51
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN ANGKA KATALASE TERHADAP DAYA TAHAN SUSU FATKHAN ROFI’I B04102077 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Susu Penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengolahan susu

Citation preview

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    1/51

    HUBUNGAN ANTARA JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN

    ANGKA KATALASE TERHADAP DAYA TAHAN SUSU

    FATKHAN ROFII

    B04102077

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    2/51

    ABSTRAK

    FATKHAN ROFII. Hubungan antara jumlah total bakteri dan angka katalase

    terhadap daya tahan susu.Dibimbing oleh MIRNAWATI SUDARWANTO.

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara jumlah total

    bakteri dan angka katalase terhadap daya tahan susu. Sebanyak 60 sampel susu

    kandang hasil pemerahan pagi hari diambil dari peternak di Kawasan Usaha

    Ternak (KUNAK) Bogor pada saat diserahkan ke Tempat Pengumpulan Susu

    (TPS). Penelitian ini dilakukan dengan menempatkan setiap sampel pada suhu

    rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    3/51

    ABSTRACT

    The relationship between total bacteria count (Total Plate Count) and

    catalase value to the fresh milk shelf-life. Sixty milk samples were taken from

    collecting center (KUNAK) of Bogor. Each milk samples were devided into 2

    groups: (1) low temperature storage (< 100C) and (2) room temperature storage

    ( 27.50C). The samples were analyzed with total bacteria count (TPC) test and

    catalase test and repeated after 3 hours. The result showed that milk samples

    which stored at low temperature (0.025)

    to the bacterial counts and catalase value. On the other hand, milk samples which

    stored at room temperature (27.50C) had significant difference (P

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    4/51

    HUBUNGAN ANTARA JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN

    ANGKA KATALASE TERHADAP DAYA TAHAN SUSU

    FATKHAN ROFII

    B04102077

    Skripsi

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

    Institut Pertanian Bogor

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    5/51

    Judul Skripsi : Hubungan Antara Jumlah Total Bakteri dan Angka Katalase

    Terhadap Daya Tahan Susu.

    Nama : Fatkhan Rofii

    NIM : B04102077

    Menyetujui,

    Prof. Dr. drh. Mirnawati Sudarwanto

    Pembimbing

    Mengetahui,

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    6/51

    KATA PENGANTAR

    Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat

    kehidupan dan nikmat akal. Berkat taufiq dan ridho-Nya maka penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Jumlah Total Bakteri dan

    Angka Katalase Terhadap Daya Tahan Susu. Shalawat dan salam semoga

    tercurah pada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan

    para penerus perjuangan beliau yang senantiasa bersama kebenaran dan

    memperjuangkannya.

    Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak. Penghargaan

    dan terima kasih kepada: Prof. Dr. drh. Mirnawati Sudarwanto selaku

    pembimbing. drh. Okti Nadia Poetri MSi. selaku dosen penilai seminar. Dr. drh.

    A. Winny K. Sanjaya MS. selaku dosen penguji. Dr. drh. Zahid Ilyas Msi. selaku

    pembimbing akademik. drh. Hadri Latif MSi. yang telah banyak membantu.

    Seluruh staf Kunak Sapi Perah Cibungbulang Bogor dan staf penunjang

    Laboratorium Kesmavet (Pak Tedi, Pak Hendra, Ibu Eha). Departemen Ilmu

    Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Teman-teman sepenelitian

    (Liys dan Fitrine). Keluarga di Bojonegoro; Bapak, Ibu, mbak Uswatun H, mbak

    Atifah R, mas Dwi Priyo S, mas Thosim, Nuha, Ilma, Fani dan Zulfa atas

    dukungan doa dan kasih sayang yang tulus. Segenap keluarga ARTHOPODA39

    (Hendra, Didid, Efal, Rinaldi, Ujang J, Abdul, Eko C, Tita, Marwah, Suci F,

    Laela, Liys, Azizah dll). DPM KM FKH 2003/2004 (Septa, Nidya, Nazla, Bayu,

    Salman, dll). DPM KM FKH 2004/2005 (Izzul, Kukuh Diki, Dini A, Naila, Narti

    dll). Keluarga kecil saya di Tanah Sareal. Keluarga di FKH yang telah

    mengajarkan arti sebuah keluarga. Tempat hatiku terpaut: Al Hurriyyah; An Nahl;

    Al Inayah 1; Pondok HAMAS.

    Akhirnya, saya berharap skripsi ini menjadi salah satu pengabdian saya

    k d All h k ib i k d il h d b i f

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    7/51

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 13 Januari 1984 dari

    pasangan Bapak Abu Dardak dan Ibu Umi Kulsum. Penulis merupakan anak ke

    tiga dari tiga bersaudara.

    Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1988 1990 di TK

    Raudhatul Athfal Pejambon. Tahun 1990 sampai 1996 penulis melanjutkan

    sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Pejambon, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1

    Sumberrejo Bojonegoro hingga lulus pada tahun 1999. Pendidikan selanjutnya di

    SMUN 3 Bojonegoro hingga lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama,

    penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Kedokteran Hewan

    melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

    Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi intra dan ekstra

    kampus. Organisasi intra kampus antara lain: Dewan Perwakilan Mahasiswa FKH

    IPB (2003-2004) sebagai sekretaris umum, Dewan Perwakilan Mahasiswa FKH

    IPB (2004-2005) sebagai ketua, ketua Komisi Pemilihan Raya FKH IPB tahun

    2004, Himpunan Minat Profesi Ruminansia (2003-2005), Himpunan Minat

    Profesi Ornithologi dan Unggas (2003-2004), Majelis Perwakilan Mahasiswa

    Keluarga Mahasiswa IPB (2003-2004), Badan Pengawas Ikatan Mahasiswa

    Kedokteran Hewan Indonesia (2003-2005). Sedangkan organisasi ekstra kampus

    yang diikuti antara lain: Paguyuban Angkling Dharma (PAD) Bojonegoro (2003-

    2004) sebagai ketua internal. Dan pada tahun 2007 2008 diamanahkan menjadi

    dewan penasehat PAD. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum

    Pendidikan Agama Islam (semester ganjil 2004 dan semester ganjil 2005). Pada

    tahun 2007 penulis menjadi tutor/ fasilitator Program Pendidikan Keaksaraan

    Fungsional LPPM IPB.

