24
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1,2,3,4 Kebutuhan penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan pada beberapa tahun terakhir ini terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi pada bidang kesehatan. Pengetahuan tentang metodologi penelitian sangat penting karena masih terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan dari hasil peneltian yang dipublikasikan terutama dalam hal metodologi penelitian dan biostatistika sangat diperlukan bagi klinisi dan pengelola layanan kesehatan agar dapat melakukan penelitian atau menelaah hasil penelitian yang telah dipublikasikan. Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada populasi. Studi penelitian epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori, yakni epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik. Epidemiologi analitik terdiri dari penelitian eksperimental dan penelitian observasional. Studi eksperimental meneliti efek intervensi dengan cara memberikan berbagai level intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek dari berbagai level intervensi itu. Studi observasional peneliti tidak sengaja memberikan intervensi, melainkan hanya mengamati (mengukur), mencatat, mengklasifikasi, menghitung, dan menganalisis (membandingkan) perubahan pada variabel-variabel pada kondisi yang alami. Studi observasional

Study Cohort

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kedokteran Komunitas

Citation preview

Page 1: Study Cohort

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang1,2,3,4

Kebutuhan penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan pada beberapa tahun

terakhir ini terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi pada bidang kesehatan.

Pengetahuan tentang metodologi penelitian sangat penting karena masih terdapat

beberapa kelemahan dan kekurangan dari hasil peneltian yang dipublikasikan terutama dalam hal

metodologi penelitian dan biostatistika sangat diperlukan bagi klinisi dan pengelola layanan

kesehatan agar dapat melakukan penelitian atau menelaah hasil penelitian yang telah

dipublikasikan.

Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada populasi.

Studi penelitian epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori, yakni epidemiologi deskriptif dan

epidemiologi analitik. Epidemiologi analitik terdiri dari penelitian eksperimental dan penelitian

observasional.

Studi eksperimental meneliti efek intervensi dengan cara memberikan berbagai level

intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek dari berbagai level intervensi itu.

Studi observasional peneliti tidak sengaja memberikan intervensi, melainkan hanya mengamati

(mengukur), mencatat, mengklasifikasi, menghitung, dan menganalisis (membandingkan)

perubahan pada variabel-variabel pada kondisi yang alami. Studi observasional mencakup studi

kohort, studi kasus kontrol, dan studi potong-lintang.

Penelitian kohort merupakan salah satu penelitian observasional yang mengikuti proses

perjalanan penyakit ke arah depan berdasarkan urutan waktu. Penelitian kohort juga merupakan

penelitian intervensional, namun dalam hal ini intervensi tidak dilakukan oleh peneliti, tetapi

dilakukan oleh alam atau orang yang bersangkutan.

Page 2: Study Cohort

2

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Mengetahui Pengertian dan Konsep Studi Penelitian Kohort

2. Mengetahui manfaat penelitian kohort

3. Mengetahui macam-macam penelitian kohort

4. Mengetahui karakteristik studi kohort

5. Mengetahui langkah-langkah kegiatan dalam penelitian kohort

6. Mengetahui kelebihan dan kelemahan studi peneltian kohort

Page 3: Study Cohort

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian1

Studi kohort merupakan studi epidemiologis non-eksperimental yang sering digunakan

untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan efek atau penyakit. Kata kohort berasal

dari bahasa Romawi kuno, cohort, yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju ke medan

perang. Model pendekatan yang digunakan dalam rancangan kohort adalah pendekatan waktu

secara longitudinal atau time-periode approach. Bila hanya diamati satu kelompok subjek untuk

memperlihatkan kejadian tertentu (misalnya insidens penyakit), maka hasil studi kohort

merupakan data deskriptif. Namun, studi kohort lebih sering dipergunakan untuk memperoleh

hubungan antara faktor risiko dengan kejadian tertentu; dalam hal ini studi kohort bersifat

analitik.

Pada studi kohort, faktor risiko diidentifikasi lebih dahulu, kemudian subjek diikuti

sampai periode tertentu untuk melihat terjadinya efek atau penyakit yang diteliti pada kelompok

subjek dengan faktor risiko dan pada kelompok subjek tanpa faktor risiko. Hasil pengamatan

dianalisis dengan teknik tertentu sehingga dapat disimpulkan apakah ada hubungan antara faktor

risiko dengan kejadian penyakit atau efek.

