42
BAB 1 INTERAKSI SUARA DENGAN GAMBAR 1.1. JENIS SUARA FILM / TELEVISI Pada dasarnya ada 3 jenis suara film/televisi, yaitu pembicaraan (speech), musik dan efek suara. Suara pembicaraan sering juga disebut dengan dialog. Pada beberapa kasus, kategori ini bisa saling overlap. Sebuah teriakan tergolong dalam pembicaraan atau efek suara, musik elektronik tergolong musik atau efek suara. Dalam penerapannya ke film/televisi, ketiga kategori tersebut secara spesifik bisa lebih diperinci berdasarkan sifat hubungan fisiknya dengan gambar : Pembicaran, terdiri dari : 1. Dialog, pembicaraan antara 2 orang atau lebih dimana sumber suara atau pembicaranya muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film. 2. Monolog, pembicaraan 1 orang dimana tokohnya bisa kelihatan berbicara didalam frame, atau tokohnya tidak berbicara tapi suaranya terdengar. Yang terakhir ini sering disebut monolog interior. 3. Narasi, pembicaraan dimana sumber suara atau pembicara tidak muncul dalam frame atau tidak berada dalam ruang kejadian film. 4. Direct Address, pembicaraan dimana sumber suara atau pembicara muncul dalam frame dan mengarahkan pandangannya langsung kearah kamera, yang berarti kearah penonton. Musik, terdiri dari : 1. Musik fungsional, yaitu musik yang sumber suaranya tidak nampak pada gambar tetapi mempunyai hubungan fungsional dengan gambar. Contoh dari hubungan fungsional tersebut misalnya : Musik untuk membentuk suasana Musik untuk menggambarkan perasaan tokoh dalam film/televisi Musik untuk mengarahkan karakter adegan 1

Suara Film

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tata suara diklat jogja

Citation preview

Page 1: Suara Film

BAB 1

INTERAKSI SUARA DENGAN GAMBAR

1.1. JENIS SUARA FILM / TELEVISI

Pada dasarnya ada 3 jenis suara film/televisi, yaitu pembicaraan (speech), musik dan efek suara. Suara pembicaraan sering juga disebut dengan dialog. Pada beberapa kasus, kategori ini bisa saling overlap. Sebuah teriakan tergolong dalam pembicaraan atau efek suara, musik elektronik tergolong musik atau efek suara.

Dalam penerapannya ke film/televisi, ketiga kategori tersebut secara spesifik bisa lebih diperinci berdasarkan sifat hubungan fisiknya dengan gambar :

Pembicaran, terdiri dari :1. Dialog, pembicaraan antara 2 orang atau lebih dimana sumber suara

atau pembicaranya muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.

2. Monolog, pembicaraan 1 orang dimana tokohnya bisa kelihatan berbicara didalam frame, atau tokohnya tidak berbicara tapi suaranya terdengar. Yang terakhir ini sering disebut monolog interior.

3. Narasi, pembicaraan dimana sumber suara atau pembicara tidak muncul dalam frame atau tidak berada dalam ruang kejadian film.

4. Direct Address, pembicaraan dimana sumber suara atau pembicara muncul dalam frame dan mengarahkan pandangannya langsung kearah kamera, yang berarti kearah penonton.

Musik, terdiri dari :1. Musik fungsional, yaitu musik yang sumber suaranya tidak nampak

pada gambar tetapi mempunyai hubungan fungsional dengan gambar. Contoh dari hubungan fungsional tersebut misalnya :

Musik untuk membentuk suasana Musik untuk menggambarkan perasaan tokoh dalam film/televisi Musik untuk mengarahkan karakter adegan Musik leitmotif (memberikan prediksi bahwa sesuatu atau

seseorang akan muncul) Musik untuk menggambarkan jenis film/televisi Musik untuk memberikan ciri lokal Musik untuk meningkatkan action Musik untuk membentuk ritme film/televisi Musik untuk transisi

1

Page 2: Suara Film

2. Musik realistik, yaitu musik yang sumber suaranya muncul di dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film. Contohnya : adegan band, adegan tarian yang diringi musik hidup.

Efek Suara, terdiri dari :1. Efek Suara Realistik, yaitu efek suara yang sumber suaranya muncul

pada frame atau berada dalam ruang kejadian film. Contohnya : ada gambar anjing muncul dalam frame, kita dengar suara gonggongannya. Suara gonggongan ini adalah efek suara realistik.

2. Efek Suara Fungsional, yaitu efek suara yang sumber suaranya tidak nampak pada gambar tetapi mempunyai hubungan fungsional dengan gambar. Disini efek suara dalam kasus-kasus tertentu mempunyai fungsi yang bisa menggantikan peran musik fungsional.

1.2. HUBUNGAN SUARA DAN GAMBAR

1.2.1. Hubungan Ruang

Secara ruangi, hubungan antara gambar dan suara adalah :

Diegetic SoundSuara dalam film/televisi yang sumber suaranya secara langsung

mempunyai kaitan dengan ruang adegan film. Dialog tokoh yang nampak pada gambar, efek suara mobil dimana nampak mobil secara visual dalam frame film, keduanya adalah contoh jelas dari diegetic sound.

Non Diegetic SoundSuara dalam film yang sumber suaranya tidak mempunyai kaitan

dengan ruang adegan film. Contoh sederhana adalah musik film, dimana sumber suara musik nya tidak berada dalam ruang adegan film. Sedangkan suara musik band dimana band yang memainkan musiknya berada dalam frame film, cenderung digolongkan dalan diegetic sound.

Pembedaan antara diegetic dan non diegetic sound tidak tergantung dari sumber suara nyata pada saat shooting film. Tetapi pembedaan itu adalah berdasarkan apa yang kita lihat pada layar dan kita dengar melalui loudspeaker.

Diegetic sound bisa saja onscreen, bisa juga offscreen. Tergantung apakah sumber suara nampak pada frame atau tidak. Kalau secara langsung nampak pada frame akan menjadi diegetic sound yang onscreen. Sedangkan kalau sumber suara tidak nampak pada frame, tetapi penonton masih yakin bahwa sumber suara berada dalam ruang adegan film, akan menjadi diegetic sound yang offscreen.

2

Page 3: Suara Film

Sebuah adegan memperlihatkan seorang tokoh sedang berbicara dan kita mendengar suara dialognya. Shot berikutnya pada frame ditampilkan pintu yang menutup, kita dengar suara pintu yg keras. Seseorang nampak sedang memainkan seruling dan kita dengar suara serulingnya, Dalam ketiga shot tersebut sumber suara ada dalam frame adegan, berarti diegetic onscreen. Adegan berikutnya seorang tokoh lain nampak pada frame, kita hanya mendengar seseorang berbicara tetapi tidak nampak dalam frame. Seterusnya kita lihat sang tokoh berjalan di tangga dan kita dengar suara pintu menutup dengan keras dan kemudian suara seruling. Dalam kasus ini sumber suara tidak muncul pada frame tetapi penonton merasakan bahwa sumber suara berada dalam ruang adegan, berarti diegetic offscreen.

Diegetic offscreen sound memberikan sugesti ruangi yang lebih luas melampaui setting dan aksi yang nampak pada frame. Pada film American Graffiti, sebuah film yang sangat menonjolkan pembedaan menyolok antara musik diegetic dan musik non diegetic, suara offscreen dari radio memberikan sugesti pada penonton bahwa semua mobil di jalan itu mendengarkan siaran dari sebuah stasiun radio yang sama.

Diegetic offscreen bisa mengarahkan pada ruang adegan baru. Pada film His Girl Friday, tokoh Hildy pergi ke press room untuk menulis bagian dari kisahnya yang terakhir. Pada saat ia sedang mengobrol dengan reporter yang lain, sebuah suara keras diegetic offscreen terdengar. Hildy melirik ke offscreen kiri frame, dan dengan seketika sebuah ruang baru muncul pada perhatian kita. Ia berjalan ke jendela dan melihat tiang gantungan sedang disiapkan untuk ekeskusi. Disini diegetic offscreen memberikan kemunculan ruang adegan yang baru.

Kemungkinan lain dari diegetic sound, sering para pembuat film menggunakan suara untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan oleh tokoh. Kita dengar suara si tokoh berbicara tapi tidak kita lihat bibirnya bergerak, tokoh lain dalam cerita tidak bisa mendengar apa yang dipikirkan si tokoh pertama. Disini suara diarahkan pada pencapaian subyektifitas, memberikan pada kita informasi tentang kondisi mental si tokoh. Pikiran yang “berbicara” bisa diperbandingkan dengan dengan imaji mental pada ungkapan visual. Tokoh mungkin ingat kata-kata, cuplikan musik atau peristiwa yang diungkapkan melalui efek suara. Dalam hal ini teknik seperti ini bisa diperbandingkan dengan flashback.

Penggunaan suara untuk mengungkapkan perasaan tokoh adalah sangat umum. Ada satu pembedaan lagi, yaitu antara internal dan eksternal diegetic sound. Dalam eksternal diegetic sound, kita sebagai penonton mendapatkan kesadaran fisik dari adegan. Sedang internal diegetic sound adalah datang dari “bagian dalam” perasaan atau pikiran si tokoh, sebuah kondisi subyektif. Non diegetic sound dan internal diegetic sound sering sama-sama disebut “sound over” (atau voice over) karena tidak berasal dari ruang adegan yang nyata.

3

Page 4: Suara Film

Pemanfaatan yang kompleks dari internal diegetic sound bisa kita lihat pada Wings of Desire nya Wim Wender. Sekitar selusin manusia membaca di ruang perpustakaan besar. Saat kamera melintasi mereka, yang merupakan shot subyektif dari malaikat, kita dengar apa yang mereka pikirkan sebagai gumam dalam berbagai bahasa. Artinya si malaikat (tokoh dalam film ini) mendengar internal diegetic sound, yaitu gumam yang merupakan pikiran dari manusia yang ada di perpustakaan tersebut. Teknik ini di variasikan saat kamera bergerak kearah bagian lain dari ruang perpustakaan, dimana kemudian terdengar musik. Disini internal diegetic sound memadu dengan suara instrumen musik dan suara nyanyian. Kasus ini merupakan suatu ungkapan yang tidak biasa karena lazimnya tokoh dalam film tidak ikut mendengar internal diegetic sound.

