan perih, apalagi bila kulit mereka sensitif. Pakaian kerja juga perlu dipakai, misalnya saat proses pencetakan, pakaian ini juga berfungsi melindungi kulit dari bahan-bahan cetak seperti binder, pigmen, dan lain sebagainya. Selain melindungi kulit, pakaian ini juga akan melindungi seragam sekolah mereka agar tidak terkena bahan-
b. Jenis, Sifat, dan Fungsi dari Alat serta Bahan yang Digunakan
Materi tentang sifat, dan fungsi dari alat serta bahan yang
memberikan materi ini, selain berbicara tentang alat dan bahan yang
digunakan dalam proses cetak saring, juga menambahkan materi
pendukung. Materi tersebut adalah: pengertian cetak saring, sejarah dan
perkembangan cetak saring, serta contoh-contoh karya cetak saring.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Pada kegiatan inti, guru menerangkan materi pembelajaran
sedangkan peserta didik memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal
penting yang disampaikan oleh guru. Sesekali guru bertanya kepada
peserta didik, sehingga terjadi interaksi. Pada akhir pertemuan, guru
memberikan tugas rumah kepada peserta didik berupa soal essay.
c. Pembuatan Desain Cetak Saring
Materi mengenai pembuatan desain cetak saring diberikan pada
pertemuan kedua sampai ketujuh. Pembelajaran pada pertemuan kedua
dan ketiga masih seputar teori pengantar praktik. Pada pertemuan kedua,
45 menit pertama, guru masih mengulang materi pelajaran sebelumnya
yaitu mengenai: pengertian cetak saring, sejarah dan perkembangan cetak
saring, alat dan bahan cetak saring, proses cetak saring, dan
memperlihatkan contoh-contoh karya cetak saring. Berdasarkan contoh
karya cetak saring tersebut, guru mulai memfokuskan ke desain. Jam
pelajaran kedua digunakan oleh guru untuk membahas teori tentang
desain. Adapun teori yang dibahas seputar pengertian desain, unsur-unsur
desain, prinsip-prinsip desain, dan contoh-contoh desain yang sesuai
pedoman. Materi teori desain ini berlangsung sampai pertemuan ketiga.
Pertemuan keempat, guru memberikan tugas kepada peserta didik
untuk membuat beberapa desain alternatif yang nantinya akan digunakan
untuk membuat karya kriya tekstil dengan teknik cetak saring. Pembuatan
desain ini dilaksanakan sampai pertemuan ketujuh.
Alat dan bahan yang dipergunakan oleh peserta didik dalam
membuat desain adalah: pensil, karet penghapus, kertas HVS, kertas
gambar ukuran A4, dan pensil warna, peserta didik juga diperbolehkan
menggunakan meja gambar yang ada di ruang desain bengkel tekstil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 4.9. Alat dan Bahan untuk Membuat Desain (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Sebenarnya untuk membuat beberapa desain, waktu yang diberikan
sudah cukup banyak, namun masih ada beberapa peserta didik yang
mengatakan bahwa waktu yang diberikan tidak cukup. Beberapa peserta
didik ada yang senang dengan kegiatan mendesain, namun adapula yang
tidak suka mendesain.
Berbagai tanggapan peserta didik saat mendisain, antara lain:
agak malas. Mending kalau hanya mencontoh gambar lainnya, tinggal dijiplak di ruang desain menggunakan meja gambar, sudah jadi. Ini disuruh sekreatif mungkin, jadinya gambarnya agak jelek. Tugasnya juga bukan cuma satu atau dua gambar, tapi sebanyak mungkin, padahal nan2012).
suka justru saat mewarnai desainnya.
Mendesainnya juga asyik, tapi mewarnai lebih asyik. Kalau saat di bengkel, karena suasana saat mendesain ramai, jadi tidak dapat menemukan ide. Kebanyakan desain saya justru saya buat saat di rumah. Selain suasananya tenang juga banyak benda-benda di sekitar rumah yang memberikan inspirasi. Misalnya saat pulang sekolah lewat sawah, saya mendapat ide membuat desain tentang
( 11 Februari 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 4.10. Peserta Didik Mendesain di Ruang Desain (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Peserta didik dalam membuat desain kebanyakan hanya mencontoh
desain-desain yang sudah ada. Sebagian besar dari mereka masih belum
mau untuk berimajinasi. Mereka cenderung memanfaatkan meja gambar
di bengkel tekstil untuk menjiplak. Ada pula beberapa peserta didik yang
hanya menjiplak desain-desain tersebut sebagian saja dan dikembangkan
menurut kreativitas peserta didik tersebut.
Guru selalu mengingatkan bahwa jika mendesain, peserta didik
harus memanfaatkan kreativitas mereka. Mereka jangan hanya bisa
mejiplak desain-desain yang sudah ada, karena desain-desain yang
mereka contoh itu pasti telah memiliki hak cipta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.11. Desain Alternatif Peserta Didik yang Menjiplak Karakter Kartun Hello Kitty
(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Berkaitan dengan hal tersebut, Bapak Joko Agus Pambudi, S.Sn.
selaku salah satu guru mata pelajaran produktif cetak saring mengatakan
bahwa:
agar jangan mendesain dengan cara mencontoh atau menjiplak desain-desain yang sudah ada. Misalnya Donald Bebek, itu kan karakter kartun yang terkenal di dunia, pasti sudah memiliki hak cipta. Seandainya mereka mencontoh desain Donald Bebek itu kemudian mereka menyablon desain tersebut di kaos dan memakai kaos itu untuk jalan-jalan ke mall. Tak tahunya saat di mall bertemu dengan si desainer Donald Bebek tersebut, bisa saja desainer itu menuntut siswa tersebut sebagai plagiat. Sebenarnya dalam mendesain itu tidak harus murni 100% hasil kreativitas kita sendiri. Misalnya desain Donald Bebek tadi, kita bisa mengubah baju yang dipakai si Donald Bebek, yang biasanya memakai pakaian pelaut, kita ubah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
menjadi berbusana jawa. Dengan begitu kita sudah bisa lepas dari tuduhan plagiat karena desain yang ada tersebut sudah kita kembangkan sesuai kreativitas kita 2012).
Gambar 4.12. Desain Alternatif Peserta Didik yang Mengembangkan Desain-desain yang telah Ada
(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Pada pertemuan kelima, rata-rata peserta didik sudah
mengkonsultasikan desain yang mereka gambar kepada guru. Guru
memberikan masukan kepada peserta didik agar desain mereka menjadi
sempurna. Peserta didik yang desainnya telah di setujui oleh guru dapat
memindahkan desain tersebut ke kertas gambar kemudian mewarnainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Gambar 4.13. Desain yang telah Dipindahkan ke Kertas Gambar dan Diwarnai Karya Endah Puspitosari (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
d. Pembuatan Diapositif
Materi mengenai pembuatan film diapositif diberikan pada
pertemuan kedelapan sampai ketiga belas. Klise diapositif adalah sebuah
gambar atau desain motif diatas bahan transparan yang nantinya akan
dipindahkan ke screen melalui proses afdruk (pencahayaan) agar menjadi
klise negatif. Pada pertemuan kedelapan masih terlihat beberapa peserta
didik yang mewarnai desain mereka. Pada awal pelajaran, guru
memberikan penjelasan ulang mengenai langkah-langkah membuat klise
diapositif seperti yang telah dijelaskan pada pertemuan pertama.
Tugas yang diberikan kepada peserta didik pada materi ini adalah:
membuat klise diapositif dengan tiga warna dari desain yang telah
disetujui oleh guru.
Alat dan bahan yang diperlukan dalam membuat klise diapositif
adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
1) Mika
Mika digunakan sebagai film diapositif yang berfungsi untuk
memisahkan desain motif tiap warna, satu mika untuk satu warna.
Gambar 4.14. Klise Diapositif pada Mika Karya Eva Wahyu Wulandari (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
2) Opeque ink
Opaque ink merupakan bahan yang digunakan untuk menggambar
desain motif pada mika, yang berfungsi sebagai pemisah warna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Gambar 4.15. Opaque Ink (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
3) Pen kodok
Pen kodok merupakan alat yang digunakan untuk memoleskan
opaque ink pada mika.
Gambar 4.16. Pen Kodok (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
4) Meja gambar
Meja gambar merupakan alat yang digunakan untuk membuat
desain dan memindahkannya ke mika. Tanpa menggunakan meja
gambar pun sebenarnya proses pembuatan diapositif dapat
berlangsung. Hal ini dikarenakan mika yang transparan sehingga
tidak perlu pencahayaan dari bawah. Peserta didik banyak yang
memanfaatkan meja gambar ini untuk membuat diapositif.
Gambar 4.17. Meja Gambar (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
5) Staples
Staples digunakan untuk melekatkan desain pada kertas gambar
dan mika sehingga dalam proses pembuatan diapositif, posisi mika
terhadap kertas gambar tidak berubah (statis). Hal ini akan
mempermudah peserta didik dalam menjiplak desain dari kertas
gambar ke mika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Gambar 4.18. Staples (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
6) Palet atau tempat air mineral
Gambar 4.19. Tempat Air Mineral yang Dimanfaatkan sebagai Palet (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Palet merupakan alat yang digunakan sebagai tempat opaque ink.
Kebanyakan peserta didik hanya memanfaatkan tempat air mineral
(Aqua) yang dipotong bagian atasnya sebagai pengganti palet.
7) Bedak
Bedak dioleskan pada mika sebelum proses pembuatan diapositif.
Pengolesan bedak ini berfungsi agar permukaan mika menjadi licin
sehingga opaque ink mudah menempel pada mika, dengan kata lain
untuk mempermudah proses pembuatan diapositif. Pembelajaran
cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK
Negeri 9 Surakarta menggunakan bedak bayi dengan merk dagang
.
Gambar 4.20 Bedak (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Langkah-langkah pembuatan diapositif dalam pembelajaran cetak
saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
1) Peserta didik menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, alat dan
bahan sudah dipersiapkan oleh pihak sekolah. Mereka tinggal
mengambilnya di gudang bengkel tekstil. Khusus untuk mika,
karena tugasnya adalah membuat diapositif dengan tiga warna
maka satu peserta didik mendapatkan tiga mika.
2) Peserta dididk mengoleskan bedak pada permukaan mika sampai
rata.
3) Peserta didik merekatkan desain pada kertas gambar dengan mika
menggunakan staples.
4) Peserta didik menuangkan opaque ink ke palet secukupnya.