2.2. Jenis-Jenis Studi Kohort1,2,3,4

Studi kohort pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok utama yakni kohort

prospektif dan kohort retrospektif (historical cohort study). Di samping itu, dikenal pula suatu

modifikasi studi kohort yakni nested case-control study dan case-cohort study.

Pada studi kohort prospektif dengan pembanding internal, kohort yang dipilih sama sekali

belum terpajan oleh faktor risiko dan belum mengalami efek. Subjek tersebut diikuti, dimana

secara alamiah sebagian dari mereka akan terpajan faktor risiko (kelompok terpajan) dan

sebagian lainnya tidak (kelompok kontrol). Selanjutnya dilakukan follow-up untuk mendeteksi

terjadinya efek pada kedua kelompok.

Apabila subjek yang dipilih telah terpajan faktor risiko namun belom mengalami efek,

maka dipilih kelompok kontrol dari subjek lain yang tanpa faktor risiko dan efek. Desain ini

disebut dengan studi kohort prospektif dengan pembanding eksternal.

Page 4: Study Cohort

4

Suatu modifikasi studi kohort, dengan melakukan penelusuran terhadap kelompok kohort

yang sudah mengalami efek ini disebut studi kohort retrospektif. Dalam studi kohort dapat juga

digabungkan dengan suatu studi kasus kontrol, yaitu case-cohort study dan nested case-control

study.

Pada studi kohort prospektif dengan kelompok pembanding internal, subjek diikuti

sebelum terpajan dengan faktor resiko dan efek. Subjek kemudian dibagi menjadi dua kelompok,

yakni kelompok dengan faktor risiko dan kelompok tanpa faktor risiko. Kedua kelompok

tersebut diikuti hingga waktu tertentu untuk menentuka terjadi atau tidaknya efek yang diteliti.

Sehingga dapat ditarik hubungan antara faktor risiko (variabel bebas) dengan efek yang timbul

(variabel tergantung).

Gambar 2.1. Skema penelitian kohort prospektif dengan kelompok kontrol internal.1

Berbeda dengan studi kohort dengan pembanding internal, pada studi kohort dengan

pembanding eksternal penelitian dimulai dengan kelompok subjek dari populasi yang berbeda,

yakni satu kelompok dengan faktor risiko dan kelompok lain tanpa faktor risiko. Desain ini lebih

sering digunakan ketimbang studi kohort dengan studi kelompok pembanding internal, karena

umumnya lebih mudah untuk memilih subjek yang belum terpajan dan menunggu terjadinya

pajanan pada sebagian subjek tersebut. Meskipun memakai dua kelompok subjek yang berbeda,

studi ini tidaklah sama dengan studi kasus-kontrol. Pada studi kohort titik tolak penelitian

Penelitian mulai disini

Apakah terjadi efek?

Diikuti prospektif

Subjek tanpa faktor risiko

dan tanpa efek

Faktor Risiko (+)

Faktor Risiko (-)

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Page 5: Study Cohort

5

didasarkan pada perbedaan ada tidaknya faktor risiko, sedangkan pada studi kasus-kontrol

pemilahan berdasarkan pada ada tidaknya efek.

Keunggulan dari penelitian kohort dengan pembanding eksternal adalah biaya penelitian

yang relatif murah karena data yang dipakai sebagai kelompok kontrol berasal dari sensus atau

statistik kesehatan regional atau nasional. Penelitian jenis ini umumnya digunakan pada lapangan

kerja kedokteran atau kesehatan lingkungan untuk meneliti faktor risiko yang jarang terjadi atau

dianggap berbahaya.

Kelemahan dari penelitian ini terletak pada populasi subjek yang berbeda sehingga dapat

mengandung variabel perancu. Kelemahan lain adalah adanya kemungkinan ketidaklengkapan

atau ketidaksesuaian data kontrol untuk kebutuhan penelitian.

Gambar 2.2. Skema penelitian kohort retrospektif.1

Jenis modifikasi lainnya yaitu kohort retrospektif, dimana subjek diamati dalam kurun

waktu tertentu terhadap faktor risiko kemudian dinilai efek yang terjadi. Bedanya, faktor risiko

dan efek telah terjadi di masa lalu. Faktor risiko di masa lalu umumnya berasal dari lingkungan

dan penelitian dihitung sejak subjek terpajan. Penelitian ini hanya dapat dilakukan apabila data

Penelitian mulai disini

Apakah terjadi efek?