Kesimpulan umum : Suara film bisa menjadi diegetic (didalam ruang adegan) atau non diegetic (diluar ruang adegan). Dalam diegetic sound, bisa saja onscreen atau offscreen, bisa internal (subyektif) atau eksternal (obyektif)..

Suatu karakter dari diegetic sound adalah kemungkinan untuk memberikan sugesti perspektif suara. Perspektif suara bisa disugestikan melalui level suara (volume suara). Suara keras memberikan kesan dekat, suara lemah terasakan sebagai sesuatu yang jauh. Suara kuda mendatang pada adegan perang film Seven Samurai sebuah contoh bahwa peningkatan level suara memberikan sugesti jarak yang semakin dekat. Perspektif suara juga bisa diciptakan melalui timbre dan karakter akustik. Kombinasi dari suara langsung dengan suara pantulan ruang menciptakan karakter suara yang spesifik, memberikan sugesti adanya jarak. Efek ini bisa di tandai dengan reverberasi atau echo. Pada film Magnificent Ambersons pembicaraan di tangga diberikan efek gema, memberikan impresi akan “kebesaran”, dan ruang yang kosong di lingkungan tokoh-tokoh yang sedang berbicara.

Sistem rekaman dan reproduksi multi channel, memberikan kesempatan lebih luas pada para pembuat film untuk menciptakan perspektif suara. Pada bioskop yang dilengkapi dengan sistem multi channel (misalnya Dolby Stereo) 3 buah speaker terletak dibelakang layar. Speaker tengah digunakan untuk sebagian besar dialog yang diegetic onscreen, atau musik dan efek suara yang penting. Speaker kiri dan kanan digunakan secara stereo, memperdengarkan musik, efek suara dan dialog-dialog minor. Kedua channel ini memberikan sugesti wilayah suara diluar frame atau diegetic offscreen. Channel surround biasanya memperdengarkan efek suara (dan musik) pendukung. Channel surround biasanya terletak disamping dan belakang penonton yang dibagi 6 sampai 8 speaker.

4

Page 5: Suara Film

1.2.2. Hubungan WaktuSuara juga memberikan kesempatan kepada para pembuat film

untuk “bermain-main dengan waktu” melalui berbagai cara, karena waktu yang disajikan pada jalur suara film boleh sama tetapi juga boleh tidak sama dengan gambar.

Kesesuaian dalam waktu antara suara dan gambar di proyektor film menciptakan synchronous sound. Ketika suara sinkron dengan gambar kita dengar pada saat yang sama suara dari sumber suara yang kelihatan pada gambar. Dialog diantara tokoh dalam kondisi normal harus sinkron dengan gerak bibir tokoh-tokoh. Ketika suara tidak sinkron dengan gerak bibir karena kesalahan teknik, akan membingungkan penonton. Tetapi beberapa pembuat film berusaha mencapai efek imajinatif melalui ketidak sinkronan antara suara dan gambar, asynchronous. . Efek kelucuan yang timbul dari situasi ketidaksinkronan ini justru dimanfaatkan dalam film musikal Singin’ in the Rain, dalam sebuah scene. Pada scene preview film The Dueling Cavalier (penggambaran era awal perkembangan film bersuara), saat film diputar kecepatan motor proyektor menurun, tetapi sound track yang terpisah pada piringan suara putarannya tetap. Akibatnya pada saat tokoh mulai berdialog, suara dialog tidak sinkron dengan gerak bibir tokoh. Suara dialog tokoh wanita terdengar pada saat tokoh pria berbicara dan kebalikannya

Pemanfaatan asynchronous sound juga nampak pada film What’t Up Tiger Lily? karya Woody Allen. Woody Allen mengambil sebuah film spy dari negara timur dan men-dubnya dengan jalur suara baru. Tetapii dialog bahasa Inggris tidak diterjemahkan sesuai aslinya. Hal ini menimbulkan kesan lucu dalam hubungan dengan gambar aslinya.

Apabila suara ditempatkan pada saat yang bersamaan dengan gambar dalam kejadian cerita, disebut dengan simultaneous sound. Ketika tokoh mulai nampak berbicara di layar, secara simultan suara dialog juga mulai terdengar. Cara ini yang paling banyak dipergunakan oleh para pembuat film. Tetapi dimungkinkan juga bagi suara untuk mendahului gambar atau lebih lambat dari gambar, non-simultaneous sound. Contoh dari kasus ini adalah flashback dengan suara. Kita melihat tokoh di layar tetapi mendengar suara tokoh yang lain dari scene sebelumnya. Jadi dengan non-simultaneous sound, film bisa memberi informasi tentang kisah kejadian tanpa memperlihatkan (secara visual) kejadian itu sendiri (pada saat itu).

5

Page 6: Suara Film

BAB 2

FISIOLOGI SUARA

2.1. TIMBULNYA SUARA

Suara timbul akibat adanya getaran. Jika sebuah benda dipukul, ditarik ditiup, digores atau ditekuk secara berulang-ulang maka partikel udara yang berada dekat dengan benda itu akan bergerak pula mengikuti gerakan benda tersebut. Gerakan benda yang berulang menyebabkan udara dimampatkan dan direnggangkan secara bergantian. Pemampatan dan perenggangan ini menimbulkan gelombang suara di udara. Gelombang suara ini merambat melalui udara hingga sampai ke telinga kita, menggetarkan gendang telinga, kita mendengar suara. Berarti adanya suara yang bisa kita dengar adalah adanya benda bergetar yang merupakan sumber suara dan adanya medium atau penghantar yang membawa getaran sumber suara sampai ke telinga kita.

Untuk kepentingan analisa gelombang suara biasanya kita menggunakan bentuk gelombang suara yang paling sederhana, yaitu gelombang suara sinus (sinusoidal).

2.2 FREKWENSI

Jumlah siklus dalam setiap getaran yang lengkap didalam setiap detiknya kita sebut frekwensi. Dengan kata lain frekwensi adalah jumlah getaran setiap detik. Satuan untuk frekwensi adalah Hertz, diambil dari nama Heinrich Hertz seorang penemu gelombang radio pada tahun 1886. Kadang-kadang digunakan juga cycles per second (cps). Jika sebuah benda bergetar sebanyak 50 kali setiap detiknya maka berarti getaran benda tersebut akan menimbulkan suara yang frekwensinya 50 Hertz. Jika dalam 1 detik menjalani 10.000 getaran maka frekwensinya adalah 10.000 Hertz atau 10 kilohertz.

Manusia pada umumnya mampu mendengar suara dengan frekwensi dari 16 hertz sampai 16.000 hertz. (Ada yang menyebut 20 - 20.000 Hertz). Meskipun bagian terendah dan bagian tertinggi dari jangkauan frekwensi tersebut lebih banyak hanya bisa dirasakan daripada didengar, para "sound designer" sering memperdengarkan frekwensi-frekwensi tersebut. Hal ini memungkinkan penonton (pendengar) merasakan cekaman dari getaran gempa bumi atau deru pesawat yang tinggal landas. Pengalaman mendengar infrasonic (dibawah 16 Hz) dan utlrasonic (diatas 16.000 Hz) bisa menimbulkan sensasi tersendiri.

Dalam terminologi musik, frekwensi sering disebut sebagai pitch, ke-tinggian dan kerendahan relatif dari suara. Semakin banyak getaran setiap detiknya semakin tinggi pitch nya. Suara peluit, bergetar setiap detiknya lebih

6

Page 7: Suara Film

banyak dibandingkan dengan bergetarnya klakson kapal, artinya pitch nya lebih tinggi. Senar G pada gitar bergetar sebanyak 196 kali setiap detiknya, frekwensinya 196 Hz. Senar A mempunyai frekwensi 110 Hz, berarti pitch dari senar G lebih tinggi dari pitch senar A. Pitch memberikan pada kita persepsi karakter nada suara, apakah kita mendengar suara yang cerah (bright), lembut (mellow), serak (raspy), berdesis (hissy) dan sebagainya.

Jangkauan dari frekwensi suara yang bisa didengar oleh telinga manusia atau spectrum audio bisa dibagi menjadi beberapa bagian, masing-masing mempunyai keunikan dan karakteristik tersendiri. Pembagian yang biasa pada musik barat adalah "oktaf". Satu oktaf adalah interval antara dua frekwensi yang mempunyai perbandingan 2 : 1. Jangkauan pendengaran manusia mencakup hampir 10 oktaf. Dimulai dari 16 Hz, oktaf pertama adalah 16 Hz ke 32 Hz; oktaf kedua 32 Hz ke 64 Hz; ketiga dari 64 Hz ke 128 Hz dan seterusnya. Untuk kepentingan teknik dan kreasi, spektrum audio digolongkan dalam bass, midrange dan treble dan biasanya lebih diperinci lagi seperti berikut ini :

- LOW BASS - oktaf pertama dan kedua (16 Hz - 63 Hz). Ini adalah frekwensi suara yang di asosiasikan dengan power, ledakan atau sesuatu yang penuh tenaga. Not paling bawah dari piano, organ, tuba dan bass adalah berada pada golongan ini seperti juga halnya dengan frekwensi rendah lalu lintas, guruh dan ledakan. Suara pada oktaf ini kalau terlalu sering diperdengarkan menimbulkan kesan tebal dan berlumpur.

- UPPER BASS - oktaf ketiga dan ke empat (64 Hz - 256 Hz). Sebagian besar dari nada-nada rendah yang dibangkitkan oleh rhythm dan instrumen pengiring yang lain seperti drum, piano, bass, cello, trombone dan French horn berada pada golongan ini. Suara-suara ini memberikan keseimbangan pada struktur musik. Terlalu banyak frekwensi golongan ini membuat suara menjadi tebal, kalau terlalu sedikit menyebabkan suara menjadi tipis. Jika diperdengarkan secara proporsional, pitch pada oktaf kedua, ketiga, keempat akan sangat enak didengar telinga. Frekwensi pada bagian atas bass memberikan struktur pendengaran seperti halnya garis horisontal pada struktur visual, yaitu memberikan fondasi.Kontrol bass pada perangkat stereo dirumah kita adalah untuk mengatur agar daerah frekwensi ini bisa secara proporsional diperdengarkan.

