59
Summary An. Mahdi Haris, SH. DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki deposit berbagai jenis bahan tambang yang cukup melimpah yang harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan perekonomian nasional ataupun daerah. Kegiatan penambangan sering dikonotasikan sebagai salah satu kegiatan yang merusak lingkungan. Selain itu, kegiatan penambangan juga sering menimbulkan konflik diakibatkan tumpang tindih kepentingan penggunaan lahan. Hal itu dapat terjadi apabila kegiatan penambangan tidak dikelola dengan baik dan benar. Setiap kegiatan penambangan pasti akan menimbulkan dampak lingkungan, baik bersifat positif maupun bersifat negatif. Dampak yang bersifat positif perlu dikembangkan, sedangkan dampak yang bersifat negatif harus dihilangkan atau ditekan sekecil mungkin. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, maka kegiatan penambangan harus dikelola dengan baik sejak awal hingga akhir kegiatan. Kegiatan penambangan yang tidak berwawasan atau tidak mempertimbangkan keseimbangan dan daya dukung lingkungan, serta tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga seharusnya kegiatan penambangan akan memperoleh manfaat malah akan merugikan. 1

Summary tambang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Summary

Citation preview

Page 1: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki deposit berbagai jenis bahan tambang yang cukup melimpah

yang harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan perekonomian nasional

ataupun daerah. Kegiatan penambangan sering dikonotasikan sebagai salah satu kegiatan

yang merusak lingkungan. Selain itu, kegiatan penambangan juga sering menimbulkan

konflik diakibatkan tumpang tindih kepentingan penggunaan lahan. Hal itu dapat terjadi

apabila kegiatan penambangan tidak dikelola dengan baik dan benar.

Setiap kegiatan penambangan pasti akan menimbulkan dampak lingkungan, baik

bersifat positif maupun bersifat negatif. Dampak yang bersifat positif perlu dikembangkan,

sedangkan dampak yang bersifat negatif harus dihilangkan atau ditekan sekecil mungkin.

Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, maka kegiatan penambangan harus dikelola

dengan baik sejak awal hingga akhir kegiatan. Kegiatan penambangan yang tidak

berwawasan atau tidak mempertimbangkan keseimbangan dan daya dukung lingkungan,

serta tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan,

sehingga seharusnya kegiatan penambangan akan memperoleh manfaat malah akan

merugikan.

Dinamika pembangunan Jawa Timur berkembang sangat pesat seiring dengan

perencanaan strategis yang menjadikan wilayah Gerbangkartasusila (yaitu meliputi

kabupaten / kota : Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Malang – Sidoarjo – Lamongan)

sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, industri dan perdagangan. Pembangunan di Jawa

Timur ini membutuhkan dukungan ketersediaan sarana dan prasarana, serta fasilitas.

Salah satu pendukung bagi terlaksananya kegiatan pembangunan sarana fisik di Jawa

Timur adalah ketersediaan bahan baku bangunan, diantaranya adalah Pasir.

Material Pasir merupakan bahan baku utama dalam pekerjaan konstruksi skala

kecil hingga pekerjaan berskala besar. Kebutuhan akan bahan baku / material bangunan

terutama Pasir semakin meningkat seiring dengan perkembangan pembangunan saranan

dan prasarana / infrastruktur, sedangkan suplay material sertu sering mengalami

hambatan karena terkendala oleh sarana transportasi (jarak), jumlah armada dan jumlah

stok Pasir. Kondisi ini membuka peluang bagi pengusaha tambang Pasir di Jawa Timur

untuk ikut berperan serta didalam pembangunan daerah.

1

Page 2: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

Dari aspek geologis, provinsi Jawa Timur memiliki kekayaan sumber daya alam

yang sangat beragam, mulai dari galian yang bersifat strategis (Golongan-A, seperti :

minyak bumi, bitumen cair/padat, gas alam, aspal, batubara, nikel, kobalt dan timah),

bersifat vital (Golongan-B, seperti : besi, mangaan, krom, tembaga, timbal, seng, emas,

perak, zirkon, kristal kwarsa, barit, yodium, belerang) dan golongan lain (Golongan-C,

seperti : nitrat, magnesium, mika, batu permata, Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gipsum,

bentonit, batu apung, tras, tanah diatome, marmer, batu tulis, batu kapur, dolomit, kalsit,

granit, andesit, basal, Pasir dan Pasir).

Kabupaten Pasuruan termasuk dalam kelompok zona pertambangan bahan galian

batuan, dimana keberadaan material dijumpai dalam jumlah cadangan yang besar.

Wilayah yang diindikasikan berpotensi sebagai lokasi penambangan Pasir adalah disekitar

lereng komplek Gunungapi Arjuno-Welirang (dibagian barat Kabupaten Pasuruan), dan

lereng G. Bromo (dibagian tenggara Kabupaten Pasuruan); yaitu pada daerah-daerah

dijumpainya endapan lahar, lava dan batuan intrusif.

Untuk mengetahui layak tidaknya cadangan bahan galian Pasir tersebut untuk

ditambang maka diperlukan suatu studi atau kajian terhadap faktor-faktor teknis yang

berpengaruh didalam pengusahaan bahan galian Pasir dengan mempertimbangkan

berbagai hal. Dengan adanya suatu studi maka akan didapatkan suatu gambaran tentang

layak tidaknya deposit tersebut untuk diusahakan secara teknis maupun ekonomis pada

situasi dan kondisi saat ini.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukannya studi ini adalah untuk mengetahui keberadaan, sebaran dan

potensi bahan galian Pasir serta mengidentifikasi faktor-faktor teknis apa saja yang terkait

dengan kegiatan penambangan untuk pengambilan bahan galian Batuan di Desa Kedung

Banteng, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kondisi

lokasi tambang, potensi Pasir dan data teknis terkait dengan pengusahaan Pasir pada

lokasi tersebut.

1.3 Metode Kegiatan

StudiKelayakan penambangan bahan galian Pasir di Desa Kedung Banteng,

Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan ini dilakukan dengan melalui tahap kegiatan

sebagai berikut :

2

Page 3: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

Penyelidikan Umum

a. Studi data sekunder dan studi pustaka

b. Persiapan peralatan dan bahan

c. Survey topografi dan situasi

d. Survey pendahuluan

Studi Eksplorasi :

a. Survey Geologi

b. Survey Geofisika (jika dibutuhkan)

c. Pemboran Inti (jika dibutuhkan)

d. Perhitungan cadangan terukur

StudiKelayakan :

a. Evaluasi dan analisa dataKelayakan

b. Kajian komponen Sosekbud

c. Keterjangkauan dan pemasaran produk

d. Kajian kapasitas tambang,dll

1.3.1 Studi data sekunder / studi pustaka

Adalah merupakan kegiatan kolekting data-data pendukung yang terkait dengan

keberadaan potensi bahan galian dan kegiatan penambangan yang ada didalam wilayah

penelitian. Data-data ini adalah berupa data hasil penelitian terdahulu, data perwilayahan

tambang Pasir disekitar lokasi penelitian, data kegiatan penambangan eksisting dan data-

data terkait lainnya.

1.3.2 Persiapan Peralatan dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa peralatan survey

geologi standar (palu, lup, kompas, kamera, buku lapangan, larutan uji HCL), peralatan

navigasi (GPS), dan perangkat komputer untuk mengolah dan menganalisa data hasil

penelitian.

Bahan-bahan yang digunakan adalah :

Peta dasar, digunakan peta Rupabumi (RBI), skala 1 : 25.000) produk

BAKORSUTANAL, kode lembar 1608-134

Peta geologi lembar Malang, skala 1 : 100.000

Peta Arahan Kawasan, LPPM UPN Veteran – Yogyakarta

Citra satelit IKONOS (archive didalam Google Earth)

Peta batas wilayah dan koordinat ijinKelayakan An. MAHDI HARIS, SH

3

PENYELIDIKAN UMUM

STUDI Eksplorasi

STUDIKelayakan

Page 4: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

1.3.3 Pemetaan Topografi dan Situasi

Survey topografi dilakukan untuk mendapatkan data kondisi topografi permukaan

secara langsung dan didetilkan pada skala. Peta yang dihasilkan adalah peta toporgafi

skala 1: 2.000

Tujuan pemetaan situasi pada lokasi prospek tersebut adalah untuk mendukung

langkah kegiatanKelayakan lainnya terkait dengan plotting detil. Peralatan yang digunakan

dalam pekerjaan pemetaan ini meliputi :

Kamera digital

GPS

Total Station, rambu ukur dan kelengkapannya

Kompas

Hasil dari pemetaan topografi ini adalah peta topografi skala detil yang

memuat informasi titik-titik ikat ketinggian, kontur ketinggian serta situasional pada

kawasan sekitar prospek bahan galian Pasir.