Diikuti prospektif

Subjek tanpa faktor risiko

dan tanpa efek

Faktor Risiko (+)

Faktor Risiko (-)

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Page 6: Study Cohort

6

mengenai faktor risiko dan efek tercatat lengkap pada catatan medik atau sumber lainnya.

Analisis dapat dilakukan dengan memasukkan unsur waktu.

Keunggulan studi ini adalah lebih ekonomis, baik dari segi biaya dan waktu, daripada

desain prospektif. Studi ini juga dinilai lebih unggul daripada studi kasus-kontrol karena kedua

kelompok berasal dari populasi yang sama sehingga bias dapat dihindari.

Ada kelemahan yang sulit dihindari dalam studi ini, yaitu dalam menentukan saat subjek

terpajan faktor risiko yang diteliti. Selain itu peneliti juga tidak dapat mengontrol keadaan dan

kualitas pengukuran yang telah dilakukan oleh orang lain pada masa lalu.

Dalam metodologi penelitian, dikenal desain hibrid, yaitu menggabungkan dua atau lebih

desain dasar. Dua desain hibrid yang terkenal adalah case-control study dan nested case-control

study. Pada dasarnya, kedua desain tersebut adalah studi kasus-kontrol yang dilakukan dalam

studi kohort.

Data yang digunakan dalam desain ini adalah data yang diperoleh dari studi kohort. Saat

merancang studi kohort sudah diduga terdapatnya variabel tertentu sebagai faktor risiko

timbulnya efek, tetapi karena biaya pemeriksaannya yang mahal, maka pemeriksaan ditunda

hingga studi kohort selesai. Setelah penelitian selesai, maka akan diperoleh sejumlah subjek

dengan efek positif yang berasal dari kelompok terpajan dan kontrol. Subjek dengan efek positif

tersebut dijadikan kasus dalam studi case-cohort. Pemilihan kontrol dilakukan secara random

pada kelompok awal kohort (yang tidak mengalami efek). Dengan demikian akan diperoleh dua

kelompok, yakni yang mengalami efek (kelompok kasus) dan sampel dari kohort awal

(kelompok kontrol). Pemeriksaan hanya dilakukan pada kedua kelompok ini saja.

Desain nested case-control study dapat dianggap varian case-cohort, namun terdapat

perbedaan dalam pemilihan subjek. Setiap ada subjek yang mengalami efek dicarikan

pasangannya satu atau lebih dari sisa kohort yang tidak mengalami efek dan yang masih berada

dalam pengamatan. Jadi mereka yang loss to follow-up tidak mempunyai kesempatan untuk

menjadi kontrol. analisis dilakukan sama seperti pada studi kasus-kontrol.

Kelebihan kedua desain ini adalah:

1. Jauh lebih efisien oleh karena pengukuran faktor risiko hanya dilakukan pada subjek

yang mengalami efek dan kontrol yang dipilih, jadi tidak semua subjek kohort

diperiksa

Page 7: Study Cohort

7

2. Subjek yang mengalami efek berasal dari populasi yang sama dengan kohort secara

keseluruhan

3. Dapat digunakan untuk meneliti beberapa penyakit sekaligus, berbeda dengan studi

kasus kontrol yang hanya dapat meneliti satu jenis penyakit

Namun, kedua desain ini cenderung untuk mengalami kesalahan pengukuran karena

faktor risiko baru diperiksa setelah ditemukan kasus, yang dapat memakan waktu lama sehingga

spesimen darah atau jaringan menjadi rusak. Kelemahan lain terletak pada keterbatasan

penggunaannya, yaitu peneliti memilih faktor risiko dengan melakukan pemeriksaan

laboratorium yang mahal. Untuk itu perlu diperhatikan fasilitas laboratorium yang tersedia.

Masalah pengambilan sampel juga menjadi kelemahan dalam desain ini.

2.3. Langkah-langkah Pada Studi Kohort1,2,3,4

Untuk melaksanakan suatu studi kohort, dianjurkan melakukan persiapan disertai dengan

tahapan-tahapan kegiatan yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaannya.

