1
Juli 2017 67 66 Liahona ANAK-ANAK Sungai Platte, Nebraska, 1863 “Wow, berhenti!” Mary menarik ke belakang kendali, dan lembu-lembu itu melambat. “Semua baik-baik saja?” Dia memandang ke arah tiga saudara kandungnya yang termuda yang naik di punggung lembu. Mereka mengangguk. Sungai Platte terbentang di depan mereka, luas dan berlumpur. “Sekarang bagaimana?” adik lelakinya, Jackson, bertanya. Dia baru berusia sembilan tahun, namun dia menolong Mary mengendalikan lembu. Ayah terbaring di belakang gerobak, masih sakit dari stroknya. “Kita tidak perlu menyeberangi sungai,” tutur Mary. “Tetapi kita bisa mengikutinya.” Tidak ada jalan ke Sion, tetapi sungai itu akan membimbing mereka sewaktu mereka mengarah ke barat. “Ayo!” Mary tidak tahu bahwa para pionir Mormon melakukan perjalanan di sisi lain Sungai Platte dan pergi ke arah yang berbeda. Dengan tidak menyeberangi sungai, mereka memasuki Teritori Suku Indian. Mereka tidak akan melihat gerbong gerobak lain selama sisa perjalanan. Mereka terus berjalan. Berminggu-minggu kemudian, Mary melihat awan debu mendekati. “Tenang,” dia berbisik kepada lembu-lembu itu dan dirinya sendiri. “Tenang.” Awan itu menghilang untuk memperlihatkan sekelompok kecil orang Indian menunggang kuda-kuda mereka. Salah satu penunggang bergerak ke belakang gerobak, di mana Ayah terbaring. Wajah si penunggang itu ramah. “Dia sakit?” dia bertanya, menunjuk ke arah Ayah. “Ya,” Mary berbisik. Orang itu menyebutkan sesuatu menurut bahasanya, dan orang-orang itu pun pergi secepat mereka datang. Mary melihat ke arah matahari di cakrawala. “Kita akan berhenti di sini,” dia memberi tahu Jackson. Dia menurunkan Sarah dan adik kembarnya. “Mary, lihat!” Jackson berkata. Pria yang berwajah ramah itu datang ke arah mereka, sesuatu yang berat ada di tangannya. “Bebek liar,” katanya. “Dan kelinci. Untuk kamu. Mary hanya dapat menatap, membisu, sewaktu dia menyerahkan hewan-hewan yang dibunuh itu ke dalam tangannya. Dengan anggukan lain, dia menunggang kudanya pergi ke arah matahari terbenam. “Makanan!” Mary berseru. “Daging!” Pemberian pria itu benar-benar sebuah mukjizat. Lebih banyak mukjizat terjadi dalam perjalanan mereka. Kawanan kerbau datang mendekati mereka namun kemudian menyebar di sekitar gerobak, pergi di kedua sisi gerobak itu. Badai debu menyeret salah satu dari si kembar itu ke dalam sungai, namun Mary dapat menyelamatkan dia. Namun perjalanan masih sulit. Setiap hari gerobak terlihat semakin aus, dan lembu-lembu terlihat semakin letih. Tanah terjal dan berbatu. Pegunungan sulit dilintasi. Tetapi Mary dan keluarga terus berjalan lamban ke depan. Mereka baru saja turun dari puncak yang tinggi ketika Mary melihat seorang pria berkendara ke arah mereka dalam sebuah gerobak. “Barangkali dia dapat memberi tahu kita jalan ke Lehi, Utah!” dia berkata kepada Jackson. Mereka memiliki paman yang tinggal di sana. “Anda berada di Echo Canyon, tidak jauh dari Lembah Salt Lake,” pria itu berkata ketika Mary menanyakan di mana mereka berada. “Tetapi di mana sisa dari rombongan Anda?” Seluruh kisah dituturkan, dan pria itu mendengarkan dengan takjub. “Kamu telah melakukan perjalanan sejauh 1.000 mil (1,609 km) sendirian?” Dia menggeleng- gelengkan kepalanya dengan kekaguman. “Kamu adalah seorang gadis yang pemberani. Izinkan saya memberitahumu jalan ke Lehi. Kamu hampir sampai di sana.” “Hampir di sana,” Mary berbisik kepada dirinya sendiri sewaktu pria itu menggambar peta kasar di atas debu. Hampir ke Sion. “Saya pikir kita akan sampai ke sana.” Mary dan keluarganya berhasil tiba di Lehi, Utah. Dia kemudian menikah dan memiliki keluarga besarnya sendiri. Teladan iman dan keberaniannya telah memberkati banyak orang. ◼ Penulis tinggal di Texas, AS

Sungai Platte, Nebraska, 1863 Mereka terus berjalan ... · ANAK-ANAK Sungai Platte, Nebraska, 1863 “Wow, ... Dia memandang ke arah tiga saudara kandungnya ... Mary tidak tahu bahwa

Embed Size (px)

Citation preview

J u l i 2 0 1 7 6766 L i a h o n a

AN

AK-A

NA

K

Sungai Platte, Nebraska, 1863“Wow, berhenti!” Mary menarik ke belakang kendali,

dan lembu-lembu itu melambat. “Semua baik-baik saja?” Dia memandang ke arah tiga saudara kandungnya yang termuda yang naik di punggung lembu. Mereka mengangguk.

Sungai Platte terbentang di depan mereka, luas dan berlumpur. “Sekarang bagaimana?” adik lelakinya, Jackson, bertanya. Dia baru berusia sembilan tahun, namun dia menolong Mary mengendalikan lembu. Ayah terbaring di belakang gerobak, masih sakit dari stroknya.

“Kita tidak perlu menyeberangi sungai,” tutur Mary. “Tetapi kita bisa mengikutinya.” Tidak ada jalan ke Sion, tetapi sungai itu akan membimbing mereka sewaktu mereka mengarah ke barat. “Ayo!”

Mary tidak tahu bahwa para pionir Mormon melakukan perjalanan di sisi lain Sungai Platte dan pergi ke arah yang berbeda. Dengan tidak menyeberangi sungai, mereka memasuki Teritori Suku Indian. Mereka tidak akan melihat gerbong gerobak lain selama sisa perjalanan.

Mereka terus berjalan. Berminggu-minggu kemudian, Mary melihat awan debu mendekati. “Tenang,” dia berbisik kepada lembu-lembu itu dan dirinya sendiri. “Tenang.”

Awan itu menghilang untuk memperlihatkan sekelompok kecil orang Indian menunggang kuda-kuda mereka. Salah satu penunggang bergerak ke belakang gerobak, di mana Ayah terbaring.

Wajah si penunggang itu ramah. “Dia sakit?” dia bertanya, menunjuk ke arah Ayah.

“Ya,” Mary berbisik. Orang itu menyebutkan sesuatu menurut bahasanya, dan orang-orang itu pun pergi secepat mereka datang.

Mary melihat ke arah matahari di cakrawala. “Kita akan berhenti di sini,” dia memberi tahu Jackson. Dia menurunkan Sarah dan adik kembarnya.

“Mary, lihat!” Jackson berkata. Pria yang berwajah ramah itu datang ke arah mereka, sesuatu yang berat ada di tangannya.

“Bebek liar,” katanya. “Dan kelinci. Untuk kamu. Mary hanya dapat menatap, membisu, sewaktu

dia menyerahkan hewan-hewan yang dibunuh itu ke dalam tangannya. Dengan anggukan lain, dia menunggang kudanya pergi ke arah matahari terbenam.

“Makanan!” Mary berseru. “Daging!” Pemberian pria itu benar-benar sebuah mukjizat.

Lebih banyak mukjizat terjadi dalam perjalanan mereka. Kawanan kerbau datang mendekati mereka namun kemudian menyebar di sekitar gerobak, pergi di kedua sisi gerobak itu. Badai debu menyeret salah satu dari si kembar itu ke dalam sungai, namun Mary dapat menyelamatkan dia.

Namun perjalanan masih sulit. Setiap hari gerobak terlihat semakin aus, dan lembu-lembu terlihat semakin letih. Tanah terjal dan berbatu. Pegunungan sulit dilintasi. Tetapi Mary dan keluarga terus berjalan lamban ke depan.

Mereka baru saja turun dari puncak yang tinggi ketika Mary melihat seorang pria berkendara ke arah mereka dalam sebuah gerobak.

“Barangkali dia dapat memberi tahu kita jalan ke Lehi,

Utah!” dia berkata kepada Jackson. Mereka memiliki paman yang tinggal di sana.

“Anda berada di Echo Canyon, tidak jauh dari Lembah Salt Lake,” pria itu berkata ketika Mary menanyakan di mana mereka berada. “Tetapi di mana sisa dari rombongan Anda?”

Seluruh kisah dituturkan, dan pria itu mendengarkan dengan takjub. “Kamu telah melakukan perjalanan sejauh 1.000 mil (1,609 km) sendirian?” Dia menggeleng- gelengkan kepalanya dengan kekaguman. “Kamu adalah seorang gadis yang pemberani. Izinkan saya memberitahumu jalan ke Lehi. Kamu hampir sampai di sana.”

“Hampir di sana,” Mary berbisik kepada dirinya sendiri sewaktu pria itu menggambar peta kasar di atas debu. Hampir ke Sion. “Saya pikir kita akan sampai ke sana.”

Mary dan keluarganya berhasil tiba di Lehi, Utah. Dia kemudian menikah dan memiliki keluarga besarnya sendiri. Teladan iman dan keberaniannya telah memberkati banyak orang. ◼Penulis tinggal di Texas, AS