1.3.4 Survey pendahuluan

Survey pendahuluan ini bertujuan untuk mengamati secara umum kondisi eksiting

dan aktifitas penambangan Pasir disekitar lokasi rencana tambang. Survey dilakukan

dengan penjelajahan medan, pengamatan aspek sosekbud, pengamatan aksesbilitas dan

sarana (jalan,jembatan, listrik, air, sumber daya manusia) serta pengambilam sampel

batuan / tanah.

Hasil yang diharapkan dari survey pendahuluan / awal ini adalah diketahuinya

gambaran kondisi daerah penyelidikan yaitu meliputi kondisi geologi, struktur geologi,

stratigrafi dan sebaran bahan galian Pasir guna menajamkan hasil pemetaan permukaan

(surface mapping) dan bawah permukaan (sub-surface mapping) yang telah dilakukan

pada tahap penyelidikan sebelumnya. Dengan diketahuinya hasil survey awal ini

diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pekerjaan kegiatanKelayakan

lanjutan.

1.3.5 Studi Kelayakan

Cadangan dihitung dengan menggunakan pendekatan teknis, yaitu

memperhitungkan ketebalan Pasir yang dapat diambil berdasarkan pada batas dan

rencana bentuk akhir tambang.

4

Page 5: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

1.3.5.1 Survey Geologi

Mencakup pemetaan terhadap penyebaran jenis dan kondisi batuan baik secara

vertikal atau lateralnya. Pemetaan geologi dilakukan dengan penjelajahan medan dan

pengambilan contoh / sampling. Pendekatan geologi digunakan untuk merekonstruksi

kondisi sejarah geologi guna pendugaan keterdapatan dari bahan galian pasir dan batuan

yang lain.

Sedangkan untuk mengetahui hubungan vertikal dari batuan yang ada didaerah

penyelidikan dilakukan pengamatan singkapan, pengamatan parit uji dan sumur uji untuk

mengetahui singkapan batuan segar (fresh rock). Untuk melaksanakan pekerjaan ini

dibutuhkan beberapa peralatan lapangan sebagai berikut :

1. Peta dasar, berupa peta RBI skala 1 : 25.000

2. Peta Geologi Lembar Malang (skala 1 : 100.000)

3. Palu Geologi

4. Kompas Geologi

5. Altimeter

6. Total Station, rambu ukur dan kelengkapannya

7. GPS Geodesi, Trimble, Juno SB

8. Lup (perbesar 10x dan 20x) merk Triplet

9. Larutan HCL 0,1 M

10. Kamera Digital

11. Kantong sampel

12. Meteran ukur

13. Alat tulis

14. Komputer (PC dan Laptop) + Printer

Hasil dari pemetaan geologi ini adalah peta geologi detil yang memuat informasi

jenis, sebaran dan karakteristik batuan baik secara lateral ataupun vertikal dengan skala

1 : 25.000 pada skala lokal dan skala 1 : 10.000 – 1 : 5.000 pada skala detil pada

beberapa lokasi prospek yang akan diusulkan untuk ditambang/layak tambang.

1.3.5.2 Penelitian Geofisika (tidak dilakukan)

Penelitian Geofisika akan dilakukan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan

dan perencanaan pengeboran inti.

Metode geofisika (geolistrik, seismik, induksi polarisasi, dsb) yang akan dilakukan

akan disesuaikan berdasarkan kondisi medan dan penyelidikan geologi detil.

5

Page 6: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

1.3.5.3 Pengeboran inti (core drilling) (tidak dilakukan)

Pengeboran inti dilakukan untuk mengetahui jenis dan sebaran batuan di bawah

permukaan secara langsung. Hasil log pemboran inti juga digunakan untuk mengetahui

karakteristik bahan galian yang ada menyangkut antara lain:

Kekerasan dan kekompakan batuan yang ada dibawah permukaan.

Tingkat keterusan batuan/bahan galian yang ada.

Kualitas dan kuantitas bahan galian.

Batas air tanah yang ada.

Pemboran inti dilakukan setelah analisa dan model keterdapatan batuan (Pasir)

pada lokasi tersebut telah dapat diketahui, yaitu berdasarkan hasil analisa dari tahapan

kegiatan studi sebelumnya. Pemboran inti bertujuan untuk mencari pembuktian kondisi

bawah permukaan yaitu dengan mengambil contoh batuan dengan metode corring.

Hasil lapangan yang diharapkan dari pemboran inti adalah data log bawah

permukaan serta contoh batuan..

Peralatan lapangan yang diperlukan :

Mesin bor (rotary drilling) dan perlengkapannya

Generator / mesin diesel

Tangki air 1000 liter dan selang air

Hasil lapangan yang diharapkan dari pemboran inti adalah data log bawah

permukaan serta inti batuan yang akan disimpan dalam core box.

Selain pemboran inti untuk mendukung pendugaan bawah permukaan dilakukan

pembuatan parit uji/test pit untuk mengetahui singkapan batuan segar (fresh rock). Sesuai

dengan kepentinganKelayakan, galian tanah dari parit uji akan dikembalikan seperti

semula, agar tidak menimbulkan kerusakan lahan pada lokasi pemboran.

1.3.6 Perhitungan Cadangan

Perkiraan volume bahan galian golongan C dilakukan berdasarkan hasil

pengamatan geologi permukaan. Dari peta penyebaran bahan galian golongan C dapat

ditentukan penyebarannya, baik secara lateral yang berupa luas pelamparan, dan

penyebaran vertikal atau ketebalannya. Penentuan volume cadangan dihitung dengan

mengalikan luas cadangan dengan ketebalannya. Ketebalan cadangan diperoleh dari

garis-garis kontur tertinggi dan kontur terendah pada peta rupa bumi (peta topografi) yang

mengandung suatu bahan galian. Formula yang digunakan untuk menentukan volume

adalah sebagai berikut,

6

Page 7: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

Vi = h/2 x (Ai-1+Ai), jika A1/Ao > 0,5

Vtotal = ∑Vi

Di mana,

Vi : volume bahan galian ke i

Vtotal : volume bahan galian total

h : interval garis kontur yang membatasi Ai dan Ai-1

Ai : luas bahan galian yang dibatasi oleh kontur ke i

Ai-1 : luas bahan galian yang dibatasi langsung oleh kontur di

bawahnya

Sedangkan jika A1/Ao < 0,5, maka dipakai formula,

Vi = h/3 x (Ai-1+Ai + √ Ai-1 x Ai)

7

Page 8: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

BAB II

KONDISI DAERAH PENELITIAN

2.1. Lokasi Studi

2.1.1. Batas Administrasi

Lokasi Ijin Usaha Pertambangan (IUP)Kelayakan tambang Pasir An. MAHDI

HARIS, SH adalah Secara administratif terletak diwilayah Desa Kedung Banteng,

Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan dengan batas-batas geografis sebagai berikut

:

Sebelah Utara : Tegalan, sungai

Sebelah Timur : Jalan Desa, Pemukiman, Tegalan, Sawah

Sebelah Selatan : Sungai, Tegalan, Permukiman, Sawah

Sebelah Barat : Tegalan, Permukiman

2.1.2. Kesampaian pada lokasi dan Akses Jalan

Lokasi dapat dicapai dengan rute jalur sebagai berikut :

1. Dari Surabaya – Rembang : melalui jalan arteri Surabaya – Bangil -

Rembang, SDN Kedung Banteng I belok kearah selatan ± 2 Km, kondisi jalan

baik.

2. Rembang – lokasi tambang : dari pertigaan SDN Kedung Banteng 1 masuk

kearah Selatan mengikuti jalan poros desa menuju Desa Kedung Bantengan,

jalan beraspal, kondisi jalan baik; sejauh ± 2 Km di DESA KEDUNG

BANTENG melalui jalan aspal (± 500 m) sampai ke lokasi eksplorasi AN

MAHDI HARIS, SH(kondisi jalan baik, bergelombang).

