78
STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT) SEBAGAI PENDUGA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2003 DAN TAHUN 2004 Oleh : SETYA CANDRA HERYALIANTO E14201054 PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

  • Upload
    lethuan

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT)

SEBAGAI PENDUGA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2003 DAN TAHUN 2004

Oleh :

SETYA CANDRA HERYALIANTO

E14201054

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 2: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT)

SEBAGAI PENDUGA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2003 DAN TAHUN 2004

Setya Candra Heryalianto

Karya Ilmiah

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Page 3: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

RINGKASAN

Setya Candra Heryalianto. Studi Tentang Sebaran Titik Panas (HOTSPOT)

Sebagai Penduga Kebakaran Hutan dan Lahan di Propinsi Kalimantan

Barat Tahun 2003 dan Tahun 2004. Dibimbing oleh Dr. Ir. Bambang Hero

Saharjo M.Agr.

Setiap tahun hampir bisa dipastikan di propinsi Kalimantan Barat terjadi

kebakaran hutan dan lahan yang seringkali mengkambinghitamkan keadaan iklim

sebagai penyebabnya, meskipun diketahui selain faktor alami, faktor manusia

sangat berperan dalam terjadinya kebakaran hutan dan lahan ini. Oleh karena itu

perlu dilakukan penelitian, seberapa jauh keadaan alam dapat mempengaruhi

terjadinya kebakaran. Dalam hal ini faktor alami tersebut dilihat dari nilai KBDI.

Berdasarkan hasil penghitungan jumlah titik panas di Kalimantan Barat

tahun 2003 dan tahun 2004, diketahui bulan yang memiliki jumlah titik panas

yang ekstrim yaitu bulan Agustus, September dan Oktober. Dengan demikian

dapat diduga peluang terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang paling tinggi di

propinsi Kalimantan Barat terjadi pada bulan Agustus, September dan Oktober.

Pembandingan nilai KBDI dengan jumlah titik panas dilakukan dengan

cara grafis dan penghitungan nilai korelasi (r). Pada tahun 2003, terlihat pola

grafik jumlah titik panas mengikuti pola rata-rata KBDI bulanan. Begitupun nilai

korelasi bernilai sedang serta bertanda positif yang berarti bahwa hubungan antara

peningkatan nilai KBDI tidak diikuti dengan penurunan jumlah titik panas. Pada

tahun 2004, meskipun memiliki nilai r yang cukup besar, pola grafik menunjukan

jumlah titik panas yang tidak lazim dibandingkan dengan peningkatan nilai KBDI.

Dari hasil perbandingan ini terlihat bahwa terjadinya kebakaran bukan disebabkan

oleh faktor alami. Diduga kebakaran yang terjadi lebih dikarenakan adanya

pembakaran hutan, baik untuk pembukaan ataupun penyiapan lahan.

Pada areal penutupan lahan didapatkan hasil bahwa HPH memiliki jumlah

panas tertinggi untuk tahun 2003 dan pada tahun 2004 puncak sebaran titik panas

berada pada perkebunan. Jumlah titik panas di kabupaten tahun 2003 dan tahun

Page 4: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

2004 menunjukan bahwa Kabupaten Sintang memiliki jumlah titik panas yang

lebih dominan dibandingkan kabupaten lain.

Jumlah titik panas yang tinggi selalu diikuti dengan peningkatan nilai

KBDI tahunan maupun bulanan, akan tetapi antara besarnya peningkatan nilai

KBDI dan jumlah titik panas yang terdeteksi tidak berimbang bahkan tidak lazim.

Hal tersebut diduga karena kebakaran yang terjadi di Kalimantan Barat akibat dari

pembakaran untuk pembukaan hutan dan lahan.

Page 5: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Kediri pada tanggal 11 Juli

1983 merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari

pasangan Bapak Yulianto dan Ibu Mukar Hartati. Pendidikan

formal penulis dimulai pada tahun 1988 di TK Perba Mojoroto

Kediri, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri Sukorame II

Kediri dan lulus pada tahun 1995, pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan ke SLTPN 6 Kediri dan lulus pada tahun 1998. Selanjutnya penulis

menjalani pendidikan di SMUN 5 Kediri dan lulus pada tahun 2001.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2001 melalui

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan memilih Program Studi Budidaya

Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Pada tahun 2004

penulis melakukan Praktek Umum Kehutanan (PUK) di BKPH Rawa Timur,

KPH Banyumas Barat dan BKPH Gunung Selamet, KPH Banyumas Timur dan

Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) di Getas, kampus praktek lapang

Universitas Gajah Mada. Pada Bulan Februari-April tahun 2005, penulis

mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Sebangun Bumi Andalas (SBA)

Palembang

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan

diantaranya, Forest Manajemen Student Club (FMSC) pada tahun 2002 – 2003,

aktif di organisasi kedaerahan yaitu KAMAJAYA (Keluarga Mahasiswa Jaya

Baya Kediri).

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di

Fakultas Kehutanan IPB, Penulis melakukan penelitian dengan judul “Studi

Tentang Sebaran Titik Panas (HOTSPOT) Sebagai Penduga Kebakaran

Hutan dan Lahan di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003 dan Tahun

2004” dibawah bimbingan Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr.

Page 6: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan ini dapat diselesaikan. Sholawat

beserta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhamad SAW sebagai suri tauladan

bagi seluruh umat manusia.

Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan

penelitian dalam rangka penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk memperoleh

gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Usulan penelitian ini berjudul

“Studi Tentang Titik Panas (Hotspot) Sebagai penduga Kebakaran Hutan Dan

Lahan Di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003 Dan Tahun 2004”. Di Indonesia

bencana kebakaran hutan menjadi langganan setiap tahun di daerah seperti

Kalimantan dan Riau. Salah satu kegiatan pencegahan adalah melalui Early

Detection System (Sistem Deteksi Dini) yang menggunakan data hotspot. Dengan

adanya hotspot maka pengendalian kebakaran hutan dan lahan di lapangan dapat

segera dilakukan.

Penulis berharap proposal penelitian ini berguna bagi semua pihak.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Bambang Hero

Saharjo, M. Agr yang telah membimbing dari persiapan sampai akhir penyusunan

penelitian ini.

Bogor, Agustus 2006

Penulis

Page 7: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... ......................................................................................... i

DAFTAR TABEL. .................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR. .............................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang. ............................................................................. 1

B. Tujuan. ........................................................................................... 2

C. Manfaat. ......................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebakaran Hutan. ......................................................................... 3

1. Pengertian Umum Kebakaran Hutan. ....................................... 3

2. Tipe Kebakaran Hutan. ............................................................. 5

3. Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan. .................................. 6

4. Faktor-faktor Pendukung Kebakaran Hutan. ............................ 7

5. Dampak Kebakaran Hutan. ....................................................... 9

B. Titik Panas (Hotspot). ................................................................... 12

C. Indeks Kekeringan Keetch dan Byram. ........................................ 14

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian. ...................................................... 16

B. Bahan dan Alat Penelitian. ............................................................ 16

C. Pelaksanaan Penelitian. ................................................................. 16

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Geografi. ....................................................................................... 21

B. Jenis Tanah. .................................................................................. 21

C. Iklim. ............................................................................................. 21

D. Administrasi Pemerintahan. .......................................................... 21

E. Daerah Rawan Kebakaran. ........................................................... 22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil. ............................................................................................... 23

B. Pembahasan. ................................................................................... 42

Page 8: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan. .................................................................................... 43

B. Saran. .............................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 44

LAMPIRAN.............................................................................................. 46

Page 9: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Kriteria Kerawanan Kebakaran Berdasarkan KBDI. .......................... 15

2. Sebaran Titik Panas (Hotspot) di Kalimantan Barat. ............................ 19

3. Tipe Penggunaan Lahan. ...................................................................... 20

4. Jumlah Titik Panas Bulanan Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan

Barat Tahun 2003 ................................................................................. 36

5. Jumlah Titik Panas Bulanan Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan

Barat Tahun 2004 ................................................................................. 37

Page 10: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Segitiga Api ............................................................................................ 4

2. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Bulanan Propinsi Kalimantan Barat

Tahun 2001 dan Tahun 2004 .................................................................. 24

3. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Areal Penutupan

Lahan di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003 ................................... 25

4. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Areal Penutupan

Lahan di Propinsi Kalimantan Barat tahun 2004 .................................... 27

5. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Beberapa Kabupaten

di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003 .............................................. 28

6. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Beberapa Kabupaten

di Propinsi Kalimantan barat Tahun 2004 .............................................. 30

7. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Tahunan Pada Areal Penutupan

Lahan di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003 dan Tahun 2004 ........ 31

8. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Tahunan Pada Beberapa Kabupaten

di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003 dan Tahun 2004 ................... 32

9. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Tahunan di Propinsi Kalimantan

Barat tahun 2003 dan Tahun 2004 .......................................................... 32

10. Grafik Indeks Kekeringan Keetch – Byram Propinsi Kalimantan Barat

Tahun 2003 ............................................................................................. 33

11. Grafik Indeks Kekeringan Keetch – Byram Propinsi Kalimantan Barat

Tahun 2004 ............................................................................................. 34

12. Grafik Indeks Kekeringan Keetch – Byram Kabupaten Sintang

Kalimantan Barat Tahun 2003 ................................................................ 35

13. Grafik Indeks Kekeringan Keetch – Byram Kabupaten Sintang

Kalimantan Barat Tahun 2004 ................................................................ 37

14. Grafik Hubungan Rata – Rata KBDI Bulanan dengan Jumlah Titik

Panas Bulanan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003.......................... 38

15. Grafik Hubungan Rata – Rata KBDI Bulanan dengan Jumlah Titik

Panas Bulanan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2004.......................... 39

Page 11: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Sebaran Titik panas Bulanan Propinsi Kalimantan Barat ...................... 46

2. Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Areal Penutupan Lahan .................. 47

3. Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Beberapa Kabupaten ....................... 48

4. Sebaran Titik Panas Tahunan Pada Areal Penutupan Lahan .................. 49

5. Sebaran Titik Panas Tahunan Pada Beberapa Kabupaten ...................... 50

6. Tabel Contoh Perhitungan KBDI ........................................................... 51

7. Grafik Regresi Linear Hubungan Antara Jumlah Titik Panas Bulanan

Dengan Luas Kebakaran Hutan dan Lahan Bulanan............................... 52

8. Nilai KBDI Tujuh Stasiun Pengamatan Cuaca Propinsi Kalimantan

Barat Tahun 2003 dan Tahun 2004.......................................................... 53

Page 12: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan anugerah dari Allah SWT yang diciptakan untuk

dimanfaatkan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Pemanfaatan hutan harus

berjalan beriringan dengan pemeliharaan maupun perawatannya, sehingga

keberadaanya akan tetap dirasakan. Hutan sebagai aset bangsa memiliki

pencerahan bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Kelestarian hutan

merupakan jaminan bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia

khususnya dan dunia pada umumnya. Dunia kehutanan yang pada saat ini

mengalami degradasi baik area hutan maupun sumberdaya manusia pengelola

hutan memerlukan pemulihan dan perbaikan yang mengarah pada manajemen

hutan yang berkelanjutan. Dengan pengelolaan hutan yang dilakukan dengan

sebaik-baiknya maka nilai fungsi dari kehutanan akan dapat dirasakan manfaatnya

oleh masyarakat dalam rangka menuju kesejahteraan yang berkeadilan.

Luas hutan saat ini sangat menurun drastis, hal ini menunjukkan bahwa

kesadaran akan memelihara hutan sangat kurang. Hutan yang memiliki fungsi

serbaguna, bermanfaat hasilnya baik berupa kayu maupun non kayu, perlindungan

terhadap banjir, erosi dan flora-fauna serta jasa yang dapat dijadikan wisata,

persediaan oksigen dan lain-lain harus dipertahankan keberadaannya. Hutan yang

memiliki fungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya mengalami penurunan

kualitas maupun kuantitas sebagai akibat dari terjadinya gangguan baik secara

alami maupun buatan, salah satu gangguan yang terjadi adalah kebakaran hutan.

Kebakaran hutan yang terjadi, telah menimbulkan dampak ekonomi yang

sangat merugikan serta kerusakan ekosistem yang membawa dampak yang sangat

luas bagi kehidupan manusia, tidak hanya secara nasional tetapi juga berpengaruh

secara global, misalnya asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan tersebut tidak

hanya terasa di Indonesia tetapi juga telah menyebar ke negara tetangga seperti

Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam dan Filipina. Kabut asap ini

mengganggu transportasi udara dan laut serta meningkatkan polusi udara.

Page 13: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran hutan

maka perlu dilakukan usaha pengendalian secara terus-menerus. Upaya

pengendalian ini meliputi kegiatan pencegahan (Prevention) yang dilakukan

sebelum kebakaran terjadi dan kegiatan pemadaman (Supression) yang dilakukan

setelah terjadi kebakaran.

Salah satu kegiatan pencegahan kebakaran hutan adalah melalui Early

Detection System (Sistem Diteksi Dini) dengan menggunakan data hotspot.

Hotspot merupakan titik panas yang dapat dimonitor oleh satelit National Oceanic

and Atmospheric Administration (NOAA) yang dilengkapi dengan sensor

Advance Very High Resolution Radiometer (AVHRR) untuk suhu 37oC dan 42oC,

pada hotspot bisa terdapat titik api dengan suhu 350oC. Pemantauan hotspot

dengan menggunakan satelit sangat tergantung pada penutupan awan, sehingga

tidak semua hotspot terpantau oleh satelit. Dengan adanya Hotspot maka

pengendalian kebakaran hutan dan lahan di lapangan dapat segera dilakukan.

B. Tujuan

1. Untuk mempelajari sebaran titik panas (Hotspot) sebagai penduga

terjadinya kebakaran hutan dan lahan di propinsi Kalimantan Barat tahun

2003-2004.

2. Membandingkan sebaran titik panas (Hotspot) dengan nilai indek

kekeringan Keetch-Byram (KBDI-Keetch and Byram Drought Index).

C. Manfaat

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang

daerah-daerah dan penggunaan lahan yang memiliki sebaran hotspot yang

tinggi, yang diduga sebagai daerah yang rawan akan terjadinya kebakaran

hutan dan lahan di propinsi Kalimantan Barat.

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu pengendalian

kebakaran hutan dan lahan melalui Early Detection System (Sistem

Diteksi Dini) di propinsi Kalimantan Barat.

Page 14: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KEBAKARAN HUTAN

1. Pengertian umum kebakaran hutan

Kebakaran hutan secara umum merupakan kejadian alam dari proses

reaksi secara cepat dari oksigen dengan karbohidrat (bahan bakar hutan) ditandai

dengan panas serta biasanya menghabiskan bahan bakar hutan seperti serasah,

tumbuhan bawah, semak-semak, dan pepohonan. Ciri penting dari kebakaran

hutan adalah sifatnya yang tidak tertekan dan menyebar secara bebas (Brown dan

Davis, 1973). US Forest Service (1956) dalam Brown dan Davis (1973)

mendefinisikan kebakaran hutan sebagai suatu proses pembakaran yang menyebar

secara bebas yang mengkonsumsi bahan bakar hutan seperti serasah, rumput,

humus, ranting, kayu mati, tiang, gulma, semak, dedaunan, serta pohon-pohon

besar untuk tingkat terbatas. Kebakaran adalah fenomena alam yang merupakan

kebalikan dari proses fotosintesis.

Proses Fotosintesis :

CO2 + H2O + Energi matahari ( C6H12O6 ) n + O2

Proses Pembakaran :

(C6H12O6) n + O2 + Kindling temperature CO2 + H2O + Energi Panas

Clar dan Chatten (1954) menjelaskan ada tiga unsur yang

mempengaruhi terjadinya api kebakaran yaitu bahan bakar, oksigen dan sumber

panas. Ketiga kombinasi ini sering disebut segitiga api.

Sumber Panas API Oksigen (O2)

Bahan Bakar

Gambar 1. Segitiga Api ( Clar dan Chatten, 1954 )

Page 15: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Prinsip segitiga api ini merupakan dasar dalam strategi penanggulangan

kebakaran hutan. (De Bano. et. al, 1998) menyatakan fase kebakaran hutan terdisi

dari :

a. Fase Pre-Ignition (fase pra pemanasan)

Bahan bakar mulai terpanaskan, kering dan mulai mengalami pirolisis

yaitu terjadi pelepasan uap air, CO2 dan gas-gas yang mudah terbakar

termasuk methane, methanol dan hidrogen. Dalam proses pirolisis ini reaksi

berubah dari endotermic (memerlukan panas) menjadi exothermic

(melepaskan panas). Bahan bakar kayu busuk (rotten Wood) menghasilkan

panas yang berbeda dibanding dengan kayu sehat (sound wood) yaitu dibawah

150oC. Proses eksotermik mencapai puncak dari suhu 300-400oC pada kayu

sehat (sound wood) pelepasannya lebih banyak daripada kayu busuk (rotten

wood). Ini bisa membantu menerangkan pada kayu busuk (rotten wood)

pemanasannya lebih mudah disebabkan oleh petir atau bunga api dari sistem

energi.

b. Fase Flamming combustion

Pirolisis melaju dan mempercepat oksidasi dari gas-gas yang dapat

terbakar dan uap air mengakibatkan pirolisis meningkat di sekitar bahan bakar

termasuk O2 dan pambakaran terjadi selama ini. Api mulai menyala dan dapat

merambat dengan cepat akibat hembusan angin dan gas-gas yang pada tahap

flamming mudah terbakar menandai penyalaan bahan bakar. Gas-gas mudah

menyala lebih cepat dihasilkan dan reaksi kimia menjadi proses eksotermik

yang lebih kuat mencapai puncak sekitar suhu 320oC. Meskipun gas-gas lebih

mudah menyala pada suhu diatas 320oC, gas-gas tersebut tidak akan menyala

bahkan ketika bercampur dengan udara pada suhu 425oC-480oC. Suhu

maksimum yang bisa dihasilkan oleh pembakaran gas-gas dari wildland fuels

yaitu antara 1900oC dan 2000oC dengan campuran gas dan udara yang ideal.

c. Fase Smoldering

Terdapat dua zona yang merupakan karakteristik dari fase ini yaitu zona

pirolisis dengan berkembangnya hasil-hasil pembakaran dan zona arang

dengan pelepasan hasil pembakaran yang tidak terlihat. Laju penjalaran api

mulai menurun karena bahan bakar tidak dapat mensuplai gas-gas yang dapat

Page 16: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

terbakar dalam jumlah yang cukup dan pada laju yang dibutuhkan untuk

pembakaran yang dahsyat. Kemudian panas yang dilepaskan menurun dan

suhunya pun menurun menyebabkan gas-gas lebih banyak berkondensasi ke

dalam asap. Proses ini menyebar lambat, sekitar 3 cm/jam (1 inch/jam).