- MIDRANGE - oktaf ke lima, enam dan tujuh (256 Hz - 2.048 Hz). Midrange mengandung frekwensi fundamental, harmonik dan overtone bagian rendah dari sumber suara. Midrange biasanya tidak menimbulkan suara yang menyenangkan. Terlalu banyak penekanan pada oktaf ke-enam akan menyebabkan suara menjadi terasa seperti terompet (hornlike). Terlalu banyak penekanan pada oktaf ke tujuh menyebabkan suara menjadi kecil atau ringan (tinny). Terlalu banyak mendengarkan suara-suara midrange bisa mengganggu dan melelahkan.

- UPPER MIDRANGE - oktaf ke delapan (2.048 Hz - 4.096 Hz). Telinga kita lebih sensitif pada oktaf ke delapan ini dibanding oktaf-oktaf lainnya. Bagian

7

Page 8: Suara Film

rendah dari oktaf ke delapan (2.048 Hz - 3.500 Hz) mengandung frekwensi yang kalau diberikan penekanan akan meningkatkan kejelasan pada vokal atau dialog. Terutama pada jangkauan frekwensi 3.000 Hz - 3.500 Hz. Tetapi jika frekwensi ini terlalu diberikan penekanan, suara menjadi kasar (abrasive) dan tidak mengenakkan. Dan vokal atau dialog menjadi keras (harsh) dan lispy (seperti pengucapan s dan z yang tidak tepat hingga kesannya seperti mengucapkan th), membuat konsonan sulit dimengerti.

Bagian atas dari oktaf ke delapan (diatas 3.500 Hz) mengandung pitch yang kaya dan menyenangkan yang bisa memberikan daya pisah (definisi suara), juga memberikan kejernihan dan realitas yang lebih baik. Pendengar menyadari frekwensi pada jangkauan ini (dan juga pada bagian rendah oktaf ke sembilan, sampai 6.000 Hz) sebagai suara yang dekat (close) dan karena itu bagian frekwensi ini biasa dikenal sebagai "presence range" (bagian frekwensi yang bisa lebih menghadirkan / mendekatkan suara).

- TREBLE - oktaf ke sembilan dan ke sepuluh (4.096 Hz - 16.384 Hz). Meskipun oktaf ke sembilan dan sepuluh hanya menimbulkan 2 % daritotal tenaga output dari spektrum suara, daerah frekwensi ini memberikan suara yang cemerlang (briiliance) dan ceria (sparkle), terutama dibagian atas oktaf ke sembilan dan bagian bawah oktaf ke sepuluh. Penonjolan pada frekwensi 5.000 Hz yang merupakan "jantung" dari presence range akan memberikan kesan seolah terjadi peningkatan kekerasan secara keseluruhan pada mid range. Pengurangan pada 5.000 Hz membuat suara seperti menjauh dan transparant. Terlalu banyak peningkatan pada frekwensi diatas 6.000 HZ membuat suara mendesis dan meneyebabkan terdengarnya noise elektronik dan noise sistem perekaman. Sebaliknya kalau frekwensi 6.000 Hz ini terlalu di tekan maka suara akan terkesan tumpul.

Kontrol treble pada stereo set di rumah kita adalah untuk meningkatkan atau mengurangi oktaf ke sembilan dan ke sepuluh ini.

2.3. INTENSITAS SUARA

Untuk bisa bergetar maka benda harus berubah dari posisi semula, artinya benda tersebut melakukan penyimpangan. Besar kecilnya penyimpangan ini di sebut "amplitudo". Amplitudo ini akan menentukan besar kecilnya perapatan dan perenggangan udara yang pada akhirnya akan menentukan keras lemahnya suara yang masuk ke dalam telingan kita. Besar kecilnya amplitudo akan mempengaruhi intensitas atau kekerasan suara. Intensitas suara diukur dengan decibel (db), yaitu satuan ukuran untuk intensitas relatif dari tekanan akustik. Tekanan akustik diukur dalam db sound pressure level (db-SPL). Manusia mempunyai potensi untuk mendengar mulai dari 0 db-SPL, yang merupakan ambang pendengaran (treshold of hearing), hingga mencapai 140 db-SPL, ambang ketegangan (treshold of pain). Jangkauan

8

Page 9: Suara Film

dari 0 db-SPL (keheningan) sampai 140 db-SPL (ke-paling kerasan) ini disebut jangkauan dinamika atau bidang dinamika (dynamic range) dari kemampuan dengar manusia.

2.3.1. Daftar kekerasan suara ___________________________________________

SUARA INTENSITAS

Ambang pendengaran 0 db Pernafasan normal 10 dbBisikan 20 dbAtmosfir di studio rekaman 25 dbGedung bioskop kosong 30 dbRumah pada umumnya 50 dbPasar Swalayan 60 dbPembicaraan normal 60 dbPabrik 75 dbLalu lintas ramai 100 dbPesawat je tinggal landas 120 dbSenapan mesin jarak dekat 130 dbBatas kesakitan 140 db

____________________________________________

2.3.2. Bidang dinamika (Dynamic Range)Rentang antara suara-suara yang paling keras sampai suara yang

paling lembut adalah bidang dinamika. Rentang diantara fortissimmo (paling keras) dan pianissimo (paling lemah) dalam musik adalah kualifikasi dari loudness. Persepsi terhadap loudness ini adalah sesuatu yang sangat subyektif, tergantung pada kondisi lingkungan. Suara-suara yang wajar di kota, bagi orang dari suku dipedalaman yang baru masuk ke kota akan dianggap keras.

Adalah tidak mungkin merekam suara dan mereproduksikan suara yang bisa menyamai bidang dinamika yang ada dalam kenyataan sehari-hari, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan mikrofon, alat perekam dan alat reproduksi suara (amplifier dan speaker). Suara yang sangat keras akan membuat hasil rekaman distorsi, sedangkan suara yang terlalu lembut akan dikalahkan oleh suara atmosfir lingkungan dan noise dari peralatan.

9

Page 10: Suara Film

2.4. TIMBRE

Untuk memperjelas pengertian tentang suara maka suara digambarkan sebagai gelombang yang murni atau berdiri sendiri. Contoh dari gelombang murni tersebut adalah gelombang sinus atau sine wave. Gelombang sinus ini adalah suara frekwensi tunggal yang tidak mengandung suara-suara ikutan yang biasanya disebut harmonic dan overtones.

Sebagian besar suara pada kenyataannya mengandung beberapa frekwensi yang berbeda yang menghasilkan waveform (bentuk gelombang suara) yang kompleks. Waveform inilah yang memberikan karakter pada setiap suara. Karakteristik yang kompleks ini bisa kita "baca" secara visual dengan menggunakan test instrument, oscilloscope. Setiap suara mempunyai keunikan dalam struktur harmonik dan overtone yang membedakannya dengan suara yang lain. Perbedaan dari suara akibat perbedaan struktur harmonik dan overtone ini kita sebut dengan timbre atau warna suara atau warna nada.

Tidak seperti halnya dengan pitch dan intensitas yang dianggap unidimensional, timbre adalah multidimensional. Spektrum frekwensi suara adalah skala obyektif dari pitch, daftar dari sound pressure level adalah skala obyektif dari intensitas suara. Tetapi tidak ada skala obyektif yang menggambarkan timbre dari setiap suara. Paling-paling kita hanya bisa memberikan gambaran melalui respon subyektif terhadap timbre ini. Misalnya suara yang lebih banyak mengandung harmonik rendah dan dimainkan dengan cello kita sadari sebagai suara yang lunak, lembut atau sedih. Sedang harmonik rendah yang sama, yang dimainkan pada bassoon mungkin kita sadari sebagai suara yang serak, komik atau hornlike.

Perbedaan timbre ini pada dasarnya diakibatkan oleh perbedaan jenis bahan sumber suara. Suara plastik yang dipukul berbeda dengan suara besi yang juga dipukul. Suara klarinet berbeda dengan saxophone meskipun keduanya sama-sama ditiup, tetapi klarinet dibuat dari kayu dan saxophone dari logam.

2.4.1. EnvelopeEnvelope adalah perubahan intensitas terhadap waktu. Envelop ini

mempunyai tiga tingkatan : - attack - dari pertama suara muncul sampai mencapai kekerasan penuh. - sustain - berapa lama suara berada pada kekersan penuh. - decay - berapa lama suara dari kekerasan penuh sampai berhenti total

atau sampai keheningan total.

Dua nada dengan frekwensi, intensitas dan sumber suara yang sama, tetapi dibunyikan dengan cara berbeda akan menghasilkan suara yang berbeda pula. Perbedaan ini diakibatkan oleh perbedaan envelope. Senar biola kalau digesek menghasilkan suara yang lembut karena attack, sustain dan decaynya adalah secara berangsur atau dengan kata lain

10

Page 11: Suara Film

bentuk envelopnya landai. Senar biola yang sama bisa menghasilkan suara yang tajam apabila dipetik, disini attacknya mendadak atau curam, sustain dan decaynya sangat singkat.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa timbre juga tergantung pada cara suara ditimbulkan :

1. Dipukul - musik perkusi, piano, pintu mobil.2. Digesek - biola, rebab, rem mobil, gesekan daun3. Dipetik - gitar, sitar. 4. Ditiup - flute, 5. Elektronik - organ elektronik, synthesizer.

2.4.2. ResonansiJika sebuah garpu tala dipukul dan kemudian digantung akan

bergetar untuk beberapa lama. Jika kemudian kaki garpu tala ini diletakkan pada sebuah panel kayu, panel dipaksa ikut bergetar.

Jika ukuran fisik dari panel sedemikian rupa hingga “tune” dengan ukuran fisik garpu tala maka enerji suara akan dipancarkan lebih cepat. Dengan kata lain kalau frekwensi panel kayu tepat dengan frekwesni garpu tala maka suara akan menjadi lebih keras. Fenomena ini biasa disebut resonansi. Untuk mendapatkan suara yang lebih keras dan lebih spesifik, alat-alat musik pada umumnya dibantu oleh resonator. Pada biola, panel kayu sebagai resonator bentuknya tidak beraturan untuk mencegah agar tidak ada salah satu frekwensi yang lebih menonjol daripada yang lain, dengan demikian setiap nada yang dikeluarkan oleh senar akan diperkuat oleh resonator dengan tingkat kekerasan yang proporsional.

Perbedaan bentuk dan perbedaan bahan dari resonator membuat setiap alat musik berbeda antara satu dengan lainnya. Berarti bentuk dan bahan resonator tersebut mempengaruhi timbre.