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    8/51

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... i

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. ii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iv

    PENDAHULUAN

    Latar belakang ................ 1

    Tujuan ........................ 2

    Manfaat penelitian ...................... 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    Komposisi dan karakteristik susu ....................... 3

    Mikrobiologi susu .......................... 4

    Kandungan bakteri dalam susu ...................... 5

    Pertumbuhan bakteri .................. 6

    Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ................... 10

    Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri ................. 10

    Karakteristik enzim .................................................. 13

    Kandungan enzim dalam susu .................. 14

    Enzim katalase ............................................. 15

    BAHAN DAN METODE

    Waktu dan tempat ................ 16

    Bahan dan alat .............. 16

    Metode penelitian ................. 16

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengaruh suhu penyimpanan terhadap jumlah total bakteri (TPC) ..... 21

    Pengaruh suhu penyimpanan terhadap angka katalase ............................ 25

    H b j l h l b k i (TPC) d k k l

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    9/51

    DAFTAR TABEL

    1. Rataan komposisi susu ..................................................................................... 3

    2. Jumlah mikroba pencemar dalam susu segar................................................ 5

    3. Jumlah sel yang dihasilkan dengan pembelahan biner..................................... 7

    4. Rataan hasil uji TPC, uji katalase dan paramater SNI 01-3141-1998 .... 28

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    10/51

    DAFTAR GAMBAR

    1. Kurva pertumbuhan populasi mikroorganisme ................................................... 7

    2. Pertumbuhan sel dan pembelahan biner bakteri .................................................. 8

    3. Kurva suhu optimum pertumbuhan bakteri ............................................... 11

    4. Kurva pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri ....... 12

    5. Kurva pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim ............................................ 14

    6. Skema metode hitungan cawan (TPC) .................................................. 18

    7. Hasil uji TPC dengan dua kali pemeriksaan pada sampel suhu rendah

    (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    11/51

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Hasil uji deskriptif pemeriksaan pertama dan kedua ..................................... 35

    2. Hasil uji t-Student pemeriksaan TPC pertama dan kedua pada sampel suhu

    rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    12/51

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Susu merupakan bahan makanan bergizi yang memiliki susunan dan

    perbandingan gizi yang sempurna, mudah dicerna dan diserap oleh darah. Bila

    dibandingkan dengan bahan makanan yang lain, susu mengandung zat gizi yang

    lebih tinggi. Lebih dari 100 komponen yang telah diidentifikasi dalam susu sapi.Komponen penting dalam susu dan produk susu diantaranya adalah kalsium,

    vitamin D, protein, potassium, vitamin A, vitamin B12, riboflavin, niacin, dan

    fosfor (Miller et al.2007). Kandungan zat gizi yang tinggi ini menjadikan susu

    sebagai bahan makanan yang sangat baik untuk dikonsumsi oleh manusia maupun

    anak hewan. Disamping itu, kandungan zat gizi yang tinggi juga menyebabkan

    susu menjadi media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri.

    Pertumbuhan bakteri dalam susu dapat memberikan efek yang

    menguntungkan dan merugikan dalam proses pengolahan susu. Bakteri yang

    menguntungkan misalnya bakteri yang digunakan untuk pengolahan yogurt, kefir,

    mentega, keju dan lainnya Pelczar dan Chan (1986). Kelompok bakteri yang

    merugikan dapat bersifat patogen dan non-patogen. Bakteri patogen dapatmenyebabkan gangguan kesehatan dengan kata lain susu tidak aman untuk

    dikonsumsi. Bakteri non-patogen dapat menyebabkan penurunan mutu, penolakan

    oleh konsumen dan daya tahan susu menjadi pendek, dengan kata lain,

    pertumbuhan bakteri dalam susu menyebabkan susu menjadi bahan makanan yang

    mudah rusak (perishable food) dan berpotensi mengandung bahaya (potentially

    hazardous food/ PHF).

    Secara alami, susu yang keluar dari ambing selalu mengandung bakteri.

    Dalam perkembangannya, jumlah bakteri tersebut dapat bertambah atau tetap

    sesuai dengan kondisi lingkungan yang mempengaruhinya. Perubahan tersebut

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    13/51

    (Sudarwanto 2006). Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh ketersediaan makanan,

    oksigen (O2), aktivitas air (aw), suhu, pH dan potensial oksidasi-reduksi. Adapunfaktor yang menghambat pertumbuhan bakteri antara lain produk yang dihasilkan

    bakteri itu sendiri dan bakteriophage. Selain itu, pertumbuhan bakteri dalam susu

    dapat dihambat dengan menggunakan suhu rendah (Fardiaz 1989). Penyimpanan

    pada suhu rendah juga dapat digunakan untuk memperoleh kesegaran susu dan

    memperoleh umur simpan yang panjang.

    Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah total

    bakteri dan angka katalase terhadap daya tahan susu

    Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan sebagai

    rujukan kepada pihak terkait (dunia kesehatan masyarakat veteriner, peternak,

    peneliti) untuk melakukan tindakan preventif agar daya tahan susu lebih baik.

    2

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    14/51

    TINJAUAN PUSTAKA

    Susu adalah sekresi yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang

    diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak

    dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun.

    Sedangkan susu segar adalah susu murni yang disebutkan di atas dan tidak

    mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan tanpa mempengaruhi

    kemurniannya (SNI 01-3141-1998).

    Dasar dari ilmu pengetahuan dan teknologi produk susu adalah susu

    karena susu adalah bahan baku dari semua produk susu. Susu sebagian besar

    digunakan sebagai produk pangan. Dipandang dari segi gizi, susu merupakan

    makanan yang hampir sempurna (Buckle et al.1987). Hal ini disebabkan karena

    susu memiliki susunan dan perbandingan zat gizi sempurna, kandungan zat gizi

    lengkap, mudah dicerna dan diserap darah, serta mutu dan lemak susu lebih tinggi

    daripada bahan makanan lain (Sudarwanto 2006).

