Upload
reno-lakeisha
View
413
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas
Citation preview
TUGAS UAS
Manajemen SDM
Penempatan Pegawai di Dinas Kesehatan Prop.Riau
DOSEN : DR. Drg. YASLIS ILYAS, MPH
OLEH :
S USI SUKARDI
1105039
PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HANGTUAH
PEKAN BARU
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia–Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah dengan judul “Penempatan Pegawai” yang
merupakan tugas Mata Kuliah Manajemen SDM.
Penulis sangat menyadari bahwa kemampuan penulis dalam menyelesaikan tugas
makalah ini sangat terbatas, sehingga makalah ini masih jauh dari taraf sempurna baik dilihat
dari segi mutu penulisan maupun dari segi pembahasannya. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan di masa
yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak
DR.Drg.Yaslis Ilyas MPH. selaku Dosen Pengajar untuk mata kuliah Manajemen SDM yang
telah banyak memberikan arahan dan bimbingan.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Pekanbaru, Desember 2012
Penulis
Susi Sukardi
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 4B. Rumusan Masalah........................................................................................ 6C. Tujuan........................................................................................................... 6
1. Tujuan Umum......................................................................................... 62.Tujuan Khusus......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penempatan Pegawai SDM ....................................................... 7B. Tujuhan dan Faktor Penempatan Pegawai sebagai SDM............................. 8C. Definisi Operasional..................................................................................... 9D. Konsep Pegawai Negeri............................................................................... 11
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAAN
A. Visi Misi Dinas Kesehatan........................................................................... 14B. Stuktur Prganisasi Dinas Kesehatan Prop.Riau............................................ 23C. Tabel 1 Jumlah Penempatan Eselon di Dinas Kesehatan Prop.Riau............ 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Solusi Masalah............................................................................................. 28B. Prestasi Kerja sbg prinsip dlm mutasi PNS.................................................. 30C. Kebijakan Instrumen.................................................................................... 31
BAB V SARAN
A. Implementasi Kebijakan Penempatan Pegawai & Mutasi .......................... 32B. Faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Penempatan............. 33C. Saran............................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya pegawai menjadi sangat urgen dan perlu dilakukan secara
terencana,terarah, dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
profesionalisme.Sasaran dari pengembangan kualitas sumber daya pegawai adalah untuk
meningkatkan kinerja yang kuat operasional pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan.Selain itu, kualitas sumber daya pegawai yang tinggi akan bermuara pada
lahirnya komitmen yang kuat dalam penyelesaian tugas-tugas rutin sesuai tanggung jawab
dan fungsinya masing-masing secara lebih efisien, efektif, dan produktif.
Dalam fungsi manajemen bahwa penempatana karyawan ( pegawai) disebut dengan staffing.
Teori manajemen Sumber Daya Manusia modern menekankan bahwa penempatan tidak
hanya berlaku bagi pegawai baru akan tetapi berlaku bagi pegawai lama yang mengalami alih
tugas dan mutasi. Hal ini sesuai dengan apa yang dinaytakan oleh Siagian bahwa konsep
penempatan mencakup promomosi, transfer, dan bahkan demosi sekalipun. Sebagaimana
halnya dengan pegawai baru, pegawai lamapun perlu direkrut secara internal, perlu diplih
dan biasanya juga menjalani program pengenalan sebelum mereka ditempatkan pada posisi
baru dan melakukan pekerjaan baru pula.
Dalam penempatan pejabat juga masih diperhatikan persyaratan kesesuaian antara
minat,bakat,pengetahuan,ketrampilan dan keahlian pegawai dengan jenis dan tingkat
pekerjaa/jabatan yang dipercayakan kepadanya. Dengan kata lain penempatan harus
berpegang kepada prinsip “ The right Man on The Right Place and The Right Man on The
Right Job: yang artinya penempatan orang-orang yang tempat dan untuk jabatan yang tepat.
Denga melakukan penempatan pejabat yang sesuai dengan prinsip tersebut di atas diharapkan
akan meningkatkan kinerja pegawai sehingga tujuan akan tecapai.
Menurut Saydom bahwa :
Penempatan pegawai merupakan mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia dalam organisasi,
agar orang yang ditempatkan itu tidak terombang ambing lagi dalam menunggu tempat dan
4
apa yang akan dikerjakan serta menempatkan orang yang tepat pada posisi dan tempat agar
organisasi dapat bertindak efisien dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang berhasil
direkrut.
Lebih lanjut Thoha menjelaskan bahwa: penempatan pegawai yang telah diterima dapat
dibedakan atas penggunaan atau pengangkatan dalam jabatan,perbantuan,dipekerjakan
kembali dan pejabat negara. Menempatkan pegawai yang tepat pada jabatan atau posisi yang
tepat ( the right man on the right place) belakangan ini banyak menjadi isu sentral dalam
manajemen sumber daya manusia.Terdapat adanya korelasi positif antara penempatan
pegawai dengan penempatan pegawai secara tepat dan benar pada dasarnya sebagai upaya
untuk memotivasi pegawai memperoleh kepuasan dalam pekerjaannya. Siswanto menyatakan
bahwa :
“Penempatan tenaga kerja adalah suatu proses pemberian tugas dan pekerjaan kepada tenaga
kerja yang lulus dalam seleksi untuk dilaksanakan secara kontiuinitas dengan wewenang dan
tanggung jawab sebesar porsi dan komposisi yang ditetapkan serta mampu mempertanggung
jawabkan segala resiko dan kemungkunan yang terjadi atas fungsi dan pekerjaan, wewenang
dan tanggung jawab tersebut.
Penempatan pegawai pada suatu jabatan tertentu merupakan promosi bagi pegawai yang
bersangkutan apabila jabatan yang dipangku saat ini memiliki grade, tanggung jawab dan
wewenang yang lebih besar dibandingkan dengan jabatan sebelumnya. Sebaliknya dapat
merupakan demosi bila jabatan yang dipangku saat ini memiliki grade, tanggung jawab dan
wewenang yang yang lebih kecil dibandingkan dengan jabatan sebelumnya.Penempatan
pegawai selain merupakan kewenangan atasan atau pipinan sepenuhnya untuk mengisi jabatan
yang kosong,melainkan juga merupakan unsur promosi atau demosi. Transfer, disaming
merupakan kewenangan pimpinan, dapat pula atas permintaan pegawai untuk diindahkan
kesuatua tempat yang lowong. Pada prinsipnya , transfer tidak mengandung unsur promosi
maupun demosi serta tidak diikuti oleh perubahan gaji dan tingkat jabatan ( grade).
