100
BAHAN AJAR PLPG i SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Materi Keprofesionalan Prodi Pendidikan Guru Kelas PAUD / TK PANITIA SERTIFIKASI GURU MELALUI PLPG RAYON 112 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TANUN 2017

SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

  • Upload
    hacong

  • View
    246

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG i

SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Materi Keprofesionalan Prodi Pendidikan Guru Kelas PAUD / TK

PANITIA SERTIFIKASI GURU MELALUI PLPG RAYON 112

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TANUN 2017

Page 2: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

ii Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Page 3: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG iii

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan Sertifikasi Guru merupakan salah satu wujud implementasi dari Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Tahun 2017 merupakan tahun kesepuluh pelaksanaan

sertifikasi guru yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007.

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan

belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten membangun proses pembelajaran yang

baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas

Pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabartan melalui PLPG di Universitas Negeri Semarang

(UNNES) tahun 2017 ini merupakan tindak lanjut dari Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan

Pendidikan Tinggi Nomor 296/M/PKT/2016 yang mengamanahkan UNNES sebagai Perguruan Tinggi

Rayon 112 bersama Perguruan Tinggi Subrayon untuk melaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan

melalui PLPG tahun 2016 – 2019. Sebagai Perguruan Tinggi Subrayon pada Rayon UNNES adalah

Universitas PGRI Semarang dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) tahun 2017 bertujuan untuk: (1) meningkatkan

kompetensi dan profesionalisme guru, (2) memantapkan penguasaan dan kemampuan guru dalam

mengimplementasikan kurikulum di sekolah (3) menentukan kelulusan guru peserta setifikasi melalui

PLPG.

Berdasarkan Buku Panduan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan tahun 2016 (Buku 3), PLPG tahun 2017 ujian kompetensi dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu ujian akhir PLPG (meliputi Ujian Tulis LPTK dan Uji Kinerja), dan UKG)/UTN). Syarat mengikuti UKG/UTN harus lulus terlebih dahulu ujian akhir PLPG. Bagi peserta yang tidak lulus UTN diberi kesempatan mengulang pada tahun berikutnya sebanyak 4 kali, 1 kali dalam satu semester

Penentuan kelulusan ujian akhir PLPG 2017, dengan Skor Akhir PLPG (SAP) minimal 70. Peserta

yang belum lulus PLPG diberi kesempatan mengikuti Uji Tulis LPTK (UTL) ulang sebanyak dua kali.

Sedangkan UTN/UKG dilaksanakan secara Online. Setifikat Pendidikan diberikan kepada peserta yang

mendapat Nilai UTN 80.

Suplemen Bahan PLPG ini memuat Struktur Kurikulum PLPG, Kisi-kisi UKG/UTN, dan Suplemen

Bahan Ajar PLPG bidang studi

Semarang, September 2017

Ketua PSG UNNES

Page 4: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

iv Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv

STRUKTUR KURIKULUM PLPG 2017 & SKENARIONYA ..................................................... 1

KISI-KISI UJI TULIS NASIONAL/UKG/PLPG ...................................................................... 4

SUPLEMEN BAHAN AJAR ............................................................................................... 16

Materi 1 ....................................................................................................................... 16

Materi 2 ........................................................................................................................ 26

Materi 3 ........................................................................................................................ 34

Materi 4 ........................................................................................................................ 39

Materi 5 ........................................................................................................................ 44

Materi 6 ........................................................................................................................ 50

Materi 7 ....................................................................................................................... 56

Materi 8 ........................................................................................................................ 60

Materi 9 ........................................................................................................................ 67

Materi 10 ...................................................................................................................... 75

Materi 11 ...................................................................................................................... 82

Materi 12 ...................................................................................................................... 89

Page 5: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 1

Struktur Kurikulum Sertifikasi Guru melalui PLPG dan Skenarionya Unversitas Negeri Semarang Tahun 2017

Prodi Pendidikan Guru Kelas PAUD/TK

No Materi Jml JP

A UMUM : Kebijakan Pengembangan Profesi Guru (KPPG) 6 A1. Guru profesional (Standar Kompetensi Guru dan etika provesi guru

A2. Penilaian kinerja guru (PKG), pengembangan diri dan guru pembelajar A3. Literasi dan Wawasan PTK Skenario: ➢ Instruktur menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi dan wacana yang

berupa kasus/fenomena untuk merangsang peserta untuk bertanya dan berargumentasi.

➢ Instruktur memfasilitasi peserta untuk berdiskusi dan menggali informasi melalui berbagai sumber dan media belajar.

➢ Instruktur membimbing peserta dalam mengolah/ menganalisis/ mengasosiasi informasi menjadi bermakna dan dapat mengomunikasikannya kepada orang lain

2 2 2

B LAPORAN PRAKONDISI 6 Presentasi Laporan Hasil Pembekalan oleh Peserta, dengan skenario:

➢ Presentasi laporan hasil pembekalan materi dilaksanakan dalam kelompok yang terdiri atas 10 peserta (dalam kondisi tertentu jumlah kelompok dapat disesuaikan) dengan difasilitasi oleh satu orang instruktur yang memiliki NRI PLPG yang relevan.

➢ Presentasi laporan hasil pembekalan materi bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional peserta sebagai hasil dari belajar mandiri sumber belajar pedagogik dan bidang studi.

➢ Presentasi hasil pembekalan materi juga dapat menjadi ajang peserta dalam mempertanggung-jawabkan (akuntabilitas) pelaksanaan pembekalan termasuk laporan yang disusun.

➢ Setiap peserta diberikan waktu presentasi selama makimal 20 menit. Sepuluh menit berikutnya untuk memberikan pertanyaan atau balikan dari instruktur ataupun teman sejawat.

➢ Peserta mempresentasikan secara ringkas isi laporan yang telah disusun yang meliputi ringkasan, materi yang sulit dipelajari, materi penting atau esensial tetapi tidak ada di dalam sumber belajar, dan materi yang tidak penting (tidak perlu) tetapi ada di dalam sumber belajar.

➢ Instruktur memberikan balikan atau komentar dan memberikan penilaian dengan menggunkan format yang telah

C PENDALAMAN MATERI : Pedagogik dan Bidang Studi 36 C1 . Pendalaman Materi Pedagogik

C1.1. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini. C1.2. Teori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD

C1.4. Media Pembelajaran di PAUD, dan Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini Skenario

➢ Instruktur memfasilitasi peserta untuk mengidentifikasi problematika pembelajaran yang terkait dengan materi kisi-kisi PLPG yang dianggap sulit, baik dalam memahami maupun cara mengajarkannya selama mereka menjadi guru melalui penayangan video pembelajaran, gambar, wacana atau objek lain yang relevan.

➢ Instruktur memfasilitasi peserta dalam merumuskan permasalahan yang relevan. ➢ Instruktur memfasilitasi peserta dalam menggali informasi untuk menemukan

alternatif solusi dalam pemecahan masalah.

8 2 2 2 2

C2. Pendalaman Materi Bidang Studi ruang lingkup C2.1. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PAUD C2.2. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN BAHASA AUD

4 4

Page 6: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

2 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

C2.3. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN SOSEM DAN MORAL AGAMA AUD C2.4. BERMAIN, PERMAINAN DAN TIK PAUD C2.5. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK AUD C2.6. ASSESMENT PERKEMBANGAN AUD C2.7. PEMBELAJARAN ILMU SOSIAL AUD C2.8. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS AUD

Skenario ➢ Instruktur memfasilitasi peserta untuk mengidentifikasi materi dari kisi-kisi PLPG

yang dianggap sulit, baik dalam memahami maupun cara mengajarkannya selama mereka menjadi guru.

➢ Instruktur memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan permasalahan yang relevan dengan materi yang sulit melalui penayangan video, gambar, diagram, atau objek lain yang relevan.

➢ Instruktur memfasilitasi dalam menggali informasi untuk menemukan alternatif solusi dalam pemecahan masalah

➢ Instruktur melakukan konfirmasi/penguatan terhadap hasil kerja dan diskusi kelompok.

➢ Instruktur memfasilitasi pembelajaran kolaboratif melalui kerja kelompok dan peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok secara lisan/poster/unjuk kerja/gesture

➢ Instruktur memberikan tugas-tugas mandiri untuk materi yang memerlukan pendalaman lebih lanjut.

➢ Pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran antara lain discovery learning, inquiry learning, problem based learning, dan/atau project based learning. Instruktur memberikan tugas-tugas mandiri untuk materi yang memerlukan pendalaman lebih lanjut.

4 4 3 3 3 3

D WORKSHOP PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN 30 D1. 1. Memahami konsep kurikulum 2013 dan implementa-

sinya, meliputi : Memahami permen yang mendasari kurikulum 2013 o Permen 20/16. SKL o Permen 21/16. Standar Isi o Permen 22/16. Standar Proses o Permen 23/16. Standar Penilaian o Permen 24/16. KD dan KI Kurikulum 2013

2. Pengembangan Silabus 1 (memilih KD, mengembangkan indikator & tujuan, memilih model/strategi/metode/pendekatan dan penilaian pembelajaran) yang akan digunakan pada RPP 1 untuk waktu 1 JP

3. Pengembangan Silabus 2 (memilih KD, mengembangkan indikator, & tujuan, memilih model/strategi/metode/pendekatan dan penilaian pembelajaran) yang akan digunakan pada RPP 2 untuk waktu 1 JP

Skenario pada kegiatan Workshop ➢ Instrukstur memberikan contoh perangkat pembelajaran hasil workhsop PLPG

tahun sebelumnya atau hasil kerja mahasiswa sesuai kurikulum yang berlaku dan dilakukan analisis bersama.

➢ Peserta difasilitasi instruktur untuk melakukan orientasi dan mendiskusikan komponen dalam format RPP, lembar kerja peserta didik (LKPD), rancangan bahan ajar, media, dan perangkat penilaian.

➢ Peserta memilih kompetensi dasar (KD) yang akan dikembangkan menjadi perangkat pembelajaran.

➢ Peserta difasilitasi instruktur melakukan analisi KD yang terpilih sesuai dengan sumber belajar.

➢ Instruktur harus dapat mensimulasikan atau memberi contoh penerapan prinsip-prinsip pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku.

➢ Peserta didampingi instruktur mengembangkan perangkat pembelajaran, yang terdiri atas: o RPP sesuai format kurikulum yang berlaku o Rancangan materi ajar

10

Page 7: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 3

o Media pembelajaran o LKPD dan perangkat penilaian

➢ Presentasi dan refleksi hasil workshop D2. Mengembangkan perangkat pembelajaran 1 (PP 1)

o RPP 1 o Materi Ajar 1 o Media pembelajaran 1 (Alat peraga, LKPD, PPT/filem) o LKPD dan Instrumen penilaian 1 (kisi-kisi, soal, kunci jawaban, pedomen pensekoran)

Catatan PP1 untuk waktu 1 JP

10

D3. Mengembangkan perangkat pembelajaran 2 (PP 2) o RPP 2 o Materi Ajar 2 o Media pembelajaran 2 (Alat peraga, LKPD, PPT/film) o LKPD dan Instrumen penilaian 2 (kisi-kisi, soal, kunci jawaban, pedomen pensekoran)

Catatan PP2 untuk waktu 1 JP

10

E PEER TEACHING 20 E1. Peer Teaching 1

Mengimplementasikan PP1/PP2 sebagai latihan Skenario

➢ Setiap peserta diberi waktu 50 menit, dengan 30 menit peer teaching dan 20 menit umpan balik dari instruktur/peserta

10

E2. Peer Teaching 2 Mengimplementasikan PP1/PP2 sebagai Uji Kinerja

Skenario ➢ dilaksanakan dengan durasi waktu 1 JP (50 menit).

10

F UJI TULIS LPTK (UTL) 2 Fo. UTL Utama, dilaksanakan pada hari ke-6

F1. UTL Ulang 1, dilaksanakan pada hari ke-8 F2. UTL Ulang 2, dilaksanakan pada hari ke-10 Catatan : Peserta yang tidak lulus UTL tidak bisa mengikuti UTN

G UJI TULIS NASIONAL (UTN) 2 UTN -Online, dilaksanakan pada hari ke-12

G0. UTN Utama bagi peserta yang lulus UTL G1. UTN ulang 1, satu semester setelah F0 G2. UTN ulang 2, dua semester setelah F0 G3. UTN ulang 3, tiga semester setelah F0 G4. UTN ulang 4, empat semester setelah F0 Catatan. Peserta yang sudah lulus UKG terbebas dari UTN

Penentuan kelulusan ujian akhir PLPG ditentukan dengan rumus dan ketentuan sebagai berikut: SAP = 0,15SP + 0,30SUT + 0,35SUK + 0,20SWS Keterangan: SAP : Skor Akhir PLPG SP : Skor Pembekalan SUT : Skor Uji Tulis SUK : Skor Uji Kinerja SWS : Skor Workshop SP = 0,30SPP + 0,30SLP + 0,40SPL Keterangan: SP : Skor Pembekalan SPP : Skor Proses Pembekalan SLP : Skor Laporan Pembekaan SPL : Skor Presentasi Lapora Hasil Pembekalan KKM Menggunakan Penilaian Acuan Kriteria (PAP) o SP minimal 65 o SAP minimal 70 o SUT minimal 70 o SUK minimal 76

Page 8: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

4 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

KISI-KISI MATERI PLPG

MATA PELAJARAN GURU TK/PAUD/RA

No

Kompe

- tensi

Utama

Standar Kompetensi Guru (SKG)

Kompetensi Inti Guru (KI)

Kompetensi Guru Mata Pelajaran

(KD)

Indikator Pencapaian

Kompetensi (IPK)

a b C D E

1 Pedagogik

Menguasai karakteristik

peserta didik dari aspek

fisik, moral, sosial,

kultural, emosional, dan

intelektual.

1.1. Memahami karakteristik

peserta didik usia TK/PAUD

yang berkaitan dengan aspek

fisik, intelektual,

sosial-emosional, moral, dan latar belakang sosial-budaya

Dengan ilustrasi kasus, peserta

dapat mendeteksi karakteristik

peserta didik usia TK/PAUD yang

berkaitan dengan aspek fisik,

intelektual, sosial emosional,

moral, dan latar belakang sosial-

budaya

Pedagogik Menguasai karakteristik

peserta didik dari aspek

fisik, moral, sosial,

kultural, emosional, dan

intelektual.

1.4 Mengidentifikasi

kesulitan peserta didik usia

TK/PAUD dalam berbagai

bidang Pengembangan

Melalui ilustrasi kasus,

peserta dapat menafsirkan

contoh kesulitan peserta

ddik usia TK/PAUD dalam

berbagai aspek

perkembangan.

Pedagogik Menguasai teori belajar

dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang

mendidik.

2.1 Memahami berbagai teori

belajar dan prinsip-prinsip

bermain sambil belajar yang

mendidik yang terkait dengan

berbagai bidang pengembangan

di TK/PAUD.

Melalui pemberian ilustrasi

contoh kegiatan, peserta dapat

memadukan penerapan teori

belajar dan prinsip belajar

melalui bermain dalam

berbagai bidang

pengembangan di TK/PAUD.

Pedagogik Menguasai teori belajar

dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang

mendidik.

2.2 Menerapkan berbagai

pendekatan, strategi, metode,

dan teknik bermain sambil

belajar yang bersifat holistik,

otentik, dan bemakna, yang

terkait dengan berbagai

bidang pengembangan di

TK/PAUD.

Dengan gambaran contoh

pembelajaran, peserta dapat

menggambarkan penerapan

pendekatan pembelajaran

berpusat pada anak melalui

metode bermain seraya belajar

yang bersifat holistik dan

bermakna dalam berbagai

bidang pengembangan di

TK/RA. Pedagogik Mengembangkan

kurikulum yang terkait

dengan bidang

pengembangan yang

diampu.

3.1 Memahami prinsip-

prinsip pengembangan

kurikulum.

Melalui ilustrasi praktik

kurikulum TK/PAUD, peserta

dapat menelaah prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum

anak usia dini.

Pedagogik Mengembangkan

kurikulum yang terkait

dengan bidang

pengembangan yang

diampu.

3.2 Menentukan tujuan

kegiatan pengembangan

yang mendidik

Pedagogik Mengembangkan

kurikulum yang terkait

dengan bidang

pengembangan yang

diampu.

3.3 Menentukan kegiatan

bermain sambil belajar yang

sesuai untuk mencapai

tujuan pengembangan

Dengan menggunakan ilustrasi

kasus, peserta dapat

memadukan kegiatan bermain

seraya belajar yang sesuai usia

perkembangan anak untuk

mencapai tujuan

pengembangan.

Page 9: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 5

Pedagogik Mengembangkan

kurikulum yang terkait

dengan bidang

pengembangan yang

diampu.

3.4 Memilih materi kegiatan

pengembangan yang mendidik

yaitu kegiatan bermain sambil

belajar sesuai dengan tujuan

pengembangan.

Memilih materi kegiatan

bermain sambil belajar yang

sesuai untuk mencapai

tujuan pengembangan.

Pedagogik Mengembangkan

kurikulum yang terkait

dengan bidang

pengembangan yang

diampu.

3.5 Menyusun

perencanaan semester,

mingguan dan harian

dalam berbagai kegiatan

pengembangan di

TK/PAUD.

Dengan menggunakan ilustrasi

proses pembelajaran, peserta

dapat menggambarkan contoh

perencanaan kegiatan bermain

yang mendidik dalam berbagai

kegiatan pengembangan di

TK/PAUD.

Pedagogik Mengembangkan

kurikulum yang terkait

dengan bidang

pengembangan yang

diampu.

3.6 Mengembangkan

indikator dan instrumen

penilaian.

Melalui pemberian contoh

penilaian, peserta dapat

memilih jenis instrumen dan

teknik penilaian dalam

kegiatan pengembangan di

TK/PAUD.

Pedagogik Menyelenggarakan

kegiatan pengembangan

yang mendidik

4.1 Memahami prinsip-

prinsip perancangan

kegiatan pengembangan

yang mendidik dan

menyenangkan.

Dengan menggunakan

ilustrasi kegiatan

pembelajaran, peserta dapat

menelaah prinsip- prinsip

perancangan kegiatan

pengembangan yang

mendidik dan

menyenangkan.

Pedagogik Menyelenggarakan

kegiatan pengembangan

yang mendidik

4.2 Mengembangkan

komponen- komponen

rancangan kegiatan

pengembangan yang

mendidik dan

menyenangkan.

Dengan menggunakan

ilustrasi kegiatan

pembelajaran, peserta

dapat menetapkan

komponen-komponen

perancangan kegiatan

pengembangan yang

mendidik dan

menyenangkan.

Pedagogik Menyelenggarakan

kegiatan pengembangan

yang mendidik

4.4 Menerapkan kegiatan

bermain yang bersifat

holistik, otentik, dan

bermakna.

Dengan ilustrasi

penyelenggaraan kegiatan

bermain, peserta dapat

memberi contoh kegiatan

bermain yang bersifat holistik,

otentik, dan bermakna.

Pedagogik Menyelenggarakan

kegiatan pengembangan

yang mendidik

4.5 Menciptakan suasana

bermain yang menyenangkan,

inklusif, dan demokratis.

Melalui ilustrasi kasus,

peserta dapat menunjukkan

contoh suasana bermain yang

menyenangkan, inklusif, dan

demokratis. Pedagogik

Menyelenggarakan

kegiatan pengembangan

yang mendidik

4.6 Memanfaatkan media dan

sumber belajar yang sesuai

dengan pendekatan bermain

sambil belajar.

Melalui ilustrasi

penyelenggaraan kegiatan

bermain, peserta dapat

mengkategori

pemanfaatan media dan

sumber belajar yang

sesuai dengan pendekatan

bermain sambil belajar.

Page 10: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

6 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Pedagogik Menyelenggarakan

kegiatan pengembangan

yang mendidik

4.7 Menerapkan tahapan

bermain anak dalam kegiatan

pengembangan di TK/PAUD.

Melalui ilustrasi

penyelenggaraan kegiatan

bermain, peserta

merencanakan penerapan

tahapan bermain dalam

pengembangan di TK/PAUD.

Pedagogik Memanfaatkan

teknologi informasi

dan komunikasi untuk

kepentingan

penyelenggaraan

kegiatan

pengembangan yang

mendidik.

5.1 Memanfaatkan

teknologi informasi dan

komunikasi untuk

meningkatkan kualitas

kegiatan pengembangan

yang mendidik.

Melalui ilustrasi

penyelenggaraan

pengembangan di TK/PAUD,

peserta dapat memberikan

contoh pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi

untuk meningkatkan kualitas

kegiatan pengembangan yang

mendidik.

Pedagogik Memfasilitasi

pengembangan potensi

peserta didik untuk

mengaktualisasikan

berbagai potensi yang

dimiliki.

6.1 Menyediakan berbagai

kegiatan bermain sambil

belajar untuk mendorong

peserta didik

mengembangkan potensinya

secara optimal termasuk

kreativitasnya

Dengan ilustrasi contoh,

peserta dapat merumuskan

kegiatan bermain sambil

belajar untuk optimalisasi

perkembangan anak dan

kreativitasnya.

Pedagogik Berkomunikasi secara

efektif, empatik, dan

santun dengan peserta

didik

7.1 Memahami berbagai

strategi berkomunikasi yang

efektif, empatik dan santun,

baik secara lisan maupun

tulisan.

Melalui ilustrasi contoh

kegiatan, peserta dapat

membedakan strategi

komunikasi efektif

empatik dan santun, baik

secara lisan maupun tulisan

kepada anak didik.

Pedagogik Berkomunikasi secara

efektif, empatik, dan

santun dengan peserta

didik

7.2 Berkomunikasi secara

efektif, empatik, dan santun

dengan peserta didik dengan

bahasa yang khas

dalam interaksi pembelajaran

yang terbangun secara siklikal

dari (a) penyiapan kondisi

psikologis peserta didik, (b)

memberikan pertanyaan atau

tugas sebagai undangan

kepada peserta didik untuk

merespons, (c) respons peserta

didik, (d) reaksi

guru terhadap respons peserta

didik, dan seterusnya.

Melalui ilustrasi contoh

kegiatan, peserta dapat

menemukan contoh

komunikasi efektif

empatik dan santun, baik

secara lisan maupun tulisan

kepada anak didik.

Pedagogik Menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi

proses dan hasil belajar

8.1 Memahami prinsip-

prinsip penilaian dan

evaluasi proses dan hasil

belajar sesuai dengan

karakteristik anak usia dini.

Melalui ilustrasi kegiatan

penilaian, peserta dapat

menunjukkan prinsip penilaian

dan evaluasi proses dan hasil

belajar sesuai dengan

karakteristik anak usia dini.

Pedagogik Menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi

proses dan hasil belajar

8.2 Menentukan aspek-aspek

proses dan hasil belajar yang

penting untuk dinilai dan

dievaluasi sesuai dengan

karakteristik anak usia dini.

Melalui contoh kegiatan

penilaian di TK/PAUD peserta

dapat memilih

aspek-aspek proses dan hasil

belajar yang penting untuk

dinilai dan dievaluasi sesuai

dengan karakteristik anak usia

dini.

Page 11: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 7

Pedagogik Menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi

proses dan hasil belajar

8.3 Menentukan prosedur

penilaian dan evaluasi proses

dan hasil belajar.

Dengan ilustrasi kasus, peserta

dapat mengatur urutan

prosedur penilaian dan evaluasi

proses dan hasil belajar.

Pedagogik Menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi

proses dan hasil belajar

8.4 Mengembangkan

instrumen penilaian dan

evaluasi proses dan hasil

belajar.

Peserta dapat memperbaharui

proses penyusunan

rancangan instrumen

penilaian dan evaluasi proses

dan hasil belajar, Pedagogik Menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi

proses dan hasil belajar

8.6 Menganalisis hasil

penilaian proses dan hasil

belajar untuk berbagai

tujuan.

Dengan ilustrasi kasus, peserta

dapat mengoreksi hasil

penilaian proses dan hasil

belajar untuk peningkatan

kemampuan anak.

Pedagogik Menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi

proses dan hasil belajar

8.7 Melakukan evaluasi

proses dan hasil belajar.

Menilai contoh evaluasi

proses dan hasil belajar.

Pedagogik Memanfaatkan hasil

penilaian dan evaluasi

untuk kepentingan

pembelajaran.

9.1 Menggunakan

informasi hasil penilaian

dan evaluasi untuk

menentukan ketuntasan

belajar.

Melalui ilustrasi kasus, peserta

dapat memperjelas

penggunaan hasil penilaian

dan evaluasi untuk

menentukan ketuntasan

belajar anak

Pedagogik Memanfaatkan hasil

penilaian dan evaluasi

untuk kepentingan

pembelajaran.

9.2 Menggunakan informasi

hasil penilaian dan evaluasi

untuk merancang program

remedial dan pengayaan.

Melalui ilustrasi kasus,

peserta dapat merumuskan

hasil penilaian dan evaluasi

untuk merancang program

remedial dan pengayaan.

Pedagogik Memanfaatkan hasil

penilaian dan evaluasi

untuk kepentingan

pembelajaran.

.4 Memanfaatkan informasi

hasil penilaian dan evaluasi

pembelajaran untuk

meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Melalui ilustrasi kasus,

peserta dapat

mengorganisasikan informasi

hasil penilaian dan evaluasi

pembelajaran untuk

meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Pedagogik Melakukan tindakan

reflektif untuk

peningkatan kualitas

pembelajaran.

10.2 Memanfaatkan hasil

refleksi untuk perbaikan dan

pengembangan TK/PAUD/RA.

Menggunakan hasil refleksi

pembelajaran yang telah

dilaksanakan untuk

perbaikan dan

pengembangan

TK/PAUD/RA..

Pedagogik Melakukan tindakan

reflektif untuk

peningkatan kualitas

pembelajaran.

10.3 Melakukan penelitian

tindakan kelas untuk

meningkatkan kualitas

pembelajaran TK/PAUD/RA.

Dengan diberikan kasus,

peserta dapat mengurutkan

langkah penelitian tindakan

kelas untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran

TK/PAUD/RA.

2 Profesional Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Dengan ilustrasi kegiatan yang

dilakukan anak usia dini,

peserta dapat menelaah

konsep dasar matematika

dalam bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Page 12: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

8 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Profesional Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Merumuskan kegiatan

matematika permulaan,

dalam bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Profesional Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Dengan ilustrasi kegiatan yang

dilakukan anak usia dini,

peserta dapat menelaah

konsep dasar sains dalam

bidang pengembangan anak

TK/PAUD.

Profesional Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Memberikan contoh

kegiatan sains

permulaan, dalam bidang

pengembangan anak TK/PAUD.

Profesional Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Dengan ilustrasi kegiatan yang

dilakukan anak usia dini,

peserta dapat menelaah

konsep dasar bahasa dalam

bidang pengembangan anak

TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Memilih kegiatan bahasa

(membaca permulaan) dalam

bidang pengembangan anak

TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Dengan ilustrasi kegiatan yang

dilakukan anak usia dini,

peserta dapat menunjukkan

konsep dasar studi sosial

bidang pengembangan anak

TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Memilih kegiatan studi

sosial dalam bidang

pengembangan anak

TK/PAUD.

Profesional Menguasai materi, struktur,

konsep, dan pola pikir

keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Dengan ilustrasi kegiatan

yang dilakukan anak usia dini,

peserta dapat menelaah

konsep dasar agama dalam

bidang pengembangan anak

TK/PAUD.

Page 13: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 9

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Memilih kegiatan agama

dalam bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Dengan ilustrasi kegiatan yang

dilakukan anak usia dini,

peserta dapat memilih konsep

dasar seni dalam bidang

pengembangan anak

TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Menilai kegiatan seni rupa

dalam bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Menilai kegiatan seni musik

& lagu dalam bidang

pengembangan anak

TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Dengan ilustrasi kegiatan yang

dilakukan anak usia dini,

peserta dapat memilih konsep

dasar pendidikan jasmani

dalam bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Menentukan kegiatan

pendidikan jasmani dalam

bidang pengembangan anak

TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Dengan ilustrasi kegiatan yang

dilakukan anak usia dini,

peserta dapat memilih konsep

dasar kesehatan dalam

bidang pengembangan anak

TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan

gizi sebagai sarana

pengembangan untuk setiap

bidang pengembangan anak

TK/PAUD.

Menilai kegiatan kesehatan

dalam bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Page 14: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

10 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Dengan ilustrasi kegiatan yang

dilakukan anak usia dini,

peserta dapat menelaah

konsep dasar gizi dalam

bidang pengembangan anak

TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.1 Menguasai konsep dasar

matematika, sains, bahasa,

pengetahuan sosial, agama,

seni, pendidikan jasmani,

kesehatan dan gizi sebagai

sarana pengembangan untuk

setiap bidang pengembangan

anak TK/PAUD.

Memilih kegiatan gizi

dalam bidang

pengembangan anak

TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.2 Menguasai penggunaan

berbagai alat permainan untuk

mengembangkan aspek fisik,

kognitif, sosial-emosional, nilai

moral, sosial budaya, dan

bahasa anak TK/PAUD.

Menentukan penggunaan

berbagai alat permainan untuk

mengembangkan aspek fisik

anak TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.2 Menguasai penggunaan

berbagai alat permainan untuk

mengembangkan aspek fisik,

kognitif, sosial-emosional,

nilai moral, sosial budaya,

dan bahasa anak TK/PAUD.

Menelaah penggunaan

berbagai alat permainan

untuk mengembangkan aspek

kognitif anak TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.2 Menguasai penggunaan

berbagai alat permainan untuk

mengembangkan aspek fisik,

kognitif, sosial-emosional, nilai

moral, sosial budaya, dan

bahasa anak TK/PAUD.

Memilih penggunaan

berbagai alat permainan

untuk mengembangkan aspek

sosial-emosional anak

TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.2 Menguasai penggunaan

berbagai alat permainan untuk

mengembangkan aspek fisik,

kognitif, sosial-emosional,

nilai moral, sosial budaya,

dan bahasa anak TK/PAUD.

Menelaah penggunaan

berbagai alat permainan

untuk mengembangkan aspek

moral anak TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.2 Menguasai penggunaan

berbagai alat permainan untuk

mengembangkan aspek fisik,

kognitif, sosial-emosional, nilai moral, sosial budaya, dan

bahasa anak TK/PAUD.

Menelaah penggunaan

berbagai alat permainan untuk

mengembangkan aspek sosial

budaya anak TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.2 Menguasai penggunaan

berbagai alat permainan untuk

mengembangkan aspek fisik,

kognitif, sosial-emosional, nilai

moral, sosial budaya, dan

bahasa anak TK/PAUD.

Memilih penggunaan berbagai

alat permainan untuk

mengembangkan aspek

bahasa anak TK/PAUD.

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.3 Menguasai berbagai

permainan anak.

Menggunakan ilustrasi

kegiatan bermain pada anak

usia dini, peserta dapat

memilih berbagai alat

permainan edukatif anak.

Page 15: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 11

Profesional

Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.3 Menguasai berbagai

permainan anak.

Menggunakan ilustrasi

kegiatan bermain pada anak

usia dini, peserta dapat

memilih berbagai alat

permainan edukatif anak.

Profesional Menguasai materi,

struktur, konsep, dan pola

pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.3 Menguasai berbagai

permainan anak.

Peserta dapat menelaah

berbagai alat permainan

edukatif anak.

Profesional Menguasai materi,

struktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang diampu.

20.3 Menguasai berbagai

permainan anak.

Peserta dapat menentukan

contoh langkah/cara

bermain dengan alat

permainan edukatif anak

Profesional Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.1 Memahami

kemampuan anak TK/PAUD

dalam setiap bidang

pengembangan.

Memilih kemampuan anak usia

4-5 tahun dalam bidang

pengembangan moral dan nilai

agama.

Profesional

Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.1 Memahami

kemampuan anak TK/PAUD

dalam setiap bidang

pengembangan.

Melalui ilustrasi kasus, peserta

dapat membedakan

kemampuan anak sesuai usia

perkembangannya dalam

bidang pengembangan bahasa.

Profesional

Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.1 Memahami

kemampuan anak TK/PAUD

dalam setiap bidang

pengembangan.

Melalui ilustrasi kasus, peserta

dapat membedakan

kemampuan anak sesuai usia

perkembangannya dalam

bidang pengembangan sosial-

emosi.

Profesional

Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.1 Memahami

kemampuan anak TK/PAUD

dalam setiap bidang

pengembangan.

Melalui ilustrasi kasus,

peserta dapat menelaah

kemampuan anak sesuai usia

perkembangannya dalam

bidang pengembangan

kognitif.

Profesional

Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.1 Memahami

kemampuan anak TK/PAUD

dalam setiap bidang

pengembangan.

Melalui ilustrasi kasus, peserta

dapat membedakan

kemampuan anak sesuai usia

perkembangannya dalam

bidang pengembangan fisik-

motorik..

Profesional

Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.1 Memahami

kemampuan anak TK/PAUD

dalam setiap bidang

pengembangan.

Melalui ilustrasi kasus, peserta

dapat menunjukkan

kemampuan anak sesuai usia

perkembangannya dalam

bidang pengembangan moral-

agama.

Page 16: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

12 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Profesional

Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.1 Memahami

kemampuan anak TK/PAUD

dalam setiap bidang

pengembangan.

Melalui ilustrasi kasus, peserta

dapat membedakan

kemampuan anak sesuai usia

perkembangannya dalam

bidang pengembangan

bahasa.

Profesional Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.1 Memahami

kemampuan anak TK/PAUD

dalam setiap bidang

pengembangan.

Menentukan kemampuan

anak usia 5-6 tahun dalam

bidang pengembangan

kognitif.

Profesional Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.1 Memahami

kemampuan anak TK/PAUD

dalam setiap bidang

pengembangan.

Memilih kemampuan anak usia

5-6 tahun dalam bidang

pengembangan sosial emosi.

Profesional

Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.1 Memahami

kemampuan anak TK/PAUD

dalam setiap bidang

pengembangan.

Melalui ilustrasi kasus, perseta

dapat membedakan

kemampuan anak sesuai usia

perkembangannya dalam setiap

bidang pengembangan.

Profesional

Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.2 Memahami kemajuan

anak dalam setiap bidang

pengembangan di TK/PAUD.

Melalui contoh kasus, peserta

dapat menunjukkan kemajuan

anak dalam setiap bidang

pengembangan di TK/PAUD.

Profesional

Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.2 Memahami kemajuan

anak dalam setiap bidang

pengembangan di TK/PAUD.

Melalui contoh kasus, peserta

dapat membedakan kemajuan

anak dalam setiap bidang

pengembangan di TK/PAUD.

Profesional

Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.3 Memahami tujuan

setiap kegiatan

pengembangan.

Melalui contoh kasus,

peserta dapat memilih

tujuan kegiatan

pengembangan nilai agama

dan moral di TK/PAUD.

Profesional Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.3 Memahami tujuan

setiap kegiatan

pengembangan.

Melalui contoh kasus, peserta

dapat menentukan tujuan

kegiatan pengembangan

bahasa di TK/PAUD.

Profesional Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.3 Memahami tujuan

setiap kegiatan

pengembangan.

Melalui contoh kasus, peserta

dapat memilih tujuan kegiatan

pengembangan kognitif di

TK/PAUD.

Profesional Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.3 Memahami tujuan

setiap kegiatan

pengembangan.

Melalui contoh kasus, peserta

dapat menentukan tujuan

kegiatan pengembangan

sosial-emosi di TK/PAUD.

Page 17: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 13

Profesional Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang

pengembangan yang

diampu.

21.3 Memahami tujuan

setiap kegiatan

pengembangan.

Melalui contoh kasus, peserta

dapat menetapkan tujuan

kegiatan pengembangan

fisik-motorik di TK/PAUD.

Profesional

Mengembangkan

materi pembelajaran

yang diampu secara

kreatif.

22.1 Memilih materi bidang

pengembangan yang sesuai

dengan tingkat perkembangan

peserta didik.

Dengan contoh kegiatan

pengembangan, peserta

dapat menunjukkan materi

bidang pengembangan nilai

agama dan moral yang

sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Profesional

Mengembangkan

materi pembelajaran

yang diampu secara

kreatif.

22.1 Memilih materi bidang

pengembangan yang sesuai

dengan tingkat perkembangan

peserta didik.

Dengan contoh kegiatan

pengembangan, peserta

dapat memilih materi bidang

pengembangan kognitif yang

sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Profesional

Mengembangkan

materi pembelajaran

yang diampu secara

kreatif.

22.1 Memilih materi bidang

pengembangan yang sesuai

dengan tingkat perkembangan

peserta didik.

Dengan contoh kegiatan

pengembangan, peserta dapat

memilih materi bidang

pengembangan bahasa yang

sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Profesional

Mengembangkan

materi pembelajaran

yang diampu secara

kreatif.

22.1 Memilih materi bidang

pengembangan yang sesuai

dengan tingkat perkembangan

peserta didik.

Dengan contoh kegiatan

pengembangan, peserta dapat

menunjukkan materi bidang

pengembangan sosial- emosi

yang sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Profesional

Mengembangkan

materi pembelajaran

yang diampu secara

kreatif.

22.1 Memilih materi bidang

pengembangan yang sesuai

dengan tingkat perkembangan

peserta didik.