2.1.3. Luas Lahan dan Koordinat Lokasi

LokasiKelayakan tambang Pasir An. MAHDI HARIS, SH di Desa Kedung Banteng

tidak overlay (berada didalam ataupun bersinggungan) dengan WIUP perusahaan

tambang Pasir lainnya. Luas lahan yang direncanakan untuk kegiatan penambangan ini

adalah 14.3 Hektar.

2.2. Jenis Bahan Galian

Jenis bahan galian yang ada pada lokasi rencana tambang adalah jenis Pasir,

yaitu berupa endapan lahar vulkanik dan breksi gunungapi (andesit), merupakan produk

8

Page 9: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

dari erupsi vulkanik dari gunungapi kuarter kompleks Arjuno-Welirang dan G

Penanggungan serta Gunung Bromo.

2.3. Kondisi Geologi

Secara fisiografi, pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 8 (delapan) zona yang

disusun berdasarkan atas struktur batuan. Zona-zona tersebut antara lain adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.1: Peta Geologi Pulau Jawa dan Madura.

- Zona Dataran Aluvial pantai Utara Jawa

- Zona Antiklinorium Rembang-Madura

- Zona Depresi Jawa dan Zona Randu Blatung

- Zona Antiklinorium Kendeng

- Zona Gunung api Kwarter

- Zona Pegunungan Selatan Jawa Timur

Sedangkan Genevraye dan Samuel (1972) membagi fisiografi Jawa Timur secara

struktural, berturut-turut dari Utara ke Selatan adalah sebagai berikut:

9

Page 10: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

Gambar 2.2 Peta Fisiografi Jawa Timur dan Madura

- North Jawa Hinge Belt, yang diwakili oleh Rembang Zone yang terdiri dari atas:

+ Dataran Aluvial Pantai Utara Jawa

+ Antiklinorium Rembang-Madura

+ Depresi Randu Blatung

- Axial Jawa Trough, terdiri dari:

+ Kendeng Zone Yang berupa antiklinorium Kendeng dan

+ Central Depression yang berupa Central Plain of East Jawa.

- Axial Ridge, diwakili oleh pusat-pusat gunung api (central volcanoes)

- Southern Slope of Axial Ridge, diwakili oleh pegunungan selatan (southern mountain).

Dari gambar peta fisiografi Jawa Timur dan Madura terlihat bahwa daerah

Kabupaten Tuban termasuk bagian geologi zona Mendala Rembang atau Lajur Rembang

– Madura (Van Bammelen, 1949) di mana merupakan pegunungan antiklinorium dengan

arah memanjang Barat – Timur mulai Kabupaten Purwodadi (Jateng) sampai Surabaya

bagian Utara dan berlanjut sampai ke Madura.

STRATIGRAFI

10

Page 11: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

Batuan / litologi didaerah penelitian secara stratigrafi adalah termasuk kedalam

batuan vulkanisme (berdasarkan Peta Geologi Lembar Malang (S. Santosa & T. Suwarti,

tahun 1192) terdiri dari Aluvium Kuarter (Qa), satuan Batuan Gunungapi Penanggungan

(Qvn), dan satuan Gunungapi Kuarter Tengah G. Ringgit (Qp-r), yang akan diuraikan

sebagai berikut :

a. Aluvium Kuarter (Qa), merupakan material lepas hasil proses sedimentasi pada

jaman kuarter (recent), terdapat sebagai endapan sungai (endapan fluvial), dataran

banjir dan pengisi dataran aluvial. Tersusun oleh material kerakal, kerikil, Pasir,

lempung dan lumpur. Endapan Aluvial Kuarter ini dijumpai dibagian utara daerah

penelitian, yaitu sepanjang aliran Kali Porong dan dataran sekitarnya.

b. Batuan gunungapi Penanggungan (Qvn)

Merupakan endapan gunung api muda, berupa endapan piroklastika parasit pada

lereng G. Welirang, umumnya berkomposisi andesit, umurnya diperkirakan Plistosen-

Holosen tersusun oleh gunungapi, tuf, lava,aglomerat dan lahar

c. Batuan gunungapi Kuarter Tengah G. Ringgit (Qp-r)

Tersusun oleh breksi, tuf, lava, aglomerat dan lahar. Umumnya berkomposisi andesit.

Batuan didaerah penelitian adalah berupa Pasir-kerikil-kerakal dan dijumpai

setempat-setempat bongkah andesit yang merupakan produk endapan lahar dan aktifitas

vulkanis G. Arjuno-Welirang dan parsit gunungapi G. Penanggungan. Ketebalan satuan

batuan endapan lahar ini diperkirakan lebih dari 50 meter Komposisi bahan galian lebih

didominasi oleh material / fragmen berukuran besar (kerakal berangkal-bongkah andesit)

11

Gambar 2.3: Foto Satelit Citra Landsat UTM +7, Kabupaten Pasuruan tanggal 1 September 2011, sumber data :LAPAN, Jakarta, 2012

Page 12: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

pada bagian permukaan, hingga mencapai hampir 80% dari batuan yang ada

dipermukaan. Semakin kebawah komposisi pragmen berukuran kecil (Pasir-kerikil,kerakal)

lebih mendominasi.

2.4. Kondisi Air Tanah (Hidrogeologi)

Sistem akuifer yang terdapat pada daerah penelitian termasuk sistem akuifer

pegunungan vulkanik kuarter yang dikontrol oleh endapan berupa perselingan lava, breksi

vulkanik dan tuf Pasiran dengan karakteristik sistem alirannya berupa aliran rembesan,

aliran melalui celah / sekat lava dan breksi vulkanik serta rekahan – rekahan bebatuan.

Kedalaman muka air tanah dangkal pada daerah lembah antar pegunungan sekitar 9 - 15

m, pada daerah perbukitan sekitar 15 – 20 m, pada daerah pegunungan sekitar 20 – 29 m.

Muka air tanah dalam didaerah penelitian berada pada kedalaman lebih dari 50

meter. Kebutuhan air penduduk setempat diperoleh dari sumber air dari sumur bor

(berdasarkan informasi penduduk, sumur ini memiliki kedalaman 65 meter lebih).

Kualitas air tanah didaerah penelitian secara umum memiliki kualitas baik hingga

sangat baik dengan kriteria fisik yaitu tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan nilai

Salinitas, Daya Hantar Listrik (DHL), serta Total Dissolve Solute (TDS) menunjukkan nilai

yang berada dalam kisaran normal (sesuai dengan standar Departemen Kesehatan).

Tramsmisivitas akuifer termasuk rendah hingga tinggi dengan tipe akuifer celahan

dan ruang antar butir. Tingkat produktifitasnya kecil setempat berarti, setempat akuifer

hingga produktif sedang penyebaran luas.

12

Gambar 2.4: Gambar Siklus Hidrologi

Page 13: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

2.5. Keberadaan Pemukiman

LokasiKelayakan bahan galian Batu Pasir An. MAHDI HARIS, SH terletak dekat

dengan pemukiman, yaitu pemukiman di Desa Kedung Banteng, disebelah timur lokasi

Kelayakan, paling dekat berjarak ± 200 meter.

2.6. Penggunaan Lahan

Lahan disekitar lokasi rencana tambang adalah merupakan lahan berbatu-batu

dengan top soil tipis. Dimanfaatkan oleh penduduk untuk berladang. Pada lokasi dengan

top soil relatif tipis dan ketersediaan air yang memanfaatkan curahan air hujan

dimanfaatkan oleh penduduk untuk berkebun.

2.7. Kesesuaian dengan Arahan Kawasan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian peruntukan kawasan dan potensi

oertambangan yang dilakukan oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

Provinsi Jawa Timur dan berkerja sama dengan LPPM UPN-Veteran Yogyakarta pada

tahun 2006, maka ditetapkan mengenai arahan pemanfaatan kawasan diwilayah

pertambangan di Kecamatan Rembang sebagai berikut :

Lereng pegunungan Arjuno-Welirang, termasuk gunung paarasit G. Penanggungan

dan G. Ringgit yang berfungsi sebagai daerah tangkapan hujan (cathment area) dan

yang memiliki kelerengan tinggi (> 40%) dikategorikan sebagai Kawasan Lindung.