5) Bila diperlukan peserta didik dapat menggunakan meja gambar
yang disediakan di ruang desain bengkel tekstil.
6) Peserta didik menggunakan pen kodok untuk mengoleskan opaque
ink ke mika (memindahkan desain dari kertas gambar ke mika).
Gambar 4.21. Pembuatan Klise Diapositif (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
7) Proses pembuatan klise diapositif, satu mika digunakan untuk satu
warna. Peserta didik membuat desain motif dengan tiga warna,
berarti tiap-tiap peserta didik membutuhkan tiga mika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Gambar 4.22. Desain dan Diapositif Karya Putri Cahya Suci (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
8) Jika peserta didik mengalami kesulitan dalam proses pembuatan
klise diapositif ini, maka boleh dikonsultasikan kepada guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 4.23. Peserta Didik Mengkonsultasikan Diapositif kepada Guru (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
e. Proses Afdruk
Proses afdruk adalah proses memindahkan diapositif ke screen
melalui penyinaran, yang nantinya akan menghasilkan klise negatif.
Materi mengenai proses afdruk diberikan pada pertemuan keempat belas
dan kelima belas. Pada pertemuan keempat belas, masih terdapat beberapa
peserta didik yang memperbaiki klise diapositif mereka. Sebelum proses
afdruk dimulai, guru menyuruh peserta didik untuk membentuk
kelompok, tiap kelompok terdiri dari empat sampai enam anggota.
Berikut adalah daftar kelompok yang terbentuk:
1) Kelompok 1:
a) Eko Siti Wahyuni.
b) Indri Mayarita.
c) Wahyuti.
d) Wika.
2) Kelompok 2:
a) Eka Maryana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
b) Erna Duwyani.
c) Septika Furi Etikawati.
d) Tutik Kurnia Sari.
3) Kelompok 3:
a) Ika Rahmawati.
b) Fajar Wijiyanti S.
c) Jatmini.
d) Rini Puji Lestari.
e) Tyas Ayu Dyah Tuti.
4) Kelompok 4:
a) Lilis Suyanti.
b) Melati Woro AW.
c) Mulyaningsih.
d) Noliskawati.
5) Kelompok 5:
a) Elena Dea Rivera.
b) Endah Puspitosari.
c) Martiana Sari.
d) Putri Cahya Suci.
6) Kelompok 6:
a) Luluk Setia Wardani.
b) Maria Dwi Rahayu.
c) Novi Nur Afitasari.
d) Nurul Qoyyimah.
7) Kelompok 7:
a) Ani Rukmana.
b) Ayu Heni Puspitasari
c) Diah Ayu Safitri.
d) Eva Wahyu Wulandari.
e) Nuri Yulaikhah.
f) Rochayatun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Gambar 4.24. Peserta Didik Bergegas Membentuk Kelompok (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Alasan pembentukan kelompok ini adalah keterbatasan screen dan
rakel yang dimiliki oleh bengkel tekstil. Selain itu, juga merupakan salah
satu aspek dalam penilaian, yaitu kerjasama dalam kelompok.
Tugas yang diberikan oleh guru pada meteri proses afdruk ini
adalah: setiap kelompok membuat klise negatif dari desain motif yang
telah mereka tentukan melaui diskusi kelompok. Meskipun saat praktek
membuat klise diapositif, peserta didik membuat sampai tiga warna,
namun yang akan diafdruk cukup satu warna saja, yaitu bagian outline
dari desain tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Gambar 4.25. Bagian Outline dari Desain pada Diapositif Karya Melati Woro AW.
(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Gambar 4.26. Bagian Outline dari Desain pada Diapositif Karya Putri Cahya Suci
(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Alat dan bahan yang digunakan dalan proses afdruk saat
pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil
SMK Negeri 9 Surakarta adalah:
1) Screen
Inti dari proses afdruk ini adalah memindahkan diapositif ke screen
melalui penyinaran. Screen ini nantinya berfungsi sebagai
penyaring tinta. Melalui lubang pori-pori pada screen, tinta
mengalir keluar dan berpindah ke objek yang akan disablon. Jenis
screen yang digunakan dalam pembelajaran cetak saring ini adalah
polyster multifilamen dengan kerapatan pori-pori 62 T dan
berukuran 60 x 40 cm.
Gambar 4.27. Screen Siap Pakai (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
2) Busur
Busur berfungsi untuk mengoleskan campuran emulsi dan
sensitizer (obat peka cahaya) ke screen. Pengolesan ini harus
dilakukan di ruang gelap karena emulsi dan sensitizer (obat peka
cahaya) akan terbakar bila terkena cahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Gambar 4.28. Busur (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
3) Klise diapositif
Klise diapositif adalah sebuah gambar atau desain diatas bahan
transparan yang nantinya akan dipindahkan ke screen melalui
proses afdruk agar menjadi klise negatif.
4) Emulsi dan sensitizer (obat peka cahaya)
Emulsi dan sensitizer (obat peka cahaya) adalah larutan yang
digunakan untuk membuat klise negatif. Kedua larutan ini harus
dicampur menjadi satu. Di pasaran, kedua larutan ini terdapat
dalam satu kemasan dus kecil. Botol besar berisi cairan emulsi dan
botol kecil berisi sensitizer. Pada pelaksanaan pembelajaran cetak
saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9
Surakarta menggunakan obat peka cahaya dengan merk dagang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Gambar 4.29. Ulano TZ (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
5) Hair dryer
Gambar 4.30. Hair dryer (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Hair dryer berfungsi untuk mengeringkan screen setelah diolesi
campuran cairan emulsi dan sensitizer (obat peka cahaya).
6) Meja afdruk
Meja afdruk digunakan sebagai pengganti matahari jika cuaca
mendung. Pada pelaksanaan pembelajaran cetak saring di Kelas XI
Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta, peserta
didik diwajibkan mencoba menggunakan meja afdruk sehingga
proses afdruk tidak menggunakan sinar matahari melainkan
menggunakan meja afdruk ini.
7) Hand sprayer
Hand sprayer berfungsi untuk membuat lubang pada screen setelah
proses afdruk selesai.
Gambar 4.31. Hand sprayer (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
8) Busa dan papan landasan atau triplek
Busa dan papan landasan berfungsi untuk menyangga bagian dalam
screen saat proses afdruk agar permukaannya tetap datar.
9) Kain hitam
Kain hitam berfungsi untuk menutup screen pada waktu penyinaran
menggunakan meja afdruk agar bayangan motif tidak tembus.
Gambar 4.32. Busa, Triplek, dan Kain Hitam (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Langkah-langkah proses afdruk dalam pembelajaran cetak saring
di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 adalah sebagai
berikut:
1) Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai
enam orang.
2) Peserta didik melakukan diskusi intern kelompok untuk
menentukan desain yang akan di cetak.
3) Masing-masing kelompok menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan untuk proses afdruk. Satu kelompok mendapatkan satu
screen, satu rakel, satu hand sprayer, dan satu busur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
4) Bahan utama dalam proses afdruk adalah klise diapositf. Peserta
didik melepaskan klise diapositif yang akan di afdruk dari kertas
desain (saat membuat klise diapositif, mika dan kertas desain
dilekatkan menggunakan staples, ini perlu dipisahkan kembali
karena yang diperlukan hanya klise diapositif).
Gambar 4.33. Peserta Didik Memisahkan Klise Diapositif dari Kertas Desain (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
5) Tiap-tiap kelompok bergantian masuk ke ruang gelap, dimulai dari
kelompok pertama dan seterusnya. Mulai dari sini, guru
membimbing mereka.
6) Peserta didik dalam satu kelompok berkerjasama mencampur
cairan emulsi dan sensitizer sesuai petunjuk dari guru.
Perbandingan antara emulsi dan sensitizer yang dianjurkan guru
adalah 9 : 1.
7) Peserta didik dalam satu kelompok bekerjasama mengoleskan
campuran cairan emulsi dan sensitizer ke screen sampai rata
menggunakan busur. Pengolesan dilakukan dari atas ke bawah dan
dari kiri ke kanan secara berulang-ulang dan searah. Pengolesan
dilakukan di bagian dalam maupun luar screen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
8) Peserta didik meunggu sampai screen kering. Sambil menunggu,
kelompok ini keluar dari ruang gelap agar dapat bergantian dengan
kelompok berikutnya.
9) Kelompok berikutnya masuk ke ruang gelap dan melakukan
langkah-langkah yang sama.
10) Setelah semua kelompok mendapat giliran masuk ke ruang gelap,
kelompok pertama kembali masuk ke ruang gelap untuk melakukan
proses afdruk dengan bimbingan guru.
11) Tiap anggota kelompok memastikan bahwa screen benar-benar
sudah kering.
12) Jika ternyata screen masih basah oleh campuran cairan emulsi dan
sensitizer, mereka boleh mengeringkan screen tersebut
menggunakan hair dryer yang telah dipersiapkan di ruang gelap.
13) Peserta didik meletakkan film diapositif kedalam screen.
Pemasangan film diapositif pada screen, posisinya terbalik diatas
screen. Bagian depan film melekat pada screen.
14) Peserta didik menyusun semua alat-alat yang diperlukan dari
bawah ke atas: lampu pada meja afdruk, kaca bening pada meja
afdruk, film diapositif, screen, kain hitam, karet busa, dan triplek.
15) Agar posisi alat-alat tersebut tidak goyang atau berpindah, peserta
didik menahan menggunakan pengait yang ada pada meja afdruk.
16) Peserta didik menyalakan lampu pada meja afdruk selama lima
menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Gambar 4.34. Proses Afdruk Menggunakan Meja Afdruk (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
17) Setelah lima menit, peserta didik mematikan lampu pada meja
afdruk dan melepaskan pengait untuk mengambil screen.
18) Dua orang dalam satu kelompok tersebut membawa screen keluar
ruang gelap untuk dicuci sementara yang lainnya merapikan alat-
alat yang telah dipakai dan meletakkannya ketempat semula.
19) Peserta didik mencuci screen sesuai dengan petunjuk dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Gambar 4.35. Peserta Didik Dibimbing Guru
Saat Mencuci Screen yang telah Diafdruk (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
20) Peserta didik menyemprot screen menggunakan hand sprayer agar
lubang pori-pori pada screen terbuka sesuai dengan desain motif
yang dibuat.
Gambar 4.36. Peserta Didik Menyemprot Screen dengan Hand Sprayer (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
21) Peserta didik mengeringkan screen yang telah dicuci.