Penempatan pegawai yang tepat dan benar pada dasaranya sebagai upaya untuk memotivasi
pegawai. Baik dengan uang, kebutuhan untuk berrafiliasi, kebutuhan untuk berpretasi dan
ingin memberikan sesuat yang berarti di dala pekerjaannya. Jadi jika penempatan pegawai
lainnya serta meberikan penilaian positif terhadap sistem yang diterapkan oleh instasi. Metode
5
yang terbaik untuk memotivasi pegawai adalah memberikan penekanan pada kebutuhan
sosialnya, oleh karenanya menjadi tanggung jawab pimpinan untuk menjadikan pegawai lebih
berguna dan merasa dipentingkan dalam suatu jabatan, dengan cara memberikan fasilitas yang
memuaskan kebutuhan sosialnya melalui penempatan yang tepat dan benar. Hal yang harus
menjadi perhatian Pemerintah Daerah adalah bahawa para pegawai mulai menekankan bahwa
pekerjaan perlu diintegrasikan secara efektif dengan kebutuhan manusia untuk pertumbuhan
pribadi,harapan keluarga, dan persyaratan etika masyarakat. Jadi karier merupakan
serangkaian pengalaman kerja yang sungguh-sungguh berurutan menuju ketingkat
tanggungjawab,status,kekuasaan,dan penghargaan yang lebih besar.
.
B. Rumusan Masalah
Sumber daya manusia (SDM) merupakan elemen utama dalam suatu organisasi karena
manusia yang mengendalikan perangkat-perangkat lain untuk menjalankan suatu organisasi.
Penempatan Pegawai Dinas kesehatan harus tepat sesuai dengan beban kerja yang telah
diberikan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Penempatan dan mutasi Pegawai SDM kesehatan di Dinas Kesehatan
Prop.Riau Tahun 2012
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian penempatan pegawai sebagai sumber daya manusia ?
b. Mengetahui tujuan dan manfaat penempatan pegawai sebagai sumber daya manusia
bagi organisasi dan individu?
c. Mengetahui Bagaimana proses penempatan pegawai sebagai sumber daya manusia?
d. Mengetahui Bagaimana memperdayakan kebutuhan tenaga kerja pada suatu instasi?
e. Mengetahui Apa saja kendala dan faktor yang mempengaruhi penempatan pegawai
sumber daya manusia
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penempatan Pegawai Sumber Daya Manusia
Pengertian pegawai. Dalam pengetahuan Hukum Kepegawaian ada beberapa pendapat yang perlu
dikemukakan tentang pengertian Pegawai Negeri, yang pertama menurut pendapat Kranenburg-
Vegting bahwa untuk membedakan Pegawai Negeri dengan Pegawai lainnya dilihat dari sistem
pengangkatannya untuk menjabat dalam dinas publik.
Menurut pendapat dari Kranenburg-Vegting yaitu: “Pegawai Negeri adalah pejabat yang ditunjuk,
jadi tidak termasuk yang memangku jabatan mewakili (Vertengen Woordgendefuntie) seperti
anggota parlemen seorang Menteri, seorang Presiden dan sebagainya
Pengertian Pegawai Negeri menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 43 Tahun 1999, tentang
Undang-undang Pokok Kepegawaian adalah sebagai berikut:
“Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri,
atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pegawai negeri adalah pegawai pemerintah yang
berada di luar politik, bertugas melaksanakan administrasi pemerintahan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, Aparatur atau Pegawai Pemerintah Daerah dapat didefinisikan sebagai alat
kelengkapan pemda yang bertugas melaksanakan roda pemda sehari-hari, yang berada diluar politik,
bertugas melaksanakan administrasi pemerintah di daerah dan mendapatkan imbalan (gaji)
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Setelah memahami pengertian pegawai negeri maka selanjutnya kita pahami tentang penempatan
pegawai. Dalam menghasilkan sumber daya manusia yang terampil dan andal perlu adanya suatu
perencanaan dalam menentukan pegawai yang akan mengisi pekerjaan yang ada dalam suatu
instansi pemerintahan. Keberhasilan dalam pengadaan tenaga kerja terletak pada ketepatan dalam
penempatan pegawai.
7
Proses penempatan merupakan suatu proses yang sangat menentukan dalam mendapatkan pegawai
yang kompeten yang dibutuhkan instansi, karena penempatan yang tepat dalam posisi jabatan yang
tepat akan dapat membantu dalam mencapai tujuan yang diharapakan.
Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian penempatan pegawai, antara lain sebagai
berikut:
Menurut Marihot T. E. Hariandja (2005 : 156)
Penempatan merupakan proses penugasan/ pengisian jabatan atau penugasan kembali
pegawai pada tugas/ jabatan baru atau jabatan yang berbeda.
Menurut Mathis & Jackson (2006:262)
Penempatan adalah menempatkan posisi seseeorang ke posisi pekerjaan yang tepat,
seberapa baik seorang karyawan cocok dengan pekerjaanya akan mempengaruhi jumlah
dan kualitas pekerjaan.
Menurut B. Siswanto Sastrohadiryo yang dikutp oleh Suwatno (2003:138)
Penempatan pegawai adalah untuk menempatkan pegawai sebagai unsur pelakasana
pekerjaan pada posisi yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan dan keahliaanya.
Menurut Gomes
Penempatan pegawai adalah merupakan serangkaian langkah kegiatan yang dilaksanakan
untuk memutuskan apakah tepat atau tidaknya seseorang pegawai di tempatkan pada posisi
tertentu yang ada di dalam organisasi.
Berdasarkan definisi yang yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat kami
simpulkan penempatan pegawai adalah kegiatan mengalokasikan para pegawai pada posisi
kerja tertentu yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan, dan keahliannya guna untuk
mencapai tujuan instansi tersebut.
B. Tujuan dan Faktor Penempatan pegawai sebagai Sumber Daya Manusia
1. Untuk mengetahui kebijakan Penempatan Pegawai di Dinas Kesehatan Propinsi Riau
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan penempatan
pegawai di Dinas Kesehatan Propinsi Riau.
8
C. Defenisi Operasional
1) Implementasi yang dimaksud dalam ini adalah pelaksanaan kebijakan kepegawaian yang
termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian pasal 17 ayat 2 yang berbunyi :
“Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku,agama,rasa tau golongan.”
Selain itu dalam Peraturan Pemrop Riau Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Badan
Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (BAPERJAKAT) pasal 4 yang berbunyi:
Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari Jabatan Struktural Eselon II, Eselon III dan Eselon IV.