    Komposisi dan Karakteristik Susu

    Komposisi susu pada dasarnya sangat bervariasi, tergantung dari berbagai

    faktor seperti: faktor genetik, makanan, iklim, suhu, waktu laktasi, dan prosedur

    pemerahan (Muchtadi dan Sugiyono 1992). Rataan komposisi susu menurut

    Walstra et al.(2006) ada dalam Tabel 1.

    Tabel 1. Rataan komposisi susu.

    KomponenRataan dalam

    Susu (%)Kisaran

    (%)Rataan dalam

    Berat Kering (%)

    Air 87.10 85.30 88.70

    BKTL 8.90 7.90 10.00 Lemak kering 31.00 22.00 38.00

    Laktosa 4.60 3.80 5.30 36.00L k 4 00 2 50 5 50 31 00

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    15/51

    Secara kimiawi susu segar mempunyai pH dengan kisaran 6,6 6,7 dan

    bila terjadi pembentukan asam karena aktivitas bakteri, angka tersebut akan turunsecara nyata. Berat jenis (BJ) susu berkisar antara 1,0260 1,0320 pada suhu

    200C, keragamannya disebabkan karena perbedaan kandungan lemak dan zat-zat

    padat bukan lemak (Buckle et al.1987). Karakteristik fisik susu antara lain: susu

    mempunyai warna putih kebiru-biruan sampai kuning kecokelatan (Buckle et al.

    1987); rasa asli susu sedikit manis akibat laktosa dan berbau khas aromatis

    (Sudarwanto 2006); dan susu mempunyai titik beku antara -0,550C hingga -0,610C

    serta titik didih sekitar 100,170C (Muchtadi dan Sugiyono 1992).

    Mikrobiologi Susu

    Susu merupakan sumber nutrisi dan energi yang baik, tidak hanya bagi

    mamalia tetapi juga bagi sebagian besar mikroorganisme yang dapat tumbuh di

    dalamnya (Walstra et al.2006). Menurut Spreer (1998), berdasarkan reaksi dan

    perubahan yang dihasilkan, mikroorganisme dikelompokkan menjadi:

    a. Mikroorganisme yang menguntungkan, digunakan dalam teknologi

    pengolahan seperti pembuatan yogurt, kefir, dan keju.

    b. Mikroorganisme yang merugikan, menyebabkan perubahan yang tidak

    diinginkan dalam proses pengolahan susu, seperti perubahan rasa, aroma

    dan rasa susu.

    c. Mikroorganisme patogen, yang dapat menyebabkan penyakit baik pada

    manusia, hewan, atau tanaman.

    Menurut Frazier dan Westhoff (1988) susu mengandung mikroorganisme

    yang relatif sedikit pada saat keluar dari ambing sapi yang sehat, dan pada

    umumnya bakteri tersebut tidak tumbuh selama penanganan susu baik.

    Mikroorganisme tersebut berjumlah sampai 500 sel/ml, tapi dapat meningkat

    4

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    16/51

    Tabel 2. Jumlah mikroba pencemar dalam susu segar.

    Pencemar Jumlah Mikroba (CFU/ml susu)

    Udara 100 1.500Ambing 300 4.000

    Sanitasi buruk 500 15.000

    Ambing sakit < 25.000

    Peralatan susu > 1.000.000Sumber: Sudarwanto, 2006

    Kandungan Bakteri Dalam Susu

    Nama bakteri berasal dari bahasa Yunani bakterion yang berarti tongkat

    atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok

    mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil (meskipun ada

    pengecualiannya), berkembang biak dengan pembelahan diri, serta hanya terlihat

    dengan bantuan mikroskop (Dwidjoseputro 1987). Menurut Winarno (2004),

    bakteri merupakan sel tunggal prokaryote, yaitu suatu organisme yang tidak

    memiliki inti yang jelas dan terpisah, mereka dibedakan dari eukaryote sel yang

    membangun tubuh manusia. Bakteri memiliki berbagai ukuran dan bentuk.

    Sebagian besar bakteri tersebut berdiameter 0.2-2,0 m dan panjang 2,0-8,0 m

    (Tortora et al.1998). Berdasarkan morfologinya, bakteri terdiri dari tiga bentuk

    dasar yaitu:

    1. Bentuk bulat atau kokus, contohnya: stafilococcus sp

    2. Bentuk batang atau basilus, contohnya: bacillus sp

    3. Bentuk spiral, contohnya: spirilla sp

    Menurut Dwidjoseputro (1987), susunan sel bakteri terdiri dari dindingluar, sitoplasma, dan bahan inti. Dinding luar terdiri atas tiga lapis, dari luar ke

    dalam berturut-turut yaitu lapisan lendir, dinding sel, dan membran sitoplasma.

    Dinding sel dapat terdiri atas bermacam-macam bahan organik seperti selulosa,

    h i l l khi i (k b hid d N) h l i i b

    5

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    17/51

    Bakteri yang hampir selalu ada di dalam susu adalah bakteri penghasil

    asam laktat (asam susu); bakteri ini kebanyakan dari famili lactobacteriaceae(Dwidjoseputro 1978). Sifat terpenting dari bakteri asam laktat adalah

    kemampuannya untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Produksi asam

    laktat ini berjalan sangat cepat dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme

    lain yang tidak diinginkan. Dalam pengolahan susu, bakteri asam laktat berperan

    memfermentasi gula susu (laktosa) menjadi asam susu (asam laktat). Yang

    termasuk bakteri asam laktat adalah famili Lactobacillacea, yaitu Lactobacillus,

    dan famili Streptococcaceae, terutama Leuconostoc, Streptococcus dan

    Pediococcus(Fardiaz 1989).

