67
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung masih sangat rendah. Padahal kenyataannya, sakit maag atau istilah ilmiah dikenal dengan dispepsia ini sangat menganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi remaja maupun orang dewasa. Umumnya, penduduk kota besar yang padat dengan kesibukan kurang menjaga pola makannya secara teratur. Sakit maag fungsional adalah sakit maag yang bukan disebabkan oleh gangguan pada organ lambung melainkan lebih sering dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai, juga faktor psikis dan kecemasan. Bahkan jika ditelaah lebih jauh, penyakit maag bisa berakibat fatal bagi kesehatan. Maag ditandai dengan nyeri hebat di lambung dikarenakan asam lambung yang meningkat. Biasanya penderita akan kesulitan mencerna makanan, saat makan perut mereka akan terasa sangat sakit, begitu pun saat tidak makan. Aluminium hidroksida adalah zat aktif yang sering di gunakan untuk mengatasi gejala akibat asam lambung yang berlebih. Aluminium hidroksida tidak bekerja menghambat

Suspen Si

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yujikloip

Citation preview

Page 1: Suspen Si

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya menjaga

kesehatan lambung masih sangat rendah. Padahal kenyataannya, sakit maag atau

istilah ilmiah dikenal dengan dispepsia ini sangat menganggu aktivitas sehari-hari,

baik bagi remaja maupun orang dewasa. Umumnya, penduduk kota besar yang padat

dengan kesibukan kurang menjaga pola makannya secara teratur.

Sakit maag fungsional adalah sakit maag yang bukan disebabkan oleh gangguan

pada organ lambung melainkan lebih sering dipicu oleh pola makan yang kurang

sesuai, juga faktor psikis dan kecemasan. Bahkan jika ditelaah lebih jauh, penyakit

maag bisa berakibat fatal bagi kesehatan. Maag ditandai dengan nyeri hebat di

lambung dikarenakan asam lambung yang meningkat. Biasanya penderita akan

kesulitan mencerna makanan, saat makan perut mereka akan terasa sangat sakit,

begitu pun saat tidak makan.

Aluminium hidroksida adalah zat aktif yang sering di gunakan untuk mengatasi

gejala akibat asam lambung yang berlebih. Aluminium hidroksida tidak bekerja

menghambat produksi asam lambung, tetapi dengan menetralisir asam lambung yang

ada dengan demikian, obat melindungi dinding lambung dari peradagangan akibat

asam yang berlebih. Selain itu, aluminium hidroksida juga biasa dikombinasikan

dengan magnesium hidroksida untuk memberikan efek terapi yang lebih cepat yaitu

menurunkan asam lambung.

Orang yang menderita sakit maag membutuhkan obat yang cepat, tepat dan

efektif penggunaan obat dalam bentuk sediaan tablet kunyah dirasa kurang efektif

karena proses penetralisir asam lambung yang lama selain itu di khawatirkan zat aktif

yang terkandung dalam tablet kunyah akan mengalami pengurangan di saat pasien

Page 2: Suspen Si

mengkonsumsi obat tersebut oleh karena itu, penggunaan obat dalam bentuk suspensi

adalah pilihan yang sangat tepat karena suspensi bekerja cepat menetralkan asam

lambung dan zat aktif yang terkandung dalam suspensi tidak akan berkurang karena

semuanya masuk kedalam tubuh dan langsung menuju lambung.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan portopolio adalah mampu membuat sediaan

suspensi dengan baik dan benar sehingga mampu diaplikasikan dengan baik saat

melakukan praktikum.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari pembuatan portipolio ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui proses dan mampu melakukan pembuatan formulasi sediaan

suspensi oral dengan zat aktif aluminium hidroksida dan magnesium

hidroksida untuk mengatasi penyakit maag.

b. Mengetahui proses dan mampu melakukan pembuatan praformulasi

sediaan suspensi oral dengan zat aktif aluminium hidroksida dan

magnesium hidroksida untuk mengatasi penyakit maag.

c. Mengetahui dan mampu melakukan evaluasi sediaan suspensi oral dengan

zat aktif aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.

1.3 Manfaat

Manfaat dari pembuatan portopolio ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat bagi Masyarakat

Manfaat untuk masyarakat adalah masyarakat memiliki alternatif pilihan obat

dalam bentuk suspensi terutama untuk mengobati penyakit maag.

Page 3: Suspen Si

b. Manfaat bagi Mahasiswa

Manfaat untuk mahasiswa adalah menambah kompetensi mahasiswa dalam

pembuatan sediaan suspensi.

c. Manfaat bagi Institusi

Manfaat bagi institusi adalah institusi semakin dikenal oleh masyarakat

karena memiliki mahasiswa yang berkompeten pada bidangnya.

d. Manfaat bagi industri adalah industri dapat mengembangkan dan memroduksi

sediaan suspensi untuk sakit maag.

Page 4: Suspen Si

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penyakit Maag

2.1.1 Definisi Penyakit Maag

Gastritis atau secara umum dikenal dengan istilah sakit “maag” ialah

peradangan pada dinding lambung terutama pada selaput lendir lambung. Maag

merupakan gangguan yang paling sering ditemui diklinik karena diagnosisnya hanya

berdasarkan gejala klinis. Penyakit ini sering dijumpai timbul secara mendadak

biasanya ditandai dengan rasa mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah, nafsu

makan menurun atau sakit kepala.

Gastritis berarti peradangan mukosa lambung, peradangan dari gastritis dapat

superficial atau dapat menembus kedalam mukosa lambung, dan pada kasus-kasus

yang berlangsung lama menyebabkan atropi mukosa lambung yang hampir lengkap.

Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi sangat akut dan berat, dengan ekskoriasi

ulserativa mukosa lambung oleh sekresi peptik lambung sendiri (Guyton, 2001).

Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan

pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas, distribusi anatomi, dan

kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat

dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat, bahwa walaupun dilakukan

pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan.

Gastritis kronik bukan merupakan kelanjutan gastritis akut (Suyono, 2001).

2.1.2 Penyebab Penyakit Maag

Penyebab penyakit maag dapat di karenakan oleh bakteri Helokobacter dan

rangsangan kelebihan asam lambung. Adapun kelebihan asam lambung dapat di

sebabkan oleh kecemasan, emosi atau stres serta makanan atau minuman yang

Page 5: Suspen Si

merangsang produksi peningkatan asam lambung. Sakit yang seperti ini harus segera

di tangani agar asam lambung tidak semakin tinggi dan semakin melukai dinding

lambung. Biasanya obat untuk sakit maag diminum sebelum makan agar asam

lambung lebih terkontrol sehingga tidak mengganggu proses pencernaan makanan

dalam tubuh.

Penyakit maag bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu sakit maag fungsional dan

sakit maag organik. Sakit maag fungsional adalah sakit maag yang jika dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut tidak didapati kelainan secara anatomis. Sedangkan sakit

maag organik adalah sakit maag yang jika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut akan

didapatkan kelainan secara anatomi, misalnya luka pada lambung atau kanker pada

lambung.

2.1.3 Gejala Penyakit Maag

Gejala penyakit maag yang terjadi pada setiap orang bervariasi, tergantung

pada berbagai faktor seperti pada lokasi ulkus, penyebab dan kondisi kesehatan

pasien. Secara umum, gejala penyakit maag adalah sebagai berikut:

a. Nyeri perut

Nyeri perut adalah gejala paling umum dari penyakit maag yang sering

digambarkan seperti diperas dan terbakar. Nyeri tersebut disebut dengan

istilah nyeri epigastrium episodik, yang dapat terjadi pada setiap lokasi antara

pusar dan bagian bawah tulang dada. Pada beberapa orang, rasa sakit ini dapat

berlangsung selama beberapa jam, sedangkanyang lain mungkin mengalami

hal itu untuk bebrapa menit saja. Rasa sakit mungkin memburuk pada malam

hari.