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis

Langkah awal dari suatu studi kohort adalah merumuskan masalah atau

pertanyaan penelitian yang kemudian akan mengantar peneliti merumuskan

hipotesis penelitian yang lebih tepat/sesuai. Dari formulasi hipotesis tersebut,

akan tercermin berbagai variabel yang menjadi variabel penelitian, baik

yang bersifat variabel bebas, variabel terikat (dependent) maupun variabel-

variabel lainnya yang harus menjadi perhatian peneliti, antara lain variabel

kendali (kontrol), variabel pengganggu serta variabel lainnya yang harus

dipertimbangkan.

2. Penetapan populasi kohort

Dalam memilih populasi kohort harus diperhatikan beberapa hal tertentu seperti

berikut:

a. Populasi kohort sedapat mungkin agak stabil

b. Populasi kohort dapat bekerja sama selama penelitian

c. Populasi kohort mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow-up selama

penelitian

d. Populasi kohort memiliki derajat keterpaparan yang cukup

e. Anggota kohort tidak sedang menderita penyakit yarig akan diamati.

Page 8: Study Cohort

8

Dalam hal ini peneliti harus yakin bahwa kelompok kohort dan kelompok

kontrol betul-betul tidak sedang menderita atau dicurigai sedang menderita (suspect

case) efek yang akan diteliti. Subjek yang terpilih dari populasi harus memenuhi

kriteria pemilihan, meliputi kriteria inklusif dan eksklusif.

Disebut kriteria inklusif adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi

target dan populasi kontrol. Sering terdapat kendala untuk mendapatkan kriteria

yang sesuai dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan. Untuk menghadapi hal

tersebut dapat dilakukan penyimpangan ilmiah sampai batas -batas tertentu, tetapi

hal ini harus dijelaskan dalam laporan penelitian tentang penyimpangan tersebut

yang merupakan jarak antara idealis ilmiah dengan kondisi yang dihadapi.

Kriteria eksklusif bila dalam memilih subjek penelitian, sebagian subjek yang telah

memenuhi kriteria inklusif, namun harus dikeluarkan dari pengamatan karena

beberapa hal antara lain:

a. Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat mengganggu

pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian, umpamanya bila terdapat

predisposisi atau faktor genetis yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan.

b. Terdapat keadaan yang dapat mengganggu pelaksanaan studi, umpamanya

mereka yang tidak mempunyai alamat yang tetap sehingga sulit diamati.

c. Adanya hambatan etis, kultur atau kepercayaan individual maupun masyarakat

untuk dapat berpartisipasi.

d. Kemungkinan subjek yang akan diteliti, akan menolak berpartisipasi. Sumber

populasi kohor dapat berasal dari berbagai kelompok populasi.

1) Kelompok penduduk yang tergabung/berada dalam satu wilayah pelayanan

kesehatan tertentu.

2) Kelompok pekerja pada satu perusahaan tertentu/atau instansi tertentu.

3) Kelompok penduduk dengan kondisi kesehatan yang menggunakan

pelayanan tertentu seperti kelompok akseptor, kelompok dengan pengobatan

radiasi dan lain-lain.

4) Kelompok penduduk dengan asuransi kesehatan tertentu.

5) Untuk populasi yang tidak terpapar (sebagai pembanding) dapat berasal dari:

a. Kelompok kohort yang sama

Page 9: Study Cohort

9

b. Populasi umum asal populasi kohort

c. Populasi lain yang memiliki keadaan yang sama dengan populasi

kohort yang terpapar (populasi target), tetapi tidak terpapar.

Semua anggota kelompok tersebut harus diperiksa sebelum pengamatan dimulai.

Dalam memilih populasi kohort ada beberapa faktor yang secara rinci perlu

diperhatikan pula;

a. Komparabilitas sampel, artinya sedapat mungkin kelompok studi memiliki

atribut yang sama (tidak berbeda atau sebanding) dengan kelompok kontrol

untuk menghindari bias seleksi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

b. Frekuensi faktor risiko, artinya bila faktor risiko tinggi maka diusahakan

memilih populasi penelitian yang berasal dari masyarakat umum (komunitas).

