11
1.1 Definisi a. Farmakope Indonesia IV: Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. (FI Ed. IV, 1995, hlm 18) Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral. b. Farmakope Indonesia III: Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (FI Ed. III, 1979, hlm 32) c. USP XXVII, 2004, hal 2587 Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan partikel- partikel padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel- partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit. Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro untuk pemakaian di luar telinga.

Suspen Si

Embed Size (px)

DESCRIPTION

;iquid

Citation preview

Page 1: Suspen Si

 1.1      Definisi

a. Farmakope Indonesia IV:Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang

terdispersi dalam fase cair. (FI Ed. IV, 1995, hlm 18)

Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam

pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk

penggunaan oral.

 

b. Farmakope Indonesia III:

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus

dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (FI Ed. III, 1979, hlm 32)

 

c. USP XXVII, 2004, hal 2587

Suspensi oral  : sediaan cair  yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi

dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan

untuk pemberian oral.

Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang

terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada

kulit.

Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro untuk

pemakaian di  luar telinga.

 

d. Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal 333Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan

terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat

dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan

Page 2: Suspen Si

terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. 

Yang pertamaberupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk

suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.

 

I. 2 Keuntungan dan Kekurangan Sediaan  (RPS, 1538-1539)

Keuntungan :

1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul,

terutama anak-anak.

2. Homogenitas tinggi

3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas

permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).

4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)

5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.

6. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi, dll)

7. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga

homogenitasnya turun.

8. Aliran menyebabkan sukar dituang

9. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan

10. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan

sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi

fluktuasi / perubahan temperatur.

11. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk

memperoleh dosis yang diinginkan.

Kekurangan :

 

I. 3  Macam-macam Suspensi 

a. Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995)

1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang

terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang

sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.

Page 3: Suspen Si

2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat

yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk

penggunaan kulit.

3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel

halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-

partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian

pada mata.

Syarat suspensi optalmik :

–     Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak

menimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea.

–     Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras

atau penggumpalan.

 

b. Berdasarkan Istilah

1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang

ditujukan untuk pemakaian oral.  (contoh : Susu Magnesia)

2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika

zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi

kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi

tiksotropik (contoh : Magma Bentonit).

3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian

pada kulit (contoh : Lotio Kalamin)

 

c. Berdasarkan Sifat 

1. Suspensi Deflokulasi

1. Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri  dan apabila

kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap

unit, maka kecepatannya akan lambat.

Page 4: Suspen Si

2. Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-

masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu

mengendap.

3. Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan

kecepatan sedimentasi partikel yang halus sangat lambat.

4. Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang

relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan

sedimentasinya yang lambat.

5. Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali

diredispersi karena terbentuk masa yang kompak.

6. f.   Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah

sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap

homogen pada waktu paronya.

2.  Suspensi Flokulasi

1. Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat

mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena

setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga

ukurang agregat relatif besar.

2. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang

disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap

dengan ukuran yang bermacam-macam.

3. Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap

besar dan mudah diredispersi.

4. Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena

kecepatan sedimentasinya tinggi.

5. Flokulasi dapat dikendalikan dengan :

1.             i.    Kombinasi ukuran partikel

2.           ii.    Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.

3.         iii.    Penambahan polimer dapat mempengaruhi hubungan

struktur partikel dalam suspensi.

 

I. 4 Syarat Suspensi

a. Menurut FI IV,  1995

Page 5: Suspen Si

 1.    Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal

1. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu

harus mengandung zat antimikroba.

2. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan

3. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.

 

b. Menurut  FI III, 1979:

1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap

2. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali

3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas

suspensi

4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah

dikocok dan dituang.

5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran

partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada

penyimpanan.(Ansel, 356)

 

c. Menurur Fornas Edisi 2, 1978

Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan

jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk

suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis

ganda

 

I. 5  Penggunaan Suspensi dalam Farmasi

1. Beberapa orang terutama anak-anak sukar menelan obat yang

berbentuk tablet / zat padat.  Oleh karena itu diusahakan dalam

bentuk larutan.  Kalau zat berkhasiat tidak larut dalam air, maka

bentuk suspensi-dimana zat aktif tidak larut-terdispersi dalam

medium cair merupakan suatu alternatif.

