6
 Bab 4 Anggaran Belanj a Pem erintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 201 4 4-102 atau menurun 24,8 persen jika dibandingkan dengan beban tahun sebelumnya. Penurunan utang SBN valas da ri pem bay aran bunga utang luar neg eri be rubah me nj adi akun pemba yaran bunga utang dalam negeri dan menurunnya referensi bunga pinjaman luar negeri. Ke bij akan Peme ri ntah untuk pem bay aran bungautang da lam RAPBN tahun 201 4 masih tetap diarahkan untuk: (a) memenuhi kewajiban Pemerintah secara tepat waktu dan tepat jumlah dalam rangka menjaga kredibilitas dan kesinambungan pembiayaan; dan (b) meminimasi biaya bunganya lebih rendah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Al okasi A ngg aran Be lanj a Subsidi Belanj a subsidi dialokasikan da lam rangka me ri nga nkan beba n ma sy arakat untuk mempe roleh kebutuhan dasarnya, dan se kaligus untuk menjag a a g ar produsen m ampu m eng hasilkan produk, khususnya yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat, dengan harga yang terjangkau. Pemberian subsidi juga ditujukan untuk menjaga stabilitas harga barang dan jasa di dalam negeri, memberikan perlindungan pada masyarakat berpendapatan rendah, meningkatkan produksi pertanian, serta memberikan insentif bagi dunia usaha dan masyarakat. Dengan subsidi tersebut diharapkan bahan kebutuhan pokok masyarakat tersedia dalam jumlah yang mencukupi, dengan harga yang stabil, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. belanja yangberkualitas, m aka arah kebijakan subsidi dalam tahun 201 4 me ncakup antara lain: kuali tas be lanja; (2) peng e ndalian konsum si BBM be rsubsidi ; (3) pe nya lur an s ubsidi nonene rgi data kependudukan yang lebih valid. Berdas arkan berbag ai ke bijakan terse but, ma ka alokasi angg aran subs idi dalam RAPBN tahun 201 4 direnca nakan me nca pai Rp336, 2 tri liun. J umlah te rsebu t me nurun Rp1 1 ,9 tri liun bil a dibandingkan dengan pagu belanja subsidi yang ditetapkan dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp348,1 triliun. Sebagian besar dari alokasi anggaran belanja subsidi dalam RAPBN tahun 2014 tersebut direncanakan akan disalurkan untuk subsidi energi (Rp284,7 triliun), yaitu subsidi BBM, BBN, LPG tabung 3 kg, dan LGV sebesar Rp194,9 triliun, dan subsidi listrik sebesar Rp89,8 tr iliun. Sem enta ra itu, angg aran untuk subsidi nonenergi Rp51,6 triliun, yang meliputi: (1) subsidi pangan sebesar Rp18,8 tri liun; (2) sub sidi pupuk se be sa r Rp21 ,0 tril iun; (3) subsidi benih sebesar Rp1,6 triliun; (4) subsidi PSO sebesar Rp2,2 triliun; (5) subsidi bunga kredit program sebesar Rp3,2 triliun; dan (6) s ubs idi pajak s e be sa r Rp4,7 tril iun (l ihat ). Subsidi Energi; Rp284,7T Subsidi Nonenergi; Rp51 ,6 T Subsidi BBM ; Rp194,9 T Subsidi Listrik; Rp89,8 T GRAFIK 4.4 9 KOMPOSISI BELANJ A SUBSIDI 201 4 Subsidi P angan; Rp1 8,8 T Subsidi Pupuk; Rp21,0T Subsidi benih Rp1,6T PSO; Rp2,2 T Subsidi Bunga Kredit Program; Rp3,2T Subsidi Pajak; Rp4,7T Sumber : Kementerian Keuangan

Subsidi paper

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asdasdasd

Citation preview

  • Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

    Nota Keuangan dan RAPBN 20144-102

    atau menurun 24,8 persen jika dibandingkan dengan beban tahun sebelumnya. Penurunan

    utang SBN valas dari pembayaran bunga utang luar negeri berubah menjadi akun pembayaran bunga utang dalam negeri dan menurunnya referensi bunga pinjaman luar negeri.

