114
PENILAIAN KESEHATAN BANK SYARIAH: Pendekatan Maqasid Syariah sutrisno sutrisno sutrisno endirian bank syariah bertujuan untuk menyediakan produk perbankan yang terbebas dari riba, sehingga dalam P beroperasi bank syariah harus sesuai syariah. Sehingga manajemen bank syariah selain dituntut menghasilkan profitabilitas karena bertindak sebagai bank komersial tetapi operasinya juga harus sesuai dengan tujuan syariah. Dengan demikian perbankan syariah mempunyai tugas lebih berat karena selain berorientasi laba juga harus sesuai dengan tujuan syariah atau maqasid syariah. Perbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek yang sangat penting bagi perbankan syariah, karena bagian terbesar aset bank berasal dari masyarakat, maka jika ada bank yang dilikuidasi bisa berdampak sistemik pada bank yang lain. Kesehatan bank diatur oleh Peraturan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Peraturan kesehatan bank tersebut berlaku untuk semua bank di Indonesia. Bank syariah yang dalam beroperasi berbeda dengan bank konvensional juga dinilai berdasarkan peraturan tersebut. Pemerintah belum mempunyai aturan yang berbeda dalam pengukuran kesehatan bank syariah, sehingga perlu ada masukan yang mungkin bisa digunakan sebagai acuan penilaian. Dari sisi komersial penilaian kesehatan bank tersebut tidak ada masalah tetapi dari sisi kesesuaian syariah masih belum ada instrumen untuk menilainya. Oleh karena itu, penerapan penilaian kesehatan berdasarkan konsep maqasid syariah perlu dipertimbangkan. Buku ini ditulis dengan maksud untuk memberikan masukan berkaitan penilaian kesehatan bank syariah berdasar maqasid syariah. Menurut Mohammed dan Razak (2008) mengusulkan ada 3 komponen yang harus masuk pada penilaian maqasid syariah yakni Pendidikan individu, keadilan dan kemasalahatan. Dr. Drs. Sutrisno, MM, CSA, adalah dosen tetap pada Program Studi Manajemen dan Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta sejak tahun 1986. Lahir di Banyuwangi 26 Agustus 1960, dan menyelesaikan sekolah dasar dan menengahnya di Banyuwangi. Setelah lulus SMEA Muhammadiyah Genteng Banyuwangi pada tahun 1979, melanjutkan studinya pada Jurusan Ekonomi Perusahaan (sekarang manajemen) pada Fakultas Ekonomi UII dan lulus tahun 1984. Program S2 diselesaikan pada Program Magister Manajemen (MM) Universitas Gajah Mada tahun 1990. Sedangkan program doktoralnya diselesaikan pada Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia tahun 2014. Penulis pernah menjabat sebagai Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia untuk periode kepengurusan tahun 2014 hingga 2018. Selain menghasilkan buku ini, penulis juga sudah menerbitkan beberapa buku antara lain Manajamen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi, Akuntansi: Proses Penyusunan Laporan Keuangan, Akauntansi Biaya: Metode Penentuan Harga Pokok Produksi, Studi Kelayakan Bisnis, dan Perbankan Syariah: Distorsi Implementasi dan Solusi. Penulis juga aktif menulis artikel ilmiah yang dipresentasikan dalam forum konferen/seminar nasional/internasional, juga dipublikasikan dalam jurnal nasional maupun jurnal PENILAIAN KESEHATAN BANK SYARIAH: Pendekatan Maqasid Syariah PENILAIAN KESEHATAN BANK SYARIAH: Pendekatan Maqasid Syariah sutrisno sutrisno sutrisno

sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

  • Upload
    dothuan

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

PENILAIAN KESEHATANBANK SYARIAH: Pendekatan Maqasid Syariah

sutrisnosutrisnosutrisno

endirian bank syariah bertujuan untuk menyediakan produk perbankan yang terbebas dari riba, sehingga dalam Pberoperasi bank syariah harus sesuai syariah. Sehingga manajemen bank syariah selain dituntut menghasilkan profitabilitas karena bertindak sebagai bank komersial tetapi operasinya juga harus sesuai dengan tujuan syariah.

Dengan demikian perbankan syariah mempunyai tugas lebih berat karena selain berorientasi laba juga harus sesuai dengan tujuan syariah atau maqasid syariah. Perbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial.

Kesehatan bank merupakan aspek yang sangat penting bagi perbankan syariah, karena bagian terbesar aset bank berasal dari masyarakat, maka jika ada bank yang dilikuidasi bisa berdampak sistemik pada bank yang lain. Kesehatan bank diatur oleh Peraturan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Peraturan kesehatan bank tersebut berlaku untuk semua bank di Indonesia. Bank syariah yang dalam beroperasi berbeda dengan bank konvensional juga dinilai berdasarkan peraturan tersebut. Pemerintah belum mempunyai aturan yang berbeda dalam pengukuran kesehatan bank syariah, sehingga perlu ada masukan yang mungkin bisa digunakan sebagai acuan penilaian. Dari sisi komersial penilaian kesehatan bank tersebut tidak ada masalah tetapi dari sisi kesesuaian syariah masih belum ada instrumen untuk menilainya. Oleh karena itu, penerapan penilaian kesehatan berdasarkan konsep maqasid syariah perlu dipertimbangkan.

Buku ini ditulis dengan maksud untuk memberikan masukan berkaitan penilaian kesehatan bank syariah berdasar maqasid syariah. Menurut Mohammed dan Razak (2008) mengusulkan ada 3 komponen yang harus masuk pada penilaian maqasid syariah yakni Pendidikan individu, keadilan dan kemasalahatan.

Dr. Drs. Sutrisno, MM, CSA, adalah dosen tetap pada Program Studi Manajemen dan Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta sejak tahun 1986. Lahir di Banyuwangi 26 Agustus 1960, dan menyelesaikan sekolah dasar dan menengahnya di Banyuwangi. Setelah lulus SMEA Muhammadiyah Genteng Banyuwangi pada tahun 1979, melanjutkan studinya pada Jurusan Ekonomi Perusahaan (sekarang manajemen) pada Fakultas Ekonomi UII dan lulus tahun 1984. Program S2 diselesaikan pada Program Magister Manajemen (MM) Universitas Gajah Mada tahun 1990. Sedangkan

program doktoralnya diselesaikan pada Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia tahun 2014. Penulis pernah menjabat sebagai Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia untuk periode kepengurusan tahun 2014 hingga 2018.

Selain menghasilkan buku ini, penulis juga sudah menerbitkan beberapa buku antara lain Manajamen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi, Akuntansi: Proses Penyusunan Laporan Keuangan, Akauntansi Biaya: Metode Penentuan Harga Pokok Produksi, Studi Kelayakan Bisnis, dan Perbankan Syariah: Distorsi Implementasi dan Solusi. Penulis juga aktif menulis artikel ilmiah yang dipresentasikan dalam forum konferen/seminar nasional/internasional, juga dipublikasikan dalam jurnal nasional maupun jurnal

PENILAIAN KESEHATANBANK SYARIAH: Pendekatan Maqasid Syariah

PENILAIAN KESEHATAN BANK SYARIAH: Pendekatan Maqasid Syariah

sutrisnosutrisnosutrisno

Page 2: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

PENILAIAN KESEHATAN BANK SYARIAH

Pendekatan Maqasid Syariah

Dr. Drs. Sutrisno, MM

Penerbit EKONISIA

Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta

Page 3: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

PENILAIAN KESEHATAN BANK SYARIAH Pendekatan Maqasid Syariah Oleh: Dr. Drs. Sutrisno, MM. Hak cipta @ 2018, pada penulis

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Penulis dan atau Penerbit Ekonisia

Edisi Pertama Cetakan Pertama, Oktober 2018

Hak Penerbitan pada EKONISIA Yogyakarta

Penerbit EKONISIA Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283 Telp (0274) 886478, 881546 Fax. (0274) 882589 ISBN: 978-602-6617-15-6

Page 4: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Kata Pengantar iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak melimpahkan rahmat dan hidayah kepada umat manusia. Shalawat dan salam kita tujukan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan insyaallah melimpah kepada kita. Kami juga sangat bersyukur karena bisa menyelesaikan dan menerbitkan buku ini.

Perbankan syariah merupakan bank yang beroperasi bebas dari riba dan produk-produknya harus sesuai dengan syariah islam. Namun dalam penilaian kinerja bank syariah oleh pemerintah, masih disamakan dengan perbankan konvensional yang beroperasi dengan basis bunga. Oleh karena itu perlu ada usulan kepada pemerintah agar penilaian perbankan syariah tidak hanya murni kinerja finansial tetapi juga harus mempertimbangkan kesesuaian operasi bank syariah dengan tujuan syariah. Oleh karena itu perlu ada penilaian perbankan syariah berdasarkan maqasid syariah.

Buku ini diawali dengan membahas peran bank dalam perekomian dan peran Bank Indonesia serta Otoritas jasa Keuangan (OJK) dalam mengembangkan lembaga keuangan di Indonesia. Juga membahas secara ringkas perbankan konvensonal dan perbankan syariah. Pembahasan terpenting adalah adanya konsep maqasid syariah dalam buku ini.

Penulisan buku ini merupakan luaran dari hibah penelitian Risktekdikti multi tahun dengan skema penelitian terapan tahun anggaran 2017 dan 2018. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) yang telah membiayai penelitian ini sehingga menghasilkan luaran artikel jurnal dan buku ini.

Saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Universitas Islam Indonesia yang telah banyak membantu mulai dari pengusulan proposal penelitian, pencairan dana, monitoring internal dan monitoring eksternal hingga selesainya laporan penelitian dan luaran yang diwajibkan dalam skema penelitian tersebut.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada Pimpinan Fakultas Ekonomi UII dan Ketua Program Studi Manjemen serta teman-teman dosen Program Studi Manajemen yang telah mendorong dan membantu baik materiil maupun non materiil dalam penysusunan buku ini.

Tentunya buku ini masih banyak kekurangannya oleh akrena itu kritik dan saran sangat saya harapkan dalam rangka memperbaiki buku ini.

Yogyakarta, Oktober 2018

Penulis Dr. Drs. Sutrisno, MM

Page 5: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

PENILAIAN KESEHATAN BANK SYARIAH Pendekatan Maqasid Syariah

Page 6: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Daftar Isi v

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i KATA PENGENTAR .................................................................................................. iii DAFTAR ISI ................................................................................................................... v BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Pengantar ................................................................................................ 1

B. Peran Bank Indonesia .......................................................................... 3

C. Peran Otoritas Jasa Keuangan ............................................................ 5

BAB 2. BANK KONVENSIONAL ......................................................................... 10

A. Pengertian dan Peran Penting Bank .................................................. 10

B. Fungsi dan Tujuan Bank Umum ....................................................... 11

C. Usaha dan Larangan Usaha Bank Umum ........................................ 13

D. Risiko Bank Umum ............................................................................. 15

E. Sumber Dana Bank .............................................................................. 17

F. Alokasi Dana Bank .............................................................................. 25

G. Manajemen Dana Bank ....................................................................... 28

H. Manajemen Liuiditas Bank ................................................................. 30

I. Manajemen Kredit ............................................................................... 31

J. Manajemen Permodalan Bank ........................................................... 41

BAB 3. BANK SYARIAH

A. Pendahuluan ......................................................................................... 45

B. Sejarah Perkembangan Bank Syariah ................................................ 46

C. Pengertian dan Fungsi Bank Syariah ................................................. 49

D. Perbedaan dengan Bank Konvensional ............................................ 50

E. Dewan Syariah ...................................................................................... 52

F. Konsep Produk Bank Syariah ............................................................ 54

G. Produk Pendanaan Bank Syariah ....................................................... 57

H. Produk Pembiayaan Bank Syariah ..................................................... 58

I. Jasa-jasa Bank Syariah ......................................................................... 64

Page 7: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

vi Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

BAB 4. KESEHATAN BANK UMUM ................................................................... 69

A. Pentingnya Penilaian Kesehatan Bank ............................................... 69

B. Penilaian Kesehatan Bank ................................................................... 69

C. Capital Adequacy (Faktor Permodalan) ............................................... 71

D. Asset Qulity (Kualitas Aktiva Produktif) ............................................ 72

E. Management Risk (Faktor Manajemen) ............................................... 73

F. Earning Ability (Faktor Rentabilitas) .................................................. 73

G. Liquidity Sufficiency (Faktor Likuiditas) ............................................... 75

H. Sensitivity to Market Risk ................................................................... 76

BAB 5. KESEHATAN BANK SYARIAH PENDEKATAN MAQOSIT INDEKS ........................................................................................................... 78

A. Pendahuluan ......................................................................................... 78

B. Pengertian Maqasid Syariah ................................................................ 78

C. Pembagian Maqasid Syariah ............................................................... 79

D. Hubungan Maqashid Syariah dengan Ekonomi Syariah ................ 82

E. Verifikasi Ukuran Kinerja ................................................................... 89

F. Menghitung Kinerja Bank Syariah ..................................................... 90

BAB 6. KESEHATAN BANK SYARIAH CAMEL DAN MAQASID MODEL ........................................................................... 94

A. Pendahuluan ......................................................................................... 94

B. Model Gabungan Kesehatan Bank Syariah ...................................... 95

C. Perhitungan dan Penilaian Kesehatan ............................................... 97

D. Peringkat Kesehatan Bank Syariah .................................................... 99

E. Aplikasi Penilaian ................................................................................ 100

REFERENSI ................................................................................................................ 105

Page 8: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 1 Pendahuluan 1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. PENGANTAR

Keberhasilan suatu Negara diukur dengan keberhasilanya dalam bidang ekonomi, karena keberhasilan ekonomi akan langsung berdampak kepada masyarakat. Oleh karena itu pemerintah akan berupaya kerasm dalam memajukan perekono-miannya. Keberhasilan perekonomian tidak akan terlepas dari keberhasilannya dalam pembangunan sektor keuangan. Pembangunan sektor keuangan ini diharapkan akan mampu meningkatkan perekonomian karena lembaga keuangan, khususnya perbankan mempunyai peranan yang amat strategis dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara.

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tentang perbankan disebutkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga macam aktivitas, yaitu menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan, penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan, dan pemberian jasa-jasa perbankan lainnya. Aktivitas penghimpuan dan penyaluran dana inilah yang merupakan usaha pokok perbankan sehingga perbankan sering disebut sebagai lembaga perantara keuangan atau financial intermediary. Sementara aktivitas jasa-jasa perbankan lainnya hanya sebagai aktivitas pendukung.

Perbankan sangat dibutuhkan oleh perusahaan maupun masyarakat umum. Masyarakat modern tidak akan menyimpan dananya dibawah bantal (disimpan dirumah) tetapi mereka akan menyimpan dananya pada bank yang mereka anggap paling aman. Demkian pula jika jika membutuhkan dana juga membutuhkan peran bank. Apalagi perusahaan yang pada umumnya membutuhkan dana yang sangat besar dan tidak mungkin ditutupi dari modal pemilik, maka perusahaan akan memanfaatkan perbankan untuk mencari tambahan sumber dananya.

Fungsi bank bagi perekonomian sangat vital dan krusial yang menjadikan pemerintah harus melakukan pengarturan yang sangat ketat. Bank merupakan perusahaan yang sangat diatur oleh pemerintah (very regulated company). Hal ini dilakukan karena aset bank sebagian besar berasal dari dana masyarakat. Dana masyarakat bisa dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito bisa mencapai lebih 90% dari aset bank. Oleh karena itu, kepercyaan masayarak menjadi aset bank sangat penting untuk dijaga agar bisa meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi intermediasi serta untuk mencegah terjadinya rush

Page 9: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

2 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

atau pengambilan dana oleh masyarakat secara serentak karena merosotnya tingkat kepercayaan masyarakat.

Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh bangsa. Perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, salah satunya menjaga kestabilan moneter yang di sebabkan atas kebijakannya terhadap simpanan masyarakat serta sebagai lalu lintas pembayaran. Bank sendiri merupakan suatu badan usaha yang tujuannya menghasilkan keuntungan atau laba.

Dalam hal ini maka berlaku prinsip going concern yang artinya kegiatan usaha harus dilakukan terus-menerus tidak hanya sekali selesai lalu tidak berkelanjutan (Umi, 2006). Dari tujuan utama perusahaan tersebut maka pihak manajemen harus menghasilkan keuntungan yang optimal serta pengendalian yang seksama terhadap kegiatan operasionalnya terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.

Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat. Bank memiliki peran sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki dana. Bank juga berfungsi memperlancar lalu lintas keuangan yang berperan kepada mobilitas pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Krisis keuangan yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 memiliki dampak yang sangat buruk bagi perbankan.

Akhir-akhir ini ekonomi dunia sedang mengalami guncangan, krisis ekonomi global sedikit banyak akan mempengaruhi perekonomian kita. Bukan hanya pada sektor keuangan, tetapi juga pada sektor riil. Dikhawatirkan resesi ekonomi global akan membuat pertumbuhan ekonomi kita menurun, pertum-buhan ekspor melambat, serta menambah angka pengangguran. (Indra Ismawan, 2008 www.google.com) Menurut Bank Dunia (Tarmidi, 1998) ada tiga sebab utama yang membuat krisis moneter di Indonesia, yaitu:

1. Akumulasi hutang swasta luar negeri yang cepat dari tahun 1992 hingga juli 1997, pada umumnya perusahaan memiliki hutang luar negeri dalam bentuk valuta asing.

2. Turunnya nilai tukar rupiah mengakibatkan melambungnya jumlah hutang perusahaan tersebut setelah dikonversikan ke mata uang rupiah.

3. Kelemahan pada sistem perbankan yang ada di Indonesia. 4. Masalah pemerintah, termasuk kemampuan pemerintah menangani dan

mengatasi krisis yang kemudian menjelma menjadi krisis kepercayaan dan kegagalan dimensi untuk mengawasi bantuan financial dengan secepatnya.

Keberadaan Lembaga keuangan atau perbankan tidak terlepas dari

perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998 dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

Page 10: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 1 Pendahuluan 3

Fungsi utama perbankan dalam suatu perekonomian adalah untuk memobilisasi dana masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien. Fungsi seperti itu dapat dikatakan sebagai “aliran darah” bagi perkembangan perekonomian dalam peningkatan standar taraf hidup. Fungsi lainnya adalah sebagai lembaga penyedia instrumen pembayaran untuk barang dan jasa yang dapat dilakukan secara cepat efisien dan aman.

Fungsi ini akan berjalan apabila penjual dan pembeli barang dan jasa meyakini bahwa instrumen yang digunakan untuk pembayaran tersebut akan diterima dan dibayar oleh semua pihak dalam suatu transaksi dan transaksi ikutannya. Tanpa adanya kepercayaan, maka fungsi dimaksud tidak akan berjalan. Perbankan, khususnya bank-bank komersial (bank umum) mempunyai beberapa fungsi di antaranya adalah pemberian jasa-jasa yang semakin luas, meliputi pembayaran (transfer of funds), menerima tabungan, memberikan kredit, pelayanan dalam fasilitas pembiayaan perdagangan di dalam dan luar negeri, penyimpanan barang-barang berharga, dan trust service (jasa-jasa yang diberikan dalam bentuk pengamanan dan pengawasan harta milik)

B. PERAN BANK IDNONESIA

Bank Indonesia mempunyai posisi yang sangat sentral dalam mengendalikan perekonomian di Indonesia. Bank Indonesia sebagai bank sentral tidak seharusnya bukan sebagai bagian dari struktur organisasi pemeintah, sehingga tidak ikut terseret dan keluar dari fungsinya. Jika masih sebgai bagian dari struktur organisasi pemerintah, Bank Indonesia bisa digunakan sebagai alat politik pemerintah. Oleh karena itu, amanat UU No 23 Tahun 1999 pasal 4 ayat 2 menyebutkan ‘Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini’. Dari bunyi pasal tersebut jelas bahwa Bank Indonesia tidak bisa diintervensi atau dicampur tangani oleh instansi manapun, bahkan pemerintah. Oleh karena itu diperlukan figur ‘manajemen’ yang kuat untuk memimpin Bank Indonesia agar terhindar dari campur tangan pihak manapun.

Ada dua alasan penting mengapa Bank Indonesia harus bebas dari intervenasi pihak manapun. Alasan tersebut adalah: a. Adanya kecenderungan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

yang tinggi dalam jangka pendek tanpa mempertimbangkan kapasitas ekonomi yang ada sehingga jika ini dilakukan dikhwatirkan terjadi ekonomi yang overheating yang dalam jangka panjang justru akan memperburuk perkeonomian Indonesia.

Page 11: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

4 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

b. Adanya kecenderungan pemerintah untuk memanfaatkan sumber dana Bank Indonesia untuk menutup defisit anggaran. Hal ini, jika tidak hati-hati akan menimbulkan dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap harga barang-barang atau inflasi.

Memang untuk mencari figur pimpinan Bank Indonesia yang kokoh,

berani, dan kompeten tidak mudah. Apalagi pemilihan pimpinan (Gubernur dan deputy Gubernur) Bank Indonesia masih diusulkan Bank Indonesia dan dijui fit and proper oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sehingga nuansa politik sangat kental saat pemilihan pimpinan Bank Indonesia. Sebagian masyarakat masih berprasangka dalam pemilihan pimpinan bank Indonesia, nantinya ada tawar menawar kebijakan.

1. Tujuan Bank Indonesia

Bank Indonesia sebagai lembaga yang independen dan tidak bisa dicampur tangani oleh siapapun termasuk pemerintah mempunyai tujuan tunggal sesuai yang diamanatkan dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dengan menggunakan berbagai instrumen kebijakan. Maksud dari memelihara kesetabilan nilai rupiah adalah pertama kestabilan rupiah terhadap nilai barang dan jasa, yang diukur dengan atau tercermin pada perkembangan laju inflasi. Kedua, kestabilan nilai rupiah terhadap nilai mata uang asning yang diukur atau tercermin pada nilai tukar rupiah (kurs) terhadap mata uang negara lain.

Kestabilan nilai rupiah terhadap harga barang menjadi sangat oenting karena dengan semakin tingginya inflasi menunjukkan nilai rupuah yang semakin merosot terhadap harga barang. Semakin tingginya harga barang akan mensengarakan rakyat, karena daya beli masyarakat menjadi menurun apalagi jika tidak disertai dengan kenaikan penghasilan. Bank Indonesia tidak bosa secara langsung melakukan kebijakan untuk menurunkan harga-harga barang, tetapi bisa mengendalikan laju inflasi tersebut dengan kebijakan monter misalnya dengan operasi pasar terbuka yakni meningkatkan suku bunga di pasar uang.

Kestabilan nilai rupiah menunjukkan ketangguhan rupiah terhadap nilai mata uang asing. Kurs ini sangat penting masyarakat dan bagi kalangan usaha terutama bagi usaha yang bahan bakunya berasal dari import, karena semakin tinggi harga bahan baku jika nilai tukar rupiah semakin melemah. Nilai tukar rupiah juga sangat berpengaruh terhadap masyarakat terutama terhadap barang-barang impor, katena harganya akan semakin tinggi, seperti peralatan elektronik, komputer, handphone, bahkan bahan bakar minyak juga terpengaruh oleh nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, Bank Indonesia sebagai lembaga yang diberi wewenang untuk mengendalikan nilai tukar rupah harus bekerja keras agar tidak merugikan masyarakat banyak.

Page 12: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 1 Pendahuluan 5

2. Tugas Bank Indonesia

Untuk mencapai tujuan tunggal bank Indonesia yakni menstabilkan nilai rupiah, maka tugas bank Indonesia sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 meliptui tiga tuga utama:

a. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;

b. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;

c. mengatur dan mengawasi Bank 3. Status Bank Idnonesia

Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia merupakan lembaga negara yang bersifat indepnden dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sebagai lembaga negara yang independen, Bank Indonesia bebas dari campur tangan baik dari pemerintah, partai politik maupun pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini. Berdasarkan UU No 23 Tahun 1999 ini Bank Indonesia merupakan badan hukum. Pengertian badan hukum disini adalah badan hukum publik dan hukum perdata. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia mempunyai kewenangan untuk membuat peratuan dan ketetapan yang mengikat masyarakat luas. Sebagai badan hukum perdata, berarti bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri baik dalam pengadilan maupun diluar pengadilan. Ketegasn Bank Indonesia sebagai badan hukum juga memperjelas bahwa Bak Indonesia mempunyai kewenangan untuk mengelola kekayaannya sendiri yang terlepas dari Anggran Pendapatan dan Belanj Negara (APBN).

Bank Indonesia berkedudukan di Ibukota negara Republik Indonesia (Jakarta), dan diijinkan untuk membuka kantor-kantor di dalam dan di luar wilayah negara Republik Indonesia. Semnetara sementara sebagai badan hukum, Bank Indonesia juga harus mempunyai modal sendiri yang dipisahkan dari APBN. Modal Bank Indonesia ditetapkan berjumlah sekurang-kurangnya Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah), dan harus ditambah sehingga menjadi 10% (sepuluh perseratus) dari seluruh kewajiban moneter, yang dananya berasal dari Cadangan Umum atau sumber lain. Tata cara penambahan modal dari Cadangan Umum atau sumber lainnya ditetapkan dengan Peraturan Dewan Gubernur.

C. PERAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Munculnya ide pendirian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dilandasi dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dalam Undang-undang tersebut dalam pasal 34 (1) dengan jelas dan tegas disebutkan bahwa tugas pengawasan terhadap bank akan dilakukan oleh lembaga

Page 13: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

6 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang. Pada ayat (2) juga disebutkan bahwa pembentukan lembaga pengawas tersebut sudah harus dilaksanakan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2002. Dengan dasar ketentuan tersebut, maka dibentuklah lembaga pengawas sektor jasa keuangan baik bank maupun non bank yang disebut dengan Otoritas jasa keuangan (OJK).

Meskipun menurut amanah undang-undang lembaga independen yang mengawasi sektor jasa keuangan paling lambat akhir tahun 2002, kenyataannya sampai tahun 2010 undang-undang yang mengatur lembaga pengawas tersebut belum keluar. Akibatnya selama hampir satu dasawarsa belum ada lembaga pengawas yang secara spesifik melakukan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Fungsi pengawasan masih dilakukan oleh Bank Indonesia yang notabene mempunyai tugas lain yang sangat berat. Adanya kasus Bank Century yang melakukan penyimpangan sebagai contoh kasus belum efektifnya Bank Indonesia dalam melakukan pengawasan.

Dengan semakin kompleksnya masalah sektor jasa keuangan, semakin diperlukan lembaga indepnenden sebagai pengawas sektor jasa keuangan. Maka pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi sangat penting, karena dalam perkembangannya praktek perbankan dan pengawasan perlu dilakukan dengan cara yang tepat sesuai dengan kepentingan. Memang ada perdebatan yang serius atas fungsi OJK yang memungkinkan timbulnya conflict of interest, yakni adanya fungsi pengaturan dan pengawasan dalam satu tubuh. Untuk mengatasi, maka ada pemisahahan antara fungsi pengaturan dan fungsi pengawasan, sehingga tidak terjadi fungsi yang saling tumpang tindih. Secara organaisatoris OJK akan dikendalikan oleh tujuh dewan komisioner dimana Ketua Dewan Komisioner membawahi tiga anggota dewan komisoner yang masing-masing mewakili perbankan, pasar modal, dan lembaga keuangan non bank. Dengan kehadiran OJK ini kewenangan pengawasan Bank Indonesia akan dikurangi. Dalam prosesnya Bank Indonesia masih mendampingi, bahkan pada awalnya banyak staf (pegawai) Bank Indonesia yang untuk sementara ditempatkan pada OJK untuk membantu proses peralihan dari Bank Indonesia ke OJK.

Undang-undang OJK yang seharusnya lahir pada akhir tahun 2002 mengalami proses yang panjang. Namun, akhirnya pada tanggal 27 Oktober 2011, RUU Otoritas Jasa Keuangan disahkan oleh DPR. Setelah RUU disyahkan DPR, barulah Pemerintah mensahkan dan mengundangkannya sebagai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dalam Lembaran Negara Republik pada tanggal 22 November 2011. Walaupun UU OJK sudah diundangkan, tetapi untuk memberlakukan perlu sosialisasi dengan waktu yang cukup panjang. Akhirnya secara resmi OJK berdiri dan menjalankan aktivitasnya mulai 1 Januari 2014.

Page 14: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 1 Pendahuluan 7

1. Pengertian, Fungsi Dan Tujuan OJK

Seperti disebutkan diatas bahwa dalam rangka mengoptimalkan pengawasan ter-hadap lembaga keuangan, maka Pemerintah mengeluarkan Undang-undang yakni UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sesuai Undang-undang tersebut yang dimaksud dengan Otoritas Jasa keuangan yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemerik-saan, dan penyidikan terhadap lembaga jasa keuangan.

Adapun tujuan dibentuk OJK agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan: (1) terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; (2) mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan

stabil; dan (3) mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat.

Adapun fungsi OJK adalah menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Dalam menjalankan fungsinya, OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan terhadap tiga sektor yakni:

a. Sektor Perbankan.

b. Sektor Pasar Modal.

c. Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga jasa keuangan Lainnya.

Pengaturan dan Pengawasan sektor Perbankan

Dalam menjalankan tugas pengaaturan dan pengawasan terhadap sektor perbankan, OJK mempunyai kewenangan berupa: a. Pengaturan dan pengawasan terhadap kelembagaan perbankan, seperti

perijinan pendirian bank, pembukaan kantor bank maupun cabang, anggaran dasar, rencana kerja, kepengurusan dan sumber daya manusia. Juga merger, konsolidasi dan akuisisi, serta pencabutan usaha bank. Di samping itu juga mengatur dan mengawasi kegiatan bank seperti sumber dana, penyaluran dana, hibridasi dan aktivitas dibidang jasa.

b. Pengaturan dan pengawasan dibidang kesehatan bank meliputi rasio-rasio keuangan berhubungan dengan kesehatan bank, laporan bank terkait kesehatan bank, sistem informasi debitur, pengujian kredit dan standar akuntansi bank.

c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehatia-hatian bank seperti manajemen risiko, tata kelola bank, pencucian uang, dan pencegahan pembiayaan teroris.

d. Pemeriksaan bank.

