16
125 Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS MASYARAKAT MULTIKULTURAL Pendahuluan Pada materi ini akan dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan masyarakat multikulutar dan pengelompokkan masyarakat multi kultural secara teoritik maupun praktik dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kompetensi yang diukur dalam materi ini antara lain: UNIT 8 Kompetensi yang diharapkan setelah Anda mempelajari materi ini, sbb.: 1. Mampu membedakan apa yang dimaksud dengan masyarakat multikultural dan membedakan dengan aspek globalisasi 2. Mampu mengidentifikasi berbagai kelompok-kelompok sosial yang terdapat dalam lingkuangan masyarakat.

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPSpjjpgsd.upi.edu/ips/wp-content/uploads/2011/06/Suplemen-Unit-8.pdfMampu membedakan apa yang dimaksud dengan masyarakat multikultural

Embed Size (px)

Citation preview

125

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Pendahuluan

Pada materi ini akan dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan

masyarakat multikulutar dan pengelompokkan masyarakat multi kultural secara

teoritik maupun praktik dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kompetensi yang

diukur dalam materi ini antara lain:

UNIT 8

Kompetensi yang diharapkan setelah Anda mempelajari materi ini, sbb.:

1. Mampu membedakan apa yang dimaksud dengan masyarakat multikultural

dan membedakan dengan aspek globalisasi

2. Mampu mengidentifikasi berbagai kelompok-kelompok sosial yang terdapat

dalam lingkuangan masyarakat.

126

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

URAIAN MATERI

MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Sifat kodrat manusia sebagai mahluk sosial yang mendorong untuk selalu

hidup bersama dengan orang lain (gregariousness), dapat kita pahami ketika

terjadinya peristiwa kosmik, dimana Adam membutuhkan Hawa untuk hidup

bersama-sama di dalam Surga. Manusia menggunakan pikiran, perasaan dan

kehendak untuk menghadapi lingkungan yang ia hadapi. Manusia yang hidup di

daratan maka ia akan beburu, untuk menghadapi cuaca dingin, panas, hujan

manusia membuat rumah, dan pakaian. Manusia yang hidup di pantai ia

menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendak untuk memancing dan membuat

perahu untuk dapat berlayar ke tengah lautan untuk mendapatkan ikan

Proses interaksi dalam rangka mempertahankan hidup dan keturunan

tersebut akan membentuk suatu kelompok-kelompok sosial tersendiri, yang

merupakan kesatuan dari setiap manusia yang hidup secara bersama-sama.

Kelompok sosial yang terdapat pada masyarakat Indonesia, begitu banyak

terdapat dari mulai sabang sampai meroke. Terbagi kedalam 3 wilayah Indonesia

badian Timur, Indonesia bagian Tengah, dan Indonesia Bagian Barat.

Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia tercantum dalam slogan

Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Sehingga masyarakat

Indonesia dikatakan sebagai masyarakat multi cultural (memiliki banyak budaya).

Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial dalam masyarakat

multikultural

A. Ciri-ciri Masyarakat Multi Kultural

Negara bangsa Indonesia terdiri dari sejumlah besar kelompok etnis,

budaya, dan agama. Sehingga bangsa Indonesia dapat dikatakan sebagai

bangsa yang memiliki multi kultural. Multi kulturalisme ialah pandangan dunia

dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan

Sub Unit 8.1

aingkumaha.blogspot.com

127

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

terhadap ralitas keragaman, pluralitas, dan multi kultural yang terdapat dalam

kehidupan masyarakat.

Parekh (1997: 183-185) membedakan lima macam multikulturalisme.

Pertama, “multikulturalisme isolasionis” yang mengacu kepada masyarakat

dimana berbagai kelompk kultural menjalankan hidup secara otonom dan

terlibat dalam interaksi hanya minimal satu sama lain. Contoh warga tiong hoa

pada satu sisi mereka menerima keragaman yang terjadi di masyarakat

Indonesia, akan tetapi pada saat yang besamaan mereka berusaha

mempertahankan budaya mereka secara terpisah dari masyarakat lain

umumnya.