    Kebijakan Pemerintah untuk pembayaran bunga utang dalam RAPBN tahun 2014 masih tetap diarahkan untuk: (a) memenuhi kewajiban Pemerintah secara tepat waktu dan tepat jumlah dalam rangka menjaga kredibilitas dan kesinambungan pembiayaan; dan (b) meminimasi

    biaya bunganya lebih rendah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

    Alokasi Anggaran Belanja SubsidiBelanja subsidi dialokasikan dalam rangka meringankan beban masyarakat untuk memperoleh kebutuhan dasarnya, dan sekaligus untuk menjaga agar produsen mampu menghasilkan produk, khususnya yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat, dengan harga yang terjangkau. Pemberian subsidi juga ditujukan untuk menjaga stabilitas harga barang dan jasa di dalam negeri, memberikan perlindungan pada masyarakat berpendapatan rendah, meningkatkan produksi pertanian, serta memberikan insentif bagi dunia usaha dan masyarakat. Dengan subsidi tersebut diharapkan bahan kebutuhan pokok masyarakat tersedia dalam jumlah yang mencukupi, dengan harga yang stabil, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

    belanja yang berkualitas, maka arah kebijakan subsidi dalam tahun 2014 mencakup antara lain:

    kualitas belanja; (2) pengendalian konsumsi BBM bersubsidi; (3) penyaluran subsidi nonenergi

    data kependudukan yang lebih valid.

    Berdasarkan berbagai kebijakan tersebut, maka alokasi anggaran subsidi dalam RAPBN tahun 2014 direncanakan mencapai Rp336,2 triliun. Jumlah tersebut menurun Rp11,9 triliun bila dibandingkan dengan pagu belanja subsidi yang ditetapkan dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp348,1 triliun. Sebagian besar dari alokasi anggaran belanja subsidi dalam RAPBN tahun 2014 tersebut direncanakan akan disalurkan untuk subsidi energi (Rp284,7 triliun), yaitu subsidi BBM, BBN, LPG tabung 3 kg, dan LGV sebesar Rp194,9 triliun, dan subsidi listrik sebesar Rp89,8 triliun. Sementara itu, anggaran untuk subsidi nonenergi Rp51,6 triliun, yang meliputi: (1) subsidi pangan sebesar Rp18,8 triliun; (2) subsidi pupuk sebesar Rp21,0 triliun; (3) subsidi benih sebesar Rp1,6 triliun; (4) subsidi PSO sebesar Rp2,2 triliun; (5) subsidi bunga kredit program sebesar Rp3,2 triliun; dan (6) subsidi pajak sebesar Rp4,7 triliun (lihat

    ).

    Subsidi Energi;

    Rp284,7 T Subsidi Nonenergi;

    Rp51,6 T

    Subsidi BBM; Rp194,9 T

    Subsidi Listrik;

    Rp89,8 T

    GRAFIK 4.49KOMPOSISI BELANJA SUBSIDI 2014

    Subsidi Pangan;Rp18,8 T

    Subsidi Pupuk;Rp21,0T

    Subsidi benihRp1,6T

    PSO; Rp2,2 TSubsidi BungaKreditProgram;Rp3,2T

    Subsidi Pajak;Rp4,7 T

    Sumber : Kementerian Keuangan

  • Bab 4Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

    Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-103

    Subsidi EnergiBerdasarkan arah kebijakan subsidi 2014 tersebut maka pokok-pokok kebijakan subsidi BBM,

    subsidi BBM dan ketepatan target sasaran; (2) melanjutkan program konversi BBM dan BBG; dan (3) melanjutkan program konversi minyak tanah ke LPG tabung 3 kg. Selain itu juga ditempuh kebijakan untuk (1) meningkatkan dan mengembangkan pembangunan jaringan gas kota; (2) meningkatkan pengawasan dan penyaluran konsumsi BBM bersubsidi; dan (3) meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang perlunya pengendalian BBM bersubsidi. Kebijakan-kebijakan tersebut ditempuh secara sinergi dengan upaya untuk mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan antara lain melalui konversi BBN dan gas, serta meningkatkan pengawasan pemerintah daerah dalam pengendalian dan pengawasan BBM bersubsidi.