2) Penempatan adalah pemindahan dan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam pangkat
dan jabatan-jabatan tertentu, yang didasarkan atas prinsip profesionalisme sesuai dengan
kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang telah ditetapkan untuk jabatan itu
serta syarat-syarat lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau
golongan. Sedangkan untuk lebih menjamin objektivitas dalam mempertimbangkan
pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan pangkat diadakan suatu penilaian terhadap
prestasi kerja.
3) Prinsip-Prinsip Penempatan PNS
a) Profesionalisme, menurut penulis ini amat penting karena suatu program hanya dapat
dilaksanakan dengan baik apabila pelaksananya adalah orang yang memang sudah
ahli di bidangnya masing-masing. Profesionalisme ialah sifat-sifat (kemampuan,
kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya
9
terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal dari
kata profesion yang bermakna berhubungan dengan profesion dan memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya. Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku,
kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional.
b) Kompetensi adalah karakteristik dari karyawan yang mengkontribusikan kinerja
pekerjaan yang berhasil dan pencapaian hasil organisasi. Hal ini mencakup
pengetahuan, keahlian dan kemampuan ditambah karakteristik lain seperti nilai,
motivasi, inisiatif dan control diri. Pegawai yang memiliki kompetensi akan mampu
meneylesaikan pekerjaan yang diberikan dengan hasil yang memuaskan.
c) Prestasi Kerja, yaitu penilaian hasil kerja pegawai oleh atasan atau pimpinannya
masing-masing. Biasa dikenal dengan singkatan DP-3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan). Prestasi kerja terdiri dari dua unsur yaitu Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)
dan perilaku kerja. Bobot nilai unsur SKP 60 % (enam puluh persen) dan perilaku
kerja sebesar 40 % (empat puluh persen). Lebih jauh tentang SKP, penilaiannya
meliputi aspek kuantitas, kualitas, waktu dan atau biaya. SKP nantinya wajib disusun
dan disetujui bersama antara atasan langsung dengan PNS yang bersangkutan,
ditetapkan setiap tahun pada Bulan Januari sebagai kontrak prestasi kerja, selanjutnya
pada akhir tahun SKP digunakan sebagai standar/ukuran penilaian prestasi kerja.
d) Jenjang Pangkat adalah tingkatan pangkat seorang PNS secara nasional. Pangkat
adalah kedudukan yang menunjukkan tingkatan seseorang Pegawai Negeri Sipil
berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan
sebagai dasar penggajian. Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas
10
prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap Negara, serta sebagai
dorongan kepada Pegawai Negeri Sipil untuk lebih meningkatkan prestasi kerja dan
pengabdiannya.
e) Tidak ada diskriminasi gender, suku, agama, dan ras artinya seorang Pegawai Negeri
Sipil memiliki kesamaan hak dalam hal mutasi. Diskriminasi merujuk kepada
pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu. Dengan demikian prinsip dasar
dari mutasi adalah tanpa diskriminasi artinya keadilan bagi semua PNS.
D. Konsep Pegawai Negeri
Menurut UU Nomor 43 Tahun 1999 pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya,
dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pegawai negeri terdiri dari :
1. Pegawai Negeri Sipil
2. Anggota Tentara Nasional Indonesia
3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
Pegawai Negeri Sipil terdiri dari :
a) Pegawai negeri sipil pusat yaitu yaitu pegwai negeri sipil yang gajinya dibebankan
pada anggaran pendapatan dan belanja negara dan bekerja pada departemen,
kesekretariatan lembaga tertinggi/ tinggi Negara, instansi vertikal di daerah
propinsi/kabupaten/kota, kepaniteraan pengadilan atau dipekerjakan untuk tugas
negera lainnya.
b) Pegawai negeri sipil daerah adalah pegawai negeri sipil daerah
propinsi/kabupaten/kota yang gajinya dibebankan pada anggaran pendapatan dan
11
belanja daerah dan bekerja pada pemerintah daerah, atau dipekerjakan di luar instansi
induknya.
Dalam Pasal 3 UU 43 tahun 1999 dinyatakan bahwa PNS berkedudukan sebagai unsur
aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional , jujur adil dan merata dalam penyelengaraan tugas negara , pemerintahan dan
pembangunan . Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana dimaksud , PNS harus netral
dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menjamin netralitas pegawai negeri
sebagaimana dimaksud, PNS dilarang menjadi anggota dan atau pengurus partai politik .
Menindaklanjuti kebijakan tentang netralitas pegawai negeri seperti dikemukan diatas,
pada saat ini telah dirumuskan jabaran lebih lanjut dari UU 43 tahun 1999 dengan materi
pokok sebagai berikut :
1. Pegawai negeri sipil yang akan menjadi anggota dan / atau pengurus partai politik
wajib mengajukan permohonan berhenti sebagai PNS
2. Bagi PNS yang menjadi anggota partai politik akan diberhentikan sebagai PNS
Disamping itu makna netralitas dapat dijabarkan lebih luas dalam bentuk pembinaan
jiwa koorps yaitu suatu upaya pembinaan untuk meningkatkan daya juang pengabdian,
kesetiaan, dan ketaatan PNS kepada Negara Kesatuan dan pemerintah Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 45
Makna pokok dari pembinaan koorps pegawai negeri sipil adalah :
1. Membina karakter / watak memelihara rasa persatuan dan kesatuan secara kekeluargaan
guna mewujudkan kerjasama dan semangat pengabdian kepada masayarakat serta
meningkatkan kemampuan dan keteladanan PNS
2. Mendorong etos kerja Pegawai negeri sipil untuk mewujudkan PNS yang bermutu tinggi
dan sadar akan tanggung jawab sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarkat.
12
3. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat kesadaran dan wawasan kebangsaan PNS
sehingga dapat menjada kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia .
Melalui analisis tersebut maka kebijakan dan strategi BKN dalam rangka mencapai sasaran
dan tujuan pembangunan kepegawaian, serta mendukung arah kebijakan pembangunan
bidang aparatur adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan seluruh komponen sistem manajemen kepegawaian guna mendukung
terwujudnya profesionalisme, netralitas, dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil;
2. Membangun dan menyempunakan seluruh kebijakan kepegawaian;
3. Menerapkan ISO dalam pelayanan pengadaan, kepangkatan/mutasi, pensiun, peninjauan
status, dan kedudukan kepegawaian;
4. Mengembangkan sistem informasi kepegawaian berbasis Teknologi Informasi dan
dokumentasi data kepegawaian;
5. Membangun sistem dan mengoptimalkan fungsi pengawasan dan pengendalian
kepegawaian dalam rangka menjamin terselenggaranya birokrasi yang akuntabel,
profesional dan netral;
6. Meningkatkan dayaguna seluruh komponen internal untuk mendukung pelaksanaan tugas
dan fungsi BKN Program BKN 2010-2014
Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Dalam kedudukan dan
13
tugasnya Pegawai Negei harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta
tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menjamin
netralitasnya Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
Manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna. Untuk mewujudkan
hal tersebut maka diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, bertanggung jawab,
jujur, dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan
sistem karier yang dititikberatkan pasa sistem prestasi kerja.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Visi Dan Misi Dinas Kesehatan Propinsi Riau
Paradigma baru pembangunan memandang pertumbuhan sumber daya manusia bukan
merupakan satu- satunya tujuan, akan tetapi lebih merupakan proses untuk mencapai tujuan
pembangunan daerah itu sendiri secara maksimal dengan memperhatikan potensi daerah
secara obyektif serta visi Propinsi. Visi yang dicita-citakan kedepan akan bertumpu pada
upaya meletakkan landasan pembangunan, yaitu :
Visi : Dalam rangka mewujudkan paradigma sehat serta mendukung Visi Pemerintah
Provinsi Riau tahun 2020, maka Dinas Kesehatan Provinsi Riau juga telah menetapkan Visi
”Masyarakat Riau Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat Pada Tahun 2020”. Untuk
mewujudkan visi tersebut diperlukan peran serta dari semua pihak yaitu pemerintah, swasta
dan masyarakat, karena keberhasilan pembangunan kesehatan bukan ditentukan oleh sektor
kesehatan semata tetapi didukung oleh interaksi yang dinamis dari berbagai faktor.
Wilayah Administratif Dinas Kesehatan Propinsi Riau
14
Propinsi Riau dalam hal ini Dinas Kesehatan terdiri dari 12 kabupaten yang semuanya
merupakan klasifikasi daerah Kabupaten / Kota atau sudah dalam bentuk wilayah kabupaten
Keduabelas kota/ kabupaten tersebut adalah Kota Pekanbaru,Kabupaten Kampar,kabupaten
Pelalawan,Kabupaten Indragiri Hilir,Kabupaten Indragiri Hulu,kabupaten Rokan
Hulu,KabupatenRokan Hilir, Kabupaten Bengkalis,Kabupaten Meranti ,Kota
Dumai,Kabupaten Kuantan Siningi,Kabupaten Siak
Di antara 12 kabupaten, Kabupaten Siak merupakan kabupaten yang terluas dari sebelas
wilayah Kabupaten yang ada di Propinsi Riau,
\
Badan Kepegawaian Dinas Kesehatan Propinsi Riau
1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Riau
Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok
membantu Gubernur dalam membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang kesehatan dan kepegawaian di Dinas
Kesehatan.
Fungsi dari Kepala Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Kesehatan dan kepegawaian
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang kesehatan
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan dan
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya
Tugas dari seorang Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Riau adalah sebagai berikut :
a. Merencanakan, mengorganisasika, menggerakkan dan mengendalikan serta menetapkan
kebijakan teknis di bidang Kesehatan dan kepegawaian
b. Melaksanakan pemberian dukungan atas penyelenggaraan di bidang Kesehatan.
c. Menyelenggarakan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Kesehatan
15
d. Membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan analisis kebutuhan pegawai,
rekruitmen, pengadaan dan penempatan pegawai
e. Membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan pengembangan, peningkatan
kesejahteraan, penempatan ,mutasi dan pensiun pegawai
f. Membina dan mengarahkan Kepala Sekretariat dan para Kepala Bidang dalam
melaksanakan tugasnya
g. Melakukan pembinaan terhadap kedisiplinan dan peningkatan kualitas sumber daya
pegawai dalam lingkup Dinas Kesehatan
h. Melakukan pembinaan dan pengendalian atas pengelolaan keuangan
i. Melakukan pembinaan dan pengendalian atas pengelolaan perlengkapan dan peralatan
j. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi atau unit kerja terkait
k. Menilai prestasi kerja Kepala Sekretariat dan Kepala Bidang dalam rangka pembinaan
dan pengembangan karier
l. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya
m. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekda.
2. Sekretariat
Sekretariat Badan dipimpin oleh seorang Sekretaris, mempunyai tugas pokok menyiapkan
bahan penyelenggaraan dan koordinasi pelaksanaan administrasi kepegawaian baik di daerah
serta memberikan pelayanan administrasi dan fungsional kepada semua unsur dalam lingkup
Dinas Kesehatan Propinsi Riau
Sekretariat terdiri atas :
a) Subbagian Umum dan Kepegawaian
16
b) Subbagian Perencanaan dan Pelaporan
c) Subbagian Keuangan
Tugas dari Kepala Sekretariat adalah sebagai berikut :
a) Merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan serta menetapkan
kebijakan di bidang umum, kepegawaian, keuangan dan perlengkapan
b) Menyusun rencana kegiatan tahunan sebagai pedoman pelaksanaan tugas
c) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan teknis dan administratif
kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkup Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah
d) Mengkoordinasikan pelaksanaan urusan umum
e) Mengkoordinasikan pelaksanaan urusan kepegawaian
f) Mengkoordinasikan pelaksanaan urusan keuangan
g) Mengkoordinasikan pelaksanaan urusan perlengkapan
h) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan adminstrasi umum,
kepegawaian, keuangan dan perlengkapan
i) Mengkoordinasikan penyusunan laporan pelaksanaan program kegiatan dalam lingkup
Dinas Kesehatan Propinsi Riau
j) Menilai prestasi kerja para kepala Subbagian dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier
k) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas yang diberikan
oleh pimpinan
l) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi Riau
3. Bidang Penempatan dan Mutasi Pegawai
Bidang Penempatan dan Mutasi Kepegawaian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian
Kepegawaian, mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan teknis, memberikan
dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah, membina, mengkoordinasikan dan
melaksanakan program dan kegiatan di bidang penempatan dan mutasi kepegawaian.
17
Bidang Penempatan dan Mutasi pegawai terdiri atas :
a. Sub Bidang Formasi dan Penempatan Pegawai
b. Sub Bidang Mutasi Pegawai
Tugas dari Kepala Bidang Penempatan dan Mutasi Kepegawaian adalah :
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan teknis di bidang penempatan dan mutasi
kepegawaian
b. Merencanakan dan menyusun program dan kegiatan tahunan di bidang penempatan dan
mutasi kepegawaian sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas
c. Merencanakan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang penempatan dan mutasi kepegawaian
d. Melakukan pembinaan dan melaksanakan kegiatan di bidang penempatan dan mutasi
kepegawaian
e. Melakukan koordinasi, pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan program dan
kegiatan di bidang penempatan dan mutasi kepegawaian
f. Memberikan petunjuk, mengawasi dan membimbing pelaksanaan tugas di bidang
penempatan dan mutasi kepegawaian
g. Menilai prestasi kerja para Kepala Bidang dalam rangka pembinaan dan pengembangan
karier
h. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas yang diberikan
oleh pimpinan
i. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi Riau
18
4. Bidang Kesehatan
Bidang Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, mempunyai tugas pokok
merumuskan kebijakan teknis, memberikan dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah, membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan program dan kegiatan di bidang
penyelenggaraan kesehatan.