Sebaliknya, bila faktor risiko rendah atau jarang ditemukan, maka populasi

penelitian dapat dipilih dari orang-orang (individu) yang mempunyai risiko

tinggi untuk menderita penyakit yang diteliti.

c. Frekuensi penyakit di mana semakin kecil atau rendah frekuensi kejadian

penyakit dalam masyarakat, semakin besar sampel yang diperlukan, yang

disertai dengan waktu follow-up yang lebih lama.

d. Derajat sensitivitas pengamatan dimana setiap peningkatan faktor risiko

dengan presisi yang tinggi akan menyebabkan ukuran besarnya sampel yang

diperlukan akan menjadi bertambah besar pula.

e. Representatif populasi penelitian , artinya populasi yang dipilh sedapat

mungkin mendekati ciri-ciri yang diinginkan untuk dianalisis, baik untuk

kelompok studi maupun untuk kelompok kontrol.

f. Tingkat asesibilitas, artinya populasi yang dipilih harus mampu memberikan

informasi lengkap mengenai segala sesuatunya yang berhubungan dengan

faktor risiko dan proses terjadinya penyakit.

3. Identifikasi subjek penelitian

Subjek pada pengamatan kohort dapat dengan efek negatif maupun dengan efek

positif. Pada studi kohort prospektif, kedua kondisi ini dapat terjadi pada akhir

pengamatan di mana efek positif dan negatif dapat dijumpai baik pada kelompok

terpapar (kelompok target) maupun pada kelompok yang tidak terpapar (kelompok

Page 10: Study Cohort

10

kontrol). Pada pengamatan kohort prospektif dengan kontrol internal, kelompok

kontrol terbentuk secara alamiah, artinya diambil dari populasi kohort yang tidak

terpapar dengan faktor resiko yang diamati.

Pada bentuk kohort dengan pembanding internal seperti ini, mempunyai keuntungan

tersendiri karena: pertama, kedua kelompok (target dan kontrol) berasal dari

populasi yang sama, dan kedua, terhadap kedua kelompok tersebut dapat dilakukan

follow-up dengan tata cara dan waktu yang sama.

Dalam pelaksanaannya, perbedaan adanya faktor risiko pada kelompok target

dan absennya pada kelompok kontrol dapat berupa taktor risiko internal (seperti

rentannya kelompok target terhadap gangguan kesehatan atau penyakit tertentu),

dapat pula sebagai faktor risiko eksternal (misalnya faktor lingkungan atau perilaku

maupun kepercayaan kelompok tertentu yang dapat mempermudah seseorang

terkena penyakit atau gangguan kesehatan tertentu). Di samping itu, perbedaan

faktor risiko antara dua kelompok yang diamati dapat pula hanya berbeda pada

intensitas, kualitas, dan waktu keterpaparan, seperti perokok aktif dan mereka yang

berada di sekitar perokok aktif tersebut.

Pada penelitian kohort, pemilihan anggota kelompok kontrol biasanya tidak

diperlukan teknik matching (penyesuaian) dengan anggota kelompok target,

terutama bila subjek yang diteliti jumlahnya cukup besar, atau bila proporsi subjek

dengan faktor risiko (kelompok target) jauh lebih besar bila dibanding dengan

kelompok kontrol. Namun dalam beberapa keadaan tertentu, teknik matching perlu

dipertimbangkan, misalnya apabila peneliti ingin mengetahui besarnya pengaruh

pemapaparan yang lebih akurat, pada penelitian dengan besarnya sampel terbatas,

atau pada keadaan di mana proporsi kelompok target lebih kecil bila

dibanding dengan kelompok kontrol. Namun demikian, bila variabel luar cukup

banyak ragamnya, teknik matching akan sulit dilakukan, dan apabila tetap

dipaksakan, akan mengakibatkan jumlah subjek akan lebih kecil sehingga sulit

mengambil kesimpulan yang definitif.

Untuk penelitan kohort, perlu mendapatkan perhatian utama dalam menentukan

efek secara standar, apa positif atau negatif (menderita atau tidak menderita

Page 11: Study Cohort

11

penyakit yang diteliti). Pada penelitian ini kemungkinan timbulnya negatif palsu

cukup besar bila tidak dilakukan standar penentuan diagnosis.

4. Memilih kelompok kontrol

Kelompok kontrol dalam penelitian kohort adalah kumpulan subjek yang tidak

mengalami pemaparan atau pemaparannya berbeda dengan kelompok target.