Gambar 4.37. Peserta Didik Dibimbing oleh Guru Saat Mengeringkan Screen (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
22) Kelompok berikutnya masuk kedalam ruang gelap, dengan
bimbingan guru, mereka mengulangi kegiatan pada poin 10 sampai
20.
Saat melakukan proses afdruk, rata-rata peserta didik sudah cukup
mampu menguasai kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru namun saat
mengoleskan campuran cairan emulsi dan sensitizer (obat peka cahaya),
hasilnya masih kurang rata. Hal ini menyebabkan hasil afdruk pada screen
kurang maksimal.
f. Proses Pencetakan
Materi mengenai proses pencetakan diberikan pada pertemuan
keenam belas sampai kedelapan belas. Pada proses pencetakan ini, peserta
didik masih bekerja secara kelompok. Pada awal pertemuan, guru
memberikan beberapa pedoman tentang proses pencetakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Alat dan bahan yang digunakan dalan proses pencetakan saat
pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil
SMK Negeri 9 Surakarta adalah:
1) Kain
Kain digunakan sebagai media cetak atau media sablon. Kain yang
digunakan dalam pelaksanann peembelajaran ini adalah kain katun
berwarna putih.
Gambar 4.38. Kain Putih (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
2) Klise negatif
Klise negatif yang digunakan adalah screen yang telah diafdruk
pada pertemuan keempat belas dan kelima belas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Gambar 4.39. Klise Negatif (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
3) Textile Screen Ink (Binder NF dan NF Medium SP)
Akhir dari pelaksanaan pebelajaran cetak saring ini adalah
membuat karya cetak saring dengan bahan kain, maka tinta yang
digunakan dalam pembelajaran ini adalah tinta cetak berbasis air.
Tinta yang digunakan adalah Binder NF dan NF Medium SP.
Bahan ini digunakan khusus untuk mencetak pada bahan dasar
(media cetak atau media sablon) yang berwarna cerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Gambar 4.40. Binder NF dan NF Medium SP (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
4) Pigmen warna
Gambar 4.41. Pigmen Warna (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Pigmen merupakan bahan yang digunakan sebagai campuran textile
screen ink. Pencampurannya disesuaikan dengan warna yang
dikehendaki peserta didik. Peserta didik yang menghendaki warna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
hijau, maka ia mencampurkan textile screen ink dengan pigmen
berwarna kuning dan biru. Pigmen yang digunakan dalam
pembelajaran cetak saring ini berwarna putih, hitam, merah, biru,
dan kuning.
5) Rakel
Rakel merupakan alat penyaput tinta cetak. Rakel yang digunakan
dalam pelaksanaan pembelajaran cetak saring ini adalah yang
berujung lancip.
Gambar 4.42. Rakel (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
6) Mangkuk plastik dan sendok plastik
Mangkuk plastik digunakan untuk mencampur textile screen ink
dengan pigmen warna. Sendok plastik digunakan untuk mengaduk
campuran tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Gambar 4.43. Mangkuk Plastik dan Sendok Plastik (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
7) Lakban
Lakban digunakan untuk menutup bagian tepi screen sebelum
proses pencetakan agar tidak bocor.
Gambar 4.44. Lakban (Dokumentasi: Aslam hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
8) Setrika dan meja setrika
Setrika merupakan alat yang digunakan untuk merapikan kain
sebelum disablon.
Gambar 4.45. Setrika dan Meja Setrika (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Langkah-langkah proses pencetakan dalam pembelajaran cetak
saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 adalah
sebagai berikut:
1) Guru membagikan kain kepada masing-masing kelompok. Tiap
kelompok mendapat dua lembar kain dengan ukuran masing-
masing 60 x 40 cm (seukuran screen).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Gambar 4.46. Peserta Didik Membagi Kain yang Disediakan (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
2) Seorang dalam kelompok menyetrika kain yang sudah didapat
sedangkan yang lainnya menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan.
Gambar 4.47. Peserta Didik Menyetrika Kain yang akan Dicetak (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
3) Peserta didik menyampurkan textile screen ink dengan pigmen
kedalam mangkuk plastik dan mengaduknya. Warna pigmen yang
dicampurkan disesuaikan dengan warna yang diinginkan. Ada satu
kelompok yang menginginkan warna orange maka mereka
mencampurkan pigmen warna kuning dan merah kedalam
mangkuk plastik.
Gambar 4.48. Peserta Didik Mencampurkan Bahan Cetak kedalam Mangkuk Plastik
(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
4) Peserta didik merekatkan lakban pada pinggir screen. Hal ini
berfungsi untuk mengindari kebocoran saat proses pencetakan
berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Gambar 4.49. Merekatkan Lakban pada Pinggir Screen (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
5) Peserta didik meletakkan kain diatas meja dan screen diletakkan
diatas kain. Posisi screen diatur agar desain pada screen (klise
negatif) yang akan dicetak letaknya serasi pada kain.
6) Peserta didik menuangkan bahan cetak (campuran textile screen ink
dan pigmen) pada bagian belakang screen.
Gambar 4.50. Peserta Didik Menuangkan Bahan Cetak ke Screen (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
7) Salah seorang peserta didik dalam kelompok menyaput bahan cetak
yang telah dituangkan pada screen menggunakan rakel sedangkan
yang lainnya memengang screen agar posisi screen tidak bergeser
saat proses penyaputan.
8) Saat menyaput, peserta didik menarik rakel dari ujung screen (atas)
ke ujung screen (bawah) dengan tekanan yang sama. Saat
melakukan penyaputan ini tiap-tiap kelompok umumnya
mengulanginya sampai dua kali.
Gambar 4.51. Peserta Didik Menyaput Bahan Cetak Menggunakan Rakel (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
9) Setelah proses penyaputan selesai, peserta didik mencuci screen
dan rakel sampai bersih. Meletakkan alat dan bahan yang telah
digunakan ke tempatnya semula. Proses selanjutnya adalah fiksasi
warna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Gambar 4.52. Peserta Didik Membersihkan Screen setelah Proses Mencetak Selesai
(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
g. Fiksasi Warna
Materi mengenai fiksasi warna dalam RPP yang dibuat oleh guru,
dilaksanakan pada pertemuan kesembilan belas namun yang terjadi di
lapangan, dilaksanakan pada pertemuan kedelapan belas setelah proses
pencetakkan selesai. Fiksasi warna adalah proses pengeringan warna
setelah kain dicetak atau disablon. Proses fiksasi warna ini diajukan
karena pertemuan kedelapan belas ini merupakan pertemuan terakhir.
Pertemuan selanjutnya pada tanggal 26 Mei 2012, sudah pembagian kartu
tes UUKK (Ulangan Umum Kenaikan Kelas).
Berkaitan dengan proses fiksasi warna tersebut, Bapak Drs. Budi
Susanto mengemukakan:
on, otomatis hasil sablonan harus dikeringkan, jadi langsung saja kain yang sudah disablon tadi dikeringkan menggunakan sinar matahari. Jadi kami langsung saja melakukan proses fiksasi warna pada pertemuan ini. Tugas siswa dalam fiksasi warna hanya menunggu sampai bahan sablon benar-benar kering dan meresap ke kain. Jadi ya tinggal menunggu saja, tanpa melakukan apa-ap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Pelaksanaan fiksasi warna saat pembelajaran ini, peserta didik
menjemur hasil cetak (sablon) di tempat yang terkena sinar matahari.
Peserta didik menunggu sampai hasil cetakan tersebut kering. Saat hasil
cetakan sudah kering, peserta didik menyetrika hasil cetakan tersebut agar
rapi dan bahan cetak (sablon) semakin melekat di kain.
h. Pengemasan
Materi tentang pengemasan dalam RPP yang dibuat oleh guru,
direncanakan akan diberikan pada pertemuan kedua puluh. Kenyataan di
lapangan, materi ini diberikan pada akhir pertemuan kedelapan belas
(karena tatap muka sudah habis) di akhir jam pelajaran yang disampaikan
bersamaan dengan evaluasi pembelajaran (kesimpulan pembelajaran yang
telah dilakukan).
3. Metode Pembelajaran Cetak Saring
Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang ditempuh oleh guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode yang digunakan oleh guru mata
pelajaran cetak saring yang tercantum dalam RPP adalah: metode ceramah,
tanya jawab dan diskusi, instruksi (pemberian tugas), dan demonstrasi.
Kenyataan di lapangan, selain menggunakan metode-metode tersebut ternyata
guru mata pelajaran cetak saring juga menggunakan metode mengajar beregu
(team teaching), hal ini jelas sekali terlihat karena mata pelajaran cetak saring
diampu oleh tiga guru. Metode-metode yang digunakan oleh guru mata
pelajaran cetak saring dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Metode Ceramah
Tujuan metode ceramah yang tertulis dalam RPP yang dibuat oleh
guru adalah: etode ceramah digunakan supaya selama Kegiatan Belajar
Mengajar, peserta didik dapat memperoleh informasi baru dari guru yang
lebih mendetail daripada informasi yang diperoleh peserta didik saat
membaca buku pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Gambar 4.53. Guru Menggunakan Metode Ceramah (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Metode ceramah digunakan oleh guru saat menyampaikan materi
teori pengantar praktik. Metode ini disampaikan secara lisan oleh guru
kepada peserta didik. Saat guru berbicara, peserta didik mendengarkan apa
yang disampaikan oleh guru dan mencatat hal-hal penting yang mereka
tangkap dari penuturan guru.
Pelaksanaan pembelajaran cetak saring saat menggunakan metode
ceramah, peserta didik tampak tenang. Peserta didik yang duduk di depan
memperhatikan penjelasan guru sambil mencatat. Peserta didik yang
duduk di belakang ada yang mencatat penjelasan guru, namun ada pula
yang hanya diam dan ada yang meletakkan kepalanya di atas meja, bahkan
ada yang berbisik-bisik dengan teman disebelahnya.
Guru dalam menerapkan metode ceramah ini, sering kali diselingi
dengan lelucon yang membuat peserta didik tertawa. Hal ini dilakukan
agar suasana pembelajaran tidak menjadi tegang. Guru juga sering
bertanya kepada peserta didik saat menggunakan metode ceramah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Tujuannya agar guru dapat mengetahui sampai sejauh mana daya serap
peserta didik terhadap materi yang telah dijelaskan.
b. Metode Tanya Jawab dan Diskusi
Tujuan dari metode tanya jawab dan diskusi yang tertulis dalam
Metode tanya jawab dan diskusi
digunakan agar terjadi interaksi antara guru dan peserta didik, sehingga
peserta didik juga ikut aktif selama Kegiatan Belajar Mengajar
berlangsung .
