Upload
arikuruz
View
282
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan Indonesia semakin hari semakin memburuk. Salah satu
penyebabnya adalah kondisi perekonomian Indonesia yang tidak kunjung
membaik. Masyarakat miskin memandang kesehatan adalah kebutuhan yang
dapat ditunda demi pemenuhan kebutuhan lain yang lebih fundamental. Saat
ini di Indonesia, persentase penduduk miskinnya mencapai 16,58% (Depkes
RI, 2008). Pada masyarakat dengan status ekonomi rendah ditambah
dengan pendidikan yang rendah, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
sebagai aspek yang merupakan penekanan upaya promotif dan preventif
dalam pembangunan kesehatan, cenderung belum menjadi sesuatu yang
dirasakan sebagai kebutuhan. Oleh karena itu, sementara menunggu kondisi
perekonomian Indonesia membaik, maka perlu upaya peningkatan
kesadaran memelihara kesehatan (masyarakat) sendiri dalam bentuk
swamedikasi (self medication).
Swamedikasi di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat
tradisional atau jamu dan obat-obat paten baik dari golongan obat bebas
maupun golongan obat bebas terbatas. Pada umumnya, pengobatan sendiri
didasarkan pada pengalaman menggunakan jamu atau obat tertentu yang
diwariskan secara turun-temurun. Akan tetapi, dengan kemajuan yang sangat
1
pesat dalam bidang periklanan, baik melalui media cetak (surat kabar,
majalah, dan sebagainya) maupun media elektronik (radio dan televisi), maka
sebagian besar pengguna jamu dan obat paten yang dijual bebas
mendapatkan keterangan, saran atau anjuran dari iklan yang mungkin tidak
jelas dan menyesatkan.
Perlu diketahui bahwa penyakit-penyakit yang serius tidak boleh
dilakukan pengobatan sendiri, antara lain gangguan-gangguan jantung dan
pembuluh, kencing manis, penyakit-penyakit infeksi, gangguan-gangguan
jiwa dan kanker. Untuk penyakit-penyakit tersebut penting sekali untuk
mencari pertolongan dokter sedini mungkin
Swamedikasi dapat pula dilakukan untuk mengobati gangguan-
gangguan pada telinga, hidung, dan mulut dengan menggunakan obat-obat
sintetik ataupun obat tradisional, dimana pemeriksaan medis perlu dilakukan
jika terjadi infeksi.
2
BAB II
URAIAN UMUM
II.1 Telinga
ANATOMI TELINGA
Telinga adalah organ pendengaran yang terbagi atas telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam. Struktur telinga adalah :
a. Telinga luar yang terdiri dari daun telinga, liang telinga dan gendang
telinga. Fungsi dari bagian ini adalah menangkap suara dan
menghantarkannya kedalam telinga .
b. Telinga tengah yang terdiri dari tulang-tulang pendengaran, tuba
eustachius, aditus ad antrum (lubang yang menghubungkan telinga
tengah dengan antrum mastoid). Fungsi dari bagian ini adalah
3
menghantarkan bunyi ke telinga dalam dan menyeimbangkan tekanan
antara telinga, rongga mulut dan lingkungan luar.
c. Telinga dalam yang terdiri dari rumah siput (cochlea) dan vestibuler.
Fungsi bagian ini adalah menangkap bunyi yang dihantarkan untuk
diterjemahkan di otak dan mengatur keseimbangan.
FISIOLOGI TELINGA
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani,
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang
akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi
getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perlimfa pada skala vestibuli
bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang akan
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara
membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang
mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel. Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan
4
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis.
GANGGUAN PADA TELINGA
1. Otitis media
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis
media terbagi atas otitis media supuratif dan nonsupuratif, yang
masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu Otitis media
akut (OMK) dan Otitis media supuratif kronik (OMSK). Disebut OMK
jika penyakit berlangsung kurang dari 2 bulan; sedangkan bila lebih
dari 2 bulan, maka disebut OMSK.
Penyebab utama penyakit ini adalah bakteri piogenik seperti
Streptococcus hemolitikus, Staphylococcus aureus dan
Pneumococcus.
Gejala penyakit tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.
Pada anakyang sudah dapat berbicara, keluhan utama adalah rasa
nyeri pada telinga dan peningkatan suhu tubuh yang biasanya
terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih
besar,atau pada orang dewasa, disamping rasa nyeri, juga terdapat
gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau penurunan
kemampuan untuk mendengar.
5
2. Tinitus
Tinitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan
perasaan mendengar bunyi tanpa ada rangsang bunyi dari luar.
Keluhan ini bisa berupa bunyi mendengung, mendenging, menderu,
atau mendesis, atau berbagai macam bunyi yang lain. Frekuensi
tinitus bisa berlangsung secara terus-menerus atau hilang timbul.
Tinitus tidak menbuat penderita menjadi sakit kepala secara langsung,
tetapi sangat mengganggu dan tidak menyenangkan. Akhirnya, bisa
berdampak pada kondisi psikis dan fisik yang selanjutnya bisa
menurunkan produktifitas penderitanya, apalagi jika tinitus
berkembang menjadi ketulian.
Tinitus dibedakan menjadi dua jenis yakni tinitus objektif dan tinitus
subjektif. Tinitus objektif terjadi jika suara juga bisa didengar oleh
pemeriksa atau dengan auskultasi disekitar telinga. Tinitus jenis ini
berasal dari transmisi vibrasi (getaran) sistem muskuler atau
kardiovaskuler di sekitar telinga, misalnya gangguan vaskuler berupa
aneurisma, aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), dan tumor
katoris; gangguan mekanis berupa tuba eustachius terbuka sehingga
ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus, atau
karena kejang klonus otot tensor timpani, otot stapedius, dan otot
palatum. Sedangkan tinitus subjektif terjadi jika suara hanya dapat
6
didengar oleh pasien sendiri. Biasanya disebabkan proses iritatif atau
degeneratif traktus auditorium dari sel-sel rambur getar koklea sampai
pusat saraf pendengaran. Misalnya, karena intoksikasi obat dan
hipertensi endolimfatik seperti penyakit meniere.
Pada dasarnya tinitus bukan penyakit, tetapi gejala adanya masalah
lainnya. Beberapa hal yang bisa menimbulkan tinitus antara lain
penyumbatan saluran atau liang telinga oleh rumah lilin, alergi
makanan tertentu atau alergi lain, reaksi terhadap obat-obatan kimia
tertentu, infeksi telinga tengah (radang kronis), ketidakberesan saluran
darah di otak, ketidaknormalan saraf auditori (karena rentan terhadap
suara keras), diabetes mellitus, kolesterol tinggi, pilek, hipertensi,
tumor otak, susah tidur, serta vertigo.