    Pertumbuhan Bakteri

    Menurut Tortora et al. (1998) yang dimaksud pertumbuhan adalah

    pertambahan jumlah bakteri, bukan pertambahan ukuran sel. Proses perbanyakan

    diri ini disebut dengan pembelahan biner. Bahan inti memperbanyak diri dan

    membagi menjadi dua bagian yang terpisah dan kemudian sel membagi diri,

    menghasilkan dua buah sel anak dengan ukuran yang sama. Pada saat

    perbanyakan bahan inti ukuran dan massa sel yang asli (sel induk) bertambah, dan

    secepatnya membagi dalam dua sel (sel anak) (Garbutt 1997). Waktu yang

    dibutuhkan oleh bakteri untuk membelah ini disebut waktu generasi, dan sangat

    bervariasi tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhan (Fardiaz 1989). Pada

    kondisi optimal, hampir semua bakteri memperbanyak diri dengan pembelahan

    biner sekali setiap 20 menit (Gaman dan Sherrington 1994).

    Menurut Garbutt (1997), mengamati pertumbuhan populasi

    mikrorganisme lebih mudah dilakukan daripada pertumbuhan individu sel

    mikroorganisme, hal ini karena ukuran sel mikroorganisme yang sangat kecil.

    Laju pertumbuhan sel mikroorganisme yang berbiak dengan pembelahan biner

    6

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    18/51

    Tabel 3. Jumlah sel yang dihasilkan dengan pembelahan biner.

    Generasi Jumlah sel Jumlah sel dalam pertumbuhan eksposensial

    0 1 20

    1 2 21

    2 4 22

    3 8 23

    4 16 24

    5 32 25

    6 64 2

    6

    7 128 27

    8 256 28

    9 512 29

    10 1024 210

    Sumber: Garbutt 1997

    Tahap Kematian

    Tahap Adaptasi

    Tahap TetapTahap Eksponensial

    Waktu

    Jumlahorganisme

    hidup

    Gambar 1. Kurva pertumbuhan mikroorganisme (Garbutt 1997)

    7

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    19/51

    Fase Adaptasi (Lag Phase)

    Terjadi pemisahan

    secara fisik

    Kromosom menempel

    pada dinding sel

    Suatu sekat terbentuk

    untuk memisahkansitoplasma untuk dua sel

    Selaput dan dinding selbaru terbentuk

    menghasilkan dua sel

    yang lengkap

    DNA membelah diri

    menjadidua kromosom

    Pengait kromosommembelah

    Kromosom terpisah

    Pengait kromosom

    Kromosom

    Dinding sel

    Keseluruhan proses menghabiskan waktu sekitar 30 menit

    Gambar 2. Pertumbuhan sel dan pembelahan biner bakteri (Garbutt 1997)

    8

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    20/51

    jumlah inokulum serta kondisi media dan kondisi inkubasi yang digunakan untuk

    pertumbuhan (Garbutt 1997).

    Fase Logaritmik (Log Phase) atau Fase Eksponensial

    Pada fase ini sel memperbanyak diri secara cepat untuk beberapa jam atau

    bahkan beberapa hari (Gaman dan Sherrington 1994). Dalam kondisi

    pertumbuhan yang optimum, sel membelah dalam jumlah yang luar biasa dalam

    waktu yang singkat. Laju pertumbuhan selama fase logaritmik ini ditentukan oleh

    beberapa faktor seperti suhu inkubasi, aktivitas air dan pH media penanaman

    (Garbutt 1997).

    Fase Pertumbuhan Statis (Stationary Phase)

    Dalam fase ini kecepatan tumbuh dan kecepatan mati sama, sehingga

    jumlah sel akan konstan (Lay dan Hastowo 1992). Menurut Garbutt (1997),

    jumlah populasi akan berhenti tumbuh karena suatu hal, atau kombinasi dari

    beberapa penyebab berikut:

    Zat makanan penting dalam media yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telah

    habis.

    Perubahan pH akibat metabolisme sel akan menghambat pertumbuhan.

    Bahan beracun yang dihasilkan oleh metabolisme sel.

    Kekurangan oksigen bagi organisme aerobik.

    Fase Kematian (Death Phase)

    Fase ini merupakan kebalikan dari fase logaritmik pertumbuhan. Jumlahsel menurun terus sampai didapatkan jumlah sel yang konstan untuk beberapa

    waktu (Lay dan Hastowo 1992). Menurut Garbutt (1997), kematian ini dapat

    diakibatkan oleh beberapa penyebab berikut:

    S l k h bi i ( i h bi k i d d

    9

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    21/51

    Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

    Menurut Muchtadi dan Betty (1980), seperti halnya pada makhluk hidup

    lain, pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.

    Pengaruh lingkungan ini dapat digolongkan menjadi faktor abiotik dan faktor

    biotik.

    Faktor abiotik merupakan faktor fisik dan kimia yang dapat mempengaruhi

    pertumbuhan mikroba. Diantara faktor fisik dan kimia tersebut adalah:1. Suhu

    2. pH

    3. Tekanan osmotik

    4. Oksigen

    5. Sinar gelombang pendek

    6. Tegangan permukaan

    7. Daya oligo dinamik logam berat

    Sedangkan faktor biotik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah

    pertumbuhan spesies mikroba lain. Pertumbuhan dan aktivitas tiap spesies

    mikroba umumnya tergantung pada aktivitas mikroba lain yang banyakjumlahnya; ada yang menguntungkan, ada yang menyaingi dan ada pula yang

    sifatnya berlawanan.

    Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri

    Menurut Gaman dan Sherrington (1994), tiap-tiap mikroorganisme

    memiliki suhu pertumbuhan maksimum, minimum dan optimum. Suhu

    maksimum yaitu suhu tertinggi, di atas suhu tersebut mikroba tidak dapat tumbuh.

    Suhu minimum yaitu suhu terendah, di bawah suhu tersebut mikroba tidak dapat

    tumbuh Suhu optimum yaitu suhu di mana mikroba tumbuh sangat baik Ini

    10

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    22/51

    Menurut Muchtadi dan Betty (1980), berdasarkan suhu pertumbuhannya,

    bakteri dapat digolongkan sebagai berikut:

    1. Bakteri termofil, yang memerlukan suhu tinggi untuk dapat tumbuh

    dengan baik. Suhu optimumnya di atas 500

    C,

    2. Bakteri mesofil, yang mempunyai suhu optimum antara 20 450C,

    3. Bakteripsikhrofil, yang tumbuh pada suhu rendah yaitu antara 5 100C,

    tetapi sebenarnya mempunyai suhu optimum di atas 200C.