Dengan contoh kegiatan

pengembangan, peserta dapat

menentukan materi bidang

pengembangan fisik-motorik

yang sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Profesional

Mengembangkan

materi pembelajaran

yang diampu secara

kreatif.

22.1 Memilih materi bidang

pengembangan yang sesuai

dengan tingkat perkembangan

peserta didik.

Dengan contoh kegiatan

pengembangan, peserta

dapat membedakan materi

bidang pengembangan nilai

agama dan moral yang

sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Page 18: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

14 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Profesional

Mengembangkan

materi pembelajaran

yang diampu secara

kreatif.

22.1 Memilih materi bidang

pengembangan yang sesuai

dengan tingkat perkembangan

peserta didik.

Dengan contoh kegiatan

pengembangan, peserta

dapat menunjukkan materi

bidang pengembangan

kognitif yang sesuai dengan

tingkat perkembangan

peserta didik.

Profesional Mengembangkan

materi pembelajaran

yang diampu

secara kreatif.

22.1 Memilih materi bidang

pengembangan yang sesuai

dengan

tingkat perkembangan peserta didik.

Dengan contoh kegiatan

pengembangan, peserta

dapat menelaah materi

bidang pengembangan

bahasa yang sesuai dengan

tingkat perkembangan

peserta didik.

Profesional

Mengembangkan

materi pembelajaran

yang diampu secara

kreatif.

22.1 Memilih materi bidang

pengembangan yang sesuai

dengan tingkat perkembangan

peserta didik.

Dengan contoh kegiatan

pengembangan, peserta

dapat menunjukkan materi

bidang pengembangan

sosial-

emosi yang sesuai dengan

tingkat perkembangan peserta

didik.

Profesional

Mengembangkan

materi pembelajaran

yang diampu secara

kreatif.

22.1 Memilih materi bidang

pengembangan yang sesuai

dengan tingkat perkembangan

peserta didik.

Dengan contoh kegiatan

pengembangan, peserta

dapat menunjukkan materi

bidang pengembangan fisik-

motorik yang sesuai dengan

tingkat perkembangan

peserta didik.

Profesional

Mengembangkan

materi pembelajaran

yang diampu secara

kreatif.

22.2 Mengolah materi bidang

pengembangan secara kreatif

sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Melalui pemberian ilustrasi

kasus, peserta dapat

mengorganisasikan materi

bidang pengembangan secara

kreatif menjadi kegiatan yang

sesuai dengan tingkat

perkembangan usia 4-5 tahun.

Profesional

Mengembangkan

materi pembelajaran

yang diampu secara

kreatif.

22.2 Mengolah materi bidang

pengembangan secara kreatif

sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Mengorganisasikan materi

bidang pengembangan secara

kreatif menjadi kegiatan

terpadu yang sesuai dengan

tingkat perkembangan usia 5-6

tahun.

Profesional Mengembangkan

keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan

melakukan tindakan

reflektif.

23.1 Melakukan refleksi

terhadap kinerja sendiri

secara terus menerus.

Dengan ilustrasi kegiatan,

peserta dapat menilai contoh

kinerja sendiri secara terus

menerus.

Profesional Mengembangkan

keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan

melakukan tindakan

reflektif.

23.2 Memanfaatkan hasil

refleksi dalam rangka

peningkatan

keprofesionalan.

Peserta dapat

merumuskan pemanfaatan hasil

refleksi dalam

rangka peningkatan

keprofesionalan.

Profesional Mengembangkan

keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan

melakukan tindakan

reflektif.

23.2 Memanfaatkan hasil

refleksi dalam rangka

peningkatan

keprofesionalan.

Peserta dapat memilih upaya

peningkatan keprofesionalan

berdasarkan hasil refleksi.

Page 19: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 15

Profesional Mengembangkan

keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan

melakukan tindakan

reflektif.

23.3 Melakukan penelitian

tindakan kelas untuk

peningkatan keprofesionalan.

Peserta dapat memilih contoh

masalah dalam penelitian

tindakan kelas untuk

peningkatan keprofesionalan.

Profesional Mengembangkan

keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan

melakukan tindakan

reflektif.

23.3 Melakukan penelitian

tindakan kelas untuk

peningkatan keprofesionalan.

Peserta dapat memilih contoh

kerangka berpikir penelitian

tindakan kelas untuk

peningkatan keprofesionalan.

Profesional Mengembangkan

keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan

melakukan tindakan

reflektif.

23.3 Melakukan penelitian

tindakan kelas untuk

peningkatan keprofesionalan.

Peserta dapat menyusun

contoh rancangan penelitian

tindakan kelas untuk

peningkatan keprofesionalan.

Profesional Mengembangkan

keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan

melakukan tindakan

reflektif.

23.3 Melakukan penelitian

tindakan kelas untuk

peningkatan keprofesionalan.

Peserta dapat merumuskan

hasil penelitian tindakan kelas

untuk peningkatan

keprofesionalan.

Profesional Mengembangkan

keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan

melakukan tindakan

reflektif.

23.4 Mengikuti kemajuan

zaman dengan belajar dari

berbagai sumber.

Mengidentifikasi berbagai

sumber belajar untuk

mengikuti kemajuan zaman.

Profesional

Mengembangkan

keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan

melakukan tindakan

reflektif.

23.4 Mengikuti kemajuan

zaman dengan belajar dari

berbagai sumber.

Dengan contoh nyata,

peserta dapat memilih

aktivitas guru yang

mengikuti kemajuan

zaman dengan belajar dari

berbagai sumber. Profesional

Memanfaatkan

teknologi informasi

dan komunikasi

untuk berkomunikasi

dan mengembangkan

diri.

24.1 Memanfaatkan

teknologi informasi dan

komunikasi dalam

berkomunikasi.

Melalui contoh TIK PAUD,

peserta dapat menunjukkan

manfaat teknologi informasi

dan komunikasi dalam

berkomunikasi.

Profesional

Memanfaatkan

teknologi informasi

dan komunikasi

untuk berkomunikasi

dan mengembangkan

diri.

24.1 Memanfaatkan

teknologi informasi dan

komunikasi dalam

berkomunikasi.

Melalui contoh TIK PAUD,

peserta dapat memilih

manfaat teknologi informasi

dan komunikasi dalam

berkomunikasi secara efektif.

Profesional

Memanfaatkan

teknologi informasi

dan komunikasi

untuk berkomunikasi

dan mengembangkan

diri.

24.2 Memanfaatkan

teknologi informasi dan

komunikasi untuk

pengembangan diri.

Melalui contoh TIK PAUD,

peserta dapat menunjukkan

manfaat teknologi informasi

dan komunikasi untuk

pengembangan diri.

Profesional

Memanfaatkan

teknologi informasi

dan komunikasi

untuk berkomunikasi

dan mengembangkan

diri.

24.2 Memanfaatkan

teknologi informasi dan

komunikasi untuk

pengembangan diri.

Melalui contoh TIK PAUD,

peserta dapat menetapkan

upaya pengembangan diri

dengan menggunakan

teknologi informasi dan

komunikasi.

Page 20: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

16 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

MATERI 1 MODEL –MODEL PEMBELAJARAN PAUD

Standar Kompetensi

Setelah mengikuti pelatihan ini dapat peserta menjelaskan tentang model pembelajaran yang dapat

digunakan di lembaga pendidikan anak usia dini.

Kompetensi Dasar :

a. Menjelaskan pengertian model pembelajaran.

b. Menjelaskan model pembelajaran yang digunakan di lembaga pendidikan anak usia dini.

Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaran di dalam kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran

mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan termasuk didalamnya tujuan-tujuan

pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan

kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992 :4) bahwa “Each models guides us as we design

instruction to help students achieve various objectives”. Maksudnya adalah bahwa setiap model

mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu anak didik mencapai tujuan

pembelajaran.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk

mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk

menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe,

program-program media komputer, kurikulum. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita untuk

mendesain pembelajaran yang membantu anak pada tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang dapat

melukiskan sistematika dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dalam hal ini guru dalam

merancang dan melaksanakan pembelajaran.

Arends (2001) menyeleksi enam macam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru

dalam mengajar, masing-masing model tersebut adalah ; presentasi, pengajaran langsung (direct

instruction), pengajaran konsep, pengejaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah (problem

base instruction), dan diskusi kelas. Dalam mengajarkan suatu konsep atau materi tertentu tidak ada

satu model pembelajaran yang lebih baik dari pada model-model pembelajaran lainnya. Berarti setiap

model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan dengan

model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar anak.

Begitu pula dengan kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, model-model pembelajaran yang

digunakan relatif lebih fleksibel dan dapat menggabungkan berbagai model pembelajaran dengan

pendekatan-pendekatan yang dikemukakan oleh para tokoh-tokoh pendidikan anak usia dini. Model-

model tersebut akan diuraikan pada bab-bab selanjutnya.

Pada dasarnya dalam memilih sebuah model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-

pertimbangan, seperti; materi, waktu, tingkat dan karakteristik perkembangan anak, lingkungan

belajar, fasilitas penunjang, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Menurut Johnson (dalam Samani, 2000), untuk mengetahui kualitas model pembelajaran harus

dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu

Page 21: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 17

menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta mendorong anak untuk aktif

dalam kegaiatan dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu atau

kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini sebelum dilihat hasilnya, terlebih dahulu aspek proses

sudah dipastikan berlangsung dengan baik.

Selain itu setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan lingkungan belajar yang

berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada anak, pada ruang fisik, dan pada

sistem sosial anak di dalam kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang

akan digunakan termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Secara umum prinsip-prinsp

pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi : (1) prinsip penggalian tema; (2) prinsip

pengelolaan pembelajaran; (3) prinsip evaluasi; dan (4) prinsip reaksi.

Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan

menciptakan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga

terjadi perubahan perilaku atau perkembangan pada diri anak didik. Adapun komponen model

pembelajaran meliputi: konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah-langkah/prosedur,

metode, alat/sumber belajar, dan teknik evaluasi/penilaian. Beberapa model pembelajaran PAUD yang

saat ini berkembang dan digunakan oleh satuan pendidikan PAUD di antaranya :

1. Model Pembelajaran Pendekatan High Scope

Pendekatan High Scope dikembangkan oleh David Weikart. High Scope mulai digunakan tahun

1962 pada sebuah prasekolah Perry di Ypsilanti Michigan yang diperuntukkan anak-anak usia 3-4

tahun. Program ini melibatkan anak sebagai pembelajar aktif yang memberikan kesempatan pada

anak untuk memilih sendiri aktivitas bermainnya.

Menurut pendekatan ini, anak memiliki potensi untuk mengembangkan pengetahuannya dan

melibatkan interaksi yang bermakna antara anak dengan orang dewasa. Pengalaman sosial terjadi

dalam konteks kehidupan nyata dimana anak memutuskan rencana dan inisiatifnya sendiri.

Keterlibatan anak dalam proses belajar sangat penting sehingga mereka memperoleh

kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan lingkungannya, dengan demikian lingkungan

belajar harus dapat mendukung aktivitas belajar anak.Dalam model pembelajaran High

Scope,murid murid disebut sebagai A Student Centered Approach for an Active Learner. Dalam hal

ini, dipercaya bahwa semua anak merupakan pembelajar alami (natural learner) dan setiap anak

memiliki kekhasan dalam memuaskan rasa ingin tahunya. Dengan demikian, anak seharusnya

diposisikan sebagai subjek yang aktif dalam proses belajarnya.

Pembelajaran yang berpusat pada siswa ini (student centered approach) menuntut lingkungan

belajar yang memungkinkan peserta didik mengekspresikan kehausannya akan ilmu. Anak yang

terlahir sebagai pembelajar alami ini diakomodasi oleh High/Scope Indonesia dengan

menciptakan lingkungan fisik yang lengkap dan menunjang. Kegiatan para pembelajar aktif itu

diatur dalam rutinitas harian. Dalam rutinitas inilah para guru High/Scope melakukan proses

pendampingan terhadap siswa-siswinya (adult-child interaction) untuk mendorong seoptimal

mungkin berkembangnya potensi mereka.

Metode pembelajaran di High/Scope pada dasarnya membekali anak untuk dapat

mengembangkan kemampuan berpikir analitis, memiliki jiwa kepemimpinan, mampu

memecahkan masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, mampu

mengemukakan pendapat dan memiliki pemahaman atas konsekuensi logis terhadap segala hal

yang terjadi. Dengan problem solving approach to conflict yang diterapkan, lingkungan belajar di

Page 22: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

18 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

High/Scope mendorong anak untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya itu dalam

konteks sosial dan kultural. Intinya High/Scope Indonesia menjadikan proses pendidikan sebagai

hal yang penuh warna dan menyenangkan bagi anak didik dan bukan sebagai beban yang harus

mereka pikul.

A. Indikator Perkembangan Kunci

Kemajuan anak-anak dalam model pembelajaran High Scope diatur berdasarkan aspek-aspek

perkembangan pada diri anak. Aspek-aspek yang menjadi karakteristik perkembangan inilah yang

merupakan hasil sebuah penelitian dan didasarkan pada teori perkembangan anak. Indikator

perkemmbangan kunci adalah indikator yang menjadi karakteristik umum perkembangan anak

sangat penting bagi pertumbuhan pemikiran rasional pada diri anak seluruh dunia, terlepas dari

bangsa dan budaya mereka. Indikator perkembangan kunci prasekolah telah ditemukan dalam

bidang-bidang berikut ini, yang seiring dengan dimensi kesiapan bersekolah yang ditemukan oleh

The National Education Goals Panel ( Panel Tujuan Pendidikan Nasional). (Kagan, Moore,

Bredekamp, 1995)

❖ Pendekatan pada pembelajaran

❖ Bahasa, kemampuan membaca menulis, dan komunikasi

❖ Perkembangan sosial dan emosional

❖ Perkembangan fisik, kesehatan, dan kesejahteraan

❖ Matematika

❖ Ilmu pengetahuan dan teknologi

❖ Penelitian sosial

❖ Kesenian

Pengalaman pembelajaran didalam kelas tidak bersifat saling terpisah, dan kegiatan apapun

yang dilakukan akan mengandung seluruh aspek perkembangan anak. Pendekatan ini

memberikan persektif yang jelas pada guru dan orangtua sebagai dasar untuk mengembangkan

kegiatan dengan menggunakan model penndekatan ini. Selain itu juga dengan adanya

karakteristik perkembangan anak ini akan menambah pengalamann belajar yang akan diperoleh

anak sebelumnya di sekolah. Dengan adanya karakteristik perkembangan yang menjadi dasar

dalam pengembangan kegiatan model High Scope, menjadikan pula model ini terus berkembang

sebagai sarana efektif meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. Komponen Penting Model Pembelajaran High Scope

1) Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar waktunya di dalam learning

center yang beragam.

2) Merencanakan-melakukan-mengulang (plan-do-rewind)

Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari,melaksanakan

rencana mereka dan mengulang kembali yang telah mereka pelajari. Plan Do Review, yaitu

merencanakan dan memutuskan apa yang ingin dikerjakan, mengerjakan, lalu mereview

pekerjaan. Biasanya siswa belajar dengan membuat proyek-proyek sesuai minat dan tingkatan

kelas (project base learning). pembelajaran itu tergantung kepada masing-masing siswa (metode

student centered). Jadi si anak boleh memilih pelajaran sesuai dengan kelas dan ketertarikannya.

3) Pengalaman kunci (key experience)

Pengalaman-pengalaman penting yang pernah didapat oleh anak dipakai untuk pembelajaran

4) Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh anak.

Pendekatan High/Scope memiliki 5 unsur yang mendukung pembelajaran aktif anak, yaitu:

Page 23: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 19

1) Benda-benda yang dapat dieksplor anak.

2) Manipulasi benda-benda oleh anak.

3) Pilihan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan anak.

4) Bahasa anak.

5) Dukungan dari dan oleh orang dewasa.

2. Model Pembelajaran Bank Street

Satu aspek masa – masa awal abad ke – 20 yang diingat, satu periode yang kini dikenal sebagai

era Progresif bahwa banyak wanita memberontak melawan kekangan konvensional pada

kehidupan wanita. Para reformis sosial mengungkapkan kesenjangan sosial dan berupaya

menunjukkan cara-cara menuju masyarakat yang lebih demokratis dan setara.

Diantara perusahaan pendidikan mandiri yang kecil yang dirancang untuk memberi contoh

cara baru mengajar dan pengaturan sosial baru adalah Bureau of Educational Experiments (Biro

Eksperimen Pendidikan). Didirikan pada tahun 1916 oleh Lucy Sprague Mitchell, biro ini kemudian

menjadi Bank Street College of Education. Mitchell mendapat pengaruh kuat dari karya John

Dewey, seorang filsuf, psikolog, pendidik, dan penulis aktif yang gagasan – gagasannya masih

menginformasikan pemikiran tentang pendidikan. Keyakinan Dewey pada pentingnya pendidikan

bagi perkembangan masyarakat demokratis adalah kritis. Yang juga penting adalah saran bahwa

pembelajaran sekolah harus terhubung dengan kehidupan anak-anak dalam cara yang bermakna.

Sekolah yang didirikan Dewey di University of Chicago pada 1896 adalah sebuah laboratorium,

yang menyatukan penelitian perkembangan manusia dan pembentukan kurikulum dan sebuah

eksperimen dalam membimbing perkembangan anak menuju kerja sama yang lebih besar dan

menjalankan teladan yang demokratis.

Sekolah dipandang sebagai kendaraan untuk meningkatkan kesehatan mental dengan memberi

kesempatan bagi karya kreatif dan memuaskan dengan memperkuat kerja sama alih – alih

persaingan, dengan menawarkan pembelajaran yang bermakna dan mendorong bagi anak – anak.

Penndekatan perkembangan – interaksi tidak cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Freire (1970)

sebagai “model perbankan” pendidikan, dimana guru pakar memasukkan pengetahuan kedalam

diri anak yang menerima secara pasif.

Beberapa orang menggunakan istilah pendekatan Bank Street untuk menjelaskan metode

pendidikan anak usia dini, banyak praktisi dan pendukungnya lebih memilih istilah pendekatan

perkembangan interaksi. Meskipun diakui lebih tidak praktis, perkembangan interaksi

menentukan fitur kunci perkembangan tersebut dan juga kekhususan geografis yang menjadi

tempat asalnya. Banyak sekolah anak usia dini dan sekolah dasar, serta guru individual yang

menganggap diri mereka sebagai contoh pendekatan ini dalam mengajar, meskipun Bank Street

College of Education mengklaim asosiasi terlama konsisten dengan cara berpikir tentang

pendidikan dan pelaksanaanya.

Istilah perkembangan interaksi memerlukan perhatian segera pada keberpusatan konsep

perkembangan ini, cara-cara dimana cara anak-anak (dan orang dewasa) memandang,

memahami dan merespons perubahan dunia dan tumbuh sebagai akibat dari pengalaman hidup

mereka yang berkelanjutan. Istilah interaksi merujuk pada prinsip bahwa pemikiran dan emosi

terkait satu sama lain, menghubungkan lingkungan-lingkungan perkembangan dan menyoroti

pentingnya keterlibatan dengan lingkungan manusia dan dunia jasmani. Istilah ini telah digunakan

sejak tahun 1971, tapi gagasan dasarnya memiliki sejarah yang lebih penting. Dengan asal usul

prinsip-prinsip dan praktik ini untuk menunjukkan pendahulu beberapa gagasan pendidikan

Page 24: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

20 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

utama dan menunjukkan bahwa program-program untuk anak-anak memiliki sejarah yang lebih

luas daripada umum yang diketahui.

A. Prinsip – prinsip Dasar Pendekatan Bank Street

Seperti yang tercatat, akar pendekatan perkembangan – interaksi ditemukan dalam dua

bidang utama : teoretikus pendidikan dan praktisi – terutama John Dewey dan pelopor gerakan

progresif awal seperti Lucy Sprague Mitchell, Harriet Johnson, Caroline Pratt dan Susan Isaacs –

dan teoretikus perkembangan, khususnya mereka yang memandang perkembangan dari segi

dinamis dan dalam konteks sosial – seperti Anna Freud, Erik Eriikson, Heinz Werner, Jean Piaget

dan Kurt Lewin.

Beberapa prinsip umum tentang perkembangan dan interaksi anak – anak dengan lingkungan

sosial dan fisik adalah hal dasar bagi pemahaman pendekatan perkembangan – interaksi, yaitu :

1. Pertumbuhan fungsi kognitif tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan proses antarpribadi.

Prinsip pemandu ini mengatur teori dan praktik pendekatan perkembangan – interaksi. Konsep

perkembangan bersifat dinamis, dimana konsep ini bukanlah pembentangan kematangan

semata tetapi sebaliknya melibatkan pergeseran dalam cara individu mengatur dan merespons

pengalaman.

2. Sesuai dengan kerangka berpikir konstruktivis, anak dipandang sebgai pembuat makna aktif

dan karena itu sekolah harus memberikan kesempatan pada pemecahan masalah yang nyata.

3. Terlibat secara aktif dengan lingkungan bersifat bawaan pada motivasi manusia. Selanjutnya,

saat anak tumbuh mereka membentuk cara yang semakin rumit dalam memahami dunia.

Secara umum, arah pertumbuhan mencakup gerakan dari yang paling sederhana ke yang lebih

rumit dan cara terintegrasi.

4. Saat berpikir tentang urutan perkembangan, kita harus ingat bahwa individu tidak pernah

berada pada satu titik digaris lurus tapi bergerak dalam serangkaian kemungkinan.

Dari semua prinsip umum perkembangan dan interaksi tersebut, muncul sebuah gambaran

tentang pembelajar dan warga negara masa depan. Sekolah menjadi tempat untuk meningkatkan

perkembangan kemampuan disemua bidang kehidupan anak – anak dan membantu mereka

meraih rasa otonomi dan identitas pribadi serta kelompok. Sekolah memberdayakan anak – anak

untuk berurusan dengan lingkungan mereka secara efektif dan memiliki tanggung jawab yang

sama dengan keluarga anak – anak dan institusi lingkungan sekitar.

B. Pengaruh Pendekatan Bank Street Pada Pendidikan

Pembentukan konsep Bank Street pada pendidikan berlaku sama pada pendidikan anak-anak

dan orang dewasa, meskipun landasan teoritis dan penerapan praktisnya telah diuraikan lebih

jelas dalam hubungannya dengan anak-anak. Menanggapi kesenjangan ini, Nager dan Shapiro

(2007) menentukan lima prinsip yang saling terkait bagi pendidikan guru yang muncul dari sejarah

dan praktik Bank Street :

1. Pendidikan adalah sarana untuk membentuk dan meningkatkan keadilan sosial dan

mendorong peran serta dalam proses demokratis.

2. Guru memiliki pengetahuan mendalam tentang bidang subjek dan terlibat secara aktif dalam

pembelajaran melalui studi formal, pengamatan langsung dan peran serta.

3. Pemahaman mengenai pembelajaran dan perkembangan anak dalam konteks keluarga,

masyarakat dan budaya diperlukan dalam mengajar.

4. Guru terus tumbuh sebagai pribadi dan sebagai seorang yang profesional.

Page 25: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 21

5. Mengajar membutuhkan filosofi pendidikan sebuah pandangan mengenai pambelajaran dan

pembelajar, pengetahuan dan mengetahui yang memberitahukan semua elemen

pengajaran.

Semua prinsip ini memberikan pandangan mengenai pengajaran yang baik yang

menanamkan persiapan guru dan terwujud di sekolah untuk anak-anak, serta didalam kelas orang

dewasa yang belajar untuk mengajar. Berbekal informasi keyakinan Lucy Sprague Mitchell bahwa

proses pembelajaran bagi orang dewasa dan anak-anak pada dasarnya sama, program pendidikan

guru berupaya “memberikan pengalaman langsung di semua bidang untuk melengkapi

pembelajaran dari buku”.

3. Model Pendekatan Pembelajaran Maria Montessori

Maria Montessori lahir di Chiaravella, Italia. Pada tahun 1896, dia menjadi wanita pertama

yang mendapat gelar Doctor of Medicine. Montessori seperti yang dikutip oleh Soejono (1988:77-

120) sangat berminat terhadap masalah pendidikan anak yang tergolong terbelakang. Setelah

lulus dari kedokteran, ia bekerja di klinik Psikiater Universitas Roma.

Dari pekerjaannya yang berhubungan dengan anak-anak yang menyandang cacat mental.

Montessori banyak menemukan ide dan gagasan bagi pendidikan untuk anak normal, lebih khusus

lagi diperuntukkan bagi anak dibawah lima tahun.

Montessori membuat “sekolah” pertamanya di daerah kumuh di Roma pada tahun 1907,

sekolah ini disebut Casa dei bambini yang artinya rumah anak. Sekolah tersebut dipersiapkan

untuk anak cacat mental. Pada tahun 1909, Montessori menerbitkan buku tentang Scientific

Pedagogy as Aplied to Child Education in the Childre’s House, sebagai wujud nyata dari minatnya

yang begitu besar terhadap pendidikan anak. Secara perlahan pemikiran Montessori berkembang

dibeberapa negara Eropa dan berbagai penjuru dunia lainnya tetapi ada juga menentang

pemikirannya. Pada tahun 1951 semasa perang dunia pertama montessori mendirikan sekolah

Word Exhibition di San Fransisco, Amerika. Ia juga mendirikan gerakan Montessori di India yang

terus berkembang hingga saat ini. Semasa hidupnya banyak dihabiskan untuk penelitian dan juga

banyak penghargaan diterimannya berkenaan dengan prestasinya.

Beberapa pandangan dan prinsip Montessori dalam mengembangkan pendidikan anak usia

dini dapat dicermati dari falsafah berikut ini :

❖ Anak usia dini tidak seperti orang dewasa, mereka terus menerus berada dalam keadaan

pertumbuhan dan perubahan, dimana pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan.

❖ Anak usia dini senang sekali belajar “selalu ingin tahu dan mencoba”. Tugas orang dewasa

adalah mendorong, memberi kesempatan belajar dan membiarkan anak belajar sendiri.

❖ Pikiran anak yang masih kecil mempunyai kemampuan besar untuk menyerap berbagai

pengalaman. Masa yang paling penting adalah masa pada rentang usia sejak lahir sampai 6

tahun.

❖ Anak usia dini menyerap hampir semua yang dipelajari dari lingkungan.

❖ Anak belajar banyak melalui gerakan-gerakan, ia membutuhkan kesempatan untuk bergerak,

bereksplorasi, belajar melalui alat inderanya.

❖ Anak melewati masa-masa tertentu dalam perkembangannya dan lebih mudah untuk

belajar, yang disebut dengan periode sensitive untuk belajar.

❖ Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan sensori ke otak,

maka semakin berkembang kecerdasannya.

Page 26: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

22 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

❖ Anak paling baik belajar dalam situasi kebebasan yang disertai disiplin diri. Anak harus bebas

bergerak dan memilih kegiatan yang disenanginya didalam kelas dengan disertai disiplin diri.

❖ Orang dewasa khususnya guru tidak boleh memaksakan anak untuk belajar sesuatu, dan

tidak boleh mengganggu apa yang sedang dipelajari anak.

❖ Anak harus belajar sesuai dengan taraf kematangannya, tanpa paksaan untuk menyesuaikan

atau menjadi sama dengan anak lain.

❖ Anak mengembangkan kepercayaan pada dirinya bila ia berhasil melaksannakan tugas-tugas

sederhana.

❖ Bila anak diberi kesempatan untuk belajar pada saat dia sudah siap “matang’ untuk belajar

dia tidak saja akan dapat meningkatkan kecerdasannya tetapi juga akan merasakan

kepuasan, menambah kepercayaan diri dan keinginan untuk belajar lebih banyak.

A. Implikasi dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Berdasarkan teorinya Montessori, membebaskan setiap anak belajar menurut tempo dengan

caranya sendiri dan materi yang dipilihnya sendiri dan menentukan berdasarkan taraf

kemampuan dan minatnya. Menurut Montessori anak tidak perlu bersaing dengan anak lainnya.

Adapun sebaliknya dihambut kemajuannya agar sesuai dengan kelompoknya. Montessori

menjelaskan bahwa hanya melalui disiplin diri, seseorang betul-betul bebas untuk belajar. Bila

anak menguasai teknik dan materi belajar, bebas untuk berkreasi, maka betul-betul ia imajinatif.

Sebagai salah satu contoh pada kegiatan dengan cara kegiatan “belajar” membaca

menggantungkan pias kertas bertuliskan nama-nama benda, misalnya di bawah jendela

digantungkan kertas bertulis jendela. Anak secara langsung dilatih membaca tulisan pada pias

kertas itu. Jika eksplosif membaca dengan berbagai permainan, umpamanya dengan kertas

gulungan berisi nama barang sebagai kata lepas. Setelah membaca, anak di beri intruksi

melaksanakan apa yang diinstruksikan. Sebagai permainan anak diberi sejumlah gulungan kertas

berisi perbuatan atau suruhan yang harus dikerjakan anak.

B. Pengembangan Fungsi Panca Indra

Montessori adalah tokoh yang meyakini bahwa panca indra adalah pintu gerbang masuknya

berbagai pengetahuan kedalam otak manusia (anak). Karena peranannya yang strategis maka

seluruh panca indra harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan fungsinya.

Agar fungsi panca indra ini berkembang, Montessori mengembangkan berbagai jenis alat

permainan yang diantaranya ;

a. Alat permainan indra penglihatan

b. Alat permainan untuk indra peraba dan perasa

c. Alat permainan untuk indra pendengar

d. Alat permainan untuk indra pencium

Pendidikan kecerdasan sangat dipentingkan oleh Montessori dan dalam segala keaktifan

anak. Pendidikan kecerdasan yang dikembangkan oleh Montessori adalah menulis dan membaca

permulaan, bahasa dan berhitung.

4. Model Pendekatan Pembelajaran Reggio Emilia

Reggio Emilia adalah sebuah kota makmur di perbukitan Italia utara, kaya dalam budaya dan

terkenal karena cuka vintagenya kemangi, keju Parmigiano, dan anggur Lambrusco. Tetapi juga

rumah bagi program pendidikan anak usia dini yang telah mendapatkan reputasi internasional

dalam seperempat abad terakhir. Sekolah pertama dimulai oleh orang tua pada tahun 1945

Page 27: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 23

sebagai alternatif lembaga selat-laced, gereja-dimonopoli yang mendominasi pendidikan dini

Italia pada saat itu.

Loris Malaguzzi (1920-1994) mendirikan sekolah dengan menggunakan 'pendekatan Reggio

Emilia'. Dimana nama ini diambil dari sebuah kota di Italia utara disebut Reggio Emilia.

'Pendekatan Reggio' dikembangkan untuk kota-perawatan anak dan program pendidikan yang

melayani anak-anak di bawah enam tahun. Pendekatan ini memandang anak-anak sebagai pribadi

yang kompeten, banyak akal, ingin tahu, imajinatif, kreatif dan memiliki keinginan untuk

berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Visi dari pendekatan Reggio Emilia adalah

menjadikan anak sebagai pembelajar yang kompeten dengan mengembangkan sebuah system

kolaborasi dari orang tua, guru dan masyarakat, sehingga menghasilkan model kurikulum yang

kuat dimana anak menjadi pusat dalam kegiatan. Kurikulum memiliki kemajuan purposive tetapi

tidak ruang lingkup dan urutan. Guru mengikuti kepentingan anak-anak dan tidak memberikan

instruksi dan tidak berfokus pada kegiatan membaca dan menulis. Pendekatan Reggio Emilia

memiliki keyakinan yang kuat bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan orang lain,

termasuk orangtua, staf dan rekan-rekan di lingkungan belajar yang ramah.

Reggio Emilia merupakan sebuah pendekatan yang berlandaskan pada teori-teori

perkembangan dan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan konstruktivis pada anak.

Landasan teori dari pendekatan ini mengambil dari tokoh-tokohnya antara lain: John Dewey, Jean

Piaget, Vygotsky dan Jerome Bruner. Pendekatan ini juga menggunakan prinsip pembelajaran yang

mengacu pada DAP (Developmentally Appropriate Practice), dimana pendekatan ini menekankan

pada minat, kemampuan dan kebutuhan kebutuhan anak. Hal ini memberikan penekanan pada

bahasa-bahasa simbolik anak dalam konteks dari kurikulum yang berorientasi proyek. Belajar

adalah dipandang sebagai sebuah perjalanan, dan pendidikan sebagai membangun hubungan

dengan orang-orang (baik anak-anak dan orang dewasa) dan menciptakan hubungan antara ide-

ide dan lingkungan.

Pendekatan Reggio Emilia didasarkan atas prinsip-prinsip berikut:

1. Emergent Kurikulum

Sebuah kurikulum yang muncul adalah salah satu yang dibangun berdasarkan kebutuhan dan

minat anak-anak. Topik yang akan diangkat dan dibahas diambil dari pembicaraan anak-anak

atau kejadian/peristiwa yang sedang berlangsung, bersumber dari kejadian/peristiwa di

masyarakat atau acara keluarga, serta kebutuhan dan minat yang dikenal anak-anak

(genangan air, bayangan, dinosaurus, dll). Tim perencanaan merupakan komponen penting

dari kurikulum yang muncul. Guru bekerja sama untuk merumuskan hipotesis tentang

kemungkinan arah proyek, bahan baku yang dibutuhkan, dan orang tua mungkin dan / atau

dukungan dan keterlibatan masyarakat.

2. Kerja Proyek

Proyek, juga muncul, adalah studi yang mendalam tentang konsep, ide, dan kepentingan, yang

timbul dalam kelompok. Dianggap sebagai sebuah petualangan, proyek dapat berlangsung

satu minggu atau bisa melanjutkan sekolah sepanjang tahun. Sepanjang proyek, guru

membantu anak-anak membuat keputusan tentang arah penelitian, cara-cara di mana grup

akan riset topik, media representasi yang akan menunjukkan dan menampilkan topik dan

pemilihan bahan yang dibutuhkan untuk mewakili pekerjaan. proyek jangka panjang atau

progettazione, meningkatkan kemampuan belajar seumur hidup. Representasi

Pengembangan: Konsisten dengan gagasan Howard Gardner pendidikan untuk kecerdasan

ganda, pendekatan Reggio Emilia panggilan untuk integrasi seni grafis sebagai alat untuk

Page 28: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

24 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

pengembangan kognitif, linguistik, dan sosial. Presentasi konsep dan hipotesis dalam berbagai

bentuk representasi - cetak, seni, konstruksi, drama, musik, pedalangan, dan wayang kulit -

dipandang sebagai penting untuk memahami pengalaman anak-anak. Anak-anak memiliki 100

bahasa, beberapa bahasa simbolik.

3. Kolaborasi

Kerja kelompok kolaboratif, baik besar maupun kecil, dianggap berharga dan diperlukan untuk

memajukan pembangunan kognitif. Anak-anak didorong untuk dialog, kritik, bandingkan,

bernegosiasi, hipotesis, dan memecahkan masalah melalui kerja kelompok. Guru adalah guru-

peneliti, sumber daya dan panduan saat dia / dia meminjamkan keahlian kepada anak-anak

(Edwards, 1993). Dalam seperti peran guru-peneliti, pendidik hati-hati mendengarkan, amati,

dan pekerjaan dokumen anak-anak dan pertumbuhan masyarakat di dalam kelas mereka dan

untuk memprovokasi, membangun, dan merangsang pemikiran, dan kolaborasi anak-anak

dengan teman sebaya. Guru berkomitmen untuk refleksi tentang gaya mengajar dan belajar

mereka.

4. Dokumentasi

Serupa dengan pendekatan portofolio, dokumentasi pekerjaan anak dipandang sebagai alat

penting dalam proses pembelajaran untuk anak-anak, guru, dan orangtua. Gambar anak-anak

terlibat dalam pengalaman, kata-kata mereka saat mereka mendiskusikan apa yang mereka

lakukan, merasa dan berpikir, dan interpretasi anak-anak pengalaman melalui media visual

ditampilkan sebagai presentasi grafik dinamika pembelajaran. Dokumentasi digunakan

sebagai penilaian dan advokasi.

5. Lingkungan

Pada pendekatan Reggio Emilia sekolah memberikan perhatian besar untuk tampilan dan

nuansa kelas. Lingkungan dianggap sebagai guru "ketiga." Guru hati-hati mengatur ruang

untuk proyek-proyek kelompok kecil dan besar dan ruang intim kecil untuk satu, dua atau tiga

anak. Dokumentasi kerja anak-anak, tanaman, dan koleksi yang telah membuat anak-anak dari

mantan outings ditampilkan baik pada anak-anak dan tingkat mata orang dewasa. ruang

umum tersedia untuk semua anak di sekolah meliputi area bermain dramatis dan worktables

bagi anak-anak dari kelas yang berbeda untuk datang bersama-sama.

A. Implikasi dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Reggio Emilia merupakan sebuah pendekata kurikulum yang digunakan dalam pendidikan

anak usia dini yang telah diterapkan pada beberapa Negara di dunia termasuk Amerika.