2.5. KECEPATAN SUARAWalaupun frekwensi dan amplitudo adalah komponen fisik paling penting

dari gelombang suara, komponen lain kecepatan (velocity), patut kita perhatikan juga. Sebetulnya kecepatan suara ini hanya mempunyai pengaruh yang kecil terhadap pitch dan intensitas. Kecepatan suara merambat diudara terbuka adalah 1.130 feet per detik (340 m / detik) pada permukaan laut dan temperatur 70 derajat Fahrenheit. Sedangkan kecepatannya di air 4.800 feet per detik tergantung pada struktur kepekatan molekul air.

Kecepatan suara dipengaruhi oleh temperatur. Udara yang lebih panas menyebabkan kecepatan suara naik, udara yang lebih dingin membuat kecepatan

11

Page 12: Suara Film

suara turun. Setiap perubahan 1 derajat Fahrenheit kecepatan suara berubah 1,1 feet.

2.6. LINGKUNGAN SUARA

Lingkungan dimana suara terdengar juga akan mempengaruhi suara. Perilaku lingkungan terhadap suara disebut akustik. Untuk mengetahui perilaku lingkungan terhadap suara ini ada beberapa pengertian yang perlu dibahas.

2.6.1. Penyerapan suara oleh udaraSecara sederhana kita bisa merasakan bahwa suara akan semakin

lemah apabila jarak antara sumber suara dengan telinga semakin menjauh. Dengan kata lain enerji suara yang sampai ke telinga kita akan semakin lemah karena adanya absorbsi oleh udara.

Kelembaban udara sangat mempengaruhi kehilangan enerji suara tersebut. Selain itu semakin tinggi frekwensi semakin tinggi pula kehilangan enerji suara. Kehilangan enerji pada kelembaban udara 20% untuk frekwensi 10 kHz adalah sekitar 9 dB setiap 100 feet perambatan suara. Sedangkan pada kelembaban 60% untuk frekwensi yang sama kehilangan enerji nya hanya 4 dB per 100 feet. Semakin tinggi kelembaban udara maka semakin kecil angka kehilangan enerjinya, semakin tinggi frekwensinya semakin besar angka kehilangan enerji. Di alam terbuka dan di ruang auditorium yang luas kehilangan frekwensi tinggi akibat penyerapan oleh udara ini perlu menjadi bahan pertimbangan, karena sangat berkaitan dengan daya tangkap mikrofon. Terutama pada penggunaan mikrofon untuk film ataupun televisi, dimana jarak mikrofon sangat dibatasi oleh framing kamera.

2.6.2. Pemantulan suara

Enerji suara akan dipantulkan kembali apabila mengenai sebuah obyek yang keras. Enerji suara yang mengenai sebuah permukaan keras yang datar akan dipantulkan kembali dimana sudut pantul akan sama dengan sudut datangnya enerji suara tersebut.

Apabila suara mengenai bidang cembung maka suara akan dipantulkan menyebar, sedang kebalikannya apabila mengenai bidang lengkung maka suara akan dipantulkan terfokus ke arah satu titik.

Pemantulan suara ini bisa menjadi masalah yang serius dalam perekaman suara di ruang tertutup. Suara pantulan bisa diibaratkan pisau bermata dua. Disatu sisi suara pantulan tersebut bisa menambah enerji dan karakter suara asli (suara langsung dari aktor), tetapi disisi lain kalau suara pantulan terlalu keras akibatnya kejelasan atau daya pisah suara

12

Page 13: Suara Film

dialog akan terganggu. Maka biasanya dilakukan penempatan bahan-bahan penyerap suara agar suara pantulan itu bisa diatur.

2.6.3. Pembiasan (refraksi)Sebelum ini dikatakan bahwa semua suara yang mengenai

permukaan benda akan dipantulkan oleh benda tersebut. Tetapi sebetulnya hal ini tidak sepenuhnya benar, tidak seluruh suara yang mengenai permukaan tersebut dipantulkan. Sebagian dari enerji suara itu tidak dipantulkan tetapi diteruskan kedalam materi dibawah permukaan tersebut. Diserap oleh benda tersebut atau dirubah menjadi enerji panas.

Kecepatan rambat suara tergantung dari densiti dari medium. Kecepatan suara diudara terbuka adalah 1.130 ft per detik, tetapi bisa bervariasi tergantung dari temperatur dan kelembaban udara.

Daftar kecepatan suara _______________________________________________ Medium ft/dt m/dt ________________________________________________

Udara 1.130 344 Air laut 4.900 1.500 Kayu 12.500 3.800 Logam 16.600 5.050 Papan gypsum 22.300 6.800 _______________________________________________

Pembiasan atau refraksi terjadi apabila suara beralih dari satu medium ke medium yang lain, dimana faktor kecepatan kedua medium tadi berbeda. Misalnya suara yang mengenai permukaan papan kayu. Pada saat melalui udara kecepatan suara adalah 1.130 ft per detik, kemudian setelah mengenai permukaan papan kayu dan diteruskan ke dalamnya maka kecepatannya menjadi 12.500 ft per detik.

Seperti kita pahami bahwa kecepatan rambat suara akan mempengaruhi panjang gelombang suara, kita lihat pada persamaan berikut ini :

v PG = ________

f

dimana, PG = panjang gelombang v = kecepatan rambat suara f = frekwensi

13

Page 14: Suara Film

Kalau frekwensi tidak berubah tetapi kecepatan rambat suara naik maka panjang gelombang akan semakin besar. Demikian sebaliknya. Artinya pembiasan suara akan mempengaruhi panjang gelombangnya.

2.6.4. Penyerapan (Absorpsi) suaraSetiap benda mempunyai sikap yang berbeda terhadap suara. Ada

yang memantulkan dan ada yang menyerap. Benda-benda yang permukaannya keras dan licin biasanya lebih banyak memantulkan suara, seperti misalnya tembok rumah, pelat besi. Sedangkan benda yang permukaannya berserat atau berbutir-butir, seperti sofboard dan glasswoll biasanya lebih banyak menyerap suara. Benda-benda terakhir ini merubah enerji suara menjadi enerji panas, sehingga suara seolah-olah diserap tidak dipantulkan kembali. Pengetahuan tentang daya serap benda-benda tertentu tersebut sangat penting dalam mengendalikan suara. Penyerapan suara ini merupakan faktor yang banyak diperhitungkan dalam disain akustik untuk berbagai kepentingan, seperti misalnya disain auditorium, sound stage, studio rekaman, gedung teater dan lain-lainnya.

14

Page 15: Suara Film

BAB 3

MIKROFON

3.1. PRINSIP KERJA MIKROFON

Pada dasarnya mikrofon adalah sarana untuk merubah enerji suara menjadi enerji listrik. Ada beberapa jenis mikrofon ditinjau dari prinsip dan cara kerjanya :

- Karbon - Telephone Microphone- Keramik - Hydrophone- Ribbon - Ribbon Microphone- Moving Coil - Dynamic Microphone- Capacitor - Cendenser Microphone

Dari semua prinsip kerja tersebut hanya dua terakhir yang banyak dipakai dalam rekaman film, video dan musik, baik distudio maupun di lokasi.

Pada mikrofon DYNAMIC, sebuah membran akan bergetar apabila terkena enerji suara, getaran ini diteruskan pada sebuah kumparan kawat yang disatukan dengan membran tersebut. Kumparan ikut bergetar, apabila didalam kumparan tersebut diletakkan magnet maka timbul listrik dikedua ujung kumparan tersebut. Listrik ini secara langsung dihubungkan dengan kabel dan diteruskan ke mixer suara atau ke alat perekam suara.

Sedang mikrofon CONDENSER bekerja berdasarkan beberapa cara :

AF CAPACITOR - sebuah elektrode metal yang sangat tipis (biasanya lembar plastik yang dilapis metal) ditempatkan didepan elektrode lain (counter electrode) yang terbuat dari logam atau keramik yang dilapis logam. Kedua keping ini berlaku sebagai sebuah kapasitor. Keping yang pertama berlaku sebagai membran yang akan bergetar mengikuti enerji suara yang mengenainya. Getaran tersebut akan mengakibatkan perubahan kapasitas atau muatan dari kedua elektrode. Jika pada kedua elektrode dialirkan sebuah tegangan listrik secara konstan maka akan terjadi perubahan besarnya tegangan listrik tersebut yang mengikuti getaran dari membran (elektrode pertama).

ELECTRET CAPACITOR - ini adalah sebuah variasi dari AF Capacitor. Tegangan listrik tidak didapat dari luar tetapi disimpan dalam kedua lempeng yang berlaku sebagai kapasitor. Mikrofon Electret Capacitor ini lebih murah dibandingkan mikrofon AF Capacitor.

15

Page 16: Suara Film

RF CAPACITOR - mirip dengan AF Capacitor, tetapi dilengkapi sebuah rangkaian elektronik yang bekerja berdasar oscilator frekwensi tinggi (biasanya 8 MHz). Disini perubahan kapasitas muatan listrik akibat perubahan enerji suara, akan meyebabkan sinyal audio diaktifkan dan di alirkan ke mixer atau alat perekam suara.

3.2. SPESIFIKASI MIKROFON

3.2.1. Pola PenerimaanSelain penggolongan prinsip kerjanya, mikrofon digolongkan juga

dalam pola penerimaannya (Polar Patterns).a. Omni directional

Menerima suara dari semua arah. Biasa digunakan dengan cara dipegang tangan atau digunakan secara lavalier (clip on mike). Juga dipakai pada beberapa jenis wireless microphone.

b. Bi directionalMikrofon bi directional mencegah suara dari samping tetapi peka

pada arah depan dan belakang. Biasa juga disebut dengan mikrofon figure-eight (angka delapan, simbol dari pola ini). Jenis mikrofon ini bekerja dengan baik pada jarak 5 sampai 15 feet arah depan dan belakang.

c. UnidirectionalMenerima suara hanya dari satu arah saja. Mikrofon jenis ini paling

banyak digunakan dalam rekaman untuk film, video maupun televisi. Dengan kemampuannya untuk menerima hanya dari satu arah saja, berarti kita bisa memilah-milah suara, mana yang diperlukan dan mana yang tidak. Dengan kata lain kita bisa menghilangkan suara-suara yang mengganggu, dalam hal ini lebih baik dibanding mikrofon omni dan bi.

