Upload
hacong
View
246
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAHAN AJAR PLPG i
SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Materi Keprofesionalan Prodi Pendidikan Guru Kelas PAUD / TK
PANITIA SERTIFIKASI GURU MELALUI PLPG RAYON 112
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TANUN 2017
ii Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
BAHAN AJAR PLPG iii
KATA PENGANTAR
Pelaksanaan Sertifikasi Guru merupakan salah satu wujud implementasi dari Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Tahun 2017 merupakan tahun kesepuluh pelaksanaan
sertifikasi guru yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007.
Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan
belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten membangun proses pembelajaran yang
baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas
Pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabartan melalui PLPG di Universitas Negeri Semarang
(UNNES) tahun 2017 ini merupakan tindak lanjut dari Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Nomor 296/M/PKT/2016 yang mengamanahkan UNNES sebagai Perguruan Tinggi
Rayon 112 bersama Perguruan Tinggi Subrayon untuk melaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan
melalui PLPG tahun 2016 – 2019. Sebagai Perguruan Tinggi Subrayon pada Rayon UNNES adalah
Universitas PGRI Semarang dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) tahun 2017 bertujuan untuk: (1) meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme guru, (2) memantapkan penguasaan dan kemampuan guru dalam
mengimplementasikan kurikulum di sekolah (3) menentukan kelulusan guru peserta setifikasi melalui
PLPG.
Berdasarkan Buku Panduan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan tahun 2016 (Buku 3), PLPG tahun 2017 ujian kompetensi dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu ujian akhir PLPG (meliputi Ujian Tulis LPTK dan Uji Kinerja), dan UKG)/UTN). Syarat mengikuti UKG/UTN harus lulus terlebih dahulu ujian akhir PLPG. Bagi peserta yang tidak lulus UTN diberi kesempatan mengulang pada tahun berikutnya sebanyak 4 kali, 1 kali dalam satu semester
Penentuan kelulusan ujian akhir PLPG 2017, dengan Skor Akhir PLPG (SAP) minimal 70. Peserta
yang belum lulus PLPG diberi kesempatan mengikuti Uji Tulis LPTK (UTL) ulang sebanyak dua kali.
Sedangkan UTN/UKG dilaksanakan secara Online. Setifikat Pendidikan diberikan kepada peserta yang
mendapat Nilai UTN 80.
Suplemen Bahan PLPG ini memuat Struktur Kurikulum PLPG, Kisi-kisi UKG/UTN, dan Suplemen
Bahan Ajar PLPG bidang studi
Semarang, September 2017
Ketua PSG UNNES
iv Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
STRUKTUR KURIKULUM PLPG 2017 & SKENARIONYA ..................................................... 1
KISI-KISI UJI TULIS NASIONAL/UKG/PLPG ...................................................................... 4
SUPLEMEN BAHAN AJAR ............................................................................................... 16
Materi 1 ....................................................................................................................... 16
Materi 2 ........................................................................................................................ 26
Materi 3 ........................................................................................................................ 34
Materi 4 ........................................................................................................................ 39
Materi 5 ........................................................................................................................ 44
Materi 6 ........................................................................................................................ 50
Materi 7 ....................................................................................................................... 56
Materi 8 ........................................................................................................................ 60
Materi 9 ........................................................................................................................ 67
Materi 10 ...................................................................................................................... 75
Materi 11 ...................................................................................................................... 82
Materi 12 ...................................................................................................................... 89
BAHAN AJAR PLPG 1
Struktur Kurikulum Sertifikasi Guru melalui PLPG dan Skenarionya Unversitas Negeri Semarang Tahun 2017
Prodi Pendidikan Guru Kelas PAUD/TK
No Materi Jml JP
A UMUM : Kebijakan Pengembangan Profesi Guru (KPPG) 6 A1. Guru profesional (Standar Kompetensi Guru dan etika provesi guru
A2. Penilaian kinerja guru (PKG), pengembangan diri dan guru pembelajar A3. Literasi dan Wawasan PTK Skenario: ➢ Instruktur menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi dan wacana yang
berupa kasus/fenomena untuk merangsang peserta untuk bertanya dan berargumentasi.
➢ Instruktur memfasilitasi peserta untuk berdiskusi dan menggali informasi melalui berbagai sumber dan media belajar.
➢ Instruktur membimbing peserta dalam mengolah/ menganalisis/ mengasosiasi informasi menjadi bermakna dan dapat mengomunikasikannya kepada orang lain
2 2 2
B LAPORAN PRAKONDISI 6 Presentasi Laporan Hasil Pembekalan oleh Peserta, dengan skenario:
➢ Presentasi laporan hasil pembekalan materi dilaksanakan dalam kelompok yang terdiri atas 10 peserta (dalam kondisi tertentu jumlah kelompok dapat disesuaikan) dengan difasilitasi oleh satu orang instruktur yang memiliki NRI PLPG yang relevan.
➢ Presentasi laporan hasil pembekalan materi bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional peserta sebagai hasil dari belajar mandiri sumber belajar pedagogik dan bidang studi.
➢ Presentasi hasil pembekalan materi juga dapat menjadi ajang peserta dalam mempertanggung-jawabkan (akuntabilitas) pelaksanaan pembekalan termasuk laporan yang disusun.
➢ Setiap peserta diberikan waktu presentasi selama makimal 20 menit. Sepuluh menit berikutnya untuk memberikan pertanyaan atau balikan dari instruktur ataupun teman sejawat.
➢ Peserta mempresentasikan secara ringkas isi laporan yang telah disusun yang meliputi ringkasan, materi yang sulit dipelajari, materi penting atau esensial tetapi tidak ada di dalam sumber belajar, dan materi yang tidak penting (tidak perlu) tetapi ada di dalam sumber belajar.
➢ Instruktur memberikan balikan atau komentar dan memberikan penilaian dengan menggunkan format yang telah
C PENDALAMAN MATERI : Pedagogik dan Bidang Studi 36 C1 . Pendalaman Materi Pedagogik
C1.1. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini. C1.2. Teori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD
C1.4. Media Pembelajaran di PAUD, dan Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini Skenario
➢ Instruktur memfasilitasi peserta untuk mengidentifikasi problematika pembelajaran yang terkait dengan materi kisi-kisi PLPG yang dianggap sulit, baik dalam memahami maupun cara mengajarkannya selama mereka menjadi guru melalui penayangan video pembelajaran, gambar, wacana atau objek lain yang relevan.
➢ Instruktur memfasilitasi peserta dalam merumuskan permasalahan yang relevan. ➢ Instruktur memfasilitasi peserta dalam menggali informasi untuk menemukan
alternatif solusi dalam pemecahan masalah.
8 2 2 2 2
C2. Pendalaman Materi Bidang Studi ruang lingkup C2.1. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PAUD C2.2. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN BAHASA AUD
4 4
2 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
C2.3. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN SOSEM DAN MORAL AGAMA AUD C2.4. BERMAIN, PERMAINAN DAN TIK PAUD C2.5. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK AUD C2.6. ASSESMENT PERKEMBANGAN AUD C2.7. PEMBELAJARAN ILMU SOSIAL AUD C2.8. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS AUD
Skenario ➢ Instruktur memfasilitasi peserta untuk mengidentifikasi materi dari kisi-kisi PLPG
yang dianggap sulit, baik dalam memahami maupun cara mengajarkannya selama mereka menjadi guru.
➢ Instruktur memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan permasalahan yang relevan dengan materi yang sulit melalui penayangan video, gambar, diagram, atau objek lain yang relevan.
➢ Instruktur memfasilitasi dalam menggali informasi untuk menemukan alternatif solusi dalam pemecahan masalah
➢ Instruktur melakukan konfirmasi/penguatan terhadap hasil kerja dan diskusi kelompok.
➢ Instruktur memfasilitasi pembelajaran kolaboratif melalui kerja kelompok dan peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok secara lisan/poster/unjuk kerja/gesture
➢ Instruktur memberikan tugas-tugas mandiri untuk materi yang memerlukan pendalaman lebih lanjut.
➢ Pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran antara lain discovery learning, inquiry learning, problem based learning, dan/atau project based learning. Instruktur memberikan tugas-tugas mandiri untuk materi yang memerlukan pendalaman lebih lanjut.
4 4 3 3 3 3
D WORKSHOP PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN 30 D1. 1. Memahami konsep kurikulum 2013 dan implementa-
sinya, meliputi : Memahami permen yang mendasari kurikulum 2013 o Permen 20/16. SKL o Permen 21/16. Standar Isi o Permen 22/16. Standar Proses o Permen 23/16. Standar Penilaian o Permen 24/16. KD dan KI Kurikulum 2013
2. Pengembangan Silabus 1 (memilih KD, mengembangkan indikator & tujuan, memilih model/strategi/metode/pendekatan dan penilaian pembelajaran) yang akan digunakan pada RPP 1 untuk waktu 1 JP
3. Pengembangan Silabus 2 (memilih KD, mengembangkan indikator, & tujuan, memilih model/strategi/metode/pendekatan dan penilaian pembelajaran) yang akan digunakan pada RPP 2 untuk waktu 1 JP
Skenario pada kegiatan Workshop ➢ Instrukstur memberikan contoh perangkat pembelajaran hasil workhsop PLPG
tahun sebelumnya atau hasil kerja mahasiswa sesuai kurikulum yang berlaku dan dilakukan analisis bersama.
➢ Peserta difasilitasi instruktur untuk melakukan orientasi dan mendiskusikan komponen dalam format RPP, lembar kerja peserta didik (LKPD), rancangan bahan ajar, media, dan perangkat penilaian.
➢ Peserta memilih kompetensi dasar (KD) yang akan dikembangkan menjadi perangkat pembelajaran.
➢ Peserta difasilitasi instruktur melakukan analisi KD yang terpilih sesuai dengan sumber belajar.
➢ Instruktur harus dapat mensimulasikan atau memberi contoh penerapan prinsip-prinsip pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku.
➢ Peserta didampingi instruktur mengembangkan perangkat pembelajaran, yang terdiri atas: o RPP sesuai format kurikulum yang berlaku o Rancangan materi ajar
10
BAHAN AJAR PLPG 3
o Media pembelajaran o LKPD dan perangkat penilaian
➢ Presentasi dan refleksi hasil workshop D2. Mengembangkan perangkat pembelajaran 1 (PP 1)
o RPP 1 o Materi Ajar 1 o Media pembelajaran 1 (Alat peraga, LKPD, PPT/filem) o LKPD dan Instrumen penilaian 1 (kisi-kisi, soal, kunci jawaban, pedomen pensekoran)
Catatan PP1 untuk waktu 1 JP
10
D3. Mengembangkan perangkat pembelajaran 2 (PP 2) o RPP 2 o Materi Ajar 2 o Media pembelajaran 2 (Alat peraga, LKPD, PPT/film) o LKPD dan Instrumen penilaian 2 (kisi-kisi, soal, kunci jawaban, pedomen pensekoran)
Catatan PP2 untuk waktu 1 JP
10
E PEER TEACHING 20 E1. Peer Teaching 1
Mengimplementasikan PP1/PP2 sebagai latihan Skenario
➢ Setiap peserta diberi waktu 50 menit, dengan 30 menit peer teaching dan 20 menit umpan balik dari instruktur/peserta
10
E2. Peer Teaching 2 Mengimplementasikan PP1/PP2 sebagai Uji Kinerja
Skenario ➢ dilaksanakan dengan durasi waktu 1 JP (50 menit).
10
F UJI TULIS LPTK (UTL) 2 Fo. UTL Utama, dilaksanakan pada hari ke-6
F1. UTL Ulang 1, dilaksanakan pada hari ke-8 F2. UTL Ulang 2, dilaksanakan pada hari ke-10 Catatan : Peserta yang tidak lulus UTL tidak bisa mengikuti UTN
G UJI TULIS NASIONAL (UTN) 2 UTN -Online, dilaksanakan pada hari ke-12
G0. UTN Utama bagi peserta yang lulus UTL G1. UTN ulang 1, satu semester setelah F0 G2. UTN ulang 2, dua semester setelah F0 G3. UTN ulang 3, tiga semester setelah F0 G4. UTN ulang 4, empat semester setelah F0 Catatan. Peserta yang sudah lulus UKG terbebas dari UTN
Penentuan kelulusan ujian akhir PLPG ditentukan dengan rumus dan ketentuan sebagai berikut: SAP = 0,15SP + 0,30SUT + 0,35SUK + 0,20SWS Keterangan: SAP : Skor Akhir PLPG SP : Skor Pembekalan SUT : Skor Uji Tulis SUK : Skor Uji Kinerja SWS : Skor Workshop SP = 0,30SPP + 0,30SLP + 0,40SPL Keterangan: SP : Skor Pembekalan SPP : Skor Proses Pembekalan SLP : Skor Laporan Pembekaan SPL : Skor Presentasi Lapora Hasil Pembekalan KKM Menggunakan Penilaian Acuan Kriteria (PAP) o SP minimal 65 o SAP minimal 70 o SUT minimal 70 o SUK minimal 76
4 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
KISI-KISI MATERI PLPG
MATA PELAJARAN GURU TK/PAUD/RA
No
Kompe
- tensi
Utama
Standar Kompetensi Guru (SKG)
Kompetensi Inti Guru (KI)
Kompetensi Guru Mata Pelajaran
(KD)
Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK)
a b C D E
1 Pedagogik
Menguasai karakteristik
peserta didik dari aspek
fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan
intelektual.
1.1. Memahami karakteristik
peserta didik usia TK/PAUD
yang berkaitan dengan aspek
fisik, intelektual,
sosial-emosional, moral, dan latar belakang sosial-budaya
Dengan ilustrasi kasus, peserta
dapat mendeteksi karakteristik
peserta didik usia TK/PAUD yang
berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosial emosional,
moral, dan latar belakang sosial-
budaya
Pedagogik Menguasai karakteristik
peserta didik dari aspek
fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan
intelektual.
1.4 Mengidentifikasi
kesulitan peserta didik usia
TK/PAUD dalam berbagai
bidang Pengembangan
Melalui ilustrasi kasus,
peserta dapat menafsirkan
contoh kesulitan peserta
ddik usia TK/PAUD dalam
berbagai aspek
perkembangan.
Pedagogik Menguasai teori belajar
dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang
mendidik.
2.1 Memahami berbagai teori
belajar dan prinsip-prinsip
bermain sambil belajar yang
mendidik yang terkait dengan
berbagai bidang pengembangan
di TK/PAUD.
Melalui pemberian ilustrasi
contoh kegiatan, peserta dapat
memadukan penerapan teori
belajar dan prinsip belajar
melalui bermain dalam
berbagai bidang
pengembangan di TK/PAUD.
Pedagogik Menguasai teori belajar
dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang
mendidik.
2.2 Menerapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode,
dan teknik bermain sambil
belajar yang bersifat holistik,
otentik, dan bemakna, yang
terkait dengan berbagai
bidang pengembangan di
TK/PAUD.
Dengan gambaran contoh
pembelajaran, peserta dapat
menggambarkan penerapan
pendekatan pembelajaran
berpusat pada anak melalui
metode bermain seraya belajar
yang bersifat holistik dan
bermakna dalam berbagai
bidang pengembangan di
TK/RA. Pedagogik Mengembangkan
kurikulum yang terkait
dengan bidang
pengembangan yang
diampu.
3.1 Memahami prinsip-
prinsip pengembangan
kurikulum.
Melalui ilustrasi praktik
kurikulum TK/PAUD, peserta
dapat menelaah prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum
anak usia dini.
Pedagogik Mengembangkan
kurikulum yang terkait
dengan bidang
pengembangan yang
diampu.
3.2 Menentukan tujuan
kegiatan pengembangan
yang mendidik
Pedagogik Mengembangkan
kurikulum yang terkait
dengan bidang
pengembangan yang
diampu.
3.3 Menentukan kegiatan
bermain sambil belajar yang
sesuai untuk mencapai
tujuan pengembangan
Dengan menggunakan ilustrasi
kasus, peserta dapat
memadukan kegiatan bermain
seraya belajar yang sesuai usia
perkembangan anak untuk
mencapai tujuan
pengembangan.
BAHAN AJAR PLPG 5
Pedagogik Mengembangkan
kurikulum yang terkait
dengan bidang
pengembangan yang
diampu.
3.4 Memilih materi kegiatan
pengembangan yang mendidik
yaitu kegiatan bermain sambil
belajar sesuai dengan tujuan
pengembangan.
Memilih materi kegiatan
bermain sambil belajar yang
sesuai untuk mencapai
tujuan pengembangan.
Pedagogik Mengembangkan
kurikulum yang terkait
dengan bidang
pengembangan yang
diampu.
3.5 Menyusun
perencanaan semester,
mingguan dan harian
dalam berbagai kegiatan
pengembangan di
TK/PAUD.
Dengan menggunakan ilustrasi
proses pembelajaran, peserta
dapat menggambarkan contoh
perencanaan kegiatan bermain
yang mendidik dalam berbagai
kegiatan pengembangan di
TK/PAUD.
Pedagogik Mengembangkan
kurikulum yang terkait
dengan bidang
pengembangan yang
diampu.
3.6 Mengembangkan
indikator dan instrumen
penilaian.
Melalui pemberian contoh
penilaian, peserta dapat
memilih jenis instrumen dan
teknik penilaian dalam
kegiatan pengembangan di
TK/PAUD.
Pedagogik Menyelenggarakan
kegiatan pengembangan
yang mendidik
4.1 Memahami prinsip-
prinsip perancangan
kegiatan pengembangan
yang mendidik dan
menyenangkan.
Dengan menggunakan
ilustrasi kegiatan
pembelajaran, peserta dapat
menelaah prinsip- prinsip
perancangan kegiatan
pengembangan yang
mendidik dan
menyenangkan.
Pedagogik Menyelenggarakan
kegiatan pengembangan
yang mendidik
4.2 Mengembangkan
komponen- komponen
rancangan kegiatan
pengembangan yang
mendidik dan
menyenangkan.
Dengan menggunakan
ilustrasi kegiatan
pembelajaran, peserta
dapat menetapkan
komponen-komponen
perancangan kegiatan
pengembangan yang
mendidik dan
menyenangkan.
Pedagogik Menyelenggarakan
kegiatan pengembangan
yang mendidik
4.4 Menerapkan kegiatan
bermain yang bersifat
holistik, otentik, dan
bermakna.
Dengan ilustrasi
penyelenggaraan kegiatan
bermain, peserta dapat
memberi contoh kegiatan
bermain yang bersifat holistik,
otentik, dan bermakna.
Pedagogik Menyelenggarakan
kegiatan pengembangan
yang mendidik
4.5 Menciptakan suasana
bermain yang menyenangkan,
inklusif, dan demokratis.
Melalui ilustrasi kasus,
peserta dapat menunjukkan
contoh suasana bermain yang
menyenangkan, inklusif, dan
demokratis. Pedagogik
Menyelenggarakan
kegiatan pengembangan
yang mendidik
4.6 Memanfaatkan media dan
sumber belajar yang sesuai
dengan pendekatan bermain
sambil belajar.
Melalui ilustrasi
penyelenggaraan kegiatan
bermain, peserta dapat
mengkategori
pemanfaatan media dan
sumber belajar yang
sesuai dengan pendekatan
bermain sambil belajar.
6 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Pedagogik Menyelenggarakan
kegiatan pengembangan
yang mendidik
4.7 Menerapkan tahapan
bermain anak dalam kegiatan
pengembangan di TK/PAUD.
Melalui ilustrasi
penyelenggaraan kegiatan
bermain, peserta
merencanakan penerapan
tahapan bermain dalam
pengembangan di TK/PAUD.
Pedagogik Memanfaatkan
teknologi informasi
dan komunikasi untuk
kepentingan
penyelenggaraan
kegiatan
pengembangan yang
mendidik.
5.1 Memanfaatkan
teknologi informasi dan
komunikasi untuk
meningkatkan kualitas
kegiatan pengembangan
yang mendidik.
Melalui ilustrasi
penyelenggaraan
pengembangan di TK/PAUD,
peserta dapat memberikan
contoh pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan kualitas
kegiatan pengembangan yang
mendidik.
Pedagogik Memfasilitasi
pengembangan potensi
peserta didik untuk
mengaktualisasikan
berbagai potensi yang
dimiliki.
6.1 Menyediakan berbagai
kegiatan bermain sambil
belajar untuk mendorong
peserta didik
mengembangkan potensinya
secara optimal termasuk
kreativitasnya
Dengan ilustrasi contoh,
peserta dapat merumuskan
kegiatan bermain sambil
belajar untuk optimalisasi
perkembangan anak dan
kreativitasnya.
Pedagogik Berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan
santun dengan peserta
didik
7.1 Memahami berbagai
strategi berkomunikasi yang
efektif, empatik dan santun,
baik secara lisan maupun
tulisan.
Melalui ilustrasi contoh
kegiatan, peserta dapat
membedakan strategi
komunikasi efektif
empatik dan santun, baik
secara lisan maupun tulisan
kepada anak didik.
Pedagogik Berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan
santun dengan peserta
didik
7.2 Berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik dengan
bahasa yang khas
dalam interaksi pembelajaran
yang terbangun secara siklikal
dari (a) penyiapan kondisi
psikologis peserta didik, (b)
memberikan pertanyaan atau
tugas sebagai undangan
kepada peserta didik untuk
merespons, (c) respons peserta
didik, (d) reaksi
guru terhadap respons peserta
didik, dan seterusnya.
Melalui ilustrasi contoh
kegiatan, peserta dapat
menemukan contoh
komunikasi efektif
empatik dan santun, baik
secara lisan maupun tulisan
kepada anak didik.
Pedagogik Menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar
8.1 Memahami prinsip-
prinsip penilaian dan
evaluasi proses dan hasil
belajar sesuai dengan
karakteristik anak usia dini.
Melalui ilustrasi kegiatan
penilaian, peserta dapat
menunjukkan prinsip penilaian
dan evaluasi proses dan hasil
belajar sesuai dengan
karakteristik anak usia dini.
Pedagogik Menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar
8.2 Menentukan aspek-aspek
proses dan hasil belajar yang
penting untuk dinilai dan
dievaluasi sesuai dengan
karakteristik anak usia dini.
Melalui contoh kegiatan
penilaian di TK/PAUD peserta
dapat memilih
aspek-aspek proses dan hasil
belajar yang penting untuk
dinilai dan dievaluasi sesuai
dengan karakteristik anak usia
dini.
BAHAN AJAR PLPG 7
Pedagogik Menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar
8.3 Menentukan prosedur
penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar.
Dengan ilustrasi kasus, peserta
dapat mengatur urutan
prosedur penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar.
Pedagogik Menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar
8.4 Mengembangkan
instrumen penilaian dan
evaluasi proses dan hasil
belajar.
Peserta dapat memperbaharui
proses penyusunan
rancangan instrumen
penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar, Pedagogik Menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar
8.6 Menganalisis hasil
penilaian proses dan hasil
belajar untuk berbagai
tujuan.
Dengan ilustrasi kasus, peserta
dapat mengoreksi hasil
penilaian proses dan hasil
belajar untuk peningkatan
kemampuan anak.
Pedagogik Menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar
8.7 Melakukan evaluasi
proses dan hasil belajar.
Menilai contoh evaluasi
proses dan hasil belajar.
Pedagogik Memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi
untuk kepentingan
pembelajaran.
9.1 Menggunakan
informasi hasil penilaian
dan evaluasi untuk
menentukan ketuntasan
belajar.
Melalui ilustrasi kasus, peserta
dapat memperjelas
penggunaan hasil penilaian
dan evaluasi untuk
menentukan ketuntasan
belajar anak
Pedagogik Memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi
untuk kepentingan
pembelajaran.
9.2 Menggunakan informasi
hasil penilaian dan evaluasi
untuk merancang program
remedial dan pengayaan.
Melalui ilustrasi kasus,
peserta dapat merumuskan
hasil penilaian dan evaluasi
untuk merancang program
remedial dan pengayaan.
Pedagogik Memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi
untuk kepentingan
pembelajaran.
.4 Memanfaatkan informasi
hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Melalui ilustrasi kasus,
peserta dapat
mengorganisasikan informasi
hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Pedagogik Melakukan tindakan
reflektif untuk
peningkatan kualitas
pembelajaran.
10.2 Memanfaatkan hasil
refleksi untuk perbaikan dan
pengembangan TK/PAUD/RA.
Menggunakan hasil refleksi
pembelajaran yang telah
dilaksanakan untuk
perbaikan dan
pengembangan
TK/PAUD/RA..
Pedagogik Melakukan tindakan
reflektif untuk
peningkatan kualitas
pembelajaran.
10.3 Melakukan penelitian
tindakan kelas untuk
meningkatkan kualitas
pembelajaran TK/PAUD/RA.
Dengan diberikan kasus,
peserta dapat mengurutkan
langkah penelitian tindakan
kelas untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran
TK/PAUD/RA.
2 Profesional Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Dengan ilustrasi kegiatan yang
dilakukan anak usia dini,
peserta dapat menelaah
konsep dasar matematika
dalam bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
8 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Profesional Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Merumuskan kegiatan
matematika permulaan,
dalam bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Profesional Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Dengan ilustrasi kegiatan yang
dilakukan anak usia dini,
peserta dapat menelaah
konsep dasar sains dalam
bidang pengembangan anak
TK/PAUD.
Profesional Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Memberikan contoh
kegiatan sains
permulaan, dalam bidang
pengembangan anak TK/PAUD.
Profesional Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Dengan ilustrasi kegiatan yang
dilakukan anak usia dini,
peserta dapat menelaah
konsep dasar bahasa dalam
bidang pengembangan anak
TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Memilih kegiatan bahasa
(membaca permulaan) dalam
bidang pengembangan anak
TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Dengan ilustrasi kegiatan yang
dilakukan anak usia dini,
peserta dapat menunjukkan
konsep dasar studi sosial
bidang pengembangan anak
TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Memilih kegiatan studi
sosial dalam bidang
pengembangan anak
TK/PAUD.
Profesional Menguasai materi, struktur,
konsep, dan pola pikir
keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Dengan ilustrasi kegiatan
yang dilakukan anak usia dini,
peserta dapat menelaah
konsep dasar agama dalam
bidang pengembangan anak
TK/PAUD.
BAHAN AJAR PLPG 9
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Memilih kegiatan agama
dalam bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Dengan ilustrasi kegiatan yang
dilakukan anak usia dini,
peserta dapat memilih konsep
dasar seni dalam bidang
pengembangan anak
TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Menilai kegiatan seni rupa
dalam bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Menilai kegiatan seni musik
& lagu dalam bidang
pengembangan anak
TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Dengan ilustrasi kegiatan yang
dilakukan anak usia dini,
peserta dapat memilih konsep
dasar pendidikan jasmani
dalam bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Menentukan kegiatan
pendidikan jasmani dalam
bidang pengembangan anak
TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Dengan ilustrasi kegiatan yang
dilakukan anak usia dini,
peserta dapat memilih konsep
dasar kesehatan dalam
bidang pengembangan anak
TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan
gizi sebagai sarana
pengembangan untuk setiap
bidang pengembangan anak
TK/PAUD.
Menilai kegiatan kesehatan
dalam bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
10 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Dengan ilustrasi kegiatan yang
dilakukan anak usia dini,
peserta dapat menelaah
konsep dasar gizi dalam
bidang pengembangan anak
TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.1 Menguasai konsep dasar
matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama,
seni, pendidikan jasmani,
kesehatan dan gizi sebagai
sarana pengembangan untuk
setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Memilih kegiatan gizi
dalam bidang
pengembangan anak
TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.2 Menguasai penggunaan
berbagai alat permainan untuk
mengembangkan aspek fisik,
kognitif, sosial-emosional, nilai
moral, sosial budaya, dan
bahasa anak TK/PAUD.
Menentukan penggunaan
berbagai alat permainan untuk
mengembangkan aspek fisik
anak TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.2 Menguasai penggunaan
berbagai alat permainan untuk
mengembangkan aspek fisik,
kognitif, sosial-emosional,
nilai moral, sosial budaya,
dan bahasa anak TK/PAUD.
Menelaah penggunaan
berbagai alat permainan
untuk mengembangkan aspek
kognitif anak TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.2 Menguasai penggunaan
berbagai alat permainan untuk
mengembangkan aspek fisik,
kognitif, sosial-emosional, nilai
moral, sosial budaya, dan
bahasa anak TK/PAUD.
Memilih penggunaan
berbagai alat permainan
untuk mengembangkan aspek
sosial-emosional anak
TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.2 Menguasai penggunaan
berbagai alat permainan untuk
mengembangkan aspek fisik,
kognitif, sosial-emosional,
nilai moral, sosial budaya,
dan bahasa anak TK/PAUD.
Menelaah penggunaan
berbagai alat permainan
untuk mengembangkan aspek
moral anak TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.2 Menguasai penggunaan
berbagai alat permainan untuk
mengembangkan aspek fisik,
kognitif, sosial-emosional, nilai moral, sosial budaya, dan
bahasa anak TK/PAUD.
Menelaah penggunaan
berbagai alat permainan untuk
mengembangkan aspek sosial
budaya anak TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.2 Menguasai penggunaan
berbagai alat permainan untuk
mengembangkan aspek fisik,
kognitif, sosial-emosional, nilai
moral, sosial budaya, dan
bahasa anak TK/PAUD.
Memilih penggunaan berbagai
alat permainan untuk
mengembangkan aspek
bahasa anak TK/PAUD.
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.3 Menguasai berbagai
permainan anak.
Menggunakan ilustrasi
kegiatan bermain pada anak
usia dini, peserta dapat
memilih berbagai alat
permainan edukatif anak.
BAHAN AJAR PLPG 11
Profesional
Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.3 Menguasai berbagai
permainan anak.
Menggunakan ilustrasi
kegiatan bermain pada anak
usia dini, peserta dapat
memilih berbagai alat
permainan edukatif anak.
Profesional Menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola
pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.3 Menguasai berbagai
permainan anak.
Peserta dapat menelaah
berbagai alat permainan
edukatif anak.
Profesional Menguasai materi,
struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
20.3 Menguasai berbagai
permainan anak.
Peserta dapat menentukan
contoh langkah/cara
bermain dengan alat
permainan edukatif anak
Profesional Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.1 Memahami
kemampuan anak TK/PAUD
dalam setiap bidang
pengembangan.
Memilih kemampuan anak usia
4-5 tahun dalam bidang
pengembangan moral dan nilai
agama.
Profesional
Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.1 Memahami
kemampuan anak TK/PAUD
dalam setiap bidang
pengembangan.
Melalui ilustrasi kasus, peserta
dapat membedakan
kemampuan anak sesuai usia
perkembangannya dalam
bidang pengembangan bahasa.
Profesional
Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.1 Memahami
kemampuan anak TK/PAUD
dalam setiap bidang
pengembangan.
Melalui ilustrasi kasus, peserta
dapat membedakan
kemampuan anak sesuai usia
perkembangannya dalam
bidang pengembangan sosial-
emosi.
Profesional
Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.1 Memahami
kemampuan anak TK/PAUD
dalam setiap bidang
pengembangan.
Melalui ilustrasi kasus,
peserta dapat menelaah
kemampuan anak sesuai usia
perkembangannya dalam
bidang pengembangan
kognitif.
Profesional
Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.1 Memahami
kemampuan anak TK/PAUD
dalam setiap bidang
pengembangan.
Melalui ilustrasi kasus, peserta
dapat membedakan
kemampuan anak sesuai usia
perkembangannya dalam
bidang pengembangan fisik-
motorik..
Profesional
Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.1 Memahami
kemampuan anak TK/PAUD
dalam setiap bidang
pengembangan.
Melalui ilustrasi kasus, peserta
dapat menunjukkan
kemampuan anak sesuai usia
perkembangannya dalam
bidang pengembangan moral-
agama.
12 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Profesional
Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.1 Memahami
kemampuan anak TK/PAUD
dalam setiap bidang
pengembangan.
Melalui ilustrasi kasus, peserta
dapat membedakan
kemampuan anak sesuai usia
perkembangannya dalam
bidang pengembangan
bahasa.
Profesional Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.1 Memahami
kemampuan anak TK/PAUD
dalam setiap bidang
pengembangan.
Menentukan kemampuan
anak usia 5-6 tahun dalam
bidang pengembangan
kognitif.
Profesional Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.1 Memahami
kemampuan anak TK/PAUD
dalam setiap bidang
pengembangan.
Memilih kemampuan anak usia
5-6 tahun dalam bidang
pengembangan sosial emosi.
Profesional
Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.1 Memahami
kemampuan anak TK/PAUD
dalam setiap bidang
pengembangan.
Melalui ilustrasi kasus, perseta
dapat membedakan
kemampuan anak sesuai usia
perkembangannya dalam setiap
bidang pengembangan.
Profesional
Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.2 Memahami kemajuan
anak dalam setiap bidang
pengembangan di TK/PAUD.
Melalui contoh kasus, peserta
dapat menunjukkan kemajuan
anak dalam setiap bidang
pengembangan di TK/PAUD.
Profesional
Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.2 Memahami kemajuan
anak dalam setiap bidang
pengembangan di TK/PAUD.
Melalui contoh kasus, peserta
dapat membedakan kemajuan
anak dalam setiap bidang
pengembangan di TK/PAUD.
Profesional
Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.3 Memahami tujuan
setiap kegiatan
pengembangan.
Melalui contoh kasus,
peserta dapat memilih
tujuan kegiatan
pengembangan nilai agama
dan moral di TK/PAUD.
Profesional Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.3 Memahami tujuan
setiap kegiatan
pengembangan.
Melalui contoh kasus, peserta
dapat menentukan tujuan
kegiatan pengembangan
bahasa di TK/PAUD.
Profesional Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.3 Memahami tujuan
setiap kegiatan
pengembangan.
Melalui contoh kasus, peserta
dapat memilih tujuan kegiatan
pengembangan kognitif di
TK/PAUD.
Profesional Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.3 Memahami tujuan
setiap kegiatan
pengembangan.
Melalui contoh kasus, peserta
dapat menentukan tujuan
kegiatan pengembangan
sosial-emosi di TK/PAUD.
BAHAN AJAR PLPG 13
Profesional Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang
pengembangan yang
diampu.
21.3 Memahami tujuan
setiap kegiatan
pengembangan.
Melalui contoh kasus, peserta
dapat menetapkan tujuan
kegiatan pengembangan
fisik-motorik di TK/PAUD.
Profesional
Mengembangkan
materi pembelajaran
yang diampu secara
kreatif.
22.1 Memilih materi bidang
pengembangan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
dapat menunjukkan materi
bidang pengembangan nilai
agama dan moral yang
sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Profesional
Mengembangkan
materi pembelajaran
yang diampu secara
kreatif.
22.1 Memilih materi bidang
pengembangan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
dapat memilih materi bidang
pengembangan kognitif yang
sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Profesional
Mengembangkan
materi pembelajaran
yang diampu secara
kreatif.
22.1 Memilih materi bidang
pengembangan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta dapat
memilih materi bidang
pengembangan bahasa yang
sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Profesional
Mengembangkan
materi pembelajaran
yang diampu secara
kreatif.
22.1 Memilih materi bidang
pengembangan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta dapat
menunjukkan materi bidang
pengembangan sosial- emosi
yang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Profesional
Mengembangkan
materi pembelajaran
yang diampu secara
kreatif.
22.1 Memilih materi bidang
pengembangan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta dapat
menentukan materi bidang
pengembangan fisik-motorik
yang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Profesional
Mengembangkan
materi pembelajaran
yang diampu secara
kreatif.
22.1 Memilih materi bidang
pengembangan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
dapat membedakan materi
bidang pengembangan nilai
agama dan moral yang
sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
14 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Profesional
Mengembangkan
materi pembelajaran
yang diampu secara
kreatif.
22.1 Memilih materi bidang
pengembangan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
dapat menunjukkan materi
bidang pengembangan
kognitif yang sesuai dengan
tingkat perkembangan
peserta didik.
Profesional Mengembangkan
materi pembelajaran
yang diampu
secara kreatif.
22.1 Memilih materi bidang
pengembangan yang sesuai
dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
dapat menelaah materi
bidang pengembangan
bahasa yang sesuai dengan
tingkat perkembangan
peserta didik.
Profesional
Mengembangkan
materi pembelajaran
yang diampu secara
kreatif.
22.1 Memilih materi bidang
pengembangan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
dapat menunjukkan materi
bidang pengembangan
sosial-
emosi yang sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta
didik.
Profesional
Mengembangkan
materi pembelajaran
yang diampu secara
kreatif.
22.1 Memilih materi bidang
pengembangan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
dapat menunjukkan materi
bidang pengembangan fisik-
motorik yang sesuai dengan
tingkat perkembangan
peserta didik.