Kedua, multikulturalisme akomodatif, yakni masyarakat plural yang

memiliki kultur dominan, yang membuat penyesuaian dan akomodasi-

akomodasi tertentu bagi kebutuhan

kultural kaum minoritas. Masyarakat

multikultural akomodatif merumuskan dan

menerapkan undang-undang, hukum dan

ketentuan-ketentuan yang sensitif secara

kultural, dan memberikan kebebasan

kepada kaum monoritas untuk

mempertahankan dan mengembangkan

kebudayaan mereka; sebaliknya kaum minoritas tidak menantang kultur

dominan. Contoh orang pribumi Indonesia terhadap warga keturunan cina.

Ketiga multikulturalisme otonomis, yakni masyarakat plural di mana

kelompok-kelompok kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan dengan

budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonomi dalam kerangkan

politik yang secara kolektif bisa diterima. Ialah untuk mempertahankan cara

hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan;

mereka menantang kelompok kultural dominan dan berusaha menciptakan

suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.

Contoh gerakan kaum perempuan menuntut kedudukan 30 persen pada UU

Politik, agar sejajar dengan kaum laki-laki (gerakan feminis).

128

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

Keempat, multikultural kritikal atau interaktif ialah masyarakat plural

dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terpaku pada kehidupan

budaya otonom, akan tetapi lebih menuntut terhadap penciptaan budaya

kolektif yang mencerminkan dan menegaskan pandangan-pandangan

pemikiran meraka.. akan tetapi kelompok budaya domina menolak tuntutan

seperti ini, dan berusaha secara paksa untuk menerapkan budaya dominan

mereka denga mengorbankan budaya kelompok minoritas. Sehingga kelompok

minoritas menantang budaya dominan, baik secara intelektua maupun politis

untuk menciptakan keadaan yang kondusif. Contoh orang kulit hitam di

Amerika yang dipelakukan sebagai budak, dan memperjuankan agar

terdapatnya perlakuan yang sama antara kulit hitam dan putih.

Kelima, multikultural kosmopolitan, yang berusaha menghapus batas-

batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat dimana setiap

indovidu tidak lagi terikat dalam kelompok budaya tertentu dan sebaliknya,

secara bebas dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan antara kelompok-kelompok

budaya dan sekaligus mengembangakan kehidupan budaya masing-masing.

Contoh kelompok liberal yang menganggap semua budaya dapat dipilih dan

diambil secara bebas.

Alasan mengenai teradinya interaksi antara budaya, hal tersebut lebih

dikarenakan oleh sifat dasar manusia. Dimana manusia ketika dilahirkan

memiliki sifat dasar sebagai binatang politik (zoon politicom), setiap individu

saling membutuhkan dengan indivudu yang lain. Sehingga mendorong bagi

setiap individu untuk melakukan interaksi dengan individu lainnya. Seperti

halnya apa yang diutarakan oleh Basrowi (2005: 48) sejak lahir, manusia sudah

mempunyai dua hasrat atau keinginan dasar antara lain:

1) Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu

masyarakat).

Refleksi: jika anda pergi pusat perbelanjaan, lebih suka memilih makanan padang dan sunda atau lebih suka makanan Mc Donald, CFC? Apa pendapat saudara mengenai maraknya di kalangan generasi muda mengenai MTV sasi dan Valentine’s Day/hari kasih sayang?

129

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

2) Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Berbagai interaksi sosial yang berlangsung selama kita hidup, disadari

ataupun tidak. Hal itu, terjadi dalam suatu komunitas kelompok yang

mencirikan sebuah identitas.

Seperti halnya ketika seorang

bayi terlahir menandakan

keanggotaan dari suatu kelompok

keluarga, kelompok desa dimana

ia tinggal, dan bahkan menjadi

suatu kelompok agama. Pada saat

awal kehidupan, biasanya

seserang cenderung terlibat

dalam lingkungan kelompok

keluarga, kemudian pada tahap

berikutnya mengalami perkembangan interaksi dengan kelompok teman

bermain (peer group). Contohnya di usia sekolah seseorang telah menjadi

seorang anggota organisasi formal dan banyak terlibat dalam keorganisasian

yang ada di lingkungan sekolah tersebut, seperti halnya; Pramuka, OSIS,

Paskibraka, PMR, dan lain sebagainya.