3. Tuli Akibat Bising (Noise induced hearing loss)
Tuli akibat bising adalah tuli yang disebabkan akibat terpapar oleh
bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja, seperti mesin
industri atau mesin kendaraan yang dikemudikan.
Gejala awal TAB adalah tinitus yang hilang timbul. Titnitus akan
menjadi terus-menerus atau akan menjadi lebih keras sensasinya jika
terjadi paparan bising ulangan atau terpapar bising dengan intensitas
lebih besar. Tinitus semakin mengganggu jika berada dalam suasana
7
sunyi atau saat penderita akan tertidur, sehingga penderita TAB sulit
berkonsentrasi dan sulit tidur. Gejala lainnya sudah tentu berupa
penurunan fungsi pendengaran. Akibatnya, pasien akan mengeluh
sulit bercakap-cakap, terutama jika berada dalam ruangan yang cukup
ramai (cocktail partydeafness). Lebih jauh lagi penderita TAB sulit
bercakap-cakap walaupun berada dalam ruangan yang sunyi.
4. Tuli mendadak
Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-
tiba. Jenis ketuliannya adalah sensorineural, penyebabnya tidak dapat
langsung diketahui dan biasanya terjadi pada satu telinga.
Tuli mendadak dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain iskemia
koklea, infeksi virus, trauma kepala, trauma bising yang keras,
perubahan tekanan atmosfer, autoimun, obat ototoksik, penyeakit
meniere dan neuroma akustik.
Iskemia koklea merupakan penyebab utama tuli mendadak. Keadaan
ini dapat disebabkan oleh spasme, thrombosis atau perdarahan arteri
auditiva interna. Pembuluh darah ini merupakan arteri ujung, sehingga
bila terjadi gangguan pada pembuluh darah ini mengakibatkan koklea
sangat mudah mengalami kerusakan. Beberapa jenis virus, seperti
virus parotis, campak, dan mononucleosis mengakibatkan kerusakan
pada organcorti, membran tektoria, dan selubung myelin saraf akustik.
8
Ketulian yang terjadi biasanya berat, terutama pada frekuensi sedang
dan tinggi.
5. Tuli bawaan atau genetik
Tuli genetik disebabkan oleh faktor keturunan. Gejala kelainan ini
biasanya sudah ada sejak bayi dilahirkan atau sejak masa kanak-
kanak. Bisa terjadi karena ayah dan ibu bayi tersebut
pendengarannya normal, tetapi secara genetik mereka memiliki bibit
ketulian, sehingga bayinya menderita gangguan berat. Karenanya,
deteksi pendengaran ketika bayi baru dilahirkan perlu dilakukan.
Deteksi sudah bisa dilakukan ketika bayi masih berumur kurang dari
tiga tahun, bahkan jika perlu sebelum satu tahun, atau lebih baik lagi
dilakukan saat bayi berumur dua hari.
Tidak adanya respon terhadap suara atau ketidakmampuan bicara
pada bayi seperti bayi seusianya merupakan pertanda terjadinya
gangguan pendengaran. Misalnya, bayi tidur lelap meskipun
disekitarnya ada suara bunyi yang keras atau jika setelah menginjak
umur enam bulan bayi masih belum mengoceh dan tidak memberi
respon ketika didengarkan bunyi-bunyian. Jika terjadi hal seperti ini,
sebaiknya bayi segera dibawa ke dokter THT.
9
6. Tuli pada Lansia
Proses penuaan atau degenerasi bisa menyebabkan perubahan pada
telinga luar dan telinga tengah yang berupa berkurangnya elastisitas
dan bertambah besarnya daun telinga, bertambah kakunya daun
telinga, penumpukan serumen, membran timpani yang bertambah
tebal dan kaku, juga kekakuan pada persediaan tulang pendengaran.
Kondisi seperti ini biasanya terjadi pada seseorang yang berumur lebih
dari 60 tahun dan bisa menimbulkan tuli saraf. Tuli semacam ini juga
dipengaruhi jenis kelamin, dimana laki-laki lebih cepat mengalami
penurunan pendengaran daripada perempuan.
II.2 Hidung
ANATOMI HIDUNG
Untuk mengetahui penyakit dan kelainan pada hidung, maka perlu
diketahui tentang anatomi hidung. Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau
piramid hidung dan rongga hidung dengan sistem persarafan dan
fisiologinya.
10
a. Hidung luar
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke
bawah berurutan adalah pangkal hidung (bridge), dorsum nasi, puncak
hidung, ala nasi, kolumela dan lubang hidung (nares anterior).
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk
melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.
b. Rongga Hidung
Berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum
nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau
lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang
belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi
dengan nasofaring. Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala
nasi, tepat dibelakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini
dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-
rambut panjang yang disebut vibrise.
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan
fungsional dibagi atas mukosa pernapasan dan mukosa penghidu (mukosa
olfaktorius). Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan
selalu basah karena diliputi oleh palut lender (mucous blanket) pada
permukaannya yang dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel-sel goblet.
11
Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang
penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lender di dalam kavum nasi
akan disorong kearah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai
daya untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan
benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi
silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan
hidung tersumbat, dimana gangguan ini dapat diakibatkan oleh pengeringan
udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat-obatan.
GANGGUAN PADA HIDUNG
1. Polip Hidung
Polip nasi ialah kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang
bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan,
dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak
cairan. Polip nasi bukan merupakan penyakit tersendiri, tetapi merupakan
manifestasi klinik dari berbagai macam penyakit dan sering dihubungkan
dengan sinusitis, rhinitis alergi, asma, dan lain-lain.
Keluhan utama biasanya adalah berupa hidung tersumbat yang menetap,
tidak hilang-timbul dan semakin lama semakin berat. Pasien sering
mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang
ingus. Gejalalain adalah gangguan penciuman (anosmia atau hiposmia).
Gangguan sekunder dapat terjadi bila sudah disertai kelainan organ
12
didekatnya, berupa sakit kepala, nyeri muka, suara, telinga rasa penuh,
mendengkur, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.
2. Rinitis Alergi
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan
tahap sensitasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Menurut WHO, Rinitis alergi
merupakan kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore (keluar
ingus) yang encer dan banyak, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar allergen yang diperantarai oleh Ig E.
Gejala rinitis alergi yang khas adalah terdapatnya serangan bersin
berulang. Sebenarnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada
pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini
merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self
cleaning proxess). Bersin dianggap patologik bila terjadinya lebih dari lima
kali setiap serangan sebagai akibat dilepaskannya histamin.