Profesional
Mengembangkan
materi pembelajaran
yang diampu secara
kreatif.
22.2 Mengolah materi bidang
pengembangan secara kreatif
sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Melalui pemberian ilustrasi
kasus, peserta dapat
mengorganisasikan materi
bidang pengembangan secara
kreatif menjadi kegiatan yang
sesuai dengan tingkat
perkembangan usia 4-5 tahun.
Profesional
Mengembangkan
materi pembelajaran
yang diampu secara
kreatif.
22.2 Mengolah materi bidang
pengembangan secara kreatif
sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Mengorganisasikan materi
bidang pengembangan secara
kreatif menjadi kegiatan
terpadu yang sesuai dengan
tingkat perkembangan usia 5-6
tahun.
Profesional Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif.
23.1 Melakukan refleksi
terhadap kinerja sendiri
secara terus menerus.
Dengan ilustrasi kegiatan,
peserta dapat menilai contoh
kinerja sendiri secara terus
menerus.
Profesional Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif.
23.2 Memanfaatkan hasil
refleksi dalam rangka
peningkatan
keprofesionalan.
Peserta dapat
merumuskan pemanfaatan hasil
refleksi dalam
rangka peningkatan
keprofesionalan.
Profesional Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif.
23.2 Memanfaatkan hasil
refleksi dalam rangka
peningkatan
keprofesionalan.
Peserta dapat memilih upaya
peningkatan keprofesionalan
berdasarkan hasil refleksi.
BAHAN AJAR PLPG 15
Profesional Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif.
23.3 Melakukan penelitian
tindakan kelas untuk
peningkatan keprofesionalan.
Peserta dapat memilih contoh
masalah dalam penelitian
tindakan kelas untuk
peningkatan keprofesionalan.
Profesional Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif.
23.3 Melakukan penelitian
tindakan kelas untuk
peningkatan keprofesionalan.
Peserta dapat memilih contoh
kerangka berpikir penelitian
tindakan kelas untuk
peningkatan keprofesionalan.
Profesional Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif.
23.3 Melakukan penelitian
tindakan kelas untuk
peningkatan keprofesionalan.
Peserta dapat menyusun
contoh rancangan penelitian
tindakan kelas untuk
peningkatan keprofesionalan.
Profesional Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif.
23.3 Melakukan penelitian
tindakan kelas untuk
peningkatan keprofesionalan.
Peserta dapat merumuskan
hasil penelitian tindakan kelas
untuk peningkatan
keprofesionalan.
Profesional Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif.
23.4 Mengikuti kemajuan
zaman dengan belajar dari
berbagai sumber.
Mengidentifikasi berbagai
sumber belajar untuk
mengikuti kemajuan zaman.
Profesional
Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif.
23.4 Mengikuti kemajuan
zaman dengan belajar dari
berbagai sumber.
Dengan contoh nyata,
peserta dapat memilih
aktivitas guru yang
mengikuti kemajuan
zaman dengan belajar dari
berbagai sumber. Profesional
Memanfaatkan
teknologi informasi
dan komunikasi
untuk berkomunikasi
dan mengembangkan
diri.
24.1 Memanfaatkan
teknologi informasi dan
komunikasi dalam
berkomunikasi.
Melalui contoh TIK PAUD,
peserta dapat menunjukkan
manfaat teknologi informasi
dan komunikasi dalam
berkomunikasi.
Profesional
Memanfaatkan
teknologi informasi
dan komunikasi
untuk berkomunikasi
dan mengembangkan
diri.
24.1 Memanfaatkan
teknologi informasi dan
komunikasi dalam
berkomunikasi.
Melalui contoh TIK PAUD,
peserta dapat memilih
manfaat teknologi informasi
dan komunikasi dalam
berkomunikasi secara efektif.
Profesional
Memanfaatkan
teknologi informasi
dan komunikasi
untuk berkomunikasi
dan mengembangkan
diri.
24.2 Memanfaatkan
teknologi informasi dan
komunikasi untuk
pengembangan diri.
Melalui contoh TIK PAUD,
peserta dapat menunjukkan
manfaat teknologi informasi
dan komunikasi untuk
pengembangan diri.
Profesional
Memanfaatkan
teknologi informasi
dan komunikasi
untuk berkomunikasi
dan mengembangkan
diri.
24.2 Memanfaatkan
teknologi informasi dan
komunikasi untuk
pengembangan diri.
Melalui contoh TIK PAUD,
peserta dapat menetapkan
upaya pengembangan diri
dengan menggunakan
teknologi informasi dan
komunikasi.
16 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
MATERI 1 MODEL –MODEL PEMBELAJARAN PAUD
Standar Kompetensi
Setelah mengikuti pelatihan ini dapat peserta menjelaskan tentang model pembelajaran yang dapat
digunakan di lembaga pendidikan anak usia dini.
Kompetensi Dasar :
a. Menjelaskan pengertian model pembelajaran.
b. Menjelaskan model pembelajaran yang digunakan di lembaga pendidikan anak usia dini.
Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di dalam kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992 :4) bahwa “Each models guides us as we design
instruction to help students achieve various objectives”. Maksudnya adalah bahwa setiap model
mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu anak didik mencapai tujuan
pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk
mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk
menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe,
program-program media komputer, kurikulum. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita untuk
mendesain pembelajaran yang membantu anak pada tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang dapat
melukiskan sistematika dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dalam hal ini guru dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran.
Arends (2001) menyeleksi enam macam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru
dalam mengajar, masing-masing model tersebut adalah ; presentasi, pengajaran langsung (direct
instruction), pengajaran konsep, pengejaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah (problem
base instruction), dan diskusi kelas. Dalam mengajarkan suatu konsep atau materi tertentu tidak ada
satu model pembelajaran yang lebih baik dari pada model-model pembelajaran lainnya. Berarti setiap
model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan dengan
model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar anak.
Begitu pula dengan kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, model-model pembelajaran yang
digunakan relatif lebih fleksibel dan dapat menggabungkan berbagai model pembelajaran dengan
pendekatan-pendekatan yang dikemukakan oleh para tokoh-tokoh pendidikan anak usia dini. Model-
model tersebut akan diuraikan pada bab-bab selanjutnya.
Pada dasarnya dalam memilih sebuah model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-
pertimbangan, seperti; materi, waktu, tingkat dan karakteristik perkembangan anak, lingkungan
belajar, fasilitas penunjang, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Menurut Johnson (dalam Samani, 2000), untuk mengetahui kualitas model pembelajaran harus
dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu
BAHAN AJAR PLPG 17
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta mendorong anak untuk aktif
dalam kegaiatan dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu atau
kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini sebelum dilihat hasilnya, terlebih dahulu aspek proses
sudah dipastikan berlangsung dengan baik.
Selain itu setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan lingkungan belajar yang
berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada anak, pada ruang fisik, dan pada
sistem sosial anak di dalam kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang
akan digunakan termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Secara umum prinsip-prinsp
pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi : (1) prinsip penggalian tema; (2) prinsip
pengelolaan pembelajaran; (3) prinsip evaluasi; dan (4) prinsip reaksi.
Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan
menciptakan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga
terjadi perubahan perilaku atau perkembangan pada diri anak didik. Adapun komponen model
pembelajaran meliputi: konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah-langkah/prosedur,
metode, alat/sumber belajar, dan teknik evaluasi/penilaian. Beberapa model pembelajaran PAUD yang
saat ini berkembang dan digunakan oleh satuan pendidikan PAUD di antaranya :
1. Model Pembelajaran Pendekatan High Scope
Pendekatan High Scope dikembangkan oleh David Weikart. High Scope mulai digunakan tahun
1962 pada sebuah prasekolah Perry di Ypsilanti Michigan yang diperuntukkan anak-anak usia 3-4
tahun. Program ini melibatkan anak sebagai pembelajar aktif yang memberikan kesempatan pada
anak untuk memilih sendiri aktivitas bermainnya.
Menurut pendekatan ini, anak memiliki potensi untuk mengembangkan pengetahuannya dan
melibatkan interaksi yang bermakna antara anak dengan orang dewasa. Pengalaman sosial terjadi
dalam konteks kehidupan nyata dimana anak memutuskan rencana dan inisiatifnya sendiri.
Keterlibatan anak dalam proses belajar sangat penting sehingga mereka memperoleh
kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan lingkungannya, dengan demikian lingkungan
belajar harus dapat mendukung aktivitas belajar anak.Dalam model pembelajaran High
Scope,murid murid disebut sebagai A Student Centered Approach for an Active Learner. Dalam hal
ini, dipercaya bahwa semua anak merupakan pembelajar alami (natural learner) dan setiap anak
memiliki kekhasan dalam memuaskan rasa ingin tahunya. Dengan demikian, anak seharusnya
diposisikan sebagai subjek yang aktif dalam proses belajarnya.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa ini (student centered approach) menuntut lingkungan
belajar yang memungkinkan peserta didik mengekspresikan kehausannya akan ilmu. Anak yang
terlahir sebagai pembelajar alami ini diakomodasi oleh High/Scope Indonesia dengan
menciptakan lingkungan fisik yang lengkap dan menunjang. Kegiatan para pembelajar aktif itu
diatur dalam rutinitas harian. Dalam rutinitas inilah para guru High/Scope melakukan proses
pendampingan terhadap siswa-siswinya (adult-child interaction) untuk mendorong seoptimal
mungkin berkembangnya potensi mereka.
Metode pembelajaran di High/Scope pada dasarnya membekali anak untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikir analitis, memiliki jiwa kepemimpinan, mampu
memecahkan masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, mampu
mengemukakan pendapat dan memiliki pemahaman atas konsekuensi logis terhadap segala hal
yang terjadi. Dengan problem solving approach to conflict yang diterapkan, lingkungan belajar di
18 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
High/Scope mendorong anak untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya itu dalam
konteks sosial dan kultural. Intinya High/Scope Indonesia menjadikan proses pendidikan sebagai
hal yang penuh warna dan menyenangkan bagi anak didik dan bukan sebagai beban yang harus
mereka pikul.
A. Indikator Perkembangan Kunci
Kemajuan anak-anak dalam model pembelajaran High Scope diatur berdasarkan aspek-aspek
perkembangan pada diri anak. Aspek-aspek yang menjadi karakteristik perkembangan inilah yang
merupakan hasil sebuah penelitian dan didasarkan pada teori perkembangan anak. Indikator
perkemmbangan kunci adalah indikator yang menjadi karakteristik umum perkembangan anak
sangat penting bagi pertumbuhan pemikiran rasional pada diri anak seluruh dunia, terlepas dari
bangsa dan budaya mereka. Indikator perkembangan kunci prasekolah telah ditemukan dalam
bidang-bidang berikut ini, yang seiring dengan dimensi kesiapan bersekolah yang ditemukan oleh
The National Education Goals Panel ( Panel Tujuan Pendidikan Nasional). (Kagan, Moore,
Bredekamp, 1995)
❖ Pendekatan pada pembelajaran
❖ Bahasa, kemampuan membaca menulis, dan komunikasi
❖ Perkembangan sosial dan emosional
❖ Perkembangan fisik, kesehatan, dan kesejahteraan
❖ Matematika
❖ Ilmu pengetahuan dan teknologi
❖ Penelitian sosial
❖ Kesenian
Pengalaman pembelajaran didalam kelas tidak bersifat saling terpisah, dan kegiatan apapun
yang dilakukan akan mengandung seluruh aspek perkembangan anak. Pendekatan ini
memberikan persektif yang jelas pada guru dan orangtua sebagai dasar untuk mengembangkan
kegiatan dengan menggunakan model penndekatan ini. Selain itu juga dengan adanya
karakteristik perkembangan anak ini akan menambah pengalamann belajar yang akan diperoleh
anak sebelumnya di sekolah. Dengan adanya karakteristik perkembangan yang menjadi dasar
dalam pengembangan kegiatan model High Scope, menjadikan pula model ini terus berkembang
sebagai sarana efektif meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
B. Komponen Penting Model Pembelajaran High Scope
1) Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar waktunya di dalam learning
center yang beragam.
2) Merencanakan-melakukan-mengulang (plan-do-rewind)
Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari,melaksanakan
rencana mereka dan mengulang kembali yang telah mereka pelajari. Plan Do Review, yaitu
merencanakan dan memutuskan apa yang ingin dikerjakan, mengerjakan, lalu mereview
pekerjaan. Biasanya siswa belajar dengan membuat proyek-proyek sesuai minat dan tingkatan
kelas (project base learning). pembelajaran itu tergantung kepada masing-masing siswa (metode
student centered). Jadi si anak boleh memilih pelajaran sesuai dengan kelas dan ketertarikannya.
3) Pengalaman kunci (key experience)
Pengalaman-pengalaman penting yang pernah didapat oleh anak dipakai untuk pembelajaran
4) Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh anak.
Pendekatan High/Scope memiliki 5 unsur yang mendukung pembelajaran aktif anak, yaitu:
BAHAN AJAR PLPG 19
1) Benda-benda yang dapat dieksplor anak.
2) Manipulasi benda-benda oleh anak.
3) Pilihan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan anak.
4) Bahasa anak.
5) Dukungan dari dan oleh orang dewasa.
2. Model Pembelajaran Bank Street
Satu aspek masa – masa awal abad ke – 20 yang diingat, satu periode yang kini dikenal sebagai
era Progresif bahwa banyak wanita memberontak melawan kekangan konvensional pada
kehidupan wanita. Para reformis sosial mengungkapkan kesenjangan sosial dan berupaya
menunjukkan cara-cara menuju masyarakat yang lebih demokratis dan setara.
Diantara perusahaan pendidikan mandiri yang kecil yang dirancang untuk memberi contoh
cara baru mengajar dan pengaturan sosial baru adalah Bureau of Educational Experiments (Biro
Eksperimen Pendidikan). Didirikan pada tahun 1916 oleh Lucy Sprague Mitchell, biro ini kemudian
menjadi Bank Street College of Education. Mitchell mendapat pengaruh kuat dari karya John
Dewey, seorang filsuf, psikolog, pendidik, dan penulis aktif yang gagasan – gagasannya masih
menginformasikan pemikiran tentang pendidikan. Keyakinan Dewey pada pentingnya pendidikan
bagi perkembangan masyarakat demokratis adalah kritis. Yang juga penting adalah saran bahwa
pembelajaran sekolah harus terhubung dengan kehidupan anak-anak dalam cara yang bermakna.
Sekolah yang didirikan Dewey di University of Chicago pada 1896 adalah sebuah laboratorium,
yang menyatukan penelitian perkembangan manusia dan pembentukan kurikulum dan sebuah
eksperimen dalam membimbing perkembangan anak menuju kerja sama yang lebih besar dan
menjalankan teladan yang demokratis.
Sekolah dipandang sebagai kendaraan untuk meningkatkan kesehatan mental dengan memberi
kesempatan bagi karya kreatif dan memuaskan dengan memperkuat kerja sama alih – alih
persaingan, dengan menawarkan pembelajaran yang bermakna dan mendorong bagi anak – anak.
Penndekatan perkembangan – interaksi tidak cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Freire (1970)
sebagai “model perbankan” pendidikan, dimana guru pakar memasukkan pengetahuan kedalam
diri anak yang menerima secara pasif.
Beberapa orang menggunakan istilah pendekatan Bank Street untuk menjelaskan metode
pendidikan anak usia dini, banyak praktisi dan pendukungnya lebih memilih istilah pendekatan
perkembangan interaksi. Meskipun diakui lebih tidak praktis, perkembangan interaksi
menentukan fitur kunci perkembangan tersebut dan juga kekhususan geografis yang menjadi
tempat asalnya. Banyak sekolah anak usia dini dan sekolah dasar, serta guru individual yang
menganggap diri mereka sebagai contoh pendekatan ini dalam mengajar, meskipun Bank Street
College of Education mengklaim asosiasi terlama konsisten dengan cara berpikir tentang
pendidikan dan pelaksanaanya.
Istilah perkembangan interaksi memerlukan perhatian segera pada keberpusatan konsep
perkembangan ini, cara-cara dimana cara anak-anak (dan orang dewasa) memandang,
memahami dan merespons perubahan dunia dan tumbuh sebagai akibat dari pengalaman hidup
mereka yang berkelanjutan. Istilah interaksi merujuk pada prinsip bahwa pemikiran dan emosi
terkait satu sama lain, menghubungkan lingkungan-lingkungan perkembangan dan menyoroti
pentingnya keterlibatan dengan lingkungan manusia dan dunia jasmani. Istilah ini telah digunakan
sejak tahun 1971, tapi gagasan dasarnya memiliki sejarah yang lebih penting. Dengan asal usul
prinsip-prinsip dan praktik ini untuk menunjukkan pendahulu beberapa gagasan pendidikan
20 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
utama dan menunjukkan bahwa program-program untuk anak-anak memiliki sejarah yang lebih
luas daripada umum yang diketahui.
A. Prinsip – prinsip Dasar Pendekatan Bank Street
Seperti yang tercatat, akar pendekatan perkembangan – interaksi ditemukan dalam dua
bidang utama : teoretikus pendidikan dan praktisi – terutama John Dewey dan pelopor gerakan
progresif awal seperti Lucy Sprague Mitchell, Harriet Johnson, Caroline Pratt dan Susan Isaacs –
dan teoretikus perkembangan, khususnya mereka yang memandang perkembangan dari segi
dinamis dan dalam konteks sosial – seperti Anna Freud, Erik Eriikson, Heinz Werner, Jean Piaget
dan Kurt Lewin.
Beberapa prinsip umum tentang perkembangan dan interaksi anak – anak dengan lingkungan
sosial dan fisik adalah hal dasar bagi pemahaman pendekatan perkembangan – interaksi, yaitu :
1. Pertumbuhan fungsi kognitif tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan proses antarpribadi.
Prinsip pemandu ini mengatur teori dan praktik pendekatan perkembangan – interaksi. Konsep
perkembangan bersifat dinamis, dimana konsep ini bukanlah pembentangan kematangan
semata tetapi sebaliknya melibatkan pergeseran dalam cara individu mengatur dan merespons
pengalaman.
2. Sesuai dengan kerangka berpikir konstruktivis, anak dipandang sebgai pembuat makna aktif
dan karena itu sekolah harus memberikan kesempatan pada pemecahan masalah yang nyata.
3. Terlibat secara aktif dengan lingkungan bersifat bawaan pada motivasi manusia. Selanjutnya,
saat anak tumbuh mereka membentuk cara yang semakin rumit dalam memahami dunia.
Secara umum, arah pertumbuhan mencakup gerakan dari yang paling sederhana ke yang lebih
rumit dan cara terintegrasi.
4. Saat berpikir tentang urutan perkembangan, kita harus ingat bahwa individu tidak pernah
berada pada satu titik digaris lurus tapi bergerak dalam serangkaian kemungkinan.
Dari semua prinsip umum perkembangan dan interaksi tersebut, muncul sebuah gambaran
tentang pembelajar dan warga negara masa depan. Sekolah menjadi tempat untuk meningkatkan
perkembangan kemampuan disemua bidang kehidupan anak – anak dan membantu mereka
meraih rasa otonomi dan identitas pribadi serta kelompok. Sekolah memberdayakan anak – anak
untuk berurusan dengan lingkungan mereka secara efektif dan memiliki tanggung jawab yang
sama dengan keluarga anak – anak dan institusi lingkungan sekitar.
B. Pengaruh Pendekatan Bank Street Pada Pendidikan
Pembentukan konsep Bank Street pada pendidikan berlaku sama pada pendidikan anak-anak
dan orang dewasa, meskipun landasan teoritis dan penerapan praktisnya telah diuraikan lebih
jelas dalam hubungannya dengan anak-anak. Menanggapi kesenjangan ini, Nager dan Shapiro
(2007) menentukan lima prinsip yang saling terkait bagi pendidikan guru yang muncul dari sejarah
dan praktik Bank Street :
1. Pendidikan adalah sarana untuk membentuk dan meningkatkan keadilan sosial dan
mendorong peran serta dalam proses demokratis.
2. Guru memiliki pengetahuan mendalam tentang bidang subjek dan terlibat secara aktif dalam
pembelajaran melalui studi formal, pengamatan langsung dan peran serta.
3. Pemahaman mengenai pembelajaran dan perkembangan anak dalam konteks keluarga,
masyarakat dan budaya diperlukan dalam mengajar.
4. Guru terus tumbuh sebagai pribadi dan sebagai seorang yang profesional.
BAHAN AJAR PLPG 21
5. Mengajar membutuhkan filosofi pendidikan sebuah pandangan mengenai pambelajaran dan
pembelajar, pengetahuan dan mengetahui yang memberitahukan semua elemen
pengajaran.
Semua prinsip ini memberikan pandangan mengenai pengajaran yang baik yang
menanamkan persiapan guru dan terwujud di sekolah untuk anak-anak, serta didalam kelas orang
dewasa yang belajar untuk mengajar. Berbekal informasi keyakinan Lucy Sprague Mitchell bahwa
proses pembelajaran bagi orang dewasa dan anak-anak pada dasarnya sama, program pendidikan
guru berupaya “memberikan pengalaman langsung di semua bidang untuk melengkapi
pembelajaran dari buku”.
3. Model Pendekatan Pembelajaran Maria Montessori
Maria Montessori lahir di Chiaravella, Italia. Pada tahun 1896, dia menjadi wanita pertama
yang mendapat gelar Doctor of Medicine. Montessori seperti yang dikutip oleh Soejono (1988:77-
120) sangat berminat terhadap masalah pendidikan anak yang tergolong terbelakang. Setelah
lulus dari kedokteran, ia bekerja di klinik Psikiater Universitas Roma.
Dari pekerjaannya yang berhubungan dengan anak-anak yang menyandang cacat mental.
Montessori banyak menemukan ide dan gagasan bagi pendidikan untuk anak normal, lebih khusus
lagi diperuntukkan bagi anak dibawah lima tahun.
Montessori membuat “sekolah” pertamanya di daerah kumuh di Roma pada tahun 1907,
sekolah ini disebut Casa dei bambini yang artinya rumah anak. Sekolah tersebut dipersiapkan
untuk anak cacat mental. Pada tahun 1909, Montessori menerbitkan buku tentang Scientific
Pedagogy as Aplied to Child Education in the Childre’s House, sebagai wujud nyata dari minatnya
yang begitu besar terhadap pendidikan anak. Secara perlahan pemikiran Montessori berkembang
dibeberapa negara Eropa dan berbagai penjuru dunia lainnya tetapi ada juga menentang
pemikirannya. Pada tahun 1951 semasa perang dunia pertama montessori mendirikan sekolah
Word Exhibition di San Fransisco, Amerika. Ia juga mendirikan gerakan Montessori di India yang
terus berkembang hingga saat ini. Semasa hidupnya banyak dihabiskan untuk penelitian dan juga
banyak penghargaan diterimannya berkenaan dengan prestasinya.
Beberapa pandangan dan prinsip Montessori dalam mengembangkan pendidikan anak usia
dini dapat dicermati dari falsafah berikut ini :
❖ Anak usia dini tidak seperti orang dewasa, mereka terus menerus berada dalam keadaan
pertumbuhan dan perubahan, dimana pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
❖ Anak usia dini senang sekali belajar “selalu ingin tahu dan mencoba”. Tugas orang dewasa
adalah mendorong, memberi kesempatan belajar dan membiarkan anak belajar sendiri.
❖ Pikiran anak yang masih kecil mempunyai kemampuan besar untuk menyerap berbagai
pengalaman. Masa yang paling penting adalah masa pada rentang usia sejak lahir sampai 6
tahun.
❖ Anak usia dini menyerap hampir semua yang dipelajari dari lingkungan.
❖ Anak belajar banyak melalui gerakan-gerakan, ia membutuhkan kesempatan untuk bergerak,
bereksplorasi, belajar melalui alat inderanya.
❖ Anak melewati masa-masa tertentu dalam perkembangannya dan lebih mudah untuk
belajar, yang disebut dengan periode sensitive untuk belajar.
❖ Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan sensori ke otak,
maka semakin berkembang kecerdasannya.
22 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
❖ Anak paling baik belajar dalam situasi kebebasan yang disertai disiplin diri. Anak harus bebas
bergerak dan memilih kegiatan yang disenanginya didalam kelas dengan disertai disiplin diri.
❖ Orang dewasa khususnya guru tidak boleh memaksakan anak untuk belajar sesuatu, dan
tidak boleh mengganggu apa yang sedang dipelajari anak.
❖ Anak harus belajar sesuai dengan taraf kematangannya, tanpa paksaan untuk menyesuaikan
atau menjadi sama dengan anak lain.
❖ Anak mengembangkan kepercayaan pada dirinya bila ia berhasil melaksannakan tugas-tugas
sederhana.
❖ Bila anak diberi kesempatan untuk belajar pada saat dia sudah siap “matang’ untuk belajar
dia tidak saja akan dapat meningkatkan kecerdasannya tetapi juga akan merasakan
kepuasan, menambah kepercayaan diri dan keinginan untuk belajar lebih banyak.
A. Implikasi dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Berdasarkan teorinya Montessori, membebaskan setiap anak belajar menurut tempo dengan
caranya sendiri dan materi yang dipilihnya sendiri dan menentukan berdasarkan taraf
kemampuan dan minatnya. Menurut Montessori anak tidak perlu bersaing dengan anak lainnya.
Adapun sebaliknya dihambut kemajuannya agar sesuai dengan kelompoknya. Montessori
menjelaskan bahwa hanya melalui disiplin diri, seseorang betul-betul bebas untuk belajar. Bila
anak menguasai teknik dan materi belajar, bebas untuk berkreasi, maka betul-betul ia imajinatif.
Sebagai salah satu contoh pada kegiatan dengan cara kegiatan “belajar” membaca
menggantungkan pias kertas bertuliskan nama-nama benda, misalnya di bawah jendela
digantungkan kertas bertulis jendela. Anak secara langsung dilatih membaca tulisan pada pias
kertas itu. Jika eksplosif membaca dengan berbagai permainan, umpamanya dengan kertas
gulungan berisi nama barang sebagai kata lepas. Setelah membaca, anak di beri intruksi
melaksanakan apa yang diinstruksikan. Sebagai permainan anak diberi sejumlah gulungan kertas
berisi perbuatan atau suruhan yang harus dikerjakan anak.
B. Pengembangan Fungsi Panca Indra
Montessori adalah tokoh yang meyakini bahwa panca indra adalah pintu gerbang masuknya
berbagai pengetahuan kedalam otak manusia (anak). Karena peranannya yang strategis maka
seluruh panca indra harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan fungsinya.
Agar fungsi panca indra ini berkembang, Montessori mengembangkan berbagai jenis alat
permainan yang diantaranya ;
a. Alat permainan indra penglihatan
b. Alat permainan untuk indra peraba dan perasa
c. Alat permainan untuk indra pendengar
d. Alat permainan untuk indra pencium
Pendidikan kecerdasan sangat dipentingkan oleh Montessori dan dalam segala keaktifan
anak. Pendidikan kecerdasan yang dikembangkan oleh Montessori adalah menulis dan membaca
permulaan, bahasa dan berhitung.
4. Model Pendekatan Pembelajaran Reggio Emilia
Reggio Emilia adalah sebuah kota makmur di perbukitan Italia utara, kaya dalam budaya dan
terkenal karena cuka vintagenya kemangi, keju Parmigiano, dan anggur Lambrusco. Tetapi juga
rumah bagi program pendidikan anak usia dini yang telah mendapatkan reputasi internasional
dalam seperempat abad terakhir. Sekolah pertama dimulai oleh orang tua pada tahun 1945
BAHAN AJAR PLPG 23
sebagai alternatif lembaga selat-laced, gereja-dimonopoli yang mendominasi pendidikan dini
Italia pada saat itu.
Loris Malaguzzi (1920-1994) mendirikan sekolah dengan menggunakan 'pendekatan Reggio
Emilia'. Dimana nama ini diambil dari sebuah kota di Italia utara disebut Reggio Emilia.
'Pendekatan Reggio' dikembangkan untuk kota-perawatan anak dan program pendidikan yang
melayani anak-anak di bawah enam tahun. Pendekatan ini memandang anak-anak sebagai pribadi
yang kompeten, banyak akal, ingin tahu, imajinatif, kreatif dan memiliki keinginan untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Visi dari pendekatan Reggio Emilia adalah
menjadikan anak sebagai pembelajar yang kompeten dengan mengembangkan sebuah system
kolaborasi dari orang tua, guru dan masyarakat, sehingga menghasilkan model kurikulum yang
kuat dimana anak menjadi pusat dalam kegiatan. Kurikulum memiliki kemajuan purposive tetapi
tidak ruang lingkup dan urutan. Guru mengikuti kepentingan anak-anak dan tidak memberikan
instruksi dan tidak berfokus pada kegiatan membaca dan menulis. Pendekatan Reggio Emilia
memiliki keyakinan yang kuat bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan orang lain,
termasuk orangtua, staf dan rekan-rekan di lingkungan belajar yang ramah.
Reggio Emilia merupakan sebuah pendekatan yang berlandaskan pada teori-teori
perkembangan dan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan konstruktivis pada anak.
Landasan teori dari pendekatan ini mengambil dari tokoh-tokohnya antara lain: John Dewey, Jean
Piaget, Vygotsky dan Jerome Bruner. Pendekatan ini juga menggunakan prinsip pembelajaran yang
mengacu pada DAP (Developmentally Appropriate Practice), dimana pendekatan ini menekankan
pada minat, kemampuan dan kebutuhan kebutuhan anak. Hal ini memberikan penekanan pada
bahasa-bahasa simbolik anak dalam konteks dari kurikulum yang berorientasi proyek. Belajar
adalah dipandang sebagai sebuah perjalanan, dan pendidikan sebagai membangun hubungan
dengan orang-orang (baik anak-anak dan orang dewasa) dan menciptakan hubungan antara ide-
ide dan lingkungan.
Pendekatan Reggio Emilia didasarkan atas prinsip-prinsip berikut:
1. Emergent Kurikulum
Sebuah kurikulum yang muncul adalah salah satu yang dibangun berdasarkan kebutuhan dan
minat anak-anak. Topik yang akan diangkat dan dibahas diambil dari pembicaraan anak-anak
atau kejadian/peristiwa yang sedang berlangsung, bersumber dari kejadian/peristiwa di
masyarakat atau acara keluarga, serta kebutuhan dan minat yang dikenal anak-anak
(genangan air, bayangan, dinosaurus, dll). Tim perencanaan merupakan komponen penting
dari kurikulum yang muncul. Guru bekerja sama untuk merumuskan hipotesis tentang
kemungkinan arah proyek, bahan baku yang dibutuhkan, dan orang tua mungkin dan / atau
dukungan dan keterlibatan masyarakat.
2. Kerja Proyek
Proyek, juga muncul, adalah studi yang mendalam tentang konsep, ide, dan kepentingan, yang
timbul dalam kelompok. Dianggap sebagai sebuah petualangan, proyek dapat berlangsung
satu minggu atau bisa melanjutkan sekolah sepanjang tahun. Sepanjang proyek, guru
membantu anak-anak membuat keputusan tentang arah penelitian, cara-cara di mana grup
akan riset topik, media representasi yang akan menunjukkan dan menampilkan topik dan
pemilihan bahan yang dibutuhkan untuk mewakili pekerjaan. proyek jangka panjang atau
progettazione, meningkatkan kemampuan belajar seumur hidup. Representasi
Pengembangan: Konsisten dengan gagasan Howard Gardner pendidikan untuk kecerdasan
ganda, pendekatan Reggio Emilia panggilan untuk integrasi seni grafis sebagai alat untuk
24 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
pengembangan kognitif, linguistik, dan sosial. Presentasi konsep dan hipotesis dalam berbagai
bentuk representasi - cetak, seni, konstruksi, drama, musik, pedalangan, dan wayang kulit -
dipandang sebagai penting untuk memahami pengalaman anak-anak. Anak-anak memiliki 100
bahasa, beberapa bahasa simbolik.
3. Kolaborasi
Kerja kelompok kolaboratif, baik besar maupun kecil, dianggap berharga dan diperlukan untuk
memajukan pembangunan kognitif. Anak-anak didorong untuk dialog, kritik, bandingkan,
bernegosiasi, hipotesis, dan memecahkan masalah melalui kerja kelompok. Guru adalah guru-
peneliti, sumber daya dan panduan saat dia / dia meminjamkan keahlian kepada anak-anak
(Edwards, 1993). Dalam seperti peran guru-peneliti, pendidik hati-hati mendengarkan, amati,
dan pekerjaan dokumen anak-anak dan pertumbuhan masyarakat di dalam kelas mereka dan
untuk memprovokasi, membangun, dan merangsang pemikiran, dan kolaborasi anak-anak
dengan teman sebaya. Guru berkomitmen untuk refleksi tentang gaya mengajar dan belajar
mereka.
4. Dokumentasi
Serupa dengan pendekatan portofolio, dokumentasi pekerjaan anak dipandang sebagai alat
penting dalam proses pembelajaran untuk anak-anak, guru, dan orangtua. Gambar anak-anak
terlibat dalam pengalaman, kata-kata mereka saat mereka mendiskusikan apa yang mereka
lakukan, merasa dan berpikir, dan interpretasi anak-anak pengalaman melalui media visual
ditampilkan sebagai presentasi grafik dinamika pembelajaran. Dokumentasi digunakan
sebagai penilaian dan advokasi.
5. Lingkungan
Pada pendekatan Reggio Emilia sekolah memberikan perhatian besar untuk tampilan dan
nuansa kelas. Lingkungan dianggap sebagai guru "ketiga." Guru hati-hati mengatur ruang
untuk proyek-proyek kelompok kecil dan besar dan ruang intim kecil untuk satu, dua atau tiga
anak. Dokumentasi kerja anak-anak, tanaman, dan koleksi yang telah membuat anak-anak dari
mantan outings ditampilkan baik pada anak-anak dan tingkat mata orang dewasa. ruang
umum tersedia untuk semua anak di sekolah meliputi area bermain dramatis dan worktables
bagi anak-anak dari kelas yang berbeda untuk datang bersama-sama.
A. Implikasi dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Reggio Emilia merupakan sebuah pendekata kurikulum yang digunakan dalam pendidikan
anak usia dini yang telah diterapkan pada beberapa Negara di dunia termasuk Amerika.
Pendekatan Regio Emilia lebih menekankan pada kolaborasi dan aktivitas dengan berbagai
komunitas, orang tua, guru dan masyarakat dalam meningkatkan dan mengembangkan kognitif
anak dalam hal ini membangun konstruktivisme dalam pemikiran anak. Pendekatan Reggio Emilia
mengembangkan model pembelajaran proyek, belajar dipandang sebagai sebuah perjalanan, dan
pendidikan sebagai membangun hubungan dengan orang-orang (baik anak-anak dan orang
dewasa) dan menciptakan hubungan antara ide-ide dan lingkungan. Melalui pendekatan ini,
orang dewasa membantu anak-anak memahami arti dari pengalaman mereka lebih benar-benar
melalui dokumentasi karya anak-anak, pengamatan, dan berkesinambungan dialog guru-anak
sebagai panduan pendekatan ini.
Inti kurikulum Reggio Emilio adalah perencanaan proyek sebagai hasil dari ketertarikan anak
pada suatu hal. Proyek ini tumbuh dari pengalaman pertama yang direncanakan oleh guru untuk
membantu anak-anak mengeksplorasi adat budaya mereka atau lingkungan fisik sekitar mereka
atau hasil dari kejadian spontan seperti ide anak atau pertanyaan pada guru. Hampir setiap
BAHAN AJAR PLPG 25
pengalaman yang membangkitkan minat anak dapat menjadi dasar proyek. Proyek dilakukan
secara mendalam dan mendetail, menggunakan variasi dalam metode penyelidikan dan sebuah
gambaran pilihan dan sebuah bentuk grafik. Untuk melengkapi proses investigasi/penyelidikan
melalui proyek jangka panjang ini adalah kreativitas anak dalam menggunakan bahan untuk
menunjukkan dan mengkomunikasikan pembelajaran mereka, menggunakan “hundred
languages”.
Dengan catatan bahwa banyak hal terjadi di dalam kelas selain mengerjakan proyek,
sementara proyeknya sendiri memerlukan sebagian waktu dalam sehari. Waktu lain dihabiskan
dalam aktivitas prasekolah tradisional, misalnya permainan dramatik dalam ruang realistik,
permainan balok, waktu membaca, menulis, bermain dengan penuh semangat, tanggung jawab
di sekolah dan hanya berbicara dengan teman-teman.