Kegiatan penambangan tidak diijinkan dilakukan pada kawasan ini.

Lereng pegunungan Arjuno-Welirang yang memiliki kelerengan tinggi dan berfungsi

sebagai area peresapan air tanah serta mendukung fungsi kawasan lindung

dikategorikan sebagai Kawasan Penyangga. Kegiatan penambangan tidak diijinkan

dilakukan pada kawasan ini.

Gunung Prau dalam posisinya sebagai wilayah dimana didalamnya terdapat lokasi dan

fasilitas militer serta fasilitas penelitian (LAPAN) dikategorikan sebagai Kawasan

Pengendalian Ketat. Kegiatan penambangan tidak dilakukan pada kawasan ini.

Lokasi-lokasi diluar kategori kawasan diatas dan memiliki potensi bahan galian jenis

batuan (Pasir) ditetapkan sebagai kawasan yang diijinkan untuk dilakukan kegiatan

penambangan, yang dapat dikelompokkan menjadi:

Kawasan Layak Tambang : Yaitu wilayah yang memiliki potensi cadangan bahan

galian jenis batuan.

Kawasan Tertambang : yaitu wilayah-wilayah yang telah ada kegiatan / aktifitas

penambangannya.

13

Page 14: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

Berdasarkan Surat Kepala Bappeda Kabupaten Pasuruan Nomor :

050.0/517/424.072/2012 tanggal 23 Juli 2012 tentang informasi Rencana Tata Ruang,

menyatakan bahwa kawasan yang dimohon termasuk dalam rencana Kawasan

Peruntukan Pertanian Lahan Kering. Dan berdasarkan SK Bupati Pasuruan Nomor : -

tentang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi kepada An. MAHDI HARIS, SH

maka yang bersangkutan berhak secara legalitas formal untuk melanjutkannya untuk

mendapatkan ijin operasi produksi.

14

Page 15: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

BAB III

ANALISA

3.1. Aksesbilitas / Keterjangkauan

Lokasi rencana tambang di wilayahKelayakan An. MAHDI HARIS, SH di Desa

Kedung Banteng, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan ini mudah untuk dijangkau

dan dekat dengan akses jalan utama (jalan raya Rembang (pertigaan pasar Rembang –

lokasi berjarak ± 3 Km). jalan menuju lokasi tambang (kearah Desa Kedung Banteng)

telah diaspal dengan kondisi baik dan sedikit bergelombang.

Untuk pengangkutan galian Pasir dari lokasi rencana tambang ini perlu dibuat

akses jalan tambang, yaitu untuk menghubungkan lokasi quarry dengan jalan tambang.

Akses jalan tambang ini dapat menggunakan jalan lokal yang ada, yaitu dengan

memperlebar dan perkerasan jalan lokal tersebut, ataupun menggunakan akses jalan

tambang yang sudah ada (oleh kegiatan penggalian Pasir).

Berdasarkan pengamatan dilapangan, diketahui bahwa setiap kendaraan

pengangkut Pasir yang melewati jalan tambang dan melalui wilayah permukiman

(kampung/desa) dikenakan retribusi desa. Menuju jalan utama Kedung Banteng -

Rembang ada 1 (satu) pos retribusi yang harus dilalui dengan tarif Rp. 10.000 per-rit.

Dibagian tengah adalah merupakan jalan penghubung bagi penduduk menuju

ladang tempat mereka bekerja, sehingga eksistensi / keberadaan jalan ini harus

dipertahankan. Jalan dibuat dengan lebar 8 meter dan kemiringannya lumpsum mengikuti

topografi.

3.2. Volume Cadangan Terukur

Cadangan bahan galian Pasir pada lokasi rencana tambang ini dihitung dengan

asumsi sebagai berikut :

1. Metode penambangan Pasir yang digunakan adalah metode tambang terbuka

(open pit minning).

2. Tambang dibuat dengan bentuk teras – teras yang terdiri dari beberapa

jenjang dengan interval ketinggian (elevasi) tertentu (yaitu 4 – 6 meter), lebar

jenjang minimal 4 meter. Bentuk teras tambang mengikuti pola kontur

topografi disekitarnya.

3. Sebaran terdapat pada keseluruhan lokasi.

15

Page 16: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

4. Stripping Ratio (SR) yaitu untuk pemindahan tanah penutup dan overburden

belum diperhitungkan.

5. Batasan horizontal penambangan adalah mengikuti batas WIUP Operasi

Produksi, dimana batas WIUP Operasi Produksi ini ditentukan setelah melalui

kajian – kajian didalam tahapan studinya.

6. Batasan Vertikal dapat menggunakan batasan estetika tambang (disesuaikan

dengan bentuk topografi wilayah sekitarnya), batas kedalaman muka air tanah

(m.a.t), ataupun batasan desain rencana (misalnya lokasi tambang tersebut

pasca tambangnya direncanakan sebagai lokasi permukiman). Batas muka air

tanah (m.a.t) dikategorikan dalam (> 50 meter) sehingga batasan kedalaman

tambang pada lokasi ini menggunakan batasan elevasi topografi yang

terendah.

Cara perhitungan luasan dan volume cadangan bahan galian Pasir adalah dengan

menggunakan pendekatan metode penampang dan analisa foto satelit. Berdasarkan

asumsi dan pendekatan metode perhitungan tersebut maka dapat dihitung volume

cadangan bahan galian Pasir pada rencana lokasi tambang di Desa Kedung Banteng,

Kecamatan Rembang tersebut sebagai berikut :

luas area tambang : 14.3 Ha.

Elevasi tertinggi kondisi eksisting adalah pada level + 88 m.dpl dan terendah adalah

pada level + 44 m.dpl.

Elevasi tertinggi desain rencana tambang adalah tetap pada level + 65 m.dpl dan

terendah adalah tetap pada level + 44 m.dpl.

Base level untuk lantai / batas bawah tambang adalah + 44 m.dpl (mengikuti level

kontur terendah), dan dibuat lumpsum (gently) kearah selatan dan timur dengan

kemiringan lantai tambang maksimum 2º.

Volume pasir : 12.760.000m3

Berat pasir = volume pasir x berat jenis (BJ)

= 12.760.000m3 x 1,3

= 16.588.000 ton

3.3. Produksi Pasir dan Umur Tambang

Penambangan pasir dilakukan dengan menggunakan alat berat yaitu backoe, dan

pengambilan pasir dapat melayani untuk pembelian ditempat (umum) ataupun sistem

16

Page 17: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

kontrak / order yaitu pengiriman sampai kelokasi pembeli. Menurut informasi pengusaha

tambang disekitar lokasi kegiatan eksplorasi harga pasir adalah Rp. 200.000,- per-rit

(harga total), atau kurang lebih Rp. 50.000,- per- m3.

Produksi pasir pada lokasi rencana tambang tersebut diperkirakan adalah

sebanyak ± 40 rit/hari (kapasitas 10 ton). Dengan asumsi bahwa per-rit truk pengangkut

pasir ukuran besar dapat memuat sebanyak ± 10 ton serta jumlah volume potensi /

cadangan pasir yang dapat diambil adalah sebanyak 789 ribu ton maka dapat dilakukan

perhitungan sebagai berikut :

Kapasitas produksi (KP) = 150 rit/hari, atau = 1500 m3/hari atau setara

dengan 37.500 m3/bulan dengan asumsi 25 hari setiap bulan operasi.