B. Faktor Penyebab Terbentuknya masyarakat Multikultural

Proses berlangsungnya pengaruh budaya dunia terhadap perkembangan

masyarakat multi cultural di Indonesia bisa melalui jalur perdagangan, dan

ketika terjadinya kolonialisasi (penjajahan) oleh Negara-negara lain

sepertihalnya, Portugis, Belanda, dan Jepang yang secara otomatis mereka

membawa kebudayaan-kebudayaanya masing-masing dan mempengaruhi

budaya lokal (domestic) yang telah ada pada masyarakat Indonesia.

Dapat kita lihat dengan terbentuknya lapisan-lapisan budaya seperti hidu-

Budha, budaya Islam, budaya Kristen, dan pada akhir-akhir ini berkembang

mengenai budaya Global.

batukar.info

130

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

Pentingnya identitas nasional dalam bentuk budaya nasional hal ini

diuntkapkan oleh Koentjara Ningrat yang mengungkapkan fungsi dari

kebudayaan nasional Indonesia sebagai berikut:

1) Kebudayaan nasional Indonesia merupakan suatu sistem gagasan dan

perlambang yang dapat memberi identitas kepada setiap warga Negara

Indonesia.

2) Kebudayaan nasional Indonesia merupakan suatu sistem gagasan dan

perlambang yang dapat dipakai oleh semua warga Negara Indonesia yang

berbhineka itu untuk saling mengkomunikasikan dengan demikian dapat

memperkuat solidaritas nasional.

Setiap manusia disadari ataupun tidak, pada saat ini hidup dalam apa

yang disebut dengan global village (kampung global).

Secara lebih spesifik (khusus), didalam setiap suku bangsa terdapat

kesatuan-kesatuan hidup yang lebih khusus lagi, yaitu terbagi kedalam desa-

desa dan kota-kota, sementara didalamnya terdapat manusia yang terikat dalam

kesatuan –kesatuan khusus itu terwujud sebagai kelompok-kelompok

kekerabatan, sedangkan organisasi-organisasi khusus terdapat terbentuk di

karenakan terdapanya perkumpulan-perkumpulan rekreasi, partai-partai politik,

organisasi-organisasi dagang, badan-badan pendidikan dan lain sebagainya.

131

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

Uraian Materi

Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multi Kultural

A. Klasifikasi Biesrtedt

Beliau mengutarakan tiga kriteria dalam membedakan berbagai jenis

kelompok, yaitu:

1. Organisasi dengan ciri; para angotanya memiliki kesadaran jenis, persamaan

kepentingan pribadi (like interest) dan kepentingan bersama (common

interest). Diantara mereka yang menjadi kelompok organisasi terdapatnya

hubungan sosial seperti kontak dan komunikasi, selain itu terdapat pula

ikatan organisasi formal.

2. Kelompok sosial para anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan

berhubungan satu dengan yang lain, melainkan tidak terdapat ikatan

organisasi. Seperti halnya kelompok teman, kerabat dan sebagainya.

3. Kelompok masyarakat, yang memenuhi satu persyaratan, antara lain

kesadaran akan persamaan diantara mereka, kontak dan komunikasi dalam

jenis kelompok seperti ini belum ada diantara anggota, dan belum

terbentuknya organisasi. Dalam hal ini dapat kita temukan berbagai

kepentingan pribadi bukan kepentingan yang bersifat bersama.

Terdapat satu jenis kelompok yang tidak termasuk kedalam ketiga

kriteria kelompok diatas, yaitu kelompok statistik yang tidak merupakan

organisasi, tidak terdapat hubungan sosial diantara anggotanya, serta tidak

terdapat kersadaran jenis. Merupakan ciptaan dari para ilmuan untuk

memudahkan dalam analisis. Pengelompokan penduduk dalam kategori usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengangguran, balita dan lain sebagainya.

B. Klasifikasi Robert K. Merton

Dalam tulisannya terdapat konsep kelompok secara sosiologi ialah ”a

number of people who interact with one another in accord with established

Sub Unit 8.2

132

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

patterms” (1965: 285) hal tersebut memiliki makna bahwa sekolompok orang

yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan.

Berikut ini penjelasan Merton mengenai tiga kriteria objektif terhadap

suatu kelompok.

1) Suatu kelompok ditandai dengan sering terjadinya interaksi.

2) Pihak yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota.

3) Pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota

kelompok.