Proses ini bisa menaikkan temperatur tanah mineral diatas 300oC untuk

beberapa jam dengan suhu maksimum sekitar 600oC yang menyebabkan

dekomposisi bahan organik dan kematian organisme tanah.

d. Fase Glowing

Fase ini merupakan fase akhir dari smoldering. Bila suatu kebakaran

mencapai fase glowing, sebagian besar dari gas-gas yang mudah menguap

akan hilang dan oksigen mengadakan kontak langsung dengan permukaan dari

bahan bakar yang mengarang. Hasil dari fase ini adalah CO, CO2 dan abu sisa

pembakaran.

e. Fase extinction

Suatu kebakaran akhirnya berhenti bila semua bahan bakar yang tersedia

telah dikonsumsi.

Tiga tahap proses kebakaran pada pohon menurut Chandler et,al. (1983) :

1. Penyerapan panas (endoterm), dimana bahan bakar menyerap panas

sampai mencapai titik bakar.

2. Peningkatan suhu disertai penguapan air dan hancurnya molekul pada

jaringan pohon dan melepaskan kandungannya yang mudah menguap.

3. Pelepasan panas (eksoterm), bahan bakar selulosa terbakar melepas panas.

Bahan bakar yang ada di lantai hutan umumnya terdiri dari serasah, sisa-

sisa kayu dan berbagai jenis tumbuhan bawah. Tiap jenis tumbuhan bawah

memiliki reaksi yang berbeda terhadap pemanasan sinar matahari, ada yang cepat

kering dan ada yang agak lambat.Volumenya bervariasi, ada yang besar, sedang

dan kecil. Oleh karena itu kecepatan menjalarnya api dan besarnya api sangat

tergantung dari keadaan bahan bakar tersebut. (Ruswandy dan Pohan,1981).

2. Tipe Kebakaran Hutan

Menurut lokasi terjadinya kebakaran hutan, Brown dan Davis (1973)

membedakan kebakaran hutan menjadi tiga, yaitu :

Page 17: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

a. Kebakaran Bawah (Ground Fire)

Kebakaran bawah adalah kebakaran hutan yang mengkonsumsi bahan

organik dibawah permukaan tanah pada lantai hutan. Dengan adanya materi

organik yang sangat dalam, seperti dalam lapisan tanah yang sedang

membusuk dan dalam lumpur gambut, dibawah kondisi kering, api mungkin

dapat mencapai dan menjalar beberapa kaki dibawah permukaan tanah.

Kebakaran tipe ini dicirikan dengan adanya bara yang menjalar perlahan,

tanpa adanya nyala dan dengan sedikit asap. Kebakaran tipe ini sulit

diketahui, sehingga sulit juga untuk ditanggulangi. Apabila kelembaban

bahan bakar memungkinkan, kebakaran bawah ini sering diikuti oleh

kebakaran permukaan.

b. Kebakaran Permukaan (Surface Fire)

Kebakaran permukaan merupakan kebakaran yang mengkonsumsi bahan

bakar permukaan seperti serasah dan vegetasi-vegetasi kecil yang ada di

permukaan lantai hutan. Kebakaran jenis ini paling sering terjadi pada

tegakan hutan dari semua jenis pohon. Kebakaran ini dapat menjalar pada

vegetasi yang lebih tinggi bahkan sampai pada tajuk pohon, sesuai dengan

tingkat perkembangannya.

c. Kebakaran atas (Crown Fire)

Kebakaran atas atau kebakaran tajuk adalah kebakaran yang berkembang

dari bagian atas pohon yang satu ke tajuk pohon yang lainnya, dan berasal dari

kebakaran permukaan yang menjalar kearah tajuk permukaan pohon. Dalam

tegakan hutan yang rapat pada kondisi tanah yang curam dan dengan tiupan

angin yang cepat, kebakaran tajuk dapat pula menyebabkan kebakaran

permukaan.

3. Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor alam dan

faktor manusia. Secara alam kebakaran dipengaruhi oleh beberapa faktor

alam yang berkaitan, yaitu iklim (kemarau panjang, petir dan daya alam

lainnya), jenis tanaman (misalnya pinus mengandung resin), tipe vegetasi

(alang-alang, hutan terbakar, hutan-hutan monokultur tertentu), bahan-bahan

Page 18: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

sisa vegetasi (serasah, ranting kering), humus dan lain-lain (Direktorat

Perlingdungan Hukum, 1983 dalam Frangky, 1999).

Sedangkan Suratmo (1983) dalam Frangky (1999) menyatakan bahwa

penyebab kebakaran hutan pada umumnya adalah :

1. Dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

2. Api berasal dari ladang yang berdekatan dengan hutan.

3. Bara dari kereta api.

4. Api dari pekerja hutan dan penebang pohon.

5. Api dari perkemahan (api unggun).

6. Petir.

7. Lain-lain sebab, misalnya api dari gunung berapi.

8. Tidak diketahui penyebabnya.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kebakaran Hutan

a. Jenis Bahan Bakar

Hawley dan Stickel (1948), membagi bahan bakar hutan berdasarkan

potensinya dalam menimbulkan kebakaran ke dalam 7 kelompok, yaitu :

1. Pohon hidup yang menyusun hutan tersebut.

2. Semak belukar.

3. Rumput tanaman penutup tanah.

4. Serasah dan humus.

5. Dahan mati dan lumut yang terdapat pada pohon hidup.

6. Pohon mati yang masih berdiri.

7. Sisa pembalakan.

Chandler et,al. (1983) mengatakan bahwa bahan bakar berdasarkan

lapisannya dapat dikelompokkan menjadi :

1. Bahan Bakar Bawah (Ground Fuels)

Bahan bakar ini terdiri dari duff dan akar-akaran, letaknya berada didalam

bumi yang telah telah terakumulasi selama beberapa tahun dan berasal dari

mineral yang jatuh. Memiliki sifat kekompakan yang tinggi dan sebagian

didekomposisi yang mengakibatkan api menjalar lambat dengan nyala

yang sedikit.

Page 19: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

2. Bahan Bakar Permukaan (Surface Fuels)

Bahan bakar ini berupa bahan bakar herba seperti rumput dan paku-

pakuan. Bahan bakar tersebut memiliki perbedaan yang mencolok karena

tidak sama dengan bahan bakar bawah. Bahan bakar ini sebelumnya

merupakan tumbuh-tumbuhan yang hidup di daerah tersebut dan lebih

merupakan hasil proses biologi dibanding proses mekanik kebakaran

rumput-rumputan lebih cepat menjalar dibanding kebakaran yang lainnya.

3. Bahan Bakar Pertengahan (Middle Fuels)

Bahan bakar yang berupa semak-semak dan pohon-pohon lain yang

mempunyai tinggi lebih dari 2 meter dari tinggi total atau tinggi bebas

cabang atau daun yang berada 1 meter dari permukaan tanah. Tumbuh-

tumbuhan ini mempunyai peranan yang penting dalam mengalihkan api

ketajuk-tajuk pohon hutan.

4. Bahan Bakar Tajuk (Aerial Fuels)

Bahan bakar ini berupa daun, ranting, dan cabang-cabang kecil.

Umumnya bahan bakar tersebut merupakan bahan bakar hidup dan

mempunyai kelembaban yang tinggi sehingga bahan bakar tersebut tidak

akan terbakar kecuali dibakar dalam periode waktu yang lama.

b. Iklim Mikro Dalam Hutan

Musim kemarau yang panjang menyebabkan berkurangnya kelembaban

vegetasi, sehingga pemasukan panas yang rendah pun dapat menyebabkan

kebakaran yang hebat. Pemanasan menyebabkan evaporasi, mengeringnya

material tanaman, meningkatnya suhu hingga 200oC serta terbentuknya gas-

gas yang mudah terbakar dan kebakaran akan meningkat secara cepat karena

adanya panas yang dilepaskan dari kebakaran serasah (Nao, 1982).

c. Topografi

Istilah topografi mengandung pengertian sebagai seluruh permukaan bumi

terutama yang berhubungan dengan bentukan perbukitan, dataran dan aliran-

aliran air (Clar dan Chatten, 1954). Ketinggian tempat, letak lereng, dan

kondisi permukaan tanah berpengaruh pada penjalaran dan kekerasan

pembakaran. Pada daerah yang tidak rata dimana frekuensi dan variasi dari

topografi cukup besar, maka penyebaran kebakaran tidak teratur (Hawley dan

Page 20: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Stickel, 1948). Pada lereng yang curam, api membakar dan menghabiskan

dengan cepat tumbuhan yang dilaluinya, dan api akan menjalar lebih cepat

kearah menaiki lereng. Sebaliknya api yang menjalar kebawah lereng, akan

padam jika melalui daerah lembab yang sering mempunyai kadar air yang

tinggi (Clar dan Chatten, 1954).

d. Waktu Terjadinya Kebakaran Hutan

Menurut Saharjo (1999), pada pagi hari dengan suhu yang relatif rendah

(18-22oC), kelembaban relatif tinggi (95-100%), maka tingkat kadar air bahan

bakar juga akan relatif tinggi (>40%), sehingga api sukar untuk menjalar bila

kebakaran berlangsung. Selain itu pola kebakaran yang terjadi relatif tidak

berubah dari bentuk lingkaran ini karena kecepatan angin relatif stabil atau

boleh dikatakan tidak terlalu berpengaruh. Sementara itu pada siang hari

dengan suhu udara yang relatif tinggi sekitar 35oC, kelembaban relatif 70-

80%, kecepatan angin sekitar 60 meter/menit, dan tentu saja kadar air bahan

bakar yang relatif rendah (<30%), membuat proses pembakaran relatif cepat

dengan berubah-ubah arah, intensitas kebakaran tinggi membuat bentuk

kebakaran yang terjadi tidak beraturan. Bagi bahan bakar yang mengandung

kadar air cukup tinggi (>30%), maka relatif memerlukan energi panas yang

cukup tinggi guna mencapai temperatur penyalaan.

5. Dampak Kebakaran

Beberapa tahun terakhir kebakaran hutan terjadi hampir setiap tahun,

khususnya pada musim kering. Kebakaran yang cukup besar terjadi di

Kalimantan Timur yaitu pada tahun 1982/83 dan tahun 1997/98. Pada tahun

1982/83 kebakaran telah menghanguskan hutan sekitar 3,5 juta hektar di

Kalimantan Timur dan ini merupakan rekor terbesar kebakaran hutan dunia

setelah kebakaran hutan di Brazil yang mencapai 2 juta hektar pada tahun 1963

(Soeriaatmadja, 1997).

Menurut Chandler et,al. (1983) dan Oemijati (1986), kebakaran hutan

banyak memberikan pengaruh pada areal tersebut yaitu terhadap tanah, udara,

iklim (terutama iklim mikro), vegetasi, margasatwa, ekosistem. Kebakaran hutan

yang cukup besar seperti yang terjadi pada tahun 1997/1998 menimbulkan

dampak yang sangat luas disamping kerugian material kayu, non kayu dan

Page 21: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

hewan. Dampak negatif yang sampai menjadi isu global adalah asap dari hasil

pembakaran yang telah melintasi batas negara. Sisa pembakaran selain

menimbulkan kabut asap juga mencemari udara dan meningkatkan kadar gas

rumah kaca.

Menuurut Hawley dan Stickel (1948), kebakaran hutan menimbulkan

dampak antara lain :

1. Kerusakan terhadap pohon yang terbakar. Hal ini dikarenakan suhu

kebakaran tinggi sempat membakar jaringan kambium dari pohon secara

melingkar, sehingga pohon tersebut mati atau setengah mati. Pada bagian

pohon yang terbakar biasanya mengalami luka yang parah sehingga sangat

mudah untuk roboh.

2. Kerusakan terhadap anakan pohon. Kebakaran akan mematikan anakan

pohon yang ada di hutan karena suhu yang tinggi.

3. Gangguan terhadap tanah hutan biasanya terjadi pada sifat fisik dan kimia

tanah, karena dengan terbukanya tajuk hutan, sinar matahari akan langsung

mengenai tanah sehingga tanah akan sulit meresapkan air dan efek panas dari

api dan pengaruh abu.

4. Penurunan produktifitas hutan karena banyak kayu-kayu yang terbakar,

sehingga nilainya secara ekonomis menurun.

5. Penurunan dari segi nilai rekreasi dan keindahan.

6. Turunnya kesejahteraan penduduk sekitar hutan karena sumberdaya yang

sering mereka gunakan sering terbakar, sehingga kehidupan sehari-hari

kurang terpenuhi.

7. Berkurangnya sumber makanan ternak yang biasanya terdapat di areal hutan,

karena setelah terbakar sumber makanan tersebut sulit diperoleh.

Suksesi pada areal kebakaran biasanya diawali dengan munculnya

rerumputan yang diikuti oleh semak dan pepohonan. Kebakaran hutan yang

hebat dapat menyebabkan matinya mikroorganisme pada kedalaman sekitar 7 cm

dari permukaan tanah. Pengaruh kebakaran pada mikroorganisme invertebrata

dan vertebrata berubah setiap saat, tetapi pengaruh yang paling dominan adalah

Page 22: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

mengubah habitat mereka. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada tipe

kebakaran dan tipe vegetasinya (Fuller, 1991).

Menurut Haeruman (1980), satwa liar yang terpengaruh secara langsung

oleh kebakaran hutan adalah hewan-hewan yang mempunyai kemampuan

terbatas untuk berpindah jauh atau bergerak cepat dan hewan yang hanya tahan

terhadap kondisi suhu dan kelembaban tertentu seperti serangga dan amfibia.

Asap tebal dari kebakaran hutan berdampak negatif karena dapat

mengganggu kesehatan masyarakat terutama gangguan saluran pernapasan.

Selain itu asap tebal juga mengganggu transportasi khususnya tranportasi udara

disamping transportasi darat, sungai, danau, dan laut. Pada saat kebakaran hutan

yang cukup besar banyak kasus penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan.

Sementara pada transportasi darat, sungai, danau dan laut terjadi beberapa kasus

tabrakan atau kecelakaan yang menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda.

Dampak lainnya adalah kerusakan hutan setelah terjadi kebakaran dan

hilangnya margasatwa. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena

struktur tanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan

menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi

menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir

pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat

banjir tersebut juga sulit diperhitungkan.

Perusakan serasah atau lapisan penutup tanah akibat ganasnya api atau

mekanisme lainnya akan menyebabkan perubahan yang dramatis di dalam suplai

makanan, kandungan air, suhu dan pH tanah, yang mengurangi sepertiga jumlah

fauna tanah (Pearse, 1946). Serasah membantu tanah dalam mempertahankan

tingginya tingkat kelembaban yang bertanggung jawab terhadap kestabilan

temperatur sehingga tubuh hewan yang hidup di dalam tanah tidak kehilangan

kelembaban (Pearse, 1946).

Kebakaran hutan dapat membunuh organisme (makroorganisme dan

mikroorganisme) tanah yang bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah.

Makroorganisme tanah misalnya: cacing tanah yang dapat meningkatkan aerasi

dan drainase tanah, dan mikroorganisme tanah misalnya : mikorisa yang dapat

Page 23: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

meningkatkan ketersediaan unsur hara P, Zn, Cu, Ca, Mg, dan Fe akan terbunuh.

Selain itu, bakteri penambat (fiksasi) nitrogen pada bintil-bintil akar tumbuhan

Leguminosae juga akan mati sehingga laju fiksasi nitrogen akan menurun (Kantor

Meneg L.H., 1998; Setjamidjaja dan Wirasmoko, 1994).

Mikroorganisme, seperti bakteri dekomposer yang ada pada lapisan

serasah saat kebakaran pasti akan mati. Dengan temperatur yang melebihi normal

akan membuat mikroorganisme mati, karena sebagian besar mikroorganisme

tanah memiliki adaptasi suhu yang sempit. Namun demikian, apabila

mikroorganisme tanah tersebut mampu bertahan hidup, maka ancaman berikutnya

adalah terjadinya perubahan iklim mikro yang juga dapat membunuhnya. Dengan

terbunuhnya mikroorganisme tanah dan dekomposer seperti telah dijelaskan di

atas, maka akan mengakibatkan proses humifikasi dan dekomposisi menjadi

terhenti.

B. TITIK PANAS (HOTSPOT)

Menurut Anderson, et,al. (1999), pada awalnya hotspot diidentikkan dengan

titik api, namun dalam kenyataannya tidak semua hotspot mengindikasikan

adanya titik api. Istilah hotspot lebih tepat bila bersinonimkan dengan titik panas.

Sebuah titik panas merupakan satu pixel pada potret satelit adalah suatu

areal 1.1 km2, dimana tinggi temperatur permukaannya mengindikasikan adanya

kebakaran. Panas permukaan tersebut diukur oleh satelit NOAA yang dilengkapi

oleh sensor-sensor radiometer mutakhir beresolusi sangat tinggi (Fire Fight South

East Asia, 2002).

Hotspot adalah titik panas yang diindikasikan sebagai lokasi kebakaran

hutan dan lahan. Parameter ini sudah digunakan secara meluas di berbagai negara

untuk memantau kebakaran hutan dan lahan dari satelit. Cara diteksi terjadinya

kebakaran hutan dan lahan adalah dengan pengamatan titik panas (hotspot). Titik

panas (hotspot) dapat diditeksi dengan satelit NOAA (National Oceanic and

Atmospheric Administration) yang dilengkapi sensor AVHRR (Advenced Very

Hight Resulation Radiometer). Dalam menditeksi kebakaran hutan, satelit NOAA

tidak menditeksi kebakaran (suhu) secara langsung namun yang diditeksi adalah

hotspot.

Page 24: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Titik panas (hotspot) dapat diditeksi dengan satelit NOAA yang dilengkapi

sensor AVHRR yang bekerja berdasarkan pancaran energi thermal dari objek

yang diamati dari suatu areal yang bersuhu 42oC. Satelit ini sering digunakan

untuk penditeksian wilayah tersebut karena salah satu sensornya yang dapat

membedakan suhu permukaan di darat atau laut. Kelebihan lain adalah seringnya

satelit-satelit tersebut mengunjungi tempat yang sama dua kali sehari siang dan

malam, keuntungan lainnya adalah harga yang murah.