Bidang Kesehatan terdiri atas :
a) Bidang P4L
b) Bidang Promosi Kesehatan
c) Bidang Pelayanan Kesehatan
d) Bidang SDK
Uraian tugas dari Kepala Bidang Kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan teknis di bidang Pelayanan Kesehatan
b. Merencanakan dan menyusun program dan kegiatan tahunan di bidang kesehatan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan tugas
c. Merencanakan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang Kesehatan
d. Melakukan pembinaan dan melaksanakan kegiatan di bidang Kesehatan
e. Melakukan koordinasi, pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan program dan
kegiatan di bidang Kesehatan
f. Memberikan petunjuk, mengawasi dan membimbing pelaksanaan tugas di bidang
Kesehatan
19
g. Menilai prestasi kerja para Kepala Sub Bidang dalam rangka pembinaan dan
pengembangan karier
h. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas yang diberikan
oleh pimpinan
i. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan.
5. Bidang Data dan Sistem Informasi Pegawai
Bidang Data dan Sistem Informasi Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang
Perencananaan, mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan teknis, memberikan
dukungan atas penyelenggaraan perencanaan kesehatan, membina, mengkoordinasikan dan
melaksanakan program dan kegiatan di Bidang Data dan Sistem Informasi Kepegawaian.
Bidang Data dan Sistem Informasi Pegawai terdiri atas :
a. Sub Bidang Pengolahan Data Kepegawaian
b. Sub Bidang Sistem Informasi Kepegawaian
Uraian tugas dari Kepala Bidang Data dan Sistem Informasi Pegawai adalah :
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan teknis di bidang Data dan Sistem Informasi
Kepegawaian
b. Merencanakan dan menyusun program dan kegiatan tahunan di bidang Data dan Sistem
Informasi Kepegawaian sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas
c. Merencanakan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang Data dan Sistem Informasi Kepegawaian
d. Melakukan pembinaan dan melaksanakan kegiatan di bidang Data dan Sistem Informasi
Kepegawaian
20
e. Melakukan koordinasi, pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan program dan
kegiatan di bidang Data dan Sistem Informasi Kepegawaian
f. Memberikan petunjuk, mengawasi dan membimbing pelaksanaan tugas di bidang Data
dan Sistem Informasi Kepegawaian
g. Menilai prestasi kerja para Kepala Bidang dalam rangka pembinaan dan pengembangan
karier
h. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas yang diberikan
oleh pimpinan
i. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Badan Kepegawaian
dan Diklat Daerah.
6. Bidang Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai
Bidang Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai dipimpin oleh seorang Kepala Bidang,
mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan teknis, memberikan dukungan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah, membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan
program dan kegiatan di Bidang Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai.
Bidang Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai terdiri atas :
a. Sub Bidang Pembinaan Pegawai
b. Sub Bidang Kesejahteraan Pegawai
Uraian tugas dari Kepala Bidang Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai adalah
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan teknis di bidang Pembinaan dan Kesejahteraan
Pegawai
21
b. Merencanakan dan menyusun program dan kegiatan tahunan di bidang Pembinaan dan
Kesejahteraan Pegawai sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas
c. Merencanakan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai
d. Melakukan pembinaan dan melaksanakan kegiatan di bidang Pembinaan dan
Kesejahteraan Pegawai
e. Melakukan koordinasi, pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan program dan
kegiatan di bidang Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai
f. Memberikan petunjuk, mengawasi dan membimbing pelaksanaan tugas di bidang
Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai
g. Menilai prestasi kerja para Kepala Bidang dalam rangka pembinaan dan pengembangan
karier
h. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas yang diberikan
oleh pimpinan
i. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Badan Kepegawaian
dan Diklat Daerah.
7. Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas di bidang
Kepegawaian dan Diklat sesuai bidang keahliannya. Dalam melaksanakan tugas, pimpinan
unit organisasi dan kelompok tenaga fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan
22
organisasi di lingkungan pemerintah daerah serta dengan instansi lain diluar pemerintah
daerah sesuai dengan tugas masing-masing.
B. STRUKTUR DAN ORGANISASI DINAS KESEHATAN PROPINSI RIAU
1. PENGARAH : - KEPALA DINAS KESEHATAN PROPINSI RIAU
2. KETUA/ :- SEKRETARIS
:- KEPALA BIDANG MERANGKAP ANGGOTA
3. SEKRETARIS/ :- KEPALA BIDANG PENEMPATAN DAN MUTASI
PEGAWAI BUKAN ANGGOTA
4. ANGGOTA : 1. KEPALA SUB KEPEGAWAIAN
2. KEPALA SUB PERENCANAAN
Rincian Tugas dari Kepala Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Tugas :
a) Memimpin Dinas Kesehatan Propinsi Riau
b) Memberikan hasil pertimbangan kepada Gubernur mengenai pengangkatan,
pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural dan pengangkatan
dalam pangkat Pegawai Negeri Sipil, serta penunjukan pegawai untuk mengikuti
Pendidikan dan pelatihan struktural
c) Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada sekretaris.
2. Tugas Anggota :
a) Turut serta secara aktif memberikan pertimbangan dan saran
b) Melakukan tugas lain yang ditentukan oleh Kepala Dinas Kesehatan
3. Tugas Sekretaris :
a) Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya
b) Memimpin sekretariat
23
c) Menerima tembusan surat usul tentang pengangkatan, pemindahan dan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari Jabatan Struktural dan Kenaikan
Pangkat tertentu, serta pertimbangan perpanjangan, Batas Usia Pensiun
d) Menyiapkan bahan -bahan
e) Mengundang pejabat lain yang diperlukan untuk didengar penjelasannya dalam hasil
rapat
f) Menyiapkan pertimbangan untuk disampaikan kepada pejabat yang berwenang
g) Melaksanakan tugas lain yang ditentukan oleh Kepala Dinas Kesehatan
h) Membuat berita acara rapat
4. Tugas Staf Sekretaris
a) Membantu sekretaris dalam melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan
kegiatan administrasi
b) Melaksanakan tugas-tugas teknis lainnya yang diberikan oleh sekretaris
C. Tabel. 1. Jumlah Pegawai yang Penempatan di Dinas Kesehatan Propinsi Riau
No Jenis Kelamin
Eselon Jumlah
II A II B III A III B IV A IV B1 Laki-Laki 1 4 8 46 12 712 Perempuan 1 1 3 34 4 43
Jumlah 2 5 11 80 16 114 Sumber : Data Sekunder 2012
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Implementasi Penempatan dan Mutasi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Di Dinas Kesehatan Propinsi Riau
Dalam proses pelaksanaan administratif pemerintahannya sudah beberapa kali melakukan
mutasi pegawai. Di bawah pimpinan Katijo Sempono SIP.M.Kes Dinas Kesehatan
Propinsi Riau. Ini di laksnakan karena tidak lepas dari semua stakeholder yang ada di
Dinas Kesehatan terutama pegawai Negeri Sipil sebagai ujung tombak dari pelayanan
masyarakat.