Page 15: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

8 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya, Dewan komisioner menetapkan Peraturan OJK, Peraturan Dewan Komisioner, dan atau Surat Keputusan Dewan Komisioner.

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan fungsi, tugas dan kewenangan OJK, Dewan Komisioner mengangkat staf ahli dan organ pendukung yang mencakup:

a. sekretariat b. Dewan Audit c. Komite Etik d. dan organ lainnya sesuai dengan kebutuhan.

2. Bidang Garap Ojk

Bidang garap OJK adalah melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap lembaga jasa keuangan. Menurut UU OJK yang dimaksud dengan lembaga jasa keuangan adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perbankan dan undang-undang mengenai perbankan syariah.

b. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai pasar modal.

c. Perasuransian adalah usaha perasuransian yang bergerak di sektor usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang, usaha reasuransi, dan usaha penunjang usaha asuransi yang menyelenggarakan jasa keperantaraan, penilaian kerugian asuransi dan jasa aktuaria, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai usaha perasuransian.

d. Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai dana pensiun.

e. Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai lembaga pembiayaan.

Page 16: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 1 Pendahuluan 9

f. Lembaga Jasa Keuangan Lainnya adalah pergadaian, lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, meliputi penyelenggara program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai pergadaian, penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, serta lembaga jasa keuangan lain yang dinyatakan diawasi oleh OJK berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Page 17: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

10 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan maqosid syariah

BAB 2 BANK KONVENSIONAL

A. PENGERTIAN DAN PERAN PENTING BANK

Lembaga keuangan yang paling banyak dikenal oleh masyarakat adalah bank dibanding lembaga keuangan lainnya. Sebab bank inilah yang paling banyak berentuhan dengan masyarakat baik masyarakat diperkotaan maupun masyarakat di pedesaan. Masyarakat pedesaan yang dulunya menabung di rumah, dengan gencarnya promosi yang dilakukan oleh bank, mereka mulai mengenal dan menabung di bank. Masyarakat yang semula pinjam pada rentenir, kini semakin banyak yang memanfaatkan kredit dari bank. Dengan semakian banyaknya bank beroperasi di pedesaan seperti BRI unit, Bank Perkreditan Rakyat, ataupun kantor-kantor kas dari bank menjadikan masyarakat sudah tidak asing lagi dengan dunia perbankan.

Kekayaan bank sebagian besar berasal dari masyarakat, sebab memang bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembanli kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Karena kekayaan bank sebgaian besar dari masyarakat, maka jika bank mengalami masalah misalnya bangkrut akan sangat merugikan masyarakat. Pemerintah sangat berkepentingan untuk menjaga kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah menagtur perbankan sedemian rupa agar bank bisa dipercaya masyarakat. Bank merupakan satu-satunya perusahaan yang very regulated company yakni perusahaan yang sangat diatur oleh pemerintah. Hal ini juga disebabkan perbankan merupakan usaha yang bisa mempengaruhi sistem moneter suatu negara. Jika ada bank yang bangkrut dan dilikuidasi oleh pemerintah, kemungkinan bisa mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat, yang dimungkinkan akan terjadi rush atau pengambilan dana besar-besaran sehingga bisa menyebabkan krisis ekonomi.

Secara umum pengertian bank adalah badan usaha yang kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pengertian bank menurut Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang diubah dengan UU No.10 tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Dalam Undang-undang tersebut disebutkan bahwa berdasar pola operasinya bank terdiri dari

Page 18: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 11

konvensional yang beroperasi menggunakan instrumen bunga dan bank syariah yang tidak boleh menggunakan instrumen bunga. Bank juga dibagi ke dalam bank umum dan bank perkreditan rakyat. o Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.

o Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidakmemberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa sumber dana utama bank

berasal dari penghimpunan dana masyarakat. Karena sumber dana utama berasal dari masyarakat, maka penyalurannya harus hati-hati agar jika masyarakat mengambil dananya sewaktu-waktu dananya tersedia. Dari segi penyalurannya juga amanah undang-undang, yakni jangan hanya untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya tetapi untuk mensejahterakan masyarakat.

B. FUNGSI DAN TUJUAN BANK UMUM

Fungsi utama bank umum adalah sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari unit surplus (pihak kelebihan dana) kepada unit defisit (pihak kekurangan dana). Masyarakat yang mempunyai dana dan tidak bisa memanfatatkan untuk kegiatan produktif bisa menyimpan ke bank baik dalam bentuk giro, tabungan maupun deposito. Atas dana yang disimpan di bank tersebut masyarakat akan memperoleh imbalan dari bank berupa bunga. Sedangka bagi masyarakat yang kekurangan dana baik untuk keperluan memeuhi kebutuhan konsumsi maupun untuk kebutuhan produktif seperti pendirian atau pengembangan usaha bisa memanfaatkan bank sebagai salah satu sumber dana. Masyarakat bisa meminjam uang ke bank dan atas dana yang dipinjamnya tersebut masyarakat harus memberikan kompensasi kepada bank berupa bunga.

Selain sebagai perantara keuangan, bank umum juga mempunyai fungsi pokok sebagai berikut: a. Penciptaan uang

Bank umum bisa menerbitkan uang tetapi bukan uang kartal seperti uang dalam bnetuk kertas atau logam, tetapi dalam bentuk uang giral. Uang giral merupakan alat pembayaran melalui mekanisme kliring di Bank Indonesia. Seperti diketahui bank umum diijinkan menerima simpanan dalam bentuk giro yang penarikannya dengan menggunakan cek atau pemindah bukuan. Cek ini merupakan salah satu bentuk dari uang giral yang bisa digunakan sebagai alat tukar atau pembayaran. Fungsi penciptaan uang ini menyebabkan jumlah uang

Page 19: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

12 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

yang beredar semakin membesar atau mempunyai efek multiplier. Oleh karena itu Bank Indonesia bisa mengendalikan jumlah uang beredar dengan mempengaruhi kemampuan bank umum dalam menciptakan uang giral.

b. Menyediakan mekanisme pembayaran Bank umum juga bisa menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatanekonomi.Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik

c. Penghimpunan dana masyarakat Lembaga keuangan yang menurut Undang-undang diperbolehkan menghimpun dana secara langsung dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan hanyalah perbankan. Oleh karena itu kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat lebih besar dibanding lembaga keuangan lainnya. Sumber dana utama dari perbankan berasal dari dana masyarakat. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Dana simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit.

d. Mendukung kelancaran transaksi internasional Pemerintah sangat membutuhkan devisa, sehingga mendorong pengusaha untuk melakukan kegiatan ekspor ke negara lain. Kegiatan ekspor-impor ini tentunya membutuhkan peran lembaga keuangan yang mampu memperlancar transaksi antar negara tersebut. Perbankan terutama bank devisa sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah

e. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain Perbankan juga bisa menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya seperti penyimpanan barang-barang berharga dengan menyediakan kotak pengaman simpanan atau safe deposit box. Masyarakat bisa memanfaatkan jasa perbankan untuk menyimpankan barang berharganya seperti emas, sertifikat, ijazah atau barang berharga lainnya dengan menyewa safe deposit box.

Page 20: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 13

Bank juga bisa memberikan jasa-jasa lainnya seperti pembayaran rekening telpon, pembayaran rekening listrik, pembelian pulsa, pembayaran gaji. Bahkan saat ini dengan menyediakan internet banking, nasabah bisa melakukan aktivitas perbankan seperti berbagai pembayaran, pembelian pulsa, transfer dari mana saja.

Masyarakat sangat membutuhkan lembaga keuangan yang mampu menunjang peningkatan kesejahteraan mereka dalam rangka peningkatan kesejahteraan. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

C. USAHA DAN LARANGAN USAHA BANK UMUM

Bank merupakan perusahaan yang sangat diatur oleh pemerintah, bahkan jenis usaha yang bisa dijalankan diatur oleh undang-undang, baik jenis usaha yang diijinkan maupun larangan usaha. Sesuai dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan pasal 6 dan 7, jenis usaha yang diijinkan adalah sebagai berikut: a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,

deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

b. memberikan kredit; c. menerbitkan surat pengakuan hutang; d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk

kepentingan dan atas perintah nasabahnya: (1) surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa

berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;

(2) surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;

(3) kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah; (4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ; (5) obligasi; (6) surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; (7) instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1

(satu) tahun; e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah;

Page 21: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

14 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;

g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;

h. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu

kontrak; j. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam

bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek; k. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali

amanat; l. menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan

Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; m. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak

bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

n. melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

o. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

p. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan

q. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

Selain usaha-usaha yang diijinkan dilakukan oleh nank umum, dalam

Undang-undang tersebut juga mencantumkan beberapa larangan usaha bank umum, antara lain: a. melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam huruf o

dan huruf p;

b. melakukan usaha perasuransian;

c. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6

dan Pasal 7.

Page 22: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 15

D. RISIKO BANK UMUM

Tidak ada satupun usaha yang tidak mengandung risiko, apalagi usaha perbankan yang dalam beroperasinya sangat diatur ole pemerintah. Risiko usaha bank merupakan tingkat ketidak pastian yang dihadapi oleh perbakan.Ketidak pastian terutama dalam hal pendapatan atau keuntungan yang akan diperoleh oleh bank. Risiko tidak bisa dihilangkan tetapi harus dimanage sedemikian rupa agar meminimalkan risiko tersebut. Risko usaha yang dihadapi oleh bank antara lain: a. Risiko kredit

Keuntungan bank yang utama adalah dari kredit yang diberikan semakin besar kredit yang diberikan semakin besar tingkat keuntungan bank. Semakin banyaknya kredit yang diberikan juga mengandung risiko tidak terbayarnya kredit tersebut. Risko kredit atau default risk adalah kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diperoleh baik pengembalian angsuran pokok maupun angsuran bunga sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Semakin besar gagal bayar semakin mengerus tingkat keuntungan bank, sebab kredit yang bermasalah ini nantinya harus dibebankan sebagai biaya bank..

b. Risiko investasi Selain kredit yang diberikan, bank juga menanamkan dananya pada surat-surat berharga seperti obligasi. Harga obligasi pada umumnya mempunyai hubungan yang terbalik dengan suku bunga, artinya jika suku bunga menurun, maka harga obilgasi akan meningkat sebab para deposan akan mengalihkan dananya untuk membeli surat berharga, tetapi jika suku bunga mengalami kenaikan harga obilgasi akan menurun. Risiko investasi atau investment risk berhubungan dengan terjadinya kerugian akibat penurunan nilai portofolio pada surat-surat berharga.

c. Risiko likuiditas Bank bisnisnya kepercayaan, oleh karena itu harus menjaga komitmen baik kepada nasabah peminjam maupun nasabah penyimpan. Jika mempunyai komitmen memberikan kredit, maka bank harus mampu memberikan kredit seusai dengan jumlah dan waktu yang dijanjikan. Demikian pulan dengan nasbah penyimpan, jika akan mengambil dananya sewaktu-wkatu harus tersedia. Risiko likuiditas atau liquidity risk merupakan risiko yang dihadapi oleh bank dalam memenuhi komitemn kredit dan penarikan dana oleh nasabah penyimpan. Jika bank tidak mampu memenuhinya maka rsiko likuiditas bisa terjadi pada bank. Bank harus mampu menyediakan dana baik yang disimpan di bank maupun di Bank Indonesia untuk menjaga giro wajib minimum minimimal 5%, sebab jika kurang akan mengurangi penilaian tingkat kesehatan bank.

Page 23: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

16 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

d. Risiko operasi Dalam beroperasi diharapkan bank bisa melakukannya dengan efektif dan efisien. Efektif dalam menjalankan sistem dan prosedur akan membantu memperlancar dlam pelayanan kepada nasabah, dan berupaya efisien dalam mengendalikan biaya. Risiko operasi terjadi jika bank dlam beroperasi kurang efektif dan efisien, sehingga meningkatkan biaya operasional. Biasanya risiko operasi diukur dengan rasio biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO), semakin tinggi BOPO menunjukkan risiko operasi bank tinggi.

e. Risiko penyelewengan Setiap hari para pegawai bank berurusan dengan uang yang pada dasarnya sangat mudah untuk diselewengkan. Risiko penyelewengan atau fraud riskberhubungan dengan tindakan pegawai atau pejabat bank yang melakukan penyelewengan atau penggelapan yang mengakibatkan timbulnya kerugian. Dan ini bisa terjadi karena sikap mental pegawai atau penjabat yang tidak jujur, melakukan penipuan, atau perilaku menyimoang lainnya. Penyelewengan bisa juga diakibatkan oleh sikap perilaku kurang baik nasabah bank.

f. Risiko fiducia Bank selain memberikan kredit juga memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat atau trustee. Sebagai wali amanat bank dalam melaksanakan operasionalnya harus konsisten dengan kebijakan-kebijakan yang rasional. Nasabah yang telah mempercayakan dananya kepada bank harus dikelola dengan baik dan penuh kehati-hatian, jangan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif. Dalam menjalankan kegiatannya harus tetap mencari profitabilitas tetapi tidak mengabaikan keamanan dana yang ditanamkannya. Risiko fidusia terjadi jika bank gagal mengemban sebagai wali amanah.

g. Risiko tingkat bunga Instrumen penempatan dana bank antara lain pada surat-surat berharga yang rentan dengan perubahan tingkat bunga, sehingga bank diharapkan mampu memproyeksikan fluktuasi tingkat bunga. Penempatan dana pada surat berharga pada umumnya sebagai cadangan likuiditas kedua atau secondary reserve, sehingga jika sewaktu-waktu dibutuhkan bisa dijadikan uang tunai. Risiko tingkat bunga ini akan muncul jika perubahan tingkat bunga akan menurunkan nilai pasar dari surat-surat berharga yang dimiliki bank. Risiko ini juga bisa timbul sebagai akibat bank menerima simpanan untuk jangka panjuang dengan bunga yang tinggi, sementara suku bunga pasar mengalami penuruan yang drastis.

h. Risiko solvensi Jika bank mengalami kerugian yang diakibatkan oleh penurunan nilai beberapa aset yang akhirnya akan berdampak pada penurunan modal bank. Modal bank berfungsi untuk melindungi bank jika terjadi kerugian akibat insolvensi dan

Page 24: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 17

likuditas bank. Modal bank merupakan benteng terakhir untuk memberikan proteksi kepada nasabah penabung atas kerugian penurunan nilai aset bank.

i. Risiko valuta asing Salah satu usaha yang diijinkan kepada bank devisa adalah melakukan transaksi valuta asing. Perubahan nilai mata uang luar negeri akan sangat mempengaruhi kinerja bank. Oleh karena itu perlu pengelolaan yang baik agar bisa mengantisipasi terjadinya gejolak perubahan kurs mata uang asing. Fluktuasi nilai tukar mata uang asing bisa mempersulit bank dalam mengelola aktiva dan kewajiban bank atas valuta asing yang dimiliki.

j. Risiko persaingan Jumlah bank umum relatif banyak di Indonesia, sementara produk-produk yang ditawarkan relatif homogen, sehingga persaingan terjadi bukan pada jenis produk tetapi lebih pada pelayanan yang diberikan bank. Pelayanan yang profesional merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh manajemen bank agar mampu bersiang dengan bank lainnya. Persaingan tidak hanya sesama bank umum nasional tetapi juga dengan bank-bank asing. Dengan diijinkannya pihak swasta asing memiliki 99% saham di bank swasta nasional juga menjadikan persaingan perbank semakin tajam, sebab bank asing mempunyai peluang untuk masuk pada segmen retail banking.

E. SUMBER DANA BANK

Bank yang mempunyai fungsi utama memobilisasi dana masyarakat melalui simpanan, menjadikan kekayaan bank sebagian besar dari dana masyarakat. Pada dasarnya sumber dana bank berasal dari beberapa kelompok yakni: 1. Modal Sendiri 2. Pinjaman dari Bank lain dan lembaga keuangan bukan bank 3. Dana masyarakat 1. Modal Sendiri

Modal sendiri merupakan sumber dana yang berasal dari pemilik bank dan dari hasil operasi bank. Modal sendiri dalam perbankan sering disebut sebagai dana pihak pertama. Modal sendiri diamksudkan untuk memback-up dan memperkuat perbankan dalam melakukan ekspansi dan bersaing dengan industri perbankan lainnya. Karena bisnis bank merupakan bisnis yang rentan terhadap isu perekonomian, maka pemerintah melakukan pengawasan yang sangat ketat terhadap permodalan bank. Modal bank diatur sesuai dengan peraturan perbankan internasional yakni harus mnyediakan modal sendiri atau sring disebut rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio = CAR) minimal sebesar 8%. Semakin besar CAR perbankan menunjukkan semakin kuat permodlan perbankan tersebut,

Page 25: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

18 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

dan ini menjadi indikator kepercayaan masyarakat kepada bank. Modal bank terbagi ke dalam kelompok modal disetor, cadangan, dan laba ditahan.

a. Modal Saham

Karena bank harus berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT), maka modalnya berupa sejumlah lembar saham yang dimiliki oleh para pemegang saham dan salah satunya harus sebagai pemegang saham pengendali (PSP). Dalam anggaran Dasar juga dicantumkan modal dasar perbankan dan modal yang disetor. (1) Modal disetor

Modal disetor merupakan jumlah dana yang benar-benar telah disetorkan oleh pemilik kepada bank. Modal disetor ini merupakan selisih antara jumlah modal dasar yang telah disepakati oleh para pemilik bank dengan jumlah modal yang belum disetor. Modal disetor inilah yang akan digunakan untuk mendukung aktivitas operasional perbankan. Modal disetor ini juga yang akan dicantumkan ke dalam neraca perbankan.

(2) Modal belum disetor Modal belum disetor merupakan selisih antara modal dasar dengan modal yang telah distorkan oleh para pemilik bank. Misalnya modal dasar yang disepakati oleh pemilik sebesar Rp 500 milyar, sementara para pemilik bank menyetorkan modalnya sebesar Rp 300 milyar, maka jumlah modal yang belum disetor adalah Rp 200 milyar.

b. Tambahan Modal Disetor

Harga saham dengan nilai nominal saham seringkali berbeda, dan perbedaan ini menyebabkan dana yang diterima juga tidak sama dengan nominal saham. Selisihnya merupakan tambahan modal disetor, yang berupa: (1) Agio saham yaitu selisih lebih antara harga saham dengan nilai

nominalnya. Misalnya jumlah saham PT. Bank BAHANA sebesar 10 juta lembar dengan nominal per lembar Rp 50.000,-. Maka modal disetor yang dicantumkan dalam neraca adalah sebesar 10 juta x Rp 50.000,- = Rp 500 milyar. Setelah dijual ternyata harga sahamnya sebesar Rp 60.00,- per lembar sehingga penerimaan dananya sebanyak Rp 600 milyar. Selisih harga saham dengan nilai nominalnya inilah yang disebut dengan agio saham, yakni sebesar Rp 100 milyar.

(2) Disagio, merupakan selisih kurang antara harga saham dengan nilai nominalnya. Ini terjadi jika harga saham lebih kecil dibanding nilai nominalnya.

c. Cadangan

Undang-undang perbankan mewajibkan setiap bank untuk menyisihkan sebagian labanya guna membentuk cadangan yang bisa dimanfaatkan untuk reinvestasi atau menghadapi kemungkinan terjadinya risiko. Cadangan ini

Page 26: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 19

dibentuk menurut ketentuan anggaran dasar dan atau keputusan manajemen bank melalui RUPS. Cadangan ini bisa dikelompokkan menjadi: (1) Cadangan umum’

Cadangan umum disisihkan dari sebagian laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak.

(2) Cadangan tujuan Cadangan ini diperuntukkan untuk tujuan tertentu yang telah ditetapkan dan diambilkan dari sebagian laba setelah dikurangi pajak.

d. Laba Ditahan

Laba merupakan hasil operasi perbankan selama satu periode. Sebagian laba akan dibagikan kepada para pemilik sebagai dividen dan sebagian lagi tidak dibagikan dan masuk lagi ke perbankan sebagai tambahan modal sendiri. Berapa besarnya laba yang dibagi dan besarnya laba ditahan tergantung hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). (1) Laba tahun lalu

Laba tahun lalu ini merupakan laba ditahan tahun yang lalu yang dipergunakan untuk menambah cadangan atau untuk digunakan sebagai sumber dana dalam rangka melakukan reinvestasi, seperti membeli aktiva tetap, membuka cabang atau kantor kas, juga bisa digunakan untuk ekspansi kredit.

(2) Laba tahun berjalan Laba tahun berjalan merupakan laba setelah dikurang pajak tahun ini yang pemanfatannya belum diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dengan demikian, laba tahun berjalan ini belum bisa dimanfaatkan karena belum ada keputusan berapa yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen dan berapa yang ditahan.

2. Pinjaman dari Bank lain dan lembaga keuangan bukan bank Untuk memenuhi kebutuhan dananya terutama untuk menjaga tingkat

likuiditasnya, perbankan diijinkan melakukan peminjaman kepada bank Indonesia, bank lain dan lembaga keuangan bukan bank. Adapun bentuknya antara lain sebagai berikut: a. Kredit Likuiditas Bank Indonesia. Kredit yang diberikan BI kepada bank-bank

yang mengalami kesulitan likuiditas. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor ttt.

b. Pinjaman antar bank (Call money). Merupakan pinjaman jangka pendek (1 s/d 7 hari), yang dilakukan oleh bank-bank yang mengalami kalah kliring.

c. Fasilitas diskonto dalam rupiah. Penyediaan dana jangka pendek oleh BI, dengan cara pembelian promes yang diterbitkan oleh bank umum yang tergolong sehat dan cukup sehat atas dasar diskonto.

Page 27: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

20 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

d. Pinjaman Bank-bank luar negeri, Perbankan juga diijinkan untuk melakukan pinjaman kepada lembaga keuangan internasional, tetapi pinjaman tersebut harus diketahui atau dilaporkan ke BI agar bisa dikendalikan oleh Bank Indonesia.

e. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Perbankan juga menerbitkan surat berharga berupa surat hutang yang disebut dengan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). SBPU ini bisa diperjual belikan secara diskonto baik oleh perbankan, lembaga keuangan lain maupun perusahaan dan individu.

3. Dana Masyarakat

Faktor penting keberhasilan bank adalah kemampuannya dalam memobilisasi

dana yang berasal dari masyarakat. Sumber dana yang berasal dari masyarakat atau

sering disebut dana pihak ketiga (DPK) sangat mempengaruhi kinerja bank, sebab

dana yang diberikan sebagai pinjaman sebagian besar dari dana pihak ketiga ini.

Semakin tinggi dana masyarakat semakin besar kemampuan bank dalam

menyalurkannya sebagai kredit. Bahkan penilaian kesehatan bank yang diukur

dengan loan to deposit ratio (LDR) yakni rasio besarnya kredit yang diberikan

dibanding dengan dana masyarakat, idelanya sekitar 95% artinya sumber dana

untuk kredit idealnya 95% dari dana masyarakat. Dana yang berasal dari

masyarakat yang dimobilisasi oleh bank disebut sebagai simpanan. Simpanan

adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan

perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito,

tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

a. Giro Giro adalah simpanan masyarakat dalam rupiah atau valuta asing kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, pemindah bukuan atau sarana perintah pembayaran lainnya. Karena giro bisa diambil sewaktu-waktu dan pada umumnya digunakan untuk transaksi dengan nominal yang besar, maka giro dikatakan sebagai dana yang sangat likuid, artinya pergerakannya sangat cepat. Setiap nasabah yang menyinmpan dalam bentuk giro akan memperoleh buku cek dan bilyet giro. Buku cek dan bilyet giro ini berfungsi sebagai sarana untuk penarikan atau pembayaran suatu transaksi. Cek bisa digunakan untuk pembayaran transaksi secara tunai dan bisa atas unuuk atau nama. Cek tidak bisa dibatalkan oleh pemiliknya kecuali jika cek tersebut dinyatakan hilang yang dibuktikan dengan surat keterangan kehilangan dari kepolisian. Bilyet giro atau sering juga disebut dengan cek mundur merupakan perintah kepada bank untuk memindahkan dana atas beban nasabah kepada pemegangnya pada tanggal yang telah ditentukan.

Page 28: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 21

Giro termasuk dalam kategori jasa lalu lintas pembayaran, sehingga yang berhak mengeluarkan giro adalah bank umum, sementara bank prekreditan rakyat tidak diperkenankan untuk mengeluarkan giro, artinya bank perkreditan rakyat tidak diijinkan meneriman simpanan dalam bentuk giro. Ada tiga kategori nasabah giro: (1) rekening atas nama badan yakni simpanan giro dengan mengatas namakan instansi pemerintah/lembaga negara, rekening atas nama perusahaan yang berbadan hukum yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Koperasi dan badan hukum lainnya. (2) rekening atas nama pribadi, dan (3) rekening gabungan (joint account) yakni atas nama beberapa orang, beberapa badan, dan gabungan atas nama perorangan dan badan. Rekening giro akan diberi kompenasasi oleh bank berupa bunga, dan karena rekening giro dapat diambil sewaktu-waktu, aka bunga yang diberikan sangat kecil jauh lebih kecil dibandingn jenis simpanan lainnya seperti tabungan dan deposito. Jasa giro yang dibayarkan kepada nasabah dikurang dengan pajak penghasilan (PPh) yang bersifat final sebesar 20%. Jasa giro yang diberikan dapat dihitung denga formulasi sebagai berikut:

Jasa Giro =N x t x i

365− PPh

Keterangan: N = Saldo rata-rata giro yang mengendap t = jangka waktu i = jasa giro PPh = pajak penghasilan

Sebagai contoh, Tn. Budi mempunyai saldo rata-rata giro bulan Maret 2015 sebesar Rp 23.542.450,-. Jasa giro sebesar 3%, dan mengendap selama bulan maret 31 hari (hari riil bulan maret adalah 31 hari). Maka jasa giro yang diperoleh Tn. Budi adalah Rp 47.987,90 dengan perhitungan sebagai berikut:

Jasa Giro =23.542.450x31x3%

365− 20% = 47.987.90

b. Tabungan Tabungan merupakan simpanan masyarakat dalam rupiah dan atau valuta asing kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu. Walaupun dengan syarat-syarat tertentu, pada dasarnya tabungan bisa diambil sewaktu-waktu, tetapi pengambilannya tidak menggunakan cek atau bilyet giro. Penarikan bisa dilakukan pada bank yang bersangkutan dengan secara tunai dengan cara nasabah datang langsung ke bank, melalui Anjungan tunai Mandiri (ATM), melalui kartu debit, dan bisa dipindahbukuan ke dalam rekening lain. Saat ini, beberapa bank menawarkan banyak kemudahan dalam

Page 29: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

22 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

rekening tabungan, misalnya ada internet banking, moblie banking, maupun sms banking. Dengan produk-produk tersebut nasabah diberi kemudahan dalam mengakses rekening tabungannya seperti untuk mengecek saldo tabungan, berbagai pembayaran seperti pembayaran rekening lsitrik, rekening telpon, iuran TV berlangganan, pembayaran kartu kredit dan pembayaran lainnya. Juga bisa melakukan pembelian pulsa, melakukan transfer dana dan masih banyak kemudahan lainnya.

Pada umumnya, nasabah tabungan berasal dari kalangan menengah ke bawah yang tujuan menyimpan dananya dalam rekening tabungan lebih banyak untuk mengumpulkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhannya di masa yang akan datang. Dengan demikian walaupun tabungan bisa ditarik kapanpun tetapi fluktuasi penarikannya tidak besar seperti rekening giro. Bank lebih aman menggunakan dana tabungan untuk disalurkan ke dalam kredit.

Bank memberikan jasa kepada nasabah rekening tabungan berupa bunga yang jumlahnya relatif kecil. Jika dibandingkan dengan jasa giro, bunga tabungan lebih besar tetapi jika dibandingkan dengan bunga deposito, suku bunga tabungan lebih kecil. Bunga tabungan yang dibayarkan kepada nasabah dikurangi dengan pajak penghasilan (PPh) sesuai dengan peraturan pemerintah.

Besarnya bunga yang diterima nasabah bisa diformulasikan sebagai berikut:

Bunga Tabungan =N x t x i

365− PPh

Keterangan: N = Saldo rata-rata tabungan yang mengendap t = jangka waktu i = suku bunga tabungan PPh = pajak penghasilan

Sebagai contoh, Ny. Indah mempunyai saldo rata-rata tabungan bulan Maret 2015 sebesar Rp 12.340.000,-. Jasa giro sebesar 6%, dan mengendap selama bulan maret 31 hari (hari riil bulan maret adalah 31 hari). Maka bunga tabungan yang diperoleh Ny. Indah adalah Rp 50.306,63 dengan perhitungan sebagai berikut:

Bunga tabungan =12.340.000 x 31 x 6%

365− 20% = 50.306.63

c. Simpanan Berjangka Selain simpanan giro dan tabungan yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu, bank juga menerima simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan selama jangk awaktu tertentu atau sering disebut sebagai

Page 30: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 23

simpanan berjangka. Ada tiga jenis simpanan berjangka yakni deposito berjangka, deposit on call, dan sertifikat deposito.

Deposito Berjangka (time deposit)

Deposito berjangka merupakan simpanan masyarakat dalam rupiah dan atau valuta asing yang penarikannya dapat dilakukan dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Pada umumnya bank menyediakan jangka waktu deposito berjangka selama 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan bahkan ada yang menawarkan jangka waktu selama 24 bulan. Nasabah bebas memilih jangka waktu yang diinginkan sesuai dengan rencana pemakaian dana oleh nasabah. Suku bunga yang diberikan juga bervariasi tergantung jangka waktu deposito. Pada umumnya deposito berjangka waktu lebih pendek suku bunganya lebih kecil dibanding dengan deposito berjangka lebih panjang.