Gambar 4.54. Peserta Didik Melakukan Diskusi Kelompok (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Metode tanya jawab digunakan untuk menanyakan kepada peserta
didik terkait materi yang telah disampaikan oleh guru. Guru menggunakan
metode ini untuk mengetahui tingkat pemikiran peserta didik dalam
menerima materi pembelajaran. Guru dalam menggunakan metode tanya
jawab digabungkan dengan metode ceramah. Pada awal pertemuan,
sebelum guru memulai materi pembelajaran, guru selalu menanyakan
kepada peserta didik terkait materi yang diajarkan pada pertemuan
sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Berikut adalah beberapa tanggapan peserta didik mengenai metode
tanya jawab yang digunakan oleh guru:
ba-tiba saja langsung bertanya kepada kami, saat ditanya ada beberapa yang mengangkat tangan dan bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat namun saat ditunjuk oleh beliau, ada juga yang hanya diam saja. Kalau saya rasanya agak grogi, bukan karena saya tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut, tapi mungkin karena saya ini pemalu (12 Mei 2012).
kami, saya pasti langsung mengacungkan tangan walaupun kadang-kadang jawaban saya kurang tepat. Namun jika jawaban saya kurang tepat pasti nanti ada teman yang melangkapi jawaban saya tersebut (12 Mei 2012).
Berbagai penuturan peserta didik diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa metode tanya jawab merupakan metode yang baik
digunakan untuk mengetahui daya serap peserta didik terhadap materi
pembelajaran namun dalam penerapannya, ada beberapa peserta didik
yang tidak ikut aktif menjawab pertanyaan dari guru. Metode tanya jawab
hanya didominasi oleh peserta didik yang pintar dan yang berani saja.
Metode diskusi digunakan oleh guru setelah materi teori selesai
diajarkan. Metode diskusi ini digunakan oleh guru untuk memecahkan
permasalahan yang dialami oleh siswa saat pembelajaran cetak saring.
Metode diskusi digunakan pada saat menentukan desain yang akan
diafdruk dalam satu kelompok. Peserta didik dalam satu kelompok
berdiskusi untuk menentukan desain tersebut. Hasil dari diskusi tersebut
dapat di konsultasikan kepada guru sehingga desain yang akan diafdruk
benar-benar desain yang layak untuk dicetak nantinya.
c. Metode Instruksi (Pemberian Tugas)
Tujuan dari metode instruksi (pemberian tugas) yang tertulis dalam
RPP yang dibuat oleh guru adalah:
Metode instuksi digunakan agar: 1) Peserta didik merasa lebih bebas dalam mengerjakan tugas, karena jika peserta didik belum selesai mengerjakan tugas yang diberikan di sekolah, mereka dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
menyelesaikannya di rumah. 2) Saat mengerjakan tugas di rumah: a) Peserta didik merasa bebas berimajinasi, b) Peserta didik mendapatkan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas, c) Peserta didik bebas berbuat, d) Kesulitan teknis peserta didik dapat diatasi dengan pertolongan orang-orang di rumah, e) Benda-benda yang ada di rumah dan masukan dari orang serumah dapat menimbulkan serta mengarahkan daya cipta peserta didik. 3) Membina rasa tanggung jawab serta sifat jujur dan disiplin dalam diri peserta didik .
Gambar 4.55. Guru Membimbing Peserta Didik Ketika Memberikan Tugas Mendesain (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Metode instruksi (pemberian tugas) diberikan kepada peserta didik
saat materi teori maupun praktek berlangsung. Saat meteri teori, tugas
yang diberikan berupa soal-soal latihan, antara lain: pertanyaan mengenai
pengertian cetak saring, sejarah cetak saring, alat dan bahan yang
digunakan dalan proses afdruk, dan lain sebagainya. Saat materi praktek,
tugas yang diberikan antara lain: membuat desain cetak saring untuk t-
shirt, syal, dan sarung tangan. Saat memberikan tugas praktek, guru selalu
mengawasi dan membimbing peserta didik ketika mengerjakan tugas
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
d. Metode Demonstrasi
Tujuan dari metode demonstrasi yang tertulis dalam RPP yang di
buat oleh guru adalah:
Metode demonstrasi digunakan agar: 1) Peserta didik mendapatkan gambaran realitas tentang perwujudan bentuk yang diajarkan guru. 2) Peserta didik merasa puas karena dapat menyaksikan prosedur pembuatan secara langsung. 3) Peserta didik merasa tertolong kemudian akan timbul dorongan untuk mencoba.
Gambar 4.56. Bapak Rivi Rumianto, S.Pd. Mendemonstrasikan Proses Afdruk
(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Metode demonstrasi digunakan oleh guru untuk memperagakan
suatu proses kepada peserta didik. Proses tersebut yaitu: proses membuat
klise diapositif, proses afdruk, proses pencetakan, proses fiksasi warna,
dan proses pengemasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Gambar 4.57. Guru Mendemonstrasikan Cara Mencuci Screen yang Telah Selesai Diafdruk
(Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Metode demonstrasi sangat bermanfaat bagi guru maupun peserta
didik. Manfaat metode ini bagi guru yaitu dapat memperagakan suatu
proses kepada peserta didik seperti kejadian yang sebenarnya karena
menggunakan alat dan bahan yang sebenarnya. Manfaat metode ini bagi
peserta didik yaitu peserta didik dapat mengamati secara langsung suatu
proses yang diterangkan oleh guru tanpa harus membayangkan atau
berimajinasi.
e. Metode Mengajar Beregu (Team Teaching)
Metode mengajar beregu tidak tertulis dalam RPP yang dibuat oleh
guru namun kenyataannya metode ini digunakan dalam pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
pembelajaran cetak saring. Metode mengajar beregu yaitu beberapa guru
bekerjasama untuk mengajar satu kelas secara bersamaan. Mata pelajaran
cetak saring ini diampu oleh tiga guru, yaitu: Bapak Joko agus Pambudi,
S.Sn., Bapak Drs. Budi Susanto, dan Bapak Drs. Purwanto Joko
Sulistyono.
Metode mengajar beregu yang digunakan oleh guru mata pelajaran
cetak saring ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
metode ini adalah tugas dari guru saat mengawasi atau membimbing
peserta didik praktikum menjadi lebih ringan karena satu kelas diawasi
atau dibimbing oleh tiga guru dan antara satu guru dengan guru lainnya
bisa saling melengkapi saat memberikan materi pembelajaran. Peserta
didik tidak merasa bosan dengan pelajaran cetak saring karena diajar oleh
tiga guru yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Kelemahan
dari metode ini sangat dirasakan oleh peserta didik. Terjadinya perbedaan
pandangan antara guru satu dengan guru lainnya dapat mengakibatkan
peserta didik menjadi sulit menentukan pandangan mana yang perlu
mereka ikuti. Berkaitan dengan kelemahan metode ini, salah seorang
peserta didik menuturkan bahwa:
beliau menyuruh saya untuk menambahkan ini dan itu, terus saya mengikuti penuturan beliau. Secara tidak sengaja Pak Joko datang dan melihat desain saya, beliau bilang kalau desain saya terlalu rumit, beliau menyuruh untuk menggambar desain yang sederhana saja dan nanti di desain itu diberikan tipografi agar audience mengetahui maksud dari desain yang saya buat tersebut. Saya menjadi bingung mana yang harus saya ikuti. Terus saya lanjutkan saja membuat desain sesuai masukan Pak Pur tadi. Setelah selesai saya mambuat desain lagi sesuai masukan dari Pak Joko (12 Mei 2012).
4. Media Pembelajaran Cetak saring
Penggunaan media sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran
cetak saring. Media pembelajaran akan memudahkan pemahaman peserta
didik atas penjelasan yang diberikan oleh guru. Pemilihan media yang tepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
dalam pelaksanaan pembelajaran cetak saring merupakan salah satu aspek
yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran cetak saring.
Media pembelajaran yang digunakan oleh guru saat pembelajaran cetak
saring ini adalah:
a. Media Audio dan Visual
Media audio dan visual yang digunakan saat pembelajaran cetak
saring yaitu: LCD (Proyektor) dan laptop, papan tulis (white board),
spidol (board maker), penghapus papan tulis, dan poster.
LCD (Proyektor) dan laptop digunakan oleh guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran cetak saring pada pertemuan pertama
saat materi teori pengantar praktik. Guru menggunakan LCD (Proyektor)
dan laptop sebagai pelengkap dari metode ceramah. Saat guru hanya
berceramah, sebagian peserta didik terlihat bosan. Saat diperintah untuk
mencatat, sebagian besar dari mereka tidak mau mencatat karena kurang
bisa menangkap isi dari materi yang disampaikan guru. Guru
menanpilkan program power point melalui LCD (Proyektor) sehingga
dengan adanya tampilan ini, peserta didik dapat mencatat pokok-pokok
materi yang ditampilkan oleh guru. Media ini juga digunakan oleh guru
untuk menampilkan gambar contoh-contoh desain cetak saring dan hasil
karya cetak saring.
Papan tulis (white board), spidol (board maker), dan penghapus
papan tulis digunakan juga oleh guru untuk mencatat pokok materi yang
disampaikan, menggambar contoh desain motif, bahkan mencacat soal-
soal atau tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik. Media ini tetap
digunakan meskipun guru telah menggunakan LCD (Proyektor) dan
laptop. Berikut penuturan Bapak Joko Agus Pambudi, S.Sn selaku salah
satu guru mata pelajaran cetak saring terkait penggunaan Papan tulis
(white board), spidol (board maker), dan penghapus papan tulis:
skipun sekarang ini kami sudah menggunakan laptop dan LCD (Proyektor) dalam mengajar namun sesekali kami juga menggunakan papan tulis. Saya pribadi lebih senang memakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
papan tulis saat mengajar namun tetap saja saya harus menggunakan laptop dan LCD (Proyektor) karena saya lihat siswa jauh lebih tertarik mengikuti kegiatan pembalajaran saat kami menggunakan media tersebut. Dengan menggunakan media tersebut, sesekali saya juga menampilkan gambar-gambar desain motif yang sekiranya lucu dan menarik minat siswa. Biar bagaimanapun juga siswa akan jauh lebih senang melihat gambar-gambar yang berwarna-warni daripada hanya tulisan saja karena itu kami selaku guru selalu berupaya untuk menyampaikan materi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan namun tidak keluar dari tujuan pembelajaran yang telah kami rumuskan dalam
Poster yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran cetak
saring ini adalah poster yang bergambar desain-desain cetak saring.