Sebuah titik panas (hotspot) dapat mencerminkan sebuah areal yang

mungkin terbakar sebagian atau seluruhnya karena itu tidak menunjukkan secara

pasti seberapa besar areal yang terbakar. Jumlah titik panas (hotspot) dapat sangat

bervariasi dari suatu pengukuran selanjutnya tergantung dari waktu pengukuran

pada hari itu (aktivitas api berkurang pada malam hari dan paling tinggi pada sore

hari), cuaca (sensor yang digunakan tidak dapat menembus awan dan asap) dan

organisasi apa yang memberikan data tersebut (tidak terdapat standar ambang

batas temperatur atau suhu untuk mengidentifikasikan titik panas) (Fire Fight

South East Asia, 2002 dalam Wardani, 2004).

Titik panas (hotspot) hanya memberikan sedikit informasi apabila tidak

didukung oleh analisa dan interpretasi lanjutan. Kelompok titik panas (hotspot)

dan atau titik panas (hotspot) yang berjumlah besar dan berlangsung secara terus

menerus adalah indikator yang baik untuk kebakaran (titik api). Data titik panas

(hotspot) bermanfaat apabila dikombinasikan dengan informasi-informasi seperti

mengenai penggunaan lahan, penutupan tanaman, habitat binatang atau peta-peta

lainnya. Kesalahan bias atau geografi dari sebuah titik panas (hotspot) dapat

sampai sejauh 3 km (Fire Fight South East Asia, 2002 dalam Wardani, 2004).

Areal-areal Hotspot meliputi sebagai berikut (Malingreau, 1998) :

a. Areal dengan deforestasi yang baru terjadi atau tengah terjadi sekarang

menghubungkan kombinasi kecepatan atau intensitas yang berbeda dari

perubahan penutupan hutan (tinggi, sedang dan rendah) dan keadaan

penutupan hutan yang berbeda (rapat, terpecah-pecah dan kerapatan

rendah).

b. Areal-areal yang memiliki resiko perubahan penutupan lahan yang

tinggi.

Page 25: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Menurut Solichin (2004), data hotspot sebaiknya diartikan sebagai indikasi

adanya kemungkinan kebakaran yang harus dianalisa, dimonitor, dan terkadang

perlu di chek kelapangan untuk mengetahui apakah diperlukan tindakan

penanggulangan dini (innitial attack) khususunya pada saat musim kering, dimana

penyebaran api akan sangat cepat.

Menurut Handhadari (2002) dalam Wardani (2004), meskipun disebut

titik panas (hotspot), tidak semua hotspot merupakan actual fire (api sebenarnya)

di lapangan. Bahkan, beberapa data tangkapan titik api dapat saja keliru di

lapangan. Satelit NOAA-AVHRR, JICA atau Departemen Kehutanan

mengekstraksi titik panas menggunakan dua algoritme, yaitu contextual algoritm

untuk menangkap data di siang hari pada ambang temperatur 42oC dan simple

algoritm untuk menangkap data di siang hari pada temperatur 37oC.

Beberapa kelemahan tetap melekat pada satelit NOAA. Salah satunya

adalah sensor tidak dapat menembus awan, asap atau aerosol. Kelemahan tersebut

akan sangat merugikan bila kebakaran besar terjadi sehingga wilayah tersebut

tertutup asap. Kejadian itu sangat sering terjadi dimusim kebakaran, sehingga

jumlah hotspot yang terditeksi jauh lebih rendah dari yang seharusnya.

Karena itu analisis lanjutan sangat diperlukan untuk mengidentifikasi

apakah hotspot merupakan kebakaran atau pembakaran, atau terletak diwilayah

yang memiliki resiko kebakaran sangat tinggi seperti lahan gambut dan lain

sebagainya. Analisa dapat dilakukan dengan melakukan overlay antar data

hotspot dan data atau peta penggunaan lahan atau data penutupan lahan dengan

sistem informasi geografis. Biasanya hotspot yang terletak di daerah pemukiman

atau tranmigrasi hanya merupakan pembakaran untuk penyiapan ladang. Dalam

hal ini, hotspot hanya mengidentifikasikan terjadinya panas atau bila hotspot

terjadi di wilayah seperti HPH, HTI atau perkebunan, maka kemungkinan besar

kebakaran (dengan asumsi, perusahaan tidak melakukan pembakaran karena

dilarang) (Fire Fight South East Asia, 2002 dalam Wardani, 2004).

C. INDEKS KEKERINGAN KEETCH DAN BYRAM (KBDI)

Indeks kekeringan adalah nilai yang mewakili pengaruh bersih (net)

evapotranspirasi dan presipitasi dalam menghasilkan defisiensi kelembaban

Page 26: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

kumulatif pada serasah tebal atau lapisan tanah bagian atas. Indeks kekeringan

merupakan jumlah yang berkaitan dengan daya nyala (flammability) bahan-bahan

organik pada tanah (Deeming,1995).

Sistem bahaya kebakaran ini dikembangkan oleh John E. Deeming tahun

1995 yang didasarkan pada indeks musim kemarau Keetch-Byram (KBDI-Keetch

Byram Drought Indek). Sistem ini dikembangkan di Amerika Serikat tahun 1968

sampai sekarang, tetapi KBDI telah diterapkan pula dengan beberapa modifikasi

oleh orang-orang Australia dan negara lain yang sebagian besar beriklim tropis

(Deeming, 1995).

Menurut Keetch dan Byram (1968) dalam Affan (2002), formulasi yang

digunakan untuk menghitung nilai KBDI, sebagai berikut :

KBDIT = (Σ KBDIY – 10*Chnet) + DFT

Dimana :

KBDIT : Indeks kekeringan hari ini

KBDIY : Indeks kekeringan kemarin

Chnet : Curah hujan bersih

DFT : Faktor kekeringan hari ini

Untuk menghitung KBDI pada daerah tertentu harus dimulai pada posisi

tertentu harus dimulai pada posisi nol, yaitu pada saat satu hari setelah masa hujan

dengan curah hujan sebanyak 150 – 200 mm dalam seminggu. Dari kemungkinan

KBDI menunjukkan kemungkinan terjadinya kebakaran yang diekspresikan

melalui nilai indeks yang berkisar dari 0 – 2000 (Keetch dan Byram, 1988) dalam

Affan (2002).

Kisaran nilai KBDI 2000 tersebut kemudian dibagi menjadi tiga sub

kisaran. Setiap sub kisaran menunjukkan kelas sifat bahaya kebakaran.

Tabel 1. Kriteria Kerawanan Kebakaran Berdasarkan Indeks Kekeringan Keetch- Byram

Interval kelas Keterangan

0 - 999 Sifat Kelas Rendah

1000 - 1499 Sifat Kelas Sedang

1500 - 2000 Sifat Kelas Tinggi

Page 27: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai pada bulan

Maret 2006 hingga Juni 2006.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Pengumpulan bahan-bahan penelitian bersumber dari Japan International

Co-operation Agency (JICA), Badan Meteorologi dan Geofisika dan

Departemen Kehutanan Jakarta. Adapun bahan yang digunakan dalam

penelitian adalah berupa data sekunder, sebagai berikut :

1. Data Hotspot bulanan di propinsi Kalimantan Barat mulai bulan Januari

2003 sampai Desember 2004.

2. Data Hotspot bulanan di beberapa kabupaten di propinsi Kalimantan Barat

mulai bulan Januari 2003 sampai bulan Desember 2004.

3. Data Hotspot bulanan pada penutupan lahan yang ada di propinsi

Kalimantan Barat mulai bulan Januari 2003 sampai bulan Desember 2004.

4. Data suhu udara maksimum, curah hujan dan kelembaban udara harian

untuk mandapatkan nilai KBDI skala harian selama dua tahun (2003-

2004) dari tujuh stasiun cuaca di propinsi Kalimantan Barat.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis menulis dan

perangkat lunak Microsoft Office 2000 dan Minitab versi 11.

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Pengolahan data.

Penelitian ini dilaksanakan dengan cara menganalisis data titik panas dan

data suhu maksimum, kelembaban udara serta curah hujan untuk mendapatkan

indeks kekeringan Keetch – Byram (KBDI). Tahapan pengolahan data yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Penghitungan jumlah titik panas bulanan propinsi Kalimantan Barat tahun

2003 - 2004.

Page 28: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

b. Penghitungan jumlah titik panas bulanan pada areal penutupan lahan

(HPH, HTI, perkebunan, hutan lindung, hutan suaka alam dan hutan

wisata serta areal transmigrasi tahun 2003 – 2004.

c. Penghitungan jumlah titik panas bulanan pada beberapa kabupaten di

propinsi Kalimantan Barat tahun 2003 – 2004.

d. Penghitungan jumlah titik panas tahunan pada areal penutupan lahan tahun

2003 – 2004.

e. Penghitungan jumlah titik panas tahunan pada beberapa kabupaten di

propinsi Kalimantan Barat tahun 2003 – 2004.

f. Penghitungan jumlah titik panas tahunan di propinsi Kalimantan Barat

tahun 2003 – 2004.

g. Penghitungan nilai korelasi antara peringkat bahaya kebakaran bulanan

yang telah dikonversi menjadi angka dengan jumlah titik panas bulanan.

Nilai korelasi untuk masing-masing tahun, dihitung dengan rumus (Putri,

2004) :

Keterangan :

Xi = Peringkat bahaya kebakaran bulan ke-i tahun ke-j

Yi = Jumlah Titik Panan bulan ke-i tahun ke-j

n = Jumlah bulan (12)

Besarnya nilai r berkisar antara -1 ≤ r ≤ 1 dimana jika nilai r mendekati +1

atau -1 maka hubungan antara kedua peubah itu kuat, serta terdapat korelasi

yang tinggi antara keduanya (Walpole, 1993).

Penghitungan indeks kekeringan menggunakan Indeks Kekeringan

Keetch–Byram. Perhitungan bahaya kebakaran ini dilakukan secara manual,

dengan menggunakan data suhu maksimum, kelembaban udara dan curah

hujan harian. Nilai KBDI yang dihitung adalah nilai KBDI propinsi

Kalimantan Barat serta kabupaten-kabupaten yang memiliki curah hujan

terbesar pada tahun 2003-2004. Tahapan penghitungan nilai KBDI (Deeming,

1995) adalah sebagai berikut :

[ ][ ]∑∑ ∑∑ ∑ ∑

−−

−=

nYYnXX

nYXYXr

iiii /)(/)(

/))((222

1111

Page 29: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

a. Indeks kekeringan hari kemarin (IKHK). Didapatkan dari indeks

kekeringan hari terakhir bulan sebelumnya. Jika data tidak tersedia maka

dilakukan penjumlahan curah hujan selama satu minggu berturut-turut

sehingga curah hujan mencapai nilai sebesar kurang lebih 150 mm, dan

indeks kekeringan hari tersebut adalah 0 (nol).

b. Curah hujan 24 jam, didapatkan curah hujan 24 jam dari stasiun yang

melaporkan.

c. Curah hujan 24 jam kumulatif dari curah hujan 24 jam. jika nilai curah

hujan 24 jam adalah 0 maka nilai curah hujan kumulatif juga akan bernilai

0. nilai yang dimaksud adalah nilai curah hujan hari pertama setelah

periode tidak ada hujan, hari kedua dan selanjutnya hingga curah hujan

mencapai 5 mm. jika telah mencapai nilai 5 mm tidak perlu

dikumulatifkan.

d. Curah hujan 24 jam bersih (netto). Nilai ini didapatkan dengan

mengurangi curah hujan kumulatif 24 jam dengan 5 mm, bila nilainya

kurang dari 5 mm maka ditulis 0.

e. IKHK dikurangi 10 x curah hujan netto. Nilainya didapatkan dari hasil

pengurangan IKHK dengan 10 x curah hujan netto, jika hasilnya bernilai

negatif maka dituliskan 0.

f. Faktor kekeringan. Didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut (Putri, 2004) :

Keterangan :

FK = Faktor kekeringan

IKHK = Indeks kekeringan Keetch – Byram hari kemarin

Tmax = Suhu udara maksimum (0C)

R = Curah hujan tahunan (mm)

g. Indeks kekeringan hari ini. Parameter ini dihitung dengan cara

menjumlahkan nilai faktor kekeringan dengan nilai IKHK yang telah

dikurangi 10 x curah hujan netto.

5.0)00175.0(88.100.1

01.0)299.8)552.1max0875.0(967.0()2000(+

−+−+−

=xREXP

xxTEXPxIKHKFK

Page 30: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

h. Kelas bahaya kebakaran ditentukan dengan cara mengelompokkan nilai

KBDI kedalam interval kelas bahaya kebakaran.

2. Analisis Data

Tahap-tahap analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Membandingkan nilai KBDI dengan jumlah titik panas bulanan di propinsi

Kalimantan Barat tahun 2003 – 2004.

b. Membandingkan nilai KBDI dengan jumlah titik panas bulanan di

kabupaten – kabupaten yang memiliki sebaran titik panas tertinggi tahun

2003 – 2004.

c. Analisis terhadap kejadian titik panas pada penggunaan lahan yang

memiliki areal penutupan lahan terbanyak di propinsi Kalimantan Barat

tahun 2003 – 2004.

Tabel 2. Sebaran Titik Panas (Hotspot) Propinsi Kalimantan Barat

Bulan Jumlah Titik Panas

2003 2004 Jumlah Rata-rata

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

Jumlah

Page 31: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Tabel 3. Tipe Penggunaan Lahan.

Tahun 2003

Jenis Areal Penggunaan Lahan Jumlah Titik Panas

Tahun 2004

Jenis Areal Penggunaan Lahan Jumlah Titik Panas

Page 32: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Geografi

Propinsi Kalimantan Barat terletak antara 2o08' Lintang Utara dan 3o05'

Lintang Selatan serta 108o – 114o10' Bujur Timur dengan luas wilayah

146.807 km2 atau 14.680.700 Ha. Propinsi ini memiliki batas wilayah di

sebelah utara dengan Malaysia Timur (Sarawak), di sebelah selatan

berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah timur berbatasan dengan dengan

propinsi Kalimantan Tengah dan propinsi Kalimantan Timur dan di sebelah

barat berbatasan dengan Laut Natuna dan Selat Karimata

(http://Mofrinet.cbn.net.id/informasi/propinsi/kalbar/umum-kalbar.Html,

2004).

B. Jenis Tanah

Jenis tanah yang dijumpai di Kalimantan Barat adalah podzolik merah

kuning (PMK), komposisi podzolik merah kuning (KPMK), organozol, glei,

humus, aluvial, latozol, dan reguzol

(http://Mofrinet.cbn.net.id/informasi/propinsi/kalbar/umum-kalbar.Html,

2004).

C. Iklim

Kisaran curah hujan tahunan propinsi Kalimantan Barat sekitar 2.900-

3.600 mm, rata-rata hari hujan 120-150 hari, distribusi hujan tetap tinggi,

yaitu diatas 100 mm per bulan, yang jatuh pada bulan Juni sampai Agustus,

bulan lainnya merupakan bulan basah. Fluktuasi suhu rata-rata adalah 22oC -

23oC, dengan rata-rata suhu siang hari 29oC

(http://Mofrinet.cbn.net.id/informasi/propinsi/kalbar/umum-kalbar.Html,

2004).

D. Administrasi Pemerintahan

Wilayah Kalimantan Barat terbagi atas 6 kabupaten (Pontianak, Sambas,

Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu dan Ketapang) dan satu kotamadya

(Pontianak). Propinsi ini memilki 108 kecamatan, 1.297 desa dan 58

Page 33: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

kelurahan (http://Mofrinet.cbn.net.id/informasi/propinsi/kalbar/umum-

kalbar.Html, 2004).

E. Daerah Rawan Kebakaran

Daerah yang rawan kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2001 di

propinsi Kalimantan Barat antara lain Kabupaten Sintang, Kabupaten

Sanggau, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Landak dan Kabupaten

Pontianak (Bapedal, 2002).

Pada tahun 2002, masih terdapat daerah yang rawan kebakaran hutan dan

lahan antara lain Kabupaten Sintang, Kabupten Sanggau, Kabupaten

Pontianak, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Landak (Kementerian

Lingkungan Hidup, 20

Page 34: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Sebaran Titik Panas Bulanan Tahun 2003

Berdasarkan data titik panas dari satelit NOAA-AVHRR (Gambar 2), titik

panas bulanan yang terdapat di propinsi Kalimantan Barat pada tahun 2003

dimulai pada bulan Februari dengan jumlah 29 titik. Pada bulan Maret terjadi

kenaikan jumlah titik panas menjadi 142 titik, sedangkan pada Bulan Januari dan

Desember tidak terdeteksi adanya titik panas. Titik panas mulai terdeteksi kembali

pada bulan Februari dengan jumlah 29 titik sampai bulan November dengan

jumlah titik panas 8 titik. Pada bulan Juni jumlah titik panas mengalami

peningkatan menjadi 299 titik. Peningkatan terus terjadi hingga bulan Agustus,

dimana titik panas bertambah secara signifikan menjadi 6290 titik. Penurunan

jumlah titik panas terjadi pada bulan September dan Oktober dengan jumlah

masing-masing 4440 titik dan 475 titik. Penurunan ini berlanjut hingga bulan

November yang menyisakan 8 titik panas.

2. Sebaran Titik Panas Bulanan Tahun 2004

Titik panas bulanan yang terdapat pada tahun 2004 pada propinsi

Kalimantan Barat (Gambar 2) pada bulan Januari sampai bulan November

terdapat titik panas, sedangkan pada bulan Desember tidak terdeteksi titik panas.

Pada bulan Januari jumlah titik panas yang terdeteksi sebanyak 17 titik, kemudian

mengalami peningkatan pada bulan Februari dan Maret dengan jumlah masing-

masing 44 titik dan 121 titik. Jumlah titik panas mengalami penurunan pada bulan

April dengan jumlah 28 titik. Pada bulan Mei jumlah titik panas kembali

mengalami peningkatan menjadi 74 titik. Peningkatan jumlah titik panas terus

terjadi pada bulan Juni menjadi 597 titik. Untuk bulan Juli terjadi penurunan yang

signifikan, akan tetapi pada bulan Agustus kembali mengalami peningkatan yang

sangat signifikan sehingga berjumlah 7000 titik dan bulan September menjadi

3025 titik. Mulai bulan Oktober jumlah titik panas mengalami penurunan menjadi

1247 titik kemudian diikuti oleh bulan November yang mengalami penurunan

secara drastis menjadi 14 titik.