Untuk menarik nasabah agar bersedia menyimpan dananya dalam bentuk deposito, bank juga menyediakan produk yang diberi nama deposit on call yang sifatnya merupakan gabungan antara deposito berjangka dengan tabungan. Sesuai dengan namanya deposit on call ini bisa diambil sewaktu-waktu seperti tabungan tetapi tetapi harus ada pemberitahuan terlebih dulu, dan seperti deposito karna sebenarnya ada jangka waktunya dan suku bunganya juga lebihb besar dibanding dengan suku bunga tabungan tetapi sedikit lebih kecil dibanding dengan deposito berjangka.

Perlakuan deposito berjangka setelah jatuh tempo tergantung dari perjanjian yang disepakati. Jika nasabah memilih deposito berjangka otomatis yang disebut dengan automatic roll over (ARO), maka perpanjangannya akan dilakukan secara otomatis setiap tanggal jatuh tempo. Sedangkan deposito berjangka biasa tidak akan diperpanjang jika telah jatuh tempo kecuali ada pemberitahuan oleh nasabahnya.

Meskipun deposito berjangka penarikannya dilakukan sesuai dengan tanggal jatuh temponya, tetapi jika nasabah akan mengambil dananya sebelum jatuh tempo, oleh bank tetap diperkenankan tetapi karena menyalahi perjanjian maka bank akan mengenakan beban biaya berupa denda penalti yang besarnya sesuai dengan kebijakan bank masing-masing.

Dana deposito berjangka merupakan primadona bangi bank, sebab dana ini merupakan dana yang bisa dimanfaatkan secara optimal untuk memberikan kredit. Dana deposito berjangka memudahkan bank dalam melakukan perencanaan pengalokasian dana karena termasuk sumber dana yang relatif stabil. Bagi nasabah dengan menyimpan dananya dalam bentuk deposito berjangka memperoleh keuntungan berupa keamanan dana karena dijamin oleh Lembaga penjamin Simpanan (LPS) dan dapat dijadikan sebagai jaminan kredit.

Page 31: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

24 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Besarnya suku bunga tergantung jangka waktu dan besarnya nominal deposito yang disimpan. Seringkali bank memberikan spcial rate kepada deposan yang menyimpan dananya dalam jumlah yang besar. Bunga deposito berjangka dibayarkan setiap bulan sesuai tanggal pembukaan deposito. Perhitungan bunga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bunga Deposito =N x t x i

365− PPh

Keterangan: N = pokok deposito t = jangka waktu i = suku bunga tabungan PPh = pajak penghasilan

Sebagai contoh, Bpk Ali mempunyai pada 10 Maret 2015 menyimpan dana dalam bentuk deposito berjangka 3 bulan sebesar Rp 60.000.000,-. Suku bunga deposito berjangka 3 bulan sebesar 8%. Besarnya bunga deposito tanggal 10 April yang diperoleh Bpk Ali adalah Rp 244.602,74 dengan perhitungan sebagai berikut:

Bunga deposito =60.000.000 x 31 x 8%

365− 20% = 244.602,74

Setifikat Deposito (Certificate of Deposit)

Setifikat deposito merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh bank yang akan dibayarkan sesuai dengan nomanalnya pada saat jatuh tempo. Sertifikat deposito ini bersifat atas unjuk sehingga bisa diperjual belikan di pasar uang. Hal ini disebabkan sertifikat deposito ini merupakan surat pengakuan hutang dari bank yang menerbitkan.

Sertifikat deposito dapat diterbitkan oleh setiap bank umum dan lembaga keuangan dengan nilai nomnal paling sedikit Rp 1.000.000,- dengan jangka waktu mulai 30 hari sampai maksimum 24 bulan. Bunga dibayarkan dimuka dengan sistem diskonto. Perhitungan pembayaran untuk sertifikat deposito adalah sebagai berikut:

Pembayaran =N x 365

365 + (i x hd)

Keterangan: N = nominal sertifikat deposito hd = hari diskonto i = suku bunga tabungan

Page 32: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 25

Sebagai contoh pada tanggal 20 Maret 2015 CV. BAYU membeli sertifikat deposito nominal Rp 100.000.000,- dengan jangka waktu 3 bulan (jatuh tempo 20 Juni 2015), dengan suku bunga 12% per tahun. Maka jumlah uang yang dibayarkan oleh CV. BAYU adalah sebesar Rp 116.476.970,54

N = 100.000.000 I = 12% Hd = 20 Maret – 20 Juni 2015 = 92 hari

Pembayaran =120.000.000 x 365

365 + (0,12 x 365) = 116.476.970,54

F. ALOKASI DANA BANK

Dana yang dihimpun oleh perbankan baik yang berasal dari pemilik, pinjaman bank lain atau lembaga keuangan, maupun dana pihak ketiga akan dialokasikan untuk kepentingan aktivitas perbankan. Ada dua jenis alokasi dana bank yakni (1)non earning assets yaitu alokasi dana yang tidak menghasilkan keuntungan secara langsung. (2) earning asset, yaitu akan dialokasikan pada aset-aset yang menghasilkan penghasilan langsung.

1. Non Earning Assets

Perbankan merupakan jenis usaha yang bisnisnya merupakan kepercayaan, dan dipercayakan adalah dana yang sebagian besar dari masyarakat. Selain untuk menjaga kepercayaan, bank juga diharapkan bisa menjaga reputasi bisnis. Oleh karena itu, dana perbankan sebagian dialokasikan ke dalam aktiva yang tidak menghasilkan secara langsung atau non earning assets. Alokasi yang tidak menghasilkan secara langsung adalah sebagai berikut: a. Primary Reserve

Primary reserve merupakan cadangan utama yang harus disediakan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan pengambilan kas sehari-hari baik pengambilan langsung melalui bank maupun pengambilan lewat transaksi kliring. Primary reserve ini untuk menjaga likuidtas minimum yang harus selalu ada seperti yang diatur oleh Bank Indonesia. Aktiva ini berupa uang tunai yang disimpan di bank sebagai saldo kas dan uang tunai yang disimpan dalam bentuk giro pada bank Indonesia. (1) Saldo Kas

Uang tunai yang ada dalam bank setiap saat berubah sesuai dengan mutasi harian kas. Saldo kas adalah jumlah uang tunai yang harus disediakan oleh bank dalam rangka menjamin kelancaran likuidtas bank. Bank harus

Page 33: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

26 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

menjamin tersedianya uang tunai jika nasabah sewaktu-waktu mengambil atau melakukan pemindah bukuan antar bank. Setiap bank mempunyai kewajiban untuk menjaga saldo kas sesuai dengan ketentuan yang ditentukan oleh otoritas perbankan. Perbankan mempunyai kewajiban memelihara Giro Wajib Minimum (GWM) yang selalu harus ada, sehingga perbankan harus bisa mengelola dana yang dialokasikan dalam saldo kas ini seefisien mungkin. Jika terlalu besar bisa menurunkan tingkat profitabilitas bank karena banyak dana yang menganngur, tetapi kalau terlalu kecil berakibat likuiditas bank terganggu.

(2) Saldo di Bank Indonesia Pengambilan dana bank tidak hanya melalui transaksi langsung lewat bank yang bersangkutan, tetapi bisa lewat bank Indonesia melalui mekanisme kliring. Dengan mekanisme kliring ini, mewajibkan bank menyediakan sejumlah dana yang disimpan di Bank Indonesia, sehingga jika terjadi kalah kliring bisa diambilkan dari saldo di Bank Indonesia. Besarnya saldo di Bank Indonesia dan saldo kas tidak boleh kurang dari Giro Wajib Minimum (GWM) yang ditentukan. Bank Indonesia menetapkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 5% dari kewajiban segera dibayar.

b. Aktiva tetap dan Inventaris Untuk menjaga kredibilitas perbankan yang mempunyai reputasi akan memilih kantor bank yang lokasinya strategis dengan penampilan kantor yang mewah dan nyaman. Bank menyediakan sistem yang aman dan nyaman dalam rangka pelayanan terhadap nasabahnya. Untuk keperluan itu, memerlukan dana yang tidak sedikit, sehingga ada sebagian dana digunakan untuk keperluan pengadakan aktiva tetap dan investaris. Aktiva tetap dan inventaris tidak memberikan penghasilan secara langsung. Aktiva tetap dan inventaris ditujukan untuk hal-hal seperti: (1) Pengadaan aktiva tetap baik yang tidak bergerak maupun aktiva tetap

begerak seperti: o Tanah o Gedung o Rumah Dinas o Sistem Informasi (komputerisasi) o Kendaraan o Inventaris Kantor seperti meja kursi, mesin komputer, AC dan lainnya

(2) Pengadaan persediaan barang habis pakai, seperti o Barang cetakan o Kertas-kertas, tinta dan lainnya

Page 34: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 27

2. Earning Assets

Seperti diketahui perbankan adalah suatu institusi bisnis yang tentunya tujuannya adalah untuk mencari keuntungan. Oleh karena itu, sebagian besar dana akan dialokasikan pada instrumen-instruemen yang mendatangkan penghasilan bagi bank atau sering disebut dengan earning assets. Alokasi dana pada earning assets dengan rincian sebagai berikut: a. Secondary Reserve

Untuk menjaga agar likuiditas bank selalu terpelihara dengan baik, maka perbankan harus menjaga agar primary reserve tetap berada diatas ketentuan yang ditetapkan. Karena likuidtas sangat penting, perbankan harus memback-up cadangan utama atau primary reserve dengan cadangan kedua yang disebut sebagai secondary reserve. Secondary reserve merupakan cadangan penyangga posisi promary reserve, sehingga jika primary reserve sewaktu-waktu mengalami penurunan, secondary reserve bisa segera menjadi uang tunai menggantikan primary reserve. Secondary reserve ditempatkan pada instrumen keuangan yang bersifat likuid artinya mudah dijadikan uang tunai, tetapi masih bisa mendatangkan keuntungan. Oleh karena itu secondary reserve sering disebut sebagai earning reserve yakni cadangan yang bisa mendatangkan penghasilan. Adapun penempatannya adalah pada instrumen sebagai berikut: (1) Penempatan pada Bank Indonesia (2) Giro pada bank lain (3) Penempatan pada bank lain (4) Surat berharga

b. Kredit yang diberikan Kredit yang diberikan merupakan usaha utama dalam bisnis perbankan yakni mengalokasikan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Masyarakat yang membutuhkan dana baik untuk kepentingan konsumtif maupun kepentingan produktif bisa diberikan kredit oleh bank jika setelah dilakukan penilaian memang layak diberikan. Penghasilan utama perbankan konvensional berasal dari kredit yang dberikan. Atas kredit yang diberikan, nasabah akan memberi kompensasi kepada bank berupa bunga. Kredit bisa diberikan baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

c. Investasi Jika dana yang dimiliki bank masih terdapat sisa dana atau excess fund setelah dialokasikan pada primary reserve, secondary reserve dan kredit yang diberikan, maka kelebihan dana tersebut bisa dimanfaatkan untuk investasi. Dengan demikian, aktivitas investasi merupakan pilihan terakhir jika bank mempunyai kelebihan dana. Investasi bisa dalam bentuk pembelian surat berharga seperti saham dan obligasi atau surat berharga lainnya.

Page 35: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

28 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

G. MANAJEMEN DANA BANK

Dana yang diperoleh oleh perbankan baik yang berasal dari dana masyarakat terdiri dari giro, tabungan dan deposito., dana yang diperoleh dari pinjaman bank lain dan dana yang diperoleh dari pemilik akan dialokasikan ke dalam alokasi dana. Dana-dana tersebut akan dialokasikan ke primary reserve, aktiva tetap dan inventaris, secondary reserve, kredit yang diberikan, dan investasi. Adapun pendekatan dalam alokasi dana tersebut adalah:

1. Pooled of Fund Approached

Pendekatan pooled of fund merupakan pendekatan di mana semua sumber dana dikumpulkan dalam suatu kumpulan dana kemudian dialokasikan kepada instrumen alokasi dana sesuai dengan kebutuhan. Pada pendekatan ini, tidak memperhatikan keseuaian karakteristik sumber dana dengan karakteristik alokasi dananya. Masing-masing sumber dana mempunyai karakteristik yang berbeda, misalnya giro merupakan sumber dana yang paling likuid karena bisa diambil sewaktu dan simpanan giro pada umumnya digunakan untuk tujuan transaksi. Tabungan, walaupun bisa diambil sewaktu-waktu tetapi tujuan nasabah menyimpan dalam bentuk tabungan adalah untuk investasi, sehingga pengambilannya hanya kalo sedang membutuhkan dana. Sementara deposito merupakan sumber dana masyarakat yang penarikannya dalam jangka waktu tertentu, sehingga pengelolaannya lebih mudah. Modal sendiri merupakan dana jangka panjang yang selalu ada di bank selama bank tersebut beroperasi.

Pada pendekatan ini, dana yang diperoleh dari berbagai sumber dengan karakteristik yang berbeda diperlakukan sebagai dana tunggal sehingga dana bank tidak dibedakan menurut karakteristiknya. Kumpulan dana tersebut kemudian dialokasi ke instrumen alokasi dan tanpa sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 4.1. Pendekatan Pooled of Fund

Page 36: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 29

Gambar 4.1 menunjukkan semua jenis sumber dana bank masuk ke dalam kumpulan dana dan kemudian dialokasikan pada instruemn alokasi dana sesuai dengan kebutuhan. Kebaiakan pendekatan ini adalah perhitungan biaya dana relatif lebih sederhana dan mudah. Manajemen bank mempunyai keleluasaan dalam mengalokasikan dana karena menganggap semua jenis dana sama. Kelemahannya adalah semua sumber dana dianggap mempunyai risiko yang sama, padahal sebenarnya masing-masing sumber dana mempunyai karakteristik yang berbeda yang mengakibatkan risikonya juga berbeda. Karena menganggap semua sumber dana sama, maka ada kecenderungan mengalokasikan dana dengan menggunakan suku bunga tunggal atau single rate.

2. Asset Allocation Approache

Untuk mengatasi kelemahan pendekatan pooled of fund yang mengabaikan karakteristik sumber dana, maka pendekatan assets alocation merupakan koreksinya. Dalam pendekatan ini, manajemen bank mengadakan kesesuaian antara karakteristik sumber dana dengan karakteristik alokasi dananya. Giro yang merupakan sumber dana yang sangat likuid dan biaya yang paling murah lebih banyak dimanfaatkan memelihara primary reserve, hanya sebagian kecil yang digunakan untuk meopang secondary reserve dan pembelian surat berharga. Tabungan, walaupun bisa diambil sewaktu-waktu tetapi karena motivasi nasah dalam menyimpannya untuk investasi, maka sebagian untuk menjaga likuiditas dan sebagian dialokasikan pada investasi atau kredit.

Deposito merupakan sumber dana masyarakat yang pengambilannya dalam jangka waktu tertentu, merupakan sumber dana yang paling mudah dikendalikan oleh karena itu sebgaian besar dana deposito dialokasikan untuk penyaluran kredit. Sementara modal sendiri lebih banyak dialokasikan untuk pembelian akitva tetap dan inventaris serta sebagian kecil untuk kredit.

Gambar 4.2. Pendekatan Assets Alocation

Page 37: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

30 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

H. MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK

Bank merupakan perusahaan yang bidang bisnisnya adalah kepercayaan, sehingga perbankan harus bisa dipercaya. Agar bisa dipercaya, maka jika ada nasabah yang mau melaukan penarikan dana, selau tersedia. Bank harus mampu menjaga likuiditasnya. Secara umum likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Semakin tinggi likuiditas perusahaan semakin tinggi kepercayaan kreditor kepada perusahaan. Pada perbankan, karena sebagian besar kekayaan bank merupakan dana masyarakat, maka likuiditas bank harus dikelola dengan sebaik-baiknya, sebab kesalahan dalam mengelola likuiditas menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada bank akan menurun.

Likuiditas bank jauh lebih komplek dibanding dengan perusahaan non keuangan. Jika kebutuhan likuiditas perusahaan non keuangan hanya untuk membayar hutang jangka pendek (hutang lancar), tetapi kebutuhan likuiditas bank untuk hal-hal sebagai berikut: 1. Memenuhi kebutuhan likuiditas wajib atau giro wajib minimum (reserve

requirement) 2. Saldo rekening pada bank moresponden 3. Memenuhi penarikan nasabah dalam operasional bank sehari-hari 4. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat

Bank harus selalu menjaga agar giro wajib minimum selalu diatas ketentuan yang berlaku yakni minimum 5%. Jika sangat besar, dari segi likuiditas memang sangat bagus, tetapi akan mengurangi jumlah dana yang diberikan untuk kredit artinya jika likuiditasnya besar akan menurunkan profitabilitas. Memang ada trade-off antara keamanan dan keuntungan, jika fokusnya keamanan, maka likuidtasnya tinggi tetapi profitabilitasnya rendah, jika mengejar keuntungan yang tinggi harus mengurangi liukiditasnya. Oleh karena itu diperlukan manajemen likuidtas yang bisa mensinkronkan antara kepentingan profitabilitas dan likuiditas. Pengukuran Likuiditas

Likuiditas bank harus dilaporkan setiap hari kepada Bank Indonesia, dan Bank Indonesia memonitor likuiditas perbankan juga setiap. Jika dalam sehari saja bank mengalami kekurangan likuiditas, maka akan dikenakan sangsi berupa denda. Begitu pentingnya likuiditas dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat. Ada beberapa cara pengukuran likuiditas bank, antara lain: 1. Giro Wajib Minimum

Perbankan diwajibkan untuk menyimpan sebagian dananya dalam giro pada Bank Indonesia. Giro pada Bank Indonesia ini dimanfaatkan untuk mutasi kliring antar bank, sehingga saldo giro pada BI ini bisa berubah setiap harinya.

Page 38: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 31

Giro Wajib Minimum (GWM) yang harus dipertahankan minimum sebesar 5% setiap harinya.

GWM = Saldo Giro pada Bank Indonesia

Kewajiban segera dibayarx 100% = min 5%

2. Cash ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang segera harus dipenuhi. Alat likuid yang tersedia berupa saldo kas dan saldo di Bank Indonesia. Saldo kas dimaksudkan untuk memenuhi permintaan kas sehari-hari dari masyarakat yang dilakukan di bank atau mutasi kas harian, sementara saldo BI untuk mutasi kliring. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Cash Ratio = alat Likuid yang dimiliki

Kewajiban segera dibayarx 100%

3. Loan to deposit Ratio

Likuiditas bank juga bisa diukur dengan kemampuan bank dalam memenuhi komitment kredit. Kemampuan bank dalam memberikan kredit dengan dana pihak ketiga disebut sebagai Loan to deposit Ratio (LDR). Jika LDR rendah menunjukkan bank kurang mampu menyalurkan dananya kepada masyarakat sehingga banyak dana masyarakat yang menagnggur. Sebaliknya jika LDR terlalu tinggi mempunyai risiko likuiditas, karena jika dana masyarakat tersebut bisa diambil sewaktu-waktu. Dalam Peraturan BI tentang kesehatan bank, maksimum LDR sebesar 94,75, namun LDR yang yang ideal antara 90% sampai dengan 110%. Adapun untuk mengukur besar LDR dapat diformulasikan sebagai berikut:

Loan to Deposit Ratio = Total Kredit yang Diberikan

Total Dana Pihak Ketigax 100%

I. MANAJEMEN KREDIT

Bapak Anton adalah seorang karyawan swasta yang tinggal di pinggiran kota. Untuk mencapai kantornya, harus berjalan kaki terlebih dulu kurang lebih satu kilometer untuk mencapai jalan yang dilalui angkutan umum. Bapak Anton harus naik mobil penumpang umum dua kali dan harus mengeluarkan uang sebesar Rp 10.000,-saat berangkat dan Rp 10.000,- saat pulang. Uang yang harus dikeluarkan sebesar Rp 500.000,- setiap bulan. Untuk membeli sepeda motor secara tunai tidak

Page 39: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

32 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

mungkin, karena gajinya habis untuk kebutuhan sehari-hari dan transportasi. Akhirnya Bapak Anton memutuskan untuk mengambil kredit sepeda motor dengan angsuran Rp 500.000,- setiap bulan selama 3 tahun. Setelah mempunyai sepeda motor, pekerjaan Bapak Anton semakin lancar, sebab tidak perlu lagi berjalan kaki dan naik angkutan umum. Ada penghematan waktu yang signifikan dengan menggunakan sepeda motor. Dari kasus di atas menunjukkan bahwa tujuan kredit untuk meningkatkan taraf hidup rakyat tercapai.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sumber penghasilan utama bagi perbankan sampai saat ini adalah berasal dari kredit yang diberikan. Pemberian kredit merupakan fungsi utama perbankan sebagai financial intermediary yakni menyalurkan dana kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Amanat undang-undang perbankan ini agar perbankan dalam memberikan kredit bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga persyaratan dan suku bunga kredit jangan sampai memberatkan masyarakat.

Kredit yang berasal dari bahasa latin ‘credere’ yang berarti percaya, yakni adanya kepercayaan dari pihak yang memberi pinjaman bahwa pinjamannya tersebut akan dikembalikan sesuai dengan kesepataka. Menurut Undang-undang No.7 tahun 1992: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Pengertian kredit tersebut mengandung unusr-unsur pemberian kredit berupa waktu, kepercayaan, penyerahan obyek kredit, risiko, perjanjian (kontrak), dan imbalan. 1. Unsur waktu

Yang dimaksud waktu adalah adanya jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya. Pada setiap perjanjian kredit secara jelas menyebutkan jangka waktu yang mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu kredit bisa berjangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

2. Kepercayaan Perjanjian kredit terjadi karena adanya kepercayaan atau keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan nantinya akan diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini menjadi landasan utama bagi kreditur/Bank dalam menyalurkan kredit kepada debitur, yaitu kredit akan dikembalikan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan yang disetujui kedua belah pihak. Kepercayaan ini dibangun oleh bank dengan cara melakukan penelitian dan penyelidikan tentang nasabah baik cara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah

Page 40: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 33

pemohon kredit. Selain mengadakan penelitian dan penyelidikan, juga dibangun dengan adanya agunan yang cukup dari nasabah.

3. Penyerahan objekkredit Dalam kredit ada barang dan atau uang sebagai obyek kredit yang diserahkan oleh pihak kreditur kepada pihak debitur atau nasabah. Sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian kredit, nasabah akan mengembalikan obyek kredit dalam jangka waktu tertentu sesuai perjanjian.

4. Risiko Walaupun sudah ada kepercayaan dan kepercayaan tersebut sudah dibangun dari hasil penelitian dan penyelidikan, namun demikian dalam kredit tetap masih mempunyai risiko. Tenggang waktu pengembalianmenyebabkan adanya resiko tidak tertagihnyapemberian kredit yang mungkin timbul sepanjang jangka waktu kredit. Semakin panjang jangka waktu kredit semakin besar resiko yang mungkin akan diterima demikian pula sebaliknya. Risiko bisa karena adanya kesengajaan oleh nasabah yang wanprestasi, tetapi juga risiko yang tidak sengaja, sepertiterjadinya bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

5. Perjanjian (kontrak) Dalam unsur kedit terdapat perjanjian atau kontrak atara kreditur dan debitur yang berisi perjanjian pinjam meminjam uang. Perjanjian ini harus dibuktikan dengan suatu akta perjanjian yang harus ditandatangani oleh masing-masing pihak.

6. Imbalan Dalam kredit juga ada unsur imbalan atau balasa jasa yakni keuntungan atas pemberian suatu kredit. Imbalan tersebut bisa berupa bungajika perbankan beroperasi secara konvensional atau bagi hasil dan marjin laba jika perbankan beropasi secara syariah. Imbalan baik dalam bentuk bunga, bagi hasil maupun marjin laba merupakan keuntungan bank.

Tujuan Kredit

Kredit yang diberikan bank selain bertujuan untuk mencari keuntungan juga meningkatkan taraf hidup rakyat dan membantu pemerintah dalam mengembangkan perkeonomian. Dengan demikian tujuan kredit adalah: 1. Mencari Keuntungan

Bagi bank kredit bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang optimal sehingga kontinutitas bank terjamin. Keuntungan dari kredit tersebut berupa bunga bagi bank konvensional dan bagi hasil atau marjin laba bagi bank syariah. Selain itu kredit juga memberikan hasil berupa biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk untuk kelangsungan hidup bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi.

Page 41: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

34 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

2. Keamanan Dalam pemberian kredit, tidak hanya mementingkan keuntungan semata, sebab jika hanya mengejar keuntungan akhirnya akan memperbesar porsi kredit tanpa memperhatikan kualitas kredit. Kredit yang diberikan selain bertujuan keuntungan tetapi juga keamanan. Tidak ada gunanya jika mengejar keuntungan dengan mengabaikan kualitas kredit yang akhirnya menjadi kredit bermasalah yang justru akan menggerus keuntungan yang diperoleh.

3. Membantu usaha nasabah Seringkali nasabah tidak bisa melakukan ekspansi usaha karena terbentur oleh permodalan. Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai kewajiban untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

4. Membantu pemerintah Ada beberapa keuntungan bagi pemerintah dengan adanya kredit yang diberikan oleh bank. Keuntungan tersebut antara lain: (a) Penerimaan pajak, karena bunga atas simpanan masyarakat akan dikenakan

pajak final 20%. (b) Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan

usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

(c) Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat

(d) Menghemat devisa Negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa Negara

(e) Meningkatkan devisa Negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.

Jenis-jenis Kredit

Kredit bisa dikategorikan ke dalambeberapa jenis kredit sesuai dari mana memandangnya.

1. Jenis kredit dilihat dari segi kegunaan a. Kredit investasi

Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan untuk pengadaan barang modal maupun jasa yangdimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa bagi usaha yang bersangkutan.Kredit ini diberikan untuk pengadaan barang modal seperti pembiayaan terhadap:

• Proyek baru yaitu untuk membangun pabrik, dan peralatan produksi untuk usaha baru

Page 42: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 35

• Ekspansi, jika perusahaan akan mengadakan perluasan misalnya meningkatkan kapasitas baru dengan menambah mesin produksi, menambah pabrik, dan rencana perluasan lainnya.

• Rehabilitasi, kredit yang diberikan untuk melakukan rehabilitasi kapasitas produksi seperti untuk meremajakan mesin produksi, penggantian alat-alat produk lama dengan yang baru, maupun perbaikan alat produksi agar tidak mengganggu proses produksi

• Modernisasi, kredit yang diberikan dalam rangka memperbarui mesin atau alat produksi yang dianggap sudah out of date dengan mesin atau peralatan baru yang lebih canggih dan modern.

b. Kredit modal kerja Modal kerja merupakan dana yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari seperti membeli bahan baku dan membayar upah. Dengan demikian kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan operasi perusahaan sehari-hari. Pada umumnya kredit ini diberikan kepada perusahaan yang telah berdiri, namun membutuhkan dana untuk meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

2. Jenis kredit dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif

Kredit yang tujuan penggunaannya untuk menghasilkan suatu barang dan atau jasa. Umumnya kredit ini diberikan untuk pembelian pembelian barang modal dalam rangka memproses produksinya. Misalnya pengusaha mengajukan kredit untuk pembelian mesin produksi atau membangun pabrik. Petani diberi kredit untuk membeli mesin pembajak sawah, pengusaha konveksi diberi kredit untuk membeli peralatan jahit dan seterusnya.

b. Kredit Konsumtif Kredit yang tujuan penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan pribadi nasbah. Pada kredit ini tidak akan menambah barang atau jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan ataudipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit pemilikan perumahan, kredit kendaraan bermotor, kredit perabotan rumah tangga, kredit komsumsi lainnya.

c. Kredit perdagangan Kegiatan perdagangan adalah kegiatan membeli barang yang tujuannya untuk dijual kembali. Jika kredit yang diberikan untuk kegiatan membeli barang dengan tujuan untuk dijual kembali, maka itu termasuk kredit perdagangan. Dengan demikian kredit perdagangan adalah kredit yang diberikan yang tujuan penggunaannya untuk membeli barang dagangan.

Page 43: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

36 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Kredit ini diberikan kepada perusahaan dagang. Misalnya perusahaan dealer sepeda motor mengajukan kredit untuk membeli motor, toko mesin jahit mengajukan kredit untuk membeli mesin jahit.

3. Kredit ditinjau dari Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek

Merupakan kredit yang jangka waktu pelunasannya tidak lebih atau maksimum satu tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk keperluan modal kerja. Dilihat dari sisi perusahaan, yang termasuk kelompok kredit jangka pendek ini antara lain:

• Kredit rekening koran yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah dengan plafon tertentu. Perusahaan bisa menarik kredit ini sesuai dengan dana yang dibutuhkan dan bunga hanya dikenakan terhadap dana yang telah dicairkan.

• Krdit pembeli, merupakan kredit yang diberikan oleh pembeli kepada penjual, misalnya untuk membeli barang dagangan, pembeli menyerahkan uang muka pembelian. Uang muka pembelian inilah yang disebut dengan kredit pembeli.

• Kredit penjual adalah kredit yang diberikan oleh penjual kepada pembeli. Hal ini sering dilakukan oleh penjual yang menjual barangnya kepada pembeli dengan pembayaran dalam jangka waktu tertentu, misalnya pembayaran bisa dilakukan selama 60 hari, maka penjual memberi kredit kepada pembeli selama 60 hari.