    Dalam RAPBN tahun 2014, pemerintah masih mengalokasikan anggaran subsidi untuk beberapa jenis BBM tertentu, terdiri dari: (1) minyak tanah; (2) premium dan biopremium; serta (3) minyak solar dan biosolar. Selain itu, Pemerintah juga memberikan subsidi untuk LPG tabung 3 kg dan LGV. Dengan adanya alokasi subsidi BBM, BBN, LPG tabung 3 kg dan LGV tersebut diharapkan kebutuhan masyarakat akan dapat terpenuhi dengan harga yang terjangkau. Besaran subsidi dalam RAPBN tahun 2014 sangat tergantung pada asumsi dan parameternya, antara lain sebagai berikut: (1) ICP sebesar USD106,0/barel; (2) nilai tukar rupiah sebesar Rp9.750,0/USD; (3) alpha bbm rata-rata sebesar Rp718,4/liter; dan (4) volume konsumsi BBM bersubsidi diperkirakan mencapai 50,5 juta kiloliter (kl) dan konsumsi LPG tabung 3 kilogram sebesar 4,8 juta metrik ton (lihat Tabel 4.11).

    No2013

    APBNP2014

    RAPBN

    Subsidi BBM, BBN, LPG T abung 3 kg dan LGV (miliar Rp) 199.850,0 194.893,1

    - Subsidi BBM dan BBN (miliar Rp) 149.7 84,4 131.222,9

    - Premium dan BBN 83.484,5 68.814,4

    - Minyak Tanah 6.653,6 6.106,6

    - Minyak Solar dan BBN 59.646,3 56.301,9

    - Subsidi Elpiji Tabung 3 kg (miliar Rp) 31.523,7 36.7 7 0,8

    - Subsidi LGV (miliar Rp) 100,0 100,0

    - PPN (miliar Rp) 18.130,8 16.7 99,4

    - Carry over ke tahun Berikutnya (miliar Rp) (22.565,4) -

    - Kek. Subsidi TA 2010 (miliar Rp) 0,03 -

    - Kek. Subsidi TA 2011 (miliar Rp) 4.029,7

    - Perk Kek. Subsidi TA 2012 (miliar Rp) 18.846,7 -

    - Perk Kek. Subsidi TA 2013 (miliar Rp) - 10.000,0

    Parameter :1 ICP (US$/barel) 108,0 106,0 2 Kurs (Rp/US$) 9.600,0 9.750,0 3 Alpha BBM (Rp/liter) 666,60-7 15,35 718,4 4 Volume BBM + Bio BBM (ribu KL) 48.000,0 50.500,0

    - Premium dan BBN 30.7 67 ,0 32.960,0

    - Minyak tanah 1.200,0 1 .100,0

    - Minyak solar dan BBN 16.033,0 16.440,0 5 Volume Elpiji (juta kg) 4.394,2 4.7 83,0

    Sumber: Kementerian Keuangan

    TABEL 4.11SUBSIDI BBM, BBN, LPG TABUNG 3 KG DAN LGV, 2013-2014

    URAIAN

  • Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

    Nota Keuangan dan RAPBN 20144-104

    Berdasarkan berbagai asumsi dan parameter tersebut, maka anggaran subsidi BBM, BBN, LPG tabung 3 kilogram dan LGV dalam RAPBN tahun 2014 direncanakan sebesar Rp194,9 triliun atau turun Rp5,0 triliun bila dibandingkan dengan alokasi anggaran subsidi BBM, BBN, LPG tabung 3 kilogram dan LGV dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp199,9 triliun. Sejak APBNP tahun 2012, perhitungan besaran belanja subsidi BBM sudah termasuk PPN atas penyerahan BBM jenis tertentu, dan LPG tabung 3 kilogram oleh badan usaha kepada Pemerintah. Langkah ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil temuan BPK, sehingga ke depan diharapkan pelaksanaan APBN makin transparan dan akuntabel.

    Dalam RAPBN tahun 2014, subsidi listrik masih perlu disediakan, dengan pertimbangan masih lebih rendahnya tarif tenaga listrik (TTL) yang berlaku bila dibandingkan dengan biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik. Selama beberapa tahun terakhir, realisasi anggaran subsidi

    anggaran subsidi listrik, maka pemerintah bersama PT PLN (Persero) secara bertahap terus melakukan upaya-upaya penurunan BPP tenaga listrik sebagaimana yang telah dilakukan di tahun 2012, yaitu melalui penurunan susut jaringan (losses) dan optimalisasi bauran energi (energy mix) untuk bahan bakar pembangkit, terutama dengan cara menurunkan penggunaan BBM serta menjamin dan menjaga ketersediaan pasokan gas bumi, batubara, dan jenis energi lainnya. Selain itu, pemerintah juga mengupayakan pembenahan pada PT PLN (Persero).