Umur Tambang, dengan tanpa memperhitungan faktor lainnya, dan

dengan asumsi waktu kerja efektif adalah :

= 12.760.000 : 125.000

= 340 : 12 bulan

= 28 tahun, Sehingga umur tambang adalah 28 Tahun

Berdasarkan perhitungan pasirnya maka kegiatan tambang direncanakan akan

selesai dalam jangka waktu 28 Tahun dikurangi 3 bulan untuk persiapan, dimana dalam

waktu 28 Tahun ini direncanakan tahapan kegiatan penambangan sebagai berikut :

3.4 Rencana Tambang

TAHUN TRIWULAN URAIAN

1 2 3

Tahun I Triwulan – 1 Pembuatan patok/batas WIUP, Pengukuran topografi detil,

pembangunan sarana prasarana tambang

Triwulan – 2 Persiapan lahan (striping, land clearing), mulai produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 1)

Tahun II Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 1)

17

Page 18: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

Tahun III Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 1)

Tahun IV Triwulan - 1 Produksi

Triwulan - 2 Produksi

Triwulan - 3 Produksi

Triwulan - 4 Produksi dan reklamasi (blok – 1)

Tahun V Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 1)

Tahun VI Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 2)

Tahun VII Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 2)

Tahun VIII Triwulan - 1 Produksi

Triwulan - 2 Produksi

Triwulan - 3 Produksi

Triwulan - 4 Produksi dan reklamasi (blok – 2)

Tahun IX Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 2)

18

Page 19: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

Tahun X Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 2)

Tahun XI Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 3)

Tahun XII Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 3)

Tahun XIII Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 3)

Tahun XIV Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 3)

Tahun XV Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 3)

Tahun XVI Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 4)

Tahun XVII Triwulan – 1 Produksi

19

Page 20: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 4)

Tahun XVIII Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 4)

Tahun XIX Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 4)

Tahun XX Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 4)

Tahun XXI Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)

Tahun XXII Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)

Tahun XXIII Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)

Tahun XXIV Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

20

Page 21: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)

Tahun XXV Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)

Tahun XXVI Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)

Tahun XXVII Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi dan reklamasi (blok – 5)

Tahun XXVIII Triwulan – 1 Produksi

Triwulan – 2 Produksi

Triwulan – 3 Produksi

Triwulan – 4 Produksi reklamasi dan revegetasi.

3.5 Rencana Kegiatan

Penambangan Pasir di Desa Kedung Banteng Kecamatan Rembang

Kabupaten Pasuruan dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit), yaitu

menggunakan peralatan mekanis, dengan menggunakan alat berat sebagai alat

gali dan muat. Selanjutnya kegiatan penambangan dibagi dalam 3 (tiga) tahap

kegiatan sebagai berikut :

a. Tahap Pra Penambangan/Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimaksudkan untuk menyiapkan segala sesuatu agar

pelaksanaan penambangan dapat berjalan lancar. Dalam tahap ini termasuk

didalamnya adalah pengurusan ijin dari instansi yang berwenang. Kegiatan

lainnya adalah pembebasan lahan, pengukuran pemasangan patok batas dan

pembersihan lahan (land clearing) serta pengamanan tanah pucuk (top soil) dan

21

Page 22: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

tanah penutup (over burden). Pada tahap ini direncanakan juga penanaman

pohon keliling pada daerah penyangga sebagai sabuk hijau (green belt) agar

dampak penambangan seperti kebisingan dan pendebuan dapat diperkecil.

b. Tahap Penambangan

Penambangan Pasir dilakukan dengan cara mekanis dapat

mengeksploitasi secara maksimal dan menguntungkan, sehingga akan

mempermudah pelaksanaan reklamasi pada akhir penambangan. Pada tahap ini

diawali dengan kegiatan penggalian, dalam hal ini yang perlu diperhatikan

adalah kedalaman penggalian pasir sesuai dengan batas kontur terendah yang

diijinkan, yakni sampai pada kedalaman kurang lebih 30 meter dari atas

permukaan tanah. Kegiatan lainnya adalah adanya mobilisasi tenaga kerja.

Dalam hal ini diharapkan dapat menampung tenaga kerja lokal, sedangkan

kegiatan berikutnya adalah pengangkutan, yaitu dengan menggunakan dump truk

sebanyak 15 buah

c. Tahap Pasca Penambangan

Pada akhir kegiatan penambangan dilakukan reklamasi untuk mencegah

erosi dan dampak lingkungan yang lain, dengan melakukan penataan dan

pemulihan lahan yang rusak sebagai akibat penambangan, sehingga lahan dapat

berfungsi kembali secara optimal dengan mengadakan penanaman kembali

dengan jenis tanaman yang cepat tumbuh dan cocok dengan kondisi setempat.

Reklamasi daerah bekas galian baru dapat dilaksanakan setelah kegiatan

penambangan selesai dilaksanakan. Pada tahap ini terjadi pula pemutusan

hubungan kerja antara pengusaha dan para pekerja tambang.

3.6 Peralatan Yang Digunakan Pada Tahap Operasi

Peralatan yang digunakan pada tahap operasi adalah exavator sebanyak

2 (dua) buah sebagai alat penggali dan dum truk sebanyak 15 ( lima belas) buah

sebagai alat angkut bahan galian menuju ke lokasi jalan propinsi.

3.7 Uraian Kegiatan

a. Jenis kegiatan antara lain :

Pembersihan lahan (land clearing)

Pengupasan tanah pucuk (top soil), tanah penutup (over burden stripping)

Pembongkaran bahan galian (lossering)

Pengangkutan (hauling)

b. Jenis Bahan Galian

22

Page 23: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

Bahan galian yang dimohonkan ijin usaha pertambangan (IUP) adalah

bahan galian pasir, dengan komposisi kimia Al2O3 , Fe2O3 , SiO2 yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi.

e.Rencana Teknik Tambang

Penentuan tinggi jenjang sangat dipengaruhi oleh sifat fisik bahan

galian. Untuk itu kegiatan penambangan Pasir di Klangrong Kecamatan

Rembang Kabupaten Pasuruan lebar jenjang direncanakan minimal 2 kali

tinggi jenjang. Sedangkan kemiringan lantai dasar kurang lebih 1 – 2 %,

kemiringan bidang tegak jenjang maksimal 45 % dan zona penyangga

minimal 5 meter serta rencana pemanfaatan lahan setelah berakhirnya

kegiatan penambangan sebagai lahan pertanian atau usaha lainnya.

Rencana penambangan diawali dengan pembuatan jalan tambang

yang dibuat dari lokasi penambangan menuju jalan milik desa Rembang.

Adapun teknik penambangan dilakukan dengan sistem gali muat dengan

pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (over burden),

sehingga dapat mempermudah pengambilan bahan galian yang diinginkan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

BAB IV

PASCA TAMBANG

Kegiatan pertambangan dapat diartikan sebagai suatu tahapan kegiatan yang

diawali dengan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan

(termasuk bila ada pengolahan dan pemurnian), pengangkutan/penjualan dan diakhiri

dengan rehabilitasi lahan pasca tambang. Pengelolaan pertambangan adalah suatu upaya

yang dilakukan baik secara teknis maupun non teknis agar kegiatan pertambangan

tersebut tidak menimbulkan permasalahan, baik terhadap kegiatan pertambangan itu

sendiri maupun terhadap lingkungan.

Pengelolaan pertambangan sering hanya dilakukan pada saat penambangan saja.

Hal ini dapat dimengerti, karena pada tahap inilah dinilai paling banyak atau sering

menimbulkan permasalahan apabila tidak dikelola dengan baik dan benar. Persepsi yang

demikian kurang tepat. Pengelolaan pertambangan sebaiknya dilakukan sejak awal hingga

akhir tahapan seperti tersebut di atas. Bahkan untuk mengantisipasi terjadinya

permasalahan, maka sebelum suatu deposit bahan tambang ditambang, perlu dilakukan

23

Page 24: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

kajian terlebih dahulu apakah deposit tersebut layak untuk ditambang ditinjau dari berbagai

aspek. Dengan demikian pengelolaan pertambangan secara garis besar perlu dilakukan

pada 3 (tiga) jenis tahapan kegiatan, yaitu kegiatan awal berupa penentuan kelayakan

penambangan, kegiatan kedua pada saat penambangan (eksploitasi), dan kegiatan

ketiga/terakhir pada saat reklamasi lahan pasca penambangan.

4.1. Penentuan Kelayakan Penambangan

Seperti telah di terangkan di atas, deposit bahan tambang harus dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian dan pendapatan daerah maupun

nasional bagi kemakmuran rakyat. Namun demikian, deposit bahan tambang yang

terdapat pada suatu daerah tidak dapat begitu saja ditambang, tetapi harus dikaji terlebih

dahulu apakah deposit tersebut layak untuk ditambang. Hal ini bertujuan untuk

menghindari timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan yang tidak diharapkan

maupun terjadinya konflik kepentingan penggunaan lahan yang sering berlarut-larut dalam

pemecahannya.