Adapun aktivitas proyek yang dapat dilakukan :
1. Ide dapat muncul dari anak-anak dan atau kepentingan anak.
2. Ide dapat diprovokasi oleh guru
3. Guru dapat mengenalkan pada anak untuk mengetahui apa yang menarik untuk dibahas
atau menjadi bahan materi bagi anak
4. Harus cukup panjang untuk mengembangkan dari waktu ke waktu, untuk mendiskusikan
ide-ide baru, untuk merundingkan, untuk menimbulkan konflik, untuk kembali, untuk
melihat kemajuan, untuk melihat pengembangan dari ide-ide yang akan dimunculkan
kembali
5. Kegiatan yang dilakukan harus konkret, dapat berasal dari pribadi berupa pengalaman
nyata, penting bagi anak-anak, harus "jelas" cukup untuk keragaman ide dan kaya dalam
penafsiran / ekspresi representasional
Melalui pendekatan proyek ini, maka dalam kegiatan pembelajaran di butuhkan media yang
sangat mendukung dalam kegiatan ini.
Inti dari penataan kelas Reggio Emilio adalah proses belajar dilakukan dalam suasana
bermain yang menyenangkan, tanpa tekanan dan paksaan, dan anak-anak berada dalam
lingkungan eksplorasi yang sangat kaya. Mereka menjadi seniman, ahli sejarah, peneliti, dan lain-
lain, kegiatan yang membuktikan bahwa sebenarnya – bila diberi kesempatan para balita kita akan
menunjukkan “kejeniusan” mereka.
Daftar Pustaka
Ann S. Epstein. Is the High/Scope Educational Approach Compatible With the Revised
Head
Start Performance Standart. High/Scope Educational Research Foundation. Catron, CE.,
JA (1999). Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model. New jersey: Prentice-
Hall.Inc
Diana. (2013). Model-Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Yogjakarta: Deepublish.
Dodse, Diane Tister (et.all). (2001). The Creative Curriculum for Family Childcare.
Washington D.C: Teaching Strategies.
Hainstock, Elizabeth G. (1999). Metode Pengajaran Montessori untuk Anak Pra-sekolah
Jakarta: Pustaka Delapratasa.
Amir, Antarina S.F. The High/Scope Early Childhood Edicational Model. Makalah yang disajikan dalam
Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung, 10 September 2003.
26 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
MATERI 2
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN BAHASA ANAK USIA DINI
Kompetensi Inti: Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
Kompetensi Dasar: Memahami kemampuan anak TK/PAUD dalam setiap bidang pengembangan.
Teori Dasar Perkembangan Kognitif
1. Teori Kognitif Jean Piaget
Para ahli perkembangan anak bersepakat bahwa anak bukan seorang dewasa kecil karena
hingga mencapai usia 15 tahun, anak tidak dapat dapat membuat alasan atas tindakannya seperti
orang dewasa.
a. Inteligensi
Piaget mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu bentuk keseimbangan yang menjadi
kecendrungan semua sturktur kognitif. Maksudnya adalah semua kegiatan intelektual dilakukan
dengan satu tujuan dalam pikirannya, yaitu menghasilkan keseimbangan atau keharmonisan
hubungan antara proses berpikir seseorang dengan lingkungannya. Piaget menekankan bahwa
anak-anak bersifat aktif dan merupakan penjelajah yang selalu ingin tahu.
b. SkemaKognitif:Susunan Intelegensi
Piaget menggunakan istilah skema untuk mendeskripsikan model atau struktur mental yang
kita ciptakan untuk mempersentasikan, mengorganisasi, dan menginterpretasi pengalaman kita.
Piaget mendeskripsikan tiga macam susunan intelektual yaitu:
1) Skema perilaku (Sensori Motor)
Skema perilaku adalah pola atau bentuk perilaku yang terorganisasi dan digunakan anak untuk
menampilkan kembali dan merespons suatu benda atau pengalaman. Untuk bayi berumur 9
bulan, sebuah bola tidak diterima dengan konsep sebuah mainan berbentuk bundaryang
mempunyai nama resmi, melainkan sebuah benda yang dapat dipeluk dan digelindingkan oleh dia
dan teman-temannya.
2) Skema simbolik
Selama tahun kedua, anak mencapi tingkatan, dimana ia dapat memecahkan masalah dan berpikir
tentang benda dan kejadian tanpa harus menyentuh atau mengalaminya. Dengan kata lain,
mereka mampu untuk menampilkan kembali pengalamannya secara mental dan menggunakan
symbol mental atau skema simbolik ini untuk mencapai tujuan mereka. Contoh: anak usia 16
tahun dapat mencontoh perilaku buruk temannya pada hari lain dan tidak langsung pada hari itu
juga.
3) Skema operasional
Menurut Piaget pikiran anak 7 tahun dan anak yang lebih tua diwarnai oleh skema operasional.
Pengertian operasi kognitif adalah suatu kegiatan mental secara internal yang ditunjukkan
seseorang pada objek yang dipikirkannya untuk mencapai kesimpulan yang logis. 2. Teori Kognitif
Bruner
Dalam teori perkembangan kogintif menurut Bruner dikatakan bahwa dalam evolusi
perkembangan manusia, Bruner menemukan tiga bentuk system berpikir manusia yang
menstruktur kemampuan manusia dalam memahami dunianya yaitu :
1. Enactive representation, yakni membangun kemampuan berfikir melalui pengalaman empiric atau pengalaman nyata.
BAHAN AJAR PLPG 27
2. Iconic representation,berkaitan dengan kemampuan manusia dalam menyimpan pengalaman empiric dalam ingatannya.
3. Symbolic representation berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami konsep dan peristiwa yang disajikan melalui bahasa.
3. Teori Kognitif Lev Vygotsky
Terdapat dua hal pokok yang dirumuskan dalam teori kognitif yang dikembangkan oleh Vygotsky
sebagai berikut:
a. Konsep ZPD (Zone of Proximal Development) yang diterapkan melalui scaffolding yaitu proses pemberian bimbingan pada siswa berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliknya kepada apa yang harus diketahuinya.
b. Scaffolding merupakan aspek penting dalam pembelajaran, terutama dalam pembelajaran untuk anak usia dini.
Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Kognitif
1. Faktor hereditas/keturunan 2. Faktor lingkungan 3. Faktor kematangan 4. Faktor pembentukan 5. Faktor minat dan bakat 6. Faktor kebebasan
Klasifikasi Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini
Adapun tujuan pengembangan kognitif diarahkan pada pengembangan kemampuan auditory,
visual, taktik, kinestetik, aritmetika, geometri, dan sains permulaan. Uraian masing-masing bidang
pengembangan ini sebagai berikut :
1. Pengembangan auditory
Kemampuan ini berhubungan dengan bunyi atau indra pendengaran anak, seperti : (a)
mendengarkan atau menirukan bunyi yang didengar sehari-hari, (b) mendengarkan nyanyian atau
syair dengan baik, (c) mengikuti perintah lisan sederhana, (d) mendengarkan cerita dengan baik, (e)
mengungkapkan kembali cerita sederhana, (f) menebak lagu atau apresiasi musik, (g) mengikuti
ritmis dengan bertepuk, (h) menyebutkan nama-nama hari dan bulan, (i) mengetahui asal suara, (j)
mengetahui nama benda yang dibunyikan.
2. Pengembangan visual
Kemampuan ini berhubungan dengan penglihatan, pengamatan, perhatian, tanggapan, dan
persepsi anak terhadap lingkungan sekitarnya. Adapun kemampuan yang dikembangkan, yaitu: (a)
mengenali benda-benda sehari-hari, (b) membandingkan benda-benda dari yang sederhana
menuju ke yang lebih kompleks, (c) mengetahui benda dalam ukuran, bentuk, atau dari warnanya,
(d) mengetahui adanya benda yang hilang apabila ditunjukkan sebuah yang belum sempurna atau
janggal, (e) menjawab pertanyaan tentang sebuah gambar dari seri lainnya, (f) menyusun potongan
teka-teki mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit, (g) mengenali namanya sendiri
bila tertulis, (h) mengenali huruf dan angka.
3. Pengembangan taktil
Kemampuan ini berhubungn dengan pengembangan tekstur (indera peraba). Adapun
kemampuan yang akan dikembangkan yaitu: (a) mengembangkan indera sentuhan, (b)
mengembangkan kesadaran akan berbagai tekstur, (c) mengembangkan kosakata untuk
mengembangkan berbagai tekstur seperti tebal, tipis, halus-kasar, panas-dingin, dan tekstur
kontras lainnya, (d) mengembangkan kosakata untuk menggambarkan berbagai tekstur, (e)
bermain di bak pasir, (f) bermain air, (g) dengan plastisin, (h) menebak dengan meraba tubuh
teman, meraba dengan kertas amplas, (i) meremas kertas koran, (j) meraup biji-bijian.
28 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
4. Pengembangan kinestetik
Kemampuan yang berhubungan dengan kelancaran gerak tangan/keterampilan tangan atau
motorik halus yang memengaruhi perkembangan kognitif. Kemampuan yang berhubungan dengan
keterampilan tangan dapat dikembangkan dengan permainan-permainan, yaitu: (a) finger painting
dengan tepung kanji, (b) menjiplak huruf-huruf geometri, (c) melukis dengan cat air, (d) mewarnai
dengan sederhana, (e) menjahit dengan sederhana, (f) merobek kertas koran, (g) menciptakan
bentuk-bentuk dengan balok, (h) mewarnai gambar, (i) membuat gambar sendiri dengan berbagai
media, (j) menjiplak bentuk lingkaran, bujur sangkar, segitiga, atau empat persegi panjang, (k)
memegang dan menguasai sebatang pensil, (l) menyusun atau menggabungkan potongan gambar
atau teka-teki dalam bentuk sederhana, (m) mampu menggunakan gunting dengan baik, (n) mampu
menulis.
5. Pengembangan aritmetika
Kemampuan yang diarahkan untuk penguasaan berhitung atau konsep berhitung permulaan.
Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) mengenali atau membilang angka, (b)
menyebut urutan bilangan, (c) menghitung benda, (d) mengenali himpunan dengan nilai bilangan
berbeda, (e) memberi nilai bilangan pada suatu bilangan himpunan benda, (f) mengerjakan atau
menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dengan
menggunakan konsep dari konkret ke abstrak, (g) menghubungkan konsep bilangan dengan
lambang bilangan, (h) menggunakan konsep waktu misalnya hari ini, (i) menyatakan waktu dengan
jam, (j) mengurutkan lima hingga sepuluh benda berdasarkan urutan tinggi besar, (k) mengenai
penambahan dan pengurangan.
6. Pengembangan geometri
Kemampuan ini berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk dan ukuran. Adapun
kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) memilih benda menurut warna, bentuk, dan
ukurannya, (b) mencocokkan benda menurut warna, bentuk, dan ukurannya, (c) membandingkan
benda menurut ukurannya (besar, kecil, panjang, lebar, tinggi, dan rendah), (d) mengukur benda
secara sederhana, (e) mengerti dan menggunakan bahasa ukuran, seperti besar-kecil, tinggi-
rendah, dan panjang-pendek, (f) menciptakan bentuk dari kepingan geometri, (g) menyebut benda-
benda yang ada di kelas sesuai dengan bentuk geometri, (h) mencontoh bentuk-bentuk geometri,
(i) menyebut, menunjukkan, dan mengelompokkan segi empat, (j) menyusun menara dari delapan
kubus, (k) mengenal ukuran panjang, berat, dan isi, (l) meniru pola dengan empat kubus.
7. Pengembangan sains permulaan
Kemampuan ini berhubungan dengan berbagai percobaan atau demonstrasi sebagai suatu
pendekatan secara saintifik atau logis, tetapi tetap dengan mempertimbangkan tahapan berpikir
anak. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) mengeksplorasi berbagai benda
yang ada di sekitarnya, (b) mengadakann berbagai percobaan sederhana, (c) mengomunikasikan
apa yang telah diaamti dan diteliti. Contoh kegiatan yang dapat dikembangkan melalui permainan,
sebagai berikut: proses merebus atau membakar jagung, membuat jus, warna dicampur, mengenal
asal mula sesuatu, balon ditiup lalu dilepas, benda kecil dilihat dengan kaca pembesar, besi berani
didekatkan dengan macam-macam benda, biji ditanam, benda-benda dimasukkan ke dalam air,
mengenal sebab akibat mengapa sakit gigi, dan mengapa lapar.
HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA Badudu. (1989) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi
antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu -individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Bromley (1992) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol -simbol visual maupun verbal.
BAHAN AJAR PLPG 29
BENTUK DAN FUNGSI BAHASA
Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai alat sosialisasi, bahasa merupakan suatu cara merespon orang lain.
Bromley (1992) menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa berbeda dengan kemampuan berbicara. Bahasa merupakan suatu sistem tata bahasa yang relatif rumit dan bersifat semantik, sedangkan kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata. Bahasa ada yang bersifat reseptif (dimengerti, diterima) maupun ekspresif. Bromley menyebutkan 5 macam fungsi bahasa sebagai berikut:
1. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. Anak usia dini belajar kata -kata yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan utama mereka.
2. Bahasa dapat merubah dan mengontrol perilaku. Anak-anak belajar bahwa mereka dapat mempengaruhi lingkungan dan mengarahkan perilaku orang dewasa dengan menggunakan bahasa.
3. Bahasa membantu perkembangan kognitif. Secara simbolik bahasa menjelaskan hal yang nyata dan tidak nyata. Bahasa memudahkan kita untuk mengingat kembali suatu informasi dan menghubungkannya dengan informasi yang baru diperoleh. Bahasa jugs berperan dalam membuat suatu kesimpulan tentang masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang.
4. Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain. Bahasa berperan dalam memelihara hubungan anak dengan orang sekitar.
5. Bahasa mengekspresikan keunikan individu. Anak mengemukakan pendapat dan perasaan pribadi dengan cara yang berbeda dari orang lain.
TEORI-TEORI PENGEMBANGAN BAHASA
1. Teori Navitis
Chomsky, Howe, Maratsos (dalam Miller, 1981) berpandangan bahwa ada keterkaitan antara faktor biologis dan perkembangan bahasa. Mereka menekankan adanya peran evolusi biologis dalam membentuk individu menjadi mahluk linguistik.
Chomsky (1974) mengatakan bahwa individu dilahirkan dengan alat penguasaan bahasa (Language Acquisition Device) dan menemukan sendiri cara kerja bahasa te rsebut. Berikut ini adalah suatu model yang menjelaskan cara anak belajar bahasa yang dikenal dengan pogram penguasaan bahasa (Language Acquisition Device):
Program Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Device)
2. Teori Behavioristik
Ada beberapa ahli behavioristik yang berpendapat bahwa bahasa merupakan masalah respon (Skinner, 1957) dan sebuah imitasi (Bandura, 1997). Skinner menggunakan teori stimulus respon dalam menerangkan perkembangan bahasa. Skinner menyatakan bahwa bahasa dipelajari melalui pembiasaan dari lingkunggn dan merupakan hasil imitasi terhadap orang dewasa. Imitasi, reward, reinforcement, dan frekuensi suatu perilaku merupakan faktor yang penting dalam mempelajari bahasa.
3. Teori Kognitif
Menurut Piaget (Hergenhahn, 1982) berpikir sebagai prasyarat berbahasa, terus berkembang sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran. Perkembangan bahasa bersifat progeresif dan terjadi pada
LAD Pengolahan
Data Linguistik
(input)
Kemampuan Tata
Bahasa (output)
30 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
setiap tahap perkembangan. Perkembangan anak secara umum dan perkembangan bahasa awal anak berkaitan erat dengan berbagai kegiatan anak, objek dan kejadian yang mereka alami dengan menyentuh, mendengar, melihat, merasa dan membau.
Vygotsky (1986) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak berkaitan erat dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan. Vygotsky menggunakan istilah Zona perkembangan proximal (ZPD) untuk tugas-tugas yang sulit dipahami sendiri oleh anak, namun dengan bimbingan dan bantuan dari orang dewasa, anak akan memiliki ketrampilan untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Menurut Vygotsky, ZPD memiliki dua batas yaitu batas yang lebih rendah dan batas yang lebih tinggi.
4. Teori Interaksionis Kajian tentang teori interaksionis bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa merupakan
perpaduan faktor genetik dan lingkungan. Kemampuan kognitif dan berbahasa diasumsikan terjadi secara bersamaan. Seorang anak dilahirkan dengan kemampuan untuk mempelajari dan mengemukakan bahasa, dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya yang mencakup imitasi, reinforcement, reward dan peran sosial.
PERKEMBANGAN KETERAMPILAN BERBAHASA
1. PERKEMBANGAN MEMBACA
Raines dan Canad (1990) berpendapat bahwa proses membaca bukanlah kegiatan menterjemahkan kata demi kata untuk memahami arti yang terdapat dalam bacaan. Guru yang memahami konsep whole language akan memandang bahwa kegiatan membaca merupakan suatu proses mengkonstruksi arti dimana terdapat interaksi antara tulisan yang dibaca anak dengan pengalaman yang pernah diperolehnya. Tahap pertama dalam membaca adalah dengan melihat tulisan dan memprediksi artinya. Tahap kedua adalah memastikan arti tulisan yang diprediksi sebelumnya sehingga diperoleh keputusan untuk melanjutkan bacaan berikutnya meskipun terdapat kemungkinan kesalahan dalam memprediksi. Tahap ketiga adalah mengintegrasikan informasi baru dengan pengalaman sebelumnya.
Perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Fantasi (Magical Stage). Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku,
melihat dan membalik lembaran buku ataupun membawa buku kesukaannya. 2. Tahap Pembentukan konsep diri (Self Concept Stage). Pada tahap ini anak mulai
memandang dirinya sebagai 'pembaca' dimana terlihat keterlibatan anak dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku, memaknai gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya, dan menggunakan bahasa baku yang tidak sesuai dengan tulisan.
3. Tahap membaca gambar (Bridging Reading Stage). Pada tahap ini pada diri anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, dapat mengungkapkan kata -kata yang bermakna dan berhubungan dengan dirinya, sudah mengenal tulisan kata-kata puisi, lagu, dan sudah mengenal abjad.
4. Tahap pengenalan bacaan (Take off Reader Stage). Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponik, semantik, dan sintaksis). Anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda seperti pada papan iklan, kotak susu, pasta gigi dan lainnya.
5. Tahap membaca lancar (Independent Reader Stage). Pada tahap ini anak dapat mernbaca berbagai jenis buku.
2. PERKEMBANGAN MENYIMAK
Anak yang berkembang keterampilan menyimaknya, akan berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan berbicaranya. Kedua keterampilan berbahasa tersebut merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung dan dapat merupakan komunikasi yang
BAHAN AJAR PLPG 31
bersifat tatap muka (Brooks, dalam Tarigan, 1986). Kemampuan menyimak melibatkan proses menginterpretasi dan menterjemahkan suara yang didengar sehingga memiliki arti tertentu. Kemampuan ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian dan konsentrasi dalam rangka memahami arti informasi yang disampaikan. Kemampuan menyimak sebagai salah satu keterampilan berbahasa reseptif melibatkan beberapa faktor sebagai berikut: 1. Acuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga, misalnya
mendengar suara anak lain yang sedang bermain, mendengar suara mesin tik dan sebagainya.
2. Auditory Discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan atau bunyi, misalnya suara hujan berbeda dengan suara mesin tik; pertanyaan seseorang tidak sama dengan pernyataan seseorang.
3. Auding, Suatu proses dirnana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang di ungkapkan. Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi dan maksud kata-kata yang diungkapkan. Auding melibatkan aspek perkembangan semantik dan sintaksis.
Bromley (1991) mengemukakan bahwa proses menyimak aktif terjadi ketika anak sebagai penyimak menggunakan auditory discrimination dan acuity dalam mengidentifikasikan suara-suara dan berbagai kata, kemudian menterjemahkannya menjadi kata yang bermakna melalui auding dan pemahaman.
Bromley (1991) menjelaskan beberapa jenis faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan menyimak anak yaitu : (1) Faktor penyimak, (2) Faktor situasi, (3) Faktor pembicara.
3. PERKEMBANGAN BERBICARA
Komponen tersebut terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik (Bromley, 1992).
Kemampuan berbicara berkaitan dengan kosa kata yang diperoleh anak dari kegiatan menyimak dan membaca. Ada dua tipe perkembangan berbicara anak : 1. Egosentric Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara
kepada dirinya sendiri (monolog). 2. Socialized speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya atau pun
lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak. Hurlock mengemukakan dua kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak,
apakah anak berbicara secara benar atau hanya sekedar `membeo' sebagai berikut: 1. Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan
objek yang diwakilinya. 2. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah. Anak
memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar atau menduga-duga.
4.PERKEMBANGAN MENULIS
Menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, dimana anak dapat
menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata -kata yang
bermakna. Menurut Poerwadarminta (1982), menulis memiliki batasan sebagai berikut: (1)
membuat huruf, angka, dan lainnya dengan pena, kapur dan sebagainya; (2)
Mengekspresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan lainnya dengan
tulisan. Senada dengan pernyataan tersebut Badudu (1982) mengemukakan bahwa menulis
adalah menggunakan pena, potlot, ball point di atas kertas, kain ataupun papan yang
menghasilkan huruf, kata, maupun kalimat.
Menurut Brewer, ada 4 tahapan dalam kemampuan menulis sebagai berikut:
32 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
1. Scribble stage, yaitu tahap mencoret atau membuat goresan. Pada tahap ini anak mulai
membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulis. Pada tahap ini mereka mulai belajar
tentang bahasa tulis dan cara mengerjakan tulisan tersebut;
2. Linear Repetitive Stage, yaitu tahap pengulangan linear. Pada tahap ini anak
menelusuri bentuk tulisan yang horizontal;
3. Random Letter Stage, yaitu tahap menulis random. Pada tahap ini anak belajar
tentang berbagai bentuk yang merupakan suatu tulisan dan mengulang berbagai kata ataupun
kalimat.
4. Letter Name Writing or Phonetic Writing, yaitu tahap menulis nama. Pada tahap ini anak
mulai menyusun dan menghubungkan antara tulisan dan bunyinya. Anak mulai menulis nama
dan bunyi secara bersamaan.
Feldman (1991) memberikan batasan tentang tahapan kemampuan menulis pada anak sebagai
berikut:
1. Scribble on the Page, yaitu membuat goresan pada kertas. Dalam tahap ini anak
membuat gambar ataupun huruf-huruf yang terpisah.
2. Copy Word, yaitu mencontoh huruf. Anak mulai tertarik untuk mencontoh huruf-huruf seperti
dalam kata mama, papa dan sebagainya.
3. Invented Spelling, yaitu belajar mengeja. Dalam tahap ini anak mulai menemukan cara
mengeja dan menuliskan huruf sesuai dengan bunyinya.
METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA
1. METODE BERCERITA
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan
dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-kanak. Dalam kegiatan pembelajaran
di Taman Kanak-kanak
Bentuk-bentuk Metode bercerita tersebut terbagi dua yaitu:
1. Bercerita tanpa alat peraga
Bercerita tanpa alat peraga adalah kegiatan bercerita yang dilakukan guru saat bercerita tanpa
menggunakan media atau alat peraga yang diperlihatkan kepada anak didik. Artinya kegiatan
bercerita yang dilakukan guru hanya mengandalkan suara mimik dan panto mimik atau gerak
anggota tubuh.
2. Bercerita dengan alat peraga
Alat atau media yang digunakan hendaknya aman, menarik, dapat dimainkan oleh guru maupun
anak dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Alat atau media yang digunakan dapat asli
atau alami dari lingkungan sekitar, dan dapat pula tiruan.
2. METODE BERCAKAP-CAKAP
Metode bercakap-cakap interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik, atau antara anak
dengan anak bersifat menyenangkan berupa dialog yang tidak kaku
Ada tiga bentuk metode bercakap-cakap dalam melaksanakan pembelajaran pengembangan
bahasa, yaitu :
a. Bercakap-cakap bebas
b. Bercakap-cakap menurut pokok bahasan
c. Bercakap-cakap dengan menggunakan gambar seri
BAHAN AJAR PLPG 33
3. METODE TANYA JAWAB
Metode tanya jawab, interaksi antara guru dan anak didik, atau antara anak dengan anak
bersifat kaku, karena sudah terikat pada pokok bahasan. Dialog terjadi karena ada yang harus
ditanyakan dan ada yang harus menjawab dengan benar.
Bentuk metode tanya jawab ada dua macam, yaitu :
a. Tanya jawab secara spontan
Kegiatan tanya jawab dilakukan spontan oleh guru kepada anak didiknya didalam kelas
ataupun diluar kelas.
b. Tanya jawab berdasarkan pokok bahasan
Kegiatan tanya jawab ini biasanya diprogramkan guru, dalam pengembangan
pembelajarannya semua aspek pengembangan anak.
4. METODE BERMAIN PERAN
Pengertian bermain peran menurut buku Didaktik Metodik di TK (Depdikbud 19, 37) adalah
memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda disekitar anak dengan tujuan untuk
mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan
pengembangan yang dilaksanakan.
5. METODE SOSIODRAMA
Metode sosiodrama adalah suatu cara memainkan peran dalam suatu cerita tertentu yang
menuntut integrasi diantara para pemerannya (Depdikbud, 1998:32)
6. METODE KARYA WISATA
Moeslichatoen (1999) menuliskan bahwa karya wisata merupakan salah satu metode
pembelajaran di taman kanak-kanak yang dilaksanakan dengan cara mengamati dunia sesuai
dengan kenyataan yang ada secara langsung.
ASPEK-ASPEK KEMAMPUAN BAHASA ANAK
Aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa lisan anak tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kosa kata
Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan
lingkungannya, kosa kata anak berkembang dengan pesat.
2. Sintak (tata bahasa)
Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa akan tetapi melalui contoh-contoh berbahasa
yang didengar dan dilihat anak di lingkungannya, anak telah dapat m enggunakan bahasa
lisan dengan susunan kalimat yang baik.
3. Semantik
Semantik adalah penggunaan kata yang sesuai dengan tujuannya. Anak sudah da pat
mengekspresikan keinginan, penolakkan dan pendapatnya menggunakan kata-kata dan
kalimat yang tepat.
4. Fonem (bunyi kata)
Anak sudah memiliki kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi satu
kata yang mengandung arti.
34 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
MATERI 3
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN SOSEM, MORAL, & AGAMA
I. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MORAL DAN AGAMA ANAK USIA DINI
A. KOMPETENSI INTI
Menguasai materi baik secara teoritis maupun praktik tentang pengembangan kemampuan moral
dan agama anak usia dini
B. KOMPETENSI DASAR
Menguasai penerapan berbagai metode, media dan strategi pengembanan kemampuan moral dan
agama Anak Usia Dini
C. MATERI AJAR
1. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mores (latin) yang berarti dapat kebiasaan atau cara hidup,
sedangkan nilai dari kata value yang berarti harga. Nilai inilah yang dikatakan Newcomb (1985)
sebagai suatu keyakinan yang mendorong seseorang untuk bertindak atas dasar pilihannya.
Sedangkan Kupperman (1983) menyatakan nilai sebagai patokan normatif yang mempengaruhi
seseorang dalam menentukan pilihannya di antara berbagai alternatif untuk bertindak. Oleh
karena itu, keputusan benar-salah, baik-buruk, indah-tidak indah pada wilayah psikologis meru-
pakan hasil dari serangkaian proses psikis yang mengarahkan seseorang pada suatu tindakan atau
perbuatan yang sesuai dengan keyakinannya
2. Perkembangan Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah
Anak usia prasekolah yaitu anak yang berada dalam kelompok masa kanak- kanak awal,
berusia dua sampai enam tahun (Hurlock, 2002). Anak pada masa prasekolah atau kanak-kanak
awal memiliki tugas-tugas perkembangan sama halnya dengan individu dewasa. Salah satu tugas
perkembangannya berkaitan dengan perkembangan moral anak, bahwa anak mampu
membedakan benar dan salah, baik buruk serta mulai mengembangkan nurani.
Moral diartikan sebagai bentuk evaluasi individu atas apa yang benar dan apa yang salah
(Berns, 2007). Moral meliputi penerimaan individu atas aturan dan nantinya berpengaruh pada
perilaku individu terhadap orang lain.
Teori perkembangan moral terbagi menjadi tiga yaitu : (1) komponen afektif atau
emosional moral (moral feeling meliputi rasa bersalah, malu, dan empati), (2) komponen kognitif
(moral reasoning meliputi kemampuan memahami aturan, membedakan benar dan salah, dan
mampu menerima sudut pandang orang lain serta pada pengambilan keputusan, dan (3)
komponen behavioral (moral action meliputi bagaimana seseorang merespon atas godaan yang
datang untuk tetap berpegang teguh pada aturan, perilaku prososial dan antisosial, kontrol diri
atas dorongan yang muncul.
Teori mengenai moral feeling dikembangkan oleh Hoffman, teori moral reasoning
dikembangkan oleh Piaget dan Kohlberg sedangkan teori moral action dikembangkan oleh
Eisenberg dan Fabes (Berns, 2007).
Konsep Piaget dan Kohlberg memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan
kognitif dan moral anak. Namun berbagai kritikan muncul berkaitan dengan pertimbangan bahwa
orangtua tidak hanya membutuhkan pemahaman apakah anaknya sudah mencapai tahapan
BAHAN AJAR PLPG 35
penalaran moral sesuai usianya, orangtua lebih membutuhkan pemahaman bagaimana cara
mencerdaskan moral anak, anak bukan hanya berpikir secara moral namun berperilaku secara
moral (Coles, dalam Borba, 2001). Hal tersebut berdasarkan konsep bahwa perkembangan moral
anak tidak cukup hanya diukur dengan melihat apa yang anak pikirkan namun juga apa yang anak
lakukan.
Berdasarkan konsep di atas, Coles berpendapat bahwa konsep kecerdasan moral lebih
tepat untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang sejauh mana kapasitas anak berpikir,
merasakan dan berperilaku secara norma moral atau solid character.
Perkembangan moral merupakan suatu proses yang terus menerus berkelanjutan
sepanjang hidup. Meningkatnya kapasitas moral anak dan didukung dengan lingkungan yang
kondusif, sehingga anak berpotensi menguasai moralitas yang lebih tinggi. Ketika anak berhasil
menguasai satu kebajikan, kecerdasan moralnya semakin meningkat dan anak mencapai tingkat
kecerdasan moral yang lebih tinggi. Kebajikan utama yang merupakan dasar kecerdasan moral
adalah empati, nurani dan kontrol diri. Jika salah satu dari ketiga kebajikan utama ini tidak
berkembang baik, anak tidak terlindung dari pengaruh buruk yang menghampirinya. Kebajikan
utama ini menjadi dasar atau pondasi yang kuat bagi perkembangan kecerdasan moral anak,
memberi kekuatan bagi anak agar dapat berperilaku dengan benar sekalipun di tengah-tengah
lingkungan yang berpotensi mempengaruhi anak dengan contoh-contoh yang buruk. Diharapkan
dengan dasar yang tertanam kuat, maka dua kebajikan moral berikutnya dapat dikembangkan,
yaitu respek dan baik budi. Bagian terakhir yaitu, toleransi dan adil merupakan dasar kekuatan
moral dan keadilan (Borba, 2001).
Perkembangan kecerdasan moral anak usia prasekolah adalah perkembangan
kemampuan anak prasekolah untuk memahami benar dan salah dan pendirian yang kuat untuk
merasakan, berpikir dan berperilaku sesuai dengan nilai moral yang didasarkan atas ketaatan akan
aturan dan hukuman dari orang dewasa, yang meliputi tujuh kebajikan moral utama yaitu empati,
nurani, kontrol diri, serta kebajikan moral yang lainnya yaitu respek, baik budi, toleran dan adil.
3. Aspek Perkembangan Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah
Lennick dan Kiel (2005) menyatakan bahwa individu yang cerdas secara moral akan
cenderung berperilaku dengan :
a. Integrity, yaitu berperilaku konsisten sesuai dengan prinsip, sesuai nilai dan keyakinan,
mengatakan yang sejujurnya/benar, membela kebenaran, dan memegang janji.
b. Responsibility yaitu bertanggungjawab atas pilihannya, mengakui kesalahan dan kegagalan,
bersedia bertanggungjawab dan membantu orang lain.
c. Compassion and forgiveness, yaitu aktif peduli memberi perhatian kepada orang lain,
menerima dan mengakui kesalahan diri, menerima dan merelakan kesalahan orang lain.
d. Emotions yaitu kesadaran diri, memahami diri apa yang dipikirkan, memfungsikan diri secara
efektif, mengetahui apa yang seharusnya dipikirkan, kontrol diri, menjaga hati demi
kesehatan mental, hubungan interpersonal yang efektif, empati, kepedulian, menghargai
orang lain, dan menjalin pertemanan.
Berbeda dengan Lennick dan Kiel yang kajiannya lebih difokuskan pada individu dewasa,
Borba (2001) menjabarkan kecerdasan moral anak dalam tujuh aspek yang berupa kebajikan yang
dimiliki seorang anak yang cerdas moral. Ketujuh aspek tersebut yaitu :
36 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
a. Empati (emphaty)
Empati sebagai kebajikan yang pertama dari kecerdasan moral, adalah kemampuan untuk
memahami dan merasakan apa yang menjadi keprihatinan oranglain. Empati sebagai kekuatan
emosi untuk mencegah perilaku bengis dan kejam, dan mendorong anak untuk
memperlakukan orang lain dengan baik. Empati adalah dasar kecerdasan moral, yaitu
kemampuan untuk mengidentifikasi sekaligus merasakan keprihatinan orang lain. Kebajikan
ini membuat anak menjadi peka akan perbedaan sudut pandang dan meningkatkan kesadaran
bahwa orang lain memiliki ide atau pendapat berbeda. Anak yang memiliki empati akan lebih
mampu memahami dan mempedulikan, akan selalu terampil dalam mengendalikan
kemarahan.
b. Nurani (conscience)
Nurani merupakan suara hati dari dalam individu (anak) yang membantu anak mampu
mengenali kebenaran. Nurani sebagai peletak dasar untuk kehidupan yang layak,
kewarganegaraan yang solid, dan perilaku etis. Hati nurani memiliki arti yaitu proses kognitif
dan afektif yang mendorong perilaku moral individu (Aronfreed, dalam Berns, 2007).
Anak yang memiliki tingkat nurani tinggi cenderung berani mengakui kesalahan dan
mengucapkan kata maaf, mampu mengidentifikasi kesalahannya dalam berperilaku dan
menjelaskannya mengapa itu salah, jujur dan dapat dipercaya untuk menjaga katakatanya.,
ketika bersalah mau menerima kesalahan dan tidak menyalahkan orang lain atau melimpahkan
kesalahan pada orang lain, merasa malu atau rasa bersalah atas perbuatannya yang tidak
benar, mengetahui bagaimana berperilaku yang benar dan mampu mempertahankannya
meskipun ditekan/dipengaruhi oleh orang lain untuk tidak melakukannya,.
c. Kontrol diri (self-control)
Kebajikan ini membantu anak meregulasi/mengendalikan perilakunya sehingga anak
cenderung berperilaku menurut apa yang benar dalam pikiran dan hati mereka. Anak dengan
kemampuan kontrol diri memiliki kemauan keras/pendirian untuk mengatakan “tidak”,
melakukan apa yang benar, dan memilih berperilaku moral. Kontrol diri adalah mekanisme
kekuatan internal yang mengarahkan anak untuk berperilaku moral sehingga apa yang
dipilihnya adalah sesuatu yang tidak hanya tidak berbahaya namun bijaksana.
d. Respek (respect)
Respek berarti menunjukkan penghargaan selayaknya pada seseorang atau sesuatu. Respek
merupakan kualitas yang mendorong anak untuk memperlakukan orang lain dengan baik
penuh perhatian dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Respek adalah kebajikan yang
dilaksanakan sesuai Golden Rules, anak memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin
diperlakukan maka akan membuat dunia lebih bermoral.