    (4) menurunkan komposisi pemakaian BBM dalam pembangkit tenaga listrik. Kebijakan lainnya adalah (1) meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP); (2) meningkatkan pemakaian gas dan energi baru terbarukan untuk mengurangi BBM; dan (3) mengembangkan energi tenaga surya khususnya di pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan negara lain dan untuk mensubstitusi PLTD di daerah-daerah terisolasi. Berbagai kebijakan tersebut ditempuh sejalan dengan upaya (1) menyusun skema tarif energi baru terbarukan (EBT) yang dapat menarik minat investor; (2) meningkatkan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan; (3) pengendalian subsidi listrik pada pelanggan 450-900 VA; dan (4) melakukan perbaikan formulasi perhitungan subsidi listrik dari cost plus margin menjadi performance based regulatory untuk meningkatkan akuntabilitas pemberian subsidi

    Selain berbagai kebijakan di atas, perhitungan beban subsidi listrik dalam tahun 2014 juga didasarkan pada asumsi dan parameter-parameter sebagai berikut: (1) ICP sebesar USD106,0/barel; (2) nilai tukar rupiah sebesar Rp9.750,0/USD; (3) volume penjualan tenaga listrik sebesar 204,6 TWh; (4) susut jaringan (losses) sebesar 8,5 persen; dan (5) margin usaha PT PLN (Persero) sebesar 7 persen. Berdasarkan berbagai kebijakan dan parameter tersebut di atas, maka alokasi anggaran subsidi listrik dalam RAPBN tahun 2014 direncanakan sebesar Rp89,8 triliun (termasuk perkiraan kekurangan pembayaran subsidi listrik tahun 2013 sebesar Rp3,5 triliun dan cadangan risiko energi), atau turun Rp10,2 triliun apabila dibandingkan dengan pagu anggaran belanja subsidi listrik dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp100,0 triliun (lihat Tabel 4.12).

  • Bab 4Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

    Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-105

    Subsidi NonenergiBelanja subsidi nonenergi menampung alokasi anggaran untuk subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi benih, subsidi PSO, subsidi bunga kredit program, dan subsidi pajak ditanggung pemerintah (DTP). Dalam RAPBN tahun 2014, subsidi nonenergi direncanakan sebesar Rp51,6 triliun, lebih tinggi Rp3,3 triliun bila dibandingkan dengan alokasi anggaran subsidi nonenergi dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp48,3 triliun (lihat Tabel 4.13).

    2014RAPBN

    Subsidi Listrik (Miliar Rp) 99.979,7 89.766,5

    - Subsidi tahun berjalan (miliar Rp) 87.236,7 86.266,5

    - Carry over ke Tahun berikutnya (miliar Rp) (7.822,8) -

    - Kekurangan tahun 2011 (audited) (miliar Rp) 7.310,7 -

    - Kekurangan tahun 2012 (audited) (miliar Rp) 13.255,1 -

    - Perkiraan Kekurangan tahun 2013 (miliar Rp) - 3.500,0

    1 ICP (US$/bbl) 108,0 106,0

    2 Kurs (Rp/US$) 9.600,0 9.750,0

    3 TTL (%) 15,0 -

    4 Growth Sales (%) 9,0 9,0

    5 Energy sales (TWh) 187,7 204,6

    6 Losses (%) 8,5 8,5

    7 Fuel Mix

    - High Speed Diesel/HSD (juta KL) 4,9 4,5

    - Marine Fuel Oil/MFO (juta KL) 1,4 1,6

    - IDO (juta KL) - -

    - Batu Bara (juta ton) 47,7 58,0

    - Gas (MBBTU) 0,4 0,4

    - Panas Bumi (TWh) 4,0 4,1

    - Bio Diesel (juta KL) 0,01 0,01

    8 Margin (%) 7,0 7,0

    Sumber: Kementerian Keuangan

    Parameter:

    TABEL 4.12 SUBSIDI LISTRIK, 2013-2014

    No URAIAN2013

    APBNP

    No 2013APBNP

    2014RAPBN

    Selisih thd APBNP 2013

    1. Subsidi Pangan 21.497 ,4 18.822,5 (2.67 4,9)2. Subsidi Pupuk 17 .932,7 21.048,8 3.116,2 3. Subsidi Benih 1 .454,2 1 .564,8 110,6 4. PSO 1 .521 ,1 2.197 ,1 67 6,0

    a. PT KAI 7 04,8 1 .224,3 519,5 b. PT Pelni 7 26,5 87 2,8 146,3 d. LKBN Antara 89,8 100,0 10,2

    5. Subsidi Bunga Kredit Program 1 .248,5 3.235,8 1 .987 ,3 6. Subsidi Pajak 4.635,5 4.7 13,2 7 7 ,7

    48.289,3 51.582,3 3.293,0

    Sumber:KementerianKeuangan

    TABEL 4.13SUBSIDI NONENERGI, 2013-2014

    (miliar rupiah)

    URAIAN

    Jumlah

  • Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

    Nota Keuangan dan RAPBN 20144-106

    Anggaran subsidi pangan dalam RAPBN tahun 2014 direncanakan sebesar Rp18,8 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah Rp2,7 triliun bila dibandingkan pagunya dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp21,5 triliun. Kebijakan penyediaan subsidi pangan ini diberikan dalam bentuk penjualan beras kepada rumah tangga sasaran (RTS) dengan harga terjangkau oleh daya beli masyarakat berpenghasilan rendah. Hal ini bertujuan untuk memberikan akses pangan, baik

    kepada rumah tangga sasaran. Dalam tahun 2014, program subsidi pangan ini disediakan untuk menjangkau 15,5 juta RTS, dalam bentuk penyediaan beras murah oleh Perum Bulog. Penyaluran beras kepada RTS akan diberikan untuk 12 kali penyaluran, dengan kuantum sebanyak 15 kg per RTS per bulan dan harga tebus sebesar Rp1.600 per kg.

    Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional dan membantu petani mendapatkan pupuk dengan harga terjangkau, Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk subsidi pupuk. Alokasi anggaran subsidi pupuk dalam RAPBN tahun 2014 direncanakan sebesar Rp21,0 triliun, atau meningkat Rp3,1 triliun bila dibandingkan dengan pagunya yang ditetapkan dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp17,9 triliun. Alokasi anggaran subsidi pupuk dalam RAPBN tahun 2014 sudah menampung anggaran untuk kurang bayar subsidi pupuk tahun 2012 sebesar Rp3,0 triliun.

    Untuk mendukung peningkatan produksi pertanian, Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk subsidi benih. Pemberian subsidi benih tersebut, ditujukan untuk menyediakan benih padi, jagung, dan kedelai yang berkualitas dengan harga terjangkau oleh petani. Alokasi anggaran subsidi benih dalam RAPBN tahun 2014 direncanakan sebesar Rp1,6 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi bila dibandingkan pagunya yang ditetapkan dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp1,5 triliun.

    Selanjutnya, alokasi anggaran untuk subsidi PSO direncanakan sebesar Rp2,2 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp1,5 triliun. Anggaran belanja subsidi PSO dalam RAPBN tahun 2014 tersebut, dialokasikan masing-masing kepada PT Kereta Api (Persero) sebesar Rp1,2 triliun untuk penugasan layanan jasa angkutan kereta api; PT Pelni sebesar Rp872,8 miliar untuk penugasan layanan jasa angkutan penumpang kapal laut kelas ekonomi; dan Perum LKBN Antara sebesar Rp100,0 miliar untuk penugasan layanan berita kepada masyarakat.

    Dalam rangka menunjang upaya peningkatan ketahanan pangan dan mendukung program

    program, antara lain dalam bentuk: (1) subsidi bunga kredit untuk program ketahanan pangan dan energi (KKP-E); (2) termasuk penyediaan anggaran atas risk sharing terhadap KKP-E bermasalah yang menjadi beban Pemerintah; serta (3) kredit pengembangan energi nabati dan revitalisasi perkebunan (KPEN-RP). Selain dialokasikan melalui ketiga skim tersebut, subsidi bunga kredit program yang bertujuan untuk membantu meringankan beban masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan sumber dana dengan bunga yang relatif lebih rendah, juga dialokasikan untuk: (1) kredit program eks-Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI); (2) Kredit pemberdayaan pengusaha NAD, dan Nias; (3) Imbal Jasa Penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR); (4) Kredit usaha pembibitan sapi (KUPS); (5) skema subsidi resi gudang; dan (6) subsidi bunga untuk air bersih. Dengan langkah-langkah kebijakan tersebut dalam RAPBN tahun 2014 direncanakan alokasi anggaran bagi subsidi bunga kredit program sebesar Rp3,2 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp2,0 triliun bila dibandingkan dengan pagu belanjanya dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp1,2 triliun.