Pengobatan sendiri dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan
allergen penyebabnya, sedangkan terapi simtomatis dapat dilakukan dengan
pemberian antihistamin (AH-1) yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada
reseptor H-1 sel target, dimana pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa
kombinasi dengan dekongestan secara peroral. Contoh : astemisol,
terfenadin, loratadin, setirisin dan fexofenadin.
13
3. Infeksi Hidung luar
Infeksi hidung luar yang sering ditemukan ialah :
Selulitis
Sering terjadi pada puncak dan batang hidung dimana timbul edema &
bangkak, kemerahan serta rasa nyeri pada hidung yang disebabkan oleh
kuman Streptokokus dan Stafilokokus. Terapi pengobatan dapat dilakukan
dengan memberikan antibiotika secara sistemik dalam dosis tinggi, misalnya
Oksitetrasiklin.
Vestibulitis
Merupakan infeksi pada kulit vestibulum. Biasanya terjadi sebagai akibat
iritasi sekret dari rongga hidung, misalnya pada rinitis, sinusitis dan benda
asing. Terapi pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik dosis
tinggi.
4. Sinusitis
Merupakan radang mukosa sinus paranasal, yang secara klinis terbagi
terbagi menjadi 3 yaitu sinusitis akut (bila gejalanya berlangsung dari
beberapa hari sampai 4 minggu), sinusitis subakut (bila berlangsung dari 4
minggu sampai 3 bulan) dan sinusitis kronik (bila berlangsung lebih dari 3
bulan).
14
Sinusitis akut
Penyebabnya dapat virus, bakteri, atau jamur. Biasanya didahului oleh
infeksi saluran pernapasan atas, berupa pilek dan batuk. Gejala yang timbul
dapat berupa gejala sistemik (demam dan rasa lesu) dan lokal (pada hidung
terdapat ingus kental yang kadang-kadang berbau, hidung tersumbat, rasa
nyeri didaerah sinus yang terkena).
Pengobatan : Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik
(khususnya golongan penisilin) selama 10-14 hari, meskipun gejala klinik
telah hilang. Diberikan pula dekongestan lokal (seperti pseudoefedrin dan
fenilpropanolamin) berupa tetes hidung untuk memeprlancar drenase sinus.
Boleh juga diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa nyeri.
Sinusitis subakut
Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang
akutnya sudah reda.
Pengobatan : Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik yang
berspektrum luas atau yang sesuai selama 10-14 hari, diberikan pula
dekongestan untuk memeprlancar drenase; selain itu dapat pula diberikan
analgetika, antihistamin dan mukolitik
Sinusitis kronik
Sinusitis kronik umumnya sukar disembuhkan dengan terapi
medikamentosa saja. Harus diacari faktor penyebabnya.Gejalanya berupa
15
rasa tidak nyaman dan gatal ditenggorok, pendengaran terganggu, nyeri/sakit
kepala, batuk, gastroenteritis akibat adanya mukopus yang tertelan.
Pengobatan : Antibiotika sekurang-kurangnya 2 minggu serta obat-obat
simtomatis, yang dapat dilanjutkan dengan tindakan pembedahan jika tidak
diperoleh perbaikan klinis.
5. Epistaksis
Hidung berdarah (Kedokteran: epistaksis) atau mimisan adalah satu
keadaan pendarahan yang keluar melalui lubang hidung. Dalam kasus
tertentu, darah dapat berasal dari sinus dan mata. Selain itu pendarahan
yang terjadi dapat masuk ke saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan
muntah.
Epistaksis atau perdarahan hidung sering ditemukan sehari-hari, dan
hampir 90 % dapat berhenti sendiri. Epistaksis bukan merupakan suatu
penyakit melainkan sebagai gejala dari suatu kelainan, yang dapat
ditimbulkan oleh sebab lokal misalnya trauma, sering karena kecelakaan
lalulintas, olah raga, (seperti karena pukulan pada hidung) yang disertai
patah tulang hidung, mengorek hidung yang terlalu keras sehingga luka pada
mukosa hidung, adanya tumor di hidung, ada benda asing (sesuatu yang
masuk ke hidung) biasanya pada anak-anak, atau lintah yang masuk ke
hidung, dan infeksi atau peradangan hidung dan sinus (rinitis dan sinusitis)
16
Pengobatan : Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu
menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegahnya
berulangnya epistaksis.
Aliran darah akan berhenti setelah darah berhasil dibekukan dalam proses
pembekuan darah. Sebuah opini medis mengatakan bahwa ketika
pendarahan terjadi, lebih baik jika posisi kepala dimiringkan ke depan (posisi
duduk)untuk mengalirkan darah dan mencegahnya masuk ke kerongkongan
dan lambung. Pertolongan pertama jika terjadi mimisan adalah dengan
memencet hidung bagian depan selama tiga menit. Selama pemencetan
sebaiknya bernafas melalui mulut. Perdarahan ringan biasanya akan berhenti
dengan cara ini. Lakukan hal yang sama jika terjadi perdarahan berulang, jika
tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter untuk bantuan.
Untuk pendarahan hidung yang kronis yang disebabkan keringnya
mukosa hidung, biasanya dicegah dengan menyemprotkan salin pada hidung
hingga tiga kali sehari. Jika disebabkan tekanan, dapat digunakan kompres
es untuk mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriksi). Jika masih tidak
berhasil, dapat digunakan tampon hidung. Tampon hidung dapat
menghentikan pendarahan dan media ini dipasang 1-3 hari.
17
II.3 Mulut
ANATOMI DAN FISIOLOGI MULUT
1. Rongga Mulut
Rongga mulut mempunyai dua komponen yakni, vestibulum oris dan
rongga mulut sebenarnya. Kedua bagian ini terpisah satu sama lain oleh
gigi-geligi dan jaringan-jaringan penyokongnya yakni, prosesus alveolaris
dan jaringan gingiva di atasnya. Vestibulum oris dan rongga mulut
sebenarnya berhubungan satu sama lain melalui ruang antar gigi dan
18
melalui daerah di sebelah posterior gigi molar terakhir dan tepi anterior
ramus mandibula.
2. Daerah Sublingual (Dasar Mulut)
Struktur-struktur di sebelah dalam selaput lendir dasar mulut meliputi
kelenjar sublingualis, n. Lingualis, kelenjar dan duktus submandibularis,
dan N. Hipoglosus. Semua struktur ini terletak di sebelah superior bidang
horisontal m. Milohioideus dan di bidang lateral m. Hioglosus.
Kelenjar sublingualis terletak pada sisi lingual badan mandibula, di dalam
plika sublingualis. Kelenjar ini mempunyai sederet saluran keluar yang
pendek yang bermuara ke dalam dasar mulut pada plika sublingualis.