    Gambar 3. Kurva suhu optimum pertumbuhan bakteri (Dwidjoseputro 1978)

    Keterangan:

    A. PsikhrofilB. Mesofil

    C. Termofil

    Peranan suhu terhadap pertumbuhan mikroba sebenarnya merupakan

    petunjuk adanya pengaruh suhu terhadap enzim di dalam sel mikroba (Muchtadi

    dan Betty 1980). Menurut Garbutt (1997), rentang suhu optimum ditentukan oleh

    pengaruh suhu terhadap membran sel dan enzim, untuk organisme tertentu,

    pertumbuhan dibatasi oleh suhu dimana enzim dan membran sel dapat berfungsi.

    Hubungan antara pertumbuhan dan suhu untuk berbagai organisme dapat dilihat

    pada Gambar 3.

    8040 6020

    A B CPertumbuhan

    Suhu (0C)

    Log.

    11

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    23/51

    Gambar 4. Kurva pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri (Garbutt 1997)

    Keterangan

    A adalah suhu minimum, pada suhu ini tidak terjadi pertumbuhan.

    B adalah suhu optimum, pada suhu ini mikroorganisme tumbuh sangat cepat.

    C adalah suhu maksimum, di atas suhu ini mikroorganisme tidak tumbuh.

    (a) menunjukkan bahwa pertumbuhan meningkat seiring dengan peningkatan reaksi katalisasienzim.

    (b) menunjukkan bahwa reaksi katalisasi mencapai maksimum.

    (c) menunjukkan bahwa pertumbuhan menurun seiring dengan denaturasi enzim dankerusakan membran sel.

    Menurut Garbutt (1997), suhu memiliki pengaruh yang sangat pentingterhadap fase adaptasi pertumbuhan mikroorganisme. Ketika suhu mendekati suhu

    minimum, tidak hanya mengurangi kecepatan pertumbuhan tetapi juga

    memperpanjang fase adaptasi. Hal ini sangat penting dalam proses penyimpanan

    makanan pada suhu dingin. Jika makanan disimpan di bawah suhu minimum,

    maka sel-sel mikroorganisme akan tumbuh lambat. Dan jika makanan disimpan di

    atas suhu maksimum, maka sel-sel mikroorganime akan mati dengan cepat (Ray

    2001).

    Menurut Jay (1997), penggunaan suhu rendah untuk menyimpan makanan

    didasarkan atas fakta bahwa aktivitas mikroorganisme dapat diperlambat dan/atau

    1010 5030 4020

    (b)

    (a)

    (c)

    A B C

    Kecepatanpertumbuhan

    Suhu (0C)

    12

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    24/51

    Karakteristik Enzim

    Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel

    hidup, dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia

    (Wirahadikusumah 1977). Enzim bertindak sebagai katalisator untuk

    meningkatkan tingkat reaksi kimia, akan tetapi enzim bukan penyebab terjadinya

    suatu reaksi melainkan suatu reaksi tidak akan terjadi secara spontan tanpa enzim.

    Enzim yang dihasilkan oleh sel mikroorganisme mempunyai sifat-sifatumum yang sama. Menurut Dwidjoseputro (1978), sifat-sifat umum enzim itu

    sebagai berikut:

    a. Enzim menggiatkan atau kadang-kadang memulai suatu proses.

    b. Enzim bekerja spesifik. Untuk merubah suatu zat tertentu diperlukan enzim

    tertentu pula.

    c. Enzim adalah protein, jadi suatu kolloid.

    d. Reaksi beberapa enzim dapat bersifat bolak-balik.

    e. Enzim tidak tahan suhu tinggi. Kegiatan enzim sangat dipengaruhi oleh

    suhu. Di bawah suhu maksimum, kenaikan suhu berarti bertambah giatnya

    enzim.

    f. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh pH, konsentrasi, suhu, subtrat, dan hasilakhir.

    g. Beberapa enzim memerlukan ko-enzimuntuk melaksanakan tugasnya.

    Menurut Pelczar dan Chan (1986), enzim bersifat labil. Aktivitasnya dapat

    berkurang dengan nyata atau berubah oleh berbagai kondisi fisik atau kimiawi.

    Kondisi yang mempengaruhi aktivitas enzim diantaranya ialah:

    a. Konsentrasi enzim

    b. Konsentrasi subtrat

    c. pH

    13

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    25/51

    akan mendenaturisasi (menghancurkan) sebagian besar enzim. Suhu yang sangat

    rendah pada prakteknya menghentikan aktivitas enzim tetapi tidak

    menghancurkannya. Pengaruh suhu pada aktivitas enzim dapat dilihat pada

    Gambar 5.

    Gambar 5. Kurva pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim (Pelczar dan Chan

    1986).

    Kurva di atas (Gambar 5), dimulai pada suhu rendah, aktivitas enzim

    bertambah seiring naiknya suhu sampai aktivitas optimumnya dicapai. Kenaikan

    suhu lebih lanjut berakibat dengan berkurangnya aktivitas dan pada akhirnya

    terjadi kerusakan enzim.

    Kandungan Enzim Dalam Susu

    Menurut Fox dan McSweeney (1998), seperti halnya makanan yang

    berasal dari tumbuhan atau hewan lainnya, susu mengandung beberapa enzim

    yang merupakan unsur yang disekresi. Sampai saat ini ada sekitar 60 enzim yang

    telah ditemukan dalam susu sapi. Secara teknologi, banyaknya enzim dalam susu

    sangat penting, bila dilihat dari lima hal.

    1. Penurunan atau pengawetan kualitas susu.

    2. Sebagai indeks suhu yang digunakan untuk menyimpan susu.

    3. Sebagai indeks mastitis (peradangan kelenjar ambing).

    4. Aktivitas antimikrobial.

    5 Sebagai sumber enzim yang dikomersialkan

    Aktivitas

    enzim

    10 5030 402010 60 70

    Suhu (0C)

    14

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    26/51

    Enzim Katalase

    Katalase adalah suatu enzim yang dapat ditemukan dalam sebagian besar

    bakteri (Muchtadi dan Betty 1980). Menurut Dwidjoseputro (1978), katalase

    merupakan enzim yang tergolong ke dalam kelompok enzim yang menolong

    proses oksidasi (oksidase). Enzim ini mengkatalisis penguraian hidrogen-

    peroksida dan membebaskan O2serta air dengan reaksi sebagai berikut:

    2 H2O2 2 H2O + O2

    Menurut Fox dan McSweeney (1998), katalase dalam susu pertama kali

    ditemukan pada tahun 1907. Katalase dalam susu adalah protein dengan berat

    molekul 200 kDa, dan pH isoelektrik 5.5, stabil pada pH 5 10 tetapi aktivitasnya

    akan segera hilang bila di luar interval ini. Pemanasan di atas 70

    0

    C selama satujam akan menginaktivasi aktivitas enzim. Seperti halnya katalase yang lain,

    aktivitas katalase dihambat oleh Hg2+

    , Fe2+

    , Cu2+

    , Sn2+

    , CN-, dan NO

    -3. Aktivitas

    katalase dalam susu bervariasi tergantung pada pakan, masa laktasi dan adanya

    infeksi mastitis.

    Enzim katalase

    15

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    27/51

    BAHAN DAN METODE

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2005 sampai Agustus 2005.

    Pengambilan sampel di Kawasan Usaha Ternak (KUNAK) Cibungbulang

    Kabupaten Bogor. Pemeriksaan mikrobiologik dan angka katalase dilakukan di

    Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Departemen Ilmu

    Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran

    Hewan Institut Pertanian Bogor

    Bahan dan alat

    Penelitian ini menggunakan 60 sampel susu kandang yang diperoleh dari

    KUNAK Bogor. Bahan yang digunakan dalam uji jumlah total bakteri (TPC)

    adalah buffered peptone water (BPW) 0.1 %, Plate Count Agar (PCA), alkohol

    70%, dan es. Sedangkan bahan yang digunakan dalam uji Katalase adalah

    Hidrogen Peroksida (H2O2) 0.5 %.

    Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah botol sampel

    steril, kantong plastik steril, termos, termometer, tissue, dan kain lap. Peralatanyang digunakan dalam uji jumlah total bakteri (TPC) adalah tabung reaksi steril,

    pipet 1 ml dan 10 ml, api bunsen, tube shaker, cawan petri steril, lemari es, dan

    inkubator dengan suhu 370C. Peralatan yang digunakan untuk penghitungan

    jumlah koloni adalah spidol, alat hitung (counter) dan Quebec Colony Counter.

    Peralatan yang digunakan dalam uji Katalase adalah tabung katalase steril,

    kantong plastik steril, api bunsen, dan inkubator dengan suhu 370C.

    Metode Penelitian

    P bil S l

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    28/51

    KUNAK II. Sampel kandang tersebut masing-masing diambil sebanyak 30 ml

    dan dimasukan dalam 2 botol sampel dengan masing-masing 15 ml. Satu botol

    disimpan pada suhu rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    29/51

    Setelah pengenceran selesai dilakukan, kemudian dilakukan pemupukan.

    Dalam pemeriksaan jumlah bakteri ini, pemupukan dilakukan dari pengenceran

    desimal 10-3

    sampai pengenceran desimal 10-5

    . Pemupukan dilakukan dengan cara

    memasukkan 1 ml masing-masing pengenceran ke dalam cawan petri steril yang

    telah diberi label sebelumnya, yang disesuaikan dengan angka pengenceran.

    Masing-masing cawan petri tersebut dituangkan 10-15 ml PCA (suhu 40-45oC).

    Setelah itu dihomogenkan isinya secara perlahan (perhatikan jangan sampai cairan

    tersebut keluar dari cawan petri) dan didiamkan pada suhu ruangan agar memadat.

    Setelah memadat, diinkubasi pada suhu 35-37oC, selama 18-24 jam.

    Susu 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5

    1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml

    9 ml BPW 9 ml BPW 9 ml BPW 9 ml BPW 9 ml BPW

    0,1 % 0,1 % 0,1 % 0,1 % 0,1 %

    1 ml 1 ml 1 ml

    cawan petri

    15-20 ml agar PCA dituangkan sesudahlarutan sample dimasukkan kedalam cawan petri

    Gambar 6. Skema metode hitungan cawan (TPC)

    18

    19

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    30/51

    Pengamatan dan Penghitungan Jumlah Bakteri

    Pengamatan dan penghitungan jumlah bakteri dilakukan setelah 18-24 jam

    masa inkubasi. Penghitungan bakteri dilakukan dengan melakukan penghitungan

    jumlah koloni yang tumbuh. Penghitungan jumlah koloni ini menggunakan alat

    bantu hitung dan Quebec Colony Counter.

    Penghitungan jumlah bakteri dilakukan pada semua koloni yang tumbuh

    dalam setiap cawan petri. Jumlah mikroba per ml dapat dihitung dengan rumus

    sebagai berikut :

    Jumlah bakteri per gram/ ml = jumlah koloni x 1

    faktor pengenceran

    Pedoman penghitungan jumlah bakteri (Lukman DW et al. 2007)

    Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni

    antara 25 sampai 250.

    Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan

    koloni yang besar yang jumlah koloni yang diragukan dapat dihitung sebagai

    satu koloni.

    Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung

    sebagai satu koloni.

    Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua, yaitu angka pertama di depan

    koma dan angka ke dua dibelakang koma. Jika angka ketiga 5 maka ia harus

    dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka yang ke dua.

    Jika semua pengenceran yang dipupuk menghasilkan angka kurang dari 25

    koloni per cawan petri, maka hitunglah jumlah koloni pada pengenceran

    terendah. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 25 dikalikan dengan

    besarnya pengenceran dan cantumkan jumlah sesungguhnya di dalam tanda

    kurung.

    Jika semua pengenceran yang dipupuk menghasilkan angka lebih dari 250

    19

    20

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    31/51

    terendah < 2,0 maka dilaporkan rata-rata jumlah kedua cawan petri tersebut

    dengan memperhitungkan pengencerannya. Jika perbandingan keduanya >2,0

    maka dilaporkan hasil dari pengenceran terkecil (dengan memperhitungkan

    pengencerannya).

    Jika digunakan dua cawan petri (duplo) setiap pengenceran, data yang diambil

    harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu, meskipun

    salah satu cawan tidak menghasilkan 25-250 koloni.

    Jika pada pengenceran yang terendah menghasilkan angka 0, misal 0 x 101

    maka hasilnya dilaporkan sebagai est < 101di dalam tanda kurung.

    Uji Katalase

    Prinsip

    Bakteri, reruntuhan sel ambing dan sel organis yang ada di dalam susu

    dapat menghasilkan berbagai enzim. Salah satunya adalah enzim katalase. Enzim

    katalase akan membebaskan oksigen (O2) dari larutan peroksida-nya (H2O2).

    Volume gas O2yang dibebaskan ini yang akan diukur.

    Cara Kerja

    Dengan menggunakan pipet 10 ml, sampel susu dimasukkan ke dalam

    tabung katalase steril. Kemudian, 5 ml H2O20,5% ditambahkan ke dalamnya dan

    dihomogenkan dengan cara membolak-balik tabung. Kemudian susu ditempatkan

    pada bagian vertikal tabung yang terdapat skala di puncaknya. Tabung disumbat

    dengan kapas, kemudian dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 370C

    selama 3 jam. Setelah diinkubasi, volume gas O2yang terbentuk di puncak tabung

    dihitung. Jumlah ml O2 menunjukkan angka katalase. Bila terdapat busa, maka

    rasio cairan dan gas adalah 1:1.

    Analisis Statistik

    20

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    32/51

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Sampel susu yang digunakan dalam penelitian adalah sampel susu segar

    hasil pemerahan pagi, yang diambil dari peternak pada saat disetorkan ke Tempat

    Pengumpulan Susu (TPS). Sebanyak 30 sampel susu diambil dari 30 kandang

    yang berasal dari peternakan KUNAK I dan 30 sampel yang berasal dari

    peternakan KUNAK II. Sampel kandang tersebut masing-masing diambil

    sebanyak 30 ml dan dimasukkan ke dalam 2 botol sampel dengan masing-masing 15 ml. Satu botol disimpan dalam cool boxbersuhu rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    33/51

    Keterangan : Pertama rendah = pemeriksaan pertama pada suhu rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    34/51

    (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    35/51

    Keterangan : Suhu rendah = penyimpanan pada suhu rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    36/51

    B. Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Angka Katalase.

    Hasil penghitungan nilai katalase dianalisa dengan menggunakan metode

    statistika uji t-Student untuk mengetahui tingkat perbedaan diantara dua

    pemeriksaan. Hasil pengujian katalase ditampilkan dalam grafik boxplot berikut.

    Pertama Rendah Kedua Rendah Pertama Ruangan Kedua Ruangan

    Perlakuan

    0.0

    1.0

    2.0

    3.0

    4.0

    5.0

    6.0

    AngkaKat

    alase(cc)

    168

    Keterangan : Pertama rendah = pemeriksaan pertama pada suhu rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    37/51

    (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    38/51

    Pengaruh interaksi suhu dan lama penyimpanan terhadap rataan angka

    katalase (cc) terlihat pada Gambar 10.

    Keterangan : Suhu rendah = penyimpanan pada suhu rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    39/51

    menyebabkan hilangnya aktivitas katalisasi. Dapat dikatakan, penurunan sintesa

    protein tampak berhubungan dengan penurunan sintesa enzim yang terjadi pada

    suhu rendah.

    Pada Gambar 10 menunjukkan angka katalase pemeriksaan pertama suhu

    rendah ( 1.793 0.7302 cc). Seperti pada pH dan suhu

    optimum bagi pertumbuhan bakteri, demikian pula ada pH dan suhu optimum

    bagi aktivitas enzim. Hal ini tidak berarti bahwa nilai-nilai tersebut sama untuk

    setiap enzim. Alasan bagi perbedaan ini ialah selama pertumbuhan, aktivitas atau

    respon diukur sebagai aktivitas total yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bila

    semua enzim dan sistem enzim berfungsi secara harmonis di dalam sel. Keadaan

    optimum bagi aktivitas suatu enzim tidak berarti optimum untuk enzim-enzim lain

    atau bagi berfungsinya seluruh sel. Beberapa enzim menjadi tidak aktif oleh

    perubahan-perubahan yang amat kecil di sekitarnya, misalnya dalam waktu yang

    singkat disimpan dalam suhu ruangan (Pelczar dan Chan 1986). Hasil

    pemeriksaan pertama suhu rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    40/51

    Dari hasil penelitian (Tabel 4) menunjukkan nilai rataan TPC selama

    penyimpanan pada suhu rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    41/51

    Hasil uji katalase menunjukkan rataan angka katalase selama penyimpanan

    pada suhu rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    42/51

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa:

    1. Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan melakukan aktivitas

    enzimatis dipengaruhi oleh suhu dan lama penyimpanan.

    2. Penyimpanan sampel susu pada suhu rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    43/51

    DAFTAR PUSTAKA

    Barbano DM, Ma Y, Santos MV. 2006. Influence of Raw Milk Quality on Fluid

    Milk Shelf Life. Dairy Sci. 89(E. Suppl.):E15E19

    Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH dan Woortom M. 1987. Ilmu Pangan. Hari

    Purnomo, Adiono. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

    Dwidjoseputro D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Cet ke-12. Jakarta:

    Djambatan.

    Fardiaz S. 1989. Petunjuk Praktikum Analisis Mikrobiologi Pangan. Bogor: PAU

    IPB.

    Fox PF, McSweeney PLH. 1998. Dairy Chemistry and Biochemistry. London:

    Blackie Academic & Professional.

    Frazier WC, Westhoff DC. 1988. Food Microbiology. Edisi ke-4. New York:

    McGraw-Hill Book Company.