Anak dengan respek cenderung memperlakukan orang lain dengan penuh penghargaan
meskipun berbeda dari segi usia, keyakinan, budaya dan gender, menggunakan nada bicara
yang sopan dan menahan diri untuk tidak membicarakan teman/orang lain di belakang dan
perilaku lancang, memperlakukan diri dengan penuh penghargaan, menghargai privasi orang
lain.
e. Baik budi (kindness)
Baik budi (kindness) merupakan kemampuan anak untuk menunjukkan pada orang lain bahwa
ia peduli tentang kesejahteraan dan perasaan mereka. Anak dengan kindness berarti memiliki
pedoman moral di dalam hatinya yang mengatakan padanya bahwa memperlakukan orang
lain dengan baik adalah hal yang benar untuk dilakukan. Dorongan atau motif untuk berbuat
BAHAN AJAR PLPG 37
baik ini bukan atas dasar bahwa nantinya ia akan mendapat imbalan atau balasan atau jika ia
tidak demikian maka ia akan mendapat hukuman atau kehilangan dukungan sosial namun
lebih pada kepedulian anak akan perasaan dan kebutuhan orang lain.
f. Toleran (tolerance)
Toleran merupakan kekuatan kebajikan moral yang membatasi anak untuk tidak berperilaku
penuh kebencian, kekerasan, dan kefanatikan dalam berpendirian. Anak mampu
memperlakukan orang lain dengan kebaikan hati, penghargaan dan pengertian. Kebajikan ini
membantu anak memahami bahwa orang lain berhak untuk diperlakukan dengan penuh rasa
cinta, keadilan, dan penghargaan sekalipun mereka tidak sependapat dengan keyakinan atau
perilaku anak tersebut.
g. Adil (fairness)
Adil (fairness) adalah kebajikan yang mendorong anak untuk memperlakukan orang lain
selayaknya, tidak berat sebelah, dan adil. Adil (fairness) adalah kebajikan yang mendorong
anak untuk berpikiran terbuka dan jujur dan berlaku adil. Anak yang mengembangkan
kemampuan ini akan menjadi anak yang dapat bermain sesuai aturan, menunggu giliran,
berbagi dan mendengarkan pendapat orang lain secara terbuka sebelum memberikan
penilaian.
II .PENGEMBANGAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA DINI
A. KOMPETENSI INTI
Memahami perkembangan kemampuan sosial emosi anak usia dini dan karakteristinya
B. KOMPETENSI DASAR
Memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan sosial emosi anak usia dini selaras
dengan perkembangannya.
C. MATERI AJAR
1. Perkembangan Sosial Emosi Anak
Perkembangan sosialisasi pada anak ditandai dengan kemmpuan anak untuk beradaptasi
dengan lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan perilakunya.
Permbangan sosialisasi adalah proses dimana anak mengembangkan keterampilan
interpersonalnya, belajar menjalin persahabatan, meningkatkan pemahamannya tentang orang di
luar dirinya, dan juga belajar penalaran moral dan perilku.
Perkembangan emosi berkaitan dengan cara anak memahami, mengekspresikan dan belajar
mengendalikan emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Emosi anak perlu
dipahami para guru agar dapat mengarahkan emosi negative menjadi positif sesuai dengan harapan
sosial.
2. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik Individu
Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Yang
dimaksud warna afektif ini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi
(menghayati) suatu situasi tertentu. Contohnya, gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak
senang), dan sebagainya. Di bawah ini ada beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap
perilaku individu diantaranya sebagai berikut :
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai.
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari
keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).
38 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan
emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.
d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi
sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Sedangkan perubahan emosi terhadap perubahan fisik (jasmani) individu dapat dijelaskan
dengan gambaran sebagai berikut :
Canon telah mengadakan penelitian dengan sorotan sinar “rontgen” terhadap seekor
kucing yang baru selesai makan. la melihat bahwa perut besarnya aktif melakukan gerakan yang
teratur untuk mencerna makanan. Kemudian dibawa ke depannya seekor anjing yang besar dan
Was / galak. Pada saat itu, Canon melihat bahwa proses mencerna terhenti, seketika, dan
pembuluh darah di bagian lambung mengkerut, di samping, itu tekanan darahnya bertambah
dengan sangat tinggi, ditambah lagi dengan perubahan yang bermacam-macam pada kelenjar-
kelenjar seperti bertambah dengan sangat tinggi, ditambah lagi dengan perubahan yang
bermacam-macam pada kelenjar-kelenjar seperti bertambahnya keringat dan kekurangan air
liur.
3. Pengelompokan Emosi
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan
(psikis)
a. Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti
: rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar.
b. Emosi psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi ini,
diantaranya adalah :
a) Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran.
Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk : (a) rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil
karya ilmiah, (b) rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran, (c) rasa puas karena dapat
m8nyelesaikan persoalan-persoalan ilmiah yang harus dipecahkan.
b) Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat
perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti (a) rasa solidaritas, (b)
persaudaraan, (c) simpati, (d) kasih sayang dan sebagainya.
c) Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika
(moral). Contohnya, (a) rasa tanggungjawab (responsibility), (b) rasa bersalah apabila
melanggar norma, (c) rasa tenteram dalam menaati norma.
d) Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari
sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun kerohanian.
e) Perasaan Ketuhanan. Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan, dianugerahi fitrah
(kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya. Dengan kata lain, manusia
dikaruniai insting religius (naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia
dijuluki sebagai “Homo Religius”, yaitu sebagai makhluk yang berke-Tuhan-an atau makhluk
beragama
BAHAN AJAR PLPG 39
MATERI 4 BABI. BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI
A. KOMPETENSI INTI
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
B. KOMPETENSI DASAR
Menguasai penggunaan berbagai alat permainan untuk mengembangkan aspek fisik, kognitif, sosial-emosional, nilai moral, sosial budaya, dan bahasa anak TK/PAUD; Menguasai berbagai permainan anak.
C. MATERI AJAR
1. Definisi/pengertian Bermain dan Permainan
James Sully dalam bukunya Essay on Laughter menyatakan bahwa tertawa adalah tanda dari
kegiatan bermain dan tertawa ada di dalam aktivitas sosial yang dilakukan bersama sekelompok
teman. Artinya kegiatan bermain mempunyai manfaat tertentu. Hal yang penting dan perlu ada di
dalam kegiatan bermain adalah rasa senang dan rasa senang ini ditandai oleh tertawa. Karena itu,
suasana hati dari orang yang sedang melakukan kegiatan bermain, memegang peran untuk
menentukan apakah orang tersebut sedang bermain atau bukan. Plato adalah orang pertama yang
menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Aristoteles berpendapat bahwa anak -
anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan mereka tekuni di masa dewasa nanti.
Sedangkan menurut Frobel bahwa bermain dapat meningkatkan minat, kapasitas serta pengetahuan
anak.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat diuraikan beberapa pengertian bermain:
a) Bermain adalah aktivitas yang khas yang menggembirakan, menyenangkan dan menimbulkan kenikmatan.
b) Kesibukan yang dipilih sendiri oleh anak sebagai bagian dari usaha mencoba-coba dan melatih diri. c) Dunia anak = dunia bermain, jadi bermain merupakan kegiatan pokok dan penting untuk anak. d) Bermain bagi anak mempunyai nilai yang sama dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa.
2. Sejarah perkembangan teori bermain
Secara umum perkembangan teori bermain terbagi menjadi dua yaitu teori-teori klasik dan
teori-teori modern. Berikut ini akan dijabarkan bagai tentang intisari teori-teori perkembangan
bermain tersebut.
a) Teori-Teori Klasik (Abad ke 18 - 19)
Tabel 1.1 Teori Bermain Klasik
TEORI PENGGAGAS TUJUAN
Surplus engeri Schiller/Spencer Mengeluarkan energi berlebih Rekreasi Lazarus Memulihkan energi/tenaga Rekapitulasi G. Stanley Hall Memunculkan instink nenek moyang Praktis Groos Menyempurnakan instink
b) Teori-Teori Modern
Tabel 1.2 Teori Bermain Modern
TEORI Peran Bermain dalam Perkembangan Anak
Psikoanalitik- Sigmund
Freud
Mengatasi pengalaman traumatik, coping terhadap frustasi
40 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Kognitif-Piaget Mempraktekan dan melakukan konsolidasi konsep-konsep serta keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya
Kognitif-Vygotsky Memajukan berpikir abstrak, belajar dalam kaitan ZPD, pengaturan diri
Kognitif-Bruner/ Sutton-Smith Singer
• Memunculkan fleksibilitas perilaku dan berpikir, imajinasi dan narasi
• Mengatur kecepatan stimulasi dari dalam dan dari luar Arousal Modulation Tetap membuat anak terjaga pada tingkat optimal dengan
menambah stimulasi tingkat optimal dengan menambah stimulasi Bateson Memajukan kemampuan untuk memahami berbagai tingkatan
3. Fungsi dan manfaat bermain bagi perkembangan anak usia dini
Fungsi dan manfaat bermain meliputi seluruh aspek perkembangan anak seperti diuraikan
berikut:
b) Perkembangan Bahasa
Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu memperkaya perbendaharaan
kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak.
c) Perkembangan Moral
Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima kekalahan, menjadi pemimpin
yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya.
d) Perkembangan Sosial
Bermain bersama teman melatih anak untuk belajar membina hubungan dengan sesamanya. Anak
belajar mengalah, memberi, menerima, tolong menolong dan berlatih sikap sosial lainnya.
e) Perkembangan Emosi
Bermain merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan perasaan/emosinya dan ia
belajar untuk mengendalikan diri dan keinginannya sekaligus sarana untuk relaksasi. Pada
beberapa jenis kegiatan bermain yang dapat menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan
sebagai cara terapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi.
f) Perkembangan Kognitif
Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah yang
memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya. Anak juga dapat belajar untuk
memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat mengenal dunia sekitarnya dan menguasai
lingkungannya.
g) Perkembangan Fisik
Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh otot tubuhnya, sehingga
anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan.
h) Perkembangan Kreativitas
Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk
mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam bermain anak mendapatkan
kebebasan.
4. Tahapan perkembangan bermain anak usia dini
Tahap-tahap perkembangan bermain anak usia dini, menurut Mildred Parten melalui 6 tahap
yaitu ;
a) Unoccupied Behavior/Gerakan Kosong
b) Onlocker Behaviour/Tingkah laku pengamat
c) Solitary Play/Bermain Soliter
BAHAN AJAR PLPG 41
d) Parraley Play/Bermain Paralel
e) Associative Play/Bermain Asosiatif
f) Cooperative Play/Bermain Koperatif
Tahap perkembangan bermain yang dikemukakan oleh Mildred Parten ini lebih
menekankan pada aspek sosialisasi anak dalam bermain. Artinya, bahwa kegiatan bermain
merupakan gambaran proses sosialisasi yang dilalui anak sejak lahir, masa bayi, masa kanak- kanak
dan masa anak pra sekolah hingga masa anak sekolah kelas awal. Selanjutnya Jean Piaget
mengemukanan tahap perkembangan bermain anak yang lebih menekankan pada aspek
perkembangan intelektual anak sebagaimana terlihat pada bagan berikut ini:
Gambar 1.1 Bagan Perkembangan bermain anak.
5. Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan bermain anak usia dini
Menurut Hurlock, jika diamati secara cermat, ada berbagai variasi kegiatan bermain yang
dilakukan anak, dan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a) Kesehatan b) Perkembangan Motorik c) Inteligensi d) Jenis kelamin e) Lingkungan dan taraf sosial ekonomi f) Alat permainan
6. Tipe dan Jenis Kegiatan Bermain
Aneka kegiatan bermain bisa membuat anak asyik sekaligus merangsang perkembangannya.
Alat permainan yang digunakan oleh anak hendaknya sesuai dengan kebutuhan anak, begitu pula jenis
kegiatan bermain sesuai dengan usia perkembangan anak. Berbagai jenis kegiatan bermain anak
adalah sebagai berikut:
a) Bermain Aktif
Dalam kegiatan bermain aktif, anak melakukan aktivitas gerakan yang melibatkan seluruh indera
dan anggota tubuhnya. Diantara jenis kegiatan bermain aktif adalah :
(1) Tactile Play
Merupakan kegiatan bermain yang meningkatkan keterampilan jari jemari anak serta
membantu anak memahami dunia sekitarnya melalui alat perabaan dan penglihatnnya.
(2) Functional Play
Bermain Fungsional/Functional Play adalah kegiatan bermain yang melibatkan panca indera
dan kemampuan gerakan motorik dalam rangka mengembangkan aspek motorik anak.
(Charlotte Buhler)
(3) Constructive Play
Permainan yang mengutamakan anak untukmembangun atau membentuk bangunan dengan
media balok, lego dansebagainya.
Bermain
Praktis
Anak
mengeksplorasi
semua
kemungkinan
Bermain
Simbolis
Anak mulai
menggunakan
makna simbolis
benda-benda
Bermain dengan
Aturan
Anak mulai
menggunakan aturan
termasuk aturan yang
mereka buat
42 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
(4) Creative Play
Permainan yang memungkinkan anak menciptakan berbagai kreasi dari imajinasinya sendiri.
(5) Symbolic /Dramatic Play
Permainan dimana anak memegang suatu peran tertentu.
(6) Play Games
Permainan yang dilakukan menurut aturan tertentu dan bersifat kompetisi/persaingan.
b) Bermain Pasif
Kegiatan bermain pasif tidak melibatkan banyak gerakan tubuh anak, tetapi hanya melibatkan
sebagian indera saja terutama pendengaran dan penglihatan. Kegiatan bermain pasif diantaranya
adalah Receptive Play: Permainan dimana anak menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya
sendiri menjadi aktif (bukan fisik yang aktif) melalui mendengarkan dan memahami apa yang dia
dengar dan ia lihat.
i) Syarat-syarat bermain dan permainan edukatif anak usia dini
Bermain dapat memberikan manfaat yang maksimal pada anak jika terpenuhi syarat-
syaratnya. Ada 5 syarat bermain dan permainan edukatif untuk anak usia dini yaitu:
a) Play Time Anak harus memiliki waktu yang cukup dalam bermain.
b) Play Things Jenis alat permainan harus disesuaikan dengan usia anak dan taraf perkembangannya.
c) Play Fellows Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain jika ia memerlukan.
d) Play Space Untuk bermain perlu disediakan tempat bermain yang cukup untuk anak sehingga anak dapat bergerak dengan bebas.
e) Play Rules Anak belajar bermain, melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberitahu caranya oleh orang lain (guru atau orangtua).
BAB II. PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI
A. KOMPETENSI INTI
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan
diri.
B. KOMPETENSI DASAR
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi dan pengembangan diri.
C. MATERI AJAR
1. Teknologi Informasi
Teknologi informasi merupakan studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama
komputer untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-
kata, bilangan dan gambar. Lucas (dalam Munir, 2008) menyatakan bahwa teknologi informasi adalah
segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirim informasi dalam bentuk
elektronik, micro komputer, komputer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak memproses
transaksi, perangkat lembar kerja dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan contoh
teknologi informasi. Informasi yang disampaikan berupa pesan-pesan elektronik.
2. Teknologi Komunikasi
Teknologi komunikasi merupakan perangkat-perangkat teknologi yang terdiri dari hardware,
software, proses dan sistem, yang digunakan untuk membantu proses komunikasi, yang bertujuan
agar komunikasi berhasil. Keterkaitan teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah teknologi
informasi menekankan pada pelaksanaan dan pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan,
BAHAN AJAR PLPG 43
menyimpan, mengmbil, memanipulasi atau menampilkan data dengan menggunakan perangkat-
perangkat teknologi elektronik terutama komputer. Sedangkan teknologi komunikasi menekankan
pada penggunaan perangkat teknologi elektronika dan lebih menekankan pada aspek ketercapaian
tujuan dalam proses komunikasi, sehingga data dan informasi yang diolah dengan teknologi
informasi harus memenuhi kriteria komunikasi yang efektif. Jadi, TIK mengandung pengertian segala
kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, perekayasaan, pengelolaan, dan pemindahan informasi
antar media.
3. Fungsi TIK dalam Pembelajaran PAUD
TIK memiliki tiga fungsi utama dalam pembelajaran, yaitu: 1) Teknologi berfungsi sebagai alat
(tools), mengandung pengertian dalam hal ini perangkat teknologi digunakan sebagai alat bantu dalam
proses pembelajaran, misalnya sebagai alat untuk mengolah kata, mengolah angka, membuat grafik,
dll. 2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science), mengandung pengertian bahwa
teknologi adalah bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai peserta didik, misalnya teknologi
komputer menjadi jurusan di sekolah atau adanya mata pelajaran TIK di sekolah sehingga
menuntut peserta didik untuk menguasai komptensi tertentu dalam TIK. 3) Teknologi sebagai bahan
dan alat bantu untuk proses pembelajaran (literacy), mengandung makna bahwa teknologi
berfungsi sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai kompetensi
tertentu melalui bantuan komputer.
4. Jenis-jenis TIK yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran pada PAUD
Berikut ini akan dibahas berbagai perangkat TIK untuk pembelajaran di PAUD.
a) Audio dan Video Player
Audio dan Video Player adalah perangkat TIK yang paling mudah digunakan. Selain karena
kemudahan dalam penggunaannya ketersediaan perangkatnya pun relatif lebih mudah
ditemukan. Perangkat audio dan video player banyak dijumpai di masyarakat saat ini. Audio dan
Video player, merupakan media pembelajaran yang menggabungkan antara media audio dan
media visual
b) Komputer
Komputer adalah salah satu perangkat TIK yang sudah banyak dimanfaatkan
keberadaaannya dalam proses pembelajaran. Berbagai jenis komputer pabrikan dapat menjadi
pilihan sesuai kemampuan masing-masing. Penting juga dicatat oleh para Guru PAUD bahwa
berbagai aplikasi khusus dalam bentuk permainan untuk anak sudah dirancang, diproduksi dan
dipasarkan oleh pihak lain, yang dapat dimanfaatkan oleh para Guru.
c) Internet
Dalam kaitannya dengan kelebihan internet bagi guru, internet sangat potensial untuk
mendukung pengembangan professional guru karena internet menawarkan beberapa
kesempatan untuk diraih, yakni (a) meningkatkan pengetahuan; (b) berbagi sumber di antara
rekan sejawat; (c) bekerjasama dengan guru-guru dari luar negeri; (d) kesempatan untuk
menerbitkan/mengumumkan gagasan yang dimiliki secara online; (e) mengatur komunikasi secara
teratur; dan (f) berpartisipasi dalam forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun internasional
(Rekdale dalam Nurdin Noni, 2011).
Dalam kaitannya dengan sumber bahan mengajar, guru dapat (a) mengakses rencana
belajar mengajar & metodologi baru, (b) memperoleh bahan baku & bahan jadi yang cocok untuk
segala bidang pelajaran, dan (c) mengumumkan dan berbagi sumber. Untuk peserta didik, internet
menawarkan kesempatan untuk belajar sendiri secara cepat untuk (a) meningkatkan pengetahuan
(b) belajar berinteraktif, dan (c) mengembangkan kemampuan di bidang penelitian. Selain itu,
internet juga menawarkan kesempatan untuk memperkaya diri dengan meningkatkan komunikasi
dengan peserta didik lain dan meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang ada di seluruh
dunia.
44 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
MATERI 5
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK AUD
A. Kompetensi Inti: 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran
yang diampu. 2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan
yang diampu. 3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
B. Kompetensi Dasar: 1. Menguasai konsep dasar pendidikan jasmani, kesehatan dan gizi sebagai sarana
pengembangan untuk setiap bidang pengembangan anak TK/PAUD. 2. Menguasai penggunaan berbagai alat permainan untuk mengembangkan aspek fisik anak
TK/PAUD. 3. Memahami kemampuan anak TK/PAUD di bidang fisik motorik. 4. Memahami tujuan setiap kegiatan fisik motorik anak TK/PAUD. 5. Memilih materi fisik motorik yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak TK/PAUD.
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992), berbeda dengan yang berlaku di Indonesia. Menurut UU No 23 tahun 2000, rentang usia anak usia dini yaitu usia 0-6 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek, seperti fisik motorik, sosio emosional, dan kognitif sedang mengalami masa yang tercepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992). Pada masa ini, anak usia dini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
Menurut IDAI (Nursalam dkk, 2005) pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan pertumbuhan ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut berlangsung sejak terjadinya konsepsi (bertemunya sel telur dan sperma) sampai dewasa. Pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.
IDAI (Nursalam dkk, 2005) menyatakan bahwa perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi. Dengan demikian, perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompa darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, bicara, memungut benda-benda di sekelilingnya, serta kematangan emosi dan sosial anak. Tahap perkembangan awal akan menentukan tahap perkembangan selanjutnya. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda, tapi keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara simultan. Pertambahan ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan kemampuan (perkembangan) anak. Pada dasarnya, tumbuh kembang mempunyai prinsip yang berlaku secara umum, yaitu: 1. Tumbuh kembang merupakan suatu proses terus menerus dari konsepsi sampai dewasa. 2. Pola tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya kecepatannya dapat berbeda. 3. Proses tumbuh kembang dimulai dari kepala ke seluruh anggota badan, misalnya mulai
melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri, dan seterusnya.
BAHAN AJAR PLPG 45
Pertumbuhan fisik pada anak berlangsung pada saat terjadinya konsepsi sampai dewasa. Pada saat itu terjadi pertambahan jumlah sel dan ukuran sel. Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimuulai dari arah kepala ke kaki (cephalocaudal). Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Pada masa fetal (kehamilan 2 bulan), pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan 50 % dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur. Pada usia 2 tahun, besar kepala kurang dari seperempat panjang badan keseluruhan, sedangkan ukuran ekstrimitas lebih dari seperempatnya.
Soetjiningsih (1995) menjelaskan bahwa pada umumnya pertumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu: 1. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa. Misalnya pada usia
2 tahun, besar kepala hampir seperempat dari panjang badan keseluruhan, kemudian secara berangsur-angsur proporsinya berkurang.
2. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi susu dan timbul gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder, dan perubahan lain.
3. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa tertentu, yaitu masa pranatal, bayi, dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan cepat pada masa prasekolah dan pertumbuhan berlangsung lambat pada masa sekolah.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan dapat langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.
D. Jenis Kemampuan Motorik Motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak yang mensetir setiap gerakan yang
dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Kemampuan motorik anak dibagi menjadi dua: 1. Motorik kasar
Gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh, sehingga memerlukan tenaga yang lebih besar. Gerakan ini dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar, misalnya gerakan berjalan, berlari, dan melompat. Komponen dasar gerak ini antara lain gerak lokomotif (gerak memindahkan tubuh), nonlokomotor (gerak anggota tubuh pada porosnya dan tidak pindah tempat) dan gerak manipulatif (keterampilan yang memerlukan koordinasi mata dengan anggota tubuh yang lain dalam mensiasati tempat atau objek untuk bergerak).
2. Motorik halus Gerakan yang dilakukan tidak memerlukan tenaga yang besar, tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat, misalnya mengambil suatu benda dengan menggunakan ibu jari, menggunting, dan meronce.
Perkembangan motorik berkaitan erat dengan perkembangan pusat motorik di otak. Ada tiga unsur dalam perkembangan motorik pada manusia, yaitu:
OTOT SARAF OTAK Ketiga unsur di atas melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Berdasarkan tiga unsur diatas bentuk perilaku gerak yang dimunculkan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu motorik kasar (melibatkan otot-otot besar, saraf dan otak) dan motorik halus (melibatkan otot-otot kecil, saraf dan otak).
46 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Perkembangan motorik atau kinestetik bukan hanya melibatkan otot, melainkan juga fungsi-fungsi atau modalitas otak yang lainnya, seperti emosi (psikomotorik), auditory (auditory motorik), visual (visual motorik), kognitif, keterampilan dan kemampuan mengingat gerak yang sesuai dengan sekuensi (urut-urutan) tumbuh kembang otak. Beberapa aspek yang berhubungan erat dengan motorik, antara lain kekuatan otot, fleksibilitas, tonus otot, dan sebagainya.
E. Prinsip-Prinsip Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik,
baik motorik kasar maupun motorik halus. Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan latihan atau praktik (Malina & Bouchard, 1991: 178).
Keterampilan fisik motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Delapan hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik, yaitu kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktik, model yang baik, bimbingan, motivasi, setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu dan dipelajari satu demi satu. Adapun cara mempelajari keterampilan motorik yaitu belajar coba dan ralat (trial and error), meniru, dan pelatihan.
F. Karakteristik Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini
Usia Tahap Perkembangan
0-6 bulan • Si kecil belajar mengangkat kepala dan mulai melihat sebuah obyek. Di usia tiga bulan mulai juga mengangkat dada sambil bertopang pada tangannya.
• Tersenyum kepada ibu dan orang yang sering berada di bersamanya. Menginjak tiga bulan mulai tertawa lucu dan menunjukkan refleks gembira bila bermain.
• Refleks untuk menggenggam apa saja yang ditaruh di tangannya diikuti dengan refleks untuk menarik-narik.
• Mengalami perkembangan sampai tahap telentang ke telungkup.
6-12 bulan • Diawali dengan belajar duduk. Diikuti merangkak ketika ingin meraih sebuah benda kemudian belajar berjalan sambil dituntun.
• Mulai memasukkan semua benda yang dijumpainya ke dalam mulut.
• Mulai dapat memegang sebuah benda dengan telunjuk dan ibu jari, serta suka memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya.
1-2 tahun • Mulai berjalan lancar dan dapat bermain menggelindingkan bola.
• Belajar untuk makan dan minum sendiri.
• Dapat duduk di kursi tanpa pertolongan dan suka untuk naik turun tangga.
• Di akhir tahun ke dua si kecil sudah mulai dapat berlari dengan baik sambil membawa mainan.
2- 3 tahun • Dapat bermain bola, menendang bola sambil berlarian.
• Menunjuk-nunjuk barang yang diinginkannya.
• Mahir untuk menirukan setiap gerakan ibu atau orang lain.
Tiga tahun • Berdiri di atas salah satu kaki selama 5-10 detik • Berdiri di atas kaki lainnya selama beberapa saat • Menaiki dan menuruni tangga, dengan berganti-ganti dan berpegangan
pada pegangan tangga • Berlari berputar-putar tanpa kendala • Melompat ke depan dengan dua kaki 4 kali • Melompat dengan salah satu kaki 5 kali • Melompat dengan sebelah kaki lainnya dalam satu lompatan • Menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki
BAHAN AJAR PLPG 47
• Menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada • Mendorong, menarik dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda
tiga • Mempergunakan papan luncur tanpa bantuan • Membangun menara yang terdiri dari 9 atau 10 kotak • Menjiplak garis vertikal, horizontal dan silang • Menjiplak lingkaran • Mempergunakan kedua tangan untuk mengerjakan tugas. • Memegang kertas dengan satu tangan dan memepergunakan gunting
untuk memotong selembar kertas berukuran 5 inci persegi menjadi dua bagian.
Empat tahun • Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik • Berjalan maju dalam satu garis lurus dengan tumit dan ibu jari sejauh 6 kaki • Berjalan mundur dengan ibu jari ke tumit • Lomba lari • Melompat ke depan 10 kali • Melompat kebelakang sekali • Bersalto/ berguling ke depan • Menendang secara terkoordinasi ke belakang dank e depan dengan kaki
terayun dan tangan mengayun kea rah berlawanan secara bersamaan. • Dengan dua tangan menangkap bola yang dilemparkan dari jarak 3 kaki • Melempar bola kecil dengan kedua tangan ke pada seseorang yang
berjarak 4-6 kaki darinya • Membangun menara setinggi 11 kotak • Menggambar sesuatu yang berarti bagi anak tersebut. Dapat dikenali orang
lain • Mempergunakan gerakan-gerakan jemari selama permainan jari • Menjiplak gambar kotak • Menulis beberapa huruf
Lima tahun • Berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik • Berjalan di atas besi keseimbangan ke depan, ke belakang dan ke samping • Melompat ke belakang dengan dua kali berturut-turut • Melompat dua meter dengan salah satu kaki • Mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang bola • Menangkap bola tennis dengan kedua tangan • Melempar bola dengan memutar badan dan melangkah ke depan • Mengayun tanpa bantuan • Menangkap dengan mantap • Menulis nama depan • Membangun menara setinggi 12 kotak • Mewarnai dengan garis-garis • Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan 2 jari • Menggambar orang beserta rambut dan hidung • Menjiplak persegi panjang dan segi tiga • Memotong bentuk-bentuk sederhana.
Diadaptasi dari CRI (1997)
G. Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini Kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan fisik motorik anak usia dini adalah
sebagai berikut: 1. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan. 2. Pasca kelahiran, semakin aktif bayi, semakin cepat perkembangan motorik anak.
48 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
3. Kondisi pralahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan ibu. 4. Kelancaran dalam proses kelahiran. 5. Gangguan lingkungan. 6. Tingkat inteligensi anak. 7. Rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakkan bagian tubuh. 8. Perlindungan dari orangtua. 9. Waktu kelahiran (premature atau tepat waktu). 10. Cacat fisik. 11. Motivasi dan metode pelatihan.
H. Sarana Prasarana Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini Sarana dan prasarana pengembangan keterampilan motorik adalah semua alat dan
kelengkapan pengembangan yang digunakan anak usia dini untuk memenuhi naluri bermainnya dan dimanfaatkan pendidik dalam mendukung kebrhasilan penyelengaraan pengembangan keterampilan motorik pada anak usia dini. (Rachman, 1997).Dibawah ini adalah contoh-contoh alat bantu pengembangan keterampilan motorik anak usia dini.
Alat Bantu Pengembangan Aspek
Pengembangan Kompetensi yang Diharapkan
Segala alat diluar (outdoor); ayunan, pararel bar, bangku swedia, simpai, matras, boks, tangga, bak pasir, balok, tali tambang besar, ragam ukuran bola, balon, alat musik, tape recorder, kaset-kaset lagu, peluncuran, tangga majemuk, jembatan, panjatan besi, ring basket mini, jungkat jungkit, sepeda dll.
Motorik kasar Tubuh menjadi sigap, bugar, seimbang dan lentur dan terampil
Alat-alat manipulatif, sperti kancing, tali, garis, jiplak, puzzle, mozaik, cangkir, kaleng, lotto gambar benda sejenis, alat berkebun, alat rumah tangga, lilin warna, papan hitung, alat gunting, lem, kertas warna, krayon, bak pasir, playdough, balok membangun dll.
Motorik halus Terampil koordinasi tangan-mata dan persiapan untuk menulis serta kompetensi yang mengupayakan mendirikan anak pada kebiasaan sehari-hari sesuai dengan tingkat usianya
Tape recorder, kantong kacang, hola hop, saputangan
Motorik kasar Kreativitas gerak
I. Evaluasi Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini
Evaluasi ini sangat diperlukan untuk mengukur sampai sejauhmana proses pembinaan atau pengembangan keterampilan motorik yang diberikan guru, orang tua, pembimbing atau pamong ini berdampak terhadap perubahan anak tersebut. Pelaksanaan evaluasi pada anak usia dini berbeda dengan evaluasi yang dilakukan untuk anak. Ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi anak usia dini, yaitu menyeluruh, berkesinambungan, berorientasi pada tujuan, obyektif, mendidik, dan kebermaknaan. Instrumen evaluasi pengembangan keterampilan motorik anak usia dini harus dikembangkan atas dasar kemungkinan keterampilan gerak yang mesti dicapai anak sesuai dengan tingkat perkembangannya, yaitu pengamatan (observasi) dan catatan anekdot.
J. Peran Keluarga untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Peran keluarga untuk meningkatkan perkembangan motorik adalah sebagai berikut:
1. Nutrisi yang mencukupi dan seimbang. 2. Perawatan kesehatan dasar. 3. Pakaian. 4. Perumahan. 5. Kebersihan diri dan lingkungan.
BAHAN AJAR PLPG 49
6. Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi). 7. Memberikan lingkungan yang nyaman dan aman. 8. Memberikan kepercayaan pada anak. 9. Mengajari konsentrasi. 10. Mengajari keterampilan motorik, untuk motorik halus sebaiknya dipelajari secara individu. 11. Mendampingi proses latihan. 12. Memberikan bimbingan dan motivasi.
K. Kegiatan untuk Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Kemampuan motorik akan terbentuk dengan beberapa permainan atau kegiatan di bawah ini: 1. Lomba lari. 2. Melompat-lompat meraih benda di atas. 3. Berenang. 4. Mengangkat satu kaki dan menahannya. 5. Jalan pagi. 6. Pijatan ringan untuk melancarkan peredaran darah. 7. Mencorat-coret 8. Makan sendiri 9. Menangkap dan melempar bola 10. Meremas-remas kertas Koran menjadi bola 11. Naik turun tangga 12. Mengendarai sepeda 13. Akrobatik 14. Aktivitas Koordinasi mata dan Tangan, Menghubungkan dua titik yang berjauhan, mengarsir
gambar, mewarnai dsb. 15. Menjiplak 16. Menggunting, dengan beberapa teknik yaitu menggunting lurus ditepi kertas, menggunting
lurus ditengah kertas. Memotong bentuk- bentuk geometri seperti bujur sangkar, empat persegi panjang, segi tiga, dsb.
17. Menempel 18. Melipat kertas
Daftar Pustaka Bredkamp, Sue. (1992). Developmentally Appropriate Practise in Early Childhood Programs Serving
Children From BirthThrough Age 8. Washington: National Asociation for The Education of Young Children.
CRI Team, Pembelajaran Berpusat pada Anak, Washington: CRI. Hetherington. E.M (1999). Child Psychology: A Contemporary View points. 5th ed. Mc Graw Hill
Companies. The International Edition. Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition.New York: Mc. Graw Hill, Inc. Jamaris, Martini. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
Grasindo. Maxim, George. W. (1985). The Very Young Guiding Children from Infancy through the Early Years,
Second Edition.California: Wodsworth Publishing Company. Mayesky, Mary. (1990). Creative Activities for Young Children. USA: Delmat Publisher Inc. Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta. Papalia, D. E., Olds, S. W., dan Feldman, R. D. (2002). A Child’s World: Infancy Through adolescence.
Edisi 9. Boston: Mc Graw Hill. Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak edisi 11. Jakarta: Erlangga.
50 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
MATERI 6
Assesment Perkembangan Anak Usia Dini
A. Pengertian
Pengertian assesment dalam kajian ini akan dipersepsikan sebagai penilaian proses dan hasil
pembelajaran terhadap pertumbuhan perkembangan anak pada lembaga pendidikan anak usia dini.
Dalam hal ini bahwa assesment/ penilaian pada anak usia dini merupakan suatu proses kegiatan yang
dilaksanakan bertujuan untuk mengumpulkan data atau bukti-bukti tentang perkembangan dan hasil
belajar yang berkaitan dengan perkembangan anak usia dini
Dalam dunia pendidikan, penilaian dimaknai sebagai suatu proses yang sistematis tentang
pengumpulan, penganalisisan, penafsiran, dan pemberian keputusan tentang informasi yang
dikumpulkan. Penilaian ditujukan untuk membuat keputusan dalam mendukung pembelajaran anak,
hal ini merupakan kegiatan penting bagi pendidik. Melalui penilaian pendidik mendapatkan informasi
yang berguna tentang kondisi dan kemajuan perkembangan anak.
Langkah yang dilakukan dalam penilaian adalah mengumpulkan data atau informasi. Salah
satu cara yang paling efektif adalah melalui observasi yang terus menerus kepada anak. Observasi
bukan berarti hanya sekedar mengamati apa yang dilakukan anak, namun juga menayakan dan
mendengarkan apa yang mereka sampaikan. Cara lainnya adalah mengumpulkan karya anak dalam
portofolio setiap anak.
Jadi proses yang terdapat dalam penilaian merupakan proses yang berkelanjutan. Kegiatan
penilaian bukanlah dilakukan pada akhir kegiatan, tetapi justru proses merupakan hal yang cukup
penting adalah membuat informasi dari hasil penilaian menjadi lebih bermanfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan.
Sebagai kesimpulan penilaian proses dan hasil belajar anak usia dini adalah suatu proses yang
sistematik meliputi pengumpulan, penganalisisan, penafsiran, dan pemberian keputusan tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini dalam proses pembelajaran.