Duktus kelenjar submandibularis dan n. Lingualis terletak pada
permukaan medial kelenjar sublingualis, sementara alat-alat tersebut
mempunyai arah ke anterior di dasar mulut. Milohoiideus terletak di
sebelah inferior kelenjar sublingualis.
Kelenjar sublingualis dipersarafi oleh serabut-serabut parasimpatik
sekretomotorik postganglionar yang mencapai kelenjar tersebut melalui
cabang-cabang sensorik kelenjar sublingualis dari n. Lingualis. Saraf-
saraf parasimpatik preganglionar yang mengatur sekresi air ludah kelenjar
sublingualis berada di dalam korda timpani dan bersinap dengan neuron-
neuron posganglionar di dalam ganglion submandibulare.
19
3. Lidah
Lidah adalah alat berotot yang berfungsi pada pengunyahan (proses
mengunyah), penelanan (proses menelan), berbicara dan mengecap. Dua
komponen utama lidah berbeda secara tofografik, perkembangan,
struktur, fungsi, neurologik dan dalam penampakannya.
Dua pertiga lidah bagian anterior berasal dari dasar mulut dan tertutup
oleh selaput lendir stomodeum yang berasal ektodermal. Bagian ini
adalah badan atau bagian oral lidah. Sepertiga lidah bagian posterior
tertutup oleh selaut lendir ujung kepala usus sederhana bagian depan
yang berasal endodermal. Bagian ini terletak di sisi anterior orofaring dan
dinamakan lidah bagian faringeal atau akar lidah. Batas antara lidah
bagian oral dan lidah bagian faringeal adalah sulkus terminalis yang letak
di sebelah posterior papilla sirkumvalata.
4. Gigi-geligi
Komponen-komponen dasar semua gigi-geligi adalah mahkota, leher dan
akar gigi. Akar gigi terbungkus di dalam prosesus alveolaris mandibular
dan maksilar, sedangkan mahkota gigi yang erupsi terproyeksi ke dalam
rongga mulut. Masing-masing leher gigi dikelilingi jaringan epitel rongga
mulut, yakni gingival. Masing-masing gigi mempunyai rongga pulpa di
bagian tengah di dalam bagian mahkota gigi. Rongga pulpa bermuara ke
arah inferior, melalui saluran-saluran akar dan foramen apikalis masing-
20
masing akar gigi. Muara-muara ini memungkinkan saraf sensorik dan
pembuluh darah memasuki pulpa dentis yang mengisi rongga pulpa.
5. Saliva dan Fungsi Saliva
Saliva adalah suatu cairan mulut yang kompleks, tidak berwarna, yang
disekresikan dari kelenjar saliva mayor dan minor untuk mempertahankan
homeostasis dalam rongga mulut. Pada orang dewasa yang sehat,
diproduksi saliva lebih kurang 1,5 liter dalam waktu 24 jam.
Saliva mempunyai beberapa fungsi penting di dalam rongga mulut,
diantaranya sebagai pelumas, aksi pembersihan, pelarutan, pengunyahan
dan penelanan makanan, proses bicara, sistem buffer dan yang paling
penting adalah fungsi sebagai pelindung dalam melawan karies gigi.
Kelenjar saliva dan saliva juga merupakan bagian dari sistem imun
mukosa.
GANGGUAN PADA MULUT
1. Mulut Kering
Mulut kering dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Keadaan-keadaan
fisiologis seperti berolahraga, berbicara terlalu lama, bernafas melalui
mulut, stress dapat menyebabkan keluhan mulut kering. Penyebab yang
paling penting diketahui adalah adanya gangguan pada kelenjar saliva
yang dapat menyebabkan penurunan produksi saliva, seperti radiasi pada
daerah leher dan kepala, penyakit lokal pada kelenjar saliva dan lain-lain.
21
Faktor penyebab keluhan mulut kering.
1. Radiasi pada daerah leher dan kepala
2. Gangguan lokal pada kelenjar saliva
3. Efek samping obat-obatan
4. Demam, diare, diabetes, gagal ginjal
5. Berolahraga, stress
6. Bernafas melalui mulut
7. Kelainan syaraf
8. Usia
Cara Mengatasi
Cara mengatasinya tidak begitu mudah, karena belum dikenal
obatnya. Sering kali dicoba dengan menghisap gula-gula atau
sering kali minum air untuk menstimulir pembentukan liur. Cara lain
yang dapat dilakukan adalah berkumur dengan larutan garam (satu
sendok teh dalam 1 gelas air dingin) atau menghisap sesuatu yang
berasa asam.
Ada beberapa tips yang dapat membantu membasahkan mulut
kering: Sering minum air atau minuman tanpa gula, mengunyah
permen karet yang tidak mengandung gula, menghindari rokok,
alkohol dan sirih, menghindari makanan asin dan meminta dokter
meresepkan ludah buatan.
22
2. Sariawan atau aftosis
Sariawan atau aftosis adalah istilah yang digunakan untuk luka-luka atau
tukak-tukak kecil pada selaput lender mulut. Dalam kebanyakan hal besarnya
2-4 mm, berbentuk bundar atau lonjong, berwarna kuning merah dan terkenal
karena sangat pedihnya. Terutama pada waktu makan, mengunyah dan
minum. Menurut tafsiran 10-20% dari semua penduduk sewaktu-waktu
menderita sariawan mulut. Pada kelompok-kelompok tertentu misalnya para
mahasiswa, persentase ini bahkan meningkat sampai 50% terutama pada
masa ujian.
Penyebab
Sebab terjadinya sariawan belum diketahui dengan pasti. Hanya
terdapat sejumlah petunjuk kuat bahwa suatu bakteri tertentu memainkan
peranan penting yaitu bentuk peralihan dari streptococcus sangais yang
mampu melarutkan sel-sel darah merah. Ada beberapa factor yang dapat
menstimulir timbulnya sariawan. Misalnya keturunan, emosi karena stress,
tekanan jiwa dan kecemasan. Sariawan dapat pula disebabkan oleh infeksi
Candida albicans, yang biasanya hidup ditubuh kita. Pada keadaan normal
jamur yang berbentuk ragi ini tidak menyebabkan gangguan karena dirintangi
oleh kuman-kuman lain yang selalu menghuni selaput lendir mulut. Bila suatu
waktu keseimbangan antara ragi dan kuman-kuman terganggu misalnya
23
bakteri dimatikan oleh antibiotika maka Candida albicans dapat bertumbuh
seenaknya dan menimbulkan infeksi (candidosis).