Melalui media poster ini, guru menjelaskan unsur-unsur dan prinsip-
prinsip desain. Poster ini merupakan hasil print out guru yang kemudian
dibagikan kepada peserta didik untuk dianalisa. Analisa yang dilakukan
oleh peserta didik adalah mengenai unsur-unsur dan prinsip-prinsip desain
yang terkandung pada gambar di poster tersebut.
Gambar 4.58. Guru Menggunakan Poster sebagai Media Pembelajaran (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
b. Material Collections
Material collections yang digunakan saat pembelajaran cetak
saring yaitu berupa dokumentasi atau hasil karya cetak saring yang dibuat
oleh para peserta didik sebelumnya maupun barang-barang yang sengaja
dibeli oleh guru. Guru memperlihatkan kepada peserta didik hasil karya
dari kakak-kakak kalas mereka saat masih duduk di bangku kelas XI.
Hasil karya dari peserta didik yang bagus disimpan sebagai portopolio
oleh pihak guru. Portopolio ini berguna sebagai media pembelajaran
untuk peserta didik. Melalui hasil karya cetak saring yang diperlihatkan
oleh guru, peserta didik mampu membayangkan karya apa yang akan
mereka ciptakan nantinya. Hal ini juga dapat memberikan motivasi
kepada peserta didik dalam berkarya agar menghasilkan karya-karya yang
lebih bagus dan lebih indah dari kakak-kakak kelas mereka.
Berkaitan dengan material collections, Bapak Joko Agus Pambudi,
S.Sn. memaparkan bahwa:
memperlihatkan contoh-contoh benda yang dibutuhkan dalam pembelajaran cetak saring. Salah satu benda tersebut adalah portopolio dari kakak kelas mereka baik yang telah lulus maupun yang masih duduk di kelas XII. Untuk contoh karya cetak saring, saya selalu memperlihatkan kaos. Saat saya jalan-jalan jika kebetulan saya melihat kaos sablonan dengan desain yang unik, lain dari yang lain, biasanya langsung saya beli. Dan saya memperlihatkan kaos tersebut kepada peserta didik. Dari kaos satu kaos saja, guru dan siswa dapat mendiskusikan berbagai hal, misalnya; desain motif kaos tersebut, bahan kain yang digunakan untuk membuat kaos, sampai hasil sablonan Hasil karya yang diperlihatkan kepada peserta didik berupa: t-shirt
(kaos), syal, sapu tangan, slayer, paper bag, dan kipas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Gambar 4.59. Material Collections yang Digunakan oleh Guru (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
c. Benda Tiga Dimensi
Benda-banda tiga dimensi yang digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran cetak saring ini adalah alat-alat dan bahan-bahan yang
digunakan (diperlukan) dalam proses cetak saring. Alat dan bahan
tersebut yaitu: 1) Alat dan bahan untuk mendesain yang terdiri dari:
pensil, karet penghapus, kertas HVS, kertas gambar ukuran A4, pensil
warna, dan meja desain. 2) Alat dan bahan untuk membuat klise
diapositif. Alat dan bahan untuk membuat klise diapositif yang
diperlihatkan oleh guru adalah: mika, opaque ink, dan pen kodok. 3) Alat
dan bahan untuk proses afdruk dan pencetakan. Alat dan bahan untuk
proses afdruk dan pencetakan yang diperlihatkan kepada peserta didik
adalah: cairan emulsi dan sensitizer (obat peka cahaya) dengan merk
dagang Ulano TZ, screen, rakel, hair dryer, hand sprayer, karet busa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
kain hitam, papan triplek. Guru juga memperlihatkan kepada peserta didik
meja afdruk dan alat press yang diletakkan di ruang gelap.
Benda-benda tiga dimensi ini digunakan guru untuk membantu
memperagakan suatu proses (mempermudah metode demonstrasi). Saat
materi mendesain, guru memberikan petunjuk cara memegang pensil yang
benar, cara mewarnai yang benar agar hasil pewarnaan peserta didik
terlihat indah. Saat materi membuat film diapositif, guru memberikan
petunjuk cara memegang pen kodok yang benar, cara mengisi opaque ink
kedalam pen, dan cara melukis menggunakan pen kodok di atas mika.
Saat materi proses afdruk dan proses pencetakan, guru memperagakan
cara mengoleskan cairan emulsi dan sensitizer (obat peka cahaya) ke
screen, cara mengafdruk film, cara menyusun alat-alat saat proses afdruk,
dan cara menyaput bahan- bahan cetak di screen menggunakan rakel.
d. Sumber Pembelajaran yang Berupa Buku atau Modul
Gambar 4.60. Sumber Pembelajaran Cetak Saring (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai pedoman
berupa buku atau modul. Adanya sumber pembelajaran ini mempermudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
guru dalam menyampaikan materi. Sumber pembelajaran yang digunakan
oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran cetak saring ini adalah: 1)
dkk. Buku ini merupakan buku pegangan wajib yang harus dimiliki oleh
guru maupun peserta didik karena buku ini diterbitkan oleh Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. 2)
oleh Koko K. Arifien terbitan Yrama Widya Bandung.
e. Ruang Khusus yang Telah Disediakan di Bengkel Tekstil
Gambar 4.61. Pompa Air dan Bak untuk Mencuci (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Ruang khusus yang telah disediakan di bengkel tekstil untuk
mempermudah pelaksanaan pembelajaran cetak saring ini adalah: ruang
teori yang digunakan saat pelajaran teori berlangsung, ruang desain yang
di dalamnya terdapat meja gambar khusus untuk para peserta didik saat
mendesain, ruang gelap yang digunakan untuk membuat klise negatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
(melakukan proses afdruk), dan bak serta pompa air di luar bengkel tekstil
yang digunakan untuk mencuci.
5. Evaluasi Pembelajaran Cetak saring
Evaluasi pembelajaran merupakan hasil pengukuran kemampuan
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan
saat pelaksanaan pembelajaran cetak saring di kelas XI Program Keahlian
Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta yaitu evaluasi proses pembelajaran
cetak saring dan evaluasi hasil belajar cetak saring.
Alat evaluasi yang digunakan oleh guru untuk mengetahui daya serap
terhadap materi teori adalah berupa test tertulis dan test lisan. Test tertulis
yang digunakan berupa: 1) Test pilihan ganda, dalam test pilihan ganda ini
alternatif jawaban ada lima butir. 2) test isian, soal dalam test ini merupakan
suatu pernyataan yang belum lengkap, peserta didik harus melengkapi
pernyataan tersebut. 3) Test essai, merupakan pertanyaan yang menghendaki
jawaban berupa uraian yang mendalam dan relatif panjang.
Contoh soal untuk test essai yang tertulis di RPP pada pertemuan
pertama: 1) Jelaskan pengertian dari cetak saring! 2) Mengapa teknik cetak
saring dapat berkembang dengan cepat menjadi industri kecil yang mandiri?
3) Sebut dan jelaskan secara singkat 3 saja alat-alat yang diperlukan dalam
proses cetak saring! 4) Sebut dan jelaskan secara singkat 3 saja bahan-bahan
yang diperlukan dalam proses cetak saring!
Pada pelajaran praktek, guru melakukan evaluasi dengan cara observasi
atau mengamati kegiatan peserta didik selama melakukan parktik cetak saring
dan melihat hasil kerja (hasil karya) peserta didik selama praktik. Hasil kerja
(hasil karya) yang dibuat oleh peserta didik merupakan hasil akhir
pembelajaran cetak saring selama satu semester. Aspek dalam penilaian hasil
kerja (hasil karya) diperoleh dari beberapa aspek yaitu: 1) Aspek persiapan
kerja, memiliki bobot penilaian 15 %, yang terdiri dari: a) Persiapan tempat
karja yang memiliki bobot penilaian 5%, b) Persiapan alat dan bahan kerja
yang memiliki bobot penilaian 5%, c) Persiapan sumber dan acuan kerja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
memiliki bobot penilaian 5%. 2) Aspek proses kerja, memiliki bobot
penilaian 25 %, yang terdiri dari: a) Sikap kerja peserta didik yang memiliki
bobot penilaian 5%, b) langkah kerja peserta didik yang memiliki bobot
penilaian 5%, c) Kemandirian kerja peserta didik yang memiliki bobot
penilaian 5%, d) Kerjasama kelompok yang memiliki bobot penilaian 5%, e)
Efisien dan efektifitas kerja peserts didik yang memiliki bobot penilaian 5%.
3) Aspek hasil karya, memiliki bobot penilaian 60%, yang terdiri dari: a)
Kreativitas peserta didik yang memiliki bobot penilaian 25%, b) Kebersihan
dan kerapian hasil karya yang memiliki bobot penilaian 15%, c) Ketepatan
waktu yang memiliki bobot penilaian 5%, d) Finishing karya yang memiliki
bobot penilaian 15%. Berikut adalah tabel penilaian hasil karya peserta didik
saat melakukan kegiatan praktek:
Tabel 4.1. Aspek dan Bobot Penilaian Hasil Karya Peserta Didik No. Aspek Indikator Penilaian Bobot
1. Persiapan (15 %) Tempat Kerja 5%
Alat dan Bahan 5%
Sumber atau Acuan 5%
2. Proses Kerja (25%) Sikap Kerja 5%
Langkah Kerja 5%
Kemandirian Kerja 5%
Kerjasama Kelompok 5%
Efisien dan Efektifitas Kerja 5%
3. Hasil Karya (60%) Kreativitas 25%
Kebersihan dan Kerapian 15%
Ketepatan Waktu 5%
Finishing karya 15%
Batas kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran produktif cetak saring
adalah 75.00. Peserta didik yang nilainya kurang dari 75.00 dianggap belum
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (belum kompeten) dan peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
didik tersebut diberikan kesempatan oleh guru untuk menempuh perbaikan
atau remidi. Berikut adalah hasil analisis nilai kompetensi mata pelajaran
produktif cetak saring kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri
9 Surakarta:
Hasil Analisis
Program Keahlian : Kriya Tekstil
Mata Pelajaran : Cetak Saring
Kelas / Semester : XI / IV
Tahun Pelajaran : 2011/2012
Ketuntasan Pembelajaran
Perorangan:
Banyak peserta didik seluruhnya: 32 peserta didik.
