Upload
aci-lusiana
View
46
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pengolahan susu
Citation preview
5/26/2018 Susu Penelitian
1/51
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN
ANGKA KATALASE TERHADAP DAYA TAHAN SUSU
FATKHAN ROFII
B04102077
5/26/2018 Susu Penelitian
2/51
ABSTRAK
FATKHAN ROFII. Hubungan antara jumlah total bakteri dan angka katalase
terhadap daya tahan susu.Dibimbing oleh MIRNAWATI SUDARWANTO.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara jumlah total
bakteri dan angka katalase terhadap daya tahan susu. Sebanyak 60 sampel susu
kandang hasil pemerahan pagi hari diambil dari peternak di Kawasan Usaha
Ternak (KUNAK) Bogor pada saat diserahkan ke Tempat Pengumpulan Susu
(TPS). Penelitian ini dilakukan dengan menempatkan setiap sampel pada suhu
rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
3/51
ABSTRACT
The relationship between total bacteria count (Total Plate Count) and
catalase value to the fresh milk shelf-life. Sixty milk samples were taken from
collecting center (KUNAK) of Bogor. Each milk samples were devided into 2
groups: (1) low temperature storage (< 100C) and (2) room temperature storage
( 27.50C). The samples were analyzed with total bacteria count (TPC) test and
catalase test and repeated after 3 hours. The result showed that milk samples
which stored at low temperature (0.025)
to the bacterial counts and catalase value. On the other hand, milk samples which
stored at room temperature (27.50C) had significant difference (P
5/26/2018 Susu Penelitian
4/51
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN
ANGKA KATALASE TERHADAP DAYA TAHAN SUSU
FATKHAN ROFII
B04102077
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
5/26/2018 Susu Penelitian
5/51
Judul Skripsi : Hubungan Antara Jumlah Total Bakteri dan Angka Katalase
Terhadap Daya Tahan Susu.
Nama : Fatkhan Rofii
NIM : B04102077
Menyetujui,
Prof. Dr. drh. Mirnawati Sudarwanto
Pembimbing
Mengetahui,
5/26/2018 Susu Penelitian
6/51
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat
kehidupan dan nikmat akal. Berkat taufiq dan ridho-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Jumlah Total Bakteri dan
Angka Katalase Terhadap Daya Tahan Susu. Shalawat dan salam semoga
tercurah pada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan
para penerus perjuangan beliau yang senantiasa bersama kebenaran dan
memperjuangkannya.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak. Penghargaan
dan terima kasih kepada: Prof. Dr. drh. Mirnawati Sudarwanto selaku
pembimbing. drh. Okti Nadia Poetri MSi. selaku dosen penilai seminar. Dr. drh.
A. Winny K. Sanjaya MS. selaku dosen penguji. Dr. drh. Zahid Ilyas Msi. selaku
pembimbing akademik. drh. Hadri Latif MSi. yang telah banyak membantu.
Seluruh staf Kunak Sapi Perah Cibungbulang Bogor dan staf penunjang
Laboratorium Kesmavet (Pak Tedi, Pak Hendra, Ibu Eha). Departemen Ilmu
Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Teman-teman sepenelitian
(Liys dan Fitrine). Keluarga di Bojonegoro; Bapak, Ibu, mbak Uswatun H, mbak
Atifah R, mas Dwi Priyo S, mas Thosim, Nuha, Ilma, Fani dan Zulfa atas
dukungan doa dan kasih sayang yang tulus. Segenap keluarga ARTHOPODA39
(Hendra, Didid, Efal, Rinaldi, Ujang J, Abdul, Eko C, Tita, Marwah, Suci F,
Laela, Liys, Azizah dll). DPM KM FKH 2003/2004 (Septa, Nidya, Nazla, Bayu,
Salman, dll). DPM KM FKH 2004/2005 (Izzul, Kukuh Diki, Dini A, Naila, Narti
dll). Keluarga kecil saya di Tanah Sareal. Keluarga di FKH yang telah
mengajarkan arti sebuah keluarga. Tempat hatiku terpaut: Al Hurriyyah; An Nahl;
Al Inayah 1; Pondok HAMAS.
Akhirnya, saya berharap skripsi ini menjadi salah satu pengabdian saya
k d All h k ib i k d il h d b i f
5/26/2018 Susu Penelitian
7/51
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 13 Januari 1984 dari
pasangan Bapak Abu Dardak dan Ibu Umi Kulsum. Penulis merupakan anak ke
tiga dari tiga bersaudara.
Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1988 1990 di TK
Raudhatul Athfal Pejambon. Tahun 1990 sampai 1996 penulis melanjutkan
sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Pejambon, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1
Sumberrejo Bojonegoro hingga lulus pada tahun 1999. Pendidikan selanjutnya di
SMUN 3 Bojonegoro hingga lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Kedokteran Hewan
melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi intra dan ekstra
kampus. Organisasi intra kampus antara lain: Dewan Perwakilan Mahasiswa FKH
IPB (2003-2004) sebagai sekretaris umum, Dewan Perwakilan Mahasiswa FKH
IPB (2004-2005) sebagai ketua, ketua Komisi Pemilihan Raya FKH IPB tahun
2004, Himpunan Minat Profesi Ruminansia (2003-2005), Himpunan Minat
Profesi Ornithologi dan Unggas (2003-2004), Majelis Perwakilan Mahasiswa
Keluarga Mahasiswa IPB (2003-2004), Badan Pengawas Ikatan Mahasiswa
Kedokteran Hewan Indonesia (2003-2005). Sedangkan organisasi ekstra kampus
yang diikuti antara lain: Paguyuban Angkling Dharma (PAD) Bojonegoro (2003-
2004) sebagai ketua internal. Dan pada tahun 2007 2008 diamanahkan menjadi
dewan penasehat PAD. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum
Pendidikan Agama Islam (semester ganjil 2004 dan semester ganjil 2005). Pada
tahun 2007 penulis menjadi tutor/ fasilitator Program Pendidikan Keaksaraan
Fungsional LPPM IPB.
5/26/2018 Susu Penelitian
8/51
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iv
PENDAHULUAN
Latar belakang ................ 1
Tujuan ........................ 2
Manfaat penelitian ...................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Komposisi dan karakteristik susu ....................... 3
Mikrobiologi susu .......................... 4
Kandungan bakteri dalam susu ...................... 5
Pertumbuhan bakteri .................. 6
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ................... 10
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri ................. 10
Karakteristik enzim .................................................. 13
Kandungan enzim dalam susu .................. 14
Enzim katalase ............................................. 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat ................ 16
Bahan dan alat .............. 16
Metode penelitian ................. 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh suhu penyimpanan terhadap jumlah total bakteri (TPC) ..... 21
Pengaruh suhu penyimpanan terhadap angka katalase ............................ 25
H b j l h l b k i (TPC) d k k l
5/26/2018 Susu Penelitian
9/51
DAFTAR TABEL
1. Rataan komposisi susu ..................................................................................... 3
2. Jumlah mikroba pencemar dalam susu segar................................................ 5
3. Jumlah sel yang dihasilkan dengan pembelahan biner..................................... 7
4. Rataan hasil uji TPC, uji katalase dan paramater SNI 01-3141-1998 .... 28
5/26/2018 Susu Penelitian
10/51
DAFTAR GAMBAR
1. Kurva pertumbuhan populasi mikroorganisme ................................................... 7
2. Pertumbuhan sel dan pembelahan biner bakteri .................................................. 8
3. Kurva suhu optimum pertumbuhan bakteri ............................................... 11
4. Kurva pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri ....... 12
5. Kurva pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim ............................................ 14
6. Skema metode hitungan cawan (TPC) .................................................. 18
7. Hasil uji TPC dengan dua kali pemeriksaan pada sampel suhu rendah
(
5/26/2018 Susu Penelitian
11/51
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil uji deskriptif pemeriksaan pertama dan kedua ..................................... 35
2. Hasil uji t-Student pemeriksaan TPC pertama dan kedua pada sampel suhu
rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
12/51
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu merupakan bahan makanan bergizi yang memiliki susunan dan
perbandingan gizi yang sempurna, mudah dicerna dan diserap oleh darah. Bila
dibandingkan dengan bahan makanan yang lain, susu mengandung zat gizi yang
lebih tinggi. Lebih dari 100 komponen yang telah diidentifikasi dalam susu sapi.Komponen penting dalam susu dan produk susu diantaranya adalah kalsium,
vitamin D, protein, potassium, vitamin A, vitamin B12, riboflavin, niacin, dan
fosfor (Miller et al.2007). Kandungan zat gizi yang tinggi ini menjadikan susu
sebagai bahan makanan yang sangat baik untuk dikonsumsi oleh manusia maupun
anak hewan. Disamping itu, kandungan zat gizi yang tinggi juga menyebabkan
susu menjadi media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri.
Pertumbuhan bakteri dalam susu dapat memberikan efek yang
menguntungkan dan merugikan dalam proses pengolahan susu. Bakteri yang
menguntungkan misalnya bakteri yang digunakan untuk pengolahan yogurt, kefir,
mentega, keju dan lainnya Pelczar dan Chan (1986). Kelompok bakteri yang
merugikan dapat bersifat patogen dan non-patogen. Bakteri patogen dapatmenyebabkan gangguan kesehatan dengan kata lain susu tidak aman untuk
dikonsumsi. Bakteri non-patogen dapat menyebabkan penurunan mutu, penolakan
oleh konsumen dan daya tahan susu menjadi pendek, dengan kata lain,
pertumbuhan bakteri dalam susu menyebabkan susu menjadi bahan makanan yang
mudah rusak (perishable food) dan berpotensi mengandung bahaya (potentially
hazardous food/ PHF).
Secara alami, susu yang keluar dari ambing selalu mengandung bakteri.
Dalam perkembangannya, jumlah bakteri tersebut dapat bertambah atau tetap
sesuai dengan kondisi lingkungan yang mempengaruhinya. Perubahan tersebut
5/26/2018 Susu Penelitian
13/51
(Sudarwanto 2006). Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh ketersediaan makanan,
oksigen (O2), aktivitas air (aw), suhu, pH dan potensial oksidasi-reduksi. Adapunfaktor yang menghambat pertumbuhan bakteri antara lain produk yang dihasilkan
bakteri itu sendiri dan bakteriophage. Selain itu, pertumbuhan bakteri dalam susu
dapat dihambat dengan menggunakan suhu rendah (Fardiaz 1989). Penyimpanan
pada suhu rendah juga dapat digunakan untuk memperoleh kesegaran susu dan
memperoleh umur simpan yang panjang.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah total
bakteri dan angka katalase terhadap daya tahan susu
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan sebagai
rujukan kepada pihak terkait (dunia kesehatan masyarakat veteriner, peternak,
peneliti) untuk melakukan tindakan preventif agar daya tahan susu lebih baik.
2
5/26/2018 Susu Penelitian
14/51
TINJAUAN PUSTAKA
Susu adalah sekresi yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang
diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak
dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun.
Sedangkan susu segar adalah susu murni yang disebutkan di atas dan tidak
mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan tanpa mempengaruhi
kemurniannya (SNI 01-3141-1998).
Dasar dari ilmu pengetahuan dan teknologi produk susu adalah susu
karena susu adalah bahan baku dari semua produk susu. Susu sebagian besar
digunakan sebagai produk pangan. Dipandang dari segi gizi, susu merupakan
makanan yang hampir sempurna (Buckle et al.1987). Hal ini disebabkan karena
susu memiliki susunan dan perbandingan zat gizi sempurna, kandungan zat gizi
lengkap, mudah dicerna dan diserap darah, serta mutu dan lemak susu lebih tinggi
daripada bahan makanan lain (Sudarwanto 2006).
Komposisi dan Karakteristik Susu
Komposisi susu pada dasarnya sangat bervariasi, tergantung dari berbagai
faktor seperti: faktor genetik, makanan, iklim, suhu, waktu laktasi, dan prosedur
pemerahan (Muchtadi dan Sugiyono 1992). Rataan komposisi susu menurut
Walstra et al.(2006) ada dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rataan komposisi susu.
KomponenRataan dalam
Susu (%)Kisaran
(%)Rataan dalam
Berat Kering (%)
Air 87.10 85.30 88.70
BKTL 8.90 7.90 10.00 Lemak kering 31.00 22.00 38.00
Laktosa 4.60 3.80 5.30 36.00L k 4 00 2 50 5 50 31 00
5/26/2018 Susu Penelitian
15/51
Secara kimiawi susu segar mempunyai pH dengan kisaran 6,6 6,7 dan
bila terjadi pembentukan asam karena aktivitas bakteri, angka tersebut akan turunsecara nyata. Berat jenis (BJ) susu berkisar antara 1,0260 1,0320 pada suhu
200C, keragamannya disebabkan karena perbedaan kandungan lemak dan zat-zat
padat bukan lemak (Buckle et al.1987). Karakteristik fisik susu antara lain: susu
mempunyai warna putih kebiru-biruan sampai kuning kecokelatan (Buckle et al.
1987); rasa asli susu sedikit manis akibat laktosa dan berbau khas aromatis
(Sudarwanto 2006); dan susu mempunyai titik beku antara -0,550C hingga -0,610C
serta titik didih sekitar 100,170C (Muchtadi dan Sugiyono 1992).
Mikrobiologi Susu
Susu merupakan sumber nutrisi dan energi yang baik, tidak hanya bagi
mamalia tetapi juga bagi sebagian besar mikroorganisme yang dapat tumbuh di
dalamnya (Walstra et al.2006). Menurut Spreer (1998), berdasarkan reaksi dan
perubahan yang dihasilkan, mikroorganisme dikelompokkan menjadi:
a. Mikroorganisme yang menguntungkan, digunakan dalam teknologi
pengolahan seperti pembuatan yogurt, kefir, dan keju.
b. Mikroorganisme yang merugikan, menyebabkan perubahan yang tidak
diinginkan dalam proses pengolahan susu, seperti perubahan rasa, aroma
dan rasa susu.
c. Mikroorganisme patogen, yang dapat menyebabkan penyakit baik pada
manusia, hewan, atau tanaman.
Menurut Frazier dan Westhoff (1988) susu mengandung mikroorganisme
yang relatif sedikit pada saat keluar dari ambing sapi yang sehat, dan pada
umumnya bakteri tersebut tidak tumbuh selama penanganan susu baik.
Mikroorganisme tersebut berjumlah sampai 500 sel/ml, tapi dapat meningkat
4
5/26/2018 Susu Penelitian
16/51
Tabel 2. Jumlah mikroba pencemar dalam susu segar.
Pencemar Jumlah Mikroba (CFU/ml susu)
Udara 100 1.500Ambing 300 4.000
Sanitasi buruk 500 15.000
Ambing sakit < 25.000
Peralatan susu > 1.000.000Sumber: Sudarwanto, 2006
Kandungan Bakteri Dalam Susu
Nama bakteri berasal dari bahasa Yunani bakterion yang berarti tongkat
atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok
mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil (meskipun ada
pengecualiannya), berkembang biak dengan pembelahan diri, serta hanya terlihat
dengan bantuan mikroskop (Dwidjoseputro 1987). Menurut Winarno (2004),
bakteri merupakan sel tunggal prokaryote, yaitu suatu organisme yang tidak
memiliki inti yang jelas dan terpisah, mereka dibedakan dari eukaryote sel yang
membangun tubuh manusia. Bakteri memiliki berbagai ukuran dan bentuk.
Sebagian besar bakteri tersebut berdiameter 0.2-2,0 m dan panjang 2,0-8,0 m
(Tortora et al.1998). Berdasarkan morfologinya, bakteri terdiri dari tiga bentuk
dasar yaitu:
1. Bentuk bulat atau kokus, contohnya: stafilococcus sp
2. Bentuk batang atau basilus, contohnya: bacillus sp
3. Bentuk spiral, contohnya: spirilla sp
Menurut Dwidjoseputro (1987), susunan sel bakteri terdiri dari dindingluar, sitoplasma, dan bahan inti. Dinding luar terdiri atas tiga lapis, dari luar ke
dalam berturut-turut yaitu lapisan lendir, dinding sel, dan membran sitoplasma.
Dinding sel dapat terdiri atas bermacam-macam bahan organik seperti selulosa,
h i l l khi i (k b hid d N) h l i i b
5
5/26/2018 Susu Penelitian
17/51
Bakteri yang hampir selalu ada di dalam susu adalah bakteri penghasil
asam laktat (asam susu); bakteri ini kebanyakan dari famili lactobacteriaceae(Dwidjoseputro 1978). Sifat terpenting dari bakteri asam laktat adalah
kemampuannya untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Produksi asam
laktat ini berjalan sangat cepat dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme
lain yang tidak diinginkan. Dalam pengolahan susu, bakteri asam laktat berperan
memfermentasi gula susu (laktosa) menjadi asam susu (asam laktat). Yang
termasuk bakteri asam laktat adalah famili Lactobacillacea, yaitu Lactobacillus,
dan famili Streptococcaceae, terutama Leuconostoc, Streptococcus dan
Pediococcus(Fardiaz 1989).
Pertumbuhan Bakteri
Menurut Tortora et al. (1998) yang dimaksud pertumbuhan adalah
pertambahan jumlah bakteri, bukan pertambahan ukuran sel. Proses perbanyakan
diri ini disebut dengan pembelahan biner. Bahan inti memperbanyak diri dan
membagi menjadi dua bagian yang terpisah dan kemudian sel membagi diri,
menghasilkan dua buah sel anak dengan ukuran yang sama. Pada saat
perbanyakan bahan inti ukuran dan massa sel yang asli (sel induk) bertambah, dan
secepatnya membagi dalam dua sel (sel anak) (Garbutt 1997). Waktu yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk membelah ini disebut waktu generasi, dan sangat
bervariasi tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhan (Fardiaz 1989). Pada
kondisi optimal, hampir semua bakteri memperbanyak diri dengan pembelahan
biner sekali setiap 20 menit (Gaman dan Sherrington 1994).
Menurut Garbutt (1997), mengamati pertumbuhan populasi
mikrorganisme lebih mudah dilakukan daripada pertumbuhan individu sel
mikroorganisme, hal ini karena ukuran sel mikroorganisme yang sangat kecil.
Laju pertumbuhan sel mikroorganisme yang berbiak dengan pembelahan biner
6
5/26/2018 Susu Penelitian
18/51
Tabel 3. Jumlah sel yang dihasilkan dengan pembelahan biner.
Generasi Jumlah sel Jumlah sel dalam pertumbuhan eksposensial
0 1 20
1 2 21
2 4 22
3 8 23
4 16 24
5 32 25
6 64 2
6
7 128 27
8 256 28
9 512 29
10 1024 210
Sumber: Garbutt 1997
Tahap Kematian
Tahap Adaptasi
Tahap TetapTahap Eksponensial
Waktu
Jumlahorganisme
hidup
Gambar 1. Kurva pertumbuhan mikroorganisme (Garbutt 1997)
7
5/26/2018 Susu Penelitian
19/51
Fase Adaptasi (Lag Phase)
Terjadi pemisahan
secara fisik
Kromosom menempel
pada dinding sel
Suatu sekat terbentuk
untuk memisahkansitoplasma untuk dua sel
Selaput dan dinding selbaru terbentuk
menghasilkan dua sel
yang lengkap
DNA membelah diri
menjadidua kromosom
Pengait kromosommembelah
Kromosom terpisah
Pengait kromosom
Kromosom
Dinding sel
Keseluruhan proses menghabiskan waktu sekitar 30 menit
Gambar 2. Pertumbuhan sel dan pembelahan biner bakteri (Garbutt 1997)
8
5/26/2018 Susu Penelitian
20/51
jumlah inokulum serta kondisi media dan kondisi inkubasi yang digunakan untuk
pertumbuhan (Garbutt 1997).
Fase Logaritmik (Log Phase) atau Fase Eksponensial
Pada fase ini sel memperbanyak diri secara cepat untuk beberapa jam atau
bahkan beberapa hari (Gaman dan Sherrington 1994). Dalam kondisi
pertumbuhan yang optimum, sel membelah dalam jumlah yang luar biasa dalam
waktu yang singkat. Laju pertumbuhan selama fase logaritmik ini ditentukan oleh
beberapa faktor seperti suhu inkubasi, aktivitas air dan pH media penanaman
(Garbutt 1997).
Fase Pertumbuhan Statis (Stationary Phase)
Dalam fase ini kecepatan tumbuh dan kecepatan mati sama, sehingga
jumlah sel akan konstan (Lay dan Hastowo 1992). Menurut Garbutt (1997),
jumlah populasi akan berhenti tumbuh karena suatu hal, atau kombinasi dari
beberapa penyebab berikut:
Zat makanan penting dalam media yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telah
habis.
Perubahan pH akibat metabolisme sel akan menghambat pertumbuhan.
Bahan beracun yang dihasilkan oleh metabolisme sel.
Kekurangan oksigen bagi organisme aerobik.
Fase Kematian (Death Phase)
Fase ini merupakan kebalikan dari fase logaritmik pertumbuhan. Jumlahsel menurun terus sampai didapatkan jumlah sel yang konstan untuk beberapa
waktu (Lay dan Hastowo 1992). Menurut Garbutt (1997), kematian ini dapat
diakibatkan oleh beberapa penyebab berikut:
S l k h bi i ( i h bi k i d d
9
5/26/2018 Susu Penelitian
21/51
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Menurut Muchtadi dan Betty (1980), seperti halnya pada makhluk hidup
lain, pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.
Pengaruh lingkungan ini dapat digolongkan menjadi faktor abiotik dan faktor
biotik.
Faktor abiotik merupakan faktor fisik dan kimia yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba. Diantara faktor fisik dan kimia tersebut adalah:1. Suhu
2. pH
3. Tekanan osmotik
4. Oksigen
5. Sinar gelombang pendek
6. Tegangan permukaan
7. Daya oligo dinamik logam berat
Sedangkan faktor biotik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah
pertumbuhan spesies mikroba lain. Pertumbuhan dan aktivitas tiap spesies
mikroba umumnya tergantung pada aktivitas mikroba lain yang banyakjumlahnya; ada yang menguntungkan, ada yang menyaingi dan ada pula yang
sifatnya berlawanan.
Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Menurut Gaman dan Sherrington (1994), tiap-tiap mikroorganisme
memiliki suhu pertumbuhan maksimum, minimum dan optimum. Suhu
maksimum yaitu suhu tertinggi, di atas suhu tersebut mikroba tidak dapat tumbuh.
Suhu minimum yaitu suhu terendah, di bawah suhu tersebut mikroba tidak dapat
tumbuh Suhu optimum yaitu suhu di mana mikroba tumbuh sangat baik Ini
10
5/26/2018 Susu Penelitian
22/51
Menurut Muchtadi dan Betty (1980), berdasarkan suhu pertumbuhannya,
bakteri dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Bakteri termofil, yang memerlukan suhu tinggi untuk dapat tumbuh
dengan baik. Suhu optimumnya di atas 500
C,
2. Bakteri mesofil, yang mempunyai suhu optimum antara 20 450C,
3. Bakteripsikhrofil, yang tumbuh pada suhu rendah yaitu antara 5 100C,
tetapi sebenarnya mempunyai suhu optimum di atas 200C.
Gambar 3. Kurva suhu optimum pertumbuhan bakteri (Dwidjoseputro 1978)
Keterangan:
A. PsikhrofilB. Mesofil
C. Termofil
Peranan suhu terhadap pertumbuhan mikroba sebenarnya merupakan
petunjuk adanya pengaruh suhu terhadap enzim di dalam sel mikroba (Muchtadi
dan Betty 1980). Menurut Garbutt (1997), rentang suhu optimum ditentukan oleh
pengaruh suhu terhadap membran sel dan enzim, untuk organisme tertentu,
pertumbuhan dibatasi oleh suhu dimana enzim dan membran sel dapat berfungsi.
Hubungan antara pertumbuhan dan suhu untuk berbagai organisme dapat dilihat
pada Gambar 3.
8040 6020
A B CPertumbuhan
Suhu (0C)
Log.
11
5/26/2018 Susu Penelitian
23/51
Gambar 4. Kurva pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri (Garbutt 1997)
Keterangan
A adalah suhu minimum, pada suhu ini tidak terjadi pertumbuhan.
B adalah suhu optimum, pada suhu ini mikroorganisme tumbuh sangat cepat.
C adalah suhu maksimum, di atas suhu ini mikroorganisme tidak tumbuh.
(a) menunjukkan bahwa pertumbuhan meningkat seiring dengan peningkatan reaksi katalisasienzim.
(b) menunjukkan bahwa reaksi katalisasi mencapai maksimum.
(c) menunjukkan bahwa pertumbuhan menurun seiring dengan denaturasi enzim dankerusakan membran sel.
Menurut Garbutt (1997), suhu memiliki pengaruh yang sangat pentingterhadap fase adaptasi pertumbuhan mikroorganisme. Ketika suhu mendekati suhu
minimum, tidak hanya mengurangi kecepatan pertumbuhan tetapi juga
memperpanjang fase adaptasi. Hal ini sangat penting dalam proses penyimpanan
makanan pada suhu dingin. Jika makanan disimpan di bawah suhu minimum,
maka sel-sel mikroorganisme akan tumbuh lambat. Dan jika makanan disimpan di
atas suhu maksimum, maka sel-sel mikroorganime akan mati dengan cepat (Ray
2001).
Menurut Jay (1997), penggunaan suhu rendah untuk menyimpan makanan
didasarkan atas fakta bahwa aktivitas mikroorganisme dapat diperlambat dan/atau
1010 5030 4020
(b)
(a)
(c)
A B C
Kecepatanpertumbuhan
Suhu (0C)
12
5/26/2018 Susu Penelitian
24/51
Karakteristik Enzim
Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel
hidup, dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia
(Wirahadikusumah 1977). Enzim bertindak sebagai katalisator untuk
meningkatkan tingkat reaksi kimia, akan tetapi enzim bukan penyebab terjadinya
suatu reaksi melainkan suatu reaksi tidak akan terjadi secara spontan tanpa enzim.
Enzim yang dihasilkan oleh sel mikroorganisme mempunyai sifat-sifatumum yang sama. Menurut Dwidjoseputro (1978), sifat-sifat umum enzim itu
sebagai berikut:
a. Enzim menggiatkan atau kadang-kadang memulai suatu proses.
b. Enzim bekerja spesifik. Untuk merubah suatu zat tertentu diperlukan enzim
tertentu pula.
c. Enzim adalah protein, jadi suatu kolloid.
d. Reaksi beberapa enzim dapat bersifat bolak-balik.
e. Enzim tidak tahan suhu tinggi. Kegiatan enzim sangat dipengaruhi oleh
suhu. Di bawah suhu maksimum, kenaikan suhu berarti bertambah giatnya
enzim.
f. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh pH, konsentrasi, suhu, subtrat, dan hasilakhir.
g. Beberapa enzim memerlukan ko-enzimuntuk melaksanakan tugasnya.
Menurut Pelczar dan Chan (1986), enzim bersifat labil. Aktivitasnya dapat
berkurang dengan nyata atau berubah oleh berbagai kondisi fisik atau kimiawi.
Kondisi yang mempengaruhi aktivitas enzim diantaranya ialah:
a. Konsentrasi enzim
b. Konsentrasi subtrat
c. pH
13
5/26/2018 Susu Penelitian
25/51
akan mendenaturisasi (menghancurkan) sebagian besar enzim. Suhu yang sangat
rendah pada prakteknya menghentikan aktivitas enzim tetapi tidak
menghancurkannya. Pengaruh suhu pada aktivitas enzim dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Kurva pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim (Pelczar dan Chan
1986).
Kurva di atas (Gambar 5), dimulai pada suhu rendah, aktivitas enzim
bertambah seiring naiknya suhu sampai aktivitas optimumnya dicapai. Kenaikan
suhu lebih lanjut berakibat dengan berkurangnya aktivitas dan pada akhirnya
terjadi kerusakan enzim.
Kandungan Enzim Dalam Susu
Menurut Fox dan McSweeney (1998), seperti halnya makanan yang
berasal dari tumbuhan atau hewan lainnya, susu mengandung beberapa enzim
yang merupakan unsur yang disekresi. Sampai saat ini ada sekitar 60 enzim yang
telah ditemukan dalam susu sapi. Secara teknologi, banyaknya enzim dalam susu
sangat penting, bila dilihat dari lima hal.
1. Penurunan atau pengawetan kualitas susu.
2. Sebagai indeks suhu yang digunakan untuk menyimpan susu.
3. Sebagai indeks mastitis (peradangan kelenjar ambing).
4. Aktivitas antimikrobial.
5 Sebagai sumber enzim yang dikomersialkan
Aktivitas
enzim
10 5030 402010 60 70
Suhu (0C)
14
5/26/2018 Susu Penelitian
26/51
Enzim Katalase
Katalase adalah suatu enzim yang dapat ditemukan dalam sebagian besar
bakteri (Muchtadi dan Betty 1980). Menurut Dwidjoseputro (1978), katalase
merupakan enzim yang tergolong ke dalam kelompok enzim yang menolong
proses oksidasi (oksidase). Enzim ini mengkatalisis penguraian hidrogen-
peroksida dan membebaskan O2serta air dengan reaksi sebagai berikut:
2 H2O2 2 H2O + O2
Menurut Fox dan McSweeney (1998), katalase dalam susu pertama kali
ditemukan pada tahun 1907. Katalase dalam susu adalah protein dengan berat
molekul 200 kDa, dan pH isoelektrik 5.5, stabil pada pH 5 10 tetapi aktivitasnya
akan segera hilang bila di luar interval ini. Pemanasan di atas 70
0
C selama satujam akan menginaktivasi aktivitas enzim. Seperti halnya katalase yang lain,
aktivitas katalase dihambat oleh Hg2+
, Fe2+
, Cu2+
, Sn2+
, CN-, dan NO
-3. Aktivitas
katalase dalam susu bervariasi tergantung pada pakan, masa laktasi dan adanya
infeksi mastitis.
Enzim katalase
15
5/26/2018 Susu Penelitian
27/51
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2005 sampai Agustus 2005.
Pengambilan sampel di Kawasan Usaha Ternak (KUNAK) Cibungbulang
Kabupaten Bogor. Pemeriksaan mikrobiologik dan angka katalase dilakukan di
Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Departemen Ilmu
Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor
Bahan dan alat
Penelitian ini menggunakan 60 sampel susu kandang yang diperoleh dari
KUNAK Bogor. Bahan yang digunakan dalam uji jumlah total bakteri (TPC)
adalah buffered peptone water (BPW) 0.1 %, Plate Count Agar (PCA), alkohol
70%, dan es. Sedangkan bahan yang digunakan dalam uji Katalase adalah
Hidrogen Peroksida (H2O2) 0.5 %.
Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah botol sampel
steril, kantong plastik steril, termos, termometer, tissue, dan kain lap. Peralatanyang digunakan dalam uji jumlah total bakteri (TPC) adalah tabung reaksi steril,
pipet 1 ml dan 10 ml, api bunsen, tube shaker, cawan petri steril, lemari es, dan
inkubator dengan suhu 370C. Peralatan yang digunakan untuk penghitungan
jumlah koloni adalah spidol, alat hitung (counter) dan Quebec Colony Counter.
Peralatan yang digunakan dalam uji Katalase adalah tabung katalase steril,
kantong plastik steril, api bunsen, dan inkubator dengan suhu 370C.
Metode Penelitian
P bil S l
5/26/2018 Susu Penelitian
28/51
KUNAK II. Sampel kandang tersebut masing-masing diambil sebanyak 30 ml
dan dimasukan dalam 2 botol sampel dengan masing-masing 15 ml. Satu botol
disimpan pada suhu rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
29/51
Setelah pengenceran selesai dilakukan, kemudian dilakukan pemupukan.
Dalam pemeriksaan jumlah bakteri ini, pemupukan dilakukan dari pengenceran
desimal 10-3
sampai pengenceran desimal 10-5
. Pemupukan dilakukan dengan cara
memasukkan 1 ml masing-masing pengenceran ke dalam cawan petri steril yang
telah diberi label sebelumnya, yang disesuaikan dengan angka pengenceran.
Masing-masing cawan petri tersebut dituangkan 10-15 ml PCA (suhu 40-45oC).
Setelah itu dihomogenkan isinya secara perlahan (perhatikan jangan sampai cairan
tersebut keluar dari cawan petri) dan didiamkan pada suhu ruangan agar memadat.
Setelah memadat, diinkubasi pada suhu 35-37oC, selama 18-24 jam.
Susu 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
9 ml BPW 9 ml BPW 9 ml BPW 9 ml BPW 9 ml BPW
0,1 % 0,1 % 0,1 % 0,1 % 0,1 %
1 ml 1 ml 1 ml
cawan petri
15-20 ml agar PCA dituangkan sesudahlarutan sample dimasukkan kedalam cawan petri
Gambar 6. Skema metode hitungan cawan (TPC)
18
19
5/26/2018 Susu Penelitian
30/51
Pengamatan dan Penghitungan Jumlah Bakteri
Pengamatan dan penghitungan jumlah bakteri dilakukan setelah 18-24 jam
masa inkubasi. Penghitungan bakteri dilakukan dengan melakukan penghitungan
jumlah koloni yang tumbuh. Penghitungan jumlah koloni ini menggunakan alat
bantu hitung dan Quebec Colony Counter.
Penghitungan jumlah bakteri dilakukan pada semua koloni yang tumbuh
dalam setiap cawan petri. Jumlah mikroba per ml dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Jumlah bakteri per gram/ ml = jumlah koloni x 1
faktor pengenceran
Pedoman penghitungan jumlah bakteri (Lukman DW et al. 2007)
Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni
antara 25 sampai 250.
Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan
koloni yang besar yang jumlah koloni yang diragukan dapat dihitung sebagai
satu koloni.
Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung
sebagai satu koloni.
Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua, yaitu angka pertama di depan
koma dan angka ke dua dibelakang koma. Jika angka ketiga 5 maka ia harus
dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka yang ke dua.
Jika semua pengenceran yang dipupuk menghasilkan angka kurang dari 25
koloni per cawan petri, maka hitunglah jumlah koloni pada pengenceran
terendah. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 25 dikalikan dengan
besarnya pengenceran dan cantumkan jumlah sesungguhnya di dalam tanda
kurung.
Jika semua pengenceran yang dipupuk menghasilkan angka lebih dari 250
19
20
5/26/2018 Susu Penelitian
31/51
terendah < 2,0 maka dilaporkan rata-rata jumlah kedua cawan petri tersebut
dengan memperhitungkan pengencerannya. Jika perbandingan keduanya >2,0
maka dilaporkan hasil dari pengenceran terkecil (dengan memperhitungkan
pengencerannya).
Jika digunakan dua cawan petri (duplo) setiap pengenceran, data yang diambil
harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu, meskipun
salah satu cawan tidak menghasilkan 25-250 koloni.
Jika pada pengenceran yang terendah menghasilkan angka 0, misal 0 x 101
maka hasilnya dilaporkan sebagai est < 101di dalam tanda kurung.
Uji Katalase
Prinsip
Bakteri, reruntuhan sel ambing dan sel organis yang ada di dalam susu
dapat menghasilkan berbagai enzim. Salah satunya adalah enzim katalase. Enzim
katalase akan membebaskan oksigen (O2) dari larutan peroksida-nya (H2O2).
Volume gas O2yang dibebaskan ini yang akan diukur.
Cara Kerja
Dengan menggunakan pipet 10 ml, sampel susu dimasukkan ke dalam
tabung katalase steril. Kemudian, 5 ml H2O20,5% ditambahkan ke dalamnya dan
dihomogenkan dengan cara membolak-balik tabung. Kemudian susu ditempatkan
pada bagian vertikal tabung yang terdapat skala di puncaknya. Tabung disumbat
dengan kapas, kemudian dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 370C
selama 3 jam. Setelah diinkubasi, volume gas O2yang terbentuk di puncak tabung
dihitung. Jumlah ml O2 menunjukkan angka katalase. Bila terdapat busa, maka
rasio cairan dan gas adalah 1:1.
Analisis Statistik
20
5/26/2018 Susu Penelitian
32/51
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel susu yang digunakan dalam penelitian adalah sampel susu segar
hasil pemerahan pagi, yang diambil dari peternak pada saat disetorkan ke Tempat
Pengumpulan Susu (TPS). Sebanyak 30 sampel susu diambil dari 30 kandang
yang berasal dari peternakan KUNAK I dan 30 sampel yang berasal dari
peternakan KUNAK II. Sampel kandang tersebut masing-masing diambil
sebanyak 30 ml dan dimasukkan ke dalam 2 botol sampel dengan masing-masing 15 ml. Satu botol disimpan dalam cool boxbersuhu rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
33/51
Keterangan : Pertama rendah = pemeriksaan pertama pada suhu rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
34/51
(
5/26/2018 Susu Penelitian
35/51
Keterangan : Suhu rendah = penyimpanan pada suhu rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
36/51
B. Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Angka Katalase.
Hasil penghitungan nilai katalase dianalisa dengan menggunakan metode
statistika uji t-Student untuk mengetahui tingkat perbedaan diantara dua
pemeriksaan. Hasil pengujian katalase ditampilkan dalam grafik boxplot berikut.
Pertama Rendah Kedua Rendah Pertama Ruangan Kedua Ruangan
Perlakuan
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
AngkaKat
alase(cc)
168
Keterangan : Pertama rendah = pemeriksaan pertama pada suhu rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
37/51
(
5/26/2018 Susu Penelitian
38/51
Pengaruh interaksi suhu dan lama penyimpanan terhadap rataan angka
katalase (cc) terlihat pada Gambar 10.
Keterangan : Suhu rendah = penyimpanan pada suhu rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
39/51
menyebabkan hilangnya aktivitas katalisasi. Dapat dikatakan, penurunan sintesa
protein tampak berhubungan dengan penurunan sintesa enzim yang terjadi pada
suhu rendah.
Pada Gambar 10 menunjukkan angka katalase pemeriksaan pertama suhu
rendah ( 1.793 0.7302 cc). Seperti pada pH dan suhu
optimum bagi pertumbuhan bakteri, demikian pula ada pH dan suhu optimum
bagi aktivitas enzim. Hal ini tidak berarti bahwa nilai-nilai tersebut sama untuk
setiap enzim. Alasan bagi perbedaan ini ialah selama pertumbuhan, aktivitas atau
respon diukur sebagai aktivitas total yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bila
semua enzim dan sistem enzim berfungsi secara harmonis di dalam sel. Keadaan
optimum bagi aktivitas suatu enzim tidak berarti optimum untuk enzim-enzim lain
atau bagi berfungsinya seluruh sel. Beberapa enzim menjadi tidak aktif oleh
perubahan-perubahan yang amat kecil di sekitarnya, misalnya dalam waktu yang
singkat disimpan dalam suhu ruangan (Pelczar dan Chan 1986). Hasil
pemeriksaan pertama suhu rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
40/51
Dari hasil penelitian (Tabel 4) menunjukkan nilai rataan TPC selama
penyimpanan pada suhu rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
41/51
Hasil uji katalase menunjukkan rataan angka katalase selama penyimpanan
pada suhu rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
42/51
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa:
1. Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan melakukan aktivitas
enzimatis dipengaruhi oleh suhu dan lama penyimpanan.
2. Penyimpanan sampel susu pada suhu rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
43/51
DAFTAR PUSTAKA
Barbano DM, Ma Y, Santos MV. 2006. Influence of Raw Milk Quality on Fluid
Milk Shelf Life. Dairy Sci. 89(E. Suppl.):E15E19
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH dan Woortom M. 1987. Ilmu Pangan. Hari
Purnomo, Adiono. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Dwidjoseputro D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Cet ke-12. Jakarta:
Djambatan.
Fardiaz S. 1989. Petunjuk Praktikum Analisis Mikrobiologi Pangan. Bogor: PAU
IPB.
Fox PF, McSweeney PLH. 1998. Dairy Chemistry and Biochemistry. London:
Blackie Academic & Professional.
Frazier WC, Westhoff DC. 1988. Food Microbiology. Edisi ke-4. New York:
McGraw-Hill Book Company.
Gaman PM. Dan Sherrington KB. 1994. ILMU PANGAN. Pengantar Ilmu
Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi, Edisi kedua. Murdijati Gardjito, Sri
Naruki, Agnes Murdiati, Sardjono. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press. Terjemahan dari: The Science of Food: An Introduction to Food
Science, Nutrition, and Microbiology.
Garbutt J. 1997. Essentials of Food Microbiology. London: Arnold.
Girindra A. 1993. Biokimia 1. Cet. 3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ito Osamu, Akuzawa Ryozo. 1983. Purification, Crystallization, and Properties of
Bovine Milk Catalase. J Dairy Sci 66:967973.
Janzen JJ, Bishop JR, Bodine AB, Caldwell CA. 1982. Shelf-Life of Pasteurized
33
5/26/2018 Susu Penelitian
44/51
Lukman DW et al. 2007. Penuntun Praktikum Higiene Pangan. Bogor: FKH IPB
[Tidak Diterbitkan].
Lund BM, Baird-Parker TC, Gould GW. 2000. The Microbiological Safety and
Quality of Food. Volume 1. Maryland: Aspen Publishers, inc.
Milller GD, Jarvis JK, McBean LD. 2007. Handbook of Dairy Foods and
Nutrition/ National Dairy Council. Third edition. New York: CRC Press.
Muchtadi D, Betty SK. 1980. Petunjuk Praktek Mikrobiologi Hasil Pertanian 2.
Jakarta: Departemen Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan.
Muchtadi TR, Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan. PAU. IPB. IPB
Nugraheni TW. 2003. Kemampuan Uji Katalase Sebagai Uji Penentuan Kualitas
Susu Segar [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, InstitutPertanian Bogor.
Pelzar MJJr, Chan ECS. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Volume ke-1, 2,
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah; Jakarta:
UI Pr. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
Prastiwi AR. 1996. Pengaruh Cara Pemanasan, Temperatur Penyimpanan danLama Penyimpanan terhadap Daya Tahan Susu Kambing Peranakan
Etawah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor.
Ray B. 2001. Fundamental Food Microbiology. Ed-2. New York: CRC Press.
Simon M dan Hansen AP. 2001. Effect of Various Dairy Packaging Materials onthe Shelf Life and Flavor of Pasteurized Milk. J. Dairy Sci. 84:767773
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1998. Standar Susu Segar Nomor 01-3141.
Badan Standarisasi Nasional
34
5/26/2018 Susu Penelitian
45/51
Tortora GJ, Funke BR, Case CL. 1998. Microbiology an Introduction. Ed ke-6.
California: The Benjamin/ Cumming Publishing.
Walstra P, Wouters JTM, Geurts TJ. 2006. Dairy Science and Technology. Boca
Raton: CRC Press.
Winarno FG. 2004. Keamanan Pangan Jilid 2. Cet ke-1. Bogor: M-BRIO Press.
Wirahadikusumah M. 1977. Biokimia: Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.
Cetakan ke-7. Bandung: Penerbit ITB.
5/26/2018 Susu Penelitian
46/51
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Uji Deskriptif Pemeriksaan Pertama dan Kedua.
Uji Total Plate Count (TPC)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TPC Pertama Rendah 60 4.18 6.42 5.3738 .48947
TPC Kedua Rendah 60 4.08 7.57 5.4943 .67378
TPC Pertama Ruangan 60 5.20 7.54 6.2600 .51165
TPC Kedua Ruangan60 6.11 8.46 7.4458 .45416
Valid N (listwise) 60
Uji Katalase
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Katalase Pertama Rendah
44 .5 3.6 1.939 .8213
Katalase Kedua Rendah 44 .8 4.1 2.109 .8640
Katalase Pertama Ruangan44 .5 3.6 1.793 .7302
Katalase Kedua Ruangan 44 .5 5.5 2.391 .9298
Valid N (listwise) 44
5/26/2018 Susu Penelitian
47/51
Lampiran 2. Hasil Uji t-Student Pemeriksaan TPC Pertama dan Kedua pada Sampel Suhu Rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
48/51
Lampiran 3. Hasil Uji t-Student Pemeriksaan TPC Pertama dan Kedua pada Sampel Suhu Ruangan (27.50C).
Paired Samples Statistics
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Pair 1 TPC Pertama
Ruangan
6.2600 60 .51165 .06605
TPC KeduaRuangan
7.4458 60 .45416 .05863
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 TPC PertamaRuangan & TPCKedua Ruangan
60 .350 .006
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
95% Confidence Intervalof the Difference
Lower Upper
Pair 1 TPC PertamaRuangan - TPCKedua Ruangan
-1.18573 .55278 .07136 -1.32853 -1.04293 -16.615 59 .000
37
5/26/2018 Susu Penelitian
49/51
Lampiran 4. Hasil Uji t-Student Pemeriksaan Katalase Pertama dan Kedua pada Sampel Suhu Rendah (
5/26/2018 Susu Penelitian
50/51
Lampiran 5. Hasil Uji t-Student Pemeriksaan Katalase Pertama dan Kedua pada Sampel Suhu Ruangan (27.50C).
Paired Samples Statistics
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Pair 1 KatalasePertama
Ruangan
1.793 44 .7302 .1101
Katalase KeduaRuangan
2.391 44 .9298 .1402
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 KatalasePertamaRuangan &KatalaseKeduaRuangan
44 .369 .014
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Intervalof the Difference
Lower UpperPair 1 Katalase
PertamaRuangan -KatalaseKeduaRuangan
-.5977 .9466 .1427 -.8855 -.3099 -4.189 43
.000
39
5/26/2018 Susu Penelitian
51/51