Dikenal sejumlah obat bebas untuk meringankan gejala-gejala
sariawan mulut yaitu :
1. Zat – zat antinyeri seperti lidokain yang tersedia sebagai obat bebas
dalam larutan 0,3% (osagi), tablet hisap, obat kumur (orofar) dan salep 5%
(lindonest).
2. Antiseptika seperti heksetidin (bactidol), povidon-iod (betadine) dan
campuran larutan peroksida 3% dengan larutan garam (1:1) digunakan
sebagai obat kumur.
3. Kortikoida, sangat ampuh dalam meredam peradangan dan nyeri yaitu
sediaan-sediaan dengan hormon anak ginjal (kortikoida). Yang tersedia
sebgai O.W.A adalah triamsinolom dalam pasta mulut yang melekat pada
selaput lendir.
3. Gingivitis (Radang Gusi)
Gusi yang radang dan sakit, disebut gingivitis, disebabkan bakteri dalam
plak (endapan) pada gigi. Bakteri menginfeksi gusi dan menyebabkan
radang, bengkak, pendarahan dan napas yang busuk. Dengan jumlah CD4
sangat rendah, infeksi ini dapat menjadi semakin berat, dan dapat meluas
pada dan merusak tulang rahang di bawah gusi. Infeksi ini dapat dicegah
24
dengan sering menyikat gigi. Antibiotik dan kumur dapat menyerang infeksi,
walaupun beberapa kumur dapat menyakitkan.
4. Nyeri gigi
Nyeri gigi sering disebabkan oleh adanya kerusakan pada gigi (lubang)
atau jaringan sekitarnya (gusi). Terutama lubang pada geraham yang sudah
menjalar kesaraf gigi, menimbulkan nyeri yang hebat.
Pengobatan : Sakit gigi dapat diatasi dengan obat-obat analgetik seperti
parasetamol dengan dosis 2 tablet (1 gram). Dapat juga dengan beberapa
tetes minyak cengkeh pada kapas, kemudian diletakkan pada gigi yang sakit
dapat membantu meringankan rasa nyeri untuk sementara atau setengah
ruas bawang putih yang diletakkan antara pipi dan gigi yang sakit.
25
BAB III
PEMBAHASAN
III.1. Swamedikasi Pada Penyakit Telinga
Contoh Obat Wajib Apotek yang dapat digunakan untuk swamedikasi
gangguan telinga umumnya hanya untuk mengurangi nyeri dan sebagai
antibiotik.
Obat telinga dapat dibagi menjadi :
1. Obat telinga sebagai antinyeri (analgetik) :
Nama sediaan : Paracetamol ; Panadol® ; Dumol®
Bentuk sediaan : Tablet ; sirup
Dosis : Dewasa 300 mg – 1 g per kali, dengan maksimum
4 g per hari ; Anak 6-12 tahun 150 – 300 mg/kali
Anak 1-6 tahun 60 – 120 mg/kali.
Indikasi : Analgetik – antipiretik
Nama sediaan : Asetosal ; Aspirin® ; Aptor® ; Aspilets®
Bentuk sediaan : Tablet ; Salep
Dosis : Dewasa 325 mg – 650 mg tiap 3-4 jam ; Anak 15-
20 mg/kgBB tiap 4-6 jam.
Indikasi : Analgetik – antipiretik – antiinflamasi
Perhatian : Tidak dianjurkan untuk anaka-anak.
26
Nama Sediaan : Asam mefenamat ; Ponstan® ; Ponstelax®
Bentuk sediaan : Tablet
Dosis : Dewasa 250 mg – 500 mg/kali, 2-3 kali
Indikasi : Analgesik – antiinflamasi
2. Obat telinga sebagai antimikroba
Nama sediaan : Kloramfenikol ; Kalmicetine® ; Enkacetyne® Tetes
Telinga
Bentuk sediaan : Tablet ; Tetes telinga ; Tetes mata ; Salep mata ;
Suspensi
Dosis : Tablet 50 mg/kgBB dibagi dalam 3-4 dosis ; Tetes
telinga 1-5% dipakai beberapa kali sehari
Indikasi : Antibiotik
Nama sediaan : Tetrasiklin HCl ; Tetrasanbe®
Bentuk sediaan : Tablet ; Salep
Dosis : 250-500 mg/hari, 4 kali
Indikasi : Antibiotik
Cara Penggunaan Obat Telinga:
1. Berbaringlah miring atau tengadahkan kepala sehingga telinga
menghadap ke atas.
2. Kocok botol untuk mencampur obat telinga dengan baik
27
3. Tarik daun telinga keatas dan ke belakang untuk meluruskan liang
telinga
4. Teteskan sebanyak yang dianjurkan
5. Telinga tetap meghadap keatas sampai 5 menit supaya cairan
masuk dengan sempurna
Obat telinga ini dibuat dalam bentuk sediaan khusus untuk telinga
dengan pembawa yang mudah menyebar kedalam liang telinga,
bentuk kemasannya pun didesain khusus untuk mempermudah
pemberian obat telinga.
Penggunaan obat tradisional :
Tinitus
Nama tanaman : Pegagan ( Centella asiatica Linn.)
Kandungan kimia : Asiaticoside, thankuniside, isothankuniside,
madecassoside, brahmoside, brahminoside,
brahmic acid, madasiatic acid, meso-inositol,
centellose, carotenoids, garam-garam mineral
seperti garam kalium, natrium, magnesium,
kalsium, besi, vellarine, zat samak. Senyawaan
glikosida triterpenoida yang disebut
asiaticoside dan senyawaan sejenis,
mempunyai kasiat anti lepra (Morbus Hansen)
28
Cara membuat : Herba pegagan segar sebanyak 20 g direbus
dengan 5 gelas air hingga tersisa 3 gelas.
Aturan pakai : Ramuan ini diminum 3 kali sehari pada pagi,
siang dan sore hari sebelum makan. Sekali
minum 1 gelas.
Nama tanaman : Daun Dewa (Gynura pseudochina Lour.)
Kandungan kimia : Flavanoid, asam fenolat, asam klorogenat,
asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-
hidroksibenzoat dan asam vanilat. Kandungan
dan manfaat senyawa flavanoid, saponin, dan
minyak atsiri .
Cara membuat : Daun dewa sebanyak 4 lembar atau bisa
digantikan dengan umbinya sebanyak 5 iris
direbus dengan 5 gelas air hingga tersisa 3
gelas.
Aturan pakai : Diminum 3 kali 1 gelas pagi, siang dan sore
sebelum makan.
Nama tanaman : Sambiloto (Andrographis paniculata Burm.)