2. Mengurangi proses penguraian zat aktif didalam air.  Untuk zat yang

sangat mudah terurai dalam air, dibuat bentuk yang tidak larut. 

Page 6: Suspen Si

Dengan demikian, penguraian dapat dicegah.  Contoh  :  untuk

menstabilkan Oxytetrasiklin HCldi dalam sediaan cair, dipakai

dipakai garam Ca karena sifat Oxytetrasiklin yang mudah sekali

terhidrolisis di dalam air.

3. Kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat

dengan mengencerkan zat padat medium dispersi pada saat akan

digunakan.  Contoh : Ampisilin dikemas dalam bentuk granul,

kemudian pada saat akan dipakai disuspensikan dahulu dalam

medim pendispersi.  Dengan demikian  maka stabilitas ampisilin

untuk 7 hari pada temperatur kamar masih dapat dipenuhi.

4. Apabila zat aktif sangat tidak stabil dalam air, maka digunakan

medium non-air sebagai medium pendispersi.  Contoh  :  Injeksi

Penisilin dalam minyak dan Phenoxy penisilin dalam minyak kelapa

untuk oral.

5. Sediaan suspensi yang terdiri dari partikel halus yang terdispersi

dapat menaikkan luas permukaan di dalam saluran pencernaan,

sehingga dapat mengabsorpsi toksin-toksin atau menetralkan asam

yang diproduksi oleh lambung.  Contoh Kaolin, Mg-Karbonat, Mg-

Trisilikat. (antasida/Clays)

6. Sifat adsorpsi daripada serbuk halus yang terdispersi dapat

digunakan untuk sediaan yang berbentuk inhalasi.  Zat yang mudah

menguap seperti mentol, Ol. Eucaliptus, ditahan dengan

menambah Mg-Karbonat yang dapat mengadsorpsi tersebut.

7. Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak atau pahit

dengan lebih baik dibandingkan dalam bentuk larutan.  Untuk

suspensi Kloramfenikol dipakai Kloramfenikol Palmitas yang

rasanya tidak pahit.

8. Suspensi BaSO4 untuk kontras dalam pemeriksaan X-Ray.

9. Suspensi untuk sediaan bentuk aerosol.

 

I.6         Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice,

479-491)

1. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)

Page 7: Suspen Si

Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan

supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :

1. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil,

dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa.  BJ medium meningkat.

2. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender /

koloid mill

3. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.

4. Pembasahan serbuk

Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan,

misal : span dan tween.

1. Floatasi (terapung), disebabkan oleh :

1. Perbedaan densitas

2. Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada

permukaan

3. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat.  Hal ini dapat

diatasi dengan penambahan humektan.

Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat.  Mekanisme

humektan :  mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat

mudah terbasahi.  Contoh : gliserin, propilenglikol.

1. Pertumbuhan kristal

Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh.  Bila terjadi

perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal.  Ini dapat dihalangi dengan

penambahan surfaktan.

Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi (Disperse system, Vol. I,

158)

1. gunakan partikel dengan range ukuran yang sempit

2. pilih bentuk kristal obat yang stabil

3. cegah penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk

pengecilan ukuran partikel

4. gunkan pembasah

Page 8: Suspen Si

5. gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain-lain

yang akan membentuk lapisan pelindung pada partikel

6. viskositas ditingkatkan

7. cegah perubahan suhu yang ekstrim

Hal-hal yang memicu terbentuknya kristal ::

1. keadaan super jenuh

2. pendinginan yang ekstrim dan pengadukan yang cepat

3. sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam

ukuran dan bentuk yang bervariasi

4. keberadaan cosolutes, cosolvent, dan absorbent

5. kondisi saat proses pembuatan.

6. Pengaruh gula (sukrosa)

1. Suspending agent dengan larutan gula : viskositas akan naik

2. Adanya batas konsentrasi gula dalam campuran dengan

suspending agent.