Pendekatan Regio Emilia lebih menekankan pada kolaborasi dan aktivitas dengan berbagai

komunitas, orang tua, guru dan masyarakat dalam meningkatkan dan mengembangkan kognitif

anak dalam hal ini membangun konstruktivisme dalam pemikiran anak. Pendekatan Reggio Emilia

mengembangkan model pembelajaran proyek, belajar dipandang sebagai sebuah perjalanan, dan

pendidikan sebagai membangun hubungan dengan orang-orang (baik anak-anak dan orang

dewasa) dan menciptakan hubungan antara ide-ide dan lingkungan. Melalui pendekatan ini,

orang dewasa membantu anak-anak memahami arti dari pengalaman mereka lebih benar-benar

melalui dokumentasi karya anak-anak, pengamatan, dan berkesinambungan dialog guru-anak

sebagai panduan pendekatan ini.

Inti kurikulum Reggio Emilio adalah perencanaan proyek sebagai hasil dari ketertarikan anak

pada suatu hal. Proyek ini tumbuh dari pengalaman pertama yang direncanakan oleh guru untuk

membantu anak-anak mengeksplorasi adat budaya mereka atau lingkungan fisik sekitar mereka

atau hasil dari kejadian spontan seperti ide anak atau pertanyaan pada guru. Hampir setiap

Page 29: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 25

pengalaman yang membangkitkan minat anak dapat menjadi dasar proyek. Proyek dilakukan

secara mendalam dan mendetail, menggunakan variasi dalam metode penyelidikan dan sebuah

gambaran pilihan dan sebuah bentuk grafik. Untuk melengkapi proses investigasi/penyelidikan

melalui proyek jangka panjang ini adalah kreativitas anak dalam menggunakan bahan untuk

menunjukkan dan mengkomunikasikan pembelajaran mereka, menggunakan “hundred

languages”.

Dengan catatan bahwa banyak hal terjadi di dalam kelas selain mengerjakan proyek,

sementara proyeknya sendiri memerlukan sebagian waktu dalam sehari. Waktu lain dihabiskan

dalam aktivitas prasekolah tradisional, misalnya permainan dramatik dalam ruang realistik,

permainan balok, waktu membaca, menulis, bermain dengan penuh semangat, tanggung jawab

di sekolah dan hanya berbicara dengan teman-teman.

Adapun aktivitas proyek yang dapat dilakukan :

1. Ide dapat muncul dari anak-anak dan atau kepentingan anak.

2. Ide dapat diprovokasi oleh guru

3. Guru dapat mengenalkan pada anak untuk mengetahui apa yang menarik untuk dibahas

atau menjadi bahan materi bagi anak

4. Harus cukup panjang untuk mengembangkan dari waktu ke waktu, untuk mendiskusikan

ide-ide baru, untuk merundingkan, untuk menimbulkan konflik, untuk kembali, untuk

melihat kemajuan, untuk melihat pengembangan dari ide-ide yang akan dimunculkan

kembali

5. Kegiatan yang dilakukan harus konkret, dapat berasal dari pribadi berupa pengalaman

nyata, penting bagi anak-anak, harus "jelas" cukup untuk keragaman ide dan kaya dalam

penafsiran / ekspresi representasional

Melalui pendekatan proyek ini, maka dalam kegiatan pembelajaran di butuhkan media yang

sangat mendukung dalam kegiatan ini.

Inti dari penataan kelas Reggio Emilio adalah proses belajar dilakukan dalam suasana

bermain yang menyenangkan, tanpa tekanan dan paksaan, dan anak-anak berada dalam

lingkungan eksplorasi yang sangat kaya. Mereka menjadi seniman, ahli sejarah, peneliti, dan lain-

lain, kegiatan yang membuktikan bahwa sebenarnya – bila diberi kesempatan para balita kita akan

menunjukkan “kejeniusan” mereka.

Daftar Pustaka

Ann S. Epstein. Is the High/Scope Educational Approach Compatible With the Revised

Head

Start Performance Standart. High/Scope Educational Research Foundation. Catron, CE.,

JA (1999). Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model. New jersey: Prentice-

Hall.Inc

Diana. (2013). Model-Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Yogjakarta: Deepublish.

Dodse, Diane Tister (et.all). (2001). The Creative Curriculum for Family Childcare.

Washington D.C: Teaching Strategies.

Hainstock, Elizabeth G. (1999). Metode Pengajaran Montessori untuk Anak Pra-sekolah

Jakarta: Pustaka Delapratasa.

Amir, Antarina S.F. The High/Scope Early Childhood Edicational Model. Makalah yang disajikan dalam

Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung, 10 September 2003.

Page 30: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

26 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

MATERI 2

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN BAHASA ANAK USIA DINI

Kompetensi Inti: Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

Kompetensi Dasar: Memahami kemampuan anak TK/PAUD dalam setiap bidang pengembangan.

Teori Dasar Perkembangan Kognitif

1. Teori Kognitif Jean Piaget

Para ahli perkembangan anak bersepakat bahwa anak bukan seorang dewasa kecil karena

hingga mencapai usia 15 tahun, anak tidak dapat dapat membuat alasan atas tindakannya seperti

orang dewasa.

a. Inteligensi

Piaget mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu bentuk keseimbangan yang menjadi

kecendrungan semua sturktur kognitif. Maksudnya adalah semua kegiatan intelektual dilakukan

dengan satu tujuan dalam pikirannya, yaitu menghasilkan keseimbangan atau keharmonisan

hubungan antara proses berpikir seseorang dengan lingkungannya. Piaget menekankan bahwa

anak-anak bersifat aktif dan merupakan penjelajah yang selalu ingin tahu.

b. SkemaKognitif:Susunan Intelegensi

Piaget menggunakan istilah skema untuk mendeskripsikan model atau struktur mental yang

kita ciptakan untuk mempersentasikan, mengorganisasi, dan menginterpretasi pengalaman kita.

Piaget mendeskripsikan tiga macam susunan intelektual yaitu:

1) Skema perilaku (Sensori Motor)

Skema perilaku adalah pola atau bentuk perilaku yang terorganisasi dan digunakan anak untuk

menampilkan kembali dan merespons suatu benda atau pengalaman. Untuk bayi berumur 9

bulan, sebuah bola tidak diterima dengan konsep sebuah mainan berbentuk bundaryang

mempunyai nama resmi, melainkan sebuah benda yang dapat dipeluk dan digelindingkan oleh dia

dan teman-temannya.

2) Skema simbolik

Selama tahun kedua, anak mencapi tingkatan, dimana ia dapat memecahkan masalah dan berpikir

tentang benda dan kejadian tanpa harus menyentuh atau mengalaminya. Dengan kata lain,

mereka mampu untuk menampilkan kembali pengalamannya secara mental dan menggunakan

symbol mental atau skema simbolik ini untuk mencapai tujuan mereka. Contoh: anak usia 16

tahun dapat mencontoh perilaku buruk temannya pada hari lain dan tidak langsung pada hari itu

juga.

3) Skema operasional

Menurut Piaget pikiran anak 7 tahun dan anak yang lebih tua diwarnai oleh skema operasional.

Pengertian operasi kognitif adalah suatu kegiatan mental secara internal yang ditunjukkan

seseorang pada objek yang dipikirkannya untuk mencapai kesimpulan yang logis. 2. Teori Kognitif

Bruner

Dalam teori perkembangan kogintif menurut Bruner dikatakan bahwa dalam evolusi

perkembangan manusia, Bruner menemukan tiga bentuk system berpikir manusia yang

menstruktur kemampuan manusia dalam memahami dunianya yaitu :

1. Enactive representation, yakni membangun kemampuan berfikir melalui pengalaman empiric atau pengalaman nyata.

Page 31: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 27

2. Iconic representation,berkaitan dengan kemampuan manusia dalam menyimpan pengalaman empiric dalam ingatannya.

3. Symbolic representation berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami konsep dan peristiwa yang disajikan melalui bahasa.

3. Teori Kognitif Lev Vygotsky

Terdapat dua hal pokok yang dirumuskan dalam teori kognitif yang dikembangkan oleh Vygotsky

sebagai berikut:

a. Konsep ZPD (Zone of Proximal Development) yang diterapkan melalui scaffolding yaitu proses pemberian bimbingan pada siswa berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliknya kepada apa yang harus diketahuinya.

b. Scaffolding merupakan aspek penting dalam pembelajaran, terutama dalam pembelajaran untuk anak usia dini.

Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Kognitif

1. Faktor hereditas/keturunan 2. Faktor lingkungan 3. Faktor kematangan 4. Faktor pembentukan 5. Faktor minat dan bakat 6. Faktor kebebasan

Klasifikasi Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini

Adapun tujuan pengembangan kognitif diarahkan pada pengembangan kemampuan auditory,

visual, taktik, kinestetik, aritmetika, geometri, dan sains permulaan. Uraian masing-masing bidang

pengembangan ini sebagai berikut :

1. Pengembangan auditory

Kemampuan ini berhubungan dengan bunyi atau indra pendengaran anak, seperti : (a)

mendengarkan atau menirukan bunyi yang didengar sehari-hari, (b) mendengarkan nyanyian atau

syair dengan baik, (c) mengikuti perintah lisan sederhana, (d) mendengarkan cerita dengan baik, (e)

mengungkapkan kembali cerita sederhana, (f) menebak lagu atau apresiasi musik, (g) mengikuti

ritmis dengan bertepuk, (h) menyebutkan nama-nama hari dan bulan, (i) mengetahui asal suara, (j)

mengetahui nama benda yang dibunyikan.

2. Pengembangan visual

Kemampuan ini berhubungan dengan penglihatan, pengamatan, perhatian, tanggapan, dan

persepsi anak terhadap lingkungan sekitarnya. Adapun kemampuan yang dikembangkan, yaitu: (a)

mengenali benda-benda sehari-hari, (b) membandingkan benda-benda dari yang sederhana

menuju ke yang lebih kompleks, (c) mengetahui benda dalam ukuran, bentuk, atau dari warnanya,

(d) mengetahui adanya benda yang hilang apabila ditunjukkan sebuah yang belum sempurna atau

janggal, (e) menjawab pertanyaan tentang sebuah gambar dari seri lainnya, (f) menyusun potongan

teka-teki mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit, (g) mengenali namanya sendiri

bila tertulis, (h) mengenali huruf dan angka.

3. Pengembangan taktil

Kemampuan ini berhubungn dengan pengembangan tekstur (indera peraba). Adapun

kemampuan yang akan dikembangkan yaitu: (a) mengembangkan indera sentuhan, (b)

mengembangkan kesadaran akan berbagai tekstur, (c) mengembangkan kosakata untuk

mengembangkan berbagai tekstur seperti tebal, tipis, halus-kasar, panas-dingin, dan tekstur

kontras lainnya, (d) mengembangkan kosakata untuk menggambarkan berbagai tekstur, (e)

bermain di bak pasir, (f) bermain air, (g) dengan plastisin, (h) menebak dengan meraba tubuh

teman, meraba dengan kertas amplas, (i) meremas kertas koran, (j) meraup biji-bijian.

Page 32: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

28 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

4. Pengembangan kinestetik

Kemampuan yang berhubungan dengan kelancaran gerak tangan/keterampilan tangan atau

motorik halus yang memengaruhi perkembangan kognitif. Kemampuan yang berhubungan dengan

keterampilan tangan dapat dikembangkan dengan permainan-permainan, yaitu: (a) finger painting

dengan tepung kanji, (b) menjiplak huruf-huruf geometri, (c) melukis dengan cat air, (d) mewarnai

dengan sederhana, (e) menjahit dengan sederhana, (f) merobek kertas koran, (g) menciptakan

bentuk-bentuk dengan balok, (h) mewarnai gambar, (i) membuat gambar sendiri dengan berbagai

media, (j) menjiplak bentuk lingkaran, bujur sangkar, segitiga, atau empat persegi panjang, (k)

memegang dan menguasai sebatang pensil, (l) menyusun atau menggabungkan potongan gambar

atau teka-teki dalam bentuk sederhana, (m) mampu menggunakan gunting dengan baik, (n) mampu

menulis.

5. Pengembangan aritmetika

Kemampuan yang diarahkan untuk penguasaan berhitung atau konsep berhitung permulaan.

Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) mengenali atau membilang angka, (b)

menyebut urutan bilangan, (c) menghitung benda, (d) mengenali himpunan dengan nilai bilangan

berbeda, (e) memberi nilai bilangan pada suatu bilangan himpunan benda, (f) mengerjakan atau

menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dengan

menggunakan konsep dari konkret ke abstrak, (g) menghubungkan konsep bilangan dengan

lambang bilangan, (h) menggunakan konsep waktu misalnya hari ini, (i) menyatakan waktu dengan

jam, (j) mengurutkan lima hingga sepuluh benda berdasarkan urutan tinggi besar, (k) mengenai

penambahan dan pengurangan.

6. Pengembangan geometri

Kemampuan ini berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk dan ukuran. Adapun

kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) memilih benda menurut warna, bentuk, dan

ukurannya, (b) mencocokkan benda menurut warna, bentuk, dan ukurannya, (c) membandingkan

benda menurut ukurannya (besar, kecil, panjang, lebar, tinggi, dan rendah), (d) mengukur benda

secara sederhana, (e) mengerti dan menggunakan bahasa ukuran, seperti besar-kecil, tinggi-

rendah, dan panjang-pendek, (f) menciptakan bentuk dari kepingan geometri, (g) menyebut benda-

benda yang ada di kelas sesuai dengan bentuk geometri, (h) mencontoh bentuk-bentuk geometri,

(i) menyebut, menunjukkan, dan mengelompokkan segi empat, (j) menyusun menara dari delapan

kubus, (k) mengenal ukuran panjang, berat, dan isi, (l) meniru pola dengan empat kubus.

7. Pengembangan sains permulaan

Kemampuan ini berhubungan dengan berbagai percobaan atau demonstrasi sebagai suatu

pendekatan secara saintifik atau logis, tetapi tetap dengan mempertimbangkan tahapan berpikir

anak. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) mengeksplorasi berbagai benda

yang ada di sekitarnya, (b) mengadakann berbagai percobaan sederhana, (c) mengomunikasikan

apa yang telah diaamti dan diteliti. Contoh kegiatan yang dapat dikembangkan melalui permainan,

sebagai berikut: proses merebus atau membakar jagung, membuat jus, warna dicampur, mengenal

asal mula sesuatu, balon ditiup lalu dilepas, benda kecil dilihat dengan kaca pembesar, besi berani

didekatkan dengan macam-macam benda, biji ditanam, benda-benda dimasukkan ke dalam air,

mengenal sebab akibat mengapa sakit gigi, dan mengapa lapar.

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA Badudu. (1989) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi

antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu -individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Bromley (1992) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol -simbol visual maupun verbal.

Page 33: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 29

BENTUK DAN FUNGSI BAHASA

Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai alat sosialisasi, bahasa merupakan suatu cara merespon orang lain.

Bromley (1992) menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa berbeda dengan kemampuan berbicara. Bahasa merupakan suatu sistem tata bahasa yang relatif rumit dan bersifat semantik, sedangkan kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata. Bahasa ada yang bersifat reseptif (dimengerti, diterima) maupun ekspresif. Bromley menyebutkan 5 macam fungsi bahasa sebagai berikut:

1. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. Anak usia dini belajar kata -kata yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan utama mereka.

2. Bahasa dapat merubah dan mengontrol perilaku. Anak-anak belajar bahwa mereka dapat mempengaruhi lingkungan dan mengarahkan perilaku orang dewasa dengan menggunakan bahasa.

3. Bahasa membantu perkembangan kognitif. Secara simbolik bahasa menjelaskan hal yang nyata dan tidak nyata. Bahasa memudahkan kita untuk mengingat kembali suatu informasi dan menghubungkannya dengan informasi yang baru diperoleh. Bahasa jugs berperan dalam membuat suatu kesimpulan tentang masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang.

4. Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain. Bahasa berperan dalam memelihara hubungan anak dengan orang sekitar.

5. Bahasa mengekspresikan keunikan individu. Anak mengemukakan pendapat dan perasaan pribadi dengan cara yang berbeda dari orang lain.

TEORI-TEORI PENGEMBANGAN BAHASA

1. Teori Navitis

Chomsky, Howe, Maratsos (dalam Miller, 1981) berpandangan bahwa ada keterkaitan antara faktor biologis dan perkembangan bahasa. Mereka menekankan adanya peran evolusi biologis dalam membentuk individu menjadi mahluk linguistik.

Chomsky (1974) mengatakan bahwa individu dilahirkan dengan alat penguasaan bahasa (Language Acquisition Device) dan menemukan sendiri cara kerja bahasa te rsebut. Berikut ini adalah suatu model yang menjelaskan cara anak belajar bahasa yang dikenal dengan pogram penguasaan bahasa (Language Acquisition Device):

Program Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Device)

2. Teori Behavioristik

Ada beberapa ahli behavioristik yang berpendapat bahwa bahasa merupakan masalah respon (Skinner, 1957) dan sebuah imitasi (Bandura, 1997). Skinner menggunakan teori stimulus respon dalam menerangkan perkembangan bahasa. Skinner menyatakan bahwa bahasa dipelajari melalui pembiasaan dari lingkunggn dan merupakan hasil imitasi terhadap orang dewasa. Imitasi, reward, reinforcement, dan frekuensi suatu perilaku merupakan faktor yang penting dalam mempelajari bahasa.

3. Teori Kognitif

Menurut Piaget (Hergenhahn, 1982) berpikir sebagai prasyarat berbahasa, terus berkembang sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran. Perkembangan bahasa bersifat progeresif dan terjadi pada

LAD Pengolahan

Data Linguistik

(input)

Kemampuan Tata

Bahasa (output)

Page 34: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

30 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

setiap tahap perkembangan. Perkembangan anak secara umum dan perkembangan bahasa awal anak berkaitan erat dengan berbagai kegiatan anak, objek dan kejadian yang mereka alami dengan menyentuh, mendengar, melihat, merasa dan membau.

Vygotsky (1986) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak berkaitan erat dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan. Vygotsky menggunakan istilah Zona perkembangan proximal (ZPD) untuk tugas-tugas yang sulit dipahami sendiri oleh anak, namun dengan bimbingan dan bantuan dari orang dewasa, anak akan memiliki ketrampilan untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Menurut Vygotsky, ZPD memiliki dua batas yaitu batas yang lebih rendah dan batas yang lebih tinggi.

4. Teori Interaksionis Kajian tentang teori interaksionis bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa merupakan

perpaduan faktor genetik dan lingkungan. Kemampuan kognitif dan berbahasa diasumsikan terjadi secara bersamaan. Seorang anak dilahirkan dengan kemampuan untuk mempelajari dan mengemukakan bahasa, dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya yang mencakup imitasi, reinforcement, reward dan peran sosial.

PERKEMBANGAN KETERAMPILAN BERBAHASA

1. PERKEMBANGAN MEMBACA

Raines dan Canad (1990) berpendapat bahwa proses membaca bukanlah kegiatan menterjemahkan kata demi kata untuk memahami arti yang terdapat dalam bacaan. Guru yang memahami konsep whole language akan memandang bahwa kegiatan membaca merupakan suatu proses mengkonstruksi arti dimana terdapat interaksi antara tulisan yang dibaca anak dengan pengalaman yang pernah diperolehnya. Tahap pertama dalam membaca adalah dengan melihat tulisan dan memprediksi artinya. Tahap kedua adalah memastikan arti tulisan yang diprediksi sebelumnya sehingga diperoleh keputusan untuk melanjutkan bacaan berikutnya meskipun terdapat kemungkinan kesalahan dalam memprediksi. Tahap ketiga adalah mengintegrasikan informasi baru dengan pengalaman sebelumnya.

Perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Fantasi (Magical Stage). Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku,

melihat dan membalik lembaran buku ataupun membawa buku kesukaannya. 2. Tahap Pembentukan konsep diri (Self Concept Stage). Pada tahap ini anak mulai

memandang dirinya sebagai 'pembaca' dimana terlihat keterlibatan anak dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku, memaknai gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya, dan menggunakan bahasa baku yang tidak sesuai dengan tulisan.

3. Tahap membaca gambar (Bridging Reading Stage). Pada tahap ini pada diri anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, dapat mengungkapkan kata -kata yang bermakna dan berhubungan dengan dirinya, sudah mengenal tulisan kata-kata puisi, lagu, dan sudah mengenal abjad.

4. Tahap pengenalan bacaan (Take off Reader Stage). Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponik, semantik, dan sintaksis). Anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda seperti pada papan iklan, kotak susu, pasta gigi dan lainnya.

5. Tahap membaca lancar (Independent Reader Stage). Pada tahap ini anak dapat mernbaca berbagai jenis buku.

2. PERKEMBANGAN MENYIMAK

Anak yang berkembang keterampilan menyimaknya, akan berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan berbicaranya. Kedua keterampilan berbahasa tersebut merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung dan dapat merupakan komunikasi yang

Page 35: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 31

bersifat tatap muka (Brooks, dalam Tarigan, 1986). Kemampuan menyimak melibatkan proses menginterpretasi dan menterjemahkan suara yang didengar sehingga memiliki arti tertentu. Kemampuan ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian dan konsentrasi dalam rangka memahami arti informasi yang disampaikan. Kemampuan menyimak sebagai salah satu keterampilan berbahasa reseptif melibatkan beberapa faktor sebagai berikut: 1. Acuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga, misalnya

mendengar suara anak lain yang sedang bermain, mendengar suara mesin tik dan sebagainya.

2. Auditory Discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan atau bunyi, misalnya suara hujan berbeda dengan suara mesin tik; pertanyaan seseorang tidak sama dengan pernyataan seseorang.

3. Auding, Suatu proses dirnana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang di ungkapkan. Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi dan maksud kata-kata yang diungkapkan. Auding melibatkan aspek perkembangan semantik dan sintaksis.

Bromley (1991) mengemukakan bahwa proses menyimak aktif terjadi ketika anak sebagai penyimak menggunakan auditory discrimination dan acuity dalam mengidentifikasikan suara-suara dan berbagai kata, kemudian menterjemahkannya menjadi kata yang bermakna melalui auding dan pemahaman.

Bromley (1991) menjelaskan beberapa jenis faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan menyimak anak yaitu : (1) Faktor penyimak, (2) Faktor situasi, (3) Faktor pembicara.

3. PERKEMBANGAN BERBICARA

Komponen tersebut terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik (Bromley, 1992).

Kemampuan berbicara berkaitan dengan kosa kata yang diperoleh anak dari kegiatan menyimak dan membaca. Ada dua tipe perkembangan berbicara anak : 1. Egosentric Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara

kepada dirinya sendiri (monolog). 2. Socialized speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya atau pun

lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak. Hurlock mengemukakan dua kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak,

apakah anak berbicara secara benar atau hanya sekedar `membeo' sebagai berikut: 1. Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan

objek yang diwakilinya. 2. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah. Anak

memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar atau menduga-duga.

4.PERKEMBANGAN MENULIS

Menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, dimana anak dapat

menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata -kata yang

bermakna. Menurut Poerwadarminta (1982), menulis memiliki batasan sebagai berikut: (1)

membuat huruf, angka, dan lainnya dengan pena, kapur dan sebagainya; (2)

Mengekspresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan lainnya dengan

tulisan. Senada dengan pernyataan tersebut Badudu (1982) mengemukakan bahwa menulis

adalah menggunakan pena, potlot, ball point di atas kertas, kain ataupun papan yang

menghasilkan huruf, kata, maupun kalimat.

Menurut Brewer, ada 4 tahapan dalam kemampuan menulis sebagai berikut:

Page 36: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

32 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

1. Scribble stage, yaitu tahap mencoret atau membuat goresan. Pada tahap ini anak mulai

membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulis. Pada tahap ini mereka mulai belajar

tentang bahasa tulis dan cara mengerjakan tulisan tersebut;

2. Linear Repetitive Stage, yaitu tahap pengulangan linear. Pada tahap ini anak

menelusuri bentuk tulisan yang horizontal;

3. Random Letter Stage, yaitu tahap menulis random. Pada tahap ini anak belajar

tentang berbagai bentuk yang merupakan suatu tulisan dan mengulang berbagai kata ataupun

kalimat.

4. Letter Name Writing or Phonetic Writing, yaitu tahap menulis nama. Pada tahap ini anak

mulai menyusun dan menghubungkan antara tulisan dan bunyinya. Anak mulai menulis nama

dan bunyi secara bersamaan.

Feldman (1991) memberikan batasan tentang tahapan kemampuan menulis pada anak sebagai

berikut:

1. Scribble on the Page, yaitu membuat goresan pada kertas. Dalam tahap ini anak

membuat gambar ataupun huruf-huruf yang terpisah.

2. Copy Word, yaitu mencontoh huruf. Anak mulai tertarik untuk mencontoh huruf-huruf seperti

dalam kata mama, papa dan sebagainya.

3. Invented Spelling, yaitu belajar mengeja. Dalam tahap ini anak mulai menemukan cara

mengeja dan menuliskan huruf sesuai dengan bunyinya.

METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA

1. METODE BERCERITA

Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan

dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-kanak. Dalam kegiatan pembelajaran

di Taman Kanak-kanak

Bentuk-bentuk Metode bercerita tersebut terbagi dua yaitu:

1. Bercerita tanpa alat peraga

Bercerita tanpa alat peraga adalah kegiatan bercerita yang dilakukan guru saat bercerita tanpa

menggunakan media atau alat peraga yang diperlihatkan kepada anak didik. Artinya kegiatan

bercerita yang dilakukan guru hanya mengandalkan suara mimik dan panto mimik atau gerak

anggota tubuh.

2. Bercerita dengan alat peraga

Alat atau media yang digunakan hendaknya aman, menarik, dapat dimainkan oleh guru maupun

anak dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Alat atau media yang digunakan dapat asli

atau alami dari lingkungan sekitar, dan dapat pula tiruan.

2. METODE BERCAKAP-CAKAP

Metode bercakap-cakap interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik, atau antara anak

dengan anak bersifat menyenangkan berupa dialog yang tidak kaku

Ada tiga bentuk metode bercakap-cakap dalam melaksanakan pembelajaran pengembangan

bahasa, yaitu :

a. Bercakap-cakap bebas

b. Bercakap-cakap menurut pokok bahasan

c. Bercakap-cakap dengan menggunakan gambar seri

Page 37: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 33

3. METODE TANYA JAWAB

Metode tanya jawab, interaksi antara guru dan anak didik, atau antara anak dengan anak

bersifat kaku, karena sudah terikat pada pokok bahasan. Dialog terjadi karena ada yang harus

ditanyakan dan ada yang harus menjawab dengan benar.

Bentuk metode tanya jawab ada dua macam, yaitu :

a. Tanya jawab secara spontan

Kegiatan tanya jawab dilakukan spontan oleh guru kepada anak didiknya didalam kelas

ataupun diluar kelas.

b. Tanya jawab berdasarkan pokok bahasan

Kegiatan tanya jawab ini biasanya diprogramkan guru, dalam pengembangan

pembelajarannya semua aspek pengembangan anak.

4. METODE BERMAIN PERAN

Pengertian bermain peran menurut buku Didaktik Metodik di TK (Depdikbud 19, 37) adalah

memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda disekitar anak dengan tujuan untuk

mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan

pengembangan yang dilaksanakan.

5. METODE SOSIODRAMA

Metode sosiodrama adalah suatu cara memainkan peran dalam suatu cerita tertentu yang

menuntut integrasi diantara para pemerannya (Depdikbud, 1998:32)

6. METODE KARYA WISATA

Moeslichatoen (1999) menuliskan bahwa karya wisata merupakan salah satu metode

pembelajaran di taman kanak-kanak yang dilaksanakan dengan cara mengamati dunia sesuai

dengan kenyataan yang ada secara langsung.

ASPEK-ASPEK KEMAMPUAN BAHASA ANAK

Aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa lisan anak tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Kosa kata

Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan

lingkungannya, kosa kata anak berkembang dengan pesat.

2. Sintak (tata bahasa)

Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa akan tetapi melalui contoh-contoh berbahasa

yang didengar dan dilihat anak di lingkungannya, anak telah dapat m enggunakan bahasa

lisan dengan susunan kalimat yang baik.

3. Semantik

Semantik adalah penggunaan kata yang sesuai dengan tujuannya. Anak sudah da pat

mengekspresikan keinginan, penolakkan dan pendapatnya menggunakan kata-kata dan

kalimat yang tepat.

4. Fonem (bunyi kata)

Anak sudah memiliki kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi satu

kata yang mengandung arti.

Page 38: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

34 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

MATERI 3

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN SOSEM, MORAL, & AGAMA

I. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MORAL DAN AGAMA ANAK USIA DINI

A. KOMPETENSI INTI

Menguasai materi baik secara teoritis maupun praktik tentang pengembangan kemampuan moral

dan agama anak usia dini

B. KOMPETENSI DASAR

Menguasai penerapan berbagai metode, media dan strategi pengembanan kemampuan moral dan

agama Anak Usia Dini

C. MATERI AJAR

1. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata mores (latin) yang berarti dapat kebiasaan atau cara hidup,

sedangkan nilai dari kata value yang berarti harga. Nilai inilah yang dikatakan Newcomb (1985)

sebagai suatu keyakinan yang mendorong seseorang untuk bertindak atas dasar pilihannya.

Sedangkan Kupperman (1983) menyatakan nilai sebagai patokan normatif yang mempengaruhi

seseorang dalam menentukan pilihannya di antara berbagai alternatif untuk bertindak. Oleh

karena itu, keputusan benar-salah, baik-buruk, indah-tidak indah pada wilayah psikologis meru-

pakan hasil dari serangkaian proses psikis yang mengarahkan seseorang pada suatu tindakan atau

perbuatan yang sesuai dengan keyakinannya

2. Perkembangan Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah

Anak usia prasekolah yaitu anak yang berada dalam kelompok masa kanak- kanak awal,

berusia dua sampai enam tahun (Hurlock, 2002). Anak pada masa prasekolah atau kanak-kanak

awal memiliki tugas-tugas perkembangan sama halnya dengan individu dewasa. Salah satu tugas

perkembangannya berkaitan dengan perkembangan moral anak, bahwa anak mampu

membedakan benar dan salah, baik buruk serta mulai mengembangkan nurani.

Moral diartikan sebagai bentuk evaluasi individu atas apa yang benar dan apa yang salah

(Berns, 2007). Moral meliputi penerimaan individu atas aturan dan nantinya berpengaruh pada

perilaku individu terhadap orang lain.

Teori perkembangan moral terbagi menjadi tiga yaitu : (1) komponen afektif atau

emosional moral (moral feeling meliputi rasa bersalah, malu, dan empati), (2) komponen kognitif

(moral reasoning meliputi kemampuan memahami aturan, membedakan benar dan salah, dan

mampu menerima sudut pandang orang lain serta pada pengambilan keputusan, dan (3)

komponen behavioral (moral action meliputi bagaimana seseorang merespon atas godaan yang

datang untuk tetap berpegang teguh pada aturan, perilaku prososial dan antisosial, kontrol diri

atas dorongan yang muncul.

Teori mengenai moral feeling dikembangkan oleh Hoffman, teori moral reasoning

dikembangkan oleh Piaget dan Kohlberg sedangkan teori moral action dikembangkan oleh

Eisenberg dan Fabes (Berns, 2007).

Konsep Piaget dan Kohlberg memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan

kognitif dan moral anak. Namun berbagai kritikan muncul berkaitan dengan pertimbangan bahwa

orangtua tidak hanya membutuhkan pemahaman apakah anaknya sudah mencapai tahapan

Page 39: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 35

penalaran moral sesuai usianya, orangtua lebih membutuhkan pemahaman bagaimana cara

mencerdaskan moral anak, anak bukan hanya berpikir secara moral namun berperilaku secara

moral (Coles, dalam Borba, 2001). Hal tersebut berdasarkan konsep bahwa perkembangan moral

anak tidak cukup hanya diukur dengan melihat apa yang anak pikirkan namun juga apa yang anak

lakukan.

Berdasarkan konsep di atas, Coles berpendapat bahwa konsep kecerdasan moral lebih

tepat untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang sejauh mana kapasitas anak berpikir,

merasakan dan berperilaku secara norma moral atau solid character.

Perkembangan moral merupakan suatu proses yang terus menerus berkelanjutan

sepanjang hidup. Meningkatnya kapasitas moral anak dan didukung dengan lingkungan yang

kondusif, sehingga anak berpotensi menguasai moralitas yang lebih tinggi. Ketika anak berhasil

menguasai satu kebajikan, kecerdasan moralnya semakin meningkat dan anak mencapai tingkat

kecerdasan moral yang lebih tinggi. Kebajikan utama yang merupakan dasar kecerdasan moral

adalah empati, nurani dan kontrol diri. Jika salah satu dari ketiga kebajikan utama ini tidak

berkembang baik, anak tidak terlindung dari pengaruh buruk yang menghampirinya. Kebajikan

utama ini menjadi dasar atau pondasi yang kuat bagi perkembangan kecerdasan moral anak,

memberi kekuatan bagi anak agar dapat berperilaku dengan benar sekalipun di tengah-tengah

lingkungan yang berpotensi mempengaruhi anak dengan contoh-contoh yang buruk. Diharapkan

dengan dasar yang tertanam kuat, maka dua kebajikan moral berikutnya dapat dikembangkan,

yaitu respek dan baik budi. Bagian terakhir yaitu, toleransi dan adil merupakan dasar kekuatan

moral dan keadilan (Borba, 2001).

Perkembangan kecerdasan moral anak usia prasekolah adalah perkembangan

kemampuan anak prasekolah untuk memahami benar dan salah dan pendirian yang kuat untuk

merasakan, berpikir dan berperilaku sesuai dengan nilai moral yang didasarkan atas ketaatan akan

aturan dan hukuman dari orang dewasa, yang meliputi tujuh kebajikan moral utama yaitu empati,

nurani, kontrol diri, serta kebajikan moral yang lainnya yaitu respek, baik budi, toleran dan adil.

3. Aspek Perkembangan Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah

Lennick dan Kiel (2005) menyatakan bahwa individu yang cerdas secara moral akan

cenderung berperilaku dengan :

a. Integrity, yaitu berperilaku konsisten sesuai dengan prinsip, sesuai nilai dan keyakinan,

mengatakan yang sejujurnya/benar, membela kebenaran, dan memegang janji.

b. Responsibility yaitu bertanggungjawab atas pilihannya, mengakui kesalahan dan kegagalan,

bersedia bertanggungjawab dan membantu orang lain.

c. Compassion and forgiveness, yaitu aktif peduli memberi perhatian kepada orang lain,

menerima dan mengakui kesalahan diri, menerima dan merelakan kesalahan orang lain.

d. Emotions yaitu kesadaran diri, memahami diri apa yang dipikirkan, memfungsikan diri secara

efektif, mengetahui apa yang seharusnya dipikirkan, kontrol diri, menjaga hati demi

kesehatan mental, hubungan interpersonal yang efektif, empati, kepedulian, menghargai

orang lain, dan menjalin pertemanan.

Berbeda dengan Lennick dan Kiel yang kajiannya lebih difokuskan pada individu dewasa,

Borba (2001) menjabarkan kecerdasan moral anak dalam tujuh aspek yang berupa kebajikan yang

dimiliki seorang anak yang cerdas moral. Ketujuh aspek tersebut yaitu :

Page 40: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

36 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

a. Empati (emphaty)

Empati sebagai kebajikan yang pertama dari kecerdasan moral, adalah kemampuan untuk

memahami dan merasakan apa yang menjadi keprihatinan oranglain. Empati sebagai kekuatan

emosi untuk mencegah perilaku bengis dan kejam, dan mendorong anak untuk

memperlakukan orang lain dengan baik. Empati adalah dasar kecerdasan moral, yaitu

kemampuan untuk mengidentifikasi sekaligus merasakan keprihatinan orang lain. Kebajikan

ini membuat anak menjadi peka akan perbedaan sudut pandang dan meningkatkan kesadaran

bahwa orang lain memiliki ide atau pendapat berbeda. Anak yang memiliki empati akan lebih

mampu memahami dan mempedulikan, akan selalu terampil dalam mengendalikan

kemarahan.

b. Nurani (conscience)

Nurani merupakan suara hati dari dalam individu (anak) yang membantu anak mampu

mengenali kebenaran. Nurani sebagai peletak dasar untuk kehidupan yang layak,

kewarganegaraan yang solid, dan perilaku etis. Hati nurani memiliki arti yaitu proses kognitif

dan afektif yang mendorong perilaku moral individu (Aronfreed, dalam Berns, 2007).