Page 35: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

Bulan

Jum

lah

Titik

Pan

as

2003 0 29 142 2 16 299 391 6290 4440 475 8 0

2004 17 44 121 28 74 597 119 7000 3025 1247 14 0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des

Gambar 2. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Bulanan Propinsi Kalimantan

Barat Tahun 2003 dan Tahun 2004 (Sumber data titik panas :

satelit NOAA, FFPMP2 - PHKA / JICA).

3. Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Areal Penutupan Lahan Tahun 2003

Sebaran titik panas pada areal penutupan lahan di propinsi Kalimantan

Barat tahun 2003 (Gambar 3) dimulai pada bulan Februari. Pada bulan Februari

terdeteksi titik panas pada tiga penutupan lahan yaitu Hutan Suaka Alam dan

Wisata (HSAW) sebanyak 12 titik, Perkebunan (KUB) sebanyak 2 titik dan Hak

Penguasaan Hutan (HPH) sebanyak 2 titik. Selanjutnya terdeteksi empat

penutupan lahan di bulan Maret yaitu KUB sebanyak 34 titik, HPH sebanyak 51

titik, Hutan Lindung (HL) sebanyak 6 titik dan Hutan Tanaman Industri (HTI)

sebanyak 15 titik. Untuk bulan April tidak terdeteksi titik panas dan ini juga

terjadi pada bulan Desember. Pada bulan Mei KUB merupakan penutupan lahan

tertinggi sebanyak 6 titik, HPH sebanyak 2 titik serta diikuti HTI dan Areal

Transmigrasi (TRA) masing-masing 1 titik. Penyebaran titik panas pada bulan

Juni menyebar yaitu HSAW sebanyak 8 titik, KUB sebanyak 86 titik, HPH

sebanyak 78 titik, HL sebanyak 4 titik, HTI sebanyak 29 titik dan TRA sebanyak

2 titik.

Page 36: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Jumlah titik panas mengalami peningkatan pada bulan Juli dimana HPH

memiliki jumlah tertinggi sebanyak 145 titik, diikuti KUB sebanyak 67 titik,

kemudian HTI, HSAW, HL, dan TRA dengan jumlah berturut-turut 47 titik, 21

titik, 6 titik, dan 5 titik. Pada bulan Agustus terjadi peningkatan jumlah titik panas

yang signifikan pada HSAW sebanyak 186 titik, KUB dengan jumlah 1190 titik,

HPH sebanyak 1343 titik, HL sebanyak 227 titik, HTI sebanyak 1021 titik dan

TRA sebanyak 6 titik. Penurunan jumlah titik panas terjadi pada bulan September

terkecuali pada TRA justru mengalami peningkatan 1 titik panas dari 6 titik

menjadi 7 titik, HSAW sebanyak 232 titik, KUB sebanyak 310 titik, HPH

sebanyak 433 titik, HL sebanyak 37 titik, HTI sebanyak 417 titik. Pada bulan

Oktober penutupan lahan yang terdeteksi yaitu HSAW sebanyak 114 titik, KUB

sebanyak 26 titik, HPH sebanyak 21 titik, HL sebanyak 32 titik, sedangkan pada

HL dan TRA tidak terdeteksi. Pada bulan November mengalami penurunan drastis

yang terdeteksi hanya pada penutupan lahan HPH dan HTI dengan jumlah titik

panas 1 titik.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Bulan

Jum

la T

itik

Pana

s

HSAW 0 12 0 0 0 8 21 186 232 114 0 0

KUB 0 2 34 0 6 86 67 1190 310 26 0 0

HPH 0 2 51 0 2 78 145 1343 433 21 1 0

HL 0 0 6 0 0 4 6 227 37 0 0 0

HTI 0 0 15 0 1 29 47 1021 417 32 1 0

TRA 0 0 0 0 1 2 5 6 7 0 0 0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des

Gambar 3. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Areal

Penutupan Lahan di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003

(Sumber data titik panas : satelit NOAA, FFPMP2 – PHKA /

JICA)

Page 37: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

4. Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Areal Penutupan Lahan Tahun 2004

Penyebaran titik panas bulanan pada areal penutupan lahan di propinsi

Kalimantan Barat tahun 2004 (Gambar 4) tersebar pada semua bulan terkecuali

bulan Desember. Pada bulan Januari KUB sebayak 2 titik, HPH sebanyak 5 titik

dan HTI sebanyak 1 titik, kemudian pada bulan Februari HSAW sebanyak 2 titik,

KUB sebanyak 10 titik, HPH sebanyak 5 titik, HL sebanyak 3 titik, HTI sebanyak

8 titik dan TRA sebanyak 6 titik. Pada bulan Maret titik panas juga menyebar

yaitu KUB sebanyak 37 titik, HPH sebanyak 8 titik, HL sebanyak 6 titik, HTI

sebanyak 40 titik dan TRA serta HSAW masing-masing sebanyak 2 titik. HSAW,

KUB, HPH, HTI dan TRA memiliki titik panas pada bulan April dengan jumlah

berturut-turut 3 titik, 2 titik, 8 titik, 3 titik, dan 1 titik sedangkan pada HL tidak

terdeteksi adanya titik panas. Pada bulan Mei titik panas mulai menyebar ke

semua areal penutupan lahan HSAW sebanyak 3 titik, KUB sebanyak 12 titik,

HPH sebanyak 28 titik, HL sebanyak 2 titik, HTI sebanyak 6 titik dan TRA

sebanyak 1 titik. Penyebaran titik panas pada bulan Juni mengalami peningkatan

yaitu HSAW sebanyak 31 titik, KUB sebanyak 92 titik, HPH sebanyak 80 titik,

HL sebanyak 7 titik, HTI sebanyak 69 titik dan TRA sebanyak 16 titik.

Jumlah titik panas mengalami penurunan pada bulan Juli yaitu : HSAW

sebanyak 4 titik, KUB sebanyak 24 titik, HPH sebanyak 10 titik, HL sebanyak 6

titik, HTI sebanyak 40 titik dan TRA sebanyak 5 titik. Pada bulan Agustus

kembali jumlah titik panas mengalami peningkatan secara signifikan, dimana

KUB memiliki jumlah tertinggi sebanyak 1426 titik diikuti oleh HTI sebanyak

1206 titik, HPH sebanyak 867 titik, HL sebanyak 462 titik, HSAW sebanyak 357

dan terakhir TRA sebanyak 168 titik. Penyebaran titik panas pada bulan

September mengalami penurunan, dimana jumlah titik panas pada HSAW, KUB,

HPH, HL, HTI, dan TRA berturut-turut adalah 108 titik, 413 titik, 285 titik, 42

titik, 367 titik, dan 30 titik. Pada bulan Oktober KUB masih merupakan

penutupan lahan yang memiliki jumlah titik panas tertinggi sebanyak 119 titik,

lalu diikuti oleh HTI sebanyak 133 titik, HPH 96 titik, HL sebanyak 71 titik, TRA

sebanyak 46 titik dan HSAW sebanyak 44 titik. Pada bulan November, titik panas

mengalami penurunan jumlah yang sangat drastis yaitu HSAW sebanyak 2 titik,

KUB sebanyak 1 titik dan HTI sebanyak 3 titik.

Page 38: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Bulan

Jum

lah

Titik

Pan

as

HSAW 0 2 2 3 3 31 4 357 108 44 2 0

KUB 2 10 37 2 12 92 24 1426 413 119 1 0

HPH 5 5 8 8 28 80 10 867 285 96 0 0

HL 0 3 6 0 2 7 6 462 42 71 0 0

HTI 1 8 40 3 6 69 40 1206 367 133 3 0

TRA 0 6 2 1 1 16 5 168 30 46 0 0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des

Gambar 4. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Areal Penutupan

Lahan di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2004 (Sumber data

titik panas : satelit NOAA, FFPMP2 – PHKA / JICA)

5. Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Beberapa Kabupaten Tahun 2003

Pada tahun 2003 hanya terdapat enam lokasi yang terdeteksi memiliki titik

panas yaitu : Kab. Ketapang, Kab. Sambas, Kab. Sintang, Kab. Pontianak,

Sanggau, dan Kab. Kapuas Hulu.

Pola penyebaran titik panas bulanan pada kabupaten di propinsi

Kalimantan Barat tahun 2003 (Gambar 5) hampir merata terkecuali pada bulan

Januari dan Desember tidak terdeteksi adanya titik panas. Pada bulan Februari,

Kabupaten Sambas, memiliki jumlah titik panas terbanyak dengan jumlah 112

titik diikuti Kabupaten Ketapang sebanyak 13 titik dan Kabupaten Sintang

sebanyak 2 titik. Penyebaran titik panas pada bulan Maret menyebar merata di

enam kabupaten dimana Kabupaten Ketapang sebanyak 10 titik, Kabupaten

Sambas sebanyak 2 titik, Kabupaten Sintang sebanyak 18 titik, Kabupaten

Pontianak sebanyak 60 titik, Kabupaten Sanggau 4 titik dan Kabupaten Kapuas

Hulu sebanyak 1 titik. Titik panas pada bulan April hanya terdapat pada

Kabupaten Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu dengan jumlah masing-masing 1

titik. Pada bulan Mei titik panas juga hanya terdapat pada Kabupaten Sambas dan

Kabupaten Sanggau dengan jumlah masing-masing 1 titik dan 5 titik.

Page 39: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Sebaran titik panas pada bulan Juni dan Juli mengalami peningkatan dan

menyebar rata di seluruh kabupaten dan titik panas mencapai klimaks pada bulan

Agustus yaitu : Kabupaten Ketapang sebanyak 661 titik, Kabupaten Sambas

sebanyak 248 titik, Kabupaten Sintang sebanyak 929 titik, Kabupaten Pontianak

sebanyak 504 titik, Kabupaten Sanggau 1146 titik dan Kabupaten Kapuas Hulu

sebanyak 201 titik. Pada bulan September titik panas mengalami penurunan

terkecuali pada Kabupaten Ketapang, dimana Kabupaten Ketapang sebanyak 862

titik, Kabupaten Sambas sebanyak 42 titik, Kabupaten Sintang sebanyak 830 titik,

Kabupaten Pontianak sebanyak 190 titik, Kabupaten Sanggau 429 titik dan

Kabupaten Kapuas Hulu sebanyak 288 titik. Penurunan ini berangsur-angsur

terjadi pada bulan Oktober, dimana Kabupaten Ketapang sebanyak 292 titik,

Kabupaten Sambas sebanyak 8 titik, Kabupaten Sintang sebanyak 30 titik,

Kabupaten Pontianak sebanyak 4 titik, Kabupaten Sanggau 2 titik dan Kabupaten

Kapuas Hulu tidak terdeteksi. Pada bulan November penurunan terjadi secara

drastis, yaitu : Kabupaten Sambas sebanyak 2 titik, Kabupaten Sintang sebanyak 2

titik, Kabupaten Pontianak sebanyak 4 titik dan Kabupaten Sanggau sebanyak 1

titik.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Bulan

Jum

lah

Titik

Pan

as

Ketapang 0 13 10 0 0 47 52 661 862 292 0 0

Sambas 0 112 2 0 1 28 25 248 42 8 2 0

Sintang 0 2 18 1 0 37 20 929 830 30 2 0

Pontianak 0 0 60 0 0 32 45 504 190 4 4 0

Sanggau 0 0 4 0 5 18 44 1146 429 2 1 0

Kapuas Hulu 0 0 1 1 0 11 29 291 288 0 0 0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des

Gambar 5. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Beberapa

Kabupaten di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003

(Sumber data titik panas : satelit NOAA, FFPMP2 – PHKA /

JICA)

Page 40: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

6. Sebaran Titik Panas Bulanan pada Beberapa Kabupaten Tahun 2004

Pola penyebaran titik panas bulanan pada beberapa kabupaten tahun 2004

(Gambar 6) tersebar secara merata mulai bulan Januari hingga bulan November,

sedangkan bulan Desember tidak memiliki sebaran titik panas sama sekali. Pada

bulan Januari titik panas hanya terdapat pada Kabupaten Pontianak yaitu 13 titik,

sedangkan pada bulan Februari Kabupaten Sambas terdapat 1 titik dan Kabupaten

Pontianak 28 titik. Penyebaran titik panas pada bulan Maret menyebar ke lima

kabupaten dimana Kabupaten Ketapang sebanyak 12 titik, Kabupaten Sambas

sebanyak 8 titik, Kabupaten Sintang sebanyak 3 titik, Kabupaten Pontianak

sebanyak 43 titik, Kabupaten Sanggau 7 titik. Pada bulan April hanya empat

kabupaten yang terdapat titik panas yaitu : Kabupaten Ketapang, Kabupaten

Sambas, Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Kapuas Hulu dimana masing-masing

terdapat 1 titik, 9 titik, 7 titik dan 4 titik.

Sebaran titik panas berangsur-angsur mengalami peningkatan pada bulan

Mei dan Juni tetapi pada bulan Juli mengalami penurunan dan kemudian

mengalami peningkatan drastis pada bulan Agustus, dimana Kabupaten Sintang

memiliki jumlah titik panas terbanyak dengan 1290 titik. Urutan kedua adalah

Kabupaten Sanggau dengan jumlah 1266 titik. Kemudian diikuti oleh Kabupaten

Ketapang, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Sambas

dengan jumlah masing-masing 727 titik, 683 titik, 300 titik, dan 130 titik. Pada

bulan September dan Oktober jumlah sebaran titik panas berangsur-angsur

mengalami penurunan, dimana Kabupaten Ketapang memiliki jumlah terbanyak

dengan 629 titik pada bulan September dan 293 titik pada bulan Oktober.

Kemudian terjadi penurunan drastis jumlah sebaran titik panas pada bulan

November Kabupaten Ketapang sebanyak 1 titik, Kabupaten Sambas sebanyak 7

titik, Kabupaten Sintang sebanyak 1 titik, Kabupaten Sanggau sebanyak 2 titik

dan Kabupaten Kapuas Hulu sebanyak 3 titik.

Page 41: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Bulan

Jum

lah

Titik

Pan

as

Ketapang 0 0 12 1 5 17 6 727 629 293 1 0

Sambas 0 1 3 9 17 89 28 130 19 8 7 0

Sintang 0 0 3 7 27 61 8 1290 459 86 1 0

Pontianak 13 28 43 0 3 54 17 683 102 19 0 0

Sanggau 0 0 7 0 1 11 0 1266 129 23 2 0

Kapuas Hulu 0 0 0 4 6 60 24 300 74 4 3 0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des

Gambar 6. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Beberapa

Kabupaten di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2004 (Sumber

data titik panas : satelit NOAA, FFPMP2 – PHKA / JICA)

7. Sebaran Titik Panas Tahunan Pada Areal Penutupan Lahan Tahun 2003

Berdasarkan data satelit NOAA-AVHHR tahun 2003 (Gambar 7), sebaran

titik panas pada areal penutupan lahan di propinsi Kalimantan Barat paling

signifikan pada penutupan berupa hutan yaitu HPH dengan jumlah 2076 titik.

Kemudian diikuti oleh penutupan berupa KUB sebanyak 1721 titik dan HTI

sebanyak 1563 titik. Selain itu HSAW, HL, dan TRA memiliki jumlah titik panas

masing-masing 573 titik, 280 titik dan 21 titik.

8. Sebaran Titik Panas Tahunan Pada Areal Penutupan Lahan Tahun 2004

Pada areal penutupan lahan di propinsi Kalimantan Barat tahun 2004,

sebaran titik panas tahunan yang terdeteksi oleh satelit NOAA-AVHHR (Gambar

7) memiliki jumlah yang lebih banyak daripada tahun 2003. Pada tahun 2004

sebaran titik panas paling signifikan pada penutupan berupa hutan yaitu KUB

dengan jumlah 2138 titik. Urutan berikutnya terdapat pada penutupan lahan

berupa HTI dan HPH dengan jumlah berturut-turut 1876 titik dan 1392 titik,

sedangkan HL, HSAW, dan TRA memiliki jumlah titik panas tahunan sebanyak

599 titik, 556 titik dan 275 titik.

Page 42: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

0

500

1000

1500

2000

2500

Penutupan Lahan

Jum

lah

Titik

Pan

as

Tahun 2003 573 1721 2076 280 1563 21

Tahun 2004 556 2138 1392 599 1876 275

HSAW KUB HPH HL HTI TRA

Gambar 7. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Tahunan Pada Areal Penutupan

Lahan di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003 dan 2004

(Sumber data titik panas : satelit NOAA, FFPMP2 – PHKA /

JICA)

9. Sebaran Titik Panas Tahunan Pada Beberapa Kabupaten Tahun 2003

Sebaran titik panas tahunan pada kabupaten di propinsi Kalimantan Barat

tahun 2003 (Gambar 8) berdasarkan data satelit NOAA-AVHHR, terdeteksi

bahwa Kabupaten Ketapang merupakan lokasi sebaran titik panas yaitu 1937 titik.

Hal ini diikuti oleh Kabupaten Sintang dengan jumlah 1869 titik panas lalu

Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Pontianak dengan jumlah berturut-turut 1649

titik dan 775 titik. Sementara itu Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Sambas

memiliki jumlah titik panas sebanyak 621 titik dan 468 titik.

10. Sebaran Titik Panas Tahunan Pada Beberapa Kabupaten Tahun 2004

Berdasarkan data satelit NOAA-AVHHR tahun 2003 (Gambar 8), sebaran

titik panas tahunan pada kabupaten di propinsi Kalimantan Barat terkonsentrasi

pada Kabupaten Sintang dengan jumlah 1942 titik. Kabupaten Ketapang memiliki

jumlah 1691 titik panas, sementara itu pada Kabupaten Sanggau dan Kabupaten

Pontianak terdapat 1439 titik dan 962 titik panas. Terakhir pada Kabupaten

Kapuas Hulu dan Kabupaten Sambas dengan jumlah masing-masing 475 titik dan

311 titik.

Page 43: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

0

500

1000

1500

2000

2500

Kabupaten

JUm

lah

Titik

Pan

as

Tahun 2003 1937 468 1869 775 1649 621

Tahun 2004 1691 311 1942 962 1439 475

Ketapang Sambas Sintang Pontianak SanggauKapuas

Hulu

Gambar 8. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Tahunan Pada Beberapa

Kabupaten di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003 dan Tahun

2004 (Sumber data titik panas : satelit NOAA, FFPMP2 – PHKA

/ JICA)

11. Sebaran Titik Panas Tahunan

Berdasarkan data satelit NOAA-AVHHR (Gambar 9), maka jumlah titik

panas tahunan pada tahun 2004 memiliki jumlah yang lebih banyak daripada

jumlah titik panas pada tahun 2003. Pada tahun 2003 hanya terdapat 12.092 titik

sedangkan pada tahun 2004 terdapat 12.286 titik panas.