Banyak peserta didik yang tuntas belajar: 30 peserta didik.
Presentase banyak peserta didik yang tuntas belajar: 94%.
Presentase banyak peserta didik yang belum tuntas belajar: 6%.
Klasikal: Tuntas / Tidak Tuntas.
Kesimpulan
Perlu perbaikan secara klasikal untuk nomor soal: Ada / Tidak ada.
Perlu perbaikan secara individual: Ada / Tidak ada.
Keterangan
Daya serap perorangan:
Seorang peserta didik telah tuntas belajar apabila ia telah mencapai
nilai 75,00.
Daya serap klasikal:
Suatu klasikal telah tuntas belajar apabila kelas tersebut telah
terdapat 75 % yang telah mencapai daya serap 75%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Hasil analisis tersebut diperoleh berdasarkan penghitungan sebagai
berikut:
a. Presentase peserta didik yang tuntas belajar diperoleh dari:
Peserta didik yang tuntas belajar x 100% = 30 x 100% = 94% Jumlah peserta didik seluruhnya 32
b. Persentase peserta didik yang belum tuntas belajar diperoleh dari:
Peserta didik yang belum tuntas belajar = 2 x 100% = 6% Jumlah peserta didik seluruhnya 32
c. Nilai akhir (hasil belajar) peserta didik diperoleh dari:
Nilai UH + Nilai UTS + Nilai HK + Nilai UUKK = Nilai Akhir 4
Keterangan: 1) UH = Ulangan Harian 2) UTS = Ulangan Tengah Semester 3) HK = Hasil Karya 4) UUKK = Ulangan Umum Kenaikan Kelas
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa di kelas XI
Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta berjumlah 32
orang. Peserta didik yang telah mencapai standar KKM berjumlah 30 orang
dan yang belum tuntas belajar atau belum memenuhi standar KKM berjumlah
2 orang. Kedua peserta didik yang belum tuntas belajar tersebut diberikan
kesempatan untuk mengikuti perbaikan atau remidi. Presentase banyak
peserta didik yang telah tuntas belajar adalah 94% sedangkan presentase
banyak peserta didik yang belum tuntas belajar adalah 6%.
Berkaitan dengan batas kriteria ketuntasan minimal, Bapak Drs. Dalut
Heri Prasetyoko, selaku salah satu guru mata pelajaran produktif kriya tekstil
mengemukakan bahwa:
dianggap telah lulus dalam mata pelajaran produktif cetak saring ini atau dengan kata lain telah memenuhi standar kompetensi pembelajara, karena KKM setiap mata pelajaran produktif adalah 75. Secara klasikalpun demikian, sebuah kelas telah dianggap memenuhi standar kompetensi suatu mata pelajaran produktuf jika telah terdapat 75%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
siswa atau lebih yang memperoleh nilai 75 atau mencapai daya serap
Penuturan Bapak Joko Agus Pambudi, S.Sn dan Bapak Drs. Budi
Susanto mengenai sistem penilaian untuk mata pelajaran cetak saring adalah
sebagai berikut:
Kami selaku guru dalam melakukan penilaian selain melihat hasil karya siswa, juga memperhatikan aspek-aspek lainnya, misalnya sikap siswa selama mengikuti pembelajaran, kedisiplinan siswa, persiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, ketepatan mengumpulkan tugas, dan lain sebagainya. Jadi kami selaku guru selalu memperhatikan siswa-siswa saat mengikuti pelajaran, baik saat pelajaran teori maupun pelajaran praktek. Saat pelajaran teori, apakah ada siswa yang tidur atau mengobrol waktu kami memberikan materi. Saat pelajaran praktek, apakah siswa sudah bisa memegang rakel dan menyaputnya ke screen, apakah desain-desain yang dibuat oleh siswa adalah murni dari ide siswa sendiri atau merupakan pengembangan dari desain-desain yang sudah ada atau justru siswa 100% meniru desain-desain yang sudah ada
(12 Mei 2012).
aling bagus mungkin sampai 85. Kami tidak akan memberikan nilai 100 kepada siswa karena mata pelajaran cetak saring adalah mata pelajaran produktif, bukan mata pelajaran normatif dan adaptif. Misalkan dalam membuat desain motif, para siswa masih dibimbing oleh guru, mereka masih mengkonsultasikan desain yang mereka buat kepada guru; begitu pula saat melakukan proses pembuatan klise diapositif, proses afdruk, proses pencetakan, fiksasi warna dan pengemasan. Bimbingan dari guru masih mereka butuhkan sebagai upaya meningkatkan ketrampilan mer
Sebagian besar peserta didik berpendapat bahwa nilai yang mereka
peroleh cukup memuaskan namun dalam bekerja mereka masih merasa belum
sungguh-sungguh.
C. Penilaian Hasil Karya Cetak Saring
Hasil karya akhir dari pembelajaran cetak saring ini adalah membuat karya
kriya tekstil dengan teknik cetak saring. Saat materi pembelajaran mendesain,
peserta didik diberikan tugas untuk membuat desain t-shirt, syal, dan sapu tangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
(slayer). Setiap peserta didik diharuskan membuat beberapa alternatif desain yang
akan dicetak pada bahan tersebut. Beberapa desain yang dibuat oleh peserta didik
itu dikonsultasikan kepada guru untuk diberi masukan. Guru hanya menyetujui
satu desain terbaik dari beberapa desain yang dibuat oleh seorang peserta didik.
Setiap peserta didik memiliki sebuah desain yang telah disetujui oleh guru. Desain
tersebut kemudian dibuat klise diapositifnya. Saat materi memasuki proses afdruk,
dibentuklah tujuh kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat
sampai eman anggota. Tiap kelompok diwajibkan melakukan diskusi untuk
menentukan sebuah desain yang akan mereka cetak. Saat diskusi selesai dan tiap
kelompok mempunyai satu desain yang akan dicetak maka materi dilanjutkan ke
proses afdruk, proses cetak, dan fiksasi warna. Berikut adalah nilai hasil karya
cetak saring tiap-tiap kelompok.
1. Hasil Karya Kelompok 1
Kelompok 1 beranggotakan: Eko Siti Wahyuni, Indri Mayarita,
Wahyuti, dan Wika. Hasil karya dari kelompok 1 adalah sebuah sapu tangan
(slayer). Desain yang disablon dalam kelompok ini adalah desain buatan Eko
Siti Wahyuni yang merupakan desain kaki dengan tipografi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Gambar 4.62. Hasil Karya Kelompok 1 (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Tabel 4.2. Penilaian Hasil Karya Kelompok 1 No. Aspek Indikator Penilaian Bobot Skor
(0-100)
Nilai
1. P (15%) Tempat Kerja 5% 80 4.00
Alat dan Bahan 5% 85 4.25
Sumber atau Acuan 5% 80 4.00
2. PK (25%) Sikap Kerja 5% 85 4.25
Langkah Kerja 5% 85 4.00
Kemandirian Kerja 5% 85 4.25
Kerjasama Kelompok 5% 80 4.00
Efisien & Efektifitas Kerja 5% 85 4.25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
3. HK (60%) Kreativitas 25% 80 20.00
Kebersihan dan Kerapian 15% 80 12.00
Ketepatan Waktu 5% 80 4.00
Finishing karya 15% 80 12.00
Nilai Akhir Hasil Karya 81.00
2. Hasil Karya Kelompok 2
Kelompok 2 beranggotakan: Eka Maryana, Erna Duwyani, Septika Furi
Etikawati, dan Tutik Kurnia Sari. Hasil karya dari kelompok 2 adalah sebuah
sapu tangan (slayer). Desain yang disablon dalam kelompok ini adalah desain
buatan Eka Maryana yang berupa desain Shaun The Sheep yang diberikan
background pemandangan beserta tipografi bertuliskan
sesuai kreativitasnya.