Anak yang memiliki tingkat nurani tinggi cenderung berani mengakui kesalahan dan

mengucapkan kata maaf, mampu mengidentifikasi kesalahannya dalam berperilaku dan

menjelaskannya mengapa itu salah, jujur dan dapat dipercaya untuk menjaga katakatanya.,

ketika bersalah mau menerima kesalahan dan tidak menyalahkan orang lain atau melimpahkan

kesalahan pada orang lain, merasa malu atau rasa bersalah atas perbuatannya yang tidak

benar, mengetahui bagaimana berperilaku yang benar dan mampu mempertahankannya

meskipun ditekan/dipengaruhi oleh orang lain untuk tidak melakukannya,.

c. Kontrol diri (self-control)

Kebajikan ini membantu anak meregulasi/mengendalikan perilakunya sehingga anak

cenderung berperilaku menurut apa yang benar dalam pikiran dan hati mereka. Anak dengan

kemampuan kontrol diri memiliki kemauan keras/pendirian untuk mengatakan “tidak”,

melakukan apa yang benar, dan memilih berperilaku moral. Kontrol diri adalah mekanisme

kekuatan internal yang mengarahkan anak untuk berperilaku moral sehingga apa yang

dipilihnya adalah sesuatu yang tidak hanya tidak berbahaya namun bijaksana.

d. Respek (respect)

Respek berarti menunjukkan penghargaan selayaknya pada seseorang atau sesuatu. Respek

merupakan kualitas yang mendorong anak untuk memperlakukan orang lain dengan baik

penuh perhatian dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Respek adalah kebajikan yang

dilaksanakan sesuai Golden Rules, anak memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin

diperlakukan maka akan membuat dunia lebih bermoral.

Anak dengan respek cenderung memperlakukan orang lain dengan penuh penghargaan

meskipun berbeda dari segi usia, keyakinan, budaya dan gender, menggunakan nada bicara

yang sopan dan menahan diri untuk tidak membicarakan teman/orang lain di belakang dan

perilaku lancang, memperlakukan diri dengan penuh penghargaan, menghargai privasi orang

lain.

e. Baik budi (kindness)

Baik budi (kindness) merupakan kemampuan anak untuk menunjukkan pada orang lain bahwa

ia peduli tentang kesejahteraan dan perasaan mereka. Anak dengan kindness berarti memiliki

pedoman moral di dalam hatinya yang mengatakan padanya bahwa memperlakukan orang

lain dengan baik adalah hal yang benar untuk dilakukan. Dorongan atau motif untuk berbuat

Page 41: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 37

baik ini bukan atas dasar bahwa nantinya ia akan mendapat imbalan atau balasan atau jika ia

tidak demikian maka ia akan mendapat hukuman atau kehilangan dukungan sosial namun

lebih pada kepedulian anak akan perasaan dan kebutuhan orang lain.

f. Toleran (tolerance)

Toleran merupakan kekuatan kebajikan moral yang membatasi anak untuk tidak berperilaku

penuh kebencian, kekerasan, dan kefanatikan dalam berpendirian. Anak mampu

memperlakukan orang lain dengan kebaikan hati, penghargaan dan pengertian. Kebajikan ini

membantu anak memahami bahwa orang lain berhak untuk diperlakukan dengan penuh rasa

cinta, keadilan, dan penghargaan sekalipun mereka tidak sependapat dengan keyakinan atau

perilaku anak tersebut.

g. Adil (fairness)

Adil (fairness) adalah kebajikan yang mendorong anak untuk memperlakukan orang lain

selayaknya, tidak berat sebelah, dan adil. Adil (fairness) adalah kebajikan yang mendorong

anak untuk berpikiran terbuka dan jujur dan berlaku adil. Anak yang mengembangkan

kemampuan ini akan menjadi anak yang dapat bermain sesuai aturan, menunggu giliran,

berbagi dan mendengarkan pendapat orang lain secara terbuka sebelum memberikan

penilaian.

II .PENGEMBANGAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA DINI

A. KOMPETENSI INTI

Memahami perkembangan kemampuan sosial emosi anak usia dini dan karakteristinya

B. KOMPETENSI DASAR

Memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan sosial emosi anak usia dini selaras

dengan perkembangannya.

C. MATERI AJAR

1. Perkembangan Sosial Emosi Anak

Perkembangan sosialisasi pada anak ditandai dengan kemmpuan anak untuk beradaptasi

dengan lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan perilakunya.

Permbangan sosialisasi adalah proses dimana anak mengembangkan keterampilan

interpersonalnya, belajar menjalin persahabatan, meningkatkan pemahamannya tentang orang di

luar dirinya, dan juga belajar penalaran moral dan perilku.

Perkembangan emosi berkaitan dengan cara anak memahami, mengekspresikan dan belajar

mengendalikan emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Emosi anak perlu

dipahami para guru agar dapat mengarahkan emosi negative menjadi positif sesuai dengan harapan

sosial.

2. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik Individu

Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Yang

dimaksud warna afektif ini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi

(menghayati) suatu situasi tertentu. Contohnya, gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak

senang), dan sebagainya. Di bawah ini ada beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap

perilaku individu diantaranya sebagai berikut :

a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai.

b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari

keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).

Page 42: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

38 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan

emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.

d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi

sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

Sedangkan perubahan emosi terhadap perubahan fisik (jasmani) individu dapat dijelaskan

dengan gambaran sebagai berikut :

Canon telah mengadakan penelitian dengan sorotan sinar “rontgen” terhadap seekor

kucing yang baru selesai makan. la melihat bahwa perut besarnya aktif melakukan gerakan yang

teratur untuk mencerna makanan. Kemudian dibawa ke depannya seekor anjing yang besar dan

Was / galak. Pada saat itu, Canon melihat bahwa proses mencerna terhenti, seketika, dan

pembuluh darah di bagian lambung mengkerut, di samping, itu tekanan darahnya bertambah

dengan sangat tinggi, ditambah lagi dengan perubahan yang bermacam-macam pada kelenjar-

kelenjar seperti bertambah dengan sangat tinggi, ditambah lagi dengan perubahan yang

bermacam-macam pada kelenjar-kelenjar seperti bertambahnya keringat dan kekurangan air

liur.

3. Pengelompokan Emosi

Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan

(psikis)

a. Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti

: rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar.

b. Emosi psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi ini,

diantaranya adalah :

a) Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran.

Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk : (a) rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil

karya ilmiah, (b) rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran, (c) rasa puas karena dapat

m8nyelesaikan persoalan-persoalan ilmiah yang harus dipecahkan.

b) Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat

perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti (a) rasa solidaritas, (b)

persaudaraan, (c) simpati, (d) kasih sayang dan sebagainya.

c) Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika

(moral). Contohnya, (a) rasa tanggungjawab (responsibility), (b) rasa bersalah apabila

melanggar norma, (c) rasa tenteram dalam menaati norma.

d) Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari

sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun kerohanian.

e) Perasaan Ketuhanan. Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan, dianugerahi fitrah

(kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya. Dengan kata lain, manusia

dikaruniai insting religius (naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia

dijuluki sebagai “Homo Religius”, yaitu sebagai makhluk yang berke-Tuhan-an atau makhluk

beragama

Page 43: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 39

MATERI 4 BABI. BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI

A. KOMPETENSI INTI

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

B. KOMPETENSI DASAR

Menguasai penggunaan berbagai alat permainan untuk mengembangkan aspek fisik, kognitif, sosial-emosional, nilai moral, sosial budaya, dan bahasa anak TK/PAUD; Menguasai berbagai permainan anak.

C. MATERI AJAR

1. Definisi/pengertian Bermain dan Permainan

James Sully dalam bukunya Essay on Laughter menyatakan bahwa tertawa adalah tanda dari

kegiatan bermain dan tertawa ada di dalam aktivitas sosial yang dilakukan bersama sekelompok

teman. Artinya kegiatan bermain mempunyai manfaat tertentu. Hal yang penting dan perlu ada di

dalam kegiatan bermain adalah rasa senang dan rasa senang ini ditandai oleh tertawa. Karena itu,

suasana hati dari orang yang sedang melakukan kegiatan bermain, memegang peran untuk

menentukan apakah orang tersebut sedang bermain atau bukan. Plato adalah orang pertama yang

menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Aristoteles berpendapat bahwa anak -

anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan mereka tekuni di masa dewasa nanti.

Sedangkan menurut Frobel bahwa bermain dapat meningkatkan minat, kapasitas serta pengetahuan

anak.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat diuraikan beberapa pengertian bermain:

a) Bermain adalah aktivitas yang khas yang menggembirakan, menyenangkan dan menimbulkan kenikmatan.

b) Kesibukan yang dipilih sendiri oleh anak sebagai bagian dari usaha mencoba-coba dan melatih diri. c) Dunia anak = dunia bermain, jadi bermain merupakan kegiatan pokok dan penting untuk anak. d) Bermain bagi anak mempunyai nilai yang sama dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa.

2. Sejarah perkembangan teori bermain

Secara umum perkembangan teori bermain terbagi menjadi dua yaitu teori-teori klasik dan

teori-teori modern. Berikut ini akan dijabarkan bagai tentang intisari teori-teori perkembangan

bermain tersebut.

a) Teori-Teori Klasik (Abad ke 18 - 19)

Tabel 1.1 Teori Bermain Klasik

TEORI PENGGAGAS TUJUAN

Surplus engeri Schiller/Spencer Mengeluarkan energi berlebih Rekreasi Lazarus Memulihkan energi/tenaga Rekapitulasi G. Stanley Hall Memunculkan instink nenek moyang Praktis Groos Menyempurnakan instink

b) Teori-Teori Modern

Tabel 1.2 Teori Bermain Modern

TEORI Peran Bermain dalam Perkembangan Anak

Psikoanalitik- Sigmund

Freud

Mengatasi pengalaman traumatik, coping terhadap frustasi

Page 44: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

40 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Kognitif-Piaget Mempraktekan dan melakukan konsolidasi konsep-konsep serta keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya

Kognitif-Vygotsky Memajukan berpikir abstrak, belajar dalam kaitan ZPD, pengaturan diri

Kognitif-Bruner/ Sutton-Smith Singer

• Memunculkan fleksibilitas perilaku dan berpikir, imajinasi dan narasi

• Mengatur kecepatan stimulasi dari dalam dan dari luar Arousal Modulation Tetap membuat anak terjaga pada tingkat optimal dengan

menambah stimulasi tingkat optimal dengan menambah stimulasi Bateson Memajukan kemampuan untuk memahami berbagai tingkatan

3. Fungsi dan manfaat bermain bagi perkembangan anak usia dini

Fungsi dan manfaat bermain meliputi seluruh aspek perkembangan anak seperti diuraikan

berikut:

b) Perkembangan Bahasa

Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu memperkaya perbendaharaan

kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak.

c) Perkembangan Moral

Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima kekalahan, menjadi pemimpin

yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya.

d) Perkembangan Sosial

Bermain bersama teman melatih anak untuk belajar membina hubungan dengan sesamanya. Anak

belajar mengalah, memberi, menerima, tolong menolong dan berlatih sikap sosial lainnya.

e) Perkembangan Emosi

Bermain merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan perasaan/emosinya dan ia

belajar untuk mengendalikan diri dan keinginannya sekaligus sarana untuk relaksasi. Pada

beberapa jenis kegiatan bermain yang dapat menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan

sebagai cara terapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi.

f) Perkembangan Kognitif

Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah yang

memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya. Anak juga dapat belajar untuk

memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat mengenal dunia sekitarnya dan menguasai

lingkungannya.

g) Perkembangan Fisik

Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh otot tubuhnya, sehingga

anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan.

h) Perkembangan Kreativitas

Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk

mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam bermain anak mendapatkan

kebebasan.

4. Tahapan perkembangan bermain anak usia dini

Tahap-tahap perkembangan bermain anak usia dini, menurut Mildred Parten melalui 6 tahap

yaitu ;

a) Unoccupied Behavior/Gerakan Kosong

b) Onlocker Behaviour/Tingkah laku pengamat

c) Solitary Play/Bermain Soliter

Page 45: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 41

d) Parraley Play/Bermain Paralel

e) Associative Play/Bermain Asosiatif

f) Cooperative Play/Bermain Koperatif

Tahap perkembangan bermain yang dikemukakan oleh Mildred Parten ini lebih

menekankan pada aspek sosialisasi anak dalam bermain. Artinya, bahwa kegiatan bermain

merupakan gambaran proses sosialisasi yang dilalui anak sejak lahir, masa bayi, masa kanak- kanak

dan masa anak pra sekolah hingga masa anak sekolah kelas awal. Selanjutnya Jean Piaget

mengemukanan tahap perkembangan bermain anak yang lebih menekankan pada aspek

perkembangan intelektual anak sebagaimana terlihat pada bagan berikut ini:

Gambar 1.1 Bagan Perkembangan bermain anak.

5. Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan bermain anak usia dini

Menurut Hurlock, jika diamati secara cermat, ada berbagai variasi kegiatan bermain yang

dilakukan anak, dan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

a) Kesehatan b) Perkembangan Motorik c) Inteligensi d) Jenis kelamin e) Lingkungan dan taraf sosial ekonomi f) Alat permainan

6. Tipe dan Jenis Kegiatan Bermain

Aneka kegiatan bermain bisa membuat anak asyik sekaligus merangsang perkembangannya.

Alat permainan yang digunakan oleh anak hendaknya sesuai dengan kebutuhan anak, begitu pula jenis

kegiatan bermain sesuai dengan usia perkembangan anak. Berbagai jenis kegiatan bermain anak

adalah sebagai berikut:

a) Bermain Aktif

Dalam kegiatan bermain aktif, anak melakukan aktivitas gerakan yang melibatkan seluruh indera

dan anggota tubuhnya. Diantara jenis kegiatan bermain aktif adalah :

(1) Tactile Play

Merupakan kegiatan bermain yang meningkatkan keterampilan jari jemari anak serta

membantu anak memahami dunia sekitarnya melalui alat perabaan dan penglihatnnya.

(2) Functional Play

Bermain Fungsional/Functional Play adalah kegiatan bermain yang melibatkan panca indera

dan kemampuan gerakan motorik dalam rangka mengembangkan aspek motorik anak.

(Charlotte Buhler)

(3) Constructive Play

Permainan yang mengutamakan anak untukmembangun atau membentuk bangunan dengan

media balok, lego dansebagainya.

Bermain

Praktis

Anak

mengeksplorasi

semua

kemungkinan

Bermain

Simbolis

Anak mulai

menggunakan

makna simbolis

benda-benda

Bermain dengan

Aturan

Anak mulai

menggunakan aturan

termasuk aturan yang

mereka buat

Page 46: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

42 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

(4) Creative Play

Permainan yang memungkinkan anak menciptakan berbagai kreasi dari imajinasinya sendiri.

(5) Symbolic /Dramatic Play

Permainan dimana anak memegang suatu peran tertentu.

(6) Play Games

Permainan yang dilakukan menurut aturan tertentu dan bersifat kompetisi/persaingan.

b) Bermain Pasif

Kegiatan bermain pasif tidak melibatkan banyak gerakan tubuh anak, tetapi hanya melibatkan

sebagian indera saja terutama pendengaran dan penglihatan. Kegiatan bermain pasif diantaranya

adalah Receptive Play: Permainan dimana anak menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya

sendiri menjadi aktif (bukan fisik yang aktif) melalui mendengarkan dan memahami apa yang dia

dengar dan ia lihat.

i) Syarat-syarat bermain dan permainan edukatif anak usia dini

Bermain dapat memberikan manfaat yang maksimal pada anak jika terpenuhi syarat-

syaratnya. Ada 5 syarat bermain dan permainan edukatif untuk anak usia dini yaitu:

a) Play Time Anak harus memiliki waktu yang cukup dalam bermain.

b) Play Things Jenis alat permainan harus disesuaikan dengan usia anak dan taraf perkembangannya.

c) Play Fellows Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain jika ia memerlukan.

d) Play Space Untuk bermain perlu disediakan tempat bermain yang cukup untuk anak sehingga anak dapat bergerak dengan bebas.

e) Play Rules Anak belajar bermain, melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberitahu caranya oleh orang lain (guru atau orangtua).

BAB II. PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI

A. KOMPETENSI INTI

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan

diri.

B. KOMPETENSI DASAR

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi dan pengembangan diri.

C. MATERI AJAR

1. Teknologi Informasi

Teknologi informasi merupakan studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama

komputer untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-

kata, bilangan dan gambar. Lucas (dalam Munir, 2008) menyatakan bahwa teknologi informasi adalah

segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirim informasi dalam bentuk

elektronik, micro komputer, komputer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak memproses

transaksi, perangkat lembar kerja dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan contoh

teknologi informasi. Informasi yang disampaikan berupa pesan-pesan elektronik.

2. Teknologi Komunikasi

Teknologi komunikasi merupakan perangkat-perangkat teknologi yang terdiri dari hardware,

software, proses dan sistem, yang digunakan untuk membantu proses komunikasi, yang bertujuan

agar komunikasi berhasil. Keterkaitan teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah teknologi

informasi menekankan pada pelaksanaan dan pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan,

Page 47: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 43

menyimpan, mengmbil, memanipulasi atau menampilkan data dengan menggunakan perangkat-

perangkat teknologi elektronik terutama komputer. Sedangkan teknologi komunikasi menekankan

pada penggunaan perangkat teknologi elektronika dan lebih menekankan pada aspek ketercapaian

tujuan dalam proses komunikasi, sehingga data dan informasi yang diolah dengan teknologi

informasi harus memenuhi kriteria komunikasi yang efektif. Jadi, TIK mengandung pengertian segala

kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, perekayasaan, pengelolaan, dan pemindahan informasi

antar media.

3. Fungsi TIK dalam Pembelajaran PAUD

TIK memiliki tiga fungsi utama dalam pembelajaran, yaitu: 1) Teknologi berfungsi sebagai alat

(tools), mengandung pengertian dalam hal ini perangkat teknologi digunakan sebagai alat bantu dalam

proses pembelajaran, misalnya sebagai alat untuk mengolah kata, mengolah angka, membuat grafik,

dll. 2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science), mengandung pengertian bahwa

teknologi adalah bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai peserta didik, misalnya teknologi

komputer menjadi jurusan di sekolah atau adanya mata pelajaran TIK di sekolah sehingga

menuntut peserta didik untuk menguasai komptensi tertentu dalam TIK. 3) Teknologi sebagai bahan

dan alat bantu untuk proses pembelajaran (literacy), mengandung makna bahwa teknologi

berfungsi sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai kompetensi

tertentu melalui bantuan komputer.

4. Jenis-jenis TIK yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran pada PAUD

Berikut ini akan dibahas berbagai perangkat TIK untuk pembelajaran di PAUD.

a) Audio dan Video Player

Audio dan Video Player adalah perangkat TIK yang paling mudah digunakan. Selain karena

kemudahan dalam penggunaannya ketersediaan perangkatnya pun relatif lebih mudah

ditemukan. Perangkat audio dan video player banyak dijumpai di masyarakat saat ini. Audio dan

Video player, merupakan media pembelajaran yang menggabungkan antara media audio dan

media visual

b) Komputer

Komputer adalah salah satu perangkat TIK yang sudah banyak dimanfaatkan

keberadaaannya dalam proses pembelajaran. Berbagai jenis komputer pabrikan dapat menjadi

pilihan sesuai kemampuan masing-masing. Penting juga dicatat oleh para Guru PAUD bahwa

berbagai aplikasi khusus dalam bentuk permainan untuk anak sudah dirancang, diproduksi dan

dipasarkan oleh pihak lain, yang dapat dimanfaatkan oleh para Guru.

c) Internet

Dalam kaitannya dengan kelebihan internet bagi guru, internet sangat potensial untuk

mendukung pengembangan professional guru karena internet menawarkan beberapa

kesempatan untuk diraih, yakni (a) meningkatkan pengetahuan; (b) berbagi sumber di antara

rekan sejawat; (c) bekerjasama dengan guru-guru dari luar negeri; (d) kesempatan untuk

menerbitkan/mengumumkan gagasan yang dimiliki secara online; (e) mengatur komunikasi secara

teratur; dan (f) berpartisipasi dalam forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun internasional

(Rekdale dalam Nurdin Noni, 2011).

Dalam kaitannya dengan sumber bahan mengajar, guru dapat (a) mengakses rencana

belajar mengajar & metodologi baru, (b) memperoleh bahan baku & bahan jadi yang cocok untuk

segala bidang pelajaran, dan (c) mengumumkan dan berbagi sumber. Untuk peserta didik, internet

menawarkan kesempatan untuk belajar sendiri secara cepat untuk (a) meningkatkan pengetahuan

(b) belajar berinteraktif, dan (c) mengembangkan kemampuan di bidang penelitian. Selain itu,

internet juga menawarkan kesempatan untuk memperkaya diri dengan meningkatkan komunikasi

dengan peserta didik lain dan meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang ada di seluruh

dunia.

Page 48: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

44 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

MATERI 5

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK AUD

A. Kompetensi Inti: 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran

yang diampu. 2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan

yang diampu. 3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

B. Kompetensi Dasar: 1. Menguasai konsep dasar pendidikan jasmani, kesehatan dan gizi sebagai sarana

pengembangan untuk setiap bidang pengembangan anak TK/PAUD. 2. Menguasai penggunaan berbagai alat permainan untuk mengembangkan aspek fisik anak

TK/PAUD. 3. Memahami kemampuan anak TK/PAUD di bidang fisik motorik. 4. Memahami tujuan setiap kegiatan fisik motorik anak TK/PAUD. 5. Memilih materi fisik motorik yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak TK/PAUD.

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992), berbeda dengan yang berlaku di Indonesia. Menurut UU No 23 tahun 2000, rentang usia anak usia dini yaitu usia 0-6 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek, seperti fisik motorik, sosio emosional, dan kognitif sedang mengalami masa yang tercepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992). Pada masa ini, anak usia dini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.

Menurut IDAI (Nursalam dkk, 2005) pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan pertumbuhan ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut berlangsung sejak terjadinya konsepsi (bertemunya sel telur dan sperma) sampai dewasa. Pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.

IDAI (Nursalam dkk, 2005) menyatakan bahwa perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi. Dengan demikian, perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompa darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, bicara, memungut benda-benda di sekelilingnya, serta kematangan emosi dan sosial anak. Tahap perkembangan awal akan menentukan tahap perkembangan selanjutnya. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda, tapi keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara simultan. Pertambahan ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan kemampuan (perkembangan) anak. Pada dasarnya, tumbuh kembang mempunyai prinsip yang berlaku secara umum, yaitu: 1. Tumbuh kembang merupakan suatu proses terus menerus dari konsepsi sampai dewasa. 2. Pola tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya kecepatannya dapat berbeda. 3. Proses tumbuh kembang dimulai dari kepala ke seluruh anggota badan, misalnya mulai

melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri, dan seterusnya.

Page 49: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 45

Pertumbuhan fisik pada anak berlangsung pada saat terjadinya konsepsi sampai dewasa. Pada saat itu terjadi pertambahan jumlah sel dan ukuran sel. Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimuulai dari arah kepala ke kaki (cephalocaudal). Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Pada masa fetal (kehamilan 2 bulan), pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan 50 % dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur. Pada usia 2 tahun, besar kepala kurang dari seperempat panjang badan keseluruhan, sedangkan ukuran ekstrimitas lebih dari seperempatnya.

Soetjiningsih (1995) menjelaskan bahwa pada umumnya pertumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu: 1. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa. Misalnya pada usia

2 tahun, besar kepala hampir seperempat dari panjang badan keseluruhan, kemudian secara berangsur-angsur proporsinya berkurang.

2. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi susu dan timbul gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder, dan perubahan lain.

3. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa tertentu, yaitu masa pranatal, bayi, dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan cepat pada masa prasekolah dan pertumbuhan berlangsung lambat pada masa sekolah.

Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan dapat langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.

D. Jenis Kemampuan Motorik Motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak yang mensetir setiap gerakan yang

dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Kemampuan motorik anak dibagi menjadi dua: 1. Motorik kasar

Gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh, sehingga memerlukan tenaga yang lebih besar. Gerakan ini dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar, misalnya gerakan berjalan, berlari, dan melompat. Komponen dasar gerak ini antara lain gerak lokomotif (gerak memindahkan tubuh), nonlokomotor (gerak anggota tubuh pada porosnya dan tidak pindah tempat) dan gerak manipulatif (keterampilan yang memerlukan koordinasi mata dengan anggota tubuh yang lain dalam mensiasati tempat atau objek untuk bergerak).

2. Motorik halus Gerakan yang dilakukan tidak memerlukan tenaga yang besar, tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat, misalnya mengambil suatu benda dengan menggunakan ibu jari, menggunting, dan meronce.

Perkembangan motorik berkaitan erat dengan perkembangan pusat motorik di otak. Ada tiga unsur dalam perkembangan motorik pada manusia, yaitu:

OTOT SARAF OTAK Ketiga unsur di atas melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Berdasarkan tiga unsur diatas bentuk perilaku gerak yang dimunculkan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu motorik kasar (melibatkan otot-otot besar, saraf dan otak) dan motorik halus (melibatkan otot-otot kecil, saraf dan otak).

Page 50: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

46 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Perkembangan motorik atau kinestetik bukan hanya melibatkan otot, melainkan juga fungsi-fungsi atau modalitas otak yang lainnya, seperti emosi (psikomotorik), auditory (auditory motorik), visual (visual motorik), kognitif, keterampilan dan kemampuan mengingat gerak yang sesuai dengan sekuensi (urut-urutan) tumbuh kembang otak. Beberapa aspek yang berhubungan erat dengan motorik, antara lain kekuatan otot, fleksibilitas, tonus otot, dan sebagainya.

E. Prinsip-Prinsip Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik,

baik motorik kasar maupun motorik halus. Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan latihan atau praktik (Malina & Bouchard, 1991: 178).

Keterampilan fisik motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Delapan hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik, yaitu kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktik, model yang baik, bimbingan, motivasi, setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu dan dipelajari satu demi satu. Adapun cara mempelajari keterampilan motorik yaitu belajar coba dan ralat (trial and error), meniru, dan pelatihan.

F. Karakteristik Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Usia Tahap Perkembangan

0-6 bulan • Si kecil belajar mengangkat kepala dan mulai melihat sebuah obyek. Di usia tiga bulan mulai juga mengangkat dada sambil bertopang pada tangannya.

• Tersenyum kepada ibu dan orang yang sering berada di bersamanya. Menginjak tiga bulan mulai tertawa lucu dan menunjukkan refleks gembira bila bermain.

• Refleks untuk menggenggam apa saja yang ditaruh di tangannya diikuti dengan refleks untuk menarik-narik.

• Mengalami perkembangan sampai tahap telentang ke telungkup.

6-12 bulan • Diawali dengan belajar duduk. Diikuti merangkak ketika ingin meraih sebuah benda kemudian belajar berjalan sambil dituntun.

• Mulai memasukkan semua benda yang dijumpainya ke dalam mulut.

• Mulai dapat memegang sebuah benda dengan telunjuk dan ibu jari, serta suka memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya.

1-2 tahun • Mulai berjalan lancar dan dapat bermain menggelindingkan bola.

• Belajar untuk makan dan minum sendiri.

• Dapat duduk di kursi tanpa pertolongan dan suka untuk naik turun tangga.

• Di akhir tahun ke dua si kecil sudah mulai dapat berlari dengan baik sambil membawa mainan.

2- 3 tahun • Dapat bermain bola, menendang bola sambil berlarian.

• Menunjuk-nunjuk barang yang diinginkannya.

• Mahir untuk menirukan setiap gerakan ibu atau orang lain.

Tiga tahun • Berdiri di atas salah satu kaki selama 5-10 detik • Berdiri di atas kaki lainnya selama beberapa saat • Menaiki dan menuruni tangga, dengan berganti-ganti dan berpegangan

pada pegangan tangga • Berlari berputar-putar tanpa kendala • Melompat ke depan dengan dua kaki 4 kali • Melompat dengan salah satu kaki 5 kali • Melompat dengan sebelah kaki lainnya dalam satu lompatan • Menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki

Page 51: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 47

• Menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada • Mendorong, menarik dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda

tiga • Mempergunakan papan luncur tanpa bantuan • Membangun menara yang terdiri dari 9 atau 10 kotak • Menjiplak garis vertikal, horizontal dan silang • Menjiplak lingkaran • Mempergunakan kedua tangan untuk mengerjakan tugas. • Memegang kertas dengan satu tangan dan memepergunakan gunting

untuk memotong selembar kertas berukuran 5 inci persegi menjadi dua bagian.

Empat tahun • Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik • Berjalan maju dalam satu garis lurus dengan tumit dan ibu jari sejauh 6 kaki • Berjalan mundur dengan ibu jari ke tumit • Lomba lari • Melompat ke depan 10 kali • Melompat kebelakang sekali • Bersalto/ berguling ke depan • Menendang secara terkoordinasi ke belakang dank e depan dengan kaki

terayun dan tangan mengayun kea rah berlawanan secara bersamaan. • Dengan dua tangan menangkap bola yang dilemparkan dari jarak 3 kaki • Melempar bola kecil dengan kedua tangan ke pada seseorang yang

berjarak 4-6 kaki darinya • Membangun menara setinggi 11 kotak • Menggambar sesuatu yang berarti bagi anak tersebut. Dapat dikenali orang

lain • Mempergunakan gerakan-gerakan jemari selama permainan jari • Menjiplak gambar kotak • Menulis beberapa huruf

Lima tahun • Berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik • Berjalan di atas besi keseimbangan ke depan, ke belakang dan ke samping • Melompat ke belakang dengan dua kali berturut-turut • Melompat dua meter dengan salah satu kaki • Mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang bola • Menangkap bola tennis dengan kedua tangan • Melempar bola dengan memutar badan dan melangkah ke depan • Mengayun tanpa bantuan • Menangkap dengan mantap • Menulis nama depan • Membangun menara setinggi 12 kotak • Mewarnai dengan garis-garis • Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan 2 jari • Menggambar orang beserta rambut dan hidung • Menjiplak persegi panjang dan segi tiga • Memotong bentuk-bentuk sederhana.

Diadaptasi dari CRI (1997)

G. Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini Kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan fisik motorik anak usia dini adalah

sebagai berikut: 1. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan. 2. Pasca kelahiran, semakin aktif bayi, semakin cepat perkembangan motorik anak.

Page 52: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

48 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

3. Kondisi pralahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan ibu. 4. Kelancaran dalam proses kelahiran. 5. Gangguan lingkungan. 6. Tingkat inteligensi anak. 7. Rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakkan bagian tubuh. 8. Perlindungan dari orangtua. 9. Waktu kelahiran (premature atau tepat waktu). 10. Cacat fisik. 11. Motivasi dan metode pelatihan.

H. Sarana Prasarana Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini Sarana dan prasarana pengembangan keterampilan motorik adalah semua alat dan

kelengkapan pengembangan yang digunakan anak usia dini untuk memenuhi naluri bermainnya dan dimanfaatkan pendidik dalam mendukung kebrhasilan penyelengaraan pengembangan keterampilan motorik pada anak usia dini. (Rachman, 1997).Dibawah ini adalah contoh-contoh alat bantu pengembangan keterampilan motorik anak usia dini.

Alat Bantu Pengembangan Aspek

Pengembangan Kompetensi yang Diharapkan

Segala alat diluar (outdoor); ayunan, pararel bar, bangku swedia, simpai, matras, boks, tangga, bak pasir, balok, tali tambang besar, ragam ukuran bola, balon, alat musik, tape recorder, kaset-kaset lagu, peluncuran, tangga majemuk, jembatan, panjatan besi, ring basket mini, jungkat jungkit, sepeda dll.

Motorik kasar Tubuh menjadi sigap, bugar, seimbang dan lentur dan terampil

Alat-alat manipulatif, sperti kancing, tali, garis, jiplak, puzzle, mozaik, cangkir, kaleng, lotto gambar benda sejenis, alat berkebun, alat rumah tangga, lilin warna, papan hitung, alat gunting, lem, kertas warna, krayon, bak pasir, playdough, balok membangun dll.

Motorik halus Terampil koordinasi tangan-mata dan persiapan untuk menulis serta kompetensi yang mengupayakan mendirikan anak pada kebiasaan sehari-hari sesuai dengan tingkat usianya

Tape recorder, kantong kacang, hola hop, saputangan

Motorik kasar Kreativitas gerak

I. Evaluasi Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini

Evaluasi ini sangat diperlukan untuk mengukur sampai sejauhmana proses pembinaan atau pengembangan keterampilan motorik yang diberikan guru, orang tua, pembimbing atau pamong ini berdampak terhadap perubahan anak tersebut. Pelaksanaan evaluasi pada anak usia dini berbeda dengan evaluasi yang dilakukan untuk anak. Ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi anak usia dini, yaitu menyeluruh, berkesinambungan, berorientasi pada tujuan, obyektif, mendidik, dan kebermaknaan. Instrumen evaluasi pengembangan keterampilan motorik anak usia dini harus dikembangkan atas dasar kemungkinan keterampilan gerak yang mesti dicapai anak sesuai dengan tingkat perkembangannya, yaitu pengamatan (observasi) dan catatan anekdot.

J. Peran Keluarga untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Peran keluarga untuk meningkatkan perkembangan motorik adalah sebagai berikut:

1. Nutrisi yang mencukupi dan seimbang. 2. Perawatan kesehatan dasar. 3. Pakaian. 4. Perumahan. 5. Kebersihan diri dan lingkungan.

Page 53: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 49

6. Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi). 7. Memberikan lingkungan yang nyaman dan aman. 8. Memberikan kepercayaan pada anak. 9. Mengajari konsentrasi. 10. Mengajari keterampilan motorik, untuk motorik halus sebaiknya dipelajari secara individu. 11. Mendampingi proses latihan. 12. Memberikan bimbingan dan motivasi.

K. Kegiatan untuk Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Kemampuan motorik akan terbentuk dengan beberapa permainan atau kegiatan di bawah ini: 1. Lomba lari. 2. Melompat-lompat meraih benda di atas. 3. Berenang. 4. Mengangkat satu kaki dan menahannya. 5. Jalan pagi. 6. Pijatan ringan untuk melancarkan peredaran darah. 7. Mencorat-coret 8. Makan sendiri 9. Menangkap dan melempar bola 10. Meremas-remas kertas Koran menjadi bola 11. Naik turun tangga 12. Mengendarai sepeda 13. Akrobatik 14. Aktivitas Koordinasi mata dan Tangan, Menghubungkan dua titik yang berjauhan, mengarsir

gambar, mewarnai dsb. 15. Menjiplak 16. Menggunting, dengan beberapa teknik yaitu menggunting lurus ditepi kertas, menggunting

lurus ditengah kertas. Memotong bentuk- bentuk geometri seperti bujur sangkar, empat persegi panjang, segi tiga, dsb.

17. Menempel 18. Melipat kertas

Daftar Pustaka Bredkamp, Sue. (1992). Developmentally Appropriate Practise in Early Childhood Programs Serving

Children From BirthThrough Age 8. Washington: National Asociation for The Education of Young Children.

CRI Team, Pembelajaran Berpusat pada Anak, Washington: CRI. Hetherington. E.M (1999). Child Psychology: A Contemporary View points. 5th ed. Mc Graw Hill

Companies. The International Edition. Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition.New York: Mc. Graw Hill, Inc. Jamaris, Martini. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta:

Grasindo. Maxim, George. W. (1985). The Very Young Guiding Children from Infancy through the Early Years,

Second Edition.California: Wodsworth Publishing Company. Mayesky, Mary. (1990). Creative Activities for Young Children. USA: Delmat Publisher Inc. Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta. Papalia, D. E., Olds, S. W., dan Feldman, R. D. (2002). A Child’s World: Infancy Through adolescence.

Edisi 9. Boston: Mc Graw Hill. Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak edisi 11. Jakarta: Erlangga.

Page 54: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

50 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

MATERI 6

Assesment Perkembangan Anak Usia Dini

A. Pengertian

Pengertian assesment dalam kajian ini akan dipersepsikan sebagai penilaian proses dan hasil

pembelajaran terhadap pertumbuhan perkembangan anak pada lembaga pendidikan anak usia dini.

Dalam hal ini bahwa assesment/ penilaian pada anak usia dini merupakan suatu proses kegiatan yang

dilaksanakan bertujuan untuk mengumpulkan data atau bukti-bukti tentang perkembangan dan hasil

belajar yang berkaitan dengan perkembangan anak usia dini

Dalam dunia pendidikan, penilaian dimaknai sebagai suatu proses yang sistematis tentang

pengumpulan, penganalisisan, penafsiran, dan pemberian keputusan tentang informasi yang

dikumpulkan. Penilaian ditujukan untuk membuat keputusan dalam mendukung pembelajaran anak,

hal ini merupakan kegiatan penting bagi pendidik. Melalui penilaian pendidik mendapatkan informasi

yang berguna tentang kondisi dan kemajuan perkembangan anak.

Langkah yang dilakukan dalam penilaian adalah mengumpulkan data atau informasi. Salah

satu cara yang paling efektif adalah melalui observasi yang terus menerus kepada anak. Observasi

bukan berarti hanya sekedar mengamati apa yang dilakukan anak, namun juga menayakan dan

mendengarkan apa yang mereka sampaikan. Cara lainnya adalah mengumpulkan karya anak dalam

portofolio setiap anak.

Jadi proses yang terdapat dalam penilaian merupakan proses yang berkelanjutan. Kegiatan

penilaian bukanlah dilakukan pada akhir kegiatan, tetapi justru proses merupakan hal yang cukup

penting adalah membuat informasi dari hasil penilaian menjadi lebih bermanfaat bagi semua pihak

yang berkepentingan.

Sebagai kesimpulan penilaian proses dan hasil belajar anak usia dini adalah suatu proses yang

sistematik meliputi pengumpulan, penganalisisan, penafsiran, dan pemberian keputusan tentang

pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini dalam proses pembelajaran.