Mikrofon uni directional sering juga disebut mikrofon cardioid. Jenis mikrofon cardioid dengan pola penerimaan yang lebih sempit ada beberapa jenis :

SupercardioidMempunyai pola penerimaan dengan sudut yang lebih sempit

dibanding cardioid. Artinya mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam meng-isolasi suara. Mikrofon jenis ini bisa juga disebut "shotgun". Pola penerimaannya adalah tergantung dari frekwensi, pola menjadi semakin sempit dengan semakin tingginya frekwensi suara. Apabila mikrofon ini digunakan dalam ruangan yang tinggi reverberasinya akan menghasilkan suara yang cenderung lebih banyak frekwensi rendahnya (tebal, tubby).

16

Page 17: Suara Film

HypercardiodMempunyai sudut penerimaan yang lebih sempit dari jenis super cardioid.

Ultra directionalJenis ini mempunyai sudut penerimaan yang paling sempit. Sering disebut dengan "gun microphone". Karena menggunakan "lensa akustik " (bekerja mirip dengan lensa tele pada kamera, gunanya untuk mempersempit daya tangkap), maka bentuknya lebih panjang dan lebih berat dari jenis mikrofon yang lain. Paling banyak digunakan untuk rekaman outdoor dimana jarak antara mikrofon dan sumber suara sangat dibatasi oleh framing kamera, yaitu apabila jarak antara mikfrofon dengan sumber suara cukup jauh (lebih dari 1 meter).

3.2.2. Respon frekwensi Respon frekwensi dari mikrofon adalah kemampuan mikrofon dalam

menerima jangkauan frekwensi. Mikrofon yang bagus harus bisa menerima semua frekwensi dengan sama baiknya, terutama pada suara yang terdengar oleh manusia (audible frequency). Penerimaan frekwensi yang sama baiknya ini biasa disebut dengan flat response, penerimaan frekwensi yang merata.

Mikrofon-mikrofon kelas profesional biasanya penyimpangan penerimaannya dari flat response hanya berkisar 1,5 dB. Respon frekwensi menentukan karakter dari mikrofon. Respon frekwensi dari 10-10.000 Hz adalah cukup bagus untuk perekaman musik. Untuk mendapatkan kejelasan suara manusia, mikrofon dengan respon frekwensi 100 - 7.500 Hz cukup memadai. Respon Frekwensi ini penting sekali untuk menentukan mikrofon mana yang tepat untuk suatu penggunaan tertentu. Misalnya mikrofon untuk rekaman musik biasanya berbeda dengan mikrofon untuk rekaman film di lokasi.

Kemampuan mikrofon dalam membedakan suara langsung dan suara pantulan (reverberation) adalah lebih rendah dibandingkan telinga kita. Frekwensi rendah pada umumnya lebih mudah dipantulkan, sedang frekwensi tinggi lebih mungkin untuk bisa diserap oleh benda-benda yang ada di ruangan. Perubahan jarak akan mempengaruhi pula pola penerimaan frekwensi, terutama pada jenis mikrofon unidirectional.

3.2.3. Kepekaan (sensitivity) Kepekaan (sensitivity) adalah besar kecilnya enerji listrik yang

dihasilkan oleh mikrofon akibat enerji suara yang mengenai membran mikrofon. Jadi yang diukur dalam kepekaan mikrofon adalah efisiensinya.

17

Page 18: Suara Film

Mikrofon dynamic pada umumnya mempunyai kepekaan 0.2 mV/mBar (pada impedansi 200 Ohm). Mikrofon condenser mempunyai kepekaan yang lebih tinggi dibanding mikrofon dynamic. Hal ini terutama disebabkan adanya rangkaian elektronik yang ada pada mikrofon condenser.

Dalam menentukan pilihan jenis mikrofon untuk suatu kegunaan tertentu, masalah kepekaan ini perlu menjadi perhatian. Untuk menerima suara dengan tingkat kekerasan tinggi (seperti ledakan) maka mikrofon dynamic lebih tepat. Kalau kita gunakan mikrofon kondensor maka kemungkinan akan terjadi kerusakan pada sistemnya. Sedangkan rekaman dialog film/video/televisi yang keras lemahnya sangat bervariasai (dari bisikan sampai teriakan), sebaiknya menggunakan jenis mikrofon kondensor yang kepekaannya lebih tinggi.

3.2.4. Off-axisPada prakteknya jarak mikrofon bisa berubah lebih dari 3 feet antara

pengambilan close up dan pengambilan long shot. Pada pengambilan gambar yang bergerak, jarak antara mikrofon dengan mulut aktor harus tetap agar level suara tetap terjaga. Selain jarak, yang penting adalah sudut penerimaan harus tepat, kalau sudut penerimaan tidak tepat maka akan terjadi off-axis atau off-mike. Apabila terjadi off-axis ini maka akibatnya adalah :

Terjadi penurunan level suara dialog tetapi noise dan atmosfir tetap. Juga terjadi penurunan pada frekwensi tinggi. lebih banyak menangkap suara pantulan yang tidak dikehendaki. Dalam kaitan dengan off-axis ini tidak semua jenis mikrofon mempunyai sifat yang sama :

Omnidirectional - tidak menimbulkan problem off-axis karena kemampuannya menerima dari semua arah, tetapi biasanya level dari suara lingkungan tinggi.

Bidirectional - peka terhadap rumble (noise lingkungan nada rendah), tetapi bagus untuk pengambilan gambar two shot dimana dua orang berbicara, dalam hal ini off-axis mungkin bisa terjadi.

Unidirectional - mempunyai pola penerimaan yang sempit, yang bisa menaikkan perbandingan dialog dengan atmosfir, tetapi dilain pihak lebih mudah terjadi off-axis atau off-mike. Lebih-lebih pada jenis supercardioid dan hypercardioid.

3.2.5. SibilanSibilan (sibilance) adalah suara tajam yang muncul kalau

pembicara menyuarakan kata yang mengandung huruf “s”. Sibilan ini

18

Page 19: Suara Film

berada pada daerah high mid dan high. Sibilan yang normal akan membuat suara pembicaraan menjadi bright dan kejelasan suara terkesan meningkat. Tetapi sibilan yang berlebihan bisa menyebabkan timbulnya distorsi pada sistem rekaman dan reproduksi suara, suara pembicaraan terkesan menjadi “pecah”.

Sibilan akan menonjol terutama kalau mikrofon diletakkan sangat dekat dengan sumber suara, dan pembicara cenderung berbicara secara berbisik.

Para Rerecording Mixer (pelaksana mixing suara) biasanya cenderung menaikkan frekwensi tinggi untuk mendapatkan suara dialog yang “bright” sehingga kejelasan dialog meningkat, hal ini terutama dilakukan pada penggarapan suara film. Pada suara film terjadi kehilangan frekwensi tinggi pada saat transfer ke suara optik dan setting tata suara bioskop yang menggunakan standar kurva akademi (academy curve). Kalau tidak hati-hati maka suara dialog akan mudah sekali menjadi distorsi, para pendengar awam menyebutnya dengan suara yang pecah.

Untuk mengurangi sibilan yang berlebihan maka diciptakan sebuah prosesor suara yang namanya “de-esser”. De-esser ini tugasnya menahan sibilan yang berlebihan tanpa mempengaruhi kekerasan suara dan frekwensi suara lainnya.

3.2.6. Popping Pada dasarnya mikrofon di disain untuk merubah getaran mekanik

menjadi getaran enerji listrik. Semua jenis getaran yang terjadi pada mikrofon pasti akan ditangkap oleh mikrofon dan kemungkinan bisa terdengar pada hasil rekaman. Getaran itu antara lain getaran akibat gerakan mikrofon saat mengikuti gerakan sumber suara.

Salah satu getaran lain yang cukup mengganggu adalah angin. Angin yang mengenai membran mikrofon akan menimbulkan bunyi yang sangat tidak diharapkan, efek ini dinamakan popping. Popping ini merupakan permasalahan yang serius pada perekaman di lokasi terbuka dan apabila jarak mulut aktor terlalu dekat pada mikrofon. Sedangkan apabila angin itu sangat keras menerpa mikrofon maka akan menyebabkan timbulnya suara yang sangat keras (menyebabkan over load), yang bisa terekam dan sangat mengganggu hasil rekaman.

Karena itu pada perekaman dilokasi terbuka biasanya digunakan wind screen, peredam angin. Alat tambahan ini bisa meredam angin tanpa banyak merugikan suara (dialog) yang kita kehendaki. Kalau angin tidak terlalu keras kita bisa menggunakan "foam screen", peredam angin dari busa. Biasanya ini digunakan pada mikrofon condensor untuk adegan indoor, terutama untuk mencegah pengaruh angin yang timbul saat mikrofon digerakkan menuruti gerakan aktor atau saat berpindah dari satu

19

Page 20: Suara Film

aktor ke aktor yang lain. Sedangkan adegan di lokasi terbuka biasanya menggunakan windscreen khusus yang bentuknya seperti tabung membungkus mikrofon dari semua arah. Perekaman atau pengambilan gambar dipantai atau gunung dimana angin bertiup kencang, windscreen biasa tidak cukup memadai, untuk itu ditambahkan windjammer. Windjammer ini bentuknya semacam bulu anjing dipasang pada bagian luar, membungkus windscreen. Kalau tidak terpaksa sekali sebaiknya tidak menggunakan windjammer ini, karena sedikit banyak windjammer ini mengurangi respon frekwensi mikrofon, terutama pada derah frekwensi tinggi.

Untuk mengatasi getaran mekanik biasanya digunakan shockmount, yaitu tempat kedudukan mikrofon yang anti getaran. Shockmount ini dipasang antara mikrofon dan penyangga mikrofon, seperti mike boom atau mike stand.

3.2.7. Bass cutBeberapa jenis mikrofon dilengkapi dengan bass cut. Yaitu

pemotong frekwensi rendah. Bass cut biasanya bekerja pada frekwensi mulai dari 50-150 Hz, dengan tingkat pemotongan bertingkat sampai 20 dB. Bass cut sangat bermanfaat untuk mengurangi popping, gangguan angin dan rumble (noise dalam frekwensi rendah). Bass cut ini terutama sering digunakan dalam perekaman dialog. Meskipun pemotongan pada frekwensi 50-150 Hz ini tidak terlalu mempengaruhi kwalitas dialog, tetapi sebaiknya kita hati-hati menggunakan bass cut ini. Untuk interior sebaiknya bass cut jangan lebih dari 100 Hz. Bass cut hingga frekwensi 150 Hz hanya dipakai apabila keadaan memaksa, terutama untuk perekaman suara outdoor. Apabila mikrofon tidak dilengkapi dengan bass cut, kita bisa memanfaatkan bass cut yang ada di alat perekam atau mixer.