Konsep kelompok perlu dibedakan dengan konsep kolektiva. Znanicki

atau Parsons mendefinisikan dalam kosep kelompok bahwa tidak dijumpai

unsur interaksi, kriteria yang ditonjolkan adalah adanya sejumlah orang yang

mempunyai solidartas atas dasar nilai bersama yang dimiliki serta adanya rasa

kewajiban moral untuk menjalankan peran sebagaimana yang diharapkan.

Merton mengajukan konsep kategorial ialah suatu himpunan peran yang

mempunyai ciri sama seperti jenis kelamin atau usia. Antara pendukung peran

tersebut tidak terjadi interaksi.

Menganalisis perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat

multikultural

Tidak hanya persaingan dalam satu kelompok saja terjadinya dinamika

kelompok. Akan tetapi bisa terjadi antara kelompok (Soerjono Soekanto, 2005:

165) yang bisa didasarkan atas:

1) Bila kedua kelompok bersaing, maka akan timbul stereotip.

2) Kontak antara kedua kelompok yang bermusuhan, tidak akan mengurangi

sikap tidak bermusuhan tersebut.

Addendum: Manusia merupakan mahluk yang bersegi jasmaniah (raga) dan rohaniah (jiwa). Segi rohaniah manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Apabila diserasikan akan menghasilkan kehendak yang menjadi sikap tindakan. Sikap tindakan itulah yang kemudian menjadi landasan gerak segai jasmaniah manusia, Soekanto dalm buku sosiologi suatu pengantar (2005: 117).

133

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

3) Tujuan yang harus dicapai dengan kerjasama, akan dapat menetralisasikan

sikap tindak bermusuhan.

4) Di dalam kerja sama mencapai tujuan, stereotip yang semula negatif

menjadi

Secara skematif yang diggambarkan oleh Sorjono Soekanto (2005: 165)

sebagai berikut:

Asimilasi (1) Menghindari

(2) (5) (4)

(6)

Menerima (3) Agresif

Suatu contoh hubungan antara mayoritas dengan minoritas, dimana

reaksi golongan minoritas dimungkinkan dalam bentuk sikap tidak menerima,

agresif, menghindari atau asimilasi. Suatu kolektiva dapat menjadi agrasif

dapat disebabkan; frustasi selama jangka waktu yang lama, tersinggung,

dirugikan, terdapat ancaman dari luar, diperlakukan tidak adil, dan terkena

pada bidang-bidang kehidupan yang sangat sensitif.

Selain hal diatas gejala yang menarik perhatian para ilmuan sosial ialah

terdapatnya keterkaitan antara kelompok informal dengan kelompok formal.

Kelompok formal ialah suatu kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan

sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar

sesamanya. Setelah seseorang menjadi anggota kelompok formal seperti halnya

lembaga pemerintahan, universitas, dan sekolah. Diantara mereka terjadi

interaksi antara anggota formal tersebut dan akhirnya menjadi kelompok

informal, seperti kelompok teman sebaya, kelompok asal tempat tinggal,

kelompok lulusan perguruan tinggi dan lain sebagainya.

Kelompok informal yang tidak mempunyai struktur dan organisasi

tertentu atau pasti. Terbentuk dari interaksi anggota kelompok formal yang

134

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

sering bertentangan antara nilai dan norma satu dengan yang lainnya. Misalnya

mengartikan kesetiakawana diantara Maha siswa lebih kepada kesetiakawanan

untuk bolos sekolah secara bersama-sama, memalsukan tanda-tangan teman,

atau saling membantu dalam meyelesaikan ujian. Begitupun juga dalam

organisasi dunia kerja, sitiap buruh menjalin kesepakatan untuk menetapkan

sasaran produksi yang lebih rendah dari sasaran prosuksi yang ditetapkan oleh

perusahaan.

Semakin meningkatnya pembagian kerja dalam masyarakat, dengan

semakin meningkatnya Gesellshaft dalam masyarakat sehingga organisasi

formal menjadi suatu kelompok yang memegang peranan penting dalam

masyarakat. Max Weber seorang tokoh yang memberikan perhatian pada

organisasi formal. Ia mengungkapkan bahwa terjadinya hubungan rasional-

legal-suatu sistem jabatan modern yang dapat kita jumpai baik di bidang

pemerintah maupun swasta. Giddens (1989: 277) menyebutkan bahwa sistem

tersebut dinamakan dengan birokrasi. Reinhard mengistilahkan weber

mengandung sejumlah prinsip dalam organisasi birokrasi, antara lain:

1. Urusan kedinasan dilaksanakan secara kesinambungan.

2. Urusan kedinasan didasarkan pada aturan dalam suatu badan administratif.

3. Tanggung jawab dan wewenang tiap pejabat merupakan bagian dari suatu

hirarki wewenang.