Page 6: Suspen Si

b. Perut kembung

Perut kembung adalah salah satu gejala penyakit maag yang paling sering

muncul. Perut kembung ini disebabkan oleh lambung yang didalamnya

terdapat banyak gas.

c. Mual dan muntah

Gejala selanjutnya yang sering terjadi adalah mual dan muntah. Mual dan

muntah ini dikarenakan asam lambung naik sehingga mendorong keluar ke

atas menuju ke kerongkongan.

d. Perut sering merasakan lapar

Jika seseorang tidak menjaga pola makan secara teratur, biasanya orang

tersebut akan mudah mengalami rasa lapar, ciri ini juga merupakan salah satu

dari gejala penyakit maag.

e. Sering bersendawa

Akibat gas yang dihasilakn lambung, seseorang menjadi sering bersendawa.

Seringnya sendawa ada kemungkinan bahwa seseorang tersebut menderita

penyakit maag.

2.1.4 Akibat Penyakit Maag

Akibat dari penyakit maag adalah sebagai berikut:

a. Maag akut

Jika sakit maag sedah memasuki tahap akut, maka dapat mengakibatkan

kondisi tubuh semakin menurun dari segi berat badan, dan tidak hanya itu

saja, sakit maag kronis dapat juga mengakibatkan muntah darah bagi

penderitanya. Jika ini dibiarkan tan[a melakukan pengobatan maka

kemungkinan proses penyembuhan akan sangat sulit.

Page 7: Suspen Si

b. Tumor lambung

Dinding lambung yang luka dan tidak mendapat pengobatan yang tepat akan

menimbulkan tumor. Tumor inilah yang disebut tumor lambung. Jika sudah

memasuki tahap ini, biasanya dokter akan menyarankan penderita untuk

melakukan pembedahan yang sangat beresiko dan memerlukan biaya yang

besar.

c. Kanker lambung

Sebagaimana halnya tumor pada organ tubuh lainnya, tumor lambung yang

tidak segera diobati pada waktu yang lama, bisa berkembang menjadi kanker

lambung. Jika sudah memasuki tahap ini, maka penyakit yang tadinya ringan

akan menjadi penyakit yang mematikan.

2.1.5 Penanganan Penyakit Maag

Maag bisa disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh total, maag adalah penyakit

yang dapat kambuh apabila pasien tidak makan teratur. Tetapi maag dapat di cegah,

yaitu dengan cara makan teratur, makan secukupnya, cuci tangan sebelum makan dan

jangan jajan sembarangan.

Obat-obatan untuk sakit maag umumnya dimakan dua jam sebelum makan

dan dua jam sesudah makan. Adapun dengan tujuan obat dikonsumsi dua jam

sebelum makan yaitu untuk menetralisir asam lambung, karena pada saat tersebut

penumpukkan asam lambung sudah sangat banyak dan di dalam lambung penderita

pasti telah terjadi luka-luka kecil yang apabila terkena asam akan terasa perih.

Kemudian obat yang diminum dua jam sesudah makan bertujuan untuk melindungi

dinding lambung dari asam yang terus diproduksi. Akhirnya dua jam setelah makan,

asam yang di lambung akan terpakai untuk mencerna makanan sehingga sudah

ternetralisir dan tidak akan melukai dinding lambung.

Page 8: Suspen Si

2.2 Kajian Zat Aktif

2.2.1 Definisi Zat Aktif

Alumium hidroksida adalah senyawa yang mempunyai kemampuan

menetralkan asam lambung. Kemampuan menetralkan asam ini tergantung pada

kapasitasnya untuk menetralkan asam lambung dan apakah lambung dalam keadaan

penuh atau kosong karena adanya makanan, memungkinkan aluminium hidroksida

bekerja untuk waktu yang lebih lama.

Magnesium hidroksida termasuk jenis obat antasida. Obat ini digunakan untuk

menangani gejala-gejala yang muncul akibat produksi asam lambung yang melebihi

normal. Obat antasida ini berfungsi menetralisasi kadar asam lambung yang

berlebihan sehingga dapat melindungi dinding lambung dari peradangan. Contoh

gejala gangguan pencernaan yang dapat diredakan dengan obat ini adalah perut

kembung, dispepsia, serta nyeri ulu hati.

2.2.2 Mekanisme Kerja

2.2.21 Aluminium Hidroksida

2.2.22 Aluminium hidroksida tidak bekerja dengan cara menghambat

produksi asam lambung, tapi dengan menetralisir asam lambung yang ada.

Dengan demikian, obat ini melindungi dinding lambung dari peradangan

akibat asam yang berlebihan. Selain gangguan pencernaan, aluminium

Page 9: Suspen Si

hidroksida juga dapat dipakai untuk menurunkan kadar fosfat yang diserap

tubuh dari makanan. Obat ini bekerja dengan mengikat fosfat agar tidak

diserap tubuh.

2.2.23 Magnesium Hidroksida

Magnesium hidroksida bekerja lebih efektif daripada alumunium

hidroksida dengan cara menangani produksi asam lambung yang melebihi

normal dan juga menetralisir asam lambung. Yang membedakan antara

keduanya adalah senyawa magnesium hidroksida dalam jumlah sedikit

berfungsi sebagai antasida, tetapi dalam jumlah yang lebih banyak dapat

menyebabkan diare sedangkan senyawa aluminium hidroksida dapat

menyebabkan sembelit. Oleh karena itu, untuk menghilangkan efek keduanya

maka dikombinasikan kedua bahan dengan komposisi tertentu sehingga saling

menghilangkan efek negatifnya.

2.2.3 Dosis

Magnesium hidroksida dalam bentuk tablet tersedia dalam ukuran dosis 311

mg, sedangkan dalam bentuk sirup tersedia dalam ukuran dosis 400 mg/5 ml, 800

mg/5 ml, dan 2400 mg/10 ml. Aluminium hidroksida, dalam bentuk tablet tersedia

dalam ukuran dosis 80 mg, sedangkan dalam bentuk sirup tersedia dalam ukuran 320

mg/5 ml. Magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida tersebut sering ditemukan

dalam bentuk tablet maupun sirup campuran keduanya. Dosis untuk sakit maag ialah

2-4 tablet magnesium hidroksida sehari, atau 5-15 ml sirup magnesium hidroksida

sehari terbagi dalam 3-4 kali minum, atau 5-30 ml aluminium hidroksida sehari

terbagi dalam 3 kali minum.

Page 10: Suspen Si

2.2.4 Efek Samping

Umumnya kombinasi dua zat aktif ini tidak menimbulkan efek samping bila

diminum sesuai anjuran dokter. Namun dalam beberapa kasus, penggunaan zat

aktif ini menyebabkan beberapa efek samping yaitu sebagai berikut:

a. Aluminium hidroksida dapat menyebabkan susah buang air besar. Tapi

efek samping ini akan menghilang jika antasida dikombinasikan dengan

magnesium hidroksida.

b. Aluminium dapat menyebabkan hipofosfatemia (kekurangan fosfat) bila

digunakan dalam jangka lama. Untuk itu, bagi pasien yang menggunakan

aluminium hidroksida dalam jangka lama disarankan untuk mengonsumsi

makanan yang banyak mengandung fosfat seperti hati, keju, telur dan susu.

c. Magnesium hidroksida dapat menyebabkan diare. Pada penderita ginjal

dapat terjadi peningkatan kadar magnesium dalam darah dengan gejala rasa

badan lemas.

2.2.5 Interaksi Zat Aktif

Terjadi dua jenis interaksi aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida

dalam tubuh. Pada interaksi pertama, kedua zat ini mempengaruhi penyerapan

beberapa obat sehingga efek obat menurun. Pada interaksi kedua, keduanya

mengubah keasaman air kemih, menyebabkan beberapa obat diserap kembali kembali

oleh tubuh dan bukan dikeluarkan sehingga efek obat meningkat.

Berikut ini adalah beberapa contoh interaksi aluminium hidroksida dan

magnesium hidroksida:

a. Interaksi dengan penisilin, tetrasiklin, iNH, sulfonamid, digoksin,

klorpromazin. Aluminium hidroksida dapat menurunkan absorbsi obat-obat

tersebut. Selain itu interaksi ini akan mengakibatkan efek digoksin yang

Page 11: Suspen Si

berkurang dan kondisi jantung yang diobati mungkin tidak terkendali dengan

baik. Antasida dapat mengurangi penyerapan antibiotik seperti ampisillin,

amoksisillin dan tetrasiklin. Sebaiknya meminum antibiotik 1 jam sebelum

makan dan antasida 1 jam setelah makan.

b. Interaksi dengan amphetamin dapat menurunkan sekresi dari amphetamin.

Karena efek amfetamin yang meningkat dan dapat terjadi efek samping

seperti, gelisah, pusing, bergerak secraa berlebihan, jantung berdebar,

penglihatan kabur dan mulut kering.

c. Interaksi dengan salisilat yang mampu meningkatkan sekresi dari salisilat.

2.3 Tinjauan Sediaan

2.3.1 Definisi Sediaan Suspensi

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk

halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus

halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan endapan harus

segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin

stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah

dikocok dan dituang. (Farmakope Indonesia Edisi III).

2.3.2 Sejarah Sediaan Suspensi

Perkembangan ilmu pengetahuan tentu juga sangat memengaruhi dalam

perkembangan di dunia farmasi. Ilmu farmasi sudah diterapkan sejak zaman dahulu

kala, namun pengembangan yang dilakukan tidak sepesat sekarang. Dulu penerapan

ilmu farmasi hanya terfokus pada bahan-bahan alam yang sudah tersedia dan juga

pengolahan yang masih sangat sederhana. Dimulai dari penggunaan bahan alam yang

sangat sederhana, misalnya menempelkan daun Dadap Serep pada dahi pasien yang

Page 12: Suspen Si

menderita demam dapat membantu menurunkan suhu tubuh, sampai dengan

pembuatan tapel untuk pegal linu.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, sediaan farmasi semakin

banyak, mulai dari munculnya serbuk, kemudian, tablet, hingga sediaan liquid seperti

sirup. Sirup dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasien yang sulit untuk menelan obat

dalam bentuk tablet dan kapsul. Sirup pun sangat diminati oleh masyarakat. Namun

dengan adanya pengembangan sediaan farmasi yang semakin beragam, ada kesulitan

dalam pembuatan sirup seperti bahan aktif yang sukar larut dalam pelarut sehingga

menyebabkan ketidakseragaman dosis dalam sekali minum. Hal ini membuat para

ahli farmasi membuat alternatif sediaan yang mampu menutupi kekurangan dari sirup

yaitu dengan membuat sediaan farmasi dalam bentuk suspensi.

Sejak awal kemunculannya, suspensi begitu diminati oleh masyarakat.

Awalnya suspensi hanya dibuat untuk rute oral, namun dengan memanfaatkan

kelebihan dari suspensi, kini suspensi tersedia dalam berbagai jenis rute pemberian

seperti suspensi topikal dan suspensi tetes telinga. hal ini semakin menambah

keanekaragaman sediaan farmasi sehingga masyarakat memiliki lebih banyak

alternatif rute pemberian obat sesuai dengan keinginan.

2.3.3 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi

2.3.3.1 Keuntungan dari Sediaan Suspensi

Keuntungan dari sediaan suspensi adalah sebagai berikut:

a. Suspensi merupakan sediaan yang menjamin stabilitas kimia dan

memungkinkan terapi dengan cairan.

b. Untuk pasien dengan kondisi khusus, bentuk cair lebih disukai daripada

bentuk padat.

c. Suspensi pemberiaannya lebih mudah serta lebih mudah memberikan

dosis yang relatif lebih besar.

Page 13: Suspen Si

d. Suspensi merupakan sediaan yang aman, mudah diberikan untuk anak-

anak, juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak-anak dan dapat

menutupi rasa pahit

2.3.3.2 Kekurangan dari Sediaan Suspensi

Kekurangan dari sediaan suspensi adalah sebagai berikut:

a. Suspensi memiliki kestabilan yang rendah.

b. Jika terbentuk caking (endapan) akan sulit terdispersi kembali sehingga,

homogenitasnya turun.

c. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar dituang.

d. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan

e. Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan system dispersi

(endapan, flokuasi-deflokuasi) terutama jika terjadi fluktuasi/perubahan

suhu.

f. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis

yang diinginkan.

2.3.4 Persyaratan Sediaan Suspensi

Menurut FI Edisi III, persyaratan sediaan suspensi adalah sebagai berikut:

a. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap.

b. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali.

c. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi.

d. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok atau

dituang.

e. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel

dari suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama.

Menurut FI Edisi IV, persyaratan sediaan suspensii adalah sebagai berikut:

a. Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal.

Page 14: Suspen Si

b. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus

mengandung anti-mikroba.

c. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.

2.3.5 Penggolongan Sediaan Suspensi

Suspensi memiliki beberapa jenis sediaan, penggolongan suspensi adalah

sebagai berikut:

a. Suspensi oral

Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam

bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma

yang sesuai, yang ditujukan untuk penggunaan oral.

b. Suspensi topikal

Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat

dalam bentuk halus yang terdispersi dalam cairan pembawa cair yang

ditujukan untuk penggunaan kulit.

c. Suspensi tetes telinga

Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-

partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

d. Suspensi optalmik

Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang yang mengandung

partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan

untuk penggunaan pada mata.

e. Suspensi untuk injeksi terkontinyu

Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan

bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi

Page 15: Suspen Si

semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan

pembawa yang sesuai.

2.3.6 Kekhususan Sediaan Suspensi

Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi

dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk

penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma

termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan ,

sedangkan yang lain berupa  campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih

dahulu  dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Sediaan seperti ini

disebut  “ Untuk Suspensi oral”.

2.4 Studi Praformulasi dan Formulasi

2.4.1 Zat Aktif

Zat aktif adalah zat yang sangat penting dari sebuah formulasi. Hal ini

dikarenakan zat aktif inilah yang akan bekerja dalam tubuh dan memberikan efek

terapi dalam tubuh. Pemilihan zat aktif dalam sediaan steril ini tidak boleh

sembarangan karena sediaan steril ini akan langsung masuk kedalam pembuluh darah

dan didistribusikan langsung keseluruh tubuh. Jika salah memilih zat aktif, tentu jika

terjadi efek toksisitas akan sulit untuk diatasi. Contoh zat aktif yang digunakan untuk

sediaan suspensi adalah aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.

2.4.2 Zat Tambahan

1. Bahan pensuspensi/ suspending agent

Suspending agent adalah bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan

partikel tidak        larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga

kecepatan sedimentasi diperlambat. Suspending agent berfungsi mendispersikan

partikel tidak larut kedalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga

kecepatan pengendapan bisa diperkecil. Mekanisme kerja suspending agent adalah

Page 16: Suspen Si

untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tetapi kekentalan yang berlebihan akan

mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Bahan pensuspensi atau suspending

agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :

1. Bahan pensuspensi dari alam.

Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom /

hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga

campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya

mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas

suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses

fermentasi bakteri.

a. Termasuk golongan gom. Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici),

Chondrus, Tragacanth , Algin

b. Golongan bukan gom Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum

2. Bahan pensuspensi sintesis

sementara itu untuk golongan sintetik seperti :

a. Derivat Selulosa

Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil

selulosa.

b.Golongan organk polimer

Contohnya : Carbaphol 93

2. Bahan Pembasah (wetting agent)

Wetting agent  merupakan senyawa kimia yang mengurangi tegangan

permukaan cairan. Tegangan permukaan cairan adalah kecenderungan molekul cairan

untuk ikatan bersama dan ditentukan oleh kekuatan ikatan antara molekul cairan itu.

Seorang agen pembasahan membentang obligasi ini dan mengurangi kecenderungan

molekul untuk mengadakan bersama-sama, yang memungkinkan cairan lebih mudah

menyebar di setiap permukaan padat.

Page 17: Suspen Si

Seorang agen pembasahan juga bisa dikenal sebagai surfaktan, yang

merupakan jenis bahan kimia yang mengubah sifat cairan, karena menyebabkan

perubahan pada tegangan permukaan cairan. Surfaktan juga dapat berisi dispersan,

yang merupakan bahan kimia yang memisahkan minyak dan air, dan emulsifier, yang

menggabungkan cairan berminyak dengan air. agen pembasah dapat terdiri berbagai

bahan kimia, yang semuanya memiliki efek menurunkan ketegangan

Zat pembasah (wetting agent) yang sering digunakan dalam pembuatan

suspensi adalah air, alkohol, gliserin. Fungsinya adalah untuk menurunkan tegangan

permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang

tidak larut. Misalnya gliserin, propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-lain.

3. Bahan penambah rasa

Untuk memperbaiki rasa pada suspensi biasanya di tambahkan zat perasa. Ada

empat rasa sensasi dasar yaitu: asin, pahit, manis dan asam. Suatu kombinasi zat

pemberi rasa biasanya diperlukan untuk menutupi sensasi rasa ini secara efektif.

Menthol kloroform dan berbagai garam sering kali digunakan sebagai zat pembantu

pemberi rasa.

Ada tiga tipe penambahan rasa yaitu:

a.  Zat pemanis, contohnya: sorbitol, saccharin dan invert syrup.

b. Syrup Berasa, contohnya: blackcurant, rassberry dan chery.

c. Minyak Beraroma / Aromatic Oils, contohnya: anisi, cinnamon lemon dan

pepermint.

d. Penambahan Rasa Sintetik, contohnya: kloroform, vanillin, benzaldehid, dan

berbagai senyawa organik lain (alkohol, aldehid, ester dan keton).

4. Bahan Penambah Warna

Page 18: Suspen Si

Ada beberapa alasan mengapa formulasi perlu ditambahkan zat pewarna yaitu

menutupi penampilan yang tidak enak dan untuk menambah daya tarik pasien. Zat

pewarna harus aman, tidak berbahaya dan tidak memiliki efek farmakologi. Selain itu

tidak bereaksi dengan zat aktif dan dapat larut baik dalam sediaan. Pemilihan warna

biasanya dibuat konsisten dengan rasa misalnya merah untuk strawbery dan warna

kuning untuk rasa jeruk. Beberapa contoh yang bisa digunakan yaitu Tartazin

(kuning), amaranth (merah),  dan patent blue V (biru). Clorofil (hijau).

5. Bahan penambah bau

Tujuan penambahan bau adalah untuk dapat menutupi bau yang tidak enak

yang ditimbulkan oleh zat aktif atau obat. Bau sangat mempengauhi rasa dari suatu

preparat pada bahan makan. Dapat digunakan penambah bau berupa essense dari

buah-buahan yang disesuaikan dengan rasa dan warna sediaan yang akan dibuat.

6. Bahan Pengawet

 Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan

alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh

mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk

pemakaian berulang. Pengawet yang sering digunakan adalah metil atau propil

paraben, asam benzoat, chlorbutanol, dan senyawa ammonium.

7. Acidifier

Page 19: Suspen Si

Acidifier fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan suspensi,

memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan kelarutan. Misalnya asam sitrat.

8. Bahan Pembawa

Zat pembawa yang bisa digunakan dalam pembuatan suspensi oral adalah air

murni.

2.5 Praformulasi

Praformulasi adalah tahap awal dalam rangkaian proses pembuatan sediaan farmasi yang

berpusat  pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif dimana dapat mempengaruhi

penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi.

2.5.1 Persyaratan Mutu

Persyaratan mutu yang harus dimiliki oleh bahan-bahan dalam sediaan suspensi

adalah sebagai berikut:

a. Dapat diterima

Dapat diterima artinya mempunyai estetika, penampilan, bentuk yang baik

serta menarik sehigga menciptakan rasa nyaman pada saat pengunaan

b. Aman

Aman artinya sediaan yang kita buat harus aman secara fisiologis maupun

psikologis, dan dapat meminimalisir suatu efek samping sehingga tidak lebih toksik

dari bahan aktif yang belum diformulasi.

c. Efektif

Page 20: Suspen Si

Efektif artinya sebagai dalam jumlah kecil mempunyai efek yang optimal.

Jumlah atau dosis pemakaian sekali pakai sehari selama pengobatan (1 kurun waktu)

harus mampu mencapai reseptor dan memiliki efek yang dikehendaki. Sediaan yang

efektif adalah sediaan bila digunakan menurut aturan pakai yang disarankan akan

menghasilkan efek farmakologi yang optimal untuk tiap-tiap bentuk sediaan dengan

efek samping yang minimal.

d. Stabilitas fisika

Stabilitas fisika adalah sifat-sifat fisika organoleptis, keseragaman, kelarutan,

dan viskositas tidak berubah.

e. Stabilitas kimia

Stabilitas kimia adalah secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan

perubahan warna, pH, dan bentuk sediaan.

f. Stabilitas mikrobiologi

Stabilitas mikroba berarti tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme

selama waktu edar.

g. Stabilitas farmakologi

Stabilitas farmakologi berarti selama penyimpanan dan pemakaian efek

terapeutiknya harus tetap sama.

h. Stabilitas toksikologi

Stabilitas toksikologi berarti pada penyimpanan dan pemakaian tidak boleh

ada kenaikan toksisitas.

Page 21: Suspen Si

2.4.3 Karateristik Bahan Zat Aktif Obat

2.4.3.1 Aluminium Hidroksida

Berat molekul : 78

Titik lebur : 300o C

Rumus molekul : Al(OH)3

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalm etanol, larut dalam

asam mineral encer dan larutan alkali hidroksida

Organoleptis : Serbuk amorf, putih, tidak berbau, tidak berasa

Kadar : Mengandung aluminium hidroksida setara dengan tidak

kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% Al(OH)3 dari

jumlah yang tertera pada etiket.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya

matahari

Khasiat : Mengatasi gejala dyspepsia

Alasan pemilihan

bahan

: Alasan memilih bahan aktif Aluminium Hidroksida

adalah karena Aluminium Hidroksida memiliki kelarutan

yang tidak larut dalam air dan etanol, hal ini akan sangat

membantu dalam pembuatan suspensi yang memang zat

aktif tidak boleh larut dalam air.

2.4.3.2 Magnesium Hidroksida

Berat molekul : 58,32

Titik lebur : 800o C

Rumus molekul : Mg ( OH)2

Kelarutan : Pratis tidak larut dalam air dan dalam etanol,larut dalam

asam encer

Organoleptis : Serbuk,putih, ruah

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya

Page 22: Suspen Si

matahari

Khasiat : Mengatasi gejala dyspepsia

Alasan : Bahan aktif ini dipilih karena magnesium relatif tidak

larut air sehingga bekerja lebih lama bila berada dalam

lambung dan sebagian besar tujuan pemberian efek

terapi dapat tercapai.

Alasan lain memilih bahan aktif Magnesium Hidroksida

adalah karena Magnesium Hidroksida memiliki

kelarutan yang tidak larut dalam air dan etanol, hal ini

akan sangat membantu dalam pembuatan suspensi yang

memang zat aktif tidak boleh larut dalam air.

2.4.4 Pemilihan Bahan Tambahan

Untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan sesuai dengan

persyaratan yang ditentukan, maka diperlukan bahan-bahan tambahan , diantaranya

adalah suspending agent, wetting agent, pengawet, pemanis, flavoring agen, dll.

Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi antasida antara

lain :

2.4.4.1 CMC Na (Carboxy Methyl Cellulose Sodium)

a. Alasan pemiliahan : CMC tidak memiliki efek teraupetik dan tidak

berbahaya. Selain itu, CMC juga berfungsi sebagai coating agent. Dalam

sediaan ini CMC digunakan sebagai suspending agent

b. Fungsi : Sebagai suspending agent

c. Pemerian : Serbuk granular, tidak berbau, warna putih

d. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter, dan toluen. Mudah

terdispersi dalam air pada semua temperatur.

e. Dalam larutan air stabil pada pH 7-9

f. Persyaratan penggunaan CMC Na 0,25-1%

2.4.4.2 Nipagin (Methyl Paraben)

Page 23: Suspen Si

a. Alasan pemilihan : Karena efektif mencegah jamur dan bakteri,

toksisitasnya kecil, dikombinasikan dengan nipasol untuk menambah

kelarutan nipasol dalam air.

b. Pemerian : kristal tidak berwarna atau serbuk kristalin, berwarna putih,

tidak berbau, berbau lemah, rasa sedikit membakar.

c. Kelarutan : Larut dalam 500 bagaian air, dalam 20 bagian air mendidih,

dalam 3,5 bagian etanol (95%)Pndan dalam larutan alkili hidroksida

d. Dosis : Larutan oral dan suspensi 0,015-2%

2.4.4.3 Nipasol ( Propyl Paraben)

a. Alasan pemilihan : merupakan pengawet yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroba karena sediaan dalam air sangat baik untuk

pertumbuhan mikroba.Nipasol aktif dalam pH yang luas (4-8) sehingga

efektif untuk antasida.

b. Pemerian : putih, kristal, serbuk tidak berasa dan berwarna

c. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan

dalam eter, sukar larut dalam ait mendidih.

2.4.4.4 Gliserin

a. Alasan pemilihan : Karena gliserin dapat digunakan sebagi zat pembasah

yang dapat mendesak lapisan udara yang ada di permukaan partikel dan

melapisi bahan obat sehingga menyebabkan sudut kontak turun.

b. Pemerian : Cairan jernig seperti sirup, tidak berbau, rasa manis, hanya

boleh berbau khas lemah, higroskopis, netral terhadap lakmus.

c. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidal larut

dalam kloroform, dalam eter.

2.4.4.5 Sorbitol

Page 24: Suspen Si

a. Alasan pemilihan : diberikan sebagai pemanis sediaan dan dapat pula

digunakan sebagai zat pembasah agar bahan obat mudah didispersikan

dalam air karena sifat sorbitol yang mudah larut air.Sorbitol stabil pada

pH 4,5-7

b. Pemerian : granul atau lempengan, higroskopis, warna putih, rasa manis

c. Kelarutan ; Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam

metanol dan asam asetat.

2.4.4.6 Oleum Menthae Pip.

a. Alasan pemilihan ; berguna sebagai corigen odoris, dipilih karena dapat

menutupi rasa pahit dari bahan obat dan juga lebih disukai orang dewasa

karena ada sensasi dingin.

b. Pemerian : Cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas kuat

menusuk, rasa pedas diikuti rasa dingin jika udara dihirup melalui mulut.

c. Kelarutan : Dalam etanol 70% satu bagian dilarutkan dalam 3 bagian

volume etanol 70%

2.5 Tinjauan Produksi2.5.1 Definisi Produksi

Produksi adalah proses dan metode yang digunakan dalam transformasi yang

nyata input ( bahan baku , setengah jadi barang , atau sub assemblies ) dan tidak

berwujud masukan ( ide ,informasi , tahu bagaimana ) menjadi barang atau jasa,

merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda

atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.

Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan

produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan

mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat

tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi.

Page 25: Suspen Si

2.5.2 Tujuan Produksi

Tujuan dilakukannya produksi adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan pasien

Adanya produksi sediaan farmasi tentu untuk menjawab kebutuhan

masyarakat mengenai obat-obatan. Tanpa adanya minat dan permintaan

dari masyarakat, tentu saja produksi sediaan farmasi tidak akan dilakukan.

b. Aplikasi gagasan baru

Dengan adanya produksi diharapkan bahwa akan muncul pengaplikasian

dari gagasan-gagasan yang ada. Dengan dilakukannya produksi maka akan

terlihat pengaplikasiaan dari suatu formula dan akan menambah beraneka

ragam alternative pilihan masyarakat terhadap sediaan farmasi.

c. Upgrade sediaan

Dengan adanya produksi, tentu akan ada pengembangan-pengembangan

baru terhadap sediaan farmasi. Setiap diadakan produksi pasti juga akan

dibarengi dengan praformulasi baru atau membuat pembaharuan terhadap

sediaan yang sudah ada.

d. Upgrade teknologi farmasi

Saat melakukan produksi tentu saja kita membutuhkan alat untuk

mempermudah kita melakukan proses produksi. Dengan adanya produksi,

maka kita akan lebih tau tentang perkembangan teknologi farmasi.

e. Sarana evaluasi langsung

Sarana evaluasi langsung maksudnya, kita dapat langsung menguji atau

mengevaluasi sediaan kita. Dengan adanya produksi kita bisa langsung

mengetahui bentuk jadi sediaan kita, setelah proses produksi selesai kita

bisa langsung mengevaluasi sediaan yang kita buat secara real atau

langsung, bukan hanya secara teori ataupun perkiraan. Dengan demikian,

Page 26: Suspen Si

jika kita melakukan kesalahan atau ada kekurangan pada sediaan kita, bisa

kita pahami letak kesalahannya dan bisa melakukan perbaikan di lain

waktu.

2.5.3 Komponen Produksi

2.5.3.1 Ruang Produksi

Ruang produksi adalah suatu ruang yang dirancang dengan khusus sebagai

tempat dilaksanakan kegiatan produksi dimana di dalamnya mengakomodasi berbagai

macam kebutuhan produksi ( alat, bahan, personal, manajemen ) dengan spesifikasi

khusus.

Ruang produksi untuk pembuatan sediaan farmasi memiliki beberapa

karakteristik yaitu sebagai berikut:

a. Kontruksi bangunan tahan terencana

Maksudnya adalah sejak awal sudah ditentukan konsep awal untuk pembuatan

bangunan yang akan digunakan untuk pembuatan sediaan farmasi. Kontruksi

untuk bangunan ini harus bisa tahan gempa dan ditempatkan ditempat yang

aman, sehingga tidak akan mengganggu produksi. Jadi kontruksi bangunan

harus di rencanakan sejak awal secara matang dan juga terencana sehingga

tidak akan mengganggu proses produksi kelak.

b. Mendukung alur produksi one way

Maksud dari alur one way adalah ruang produksi harus memiliki alur produksi

secara berurutan tanpa ada pemutaran kembali sediaan ke tahap awal.

Misalnya dalam ruang produksi pencampuran bahan dilakukan dari sebelah

barat ke sebelah timur ruangan, ruangan harus memiliki tempat yang cukup

mulai dari pencampuran bahan disebelah barat kemudian berurutan hingga

proses akhir produksi berada di paling timur ruangan.

c. Terdapat pengaturan suhu, cahaya, tekanan dan higienitas

Page 27: Suspen Si

Pengaturan suhu, cahaya, tekanan dan higienitas sangat penting untuk ruangan

produksi. Hal ini dikarenakan untuk menghindari tumbuhnya mikroorganisme

dalam ruangan tersebut. Selain itu juga ada sediaan yang dalam proses

produksinya harus dalam suhu dan tekanan tertentu. Jadi memang penting jika

ruang produksi memiliki pengatur suhu, cahaya, tekanan dan higienitas.

d. Ruang tidak bersudut

Ruang yang tidak bersudut akan lebih mudah dibersihkan sehingga tidak akan

ada debu, kotoran atau mikroorganisme yang akan bersarang disana. Dengan

tidak adanya debu, kotoran dan mikroorganisme maka proses produksi akan

lebih higienis.

e. Berlapiskan epoksi

Pori-pori dinding adalah tempat yang biasanya terdapat banyak bakteri atu

mikroorganisme. Epoksi adalah sejenis cat yang digunakan untuk menutupi

pori-pori permukaan dinding. Dengan memberikan epoksi pada dinding,

berarti tidak akan ada pori-pori di lubang tembok dan tidak ada tempat lagi

untuk bakteri atau mikroorganisme.

f. Terdapat interlock door

Maksud dari interlock door adalah jika pintu masuk dibuka, maka pintu keluar

akan terkunci secara otomatis sehingga tidak bisa dibuka. Hal ini dilakukan

agar sirkulasi udara dalam ruangan dapat terjaga sehingga tidak mudah

terkontaminasi oleh bakteri yang terbawa dari luar.

2.5.3.1.1 Penggolongan Ruang Produksi

Page 28: Suspen Si

Macam-macam ruang produksi yang biasa digunakan untuk membuat

sediaan farmasi adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan Kelas

1. Ruang kelas I

Biasanya ruangan digunakan untuk pembuatan sediaan steril yang

memiliki tingkatan kelas tertinggi. Terdapat empat ruang filter yaitu

prefilter, medium filter, hipofilter dan LAF.

2. Ruang kelas II

Biasanya ruangan digunakan untuk penyiapan peralatan yang akan

digunakan di ruang kelas I.

3. Ruang kelas III

Biasanya ruangan digunakan untuk pembuatan sediaan semi solid yang

mudah terkontaminasi dengan bakteri atau mikroorganisme.

4. Ruang kelas IV

Biasanya ruangan yang digunakan untuk pembuatan sediaan serbuk

dan kapsul.

b. Berdasarkan Label Warna

1. Ruang kelas White

Ruangan kelas White biasanya diberikan untuk ruang kelas I.

2. Ruang Kelas Grey

Ruangan kelas Grey biasanya diberikan untuk ruang kelas II dan III.

3. Ruangan kelas Black

Ruangan kelas Black biasanya diberikan untuk ruang kelas IV.

c. Berdasarkan Nomor Area

1. Ruang kelas 100

Page 29: Suspen Si

Ruang kelas 100 diartikan bahwa hanya boleh ada 100

mikroorganisme non patogen dan 10 mikroorganisme patogen dalam

ruangan itu. Biasanya ruang kelas 100 diberikan untuk ruang kelas I.

2. Ruang kelas 1.000

Ruang kelas 1.000 diartikan bahwa hanya boleh ada 1.000

mikroorganisme non patogen dan 100 mikroorganisme patogen dalam

ruangan itu. Biasanya ruang kelas 1.000 diberikan untuk ruang kelas

II.

3. Ruang kelas 10.000

Ruang kelas 10.000 diartikan bahwa hanya boleh ada 10.000

mikroorganisme non patogen dan 1.000 mikroorganisme patogen

dalam ruangan itu. Biasanya ruangan kelas 10.000 diberikan untuk

kelas III.

4. Ruang kelas 100.000

Ruang kelas 100.000 diartikan bahwa hanya ada boleh 10.000

mikroorganisme non patogen dan lebih dari 100.000 mikroorganisme

patogen dalam ruangan itu. Biasanya ruangan kelas 100.000 diberikan

untuk kelas IV.

2.5.3.2 Alat Produksi

Alat produksi adalah seperangkat instrument yang digunakan untuk

membuat, mengolah ataupun memodifikasi suatu bahan awal menjadi sediaan ruahan

maupun sediaan jadi dengan fungsi dan standar tertentu.

Alat produksi memiliki beberapa spesifikasi yaitu sebagai berikut:

a. Inert atau netral

Maksuda dari inert dan netral adalah alat produksi yang digunakan tidak

memengaruhi sediaan. Misalnya alat produksi yang berasal dari plastik

yang dapat melepaskan zat-zat berbahaya penyusun plastik yang dapat

Page 30: Suspen Si

bereaksi dengan sediaan yang kita buat. Hal-hal seperti iniharus dihindari

agar kualitas sediaan yang diproduksi tetap terjaga dengan baik.

b. Fungsi tetap (stabil)

Alat denga fungsi tetap (stabil) adalah alat produksi yang walaupun

digunakan sampai 3 tahun tidak akan berubah atau berkurang dalam segi

fungsi. Misalnya alat pencetak tablet yang mampu mencetak 2000 tablet

perhari, akan tetap mampu mencetak 2000 tablet perhari dalam kurun

waktu 3 tahun yang akan datang.

c. Mudah dalam pengoperasian

Tujuan utama dari penggunaan alat-alat produksi adalah memudahkan

kita dalam pembuatan suatu sediaan. Alat yang digunakan pun harus

mudah dalam pengoperasiaan karena bukan hanya satu atau dua orang

yang akan menggunakannya melainkan beberapa orang dengan

kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga untuk pengoperasiaanya alat

produksi diusahan semudah mungkin.

d. Terstandar dan terkalibrasi (menyertakan fungsi sesuai dengan bahan

baku)

Alat produksi yang digunakan untuk memproduksi sediaan farmasi

haruslah sesuai dengan standar yang sudah ditentukan karena obat

nantinya akan bereaksi dalam tubuh. Jika dalam proses pembuatannya

tidak menggunakan alat yang terstandar maka akan menurunkan kualitas

dari obat yang akan dihasilkan pula.

e. Maintenence (perawatan)

Alat produksi harus memiliki panduan perawatan karena perawatan

adalah hal yang sangat penting. Ketahanan suatu alat juga bergantung

Page 31: Suspen Si

dari cara perawatan alat itu sendiri, sehingga alat produksi pun harus

dirawat dengan baik agar fungsinya tetap terjaga.

2.5.3.2.1 Penggolongan Alat Produksi

Alat produksi juga memiliki macam-macam pengelompokan. Macam-

macam alat produksi yaitu sebagai berikut:

a. Berdasarkan Kinerja Alat

1. Alat manual

Alat manual yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam

skala kecil misalnya adalah mortir. Namun alat manual jarang digunakan

dalam produksi sediaan farmasi dalam skala industri. Mungkin alat

manual hanya digunakan untuk melakukan uji-uji pada sediaan.

2. Alat otomatis

Alat otomatis yang digunakan untuk memproduksi sediaan farmasi

dalam skala industri.

b. Berdasarkan Ukuran alat

1. Alat ringan

Alat ringan yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam

skala kecil, misalnya labu ukur. Namun alat ringan jarang digunakan

dalam produksi sediaan farmasi dalam skala industri. Mungkin alat

ringan hanya digunakan untuk melakukan uji-uji pada sediaan.

Page 32: Suspen Si

2. Alat berat

Alat berat yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam

skala industri seperti mixer untuk mencampurkan bahan.

c. Berdasarkan Bahan

1. Alat kaca

Alat yang terbuat dari kaca seperti labu ukur, tabung reaaksi dan pipet

tetes.

Page 33: Suspen Si

2. Alat logam

Alat yang terbuat dari logam seperti timbangan dan anak timbang.

3. Alat porselin

Alat yang terbuat dari poeselin misalnya adalah cawan porselin.

2.5.3.3 Personal Produksi

Personal produksi adalah praktisi produksi yang mengerjakan segala sesuatu

yang berhubungan dengan proses produksi baik secara langsung maupun tidak

langsung, dengan tujuan akhir membuat suatu sediaan farmasi yang terstandar.

Karena tanggung jawab seorang praktisi, maka seorang praktisi harus memiliki

persyaratan sebagai berikut:

a. Sehat jasmani dan rohani

Seorang praktisi haruslah sehat secara jasmani dan rohani, hal ini karena

kebersihan dan kehigienisan ruangan saja sangat dijaga, apalagi untuk personal yang

akan terjun langsung dalm pembuatan sediaan. Jika personal tidak memiliki

kesehatan jasmani maupun rohani itu justru akan membahayakan orang lain baik

dalam lingkup industri maupun masyarakat.

Page 34: Suspen Si

b. Lebih diutamakan pria

Untuk praktisi dibidang farmasi, lebih diutamakan pria karena mayoritas

wanita memakai berbagai macam kosmetik. Pemakaian kosmetik seperti bedak di

wajah, tentu saja akan memengaruhi kualitas obat karena bedak juga mengandung

zat-zat kimia yang mampu bereaksi dengan bahan yang digunakan untuk pembuatan

obat. Sehingga lebih di utamakan pria sebagai seorang praktisi personal produksi.

c. Kompeten (menguasai ilmu)

Karena proses produksi sangat menentukan hasil ari sediaan yang akan

dihasilkan, maka praktisi atau personal produksi pun harus berkompeten. Jika

personal produksi tidak memiliki kompetensi yang baik, tentu saja akan

membahayakan masyarakat dan juga akan menyebabkan banyak kerugian.

d. Menggunakan alat pelindung diri

Dalam proses produksi, tentu kita akan berhadapan dengan berbagai

bahan-bahan berbahaya dan terkena resiko kecelakaan kerja. Untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja, tentu kita harus menggunakan alat pelindung diri

sehingga resiko untuk terkena bahan kimia atau kecelakaan kerja bisa dinetralisir.

e. Menguasai Grade Laboratori Practice (GLP), Grade Manufactoring

Practice (GMP) dan Grade Selling Practice (GSP)

Seorang personal produksi bukan hanya harus menguasai satu bidang,

namun juga semua bidang produksi. Untuk standar industri, minimal personal

produksi memiliki 2 keterampilan yaitu GLP dan GMP. Hal ini difungsikan agar

personal produksi mampu mengkondisionalkan diri saat mereka berada di

laboratorium maupun mengawasi secara langsung proses produksi.

f. Memiliki sikap yang baik

Sikap merupakan hal yang tidak boleh disepelekan oleh setiap personal

produksi. Rasa tanggung jawab dan disiplin tinggi harus dimiliki oleh personal

Page 35: Suspen Si

produksi. Hal ini dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab yang besar atas hasil

dari produksi.

2.5.3.4 Metode Produksi

Metode produksi adalah serangkaian tahap dan alur kerja pembuatan sediaan

mulai dari bahan awal untuk diolah menjadi sediaan ruahan maupun sediaan

jadi dengan mengacu pada proses evaluasi setiap tahap produksi.

Metode produksi yang biasa digunakna dalam pembuatan sediaan suspensi

adalah sebagai berikut:

2.5.3.4.1 Metode Dispersi

Metode dispersi adalah metode pembuatan suspensi dengan cara

menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian

baru diencerkan. Perlu diketahui, bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat

mendispersikan serbuk dalam mucilago, hal ini terjadi karena adanya udara, lemak,

atau kontaminan pada serbuk bahan obat. Mudah atau sukarnya serbuk terbasahi

tergantung dari besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium. Bila

sudut kontak ± 90o serbuk akan mengambang diatas zat cair. Serbuk yang demikian

disebut sebagai serbuk yang memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan

antara partikel zat padat dengan zat cair tersebut, perlu ditambahkannya zat

pembasah atau welling agent.

2.5.3.4.2 Metode Praesipitasi

Metode praesipitasi adalah pembuatan suspensi dengan pelarut organik

dilakukan dengan zat yang tidak larut dalam air,dilarutkan dulu dalam pelarut organik

yang dapat dicampur dengan air, lalu ditambahkan air suling dengan kondisi tertentu.

Pelarut organik yang digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol dan gliserin.

Yang perlu diperhatikan dengan metode ini adalah control ukuran partikel, yaitu

terjadinya bentuk polimorf atau hidrat dari Kristal.

Page 36: Suspen Si

2.6 Evaluasi Sediaan

Evaluasi adalah tahapan akhir produksi di mana menekankan pada kegiatan

pemastian dan pemeriksaan sediaan telah sesuai dengan spesifikasi mutu

standar sediaan baik secara nasional maupun internasional.

2.6.1 Tujuan Evaluasi

Tujuan dilakukannya evaluasi pada sediaan adalah sebagai berikut:

a. Pemastian mutu sediaan

Evaluasi bertujuan untuk memastikan mutu dari sediaan yang diproduksi,

baik itu dimulai dari pemilihan bahan sampai dengan hasil jadi sediaan tersebut.

Dengan melakukan evaluasi kita dapat mengetahui kualitas mutu dari sediaan yang

kita buat. Jika kita memiliki sediaan yang memiliki kualitas baik, maka kita

kemungkinan besar sediaan kita akan diterima dengan baik dipasaran.

b. Estimasi efek terapi bisa diketahui

Dengan melakukan evaluasi, biasanya ddengan melakukan evaluasi

sediaan yang sudah diprosuksi, kita akan mengetahui seberapa besar efek terapi yang

akan dihasilkan oleh sediaan kita terhadap tubuh pasien. Kita akan mengetahui bahwa

sediaan kita sudah memenuhi dosis yang tepat atau belum. Jika kita tidak melakukan

evaluasi terhadap sediaan, dikhawatirkan obat akan memberikan efek samping yang

berbahaya akibat ketidaktahuan akan efek terapi yang diberikan.

c. Dasar tindakan reformulasi

Dengan dilakukan evaluasi, kita akn mengetahui kekurangan-kekurangan

sediaan yang kita buat. Sehingga kita akan bisa melakuka reformulasi untuk

memperbaiki sediaan kita. Jika kita tidak melakukan evaluasi, kita tidak akan tahu

letak kesalahan kita dan kita tidak tahu solusi untuk memperbaiki sediaan kita.

Page 37: Suspen Si

d. Dasar pengembangan produk

Bukan hanya kekrangan yang akan kita ketahui saat melakukan evaluasi,

kelebihan dari suatu sediaan pun akan kita ketahui. Dengan mengetahui kelebihan

dari sediaan kita, misalnya saat pemilihan bahan, kita bisa mengaplikasikan kelebihan

itu kepada sediaan lainnya, sehingga kita dapat melakukan pengembangan produk

farmasi menjadi lebih baik lagi.

2.6.2 Penggolongan Evaluasi

2.6.2.1 Berdasarkan tahapan produksi

Evaluasi yang dilakukan berdasarkan tahapan produksi adalah evaluasi

yang menekankan pada tahapan atau proses yang dilakukan sebelum produksi, saat

produksi dan setelah produksi.

a. Pre produksi

Evaluasi pada tahap pre produksi adalah evaluasi yang dilakukan pada bahan

yang akan dibuat. Biasanya meliputi identifikasi bahan, interaksi bahan terhadapa

bahan lain dan stabilitas fisik dari bahan. Misalnya pada tahap praformulasi terdapat

kendala-kendala untuk pemilihan bahan sehingga kita harus mengevaluasi

karakteristik bahan.

b. In Process Control

Evaluasi pada saat proses produksi adalah evaluasi yang lebih menekankan

pada saat pembuatan sediaan. Jadi kita mengevaluasi dari cara-cara atau prosedur saat

melakukan produksi. Misalnya keakuratan penimbangan bahan dan kinerja alat

produksi.

c. Post produksi

Evaluasi ini adalah evaluasi yang menekankan evaluasi pada sediaan yang

sudah jadi. Misalnya pada uji organolepttis, keseragaman bobot dan kekentalan.

Page 38: Suspen Si

2.6.2.2 Berdasarkan objek sediaan

Berdasarkan pada objek sediaan, maka evaluasi dibagi menjadi tiga yaitu

sebagai berikut:

a. Bahan awal

Evaluasi yang dilakukan pada bahan awal adalah evaluasi yang

menekankan pada objek bahan yang digunakan, mulai dari karakteristik bahan sampai

dengan tingkat kelarutan dan titik didih bahan yang akan digunakan. Hal ini untuk

mencegah adanya bahan yang rusak karena memiliki karakteristik yang tidak sesuai

dengan sediaan yang akan dibuat.

b. Ruahan

Evaluasi pada objek sediaan ruahan adalah evaluasi bahan saat sedang

dibuat menjadi bentuk sediaan setengah jadi. Untuk sediaan suspensi, evaluasi pada

tahap ruahan atau sediaan setengah jadi adalah saat bahan-bahan obat bercampur

membentuk mucilago. Saat dalam fase mucilago inilah dilakukan evaluasi terhadap

kesesuaian terhadap syarat-syarat mucilago yang baik.

c. Sediaan jadi

Evaluasi pada tahap ini adalah evaluasi yang ditekankan pada bentuk

sediaan jadinya, seperti pada suspensi evaluasi sediaan jadi yang dilakukan adalah

homogenitas, viskositas dan juga kecepatan terdispersi kembali.

2.6.2.3 Berdasarkan tujuan evaluasi

Berdasarkan tujuan evaluasinya, evaluasi dibagi menjadi 4 yaitu sebagai

berikut:

a. Efektivitas

Evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas adalah evaluasi

yang dilakukan dengan berfokus pada efektivitas atau kemampuan obat untuk

memberikan efek terapi terhadap tubuh.

Page 39: Suspen Si

b. Mutu fisik

Mutu fisik menjadi penggolongan evaluasi karena dalam evaluasi mutu

fisik kita bisa mengetahui kualitas sediaan kita secara langsung, mulai dari

homogenitas sampai kekentalan sediaan.

c. Sterilitas

Evaluasi terhadap sterilitas berguna untuk mengetahui tingkat sterilitas

sediaan yang sudah dibuat. Hal ini untuk mengetahui sampai berapa lama obat

mampu bertahan tanpa ditumbuhi oleh mikroorganisme.

d. Kimia

Evaluasi kimia meliputi interaksi antara satu bahan dengan bahan.

Dengan melakukan evaluasi kimia, kita dapat mengertahui rencana kerja obat dalam

tubuh manusia nantinya. Dengan mengetahui evaluasi ini juga kita bisa menghindari

reaksi-reaksi kimia antara obat satu dengan obat yang lain.

2.6.3 Evaluasi untuk Sediaan Suspensi

2.6.3.1 Uji Sedimentasi

Pada uji ini dilakukan pengukuran volume sedimentasi dengan mengambil

beberapa ml suspensi yang kemudian dimasukkan dalam gelas ukur 50 mL

kemudian didiamkan selama 2 hari. Setelah 2 hari apabila suspensi tidak

menunjukkan adanya endapan. Ini berarti suspensi di buat stabil dan

termasuk suspensi yang baik. Suspensi ini tergolong dalam suspensi

terdeflokulasi.

2.6.3.2 Uji Waktu Redispersi

Pada uji ini dilakukan penghitungan waktu terhadap terdispersinya zat-zat

penyusun suspensi. Pengujian waktu redispersi ini tidak membutuhkan

waktu selama uji sedimentasi. Hanya menunggu zat mengendap lalu

Page 40: Suspen Si

suspensi dikocok lagi hingga semua zat terdispersi lagi dan dihitung waktu

terdispersinya.

2.6.3.3 Uji Viskositas Broxfield

Uji viskositas ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan

suspensi antasida. Kekentalan atau viskositas sediaan termasuk salah satu hal

yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan. Uji viskositas dilakukan

dengan viskometer.

2.6.3.4 Uji pH

Untuk uji pH ambil beberapa ml sediaan suspensi yang sudah jadi masukkan

dalam beaker glass kemudian tes pH sediaan dengan pH meter. Jika pH

terlalu asam maka tambahkan basa hingga pH yang diinginkan dan jika pH

terlalu basa tambahkan asam hingga pH yang diinginkan. pH standar

suspensi adalah antara 5-7.

Page 41: Suspen Si

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Formula

Aluminium Hidroksida 500 mg

Magnesium Hidroksida 500 mg

Gliserin 20%

CMC Na 1%

Nipagin 0,1 %

Nipasol 0,02%

Ol. Menthae pip. 3 tetes

Aquades ad 60 ml

3.2 Perhitungan Dosis efektif

Diketahui: t1/2 = 2 jam

Do = 1000 mg

Ditanya: Def = ?

Jawab :

Dosis efektif = (DO x12 )1/2

t 1/2

100

x 100%

= (5 00 x12 ) 1

2

2

100

x 100%

= 25 0 x

14

100 x 100%

= 62,5 %

Rentang 50% < x < 100%

Page 42: Suspen Si

Karena dosis efektif yang dimiliki adalah 62,5% maka dosis obat memenuhi

dosis efektif. Sehingga obat diperkirakan mampu memberikn efek terapi yang

baik tanpa menimbulkan efek samping.

3.3 Perhitungan Bahan

Perhitungan untuk bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

a. Aluminium Hidroksida

Aluminium hidroksida = 500mg

b. Magnesium Hidroksida

Magnesium Hidroksida = 500mg

c. Gliserin

Karena gliserin berbentuk cair, maka perhitungan bahannya adalah sebagai

berikut:

20100

x60 ml = 12 ml

d. CMC Na

1100

= x60

10100

x60 ml = 6 ml

60 = 100 x

X = 0,6 gram

e. Nipagin

0,1100

= x60

6 = 100 x

X = 0,006 gram

f. Nipasol

0,02100

= x60

1,2 = 100 x

X = 0,012 gram

Page 43: Suspen Si

3.4 Perincian alat dan bahan

3.4.1 Alat yang digunakan

a. Beaker glass b. Mortir dan stamper  

c. Cawan porselen

d. Gelas arloji

e. Pipet tetes

f. Gelas ukur

g. Sendok tanduk

h. Penangas air

i. Timbangan analitik

j. Batang pengaduk

k. Botol

3.4.2 Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

a. Antasida

b. Aquades

c. CMC Na

d. Gliserin

e. Nipagin

f. Nipasol

g. Ol. Menthae pip

3.5 Prosedur Pembuatan

a. Siapkan alat dan bahan kemudian kalibrasi botol

Page 44: Suspen Si

b. Timbang Mg(OH)2 2400 mg, masukkan kedalam mortir

c. Timbang Al(OH)3 2700 mg, tambahkan kedalam mortir, gerus ad homogeni

d. Timbang gliserin15,144 g ambil setengah bagian kemudian masukkan

kedalam mortir, aduk ad homogen

e. Timbang Nipagin 81,12 mg gerus dalam mortir yang berbeda, lalu sisihkan

f. Timbang Nipasol 15,5 mg tambahkan kedalam mortir gerus ad homogen

g. Larutkan dengan sisa gliserin, aduk ad homogen

h. Tambahkan CMC Na gerus ad homogen

i. Masukkan kedalam botol 60 ml dan tambahkan 2 tetes ol.menthae pip

3.6 Prosedur Kerja Evaluasi

3.6.1 Uji Organoleptis

Adapun prosedur uji organoleptis dari sediaan suspensi dengan zat aktif

Antasida adalah sebagai berikut:

1. Masukkan sediaan suspensi yang sudah jadi kedalam beker glass.

2. Amati warna, kekentalan dan endapan zat.

3. Ambil satu sendok sediaan suspensi kemudian cium aroma dan juga cicipi

sedikit untuk mengetahui rasa dari sediaan tersebut.

4. Catat hasil sebagai data evaluasi.

3.6.2 Uji pH

Adapun prosedur uji pH dari sediaan suspensi dengan zat aktif Antasida

adalah sebagai berikut:

1. Masukkan sediaan suspensi yang sudah jadi kedalam beker glass.

2. Celupkan indikator pH kedalam suspensi.

3. Bandingkan warna yang terjadi dengan tabel perubahan warna.

4. Catat hasil sebagai data evaluasi.

3.6.3 Uji Viskositas Broxfield

Page 45: Suspen Si

Adapun prosedur uji viskositas Broxfield dari sediaan suspensi dengan zat

aktif Antasida adalah sebagai berikut:

1. Dipasang spindel pada gantungan spindel.

2. Diturunkan spindel sedimikian rupa sehingga batas tercelup kedalam

cairan suspensi.

3. Dipasang stop kontak.

4. Dinyalakan rotor sambil menekan tombol

5. Dibiarkan spindel berputar dan melihat jarum merah pada skala.

6. Dibaca angka yang ditujukan oleh jarum tersebut untuk mengukur

viskositasnya.

7. Catat hasil uji sebagai data evaluasi.

3.6.4 Uji Sedimentasi

Adapun prosedur uji sedimentasi adalah sebagai berikut:

1. Masukkan sediaan suspensi yang sudah jadi kedalam beker glass.

2. Biarkan dan amati pemisahannya dan pengendapannya dalam waktu yang

telah ditentukan (15 menit, 30 menit, 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari)

3. Amati, sediaan memisah atau tidak, jika tampak memisah maka bagian

yang bening diukur.

4. Catat volume zat yang tersedimentasi sebagai data evaluasi.

3.6.5 Uji Waktu Redispersi

Adapun prosedur uji waktu redispersi adalah sebagai berikut:

1. Masukkan sediaan suspensi yang sudah jadi kedalam botol kaca,

kemudian didiamkan sampai mengendap sempurna.

2. Setelah mengendap sempurna, botol kaca dikocok sampai tidak terdapat

sisa endapan pada dasar botol.

3. Catat waktu redispersi dari suspensi tersebut.

3.6.6 Uji Homogenitas

Page 46: Suspen Si

Adapun prosedur uji homogenitas untuk sediaan suspensi adalah sebagai

berikut:

1. Masukkan sediaan suspensi yang sudah jadi kedalam botol kaca.

2. Kocok botol kaca sampai semua zat terdispersi sempurna.

3. Amati jika ada zat yang tetap mengendap atau tidak terdispersi maupun

zat yang menempel di dinding-dinding botol.

4. Semakin sedikit zat yang menempel pada dinding-dinding botol, maka

homogenitas semakin rendah.