Kandungan kimia : Deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit),
neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-
29
didehidroandrografolid, dan
homoandrografolid. Juga terdapat flavonoid,
alkane, keton, aldehid, mineral (kalium,
kalsium, natrium), asam kersik, dan damar.
Flavotioid diisolasi terbanyak dari akar, yaitu
polimetoksiflavon, andrografin, pan.ikulin,
mono-0- metilwithin, dan apigenin-7,4-
dimetileter.
Cara membuat : Herba sambiloto kering sebanyak 5 – 10 gram
direbus dengan 5 gelas air hingga tersisa 3
gelas.
Aturan pakai : diminum 3 kali sehari pada pagi, siang dan
sore hari sebelum makan. Sekali minum 1
gelas.
Nama tanaman : Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
Kandungan kima : Oc-laktuserol, P-laktuserol, manitol, inositol,
silika, kalium, flavonoid, dan taraksasterol.
Cara membuat : Herba tempuyung segar sebanyak 7 lembar
yang dibilas dengan air matang, lalu digiling
atau ditumbuk hingga halus dan airnya diperas
menggunakan air bersih.
30
Aturan pakai : Air perasan selanjutnya diteteskan ke telinga
sebanyak 2 tetes 3 – 4 kali sehari hingga
dengung di telinga menghilang.
II.2. Swamedikasi pada Gangguan Hidung
Untuk swamedikasi pada gangguan hidung Obat bebas atau OWA yang
digunakan hanya untuk mengurangi gejala-gejala hidung tersumbat, bersin-
bersin dan sakit kepala, contohnya seperti :
Nama Sediaan : Decolgen®
Bentuk sediaan : Tablet ; Sirup
Dosis : Dewasa 3-4 kali 1 tablet sehari ; Anak 6-12
tahun ½ tablet.
Sirup untuk anak 2-6 tahun 5ml, 3 kali sehari ;
6-12 tahun 10 ml.
Indikasi : Meringankan gejala bersin-bersin dan hidung
tersumbat.
Nama Sediaan : Stopcold®
Bentuk sediaan : Tablet
Dosis : 1-3 kali/hari.
Indikasi : Meringankan sakit kepala, hidung tersumbat
dan bersin-bersin.
31
Nama sediaan : Neozep Forte®
Bentuk sediian : Tablet
Dosis : Dewasa 3-4 kali/hari ; Anak 6-12 tahun ½ tablet
Indikasi : Meringankan demam, hidung tersumbat dan
bersin-bersin.
Cara Pemakaian obat hidung
1. Bersihkan hidung dengan cara mengeluarkan ingus
2. Kocok obat hidung
3. Tengadahkan kepala sambil duduk atau berdiri atau berbaring telentang
dengan kepala tergantung di pinggir tempat tidur.
4. Masukan aplikator sekitar 1 cm ke dalam hidung tanpa menyentuh sisi
dalam hidung.
5. Teteskan sejumlah yang dianjurkan
6, Tetaplah tengadah sampai 1 – 2 menit supaya obat merata ke seluruh
bagian hidung.
Cara pemakaian Semprotan hidung
1. Bersihkan hidung
2. Kocok kuat – kuat untuk meratakan aerosol
3. Tengadahkan sedikit kepala
32
4. Tutup satu cuping hidung dan masukan ujung botol semprot ke dalam
cuping hidung yang lain.
5. Aktifkan semprotan hidung, dan pada saat yang sama, tarik nafas
perlahan melalui cuping hidung. Hembuskan nafas melalui mulut.
6. Ulangi untuk cuping hidung yang lain
7. Bersihkan ujung alat yang masuk ke hidung sebelum di tutup kembali
Penggunaan obat tradisional :
Epistaksis
Nama tanaman : Sirih (Piper betle L.)
Kandungan kimia : Minyak atsiri,kavikol, kavibetol, eugenol,
karvacol, dan allipyrocatechol, karoren, asam
nikotinat, riboflavin, tiamin, vitamin C, gula,
tannin, patin dan asam amino.
Cara membuat : Satu lembar daun sirih disumbat di hidung yang
berdarah/mimisan.
Nama tanaman : Alang-alang (Imperata cylindrical)
Kandungan kimia :Gukosa, mengandung malic acid, terdapat
kandungan citric acid. Selain itu pada akar
alang-alang juga terdapat kandungan kimia
coixol, arundoin,cylindrin, fermenol, simiarenol
Serta kandungan anemonim.
33
Cara membuat : Akar segar alang-alang dicuci bersih, lalu
ditumbuk & diperas airnya sampai terkumpul
sekitar 100 cc. Atau 30 gram, akar segar dicuci
bersih lalu dogodok dengan 3 gelas air sampai
tersisa 1 gelas
Aturan pakai : Diminum.
Polip Hidung
Nama tanaman : Kunyit (Curcuma longa L.)
Kandungan kimia : kurkumin, 10% desmetoksikumin, dan 1-5%
bisdesmetoksikurkumin), minyak asitri
(turmeron, keton sesquiterpen, 60% tumeon,
25% zingiberen, sabinen, felandren, sineil, dan
borneon), 1-3% lemak, 3% Karbohidrat, 30%
Protein, 8% Pati, 45-55% Vitamin C, serta
garam-garam mineral (zat besi, fosfor, kalsium).
Cara membuat : Kunyit dikupas, dicuci, lalu diparut. Bahan-
bahan lain dicuci bersih, lalu direbus bersama
parutan kunyit. Air yang digunakan sebanyak
sepuluh gelas air. Bahan-bahan tersebut
dididihkan hingga air rebusan tersisa sekitar
34
delapan gelas. Air rebusan tersebut dituangkan
ke dalam panci.
Cara memakai : Kepala penderita diselubungi dengan handuk.
Kepala ditempatkan tepat di atas panci, lalu
uapnya dihirup. Lakukan pengobatan ini dua
kali sehari pada pagi dan sore hari sampai
penyakitnya benar-benar hilang.
Sinusitis
Nama tanaman : Blustru (Luffa Cyiindrica L.)
Kandungan kimia : Saponin, lufein, cittrulline atau cucurbitaen,
lemak, protein, xylan, Vitamin B dan C, minyak
lemak.
Cara membuat : Bunga blustru 10-15 gram dicuci bersih,
ditumbuk dan diperas airnya.
Aturan pakai : Diminum.
Hidung berlendir
Nama tanaman : Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.)
Kandungan kimia : zat pedas piperine, chavicine, palmitic acids,
tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3,4-
methylenedioxy benzene, piperidin, rninyak asiri,
isobutyideka-trans-2-trans-4-dienamide, dan
35
sesamin. Piperine mempunyai daya antipiretik,
analgesik, antiinflamasi, dan menekan susunan
saraf pusat. Bagian akar mengandung piperine,
piplartine, dan piperlonguniinine.