• Kredit wesel, ini terjadi jika nasabah mengeluarkan surat pengakuan hutang (surat sanggup bayar) sejumlah uang tertentu yang kemudian diaksep dan ditandatangi pejabat oleh bank. Kredit wesel ini bisa diperjual belikan di pasar uang.

b. Kredit jangka menengah Kredit yang diberikan dengan jangka waktu antara 1 tahun hingga 3 tahun yang biasany untuk keperluan investasi. Misalnya

c. Kredit jangka panjang Kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3 tahun. Kredit ini biasanya untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufactur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4. Kredit ditinjau dari Aspek Jaminan a. Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, baik berupa barang/benda berwujud atau tidak berwujud, dan atau jaminan

Page 44: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 37

orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan Suatu kredit yang diberikan tanpa jaminan baik berupa barang/ benda berwujud atau tidak berwujud, dan atau jaminan orang. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

Analisis Kredit

Analisis kredit merupakan proses penelitian tentang kelayakan seseorang atau perusahaan untuk diberikan kredit oleh bank. Analisis kredit ini dilakukan oleh pejabat kerdit atau account officer kepada calon nasabah berkaitan dengan kelyakan usaha, besarnya kebutuhan kredit, kemampuan menghasilkan laba, kemampuan melunasi, dan jaminan yang diharapkan bisa menutup kebutuhan kredit.

Tujuan analisis kredit ini adalah untuk memperoleh keyakinan bahwa calon nasabah yang akan diberi kredit mempunyai usaha yang layak, mempunyai kemampuan dan kemauan membayar baik terhadap pokok pinjaman maupun bunganya, mempunyai jaminan yang cukup jika nantinya terjadi kredit bermasalah. Karena kredit yang diberikan mengandung risiko tidak terbayar, yakni tidak kembalinya pokok kredit yang diberikan berikut beban bunganya. Pada umumnya analisis kredit menggunakan konsep 5C atau the five C’s principles yang kemudian dikembangkan menjadi prinsip 6C. Prinsip ^C tersebut terdiri dari:

1. Character

2. Capasity

3. Capital

4. Collateral

5. Conditions

6. Constraint 1. Character

Character merupakan watak atau sifat dari calon debitur, baik dalam kehidupan pribadi sehari-hari maupun dalam lingkungan berbisnis. Dengan melihat karakter calon nasabah diharapkan bisa digali sejauh mana itikad atau kemauan calon nasabah tersebut dalam memenuhi kewajibannya. Kegunaan menganalisis karakter, bisa diperoleh informasi menganai kemauan bayar atau willingness to pay calon nasabah, karena memang karakter ini menjadi kunci bagi kelancaran kredit yang diberikan. Mungkin nasabah mempunyai kemampuan membayar, tetapi jika tidak mempunyai kemauan membayar, kredit bisa jadi bermasalah.

Page 45: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

38 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik seseorang, bisa melalui survey untuk mengetahui: o Riwayat hidup calon nasabah o Reputasi calon nasabah dilingkungan usaha o Reputasi calon nasabah dalam masyarakat o Mengetahui infromasi dari bank lain atau bank to bank onformation o Informasi dari asosiasi pengusaha o Mencari tahu hobi calon nasabah o Mencari tahun kedalaman agama calon nasabah o Mencari informasi dari SistemInformasi Debitur (SID) Bank Indonesia

2. Capasity Capasity merupakan kemampuan dan kegigihan calon nasabah dalam mengelola dan mengembangkan usahanya. Jika kapasitas seseorang bagus, maka bisa dipastikan usaha yang dijalankan dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang meyakinkan. Kegunaan penilaian ini adalah untuk mengetahui kemampuan calon nasabah dalam mengembalikan pinjamannya atau ability to pay dari usaha yang dijalankannya. Pengukuran capasity ini dapat dilakukan dengan beberapa jalan antara lain: a. Historical approach, menilai kenerja masa lalu calon nasabah, apakah

kinerjanya dalam mengelola usaha sudah berhasil dengan baik b. Educaional approach, menilai dari latar belakang pendidikan, apakah

mempunyai latar pendidikan bisnis, sarjana, atau lainnya. c. Juridical approach, untuk menilai apakah calon nasabah dirasa mampu untuk

mewakili perusahaan mengaadakan perjanjian dengan pihak bank d. Managerial approach, menilai sejauh mana kemampuan dan ketrampilan

calon nasabah dalam mengaplikasikan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan

e. Technical approach, menilai kemampuan calon nasabah dalam mengelola faktor produksi seperti sumber daya manusia, mesin-mesin, bahan baku, dan hubungan industrial lainnya.

3. Capital Capital adalah jumlah modal yang dimiliki oleh calon nasabah yakni selisih antara aset yang dimiliki perusahaan dengan jumlah semua hutangnya. Capital atau modal menunjukkan kemampuan seseorang atau perusahaan dalam menutup kerugiannya, semakin besar jumlah modal semakin besar kemampuan perusahaan mampu bertahan hidup. Karena salah satu fungsi modal adalah untuk menutup kemungkinan kerugian yang dialami oleh perusahaan. Bagi bank, modal merupakan self financing untuk mendampingi kredit yang diberikan. Pada umumnya bank menginginkan self financing yang

Page 46: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 39

dimiliki lebih besar dibanding dengan jumlah kredit yang diajukan. Untuk mengetahui besarnya modal, petugas kredit bisa melihat dari laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam laporan neraca perusahaan, bisa dilihat besarnya modal ada disisi pasiva.

4. Collateral Collateral merupakan barang-barang yang akan diserahkan nasabah kepada bank sebagai jaminan atas kredit yang diajukan. Barang jaminan ini nilainya harus cukup menutup nilai pinjaman dan bunga pinjaman jika kredit tersebut tidak lancar. Penilaian terhadap barang jaminan meliputi jenis barang jaminan, lokasi barang jaminan, bukti kepemilikan, status hukmunya, dan perkiraan nilai barang jaminan. Jaminan bisa berupa uang, berupa barang dan bisa berupa orang (personal guarantee). Dalam memberikan kredit tidak boleh hanya berdasarkan kelayakan jaminan saja, tetapi harus lebih menitik beratkan pada kelayakan usaha yang akan dijadikan obyek kredit. Jika usaha yang akan dibiayai tidak layak, walaupun barang jaminannya jauh lebih besar dari nilai kredit, sebaiknya kreditnya ditolak.

5. Conditions Conditiions merupakan situasi kondisi ekonomi, politik, sosial, dan budayayang terjadi dan akan terjadi yang dihubungkan dengan jenis usaha yang akan dibiayai. Seringkali usaha tertentu yang pada kondisi normal seharusnya layak dibiayai, tetapi karena kondisi ekosnomi dan politik, usaha tersebut tidak layak untuk dibiayai. Penilaian agunan bisa dilhat dari dua aspek; (1) aspek ekonomis yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan dijadikan agunan. Nilai ekonomis barang jaminan harus lebih besar dan mampu menutup nilai kredit dan bunganya, (2) aspek yuris artinya barang jaminan tersebut memenuhi syarat secara hukum sevagai barang jaminan.

6. Constraint Constraint merupakan batasan dan hambatan yang yang tidak memungkinkan suatu usaha dijalankan di suatu temapt tertentu. Hal ini dimungkinkan, karena seringkali lokasi tertentu tidak diijinkan untuk usaha tertentu. Misalnya, pendirian usaha pengisian bahan bakar gas dekat dengan daerah yang padat penduduk, usaha peternakan babi didaerah yang mayoritas beragama Islam.

Aspek Analisis Kredit

Untuk kredit usaha, maka yang dipentingkan adalah kelayakan dari usaha yang akan dibiayai oleh bank. Untuk menilai kelayakan usaha, ada beberapa aspek yang harus dinilai, yaitu meliptui:

Page 47: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

40 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

1. Aspek Pemasaran. Aspek pertama yang harus dianalisis adalah aspek pemasaran, karena tidak ada gunanya menilai aspek lain jika barang yang dihasilkan tidak ada yang membelinya. Penilaian hendaknya ditekankan pada kemampuan perusahaan dalam memasarkan barang hasil produksinya dan daya beli masyarakat. Apak barang hasil produksinya diterima masyarakat dan masyarakat mampu membeli barang tersebut. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan penjualan dari waktu ke waktu. Jika volume penjualan dari waktu ke waktu menunjukkan tren yang meningkat berarti barang yang dihasilkan peerusahan bisa diterima oleh masyarakat, dan b ias diharapkan proyeksi penjualan ke depan akan semakin meingkat. Dengan penjualan yang semakin meningkat, akan memperbesar penghasilan yang diterima oleh perusahaan dan jika biaya produksi serta biaya komersial bisa dikendalikan, maka keuntungan perusahaan akan semakin tinggi.

2. Aspek teknis. Proyeksi penjualan yang meningkat, tentunya harus didukung oleh tingkat produksi yang meningkat pula, sehingga aspek teknis juga mempunyai peran penting dalam menukung kelayakan usaha. Aspek teknis ini meliputi kelancaran produksi, kemampuan memproduksi (kapasitas produksi), mesin-mesin dan peralatan yang berjalan dengan baik, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku. Dismaping itu faktor produksi yang lain seperti sumber daya manusia yang dimiliki juga harus mendukung kelancaran produksi.

3. Aspek Yuridis. Pertanyaan dalam aspek yuridis ini adalah bentuk badan hukum perusahaan apa, apakah perusahaan perorangan, perusahaan persekutuan (Firma atau CV), Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, atau bentuk lainnya. Sebab beda badan hukum beda dalam pertanggun jawaban pemilik dan manajemennya. Dalam aspek ini perlu memperhatikan kelengkapan legalitas usaha, ijin usaha, legalitas barang jaminan, legalitas pimpinan yang bertanggung jawab sesuai dengan akte pendiriannya.

4. Aspek Manajemen. Agar perusahaan berjalan dengan baik dan lancar diperlukan struktur organisasi dan personal yang menduduki posisi manajemen. Perlu dikaji pimpinan perusahaannya apakah seorang yang memang kompeten dalam memimpin, gaya kepemimpinnya, kemampuan dan pengalamannya, juga perlu dikaji seberapa besar keterlibatan pimpinan yang lain, apakah hanya one man show, sehingga riskan jika pucuk pimpinan berhalangan tetap.

Page 48: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 41

5. Aspek Sosial Ekonomi. Pada intinya aspek ini menilai apakah proyek atau usaha yang dibiayai dengan kredit dari bank tersebut memberi dampak positif atau negatif terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya. Apakah usaha tersebut mampu menyerap tenaga kerja dilingkungan masyarakat, memberikan andil kesejateraan, apakah usaha tersebut mampu memberikan tambahan devis dan sebagainya.

6. Aspek Keuangan. Untuk menilai kelayakan usaha calon nasabah yang akan dibiaya, perlu diperhatikan laporan keuangan yang terdiri laporan neraca yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan calon nasabah dan laporan laba rugi yang menunjukkan hasil operasinya. Di samping itu untuk mengetahui kemampuan bayarnya juga harus diperiksa laporan arus kas (cash flow) dan proyeksi aliran arus kas. Untuk mengetahui apakah usaha yang akan dibiayai layaka atau tidak, bisa menggunakan metode Net Present Value (NPV), Payback Period, Internal rate of return dan metode Profitability Index.

J. MANAJEMEN PERMODALAN BANK

Dalam bisnis perbankan, besarnya modal bank memegang peranan yang sangat penting, sebab perbankan yang dikelola adalah dana yang berasal dari masyarakat, sehingga jika terjadi kebangkrutan bank bisa berdampak serius pada industri perbankan. Oleh karena itu, salah satu yang dinilai dalam kesehatan bank adalah aspek pemodalan yang diukur dengan ratio kecukupan modal atau sering disebut dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Bagi negara-negara yang sistem perbankan nasionalnya terkait dengan pasar uang internasional, harus menerapkan ketentuan kebutuhan modal minimum yang ditetapkan oleg BIS (Bank for International Settlement). Demikian pula dengan Indonesia yang tidak bisa lepasa dari pasar uang internasional, harus mengikuti peraturan tersebut, sehingga penguasa moneter menetapkan minimum CAR sebesar 8%dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).

Meskipun mempunyai watak yang sama dengan perusahaan lainnya, tetapi bank mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan perusahaan non keuangan. Perbedaannya adalah terletak pada struktur modalnya yaitu perbandingan antara hutang dengan modalnya. Ciri ini muncul karena dalam industri perbankan usahanya adalah memobilisasi dana dari masyarakat. Dana yang berasal dari masyarakat ini menjadi kewajiban atau hutang bagi bank. Oleh karena itu, struktur modal bank sangat besar. Dana masyarakat di bank yang berbentuk simpanan, harus bisa diambil sewaktu-waktu, sehingga masyarakat menuntut agar bank mempunyai modal yang besar untuk menutup risiko usaha yang mungkin terjadi.

Page 49: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

42 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Masyarakat akan merasa aman jika mengetahu rasio permodalan bank besar, sehingga jika bank di tutup atau dilukidasi, dana masyarakat bisa dibayarkan. Oleh karena itu modal bank berperan sangat penting dalam memberikan rasa aman masyarakat penabungnya. Fungsi Modal Bank

Ancaman serius usaha perbankan adalah adanya kredit macet atau kredit yang kolektibiltasnya tidak lancar. Jika menghadapi kredit macet, maka bank harus menutupnya dengan modal sendiri, sehingga jangan sampai menutup kerugian dari kredit macet dengan dana nasabah. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan beberapa fungsi permodalan bagi bank, sebagai berikut: a. Menutup kerugian.

Risiko kerugian bisa berasal dari kerugian operasi, kredit macet, korupsi oleh pegawai bank. Risiko kerugian ini jangan sampai ditutup dengan dana masyarakat, maka yang wajib menutup adalah pemilik dengan modal sendiri, sehingga tidak mengganggu operasional bank.

b. Melindungi deposan dan kreditor. Sumber dana bank sebagian besar dari penabung atau deposan dan kreditor lainnya. Jika terjadi kebangkrutan dan dilikuidasi, biasanya jumlah kewajibannya lebih besar dibanding dengan total asetnya. Agar kewajiban kepada para deposan dan kreditor terpenuhi, modal bank dapat digunakan untuk memenuhinya.

c. Membiayai aktiva. Dalam menjalankan kegiatannya, bank memerlukan aktiva tetap yang memadai seperti tanah, gedung, peralatan, sistem informasi. Aktiva-aktivatersebut bersifat non earning assets atau aset yang tidak menghasilkan. Oleh karena itu aset tersebut harus dibiayai dari modal bank.

d. Membatasi pertumbuhan bank. Dengan berbagai cara manajemen bank berusaha memobilisasi dana masyarakat sebanyak-banyaknya. Sebab dengan semakin besarnya dana masyarakat semakin besar kemampuan bank memberikan kredit dalam rangka mendorong pertumbuhan bank. Pemilik bank dapat melakukan hal ini dengan tanpa menyediakan tambahan dana, sehingga risiko bank menjadi semakin besar. Penguasa moneter bisa membatasi pertumbuhan bank dengan cara mengatur batas minimum permodalan yang harus dimiliki bank, sehingga menginginkan pertumbuhan yang tinggi, maka harus diiringi dengan tambahan modal bank.

Page 50: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 2 Bank Konvensional 43

Komponen Permodalan Bank

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 21/17/BPPP tertanggal 25 Maret 1988, komponen modal bank terdiri dari: 1. Modal disetor.

Dalam akte pendiri bank, diwajibkan mencantumkan rencana besarnya modal dasar dan modal disetor. Modal dasar merupakan rencana besarnya modal maksimum yang akan ditanamkan oleh pemilik, sedangkan modal disetor adalah modal yang benar-benar disetorkan untuk mendukung operasional bank. Midalnya modal dasar sebesar Rp 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah), tetapi untuk sementara pemilik menyetorkan sebesar Rp 60 milyar. Dengan demikian modal disetor itulah yang dihitung dalam neraca bank. Jika bank membutuhkan tambahan modal, nantinya pemilik harus menyetorkan sampai sebesar modal dasarnya.

2. Cadangan modal. Cadangan modal merupakan dana yang secara efektif disetor untuk menambah modal, namun ketentuan yang berkaitan denga modal dasar dalam masing-masing pendirian atau anggaran dasarnya belum memperoleh pengesahan dari pihak berwenang.

3. Cadangan umum. Cadangan yang dibentuk dari penyisihan secara berkala dari laba bersih setelah dikurangi dengan pajak untuk tujuan yang akan ditetapkan.

4. Cadangan tujuan. Cadangan yang dibentuk dari penyisihan secara berkala dari laba bersih setelah dikurangi dengan pajak untuk tujuan tertentu.

5. Cadangan revaluasi aktiva tetap. Cadangan yang diperoleh dari selisih karena penilaian kembali aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan dari Dirjen Pajak dan diputuskan untuk tidak dibagikan sebagai laba tetapi dipupuk sebagai cadangan.

6. Cadangan Pengahapusan piutang. Cadangan yang dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak dapat diterimanya sebagian atau seluruh kredit yang diberikan. Pembentukannya harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

7. Laba Ditahan. Merupakan bagian laba yang sudah disetujui dan diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk tidak dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham.

8. Sisa Laba tahun lalu. Adalah laba tahun lalu yang belum ditentukan pembagiannya. Jumlah yang bisa dimasukkan ke dalam komponen modal sebesar 50% dari laba setelah dikurangi taksiran pajak.

Page 51: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

44 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

9. Laba tahun berjalan. Merupakan laba tahun yang bersangkutan setelah dikurangi dengan taksiran pajak atau pajak yang dibayar dimuka. Laba ditahan bisa dimasukkan ke dalam komponen modal sebesar 50%

10. Saldo rugi. Merupakan rugi operasi tahun berjalan amaupun tahun-tahun yang lalu dan bisa dihitung 100% sebagai pengurang komponen modal sendiri.

11. Pinjaman subordinasi. Pinjaman yang dikonversikan menjadi komponen modal disetor dan hak tagihannya berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada jika dilikuidasi. Pinjaman subordinasi ini bisa dilunasi jika setelah setelah itu bank bisa beroperasi dengan sehat.

Page 52: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 3 Bank Syariah 45

BAB 3 BANK SYARIAH

A. PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam sduah selayaknya juga mempunyai berbagai lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam. Karena lembaga keuangan yang sudah puluhan tahun berdiri semuanya berbasis pada suku bunga yang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) difatwakan sebagai barang riba. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam baik yang bersumber dari Al-Quran maupun Hadits. Pelarangan riba terdapat QS. Al Baqarah 275:

Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Hal ini ditegaskan oleh Fatwa Majelis Ulama Indonesia melalui Keputusan Fatwa majelis Ulama Inodnesia No. 1 Tahun 2004 tentang Bunga (Intersat/Fa’idah) yang mengatakan bahwa bunga adalah riba.

Islam merupakan agama yang sangat sempurna, yang mengatur semua perikehidupan baik kehidupan yang berhubungan dengan akidah, syariah, maupun akhlak. Seperti dikemukakan Ismail (1992) bahwa dalam mengembangkan konsep bank syariah perlu pemahaman terhadap kedudukannya dalam Islam. Tiga elemen dasar dalam Islam adalah (1) akidah yang menyangkut segala bentuk keyakinan dan kepercayaan kepada Allah menjadi pegangan hidup setiap muslim, (2) syariah berhubungan dengan segala bentuk tindakan dalam praktek yang diambil seseorang muslim dalam mewujudkan keyakinan dan kepercayaannya, dan (3) akhlak mencakup seluruh aspek dari perilaku, sikap dan etika kerja seorang muslim yang dilakukan dalam tindakan praktek.

Aspek syariah dibagi ke dalam dua bidang yakni bidang ibadah dan muamalah. Ibadah merupakan bentuk dari praktek-praktek dari seorang muslim

Page 53: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

46 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

dalam mengabdi kepada Allah, sementara muamalah berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan manusia, baik aktivitas politik, aktivitas sosial maupun ekonomi. Pada Gambar 2.1 menunjukkan bahwa perbankan Islam merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia dalam bermuamalah. Aktivitas ekonomi dalam muamalah tidak hanya perbankan Islam tetapi semua kegiatan yang berkaitan dengan ekonomi seperti perdagangan, manufaktur, kegiatan jasa, maupun lembaga-lembaga keuangan Islam lainnya.

Gambar 3.1. Kedudukan Bank dalam Islam

B. SEJARAH PERKEMBANGAN BANK SYARIAH

Perkembangan lembaga keuangan syariah yang cukup pesat, baik perkembangan perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya seperti asuransi syariah, pegadaian syariah, pasar modal syariah, Baitul Maal Wat-tamwil (BMT) maupun produk-produk lembaga keuangan syariah lainnya, tidak terlepas dari peran berdirinya bank syariah.

Sejarah berdirinya bank syariah jika ditelusuri dimulai dengan perdebatan yang sangat dalam mengenai bunga bank. Di satu sisi ada yang berpendapat bahwa suku bunga bank bukan riba (sebab suku bunga bank relatif kecil), di sisi lain ada yang berpendapat suku bunga bank masih dalam kondisi mustabihad karena memang belum ada bank yang beroperasi secara syariah. Sementara ada sebagian

Page 54: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 3 Bank Syariah 47

besar yang menganggap suku bunga bank adalah riba sesuai dengan surat Al Baqarah 275. Bagi yang menganggap suku bunga bank tidak riba dan mustabihad bisa terus berhubungan dengan bank konvensional, tetapi bagi yang menganggap suku bunga bank adalah riba yang berarti haram, perlu dicarikan solusinya. Oleh karena itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1990 mengadakan konferensi di Cisarua Bogor, Jawa barat dalam rangka membahas pendirian bank Islam sesuai yang diinginkan oleh umat Islam yang menolak bank konvensional.

Dalam konferensi ini disepakati untuk segera mendirikan bank Islam, dan dibentuk panitia kerja pendirian bank Islam. Dengan demikian, konferensi ini dapat dianggap sebagai tonggak sejarah dalam kebangkitan Islam dalam bidang ekonomi, perbankan dan keuangan di Indonesia (Kasri dan Kasim, 2009). Ulama dan akademisi sangat intens dalam membahas pendirian bank Islam sementara para praktisi perbankan dan para pembuat kebijakan masih merasa asing dengan konsep perbankan Islam tersebut.

Hasil kerja tim pendirian bank Islam yang dibentuk MUI adalah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Tetapi Bank Muamalat Indonesia (BMI) ini belum bisa beroperasi karena UU Perbankan waktu itu yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1968 tidak mengakomodir perbankan Islam, karena dalam UU tersebut secara jelas pengertian kredit harus disertai dengan imbalan bunga, sementara bank Islam menolak bunga. Dukungan pemerintah saat itu sangat kuat, sehingga segera dibuatkan UU Perbankan yang baru untuk mengakomodasi berdirinya bank Islam, yakni UU No. 7 tahun 1992.

Segera setelah UU No. 7 tahun 1992 disyahkan pada maret 1992, Bank Muamalat Indonesia mengadakan soft opening pada 1 Mei 1992 dengan modal disetor sebesar Rp 106 milyar, dan beroperasi secara penuh pada 1 November 1992. Pada saat itu BMI lebih dikenal dengan sebutan ‘bank bagi hasil’, karena memang dalam UU No. 7 tahun 1992 tidak pernah menyebutkan bank syariah atau bank Islam. Baru pada Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 sebagai perubahan Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992 menyebutkan bahwa bank di Indonesia bisa beroperasi dengan cara konvensional (berdasar bunga) dan berdasarkan prinsip syariah.

Keberadaan perbankan syariah relatif baru dalam sistem keuangan di Indonesia, namun perbankan syariah berkembang pesat dan menunjukkan kinerja yang mengesankan. Perkembangan perbankan syariah sepeti terlihat dalam Tabel 3.1.

Dimulai dengan perbankan tunggal, karena Bank Muamalat Indonesia merupakan satu-satunya bank syariah di Indonesia tahun 1992, kemudian tahun 1999 bertambah satu bank syariah yakni Bank Syariah Mandiri dan akhirnya sampai akhir tahun 2012 jumlah Bank Umum Syariah mencapai 11 bank dengan kantor cabang sebanyak 1.780 kantor bank. Di samping bank umum syariah, bank-bank konvensional juga membuka jendela syariah yang diberi nama Unit

Page 55: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

48 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Usaha Syariah (UUS). Unit usaha syariah ini pada akhir tahun 2006 mencapai 20 UUS dengan 183 kantor dan sampai akhir tahun 2012 memiliki 24 UUS dengan 521 kantor. Demikian pula dengan Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Syariah setiap tahun juga mengalami pertumbuhan yang pesat. Pada akhir tahun 2006 masih ada 105 BPRS dengan 105 kantor menjadi 158 BPRS dengan 398 kantor diakhir tahun 2012, berarti ada pertumbuhan BPRS sebesar 67% selama 6 tahun atau rata-rata 11% per tahun, dengan pertumbuhan kantor rata-rata 49% pet tahun.

Tabel 3.1.

Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Syariah di Indonesia

2015 2016 2017 Bank Umum Syariah Jumlah Bank 12 13 13 Jumlah Kantor 1990 1869 1825

Unit Usaha Syariah

Jumlah Bank 22 21 21 Jumlah Kantor 311 332 344

BPR Syariah

Jumlah Bank 163 166 167 Jumlah kantor 446 453 441 Jumlah 2944 2854 2811 Sumber: Statitistik Perbankan Syariah, Agustus 2018

Sedangkan dari sisi sumber daya insani, perkembangannya juga sangat

menggembirakan. Seperti terlihat dalam tabel bahwa jumlah sumber daya insani dari tahun ke tahun meningkat pesat. Pada Tabel 2.2 menunjukkan pada tahun 2006 perbankan syariah masih mampu menyerap sumber daya insani sebanyak 7.376 orang dan pada akhir tahun 2012 sudah meningkat 340% menjadi menjadi 31.578 orang, dan jika dirata-rata tiap tahun meningkat sebesar 57%. Sumbangan terbesar diberikan oleh bank umum syariah sebesar 24.111 orang atau menyumbang sebesar 78% dari keseluruhan sumber daya insani.

Tabel 3.2,

Perkembangan Jumlah Sumber daya Insani Bank Syariah di Indonesia

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Bank Umum Syariah 3.913 4.311 6.609 10.348 15.856 20.758 24.111 Unit Usaha Syariah 1.797 2.266 2.562 2.296 1.868 1.970 3.108 BPR Syariah 1.666 2.108 2.581 3.068 3.172 3.669 4.359 Jumlah 7.376 8.685 11.752 15.712 20.896 26.397 31.578 Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Januari 2013 (Bank Indonesia)

Page 56: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 3 Bank Syariah 49

C. PENGERTIAN DAN FUNGSI BANK SYARIAH

Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1992 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan pengertian bank, ‘Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak’. Pengertian tersebut menegaskan bahwa fungsi utama bank adalah sebagai perantara keuangan yakni menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya.

Dalam UU No. 10 tahun 1998 tersebut perbankan dikelompokkan ke dalam bank umum dan bank perkreditan rakyat, yang tercantum dalam pasal 1 ayat 2 dan ayat 3 sebagai berikut: a. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran;

b. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Perbankan baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat dalam melaksanakan operasionalnya bisa memilih dasar kegiataannya, apakah menggunakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Bank konvensional dalam menjalankan kegiatannya menggunakan instrumen bunga sementara bank syariah secara tegas dilarang menggunakan instrumen bunga dalam melaksanakan kegiatannya. Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain baik untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.

Walaupun sama-sama sebagai lembaga perantara keuangan, namun dalam aplikasinya terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah. Bank konvensional baik dalam menerima simpanan maupun memberikan pinjaman menggunakan instrumen bunga, sehingga bank konvensional menerima penghasilan dari perbedaan antara suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman. Sementara bank syariah dilarang meggunakan isntrumen bunga dalam operasionalnya. Oleh karena itu bank syariah dalam menjalankan fungsi intermediasinya melalui beberapa fungsi seperti tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing organization for Islamic Financing Institution) yakni sebagai manajer investasi, investor, jasa keuangan, dan fungsi sosial (TPPS IBI, 2001:24).

Page 57: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

50 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

a. Sebagai Manajer Investasi Bank syariah menerima kepercayaan untuk mengelola dana dari masyarakat berupa giro, tabungan dan deposito. Masyarakat menyimpan dananya ke bank syariah dengan harapan bank syariah bisa memutarkan dana tersebut untuk mencari keuntungan, dan dari keuntungan tersebut bank bisa memberikan kompensasi bagi hasil atas dana masyarakat tersebut. Dengan demikian kegiatan bank syariah adalah menjadi manajer investasi bagi para nasbah yang menyimpan dananya di bank, karena keuntungan yang diterima oleh pemilik dana tergantung keahlian, kehati-hatian dan profesionalisme dari bank syariah.

b. Sebagai Investor Bank syariah dituntut untuk bisa menginvestasikan dana yang dimiliki pada instrumen investasi yang menguntungkan, baik dalam bentuk mudharabah, musyarakah, murabahah, atau bentuk lainnya. Tuntutan tersebut mengharuskan bank bertindak sebagai investor yang menanamkan dananya pada instrumen atau portofolio instrumen investasi yang menguntungkan.

c. Jasa keuangan Seperti lembaga perbankan lainnya bank syariah juga berfungsi sebagai penyedia jasa keuangan. Bank Syariah mempunyai fungsi menyediakan jasa keuangan yaitu memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji dan sebagainya, hanya saja yang sangat diperhatikan adalah prinsip-prinsip syariah yang tidak boleh dilanggar.

d. Fungsi Sosial Pada perbankan konvensional tidak dituntut adanya fungsi sosial, tetapi dalam perbankan syariah diijinkan menjalankan fungsi sosial. Bahkan fungsi sosial ini merupakan amanah Undang-undang. Sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dimana Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) dapat menjalankan fungsi sosial, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Selain itu juga dapat menghimpun dana yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif). Pelaksanaan fungsi sosial ini, juga dapat merefleksikan peranan perbankan syariah dalam pemerataan kesejahteraan ekonomi umat.