10000

10500

11000

11500

12000

12500

JUm

lah

Titik

Pan

as

Jumlah Titik Panas 12092 12286

Tahun 2003 Tahun 2004

Gambar 9. Grafik Jumlah Sebaran Titik Panas Tahunan di Propinsi

Kalimantan Barat Tahun 2003 dan Tahun 2004 (Sumber

data titik panas : satelit NOAA, FFPMP2 – PHKA / JICA)

Page 44: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

12. Indeks Kekeringan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003

Berdasarkan data curah hujan tahunan, suhu maksimum, kelembaban

udara dan curah hujan harian tahun 2003 pada tujuh stasiun pengamat cuaca di

propinsi Kalimantan Barat, maka didapatkan nilai indeks kekeringan Keetch-

Byram (KBDI) propinsi Kalimantan Barat pada tahun 2003.

Nilai KBDI pada tahun 2003 (Gambar 10) di Kalimantan Barat pada bulan

Januari hingga bulan Mei berkisar antara 0-999, dimana nilai ini diklasifikasikan

pada tingkat kekeringan atau bahaya kebakaran yang rendah. Nilai KBDI antara

bulan Juni berada pada tingkat kekeringan sedang atau termasuk dalam tingkat

bahaya kebakaran sedang yang nilainya berkisar antara 1000-1499. Nilai KBDI

mengalami penurunan pada bulan Juli yang termasuk ke dalam tingkat kekeringan

rendah nilai berkisar antara 0-999.

Sedangkan pada bulan Agustus dan September nilai KBDI naik kembali

menjadi tingkat kekeringan sedang, akan tetapi pada bulan Oktober tingkat

kekeringan turun menjadi tingkat kekeringan rendah dan ini berlanjut sampai

bulan Desember, walaupun ada beberapa titik pada bulan November tingkat

kekeringan berada pada tingkat kekeringan sedang.

0

500

1000

1500

2000

1-Jan

29-Jan

26-Feb

25-Mar

22-Apr

20-May

17-Jun

15-Jul

12-Aug

9-Sep

7-Oct

4-Nov

2-Dec

30-Dec

Bulan

KB

DI

Gambar 10. Grafik Indeks Kekeringan Keetch – Byram Propinsi Kalimantan

Barat Tahun 2003 (Sumber data : Badan Meteorologi dan

Geofisika Jakarta).

Page 45: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

13. Indeks Kekeringan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2004

Berdasarkan data curah hujan tahunan, suhu maksimum, kelembaban

udara dan curah hujan harian tahun 2004 pada tujuh stasiun pengamat cuaca di

propinsi Kalimantan Barat, maka didapatkan nilai KBDI propinsi Kalimantan

Barat pada tahun 2004.

Nilai KBDI pada tahun 2004 (Gambar 11) di propinsi Kalimantan Barat

pada bulan Januari hingga Juli berada pada tingkat kekeringan rendah dengan nilai

0-999. Namun ada beberapa titik pada bulan April dan Juni berada pada tingkat

kekeringan sedang. Pada bulan Agustus hingga bulan September nilai indeks

kekeringan mengalami peningkatan mencapai tingkat bahaya kebakaran sedang

dengan nilai berkisar 1000-1499. Pada bulan Oktober nilai KBDI mengalami

penurunan hingga Desember menjadi tingkat kekeringan rendah dengan nilai 0-

999. Pada bulan Oktober juga terdapat beberapa titik berada pada tingkat

kekeringan sedang.

0

500

1000

1500

2000

1-Jan

29-Ja

n

26-F

eb

25-M

ar

22-A

pr

20-M

ay

17-Ju

n15

-Jul

12-A

ug9-S

ep7-O

ct4-N

ov2-D

ec

30-D

ec

Bulan

KB

DI

Gambar 11. Grafik Indeks Kekeringan Keetch – Byram Propinsi Kalimantan

Barat Tahun 2004 (Sumber data : Badan Meteorologi dan

Geofisika Jakarta).

Page 46: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

14. Indeks Kekeringan dan Jumlah Titik Panas Kabupaten Sintang Tahun

2003

Berdasarkan data curah hujan tahunan, suhu maksimum dan curah hujan

harian tahun 2003 pada stasiun pengamat cuaca Sintang, maka didapatkan nilai

KBDI di Kabupaten Sintang tahun 2003.

Grafik KBDI Kabupaten Sintang pada tahun 2003 (Gambar 12)

menunjukkan bahwa nilai KBDI mulai bulan Januari hingga Mei secara dominan

berada pada tingkat kekeringan rendah dengan nilai berkisar 0-999, walaupun ada

beberapa titik berada pada tingkat kekeringan sedang dengan nilai berkisar 1000-

1499. Pada bulan Juni nilai KBDI berada pada kisaran 1000-1499 dan pada bulan

ini juga ada beberapa titik berada pada tingkat kekeringan tinggi dengan nilai

berkisar 1500-2000. Nilai KBDI pada bulan Juli hingga September secara

dominan berada pada tingkat kekeringan sedang, sedangkan pada bulan Oktober

nilai KBDI berada pada tingkat kekeringan rendah 0-999. Pada bulan November

nilai KBDI kembali mengalami peningkatan menjadi tingkat kekeringan sedang.

Dan untuk bulan Desember mengalami penurunan lagi menjadi tingkat kekeringan

rendah.

0

500

1000

1500

2000

1-Jan

29-Ja

n

26-F

eb

25-M

ar

22-A

pr

20-M

ay

17-Ju

n15

-Jul

12-A

ug9-S

ep7-O

ct4-N

ov2-D

ec

30-D

ec

Bulan

KB

DI

Gambar 12. Grafik Indeks Kekeringan Keetch – Byram Kabupaten Sintang

Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003 (Sumber data : Badan

Meteorologi dan Geofisika Jakarta).

Page 47: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Tabel 2. Jumlah Titik Panas Bulanan Kabupaten Sintang Propinsi

Kalimantan Barat tahun 2003.

Bulan Jumlah Titik Panas

Januari 0 Februari 2

Maret 18 April 1 Mei 0 Juni 37 Juli 20

Agustus 929 September 830

Oktober 30 November 2 Desember 0

Total 1869

Sebaran titik panas tahunan pada Kabupaten di propinsi Kalimantan Barat

tahun 2003 menunjukkan bahwa Kabupaten Sintang mempunyai jumlah titik

panas terbanyak kedua setelah Kabupaten Ketapang yaitu 1869 titik. Jumlah titik

panas di Kabupaten Sintang mencapai klimaks pada bulan Agustus dengan jumlah

929 titik. Apabila dikaitkan dengan indeks kekeringan stasiun Sintang tahun 2003,

maka bulan Agustus berada pada tingkat kekeringan sedang yang nilainya

berkisar 1000-1499.

15. Indeks Kekeringan dan Jumlah Titik Panas Kabupaten Sintang Tahun

2004

Berdasarkan data curah hujan tahunan, suhu maksimum dan curah hujan

harian tahun 2004 pada stasiun pengamat Sintang, maka di dapatkan nilai KBDI

di Kabupaten Sintang tahun 2004.

Pada tahun 2004 nilai KBDI berdasarkan grafik KBDI (Gambar 13) untuk

bulan Januari hingga April berada pada tingkat kekeringan rendah 0-999. Pada

bulan Mei hingga Oktober secara dominan tingkat kekeringan berada pada tingkat

kekeringan sedang 999-1499, namun ada beberapa titik pada bulan Mei dan Juli

berada pada tingkat kekeringan rendah bahkan ekstrim. Selain itu pada bulan

Agustus juga ada satu titik berada pada tingkat kekeringan tinggi. Pada bulan

November hingga Desember nilai KBDI berada pada tingkat kekeringan rendah.

Page 48: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

0

500

1000

1500

2000

1-Jan

29-Ja

n

26-F

eb

25-M

ar

22-A

pr

20-M

ay

17-Ju

n15

-Jul

12-A

ug9-S

ep7-O

ct4-N

ov2-D

ec

30-D

ec

Bulan

KB

DI

Gambar 12. Grafik Indeks Kekeringan Keetch – Byram Kabupaten

Sintang Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2004 (Sumber

data : Badan Meteorologi dan Geofisika Jakarta).

Tabel 2. Jumlah Titik Panas Bulanan Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan

Barat tahun 2004.

Bulan Jumlah Titik Panas

Januari 0 Februari 0

Maret 3 April 7 Mei 27 Juni 61 Juli 8

Agustus 1290 September 459

Oktober 86 November 1 Desember 0

Total 1942

Pada tahun 2004, Kabupaten Sintang merupakan lokasi yang memiliki

jumlah titik panas terbanyak, yaitu 1942 titik. Hal ini berarti jumlah titik panas

mengalami peningkatan, jumlah titik panas mencapai klimaks pada bulan Agustus

dengan jumlah sebanyak 1290 titik.

Page 49: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

16. Hubungan Rata-Rata KBDI Bulanan dengan Jumlah Titik Panas

Bulanan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003.

Berdasarkan grafik hubungan antara KBDI bulanan dengan jumlah titik

panas bulanan propinsi Kalimantan Barat tahun 2003 (Gambar 14) dapat

diketahui bahwa pola grafik jumlah titik panas mengikuti pola KBDI atau

peningkatan jumlah titik panas berhubungan dengan nilai KBDI. Akan tetapi

pada bulan Juli dan Agustus terjadi kejanggalan dimana dengan peningkatan

KBDI yang relatif sedikit yaitu 1054,92 pada bulan Juli dan 131,04 pada bulan

Agustus, peningkatan jumlah titik panas mengalami peningkatan hampir 20 kali

lipat, pada bulan Juli jumlah titik panas yaitu 391 titik dan pada bulan Agustus

menjadi 6290 titik.

0

500

1000

1500

2000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Bulan

KB

DI

0

2000

4000

6000

8000

Jum

lah

Titik

Pan

asKBDI Jumlah Titik Panas

Gambar 14. Grafik Hubungan Rata – Rata KBDI Bulanan dengan Jumlah

Titik Panas Bulanan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003.

17. Hubungan Rata-Rata KBDI Bulanan dengan Jumlah Titik Panas

Bulanan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2004.

Pada tahun 2004 hubungan antara KBDI dan jumlah titik panas juga sama

dengan tahun 2003, justru pada tahun 2004 perbandingan antara KBDI dan jumlah

titik panas lebih ekstrim dimana dengan peningkatan KBDI pada bulan Juli yaitu

829,13 dan 1152,99 pada bulan Agustus, jumlah titik panas mengalami

peningkatan hampir 60 kali lipat, 19 titik pada bulan Juli dan 7000 titik pada

bulan Agustus.

Page 50: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

0

500

1000

1500

2000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Bulan

KB

DI

0

2000

4000

6000

8000

Jum

lah

Titik

Pan

as

KBDI Jumlah Titik Panas

Gambar 15. Grafik Hubungan Rata – Rata KBDI Bulanan dengan Jumlah

Titik Panas Bulanan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2004.

B. Pembahasan

Sebuah titik panas merupakan 1 pixel pada citra satelit dengan luas areal

1,1 km2, dimana tinggi temperatur permukaannya mengindikasikan adanya

kebakaran, (Fire Fight South East Asia, 2002).

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah titik panas dapat diketahui bahwa

bulan yang memiliki jumlah titik panas yang ekstrim pada tahun 2003 maupun

2004 adalah bulan Agustus, September dan Oktober dengan jumlah masing-

masing titik panas 6290 titik, 440 titik dan 475 titik untuk tahun 2003. Sedangkan

pada tahun 2004 memiliki jumlah titik panas dengan jumlah berturut-turut 7000

titik, 3025 titik dan 1247 titik.

Sebaran titik panas berdasarkan data satelit NOAA-AVHRR, pada tahun

2003 di propinsi Kalimantan Barat, mencapai puncak pada bulan Agustus yaitu

6290 titik. Apabila dikaitkan dengan nilai KBDI, maka bulan Agustus 2003

termasuk kedalam kelas atau tingkat kekeringan sedang yang nilainya berkisar

antara 1000-1499. Bulan yang memiliki jumlah titik panas ekstrim lainnya adalah

bulan Oktober dengan jumlah titik panas 475 titik, sedangkan indeks

kekeringannya termasuk kedalam tingkat kekeringan yang rendah. Hal ini berarti,

jumlah titik panas pada bulan Oktober tidak dipengaruhi oleh indeks kekeringan

yang ada pada bulan Oktober tersebut.

Page 51: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Berdasarkan hasil grafik hubungan antara nilai KBDI dengan jumlah titik

panas tahun 2003 (Gambar 14) serta nilai korelasi (r), pada (Lampiran 7), dengan

nilai 0,249 antara kelas KBDI dengan jumlah titik panas tahun 2003, dapat

diketahui bahwa pola grafik jumlah titik panas mengikuti pola KBDI atau

peningkatan jumlah titik panas berhubungan dengan nilai KBDI. Nilai r

menunjukkan keeratan hubungan antara nilai peringkat KBDI dan jumlah titik

panas yang sedang atau tidak begitu erat, sedangkan nilai r positif menunjukkan

bahwa peningkatan peringkat nilai KBDI tidak diikuti dengan penurunan jumlah

titik panas. Nilai korelasi dihitung berdasarkan data peringkat KBDI bulanan yang

dikonversi menjadi angka dan data jumlah titik panas bulanan.

. Nilai r antara peringkat nilai KBDI dan jumlah titik panas pada tahun 2004

cukup besar, yaitu 0,565 (Lampiran 7). Namun apabila dilihat grafik hubungan

antara nilai KBDI dengan jumlah titik panas (Gambar 14), tampak ada

kejanggalan. Pada bulan Juli nilai KBDI menunjukkan angka 829,13 (peringkat

rendah) dengan jumlah titik panas 119. Pada bulan Agustus, nilai KBDI naik

menjadi 1152,99 (peringkat sedang) namun kenaikan ini diikuti oleh kenaikan

jumlah titik panas hampir 60 kali lipat, yaitu 7000.

Uraian diatas menunjukan banyaknya jumlah titik panas yang tidak lazim

dibandingkan tingkat atau kelas kekeringan (KBDI), yang dapat diartikan bahwa

tidak semua kebakaran (yang diasumsikan dari titik panas) terjadi secara alami.

Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat 80% terjadi karena

kegiatan pembersihan lahan saat musim kemarau dengan pembakaran yang

mengakibatkan api merembet ke kawasan lain. Sebagian masyarakat masih

menggunakan cara tradisional saat membersihkan lahan dengan membakar

kawasan hutan atau areal pertanian (Putra, 2002). Sulitnya mencari lahan untuk

kegiatan perladangan menyebabkan sebagian masyarakat mulai beralih

memanfaatkan lahan gambut untuk areal pertanian. Sebagian masyarakat

mengambil jalan praktis untuk membuka areal pertanian dengan membakar areal

gambut. Sebagian masyarakat juga tidak memahami sifat serta karakteristik lahan

gambut yang akan dibuka untuk areal pertanian (Syaifullah dan Sodikin, 2003).

Lebih dari 90% kebakaran hutan dan lahan di Indonesia disebabkan oleh

manusia yang melakukan pembakaran pada lahan gambut, pembakaran untuk

Page 52: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

membuka areal perkebunan (termasuk areal kelapa sawit dan Hutan Tanaman

Industri/HTI), pembakaran pada sisa-sisa kayu dan ranting kering pada areal HPH

yang rusak, serta pembakaran vegetasi pada sistem perladangan gilir balik

berpindah (Anshari, 2003).

Sebaran titik panas tahunan pada kabupaten di propinsi Kalimantan Barat

tahun 2003 dan tahun 2004 menunjukkan bahwa Kabupaten Sintang memiliki

jumlah titik panas yang lebih dominan dibandingkan kabupaten lain. Pada tahun

2003 Kabupaten Sintang mempunyai jumlah titik panas yaitu 1869 titik. Jumlah

titik panas di Kabupaten Sintang mencapai klimaks pada bulan Agustus dengan

jumlah 929 titik. Apabila dikaitkan dengan indeks kekeringan stasiun Sintang

tahun 2003, maka bulan Agustus berada pada tingkat kekeringan sedang yang

nillainya berkisar 1000-1499.

Sedangkan pada tahun 2004, Kabupaten Sintang memiliki jumlah titik

panas, yaitu 1942 titik. Jumlah titik panas mengalami peningkatan signifikan.

Jumlah titik panas juga mencapai klimaks pada bulan Agustus dengan jumlah

sebanyak 290 titik, dimana bulan Agustus dapat diklasifikasikan ke dalam tingkat

kekeringan sedang walaupun ada beberapa titik berada pada tingkat kekeringan

tinggi. Sebaran titik panas di Kabupaten Sintang ini juga tidak lazim apabila

dibandingkan dengan tingkat kekeringannya (KBDI). Kecenderungan kebakaran

hutan dan lahan di kabupaten ini 90% terjadi akibat kegiatan perladangan di

sekitar kawasan hutan (Kementrian Lingkungan Hidup 2003).

Sebaran titik panas tahunan pada tahun 2003 pada areal penutupan lahan di

propinsi Kalimantan Barat yang terbanyak berada pada HPH dengan jumlah 2076

titik diikuti oleh Perkebunan dan HTI dengan jumlah masing-masing berturut-

turut 1721 titik dan 1563 titik. Pada tahun 2004 terjadi peningkatan jumlah titik

panas, dimana puncak sebaran titik panas berada pada Perkebunan sebanyak 2138

titik, HTI dan HPH memiliki jumlah titik panas masing-masing berturut-turut

1876 titik dan 1392 titik.

Dari jumlah diatas mengindikasikan bahwa telah terjadi kebakaran pada

jenis-jenis penggunaan lahan diatas. Apabila dibandingkan dengan nilai KBDI

rata-rata 7 stasiun cuaca di propinsi Kalimantan barat, kebakaran tersebut

cenderung tidak terjadi secara alami. Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya

Page 53: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

kegiatan konversi hutan untuk kegiatan HTI, Perkebunan dan Budidaya pertanian

yang mempunyai bobot resiko kebakaran paling besar. Kejadian kebakaran ini

sering pula berkaitan erat dengan pembukaan lahan untuk pemukiman termasuk

proyek transmigrasi (Hadisuparto, 2003).

Kebakaran pada areal HPH yang umumnya terjadi di hutan alam sangat

dimungkinkan terjadi akibat kecerobohan pekerja atau karena perambahan.