Cara membuat : 2,5-5 gram cabe jawa digodok atau dijadikan pil,
bubuk.
Aturan pakai : Diminum dengan segelas air.
III.3. Swamedikasi pada Gangguan Mulut
Beberapa contoh obat mulut dan tenggorokan yang beredar di Indonesia
antara lain :
a. Povidon Iodida
Kegunaannya :
Untuk kesehatan mulut terutama Selama dan sesudah pencabutan
gigi atau operasi pada mulut
Untuk pengobatan infeksi ringan pada mukosa mulut dan faring.
Aturan pakai :
Dewasa dan anak – anak diatas 6 tahun
Tanpa diencerkan ( gunakan povidon 10 ml )
Diencerekan dengan air hangat denga volume sama kemudian di
kumur selama 10 -30 detik dapat diulangi sampai 4 kali
36
Tidak boleh digunakan jangka panjang lebih dari dua minggu, karena
dapat diapsorpsi dan menimbulkan efek yang serius yang tidak
diingingkan.
Efek yang tidak diingingkan :
Iritasi mukosa, reaksi alergi , pemakaian jangka lama menimbulkan
efek sistemik seperti : Asidosis , metabolik , gangguan ginjal.
b. Heksetidin
Kegunaan :
Untuk infeksi ringan pada mulut dan tenggorokan , misalnya radang
gusi , radang sekitar gigi , sariawan , radang selput lender mulut ,
radang tenggorokan dan radang amandel.
Sebagai pembilas sebelum dan sesudah pencabutan gigi .
Menjaga kebersihan mulut sesudah menjalani operasi amandel dan
tenggorokan.
Tidak boleh digunakan pada : Penderita yang alergi terhadap komponen obat
ini
Efek yang tidak diingingkan : Walaupun jarang , tetapi dapat terjadi reaksi
alergi.
Aturan pakai :
37
Kumur sebanyak 15 ml tanpa diencerkan selama 30 detik, pada pagi dan
malam hari.
c. Mikonazol
Kegunaan : Untuk pengobatan kandiasis pada rongga mulut
Efek yang tidak diingingkan : Iritasi local reaksi alergi
Aturan pemakaian : Dioleskan pada daerah mulut yang sakit 2 – 4 kali
sehari.
d. Benzinamida HCl
Kegunaan
Radang ringan pada ronnga mulut dan tenggorokan ,seperti
ginggivitas ,periondontitis , faringitis , laryngitis , dan stomatitis.
Hal yang perlu diperhatikan : Tidak dianjurkan untuk anak dibawah
5 tahun
Efek Yang tidak diinginkan: Iritasi pada lidah
Aturan pakai
Tanpa diencerkan , lain-lain 1 sendok makan (15 ml) diukur selama
1 menit , lalu di buang , sehari 2-3 kali.
e. Gentian Violet
Kegunaan : Infeksi lokal
Hal yang perlu diperhatikan:
38
Tertelannya gentian violet dapat menyeabkan esofagitas, dan
trakheitis, bisa juga menyebabkan mual, muntah, diare dan nyeri
perut.
Penggunaan obat tradisional :
a. Sariawan
1. Bahan : 1 rimpang temulawak sebesar ibu jari, 3 mata
buah asam, 1 potong gula aren.
Kandungan kimia : fellandrean dan turmerol, minyak atsiri, kamfer,
glukosida, foluymetik karbinol, dan kurmin.
Cara membuat : semua bahan tersebut direbus dengan 2 gelas air
sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian
disaring.
Aturan pakai : Diminum biasa.
2. Bahan : 1 rimpang kunyit, 1 butir jeruk nipis dan 1 butir
telur ayam kampung.
Kandungan kimia :kurkumin, desmetoksikumin, dan
bisdesmetoksikurkumin), minyak asitri (turmeron,
keton sesquiterpen, tumeon, zingiberen, sabinen,
felandren, sineil, dan borneon), lemak,
Karbohidrat, Protein, Pati, Vitamin C, serta
garam-garam mineral (zat besi, fosfor, kalsium).
39
Cara membuat : kunyit diparut dan diperas diambil airnya. Jeruk
nipis diperas diambil airnya. Kemudian keduanya
dicampur dengan telur.
Aturan pakai : Diminum sore hari.
3. Nama tanaman : Jambu biji (Psidium guajava)
Kandungan kimia : Tanin, minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat,
asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin
dan vitamin. Kandungan buah jambu biji (100 gr) -
Kalori 49 kal - Vitamin A 25 SI - Vitamin B1 0,02
mg - Vitamin C 87 mg - Kalsium 14 mg - Hidrat
Arang 12,2 gram - Fosfor 28 mg - Besi 1,1 mg -
Protein 0,9 mg - Lemak 0,3 gram - Air 86 gram
Bahan : 1 genggam daun jambu biji, 1 potong kulit batang
jambu biji irebus bersama dengan 1 liter air
sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil
airnya
Aturan pakai : Diminum dua kali sehari.
b. Menghilangkan bau mulut
1. Nama tanaman : Sirih (Piper battle)
Kandungan kimia : Minyak atsiri,kavikol, kavibetol, eugenol, karvacol,
dan allipyrocatechol, karoren, asam nikotinat,
40
riboflavin, tiamin, vitamin C, gula, tannin, patin dan
asam amino.
Cara membuat : 4-7 lembar daun sirih direbus dengan 4 gelas air
sampai mendidih
Aturan pakai : air rebusan daun sirih tersebut dipakai untuk
kumur tiap hari.
2. Bahan : 2-4 lembar daun sirih
Cara membuat : daun sirih diremas-remas, kemudian direndam
dalam 2 gelas air panas
Aturan pakai : air rendaman daun sirih tersebut untuk kumur tiap
hari, pagi dan sore.
c. Pendarahan gusi
Bahan : 4 lembar daun sirih
cara membuat : direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih
Aturan pakai : setelelah dingin dipakai untuk kumur, diulangi
secara teratur sampai sembuh.
d. Radang mulut
Nama tanaman : Jambu monyet (Anacardium occidentale, Linn.)
Kandungan kimia : anacardic acid dan cardol, yang bermanfaat
sebagai antibakteri dan antiseptik. Selain itu daun
jambu monyet yang masih muda juga mempunyai
41
komposisi kandungan kimia seperti vitamin A
sebesar 2689 SI per 100 gram, vitamin C sebesar
65 gram per 100 gram, kalori 73 gram per 100
gram, protein 4,6 gram per 100 gram, lemak 0,5
gram per 100 gram, hidrat arang 16,3 gram per
100 gram, kalsium 33 miligram per 100 gram,
fosfor 64 miligram per 100 gram, besi 8,9 miligram
dan air 78 gram per 100 gram.