Penilaian proses dan hasil belajar anak usia dini dilaksanakan untuk mengetahui dan

mendeskripsikan perkembangan anak usia dini yang terjadi sebagai akibat adanya kegiatan

pembelajaran yang diberikan

B. Tujuan Penilaian Proses dan Hasil Belajar Anak Usia Dini

Tujuan penilaian proses dan hasil belajar anak usia dini, antara lain untuk:

1. Mendeteksi perkembangan dan arahan dalam melakukan penilaian diagnostik ketika terindikasi,

yang meliputi deteksi tentang status kesehatan anak usia dini, kepekaan indera, bahasa, motorik

kasar, motorik halus, dan perkembangan sosial-emosional;

2. Mengidentifikasi minat dan kebutuhan anak usia dini, Sebagai bahan pertimbangan bagi

pendidik/ guru untuk menempatkan anak dalam kegiatan yang sesuai dengan minat dan

kebutuhannya

3. Menggambarkan kemajuan perkembangan dan belajar anak usia dini, Memberikan umpan

balik kepada pendidik/ guru untuk memperbaiki kegiatan belajar melalui bermain

4. Mendapatkan informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak

selama mengikuti pendidikan di PAUD; Sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak

dalam dalam rangka pembinaan selanjutnya terhadap anak didik

5. Menggunakan informasi yang didapat sebagai umpan balik bagi pendidik untuk memperbaiki

kegiatan pembelajaran dan meningkatkan layanan pada anak agar sikap, pengetahuan, dan

keterampilan berkembang secara optimal;

6. Memberikan informasi bagi orang tua untuk melaksanakan pengasuhan di lingkungan keluarga

yang sesuai dan terpadu dengan proses pembelajaran di PAUD; Sebagai informasi bagi orang tua

untuk melaksanakan pendidikan keluarga yang sesuai dan terpadu dengan kegiatan lembaga

Page 55: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 51

Memberikan informasi kepada orang tua tentang pertumbuhan dan

p e r k e m b a n g a n y a n g t e l a h d i c a p a i o l e h a n a k seperti misalnya : perkembangan

bahasa lisan, perkembangan sosial, perkembangan emosional, ketrampilan motorik

kasar dan halus, kognitif, dan lain-lain

7. Memberikan bahan masukan kepada berbagai pihak yang relevan untuk turut serta membantu

pencapaian perkembangan anak secara optimal Sebagai bahan pertimbangan bagi pendidik/ guru

untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap anak didik agar fisik maupun p sikisnya

dapat tumbuh dan berkembang secara optimal

8. Mendukung pembelajaran dan merencanakan pembelajaran bagi anak baik secara individual

maupun kelompok

9. Memperbaiki dan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan

dan kebutuhan anak usia dini,

10. Menilai program lembaga/ akuntabilitas program dan lembaga.

11. Mengembangkan kurikulum

12. Menilai seberapa baik program yang telah dilakukan dalam mencapai tujuannya.

13. Pertanggungjawaban lembaga yang disampaikan baik kepada orangtua maupun kepada pihak-

pihak terkait

C. PENILAIAN OTENTIK

Penilaian merupakakan hal penting dalam pembelajaran. Penilaian yang dilaksanakan dalam

pembelajaran meliputi proses dan hasil kegiatan pembelajaran anak. Penilaian yang dilaksanakan pada

Pendidikan Anak Usia Dini sesuai Permendikbud 137 dan 146 tahun 2014 sebagai Perangkat Kurikulum

2013 PAUD. Pada Permendikbud tersebut menyebutkan penilaian yang dilaksanakan pada Pendidikan

Anak Usai Dini mengacu pada penilaian autentik/ otentik

Pada pedoman penilaian anak usia dini yang sesuai dengan pelaksanaan Kurikulum 2013

PAUD, diharapkan pendidik akan lebih memahami dan dapat melaksanakan penilaian pada anak udia

dini secara benar, terarah, dan bermakna untuk berbagai pihak yang membutuhkan.

.Adapun penilaian otentik dalam Kurikulum 2013 adalah “penilaian proses dan hasil belajar

untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan

keterampilan berdasarkan fakta yang sesungguhnya, yang dilakukan secara berkesinambungan”.

Penilaian tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh anak, tetapi lebih menekankan mengukur apa

yang dapat dilakukan oleh anak.

Penilaian pada anak tersebut dilakukan secara sistematis, terukur, berkelanjutan, menyeluruh

yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak sebagai hasil dari

kegiatan belajar anak selama kurun waktu tertentu.

Adapun lingkup penilaian otentik di lembaga PAUD meliputi pertumbuhan dan perkembangan

anak. Lingkup penilaian pertumbuhan meliputi ukuran fisik diukur dengan satuan panjang dan berat,

misalnya berat tubuh, tinggi badan/panjang badan, dan lingkar kepala. Adapun penilaian

perkembangan meliputi informasi bertambahnya fungsi psikis dan fisik anak meliputi sensorik

(mendengar, melihat, meraba, merasa, dan menghidu), motorik (gerakan motorik kasar dan halus),

kognitif (pengetahuan, kecerdasan), komunikasi (berbicara dan bahasa), serta sikap religius, sosial-

emosional dan kreativitas yang dirumuskan dalam kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Jadi penilaian otentik pada anak usia dini merupakan penilaian berdasarkan kondisi nyata yang

muncul dari perilaku anak selama proses berkegiatan maupun hasil dari kegiatan tersebut. Penilaian

otentik dilakukan pada saat anak terlibat dalam kegiatan bermain, yang dilakukan secara alami dalam

kondisi alamiah maupun yang direncanakan oleh guru/ pendidik.

Contoh:

Page 56: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

52 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

1. Guru ingin mengetahui kemampuan anak mengenal bentuk-bentuk geometri, maka guru

menyiapkan kegiatan bermain dengan alat main berbagai bentuk di semua area/sentra/sudut.

Guru melakukan pengamatan, bertanya, dan mencatat hal-hal penting yang muncul dari anak.

Saat anak tengah bermain mencetak plastisin dengan menggunakan cetakan berbagai

bentuk geometri. Guru dapat mengajukan pertanyaan, seperti: “Ibu pesan kue berbentuk

lingkaran dan persegi ya..?”.

Ternyata anak tidak membuat plastisin/kue dengan bentuk lingkaran dan persegi; tetapi anak

malah membuat kue dari plastisin berbentuk panjang- panjang seperti cacing.

Catatan : Pada umumnya guru langsung memberikan penilaian BM (Belum Berkembang),

pada anak. Hal ini bukan merupakan penilaian otentik.yang dilakukan guru. Dalam penilaian

otentik, seharusnya guru menayakan pada anak : “Nak, mengapa membuat plastisin/ kue

panjang-panjang seperti cacing.? Jawaban anak :“Bu Guru saya bosan..mencetak plastisin/kue

bentuk lingkaran dan persegi panjang....Saya ingin membuat kue panjang-panjang seperti nenekku

di rumah.

Ilustrasi di atas guru diminta memberikan penilaian secara otentik pada anak, dengan penghargaan

yang lebih dibandingkan dengan teman-temannya.

2. Guru memberikan tugas pada anak membuat rumah dari batang korek api/ stik es. Guru

memberikan instruksi :”Anak-anak tugas kalian sekarang adalah membuat rumah dari 10 batang

korek api/ stik es, seperti yang ibu contohkan tadi. Di meja kalian sudah terdapat lembar kertas,

lem dan beberapa batang korek api / stik es.

Catatan : pada umumnya guru memberikan nilai BSH (Berkembang Sesuai Harapan),

apabila anak-anak dapat mengerjakan membuat bentuk rumah dari 10 batang korek api/ stik es,

seperti yang dicontohkan gurunya.

Apabila ada anak yang hanya dapat mengerjakan bentuk rumah dengan 4 batang korek api/ stik

es, bahkan tidak sama dengan contoh yang diberikan gurunya, pada umumnya guru memberikan

nilai MB (Mulai Berkembang). Hal ini bukan merupakan penilaian otentik.yang dilakukan guru.

Dalam penilaian otentik, diharapkan guru menayakan: “ Nak, mengapa membuatnya

rumah kok hanya dengan 4 batang korek api/ stik es..sehingga tidak berbentuk rumah. Apabila

anak tiba-tiba menjawab dengan eskpresi : Ibu...ibu guru...!!! .itu rumah yang ada di TV...rumah

itu hancur...hanyut...karena diterjang banjir..!!

Ilustrasi di atas guru diminta memberikan penilaian secara otentik pada anak, dengan

penghargaan yang lebih dibandingkan dengan teman-temannya. Jadi kesimpulannya penilaian

otentik pada anak usia dini dilaksanakan pada saat anak belajar melalui bermain, berinteraksi

dengan teman atau guru, saat anak mengomunikasikan pikiran melalui hasil karyanya. Hal penting

yang harus dipahami dan dirubah pemahaman guru bahwa hasil karya anak bukan untuk dinilai

bagus tidaknya; tetapi untuk dianalisa ide-ide, gagasan kemajuan perkembangan yang dicapai

anak.

Penilaian perkembangan dalam pendidikan anak usia dini bukan hal yang sederhana

karena banyak faktor yang perlu diperhatikan pada saat pengumpulan fakta, analisa terhadap

perilaku anak saat bermain, dan analisa hasil karya anak. Keseriusan, ketelitian mengamati dan

objektivitas di dalam penilaian dan pengelolaan fakta yang sebenarnya, natural, alamiah, menjadi

data yang mampu menggambarkan siapa dan bagaimana anak sesungguhnya. Data-data inilah

yang kemudian dikomunikasikan kepada orang tua sebagai laporan untuk ditindaklanjuti bersama,

baik di satuan PAUD maupun pengasuhan di rumah.

Page 57: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 53

D. AKTIVITAS KEGIATAN ANAK YANG DINILAI

Tumbuhkembang anak yang dinilai meliputi aspek aspek kognitif, bahasa, motorik halus,

motorik kasar, sosial emosional, moral, seni. Adapun yang dinilai guru berupa aktivitas anak yang

berkaitan dengan aspek-aspek tersebut

1. Unjuk Kerja anak TK.

Unjuk kerja merupakan aktivitas yang dilakukan siswa untuk melakukan sesuatu

kegiatan atau tugas dalam perbuatan antara lain : menyanyi, merangkak, melompat, dll

Secara umum, kemampuan fisik-motorik dibagi menjadi motorik kasar dan motorik

halus. Disebut motorik kasar, bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian

tubuh.. Misalnya, gerakan berjalan, berlari, dan melompat. Sedangkan motorik halus hanya

melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Karena

itu, gerakan ini tidak begitu membutuhkan tenaga yang besar, akan tetapi membutuhkan

koordinasi yang cermat. Misalnya: gerakan mengambil suatu benda dengan hanya

menggunakan ibu jari dan telunjuk, menggunting, meronce, memegang pensil untuk

menggambar.

Bentuk-bentuk unjuk kerja Kegiatan yang dilakukan anak, untuk perkembangan

motorik anak .

Usia Motorik Kasar Motorik Kasar

3 – 4 tahun • Naik dan turun tangga

• Meloncat dengan dua kaki

• Melempar bola

• Menggunakan krayon

• Menggunakan benda/alat

• Meniru gerakan orang lain

5-6 tahun • Meloncat

• Mengendarai sepeda anak

• Menangkap bola

• Bermaian olah raga

• Menggunakan pensil

• Menggambar

• Memotong dengan gunting

• Menulis huruf cetak

2. Hasil karya

Hasil karya adalah hasil kerja anak setelah melakukan suatu kegiatan dapat berupa

pekerjaan tangan atau karya seni. Contohnya: melipat, menggambar, mewarnai dll. Hasil

karya tersebut dapat diberikan penilaian melalui observasi, wawancara. Selanjutkan hasil

karya anak tersebut dapat dikumpulkan dan didokumentasikan dalam bentuk portofolio.

E. TEKNIK PENILAIAN

Penilaian proses dan hasil belajar anak dilaksanakan untuk mendapatkan

gambaran/deskripsi pertumbuhan dan perkembangan anak didik yang diperoleh dengan

menggunakan teknik penilaian serta serangkaian prosedur. Kegiatan penilaian dalam program

anak usia dini dilakukan melalui pengamatan/ observasi, wawancara, catatan anekdot, portofolio/

dokumentasi

1. Metode Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data/informasi melalui pengamatan langsung

terhadap sikap dan perilaku anak. Agar observasi lebih terarah maka diperlukan pedoman

observasi yang dikembangkan oleh pendidik/ guru. Adapun proses pengamatan yang dilakukan

guru terhadap perilaku tumbuh kembang anak, dapat dilakukan dengan observasi secara insidental

dan observasi secara terfokus/ terpusat.

Observasi merupakan cara pengumpulan data melalui pengamatan terhadap situasi

sebenarnya atau alamiah, dan juga situasi yang sengaja diciptakan atau eksperimen. Adapun

observasi dapat dilakukan melalui pengamatan langsung maupun tidak langsung dalam terhadap

anak dalam proses belajar melalui bermain.

Page 58: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

54 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Observasi langsung dilakukan guru/ pendidik pada anak secara face to face, dengan

menggunakan indera, saat anak melakukan kegiatan belajar melalui bermain., misalnya

mengobservasi saat anak : meronce, menggambar, melipat, berlari, main bola, membau, bermain

pencampuran warna, dan lain-lain.

Adapun observasi tidak langsung, pengamatan yang dilakukan tidak pada saat peristiwa

terjadi.(berarti melihat dokumentasi), baik itu berupa rekaman perilaku anak maupun hasil

bermain anak, berupa hasil lipatan, hasil roncean, dan lain-lain Dalam observasi/ pengamatan,

guru menggunakan lima indera untuk mendapatkan data anak.

2. Metode Wawancara (percakapan dengan anak)

Percakapan adalah cara penilaian yang dilakukan melalui bercakap-cakap antara anak

didik dengan guru/ pendidik baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pada anak-anak, guru

melakukan percakapan untuk mendapatkan informasi tentang apa saja yang dilakukan mereka,

maupun gagasan-gagasan, imajinasi yang ada dipikirannya. Hasil percakapan ini, pada umumnya

guru mendapatkan keterangan yang orisinal, karena anak-anak memberikan pernyataan yang

tidak dibuat-buat.

3. Catatan anekdot ( Anecdotal Record)

Pencatatan anekdotal, suatu tulisan singkat mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang

berarti, yang bermakna, yang penting, insiden dalam kehidupan keseharian anak didik. Catatan

anekdot ini ditulis tentang sikap dan perilaku anak secara khusus terjadi secara insidental/ tiba-

tiba. Catatan ini menggambarkan peristiwa yang terjadi pada anak secara faktual dan luar biasa

Catatan anekdot adalah kumpulan catatan mengenai sikap dan perilaku anak dalam

perilaku tertentu di dalam kelas maupun di luar kelas. Catatan yang meliputi aktivitas yang bersifat

negatif dan positif. Anecdotal record lebih terfokus untuk mencatat kejadian khusus atau luar

biasanya dalam situasi khusus.

Catatan anekdot menjelaskan sesuatu yang terjadi secara faktual (sesuai dengan apa

yang dilihat dan didengar), dengan cara yang obyektif (tidak berprasangka, tidak menduga-duga),

menceritakan bagaimana, kapan dan di mana terjadi peristiwa itu, serta apa yang dikatakan dan

dikerjakan anak.

Contoh :

• anak tiba-tiba menangis,

• anak lari keluar kelas dan langsung main pasir di halaman

• anak cemberut, tidak riang seperti biasanya

4. Portofolio (Kumpulan Hasil Karya Anak)

Portofolio adalah salah satu cara penilaian yang digunakan untuk mengamati perkembangan

karya anak dalam rangka melakukan evaluasi perkembangan belajar anak usia dini. Portofolio

merupakan salah satu wadah untuk merekam berbagai unjuk kerja atau bukti nyata hasil belajar anak

usia dini. Beberapa alasan penggunaan portofolio antara lain adalah: (a) Membantu guru untuk

merangkai berbagai bukti nyata dari hasil belajar yang ditampilkan anak dalam berbagai bentuk karya;

(b) Mendorong anak mengambil manfaat dari hasil belajar yang dicapainya; (c) Membantu guru untuk

memahami profil perkembangan anak secara lebih lengkap dalam berbagai bidang perkembangannya;

(d) Memberikan gambaran tentang perkembangan dan hasil belajar anak dari waktu ke waktu; dan (e)

Merupakan sarana evaluasi hasil belajar anak secara interaktif.

Data hasil penilaian dari berbagai alat dan cara pengumpulan untuk mendapatkan data

tentang perkembangan anak, dikumpulkan dan didokumentasikan dalam bentuk portofolio, yaitu

penilaian berdasarkan kumpulan hasil karya anak. Sebagai bukti refleksi diri anak didik atas apa yang

dilakukannya dan dicapainya. Berdasarkan data tersebut pendidik/ guru melakukan analisis

untuk memperoleh kesimpulan tentang gambaran perkembangan anak berdasarkan semua

indikator yang telah ditetapkan setiap semester.

Page 59: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 55

Adapun prinsip- prinsip yang perlu diperhatikan dalam portofolio

a. Portofolio adalah sesuatu yang dilakukan oleh anak didik dengan karya-karyanya sendiri dan

untuk menilai dirinya sendiri sebagai pembelajar.

b. Portofolio secara eksplisit atau implisit harus berisi alasan anak membuatnya, tujuan dan

sasaran, kegiatan atau karya dan standar tolok ukur penilaian portofolio.

c. Portofolio dapat digunakan sepanjang tahun dan dilakukan evaluasi formatif dan pada akhir

tahun diseleksi mana yang dapat dan pantas dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan

d. Portofolio hendaknya berisikan informasi yang menggambarkan aspek perkembangan

kemajuan hasil belajar anak.

- Perkembangan sosio-emosional, berupa catatan guru dan catatan anekdot mengenai

interaksi anak dengan kelompoknya (kemampuan memilih, memecahkan masalah dan

kerja sama dengan orang lain), serta rekaman video ketika sedang melakukan kegiatan

bersama.

- Perkembangan kognitif, berupa foto-foto tentang aktivitas anak ketika menghitung dan

mengukur bahan-bahan untuk kegiatan memasak, sampel kerja anak yang menunjukkan

anak memahami konsep angka, foto dan data yang diperoleh dari ceklis dan rekaman

wawancara mengenai pemahaman konsep, eksplorasi, hipotesis, dan pemecahan

masalah

- Perkembangan bahasa, berupa rekaman anak ketika membaca cerita yang ditulis,

rekaman wawancara tentang penguasaan perbendaharaan kata dan keterampilan

menggunakan bahasa.

- Perkembangan fisik, berupa catatan guru atau rekaman video tentang aktivitas gerakan

anak baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang merupakan perkembangan

keterampilan motorik, catatan, foto, rekaman video,

Berbagai hasil karya yang dibuat dan dilakukan anak; yang dapat dimasukkan ke dalam portofolio

misalnya:

a. Gambar atau lukisan

b. Hasil melipat anak

c. Potret bangunan balok yang dibuat anak

d. Foto atau video ketika anak melaksanakan kegiatan selama di TK

e. Catatan atau gambar atau video saat melempar dan menangkap bola

f. Catatan mengenai buku-buku yang sudah dibaca anak atau mendengarkan buku yang

dibacakan untuknya

g. Cerita-cerita yang pernah ditulis oleh anak

h. Catatan tentang perkembangan sosial emosional anak

DAFTAR PUSTAKA

Authentic Assessment and Early Childhood Education. (2011). Little Prints Volume 6

Bagnato, S. (2007). Authentic assessment for early childhood intervation: Best practice. New York: NY:

Guilford.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik

Indonesia Nomor 137 Tahun 2014

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik

Indonesia Nomor 146 Tahun 2014

Page 60: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

56 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

MATERI 7 PEMBELAJARAN ILMU SOSIAL ANAK USIA DINI

A. KOMPETENSI INTI Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

B. KOMPETENSI DASAR Mampu mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan dan merasa sebagai warga masyarakat yang beragam budaya demokratis di dunia yang saling bertergantungan.

C. MATERI AJAR Definisi/pengertian Ilmu Sosial Ilmu sosial adalah : ilmu yang terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mempromosikan kompetensi. Ilmu sosial terkoordinasi,dan llmu sistematis pada gambar disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, filsafat, ilmu politik,psikologi,agama,dan sosiologi,serta konten yang sesuai dari humaniora,matematika dan ilmu alam.(NCSS,1994,hal1)

MASA LALU DENGAN PENDEKATAN ILMU SOSIAL Sebelum tahun 1930an, ilmu sosial mempunyai kaitan dengan satu tubuh yang tidak berubah dari fakta-fakta untuk dihafalkan.gempar oleh hal ilmu social yang sering menghafal dan tidak memiliki pengalaman dengan lucy Sprague Mitchell(1934) mengembangkan sebuah akun praktis tentang cara dimana guru dapat memperkaya pemahaman anak-anak tentang dunia dan tempat di sekitar mereka

KAJIAN-KAJIAN SOSIAL SAAT INI Kajian-kajian sosial saat ini secara ketat berdasarkan kajian-kajian masa lalu. Pilsafat John

Dewey, teori-teori dari Piaget dan Vygotsky dan penelitian Mitchell terus mempengaruhi bidang. Bagaimanapun, kajian-kajian sosial saat ini bukan hanya berdasarkan yang sebelumnya. teori

dan penelitian pembelajaran mutakhir selain juga kekuatan-kekuatan ssial dan politik direfleksikan didalam kurikulum kajian-kajian sosial saat ini. Implikasi-implikasi teori dan penelitian untuk mengajarkan banyak. Saat ini, mengajarkan kajian-kajian sosial untuk anak-anak muda perlu memasukan sebagai berikut:

• Pembelajaran aktif

• Bidang-bidang subyek terintegrasi

• Maksud dan relevansi

• Kepentingan dan keterikatan tinggi

• Standar-standar

• Keterampilan-keterampilan sosial dan partisisipasi

• Sikap-sikap dan nilai-nilai

PENGETAHUAN ANAK Vygotsky (1986) menjelaskan dalam developmentally appropriate practice, bahwa sudah menjadi kaharusan bagi seorang guru untuk mngetahui kemampuan dasar siswa serta latarbelakang mereka. Semua Anak Sama Pada dasarnya, semua anak memiliki kebutuhan yang sama, antara satu dengan yang lainnya, seperti kasih sayang, rasa aman, dan perhatian yang baik, hal2 yang menyenangkan, serta sosok orang dewasa yang dapat mereka percayai.

Anak merupakan pembelajar yang aktif Jika kebutuhan dasar anak pada poin ‘rasa aman’ dengan ‘kasih sayang’ bertemu, mereka akan mencari tau dan merasa penasaran, tertarik dengan lingkungan dan penuh dengan semangat untuk belajar lebih jauh tentang diri mereka sendiri dan bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Anak melewati tingkat pembentukan pemikiran yang sama

Page 61: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 57

Pada jenjang usia 2, 7 atau 8 tahun, tingkat pemahaman anak masih dalam masa pra-bekerja. Mereka mulai berfikir secara abstrak dan menggunakan simbol, untuk mengekspresikan gerakan secara mental, untuk mengantisipasi segala konsekuansi sebelum ‘gerakan’ itu terjadi, dan untuk mengembangkan beberapa ide dari pada subuah penyebab; akan tetapi mereka butuh sebuah acuan yang konkret untuk memahami sebuah hal yang abstrak.

Sama tapi berbeda Sebagai individu, bagaimanapun juga anak-anak tetaplah berbeda-beda. Setiap mereka adalah unik Pengalaman Guru dapat mendeterminasikan latar belakang anak sesuai dengan pengalamnnya melalui cara berikut:

• Mengungjungi kediaman anak dan berdiskusi dg orang tua tentang hal-hal yang pernah anak lakukan sebelumnya.

• Berkeliling disekitar tempat tinggal anak untuk melihat komunitas yang ada disekeliling anak

• Mewawancarai anak, dan meminta mereka untuk menceritakan tentang apa yang mereka lakukan, tempat yang pernah mereka datangi, dan hal apa yang ingin mereka lakukan.

Minat/Kepentingan Orang yang pernah kontak langsung dengan anak-anak pasti mengetahui bahwa anak sangat antusias dan tertarik untuk belajar segala hal. Untuk memulainya, dapat dilakukan hal berikut:

• Berbincang kepada anak tentang hal apa saj secara non-formal, hal ini dapat membuat guru tau apa yang anak ketahui, dan apa yang ingin mereka lakukan

• Perhatikan anak ketika bermain

• Diskusikan kesukaan anak pada orang tua

Kemampuan Anak-anak tidak hanya membawa berbagai macam pengalaman dan kepentingan ketika didalam kelas, tetapi mereka juga membawa perbedaan besar dalam tingkat perkembangan sosial, emosional, fisik, intelektual dan kemampuan. Perbedaan ini membentuk dasar dari tujuan-tujuan lainnya dan tujuan pembelajaran sosial untuk kelompok dan untuk masing-masing anak.

RENCANA PEMBELAJARAN Rencana pembelajaran dapat berputar disekitar seorang anak,sebuah kelompok kecil,atau keseluruhan kelompok. Akhir Kegiatan. Akhir kegiatan adalah waktu yang dihabiskan untuk mengkaji, menyimpulkan, dan menilai unit, tetapi memberikan penutupan guru dan anak-anak. Menilai Unit, Proyek, atau Pembelajaran Tematik Selain menilai anak-anak, guru ingin mengevaluasi perencanaan dan pengajaran. Sebuah proyek yang terencana atau unit harus mencakup sebagai berikut:

• Jelas, realistis, dapat diperoleh tujuan dan sasaran

• Bahan materi menarik untuk anak-anak

• Kegiatan yang memperhitungkan pertimbangan kemampuan yang berbeda anak-anak, minat, dan latar belakang

• Keterlibatan anak-anak dalam perencanaan tujuan dan kegiatan unit

• Aktifitas pengalaman yang sepenuhnya melibatkan anak-anak

• Memberi kesempatan anak-anak untuk bekerja dan bermain bersama

• Kesempatan untuk menilai anak-anak belajar

PENILAIAN KURIKULUM DARI STUDI SOSIAL Menjelaskan tujuan dan sasaran yang dapat membantu menentukan sejauh mana anak-anak

belajar, tumbuh, dan berkembang dengan cara yang diinginkan. Berfungsi sebagai sistem kontrol kualitas yang memungkinkan para guru untuk menentukan bagian mana dari proses belajar mengajar sudah efektif dan yang tidak.

Page 62: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

58 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Pengamatan Ketika mereka mengamati perilaku anak-anak sistematis, guru melihat indikasi pencapaian

tujuan mereka studi sosial. Guru mencari dan perilaku catatan yang menunjukkan kemampuan anak-anak, sikap, nilai, atau pengetahuan. Pengamatan perilaku adalah cara yang valid untuk mengevaluasi tujuan-tujuan sosial studi yang berkaitan dengan keterampilan sosial, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penerimaan nilai-nilai orang lain.

BERPIKIR DAN PEMBENTUKAN KONSEP DALAM ILMU SOSIAL Selama ini pendidik beranggapan bahwa berpikir kritis hanya terjadi pada orang dewasa. Kecuali pada anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Namun saat ini kita menyadari bahwa anak-anak usia melibatkan semua proses yang sama seperti halnya proses berpikir orang dewasa. Proses Penemuan Sendiri (Penyelidikan/Inquiry)

1. Anak merasakan masalah 2. Anak mengeksplorasi dan menyelidiki 3. Anak menguji ide/pemikiran 4. Anak mencapai kesimpulan

Anak mulai mengelompokkan dunianya dan mengatur informasi selama masa bayi. Mereka mempelajari sesuatu dapat dihisap atau tidak, makanan atau bukan. Pada usia balita mereka menggunakan kata sebagai arti dari mengelompokkan dunianya. Mereka menduga, memecahkan masalah-masalah dan mengambil kesimpulan. Kemampuan tersebut adalah bentuk tertinggi dalam berpikir. Anak usia 4 tahuin kebawah memecahkan masalah sehari-hari, seperti “Duduk di atas jungkat-jungkit. Dan kita dapat membuatnya naik dan turun”. Pada usia 5 tahun, pemecahan masalah berkembang pada pengalaman diluar pribadi dalam kelas, sekolah dan kelompoknya.

PEMBELAJARAN TENTANG DIRI SENDIRI, ORANG LAIN dan MASYARAKAT ; KETERAMPILAN SOSIAL Anak yang masuk dalam kelas Taman Kanak-kanak dihadapkan dengan keterampilan sosial

yang luas. Tapi ketika di dalam kelas, anak menghadapi tugas untuk berkomunikasi dengan orang dewasa dan teman lainnya, kebanyakan dari mereka tidak dikenalnya. Tidak hanya baru dan mungkin keterampilan sosial yang berbeda di perlukan, tapi anak akan mencoba untuk memberikan kemampuan individualnya dalan berhubungan dengan yang lain dan kelompoknya. Dengan demikian, anak akan belajar keterampilan, perilaku dan nilai yang diperlukan dalam kehidupannya. Demokrasi kecil dari program anak usia dini yaitu di desain untuk membantu dan mendukung keterampilan sosial dan pengetahuan yang dibutuhkan anak, tidak hanya untuk berparitisipasi dalam demokrasi tapi untuk melanjutkan, mengolah, merubah dan mengembangkan demokarsi tersebut di kemudian hari.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL

• Keluarga

• Peran Budaya

• Peran Sekolah

• KONSEP DIRI

• Identitas Umum: Nama

• Fisik Efikasi Diri CARA MEMBANGUN KEMAMPUAN SOSIAL MELALUI BERHUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN Komunikasi Mendengarkan dan Berbicara

Mendengarkan adalah cara utama di mana anak-anak belajar bahasa. Keterampilan mendengarkan, jadi penting untuk belajar berkomunikasi dengan orang lain, sangat penting untuk mempelajari semua. Setelah anak-anak bisa mendengarkan orang lain, mereka dapat mulai melihat sudut pandang orang lain, belajar dari orang lain, dan memperluas dunia mereka.

Page 63: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 59

BUDAYA, KEBERAGAMAN dan NILAI-NILAI BUDAYA Budaya merupakan cara hidup, lingkungan buatan manusia yang total, nilai dan kepercayaan, symbol/tanda, pemaknaan, pandangan terhadap kehidupan social (banks 2008). Budaya menentukan cara setiap orang berfikir, merasa, dan bersikap. Keberagaman Saya menghargai perbedaan setiap hari” kata seorang guru kelas satu. “diantara 23 anak didalam kelas saya, ada beberapa anak berasal dari Negara amerika, dua anak berasal dari Hmongs, satu dari cina, dua dari Iran, dan dua dari eropa barat. Kelas ini merupakan kelas yang sangat berbeda dari pikiran saya belasan tahun yang lali. Tentu saja sangat menantang mengajarkan kelas seperti ini, tetapi saya menyukainya. Perbedaan menambah kekayaan dalam hidup saya dan kurikulumnya. Perbedaan ini lebih berharga dari pengajaran dahulu. Anak Studi Kontinuitas Waktu, dan Perubahan: Sejarah, Pengetahuan tentang Sejarah Pra-Kondisi Kecerdasan Politik. Penelitian sejarah telah didefinisikan sebagai studi berorientasi waktu yang mengacu pada apa yang kita tahu tentang masa lalu. Standar II dari Dewan Nasional Ilmu Sosial (1998) adalah waktu, kontinuitas, dan perubahan. Studi yang harus memungkinkan anak-anak untuk berusaha untuk memahami akar holistik mereka dan untuk menempatkan dirinya dalam waktu. Orang, tempat, dan lingkungan; geografi Bidang geografi, tidak seperti dunia itu penelitian, tidak memiliki batas.

Anda dapat membantu anak prasekolah-utamanya dalam mengembangkan konsep geografi dasar dengan kepping dalam pikiran bahwa anak-anak belajar dengan melakukan. Mereka dapat mengalami bumi di mana mereka hidup, belajar nama dan kualitas tanah dan air permukaan. Mereka dapat mengalami irama siang dan malam dan perubahan musim.

Melalui eksplorasi gerakan dan kegiatan fisik lainnya, anak-anak mulai memahami konsep arah. Belajar alamat mereka, mengambil perjalanan lapangan, dan menemukan diri mereka sendiri dan objek dalam ruang, anak-anak belajar konsep lokasi. Ous pengalaman seperti film dan alat bantu audiovisual lainnya.

Mengetahui bagaimana orang berinteraksi, meskipun mereka terpisah dalam ruang, membantu anak mengembangkan konsep interaksi spasial. Dan anak-anak diperkenalkan dengan gagasan pemetaan dunia mereka saat mereka menggambar dan membangun peta mereka sendiri.

Ketika Anda mengajarkan konsep-konsep geografi anak-anak muda, penting untuk diingat arahan Mitchell (1934): Anak-anak belajar dengan melakukan, melalui tindakan, dan dengan pengalaman konkret. Perluas Pengetahuan Anda

1. Wawancara kelompok 5 - 6, -, dan 7-tahun anak-anak untuk menentukan konsep mereka tanah dan air. Anda mungkin meminta mereka untuk mengamati piring dengan sejumlah kecil air ditempatkan di bawah sinar matahari di pagi hari lagi di akhir hari. Tanyakan mereka apa yang terjadi dengan air tersebut. Anda mungkin melakukan hal yang sama dengan hal-hal yang mengapung dan tenggelam, membubarkan, atau mengubah bentuk.

2. Bekerja dengan sekelompok kecil anak-anak, meminta mereka untuk membangun peta kelas mereka dengan blok. Bagaimana anak-anak menunjukkan pemahaman tentang konsep dasar pemetaan: representasi, simbolisasi, perspektif, dan skala?

3. Memperkuat konsep Anda sendiri geografi dengan meninjau standar geografi nasional. Manakah dari standar ini kau mengerti, yang bisa Anda belajar lebih banyak tentang?

4. Ambil waktu berjalan di sebuah lingkungan sekolah. Apa bentuk tanah yang Anda amati? Apakah karakteristik fisik dari daerah yang membuatnya unik? Desain pengalaman belajar untuk anak-anak SD berdasarkan temuan Anda

Page 64: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

60 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

MATERI 8 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS AUD

Kompetensi Inti:

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang

diampu

Kompetensi Dasar:

Menguasai konsep dasar matematika, sains, bahasa, pengetahuan sosial, agama, seni, pendidikan

jasmani, kesehatan dan gizi sebagai sarana pengembangan untuk setiap bidang pengembangan anak

TK/PAUD

A. Konsep Matematika Untuk Anak Usia Dini

Konsep matematika anak usia dini sebenarnya dipelajari oleh anak sejak bayi melalui

kegiatan sehari – hari. Misalnya pada saat bayi sudah dapat membedakan mana suara ibunya

dengan orang lain. Pada usia dua tahun anak mulai dapat memilih pasangan pakaiannya sendiri,

melalui kegiatan ini anak mulai membangun konsep mencocokan (matching).

Konsep matematika anak usia dini hingga sekolah menengah berdasarkan The

National Council Teachers of Mathematics (NCTM) tahun 2000 terdapat lima konsep yang

dipelajari oleh anak, yaitu: bilangan dan operasi bilangan, aljabar, geometri, pengukuran, analisis

data serta probabilitas (Henniger, 2009). Sebelum anak mempelajari konsep matematika

tersebut, anak perlu untuk diberikan pengalaman matematika permulaan yaitu mencocokan,

korespondensi satu – satu, klasifikasi, membandingkan, mengurutkan atau seriasi. Pengalaman

matematika permulaan ini merupakan keterampilan dasar dalam untuk memahami konsep

matematika selanjutnya.

Prinsip Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini

Untuk menyelenggarakan pembelajaran matematika yang bermakna bagi anak terdapat

beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:

• Rencanakan pengalaman yang nyata sehingga anak dapat terlibat secara aktif.

• Observasi atau amati anak untuk memahami kemampuan dan minat anak.

• Berikan kesempatan anak belajar sesuai cara belajar anak.

• Pendidik sebagai fasilitator, bukan sekedar pemberi pengetahuan, karena beberapa konsep dalam matematika perlu dipahami dengan cara dilakukan langsung oleh anak.

• Berikan anak permasalahan dan konflik untuk memunculkan kemampuan berpikir, akomodasi dan adaptasi.

• Merancang aktivitas yang sesuai dengan tingkat perkembangan hingga anak mencapai area perkembangan proximal (zone proximal development).

• Berikan aktivitas matematika yang bermakna, sehingga anak dapat menggunakan pengetahuan matematika tersebut dalam kehidupan sehari – hari.

• Buatlah pertanyaan yang menarik anak atau mengundang rasa ingin tahu anak.

• Doronglah anak untuk dapat menjelaskan apa yang dipikirkannya melalui kata-kata, gambar, tulisan dan simbol.

• Dorong anak untuk berbicara, baik kepada guru maupun anak lain. Pelajaran berurutan mulai dari enactive (konkrit) sampai pada simbolik.

• Bangunlah pembelajaran matematika berdasarkan pembelajaran sebelumnya.

• Gunakan berbagai macam alat atau benda yang berbeda untuk membantu anak mempelajari berbagai konsep matematika.