Penempatan Pegawai serta Mutasi yang dilaksanakan oleh pemerintah Propinsi Riau
minimal 2 kali setahun. Informasi ini peneliti dapatkan dari Kepala BKD Propinsi Riau, ,
mengatakan bahwa
“ Paling sedikit dalam setahun 2 kali kami melakukan sidang dan mutasi pegawai”.
Pegawai yang di tempatkan ada yang mengatakan bahwa mereka sudah puas dengan
posisi dan tempat mereka bekerja sekarang. Namun ada juga pegawai yang mengatakan
bahwa mereka tidak senang dengan posisinya saat ini. Hal ini bergantung apakah
pegawai tersebut di naikkan jabatannya ( promosi) atau justru di turunkan jabatannya
(demosi).
Salah seorang pegawai di Dinas Kesehatan mengatakan bahwa
25
“ Baru-baru ini saya di mutasi alasannya karena suami dan istri tidak boleh dalam satu kantor”. Hal yang sama juga dilontarkan oleh Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
mengatakan bahwa
“ saya sudah senang dengan posisi saya sekarang karena saya ditempatkan sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan saya, Dokter”.
Berbeda dengan Kepala Bidang P4L, yang merasa tidak sesuai dengan posisinya saat ini,
mengatakan bahwa :
“ Saya merasa tidak sesuai dengan posisi saya saat ini karena saya sudah bekerja secara profesional, jujur, disiplin, dan berkompeten. Masalah pilkada kan wajar ketika orang berbeda pilihan karena setiap warga Negara punya hak yang sama dalam menentukan pilihan dan tidak berhak di intervensi oleh orang lain”.
Sesuai dengan hasil permasalahan di lapangan bahwa rata-rata pegawai sudah bekerja
sesuai dengan latar belakang pendidikannya masing-masing. Kalaupun ada yang
ditempatkan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya itu sangat kecil
jumlahnya.
Pegawai yang di tempatkan dengan mutasi selalu dinilai secara objektif. Hal ini dikatakan
oleh Kabid Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai, mengatakan bahwa
“ orang-orang yang dimutasi dan dinaikkan jabatannya itu dinilai dari masa kerja, kompetensi, prestasi dan pangkatnya, itu yang utama “.
Pegawai Negeri Sipil memang akan melaksanakan pekerjaannya dengan baik apabila dia
merasa nyaman dengan pekerjaan yang digelutinya. Pegawai juga akan bekerja dengan
baik apabila dia betul-betul berkompeten dipekerjaan itu. Olehnya itu memang sudah
sepantasnya apabila pegawai yang ingin di tempatkan serta di mutasi dinilai berdasarkan
latar belakang pendidikan dan keahliannya. Dan untuk meningkatkan gairah kerja
Pegawai Negeri Sipil salah satu caranya adalah dengan memberikan penghargaan kepada
26
Pegawai yang berprestasi atau menunjukkan hasil kerja yang baik. Pegawai yang
berprestasi bisa diberikan penghargaan dengan cara menaikkan pangkatnya.
Dalam pergaulan sehari-hari kita sering mendengar bahwa orang yang dinaikkan
jabatannya karena pegawai itu dekat dengan pimpinannya atau karena unsur politik. Tapi
asumsi ini di bantah oleh Kepla dan Kesejahteraan Pegawai, mengatakan bahwa
“ PNS itu dilarang berpolitik karena ada aturannya, kalaupun ada PNS yang berpolitik itu adalah pelanggaran dan harus diproses. Tapi yang susah adalah barang bukti bahwa PNS itu betul-betul ikut dalam politik”. Didalam aturan kepegawaian yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai
Politik tepatnya Pasal 2 yang berbunyi sebagai berikut :
1. Pegawai Negeri Sipil dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik
2. Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik
diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Dalam teori memang sudah dijelaskan bahwa untuk mendapatkan hasil kerja yang
maksimal maka pegawai harus ditempatkan sesuai dengan latar belakang pendidikannya,
“The Right Man In The Right Place”. Di Propinsi Riau hal ini sudah di upayakan oleh
pemerintah bahkan Sekda Propinsi Riau, mengatakan bahwa
“ Kalau penempatan pegawai, saya menganggap itu sudah sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing, misalnya saja Dokter, rata-rata lulusan kedokteran, kalaupun ada yang tidak sesuai dengan bidang ilmunya tapi kami menilai dari pengalaman kerjanya”.
Bila pegawai ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan
kompetensinya maka akan timbul gairah kerja pada pegawai tersebut. Semua pekerjaan
yang dibebankan padanya dapat diselesaikan dengan baik karena punya pengalaman
sehingga semuanya terasa ringan. Sebaliknya jika seorang pegawai ditempatkan pada
27
posisi dan bidang kerja yang tidak sesuai dengan keahliannya maka pegawai tersebut
akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
Pegawai tersebut dapat merusak citra atau nama baik instansi dimana dia bekerja.
Makanya dalam proses pelaksanaan penempatan dan mutasi harus betul-betul dinilai
secara objektif sehingga pegawai yang tempatkan dan dimutasi betul-betul pantas untuk
di mutasi.
Penempatan Pegawai dan mutasi yang terjadi di Dinas Kesehatan Propinsi Riau harus
melalui pertimbangan dari Gubernur yang diberikan kuasa penuh untuk memberikan
penilaian kepada Pegawai Negeri Sipil. Tim Ini di ketuai langsung oleh Sekda Propinsi
Riau. Dan keputusan akhir tentang mutasi seorang Pegawai Negeri Sipil berada di tangan
Gubernur
A. Solusi masalah
Dapat dikatakan bahwa rendahnya kompetensi PNS setidaknya bersumber pada beberapa
persoalan mendasar. Pertama, dari sisi input penerimaan PNS yang sarat dengan suap,
kolusi, dan nepotisme, sehingga yang terseleksi menjadi PNS bukan pilihan yang terbaik dan
berkualitas, melainkan calon-calon PNS yang bisa menyuap, memiliki kedekatan hubungan
keluarga dan akses dengan para pejabat.