4. Pejabat dan pegawai administratif tidak memiliki sarana dan prasarana yang

diperlukan untuk pelaksanaan tugas.

5. Para pemangku jabatan tidak dapat memperjual belikan jabatan laksana

milik pribadi.

6. Urusan kedinasan dilaksanakan dengan menggunakan dokumen tertulis.

Prinsip organisasi formal ini dapat kita jumpai dalam kehidupan

masyarakat kita. Misalnya dalam lembaga pendidikan Sekolah Menengah

Lanjutan Atas (SLTA), terdapat suatu susunan organisasi yang hirarkis atara

kepala sekolah sebagal top leader yang membawahi wakil kepada sekolah

135

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

dengan pembagian; wakasek bagian keMaha siswaan, dan kurikulum. Tidak

hanya itu terdapat pula peran guru wali kelas dan guru mata pelajaran.

Talcott Parsons: Variabel Pola

Sumbangan teoritis yang penting ialah teori variabel pola (pattern

variables). Merupakan seperangkat dilema universal yang dihadapi dan harus

dipecahkan seorang pelaku dalam setiap situasi sosial. Dimungkinkan

perbandingan antara bermacam-macam kelompok, termasuk yang berada

dalam kebudayaan lain. Lima perangkat dilema yang dikembangkan oleh

Parsons, antara lain:

1) Affectivity-affective neutrality menacu pada dilema antara ada dan tidaknya

perasaan kasih sayang ataupun kebencian dalam suatu interaksi. Dalam

hubungan antara pelaku yang terikat

oleh pertalian kekerabatan ataupun

ikatan penikahan, sikap afektif sangat

diharapkan. Kecuali dalam hubungan

antara atasan dan bawahan, guru

dengan murid.

2) Specificity-diffuseness mengacu pada

dilema antara kekhususan dan kekaburan. Kekaburan sepertihanya seorang

anak akan dimarahi oleh orang tuanya sepanjang hari karena memecahkan

piring pada saat makan pagi, walaupun tidak terdapat interaksi antara anak

dan orang tua pada saat makan.

Sedangkan kekhususan terjadi pada

Mahasiswa sekolah yang dimarahi oleh

dosen karena ulangan matematikanya

mendapatkan nilai kecil, akan tetapi

berganti pelajaran ia malah

mendapatkan pujian dari guru yang lain karena memperoleh nilai baik pada

pelajaran kimia.

Sumbr: Blog.undanganpro.com

edyhertanto.blogdetik.com

136

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

3) Universalism-particularism, mengacu pada

dilema antara dipakai-tidaknya ukuran

universal. Misalnya dilingkungan sekolah,

setiap Maha siswa akan mendapatkan pujian

jika berprestasi, dan mendapatkan cemoohan

jika Maha siswa tersebut tidak berprestasi.

4) Quality-performance. Mengacu pada situasi yang didalamnya orang harus

memutuskan apakah yang penting faktor yang

dibawa sejak lahir ataukah suatu perangkat

prestasi tertentu. Faktor yang dibawa sejak

lahir ialah jenis kelamin, usia atau hubungan

kekerabatan lebih penting, maka hubungan

diwarnai oleh kualitas. Namun apabila dalam

suatu hubungan yang lebih dipentingkan adalah prestasi, misalnya pelatih

olah raga dengan Maha siswanya, maka hubungan tersebut diwarnai oleh

prestasi.

5) Self-orientation dan collectivity-orientation, menitikberatkan pada orientasi

pelaku dalam suatu hubungan. Manakala

dalam suatu hubungan seseorang berorientasi

pada kepentingan sendiri, misalnya hubungan

perniagaan. Namun hubungan kolektiva dapat

kita jumpai pada profesi dokter, pemadam

kebakaran, dan tokoh agama.