3.  Konsentrasi gula yang besar juga dapat menyebabkan

kristalisasi yang cepat

4. Gula cair 25 % mudah ditumbuhi bakteri, perlu pengawet. (tidak

lebih dari 30 %; hati-hati cap locking)

5. Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi

6. Metode dispersi : Deflokulasi dan Flokulasi

7. Pengaruh alat-alat pendispersi, menyebabkan :

Variasi pada ukuran partikel berhubungan dengan RPM Shearing Force

Variasi pada sifat-sifat suspensi

Variasi pada viskositas pembawa, berhubungan dengan hidratasi suspending agent.

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Suspending merupakan bahan tambahan yang penting dalam pembuatan suspensi. Suspending agent digunakan untuk

meningkatkan viskositas, mencegah penurunan partikel dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak. Pemilihan

suspensing agent harus tepat, tunggal atau kombinasi dan pada konsentrasi yang tepat pula. Meskipun secara kimia sesuai,

tidak menutup kemungkinan suspensing agent dan obat dapat berinteraksi.

Suspending bekerja dengan meningkatkan kekentalan. Sehingga sebaiknya penambahan suspending agent perlu diatur.

Kekentalan yang berlebih menyebabkan suspensi sulit terkonstitusi dengan pengocokan, dan sulitnya untuk dituang. Suspensi

yang baik memiliki viskositas yang sedang serta tidak mengandung bahan bergumpal.

Page 9: Suspen Si

Suspending agent dibagi dalam beberapa kelas yaitu drivat selulosa, polisakarida, tanah liat (clay). Tidak semua suspensind

agent cocok digunakan, tidak semua suspending agent diberikan tunggal adapula yang harus diberikan dalam kombinasi.

Faktor pemilihan suspending agent

1. Bentuk sediaan. Oral atau topikal

2. Komposisi kimia

3. Stabilitas pembawa dan shelf life

4. Produk, sumber, inkompatibilitas dari suspending agent

Macam suspending agent

Golongan polisakarida

1. Gom Akasia = Gom Arab

Bahan alam yang diperoleh dari eksudat getah tanaman akasia. Karena sifatnya mudah terkontaminasi sehingga perlu

sterilisasi dalam pembuatannya. Akasia merupakan bahan pensuspensi yang mengandung enzi pengoksidasi sehingga kurang

cocok jika digunakan untuk zat lain yang mudah teroksidasi.

Biasanya digunakan dalam bentuk mucilago 35%. Memiliki pH 5-9. Mudah larut dalam 2,7 bagian air menhasilkan larutan

kental dan tembus cahaya, larut dalam 20 bagian propilenglikol dan 20 bagian gliserin.

2. Tragakan

Merupakan ekstrak kering dari tanaman semak Astragalus. Tragacant dapat menghasilkan tiksotropi dan pseudoplastik sebagai

thickening agent yang lebih baik dari golongan akasia dan dapat digunakan untuk sediaan oral. Secara umum penggunaannya

lebih sulit dari akasia. Digunakan dalam bentuk mucilago konsentrasi 6%.

Stabil pada pH 4 - 7.5 dan perlu hidrasi sempurna selama beberapa hari setelah didispersikan dalam air.

3. Alginat

Alginat cocok digunakan untuk penggunaan internal. Kegunaan utama adalah sebagai zat pengental. Merupakan polimer dari

d-mannuronic acid yang lebih mirip tragacant dibandingkan akasia. Alginat biasanya digunakan dalam bentuk mucilago 3-6%,

tidak boleh dipanaskan diatas suhu 60 C karenaakan mengalami depolimerisasi sehingga mengakibatkan penurunan viskositas.

Na alginta larut dalam 20 bagian air. Praktis tidak larut dalam alkohol, kloroform, eter dan larutan dengan kadar alkohol lebih

dari 30%. Tidak larut dalam larutan asam dengan pH kurang dari 4. Viskositas maksimum dicapai pada pH 5 - 9.