Penilaian proses dan hasil belajar anak usia dini dilaksanakan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan perkembangan anak usia dini yang terjadi sebagai akibat adanya kegiatan
pembelajaran yang diberikan
B. Tujuan Penilaian Proses dan Hasil Belajar Anak Usia Dini
Tujuan penilaian proses dan hasil belajar anak usia dini, antara lain untuk:
1. Mendeteksi perkembangan dan arahan dalam melakukan penilaian diagnostik ketika terindikasi,
yang meliputi deteksi tentang status kesehatan anak usia dini, kepekaan indera, bahasa, motorik
kasar, motorik halus, dan perkembangan sosial-emosional;
2. Mengidentifikasi minat dan kebutuhan anak usia dini, Sebagai bahan pertimbangan bagi
pendidik/ guru untuk menempatkan anak dalam kegiatan yang sesuai dengan minat dan
kebutuhannya
3. Menggambarkan kemajuan perkembangan dan belajar anak usia dini, Memberikan umpan
balik kepada pendidik/ guru untuk memperbaiki kegiatan belajar melalui bermain
4. Mendapatkan informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak
selama mengikuti pendidikan di PAUD; Sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak
dalam dalam rangka pembinaan selanjutnya terhadap anak didik
5. Menggunakan informasi yang didapat sebagai umpan balik bagi pendidik untuk memperbaiki
kegiatan pembelajaran dan meningkatkan layanan pada anak agar sikap, pengetahuan, dan
keterampilan berkembang secara optimal;
6. Memberikan informasi bagi orang tua untuk melaksanakan pengasuhan di lingkungan keluarga
yang sesuai dan terpadu dengan proses pembelajaran di PAUD; Sebagai informasi bagi orang tua
untuk melaksanakan pendidikan keluarga yang sesuai dan terpadu dengan kegiatan lembaga
BAHAN AJAR PLPG 51
Memberikan informasi kepada orang tua tentang pertumbuhan dan
p e r k e m b a n g a n y a n g t e l a h d i c a p a i o l e h a n a k seperti misalnya : perkembangan
bahasa lisan, perkembangan sosial, perkembangan emosional, ketrampilan motorik
kasar dan halus, kognitif, dan lain-lain
7. Memberikan bahan masukan kepada berbagai pihak yang relevan untuk turut serta membantu
pencapaian perkembangan anak secara optimal Sebagai bahan pertimbangan bagi pendidik/ guru
untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap anak didik agar fisik maupun p sikisnya
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
8. Mendukung pembelajaran dan merencanakan pembelajaran bagi anak baik secara individual
maupun kelompok
9. Memperbaiki dan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan anak usia dini,
10. Menilai program lembaga/ akuntabilitas program dan lembaga.
11. Mengembangkan kurikulum
12. Menilai seberapa baik program yang telah dilakukan dalam mencapai tujuannya.
13. Pertanggungjawaban lembaga yang disampaikan baik kepada orangtua maupun kepada pihak-
pihak terkait
C. PENILAIAN OTENTIK
Penilaian merupakakan hal penting dalam pembelajaran. Penilaian yang dilaksanakan dalam
pembelajaran meliputi proses dan hasil kegiatan pembelajaran anak. Penilaian yang dilaksanakan pada
Pendidikan Anak Usia Dini sesuai Permendikbud 137 dan 146 tahun 2014 sebagai Perangkat Kurikulum
2013 PAUD. Pada Permendikbud tersebut menyebutkan penilaian yang dilaksanakan pada Pendidikan
Anak Usai Dini mengacu pada penilaian autentik/ otentik
Pada pedoman penilaian anak usia dini yang sesuai dengan pelaksanaan Kurikulum 2013
PAUD, diharapkan pendidik akan lebih memahami dan dapat melaksanakan penilaian pada anak udia
dini secara benar, terarah, dan bermakna untuk berbagai pihak yang membutuhkan.
.Adapun penilaian otentik dalam Kurikulum 2013 adalah “penilaian proses dan hasil belajar
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan
keterampilan berdasarkan fakta yang sesungguhnya, yang dilakukan secara berkesinambungan”.
Penilaian tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh anak, tetapi lebih menekankan mengukur apa
yang dapat dilakukan oleh anak.
Penilaian pada anak tersebut dilakukan secara sistematis, terukur, berkelanjutan, menyeluruh
yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak sebagai hasil dari
kegiatan belajar anak selama kurun waktu tertentu.
Adapun lingkup penilaian otentik di lembaga PAUD meliputi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Lingkup penilaian pertumbuhan meliputi ukuran fisik diukur dengan satuan panjang dan berat,
misalnya berat tubuh, tinggi badan/panjang badan, dan lingkar kepala. Adapun penilaian
perkembangan meliputi informasi bertambahnya fungsi psikis dan fisik anak meliputi sensorik
(mendengar, melihat, meraba, merasa, dan menghidu), motorik (gerakan motorik kasar dan halus),
kognitif (pengetahuan, kecerdasan), komunikasi (berbicara dan bahasa), serta sikap religius, sosial-
emosional dan kreativitas yang dirumuskan dalam kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Jadi penilaian otentik pada anak usia dini merupakan penilaian berdasarkan kondisi nyata yang
muncul dari perilaku anak selama proses berkegiatan maupun hasil dari kegiatan tersebut. Penilaian
otentik dilakukan pada saat anak terlibat dalam kegiatan bermain, yang dilakukan secara alami dalam
kondisi alamiah maupun yang direncanakan oleh guru/ pendidik.
Contoh:
52 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
1. Guru ingin mengetahui kemampuan anak mengenal bentuk-bentuk geometri, maka guru
menyiapkan kegiatan bermain dengan alat main berbagai bentuk di semua area/sentra/sudut.
Guru melakukan pengamatan, bertanya, dan mencatat hal-hal penting yang muncul dari anak.
Saat anak tengah bermain mencetak plastisin dengan menggunakan cetakan berbagai
bentuk geometri. Guru dapat mengajukan pertanyaan, seperti: “Ibu pesan kue berbentuk
lingkaran dan persegi ya..?”.
Ternyata anak tidak membuat plastisin/kue dengan bentuk lingkaran dan persegi; tetapi anak
malah membuat kue dari plastisin berbentuk panjang- panjang seperti cacing.
Catatan : Pada umumnya guru langsung memberikan penilaian BM (Belum Berkembang),
pada anak. Hal ini bukan merupakan penilaian otentik.yang dilakukan guru. Dalam penilaian
otentik, seharusnya guru menayakan pada anak : “Nak, mengapa membuat plastisin/ kue
panjang-panjang seperti cacing.? Jawaban anak :“Bu Guru saya bosan..mencetak plastisin/kue
bentuk lingkaran dan persegi panjang....Saya ingin membuat kue panjang-panjang seperti nenekku
di rumah.
Ilustrasi di atas guru diminta memberikan penilaian secara otentik pada anak, dengan penghargaan
yang lebih dibandingkan dengan teman-temannya.
2. Guru memberikan tugas pada anak membuat rumah dari batang korek api/ stik es. Guru
memberikan instruksi :”Anak-anak tugas kalian sekarang adalah membuat rumah dari 10 batang
korek api/ stik es, seperti yang ibu contohkan tadi. Di meja kalian sudah terdapat lembar kertas,
lem dan beberapa batang korek api / stik es.
Catatan : pada umumnya guru memberikan nilai BSH (Berkembang Sesuai Harapan),
apabila anak-anak dapat mengerjakan membuat bentuk rumah dari 10 batang korek api/ stik es,
seperti yang dicontohkan gurunya.
Apabila ada anak yang hanya dapat mengerjakan bentuk rumah dengan 4 batang korek api/ stik
es, bahkan tidak sama dengan contoh yang diberikan gurunya, pada umumnya guru memberikan
nilai MB (Mulai Berkembang). Hal ini bukan merupakan penilaian otentik.yang dilakukan guru.
Dalam penilaian otentik, diharapkan guru menayakan: “ Nak, mengapa membuatnya
rumah kok hanya dengan 4 batang korek api/ stik es..sehingga tidak berbentuk rumah. Apabila
anak tiba-tiba menjawab dengan eskpresi : Ibu...ibu guru...!!! .itu rumah yang ada di TV...rumah
itu hancur...hanyut...karena diterjang banjir..!!
Ilustrasi di atas guru diminta memberikan penilaian secara otentik pada anak, dengan
penghargaan yang lebih dibandingkan dengan teman-temannya. Jadi kesimpulannya penilaian
otentik pada anak usia dini dilaksanakan pada saat anak belajar melalui bermain, berinteraksi
dengan teman atau guru, saat anak mengomunikasikan pikiran melalui hasil karyanya. Hal penting
yang harus dipahami dan dirubah pemahaman guru bahwa hasil karya anak bukan untuk dinilai
bagus tidaknya; tetapi untuk dianalisa ide-ide, gagasan kemajuan perkembangan yang dicapai
anak.
Penilaian perkembangan dalam pendidikan anak usia dini bukan hal yang sederhana
karena banyak faktor yang perlu diperhatikan pada saat pengumpulan fakta, analisa terhadap
perilaku anak saat bermain, dan analisa hasil karya anak. Keseriusan, ketelitian mengamati dan
objektivitas di dalam penilaian dan pengelolaan fakta yang sebenarnya, natural, alamiah, menjadi
data yang mampu menggambarkan siapa dan bagaimana anak sesungguhnya. Data-data inilah
yang kemudian dikomunikasikan kepada orang tua sebagai laporan untuk ditindaklanjuti bersama,
baik di satuan PAUD maupun pengasuhan di rumah.
BAHAN AJAR PLPG 53
D. AKTIVITAS KEGIATAN ANAK YANG DINILAI
Tumbuhkembang anak yang dinilai meliputi aspek aspek kognitif, bahasa, motorik halus,
motorik kasar, sosial emosional, moral, seni. Adapun yang dinilai guru berupa aktivitas anak yang
berkaitan dengan aspek-aspek tersebut
1. Unjuk Kerja anak TK.
Unjuk kerja merupakan aktivitas yang dilakukan siswa untuk melakukan sesuatu
kegiatan atau tugas dalam perbuatan antara lain : menyanyi, merangkak, melompat, dll
Secara umum, kemampuan fisik-motorik dibagi menjadi motorik kasar dan motorik
halus. Disebut motorik kasar, bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian
tubuh.. Misalnya, gerakan berjalan, berlari, dan melompat. Sedangkan motorik halus hanya
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Karena
itu, gerakan ini tidak begitu membutuhkan tenaga yang besar, akan tetapi membutuhkan
koordinasi yang cermat. Misalnya: gerakan mengambil suatu benda dengan hanya
menggunakan ibu jari dan telunjuk, menggunting, meronce, memegang pensil untuk
menggambar.
Bentuk-bentuk unjuk kerja Kegiatan yang dilakukan anak, untuk perkembangan
motorik anak .
Usia Motorik Kasar Motorik Kasar
3 – 4 tahun • Naik dan turun tangga
• Meloncat dengan dua kaki
• Melempar bola
• Menggunakan krayon
• Menggunakan benda/alat
• Meniru gerakan orang lain
5-6 tahun • Meloncat
• Mengendarai sepeda anak
• Menangkap bola
• Bermaian olah raga
• Menggunakan pensil
• Menggambar
• Memotong dengan gunting
• Menulis huruf cetak
2. Hasil karya
Hasil karya adalah hasil kerja anak setelah melakukan suatu kegiatan dapat berupa
pekerjaan tangan atau karya seni. Contohnya: melipat, menggambar, mewarnai dll. Hasil
karya tersebut dapat diberikan penilaian melalui observasi, wawancara. Selanjutkan hasil
karya anak tersebut dapat dikumpulkan dan didokumentasikan dalam bentuk portofolio.
E. TEKNIK PENILAIAN
Penilaian proses dan hasil belajar anak dilaksanakan untuk mendapatkan
gambaran/deskripsi pertumbuhan dan perkembangan anak didik yang diperoleh dengan
menggunakan teknik penilaian serta serangkaian prosedur. Kegiatan penilaian dalam program
anak usia dini dilakukan melalui pengamatan/ observasi, wawancara, catatan anekdot, portofolio/
dokumentasi
1. Metode Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data/informasi melalui pengamatan langsung
terhadap sikap dan perilaku anak. Agar observasi lebih terarah maka diperlukan pedoman
observasi yang dikembangkan oleh pendidik/ guru. Adapun proses pengamatan yang dilakukan
guru terhadap perilaku tumbuh kembang anak, dapat dilakukan dengan observasi secara insidental
dan observasi secara terfokus/ terpusat.
Observasi merupakan cara pengumpulan data melalui pengamatan terhadap situasi
sebenarnya atau alamiah, dan juga situasi yang sengaja diciptakan atau eksperimen. Adapun
observasi dapat dilakukan melalui pengamatan langsung maupun tidak langsung dalam terhadap
anak dalam proses belajar melalui bermain.
54 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Observasi langsung dilakukan guru/ pendidik pada anak secara face to face, dengan
menggunakan indera, saat anak melakukan kegiatan belajar melalui bermain., misalnya
mengobservasi saat anak : meronce, menggambar, melipat, berlari, main bola, membau, bermain
pencampuran warna, dan lain-lain.
Adapun observasi tidak langsung, pengamatan yang dilakukan tidak pada saat peristiwa
terjadi.(berarti melihat dokumentasi), baik itu berupa rekaman perilaku anak maupun hasil
bermain anak, berupa hasil lipatan, hasil roncean, dan lain-lain Dalam observasi/ pengamatan,
guru menggunakan lima indera untuk mendapatkan data anak.
2. Metode Wawancara (percakapan dengan anak)
Percakapan adalah cara penilaian yang dilakukan melalui bercakap-cakap antara anak
didik dengan guru/ pendidik baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pada anak-anak, guru
melakukan percakapan untuk mendapatkan informasi tentang apa saja yang dilakukan mereka,
maupun gagasan-gagasan, imajinasi yang ada dipikirannya. Hasil percakapan ini, pada umumnya
guru mendapatkan keterangan yang orisinal, karena anak-anak memberikan pernyataan yang
tidak dibuat-buat.
3. Catatan anekdot ( Anecdotal Record)
Pencatatan anekdotal, suatu tulisan singkat mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang
berarti, yang bermakna, yang penting, insiden dalam kehidupan keseharian anak didik. Catatan
anekdot ini ditulis tentang sikap dan perilaku anak secara khusus terjadi secara insidental/ tiba-
tiba. Catatan ini menggambarkan peristiwa yang terjadi pada anak secara faktual dan luar biasa
Catatan anekdot adalah kumpulan catatan mengenai sikap dan perilaku anak dalam
perilaku tertentu di dalam kelas maupun di luar kelas. Catatan yang meliputi aktivitas yang bersifat
negatif dan positif. Anecdotal record lebih terfokus untuk mencatat kejadian khusus atau luar
biasanya dalam situasi khusus.
Catatan anekdot menjelaskan sesuatu yang terjadi secara faktual (sesuai dengan apa
yang dilihat dan didengar), dengan cara yang obyektif (tidak berprasangka, tidak menduga-duga),
menceritakan bagaimana, kapan dan di mana terjadi peristiwa itu, serta apa yang dikatakan dan
dikerjakan anak.
Contoh :
• anak tiba-tiba menangis,
• anak lari keluar kelas dan langsung main pasir di halaman
• anak cemberut, tidak riang seperti biasanya
4. Portofolio (Kumpulan Hasil Karya Anak)
Portofolio adalah salah satu cara penilaian yang digunakan untuk mengamati perkembangan
karya anak dalam rangka melakukan evaluasi perkembangan belajar anak usia dini. Portofolio
merupakan salah satu wadah untuk merekam berbagai unjuk kerja atau bukti nyata hasil belajar anak
usia dini. Beberapa alasan penggunaan portofolio antara lain adalah: (a) Membantu guru untuk
merangkai berbagai bukti nyata dari hasil belajar yang ditampilkan anak dalam berbagai bentuk karya;
(b) Mendorong anak mengambil manfaat dari hasil belajar yang dicapainya; (c) Membantu guru untuk
memahami profil perkembangan anak secara lebih lengkap dalam berbagai bidang perkembangannya;
(d) Memberikan gambaran tentang perkembangan dan hasil belajar anak dari waktu ke waktu; dan (e)
Merupakan sarana evaluasi hasil belajar anak secara interaktif.
Data hasil penilaian dari berbagai alat dan cara pengumpulan untuk mendapatkan data
tentang perkembangan anak, dikumpulkan dan didokumentasikan dalam bentuk portofolio, yaitu
penilaian berdasarkan kumpulan hasil karya anak. Sebagai bukti refleksi diri anak didik atas apa yang
dilakukannya dan dicapainya. Berdasarkan data tersebut pendidik/ guru melakukan analisis
untuk memperoleh kesimpulan tentang gambaran perkembangan anak berdasarkan semua
indikator yang telah ditetapkan setiap semester.
BAHAN AJAR PLPG 55
Adapun prinsip- prinsip yang perlu diperhatikan dalam portofolio
a. Portofolio adalah sesuatu yang dilakukan oleh anak didik dengan karya-karyanya sendiri dan
untuk menilai dirinya sendiri sebagai pembelajar.
b. Portofolio secara eksplisit atau implisit harus berisi alasan anak membuatnya, tujuan dan
sasaran, kegiatan atau karya dan standar tolok ukur penilaian portofolio.
c. Portofolio dapat digunakan sepanjang tahun dan dilakukan evaluasi formatif dan pada akhir
tahun diseleksi mana yang dapat dan pantas dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan
d. Portofolio hendaknya berisikan informasi yang menggambarkan aspek perkembangan
kemajuan hasil belajar anak.
- Perkembangan sosio-emosional, berupa catatan guru dan catatan anekdot mengenai
interaksi anak dengan kelompoknya (kemampuan memilih, memecahkan masalah dan
kerja sama dengan orang lain), serta rekaman video ketika sedang melakukan kegiatan
bersama.
- Perkembangan kognitif, berupa foto-foto tentang aktivitas anak ketika menghitung dan
mengukur bahan-bahan untuk kegiatan memasak, sampel kerja anak yang menunjukkan
anak memahami konsep angka, foto dan data yang diperoleh dari ceklis dan rekaman
wawancara mengenai pemahaman konsep, eksplorasi, hipotesis, dan pemecahan
masalah
- Perkembangan bahasa, berupa rekaman anak ketika membaca cerita yang ditulis,
rekaman wawancara tentang penguasaan perbendaharaan kata dan keterampilan
menggunakan bahasa.
- Perkembangan fisik, berupa catatan guru atau rekaman video tentang aktivitas gerakan
anak baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang merupakan perkembangan
keterampilan motorik, catatan, foto, rekaman video,
Berbagai hasil karya yang dibuat dan dilakukan anak; yang dapat dimasukkan ke dalam portofolio
misalnya:
a. Gambar atau lukisan
b. Hasil melipat anak
c. Potret bangunan balok yang dibuat anak
d. Foto atau video ketika anak melaksanakan kegiatan selama di TK
e. Catatan atau gambar atau video saat melempar dan menangkap bola
f. Catatan mengenai buku-buku yang sudah dibaca anak atau mendengarkan buku yang
dibacakan untuknya
g. Cerita-cerita yang pernah ditulis oleh anak
h. Catatan tentang perkembangan sosial emosional anak
DAFTAR PUSTAKA
Authentic Assessment and Early Childhood Education. (2011). Little Prints Volume 6
Bagnato, S. (2007). Authentic assessment for early childhood intervation: Best practice. New York: NY:
Guilford.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik
Indonesia Nomor 137 Tahun 2014
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik
Indonesia Nomor 146 Tahun 2014
56 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
MATERI 7 PEMBELAJARAN ILMU SOSIAL ANAK USIA DINI
A. KOMPETENSI INTI Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
B. KOMPETENSI DASAR Mampu mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan dan merasa sebagai warga masyarakat yang beragam budaya demokratis di dunia yang saling bertergantungan.
C. MATERI AJAR Definisi/pengertian Ilmu Sosial Ilmu sosial adalah : ilmu yang terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mempromosikan kompetensi. Ilmu sosial terkoordinasi,dan llmu sistematis pada gambar disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, filsafat, ilmu politik,psikologi,agama,dan sosiologi,serta konten yang sesuai dari humaniora,matematika dan ilmu alam.(NCSS,1994,hal1)
MASA LALU DENGAN PENDEKATAN ILMU SOSIAL Sebelum tahun 1930an, ilmu sosial mempunyai kaitan dengan satu tubuh yang tidak berubah dari fakta-fakta untuk dihafalkan.gempar oleh hal ilmu social yang sering menghafal dan tidak memiliki pengalaman dengan lucy Sprague Mitchell(1934) mengembangkan sebuah akun praktis tentang cara dimana guru dapat memperkaya pemahaman anak-anak tentang dunia dan tempat di sekitar mereka
KAJIAN-KAJIAN SOSIAL SAAT INI Kajian-kajian sosial saat ini secara ketat berdasarkan kajian-kajian masa lalu. Pilsafat John
Dewey, teori-teori dari Piaget dan Vygotsky dan penelitian Mitchell terus mempengaruhi bidang. Bagaimanapun, kajian-kajian sosial saat ini bukan hanya berdasarkan yang sebelumnya. teori
dan penelitian pembelajaran mutakhir selain juga kekuatan-kekuatan ssial dan politik direfleksikan didalam kurikulum kajian-kajian sosial saat ini. Implikasi-implikasi teori dan penelitian untuk mengajarkan banyak. Saat ini, mengajarkan kajian-kajian sosial untuk anak-anak muda perlu memasukan sebagai berikut:
• Pembelajaran aktif
• Bidang-bidang subyek terintegrasi
• Maksud dan relevansi
• Kepentingan dan keterikatan tinggi
• Standar-standar
• Keterampilan-keterampilan sosial dan partisisipasi
• Sikap-sikap dan nilai-nilai
PENGETAHUAN ANAK Vygotsky (1986) menjelaskan dalam developmentally appropriate practice, bahwa sudah menjadi kaharusan bagi seorang guru untuk mngetahui kemampuan dasar siswa serta latarbelakang mereka. Semua Anak Sama Pada dasarnya, semua anak memiliki kebutuhan yang sama, antara satu dengan yang lainnya, seperti kasih sayang, rasa aman, dan perhatian yang baik, hal2 yang menyenangkan, serta sosok orang dewasa yang dapat mereka percayai.
Anak merupakan pembelajar yang aktif Jika kebutuhan dasar anak pada poin ‘rasa aman’ dengan ‘kasih sayang’ bertemu, mereka akan mencari tau dan merasa penasaran, tertarik dengan lingkungan dan penuh dengan semangat untuk belajar lebih jauh tentang diri mereka sendiri dan bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Anak melewati tingkat pembentukan pemikiran yang sama
BAHAN AJAR PLPG 57
Pada jenjang usia 2, 7 atau 8 tahun, tingkat pemahaman anak masih dalam masa pra-bekerja. Mereka mulai berfikir secara abstrak dan menggunakan simbol, untuk mengekspresikan gerakan secara mental, untuk mengantisipasi segala konsekuansi sebelum ‘gerakan’ itu terjadi, dan untuk mengembangkan beberapa ide dari pada subuah penyebab; akan tetapi mereka butuh sebuah acuan yang konkret untuk memahami sebuah hal yang abstrak.
Sama tapi berbeda Sebagai individu, bagaimanapun juga anak-anak tetaplah berbeda-beda. Setiap mereka adalah unik Pengalaman Guru dapat mendeterminasikan latar belakang anak sesuai dengan pengalamnnya melalui cara berikut:
• Mengungjungi kediaman anak dan berdiskusi dg orang tua tentang hal-hal yang pernah anak lakukan sebelumnya.
• Berkeliling disekitar tempat tinggal anak untuk melihat komunitas yang ada disekeliling anak
• Mewawancarai anak, dan meminta mereka untuk menceritakan tentang apa yang mereka lakukan, tempat yang pernah mereka datangi, dan hal apa yang ingin mereka lakukan.
Minat/Kepentingan Orang yang pernah kontak langsung dengan anak-anak pasti mengetahui bahwa anak sangat antusias dan tertarik untuk belajar segala hal. Untuk memulainya, dapat dilakukan hal berikut:
• Berbincang kepada anak tentang hal apa saj secara non-formal, hal ini dapat membuat guru tau apa yang anak ketahui, dan apa yang ingin mereka lakukan
• Perhatikan anak ketika bermain
• Diskusikan kesukaan anak pada orang tua
Kemampuan Anak-anak tidak hanya membawa berbagai macam pengalaman dan kepentingan ketika didalam kelas, tetapi mereka juga membawa perbedaan besar dalam tingkat perkembangan sosial, emosional, fisik, intelektual dan kemampuan. Perbedaan ini membentuk dasar dari tujuan-tujuan lainnya dan tujuan pembelajaran sosial untuk kelompok dan untuk masing-masing anak.
RENCANA PEMBELAJARAN Rencana pembelajaran dapat berputar disekitar seorang anak,sebuah kelompok kecil,atau keseluruhan kelompok. Akhir Kegiatan. Akhir kegiatan adalah waktu yang dihabiskan untuk mengkaji, menyimpulkan, dan menilai unit, tetapi memberikan penutupan guru dan anak-anak. Menilai Unit, Proyek, atau Pembelajaran Tematik Selain menilai anak-anak, guru ingin mengevaluasi perencanaan dan pengajaran. Sebuah proyek yang terencana atau unit harus mencakup sebagai berikut:
• Jelas, realistis, dapat diperoleh tujuan dan sasaran
• Bahan materi menarik untuk anak-anak
• Kegiatan yang memperhitungkan pertimbangan kemampuan yang berbeda anak-anak, minat, dan latar belakang
• Keterlibatan anak-anak dalam perencanaan tujuan dan kegiatan unit
• Aktifitas pengalaman yang sepenuhnya melibatkan anak-anak
• Memberi kesempatan anak-anak untuk bekerja dan bermain bersama
• Kesempatan untuk menilai anak-anak belajar
PENILAIAN KURIKULUM DARI STUDI SOSIAL Menjelaskan tujuan dan sasaran yang dapat membantu menentukan sejauh mana anak-anak
belajar, tumbuh, dan berkembang dengan cara yang diinginkan. Berfungsi sebagai sistem kontrol kualitas yang memungkinkan para guru untuk menentukan bagian mana dari proses belajar mengajar sudah efektif dan yang tidak.
58 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Pengamatan Ketika mereka mengamati perilaku anak-anak sistematis, guru melihat indikasi pencapaian
tujuan mereka studi sosial. Guru mencari dan perilaku catatan yang menunjukkan kemampuan anak-anak, sikap, nilai, atau pengetahuan. Pengamatan perilaku adalah cara yang valid untuk mengevaluasi tujuan-tujuan sosial studi yang berkaitan dengan keterampilan sosial, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penerimaan nilai-nilai orang lain.
BERPIKIR DAN PEMBENTUKAN KONSEP DALAM ILMU SOSIAL Selama ini pendidik beranggapan bahwa berpikir kritis hanya terjadi pada orang dewasa. Kecuali pada anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Namun saat ini kita menyadari bahwa anak-anak usia melibatkan semua proses yang sama seperti halnya proses berpikir orang dewasa. Proses Penemuan Sendiri (Penyelidikan/Inquiry)
1. Anak merasakan masalah 2. Anak mengeksplorasi dan menyelidiki 3. Anak menguji ide/pemikiran 4. Anak mencapai kesimpulan
Anak mulai mengelompokkan dunianya dan mengatur informasi selama masa bayi. Mereka mempelajari sesuatu dapat dihisap atau tidak, makanan atau bukan. Pada usia balita mereka menggunakan kata sebagai arti dari mengelompokkan dunianya. Mereka menduga, memecahkan masalah-masalah dan mengambil kesimpulan. Kemampuan tersebut adalah bentuk tertinggi dalam berpikir. Anak usia 4 tahuin kebawah memecahkan masalah sehari-hari, seperti “Duduk di atas jungkat-jungkit. Dan kita dapat membuatnya naik dan turun”. Pada usia 5 tahun, pemecahan masalah berkembang pada pengalaman diluar pribadi dalam kelas, sekolah dan kelompoknya.
PEMBELAJARAN TENTANG DIRI SENDIRI, ORANG LAIN dan MASYARAKAT ; KETERAMPILAN SOSIAL Anak yang masuk dalam kelas Taman Kanak-kanak dihadapkan dengan keterampilan sosial
yang luas. Tapi ketika di dalam kelas, anak menghadapi tugas untuk berkomunikasi dengan orang dewasa dan teman lainnya, kebanyakan dari mereka tidak dikenalnya. Tidak hanya baru dan mungkin keterampilan sosial yang berbeda di perlukan, tapi anak akan mencoba untuk memberikan kemampuan individualnya dalan berhubungan dengan yang lain dan kelompoknya. Dengan demikian, anak akan belajar keterampilan, perilaku dan nilai yang diperlukan dalam kehidupannya. Demokrasi kecil dari program anak usia dini yaitu di desain untuk membantu dan mendukung keterampilan sosial dan pengetahuan yang dibutuhkan anak, tidak hanya untuk berparitisipasi dalam demokrasi tapi untuk melanjutkan, mengolah, merubah dan mengembangkan demokarsi tersebut di kemudian hari.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL
• Keluarga
• Peran Budaya
• Peran Sekolah
• KONSEP DIRI
• Identitas Umum: Nama
• Fisik Efikasi Diri CARA MEMBANGUN KEMAMPUAN SOSIAL MELALUI BERHUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN Komunikasi Mendengarkan dan Berbicara
Mendengarkan adalah cara utama di mana anak-anak belajar bahasa. Keterampilan mendengarkan, jadi penting untuk belajar berkomunikasi dengan orang lain, sangat penting untuk mempelajari semua. Setelah anak-anak bisa mendengarkan orang lain, mereka dapat mulai melihat sudut pandang orang lain, belajar dari orang lain, dan memperluas dunia mereka.
BAHAN AJAR PLPG 59
BUDAYA, KEBERAGAMAN dan NILAI-NILAI BUDAYA Budaya merupakan cara hidup, lingkungan buatan manusia yang total, nilai dan kepercayaan, symbol/tanda, pemaknaan, pandangan terhadap kehidupan social (banks 2008). Budaya menentukan cara setiap orang berfikir, merasa, dan bersikap. Keberagaman Saya menghargai perbedaan setiap hari” kata seorang guru kelas satu. “diantara 23 anak didalam kelas saya, ada beberapa anak berasal dari Negara amerika, dua anak berasal dari Hmongs, satu dari cina, dua dari Iran, dan dua dari eropa barat. Kelas ini merupakan kelas yang sangat berbeda dari pikiran saya belasan tahun yang lali. Tentu saja sangat menantang mengajarkan kelas seperti ini, tetapi saya menyukainya. Perbedaan menambah kekayaan dalam hidup saya dan kurikulumnya. Perbedaan ini lebih berharga dari pengajaran dahulu. Anak Studi Kontinuitas Waktu, dan Perubahan: Sejarah, Pengetahuan tentang Sejarah Pra-Kondisi Kecerdasan Politik. Penelitian sejarah telah didefinisikan sebagai studi berorientasi waktu yang mengacu pada apa yang kita tahu tentang masa lalu. Standar II dari Dewan Nasional Ilmu Sosial (1998) adalah waktu, kontinuitas, dan perubahan. Studi yang harus memungkinkan anak-anak untuk berusaha untuk memahami akar holistik mereka dan untuk menempatkan dirinya dalam waktu. Orang, tempat, dan lingkungan; geografi Bidang geografi, tidak seperti dunia itu penelitian, tidak memiliki batas.
Anda dapat membantu anak prasekolah-utamanya dalam mengembangkan konsep geografi dasar dengan kepping dalam pikiran bahwa anak-anak belajar dengan melakukan. Mereka dapat mengalami bumi di mana mereka hidup, belajar nama dan kualitas tanah dan air permukaan. Mereka dapat mengalami irama siang dan malam dan perubahan musim.
Melalui eksplorasi gerakan dan kegiatan fisik lainnya, anak-anak mulai memahami konsep arah. Belajar alamat mereka, mengambil perjalanan lapangan, dan menemukan diri mereka sendiri dan objek dalam ruang, anak-anak belajar konsep lokasi. Ous pengalaman seperti film dan alat bantu audiovisual lainnya.
Mengetahui bagaimana orang berinteraksi, meskipun mereka terpisah dalam ruang, membantu anak mengembangkan konsep interaksi spasial. Dan anak-anak diperkenalkan dengan gagasan pemetaan dunia mereka saat mereka menggambar dan membangun peta mereka sendiri.
Ketika Anda mengajarkan konsep-konsep geografi anak-anak muda, penting untuk diingat arahan Mitchell (1934): Anak-anak belajar dengan melakukan, melalui tindakan, dan dengan pengalaman konkret. Perluas Pengetahuan Anda
1. Wawancara kelompok 5 - 6, -, dan 7-tahun anak-anak untuk menentukan konsep mereka tanah dan air. Anda mungkin meminta mereka untuk mengamati piring dengan sejumlah kecil air ditempatkan di bawah sinar matahari di pagi hari lagi di akhir hari. Tanyakan mereka apa yang terjadi dengan air tersebut. Anda mungkin melakukan hal yang sama dengan hal-hal yang mengapung dan tenggelam, membubarkan, atau mengubah bentuk.
2. Bekerja dengan sekelompok kecil anak-anak, meminta mereka untuk membangun peta kelas mereka dengan blok. Bagaimana anak-anak menunjukkan pemahaman tentang konsep dasar pemetaan: representasi, simbolisasi, perspektif, dan skala?
3. Memperkuat konsep Anda sendiri geografi dengan meninjau standar geografi nasional. Manakah dari standar ini kau mengerti, yang bisa Anda belajar lebih banyak tentang?
4. Ambil waktu berjalan di sebuah lingkungan sekolah. Apa bentuk tanah yang Anda amati? Apakah karakteristik fisik dari daerah yang membuatnya unik? Desain pengalaman belajar untuk anak-anak SD berdasarkan temuan Anda
60 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
MATERI 8 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS AUD
Kompetensi Inti:
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu
Kompetensi Dasar:
Menguasai konsep dasar matematika, sains, bahasa, pengetahuan sosial, agama, seni, pendidikan
jasmani, kesehatan dan gizi sebagai sarana pengembangan untuk setiap bidang pengembangan anak
TK/PAUD
A. Konsep Matematika Untuk Anak Usia Dini
Konsep matematika anak usia dini sebenarnya dipelajari oleh anak sejak bayi melalui
kegiatan sehari – hari. Misalnya pada saat bayi sudah dapat membedakan mana suara ibunya
dengan orang lain. Pada usia dua tahun anak mulai dapat memilih pasangan pakaiannya sendiri,
melalui kegiatan ini anak mulai membangun konsep mencocokan (matching).
Konsep matematika anak usia dini hingga sekolah menengah berdasarkan The
National Council Teachers of Mathematics (NCTM) tahun 2000 terdapat lima konsep yang
dipelajari oleh anak, yaitu: bilangan dan operasi bilangan, aljabar, geometri, pengukuran, analisis
data serta probabilitas (Henniger, 2009). Sebelum anak mempelajari konsep matematika
tersebut, anak perlu untuk diberikan pengalaman matematika permulaan yaitu mencocokan,
korespondensi satu – satu, klasifikasi, membandingkan, mengurutkan atau seriasi. Pengalaman
matematika permulaan ini merupakan keterampilan dasar dalam untuk memahami konsep
matematika selanjutnya.
Prinsip Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini
Untuk menyelenggarakan pembelajaran matematika yang bermakna bagi anak terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
• Rencanakan pengalaman yang nyata sehingga anak dapat terlibat secara aktif.
• Observasi atau amati anak untuk memahami kemampuan dan minat anak.
• Berikan kesempatan anak belajar sesuai cara belajar anak.
• Pendidik sebagai fasilitator, bukan sekedar pemberi pengetahuan, karena beberapa konsep dalam matematika perlu dipahami dengan cara dilakukan langsung oleh anak.
• Berikan anak permasalahan dan konflik untuk memunculkan kemampuan berpikir, akomodasi dan adaptasi.
• Merancang aktivitas yang sesuai dengan tingkat perkembangan hingga anak mencapai area perkembangan proximal (zone proximal development).
• Berikan aktivitas matematika yang bermakna, sehingga anak dapat menggunakan pengetahuan matematika tersebut dalam kehidupan sehari – hari.
• Buatlah pertanyaan yang menarik anak atau mengundang rasa ingin tahu anak.
• Doronglah anak untuk dapat menjelaskan apa yang dipikirkannya melalui kata-kata, gambar, tulisan dan simbol.
• Dorong anak untuk berbicara, baik kepada guru maupun anak lain. Pelajaran berurutan mulai dari enactive (konkrit) sampai pada simbolik.
• Bangunlah pembelajaran matematika berdasarkan pembelajaran sebelumnya.
• Gunakan berbagai macam alat atau benda yang berbeda untuk membantu anak mempelajari berbagai konsep matematika.
Beberapa contoh pengembangan matematika permulaan bagi anak usia dini yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran adalah:
BAHAN AJAR PLPG 61
1. Mencocokan (Matching)
Keterampilan mencocokan merupakan konsep dari korespondensi satu – satu dan
mencocokan juga konsep dasar dari berhitung. Misalnya pada konsep ini anak belajar
untuk mengamati dan mengungkapkan lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan mencocokan
dapat dimulai dengan mencari perbedaan, persamaan, hingga konsep lebih banyak dan lebih
sedikit.
Gb. Mencocokan gambar corak payung. Gb. Mencocokan gambar yang sama.