B. Kedua, sistem penjenjangan karier pegawai yang tidak berbasis pada kompetensi, tetapi
pada struktur kepangkatan formal. Jabatan-jabatan teknis di lingkungan birokrasi pemerintah
yang seharusnya diisi oleh pegawai yang memiliki kompetensi di bidangnya, tetapi dalam
28
kenyataannya bisa diisi pegawai dengan latar belakang umum, sepanjang kepangkatannya
memenuhi syarat.
C. Ketiga, orientasi PNS bukan lagi mengedepankan persoalan kompetensi, tetapi lebih
cenderung mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang sebanyak mungkin (jabatan
basah). Tidak peduli apakah dia memiliki kecakapan bekerja atau tidak.
D. Orientasi keinginan menjadi pejabat struktural lebih kuat dibandingkan harus mengabdikan
dirinya sebagai PNS biasa, sehingga jenjang karier PNS identik dengan menduduki jabatan
struktural. Sementara persaingan untuk menduduki jabatan ini juga tidak dilakukan secara
objektif dan berdasarkan kompetensi, karena jabatan sekarang bisa diperjualbelikan. Jabatan
menjadi lahan bagi pejabat untuk merauk keuntungan ekonomis dengan cara memperjualkan
jabatan.
E. Keempat, di era reformasi, terjadi politisisasi PNS. PNS yang seharusnya netral dan
mengedepankan pengabdiannya pada masyarakat malah cenderung terlibat dalam aksi
dukung-mendukung terhadap atasannya. Konsekuensinya, PNS dengan mudah bisa dimutasi
atasannya karena masalah loyalitas, bukan karena persoalan kompetensi.
F. Jadi, banyak hal yang menjadi persoalan penyebab rendahnya kompetensi PNS. Intinya
bukan hanya karena masalah katerbatasan skill atau kualifikasi pendidikan PNS yang tidak
mendukung, melainkan oleh faktor lingkungan dan sistem karier PNS banyak dipengaruhi
unsur subjektivitas baik yang bersifat politik, kedekatan keluarga, disorientasi PNS yang
mengarah pada persoalan-persoalan pragmatis, duplikasi pekerjaan, dan pekerjaan yang
belum berbasis fungsi kerja.
G. Tuntutan PNS agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan standar sistem prestasi kerja
adalah agenda yang mendesak dan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas,
29
profesionalitas pegawai, serta membangun citra PNS yang positif dalam melayani
masyarakat.
H. Jalan ke luar untuk membangun kompetensi PNS bukan dilakukan secara partsial, tetapi
harus dilakukan reformasi secara menyeluruh terhadap akar persoalan yang menyebabkan
rendahnya kompetensi PNS. Salah satu pilihan reformasi untuk meningkatkan kompetensi
PNS yaitu mengubah lingkungan budaya kerja PNS yang tidak produktif dan bekerja secara
rutinitas tanpa ada greget untuk berprestasi menuju budaya kerja yang kompetitif dan
produktif.
I. Oleh karena itu, dibutuhkan PNS profesional yang memiliki kompetensi dalam bekerja,
melayani masyarakat dengan baik, ramah dan memuaskan, serta bekerja dengan target
kinerja yang jelas dan terukur.
J. Perubahan kultur PNS tersebut harus menjadi agenda utama pemerintah, bukan dengan
hanya memberikan pendidikan dan pelatihan (Diklat). Tanpa ada perubahan kultur di
lingkungan birokrasi pemerintahan, hampir dapat dipastikan PNS akan masuk tradisi bekerja
apa adanya.
K. Mereka akan bekerja tanpa motivasi untuk berprestasi, sarat dengan kepentingan pejabat,
merasa nyaman walaupun tidak memiliki prestasi, tidak produktif, dan melanggengkan
kebiasaan korupsi yang sudah membudaya.
D. Prestasi Kerja Sebagai Prinsip dalam Mutasi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang di dalam melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
kesungguhan serta waktu. Prestasi kerja ini merupakan gabungan dari tiga faktor penting,
30
yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan
delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja.
Prestasi kerja adalah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dicapai seorang karyawan dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Prestasi kerja seseorang dipengaruhi oleh
kecakapan, ketrampilan, pengalaman, kesungguhan, dan lingkungan kerja itu sendiri. Dari
kedua defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja merupakan hasil kerja
yang dicapai seseorang, atas tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang dipengaruhi oleh
kecakapan, pengalaman, ketrampilan, kesungguhan dan lingkungan kerja itu sendiri.
E. Kebijakan / Instrumen
1. Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004 telah mengeluarkan Pedoman Penyusunan
Perencanaan Tenaga kesehatan di tingkat Provinsi/Kab/Kota
2. Pada UU No 43 Tahun 1999 dengan jelas tertulis bahwa untuk mewujudkan
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan diperlukan PNS yang
profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan
berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karir yang dititikberatkan pada sistem
prestasi kerja.
3. Pegawai Negeri Sipil merupakan orang terdepan dalam pelayanan kepada masyarakat.
Mereka harus betul-betul diperhatikan, salah satu bentuk perhatian pemerintah bisa
dilakukan dengan memberikan nilai tambah kepada Pegawai Negeri Sipil yang
menjalankan tugasnya dengan baik dan pegawai yang menunjukkan prestasi kerja
yang tinggi.
4. Sebagai rekomendasi, mungkin pemerintah dapat memberikan posisi yang tinggi bagi
pegawai yang menunjukkan prestasi kerja yang baik. Dengan adanya penghargaan
31
seperti itu, juga akan meningkatkan motivasi kerja pegawai. Namun yang harus
diperhatikan adalah indikator-indikator penilaian bagi pegawai yang dianggap
berprestasi. Semua itu harus jelas dan disosialisasikan kepada para pegawai.