Na alginat memiliki berbagai kekuatan viskositas ketika dilarutkan dalam air. Pada suhu 20 C dengan konsentrasi alginta 1%

memiliki viskositas 200-400 cps. Viskositas maksimum dicapai pada pH 7. Viskositas dapat meningkat dengan penambahan

0.3% Ca Sitrat. Tetapi pada penambahan yang berlebih dapat meningkatkan penggaraman pada alginat. Penggaraman juga

terjadi dengan penambahan NaCl dengan konsentrasi lebih dari 4%.

Golongan polisakarida lainnya adalah Starch (Amilum), Chondrus, Xanthan Gum, Guar Gum.

Golongan Selulosa

1. Metilselulosa

Merupakan polimer selulosa dengan rantai panjang kira-kira memiliki 2 gugus hidroksi pada setiap unit heksosa yang

termetilisasi. Dalam pasaran memiliki variasi bahan yang berbeda pada substitusi dan rantai selulosanya. Metilselulosa

merupakan semisintesis polisakarida yang mudah larut dalam air dingin dibandingkan air panas.

Ada 4 tipe metil selulosa yang umum yaitu MC 20 BPC, 2500 BPC, 425 BPC dan 4500 BPC. Nomor tersebut menunjukkan

perkiraan kekentalan dalam senti stokes tiap 2% mucilago. Dipasaran dikenal dengan nama metosel. Ada 2 jenis metosel yaitu

MC dan HG.

Metilselulosa larut dalam air dingin tetapi tidak larut dalam air panas, tidak larut eter, alkohol, kloroform.

Metilselulosa digunakan dalam farmaterapi sebagai pensuspensi, pembasah dan emulgator, sedangkan sebagai terapeutik

dapat digunakan sebagai laksatif.

2. Hidroksietilselulosa

Disukai karena dapat larut dalam air dingin maupun air panas,dan tidak akan menjadi gel pada pemanasan. Memiliki aktivitas

permukaan rendah, berinteraksi netrak serta menunjukkan koagulasi bolak-balik.

3. Natrium karboksimetilselulosa (Na CMC)

Page 10: Suspen Si

Larut dalam air dingin dan panas pada perendaman, akan menghasilkan larutan jernih. Lebih sensitif terhadap pH

dibandingkan metilselulosa. Digunakan pada konsentrasi 0.5 - 1%. Viskositas Na CMC menurun drastis pada pH <5 atau >10.

Na CMC digunakan sebagai suspending agent dalam sediaan cari baik parenteral, oral maupun eksternal. Dapat digunakan

sebagai penstabil emulsi dan melarutkan endapan dari resin-resin tincture.

Golongan selulosa lainnya Avicel

Golongan Clay (Tanah liat)

1. Bentonit

Sumber dari alam. Praktis tidak larut dalam air atau larutan dalam air, tetapi mengembang menjadi massa yang homogen.

Penggunaan untuk sediaan topikal 2-3%, contoh calamin lotion.

Bentonit akan menyerap air membentuk gel sesuai konsentrasinya. Bentuk gel cocok untuk suspending agent. Penggunaan ini

mempunyai pH 9. Bentuk gel akan berkurang dengan adanya asam dan akan meningkat dengan adanya basa. Bentonit juga

dapat digunakan untuk penjernihan air keruh. Konsentrasi bentonit 2% sudah cukup. Sebagai basis yang lain 10-20% bentonit

dan 10% gliserin.

2. Veegum

Merupakan gabungan dari magnesium dan alumunium silikat. Digunakan untuk sediaan topikal dengan konsentrasi kurang

lebih 5%. Dan sebagai pengental 0.25-2%.  Stabil pada pH 3.5-11 dengan menghasilkan aliran tiksotropik.

Golongan tanah liat lainnya Hectorit.

Semoga bermanfaat, Terima kasih

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

sumur gali:

- Lieberman, 1996, Pharmaceutical Dosage Form, Disperse  Systems Vol 2, New York

- Ansel, C., H., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed IV, UI Press, Jakarta

- Aulton, M., E., 2003, Pharmaceutical The Science of Dosage Form Design, Second Ed, ELBS Fonded by British Goverment

- Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed V, UGM, Yogyakarta