3.2.8. ImpedansiImpedansi adalah adalah merupakan kombinasi atau gabungan

antara tahanan listrik arus searah (DC resistance), induktansi dan kapasitansi yang terjadi pada rangkaian arus listrik bolak balik (AC circuit). Jadi rangkaian elektronik mikrofon selain mempunyai tahanan murni (DC resistance) mempunyai sifat induktansi (tahanan terhadap arus bolak balik) dan sifat kapasitansi (sifat-sifat kondensator). Impedansi induktif naik apabila frekwensi naik, impedansi kapasitif menurun apabila frekwensi semakin tinggi. Kedua-duanya menyebabkan terjadinya perubahan fasa.

Pada dasarnya impedansi adalah merupakan tahanan (resistansce), jadi satuannya pun mirip dengan satuan untuk tahanan yaitu (Ohm). Ada dua jenis impedansi mikrofon, impedansi rendah dan impedansi tinggi. Impedansi rendah berkisar antara 200 sampai 600 , impedansi tinggi

20

Page 21: Suara Film

berkisar 50.000 (50 kilo ). Keuntungan dari impedansi rendah ialah apabila jarak antara mikrofon dengan mixer atau alat perekam berjauhan (sampai jarak ratusan meter), maka hampir tidak mempengaruhi intensitas dan respon frekwensi suara. Karena itu mikrofon-mikrofon kelas profesional biasanya mempunyai impedansi rendah.

Untuk mencapai hasil yang maksimal maka impedansi input dari alat perekam atau mixer harus sesuai dengan impedansi dari mikrofon.

21

Page 22: Suara Film

BAB 4

PENGGUNAAN DAN PENEMPATAN MIKROFON

4.1. PENGGUNAAN MIKROFON

Ada beberapa cara menggunakan mikrofon dalam produksi film, video dan televisi :

1. Penggunaan secara BOOM Mikrofon diletakan atau digantungkan pada boom. Manfaat boom ini

terutama adalah untuk tempat penyangga atau penggantung mikrofon agar bisa diarahkan dan digerakkan mengikuti sumber suara, dalam hal ini adalah aktor. Bentuk dari boom ini bermacam-macam tetapi biasanya dibedakan antara boom untuk lokasi dan boom untuk studio. Boom lokasi biasanya portable, mudah dibawa-bawa, bentuknya mirip gagang pancing, karena itu biasa juga disebut fishpole. Sedang boom studio lebih besar dan diletakkan pada penyangga yang beroda. Cara ini paling banyak digunakan dalam produksi film, video atau televisi. Hasil yang dicapai melalui penggunaan secara boom ini mempunyai kwalitas yang tinggi terutama dalam hal kejelasan maupun perspektif suara.

Pada penggunaan untuk film, jarak mikrofon ke sumber suara adalah sangat tergantung dari type shot kamera. Close up pada kamera memungkinkan mikrofon diturunkan sedekat mungkin pada sumber suara, longshot memaksa mikrofon menjauhi sumber suara. Dengan demikian suara untuk close up juga terasa lebih dekat dibanding dengan suara untuk longshot. Suara mempunyai dimensi atau perspektif, berarti adegan lebih mempunyai kekuatan realitas. Kerugiannya adalah kemungkinan adanya gangguan suara dari lingkungan cukup besar, terutama pada shot-shot yang lebar (longshot). Juga akan menghadapi problem apabila shooting dilakukan diruangan yang reverberasinya tinggi. Pada ruangan seperti itu, mikrofon yang jauh dari sumber suara cenderung untuk lebih banyak menangkap suara pantulan dibandingkan suara langsung. Akibatnya adalah menurunnya kejelasan (intelligibility) dari dialog.

2. Penggunaan dengan STAND Mikrofon diletakkan pada stand. Ada dua macam stand, yaitu floor

stand dan table stand. Stand ini biasanya digunakan untuk perekaman suara yang tidak berkaitan dengan perekaman gambar. Misalnya untuk rekaman musik, rekaman narasi, rekaman sandiwara radio. Dalam

22

Page 23: Suara Film

penggunaan ini jarak antara mikrofon dengan sumber suara bisa kita tetapkan sesuai kebutuhan, bebas dari ketergantungan pada framing kamera.

3. Penggunaan secara HANDHELD (dipegang tangan) Biasanya dipakai untuk wawancara atau penggunaan gun

microphone dalam film news/dokumenter.

4. Penggunaan secara CLIP-ON atau LAVALIER Dijepitkan dileher baju, menggunakan jenis mikrofon mini. Biasa

digunakan apabila sumber suara tidak terlalu banyak bergerak, seperti misalnya wawancara di studio televisi. Dengan cara ini level suara bisa selalu terjaga karena jarak mikrofon dan sumber suara selalu tetap. Juga kemungkinan timbulnya gangguan lingkungan (noise, atmosfir) lebih kecil.

Tetapi kerugiannya adalah justru dengan tetapnya jarak antara sumber suara dengan mikrofon, maka kita tidak mendapatkan dimensi atau perspektif suara. Selain itu ada kemungkinan timbulnya gangguan akibat gesekan mikrofon dengan baju, dimana mikrofon ini diletakkan. Tetapi gangguan yang terakhir ini pada beberapa merk yang profesional tidak kita temui, karena mempunyai dudukan anti getaran/gesekan yang baik.

5. Penggunaan secara WIRELESS Mirip dengan Clip-On tetapi tanpa menggunakan kabel penghubung.

Kelebihan dan kelemahannya sama dengan clip-on karena cara peletakan mikrofonnya juga sama. Problem utamanya adalah kemungkinan munculnya gangguan dari pemancar lain dan gangguan oleh lampu neon atau busi mobil. Penggunaan frekwensi tinggi sebagai pembawa frekwensi audio sangat dibatasi oleh peraturan internasional, karena itu jarak yang bisa dicapai menjadi sangat terbatas, biasanya berkisar antara 8 sampai 20 meter saja.

Dengan tidak digunakannya kabel maka si sumber suara bisa bebas bergerak. Produksi film dan televisi sering memanfaatkan mikrofon wireless. Dan pada umumnya digunakan pada shot-shot yang lebar atau shot dimana kamera melakukan gerakan zoom.

6. Penggunaan secara PLANT atau HIDDENJenis mikrofon yang dipakai pada clip on atau wireless bisa juga

dipergunakan secara plant atau hidden. Mikrofon diletakkan pada set atau properti, peletakannya sedemikian rupa sehingga tidak nampak dari sudut pengambilan kamera.

7. Penggunaan dengan bantuan pemantul PARABOLA Microfon diletakkan pada sebuah parabola kecil dengan menghadap

kearah parabola. Cara kerjanya mirip dengan cara kerja antena parabola

23

Page 24: Suara Film

televisi. Pada prinsipnya parabola berfungsi sebagai pengumpul dari getaran suara. Dengan parabola ini penerimaan suara bisa meningkat sampai sekitar 20 dB. Sudut penerimaannya bisa menjadi sangat sangat sempit dan cenderung lebih sensitif pada frekwensi tinggi.

Kelemahannya adalah pada kepekaannya terhadap gangguan angin dan dimensinya yang besar dan merepotkan.

4.2. TEKNIK MIKROFON STEREO

Pada dasarnya ada dua teknik penempatan mikrofon untuk rekaman stereo, teknik coincident dan teknik spaced :

4.2.1. Teknik Coincident Dua mikrofon diletakkan pada sumbu vertikal dengan membran

yang satu diatas yang lain. Jenis mikrofon yang digunakan biasanya cardioid atau uni directional. Teknik coincident ada 3 macam, yaitu :

a. X-Y Coincident Penggunaan mikrofon stereo yang paling populer adalah secara

X-Y. Coincident X-Y ini biasanya menggunakan 2 mikrofon cardioid. Sudut antara kedua mikrofon ini sangat menentukan penyebaran atau kelebaran penangkapan stereo. Sudut antara kedua mikrofon ini bisa berkisar antara 90o sampai 180o. Kelemahan dari sistem ini adalah apabila sudut antara kedua mikrofon terlalu lebar, bisa mengakibatkan kekosongan dijalur tengah.

b. Teknik Blumlein Menggunakan dua buah mikrofon bidirectional diletakkan dengan

sudut 90o. Metode ini memberikan kesadaran ruang yang akurat diantara sumber-sumber suara. Artinya lokalisasi suara yang bagus dan reverberasi yang uniform diseluruh medan stereo. Kelebihan lain dari teknik Blumlein ini adalah tidak adanya perbedaan fasa dari kedua mikrofon apabila dirubah menjadi mono. Beda dengan apabila kita menggunakan 2 mikrofon cardioid pada sudut 180o yang akan menimbulkan perbedaan fasa.

c. Teknik M-S (Middle-Side) Pengembangan dari konsep Blumlein. Sebuah mikrofon

cardioid diletakkan menghadap kearah depan (kearah sumber suara) dan sebuah mikrofon bidirectional diarahkan kesamping kiri dan kanan dari arah mikrofon yang pertama. Output dari kedua mikrofon tersebut

24

Page 25: Suara Film

dilewatkan dulu kesebuah sistim matrik baru diteruskan ke alat perekam atau mixer. Teknik M-S memberikan imaji stereo yang luar biasa, perspektif suara dari kiri kekanan dan depan kebelakang sangat akurat, terbuka dan realistis.

Seperti diungkapkan diatas kelebihan dari teknik coincident adalah akurasi medan stereo, serta reverberasinya yang uniform diseluruh medan stereo tersebut. Tetapi kalau dibandingkan dengan teknik spaced microphone, maka teknik coincident terasa kurang hangat (warm), kurang kedalaman (depth) serta kurang efek keruangannya (spaciousness). Alasan inilah yang membuat teknik coincident biasa dipakai untuk merekam dialog dan sound effect tetapi jarang digunakan untuk merekam musik.