5. Pemerintah harus memperhatikan kesejahteraan para Pegawai Negeri Sipil. Jika
kesejahteraan pegawai diperhatikan ada kemungkinan pegawai akan bekerja lebih
baik lagi dan budaya korupsi yang sering disiarkan di televisi sudah dapat di hindari.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Implementasi Kebijakan Penempatan Pegawai dan Mutasi di Dinas Kesehatan
Propinsi Riau
Proses Penempatan Pegawai dan mutasi yang dilakukan di Dinas Kesehatan Propinsi Riau sudah
memperhatikan aturan-aturan yang berlaku. Seorang Pegawai Negeri Sipil di mutasi bila sudah
memenuhi syarat-syarat yang di atur dalam undang-undang kepegawaian. Seorang Pegawai yang
dimutasi dinilai dari kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat seorang PNS. Mutasi
dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali setahun. Proses mutasi ini berlaku bagi semua Pegawai
Negeri Sipil tanpa ada diskriminasi, baik itu dari segi suku,agama, umur dan jenis kelamin.
Selama Pegawai Negeri Sipil memenuhi syarat untuk dimutasi dan disetujui oleh Gubernur maka
Pegawai tersebut akan di tempatkan dan di mutasi. Penempatan pegwai dan mutasi yang
dilakukan oleh Pemerintah Propinsi Riau bisa karena promosi, demosi ataupun penyegaran.
32
Pelaksanaan Peraturan sudah berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini di buktikan dengan adanya
struktur organisasi yang terbentuk dan pembagian tugas yang jelas antara stakeholder.
Salah satu item tugas dari Dinas Kesehatan dalam hal ini sub bagian kepegawaian adalah
pelaksanaan penempatan dan mutasi pegawai. Ini membuktikan bahwa pelaksanaan penempatan
dan mutasi sudah berjalan sesuai peraturan yang ada. Kalaupun ada pegawai yang kurang puas
terhhadap penempatannya itu sangat kecil jumlahnya.
B. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Penempatan Mutasi di
Dinas Kesehatan Propinsi Riau
1. Faktor Internal
a. Sumber daya yang ada dalam Dinas Kesehatan sudah profesional dan di anggap mampu
di bidangnya masing-masing sehingga menjadikan lebih solid dan mampu menghasilkan
rekomendasi yang secara objektif untuk diserahkan kepada Gubernur .Pimpinan
merupakan orang yang paling menentukan sebuah keputusan. Demikian halnya dengan
hasil rekomendasi , semuanya di tentukan oleh Gubernur, mau ditolak, diterima ataupun
diubah. Dalam hal ini struktur birokrasi mempengaruhi keputusan Gubernur.
b. Komunikasi yang terjadi dalam Pengambilan keputusan sudah berjalan sebagaimana
mestinya. Dengan demikian hasil rekomendasi Badan kepegawaian ( BKD) sudah sesuai
aturan dan dianggap objektif dan merepresentasikan aturan yang berlaku.
c. Sarana dan prasaran yang disediakan oleh pemerintah Propinsi Riau sudah cukup lengkap
mulai dari gedung, listrik, proyektor dan lain-lain. Sarana dan Prasarana ini mendukung
melaksanakan tugas dan fungsinya
33
2. Faktor Eksternal
a. Keputusan akhir dari proses penempatan dan mutasi seorang Pegawai Negeri Sipil adalah
berada di tangan Gubernur yang kita ketahui bahwa di pilih langsung oleh pemilihnya.
Jabatan sebagai seorang Gubernur adalah jabatan politis tentunya setiap kebijakan yang
diambil oleh Gubernur pastinya mempertimbangkan aspek politisnya. Dengan kata lain
bahwa mutasi seorang Pegawai Negeri Sipil akan sangat dipengaruhi oleh aspek politis
karena Gubernur punya hak prerogatif.
b. Sebagai makhluk sosial seorang Gubernur tentunya tidak lepas dari pergaulan dengan
lingkungan disekitarnya. Lingkungan pergaulan Gubernur biasanya lebih kepada orang-
orang yang memiliki strata sosial yang tinggi. Makanya tidak menutup kemungkinan
kebijakan mutasi yang diambil oleh Gubernur di pengaruhi oleh orang-orang disekitar
Gubernur yang memiliki strata sosial tinggi dengan alasan bahwa Gubernur butuh
dukungan dari elit-elit daerah.
C. Saran
a. Sebaiknya komunikasi yang intens perlu dilakukan oleh Dinas Kesehatan dengan
Gubernur. Agar dapat mempertemukan waktu agar bisa berjalan lancar.
b. Komunikasi yang baik juga perlu di bangun antara Gubernur dan Kepala Dinas
Kesehatan karena penempatan dan mutasi seorang PNS juga perlu memperhatikan
saran dan usul harus betul-betul memperhatikan latar belakang pegawai negeri sipil
(PNS) ketika ingin menempatkan seorang PNS di sebuah kantor.
34
c. Gubernur perlu kiranya mengurangi perjalanan Dinas Luar agar kondisi di daerah
sendiri bisa lebih di perhatikan
d. Sebaiknya pembinaan kepegawaian diserahkan sepenuhnya kepada Dinas Kesehatan
karena bukan jabatan politis. Bila pembinaan pegawai ( mutasi) berakhir pada
keputusan Gubernur jelas ada unsur politiknya karena Gubernur adalah jabatan
politis.
e. Bagi semua pegawai negeri sipil (PNS) harus bekerja secara maksimal agar
memperoleh jabatan yang lebih baik sekaligus masyarakat merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustino,Leo, 2008, Dasar-dasar kebijakan Publik, cet.ke-2, alfabeta,Bandung.
Ahmad.A.K, 2006, Kamus lengkap bahasa Indonesia, Reality pulisher
Ali, Faried, 2010, Studi Tentang Kebijakan Pemerintahan, Pribadi Press, Makassar
Amirin, Tatang M, 1986, Menyusun Rencana Penelitian, cet.ke-1, Rajawali, Jakarta.
Dwijowijoto, R. N, 2003, Kebijakan publik formulasi, implementasi dan evaluasi , PT.elex
media komputindo, Jakarta.
Fakrullah, Zudan Arif, SH.MH,DR, 2004, Kebijakan Desentralisasi di Persimpangan, CV
Cipruy, Jakarta Timur.
Husaini Usman dan Purnomo. 2009, Metodologi Penelitian Sosial, cet.ke-2, Bumi
Aksara,Jakarta
Islamy, Irfan, 2004, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, cet.ke-13, Bumi Aksara,
Jakarta
Longman, 1987. Dictionary of Contemporary English. New Edition. England: Longman Group
UK Limited.
Nugroho, D Riant, 2006, Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
35
Prakoso, Djoko. 1986. Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil Di Indonesia, Cet ke-1, Sinar
Grafika, Jakarta
Parsons, Wayne, 2006, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Cet. ke-
2, Kencana, Jakarta
Situmorang, Victor, 1994. Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil, Cet. Ke-2, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Soekarno, S.D. 2005, Publik policy: pengertian pokok untuk memahami
36
37