D. PERBEDAAN BANK SYARIAH DENGAN BANK

KONVENSIONAL

Walaupun sama-sama menjalankan fungsi intermedias keuangan yakni menerima simpanan dana masyarakat dan menyalurkan dananya kepada masyarakat, namun banyak sekali perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut:

Page 58: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 3 Bank Syariah 51

a. Sistem yang digunakan Pada perbankan konvensional sistem yang digunakan adalah sistem yang berbasis bunga. Masyarakat yang menyimpan dananya ke bank akan diberi kompensasi berupa bunga, demikian pula penyaluran dananya kepada masyarakat juga didasarkan dengan bunga. Perbankan syariah menggunakan sistem operasional non bunga karena bunga mutlak haram hukumnya. Sebagai pengganti bank syariah menggunakan konsep jual beli, konsep bagi hasil atau konsep lainnya yang diijinkan oleh syariah.

b. Jenis pengikatan Pengikatan atau perjanjian yang dilakukan oleh bank konvensional hanya satu jenis yakni pengikatan pinjam meminjam, sementara bank syariah banyak jenis pengikatannya. Pada perbankan syariah pengikatan bisa berdasar konsep jual beli, berdasarkan konsep bagi hasil, berdasar konsep sewa, atau pengikatan lain yang terhindar dari unsur bunga.

c. Kompensasi yang diberikan Oleh karena bank konvensional menggunakan instrumen bunga maka kompensasi yang diperoleh oleh penabung bersifat tetap, demikian pula penghasilan bank yang dikenakan kepada peminjam juga bersifat tetap. Pada bank syariah hasil yang diterima penabung akan berfluktuasi sesuai dengan keuntungan yang diperoleh bank, demikian pula dengan penghasilan bank yang diperoleh dari pembiayaan juga relatif berfluktuasi.

d. Orientasi penyaluran dana Orientasi bank konvensional dalam memberikan kredit kepada semua sektor bisnis dan perorangan yang menguntungkan tanpa memperhatikan apakah bisnis tersebut sesuai syariah atau tidak. Sedangkan bank syariah dalam menyalurkan dananya pada bisnis yang menguntungkan tetapi bisnis tersebut tidak boleh melanggar syariah Islam, misalnya bisnis minuman keras, bisnis hiburan malam, atau bisnis lainnya yang dilarang agama.

e. Laporan kinerja Bank konvensional dalam operasionalnya lebih mengutamakan kesejahteraan pemilik, sehingga laporan keuangannya kurang transparan. Sedangkan bank syariah harus lebih transparan karena keuntungan yang diperoleh akan dibagikan kepada masyarakat (penabung), sehingga masyarakat tahu berapa bagian keuntungannya.

f. Fungsi sosial Dalam perbankan konvensional tidak ada fungsi sosial, sementara bank syariah fungsi sosial tersebut melekat karena bank syariah bisa berperan sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ). Bank syariah menerima zakat, infaq dan sodaqah yang akan disalurkan kepada masyarakat yang berhak menerimanya.

g. Susunan pengurus

Page 59: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

52 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Oleh karena bank syariah beroperasinya harus sesuai dengan syariah Islam, maka operasional bank syariah secara struktural diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang berfungsi melakukan pengawasan implementasi keputusan Dewan Syariah Nasional atau DSN-MUI terhadap implementasi produk perbankan syariah. Sedangkan pada bank konvensional tidak perlu ada pengawasan oleh DPS.

E. DEWAN SYARIAH

Perbankan syariah tidak diijinkan menggunakan instrumen bunga dalam menjalankan kegiatannya, karena bunga masuk dalam kategori riba. Produk-produk bank syariah harus sesuai dengan syariah islam. Untuk memastikan produk-produk lembaga keuangan syariah sesuai dengan ketentuan hukum islam, maka dalam operasinya bank syariah diawasai oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai kepanjangan tangan Dewan Syariah Nasional (DSN).

Dewan Syariah Nasional

Untuk mengawasi lembaga keuangan syariah agar produk-produk yang dikeluarkan sesuai dengan ketentuan syariah, maka Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk dewan untuk menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas lembagan keuangan syariah yang dinamakan Dewan Syariah Nasional. DSN dibentuk oleh MUI pada tahun 1988 dan dikukuhkan dengan SK Dewan Pimpinan MUI No. Kep-754/MUI/II/1999 tanggal 10 Februari 1999. Dewan Syariah Nasional (DSN) inilah yang memberikan fatwa tentang produk-produk lembaga keuangan syariah apakah sudah sesuai dengan ketentuan syariah. Tugas DSN a. Mengkaji dan mengembangkan nilai-nilai syariah dalam kegiatan

perekonomian khususnya dalam bidang lembaga keuangan seperti perbankan, perasuransian, pasar modal pegadaian, dan reksa dana

b. Mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan produk-produk lembaga keuangan syariah agar bisa dijadikan sebagai pedoman operasi lembaga keuangan syariah.

c. Melakukan penelitian dan memberi fatwa terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah.

Wewenang DSN a. Memberi dan mencabut rekomendasi nama-nama personalia yang akan

menjabat sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada lembaga keuangan syariah, baik perbankan, perasuransian maupun reksa dana.

Page 60: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 3 Bank Syariah 53

b. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS pada masing-masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.

c. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti Departemen Keuangan dan BI.

d. Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk sebagai DPS pada suatu lembaga keuangan syariah.

e. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan dalam dan luar negeri.

f. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghen-tikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.

g. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.

Dewan Pengawas Syariah

Pada perbankan konvensional pengurus (manajemen) bank terdiri dari Dewan Komisaris dan dewan Direksi. Pada perbankan syariah selain ada Dewan Komisaris dan Dewan Direksi juga ada pengurus yang wajib ada yakni Dewan Pengawas Syariah (DPS). Peran Dewan pengawas syariah sangat strategis karena DPS inilah yang memastikan produk-produk bank syariah tidak melanggar ketentuan syariah. Menurut Keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN-MUI, No: Kep-98/MUI/III/2001 menjelaskan pengertian Dewan Pengawas Syariah adalah badan yang ada di lembaga keuangan syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan Syariah Nasional.(DSN) di lembaga keuangan syariah tersebut.

Dewan Pengawas Syariah ini merupakan badan independen yang ditempatkan oleh dewan syari‘ah nasional (DSN) pada perbankan syariah untuk mengawal produk-produk yang dihasilkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Personalia yang dibutuhkan untuk menjabat sebagai DPS harus pakar dibidang syariah muamalah dan memiliki pengetahuan bidang perbankan. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari DPS wajib mengikuti fatwa DSN yang merupakan otoritas tertinggi dalam mengeluarkan fatwa produk dan jasa lembaga keuangan syariah.

DPS dalam struktur perbankan syariah mempunyai kedudukan setingkat dengan fungsi komisaris sebagai pengawas direksi. Jika fungsi komisaris adalah mengawasi direksi dalam kaitan dengan kinerja manajemen, maka DPS melakukan pengawasan kepada manajemen dalam kaitan dengan penerapan sistem dan produk-produk lembaga keuangan syariah agar tetap sesuai dengan syariah Islam. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab DPS

Page 61: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

54 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Karena produk-produk pada bank syariah harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam, maka perlu ada pengawasan yang diserahkan kepada Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang tugas dan kewenangannya sebagai beriku:

a. Mengawasi dan memastikan kesesuaian kegiatan operasional bank dengan fatwa DSN

b. Menilai apakah pedoman operasional (standard operating procedure) dan produk bank syariah sudah sesuai dengan syariah

c. Memberikan opini syariah atas pelaksanaan operasional dalam laporan publikasi

d. Mengkaji produk baru

e. Menyampaikan laporan hasil pengawasan min 6 (enam) bulan sekali Untuk menjalankan tugasnya, DPS berwenang meminta dokumen dan penjelasan langsung dari satuan kerja bank serta ikut dalam pembahasan komite pembiayaan dalam rangka pengawasan aspek syariah. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertanggung jawab atas pelaksanaan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN serta penerapan prinsip-prinsip syariah di bank

F. KONSEP PRODUK BANK SYARIAH

Dalam menjalankan usahanya, perbankan syariah dilarang menggunakan instrumen bunga, karena sesuai dengan fatwa MUI bahwa bunga dilarang karena termasuk dalam kategori riba. Untuk mengganti instrumen bunga, perbankan syariah menggunakan beberapa konsep dalam menjalankan operasionalnya. Konsep tersebut antara lain: a. Konsep titipan (Al-Wadiah)

Wadiah dapat diartikaan sebagai titipan, yakni titipan dari pihak lain kepada pihak tertentu yang harus menjaga atas barang yang diditipkannya tersebut. Dasar hukum wadiah adalah Al-Quran surat An-Nisaa ayat 58 yang berbunyi: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Ada dua jenis wadiah yakni wadiah yad amanah dan wadiah yad dhamanah. Wadiah Yad Amanah merupakan wadiah di mana si penerima titipan tidak diijinkan untuk memanfaaatkan barang yang dititipkan oleh karena itu tidak bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut. Sedangkan Wadiah Yad Dhamanah

Page 62: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 3 Bank Syariah 55

merupakan wadiah di mana si penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat kala si pemilik menghendakinya. Perbankan syariah mengaplikasikan dalam produk pendanaan yang berasal dari masyarakat. Dana masyarakat yang menggunakan konsep wadiah adalah giro dan tabungan.

b. Konsep Bagi Hasil (Mudharabah) Mudharabah merupakan suatu kontrak antara paling sedikit dua pihak, yaitu pemilik modal yang disebut shahibul maal, yang mempercayakan sejumlah dana kepada pihak lain, pengusaha atau mudharib untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha. Secara teknis mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan semua dana yang dibutuhkan, sedangkan pihak lain sebagai pengelola. Jika ada kerugian, maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pemilik dana sepanjang kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian pihak yang mengelola dana. Dengan demikian jika kerugian tersebut diakibatkan karena kelalaian atau kecurangan pengelola, maka pihak pengelola tersebut harus bertanggung jawab. Ini sesuai dengan Hadits Nabi: ‘Diriwayatkan dari Abbas bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan dan menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikannya syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun membolehkannya’ (HR. Thabrani). Ada dua jenis mudharabah yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqay-yadah. Mudharabah mutlaqah jika shahibul maal tidak memberikan batasan-batasan (restriction) atas dana yang di investasikannya. Mudharib di beri wewenang penuh mengelola dana tersebut tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha dan jenis pelayanannya Sedangkan mudharabah Muqayyadah, shahubul maal memberikan batasan atas dana yang diinvestasikannya. Mudharib hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan yang di berikan oleh shahibul maal. Misalnya hanya untuk jenis usaha tertentu saja, tempat tertentu, waktu tertentu, dan lain-lain.

c. Konsep perdagangan Perdagangan adalah kegiatan membeli suatu barang yang tujuannya untuk dijual kembali. Konsep ini juga sering disebut sebagai prinsip jual beli atau marjin laba. Dengan konsep perdagangan atau jual beli dimungkinkan bank untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas perdagangan tersebut. Perbankan syariah diijinkan untuk menggunakan konsep ini dalam menjalankan operasionalnya. Landasan hukumnya adalah Al-Quran surat An-Nisaa 29: ‘Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil)

Page 63: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

56 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu’ Dalam prakteknya, perbankan syariah membeli barang yang diinginkan oleh nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah dengan menambahkan marjin laba terhadap harga perolehan barang tersebut.

d. Konsep sewa (Ijarah) Dalam operasionalnya, perbankan syariah bisa menerapkan konsep sewa atau dalam syariah Islam disebut sebagai ijarah. Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya barang, pada ijarah objek transaksinya adalah barang maupun jasa. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Landasan hukum konsep sewa ini adalah Alquran surat Al-Baqarah 233: “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. Dan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Sa`d Ibn Abi Waqqash: “Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.”

e. Konsep Fee Sama seperti pada perbankan konvensional, bank syariah selain menerima dana dari masyarakat dan memberikan pembiayaan juga menjalankan fungsi perbankan lainnya yakni memberikan layanan yang berbasis fee (jasa). Bank syariah memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran seperti memberikan bank garansi, memberikan letter of credit, memberikan jasa inkaso, kliring, transfer dan jasa perbankan lainnya.

f. Konsep Sosial Sesuai dengan amanat Undang-undang perbankan bahwa perbankan syariah diijinkan untuk memberikan pembiayaan berdasar konsep sosial, yakni memberikan pembiayaan tanpa meminta imbalan dalam bentuk apapun kecuali nasabah diwajibkan mengembalikan pokok pembiayaannya.

Page 64: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 3 Bank Syariah 57

G. PRODUK PENDANAAN BANK SYARIAH

Sebagai perantara keuangan, perbankan dalam operasionalnya mengandalkan sumber dana yang berasal dari masyarakat atau sering disebut dengan dana pihak ketiga (DPK). Sama seperti bank umum konvensional, bank umum syariah juga mempunyai produk sumber dana dari masyarakat terdiri dari giro, tabungan, dan deposito. Jika pada perbankan konvensional semua dana masyarakat akan diberi kompensasi berupa bunga, sedangkan pada bank syariah sama sekali tidak diijinkan memberikan kompensasi bunga. Bank syariah bisa memberi kompensasi berupa bagi hasil atau memberikan bonus. a. Giro Wadiah

Giro merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek, pemindah bukuan atau surat perintah pembayaran lainnya. Pada umumnya yang diaplikasikan pada bank umum syariah adalah wadiah yadhamanah, artinya simpanan masyarakat tersebut akadnya titipan dan titipan dana tersebut boleh dimanfaatkan oleh bank untuk diputarkan mencari keuntungan. Bank syariah tidak mempunyai kewajiban untuk memberikan tambahan kepada nasabahnya, sebab itu tidak ada nisbah bagi hasilnya. Namun demikian, jika bank syariah memperoleh keuntungan atas giro wadiah tersebut, biasanya bank memberikan sebagian keuntungan kepada nasabah sebagai bonus. Besarnya bonus ini tidak boleh ditentukan dimuka, tetapi sesuai kemampuan bank.

b. Tabungan Wadiah dan Mudharabah Tabungan merupakan simpanan masyarakat kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan persyaratan tersentu. Tabungan pada bank syariah bisa menggunakan konsep wadiah (disebut tabungan wadiah) dimana nasabah menitipkan dananya kepada bank syariah dan bank syariah bisa memanfaatkan dana titipan tersebut untuk pembiayaan. Nasabah yang menyimpan dana dalam tabungan wadiah tidak memperoleh bagian keuntungan, tetapi akan diberikan bonus sesuai kemampuan bank. Tabungan juga menggunakan konsep bagi hasil yang disebut tabungan mudharabah, dimana untuk tabungan jenis ini nasabah akan menerima bagian keuntungan dari bank. Besarnya keuntungan yang diberikan tergantung dengan nisbah bagi hasil yang disepakati didepan dan keuntungan yang diperoleh oleh bank syariah.

c. Deposito Mudharabah Deposito merupakan simpanan masyarakat kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. Pada umumnya perbankan menyediakan jangka waktu yang bisa dipilih oleh nasabah terdiri dari jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Pada bank syariah, deposito diaplikasikan dengan konsep mudharabah atau disebut deposito mudharabah. Keuntungan yang diperoleh oleh nasabah tergantung

Page 65: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

58 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

nisbah bagi hasil yang disepakati diawal. Nisbah bagi hasil deposito lebih tinggi dibanding dengan nisbah bagi hasil tabungan karena tabungan bisa diambil sewaktu-waktu sedangkan deposito tidak bisa diambil sewaktu-waktu tetapi sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Nisbah bagi hasil deposito berjangka panjang lebih besar dibanding nisbah bagi hasil deposito berjangka pendek.

H. PRODUK PEMBIAYAAN BANK SYARIAH

Penghasilan utama bank berasalah dari penyaluran dana bank kepada masyarakat. Penyaluran dana kepada masyarakat pada bank konvensioanl disebut dengan kredit, sedangkan pada perbankan syariah disebut sebagai pembiayaan (financing). Produk pembiayaan bank syariah bisa menggunakan berbagai konsep, baik berdasar konsep perdagangan (marjin laba), konsep bagi hasil, konsep sewa, maupun konsep sosial. 1. Konsep perdagangan

Dalam surat Al-Baqarah ayat 175 menyebutkan bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Dengan dasar itulah maka bank syariah dalam memberikan pembiayaan menggunakan prinsip perdagangan. Dengan konsep ini, banak akan membelikan barang yang diinginkan oleh nasabah kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan menambahkan keuntungan diatas harga pokok barang tersebut. Pembiayaan berdasar perdagangan ini terdiri dari pembiayaan murabahah, pembiayaan salam, dan pembiayaan istishna. a. Pembiayaaan murabahah

Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dengan cara bank membelikan produk yang diinginkan nasabah dan menjualnya kepada nasabah. Bank menambahkan marjin laba terhadap harga pokok barang yang akan dijual kepada nasabah. Atas penjualan produk tersebut, nasabah akan membayar secara cicilan dengan jangka waktu sesuai kesepakatan. Sebagai ilustrasi: Tn. Andi memerlukan sebuah mobil yang harganya Rp 100.000.000,-, maka bank akan membeli mobil tersebut sesuai harganya dan menjualnya kepada Tn. Andi dengan menambah marjin lama sesuai dengan kesepakatan. Jika Tn. Andi akan membayar selama 2 tahun dengan cicilan bulanan dan marjin laba per tahun 10%, maka Tn. Andi akan mengangsur perbulannya sebagai berikut:

Harga pokok mobil Rp 100.000.000,- Marjin laba = 2 x 10% x Rp 100.000.000,- = Rp 20.000.000,- + Harga jual disepakati Rp 120.000.000,- Jangka waktu 24 bulan : Angsuran per bulan Rp 5.000.000,-

Page 66: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 3 Bank Syariah 59

Dalam prakteknya, bank syariah tidak membeli sendiri barang yang diinginkan oleh nasabah tetapi akan mewakilkan pembelian tersebut kepada nasabah. Pertama, bank dan nasabah melakukan negosiasi dan kesepakatan mengenai pembiayaan yang diinginkan nasabah seperti barang yang akan dibiayai, jumlah pembiayaan, uang muka, jangka waktu, maupun marjin laba. Setelah terjadi kesepatan, kemudian dilakukan akad jual beli antara bank dengan nasabah. Langkah selanjutnya bank mewakilkan pembelian barang kepada nasabah dengan akad wakalah, selanjutnya nasabah akan membayar secara berkalan atas pokok pembiayaan dan marjin labanya. Jika digambarkan akan nampak sebagai berikut:

Gambar 3.2. Skema Pembiayaan Mudhorobah

b. Pembiayaan Salam

Jual beli secara salam terjadi jika dalam penjualan tersebut pembayaran dilakukan secara tunai sementara penyerahan barangnya ditangguhkan atau diserahkan di masa yang akan datang sesuai kesepakatan. Islam mensyaratkan agar jika bermuamalah yang pembayarannya tidak secara tunai, untuk dilakukan pencatatan. Hal ini untuk menghindari adanya kecurangan dalam perjanjian jual beli tersebut. Jual beli dengan penyerahan barang dibelakang diijinkan dalam islam. Pembiayaan salam diawali dengan adanya kebutuhan barang dari nasabah yang kemudian dilakukan negosiasi pesanan atas barang tersebut. Setelah disepakati jenis, jumlah dan kualitas barang berikut harga dan marjin labanya, bank memesan barang tersebut kepada produsen atau penjual sekaligus melakukan pembayaran tunai atas barang tersebut. Pada waktu yang telah ditentukan, barang dan dokumen dikirim kepada nasabah. Nasabah akan membayar secara berkala, setelah barang tersebut dipesan oleh bank. Jika digambarkan akan nampak sebagai berikut:

Page 67: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

60 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Gambar 3.3. Skema Pembiayaan Salam

c. Pembiayaan istishna

Bai’ al Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang melalui pesanan, pembuat barang berkewajiban memenuhi pesanan pembeli sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati. Pembayaran dapat dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai batas waktu yang telah ditentukan. Dalam fatwa DSN-MUI dijelaskan bahwa jual beli istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan (penjual, shani’). Dalam sebuah kontrak Bai’ al Istishna, pembeli dapat mengizinkan pembuat barang menggunakan sub kontraktor untuk melaksanakan kontrak tersebut. Dengan demikian, pembuat barang dapat membuat kontrak istishna kedua untuk memenuhi kewajibannya pada kontrak pertama. Kontrak seperti ini dikenal sebagai “Istishna Paralel” Skema pembiayaan istishna bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.4. Skema Pembiayaan Istishna

2. Konsep bagi hasil

Pembiayaan berdasar bagi hasil termasuk dalam natural uncertainty contract (NUC) yakni akad pembiayaan yang tidak memberikan keuntungan yang pasti baik jumlah maupun waktunya. Kuntungan bank syariah tergantung pada keuntungan yang

Page 68: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 3 Bank Syariah 61

diperoleh oleh nasabah. Yang ditentukan pada awal perjanjian pembiayaan adalah nisbah bagi hasil. Misalnya ditentukan nisbah bagi hasil untuk bank dan nasabah 40:60, artinya bank akan menerima bagian keuntungan sebesar 40% dari keuntungan yang diperoleh oleh nasabah. Ada dua jenis pembiayaan berdasar bagi hasil yakni pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. a. Pembiayaan mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang diberikan oleh bank islam kepada nasabah dimana semua dana yang dibutuhkan disediakan oleh bank sementara nasabah hanya menyediakan proyek dan manajemennya. Bank tidak diperkenankan untuk ikut serta dalam pengelolaan manajemen. Sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 7/DSN-MUI/IV/2000, bahwa bank syariah sebagai pemilik dana (shahibul maal) menyediakan dananya 100%, dan nasabah sebagai pengusaha (mudharib) menyediakan usaha dan mana-jemennya. Jika ada kerugian, bank syariah sebagai pemilik dana menanggung semua kerugian kecuali kerugian tersebut akibat kesengajaan, kelalaian atau menyalahi perjanjian. Misalnya seorang pengusaha jasa konstruksi memenangkan tender pembangunan sebuah jembatan senilai Rp 10 miliar dengan jangka 1 tahun. Bank syariah bisa membiayai semua kebutuhan dana nasabah untuk pembangunan proyek tersebut, dan pengelolaan dananya melalui bank syariah yang membiayaai. Ilustrasi pembiayaan mudharabah bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.5. Skema Pembiayaan Mudharabah

Page 69: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

62 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

b. Pembiayaan musyarakah Al-Musyarakah merupakan akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul mal) dengan pemilik usaha (mudharib) untuk secara bersama-sama mengelola usaha dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana maupun keahlian. Atas kerjasama ini jika ada keuntungan akan dibagi bersama dan jika ada kerugian juga akan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. Dalam perbankan syariah diaplikasikan dalam pembiayaan musyarakah yakni pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah dalam bentuk penyertaan modal dalam perusahaan nasabah dan nasbah diperkenankan untuk mengikut sertakan manajemen dalam perusahaan nasabah.

Gambar 3.6. Skema Pembiayaan Musyarakah

3. Konsep sewa

Pembiayaan berdasar konsep sewa dalam syariah Islam disebut sebagai ijarah yang berarti akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam perbankan syariah, aplikasinya adalah dikeluarkan produk yang disebut pembiayaan ijarah. Sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah nasional N0. 09/DSN-MUI/IV/2000, menentukan obyek ijarah adalah antara lain: (1) manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa, (2) manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, (3) Manaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan), (4) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syari’ah.

Dengan pembiayaan ijarah ini, bank syariah berkewajiban menyediakan obyek barang yang disewakan, menanggung biaya pemeliharaan barang sewaan, dan menjamin barang tersebut tidak cacat. Sedangkan kewajiban nasabah membayar biaya sewa, menanggung biaya pemeliharaan yang tidak material, dan bertanggung jawab jika terjadi kerusakan yang diakibatkan kelalaian nasabah. Skema pembiayaan ijarah sebagai berikut:

Page 70: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 3 Bank Syariah 63

Gambar 3.7. Skema Pembiayaan Ijarah

4. Konsep sosial

Yang sangat membedakan Bank syariah dengan bank konvensional adalah diijinkannya bank syariah menjalankan fungsi sosial. Seperti yang diamanatkan oleh UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dimana Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) dapat menjalankan fungsi sosial, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

Pembiayaan yang berdasar atas konsep sosial sering disebut sebagai al-Qard. Qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan harta tanpa mengharapkan imbalan.

Dalam rangka melaksanakan fungsi sosialnya, bank syariah mengeluarkan produk pembiayaan yang diberi nama pembiayaan qardul hasan. Pembiayaan qodul hasan adalah pembiayaan yang diberikan bank syariah kepada nasabah dimana nasabah hanya mengembalikan sebesar pokok pinjamannya. Bank tidak boleh membebankan biaya apapun kecuali biaya yang memang muncul atas administrasi pembiayaan tersebut. Biasanya pembiayaan ini diberikan kepada perngusaha kecil dan jika diberi beban tambahan akan memberatkan pengusaha tersebut. Dana yang digunakan untuk pembiayaan ini bukan berasal dari dana komersial, melainkan dari dana sosial seperti dari zakat, infaq, dan sodaqah. Skemanya sebagai berikut:

Page 71: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

64 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Gambar 3.8. Skema Pembiayaan Qordul Hasan

I. JASA-JASA BANK SYARIAH

Seperti bank konvensional, bank syariah selain sebagai perantara keuangan juga mempunyai fungsi lain yakni menyediakan jasa-jasa perbankan lainnya. Jika pada bank konvensional semua jasa perbankan berbasis bunga, sedangkan pada bank syariah menggunakan beberapa konsep sebagai berikut: 1. Al-Wakalah 2. Al-Kafalah 3. Al-Hawalah 4. Ar-Rahn

1. Al-Wakalah

Wakalah berarti pelimpahan kekuasaan oleh seseorang/satu pihak sebagai pihak pertama kepada orang/pihak lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan (dalam hal ini pihak kedua) hanya melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang yang diberikan oleh pihak pertama. Apabila kuasa itu telah dilaksanakan sesuai yang disyaratkan, maka semua risiko dan tanggung jawab atas dilaksanakan perintah tersebut sepenuhnya kembali menjadi pihak pertama atau pemberi kuasa Wakalah dapat pula berarti penyerahan, pemberian mandat, atau pendelegasian. Untuk mendukung konsep wakalah ini, Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwanya dengan No. 10/DSN-MUI/IV/2000. Dalam perbankan syariah operasionalisasi konsep wakalah ini adalah nasabah memberikan mandat atau kuasa kepada bank syariah untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan atau jasa tertentu.

Page 72: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 3 Bank Syariah 65

Bank syariah mengaplikasikan konsep ini dengan mengeluarkan produk transfer uang, inkaso, dan pembukaan Letter of Credit (L/C). Transfer uang adalah kegiatan yang menggunakan konsep akad Wakalah, yang diawali dengan permohonan nasabah sebagai Al-Muwakkil kepada bank syariah sebagai Al-Wakil untuk melakukan permohonan bank syariah untuk mentransfer sejumlah uang kepada rekening orang lain. Ilustrasinya sebagai berikut:

Gambar 3.9. Mekanisme Transfer

Jika penerima uang juga sebagai nasabah, biasanya transfer trersebut langsung masuk ke rekening penerima.

Pengiriman uang juga bisa melalui Automatic Teller Machine (ATM) atau anjungan tunai mandiri. Pengiriman lewat ATM pengirim tidak langsung menyerahkan uangnya secara langsung kepada Bank (al-wakil). Dalam skema ini, nasabah Al-Muwakkil meminta bank untuk mendebet rekening tabungannya, dan kemudian meminta bank untuk menambahkan di rekening nasabah yang dituju sebesar pengurangan pada rekeningnya sendiri. Yang sangat sering terjadi saat ini adalah proses yang ketiga ini, dimana nasabah bisa melakukan transfer sendiri melalui mesin ATM, sehingga pada saat membuka rekening dengan fasilitas ATM, nasabah dan bank sudah menandatangi akad wakalah sehingga tidak perlu lagi membuat akad wakalah tiap ada transfer. Berikut adalah proses pentransferan uang untuk skema ini

Gambar 2.10

Mekanisme Transfer lewat ATM

Page 73: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

66 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Wakalah juga sering diaplikasikan terhadap produk L/C. Akad untuk transaksi Letter of Credit Syariah ini menggunakan akad Wakalah Bil Ujrah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 34/DSN-MUI/IX/2002. Akad Wakalah bil Ujrah ini memiliki definisi dimana nasabah memberikan kuasa kepada bank dengan imbalan pemberian ujrah atau fee. Namun ada beberapa modifikasi dalam akad ini sesuai dengan sutuasi yang terjadi.

Gambar 3.11. Mekanisme LC Impor

Nasabah (importir) mewakilkan kepada bank untuk membayarkan sejumalh uang tertentu kepada importir. Untuk keperluan pembayaran, ada dua skenario (a) nasabah menyerahkan seluruh dana untuk pelunasan kepada eksportir, dan (2) nasabah menyerahkan sebagian uang, sehingga kekurangannya meminta pembiayaan kepada bank dengan akad qard (talangan) atau dengan sisstem mudharabah, sehingga bank akan memberi tambahan pembayaran. Nasabah akan memberikan fee atau jasa atau bagi hasil sesuai dengan akadnya.