LATIHAN SOAL

Smpn1bogor.blogspot.com

Kismiatifikunny.wordpress.com

Nisa97.blogspot.com

137

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya, merupakan

arti dari konsep….

a. Hasrat manusia c. Sosialisasi manusia

b. Interaksi manusia d. Kolektivitas manusia

2. Peer group ialah pola interaksi diantara kelompok teman ….

a. Bekerja c. Bermain

b. Bermasyarakat d. Berorganisasi

3. Bentuk organisasi informal yang terdapat di lingkungan sekolah ialah ….

a. PMR c. Pecinta Alam

b. Pramuka d. Kelompok Belajar

4. Jenis Kelompok yang tidak termasuk kedalam klasifikasi Biersrtedt ialah ….

a. Sosial c. Statistik

b. Masyarakat d. Organisasi

5. Sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah

mapan. Merupakan definisi kelompok menurut ….

a. Merlon c. Parsons

b. Bierstedt d. Znanicki

6. Reinhard mengemukakan bahwa urusan kedinasan dilaksanakan secara

kesinambungan. Merupakan prinsip organisasi ….

a. Formal c. Informal

b. Weber d. Profesi

7. Ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana dengan masih

terdapatnya bentuk solidaritas ….

a. Mekanik b. Individu

138

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

b. Organik c. Kelompok

8. Pembagian kerja secara rindi dalam suatu kelompok sehinggng jeka serang

anggota kelompok tidak hadir akan berpengaruh pada anggota kelompok yang

lain. Merupakan ciri dari solidaritas ….

a. Mekanik b. Individu

b. Organik c. Kelompok

9. Suatu kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerjasama tatap muka yang

intim. Disebut kelompok ….

a. In-group c. Gemeinschaft of place

b. Out-group d. Primary group

10. Mahasiswa bersikap seolah-olah telah menjadi seorang Mahasiswa dengan

melakukan nilai-nilai yang terdapat di perguruan tinggi. Merupakan ciri dari

sikap ….

a. Solidaritas antisipatoris c. Acuan kelompok

b. Perubahan Kelompok d. Keanggotaan kelompok

139

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi, 2005, Pengantar soiologi, Ghalia Indonesia, Ciawi-Bogor.

Bendix, R & Lipset, Seimor M (ed.) 1965, Class, Status and Power, The free

press, New York.

Bierstedt, Robert R 1948, “The sosiology of majority,” American Sosiological

Review 23 hlm, 700-713.

Comte, A 1877, , “The Prograss of Civilization Throug The Stage,” Him. 14-19

dalam Etzioni-Halevi dan Etzioni (ed.), Sosial Change.

Cooley, C H 1909.”Primary Groups,” Hlm. 311-314 dalam Lewis A,Coser dan

Bernard, R (ed.), Sociological Theory: A Book of Reading, The Macmillan,

New York.

Etzioni-Halevy, E & Etzioni, A (ed.) 1971, Sosial Change: Sources, Patterm, and

Consequences, Basic Books, New York.

Greetz, C 1964, The Religion of Java, The Free Press of Glencou, New York.

Giddens, A 1989, Sociology, Oxford: Polity Prss, Cambridge.

Kahmad, D 2005, Perkembangan dan paradigma utama teori sosiologi, Pustaka

setia, Bandung.

Kontjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru: Jakarta.

____________ . 1987. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan:

Jakarta.

140

Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS

Lombard, D. 1996. Silang Budaya. Nusa Jawa: Gramedia.

Soekanto, S 2005, Sosiologi suatu pengantar, Raja Grafindo persada, Jakarta.

Sunarto, K 2005, Pengantar sosiologi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

Yogyakarta.

Parsons, T 1949, The Structure of Xocial Action: A Study in Sosial Theory with

Special Reference to a group of Recent European Writers, The free Press,

Glenco, Illinois.

Soemardjan, S dan Soemardi, S (ed.) 1964, Setangkai Bunga Sosiologi: Buku

Batjaan untuk Kuliah Pengantar Sosiologi, Jajasan Badan Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, Djakarta.

Spencer, H 1982, ”The Evolution of Societies”, Hlm. 9-13 dalam Etzioni, H &

Etzioni, Sosial Change.

Tilaar. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia:

Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Remaja Rosda Karya: Bandung.