Kebakaran hutan dan lahan di areal hutan tanaman atau HTI dan perkebunan

sering diakibatkan oleh adanya kegiatan pembukaan lahan (Land Clearing)

(Hadisuparto, 2003).

Saharjo (2002), menyatakan bahwa timbulnya kebakaran besar dan

beraturan dalam suatu wilayah HPH tertentu merupakan indikasi kuat telah terjadi

sesuatu yang terencana dan sistematis, yaitu pembakaran limbah vegetasi sisa

tebangan untuk tujuan komersial seperti penyiapan lahan. Hal tersebut sangat

kental terasa belakangan ini di balik kabut asap yang sering terjadi. Pada tranggal

17 Maret 2006 juga telah terjadi kebakaran hutan di Kalimantan Barat di duga

kebakaran ini terjadi karena musim kemarau dan dipicu oleh pembakaran hutan

oleh masyarakat, ada 32 titik hotspot dan tersebar di 28 kabupaten antara lain 7

titik di Sambas, 6 titik di Pontianak dan sisanya tersebar di beberapa kabupaten

lain.

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah hotspot di Kalimantan Barat tahun

2003 dan 2004, diketahui bulan yang memiliki jumlah titik panas yang ekstrim

yaitu bulan Agustus dan September. Jumlah titik panas yang tinggi selalu diikuti

dengan peningkatan nilai KBDI, akan tetapi antara besarnya peningkatan KBDI

dan jumlah titik panas tidak lazim. Hal tersebut diduga karena kebakaran yang

terjadi di Kalimantan Barat akibat dari pembakaran untuk pembukaan hutan dan

lahan.

Page 54: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sebaran titik panas pada kabupaten tahun 2003 dan tahun 2004 di

dominasi Kabupaten Sintang. Pada tahun 2003 Kabupaten Sintang

memiliki jumlah titik panas 1869 titik. Sedangkan pada tahun 2004

Kabupaten Sintang merupakan kabupaten yang memiliki jumlah titik

panas terbanyak dengan jumlah 1942 titik.

2 Sebaran titik panas pada areal penutupan lahan di propinsi Kalimantan

Barat tahun 2003 paling tinggi terdapat pada penutupan berupa hutan

yaitu HPH dengan jumlah 2076 titik. Pada tahun 2004 Perkebunan

memiliki jumlah titik panas terbanyak yaitu 2138 titik. Tingginya jumlah

titik panas pada HPH dan Perkebunan tersebut diduga terjadi karena

adanya kegiatan pembukaan lahan dengan cara pembakaran di dalam

areal HPH dan Perkebunan tersebut.

3. Grafik hubungan antara nilai KBDI dengan jumlah titik panas untuk

tahun 2003 dan 2004 menunjukkan bahwa kebakaran yang terjadi di

propinsi Kalimantan Barat tahun 2003 dan tahun 2004 lebih disebabkan

oleh faktor manusia.

B. Saran

Kebakaran hutan dan lahan masih sering dan banyak terjadi di beberapa

kabupaten di propinsi Kalimantan Barat, untuk itu perlu dilakukan penelitian

dengan tema yang sama untuk kabupaten-kabupaten yang rawan terjadinya

kebakaran hutan dan lahan tersebut dengan melakukan pengamatan

kelapangan secara langsung. Selain itu perlu adanya tindakan pemerintah

yang tidak hanya dengan mengeluarkan kebijakan dan himbauan saja tetapi

tindakan langsung dengan terjun ke daerah-daerah yang rawan dan sering

terjadi kebakaran hutan dan lahan di Indonesia pada umumnya dan propinsi

Kalimantan Barat pada khususnya.

Page 55: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, I. P., Imanda, I. D. and Muhnandar. 1999. Forest Fire Prevention and Control Project. European Union Ministry of Forestry and Estate Crops. Palembang.

Anshari, G. Z. 2003. Mengapa Lahan dan Hutan Terbakar dan

Dibakar.http:/www.kompas.com/kompas-cetak/0307/21/ilpeng/440416. htm [7 Juni 2004]

Bapedal. 2002. Profil Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2001 Pada 17

Kabupaten Rawan dan Prioritas di Kalimantan dan Sumatra. Pusat Pemulihan Bencana Lingkungan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta.

Brown, A.A and K.P.Davis.1973. Forest Fire Control and Use. Mc Graw Hill Books Company, Inc. USA.

Chandler, C.P. Cheney, P. Thomas., L. Trabaud., D. Williams. 1983. Fire in

Forestry. Vol.1. John Willey and Sons, Inc. 450 pp. Clar, C.R and L.R Chatten. 1954. Principle of Forest Fire Management.

Departemen of Natural Resources Division of Forestry. California. 200 p.

De Bano, L.F, D. G. Neary, and P. F. Floliott. 1998. Fire,s Effect on Ecosystem.

John Wiley and Sons, Inc. Canada-USA. Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pengawetan Alam. 1983.

Pengumpulan dan Analisis Data Masalah Kebakaran Hutan. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.

Fire Fight South East Asia. 2002. Pengadilan Pelaku Kebakaran Hutan dan

Lahan : Sebuah Studi Kasus Mengenai Proses Hukum di Riau, Indonesia. Fire Fight South East Asia. WWF. IUCN. European Union.

Franky, P. 1999. Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Perubahan Sifat-sifat Tanah Histosol di Hutan Rawa Gambut. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Hadisuparto, H. 2003. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. htt://www.kompas.com/kompas.cetak/0306/29/focus/395705.htm[6 Juni 2004].

Page 56: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Hawley, R.C. dan P.W. Stickel. 1948. Forest Protection. John Wiley And Sons, Inc. New York. Chapman and Hall, Limited. London.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Profil Wilayah Kebakaran Hutan dan

Lahan Tahun 2002 17 Kabupaten Rawan dan Prioritas di Kalimantan dan Sumatera. Asdep Urusan Ekosistem Daratan Deputi Bidang Kelestarian Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Oemijati, R. 1986. Kebakaran Hutan Di Indonesia. Prosiding Seminar Ancaman

Terhadap Hutan Tanaman Industri. Jakarta.

Pearse, A.S. 1946. Observations on the Micro-fauna of the Duke Forest. Ecol. Monogr. 16: 127 – 150.

Putra, M. H. 2002. Pemantauan WWF dengan Citra Landsat Penyebab Kebakaran Hutan dan Kalbar, 80% Ulah Masyarakat, GATRA.Com, 5 September 2002.

Putri, R. D. 2004. Studi Tentang Sebaran Titik Panas (HOTSPOT) Bulanan Sebagai Penduga Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2001 dan Tahun 2002. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Ruswandy, H dan R. Pohan. 1981. Peranan Tumbuhan bawah dalam kebakaran

Hutan tanaman Pinus merkusii di Sibatuloteng, KPH Aek Nauli. Balai Penelitian Hutan Bogor.

Saharjo, B. H. 2002. Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di Indonesia.

Workshop Nasional Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Menghadapi Ancaman Bahaya El-Nino 2002. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan Kementrian Lingkungan Hidup. Bogor.

Syifullah, M dan A. Sodikin. 2003. Lahan Gambut dan Kearifan Adat.

Kompas.com/kompas cetak/0306/29/focus/398468.htm [6 Juni 2004]. Show, S. B, and Clarke, C. G. 1953. Forest Fife Control. Food and Agriculture

Organization Of United Nations. Roma.

Page 57: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

LAMPIRAN

Page 58: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Lampiran 1. Sebaran Titik Panas Bulanan Propinsi Kalimantan Barat.

Tahun 2003

Bulan Jumlah Hotspot

Januari - Februari 29 Maret 142 April 2 Mei 16 Juni 299 Juli 391 Agustus 6290 September 4440 Oktober 475 November 8 Desember - Jumlah 12092

Tahun 2004

Bulan Jumlah Hotspot

Januari 17 Februari 44 Maret 121 April 28 Mei 74 Juni 597 Juli 119 Agustus 7000 September 3025 Oktober 1247 November 14 Desember - Jumlah 12286

Page 59: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Lampiran 2. Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Areal Penutupan Lahan

Tahun 2003Bulan HSAW KUB HPH HL HTI TRA

Januari - - - - - - Februari 12 2 2 - - - Maret - 34 51 6 15 - April - - - - - - Mei - 6 2 - 1 1 Juni 8 86 78 4 29 2 Juli 21 67 145 6 47 5 Agustus 186 1190 1343 227 1021 6 September 232 310 433 37 417 7 Oktober 114 26 21 - 32 - November - - 1 - 1 - Desember - - - - - - Jumlah 573 1721 2076 280 1563 21

Tahun 2004Bulan HSAW KUB HPH HL HTI TRA

Januari - 2 5 - 1 - Februari 2 10 5 3 8 6 Maret 2 37 8 6 40 2 April 3 2 8 - 3 1 Mei 3 12 28 2 6 1 Juni 31 92 80 7 69 16 Juli 4 24 10 6 40 5 Agustus 357 1426 867 462 1206 168 September 108 413 285 42 367 30 Oktober 44 119 96 71 133 46 November 2 1 - - 3 - Desember - - - - - - Jumlah 556 2138 1392 599 1876 275

Page 60: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Lampiran 3. Sebaran Titik Panas Bulanan Pada Beberapa Kabupaten.

Tahun 2003

Bulan Ketapang Sambas Sintang Pontianak Sanggau Kapuas

Hulu Januari - - - - - - Februari 13 112 2 - - - Maret 10 2 18 60 4 1 April - - 1 - - 1 Mei - 1 - - 5 - Juni 47 28 37 32 18 11 Juli 52 25 20 45 44 29 Agustus 661 248 929 504 1146 291 September 862 42 830 190 429 288 Oktober 292 8 30 4 2 - November - 2 2 4 1 - Desember - - - - - - Jumlah Total 1937 468 1869 839 1649 621

Tahun 2004

Bulan Ketapang Sambas Sintang Pontianak Sanggau Kapuas

Hulu Januari - - - 13 - - Februari - 1 - 28 - - Maret 12 3 3 43 7 - April 1 9 7 - - 4 Mei 5 17 27 3 1 6 Juni 17 89 61 54 11 60 Juli 6 28 8 17 - 24 Agustus 727 130 1290 683 1266 300 September 629 19 459 102 129 74 Oktober 293 8 86 19 23 4 November 1 7 1 - 2 3 Desember - - - - - - Jumlah Total 1691 311 1942 962 1439 475

Page 61: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Lampiran 4. Sebaran Titik Panas Tahunan Pada Areal Penutupan Lahan.

Tahun 2003Jenis Areal Penutupan Lahan Jumlah Titik Panas

Hutan Suaka Alam Dan Hutan Wisata 573 Perkebunan 1721 Hak Pengusahaan Hutan 2076 Hutan Lindung 280 Hutan Tanaman Industri 1563 Areal Transmigrasi 21 Total 6234

Tahun 2004Jenis Areal Penutupan Lahan Jumlah Titik Panas

Hutan Suaka Alam Dan Hutan Wisata 556 Perkebunan 2138 Hak Pengusahaan Hutan 1392 Hutan Lindung 599 Hutan Tanaman Industri 1876 Areal Transmigrasi 275 Total 6836

Page 62: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Lampiran 5. Sebaran Titik Panas Tahunan Pada Beberapa Kabupaten.

Tahun 2003Nama Kabupaten Jumlah Titik Panas

Ketapang 1937 Sambas 468 Sintang 1869 Pontianak 775 Sanggau 1649 Kapuas Hulu 621 Total 7319

Tahun 2003Nama Kabupaten Jumlah Titik Panas

Ketapang 1691 Sambas 311 Sintang 1942 Pontianak 962 Sanggau 1439 Kapuas Hulu 475 Total 6820

Page 63: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Lampiran 6. Contoh Tabel Perhitungan KBDI.

Tanggal T max RH CH

IKHK (t-1)

CH Kum

CH Net

IKHK - (10*CH

Net) FK KBDIt Kelas

Page 64: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Lampiran 7. Grafik Regresi Linier Hubungan Antara Rata – Rata KBDI Bulanan

dengan Jumlah Titik Panas Bulanan Propinsi Kalimantan Barat.

1400 900 400

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0

KBDI-2003

JTP-

2003 R-Sq = 24.9 %

JTP-2003 = -1131.81 + 2.71641 KBDI-2003

Grafik Regresi Linier Hubungan antara Rata – Rata KBDI Bulanan dengan Jumlah Titik Panas Bulanan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003.

450 550 650 750 850 950 1050 1150

0

2500

5000

7500

KBDI-2004

JTP-

2004

JTP-2004 = -4500.25 + 7.15404 KBDI-2004

R-Sq = 56.5 %

Grafik Regresi Linier Hubungan antara Rata – Rata KBDI Bulanan dengan Jumlah Titik Panas Bulanan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2004.

Page 65: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Lampiran 8. Nilai KBDI Tujuh Stasiun Pengamatan Cuaca Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2003 – 2004.

Januari 2003

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 112,85 78 580,76 174,5 175,38 86 265,55 210,43 2 203,85 184 542,76 104,5 224,38 78 340,55 239,71 3 123,85 284 613,76 195,5 222,38 96 421,55 279,57 4 67 362 673,76 169,5 57 96 497,55 274,68 5 78 443 739,76 269,5 78 112 573,55 327,68 6 96 56 679,76 159,5 96 223 637,55 278,25 7 182 86 528,76 74 86 318 703,55 282,62 8 282 54 567,76 160 96 407 758,55 332,19 9 377 150 199,76 248 189 373 813,55 335,76

10 418 64 290,76 86 193 171 598,55 260,19 11 227 70 286,76 96 185 202 72,55 162,76 12 183 166 51 69 67 292 57 126,43 13 224 74 78 78 86 298 86 132,00 14 299 70 63 184 162 186 203 166,71 15 385 146 99 275 253 60 298 216,57 16 474 237 195 335 339 70 393 291,86 17 413 70 147 66 382 96 459 233,29 18 379 166 74 86 323 132 535 242,14 19 402 217 70 70 53 222 593 232,43 20 478 322 166 78 109 308 664 303,57 21 562 370 248 174 209 397 737 385,29 22 649 451 334 265 304 486 592 440,14 23 559 527 415 351 385 555 606 485,43 24 226 606 484 432 466 626 672 501,71 25 282 679 560 501 550 692 738 571,71 26 220 739 601 565 619 562 799 586,43 27 298 779 440 623 576 581 860 593,86 28 384 339 286 589 540 660 581 482,71 29 87 370 361 610 619 733 382 451,71 30 86 66 73 554 489 533 225 289,43 31 192 70 159 272 547 620 63 274,41

Februari 2003

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 204 146 241 220 618 556 139 303,43 2 210 188 131 51 691 507 193 281,57 3 236 54 60 96 751 498 174 267,00 4 272 78 96 57 631 514 134 254,57 5 51 63 126 125 690 448 208 244,43 6 78 70 137 54 716 504 286 263,57 7 86 57 159 100 487 565 364 259,71 8 102 70 183 200 559 546 93 250,43 9 192 86 125 286 421 470 76 236,57

10 243 102 142 78 237 479 122 200,43 11 123 191 156 96 185 255 213 174,14 12 144 291 230 142 216 341 281 235,00 13 225 377 276 241 262 342 70 256,14 14 93 358 153 267 338 218 96 217,57 15 86 66 95 130 396 57 86 130,86 16 78 86 70 131 357 93 152 138,14 17 96 113 116 67 220 179 234 146,43 18 142 164 175 155 304 270 78 184,00 19 242 255 67 60 193 356 164 191,00 20 320 350 63 166 272 437 264 267,43 21 401 439 86 257 358 256 359 308,00 22 370 523 96 343 447 254 440 353,29 23 383 594 192 424 523 330 524 424,29 24 472 665 292 517 587 419 603 507,86 25 556 731 397 596 658 495 581 573,43 26 627 792 478 667 724 571 652 644,43 27 700 860 547 740 792 642 725 715,14 28 761 922 634 808 853 708 786 781,71

Page 66: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Maret 2003

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 822 969 307 870 909 776 847 785,71 2 808 1026 388 926 966 532 898 792,00 3 624 963 469 978 1023 503 819 768,43 4 690 1020 553 1030 1075 524 888 825,71 5 459 1062 574 1077 1087 515 939 816,14 6 455 919 605 924 889 594 891 753,86 7 491 673 678 871 760 451 862 683,71 8 470 372 751 927 431 307 924 597,43 9 366 170 812 979 397 348 981 579,00

10 447 250 561 1026 403 437 1033 593,86 11 523 355 592 1078 469 506 1085 658,29 12 375 444 671 1125 541 577 1132 695,00 13 336 537 591 1167 628 578 1026 694,71 14 369 601 605 935 694 592 774 652,86 15 412 661 665 417 760 503 752 595,71 16 488 727 738 501 815 590 790 664,14 17 373 613 749 545 706 478 760 603,43 18 364 447 249 527 446 447 816 470,86 19 445 530 324 601 435 506 517 479,71 20 521 588 403 644 519 550 468 527,57 21 412 520 487 710 583 621 524 551,00 22 438 494 563 721 654 687 585 591,71 23 522 530 642 726 720 753 656 649,86 24 420 601 702 787 781 821 710 688,86 25 339 667 392 818 55 842 771 554,86 26 428 727 473 859 86 798 826 599,57 27 512 777 348 896 57 753 877 602,86 28 496 838 361 942 143 821 858 637,00 29 572 894 347 796 254 872 585 617,14 30 651 950 263 777 340 636 526 591,86 31 667 1007 309 672 78 709 613 579,29

April 2003

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 637 1059 350 727 174 674 576 599,57 2 643 1111 423 771 256 740 387 618,71 3 709 1157 392 611 334 635 448 612,29 4 770 1208 445 677 415 545 532 656,00 5 741 1249 514 737 477 546 619 697,57 6 809 1165 566 782 77 567 692 665,43 7 860 1211 637 843 183 646 765 735,00 8 393 1244 710 899 274 712 743 710,71 9 212 1281 167 804 262 773 729 604,00