2. Al-Kafalah

Dalam pengertian bahasa kafalah berarti adh dhamman (jaminan), sedangkan menurut pengertian syara’ kafalah adalah proses penggabungan tanggungan kafiil menjadi tanggungan ashiil dalam tuntutan/permintaan dengan materi sama atau hutang, atau barang atau pekerjaan. Dengan kata lain kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk menanggung kewajiban pihak kedua (tertanggung) apabila tertanggung tidak dapat memenuhi kewajibannya. Aplikasinya dalam perbankan syariah adalah memberikan jaminan kepada nasabahnya yang akan melakukan transaksi yang membutuhkan jaminan bank (bank garansi). Misalnya seorang kontraktor untuk bisa mengikuti proses tender membangun gedung harus menyertakan bank garansi. Maka bank syariah bisa memberikan bank garansi dengan persyaratan kontraktor menyetorkan atau menempatkan sejumlah dana kepada

Page 74: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 3 Bank Syariah 67

bank dengan akad wadiah. Bank akan menerima fee atas bank garansi yang diberikan.

3. Al-Hawalah

Pengertian hawalah secara etimologi, berarti pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit, memikul sesuatu di atas pundak. Pada praktiknya akad hawalah umum diterapkan pada lembaga-lembaga keuangan yang diantaranya adalah pembiayaan pembiayaan factoring (anjak piutang). Transaksi ini pada intinya memindahkan beban hutang dari debitur menjadi tanggungan pihak lain yang berkewajiban menanggung pembayaran hutang.

Sebagai contoh seorang kontraktor membeli bahan-bahan bangunan kepada suplier dengan pembayaran tunda (secara kredit). Supplier yang mempunyai piutang tersebut mengalihkan kepada lembaga pembiayaan syariah sepengetahuan kontraktor. Lembaga keuangan syariah akan membayar sejumlah uang sejumlah piutang supplier dikurangi dengan ujroh (fee) yang disepakati. Pada saat jatuh tempo kontraktor akan membayar hutangnya kepada lembaga keuangan syariah.

Gambar 3.12. Proses Transaski Hawalah

4. Ar-Rahn

Ar-Rahn yang juga diartikan sebagai gadai merupakan harta atau aset yang harus diserahkan kepada pemberi pinjman sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Dalam perbankan syariah, pemberian fasilitas dengan konsep ar-rahn ini diberikan untuk membantu nasabah dalam pembiayaan usahanya. Barang yang bisa digadaikan wajib memenuhi kriteria: a. Barang tersebut dimiliki sendiri oleh nasabah, karena jika nasabah tidak

bisa melunasi pada saatnya, barang tersebut bisa dijual untuk melunasi hutangnya.

Page 75: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

68 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

b. Mempunyai nilai riil pasar c. Dapat dikuasai oleh bank tetapi tidak boleh dimanfaatkan. Pemberian fasilitas dengan ar-rahn oleh bank syariah sering diberikan dalam ranga (a) sebagai akad tambahan terhadap pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh bank, (b) sebagai produk pinjaman.

Page 76: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 4 Kesehatan Bank Umum 69

BAB 4 KESEHATAN BANK UMUM

A. PENTINGNYA PENILAIAN KESEHATAN BANK BANK

Bank merupakan institusi yang menopang perekonomian suatu Negara, karena tidak ada negarapun yang tidak mempunyai bank. Perekonomian tidak akan berjalan dengan baik tanpa ada institusi perbankan, karena untuk mendorong laju perekonomian dibutuhkan peran perbankan baik sebagai financial intermediary maupun jasa dalam lalu lintyas pembayaran. Perbankan mempunyai peran yang besar dalam pengembangan perusahaan dengan memberikan kredit atau pembiayaan, sehingga perusahaan bisa melakukan ekspansi. Perusahaan juga sangat membutuhkan jasa-jasa perbankan lainnya untuk memperlancar aktivitas mereka seperti bank garansi, letter of credit, penerbitan surat berharga dan jasa-jas lainnya.

Masyarakat juga sangat membutuhkan jasa bank baik dalam rangka mencari kredit atau pembiayaan maupun penyimpanan dana. Masyarakat membutuhkan bank dalam rangka meningkatkan kesejahteraan seperti kredit pemilikan rumah, kredit pemilikan kendaraan maupun pembiayaan lainnya. Masyarakat juga membutuhkan bank dalam rangka menyimpan dananya baik dalam bentuk giro, tabungan maupun deposito.

Namun demikian, bank juga butuh masyarakat karena sebagian besar dana bank dari masyarakat. Masyarakat harus diyakinkan bahwa bank selalu dalam kondisi yang baik. Kesehatan bank menjadi sangat penting agar masyarakat percaya menyimpan dananya. Kondisi bank yang tidak sehat tidak hanya membahayakan ban itu sendiri melainkan juga membahayakan pihak lain seperti masyarakat maupun bank lain yang melakukan kerjasama dengan bank tersebut.

B. PENILAIAN KESEHATAN BANK

Bank merupakan lembaga yang bergerak dalam bisnis kepercayaan dan yang dipercayakan adalah uang, karena sebagian besar dana bank berasal dari masyarakat. Karena itu bank harus bisa dipercaya oleh masyarakat, artinya jika sewaktu-waktu masyarakat membutuhkan dana yang disimpannya, bank harus bisa menyediakannya. Pemerintah juga sangat berkepentingan terhadap perbankan, sebab lembaga perbankan merupakan salah satu penopang perekonomian suatu

Page 77: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

70 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

negara. Untuk bisa menjadi penopang perekonomian negara, bank harus mempunyai kinerja yang baik, dan bank harus dalam kondisi yang sehat.

Bank Indonesia sebagai lembaga yang mempunyai otoritas pengawasan terhadap perbankan, mengeluarkan pedoman dalam menilai tingkat kesehatan bank umum melalui Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2014 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan bank Umum dan diganti dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa bank umun diwajibkan melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam rangka menjaga atau meningkatkan tingkat kesehatan bank. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor yang sering disebut CAMELS sebagai berikut:

a. Permodalan (capital) b. Kualitas aset (assets quality) c. Manajemen (management) d. Rentabilitas (earning) e. Likuiditas (liquidity), dan f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk)

Untuk mennentukan tingkat kesehatan suatu bank, maka langkah-langkahnya adalah (1) menghitung rasio-rasio faktor yang dinilai berdasarkan formulasi (rumus) yang telah ditetapkan, (2) menghitung besarnya nilai skor dari masing-masing komponen yang dinilai, (3) mengalikan nilai skor masing-masing komponen yang dinilai dengan nilai bobotnya, (4) menjumlahkan seluruh nilai dari komponen yang dinilai, dan (5) menentukan kategori kesehatan bank. Adapun faktor-faktor yang dinilai dan kompoen yang dinilai seperti pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Faktor dan Komponen Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

No Faktor yang Dinilai Komponen yang Dinilai % bobot 1 C Permodalan 25 25 2 A Kualitas Aktiva 25 30 3 M Manajemen 5

5 10

4 E Profitabilitas 10 15

25

5 L Likuiditas 5 5

10

Hasil perhitungan tersebut akan menghasilkan predikat kesehatan bank dengan skor sebagai berikut:

Page 78: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 4 Kesehatan Bank Umum 71

Tabel 4.2 Predikat Kesehatan bank

Nilai Skor CAMEL Predikat 81 – 100 Sehat 66 < 81 Cukup Sehat 51 < 66 Kurang Sehat 0 < 51 Tidak Sehat

C. CAPITAL ADEQUACY (FAKTOR PERMODALAN)

Permodalan bagi perushaan merupakan hal yang sangat penting, sebab besarnya modal ini menunjukkan besarnya kemauan dan kemampuan pemilik bersedia menanggung risiko. Semakin besar modal semakin besar kemauan dan kemapuan pemilik dalam menanggung risiko, sebab jika bank yang dimiliki merugi akan ditopang dengan modal yang dimilikinya. Agar supaya perbankan Indonesia mampu bersaing dengan perbankan internasional, maka aturan permodalan perbankan Indonesia mengacu dan disesuaikan dengan ketentuan permodalan yang berlaku internasional yang dikenal sebagai Bank for International Settlement (BIS). Penilaian kecukupan modal baik dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif dilakukan melalui penilaian komponen sebagai berikut: a. Kecukupan dalam memenuhi KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal

Minimum, komposisi permodalan, proyeksi permodalan ke depan, serta kemampuan permodalan bank dalam meng-cover aset bermasalah.

b. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, encana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akse terhadap sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.

Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) atau juga sering disebut capital adequacy ratio (CAR) di Indonesia ditetapkan minimum 8%, dan dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan yang terjadi dengan mengacu pada BIS. Besarnya CAR ditentukan oleh dua faktor yakni besarnya modal yang dimiliki dan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Untuk menghitung besarnya KPMM dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐶𝐴𝑅 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜𝑥 100%

Jika diperoleh CAR sebesar 8%, maka bank tersebut masuk dalam kategori bank ‘sehat’ dengan nilai kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari

Page 79: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

72 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

pemenuhan sebesar CAR 8%, nilai kredit akan bertambah 1 dengan angka maksimum 100. Misalkan suatu bank mempunyai CAR sebesar 8,7%, maka angka kreditnya sebesar 81 + 7 = 88. Demikian pula jika CAR kurang dari 80 sampai dengan 7,9% diberi predikat permodalan kurang sehat diberi nilai kredit 65, dan untuk setiap penurunan CAR sebesar 0,1%, maka nilai kredit akan dikurangi 1 dengan minimum 0.

D. ASSET QULITY (KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF)

Penghasilan bank tergantung pada kredit yang diberikan dan penempatan dan panaman dana bank atau disebut sebagai kualitas akvita produktif. Kualitas aktiva produktif dikelompokkan ke dalam kreiteria lancar, dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar, diragukan, dan macet. Dalam Peratutan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004, menetapkan penilaian terhadap faktor kualitas aset meliputi komponen-komponen sebagai berikut: a. Kualitas aset produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit, perkembangan

aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan penyisihan aktiva produktif (PPAP).

b. Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kali ulang (review) internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

Adapun rasio yang digunakan untuk penilaian aktiva produktif adalah (1) bad debt rati (BDR) yakni rasio ‘aktiva produktif yang diklasisikasikan’ tehadap aktiva produktif dan (2) kualitas aktiva produktif (KPA) yakni rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk (PPAYD) oleh bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD) oleh bank. Jika diformulasikan kedua rasio di atas sebagai berikut:

BDR = Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan

Total Aktiva Produktifx 100%

KAP = PPAP Yang Dibentuk

PPAP Yang Wajib DIbentukx 100%

Dari hasil perhitungan, jika BDR sebesar 15,5% atau lebih akan diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,5%, angka kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Misalnya BDR sebesar 3,5%, maka nilai angka kreditnya sebesar (15,5% - 3,5%) : 0,15% = 80. Sedangkan untuk rasio KAP sebesar 0% akan diberi angka kredit 0 dan untuk setiap kenaikan sebesar 1% mulai dari 0, maka angka kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Misalkan KAP

Page 80: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 4 Kesehatan Bank Umum 73

sebesar 107%, maka angka kredit sebesar 107% : 1% = 107, sehingga nilai angka kreditnya 100, karena maksimumnya 100. Adapun untuk menghitung besarnya Aktiva Produktif Yang diklasifikasikan (APYD) adalah sebagai berikut:

o 25% dari kredit yang digolongkan dalam perhatian khusus (DPK) o 50% dari kredit yang digolongkan kurang lancar o 75% dari kredit yang digolongkan diragukan o 100% dari kredit yang dogolongkan macet yang masih tercatat dalam

pembukuan bank

E. MANAGEMENT RISK (FAKTOR MANAJEMEN)

Bank harus dikelola dengan prinsip kehati-hatian, untuk itu perlu dilakukan penilaian terhadap kualitas manajemen yakni sampai seberapa jauh para pengelola atau manajemen bank menerapkan bank yang sehat. Faktor manajemen meliputi penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut: a. Kulaitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko b. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank

Indonesia dan atau pihak lainnya.

Penilaian faktor manajemen menggunakan instrumen daftar pertanyaan/ pernyataan, yakni untuk bank devisa sebanyak 100 pertanyaan/ pernyataan dengan nilai kredit masing-masing 0,25, sedangkan untuk bank non devisa sebanyak 85 pertanyaan/pernyataan dengan nilai kredit masing-masing pertanyaan 0,294. Skala penilaian untiuk setiap pertanyaan/pernyataan ditetapkan antara 0 sampai 4 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Nilai 0 menunjukkan nilai yang lemah b. Nilai 1,2 dan 3 menunjukkan kondisi antara c. Nilai 4 mencerminkan kondisi yang baik

F. EARNING ABILITY (FAKTOR RENTABILITAS)

Rentabilitas bank merupakan kemapuan bank dalam menghasilkan keuntungan. Faktor ini menilai seberapa besar kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dan seberapa efisien dalam mengelola biaya operasional yang dikeluarkan. Faktor-faktor rentabilitas yang dinilai meiputi:

Page 81: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

74 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

a. Return on Assets (ROA) Return on assets (ROA) merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan semua aktiva yang dimiliki bank. Rasio ini mencerminkan tingkat efektivitas bank dalam mengelola asetnya, semakin tinggi ROA semakin baik kinerja bank. Rasio ini menggunakan laba sebelum pajak dibanding dengan total aktiva yang dimiliki bank.

ROA = Laba Sebelum Pajak

Total Aktiva x 100%

Jika diperoleh ROA sebesar 0% atau negatif akan diberi nilai kredit 0 dan jika ada kenaikan 0,015% mulai dari 0% maka nilai kredit akan itmbah dengan 1 dengan maksimum 100. Misalnya diperoleh ROA 2,48%, maka nilai kreditnya sebesar = 1,48% : 0,015% = 99

b. Retrun on Equity (ROE) Return on equity (ROE) merupakan kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dengan modal sendiri. ROE ini menjadi indikator yang amat penting bagi pemilik atau pemegang saham, sebab besarnya ROE ini sebagai pertimbangan dalam memberikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Rasio ini dengan membandingkan laba setelah dikurangi pajak dengan modal sendiri yang dimiliki.

ROE = Laba Setelah Pajak

Modal Sendiri x 100%

c. Net Interest Margin (NIM) Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan aktiva produktif yang dicapai disebut sebagai net interest margin (NIM). Dengan demikian NIM menunjukkan efektivitas bank mengelola aktiva produktifnya dalam rangka mendapatkan keutnungan. Formulasinya sebagai berikut:

NIM = Pendapatan bersih

Aktiva Produktif x 100%

d. Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) Bank diharapkan bisa bekerja secara efisien artinya harus bisa memiminalisir biaya operasi yang dikeluarkan bank. Ukuran efisiensi bank adala BOPO yakni perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional bank. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam mengelola biaya operasionalnya. Bank dianggap efisien jika BOPO yang dicapai kurang dari 92%, sehingga jika BOPO mencapai kurang 92% akan diberi angka kredit sebesar 100. Namun jika BOPO mencapai 100% atau lebih angka kredit yang

Page 82: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 4 Kesehatan Bank Umum 75

diberikan 0. Untk setiap penurunan BOPO sebesar 0,08%, angka kredit akan bertambah 1 dengan maksimum 100. Jika misalnya BOPO bank sebesar 96,24%, maka angka kredditnya = (100% - 93,26% )/0,08 = 85. Formulai perhitungan BOPO adalah sebagai berikut:

BOPO = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional x 100%

G. LIQUIDITY SUFFICIENCY (FAKTOR LIKUIDITAS)

Likuiditas merupakan kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya jika nasabah mengambil dana sewaktu-waktu. Juga dimaksudkan agar bank mengelola dana masyarakat dengan baik, sehingga kebutuhan dana nasabah bisa dipenuhi. Faktor yang dinilai meliputi:

a. Rasio aktiva/pasiva, proyeksi maturity mismatch, kondisi loan to deposit ratio (LDR), potensi cash flow,dan konsentrasi pendanaan.

b. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilitiies management/ALMA), akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan.

Sedangkan ukuran penilaian likuiditas adalah cash ratio dan loan to deposit ratio (LDR). a. Rasio net call money terhadap current asset (NCM to CA)

Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih terhadap aktiva lancar, artinya semakin kecil rasio ini bank semakin besar kemampuan bayarnya terhadap kewajiban call money. Jika rasio ini lebih besar 100%, maka angka kedit yang diperoleh adalah 0, dan jika ada penurunan 1%, maka angka kreditnya akan bertambah 1. Formulasi rasio ini adalah:

NCM to CA = Kewajiban Bersih 𝑐𝑎𝑙𝑙 𝑚𝑜𝑛𝑒𝑦

Aktiva Lancarx 100%

b. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit ratio (LDR) ini menunjukkan seberapa besar dana simpanan masyarakat yang dikumpulkan bank dipinjamkan kepada masyarakat. Semakin besar LDR semakin besar dana masyarakat dipinjamkan sebagai kredit, sehingga risiko dana masyarakat menjadi lebih besar. Batasan maksimal LDR adalah 115% artinya jika bank memberikan LDR sebesar 115% atau lebih,

Page 83: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

76 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

maka angka kreditnya sebesar 0, dan setiap penurunan sebesar 1%, maka angka kreditnya bertambah 4 dengan maksimum 100.

LDR = Kredit Yang Diberikan

Total dana Pihak Ketigax 100%

H. SENSITIVITY TO MARKET RISK

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga;

b. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar; dan

c. Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.

Tabel 4.3 Kuantifikasi Penilaian Kesehatan Bank

Faktor yang dinilai

Kompoen Nilai Terenadh Perubahan Nilai Tertinggi

Rasio Nilai Rasio Nilai Rasio Nilai Permodalan Rasio modal tehadap

ATMR <0% 1 +0,1% 1 >10% 100

Kualitas Aktiva Produktif

Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif

>15,5% 0 -0,15% +1 0,5% 100

Rasio penyisihan penghapusan aktiva prodktif terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk

0% 0 +1% +1,5 >67% 100

Manajemen Manajemen umu (40 aspek)

0 0 +1 +0,25 40 40

Manajemen Risiko (60 aspek)

0 0 +1 +0,25 60 60

Renatbilitas Rasio laba terhadap rata-rata volume usaha

<0% 0 +0,015%

+1 >1,5% 100

Page 84: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 4 Kesehatan Bank Umum 77

Faktor yang dinilai

Kompoen Nilai Terenadh Perubahan Nilai Tertinggi

Rasio Nilai Rasio Nilai Rasio Nilai (ROA) Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

>100% 0 +0,08 +1 <92 100

Likuiditas Rasio kewajiban bersih call money terhadap Aktiva Lancar

>100% 0 -1% +1 0% 100

Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank

>115% 0 -1% +4 <90% 100

Ketentuan Lain

Pelanggaran BMPK >200% -15 +1 -0,05 0% 0 Pelanggaran PDN >100% -5 +1 -0,05 0% 0

Page 85: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

78 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

BAB 5 KESEHATAN BANK SYARIAH

PENDEKATAN MAQASID INDEKS

A. PENDAHULUAN

Dengan telah diundangkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mewajibkan bank umum melaksanakan, artinya mulai awal tahun 2012 semua bank harus patuh untuk melaksanakannya. Demikian pula dengan bank syariah, harus mengikuti peraturan tersebut, padahal dari pola operasional bank syariah sangat berbeda dengan bank konvensional.

Pedoman perhitungan selengkapnya diatur dalam Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum tersebut merupakan petunjuk pelaksanaan dari Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011, yang mewajibkan bank umum untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi. Bagi bank syariah yang mempunyai dua institusi yang mengawasi, maka harus mengikuti perturan dua instusi tersebut: Pemerintah dengan Otoritas Jasa Keuanga (OJK) dan aturan syariah oleh Dewan Syarian Nasional (DSN).

Berdasarkan kondisi tersebut, banyak ilmuwan perbankan syariah dan praktisi perbankan syariah mengusulkan agar ada perbedaan penilaian antara bank syariah dengan bank konvensional. Di Bab 4 telah dibahas penilaian kesehatan bank. Pada bab ini akan dibahas ide-ide untuk melakukan penilaian kesehatan bank syariah. Salah satu ide yang saat ini menjadi perhatian kalangan perbankan syariah adalah penilaian perbankan syariah berdasar pada kerangka maqasid syariah (Mohammed and Razak, 2008) atau Maqasid Syariah Indeks (Antonio, dkk, 2012).

B. PENGERTIAN MAQASID SYARIAH

Secara bahasa Maqasid berasal dri kata qashada, yaqshidu, qashdan, qashidun, yang berarti keinginan yang kuat, berpegang teguh, dan sengaja. Makna ini dapat juga

Page 86: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 5 Kesehatan Bank Syariah Pendekatan Maqosid Index 79

diartikan dengan menyengaja atau bermaksud kepada (qashada ilaihi). Sedangkan syari’ah secara bahasa menunjukkan kepada tiga pengertian, yaitu sumber tempat air minum, jalan yang lurus dan terang dan awal dari pada pelaksanaan suatu pekerjaan. Dari makna al maqasid dan al syariah secara bahasa, kita dapat mengambil pengertian bahwa maqasid al syariah adalah tujuan-tujuan dan yang diletakkan Allah SWT dan terkandung dalam setiap hukum untuk keperluan pemenuhan manfaat umat.

Zuhaili (1986) mengatakan bahwa maqasid as syariah adalah nilai-nilai dan sasaran syariat yang tersirat dalam segenap atau bagian terbesar dari hukum-hukumnya. Nilai-nilai dan sasaran-sasaran itu dipandang sebagai tujuan syariah, yang ditetapkan oleh al-syari' dalam setiap ketentuan hukum. AL Syatibi menjelaskan bahwa tujuan ditetapkannya hukum Allah adalah untuk kemaslahatan manusia. Sedangkan Qardhawi (2007) mendefenisikan maqashid as-alsyari’ah sebagai tujuan yang menjadi target teks dan hukum-hukum partikular untuk direfalisasikan dalam kehidupan manusia, baik berupa perintah, larangan, dan mubah. Ulama Ushul Fiqih mendefinisikan maqashid al-syari’ah dengan makna dan tujuan yang dikehendaki syara’ dalam mensyari’atkan suatu hukum bagi kemashlahatan umat manusia. Maqashid al-syari’ah di kalangan ulama ushul fiqih disebut juga asrar al-syari’ah, yaitu rahasia-rahasia yang terdapat di balik hukum yang ditetapkan oleh syariat, berupa kemashlahatan bagi manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

C. PEMBAGIAN MAQASID SYARIAH

Maqashid al-syari’ah dalam arti Maqashid al-Syari’, mengandung empat aspek. Keempat aspek itu adalah: a. Tujuan awal dari syariat yakni kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. b. Syariat sebagai sesuatu yang harus dipahami. c. Syariat sebagai suatu hukum taklif yang harus dilakukan, dan d. Tujuan syariat adalah membawa ke bawah naungan hukum.

Kepentingan hidup manusia yang bersifat primer yang disebut dengan istilah daruriyat tersebut di atas merupakan tujuan utama yang harus dipelihara oleh hukum islam. Kepentingan-kepentingan yang harus dipelihara itu adalah:

1. Daruriyyat

Secara bahasa berarti kebutuhan yang mendesak atau darurat. Dalam kategori ini ada lima hal yang perlu diperhatikan, yaitu memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal pikiran, memelihara kehormatan dan keturunanan, serta memelihara harta benda. Dalam kebutuhan Daruriyyat, apabila tingkat kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan mengancam keselamatan umat manusia di dunia maupun di akhirat. Ada lima tujuan dalam Daruriyyat ini, yaitu untuk menjaga

Page 87: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

80 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

agama (hifdzud-din), menjaga jiwa (hifdzun-nafs), menjaga keturunan (hifdzun-nasl), menjaga harta (hifdzul-maal), dan menjaga akal (hifdzul-‘aql). Tujuan Allah mensyariatkan hukum-Nya adalah untuk memelihara kemasla-hatan manusia baik dunia maupun akhirat. Dalam rangka mewujudkan kemaslahatan itu berdasarkan penelitian para ahli ushul fikih ada 5 unsur pokok yang harus dipelihara dan diwujudkan, kelima pokok tersebut adalah:

a. Agama (hifzh al-din) Memelihara agama, berdasarkan kepentingannya, dapat dibedakan menjadi tiga peringkat: o Memelihara agama dalam tingkat dharuriyah yaitu memelihara dan

melaksanakan kewajiban keagamaan yang masuk dalam peringkat primer, seperti melaksanakan shalat lima waktu. Kalau shalat itu diabaikan, maka akan terancamlah eksistensi agama.

o Memelihara agama dalam peringkat hajiyah yaitu melaksanakan ketentuan agama, dengan maksud menghidari kesulitan, seperti shalat jama dan qasar bagi orang yang sedang bepergian. Kalau ketentuan ini tidak dilaksanakan maka tidak mengancam eksistensi agama, melainkan hanya kita mempersulit bagi orang yang melakukannya.

o Memelihara agama dalam tingkat tahsiniyah yaitu mengikuti petunjuk agama guna menjunjung martabat manusia, sekaligus melengkapi pelaksanaan kewajiban kepada Tuhan, misalnya membersihkan badan, pakaian dan tempat.

b. Jiwa (hifzh an-nafs) Memihara jiwa berdasarkan tingkat kepentingannya dibedakan menjadi tiga peringkat, yaitu: o Memelihara jiwa dalam tingkat dharuriyah seperti memenuhi kebutuhan

pokok berupa makanan untuk mempertahankan hidup. o Memelihara jiwa dalam tingkat hajiyat, seperti dibolehkannya berburu

binatang untuk menikmati makanan yang lezat dan halal, kalau ini diabaikan maka tidak mengancam eksistensi kehidupan manusia, melainkan hanya mempersulit hidupnya.

o Memelihara jiwa dalam tingkat tahsiniyat seperti ditetapkan tata cara makan dan minum.

c. Akal (hifzh al-`aql) Memelihara akal dari segi kepentingannya dibedakan menjadi 3 tingkat: o Memelihara akal dalam tingkat dharuriyah seperti diharamkan meminum

minuman keras karena berakibat terancamnya eksistensi akal. o Memelihara akal dalam tingkat hajiyat, seperti dianjurkan menuntut

ilmu pengetahuan. o Memelihara akal dalam tingkat tahsiniyat seperti menghindarkan diri

dari menghayal dan mendengarkan sesuatu yang tidak berfaedah.

Page 88: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 5 Kesehatan Bank Syariah Pendekatan Maqosid Index 81

d. Keturunan (hifzh an-nasb) Memelihara keturunan dari segi tingkat kebutuhannya dibedakan menjadi tiga: o Memelihara keturunan dalam tingkat dharuriyah seperti disyariatkan

nikah dan dilarang berzina. o Memelihara keturunan dalam tingkat hajiyat, seperti ditetapkannya

ketentuan menyebutkan mahar pada waktu akad nikah. o Memelihara keturunan dalam tingkat tahsiniyat seperti disyaratkannya

khitbah dan walimah dalam perkawinan.

e. Harta (hifzh al-mal) Memelihara harta dapat dibedakan menjadi 3 tingkat : o Memelihara harta dalam tingkat dharuriyah seperti syariat tentang tata

cara pemilikan harta dan larangan mengambil harta orang dengan cara yang tidak sah.

o Memelihara harta dalam tingkat hajiyat, seperti syariat tentang jual beli o Memelihara harta dalam tingkat tahsiniyat seperti ketentuan

menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan. 2. Hajiyyat

Secara bahasa berarti kebutuhan-kebutuhan sekunder. Apabila kebutuhan ini tidak terwujud tidak sampai mengancam keselamatan, namun akan mengalami kesulitan. Untuk menghilangkan kesulitan tersebut, dalam Islam terdapat hukum rukhsa (keringanan) yaitu hukum yang dibutuhkan untuk meringankan beban, sehingga hukum dapat dilaksanakan tanpa rasa tertekan dan terkekang. Prinsip utama dalam aspek hajiyat adalah untuk menghilangkan kesulitan, meringankan beban taklif, dan memudahkan urusan mereka. Untuk maksud tersebut, Islam menetapkan sejumlah ketentuan dalam beberapa bidang muamalat dan uqubat (pidana).

3. Tahsiniyyat

Secara bahasa berarti hal-hal penyempurna. Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka tidak akan mengancam dan tidak pula menimbulkan kesulitan. Dapat dapat simpulkan Tahsiniyyat adalah sesuatu yang tidak mencapai taraf dua kategori di atas. Hal-hal yang masuk dalam kategori tahsiniyyat jika dilakukan akan mendatangkan kesempurnaan dalam suatu aktivitas yang dilakukan, dan bila ditinggalkan maka tidak akan menimbulkan kesulitan. Ilustrasi yang digunakan Syathibi dalam bidang mu’amalat untuk hal ini adalah dilarangnya jual-beli barang najis dan efisiensi dalam penggunaan air dan rumput.

Page 89: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

82 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Dari sekian banyak pendapat pakar mengenai maqasid syariah, sebagaimana penelitian sebelumnya oleh Mohammed dan Razak (2008), maka peneliti menilai bahwa pandangan Ibn Ashur mengenai tujuan syariah yaitu menciptakan kesejahteraan dan menghindarkan keburukan identik dengan pendapat Abu Zahrah mengenai maqasid syariah, lebih jelas untuk diturunkan menjadi beberapa pengukuran. Sebagaimana Abu Zahrah mengelompokan tujuan-tujuan syariah, yang meliputi: 1) Tahdhib al-Fard (mendidik individu) 2) Iqamah al-Adl (menciptakan keadilan) 3) Jalb al-Maslahah (mencapai kesejahteraan).