Gambar 4.63. Hasil Karya Kelompok 2 (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Tabel 4.3. Penilaian Hasil Karya Kelompok 2
No. Aspek Indikator Penilaian Bobot Skor
(0-100)
Nilai
1. P (15%) Tempat Kerja 5% 70 3.50
Alat dan Bahan 5% 80 4.00
Sumber atau Acuan 5% 70 3.50
2. PK (25%) Sikap Kerja 5% 85 4.25
Langkah Kerja 5% 80 4.00
Kemandirian Kerja 5% 75 3.75
Kerjasama Kelompok 5% 80 4.00
Efisien & Efektifitas Kerja 5% 70 3.50
3. HK (60%) Kreativitas 25% 80 20.00
Kebersihan dan Kerapian 15% 80 12.00
Ketepatan Waktu 5% 70 3.50
Finishing karya 15% 80 12.00
Nilai Akhir Hasil Karya 78.00
3. Hasil Karya Kelompok 3
Kelompok 3 beranggotakan: Ika Rahmawati, Fajar Wijiyanti S,
Jatmini, Rini Puji Lestari, dan Tyas Ayu Dyah Tuti. Hasil karya dari
kelompok 3 adalah sebuah sapu tangan (slayer). Desain yang disablon
dalam kelompok ini adalah desain buatan Ika Rahmawati yang berupa
desain kartun dengan tipografi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Gambar 4.64. Hasil Karya Kelompok 3 (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Tabel 4.4. Penilaian Hasil Karya Kelompok 3
No. Aspek Indikator Penilaian Bobot Skor
(0-100)
Nilai
1. P (15%) Tempat Kerja 5% 80 4.00
Alat dan Bahan 5% 80 4.00
Sumber atau Acuan 5% 75 3.75
2. PK (25%) Sikap Kerja 5% 85 4.25
Langkah Kerja 5% 80 4.00
Kemandirian Kerja 5% 75 3.75
Kerjasama Kelompok 5% 80 4.00
Efisien & Efektifitas Kerja 5% 75 3.75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
3. HK (60%) Kreativitas 25% 85 21.25
Kebersihan dan Kerapian 15% 80 12.00
Ketepatan Waktu 5% 80 4.00
Finishing karya 15% 80 12.00
Nilai Akhir Hasil Karya 80.75
4. Hasil Karya Kelompok 4
Kelompok 4 beranggotakan: Lilis Suyanti, Melati Woro AW,
Mulyaningsih, dan Noliskawati. Hasil karya dari kelompok 4 adalah
sebuah sapu tangan (slayer). Desain yang disablon dalam kelompok ini
adalah desain buatan Melati Woro AW. yang berupa desain Hati dengan
tipografi
Gambar 4.65. Hasil Karya Kelompok 4 (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Tabel 4.5. Penilaian Hasil Karya Kelompok 4:
No. Aspek Indikator Penilaian Bobot Skor
(0-100)
Nilai
1. P (15%) Tempat Kerja 5% 70 3.50
Alat dan Bahan 5% 80 4.00
Sumber atau Acuan 5% 70 3.50
2. PK (25%) Sikap Kerja 5% 85 4.25
Langkah Kerja 5% 75 4.00
Kemandirian Kerja 5% 80 3.75
Kerjasama Kelompok 5% 80 4.00
Efisien & Efektifitas Kerja 5% 70 3.50
3. HK (60%) Kreativitas 25% 80 20.00
Kebersihan dan Kerapian 15% 80 12.00
Ketepatan Waktu 5% 70 3.50
Finishing karya 15% 80 12.00
Nilai Akhir Hasil Karya 78.00
5. Hasil Karya Kelompok 5
Kelompok 5 beranggotakan: Elena Dea Rivera, Endah Puspitosari,
Martiana Sari, dan Putri Cahya Suci. Hasil karya dari kelompok 5 adalah
sebuah t-shirt (kaos). Desain yang disablon dalam kelompok ini adalah
desain buatan Putri Cahya Suci yang betema lingkungan hidup dengan
tipografi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Gambar 4.66. Hasil Karya Kelompok 5 (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Tabel 4.6. Penilaian Hasil Karya Kelompok 5
No. Aspek Indikator Penilaian Bobot Skor
(0-100)
Nilai
1. P (15%) Tempat Kerja 5% 80 4.00
Alat dan Bahan 5% 85 4.25
Sumber atau Acuan 5% 80 4.00
2. PK (25%) Sikap Kerja 5% 85 4.25
Langkah Kerja 5% 85 4.25
Kemandirian Kerja 5% 80 4.00
Kerjasama Kelompok 5% 85 4.25
Efisien & Efektifitas Kerja 5% 75 3.75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
3. HK (60%) Kreativitas 25% 85 21.25
Kebersihan dan Kerapian 15% 85 12.75
Ketepatan Waktu 5% 80 3.75
Finishing karya 15% 80 12.00
Nilai Akhir Hasil Karya 80.25
6. Hasil Karya Kelompok 6
Kelompok 6 beranggotakan: Luluk Setia Wardani, Maria Dwi
Rahayu, Novi Nur Afitasari, dan Nurul Qoyyimah. Hasil karya dari
kelompok 6 adalah sebuah t-shirt (kaos). Desain yang disablon dalam
kelompok ini adalah desain buatan Nurul Qoyyimah yang berupa desain
batik dengan tipografi berupa kanji jepang dan bahasa inggris Solo
Child
Gambar 4.67. Hasil Karya Kelompok 6 (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Tabel 4.7. Penilaian Hasil karya Kelompok 6:
No. Aspek Indikator Penilaian Bobot Skor
(0-100)
Nilai
1. P (15%) Tempat Kerja 5% 80 4.00
Alat dan Bahan 5% 85 4.25
Sumber atau Acuan 5% 80 4.00
2. PK (25%) Sikap Kerja 5% 85 4.25
Langkah Kerja 5% 85 4.25
Kemandirian Kerja 5% 75 4.00
Kerjasama Kelompok 5% 80 4.00
Efisien & Efektifitas Kerja 5% 80 3.75
3. HK (60%) Kreativitas 25% 85 20.00
Kebersihan dan Kerapian 15% 80 12.00
Ketepatan Waktu 5% 75 3.75
Finishing karya 15% 80 12.00
Nilai Akhir Hasil Karya 80.25
7. Hasil Karya Kelompok 7
Kelompok 7 beranggotakan: Ani Rukmana, Ayu Heni Puspitasari,
Diah Ayu Safitri, Eva Wahyu Wulandari, Nuri Yulaikhah, dan
Rochayatun. Hasil karya dari kelompok 7 adalah sebuah sapu tangan
(slayer). Desain yang disablon dalam kelompok ini adalah desain buatan
Eva Wahyu Wulandari yang berupa desain bambu dengan tipografi
bertuliskan Hasil karya kelompok ini sudah menggunakan dua
warna meskipun sebenarnya guru hanya menugaskan mencetak dengan
satu warna tunggal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Gambar 4.68. Hasil karya Kelompok 7 (Dokumentasi: Aslam Hariyadi, 2012)
Tabel 4.8. Penilaian Hasil karya Kelompok 7 No. Aspek Indikator Penilaian Bobot Skor
(0-100)
Nilai
1. P (15%) Tempat Kerja 5% 80 4.00
Alat dan Bahan 5% 85 4.25
Sumber atau Acuan 5% 80 4.00
2. PK (25%) Sikap Kerja 5% 80 4.25
Langkah Kerja 5% 85 4.00
Kemandirian Kerja 5% 85 4.25
Kerjasama Kelompok 5% 85 4.00
Efisien & Efektifitas Kerja 5% 80 4.25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
3. HK (60%) Kreativitas 25% 80 20.00
Kebersihan dan Kerapian 15% 85 12.00
Ketepatan Waktu 5% 80 4.00
Finishing karya 15% 80 12.00
Nilai Akhir Hasil Karya 81.00
D. Hasil Belajar Cetak Saring
Hasil belajar dari pembelajaran cetak saring adalah berupa nilai akhir yang
diperoleh dari :
Tabel 4.8. Daftar Nilai Akhir Mata Pelajaran Cetak Saring Siswa Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta
No Nama Siswa L/P UH UTS HK UUKK N.A L/TL
1 Ani Rukmana P 76 80 81 78 78.75 L
2 Ayu Heni P. P 75 79 81 78 78.25 L
3 Diah Ayu Safitri P 75 78 81 77 77.75 L
4 Eka Maryana P 76 77 78 77 77.00 L
5 Eko Siti Wahyuni P 82 83 81 85 82.75 L
6 Elena Dea Rivera P 75 77 80 77 77.25 L
7 Endah Puspitosari P 76 77 80 79 78.00 L
8 Eni Rahayu P 76 78 - - 38.50 TL
9 Erna Duwyani P 77 79 78 77 77.75 L
N.A. = Nilai UH + Nilai UTS + Nilai HK + Nilai UUKK
4
Keterangan: 1) NA = Nilai Akhir 2) UH = Ulangan Harian 3) UTS = Ulangan Tengah Semester 4) HK = Hasil Karya 5) UUKK = Ulangan Umum Kenaikan Kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
10 Eva Wahyu W. P 81 82 81 83 81.75 L
11 Fajar Wijiyanti S. P 73 71 81 72 74.45 TL
12 Ika Rahmawati P 78 78 81 77 78.50 L
13 Indri Mayarita P 76 78 81 80 78.75 L
14 Jatmini P 76 76 81 79 78.00 L
15 Lilis Suyanti P 76 79 78 79 78.00 L
16 Luluk Setia W. P 77 78 80 77 78.00 L
17 Maria Dwi R. P 76 80 80 78 78.50 L
18 Martiana Sari P 78 78 80 77 78.25 L
19 Melati Woro AW. P 77 79 78 79 78.25 L
20 Mulyaningsih P 78 80 78 79 78.75 L
21 Noliskawati P 78 79 78 77 78.00 L
22 Novi Nur A. P 76 79 80 77 78.00 L
23 Nuri Yulaikhah P 76 77 81 78 78.00 L
24 Nurul Qoyyimah P 80 83 80 85 82.00 L
25 Putri Cahya Suci P 83 84 80 85 83.00 L
26 Rini Puji Lestari P 79 80 81 78 80.75 L
27 Rochayatun P 78 80 81 83 80.50 L
28 Septika Furi E. P 76 78 78 80 78.00 L
29 Tutik Kurnia Sari P 76 79 78 78 77.75 L
30 Tyas Ayu Dyah T P 78 78 81 77 78.75 L
31 Wahyuti P 78 79 81 78 79.00 L
32 Wika P 77 80 81 77 78.75 L
Nilai Rata-rata 77.50
Berdasarkan hasil belajar peserta didik selama satu semester saat
mengikuti mata pelajaran cetak saring, maka dapat disimpulkan bahwa siswa
Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstik SMK Negeri 9 Surakarta sebagian
besar telah mencapai nilai standart kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan
nilai tertinggi yaitu 83.00 dan nilai terendah yaitu 38.50. Terdapat dua peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
didik yang belun memenuhi nilai standart kriteria ketuntasan mininal, dengan nilai
yang dicapai 38.50 dan 74.45. Berdasarkan hasil tersebut, maka presentase jumlah
peserta didik yang telah memenuhi nilai standart kriteria ketuntasan minimal
adalah 94% sedangkan yang belum adalah 6%. Secara klasikal maka Kelas XI
Program Keahlian Kriya Tekstil telah memenuhi standart kriteria ketuntasan
minimal dengan nilai rata-rata kelas yaitu 77.50.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil studi tentang pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program
Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Tujuan pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya
Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta adalah peserta didik mampu: a) Menjelaskan
dan memahami rambu-rambu tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
b) Menjelaskan dan memahami jenis, sifat dan fungsi dari alat serta bahan
yang digunakan. c) Menjelaskan dan memahami pengertian desain. d)
Menjelaskan dan memahami unsur-unsur desain. e) Menjelaskan dan
memahami prinsip-prinsip desain. f) Menjelaskan dan memahami contoh-
contoh desain yang sesuai pedoman. g) Membuat desain cetak saring untuk t-
shirt, syal, dan sapu tangan. h) Menjelaskan dan memahami cara membuat
diapositif. i) Membuat diapositif dari desain yang telah dibuat. j) Menjelaskan
dan memahami langkah-langkah proses afdruk. k) Melakukan proses afdruk
dengan benar (sesuai prosedur). l) Menjelaskan dan memahami langkah-
langkah proses pencetakan. m) Melakukan proses mencetakan dengan benar
(sesuai prosedur). n) Melakukan kegiatan fiksasi warna dengan benar (sesuai
prosedur). o) Membuat kemasan, jahitan, assesoris, bingkai, atau label
identitas karya.
2. Materi pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya
Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta adalah: a) Rambu-rambu tentang kesehatan
dan keselamatan kerja (K3). b) Jenis, sifat, dan fungsi dari alat dan bahan
yang digunakan. c) Pembuatan desain cetak saring. d) Pembuatan diapositif.
e) Proses afdruk. f) Proses pencetakan. g) Fiksasi warna. h) Pengemasan.