  • Bab 4Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

    Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-107

    Selanjutnya, Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk subsidi pajak ditanggung pemerintah (DTP) untuk pajak penghasilan (PPh) dan fasilitas bea masuk yang direncanakan sebesar Rp4,7 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan pagunya yang ditetapkan dalam APBNP 2013 yang mencapai Rp4,6 triliun. Dalam RAPBN tahun 2014, alokasi anggaran subsidi pajak penghasilan berupa PPh DTP direncanakan sebesar Rp3,7 triliun. Jumlah ini, terdiri dari PPh DTP atas komoditi panas bumi sebesar Rp1,0 triliun, dan PPh DTP atas bunga, imbal hasil, dan penghasilan pihak ketiga atas jasa yang diberikan kepada Pemerintah dalam penerbitan dan/atau pembelian kembali/penukaran SBN di pasar internasional, namun tidak termasuk jasa konsultan hukum lokal sebesar Rp2,7 triliun. Sementara itu, fasilitas bea masuk DTP dalam RAPBN tahun 2014 direncanakan sebesar Rp1,0 triliun.

    Alokasi Anggaran Belanja HibahDalam RAPBN tahun 2014, anggaran belanja hibah dialokasikan sebesar Rp3,5 triliun, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp1,2 triliun bila dibandingkan dengan pagu anggaran belanja hibah dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp2,3 triliun. Kebijakan alokasi anggaran belanja hibah kepada daerah tersebut diarahkan untuk mendukung peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam menyediakan layanan dasar umum pada bidang perhubungan, pembangunan sarana air minum, pengelolaan air limbah, irigasi, sanitasi, dan eksplorasi geothermal.

    Sumber dana hibah kepada daerah berasal dari luar negeri baik berupa pinjaman yang diterushibahkan maupun hibah yang diterushibahkan, dengan rincian sebagai berikut: Pertama, belanja hibah yang bersumber dari pinjaman luar negeri Pemerintah, yaitu: (1) program Mass Rapid Transit (MRT) sebesar Rp2,9 triliun, yang bersumber dari Japan International Cooperation Agency (JICA); dan (2) Water Resources and Irrigation Sector Management Project-Phase II (WISMP-2) sebesar Rp146,3 miliar, yang bersumber dari World Bank.

    Kedua, belanja hibah yang bersumber dari hibah luar negeri Pemerintah, yaitu (1) Hibah Air Minum sebesar Rp206,0 miliar yang berasal dari Pemerintah Australia; (2) Hibah Air Limbah sebesar Rp29,8 miliar yang berasal dari Pemerintah Australia; (3) Development of Seulawah Agam Geothermal in NAD Province sebesar Rp54,6 miliar yang berasal dari Pemerintah Jerman; (4) Hibah Australia-Indonesia untuk pembangunan sanitasi sebesar Rp93,4 miliar yang berasal dari Pemerintah Australia; (5) Provincial Road Improvement and Maintenance (PRIM) sebesar Rp122,0 miliar yang berasal dari Pemerintah Australia; (6) Hibah Air Minum Tahap I sebesar Rp3,5 miliar yang berasal dari Pemerintah Australia; dan (7) Infrastructure Enhancement Grant sebesar Rp7,8 miliar.

    Penjelasan lebih lanjut mengenai proyek/kegiatan yang didanai dari belanja hibah dimaksud adalah sebagai berikut. Proyek MRT diharapkan dapat mengatasi permasalahan kemacetan lalu lintas di Jakarta, menunjang dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota Jakarta

    meningkatkan kualitas lingkungan kota Jakarta dan mendukung mitigasi dampak perubahan iklim. WISMP-2 bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kinerja unit pengelola sumber daya air/daerah aliran sungai dan pengelolaan daerah irigasi, serta peningkatan produktivitas pertanian beririgasi di beberapa provinsi dan kabupaten.

    Selanjutnya, Program Hibah Air Minum dan Hibah Air Limbah bertujuan untuk mendanai kegiatan pembangunan sambungan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)