Beberapa contoh pengembangan matematika permulaan bagi anak usia dini yang dapat

dikembangkan dalam pembelajaran adalah:

Page 65: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 61

1. Mencocokan (Matching)

Keterampilan mencocokan merupakan konsep dari korespondensi satu – satu dan

mencocokan juga konsep dasar dari berhitung. Misalnya pada konsep ini anak belajar

untuk mengamati dan mengungkapkan lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan mencocokan

dapat dimulai dengan mencari perbedaan, persamaan, hingga konsep lebih banyak dan lebih

sedikit.

Gb. Mencocokan gambar corak payung. Gb. Mencocokan gambar yang sama.

2. Mengelompokan (Classification)

Pada masa usia dini anak mengembangkan kemampuan untuk mengelompokan benda

berdasarkan ciri – ciri tertentu. Piaget (1964) menyatakan bahwa anak dapat

mengelompokan benda dimulai berdasarkan warna, bentuk, dan kemudian ukuran (Papalia

& Olds, 2008). Kemampuan anak untuk melakukan klasifikasi merupakan kemampuan dasar

untuk memahami nilai tempat pada bilangan, misalnya konsep puluhan dan satuan bilangan

25 terdiri atas dua puluhan dan lima satuan (Henniger,2009). Misal:

Mengelompokkan tutup botol

3. Mengurutkan atau seriasi

Mengurutkan atau seriasi melibatkan kemampuan untuk menempatkan dua benda

atau lebih ke dalam tata urutan tertentu, dari yang sederhana misalnya berdasarkan

ukuran besar hingga kecil , ketinggian tinggi hingga rendah, ketebalan tebal hingga tipis

hingga yang memerlukan ketelitian seperti warna gelap hingga terang, tekstur kasar hingga

halus, posisi terdekat hingga terjauh, kapasitas isi dari banyak hingga sedikit, dan

mengurutkan bilangan ordinal seperti pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Ada dua jenis

pengurutan yaitu pengurutan 1 – 1, dan pengurutan 2 – 2 (set) yang disebut dengan

dobel seriasi (double seriation). Contoh:

Page 66: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

62 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Gb.Mengurutkan atau seriasi 1 - 1

4. Konsep Bilangan

a) Pemahaman Bilangan (Number Sense)

Berdasarkan pernyataan NCTM (2000) kemampuan pemahaman bilangan atau

berhitung dan mengenal angka meliputi kemampuan untuk memahami bilangan,

menghubungkan bilangan dengan angka, dan sistem urutan bilangan. Anak juga diharapkan

memahami arti dari operasi bilangan dan hubungan antar bilangan, serta mampu untuk

membilang dan membuat perkiraan. Menurut Piaget ada 2 cara mengajarkan berhitung

pada anak, yaitu berhitung berurutan secara ordinal (count in sequence) dan berhitung

berdasarkan nilai bilangan atau kardinal(count in the set of number).

Dalam mengembangkan kemampuan pemahaman bilangan, anak akan melewati

proses memahami konsep: (1) Lebih atau kurang (more or less); (2)

Menghitung/cardinalitas: menghafal hitungan, hubungan 1 – 1, menghitung secara

berurutan, menghitung dalam sejumlah benda, urutan bilangan, perkiraan (estimasi); (3)

Pengaturan spasial; (4) Lebih 1, lebih 2, kurang 1, kurang 2; (5) Benchmark 5 dan 10; (6)

perkiraan jumlah; (7) bagian dari keseluruhan (part – part whole): Konsep bagian dari

keseluruhan, yaitu pemahaman bahwa suatu set bilangan terdiri atas beberapa sub set

bilangan, misalnya bilangan 5 dapat terdiri atas 1+4, 2+3, 3+2, 4+1 atau 1+2+2, 1+3+1, dan

seterusnya.

5. Aritmatika

Kegiatan aritmatika merupakan kegiatan yang kaya akan pemecahan masalah. Untuk

memecahkan suatu masalah merupakan proses untuk menemukan jawaban yang tepat

dengan menggunakan berbagai cara. Contohnya Penjumlahan dan pengurangan. Perkalian

dan pembagian, serta nilai tempat.

6. Aljabar Permulaan

Aljabar permulaan mengarah pada hubungan antar jumlah dan bagaimana jumlah dapat

berubah dikarenakan adanya hubungan satu dengan lainnya.

Pola (Patterning)

Pola merupakan cara yang digunakan oleh anak untuk mengenal urutan untuk membuat

prediksi atau perkiraan mana yang muncul terlebih dahulu dan kemudian secara berurutan.

Contoh:

- Pola berulang misalnya AB-AB-AB, AAB-AAB-AAB, ABC-ABC-ABC, dan seterusnya.

- Pola yang berkembang AB-ABB-ABBB-ABBBB

- Pola hubungan, misalnya satu anak memiliki dua mata, dua anak ada empat mata, dst.

7. Analisis Data: Grafik dan Probabilitas

Berdasarkan standar NCTM (2000) mengenai konsep grafik dan probabilitas,

yaitu anak mampu untuk membbuat pertanyaan berdasarkan data yaitu mampu untuk

Page 67: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 63

mengumpulkan, menyusun, dan menunjukan data yang ada untuk menjawab berbagai

pertanyaan tersebut. contoh: Grafik, konsep probabilitas.

8. Geometri: Bentuk dan Ruang

NCTM (1989) mendefinisikan kepekaan ruang (spaial sense) sebagai intuisi seseorang

terhadap ruang disekelilingnya dan benda yang ada disekitarnya. Untuk mengembangkan

kepekaan ruang, seorang anak harus memiliki pengalaman yang mengarah pada

hubungan geometri, yaitu arah, orientasi ruang dan sudut pandang terhadap benda di

dalam ruang, ukuran dan bentuk benda, serta bagaimana bentuk dapat berubah yang

dipengaruhi oleh perubahan ukuran.

a) Ruang

Konsep yang akan dikembangkan pada anak yaitu anak memahami posisi dan arah

(atas, bawah, luar, dalam, kiri, kanan, depan, belakang, jauh, dan dekat). Untuk

mengembangkan kemampuan pemahaman ruang, kegiatan bermain dapat

dilaksanakan didalam dan diluar ruang. Kegiatan didalam ruang sebaiknya tidak

menggunakan ruang yang sempit dan tidak terlalu banyak barang didalamnya.

Kegiatan pemahaman ruang dapat berupa bermain ular naga, balok, kucing dan tikus,

gobaksodor (galah asin), dan lain sebagainya.

b) Bentuk

Tujuan mempelajari konsep bentu yaitu agar anak dapat mengenali berbagai bentuk

yang di temui sehari hari, misalnya lingkaran pada jam dinding, persegi pada jendela

rumah, sehingga anak mampu membuat hubungan antara satu bentuk dengan bentuk

lainnya.

c) Geometri

Tujuan anak mempelajari geometri dari jenjang pra-sekolah hingga SD kelas rendah

yaitu:

(1) Mengenal bentuk (2) Memahami bentuk (3) Mengenal bentuk berdasarkan ciri – cirinya (4) Memahami bentuk kurva tertutup dan terbuka (5) Mengenali bentuk geometri yang bergerak (6) Memahami bentuk simetri (7) Pemetaan dengan menggunakan koordinat geometri (8) Luas dan volume (9) Sudut (konsep dasar) (10) Pengukuran

B. Konsep Sains Anak

1. Pengertian Sains

Sains didefinisikan dalam webster new collegiate dictionary yakni “pengetahuan yang

diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu

kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan

melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk

mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen

untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi di alam. Manusia

mengetahui banyak hal di muka bumi ini baik melalui penang-kapan indera maupun hasil

olah pikir. Kumpulan hal-hal yang diketahui tersebut dinamakan pengetahuan. Sedangkan Ilmu

Page 68: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

64 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Pengetahuan adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan logis dengan

mempergunakan metode-metode tertentu.

Sains adalah kerangka pengetahuan. Pembelajaran sains itu penting karena: (1) Sains adalah

bagian penting dari budaya manusia, yang mempunyai nilai tertinggi dari kapasitas berpikir

manusia; (2) Adanya laboratorium yang ditindaklanjuti dengan penelitian dapat digunakan

untuk mengembangkan bahasa, logika, serta kemampuan memecahkan masalah dalam kelas;

(3) Untuk jangka waktu panjang, dapat diciptakan saintis-saintis muda; (4) Negara sangat

tergantung kepada kemampuan teknis dan saintifik dari masyarakatnya untuk persaingan

ekonomi global serta keperluan nasional.

Ada 3 area sains yang diajarkan dalam kurikulum, yaitu: sains kehidupan: Biologi (tubuh

manusia), Zoologi (hewan), Botani (tumbuhan), 2) sains bumi, meliputi: Geologi (kulit keras

bumi), astronomi (langit, musim, luar angkasa), 3) Fisika: ilmu kimia (benda padat dan cair),

ilmu fisika (keseimbangan dan gerakan).

Ada tiga faktor utama mengapa dalam pembelajaran sains pembentukan sikap

adalah penting (Martin, 1984), yakni:

a) Sikap seorang anak membawa satu kesiapan mental bersamanya.

Dengan sikap yang positif, seorang anak akan merasa sains objek, topic, aktifitas dan orang

secara positif. Seorang anak yang tidak siap atau ragu-ragu karena alasan apapun juga akan

kurang kemauannya untuk berinteraksi dengan orang dan hal-hal yang berhubungan

dengan sains.

b) Sikap bukan pembawaan dari lahir atau bakat. Ahli kejiwaan berpendapat bahwa sikap

itu dipelajari dan disusun lewat pengalaman selagi anak-anak berkembang (Halloran,

1970; Oskamp,1977), sikap seorang anak dapat berubah melalui pengalaman. Guru dan

orangtua mempunyai pengaruh terbesar atas sikap sains (George & Kaplan, 1998)

c) Sikap adalah hasil yang dinamis dari pengalaman yang bertindak sebagai faktor pengaruh

ketika anak memasuki pengalaman– pengalaman baru. Akibatnya sikap membawa suatu

emosional dan intelektual, yang keduanya mengarah kepada pembentukan keputusan dan

membentuk evaluasi. Keputusan dan evaluasi ini dapat menyebabkan seorang anak

menetapkan prioritas dan memegang pilihan-pilihan yang berbeda.

Selain pembentukan sikap, pembelajaran sains yang produktif juga dapat

mengembangkan tiga aspek penting lainnya yakni: (1) Pengembangan dari sikap anak-anak;

(2) Pengembangan dari pemikiran anak dan ketrampilan kinestetik (motorik kasar, halus

serta koordinasi mata dan tangan, demikian juga dengan pelatihan, perasaan);(3)

Pengembangan ilmu pengetahuan yang dibangun dari pengalaman di dalam setting yang

alami.

2. Memulai Belajar Penelitian

Anak-anak adalah saintis alamiah. Para ahli perkembangan anak pernah berdebat

dalam masalah ini, tidak hanya didasari pada fakta dasar behavior anak-anak, tetapi

lebih pada hubungan antara behavior dan aspek penting dari pemikiran saintifik. Anak-

anak yang dibawa ke kelas sains memiliki rasa keingintahuan yang alami dan menset idea

serta memahami konseptual framework dimana terdapat hubungan antara pengalaman di

dunia alami dan informasi lain yang telah mereka pelajari sebelumnya (terdapat koneksi).

Sejak mereka memiliki berbagai pengalaman, anak-anak diberikan dalam kisaran yang luas

kemahirannya (skill), pengetahuan, serta adanya pengembangan konsep.

Anak usia dini pada tingkatan taman bermain, TK A dan B maupun anak usia sekolah

Page 69: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 65

dasar sampai kelas dua belum saatnya diberikan pelajaran tentang kemampaun penelitian

ilmiah, konsep-konsep ilmiah ataupun prinsip-prinsip penelitian. Karena memang pada anak

usia dini (0-8 tahun) mereka baru mempelajari tentang kemampuan dasar yang terdiri dari

pengamatan, klasifikasi, komunikasi, ukuran, estimasi, prediksi dan kesimpulan.

Seorang guru harus mampu mengevaluasi setiap pengetahuan anak-anak dan

konseptual serta perkembangan skill/kemahiran, sebaik tingkat metakognisi anak-anak

mengenai pengetahuannya, kemahiran dan konsep, juga menyediakan lingkungan

pembelajaran anak-anak dimana setiap anak dapat bergerak mengembangkan dalam semua

aspek. Pertanyaan kunci untuk instruksi ini adalah bagaimana mengadaptasi tujuan

instruktusional ke pengetahuan yang telah ada dan kemahiran dari murid, sebaik bagaimana

memilih teknik instruktusional sehingga akan lebih efektif.

Bagan Kemahiran Proses Sains (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005)

Kemahiran Dasar Pra Taman Kanak- kanak Taman Kanak-

Kanak Observasi X X Klasifikasi X X Komunikasi X X Pengukuran X X Estimasi X X Prediksi X X Kesimpulan X

Proses Kemahiran

Observasi Menggunakan indera untuk menggabung-kan

informasi Klasifikasi Mengelompokkan, ordering, mengkategori-kan,

merangking, memisahkan, mem-bandingkan. Memanipulasi material Memberikan perlakuan pada material secara efektif Mengkomunikasikan Berbicara, menulis, menggambar Mencatat/menyusun data Logs, jurnal, grafik, table, gambar, rekaman Prediksi Dimulai dengan hasil yang diharapkan didasarkan

pada pola atau bukti yang ada Inferensi Membuat kesimpulan (perkiraan yang educated)

didasarkan pada alasan untuk menjelaskan

observasi Mengestimasi Menggunakan penilaian hingga aproksimat sebuah

nilai/kuantiti Penyelidikan Proses yang terintegrasi dari penelitian Pemecahan masalah/membuat

keputusan

Proses yang terintegrasi untuk menilai dan

menghasilkan solusi

3. Pembelajaran sains secara alami

Pembelajaran sains terhadap anak-anak yang terbaik adalah ketika mereka ter-

motivasi. Oleh karena itulah maka pemberian pembelajaran harus menarik,

menyenangkan, menantang, melalui interaksi dengan lingkungan, dilakukan bersama

antara yang seusia dengan dewasa, dengan menggunakan benda konkrit. Adapun

pembelajaran ini dapat dilakukan melalui penyelidikan untuk melihat : pola, perhubungan,

proses, dan masalah. Pembelajaran sains juga dapat mengembangkan bahasa.

Page 70: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

66 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Pembelajaran sains dilaksanakan secara kooperatif. Adapun prinsip dan teknik

digunakan untuk membantu murid bekerjasama lebih efektif. Kerjasama adalah sesuatu

yang bernilai, hal ini dimaksudkan agar anak-anak dapat melihat kerjasama mempunyai

tujuan yang kuat, melihat teman sebagai teman berkolaborasi yang potensial, dan untuk

memilih kerjasama sebagai kemungkinan pilihan yang layak untuk berkompetisi dan

pekerjaan individual. Adapun prinsip pembelajaran sains adalah kooperatif, yakni: (1)

adanya keterkaitan yang positif; (2) sebagai individu yang dapat diperhitungkan; (3) adanya

interaksi yang simultan; (4) adanya partisipasi yang setara. Pada pembelajaran secara

berkelompok, anak-anak diharapkan dapat bekerjasama dengan cara berdiskusi antar

teman sebelum akhirnya ditanyakan kepada guru. Anak-anak berdiskusi tentang prosedur

maupun kandungan isinya. Selain berdiskusi dengan satu kelompok mereka juga

dirangsang untuk berdiskusi antar kelompok sebelum bertanyan pada gurunya. Apabila

satu kelompok dapat mengerjakan tugas dengan cepat maka dapat membantu kelompok

lain yang belum selesai. Tujuan dari pendidikan

Sains pada anak usia dini adalah (1)Mempersiapkan anak-anak dengan pengalaman

yang dapat membantu mereka menjadi terpelajar secara saintifik; (2) Membimbing anak-

anak saat mereka mempelajari kandungan arti dan membangun indera berdasarkan

pengalaman oleh pemahaman terfokus dengan menggunakan ide sains, kemahiran, dan

sikap mental; (3) Berbagi tanggungjawab dengan anak-anak terhadap apa yang mereka

pelajari; (4) Mengadaptasi kurikulum, mengatur waktu dan mengatur praktek, termasuk

untuk tema pelajaran yang mengambil waktu beberapa hari atau minggu; (5) Menguji

kemajuan dalam berbagai cara untuk mengelompokkan mana yang anak-anak ketahui dan

dapat lakukan.

Daftar Pustaka

Carruthersand, Elizabeth dan Maulfry Worthington, Children‟s Mathematics Making Marks

Making Meaning, London: Sage Publication, 2006.

Charlesworth, Rosalind, Experience in Math For Young Children, 5th Edition.

New York: Thomson Delmar Learning, 2005. Cooke, Heathet, Mathematics for Primary and Early

Years, London: Sage Publication, 2007.

Copley, Juanita V., The Young Child and Mathematics, Washington D.C: NAEYC, 2000

Dodge, Diene Trister, Creative Curriculum for Pre-School 4th Editition, Washington DC:

Teaching Strategies, 2007.

Haylock, Dereck dan Fionna Thangata, Key Concepts in Teaching Primary Mathematics,

London: Sage Publication, 2007

Henniger, Michael L., Teaching Young Children, New Jersey: Thompson Delmar Learning, 2009.

Smith, Susan Sperry, Early Childhood Mathematics International Edition, New York: Pearson.

2009.

Van De Walle, John, Matematika Pengembangan dan Pengajaran, Jakarta: Erlangga, 2007.

Jurnal Online www.proquest.com/pqdweb

Page 71: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 67

MATERI 9 KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Kompetensi Inti:

Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,emosional, dan

intelektual.

Kompetensi Dasar:

1.1. Memahami karakteristik peserta didik usia TK/PAUD yang berkaitan dengan aspek fisik,

intelektual, sosial-emosional, moral, dan latar belakang sosial-budaya

1.4 Mengidentifikasi kesulitan peserta didik usia TK/PAUD dalam berbagai bidang Pengembangan

PENDAHULUAN

Sehubungan dengan kemampuan guru dalam memahami perkembangan anak usia dini secara

benar, maka dalam suplemen Perkembangan Anak Usia Dini ini menyajikan serangkaian materi yang

akan membekali Anda untuk memahami secara benar tentang perkembangan anak usia dini.

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa usia dini amat penting dalam perkembangan psikis

(mental) seorang anak, sehingga sebagian ahli anak menyebut usia 0-7 tahun sebagai golden age,

meskipun pada usia berikutnya perkembangan psikis ini tetap perlu diperhatikan. Anak usia 4-6 tahun

merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia 0-7 tahun. Pada usia ini secara

terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini

mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Pertumbuhan dan perkembangan sambungan syaraf-

syaraf di otaknya sangat pesat terjadi, sehingga segala informasi/treatment yang diterima anak

membentuk dan mempengaruhi kepribadian dan kemampuannya di masa datang.

Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai

upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-

fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini

merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif,

bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama.

TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992), berbeda

dengan yang berlaku di Indonesia. Menurut UU No 23 tahun 2000, rentang usia anak usia dini yaitu

usia 0-6 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek seperti:

fisik, sosio-emosional, dan kognitif sedang mengalami masa yang tercepat dalam rentang

perkembangan hidup manusia (Berk, 1992). Anak usia dini dikenal sebagai: masa peka, masa

egosentris, masa meniru, masa berkelompok, masa bereksplorasi, dan masa pembangkangan. Anak

usia dini berada dalam masa emas perkembangan, yaitu saat yang paling baik untuk mengoptimalkan

fungsi otak anak melalui pemberian stimulasi pendidikan dan pengalaman dari lingkungan. Masa

penting berkembangnya semua aspek perkembangan, yaitu: perkembangan nilai-nilai moral dan

agama, fisik, bahasa, kognitif, sosial-emosional, dan kecakapan hidup.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan

fungsi-fungsi fisik. Contohnya adalah bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lebar bahu, berat

badan dan sebagainya. Adapun perkembangan diartikan sebagai suatu perubahan-perubahan dalam

Page 72: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

68 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

aspek psikologis dan sosial. Termasuk di dalamnya perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan

kerja-kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan semakin terorganisasi dan terspesialisasi.

Perkembangan dapat terjadi dalam bentuk perubahan kualitatif (semakin baik) dan kuantitatif, atau

keduanya secara serempak.

3. Prinsip-prinsip perkembangan

Dalam perkembangan individu dikenal prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut: perkembangan

berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek; setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan

kualitas perkembangan yang berbeda (adanya individual differences); perkembangan secara relatif

beraturan, mengikuti pola-pola tertentu; perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit

demi sedikit; perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke yang lebih

khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi; secara normal perkembangan individu mengikuti

seluruh fase; sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau

diperlambat; perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek

lainnya; dan pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria berbeda

dengan wanita.

4. Tugas perkembangan anak

Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul dalam suatu periode tertentu

dalam kehidupan individu. Tugas perkembangan yang harus dikuasai di masa anak adalah: belajar

keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan; pengembangan sikap yang menyeluruh

terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang;belajar berkawan dengan teman

sebaya;belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau wanita;belajar menguasai

keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu membaca menulis dan berhitung;pengembangan

konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari; pengembangan moral, nilai dan hati

nurani; memiliki kemerdekaan pribadi.; dan pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok

sosial.

Menurut Havighurst, tugas tersebut harus dikuasai dan diselesaikan oleh individu, sebab tugas

perkembangan ini akan sangat mempengaruhi pencapaian perkembangan pada masa perkembangan

berikutnya.

TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN KOGNITIF

1. Teori Jean Piaget

Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam

menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif).

Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang

ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.

Prinsip perkembangan kognitif

Piaget memandang bahwa proses berfikir sebagai kegiatan bertahap dari fungsi intelektual

yang dimulai dari yang konkret menuju ke abstrak. Menurut Piaget inteligensi terdiri dari tiga aspek

yaitu :

1. Struktur yaitu pola prilaku yang dapat diulang untuk menghadapi masalah. 2. Isi yaitu pola prilaku yang khas ketika individu menghadapi sesuatu masalah 3. Fungsi yaitu cara seseorang mencapai kemajuan intelektual. Fungsi ini mempunyai dua variasi

yakni : a. Organisasi, berupa kecakapan seseorang dalam bentuk sistem yang koheren b. Adaptasi, berupa kecakapan individu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan , meliputi

asimilasi dan akomodasi.

Page 73: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 69

Piaget memandang bahwa proses berfikir sebagai kegiatan bertahap dari fungsi intelektual yang

dimulai dari yang konkret menuju ke abstrak. Teori ini dinamakan cognitive developmental. Piaget

(Piaget, 1972 : 49-91) membagi perkembangan kognitif ke dalam empat tahap yaitu:

a. Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun) dimana pada masa dua tahun kehidupannya anak

berinteraksi dengan dunia di sekitarnya terutama melalui aktivitas sensori (melihat, meraba,

merasa, mencium dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik dan aktivitas yang

berkaitan dengan sensori tersebut.

b. Tahap Praopresional (usia 2-7 tahun) dimana anak mulai menyadari bahwa pemahamannya

tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor

akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolik. Tahap praoperasional

dapat dibagi ke dalam tiga sub tahap yaitu sub tahap fungsi simbolik, sub tahap berpikir secara sub

egosentris dan intuitif.

c. Tahap Operasional Kongkrit (7 -12 tahun) dimana kemampuan anak untuk berpikir secara logis

sudah berkembang.

d. Tahap Operasional Formal (12 tahun sampai usia dewasa) ditandai oleh perpindahan dari cara

berpikir kongkrit ke cara bepikir abstrak.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kognitif dapat dijelaskan antara lain sebagai

berikut: hereditas/keturunan; lingkungan; kematangan; pembentukan; minat bakat; dan kebebasan.

TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN BAHASA

1. Bahasa

Melalui bahasa, seseorang dapat menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan, lisan,

isyarat atau gerak. Schaerlaekens (Desmita, 2006) membedakan perkembangan bahasa atas tiga, yaitu

periode pra-lingual (kalimat-satu-kata), periode lingual-awal (kalimat-dua-kata) dari 1 hingga 2,5

tahun, dan periode differensiasi (kalimat-tiga-kata dengan bertambahnya diferensiasi pada kelompok

kata dan kecapan verbal).

Perkembangan bahasa tergantung pada kematangan otak (sel korteks), dukungan dari

lingkungan, dan pendidikan. Perkembangan bahasan anak meliputi perkembangan fonologis

(mengenal dan memproduksi suara), perkembangan kosa kata, makna kata, susunan kalimat dan

perkembangan pragmatik (penggunaan bahasa untuk komunikasi).

Menurut Piaget, perkembangan bahasa anak usia 4-6 tahun bersifat egosentrik dan self-

expressive yaitu segala sesuatu masih berorientasi pada dirinya sendiri. Perkembangan bahasan dapat

dipakai sebagai tolok ukur kecerdasannya di kemudian hari. Pada masa ini anak menguasai

kemampuan bicara, tetapi anak harus belajar lebih banyak sebelum mereka mencapai kemampuan

bahasan seperti orang dewasa (Hurlock, 1997).

2. Tahapan perkembangan bahasa

Perkembangan bahasa anak usia prasekolah terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu (Nuraeni dan

Sofiyanti, 2001):

a. Periode pralinguistik (0-1tahun), aAnak belum mengikuti aturan bahasa yang berlaku disebut

sebagai tahapan meraban atau random dimana anak sudah dapat mengeluarkan bunyi-bunyi

lisan kata-kata yang berulang suku katanya, seperti kata ma-ma, pa-pa, ba-ba, da-da, secara

tepat.

Page 74: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

70 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

b. Periode lingual dini (1-2,5 tahun); anak mulai mengucapkan perkataannya yang pertama

meskipun belum lengkap misalnya atit (sakit), mam (makan). Beberapa huruf yang masih sukar

diucapkan pada periode ini diantaranya adalah huruf r, s, k, j dan t. Periode ini terbagi menjadi

tiga tahap yaitu periode kalimat satu kata, periode kalimat dua kata, dan kalimat lebih dari dua

kata. Pada tahapan yang terakhir anak sudah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

dengan orang lain.

c. Periode differensiasi (2,5 – 5 tahun), anak mulai menguasai bahasa ibu, perbendaharaan kata

berkembang, pemakaian kata sudah terdiffrensiasi dari kata depan, kata ganti dan kata kerja

bantu. Selain itu fungsi bahasa anak untuk berkomunikasi sudah benar-benar berfungsi.

3. Ketrampilan dalam Bahasa

Ada empat ketrampilan dalam bahasa yaitu keterampilan berbicara, ketrampilan menyimak,

ketrampilan membaca, dan ketrampilan menulis.

a. Ketrampilan berbicara

Ada dua tipe perkembangan bicara anak yaitu: Egosentric speech,terjadi ketika anak

berusia 2-3 tahun dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Dan socialized speech,

terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya.

b. Ketrampilan menulis.

Menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi dimana anak menyampaikan

makna, ide, pikiran,dan perasaan melalui kata-kata yang bermakna. Menurut Brewer

mengemukakan bahwa 4 tahapan dalam kemampuan menulis, yaitu:

1) Scribble stage (membuat goresan). 2) Linear repetitive stage (pengulangan linier). 3) Random letter stage (menulis random). 4) Letter name writing or phonetic writing (menulis nama). c. Keterampilan membaca.

Perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

1) Magical stage (tahap fantasi). 2) Self concept stage (tahap pembentukan konsep diri). 3) Bridging reading stage (tahap membaca gambar). 4) Take off reader stage (tahap pengenalan bacaan). 5) Independent reader stage (tahap membaca lancar).

d. Ketrampilan menyimak.

Kemampuan menyimak sebagai salah satu keterampilan berbahasa reseptif melibatkan

beberapa faktor sebagai berikut:

1) Actuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga. 2) Auditory discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan suara dan

bunyi. 3) Auding, yaitu suatu proses dimana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang diungkap.

Auding melibatkan aspek perkembangan semantik dan sintaksis.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa

Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak, sebagai berikut : pengaruh Biologis dan

pengaruh perilaku dan perkembangan dimana salah satu peran lingkungan yang membangkitkan rasa

ingin tahu dalam penguasaaan bahasa pada anak kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan orang

dewasa sering berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas daripada normal,

dan dengan kalimat-kalimat yang sederhana.

Page 75: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 71

Pandangan sosio-kultural menekankan menekankan pentingnya lingkungan sosial di mana bahasa

tersebut dibutuhan dan interaksi yang terjadi antara anak dan orang dewasa. Salah satu tokoh ini

adalah Bruner. Menurutnya, bahasa dihadapi anak dalam interaksi yang benar-benar sangat teratur

dengan ibu yang memiliki peran penting dalam mengatur kebahasaan yang dihadapi oleh sang anak.

TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI

A. Teori-teori Perkembangan Moral

1. Teori Piaget

Ketertarikan pada bagaimana anak berpikir mengenai isu moral dipicu oleh Piaget (1932) yang secara ekstensif mengamati dan mewawancarai anak-anak dari usia 4 sampai 12 tahun. Piaget menyimpulkan bahwa anak melewati dua tahap yang berbeda dalam cara mereka berpikir tentang moralitas.

a. Usia 4 sampai 7 tahun: moralitas heteronom, anak berpikir bahwa keadilan dan peraturan adalah properti dunia yang tidak bisa diubah dan tidak dikontrol oleh orang.

b. Usia 7 sampai 10 tahun, anak berada dalam transisi menunjukkan sebagian ciri-ciri dari tahap pertama perkembangan moral dan sebagian ciri dari tahap kedua, moralitas otonom.

c. 10 tahun ke atas, anak menunjukkan moralitas otonom. Mereka sadar bahwa peraturan dan hukuman dibuat oleh manusia, dan ketika menilai sebuah perbuatan, mereka mempertimbangkan niat dan konsekuensinya.

2. Kohlberg

Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi 3 tahapan dan setiap tingkatannya

memiliki 2 tahapan. Penalaran Prakonvensional, adalah tingkat terendah dari penalaran menurut

Kohlberg. Pada tingkat ini baik dan buruk diinterpretasikan melalui reward dan punishment eksternal.

Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau menengah dalam teori perkembangan Kohlberg.

Pada tahap ini individu memberlakukan standar tertentu, tetapi standar ini ditentukan oleh orang lain.

Penalaran pascakonvensional, adalah tingkatan tertinggi dalam teori Kohlberg. Pada tingkatan ini

individu menyadari adanya jalur moral alternative, mengeksplorasi pilihan ini lalu memutuskan

berdasarkan kode moral personal.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral

Menurut ahli psikoanalisis, moral dan nilai menyatu dalam konsep superego. Superego dibentuk

melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari luar (khususnya

dari orangtua). Oleh karena itu, banyak yang tidak memiliki hubungan harmonis yang cukup kuat

dengan orangtuanya di waktu kecil, sehingga anak dapat menjadi orang yang sering melanggar norma

sosial.

Teori-teori lain yang non-psikoanalisis beranggapan bahwa hubungan anak-orangtua bukan

satu-satunya sarana pembentukan moral. Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat mempunyai

peran penting dalam pembentukan moral. Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh

Kohlberg menunjukkan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi yang diperoleh dari kebiasaan dan

hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahap-tahap perkembangan moral terjadi

dari aktivitas spontan pada masa anak-anak. Anak memang berkembang melalui interaksi social,

namun interaksi ini mempunyai corak yang khusus dan factor pribadi anak ikut berperan.

TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN AGAMA ANAK USIA DINI

A. Pengertian Agama dan sikap beragama

Perkembangan sikap beragama merupakan suatu proses perubahan yang bersifat kualitatif

yang menuju kearah kemajuan atau peningkatan dalam hal tindakan, perbuatan, dan perkataan yang

dilakukan berdasarkan keyakinan sesuai dengan agama yang dianutnya.

Page 76: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

72 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Menurut penelitian Ernest Harms dan dalam dalam bukunya The Development of Religious on

Children, ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui tiga tingkatan, yaitu:

1. The fairy tale stage (tingkat dongeng); anak usia 3-6 tahun memahami konsep Tuhan yang dipengaruhi oleh fantasi dan emosi..

2. The realistic stage (tingkat kenyataan); dimulai sejak anak masuk SD hingga sampai ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini ide ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realis). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya.

3. The Individual stage (tingkat individu); anak memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka.

B. Faktor-faktor Pendidikan Agama pada Anak

Menurut Al-Ghazali dalam Yuliani Nurani, faktor pendidikan agama pada anak terbagi atas lima

faktor, yaitu: tujuan Pendidikan, pendidik, anak Didik, alat Pendidikan, dan lingkungan Pendidikan.

Selain hal tersebut di atas, yang mempengaruhi sikap beragama terbagi ke dalam dua faktor, yaitu:

1) Faktor Internal: faktor jasmaniah dan faktor psikologis, yaitu factor intelektif berupa kecerdasan dan bakat; dan bukan intelektif berupa kepribadian, seperti: sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi, dan kebutuhan.

2) Faktor Eksternal: faktor sosial (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok); factor budaya (adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian); factor fisik (fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim); dan factor lingkungan spiritual (cepat dalam belajar, lamban dalam belajar, kreatif, status sekolah, kurang berprestasi)

TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI

A. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini

Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi, yang

ketiganya berhubungan satu sama lain, yaitu :

1. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat.

2. Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat.

3. Mengembangkan sikap/ tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada

di masyarakat.

Berikut ini empat tahap perkembangan psikosial anak Menurut Erik Erikson, seorang ahli psikologi,

dalam bukunya “Childhood and Society”.

1. TRUST vs MISTRUST

Terjadi sejak bayi baru lahir hingga usia 2 tahun. Menurut Erikson, tahap ini merupakan konflik dasar

masa bayi, karena mereka dapat mempercayai lingkungannya. Anak akan mengembangkan

kepercayaan dalam dirinya, jika kebutuhan dan perawatan dirinya dipenuhi secara rutin dan

berkesinambungan, ditambah dengan kasih sayang yang membuatnya nyaman..

2. AUTONOMY vs SHAME and DOUBT

Terjadi ketika anak berusia 2 – 3 tahun, dimana si kecil mulai mencapai tingkat kemandirian tertentu.

Selama periode ini, orang tua harus membuat sebuah keputusan yang tegas, yakni mereka harus

“protektif namun tetap tidak overprotektif.” Anak akan mengembangkan kesadaran pengendalian diri

mereka, jika ia merasa dirinya mendapat kesempatan dan support untuk melakukan apa yang ia

inginkan.

3. INISIATIVE vs GUILT

Terjadi ketika si kecil berusia 4 – 5 tahun. Anak sudah mampu melakukan berbagai kegiatan secara

mandiri, namun ia akan menghadapi tantangan tersendiri bahwa tidak setiap keinginan bisa

Page 77: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 73

diwujudkan. Apabila anak diberi kebebasan untuk bereksplorasi dalam lingkungannya, dan juga Ibu

sebagai orang tua selalu menjawab pertanyaan anak, maka si kecil akan cenderung memiliki inisiatif

lebih banyak dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya.

4. INDUSTRY vs INFERIORITY

Terjadi ketika anak berumur 6 tahun hingga usia praremaja. Pada tahap ini si kecil mulai melihat

hubungan antara ketekunan dan perasaan senang bila sebuah sebuah pekerjaan selesai. Anak mulai

menyadari bahwa ia harus berjuang untuk mencapai suatu hal. Sehingga ia harus menguasai

menguasai suatu keterampilan tertentu, sehingga timbul rasa puas dan berhasil pada dirinya. Namun

jika Ibu terus menganggap anak sebagai anak kecil, maka yang timbul adalah rasa rendah diri sehingga

ia malas untuk belajar atau melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual.

Bentuk – Bentuk Perilaku Sosial dan Faktor yang Mempengaruhi

Adapun pola perilaku sosial di kemukakan Hurlock sebagai berikut :

1. Pola perilaku sosial: meniru, persaingan, kerjasama, simpati, empati, dukungan Sosial, membagi,

perilaku Akrab.

2. Pola Perilaku tidak sosial: Negativisme, AgresifPerilaku Berkuasa, memikirkan Diri Sendiri,

mementingkan Diri Sendiri, merusak, dan Pertentangan Seks, dan Prasangka.

Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu : Keluarga, kematangan, status Sosial

Ekonomi, pendidikan, kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi

B. Perkembangan Emosi Anak Usia Dini

Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri seseorang yang

disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment

(penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan. Emosi

anak memiliki karakteristik kuat dan seringkali tampak, bersifat sementara, reaksi emosi

mencerminkan individualitas, emosi berubah kekuatannya, emosi dapat diketahui melalui gejala

perilaku

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak Usia Dini

Beberapa studi tentang perkembangan emosi telah terbukti bahwa perkembangan emosi

tergantung pada faktor pematangan (maturation) dan faktor belajar.