Untuk menentukan kelayakan penambangan suatu deposit bahan tambang,

terlebih dahulu perlu dilakukan kajian yang mencakup berbagai aspek di sekitar serta

mempertimbangkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang sifatnya lintas

sektoral.

Aspek-aspek yang perlu dikaji adalah:

Aspek penggunaan lahan pada dan di suatu lokasi deposit bahan tambang:

dalam rangka harmonisasi pemanfaatan ruang, sebelum bahan tambang

diusulkan untuk ditambang, maka perlu diperhatikan terlebih dahulu peruntukan

lahan dimana bahan tambang tersebut berada. Apabila terletak pada peruntukan

lahan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan ataupun fungsinya tidak

boleh untuk kawasan budi daya, maka bahan tambang tersebut tidak boleh/tidak

layak untuk ditambang.

Aspek geologi: kajian aspek geologi dilakukan setelah selesai kegiatan

eksplorasi bahan tambang dimana jenis, sebaran, kuantitas dan kualitasnya sudah

diketahui. Kajian aspek geologi adalah:

Ø Topografi

Kajian ini mendapatkan gambaran mengenai letak atau lokasi deposit bahan tambang.

Apakah terdapat di daerah pedataran, perbukitan bergelombang atau landai (kemiringan

24

Page 25: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

lereng antara 0o dan 17o), terjal (kemiringan lereng antara 17o dan 36o) atau sangat terjal

(kemiringan lereng >36o). Lereng yang sangat terjal dan curam akan mempersulit teknik

penambangannya, terutama untuk sistem tambang terbuka (open-pit mining).

Ø Tanah penutup

Ketebalan tanah yang menutupi deposit bahan tambang sangat bervariasi, tipis (beberapa

cm), sedang (beberapa cm hingga 1 m), dan tebal (lebih dari 1 m). Mengetahui ketebalan

tanah penutup ini penting karena menyangkut masalah teknik penambangannya, terutama

mengenai penempatan tanah penutup tersebut.

Ø Sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan

Kajian sifat fisik tanah/batuan antara lain meliputi warna, tekstur, dan kondisi batuan

apakah padat, berongga, keras atau bercelah. Sifat keteknikan meliputi kuat tekan/daya

dukung batuan, ketahanan lapuk, daya kohesi, dan besaran sudut geser tanah. Sifat

keteknikan tanah/batuan dapat dipergunakan untuk menganalisis desain tambang,

terutama besaran sudut lereng tambang dalam kaitannya dengan kestabilan lereng.

Ø Hidrogeologi

Hal penting dari kajian hidrogeologi adalah apakah deposit bahan tambang terletak di

daerah imbuhan air tanah atau dekat dengan mata air yang penting. Juga perlu

diperhatikan kondisi air tanah di sekitarnya apakah bahan tambang tersebut terdapat pada

alur sungai yang merupakan salah satu sumber daya alam yang berfungsi serbaguna.

Ø Kebencanaan geologi

Kajian ini untuk mengetahui apakah lokasi bahan tambang apakah terletak pada atau di

dekat daerah rawan gerakan tanah, jalur gempa bumi, daerah bahaya gunung api, daerah

rawan banjir, daerah mudah tererosi, dan sebagainya.

Ø Kawasan lindung geologi

Kajian ini untuk melihat apakah lokasi bahan tambang apakah terletak pada Kawasan

Lindung Geologi atau tidak. Kawasan Lindung Geologi adalah suatu daerah yang memiliki

ciri/fenomena kegeologian yang unik, langka dan khas sebagai akibat dari hasil proses

geologi masa lalu dan atau yang sedang berjalan yang tidak boleh dirusak dan atau

diganggu,sehingga perlu dilestarikan, terutama untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan

pariwisata. Fenomena kegeologian tersebut antara lain berupa keunikan batuan dan

fosil,keunikan bentang alam (misalnya kaldera, kawah, gumuk vulkanik, gumuk pasir,

kubah, dan bentang alam karst), dan keunikan proses geologi (misalnya mud-volcano dan

sumber api alami).

25

Page 26: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

o Aspek Sosekbud : kajian ini antara lain meliputi jumlah dan letak pemukiman

penduduk di sekitar lokasi penambangan, adat-istiadat dan cagar/situs budaya

(termasuk daerah yang dikeramatkan).

Selain itu, untuk menghindari atau menekan sekecil mungkin dampak negatif terhadap

lingkungan akibat kegiatan penambangan, maka hal-hal yang perlu diperhatikan lebih

lanjut adalah:

1. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah resapan atau

pada akuifer sehingga tidak akan mengganggu kelestarian air tanah di daerah

sekitarnya.

2. Lokasi penambangan sebaiknya terletak agak jauh dari pemukiman penduduk

sehingga suara bising ataupun debu yang timbul akibat kegiatan penambangan

tidak akan mengganggu penduduk.

3. Lokasi penambangan tidak berdekatan dengan mata air penting sehingga tidak

akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air dari mata air tersebut, juga untuk

menghindari hilangnya mata air.

4. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah aliran sungai

bagian hulu (terutama tambang batuan) untuk menghindari terjadinya pelumpuran

sungai yang dampaknya bisa sampai ke daerah hilir yang akhirnya dapat

menyebabkan banjir akibat pendangkalan sungai. Hal ini harus lebih diperhatikan

terutama di kota-kota besar dimana banyak sungai yang mengalir dan bermuara di

wilayah kota besar tersebut.

5. Lokasi penambangan tidak terletak di kawasan lindung (cagar alam, taman

nasional, dsb.).

6. Lokasi penambangan hendaknya dekat dengan konsumen untuk menghindari

biaya transportasi yang tinggi sehingga harga jual material tidak menjadi mahal.

7. Lokasi penambangan tidak terletak dekat dengan bangunan infrastruktur penting,

misalnya jembatan dan menara listrik tegangan tinggi. Juga sedapat mungkin

letaknya tidak dekat dengan gedung sekolah sehingga tidak akan mengganggu

proses belajar dan mengajar.

Hasil kajian dari berbagai aspek tersebut, digabung dengan aspek peraturan

perundang-undangan, kemudian di analisis untuk menentukan kelayakan penambangan

suatu deposit bahan tambang. Hasil analisis kelayakan menghasilkan 2 (dua) kategori,

yaitu layak tambang dan tidak layak tambang. Layak tambang bukan berarti seenaknya

26

Page 27: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

saja ditambang, melainkan harus mengikuti kaidah-kaidah penambangan yang berlaku

agar dampak negatif terhadap lingkungan akibat adanya kegiatan penambangan dapat

dihindari atau ditekan sekecil mungkin. Selain itu, konflik/tumpang tindih kepentingan

penggunaan lahan juga dapat dihindari.

4.2. Kegiatan Penambangan

Setelah suatu deposit bahan tambang dinyatakan layak untuk ditambang, maka

selanjutnya bahan tambang tersebut akan ditambang (dieksploitasi). Dalam eksploitasi ini

juga diperlukan suatu pengelolaan yang berwawasan lingkungan. Hal ini berkaitan erat

dengan teknik penambangan yang akan dipergunakan, termasuk pembuatan dan

penempatan infrastruktur tambang.

Dalam suatu kegiatan penambangan biasanya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu

tahap persiapan, tahap eksploitasi dan terakhir, yang merupakan bagian tak terpisahkan,

adalah tahap reklamasi/rehabilitasi lahan pasca penambangan.

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan biasanya didahului dengan kegiatan pengangkutan berbagai

jenis peralatan tambang, termasuk bahan-bahan bangunan untuk pembuatan perkantoran,

gudang, perumahan (jika ada) dan fasilitas-fasilitas tambang yang lain, pembukaan lahan

(land-clearing), dan selanjutnya adalah pembuatan/pembukaan jalan tambang. Dalam hal

pengangkutan peralatan tambang dan bahan-bahan bangunan, yang perlu diperhatikan

adalah jalan yang akan dilalui. Perlu diperhitungkan berapa meter lebar jalan, jalan apakah

melewati jembatan (bagaimana kondisinya), apakah melewati pemukiman penduduk,

berapa frekuensi lalu-lalang dan jenis maupun tonase truk pengangkut, dan sebagainya.