D. HUBUNGAN MAQASHID SYARIAH DENGAN EKONOMI SYARIAH

Maqashid Syariah merupakan dasar tujuan utama dalam ekonomi syariah agar terwujudnya tujuan manusia untuk mencapai kehidupan yang baik dunia maupun di akhirat dalam segala bidang, tak terkecuali di bidang ekonomi dalam memenuhi kebutuhan manusia untuk menjadikan kehidupan yang lebih baik lagi yang sesuai dengan syariat islam yg telah di tetapkan oleh Allah SWT. Salah satunya di dalam sistem Ekonom syariah akan memberikan arahan mengenai prinsip-prinsip dalam kegiatan produksi: a. Kegiatan produksi harus dilandasi nilai-nilai Islami, yaitu sesuai dengan maqasid

syariah. Tidak memproduksi barang yang bertentangan dengan maqashid syariah, yaitu menjaga iman, keturunan, harta, akal, dan jiwa.

b. Prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas kebutuhan, yaitu dharuriyah hajiyah, dan tahsiniyah.

c. Kegiatan produksi harus memperhatikan keadilan, aspek sosial kemasyara-katan, memenuhi kewajiban zakat, sedekah, infaq, dan wakaf.

d. Mengelola sumber daya alam secara optimal, tidak boros, berlebihan, dan merusak lingkungan.

e. Distribusi keuntungan yang adil dantara pemilik, pengelolal, manajemen dengan buruh.

1. Maqasid Syariah Indeks (MSI)

Maqasid Syariah Indeks dipahami sebagai tujuan akhir dari syariah yang mengarah kepada nilai-nilai kesejahteraan dan manfaat, juga menghilangkan penderitaan (Al-Jauziiyah, 1973, Yubi 1998, Asyur 2000, Al-Fasy 1993). Maqasid syariah indeks adalah model pengukuran kinerja perbankan syariah yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik perbankan syariah. MSI dikembangkan dengan 3 (tiga) faktor utama, yaitu: pendidikan, penciptaan keadilan dan pencapaian kesejahteraan, dimana ketiga faktor tersebut bersifat universal. Ketiga ukuran kinerja berdasarkan maqasid syariah, yaitu pendidikan, keadilan, dan kesejahteraan mensyaratkan Bank

Page 90: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 5 Kesehatan Bank Syariah Pendekatan Maqosid Index 83

Umum Syariah untuk mampu merancang program pendidikan dan pelatihan dengan nilai-nilai moral sehingga mereka akan mampu menigkatkan kemampuan dan keahlian para karyawan. Keadilan berarti bahwa bank syariah harus memastikan kejujuran dan keadilan dalam semua transaksi dan kegiatan usaha yang tercakup dalam produk, seluruh aktifitas free interest. Terakhir perbankan syariah harus mengembangkan proyek-proyek investasi dan pelayanan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Jika selama ini pengukuran kinerja perbankan di Indonesia hanya fokus pada perhitungan rasio keuangan, maka ukuran tersebut memiliki beberapa kelemahan. Pertama, dengan menjadikan rasio keuangan sebagai penentu utama dari kinerja suatu perusahaan membuat manajer bertindak secara jangka pendek dan mengabaikan rencana jangka panjang. Kedua, mengabaikan aspek pengukuran non-keuangan dan asset tetap, akan memberikan pandangan yang keliru terhadap manajer perusahaan pada saat ini bahkan juga di masa depan. Ketiga, kinerja keuangan hanya didasarkan pada kinerja masa lalu sehingga tidak mampu membawa perusahaan untuk mencapai fokus utama dari kegiatan perbankan tersebut dapat memiliki nilai manfaat tidak hanya bagi pemegang saham tetapi juga bagi interested user lainya.

2. Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian Muhammad dan Razak (2008) menunjukkan bahwa pengukuran kinerja Bank Islam selama ini menggunakan acuan pengukuran Bank Konvensional hal ini menyebabkan ketidaksesuaian antara tujuan Bank Islam dan hasil pengukurannya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tujuan ideal dari Bank Islam berdasarkan teori maqasid syariah dan juga mengusulkan ukuran kinerja Bank Islam didasarkan pada tujuan tersebut, dimana metode operasionalisasi Sakaran (2000) akan digunakan untuk mengukur Maqasid menjadi indikator kinerja yang terukur. Kedepannya diharapkan akan banyak penelitian lebih lanjut mengenai pengukuran kinerja Bank Islam dengan berdasarkan kerangka syariah.

Antonio, dkk (2012) membandingkan kinerja bank syariah yang ada di Indonesia dan Yordania, dimana saat ini perkembangan bank syariah semakin disadari masyarakat setelah bank syariah menunjukkan ketahanan dalam menghadapi krisis global. Untuk saat ini pengukuran kinerja industri perbankan syariah hanya menggunakan pengukuran rasio keuangan (beroerientasi pada pemegang saham), secara teori dan praktek bank syariah berbeda dengan bank konvensional sehingga diperlukan pergeseran paradigma dalam hal pengukuran kinerja, yang tidak hanya terbatas pada rasio keuangan sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan maqasid syariah indeks untuk pengukuran kinerja perbankan syariah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran kinerja dengan menggunakan maqasid syariah indeks dan metode simple additive bobot menyatakan bahwa bank syariah di Indonesia yang diwakili oleh Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan industri perbankan syariah di Yordania.

Page 91: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

84 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Dari hasil penelitian Maskuroh (2014) menunjukkan bahwa bank syariah harus meningkatkan kinerja keuangannya dengan cara meningkatkan profitabilitas dan effisiensi dalam operasionalisasi usahanya. Kinerja sosial yang lebih baik pada bank syariah menjadi nilai lebih bagi bank syariah untuk dapat meningkatkan image di masyarakat yang selama ini menganggap bahwa bank syariah sama saja dibanding bank konvensional. Untuk itu pengungkapan CSR pada annual report perbankan syariah perlu lebih ditingkakan untuk meningkatkan image yang positif sehingga dapat meningkatakan kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah.

Hasil analisis kinerja sosial menunjukkkan perbedaan yang kecil dimana bank syariah lebih baik di banding bank konvensional. Namun secara uji beda (t-test) tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dari kedua bank tersebut. Namun demikian ada beberapa indikator kinerja sosial pada bank syariah yang tidak ditemukan pada bank konvensional yang tidak bisa diukur perbedaannya, seperti menyangkut kinerja zakat (zakat performance), pembiayaan kebajikan (qard al-hasan), pembiayaan profit and loss sharing (mudharabah dan musharakah) serta aktivitas yang menghidari nilai haram dan ribawi. Sehingga peneliti berasumsi bahwa kinerja bank syariah lebih baik (tinggi) dibanding bank konvensional, karena memberikan perhatian yang lebih banyak pada kemaslahatan umum.

Metode Operasionalisasi dengan Konsep Sakaran

Menurut Mohammed dan Razak (2008) Berdasarkan metode Sakaran, karakteristik perilaku-perilaku yang akan diukur diturunkan ke dalam suatu konsep, yang dinotasikan sebagai (C). Konsep akan diturunkan lagi ke dalam beberapa dimensi yang akan lebih mudah diamati dan terukur yang dinotasikan dengan (D). Dimensi akan diturunkan kembali ke dalam beberapa unsur yang lebih jelas pengukurannya, yang dinotasikan dengan (E). Metode Sakaran dapat diilustrasikan melalui gambar di bawah ini, dimana D untuk dimensi dan E untuk elemen (unsur).

Gambar 5.1. Model Sekaran

Dengan menggunakan metode Sakaran, tujuan-tujuan perbankan syariah

menurut kerangka maqasid syariah yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian

Page 92: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 5 Kesehatan Bank Syariah Pendekatan Maqosid Index 85

kedua yang meliputi: pendidikan bagi individu, menyelenggarakan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan, dapat dijelaskan secara operasional. Masing-masing tujuan diterjemahkan sebagai konsep (C). Kemudian dengan karakteristik tertentu diturunkan ke dalam beberapa dimensi yang terukur (D). Dimensi ini secara jelas akan diturunkan lagi ke dalam unsur-unsur tertentu yang dapat dengan mudah diukur (E) yang dijelaskan dalam tabel 5.1 di bawah dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Tujuan Pendidikan Individu.

Perbankan syariah sebagai lembaga keuangan yang harus bisa dipercaya masyarakat, maka wajib memiliki sumber daya insane yang kompeten mempunyai pengetahuan dan kemampuan serta menyadarkan masyarakat akan keberadaan bank syariah yang bebas riba. Adapaun dimensi dan elemen dari pendidikan individu adalah: a. Meningkatkan pengetahuan. Sumberdaya ainsani yang dimiliki harus

didorong agar mampu meningkatkan kemampuannya dalam mengem-bangkan produk-produk perbankan. Adapun elemennya adalah hibah pendidikan yang diberikan kepada karyawan untuk meneruskan studi lanjut dan biaya penelitian dalam rangka pengembangan perbankan syariah, yang rumusannya sebagai berikut:

Hibah Pendidikan = Hibah pendidikan

Total biaya

Penelitian = Biaya penelitian

Total biaya

b. Menambah dan meningkatkan kemampuan baru. Sumberdaya insani juga

perlu ditingkatkan keahliannya melalui pelatihan untuk mendorong agar mempunyai kemampuan baru dengan elemen pelatihan, yang diukur dengan:

Pelatihan = Biaya pelatihan

Total biaya

c. Menciptakan kesadaran masyarakat tentang keberadaan bank syariah dengan

elemen publisitas. Bank syariah harus melakukan sosialisasi secara berkelanjutan agar masyarakat semakin mengenal dan memanfaatkan jasa perbakankan syariah dengan elemen publisitas yang diukur dengan rumusan:

Publikasi = Biaya publikasi

Total biaya

2. Mewujudkan Keadilan

Dalam setiap melakukan bisnis, seorang muslim harus berlaku adil yakni menempatkan sesuatu sesuai dengan porsinya. Dalam perbankan syariah juga harus berlaku adail kepada nasabahnya. Adapun dimensi dan elemennya adalah:

Page 93: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

86 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

a. Kontrak yang adil. Nasabah bank syariah adalah partner bisnis bank karena nasabah inilah yang mendukung pendapatan bank, sehingga bank harus membuat kontrak yang tidak merugikan nasabah. Elemen kontrak yang adil diukur dengan keuntungan yang fair bagi bank artinya tidak boleh mengambil keuntungan yang tinggi. Tingginya keuntungan mengindikasikan kontrak kurang berkeadilan. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:

Fair Return = Laba

Total pendapatan

b. Produk dan layanan. Perbankan merupakan lembaga kepercayaan sehingga

pelayanan menjadi hal sangat penting. Produk yang ditawarkan kepada nasabah haruslah yang mampu dibeli oleh masyarakat, sehingga elemen dari produk dan layanan ini adalah biaya terjangka, artinya jika banyak piutang yang tidak tertagih menunjukkan produk tersebut masih mahal. Rumusannya adalah:

Biaya terjangkau = Piutang tidak tertagih

Total investasi

c. Penghapusan ketidak-adilan. Bunga merupakan symbol ketidak adilan

karena konsep bunga, nasabah untuk atau rugi dianggap sama sehingga dikenakan bunga dengan jumlah yang sama. Untuk menghapus ketidak adilan, maka produk yang ditawarkan harus yang terbebas dari bunga dan unsur-unsur seperti bunga. Oleh karena itu elemen dalam penghapusan ketidak-adilan adalah produk non bunga yang diukur dengan rumusan:

Produk non bunga = Pendapatan non bunga

Total pendapatan

3. Kepentingan Masyarakat

Dalam beroperasi, bank syariah hatus mempertimbangkan berbagai kepentingan baik kepentingan pemilik, nasabah maupun masyarakat. a. Profitabilitas. Manajemen bank harus memperhatikan kepentingan pemilik

sehingga dalam beroperasi bank juga harus beriorientasi keuntungan. Keuntungan yang diperoleh diukue dengan elemen profitabilitas dengan rumusan:

Rasio laba = Laba bersih

Total aktiva

b. Penditribusian kekayaan. Dalam islam, dalam pendapatan seseorang

muslim terdapat hak orang miskin yakni sebesar zakat. Dengan demikian besarnya zakat yang dibayarkan baik berasal dari zakat karyawan bank

Page 94: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 5 Kesehatan Bank Syariah Pendekatan Maqosid Index 87

mapun zakat keuntungan bank manjdi tolok ukur penditribusian kekayaan, sehingga dirumuskan:

Pendapatan personal = Zakat

Laba bersih

c. Investasi pada sektor riil yang vital. Agar supaya pembiayaan yang

diberikan bank syariah bisa berdampak pada perekonomian Negara, maka pembiayaan harus lebih diarahkan pada investasi riil, yang dirumuskan sebagai berikut:

Rasio investasi sektor riil = Penyaluran untuk investasi

Total investasi

Tabel Ukuran Kinerja Maqasid Syariah

Konsep (Tujuan)

Dimensi Elemen (Unsur) Rasio Kinerja Sumber

Data

1. Edukasi Individu

D1. Meningkatkan Pengetahuan

E1. Hibah Pen-didikan

R1. Hibah Pendidi-kan/total pen-dapatan

Laporan Tahunan

E2. Penelitian R2. Biaya Penelitian/total biaya

Laporan Tahunan

D2. Menambah dan meningkatkan kemam-puan baru

E3. Pelatihan R3. Biaya Pelatihan/total biaya

Laporan Tahunan

D3. Menciptakan Kesadaran Masyarakat akan Keberadaan Bank Syariah

E4. Publisitas R4. Biaya Publisitas/total biaya

Laporan Tahunan

2.Mewujudkan Keadilan

D4. Kontrak yang Adil E5. Pengembalian yang Adil

R5. Laba/total pendapatan

Laporan Tahunan

D5. Produk & Layanan E6. Biaya yang Terjangkau

R6. Piutang Tak Tertagih/total investasi

Laporan Tahunan

D6. E7. Produk Bank Non Bunga

R7. Pendapatan Non Bunga/total pendapatan

Laporan Tahunan Penghapusan Ketidak-

adilan

3. Kepen-tingan Masyarakat

D7. Profitabilitas E8. Rasio Laba R8. Laba Bersih/total aktiva

Laporan Tahunan

D8. Pendistribusian Kekayaan& Laba

E9. Pendapatan Personal.

R9. Zakat/laba bersih

Laporan Tahunan

D9. Investasi pada Sektor Riil yang Vital

E10. Rasio Investasi pada Sektor Riil

R10. Penyaluran untuk Investasi/total penyaluran

Laporan Tahunan

Sumber: Mohammed dan Razak (2008)

Page 95: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

88 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Rasio-rasio tersebut dipilih karena memenuhi beberapa kriteria dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

o Pembahasan mengenai tujuan-tujuan perbankan yang lebih mendekati nilai-nilai Islam (syariah) dapat diwakili melalui rasio-rasio ini. Dimensi dan unsur dapat dengan mudah diidentifikasi melalui tujuan-tujuan tersebut.

o Penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti permasalahan identik juga menggunakan rasio-rasio yang sama dalam pengukuran, baik untuk perbankan syariah maupun perbankan konvensional. Sehingga dapat diimplementasikan pada kedua instansi tersebut. (Osaymy et al., 2004, Hameed et al.,2006, Khass, 1996)

o Kemungkinan mengukur implementasi konsep maqasid syariah lebih akurat dengan menggunakan rasio-rasio ini.

Rasio-rasio yang dipaparkan dalam tabel 3.1 adalah rasio yang memenuhi kriteria maqasid syariah. Adapun penggambaran rasio-rasio tersebut serta hubungannya dengan kerangka maqasid syariah ialah:

a. Tujuan pertama yang merupakan tujuan edukasi individu digambarkan oleh R1; yang merupakan rasio hibah pendidikan/total pendapatan. R2; merupakan rasio biaya penelitian yang dikeluarkan bank/total biaya. R3; merupakan rasio biaya pelatihan/total biaya. R4; merupakan rasio biaya publisitas/total biaya yang dikeluarkan oleh bank. Interpretasi dari keempat rasio ini adalah semakin tinggi nilai rasio, dengan kata lain semakin tinggi dana yang dialokasikan atau dikeluarkan oleh bank untuk pemenuhan keempat indikator ini, baik pelatihan, hibah pendidikan, publisitas, dan penelitian, maka akan semakin baik pencapaian tujuan-tujuan maqasid syariah pada perbankan tersebut.

b. Tujuan kedua yang merupakan tujuan penyelenggaraan keadilan digambarkan oleh R5; yang merupakan rasio laba yang diperoleh bank/total keuntungan yang didapatkan bank. R6; merupakan rasio piutang tak tertagih/total investasi bank. R7 merupakan rasio pendapatan non bunga/total pendapatan. Tujuan pencapaian keadilan oleh bank syariah maupun bank konvensional semakin baik jika R5 semakin rendah. Artinya jika profit atau keuntungan yang diterima bank semakin kecil jika dibandingkan keseluruhan total pendapatan bank, maka perbankan tersebut dinilai semakin menerapkan tujuan pencapaian keadilan. Begitupun ketika R6 pada bank-bank di Indonesia rendah maka tujuan pencapaian keadilan pada Bank Umum Syariah dinilai tinggi. Artinya jika utang tak tertagih pada Bank Umum Syariah kecil dibandingkan seluruh total investasi yang disalurkan Bank Umum Syariah, maka pencapaian tujuan keadilan semakin baik karena mengurangi kesenjangan penyaluran pendapatan. Namun sebaliknya, pencapian keadilan pada Bank Umum Syariah dianggap semakin baik jika nilai R7 semakin tinggi. Artinya jika investasi non bunga yang disalurkan Bank Umum Syariah semakin tinggi dibandingkan

Page 96: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 5 Kesehatan Bank Syariah Pendekatan Maqosid Index 89

seluruh total investasi yang bank tersebut lakukan, maka pencapaian tujuan keadilan semakin baik menurut maqasid syariah.

c. Tujuan pencapaian kesejahteraan (maslahah) yang merupakan tujuan ketiga digambarkan melalui R8, R9, dan R10 berdasarkan konsep ini. Tujuan pencapaian kesejahteraan oleh Bank Umum Syariah dinilai semakin baik jika nilai R8, R9, R10 semakin tinggi. Artinya semakin tinggi laba bersih, zakat yang dikeluarkan semakin besar, serta investasi Bank Umum Syariah pada sektor riil semakin dominan, maka dinilai Bank Umum Syariah semakin mendukung terwujudnya maslahah (kesejahteraan).

E. VERIFIKASI UKURAN KINERJA

Ukuran kinerja Bank Umum Syariah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan kerangka maqasid syariah. Tujuannya adalah untuk mengukur kinerja perbankan syariah dan perbankan konvensional yang selama ini hanya menggunakan ukuran atau rasio-rasio keuangan yang sebagian besar hanya mengutamakan profit (Mohammed dan Razak, 2008). Dalam penelitian ini, rasio-rasio yang digunakan sebagaimana yang dipaparkan pada tabel 3.1 diperolah dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mohammed dan Razak (2008). Pada penelitian sebelumnya, peneliti memverifikasi pengukuran yang akan digunakan kepada para ahli syariah yang tersebar si Timur Tengah dan Malaysia, yang merupakan pakar pada kedua bidang, baik di bidang perbankan syariah maupun perbankan konvensional. Konfirmasi yang dikirimkan dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama adalah wawancara kepada 12 ahli di bidang perbankan syariah, fiqh (hukum) Islam, dan Ilmu Ekonomi Islam terkait pengukuran kinerja yang dikembangkan penulis sebelumnya dalam penelitian tersebut. Wawancara pada 12 ahli tersebut menyatakan bahwa keduabelas ahli tersebut menyetujui keandalan pengukuran kinerja yang dikembangkan peneliti saat itu. Tahap kedua, peneliti sebelumnya melakukan verifikasi pengukuran kinerja yang dikembangkan kepada 16 ahli di bidang perbankan melalui kuisioner. Keenambelas ahli tersebut diminta menjawab pertanyaan terkait pembobotan yang diberikan kepada masing-masing rasio agar dapat terukur, serta mengidentifikasi ulang komponen pengukuran kinerja apakah dapat diterima dan sesuai dengan kondisi perbankan. Bobot rata-rata yang diberikan oleh para ahli dijelaskan dalam tabel 3.2, sebagai berikut:

Page 97: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

90 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Tabel 5.2 Bobot Dimensi dan Elemen Maqasid Syariah

Tujuan Rata-rata

Pembobotan (skala 100%)

Unsur-unsur Rata-rata

Pembobotan (skala 100%)

Pendidikan (Tahdhib al-Fard)

30

E1. Hibah Pendidikan/donasi 24

E2. Penelitian 27

E3. Pelatihan 26 E4. Publisitas 23 TOTAL 100

Keadilan

41

E5. Pengembalian yang Adil 30 (Al-„Adl) E6. Harga Produk Terjangkau 32

E7. Produk Non Bunga 38

TOTAL 100

Kesejahteraan 29

E8. Rasio Laba Bank 33 (Al-Maslahah) E9. Transfer Pendapatan 30

E10. Rasio Investasi ke Sektor Riil 37

TOTAL 100 TOTAL 100

Sumber: Mohammed dan Razak (2008)

F. MENGHITUNG KINERJA BANK SYARIAH

Berdasarkan rasio yang telah ditentukan sebelumnya, terdapat 10 rasio yang digunakan dalam menentukan kinerja Bank Umum Syariah, yaitu: 4 rasio pertama yang mengacu pada tujuan syariah yang pertama dan merupakan tujuan edukasi. Dan 3 rasio mengacu pada tujuan syariah yang kedua dan merupakan tujuan keadilan dan 3 rasio terakhir yang mengacu pada tujuan syariah yang ketiga dan merupakan tujuan pencapaian kesejahteraan. Rasio yang dapat digunakan dalam penelitian, meliputi:

a. Hibah pendidikan/total pendapatan (R1,1)

b. Biaya penelitian/total biaya (R1,2)

c. Biaya pelatihan/total biaya (R1,3)

d. Biaya publisitas/total biaya (R1,4)

e. Laba/total pendapatan (R2,1)

f. Piutang tak tertagih/total investasi (R2,2)

g. Pendapatan non bunga/total pendapatan (R2,3)

h. Laba bersih/total aktiva (R3,1)

i. Zakat/Pendapatan bersih (R3,2)

j. Investasi yang disalurkan/total penyaluran (R3,3)

Page 98: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 5 Kesehatan Bank Syariah Pendekatan Maqosid Index 91

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah mengacu pada metode yang digunakan peneliti pada penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mohammed dan Razak (2008). Penelitian tersebut menggunakan Simple Addictive Weighted Method (SAW)-(Hwang adan Yoon, 1981). Metode ini digunakan untuk membobot, menghitung sebaran dan memproses urutan (ranking) pada data tertentu. Metode ini adalah sebuah metode pengambilan keputusan atribut ganda (MADM) yang akan dijelaskan sebagai berikut:

Pengambil keputusan (DM) harus mengidentifikasi terlebih dahulu atribut utama dan nilai intra atributnya. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan atribut adalah tujuan-tujuan pencapaian maqasid syariah bagi Bank Umum Syariah. Sedangkan intra atribut adalah 10 unsur-unsur dan indicator kinerja sebagaimana dipaparkan pada tabel 3.1.

Pengambil keputusan memberikan pembobotan pada masing-masing atribut dan intra atribut dalam penelitian ini. Bobot tiap-tiap atribut maupun intra atribut telah disajikan sebelumnya dan telah diverifikasi oleh beberapa ahli (tabel 3.2). Data kinerja dapat diakses pada laporan tahunan kesebelas bank sampel untuk tahun 2011-2013.

Pengambil keputusan kemudian mendapatkan total skor dari masing-masing bank dengan cara mengalikan tingkatan skala pada masing-masing atribut dengan mengevaluasi koresponden yang didapatkan untuk masing-masing intra atribut dan menambahkan skor total untuk produk. Secara matematis, perhitungan indikator kinerja (PI) untuk tujuan pertama (O1) digambarkan sebagai berikut:

PI (OI) = W1,1 x E1,1 x R1,1 + W1,2 x E1,2 x R1,2 + W1,3 x E1,3 x R1,3 + W1,4 x E1,4 x

R1,4

Atau,

W1,1 (E1,1 x R1,1 + E1,2 x R1,2 x E1,3 x R1,3 + E1,4 x R1,4) .............................................. (1) Dimana, (O1) merupakan gambaran dari pencapaian tujuan pertama menurut maqasid

syariah yaitu pendidikan. W1,1 adalah bobot untuk tujuan syariah yang pertama (diambil dari tabel 2) E1,1 adalah bobot untuk unsur pertama dari tujuan yang pertama (tabel 2) E1,2 adalah bobot untuk unsur yang kedua dari tujuan yang pertama (tabel 2) E1,3 adalah bobot untuk unsur yang ketiga dari tujuan yang pertama (tabel 2) E1,4 adalah bobot untuk unsur yang keempat dari tujuan yang pertama (tabel 2) R1,1 adalah nilai rasio dari rasio kinerja berdarkan tujuan pertama (tabel 3) R1,2 adalah nilai rasio dari rasio kinerja berdasarkan tujuan pertama (tabel 3) R1,3 adalah nilai rasio dari rasio kinerja berdasarkan tujuan pertama (tabel 3) R1,4 adalah nilai rasio dari rasio kinerja berdasarkan tujuan pertama (tabel 3)

Page 99: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

92 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Hingga pada akhir perhitungan, maka rumus yang digunakan untuk indicator kinerja masing-masing tujuan adalah, PI (O1) = PI 1,1 + PI 1,2 + PI 1,3 + PI 1,4 ...................................................................... (2) Dimana, PI 1,1 = W1,1 x E1,1 x R1,1 ............................................................................................... (3) PI 1,2 = W1,2 x E1,2 x R1,2 ............................................................................................... (4) PI 1,3 = W1,3 x E1,3 x R1,3 ............................................................................................... (5) PI 1,4 = W1,4 x E1,4 x R1,4 ............................................................................................... (6)

Indikator kinerja untuk tujuan 2 digambarkan melalui perhitungan PI (O2). = W2,1 x E2,1 x R2,1 + W2,2 x E2,2 x R2,2 + W2,3 x E2,3 x R2,3 Atau = W2,1 (E2,1 x R2,1 + E2,2 x R2,2 + E2,3 x R2,3) .............................................................. (7)

Dimana, W2,1 adalah bobot untuk tujuan syariah yang kedua yaitu keadilan (dari tabel 2) E2,1 adalah bobot untuk unsur pertama dari tujuan yang pertama (tabel 2) E2,2 adalah bobot untuk unsur yang kedua dari tujuan yang ketiga (tabel 2) E2,3 adalah bobot untuk unsur yang ketiga dari tujuan yang ketiga (tabel 2) R2,1 adalah nilai rasio dari rasio kinerja berdarkan tujuan ketiga (tabel 3) R2,2 adalah nilai rasio dari rasio kinerja berdasarkan tujuan ketiga (tabel 3) R2,3 adalah nilai rasio dari rasio kinerja berdasarkan tujuan ketiga (tabel 3) Hingga pada akhir perhitungan, maka rumus yang digunakan untuk indikator kinerja masing-masing tujuan adalah, PI (O3) = PI 2,1 + PI 2,2 + PI 2,3 ................................................................................... (8) Dimana, PI 2,1 = W2,1 x E2,1 x R2,1 ................................................................................................ (9) PI2,2 = W2,2 x E2,2 x R2,2 .............................................................................................. (10) PI2,3 = W2,3 x E2,3 x R2,3 .............................................................................................. (11)

Indikator kinerja untuk tujuan 3 digambarkan melalui perhitungan PI (O3). = W3,1 x E3,1 x R3,1 + W3,2 x E3,2 x R3,2 + W3,3 x E3,3 x R3,3 Atau, = W3,1 (E3,1 x R3,1 + E3,2 x R3,2 + E3,3 x R3,3) ............................................................ (12) Dimana, W3,1 adalah bobot untuk tujuan syariah yang ketiga yaitu maslahah (mewujudkan

kesejahteraan (diambil dari tabel 2) E3,1 adalah bobot untuk unsur pertama dari tujuan yang pertama (tabel 2) E3,2 adalah bobot untuk unsur yang kedua dari tujuan yang ketiga (tabel 2) E3,3 adalah bobot untuk unsur yang ketiga dari tujuan yang ketiga (tabel 2)

Page 100: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 5 Kesehatan Bank Syariah Pendekatan Maqosid Index 93

R3,1 adalah nilai rasio dari rasio kinerja berdarkan tujuan ketiga (tabel 3) R3,2 adalah nilai rasio dari rasio kinerja berdasarkan tujuan ketiga (tabel 3) R3,3 adalah nilai rasio dari rasio kinerja berdasarkan tujuan ketiga (tabel 3) Hingga pada akhir perhitungan, maka rumus yang digunakan untuk indikator kinerja masing-masing tujuan adalah, PI (O3) = PI 3,1 + PI 3,2 + PI 3,3 ................................................................................. (13) Dimana, PI3,1 = W3,1 x E3,1 x R3,1................................................................................................ (14) PI3,2 = W3,2 x E3,2 x R3,2 .............................................................................................. (15) PI3,3 = W3,3 x E3,3 x R3,3 .............................................................................................. (16)

G. MAQASID SYARIAH INDEX

Total perhitungan secara keseluruhan dari indikator kinerja dan rasio kinerja atas masing-masing tujuan untuk tiap-tiap bank menggambarkan maqhasid syariah indeks. Maka di dalam penelitian ini rumus maqasid syariah index diterjemahkan sebagai berikut:

MI = PI (O1) + PI (O2) + PI (O3) ........................................................................... (17)

Dengan kata lain, maqasid syariah indeks masing-masing bank adalah jumlah dari indikator kinerja yang dihitung berdasarkan ketiga tujuan tersebut.

Page 101: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

94 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

BAB 6 KESEHATAN BANK SYARIAH

CAMEL DAN MAQASID MODEL

A. PENDAHULUAN

Perbankan syariah mempunyai dua tujuan yang harus dicapai yakni tujuan komersial dan tujuan syariah. Tujuan komersial berarti bank syariah dalam beroperasi harus berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan ini selain untuk kesejahteraan pemilik juga untuk keberlangsungan bank itu sendiri. Tidak mungkin sebuah perusahaan bisa berkembang dengan baik tanpa memperoleh keuntungan. Dengan keuntungan yang diperolehnya selain untuk dibagikan kepada pemilik berupa dividen dan sebagian tidak dibagikan. Laba yang tidak dibagikan disebut sebagai laba ditahan (return earning) yang digunakan untuk memperbesar operasi perusahaan. Bank syariah sebagai bank komersial diawasi oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga diawjibkan membuat laporan kesehatan berdasar kinerja finansialnya.