Perbedaan antara kelompok target dengan kelompok kontrol dapat dalam beberapa

bentuk:

a. Pada subjek dengan taktor risiko internal maka kelompok target dengan variabel

faktor risiko tersebut, sedangkan kelompok kontrol tanpa variabel tersebut pada

populasi vang sama.

b. Subjek dengan faktor risiko eksternal yang biasanya berupa variabel lingkungan,

di mana kelompok target berada/hidup pada lingkungan tersebut sedangkan

kelompok kontrol bebas dari pengaruh lingkungan bersangkutan.

c. Bila keduanya mengandung faktor risiko maka kelompok kontrol dipilih dari

mereka dengan dosis faktor risiko yang lebih sedikit (intensitas, kualitas,

kuantitas, dan waktu pemaparan yang lebih rendah) dibanding kelompok target.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pemilihan kelompok kontrol pada rancangan

kohor biasanya tidak disertai dengan teknik matching. Keadaan tanpa teknik

matching biasanya pada pemilihan kelompok kontrol seperti berikut.

a. Penelitian yang melibatkan subjek yang besar.

b. Penelitian dalam satu populasi atau sampel yang proporsi kelompok yang

terpapar dengan faktor risiko jauh lebih besar dibanding dengan kelompok tanpa

risiko (kontrol).

Sedangkan yang dianjurkan melakukan teknik matching pada pemilihan kelompok

kontrol adalah pada kondisi berikut:

a. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko secara teliti

dan mendalam.

b. Penelitian yang subjeknya sangat terbatas jumlahnya.

c. Penelitian dengan proporsi subjek yang terpapar jauh lebih kecil.

5. Mengamati timbulnya efek

Page 12: Study Cohort

12

Pengamatan terhadap kedua kelompok (target dan kontrol) dilakukan secara

bersamaan selama jangka waktu tertentu. Lamanya waktu pengamatan prospektif

kohort tergantung pada karakteristik penyakit atau kejadian yang diharapkan timbul,

dan hal ini sangat dipengaruhi oleh sifat patogenesis serta perkembangan

penyakit/masalah kesehatan yang diteliti. Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya

timbulnya kanker hati pada kelompok target dengan faktor risiko adanya HBs-Ag

positif, diperlukan periode pengamatan yang cukup lama (dapat sampai puluhan

tahun), sedangkan sebaliknya hubungan antara perokok pasif (asap rokok sebagai

faktor risiko) dengan keadaan kelahiran bayi (BBLR) dari satu proses kehamilan

dibutuhkan masa pengamatan hanya 9 bulan untuk setiap subjek.

Pengamatan terhadap timbulnya akibat, dapat dilakukan dengan hanya pengamatan

tunggal yakni menunggu sampai terjadinya efek sebagai hasil akhir, tetapi dapat

pula dengan pengamatan berkala, caranya setiap subjek diamati secara periodik

menurut interval waktu tertentu, termasuk pengamatan pada akhir penelitian. Di

samping itu, dapat pula dilakukan analisis perbandingan antara kelompok target dan

kelompok kontrol dengan memperhitungkan unsur waktu sebagai unit analisis

sehingga dengan demikian perbandingannya menggunakan skala rasio.

Penentuan hasil akhir yakni penentuan tentang timbulnya akibat harus dilakukan

berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal penelitian. Untuk

mengurangi bias, sebaiknya penilaian dilakukan dengan sistem "blind" di mana

penilai tidak mengetahui apakah yang dinilainya adalah kelompok target atau

kelompok kontrol, walaupun hal demikian agak sulit diterapkan.

Salah satu masalah yang sering terjadi pada pengamatan bentuk kohort adalah

hilangnya subjek dari pengamatan (lost to follow up), terutama pada pengamatan

yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu, bila sejak awal

diketahui bahwa ada subjek yang akan berpindah tempat, sebaiknya tidak

diikutsertakan pada penelitian. Bila subjek dipilih dengan teknik matching, maka

setiap subjek yang hilang dari pengamatan, pasangannya harus dihapus pula dari

pengamatan. Apabila jumlah subjek yang hilang dari pengamatan cukup besar,

pengamatan harus dihentikan.

Page 13: Study Cohort

13

Untuk mengantisipasi adanya mereka yang hilang dari pengamatan, dapat dilakukan

perhitungan person years pada akhir pengamatan.

a. Bila subjek menolak ikut/drop-out selama penelitian, sedangkan kegiatan

penelitian tetap teruskan, dapat dilakukan analisis hasil sebagai berikut :

1. Usahakan keterangan tentang keadaan insiden mereka yang drop-

out/menolak ikut

2. Bandingkan sifat karakteristik tertentu mereka yang menolak/drop out

dengan populasi kohort

3. Follow-up mereka yang menolak drop out melalui sarana lain

4. Melakukan pemeriksaan berkala yang lebih sering pada kelompok kohort

untuk menilai kecenderungan penyakit yang diteliti dari waktu ke waktu.