2. Mengelompokan (Classification)
Pada masa usia dini anak mengembangkan kemampuan untuk mengelompokan benda
berdasarkan ciri – ciri tertentu. Piaget (1964) menyatakan bahwa anak dapat
mengelompokan benda dimulai berdasarkan warna, bentuk, dan kemudian ukuran (Papalia
& Olds, 2008). Kemampuan anak untuk melakukan klasifikasi merupakan kemampuan dasar
untuk memahami nilai tempat pada bilangan, misalnya konsep puluhan dan satuan bilangan
25 terdiri atas dua puluhan dan lima satuan (Henniger,2009). Misal:
Mengelompokkan tutup botol
3. Mengurutkan atau seriasi
Mengurutkan atau seriasi melibatkan kemampuan untuk menempatkan dua benda
atau lebih ke dalam tata urutan tertentu, dari yang sederhana misalnya berdasarkan
ukuran besar hingga kecil , ketinggian tinggi hingga rendah, ketebalan tebal hingga tipis
hingga yang memerlukan ketelitian seperti warna gelap hingga terang, tekstur kasar hingga
halus, posisi terdekat hingga terjauh, kapasitas isi dari banyak hingga sedikit, dan
mengurutkan bilangan ordinal seperti pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Ada dua jenis
pengurutan yaitu pengurutan 1 – 1, dan pengurutan 2 – 2 (set) yang disebut dengan
dobel seriasi (double seriation). Contoh:
62 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Gb.Mengurutkan atau seriasi 1 - 1
4. Konsep Bilangan
a) Pemahaman Bilangan (Number Sense)
Berdasarkan pernyataan NCTM (2000) kemampuan pemahaman bilangan atau
berhitung dan mengenal angka meliputi kemampuan untuk memahami bilangan,
menghubungkan bilangan dengan angka, dan sistem urutan bilangan. Anak juga diharapkan
memahami arti dari operasi bilangan dan hubungan antar bilangan, serta mampu untuk
membilang dan membuat perkiraan. Menurut Piaget ada 2 cara mengajarkan berhitung
pada anak, yaitu berhitung berurutan secara ordinal (count in sequence) dan berhitung
berdasarkan nilai bilangan atau kardinal(count in the set of number).
Dalam mengembangkan kemampuan pemahaman bilangan, anak akan melewati
proses memahami konsep: (1) Lebih atau kurang (more or less); (2)
Menghitung/cardinalitas: menghafal hitungan, hubungan 1 – 1, menghitung secara
berurutan, menghitung dalam sejumlah benda, urutan bilangan, perkiraan (estimasi); (3)
Pengaturan spasial; (4) Lebih 1, lebih 2, kurang 1, kurang 2; (5) Benchmark 5 dan 10; (6)
perkiraan jumlah; (7) bagian dari keseluruhan (part – part whole): Konsep bagian dari
keseluruhan, yaitu pemahaman bahwa suatu set bilangan terdiri atas beberapa sub set
bilangan, misalnya bilangan 5 dapat terdiri atas 1+4, 2+3, 3+2, 4+1 atau 1+2+2, 1+3+1, dan
seterusnya.
5. Aritmatika
Kegiatan aritmatika merupakan kegiatan yang kaya akan pemecahan masalah. Untuk
memecahkan suatu masalah merupakan proses untuk menemukan jawaban yang tepat
dengan menggunakan berbagai cara. Contohnya Penjumlahan dan pengurangan. Perkalian
dan pembagian, serta nilai tempat.
6. Aljabar Permulaan
Aljabar permulaan mengarah pada hubungan antar jumlah dan bagaimana jumlah dapat
berubah dikarenakan adanya hubungan satu dengan lainnya.
Pola (Patterning)
Pola merupakan cara yang digunakan oleh anak untuk mengenal urutan untuk membuat
prediksi atau perkiraan mana yang muncul terlebih dahulu dan kemudian secara berurutan.
Contoh:
- Pola berulang misalnya AB-AB-AB, AAB-AAB-AAB, ABC-ABC-ABC, dan seterusnya.
- Pola yang berkembang AB-ABB-ABBB-ABBBB
- Pola hubungan, misalnya satu anak memiliki dua mata, dua anak ada empat mata, dst.
7. Analisis Data: Grafik dan Probabilitas
Berdasarkan standar NCTM (2000) mengenai konsep grafik dan probabilitas,
yaitu anak mampu untuk membbuat pertanyaan berdasarkan data yaitu mampu untuk
BAHAN AJAR PLPG 63
mengumpulkan, menyusun, dan menunjukan data yang ada untuk menjawab berbagai
pertanyaan tersebut. contoh: Grafik, konsep probabilitas.
8. Geometri: Bentuk dan Ruang
NCTM (1989) mendefinisikan kepekaan ruang (spaial sense) sebagai intuisi seseorang
terhadap ruang disekelilingnya dan benda yang ada disekitarnya. Untuk mengembangkan
kepekaan ruang, seorang anak harus memiliki pengalaman yang mengarah pada
hubungan geometri, yaitu arah, orientasi ruang dan sudut pandang terhadap benda di
dalam ruang, ukuran dan bentuk benda, serta bagaimana bentuk dapat berubah yang
dipengaruhi oleh perubahan ukuran.
a) Ruang
Konsep yang akan dikembangkan pada anak yaitu anak memahami posisi dan arah
(atas, bawah, luar, dalam, kiri, kanan, depan, belakang, jauh, dan dekat). Untuk
mengembangkan kemampuan pemahaman ruang, kegiatan bermain dapat
dilaksanakan didalam dan diluar ruang. Kegiatan didalam ruang sebaiknya tidak
menggunakan ruang yang sempit dan tidak terlalu banyak barang didalamnya.
Kegiatan pemahaman ruang dapat berupa bermain ular naga, balok, kucing dan tikus,
gobaksodor (galah asin), dan lain sebagainya.
b) Bentuk
Tujuan mempelajari konsep bentu yaitu agar anak dapat mengenali berbagai bentuk
yang di temui sehari hari, misalnya lingkaran pada jam dinding, persegi pada jendela
rumah, sehingga anak mampu membuat hubungan antara satu bentuk dengan bentuk
lainnya.
c) Geometri
Tujuan anak mempelajari geometri dari jenjang pra-sekolah hingga SD kelas rendah
yaitu:
(1) Mengenal bentuk (2) Memahami bentuk (3) Mengenal bentuk berdasarkan ciri – cirinya (4) Memahami bentuk kurva tertutup dan terbuka (5) Mengenali bentuk geometri yang bergerak (6) Memahami bentuk simetri (7) Pemetaan dengan menggunakan koordinat geometri (8) Luas dan volume (9) Sudut (konsep dasar) (10) Pengukuran
B. Konsep Sains Anak
1. Pengertian Sains
Sains didefinisikan dalam webster new collegiate dictionary yakni “pengetahuan yang
diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu
kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan
melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk
mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen
untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi di alam. Manusia
mengetahui banyak hal di muka bumi ini baik melalui penang-kapan indera maupun hasil
olah pikir. Kumpulan hal-hal yang diketahui tersebut dinamakan pengetahuan. Sedangkan Ilmu
64 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Pengetahuan adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan logis dengan
mempergunakan metode-metode tertentu.
Sains adalah kerangka pengetahuan. Pembelajaran sains itu penting karena: (1) Sains adalah
bagian penting dari budaya manusia, yang mempunyai nilai tertinggi dari kapasitas berpikir
manusia; (2) Adanya laboratorium yang ditindaklanjuti dengan penelitian dapat digunakan
untuk mengembangkan bahasa, logika, serta kemampuan memecahkan masalah dalam kelas;
(3) Untuk jangka waktu panjang, dapat diciptakan saintis-saintis muda; (4) Negara sangat
tergantung kepada kemampuan teknis dan saintifik dari masyarakatnya untuk persaingan
ekonomi global serta keperluan nasional.
Ada 3 area sains yang diajarkan dalam kurikulum, yaitu: sains kehidupan: Biologi (tubuh
manusia), Zoologi (hewan), Botani (tumbuhan), 2) sains bumi, meliputi: Geologi (kulit keras
bumi), astronomi (langit, musim, luar angkasa), 3) Fisika: ilmu kimia (benda padat dan cair),
ilmu fisika (keseimbangan dan gerakan).
Ada tiga faktor utama mengapa dalam pembelajaran sains pembentukan sikap
adalah penting (Martin, 1984), yakni:
a) Sikap seorang anak membawa satu kesiapan mental bersamanya.
Dengan sikap yang positif, seorang anak akan merasa sains objek, topic, aktifitas dan orang
secara positif. Seorang anak yang tidak siap atau ragu-ragu karena alasan apapun juga akan
kurang kemauannya untuk berinteraksi dengan orang dan hal-hal yang berhubungan
dengan sains.
b) Sikap bukan pembawaan dari lahir atau bakat. Ahli kejiwaan berpendapat bahwa sikap
itu dipelajari dan disusun lewat pengalaman selagi anak-anak berkembang (Halloran,
1970; Oskamp,1977), sikap seorang anak dapat berubah melalui pengalaman. Guru dan
orangtua mempunyai pengaruh terbesar atas sikap sains (George & Kaplan, 1998)
c) Sikap adalah hasil yang dinamis dari pengalaman yang bertindak sebagai faktor pengaruh
ketika anak memasuki pengalaman– pengalaman baru. Akibatnya sikap membawa suatu
emosional dan intelektual, yang keduanya mengarah kepada pembentukan keputusan dan
membentuk evaluasi. Keputusan dan evaluasi ini dapat menyebabkan seorang anak
menetapkan prioritas dan memegang pilihan-pilihan yang berbeda.
Selain pembentukan sikap, pembelajaran sains yang produktif juga dapat
mengembangkan tiga aspek penting lainnya yakni: (1) Pengembangan dari sikap anak-anak;
(2) Pengembangan dari pemikiran anak dan ketrampilan kinestetik (motorik kasar, halus
serta koordinasi mata dan tangan, demikian juga dengan pelatihan, perasaan);(3)
Pengembangan ilmu pengetahuan yang dibangun dari pengalaman di dalam setting yang
alami.
2. Memulai Belajar Penelitian
Anak-anak adalah saintis alamiah. Para ahli perkembangan anak pernah berdebat
dalam masalah ini, tidak hanya didasari pada fakta dasar behavior anak-anak, tetapi
lebih pada hubungan antara behavior dan aspek penting dari pemikiran saintifik. Anak-
anak yang dibawa ke kelas sains memiliki rasa keingintahuan yang alami dan menset idea
serta memahami konseptual framework dimana terdapat hubungan antara pengalaman di
dunia alami dan informasi lain yang telah mereka pelajari sebelumnya (terdapat koneksi).
Sejak mereka memiliki berbagai pengalaman, anak-anak diberikan dalam kisaran yang luas
kemahirannya (skill), pengetahuan, serta adanya pengembangan konsep.
Anak usia dini pada tingkatan taman bermain, TK A dan B maupun anak usia sekolah
BAHAN AJAR PLPG 65
dasar sampai kelas dua belum saatnya diberikan pelajaran tentang kemampaun penelitian
ilmiah, konsep-konsep ilmiah ataupun prinsip-prinsip penelitian. Karena memang pada anak
usia dini (0-8 tahun) mereka baru mempelajari tentang kemampuan dasar yang terdiri dari
pengamatan, klasifikasi, komunikasi, ukuran, estimasi, prediksi dan kesimpulan.
Seorang guru harus mampu mengevaluasi setiap pengetahuan anak-anak dan
konseptual serta perkembangan skill/kemahiran, sebaik tingkat metakognisi anak-anak
mengenai pengetahuannya, kemahiran dan konsep, juga menyediakan lingkungan
pembelajaran anak-anak dimana setiap anak dapat bergerak mengembangkan dalam semua
aspek. Pertanyaan kunci untuk instruksi ini adalah bagaimana mengadaptasi tujuan
instruktusional ke pengetahuan yang telah ada dan kemahiran dari murid, sebaik bagaimana
memilih teknik instruktusional sehingga akan lebih efektif.
Bagan Kemahiran Proses Sains (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005)
Kemahiran Dasar Pra Taman Kanak- kanak Taman Kanak-
Kanak Observasi X X Klasifikasi X X Komunikasi X X Pengukuran X X Estimasi X X Prediksi X X Kesimpulan X
Proses Kemahiran
Observasi Menggunakan indera untuk menggabung-kan
informasi Klasifikasi Mengelompokkan, ordering, mengkategori-kan,
merangking, memisahkan, mem-bandingkan. Memanipulasi material Memberikan perlakuan pada material secara efektif Mengkomunikasikan Berbicara, menulis, menggambar Mencatat/menyusun data Logs, jurnal, grafik, table, gambar, rekaman Prediksi Dimulai dengan hasil yang diharapkan didasarkan
pada pola atau bukti yang ada Inferensi Membuat kesimpulan (perkiraan yang educated)
didasarkan pada alasan untuk menjelaskan
observasi Mengestimasi Menggunakan penilaian hingga aproksimat sebuah
nilai/kuantiti Penyelidikan Proses yang terintegrasi dari penelitian Pemecahan masalah/membuat
keputusan
Proses yang terintegrasi untuk menilai dan
menghasilkan solusi
3. Pembelajaran sains secara alami
Pembelajaran sains terhadap anak-anak yang terbaik adalah ketika mereka ter-
motivasi. Oleh karena itulah maka pemberian pembelajaran harus menarik,
menyenangkan, menantang, melalui interaksi dengan lingkungan, dilakukan bersama
antara yang seusia dengan dewasa, dengan menggunakan benda konkrit. Adapun
pembelajaran ini dapat dilakukan melalui penyelidikan untuk melihat : pola, perhubungan,
proses, dan masalah. Pembelajaran sains juga dapat mengembangkan bahasa.
66 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Pembelajaran sains dilaksanakan secara kooperatif. Adapun prinsip dan teknik
digunakan untuk membantu murid bekerjasama lebih efektif. Kerjasama adalah sesuatu
yang bernilai, hal ini dimaksudkan agar anak-anak dapat melihat kerjasama mempunyai
tujuan yang kuat, melihat teman sebagai teman berkolaborasi yang potensial, dan untuk
memilih kerjasama sebagai kemungkinan pilihan yang layak untuk berkompetisi dan
pekerjaan individual. Adapun prinsip pembelajaran sains adalah kooperatif, yakni: (1)
adanya keterkaitan yang positif; (2) sebagai individu yang dapat diperhitungkan; (3) adanya
interaksi yang simultan; (4) adanya partisipasi yang setara. Pada pembelajaran secara
berkelompok, anak-anak diharapkan dapat bekerjasama dengan cara berdiskusi antar
teman sebelum akhirnya ditanyakan kepada guru. Anak-anak berdiskusi tentang prosedur
maupun kandungan isinya. Selain berdiskusi dengan satu kelompok mereka juga
dirangsang untuk berdiskusi antar kelompok sebelum bertanyan pada gurunya. Apabila
satu kelompok dapat mengerjakan tugas dengan cepat maka dapat membantu kelompok
lain yang belum selesai. Tujuan dari pendidikan
Sains pada anak usia dini adalah (1)Mempersiapkan anak-anak dengan pengalaman
yang dapat membantu mereka menjadi terpelajar secara saintifik; (2) Membimbing anak-
anak saat mereka mempelajari kandungan arti dan membangun indera berdasarkan
pengalaman oleh pemahaman terfokus dengan menggunakan ide sains, kemahiran, dan
sikap mental; (3) Berbagi tanggungjawab dengan anak-anak terhadap apa yang mereka
pelajari; (4) Mengadaptasi kurikulum, mengatur waktu dan mengatur praktek, termasuk
untuk tema pelajaran yang mengambil waktu beberapa hari atau minggu; (5) Menguji
kemajuan dalam berbagai cara untuk mengelompokkan mana yang anak-anak ketahui dan
dapat lakukan.
Daftar Pustaka
Carruthersand, Elizabeth dan Maulfry Worthington, Children‟s Mathematics Making Marks
Making Meaning, London: Sage Publication, 2006.
Charlesworth, Rosalind, Experience in Math For Young Children, 5th Edition.
New York: Thomson Delmar Learning, 2005. Cooke, Heathet, Mathematics for Primary and Early
Years, London: Sage Publication, 2007.
Copley, Juanita V., The Young Child and Mathematics, Washington D.C: NAEYC, 2000
Dodge, Diene Trister, Creative Curriculum for Pre-School 4th Editition, Washington DC:
Teaching Strategies, 2007.
Haylock, Dereck dan Fionna Thangata, Key Concepts in Teaching Primary Mathematics,
London: Sage Publication, 2007
Henniger, Michael L., Teaching Young Children, New Jersey: Thompson Delmar Learning, 2009.
Smith, Susan Sperry, Early Childhood Mathematics International Edition, New York: Pearson.
2009.
Van De Walle, John, Matematika Pengembangan dan Pengajaran, Jakarta: Erlangga, 2007.
Jurnal Online www.proquest.com/pqdweb
BAHAN AJAR PLPG 67
MATERI 9 KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Kompetensi Inti:
Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,emosional, dan
intelektual.
Kompetensi Dasar:
1.1. Memahami karakteristik peserta didik usia TK/PAUD yang berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosial-emosional, moral, dan latar belakang sosial-budaya
1.4 Mengidentifikasi kesulitan peserta didik usia TK/PAUD dalam berbagai bidang Pengembangan
PENDAHULUAN
Sehubungan dengan kemampuan guru dalam memahami perkembangan anak usia dini secara
benar, maka dalam suplemen Perkembangan Anak Usia Dini ini menyajikan serangkaian materi yang
akan membekali Anda untuk memahami secara benar tentang perkembangan anak usia dini.
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa usia dini amat penting dalam perkembangan psikis
(mental) seorang anak, sehingga sebagian ahli anak menyebut usia 0-7 tahun sebagai golden age,
meskipun pada usia berikutnya perkembangan psikis ini tetap perlu diperhatikan. Anak usia 4-6 tahun
merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia 0-7 tahun. Pada usia ini secara
terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini
mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Pertumbuhan dan perkembangan sambungan syaraf-
syaraf di otaknya sangat pesat terjadi, sehingga segala informasi/treatment yang diterima anak
membentuk dan mempengaruhi kepribadian dan kemampuannya di masa datang.
Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai
upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-
fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini
merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif,
bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama.
TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
1. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992), berbeda
dengan yang berlaku di Indonesia. Menurut UU No 23 tahun 2000, rentang usia anak usia dini yaitu
usia 0-6 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek seperti:
fisik, sosio-emosional, dan kognitif sedang mengalami masa yang tercepat dalam rentang
perkembangan hidup manusia (Berk, 1992). Anak usia dini dikenal sebagai: masa peka, masa
egosentris, masa meniru, masa berkelompok, masa bereksplorasi, dan masa pembangkangan. Anak
usia dini berada dalam masa emas perkembangan, yaitu saat yang paling baik untuk mengoptimalkan
fungsi otak anak melalui pemberian stimulasi pendidikan dan pengalaman dari lingkungan. Masa
penting berkembangnya semua aspek perkembangan, yaitu: perkembangan nilai-nilai moral dan
agama, fisik, bahasa, kognitif, sosial-emosional, dan kecakapan hidup.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik. Contohnya adalah bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lebar bahu, berat
badan dan sebagainya. Adapun perkembangan diartikan sebagai suatu perubahan-perubahan dalam
68 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
aspek psikologis dan sosial. Termasuk di dalamnya perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan
kerja-kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan semakin terorganisasi dan terspesialisasi.
Perkembangan dapat terjadi dalam bentuk perubahan kualitatif (semakin baik) dan kuantitatif, atau
keduanya secara serempak.
3. Prinsip-prinsip perkembangan
Dalam perkembangan individu dikenal prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut: perkembangan
berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek; setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan
kualitas perkembangan yang berbeda (adanya individual differences); perkembangan secara relatif
beraturan, mengikuti pola-pola tertentu; perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit
demi sedikit; perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke yang lebih
khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi; secara normal perkembangan individu mengikuti
seluruh fase; sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau
diperlambat; perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek
lainnya; dan pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria berbeda
dengan wanita.
4. Tugas perkembangan anak
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul dalam suatu periode tertentu
dalam kehidupan individu. Tugas perkembangan yang harus dikuasai di masa anak adalah: belajar
keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan; pengembangan sikap yang menyeluruh
terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang;belajar berkawan dengan teman
sebaya;belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau wanita;belajar menguasai
keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu membaca menulis dan berhitung;pengembangan
konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari; pengembangan moral, nilai dan hati
nurani; memiliki kemerdekaan pribadi.; dan pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok
sosial.
Menurut Havighurst, tugas tersebut harus dikuasai dan diselesaikan oleh individu, sebab tugas
perkembangan ini akan sangat mempengaruhi pencapaian perkembangan pada masa perkembangan
berikutnya.
TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN KOGNITIF
1. Teori Jean Piaget
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif).
Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang
ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.
Prinsip perkembangan kognitif
Piaget memandang bahwa proses berfikir sebagai kegiatan bertahap dari fungsi intelektual
yang dimulai dari yang konkret menuju ke abstrak. Menurut Piaget inteligensi terdiri dari tiga aspek
yaitu :
1. Struktur yaitu pola prilaku yang dapat diulang untuk menghadapi masalah. 2. Isi yaitu pola prilaku yang khas ketika individu menghadapi sesuatu masalah 3. Fungsi yaitu cara seseorang mencapai kemajuan intelektual. Fungsi ini mempunyai dua variasi
yakni : a. Organisasi, berupa kecakapan seseorang dalam bentuk sistem yang koheren b. Adaptasi, berupa kecakapan individu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan , meliputi
asimilasi dan akomodasi.
BAHAN AJAR PLPG 69
Piaget memandang bahwa proses berfikir sebagai kegiatan bertahap dari fungsi intelektual yang
dimulai dari yang konkret menuju ke abstrak. Teori ini dinamakan cognitive developmental. Piaget
(Piaget, 1972 : 49-91) membagi perkembangan kognitif ke dalam empat tahap yaitu:
a. Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun) dimana pada masa dua tahun kehidupannya anak
berinteraksi dengan dunia di sekitarnya terutama melalui aktivitas sensori (melihat, meraba,
merasa, mencium dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik dan aktivitas yang
berkaitan dengan sensori tersebut.
b. Tahap Praopresional (usia 2-7 tahun) dimana anak mulai menyadari bahwa pemahamannya
tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor
akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolik. Tahap praoperasional
dapat dibagi ke dalam tiga sub tahap yaitu sub tahap fungsi simbolik, sub tahap berpikir secara sub
egosentris dan intuitif.
c. Tahap Operasional Kongkrit (7 -12 tahun) dimana kemampuan anak untuk berpikir secara logis
sudah berkembang.
d. Tahap Operasional Formal (12 tahun sampai usia dewasa) ditandai oleh perpindahan dari cara
berpikir kongkrit ke cara bepikir abstrak.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kognitif dapat dijelaskan antara lain sebagai
berikut: hereditas/keturunan; lingkungan; kematangan; pembentukan; minat bakat; dan kebebasan.
TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN BAHASA
1. Bahasa
Melalui bahasa, seseorang dapat menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan, lisan,
isyarat atau gerak. Schaerlaekens (Desmita, 2006) membedakan perkembangan bahasa atas tiga, yaitu
periode pra-lingual (kalimat-satu-kata), periode lingual-awal (kalimat-dua-kata) dari 1 hingga 2,5
tahun, dan periode differensiasi (kalimat-tiga-kata dengan bertambahnya diferensiasi pada kelompok
kata dan kecapan verbal).
Perkembangan bahasa tergantung pada kematangan otak (sel korteks), dukungan dari
lingkungan, dan pendidikan. Perkembangan bahasan anak meliputi perkembangan fonologis
(mengenal dan memproduksi suara), perkembangan kosa kata, makna kata, susunan kalimat dan
perkembangan pragmatik (penggunaan bahasa untuk komunikasi).
Menurut Piaget, perkembangan bahasa anak usia 4-6 tahun bersifat egosentrik dan self-
expressive yaitu segala sesuatu masih berorientasi pada dirinya sendiri. Perkembangan bahasan dapat
dipakai sebagai tolok ukur kecerdasannya di kemudian hari. Pada masa ini anak menguasai
kemampuan bicara, tetapi anak harus belajar lebih banyak sebelum mereka mencapai kemampuan
bahasan seperti orang dewasa (Hurlock, 1997).
2. Tahapan perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa anak usia prasekolah terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu (Nuraeni dan
Sofiyanti, 2001):
a. Periode pralinguistik (0-1tahun), aAnak belum mengikuti aturan bahasa yang berlaku disebut
sebagai tahapan meraban atau random dimana anak sudah dapat mengeluarkan bunyi-bunyi
lisan kata-kata yang berulang suku katanya, seperti kata ma-ma, pa-pa, ba-ba, da-da, secara
tepat.
70 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
b. Periode lingual dini (1-2,5 tahun); anak mulai mengucapkan perkataannya yang pertama
meskipun belum lengkap misalnya atit (sakit), mam (makan). Beberapa huruf yang masih sukar
diucapkan pada periode ini diantaranya adalah huruf r, s, k, j dan t. Periode ini terbagi menjadi
tiga tahap yaitu periode kalimat satu kata, periode kalimat dua kata, dan kalimat lebih dari dua
kata. Pada tahapan yang terakhir anak sudah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan orang lain.
c. Periode differensiasi (2,5 – 5 tahun), anak mulai menguasai bahasa ibu, perbendaharaan kata
berkembang, pemakaian kata sudah terdiffrensiasi dari kata depan, kata ganti dan kata kerja
bantu. Selain itu fungsi bahasa anak untuk berkomunikasi sudah benar-benar berfungsi.
3. Ketrampilan dalam Bahasa
Ada empat ketrampilan dalam bahasa yaitu keterampilan berbicara, ketrampilan menyimak,
ketrampilan membaca, dan ketrampilan menulis.
a. Ketrampilan berbicara
Ada dua tipe perkembangan bicara anak yaitu: Egosentric speech,terjadi ketika anak
berusia 2-3 tahun dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Dan socialized speech,
terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya.
b. Ketrampilan menulis.
Menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi dimana anak menyampaikan
makna, ide, pikiran,dan perasaan melalui kata-kata yang bermakna. Menurut Brewer
mengemukakan bahwa 4 tahapan dalam kemampuan menulis, yaitu:
1) Scribble stage (membuat goresan). 2) Linear repetitive stage (pengulangan linier). 3) Random letter stage (menulis random). 4) Letter name writing or phonetic writing (menulis nama). c. Keterampilan membaca.
Perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
1) Magical stage (tahap fantasi). 2) Self concept stage (tahap pembentukan konsep diri). 3) Bridging reading stage (tahap membaca gambar). 4) Take off reader stage (tahap pengenalan bacaan). 5) Independent reader stage (tahap membaca lancar).
d. Ketrampilan menyimak.
Kemampuan menyimak sebagai salah satu keterampilan berbahasa reseptif melibatkan
beberapa faktor sebagai berikut:
1) Actuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga. 2) Auditory discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan suara dan
bunyi. 3) Auding, yaitu suatu proses dimana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang diungkap.
Auding melibatkan aspek perkembangan semantik dan sintaksis.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak, sebagai berikut : pengaruh Biologis dan
pengaruh perilaku dan perkembangan dimana salah satu peran lingkungan yang membangkitkan rasa
ingin tahu dalam penguasaaan bahasa pada anak kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan orang
dewasa sering berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas daripada normal,
dan dengan kalimat-kalimat yang sederhana.
BAHAN AJAR PLPG 71
Pandangan sosio-kultural menekankan menekankan pentingnya lingkungan sosial di mana bahasa
tersebut dibutuhan dan interaksi yang terjadi antara anak dan orang dewasa. Salah satu tokoh ini
adalah Bruner. Menurutnya, bahasa dihadapi anak dalam interaksi yang benar-benar sangat teratur
dengan ibu yang memiliki peran penting dalam mengatur kebahasaan yang dihadapi oleh sang anak.
TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI
A. Teori-teori Perkembangan Moral
1. Teori Piaget
Ketertarikan pada bagaimana anak berpikir mengenai isu moral dipicu oleh Piaget (1932) yang secara ekstensif mengamati dan mewawancarai anak-anak dari usia 4 sampai 12 tahun. Piaget menyimpulkan bahwa anak melewati dua tahap yang berbeda dalam cara mereka berpikir tentang moralitas.
a. Usia 4 sampai 7 tahun: moralitas heteronom, anak berpikir bahwa keadilan dan peraturan adalah properti dunia yang tidak bisa diubah dan tidak dikontrol oleh orang.
b. Usia 7 sampai 10 tahun, anak berada dalam transisi menunjukkan sebagian ciri-ciri dari tahap pertama perkembangan moral dan sebagian ciri dari tahap kedua, moralitas otonom.
c. 10 tahun ke atas, anak menunjukkan moralitas otonom. Mereka sadar bahwa peraturan dan hukuman dibuat oleh manusia, dan ketika menilai sebuah perbuatan, mereka mempertimbangkan niat dan konsekuensinya.
2. Kohlberg
Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi 3 tahapan dan setiap tingkatannya
memiliki 2 tahapan. Penalaran Prakonvensional, adalah tingkat terendah dari penalaran menurut
Kohlberg. Pada tingkat ini baik dan buruk diinterpretasikan melalui reward dan punishment eksternal.
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau menengah dalam teori perkembangan Kohlberg.
Pada tahap ini individu memberlakukan standar tertentu, tetapi standar ini ditentukan oleh orang lain.
Penalaran pascakonvensional, adalah tingkatan tertinggi dalam teori Kohlberg. Pada tingkatan ini
individu menyadari adanya jalur moral alternative, mengeksplorasi pilihan ini lalu memutuskan
berdasarkan kode moral personal.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Menurut ahli psikoanalisis, moral dan nilai menyatu dalam konsep superego. Superego dibentuk
melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari luar (khususnya
dari orangtua). Oleh karena itu, banyak yang tidak memiliki hubungan harmonis yang cukup kuat
dengan orangtuanya di waktu kecil, sehingga anak dapat menjadi orang yang sering melanggar norma
sosial.
Teori-teori lain yang non-psikoanalisis beranggapan bahwa hubungan anak-orangtua bukan
satu-satunya sarana pembentukan moral. Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat mempunyai
peran penting dalam pembentukan moral. Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh
Kohlberg menunjukkan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi yang diperoleh dari kebiasaan dan
hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahap-tahap perkembangan moral terjadi
dari aktivitas spontan pada masa anak-anak. Anak memang berkembang melalui interaksi social,
namun interaksi ini mempunyai corak yang khusus dan factor pribadi anak ikut berperan.
TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN AGAMA ANAK USIA DINI
A. Pengertian Agama dan sikap beragama
Perkembangan sikap beragama merupakan suatu proses perubahan yang bersifat kualitatif
yang menuju kearah kemajuan atau peningkatan dalam hal tindakan, perbuatan, dan perkataan yang
dilakukan berdasarkan keyakinan sesuai dengan agama yang dianutnya.
72 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Menurut penelitian Ernest Harms dan dalam dalam bukunya The Development of Religious on
Children, ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui tiga tingkatan, yaitu:
1. The fairy tale stage (tingkat dongeng); anak usia 3-6 tahun memahami konsep Tuhan yang dipengaruhi oleh fantasi dan emosi..
2. The realistic stage (tingkat kenyataan); dimulai sejak anak masuk SD hingga sampai ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini ide ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realis). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya.
3. The Individual stage (tingkat individu); anak memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka.
B. Faktor-faktor Pendidikan Agama pada Anak
Menurut Al-Ghazali dalam Yuliani Nurani, faktor pendidikan agama pada anak terbagi atas lima
faktor, yaitu: tujuan Pendidikan, pendidik, anak Didik, alat Pendidikan, dan lingkungan Pendidikan.
Selain hal tersebut di atas, yang mempengaruhi sikap beragama terbagi ke dalam dua faktor, yaitu:
1) Faktor Internal: faktor jasmaniah dan faktor psikologis, yaitu factor intelektif berupa kecerdasan dan bakat; dan bukan intelektif berupa kepribadian, seperti: sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi, dan kebutuhan.
2) Faktor Eksternal: faktor sosial (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok); factor budaya (adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian); factor fisik (fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim); dan factor lingkungan spiritual (cepat dalam belajar, lamban dalam belajar, kreatif, status sekolah, kurang berprestasi)
TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI
A. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi, yang
ketiganya berhubungan satu sama lain, yaitu :
1. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat.
2. Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat.
3. Mengembangkan sikap/ tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada
di masyarakat.
Berikut ini empat tahap perkembangan psikosial anak Menurut Erik Erikson, seorang ahli psikologi,
dalam bukunya “Childhood and Society”.
1. TRUST vs MISTRUST
Terjadi sejak bayi baru lahir hingga usia 2 tahun. Menurut Erikson, tahap ini merupakan konflik dasar
masa bayi, karena mereka dapat mempercayai lingkungannya. Anak akan mengembangkan
kepercayaan dalam dirinya, jika kebutuhan dan perawatan dirinya dipenuhi secara rutin dan
berkesinambungan, ditambah dengan kasih sayang yang membuatnya nyaman..
2. AUTONOMY vs SHAME and DOUBT
Terjadi ketika anak berusia 2 – 3 tahun, dimana si kecil mulai mencapai tingkat kemandirian tertentu.
Selama periode ini, orang tua harus membuat sebuah keputusan yang tegas, yakni mereka harus
“protektif namun tetap tidak overprotektif.” Anak akan mengembangkan kesadaran pengendalian diri
mereka, jika ia merasa dirinya mendapat kesempatan dan support untuk melakukan apa yang ia
inginkan.
3. INISIATIVE vs GUILT
Terjadi ketika si kecil berusia 4 – 5 tahun. Anak sudah mampu melakukan berbagai kegiatan secara
mandiri, namun ia akan menghadapi tantangan tersendiri bahwa tidak setiap keinginan bisa
BAHAN AJAR PLPG 73
diwujudkan. Apabila anak diberi kebebasan untuk bereksplorasi dalam lingkungannya, dan juga Ibu
sebagai orang tua selalu menjawab pertanyaan anak, maka si kecil akan cenderung memiliki inisiatif
lebih banyak dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya.
4. INDUSTRY vs INFERIORITY
Terjadi ketika anak berumur 6 tahun hingga usia praremaja. Pada tahap ini si kecil mulai melihat
hubungan antara ketekunan dan perasaan senang bila sebuah sebuah pekerjaan selesai. Anak mulai
menyadari bahwa ia harus berjuang untuk mencapai suatu hal. Sehingga ia harus menguasai
menguasai suatu keterampilan tertentu, sehingga timbul rasa puas dan berhasil pada dirinya. Namun
jika Ibu terus menganggap anak sebagai anak kecil, maka yang timbul adalah rasa rendah diri sehingga
ia malas untuk belajar atau melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual.
Bentuk – Bentuk Perilaku Sosial dan Faktor yang Mempengaruhi
Adapun pola perilaku sosial di kemukakan Hurlock sebagai berikut :
1. Pola perilaku sosial: meniru, persaingan, kerjasama, simpati, empati, dukungan Sosial, membagi,
perilaku Akrab.
2. Pola Perilaku tidak sosial: Negativisme, AgresifPerilaku Berkuasa, memikirkan Diri Sendiri,
mementingkan Diri Sendiri, merusak, dan Pertentangan Seks, dan Prasangka.
Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu : Keluarga, kematangan, status Sosial
Ekonomi, pendidikan, kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
B. Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri seseorang yang
disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment
(penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan. Emosi
anak memiliki karakteristik kuat dan seringkali tampak, bersifat sementara, reaksi emosi
mencerminkan individualitas, emosi berubah kekuatannya, emosi dapat diketahui melalui gejala
perilaku
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
Beberapa studi tentang perkembangan emosi telah terbukti bahwa perkembangan emosi
tergantung pada faktor pematangan (maturation) dan faktor belajar.
TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK USIA DINI
A. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini
Perkembangan motorik berkaitan erat dengan perkembangan pusat motorik di otak. Ada tiga
unsur dalam perkembangan motorik pada manusia, yaitu :
OTOT SARAF OTAK
Ketiga unsur di atas melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur
yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya untuk mencapai
kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Berdasarkan tiga unsur diatas bentuk perilaku gerak
yang dimunculkan terbagi menjadi dua bentuk yaitu : motorik kasar (melibatkan otot-otot besar, saraf
dan otak) dan motorik halus (melibatkan otot-otot kecil, saraf dan otak). Perkembangan motorik atau
kinestetik bukan hanya melibatkan otot, melainkan juga fungsi-fungsi atau modalitas otak yang
lainnya, seperti emosi (psikomotorik), auditory (auditory motorik), visual (visual motorik), kognitif,
keterampilan dan kemampuan mengingat gerak yang sesuai dengan sekuensi (urut-urutan) tumbuh
kembang otak. Beberapa aspek yang berhubungan erat dengan motorik, antara lain: kekuatan otot,
fleksibilitas, tonus otot dan sebagainya.