Hal-hal tersebut perlu diperhitungkan secara matang agar tidak terjadi dampak negatif

terhadap lingkungan di sepanjang jalan yang akan dilalui, baik terhadap manusia maupun

fisik alam itu sendiri. Beberapa contoh dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh adanya

kegiatan pengangkutan ini apabila tidak dikelola dengan baik, antara lain adalah jalan

menjadi rusak (banyak lubang, becek di musim hujan), kecelakaan lalu-lintas (karena jalan

terlalu sempit, atau kondisi jembatan kurang memenuhi syarat), debu bertebaran yang

dapat menimbulkan gangguan kesehatan (karena jalan berupa tanah dan dilalui

kendaraan pada musim kemarau), dan ganggunan kebisingan.

Pada kegiatan pembukaan lahan perlu diperhatikan kemiringan dan kestabilan

lereng, bahaya erosi dan sedimentasi (karena penebangan pepohonan, terutama saat

musim hujan), serta hindari penempatan hasil pembukaan lahan terhadap sistem drainase

alam yang ada. Demikian pula pada saat pembuatan jalan tambang. Lokasi pembuatan

27

Page 28: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

fasilitas tambang, seperti perkantoran, gudang, dan perumahan perlu memperhatikan

kondisi tanah/batuan dan kemiringan lerengnya. Sedapat mungkin hindari lokasi yang

berlereng terjal dan kemungkinan rawan longsor. Jika diperlukan pembuatan kolam

pengendapan, letakkan pada lokasi yang sifat batuannya kedap air, misalnya batu

lempung, dan tidak pada batuan yang banyak kekar-kekarnya. Hal ini untuk menghindari

terjadinya kebocoran. Bila kondisi batuan tidak memungkinkan, maka kolam pengendapan

bisa dibuat dari beton, walaupun memerlukan tambahan biaya.

b. Tahap Eksploitasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini utamanya berupa

penambangan/penggalian bahan tambang dengan jenis dan keterdapatan bahan tambang

yang berbeda-beda. Dengan demikian teknik/tata cara penambangannya berbeda-beda

pula. Bahan tambang yang terdapat di daerah perbukitan, walaupun jenisnya sama,

misalnya pasir, teknik penambangannya akan berbeda dengan deposit pasir yang terdapat

di daerah pedataran, apalagi yang terdapat di dalam alur sungai. Tulisan ini tidak akan

membahas berbagai teknik penambangan tersebut, tetapi akan dibahas secara umum

tentang hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan pada tahap eksploitasi dalam kaitannya

dengan pengelolaan pertambangan yang berwawasan lingkungan. Hal-hal yang perlu

diperhatikan antara lain sebagai berikut:

Jenis, sebaran dan susunan perlapisan batuan yang terdapat di sekitar deposit

bahan tambang, termasuk ketebalan lapisan tanah penutup.

Sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan.

Kondisi hidrogeologi (kedalaman muka air tanah dangkal dan/dalam, pola aliran

air tanah, sifat fisika dan kimia air tanah dan air permukaan, letak mata air dan

besaran debitnya, letak dan pola aliran sungai berikut peruntukannya, sistem

drainase alam).

Topografi/kemiringan lereng.

Kebencanaan geologi (kerawanan gerakan tanah, bahaya letusan gunung api,

banjir, kegempaan).

Kandungan unsus-unsusr mineral yang terdapat dalam batuan yang terdapat di

sekitar deposit bahan tambang, misalnya pirit

Dengan mengetahui dan kemudian memperhitungkan seluruh data-data tersebut,

maka dapat ditentukan teknik penambangan yang sesuai, sehingga dampak negatif

28

Page 29: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

terhadap lingkungan akibat kegiatan penambangan dapat dihindari atau ditekan sekecil

mungkin.

c. Tahap Reklamasi

Kegiatan reklamasi tidak harus menunggu sampai seluruh kegiatan penambangan

berakhir, terutama pada lahan penambangan yang luas. Reklamasi sebaiknya dilakukan

secepat mungkin pada lahan bekas penambangan yang telah selesai dieksploitasi,

walaupun kegiatan penambangan tersebut secara keseluruhan belum selesai karena

masih terdapat deposit bahan tambang yang belum ditambang. Sasaran akhir dari

reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan bekas tambang agar kondisinya aman, stabil

dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan pada tahap reklamasi adalah sebagai berikut:

Rencana reklamasi dipersiapkan sebelum pelaksanaan penambangan

Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan

Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur

sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi

Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak

Menghilangkan/memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun (jika ada) sampai

ke tingkat yang aman sebelum dibuang ke suatu tempat pembuangan

Mengembalikan lahan seperti semula atau sesuai dengan tujuan penggunaan

Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi

Memindahkan seluruh peralatan yang sudah tidak digunakan lagi ke tempat yang

dianggap aman

Permukaan tanah yang padat harus digemburkan, atau ditanami dengan tanaman

pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras

Jenis tanaman yang akan dipergunakan untuk revegetasi harus sesuai dengan

rencana rehabilitasi (dapat berkonsultasi dahulu dengan dinas terkait)

Mencegah masuknya hama dan gulma yang berbahaya

Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang

diharapkan.

Dalam beberapa kasus, lahan bekas penambangan tidak harus seluruhnya

direvegetasi, namun dapat dimanfaatkan untuk tujuan lain, seperti misalnya menjadi kolam

29

Page 30: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

persediaan air, padang golf, perumahan, dan sebagainya apabila dinilai lebih bermanfaat

atau sesuai dengan rencana tata ruang. Oleh karena itu, sebelum merencanakan

reklamasi, sebaiknya berkonsultasi dahulu dengan pemerintah daerah setempat, pemilik

lahan atau instansi terkait lainnya.

Rekomendasi UKL- UPL

Kegiatan penambangan, terutama yang menggunakan sistem tambang terbuka

(open-pit mining atau side-hill quarry) sudah tentu akan merubah bentuk bentang alam.

Namun hal itu tidak berarti merusak lingkungan, karena sifatnya hanya sementara dan

pada akhir kegiatan penambangan lahan tersebut akan direhabilitasi kembali. Hal ini bisa

terjadi apabila kegiatan penambangan tersebut dirancang dan dikelola dengan baik.

Kegiatan penambangan yang sering menimbulkan kesan selalu merusak lingkungan, ini

disebabkan karena kegiatan penambangan tersebut tidak dikelola dengan baik dan tidak

memperhatikan keseimbangan dan daya dukung lingkungannya. Suatu kegiatan

penambangan yang dikelola dengan baik atau yang berwawasan lingkungan akan

menghasilkan manfaat yang besar dan tidak akan merusak lingkungan fisik, mengancam

keselamatan kerja dan mengganggu kesehatan. Bahkan tidak mustahil bahwa suatu lahan

bekas penambangan yang direklamasi dengan benar akan menjadikan lahan tersebut

lebih bermanfaat dibanding sebelum adanya kegiatan penambangan.

30

Page 31: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

31

Page 32: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Lokasi penelitian rencana tambang di Desa Kedung Banteng Kecamatan

Rembang Kabupaten Pasuruan secara geologis terletak pada daerah yang merupakan

lereng perbukitan dengan keterdapatan material vulkanik berupa breksi dan endapan lahar

dalam jumlah yang sangat besar.

Penambangan pasir dilakukan dengan menggunakan alat berat yaitu backoe, dan

pengambilan pasir dapat melayani untuk pembelian ditempat (umum) ataupun sistem

kontrak / order yaitu pengiriman sampai kelokasi pembeli. Menurut informasi pengusaha

tambang disekitar lokasi kegiatan eksplorasi harga pasir adalah Rp. 200.000,- per-rit

(harga total), atau kurang lebih Rp. 50.000,- per- m3.

Produksi pasir pada lokasi rencana tambang tersebut diperkirakan adalah

sebanyak ± 40 rit/hari (kapasitas 10 ton). Dengan asumsi bahwa per-rit truk pengangkut

pasir ukuran besar dapat memuat sebanyak ± 10 ton serta jumlah volume potensi /

cadangan pasir yang dapat diambil adalah sebanyak 789 ribu ton maka dapat dilakukan

perhitungan sebagai berikut :

Kapasitas produksi (KP) = 100 rit/hari, atau = 1500 m3/hari atau setara

dengan 37.500 m3/bulan dengan asumsi 25 hari setiap bulan operasi.