TOPIK BAHASAN: PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK USIA DINI

A. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Perkembangan motorik berkaitan erat dengan perkembangan pusat motorik di otak. Ada tiga

unsur dalam perkembangan motorik pada manusia, yaitu :

OTOT SARAF OTAK

Ketiga unsur di atas melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur

yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya untuk mencapai

kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Berdasarkan tiga unsur diatas bentuk perilaku gerak

yang dimunculkan terbagi menjadi dua bentuk yaitu : motorik kasar (melibatkan otot-otot besar, saraf

dan otak) dan motorik halus (melibatkan otot-otot kecil, saraf dan otak). Perkembangan motorik atau

kinestetik bukan hanya melibatkan otot, melainkan juga fungsi-fungsi atau modalitas otak yang

lainnya, seperti emosi (psikomotorik), auditory (auditory motorik), visual (visual motorik), kognitif,

keterampilan dan kemampuan mengingat gerak yang sesuai dengan sekuensi (urut-urutan) tumbuh

kembang otak. Beberapa aspek yang berhubungan erat dengan motorik, antara lain: kekuatan otot,

fleksibilitas, tonus otot dan sebagainya.

Page 78: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

74 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

B. Prinsip-Prinsip Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik

kasar maupun motorik halus. Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan,

motivasi, pengalaman dan latihan atau praktik (Malina & Bouchard, 1991 : 178)

C. Karakteristik Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Disebut motorik kasar, bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar tubuh, karena itu

biasanya memerlukan tenaga. Hal ini dikarenakan dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Misalnya;

gerakan berjalan, berlari dan melompat. Sedangkan motorik halus hanya melibatkan bagian-bagian

tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Karena itu gerakan ini tidak terlalu

membutuhkan tenaga yang besar, akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat. Misalnya;

gerakan mengambil suatu benda dengan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk, menggunting,

meronce, memegang pensil.

D. Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Perkembangan fisik motorik anak usia dini dipengaruhi oleh beberapa kondisi, yakni: sifat dasar

genetic; kondisi pralahir yang menyenangkan; kehidupan pascalahir; kelahiran yang sulit; kesehatan

dan gizi; IQ; rangsangan, dorongan, dan kesempatan; perlindungan yang berlebihan; urutan kelahiran;

kelahiran sebelum waktunya; cacat fisik; dan perbedaan jenis kelamin, warna kulit, dan sosial ekonomi.

Komponan Gerak Dasar

Pengembangan gerak ini didasarkan pada tiga komponen gerak dasar, yaitu: Gerak Lokomotor adalah

gerak memindahkan tubuh dari suatu tempat ke tempat yang lain; Gerak Nolokomotor adalah

aktivitas yang menggerakkan anggota tubuh pada porosnya dan perilaku tidak pindah tempat; dan

Gerak Manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi mata dengan anggota tubuh

yang lain untuk mensiasati tempat atau obyek untuk bergerak. Gerak manipulatif dapat berupa gerak

lokomotor manipulasi dan non lokomotor manipulatif.

Daftar Pustaka

Bredkamp, Sue. (1992). Developmentally Appropriate Practise in Early Childhood Programs Serving Children From BirthThrough Age 8. Washington : National Asociation for The Education of Young Children.

Bredekamp, Sue., & Teresa, R. (1992). Researching Potentials Approach Curriculum and Assesment For Young Children. Volume 1, Washington: NAEYC.

CRI Team, Pembelajaran Berpusat pada Anak, Washington: CRI Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Dirjen PLS dan Pemuda Depdiknas (2002). Acuan Menu

Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Hetherington. E.M (1999). Child Psychology: A Contemporary View points. 5th ed. Mc Graw Hill

Companies. The International Edition. Hildebrand, Verna. (1986). Introduction to Early Chilhood Education

4th ed.New York: Mac Millan Publishing Company. Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition.New York : Mc. Graw Hill, Inc. Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta :

Grasindo Lawrence Kohlberg. 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral. Kiat Mengasah Kecerdasan Emosional

Anak. Pustaka Hidayah. Papalia, dkk. (2009). Human Development (perkembangan Manusia). Edisi 10. Jakarta: Salemba

Humanika. Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak edisi 11. Jakarta : Erlangga.

Page 79: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 75

MATERI 10

KURIKULUM 2013: DESAIN, PERENCANAAN, DAN PENILAIAN DI PAUD

Kompetensi Inti:

1. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu

2. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

Kompetensi Dasar:

1. Menelaah prinsip-prinsip dalam mengembangkan desain kurikulum PAUD

2. Memilih materi kegiatan pengembangan yang mendidik yaitu kegiatan bermain sambil belajar

sesuai dengan tujuan pengembangan

3. Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan

karakteristik anak usia dini.

B. Desain Kurikulum 2013 PAUD

Membahas tentang pendidikan tidak akan terlepas dari istilah kurikulum. Secara etimologis,

kurikulum berasal dari kata curerre (latin/yunani) yang berarti berlari cepat atau lajur pacu. Jadi

kurikulum memiliki makna jarak yang harus ditempuh seorang pelari hingga selesai. Berdasarkan

Pasal 1 Butir 19 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Sebagai suatu pedoman, kurikulum secara ideal harus dapat menggambarkan arah dan

tujuan yang harus dituju oleh proses pendidikan dan pembelajaran. Menurut Tyler dalam upaya

mencapai tujuan dan sasaran, dalam setiap kurikulum ideal, harus dapat menggambarkan

pengalaman belajar apa yang harus dimiliki oleh siswa (Tyler, 1950). Dalam sumber yang sama,

Tyler mengatakan, bahwa dalam merumuskan tujuan itu dapat mempertimbangkan tiga hal

pokok, yaitu kebutuhan individu sebagai peserta didik, kebutuhan masyarakat kontemporer dan

pertimbangan ahli bidang studi.

Berdasarkan sejarah kurikulum, pada tahun 1960-an kurikulum terlalu ditekankan pada

proses perkembangan anak. Sedangkan pada tahun 1970-an kurikulum terlalu ditekankan pada

konteks dan tahun 1980-an kurikulum terlalu ditekankan pada konten. Dalam hal ini menciptakan

keseimbangan adalah hal yang krusial, tetapi perlu dijaga saling menguatkannya antara apa yang

diberikan kepada anak dalam konteks merupakan harapan bahwa anak akan memahami dan

mengetahui secara nyata dan mendalam dalam konten yang dipelajarinya.

Kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa memiliki makna bahwa kurikulum adalah

seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik di dlaam maupun di luar sekolah asal kegiatan tersebut

berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah) (Sanjaya, 2009: 6). Pandangan ini

mengedepankan semua aktivitas sekolah merupakan suatu yang dirancang dengan baik oleh

sekolah karena diyakini bahwa semua aktivitas tersebut akan mempengaruhi keberhasilan

pendidikan siswa. Oleh karena itu keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari hasil yang

dicapai oleh siswa saja dalam mengerjakan tes mata pelajaran, akan tetapi lebih memperhatikan

proses perubahan pada diri siswa secara utuh sebagai hasil interaksi terhadap semua aktivitas di

sekolah. Namun demikian diakui bahwa pandangan tentang kurikulum seperti ini tidak jelas dan

terlalu kabur.

Page 80: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

76 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Kurikulum sebagai perencanaan belajar memiliki makna bahwa kurikulum merupakan

suatu perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan di satuan pendidikan

(Sanjaya, 2009:8). Dalam konteks ini kurikulum lebih difokuskan pada perencanaan yang

sistematis tentang semua aspek yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan kata lain, semua aktivitas yang akan dilakukan oleh guru dan siswa di kelas harus

dirancang terlebih dahulu dengan baik.

Di bawah ini disajikan beberapa pengertian tentang pengembangan kurikulum pendidikan

anak usia dini.

a. Pengembangan program kegiatan bermain (kurikulum) bagi AUD seharusnya sarat dengan

aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi

dan berkreativitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai fasilisator

pada anak yang membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi

(Albrecht dan Miller, 2000; p.216-218).

b. Pada hakikatnya pengembangan kurikulum adalah pengembangan sejumlah pengalaman

belajar melalui kegiatan bermain yang dapat memperkaya pengalaman anak tentang

berbagai hal. (Bennett , Finn, Crib, 1999; p.91-100)

Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum

pendidikan anak usia dini adalah upaya untuk membangun pengalaman belajar melalui kegiatan

bermain yang dapat memperkaya pengalaman anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir

tentang diri sendiri, tanggap pada pertanyaan, dapat memberikan argumentasi untuk mencari

berbagai alternatif. Selain itu, hal ini membantu anak-anak dalam mengembangkan kebiasaan dari

setiap karakter yang dapat dihargai oleh masyarakat serta mempersiapkan mereka untuk

memasuki dunia orang dewasa yang penuh tanggungjawab. Jadi, kurikulum anak usia dini

merupakan seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat memberikan pengalaman

langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi perkembangan yang dimiliki

oleh setiap anak.

Pengembangan kurikulum PAUD memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Kurikulum PAUD merupakan program pembelajaran pendidikan anak usia dini yang mengacu

pada standar kompetensi yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

b. Kurikulum PAUD dilaksanakan secara terpadu dengan memperhatikan kebutuhan dan

kepentingan anak.

c. Kurikulum PAUD dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan karakteristik anak usia dini.

d. Kurikulum PAUD dilaksanakan berdasarkan prinsip bermain sambil belajar atau belajar

seraya bermain dengan memperhatikan perbedaan bakat, minat, dan kemampuan masing-

masing anak, sosial budaya, serta kondisi dan kebutuhan masyarakat.

e. Standar kompetensi disusun dan dilaksanakan dengan mengintegrasikan bidang-bidang

pengembangan anak usia dini.

Di dalam pendidikan anak usia dini, sebaiknya pengembangan kurikulum dilakukan berbasis

pada satuan pendidikan (KTSP). Hal ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu:

a. KTSP memberikan keleluasan kepada para pendidik dan pengelola satuan pendidikan untuk

mengembangan kurikulum yang sesuai kebutuhan dan lingkungan sosial budaya.

b. Pemerintah pusat hanya menetapkan standar tingkat pencapaian perkembangan yang

bersifat makro, sedangkan secara operasional dikembangkan oleh pendidik dan pengelola

satuan pendidikan.

Page 81: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 77

c. Pendidik sebagai seorang profesional sudah saatnya melaksanakan salah satu kewajiban

sebagai penyusun dan pengembang kurikulum.

Di dalam implementasinya, Catron dan Allen (1999:30) menyatakan bahwa kurikulum

mencakup jawaban tentang pertanyaan apa yang harus diajarkan dan bagaimana

mengajarkannya dengan menyediakan sebuah rencana program kegiatan bermain yang

berlandaskan filosofis tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Asosiasi nasional untuk

anak usia dini di Amerika yang dikenal dengan nama National Association for The Education of

Young Children (NAEYC) menjabarkan ciri-ciri kurikulum PAUD yang baik adalah sebagai berikut:

a. Direncanakan dengan sangat hati-hati

b. Menarik

c. Melibatkan banyak pihak

d. Sesuai dengan perkembangan anak

e. Menghargai budaya dan bahasa yang digunakan anak

f. Menyeluruh mencakup seluruh aspek perkembangan

g. Mengarahkan kepada capaian keluaran yang positif untuk semua anak

h. Dikembangkan berdasarkan atas hasil penelitian

i. Menekankan pada keterlibatan guru dan anak secara aktif

j. Memperhatikan pada aspek sosial dan keterampilan memenuhi aturan

k. Menerapkan cara penilaian mutu, efektivitas guru, dan anak

l. Anak melakukan secara aktif

C. Perencanaan Kurikulum 2013 PAUD

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rancangan bagi guru untuk melaksanakan

kegiatan bermain yang memfasilitasi anak dalam proses belajar. Rencana pelaksanaan

pembelajaran dibuat sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Rencana pembelajaran

harus mengacu kepada karakteristik (usia, sosial budaya dan kebutuhan individual) anak. Rambu-

rambu yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran adalah:

1. Memahami STPPA sebagai hasil akhir program PAUD (Kompetensi Inti)

2. Memahami Kompetensi Dasar sebagai capaian hasil pembelajaran

3. Menetapkan Materi pembelajaran sebagai muatan untuk pengayaan pengalaman anak

4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk:

a. mendukung pencapaian Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti

b. mendukung keberhasilan pengelolaan pembelajaran yang bermakna

c. mengarahkan guru dalam menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

d. mengarahkan guru untuk membangun sikap, pengetahuan dan keterampilan yang

diharapkan dimiliki anak

e. mendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran

Berdasarkan PERMENDIKBUD 146/2014 TENTANG KURIKULUM 2013 PAUD DOKUMEN KTSP

terdiri dari :

1. Dokumen 1 Berisi Sekurang-kurangnya: Visi, Misi, Tujuan Satuan Pendidikan, Program

Pengembangan dan Materi Pembelajaran, Pengaturan Beban Belajar, Kalender Pendidikan

dan Program Tahunan, dan SOP.

2. Dokumen II Berisi Perencanaan Program Semester (Prosem), Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Mingguan (RPPM), Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

yang dilengkapi dengan Rencana Penilaian Perkembangan Anak.

Page 82: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

78 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Berkaitan dengan tugas guru sebagai perencana, maka perencanaan pembelajaran wajib

disusun oleh guru secara mandiri, sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen 2. Terdapat tiga

jenis perencanaan pembelajaran yang harus disusun dan disiapkan oleh guru sebelum

melaksanakan pembelajaran yaitu:

1. Program Semester (PROSEM)

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM)

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian(RPPH)

Dalam menyusun ketiga jenis perencanaan di atas, maka harus mengacu pada muatan

pembelajaran yang telah dirumuskan dalam dokumen 1 (pemetaan materi pembelajaran

berdasar program dan kompetensi dasar).

Prencanaan Program Semester

Perencanaan program semester berisi daftar tema satu semester yang dikembangkan menjadi

sub tema atau sub-sub tema, Kompetensi yang ditetapkan untuk dicapai pada setiap tema, dan

alokasi waktu setiap tema.

Langkah-langkah penyusunan program semester adalah sebagai berikut:

1. Membuat daftar tema satu semester. Pemilihan dan penentuan tema dilakukan guru sebelum

awal semester kegiatan pembelajaran dimulai dengan memperhatikan prinsip pengembangan

tema..

2. Mengembangkan tema menjadi sub tema dan atau sub-sub tema. Sub tema dan sub sub tema

yang dikembangkan merupakan topik-topik yang lebih khusus dan lebih dalam. Ke khususan

dan kedalaman sub tema dan sub-sub tema memperhatikan usia anak, kesiapan guru, dan

ketersediaan sumber belajar pendukung. Pengembangan tema dapat dipelajari pada Pedoman

pengembangan Tema.

3. Menentukan alokasi waktu untuk setiap tema, sub tema dan atau sub-sub tema. Waktu

pembahasan setiap tema/sub tema/sub-sub tema disesuaikan dengan minat anak, keluasan,

kedalaman, dan sumber/media yang tersedia.

4. Menetapkan KD di setiap tema. Penentuan KD memuat seluruh aspek perkembangan nilai

agama dan moral (nam), motorik (motr), kognitif (kog), sosial-emosional (sosem), bahasa

(bah), dan seni.

5. Penulisan KD dapat ditulis lengkap atau dapat dituliskan kodenya saja.

6. KD dapat diulang-ulang di tiap tema/sub tema/sub-sub tema yang berbeda.

7. Tema/sub tema/sub-sub tema yang sudah ditentukan di awal dapat berubah bila ada kondisi

tertentu dengan melibatkan anak tanpa harus merubah KD yang sudah ditetapkan.

8. Dalam menentukan KD pada setiap tema mencakup enam program pengembangan (nilai

agama dan moral, motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan seni)

Perencanaan Program Mingguan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) disusun untuk pembelajaran selama

satu minggu. RPPM dijabarkan dari Program Semester. RPPM berisi: (1) Identitas program

layanan, (2) KD yang dipilih, (3) materi pembelajaran, dan (4) rencana kegiatan.

Pada akhir satu atau beberapa tema dapat dilaksanakan kegiatan puncak tema. Puncak tema

merupakan kegiatan penyimpul bagi anak-anak terkait dengan semua konsep, aktivitas yang

dilakukan sepanjang tema berlangsung. Puncak tema dapat berupa kegiatan antara lain pameran

hasil karya, kunjungan wisata, kegiatan bersama orangtua, panen bersama, pertunjukan sosio

drama, bazar makanan dan minuman hasil masakan anak dan orangtua, dan lain-lain. Sebagai

contoh ketika mengambil tema Sepeda, puncak tema dapat berupa kegiatan bersepeda gembira

Page 83: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 79

bersama keluarga. Ketika mengambil tema Kupu-kupu, kegiatan puncak temanya menanam

tanaman bunga di sekitar halaman sekolah, atau melepas kupu-kupu hasil pembiakan.

Perencanaan Program Harian

Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) adalah acuan untuk mengelola kegiatan

bermain dalam satu hari. RPPH disusun dan dilaksanakan oleh pendidik. Format RPPH tidak harus

baku tetapi memuat komponen-komponen yang ditetapkan. Komponen RPPH terdiri dari: (1)

identitas program, (2) tujuan, (3) materi, (4) alat dan bahan, (5) kegiatan pembukaan, (6) kegiatan

inti, (7) kegiatan penutup, dan (8) rencana penilaian.

D. Penilaian Kurikulum 2013 PAUD

Penilaian di satuan PAUD diarahkan untuk menilai kemajuan perkembangan anak setelah

mengikuti proses belajar di satuan PAUD. Penilaian merupakan proses mengumpulkan, mengkaji

berbagai informasi secara sistematis, terukur, berkelanjutan, serta menyeluruh tentang

pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dan telah dicapai oleh anak selama kurun waktu

tertentu. Penilaian di PAUD menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik mengukur tingkat

pencapaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan yang dicapai

anak berdasarkan data riil yang didapat dari perilaku dan hasil karya anak.

Penilaian hasil belajar anak pada jenjang PAUD berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1. Sistematis

Penilaian dilakukan secara teratur dan terprogram dengan menggunakan berbagai

instrumen.

2. Objektif

Penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas serta menggambarkan data

atau informasi yang sesungguhnya dan tidak dipengaruhi subyektifitas penilai.

3. Berkesinambungan

Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus-menerus dalam kurun waktu yang

ditentukan.

4. Menyeluruh

Penilaian mencakup semua aspek pertumbuhan dan perkembangan anak serta

kemampuannya, baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Penilaian mengakomodasi

seluruh anak dengan keragaman budaya, bahasa, sosial ekonomi, termasuk anak yang

berkebutuhan khusus.

5. Mendidik

Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, mengembangkan,

dan membina anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

6. Bermakna

Hasil penilaian bermanfaat bagi anak, orangtua, pendidik, tenaga medis dan pihak lain yang

terkait.

Penilaian Otentik

Penilaian pada anak usia dini berupa penilaian otentik. Penilaian otentik adalah jenis penilaian

yang berhubungan dengan kondisi nyata dan dalam konteks yang bermakna. Penilaian otentik

dilakukan pada saat anak terlibat dalam kegiatan bermain (tugas) secara mandiri atau bersama anak

lain. Dengan demikian penilaian anak usia dini harus dilakukan secara alami, pada saat anak terlibat

dalam kegiatan (tugas) dan selama ia berada dalam kegiatan itu, atau kegiatan lainnya. Contoh: Guru

ingin mengetahui kemampuan anak mengenal bentuk-bentuk geometri, maka guru menyiapkan

Page 84: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

80 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

kegiatan bermain dengan alat main berbagai bentuk di semua area/sentra/sudut. Guru melakukan

pengamatan, pencatatan, dan pertanyaan : “ibu bisa memesan kue berbentuk segi tiga?” saat anak

tengah bermain mencetak pasir dengan menggunakan cetakan berbagai bentuk.

Proses penilaian dilakukan secara berkelanjutan, dimulai dari penilaian harian, bulanan dan

semester.

1.Penilaian harian

Penilaian harian dilakukan untuk mengukur ketercapaian perkembangan yang ditandai dengan

indikator perkembangan yang merujuk pada ketercapaian sesuai RPPH. Penilaian harian

dilaksanakan oleh guru disaat anak melakukan kegiatan bermain, berkomunikasi dengan teman dan

guru, serta pada saat melakukan kegiatan rutin.

2. Penilaian bulanan

Penilaian bulanan berisi rekapitulasi penilaian harian yang dilakukan selama satu bulan untuk

mengukur perkembangan anak yang ditandai oleh kumpulan capaian indikator perkembangan yang

merujuk pada ketercapaian Kompetensi Dasar.

3.Penilaian smester

Penilaian semester merupakan rekapitulasi perkembangan anak yang dicapai selama 6 bulan.

Penilaian smester merujuk pada pencapaian KD yang ditandai dengan indikator-indikator yang

telah ditetapkan dalam Permendikbud nomor 146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan

Anak Usia Dini.

4.Pelaporan

Laporan smester berisi hasil pengolahan data tentang perkembangan anak yang dikumpulkan dari

penilaianan smester. Pelaporan ditujukan kepada:

a. Orang tua anak sebagai pertanggungjawaban layanan pembelajaran yang telah diikuti oleh

anak.

b. Satuan PAUD sebagai dokumen hasil pelaksanaan pembelajaran program dan sebagai dasar

untuk perbaikan maupun pengembangan layanan yang lebih baik.

c. Dinas Pendidikan sebagai institusi Pembina PAUD di wilayahnya.

Sumber Data Penilaian Harian

Data penilaian harian dapat dikumpulkan melalui:

1. Penilaian harian menggunakan format skala capaian perkembangan (rating scale).

Kriteria penilaian untuk Rating Scale adalah:

Kolom penilaian cukup diisi dengan cara dicentang (√)

a. BB artinya Belum Berkembang: bila anak melakukannya harus dengan bimbingan atau

dicontohkan oleh guru;

b. MB artinya Mulai Berkembang: bila anak melakukannya masih harus diingatkan lebih dahulu

oleh guru;

c. BSH artinya Berkembang Sesuai Harapan: bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri

dan konsisten tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru;

d. BSB artinya Berkembang Sangat Baik: bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan

sudah dapat membantu temannya yang belum mencapai kemampuan sesuai indikator yang

diharapkan.

2. Catatan anekdot

Catatan anecdot mencatat seluruh perkembangan anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran

dari waktu ke waktu atau dari hari ke hari. Catatan anecdot memungkinkan untuk mengetahui

perkembangan anak yang indikatornya tercantum maupun tidak tercantum pada RPPH.

Page 85: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 81

Hal-hal pokok yang dicatat dalam catatan anecdot meliputi:

a. Nama anak yang dicatat perkembangannya

b. Kegiatan main atau pengalaman belajar yang diikuti anak

c. Catatan perkembangan anak.

Catatan dibuat dengan mencatat apa yang dilakukan atau dibicarakan anak secara obyektif,

akurat, lengkap dan bermakna tanpa interpretasi dari guru. Akurat (tepat), objektif (apa adanya,

tanpa asumsi misalnya: cengeng, malas, nakal) dan spesifik (khusus/tertentu).

d. Catatan sederhana (tidak bertele-tele); mencatat kata yang diucapkan, sikap yang

dieskpresikan, dan perilaku yang ditampilkan anak saat bermain.

3. Hasil Karya

Hasil karya adalah hasil kerja anak didik setelah melakukan suatu kegiatan. Hasil karya dapat

berupa pekerjaan tangan, karya seni atau tampilan anak. Misalnya: gambar, lukisan, melipat,

kolase, hasil guntingan, tulisan/coretan-coretan, hasil roncean, bangunan balok, tari, dll.

Rambu-rambu membuat Catatan Hasil Karya Anak.

a. Tuliskan nama dan tanggal hasil karya tersebut dibuat. Data ini diperlukan untuk melihat

perkembangan hasil karya yang dibuat anak di waktu sebelumnya.

b. Tanyakan kepada anak tentang hasil karya yang dibuatnya tanpa asumsi guru. Misalnya Dona

membuat gambar banyak kepala dengan berbagai warna. Maka yang dikatakan guru adalah:

”ada banyak gambar yang sudah kamu buat, bisa diceritakan gambar apa saja? warna apa saja

yang kamu pakai?” dst.

c. Tuliskan semua yang dikatakan oleh anak untuk mengkonfirmasi hasil karya yang dibuatnya

agar tidak salah saat guru membuat interpretasi karya tersebut.

d. Perhatikan apa yang sudah dibuat oleh anak dengan teliti, hubungkan dengan KD. Semakin

guru melihat dengan rinci maka akan lebih banyak informasi yang didapatkan guru dari hasil

karya anak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Beaty, Janice J. 2010. Observing Development of The Young Child. New Jersey: Pearson Education, Inc. Brewer, Jo Ann, Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through Primary Age Grades,

New York: Pearson, 2007. Essa, Eva L., Introduction to Early Childhood Education 4th, Singapore: Thomson Delmar Learning, 2003. Dodge,Diane Trister, Laura J Colker, Cate Heroman. 2002. Creative Curriculum For Preschool Fourth

Edition, Washington DC : Cengage Learning. Eliason, Claudia, Loa Jenkins. 2008. A Practical Guide to Early Childhood Curriculum Eight Edition. New

Jersey, Pearson Education, Inc. Feeny, Stephanie, Doris Christensen, dan Eva Moravcik, Who Am I in the Lives of Children; An

Introduction to Early Childhood Education 7th Ed., Columbus Ohio: Person Merrill Prentice Hall, 2006.

Gestwicki, Carol, Developmentally Appropriate Practice; Curriculum and Development in Early Education (3rd), United States: Thomson Delmar Learning, 2007.

Hainstock, Elizabeth G., Kenapa Montessoi; Keunggulan Metode Montessori bagi Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: Mitra Media, 2008.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137 Tahun 2014 Tentang Standar PAUD Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 PAUD Salkind, Neil J. (Ed), Child Development, New York: Macmillan Reference USA, 2002. Sanjaya, Wina, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosa Karya, 2009. Santrock, John W., Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, dialihbahasakan oleh Achmad

Husairi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002.

Page 86: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

82 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

MATERI 11 MEDIA PEMBELAJARAN DI PAUD

Kompetensi Inti: Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, Kompetensi Dasar: Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kualitas kegiatan pengembangan yang mendidik.

1. Pengertian Media Pembelajaran Dalam proses pembelajaran terdapat proses komunikasi yang berlangsung dalam suatu

sistem, dan di dalamnya terdapat media pembelajaran sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran tersebut. Menggunakan media dalam proses pembelajaran harus didasarkan filosofi atau alasan teoritis yang benar. Istilah media yang merupakan bentuk jamak dari medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media dikatakan pula sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Kata segala memberi makna bahwa yang disebut media tidak terbatas pada jenis media yang dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan tertentu, akan tetapi juga yang keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk memperjelas atau mempermudah pemahaman siswa terhadap materi atau pesan tertentu. Jadi apapun bentuknya apabila dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dapat disebut media.

Heinich, Molenda, dan Russell (1993) mendefinisikan media sebagai alat saluran komunikasi. Istilah media itu sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Dalam proses komunikasi, guru bertindak sebagai komunikator (communicator) yang bertugas menyampaikan pesan pendidikan (message) kepada penerima pesan (communican) yaitu anak. Menurut Gagne (1970) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak didik yang dapat memotivasi anak didik untuk belajar. Sedangkan Briggs (1970) mengemukakan media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang anak didik untuk belajar contohnya adalah buku, film, kaset, film bingkai, dan lain-lain.

Untuk lebih memperjelas pemahaman Anda mengenai pembelajaran sebagai proses komunikasi, perhatikan gambar berikut ini

Gambar 1 Proses Komunikasi Pembelajaran

Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran harus memiliki gagasan yang

ditunjukan dalam desain pembelajaran, sebagai titik awal dalam melaksanakan komunikasi dengan siswa. Karena itu, diperlukan pemahaman tentang unsur-unsur yang dapat menunjang proses komunikasi serta tujuan dari komunikasi. Agar proses komunikasi pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien, guru perlu menggunakan media untuk merangsang siswa dalam belajar. Jadi pada prinsipnya media bermanfaat untuk menunjang proses pembelajaran, hal ini bukan saja membuat penyajian menjadi lebih konkrit, tetapi juga ada beberapa kegunaan yang lain.

Perbedaan media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu sumber belajar disebut alat peraga bila hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran saja; dan sumber belajar disebut media bila merupakan bagian integral dari seluruh proses atau kegiatan pembelajaran dan ada semacam pembagian tanggung jawab antara guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi lain.

Komunikator

(Guru)

PESAN/

BAHAN

AJAR

MEDIA

PEMBELAJARAN

Page 87: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 83

Media sangat penting sebagai bagian yang tak terpisahkan karena banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pendidikan akan lebih berhasil bila anak turut aktif dalam proses pendidikan tersebut. Penelitian lain yang dilakukan oleh British Audio-Visual Association menghasilkan temuan bahwa rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui indera menunjukkan komposisi sebagai berikut:

75 % melalui indera penglihatan (visual), 13% melalui indera pendengaran (auditori), 6% melalui indera sentuhan dan perabaan, dan 6% melalui indera penciuman dan lidah. Dari hasil temuan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan seseorang paling

banyak diperoleh secara visual atau melalui indera penglihatan, dan media merupakan sesuatu yang dapat dilihat.

Selain itu, dalam penelitian lain disebutkan bahwa pengetahuan yang dapat diingat seseorang antara lain bergantung kepada, melalui indera apa ia memperoleh pengetahuannya secara auditori, visual, dan audio-visual. Gambar berikut ini menunjukkan hasil penelitian mengenai hubungan antara jumlah pengetahuan yang dapat diingat dengan jenis rangsangan terhadap inderanya.

Auditori Visual Audiovisual

Setelah 3 jam 70%

72%

85%

Setelah 3 hari

10%

20%

65%

Gambar 2 Hubungan Jumlah Pengetahuan dengan Jenis Rangsangan

2. Fungsi Media Pembelajaran Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai

berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.

Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artrinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan

Page 88: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

84 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.

3. Pemanfaatan Media Pemilihan dan penggunaan media hendaknya jangan didasarkan pada kesukaan atau

kesenanangan pengajar, tetapi dilandaskan pada kecocokan media itu dengan karakteristik siswa, disamping kriteria lain yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Di dalam memanfaatkan media pembelajaran yang sudah ada, guru harus melakukan pemilihan yang tepat media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dalam hal ini, Strauss dan Frost (1999, dikutip dalam Craig L. Scanlan) mengidentifikasi sembilan faktor kunci yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran, yakni: (1) kendala sumber daya lembaga, (2) kesesuaian dengan materi pembelajaran, (3) karakteristik pebelajar, (4) sikap dan tingkat keterampilan guru, (5) tujuan pembelajaran, (6) hubungan dalam proses pembelajaran, (7) lokasi pembelajaran, (8) waktu pembelajaran (sinkron atau asinkron), dan (9) tingkat kekayaan media.

Adapun pemilihan media pembelajaran berdasarkan berbagai karakteristik perkembangan anak, maka guru harus mendesain program belajar bermedia yang sesuai untuk mengoptimalkan aspek-aspek perkembangan anak. Program pembelajaran bermedia tersebut tersebut dirancang dengan memperhatikan beragam kriteria sebagai berikut : 1. Konkret: berbagai stimulasi dalam pembelajaran yang digunakan bersifat konkret sesuai dengan

fase perkembangan kognitif anak usia dini. Hal ini akan mempermudah mereka memahami intisari pengalaman-pengalaman baru yang dijumpai dalam lingkungannya dan mengintegrasikannya ke dalam struktur pemahaman yang sudah dipunyai sebelumnya. Misalnya menghadirkan narasumber yang ahli di bidangnya masing-masing.

2. Menyenangkan: belajar haruslah menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi anak dan memberinya kebebasan untuk bereksplorasi dengan ide-ide baru sesuai minat maupun jenis kecerdasan yang dimilikinya tanpa mengabaikan stimulan untuk jenis kecerdasan lainnya. Hal ini menjadi sangat vital karena anak perlu membentuk sebuah nilai moral yang positif mengenai belajar, agar ada keriangan dan minat yang makin besar terhadap sebuah proses belajar.

3. Komunikatif : berkomunikasi dengan anak usia dini membutuhkan strategi tersendiri, karena penting bagi mereka untuk juga mendengarkan orang lain, dan bukan hanya minta didengarkan saja. Untuk mencapai tujuan tadi maka guru yang terlibat dalam program ini perlu memahami hal-hal apa saja yang berpengaruh pada proses komunikasi dengan anak.

4. Integratif : aspek yang dikembangkan dalam proses belajar tidak terfokus pada salah satu aspek saja. Dalam segala aktivitas yang dilakukannya, anak harus dapat mengoptimalkan berbagai aspek sekaligus, baik aspek-aspek kognitif, fisik, science dan aspek-aspek lainnya. Aspek moral dan emosi juga amat penting untuk diperhatikan secara khusus mengingat bahwa kemampuan seorang anak untuk mengatur dan menyesuaikan emosinya dengan situasi yang dijumpai akan menjadi landasan sukses anak di kemudian hari.

5. Media dan Sumber belajar: media dan sumber belajar yang digunakan dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria-kriteria : a. Aman: Media harus aman dan sesuai dengan kematangan usia. Misalnya, pada anak usia

sekitar 4 tahun yang masih cenderung bereksplorasi melalui alat inderanya, materi permainan yang digunakan seyogyanya tidak dibuat dari bahan kimia berbahaya dan berukuran terlalu kecil.

b. Tepat usia: media dan sumber belajar diharapkan menjadi stimulan yang sesuai dengan usia anak, karenanya disusun dengan mempertimbangkan fase perkembangan yang tengah dilalui

Page 89: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 85

anak. Sebagai contoh, pada anak yang mulai belajar mengelompokkan atau mengklasifikasikan benda dan warna, perlu disediakan materi yang berwarna warni atau terdiri dari bentuk-bentuk tertentu yang mudah dikenali.

c. Menarik: mampu menarik anak untuk terlibat secara aktif. media dan sumber belajar yang digunakan tidak boleh terlalu monoton, statis atau terstruktur ketat. Diupayakan agar media dan sumber belajar justru dapat merangsang anak untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut.

d. Variatif: mampu mengakomodasi berbagai minat dan jenis kecerdasan anak. Mengingat teori tentang kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda, kiranya menyediakan sebanyak mungkin variasi media dan sumber belajar yang dapat mengakomodasi tiap jenis kecerdasan. Bahan ajar tentang jenis-jenis mahluk hidup misalnya, dapat saja disusun dengan bentuk penyajian grafis atau berbentuk peta pikiran yang berwarna warni.

e. Menantang: media dan sumber belajar haruslah menantang, artinya dirancang dengan taraf kesulitan sedikit di atas kemampuan dasar anak. Hal ini diperlukan agar tidak membosankan dan mendorong anak untuk terus mengalami kemajuan. Meskipun demikian bahan ajar tersebut haruslah realistis dan dapat dicerna oleh anak pada usianya, supaya anak tidak mengalami keputusasaan karena terlalu sulit dan akhirnya merasa gagal. Misalnya, bahan ajar/tema yang mengharuskan anak untuk mengetahui bilangan 1 sampai 20, sementara kemampuan matematis anak baru sampai pada konsep 1 sampai 5.

f. Integratif: media dan sumber belajar dirancang untuk sekaligus memberikan stimulasi pada berbagai aspek yang akan dikembangkan pada diri anak. Field trip misalnya, diselenggarakan sesuai tema tiap kesempatan untuk sekaligus melatih segi motorik dan fisik anak saat ia diajak berjalan-jalan, segi kognitif ketika ia diajak menghitung berapa banyak rumah bata yang ia lihat sepanjang perjalanan, bahkan juga kemampuan berbahasa ketika anak diajak mendiskusikan hal-hal yang dialaminya sepanjang perjalanan. Tidak ketinggalan juga aspek moral dan sosial seperti tidak membuang bungkus permen secara sembarangan dan menyapa orang-orang yang ditemui bila anak mengenalnya.

4. Media Pembelajaran di Taman Kanak-kanak Dalam kerucut pengalaman Edgar Dele pengalaman langsung menempati persentase yang

paling besar, kemudian disusul dengan pengalaman melalui benda tiruan. Oleh karena keterbatasan waktu, tempat dan biaya, maka media pembelajaran yang dibuat sebagai benda tiruan sangatlah penting dalam sebuah pembelajaran di taman kanak-kanak. Media pembelajaran yang digunakan di taman kanak-kanak terdiri dari dua jenis, yaitu alat peraga dan alat permainan. Alat peraga adalah semua alat yang dipergunakan oleh pendidik untuk menerangkan/memperagakan bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar. Sedangkan alat permainan adalah semua alat yang dipergunakan anak untuk memenuhi naluri bermainnya sehingga anak dapat melakukan proses belajar dengan cara yang menyenangkan.

Dalam pembuatan media pembelajaran di taman kanak-kanak ini ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan : a. Media pembelajaran yang dibuat hendaknya multiguna. Multiguna disini maksudnya adalah

bahwa media tersebut dapat digunakan untuk pengembangan berbagai aspek perkembangan anak.

b. Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar lembaga taman kanak-kanak dan murah atau bisa dibuat dari bahan bekas/sisa.

c. Tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi anak. d. Dapat menimbulkan kreativitas, dapat dimainkan sehingga menambah kesenangan bagi anak,

menimbulkan daya khayal dan daya imajinasi serta dapat digunakan untuk bereksperimen dan bereksplorasi.

e. Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana. f. Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal. g. Dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Tingkat perkembangan anak yang berbeda

berpengaruh terhadap jenis permainan yang akan dibuat oleh guru.