74 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
B. Prinsip-Prinsip Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini
Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik
kasar maupun motorik halus. Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan,
motivasi, pengalaman dan latihan atau praktik (Malina & Bouchard, 1991 : 178)
C. Karakteristik Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini
Disebut motorik kasar, bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar tubuh, karena itu
biasanya memerlukan tenaga. Hal ini dikarenakan dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Misalnya;
gerakan berjalan, berlari dan melompat. Sedangkan motorik halus hanya melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Karena itu gerakan ini tidak terlalu
membutuhkan tenaga yang besar, akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat. Misalnya;
gerakan mengambil suatu benda dengan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk, menggunting,
meronce, memegang pensil.
D. Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini
Perkembangan fisik motorik anak usia dini dipengaruhi oleh beberapa kondisi, yakni: sifat dasar
genetic; kondisi pralahir yang menyenangkan; kehidupan pascalahir; kelahiran yang sulit; kesehatan
dan gizi; IQ; rangsangan, dorongan, dan kesempatan; perlindungan yang berlebihan; urutan kelahiran;
kelahiran sebelum waktunya; cacat fisik; dan perbedaan jenis kelamin, warna kulit, dan sosial ekonomi.
Komponan Gerak Dasar
Pengembangan gerak ini didasarkan pada tiga komponen gerak dasar, yaitu: Gerak Lokomotor adalah
gerak memindahkan tubuh dari suatu tempat ke tempat yang lain; Gerak Nolokomotor adalah
aktivitas yang menggerakkan anggota tubuh pada porosnya dan perilaku tidak pindah tempat; dan
Gerak Manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi mata dengan anggota tubuh
yang lain untuk mensiasati tempat atau obyek untuk bergerak. Gerak manipulatif dapat berupa gerak
lokomotor manipulasi dan non lokomotor manipulatif.
Daftar Pustaka
Bredkamp, Sue. (1992). Developmentally Appropriate Practise in Early Childhood Programs Serving Children From BirthThrough Age 8. Washington : National Asociation for The Education of Young Children.
Bredekamp, Sue., & Teresa, R. (1992). Researching Potentials Approach Curriculum and Assesment For Young Children. Volume 1, Washington: NAEYC.
CRI Team, Pembelajaran Berpusat pada Anak, Washington: CRI Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Dirjen PLS dan Pemuda Depdiknas (2002). Acuan Menu
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Hetherington. E.M (1999). Child Psychology: A Contemporary View points. 5th ed. Mc Graw Hill
Companies. The International Edition. Hildebrand, Verna. (1986). Introduction to Early Chilhood Education
4th ed.New York: Mac Millan Publishing Company. Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition.New York : Mc. Graw Hill, Inc. Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta :
Grasindo Lawrence Kohlberg. 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral. Kiat Mengasah Kecerdasan Emosional
Anak. Pustaka Hidayah. Papalia, dkk. (2009). Human Development (perkembangan Manusia). Edisi 10. Jakarta: Salemba
Humanika. Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak edisi 11. Jakarta : Erlangga.
BAHAN AJAR PLPG 75
MATERI 10
KURIKULUM 2013: DESAIN, PERENCANAAN, DAN PENILAIAN DI PAUD
Kompetensi Inti:
1. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu
2. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
Kompetensi Dasar:
1. Menelaah prinsip-prinsip dalam mengembangkan desain kurikulum PAUD
2. Memilih materi kegiatan pengembangan yang mendidik yaitu kegiatan bermain sambil belajar
sesuai dengan tujuan pengembangan
3. Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan
karakteristik anak usia dini.
B. Desain Kurikulum 2013 PAUD
Membahas tentang pendidikan tidak akan terlepas dari istilah kurikulum. Secara etimologis,
kurikulum berasal dari kata curerre (latin/yunani) yang berarti berlari cepat atau lajur pacu. Jadi
kurikulum memiliki makna jarak yang harus ditempuh seorang pelari hingga selesai. Berdasarkan
Pasal 1 Butir 19 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sebagai suatu pedoman, kurikulum secara ideal harus dapat menggambarkan arah dan
tujuan yang harus dituju oleh proses pendidikan dan pembelajaran. Menurut Tyler dalam upaya
mencapai tujuan dan sasaran, dalam setiap kurikulum ideal, harus dapat menggambarkan
pengalaman belajar apa yang harus dimiliki oleh siswa (Tyler, 1950). Dalam sumber yang sama,
Tyler mengatakan, bahwa dalam merumuskan tujuan itu dapat mempertimbangkan tiga hal
pokok, yaitu kebutuhan individu sebagai peserta didik, kebutuhan masyarakat kontemporer dan
pertimbangan ahli bidang studi.
Berdasarkan sejarah kurikulum, pada tahun 1960-an kurikulum terlalu ditekankan pada
proses perkembangan anak. Sedangkan pada tahun 1970-an kurikulum terlalu ditekankan pada
konteks dan tahun 1980-an kurikulum terlalu ditekankan pada konten. Dalam hal ini menciptakan
keseimbangan adalah hal yang krusial, tetapi perlu dijaga saling menguatkannya antara apa yang
diberikan kepada anak dalam konteks merupakan harapan bahwa anak akan memahami dan
mengetahui secara nyata dan mendalam dalam konten yang dipelajarinya.
Kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa memiliki makna bahwa kurikulum adalah
seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik di dlaam maupun di luar sekolah asal kegiatan tersebut
berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah) (Sanjaya, 2009: 6). Pandangan ini
mengedepankan semua aktivitas sekolah merupakan suatu yang dirancang dengan baik oleh
sekolah karena diyakini bahwa semua aktivitas tersebut akan mempengaruhi keberhasilan
pendidikan siswa. Oleh karena itu keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari hasil yang
dicapai oleh siswa saja dalam mengerjakan tes mata pelajaran, akan tetapi lebih memperhatikan
proses perubahan pada diri siswa secara utuh sebagai hasil interaksi terhadap semua aktivitas di
sekolah. Namun demikian diakui bahwa pandangan tentang kurikulum seperti ini tidak jelas dan
terlalu kabur.
76 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Kurikulum sebagai perencanaan belajar memiliki makna bahwa kurikulum merupakan
suatu perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan di satuan pendidikan
(Sanjaya, 2009:8). Dalam konteks ini kurikulum lebih difokuskan pada perencanaan yang
sistematis tentang semua aspek yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan kata lain, semua aktivitas yang akan dilakukan oleh guru dan siswa di kelas harus
dirancang terlebih dahulu dengan baik.
Di bawah ini disajikan beberapa pengertian tentang pengembangan kurikulum pendidikan
anak usia dini.
a. Pengembangan program kegiatan bermain (kurikulum) bagi AUD seharusnya sarat dengan
aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi
dan berkreativitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai fasilisator
pada anak yang membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Albrecht dan Miller, 2000; p.216-218).
b. Pada hakikatnya pengembangan kurikulum adalah pengembangan sejumlah pengalaman
belajar melalui kegiatan bermain yang dapat memperkaya pengalaman anak tentang
berbagai hal. (Bennett , Finn, Crib, 1999; p.91-100)
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum
pendidikan anak usia dini adalah upaya untuk membangun pengalaman belajar melalui kegiatan
bermain yang dapat memperkaya pengalaman anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir
tentang diri sendiri, tanggap pada pertanyaan, dapat memberikan argumentasi untuk mencari
berbagai alternatif. Selain itu, hal ini membantu anak-anak dalam mengembangkan kebiasaan dari
setiap karakter yang dapat dihargai oleh masyarakat serta mempersiapkan mereka untuk
memasuki dunia orang dewasa yang penuh tanggungjawab. Jadi, kurikulum anak usia dini
merupakan seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat memberikan pengalaman
langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi perkembangan yang dimiliki
oleh setiap anak.
Pengembangan kurikulum PAUD memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Kurikulum PAUD merupakan program pembelajaran pendidikan anak usia dini yang mengacu
pada standar kompetensi yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
b. Kurikulum PAUD dilaksanakan secara terpadu dengan memperhatikan kebutuhan dan
kepentingan anak.
c. Kurikulum PAUD dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan karakteristik anak usia dini.
d. Kurikulum PAUD dilaksanakan berdasarkan prinsip bermain sambil belajar atau belajar
seraya bermain dengan memperhatikan perbedaan bakat, minat, dan kemampuan masing-
masing anak, sosial budaya, serta kondisi dan kebutuhan masyarakat.
e. Standar kompetensi disusun dan dilaksanakan dengan mengintegrasikan bidang-bidang
pengembangan anak usia dini.
Di dalam pendidikan anak usia dini, sebaiknya pengembangan kurikulum dilakukan berbasis
pada satuan pendidikan (KTSP). Hal ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu:
a. KTSP memberikan keleluasan kepada para pendidik dan pengelola satuan pendidikan untuk
mengembangan kurikulum yang sesuai kebutuhan dan lingkungan sosial budaya.
b. Pemerintah pusat hanya menetapkan standar tingkat pencapaian perkembangan yang
bersifat makro, sedangkan secara operasional dikembangkan oleh pendidik dan pengelola
satuan pendidikan.
BAHAN AJAR PLPG 77
c. Pendidik sebagai seorang profesional sudah saatnya melaksanakan salah satu kewajiban
sebagai penyusun dan pengembang kurikulum.
Di dalam implementasinya, Catron dan Allen (1999:30) menyatakan bahwa kurikulum
mencakup jawaban tentang pertanyaan apa yang harus diajarkan dan bagaimana
mengajarkannya dengan menyediakan sebuah rencana program kegiatan bermain yang
berlandaskan filosofis tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Asosiasi nasional untuk
anak usia dini di Amerika yang dikenal dengan nama National Association for The Education of
Young Children (NAEYC) menjabarkan ciri-ciri kurikulum PAUD yang baik adalah sebagai berikut:
a. Direncanakan dengan sangat hati-hati
b. Menarik
c. Melibatkan banyak pihak
d. Sesuai dengan perkembangan anak
e. Menghargai budaya dan bahasa yang digunakan anak
f. Menyeluruh mencakup seluruh aspek perkembangan
g. Mengarahkan kepada capaian keluaran yang positif untuk semua anak
h. Dikembangkan berdasarkan atas hasil penelitian
i. Menekankan pada keterlibatan guru dan anak secara aktif
j. Memperhatikan pada aspek sosial dan keterampilan memenuhi aturan
k. Menerapkan cara penilaian mutu, efektivitas guru, dan anak
l. Anak melakukan secara aktif
C. Perencanaan Kurikulum 2013 PAUD
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rancangan bagi guru untuk melaksanakan
kegiatan bermain yang memfasilitasi anak dalam proses belajar. Rencana pelaksanaan
pembelajaran dibuat sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Rencana pembelajaran
harus mengacu kepada karakteristik (usia, sosial budaya dan kebutuhan individual) anak. Rambu-
rambu yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran adalah:
1. Memahami STPPA sebagai hasil akhir program PAUD (Kompetensi Inti)
2. Memahami Kompetensi Dasar sebagai capaian hasil pembelajaran
3. Menetapkan Materi pembelajaran sebagai muatan untuk pengayaan pengalaman anak
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk:
a. mendukung pencapaian Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti
b. mendukung keberhasilan pengelolaan pembelajaran yang bermakna
c. mengarahkan guru dalam menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
d. mengarahkan guru untuk membangun sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
diharapkan dimiliki anak
e. mendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
Berdasarkan PERMENDIKBUD 146/2014 TENTANG KURIKULUM 2013 PAUD DOKUMEN KTSP
terdiri dari :
1. Dokumen 1 Berisi Sekurang-kurangnya: Visi, Misi, Tujuan Satuan Pendidikan, Program
Pengembangan dan Materi Pembelajaran, Pengaturan Beban Belajar, Kalender Pendidikan
dan Program Tahunan, dan SOP.
2. Dokumen II Berisi Perencanaan Program Semester (Prosem), Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Mingguan (RPPM), Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
yang dilengkapi dengan Rencana Penilaian Perkembangan Anak.
78 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Berkaitan dengan tugas guru sebagai perencana, maka perencanaan pembelajaran wajib
disusun oleh guru secara mandiri, sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen 2. Terdapat tiga
jenis perencanaan pembelajaran yang harus disusun dan disiapkan oleh guru sebelum
melaksanakan pembelajaran yaitu:
1. Program Semester (PROSEM)
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM)
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian(RPPH)
Dalam menyusun ketiga jenis perencanaan di atas, maka harus mengacu pada muatan
pembelajaran yang telah dirumuskan dalam dokumen 1 (pemetaan materi pembelajaran
berdasar program dan kompetensi dasar).
Prencanaan Program Semester
Perencanaan program semester berisi daftar tema satu semester yang dikembangkan menjadi
sub tema atau sub-sub tema, Kompetensi yang ditetapkan untuk dicapai pada setiap tema, dan
alokasi waktu setiap tema.
Langkah-langkah penyusunan program semester adalah sebagai berikut:
1. Membuat daftar tema satu semester. Pemilihan dan penentuan tema dilakukan guru sebelum
awal semester kegiatan pembelajaran dimulai dengan memperhatikan prinsip pengembangan
tema..
2. Mengembangkan tema menjadi sub tema dan atau sub-sub tema. Sub tema dan sub sub tema
yang dikembangkan merupakan topik-topik yang lebih khusus dan lebih dalam. Ke khususan
dan kedalaman sub tema dan sub-sub tema memperhatikan usia anak, kesiapan guru, dan
ketersediaan sumber belajar pendukung. Pengembangan tema dapat dipelajari pada Pedoman
pengembangan Tema.
3. Menentukan alokasi waktu untuk setiap tema, sub tema dan atau sub-sub tema. Waktu
pembahasan setiap tema/sub tema/sub-sub tema disesuaikan dengan minat anak, keluasan,
kedalaman, dan sumber/media yang tersedia.
4. Menetapkan KD di setiap tema. Penentuan KD memuat seluruh aspek perkembangan nilai
agama dan moral (nam), motorik (motr), kognitif (kog), sosial-emosional (sosem), bahasa
(bah), dan seni.
5. Penulisan KD dapat ditulis lengkap atau dapat dituliskan kodenya saja.
6. KD dapat diulang-ulang di tiap tema/sub tema/sub-sub tema yang berbeda.
7. Tema/sub tema/sub-sub tema yang sudah ditentukan di awal dapat berubah bila ada kondisi
tertentu dengan melibatkan anak tanpa harus merubah KD yang sudah ditetapkan.
8. Dalam menentukan KD pada setiap tema mencakup enam program pengembangan (nilai
agama dan moral, motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan seni)
Perencanaan Program Mingguan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) disusun untuk pembelajaran selama
satu minggu. RPPM dijabarkan dari Program Semester. RPPM berisi: (1) Identitas program
layanan, (2) KD yang dipilih, (3) materi pembelajaran, dan (4) rencana kegiatan.
Pada akhir satu atau beberapa tema dapat dilaksanakan kegiatan puncak tema. Puncak tema
merupakan kegiatan penyimpul bagi anak-anak terkait dengan semua konsep, aktivitas yang
dilakukan sepanjang tema berlangsung. Puncak tema dapat berupa kegiatan antara lain pameran
hasil karya, kunjungan wisata, kegiatan bersama orangtua, panen bersama, pertunjukan sosio
drama, bazar makanan dan minuman hasil masakan anak dan orangtua, dan lain-lain. Sebagai
contoh ketika mengambil tema Sepeda, puncak tema dapat berupa kegiatan bersepeda gembira
BAHAN AJAR PLPG 79
bersama keluarga. Ketika mengambil tema Kupu-kupu, kegiatan puncak temanya menanam
tanaman bunga di sekitar halaman sekolah, atau melepas kupu-kupu hasil pembiakan.
Perencanaan Program Harian
Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) adalah acuan untuk mengelola kegiatan
bermain dalam satu hari. RPPH disusun dan dilaksanakan oleh pendidik. Format RPPH tidak harus
baku tetapi memuat komponen-komponen yang ditetapkan. Komponen RPPH terdiri dari: (1)
identitas program, (2) tujuan, (3) materi, (4) alat dan bahan, (5) kegiatan pembukaan, (6) kegiatan
inti, (7) kegiatan penutup, dan (8) rencana penilaian.
D. Penilaian Kurikulum 2013 PAUD
Penilaian di satuan PAUD diarahkan untuk menilai kemajuan perkembangan anak setelah
mengikuti proses belajar di satuan PAUD. Penilaian merupakan proses mengumpulkan, mengkaji
berbagai informasi secara sistematis, terukur, berkelanjutan, serta menyeluruh tentang
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dan telah dicapai oleh anak selama kurun waktu
tertentu. Penilaian di PAUD menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik mengukur tingkat
pencapaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan yang dicapai
anak berdasarkan data riil yang didapat dari perilaku dan hasil karya anak.
Penilaian hasil belajar anak pada jenjang PAUD berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Sistematis
Penilaian dilakukan secara teratur dan terprogram dengan menggunakan berbagai
instrumen.
2. Objektif
Penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas serta menggambarkan data
atau informasi yang sesungguhnya dan tidak dipengaruhi subyektifitas penilai.
3. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus-menerus dalam kurun waktu yang
ditentukan.
4. Menyeluruh
Penilaian mencakup semua aspek pertumbuhan dan perkembangan anak serta
kemampuannya, baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Penilaian mengakomodasi
seluruh anak dengan keragaman budaya, bahasa, sosial ekonomi, termasuk anak yang
berkebutuhan khusus.
5. Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, mengembangkan,
dan membina anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
6. Bermakna
Hasil penilaian bermanfaat bagi anak, orangtua, pendidik, tenaga medis dan pihak lain yang
terkait.
Penilaian Otentik
Penilaian pada anak usia dini berupa penilaian otentik. Penilaian otentik adalah jenis penilaian
yang berhubungan dengan kondisi nyata dan dalam konteks yang bermakna. Penilaian otentik
dilakukan pada saat anak terlibat dalam kegiatan bermain (tugas) secara mandiri atau bersama anak
lain. Dengan demikian penilaian anak usia dini harus dilakukan secara alami, pada saat anak terlibat
dalam kegiatan (tugas) dan selama ia berada dalam kegiatan itu, atau kegiatan lainnya. Contoh: Guru
ingin mengetahui kemampuan anak mengenal bentuk-bentuk geometri, maka guru menyiapkan
80 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
kegiatan bermain dengan alat main berbagai bentuk di semua area/sentra/sudut. Guru melakukan
pengamatan, pencatatan, dan pertanyaan : “ibu bisa memesan kue berbentuk segi tiga?” saat anak
tengah bermain mencetak pasir dengan menggunakan cetakan berbagai bentuk.
Proses penilaian dilakukan secara berkelanjutan, dimulai dari penilaian harian, bulanan dan
semester.
1.Penilaian harian
Penilaian harian dilakukan untuk mengukur ketercapaian perkembangan yang ditandai dengan
indikator perkembangan yang merujuk pada ketercapaian sesuai RPPH. Penilaian harian
dilaksanakan oleh guru disaat anak melakukan kegiatan bermain, berkomunikasi dengan teman dan
guru, serta pada saat melakukan kegiatan rutin.
2. Penilaian bulanan
Penilaian bulanan berisi rekapitulasi penilaian harian yang dilakukan selama satu bulan untuk
mengukur perkembangan anak yang ditandai oleh kumpulan capaian indikator perkembangan yang
merujuk pada ketercapaian Kompetensi Dasar.
3.Penilaian smester
Penilaian semester merupakan rekapitulasi perkembangan anak yang dicapai selama 6 bulan.
Penilaian smester merujuk pada pencapaian KD yang ditandai dengan indikator-indikator yang
telah ditetapkan dalam Permendikbud nomor 146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan
Anak Usia Dini.
4.Pelaporan
Laporan smester berisi hasil pengolahan data tentang perkembangan anak yang dikumpulkan dari
penilaianan smester. Pelaporan ditujukan kepada:
a. Orang tua anak sebagai pertanggungjawaban layanan pembelajaran yang telah diikuti oleh
anak.
b. Satuan PAUD sebagai dokumen hasil pelaksanaan pembelajaran program dan sebagai dasar
untuk perbaikan maupun pengembangan layanan yang lebih baik.
c. Dinas Pendidikan sebagai institusi Pembina PAUD di wilayahnya.
Sumber Data Penilaian Harian
Data penilaian harian dapat dikumpulkan melalui:
1. Penilaian harian menggunakan format skala capaian perkembangan (rating scale).
Kriteria penilaian untuk Rating Scale adalah:
Kolom penilaian cukup diisi dengan cara dicentang (√)
a. BB artinya Belum Berkembang: bila anak melakukannya harus dengan bimbingan atau
dicontohkan oleh guru;
b. MB artinya Mulai Berkembang: bila anak melakukannya masih harus diingatkan lebih dahulu
oleh guru;
c. BSH artinya Berkembang Sesuai Harapan: bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri
dan konsisten tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru;
d. BSB artinya Berkembang Sangat Baik: bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan
sudah dapat membantu temannya yang belum mencapai kemampuan sesuai indikator yang
diharapkan.
2. Catatan anekdot
Catatan anecdot mencatat seluruh perkembangan anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran
dari waktu ke waktu atau dari hari ke hari. Catatan anecdot memungkinkan untuk mengetahui
perkembangan anak yang indikatornya tercantum maupun tidak tercantum pada RPPH.
BAHAN AJAR PLPG 81
Hal-hal pokok yang dicatat dalam catatan anecdot meliputi:
a. Nama anak yang dicatat perkembangannya
b. Kegiatan main atau pengalaman belajar yang diikuti anak
c. Catatan perkembangan anak.
Catatan dibuat dengan mencatat apa yang dilakukan atau dibicarakan anak secara obyektif,
akurat, lengkap dan bermakna tanpa interpretasi dari guru. Akurat (tepat), objektif (apa adanya,
tanpa asumsi misalnya: cengeng, malas, nakal) dan spesifik (khusus/tertentu).
d. Catatan sederhana (tidak bertele-tele); mencatat kata yang diucapkan, sikap yang
dieskpresikan, dan perilaku yang ditampilkan anak saat bermain.
3. Hasil Karya
Hasil karya adalah hasil kerja anak didik setelah melakukan suatu kegiatan. Hasil karya dapat
berupa pekerjaan tangan, karya seni atau tampilan anak. Misalnya: gambar, lukisan, melipat,
kolase, hasil guntingan, tulisan/coretan-coretan, hasil roncean, bangunan balok, tari, dll.
Rambu-rambu membuat Catatan Hasil Karya Anak.
a. Tuliskan nama dan tanggal hasil karya tersebut dibuat. Data ini diperlukan untuk melihat
perkembangan hasil karya yang dibuat anak di waktu sebelumnya.
b. Tanyakan kepada anak tentang hasil karya yang dibuatnya tanpa asumsi guru. Misalnya Dona
membuat gambar banyak kepala dengan berbagai warna. Maka yang dikatakan guru adalah:
”ada banyak gambar yang sudah kamu buat, bisa diceritakan gambar apa saja? warna apa saja
yang kamu pakai?” dst.
c. Tuliskan semua yang dikatakan oleh anak untuk mengkonfirmasi hasil karya yang dibuatnya
agar tidak salah saat guru membuat interpretasi karya tersebut.
d. Perhatikan apa yang sudah dibuat oleh anak dengan teliti, hubungkan dengan KD. Semakin
guru melihat dengan rinci maka akan lebih banyak informasi yang didapatkan guru dari hasil
karya anak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Beaty, Janice J. 2010. Observing Development of The Young Child. New Jersey: Pearson Education, Inc. Brewer, Jo Ann, Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through Primary Age Grades,
New York: Pearson, 2007. Essa, Eva L., Introduction to Early Childhood Education 4th, Singapore: Thomson Delmar Learning, 2003. Dodge,Diane Trister, Laura J Colker, Cate Heroman. 2002. Creative Curriculum For Preschool Fourth
Edition, Washington DC : Cengage Learning. Eliason, Claudia, Loa Jenkins. 2008. A Practical Guide to Early Childhood Curriculum Eight Edition. New
Jersey, Pearson Education, Inc. Feeny, Stephanie, Doris Christensen, dan Eva Moravcik, Who Am I in the Lives of Children; An
Introduction to Early Childhood Education 7th Ed., Columbus Ohio: Person Merrill Prentice Hall, 2006.
Gestwicki, Carol, Developmentally Appropriate Practice; Curriculum and Development in Early Education (3rd), United States: Thomson Delmar Learning, 2007.
Hainstock, Elizabeth G., Kenapa Montessoi; Keunggulan Metode Montessori bagi Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: Mitra Media, 2008.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137 Tahun 2014 Tentang Standar PAUD Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 PAUD Salkind, Neil J. (Ed), Child Development, New York: Macmillan Reference USA, 2002. Sanjaya, Wina, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosa Karya, 2009. Santrock, John W., Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, dialihbahasakan oleh Achmad
Husairi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002.
82 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
MATERI 11 MEDIA PEMBELAJARAN DI PAUD
Kompetensi Inti: Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, Kompetensi Dasar: Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kualitas kegiatan pengembangan yang mendidik.
1. Pengertian Media Pembelajaran Dalam proses pembelajaran terdapat proses komunikasi yang berlangsung dalam suatu
sistem, dan di dalamnya terdapat media pembelajaran sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran tersebut. Menggunakan media dalam proses pembelajaran harus didasarkan filosofi atau alasan teoritis yang benar. Istilah media yang merupakan bentuk jamak dari medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media dikatakan pula sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Kata segala memberi makna bahwa yang disebut media tidak terbatas pada jenis media yang dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan tertentu, akan tetapi juga yang keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk memperjelas atau mempermudah pemahaman siswa terhadap materi atau pesan tertentu. Jadi apapun bentuknya apabila dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dapat disebut media.
Heinich, Molenda, dan Russell (1993) mendefinisikan media sebagai alat saluran komunikasi. Istilah media itu sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Dalam proses komunikasi, guru bertindak sebagai komunikator (communicator) yang bertugas menyampaikan pesan pendidikan (message) kepada penerima pesan (communican) yaitu anak. Menurut Gagne (1970) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak didik yang dapat memotivasi anak didik untuk belajar. Sedangkan Briggs (1970) mengemukakan media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang anak didik untuk belajar contohnya adalah buku, film, kaset, film bingkai, dan lain-lain.
Untuk lebih memperjelas pemahaman Anda mengenai pembelajaran sebagai proses komunikasi, perhatikan gambar berikut ini
Gambar 1 Proses Komunikasi Pembelajaran
Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran harus memiliki gagasan yang
ditunjukan dalam desain pembelajaran, sebagai titik awal dalam melaksanakan komunikasi dengan siswa. Karena itu, diperlukan pemahaman tentang unsur-unsur yang dapat menunjang proses komunikasi serta tujuan dari komunikasi. Agar proses komunikasi pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien, guru perlu menggunakan media untuk merangsang siswa dalam belajar. Jadi pada prinsipnya media bermanfaat untuk menunjang proses pembelajaran, hal ini bukan saja membuat penyajian menjadi lebih konkrit, tetapi juga ada beberapa kegunaan yang lain.
Perbedaan media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu sumber belajar disebut alat peraga bila hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran saja; dan sumber belajar disebut media bila merupakan bagian integral dari seluruh proses atau kegiatan pembelajaran dan ada semacam pembagian tanggung jawab antara guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi lain.
Komunikator
(Guru)
PESAN/
BAHAN
AJAR
MEDIA
PEMBELAJARAN
BAHAN AJAR PLPG 83
Media sangat penting sebagai bagian yang tak terpisahkan karena banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pendidikan akan lebih berhasil bila anak turut aktif dalam proses pendidikan tersebut. Penelitian lain yang dilakukan oleh British Audio-Visual Association menghasilkan temuan bahwa rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui indera menunjukkan komposisi sebagai berikut:
75 % melalui indera penglihatan (visual), 13% melalui indera pendengaran (auditori), 6% melalui indera sentuhan dan perabaan, dan 6% melalui indera penciuman dan lidah. Dari hasil temuan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan seseorang paling
banyak diperoleh secara visual atau melalui indera penglihatan, dan media merupakan sesuatu yang dapat dilihat.
Selain itu, dalam penelitian lain disebutkan bahwa pengetahuan yang dapat diingat seseorang antara lain bergantung kepada, melalui indera apa ia memperoleh pengetahuannya secara auditori, visual, dan audio-visual. Gambar berikut ini menunjukkan hasil penelitian mengenai hubungan antara jumlah pengetahuan yang dapat diingat dengan jenis rangsangan terhadap inderanya.
Auditori Visual Audiovisual
Setelah 3 jam 70%
72%
85%
Setelah 3 hari
10%
20%
65%
Gambar 2 Hubungan Jumlah Pengetahuan dengan Jenis Rangsangan
2. Fungsi Media Pembelajaran Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai
berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artrinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan
84 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.
3. Pemanfaatan Media Pemilihan dan penggunaan media hendaknya jangan didasarkan pada kesukaan atau
kesenanangan pengajar, tetapi dilandaskan pada kecocokan media itu dengan karakteristik siswa, disamping kriteria lain yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Di dalam memanfaatkan media pembelajaran yang sudah ada, guru harus melakukan pemilihan yang tepat media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dalam hal ini, Strauss dan Frost (1999, dikutip dalam Craig L. Scanlan) mengidentifikasi sembilan faktor kunci yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran, yakni: (1) kendala sumber daya lembaga, (2) kesesuaian dengan materi pembelajaran, (3) karakteristik pebelajar, (4) sikap dan tingkat keterampilan guru, (5) tujuan pembelajaran, (6) hubungan dalam proses pembelajaran, (7) lokasi pembelajaran, (8) waktu pembelajaran (sinkron atau asinkron), dan (9) tingkat kekayaan media.
Adapun pemilihan media pembelajaran berdasarkan berbagai karakteristik perkembangan anak, maka guru harus mendesain program belajar bermedia yang sesuai untuk mengoptimalkan aspek-aspek perkembangan anak. Program pembelajaran bermedia tersebut tersebut dirancang dengan memperhatikan beragam kriteria sebagai berikut : 1. Konkret: berbagai stimulasi dalam pembelajaran yang digunakan bersifat konkret sesuai dengan
fase perkembangan kognitif anak usia dini. Hal ini akan mempermudah mereka memahami intisari pengalaman-pengalaman baru yang dijumpai dalam lingkungannya dan mengintegrasikannya ke dalam struktur pemahaman yang sudah dipunyai sebelumnya. Misalnya menghadirkan narasumber yang ahli di bidangnya masing-masing.
2. Menyenangkan: belajar haruslah menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi anak dan memberinya kebebasan untuk bereksplorasi dengan ide-ide baru sesuai minat maupun jenis kecerdasan yang dimilikinya tanpa mengabaikan stimulan untuk jenis kecerdasan lainnya. Hal ini menjadi sangat vital karena anak perlu membentuk sebuah nilai moral yang positif mengenai belajar, agar ada keriangan dan minat yang makin besar terhadap sebuah proses belajar.
3. Komunikatif : berkomunikasi dengan anak usia dini membutuhkan strategi tersendiri, karena penting bagi mereka untuk juga mendengarkan orang lain, dan bukan hanya minta didengarkan saja. Untuk mencapai tujuan tadi maka guru yang terlibat dalam program ini perlu memahami hal-hal apa saja yang berpengaruh pada proses komunikasi dengan anak.
4. Integratif : aspek yang dikembangkan dalam proses belajar tidak terfokus pada salah satu aspek saja. Dalam segala aktivitas yang dilakukannya, anak harus dapat mengoptimalkan berbagai aspek sekaligus, baik aspek-aspek kognitif, fisik, science dan aspek-aspek lainnya. Aspek moral dan emosi juga amat penting untuk diperhatikan secara khusus mengingat bahwa kemampuan seorang anak untuk mengatur dan menyesuaikan emosinya dengan situasi yang dijumpai akan menjadi landasan sukses anak di kemudian hari.
5. Media dan Sumber belajar: media dan sumber belajar yang digunakan dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria-kriteria : a. Aman: Media harus aman dan sesuai dengan kematangan usia. Misalnya, pada anak usia
sekitar 4 tahun yang masih cenderung bereksplorasi melalui alat inderanya, materi permainan yang digunakan seyogyanya tidak dibuat dari bahan kimia berbahaya dan berukuran terlalu kecil.
b. Tepat usia: media dan sumber belajar diharapkan menjadi stimulan yang sesuai dengan usia anak, karenanya disusun dengan mempertimbangkan fase perkembangan yang tengah dilalui
BAHAN AJAR PLPG 85
anak. Sebagai contoh, pada anak yang mulai belajar mengelompokkan atau mengklasifikasikan benda dan warna, perlu disediakan materi yang berwarna warni atau terdiri dari bentuk-bentuk tertentu yang mudah dikenali.
c. Menarik: mampu menarik anak untuk terlibat secara aktif. media dan sumber belajar yang digunakan tidak boleh terlalu monoton, statis atau terstruktur ketat. Diupayakan agar media dan sumber belajar justru dapat merangsang anak untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut.
d. Variatif: mampu mengakomodasi berbagai minat dan jenis kecerdasan anak. Mengingat teori tentang kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda, kiranya menyediakan sebanyak mungkin variasi media dan sumber belajar yang dapat mengakomodasi tiap jenis kecerdasan. Bahan ajar tentang jenis-jenis mahluk hidup misalnya, dapat saja disusun dengan bentuk penyajian grafis atau berbentuk peta pikiran yang berwarna warni.
e. Menantang: media dan sumber belajar haruslah menantang, artinya dirancang dengan taraf kesulitan sedikit di atas kemampuan dasar anak. Hal ini diperlukan agar tidak membosankan dan mendorong anak untuk terus mengalami kemajuan. Meskipun demikian bahan ajar tersebut haruslah realistis dan dapat dicerna oleh anak pada usianya, supaya anak tidak mengalami keputusasaan karena terlalu sulit dan akhirnya merasa gagal. Misalnya, bahan ajar/tema yang mengharuskan anak untuk mengetahui bilangan 1 sampai 20, sementara kemampuan matematis anak baru sampai pada konsep 1 sampai 5.
f. Integratif: media dan sumber belajar dirancang untuk sekaligus memberikan stimulasi pada berbagai aspek yang akan dikembangkan pada diri anak. Field trip misalnya, diselenggarakan sesuai tema tiap kesempatan untuk sekaligus melatih segi motorik dan fisik anak saat ia diajak berjalan-jalan, segi kognitif ketika ia diajak menghitung berapa banyak rumah bata yang ia lihat sepanjang perjalanan, bahkan juga kemampuan berbahasa ketika anak diajak mendiskusikan hal-hal yang dialaminya sepanjang perjalanan. Tidak ketinggalan juga aspek moral dan sosial seperti tidak membuang bungkus permen secara sembarangan dan menyapa orang-orang yang ditemui bila anak mengenalnya.
4. Media Pembelajaran di Taman Kanak-kanak Dalam kerucut pengalaman Edgar Dele pengalaman langsung menempati persentase yang
paling besar, kemudian disusul dengan pengalaman melalui benda tiruan. Oleh karena keterbatasan waktu, tempat dan biaya, maka media pembelajaran yang dibuat sebagai benda tiruan sangatlah penting dalam sebuah pembelajaran di taman kanak-kanak. Media pembelajaran yang digunakan di taman kanak-kanak terdiri dari dua jenis, yaitu alat peraga dan alat permainan. Alat peraga adalah semua alat yang dipergunakan oleh pendidik untuk menerangkan/memperagakan bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar. Sedangkan alat permainan adalah semua alat yang dipergunakan anak untuk memenuhi naluri bermainnya sehingga anak dapat melakukan proses belajar dengan cara yang menyenangkan.
Dalam pembuatan media pembelajaran di taman kanak-kanak ini ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan : a. Media pembelajaran yang dibuat hendaknya multiguna. Multiguna disini maksudnya adalah
bahwa media tersebut dapat digunakan untuk pengembangan berbagai aspek perkembangan anak.
b. Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar lembaga taman kanak-kanak dan murah atau bisa dibuat dari bahan bekas/sisa.
c. Tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi anak. d. Dapat menimbulkan kreativitas, dapat dimainkan sehingga menambah kesenangan bagi anak,
menimbulkan daya khayal dan daya imajinasi serta dapat digunakan untuk bereksperimen dan bereksplorasi.
e. Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana. f. Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal. g. Dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Tingkat perkembangan anak yang berbeda
berpengaruh terhadap jenis permainan yang akan dibuat oleh guru.