Umur Tambang, dengan tanpa memperhitungan faktor lainnya, dan

dengan asumsi waktu kerja efektif adalah :

= 12.760.000 : 37.500

= 304: 12 bulan

= 28 tahun , Sehingga umur tambang adalah 28 Tahun

4. 2. Rekomendasi

1) Berdasarkan Surat Kepala Bappeda Kabupaten Pasuruan Nomor :

050.0/517/424.072/2012 tanggal 23 Juli 2012 tentang informasi Rencana Tata Ruang,

menyatakan bahwa kawasan yang dimohon termasuk dalam rencana Kawasan

Peruntukan Pertanian Lahan Kering. Dan berdasarkan SK Bupati Pasuruan Nomor : -

tentang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi kepada An. MAHDI HARIS,

SH

2) Berdasarkan hasil dari penelitian Eksplorasi dan Studi Kelayakan yang telah dilakukan

tersebut di atas. Maka, dapat direkomendasikan bahwa lokasi yang dimohon An.

32

Page 33: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

MAHDI HARIS, SH SANGAT LAYAK UNTUK DITINGKATKAN MENJADI IZIN

USAHA PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI BAHAN GALIAN BATUAN JENIS

PASIR.

33

Page 34: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

Lampiran 1

ANALISA KELAYAKAN USAHA

Deskripsi Biaya Operasional An. MAHDI HARIS, SH per/bulanNo URAIAN JUMLAH HARGA SATUAN VOL(LTR) WAKTU

(HARI)JUMLAH TOTAL

A. Pemakaian Bahan Bakar1 Solar Genset mesin 30 liter 1 Rp 9,000 85 30 Rp 22,950,0002 Solar Excavator 2 Rp 9,000 65 25 Rp 29,250,0003 Solar Bulldozer 1 Rp 9,000 45 25 Rp 10,125,0004 Solar Mobil Operasional 1 Rp 4,500 35 30 Rp 4,725,0005 Bensin Motor Operasional 1 Rp 4,500 12 30 Rp 1,620,0006 Oli 4 Rp 20,000 100 Rp 8,000,000

Rp 76,670,000B. Biaya Ekplorasi dan Legalitas, Infrastruktur, K3S dan Comdev

7 Biaya Eksplorasi Untuk 28 Tahun Rp.90.000.000

Rp 616.071

8 Biaya Pembebasan Lahan dan Sewa lahan Untuk 28 Tahun Rp. 2.000.000.000

Rp 13.690.476

9 Biaya Infrastruktur (Jalan, Mess, Kantor dll) dan Maintenance untuk 28 Tahun Rp. 1.000.000.000

Rp 6.845.238

10 Biaya pengembangan masyarakat (COMDEV) 12 Tahun Rp 1.750.000.000

Rp 11.979.166

11 Biaya Program K3S untuk 28 Tahun Rp. 350.000.000

Rp 2.395.833

12 Biaya Penerbitan legalitas untuk 28 Tahun Rp. 600.000.000

Rp 4.107.142

13 Biaya Jaminan Reklamasi Rp 50.000.000Rp 89.633.926

C. Biaya Tenaga Kerja14 Direksi Perusahaan 1 Rp 6,000,000 30 Rp 6,000,00015 Manajer Perusahaan 1 Rp 4,500,000 30 Rp 4,500,00016 Direksi Tambang 1 Rp 3,000,000 30 Rp 3,000,00017 Manajer Proyek 1 Rp 2,750,000 30 Rp 2,750,00018 Supervisor 1 Rp 2,500,000 30 Rp 2,500,00019 Kepala Teknik Tambang 1 Rp 2,000,000 30 Rp 2,000,00020 Foremen Tambang 1 Rp 1,750,000 30 Rp 1,750,00021 Humas 1 Rp 1,250,000 30 Rp 1,250,00022 Operator loading (excavator) 4 Rp 1,000,000 30 Rp 4,000,00023 Helper 4 Rp 1,500,000 30 Rp 6,000,00024 HSE Superintendent 1 Rp 1,300,000 30 Rp 1,300,00025 Admin dan keuangan 1 Rp 1,550,000 30 Rp 1,550,00026 Security 3 Rp 1,250,000 30 Rp 3,750,00027 Bagian Umum 1 Rp 1,000,000 30 Rp 1,000,00028 Driver 1 Rp 850,000 30 Rp 850,000

Rp. 42.200.000D. Biaya Makan dan Minum

29 Uang makan dan Minum 23 Rp 35,000 3 30 72,450,000Rp.72.450.000

E. Biaya Administrasi dan Umum30 Telpon/Hp, Listrik dan Air 1 30 Rp 5,000,00031 Administrasi Perkantoran 1 30 Rp 4,500,000

Rp 9.500.000

F. Biaya Sewa Peralatan Loader

32Biaya sewa excavator 2 unit dan buldozer 1 unit Rp. 300.000.000/tahun

Rp 25,000,000

33 Mobilisasi Rp 12,500,000Rp 37.500.000

G. Biaya Pemeliharaan Peralatan / Spare Part

34 Biaya perawatan peralatan Rp. 100.000.000/ tahun Rp 8,334,000

Rp 8.334.000H. Retribusi dan Koordinasi

35 Biaya retribusi dan koordinasi Rp 2,500 19200 Rp 16.425.000Rp 16.425.000

I. Biaya Lainnya

34

Page 35: Summary tambang

Summary An. Mahdi Haris, SH.DESA KEDUNGBANTENG, KEC REMBANG, KAB PASURUAN

36Biaya Depresiasi/penyusutan alat dengan umur ekonomis 28 tahun Rp. 350.000.000

Rp 2.395.833

Rp 2.395.833Total Biaya Operasional Sebelum Biaya Resiko/bulan Rp 355.108.759

37J. Biaya Resiko Teknis dan Non Teknis : 35 % dari total biaya produksi/bulan

Rp 124.501.259 Rp 124.501.259

Total Biaya Operasional Setelah Biaya Resiko/bulan Rp. 479.610.018

Analisa Investasi dan Kelayakan UsahaAnalisa Harga Pokok Produksi Per

no Fix Cost (Biaya tetap) Jumlah saldo1 Biaya Pemakaian Bahan Bakar Rp 76,670,0002 Biaya Eksplorasi dan Legalitas , Infrastruktur, K3S dan

ComdevRp 89.633.926

3 Biaya Tenaga kerja Rp. 42.200.0004 Biaya Makan Rp. 72.450.0005 Biaya administrasi dan umum Rp 9.500.0006 Biaya Sewa Peralatan Loader Rp 37.500.000

Total Fix Cost Rp 327.953.926Variabel Cost (Biaya tak langsung)

7 Biaya maintenance/perawatan Rp 8.334.0008 Biaya retribusi dan koordinasi Rp 16.425.0009 Biaya Lainnya/Depresiasi Rp 2.395.83310 Biaya Resiko teknis dan non teknis Rp 124.501.259

Total Variabel Cost Rp. 151.656.092Total biaya produksi per bulan (TFC +TVC) Rp. 479.610.018Kapasitas produksi per bulan (M3) Rp 19.200Harga pokok Per M3 Rp 29.069

ANALISA LABA/RUGIHarga Pasaran pasir per M3 Rp 50.000Harga Pokok pasir per M3 Rp. 29.069Laba per M3 Rp 20.931Pembulatan Laba Per M3 Rp 21.000

Asumsi Perhitungan Laba Jumlaha. 1 dump truck = 20 M3/rit Rp. 500.000b. 15 dump truck = 300 M3 Rp. 7.500.000c. 150 rit = 1.500 M3/hari Rp. 75.000.000d. 2500 rit = 37.500 M3/bulan Rp 1.875.000.000

Kebutuhan Danaa. Modal awal Rp 15.500.000.000b. BEP 9 BulanKeterangan Laba / M3 : Rp. 21.000Laba / Hari : Rp 50.000.000Laba / Bulan : Rp. 1.050.000.000Laba/tahun : Rp.12.600.000.000

Kesimpulan Tambang pasir An. MAHDI HARIS, SH di Desa Kedung Banteng Kabupaten Pasuruan Seluas 14.3 Ha layak dan menguntungkan.

35