4.2.2. Teknik SpacedBerbeda dengan teknik coincident, pada teknik spaced ini kedua

mikrofon diletakkan agak berjauhan. Jaraknya mulai dari beberepa inci sampai beberapa feet. Jenis mikrofon yang digunakan hampir selalu uni directional.

a. Teknik Crossed X-Y Dua mikrofon cardioid diletakkan secara silang satu sama lain

seperti halnya pada teknik coincident, tetapi membran dari kedua mikrofon tersebut terletak pada satu garis horzontal berjarak beberapa inci. Jarak itu bervariasi tergantung dari sudut yang terbentuk oleh arah kedua mikrofon. Pada 90o jaraknya sekitar 4 inci, pada 120o sekitar 5 inci dan pada 135o mendekati 6 inci. Kelebihan dari teknik ini ialah suara yang lebih terbuka dan pemisahan stereo yang lebih baik (dibandingkan dengan teknik coincident).

b. Teknik Spaced X-YMenempatkan dua mikrofon cardioid agak berjauhan akan

menambah time delay pada informasi stereo, biasanya diatas 500 Hz. Juga akan meningkatkan keterbukaan suara dan dimensi. Ada dua macam spaced X-Y yaitu ORTF dan NOS. Metode ORTF (dari Perancis), menempatkan dua mikrofon cardioid pada satu dudukan, berjarak 7 inci dengan membuat sudut 110o. Sedangkan metode NOS (Belanda), menempatkan dua mikrofon cardioid dengan jarak 12 inci dan arah penerimaannya membentuk sudut 90o. Kedua metode ini menghasilkan efek yang hampir mirip.

c. Teknik Stereo 180o

25

Page 26: Suara Film

Metode lain adalah sistem stereo 180, menggunakan dua mikrofon hypercardioid, jaraknya kurang dari 2 inci membentuk sudut sebesar 135o. Ini menciptakan ilusi dimana suara datang dari samping ruangan atau seolah-olah berasal dari luar loudspeaker.

d. Teknik Wider-SpacedDua mikrofon berjarak beberapa feet diletakkan pada satu bidang

horisontal dengan arah sejajar. "Kelebihan" sistem ini (kalau memang dikehendaki) adalah menghasilkan suara yang bercampur, tidak terfokus, menyebar (diffuse). Pada jarak kedua mikrofon sekitar 3 feet, imaji stereo cenderung berat kekiri atau kekanan, akibatnya suara pada jalur tengah menonjol sendiri. Sedangkan pada jarak mikrofon lebih dari 10 feet akan menghasilkan balans stereo kiri kanan yang lebih bagus, tetapi akan menghasilkan pemisahan yang terlalu lebar, akibatnya jalur tengah akan terasa kurang keras. Jadi kesimpulannya teknik Wider-Spaced ini lebih banyak kerugiannya daripada kelebihannya. Teknik ini hanya digunakan apabila kita memang menghendaki efek imaji stereo yang bercampur, tidak terfokus dan menyebar.

Bisa disimpulkan, teknik spaced akan memperkaya akustik dari lingkungan dimana suara direkam, menghasilkan imaji stereo yang lebar, terbuka dan meruang. Suara akan lebih terasa hangat (warm). Bagaimanapun juga teknik coincident dan teknik spaced dengan jarak mikrofon dekat, menghasilkan imaji stereo yang lebih realistis dibandingkan teknik mikrofon spaced dengan jarak mikrofon lebih berjauhan. Jarak mikrofon yang berjauhan akan menyebabkan suara seperti lebih ditarik kesamping (kiri-kanan), dimana terjadi kekosongan dibagian tengah.

4.3. TEKNIK MULTIMICROPHONEMeskipun teknik mikrofon stereo (stereo miking) mempunyai banyak

kelebihan, sebagian besar rekaman musik tidak menggunakan teknik ini. Para music recordist lebih suka mengorbankan realitas imaji stereo (yang merupakan kehebatan stereo miking), agar bisa lebih mendapatkan kontrol nuansa dari setiap instrumen musik. Karena itu mereka lebih suka menggunakan teknik multimicrophone, yaitu menempatkan mikrofon pada setiap instrumen musik atau setiap sumber bunyi. Reverberasi, posisi ruang dan pencampuran yang merupakan kekuatan dari teknik mikrofon stereo (stereo miking) akan hilang dalam perekaman dengan teknik multimicrophone. Tetapi karena rekaman musik biasanya menggunakan teknik multi track maka reverberasi dan efek bisa ditambahkan secara artifisial pada tahap paska-produksi, yaitu pada saat dilakukan mix-down (mencampur suara-suara berbagai instrumen dari perekam multitrack ke suara stereo dua jalur).

26

Page 27: Suara Film

4.4. PENEMPATAN MIKROFON DALAM REKAMAN LANGSUNG FILM- VIDEO-TELEVISI

Karena konfigurasi karakteristiknya, mikrofon cardioid atau uni directional paling banyak dipergunakan dalam sistem rekaman langsung produksi film, video dan televisi. Penggunaannya adalah secara boom. Meskipun ada kemungkinan terjadinya off-axis atau off-mike tetapi sudut penerimaannya sesuai atau bersamaan dengan angle kamera, sehingga bisa lebih memberikan perspektif dan dimensi suara.

Untuk jarak mikrofon ke sumber suara yang tidak terlalu jauh, penggunaan mikrofon cardioid ini memberikan hasil yang bagus. Tetapi kalau jarak itu lebih jauh, seperti misalnya di lokasi outdoor, maka kita bisa mempergunakan mikrofon super atau hypercardioid. Bahkan kalau jarak mikrofon dan sumber suara itu lebih jauh lagi, kita perlu menggunakan mikrofon ultra directional atau gun microphone.

Kalau semua jenis mikrofon diatas tidak memungkinkan lagi, atau tidak ada lagi ruang untuk menempatkan mikrofon, terpaksa kita pergunakan Wireless Microphone.

Jadi urutan prioritas penggunaannya adalah : cardioid - super/hypercardioid - ultradirectional - wireless microphone.

4.4.1. Posisi idealDalam penggunaan untuk rekaman langsung ini penempatan

mikrofon yang ideal adalah : Usahakan sedekat mungkin pada sumber suara, tentu saja sebelum

masuk ke frame kamera. Meskipun demikian jarak rata-rata yang dianjurkan adalah sekitar 2 feet. Perlu dicatat bahwa jarak mikrofon yang terlalu dekat akan menimbulkan bass tip up, yaitu melonjaknya nada rendah, yang akan sangat mengganggu hasil rekaman.

Posisi normal adalah diatas dan didepan sumber suara. Posisi ini bisa digambarkan dalam sebuah kubus. Sumber suara berada pada salah satu sudut bawah kubus, sedangkan mikrofon berada disudut atas yang berseberangan. Dengan ini kita bisa mendapatkan kwalitas suara vokal yang paling baik dengan acoustic space ratio 1 : 1. Dan sudut 45o terhadap sumber suara. Dengan sudut 45o ini kita mendapatkan efisiensi penerimaan dan isolasi noise yang maksimal.

Posisi mikrofon diatas dan mengarah kebawah membentuk sudut 45o, akan sangat menguntungkan dalam kontinuitas atmosfir. Perubahan angle kamera tidak terlalu banyak merubah atmosfir yang ditangkap oleh mikrofon, meskipun suara atmosfir tersebut berbeda pada setiap arahnya.

27

Page 28: Suara Film

Karena itulah kalau tidak terpaksa kita sebaiknya tetap menempatkan mikrofon diatas dan didepan sumber suara.

Kalau mikrofon harus dijauhkan dari sumber suara karena shot berubah melebar (zoom out misalnya), sehingga mikrofon harus ditarik keatas, harus dipertahankan agar arah mikrofon tetap membentuk sudut 45o terhadap sumber suara. Perubahan jarak akibat perubahan shot tersebut diusahakan bertingkat, dua kali jarak pertama atau kalau mendekat sebaiknya setengah kalinya. Hal ini adalah untuk memudahkan bagi sound recordist (atau sound mixer) untuk menentukan level dari rekaman. Apabila mikrofon menjauh 2 kali maka sound recordist akan menaikkan level suara sebanyak 3 dB, apabila mikrofon mendekat 2 kali level diturunkan sekitar 3 dB pula. Dengan cara ini maka kita akan mendapatkan jangkauan perbedaan antara long shot dan close up berkisar pada 3 dB - 6 dB.

4.4.2. Subyek yang bergerakPada shot dimana si aktor bergerak, mikrofon harus ikut bergerak,

agar jarak jarak mikrofon terhadap sumber suara tetap, demikian pula dengan sudutnya, dijaga selalu sebesar 45o. Kelalaian sedikit saja akan menyebabkan mikrofon off-axis terhadap sumber suara, akibatnya tidak hanya level suara turun tetapi juga kejelasan (intelligibility) ikut menurun.

Beberapa sutradara tidak keberatan dengan suara aktor yang menurun (atau berkurang kejelasannya) pada saat aktor melakukan gerakan yang membelakangi kamera, ini adalah sebuah persepsi realitas, karena dalam kenyataan sehari-hari memang demikian. Tetapi pada umumnya sutradara (dan mungkin penonton) lebih mengharap agar dialog tidak terganggu oleh pengejaran kearah persepsi realitas ini. Artinya level dan kejelasan suara sebaiknya kontinyu tidak terpengaruh oleh perubahan posisi dari sumber suara, hal ini akan lebih menciptakan ilusi filmis yang secara filosofis lebih mudah diterima.

Tugas si Operator Boom lah untuk mengusahakan agar dalam setiap posisi, baik si aktor menghadap ke kamera atau membelakangi kamera, microphone selalu bisa mengikuti. Atau dengan kata lain, mikrofon harus selalu berada diatas dan didepan si aktor. Kalaupun boom operator tidak mampu mengejar maka sebaiknya kita membuat "wild line" yaitu rekaman bebas (tanpa kamera) pada adegan yang sama. Nanti pada saat editing suara hasil wild line ini kita sisipkan pada bagian dimana si aktor membelakangi kamera.

4.4.3. Mikrofon, boom dan tata cahayaPola tata cahaya seringkali menimbulkan masalah bagi penempatan

mikrofon. Subyek (aktor) biasanya dicahayai oleh dua cahaya yang frontal.

28

Page 29: Suara Film

Yang pertama adalah key-light, cahaya utama, paling kuat dan menimbulkan bayangan tajam. Yang kedua adalah fill-light, idealnya berasal dari lampu yang cahayanya kurang dari key-light tetapi lebih lunak atau lebih menyebar, sehingga tidak menimbulkan bayangan yang tajam. Biasanya ditambahkan back-light dari arah belakang subyek (aktor) untuk mendapatkan pemisahan dari background. Dan selain itu ada background light yang menerangi background.