Cara membuat : 1 genggam daun jambu monyet dan 1 potong kulit
batang jambu monyet direbus bersama dengan 1
liter air sampai mendidih, kemudian disaring untuk
diambil airnya
Aturan pakai : Dminum 2 kali sehari.
e. Gigi berlubang
Nama tanaman : Alpokat (Percea americana)
Kandungan kimia : saponin, alkaloida dan flavonoida, serta tannin,
polifenol, quersetin, dan gula alcohol, betakaroten,
klorofil, vitamin E, dan vitamin B-kompleks
Cara membuat : Biji alpukat ditumbuk sampai halus
Aturan pakai : lubang pada gigi dimasukkan bubuk biji alpokat
42
f. Pembengkakan selaput lendir mulut
Nama tanaman : Kunyit
Kandungan kimia : kurkumin, 10% desmetoksikumin, dan 1-5%
bisdesmetoksikurkumin), minyak asitri (turmeron,
keton sesquiterpen, 60% tumeon, 25% zingiberen,
sabinen, felandren, sineil, dan borneon), 1-3%
lemak, 3% Karbohidrat, 30% Protein, 8% Pati, 45-
55% Vitamin C, serta garam-garam mineral (zat
besi, fosfor, kalsium).
Cara membuat : Diperas diambil filtratnya.
Aturan pakai : Kunyit dikonsumsi dalam bentuk perasan yang
disebut filtrat. Bersifat mengurangi
pembengkakan.
43
CONTOH OBAT TRADISIONAL DIPASARAN
Obat Herbal "Daun Saga" Aneka Kapsul [Tazakka Group]
Komposisi :
Daun Saga (Abrus Precatorius)
Bahan tamabahan
Kandungan kimia :
Akar mengandung protein, vitamin A,B1, B6, C, kalsium oksalat, glisirizin,
flisirizinat, polygalacturomic acid dan pentosan. Daun, batang dan biji
mengandung saponin,flavonoid, tannin.
Deskripsi :
Tanaman saga punya nama latin Abrus precatorius. Daun saga memiliki
kandungan kimia berupa glycyrrhicic acid. Mempunyai sifat penyejuk pada
kulit dan selaput lendir. Mempunyai efektifivitas ekspektoran, yang diyakini
karena adanya kandungan glicerin yang memacu sekresi mukosa dari trakea.
Daun saga secara tradisional digunakan untuk mengobati beberapa macam
penyakit. Diantaranya penyakit yang terkait dengan gangguan pernapasan,
44
seperti sakit serak, bronchitis, batuk, sariawan mulut. Demikian pula daun
saga bisa digunakan untuk mengobati panas dalam dan sariawan.
Khasiat :
Sariawan Mulut
Panas dalam
Batuk
Bronchitis
Sakit Tenggorokan (Serak)
Amandel
Batuk pada anak
Aturan Pakai : 3 x 1-2 kapsul/hari
Izin Depkes : P.IRT No. 313331105058
Sertifikat Halal MUI : 163 607 2001
45
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
- Swamedikasi pada gangguan telinga, hidung dan mulut hanya sebatas
mengurangi gejala yang ditimbulkan, seperti nyeri, bersin-bersin, hidung
tersumbat atau menghentikan pendarahan pada epiktasis.
- Swamedikasi pada gangguan telinga, hidung dan mulut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa obat bebas/OWA dang juga obat
tradisional/Herbal.
IV.2. Saran
Perlu dilakukan penyuluhan tentang swamedikasi pada gangguan
telinga, hidung dan mulut yang tepat kepada masyarakat.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Pearce, E.C., 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia. Jakarta
2. Supardi, H.E.A & Iskandar. H.N., 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi V . 2001. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
3. Higler, A.B., 1997. BOIES, Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak ., 2002. Buku Kuliah : Ilmu Kesehatan Anak 2. Bagian Kesehatan Anak, FK-UI. Jakarta
5. Mansjoer, Arif M., 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Penerbit Media Aesculapius, FKUI. Jakarta
6. Anonymous. Hidung Berdarah. [cited 2009 September 29th]. Available from : http://id.wikipedia.org/wiki/Hidung_berdarah.
7. Maria, J. Aftosis. [cited 2009 September 29th]. Available from : http://www.aafp.org/aafp/149.Html.Aftosis
8. Rahardja, K & Tan, H.T., 1993. Swamedikasi. Edisi I. Cetakan pertama. Jakarta.
9. Anonymous. Epistaxis. [cited 2009 September 29th]. Available from : http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=9749
10.Content Team. Penyakit Gigi [cited 2009 September 29th]. Available from : http://www.Asian Brain.com.
11.Anonymous. Obat Tradisional untuk sariawan. [on line 2008 mei 26th]. [cited 2009 September 29th]. Available from : http://i-herbal.blogspot.com/ Brain.com.
12.Content Team. Obat tradisional [cited 2008]. Available from : http://www.Asian Brain.com.
47
HASIL DISKUSI
1. Bagaimana dengan keamanan dari swamedikasi gangguan telinga
dengan menggunakan minyak-minyak, contohnya minyak kelapa ?
(Desi Rosanti )
Jawab :
Menurut pengalaman pemateri (Hermanto utomo) saat kecil pernah
kemasukan serangga di telinga dan menggunakan minyak untuk
mengeluarkan serangga tersebut dan ternyata aman. Dan hal ini sering
dilakukan masyarakat turun-temurun.
2. Apa yang perlu diperhatikan pada pengguanaan obat-obat kortikosteroid
dalam swamedikasi gangguan THT ?
(Satria Putra P.)
Jawab :
Penggunaan kortikosteroid sebaiknya dengan pengawasan dokter. Dosis
yang digunakan juga dosis kecil untuk penggunaan topikal / lokal
sehingga efek samping pun kecil.
3. Apa tindakan awal pada seseorang yang mengalami epiktasis (mimisan) ?
(Sarti Agustina)
Jawab :
Tindakan yang dapat dilakukan adalah membasahi bagian kepala pasien
dengan air dingin, yang dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya
perdarahan pada bagian hidung, yang dapat dilanjutkan dengan
mengompres bagian hidung dengan kain yang dibasahi air dingin.
4. Bagaimana cara membedakan polip dan sinus ?
(Andi Hudayah)
Jawab :
48
Secara awam polip dan sinus tidak dapat langsung dibedakan karna
keduanya memiliki gejala dan tanda yang mirip, perlu dilakukan
pemeriksaan lanjut agar didapatkan diagnose tepat.
49