86 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
Ada beberapa karakteristik media pembelajaran yang dapat dijadikan dasar dalam pemilihan media pendidikan diantaranya : 1. Fixative property. Media mampu menangkap, menyimpan, dan merekomendasikan suatu objek
atau peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Misalnya foto/kamera, film, video, film bingkai, dll.
2. Manipulative property. Media dapat mengubah objek, waktu, dan perstiwa menjadi 3 hal yaitu: (a) Close Up (objek yang terlalu kecil terlihat lebih besar) misalnya dengan media proyektor mikro,
mikroskop, luv / loop, film bingkai, film, model dan gambar. (b) Time Lapse / High-Speed Photograph (gerak yang terlalu lambat dapat ditampilkan lebih cepat)
misalnya gerakan tumbuhnya bunga dipercepat dengan media film / kamera film. (c) Slow Motion (gerak yang terlalu cepat dapat ditampilkan lebih lambat) misalnya gerakan elang
memangsa ayam yang cepat dapat diperlambat dengan film. (d) Object yang terlalu besar seperti rumah, gajah, pesawat, dapat ditampilkan bentuk kecilnya
dengan model maket, miniatur, gambar, atau film (e) Object yang terlalu kompleks misalnya mesin-mesin dapat disajikan menjadi bentuk yang
sederhana dengan model diagram, bagan dll 3. Distributive Property. Media dapat menyajikan suatu peristiwa dalam radius yang luas seperti
gunung berapi, gempa bumi, iklim, kepulauan, dll. Sehingga dapat divisualkan dalam bentuk film bingkai, gambar, peta / globe, radio, dll. Menurut Nana Sudjana prinsip pemilihan media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut : a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-
tujuan intruksional yang ditetapkan b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran c. Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-
tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar d. Keterampilan guru dalam menggunakannya, apapun jenis media yang diperlukan syarat utama
adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran e. Tersedianya waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermafaat bagi
siswa selama pengajaran berlangsung f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, memilih media pendidikan harus sesuai dengan taraf
berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung didalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Dengan kriteria pemilihan media tersebut, guru dapat lebih mudah menggunakan media
mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pendidik. Kehadiran media dalam kegiatan pembelajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pembelajaran. 5. Aplikasi Media dan Sumber Belajar AUD
Anak usia taman kanak-kanak mempunyai keunikan yaitu sepanjang kegiatan sehari-hari selalu diwarnai dengan kegiatan bermain, sehingga dikatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Oleh karena itu strategi pembelajaran di taman kanak-kanak paling tepat bila dilakukan dengan bentuk bermain. Anak taman kanak-kanak berada pada usia 4-6 tahun termasuk kategori anak prasekolah pada sub tingkat berpikir intuitif. Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak menggunakan simbol yang mewakili sesuatu konsep. Kemampuan simbolik ini memungkinkan anak melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hal-hal yang dilalui.
Ditinjau dari perkembangan kognitif, anak usia 4-6 tahun ditandai dengan kemampuan anak melakukan kegiatan representasi mental yaitu suatu kemampuan untuk menghadirkan benda, objek, orang, dan peristiwa secara mental. Hal ini berarti anak telah memiliki kemampuan untuk membayangkan benda, objek, orang, dan peristiwa didlaam pemikirannya walaupun semuanya tidak hadir secara empirik dihadapan anak. Pembelajaran dengan menggunakan media dan sumber belajar di taman kanak-kanak akan menggali informasi tambahan untuk memperkaya materi yang akan diberikan kepada siswa sehingga guru dalam menyajikannya tidak bersifat text book. Namun demikian perlu kita ketahui bersama bahwa kualitas media dan sumber belajar yang digunakan juga mempengaruhi kemurnian dari informasi yang dikandungnya.
BAHAN AJAR PLPG 87
Media atau bahan kreatif sekaligus dapat menunjang kreativitas anak. Media kreatif untuk anak-anak khususnya usia Taman Kanak-kanak biasanya berhubungan dengan kegiatan bermain anak.Oleh karena itu bahan atau media yang digunakan adalah mainan untuk anak, diantaranya adalah: • Kotak dengan berbagai ukuran
• Pakaian yang terlalu kecil atau tidak terpakai lagi
• Potongan-potongan benang
• Segala benda yang beroda (misalnya kereta bayi tua, kereta belanja, atau kereta dorong)
• Peralatan dapur yang tidak terpakai lagi
• Gelas,mangkuk dan wadah bekas makanan
• Potongan perca dari berbagai ukuran
• Segala macam kertas, surat kabar, kertas gambar, karton, kertas warna
• Majalah berisi foto dan gambar yang berwarna cerah
• Bahan pengeras terutama yang bentuknya aneh dan pembalut alat elektronik atau peralatan lain (Bean, 1995 : 49)
Media kreatif yang digunakan sebagai media pembelajaran anak pada dasarnya tidak perlu mahal dan biasanya merupakan bahan-bahan sekitar yang sudah tidak terpakai lagi. Catherine mengungkapkan beberapa media kreatif yang berasal dari barang yang tidak terpakai tetapi masih bisa digunakan diantaranya adalah: Barang rongsokan yang dimasukkan ke dalam wadah termasuk karton, kotak korek api, pipa dari gulungan kertas tisu, kelos benang, kotak telor, potongan bahan pakaian, pita, tape, tutup botol, gabus, kaleng plastik, botol, kaleng, karton. Kancing, wol, selang, karet, bulu unggas, kerikil, manik-manik, penjepit kertas, klip dan benang. (1989 : 82)
6. Pemanfaatan Media Pembelajaran yang kreatif di Taman Kanak-kanak Berikut ini merupakan beberapa contoh (selanjutnya dapat dikembangkan oleh guru sendiri) pemanfaatan bahan-bahan bekas untuk membuat media kreatif yang dapat digunakan pada saat pembelajaran di taman kanak-kanak.
No Jenis Media Alat / bahan Cara membuat Bentuk kegiatan
1. 2.
Membuat buku cerita mini
Membuat balok dari berbagai kardus
- kertas polos - crayon - pensil warna - kertas warna - lem - gunting - kardus bekas
dari produk-produk tertentu, dengan berbagai macam bentuk
- kertas sampul coklat / kertas kopi
• Satu lembar kertas HVS putih. Kertas dilipat menjadi 8 bagian. Kemudian dibuka kembali.
• Lipat menjadi 2 secara horizontal. Potong bagian tengahnya, kemudian dilipat menjadi buku.
• Buku dapat dihias dengan gambar yang disukai anak.
• kardus-kardus bekas dengan berbagai bentuk dibungkus dengan kertas kopi / sampul coklat
• kardus-kardus yang sudah dibungkus dikelompokkan berdasarkan bentuk dan ukuran
• membuat buku cerita bersama-sama anak
• guru dapat membuat buku cerita dari tema yang berbeda-beda dengan mengkreasikan buku ceritanya
• dapat menumbuhkan minat membaca pada anak
• permainan balok untuk memperkenalkan bentuk-bentuk geometri kepada anak, dapat digantikan dari kardus-kardus bekas apabila tidak memiliki balok kayu
88 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
3. 4. 5.
Membuat puzzle
Membuat wayang / boneka tangan
Membuat kartu cerita bergambar
- gambar bekas kalender, koran, atau majalah yang sesuai untuk anak
- pisau cutter atau gunting
- lem - karton / duplex - crayon / pensil
warna / cat air - stick es krim - pelubang kertas - paku penjepit - pensil - gunting - karton putih /
kertas kuarto - pensil / spidol /
crayon / cat air - gunting
• gambar bekas kalender atau majalah dipotong menjadi beberapa macam potongan (disesuaikan dengan usia anak) bisa 6 potongan, 8, 10 sampai dengan 20 potongan
• tentukan objek yang akan digambar (misal : beruang)
• gunting bagian objek tersebut kemudian dilubangi bagian ujung gambar yang ingin disambung
• sambung antara 2 bentuk gambar dengan paku penjepit di bagian yang sudah dilubangi
• tempel stick es krim di bagian belakang bentuk gambar / wayang yang telah dibuat
• potong kertas menjadi 4 / 5 bahkan lebih (sesuai dengan isi cerita) berukuran minimal 10 x 15 cm (boleh lebih besar)
• buatlah gambar berseri di atas potongan tersebut
• bermain puzzle sederhana sekaligus memperkenalkan konsep matematika
• anak dapat bermain mikroplay atau main peran dengan menggunakan boneka tangan atau wayang tersebut
• guru dapat membuat banyak karakter atau tokoh atau profesi tertentu dengan boneka wayang
• anak dapat bermain menyusun potongan-potongan gambar yang mempunyai urutan cerita
• anak dapat menceritakan urutan gambar atau cerita yang sudah disusunnya
Daftar Pustaka Arief S. Sadiman, 1990 Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta :
Pustekom Dikbud dan CV Rajawali. Bean, Reynold. 1995. Cara Mengembangkan Kreativitas Anak (terjemahan Med. Meitasari Tjandrasa).
Jakarta : Binarupa Aksara FIP-IKIP Malang.
Heinich, R., et. al. (1996) Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. 2002. Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Ibrahim, H. 1997. Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan, klasifikasi, Oemar Hamalik. 1986. Media Pendidikan. Bandung : Alumni.
pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, dan penulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-IV.
Sadiman, A.S. 1986. Media pendidikan: pengeratian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: Cv. Rajawali.
Sudono, Anggani. 2004. Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta : Grasindo
Yusufhadi Miarso, 1985. Media Instruksional. Jakarta : Pusat TKPK Depdikbud
BAHAN AJAR PLPG 89
MATERI 12 TEORI BELAJAR
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
A. Pandangan tentang Belajar
Kata “belajar” merupakan istilah yang tidak asing dalam kehidupan sehari-hari. Namun
demikian, apabila ada orang bertanya tentang batasan apakah ”belajar” itu, kemungkinan jawaban
atas pertanyaan itu bisa berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena rumusan batasan yang
diberikan para ahli sukar untuk mencapai kesamaan yang mutlak.
Skinner (1958) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku.
Perilaku dalam belajar mempunyai arti luas, yang sifatnya bisa berwujud perilaku yang tidak
tampak (innert behavior) atau perilaku yang tampak (overt behavior). Sebagai suatu proses, dalam
kegiatan belajar dibutuhkan waktu sampai mencapai hasil belajar, dan hasil belajar itu berupa
perilaku yang lebih sempurna dibandingkan dengan perilaku sebelum melakukan kegiatan belajar.
Perubahan perilaku yang disebabkan oleh faktor kematangan bukan dinyatakan sebagai hasil
belajar. Misalnya, burung bisa terbang bila kematangannya telah tiba; anak bisa berjalan bila anak
sudah matang untuk berjalan. Namun demikian manusia harus selalu belajar. Untuk bisa berjalan,
misalnya, anak harus memiliki pertumbuhan fisik dan juga pengalaman yang diperoleh dari
pelbagai kegiatan, seperti merangkak, berdiri dan sejenisnya.
Proses belajar pada diri individu dapat terjadi dengan pelbagai cara. Kadang-kadang proses
belajar tersebut dilakukan secara sengaja, sebagaimana ketika siswa memperoleh informasi yang
disajikan oleh guru di dalam kelas, atau ketika individu membaca pelbagai istilah di dalam buku.
Kadang-kadang proses belajar itu juga dilakukan secara tidak disengaja, sebagaimana reaksi anak
ketika melihat jarum suntik. Namun demikian aktivitas belajar manusia akan berlangsung terus
menerus sepanjang waktu, setiap kali manusia berinteraksi dengan lingkungan (stimulus), dan
manusia akan mereaksinya (memberikan respons).
B. Teori Belajar Classical Conditioning
Ivan Pavlov (1849-1936) seorang psikolog Rusia, mendirikan Institute of Experimental
Medicine dan mempelajari proses pencernaan. Pavlov mempelajari bagaimana anjing
percobaannya menjadi “terkondisi” untuk berliur walau tanpa diberi makanan. Sebagai binatang
coba, anjing dioperasi kelenjar air liurnya, sehingga bila anjing mengeluarkan air liur, air liur
tersebut dapat ditampung atau diobservasi.
Menurut Pavlov, apabila anjing mengeluarkan air liur karena melihat makanan, respons ini
bersifat alamiah (alami). Disebut respons alamiah karena respons itu tidak berkondisi
(unconditioned response) dan stimulusnya juga disebut stimulus alamiah. Karya Pavlov dalam
bereksperimen tersebut menekankan pada aspek pengamatan dan pengukuran, serta penggalian
aspek-aspek belajar sehingga dapat membantu penelitian tentang belajar secara ilmiah.
C. Teori Belajar Operant Conditioning.
Burr Federic Skinner (1904-1990) memandang manusia sebagai mesin. Seperti mesin lainnya,
manusia bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responsnya terhadap stimulus yang datang
dari luar. Dalam mengkaji tentang belajar, Skinner memiliki pandangan yang berbeda dengan
Pavlov. Pavlov mempelajari tentang classical conditioning yang berkaitan dengan gerak refleks,
90 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
sedangkan Skinner mempelajari gerak non refleks atau perilaku yang disengaja. Skinner
mengadakan eksperimen—dikenal dengan Skinner box—dengan menggunakan kotak yang di
dalamnya terdapat: (1) pengungkit, (2) penampung makanan, (3) lampu yang dapat dinyalakan dan
dimatikan sesuai dengan kehendak peneliti, dan (4) lantai dengan gril yang dialiri listrik.
Dalam melakukan eksperimen, Skinner menggunakan tikus lapar sebagai hewan percobaan.
Diasumsikan bahwa tikus yang sedang lapar memiliki dorongan untuk mencari makanan. Sebagai
panduan dalam pengamatan, tikus dimasukkan ke dalam kotak percobaan dan tidak diberikan
makanan. Kemudian di dalam box itu diberikan makanan yang dihubungkan dengan tuas atau
tombol alat pemberi makanan. Apabila tombol ditekan maka akan keluar makanan (penguatan
positif). Oleh karena itu setiap kali tikus menekan tombol, dia akan mendapatkan makanan. Sebagai
akibatnya, jumlah penekanan terhadap tombol semakin meningkat agar tikus selalu memperoleh
makanan. Kemudian alat pemberi makanan itu diputuskan hubungannya dan ternyata tikus tetap
memencet tombol dalam waktu yang cukup lama (tikus mengalami operant conditioning).
Penekanan terhadap tombol dilakukan secara terus menerus dan kadang-kadang diberikan
makanan.
Menurut Skinner, hadiah dapat meningkatkan probabilitas timbulnya respons. Suatu
tindakan dapat dinyatakan sebagai penguatan atau tidak adalah tergantung dari efek yang
ditimbulkan. Tekanan utama dalam teori operant conditioning adalah pada respons atau perilaku
dan konsekuensi yang menyertai. Oleh karena itu seseorang harus membuat respons sedemikian
rupa untuk memperoleh penguatan atau hadiah yang menjadi stimulus yang memperkuat
(reinforcement stimuli). Misalnya, siswa memiliki semangat dan akan belajar dengan lebih baik
apabila mengetahui akan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik ini merupakan balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.
D. Teori Belajar Modeling dan Observational Learning
Menurut Bandura, teori belajar operant conditioning yang dikembangkan oleh Skinner
menekankan pada efek dari konsekuensi perilaku, dan tidak memandang pentingnya modeling,
yakni meniru perilaku orang lain dan pengalaman yang dialami oleh orang lain, atau meniru
keberhasilan atau kegagalan dari orang lain. Dinyatakan pula bahwa belajar pada diri individu tidak
dibentuk oleh konsekuensi atas perilaku yang ditampilkan, tetapi belajar secara langsung dari
model. Bandura mengembangkan empat tahap melalui pengamatan atau modeling, yaitu:
perhatian, retensi, reproduksi dan motivasional.
Tahap perhatian. Dalam tahap ini individu memperhatikan model yang menarik, berhasil,
atraktif dan popular. Melalui memperhatikan model ini individu dapat meniru bagaimana cara
berpikir dan bertindak orang lain, serta penampilan model di hadapan orang lain. Guru di dalam
kelas dapat menarik perhatian siswa dengan cara menyampaikan petunjuk belajar yang jelas dan
menarik, dan memotivasi siswa untuk memperhatikan pelajaran yang hendak disajikan.
Tahap retensi. Dalam tahap ini apabila guru telah memperoleh perhatian dari siswa, guru
memodelkan perilaku yang akan ditiru oleh siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mempraktikannya atau mengulangi model yang telah ditampilkan. Misalnya, guru olah raga setelah
menunjukkan cara memukul bola tenis dengan benar, kemudian siswa diminta mencoba menirukan
guru dalam memukul bola tennis.
Tahap reproduksi. Dalam tahap ini siswa mencoba menyesuaikan diri dengan perilaku
model. Misalnya, setelah siswa mengamati cara memukul bola tennis yang diperagakan oleh guru
BAHAN AJAR PLPG 91
dan mempraktikannya beberapa kali, siswa kemudian diminta membuat pukulan seperti yang
dilakukan oleh gurunya.
Tahap motivasional. Dalam tahap ini, siswa akan menirukan model karena merasakan
bahwa melakukan pekerjaan yang baik akan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh
penguatan. Misalnya, siswa meniru cara bermainnya pemain tennis yang sudah populer dan
berharap menjadi pemain tennis yang populer pula. Tahap motivasional dari belajar melalui
pengamatan di dalam kelas umumnya disebabkan oleh pujian yang diberikan oleh guru karena
siswa mampu menyesuaikan diri dengan model yang disampaikan oleh guru. Siswa memperhatikan
model, mempraktikkannhya, dan mereproduksikannya karena telah mempelajari tentang apa yang
dilakukan oleh guru.
Seseorang dalam melakukan aktivitas belajar dapat dilakukan dengan cara memperhatikan
pengalaman dari orang lain (vicarious learning). Dalam kegiatan belajar ini, individu belajar dengan
cara memperhatikan orang lain yang memperoleh penguatan atau hukuman. Cara belajar seperti
ini sama pentingnya dengan kegiatan belajar melalui model atau pengamatan yang termotivasi oleh
suatu harapan bahwa meniru model secara benar akan memperoleh penguatan. Guru dalam
menyelenggarakan pembelajaran di kelas seringkali menggunakan cara belajar ini. Anak yang
mampu menjawab pertanyaan dengan benar kemudian diberikan penguatan berupa pujian,
sehingga anak yang tidak mampu menjawab pertanyaan dengan benar memiliki harapan untuk
menjawab pertanyaan lain dengan benar agar memperoleh pujian secara sama yang diperoleh
temannya.
Konsep penting lainnya dari teori belajar melalui pengamatan dan modeling adalah
pengaturan diri (self-regulation). Dalam kegiatan belajar ini individu mengamati perilakunya
sendiri, menilai perilakunya sendiri dengan standar yang dibuat sendiri, dan memperkuat atau
menghukum diri sendiri apabila berhasil ataupun gagal dalam berperilaku. Setiap orang memiliki
pengalaman seperti itu, ketika memperoleh keberhasilan atau kegagalan dalam berperilaku.
Keberhasilan dan kegagalan itu diukur dengan harapan tertentu sesuai dengan kinerja yang telah
ditetapkan. Misalnya, siswa yang memperoleh nilai baik, kemudian dia melakuan introspeksi
tentang perilaku belajar yang telah dilakukan, dan harapan untuk memperoleh nilai setelah dalam
satu semester belajar dengan sungguh-sungguh. Apabila nilai yang diperoleh itu telah memenuhi
harapan, maka dia akan merasa puas.
TEORI BELAJAR KOGNITIF
A. Pandangan tentang Belajar
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang
beradal di luar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal
itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan
pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada
pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-
unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang
dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal
dalam berpikir, yakni proses pengolahan informasi.
Kegiatan pengolahan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu akan menentukan
perubahan perilaku seseorang. Bukan sebaliknya, jumlah informasi atau stimulus yang mengubah
perilaku. Demikian pula kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada
jenis dan cara pemberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana seseorang mampu
92 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
mengolah informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk merespon stimulus yang berada
di sekelilingnya. Oleh karena itu, teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang
menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan penggunakan pengetahuan yang telah
diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif.
Teori belajar konstruktivistik menyatakan bahwa guru tidak dapat memberikan pengetahuan
kepada siswa. Sebaliknya, siswa harus mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Peran guru
adalah: (a) memperlancar proses pengkonstruksian pengetahuan dengan cara membuat informasi
secara bermakna dan relevan dengan siswa, (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan atau menerapkan gagasannya sendiri, dan (c) membimbing siswa untuk
menyadari dan secara sadar menggunakan strategi belajarnya sendiri (Slavin, 1994). Dengan
demikian fungsi utama guru adalah menyediakan tangga pemahaman yang puncaknya merupakan
bentuk pemahaman paling tinggi, dan siswa harus menaiki tangga tersebut.
Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan
(discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri seseorang. Individu
yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan memerika informasi baru untuk
dikonfirmasikan dengan prinsip (rules) yang telah dimiliki, kemudian merevisi prinsip tersebut
apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru diperoleh. Agar siswa mampu melakukan
kegiatan belajar, maka dia harus melibatkan diri secara aktif.
B. Teori Belajar Pengolahan Informasi
Berbagai informasi yang memasuki pikiran setiap orang adalah melalui alat-alat
penginderaan, seperti melihat, mendengar, atau merasakan. Setiap informasi yang masuk ke
dalam alat penginderaan itu sebagian ada yang diabaikan, dan ada yang masuk ke dalam alat
pengeinderaan tanpa disadari. Namun ada sebagian informasi yang disimpan sebentar di dalam
memori dan kemudian dilupakan. Misalnya, seseorang mampu mengingat nomor telepon
temannya yang hendak dihubungi, namun setelah menelponnya, nomor telepon yang baru diingat
itu dilupakan lagi. Demikian pula ada sebagian informasi lain yang disimpan lebih lama, boleh jadi
sampai akhir hayatnya. Misalnya, ketika anak bertengkar dengan temannya, informasi yang
diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya itu dapat berlangsung lama, dan bahkan mungkin
sampai akhir hayatnya.
C. Pandangan tentang Belajar
Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampu
menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu memecahkan masalah,
menemukan (discovery) sesuatu untuk dirinya sendiri, dan berkutat dengan pelbagai gagasan.
Guru adalah bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang
harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri. Sebaliknya, tugas utama guru
adalah: (a) memperlancar siswa dengan cara mengajarkan cara-cara membuat informasi
bermakna dan relevan dengan siswa; (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri; dan (c) menanamkan kesadaran belajar dan
menggunakan strategi belajarnya sendiri. Di samping itu guru harus mampu mendorong siswa
untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang dipelajari.
Inti sari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Teori ini memandang siswa
sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip
BAHAN AJAR PLPG 93
yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat digunakan
lagi. Hal ini memberikan implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
D. Model-model pembelajaran
Model-model pembelajaran yang sangat berpengaruh terhadap prinsip-prinsip
konstruktivisme adalah diskaveri, penangkapan, dan belajar terbimbing (assisted learning) atau
scaffolding.
Diskaveri (discovery learning). Belajar diskaveri pertama kali dikembangkan oleh Jerome
Bruner yang menakankan bahwa pembelajaran harus mampu mendorong siswa untuk
mempelajari apa yang telah dimiliki. Siswa belajar melalui keterlibaan aktif terhadap konsep dan
prinsip-prinsip, sedangkan guru mendorong siswa agar memiliki pengalaman dan melaksanakan
eksperimen yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk dirinya sendiri.
Misalnya, siswa dalam belajar IPA diminta untuk mendorong kaleng. Melalui eksperimen seperti
ini pada akhirnya siswa dapat menemukan prinsip-prinsip dasar yang menentukan kecepatan
jalannya silinder.
Belajar dengan menggunakan pendekatan diskaveri memiliki beberapa keuntungan.
Pertama, belajar diskoveri mampu memunculkan hasrat ingin tahu siswa, dan memotivasi siswa
untuk bekerja keras sampai menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul. Kedua, melalui
belajar diskaveri, siswa belajar keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah karena
mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi.
Penangkapan (reception learning). Belajar penangkapan pertama kali dikembangkan oleh
David Ausubel sebagai jawaban atas ketidak puasan model belajar diskaveri yang dikembangkan
oleh Jerome Broner tersebut. Menurut Ausubel, siswa tidak selalu mengetahui apa yang penting
atau relevan untuk dirinya sendiri sehingga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk
melakuan kerja kognitif dalam mempalajari apa yang diajarkan di sekolah. Ausubel
menggambarkan model pembelajaran ini dengan nama belajar penangkapan. Para pakar teori
belajar penangkapan menyatakan bahwa tugas guru adalah (a) menstrukturkan situasi belajar, (b)
memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan siswa, dan (c) menyajikan materi pembelajaran
secara terorganisir yang dimulai dari gagasan umum menuju kepada gagasan rinci.
Walaupun peran guru sangat berbeda antara pendekatan belajar diskaveri dengan belajar
penangkapan, namun keduanya memiliki beberapa kesamaan. Beberapa kesamaan itu antara lain:
(a) keduanya mementingkan keterlibatan aktif siswa di dalam prose belajar; (b) keduanya
menekankan tentang cara–cara mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan
belajar baru; dan (c) keduanya menyatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya terus-menerus
berubah walaupun telah masuk di dalam pikiran seseorang.
Inti pendekatan belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori, yakni pembelajaran
sistematik yang direncanakan oleh guru mengenai informasi yang bermakna (meaningful
information).
TEORI BELAJAR NEO BEHAVIORISTIK
A. Pandangan Tentang Belajar
Penataan kondisi lingkungan yang kondusif agar anak belajar merupakan tanggung jawab
bagi seluruh anggota masyarakat. Lingkungan dimana anak-anak itu berkembang, entah sengaja
dibentuk ataupun tidak, memiliki efek sangat besar terhadap perkembangan mereka. Belajar yang
dilakukan oleh pembelajar tergantung pada peristiwa yang terjadi di lingkungan, sehingga
94 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
memungkinkan untuk berinteraksi. Belajar bukan merupakan peristiwa yang terjadi secara
alamiah, namun sebaliknya belajar itu terjadi dalam kondisi yang dapat diamati. Kondisi yang
mendasari belajar itu dapat diubah dan dikendalikan. Kondisi itu juga dapat diamati dan
dideskripsikan secara objektif.
Gagne (1977: 3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan kecakapan atau
disposisi pembelajar yang berlangsung dalam periode waktu tertentu, dan yang tidak dapat
dianggap berasal dari proses pertumbuhan. Pengertian ini mengandung beberapa unsur pokok
dalam belajar, yaitu: (a) perubahan yang diakibatkan oleh belajar adalah berupa perubahan
perilaku; (b) perubahan perilaku dapat diketahui dengan cara membandingkan perilaku yang
dimiliki oleh pembelajar sebelum dan setelah berada dalam situasi belajar; (c) perubahan perilaku
dapat berupa peningkatan kecakapan kinerja tertentu, ataupun perubahan disposisi yang disebut
sikap, minat, dan nilai; (d) perubahan perilaku yang diperoleh harus dapat bertahan dalam waktu
lama; dan (e) perubahan perilaku harus dapat dibedakan dengan perubahan yang diakibatkan oleh
pertumbuhan, seperti perubahan tinggi atau berat badan, atau perkembangan otot karena akibat
dari kegiatan berolahraga.
B. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip belajar lama yang berasal dari teori dan penelitian tentang belajar masih relevan
dengan beberapa prinsip lain yang dikembangkan oleh Gagne. Beberapa prinsip yang dimaksud
yaitu: keterdekatan (contiguity), pengulangan (repetition), dan penguatan (reinforcement). Prinsip
keterdekatan menyatakan bahwa situasi stimulus yang hendak direspon oleh pembelajar harus
disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan. Prinsip pengulangan
menyatakan bahwa situasi stimulus dan responnya perlu diulang-ulang, atau dipraktikkan, agar
belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan retensi belajar. Prinsip penguatan menyatakan bahwa
belajar sesuatu yang baru akan diperkuat apabila belajar yang lalu dikuti oleh perolehan hasil yang
menyenangkan. Dengan kata lain pembelajar akan kuat motivasinya untuk mempelajari sesuatu
yang baru apabila hasil belajar yang telah dicapai memperoleh penguatan.
Gagne di samping mengakui pentingnya ketiga prinsip tersebut, dan ketiga prinsip itu
dipandang sebagai kondisi eksternal yang mempengaruhi belajar, juga mengusulkan tiga prinsip
lain yang menjadi kondisi internal yang harus ada pada diri pembelajar. Ketiga prinsip itu harus
dimiliki oleh pembelajar sebelum melakukan kegiatan belajar baru. Ketiga prinsip itu adalah: (a)
informasi faktual (factual information); (b) kemahiran intelektual (intelectual skill); dan (c) strategi
(strategy).
TEORI BELAJAR DAN PENDIDIKAN HUMANISTIK
A. Pandangan Tentang Belajar
John Dewey adalah salah seorang pelopor pendidikan progresif yang melawan pendidikan yang
tidak relevan dengan masyarakat industri. Dia melawan orang-orang yang berpegang teguh pada
waktu, menolak gagasan psikologi modern, penggunaan latihan (drill) sebagai metode
pembelajaran, dan beberapa aspek pendidikan yang tidak memiliki nilai manfaat dan bersifat
dekoratif. Para guru humanistik merupakan penerus dari gagasan John Dewey tersebut. Mereka
percaya bahwa masyarakat perkotaan kontemporer akan menjadi masyarakat yang tidak peka
terhadap lingkungan. Oleh karena itu pendidikan yang menyajikan bahan belajar spesifik dan
diorganisir secara ketat, penggunaan metode pembelajaran yang sistematis, memotivasi siswa,
pengelolaan kelas, dan asesmen kemajuan belajar siswa yang dilakukan oleh guru (direct-
BAHAN AJAR PLPG 95
instruction) sebagaimana yang telah berlangsung npada waktu itu akan mampu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan siswa, namun tidak akan mampu menumbuh kembangkan
kepekaan anak (affective education), belajar tentang cara-cara belajar, dan meningkatkan
kreativitas dan potensi anak. Para pakar pendekatan humanistik percaya bahwa setiap individu
anak memiliki sifat-sifat kebajikan yang berasal dari dalam dan bersifat realistik. Demikian pula
anak-anak akan berkembang sepanjang mereka mampu mengembangkannya.
Hasil belajar dalam pandangan humanistik adalah kemampuan siswa mengambil tanggung
jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan
diri sendiri (self-directing) dan mandiri (independent). Di samping itu pendekatan humanistik
memandang pentingnya penekatanan pendidikan di bidang kreativitas, minat terhadap seni, dan
hasrat ingin tahu. Oleh karena itu pendekatan humanistik kurang menekankan pada kurikulum
standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikasi guru, dan kewajiban hadir di sekolah.
Dalam praktik pembelajaran, pendekatan humanistik mengkombinasikan metode
pembelajaran individual dan kelompok kecil. Namun pendekatan humanistik mempersyaratkan
perubahan status guru dari individu yang lebih mengetahui dan terampil segala sesuatu menjadi
individu yang memiliki status kesetaraan dengan siswa. Pilihan materi pembelajaran yang hendak
digunakan dalam proses pembelajaran merupakan hak siswa, dan bukan menjadi hak guru yang
akan disampaikan kepada siswa, atau perancang kurikulum. Pembelajaran merupakan wahana
bagi siswa untuk melakukan aktualisasi diri, sehingga guru harus membangun kecenderungan
tersebut dan mengorganisir kelas agar siswa melakukan kontak dengan peristiwa-peristiwa yang
bermakna. Apabila kelas itu terbangun seperti harapan tersebut, maka siswa akan memiliki
keinginan untuk belajar, ingin tumbuh, berupaya menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya sendiri, memiliki harapan untuk menguasainya, dan ingin untuk menciptakan sesuatu.
Pendekatan humanistik selalu memelihara kebebasan siswa untuk tumbuh dan
melindungi siswa dari tekanan keluarga dan masyarakat. Demikian pula hasil belajar yang
berkaitan dengan perkembangan sosial emosional lebih penting dibandingkan dengan pasil
pendidikan yang bersifat akademik. Oleh karena itu apabila kondisi pendidikan itu dapat terjadi,
maka siswa akan menjadi pembelajaran swa arah (self-directed learners) dan proses belajar akan
menjadi sangat bermakna bagi siswa.
Penggunaan metode humanistik dalam pendidikan akan memungkinkan siswa menjadi
individu beraktualisasi diri (self-actualized persons). Kreativitas individu yang beraktualisasi diri,
telah melekat pada setiap anak, tidak memerlukan bakat dan kemampuan tertentu. Kreativitas itu
memerlukan lingkungan yang mendukung perkembangan. Rogers dan Daymond (Gage dan
Berliner, 1994) menyatakan bahwa prosedur terapeutik yang menghasilkan seseorang yang
mampu memandang diri sendiri secara berbeda, yakni menerima diri sendiri, perasaannya sendiri,
dan orang lain secara penuh. Dia menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri, percaya
diri, matang, realistik dalam mencapai tujuan, dan bersifat fleksibel. Dia menghindari perilaku
yang tidak sesuai dengan lingkungannya. Dia menjadi individu seperti yang diinginkannya. Guru
yang berhasil menciptakan suasana pendidikan seperti itu akan mampu mendorong siswa untuk
menampilkan perilaku yang memiliki karakteristik tersebut. Namun demikian hasil belajar dalam
pendekatan humanistik itu sukar dispesifikasi dalam bentuk perilaku dan sukar diukur, sebab
pendekatan humanistik kurang menekankan pengetahuan dan keterampilan, sebaliknya lebih
menekankan pada hasil belajar yang lebih bersifat personal.
96 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK
B. Prinsip-prinsip Belajar
Ada beberapa asumsi yang mendasari pendekatan humanistik dalam pendidikan.
Pertama, siswa mempelajari apa yang mereka butuhkan dan ingin diketahui. Kedua, belajar
tentang cara-cara belajar adalah lebih penting dibandingkan dengan memperoleh pengetahuan
aktual. Ketiga, evaluasi yang dilakukan oleh siswa sendiri adalah sangat bermanfaat dari
pekerjaannya. Keempat, perasaan adalah sama pentingnya dengan fakta, dan belajar merasakan
adalah sama pentingnya dengan belajar carap-cara berpikir. Kelima, belajar akan terjadi apabila
siswa tidak merasakan adanya ancaman.
C. Fungsi Guru
Peran guru dalam pendekatan humanistik adalah sebagai fasilitator belajar. Guru adalah
individu yang memiliki tugas membimbing belajar, sebagai model pemecahan masalah, sebagai
katalisator dalam memprakarsai proses belajar, sebagai pembantu dalam proses belajar, sebagai
teman siswa dalam mengkaji dan memecahkan masalah. Sementara itu tanggung jawab belajar
dan pemilihan kegiatan belajar adalah tetap pada diri siswa itu sendiri.
Ada lima peran yang haru dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran humanistik, yaitu: (a) menciptakan iklim belajar; (b) memenuhi kebutuhan belajar
siswa; (c) membantu mengungkapkan emosi siswa, dan (d) membantu belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Gagne, R.M. dan Briggs, L.J. (1979). Principles of Instructional Design. New York: Holt, Rinehart and
Winston
Gay, L.R. (1985). Educational Evaluation and Measurement: Competency for Analysis and Application.
2nd. London: Charles E. Merrill Publishing Company
Gerlach, V.S. dan Ely, D.P. (1980). Teaching and Media: A Systematic Approach. 2nd. New Jersey:
Prencice-Hall, Inc. Englewood Cliffs.
Kolb, D.A. (1984). Experiential Learning: Experience as The Source of Learning and Development. New
Jersey: Prencice-Hall, Inc. Englewood Cliffs.
Rogers, C.R. (1979). Client Centered Therapy. London: Constable and Company Limited.
Rogers, C.R. (1979). On Becoming a Person. London: Constable and Company Limited.
Rogers, C.R. (1979). Carl Rogers on Personal Power, Inner Strength and Its Revolutionary Impact.
London: Constable and Company Limited.
Romiszowski, AJ. (1981). Designing Instructional Systems. Decision Making in Course Planning and
Curriculum Design. New York: Nichols Publishing
Rose, C. dan Nicholl. M.J. (1997). Accelerated Learning for the 21st Century. The Six-Step Plan to
Unlock Yiur MASTER-mind. New York: Dell Publishing
Rose, C. (2003). K.U.A.S.A.I lebih Cepat. Buku Pintar Accelerated Learning. Terjemahan Femmy
Syahrani. Bandung: Kaifa
Slavin, R.E. (1994). Educational Psychology. Theory and Practice. Boston: Allyn and Bacon
Winkel, W.S. (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia