Sustainable Development Str

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bangunan Berkelanjutan

Citation preview

  • SUSTAINABLE DEVELOPMENT

    TO PROTECT THE EARTH

    DISUSUN OLEH :

    1. ANNISA MAWARNI2. WENNI RAHMA AMELIA

    UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    Jl. Palembang Prabumulih KM. 32 (OI) 30662

    Telp. (0711) 580069, 580073

    SUMATERA SELATAN

  • iDAFTAR ISI

    Daftar Isiii

    Abstrak..iii

    BAB I PENDAHULUAN..1

    Latar Belakang....1

    Tujuan.2

    Batasan2

    Manfaat...2

    BAB II PEMBAHASAN3

    Konsep Sustainable3

    Teknologi Konstruksi dan Bahan Saat Ini.4

    Pemilihan Bahan Bangunan Ramah Lingkungan..4

    Konstruksi dan Material Rumah Ramah Lingkungan

    serta Interasi Bahan dan Teknologi..8

    BAB III PENUTUP.13

    Kesimpulan..13

    Lampiran Grafik.15

    Lampiran Gambar..16

    Daftar Pustaka.iii

  • ii

    ABSTRAK

    Isu pemanasan Global dan solusi-solusi untuk mengatasi Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) mulai bermunculan, dari Rancangan Bangunan Ramah Lingkungan, Bangunan Hemat Energi, kemudian muncul beberapa penilaian terhadap kawasan maupun bangunan yang dinilai memenuhi Green Environment dan Green Building oleh GBCI (Green Building Council Indonesia); LEED yang dirumuskan oleh para pakar atau pengandil Lingkungan.

    Berbicara tentang Pembanguan Berkelanjutan berarti mencakup Material ramahlingkungan dan metode Konstruksi yang hemat bahan dan hemat energi, menggabungkan material ( alam dan buatan ), metode konstruksi dan teknologi inovasi menciptakan desain bangunan yang ramah lingkungan atau green building.

    Suatu bangunan tercipta dari elemen-elemen yang membentuk menjadi komponen bangunan dan melalui suatu sistem struktur/konstruksi, karena itu penguasaan material dan teknologi yang terintegrasi menjadi dasar kekuatan seorang Arsitek untuk mendesain Green Building.

    Pada karya tulis ini pembahasan dikhususkan pada penggunaan material pembentuk bangunan seperti bahan pondasi dan balok ( semen ), dinding ( hebel dan partisi ), atap (roof tile) dan juga utiltas (listrik,aircondition) yang dikaitkan dengan penggunaan teknologi hemat energi dan inovatif, juga pendekatan pada logika Eko-teknik dan Eko-medis untuk melestarikan energi pemenuhan kebutuhan yang merupakan dua dari enam logika dalam pendekatan Pembangunan Berkelanjutan ( Simon Guy dan Graham Farmer ) : Eko-sentris; Eko-kebudayaan; Eko-sosial; Eko-estetik; Eko-medis dan Eko-teknik.

    Kata kunci : energy efficiency, green building, inovatif teknologi, Sustainable Development.

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sudah banyak yang memberikan arti atau komentar, semua menuju ke satu harapan yaitu : Pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa mengorbankan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhannya dimasa mendatang.

    Ada banyak gagasan yang berkembang untuk mewujudkan bangunan dengankonsep rancangan cerdas, mulai dari bangunan ramah lingkungan, bangunan hemat energi, gagasan tersebut bukanlah merupakan hal baru, Kesadaran akan inovasiteknologi yang ramah lingkungan sudah disadari oleh pelaku pembangunan. Memanfaatkan potensi alam dan iklim melalui inovatif teknologi merupakan kata kunci sustainable development.

    Sustainable development mencerminkan green development yaitu green environment dan green building, merupakan dua serangkai yang menjadi satu kesatuan tak terpisahkan, totalitas dari penanganan aspek lingkungan kawasan yang terdiri dari tataguna lahan, penghijauan kawasan, sistim pengelolaan air kawasan, Persampahan menjadi satu kesatuan dengan green building yang berdiri diatas green environment kawasan. Penggunaan bahan banguan utama pada bangunan seperti semen yang digunakan pada pondasi dan balok; penggunaan partisi dan bahan hebel pada dinding; penggunaan bahan atap bangunan seperti rooftile; utilitas bangunan seperti penggunaan air, listrik dan juga aircondition, dengan menggunakan teknologi seperti panel surya atau pembakaran yang berasal dari vegetable petroleum sebagai sumber energi listrik.

    Suatu keterpaduan dari perencanaan atau desain, penggunaan bahan (alam ataubuatan), sistim bangunan, sistim utilitas dan metode konstruksi yang inovatif mewujudkan terjadinya green building.

    Melalui teknologi kita dapat menghemat atau melestarikan energi dan memenuhi kebutuhan pembangunan yang berkelanjutan,enam logika dalam pendekatan yaitu eko-teknik; eko-sentris; eko-kebudayaan; eko-social; eko-medis dan eko - estetik ( Guy dan Farmer ), dalam paper ini kita bahas dua pendekatan yang paling erat hubungannya dengan teknologi dan kesehatan material yaitu eko-teknik dan ekomedis.

    Eko teknik mengandung pemahaman bahwa apa saja yang menyangkutmasalah lingkungan hidup dapat diatasi oleh teknologi. Energi dapat diperoleh dari daur ulang panas matahari,emisi karbon dan polusi dapat diatasi dengan teknologi tinggi, sejauh penyelesaiannya bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dan memerhatikan konstruksi yang berkelanjutan (continuous and green construction).

    Eko-medis mengandung pemahaman kesehatan lingkungan secara menyeluruh,dimana penggunaan material konstruksi semakin alami semakin ramah lingkungan akan baik untuk kesehatan masyarakat, karena itu pemanfaatan bahan bangunan alami dan unsur-unsur kesehatan dari alam seperti orientasi matahari,aliran udara segar sangat dianjurkan, dengan teknologi yang inovatif dapat memanfaatkan unsur-unsur alami

  • 2untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh penghuni bangunan, itulah yang dipahami bahwa dalam lingkungan dan bangunan yang sehat terdapat lingkungan berkelanjutan.

    1.2 Tujuan

    Penulisan karya tulis ini memiliki tujuan sebagai berikut :1. Mendeskripsikan konsep sustainable dalam kegiatan pembangunan.2. Membantu dalam memilih bahan-bahan konstuksi yang dapat mewujudkan

    konsep sustainable dalam pembangunan.3. Mendeskripsikan bagaimana konstruksi dan material bangunan ramah

    lingkungan yang disertai dengan integrasi bahan dan teknologi agar tercapai konsep sustainable dalam pembangunan.

    1.3 Batasan

    Berdasarkan latar belakang dan tujuan karya tulis, maka penulis memberikan batasan dalam penulisan karya tulis ini dengan maksud untuk mempersempit pembahasan. Penulis membagi batasan masalah dalam karya tulis ini dalam beberapa poin, antara lain :

    a. Konsep sustainableb. Bahan konstruksic. Konstruksi dan material ramah lingkungan disertai integrasi bahan dan teknologi

    Ketiga poin di atas adalah hal yang akan dipaparkan penulis dalam karya tulis ini secara deskriptif.

    1.4 Manfaat

    Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :

    1. Manambah pengetahuan mengenai konsep sustainable dalam kegiatan pembangunan.

    2. Menambah pengetahuan dalam menentukan penggunaan bahan-bahan konstruksi untuk mewujudkan pembangunan dengan konsep sustainable.

    3. Menambah pengetahuan mengenai konstruksi dan material ramah lingkungan yang berbasis inegrasi bahan dan teknologi dalam mewujudkan pembangunan dengan konsep sustainable.

  • 3BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Konsep Sustainable

    Sebagai negara berkembang Indonesia tidak luput dengan kegiatan pembangunan, seperti rumah, gedung bertingkat di kota maupun daerah baru. Pembangunan yang dilakukan tentu membutuhkan bahan bangunan yang memenuhi kebutuhan dari konstruksi bangunan tersebut. konstruksi gedung sendiri mempunyai efek yang cukup signifikan pada loingkungan alam. Konstruksi, operasional dan penghancuranbangunan bertanggung jawab pada beberapa pengaruh yang terjadi pada alam seperti emisi gas efek rumah kaca, turunnya kualitas udara, kurangnya aliran air tanah dan berkurangnya sumber daya alam.

    Bahan bangunan itu sendiri disediakan oleh alam, tetapi tentu saja penyediaan sumber daya oleh alam juga mempunyai angka keterbatasan yang pada suatu saat akan habis dan alam tidak dapat menyediakan lagi. Sehingga perlu dipikirkan kemungkinan untuk tetap menjaga kelestarian sumber daya alam tetapi di lain pihak, kebutuhan manusia yang terus berkembang juga dapat dipenuhi dengan baik.

    Konsep sustainable memberi penyeimbangan antara pemeliharaan kelestarianalam dengan pemenuhan kebutuhan manusia yag semakin berkembang di masa depan. Sustainable sendiri di artikan oleh Word Comission on Environment and Development tahun 1987 sebagai pemenuhan kebutuhan pada saat sekarang tanpa merugikan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka . Konsep sustainable ini merupakan sebuah sistem yang ditandai dengan kestabilan, dimana perubahan-perubahan terus dibatasi untuk menjaga keseimbangan dari sistem pada masa depan.Ada tiga hal yang menjadi tujuan dari konsep yang ingin dicapai :

    1. Meminimalkan konsumsi bahan dan energi.2. mencegah efek negatif pada daya dukung lingkungan dan lingkungan itu

    sendiri.3. memenuhi kebutuhan manusia.

    Banyak perdebatan yang muncul mengenai konsep ini, yaitu tentang ekonomi dan implementasi peraturan, tapi dasar utama dan yang terpenting adalah pelestarian kondisi lingkungan alam itu sendiri, yang merupakan tujuan utama dari konsep ini.

    Bangunan yang sustainable adalah bangunan yang memakai metoda dan bahan bangunan yang sangat memprioritaskan kualitas lingkungan, vitalitas ekonomi dan keuntungan social melalui perancangan pembangunan, operasional bangunan, perawatan dan dekonstruksi lingkungan binaan tersebut. Bangunan sustainable menekankan paa lingkungan, ekonomi, dan pengaruh social pada proyek pembangunan sebagai individu yang berlainan.

  • 42.2 Teknologi Konstruksi dan Bahan Bangunan Saat Ini

    Teknologi bangunan berkembang sangat pesat pada tahun-tahun terakhir dengan perubahan yang sangat penting termasuk peningkatan pemakaian bahan bangunan seperti baja, beton dan kayu, peningkatan produk-produk baru seperti fiber-beton bertulang dan plastic reinforced wood dan pengembangan teknologi baru seperti geotextiles.

    Pengembangan bahan-bahan yang inovatif ini tidak disertai dengan pemakaian bahan-bahan tersebut pada bangunan baru sebab para perancang dan kontraktor sering ragu-ragu untuk mencoba bahan-bahan beru tersebut, hal ini disebabkan jika terjadi suatu kesalahan akan mengakibatkan kerugian biaya yang cukup besar. Sehingga pemilihan material bangunan sangat terbatas sekali dan monoton.

    Tujuan pengembangan bahan bangunan itu adalah mencari bahan bangunan baru yang lebih murah, baik dalam hal pemasangan, pemeliharaan dan pengaruhnya pada manusia dan lingkungan nanti.

    Bangunan yang berdiri yang menggunakan teknologi saat ini bertanggung jawab atas pengkonsumsian 10% sumber air segar, 25% pemotongan kayu dan 40% aliran energy dan bahan dari bumi sehingga efek dari pembangunan gedung-gedung itu sangat besar sekali bagi alam. Dari hasil penelitian di Amerika, bangunan secara langsung maupun tidak langsung memakai 54% dari seluruh sumber daya alam yang tersedia.

    Berikut fase dari proses pembangunan memberikan dampak bagi lingkungan yang ada (lampiran grafik). Pada beberapa hal di atas, ada unsur-unsur penting yang ditukar untuk memilih bahan bangunan yang paling optimal pada bangunan tersebut. Contohnya keuntungan dari bahan daur ulang akan mengurangi pemakaian sumber daya alam yang belum digunakan. Hal ini kadang-kadang dibayangi dengan peningkatan energy yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dan memproses material tersebut. Pada kasus lain malah tidak adanya teknologi yang ramah lingkungan yang dapat mengolah bahan bangunan itu, atau malah bahan bangunan yang diperoleh dari alam membutuhkan energi dan biaya yang jauh lebih kecil dari bahan daur ulanng yang ada. Dan pada banyak kasus, bahan bangunan yang terpilih menghasiljkan efek yang sama buruknya dengan bahan bangunan sebelumnya yang ia gantikan.

    Beragam teknologi dikembangkan untuk memilih bahan bangunan yang ramah lingkungan yang tepat bagi para arsitek. Peralatan tersebut mulai dari buku seperti Guide to Resource Efficient Building Materials sampai ke data base program computer yang menyediakan informasi beribu-ribu data tentang species pohon. Bagaimanapun juga sistem ini hanya menyediakan data-data yang berkaitan dengan bahan karakteristik, dan semua berpulang lagi pada manusia untuk mengambil keputusan dan membandingkan alternative yang ada dan kecenderungan pemakaian nanti.

    2.3 Pemilihan Bahan Bangunan Ramah Lingkungan

    Pemilihan bahan bangunan merupakan salah satu elemen terpenting dalam konsep suistanable (Berkelanjutan) ini. Kriteria pemilihan bangunan ini pada dunia industry biasanya hanya berputar pada perkiraan harga pasaran, yang biasanya tidak memperdulikan harga durabilitas bahan bangunan dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari produksi dan transport bahan tersebut.

  • 5Kriteria umum dari konsep ini sangat mempertimbangkan pengaruh pada lingkungan, kadar keracunan yang diakibatkan dari pemakaian bahan tersebut, umur pemakaian bahan dan biaya yang dibutuhkan. Sehingga diperlukan analisis yang sangat matang untuk menentukan dengan tepat apakah material tersebut cukup berkelanjutan dengan analogi parameter yang cukup sederhana yaitu pengaruh ke lingkungan dari bahan itu, dari pengambilan pertama dari alam sampai pemakaian di bangunan dan pemakaian ulang bahan itu selanjutnya.

    Pemilihan bangunan itu sebenarnya juga sangat subjektif, dan mempunyai banyak factor pertimbangan. Misalnya saja memilih kayu sebagai material dari pada baja kedengarannya akan sangat baik, tetapi kayu memerlukan energy yang lebih intensif untuk memproduksi dan tidak mengakibatkan racun seperti yang dihasilokan baja. Tetapi baja, juga lebih mudak untuk dibentuk menjadi bentukan baja yang lain dan diapakai kembali sehingga mempunyai umur yang panjang. Untuk memudahkan analisa yang akan dilakukan, ada beberapa faktor dan strategi yang harus dipertimbangkan dalam memilih material bangunan, yaitu diantaranya :

    A. Bangunan yang Dirancang dapat Dipakai Kembali dan Memperhatikan Sampah/Buangan pada Saat Pemakaian

    Metode dari pemakaian ulang bangunan, penataan ulang dan perbaikan bangunan daripada penghancuran, dan pembangunan yang baru harus dipelajari lebih dalam.

    Fase perancangan bangunan merupakan fase terpenting dari penentuan bagaimana bangunan itu akan terbentuk nantinya. Dalam fase ini harus dapat diidentifikasikan seberapa besar potensi aliran sampah yang akan dihasilkan dari bangunan tersebut, dari proses pembangunan sampai masa akhir dari bangunan tersebut.

    Minimal, rancangan harus sudah mempunyai pemecahan untuk mengatasi permasalahan yang akan muncul nanti, misalnya : pemisahan material, pengumpulan material, penyimpanan material yang dapat di daur ulang seperti kertas, kaca, plastic dan baja. Titik pengumpulan barang harus dapat diakses dengan mudah oleh pemakai. Bangunan bertingkat mungkin biasa menyediakan tabung peluncuran sampah yang terpisah untuk beberapa macam bahan yang dapat di daur ulang. Sementara bangunan yang tingkat rendah dapat menyediakan paling tidak satu tempat pengumpulan pada setiap lantai. Dalam merancang dan menempatkan pusat lokasi penyimpanan dan pembuangan sampah pada bangunan harus sangat memperhatikan aksesbilitas dan efek dari penempatan pada titik tersebut pada pemakai bangunan.

    Selama fase pembangunan sendiri, akan banyak sekali buangan material yang dihasilkan dari pembangunan, penghancuran dan pada saat prosedur pembersihan. Dalam pembangunan gedung yang berasal dari penghancuran gedung yang sebelumnya, produk buangan yang utama adalah kayu, aspal/beton/batu, dinding kering, roofing, baja, dan paper products.

    Pemakaian ulang bahan-bahan dari gedung yang lama menjadi lebih ekonomi dibandingkan dengan biaya pembuangan yang semakin tinggi, peraturan yang semakin ketat, dan harga material yang semakin tinggi. Membentuk perencanaan sampah pada saat awal perencanaan bangunan akan dapat menghemat pembiayaan

  • 6dan material yang akan diambil dari alam., sehingga dapat lebih melestarikan sumber daya alam. Perencanaan dalam hal ini harus dapat mengindentifikasikan muatan buangan dan daur ulang local, dapat menentukan market dari material bekas, mengindentifikasikan beberapa macam material buangan yang disimpan dan juga membutuhkan sistem pelaporanyang akan dapat menentukan jumlah dan kualitas dari material buangan yang disimpan.

    B. Bahan Bangunan Tersebut Dapat Dipakai Kembali

    Diutamakan memilih bahan bangunan yang dapat didaur ulang atau dipakai kembali. Memakai kembali bahan bangunan pada lokasi pembangunan memberikan keuntungan yang sangat besar pada alam dari pada membuang seluruh sampah dari lokasi pembangunan, perancang harus lebih memikirkan cara pemakaian kembali bahan bangunan yang ada untuk mengurangi sampah solid yang dihasilkan dari pembangunan tersebut.

    Kemampuan material untuk diolah kembali dapat dilihat pada saat setelah material digunakan atau setelah material dihasilkan. Menentukan material dengan kemampuan untuk diolah kembali dengan angka yang cukup tinggi adalah metode lain yang dapat mengefesiensikan energy dari proses manufaktur. Beberapa material bangunan yang mempunyai angka presentasi kemampuan untuk dapat dipakai kembali cukup tinggi termasuk rangka baja dan beton bertulang, gypsum wallboard dan facing paper, panel plafon akustik dan sistem penggantungnya (bahan-bahan ini mempunyai standarisasi yang cukup tinggi pada beberapa negara berkembang).

    C. Keaslian Material

    Perkiraan jarak dari sumber dan produk ke lokasi pembangunan juga harus diperhatikan. Memakai kayu dari sumber yang dapat diperbaharui dengan jarak ribuan kilometer dari lokasi mengakibatkan efek negative pada lingkungan. Menggunakan sumber yang jauh lebih dekat ke lokasi pembangunan akan tidak hanya mengurangi biaya dan pengaruh pengangkutan pada lingkungan tapi juga membantu ekonomi daerah setempat, yang juga menjadi tujuan lain dari konsep ini.

    Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa material yang di ambil, ditambang, diolah atau dibangun beradius 500 mil dari lokasi pembangunan dapat mengefesiensikan biaya dan pengaruh pada lingkungan pada saat pengangkutan, dan merupakan salah satu parameter suistanablenya material tersebut. Sehingga material local yang tersedia harus diteliti lebih awal pada saat proses perancangan untuk memaksimalkan keuntungan dari potensial yang ada.

    D. Energi yang Diwujudkan

    Saat ini, energi yang diwujudkan adalah metoda yang memperhitungkan seluruh energi dan biaya yang tidak terlipat tapi dibutuhkan pada saat memproduksi material tersebut. Energi tersebut dihitung mulai dari produksi awal material, yaitu pengambilan material utama dan fabrikasi yang diperlukan, pengepakan material, transportasi ke site, sampai ke pemasangan ke bangunan. Hal ini akan menghasilkan perhitungan yang akurat.

  • 7E. Produksi Material

    Walaupun hal ini tidak begitu jelas pengaruhnya pada bangunan tersebut, tetapi pemakaian bahan bangunan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar pada lingkungan dimana bangunan itu dibangun. Pada saat proses material tersebut diawal, juga bharus memperhatikan material seperti apakah yang akan dihasilkan.

    Saat ini beberapa produsen material mulai memikirkan bagaimana caranya agar proses produksi material menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Bahkan di beberapa negara maju, seperti Jerman dan Swiss, memberikan penyuluhan kepada masyarakatnya untuk membeli produk-produk yang memakai teknologi yang ramah lingkungan dan tidak mengakibatkan buangan yang mencemari lingkungan, baik udara, tanah maupun air.

    F. Efek Racun Dari Material1. Material yang mengandung racun

    Fenomena bangunan yang sakit saat ini meningkatkan kekhawatiran pada perancang mengenai kualitas udara dalam ruangan. Salah satu dari penyebab penyakit ini adalah bangunan tersebut memakai material yang mengeluarkan zat beracun secara lambat Formaldehyde dengan campuran lem, resin dan campuran minyak dalam cat serta kandungan bahan organik dalam udara yang dipakai sebagai campuran dalam material bangunan hanyalah sebagian dari bahan kimia yang mengakibatkan bangunan sakit. Di negara-negara berkembang, beberapa material bangunan yang mengandung asbes dan timah merupakan bahan yang illegal, begitupun masih ada juga kerusakan lingkungan yang di akibatkan pemakaian bahan kimia pada saat pembangunan. Dan sebagai panduan umumnya, perancang sebaiknya menghindari pemakaian bahan yang dapat menghasilkan formaldehyde, larutan organik, kandungan bahan kimia dalam udara dan klorofluor karbon. Kandungan bahan kimia dalam udara dapat mengakibatkan iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan, sakit kepala dan iritasi dermatologis dan beberapa penyakit lain. Beberapa kandungan kimia dalam udara dapat mengeluarkan bau yang tidak enak yang tidak dapat dihirup oleh orang-orang yang mempunyai indar penciuman yang sensitive.

    2. Effesiensi Ventilasi

    Perlu diingat pada saat memilih bahan bangunan yang sensitive pada lingkungan tidak menjamin menghasilkan lingkungan dalam menjadi lebih baik. Pemilihan bahan bangunan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan sistem ventilasi dan mekanisasi yang baik untuk menghasilkan kualitas lingkungan dalam yang baik.

    Ventilasi yang efektif dan cukup sangat menentukan kualitas kandungan udara yang baik dalam ruangan. Pengaruh ventilasi sangat besar bagi kenyamanan pemakai bangunan dan juga mengontrol tingkat polusi dalam bangunan. Ventilasi juga merupakan kunci penting untuk menjaga agar kualitas udara dalam ruangan termasuk men-supply udara bersih yang masuk keseluruh ruangan lain sehingga udara dapat berputar dengan baik dan memenuhi kebutuhan pernafasan pemakai ruangan.

  • 8Filtrasi udara yang semakin efisien dengan kualitas filtrasi yang tinggi dapat memberikan 85% efisiensi bukaan dan juga mengurangi tingkat partikel dan allergens dalam udara. Selanjutnya, sistem ventilasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga udara dari luar tidak langsung masuk kedalam ruangan yang dipakai dan udara tersebut dapat berputar dan bergerak dalam luasan tertentu. Sistem exhaust dalam ruangan dapat mengurangi pengaruh polusi udara yang terjadi akibat mesin photocopy, peralatan-peralatan melukis, dan memasak. Sistem ventilasi juga harus mudah dicapai untuk perawatan.

    3. Teknik konstruksi yang digunakan

    Selain muatan kimia dari bahan dan akibat terkontaminasinya material bangunan tersebut dengan udara yang masuk dari luar melalui ventilasi, maka peran proses konstruksi juga sangat menentukan berapa besar efek racun yang dihasilkan oleh material pada pemakai bangunan. Beberapa praktek konstruksi dapat mencegah terkontaminasinya ruangan indoor. Banyak masalah kualitas udara dalam ruangan dimulai saat masa pembangunan gedung. Sebenarnya masalah-masalah ini dapat dicegah dengan melakukan proses konstruksi yang runut.

    Beberapa material yang dipakai dalam proses konstruksi dapat menyerap zat kimia dan terkontaminasi lalu melepaskannya didalam ruangan. Proses konstruksi dengan emisi kimia awal yang tinggi termasuk pengecatan, pengapuran dan beberapa proses yang termasuk pengeringan komponen yang harus dilakukan sebelum pemasangan material interior seperti karpet, plafond an perabotan. Sehingga sangat disarankan pemakaian sistem saluran ventilasi seentara selama konstruksi dan membiarkan bangunan tersebut 100% mendapatkan udara luar langsung selama 2 minggu.

    G. Memprioritaskan Material Alami

    Material alami seperti batu, kayu dan tanah umumnya menggunakan energi yang sedikit untuk diproduksi, menghasilkan racun yang lebih sedikit dan menghasilkan polusi yang lebih sedikit pada lingkungan. Material alami yang disini bukan saja material yang berasal dari alam, tetapi juga berasala dari alam setempat.

    2.4 Konstruksi dan Material Rumah Ramah Lingkungan serta Integrasi Bahan dan Teknologi

    Pada dasarnya konstruksi rumah yang baik adalah konstruksi yang menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini rumah ramah lingkungan sangat disayangkan . kurang dari satu persen bangunan di Indonesia masih belum menerapkan konsep konstruksi berkelanjutan ini. Konstruksi berkelanjutan merupakan prinsip pembangunan yang diterapkan mulai dari pemanfaatan bahan baku, perencanaan, infrastrukstur, dan pengolahan limbah. Konsep konstruksi berkelanjutan menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energy, dan material bangunan mulai dari desain, pembangunan hingga pemeliharaan bangunan itu. Selain itu konstruksi berkelanjutan merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan yang merupakan proses pemeliharaan keseimbangan kehidupan secara ekologis, social, dan ekonomis.

  • 9Penggunaan bahan material sangat berperan besar dalam pelaksanaan konstruksi bangunan yang ramah lingkungan. Akibat pemanasan global berbagai inovasi produk industri terus berkembang dalam dunia bahan bangunan. Penggunaan material bangunan yang tepat dapat menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan.

    Dalam proses pembangunan rumah ramah lingkungan sebaiknya dilakukan survey terlebih dahulu untuk menentukan alternatif material bahan bangunan yang bersifat praktis dan mampu member solusi yang tepat bagi kebutuhan bangunannya. Pemilihan material bahan bangunan berpengaruh pada konsumsi energi bangunan tersebut. Pada saat didirikan, konsumsi energi bangunan tersebut berkisar antara 5-13% sedangkan 87-95% merupakan angka konsumsi energy bangunan selama masa hidup bangunan tersebut.

    Sebagai contoh penggunaan material bahan untuk membangun rumah ramah lingkungan yaitu pembangunan bangunan hijau. Yang dimaksud bangunan hiaju disini adalah bangunan yang menggunakan material bahan bangunan yang lebih memperhatikan keadaan alam. Penggunaan baja ringan dan auminium untuk kerangka bangunan utama dan atap mulai dilakukan sebagai pengganti material kayu. Beredarnya isu illegal logging akibat penebangan kayu hutan yang tidak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian terhadap kelestarian bumi. Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan bakunya.

    Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat, anti karat, anti keropos, anti rayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan pondasi, serta dapat dipasang denga perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil.

    Atap genteng dan atap beton sebagai komponen penutup atap bangunan. Penutup atap bahan tanah liat genteng dengan teknologi pembakaran yang modern (tunnel) dapat menciptakan genteng keramik yang beraneka warna dan kuat menahan terik panas matahari dan juga terhadap curah hujan, sebaiknya menggunakan warna terang agar sinar matahari dapat dipantulkan dan tidak menyerap kedalam ruangan. Berikut gambar rumah penggunaan genteng berwarna terang (lampiran gambar).

    Atap beton dapat direduksi panasnya dengan roof garden yaitu membuatpenghijauan atap dengan Prefabricated Extensive Green Roof Tray System ( PEG ),yaitu bahan ramah lingkungan dan dibuat pra-fabrikasi,sistem modul,implementasi praktis dan reduksi panas, terbukti dapat mengurangi panas pada permukaan atap bangunan sebesar delapan derajat celcius menjadi lebih sejuk ( paten system milik United Premas Limited ). Penghijauan atap juga memberikan nilai estetika, memperbaiki kualitas udara karena menyerap CO2 dan mengeluarkan O2, menyejukan udara karena mengurangi suhu permukaan atap melalui bayangan dan evapotranspiration saat tanaman bernafas, karena pepohonan dapat memberikankontribusi oksigen, demikian pula rerumputan dapat membantu menghilangkan partikel udara panas. pemanfaatn roof garden.

    Akibat isu penebangan liar (illegal logging) maka peran kayu pun perlahan sudah mulai digantikan, selain oleh baja ringan , aluminium juga sudah banyak digunakan untuk kusen jendela dan pintu. Bahan aluminium merupakan bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat di daur ulang, bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan

  • 10

    insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energy, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, anti karat, dan tidak perlu dig anti sama sekali hanya karet pengganjal saja, juga tersedia beragam warna, bentuk dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu).

    Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen dan bahan alami) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.

    Bahan semen sebagai komponen utama pembanguan dimana pabrik semen ternyata merupakan penyumbang gas CO2 yang cukup besar, sekitar 930 juta ton/tahun, menempati urutan kedua setelah pembangkit tenaga lintrik atau dengan kata lain berkontribusi sekitar 7% dari total emisi gas CO2 yang berkisar 13.470 juta ton/tahun (berdasarkan data dari Inter-Governmental Panel on climate Change/IPCC), dengan inovatif antara bahan dan teknologi dapat membuat beton yang ramah lingkungan, yaitu dengan mengurangi kadar semen yang otomatis mengurangi gas CO2, permasalahannya adalah pengurangan porsi semen harus digantikan dengan material cementitious sebagai aditif yang berkualitas dengan kadar yang sesuai, sehingga tetap diperoleh beton berkinerja tinggi, aditif tersebut adalah abu terbang, silica fume yang diolah pada silo semen dengan teknologi beton modern dapat memperoleh penghematan energy 21,1% (PCC).

    Bahan Hebel dan B-panel sebagai komponen utama dinding banguan. Hebel yaitubahan bangunan sebagai komponen bangunan berupa blok dinding yang mempunyai keunggulan dari segi kekuatan dan efisiensi waktu pada pelaksanaan pemasangandinding, dengan material kapur, semen, pasir silica dan air melalui teknologi penggilingan dan pemintalan dan pencampuran di cetak dan dipotong sesuai dengan ukuran yang efisien pada dimensi dinding, sehingga mengurang waste factorpemakaian bahan, sehingga dapat dikategorikan bahan hemat sampah konstruksi.

    B-panel adalah panel beton pracetak-prategang, merupakan system bahan bangunan hemat energy dan ramah lingkungan yang inovatif, karena terpadu dari panelkomposit beton reinforced expanded polystyrene ( EPS ) yang memiliki karakteristik insulasi thermal dan akustik serta ketahanan terhadap gempa, disebut komponen bangunan ramah lingkungan karena 100% recyclable dapat didaur-ulang, jangka pemakaian lama (selama umur bangunan), tidak beracun, dan tidak membusuk.

    Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovatif desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi.

    Bangunan menggunakan bahan bangunan yang tepat, efisien dan ramah lingkungan. Sebagai produsen sebaiknya membuat produk dengan inovasi baru yang meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaina sumber daya alam tak terbarukan dengan optimalisasi bahan baku alternative, dan menghemat penggunaan energy secara keseluruhan.

    Bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi teknologi proses produksi terus dikembangkan agar industry bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam. Industry bahan bangunan

  • 11

    sangat berperan penting untuk menghasilkan bahan bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan. Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan.

    Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan,kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan. Perancangan bangunan harus menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur, perancangan struktur, perancangan interior dan lainlain.

    Penerangan bangunan juga harus mempelajari masalah pencahayaan sehingga bangunan dapat berfungsi seperti yang diharapkan. Selain itu, perancang bangunan harus juga memperhatikan manfaat penerangan atau pencahayaan alam selama masih dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan cahaya matahari selain memberikan panas (radiasi) juga memberikan cahaya yang bermanfaat sekali bagi semua kehidupan di darat dan air,maka cahaya matahari sangat diperlukan khususnya dalam pencahayaan bangunan,tujuan pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerang alami dalam bangunan adalahsebagai berikut:

    a. Menghemat energi dan biaya operasional bangunanb. Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar matahari mengandung

    ultraviolet yang memberikan efek psikologis bagi manusia dan memperjelas kesan ruang

    c. Mempergunakan cahaya alami sejauh mungkin ke daalam bangunan, baik sebagai sumber penerangan langsung maupun tidak langsung.

    Pemanfaatan cahaya matahari ke dalam ruang dapat dilakukan dengan berbagai cara, dilihat dari arah jauhnya sinar matahari dan komponen / bidang-bidang yang membantu memasukan dan memantulkan cahaya matahari. Surut jauhnya sinar matahari ini berbeda - beda pada setiap daerah. Pada umumnya, cahaya matahari yang jauh ke permukaan tanah / bangunan dapat dinyatakan sebagai berikut:

    a. Cahaya matahari langsung jatuh pada bidang kerja. b. Refleksi pantulan cahaya matahari dari benda yang berada di luar rumah dan

    masuk melalui jendela. c. Refleksi / pantulan cahaya matahari dari halaman ,yang untuk kedua kalinya di

    pantulkan kembali oleh langit-langit dan dinding kearah bidang kerja.d. Cahaya yang jatuh dilantai dan dipantulkan lagi oieh langi-langit besarnya

    refleksi cahaya matahari ini sangat dipengaruhi oleh bahan pemantulan dan warna.

    Cahaya buatan dikelola atau diperoleh dari perusahaan pemerintah melalui suatu pembangkit tenaga. Perusahaan tersebut adalah perusahan Listrik Negara (PLN) yang menyelenggarakan dan menyiapkan sesuatu tenaga pembangkit listrik dengan dengan sistem :

    a. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) b. Pembangkit Listrik tenaga Air (PLTA)c. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

  • 12

    Diluar negeri terdapat pembangkit tenaga listrik lain, yaitu Pembangkit Listrik tenaga angin dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Perancangan utilitas untuk pencahayaan / penerangan harus dikoordinasikan antara perancang arsitektur, elektrikal, dan bagian-bagian lain sehingga dapat memenuhi persyaratan pencahayan pada ruangan / bangunan yang dimaksud.

    Listrik juga merupakan komponen yang dapat diperoleh dari unsur alami danmelalui inovatif teknologi diperoleh energi untuk kebutuhan utilitas bangunan, dengan sistem pemasangan pipa tembaga untuk menangkap panasnya sinar matahari yang dibuat secara khusus sehingga bisa menyerap panas matahari secara maksimum, panas yang diperoleh tersebut dapat digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik, sistim pendinginan udara, jaringan saluran air panas, dengan demikian dapat menghemat suplai air PAM dan listrik PLN, sistim ini tidak menggunakan ruang yang dibutuhkan seperti solar panel. Sedangkan untuk efisiensi penggunaan listrik dapat menggunakan lampu hemat energi untuk mengurangi jumlah pemakaian watt penerangan.

    Pada akhirnya di tengah kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan krisis ekonomi sekarang, cara pandang merencanakan atau merenovasi bangunan sudah harus mulai berubah. Bagaimana menghadirkan bangunan yang hemat, yaitu hemat dalam bahan bangunan, hemat waktu dan hemat tenaga, yang berujung pada penghematan anggaran biaya dengan tetap menjaga kualitas dan tampilan bangunan serta ramah lingkungan.

    Selamat mewujudkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkatkualitas yang mempengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaann sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran sehinggan bangunan tetap berkualitas.

  • 13

    BAB IIIPENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Sustainable Development yang berkaitan langsung dengan sustainable buildingadalah seni dan ilmu dalam merancang dan mengeksplorasi bangunan, kawasan dan lingkungan yang berbasis pada berkelanjutan alam, dilakukan oleh manusia denganmenggunakan teknologi canggih mampu memberikan konstribusi positif terhadap lingkungan secara aktif dan terus menerus.

    Pembangunan berkelanjutan adalah bentuk gabungan dari berbagai disiplin ilmuyang bertanggung jawab pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, berkaitan erat dengan lingkungan (Environmental sustainable), ekonomi (economic sustainable) dan social (social sustainable). Melakukan prinsip-prinsip Sustainable design dan continuously construction dengan memperhatikan low-impact materials,energy efficiency, quality and durability, design for reuse and recycling, biomimicry, service substitution dan renewability.

    Keterpaduan dalam menggunakan sumber daya alam dan buatan dengan menitikberatkan pada perlindungan konstruksi berkelanjutan dan pencegahan dampak negatip terhadap lingkungan merupakan tanggung jawab pelaku-pelaku dunia industry pembangunan, juga sebagai manusia yang bertanggung jawab pada penggunaan sumber daya alam.Pembangunan berkelanjutan juga tidak cukup hanya sustain, tapi juga harus improving (Roseland- Sustainable communities).

    Tujuan dari konsep pembangunan yang berkelanjutan ini adalah untuk menciptakan hubungan yang optimum antara manusia dan lingkungan. Dalam perancang dan perencanaanya, manusia dan alam ditempatkan dalam prioritas yang sama sebagai faktor penentu utama yang penting. Rancangan dan perencanaan yang dihasilkan harus bertanggung jawab dan dapat mengembangkan kehidupan sutuhnya sesuai dengan kapasitas sumber daya alam planet ini dan ekosistem yang ada.

    Perancangan sustainable (berkelanjutan) adalah pendekatan sistematik yang membutuhkan pengertian dari konsekwensi dari setiap perbuatan kita. Perancang dan pembangunan harus sadar bahwa aktifitas ekonomi yang dilakukan bukannya tanpa akhir, melainkan rancangan sustainable harus menyadari bahwa aliran energy, siklus materi dan pola dari alam dapat dimanfaatkan untuk menciptakan habitat manusia tanpa menyebabkan kerusakan pada alam sendiri.

    Pengaruh pertama kali dari bangunan yang kita buat langsung terdapat pada manusia sendiri. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kehidupan kita selain akibat lingkungan fisik, yaitu : spiritual dan sense pada identitas yang berasal dari tempat kita hidup dan bekerja. Sebaliknya, dalam bangunan kita menetapkan peraturan sebagai perancang dan pemakai yang berpengaruh besar pada penghematan dari enegri yang diwujudkan., sumber daya alam dan material.

    Fase bangunan yang berkelanjutan (sustainable) dapat dibagi menjadi 3 golongan; perencanaan dan perancangan, material dan pembangunan dan operasional dan perawatan. Tapi ketiga fase ini tidak dapat dipisahkan, ketiganya harus dievaluasi

  • 14

    secara bersamaan dan mempunyai relasi yang kuat. Perencanaan dan perancangan material dibahas dalam tulisan ini agar pembaca dapat menegtahui salah satu bagian terpenting dari konsep ini.

    Pembangunan yang dilakukan nantinya harus benar-benar berwawasan lingkungan baik dalam hal pemilihan material maupun proses konstruksinya. Material yang sustainable (berkelanjutan) sendiri secara ideal diproduksi atau didapatkan di lokasi tempat bangunan akan berdiri, mewujudkan energy yang cukup rendah pada saat pengolahan dan memproduksinya, dan dapat memenuhi kebutuhan manusia. Material alami lebih dibutuhkan daripada material sintetis pada saat pemilihan material oleh pemili pabrik ataupun kontraktor, sebab biasanya material-material tersebut mengandung efek racun dan kondisi berbahaya lainnya.

    Memakai bangunan yang sudah ada juga sangat mengurangi pengambilan material dari alam, energy yang digunakan sebelum dan sesudah proses. Arsitek dan perencana yang menerapkan konsep ini sangat memeprhatikan masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Umur bahan, detil dan teknik konstruksi yang dilaksanaka yang menjamin adanya perpanjangan umur akan menyumbang investasi yang sangat besar dalam dunia konstruksi.

  • 15

    LAMPIRAN GRAFIK

    PENGARUH PADA LINGKUNGAN

    OPERASIONAL/ PERAWATAN

    MATERIAL

    M MATERIAL KONSTRUKSI

    PEMILIHAN / PENENTUAN

    Sampah hasil operasional/ perawatan sampah dari proses Pembangunan pengaturan penghancuran

    Keterangan :

    Berakibat langsung dengan alam

    Berakibat tidak langsung pada alam

    PENGARUH PADA LINGKUNGAN

    PROSES PRODUKSI DARI KOMPONEN

    PENGAMBILAN BEBERAPA MATERIAL DARI ALAM

    PEMBUANGAN SAMPAH PRODUKSI

    OPERASIONAL PERAWATAN PEMAKAIAN

    PENGHANCURAN/ PEMBUANGA

    KONSTRUKSI PENGKONSUMSIAN/ PERTUKARAN EKOSISTEM

    PERENCANAAN / PREDESIGN RANCANGAN

    PENGARUH PADA LINGKUNGAN

  • 16

    LAMPIRAN GAMBAR

  • iii

    DAFTAR PUSTAKA

    Budihardjo,Eko, 1997, Tata Ruang dan Lingkungan Menuju Pembangunan Kota yang Berkelanjutan. Jakarta: Jembatan.

    Konsep arsitektur berkelanjutan (2010), from http://rizkilesus.wordpress.com

    Sistim bangunan dengan bahan Hebel (2002). from http://www.hebelIndonesia.com

    Triple Bottom Line, Wikipedia, the free encyclopedia. Mewujudkan Tata Ruang Wilayah dan Infrastruktur yang Berkelanjutan/Sustainable.

    Usman, Husaini. 2002. Manajemen Konstruksi.

    Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi (jilid 1, jilid 2). Jakarta: Kanisius

    Ervianto, Wulfram L. 2004. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi.

    Universitas Tarumanegara. 1998. Ilmu Manajemen Kontruksi untuk Perguruan Tinggi, Jakarta.

  • iv

  • v