Page 90: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

86 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

Ada beberapa karakteristik media pembelajaran yang dapat dijadikan dasar dalam pemilihan media pendidikan diantaranya : 1. Fixative property. Media mampu menangkap, menyimpan, dan merekomendasikan suatu objek

atau peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Misalnya foto/kamera, film, video, film bingkai, dll.

2. Manipulative property. Media dapat mengubah objek, waktu, dan perstiwa menjadi 3 hal yaitu: (a) Close Up (objek yang terlalu kecil terlihat lebih besar) misalnya dengan media proyektor mikro,

mikroskop, luv / loop, film bingkai, film, model dan gambar. (b) Time Lapse / High-Speed Photograph (gerak yang terlalu lambat dapat ditampilkan lebih cepat)

misalnya gerakan tumbuhnya bunga dipercepat dengan media film / kamera film. (c) Slow Motion (gerak yang terlalu cepat dapat ditampilkan lebih lambat) misalnya gerakan elang

memangsa ayam yang cepat dapat diperlambat dengan film. (d) Object yang terlalu besar seperti rumah, gajah, pesawat, dapat ditampilkan bentuk kecilnya

dengan model maket, miniatur, gambar, atau film (e) Object yang terlalu kompleks misalnya mesin-mesin dapat disajikan menjadi bentuk yang

sederhana dengan model diagram, bagan dll 3. Distributive Property. Media dapat menyajikan suatu peristiwa dalam radius yang luas seperti

gunung berapi, gempa bumi, iklim, kepulauan, dll. Sehingga dapat divisualkan dalam bentuk film bingkai, gambar, peta / globe, radio, dll. Menurut Nana Sudjana prinsip pemilihan media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut : a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-

tujuan intruksional yang ditetapkan b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran c. Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-

tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar d. Keterampilan guru dalam menggunakannya, apapun jenis media yang diperlukan syarat utama

adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran e. Tersedianya waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermafaat bagi

siswa selama pengajaran berlangsung f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, memilih media pendidikan harus sesuai dengan taraf

berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung didalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Dengan kriteria pemilihan media tersebut, guru dapat lebih mudah menggunakan media

mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pendidik. Kehadiran media dalam kegiatan pembelajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pembelajaran. 5. Aplikasi Media dan Sumber Belajar AUD

Anak usia taman kanak-kanak mempunyai keunikan yaitu sepanjang kegiatan sehari-hari selalu diwarnai dengan kegiatan bermain, sehingga dikatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Oleh karena itu strategi pembelajaran di taman kanak-kanak paling tepat bila dilakukan dengan bentuk bermain. Anak taman kanak-kanak berada pada usia 4-6 tahun termasuk kategori anak prasekolah pada sub tingkat berpikir intuitif. Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak menggunakan simbol yang mewakili sesuatu konsep. Kemampuan simbolik ini memungkinkan anak melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hal-hal yang dilalui.

Ditinjau dari perkembangan kognitif, anak usia 4-6 tahun ditandai dengan kemampuan anak melakukan kegiatan representasi mental yaitu suatu kemampuan untuk menghadirkan benda, objek, orang, dan peristiwa secara mental. Hal ini berarti anak telah memiliki kemampuan untuk membayangkan benda, objek, orang, dan peristiwa didlaam pemikirannya walaupun semuanya tidak hadir secara empirik dihadapan anak. Pembelajaran dengan menggunakan media dan sumber belajar di taman kanak-kanak akan menggali informasi tambahan untuk memperkaya materi yang akan diberikan kepada siswa sehingga guru dalam menyajikannya tidak bersifat text book. Namun demikian perlu kita ketahui bersama bahwa kualitas media dan sumber belajar yang digunakan juga mempengaruhi kemurnian dari informasi yang dikandungnya.

Page 91: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 87

Media atau bahan kreatif sekaligus dapat menunjang kreativitas anak. Media kreatif untuk anak-anak khususnya usia Taman Kanak-kanak biasanya berhubungan dengan kegiatan bermain anak.Oleh karena itu bahan atau media yang digunakan adalah mainan untuk anak, diantaranya adalah: • Kotak dengan berbagai ukuran

• Pakaian yang terlalu kecil atau tidak terpakai lagi

• Potongan-potongan benang

• Segala benda yang beroda (misalnya kereta bayi tua, kereta belanja, atau kereta dorong)

• Peralatan dapur yang tidak terpakai lagi

• Gelas,mangkuk dan wadah bekas makanan

• Potongan perca dari berbagai ukuran

• Segala macam kertas, surat kabar, kertas gambar, karton, kertas warna

• Majalah berisi foto dan gambar yang berwarna cerah

• Bahan pengeras terutama yang bentuknya aneh dan pembalut alat elektronik atau peralatan lain (Bean, 1995 : 49)

Media kreatif yang digunakan sebagai media pembelajaran anak pada dasarnya tidak perlu mahal dan biasanya merupakan bahan-bahan sekitar yang sudah tidak terpakai lagi. Catherine mengungkapkan beberapa media kreatif yang berasal dari barang yang tidak terpakai tetapi masih bisa digunakan diantaranya adalah: Barang rongsokan yang dimasukkan ke dalam wadah termasuk karton, kotak korek api, pipa dari gulungan kertas tisu, kelos benang, kotak telor, potongan bahan pakaian, pita, tape, tutup botol, gabus, kaleng plastik, botol, kaleng, karton. Kancing, wol, selang, karet, bulu unggas, kerikil, manik-manik, penjepit kertas, klip dan benang. (1989 : 82)

6. Pemanfaatan Media Pembelajaran yang kreatif di Taman Kanak-kanak Berikut ini merupakan beberapa contoh (selanjutnya dapat dikembangkan oleh guru sendiri) pemanfaatan bahan-bahan bekas untuk membuat media kreatif yang dapat digunakan pada saat pembelajaran di taman kanak-kanak.

No Jenis Media Alat / bahan Cara membuat Bentuk kegiatan

1. 2.

Membuat buku cerita mini

Membuat balok dari berbagai kardus

- kertas polos - crayon - pensil warna - kertas warna - lem - gunting - kardus bekas

dari produk-produk tertentu, dengan berbagai macam bentuk

- kertas sampul coklat / kertas kopi

• Satu lembar kertas HVS putih. Kertas dilipat menjadi 8 bagian. Kemudian dibuka kembali.

• Lipat menjadi 2 secara horizontal. Potong bagian tengahnya, kemudian dilipat menjadi buku.

• Buku dapat dihias dengan gambar yang disukai anak.

• kardus-kardus bekas dengan berbagai bentuk dibungkus dengan kertas kopi / sampul coklat

• kardus-kardus yang sudah dibungkus dikelompokkan berdasarkan bentuk dan ukuran

• membuat buku cerita bersama-sama anak

• guru dapat membuat buku cerita dari tema yang berbeda-beda dengan mengkreasikan buku ceritanya

• dapat menumbuhkan minat membaca pada anak

• permainan balok untuk memperkenalkan bentuk-bentuk geometri kepada anak, dapat digantikan dari kardus-kardus bekas apabila tidak memiliki balok kayu

Page 92: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

88 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

3. 4. 5.

Membuat puzzle

Membuat wayang / boneka tangan

Membuat kartu cerita bergambar

- gambar bekas kalender, koran, atau majalah yang sesuai untuk anak

- pisau cutter atau gunting

- lem - karton / duplex - crayon / pensil

warna / cat air - stick es krim - pelubang kertas - paku penjepit - pensil - gunting - karton putih /

kertas kuarto - pensil / spidol /

crayon / cat air - gunting

• gambar bekas kalender atau majalah dipotong menjadi beberapa macam potongan (disesuaikan dengan usia anak) bisa 6 potongan, 8, 10 sampai dengan 20 potongan

• tentukan objek yang akan digambar (misal : beruang)

• gunting bagian objek tersebut kemudian dilubangi bagian ujung gambar yang ingin disambung

• sambung antara 2 bentuk gambar dengan paku penjepit di bagian yang sudah dilubangi

• tempel stick es krim di bagian belakang bentuk gambar / wayang yang telah dibuat

• potong kertas menjadi 4 / 5 bahkan lebih (sesuai dengan isi cerita) berukuran minimal 10 x 15 cm (boleh lebih besar)

• buatlah gambar berseri di atas potongan tersebut

• bermain puzzle sederhana sekaligus memperkenalkan konsep matematika

• anak dapat bermain mikroplay atau main peran dengan menggunakan boneka tangan atau wayang tersebut

• guru dapat membuat banyak karakter atau tokoh atau profesi tertentu dengan boneka wayang

• anak dapat bermain menyusun potongan-potongan gambar yang mempunyai urutan cerita

• anak dapat menceritakan urutan gambar atau cerita yang sudah disusunnya

Daftar Pustaka Arief S. Sadiman, 1990 Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta :

Pustekom Dikbud dan CV Rajawali. Bean, Reynold. 1995. Cara Mengembangkan Kreativitas Anak (terjemahan Med. Meitasari Tjandrasa).

Jakarta : Binarupa Aksara FIP-IKIP Malang.

Heinich, R., et. al. (1996) Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. 2002. Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Ibrahim, H. 1997. Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan, klasifikasi, Oemar Hamalik. 1986. Media Pendidikan. Bandung : Alumni.

pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, dan penulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-IV.

Sadiman, A.S. 1986. Media pendidikan: pengeratian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: Cv. Rajawali.

Sudono, Anggani. 2004. Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta : Grasindo

Yusufhadi Miarso, 1985. Media Instruksional. Jakarta : Pusat TKPK Depdikbud

Page 93: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 89

MATERI 12 TEORI BELAJAR

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

A. Pandangan tentang Belajar

Kata “belajar” merupakan istilah yang tidak asing dalam kehidupan sehari-hari. Namun

demikian, apabila ada orang bertanya tentang batasan apakah ”belajar” itu, kemungkinan jawaban

atas pertanyaan itu bisa berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena rumusan batasan yang

diberikan para ahli sukar untuk mencapai kesamaan yang mutlak.

Skinner (1958) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku.

Perilaku dalam belajar mempunyai arti luas, yang sifatnya bisa berwujud perilaku yang tidak

tampak (innert behavior) atau perilaku yang tampak (overt behavior). Sebagai suatu proses, dalam

kegiatan belajar dibutuhkan waktu sampai mencapai hasil belajar, dan hasil belajar itu berupa

perilaku yang lebih sempurna dibandingkan dengan perilaku sebelum melakukan kegiatan belajar.

Perubahan perilaku yang disebabkan oleh faktor kematangan bukan dinyatakan sebagai hasil

belajar. Misalnya, burung bisa terbang bila kematangannya telah tiba; anak bisa berjalan bila anak

sudah matang untuk berjalan. Namun demikian manusia harus selalu belajar. Untuk bisa berjalan,

misalnya, anak harus memiliki pertumbuhan fisik dan juga pengalaman yang diperoleh dari

pelbagai kegiatan, seperti merangkak, berdiri dan sejenisnya.

Proses belajar pada diri individu dapat terjadi dengan pelbagai cara. Kadang-kadang proses

belajar tersebut dilakukan secara sengaja, sebagaimana ketika siswa memperoleh informasi yang

disajikan oleh guru di dalam kelas, atau ketika individu membaca pelbagai istilah di dalam buku.

Kadang-kadang proses belajar itu juga dilakukan secara tidak disengaja, sebagaimana reaksi anak

ketika melihat jarum suntik. Namun demikian aktivitas belajar manusia akan berlangsung terus

menerus sepanjang waktu, setiap kali manusia berinteraksi dengan lingkungan (stimulus), dan

manusia akan mereaksinya (memberikan respons).

B. Teori Belajar Classical Conditioning

Ivan Pavlov (1849-1936) seorang psikolog Rusia, mendirikan Institute of Experimental

Medicine dan mempelajari proses pencernaan. Pavlov mempelajari bagaimana anjing

percobaannya menjadi “terkondisi” untuk berliur walau tanpa diberi makanan. Sebagai binatang

coba, anjing dioperasi kelenjar air liurnya, sehingga bila anjing mengeluarkan air liur, air liur

tersebut dapat ditampung atau diobservasi.

Menurut Pavlov, apabila anjing mengeluarkan air liur karena melihat makanan, respons ini

bersifat alamiah (alami). Disebut respons alamiah karena respons itu tidak berkondisi

(unconditioned response) dan stimulusnya juga disebut stimulus alamiah. Karya Pavlov dalam

bereksperimen tersebut menekankan pada aspek pengamatan dan pengukuran, serta penggalian

aspek-aspek belajar sehingga dapat membantu penelitian tentang belajar secara ilmiah.

C. Teori Belajar Operant Conditioning.

Burr Federic Skinner (1904-1990) memandang manusia sebagai mesin. Seperti mesin lainnya,

manusia bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responsnya terhadap stimulus yang datang

dari luar. Dalam mengkaji tentang belajar, Skinner memiliki pandangan yang berbeda dengan

Pavlov. Pavlov mempelajari tentang classical conditioning yang berkaitan dengan gerak refleks,

Page 94: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

90 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

sedangkan Skinner mempelajari gerak non refleks atau perilaku yang disengaja. Skinner

mengadakan eksperimen—dikenal dengan Skinner box—dengan menggunakan kotak yang di

dalamnya terdapat: (1) pengungkit, (2) penampung makanan, (3) lampu yang dapat dinyalakan dan

dimatikan sesuai dengan kehendak peneliti, dan (4) lantai dengan gril yang dialiri listrik.

Dalam melakukan eksperimen, Skinner menggunakan tikus lapar sebagai hewan percobaan.

Diasumsikan bahwa tikus yang sedang lapar memiliki dorongan untuk mencari makanan. Sebagai

panduan dalam pengamatan, tikus dimasukkan ke dalam kotak percobaan dan tidak diberikan

makanan. Kemudian di dalam box itu diberikan makanan yang dihubungkan dengan tuas atau

tombol alat pemberi makanan. Apabila tombol ditekan maka akan keluar makanan (penguatan

positif). Oleh karena itu setiap kali tikus menekan tombol, dia akan mendapatkan makanan. Sebagai

akibatnya, jumlah penekanan terhadap tombol semakin meningkat agar tikus selalu memperoleh

makanan. Kemudian alat pemberi makanan itu diputuskan hubungannya dan ternyata tikus tetap

memencet tombol dalam waktu yang cukup lama (tikus mengalami operant conditioning).

Penekanan terhadap tombol dilakukan secara terus menerus dan kadang-kadang diberikan

makanan.

Menurut Skinner, hadiah dapat meningkatkan probabilitas timbulnya respons. Suatu

tindakan dapat dinyatakan sebagai penguatan atau tidak adalah tergantung dari efek yang

ditimbulkan. Tekanan utama dalam teori operant conditioning adalah pada respons atau perilaku

dan konsekuensi yang menyertai. Oleh karena itu seseorang harus membuat respons sedemikian

rupa untuk memperoleh penguatan atau hadiah yang menjadi stimulus yang memperkuat

(reinforcement stimuli). Misalnya, siswa memiliki semangat dan akan belajar dengan lebih baik

apabila mengetahui akan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik ini merupakan balikan yang

menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.

D. Teori Belajar Modeling dan Observational Learning

Menurut Bandura, teori belajar operant conditioning yang dikembangkan oleh Skinner

menekankan pada efek dari konsekuensi perilaku, dan tidak memandang pentingnya modeling,

yakni meniru perilaku orang lain dan pengalaman yang dialami oleh orang lain, atau meniru

keberhasilan atau kegagalan dari orang lain. Dinyatakan pula bahwa belajar pada diri individu tidak

dibentuk oleh konsekuensi atas perilaku yang ditampilkan, tetapi belajar secara langsung dari

model. Bandura mengembangkan empat tahap melalui pengamatan atau modeling, yaitu:

perhatian, retensi, reproduksi dan motivasional.

Tahap perhatian. Dalam tahap ini individu memperhatikan model yang menarik, berhasil,

atraktif dan popular. Melalui memperhatikan model ini individu dapat meniru bagaimana cara

berpikir dan bertindak orang lain, serta penampilan model di hadapan orang lain. Guru di dalam

kelas dapat menarik perhatian siswa dengan cara menyampaikan petunjuk belajar yang jelas dan

menarik, dan memotivasi siswa untuk memperhatikan pelajaran yang hendak disajikan.

Tahap retensi. Dalam tahap ini apabila guru telah memperoleh perhatian dari siswa, guru

memodelkan perilaku yang akan ditiru oleh siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

mempraktikannya atau mengulangi model yang telah ditampilkan. Misalnya, guru olah raga setelah

menunjukkan cara memukul bola tenis dengan benar, kemudian siswa diminta mencoba menirukan

guru dalam memukul bola tennis.

Tahap reproduksi. Dalam tahap ini siswa mencoba menyesuaikan diri dengan perilaku

model. Misalnya, setelah siswa mengamati cara memukul bola tennis yang diperagakan oleh guru

Page 95: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 91

dan mempraktikannya beberapa kali, siswa kemudian diminta membuat pukulan seperti yang

dilakukan oleh gurunya.

Tahap motivasional. Dalam tahap ini, siswa akan menirukan model karena merasakan

bahwa melakukan pekerjaan yang baik akan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh

penguatan. Misalnya, siswa meniru cara bermainnya pemain tennis yang sudah populer dan

berharap menjadi pemain tennis yang populer pula. Tahap motivasional dari belajar melalui

pengamatan di dalam kelas umumnya disebabkan oleh pujian yang diberikan oleh guru karena

siswa mampu menyesuaikan diri dengan model yang disampaikan oleh guru. Siswa memperhatikan

model, mempraktikkannhya, dan mereproduksikannya karena telah mempelajari tentang apa yang

dilakukan oleh guru.

Seseorang dalam melakukan aktivitas belajar dapat dilakukan dengan cara memperhatikan

pengalaman dari orang lain (vicarious learning). Dalam kegiatan belajar ini, individu belajar dengan

cara memperhatikan orang lain yang memperoleh penguatan atau hukuman. Cara belajar seperti

ini sama pentingnya dengan kegiatan belajar melalui model atau pengamatan yang termotivasi oleh

suatu harapan bahwa meniru model secara benar akan memperoleh penguatan. Guru dalam

menyelenggarakan pembelajaran di kelas seringkali menggunakan cara belajar ini. Anak yang

mampu menjawab pertanyaan dengan benar kemudian diberikan penguatan berupa pujian,

sehingga anak yang tidak mampu menjawab pertanyaan dengan benar memiliki harapan untuk

menjawab pertanyaan lain dengan benar agar memperoleh pujian secara sama yang diperoleh

temannya.

Konsep penting lainnya dari teori belajar melalui pengamatan dan modeling adalah

pengaturan diri (self-regulation). Dalam kegiatan belajar ini individu mengamati perilakunya

sendiri, menilai perilakunya sendiri dengan standar yang dibuat sendiri, dan memperkuat atau

menghukum diri sendiri apabila berhasil ataupun gagal dalam berperilaku. Setiap orang memiliki

pengalaman seperti itu, ketika memperoleh keberhasilan atau kegagalan dalam berperilaku.

Keberhasilan dan kegagalan itu diukur dengan harapan tertentu sesuai dengan kinerja yang telah

ditetapkan. Misalnya, siswa yang memperoleh nilai baik, kemudian dia melakuan introspeksi

tentang perilaku belajar yang telah dilakukan, dan harapan untuk memperoleh nilai setelah dalam

satu semester belajar dengan sungguh-sungguh. Apabila nilai yang diperoleh itu telah memenuhi

harapan, maka dia akan merasa puas.

TEORI BELAJAR KOGNITIF

A. Pandangan tentang Belajar

Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang

beradal di luar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal

itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan

pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada

pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-

unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang

dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal

dalam berpikir, yakni proses pengolahan informasi.

Kegiatan pengolahan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu akan menentukan

perubahan perilaku seseorang. Bukan sebaliknya, jumlah informasi atau stimulus yang mengubah

perilaku. Demikian pula kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada

jenis dan cara pemberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana seseorang mampu

Page 96: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

92 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

mengolah informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk merespon stimulus yang berada

di sekelilingnya. Oleh karena itu, teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang

menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan penggunakan pengetahuan yang telah

diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif.

Teori belajar konstruktivistik menyatakan bahwa guru tidak dapat memberikan pengetahuan

kepada siswa. Sebaliknya, siswa harus mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Peran guru

adalah: (a) memperlancar proses pengkonstruksian pengetahuan dengan cara membuat informasi

secara bermakna dan relevan dengan siswa, (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan atau menerapkan gagasannya sendiri, dan (c) membimbing siswa untuk

menyadari dan secara sadar menggunakan strategi belajarnya sendiri (Slavin, 1994). Dengan

demikian fungsi utama guru adalah menyediakan tangga pemahaman yang puncaknya merupakan

bentuk pemahaman paling tinggi, dan siswa harus menaiki tangga tersebut.

Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan

(discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri seseorang. Individu

yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan memerika informasi baru untuk

dikonfirmasikan dengan prinsip (rules) yang telah dimiliki, kemudian merevisi prinsip tersebut

apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru diperoleh. Agar siswa mampu melakukan

kegiatan belajar, maka dia harus melibatkan diri secara aktif.

B. Teori Belajar Pengolahan Informasi

Berbagai informasi yang memasuki pikiran setiap orang adalah melalui alat-alat

penginderaan, seperti melihat, mendengar, atau merasakan. Setiap informasi yang masuk ke

dalam alat penginderaan itu sebagian ada yang diabaikan, dan ada yang masuk ke dalam alat

pengeinderaan tanpa disadari. Namun ada sebagian informasi yang disimpan sebentar di dalam

memori dan kemudian dilupakan. Misalnya, seseorang mampu mengingat nomor telepon

temannya yang hendak dihubungi, namun setelah menelponnya, nomor telepon yang baru diingat

itu dilupakan lagi. Demikian pula ada sebagian informasi lain yang disimpan lebih lama, boleh jadi

sampai akhir hayatnya. Misalnya, ketika anak bertengkar dengan temannya, informasi yang

diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya itu dapat berlangsung lama, dan bahkan mungkin

sampai akhir hayatnya.

C. Pandangan tentang Belajar

Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampu

menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu memecahkan masalah,

menemukan (discovery) sesuatu untuk dirinya sendiri, dan berkutat dengan pelbagai gagasan.

Guru adalah bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang

harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri. Sebaliknya, tugas utama guru

adalah: (a) memperlancar siswa dengan cara mengajarkan cara-cara membuat informasi

bermakna dan relevan dengan siswa; (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri; dan (c) menanamkan kesadaran belajar dan

menggunakan strategi belajarnya sendiri. Di samping itu guru harus mampu mendorong siswa

untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang dipelajari.

Inti sari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan

mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Teori ini memandang siswa

sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip

Page 97: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 93

yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat digunakan

lagi. Hal ini memberikan implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

D. Model-model pembelajaran

Model-model pembelajaran yang sangat berpengaruh terhadap prinsip-prinsip

konstruktivisme adalah diskaveri, penangkapan, dan belajar terbimbing (assisted learning) atau

scaffolding.

Diskaveri (discovery learning). Belajar diskaveri pertama kali dikembangkan oleh Jerome

Bruner yang menakankan bahwa pembelajaran harus mampu mendorong siswa untuk

mempelajari apa yang telah dimiliki. Siswa belajar melalui keterlibaan aktif terhadap konsep dan

prinsip-prinsip, sedangkan guru mendorong siswa agar memiliki pengalaman dan melaksanakan

eksperimen yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk dirinya sendiri.

Misalnya, siswa dalam belajar IPA diminta untuk mendorong kaleng. Melalui eksperimen seperti

ini pada akhirnya siswa dapat menemukan prinsip-prinsip dasar yang menentukan kecepatan

jalannya silinder.

Belajar dengan menggunakan pendekatan diskaveri memiliki beberapa keuntungan.

Pertama, belajar diskoveri mampu memunculkan hasrat ingin tahu siswa, dan memotivasi siswa

untuk bekerja keras sampai menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul. Kedua, melalui

belajar diskaveri, siswa belajar keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah karena

mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi.

Penangkapan (reception learning). Belajar penangkapan pertama kali dikembangkan oleh

David Ausubel sebagai jawaban atas ketidak puasan model belajar diskaveri yang dikembangkan

oleh Jerome Broner tersebut. Menurut Ausubel, siswa tidak selalu mengetahui apa yang penting

atau relevan untuk dirinya sendiri sehingga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk

melakuan kerja kognitif dalam mempalajari apa yang diajarkan di sekolah. Ausubel

menggambarkan model pembelajaran ini dengan nama belajar penangkapan. Para pakar teori

belajar penangkapan menyatakan bahwa tugas guru adalah (a) menstrukturkan situasi belajar, (b)

memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan siswa, dan (c) menyajikan materi pembelajaran

secara terorganisir yang dimulai dari gagasan umum menuju kepada gagasan rinci.

Walaupun peran guru sangat berbeda antara pendekatan belajar diskaveri dengan belajar

penangkapan, namun keduanya memiliki beberapa kesamaan. Beberapa kesamaan itu antara lain:

(a) keduanya mementingkan keterlibatan aktif siswa di dalam prose belajar; (b) keduanya

menekankan tentang cara–cara mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan

belajar baru; dan (c) keduanya menyatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya terus-menerus

berubah walaupun telah masuk di dalam pikiran seseorang.

Inti pendekatan belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori, yakni pembelajaran

sistematik yang direncanakan oleh guru mengenai informasi yang bermakna (meaningful

information).

TEORI BELAJAR NEO BEHAVIORISTIK

A. Pandangan Tentang Belajar

Penataan kondisi lingkungan yang kondusif agar anak belajar merupakan tanggung jawab

bagi seluruh anggota masyarakat. Lingkungan dimana anak-anak itu berkembang, entah sengaja

dibentuk ataupun tidak, memiliki efek sangat besar terhadap perkembangan mereka. Belajar yang

dilakukan oleh pembelajar tergantung pada peristiwa yang terjadi di lingkungan, sehingga

Page 98: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

94 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

memungkinkan untuk berinteraksi. Belajar bukan merupakan peristiwa yang terjadi secara

alamiah, namun sebaliknya belajar itu terjadi dalam kondisi yang dapat diamati. Kondisi yang

mendasari belajar itu dapat diubah dan dikendalikan. Kondisi itu juga dapat diamati dan

dideskripsikan secara objektif.

Gagne (1977: 3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan kecakapan atau

disposisi pembelajar yang berlangsung dalam periode waktu tertentu, dan yang tidak dapat

dianggap berasal dari proses pertumbuhan. Pengertian ini mengandung beberapa unsur pokok

dalam belajar, yaitu: (a) perubahan yang diakibatkan oleh belajar adalah berupa perubahan

perilaku; (b) perubahan perilaku dapat diketahui dengan cara membandingkan perilaku yang

dimiliki oleh pembelajar sebelum dan setelah berada dalam situasi belajar; (c) perubahan perilaku

dapat berupa peningkatan kecakapan kinerja tertentu, ataupun perubahan disposisi yang disebut

sikap, minat, dan nilai; (d) perubahan perilaku yang diperoleh harus dapat bertahan dalam waktu

lama; dan (e) perubahan perilaku harus dapat dibedakan dengan perubahan yang diakibatkan oleh

pertumbuhan, seperti perubahan tinggi atau berat badan, atau perkembangan otot karena akibat

dari kegiatan berolahraga.

B. Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip belajar lama yang berasal dari teori dan penelitian tentang belajar masih relevan

dengan beberapa prinsip lain yang dikembangkan oleh Gagne. Beberapa prinsip yang dimaksud

yaitu: keterdekatan (contiguity), pengulangan (repetition), dan penguatan (reinforcement). Prinsip

keterdekatan menyatakan bahwa situasi stimulus yang hendak direspon oleh pembelajar harus

disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan. Prinsip pengulangan

menyatakan bahwa situasi stimulus dan responnya perlu diulang-ulang, atau dipraktikkan, agar

belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan retensi belajar. Prinsip penguatan menyatakan bahwa

belajar sesuatu yang baru akan diperkuat apabila belajar yang lalu dikuti oleh perolehan hasil yang

menyenangkan. Dengan kata lain pembelajar akan kuat motivasinya untuk mempelajari sesuatu

yang baru apabila hasil belajar yang telah dicapai memperoleh penguatan.

Gagne di samping mengakui pentingnya ketiga prinsip tersebut, dan ketiga prinsip itu

dipandang sebagai kondisi eksternal yang mempengaruhi belajar, juga mengusulkan tiga prinsip

lain yang menjadi kondisi internal yang harus ada pada diri pembelajar. Ketiga prinsip itu harus

dimiliki oleh pembelajar sebelum melakukan kegiatan belajar baru. Ketiga prinsip itu adalah: (a)

informasi faktual (factual information); (b) kemahiran intelektual (intelectual skill); dan (c) strategi

(strategy).

TEORI BELAJAR DAN PENDIDIKAN HUMANISTIK

A. Pandangan Tentang Belajar

John Dewey adalah salah seorang pelopor pendidikan progresif yang melawan pendidikan yang

tidak relevan dengan masyarakat industri. Dia melawan orang-orang yang berpegang teguh pada

waktu, menolak gagasan psikologi modern, penggunaan latihan (drill) sebagai metode

pembelajaran, dan beberapa aspek pendidikan yang tidak memiliki nilai manfaat dan bersifat

dekoratif. Para guru humanistik merupakan penerus dari gagasan John Dewey tersebut. Mereka

percaya bahwa masyarakat perkotaan kontemporer akan menjadi masyarakat yang tidak peka

terhadap lingkungan. Oleh karena itu pendidikan yang menyajikan bahan belajar spesifik dan

diorganisir secara ketat, penggunaan metode pembelajaran yang sistematis, memotivasi siswa,

pengelolaan kelas, dan asesmen kemajuan belajar siswa yang dilakukan oleh guru (direct-

Page 99: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

BAHAN AJAR PLPG 95

instruction) sebagaimana yang telah berlangsung npada waktu itu akan mampu meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan siswa, namun tidak akan mampu menumbuh kembangkan

kepekaan anak (affective education), belajar tentang cara-cara belajar, dan meningkatkan

kreativitas dan potensi anak. Para pakar pendekatan humanistik percaya bahwa setiap individu

anak memiliki sifat-sifat kebajikan yang berasal dari dalam dan bersifat realistik. Demikian pula

anak-anak akan berkembang sepanjang mereka mampu mengembangkannya.

Hasil belajar dalam pandangan humanistik adalah kemampuan siswa mengambil tanggung

jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan

diri sendiri (self-directing) dan mandiri (independent). Di samping itu pendekatan humanistik

memandang pentingnya penekatanan pendidikan di bidang kreativitas, minat terhadap seni, dan

hasrat ingin tahu. Oleh karena itu pendekatan humanistik kurang menekankan pada kurikulum

standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikasi guru, dan kewajiban hadir di sekolah.

Dalam praktik pembelajaran, pendekatan humanistik mengkombinasikan metode

pembelajaran individual dan kelompok kecil. Namun pendekatan humanistik mempersyaratkan

perubahan status guru dari individu yang lebih mengetahui dan terampil segala sesuatu menjadi

individu yang memiliki status kesetaraan dengan siswa. Pilihan materi pembelajaran yang hendak

digunakan dalam proses pembelajaran merupakan hak siswa, dan bukan menjadi hak guru yang

akan disampaikan kepada siswa, atau perancang kurikulum. Pembelajaran merupakan wahana

bagi siswa untuk melakukan aktualisasi diri, sehingga guru harus membangun kecenderungan

tersebut dan mengorganisir kelas agar siswa melakukan kontak dengan peristiwa-peristiwa yang

bermakna. Apabila kelas itu terbangun seperti harapan tersebut, maka siswa akan memiliki

keinginan untuk belajar, ingin tumbuh, berupaya menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi

dirinya sendiri, memiliki harapan untuk menguasainya, dan ingin untuk menciptakan sesuatu.

Pendekatan humanistik selalu memelihara kebebasan siswa untuk tumbuh dan

melindungi siswa dari tekanan keluarga dan masyarakat. Demikian pula hasil belajar yang

berkaitan dengan perkembangan sosial emosional lebih penting dibandingkan dengan pasil

pendidikan yang bersifat akademik. Oleh karena itu apabila kondisi pendidikan itu dapat terjadi,

maka siswa akan menjadi pembelajaran swa arah (self-directed learners) dan proses belajar akan

menjadi sangat bermakna bagi siswa.

Penggunaan metode humanistik dalam pendidikan akan memungkinkan siswa menjadi

individu beraktualisasi diri (self-actualized persons). Kreativitas individu yang beraktualisasi diri,

telah melekat pada setiap anak, tidak memerlukan bakat dan kemampuan tertentu. Kreativitas itu

memerlukan lingkungan yang mendukung perkembangan. Rogers dan Daymond (Gage dan

Berliner, 1994) menyatakan bahwa prosedur terapeutik yang menghasilkan seseorang yang

mampu memandang diri sendiri secara berbeda, yakni menerima diri sendiri, perasaannya sendiri,

dan orang lain secara penuh. Dia menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri, percaya

diri, matang, realistik dalam mencapai tujuan, dan bersifat fleksibel. Dia menghindari perilaku

yang tidak sesuai dengan lingkungannya. Dia menjadi individu seperti yang diinginkannya. Guru

yang berhasil menciptakan suasana pendidikan seperti itu akan mampu mendorong siswa untuk

menampilkan perilaku yang memiliki karakteristik tersebut. Namun demikian hasil belajar dalam

pendekatan humanistik itu sukar dispesifikasi dalam bentuk perilaku dan sukar diukur, sebab

pendekatan humanistik kurang menekankan pengetahuan dan keterampilan, sebaliknya lebih

menekankan pada hasil belajar yang lebih bersifat personal.

Page 100: SUPLEMEN BAHAN AJAR PLPG 2017 UNIVERSITAS · PDF fileTeori Belajar, dan Kurikulum 2013 PAUD C1.3. Desain & Perencanaan Pembejaran di PAUD C1.4. ... PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN SAINS

96 Prodi Pendidikan GURU PAUD / TK

B. Prinsip-prinsip Belajar

Ada beberapa asumsi yang mendasari pendekatan humanistik dalam pendidikan.

Pertama, siswa mempelajari apa yang mereka butuhkan dan ingin diketahui. Kedua, belajar

tentang cara-cara belajar adalah lebih penting dibandingkan dengan memperoleh pengetahuan

aktual. Ketiga, evaluasi yang dilakukan oleh siswa sendiri adalah sangat bermanfaat dari

pekerjaannya. Keempat, perasaan adalah sama pentingnya dengan fakta, dan belajar merasakan

adalah sama pentingnya dengan belajar carap-cara berpikir. Kelima, belajar akan terjadi apabila

siswa tidak merasakan adanya ancaman.

C. Fungsi Guru

Peran guru dalam pendekatan humanistik adalah sebagai fasilitator belajar. Guru adalah

individu yang memiliki tugas membimbing belajar, sebagai model pemecahan masalah, sebagai

katalisator dalam memprakarsai proses belajar, sebagai pembantu dalam proses belajar, sebagai

teman siswa dalam mengkaji dan memecahkan masalah. Sementara itu tanggung jawab belajar

dan pemilihan kegiatan belajar adalah tetap pada diri siswa itu sendiri.

Ada lima peran yang haru dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran humanistik, yaitu: (a) menciptakan iklim belajar; (b) memenuhi kebutuhan belajar

siswa; (c) membantu mengungkapkan emosi siswa, dan (d) membantu belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Gagne, R.M. dan Briggs, L.J. (1979). Principles of Instructional Design. New York: Holt, Rinehart and

Winston

Gay, L.R. (1985). Educational Evaluation and Measurement: Competency for Analysis and Application.

2nd. London: Charles E. Merrill Publishing Company

Gerlach, V.S. dan Ely, D.P. (1980). Teaching and Media: A Systematic Approach. 2nd. New Jersey:

Prencice-Hall, Inc. Englewood Cliffs.

Kolb, D.A. (1984). Experiential Learning: Experience as The Source of Learning and Development. New

Jersey: Prencice-Hall, Inc. Englewood Cliffs.

Rogers, C.R. (1979). Client Centered Therapy. London: Constable and Company Limited.

Rogers, C.R. (1979). On Becoming a Person. London: Constable and Company Limited.

Rogers, C.R. (1979). Carl Rogers on Personal Power, Inner Strength and Its Revolutionary Impact.

London: Constable and Company Limited.

Romiszowski, AJ. (1981). Designing Instructional Systems. Decision Making in Course Planning and

Curriculum Design. New York: Nichols Publishing

Rose, C. dan Nicholl. M.J. (1997). Accelerated Learning for the 21st Century. The Six-Step Plan to

Unlock Yiur MASTER-mind. New York: Dell Publishing

Rose, C. (2003). K.U.A.S.A.I lebih Cepat. Buku Pintar Accelerated Learning. Terjemahan Femmy

Syahrani. Bandung: Kaifa

Slavin, R.E. (1994). Educational Psychology. Theory and Practice. Boston: Allyn and Bacon

Winkel, W.S. (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia