Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SUPERVISI KEPALA SEKOLAH
UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU
(Studi Kasus di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan
Kabupaten Kendal Tahun 2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
EKO PRAYITNO
NIM. 111 12 254
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Q.S Alam Nasyrah: 7-8)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku, yang senantiasa mendo’akan dan
memberikan dukungan.
Keluargaku yang selalu mendukung, mendo'akan dan
memberikan segalanya, baik moral maupun spritual bagi
kelancaran studi, semoga Allah senantiasa meridhoinya.
Dosen Pembimbingku, rekan-rekan mahasiswa IAIN Salatiga,
dan teman-teman kerjaku.
Serta semua yang telah berjasa dalam kehidupanku
viii
ABSTRAK
Prayitno, Eko. 2017. SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK
MENINGKATKAN KINERJA GURU (STUDI KASUS DI
SMK MIFTAHUL HUDA KECAMATAN LIMBANGAN
KABUPATEN KENDAL) Jurusan Pendidikan Guru Agama
Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Kata Kunci : Supervisi Kepala Sekolah, Kinerja Guru
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan
supervisi akademik yang dilaksanakan di SMK Miftahul Huda Kecamatan
Limbangan. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja guru SMK Miftahul Huda
Kecamatan Limbangan.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan
observasi. Subyek penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru SMK Miftahul
Huda Limbangan Kabupaten Kendal. Analisis data yang digunakan adalah
analisis data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik
kepala SMK Miftahul Huda Limbangan Kabupaten Kendal dalam rangka
meningkatkan kinerja guru dalam penguasaan materi ajar, merencanakan kegiatan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran.
Strategi dan pendekatan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerja guru yang efektif diantaranya dilakukan dengan menciptakan hubungan
yang harmonis antar kepala sekolah dan guru dalam berbagi peran melakukan
supervisi guru dan kerjasama dengan pengurus kegiatan KKG dalam merumuskan
program-program kerja yang sangat dibutuhkan guru dalam meningkatkan
kinerjanya terutama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Faktor yang
mempengaruhi kepala SMK Miftahul Huda Limbangan dalam supervisi akademik
adalah: banyaknya program sekolah dan kegiatan guru, intensitas supervisi kelas
yang kurang dan belum optimalnya pengembangan kompetensi supervisi
akademik kepala sekolah karena berasal dari latar belakang non kependidikan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pelaksanaan supervisi akademik di
SMK Miftahul Huda Limbangan dimulai dari perencanaan yang tersusun dalam
program tahunan dan semester yang kemudian dilaksanakan sesuai dengan jadwal
yang ditentukan melalui kunjungan kelas maupun diskusi. Faktor yang
mempengaruhi adalah banyaknya program sekolah yang seringkali menganggu
jadwal supervisi yang direncanakan serta latar belakang guru yang berasal dari
non tenaga kependidikan.
ix
KATA PENGANTAR
بسم ميحرلا نمحرلا هللا
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang
Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai
keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis
mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa
terselesaikan.
Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi
Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin
Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah
merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya
dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka
terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “SUPERVISI
KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU (STUDI
KASUS DI SMK MIFTAHUL HUDA KECAMATAN LIMBANGAN
KABUPATEN KENDAL)” Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Intitut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing penulis dalam memempuh studi di IAIN Salatiga.
x
5. Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.
7. keluarga dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan
motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
8. Bapak kepala sekolah, bapak/ibu guru, karyawan dan seluruh keluarga
besar SMK MIFTAHUL HUDA Kecamatan Limbangan Kabupaten
Kendal.
9. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam angkatan 2012,
terutama Kelas PAI G yang telah memberikan banyak cerita dan canda
selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.
10. Para sahabat-sahabatku yang tidak bisa saya sebut namanya satu-persatu,
yang selama ini selalu membantu dan memotivasiku dari sejak lulus SMK
sampai saat ini.
Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo‟a, semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat
ganda. Aamiin.
xi
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
PENGESAHAN ........................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... iv
MOTTO ....................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 7
E. Definisi Operasional ............................................................... 9
F. Metode Penelitian ................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Supervisi Kepala Sekolah ....................................................... 19
B. Kinerja Guru ........................................................................... 34
C. Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Kinerja Guru ........................................................................... 48
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 53
xii
B. Hasil Penelitian .................................................................... 61
BAB IV PEMBAHASAN 97
A. Pelaksanaan Supervisi di SMK Miftahul Huda............................ 97
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Supervisi di SMK Miftahul Huda 106
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................ 112
B. Saran ....................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 114
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.Data Guru dan Karyawan SMK Miftahul Huda .................... 55
Tabel 3.2.Jumlah Siswa 3 Tahun Terakhir SMK Miftahul Huda .......... 56
Tabel 3.3.Sarana Prasana SMK Miftahul Huda Limbangan ................. 57
Tabel 3.4.Hasil Observasi Kinerja Guru setelah Supervisi .................... 73
Tabel 3.5.Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Mengajar ............. 74
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Pedoman Observasi
3. Surat Ijin Penelitian
4. Surat Keterangan Penelitian
5. Foto Pelaksanaan Penelitian
6. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang
menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya untuk
tercapainya tujuan pendidikan (Slameto, 2003: 14). Penanggung jawab dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah ditentukan pula bagaimana
akhlak dan kinerja guru. Tinggi rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi
oleh kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, karena guru secara
langsung memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan. Kepala sekolah merupakan center leader yang
memanage aktivitas program kerja sekolah menjadi terarah, terfokus, dan
mengalami peningkatan yang signifikan. Oleh karena itu, kepala sekolah berperan
penting bagi peningkatan kinerja guru untuk lebih semangat dan kreatif dalam
mengajar mengembangkan diri dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik.
Kepala sekolah memimpin lembaga dengan peranan yang sangat besar
bagi peningkatan kemajuan sekolah. Hal ini dikarenakan tugas kepala sekolah
dalam mengawasi kegiatan yang telah diprogramkan agar menjadi terarah,
terfokus dan berhasil dengan baik (Wahyudi, 2010: 28). Kepala sekolah juga
berperan penting bagi peningkatan kinerja guru untuk lebih semangat dan
profesional dalam mengajar. Dengan alasan yang sangat mendasar bahwa guru
memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang
1
2
dilaksanakan, oleh karena itu harus memikirkan dan membuat perencanaan secara
seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswa dengan memperbaiki
kualitas pengajar (Sagala, 2009: 47). Hal ini menunjukkan bahwa guru diharapkan
mampu berperan aktif sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak
sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan organisasi kelas, penggunaan
metode mengajar maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola belajar
mengajar. Perangkat sekolah seperti kepala sekolah, dewan guru, siswa,
pegawai/karyawan harus saling mendukung untuk bekerja sama mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sukses atau tidaknya suatu
organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat tergantung atas
kemampuan pimpinannya untuk menumbuhkan iklim kerja sama agar dengan
mudah dapat menggerakkan sumber manusia yang ada, sehingga
pendayagunaannya dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Fungsi kepala
sekolah merupakan faktor penting dalam sebuah institusi pendidikan. Keberadaan
kepala sekolah akan memberikan dampak terhadap banyak hal seperti
kedisiplinan, kreatifitas dan berjalannya sebuah lembaga pendidikan.
Keterlibatan kepala sekolah dan guru dalam pengembangan efektivitas
pembelajaran di sekolah juga mendorong rasa kepemilikan yang lebih tinggi
terhadap sekolahnya yang pada akhirnya mendorong mereka untuk menggunakan
sumber daya yang ada dengan seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang
maksimal. Kemampuan sekolah untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi
siswa untuk belajar. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan hal yang sangat
3
menarik untuk dikaji dan dipelajari sebagai upaya mendapatkan sekolah yang baik
dan berkualitas. Kepemimpinan kepala sekolah meliputi kepemimpinan intern dan
ekstern, sebagai wujud pengakuan legitimasi lembaga pendidikan yang
dipimpinnya (Sagala, 2009: 42).Tentunya kepemimpinan yang efektif dimulai dari
perbaikan kualitas sumber daya manusia. Kesadaran terhadap pentingnya
kehidupan agama bagi bangsa Indonesia diwujudkan dalam pemberian materi
agama sejak TK hingga perguruan tinggi. Hal ini dilakukan karena pembangunan
bangsa akan menuai keberhasilan jika para pelakunya memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas, dimana salah satu indikatornya memiliki kesadaran
beragama yang baik.
Kepala sekolah sebagai seorang pimpinan mempunyai tanggung jawab
untuk peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di
sekolah serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan
dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu ia harus melaksanakan supervisi secara
baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi serta teknik dan
pendekatan yang tepat. Pembinaan-pembinaan yang dilakukan kepala sekolah
terhadap guru dapat meningkatkan kinerja dan dedikasi guru dalam dunia
pendidikan. Guru terbantu untuk selalu melakukan inovasi pembelajaran kepada
peserta didik sehingga nilai-nilai pembelajaran dapat secara maksimal terserap
dan membentuk kepribadian terbaik peserta didik (Sudijono, 2009: 74).
Tugas seorang supervisor adalah membantu, mendorong dan
memberikan keyakinan kepada guru, bahwa proses belajar mengajar dapat
memberikan pengembangan berbagai pengalaman, pengetahuan, sikap dan
4
keterampilan guru, dan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut
harus dibantu secara profesional sehingga guru dapat berkembang dalam
pekerjaannya yaitu untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar
mengajar. Peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tugas mulianya tersebut
adalah tanggung jawab kepala sekolah sebagai "first power motivation" kepada
guru dan siswa di sekolah (Sudijono, 2009: 82). Bantuan motivasi dapat berupa
penghargaan terhadap guru yang berprestasi, pemberian pembinaan-pembinaan
cara pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, dan juga pemberian hukuman
yang tegas sebagai pendidikan yang baik kepada para guru yang tidak
melaksanakan tugas dengan baik sebagai konsekuensi logis.
Persoalan-persoalan yang timbul di lapangan yang dihadapi oleh
pendidik dan tenaga kependidikannya, diusahakan untuk diatasi seketika dengan
bimbingan maupun koreksi oleh kepala sekolah tidak semata-mata bersifat
birokratis, tetapi bersifat klinis (pembinaan teknis edukatif). Mengingat lingkup
tugas kepala sekolah sebagai supervisor mencakup berbagai aspek, maka
diperlukan juga modal pengetahuan dan wawasan yang cukup luas. Supervisi
yang dilakukan kepala sekolah antara lain untuk meningkatkan kompetensi guru-
guru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga diharapkan dapat memenuhi misi
pengajaran yang diembannya atau misi pendidikan nasional dalam lingkup yang
lebih luas. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa masalah profesi guru dalam
mengemban kegiatan belajar mengajar akan selalu dan terus berlanjut dan bantuan
supervisi kepala sekolah penting dalam mengembangkan profesional guru dalam
melaksanakan tugasnya secara maksimal. Kepala sekolah menghendaki dukungan
5
kinerja guru yang selalu ada peningkatan yang konsisten dalam melaksanakan
pembelajaran di sekolah.
Kepala sekolah memiliki peran strategis untuk meningkatkan mutu
pendidikan di lembaga yang dipimpinnya. Kepala sekolah tidak saja berperan
sebagai pemimpin pembelajaran, tetapi lebih dari itu ia merupakan pemimpin
keseluruhan fungsi-fungsi kepemimpinan dalam suatu sekolah seperti
perencanaan, pembinaan karir, koordinasi, dan evaluasi (Suryosubroto, 2011: 16).
Terlebih, pada era otonomi daerah ini, kepemimpinan lembaga pendidikan
dijalankan secara otonom yang memberikan keleluasaan kepada kepala sekolah
untuk mengelola lembaga yang dipimpinnya sesuai dengan visi
kepemimpinannya. Kepala sekolah sebagai supervisor yang bijaksana harus
mampu merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai alternatif pemecahan
problematika yang terjadi dikalangan guru yang dipimpinnya secara kooperatif
dan saling bekerja sama dalam menyesuaikan rencana dan situasi baru yang
timbul.
Hal tersebut diperkuat oleh Permendiknas No. 13 tahun 2007 mengenai
standar kepala sekolah/madrasah yang telah mencantumkan 5 kompetensi yang
harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi
manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan juga kompetensi
sosial. Rambu-rambu penilaian kinerja kepala sekolah Dirjen Dikdasmen tahun
2000 yaitu : 1) Kemampuan menyusun program supervisi pengajaran, 2)
Kemampuan melaksanakan program supervisi pengajaran, serta 3) Kemampuan
memanfaatkan hasil supervisi. Dan yang menjadi pokok kajian pada penelitian ini
6
adalah supervisi yang meliputi : 1. Unsur-unsur yang disupervisi kepala sekolah
terhadap guru dalam meningkatkan kinerja guru, 2. Strategi supervisi yang tepat
bagi peningkatan kinerja guru dan 3. Feed back dan tindak lanjut supervisi kepala
sekolah dalam rangka peningkatan kinerja guru (Sudijono, 2009: 84).
Berdasarkan observasi awal peneliti mencoba meneliti secara cermat dan
baik bagaimana peranan kepala sekolah di SMK Miftahul Huda Kecamatan
Limbangan Kabupaten Kendal dalam menjalankan tugas memberikan
pengawasan terhadap guru dalam merencanakan pembelajaran, melakukan proses
belajar mengajar, dan melaksanakan evaluasi pembelajarannya. Peneliti
menemukan beberapa permasalahan kreatifitas guru dalam merencanakan
pembelajaran, melakukan proses belajar mengajar, dan melakukan evaluasi
pembelajaran setelah mengadakan observasi yaitu belum optimalnya kinerja guru
di wilayah SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan. Perkembangan jumlah
siswa dari tahun ke tahun di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan juga
cenderung statis, artinya jumlah siswa yang masuk dengan jumlah siswa yang
keluar hampir sama.
Berdasarkan observasi awal tersebut, peneliti menganalisis dan
mendeskripsikan secara kritis tugas dan aplikasi fungsi kepala sekolah sebagai
upaya peningkatan kreatifitas guru di SMK Miftahul Huda Kecamatan
Limbangan. Kelemahan guru dalam mengajar menjadi pokok penting pembahasan
penelitian dimana peran kepala sekolah sebagai supervisor dapat memperbaiki
dan meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugas belajar mengajar. Hal
tersebut nampak dari kemampuan siswa yang melaksanakan kegiatan Praktek
7
Kerja Lapangan 3 tahun terakhir, dimana kemampuan siswanya semakin
menurun. Selain itu, jumlah siswa dalam 3 tahun terakhir juga mengalami
penurunan. Hal tersebut sangat menarik untuk dilakukan penelitian, apakah
penurunan kualitas dan kuantitas siswa tersebut akibat kurangnya kinerja guru.
Apabila demikian, maka peran kepala sekolah sebagai supervisor juga menarik
untuk dilakukan penelitian. Oleh karena itulah penulis mengambil judul
“Supervisi Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kinerja Guru (Studi Kasus di
SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2016)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja guru
di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi akademik dalam
meningkatkan kinerja guru SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran kepala
sekolah dalam supervisi akademik untuk meningkatkan kinerja guru. Sedangkan
lebih khusus lagi sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji peneliti, maka
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang :
1. Pelaksanaan supervisi akademik yang sudah dijalankan di SMK Miftahul
8
Huda Kecamatan Limbangan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi akademik dalam meningkatkan
kinerja guru SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai informasi bagi mahasiswa atau peneliti lain dalam memecahkan
masalah yang berhubungan dengan penelitian ini.
b. Diharapkan hasil penelitian ini akan menambah khasanah kepustakaan
sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Dapat memberikan masukan bagi guru mengenai pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan sekaligus sebagai bahan evaluasi untuk
meningkatkan kreatifitas dalam pembelajaran.
b. Bagi kepala sekolah
Sebagai masukan terhadap pengembangan kompetensi strategi supervisi
kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru pendidikan di SMK
Miftahul Huda Kecamatan Limbangan. Selain itu, penelitian ini berguna
untuk memberi informasi pemikiran yang konstruktif bagi kepala sekolah
dalam menjalankan tugas supervisi di sekolah yang dipimpinnya.
9
Memperbaiki proses pembelajaran dan memberikan motivasi untuk
meningkatkan kinerja guru sehingga dapat mempermudah tujuan visi misi
sekolah tercapai.
c. Bagi Sekolah
Menambah masukan dan peningkatan lembaga dan instansi pendidikan
dalam mengembangkan lembaga khususnya bidang kompetensi strategi
supervisi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam
menjalankan tugas-tugasnya.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian
yang sebenarnya dari judul tersebut, penulis jelaskan pengertian istilah-istilah
yang ada di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai
berikut :
1. Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai
peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah
(Sudijono, 2006: 24). Kualitas kepemimpinan kepala sekolah sangat
berpengaruh terhadap terbentuknya semangat kerja, kerja sama yang
harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang
menyenangkan, dan perkembangan mutu profesional diantara para guru.
Fungsi kepala sekolah selain sebagai pemimpin pendidikan kepala sekolah
juga sebagai administrator, bertanggung jawab terhadap kelancaran
10
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya (Hamalik, 2003).
Hal tersebut mencakup seluruh kegiatan sekolah, seperti; proses belajar-
mengajar, kesiswaan, personalia, sarana prasarana, ketatausahaan dan
keuangan serta mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat. Selain itu
juga, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keadaan lingkungan
sekolahnya. Kepala sekolah juga sebagai supervisor berarti bahwa ia harus
meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana saja yang
diperlukan bagi kemajuan sekolahnya (Sagala, 2004: 16). Kepala sekolah
harus dapat meneliti syarat-syarat mana yang telah ada dan tercukupi, dan
mana yang belum ada atau kurang secara maksimal.
2. Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Sudijono, 2006: 48). Supervisi akademik
tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran.
3. Kinerja Guru
Kinerja guru dalam penelitian ini dimaknai sebagai kemampuan
guru dalam melaksanakan tugas pada kompetensi profesional dalam proses
belajar mengajar, kompetensi pribadi dalam proses belajar mengajar, dan
kompetensi sosial dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 2006: 47)
Indikator kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah (1)
penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang
harus diajarkan dan konsep-konsep keilmuan dari bahan yang
11
diajarkan itu; (2) kemampuan mengelola program belajar mengajar; (3)
kemampuan mengelola kelas; (4) kemampuan mengelola dan
menggunakan media/sumber belajar; dan (5) kemampuan menilai
prestasi belajar.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
penelitian yang menggambarkan fenomena secara mendalam untuk
mengkaji masalah yang diteliti (Sugiyono, 2009: 4).
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMK Miftahul Huda Kecamatan
Limbangan. Waktu penelitian dimulai bulan Nopember 2016 sampai
dengan Pebruari 2017.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti (Sugiyono, 2009: 14). Subjek yang telah dipilih tersebut
diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Adapun
subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru SMK
Miftahul Huda Kecamatan Limbangan.
12
4. Metode Pengumpulan Data
Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif,
tergantung beberapa faktor. Paling tidak ditentukan oleh faktor kejelasan
tujuan dan permasalahan penelitian, ketepatan pemilihan pendekatan/
metodologi, ketelitian dan kelengkapan data/ informasi itu sendiri.
Dalam penelitian yang mendasarkan pada pendekatan kualitatif ini
dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan
studi dokumentasi. Kedua teknik akan dijelaskan berikut ini, digunakan
peneliti dalam rangka memperoleh informasi saling melengkapi.
Wawancara; yaitu dengan melakukan tanya jawab atau
mengkonfirmasikan kepada sampel penelitian dengan sistematis
(wawancara terstruktur) (Arikunto, 2006: 38). Dalam wawancara ini,
pertanyaan dan jawaban akan bersifat verbal atau semacam percakapan
yang bertujuan memperoleh data atau informasi. Dalam penelitian ini,
yang menjadi sasaran dari wawancara adalah guru-guru di SMK
Miftahul Huda Kecamatan Limbangan dan sumber lainnya yang
relevan.
Studi dokumentasi; yaitu suatu alat penelitian yang bertujuan
untuk melengkapi data (sebagai bukti pendukung), yang bersumber
bukan dari manusia yang memungkinkan dilakukannya pengecekan
untuk mengetahui kesesuiannya. Sumber data yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah dokumentasi pelaksanaan.
Selain dengan wawancara dan dokumentasi juga menggunakan
13
observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan
supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah yaitu mengamati kepala
sekolah saat melaksanakan kunjungan kelas dan diskusi dalam rangka
pelaksanaan supervisi.
Dalam penelitian kualitatif tidak terdapat prosedur pengumpulan
data yang memiliki pola yang pasti. Rianse (2009:6) mengatakan
“masing- masing peneliti dapat memberi sejumlah petunjuk dan saran
berdasarkan pengalaman masing-masing”, namun demikian Lincoln dan
Guba (Rianse, 2009: 64) mengatakan terdapat rangkaian prosedur dasar
yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif, prosedur itu meliputi
tahap orientasi, eksplorasi, dan member check. Pelaksanaan
pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kegiatan sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Pendekatan kelembaga-
lembaga yang menjadi lokasi penelitian, dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran tentang lokasi dan fokus masalah penelitian,
serta memilih jumlah informan awal yang memadai untuk memperoleh
informan yang tepat. Melakukan pendalaman terhadap sumber-sumber
bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian, guna menyusun
kerangka penelitian dan teori-teori. Melakukan wawancara awal untuk
memperoleh informasi yang bersifat umum yang berkenaan dengan
ruang lingkup penelitian ini.
14
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Mengadakan wawancara
secara intensif dengan subjek penelitian, yaitu kepala sekolah dan guru.
3. Tahap Member check
Pada tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan dan
dicek ulang dengan metode triangulasi, untuk melihat kelengkapan atau
kesempurnaan serta validitas data. Pengecekan data ini dilakukan
dengan kegiatan sebagai berikut: Mengecek ulang data yang sudah
terkumpul, baik data yang terkumpul dari wawancara, hasil observasi
maupun dokumen. Meminta data atau informasi ulang kepada subjek
penelitian apabila ternyata data yang terkumpul tersebut belum lengkap.
Meminta penjelasan kepada pihak terkait tentang data pelaksanaan
fungsi kepala sekolah yang melanjutkan serta data lain yang
berhubungan dengan penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982)
sebagaimana dikutip Moleong (2007:248), adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada
orang lain. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada,
15
menyusun secara sistematis, kemudian mempresentasikan hasil
penelitiannya kepada orang lain.
McDrury (Collaborative Group Analysis of Data, 1999) seperti
yang dikutip Moleong (2007:248) tahapan analisis data kualitatif adalah
sebagai berikut:
a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan
yang ada dalam data,
b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema
yang berasal dari data.
c. Menuliskan „model‟ yang ditemukan.
d. Koding yang telah dilakukan.
Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam
dengan informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan
mengetahui situasi obyek penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis
data dimulai dengan membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara
memutar kembali rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan
seksama, kemudian menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa
yang ada direkaman tersebut. Setelah peneliti menulis hasil wawancara
tersebut kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus membaca secara
cermat untuk kemudian dilakukan reduksi data. Peneliti membuat reduksi
data dengan cara membuat abstraksi, yaitu mengambil dan mencatat
informasi-informasi yang bermanfaat sesuai dengan konteks penelitian atau
16
mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya
saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa informan.
Analisis data dalam penelitian naturalisti kualitatif menurut Rianse
(2009: 66) adalah proses mengatur data untuk ditafsirkan dan diketahui
maknanya.
a. Reduksi Data
Tahap ini dilakukan dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai
sumber, yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumen,
sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari proyek yang diteliti yang
berkenaan dengan fokus penelitian. Reduksi data dalam penelitian ini
adalah mengambil hal-hal pokok yang dibutuhkan berdasarkan hasil
wawancara dan observasi, sehingga data yang tidak diperlukan tidak
digunakan dalam penelitian.
b. Display Data
Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum hal- hal pokok yang
ditemukan dalam susunan yang sismatis, yaitu data disusun dengan cara
menggolongkannya ke dalam pola, tema, unit atau katagori, sehingga
tema sentral dapat diketahui dengan mudah, kemudian diberi makna
sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan
analisis dan interpretasi data adalah merupakan proses penyederhanaan
dan trasformasi timbunan data mentah, sehingga menjadi kesimpulan-
kesimpulan yang singkat, padat dan bermakna. Data yang ditampilkan
adalah data yang berhubungan dengan pelaksanaan supervisi.
17
c. Verifikasi
Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan yang telah
diambil dengan data pembandingan yang bersumber dari hasil
pengumpulan data dan penunjang lainnya. Pengujian ini dimaksudkan
untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan
yang diambil dilakukan dengan menghubungkan atau
mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dengan teori-teori para ahli.
Terutama teori yang menjadi kerangka acuan peneliti dan keterkaitannya
dengan temuan- temuan dari penelitian lainnya yang relevan, melakukan
proses member-chek mulai dari tahap orientasi sampai dengan
kebenaran data terakhir, dan akhirnya membuat kesimpulan untuk
dilaporkan sebagai hasil penelitian (Rianse, 2009: 67).
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan alur penelitian
kualitatif sebagai berikut:
Pengumpulan
data
Penyajian
data
Reduksi
Data
Penarikan
Kesimpulan
18
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika dalam penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang
saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi
Operasional, Metode Penelitian meliputi Metode Pemilihan
Subyek, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisa Data
serta Sistematika Penulisan
BAB II Kajian Pustaka
A. Tinjauan tentang Fungsi Kepala Sekolah
B. Tinjauan tentang Kinerja Guru
BAB III Hasil Penelitian, berisi gambaran umum SMK Miftahul Huda
Kecamatan Limbangan, Fungsi Kepala Sekolah, serta Kinerja
Guru dan Fungsi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja
Guru
BAB IV Analisis Data, meliputi analisis tentang Supervisi Kepala
Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru serta Pembahasan
BAB V Penutup
Dalam bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan dan
saran
Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang dapat
mendukung laporan penelitian ini.
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Supervisi Kepala Sekolah
1. Definisi Supervisi
Menurut Kimbal Wiles (Tim Dosen UPI, 2009:312) Supervision is
an assitance in the development of a better teaching-learning situation,
yaitu suatu bantuan dalam pengembangan peningkatan situasi belajar
mengajar yang lebih baik.
Hal senada dikemukakan Sagala (2009:194) Supervisi adalah
usaha memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara
individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki
pengajaran. Kata kunci dari pelaksanaan supervisi adalah ”memberi
layanan dan bantuan”.
Supervisi merupakan salah satu bagian dari manajemen personal
pendidikan. Supervisi di sekolah sering juga disebut pembinaan guru.
Kegiatan supervisi pada prinsipnya merupakan kegiatan membantu dan
melayani guru agar diperoleh guru yang lebih bermutu yang selanjutnya
diharapkan terbentuk situasi proses belajar mengajar yang lebih baik
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Di dalam Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah ditegaskan bahwa
salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala sekolah adalah
19
20
kompetensi supervisi. Dengan Permendiknas tersebut berarti
seorang kepala sekolah harus kompeten dalam melakukan supervisi
akademik terhadap guru-guru yang dipimpinnya
Salah satu tugas Kepala Sekolah adalah melaksanakan supervisi
akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif
diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Danim,
2010: 146). Oleh sebab itu, setiap Kepala Sekolah harus memiliki dan
menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan
dan fungsi, prinsip-prinsip,dan dimensi-dimensi substansi supervisi
akademik.
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Sagala, 2009: 194). Supervisi akademik
tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran.
Sergiovanni (dalam Wahyudi, 2010: 34) menegaskan bahwa refleksi
praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat
kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan,misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa
yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-
aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna
bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai
tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara
mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan
21
pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini,
bahwa setelah melakukan penilaian kinerja bukan berarti selesailah
pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan
tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
Menurut Surachmad (2008:179) dimensi supervisi dalam
pendidikan meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, kepribadian,
kesejahteraan guru, pelayanan kepegawaian, serta jenjang karir.
Purwanto (2010: 149) juga menyatakan bahwa supervisi meliputi
pembinaan kinerja, kepribadian, dan profesional, sehingga membawa
guru kepada sikap terbuka, terampil, jiwanya menyatu dengan tugas
sebagai pendidik.
Menurut Gaffar (2007:158-159) supervisi merupakan suatu
keharusan untuk mengatasi permasalahan tugas di lapangan. Supervisi
menekankan kepada pertumbuhan profesional dengan inti keahlian
teknis serta perlu ditunjang oleh kepribadian dan sikap profesional.
Berkaitan dengan materi pembinaan tersebut, Olivia (2007:18)
menegaskan bahwa pondasi supervisi pendidikan adalah teknologi
pembelajaran, teori kurikulum, interaksi kelompok, konseling,
sosiologi, disiplin ilmu, evaluasi, manajemen, teori belajar, sejarah
pendidikan, teori komunikasi, teori kepribadian, dan filsafat pendidikan.
22
Secara prinsip, supervisi merupakan upaya menasehati atau mengingatkan
sebagaimana ayat Al Qur‟an dalam Surat Al Maidah ayat 2
“……dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa tolong menolong untuk
mengerjakan kebaikan merupakan bagian hal yang dianjurkan,
sebagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah.
Disamping itu, supervisi seharusnya merupakan program yang
didesain oleh sekolah maupun organisasi pembantu dan
penyelenggaraan pendidikan serta didukung oleh kegiatan yang
diadakan oleh pihak guru. Menurut Orlosky (2006:53) supervisi
merupakan proses yang didesain oleh sekolah untuk memajukan kualitas
serta kuantitas anggota staf yang diperlukan untuk memecahkan
masalah, demi tercapainya tujuan sekolah. Supervisi hendaknya
dilaksanakan melalui beberapa langkah, terus-menerus, berkesinambungan,
dan pihak pembina tanpa mengenal bosan.
Menurut Pidarta (2009:76) untuk memenuhi tugas tersebut, kepala
sekolah tidak dibenarkan bekerja hanya untuk kejayaan sekolah pada
masa kini saja, atau lebih ekstrim pada waktu ia memimpin sekolah
23
itu. Kepala sekolah tidak boleh bekerja hanya untuk membuat nama
dirinya baik dengan cara membina guru-guru agar rajin dan tepat waktu,
agar roda perjalanan organisasi sekolah berjalan dengan lancar tanpa
memikirkan masa depan guru.
2. Macam-macam Supervisi
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 57
tentang Standar Nasional Pendidikan, supervisi dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan oleh pengawas sekolah. Penyusunan program
supervisi difokuskan pada pembinaan kepala sekolah dan guru,
pemantauan delapan standar nasional pendidikan, dan penilaian kinerja
kepala sekolah dan guru. Untuk menjalankan tugas pokoknya, pengawas
sekolah melaksanakan fungsi supervisi, yaitu supervisi manajerial dan
supervisi akademik (Sudjana, 2011: 67).
a. Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan
dengan aspek pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional
guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di
sekolah. Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan tatap muka
atau non tatap muka, melalui kegiatan sebagai berikut:
1) Pembinaan;
a) Tujuan :
(1) Meningkatkan pemahaman kompetensi guru terutama
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme
24
(Tupoksi guru, Kompetensi guru, pemahaman kurikulum)
(2) Meningkatkan kemampuan guru dalam pengimplementasian
Standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan dan
standar penilaian (pola pembelajaran KTSP, pengembangan
silabus dan RPP, pengembangan penilaian, pengembangan
bahan ajar dan penulisan butir soal)
(3) Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
2) Ruang Lingkup :
a) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru
menyusun administrasi perencanaan pembelajaran/program
bimbingan
b) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru
dalam proses pelaksanaan pembelajaran/bimbingan
c) Melakukan pendampingan membimbing guru dalam meningkatkan
kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar peserta didik
d) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru
menggunakan media dan sumber belajar
e) Memberikan masukan kepada guru dalam memanfaatkan
lingkungan dan sumber belajar
f) Memberikan rekomendasi kepada guru mengenai tugas
membimbing dan melatih peserta didik
g) Memberi bimbingan kepada guru dalam menggunakan teknologi
25
informasi dan komunikasi untuk pembelajaran
h) Memberi bimbingan kepada guru dalam pemanfaatan hasil
penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran/pembimbingan
i) Memberikan bimbingan kepada guru untuk melakukan refleksi
hasil-hasil yang dicapainya
3) Pemantauan
Pelaksanaan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar
proses, dan standar penilaian.
4) Penilaian (Kinerja Guru) :
a) Merencanakan pembelajaran
b) Melaksanakan pembelajaran
c) Menilai hasil pembelajaran
d) Membimbing dan melatih peserta didik
e) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan
kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru
b. Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial atau pengawasan manajerial merupakan
fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah
yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektifitas
sekolah yang mencangkup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,
penilaian, pengembangan kompetensi sumber daya tenaga pendidik,
dan kependidikan (Sudjana dkk, 2011: 21). Sasaran supervisi
26
manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya
dalam mengelola administrasi pendidikan, seperti :
1) Administrasi kurikulum
2) Administrasi keuangan
3) Administrasi sarana prasarana/perlengkapan
4) Administrasi personal atau ketenagaan
5) Administrasi kesiswaan
6) Administrasi hubungan sekolah dan masyarakat
7) Administrasi budaya dan lingkungan sekolah
8) Aspek-aspek administrasi lainnya dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan.
Sudjana dkk (2011:22) mengemukakan bahwa kegiatan pengawas
sekolah dalam supervisi manajerial sebagai berikut :
1) Pembinaan;
a). Tujuan
Tujuan pembinaan kepala sekolah yaitu peningkatan
pemahaman dan pengimplementasian kompetensi yang dimiliki
oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari
untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP)
2). Ruang Lingkup
a) Pengelolaan sekolah yang meliputi penyusunan program
sekolah berdasarkan SNP, baik rencana kerja tahunan maupun
rencana kerja 4 tahunan, pelaksanaan program, pengawasan
27
dan evaluasi internal, kepemimpinan sekolah dan sistem
informasi manajeman
b) Membantu kepala sekolah melakukan evaluasi diri sekolah
(EDS) dan merefleksikan hasil-hasilnya dalam upaya
penjaminanmutu pendidikan.
c) Mengembangkan perpustakaan dan laboratorium serta sumber-
sumber belajar lainnya.
d) Kemampuan kepala sekolah dalam membimbing
pengembangan program bimbingan konseling
e) Melakukan pendampingan terhadap kepala sekolah dalam
pengelolaan dan administrasi sekolah (supervisi manajerial)
yang meliputi :
(1) Memberikan masukan dalam pengelolaan dan administrasi
kepala sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu
pendidikan di sekolah
(2) Melakukan pendampingan dalam melaksanakan bimbingan
konseling di sekolah
(3) Memberikan bimbingan kepada kepala sekolah untuk
melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya
3) Pemantauan
Pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah dan
memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah
mempersiapkan akreditasi sekolah
28
4) Penilaian
Penilaian kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah sesuai
dengan standar nasional pendidikan
Hasil penilaian kepala sekolah tidak dibiarkan begitu saja, tetapi
perlu dipelajari secara seksama untuk merancang tindak lanjut yang tepat.
Menurut Sudjana (2011:23), untuk meningkatkan profesionalisme kepala
sekolah dalam melaksanakan tugasnya maka ditindaklanjuti dengan
kegiatan bimbingan dan pelatihan kepala sekolah dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional kepala
sekolah di KKKS/MKKS dan sejenisnya
b. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala
sekolah.
c. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam
menyusun program sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi,
kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi dan manajemen.
d. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional kepala
sekolah
e. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas/sekolah
Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, kepala sekolah
berperan sebagai fasilisator, asesor, informan, dan evaluator. Sebagai
fasilisator, kepala sekolah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
29
mendukung proses perencanaan, koordinasi, dan pengembangan tata
kelola sekolah. Sebagai asesor, kepala sekolah melakukan identifikasi
dan analisis terhadap aspek kekuatan dan kelemahan sekolah. Sebagai
informan, kepala sekolah memberikan berbagai informasi yang
dibutuhkan untuk mengembangkan kualitas sekolah. Sementara sebagai
evaluator, kepala sekolah memberikan penilaian terhadap berbagai aspek
yang mempengaruhi kualitas manajerial sekolah.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Supervisi
Dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan, kadang-kadang
pelaksanaan supervisi tidak dapat lepaskan diri dari banyak hal, antara
lain dari faktor internal (dalam diri sendiri) dan faktor eksternal (dari
luar dirinya sendiri). Kedua faktor inilah yang sangat mempengaruhi
dalam supervisi pendidikan (Purwanto, 2010: 164).
a. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi supervisi pendidikan
adalah faktor-faktor yang ada dan berasal dari diri kepala
sekolah/pengawas. Adapun faktor yang dimaksud, antara lain :
1). Kemampuan profesional dan wawasan baik tentang substansi
kepengawasan maupun manajerial jalannya program pengawasan
yang memadai.
2). Sikap mental yang kurang sehat dari pembina, yang disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut:
(a) Hubungan profesional yang kaku dan kurang akrab akibat
30
sikap otoriter pembina, sehingga guru takut bersikap terbuka
kepada pembina
(b) Banyak pembina dan guru merasa berpengalaman sehingga
tidak merasa perlu untuk belajar lagi
(c) Pembina dan guru merasa cepat puas dengan hasil belajar
siswa
3). Kurang adanya tanggungjawab, terlalu lunak dan masa bodoh
terhadap jalannya kepengawasan
4). Pembina banyak yang sudah lama tidak mengajar, sehingga
banyak dibutuhkan bekal tambahan agar dapat mengikuti
perkembangan baru.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berada di luar diri
pengawas, akan tetapi turut mempengaruhi tugas-tugas
kepengawasan dan pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Adapun yang dimaksud faktor eksternal tersebut, antara lain:
1). Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan yaitu suatu kebijakan yang
telah ditetapkan sebagai dasar bagi seorang aparat, termasuk
untuk melaksanakan tugas. Adapun secara hierarki peraturan
perundang-undangan yang mempengaruhi pelaksanaan tugas
sekaligus dalam perencanaan tugas pengawasan, meliputi; UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tahun 2003, SK Menteri
31
Pendayagunaan Aparatur Negara No. 118/ 1996, SK Menteri
Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Jabatan Fungsional Pengawas
dan Angka Kreditnya masing-masng instansi.
2). Dari pihak guru
a) Kurang adanya semangat kerja
b) Kurang kesediaan bekerja sama dan berkomunikas
c) Kurang kecakapan dalam melaksanakan tugas
d) Kurang menguasai metode mengajar
e) Kurang memahami tujuan dan program kerja
f) Kurang mentaati peraturan ketertiban dan sebagainya
3). Dari pihak sarana dan prasarana
a) Kurang terpenuhi syarat-syarat tentang gedung, halaman,
kesehatan, keamanan dan sebagainya
b) Kurang tersedianya alat-alat pelajaran, seperti bangku,
kursi, lemari, papan tulis dan sebagainya
4). Dari pihak kepala sekolah
a) Kurang adanya tanggungjawab pengabdian
b) Kurang kewibawaan, pengetahuan, dan sebagainya
c) Terlalu otoriter
d) Terlalu lunak, bersikap masa bodoh dan sebagainya
5). Dana dan anggaran yang telah ditetapkan pada APBD masing-
masing instansi
32
Urgensi pendanaan dan anggaran sebagai motivasi kerja
pengawas akan mempengaruhi baik dalam perencanaan maupun
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program. Sangat disadari
bahwa upaya yang dilaksanakan instansi pemerintah pusat
dalam penganggaran/ budget pelaksanaan program pengawasan
masih sangat minim dan keterbatasan kendaraan operasional
kepengawasan hanya pada pengawas TK/ SD.
6). Lingkungan sekolah/ madrasah
Dengan menciptakan lingkungan yang ramah, saling
keterbukaan, kedisiplinan dan kemitraan/ kerjasama lembaga
sekolah/ madrasah dengan pengawas, sangat berpengaruh besar
dalam perencaan dan pelaksanaan program pengawasan. yang
bertanggungjawab menciptakan lingkungan yang baik adalah
kepala sekolah, guru, karyawan, murid, serta masyarakat
sekitarnya.
4. Instrumen-instrumen dalam Pelaksanaan Supervisi
Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua
macam, yaitu: supervisi umum dan supervisi akademik. Supervisi umum
dilakukan untuk seluruh kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan
supervisi akademik lebih diarahkan pada peningkatan kualitas
pembelajaran. Berikut ini akan dibahas lebih mendalam mengenai
supervisi akademik (Wahyudi, 2010: 47).
33
a. Model supervisi tradisional
1) Observasi Langsung
Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung
kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur: pra-
observasi dan post-observasi.
a) Pra-Observasi
Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan
wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi
diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum,
pendekatan, metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi
dan analisis.
b) Observasi
Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan
dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar,
kemudian supervisor mengadakan observasi kelas.
Observasi kelas meliputi pendahuluan (apersepsi),
pengembangan, penerapan dan penutup.
c) Post-Observasi
Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor
mengadakan wawancara dan diskusi tentang: kesan guru
terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan
kelemahan guru, identifikasi ketrampilan-ketrampilan
mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru
34
yang akan dilakukan.
2) Supervisi Akademik dengan Cara Tidak Langsung
a) Tes Dadakan
Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah
diketahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat
kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan yang
sudah dipelajari peserta didik waktu itu.
b) Diskusi Kasus
Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan
pada observasi proses pembelajaran, laporan-laporan atau
hasil studi dokumentasi. Supervisor dengan guru
mendiskusikan kasus demi kasus, mencari akar
permasalahan dan mencari berbagai alternatif jalan
keluarnya.
c) Metode Angket
Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan
erat dan mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi
hubungan guru dengan siswanya dan sebagainya.
b. Model Kontemporer (Masa Kini)
Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan
pendekatan klinis sehingga sering disebut juga sebagai model
supervisi klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis,
merupakan supervisi akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur
35
supervisi klinis sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu:
dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda. Perencanaan
program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen
perencanaan untuk pelaksanaan dan pemantauan dalam rangka
membantu guru mengembangkan kemampuan mengelola proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
B. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
Menurut Stoner dan Winkle (A. Hadis dan Nurhayati, 2010:9)
menegaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara nyata yang
ditunjukkan oleh individu. Hal yang hampir senada dikemukakan oleh
Anwar Prabu Mangkunegara (2010:67) mengemukakan pengertian kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikannya. Dalam kajian yang berkenaan dengan profesi guru,
Sudjana (2011:22) memberikan pengertian kinerja sebagai seperangkat
perilaku nyata yang ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu
memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia
melaksanakani interaksi belajar mengajar dikelas termasuk persiapannya
baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar.
Kinerja guru merupakan proses pembelajaran sebagai upaya
mengembangkan kegiatan yang ada menjadi kegiatan yang lebih baik,
sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dicapai dengan baik
36
melalui suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sesuai
dengan target dan tujuan. Menurut A. Tabrani Rusyan dkk, (2000:17),
Kinerja guru adalah melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di
dalam kelas maupun di luar kelas di samping mengerjakan kegiatan-
kegiatan lainnya, seperti mengerjakan administrasi sekolah dan
administrasi pembelajaran, melaksanakan bimbingan dan layanan pada
para siswa, serta melaksanakan penilaian. Faktor utama kenapa manusia
bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam
kerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial yang menghasilkan sesuatu
dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk
mencapai taraf hidup yang lebih baik.
Mitrani (2005:131) mendefinisikan kinerja sebagai pernyataan
sejauh mana seseorang telah memainkan perannya dalam melaksanakan
strategi organisasi, baik dalam mencapai sasaran-sasaran khusus yang
berhubungan dengan peranan perseorangan, dan atau dengan
memperlihatkan kompetensi-kompetensi yang dinyatakan relevan bagi
organisasi apakah dalam suatu peranan tertentu, atau secara lebih umum.
Dalam hubungannya dengan dunia pendidikan, maka kinerja guru
dapat didefinisikan sebagai sejauh mana seorang guru bekerja secara
maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dalam upaya
mencapai tujuan institusional. Kemampuan seorang guru akan terlihat
pada saat mengajar yang dapat diukur dari kompetensi mengajarnya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja
37
seseorang tergantung pada: (1) faktor individu yang bersangkutan yaitu
menyangkut kemampuan, kecakapan, motivasi, dan komitmen yang
bersangkutan pada organisasi; (2) faktor kepemimpinan yaitu menyangkut
dukungan dan bimbingan yang diberikan pada bahan serta kualitas
dukungan itu sendiri; (3) faktor tim atau kelompok yaitu menyangkut
kualitas dukungan yang diberikan pada bahan oleh tim
(partner/temankerja); (4) faktor sistem yaitu menyangkut sistem kerja dan
fasilitas yang diberikan oleh organisasi; dan (5) faktor situasional yaitu
menyangkut lingkungan dari dalam dan dari luar serta perubahan-
perubahan yang terjadi.
Sedangkan Agus Dharma dalam bukunya Manajemen Supervisi
(2013:355) mengatakan hampir semua cara pengukuran kinerja
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran
kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan
kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.
2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran
kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran “tingkat kepuasan” yaitu
seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.
3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran
kuantitatif yang menentuan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.
Dalam kaitannya dengan profesi guru ada satu pedoman yang dapat
38
dijadikan kriteria standar kinerja seorang guru dalam melaksanakan
tugasnya. Untuk itu deskripsi pekerjaan hendaknya diuraikan secara jelas
sehingga setiap guru mengetahui tugas, tanggungjawab, dan standar
prestasi yang harus dicapainya. Dilain pihak, pimpinanpun harus
mengetahui apa yang dapat dijadikan kriteria dalam melakukan evaluasi
atau penilaian terhadap kinerja guru.
Natawijaya (2012:38) menyatakan bahwa kinerja guru mencakup
aspek:1) kemampuan professional dalam proses belajar mengajar; (2)
kemampuan sosial dalam proses belajar mengajar; dan (3) kemampuan
pribadi dalam proses belajar mengajar.
Pendapat hampir senada dikemukakan oleh Joni yang dikutip oleh
Arikunto (2006: 56) menjelaskan bahwa ada tiga kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru, yaitu: (1) kompetensi profesional; (2) kompetensi
personal; dan (3) kompetensi sosial. Kompetensi profesional, artinya guru
harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang bidang studi
yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki
pengetahuan konsep teoretik, mampu memilih metode yang tepat serta
mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Kompetensi
personal, artinya guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap,
patut diteladani sehingga menjadi sumber identifikasi baik peserta didik
maupun masyarakat pada umumnya. Kompetensi sosial artinya guru harus
memiliki kemampuan berkomunikasi sosial dengan murid-muridnya
maupun dengan sesama teman guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha,
39
dan anggota masyarakat di lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, kinerja guru dalam
penelitian ini dimaknai sebagai kemampuan guru dalam melaksanakan
tugas pada kompetensi professional dalam proses belajar mengajar,
kompetensi pribadi dalam proses belajar mengajar, dan kompetensi sosial
dalam proses belajar mengajar.
Charles E. Johnson dalam Sagala (2009: 84) menyatakan:
”Competency as rationalperformance which satisfactirily meets the
objective for a desired condition”. Selanjutnya dikatakan, kompetensi
merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian, suatu
kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat
dipertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan.
Pernyataan senada dikemukakan Trianto (2010: 42), mengatakan
kompetensi adalah kemampuan dasar dan kualitas kinerja yang diperlukan
untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik. Bakat, sifat dan keahlian
individu apapun yang dapat dibuktikan, dapat dihubungkan dengan kinerja
yang efektif dan baik sekali. Selain itu kompetensi dinyatakan sebagai
seperangkat tindakan cerdas penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas. Tugas dibidang pekerjaan tertentu menurut Keputusan
Mendiknas No 045/U/2002 dalam Trianto (2010), dinyatakan bahwa
elemen-elemen kompetensi terdiri atas:landasan kepribadian, (2)
40
penguasaan ilmu dan ketrampilan, (3) kemampuan berkarya, (4) sikap dan
perilaku dalam berkarya.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen Tahun 2005 pengertian
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Dijelaskan pula bahwa profesi guru
dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip sebagai berikut:
a. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas;
b. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
c. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
d. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
e. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
f. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
g. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Secara lebih gamblang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 28 disebutkan bahwa kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
41
pendidikan anak usia dini meliputi:
a. Kompetensi pedagogik;
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Apabila guru
mampu mengimplementasikan kemampuan-kemampuan pedagogik itu
dalam pembelajaran, maka akan tercipta kualitas pembelajaran yang
baik. Dan tujuan pendidikan yaitu tujuan pembelajaran, tujuan
kurikulum, tujuan sekolah dasar, dan tujuan pendidikan nasional dapat
tercapai dengan baik.
Dari beberapa konsep di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan-kemampuan yang
harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan tersebut meliputi kemampuan menyusun program
pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, dan kemampuan
menilai hasil dan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini di
fokuskan untuk mengetahui seorang guru mempunyai kompetensi
pedagogik atau tidak.
Sahertian (2008:12) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kompetensi pedagogik guru adalah:
a. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki guru.
42
b. Kepemimpinan Kepala Sekolah
c. Lingkungan kerja yang mendorong motivasi kerja guru untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam
pelaksanaan tugas secara optimal.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas disebutkan bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru
adalah kepemimpinan Kepala Sekolah. Selanjutnya dalam buku
panduan Manajemen Sekolah Depdiknas (2006: 8) dikatakan bahwa
Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah.
Kepemimpinannya sebagai Kepala Sekolah akan sangat
berpengaruh bahkan menentukan kemajuan sekolah. Kepala sekolah
dalam manajemen mempunyai peran yang utama yaitu meningkatkan
kualitas pembelajaran di sekolah.
b. Kompetensi kepribadian;
Kompetensi kepribadian ini adalah salah satu kemampuan
personal yang harus dimiliki oleh guru profesional dengan cara
mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap
bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta mempunyai
akhlak mulia untuk menjadi sauri teladan yang baik. Indikator
kompetensi kepribadian dalam belajar mengajar meliputi: (1)
kemantapan dan integritas pribadi; (2) kepekaan terhadap perubahan
dan pembaharuan; (3) berfikir alternatif; (4) adil, jujur, dan obyektif;
(5) berdisiplin dalam melaksanakan tugas; (6) berusaha memperoleh
43
hasil kerja yang sebaik- baiknya; (7) simpatik dan menarik, luwes,
bijaksana, dan sederhana dalam bertindak; (8) kreatif; (9) berwibawa.
Indikator kompetensi sosial dalam proses belajar mengajar meliputi; (1)
trampil berkomunikasi dengan siswa; (2) bersikap simpatik; (3) dapat
bekerjasama dengan komite sekolah; (4) dapat bergaul dengan kawan
sekerja dan mitra pendidikan.
c. Kompetensi profesional;
Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya. Indikator kompetensi professional dalam
proses belajar mengajar adalah (1) penguasaan materi pelajaran yang
terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep
keilmuan dari bahan yang diajarkan itu; (2) kemampuan mengelola
program belajar mengajar; (3) kemampuan mengelola kelas; (4)
kemampuan mengelola dan menggunakan media/sumber belajar; dan
(5) kemampuan menilai prestasi belajar.
d. Kompetensi sosial.
Kompetensi sosial adalah salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang pendidik melalui cara yang baik dalam
berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga kependidikan atau
juga dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
44
Indikator kompetensi sosial diantaranya adalah:
1) Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agara, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial keluarga.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah NKRI yang
memiliki keragaman sosial budaya.
4) Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan.
5) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik.
6) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan.
7) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Peran Kepala sekolah sebagai supervisor bertujuan membimbing
guru, dilakukan dengan cara-cara atau usaha mempengaruhi para guru.
Adapun cara-cara atau usaha yang dilakukan adalah:
1. Membimbing para guru, yaitu memberi perhatikan penyusunan progam
pembelajaran, membentuk penyusunan progam pembelajaran,
memeriksa dan membetulkan progam pembelajaran, dan
mengesahkan progam pembelajaran.
45
2. Mengarahkan para guru, yaitu mengingatkan dan mengarahkan
penyusunan alat penilaian, dan mendorong semangat guru.
3. Mengubah yaitu, mengubah guru-guru yang malas menjadi rajin dan
baik, mengubah siswa dari malas menjadi rajin dan baik.
Layanan supervisi kepala sekolah berkontribusi signifikan terhadap
profesionalisme dan kinerja guru, baik secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama, layanan supervisi juga berpengaruh dalam
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar
mengajar di kelas (A. Hadis dan Nurhayati, 2010:64).
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa seiring dengan
meningkatnya kompetensi pedagogik guru meningkat pula kinerja guru
selanjutnya kompetensi pedagogik guru dipengaruhi oleh supervisi
kepala sekolah.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Tabrani Rusyan dkk (2000:17) menyatakan bahwa untuk mendukung
keberhasilan Kinerja guru seperti diterangkan di atas, maka perlu berbagai
faktor yang mendukung, di antaranya:
a. Motivasi Kinerja Guru
Dorongan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik bagi guru
sebaiknya muncul dari dalam diri sendiri, tetapi upaya motivasi dari
luar juga dapat juga memberikan semangat kerja guru, misalnya
dorongan yang diberikan dari kepala sekolah kepada guru.
46
b. Etos Kinerja Guru
Guru memiliki etos kerja yang lebih besar untuk berhasil dalam
melaksanakan proses belajar mengajar dibandingkan dengan guru yang
tidak ditunjang oleh etos Kinerja.dalam melaksanakan tugasnya guru
memiliki etos yang berbeda-beda. Etos kerja perlu dikembangkan oleh
guru, karena:
1) Pergeseran waktu yang mengakibatkan segala sesuatu dalam
kehidupan manusia berubah dan berkembang.
2) Kondisi yang terbuka untuk menerima dan menyalurkan kreativitas.
3) Perubahan lingkungan terutama bidang teknologi.
c. Lingkungan Kinerja guru
Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru melaksanakan tugas
secara efektif dan efisien, meliputi:
1) Lingkungan sosial-psikologis, yaitu lingkungan serasi dan harmonis
antar guru, guru dengan kepala sekolah, dan guru, kepala sekolah,
dengan staf TU dapat menunjang berhasilnya kinerja guru.
2) Lingkungan fisik, ruang Kinerja guru hendaknya memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut: (1) Ruangan harus bersih, (2) Ada ruangan
khusus untuk kerja, (3) Peralatan dan perabotan tertata baik, (4)
Mempunyai penerangan yang baik, (5) Tersedia meja kerja yang
cukup, (6) Sirkulasi udara yang baik, dan (7) Jauh dari kebisingan.
d. Tugas dan tanggung jawab guru
1) Tanggung jawab moral, guru harus memiliki kemampuan
47
menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila.
2) Tanggung jawab dan proses pembelajaran di sekolah, yaitu setiap
guru harus menguasai cara pembelajaran yang efektif, mampu
membuat persiapan mengajar dan memahami kurikulum dengan
baik.
3) Tanggung jawab guru di bidang kemasyarakatan, yaitu turut
mensukseskan pembangunan masyarakat, untuk itu guru harus
mampu membimbing, mengabdi, dan melayani masyarakat.
4) Tanggung jawab guru di bidang keilmuan, yaitu guru turut serta
memajukan ilmu dengan melaksanakan penelitian dan
pengembangan.
Jabatan sebagai seorang guru bukan hanya sebagai jabatan
fungsional tetapi lebih bersifat profesional, artinya jabatan yang lebih erat
kaitannya dengan keahlian dan keterampilan yang telah dipersiapkan
melalui proses pendidikan dan pelatihan secara khusus dalam bidangnya.
Karena guru telah dipersiapkan secara khusus untuk berkiprah dalam bidang
pendidikan, maka jabatan fungsional guru bersifat profesional yang selalu
dituntut untuk terus mengembangkan profesinya. A. Tabrani Rusyan dkk,
(2000:11) menyarankan bahwa dalam rangka mengatasi permasalahan-
permasalahan global sekolah perlu menerapkan budaya Kinerja dalam
proses pembelajaran dengan cara sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
para siswa.
48
b. Menggalakkan penggunaan alat dan media pendidikan dalam proses
pembelajaran.
c. Mendorong lahirnya “Sumber Daya Manusia” yang berkualitas melalui
proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
d. Menata pendayagunaan proses pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran berdaya guna dan berhasil guna.
e. Membina peserta didik yang menghargai nilai-nilai unggul dalam proses
pembelajaran.
f. Memotivasi peserta didik, menghargai, dan mengejar kualitas yang
tinggi melalui proses pembelajaran.
g. Meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan globalisasi.
h. Memberi perhatian kepada peserta didik yang berbakat.
i. Mengubah peserta didik untuk berorientasi kepada kekaryaan bukan
kepada ijazah.
j. Membudayakan sikap kritis dan terbuka sebagai syarat tumbuhnya pola
pikir siswa yang lebih demokratis.
k. Membudayakan nilai-nilai yang mencintai kualitas kepada peserta didik.
l. Membudayakan sikap kerja keras, produktif, dan disiplin.
Indikator Kinerja Guru dapat mengacu pada pendapat Nana Sudjana
dkk, (2004:107) tentang kompetensi Kinerja guru, yaitu:
a. Menguasai bahan yang akan diajarkan.
b. Mengelola program belajar mengajar.
c. Mengelola kelas.
49
d. Menggunakan media/sumber pelajaran.
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
f. Mengelola interaksi belajar mengajar.
g. Menilai prestasi siswa.
h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian.
C. Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru
Glickman dalam Wahyudi (2010: 21) menyatakan alasan perlunya
pendampingan atau bimbingan kepada kepala sekolah dalam
melaksanakan supervisi untuk mewujudkan sekolah efektif, antara lain ; 1)
Supervisi dapat memperkuat keyakinan guru bahwa dirinya tidak seorang
diri, tetapi ada orang lain bersama dirinya, 2) Supervisi dapat meningkatkan
efektivitas dan efesiensi mengajar guru, 3) Supervisi dapat meningkatkan
kesadaran guru bahwa mereka saling melengkapi/ sinergi dalam mencapai
tujuan yang diharapkan, 4) Supervisi dapat merangsang guru untuk
merencanakan tujuan pembelajaran dan bertindak dengan lebih baik, dan
5) Supervisi menantang guru untuk dapat merefleksikan pekerjaan mereka
dengan baik.
Dalam bukunya Basic Principle of Supervision, Adams dan
Dickley (2001: 2) mendefinisikan supervisi adalah program yang
berencana untuk memperbaiki pengajaran. Program itu pada hakikatnya
adalah perbaikan hal belajar dan mengajar (Sahertian, 2000 : 17). Menurut
50
Burton dan Bruckner dalam Sagala (2010: 18), supervisi adalah suatu
teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Lebih luas lagi pandangan Kimball Wiles yang
menjelaskan bahwa supervisi adalah bantuan yang diberikan untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar agar menjadi lebih baik. Dijelaskan
bahwa situasi belajar mengajar di sekolah akan lebih baik tergantung
kepada keterampilan supervisor sebagai pemimpin. Seorang supervisor yang
baik memiliki lima keterampilan dasar, yaitu; 1) Keterampilan dalam
hubungan-hubungan kemanusiaan, 2) Keterampilan dalam proses kelompok,
3) Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan, 4) Keterampilan dan
mengatur personalia sekolah, dan 5) Keterampilan dalam evaluasi.
Dengan berkembangnya perilaku-perilaku baik seperti di atas, maka
terjadilah suatu perubahan ke arah yang dinginkan oleh masing-masing. Meski
untuk berubah itu beresiko, baik kepala sekolah maupun guru-guru, tetap
mengambil strategi ini. Ketimbang tidak berubah sama sekali, mereka merasa
yakin jauh akan lebih beresiko. Kepiawaian kepala sekolah dalam memilih
tingkat resiko, baik secara ekonomis maupun material, dapat mencegah hal-
hal yang tidak diinginkan, seperti pemborosan, lebih meluangkan waktu,
tenaga, dan pemikiran.
Termasuk masalah yang kompleks dan tidak mudah dalam
menyelesaikan kasus pengelolaan proses pembelajaran. Terlebih lagi ketika
masalah itu berkaitan dengan kualitas pengelolaan proses pembelajaran.
51
Sudah menjadi rumus yang baku untuk bisa berlangsungnya hal itu diperlukan
segala sesuatunya yang berkualitas, baik SDM guru, material, maupun proses
berlangsungnya. Dalam rangka mengupayakan kualitas ini, peran serta kepala
sekolah akan sangat mewarnai peran serta guru dan siswa.
Guru yang memiliki kompetensi sangat berarti bagi pembentukan
sekolah yang berkualitas. Guru dengan kompetensi akan memiliki pengalaman
mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin,
tanggungjawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan manajerial,
trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami potensi,
karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu
mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki
kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum.
Dewasa ini banyak guru, dengan berbagai alasan dan latar belakangnya
menjadi sangat sibuk sehingga tidak jarang yang mengingat terhadap tujuan
pendidikan yang menjadi kewajiban dan tugas pokok mereka. Seringkali
kesejahteraan yang kurang atau gaji yang rendah menjadi alasan bagi sebagian
guru untuk menyepelekan tugas utama yaitu mengajar sekaligus mendidik
siswa. Guru hanya sebagai penyampai materi yang berupa fakta-fakta kering
yang tidak bermakna karena guru menang belajar lebih dulu semalam daripada
siswanya. Terjadi ketidaksiapan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar
ketika guru tidak memahami tujuan umum pendidikan. Bahkan ada yang
mempunyai kebiasaan mengajar yang kurang baik yaitu tiga perempat jam
pelajaran untuk basa-basi bukan apersepsi dan seperempat jam untuk
52
mengajar. Suatu proporsi yang sangat tidak relevan dengan keadaan dan
kebutuhan siswa. Guru menganggap siswa hanya sebagai pendengar setia
yang tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan
kemampuannya.
Banyak kegiatan belajar mengajar yang tidak sesuai dengan tujuan
umum pendidikan yang menyangkut kebutuhan siswa dalam belajar,
keperluan masyarakat terhadap sekolah dan mata pelajaran yang dipelajari.
Guru memasuki kelas tidak mengetahui tujuan yang pasti, yang penting demi
menggugurkan kewajiban. Idealisme menjadi luntur ketika yang dihadapi
ternyata masih anak-anak dan kalah dalam pengalaman. Banyak guru enggan
meningkatkan kualitas pribadinya dengan kebiasaan membaca untuk
memperluas wawasan. Oleh karena itu, supervisi secara terstruktur dan
terjadwal dengan rutin akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan
kompetensi guru.
53
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMK Miftahul Huda merupakan salah satu SMK di Kabupaten
Kendal dan merupakan satu-satunya SMK di kecamatan Limbangan. SMK
Miftahul Huda merupakan singkatan dari sekolah menengah kejuruan dan
mitahul huda adalah nama pondok pesantren di desa peron yang didirikan
dan diasuh oleh K.Ahmad sejak tahun 1946 sampai tahun 1977 dan
diteruskan oleh KH.M.Muafiq mulai tahun 1977 sampai sekarang kemudian
pada tahun 2006 didaftarkan sebagai yayasan pendidikan islam. Sehingga
tepatnya pada tanggal 17 bulan juli tahun 2006 menjadi yayasan pendidikan
islam Miftahul Huda dengan nomer statistik: 51233240635.
SMK Miftahul Huda didirikan oleh yayasan pendidikan Islam
Miftahul Huda dibawah naungan lembaga pendidikan ma‟arif kabupaten
Kendal pada tanggal 10 Desember 2008 dengan nomor / Tanggal SK
terakhir status sekolah 421.5/7222/Dikpora/10-12-2008 yang dinyatakan
sebagai sekolah baru.
Status SMK Miftahul Huda adalah swasta dan sampai saat ini
belum terakreditasi karena baru melakukan proses belajar mengajar selama 6
tahun. Pada mulanya SMK Miftahul Huda adalah Filial / kelas jauh dari SMK
N 3 Kendal kemudian pada tahun pelajaran kedua yaitu tahun pelajaran 2009
/2010 pihak, komite sekolah memilih untuk mandiri sehingga
53
54
kelas X adalah kelas mandiri dari SMK Miftahul Huda dan kelas XI
merupakan kelas jauh.
SMK Miftahul Huda merupakan Sekolah menengah kejuruan yang
berbasis pesantren. Sekolah yang mengutamakan teknologi tapi juga tidak
meninggalkan aspek aspek keagamaan. Pengetahuan teknologi dan
pengetahuan agama ditempatkan pada porsi yang sama.
1. Visi dan Misi SMK Miftahul Huda
a. Visi
Mencetak anak didik yang berkualitas dalam iman, ilmu dan
memiliki keterampilan serta berakhlak Ala Ahli Sunah Wal Jama‟ah
dengan melaksanakan syariat Islam.
b. Misi
1) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama dan
nilai–nilai budaya sehingga menjadi sumber kearifan dalam
berfikir dan bertindak
2) Menumbuhkan dan mengembangkan semangat keunggulan
dalam bidang ilmu teknologi dan seni
3) Membekali anak didik berupa iman, ilmu dan keterampilan agar
dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sebagai bekal
hidup di masyarakat
4) Menyiapkan tunas–tunas muda bangsa yang disiplin, Sehat
jasmani dan rohani serta berbudi pekerti luhur.
55
2. Data Guru, Karyawan dan Siswa
Data guru, karyawan dan siswa SMK Miftahul Huda Limbangan adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Data Guru dan Karyawan SMK Miftahul Huda
No Nama JK
Status
Kepegawaian Jenis PTK Agama
1 ABDUL GHOFAR L GTY/PTY Guru Mapel Islam
2 ARIEF FAHMIE L GTY/PTY Guru Mapel Islam
3 ERNA ZAKIAH AHMAD P GTY/PTY
Tenaga Administrasi
Sekolah Islam
4
EVA YULI
MARHAENDRAWATI P GTY/PTY Guru Mapel Islam
5 HERI ARDIYANTO L GTY/PTY Guru Mapel Islam
6
KURNIANINGSIH
HIDAYANTI P GTY/PTY Guru Mapel Islam
7 MAHAR DIKA WATI P GTY/PTY Guru Mapel Islam
8 MILATUL KAMILA P Lainnya
Tenaga Administrasi
Sekolah Islam
9 MUH.SEIFULLUGINO L GTY/PTY Guru Mapel Islam
10 MUHAMAD BASORI L GTY/PTY Guru Mapel Islam
11 MUHAMMAD SAEFUL L Lainnya Laboran Islam
12 MUTOHAROH P GTY/PTY Guru Mapel Islam
13 NANANG ADITYA L GTY/PTY Guru TIK Islam
14
NUGROHO AGUNG
BAGUS P. L GTY/PTY Guru Mapel Islam
15 QIFIA TABI'ATI P GTY/PTY Guru TIK Islam
16 SURTIYEM P PNS Guru Mapel Islam
17 SUTOPO L Lainnya Guru Mapel Islam
18 TRIWINDARNI P GTY/PTY Guru Mapel Islam
19 ULFA LAILI MAFTUHAH P GTY/PTY Guru Mapel Islam
20
YULIASTUTI
WALUYANINGSIH P GTY/PTY Guru Mapel Islam
Berdasarkan tabel 4.1. di atas diketahui bahwa jumlah guru SMK
Miftahul Huda pada tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 18 orang guru
56
dan didukung oleh 2 orang tenaga administrasi. Sedangkan jumlah siswa
dalam beberapa tahun terakhir adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Jumlah Siswa 3 Tahun Terakhir SMK Miftahul Huda Kelas X, XI dan
XII dari Jurusan TKR, TKJ dan PBS
No Tahun
Pelajaran
Siswa / Kelas Jm
l
X XI XII
01 2014/2015 90 103 85 275
02 2015/2016 93 83 100 276
03 2016/2017 89 80 98 267
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jumlah siswa baik
kelas X, XI dan XII yang terdiri dari 3 jurusan yaitu TKJ, TKR dan PBS
dari tahun ke tahun cenderung mengalami stagnasi bahkan pada tahun
pelajaran 2016/2017 cenderung menurun.
57
3. Fasilitas yang ada di SMK Miftahul Huda
a. Gedung
Tabel 3.3.
Sarana Prasana SMK Miftahul Huda Limbangan
No Jenis Ruangan Jumlah
1 Ruang Kelas 28
2 Ruang Kepala 1
3 Ruang Guru 1
4 Ruang Tata Usaha 1
5 Ruang Laboratorium TKJ 1
6 Ruang Laboratorium TKR 1
7 Ruang Laboratorium PBS -
8 Ruang Perpustakaan 1
9 Ruang UKS 1
10 Ruang Ketrampilan 1
11 Ruang Kesenian -
12 Ruang Toilet Guru 1
13 Ruang Toilet Siswa 6
58
b. Mebeler
No Uraian Jumlah
1 Meja Siswa 138
2 Kursi Siswa 278
3 Meja Guru 19
4 Kursi Guru 19
5 Meja TU 2
6 Kursi TU 2
7 Almari 4
8 Kursi Tamu 1 set
c. Perpustakaan
1. Jumlah Buku : 2340
2. Jumlah Judul: 237
3. Jenis Buku :
a. Karya Umum : 25 judul
b. Agama : 19 judul
c. Sosial : 45 judul
d. Bahasa : 25 judul
e. Kesusastraan : 17 judul
f. Geografi dan Sejarah : 87 judul
g. Kesenian, Hiburan, Olahraga : 49 judul
59
d. Lain-lain
1. Komputer : 32 Unit
2. Televisi : 3 Unit
3. Mesin Printer : 6 Unit
4. Pesawat Telepon : 1 Unit
5. Air bersih cukup dan bisa dikembangkan.
2. Kegiatan Sekolah
a. Intra Kurikuler
1. Seluruh pelajaran mengacu kurikulum KTSP dan
Kurikulum Dua Ribu Tiga Belas
2. Program Tambahan Ciri Khusus ( Hafalan Surat Pendek,
Praktek Mengkafani Jenazah, Tahlil dan Dzikir )
b. Ekstra Kurikuler
1. Olah raga prestasi dan non prestasi
2. Berorganisasi baik melalui OSIS maupun Pramuka dan
juga Ormas lain seperti IPNU, IPPNU
3. Majelis Ta‟lim tengah bulan
4. Khotbah
5. Hadroh
6. Tadarus Al Qur‟an
7. Menjahit
8. Komputer
9. Marching Band
60
c. Kegiatan Sosial
1. Pembagian Zakat Fitrah kepada Kaum Dhuafa
2. Penyembelihan hewan kurban
3. Kemah bakti sosial
4. Ikut serta aktif kegiatn desa maupun tingkat Kecamatan
3. Pendanaan
a. Sumber dana terdiri dari :
1. Wali murid
2. Bantuan pemerintah
3. Bantuan lain yang tidak mengikat
b. Penggunaan dana untuk :
1. Kegiatan belajar mengajar
2. Pengadaan sarana prasarana
3. Pengadaan alat dan bahan mengajar
4. Transpot
5. Honor
6. Lain-lain
c. Dana pengembangan ( pembangunan )
1. Sumber
- Donatur Masyarakat / warga
- Donatur Aghniyak ( Insidental )
- Bantuan Pemerintah
61
2. Penggunaan
- Pembangunan Ruang Kelas
- Pembangunan Ruang TU
- Dan sarana lainnya
B. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala SMK Miftahul
Huda
Kepala SMK Miftahul Huda memerlukan strategi dan cara
khusus untuk melakukan supervisi dalam rangka membantu guru
menyelesaikan masalah-masalah dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Strategi yang diterapkan kepala sekolah dalam hal ini
tidak bisa dilepaskan dari tipe-tipe guru. Tipe-tipe tersebut adalah:
a. Jika kemampuan berpikir abstrak tinggi dan komitmen serta
kepedulian juga tinggi, maka termasuk guru profesional
b. Jika kemampuan berpikir abstrak tinggi dan komitmen serta
kepedulian rendah maka disebut guru tukang kritik.
c. Jika kemampuan berpikir abstrak rendah sedangkan komitmen serta
kepedulian tinggi maka disebut guru terlalu sibuk.
d. Jika kemampuan berpikir abstrak rendah dan komitmen serta
kepedulian juga rendah maka disebut guru yang tidak bermutu.
Untuk mengatasi guru dengan berbagai tipikalnya, maka kepala
SMK Miftahul Huda menerapkan 3 strategi supervisi kepala sekolah,
62
yaitu dengan supervisi langsung, tidak langsung dan kolaboratif.
Pertama, supervisi pengajaran berorientasi langsung. Supervisi ini akan
mencakup perilaku pokok berupa klarifikasi, prestasi, demonstrasi,
penegasan, standarisasi, dan penguatan. Hasil akhir dari perilaku
supervisi pengajaran ini adalah tugas bagi guru yang harus dikerjakan
dalam satu periode waktu tertentu. Asumsi yang mendasari orientasi ini
sama halnya dengan asumsi dasar psikologi perilaku, bahwa mengajar
itu pada dasarnya merupakan pengkondisian individu melalui
lingkungannya. Dalam mengadakan supervisi langsung, kepala SMK
Miftahul Huda melakukan lima perilaku supervisor, yaitu:
a. mengklarifikasi masalah-masalah guru, baik melalui pertemuan
KKG SMK se Kabupaten Kendal
b. mempresentasikan ide-ide pemecahan masalah;
c. mendemonstrasikan, sebagai contoh, ide-ide pemecahan masalah
yang harus dilakukan oleh guru;
d. menetapkan standar pelaksanaan tugas pemecahan masalah;
e. memberikan reinforcement kepada guru agar ia melaksanakan tugas
yang diberikan.
Hasil wawancara terhadap kepala sekolah mengenai perencanaan
dalam melaksanakan supervisi diperoleh gambaran sebagai berikut
Dalam melakukan supervisi akademik kepala sekolah membuat
program pengawasan pada awal tahun pelajaran berupa program
tahunan, program semester, laporan supervisi monitoring dan kegiatan
lain. Program tersebut dibuat berdasarkan hasil kepengawasan tahun
sebelumnya dipadukan dengan kebijakan. Supervisi akademik kepala
sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru difokuskan
63
pada 4 hal, yaitu penguasaan materi bahan ajar, perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar
(Wawancara dengan Kepala SMK Miftahul Huda, 24 Nopember 2016)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diketahui
bahwa kepala sekolah membuat perencanaan untuk melaksanakan
kegiatan supervisi yang tertuang dalam program tahunan dan program
semester. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah lebih banyak pada
supervisi akademik.
Sedangkan dilihat dari teknik yang diterapkannya, kepala SMK
Miftahul Huda dapat menerapkan atau melaksanakan kegiatan supervisi
dengan teknik-teknik yang cukup bervariasi. Teknik-teknik kegiatan
supervisi yang dapat diidentifikasi antara lain; teknik diskusi kelompok
atau rapat supervisi, teknik pertemuan individual, dan teknik kunjungan
kelas. Keadaan ini menunjukan bahwa kepala sekolah telah memiliki
keterampilan yang cukup baik dalam melakukan supervisi akademik.
Dengan demikian, keterampilan yang dimiliki kepala sekolah tersebut
merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki SMK Miftahul Huda
dalam rangka meningkatkan kemampuan kinerja guru dalam hal
mengelola KBM, sehingga pada gilirannya dapat pula meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajaran.
Teknik-teknik supervisi yang digunakan Kepala SMK Miftahul
Huda sebagaimana tersebut di atas, pada tataran implementasi untuk
teknik-teknik tersebut tidak semuanya dapat dilaksanakan dengan baik,
hal ini sebagaimana penjelasan kepala SMK Miftahul Huda ketika
64
diadakan wawancara, serta hasil pengamatan yang dilakukan terhadap
jalannya kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala SMK Miftahul
Huda. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan, dapat
diidentifikasi dua hal kaitannya dengan penerapan teknik-teknik
supervisi kepala SMK Miftahul Huda. Pertama untuk kepentingan apa
teknik tersebut digunakan, dan kedua bagaimana teknik tersebut
diterapkan.
Teknik diskusi kelompok supervisi secara umum digunakan
dalam rangka merumuskan atau menyusun materi dan jenis program
yang akan disupervisi, mendiskusikan hasil supervisi, mendiskusikan
rencana tindak dalam memecahkan permasalahan, dan dilaksanakan
untuk menghitung ketercapaian suatu program. Teknik diskusi
kelompok dilakukan melalui pendekatan diskusi terbatas, yakni
kegiatan diskusi yang dilaksanakan antara kepala SMK Miftahul Huda
dengan guru-guru. Selanjutnya hasil diskusi menjadi acuan bagi
pembinaan kepala SMK Miftahul Huda yang dilakukan dalam forum
rapat guru (wawancara dengan kepala SMK Miftahul Huda tanggal 24
Nopember 2016).
Teknik pertemuan individual menurut keterangan kepala SMK
Miftahul Huda, digunakan dalam rangka membimbing guru dalam
memecahkan permasalahan, dan mendorong guru meningkatkan
kemampuan profesionalnya. Pembicaraan individu dalam prosesnya
menekankan pada hubungan keakraban antara kepala SMK Miftahul
Huda dengan guru yang disupervisi. Interaksi yang terjadi diantara
keduanya adalah interaksi hubungan kesejawatan ataupun rekan/mitra
kerja yang sama- sama memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajaran. Suasana keakraban pada
kegiatan supervisi yang diciptakan oleh kepala SMK Miftahul Huda
65
melalui teknik pembicaraan individual seperti ini, tentu saja sangat
kondusif bagi upaya penggalian berbagai persoalan ataupun kendala
yang dihadapi guru selama menjalankan tugasnya, yang pada akhirnya
secara bersama-sama melakukan atau mencari penanganan kendala atau
masalah tersebut.
Mengenai kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah
terhadap guru di SMK Miftahul Huda Limbangan,
Supervisi pelaksanaan pembelajaran dilakukan untuk mengatasi
kelemahan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan metode
pembelajaran yang kurang variatif dan penggunaan alat peraga yang
kurang. Langkah yang dilakukan kepala sekolah menyampaikan ke
pengurus KKG dan bersama membuat program dalam meningkatkan
kemampuan guru dengan seminar, bimtek dll. Selain itu juga melakukan
studi banding (wawancara dengan kepala SMK Miftahul Huda tanggal
24 Nopember 2016)
Dalam pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah diketahui faktor pendukung dan penghambat,
sebagaimana hasil wawancara
Faktor pendukung terutama guru memiliki motivasi untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran serta didukung dengan siswa yang
terintegrasi dengan pondok pesantren, sehingga memudahkan dalam
mengendalikan proses pembelajaran. Selain itu faktor guru bukan
sekedar mencari pekerjaan, tetapi lebih banyak pada pengabdian untuk
mengembangkan ilmu (wawancara dengan kepala SMK Miftahul Huda
tanggal 24 Nopember 2016)
Dalam mewujudkan pelaksanaan supervisi tentunya juga terdapat
banyak kendala, yang diungkapkan oleh kepala SMK Miftahul Huda
sebagai berikut:
Kendala yang dihadapi dalam supervisi adalah banyaknya kegiatan
sekolah sehingga waktu pembinaan yang kurang. solusi agar supervisi
akademik yang dilakukan dapat meningkatkan kemampuan guru
66
bekerjasama dengan KKG (wawancara dengan kepala SMK Miftahul
Huda tanggal 24 Nopember 2016).
2. Pendekatan Supervisi Akademik Kepala SMK Miftahul
Huda
Strategi supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda akan
berhasil bila dilakukan dengan pendekatan yang efektif. Pendekatan
supervisi akademik yang efektif yang dilakukan kepala SMK Miftahul
Huda dalam meningkatkan kompetensi profesional guru adalah:
a. Menciptakan Hubungan yang Harmonis.
Langkah pertama dalam pembinaan dan supervisi akademik
kepala SMK Miftahul Huda kepada guru adalah menciptakan
hubungan yang harmonis antara Kepala SMK Miftahul Huda dan
guru, serta semua pihak yang terkait dengan program pembinaan dan
peningkatan kompetensi profesional guru. Dalam upaya
melaksanakan supervisi akademik memang diperlukan kejelasan
informasi antar personil yang terkait. Tanpa kejelasan informasi,
guru akan kebingungan, tidak tahu yang diharapkan Kepala SMK
Miftahul Huda, dan meyakini bahwa tujuan pokok dalam
pengukuran kemampuan guru, sebagai langkah awal setiap
pembinaan keterampilan pembelajaran melalui supervisi akademik,
adalah hanya untuk mengidentifikasi guru yang baik dan yang
kurang terampil dalam mengajar. Padahal seandainya ada kejelasan
informasi, tentu tidak akan terjadi guru yang demikian.
67
Salah satu langkah yang dilakukan kepala SMK Miftahul
Huda dalam Supervisi akademik yang efektif di Kecamatan
Limbangan adalah kepala SMK Miftahul Huda menjalin hubungan
yang harmonis dengan mendekati orang yang disupervisi sehingga
dimungkinkan data yang diperoleh objektif serta mampu
memberikan solusi bagi permasalahan yang muncul secara tepat.
Pendekatan ini tepat digunakan kepada guru yang telah berhasil
mengembangkan kompetensi dan motivasinya tetapi membutuhkan
teman untuk berbagi ide dalam pengembangan lebih lanjut.
Terciptanya suasana akrab dan saling memahami antar kepala
SMK Miftahul Huda dengan guru karena kepala SMK Miftahul
Huda menempatkan dirinya sebagai mitra bagi guru yang disupervisi
bukan mencari kesalahan guru. kepala SMK Miftahul Huda
mengenal dengan detail guru-guru yang dibinanya sehingga timbul
keakraban. Dengan timbulnya keakraban antara kepala SMK
Miftahul Huda dengan guru, maka ketika kepala SMK Miftahul
Huda datang bukan sesuatu yang dianggap aneh, angker atau ditakuti
guru maupun Kepala SMK Miftahul Huda. Namun, kepala SMK
Miftahul Huda di sekolah akan dirindukan oleh guru. Kepala SMK
Miftahul Huda demikianlah yang dikatakan berhasil dalam
menjalankan tugas sebagai kepala SMK Miftahul Huda. Hasil
wawancara dengan Muthoharoh (GTY)
Komunikasi dan kerjasama yang dilakukan kepala sekolah dan guru
68
cukup baik Selama ini. Hubungan kepala sekolah dan guru
harmonis. Walaupun intensitas supervisi dirasakan kurang namun
bila ada hal-hal dan informasi penting yang terkait dengan
pembelajaran ataupun atau kegiatan sekolah maka kepala sekolah
akan mengadakan rapat yang diadakan rutin setiap jum’at
(wawancara dengan Muthoharoh, guru SMK Miftahul Huda tanggal
25 Nopember 2016)
Berdasarkan wawancara dengan guru SMK Miftahul Huda
menyebutkan bahwa mereka merasa dekat dengan kepala SMK
Miftahul Huda, sehingga ketika muncul permasalahan pembelajaran
mereka mengkonsultasikan kepada kepala SMK Miftahul Huda.
Dengan terjalinnya hubungan baik antara kepala SMK Miftahul
Huda dan guru maka tumbuh komitmen bersama untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Sehingga peran kepala SMK
Miftahul Huda yang dirasakan oleh guru dengan tidak tergantung
pada kontinuitas kunjungan kepala SMK Miftahul Huda di sekolah.
Guru SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan menyadari bahwa
kepala SMK Miftahul Huda mempunyai banyak tugas yang perlu
disupervisi. Sehingga dengan komunikasi yang baik antara guru dan
kepala SMK Miftahul Huda dalam meningkatkan profesionalitas dan
meningkatkan kualitas pendidikan guru selalu sadar akan tanggung
jawabnya. Selain itu dalam melakukan supervisi akademik, kepala
SMK Miftahul Huda juga melakukan pendekatan dengan menjalin:
1) Kerjasama dengan KKG
KKG adalah salah satu wadah guru dalam
mengembangkan kompetensinya melalui kerjasama, diskusi,
69
sharing pengalaman dalam mempersiapkan pembelajaran dan
mengatasi masalah pembelajaran di kelas. Tujuan utama KKG
pada aspek kualitas pembelajaran, bukan sekadar atau terkesan
menjadi ‟ajang kumpul‟ bagi guru. KKG adalah wadah
pembinaan, baik pembinaan yang dilakukan oleh sesama guru,
kepala SMK Miftahul Huda dan kepala sekolah, bahkan pihak-
pihak lain seperti widiaiswara LPMP dan dosen LPTK.
Menyadari akan hal tersebut, maka kepala SMK Miftahul Huda
Kecamatan Limbangan melakukan kerjasama dengan pengurus
KKG dalam meningkatkan kemampuan guru guru sebagai upaya
peningkatan kualitas pendidikan agama di sekolah.
Menurut wawancara Penulis dengan Nugroho Agung
guru SMK Miftahul Huda menyatakan bahwa
Peran kepala SMK Miftahul Huda dalam meningkatkan
kemampuan guru cukup besar. Pada awalnya antusiasme guru
untuk mengikuti kegiatan supervisi kurang. Kegiatan supervisi
yang lazim diadakan tiap hari Sabtu minggu kedua dan minggu
keempat ternyata belum sesuai dengan harapan bagi beberapa
guru yang menganggap bahwa kegiatan supervisi hanya
merupakan serangkaian kegiatan yang belum menyentuh
masalah pembelajaran, malah cenderung bersifat administrative.
Namun demikian kemudian oleh kepala sekolah selalu diperbaiki
(wawancara tanggal 24 Nopember 2016).
Melihat fenomena demikian maka kepala SMK Miftahul
Huda dan guru-guru yang mengikuti supervisi bertemu bersama
untuk mengatasi persoalan ini. Hasil pertemuan dalam rapat
disampaikan bahwa agar dalam supervisi bukan hanya masalah
administrasi pembelajaran saja, tetapi menyentuh pada prinsip
70
dan metode pembelajaran yang tepat.
Dengan pembinaan kepala SMK Miftahul Huda dan
program kerja yang dilaksanakan pada KKG terbukti mampu
meningkatkan kemampuan guru-guru khususnya kompetensi
profesional baik dalam menyusun perangkat pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, penggunakan IT, peningkatan dalam
pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa SMK meliputi
prestasi akademik maupun prestasi dalam berbagai kegiatan
lomba keagamaan.
b. Analisis Kebutuhan
Sebagai langkah kedua dalam pembinaan kompetensi
profesional guru adalah analisis kebutuhan (needs assessment).
Secara hakiki, analisis kebutuhan merupakan upaya menentukan
perbedaan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dipersyaratkan dan yang secara nyata dimiliki. Salah satu prinsip
supervisi pengajaran yang adalah obyektif, artinya dalam
penyusunan program supervisi pengajaran harus didasarkan pada
kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Dalam upaya
memenuhi prinsip ini diperlukan analisis kebutuhan tentang
keterampilan pengajaran guru yang harus dikembangkan melalui
supervisi pengajaran. Adapun langkah-langkah menganalisis
kebutuhan yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda Kecamatan
Limbangan adalah sebagai berikut:
71
1) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah
pendidikan–perbedaan (gap) apa saja yang ada antara
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang nyata dimiliki guru
dan yang seharusnya dimiliki guru, Perbedaan di kelompok,
disintesiskan, dan diklasifikasi.
2) Mengidentifikasi lingkungan dan hambatan-hambatannya.
3) Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi
tambahan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dimiliki guru. Pergunakanlah teknik-teknik tertentu, seperti
mengundang konsultan dari luar sekolah, wawancara, dan
kuesioner.
4) Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusus
pembinaan keterampilan pembelajaran guru.
5) Menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan
pembelajaran guru yang bisa dibina melalui teknik dan media
selain pendidikan.
c. Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru
Esensial supervisi akademik itu sama sekali bukan mengukur
unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan
bagaimana membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalnya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa
terlepas dari pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Pengukuran kemampuan guru dalam mengelola
72
proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa
dihindarkan dalam proses supervisi pembelajaran. Prinsip dasar ini
tampak jelas sekali Esensial langkah atau fase analisis kebutuhan ini
adalah mengukur pengetahuan dan kemampuan untuk menentukan
pengetahuan dan kemampuan guru yang harus dibina. Ini berarti
dalam setiap merencanakan dan memprogram supervisi akademik
selalu diperlukan instrumen pengukuran.
Instrumen pengukuran ini, baik pengetahuan maupun
kemampuan, bila berupa tes-tes tertentu yang secara valid dan
reliabel bisa mengukur pengetahuan dan kemampuan guru dalam
mengelola proses pembelajaran. Khusus untuk mengukur
kemampuan guru, karena lebih berbentuk performansi atau perilaku
(behavioral), biasanya digunakan instrumen observasi yang
mengamati unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Instrumen ini banyak diambil dari yang sudah ada, yang sudah valid
dan reliabel, maupun dikembangkan sendiri oleh supervisor. Hasil
observasi terhadap guru SMK Miftahul Huda secara umum atas
pelaksanaan supervisi adalah sebagai berikut:
73
Tabel 3.4
Hasil Observasi Kinerja Guru setelah Supervisi Akademik
No.
Komponen yang Dinilai
Keterangan
Ada Tidak
1 Rumusan Standar Kompetensi V
2 Rumusan Kompetensi Dasar V
3 Rumusan Indikator Hasil Belajar V
4 Rumusan Tujuan Pembelajaran V
5 Rumusan Materi Pokok V
6 Rumusan Model Pembelajaran
(Pendekatan, Metode, Teknik)
V
7 Rumusan Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
V
8 Rumusan Alat dan Sumber Pembelajaran V
9 Rumusan Penilaian Pembelajaran V
Selain menilai kemampuannya dalam merencanakan
pembelajaran, dalam kegiatan supervisi yang dilakukan oleh Kepala
SMK Miftahul Huda juga dinilai kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti
hasilnya. Beberapa catatan penting yang dapat direkomendasikan
untuk memperkuat hasil penilaian tersebut, yakni sebagai berikut:
Fokus pembelajaran masih pada materi ajar, bukan pada siswa
supaya belajar mengalami sendiri, baik secara individu maupun
74
kelompok. Di mana kegiatan belajar siswa pada tahap eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi, tidak diketahui. Hal ini karena
pelaksanaan pembelajaran kurang berpedoman pada rencana. Tidak
tampak antarsiswa saling belajar, sebagaimana model pembelajaran
yang diupayakan yang bersangkutan.
Evaluasi pembelajaran hanya dilaksanakan di akhir
pembelajaran. Di awal pembelajaran tidak ada evaluasi. Itu sebabnya
kemajuan siswa dalam belajar kurang terukur. Paling tidak dengan
adanya tes awal dan tes akhir, tingkat kemajuannya dapat diketahui.
Hasil belajar siswa di akhir pembelajaran tidak sempat
ditindaklanjuti, karena waktu lebih banyak tersita untuk penyajian
meteri ajar. Itu sebabnya untuk menentukan upaya tindak lanjut yang
tepat, terpaksa harus menunggu hasil refleksi.
Bertolak dari beberapa catatan di atas, penulis memberikan
penilaian terhadap kemampuan yang bersangkutan, seperti tertuang
pada tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5
Observasi Kemampuan dalam Mengajar
No.
Indikator Kemampuan yang Dinilai
Keterangan
Ada Tidak
1 Membuka kegiatan pendahuluan V
2 Mengelola kegiatan eksplorasi V
3 Mengelola kegiatan elaborasi V
4 Mengelola kegiatan konfirmasi V
5 Menumbuh kembangkan karakter V
75
6 Pendayagunaan alat dan sumber V
7 Mengelola evaluasi V
8 Menindaklanjuti hasil evaluasi V
9 Menutup kegiatan pembelajaran V
10 Pemanfaatan waktu dalam setiap kegiatan V
11 Menjelaskan materi ajar disertai contoh V
12 Membimbing dan mengarahkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran
V
13 Memberi solusi terhadap setiap kesulitan
siswa
V
d. Perbaikan Program Supervisi Akademik
Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan kompetensi
profesional guru adalah merevisi program pembinaan. Revisi ini
dilakukan seperlunya, sesuai dengan hasil penilaian yang telah
dilakukan. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) Mereview rangkuman hasil penilaian.
2) Apabila ternyata tujuan pembinaan keterampilan pengajaran guru
tidak dicapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang
terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang menjadi
tujuan pembinaan.
3) Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai maka kepala
SMK Miftahul Huda merancang kembali program supervisi
akademik guru untuk masa berikutnya.
4) Mengimplementasikan program pembinaan yang telah dirancang
kembali pada masa berikutnya.
76
3. Bentuk-Bentuk Supervisi Akademik Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru
Secara garis besar pelaksanaan supervisi akademik kepala
SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu supervisi akademik yang bersifat langsung dan supervisi
akademik yang bersifat tidak langsung. Supervisi akademik bersifat
tidak langsung adalah supervisi dengan materi subtansi akademik seperti
memberi motivasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran,
penyampaian informasi perkembangan teori atau konsep baru di dunia
pendidikan, dan lain sebagainya yang berkait, yang disampaikan pada
forum yang tidak secara khusus disediakan untuk kegiatan supervisi
akademik, misalnya forum pertemuan KKG pada forum ini kepala
SMK Miftahul Huda selalu melakukan pembinaan.
Bentuk lain dari supervisi akademik tidak langsung misalnya
acara-acara peringatan hari besar yang mengundang kepala
SMK Miftahul Huda untuk memberi sambutan dan penceramah, dalam
sambutannya banyak menyampaikan pembinaan bidang akademik dan
memotivasi guru dan seluruh warga SMK yang dikaitkan dengan
konteks tema acara yang sedang berlangsung.
Hasil wawancara dengan M. Basori mengenai bentuk supervisi
77
yang dapat meningkatkan kinerja guru yaitu
Strategi dan bentuk kegiatan supervisi kepala sekolah menurut
guru efektif dalam meningkatkan kemampuan profesional guru. Guru
dapat menyusun perencanaan pembelajaran, metode- metode dalam
belajar, menyusun dan mengajarkan materi ajar sesuai dengan
indikator dan membuat soal yang baik (Wawancara dengan M Basori,
25 Nopember 2016)
Supervisi akademik tidak langsung sebagaimana yang telah
penulis deskripsikan tersebut, secara teoritis tidak mempunyai landasan
yang jelas, tetapi ini dilakukan dan memang sangat diperlukan karena
fakta di lapangan menunjukkan bahwa supervisi tidak langsung sangat
efektif untuk mendukung keberhasilan supervisi akademik yang
sebenarnya, lebih-lebih dalam kaitan memberi dorongan dan motivasi
kepada para guru untuk mengubah paradigma agar terjadi perubahan
kearah peningkatan mutu pendidikan. Demikian juga hasil wawancara
dengan Eva Yuli, salah seorang guru
Supervisi akademik kepala sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran
dilakukan secara kelompok dengan program. Pembinaan metode
mengajar maupun membuat guru model yaitu ketika ada guru di SMK
lain yang lebih baik dalam mengajar kemudian direkam video dan
ditayangkan untuk dianalisis bersama. Selain itu dilakukan dengan
bimtek, kegiatan workshop dan studi banding (Wawancara dengan Eva
Yuli, 25 Nopember 2016)
Sedang yang dimaksud dengan supervisi akademik bersifat
langsung adalah kegiatan supervisi akademik yang telah direncanakan
sebelumnya untuk melakukan kegiatan supervisi akademik. Kegiatan ini
berupa pertemuan kepala SMK Miftahul Huda dengan guru di luar
kelas, di kelas, atau di lapangan. Kepala SMK Miftahul Huda
78
mengadakan pertemuan dengan sejumlah guru di luar kelas untuk
membina, memotivasi, dan mengarahkan hal-hal yang berkaitan
dengan bidang akademik yang meliputi :
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan penulis,
supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda
dalam meningkatkan kemampuan guru-guru memfokuskan pada empat
hal, yaitu:
a. Efektivitas dalam penguasaan materi ajar
Supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul
Huda agar guru menguasai materi pembelajaran dilakukan dengan
melakukan pembinaan dan bimbingan dalam menganalisis materi
meliputi standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi
(SK), dan Kompetensi dasar materi pelajaran. Langkah pertama yang
dilakukan oleh kepala SMK Miftahul Huda dalam supervisi ini
adalah kepala SMK Miftahul Huda dan 2 orang guru SMK Miftahul
Huda mengikuti kegiatan analisis yang diadakan oleh Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal dengan narasumber
dosen. Kegiatan yang dilaksanakan selama lima hari tersebut mampu
memberikan pemahaman dan wawasan bagi kepala SMK Miftahul
Huda dan guru dalam melakukan analisis materi mulai dari analisis
SKL, SK, KD dan urutan penyampaian materi dan cara
mengajarkannya. Hasil wawancara dengan Aziz Zaeni Kelas XI
TKR setelah guru dilakukan supervisi oleh kepala sekolah saat
79
mengajar di kelasnya
Pada saat guru mengajar diawasi kepala sekolah, dalam
pembelajaran, siswa dibentuk kelompok dengan metode diskusi dan
pemberian tugas. Interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa berjalan baik dan lancar. Pengaturan waktu efektif dan efisien
Tingkat keberhasilannya baik, setelah guru mengadakan tanya
jawab kemudian tes lisan sehingga siswa mudah memahami materi
yang disampaikan. Suara guru dalam mengajar baik dan cukup
jelas (Wawancara dengan Aziz Zaeni, 26 Nopember 2016)
Kegiatan tersebut selanjutnya diimbaskan dan disampaikan
oleh Kepala SMK Miftahul Huda dalam forum KKG. Setelah guru-
guru SMK memiliki dasar dalam menganalisis materi maka kepala
SMK Miftahul Huda membentuk 6 kelompok yang melakukan
analisis materi dari kelas X sampai kelas XII SMK. Guru-guru
melakukan analisis materi secara langsung sehingga dapat
menguasai materi pembelajaran dan cara penyampaiannya. Langkah
yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda dalam supervisi
akademik ini adalah dengan mengajak guru:
1) mencermati Standar Kompetensi dan kompetensi dasar dari
materi pelajaran.
2) Menentukan tingkat berpikir materi ajar tersebut dengan
mengklasifikasikannya apakah kompetensi dasar materi tersebut
berupa kognitif tingkat pertama (C1), Kognitif tingkat kedua
(C2), kognitif tingkat ketiga (C3) dan atau afektif tingkat
pertama (A1), Afektif tingkat kedua (A2), Afektif tingkat ketiga
(A3), dan atau Psikomotorik tingkat pertama (P1), Psikomotorik
80
tingkat kedua (P2), Psikomotorik tingkat tingkat ketiga (P3)
3) Membuat Indikator yang sesuai dengan kompetensi dasar (KD)
dari materi yang sudah dimapping sesuai dengan tingkat
berpikir (TB) minimal 2 indikator pada tiap satu KD
4) Langkah selanjutnya setelah selesai pemetaan SK, KD dan
Indikator disertai tingkat Berpikirnya (TB) maka dibuatlah
analisis materi pembelajaran dengan langkah: menentukan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, menyusun materi
pembelajarannya dari berbagai sumber bahan ajar yang sesuai
dan sumber/ bahan ajarnya.
5) Langkah selanjutnya adalah memasukkan konsep-konsep materi
pembelajaran tersebut sehingga menjadi materi lengkap yang
dapat diaplikasikan bagi kegiatan pembelajaran peserta didik.
Dengan supervisi akademik secara langsung dalam bentuk
bimbingan teknis, maka guru-guru mempunyai penguasaan materi
pembelajaran yang cukup baik. Hasil analisis materi tersebut
menjadi dokumen KKG dan disebarluaskan kepada guru-guru.
Supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul
Huda dalam kegiatan KKG sangat dirasakan manfaatnya oleh guru-
guru. Berdasarkan wawancara penulis dengan guru-guru
(Wawancara tanggal 24 Nopember 2016) mereka menyebutkan
kemampuan mereka meningkat dalam melakukan analisis terhadap
materi. Supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul
81
Huda sangat efektif. Pada awalnya guru-guru khususnya yang sudah
berusia di atas 50 tahun kesulitan menganalisis materi, namun
dengan bimbingan teknis dari kepala SMK Miftahul Huda dan
pendampingan fasilitator dan dipraktikkan dalam kegiatan kelompok
mereka mampu melakukan analisis materi. Mereka merasa terbantu
membuat materi ajar yang sesuai dengan SK, KD dan indikator
walaupun sebagaian masih memilah dari beberapa buku sumber.
Dalam melakukan supervisi terhadap pembuatan administrasi
guru, kepala SMK Miftahul Huda tidak hanya menuntut guru untuk
memiliki memiliki administrasi namun kepala SMK Miftahul Huda
juga memberikan bimbingan kepada guru.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Kurnianingsih
Hidayanti, guru SMK Miftahul Huda, maka supervisi yang
dilakukan kepala SMK Miftahul Huda dalam pembinaan
administrasi guru dilakukan dalam tiga tahap.
Tahap pertama dilakukan pada tahun ajaran baru. Pada
tahun ajaran baru dalam forum KKG kepala SMK Miftahul Huda
memberikan format 28 administrasi guru dalam bentuk soft copy.
Format administrasi ini masih bersifat nasional yang didapatkan
kepala SMK Miftahul Huda dalam kegiatan diklat kepala SMK
Miftahul Huda. Format ini dibagikan kepada guru dengan harapan
guru-guru dapat melakukan Adopsi, Telaah dan Modifikasi sesuai
dengan kondisi sekolah masing-masing (wawancara tanggal 21
Nopember 2016)
Dalam melakukan pengembangan dan pengisian format
administrasi tersebut, kepala SMK Miftahul Huda melakukan
Supervisi secara kelompok pada saat KKG. Setiap kegiatan KKG
kepala SMK Miftahul Huda membahas secara bertahap 28
82
Administrasi guru secara berurutan. Setelah menyampaikan hal
tersebut maka kepala SMK Miftahul Huda memberikan waktu
kepada guru untuk melengkapi administrasi guru.
Dari observasi yang dilakukan peneliti hampir semua guru
sudah memiliki 28 Administrasi guru. Hal ini dilakukan karena KKG
memfasilitasi pembuatan administrasi guru tersebut. Format-format
administrasi yang ada direvisi dan diberikan kepada guru untuk diisi
dan dikembangkan. Namun pengamatan yang dilakukan peneliti
terhadap administrasi guru, dari 17 guru, hanya 12 guru saja yang 28
administrasinya ada dan lengkap. 12 guru yang lain administrasinya
ada tapi tidak lengkap, beberapa format yang diberikan KKG kepada
guru masih kosong dan hanya diganti nama guru dan kepala
sekolahnya saja. Guru- guru mengaku bahwa format tersebut jarang
digunakan dan menganggap terlalu banyaknya administrasi guru
yang harus dipenuhi. Mereka mengaku paham dan mampu membuat
administrasi guru sesuai dengan bimbingan yang dilakukan kepala
SMK Miftahul Huda namun mereka merasa terbebani dengan
administrasi guru yang terlalu banyak. Administrasi persiapan
mengajar guru-guru meliputi Silabus, Prota, Promes, RPP, daftar
hadir, KKM dan daftar Nilai sudah ada, walaupun sebagian besar
silabus dan RPP masih sama dengan format KKG. (hasil observasi
tanggal 17 Nopember 2016)
Supervisi kedua yang dilakukan adalah ketika kepala SMK
83
Miftahul Huda melakukan kunjungan kelas. Dalam kunjungan ini
menurut kepala SMK Miftahul Huda hanya mendatangi guru-guru
yang tersertifikasi yang akan melakukan pemberkasan tunjangan
sertifikasi. Untuk memberikan rekomendasi kepala SMK Miftahul
Huda menanyakan kelengkapan administrasi guru.
Supervisi administrasi guru dan persiapan mengajar yang
ketiga adalah ketika guru-guru akan mengusulkan kenaikan pangkat.
Hal ini dilakukan kepada guru-guru yang berasal dari Dinas
Pendidikan. Kepala SMK Miftahul Huda sebelum melakukan
rekomendasi melakukan supervisi tentang kelengkapan administrasi
guru. Apabila guru sudah komplit administrasinya maka kepala
SMK Miftahul Huda memberikan rekomendasi, namun apabila
belum kepala SMK Miftahul Huda memberikan tenggang waktu
untuk menyelesaikan administrasi tersebut.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka menurut
penulis supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul
Huda sudah cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan guru
menyusun persiapan mengajar dan administrasi. Guru-guru sudah
meningkat kemampuan profesionalnya dalam penyusunan persiapan
mengajar. Hal ini dibuktikan dengan adanya dokumen 28
administrasi guru walaupun belum lengkap. Administrasi guru yang
belum lengkap dikarenakan ada beberapa guru yang sudah
mendekati masa pensiun dan menganggap beberapa administrasi
84
guru tidak terlalu urgen untuk dibuat dan memberatkan.
b. Efektivitas dalam melaksanakan supervisi proses belajar
mengajar.
Supervisi akademik yang dilakukan kepala SMK Miftahul
Huda dalam pembelajaran dilakukan dengan kunjungan kelas dengan
pertemuan individual dan melalui kegiatan bimbingan kelompok
melalui KKG. Adapun materi supervisi sesuai dengan instrumen
Supervisi Akademik dalam Pelaksanaan pembelajaran yang disusun
oleh pokjawas Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal berdasarkan
buku panduan supervisi akademik sekolah dari Dinas Pendidikan.
Materi tersebut meliputi: Kemampuan guru dalam membuka
pelajaran, sikap guru dalam Proses Pembelajaran, Penguasaan Bahan
Belajar(Materi pelajaran), Kegiatan Belajar Mengajar (Proses
Pembelajaran), Kemampuan menggunakan media Pembelajaran,
Evaluasi Pembelajaran, Kemampuan menutup kegiatan
Pembelajaran dan Tindak lanjut/ Follow up.
Pelaksanaan kunjungan kelas dengan datang ke kelas bagi
guru-guru dilakukan sekali dalam satu semester. Supervisi akademik
secara individual dilakukan kepala SMK Miftahul Huda khususnya
pada guru-guru yang berada di bawah naungan yayasan dan guru-
guru yang sudah sertifikasi. Namun dalam pelaksanaannya tidak
jarang guru-guru hanya dilakukan kunjungan kelas hanya satu kali
85
dalam setahun.
Berdasar wawancara peneliti dengan beberapa guru yang
belum sertifikasi menyatakan bahwa kepala SMK Miftahul Huda
belum pernah mengadakan kunjungan kelas. Kunjungan yang
dilakukan kepala SMK Miftahul Huda kepada mereka biasanya
hanya pada saat monitoring Ulangan Semester I.
Hal tersebut memang dibenarkan oleh Kepala SMK
Miftahul Huda. Kepala SMK Miftahul Huda menyatakan bahwa
program supervisi kunjungan kelas memang dilakukan kepada guru-
guru yang sudah mendapatkan sertifikasi. Langkah yang dilakukan
kepala SMK Miftahul Huda dalam supervisi akademik teknik
kunjungan kelas, pertama memberikan instrumen supervisi
akademik pelaksanaan pembelajaran kepada guru yang akan
disupervisi. Kedua, membuat kesepakatan waktu supervisi antara
kepala SMK Miftahul Huda dan guru yang akan disupervisi.
Kebijakan yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda ini agar guru
yang akan disupervisi mampu meningkatkan dan menampilkan
kemampuan terbaiknya dalam kegiatan pembelajaran dengan
memilih kelas dan materi pembelajaran.
Pelaksanaan supervisi akademik yang demikian
menunjukkan bahwa kepala SMK Miftahul Huda dalam melakukan
supervisi berusaha meningkatkan kemampuan guru dalam
86
pembelajaran bukan untuk mencari-cari kesalahan guru. Hasil
pengamatan supervisi kepala SMK Miftahul Huda kemudian dibahas
bersama dengan guru untuk merumuskan beberapa kelemahannya
walaupun tidak dilakukan kepada semua guru. Selain itu informasi
hasil supervisi juga disampaikan kepada Pengawas Sekolah agar
melakukan pembinaan kepada guru yang bersangkutan.
Pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan kepala
SMK Miftahul Huda dengan metode kunjungan kelas memang
sangat terbatas. Hal ini dilakukan sesuai rencana kerja akademik
Kepala SMK Miftahul Huda karena harus melakukan supervisi
kepada tujuh belas guru, sehingga kepala SMK Miftahul Huda harus
cerdas dalam menyusun jadwal Rencana Kegiatan Supervisi
Akademik individual agar Supervisi Akademik dapat efektif.
Adapun untuk mengatasi keterbatasan kunjungan kelas,
kepala SMK Miftahul Huda melakukan supervisi kelompok melalui
rapat guru dengan yayasan. Salah satu yang dilakukan kepala SMK
Miftahul Huda adalah menyampaikan hasil supervisi tentang
kekurangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga guru
dapat menyusun program kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuan guru.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru,
Program kerja dalam meningkatkan kemampuan guru
berdasarkan masukan dari kepala SMK Miftahul Huda dan rapat
yayasan diantaranya adalah memperbaiki kelemahan guru dalam
metode pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran. Untuk
mengatasi hal tersebut maka guru mengadakan kegiatan seminar
87
tentang penggunaan berbagai model-model pembelajaran yang
menyenangkan dan penggunaan ICT dalam media pembelajaran.
Dalam kegiatan ini guru-guru melaksanakan secara teori dan
praktek bersama (Wawancara dengan Heri Ardiyanto, tanggal 24
Nopember 2016).
Hal lain yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah dengan
menunjuk beberapa guru yang menjadi role model dalam
pelaksanaan pembelajaran. Di SMK Miftahul Huda Kecamatan
Limbangan ditunjuk empat guru yang menjadi model. Keempat
guru tersebut adalah Kurnianingsih Hidayanti, Heru Ardiyanto, Arief
Fahmi dan Nanang Aditya.
Kegiatan lain dalam meningkatkan kemampuan guru-guru
dalam pelaksanaan pembelajaran adalah melaksanaan bencmarking
eksternal. Menurut H. Rohmat, PhD (2012:202) Analisis
benchmarking merupakan proses studi komparasi baik dalam
internal maupun eksternal. Proses dan hasil belajar yang dijadikan
bahan perbandingan pada prinsipnya dapat berasal dari produk
siswa, internal maupun dari eksternal (sekolah lain). Hasil dari
kegiatan ini kemudian menjadi informasi dan pengalaman berharga
bagi guru dalam meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan
pembelajaran di sekolah.
Penggunaan media dan alat peraga pembelajaran juga
menjadi materi supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda
dalam meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran.
88
Berdasarkan hasil Supervisi akademik yang dilakukan kepala
sekolah, kepala SMK Miftahul Huda melihat banyak dari guru
SMK Miftahul Huda yang belum memanfaatkan media dan alat
peraga yang menarik bagi siswa. Menurut kepala SMK Miftahul
Huda penggunaan media dan alat peraga sangat penting dalam
menunjang keberhasilan proses pelaksanaan belajar mengajar.
Supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda dilakukan dengan
menjalin kerjasama dengan pengurus KKG dalam pembuatan
program kerja KKG tentang materi pembuatan dan penggunaan alat
peraga. Hasil dari pertemuan tersebut diadakanlah pelatihan
pembuatan media pembelajaran dan alat peraga yang dilakukan
bersama oleh KKG SMK di Kabupaten Kendal. Kegiatan ini
berlangsung selama tiga hari dengan narasumber berasal dari LPMP
Jawa Tengah yang merupakan juara I tingkat nasional dalam
pembuatan media . Pasca kegiatan ini maka guru-guru khususnya
yang di Kecamatan Limbangan melakukan praktek pembuatan media
dengan menggunakan ICT.
Dalam meningkatkan pembuatan media dan alat peraga,
kepala SMK Miftahul Huda dan KKG juga menawarkan kunjungan
ke SMK N 7 Semarang berguru kepada pengajar. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan dengan lancar. Di SMK N 7 Semarang ini guru-guru
mendapatkan banyak pengalaman berharga untuk membuat alat
peraga dalam sehingga pembelajaran tidak membosankan. Beberapa
89
contoh alat peraga yang didapat kemudian dikembangkan guru
dalam pembelajaran seperti yang dilakukan oleh guru yang menjdi
role model pembelajaran dalam kegiatan KKG
Berdasarkan wawancara penulis dengan Nanang Aditya,
Kegiatan dengan KKG maupun rapat dengan guru mampu
meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
Guru-guru mendapatkan pengalaman berharga dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas, penggunaan model-model pembelajaran
yang menyenangkan dan penggunan media yang selama ini
kelemahan mereka.(wawancara tanggal 21 Nopember 2016)
Kaitannya dengan kegiatan supervisi akademik kepala
SMK Miftahul Huda terhadap peningkatan kemampuan guru dalam
pengelolaan KBM, Guru-guru memberikan jawaban bahwa pada
dasarnya kegiatan supervisi yang dilakukan kepala SMK Miftahul
Huda cukup baik dan dirasakan bermanfaat bagi guru, namun dalam
meningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan KBM. Sebagian
besar guru menyampaikan jawaban bahwa kegiatan supervisi
akademik kepala SMK Miftahul Huda dapat memberikan motivasi
kepada guru untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya
dalam menjalankan tugas. Untuk itu kegiatan supevisi akademik
kepala SMK Miftahul Huda sangat diperlukan oleh guru dalam
rangka memotivasi guru untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya
sehingga proses belajar mengajar secara bertahap senantiasa dapat
ditingkatkan.
Pola kegiatan supervisi akademik yang diterapkan kepala
SMK Miftahul Huda, secara umum menurut sebagian besar guru
90
cukup baik. Kepala SMK Miftahul Huda dalam melakukan kegiatan
supervisi, menurutnya dapat mengembangkannya secara demokratis,
sehingga guru-guru merasa tidak canggung ataupun takut ketika
kepala SMK Miftahul Huda mengadakan kegiatan supervisi terhadap
jalannya proses belajar mengajar.
Aspek lainnya tentang pola yang diterapkan kepala SMK
Miftahul Huda dalam mengadakan kegiatan supervisi akademik
menurut guru cukup efektif, yaitu kepala SMK Miftahul Huda
melibatkan guru model sebagai pendamping. Guru model yang
ditunjuk sebagai pendamping dalam kegiatan supervisi adalah guru
ahli dan dihormati guru-guru yang akan disupervisi. Kegiatan
supervisi dengan melibatkan guru model seperti ini, menurutnya
dapat membuka peluang terjadinya dialog yang dinamis dan terbuka
antara guru dengan supervisor (guru model) sebagai wakil dari
kepala SMK Miftahul Huda.
Dari wawancara penulis dengan guru-guru di SMK Miftahul
Huda Limbangan untuk supervisi penilaian hasil pembelajaran, guru-
guru masih merasakan kurang mendapatan kejelasan tentang teknis
penilaian ataupun penyusunan instrumen penilaian dari kepala SMK
Miftahul Huda. Selain itu dalam penilaian akhlak mulia ini guru
hanya membuat laporan penilaian untuk siswa yang akan lulus
sebagai syarat nilai ijazah saja. Hal ini dilakukan karena tidak
adanya format penilaian yang komplit yang mengintegrasikan antara
91
penilaian pengetahuan, sikap dan psikomotorik sehingga
memudahkan guru menilai siswa.
Berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukan bahwa
supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala SMK Miftahul Huda
lebih menekankan pada penilaian dan pembinaan professional
kinerja guru terkait dengan kemampuan guru dalam penguasaan
materi pembelajaran, membuat perencanaan program pembelajaran,
prosedur pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil
pembelajaran. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh
kepala SMK Miftahul Huda disamping untuk membantu kebutuhan
guru secara rutin, juga sering dilakukan dengan maksud untuk
menilai kinerja guru yang akan diusulkan angka kredit kenaikan
pangkat, yang akan di sertifikasi atau pada guru-guru yang sudah
disertifikasi untuk diusulkan tunjangan profesinya. Informasi ini
penting untuk diungkapkan karena pada prinsipnya supervisi
akademik adalah upaya memberi bantuan atau pembinaanb terhadap
kekurangan, kelemahan atau kesulitan yang dialami guru dalam
pelaksanaan pembelajaran sehingga core business pendidikan dapat
tercapai dengan efektif dan efisien. Permasalahan tersebut dijadikan
bahan untuk menentukan perencanaan program kerja kegiatan
pembinaan kompetensi profesional guru melalui supervisi akademik
kepala SMK Miftahul Huda terhadap guru-guru
Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan melalui
92
wawancara terhadap guru-guru, terungkap bahwa kepala SMK
Miftahul Huda cukup efektif dalam melakukan kegiatan kegiatan
supervisi akademik. Supervisi akademik yang dilakukan kepala
SMK Miftahul Huda menggunakan strategi dan pendekatan yang
tepat. Kepala SMK Miftahul Huda mampu menempatkan diri
sebagai koordinator, konsultan, pemimpin kelompok dan evaluator.
Sebagai coordinator kepala SMK Miftahul Huda mampu
mengkoordinasikan program dan perencanaan pembelajaran.
Sebagai konsultan kepala SMK Miftahul Huda mampu memberikan
bantuan terhadap masalah yang dialami guru. Sebagai pemimpin
kelompok, kepala SMK Miftahul Huda mampu mengembangkan
potensi kelompok KKG dan sebagai evaluator dapat membantu guru
dalam menilai hasil dan proses pembelajaran. Menurut Wiles dalam
Sahertian (2008:25) hal diatas menunjukkan bahwa supervisi dapat
berjalan efektif karena fungsi supervisi adalah membantu (assisting),
memberikan dukungan (Supporting), dan mengajak
mengikutsertakan (Sharring).
Pendekatan yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda
dalam supervisi akademik dengan menciptakan hubungan yang
harmonis dengan praktisi pendidikan di kecamatan Limbangan juga
efektif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru.
Pendekatan yang dilakukan kepala SMK Miftahul Huda tersebut
sesuai dengan peran kepala SMK Miftahul Huda, bahwa peran
93
kepala SMK Miftahul Huda bukanlah mengurui, mengajari dan
mengoreksi bahkan menyalahkan yang diawasi, tetapi melakukan
tindakan sinergitas dengan pembinaan menyeluruh tentang aspek
akademik dan manajerial. Pembinaan model pendampingan beserta
pemecahan masalah yang timbul dilakukan bersama dengan
mempertimbangkan aspek psikologis.(H. Rohmat, 2012:2).
Materi atau program supervisi akademik kepala SMK
Miftahul Huda terdiri dari; aspek perencanaan, pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar, dan kegiatan tindak lanjut. Aspek perencanaan
pembelajaran, yakni program/materi supervisi yang
berhubungan/berkaitan dengan 28 administrasi guru meliputi;
program tahunan, program semester, silabus, Rencana Perangkat
Pembelajaran (RPP), kalender pendidikan, jadwal tatap muka,
agenda harian, daftar nilai, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan
absensi siswa dan analisis Materi ajar pembelajaran dll. Pada
komponen pelaksanaan kegiatan pembelajaran, kegiatan supervisi
diarahkan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas, dimulai
dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti pembelajaran, dan penutup.
Sedangkan pada komponen tindak lanjut, kegiatan supervisi
diarahkan pada pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan
dilakukan upaya perbaikan mutu hasil pembelajaran melalui
supervisi administrasi penilaian pembelajaran dengan jalan
pembimbingan guru di sekolah binaan dan atau melalui KKG
94
sebagai refleksi dan feedback hasil penilaian kinerja.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Supervisi Akademik dan
Solusi Pemecahannya
Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa efektivitas
pelaksanaan supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru terdapat kendala-kendala.
Berikut ini adalah kendala-kendala yang dihadapi oleh kepala SMK
Miftahul Huda dalam supervisi akademik
a. Intensitas supervisi kelas karena keterbatasan waktu
Supervisi akademik akan berhasil jika dilakukan secara
berkesinambungan, yaitu dilaksanakan pada awal dan akhir semester.
Hal ini belum tampak pada supervisi yang dilakukan oleh kepala
SMK Miftahul Huda. Kepala SMK Miftahul Huda dalam
melaksanakan supervisi akademik khususnya kunjungan kelas hanya
dilakukan satu kali dalam satu semester.
“Karena banyaknya kegiatan sekolah, kepala sekolah belum
bisa melaksanakan kunjungan kelas. Hal ini mungkin disebabkan
keterbatasan waktu yang dimiliki kepala SMK Miftahul Huda
sehingga supervisi kunjungan kelas untuk menilai proses
pembelajaran belum bisa dilakukan (Wawancara dengan Kepala
SMK Miftahul Huda, 24 Nopember 2016).
Hasil wawancara dengan salah seorang guru juga menyebutkan
bahwa
“Banyaknya kegiatan di sekolah seringkali guru sibuk dengan
kegiatan pembelajaran dan menyiapkan administrasi. Apalagi guru
95
SMK seringkali banyak kegiatan yang berubah-ubah terutama terkait
dengan program magang dan kegiatan lain. Akibatnya banyak jadwal
supervisi yang belum bisa dilaksanakan (Wawancara dengan Nanang
Aditya, Guru SMK Miftahul Huda, 24 Nopember 2016)
b. Kurangnya Pengembangan Kompetensi Supervisi
Akademik Kepala SMK Miftahul Huda
Kepala sekolah terutama sekolah dengan basis yayasan
seringkali tidak didukung dengan kemampuan kepala sekolah yang
memahami administrasi pendidikan. Pemilihan kepala sekolah lebih
banyak didasarkan pada senioritas. Hasil wawancara dengan kepala
sekolah dan guru
“Saya sebagai kepala sekolah merupakan hasil musyawarah
antara yayasan dan dewan guru, meskipun saya sendiri sering
berkumpul dengan rekan kepala SMK yang lain, karena memang
sebagian besar basis pendidikan guru yang ada di sini tidak
semuanya dari bidang yang linier, sehingga saya sendiri kurang
memahami supervisi dalam arti yang sesungguhnya” (Wawancara
dengan Kepala SMK Miftahul Huda, 24 Nopember 2016)
“Latar belakang pendidikan masing-masing guru memang
berbeda dan bukan dari basic pendidikan, sehingga yang diutamakan
lebih banyak pada pelaksanaan belajar mengajar, sedangkan untuk
pelaksanaan supervisi memang secara procedural hanya mengikuti
kegiatan itu untuk assessment saja” (Wawancara dengan
Muthoharoh, Guru SMK Miftahul Huda, 24 Nopember 2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka pemahaman
kepala sekolah dan guru mengenai supervisi dipengaruhi oleh waktu
dan latar belakang pendidikan kepala SMK dan guru yang berasal dari
latar belakang non kependidikan. Untuk mengatasi hal tersebut
diperlukan langkah yang tepat untuk meningkatkan pelaksanaan
supervisi.
96
Memprogramkan secara rutin kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang peningkatan kompetensi kepala SMK Miftahul Huda,
terutama yang berkaitan dengan kompetensi profesional dengan
tujuan untuk meningkatkan kompetensi akademik kepala SMK
Miftahul Huda. Kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya tersebut,
di antaranya adalah: a) kegiatan pendampingan tugas pokok dan
fungsi kepala SMK Miftahul Huda; b) Diskusi terprogram; c) Forum
ilmiah; d) Kegiatan ilmiah; e)) Studi banding; dan f) Rakor kepala
SMK Miftahul Huda.
97
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah
terhadap guru, diketahui bahwa selama ini kegiatan supervisi kepala sekolah
terhadap guru memang tidak terjadwal dan tidak dilaksanakan secara berkala
dengan menggunakan metode yang tepat. Dampak dari semua itu menyebabkan
kinerja guru masih sangat kurang. Dengan adanya kegiatan supervisi kepala
sekolah terhadap guru yang dilaksanakan secara teratur, kepala sekolah mampu
merencanakan tujuan, jadwal dan teknik supervisi yang tepat dalam rangka
meningkatkan kinerja guru SMK Miftahul Huda. Sebelum dilakukan pengamatan,
baik itu kegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap guru
memang masih belum sesuai dengan harapan. Kepala sekolah sebagai pimpinan
memberikan peran penting terhadap kinerja guru, yang salah satunya dapat
diwujudkan melalui pelaksanaan supervisi akademik yang terjadwal dengan baik.
A. Pelaksanaan supervisi akademik yang sudah dijalankan di SMK
Miftahul Huda Kecamatan Limbangan
1. Penyusunan program-program supervisi
Program-program supervisi yang harus disusun oleh kepala SMK
Miftahul Huda adalah program semester dan bulanan semuanya termuat dalam
program tahunan yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Penyusunan
program supervisi ini secara tidak langsung memberikan acuan dari kepala
sekolah dalam melaksanakan rencana kerja kepengawasan yang bersifat
97
98
rencana kerja tahunan, semester dan bulanan. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Purwanto (2011:26) bahwa dalam pelaksanaan supervisi, kepala
sekolah membuat perencanaan, baik dalam program tahunan maupun program
semester. Perlunya perencanaan tersebut agar kegiatan dapat terjadwal dengan
baik, guru dapat mempersiapkan kebutuhan akan kegiatan yang dilaksanakan
serta tidak mengganggu program yang lainnya.
a. Program tahunan kepala sekolah
Program tahunan yang dilakukan Kepala SMK Miftahul Huda
merupakan program-program yang disusun untuk mencapai tujuan dan
sasaran tertentu yang akan dilaksanakan selama satu tahun. Atau bisa
diartikan sebagai rekapitulasi dari program semester dan program bulanan.
Yang berupa program-program kunjungan kelas dan program-program
pendidikan melalui pembinaan dan pemantauan terkait melalui jalur
pengembangan prfesionalisme guru seperti; penataran, dan seminar.
b. Menyusun program semester pengawasan
Program semester merupakan rekapitulasi dari program bulanan.
Perencanaan yang harus dipersiapkan sekurang-kurangnya meliputi :
1) Kelas yang dikunjungi/diawasi
2) Waktu/jadwal pengawasan
3) Alat pengumpulan data pengawasan dan analisis data
4) Substansi yang akan diawasi
5) Pendekatan/metode yang akan digunakan
6) Indikator keberhasilan
99
Dari program semester di atas, maka bentuknya adalah merupakan
program kerja kunjungan kelas. Sedangkan untuk mengkoordinir sebagai
langkah evaluatif secara bulanan oleh pengawas setempat mengambil
kebijakan agar setiap bulan sekali membuat laporan bulanan.
2. Perumusan tujuan dan program
Secara umum tujuan kepala sekolah adalah membantu memperbaiki
dan meningkatkan pengelolaan pendidikan di sekolah. Dalam suatu program,
biasanya ada 2 tujuan, yaitu tujuan ideal dan tujuan yang mungkin dapat
dilaksanakan. Tujuan ideal itu sendiri adalah ide-ide yang dicita-citakan
sebagai sesuatu yang terbaik, sedangkan tujuan yang mungkin dapat dicapai
adalah gambaran ideal yang sudah dibahas dan dikaji berdasarkan perkiraan
kemampuan indikator keberhasilan yang dapat diselesaikan.
Sedangkan sasaran /target program supervisi meliputi; dari aspek
edukatif/profesioanal dan aspek administratif. Adapun aspek
edukatif/profesional meliputi; kurikulum, proses belajar mengajar, standar
pendidikan, UTS, penilaian dan kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan dari
aspek adminsitrasi meliputi; administrasi sekolah, kepegawaian, kesiswaan,
guru, laboratorium dan sebagainya.
3. Pelaksanaan Supervisi
Dalam hal ini pelaksanaan supervisi dimulai dari beberapa hal diantaranya:
a. Menyiapkan instrumen dan mekanisme pengumpulan serta pengolahan
data instrumen
Supervisi menurut Danim (2010: 42) merupakan sarana pokok yang
100
harus digunakan oleh kepala sekolah dalam menjaring berbagai
data/informasi yang dibutuhkan dari kelas. Instrumen tersebut bisa berupa
kisi-kisi pertanyaan atau penggunaan alat dari media elektronik. Instrumen
dalam pedoman ketentuan teknis pelaksanaan supervisi disini adalah
berupa kisi-kisi pertanyaan/butir-butir soal sesuai dengan jenis/ bentuk
kunjungan. Penyusunan instrumen atau penjelasan teknis pelaksanaan
supervisi meliputi; tujuan, metode, Alat dan materi/ aspek-aspek
pengawasan yang berbentuk kisi-kisi/ butir-butir soal, instruksi pengisian,
daftar isian identitas.
b. Menyiapkan formulir pengawasan yang diperlukan
Formulir yang diperlukan dan harus diisi oleh kepala sekolah
maupun dalam kegiatan pengawasan, meliputi :
1) Formulir A1, yaitu lembaran yang harus diisi oleh setiap guru yang
merupakan data lengkap guru dan sekaligus daftar lengkap sekolah.
2) Formuli A2, yaitu pencatatan data pada formulir A1 oleh pengawas
yang berfungsi untuk menyusun jadwal kegiatan pengawasan yang
akan dilakukannya.
3) Formulir B1 yaitu untuk membuat jadwal kegiatan tahunan baik
berupa frekuensi kunjungan sekolah selama setahun.
4) Formulir B2, yaitu lembaran penjadwalan kegiatan mingguan yang
merupakan penjabaran dari kegiatan bulanan.
5) Formulir C1, yaitu lembaran yang perlu diisi dalam kegiatan
kunjungan kelas
101
6) Formulir C3, yaitu dari hasil rekapitulasi data kegiatan guru yang
digunakan sebagai laporan kepada atasan
c. Persiapan dan Prosedur-Prosedur Kunjungan
Persiapan kunjungan kepengawasan ke kelas dilakukan dengan prosedur
minimal:
1) Guru yang hendak dikunjungi harus sudah menerima pemberitahuan
sekurang-kurangnya satu minggu sebelumnya
2) Dalam surat pemberitahuan agar disebutkan: agenda kerja selama di
kelas tersebut, dokumen apa saja yang perlu disiapkan pada saat
kunjungan dan, tujuan dan hasil yang diharapkan dari kunjungan
tersebut.
3) Segala perlengkapan dokumentasi yang diperlukan oleh kepala
sekolah dalam pelaksanaan kunjungan seperti; buku kurikulum,
instrumen pengumpulan data, alat perekam dan lain sebagainya agar
dipersiapkan dan dilakukan pengecekan ulang atas kesiapan dan
kelengkapan sehari sebelum kunjungan.
Sedangkan prosedur kerja dari pelaksanaan kunjungan supervisi, yaitu:
1) Kepala sekolah datang ke kelas sesuai hari dan tanggal serta jam
kedatangan yang disampaikan dalam surat pemberitahuan.
2) Kepala sekolah membawa dan memperlihatkan surat tugas (ST)
kunjungan kepada kepala guru yang dikunjungi
3) Apabila bentuk/jenis kunjungan kelas, maka kepala sekolah hanya
mengamati daftar hadir guru yang bersangkutan, kelengkapan
102
administratif, data kegiatan pendidikan dan lain-lain.
4) Apabila bentuk/jenis kunjungan kelas, maka kepala sekolah menuju
kelas dan pihak guru yang sesuai dengan yang diberitahukan dalam
surat tugas.
5) Dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah
dipersiapkan, kepala sekolah melakukan pengamatan.
6) Setelah melakukan pengamatan dan terjaringnya data serta adanya
ditemukannya permasalahan yang harus di supervisi, melalui
pendekatan secara langsung kepala sekolah melakukan dialog dan
pembinaan setelah pihak guru meninggalkan kelas/berada diruang
guru. (hasil wawancara dengan pengawas sekolah)
d. Tahap observasi kelas
Tahap ini dilaksanakan pada waktu guru mengajar atau melakukan
latihan mengenai tingkah laku mengajar yang telah sama-sama
dipilih/disepakati bersama pada tahap pertemuan awal. Sementara itu
aspek-aspek yang diamati juga harus disesuaikan dengan kesepakatan
bersama pada waktu pertemuan awal. Dalam tahap ini ada 3 kemungkinan
pemusatan perhatian yang dilakukan pengawas, yaitu ; guru, siswa, atau
interaksi guru dengan siswa.
1) Pengamatan pada guru, antara lain bagaimana guru melalui dan
mengahiri KBM, tingkat penguasaan materi yang sesuai dengan
rencana pembelajaran yang dibuat dan penguasaan kelas dalam KBM
hal ini sesuai dengan wawancara yaitu “apakah pengawas
103
membimbing guru dalam pelaksanaan pembelajaran jawab bimbingan
dilakukan diawal tahun ajaran dan diawal semester dengan
penentuan/pembuatan RPP, model, metode, KKM dan melalui
koordinator mapel”.
2) Pengamatan pada siswa, maka supervisor mencatat beberapa banyak
siswa memberikan respon terhadap pertanyaan guru dan sebaliknya
keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru.
3) Pengamatan pada interaksi guru dan siswa selama KBM pendekatan
yang dilakukan oleh supervisor dalam pelaksanaan supervisi terhadap
guru yaitu pendekatan dalam rangka membimbing seperti guru
mengajar yang suaranya pelan maka diarahkan pada saat rapat atau
pada saat itu juga.
4. Evaluasi dan Hasil supervisi
Evaluasi/penilaian yang dimaksudkan adalah penilaian terhadap pelaksanaan
kegiatan supervisi, yang meliputi a) keterlaksanaan program supervisi, b)
kemantapan instrumen, c) hasil supervisi dan, d) kendala yang dihadapi.
Evaluasi proses dari hasil supervisi dilakukan secara terus-menerus. Penilaian
proses dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan kunjungan kelas, sedangkan
evaluasi hasil dilakukan pada akhir kegiatan program supervisi.
Masalah yang kompleks dan tidak mudah dalam menyelesaikan kasus
pengelolaan proses pembelajaran merupakan bagian yang dapat diselesaikan
dengan supervisi. Terlebih lagi ketika masalah itu berkaitan dengan kualitas
pengelolaan proses pembelajaran. Sudah menjadi rumus yang baku untuk bisa
104
berlangsungnya hal itu diperlukan segala sesuatunya yang berkualitas, baik SDM
guru, material, maupun proses berlangsungnya. Dalam rangka mengupayakan
kualitas ini, peran serta kepala sekolah akan sangat mewarnai peran serta guru dan
siswa. Kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi merupakan bagian integral
dari kemampuan profesional kepala sekolah yang berkualitas. Tanpa
berkemampuan melakukan supervisi dengan didampingi pengawas yang
berkualitas, mustahil kepala sekolah SMK Miftahul Huda berhasil meningkatkan
kualitas kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Kegiatan supervisi oleh kepala sekolah diawali dengan penyusunan
program kerja yang dilandasi oleh hasil pengawasan pada tahun sebelumnya.
Dengan berpedoman pada program kerja yang disusun, dilaksanakan kegiatan inti
pengawasan meliputi penilaian, pembinaan, dan pemantauan pada setiap
komponen sistem pendidikan di sekolah binaannya. Pada tahap berikutnya
dilakukan pengolahan dan analisis data hasil penilaian, pembinaan, dan
pemantauan dilanjutkan dengan evaluasi hasil pengawasan dari setiap guru dan
dari semua guru binaan. Berdasarkan hasil analisis data, disusun laporan hasil
supervisi yang menggambarkan sejauhmana keberhasilan tugas kepala sekolah
dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan di sekolahnya. Sebagai
tahap akhir dari satu siklus kegiatan pengawasan sekolah adalah menetapkan
tindak lanjut untuk program pengawasan tahun berikutnya. Tindak lanjut supervisi
diperoleh berdasarkan hasil evaluasi komprehensif terhadap seluruh kegiatan
pengawasan dalam satu periode.
105
Menurut Nana Sudjana dan Surya Dharma (2013:36) output pengolahan
dan analisis data hasil supervisi harus mampu memberikan gambaran mengenai
kondisi sekolah baik secara kualitatif maupun kuantitatif sebagai dasar dalam
menyusun program pengawasan berikutnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa fungsi
kepala sekolah yang berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan,
pemantauan, penilaian dan pelatihan profesional guru dalam (1) merencanakan
pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran, (3) menilai hasil pembelajaran, (4)
membimbing dan melatih peserta didik dan (5) melaksanakan tugas tambahan
yang yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja
guru.
Supervisi akademik kaitannya dengan tugas kepala sekolah adalah
berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan dan penilaian
kinerja guru dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian hasil pembelajaran dan
pembimbingan serta pelatihan peserta didik. Kegiatan supervisi akademik ini
fokus pada pembinaan guru sesuai kondisi sebenarnya di sekolah tentang
kemampuan pendidik dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik.
Selanjutnya pemantauan fokus pada standar isi, standar kompetensi
lulusan, standar proses, dan standar penilaian. Kepala sekolah sebagai supervisor
dapat mengembangkan supervisi akademik dengan memberikan motivasi dan
memberikan pelayanan supervisi akademik secara optimal kepada para pendidik
sesuai kondisi pendidik yang ada di sekolah. Dari kegiatan ini diharapkan terjadi
perubahan perilaku pendidik ke arah yang lebih berkualitas dan akan
menimbulkan perilaku belajar peserta didik menjadi lebih baik. Proses
106
pembelajaran yang berkualitas dan hasil belajar peserta didik yang baik
merupakan satu indikator keberhasilan kinerja kepala sekolah. Untuk itu kepala
sekolah perlu mengembangkan supervisi akademik melalui dengan membuat
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta tindak lanjut supervisi akademik.
Dengan demikian kemampuan melaksanakan supervisi bagi seorang kepala
sekolah untuk memberikan bantuan kepada pendidik dan tenaga kependidikan
untuk mengembangkan proses pendidikan yang lebih baik. Kepala sekolah
sebagai pimpinan dalam sebuah lembaga pendidikan dapat mengembangkan
pembinaan guru dengan memberikan motivasi dan memberikan pelayanan sesuai
kebutuhan pendidik di sekolah yang dipimpinnya.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Supervisi Akademik dalam
Meningkatkan Kinerja Guru SMK Miftahul Huda Kecamatan
Limbangan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dalam melaksanakan
supervisi di SMK Miftahul Huda Limbangan, diketahui faktor yang
mempengaruhi supervisi diantaranya adalah Dalam mencapai tujuan yang
telah direncanakan, kadang-kadang seorang perencana tidak dapat
melepaskan diri dari banyak hal, antara lain dari faktor internal (dalam diri
sendiri) dan faktor eksternal (dari luar dirinya sendiri). Kedua faktor inilah
yang sangat mempengaruhi dalam perencanaan supervisi pendidikan.
Menurut Purwanto (2011: 24) faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
supervisi adalah faktor internal yaitu faktor yang ada diri kepala sekolah,
sedangkan faktor eksternalnya yaitu guru, siswa dan faktor lingkungan
107
masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah Sekolah itu berada dikota
besar, di kota kecil, atau di pelosok Desa. Dilingkungan masyarakat orang-
orang kaya dan lingkungan orang-orang yang kurang mampu. Lingkungan
masyarakat intelek, pedagang, petani dan lain-lain. Selanjutnya adalah
besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepada sekolah,
apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah
guru dan muridnya memiliki halaman dan tanah yang luas. Tingkatan dan
jenis sekolah juga mempengaruhi pelaksanaan supervisi. Apakah sekolah
yang dipimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SMP atau SMK, SMA dsb.
Semuanya memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu. Faktor keadaan
guru-guru dan pegawai yang tersedia sebagai subyek supervisi juga akan
sangat mempengaruhi. Apakah guru-guru disekolah itu pada umumnya
sudah berwenang, bagaimana kehidupan sosial ekonomi, hasrat
kemampuannya dan sebagainya. Yang terakhir adakah kecakapan dan
keahlian kepala sekolah itu sendiri. Ini adalah faktor yang terpenting.
Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala
sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang
diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya, sebaliknya, adanya
kecakapan dan keahlian yang dimiliki kepala sekolah, segala kekurangan
yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu
berusaha memperbaikinya dan menyempurnakannya.
1. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan supervisi kepala
108
sekolah adalah faktor-faktor yang ada dan berasal dari diri kepala
sekolah. Adapun faktor yang dimaksud, antara lain :
a. Kemampuan profesional dan wawasan baik tentang subtansi
kepengawasan maupun manajerial jalannya program pengawasan
yang memadai.
b. Sikap mental yang kurang sehat dari pembina, yang disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut :
1) Hubungan profesional yang meskipun sudah berupaya agar
terjalin suasana keakraban namun belum dapat diwujudkan
dengan baik
2) Masih ada Kepala sekolah dan guru merasa berpengalaman
sehingga tidak merasa perlu untuk belajar lagi
3) Pembina dan guru merasa cepat puas dengan hasil belajar siswa
c. Kurang adanya tanggungjawab, terlalu lunak dan masa bodoh
terhadap jalannya kepengawasan
d. Pembina banyak yang sudah lama tidak mengajar, sehingga banyak
dibutuhkan bekal tambahan agar dapat mengikuti perkembangan
baru.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berada di luar diri kepala
sekolah, akan tetapi turut mempengaruhi tugas-tugas kepala sekolah
dan pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Adapun yang dimaksud
faktor eksternal tersebut, antara lain :
109
a. Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan yaitu suatu kebijaksanaan yang telah
ditetapkan sebagai dasar bagi seorang aparat, termasuk untuk
melaksanakan tugas. Adapun secara hierarki peraturan perundang-
undangan yang mempengaruhi pelaksanaan tugas sekaligus dalam
perencanaan tugas kepala sekolah, meliputi; UU No. 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas tahun 2003. Namun seringkalinya berubah aturan
tersebut menjadikan pelaksanaan supervisi sering mengalami
hambatan karena lebih banyak disibukkan dengan tugas lain seiring
dengan berubahnya aturan tersebut. Akibatnya supervisi tidak dapat
dilakukan sesuai dengan jadwal yang direncanakan.
b. Dari pihak guru
1) Guru berasal dari latar belakang non pendidikan
2) Kurang adanya semangat kerja
2) Kurang kesediaan bekerja sama dan berkomunikasi
3) Kurang kecakapan dalam melaksanakan tugas
4) Kurang menguasai metode mengajar
5) Kurang memahami tujuan dan program kerja
6) Kurang mentaati peraturan ketertiban dan sebagainya
c. Dari pihak murid
1) Kurang kerajinan dan ketekunan
2) Kurang mentaati ketertiban
3) Kurang keinsyafan perlunya belajar dan sebagainya
110
d. Dari pihak sarana dan prasarana
1) Kurang terpenuhi syarat-syarat tentang gedung, halaman,
kesehatan, keamanan dan sebagainya
2) Kurang tersedianya alat-alat pelajaran, seperti bangku, kursi,
lemari, papan tulis dan sebagainya
e. Dari pihak pengawas SMK
1) Kurang adanya tanggungjawab pengabdian
2) Kurang kewibawaan, pengetahuan, dan sebagainya
3) Terlalu otoriter
4) Terlalu lunak, bersikap masa bodoh terhadap program yang
dilaksanakan di sekolah
f. Dana dan anggaran yang telah ditetapkan pada APBD masing-
masing instansi
Urgensi pendanaan dan anggaran sebagai motivasi kerja kepala
sekolahakan mempengaruhi baik dalam perencanaan maupun
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program. Sangat disadari
bahwa upaya yang dilaksanakan instansi pemerintah pusat dalam
penganggaran/ budget pelaksanaan program pengawasan masih
sangat minim.
h. Lingkungan sekolah
Dengan menciptakan lingkungan yang ramah, saling keterbukaan,
kedisiplinan dan kemitraan/ kerjasama lembaga sekolah/ madrasah
dengan pengawas, sangat berpengaruh besar dalam perencaan dan
111
pelaksanaan program pengawasan. yang bertanggungjawab
menciptakan lingkungan yang baik adalah kepala sekolah, guru,
karyawan, murid, serta masyarakat sekitarnya.
Menurut Danim (2010 : 154) supervisi adalah proses kerja supervisor
dalam mendiagnosis, menentukan focus, melakukan bimbingan professional,
dan menilai peningkatan profesionalitas guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, baik secara individual maupun secara kolektif. Supervisi
adalah proses bimbingan professional untuk meningkatkan derajat
profesionalitas guru bagi peningkatan mutu proses pendidikan dan
pembelajaran, khususnya prestasi belajar siswa. Supervisi seharusnya dapat
memberikan kemudahan dan membantu kepala sekolah dan guru
mengembangkan potensi secara optimal. Supervisi harus dapat
meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah sehingga dapat mencapai
efektivitas dan efisiensi program sekolah secara keseluruhan. Namun
demikian, perubahan aturan serta tanggung jawab kepala sekolah yang besar
menjadikan pelaksanaan supervisi belum dapat dilaksanakan secara teratur
sebagaimana yang direncanakan.
Supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh
proses administrasi pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan
efektivitas kinerja pendidik dan tenaga pendidikan di sekolah. Dengan
demikian supervisi merupakan salah satu faktor penting sebagai upaya
meningkatkan kualitas pendidikan melalui kegiatan yang dilakukan oleh
supervisor/kepala sekolah.
112
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat dikemukakan berkenaan dengan supervisi
akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru adalah sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan supervisi akademik kepala SMK Miftahul Huda Limbangan
Kabupaten Kendal dilakukan melalui kegiatan persiapan yaitu dengan
merencanakan kegiatan supervisi yang dimasukkan dalam program
tahunan dan program semester, kemudian ditindaklanjuti dengan
penjadwalan supervisi untuk masing-masing guru. Setelah itu kepala
sekolah mengadakan pelaksanaan supervisi sesuai dengan jadwal
melalui kunjungan kelas dan diskusi sesuai dengan karakteristik guru-
guru yang dilakukan supervisi.
2. Faktor yang mempengaruhi kepala SMK Miftahul Huda Limbangan
dalam supervisi akademik adalah: hubungan profesional antara kepala
sekolah dengan guru yang meskipun sudah berupaya agar terjalin
suasana keakraban namun belum dapat diwujudkan dengan baik dan
masih ada guru yang mengajar/megampu mata pelajaran yang tidak
sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
112
113
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disampaikan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Kepada Kepala Sekolah
a. Melakukan evaluasi atas pelaksanaan metode supervisi yang telah
dilakukan sehingga efektivitas pelaksanaan supervisi dapat
meningkatkan kinerja guru.
b. Menjadwal ulang kembali jika kepala sekolah tidak dapat
melaksanakan sueprvisi, sehingga supervisi bukan hanya kegiatan
yang sifatnya formalitas saja.
c. Menyampaikan kepada guru mengenai pentingnya hasil tindaklanjut
dari supervise yang dilaksanakan, terutama dalam hal upaya
meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar.
2. Kepada Guru
a. Hendaknya memperbaiki administrasi pembelajaran, terutama dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis karakter.
b. Memanfaatkan kegiatan KKG dengan baik, terutama bagi guru yang
berasal dari jurusan yang tidak linier dengan mata pelajaran yang
diampu.
114
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
______________. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Damim, Sudarwan. 2010. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru
Algesindo
Hamruni. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Mulyasa, E. 2004. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Sinar Baru Algesindo
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
Purwanto, M. Ngalim. 2011. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Rianse, Usman. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Alfabeta
Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta:
Rineka Cipta
___________.2008. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta
Sardiman AM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 2007. Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Sinar Baru Algesindo
Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
114
115
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta
Trianto. 2010. Sertifikasi Guru dan Usaha Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi
dan Kesejahteraan. Malang: Pustaka Pelajar
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wahyudi, 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar.
Bandung: Alfabeta
1
PEDOMAN WAWANCARA SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA
SEKOLAH
1. Apakah bapak selaku kepala sekolah selalu membuat perencanaan sebelum
melaksanaan supervisi akademik ?
2. Apakah waktu pelaksananya sudah direncanakan terlebih dahulu?
3. Metode apa yang digunakan bapak kepala sekolah dalam mensupervisi guru?
4. Apakah bapak kepala sekolah mengadakan supervisi akademik dengan
mengadakan kunjungan kelas?
5. Apakah bapak kepala sekolah mengadakan supervisi akademik dengan
mengadakan observasi kelas?
6. Apakah bapak kepala sekolah memberikan bimbingan cara-cara mempelajari
pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa?
7. Apakah bapak kepala sekolah membimbing guru-guru dalam hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah?
8. Menurut anda seberapa penting dilaksanakan supervisi akademik oleh kepala
sekolah kepada guru?
9. Apa faktor pendukung dilaksanakanya supervisi akademik kepala sekolah?
10. Apa faktor penghambat dilaksanakanya supervisi akademik kepala
sekolah?
2
PEDOMAN WAWANCARA GURU TERHADAP PELAKSANAAN
SUPERVISI
1. Apakah selaku kepala sekolah selalu menjadwalkan pelaksanaan supervisi
pada setiap guru?
2. Apakah waktu pelaksananya sudah direncanakan terlebih dahulu?
3. Teknik atau metode apa yang digunakan dalam supervisi guru?
4. Apakah kepala sekolah mengadakan supervisi akademik dengan mengadakan
kunjungan kelas?
5. Apakah kepala sekolah mengadakan supervisi akademik dengan mengadakan
observasi kelas?
6. Apakah bapak kepala sekolah membimbing guru-guru dalam hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah?
7. Bagaimanakan tangapan anda tentang pelaksanaan supervisi akademik kepala
sekolah?
8. Menurut anda seberapa penting dilaksanakan supervisi akademik oleh kepala
sekolah kepada guru?
9. Apa faktor pendukung dilaksanakanya supervisi akademik oleh kepala
sekolah?
10. Apa faktor penghambat dilaksanakanya supervisi akademik oleh kepala
sekolah?
0
Pedoman Observasi Pelaksanaan Supervisi Akademik
No
Komponen yang Dinilai
Keterangan
Ada Tidak
1 Rumusan Standar Kompetensi
2 Rumusan Kompetensi Dasar
3 Rumusan Indikator Hasil Belajar
4 Rumusan Tujuan Pembelajaran
5 Rumusan Materi Pokok
6 Rumusan Model Pembelajaran (Pendekatan,
Metode, Teknik)
7 Rumusan Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
8 Rumusan Alat dan Sumber Pembelajaran
9 Rumusan Penilaian Pembelajaran
0
Pedoman Observasi Kemampuan dalam Mengajar
No.
Indikator Kemampuan yang Dinilai
Keterangan
Ada Tidak
1 Membuka kegiatan pendahuluan
2 Mengelola kegiatan eksplorasi
3 Mengelola kegiatan elaborasi
4 Mengelola kegiatan konfirmasi
5 Menumbuh kembangkan karakter
6 Pendayagunaan alat dan sumber
7 Mengelola evaluasi
8 Menindaklanjuti hasil evaluasi
9 Menutup kegiatan pembelajaran
10 Pemanfaatan waktu dalam setiap kegiatan
11 Menjelaskan materi ajar disertai contoh
12 Membimbing dan mengarahkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran
13 Memberi solusi terhadap setiap kesulitan
siswa
0
0
0
FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN
Kepala Sekolah Mempersiapkan Pelaksanaan Supervisi
0
PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK
Suasana Kegiatan Pembelajaran Saat Guru dilakukan Supervisi Akademik
0
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Bahwa Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Eko Prayitno
Tempat /tanggal lahir : Kab. Semarang, 13 Juni 1990
Agama :Islam
Alamat : Dusun Gunung Jayan RT 03 RW 12 desa
Bancak, Kec. Bancak, Kab. Semarang
Riawayat pendidikan:
1. MI Darussalam Bancak : Tahun Lulus 2003
2. SMPN 1 Bancak : Tahun Lulus 2006
3. SMKN 1 Bancak : Tahun Lulus 2009