3. Metode yang digunakan oleh Bapak Joko Agus Pambudi, S.Sn., Bapak Drs.
Budi Susanto, dan Bapak Drs. Purwanto Joko Sulistyono selaku guru mata
pelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Negeri 9 Surakarta adalah: a) Metode ceramah digunakan untuk
menyampaikan materi teori pengantar praktek. Saat metode ini digunakan,
sebagian peserta didik memperhatikan namun sebagian ada pula yang
berbicara sendiri dengan teman disampingnya. b) Metode tanya jawab
digunakan untuk menanyakan kepada peserta didik terkait materi yang telah
disampaikan. Hanya sebagian peserta didik yang menanyakan materi
pembelajaran yang belum dimengerti, begitu pula sebaliknya, hanya sebagian
yang berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. c) Metode
diskusi digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dialami oleh
peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Metode ini digunakan untuk
menentukan desain yang akan disablon dalam satu kelompok. d) Metode
instruksi (penberian tugas) diberikan kepada peserta didik saat materi teori
maupun praktek berlangsung. e) Metode demonstrasi digunakan untuk
memperagakan suatu proses kepada peserta didik, yaitu proses membuat
diapositif, proses afdruk, proses pencetakan, proses fiksasi warna, dan proses
pengemasan. f) Metode mengajar beregu (team teaching), dengan
menggunakan metode ini, Bapak Joko Agus Pambudi, S.Sn., Bapak Drs. Budi
Susanto, dan Bapak Drs. Purwanto Joko Sulistyono selaku guru mata
pelajaran cetak saring bekerja sama untuk menyampaikan materi dan
memberikan tugas kepada peserta didik dari pertemuan pertama sampai
terakhir.
4. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru saat pembelajaran cetak
saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta
adalah: a) Media audio dan visual, yang terdiri dari: LCD (Proyektor) yang
digantungkan di langit-langit serta laptop pribadi Bapak Joko Agus Pambudi,
S.Sn., Bapak Drs. Budi Susanto, maupun Bapak Drs. Purwanto Joko
Sulistyono, papan tulis (white board) berukuran 240 x 120 cm, spidol (board
maker) dengan merk dagang Snowman, penghapus papan tulis, dan poster
hasil print out, b) Material collections, yang terdiri dari dokumentasi atau
hasil karya cetak saring yang dibuat oleh para peserta didik yang telah naik ke
kelas XII dan t-shirt yang sengaja dibeli oleh Bapak Joko Agus Pambudi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
S.Sn., Bapak Drs. Budi Susanto, dan Bapak Drs. Purwanto Joko Sulistyono,
c) Benda-benda tiga dimensi, yaitu alat dan bahan yang diperlukan dalam
proses praktikum cetak saring, antara lain: alat dan bahan untuk mendesain
yaitu: pensil, karet penghapus, kertas HVS, kertas gambar ukuran A4, dan
pensil warna; alat dan bahan untuk membuat diapositif yaitu: mika transparan
ukuran A4 (21 x 29,7 cm), opaque ink, pen kodok, meja gambar, staples,
tempat air mineral yang difungsikan sebagai palet, dan bedak bayi dengan
alat dan bahan untuk proses afdruk yaitu: screen berjenis
polister multifilamen dengan kerapatan pori-pori 62 T dan berukuran 40 x 60
cm, busur, diapositif, larutan emulsi dan sensitizer (obat peka cahaya) dengan
hair dryer, meja afdruk, hand sprayer, busa dengan
ketebalan 5 cm dan berukuran 40 x 60 cm, triplek berukuran 40 x 60 cm, dan
kain hitam dengan ukuran 128 x 80 cm; serta alat dan bahan untuk proses
pencetakan yaitu: kain katun berwarna putih, klise negatif, textile screen ink
(Binder NF dan NF Medium SP), rakel berujung lancip, mangkuk plastik,
sendok plastik, lakban, setrika beserta meja setrika, dan pigmen berwarna
putih, hitam, merah, biru, kuning, d) Sumber pembelajaran yang berupa buku
atau modul dengan judul: usun oleh
Budiyono, dkk. terbitan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional dan
terbitan Yrama Widya Bandung.
e) Ruang khusus yang telah disediakan di bengkel tekstil yang terdiri dari:
ruang teori yang digunakan saat pelajaran teori berlangsung, ruang desain
yang di dalamnya terdapat meja gambar khusus untuk para peserta didik saat
mendesain, ruang gelap yang digunakan untuk membuat klise negatif dan bak
serta pompa air di luar bengkel tekstil yang digunakan untuk mencuci.
5. Evaluasi pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya
Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta yang digunakan oleh Bapak Joko Agus
Pambudi, S.Sn., Bapak Drs. Budi Susanto, dan Bapak Drs. Purwanto Joko
Sulistyono untuk mengetahui daya serap peserta didik terhadap materi teori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
yaitu berupa: test tertulis dan test lisan sedangkan pada pelajaran praktek,
evaluasi dilakukan dengan cara observasi atau mengamati sikap dan kegiatan
peserta didik selama melakukan parktek cetak saring dan melihat hasil kerja
(hasil karya) peserta didik selama praktek. Penilaian hasil kerja (hasil karya)
diperoleh dari beberapa aspek yaitu: a) Aspek persiapan kerja, memiliki
bobot penilaian 15 %, yang terdiri dari: 1) Persiapan tempat kerja yang
memiliki bobot penilaian 5%, 2) Persiapan alat dan bahan kerja yang
memiliki bobot penilaian 5%, 3) Persiapan sumber dan acuan kerja yang
memiliki bobot penilaian 5%. b) Aspek proses kerja, memiliki bobot
penilaian 25%, yang terdiri dari: 1) Sikap kerja peserta didik yang memiliki
bobot penilaian 5%, 2) langkah kerja peserta didik yang memiliki bobot
penilaian 5%, 3) Kemandirian kerja peserta didik yang memiliki bobot
penilaian 5%, 4) Kerjasama kelompok yang memiliki bobot penilaian 5%, 5)
Efisien dan efektifitas kerja peserts didik yang memiliki bobot penilaian 5%.
c) Aspek hasil karya, memiliki bobot penilaian 60%, yang terdiri dari: 1)
Kreativitas peserta didik yang memiliki bobot penilaian 25%, 2) Kebersihan
dan kerapian hasil karya yang memiliki bobot penilaian 15%, 3) Ketepatan
waktu yang memiliki bobot penilaian 5%, 4) Finishing karya yang memiliki
bobot penilaian 15%.
6. Hasil belajar cetak saring di Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil SMK
Negeri 9 Surakarta selama satu semester dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar peserta didik telah mencapai nilai standart kriteria ketuntasan minimal
(KKM) dengan nilai tertinggi yaitu 83.00 dan nilai terendah yaitu 38.50.
Terdapat dua peserta didik yang belun memenuhi nilai standart kriteria
ketuntasan mininal, dengan nilai yang dicapai 38.50 dan 74.45. Berdasarkan
hasil tersebut, maka presentase jumlah peserta didik yang telah memenuhi
nilai standart kriteria ketuntasan minimal adalah 94% sedangkan yang belum
adalah 6%. Secara klasikal maka Kelas XI Program Keahlian Kriya Tekstil
SMK Negeri 9 Surakarta telah memenuhi standart kriteria ketuntasan
minimal dengan nilai rata-rata kelas yaitu 77.50.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
B. Implikasi
Implikasi dari studi tentang pembelajaran cetak saring di Kelas XI Program
Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Bagi sekolah, dapat mengetahui masalah penjadwalan pembelajaran yang
dilaksanakan di bengkel tekstil sehingga dapat mengupayakan pembelajaran
yang berlangsung di bengkel tekstil agar tidak bertabrakan antara kelas yang
satu dengan kelas yang lainnya.
2. Bagi para guru mata pelajaran produktif cetak saring, dapat mengetahui
bahwa dalam menerapkan metode mengajar beregu (team teaching) harus
didiskusikan terlebih dahulu sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran
persepsi antar guru yang satu dengan yang lainnya tidak bertentangan dan
para peserta didik tidak binggung untuk menentukan pandangan mana yang
harus mereka ikuti serta dapat mengetahui kurangnya perencanaan
pembelajaran yang mengakibatkan tidak semua materi pembelajaran
disampaikan kepada peserta didik.
3. Bagi peserta didik, dapat mengetahui kurangnya kreativitas dalam membuat
desain untuk cetak saring.
C. Saran
Berdasarkan hasil studi tentang pembelajaran cetak saring di Kelas XI
Program Keahlian Kriya Tekstil SMK Negeri 9 Surakarta, penulis dapat
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Saran bagi pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan ruang belajar
sekaligus praktek untuk peserta didik program keahlian kriya tekstil,
khususnya kelas XI. Saat pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran produktif
kriya tekstil, semua peserta didik program keahlian kriya tekstil mulai dari
kelas X sampai XII bersama-sama menggunakan bengkel tekstil. Penggunaan
bengkel tekstil yang bersamaan ini tentunya mengganggu pelaksanaan
pembelajaran kelas yang lainnya, terlebih lagi saat pelajaran teori karena
antara ruang teori pertama dengan ruang teori kedua tidak memiliki sekat.
Diharapkan pihak sekolah dapat mengatur jadwal pembelajaran tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
sehingga pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di bengkel tekstil
dapat berjalan dengan efektif.
2. Saran bagi pihak guru mata pelajaran cetak saring, hendaknya dapat
meningkatkan lagi motivasi dan kreativitas peserta didik untuk berkarya,
khususnya dalam hal membuat desain cetak saring sehingga peserta didik
mampu membuat desain yang original hasil kreativitas mereka sendiri. Para
guru juga harus mencoba untuk menyamakan persepsi sebagai team teaching,
persepsi guru yang berbeda-beda dapat membuat peserta didik merasa
bingung untuk menentukan pandangan siapa yang harus mereka ikuti. Selain
itu juga hendaknya agar lebih teliti dalam merancang dan menganalisa
program pembelajaran agar semua materi pembelajaran dapat diberikan
kepada peserta didik.
3. Saran bagi para peserta didik, hendaknya menggunakan kreativitas yang
mereka miliki untuk membuat desain cetak saring. Peserta didik dalam
mendesain hendaknya tidak menjiplak desain-desain yang telah ada, paling
tidak mereka harus dapat mengubah dan mengembangkan desain yang telah
ada tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user