10 148 1212 247 866 357 503 767 585,71 11 139 1052 145 892 446 310 405 484,14 12 220 876 67 893 428 263 261 429,71 13 306 932 173 949 512 230 51 450,43 14 395 919 264 1001 566 258 86 498,43 15 438 982 57 1048 637 344 192 528,29 16 444 1039 143 1100 697 425 274 588,86 17 443 1086 228 1065 376 501 78 539,57 18 519 1138 256 1017 399 580 78 569,57 19 443 1184 324 1064 218 651 174 579,71 20 432 1095 261 915 81 470 265 502,71 21 391 866 366 967 106 402 351 492,71 22 472 917 447 1009 74 398 319 519,43 23 548 964 503 1051 110 447 392 573,57 24 627 1021 492 747 112 516 48 509,00 25 687 905 451 792 200 580 78 527,57 26 749 962 527 860 286 554 134 581,71 27 764 1019 598 755 273 633 74 588,00 28 669 1066 469 751 66 679 160 551,43 29 742 910 545 819 172 752 100 577,14 30 810 962 517 870 263 813 191 632,29

Page 67: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Mei 2003

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 861 1014 361 866 103 660 82 563,86 2 757 1071 440 922 225 600 96 587,29 3 627 1128 226 883 63 689 112 532,57 4 577 1170 292 945 159 755 194 584,57 5 42 1212 358 997 270 800 205 554,86 6 138 1262 411 1060 356 856 229 616,00 7 229 1303 483 1027 415 912 78 635,29 8 324 1228 552 1069 354 975 86 655,43 9 397 1165 544 1103 48 847 86 598,57

10 496 1147 585 1051 70 570 86 572,14 11 445 1185 646 1098 165 531 132 600,29 12 521 1219 682 1145 217 595 243 660,29 13 555 766 485 1176 157 666 329 590,57 14 634 242 441 1222 239 739 377 556,29 15 690 59 66 1000 309 800 366 470,00 16 763 155 162 739 390 862 465 505,14 17 824 266 273 807 489 793 558 572,86 18 880 371 359 858 565 763 637 633,29 19 936 470 448 914 636 824 703 704,43 20 988 554 532 966 702 875 778 770,71 21 1045 641 611 1018 777 931 846 838,43 22 967 730 700 1070 852 1007 922 892,57 23 959 805 775 1122 921 1019 985 940,86 24 1016 861 836 1164 978 1066 1048 995,57 25 1063 930 892 1215 1035 1113 1111 1051,29 26 1105 987 961 1256 1092 1159 1162 1103,14 27 1147 1050 1024 1297 1149 1201 1213 1154,43 28 1189 1107 1076 1338 1195 1242 1258 1200,71 29 1240 1158 1133 1373 1241 1279 1303 1246,71 30 1273 1209 1179 1408 1291 1316 1342 1288,29 31 1328 1250 1230 1438 1336 1351 1374 1329,57

Juni 2003

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 1360 1295 1271 1468 1375 1383 1413 1366,43 2 1392 1340 1316 1498 1414 1422 1440 1403,14 3 1301 1375 1359 1534 1447 1449 1473 1419,71 4 1333 1414 1388 1556 1471 1207 1506 1410,71 5 1372 1444 1347 1572 1428 1252 1533 1421,14 6 1404 1321 1379 1580 1435 1285 1555 1422,71 7 1437 1356 1418 1604 1468 1326 1577 1455,14 8 1265 1391 1448 1623 1495 1355 1604 1454,43 9 1238 1426 1478 1640 1571 1387 1367 1443,86

10 1279 1456 1505 1653 1595 1253 1340 1440,14 11 1324 1460 1527 1667 1611 1294 1373 1465,14 12 1356 1442 1554 1597 1628 1344 1408 1475,57 13 1391 1469 1584 1619 1649 1376 1438 1503,71 14 1072 1496 1611 1636 1666 1408 1465 1479,14 15 1119 1523 1628 1640 1682 1435 1495 1503,14 16 1165 1547 1568 1652 1701 1459 1525 1516,71 17 1207 1248 1595 1671 1713 1137 1552 1446,14 18 1244 1289 1622 1692 1727 1183 1576 1476,14 19 1281 1322 1638 1709 1503 1239 1589 1468,71 20 1224 1345 1655 1710 1353 1289 1437 1430,43 21 1261 1377 1625 1697 776 1312 1475 1360,43 22 1298 1396 924 1683 837 1344 1502 1283,43 23 1343 1382 976 1702 51 1376 1492 1188,86 24 1375 1368 898 1689 78 1419 1304 1161,57 25 1407 1394 719 1400 78 1383 1333 1102,00 26 1434 1420 770 1374 86 1418 1359 1123,00 27 1464 1447 825 1406 57 1392 1005 1085,14 28 1491 1474 887 662 57 1424 863 979,71 29 1521 1501 943 728 95 1457 925 1024,29 30 1543 1525 1012 811 57 1484 977 1058,43

Page 68: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Juli 2003

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 1565 1547 1040 698 153 1511 1015 1075,57 2 1585 1452 1082 753 244 1535 413 1009,14 3 1601 1366 1074 800 74 1565 399 982,71 4 1618 709 985 234 57 1430 428 780,14 5 1514 744 997 290 57 1460 473 790,71 6 1536 782 1044 385 123 1490 439 828,43 7 1558 783 1082 466 82 1517 508 856,57 8 1304 633 1116 528 69 1539 572 823,00 9 1343 699 1158 607 163 1563 643 882,29

10 1375 738 1183 646 60 1585 462 864,14 11 1404 806 1225 456 136 1607 546 882,86 12 1334 868 1225 507 118 1318 617 855,29 13 1303 914 1241 565 110 1357 671 880,14 14 1335 944 803 562 54 1389 731 831,14 15 1374 1001 849 641 130 1421 792 886,86 16 1313 1053 905 707 230 1353 860 917,29 17 1345 1095 957 762 293 1388 916 965,14 18 1377 1142 1009 823 363 1420 973 1015,29 19 1409 1184 1061 885 444 1450 1030 1066,14 20 1436 1226 1108 941 520 1477 1077 1112,14 21 1463 1263 1150 988 591 1504 1124 1154,71 22 1493 1293 1192 1035 670 1526 1166 1196,43 23 1517 1330 1234 1082 743 1550 1212 1238,29 24 1539 1365 1275 1129 798 1572 1249 1275,29 25 1559 1400 1316 1175 859 1594 1286 1312,71 26 1581 1427 1062 1187 928 1618 1319 1303,14 27 1605 1454 1119 1233 985 1635 1354 1340,71 28 1622 1487 1165 1274 1042 1654 1389 1376,14 29 1639 1437 1216 1315 1094 1570 1424 1385,00 30 1656 1414 1253 1341 1055 1592 1454 1395,00 31 1677 1444 1294 1380 1055 1610 1481 1420,14

Agustus 2003

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 1418 1474 1331 1149 942 1516 1261 1298,71 2 1448 1507 1366 1195 994 1538 588 1233,71 3 1475 1531 1401 1241 1046 1558 667 1274,14 4 1502 1555 1431 1278 1093 1582 740 1311,57 5 1524 1579 1461 1315 1145 1606 815 1349,29 6 1546 1601 1491 1347 1187 1623 877 1381,71 7 1498 1620 1521 1379 1233 1642 946 1405,57 8 1531 1636 1548 1388 1278 1661 1003 1435,00 9 1553 1356 1490 1407 1308 1678 1037 1404,14

10 1577 1399 1425 1369 1017 1429 1079 1327,86 11 1507 1391 1452 1404 859 1456 1121 1312,86 12 1427 1420 1468 1434 900 1486 1155 1327,14 13 1454 1447 1465 1458 957 1473 1201 1350,71 14 1481 1465 1232 1485 1014 1506 820 1286,14 15 1511 1389 1273 1518 1061 1533 791 1296,57 16 1533 1424 943 1542 1108 1555 859 1280,57 17 1555 1448 995 1564 1146 1427 928 1294,71 18 1240 1472 1052 1582 1188 1460 985 1282,71 19 1277 1494 1099 1604 1182 1342 1037 1290,71 20 1322 1527 1156 1623 1220 1369 1094 1330,14 21 1291 1549 1184 1211 1076 1404 1098 1259,00 22 1336 1569 1212 1175 797 1431 1140 1237,14 23 1371 1593 1245 1213 865 1455 1186 1275,43 24 1403 1617 1282 1223 921 1488 998 1276,00 25 1430 1638 1323 1264 978 1515 1061 1315,57 26 1463 1407 1355 1294 676 1539 1073 1258,14 27 1490 1437 1390 1331 757 1486 1100 1284,43 28 1520 1467 1425 1366 812 1460 972 1288,86 29 1540 1489 1449 1392 783 1493 874 1288,57 30 1562 1516 1482 1427 844 1515 936 1326,00 31 1586 1536 1512 1454 895 1537 993 1359,00

Page 69: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

September 2003

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 1610 1557 1416 1484 946 1559 1045 1373,86 2 1537 1581 1446 1511 1003 1581 1092 1393,00 3 1302 1605 1468 1531 1034 1603 1144 1383,86 4 1341 1626 1498 1555 1076 1624 1190 1415,71 5 1376 1489 1505 1251 1118 1643 1161 1363,29 6 1408 1519 1518 593 522 1660 1207 1203,86 7 1438 1543 1542 668 601 1679 1248 1245,57 8 1470 1567 1564 728 667 1700 1289 1283,57 9 1484 1587 1588 789 733 1407 1334 1274,57

10 1514 1609 1610 850 808 1434 1373 1314,00 11 1541 1628 1543 881 854 1448 1406 1328,71 12 1407 1647 1429 935 916 1478 1350 1308,86 13 1434 1663 1453 749 958 1505 1385 1306,71 14 1461 1679 1486 817 1021 1407 1234 1300,71 15 1491 1696 1232 778 789 1437 1006 1204,14 16 1515 1709 1273 839 864 1421 1058 1239,86 17 1537 1723 1300 901 926 1448 1042 1268,14 18 1477 1735 1335 953 983 1478 1084 1292,14 19 1507 1490 1016 915 1035 1308 1131 1200,29 20 1333 1520 1018 709 1063 1340 1173 1165,14 21 1368 1484 1070 777 1115 1367 1215 1199,43 22 1400 1517 1077 838 1157 1366 1256 1230,14 23 1359 1527 1134 894 1208 1398 1233 1250,43 24 1394 1554 1102 790 850 1433 1267 1198,57 25 1426 1578 1144 851 905 1463 1218 1226,43 26 1453 1600 1186 913 653 1487 1239 1218,71 27 1480 1617 1228 976 726 1514 1280 1260,14 28 1507 1633 1265 1039 794 1180 1307 1246,43 29 1383 1647 1295 1021 844 1202 1206 1228,29 30 1422 1056 1272 1073 906 1239 1247 1173,57

Oktober 2003

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 1452 1108 1302 1120 808 1276 1288 1193,43 2 1349 1159 1334 1162 819 1317 1329 1209,86 3 1023 1201 1333 1070 857 1346 1058 1126,86 4 945 1242 1222 1104 919 1378 1085 1127,86 5 997 1279 1195 1142 991 1407 1137 1164,00 6 1034 1316 676 25 641 1437 524 807,57 7 1086 1348 710 78 655 1127 587 798,71 8 917 1160 225 195 595 1105 508 672,14 9 909 1202 291 269 622 1147 502 706,00

10 961 1239 70 78 412 1085 463 615,43 11 1013 1269 86 80 418 1137 419 631,71 12 1055 1236 154 63 494 1119 165 612,29 13 1107 86 151 78 546 1165 232 480,71 14 772 162 162 134 617 1203 327 482,43 15 807 263 253 165 523 977 416 486,29 16 863 331 339 247 602 1040 472 556,29 17 884 301 420 70 668 997 503 549,00 18 940 372 496 152 734 815 507 573,71 19 992 471 580 252 682 786 594 622,43 20 877 573 667 357 763 847 681 680,71 21 946 660 756 456 691 903 762 739,14 22 1003 726 817 525 310 955 837 739,00 23 827 787 873 604 395 1012 893 770,14 24 896 855 929 685 476 1054 955 835,71 25 958 911 981 758 552 1111 1018 898,43 26 1005 974 1028 819 623 1149 1065 951,86 27 1057 1026 1075 881 696 1195 1117 1006,71 28 1104 1078 1122 937 762 1237 1159 1057,00 29 1146 1125 1160 989 823 1278 1205 1103,71 30 1192 1171 1211 1046 892 995 1246 1107,57 31 1238 1205 682 1088 678 1052 1287 1032,86

Page 70: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

November 2003

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 1091 1242 755 1135 751 1099 1324 1056,71 2 1118 1004 773 1181 809 1071 1359 1045,00 3 1160 961 809 1140 590 1023 1394 1011,00 4 1132 1013 390 1108 631 1060 1429 966,14 5 1070 547 306 1150 697 1112 1456 905,43 6 1067 571 329 1175 341 1140 765 769,71 7 1114 522 238 1209 374 931 786 739,14 8 1156 353 323 1246 115 848 854 699,29 9 804 404 412 1209 137 910 600 639,43

10 825 488 264 1122 248 957 494 628,29 11 816 544 350 1168 334 511 578 614,43 12 593 291 449 1210 433 575 914 637,86 13 664 337 525 1233 509 629 721 659,71 14 730 310 596 1270 588 509 681 669,14 15 485 391 560 1044 659 236 560 562,14 16 534 472 571 1071 725 322 128 546,14 17 613 556 505 908 786 403 159 561,43 18 679 635 479 950 641 472 239 585,00 19 238 708 545 997 500 556 285 547,00 20 256 763 616 1044 494 557 213 563,29 21 302 818 666 1096 94 329 123 489,71 22 383 874 739 1143 170 362 214 555,00 23 176 483 429 1185 270 451 254 464,00 24 276 559 381 1227 280 527 99 478,43 25 352 630 480 1264 358 606 78 538,29 26 221 690 542 1189 431 672 134 554,14 27 307 576 400 1023 50 546 74 425,14 28 300 310 76 647 86 328 160 272,43 29 371 391 172 713 182 409 251 355,57 30 470 164 74 218 253 502 221 271,71

Desember 2003

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 546 54 70 196 318 589 70 263,29 2 520 63 86 283 57 660 86 250,71 3 317 63 112 355 123 670 78 245,43 4 338 86 184 436 149 454 124 253,00 5 379 78 264 432 91 310 224 254,00 6 450 174 350 414 197 391 244 317,14 7 526 265 439 498 297 472 329 403,71 8 460 351 451 537 383 548 382 444,57 9 439 385 471 564 59 619 393 418,57

10 515 466 527 635 165 253 281 406,00 11 392 385 534 539 67 213 287 345,29 12 481 278 498 403 70 221 293 320,57 13 557 201 62 382 138 316 70 246,57 14 644 57 158 428 220 389 78 282,00 15 717 57 74 377 150 312 144 261,57 16 672 153 144 353 261 401 176 308,57 17 738 235 235 399 347 477 267 385,43 18 799 321 57 397 446 446 200 380,86 19 804 394 78 378 502 502 278 419,43 20 547 475 174 53 581 573 364 395,29 21 618 568 274 159 660 634 453 480,86 22 678 610 272 231 706 700 462 522,71 23 738 676 239 134 591 515 531 489,14 24 354 584 78 96 428 509 590 377,00 25 187 456 184 182 504 588 641 391,71 26 169 515 266 264 536 659 707 445,14 27 260 594 284 51 590 685 762 460,86 28 346 665 352 147 661 424 830 489,29 29 427 714 385 229 705 500 886 549,43 30 503 764 450 315 766 571 942 615,86 31 285 800 526 374 827 650 994 636,57

Page 71: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Januari 2004

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 371 500 597 447 878 731 1046 652,86 2 374 561 668 531 934 546 1088 671,71 3 445 349 582 583 682 607 1135 626,14 4 261 377 470 647 421 633 1177 569,43 5 279 125 519 707 497 699 1215 577,29 6 347 172 58 522 419 639 848 429,29 7 55 254 78 593 503 595 917 427,86 8 151 262 174 664 574 674 980 497,00 9 103 348 228 737 661 740 1037 550,57

10 95 391 323 668 727 801 1089 584,86 11 161 464 309 344 788 454 1136 522,29 12 252 540 390 310 683 538 984 528,14 13 133 604 471 391 764 400 1036 542,71 14 60 677 437 464 795 466 884 540,43 15 116 737 506 540 420 422 946 526,71 16 207 787 570 627 486 498 708 554,71 17 285 842 649 687 562 83 769 553,86 18 363 243 693 607 556 119 837 488,29 19 436 284 723 653 635 230 883 549,14 20 71 342 784 734 685 308 945 552,71 21 157 405 829 795 766 53 1008 573,29 22 54 481 885 581 636 149 942 532,57 23 86 151 891 529 717 60 954 484,00 24 86 223 664 571 43 146 746 354,14 25 86 51 488 458 63 80 281 215,29 26 142 70 464 69 159 186 239 189,86 27 233 138 518 175 250 277 297 269,71 28 191 155 430 54 258 363 247 242,57 29 282 246 466 110 363 444 313 317,71 30 350 297 50 60 252 50 192 178,71 31 431 275 100 70 338 167 166 221,00

Februari 2004

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 507 173 91 156 371 278 257 261,86 2 578 255 147 238 160 128 63 224,14 3 649 96 54 57 271 149 126 200,29 4 645 192 150 117 349 249 208 272,86 5 718 283 90 228 188 317 278 300,29 6 573 346 186 306 150 378 373 330,29 7 644 244 54 395 261 419 446 351,86 8 710 234 78 224 228 503 522 357,00 9 771 282 174 127 255 200 593 343,14

10 839 51 248 189 63 276 664 332,86 11 740 78 211 193 131 314 737 343,43 12 781 86 279 265 143 413 805 396,00 13 856 142 57 343 150 399 656 371,86 14 887 194 78 322 224 412 722 405,57 15 918 146 195 411 162 468 783 440,43 16 970 208 216 396 164 561 828 477,57 17 1022 294 311 389 195 625 884 531,43 18 673 372 392 462 266 439 946 507,14 19 629 453 481 555 371 485 1003 568,14 20 695 529 543 613 444 578 1050 636,00 21 725 600 607 679 510 512 1102 676,43 22 445 666 688 363 571 583 644 565,71 23 481 747 761 239 650 627 717 603,14 24 574 808 822 305 646 708 772 662,14 25 542 877 863 221 642 753 840 676,86 26 603 933 914 257 668 688 776 691,29 27 684 985 966 343 728 744 844 756,29 28 734 1037 1013 379 789 805 900 808,14 29 775 1094 1047 410 864 856 947 856,14

Page 72: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Maret 2004

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 843 1151 1094 494 920 925 994 917,29 2 824 1193 928 563 812 977 1051 906,86 3 870 1239 975 627 849 689 1108 908,14 4 926 1272 1027 700 830 762 1139 950,86 5 978 985 831 700 786 512 1181 853,29 6 775 1037 847 36 691 573 719 668,29 7 806 989 818 86 757 644 774 696,29 8 852 1011 799 172 738 588 849 715,57 9 921 34 719 166 558 602 885 555,00