    Gaman PM. Dan Sherrington KB. 1994. ILMU PANGAN. Pengantar Ilmu

    Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi, Edisi kedua. Murdijati Gardjito, Sri

    Naruki, Agnes Murdiati, Sardjono. Yogyakarta: Gajah Mada University

    Press. Terjemahan dari: The Science of Food: An Introduction to Food

    Science, Nutrition, and Microbiology.

    Garbutt J. 1997. Essentials of Food Microbiology. London: Arnold.

    Girindra A. 1993. Biokimia 1. Cet. 3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Ito Osamu, Akuzawa Ryozo. 1983. Purification, Crystallization, and Properties of

    Bovine Milk Catalase. J Dairy Sci 66:967973.

    Janzen JJ, Bishop JR, Bodine AB, Caldwell CA. 1982. Shelf-Life of Pasteurized

    33

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    44/51

    Lukman DW et al. 2007. Penuntun Praktikum Higiene Pangan. Bogor: FKH IPB

    [Tidak Diterbitkan].

    Lund BM, Baird-Parker TC, Gould GW. 2000. The Microbiological Safety and

    Quality of Food. Volume 1. Maryland: Aspen Publishers, inc.

    Milller GD, Jarvis JK, McBean LD. 2007. Handbook of Dairy Foods and

    Nutrition/ National Dairy Council. Third edition. New York: CRC Press.

    Muchtadi D, Betty SK. 1980. Petunjuk Praktek Mikrobiologi Hasil Pertanian 2.

    Jakarta: Departemen Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan.

    Muchtadi TR, Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bahan

    Pangan. PAU. IPB. IPB

    Nugraheni TW. 2003. Kemampuan Uji Katalase Sebagai Uji Penentuan Kualitas

    Susu Segar [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, InstitutPertanian Bogor.

    Pelzar MJJr, Chan ECS. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Volume ke-1, 2,

    Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah; Jakarta:

    UI Pr. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.

    Prastiwi AR. 1996. Pengaruh Cara Pemanasan, Temperatur Penyimpanan danLama Penyimpanan terhadap Daya Tahan Susu Kambing Peranakan

    Etawah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

    Bogor.

    Ray B. 2001. Fundamental Food Microbiology. Ed-2. New York: CRC Press.

    Simon M dan Hansen AP. 2001. Effect of Various Dairy Packaging Materials onthe Shelf Life and Flavor of Pasteurized Milk. J. Dairy Sci. 84:767773

    [SNI] Standar Nasional Indonesia. 1998. Standar Susu Segar Nomor 01-3141.

    Badan Standarisasi Nasional

    34

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    45/51

    Tortora GJ, Funke BR, Case CL. 1998. Microbiology an Introduction. Ed ke-6.

    California: The Benjamin/ Cumming Publishing.

    Walstra P, Wouters JTM, Geurts TJ. 2006. Dairy Science and Technology. Boca

    Raton: CRC Press.

    Winarno FG. 2004. Keamanan Pangan Jilid 2. Cet ke-1. Bogor: M-BRIO Press.

    Wirahadikusumah M. 1977. Biokimia: Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.

    Cetakan ke-7. Bandung: Penerbit ITB.

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    46/51

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Hasil Uji Deskriptif Pemeriksaan Pertama dan Kedua.

    Uji Total Plate Count (TPC)

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    TPC Pertama Rendah 60 4.18 6.42 5.3738 .48947

    TPC Kedua Rendah 60 4.08 7.57 5.4943 .67378

    TPC Pertama Ruangan 60 5.20 7.54 6.2600 .51165

    TPC Kedua Ruangan60 6.11 8.46 7.4458 .45416

    Valid N (listwise) 60

    Uji Katalase

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    Katalase Pertama Rendah

    44 .5 3.6 1.939 .8213

    Katalase Kedua Rendah 44 .8 4.1 2.109 .8640

    Katalase Pertama Ruangan44 .5 3.6 1.793 .7302

    Katalase Kedua Ruangan 44 .5 5.5 2.391 .9298

    Valid N (listwise) 44

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    47/51

    Lampiran 2. Hasil Uji t-Student Pemeriksaan TPC Pertama dan Kedua pada Sampel Suhu Rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    48/51

    Lampiran 3. Hasil Uji t-Student Pemeriksaan TPC Pertama dan Kedua pada Sampel Suhu Ruangan (27.50C).

    Paired Samples Statistics

    Mean N Std. DeviationStd. Error

    Mean

    Pair 1 TPC Pertama

    Ruangan

    6.2600 60 .51165 .06605

    TPC KeduaRuangan

    7.4458 60 .45416 .05863

    Paired Samples Correlations

    N Correlation Sig.

    Pair 1 TPC PertamaRuangan & TPCKedua Ruangan

    60 .350 .006

    Paired Samples Test

    Paired Differences

    t df Sig. (2-tailed)Mean Std. DeviationStd. Error

    Mean

    95% Confidence Intervalof the Difference

    Lower Upper

    Pair 1 TPC PertamaRuangan - TPCKedua Ruangan

    -1.18573 .55278 .07136 -1.32853 -1.04293 -16.615 59 .000

    37

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    49/51

    Lampiran 4. Hasil Uji t-Student Pemeriksaan Katalase Pertama dan Kedua pada Sampel Suhu Rendah (

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    50/51

    Lampiran 5. Hasil Uji t-Student Pemeriksaan Katalase Pertama dan Kedua pada Sampel Suhu Ruangan (27.50C).

    Paired Samples Statistics

    Mean N Std. DeviationStd. Error

    Mean

    Pair 1 KatalasePertama

    Ruangan

    1.793 44 .7302 .1101

    Katalase KeduaRuangan

    2.391 44 .9298 .1402

    Paired Samples Correlations

    N Correlation Sig.

    Pair 1 KatalasePertamaRuangan &KatalaseKeduaRuangan

    44 .369 .014

    Paired Samples Test

    Paired Differences

    t df Sig. (2-tailed)Mean Std. Deviation

    Std. Error

    Mean

    95% Confidence Intervalof the Difference

    Lower UpperPair 1 Katalase

    PertamaRuangan -KatalaseKeduaRuangan

    -.5977 .9466 .1427 -.8855 -.3099 -4.189 43

    .000

    39

  • 5/26/2018 Susu Penelitian

    51/51