Untuk memberikan kemudahan dalam menempatkan boom mikrofon ada beberapa "aturan" yang perlu kita perhatikan :

Boom sebaiknya berada pada sisi yang berlawanan dengan angle key-light. Membentuk sudut sekitar 90o -120o.

Pada long-shot, boom ditempatkan sejauh mungkin dari angle key-light. Tata cahaya didisain sedemikian rupa sehingga cahaya untuk area

akting dipisahkan dengan cahaya untuk background. Cahaya lampu yang menimbulkan bayangan tajam dibatasi.

Diusahakan hanya key-light saja yang menimbulkan bayangan tajam. Fill, rim dan background light diusahakan lebih lunak dengan menggunakan jenis lampu khusus, atau memasang diffuser didepan lampu, atau menggunakan teknik bouncing (pantulan).

4.4.4. Wireless Microphone

Wireless microphone terdiri dari tiga bagian : Mikrofon, biasanya berbentuk mini dan bersifat omnidirectional, tetapi ada

juga yang bersifat uni directional Pemancar (transmitter) Penerima (receiver)

Mikrofon untuk wireless-microphone ujudnya kecil sehingga mudah disembunyikan dibalik leher baju. Bentuknya ada yang bulat ada juga yang pipih. Cara menempelkannya bisa dengan plakband, peniti atau penjepit. Posisinya diusahakan sedekat mungkin ke mulut dan arahnya juga tepat kearah mulut. Mikrofon dari kelas profesional didisain agar tidak peka terhadap gesekan, seperti misalnya gesekan baju, gesekan kulit dan lain-lainnya.

Mikrofon dihubungkan dengan kabel ke transmitter. Transmitter biasanya dilekatkan dipinggang dengan dijepitkan antara celana dan badan atau digantungkan pada sebuah ikat pinggang yang khusus didisain. Karena harus memenuhi aturan FCC, sebuah lembaga telekomunikasi internasional, daya pancar transmitter tidak boleh terlalu besar. Jarak pancar sekitar 20 meter sudah dianggap cukup baik untuk

29

Page 30: Suara Film

kegunaan produksi film. Sinyal dari transmitter ini diterima oleh receiver yang langsung dihubungkan dengan input mixer atau alat perekam.

Seperti kita ketahui, keuntungan dari wireless microphone adalah bisa terjaganya jarak antara mikrofon dengan sumber suara. Berarti akan terjaga pula level suara. Dan karena tanpa kabel maka si aktor bisa bebas bergerak kemana saja. Tetapi keuntungan ini bagi banyak kreator film bisa merupakan kerugian. Dengan jarak antara mikrofon dan sumber suara yang tetap, maka perspektif suara tidak bisa mengikuti perspektif gambar. Suara untuk shot yang lebar (long-shot) akan sama saja dengan shot yang lebih ketat (clos-up).

Karena itu pada umumnya wireless microphone dipergunakan apabila secara boom tidak mungkin lagi dilakukan, atau tidak ada ruang lagi untuk menempatkan mikrofon (dan atau bayangannya) tersembunyi dari frame kamera. Biasanya kondisi ini terjadi pada shot-shot yang lebar, seperti long-shot atau full-shot. Wireless microphone juga digunakan pada shot-shot yang lingkungannya berisik, seperti misalnya adegan dipasar, dipinggir laut dan lainnya.

4.5. PENEMPATAN MIKROFON DIDALAM STUDIO REKAMAN

Penempatan mikrofon didalam studio untuk rekaman dialog tidak se rumit penempatan mikrofon dalam rekaman langsung, disebabkan : Jarak mikrofon ke sumber suara tidak dibatasi oleh frame kamera. Tidak perlu memperhitungkan faktor noise atau gangguan lingkungan, karena

biasanya studio rekaman kedap suara.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menempatkan mikrofon

distudio ini : Usahakan agar jarak antara sumber suara dengan mikrofon tetap terjaga.

Jarak yang terlalu dekat bisa menyebabkan terjadinya bass tip up dan tertiupnya membran mikrofon. Jarak yang terlalu jauh akan menyebabkan level suara menurun dan suara pantulan meningkat. Yang terakhir ini akan menyebabkan suara menjadi terasa meruang (terasa efek ruangnya). Untuk adegan interior mungkin tidak terlalu masalah tetapi pada adegan eksterior akan terasa mengganggu. Kalau efek ruang ini terlalu tinggi akan mengakibatkan menurunnya kejelasan suara. Besar kecilnya efek ruang ini tergantung dari kwalitas akustik studio.

Sebaiknya jarak antara sumber suara (mulut aktor) dengan mikrofon berkisar antara 10 cm - 20 cm. Hal ini tergantung dari bagaimana dialog diucapkan, apakah berbisik atau berteriak. Untuk merekam suara bisikan jarak bisa diperkecil, untuk teriakan sebaiknya menjauh.

Usahakan tetap berada pada sudut tangkap mikrofon. Keluar dari sudut tangkap akan mengakibatkan terjadinya off-axis. Off-axis akan membuat

30

Page 31: Suara Film

frekwensi tinggi berkurang sehingga mengurangi kejelasan suara. Lazimnya mikrofon yang digunakan adalah jenis cardioid, jenis ini mempunyai sudut tangkap yang cukup lebar, sehingga kecil kemungkinan terjadinya off-axis. Tetapi kadang-kadang satu mikrofon digunakan oleh lebih dari dua orang, ini memberikan kemungkinan terjadinya off-axis atau off-mike.

Penggunaan lebih dari satu mikrofon bisa mempertinggi kemungkinan terjadinya efek meruang, terutama untuk dialog-dialog yang keras. Juga besar terjadi kemungkinan terjadinya perbedaan fasa antara 2 mikrofon. Perbedaan fasa ini bisa mengakibatkan terjadinya saling menghilangkan diantar kedua mikrofon tersebut. Meskipun dipasang penghalang akustik diantara kedua mikrofon tetapi efek meruang ini masih akan terasa. Cara mengatasinya adalah dengan memisahkan mikrofon dalam dua ruangan yang saling ter-isolasi. Tetapi bagaimanapun juga lebih dianjurkan penggunaan satu mikrofon.

4. 6. PENEMPATAN MIKROFON DALAM KAMERA MULTI

Produksi program untuk televisi (dengan kamera multi) sebagian besar dilaksanakan di dalam studio. Mengingat beragamnya jenis program televisi maka diperlukan juga beberapa cara penggunaan mikrofon :

a. Penggunaan secara clip on atau wirelessBiasa digunakan untuk program news, talk show, kuis. Dalam hal

ini setiap presenter, performer harus menggunakan satu mikrofon clip on atau wireless. Clip on digunakan jika presenter atau performer tidak bergerak, kalau harus banyak bergerak mutlak harus mempepergunakan wireless mikrofon. Penataan suara menjadi kompleks apabila presenter dan performernya lebih dari empat orang, apalagi kalau semuanya harus menggunakan wireless mikrofon. Akan muncul berbagai macam problem, misalnya saja bagaimana mengatur balans kekerasan, bagaimana memasang mikrofon dengan tepat sehingga tidak menimbulkan gangguan pada saat take, bagaimana menjaga agar batere untuk transmiter jangan sampai habis pada saat take.

Persiapan yang lebih teliti harus dilakukan kalau programnya adalah siaran langsung. Sebaiknya ada back up mikrofon untuk setiap presenter atau performer. Kalau acaranya sangat penting mikrofon cadangan bisa dikenakan langsung pada presenter, sehingga kalau terjadi gangguan, sound mixer bisa langsung merubah channel mixer ke mikrofon cadangan.

b. Penggunaan secara boom dan plant Biasa digunakan untuk program drama atau TV play yang ada

naskah lengkap. Mikrofon diletakkan pada studio boom. Boom operator

31

Page 32: Suara Film

mengarahkan mikrofon mengikuti gerak dari pemeran. Dalam hal ini sebaiknya boom operator bisa melihat shooting script atau camera card, sehingga bisa menaikkan atau menurunkan mikrofon sesuai dengan shot yang sedang di pilih oleh pengarah acara. Dalam kondisi tertentu bisa digunakan plant mikrofon, misalnya diletakkan pada vast bunga dimeja atau disembunyikan di kap lampu, mungkin juga disembunyikan di balik pintu, dibawah meja.

c. Penggunaan secara mikrofon multi Untuk program drama dan acara lawak yang tidak ada naskah

atau naskahnya tidak lengkap, penggunaan secara boom akan sangat merepotkan. Untuk jenis program ini sebaiknya menggunakan mikrofon multi yang digantung. Peletakannya dibuat sedemikian rupa sehingga bisa meliput seluruh area akting atau area lawakan. Dengan cara ini kita sulit mendapatkan suara yang tajam dan bright, karena jarak mikrofon ke pemeran bisa mencapai 2,5 meter atau lebih. Kesan meruang akan muncul, apalagi kalau akustik studionya kurang baik. Selain itu kalau peletakan mikrofonnya tidak tepat bisa menimbulkan problem perbedaan fasa, akibatnya suara bisa semakin terasa meruang.

SISTEM REKAMAN SUARA

32

Page 33: Suara Film

1. Sistem fotografik atau optik film - Eksperimen Eugene Lautze

- Movietone

- Jalur suara film mono

- Jalur suara film Dolby Stereo

2. Sistem mekanik - Gramafon

- Vitaphone

3. Sistem magnetik analog - Film Magnetik

- Magnetik ¼ inch, 2 inch, cassette

4. Sistem magnetik digital - R - D.A.T. (Rotary Digital Audio Tape)

- DASH (Digital Audio Stationary Head)

- 8 track Hi-8 (Tascam DA -88)

- 8 track VHS (ADAT)

5. Sistem magnetik video (PCM) - Video Recorder

6. Sistem optik digital - Compact Disc (CD)

- Mini Disc (MD)

7. Sistem hard disk (non linear) - Digital Audio Workstation

8. Sistem fotografik digital - Sound track film Dolby SRoD

- Sound track film “dts”

- Sound track film SDDS

________

33

Page 34: Suara Film

TEKNIK DAN PROSEDUR“SUARA FILM”

34

Page 35: Suara Film

Bagian I

Dirangkum oleh : Hartanto

FAKULTAS FILM DAN TELEVISIINSTITUT KESENIAN JAKARTA

35