10 908 151 559 277 637 598 947 582,43 11 915 67 376 57 693 542 994 520,57 12 972 103 345 115 719 621 942 545,29 13 1019 185 434 215 787 470 999 587,00 14 991 285 483 213 848 479 1056 622,14 15 705 355 552 291 499 555 1063 574,29 16 580 436 631 386 438 519 1115 586,43 17 621 512 530 459 447 598 1161 618,29 18 677 591 334 214 429 662 1203 587,14 19 697 670 415 300 505 471 1248 615,14 20 770 743 499 389 584 350 1287 660,29 21 426 811 498 478 361 403 1332 615,57 22 492 880 547 554 460 487 1371 684,43 23 585 942 618 625 536 556 1406 752,57 24 619 994 684 691 615 550 1403 793,71 25 533 1051 757 764 688 551 1436 825,71 26 544 1108 832 839 632 638 1466 865,57 27 631 1159 888 895 668 704 1499 920,57 28 697 1136 889 691 741 772 1529 922,14 29 566 1151 958 395 802 777 712 765,86 30 637 1157 1010 378 864 732 573 764,43 31 703 1194 1048 477 926 793 652 827,57

April 2004

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 688 1232 1095 52 978 1030 456 807,17 2 704 1273 1052 63 1035 1098 540 843,50 3 772 1310 1014 78 1087 1165 589 873,83 4 522 1339 951 144 818 962 361 762,50 5 533 1362 1008 67 749 816 422 737,33 6 612 1397 1000 78 817 895 506 782,17 7 221 1436 1047 184 839 1023 543 845,33 8 209 1469 1065 275 505 780 394 748,00 9 304 1499 1122 243 409 652 460 730,83

10 48 1526 1164 329 493 822 544 813,00 11 124 1553 1206 255 569 824 615 837,00 12 224 1577 1209 350 603 953 678 895,00 13 310 1601 1186 431 692 1123 751 964,00 14 399 1617 1232 515 765 1280 531 990,00 15 242 1634 1256 469 826 1295 298 963,00 16 210 1450 1289 495 882 1377 373 977,67 17 276 1483 1326 588 938 1526 252 1018,83 18 309 1516 1361 659 995 1654 347 1088,67 19 398 1543 1396 732 1058 1790 96 1102,50 20 479 1567 1225 787 1060 1847 96 1097,00 21 319 1587 1142 855 858 1713 106 1043,50 22 245 1259 1164 886 927 1813 196 1040,83 23 263 1269 1169 839 969 1808 287 1056,83 24 271 1209 1027 850 1026 1876 207 1032,50 25 337 1254 1084 826 840 1666 215 980,83 26 436 775 1136 888 621 1509 320 874,83 27 375 350 450 885 505 1390 66 607,67 28 406 399 514 846 419 1265 172 602,50 29 472 498 508 902 383 1285 272 641,33 30 565 567 90 690 354 1044 322 511,17

Page 73: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Mei 2004

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 636 638 166 746 405 775 301 523,86 2 582 719 266 821 428 830 400 578,00 3 623 780 63 867 234 721 476 537,71 4 689 855 149 929 282 732 578 602,00 5 749 911 111 981 51 790 642 605,00 6 279 668 192 983 147 858 545 524,57 7 197 247 509 975 94 839 233 442,00 8 238 95 521 917 57 520 78 346,57 9 333 212 592 974 113 551 184 422,71

10 414 328 671 1043 224 622 306 515,43 11 373 437 711 1106 275 688 387 568,14 12 384 530 642 1098 370 282 436 534,57 13 445 377 708 1076 418 240 529 541,86 14 529 476 699 1113 204 296 608 560,71 15 590 545 780 1164 290 391 697 636,71 16 677 632 841 1215 395 462 786 715,43 17 556 713 910 1260 484 292 869 726,29 18 540 788 973 1077 577 308 938 743,00 19 619 829 920 1129 501 407 990 770,71 20 685 905 977 1180 465 163 1047 774,57 21 575 962 1040 1231 558 234 1104 814,86 22 277 1031 1082 1272 637 339 1155 827,57 23 245 1088 1134 1305 683 322 1201 854,00 24 311 1140 1159 1287 716 345 1242 885,71 25 400 1182 1037 917 737 426 916 802,14 26 484 1104 1069 969 805 378 992 828,71 27 560 1150 1126 1001 851 439 1055 883,14 28 631 898 874 1053 787 532 417 741,71 29 697 960 930 975 828 583 476 778,43 30 763 937 792 787 669 614 552 730,57 31 831 909 833 667 485 687 616 718,29

Juni 2004

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 893 506 659 617 527 760 170 590,29 2 955 593 363 651 229 755 60 515,14 3 1012 604 396 717 277 823 86 559,29 4 1069 670 485 785 382 892 192 639,29 5 1116 719 569 853 471 961 303 713,14 6 1044 794 656 904 537 1013 392 762,86 7 941 862 729 961 588 1065 491 805,29 8 998 899 344 963 576 1072 103 707,86 9 1050 955 377 1015 637 1059 185 754,00

10 1102 1007 430 1072 718 1116 256 814,43 11 1153 1059 506 1119 563 1154 361 845,00 12 941 1116 585 1165 650 1192 460 872,71 13 998 1148 672 1216 731 1243 553 937,29 14 1045 926 745 1257 696 1000 640 901,29 15 1092 853 806 1298 652 1037 706 920,57 16 1139 915 857 1335 685 1089 767 969,57 17 1185 978 919 1370 766 717 842 968,14 18 820 860 982 1405 757 722 911 922,43 19 851 922 1039 1435 825 790 968 975,71 20 913 985 1091 1462 492 735 1031 958,43 21 855 1042 855 1312 576 545 1083 895,43 22 901 1099 917 1347 655 596 1135 950,00 23 958 997 974 1382 721 683 1181 985,14 24 1005 1049 1026 1417 796 749 1227 1038,43 25 1047 1106 1078 1447 871 810 1264 1089,00 26 748 1157 1130 1477 933 866 1309 1088,57 27 749 1125 1162 1103 996 922 1341 1056,86 28 824 1171 1204 1105 1048 974 1376 1100,29 29 780 1222 1249 1151 1100 1037 1411 1135,71 30 841 1267 1290 1197 1151 1079 1444 1181,29

Page 74: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

Juli 2004

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 892 1312 1335 1243 1202 1126 1480 1227,14 2 943 1351 1364 1284 1226 1172 1516 1265,14 3 880 1040 1407 1325 1263 1050 1540 1215,00 4 891 838 1321 1346 1300 1087 1564 1192,43 5 953 824 1353 1375 1279 1094 1586 1209,14 6 1005 841 1388 1387 1324 956 1556 1208,14 7 796 867 1349 1406 1356 938 1448 1165,71 8 871 773 1220 1256 1219 990 1066 1056,43 9 933 573 202 1297 1073 698 1108 840,57

10 701 644 135 1334 1055 718 1146 819,00 11 676 717 235 1363 1102 793 1192 868,29 12 742 785 78 1392 1140 854 1230 888,71 13 743 840 148 1340 1182 910 1271 919,14 14 784 891 230 1241 1224 430 1274 867,71 15 852 947 78 1174 1257 336 1271 845,00 16 410 994 126 1072 1302 367 918 741,29 17 359 1032 54 1033 1337 438 908 737,29 18 342 984 171 1045 1376 522 965 772,14 19 441 1022 67 839 1177 601 743 698,57 20 517 1074 103 850 1223 430 811 715,43 21 588 1105 54 773 1053 419 597 655,57 22 667 729 78 813 1017 503 515 617,43 23 687 734 63 846 1069 467 393 608,43 24 768 774 78 459 800 551 466 556,57 25 688 714 88 552 856 602 516 573,71 26 728 669 194 610 918 658 410 598,14 27 796 658 285 659 965 731 479 653,29 28 864 547 246 48 635 806 284 490,00 29 905 618 351 96 515 862 360 529,57 30 968 632 399 174 602 924 391 584,29 31 1025 566 458 78 668 941 350 583,71

Agustus 2004

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 1077 637 534 63 668 973 156 586,86 2 1129 697 613 159 502 1030 247 625,29 3 1175 733 679 250 530 1087 333 683,86 4 1226 794 760 336 601 1134 414 752,14 5 1267 862 821 425 667 1180 490 816,00 6 1300 931 872 501 733 1018 566 845,86 7 1332 903 923 588 808 1075 645 896,29 8 1371 955 701 652 789 1127 705 900,00 9 1253 1002 762 718 857 1173 766 933,00

10 1294 1074 823 779 913 1219 834 990,86 11 1331 1121 749 840 970 1264 890 1023,57 12 1363 1163 817 861 1022 1309 946 1068,71 13 1395 1209 873 912 1079 1341 998 1115,29 14 1434 1242 935 969 1136 1376 1050 1163,14 15 1464 1287 987 1021 1187 1285 1102 1190,43 16 1252 1332 1039 1068 1233 1326 1148 1199,71 17 1293 1367 1081 1110 1266 1365 1199 1240,14 18 1256 1402 1128 1152 1303 1377 1250 1266,86 19 1297 1435 1174 1198 1342 1409 1295 1307,14 20 1330 1468 1172 1244 1371 1442 1340 1338,14 21 1362 1498 1218 1285 1406 1469 1375 1373,29 22 1251 1472 1032 1330 1439 1502 1418 1349,14 23 1194 1462 1080 1365 1463 1526 1438 1361,14 24 1245 1489 1132 1400 1496 1553 1428 1391,86 25 1282 1522 1178 1427 1529 1575 1458 1424,43 26 1319 1544 1203 1457 1551 1602 1488 1452,00 27 1351 1566 1240 1487 1573 1623 1278 1445,43 28 1323 1593 1281 1517 1595 1642 1323 1467,71 29 1355 1613 1326 1539 1625 1658 1358 1496,29 30 1394 1634 1361 1561 1646 1677 1397 1524,29 31 1429 1390 1393 1581 1679 1696 1429 1513,86

Page 75: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

September 2004

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 1323 1382 1428 1299 1533 1540 1353 1408,29 2 1335 1301 1461 736 1557 1542 1368 1328,57 3 1370 1324 1494 797 1581 1566 1403 1362,14 4 1409 1345 1521 858 1571 1496 1430 1375,71 5 1439 1366 1104 914 1387 1523 1418 1307,29 6 1257 1405 1150 966 1419 1545 1352 1299,14 7 1254 1432 1192 1018 1446 1565 1387 1327,71 8 1271 1356 1223 1056 1470 1587 1422 1340,71 9 1298 1119 1264 1098 1500 1262 1232 1253,29

10 1325 1124 936 956 1520 1259 1234 1193,43 11 1004 1152 868 963 1056 1304 1251 1085,43 12 991 1198 937 1020 1098 1293 1292 1118,43 13 1048 1223 975 1051 1102 1206 1325 1132,86 14 932 1084 1027 1083 1124 1243 1307 1114,29 15 974 1108 369 927 1142 1070 1163 964,71 16 1031 1140 352 939 767 1052 1155 919,43 17 999 1088 385 986 732 1109 1193 927,43 18 956 1140 444 1043 690 1017 1195 926,43 19 1013 1186 528 1035 716 1039 893 915,71 20 961 1124 500 669 716 1096 864 847,14 21 1024 926 488 713 651 1098 926 832,29 22 1051 978 562 781 661 1150 928 873,00 23 909 965 649 816 707 991 920 851,00 24 972 1028 722 857 672 868 952 867,29 25 1024 1080 790 913 728 904 1009 921,14 26 642 1118 851 965 723 951 1056 900,86 27 612 1160 414 1022 718 621 993 791,43 28 693 562 490 1069 769 629 925 733,86 29 774 613 566 1111 659 710 982 773,57 30 835 686 645 1157 740 771 1019 836,14

Oktober 2004

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 891 740 694 1191 676 832 1061 869,29 2 668 795 754 1179 700 888 938 846,00 3 684 863 439 970 768 950 990 809,14 4 757 932 522 957 788 807 1053 830,86 5 818 995 601 1009 843 843 1105 887,71 6 441 1052 655 1066 899 905 1156 882,00 7 400 1104 728 1108 961 962 1207 924,29 8 416 1150 796 1159 799 1019 1252 941,57 9 500 1116 857 1197 867 743 1297 939,57

10 571 1158 770 1165 923 811 1327 960,71 11 505 1200 758 1147 975 867 1359 973,00 12 576 1237 826 1193 1038 929 1398 1028,14 13 647 1274 817 1235 556 757 1421 958,14 14 713 1319 868 1268 627 832 1451 1011,14 15 774 1348 919 1301 687 813 1481 1046,14 16 842 1383 971 1333 760 794 1511 1084,86 17 489 1418 1023 1362 835 862 1535 1074,86 18 538 1451 1070 1394 816 469 1562 1042,86 19 617 1487 1127 1423 872 545 1586 1093,86 20 683 1383 1169 1453 934 616 1610 1121,14 21 749 1352 920 1473 986 689 1629 1114,00 22 817 1054 887 1330 1038 573 1648 1049,57 23 886 926 770 969 806 634 1664 950,71 24 942 428 805 1001 868 707 1663 916,29 25 879 521 874 1053 924 758 1409 916,86 26 941 58 930 955 987 809 1439 874,14 27 769 70 872 912 1044 878 1472 859,57 28 844 103 759 350 1091 940 1234 760,14 29 906 145 814 223 933 992 684 671,00 30 953 91 790 328 940 1049 414 652,14 31 1010 197 858 417 1003 1106 480 724,43

Page 76: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

November 2004

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 918 207 909 486 1045 1147 564 753,71 2 950 285 961 482 773 1193 635 754,14 3 1007 243 948 531 458 1235 708 732,86 4 1054 269 935 592 542 1276 503 738,71 5 892 264 663 616 621 1106 471 661,86 6 954 174 657 666 280 1152 440 617,57 7 1017 285 695 626 78 1026 542 609,86 8 1009 348 245 692 184 1083 613 596,29 9 981 429 51 131 284 1135 433 492,00

10 1038 522 157 202 379 1173 409 554,29 11 1090 564 224 80 402 1224 465 578,43 12 718 281 319 197 495 1261 549 545,71 13 786 376 408 248 571 763 628 540,00 14 847 475 484 324 658 831 694 616,14 15 909 551 568 413 724 887 767 688,43 16 866 630 647 497 792 956 828 745,14 17 643 660 728 566 867 1008 890 766,00 18 669 239 789 645 923 880 952 728,14 19 742 334 857 149 577 936 824 631,29 20 298 400 908 223 628 918 510 555,00 21 403 372 506 251 701 981 404 516,86 22 442 355 484 309 769 1008 303 524,29 23 526 426 62 352 824 842 284 473,71 24 597 478 168 451 886 878 362 545,71 25 399 207 250 507 942 505 53 409,00 26 470 291 306 578 1005 584 119 479,00 27 526 229 249 580 1057 671 91 486,14 28 580 334 354 504 1104 737 208 545,86 29 667 243 443 362 1155 805 251 560,86 30 740 141 519 398 1201 861 337 599,57

Desember 2004

Tgl Singkawang Paloh Nangapinoh Sintang Putusibau Sankulirang Pontianak Rata-Rata

1 801 222 281 497 1121 822 436 597,14 2 863 120 87 573 1073 868 520 586,29 3 919 211 105 625 695 924 599 582,57 4 846 306 176 509 776 926 651 598,57 5 908 182 198 483 851 968 615 600,71 6 720 264 309 567 913 1025 551 621,29 7 731 369 200 605 960 1072 58 570,71 8 806 450 83 299 857 696 70 465,86 9 483 45 139 394 858 769 176 409,14

10 567 141 211 483 920 830 267 488,43 11 631 241 277 559 758 886 362 530,57 12 651 327 372 638 793 948 363 584,57 13 732 426 70 147 861 930 462 518,29 14 677 425 176 258 917 664 511 518,29 15 743 461 267 344 969 745 590 588,43 16 744 554 305 425 1032 730 661 635,86 17 819 625 394 518 603 798 742 642,71 18 870 691 253 589 684 404 803 613,43 19 921 772 348 676 163 488 854 603,14 20 984 840 437 255 274 564 531 555,00 21 1047 667 496 350 360 416 505 548,71 22 698 740 589 373 383 509 576 552,57 23 779 570 451 434 482 457 640 544,71 24 814 657 517 536 434 550 713 603,00 25 876 730 475 623 518 614 774 658,57 26 797 695 568 679 245 680 835 642,71 27 872 776 639 752 350 726 897 716,00 28 923 801 712 717 439 801 808 743,00 29 493 847 773 792 515 792 877 727,00 30 552 909 841 847 586 860 933 789,71 31 639 961 892 909 673 916 990 854,29

Page 77: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini,

penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda, Ibunda dan Adikku tercinta atas semua kasih sayang, kesabaran

dan pengorbananya selama ini.

2. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr selaku Dosen pembimbing, arahan,

masukan dan bimbingan bapak sangat berarti bagi saya baik dalam

penyelesaian skripsi maupun dalam pola pikir saya menghadapi suatu

masalah.

3. Prof. Dr. Ir. Elias dan Ir. Endes N. Dahlan MS. selaku dosen penguji yang

telah memberikan saran dan masukan pada saat ujian akhir.

4. Badan Meteorologi dan Geofisika dan Departemen Kehutanan Jakarta.

5. Keluarga Besar BDH ’38, THH, KSH dan seluruh rekan-rekan yang ada di

Fakultas Kehutanan IPB......FAHUTAN.....ASIK.....!!!!!

6. ”Yasmine Crew”, Arif, Bom2, Uki, Fadli, Alif, Ari, Agus, Yoyo, Kahfi,

Sahrul, Tedy yang telah melewati hari-hari bersama dalam satu atap.

7. Memey, Ajenk, Intan, Pitaloka, Lisna, Mardhika terima kasih atas

dukungannya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Erna terima kasih banyak atas printernya dan juga bantuannya, jadi bisa

ngeprint sendiri deh.

9. Heva ”Ayu” terima kasih telah menemani hari-hari penulis dan memberi

dukungan baik lahir maupun batin, semoga Tuhan membalas kebaikan

hatimu.

10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan Amien.

Page 78: STUDI TENTANG SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT · 2015-09-02 · studi tentang sebaran titik panas (hotspot) sebagai penduga kebakaran hutan dan lahan di propinsi kalimantan barat tahun