Dilain pihak perbankan syariah juga mempunyai tujuan sesuai dengan visi misinya untuk mengembangkan ekonomi umat, maka bank syariah mempunyai tujuan syariah atau sering disebut dengan maqasid syariah. Maqasid syariah ini harus ditegakkan karena bank syariah tidak boleh hanya terfokus pada pada tujuan komersial saja dan mengabaikan tujuan syariah. Kepatuhan bank syariah dalam beroperasi sudah sesuai tujuan syariah diawasi oleh Dewan Syariah Nasional yang diwakli oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Pembuatan laporan sesuai maqasid syariah ini memang tidak wajib laproan seperti kesehatan, sehingga perbankan syariah kurang memperdulikan kinerja maqasid syariahnya.

Hasil penelitian Sutrisno (2017) menemukan masih rendahnya perbankan syariah mengaplikasikan elemen-elemen maqasid syariah. Oleh karena itu perlu ada peraturan yang dibuat oleh pemerintah bisa melalui Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengatur kesehatan bank syariah yang berbeda ukurannya dengan bank konvensional. Bank syariah dan bank konvensional sangat berbeda visi misinya, sehingga diperlukan alat pengukuran kesehatan yang berbeda. Karena bank syariah mempunyai tujuan komersial dan tujuan syariah, maka penilaian tingkat kesehatan bank syariah juga harus berbeda dengan bank konvensional. Pengkukuran tingkat kesehatan bank syariah perlu menggabungkan antara kinerja komersial dengan kinerja maqasid syariah (mixed model)

Page 102: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 6 Kesehatan Bank Syariah Camel dan Maqosid Model 95

B. MODEL GABUNGAN KESEHATAN BANK SYARIAH

Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka pemulis mencoba membuat usulan peraturan tingkat kesehatan bank syariah dengan menggabungkan kinerja finansial dengan kinerja maqasid syariah. Kinerja finansial mengacu pada tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan CAMEL sedangkan kinerja maqasid syariah menggunakan pendekatan maqasid syariah indeks.

Dari pendekatan CAMEL, untuk memudahkan perhitungan, penulisan hanya menggunakan 4 aspek kesehatan yakni permodalan (capital adequacy), kualitas aset (assets quality), profitabilitas (earning abilty), dan Likuiditas (liquidity sufficiency). Aspek manajemen (management risk) tidak dimasukkan karena perhitungannya harus melibatkan dewan direksi dalam menghitung nilai risiko manajemennya, sehingga akan kesulitan. Oleh karena itu untuk mempermudah dan menyeder-hanakan hanya menggunakan empat aspek di atas.

Sedangkan dari pendepakatan maqasid syariah diambil empat aspek yakni aspek pendidikan dan sosialisasi, aspek keadilan diambil dari fair return dan produk bagi hasil, sedangkan dari kepentingan masyarakat diambil zakah ratio. Alasan mengapa tidak semuanya diambil adalah selain ada beberapa aspek memang datanya sulit diperoleh juga karena untuk keseimbangan dengan aspek kinerja finansial.

Dari kinerja finansial dan kinerja maqasid syariah tersebut, bisa diformu-lasikan untuk masing-masing aspek seperti dibawah ini.

Kinerja Finansial

Kinerja finansial mengacu pada pendekatan CAMEL yang terdiri dari permodalan, kualitas aktiva, kemampuan laba, dan likiditas. a. Capital Adequacy (permodalan)

Permodalan bank syariah diukur dengan capital adequacy ratio (CAR) yang dihitung dengan membagi modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut risiko.

CAR =Modal Sendiri

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko x 100%

b. Assets Quality (kualitas aset)

Perbankan syariah harus mempunyai kualitas aset yang baik artinya aset-aset yang dimiliki masuk kolektabilitas yang lancar. Untuk mengukur kualitas aset tersebut dirumuskan dengan membagi pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan atau sering disebut non-performing financing (NPF), yang diukur dengan:

NPF =Pembiayaan Bermasalah

Total Pembiayaan x 100%

Page 103: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

96 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

c. Earning Ability (profitabilitas) Bank syariah harus mampu menghaslakn laba demi untuk keberlangsungan perusahan dan juga untuk kemakmuran pemilik. Kemampuan bank syariah dalam memperoleh laba diukur dengan return on assets (ROA)’

ROA =Laba Setelah Pajak

Total Assets x 100%

d. Liquidity sufficiency (likuiditas)

Bank syariah perlu menjaga kepercayaan masyarakat baik dalam pengambilan dananya yang dilakukan sewaktu-waktu maupun untuk memenuhi komitmen pembiayaan. Untuk mengukur likuidtas bank syariah digunakan financing to deposit ratio (FDR) yakni perbandingan antara pembiayaan yang diberikan dengan jumlah dana masyarakat.

FDR =Total Pembiayaan

Dana Pihak Ketigax100%

Kinerja Maqasid

Kinerja maqasid syariah mengacu pada maqasid syariah indek yang disederhanakan menjadi 4 aspek sebagai berikut: a. Pendidikan dan sosialisasi

Aspek pendidikan dan latiahn bagi sumber daya insani pada perbankan syariah sangat penting agar mampu memahami secara baik dan benar tentang konsep-konsep syariah sehingga bisa mengaplikasikan baik untuk pendanaan maupun pembiayaan. Demikian pula pentingnya sosialisasi bank syariah harus selalu dilakukan agar masyarakat semakin mengetahui, memahami dan akhirnya beralih ke bank syariah. Pendidikan dan sosialisai ini dirumuskan dengan perbandingan antara biaya pendidikan, pelatihan dan sosialisasi dengan total biaya.

PDS =Biaya pendidikan + Biaya pelatihan + Biaya Sosialisasi

Total Biayax100%

b. Fair return Keuntungan yang diambil oleh bank syariah tidak boleh berlebihan atau terlalu tinggi, karena visi bank syariah adalah untuk kesejahteraan umat tanpa mengabaikan keuntungan bank. Keuntungan bank sebatas untuk memberikan dividen kepada pemilik dan keberlangsungan bank, sehingga tidak terlalu besar. Adapun ukurannya adalah laba dibanding dengan total pendpatan. Jika hasilnya tinggi berarti tidak fair dalam mengambil keuntungan.

Page 104: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 6 Kesehatan Bank Syariah Camel dan Maqosid Model 97

Fair Return = Laba

Total pendapatan

c. Produk Bagi Hasil

Perbankan syariah sangat dilarang memberikan produk dan jasanya dengan berbasis bunga. Semua produk dan jasa bank syariah harus bebas bunga, sehingga jika ada produk yang terkesan seperti bunga sebaiknya dihindari. Produk yang betul-betul sesuai dengan syariah islam adalah produk bagi hasil. Dengan demikian besarnya produk (pembiayaan) bagi hasil menjadi tolok ukuran kinerja syariah.

Produk Bagi Hail = Pembiayaan Mudharabah + Pembiayaan Musyarakah

Total Pembiayaan

d. Kamasalahan umat

Perbankan syariah juga dituntut untuk memberikan kontribusi terhadap kepentingan masyarakat, mampu memberikan sumbangan berarti pada masyarakat, dengan memberikan zakat. Zakat dapat diperoleh dari laba perbankan, nasabah maupun dari karyawan dan jajaran manajemen.

Zakah ratio = Zakat

Laba bersih

C. PERHITUNGAN DAN PENILAIAN KESEHATAN

Setelah formulasi masing-masing aspek dalam kinerja finansial maupun kinerja maqasid ditentukan, selanjutnya digunakan untuk menghitung masing-masing aspek yang dinilai. a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Jika diperoleh CAR sebesar 8%, maka bank tersebut masuk dalam kategori bank sehat dengan nilai kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan sebesar CAR 8%, nilai kredit akan bertambah 1 dengan angka maksimum 100. Misalkan suatu bank mempunyai CAR sebesar 9,7%, maka angka kreditnya sebesar 81 + 17 = 98. Demikian pula jika CAR kurang dari 80 sampai dengan 7,9% diberi predikat permodalan kurang sehat diberi nilai kredit 65, dan untuk setiap penurunan CAR sebesar 0,1%, maka nilai kredit akan dikurangi 1 dengan minimum 0.

b. Assets Quality (NPF) Dari hasil perhitungan, jika NPF sebesar 15,5% atau lebih akan diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,5%, angka kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Misalnya NPF sebesar 3,5%, maka nilai angka kreditnya sebesar (15,5% - 3,5%) : 0,15% = 80.

Page 105: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

98 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

c. Earnig ability (ROA) Jika diperoleh ROA sebesar 0% atau negatif akan diberi nilai kredit 0 dan jika ada kenaikan 0,015% mulai dari 0% maka nilai kredit akan itmbah dengan 1 dengan maksimum 100. Misalnya diperoleh ROA 2,48%, maka nilai kreditnya sebesar = 1,48% : 0,015% = 99

d. Liquidity Sufficincy (FDR) Loan to Deposit ratio (LDR) ini menunjukkan seberapa besar dana simpanan masyarakat yang dikumpulkan bank dipinjamkan kepada masyarakat. Semakin besar LDR semakin besar dana masyarakat dipinjamkan sebagai kredit, sehingga risiko dana masyarakat menjadi lebih besar. Batasan maksimal LDR adalah 115% artinya jika bank memberikan LDR sebesar 115% atau lebih, maka angka kreditnya sebesar 0, dan setiap penurunan sebesar 1%, maka angka kreditnya bertambah 4 dengan maksimum 100.

Tabel 6.1. Komponen dan Bobot Penilaian

No Komponen yang Dinilai % bobot

1 Permodalan 25 2 Kualitas Aktiva 30 4 Profitabilitas 30

5 Likuiditas 15

Jika pada kinerja finansial di atas sudah ada acuannya dari peraturan pemerintah, maka untuk mengukur kinerja maqasid syariah belum ada peraturan pemerintah. Dengan memodifikasi dari model Mohammad dan Razak (2008), maka kinerja maqasid syariah bisa diberi bobot sebagai berikut:

Tabel 6.2. Komponen dan Bobot Penilaian

No Komponen yang Dinilai % bobot

1 Pendidikan dan Sosialisi 20 2 Fair Retrun 30

4 Produk Bagi Hasil 30 5 Kemaslahatan Umat 20

a. Pendidikan dan Sosialisasi

Sementara untuk mengukur masing-masing komponen kinerja maqasid syariah yang pertama (pendidikan dan sosialisasi) adalah diberi nilai 0 jika hasil rasio pendidikan dan sosial 0, dan akan bertambah nilai 1 jika setiap ada kenaikan rasio ini sebesar 0.05% sampai maksimum 100. Misalnya Bank syariah AMANAH mempunyai rasio PDS sebesar 1.75, maka nilai PDS bank ini sebesar 1,75:0.05 = 35.

Page 106: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 6 Kesehatan Bank Syariah Camel dan Maqosid Model 99

b. Fair return Dianggap return yang fair jika masimum rasio ini menunjukkan sebesar 10% dan diberi bobot 100, selanjutnya jika ada kenaikan rasio sebesar 0.5 akan berkurang satu. Sebagai contoh rasio fair retur diperoleh 12.65%, maka nilai komponen ini adalah 100 – (12,65-15.00)/0.5 = 94.7

c. Produk bagi hasil Bank syariah diharapkan lebih fokus pada produk bagi hasil sesuai dengan rekomendasi para ulama, sehingga semakin besar produk bagi hasil semakin baik kinerja maqasid syariahnya. Jika rasio produk bagi hasil 0, maka akan memperoleh nilai 0 dan setiap kenaikan 0.5% akan memperoleh tambahan poin sebesar 1 hingga maksimum 100. Sebagai contoh Bank Syariah AMANAH mempunyai porsi bagi bagi hasil sebesar 42,5%, maka nilai rasio ini sebesar = 42.5:0.5 = 85.

d. Kemaslahatan umat Kemasalahan umat diukur dengan rasio zakat, karena dana zakat yang mampu dikumpulkan dan disalurkan sangat bermanfaat bagi kesejahteraan umat. Rasio ini akan diberi nilai 0 jika hasilnya 0 dengan peningkatan 1 poin jika rasionya bertambah 0.01% dengan maksimum sebesar 100. Misalnya Bank syariah ABC mempunyai rasio ini sebesar 1,48%, maka nilai untuk komponen ini sebesar = 1,48%:0.01 = 148, dank arena lebih besar 100, maka nilainya hanya sebesar maksimum 100.

D. PERINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH

Setelah melakukan perhitungan nilai masig-masing komponen kesehatan bank syariah, selanjutnya pemberian peringkat kesetan bank. Sesuai dengan peraturan pemerintah, pemberian predikat kesehatan bank bisa diberikan dengan ketentuan seperti pada tabel di bawah.

Tabel 6.3: Peringkat Kesehatan Bak Syariah

Nilai Skor Predikat 81 – 100 Sehat 66 < 81 Cukup Sehat 51 < 66 Kurang Sehat 0 < 51 Tidak Sehat

Tabel 6.3. ini bisa digunakan pemberian peringkat baik untuk kinerja

finansial, kinerja maqasid syariah maupun kinerja gabungannya. Sebagai contoh Bank Syariah AMANAH memperoleh skor untuk kinerja financial sebesar 84 dan kinerja maqasid syariah sebesar 62, sehingga skor totalnya sebesar 73. Dengan

Page 107: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

100 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

demikian bank syariah Amanah ini peringkat kinerja finansialnya adalah bank sehat, sedangkan kinerja maqasid syariah memperoleh predit kurang sehat dengan predit secara total sebagai bank cukup sehat.

E. APLIKASI PENILAIAN

Pada dasarnya jika model penilaian kinerja bank syariah yang diusulkan ini bisa terintegrasi ke dalam sistem keuangan bank, maka adanya laporan keuangan secara otomatis akan memunculkan status predikat bank. Tetapi untuk bisa mengintegrasikan ke dalam sistem perbankan harus ada kemauan politik dari Bank Indonesia atau OJK untuk memaksa bank syariah mengaplikasikan model ini. Memang pekerjaan yang sangat berat jika dilakukan secara individu, akan tetapi secara akademik perlu ada masukan dan usulan untuk bisa dipertimbangkan oleh pengambil keputusan untuk membuat pertauran perbankan tentang penilaian kesehatan bank syariah dengan memperhartikan kinerja maqasid syariah.

Untuk melakukan penilaian secara manual bisa dilakukan jika data-datanya sudah tersedia. Data kinerja finansial sudah tersedia karena memang ada kewajiban bagi bank untuk membuat laporan secara berkala. Sementara data kinerja maqasid syariah belum tersedia karena memang belum ada aturan yang mengikat untuk membuat laporannya. Namun untuk menjelaskan hasil kajian ini, maka perlu diberikan contoh perhitungan dan aplikasinya sebagai berikut:

Misalnya Bank Syariah AMANAH pada akhir periode mempunyai data kinerja finansial dan kinerja maqasid sebagai berikut:

1. CAR = 12,65% 2. NPF = 2,36% 3. ROA = 1,98 4. FDR = 82% 5. PDS = 3,75% 6. FR = 12,22% 7. PBH = 42,58% 8. KU = 1,12%

Untuk menghitung berapa skor masing-masing komponen, bisa dihitung sesuai dengan ketentuan diatas, yang hasilnya sevagai berikut: a. Permodalan: jika memiliki CAR 8% diberi skor 81 dan setiap kenaikan 0.1%

bertambah satu dengan maksimum 100, sehingga skor CAR bank ini adalah = 8% + (12,65% - 8.00%) : 0.1% = 127,5, sehingga skornya maksimum 100

b. Kualitas aktiva: Jika NPF sebesar 15,5% maka akan dapat skor 0 dan setiap penurunan 0,15% akan diberi skor 1 dengan nilai maksimum 100. Dengan demikian skor NPF adalah sebesar = (15,15%-2.36) : 0,15% = 87.60.

Page 108: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 6 Kesehatan Bank Syariah Camel dan Maqosid Model 101

c. Profitabilitas: jika ROA 0.00% mana skornya diberi 0 dan setiap penambahan 0.015% akan diberi tambahan skor 1 dengan maksimum 100. Dengan demikian skor ROA = 1,98% : 0.015% = 132. Karena hasilnya diatas 100, maka mendapat skor maksimum 100.

d. Likuiditas: FDR sebesar 115 akan diberi skor 0, dan setiap penurunan 1% akan diberi skor 4 dengan maksimum 100. Dengan demikian FDR bank ini mempunyai nilai sebesar = (115% – 82%) x 4% = 132, karena lebih besar 100, maka angka maksimumnya 100.

e. Pendidikan dan Sosial: Jika PDS ini sebesar 0 maka akan diberi skor 0 dan jika ada pertambahan 0.05% akan diberi skor 1 dengan maksimum 100. Dengan demikian skor PDS = 3,75% : 0.05% = 75

f. Fair return: Jika FR sebesar 10% atau kurang maka akan diberi nilai 100 dan jika ada kenaikan sebesar 05% akan berkurang 1. Karena hasil FR 12.22%, maka memperoleh skor sebesar 100 – (12,2% 10.00%)/0.5 = 95,6.

g. Produk Bagi Hasil: PBH sebesar 0, maka akan mendapat skor 0 dengan kenaikan skor 1 jika ada kenaikan PBH 0,5%. Dengan demikian skor PBH bank ini sebesar = 42,58%: 0.05% = 81.6

h. Kepentingan umum: KU sebesar 0 akan diberi skor 0 dan jika bertambah 0.01% akan diberi skor 1. Dengan demikian skor KU bank ini = 1.12% : 0.01% = 112, karena nilainya lebih 100, maka skornya sebesar maksimum 100.

Berdasarkan perhitungan skor di atas, maka dapat ditentukan predikat

kesehatan bank tersebut baik kinerja finansial, kinerja maqasid syariah mauoun kinerja totalnya sebagai berikut:

Tabel 6.4. Kinerja Finansial

Komponen Nilai Skor Bobot Tertimbang

CAR 12.65 100.00 25% 25.00 NPF 2.36 87.60 30% 26.28 ROA 1.96 100.00 30% 30.00 FDR 95.23 100.00 15% 15.00

Total Skor 96.28

Tabel 6.6. Kinerja Maqasid Syariah

Komponen Nilai Skor Bobot Tertimbang PDS 3.75 75.00 20% 15.00 FR 12.22 95.60 30% 28.68 PBH 42.58 81.60 30% 24.48 KU 1.12 100.00 20% 20.00

Total Skor 88.16

Page 109: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

102 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Berdasarkan tabel 6.4 kinerja finansial mempunyai total skor sebesar 96.28, dengan demikian Bank Syaiah Amanah ini masuk dalam kategori SEHAT.

Tabel 6.6 menunjukkan hasil scoring kinerja maqasid syariah dengan hasil perolehan skor sebesar 88,16. Dengan demikian berdasar kinerja maqasid syariah maka Bank Syarian AMANAH diktegorikan bank SEHAT.

Selanjutnya, untuk menentukan secara gabungan (antara kinerja finansial dengan kinerja maqasid syariah) dengan asumsi masing-masing kinerja diberi bobot yang sama yakni 50%, maka dapat dihitung skor knerja Bank Syariah AMANAH seperti tabel 6.7 di bawah.

Hasil perhitungan skor gabungan menunjukkan nilai sebesar 92.22, artinya secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa peringkat kesehatan Bank Syariah AMANAH dapat dikatan dalam kondisi SEHAT.

Tabel 6.7. Hasil Perhitungan skor gabungan

Komponen Nilai Skor Bobot Tertimbang Jumlah Bobot Total Skor

CAR 12.65% 100.00 25% 25.00

96.28 50% 48.14 NPF 2.36% 86.70 30% 26.28 ROA 1.96% 100.00 30% 30.00

FDR 95.23% 100.00 15% 100.00 PDS 3.75% 75.00 20% 15.00

88.16 50% 44.08 FR 12.22% 85.60 30% 28.68 PBH 42.58% 81.60 30% 24.48

KU 1.12% 100.00 20% 20.00

Total 92.22 Contoh:

Bank Syariah PEDULI UMAH pada akhir periode 2017 mempunyai data kinerja finansial dan kinerja maqasid sebagai berikut:

o CAR = 8,15% o NPF = 5,36% o ROA = 0,95 o FDR = 98% o PDS = 2,15% o FR = 10,25% o PBH = 32,75% o KU = 0,76% Bagaimana kesehatan bank PEDULI UMAH jika ditinjau dari kienrja

finansial dan kinerja maqasid syariah serta kinerja totalnya??

Page 110: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Bab 6 Kesehatan Bank Syariah Camel dan Maqosid Model 103

Untuk menghitung berapa skor masing-masing komponen, bisa dihitung sesuai dengan ketentuan diatas, yang hasilnya sevagai berikut: a. Permodalan: jika memiliki CAR 8% diberi skor 81 dan setiap kenaikan 0.1%

bertambah satu dengan maksimum 100, karena nilai CAR 8,15% maka skor CAR bank ini adalah = 8% + (8.15% - 8.00%) : 0.1% = 82.50

b. Kualitas aktiva: Jika NPF sebesar 15,5% maka akan dapat skor 0 dan setiap penurunan 0,15% akan diberi skor 1 dengan nilai maksimum 100. Karena NPF sebesar 5.36% maka skor NPF adalah sebesar = (15,15%-5.36%) : 0,15% = 67.60.

c. Profitabilitas: jika ROA 0.00% mana skornya diberi 0 dan setiap penambahan 0.015% akan diberi tambahan skor 1 dengan maksimum 100. Dengan demikian skor ROA = 0,95% : 0.015% = 63.3.

d. Likuiditas: FDR sebesar 115 akan diberi skor 0, dan setiap penurunan 1% akan diberi skor 1 dengan maksimum 100. Dengan demikian FDR bank ini mempunyai nilai sebesar = (115% – 98%) x 4% = 68.00

e. Pendidikan dan Sosial: Jika PDS ini sebesar 0 maka akan diberi skor 0 dan jika ada pertambahan 0.05% akan diberi skor 1 dengan maksimum 100. Dengan demikian skor PDS = 2,15% : 0.05% = 43

f. Fair return: Jika FR sebesar 10% atau kurang maka akan diberi nilai 100 dan jika ada kenaikan sebesar 05% akan berkurang 1. Karena hasil FR 12.22%, maka memperoleh skor sebesar 100 – (10,25% 10.00%)/0.5 = 99,5.

g. Produk Bagi Hasil: PBH sebesar 0, maka akan mendapat skor 0 dengan kenaikan skor 1 jika ada kenaikan PBH 0,5%. Dengan demikian skor PBH bank ini sebesar = 32,75% : 0.05% = 65.5

h. Kepentingan umum: KU sebesar 0 akan diberi skor 0 dan jika bertambah 0.01% akan diberi skor 1. Dengan demikian skor KU bank ini = 0.76% : 0.01% = 75

Berdasarkan perhitungan skor di atas, maka dapat ditentukan predikat kesehatan bank tersebut baik kinerja finansial, kinerja maqasid syariah mauoun kinerja totalnya sebagai berikut:

Tabel 6.8. Kinerja Finansial

Komponen Nilai Skor Bobot Tertimbang

CAR 8.15% 82.50 25% 20.63 NPF 5.36% 67.60 30% 20.28 ROA 0.95% 63.30 30% 18.99 FDR 98% 68.00 15% 10.20

Total Skor 70.10

Page 111: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

104 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Berdasarkan tabel 6.8 kinerja finansial mempunyai total skor sebesar 70.10, dengan demikian Bank Syaiah PEDUL UMAH ini masuk dalam kategori CUKUP SEHAT.

Tabel 6.9. Kinerja Maqasid Syariah

Komponen Nilai Skor Bobot Tertimbang

PDS 2.15% 43.00 20% 8.60 FR 10.25% 99.50 30% 29.85 PBH 32.755 65.50 30% 19.65 KU 0.75% 75.00 20% 15.00

Total Skor 73.10

Tabel 6.9 menunjukkan hasil scoring kinerja maqasid syariah dengan hasil

perolehan skor sebesar 73.10. Dengan demikian berdasar kinerja maqasid syariah maka Bank Syarian PEDULI UMAH diktegorikan bank CUKUP SEHAT.

Selanjutnya, untuk menentukan secara gabungan (antara kinerja finansial dengan kinerja maqasid syariah) dengan asumsi masing-masing kinerja diberi bobot yang sama yakni 50%, maka dapat dihitung skor knerja Bank Syariah PEDULI UMAHseperti tabel 6.10 di bawah.

Tabel 6.10. Hasil Perhitungan skor gabungan

Komponen Nilai Skor Bobot Tertimbang Jumlah Bobot Total Skor

CAR 8.15% 82.50 25% 20.63

70.10 50% 35.05 NPF 5.36% 67.60 30% 20.28 ROA 0.95% 63.30 30% 18.99 FDR 98.00% 68.00 15% 10.20 PDS 2.15% 43.00 20% 8.60

73.10 50% 36.55 FR 10.25% 99.50 30% 29.85 PBH 37.75% 65.50 30% 19.65 KU 0.75% 75.00 20% 15.00

Total 71.60

Hasil perhitungan skor gabungan menunjukkan nilai sebesar 71.60, artinya

secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa peringkat kesehatan Bank Syariah PEDULI UMAH dapat dikatan dalam kondisi CUKUP SEHAT.

Page 112: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Referensi 105

REFERENSI

Ahmad, Z and Ismail A.G,. 2017. Full reserve system and the Maqasid Shariah.

Journal of Emerging Economies & Islamic Research. Vol. 5(2). 58 – 66

Antonio, M.S., Yulizar D.S, and Muhammad, T, 2012, An Analysis of Islamic Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania, Journal of Islamic Finance, Vol 1 (1), 2289-2109

Bank Indonesia, 2008., Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Tentang Kesehatan Bank di Indonesia.

Budisantoso, Totok dan Nuritomo., 2014, Bank dan Lembaga keuangan Lain,

Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Hartono, S and Sobari A,. 2017. Sharia Maqashid Index as a Measuring

Performance of Islamic Banking: A More Holistic Approach. Corporate

Ownership & Control . Vol. 14 (2). 193-202

Hasan, Nurul Ikhsan, 2014, Perbankan Syariah: Suatu Pengantar, Referensi,

Jakarta Utama, Jakarta

Ikatan Bankir Indonesia, 2014, Mengelola Bank Syariah, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta

Latumaerissa, Julius R., 1999, Mengenal Aspek-aspek Operasi Bank Umum,

Bumi Aksara, Jakarta

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :469/Kmk.017/1995

Tentang Pendirian Dan Pembinaan Usaha Modal Ventura

Kuppusamy, M., Ali S.S and Ananda S, (2010) Measurement of Islamic Banks Performance Using a Shari’ah Conformity and Profitablity Model, Review of Islamic Economics, Vol. 13, No. 2, pp. 35–48.

Mohammed, M.O and Razak, D.A., 2008, The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework, Working Paper, IIUM International Accounting Conference (INTAC IV).

Muhammad, 2011, Manajemen Bank Syariah, Edisi Kedua, UPP AMP YKPN,

Yogyakarta

Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4 /POJK.03/2016 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Page 113: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

106 Penilaian Kesehatan Bank Syariah: Pendekatan Maqosid Syariah

Otoritas Jasa Keuangan, 2017. Roadmap Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia 2017-2019. https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/publikasi/Documents

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga

Pembiayaan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor /Pojk.05/2013 Tentang Penilaian

Kemampuan Dan Kepatutan di Industri Keuangan Non-Bank

Purba, Radiks., 1992, Memahami Asuransi di Indonesia, Pustaka Binaman

Pressindo, Jakarta

Qasim Y,. Mohamad Y and Ibrahim N,. 2017. Measuring the Performance of Jordanian Islamic Banks. Journal of Public Administration and Governance. Vol. 7 (1). 22-48

Rivai, Veithzal., Sofyan Basyir, Sarwono Sudarto dan Arifandy Permata Veithzal.,

2013, Commercial Bank Management: Manajemen Perbankan dari

Teori ke Praktek, RajaGrafindo Perkasa, Jakarta

Rivai, Veithzal., Andria Pratama Veithzal, dan Ferry N. Idroes., 2013, Bank and

Financial Institution Management: Conventional & Sharia System,

RajaGrafindo Perkasa, Jakarta

Shanmugam B and Zahari Z.R,. 2009. A Primer on Islamic Finance. The Research

Foundation of CFA Institute

Siamat, Dahlan., 2005, Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter

dan Perbankan, Eisi Kelima, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia, Jakarta

Soemitra, Andri., 2009, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Kencana, Jakarta

Soleh, I. 2016. The Impact of Maqashid Syariah and Core Competency on

Performance of Islamic Bank. International Journal of Economics, Commerce and

Management. Vol. 4(10) 872-881

Sutrisno. 2017. Pengukuran Kesehatan Bank Syariah Dengan Sharia Complience And Performance. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol 21(1). 135-145

Sutrisno and Widarjono, A,. 2017. Islamic Bank Performance: Between Maqasid Sharia and CAMELS Model. International Journal of Economics, Business and Management Research. Vol. 1(04). 562-565

Page 114: sutrisno - ccpfeuii.files.wordpress.com filePerbankan syariah, sesuai dengan amanat Undang-undang Perbankan juga diberi beban mengemban fungsi sosial. Kesehatan bank merupakan aspek

Referensi 107

Sutrisno and Widarjono, A. 2018. Maqasid Sharia Index, Banking Risk and Performance Cases in Indonesian Islamic Banks. Asian Economic and Financial Review. Vol. 8, No. 9. 1175-1185

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank

Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas

Jasa Keuangan