b. Perhitungan person years dilakukan terutama pada:

1. Anggota kohort memasuki kelompok penelitian tidak bersamaan waktunya

2. Sejumlah anggota kohort meninggal atau drop-out selama masa penelitian

c. Perhitungan hasil akhir pada mereka yang drop out:

1. Adakan perhitungan nilai rate maksimal (mereka yang drop out dianggap

menderita semua)

2. Adakan perhitungan dengan rate minimal (mereka yang drop out dianggap

tidak menderita)

3. Adakan perhitungan dengan menganggap yang drop out sama keadaannya

dengan yang tidak drop out

4. Adakan perhitungan dengan menambahkan penyebut sebesar setengah dari

jumlah drop out.

Follow-up terhadap subjek, baik sebelum, selama, atau setelah mengalami

keterpaparan merupakan hal yang cukup penting dan sangat mempengaruhi hasil

penelitian kohort. Penentuan dimulainya follow-up merupakan hal yang penting dan

berbagai hasil yang diamati sangat dipengaruhi oleh waktu awal follow-up tersebut.

Hal ini erat hubungannya dengan awal keterpaparan maupun awal setiap anggota

kelompok memasuki pengamatan. Hal lain yang juga sangat penting dalam

penelitian ini adalah lamanya masa pengamatan.

6. Perhitungan hasil penelitian

Page 14: Study Cohort

14

Perhitungan hasil penelitian dilakukan dengan menghitung risiko relatif (relative risk,

RR) atau disebut juga dengan risk ratio. RR diketahui dengan membandingkan

insidens efek pada subjek dengan risiko dengan insidens efek pada kelompok tanpa

risiko.

Tabel 2.1. Analisis dasar studi kohort.1

Faktor

Risiko

Efek

Ya Tidak Jumlah

Ya a b a+b

Tidak c d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Risiko relatif dihitung dengan rumus RR= a/(a+b) : c/(c+d). Dimana sel a merupakan

subjek dengan faktor risiko yang mengalami efek, sel b merupakan subjek dengan

faktor risiko tetapi tidak mengalami efek, sel c merupakan subjek tanpa faktor risiko

tetapi mengalami efek dan sel d merupakan subjek tanpa faktor risiko dan tidak

mengalami efek.

Sebagai contoh dikemukakan suatu studi kohort yang mencari hubungan antara

kebiasaan mandi di kali dengan infeksi saluran kemih pada anak usia 7-12 tahun.

Dalam periode 10 tahun didapatkan infeksi saluran kemih pada kelompok anak yang

mandi di kali 30/1000 anak per tahun pengamatan, sedangkan pada anak yang tidak

mandi di kali adalah 12/1000 anak per tahun pengamatan. Sehingga risiko relatif

menjadi = 30/1000 : 12/1000 = 2,5.

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Studi Kohort1,2,3,4

Seperti pada jenis desain penelitian, studi kohort mempunyai beberapa keuntungan dan

kekurangan, yang harus dengan cermat dipertimbangkan oleh peneliti dalam pemilihannya untuk

menjawab pertanyaan penelitian.

2.3.1. Kelebihan Studi Kohort

Kelebihan dalam studi ini adalah:

Page 15: Study Cohort

15

1. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan

penyakit atau efek yang diteliti

2. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan

antara faktor risiko dengan efek secara temporal

3. Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progresif

4. Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor

risiko tertentu

5. Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, studi kohort

memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang

makin meningkat

2.3.2. Kekurangan Studi Kohort

Adapun kekurangan studi ini adalah

1. Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama

2. Sarana dan biaya biasanya mahal

3. Studi kohort seringkali rumit

4. Kurang efisien dari segi waktu dan biaya untuk meneliti kasus jarang

5. Terancam drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau faktor risiko

dapat menganggu analisis hasil

6. Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti

membiarkan subjek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap merugikan pasien

Page 16: Study Cohort

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Tambunan Taralan, dkk. 2008. Studi Kohort. Dalam: Sastroasmoro, Sudigdo (eds).

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto

2. Gordis, Leon. 2004. Epidemiology. Philadelphia : Elsevier Saunders

3. Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : Penerbit EGC

4. Noor, Nur Nasry. 2000. Pengantar Epidemiologi. Makassar : Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Hasanuddin